Dasar-Dasar Hortikultura
ASPEK HORTONOMI DAN BUDIDAYA TANAMAN Disampaikan oleh
BAMBANG B. SANTOSO Semester Ganjil 2010/2011 Fakultas Pertanian UNRAM 9 Desember 2010
PENGANTAR
Bila merujuk pada kata Agronomi, maka Hortonomi diartikan sbgi suatu kumpulan ilmu pengetahuan yg digunakan bagi upaya bercocok tanam tanaman hortikultura utk memenuhi tujuan hidup manusia.
PENGANTAR
Usaha bercocok tanam tanaman hortikultura berujung pd perolehan hasil yg baik secara kuantitas maupun kualitas. Oki, pengendalian pertumbuhan dan perkembangan tanaman diperlukan untuk mengontrol pertumbuhan tanaman tsb sesuai dgn yg diinginkan, dan menjaga keamanan serta kesehatan tanaman itu sendiri.
BAHAN ORGANIK TANAH
Bahan Organik merupakan komponen utama dalam tanah (media) tanam. Dalam hortonomi bahan organik (BO) digunakan secara individu maupun bersama dgn pupuk anorganik lainnya. bahan organik, 5%
mineral, 45%
udara, 25%
air, 25%
Komposisi Kimia BO
Sumber BO : pupuk hijau, sisa tanaman, pukan dll. Setiap sumber BO berbeda komposisi kimianya. Perbedaan komposisi menyebabkan ada perbedaan dalam laju dekomposisi. Berbeda pula kandungan nutrisinya.
Sifat dan Nilai Humus
Humus merupakan senyawa sintetik yg terbuat oleh organisme hidup (bakteri). Partikel individu humus dlm status koloidal, scr relatif mantap, scr kimiawi mirip lignoproteion. Penting dlm pertukaran kation, ketersediaan fosfat, keracunan Aluminium, daya pegang air, dan aerasi tanah.
Perbandingan C/N Bahan Organik
Bila BO diberikan ke dlm tanah, maka C/N tinggi Saat perombakan berlangsung, CO2 dilepas sedangkan N-ammonium dan N-nitrat sedikit terbentuk. Perombakan terus terjadi hingga C/N agak rendah (sekitar 10) Kondisi tsb akhirnya menghasilkan karbon dan nitrogen yg seimbang keberadaannya.
Perbandingan C/N Bahan Organik
BO dgn C/N rendah akan lebih efektif dlm membangun kandungan humus dlm tanah dibanding BO dgn C/N tinggi. Merendahkan C/N : dgn cara dekomposisi dipercepat melalui penambahan mikroba dekomposer
Penggunaan Bahan Organik (BO)
Pengelolaan BO di lapangan produksi merupakan hal penting bagi pemeliharaan tanah utk program produksi berkelanjutan Menjual tanm, berarti mengangkut sebagian tanah beserta nutrisinya, akan menyebabkan BO terus menurun/berkurang – menyebabkan kesuburan tanah menurun – kualitas tumbuh tanaman menurun – dan akhirnya meningkatkan biaya produksi.
BO berperan :
Meningkatkan kesuburan biologi, kimia, dan fisika tanah Menyediakan nutrisi makro dan mikro Meningkatkan kelembaban tanah krn adanya humus Memperbaiki porositas tanah, berarti memperbaiki draenase tanah
Sumber BO :
Pupuk kandang (manure) Pupuk hijau (green manure) Kompos Dsb.
BO akan meningkatkan kepadatan dan diversitas populasi mikroorganisme sehingga tanah semakin sehat dan subur.
TANAH SINTETIK
Produksi hortikultura dalam wadah/pot atau kontainer yg biasanya dibawah lingkungan terkendali, memerlukan media/subtrat tumbuh yg standar. Subtrat yg ideal tsb harus cukup ringan, tidak mahal, mudah dikelola, baik draenasenya, bebas gulma dan hama-penyakit, dan mengandung hara yg cukup. Telah dikembangkan media sintetik utk memenuhi kebutuhan produksi hortikultura, kemudian dikenal sbg TANAH SINTETIK.
TANAH SINTETIK
Dua tipe media tumbuh
Campuran tanah (soil mixes) yg mengandung tanah alami, Campuran tanpa tanah (soilless mixes) yg tidak mengandung tanah alami
Semua media campuran yg tidak mengandung tanah, dikenal sebagai TANAH SINTETIK
Komponen Tanah Sintetik
Komponen anorganik
Vermikulit, perlit, liat, fumice, dll.
