ANALISIS KUALITAS AIR TANAH MASYARAKAT DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KELURAHAN SUMUR BATU BANTAR GEBANG, BEKASI TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
DosenPembimbing :
OLEH : SRIKANDI FAJARINI 109101000072
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/ 1435 H
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, Maret 2014 Srikandi Fajarini, NIM : 109101000072 Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi 2013 (xv+ 63hal+ 6tabel+1gambar+2 bagan+ 9lampiran) ABSTRAK Air merupakan salah satu kekayaan alam yang paling sering digunakan makhluk hidup untuk kehidupan sehari-hari. Sumber air yang digunakan bisa berasal dari sumur gali, PAM dan sumur pompa. Kualitas dari sumber air yang digunakan harus sesuai dengan baku mutu yang yang telah ditentukan. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober - Desember 2013. Sampel pada penelitian ini sebanyak 72 sampel air tanah di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang. Tujuannya untuk mengetahui kualitas air tanah masyarakat di sekitar TPA sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. Variabel dalam penelitian ini adalah kualitas air tanah yang terdiri dari kualitas fisik dan kualitas kimia. Penentuan variabel fisik dan kimia dilakukan berdasarkan uji laboratorium dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dilakukan uji statistik yaitu uji univariat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari variabel kualitas fisik air tanah, parameter yang paling tinggi tidak memenuhi syarat baku mutu adalah parameter rasa yaitu sebanyak 30,6%. Sedangkan untuk kualitas kimia air tanah, parameter yang paling tinggi tidak memenuhi syarat baku mutu adalah parameter nitrat yaitu sebanyak 23,6% dan parameter klorida dengan jumlah sebanyak 68,1%. Disarankan kepada masyarakat di Kelurahan Sumur Batu untuk lebih memperhatikan kondisi kualitas air tanahnya.
i
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH Paper, March 2013 Srikandi Fajarini, NIM : 109101000072 Analisis of Groundwater Quality In People Around Final Disposal (TPA) Waste at Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi in 2013. (xv+ 63pages+ 6tables+1pict+2 charts+ 9attachments) ABSTRACT Water is one of the natural wealth of the most commonly used of living things for daily life. The source of water can be derived from dug wells , PAM and well pump. The quality of the source water used must comply with the quality standards that have been determined. This study was an analytical cross-sectional approach. The study was conducted in October-December 2013. The sample in this study, 72 samples of ground water in Sumur Batu Bantar Gebang subdistrict. The goal is to determine the quality of ground water in communities around the landfill Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. The variable in this study is the quality of ground water that consists of physical quality and chemical quality. Determination of physical and chemical variables is done based on laboratory testing and observation. The data obtained is then performed univariate statistical test. The results of this study indicate that the variable physical quality of ground water, the parameters of the most high quality standards do not qualify is a parameter that is as much as 30.6% sense. As for the chemical quality of ground water, the parameters of the highest quality standards are not eligible is a parameter that is as much as 23.6% nitrate and chloride parameters with a total of 68.1%. It is recommended to the people in the Sumur Batu for more attention to the condition of groundwater quality.
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama / Name
: Srikandi Fajarini
Alamat/ Address
: Singayudha IV Street Complex Pemda, Sungailiat Bangka
Telepon/ Phone
: 085780126642
E-mail
:
[email protected]
Jenis Kelamin / Gender
: Perempuan/Female
Tanggal Kelahiran / Date of Birth
: Sungailiat, 24 Mei 1991
Status Marital / Marital Status
: Sendiri/Single
Warga Negara / Nationality
: Indonesia
Agama / Religion
: Islam /Moslem
JENJANG PENDIDIKAN/EDUCATIONAL BACKGROUND 2009 – 2014 Environmental Health, Public Health, State Islamic University (UIN) SyarifHidayatullah Jakarta 2006 – 2009 High School 1, Sungailiat, Bangka 2003 – 2006 Junior High School 2 , Sungailiat, Bangka 1997 – 2003 Elementary School 366 , Sungailiat, Bangka
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta ridho-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang saat ini. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai syarat untuk mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua Orang Tua saya Syam Ahmad Zamahsyari, SH dan Listiana yang selalu memberikan doa dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini serta kepada Adik-adik saya Abu Raihan Alfarabi, Erika Anastasia dan Muhammad Daffa Maulana yang selalu memacu saya sehingga memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi. 2. Bapak Arif Sumantri sebagai Penanggung Jawab Peminatan Kesehatan Lingkungan serta selaku disen pembimbing saya yang selalu membimbing saya selama proses penyelesaian skripsi dan memberikan saran serta dukungan kepada jamaah kesehatan lingkungan untuk segera menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya beserta Dosen yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama
iv
proses belajar dikampus serta kepada seluruh karyawan di lingkungan civitas akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat. 3. Ibu Dewi Utami Iriani, SKM, MKM, PhD selalu pembimbing utama saya yang telah membimbing saya selama proses penyelesaian skripsi sekaligus memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian dan penyempurnaan penulisan skripsi ini. 4. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi yang telah memberikan izin untuk mengambil data dan izin penelitian. 5. Kepala Puskesmas Bantar Gebang Bekasi beserta staf atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerjanya, 6. Kepada Bapak dan Ibu lurah beserta Kader di Kelurahan Sumur Batu yang telah memberikan bantuan serta fasilitas unutk menunjang menyelesaikan skripsi ini. 7. Kepada seluruh masyarakat Kelurahan Sumur Batu sebagai responden dalam penelitian ini yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengambil sampel serta membantu mengisi kuisioner sebagai data penting untuk menunjang menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepada teman-teman Kesehatan Lingkungan khususnya angkatan 2009 atas kebersamaan, kerjasama, dukungan, support dalam membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini serta 4 sahabat terbaik sekaligus temen seperjuangan mulai dari semester awal hingga akhir kepada Rahmayatul Fillacano, Ardilla Wasiah,
v
Roya Selaras Cita dan Rahmi Hidayati atas kebersamaan kita selama di bangku kuliah. 9. Kepada abang Yudhi Indrawan yang selalu memberikan support dan semangat kepada penulis serta selalu mendengarkan keluh kesah dan memberikan energi positif, memotivasi penulis hingga menyelesaikan skripsi ini. 10. Kepada Fauziah dan Yenny Faridawati yang membantu dan menemani saat pengmabilan data di lapangan. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan penelitian selanjutnya yang ingin mengkaji lebih dalam mengenai topik tersebut. Semoga Allah SWT memberikan kemuliaan dan kelancaran serta kemampuan berpikir untuk mengejar masa depan yang lebih cerah bagi kita semua. Amin ya Rabb.
Ciputat, April 2014 Penulis
vi
DAFTAR ISI
Abstrak.................................................................................................................. i Abstract................................................................................................................. ii Riwayat Hidup...................................................................................................... iii Kata Pengantar...................................................................................................... iv Daftar Isi............................................................................................................... vii Daftar Tabel.......................................................................................................... xi Daftar Lampiran................................................................................................... xii Daftar Bagan......................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah............................................................................................. 6 C. Pertanyaan Penelitian........................................................................................ 7 D. Tujuan Penelitian............................................................................................... 8 1. Tujuan Umum................................................................................................ 8 2. Tujuan Khusus............................................................................................... 8 E. Manfaat Penelitian............................................................................................. 8 1. Bagi Peneliti.................................................................................................. 8 2. Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat................................................................ 9 3. Bagi Masyarakat........................................................................................... 9 F. Ruang Lingkup Penelitian................................................................................ 9
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Definisi Air.............................................................................................. 10 2. Karakteristik Air...................................................................................... 11 3. Sumber Air.............................................................................................. 12 B. Kualitas Air 1. Kualitas Fisik........................................................................................... 14 2. Kualitas Kimia......................................................................................... 17 3. Kualitas Bakteriologi............................................................................... 23 C. Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit.................................................... 23 D. Tempat Pembuangan Akhir Sampah 1. Persyaratan Umum Lokasi TPA.............................................................. 25 2. Metode TPA............................................................................................. 26 3. Gambaran Umum TPA Sampah Bantar Gebang..................................... 27 E. Kerangka Teori............................................................................................ 29 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep........................................................................................ 30 B. Definisi Operasional.................................................................................... 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian...........................................................................................
35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian..................................................................................... 35 2. Waktu Penelitian...................................................................................... 36
viii
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian................................................................................ 36 2. Sampel Penelitian.................................................................................. 36 D. Pengumpulan Data...................................................................................... 37 E. Pengolahan Data 1. Coding Data..........................................................................................
39
2. Editing Data..........................................................................................
39
3. Entry Data............................................................................................
39
4. Cleaning Data.......................................................................................
40
F. Analisis Data............................................................................................
40
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu............................................ 41 2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I...................................... 43 B. Analisis Univariat 1. Gambaran Kualitas Fisik Air Tanah..................................................... 44 2. Gambaran Kualitas Kimia Air Tanah.................................................... 46 BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian............................................................................. 47 B. Kualitas Air Tanah secara Fisik 1.Warna.................................................................................................... 48 2. Bau.......................................................................................................
