V. SISTEM PERTANIAN DAN TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN Pengertian Sistem Sistem merupakan gabungan dari elemen-elemen (obyek, manusia, informasi) yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai kesatuan organisatoris dalam usaha menghasilkan sesuatu. Spedding (1979) mengatakan bahwa "sistem" merupakan sekelompok komponen yang saling berinteraksi bersama-sama, bekerja untuk suatu tujuan tertentu,
mampu
bereaksi
sebagai
suatu
kesatuan
(keseluruhan)
dalam
menanggulangi rangsangan dari luar. Sistem adalah seperangkat kompleks dari komponen-komponen yang saling berkaitan dalam suatu kerangka kerja yang bersifat otonom. Dari beberapa pendapat di atas, maka sistem adalah satu kesatuan unsurunsur yang saling berinteraksi secara fungsional yang memproses masukan menjadi keluaran.
Ciri-ciri sistem: 1. ada masukan (input) 2. ada proses (interaksi unsur-unsur) 3. ada keluaran (output) A. Macam-macam Sistem Pertanian 1. Sistem pertanian sawah, yaitu usaha pertanian yang dilaksanakan pada sebidang tanah yang dibatasi oleh pematang/galengan. Misalnya: - sawah berpengairan - sawah tadah hujan Padi membutuhkan air yang berlebihan, sehingga pengairannya memakai sistem air tergenang. Petani sawah biasanya tetap dan tidak berpindah-pindah, di samping mengandalkan pupuk, juga mengandalkan pengairan dari sungai/waduk walaupun tidak semua air sungai baik untuk pengairan. Misalnya sungai Merawu di daerah Banyumas yang tanahnya mengandung cadas dan lumpur sehingga jika
Universitas Gadjah Mada
endapannya menutup lapisan tanah sawah akan menyebabkan tanah kekurangan oksigen. 2. Sistem pertanian ladang, yaitu usaha pertanian yang dilaksanakan di daerahdaerah yang imbangan tanah dan penduduknya masih memadai (penduduk masih jarang). Biasanya ladang ini dilaksanakan secara berpindah-pindah dan kembali ke tanah semula setelah 5 atau 10 tahun. 3. Sistem pertanian pekarangan, yaitu usaha pertanian yang dilaksanakan di sekitar rumah, umumnya merupakan usaha samping/sambilan dengan hasil berupa pangan tambahan, bumbu-bumbu, bahan bangunan, kayu bakar, bahan kerajinan, keperluan pribadi, dsb. 4. Sistem pertanian lahan kering, yaitu usaha pertanian yang dilaksanakan di sebidang tanah tanpa batas pematang dan tidak mendapat pengairan kecuali dari air hujan, biasanya curah hujannya hanya 250 mm/th. 5. Sistem pertanian pasang surut, yaitu usaha pertanian yang diusahakan pada sebidang tanah yang keadaan airnya dipengaruhi oleh pasang surutnya air sungai atau laut. Jenis-jenis padi lokal pasang surut peka terhadap fotoperiodisitas. Usaha Peningkatan Produktivitas Tanah Pertanian di Indonesia Usaha tersebut dilatarbelakangi oleh adanya: pemilikan tanah yang sempit dan adanya faktor pembatas produksi tanaman seperti: ketersediaan air, serangan hamalpenyakit, dsb. Usaha peningkatan produktivitas ditempuh dengan penanaman secara tumpang gilir (multiple cropping). Andrews dan Kassam (1976) mengatakan bahwa "tumpang gilir" adalah menumbuhkan dua tanaman atau lebih pada tanah yang sama dalam waktu satu tahun. Sementara itu, menurut Nuryadi (1978), tumpang gilir adalah penanaman pada satu lahan selama satu tahun dan didapatkan hasil panen lebih dari satu kali. Macam-macam multiple cropping menurut Andrews dan Kassam: 1. Squential cropping (tanam bergiliran), adalah menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara berurutan pada tanah yang sama dalam waktu satu tahun. Dimana setiap musim tanam, petani hanya mengelola satu jenis tanaman. 2. Intercropping (tanam tumpangsari), adalah menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama pada lahan yang sama, dimana setiap musim tanam, petani mengelola lebih dari satu jenis tanaman pada lahan yang sama. Ada beberapa macam intercropping menurut Andrews dan Kassam:
