V.
5.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
PROGRAM UTAMA QBioDSS
Model QBioDSS dirancang untuk dijadikan alat bantu dalam menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan mutu biodiesel. Pengguna program ini adalah pengolah yang akan mendirikan industri dan industri kecil yang sudah berjalan. Selain itu pihak-pihak yang terkait langsung maupun tidak terkait dapat memanfaatkan program ini, seperti produsen bahan bakar minyak, industri oleokimia, dan konsumen. Keluaran yang dihasilkan dari program ini adalah rekomendasi bagi para pengolah biodiesel dalam mengambil keputusan untuk menentukan proses pengolahan biodiesel yang paling tepat, perhitungan kebutuhan bahan tambahan untuk proses terpilih, penentuan standar mutu untuk produk, dan saran terhadap biodiesel yang dihasilkan namun tidak sesuai dengan standar mutu. Selain itu pengguna program ini akan mendapatkan informasi yang lengkap mengenai biodiesel, mulai dari jenis bahan baku, teknologi proses pengolahan, jenis standar mutu, dan cara uji standar mutu. Program QBioDSS ini memiliki dua antar muka yaitu antar muka untuk pengguna (frontend user) dan antar muka untuk administrator (backend user). Sistem Pengolahan Terpusat menggunakan sentral dari proses yang ada dalam sistem untuk mengatur keseluruhan interaksi antara sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model. Ketika program QBioDSS dijalankan, maka program akan memasuki menu beranda. Dimana terdapat informasi umum mengenai biodiesel dan menu-menu utama yang digunakan untuk mengakses halaman lain di dalam sistem. Menu utama ini terdapat menu yang berupa informasi dan menu yang berupa model penunjang keputusan. Untuk menu yang berupa informasi pengguna dapat mengakses jenis-jenis bahan bahan baku yang dapat digunakan, jenisjenis proses pengolahan biodiesel, standar mutu, jenis-jenis peralatan yang dibutuhkan untuk proses, dan prosedur pengujian untuk menganalisa mutu produk biodiesel. Tampilan menu beranda dapat dilihat pada Gambar 19. Menu lainnya selain menu yang memberikan informasi yaitu menu untuk model penunjang keputusan. Model penunjang keputusan ini diletakkan terpisah dengan model sistem informasi agar pengguna mudah dalam menggunakannya. Dalam paket program ini model penunjang keputusan berada dalam menu yang diberi nama simulasi. Menu simulasi ini terdiri dari 2 bagian yang dapat digunakan, yaitu bagian untuk penentuan jenis proses yang di dalamnya terdapat model penentuan proses pengolahan dengan metode decision tree dan rule base untuk mendapatkan (goal) yang diinginkan dan model perhitungan bahan tambahan sesuai dengan proses terpilih menggunakan perhitungan aritmatika dan rule base. Pada bagian analisis penentuan mutu terdapat model penentuan standar mutu dan model penyebab ketidaksesuaian standar mutu serta alternatif proses dengan menggunakan metode rule base.
41
Menu SPK
Menu SIM
Gambar 19. Tampilan halaman beranda dan menu untuk model penunjang keputusan Untuk menuju halaman pemilihan model penunjang keputusan pengguna dapat memasuki menu login yang meminta nama dan password dari pengguna sebagai user. Menu login ini dimaksudkan agar admin dapat mengetahui siapa saja yang menggunakan model ini. Administrator dapat melakukan perubahan pada sistem dan dapat mengakses seluruh modelmodel yang tersedia, sedangkan user tidak, sehingga perlu adanya pengamanan dan validitas data. Pengguna yang masuk dengan status user perlu melakukan registrasi (sign up) untuk dapat masuk kedalam program QBioDSS. Tampilan menu login QBioDSS dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Tampilan menu login untuk user Setelah melalui menu login, selanjutnya pengguna akan masuk ke dalam menu model penunjang keputusan. Menu model penunjang keputusan dari program QBioDSS didesain untuk memudahkan pengguna dalam pengoperasianya, menjadikan program ini lebih user friendly dan tidak merasa bosan selama berinteraksi dengan program ini.