49
3. Rasa.....................................................................................................
50
4. Zat Padatan Terlarut (TDS).................................................................. 51 5. Kekeruhan ............................................................................................. 52 ix
C. Kualitas Ait Tanah secara Kimia 1. pH ......................................................................................................
53
2. Besi...................................................................................................... 55 3. Nitrat.................................................................................................... 56 4. Klorida ................................................................................................ 57 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................. 59 B. Saran 1. Masyarakat.........................................................................................
59
2. Dinkes dan Puskesmas.......................................................................
60
3. Peneliti selanjutnya............................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
61
.
x
DAFTAR TABEL
No
Judul Tabel
Hal
2.1
Daftar Persyaratan Kualitas Air bersih secara Fisik.............................
17
2.2
Persyaratan Kualitas Air secara Kimia................................................
22
5.1
Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013.............................................................................................
42
Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013....................................................................................
43
5.2
5.3
Gambaran Kualitas Fisik Air Tanah Masyarakat di Kelurahan SumurBatu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013............................................... 45
5.4
Gambaran Kualitas Kimia Air Tanah Masyarakat di Kelurahan SumurBatu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013............................................... 46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Uji Kuisioner
xii
DAFTAR BAGAN
Judul Bagan
Hal
2.1 Kerangka Teori................................................................................
29
3.1 Kerangka Konsep............................................................................
30
xiii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup di dunia, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Disamping itu, air juga sangat diperlukan bagi kegiatan-kegiatan industri. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 yang berisi “ Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat secara adil dan merata”. Oleh karena itu, air beserta sumber-sumbernya harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, agar pemanfaatannya dapat dipakai untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Air tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi manusia. Menurut UU No.7 tahun 2004, air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Definisi lain menyebutkan air tanah adalah sejumlah air di bawah pemukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau dengan pemompaan. Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Kodoatie dkk, 2008).
1
Air tanah memiliki peranan penting bagi manusia. Manusia memanfaatkan air tanah sebagai sumber air untuk kehidupan sehari-hari. Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa jenis sumber utama air untuk seluruh keperluan rumah tangga pada umumnya menggunakan sumur gali terlindung (27,9%) dan sumur bor/pompa (22,2%) dan air ledeng/PAM (19,5%). Berdasarkan karakteristik tempat tinggal, terdapat perbedaan jenis penggunaan sumber utama air untuk keperluan rumah tangga. Di perkotaan, pada umumnya rumah tangga menggunakan sumur bor/pompa (30,3%), sedangkan di perdesaan lebih banyak menggunakan sumur gali terlindung (29,6%) (Riskesdas 2010). Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,
pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan,
pengolahan
dan
pembuangan.TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik (Pardebaste, 2005). TPA sampah harus direncanakan dengan baik, dilihat aspek ketersediaan lahan, pembiayaan, operasional dan pemeliharaan serta dampak terhadap lingkungan. Sampah yang tidak terdekomposisi dengan baik akan menghasilkan
2
gas dan cairan yang dikenal dengan istilah leachate (air lindi). Gas hasil dekomposisi dapat menyebabkan bau dan gangguan pernafasan bagi penduduk sekitar lokasi tersebut (Pardebaste, 2005). Zat pencemar dalam air lindi seperti kesadahan, mangan, nitrit, besi dan logam berat akan mengalir meninggalkan timbunan sampah yang menyebabkan pencemaran pada air permukaan maupun air tanah (Pardebaste, 2005). Tidak tersedianya pengolahan air lindi, yaitu suatu unsur yang dapat mengakibatkan pencemaran air tanah dan penyebaran penyakit akan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup (Menneg Lingkungan Hidup, 1997). Dampak yang ditimbulkan dari kualitas air yang tidak memenuhi baku mutu air bersih adalah terjadinya berbagai penyakit. Menurut Soemirat (2009) bahaya atau resiko kesehatan yang berhubungan dengan pencemaran air secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni bahaya langsung dan bahaya tak langsung. Bahaya langsung terhadap kesehatan manusia/masyarakat dapat terjadi akibat mengkonsumsi air yang tercemar atau air dengan kualitas yang buruk, baik secara langsung diminum atau melalui makanan, dan akibat penggunaan air yang tercemar untuk berbagai kegiatan sehari-hari. Kemungkinan tercemarnya air tanah sangat besar terutama jika terjadi infiltrasi dari air limpasan dan limbah dari hasil kegiatan manusia. Salah satu contohnya adalah lokasi pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik.
3
Penelitian Konsukartha dkk (2007), bahwa pencemaran air tanah dapat diakibatkan oleh pembuangan limbah domestik di lingkungan kumuh di Banjar, kekeruhannya air sumur penduduk mencapai 12,5 Nepnelometrik Turbidity Unit (NTU), bakteri E. coli mencapai 28/100 mL dan bakteri Coliforms mencapai 1100/l00 mL yang melebihi standar baku mutu kualitas air. Selanjutnya di TPA Bantar Gebang sendiri, menurut penelitian yang dilakukan oleh Ahadis (2005) terkait penurunan kualitas air tanah masyarakat sekitar TPA Bantar Gebang menunjukkan konsentrasi nitrat di sumur dekat TPA melewati standar baku mutu air golongan A maksimum yang diperbolehkan berdasarkan MENKLH No. KEP. 02/ MEN-KLH/1998. Sedangkan kandungan nitrat di sumur yang jauh dari TPA masih di bawah standar yang diizinkan. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa letak sumur gali yang dekat dengan TPA mempunyai kualitas yang buruk. Penelitian Ompusunggu (2009) tentang analisa kandungsn nitrat air sumur gali masyarakat di sekitar tempat pembuangan (TPA) sampah di Desa Namo Bintang Kecamatan Pacur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 menunjukkan adanya kandungan nitrat yang melebihi batas baku mutu dalam air sumur gali masyarakat. Penelitian Kurniawan (2006) tentang analisis kualitas air sumur sekitar wilayah tempat pembuangan akhir sampah, studi kasus di TPA Gabuga Cibungbulong Bogor menunjukkan hasil pengukuran parameter fisik, kimia, dan
4
mikrobiologi air sumur di wilayah sekitar TPA Galuga telah melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan. Terdapat
11 parameter yang telah
melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan menurut persyaratan Baku Mutu air kelas I, yaitu: bau, rasa, pH, DO, BOD5, COD, amonia, nitrit, seng, bakteri coliform dan fecal coli (E. coli). Penelitian Arbain dkk, (2008) tentang pengaruh air lindi tempat pembuangan akhir sampah TPA Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal sekitarnya di Kota Denpasar, menunjukkan beberapa parameter melebihi ambang batas, yaitu: TDS, BOD, COD, DO, PO4, NO3, NO2,NH3, Besi, H2S, Fenol, dan Cl. Puskesmas Bantar Gebang mempunyai 4 kelurahan yaitu Kelurahan Bantar Gebang, Kelurahan Cikiwul, Kelurahan Ciketing Udik, dan Kelurahan Sumur Batu. Kelurahan Sumur Batu merupakan kelurahan terbesar di Kecamatan Bantar Gebang Bekasi TPA sampah terbesar juga terdapat di Kelurahan Sumur Batu. Oleh karena itu, peneliti melakukan studi pendahuluan dengan mengambil sampel di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti mengenai kualitas air tanah terhadap sampel air tanah, ditemukan beberapa parameter fisik dan kimia yang melebihi batas ambang baku mutu kualitas air bersih berdasarkan Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih. Parameter fisik yang melewati baku mutu adalah yaitu parameter jumlah
5
zat padat terlarut atau (TDS) dengan hasil 5700 mg/L (baku mutu 1500 mg/L). Sedangkan dari parameter kimia didapatkan hasil pH sebesar 5,11 yaitu menunjukkan bahwa air tanah tersebut bersifat asam sedangkan baku mutu pesyaratan pH adalah antara 6,5 – 9,0. Selain itu juga didapatkan kandungan nitrat sebesar 220 mg/L yang melewati batas ambang baku yaitu 10 mg/L. Jadi dapat disimpulkan bahwa hal ini menunjukkan adanya masalah terkait kandungan air tanah di lokasi Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui kualitas air tanah masyarakat di Sekitar TPA sampah Kelurahan Sumur Batu sehingga penulis memilih judul penelitian Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat di Sekitar Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang, Bekasi Tahun 2013. B. Rumusan Masalah Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan baik secara fisik maupun kimia. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 sampel air tanah dan setelah dilakukan pengujian sampel di laboratorium menunjukkan bahwa ada beberapa parameter fisik dan kimia air tanah yang melebihi ambang batas baku mutu kualitas air tanah berdasarkan
6
Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang Daftar Pesyaratan Kualitas Air Bersih. Parameter fisik yang melewati baku mutu adalah yaitu parameter jumlah zat padat terlarut atau (TDS) dengan hasil 5700 mg/L (baku mutu 1500 mg/L). Sedangkan dari parameter kimia didapatkan hasil pH sebesar 5,11 yaitu menunjukkan bahwa air tanah tersebut bersifat asam sedangkan baku mutu pesyaratan pH adalah antara 6,5 – 9,0. Selain itu juga didapatkan kandungan nitrat sebesar 220 mg/L yang melewati batas ambang baku yaitu 10 mg/L. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui kualitas air tanah masyarakat di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran kualitas fisik air tanah (warna, bau, rasa, zat padatan terlarut, dan kekeruhan) masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang tahun 2013? 2. Bagaimana gambaran kualitas kimia air tanah (pH, besi, nitrat, dan klorida) masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang tahun 2013?
