61
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik Tanaman Inang Dan Budidaya Kutu Lak Teknik kultur lak terdiri dari budidaya tanaman inang dan budidaya kutu lak.
Gambar 10 Tanaman kesambi di kawasan hutan BKPH Kabuaran (Koleksi Pribadi 2005)
Budidaya Tanaman Inang. Persiapan tanaman inang atau tanaman yang menjadi media sebagai tempat pembudidayaan kutu lak (L. lacca Kerr) didahului dengan persiapan lahan untuk tanaman inang. Areal dibagi kedalam petak-petak yang disesuaikan dengan rotasi pemungutan hasilnya. Tiap petak memiliki luas 25 hektar, petak ini dibagi lagi ke dalam blok-blok dengan luas 1 hektar. Batas antara petak dan blok dibuat dengan jelas, agar memudahkan dalam pemanenan dan pemungutan hasil. Dalam usaha menstabilkan produksi lak cabang setiap tahunnya, maka dilakukan pengaturan hasil. Untuk pengaturan hasil lak maka RPH dengan luasan 1000 hektar perlu dibagi menjadi 4 bagian yang terdiri dari umur pangkasan 0 bulan, 6 bulan, 12 bulan dan 18 bulan. Pengaturan produksi seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Tiap RPH dibagi menjadi empat bagian yang sama jumlah tanaman inangnya. Pembagian bagian ini juga disesuaikan dengan musim, topografi dan kemiringan lahan (intensitas penerimaan sinar matahari). berdasarkan topografi wilayah ditunjukkan pada Tabel 6.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Bulan tularan
62
Tabel 5 Skema pengaturan hasil produksi lak BAGIAN
UMUR TUNAS 0 Bulan
6 Bulan
12 Bulan
18 Bulan
I = 250 Ha II = 250 Ha III = 250 Ha IV = 250 Ha : : : :
Keadaan Bulan 0 (bulan Januari tahun I) Bulan 0 = 6 bulan (bulan Juli tahun I) Bulan 0 + 12 bulan (bulan Januari tahun II) Bulan 0 + 18 bulan (bulan Juli tahun II)
Tabel 6 Bulan tularan berdasarkan topografi wilayah No. Topografi 1. Punggung/puncak bukit 2. Miring Timur 3. Miring Utara 4. Miring Barat 5. Miring Selatan 6. Datar bawah Sumber : KPH Probolonggo, 2005
Bulan tularan Desember, Januari, Februari Oktober, November, Desember November, Desember, Januari Maret, April Mei, Juni, September Mei, Juni, Juli, Agustus
Dengan demikian tiap blok, tiap saat mempunyai kondisi yang cocok dengan kehidupan kutu Lak. Tiap blok tularan ditetapkan untuk satu semester (enam bulan) sehingga setiap tahun, masing-masing RPH hanya menulari dua blok saja. Tabel 7 Pembagian blok-blok tularan A
Blok Tularan (Ha) B C D
840.9
103
84.4
93.5
94.2
851.8 843.1 909.1 3 444.9
186.8 133.5 198.7 622
188.9 275 196.8 745.1
166 126.5 188.7 574.7
173.4 277.2 189 733.8
RPH
Luas baku (Ha)
Kabuaran Banyuanget Taman Barat Taman Timur
Sumber : KPH Probolonggo, 2005
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Jumlah (Ha)
Keterangan
375.1 PLTU : 366.1 HL 99.7 715.1 HL 136.7 812.2 HL 30.8 773.2 HL 135.9 2 675.6 PLTU : 366.1 HL 403.2
63
Perputaran giliran tularan dan pemanenan dilakukan dengan cara : misalnya tularan blok A, setelah dipanen bibitnya ditularkan di blok B, bibit dari blok B ditularkan ke blok C, demikian seterusnya sehingga saat blok A siap ditulari lagi maka umur ranting tepat 1.5 tahun. Pada umur ranting muda tersebut sangat cocok untuk kehidupan kutu lak. Adanya pembagian blok ternyata di bidang perencanaan produksi sangat menguntungkan karena prasarana dan lain-lain lebih mudah dihitung. Tanaman inang yang dapat digunakan sebagai inang kutu lak adalah kesambi, kaliandra, A. arabica, A. villosa, ploso dan trembesi. Tanaman inang harus bisa bertahan dalam iklim kering, sehingga tetap dapat menunjang kehidupan kutu lak. Tanaman kaliandra merupakan tanaman inang yang baik selain kesambi. Pada tanaman A. arabica, sekresi yang dihasilkan oleh kutu lak cukup baik tetapi akan dihadapi kendala pada saat pengunduhan. Hal ini disebabkan karena duri yang terdapat pada batang A. arabica yang menyebabkan kesulitan untuk dipanjat pada saat pengunduhan. Untuk A. vilosa, tanaman ini hanya baik pertumbuhannya pada musim penghujan, sehingga tanaman ini nantinya hanya akan digunakan sebagai tanaman sela. Pada tanaman Ploso, sekresi yang dihasilkan oleh kutu lak banyak terdapat pada ranting daun, selain itu hasil sekresi mengalami kerontokan sebelum masa unduh. Tanaman trambesi yang ditulari kutu lak menghasilkan sekresi yang tipis, sehingga tidak dapat diunduh. Tanaman durian juga dapat dijadikan sebagai inang alternatif untuk kutu lak, namun sampai saat ini tanaman durian masih belum dibudidayakan sebagai inang kutu lak. Hasil sekresi kutu lak yang dihasilkan pada tanaman durian berwarna hitam. Kutu lak yang dikembangkan di Indonesia adalah L. lacca yang sangat cocok pada tanaman inang kesambi, ploso dan A. villosa (Mulyana dan Intari, 1995). Di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur, kesambi merupakan tanaman inang yang digunakan untuk budidaya kutu lak. Ada dua macam kesambi yang digunakan sebagai tanaman inang kutu lak yaitu kesambi krikil dan kesambi kebo. Perbedaan antara kesambi krikil dan kesambi kebo dapat dilihat pada Tabel 8.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
64
Tabel 8 Perbedaan antara kesambi krikil dan kesambi kebo Kesambi Krikil 1. Daunnya lebih kecil 2. 3.
4.
5.
Kesambi Kebo 1. Daunnya lebih besar daripada kesambi krikil Dapat hidup pada tanah kritis, tahan 2. Mempunyai kulit tebal, kadar air panas dan tidak menggugurkan daun banyak Mempunyai kulit yang tipis dan 3. Sangat cocok bagi perkembangan keras serta sedikit mengandung kutu lak kadar air Perkembangan kutu lak tidak begitu 4. Jika terlalu panas akan pesat menggugurkan daun sehingga mengakibatkan gagal panen Cocok pada daerah yang sangat 5. Memerlukan persyaratan hidup kritis, berbatu dengan kondisi tanah yang lebih sulit dan komplek yang miskin hara
Sumber : Pedoman pengusahann klas perusahaan lak, Perum Perhutani. 1997.
Gambar 11 Tanaman Ploso (Koleksi Pribadi 2005)
A
B
Gambar 12 Persemaian tanaman Kesambi di BKPH Kabuaran, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur : A. Biji kesambi yang akan dikecambahkan, B. Bibit kesambi umur 6 bulan (Koleksi Pribadi 2005)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
65
Menurut Heyne (1987) klasifikasi tanaman kesambi adalah sebagai berikut: Kerajaan
: Plantae
Divisi
: Angiosprema
Sub Divisi
: Dicotyledoneae
Klas
: Archilamydeae
Bangsa
: Sapindaseae
Marga
: Schleichera
Jenis
: Schleichera oleosa Merr Pola tanam merupakan suatu sistem penanaman dalam suatu areal yang
diharapkan dapat memberikan produksi secara maksimal dengan memilih jenisjenis tanaman meskipun mempunyai fungsi yang berbeda tetapi mempunyai manfaat yang sama dalam menghasilkan kualitas lak cabang. Pola tanam yang diterapkan oleh KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur untuk Klas Perusahaan Rimba (Tanaman Kesambi/Budidaya Kutu Lak) dapat dilihat pada Gambar 13. Tanaman Pagar Tanaman Sela
Tanaman Pokok
Gambar 13 Pola tanam untuk klas perusahaan rimba Tanaman pokok berupa tanaman kesambi, baik kesambi krikil ataupun kesambi kebo dengan jarak tanam 2 x 3 meter, tujuannya adalah agar tanaman inang (pokok) setelah dewasa (10 tahun) dapat mencapai perkembangan semaksimal mungkin dengan jumlah pohon ±400 pohon (jarak tanam 6 x 4 meter)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
66
sehingga areal tanaman menjadi lebih potensial untuk produksi lak cabang maupun bagi para pesanggem pada sistem tumpangsari. Untuk tanaman sela dipilih jenis A. vilosa.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan tanaman sela, antara lain : •
Tanaman sela yang dipilih dapat berfungsi sebagai pengendali erosi dan meningkatkan kesuburan tanah.
•
Dapat ditulari kutu lak sebagai usaha peningkatan produksi lak. A. vilosa dipilih untuk dijadikan tanaman sela karena memenuhi ketentuan
yang disebutkan diatas. Tanaman pagar digunakan pada pola tanam ini sebagai upaya untuk menghindari pengembalaan dan kebakaran hutan serta dapat dipergunakan sebagai sekat bakar. Persyaratan tanaman pagar antara lain : tahan api, mudah dan cepat bertunas, tidak menggugurkan daun, murah dan mudah dalam penanaman. Tanaman pagar ditanam pada batas blok atau petak. Jenis A. arabica, A. tomentosa (Klampis), dan A. cetechu dapat digunakan sebagai tanaman pagar.
Bagan Tanaman xxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx
Keterangan xx : Tanaman pagar tiga baris x secara untu walang
ooooooooooooooooooooo ooooooooooooooooooooo
oo oo
: Tanaman sela
o
o
: Tanaman pokok
x
: Tanaman pengisi, ditanam secara untu walang
o o o x
oo oo oo oo oo oo oo oo oo
o o o o x o o o o
oo oo oo oo oo oo oo oo oo
o o o o o o o o x
Gambar 14 Bagan pola tanaman untuk klas perusahaan kesambi Pengaruh dari klas umur (KU) terutama jumlah percabangan dan ranting yang merupakan tempat penularan kutu lak (L. lacca Kerr) dapat menentukan jumlah produksi lak yang dihasilkan. Kerapatan pohon dan penutupan tajuk pada
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
67
tiap klas umur berpengaruh suhu dan kelembaban yang sesuai untuk perkembangan kutu lak dan hal ini dapat mempengaruhi produksi lak cabang yang dihasilkan (Mulyana & Intari 1995). Tanaman kesambi baru bisa ditulari kutu lak (L. lacca Kerr) pada umur 15 tahun atau pada klas umur (KU) III, pada umur ini tanaman sudah cukup tua dengan diameter yang sudah besar serta percabangan ranting sudah banyak. Kutu lak (L. lacca Kerr) mengisap cairan tanaman yang berupa getah, getah yang baik yang dapat mendukung pertumbuhan kutu lak yaitu getah yang memiliki pH 5.8 sampai 6.2 dimana pada keadaan ini kandungan air pada getah cukup banyak sehingga kutu lak (L. lacca Kerr) mendapatkan makanan yang cukup. Komposisi sebaran klas umur (KU) kesambi : (berdasarkan RPKH Induk Jangka 2004 sampai 2008) § KU II
=
22.6 hektar (0.8 %)
§ KU III
=
34.2 hektar (1.1 %)
§ KU IV
=
18.8 hektar (0.6 %)
§ KU V
= 267.2 hektar (9.0 %)
§ KU VI
= 609.8 hektar (20.5 %)
§ KU VII = 273.4 hektar (9.2 %) § KU VIII = § HAKSB
65.3 hektar (2.2 %)
= 1 688.8 hektar (56.6 %) - batang tanaman luka atau cacat, sebagai
tempat/rumah predator. Pemeliharaan tanaman inang juga perlu dilakukan. Pemeliharaan tanaman kesambi sebagi tanaman inang terdiri dari kegiatan (Suwarno 2004a) : 1. Pendangiran Pendangiran dilakukan 3 sampai 4 kali per tahun.
Pendangiran
diperlukan pada tahun pertama dan kedua agar tanah menjadi gembur dan pertumbuhan tanaman pokok dapat lebih cepat.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
68
2. Pemupukan Pupuk yang digunakan berupa pupuk kimiawi, nabati dan pupuk kandang. Pemupukan sistem tumpang sari dibawah tegakan tanaman pokok dilakukan pada saat pemangkasan sampai dengan tanaman inang siap ditulari.
3. Wiwilan Wiwilan adalah kegiatan pembersihan (wiwil) ranting-ranting kecil dan tumbuhan liar yang merambat pada tanaman inang dengan tujuan agar ranting-ranting dan trubus liar yang tidak sesuai bagi persyaratan hidup kutu lak menjadi hilang.
Cabang-cabang yang mati, terkena penyakit dan
mengandung parasit harus dipotong dan dibuang. Tunas yang kurang sehat, kecil dan bergerombol harus diwiwil dengan cara memelihara dalam masingmasing tunas baru sekitar 3 sampai 5 tunas yang sehat saja. Seleksi terhadap ranting yang baik untuk memperoleh pertumbuhan yang baik pula.
4. Pemangkasan Untuk memberikan pertumbuhan yang baik pada tegakan kesambi (S. oleosa Merr) maka dilakukan pembuangan cabang-cabang yang mati dan pengurangan ranting-ranting yang padat sehingga mendapat cahaya matahari yang cukup (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004). Pemangkasan bertujuan untuk memperbanyak cabang-cabang yang baik dan segar serta membentuk tajuk yang lebih tebal dan lebat juga untuk menyediakan trubusan muda untuk tempat nympa-nympa kutu lak. Tanaman sela : A. villosa Pada umur 6 bulan dipangkas setinggi 0.5 meter, kecuali tanaman A. villosa setiap 1 meter tidak di pangkas tetapi dipelihara agar dapat berfungsi sebagai tanaman inang. Setelah berumur 3 sampai 4 tahun, A. villosa yang ditinggal dilakukan pemangkasan setinggi dada untuk ditulari kutu lak sebelum kesambi dapat ditulari. Pemangkasan A. villosa setinggi 0.5 meter dilaksanakan secara periodik.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
69
Tanaman pokok : Kesambi a. Waktu pemangkasan Untuk memperoleh bentuk pohon yang bercabang banyak dan rendah, pemangkasan pertama dilakukan setinggi dada pada umur 6 tahun. Pemangkasan kedua dilakukan pada umur 9 tahun, dimana trubusan pangkasan pertama sudah cukup besar. Pemangkasan ketiga dilakukan pada umur 11 tahun, setelah trubusan berumur paling lama 1.5 tahun maka dilakukan tularan. b. Teknik Pemangkasan Cabang yang bergaris tengah 2 sampai 2.5 cm dipangkas, sedangkan cabang yang bergaris tengah ¾ sampai 2 cm dipangkas dekat pangkal dahan. Bekas pangkasan tidak boleh pecah agar cabang dapat bertunas dengan baik, apabila pecah harus dipangkas bagian bawahnya. Cabang yang mati dan sakit juga harus dibuang pada saat pemangkasan. Pemangkasan dilakukan pada permulaan musim hujan dengan tujuan agar trubusan atau tunas dapat tumbuh lebih cepat. Dalam rangka peningkatan produksi, dapat dikembangkan sistem pangkas setinggi dada pada tegakan kesambi dengan tinggi pohon 6 sampai 10 meter. Manfaat sistem pangkas setinggi dada adalah : •
Pada waktu penularan dan pengunduhan, pekerja tidak perlu memanjat sehingga menghemat tenaga
•
Mempersingkat dan mempermudah waktu penularan, pemungutan dan pengunduhan
•
Percabangan bertambah banyak, akibatnya media penularan bertambah dan berarti dapat meningkatkan hasil lak.