42
Informasi yang terdapat dalam basis data statis QBioDSS adalah definisi umum mengenai biodiesel, jenis-jenis bahan baku yang dapat dijadikan biodiesel, jenis-jenis proses pengolahan biodiesel, standar mutu biodiesel di Indonesia, negara lain, standar minyak diesel, standar minyak solar, peralatan produksi, dan prosedur pengujian mutu biodiesel. untuk menu yang menampilkan informasi ini disajikan dalam bentuk data HTML. Dengan format data HTML tersebut, pengguna hanya dapat mengakses namun tidak dapat melakukan input data sebab perubahan (update) data hanya dapat dilakukan oleh administrator atau dalam hal ini administrator saja yang dapat melakukan proses editing terhadap sistem dan data statis tersebut. Sistem manjemen basis data statis bertujuan untuk memberikan informasi guna mendukung paket program QBioDSS. Sistem manajemen basis data dinamis dalam paket program ini terdapat pada model penunjang keputusan. Penanganan data ini di bantu dengan menggunakan MySQL sebagai penempatan basis data.
5.2
STRUKTUR ANTAR MUKA PENGGUNA
Tampilan antar muka untuk pengguna dapat diakses oleh pengguna atau yang biasa disebut frontend user. Struktur antar muka ini terdiri dari sistem penunjang keputusan dan sistem informasi. Pengguna dapat memperoleh data dengan memasukkan data kedalam model-model yang tersedia dalam menu sistem penunjang keputusan, sedangkan untuk menu sistem informasi pengguna hanya bisa memperoleh informasi tetapi tidak dapat merubah ataupun memasukkan data.
5.2.1
Model Penentuan Proses Pengolahan Biodiesel
Model penentuan proses pengolahan biodiesel ini digunakan untuk menentukan proses pengolahan yang paling tepat sesuai dengan karakteristik bahan baku yang dimiliki oleh user. Pada model ini pengguna harus memasukkan nilai-nilai karateristik bahan baku sesuai dengan yang dimiliki oleh pengguna pada kolom-kolom yang disediakan. Teknik yang digunakan dalam model ini adalah decision tree dan rule base. Decision tree digunakan untuk menentukan proses terpilih. Terdapat enam kriteria yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan proses yaitu : •
Kadar Air dan Sedimen Air dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan dapat menyebabkan sumbatan filter dan aliran bahan bakar pada mesin. Air berasosiasi dengan reaksi hidrolisis ester asam lemak membentuk asam lemak bebas dan dapat menyebabkan penyumbatan pada filter dan korosi logam kromium dan seng pada injektor. Air mempersulit proses pencampuran biodiesel dengan diesel (Elviyanti 2007). Dalam pengolahan biodiesel diharapkan kadar air maksimum untuk bahan baku adalah 0.05 % dari volume. •
Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) Asam lemak bebas merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan proses. Asam lemak bebas ini menentukan apakah proses pengolahan dilakukan satu tahap atau dua tahap. Minyak akan mengalami proses satu tahap (transesterifikasi) jika kandungan asam lemak bebasnya kurang dari atau sama dengan 2.5%, jika kandungan asam lemak bebasnya lebih dari 2.5% maka minyak harus diproses secara dua tahap yaitu minyak harus mengalami proses esterifikasi terlebih dahulu untuk menurunkan bilangan asamnya baru kemudian minyak diproses secara transesterifikasi.