7
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kualitas air tanah masyarakat di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi tahun 2013. 2. Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran kualitas fisik air tanah (warna, bau, rasa, zat padatan terlarut, dan kekeruhan) masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang tahun 2013. 2. Mengetahui gambaran kualitas kimia air tanah (pH, besi, nitrat, dan klorida) masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang tahun 2013. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama kuliah, di bidang Kesehatan Lingkungan dalam bentuk penelitian ilmiah mengenai kualitas air tanah pada masyarakat sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang, Bekasi tahun 2013.
8
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi untuk penelitian yang lebih lanjut dan dapat menambah wacana dalam kajian sanitasi dan kesehatan lingkungan dalam pengelolaan sampah di TPA. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi terkait kualitas air tanah kepada masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi serta memberikan informasi tentang bahaya yang ditimbulkan dari pencemaran air tanah terhadap kesehatan F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis kualitas air tanah masyarakat di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember tahun 2013 oleh mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan. Pengambilan data dilakukan dengan pengambilan sampel air tanah dan melalui kuisioner. Responden penelitian ini adalah sampel air tanah dan masyarakat Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air 1. Definisi Air Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk lainnya dengan fungsi yang tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lain. Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri, membersihkan ktempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitasaktivitas lainnya (Achmad, 2004). Menurut Peraturan Pemerintah no 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air), air merupakan satu-satunya zat secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H2O yaitu satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen
10
pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar (Allafa, 2008). Keberadaan air tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap ke dalam tanah. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan ke dalam formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan sedimentasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (runoff) dan terus ke laut. Faktor lainnya adalah perubahan lahanlahan terbuka menjadi pemukiman dan industri, serta penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area) (Usmar dkk, 2006). 2. Karakteristik Air Menurut Effendi (2003), air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain, karakteristik tersebut antara lain : a) Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0 0C (320F) – 1000C, air berwujud cair. b) Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. c) Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah proses perubahan air menjadi uap air.
11
d) Air merupakan pelarut yang baik. e) Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. f)
Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Bagi kehidupan makhluk, air bukanlah merupakan hal yang baru, karena
kita ketahui bersama tidak satupun kehidupan di bumi ini dapat berlangsung tanpa air. Oleh sebab itu air dikatakan sebagai benda mutlak yang harus ada dalam kehidupan manusia. Tubuh manusia mengandung 60% - 70% air dari seluruh berat badan, air di daerah jaringan lemak terdapat kira-kira 90% (Soemirat, 2001). Masyarakat selalu mempergunakan air untuk keperluan dalam kehidupan sehari-hari, air juga digunakan untuk produksi pangan yang meliputi perairan irigasi, pertanian, mengairi tanaman, kolam ikan dan untuk minum ternak. Banyaknya pemakaian air tergantung kepada kegiatan yang dilakukan sehari-hari, rata-rata pemakaian air di Indonesia 100 liter / orang / hari dengan perincian 5 liter untuk air minum, 5 liter untuk air masak, 15 liter untuk mencuci, 30 liter untuk mandi dan 45 liter digunakan untuk jamban (Wardhana, 2001). 3. Sumber Air Air dapat bersumber dari air hujan yaitu air yang berasal dari proses evaporasi, kondensasi, dan presipitasi, sehingga air tersebut benar-benar murni sebagai H2O, dengan demikian tidak terlarut sebagai mineral. Sifat air
12
yang demikian itu, disebut dengan air lunak (soft water) dan bila di minum rasanya relatif kurang segar. Penggunaan air hujan sebagai sumber air minum dalam masyarakat maupun secara perorangan adalah merupakan jalan terakhir, apabila sumber air lain tidak bisa dimanfaatkan (Sanropie, 1984). Air juga dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan/ terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisian/penambahan secara terus menerus oleh alam. Menurut Sanropie (1984), keuntungan penggunaan air tanah adalah (1) pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan
lebih
lanjut,
(2)
paling
praktis
dan
ekonomis
untuk
mendapatkannya dan membaginya, (3) lapisan tanah yang menampung air dari mana air itu di ambil biasanya merupakan pengumpulan air alamiah. Sedangkan kerugian penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung banyak mineral Fe (besi), Mn (mangan), Ca (calsium), dan sebagainya, dan biasanya membutuhkan pemompaan B. Kualitas Air Syarat kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI No. 416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain dalam air yang mencakup kualitas fisik, kimia, dan biologis (Effendi, 2003).
13
1.
Kualitas Fisik Menurut Kusnaedi (2010), syarat-syarat sumber mata air yang bisa digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut : a. Tidak berwarna Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan, artinya sebaiknya air minum tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Warna dapat disebabkan tanin dan asam humat atau zat organik, sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan pengguna air (Slamet, 2004). b. Tidak berbau Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air. c. Rasanya tawar Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Air dengan rasa yang tidak tawar dapat 14
menunjukkan kehadiran berbagai zat yang membahayakan kesehatan, seperti rasa logam (Slamet, 2004). d. Kekeruhan Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan mengandung partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Untuk standar air bersih ditetapkan oleh Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU (Depkes RI, 1995). Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri juga berdampak terhadap kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga mendukung pembiakkannya dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air. Air yang keruh sulit didisinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba terlindung menjadi patogen (Soemirat, 2009).
15
e. Temperaturnya normal Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (± 30C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur di atas atau di bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air. Berdasarkan aspek suhu air, diketahui bahwa suhu air yang tidak sejuk atau berlebihan dari suhu air yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet, 2004). f. Tidak mengandung zat padatan Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada suhu 103-1050C.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990, persyaratan fisika air bersih adalah sebagai berikut :
16
Tabel 2.1 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Fisik Kadar Maksimum No.
PARAMETER
Satuan
Keterangan yang diperbolehkan
1
Bau
-
-
Tidak berbau
mg/L
1500
-
Skala NTU
25
-
-
-
Tidak berasa
C
Suhu udara ± 30C
-
Skala TCU
-
-
Jumlah zat 2
padat terlarut (TDS)
3.
Kekeruhan
4.
Rasa
5.
Suhu
6.
Warna
0
Sumber : Permenkes RI, 1990 2.
Kualitas Kimia Kualitas air tergolong bak bila memenuhi persyaratan kimia sebagai berikut : a. pH netral pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan asam atau basa sesuatu larutan (Sutrisno, 2004). Skala pH diukur dengan pH meter atau lakmus. Air murni mempunyai pH 7. Apabila pH dibawah 7 berarti air bersifat asam, sedangkan bila di atas 7 bersifat basa (rasanya pahit) (Kusnaedi, 2010).
17
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun seperti sianida sulfida, fenolik (Kusnaedi, 2010). c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion logam (Kusnaedi, 2010) : 1) Besi (Fe) Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna abu-abu, liat, dan dapat di bentuk. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir di setiap tempat di bumi pada semua lapisanlapisan geologis, namun besi juga merupakan salah satu logam berat yang berbahaya apabila kadarnya melebihi ambang batas (Soemirat, 2009). Besi dapat larut pada pH rendah. Kadar besi dalam air tidak boleh melebihi 1,0 mg/L, karena dapat menimbulkan rasa, bau dan dapat menyebabkan air yang berwarna kekuningan, menimbulkan noda pakaian dan tempat biaknya bakteri Creonothrinx yaitu bakteri besi (Soemirat, 2009). Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan Hemoglobin. Banyaknya Fe didalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekresikan Fe. Karenanya mereka
18
yang sering mendapat tranfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Soemirat, 2009). Kelebihan logam besi dalam tubuh dapat menimbulkan efekefek kesehatan seperti serangan jantung, gangguan pembuluh darah bahkan kanker hati. Logam ini bersifat akumulatif terutama di organ penyaringan sehingga dapat mengganggu fungsi fisiologis tunuh. Nilai estetika juga dapat dirusak oleh keberadaan logam-logami ini karena dapat menimbulkan bercak-bercak hitam pada pakaian. Air yang tercemar oleh logam ini biasanya nampak pada intensitas warna yang tinggi pada air, berwarna kunimg bahkan berwarna merah kecoklatan, dan terasa pahit atau masam (Wardhana, 2004). 2) Nitrat, nitrit Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan GI (Gastro Intestinal), diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma, dan bila tidak tertolong akan meningggal. Keracunan kronis menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit terutama bereaksi dengan haemoglobin dan membentuk Methemoglobin (metHb). Dalam jumlah melebihi 19
normal Methemoglobin akan menimbulkan Methemoglobinemia. Pada
bayi
Methemoglobinemia
sering
dijumpai
karena
pembentukan enzim untuk mengurai Methemoglobinemia menjadi Haemoglobin
masih
belum
Methemoglobinemia, bayi
sempurna.