Universitas Gadjah Mada
a. mixed intercropping (tanam campuran): menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-samalserentak dengan tidak memperhatikan jarak tanam. b. row intercropping: menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-samalserentak dengan jarak tanam tertentu (satu jenis tanaman atau lebih ditanam dalam barisan). c. strip intercropping : menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-samalserentak dengan satu macam tanaman ditanam dalam jalur-jalur tersendiri. d. relay intercropping: menumbuhkan dua tanaman atau lebih secara bersama-sama/serentak selama sebagian dari daur hidup masing-masing tanaman (tanam bersisipan). Selain empat macam di atas, dikenal juga adanya tumpang tangga, yaitu tumpangsari dengan memperhatikan perbedaan tinggi tanaman yang akan diusahakan atau kebutuhan unsur-unsur hara, cahaya matahari, dsb. Tanaman-tanaman yang akan ditumpanggilirkan harus memenuhi syarat-syarat: a. Kebutuhan air, unsur hara, sinar matahari yang berbeda. Misalnya
ubi-ubian
dapat
ditumpanggilirkan
dengan
tanaman
golongan
leugminoseae karena ubi-ubian sangat banyak membutuhkan unsur K, sedangkan leguminoseae membutuhkan banyak unsur N. Selain itu, tanaman jagung (C4) dapat ditumpanggilirkan dengan kedelai (C3) karena kebutuhan sinar matahari tanaman-tanaman tersebut berbeda, dimana tanaman jagung membutuhkan sinar matahari penuh, sedangkan kedelai tidak. b. Kedalaman akar berbeda. c. Varietas/familia tidak sama.
Gambar 1. Macam-macam tumpang gilir
Universitas Gadjah Mada
Keberhasilan Penanaman 1. Cropping Index (CI) atau indeks penanaman (IP), adalah jumlah penanaman pada sebidang tanah (jumlah penanaman yang dapat dilakukan pada sebidang tanah) x 100 per tahun. Contoh: Penanaman padi pada saat ini dapat dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun dengan menggunakan varietas padi yang berumur genjah. Dengan demikian, nilai CI = x 100 = 300 Nilai CI yang lebih dari 100 menunjukkan bahwa penggunaan lahan tersebut lebih dari satu kali dalam setahun, sehingga lahan tersebut menjadi lebih produktif. 2. Land Equivalent Ratio (LER) atau Ratio Setara Tanah (RST), adalah perbandingan antara luas lahan yang diperlukan untuk menanam tanaman secara tunggal dengan penanaman secara tumpangsari untuk mendapatkan hasil yang sama pada tingkat pengelolaan yang sama. Contoh: Dalam penanaman tumpangsari ubikayu dengan jagung, kacang hijau, dan wijen, diperoleh hasil sebagai berikut: Macam tanaman
Tumpangsari (kg/ha) 5.000 3.000 600 400
Ubikayu Jagung Kacang hijau Wijen
Tanam tunggal (kg/ha) 20.000 4.000 1.200 1.000
Sistem tanam yang menghasilkan LER > 1 menunjukkan peningkatan produktivitas lahan. Penjelasan: Luas lahan yang dibutuhkan untuk penanaman secara tunggal untuk memberikan hasil yang sama dengan penanaman secara tumpangsari adalah sebagai berikut: 5.000 kg ubikayu perlu lahan = 5.000 : 20.000 ha = 0,25 ha 3.000 kg jagung perlu lahan
= 3.000 : 4.000 ha = 0,75 ha
600 kg kacang hijau perlu lahan
= 600 : 1.200 ha
= 0,50 ha
400 kg wijen perlu lahan
= 400 : 1.000 ha
= 0,40 ha
Jumlah lahan = 1 ha
Jumlah lahan
= 1,90 ha
Sehingga diperlukan lahan yang lebih luas yaitu 1,90 ha untuk penanaman secara tunggal
agar
memberikan
Universitas Gadjah Mada