43
•
Viskositas Kinematik Viskositas kinematik berpengaruh terhadap atomisasi bahan bakar, kesempurnaan pembakaran, injeksi bahan bakar, dan umum digunakan sebagai indikator kualitas biodiesel selama penyimpanan. Viskositas yang tinggi menyebabkan buruknya proses atomisasi bahan bakar dan pembakaran yang tidak sempurna yang mengakibatkan pembentukan kerak pada ujung injektor. Hal ini menyebabkan mesin dapat kehilangan tenaga. Nilai viskositas kinematik dipengaruhi oleh panjang rantai asam lemak dan alkohol, jumlah ikatan rangkap, dan kandungan kontaminan. Kontaminan seperti gliserol (total, bebas) dapat meningkatkan nilai viskositas (Elviyanti 2007). Nilai viskositas pada minyak agar dapat diolah menjadi biodiesel adalah 60 cSt. Biasanya proses transesterifikasi maupun esterifikasi dapat menurunkan nilai viskositas sepersepuluh dari nilai awal. •
Bilangan Iod Angka iodium merupakan ukuran jumlah ikatan ganda (ketidakjenuhan) dalam produk biodiesel, yang dinyatakan sebagai gram iodin yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan 100 gram sampel biodiesel. Angka Iodium yang tinggi berhubungan dengan tingkat polimerisasi bahan bakar yang akan menyebabkan penyumbatan injektor, juga berhubungan dengan buruknya stabilitas penyimpanan biodiesel. Angka iodium dipengaruhi oleh komponen asam lemak bahan baku biodiesel (Elviyanti 2007). batas maksimum nilai bilangan iod dari minyak yang dapat diolah menjadi biodiesel adalah 115. Jika nilai lebih dari 115 maka bahan baku tersebut tidak dapat diolah karena baik proses transesterifikasi maupun proses esterifikasi tidak dapat menurunkan nilai bilangan iod tersebut. •
Densitas (massa jenis) Densitas metil ester asam lemak bergantung pada komposisi asam lemak dan kemurniannya. Densitas akan meningkat dengan menurunnya panjang rantai dan meningkatnya jumlah ikatan rangkap, hal ini menyatakan nilai yang tinggi untuk bahan bakar yang kaya akan senyawa tak jenuh. Sebaliknya densitas dapat dikurangi oleh keberadaan kontaminan berdensitas rendah seperti metanol. Nilai densitas akan mempengaruhi nilai pembakaran (heating value) dan konsumsi bahan bakar (Elviyanti 2007). Dalam model ini nilai maksimum untuk densitas (massa jenis) adalah 0.95 kg/m3. •
Kadar Fosfor Kandungan fosfor pada biodiesel biasanya berasal dari fosfolipid dalam bahan baku atau dari penambahan asam fosfat dalam proses produksi. Kandungan fosfor yang tinggi pada bahan bakar dapat menyebabkan peningkatan emisi. Fosfor dapat merusak catalytic converter yang digunakan dalam kontrol emisi yang umum digunakan pada kendaraan diesel (Elviyanti 2007). Batas kandungan fosfor dalam minyak nabati yang akan diolah menjadi biodiesel adalah 10 ppm. Jika nilai kadar fosfor lebih dari 10 ppm maka harus dilakukan proses degumming terlebih dahulu untuk menurunkan kadar fosfornya. Dari ke enam kriteria tersebut maka akan dibuat aturan sehingga akan menghasilkan tujuan (goal) sesuai dengan nilai karakteristik bahan baku yang dimasukkan oleh pengguna. Aturan yang di dapat berdasarkan decision tree dengan mengurutkan dari atribut yang paling berpengaruh. Decision tree untuk penentuan proses ini dapat dilihat pada Gambar 9. Pada model ini juga ketika pengguna memilih bahan baku maka akan muncul nilai baku untuk setiap
44
parameter. Hasil keluaran atau output penentuan proses pengolahan biodiesel dengan metode decision tree dan rule base ini menghasilkan proses pengolahan untuk biodiesel sesuai dengan karakteristik bahan baku yang dimiliki oleh pengguna. Dalam tampilan halaman hasil tersebut yang ditampilkan adalah jenis proses pengolahan, diagram alir, dan keterangan dari diagram alir tersebut. Halaman untuk memasukkan nilai pada model penentuan proses ini dapat dilihat pada Gambar 21.