Sebagai
akibat
akan kekurangan oxigen, maka
mukanya akan tampak biru, karenanya penyakit ini juga dikenal sebagai penyakit ‘blue babies (Wardhana, 2004). Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air minum yakni akibat kegiatan pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat terjadi secara alami, tetapi yang paling sering yakni akibat pencemaran yang berasal dari air limbah pertanian yang banyak mengandung senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk nitrogen (urea) (Wardhana, 2004).. Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan methaemoglobinemia, yakni kondisi dimana hemoglobin di dalam darah berubah menjadi methaemoglobin sehingga darah menjadi kekurangan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal, serta dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi (Wardhana, 2004). 3) Klorida Klorida adalah senyawa hologen Klor (CL). Toksisitasnya tergantung pada gugus senyawanya. Misalnya NaCL sangat tidak 20
beracun, tetapi karboksil klorida sangat beracun. Di Indonesia, Klor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dalam jumlah banyak, klorida akan menimbulkan rasa asin, korosif pada\ pipa sistem penyediaan air panas. Sebagai desinfektan, sisa klor didalam penyediaan air sengaja di dipertahankan dengan konsentrasi sekitar 0,1 mg/l untuk mencegah terjadinya rekontaminasi oleh mikroorganisme patogen, tetapi klor ini dapat terikat senyawa organik berbentuk hologenhidrokarbon (Cl-HC) banyak diantaranya dikenal sebagai senyawa Karsinogenik. Oleh karena itu, di berbagai negara maju sekarang ini, klorinisasi sebagai proses desinfektan tidak lagi digunakan (Soemirat, 2009) d. Kesadahan rendah Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan oleh adanya ion-ion (kation) logam valensi dua (Sutrisno, 2004). Tingginya kesadahan berhubungan dengan garam-garam yang terlarut di dalam air terutama garam Ca dan Mg (Kusnaedi, 2010). e. Tidak mengandung bahan organik
21
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ MENKES/ PER/ IX/ 1990, persyaratan kimia air bersih adalah sebagai berikut : Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Air secara Kimia No.
PARAMETER
Satuan
Kadar Maksimum yang diperbolehkan
1.
Air raksa
mg/L
0,001
2.
Arsen
mg/L
0,05
3.
Besi
mg/L
1,0
4.
Fluorida
mg/L
1,5
5.
Kadnium
mg/L
0,005
6.
Kesadahan (CaCO3)
mg/L
500
7.
Klorida
mg/L
600
8.
Kromium, valensi 6
mg/L
0,05
9.
Mangan
mg/L
0,5
10.
Nitrat
mg/L
10
11.
Nitrit
mg/L
1,0
12.
pH
mg/L
6,5-9,0
13.
Selenium
mg/L
0,01
14.
Seng
mg/L
15
15.
Sianida
mg/L
0,1
16.
Sulfat
mg/L
400
17.
Timbal
mg/L
0,05
Sumber : Permenkes RI, 1990
22
3.
Kualitas Bakteriologis Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno,2004).
Berdasarkan
Permenkes
RI
Nomor
416/
MENKES/PER/IX/1990, persyaratan bakteriologis air bersih adalah dilihat dari total Coliform per 100 ml sampel air dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50 pada bukan air perpipaan dan total Coliform per 100 ml dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 10 pada air perpipaan. C. Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang diperlukan (Sutrisno, 2004). Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan oleh manusia juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terhadap pemakainnya kafena mengandung mineral atau zat-zat yang tidak sesuai untuk dikonsumsu sehingga air dapat menjadi media penular penyakit. Adapun
23
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air maupun yang berasal dari air dapat dibagi menjadi 4 bagian menurut agen penularannya (Koesnoputranto 1983): A. Water Borne Disease, terjadi apabila kuman penyebab penyakit berada di dalam air. Jika air yang mengandung kuman tersebut terminum, maka dapat terjadi penjangkitan penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung ini seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau “Water Borne Disease”. Penyakitpenyakit tersebut diantaranya kolera, thypoid, hepatitis infecsia, disentri gastroentritis. Penyakit-penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. B. Water Washed Disease, cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air bagi kebersihan umum, terutama alat-alat dapur, makanan dan kebersihan perorangan. Kelompok penyakit ini adalah penyakit menular saluran pencernaan, kulit dan mata. Hal ini dapat diatasi dengan terjaminnya kebersihan, yaitu tersedianya air yang cukup untuk mencuci, mandi dan kebersihan perorangan. Kelompok-kelompok penyakit ini banyak terdapat di daerah tropis. Peranan terbesar air bersih dalam penularan cara water washed terutama berada di bidang hygiene sanitasi. Mutu air yang diperlukan tidak seketat mutu air bersih untuk diminum, yang lebih menentukan dalam hal ini adalah banyaknya air yang tersedia.
24
C. Water Based Disease, dalam siklus penyakit ini memerlukan pejamu sementara (Intermediate Host) yang hidup di dalam air. D. Water Related Insect Vector, air merupakan salah satu unsur alam yang harus asda di lingkungan manusia. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai tempat perindukan dan perkembangbiakkan bagi beberapa Insecta sebagai vektor penyebar penyakit, seperti malaria, dengue, dan tripanosomiasis. D. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah 1. Persyaratan Umum Lokasi TPA Penetapan lokasi TPA harus tepat dan penataan kawasan di sekitarnya juga dilakukan secara seksama agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari, terutama masalah sosial dan lingkungan. Keberadaan sampah juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat karena sampah merupakan sarana dan sumber penularan penyakit. Berdasarkan SNI 03-3241-1997 Tahun 1997 tentang Tata Cara pemilihan lokasi TPA sampah yang diterbitkan Badan Standarisasi Nasional, ketentuan pemilihan lokasi TPA sampah diuraikan sebagai berikut : a. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut b. Disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu :
25
1) Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta berisi daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa zona kelayakan. 2) Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua lokasi terbaik di antara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona kelayakan pada tahap regional. 3) Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh instansi yang berwenang. c. Dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahapan regional, pemilihan lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemulihan lokasi TPA sampah ini dapat dilihat pada lampiran kriteria yang berlaku pada tahap penyisih. 2. Metode TPA Pembuangan akhir sampah merupakan proses terakhir dalam siklus pengelolaan persampahan formal. Fase ini dapat menggunakan berbagai metode dari yang sederhana hingga tingkat teknologi tinggi. Metode pembuangan akhir yang banyak dikenal adalah (Chandra, 2007) : a. Open dumping, metode ini merupakan cara pembuangan akhir yang sederhana karena sampah hanya ditumpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus.
26
b. Control landfill, metode ini merupakan peralihan antara teknik open dumping dan sanitary landfill. Pasda metode ini sampah ditimbun dan diratakan. Pipa-pia ditanam pada dasar lahan untuk mengalirkan air lindi (leachete) dan ditanam secara vertikal untuk mengeluarkan metan ke udara. Setelah timbunan sampah penuh lalu dilakukan penutupan terhadap hamparan sampah tersebut dengan tanah dan dipadatkan. c. Sanitary landfill, teknik sanitary landfill adalah cara penimbunan sampah padat pada suatu hamparan lahan dengan memperhatikan keamanan lingkungan karena telah ada perlakuan terhadap sampah. Pada teknik ini, sampah dihamparkan hingga mencapai ketebalan tertentu lalu dipadatkan, kemudian dilapisi tanah dan dipadatkan kembali, di atas lapisan tanah penutup tadi dapat dihamparkan lagi sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Demikian seterusnya berselang-seling antara lapisan tanah dan sampah. Metode ini lebih baik dari metode lainnya. Konsekuensi dari pembuangan sampah di TPA sampah ini adalah dibutuhkannya lahan yang luas serta biaya pengelolaan yang besar. Konsekuensi dari pembuangan sampah di tempat pembuangan akhir sampah ini adalah dibutuhkannya lahan yang luas serta biaya pengelolaan yang besar. 3. Gambaran Umum TPA Sampah Bantar Gebang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Bantar Gebang terletak di Bekasi, Jawa Barat. TPA yang mempunyai luas 108 ha ini mulai dioperasikan
27
pada bulan Agustus tahun 1989. TPA Bantar Gebang merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang seharusnya tidak hanya memberikan manfaat (benefit) sebagai tempat pembuangan akhir sampah, akan tetapi juga memberikan nilai tambah (added value) bagi pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pemilik aset dan pihak-pihak lain (stakeholder) yang terlibat dalam pengelolaan TPA tersebut (A. Dasuki, 2008). Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah membutuhkan ruang/tempat yang luas dan disyaratkan jauh dari pemukiman penduduk. Dengan adanya keterbatasan lahan di berbagai kota besar, maka tempat penampungan akhir sampah lambat laun menjadi masalah. Oleh karena itu, adanya upaya mengurangi beban penumpukan sampah di TPA dengan berbagai metode pengelolaan sampah yang lebih baik merupakan langkah yang perlu terus dikembangkan agar tidak menimbulkan banyak masalah. Lahan untuk untuk TPA harus memiliki kesesuaian dengan sifat lahan tersebut, sehingga dapat meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkannya.