hasil
yang
sama
dengan
penanaman
secara
tumpangsari. Sehingga tumpangsari dapat meningkatkan produktivitas lahan karena =
1,90 1
= 1,90
Rumus matematika : LER =
∑
>1
Dimana: hi = hasil tumpangsari Hi = hasil tanam tunggal i = macam tanaman yang dibudidayakan/ditumpangsarikan 3. Income Equivalent Ratio (IER), adalah perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dari penanaman secara tumpangsari dan penanaman secara tunggal dengan modal yang sama. B. Teknik Budidaya Tanaman Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tekniklpelaksanaan budidaya tanaman adalah: 1. Penyiapan bahan tanam atau benih 2. Pengolahan tanah 3. Penanaman 4. Pemeliharaan tanaman meliputi: a. pemupukan b. pengairan c. pembumbunan d. penyiangan dan pendangiran e. pengendalian hama dan penyakit 5. Pemanenan 1. Penyiapan baham tanam (benih) Bahan tanam (benih) dapat berupa biji atau bagian tanaman (akar, batang, daun, jaringan tanaman) selain biji. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang baik ditinjau dari aspek kuantitas dan kualitas, maka hares digunakan benih yang unggul serta bermutu tinggi. Adapun yang dimaksud dengan benih unggul adalah: benih yang berasal dari
Universitas Gadjah Mada
varietas unggul yaitu yang memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dibanding dengan varietas lain (produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, kegaraman, cekaman dan sebagainya). Bahan tanam yang berupa biji, di samping berasal dari varietas unggul juga hams bermutu tinggi dengan kriteria (pada biji kedelai) sebagai berikut: a. berdaya kecambah tinggi (lebih dari 80 %) b. mempunyai vigor yang tinggi (tumbuh serentak, sehat, cepat) c. murni (tidak tercampur dengan varietas lain) d. bersih (tidak tercampur kotoran misalnya pasir, krikil, dll) e. bernas, sehat, tidak keriput, tidak luka f. masih baru ( < 6 bulan sejak panen) Dengan demikian sebelum penanaman, haus dilakukan pengujian daya kecambah atau daya tumbuh benih. Apabila persentase perkecambahan kurang dari 80 %, sebaiknya biji tersebut tidak digunakan untuk benih, kecuali kalau digunakan untuk perpanjangan varietas untuk keperluan penelitian. Daya tumbuh atau gaya berkecambah benih dapat berkurang/menurun karena beberapa sebab, antara lain: a. tidak dipungut pada masak optimal (pada tanaman tembakau pada saat dipungut sebelum masak sekali, karena pada saat masak sekali, biji mengandung minyak 37%) b. biji masak pada keadaan yang tidak baik (berbuah terlalu banyak, hujan banyak, masak "darurat") c. penyimpanan atau pengiriman benih kurang baik (biji yang rekalsitran bila disimpan pada keadaan kering (kadar air kurang 25 %), biji akan mati, tetapi bila disimpan pada keadaan lembab dengan kadar air > 40 % biji akan berkecambah. d. disimpan terlalu lama (coklat, ceruk, karet) gaya berkecambah cepat menurun dan dapat mengakibatkan kematian e. fumigasi dengan gas-gas tertentu (CS2 untuk mematikan hama) Benih unggul, pada saat ini sudah banyak tersedia di pasaran karena sudah banyak perusahaan-perusahaan yang berkiprah di bidang perbenihan seperti BISI, PANAH MERAH, dan dipasarkan di toko-toko saprodi, sehingga petani sudah tidak perlu lagi membuah benih sendiri. Kebutuhan benih per hektar dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus sbb:
Universitas Gadjah Mada
dimana:
= 10.000
100
100
100
100
1