Model perhitungan kebutuhan bahan tambahan
Gambar 21. Tampilan halaman model penentuan jenis proses dan perhitungan kebutuhan bahan tambahan
Gambar 22. Tampilan halaman hasil sub menu penentuan jenis proses
45
5.2.2
Model Perhitungan Kebutuhan Bahan Tambahan Dalam Proses Pengolahan
Model perhitungan kebutuhan bahan tambahan ini bertujuan untuk menentukan jumlah kebutuhan bahan tambahan pada proses pengolahan biodiesel terpilih sehinggga pengguna tidak perlu lagi menghitung kebutuhannya. Dalam model ini kebutuhan bahan tambahan yang dihitung adalah katalis dan alkohol. Proses produksi biodiesel memerlukan katalis untuk memperoleh kecepatan konversi yang layak. Katalis yang digunakan dapat diklasifikasikan sebagai katalis basa, katalis asam dan katalis enzim. Katalis basa yang sering digunakan adalah KOH (potasium hidroksida) dan NaOH (sodium hidroksida). NaOH yang dikenal juga dengan kaustik soda atau soda api merupakan senyawa alkali, berbentuk kristal putih, dan bersifat higroskopis. Penanganan bahan ini harus hati-hati dan menggunakan pelindung tangan karena jika terkena kulit akan merusak jaringan serta menyebabkan rasa gatal. Pemakaian NaOH sebagai katalis basa akan menghasilkan gliserin berwujud padat. KOH juga merupakan senyawa alkali/basa kuat dengan karakteristik menyerupai NaOH. Perbedaannya adalah pada proses pembuatan biodiesel, pemakaian KOH akan menghasilkan gliserin berwujud cair. Katalis asam yang dapat digunakan adalah asam sulfat (H2SO4) dan HCl (asam klorida). Asam sulfat berupa cairan bening, lebih kental dari air, bersifat korosif dan eksplosif. Asam ini tidak boleh mengenai kulit manusia secara langsung karena dapat membakarnya begitu juga dengan kain/baju. Oleh karena itu penanganannya harus hati-hati, menggunakan pelindung yang cukup seperti sarung tangan, dan jas laboratorium. Alkohol merupakan pereaksi utama dalam proses esterifikasi maupun transesterifikasi, dimana alkohol akan menggantikan gugus alkohol pada ester dengan alkohol lain dengan dibantu katalis. Jenis alkohol yang lebih umum digunakan untuk proses transesterifikasi adalah metanol karena harganya lebih murah dan lebih mudah untuk direkoveri, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan jenis alkohol lainnya seperti etanol, isopropanol dan butanol. Penggunaan alkohol lain untuk menggantikan metanol kemungkinan memerlukan tahapan proses tambahan serta quality control. Metanol lebih mudah diperoleh kembali dan didaur ulang karena tidak membentuk azeotrop dengan air, dan relatif menghasilkan metanol murni yang dapat digunakan kembali. Metanol dapat diperoleh kembali di akhir proses atau hanya dari fasa gliserol, karena sekurangkurangnya 70% dari jumlah kelebihan metanol yang berada di dalam fasa gliserol (Gerpen et al. 2004). Masukkan untuk model ini adalah jumlah bahan baku yang dimiliki oleh pengguna yang terdapat di dalam halaman model penentuan proses. Untuk proses tepilih yang nanti akan dihitung kebutuhannya berasal dari model penetuan proses pengolahan. Cara perhitungan untuk kebutuhan setiap proses adalah sebagai berikut : •
Proses satu tahap Kebutuhan metoksida: - Metanol : 10%-20% (v/v) dari jumlah bahan baku - Katalis basa (biasanya KOH) : 0.5%-1% (b/v) dari jumlah bahan baku
•
Proses dua tahap Kebutuhan metoksida: - Metanol/Alkohol : 225%(v/v) dari FFA (nilai FFA yang digunakan adalah hasil perhitungan nilai %FFA x jumlah bahan baku )
46
-
Katalis Asam (biasanya H2SO4): 5%(b/v) dari FFA (nilai FFA yang digunakan adalah hasil perhitungan nilai %FFA x jumlah bahan baku )
•
