19
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari ubi biasanya. Ubi Cilembu tersebut telah menyebar ke beberapa daerah seperti puncak Bogor, Bandung, Cirebon, hingga luar negeri. Ubi Cilembu tumbuh baik dengan menghasilkan rasa yang manis juga ukuran yang besar jika ditanam di habitatnya yaitu di Desa Cilembu itu sendiri. Tapi hanya ada beberapa hektar saja lahan yang biasa ditanam oleh Ubi Cilembu tersebut. Karena Ubi Cilembu ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, maka banyak petani ubi jalar yang mulai mencoba menanam Ubi Cilembu di daerah lain selain di Desa Cilembu. Tetapi menurut beberapa penelitian bahwa umbi yang dihasilkan tidak terlalu besar dan rasa yang dihasilkan tidak seperti Ubi Cilembu. Menurut penelitian Muhammad Amir Solihin (2007), Kabupaten Sumedang mempunyai potensi pengembangan Ubi Cilembu seluas 39.636 hektar dari luas lahan yang dikaji seluas 45.837 hektar. Upaya pengembangan yang dapat dilakukan harus memperhatikan faktor pembatas yang umumnya disebabkan kondisi kesuburan tanah, kondisi perakaran dan bahaya erosi. Pengembangan ini masih bersifat kuantitas karena secara kualitas sulit dapat menyamai kualitas Ubi Cilembu yang ditanam di Desa Cilembu. Permintaan terhadap Ubi Cilembu semakin meningkat sehingga ada sebagian petani ubi jalar yang ingin mencoba menanam Ubi Cilembu di daerahnya masing-masing dengan harapan menanam Ubi Cilembu dengan bibit yang sama bisa menghasilkan kualitas yang sama dengan hasil Ubi Cilembu dari Desa Cilembu, seperti halnya petani yang ada di Bogor yang lebih tepatnya di Desa Cilubang Mekar Bogor telah mencoba menanam Ubi Cilembu. Penelitian ini ingin menunjukkan kunci perkembangan Ubi Cilembu dengan membandingkan faktor lingkungan, faktor sifat tanah, dan faktor budidaya dari kedua tempat yaitu Desa Cilembu Sumedang dengan Desa Cilubang Mekar Bogor. Sehingga mengetahui faktor yang menyebabkan hasil Ubi Cilembu dengan kualitas ukuran umbi yang besar dan rasa yang manis.
20
5.1. Faktor Budidaya Tabel 1. Perbandingan Teknik Budidaya di Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian Desa Cilembu Desa Cilubang Pengolahan tanah di lahan bekas Guludan langsung dibuat sawah dilakukan dengan cara tanpa ada penumpukan jerami dipotong/dibabat dan jerami terlebih dahulu. diletakkan berbaris-baris, selebar 40 cm, dengan jarak tiap tumpukan 100 cm. selanjutnya tanah-tanah diantara onggokan jerami dicangkul, hasil cangkulan ditaruh di atas jerami. Pembalikkan Dilakukan setiap 3 minggu sekali Dilakukan setiap 3 minggu Batang sekali Pupuk Pupuk kandang dan kompos TSP 100 kg, 50 kg urea, per hektarnya, dan NPK 5 gr/rumpun. Pasca Panen Ada proses pemeraman Tidak ada pemeraman Produksi ± 10 ton/ha ± 7 – 8 ton/ha Perbandingan teknik budidaya antara 2 tempat tersebut memperlihatkan Aspek Pembanding Guludan
perbedaan dari segi kualitas umbi. Untuk masing-masing tempat melakukan proses pembalikkan batang, tetapi hasil produksi umbi di Cilembu lebih tinggi daripada di Cilubang Mekar. Proses pembalikkan batang tersebut berguna untuk menghasilkan umbi yang berukuran besar karena jika tidak dilakukan maka akan tumbuh akar pada ketiak daun dan akar ini bisa membentuk umbi-umbi kecil. Pembuatan guludan di Desa Cilembu dilakukan dengan cara meletakkan jerami yang sudah dibabat diatas guludan, hal ini dimaksudkan agar setelah beberapa hari jerami tersebut bisa melapuk menjadi kompos, sehingga membuat tanah di guludan tersebut menjadi subur. Pupuk yang diberikan sangat berbeda, di Desa Cilembu hanya menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang, kompos sehingga kondisi tanah gembur banyak bahan organik, sedangkan di Desa Cilubang menggunakan pupuk kimia seperti TSP, urea, dan NPK. Hasil umbi yang besar di daerah Cilembu disebabkan karena ditempat ini memiliki suhu yang rendah dan curah hujan tinggi. Saat proses fotosintesis, unsur K berperan dalam pembentukan umbi, banyak karbohidrat yang terbentuk dan
21
semakin banyak karbohidrat yang disimpan dalam umbi sehingga semakin besar pembentukan umbinya. (Lingga, 1989) Perbedaan yang lain yaitu terlihat dari proses pemeraman saat pasca panen. Di Cilembu, umbi yang telah dipanen dilakukan proses pemeraman, proses pemeraman ini mengakibatkan terjadinya pemecahan pati pada daging ubi menjadi gula sehingga rasa umbi akan terasa manis setelah di oven. Sedangkan di Bogor, umbi yang telah di panen tidak dilakukan proses pemeraman, jadi umbi langsung dipasarkan karena hasil umbi tidak terlalu besar. Setelah dicoba di oven, rasa yang dihasilkan juga tidak terlalu manis.