B = benih yang dibutuhkan dalam 1 ha (10.000 m2) p = jarak antar baris (dalam cm) q = jarak dalam bas (dalam cm) r = daya tumbuh benih (dalam %) s = bobot 100 butir biji (dalam gram) t = jumlah benih per lubang tanam Benih unggul siap dipasarkan (benih sebar) diperoleh melalui beberapa tahapan berikut: a. benih penjenis/tetua (breeder seeds) disingkat BS b. benih dasar (foundation seeds) disingkat FS c. benih pokok (stock seeds) disingkat SS d. benih sebar (extension seeds) disingkakt ES Untuk tanaman setahun/tanaman keras, di samping pemilihan benih, perlu juga dilakukan pemilihan pohon induk dan pemilihan bibit bagi tanaman-tanaman yang benihnya harus disemaikan lebih dahulu. Adapun pohon induk yang baik harus memenuhi syarat: a. berproduksi tinggi b. hasil berkualitas baik c. tanaman sehat tidak terserang hama dan penyakit d. memiliki umur optimum; pada pohon kelapa dipilih yang sudah cukup tua e. sifat baik tanaman diturunkan pada generasi berikutnya. Selain dengan biji, bahan tanam juga dapat berupa bagian-bagian tanaman selain biji seperti: akar, batang, daun maupun jaringan tanaman. Perbanyakan tanaman dengan bahan seperti tersebut dikenal dengan perbanyakan vegetatif. Adapun keunggulan dan kelemahan perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah sebagai berikut: Keunggulan:
1. cepat berbuah (untuk tanaman buah-buahan)
2. memiliki sifat sama dengan induknya Kelemahan :
1. perakaran tidak kuat (setek, cangkok) ] 2.
umur produksi tidak panjang 3.
jumlah tanaman barn yang diperoleh tidak sebanyak
tanaman yang berasal dari biji.
Universitas Gadjah Mada
5. Pemanenan Hasil tanaman dapat dipanen apabila telah memenuhi kriteria masak fisiologis atau masak komersial. Masak fisiologis terjadi apabila pertumbuhan dan kemasakan suatu buah, biji ataupun sayuran sudah mencapai maksimum. Masak komersial adalah tercapainya kondisi organ tanaman (bagian tanaman yang akan dipanen) sesuai dengan selera konsumen. Penentuan saat panen hasil tanaman didasarkan atas: a. Perubahan kenampakan (visual) 1) perubahan warna 2) perubahan bentuk dan ukuran 3) adanya daun-daun yang menua 4) tanaman mengering 5) buah atau biji telah berkembang penuh b. Perubahan fisik 1) mudah lepas dari pohon induknya 2) perubahan kekerasan daging buah 3) meningkatnya berat jenis dan padatan terlarut c. Perubahan kimiawi 1) meningkatnya kandungan gula 2) menurunnya kandungan asam 3) meningkatnya kandungan lemak, protein. d. Perubahan fisiologi. Kelakuan respirasi dapat digunakan untuk meneralmengukur tingkat kemasakan basil tanaman terutama tanaman buah. e. Umur tanaman sejak penanaman sampai hasil siap dipanen atau sejak bunga mekar sampai basil siap dipanen (misal pada tanaman semangka, melon, ketimun, terung dan sebagainya). Tanda-tanda hasil tanaman sudah siap untuk dipanen sangat bervariasi tergantung jenis/macam tanaman, bagian tanaman yang dipanen, kegunaan/ pemanfaatan basil tanaman (misal untuk sayur, untuk buah). Setelah panen perlu adanya penanganan pasca panen sebelum hasil dipasarkan agar hasil tersebut tidak cepat mengalami penurunan kualitas. Tindakan pasca
panen
pada
komoditas
hortikultura
antara
lain
adalah:
trimming
(perempelan/perempesan), cleaning & washing (pembersihan dan pencucian), grading & sorting (pengelompokan/penggolongan & pemilahan), packaging (pengemasan), precooling (pendinginan awal) dan storage (penyimpanan). Untuk
Universitas Gadjah Mada
field crops seperti kedelai, padi, jagung, sorghum, kacang tanah dan sebagainya, penanganan pasca panen yang hams dilakukan adalah pengeringan sampai kadar air tertentu (untuk padi 12 %), agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Universitas Gadjah Mada