Gambar 15 Tanaman kesambi yang habis dipangkas dan sudah ditumbuhi oleh trubusan muda (Koleksi Pribadi 2005)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
70
5. Babat tanaman bawah Babat tumbuhan bawah dan tumbuhan liar bertujuan agar lapangan/areal tularan mudah dilalui oleh pekerja, menghilangkan sarang-sarang parasit, dan menciptakan sirkulasi udara yang baik bagi pertumbuhan/perkembangan kutu lak.
Budidaya Kutu Lak Hal pertama yang harus diperhatikan dalam budidaya kutu lak adalah persyaratan tumbuh kuta lak itu sendiri. Persyaratan tumbuh kutu lak (Perum Perhutani 1987) : 1. Iklim. Iklim optimum yang baik untuk perkembangan kutu lak adalah type D dan E menurut pembagian iklim Schmidt Ferguson, yaitu iklim dengan rasio Q antara 0.6 sampai 1.67 dengan keadaan daerah sedang sampai agak kering. Curah hujan.
Untuk pertumbuhan kutu lak antara 1000 sampai 1500
mm/thn. Jika terlalu tinggi dapat mengganggu kehidupan kutu lak. Daerah yang mempunyai curah hujan cukup tinggi dan berlangsung tiap hari akan mengganggu kehidupan kutu lak. Bongkolan lak yang selalu diliputi oleh air hujan yang mengalir dari tajuk ke cabang-cabang akan menutupi lubanglubang pernafasan.
Keadaan tersebut menimbulkan kehidupan kutu lak
menjadi tidak sehat dan sekresi lak yang dihasilkan tidak tebal/tidak banyak, berwarna kehitam-hitaman, bulu lilinnya patah/hilang dan bahkan kutu lak akan mati semua. Suhu. Kutu lak memperoleh kehidupan yang optimum pada suhu 240 C. Kutu lak berhenti bertelur jika suhu berada dibawah 17 0 C. Bila suhu dibawah 22 0 C, larva tetap tinggal diam didalam sel induknya. Larva tersebut akan mati di dalam ruang inkubasi selama 4 sampai 5 hari sesudah menetas bila tidak dapat keluar dan akan aktif swarming bila suhu di atas 240 C sampai 280 C. Kelembaban. Kelembaban yang diperlukan pada waktu swarming berkisar antara 58 sampai 100%.
2. Tanah. Kondisi tanah lebih berpengaruh pada budidaya tanaman inang dari pada budidaya kutu lak.
Pada tempat yang subur, tanaman inang dapat
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
71
tumbuh dengan subur sehingga dapat ditulari kutu lak lebih banyak. Pada tempat yang mempunyai solum tipis maka tanaman inang akan menggugurkan daun sehingga tularan pada musim kemarau akan mengalami kegagalan. Kelihatannya ada pengaruh antara jenis tanah, tanaman inang dan kualitas terutama warna dari seed lak yang dihasilkan. Perlu diupayakan untuk mendapatkan tanaman inang yang mampu tumbuh ditanah yang kurus dan tidak subur. Di KPH Probolinggo, khususnya di BKPH Kabuaran dan BKPH Taman sebagian besar kondisi lahan berupa batu bertanah dan kurang subur. Pada musim kemarau, tanaman kesambi akan menggugurkan daun. Di BKPH Kabuaran seluas 48% areal dimana tanaman kesambi yang ada diperuntukkan untuk dapat ditulari pada musim
kemarau
dimana
kesambi
akan
menggugurkan daun, sedangkan di BKPH Taman seluas 33%.
Gambar 16 Kondisi tanah di kawasan hutan BKPH Kabuaran (Koleksi pribadi 2005)
3. Tinggi Tempat. Tinggi tempat berkaitan langsung dengan suhu rata-rata. Semakin tinggi tempat maka suhu semakin dingin sehingga umur tularan semakin panjang. Untuk kelangsungan hidupnya, tinggi tempat yang baik untuk budidaya kultu lak adalah 0 sampai 375 meter dari permukaan laut.
4. Topografi. Kutu lak dapat dikembangkan mulai dari tempat datar/tepi pantai sampai yang bergelombang/berbukit-bukit.
Kutu lak pada tempat yang
berbukit-bukit dengan suhu udara yang lebih panas dari tempat di lembah akan mempunyai siklus hidup yang lebih pendek ± 1 (satu) bulan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
72
Hal yang harus dilakukan agar produksi lak cabang meningkat yaitu pemilihan bibit kutu lak yang baik sebelum dilakukan penularan. Syarat bibit lak yang baik digunakan sebagai bahan tularan adalah : 1. Lapisan lak berat dan tebal, penuh dengan tonjolan-tonjolan stik merata (lubang pernafasan), nampak basah, bulat dan tidak terputus-putus. 2. Tidak mengandung parasit, sehingga pada lapisan lak tidak terdapat lubanglubang kecil sebagai lubang udara pernafasan parasit 3. Bebas dari predator, sehingga pada lapisan lak tidak terdapat saluran yang tertutup oleh jaringan. Dalam pengklasifikasian lak berdasarkan hasil unduhan, lak bibit masuk dalam katogori A1. Berdasarkan panjang sekresi, ketebalan sekresi dan kesehatan sekresi (tingkat kandungan parasit yang ditandai adanya lubang-lubang parsit), maka lak bibit dapat dibedakan menjadi 4 (empat) klas, yaitu : •
Lak bibit klas I : panjang potongan 21 sampai 30 cm, lapisan lak tebal, sehat, tidak terputus-putus dan sedikit sekali mengandung parasit dan predator.
•
Lak bibit klas II : panjang potongan 11 sampai 20 cm, lapisan lak agak tebal sedikit bagian-bagian tidak tertutup dan sedikit mengandung parasit dan predator.
•
Lak bibit klas III : panjang potongan 6 sampai 10 cm, lapisan lak agak tipis, agak banyak bagian yang tidak tertutup lak, cukup banyak mengandung parasit dan predator, sistem penularan harus memakai kantong.
•
Lak bibit klas IV : panjang potongan 6 cm ke bawah, lapisan lak tipis, banyak bagian kayu yang tidak tertutup lak, banyak mengandung parasit dan predator serta sistem penularannya harus memakai kantongan.
Khusus penularan
dengan lak bibit klas IV dilaksanakan apabila dalam keadaan yang terpaksa di mana persediaan lak bibit klas I, II dan III tidak mencukupi kebutuhan. Diusahakan penularan selalu memakai lak bibit klas I dan selama persediaan masih cukup, maka bibit klas II, III, dan IV tidak perlu dipakai dalam penularan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
73
a
b
c
d
Gambar 17 Lak bibit : a. Lak bibit klas I, b. Lak bibit klas II, c. Lak bibit klas III, d. Lak bibit klas IV(Koleksi Pribadi 2005) Budidaya kutu lak terdiri dari enam tahapan kegiatan, yaitu (Suwarno 2004b) : •
Persiapan tularan Persiapan tularan meliputi kegiatan penentuan lokasi, babat tumbuhan bawah, wiwilan pada calon-calon pohon inang untuk membuang rantingranting yang kering dan kurang baik. a. Persiapan awal, yaitu persiapan yang dilakukan pada lokasi yang belum pernah ditulari. - Tujuan
:
menyiapkan lokasi tularan agar diperoleh ranting yang baik dan cocok untuk ditulari kutu lak.
- Waktu
: 1.5 tahun sebelum pelaksanaan tularan
- Pelaksanaan
: dengan pemangkasan seluruh ranting pohon inang yang direncanakan untuk ditulari
b. Persiapan akhir (menjelang tularan). Persiapan ini dilakukan dengan kegiatan : 1. Babat tumbuhan bawah pada lokasi yang direncanakan untuk tularan 2. Rempelan/wiwilan untuk membuang ranting-ranting kering dan tidak baik agar tidak dirambati kutu lak, sehingga kutu lak tidak terlalu jauh dalam mencari ranting yang dikehendakinya. 3. Membuat sekat bakar, untuk tularan pada musim kemarau.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
74
2) Penularan bibit lak Tularan yaitu menempelkan lak bibit yang telah diseleksi, dimasukkan dalam kantong dan dalam kroso kemudian diletakkan pada ranting-ranting sasaran tularan dengan cara mengkaitkan kroso berisi bibit lak pada rantingranting tertentu yang memenuhi syarat. Ranting tanaman kesambi dapat ditulari lak bibit apabila telah berumur 1.5 sampai 2 tahun. Pada umur ranting muda tersebut sangat cocok untuk kehidupan baru kutu lak.
Jumlah lak bibit yang ditularkan banyak
berpengaruh terhadap kualitas produksi lak. Penularan bibit yang terlampau banyak ternyata dapat mengakibatkan kualitas tularan menjadi sangat jelek, lapisan lak menjadi tipis–tipis. Selain itu pada musim kemarau tanaman inangnya menjadi menderita karena terlalu banyak lak yang menghisap cairan yang ada di ranting dan akhirnya kering sehingga kutu lak banyak yang ikut mati. Tanaman inang mampu menghidupi kutu lak walaupun di musim kemarau bila jumlah lak bibit yang ditularkan optimal tergantung besar kecilnya pohon kesambi. Lak yang dihasilkan menjadi tebal-tebal sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi lak (Adjidarna 1990). Kutu lak selama hidupnya menghisap cairan pada jaringan kulit dan jaringan kayu dari tanaman tertentu sebagai inangnya. Setelah periode swarming larva kutu lak akan menyebar, alat mulutnya menembus kulit batang hinggga mencapai jaringan pholem dan jaringan xylem dan mulai menghisap cairan pohon inang (Sriwahyuni 1990). 2. 1. Metode tularan terdiri dari : a. Tularan Pas/Tetap Yaitu sistem tularan dimana jumlah bibit yang ditularkan pada semua pohon sudah tepat dengan kemampuan pohon, sehingga diperlukan perhitungan yang sangat cermat dalam menentukan jumlah bibit yang ditularkan pada semua pohon (Murgunadi 1994). Dengan perhitungan tiap hektar memerlukan bibit 250 kg yang terdiri dari 2500 kroso. Tularan pas cocok dilaksanakan pada keadaan : 1.Jumlah bibit yang tersedia sangat banyak 2.Jumlah tenaga tularan terbatas
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
75
3.Pohon inang tersedia dalam jumlah yang cukup Ketentuan tularan pas : 1. Seleksi bibit ketat 2. Jumlah bibit yang ditularkan pada setiap pohon inang harus benarbenar sesuai dengan kemampuan pohon 3. Lama tularan kurang lebih 20 hari atau sampai kutu lak di dalam lak cabang habis tertular Keuntungan tularan pas : 1. Tidak ada kutu terbuang karena jatuh saat pindahan 2. Tidak ada biaya pindahan 3. Tidak akan terjadi over injektion Kerugian Tularan Pas : 1. Apabila seleksi bibit lemah dapat terjadi salah hitungan jumlah bibit yang ditular, sehingga volume penempelan kutu lak kurang, akibatnya sekresi yang terbentuk tidak merata 2. Memerlukan tenaga kerja terlatih dan perhitungan cermat b. Tularan Pindahan Tularan pindahan dilakukan apabila keadaan bibit terbatas, tenaga kerja tularan tersedia cukup, tumbuhan inang dalam jumlah cukup (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 1994). Pemindahan dilakukan apabila penempelan kutu pada setiap ranting sudah cukup merata. Tularan dilaksanakan dengan memindahkan lak bibit dari satu tumbuhan inang ke tumbuhan inang lainnya. Pemindahan dilakukan sampai dua kali, berarti satu kali ditularkan 2 kali dipindahkan sampai 3 pohon dengan imbangan waktu : tularan : pindahan pertama : pindahan kedua = 5 : 3 : 7 hari. Dan pada tularan pindahan harus selalu dikontrol keadaan penempelan kutu pada ranting. Dengan tularan pindah, diharapkan tujuan penularan merata dapat dicapai dalam waktu sesingkat-singkatnya dengan memerlukan tenaga yang berpengalaman. Tularan pindahan cocok dilaksanakan pada keadaan : 1. Bibit yang tersedia sedikit/terbatas 2. Tenaga kerja tularan tersedia dalam jumlah yang cukup
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
76
3. Pohon inang yang tersedia dalam jumlah yang cukup. Ketentuan tularan pindahan : 1. Pemindahan bibit baru dapat dilaksanakan apabila volume penempelan kutu pada setiap ranting sudah cukup merata (± 0,5 panjang cabang) 2. Volume penempelan kutu pada ranting, maksimal : Pada musim penghujan = 2/3 panjang ranting tertular Pada musim kemarau
= 1/3 panjang ranting tertular
Keuntungan tularan pindahan : 1.Penyebaran bibit lebih merata 2.Pemanfaatan bibit lebih optimum Kerugian tularan pindahan : 1. Banyak kutu lak yang hilang karena jatuh dari lak cabang bibit pada waktu pemindahan bibit 2. Memerlukan pemantauan yang relatif lebih ketat terhadap penempelan kutu 3. Memerlukan biaya pemindahan
2. 2. Cara Penularan : Setelah bibit lak dimasukkan ke dalam kantong dan kroso, bibit tersebut dibawa ke lokasi tularan, bibit diikatkan pada ranting-ranting pohon inang dengan arah sejajar arah ranting dan diupayakan sedekat mungkin dengan ranting muda sasaran penularan agar kutu lak dapat dengan mudah mencapai ranting-ranting yang disukai. Banyaknya kroso (bibit lak yang dibalut) tiap pohon tidak sama tergantung banyaknya jumlah cabang yang dimiliki pohon itu. Pohon inang dibagi kedalam klas pohon (KP) yaitu berdasarkan jumlah bibit yang dapat ditampung tiap pohon : §
Klas Pohon I
: terdiri dari 1 sampai 10 kroso.
§
Klas Pohon II
: terdiri dari 11 sampai 20 kroso.
§
Klas Pohon III
: terdiri dari 21 sampai 30 kroso.