5.2. Faktor Fisik Tanah Tabel 2. Hasil Data Sifat Fisik Tanah Faktor Fisik Tanah Warna Tanah Tekstur Cilembu Sumedang 5 YR 3/2 (dark reddish brown) lempung berpasir Cilubang Mekar Bogor 5 YR 4/3 (reddish brown) lempung berliat Sifat fisik tanah yang diamati yaitu warna tanah dan tekstur, dari hasil Tempat Analisis
pengamatan bahwa tanah yang berada di Desa Cilembu memiliki warna lebih gelap dari tanah di Cilubang Mekar dan mempunyai tektur lempung berpasir, itu merupakan salah satu kriteria yang bagus untuk dijadikan lahan penanaman Ubi Cilembu. Sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil data diatas. Daerah Cilembu yang memiliki warna tanah lebih gelap dan mempunyai tekstur yang lebih ringan berpengaruh kepada ukuran umbi. Umbi yang tumbuh di tanah yang subur dan memiliki tekstur ringan akan menghasilkan ukuran umbi yang lebih besar, karena dengan tekstur yang ringan maka pertumbuhan umbi selama pertanaman akan tumbuh lebih baik karena kondisi tanah menjadi longgar, lain halnya jika tekstur tanah berat maka akan menghambat pertumbuhan umbi.
5.3. Faktor Kimia Tanah Tabel 3. Hasil Analisis Kimia untuk K dan C-organik Tempat Analisis Cilembu Sumedang Cilubang Mekar Bogor
Faktor Kimia Tanah K C-organik 0.267 (me/100 g) 2.37% 0.153 (me/100 g) 1.45%
22
Tabel Analisis Kimia ini menjelaskan bahwa untuk hasil K antara kedua tempat tidak berbeda terlalu signifikan dalam hal kriteria penilaian sifat kimia tanah (kriteria bisa dilihat di tabel lampiran 1), juga hal yang sama ditunjukkan oleh hasil analisis C-organik, tidak terlalu berbeda signifikan. Untuk hasil analisis K di Cilubang Mekar bernilai (0.153 me/100 g) termasuk kedalam kriteria rendah (0.1-0.2 me/100 g) dan di Desa Cilembu (0.267 me/100 g) termasuk kedalam kriteria antara rendah dan sedang (0.3-0.5 me/100 g) tetapi jika nilainya dibulatkan maka nilai tersebut masuk kedalam kriteria sedang, sedangkan untuk hasil analisis C-organik di Cilubang Mekar (1.45%) termasuk kedalam kriteria rendah (1.00-2.00%) dan di Desa Cilembu (2.37%) termasuk kedalam kriteria sedang (2.01-3.00%). Hal ini menunjukkan bahwa untuk kadar C-organik lebih tinggi di Desa Cilembu dikarenakan lahan pertanaman ubi adalah sawah tadah hujan dimana dalam setahun ada pergiliran tanaman antara tanaman padi dengan tanaman ubi sehingga bahan organik masih ada tersisa dari lahan bekas padi. Dilihat dari kaitannya untuk produktivitas ubi jalar cilembu bahwa nilai K dan C-organik di Desa Cilembu memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan di Desa Cilubang. Hal tersebut menunjukkan di daerah Cilembu memiliki tanah yang lebih subur dengan banyaknya bahan organik dan tanah memiliki banyak K yang diperlukan untuk tanaman. Untuk penanaman tanaman umbiumbian khususnya ubi jalar dibutuhkan tanah yang memiliki kandungan K yang tinggi karena saat proses fotosintesis unsur K berperan dalam pembentukan umbi, banyak karbohidrat yang terbentuk dan semakin banyak karbohidrat yang disimpan dalam umbi sehingga