Komponen organik
Gambut atu peat, sphagnum moss, sisa kayu, sisa tanaman, pukan.
PEAT
PERLITE
VERMIKULIT
COIR (Serbuk Serabut Kelapa)
BARK (Kulit Kayu)
IRIGASI
Air merupakan faktor penting keberhasilan hortonomi. Oki, air perlu ditambahkan pd suatu sistim budidaya tanaman hortikultura Irigasi secara umum didefinisikan sebagai pemberian air kepada tanah dgn maksud untuk memasok kelembaban tanah esensial bagi pertumbuhan tanaman.
Tujuan Umum Irigasi
Menjamin keberhasilan produksi tanaman dalam menghadapi kekeringan jangka pendek Mendinginkan tanah dan atmosfir sehingga akrab dengan pertumbuhan tanaman Mengurangi bahaya cekaman kekeringan Mencuci atau melarutkan garam dalam tanah Melunakkan lapisan olah dan gumpalangumpalan tanah
Walaupun curah hujan di Indonesia relatif cukup tinggi, tetapi ketersediaannya perlu diperhitungkan secara kualitas dan kuantitas. Ketersediaan air pengairan yg cukup banyak dan bebas dari pencemaran dan bahanbahan buangan yg tdk dpt meracuni tanaman merupakan pilihan utk pengairan yg dpt dimanfaatkan.
Cara pemberian air pengairan pada bawah permukaan tanah :
Penggunaan pipa yg dibenamkan
Cara pemberian air pengairan pada permukaan tanah :
Cara penggenangan (flooding) Cara penyaluran air di antara bedengan Cara penyaluran air di antara larikan/baris tanaman
Cara pemberian air pengairan secara pancaran/semprot :
Sprinkel irrigation
Pipa yang berlubang-lubang Pipa ber-nozzle (bersemprotan) tetap atau berputar: dll
Prinsip–prinsip Dasar Dalam Pemilihan Sistim Pengairan
Keadaan topografi termasuk karakteristik lahan dan tanah setempat. Keperluan penyediaan air yang dibutuhkan oleh tanamannya. Cara-cara usaha tani, yang dalam hat ini termasuk kedalamanakar tanaman, kebiasaan tumbuh tanaman. Kualitas air pengairan dan kuantitas tersedianya air tersebut pada sumbersumbernya. Cara pemberian air pengairan ke petak-petak lahan pertanaman. Keadaan iklim setempat, terutama unsur-unsurnya. Tata cara penggunaan air pengairan di antara para pemakai air pengairan tersebut.
SISTIM PRODUKSI Pada kawasan tropik, sistim produksi hortikultura dpt dipilah ke dlm empat kategori dasar, yaitu : Hortikultura subsistim, Pekarangan dan kebun, Hortikultura komersial, Nurseri, dan Jasa penanaman (instalasi) dalam lansekap
Sistim Produksi Di Lapang
Sistim Produksi Wadah
Sistim Produksi Nursery
MENEJEMEN PRODUKSI TANAMAN
Bambang B. Santoso
Fakultas Pertanian UNRAM
MENEJEMEN PRODUKSI TANAMAN
Persiapan Perancangan sistim produksi Operasional sistim produksi Pemasaran
A. Persiapan
Lapang produksi sawah, kebun, pekarangan, rumah plastik, rumah kaca, rumah tirai, cold frame, hot bed
Faktor produksi Lingkup produksi konvensional vs inkonvensional setahun – musiman dan lain-lain
B. Perancangan Sistim Produksi
Seleksi dan perancangan sistim & proses produksi Seleksi lokasi dan tapak unit produksi Perancangan tata letak dan arus kerja Studi kelayakan dan studi banding
Seleksi dan perancangan sistim & proses produksi Ukuran Lot
Fleksibilitas
•Unit tunggal
Tipe
•Kecil
•Terputusputus
•Sedang •Besar •Terus-menerus
•Terusmenerus
•Produksi berskala kecil aneka jenis produk •Produksi berskala sedang bbrp jenis produk •Produksi berskala besar sejumlah kecil jenis produk
Pasar (Pesanan) •Produksi berdasarkan pesanan •Produksi berdasarkan persediaan •Prediksi dan pengembangan/ ciptaan trend
Seleksi lokasi dan tapak unit produksi
Faktor pertimbangan primer (iklim, tanah, saprodi, pasar, tenaga kerja dll), skunder (rencana pengembangan, harga tanah, fasilitas teknologi, finansial, pajak, perijinan, sikap masy.)