28
E. Kerangka Teori
Sumber Cemaran
- Kualitas Air Tanah secara Fisik - Kualitas Air Tanah secara Kimia - Kualitas Air Tanah secara Biologi
29
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep Kerangka konsep ini mengacu kepada teori yang ada dimana variabel yang diteliti terdiri dari variabel kualitas air tanah secara fisik yang terdiri dari parameter warna, bau, rasa, zat padatan terlarut (TDS) dan keekruhan serta variabel kualitas air tanah secara kimia yang terdiri dari parameter pH, besi, nitrat dan klorida.
Kualitas Air Tanah secara Fisik : -
Warna Bau Rasa Zat Padat terlarut (TDS) - Kekeruhan
Sumber Cemaran
Kualitas Air Tanah secara Kimia : -
30
pH Besi Nitrat Klorida
A. Definisi Operasional Definisi Operasional ini mengacu pada Permenkes RI No. 416 tahun1990. Tabel 3.1 Definisi Operasional No.
1.
Variabel Penelitian
Warna
Definisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala Ukur
Kondisi warna pada air
In Situ
Lembar
0 = berwarna
Ordinal
Observasi
(TMS)
yang
diperiksa
menggunakan
dengan indera
penglihatan (mata)
1= tidak berwarna (MS)
2.
Bau
Kondisi bau pada air yang diperiksa menggunakan
In Situ
dengan indera
31
Lembar
0 = berbau
Observasi
(TMS)
Ordinal
penciuman (hidung)
1= tidak berbau (MS)
3.
Rasa
Kondisi rasa pada air yang diperiksa
In Situ
dengan
menggunakan
Lembar
0 = berasa
Observasi
(TMS)
Ordinal
indera
perasa (lidah)
1= tidak berasa (MS)
4.
Zat Padatan
Jumlah zat padatan yang
Uji
Terlarut (TDS)
terlarut di dalam air yaitu Laboratorium
Water Quality
0 = tidak memenuhi
Checker (WQC)
syarat (TMS)
1500 mg/L (Permenkes RI No. 416 tahun 1990)
1= memenuhi syarat (MS)
32
Ordinal
5.
Kekeruhan
Standar
baku
mutu
Uji
kekeruhan pada air yaitu Laboratorium
Water Quality
0 = t idak memenuhi
Checker (WQC)
syarat (TMS)
Ordinal
25 skala NTU (Permenkes RI No. 416 tahun 1990)
1= memenuhi syarat (MS)
6.
pH
pH merupakan intensitas
In Situ
Kertas Lakmus
keadaan asam atau basa.
0 = tidak memenuhi
Ordinal
syarat (TMS)
pH normal berkisar antara 6,5 – 9,0 (Permenkes RI
1= memenuhi syarat
No. 416 tahun 1990) 7.
Besi
(MS)
Jumlah kadar besi yang
Uji
terlarut dalam air yaitu 1,0 Laboratorium mg/L (Permenkes RI No.
Atomic
0 = tidak memenuhi
Absorption
syarat (TMS)
Spectrophotome
416 tahun 1990)
ter (AAS)
33
1= memenuhi syarat
Ordinal
(MS) 8.
Nitrat
Jumlah kadar nitrat yang
Uji
terlarut dalam air yaitu 10 Laboratorium
Water Quality
0 = tidak memenuhi
Checker (WQC)
syarat (TMS)
Ordinal
mg/L (Permenkes RI No. 416 tahun 1990)
1= memenuhi syarat (MS)
9.
Klorida
Jumlah kadar klorida yang
Uji
terlarut dalam air yaitu 600 Laboratorium
Water Quality
0 = tidak memenuhi
Checker (WQC)
syarat (TMS)
mg/L (Permenkes RI No. 416 tahun 1990)
1= memenuhi syarat (MS)
34
Ordinal
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah potong silang (cross sectional). Survey cross sectional merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat dalam waktu yang bersamaan (point time approach). Artinya, subjek penelitian ini hanya akan diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoatmojo, 2010). B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitan ini dilakukan di daerah sekitar lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Bantar Gebang, Kecamatan Bekasi. Pemilihan Bantar Gebang sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan karena Bantar Gebang adalah Tempat Pembuangan Akhir Sampah yang dikelola secara sanitary landfil. Selain itu keberadaan Bantar Gebang sebagai TPA sampah juga sudah lama sekitar 22 tahun.
Kelurahan yang terpilih untuk dijadikan tempat
penelitian adalah Kelurahan Sumur Batu berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan ditemukan beberapa masalah terkait kandungan air tanah di
35
wilayah tersebut.
Selain itu, kelurahan sumur batu merupakan kelurahan
dengan jumlah kasus penyakit kulit tertinggi dibandingkan 3 kelurahan lainnya. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai bulan Desember 2013. C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian adalah
air tanah pada sumur gali yang
digunakan masyarakat di Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantar Gebang Bekasi. 2.
Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cluster sampling yaitu pengambilan sampel secara gugus. Suatu teknik pengambilan sampel dimana pemilihannya mengacu pada kelompok. Gugusan atau kelompok yang diambil sebagai sampel adalah berdasarkan banyaknya Rukun Warga (RW) yang ada di Kelurahan Sumur Batu yaitu sebesar 7 kluster (gugus). Sampel yang ada di setiap kluster dipilih secara acak dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan sampel dan penyebaran kuisioner dilakukan bersamaan, maksudnya ketika peneliti
36
mengambil sampel air tanah maka pengisian kuisioner pun diberikan kepada pemilik air tanah tersebut. Jumlah
sampel yang akan diambil adalah 72
sampel air tanah. D. Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap parameter kandungan air tanah. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Lembar Observasi Lembar observasi untuk mengetahui kualitas air tanah secara fisik yaitu warna, bau, dan rasa yang dilihat langsung saat di lapangan dengan menggunakan indera penglihatan, penciuman dan perasa. b. Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) AAS digunakan pada saat pengujian sampel air tanah di laboratorium untuk mengetahui kandungan kimia air tanah yaitu Besi (Fe). c. Water Quality Checker (WQC) WQC digunakan pada saat pengujian sampel air tanah di laboratorium untuk mengetahui kandungan air tanah secara fisik dan kimia diantaranya suhu, zat padatan terlarut (TDS), kekeruhan, klorida, dan nitrat.
37
d. Kertas pH Kertas pH digunakan untuk mengetahui kandungan pH air tanah.
Sedangkan prosedur pemeriksaan laboratorium terdiri dari : a. Pemeriksaan secara fisik 1) Warna diukur langsung pada sampel air dengan menggunakan indera penglihatan. 2) Bau diukur langsung pada sampel air tanah dengan menggunakan indera penciuman. 3) Rasa diukur langsung pada sampel air tanah dengan menggunakan indera perasa. 4) Zat padatan terlarut (TDS) diukur dengan menggunakan alat WQC. 5) Kekeruhan diukur dengan menggunakan alat WQC. b. Pemeriksaan secara kimia 1) pH diukur langsung pada sampel air dengan menggunakan kertas ukur pH. 2) Besi diukur dengan menggunakan alat AAS. 3) Klorida diukur langsung dengan menggunakan alat WQC. 4) Nitrat diukur langsung dengan menggunakan alat WQC.
38
E. Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual kemudian dilanjutkan dengan menggunakan program komputer. Semua data yang telah terkumpul akan akan diolah melalui tahapan sebagai berikut : 1. Coding Data Coding Data merupakan kegiatan mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk masing-masing kelas sesuai dengan dikumpulkannya data. 2. Editing Data Editing Data merupakan kegiatan penyuntingan data sebelum proses memasukkan
data.
Data
yang
telah
dikumpulkan
dan
diperiksa
kelengkapannya terlebih dahulu, yaitu kelengkapan jawaban kuisioner, konsistensi atas jawaban dan kesalahan jawaban pada kuisioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini. 3. Entry Data Entry Data merupakan proses memasukkan data ke dalam program software atau fasilitas analisis data statistik. Data dimasukkan ke dalam software statistik untuk dilakukan analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum) dan analisis bivariat (untuk mengetahui variabel yang berhubungan).