semakin besar pembentukan umbinya. Hasil data untuk aspek sifat tanah baik faktor fisik tanah maupun faktor kimia tanah menunjukkan bahwa hasil umbi Cilembu baik pertumbuhannya dari segi kualitas ukuran dan rasa yang manis jika ditanam di daerah yang memiliki ciri warna tanah lebih gelap dengan tekstur yang ringan seperti lempung berpasir dan memiliki nilai K dan C-organik yang tinggi, karena tanah tersebut memiliki bahan organik yang tinggi sehingga warna tanah lebih gelap dan pembesaran umbi lebih baik karena tekstur tanah yang ringan dan unsur K yang tersedia banyak. Lahan yang dipakai di Desa Cilembu merupakan lahan bekas padi, sehingga saat pengolahan tanah untuk penanaman ubi tidak harus memerlukan
23
banyak menggunakan pupuk, karena sudah ada pupuk organik sisa dari penanaman padi sebelumnya. Perkembangan perakaran tanaman paling banyak terletak di lapisan olah atau lapisan atas tanah sampai kedalaman 15-30 cm yang mengandung paling banyak bahan organik, maka bahan organik sangat besar peranannya dalam menyediakan hara sebagai media pertumbuhan dan perkembangan perakaran. Kalium diperlukan untuk aktivitas kambium yang cepat dalam akar umbi yang menyimpan pati di dalamnya. Kalium mempengaruhi aktivitas sintetase pati. Bila kalium ditambahkan, aktivitas sintetase pati dalam umbi ubijalar meningkat tetapi bila ia kurang, aktivitas enzim dapat sangat rendah. Sehingga kalium berpengaruh terhadap rasa umbi yang manis.
5.4. Faktor Lingkungan Tabel 1. Hasil Data Faktor Lingkungan
Cilembu Sumedang
Curah Hujan (mm/th) 3.283
Faktor Lingkungan Suhu Udara Suhu Tanah (oC) (oC) 15 – 26 17 – 24
Cilubang Mekar Bogor
3219 - 4671
24,9 – 25,8
Tempat Analisis
23 – 25
Elevasi (m dpl) 864 250
Sumber : Monografi Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Propinsi jawa Barat 2008 dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor. Dilihat dari hasil data diatas bahwa untuk setiap factor lingkungan yang dikaji memiliki perbedaan yang signifikan. Terlihat dari nilai suhu tanah menunjukkan bahwa daerah Cilubang Mekar memiliki regim temperatur isohipertermik, sedangkan daerah Cilembu meliliki regim temperatur hipertermik. Dan Ubi Cilembu biasa ditanam di daerah dengan ketinggian antara 500-1000 m dpl. Hipertermik adalah suatu rejim suhu tanah yang mempunyai rata-rata suhu tanah tahunan 22°C atau lebih dan selisih >5°C antara rata-rata suhu musim panas dan rata-rata suhu musim dingin pada 50 cm di bawah-permukaan. Sedangkan Isohipertermik adalah suatu rejim suhu tanah yang mempunyai rata-rata suhu
24
tahunan 22°C atau lebih dan selisih suhu musim panas dan musim dingin <5°C. (Badan Litbang Pertanian, 2006). Hasil data diatas menunjukkan adanya perbedaan signifikan untuk faktor suhu tanah dan suhu udara, sehingga hal ini bisa dijadikan kunci produktivitas Ubi Cilembu selanjutnya, karena suhu bisa mempengaruhi proses pertumbuhan umbi. Kekurangan cahaya mempunyai pengaruh yang langsung terhadap proses-proses fisiologi yang lain. Bila proses respirasinya tidak dapat terlaksana dengan baik, bila cahaya dalam keadaan kurang dan fotosintesis sangat dibatasi maka pembentukan akar tanaman-tanaman tersebut kebanyakan condong untuk berkurang dan kekurangan pembentukan akar ini menyebabkan pertumbuhan tidak kontinyu pada seluruh pertumbuhan tanaman. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan sangat besar. Terdapat suatu ketergantungan yang tidak dapat dipisahkan antara aktivitas dalam akar dan bagian dari atas tanaman. Makanan harus disediakan untuk akar agar dapat berfungsi dalam mengabsorpsi hara dan air secara normal. Sebaliknya fungsi ini akan terhalang sama sekali apabila fotosintesa dan translokasi makanan terganggu. Pertumbuhan akar tanaman dipengaruhi oleh suhu tanah dan berbedabeda untuk tiap jenis tanaman. Tetapi pada umumnya pertumbuhan akar akan meningkat dengan naiknya suhu dari minimum sampai optimum (±30oC). Suhu mempengaruhi respirasi, respirasi berkurang pada suhu rendah dan meningkat dengan naiknya suhu. Pada suhu yang terlalu tinggi walaupun respirasinya meningkat drastis tetapi setelah beberapa jam laju respirasi akan cepat sekali menurun. Banyak tanaman daerah sedang memiliki suhu optimum yang lebih rendah daripada untuk respirasi, hal inilah yang diduga sebagai penyebab tanaman penghasil karbohidrat seperti ubi jalar di daerah sedang berproduksi lebih tinggi dari daerah beriklim panas. Cahaya mempengaruhi pembentukan akar umbi, intensitas cahaya rendah menurunkan baik aktivitas kambium maupun pembentukan lignin dan menunda perkembangan. Sitokinin memegang peranan dalam perkembangan umbi melalui percepatan pembelahan sel. Sementara akar berkembang kandungan sitokininnya meningkat sebanding dengan kenaikan umbi. (Hetty L.E. Manurung, 2007)
25
Ubi Cilembu akan tumbuh baik di daerah yang memiliki suhu udara sekitar 15-26 oC dan suhu tanah sekitar 17-24 oC dengan ketinggian tempat sekitar 864 m dpl yaitu di wilayah Desa Cilembu itu sendiri juga memiliki perbedaan ketinggian >500 m dpl antara tempat penanaman dengan gunung di sekitarnya, lain halnya Ubi Cilembu yang ditanam di daerah Cilubang Mekar Bogor yang memiliki suhu udara sekitar 24,9-25,8 oC dan suhu tanah sekitar 23-28oC dengan ketinggian tempat sekitar 250 m dpl, hasil umbi yang didapat kecil dan bentuknya agak membulat, setelah di oven pun rasanya tidak semanis Ubi Cilembu asli. Fluktuasi suhu dalam tanah akan berpengaruh terhadap proses perakaran tanaman didalam tanah. Apabila suhu tanah naik akan berakibat berkurangnya kandungan air dalam tanah sehingga unsur hara sulit diserap tanaman, sebaliknya jika suhu tanah rendah maka akan semakin bertambahnya kandungan air dalam tanah. Tinggi tempat dari permukaan laut menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. (Bayong, 2004) Berikut adalah gambar hasil intersect dari peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar 1209-321 Cicalengka untuk melihat perbedaan ketinggian di daerah Desa Cilembu dengan di Perbukitan Gunung Kareumbi.