Tahapan pemilihan lokasi inventarisasi lokasi (alternatif), membuat perbandingan, mempertimbangkan masyarakat di sekitar
Metode pemilihan lokasi Penilaian Hasil, Pembandingan Biaya, dan Analisis Ekonomi
Perancangan tata letak dan arus kerja Diatur dengan mempertimbangkan : Arah sinar matahari Terbuka – naung Bedengan – wadah/pot Ukuran Umur
Studi kelayakan dan studi banding
Mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai Menghindarkan usaha dari pemborosan karena pembiayaan usaha yang tidak layak Memilih alternatif yang paling menguntungkan Menentukan urutan prioritas penanaman modal
C. Operasional Sistim Produksi
Peramalan, perencanaan dan pengendalian Pembelian, pemeliharaan, penanganan Pengendalian mutu Pengendalian lingkungan produksi Pengendalian tenaga kerja
Pengendalian mutu Mutu > keseluruhan karakteristik barang (tanaman) dan jasa yang mampu memberikan kepuasan konsumen baik yang tersirat maupun tersurat.
Sesuai jenis (spesies, varietas) Unggul Sehat – nutrisius, bebas hama-penyakit Tepat umur Tips/rekomentasi perawatan
D. Pemasaran
Order (pesanan) Penjualan bebas trend (yang berjalan) ciptakan ketertarikan instalasi lansekap (indoor – outdoor)
Tip !!! Yang Perlu Diingat dalam Pengembangan dan Pemeliharaan Tanaman (tujuan produksi tanaman)
Kelompok Berbatang Tunggal (Single Stemmed Trees)
Tumbuh dan berbuah terus menerus setelah dewasa: pepaya, kelapa, sawit, salak Tumbuh vegetatif terus-menerus diakhiri dengan bunga (mirip kelompok bienial): nenas, pisang Tanpa musim; sulit dilakukan peningkatan produksi dengan memanipulasi tanaman langsung; korelasi positif antara kondisi lahan dengan produksi Breeding lebih berarti dibanding budidaya!!!
Kelompok Bercabang (Branched Trees) Tumbuh dan berbuah terus-menerus; tidak bermusim: markisa, lamtoro, sowo, kersen…. Ada perbedaan antara tunas vegetatif dan tunas bunga:
1. 2.
Cauliflorous: tunas bunga tumbuh di batang dan/atau cabang: durian, nangka, kakao, nam-nam Dimorfism: satu tempat, tetapi berbeda wujud: apel, kopi, anggur, jeruk Campuran: bunga ada di batang, cabang dan aksilar: belimbing, jambu bol, jambu air
Kelompok Tanaman Bercabang (Branched Trees) 3.
Ada irama pertumbuhan (perbedaan waktu antara vegetatif dan pembungaan)
Pertumbuhan serempak (bermusim) umumnya berbunga terminal: mangga, rambutan, apokad Tidak serempak; sehingga dalam satu waktu dapat ditemui tunas vegetatif, bunga, buah (muda – matang): sawo, sirsat, pala hampir tidak bermusim Dipengaruhi musim: jambu biji, apel, jeruk, anggur
Comparison of major characteristics of single-stemmed and branched species SINGLE STEMMED SPECIES
BRANCHED SPECIES
Growth continous
Growth rhythmic
Top : Root ratio stable
Top : Root ratio oscillating
Yield : high steady year-round
Yield : low erratic mostly seasonal
Improved growing conditions raise fruiting more than growth
Improved growing conditions often stimulate growth at the expense of fruiting; fruiting has to be balanced with growth
Potential progress limited, priotity: Potential progress spectacular, improved growing conditions priority: plant breeding manipulation of the trees (E.W.M. Verheij, 1986. Towards a classification of tropical fruit tress. Acta Horticulturae 175:137-150)
DAFTAR PUSTAKA • Verheij, E.W.M., 1986. Towards a classification of tropical fruit tress. Acta Horticulturae, 175:137-150. Davidson, H., R. Mecklenburg, C. Peterson. 2000. Nursery Management-Administration and Culture. Prentice Hall. Acquaah, G. 2002. Horticulture – Principles and Practices. Second Edition. Pentice Hall, New Jersey. Angelina de los Rosarios López del Castillo. 2006. Media Influence On Post-harvest Container Plant Quality In A Retail Nursery Setting. The Department of Horticulture, B.L.A., Louisiana State University.