39
4. Cleaning Data Cleaning Data merupakan proses pembersihan data setelah dilakukan pengentrian data. Hal ini dilakukan supaya data yang telah dimasukkan tidak ada yang salah sehingga data tersebut telah siap untuk dianalisis. F. Analisis Data Analisis pada air dilakukan secara in situ dan laboratorium. Analisis in situ meliputi warna, bau, rasa dan pH. Analisis laboratorium meliputi parameter fisika terdiri dari TDS, kekeruhan dan parameter kimia yang terdiri dari besi, klorida, nitrat dan flourida. Jadi analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dan hasil penelitian pada umumnya. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian ini untuk semua variabel, meliputi hasil secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi, mean, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.
40
BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kelurahan Sumur Batu a) Data Geografis Kelurahan Sumur Batu merupakan salah satu dari delapan kelurahan yang ada di Kecamatan Bantar Gebang Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat. Kelurahan ini terdiri dari 7 Rukun warga dan 41 Rukun tetangga dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah Utara
: Kelurahan Padurenan Kecamatan Mustikajaya
2) Sebelah Timur
: Desa Burangkeng kabupaten Bekasi
3) Sebelah Selatan : Desa Taman Rahayu Kabupaten Bekasi 4) Sebelah Barat
: Kelurahan Cikiwul Kecamatan Bantar Gebang
Letak kota pemerintahan Kelurahan Sumur Batu berada di sebelah Tenggara dari kota pemerintahan Kecamatan Bantar Gebang, dengan luas ± 568,995 ha. Dari luas ± 56,995 ha areal yang ada, sekitar 318 ha dipergunakan untuk pemukiman penduduk dan pertanian, sedangkan sisanya digunakan untuk sarana gedung perkantoran dan prasarana pendidikan serta tempat penampungan akhir (TPA) pemerintah DKI Jakarta ± 22,5 ha.
41
b) Data Demografi Kelurahan Sumur Batu terdiri dari 3.966 kepala keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 13.721 jiwa. Jumlah penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 6.993 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 6.728 jiwa. Data mengenai penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5.1 Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013 No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tidak tamat SD Sedang sekolah di SD Tamat SD/sederajat Tamat SLTP/sederajat Tamat SMA/sederajat Akademi D1-D2 Universitas Jumlah
686 1.023 987 726 598 45 686 4112
16,68 24,88 24 17,66 14,54 1,09 16,68 100
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumur Batu
Adapun data mengenai mata pencaharian penduduk di Kelurahan Sumur Batu dapat dilihat pada tabel berikut ini :
42
Tabel 5.2 Distribusi Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Kelurahan Sumur Batu Tahun 2013 No.
Jenis Mata Pencaharian
Jumlah (Orang)
Presentase (%)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Pegawai Negeri Sipil Pegawai swasta / karyawan Petani Pertukangan Pemulung Buruh tidak tetap TNI / POLRI Pensiunan ABRI / Sipil Pedagang Jasa angkutan Jumlah
387 674 1.156 218 419 597 29 71 418 287 4256
9,09 15,84 27,16 5,12 9,85 14,03 0,68 1,67 9,82 6,74 100
Sumber: Data Demografi Kelurahan Sumur Batu
2. Gambaran Umum Puskesmas Bantargebang I a) Geografis Puskesmas Bantargebang I Puskesmas Bantargebang I terletak di Jalan Naronggong Raya Km 10 No. 75 Kelurahan Bantargebang. Batas-batas wilayah Puskesmas Bantargebang I adalah : 1) Sebelah Utara
:
Kelurahan
Padurenan
Kecamatan
Bantargebang 2) Sebelah Timur
: Kecamatan Setu Kabupaten Bekasi
3) Sebelah Selatan : Kecamatan Cilengsi Kabupaten Bekasi
43
4) Sebelah Barat
: Desa Mustikasari dan Kelurahan Bojong
Menteng Luas wilayah kerja Puskesmas Bantargebang I adalah 18,54 km 2. Puskesmas Bantargebang I mempunyai wilayah kerja 4 kelurahan, yaitu : 1) Kelurahan Bantar Gebang 2) Kelurahan Cikiwul 3) Kelurahan Ciketing Udik 4) Kelurahan Sumur Batu
44
B. Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas air tanah secara fisik yang terdiri dari parameter warna, bau, rasa, zat padatan terlarut (TDS), dan kekeruhan serta kualitas air tanah secara kimia yang terdiri dari parameter pH, besi, nitrat dan klorida. 1. Gambaran Kualitas Fisik Air Tanah Hasil penelitian mengenai gambaran parameter air tanah secara fisik terdiri dari parameter warna, bau, rasa, zat padatan terlarut (TDS), dan kekeruhan pada air tanah masyarakat di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.3 Gambaran Kualitas Fisik Air Tanah Masyarakat di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Parameter Fisik Air Tanah Warna Bau Rasa TDS Kekeruhan
Memenuhi Syarat Frekuensi 59 54 50 67 68
Presentase (%) 81,9 75,0 69,4 93,1 94,4
Tidak Memenuhi Syarat Frekuensi 13 18 22 5 4
Presentase (%) 18,1 25,0 30,6 6,9 5,6
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil analisis bahwa dari diantara parameter fisik air tanah, parameter yang paling banyak tidak memenuhi
45
syarat baku mutu adalah parameter rasa yaitu dengan hasil sebanyak 22 (30,6%) sampel dari 72 sampel. 2. Gambaran Kualitas Kimia Air Tanah Hasil penelitian mengenai gambaran parameter air tanah secara kimia terdiri dari parameter pH, besi, nitrat dan klorida pada air tanah masyarakat di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.4 Gambaran Kualitas Kimia Air Tanah Masyarakat di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013 Parameter Kimia Air Tanah
Memenuhi Syarat Frekuensi
pH Besi Nitrat Klorida
55 69 49 23
Presentase (%) 76,4 95,8 68,1 31,9
Tidak Memenuhi Syarat Frekuensi 17 3 23 49
Presentase (%) 23,6 4,2 31,9 68,1
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil analisis bahwa dari diantara parameter kimia air tanah, parameter yang paling banyak tidak memenuhi syarat baku mutu adalah parameter nitrat dengan hasil sebanyak 23 (31,9%) sampel dari 72 sampel dan parameter klorida dengan hasil sebanyak 49(68,1%) sampel tidak memenuhi syarat baku mutu dari 72 sampel.
46
BAB VI PEMBAHASAN A. Keterbatasan Penelitian Pada tahap pelaksanaan penelitian ini ada keterbatasan-keterbatasan serta kemungkinan bias yang tidak dapat dihindari, walaupun telah diupayakan untuk mengatasinya. Keterbatasan ini adalah pada variabel yang diteliti yang terdiri dari kualitas air tanah secara fisik dan kimia. Dari variabel kimia, tidak dilakukan pengujian terhadap semua parameter kimia air tanah dikarenakan keterbatasan alat laboratorium sehingga hasil yang diperoleh belum menunjukkan kualitas kimia air tanah secara keseluruhan.