Degumming dengan proses satu tahap Tahap degumming : - Asam fosfat (kadar 20%) : 0.4% (v/v) dari jumlah bahan baku - Air : 3% (v/v) dari jumlah bahan baku Kebutuhan metoksida (proses satu tahap): - Metanol : 10%-20% (v/v) dari jumlah bahan baku - Katalis basa (biasanya KOH) : 0.5%-1% (b/v) dari jumlah bahan baku
•
Degumming dengan proses dua tahap. Tahap degumming : - Asam fosfat (kadar 20%) : 0.4% (v/v) dari jumlah bahan baku - Air : 3% (v/v) dari jumlah bahan baku Kebutuhan metoksida (proses dua tahap): - Metanol/Alkohol : 225%(v/v) dari FFA (nilai FFA yang digunakan adalah hasil perhitungan nilai %FFA x jumlah bahan baku ) - Katalis Asam (biasanya H2SO4): 5%(b/v) dari FFA (nilai FFA yang digunakan adalah hasil perhitungan nilai %FFA x jumlah bahan baku )
Hasil keluaran dari model perhitungan bahan tambahan ini adalah nilai perhitungan berdasarkan proses terpilih. Nilai-nilai yang dihitung dalam model ini adalah kebutuhan metoksida yang terdiri dari metanol/alkohol dan katalis asam/ basa, untuk proses degumming yang dihitung adalah kebutuhan asam fosfat dan air. Halaman untuk memasukkan jumlah bahan baku ini terdapat dalam halaman yang sama dengan model penentuan proses pengolahan biodiesel yang dapat dilihat pada Gambar 21, begitu juga untuk hasil perhitungan. Halaman hasil perhitungan kebutuhan bahan tambahan dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Tampilan halaman hasil perhitungan kebutuhan bahan tambahan
47
5.2.3
Model Penentuan Mutu Produk Biodiesel
Model penentuan mutu produk biodiesel ini digunakan untuk menentukan produk biodiesel yang dihasilkan sesuai dengan standar atau tidak. Dalam paket program ini model penentuan mutu produk biodiesel terdapat dalam menu simulasi dengan sub menu analisis mutu biodiesel. Standar Nasional Indonesia (SNI 04-7182-2006) merupakan acuan yang digunakan untuk model ini. Input yang dibutuhkan oleh model ini adalah ke-18 nilai dari parameter yang ada di SNI. Pengguna memasukkan nilai-nilai tersebut pada kolom yang telah disediakan kemudian akan diproses ketika tombol proses diklik. Gambar halaman untuk model penentuan mutu biodiesel ini dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24. Tampilan halaman model penetuan mutu produk dan analisis ketidaksesuaian mutu biodiesel
48
Hasil keluaran dari model ini berupa hasil kasesuaian mutu biodiesel yang dimiliki dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 04-7182-2006). Teknik yang digunakan dalam model ini adalah rule base. Rule base dalam model ini adalah membuat aturan jika nilai parameter lebih besar dari atau kurang dari nilai standar maka parameter tersebut sesuai dengan standar atau tidak sesuai dengan standar. Tampilan halaman hasil model ini dapat dilihat pada Gambar 25.
Gambar 25. Tampilan halaman hasil untuk model penetuan mutu produk
5.2.4
Model Analisis Terhadap Ketidaksesuaian Mutu Biodiesel
Model ketidaksesuaian mutu biodiesel ini digunakan untuk memberikan saran kepada pengguna terhadap ketidaksesuaian mutu produk biodiesel mereka dengan standar yang ada (SNI 04-7182-2006). Input terhadap model ini adalah nilai yang dimasukkan pada model penentuan mutu produk biodiesel. nilai tersebut akan diproses, jika nilai tersebut tidak memenuhi standar mutu maka akan diberikan penyebab terjadinya, saran untuk alternatif proses yang dapat dilakukan, dan akibat yang ditimbulkan. Metode yang digunakan dalam model ini adalah rule base. Hasil keluaran dari model ini adalah penyebab dari ketidaksesuaian mutu biodiesel pengguna dengan standar mutu yang ada (SNI 04-7182-2006), pengaruh, dan alternatif yang dapat dilakukan oleh pengguna terhadap biodiesel tersebut. Halaman untuk model analisis terhadap ketidaksesuaian mutu biodiesel dapat dilihat pada Gambar 24. Halaman hasil untuk model analisis terhadap ketidaksesuaian mutu biodiesel ini dapat dilihat pada Gambar 26.