§
Klas Pohon IV
: terdiri lebih dari 31 kroso.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
77
Baik tularan pas maupun tularan pindahan setiap hari harus diperiksa untuk mengetahui keadaan penyebaran kutu lak pada setiap pohon yang ditulari. Pada waktu swarming, larva akan keluar dan mencari tempat pada ranting untuk kemudian memasukkan mulutnya pada ranting dan menghisap zat makanan berupa getah (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004). Swarming terjadi pada temperatur 24 sampai 280 C antara jam 8.00 sampai 11.00 pagi, sore hari berkisar jam 16.00 dan lama periode ini 2 minggu. Siklus hidup kutu lak (L. lacca Kerr) 5 sampai 6 bulan dan tumbuh lebih baik pada tempat yang dingin atau lembab dibanding pada tempat yang kering (Mulyana & Intari 1995). Setelah umur 5 sampai 6 bulan tersebut kutu lak sudah tidak memproduksi lak cabang lagi yang dicirikan warna lak cabang kuning jernih, benang–benang lilin sudah banyak berkurang dan terdapatnya sel-sel anakan (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004).
a
c
b
e
f
g
d
h
Gambar 18 Proses penularan kutu lak : a. Seleksi bibit, b-c. Memasukkan bibit lak dalam kantong, d. Bibit lak di bawa ke lapangan, e. Persiapan penularan lak, f-g. Peletakan bibit lak pada tanaman kesambi, h. Bibit lak yang telah diletakkan di pohon (Koleksi Pribadi & KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2005)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
78
Gambar 19 Kutu lak yang swarming dan mulai mencari tempat pada ranting (beberapa hari setelah peletakan bibit) (Koleksi Pribadi 2005)
Gambar 20 Kutu lak setelah 1 bulan penularan (Koleksi Pribadi 2005)
Gambar 21 Kutu lak yang menulari ranting tanaman kesambi (Koleksi Pribadi 2005) 3) Pemeliharaan tularan Pemeliharaan tularan adalah kegiatan pemeliharaan tularan yang meliputi pengasapan (untuk mengatasi serangan parasit dan predator, terutama pada musim kemarau), pemberantasan hama dan penyakit, babat tumbuhan bawah serta wiwilan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
79
Kegiatan pemeliharaan tularan terdiri dari : a. Pemeliharaan Rutin, meliputi : 1. Babat tumbuhan bawah/tumbuhan liar yang mengganggu kultur terutama tumbuhan liar yang merambat. 2. Wiwilan pada ranting-ranting yang tidak ada tularannya untuk memberi sinar matahari yang cukup pada ranting-ranting yang tertular, untuk menghindari serangan jamur. 3. Membuat ilaran untuk sekat bakar, pada musim kemarau. b. Pemeliharaan Preventif 1. Mengadakan pengasapan terutama pada musim penghujan untuk menaikkan temperatur dan mengusir parasit dari lokasi tularan. Pelaksanaan dilakukan pada pagi hari sebelum jam 07.00 dan pada sore hari setelah jam 16.00. 2. Penjagaan tularan dari bahaya kebakaran hutan. c. Pemeliharaan Represif 1. Memotong ranting-ranting tularan yang terserang hama dan penyakit. 2. Pemberantasan parasit dan predator dengan pengasapan. 3. Segera mengambil tindakan apabila terjadi bahaya kebakaran hutan, pencurian lak dan gangguan lainnya.
4) Pungutan bekas bibit. Pungutan yaitu pengambilan kembali lak bibit yang ditularkan, setelah 21 hari atau setelah seluruh kutu yang ada didalam lak bibit keluar dan menulari pohon inang. Waktu pelaksanaan pungutan adalah setelah 21 hari bibit lak ditularkan. Pengambilan pungutan bekas bibit harus dilaksanakan tepat waktu.
Bila
terlalu lama akan mengakibatkan kantong rusak dan parsit akan semakin banyak keluar. Pungutan bekas bibit harus dilakukan dengan cermat, jangan sampai ada bibit yang tertinggal pada areal tularan. Pengambilan dimulai dari cabang paling atas terus turun ke bawah. Hasil pengutan diangkut ke gudang untuk dikeluarkan lak cabangnya dari kroso dan kantongan yang
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
80
membungkusnya pada saat ditular, kemudian siap untuk diangkut ke pabrik (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 1994).
Gambar 22 Pungutan bekas bibit lak dikeluarkan dari kantong untuk dikirim ke pabrik (Koleksi Pribadi 2005)
5) Pengunduhan/pemanenan Unduhan yaitu kegiatan pemanenan lak cabang dengan pemotongan ranting/cabang pada pohon-pohon yang ditulari dan lak cabang yang dihasilkan telah cukup masak (berumur sekitar 155 hari) dan kutu didalamnya sudah siap keluar (swarming). Gunanya untuk mempertahankan keutuhan jumlah kutu di dalam selnya. Apabila terlambat dilakukan unduhan, kutu akan banyak yang sudah keluar sebelum diunduh dan menjadi tularan secara alami (liar), sehingga kandungan bibit di dalam lak cabang yang akan digunakan untuk bibit menjadi berkurang.
Namun, apabila pengunduhan
dilakukan lebih awal maka bibit yang berada di dalam sel pada cabang dikhawatirkan akan mati di dalam sel karena masih memerlukan makanan, sedangkan apabila diunduh kutu di dalam sel tidak mendapatkan makanannya lagi. Keluarnya kutu lak (swarming) dapat bervariasi pada setiap tularan, hal tersebut dipengaruhi oleh kelembaban udara dan temperatur, sehingga ketuaan lak tidak dapat hanya dilihat dari umurnya yang 155 hari saja, tetapi diperlukan pengamatan terhadap tanda-tanda fisik dari tularan tersebut. Tanda-tanda utama lak tua (siap unduh) : 1. Embun madu yang menetes dari tularan sudah berhenti
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
81
2. Benang lilin berwarna putih sudah berkurang 3. Warna stok lak kecoklatan 4. Permukaan sel/tonjolan-tonjolan induk sudah merata. 5. Bila perlu diadakan pengamatan isi sel dengan membuka sel tersebut.
Gambar 23 Lak siap unduh (Koleksi Pribadi 2005) Tiap unduhan yang dapat dijadikan lak bibit ± 50 sampai 60% dari berat lak cabang hasil unduhan semuanya. Alat yang digunakan untuk mengunduh antara lain : sabit/arit, gunting lak/gunting cabang, dan keranjang untuk meletakkan lak hasil unduhan. Cara-cara pelaksanaan unduhan : 1. Pemotongan cabang dan ranting dilakukan terhadap seluruh cabang dan ranting pada pohon inang yang ditulari 2. Pemangkasan dilaksanakan sejauh 15 cm dari pangkasan sebelumnya (yaitu pada ranting berdiameter maksimal 2 cm) 3. Pengguntingan jangan sampai merusak lak cabang, yaitu pada sela-sela sekresi (pada bagian ranting yang tidak ada sekresi laknya) dan diusahakan panjangnya potongan antara 10 sampai 20 cm. 4. Hasil potongan diangkut ke gudang. Umur unduhan lak dibagi menjadi 3 : •
Umur prematur : 110 sampai 140 hari
•
Umur normal : 155 hari
•
Umur panjang : 160 sampai 175 hari (biasanya dipengaruhi oleh cuaca)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
82
a
b
d
c
e
f
Gambar 24 Proses pengunduhan lak batang : a-b. Pemotongan cabang dan ranting yang akan diunduh, c. Ranting hasil pemangkasan, d-f. Pemotongan dan pengguntingan lak cabang (Koleksi Pribadi 2005)
Gambar 25 Perlakuan unduhan prematur (Sumber : KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
83
Gambar 26 Tanaman inang setelah dilakukan pengunduhan (Koleksi Pribadi 2005)
6) Seleksi bibit Menurut Murgunadi (1994), seleksi lak cabang dilakukan setelah kegiatan penerimaan lak cabang hasil unduhan, dengan pemisahan lak cabang bibit dan lak cabang bukan bibit. Seleksi lak cabang bertujuan untuk : a. Memisahkan lak cabang dengan potongan kayu tanpa lak yang terbawa dari hutan. b. Memisahkan lak cabang bibit (AI) dan bukan bibit (AII dan AIII). c. Memisahkan kualitas bibit lak menurut klas bibit yaitu I, II, dan III, pengantongan bibit termasuk memasukkan ke dalam kroso dan menata bibit sampai siap di bawa ke tularan, serta menimbang hasil penerimaan.
a
b
c
Gambar 27 Lak dari hutan yang dikumpulkan di gudang untuk diseleksi : a. lak batang yang belum diseleksi, b. lak batang yang akan dijadikan bibit, c. lak batang afkir (Koleksi Pribadi 2005)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
84
Dari hasil seleksi lak cabang (stocklak) didapatkan hasil berupa : a . Lak bibit Yaitu lak cabang yang sekresinya baik, mengandung bibit/larva kutu lak (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 1994). Penentuan klas bibit secara umum berdasarkan pada : 1. Panjangnya sekresi dan ketebalan sekresi. 2. Kesehatan sekresi (tingkat kandungan parasit yang ditandai adanya lubang- lubang parasit). 3. Warna sekresi kuning kecoklatan. 4. Permukaan sekresi rata dan sehat, nampak basah, bulat dan tidak terputus-putus. Setelah proses seleksi, dilakukan pengantongan bibit lak yaitu dengan memasukkan lak bibit dalam kantong kain, satu kantong berisi ± 100 gram. Pengantongan adalah kegiatan memasukkan bibit lak ke dalam kantongan, terutama pada bibit klas II dan IV. Bibit dimasukkan ke dalam kantong kain kasa dengan mata lubang kain kurang dari 0,5 mm, panjang 25 cm dan lebar 5 cm, tujuannya adalah untuk mencegah menjalarnya perkembangan parasit dan predator. Pengisian kantong dijaga jangan sampai terlalu penuh karena akan mengakibatkan sobeknya kantong atau rusaknya jahitan kantong sehingga terdapat lubang untuk keluarnya parsit dari dalam kantong.
Apabila pengisian kantong terlalu penuh, lak bibit di dalam
kantong saling berdesakan, sehingga dapat menimbulkan tertutupnya lubang sel pada lak bibit yang akan menghambat keluarnya kutu lak dari selnya. Mulut kantong ditutup dengan cara diikat dengan menggunakan karet gelang.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
85
Gambar 28 Proses pengantongan bibit lak (Koleksi Pribadi 2005) Selesai pengantongan dengan menggunakan kain kasa, lak bibit juga dimasukkan ke dalam kroso. Kroso adalah kantong yang terbuat dari anyaman bambu. Kroso untuk setiap klas bibit diberi tanda warna tertentu pada bagian bawahnya untuk memudahkan pengenalan terhadap klas bibit yang ada di dalam kroso (Murgunadi 1994). Warna yang digunakan untuk membedakan klas bibit : - Kroso warna merah untuk klas I dan II - Kroso warna putih untuk klas III - Kroso warna biru untuk klas IV Setelah itu bibit lak siap untuk ditularkan. Kebutuhan bibit per hektar 300 kg dan kebutuhan per tahun normalnya 500 ton. b. Lak non bibit Yaitu lak cabang yang sekresinya jelek dan tidak mengandung bibit atau larva kutu lak. (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 1994). Setelah diadakan klasifikasi bibit, ada dua kemungkinan yaitu : apabila bibit banyak, bibit yang digunakan hanya klas I dan II. Sedangkan apabila bibit terbatas, semua klas bibit digunakan.
Lak cabang AII dan A III (produksi) Lak cabang AII adalah lak cabang yang sebenarnya masuk dalam klasifikasi lak bibit (AI).
Hanya saja, keterlambatan dalam pengunduhan
membuat kutu lak telah terlebih dahulu meninggalkan selnya sehingga lak
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
86
bibit menjadi kosong. Sedangkan yang dimaksud dengan lak cabang AIII adalah lak cabang yang telah diseleksi dan tidak termasuk dalam klasifikasi lak cabang untuk bibit (afkir dari bibit).
AII
AIII
Gambar 29 Lak cabang AII dan AIII (Koleksi Pribadi 2005)
Perlakuan lak cabang AII yaitu dikumpulkan pada suatu tempat dan secepatnya dimasukkan dalam karung goni dan ditimbang beratnya. Karung goni berisi lak cabang AIII ini ditempatkan tersendiri terpisah dari tempat penyimpanan bibit yang akan ditulari agar parsit yang keluar dari lak cabang AIII tidak terbawa pada bibit yang akan ditularkan. Lak cabang AIII setelah terkumpul siap diangkut ke pabrik (Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 1994).
Gambar 30 Lak cabang yang siap diangkut ke pabrik untuk diprooses menjadi lak butiran (Koleksi Pribadi 2005)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
87
Pengelolaan Lak Cabang
Pengelolaan lak cabang di KPH Probolinggo dilakukan di pabrik seedlak Banyukerto yang terletak di kota Probolinggo. Pabrik lak ini merupakan satusatunya pabrik lak yang dimiliki oleh Perum Perhutani yang di bangun pada tahun 1965.
Dalam perkembangannya, pabrik ini banyak mengalami perbaikan,
terutama penggantian mesin atau penambahan alat baru.
Dalam upaya
peningkatan produksi, pada tahun 1984 sampai 1987 dilakukan rehabilitasi dan penggantian mesin. Pada tahun 1988 sampai 2003 terdapat penyempurnaan mesin antara lain mesin blower yang berfungsi sebagai pengisap abu.
Pabrik ini
memiliki kapasitas 1500 ton/tahun dengan kapasitas harian sebesar 5 ton (hari kerja efektif 25 hari/bulan). Bangunan pabrik berdiri di atas tanah perusahaan seluas 9.729 hektar. Bangunan gedung pabrik terdiri dari kantor pabrik dan kantor gudang, gudang pengering, ruang proses, ruang bengkel, lantai jemuran, MCK, rumah pompa air dan bak penampungan limbah. Sedangkan mesin dan instalasi antara lain berupa proses seperti Chusher, mesin ayak kayu, blower, bak perendaman, tabung pembilas (polisher), bak pencucian, bak air garam, bak pencucian, bak air tawar dan sentrifuge.
Gambar 31 Kondisi pabrik lak Banyukerto (Koleksi Pribadi 2005)
Bahan baku pabrik seedlak berupa lak cabang dihasilkan dari 2 BKPH yaitu BKPH Taman dan BKPH Kabuaran yang letaknya berjarak ±60 km dari lokasi
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
88
pabrik lak Banyukerto yang berada di Probolinggo. Lak cabang hasil unduhan dan pungutan dari hutan dibawa ke gudang lak Banyukerto, disini bahan baku seedlak dikeluarkan dari karung dan kemudian ditimbun sesuai dengan Sortiran A1, A2, dan A3.
Tabel 9 menunjukkan persyaratan bahan baku seedlak
berdasarkan SNI. 01-5009-2-2000.
Tabel 9 Persyaratan mutu lak batang MUTU
KETERANGAN
A1
Potongan lak cabang/ranting yang seluruhnya tertutup sekresi lak, membulat tebal dan hanya terdapat satu-dua lubang parasit Potongan lak cabang/ranting yang tidak seluruhnya tertutup sekresi lak, tebal kurang merata dan terdapat sama lebih besar lubang parasit Potongan lak cabang/ranting yang tidak seluruhnya tertutup sekresi lak, tebal tidak merata dan terdapat sama lebih besar lubang parasit
A2 A3
LAK CABANG
UNIT PENGEROKAN
UNIT PENGAYAKAN
UNIT PERENDAMAN
UNIT PENCUCIAN
UNIT PENGERINGAN
LAK BUTIRAN (SEEDLAK)
UNIT PENGOLAHAN LIMBAH
AIR PEMBUANGAN LIMBAH
Gambar 32 Alur dalam pengelolaan lak cabang di pabrik lak
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
89
Alur pengelolaan lak cabang di pabrik lak Banyukerto adalah sebagai berikut : 1). Penyediaan bahan baku (lak cabang) Bahan baku lak cabang/ranting yang tersimpan gudang pabrik dibawa ke pabrik untuk diolah menjadi lak butiran (seedlak).
Gambar 33 Lak cabang yang akan digiling (Sumber : KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004)
2). Pengerokan Tujuan dari unit pengerokan adalah memisahkan lak dari cabangnya dengan cara menggiling. Pengerokan lak cabang menggunakan mesin crusher.
Gambar 34 Mesin crusher yang digunakan untuk pengerok lak cabang (Sumber : KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
90
3). Pengayakan Lak cabang setelah masuk ke unit pengerokan (crusher), kemudian dilanjutkan dengan beberapa sap ayakan berdiameter 8 mm dan 6 mm. Pada proses ini akan menghasilkan butiran lak yang masih bercampur dengan kotoran dari serpihan ranting. Terdapat dua alat yang digunakan dalam unit pengayakan yaitu pengayakan afkal dan pengayakan getar. Tujuan pengayakan afkal adalah untuk memisahkan kembali lak dari dari kayu cabang, sedangkan pengayakan getar bertujuan untuk penyaringan pertama butiran lak dari kotoran-kotoran yang menyertai. Bila dari hasil ayakan afkal masih terdapat kayu yang mengandung lak maka kayu tersebut digiling kembali di mesin crusher.