Gambar 1. Posisi Desa Cilembu terhadap Bukit Kareumbi terdapat beda ketinggian >500 m (skala 1:25.000). Sumber : Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar 1209-321 Cicalengka
26
Gambar Posisi Desa Cilembu terhadap Bukit Kareumbi tersebut menunjukkan posisi Desa Cilembu berada di lembah Gunung Kareumbi, dimana ketinggian Desa Cilembu 1000 m dpl, sedangkan ketinggian bukit Gunung Kareumbi 1516 m dpl. Terdapat perbedaan ketinggian >500 m. Karena letak Desa Cilembu yang berada di lembah menyebabkan angin dingin pada malam hari akan turun dari gunung ke lembah sehingga suhu minimum menjadi rendah bisa mencapai 17 oC. Sedangkan pada siang hari suhunya bisa mencapai 22 oC yang bagus untuk proses fotosintesis. Karena jika suhu rendah pada malam hari maka respirasi juga akan rendah, sehingga hasil fotosintat ditimbun dalam bentuk umbi yang menyebabkan umbi berukuran besar. Berbeda halnya dengan daerah Kelurahan Situgede yang berada di dataran rendah dan tidak berada di daerah lembah pegunungan sehingga suhu siang dan malam tidak terlalu berbeda secara signifikan. Di daerah antara Desa Cilembu dan Perbukitan Gunung Kareumbi terjadi proses konveksi yaitu saat tekanan udara turun karena udaranya berkurang, udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah (lembah). Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Sehingga terjadi aliran naik dan turunnya udara dingin. Dan gejala ini terjadi saat malam hari sehingga terjadi angin gunung dimana lembah akan melepaskan energi panas dan puncak gunung yang telah mendingin akan mengalirkan udara ke lembah.1
Ubi Cilembu akan tumbuh baik di daerah yang memiliki suhu udara sekitar 15-26 oC dan suhu tanah sekitar 17-24 oC dengan ketinggian tempat sekitar 864 m dpl yaitu di wilayah Desa Cilembu itu sendiri dan memiliki perbedaan ketinggian >500 m dpl antara tempat penanaman dengan gunung di sekitarnya, lain halnya Ubi Cilembu yang ditanam di daerah Cilubang Mekar Bogor yang memiliki suhu udara sekitar 24,9-25,8 oC dan suhu tanah sekitar 23-28oC dengan ketinggian tempat sekitar 250 m dpl, hasil umbi yang didapat kecil dan bentuknya agak membulat, setelah di oven pun rasanya tidak semanis Ubi Cilembu asli.
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Angin
27
Hal ini karena fluktuasi suhu dalam tanah akan berpengaruh langsung terhadap aktivitas pertanian terutama proses perakaran tanaman didalam tanah. Apabila suhu tanah naik maka respirasi meningkat, sebaliknya jika suhu tanah rendah maka respirasi rendah. Akibatnya aktivitas akar/respirasi yang semakin rendah mengakibatkan translokasi dalam tubuh tanaman jadi lambat dan proses distribusi unsur hara jadi lambat dan akhirnya pertumbuhan tanaman jadi lambat, sehingga hasil fotosintat ditimbun dalam bentuk umbi. Tinggi tempat dari permukaan laut juga menentukan suhu udara dan intensitas sinar yang diterima oleh tanaman. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya akan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah. Lahan yang dipakai di Desa Cilembu merupakan lahan bekas padi, sehingga saat pengolahan tanah untuk penanaman ubi tidak harus memerlukan banyak menggunakan pupuk, karena sudah ada pupuk organik sisa dari penanaman padi sebelumnya. Kunci produktivitas Ubi Cilembu yang telah didapat yaitu mencakup proses pemeraman, suhu tempat penanaman dan adanya perbedaan ketinggian >500 m dpl antara tempat penanaman dengan gunung di sekitarnya. Ubi Cilembu bisa tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki suhu tanah 17-24 oC serta akan menghasilkan umbi yang besar jika saat proses pemeliharaan tanaman dilakukan proses pembalikkan batang, dan setelah pasca panen dilakukan proses pemeraman agar rasa ubi bisa lebih manis. Dalam halnya untuk perkembangan produktivitas ubi Cilembu di tempat lain selain di daerah Cilembu sebaiknya memperhatikan aspek-aspek yang telah menjadi kunci sementara produktivitas ubi Cilembu. Untuk pelestarian ubi Cilembu selanjutnya bisa dilihat dari ketiga faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor sifat tanah, dan faktor budidaya. Faktor lingkungan seperti suhu, curah hujan, dan ketinggian merupakan faktor yang tidak bisa direkayasa, sehingga jika mencoba menanam di daerah yang memiliki kondisi lingkungan seperti di Desa Cilembu maka faktor budidaya dan faktor sifat tanah yang bisa di rekayasa. Seperti halnya pemberian pupuk, pembuatan guludan, proses pemeraman.