47
B. Kualitas Air Tanah secara Fisik Kualitas fisik air tanah dapat dilihat dari indikator warna, bau, rasa, jumlah zat padat terlarut (TDS) dan kekeruhan. Gambaran parameter air tanah secara fisik di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Bekasi menunjukkan hasil sebagai berikut : 1. Warna Menurut Soemirat (2009), air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus jernih dan tidak berwarna. Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 13 (18,1%) sampel yang tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter warna dari 72 sampel yang ada. Artinya, kualitas air tanah secara fisik dari pemeriksaan parameter warna masih dikatakan baik karena hasil menunjukkan hasil menunjukkan sampel yang tidak memenuhi syarat tidak mencapai 20%. Warna yang terdapat pada air biasanya disebabkan oleh adanya kandungan bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan (Effendi, 2003). Bahan yang menimbulkan warna dihasilkan dari kontak antara air dengan reruntuhan organis seperti daun dan kayu, yang semuanya dalam tingkat-tingkat pembusukan. Warna juga dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat, sehingga bila terbentuk bersama klor dapat membentuk
48
senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet, 2001). Saran yang dapat diberikan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu terhadap kandungan warna yang terdapat pada air yaitu dengan melakukan pengolahan pada air tanah seperti melakukan penyaringan atau pengendapan terhadap air tanah sebelum dikonsumsi. 2. Bau Berdasarkan Permenkes RI tahun 2002, syarat air minum yang layak untuk dikonsumsi manusia adalah yang tidak berbau. Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 18 (25%) sampel yang tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter bau dari 72 sampel yang ada. Artinya, kualitas air tanah secara fisik dari pemeriksaan parameter bau masih dikatakan cukup baik. Menurut Effendi (2003), air yang baik dan aman untuk dikonsumsi adalah air yang memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami penguraian oleh mikroorganisme air. Bau air dapat memberikan petunjuk terhadap kualitas air, misalnya bau amis dapat disebabkan oleh algae dalam air tanah tersebut. Selain itu kandungan besi yang tinggi dalam air juga dapat menyebabkan kualitas fisik air tanah sehingga tercium bau besi pada air tanah tersebut (Effendi 2003). Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur 49
Batu untuk rutin mengecek dan membersihkan saluran-saluran pipa air yang digunakan. 3. Rasa Parameter rasa merupakan parameter yang paling banyak tidak memenuhi syarat baku mutu dibandingkan parameter lainnya. Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 22 (30,6) sampel yang tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter rasa dari 72 sampel yang ada. Air minum biasanya tidak memberikan rasa (tawar). Air yang beasa menunjukkan adanya kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menkes RI tahun 2002, diketahui bahwa syarat air minum yang dapat dikonsumsi manusia adalah tidak berasa. Rasa pada air tanah berhubungan dengan adanya kandungan nitrat pada air tanah tersebut artinya semakin tinggi nitrat pada air maka akan mempengaruhi tingkat rasa yang terkandung pada air tersebut. Selain itu, kandungan besi yang tinggi juga dapat mempengaruhi kualitas rasa pada air sehingga air terasa pahit (Sudadi 2003). Oleh karena itu, saran yang diberikan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu adalah jika air yang dikonsumsi memiliki rasa atau pahit (tidak tawar) dapat melakukan pemeriksaan kandungan nitrat dan besi yang terdapat pada air tersebut. 50
4. Zat padatan terlarut (TDS) Zat padat adalah material yersuspensi atau terlarut dalam air yang dapat mempengaruhi kualitas air (Djuhariningrum, 2005). Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 5 (6,9%) sampel yang tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter zat padatan terlarut (TDS) dari 72 sampel yang ada. Artinya, kualitas air tanah pada parameter zat padatan terlarut dapat dikatakan baik karena 90% sampel air tidak mengandung zat-zat padatan terlarut. Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas sari millipore dengan ukuran pori 0,45 μm. padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya (Soemirat, 2009). Air dengan jumlah zat padat terlarut tinggi > 1500 mg/L mempunyai rasa yang tidak enak, sehingga tidak layak untuk dkonsumsi sebagai air minum (Djuhariningrum, 2005). Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik pula. TDS akam mempengaruhi daya hantar listrik. Semakin banyak ion bermuatan listrik maka akan mempengaruhi dan mempermudah daya hantar listrik dan selain itu TDS menyebabkan kekeruhan (turbidity) serta mempengaruhi salinitas karena senyawa terlarut menyebabkan air menjadi asin (djuhariningrum, 2005).
51
Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ionion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh di Kelurahan Sumur batu sendiri, air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian. Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk membuat saluran tersendiri untuk penampungan air buangan rumah tangga sehingga tidak mencemari lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan penyaringan dan pengendapan terhadap air tanah yang akan digunakan sehingga aman untuk dikonsumsi. 5. Kekeruhan Air yang aman untuk dikonsumsi sebaikanya berwarna bening atau tidak keruh. Dari hasil uji statistik, diketahui sebanyak 4 (5,6%) sampel yang tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas air tanah secara fisik pada parameter kekeruhan dari 72 sampel. Artinya, pada pemeriksaan parameter kekeruhan dikatakan baik karena 90% sampel air yang diperiksa hasilnya jernih atau tidak keruh. Kekeruhan air biasanya disebabkan oleh adanya zat padat tersuspensi baik bersifat organik maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri yang berdampak terhadap kekeruhan air, sedangkan zat organik dapat menjadi makanan
52
bakteri, sehingga mendukung pembiakannya dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan air (Soemirat, 2009). Kekeruhan yang terkandung pada air tanah masyarakat Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi mengandung zat padat tersuspensi yang bersifat anorganik karena berasal dari logam dan buangan industri mengingat lokasi lingkungan yang berdekatan dengan TPA sampah. Air yang keruh sulit didisinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga berdampak tehadap kesehatan (Soemirat, 2009). Disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk dapat melakukan pengolahan pada air tanah seperti melakukan penyaringan atau pengendapan terhadap air tanah sebelum dikonsumsi.
C. Kualitas Air Tanah secara Kimia Kualitas kimia air tanah terdiri dari parameter pH, besi, nitrat dan klorida.. Gambaran parameter air tanah secara kimia di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang Bekasi menunjukkan hasil sebagai berikut : 1. pH pH merupakan intensitas keadaan asam atau basa pada air. pH dikatakan normal berkisar antara 6,5-9,0 (Permenkes RI no 416 tahun 1990). Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 17 (23,6%) sampel dari 72 sampel tidak memenuhi syarat kualitas kimia air tanah pada 53
pemeriksaan parameter pH. Artinya, lebih dari 75% sampel masih memiliki pH yang normal sehingga aman untuk dikonsumsi. Air merupakan pelarut yang baik dan sebiknya netral, tidak asam/basa untuk pencegahan terjadinya pelarutan logam berat dan korosi (Soemirat, 2009). Secara umum air tanah mempunyai pH berkisar dari 6 sampai 8,5. Sedangkan air yang tercemar oleh limbah tambang, industri, dan pengaruh lingkungan alamnya dapat menyebabkan air bertambah asam dengan pH lebih kecil dari 5. Hal ini dapat terjadi karena adanya konsentrasi ion hidrogen yang tinggi antara lain berasal dari oksidasi mineral sulfida, gas vulkanik yang mengandung hidrogen sulfida, gas karbon dioksida, dan amoniak (Sudadi, 2003). Tinggi rendahnya pH pada air tidak berpengaruh pada kesehatan akan tetapi untuk air dengan pH lebih kecil dari 6,5 akan menyebabkan korosi pada metal (pipa air) yang melarutkan unsur-unsur timbal, tembaga kadmium dan sebaliknya jika pH lebih dari 8,5 dapat membentuk endapan (kerak) pada pipa air yang kemudian dapat bersifat racun (Sudadi 2003). Oleh karena itu disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk dapat rutin melakukan pengecekan secara rutin terhadapt saluran-saluran pipa air terutama pipa saluran air minum. Jika saluran pipa sudah mengalami kerusakan atau korosi perlu dilakukan pergantian pipa yang baru sehingga air tanah aman untuk dikonsumsi kembali 54
2. Besi Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat ditemukan hampir di setiap tempat di bumi pada semua lapisan-lapisan geologis, namun besi juga merupakan salah satu logam berat yang berbahaya apabila kadarnya melebihi ambang batas (Soemirat, 2009). Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 3 (4,2%) sampel dari 72 sampel tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas kimia air tanah pada pemeriksaan parameter besi. Artinya, 95% air tanah masyarakat Kelurahan Sumur Batu aman dari kandungan besi. Besi dapat larut pada pH rendah. Kadar besi dalam air tidak boleh melebihi 1,0 mg/L, karena dapat menimbulkan rasa, bau, dapat menyebabkan air yang berwarna kekuningan, menimbulkan noda pakaian, menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru (Fakhreni, 2011). Air minum yang mengandung besi akan cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi dan dalam jumlah besar dapat merusak dinding usus (Soemirat 2009). Kandungan besi pada air juga dapat menyebabkan korosi pada saluran pipa air sehingga disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk melakukan pengecekan secara rutin terhadap kondisi saluran pipa air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, selain itu
55
perlu dilakukan pengolahan khusus terhadap air minum yang akan dikonsumsi yang berasal dari air tanah. 3. Nitrat Dari hasil uji statistik, diketahui sebanyak 23 (31,9%) sampel tidak memenuhi kualtias kimia air tanah pada pemeriksaan parameter nitrat. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nitrat pada air tanah masyarakat Kelurahan Sumur Batu cukup tinggi. Nitrat tidak mudah masuk ke dalam tubuh melalui kulit. Batas kadar baku mutu nitrat menurut Permenkes RI no 416 tahun 1990 adalah 10 mg/L. Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan methamoglobinemia, yaitu kondisi dimana hemoglobin di dalam darah berubah menjadi methamoglobin sehingga darah menjadi kekurangan oksigen dan dikenal dengan penyakit “babie blues” pada bayi. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal serta dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi (Soemirat, 2009). Selain itu, ketika senyawa nitrat berikatan dengan perak (argentum) sebagai senyawa debu maka dapat menimbulkan iritasi kulit dan menghitamkan kulit (argyria) karena ketika kedua senyawa ini saling berikatan, argentum akan menjadi sangat korosif. Sehingga argyria dapat
56
terjadi karena senyawa ini diakumulasikan di dalam selaput lendir dan kulit (Soemirat, 2009). Adanya senyawa nitrat dalam air tanah menunjukkan bahwa kemungkinan besar telah terjadi pencemaran terhadap air tanah. Dalam kehidupan sehari-hai, air minum yang mengandung nitrat dalam jumlah tinggi rasanya agak pahit (Sudadi 2003). Oleh karena itu, disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk melakukan pengujian terhadap air tanah yang mengandung 510 mg/L nitrat setiap triwulan selama setidaknya satu tahun karena jika melewati kadar baku mutu, nitrat dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat. Tidak hanya itu, disarankan pula kepada masyarakat untuk mengetahui jarak sumber air (sumur) sebaiknya dijauhkan dari septic tank yaitu minimal berjarak 10 meter. 4. Klorida Klorida merupakan senyawa halogen klor. Di Indonesia, klor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air minum. Dari hasil uji statistik diketahui sebanyak 49 (68,1%) sampel dari 72 sampel tidak memenuhi syarat baku mutu kualitas kimia air tanah pada pemeriksaan parameter klorida.