49
Gambar 26. Tampilan halaman hasil model analisis ketidaksesuaian mutu biodiesel
5.3 STRUKTUR ANTAR MUKA ADMINISTRATOR Tampilan antar muka administrator adalah tampilan yang dapat diakses khusus oleh administrator atau yang disebut dengan backend user. tampilan ini bertujuan untuk mempermudah administrator dalam mengubah informasi maupun data yang terdapat di dalam program ini. Pada tampilan khusus administrator disediakan kotak untuk memasukkan nama dan password agar administrator dapat mengakses menu administrator
Gambar 27. Tampilan awal administrator Jika administrator salah memasukkan user ID dan password maka akan muncul dialog yang bertuliskan sorry, user id/password invalid. Tampilannya dapat dilihat pada Gambar 28. Sebaliknya, jika user ID dan password sesuai, maka akan masuk ke menu administrator seperti yang terlihat pada Gambar 29.
50
Gambar 28. Tampilan dialog untuk user ID dan password yang salah
Gambar 29. Menu awal administrator Terdapat lima menu dalam tampilan antar muka administrator ini. Administrator dapat melakukan perubahan pada menu yang ada dalam program, sub menu yang ada dalam tiap menu, halaman untuk memasukkan, menghapus ataupun menambah informasi atau data, kategori untuk memudahkan dalam mengubah informasi, dan buku tamu untuk menghapus data dari pengguna.
Gambar 30. Tampilan menu pada menu administrator Menu dalam menu admin bertujuan untuk mengubah, mengahapus ataupun menambah menu yang ada dalam program. Menu ini memiliki kelemahan yaitu untuk menampilkan menu yang telah ditambahkan pengguna perlu menambahkan page dalam dalam kode program. Gambar untuk tampilan menu dapat dilihat pada Gambar 30.
51
Sub menu dalam menu administrator bertujuan untuk menambah, menghapus ataupun mengubah sub-sub menu yang terdapat dalam setiap menu pada program. Gambar untuk sub menu ini dapat dilihat pada Gambar 31.
Gambar 31. Tampilan sub menu pada menu administrator Halaman dalam menu administrator bertujuan untuk mengubah, menambah ataupun mengurangi informasi yang ada pada setiap menu dan sub menu. Administrator dalam menu halaman ini perlu membuat nama untuk setiap menu atau sub menu dalam program, kemudian nama tersebut dibuat dalam file php yang disimpan dalam folder program. Menu halaman ini akan muncul pada program dengan mengubah nomor id yang terdapat dalam tabel halaman basis data program. Tampilan untuk menu halaman dapat dilihat pada Gambar 32.
Gambar 32. Tampilan menu halaman pada menu administrator Kategori dalam menu administrator bertujuan untuk menggabungkan sub-sub menu yang memiliki tipe informasi yang sama. Administrator dapat mengubah, menambah ataupun menghapus kategori yang tidak diinginkan. Tampilan untuk menu kategori ini dapat dilihat pada Gambar 33.