Gambar 35 Mesin ayak afkal dan getar (Koleksi Pribadi 2005)
Gambar 36 Proses pengayakan lak cabang yang telah di kerok (Sumber : KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
91
4). Perendaman Perendaman bertujuan untuk melunakkan kotoran-kotoran yang menyertai lak butiran. Bahan penolong yang digunakan untuk merendam adalah soda api. Untuk 1 ton lak butiran memerlukan minimal 500 g soda api, jika kurang akan berpengaruh terhadap warna lak butiran, warna lak menjadi kurang cerah. Tiap bak perendaman mampu menampung maksimal 350 kg lak butiran. Lak butiran yang ditampung dalam bak perendaman diberi air secukupnya dan diaduk sampai merata dengan pemutar baling-baling selama 6 jam. Lama perendaman minimal 12 jam, bila kurang maka akan mempengaruhi warna lak. Warna merah yang muncul merupakan endapan darah dari kutu lak dan sel yang belum kering/tua karena lak cabang banyak dari sortimen A-III.
Gambar 37 Bak perendaman (Koleksi Pribadi 2005) 5). Pencucian Dalam unit pencucian terdapat pencucian dengan air tawar dan pencucian air garam. Pencucian dengan air garam bertujuan untuk melarutkan kotorankotoran yang menyertai lak butiran, sehingga butiran lak akan tampak mengapung di permukaan air.
Proses pencucian dimulai dari bak pemolesan (washers),
butiran lak diadu dalam mesin diharapkan warna menjadi mengkilap. Dalam bak ini sirkulasi air terus berjalan selama 20 menit yang bertujuan juga mencuci warna merah menjadi bersih. Namun kotoran masih ada. Kemudian dilanjutkan dengan bak pembilas pertama, butiran lak disemprot dengan air tawar sebanyak-banyaknya selama 10 menit hingga butiran lak bersih, dengan indikasi air yang keluar dari bak pembilasan tidak berwarna merah. Penyemprotan dilakukan dengan air yang bertekanan dan hati-hati agar butiran lak tidak larut terbawa air.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
92
Pada bak penggaraman, butiran lak dicampur dengan air sampai bak penuh dan ditambah/dicampur garam 400 kg untuk tiap 1 ton lak butiran dan larutan ini bisa digunakan sampai 2 sampai 3 kali proses. Bila pemberian garam kurang, maka kotoran tidak bisa mengendap. Kemudian campuran diaduk dengan tujuan agar kotoran-kotoran mengendap dan lak butiran mengapung di permukaan air. Lama perendaman 15 menit, setelah itu lak butiran dipindahkan lagi ke bak cuci air tawar. Bak pembilas kedua, untuk mencuci rasa asin pada butiran lak dengan menyemprotkan air bersih pada butiran lak. Pencucian yang dilakukan pada bak air tawar bertujuan untuk menetralkan asin yang terdapat pada butiran lak setelah dicuci dengan menggunakan air garam. Lak butiran diangkat bila sudah tidak menggumpal lagi. Proses-proses pencucian lak butiran dapat dilihat pada Gambar 38.
Gambar 38 Proses pencucian lak butiran [tangki washer/mesin poles] (Koleksi Pribadi 2005)
6). Pengeringan Unit pengeringan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama pengeringan menggunakan mesin centrifuge untuk mengurangi kadar air pada lak butiran agar cepat kering. Mesin centrifuge ini memiliki kapasitas 20 kg. Lak butiran dari bak air tawar dimasukkan ke dalam mesin centrifuge selama 30 menit. Selanjutnya tahap kedua pengeringan dengan penjemuran angin-angin di gudang pengeringan dengan menggunakan bantuan angin dan kipas angin.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
93
Setelah lak butiran kering, diayak kembali dengan ayakan manual sehingga afkal kayu kecil dapat dipisahkan. Dalam unit pengeringan ini juga dilakukan proses penilaian hasil prosesing, jika banyak terdapat campuran kayu afkal dan berwarna coklat kehitaman maka diklaskan sebagai klas D dan jika bersih serta tidak ada gumpalan dan berwarna kuning kecoklatan serta berdiameter sekitar 1 cm masuk dalam klas P (kualitas ekspor). Persyaratan mutu lak butiran, berdasarkan
Keputusan
Badan
Standarisasi
Nasional
No.
1705A/BSN-
1/HK.4/6/2000 tgl. 30-6-2000 dengan nomor SNI 01-5009-2-2000 (Tabel 10.) Tabel 10 Persyaratan umum lak butiran No 1.
Karakteristik Kekeringan
2.
Kebersihan
3. 4.
Warna Besar butiran
Mutu P Kering tidak ada gumpalan
Mutu D Kering boleh ada gumpalan Bebas dari ranting, bebas debu lak Boleh ada debu lak dan dan bahan lainnya bahan lainnya Kuning kecoklatan Coklat kehitaman Diameter 0.2 – 0.5 cm Tidak dibatasi
Gambar 39 Proses pengeringan lak butiran (Sumber : KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur 2004)
7). Pengemasan Lak butiran yang telah kering siap dipasarkan dengan terlebih dahulu dikemas dengan menggunakan karung goni yang didalamnya dilapisi lagi dengan menggunakan plastik. Satu karung goni, biasanya berisi 50 kg lak butiran.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
94
Peningkatan Produksi dan Kualitas Lak Butiran
Beberapa faktor di bawah ini dijadikan indikator untuk meningkatkan produksi dan kualitas lak yang dihasilkan, faktor-faktor tersebut adalah : 1) Penambahan luas kawasan hutan kesambi di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Kawasan hutan kesambi di daerah KPH Probolinggo terdiri dari tegakan kesambi dengan kerapatan tegakan yang tidak merata.
Jumlah pohon per
hektarnya berkisar antara 100 sampai 400 pohon. Sesuai klas perusahaan kesambi tahun 1999 sampai dengan 2005 terdapat potensi tanaman kesambi dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Luas kawasan hutan dan tularan tanaman kesambi No.
BKPH
Luas Tanaman Kesambi (Ha) 1. Taman 1 752 2. Kabuaran 1 691.3 Jumlah 3 443.3 Sumber : KPH Probolinggo, Perum Perhutani 2004
Tularan (Ha) 1 320.3 1 464.1 2 784.4
Sisa (Ha) 431.7 227.2 658.9
Dari data diatas, seluas 658.9 hektar tanaman yang belum ditulari bibit lak cabang. Luasan tersebur tidak bisa ditulari dikarenakan kondisi wilayah yang berupa jurang yang terjal dengan kemiringan mencapai 45% sehingga sulit untuk ditulari bibit lak. Selain daerah yang terjal, beberapa wilayah juga ditumbuhi tanaman jenis lain yang tidak bisa ditulari oleh kutu lak. Untuk meningkatkan produksi lak cabang, penambahan areal tularan perlu dilakukan. Perum Perhutani mencoba membudidayakan tanaman kesambi di BKPH Kraksaan dengan luas 871.7 hektar. Hanya saja, tanaman kesambi di wilayah ini belum dapat ditulari kutu lak. Tanaman kesambi dengan luas 1 hektar membutuhkan lak bibit sebanyak 300 kg, setelah 6 bulan akan menghasilkan ± 900 kg lak batang (bibit lak dikatakan berhasil ditulari bila unduhan yang dihasilkan sebanyak 3 kali jumlah bibit yang ditularkan). Tetapi dalam 1 hektar, kebutuhan bibit lak bisa lebih atau kurang dari 300 kg. Sehingga, semakin luas lahan kesambi yang ditulari, semakin banyak pula lak batang yang dapat diunduh. Namun, kwalitas bibit lak yang
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
95
digunakan untuk tularan juga perlu diperhatikan sehingga produksi unduhan dapat mencapai 3 sampai 5 kali lipat dari bibit tularan sehingga rendemen seedlak mencapai 20%.
2) Pemilihan dan pemeliharaan tanaman inang yang tepat. Tanaman inang merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan panen lak. Pohon inang dapat menentukan kualitas dan kuantitas lak yang dihasilkan. Permudaan, kerapatan tegakan dan pemeliharaan tegakan inang harus diperhatikan secara intensif. Kesambi merupakan salah satu pilihan dari beberapa alternatif tanaman yang dapat dijadikan tanaman inang untuk budidaya kutu lak terutaman untuk di wilayah kawasan hutan KPH Probolinggo, karena jenis tanaman inang lain mungkin saja dapat dibudidayakan ditempat lain yang sesuai dengan tempat tumbuh kutu lak dan tanaman inangnya.
3) Mempercepat waktu penularan bibit kutu lak Selama ini, tanaman kesambi baru dapat ditulari pada saat berumur 15 tahun.
Namun, menurut hasil pengalaman Bapak
Suwarna (Asper/KBKPH
Kabuaran KPH Probolinggo) tanaman kesambi sudah dapat ditulari pada umur 4 tahun. Pada saat tanaman berumur 6 tahun, dilakukan pemangkasan tahap I. Untuk memanfaatkan ranting yang akan dipangkas, ranting-ranting tersebut terlebih dahulu ditulari dengan kutu lak, sehingga pada saat dilakukan pemangkasan juga dapat menghasilkan lak cabang. Hasil lak yang dipanen secara kualitas sudah cukup baik dan dapat menambah kebutuhan lak bibit dan produksi lak butiran. Kebutuhan lak bibit juga disesuaikan dengan umur tanaman. Bila tanaman kesambi berumur 4 tahun, maka kebutuhan lak bibit sebesar 100 sampai 150 kg per hektar, umur 5 tahun sebesar 200 kg per hektar, umur 6 tahun sebesar 250 kg per hektar dan pada saat tanaman kesambi berumur 10 tahun dibutuhkan lak bibit sebanyak 300 kg per hektar.
4) Sistem tularan Ada dua sistem tularan yang dapat diterapkan dalam penularan bibit lak yaitu sistem tularan pas dan sistem tularan pindahan. Sistem tularan pas adalah
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
96
sistem tularan dimana jumlah bibit yang ditularkan pada semua pohon sudah tepat dengan kemampuan pohon, sehingga diperlukan perhitungan yang sangat cermat dalam menentukan jumlah bibit yang ditularkan pada semua pohon. Sistem tularan pindahan adalah sistem tularan yang dilakukan apabila keadaan bibit terbatas, tenaga kerja tularan tersedia cukup, dan tumbuhan inang dalam jumlah cukup. Dari kedua sistem tularan ini, sistem tularan pas yang paling baik diterapkan dalam penularan bibit lak. Bila menggunakan sistem tularan pindahan, kualitas tularan sangat jelek dan sukar dikendalikan. Para pekerja menularkan bibit tidak berdasarkan pada kemampuan pohon penampung bibit, sehingga penularan bibit sebanyak-banyaknya supaya pendapatan tinggi. Akibatnya kualitas tularan sangat jelek, laknya tipis-tipis, bahkan tak jarang tularan pada musim kemarau mati berikut tanaman inangnya. Akibat lain, biaya tularan menjadi mahal karena untuk memindahkan bibit tularan diperlukan biaya lagi. Sistem tularan pas, lebih dapat dikontrol dalam pemenuhan kebutuhan bibit tiap hektar dan tiap pohonnya sehingga pohon inang cukup mampu menghidupi kutu lak walau di musim kemarau. Lak yang dihasilkan tebal-tebal dan disamping itu tidak lagi dikeluarkan biaya tularan pindahan.
5) Upaya penanggulangan musuh alami dari kutu lak Adanya musuh alami dapat mengganggu kelangsungan hidup kutu lak tersebut.
Musuh alami kutu lak, baik berupa predator dan parasit juga
menentukan kuantitas sekresi lak yang dihasilkan. Jenis predator yang mungkin menyerang Kutu Lak antara lain yaitu: Ecytus deauti, E. amabilis More serta Halcocera pulvereae Mayer dan semut. Penyerangan parasit E. dewitzii yang dapat memusnahkan kultur lak. Parasit yang menyerang kutu lak berupa insekta kecil yang bersayap, berukuran ± 0,5 mm x 1 mm, bertelur di dalam tubuh lak dengan cara memasukkan ovipositor (alat untuk mengeluarkan telur) ke dalam tubuh kutu lak. Jenis–jenis parasit tersebut adalah E. dewitzii yang menyerang pada tularan umur 15 sampai 60 hari. T. tachardiae yang menyerang pada tularan 15 sampai 90 hari. T. tachardiae yang menyerang tularan umur 4 sampai 5 bulan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
97
Tabel 12 Beberapa parasit kutu lak dan upaya pengendaliannya No
Nama
1. E. dewitzii Mahd 2. T. tachardiae How 3. T. somervilli Mahd 4. Cocophargus Tshirchii Mahd 5. T. purpureus 6. Eupelmus tachardiae How
Siklus Hidup -
Umur Tularan yang Diserang 1 – 60 hari 15 – 90 hari
-
4 – 5 bln
Intensitas Upaya Serangan Pengendalian (%) 90 % Pengasapan 60 % Pengasapan 20 – 30 % Pengasapan
-
-
-
-
-
-
-
-
Sumber data : 1. Bagan kerja perusahaan lak kehutanan di Probolinggo jangka 1959 - 1968 2. SK. Direksi Perhutani TGL. 29 – 7 – 2005, No.827/KPTS/DIR/1987
Predator kutu lak adalah insekta yang bertelur diatas atau di samping kotoran lak, memakan kotoran lak lalu masuk untuk memakan kutu lak. Jenisjenis predator yang menyerang lak adalah E. amabilis berupa ulat dan kupunya berwarna putih. E. amabilis berupa ulat hijau dan kupunya berwarna perca coklat. H. pulvereae berwarna abu kehitam–hitaman. Pyroderces falcatella yang menyerang pada tularan yang masih muda (Perum Perhutani 1987). Menurut Moerdjono (1968) pengendalian parasit dan predator dapat dilakukan dengan cara memanen lak sedekat mungkin dengan waktu swarming, mematikan kutu lak yang masih tersisa di gudang penyimpanan dengan insektisida, membersihkan sisa–sisa ranting bekas tularan kutu lak yang masih tertinggal di pohon inang. Hasil pungutan lak bekas bibit direndam ke dalam air selama 3 hari 3 malam agar larva parasit dan predator mati. Pencegahan serangan hama lak dapat dilakukan dengan memasukkan lak bibit ke dalam kantong–kantong dari kain kasa dengan mata lubang kurang dari 0,5 mm sehingga larva laknya dapat ke luar dari lubang itu sedangkan hamanya tertahan di dalam kantong.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
98
Tabel 13 Beberapa predator kutu lak dan upaya pengendaliannya No
Nama
1. E. amabilis Moore (ulat & kupu putih)
3–4 kali/thn
Umur Tularan yang Diserang Tularan Muda
2. Amatrachyyntis falcatella (ulat abu – abu)
3–4 kali/thn
Stoclak kering
3
3. Cremastogaster dohrni Meyer (semut kripik)
-
Berbagai umur tularan
70
4. Pheidologeton diverses Jerd (semut gatal)
-
Tularan Muda
100
5. E. rubra Hamps (ulat warna hijau kotor & kupu berpeca coklat ) 6. Calloscruius nigrovittatus Horsf (bajing ) 7. Macacarius (kera )
Siklus Hidup
Intensitas Serangan (%) 20
Upaya Pengendalian -
Pengasapan Gepyok Pengasapan Gepyok
- Insektisida (bentuknya seperti kapur tulis) - Insektisida (bentuknya seperti kapur tulis) - Pengasapan - Gepyok
3–4 kali/thn
-
-
-
- Umpan beracun
-
-
- Umpan beracun
Sumber data : 1. Bagan kerja perusahaan lak kehutanan di Probolinggo jangka 1959 - 1968 2. SK. Direksi Perhutani TGL. 29 – 7 – 2005, No.827/KPTS/DIR/1987
6) Penjagaan kualitas lak cabang Pada saat produksi lak cabang jumlahnya sedikit dan selalu habis diproses, serta pemasaran lak butiran juga habis terjual. Penyimpanan lak cabang bukan merupakan suatu masalah. Bila lak cabang diproses menjadi lak butiran (seedlak) dan ternyata lak butiran tersebut tidak segera dipasarkan (belum laku terjual) maka harus mengeluarkan ekstra tenaga untuk perawatan. Tanpa perawatan yang baik, kualitas akan turun, warna lak butiran akan menjadi hitam dan bahkan dapat menggumpal. Hal ini akan terjadi bila produksi lak cabang sedang melimpah sedangkan permintaan akan lak butiran kurang. Untuk mengatasi hal tersebut, lak cabang sebaiknya disimpan dalam bentuk lak cabang dengan kualitas AI, sementara lak cabang kualitas AII dan AIII terus
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
99
diproses.