57
Klorida banyak ditemukan di alam hal ini karena sifatnya yang mudah larut. Air buangan industri kebanyakan menaikkan kandungan klorida demikian juga manusia dan hewan membuang material klorida dan nitrogen yang tinggi. Kotoran manusia khususnya urine mengandung klorida dalam jumlah yang kira-kira sama dengan klorida yang dikonsumsi lewat makanan dan air (Sutrisno, 2004). Dalam jumlah banyak, klorida akan menimbulkan rasa asin, korosif pada pipa sistem penyediaan air panas (Soemirat, 2009). Selain itu, klor yang sering digunakan sebagai desinfektan pada kolam renang mempunyai pengaruh yang cukup tinggi terhadap terjadinya iritasi kulit dan mata (Permana dkk, 2013). Disarankan kepada masyarakat Kelurahan Sumur Batu untuk melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap air tanah yang mengandung klorida yang melebihi batas baku mutu. Selain itu, perlu dilakukan pengecekan terhadap kondisi saluran pipa air yang digunakan. Jika setelah melakukan pemeriksaan kandungan air tanah secara berkala dan ditemukan hasil kandungan klorida yang tinggi maka disarankan kepada masyarakat untuk tidak mengkonsumsi air tanah sebagai air minum.
58
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kualitas air tanah secara fisik terdiri dari : parameter warna sebesar 18,1% tidak memenuhi syarat, parameter bau
sebesar 25% tidak meemnuhi
syarat, parameter rasa sebesar 30,6% tidak meemnuhi syarat, parameter TDS sebesar 6,9% tidak meemnuhi syarat dan parameter kekeruhan sebesar 5,6% tidak meemnuhi syarat baku mutu. 2. Kualitas air tanah secara kimia terdiri dari : 23,6% parameter pH tidak meemnuhi syarat, 4,2% sampel mengandung besi, 31,9% sampel mengandung nitrat dan 68,1% mengandung klorida. B. Saran 1. Masyarakat Diharapkan masyarakat di Kelurahan Sumur Batu dapat memperhatikan kondisi air tanah yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa ada beberapa dari parameter air tanah yang tidak memenuhi syarat baku mutu sehingga peneliti menyarankan kepada masyarakat untuk melakukan pengolahan terlebih dahulu terhadap air tanah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
59
sehari-hari seperti melakukan penyaringan dan pengendapan terhadap air. Selain itu, peneliti juga menyarankan kepada masyarakat untuk rutin melakukan pengecekan dan membersihkan saluran-saluran pipa air yang digunakan. 2. Dinas Kesehatan dan Puskesmas Peneliti menyarankan kepada Dinas Kesehatan dan Pihak Puskesmas setempat untuk memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat di Kelurahan Sumur Batu mengenai perilaku hidup bersih dan sehat, serta memberikan pengetahuan terkait perilaku hidup bersih dan sehat. 3. Peneliti selanjutnya Perlu ada penelitian yang lebih lanjut mengenai kualitas air tanah. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambah variabel penelitian, menggunakan alat dan metode yang lebih baik dari penelitian sebelumnya sehingga ditemukan hasil yang lebih menunjukkan adanya faktor-faktor yang berhubungan.
60
DAFTAR PUSTAKA Achmad, R. 2004. Kimia lingkungan. Edisi 1. Yogyakarta Achmadi, Umar Fahmi. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta : Penerbit Buku Kompas A. Dasuki. 2008. Strategi Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang Sebagai Aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Program Pascasarjana. Tesis. Universitas Indonesia Arbain, dkk. 2008. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal di Sekitarnya di Kelurahan pedungan Kota Denpasar.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Depkes RI, 2011. Laporan Kesehatan Lingkungan (Riskesdas) tahun 2010 Djuhariningrum, T. 2005. Penentuan Total Zat Padat Terlarut Dalam Memperediksi Kualitas Air Tanah Dari Berbagai Contoh Air (Jurnal). Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Batan Effendi H, 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Kanisius Keputusan
Menteri
Negara
Kependudukan
dan
Lingkungan
Hidup
No.
02/MENKLH/1988 tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan Konsukartha dkk, I.G.M, 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik Di Lingkungan Kumuh, Jurnal Pemukiman Natah Vol 5, No. 2, pp:62-108 61
Kurniawan, Bambang. 2006. Analisis Kualitas Air Sumur Sekitar Wilayah Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor Kusnaedi, 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penerbit Swadaya Kusnoputranto, Haryoto. 1986. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UI. Jakarta Menneg Lingkungan Hidup. 1997. Kerusakan Lingkungan Hidup Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Ompusunggu, Henni. 2009. Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Universutas Sumatera Utara Pardebaste, Erlina S. 2005. Teknik Pengelolaan Sampah. ITS. Surabaya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416 /MEN-KES/PER/XI/1990 Tentang Syaratsyarat Dan Pengawasan Kualitas Air Peraturan Pemerintah no. 82 tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Air Permenkes RI Tahun 2002 Tentang Persyaratan Air Minum Riset Kesehatan Daerah. 2010. Presentase Air Tanah Sebagai Sumber Air untuk Kehidupan Manusia Sanropie dkk, 1984. Pedoman Studi Penyediaan Air Bersih. Akademi Penilik Kesehatan Teknologi Sanitasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia 62
Slamet, 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Sudadi, P. 2003. Penentuan Kualitas Air Tanah Melalui Analisis Unsur Kimia Terpilih (Jurnal). Sub Direktorat Pendayagunaan Air Tanah DTLGP. Bandung.
Soemirat, 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sutrisno, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Rineke Cipta, Jakarta Wardhana, 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 tentang Kesejahteraan Sosial Undang-undang Republik Indonesia nomor 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Alam Usmar dkk, 2006. Deskripsi Air Tanah
63
HASIL UJI STATISTIK
Frequencies Statistics Warna N
Valid
72
Missing
0
Mean
.82
Median
1.00
Std. Deviation
.387
Minimum
0
Maximum
1
Warna
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TMS
13
18.1
18.1
18.1
MS
59
81.9
81.9
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies Statistics Bau N
Valid
72
Missing
0
Mean
.75
Median
1.00
Std. Deviation
.436
Minimum
0
Maximum
1
Bau
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TMS
18
25.0
25.0
25.0
MS
54
75.0
75.0
100.0
Bau
Frequency Valid
Percent
TMS
18
25.0
25.0
25.0
MS
54
75.0
75.0
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies Statistics Rasa N
Valid Missing
Mean Median
Valid Percent
Cumulative Percent
72 0 .69 1.00
Std. Deviation
.464
Minimum
0
Maximum
1
Rasa
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TMS
22
30.6
30.6
30.6
MS
50
69.4
69.4
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies Statistics
TDS N
Valid
72
Missing
0
Mean
.93
Median
1.00
Std. Deviation
.256
Minimum
0
Maximum
1
TDS
Frequency Valid
TMS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
5
6.9
6.9
6.9
MS
67
93.1
93.1
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies Statistics Kekeruhan N
Valid
72
Missing
0
Mean
.94
Median
1.00
Std. Deviation
.231
Minimum
0
Maximum
1
Kekeruhan
Frequency Valid
TMS
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
5.6
5.6
5.6
MS
68
94.4
94.4
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies Statistics pH N
Valid
72
Missing
0
Mean
.76
Median
1.00
Std. Deviation
.428
Minimum
0
Maximum
1
pH
Frequency Valid
TMS
17
Percent 23.6
Valid Percent 23.6
Cumulative Percent 23.6
MS
55
76.4
76.4
Total
72
100.0
100.0
Frequencies Statistics Besi N
Valid Missing
Mean
72 0 .96
Median
1.00
Std. Deviation
.201
Minimum
0
Maximum
1
100.0
Besi
Frequency Valid
TMS
Percent
3
4.2
4.2
4.2
MS
69
95.8
95.8
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies Statistics Nitrat N
Valid Missing
Mean Median
Valid Percent
Cumulative Percent
72 0 .68 1.00
Std. Deviation
.470
Minimum
0
Maximum
1
Nitrat
Frequency Valid
Valid Percent
TMS
23
31.9
31.9
31.9
MS
49
68.1
68.1
100.0
Total
72
100.0
100.0
Frequencies Statistics Klorida
Percent
Cumulative Percent
N
Valid
72
Missing
0
Mean
.32
Median
.00
Std. Deviation
.470
Minimum
0
Maximum
1
Klorida
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TMS
49
68.1
68.1
68.1
MS
23
31.9
31.9
100.0
Total
72
100.0
100.0