52
Gambar 33. Tampilan menu kategori pada menu administrator
5.4 VERIFIKASI MODEL Verifikasi adalah proses pemeriksaan apakah logika operasional model (program komputer) sesuai dengan logika diagram alir. Tahapan verifikasi merupakan tahapan yang digunakan untuk memeriksa kesesuaian hasil keluaran. Kesesuaian yang dimaksud adalah keluaran sesuai dengan apa yang diinginkan berdasarkan perancangan model yang telah dibuat sebelumnya (Radecka and Zilic 2004). Tahapan verifikasi menurut Wilcox (2004) dapat dilihat pada Gambar 34. Verifikasi model dalam sistem penunjang keputusan dibagi menjadi dua bagian, yaitu verifikasi perhitungan dan verifikasi perangkat lunak.
Gambar 34. Verifikasi model (Wilcox 2004)
53
5.4.1
Verifikasi Perhitungan
Verifikasi perhitungan dilakukan dengan cara memberikan persyaratan-persyaratan parameter yang digunakan pada proses perhitungan, sehinggga output yang dihasilkan dianggap benar selama masih memenuhi persyaratan perhitungan. Jika persyaratan tidak dipenuhi maka hasil yang didapatkan dengan rentan yang cukup jauh dan hal tersebut artinya hasil perhitungan tidak benar.
Gambar 35. Tahapan verifikasi model perhitungan kebutuhan bahan tambahan. Syarat untuk melakukan perhitungan adalah karakteristik bahan baku yang akan menetukan jenis proses pengolahan. Tahapan awal verifikasi perhitungan yang dilakukan adalah verifikasi terhadap masing-masing nilai karakteristik bahan baku. Nilai karakteristik bahan baku tersebut adalah kadar air dan sedimen, asam lemak bebas (Free Fatty Acid), viskositas kinematik, bilangan iod, densitas (massa jenis), dan kadar fosfor. Tahap berikutnya yaitu penentuan jenis proses. Perhitungan kebutuhan bahan tambahan untuk setiap jenis proses berbeda-beda sesuai dengan nilai karakteristik yang dimasukkan. Dalam program ini batasan nilai yang digunakan hanya satu dan dibagi menjadi nilai lebih besar dari (>) dan kurang dari sama dengan (<=). Nilai yang dimasukkan harus sesuai dengan satuan yang telah disediakan, sehingga dalam perhitungan tidak perlu menyetarakan kembali satuannya. Apabila perhitungan yang dilakukan telah mengikuti syaratsyarat yang harus dipenuhi, maka hasil perhitungan yang didapatkan adalah benar sesuai dengan prosedur hitungan.
54
5.4.2 Verifikasi Perangkat lunak Verifikasi program/perangkat lunak pemodelan dilakukan dengan pengujian program selama proses pembuatan dan setelah pembuatan program dilakukan, pengujian yang dilakukan yaitu menguji keluaran hasil perhitungan , menguji program dapat dijalankan atau tidak, dan menemukan kesalahan jika terjadi kesalahan pada saat penerapan bahasa pemrograman.
Gambar 36. Tahapan verifikasi sistem penunjang keputusan mutu biodiesel. Berdasrkan Gambar 36, dapat dilihat bahwa verifikasi perangkat lunak diawali dengan pemeriksaan bahasa pemrograman atau pengkodean formulasi perhitungan (coding). Setiap selesai melakukan formulasi pemrograman, pemeriksaan dilakukan dengan cara menjalankan formulasi tersebut. Apabila masih terdapat kesalahan, maka perangkat lunak belum dapat dijalankan. Perangkat lunak MySQL menyediakan fasilitas informasi kesalahan yang terjadi pada proses formulasi sehingga memudahkan pengembang model perangkat lunak memperbaiki kesalahan pengkodean. Selanjutnya adalah pemeriksaan kotak-kotak kosong yang merupakan tempat pengisian nilai input. Apabila tidak terdapat kesalahan pada saat penulisan bahasa pemrograman (coding), maka paket program QBioDSS dapat dijalankan, kemudian pada halaman menu simulasi yang di dalamnya terdapat sistem penunjang keputusan akan terdapat tombol proses yang jika ditekan secara otomatis akan memeriksa kotak input. Perhitungan hanya dapat dilakukan jika nilai parameter telah dimasukkan ke halaman perhitungan.
55