Dengan demikian, target produksi seedlak tetap tercapai dengan
memproses lak cabang AIII di samping masih mempunyai simpanan lak cabang kualitas AI.
7) Penentuan kualitas lak butiran Tiap tahapan dalam proses pengelolaan lak dari lak batang menjadi lak butiran, menentukan kualitas lak butiran yang dihasilkan dan proses ini sangat berhubungan satu dengan yang lain. Bahan baku yang digunakan (sortiran AI, AII, dan AIII) menentukan rendemen yang dihasilkan. Rendemen yang diharapkan untuk setiap kali proses pengolahan lak cabang sebesar 20%. Penentuan kualitas lak butiran dilakukan dengan menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI 01 -5009.2-2000) dengan persyaratan : a). Persyaratan bahan baku Pada saat pengambilan, lak cabang dipotong-potong dengan panjang sekitar 20 cm dan sesuai dengan penyebaran laknya dipilih menjadi : 1. Sortasi A.I Potongan cabang/ranting yang seluruhnya tertutup sekresi lak, membulat tebal dan hanya terdapat 1 sampai 2 lubang parasit. 2. Sortasi A.II Potongan cabang/ranting yang tidak seluruhnya tertutup sekresi lak, tebal, kurang merata dan terdapat ≥ 3 lubang parasit. 3. Sortasi A.III Potongan cabang/ranting yang tidak seluruhnya tertutup sekresi lak, tebal, tidak merata, dan terdapat ≥ 3 lubang parasit. b). Klasifikasi mutu lak butiran Lak butiran diklasifikasikan ke dalam 2 klas mutu : 1.
Mutu Pertama (P)
2.
Mutu Kedua (D)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
100
c). Persyaratan mutu 1. Persyaratan umum a. Lak butiran harus kering, tidak menggumpal, bersih dari kotoran berupa serbuk kayu, ranting, dan debu, baik debu lak maupun yang lainnya b. Kekeringan : Kering, setelah melalui proses pengeringan alami/buatan hingga mencapai kering udara. c. Kecuali ada ketentuan lain antara konsumen dan produsen, maka persyaratan khusus mutu lak butiran, akan diatur kemudian. 2. Persyaratan khusus Persyaratan khusus mutu lak butiran, tercantum dalam tabel berikut : Tabel 14 Persyaratan mutu lak butiran
3. Warna
Mutu P D Kering tidak ada gumpalan Kering boleh ada gumpalan Bebas dari ranting, debu lak Boleh ada debu lak dan dan bahan lain bahan lain Kuning kecoklatan Coklat kehitaman
4. Besar butiran
∅ 0.2 cm s/d 0.5 cm
No.
Karakteristik
1. Kekeringan 2. Kebersihan
Tidak dibatasi
KPH Probolinggo telah berusaha untuk memenuhi semua standar kualitas dari SNI diatas. Lak butiran yang dihasilkan oleh pabrik lak Banyukerto sudah memenuhi standar mutu P. Bahkan, warna lak butiran yang dihasilkan dari pabrik lak Banyukerto ini lebih cerah bila dibandingkan lak butiran yang berasal dari India. Penggunaan soda api untuk menghilangkan kotoran pada lak butiran perlu ditinjau ulang, dalam artianya bila lak butiran yang diproduksi diperuntukkan untuk dikonsumsi (misalnya pelapis permen), penggunaan soda api harus digantikan dengan produk lain yang lebih aman. Namun sampai saat ini belum ada produk lain yang dapat dijadikan alternatif pengganti soda api sehingga lak lebih aman untuk dikonsumsi.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
101
Peluang Investasi Budidaya Kutu Lak
A. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran Analisa pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting untuk meyakinkan bahwa terdapat suatu permintaan yang efektif pada suatu harga yang menguntungkan (Gittinger 1986). 1. Produksi Lak dipasarkan dalam bentuk butiran (seedlak) dan dalam bentuk lak lembaran baru atau lak putih (shellac).
Lak lembaran merupakan hasil
pengolahan lanjut dari lak butiran. Di KPH Probolinggo, lak dipasarkan dalam bentuk seedlak. Selain di KPH Probolinggo, Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah penghasil lak.
Hanya saja, pengelolaan lak di NTT masih
dikelolah langsung oleh masyrakat dimana kesambi didaerah tersebut tumbuh secara alami. Produksi lak di KPH Probolinggo dari pabrik Banyukerto berfluktuasi setiap tahunnya.
Dari tahun 1998 sampai tahun 2000, produksi seedlak mengalami
peningkatan yaitu sebesar 104 764 kg pada tahun 1998 menjadi 199 740 kg pada tahun 2000. Namun, pada tahun 2001 terjadi penurunan produksi sehingga hanya menghasilkan 99 477 kg. Kemudian produksi meningkat kembali pada tahun 2002 yaitu sebesar 177 107 kg. Namun, penurunan produksi kembali terjadi pada tahun 2003 sampai dengan 2004 yaitu sebesar 103 433 kg pada tahun 2003 dan hanya 66 706 kg pada tahun 2004. Untuk produksi lak butiran (seedlak) sampai dengan bulan Agustus 2005 baru mencapai 60 547 kg dari 273 718 kg yang direncanakan. Berkurangnya produksi seedlak yang dihasilkan disebabkan karena beberapa faktor. Diantaranya adalah kondisi iklim yang sangat kering sehingga tidak memungkinkan tanaman inang untuk hidup dengan baik.
Selain itu,
serangan predator dan parasit juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan turunya produksi lak batang. Perkembangan produksi lak cabang dan lak butiran di KPH Probolinggo dapat dilihat pada Tabel 15.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
102
Tabel 15 Perkembangan produksi lak cabang dan lak butiran di KPH Probolinggo (dari tahun 1998 sampai dengan 2005 )
Tahun AI
Lak Cabang (Kg) Klas AII AIII
1998 170 563 - 434 374 1999 229 797 9 531 760 038 2000 231 820 2 400 845 234 2001 140 744 38 675 385 323 2002 234 514 12 244 698 528 2003 157 042 4 527 396 097 2004 113 437 - 261 493 2005 98 136 - 140 607 Sumber : KPH Probolinggo, 2005
Jumlah 604 937 999 366 1 079 454 564 742 945 286 557 666 374 930 238 743
Seedlak (Kg) Mutu Jumlah P D 104 764 174 034 199 740 68 916 113 992 103 433 65 500 60 403
30 561 63 115 1 206 144
104 764 174 034 199 740 99 477 177 107 103 433 66 706 60 547
2. Konsumsi dan Perdagangan lak butiran (seedlak) Perum Perhutani memproduksi seedlak untuk memenuhi kebutuhan lak di dalam dan luar negeri. Untuk pasaran dalam negeri, lak dikirim ke Surabaya, Solo, Semarang, dan Bandung. Untuk pasaran luar negeri, lak dikirim ke India, Pakistan dan Jepang. Lak yang diproduksi oleh masyarakat NTT selain memasok kebutuhan lak didalam negeri, mereka juga mengeksport lak tersebut untuk memenuhi pasaran luar negeri dengan salah satu negara tujuan yaitu Amerika Serikat. Permintaan lak dari dalam maupun luar negeri terus meningkat tiap tahunnya dengan harga jual yang cukup baik. Hanya saja, produsen lak yang ada di Indonesia belum dapat memenuhi permintaan pasar. Contoh kasus pada tahun 1998, Amerika Serikat membutuhkan lak butiran sebanyak 500 ton, namun NTT hanya dapat memenuhi 4% dari permintaan tersebut yaitu sebesar 20 ton (Wibowo 1999). Realisasi penjualan lak butiran yang dilakukan oleh KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 16. Pada Tabel 16 terlihat bahwa penjualan lak butiran yang dilakukan oleh Perum Perhutani berfluktuasi setiap tahunnya. Kadang kala penjulan meningkat selama beberapa tahun, namun tahun berikutnya menurun.
Pada tahun 1995
sampai 1996 terjadi peningkatan penjualan dari 55 ton menjadi 75 ton berarti ada kenaikan sebesar 26.67 %, namun pada tahun 1997 terjadi penurunan sebesar 47%
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
103
(51 ton). Namun di tahun 1998, terjadi lonjakan penjualan sebesar 157 ton (68%). Seperti telah dikemukakan pada bagian produksi diatas, kendala yang dihadapi oleh Perum Perhutani adalah belum dapat memenuhi permintaan konsumen akan lak butiran. Misalnya saja faktor biotik dalam budidaya kutu lak dan tanaman inang untuk menghasilkan lak batang seperti yang diharapkan. Tabel 16 Realisasi penjualan dan harga jual dasar lak butiran (seedlak) di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Penjualan (Ton) Dalam Luar Jumlah Negeri Negeri 55.00 55.00 75.00 75.00 51.00 51.00 157.00 - 157.00 111.00 - 111.00 62.00 166.00 228.00
Jumlah ((seedlak)) Mutu P
Mutu D
Harga Jual Dasar Mutu P
Mutu D
(Rp/Kg)
(Rp/Kg)
2001
32.60
48.00
80.60
886 600 000
11 000
2002
99.44
132.00
231.44
3 280 662 000
3 166 099 200
14 175
13 680
2003
58.00
46.50
104.50
1 567 500 000
1 149 500 000
15 000
11 000
2004
54.60
12.00
66.60
1 098 900 000
1 045 620 000
16 500
15 700
2005
9.50
-
9.50
171 000 000
161 500 000
18 000
17 000
196 080 000
186 960 000
20 640
19 680
Keterangan
SK No. 499/KPTS/Dir/2001 Tgl. 29-6-2001 SK No. 376/KPTS/Dir/2002 Tgl. 24-6-2002 SK No. 893/KPTS/Dir/2002 Tgl. 26-12-2002 SK No. 147/KPTS/Dir/2004 Tgl. 24-3-2004 SK No. 007/KPTS/Dir/2005 Tgl. 3-1-2005 SK No. 497/KPTS/Dir/2005 Tgl. 16-8-2005
Sumber : KPH Probolinggo, 2005 3. Rantai pemasaran lak butiran (seedlak) Pemasaran merupakan suatu kegiatan untuk menyalurkan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen.
Diantara produsen dan konsumen tersebut
terdapat lembaga-lembaga pemasaran yang akhirnya membentuk saluran pemasaran. Saluran/Rantai pemasaran seedlak sangat sederhana, pada kasus ini keterlibatan lembaga pemasaran sangat sederhana. Saluran pemasaran lak butiran dapat dilihat pada Gambar 40.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
104
Perum Perhutani (Produsen) Lak Batang
Perum Perhutani (Pengelolaan lak batang untuk dijadikan Seedlak)
Saluran 1
Perum Perhutani (Pemasaran Seedlak) Dalam Negeri
Saluran 2
Pedagang Pengecer
Konsumen
Luar Negeri Saluran 3
Pedagang Pengumpul
Saluran 4
Konsumen
Pengelolaan seedlak menjadi Powder, Kripik lak dan Lak putih
Gambar 40 Saluran pemasaran lak butiran pada Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Terdapat empat saluran pemasaran lak butiran dengan Perum Perhutani sebagai saluran pemasaran utama sebelum masuk kesaluran pemasaran ke dua, ke tiga dan ke empat. Sebagai produsen lak batang yang merupakan bahan baku lak butiran, Perum Perhutani juga mengelolah langsung lak butiran tersebut menjadi seedlak dan kemudian langsung memasarkan ke pasaran dalam dan luar negeri. Dari sini terbentuk saluran pemasaran ke dua, ke tiga dan ke empat. Hal ini mengesankan bahwa Perum Perhutani sebagai produsen lak menganut sistem monopoli. Saluran pemasaran ke dua dan ke tiga merupakan saluran pemasaran lak di dalam negeri, sedangkan saluran pemasaran ke empat merupakan saluran pemasaran luar negeri.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
105
Pedagang pengecer pada saluran pemasaran ke dua adalah pemilik tokotoko bangunan, dimana mereka membeli lak butiran untuk memenuhi persediaan lak butiran yang akan dijadikan pelitur dan lak butiran langsung dijual ke konsumen.
Pada saluran pemasaran ke tiga, terdapat pedagang pengumpul.
Pedagang pengumpul yang dimaksud disini adalah pedagang yang membeli lak butiran dari Perum Perhutani, kemudian lak butiran tersebut diolah lebih lanjut menjadi produk-produk tertentu sebelum dipasarkan ke konsumen.
Sasaran
pedagang pengumpul, tidak hanya untuk memenuhi permintaan lak dalam negeri tetapi juga untuk konsumen luar negeri. Pada saluran pemasaran ke empat, Perum Perhutani langsung menjual lak butiran (seedlak) keluar negeri.
Biasanya, Perum Perhutani akan memenuhi
permintaan lak butiran ke luar negeri bila pemesanan minimal 12 ton atau 1 kontener. Prosedur pembelian yang dilakukan oleh Perum Perhutani dilakukan melalui Surat Penetapan Alokasi Penjualan (SPAP) yang diterbitkan oleh Direksi PT. Perhutani dan melalui Surat Perintah Penjualan yang diterbitkan oleh Unit II Jawa Timur (Anisah 2001).
4. Keputusan kelayakan berdasarkan aspek pasar Berdasarkan hasil analisis pasar, permintaan terhadap seedlak baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor terus meningkat setiap tahunnya dengan harga jual yang cukup tinggi. Namun, selama ini permintaan akan lak butiran (seedlak) belum dapat dipenuhi karena produksi masih rendah yang disebabkan oleh faktor-faktor biotik yang mempengaruhi budidaya kutu lak. Jadi, berdasarkan analisis aspek pasar, maka budidaya kutu lak layak untuk dilaksanakan.
B. Aspek Teknik dan Teknologi Evaluasi aspek teknik dan teknologi meliputi penentuan lokasi, kapasitas produksi dan jenis teknologi yang paling cocok serta penggunaan mesin dan peralatan. Aspek teknik dan teknologi meliputi :
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
106
1. Lokasi dan kapasitas produksi Ada dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya kutu lak yaitu faktor biologi kutu lak dan faktor tempat tumbuh tanaman inang. Lokasi budidaya harus dapat menjamin kelangsungan perkembangan kutu lak dan pertumbuhan kesambi sebagai tanaman inang. Sehingga faktor biotik dan lingkungan dalam budidaya kutu lak seperti telah diterangkan pada sub bab sebelumnya harus benar-benar diperhatikan. Kawasan hutan di BKPH Taman dan BKPH Kabuaran adalah dua BKPH yang dijadikan kawasan hutan yang khusus memelihara tegakan kesambi. Kedua daerah ini sangat cocok untuk perkembangan kutu lak dan pertumbuhan tanaman kesambi sebagai tanaman inang. Luas kawasan hutan BKPH Taman dan BKPH Kabuaran sebesar 3 444.9 hektar dan yang dapat ditulari oleh kutu lak sekitar 2 675.6 hektar. Kawasan hutan di tiap BKPH dibagi dalam 4 blok tularan. Bila tiap tahunnya sekitar 1300 hektar tanaman kesambi ditulari oleh kutu lak maka akan diperoleh lak cabang sebanyak 1 170 000 kg atau sekitar 1 170 ton lak batang setiap tahunnya. Pabrik lak Banyukerto merupakan pabrik pengelolaan lak cabang menjadi lak butiran yang dimiliki oleh Perum Perhutani yang terletak di tepi jalan raya antara Probolinggo dan Pasuruan, dengan jarak ± 5 km dari arah Probolinggo. Pertimbangan pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan transportasi, ketersediaan air cukup dan dekat dengan areal tanaman tularan lak (hutan di daerah Besuki). Pabrik ini memiliki kapasitas sebesar 5 ton perhari (dengan hari kerja tiap bulan selama 25 hari) atau sekitar 1500 ton per tahun.
2. Teknik dan teknologi budidaya lak (L. lacca Kerr.) dan produksi lak butiran (seedlak) Teknik budidaya kutu lak masih memerlukan alat yang sederhana antara lain cangkul, parang, dan gunting stek, sedangkan untuk produksi lak butiran memerlukan beberapa alat berat diantaranya mesin crusher, ayakan getar, blower, bak perendaman dan sekop pengaduk. Teknik budidaya kutu lak dan produksi lak butiran (seedlak) telah dipaparkan sebelumnya (lihat hal. 47-76). Sampai saat ini,
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
107
teknik dan teknologi yang diterapkan dalam budidaya kutu lak dan produksi lak butiran masih dapat dilaksanakan. 3. Keputusan kelayakan berdasarkan aspek teknik dan teknologi Hasil analisis berdasarkan aspek teknik dan teknologi menunjukkan bahwa lokasi proyek memenuhi syarat dalam budidaya kutu lak maupun produksi lak butiran.
Begitu pula dengan teknik dan teknologi yang diterapkan dalam
budidaya kutu lak dan produksi lak butiran. Sehingga, berdasrkan hasil analisis aspek teknik dan teknologi, maka budidaya kutu lak layak untuk dilaksanakan.
C. Aspek Manajemen Operasional Aspek manajemen operasional yang dianalisis meliputi : 1.
Bentuk usaha dan struktur organisasi KPH Probolinggo merupakan kesatuan pemangkuan hutan yag berada
dibawah Perum Perhutani. Pada buku Evaluasi Ulang Pabrik Lak Banyukerto yang dikeluarkan oleh KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur (2001) menerangkan pada tahun 1956 Perusahaan lak Banyukerto di Probolinggo resmi didirikan berdasarkan SK Kepala Jawatan Kehutanan tanggal 2 Januari 1956 nomor : 518/KD/IV/417, dengan nama Perusahaan Lak Jawatan Kehutanan. Pada Tahun 1964 status Perusahaan Lak diubah menjadi Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyukerto. Pada tahun 1977 dengan SK Direksi Perhutani tanggal 2 November 1977 nomor 723/Perum Perhutani/XI/1977, status Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyukerto diubah menjadi Perusahaan Lak Banyukerto.
Pada tahun 1980
Perusahaan Lak Banyukerto digabung ke dalam KPH Probolinggo menjadi sub KPH Probolinggo khusus Lak (SKPH Banyukerto). Tujuan jangka pendek perusahaan ini adalah meningkatkan produksi dan produktifitas perusahaan lak sehingga mampu mencapai produksi optimal secara kontinyu. Terpenuhinya kapasitas oleh pabrik lak yang ada, dengan peningkatan produksi pada areal perusahaan lak yang ada dan dengan perluasan areal penghasil lak cabang.
Meningkatnya rendeman pengelolaan lak cabang sampai tingkat
rendemen maksimal.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
108
AJUN ADM KSKPH BANYUKERTO
ASPER KBKPH KABUARAN
ASPER KBKPH TAMAN
KRPH KABUARAN
KRPH BANYUANGET
KRPH TAMAN BARAT
KRPH TAMAN TIMUR
SP. PELAKSANA
SP. PELAKSANA
SP. PELAKSANA
SP. PELAKSANA
ASPER KEPALA PABRIK
SP. PELAKSANA
Gambar 41 Struktur organisasi tingkat kesatuan sub pemangkuan hutan (Ajun Adm/KSKPH Banyukerto KPH Probolinggo
ASPER KBKPH
KRPH
KRPH
SP. PELAKSANA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
TATA USAHA Mandor Tanam Mandor Persiapan Mandor Tularan Mandor Pungutan Mandor Pemeliharaan Mandor Unduhan Mandor Gudang Seleksi Mandor Keamanan
SP. PELAKSANA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
TATA USAHA Mandor Tanam Mandor Persiapan Mandor Tularan Mandor Pungutan Mandor Pemeliharaan Mandor Unduhan Mandor Gudang Seleksi Mandor Keamanan
Gambar 42 Struktur organisasi tingkat kepala bagian kesatuan pemangkuan hutan (Asper KBKPH)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
109
KEPALA PABRIK
TATA USAHA
MANDOR PROSES
OP. PENYEDIAAN BAHAN BAKU OP. CRUSHER
OP. PENGAYAK GETAR OP. PENGAYAK SHAF
MEKANIK
SATPAM
OP. WASHER
OP. POLISER
OP. CENTRIFUGE PERAWAT PROD.
Gambar 43 Struktur organisasi tingkat pabrik Banyukerto Tujuan jangka panjang perusahaan adalah tercapainya perusahaan lak yang menguntungkan dan lestari serta berhasil guna dan berdaya guna bagi Perum Perhutani khususnya dan bagi masyarakat umumnya. Selalu berkembangnnya teknik dan produktifitas lak dengan upaya penelitian dan pengembangan yang terus menerus serta didukung sumberdaya manusia yang handal.
2.
Wewenang dan tanggungjawab Bentuk wewenang dan tanggung jawab manajemen dalam budidaya kutu
lak adalah sebagai berikut : a). Ajun Administratur Perhutani/KSKPH Banyukerto Membantu Administratur dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan, pengamanan hutan dan hasil hutan serta koordinasi dengan instansi dalam lembaga-lembaga terkait dalam wilayah kerjanya.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
110
b). Asper Perhutani/KBKPH Melaksanakan, mengatur, meyelenggarakan ketatalaksanaan perusahaan, mengamankan hutan dan hasil hutan serta melakukan koordinasi dengan instansi dan lembaga-lembaga terkait dalam wilayah kerjanya. c). Asper Kepala Pabrik Lak Melaksanakan ketatalaksanaan dibidang operasional pabrik lak berdasarkan rencana kerja dan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal. d). Kepala Resor Pemangkuan Hutan/KPH Membantu
Asisten
Perhutani
dalam
melaksanakan
dan
mempertanggungjawabkan pengelolaan hutan, pengamanan hutan, dan hasil hutan, serta pengawasan terhadap kelancaran pekerjaan tehnis dan administrasi kehutanan melakukan koordinasi dengan instansi dan lembagalembaga terkait dalam wilayah kerjanya. e). Kepala Urusan Gudang Mengawasi, mengatur, dan mengelola produksi seedlak dan hasil hutan non kayu lainnya.
3.
Spesifikasi tenaga kerja Spesifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan berkaitan langsung dengan
tanggungjawab yang diberikan. Bila dilihat dari tingkat pendidikan, kondisi SDM pada bidang industri lak Banyukerto terdiri dari SD sebanyak 23 orang, SLTP sebanyak 49 orang, SLTA sebanyak 49 orang dan Sarjana sebanyak 2 orang. Walaupun komposisi pegawai yang memiliki tingkat pendidikan dibawah sarjana jauh lebih banyak, namun mereka memiliki pengalaman dan kemampuan yang cukup baik. Setiap mandor bertanggung jawab terhadap kawasan hutan seluas 30 ha, dalam melaksanakan pekerjaannya, mandor dibantu oleh pekerja harian yang merupakan masyarakat sekitar kawasan hutan banyukerto. Kebutuhan pekerja harian pada budidaya kutu lak : 1). Persiapan tularan : 10 orang/mandor 2). Penularan bibit lak : 10 orang/mandor
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
111
3). Pemeliharaan tularan : 10 orang/mandor 4). Pungutan bekas bibit : 10 orang/mandor 5). Pengunduhan / pemanenan : 50 orang/mandor 6). Seleksi bibit : tergantung bibit or 50kg/orang 4.
Kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja Jumlah pegawai pabrik Lak Banyukerto (Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan
Banyukerto) Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah sebanyak 57 orang. Total kebutuhan gaji dan upah selama satu tahun sebesar (seedlak) 89 700 000.00
5.
Keputusan kelayakan berdasarkan aspek manajemen operasional Berdasarkan analisis deskripsi terhadap bentuk dan struktur organisasi,
wewenang dan tanggungjawab, spesifikasi tenaga kerja dan kebutuhan biaya gaji dan upah tenaga kerja menunjukkan hasil analisis aspek manajemen operasional untuk budidaya kutu lak layak untuk dilaksanakan.
D. Analisis Aspek Finansial Analisis finansial budidaya kutu lak dilakukan untuk melihat secara keseluruhan investasi yang dimiliki oleh perusahaan. Pada analisis ini, data dasar yang diambil adalah data yang selama ini dimiliki oleh Perum Perhutani dalam mengelola lak. Namun, penerapan sistem analisis inventarisasi yang dilakuan tidak semuanya berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh pihak Perum Perhutani. Analisis aspek finansial yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada kegiatan yang dilakukan apabila suatu perusahan baru akan membangun atau membuka perusahaan yang bergerak dibidang budidaya kutu lak. Perusahaan memiliki lahan seluas 4000 hektar yang ditanami tanaman kesambi dan nantinya akan ditulari oleh kutu lak dengan sistem penularan yang dilakukan secara bertahap untuk setiap tahunnya.
Setiap tahun dilakukan dua kali periode
penularan (per semester) dimana tiap semester dilakukan penularan sebanyak 4 bagian.
Jumlah seluruh bagian ada 16 buah dengan masing-masing bagian
memiliki luasan sebesar 250 hektar. Perusahaan juga mendirikan pabrik untuk melakukan pengelolaan lak lebih lanjut menjadi lak butiran. Manfaat dan biaya-
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
112
biaya yang dikeluarkan untuk budidaya kutu lak dengan lahan seluas 4000 hektar dapat dilihat pada Tabel 17. Ada 2 macam proyek budidaya lak yang dilaksanankan : pada proyek pertama tanaman kesambi baru ditulari setelah berumur 15 tahun, dan hal ini juga dilakukan oleh Perum Perhutani. Pabrik sudah berdiri sejak tahun pertama pengusahaan dan agar pabrik sudah dapat berproduksi maka perusahaan akan membeli bahan lak dari petani yang membudidayakan kutu lak sampai tahun ke14. Pada proyek kedua sistem budidaya kutu yang mengalami modifikasi, pada proyek ini penularan kutu lak sudah dilakukan sejak tanaman berumur 4 tahun dan untuk tahun-tahun awal juga membeli bahan lak untuk menutupi produksi sampai dengan tahun ke-9. Secara finansial arus tunai pada tahun pertama proyek I terdiri dari arus keluar berupa biaya penanaman dan pemeliharaan tanaman kesambi, biaya pembangunan pabrik, biaya bahan baku lak (bloki), biaya pengelolaan lak cabang menjadi lak butiran, dan biaya pemasaran.
Sehingga total biaya arus keluar
sebesar Rp 15 736 012 200.00. Arus masuk pertama terjadi pada tahun pertama dimana pabrik sudah mulai berproduksi dengan bahan baku yang berasal dari luar, dalam hal ini bahan baku lak diambil dari petani yang mengusahakan budidaya lak. Arus masuk berasal dari hasil penjualan, yaitu sebesar Rp 6 687 360 000.00. Pada tahun pertama dan kedua, perusahaan masih mengalami kerugian sebesar masing-masing Rp 9 048 652 200.00 dan Rp 3 177 542 200.00. Namun pada tahun ke-3 sampai dengan ke-5 mengalami keuntungan tiap tahunnya sebesar Rp 111 657 800.00.
Namun pada tahun ke-6 sampai dengan tahun ke- 14,
perusahaan mengalami kerugian tiap tahunnya sebesar Rp 17 942 200.00. Kerugian yang dialami perusahaan disebabkan karena adanya biaya tambahan berupa pelaksanaan pemangkasan tanaman kesambi yang dimulai pada saat tanaman berumur 6 tahun. Biaya pemangkasan sebesar Rp 129 600 000.00 per tahun menyebabkan arus keluar pada tahun ke-6 sampai dengan ke-14 bertambah menjadi Rp 6 705 302 200.00. Pada tahun ke-15, tanaman kesambi sudah mulai dapat ditulari dengan kutu lak.
Pada tahun ini terjadi pengurangan biaya
pengeluaran pada biaya bahan baku lak (bloki), biaya penanaman dan pemeliharaan tanaman kesambi (khususnya biaya pemangkasan cabang), namun
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
113
ada penambahan biaya penularan bibit dan produksi kutu lak yaitu sebesar Rp 5 575 300 000.00. Pada tahun ke-15 ini, perusahaan kembali mengalami keuntungan sebesar Rp 1 550 417 800.00. Pada tahun ke-16 sampai dengan tahun ke-30, perusahaan mengalami
keuntungan
setiap
tahun
sebesar
Rp 5 556 257 800.00. Pada proyek II, arus keluar dan masuk pada tahun pertama sama persis dengan proyek pertama. Arus keluar berupa biaya penanaman dan pemeliharaan tanaman kesambi, biaya pembangunan pabrik, biaya bahan baku lak (bloki), biaya pengelolaan lak cabang menjadi lak butiran, dan biaya pemasaran dengan total sebesar Rp 15 736 012 200.00. Arus masuk pertama terjadi pada tahun pertama dimana pabrik sudah mulai berproduksi dengan bahan baku yang berasal dari luar, dalam hal ini bahan baku lak diambil dari petani yang mengusahakan budidaya lak. Arus masuk berasal dari hasil penjualan, yaitu sebesar Rp 6 687 360 000.00. Sama halnya dengan proyek pertama, pada pada proyek kedua, tahun pertama dan kedua perusahaan masih mengalami kerugian sebesar masingmasing Rp 9 048 652 200.00 dan Rp 3 177 542 200.00. Namun pada tahun ke-3 sampai dengan ke-30 perusahaan terus mengalami keuntungan. Salah satu hal yang membedakan antara proyek pertama dan kedua adalah pada proyek kedua tidak adanya biaya kegiatan pemangkasan pada pos biaya penanaman dan pemeliharaan tanaman kesambi. Pada proyek kedua, penularan kesambi sudah mulai dilakukan pada tahun ke-4. Namun demikian, pembelian bahan baku lak (bloki) masih terus dilakukan untuk memenuhi kapasitas pabrik yang belum dapat tercukupi dari hasil lak batang yang diproduksi sendiri oleh perusahaan. Sehingga ada penambahan pengeluaran biaya penularan bibit dan produksi kutu lak sebesar Rp 2 821 150 000.00 namun ada pengurangan biaya pengeluaran dari pembelian bahan baku lak (bloki) sebesar Rp 3 570 000 000.00 Analisis finansial budidaya kutu lak ditunjukkan dari beberapa kriteria diantaranya dengan memperhitungkan nilai Net Present Value (NVP) dengan tingkat diskonto yang ditetapkan dalam analisis ini sebesar 10%. Nilai NPV yang diperoleh dalam proyek I sebesar -198 604 120. Nilai NPV yang lebih kecil dari nol ini menunjukkan bahwa proyek ini merugikan karena keuntungan lebih kecil dari biaya sehingga pengembangan budidaya kutu lak pada proyek kedua ini
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
114
masih perlu dipertimbangkan untuk dapat dilaksanakan atau sama sekali tidak dilaksanakan.
Hal ini juga menunjukkan bahwa budidaya kutu lak ini pada
proyek pertama, menyebabkan perusahaan merugi sebesar Rp 198 604 120.00. Pada proyek II diperoleh NVP sebesar +22 321 052 395, hal ini menunjukkan bahwa proyek II menguntungkan bila dilaksanakan dengan keuntungan bersih yang akan diperoleh Rp 22 321 052 395.00. Pada proyek I, Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh besarnya mencapai 9.87 %, sedangkan pada proyek II diperoleh IRR sebesar 16,9 %. Baik proyek I maupun proyek II mempunyai nilai IRR yang lebih besar dari discount rate yang disyaratkan yaitu sebesar 10 % sehingga untuk kriteria IRR maka kegiatan investasi dalam budidaya kutu lak layak untuk dilaksanakan. Total rasio manfaat dan biaya atau Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C) pada proyek I sebesar 0.98 hal ini menunjukkan bahwa proyek pertama tidak layak untuk dilaksanakan. Proyek II menunjukan kelayakan atau proyek ini menguntungkan bila dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Net B/C yang dimiliki oleh proyek kedua yang mempunyai nilai yang besarnya lebih dari satu, yaitu 3.71. Nilai BCR yang diperoleh untuk proyek I sebesar 1. Angka ini menunjukan bahwa setiap tambahan biaya sebesar seratus rupiah akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 100.00. Atau pendapatan bersih yang diterima 1 kali lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Pada proyek II diperoleh BCR sebesar 1.55 berarti setiap penambahan biaya sebesar seratus rupiah akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 155.00 atau pendapatan bersih yang diterima 1.55 kali lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan. Hasil perhitungan secara finansial juga menunjukan masa pengembalian invesatsi yang didiskkonto atau Discounted Payback Periode (PBP) selama umur budidaya kutu lak pada proyek I mencapai 20 tahun 9 bulan. Pada proyek II menunjukan masa pengembalian invesatsi yang didiskkonto atau Discounted Payback Periode (PBP) selama umur budidaya kutu lak mencapai 10 tahun 9 bulan. Keseluruhan analisis finansial dari proyek I dan II ditunjukkan pada Tabel 17.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
115
Tabel 17 Analisis finansial budidaya kutu lak pada tingkat diskonto 10 % untuk luasan sebesar 4000 ha NVP IRR BCR PBP Net B/C Proyek I Proyek II
Bila
(-)Rp 198 604 120.00 Rp 22 321 052 395.00
dibandingkan
9.87 % 16.9 %
analisis
1 1.55
finansial
20 tahun 9 bulan 10 tahun 8 bulan
dari
kedua
0,98 3,71
proyek
tersebut
menunjukkan bahwa hanya proyek pertama yang layak untuk dilaksankan. Bila dilihat dari nilai PBP nya, proyek II lebih layak untuk dijalankan karena mempunyai Discounted Payback Periode yang lebih pendek dari proyek I dengan maksimun Discounted Payback Periode selama 30 tahun.
E. Analisis Sensitivitas Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya lak adalah adanya ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Budidaya lak, biologi kutu lak dan tanaman inang serta teknik budidaya kutu lak akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas lak yang dihasilkan. Misalnya saja, adanya serangan hama dapat menyebabkan lak batang yang dapat diunduh pada akhir daur akan berkurang, berkurangnya lak batang yang dipanen berarti berkurang pula lak butiran yang akan dihasilkan dan ini akan mempengaruhi lak butiran yang dapat dijual yang berdampak pada penghasilan yang akan diterima. Adanya perubahan-perubahan baik dari sisi penerimaan maupun dari sisi pengeluaran, pada akhirnya akan mempengaruhi kelayakan proyek. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu analisis terhadap suatu proyek untuk melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat adanya perubahan-perubahan tersebut (Gittinger 1986). Tabel 18 Analisis sensitivitas budidaya kutu lak untuk luasan sebesar 4000 ha PROYEK I Perubahan Total Biaya Total Pendapatan +15% -15% +15% -15% PROYEK II +15% -15% +15% -15%
NVP
Jumlah IRR
BCR
Net B/C
-9 724 592 868 -9 694 802 250 -19 220 790 998
0.87% 1.6% 41.62%
0.87 0.85 0.74
0.06 0.06 0.70
16 213 034 654 12 864 876 789 6 756 859 036
15.35% 15.05% 12.88%
1.35 1.32 1.14
2.56 2.41 1.60
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
116
Pada proyek ini, kemungkinan perubahan keadaan yang terjadi antara lain naiknya total biaya, turunnya total pendapatan serta ada perubahan secara bersamaan antar naiknya total biaya dan turunnya total pendapatan. Pada tabel 18 menunjukkan, perubahan terhadap kenaikan total biaya, penurunan pendapatan serta kombinasi dari keduanya menyebabkan proyek pertama tidak layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya pada proyek II, adanya perubahan pada kondisi yang diujikan tidak menyebabkan bisnis ini tidak layak untuk dilaksanakan. Analisis finansial pada proyek II menunjukkan adanya perubahan antara kenaikan biaya dan penurunan harga secara bersamaan tetap membuat indikator dalam proyek ini tetap layak untuk dilaksanakan.
F. Analisis Aspek Lingkungan Lingkungan biologi dan fisik dari kutu lak serta inangnya tidak berdampak negatif terhadap lingkungan masyarakat dan lingkungan hidup sekitar lokasi. Adanya proyek ini, malah dapat memberikan keuntungan ganda bagi masyarakat sekitar dan lingkungan hidup. Tanaman kesambi yang tumbuh di kawasan hutan dapat menjaga sumber air, dan penahan erosi. Bagi masyarakat sekitar hutan, adanya proyek ini dapat menjadi salah satu sumber penghasilan. Ranting sisa pemanenan lak batang dapat dijadikan sebagai kayu bakar untuk konsumsi rumah tangga atau untuk dijual. Budidaya lebah madu juga dapat dimanfaatkan pada kawasan hutan kesambi yang ditulari kutu lak. Embun madu hasil ekskresi dari kutu lak dapat dijadikan bahan pangan bagi lebah madu dan oleh lebah, pakan ini dapat dijadikan madu. Budidaya lebah dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar hutan. Sehingga berdasarkan analisis aspek lingkungan, proyek ini juga layak untuk dilaksanakan. Penanganan limbah pada pabrik juga sudah diperhatikan.
Sistem
penanganan limbah di pabrik lak Banyukerto (Anisah 2001) terbagi atas : 1.
Limbah Padat Limbah padat berupa kotoran kayu, ditumpuk di suatu tempat penampungan di lokasi pabrik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan kayu bakar.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
117
2.
Limbah Cair Limbah cair yang berasal dari air pencucian ditampung di dalam bak limbah yang telah disediakan.
Di samping berfungsi sebagai bak
penampungan limbah, juga berfungsi untuk memisahkan air dengan kotoran atau limbah padat yang masih ada. Sampai sekarang limbah cair tersebut belum dapat dimanfaatkan cacara optimal. 3.
Limbah Udara Pembuangan limbah udara yang berupa debu menggunakan blower. Sampai dengan saat ini, masalah limbah pabrik belum menjadi suatu
masalah yang meresahkan masyarakat sekitar pabrik, namun dimasa yang akan datang hal ini harus lebih diperhatikan lagi terutama untuk penanggulangan limbah udara dan cair. Berdasarkan analisis deskripsi terhadap aspek lingkungan menunjukkan budidaya kutu lak layak untuk dilaksanakan.
Strategi Pengembangan Budidaya Kutu Lak
Analisis Strategi Persaingan di dunia bisnis yang semakin ketat dan kondisi yang kian tidak menentu, menuntut perusahaan mempersiapkan diri secara matang.
Langkah
awal, perusahaan perlu melakukan perencanaan strategi untuk menyelenggarakan suatu manajemen strategi. Penyusunan perencanaan strategi dituntut tidak hanya difokuskan pada usaha target pangsa pasar atau volume penjualan yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu. Perubahan-perubahan yang akan terjadi dalam
kebijakan
ekonomi
makro
yang
dilakukan
pemerintah
harus
diperhitungkan, karena itu perusahaan mau tak mau harus memiliki wawasan yang luas. Perusahaan harus mampu memprediksi segala kemungkinan yang akan terjadi, lebih-lebih lagi perubahan teknologi informasi yang semakin canggih. Perencanaan strategi harus dibuat fleksibel,
tidak kaku, agar mampu
menyesuaikan diri dengan segala kemungkinan yang terjadi. Analisis SWOT merupakan salah satu alternatif pilihan untuk merencanakan strategi dalam menghadapi persaingan dalam dunia bisnis.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Analisis SWOT
118
menghasilkan peubah-peubah yang bersifat strategis unsur internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang berpengaruh terhadap usaha budidaya kutu lak. Hasil-hasil analisis strategi dalam budidaya kutu lak di KPH Probolinggo Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan Peubah-peubah unsur kekuatan yang bersifat strategis berpengaruh terhadap usaha budidaya kutu lak, nilai pengaruhnya ditunjukkan pada Tabel 19. Peubahpeubah bersifat strategis dari unsur kekuatan ini harus perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan peran dan fungsinya sehingga budidaya kutu lak dapat terus berkembang dan lebih berhasil. Tabel 19 Peubah-peubah unsur kekuatan dan nilai pengaruhnya Peubah
No.
Manfaat lak sebagai pelitur, pita kaset, bahan kosmetik dan lain-lain 2 Keadaan alam/iklim mikro di Probolinggo 3 Pelatihan dan pengembangan SDM 4 Budidaya kutu lak yang mudah dilakukan 5 Salah satu sumber penghasilan yang besar 6 Input modal yang rendah Jumlah
Nilai Pengaruh
1
0.581 0.516 0.498 0.462 0.427 0.400 2.884
Peubah-peubah strategi unsur kekuatan diuraikan secara rinci sebagai berikut : a.
Manfaat lak sebagai pelitur, pita kaset, bahan kosmetik dan lain-lain Lak merupakan hasil akhir dari budidaya kutu lak.
Lak yang
dipasarkan dari pabrik lak Banyukerto berupa lak butiran. Lak butiran dapat langsung digunakan sebagai plitur dengan penambahan zat lain sebagai pengencer.
Namun, saat ini penggunaan lak tidak hanya sebagai bahan
pelitur atau pernis untuk bahan meuble. Tetapi lak mempunyai manfaat dan fungsi lain yang sangat besar. Saat ini, lak dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pembuatan pita kaset, bahan kosmetik, dan kapsul obat.
Di luar
negeri, misalnya saja di Jepang, lak digunakan sebagai bahan pelapis makanan (coklat dan permen) serta untuk industri farmasi. Lak juga banyak digunakan sebagai bahan isolasi listrik, bahan piringan hitam, bahan tinta
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
119
cetak, bahan perekat, bahan campuran dalam industri semir sepatu, dan bahan penyamak kulit. Manfaat lak yang sangat bervariasi, mengidentifikasikan bahwa hingga kini lak merupakan salah satu bahan baku yang sangat dibutuhkan di pasaran. Belum banyaknya produsen lak, sangat menguntungkan Perum Perhutani karena permintaan lak dipasaran sangat tinggi dan kadang kala tidak dapat dipenuhi karena terbatasnya stok. b.
Keadaan alam/iklim mikro di Probolinggo Saat ini, kesambi merupakan salah satu tanaman inang yang dibudidayakan sebagai tanaman inang kutu lak.
Kawasan hutan KPH
Probolinggo yang terletak di Kabupaten Situbondo merupakan salah satu lahan dimana tanaman kesambi dapat tumbuh dengan baik. Iklim mikro di Kabupaten Situbondo juga cocok untuk kehidupan kutu lak. Kondisi alam dan iklim yang mendukung pertumbuhan tanaman inang dan kutu lak merupakan salah satu faktor pendukung dalam budidaya kutu lak ini. c.
Pelatihan dan pengembangan SDM Sumberdaya manusia yang ada di KPH Probolinggo khususnya mantri, mandor dan pekerja yang menangani budidaya kutu lak umumnya merupakan sumberdaya yang sudah sangat paham dan cekatan dalam membudidayakan kutu lak.
Namun demikian, Perum Perhutani masih terus melakukan
pelatihan untuk karyawannya sehingga mereka mendapat pengetahuan yang lebih mengenai budidaya kutu lak. Selain itu, Perum Perhutani juga sering mendapat kunjungan dari masyakat NTB yang membudidayakan kutu lak secara alami. d.
Budidaya kutu lak yang mudah dilakukan Teknik budidaya kutu lak relatif lebih mudah dipelajari. Pemeliharaan tanaman inang dan kutu lak merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam budidaya kutu lak. Diperlukan keterampilan dan ketelitian dalam pelaksanaan budidaya kutu lak sehingga diperoleh hasil panen seperti yang diharapkan.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
120
e.
Salah satu sumber penghasilan yang besar Lak dapat dijadikan salah satu komoditi eksport dan sumber devisa dari hasil hutan non kayu. Kebutuhan lak dari dalam dan luar negeri cukup tinggi, hal ini dikarenakan produsen lak masih kurang dan belum ada produk sintesis pengganti lak.
Harga lak butiran juga cukup tinggi yaitu sebesar
Rp 20 640.00 per kg. Bila kita membudidayakan lak dalam luasan satu hektar maka akan diperoleh lak butiran sebanyak 162 kg, berarti dalam satu hektar dapat diperoleh penghasilan sebesar Rp 3 343 680.00. f.
Input modal yang rendah Dalam membudidayakan lak dibutuhkan lahan, tanaman inang dan kutu lak. Perum Perhutani memiliki modal awal berupa lahan yang bisa digarap, sehingga modal yang diperlukan tidak terlalu besar. Namun, tidak demikian halnya bila kita akan mengusahakannya dari awal. Hal ini membutuhkan modal yang cukup besar.
2. Kelemahan Peubah-peubah bersifat strategis unsur kelemahan yang berpengaruh dalam budidaya kutu lak dan nilai pengaruhnya ditunjukkan pada Tabel 20. Peubahpeubah strategis unsur kelemahan ini perlu diperbaiki dan dilakukan penangan sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengembangan usaha budidaya kutu lak. Tabel 20 Peubah-peubah unsur kelemahan dan nilai pengaruhnya No.
Peubah
1 2 3 4 5 6 7 8
Kuantitas lak butiran yang rendah Kuantitas lak cabang yang rendah Keterbatasan modal Tingkat pendidikan dan keterampilan SDM Kualitas lak cabang yang rendah Kualitas lak butiran yang rendah Kurangnya publikasi usaha lak butiran melalui iklan Teknologi pascapanen lak cabang menjadi lak butiran yang kurang Jumlah
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Nilai Pengaruh 0.350 0.322 0.253 0.239 0.227 0.219 0.214 0.207 2.031
121
Peubah-peubah strategi unsur kelemahan diuraikan secara rinci sebagai berikut : a. Kuantitas lak butiran yang rendah Pengelolaan lak batang menjadi lak butiran masih menghasilkan rendemen yang rendah yakni hanya sebesar 18 %. Kuantitas lak butiran dipengaruhi oleh lak batang karena lak batang merupakan salah satu faktor penentu hasil akhir lak butiran. Bila semua lak batang yang dipanen memiliki mutu Klas I maka kuantitas lak butiran yang dihasilkan juga tinggi. Kuantitas lak butiran harus lebih dipehatikan karena sangat menetukan hasil akhir suatu produksi, semakin besar lak butiran yang dapat dihasilkan maka semakin besar pula keuntungan yang didapatkan. b. Kuantitas lak cabang yang rendah Kuantitas lak cabang sangat berhubungan dengan kuantitas bibit lak dan kuantitas lak butiran yang dihasilkan. Lak batang yang memiliki mutu Klas I sebelum diolah, terlebih dahulu akan dijadikan bibit untuk menulari tanaman kesambi lainnya. Bila lak batang yang dipanen sedikit maka kebutuhan bibit juga akan berkurang. c. Keterbatasan modal Walaupun sampai dengan saat ini modal bukan merupakan suatu kelemahan besar yang dimiliki oleh Perum Perhutani, namun bagi pengusaha yang baru akan memulai membudidayakan kutu lak membutuhkan modal yang besar walaupun keuntungan akhir yang akan diperoleh jauh lebih besar. d. Tingkat pendidikan dan keterampilan SDM Sampai dengan saat ini, Perum Perhutani masih terus mengusahakan peningkatan ketrampilan sumberdaya manusia yang ada. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pelatihan untuk menambah keterampilan para pekerja. Sumberdaya manusia merupakan salah satu modal dalam pelaksanakan budidaya kutu lak ini. e. Kualitas lak cabang yang rendah Kualitas lak cabang yang rendah sangat berpengaruh terhadap kualitas bibit dan kualitas lak butiran. Bila kualitas lak cabang rendah, mungkin saja akan terjadi kekurangan lak batang yang dapat dijadikan bibit. Begitu pula
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
122
halnya dengan lak butiran, bila kualitas lak cabangnya rendah maka lak butiran yang dihasilkan juga akan rendah. f.
Kualitas lak butiran yang rendah Ada dua tipe kualitas lak butiran yaitu kualitas dengan mutu P dan D. Selama ini, Perhutani menghasilkan lak dengan kualitas P, bahkan negara India yang juga merupakan salah satu pengahasil lak masih mengimpor lak dari Indonesia karena lak yang dihasilkan oleh Perum Perhutani mempunyai warna yang lebih menarik.
g. Kurangnya publikasi usaha lak butiran melalui iklan Publikasi dalam penjualan atau promosi lak butiran melalui iklan belum dilakukan, namun Perum Perhutani sering mengikuti pameran dengan tujuan untuk mempromosikan produk-produk yang dihasilkan oleh Perum Perhutani. Namun, walaupun promosi dengan cara iklan belum dilakukan, Perum Perhutani masih kewalahan untuk memenuhi permintaan konsumen akan lak butiran. h. Teknologi pascapanen lak cabang menjadi lak butiran yang kurang Pemanenan lak cabang yang selama ini dilakukan masih terbilang sangat sederhana.
Hanya memerlukan parang dan keranjang sebagai alat
dalam memanen lak cabang sehingga belum diperlukan teknologi yang sangat canggih dalam pemanenan ini. Proses pengelolaan lak cabang menjadi lak butiran, juga masih sederhana. Secara umum hingga kini, teknologi yang digunakan untuk budidaya lak masih sangat sederhana. Namun perlu ditemukan teknologi yang dapat menjadikan lak batang menjadi lak butiran dengan rendemen yang lebih besar dari rendemen yang sekarang dihasilkan. 3. Peluang Peubah-peubah bersifat strategis unsur peluang yang berpengaruh dalam budidaya kutu lak dan nilai pengaruhnya ditunjukkan pada Tabel 21. Peubahpeubah strategis unsur peluang ini perlu dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengembangan usaha budidaya kutu lak dimasa yang akan datang.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
123
Tabel 21 Peubah-peubah unsur peluang dan nilai pengaruhnya No. Peubah 1 Harga lak yang cukup tinggi Meningkatnya jumlah produk yang menggunakan lak sebagai bahan dasar 2 3 Permintaan pasar terhadap produk lak yang terus bertambah 4 Hubungan yang baik dengan SDM 5 Meningkatnya produksi lak cabang 6 Kualitas lak yang terus meningkat 7 Peningkatan luas areal 8 Adanya perhatian dari pemerintah 9 Tidak adanya aturan yang membebani perusahaan Jumlah
Nilai Pengaruh 0.344 0.340 0.335 0.333 0.303 0.301 0.214 0.212 0.181 2.563
Peubah-peubah strategi unsur peluang diuraikan secara rinci sebagai berikut : a. Harga lak yang cukup tinggi Seperti yang telah dibahas sebelumnya, lak memiliki harga jual yang cukup tinggi yaitu sebesar Rp 20 640.00 per kg. Sehingga, budidaya lak ini dapat dijadikan salah satu potensi yang dapat dikembangkan sebagai salah satu sumberdaya hasil hutan non kayu. b. Meningkatnya jumlah produk yang menggunakan lak sebagai bahan dasar Dahulu, lak hanya dikenal sebagai pelitur untuk meuble.
Namun,
dengan semakin meningkatnya pengetahuan akan banyaknya fungsi lain dari lak selain sebagai pelitur, lak dapat dijadikan salah satu primadona komoditi ekspor.
Apalagi
ditambah
dengan
belum
banyaknya
negara
yang
menghasilkan atau memproduksi lak. c. Permintaan pasar terhadap produk lak yang terus bertambah Pada tahun 1998, Amerika Serikat memerlukan lak sebanyak 500 ton. Namun masyarakat NTT yang pada saat itu juga membudidayakan lak hanya dapat memenuhi 4 % yaitu sebanyak 20 ton dari permintaan yang ada. Ditambah lagi dengan banyaknya produk yang menjadikan lak sebagai salah satu bahan dasar. Semua ini dapat dijadikan peluang yang menguntungan dalam pembudidayaan kutu lak. d. Hubungan yang baik dengan SDM Sumberdaya manusia yang terampil merupakan modal dasar yang harus terus dibina sehingga kinerja para pekerja dapat terus meningkat. Pemberian
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
124
pelatihan dan penghargaan bagi pekerja yang berprestasi dan pemberian insentif yang memuaskan akan membuat pekerja dapat bekerja dengan baik dan nyaman. Dengan demikian diharapan dapat memperoleh hasil seperti yang diinginkan. e. Meningkatnya produksi lak cabang Peningkatan permintaan harus diikuti dengan meningkatnya produksi lak cabang. Pemeliharaan kutu lak dan tanaman inang akan menentukan hasil lak cabang yang akan panen. Pengetahuan yang dimiliki oleh SDM Perum Perhutani mengenai teknik budidaya kutu lak dapat dijadikan peluang dalam menentukan bagaimana cara meningkatkan produksi lak batang. Peningkatan produksi lak cabang berarti pula peningkatan penghasilan. f.
Kualitas lak yang terus meningkat Perum Perhutani telah menghasilkan lak dengan kualitas mutu P. Ini merupakan peluang yang harus terus ditingkatkan sehingga konsumen akan selalu membeli lak butiran yang diproduksi oleh Perhutani.
g. Peningkatan luas areal Penambahan luas areal berarti penambahan lahan yang dapat ditanami kesambi dan ditulari kutu lak. Areal yang diperluas dapat dijadikan peluang untuk meningkatkan produksi. h. Adanya perhatian dari pemerintah Saat ini, pemerintah belum terlalu memperhatikan produk hasil hutan non kayu. Produk hasil hutan non kayu belum dijadikan primadona utama seperti halnya kayu.
Bila saja pemerintah lebih memperhatikan produk-
produk yang dihasilkan oleh hutan selain kayu, maka produk hasil hutan non kayu (misalnya lak) akan lebih dikembangkan karena dapat dijadikan sebagai salah satu sumber devisa. i.
Tidak adanya aturan yang membebani perusahaan Sampai saat ini belum ada peraturan yang membatasi perusahaan dalam pengembangan budidaya lak. Hal ini dapat dijadikan peluang untuk terus meningkatkan produksi.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
125
4. Ancaman Peubah-peubah bersifat strategis unsur ancaman yang berpengaruh dalam budidaya kutu lak dan nilai pengaruhnya ditunjukkan pada Tabel 22. Peubahpeubah strategis unsur ancaman ini perlu dihindari dan ditanggulangi dengan sebaik mungkin sehingga diharapkan dapat meningkatkan pengembangan usaha budidaya kutu lak dimasa yang akan datang. Tabel 22 Peubah-peubah unsur ancaman dan nilai pengaruhnya Peubah
No. 1 2 3 4 5 6
Tidak adanya stok bibit kutu lak Hama/musuh alami kutu lak Tingkat persaingan dalam industri dan pasar Tidak adanya standar harga dalam pemasaran Kenaikan harga BBM Berkurangnya / bertambah tua umur tanaman inang kutu lak 7 Turunnya kualitas lak cabang 8 Munculnya teknologi baru 9 Adanya produk lak sintesis Jumlah
Nilai Pengaruh 0.378 0.351 0.321 0.318 0.264 0.262 0.224 0.170 0.101 2.389
Peubah-peubah strategi unsur ancaman diuraikan secara rinci sebagai berikut : a. Tidak adanya stok bibit kutu lak Tidak adanya stok bibit kutu lak merupakan ancama utama dalam budidaya lak. Bila stok bibit sudah tidak ada berarti sudah tidak ada lagi tanaman kesambi yang dapat ditulari oleh kutu lak dan tidak ada pula lak batang yang dapat dipanen. b. Hama / musuh alami kutu lak Musuh alami kutu lak, baik berupa hama maupun penyakit merupakan ancaman dalam budidaya kutu lak. Bila tularan kutu lak diserang oleh musuh alaminya maka tularan akan gagal. Hal ini akan menyebabkan kegagalan panen.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
126
c. Tingkat persaingan dalam industri dan pasar Walaupun sampai saat ini tingkat persaingan dalam industri dan pasar belum begitu terlihat tetapi hal ini merupakan suatu ancaman yang perlu diwaspadai di masa yang akan datang. d. Tidak adanya standar harga dalam pemasaran Sampai dengan saat ini, standar harga juga belum merupakan suatu ancaman yang berarti.
Namun demikian, standar harga perlu ditetapkan.
Perhutani telah melakukan standar harga yang diberlakukan untuk mutu lak yang dihasilkan dan standar harga untuk tujuan pemasaran di dalam dan luar negeri. e. Kenaikan harga BBM Kenaikan (pengeluaran).
harga
BBM
berpengaruh
terhadap
biaya
produksi
Bila harga jual lak butiran tidak dapat menutupi biaya
produksi amak perusahaan akan mengalami kerugian yang besar. f.
Berkurangnya / bertambah tua umur tanaman inang kutu lak Saat ini, tanaman kesambi yang tumbuh di kawasan hutan KPH Probolinggo ada yang berumur lebih dari 30 tahun dan masih berproduksi. Namun, bila permudaan kesambi tidak diperhatikan sejak awal, maka ini dapat menjadi suatu ancaman dalam pengembangan budidaya kutu lak di masa yang akan datang.
g. Turunnya kualitas lak cabang Turunnya kualitas lak cabang akan berpengaruh terhadap kualitas lak bibit dan lak butiran yang dihasilkan. Turunnya kualitas lak cabang, misalnya disebabkan karena serangan hama perlu diperhatikan agar tidak mengancam kelangsungan budidaya kutu lak. h. Munculnya teknologi baru Walaupun teknologi yang saat ini diterapkan dalam budidaya kutu lak masih sangat sederha, mempelajari teknologi-teknologi
baru dalam
pengembangan budidaya kutu lak perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar produksi dan kualitas lak yang dihasilkan dapat terus meningkat.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
127
i.
Adanya produk lak sintesis Produk lak sintesis pada saat ini belum merupakan suatu ancaman. Namun, dimasa yang akan datang keberadaanya harus lebih diperhatikan.
Matriks SWOT Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan. Sebelum membuat matriks SWOT terlebih dahulu dibuat diagram SWOT. Diagram SWOT disusun dengan cara mencari selisih total dari pengaruh unsur internal yaitu berupa kekuatan dan kelemahan serta selisih total dari pengaruh unsur eksternal yaitu peluang dan ancaman, dari hasil tersebut, diperoleh diagram SWOT seperti berikut : Peluang (O)
Sel 1
Sel 3
(0.9;0.2) 0.2
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
0.9
Sel 4
Sel 2
Ancaman (T) Gambar 44 Diagram SWOT budidaya kutu lak Diagram SWOT pada Gambar 44 menunjukkan bahwa usaha budidaya kutu lak berada pada sel 1.
Menurut Rangkuti (2000), pada posisi sel 1 harus
menerapkan strategi SO (Strength opprortunities). Strategi SO diterapkan dengan cara menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi ini akan dijelaskan secara lebih rinci pada matriks SWOT pada Tabel 23.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
128
Tabel 23 Matriks SWOT Budidaya Kutu Lak UNSUR INTERNAL
UNSUR EKSTERNAL
OPPORTUNITIES-0 1. Harga lak yang cukup tinggi 2. Meningkatnya jumlah produk yang menggunakan lak sebagai bahan dasar 3. Permintaan pasar terhadap produk lak yang terus bertambah 4. Hubungan yang baik dengan SDM 5. Meningkatnya produksi lak cabang 6. Kualitas lak yang terus meningkat 7. Peningkatan luas areal 8. Adanya perhatian dari pemerintah 9. Tidak adanya aturan yang membebani perusahaan THREAT-T 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Tidak adanya stok bibit kutu lak Hama / musuh alami kutu lak Tingkat persaingan dalam industri dan pasar Tidak adanya standar harga dalam pemasaran Kenaikan harga BBM Berkurangnya / bertambah tua umur tanaman inang kutu lak Turunnya kualitas lak cabang Munculnya teknologi baru Adanya produk lak sintesis
STRENGTH-S
WEAKNESS-W
1. Manfaat lak sebagai pelitur, pita kaset, bahan kosmetik dan lain-lain 2. Keadaan alam/iklim mikro di Probolinggo 3. Pelatihan dan pengembangan SDM 4. Budidaya kutu lak yang mudah dilakukan 5. Salah satu sumber penghasilan yang besar 6. Input modal yang rendah
1. Kuantitas lak butiran yang rendah 2. Kuantitas lak cabang yang rendah 3. Keterbatasan modal 4. Tingkat pendidikan dan keterampilan SDM 5. Kualitas lak cabang yang rendah 6. Kualitas lak butiran yang rendah 7. Kurangnya publikasi usaha lak butiran melalui iklan 8. Teknologi pascapanen lak cabang menjadi lak butiran yang kurang STRATEGI W-O
STRATEGI S-O 1. Peningkatan pembinaan terhadap SDM yang ada (S,O4,O5,O6) 2. Mempertahankan harga (S5,O1,O2,O3) 3. Pengembangan Budidaya Lak (S1,S2,O1, O3,O5,O6)
1. Meningkatkan produksi lak cabang (O5,W) 2. Memanfaatkan peluang pasar (O3,O7)
STRATEGI S-T
STRATEGI W-T
1. Meningkatkan budidaya kutu lak (S4,T) 2. Meningkatkan sumber penghasilan (S5, T3)
1. Peningkatan teknologi dalam budidaya lak (W8,T8) 2. Peningkatan kualitas dan kuantitas lak (W1,W2,W5,W6,T2,T7)
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
129
Matrik SWOT yang disajikan pada Tabel 23 menjelaskan berbagai strategi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dan mengembangkan budidaya kutu lak. Dari diagram SWOT, strategi SO adalah salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan budidaya kutu lak dimasa yang akan datang. Kekuatan yang sudah dimiliki oleh Perum Perhutani dalam mengelola budidaya kutu lak yang selama ini dilaksanakan dapat diterapkan dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Peningkatan pembinaan SDM yang ada, kurangnya produsen lak
dan
banyaknya permintaan lak butiran merupakan modal yang dapat dimanfaatkan oleh Perum Perhutani untuk meningkatkan produksi dan kualitas lak batang serta dapat dijadikan peluang bisnis.
PDF created with FinePrint pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com