V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Sumberdaya Wisata Sumberdaya wisata yang ada di Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu Sumberdaya Wisata Alam dan Sumberdaya Wisata Budaya. 5.1.1 Sumberdaya Wisata Alam 1. Danau Luas Situ atau Danau Lengkong Panjalu adalah 57.95 ha dan Nusa Gede 9.25 ha sehingga luas keseluruhannya adalah 67.2 ha. Kedalaman air di Situ Lengkong Panjalu berkisar antara 2 – 6 m. Situ Lengkong Panjalu berada pada ketinggian 731 mdpl. Situ Lengkong Panjalu memiliki daya tarik bagi pengembangan wisata alam. Suasana danau yang masih alami dan kanekaragaman flora dan fauna menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Pengunjung yang datang dapat menikmati indahnya pemandangan alam Situ Lengkong Panjalu dengan berjalan di pinggiran situ atau menaiki perahu mengitari kawasan situ ini. Pengunjung akan dapat melihat kalong (Pteropus vampyrus) yang cukup banyak di kawasan ini. Dengan udara yang cukup sejuk dan angin kecil, pengunjung akan mendapatkan kepuasan tersendiri dari pengalaman wisata di Situ Lengkong ini.
Gambar 6 Situ Lengkong Panjalu.
2. Nusa Gede Nusa Gede berada pada ketinggian 731 meter di atas permukaan laut, masuk dalam wilayah Desa dan Kecamatan Panjalu, Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Nama lain Nusa Gede adalah Pulau Koorders. Nama tersebut diberikan sebagai bentuk penghargaan kepada Dr. Koorders.
Beliau adalah ketua pertama Nederlandsch
29 Indische Vereeniging tot Natuurbescherming, sebuah perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda yang didirikan tahun 1863. Pada tanggal 21 Februari 1919 area Situ Lengkong dengan Nusa Gede dinyatakan sebagai kawasan cagar alam yang benarbenar dijaga kelestarian alam serta budaya yang ada di dalamnya. Sebagai kawasan cagar alam yang berada dalam pengawasan BKSDA Jabar II, Nusa Gede memiliki vegetasi hutan primer yang relatif masih utuh dan tumbuh secara alami. Wisatawan yang berkunjung pada areal sekitar komplek pemakaman, karena areal lainnya tidak boleh digunakan untuk kegiatan wisata. Saat memasuki kawasan, pengunjung sudah disambut pepohonan rotan (Calamus javanensis), dan aren (Arenga pinnata). Semakin masuk ke dalam, pengunjung akan melihat pepohonan besar sepert kihaji (Dysoxylum Sp) dan kikondang (Ficus variegata). Selain jenis flora, di kawasan Nusa Gede juga dapat ditemui berbagai jenis fauna, sebut saja antara lain burung hantu (Otus scops), dan kalong (Pteropus vampyrus). Sementara Elang jambul putih hanya sesekali mendatangi Nusa Gede.
Gambar 7 Nusa Gede Panjalu.
Gambar 8 Gerbang Nusa Gede Panjalu.
3. Nusa Pakel Nusa Pakel merupakan sebuah pulau yang terletak di sebelah barat Nusa Gede. Dahulu nusa Pakel merupakan taman yang sering digunakan sebagai tempat rekreasi keluarga kerajaan. Kondisi Nusa Pakel sekarang telah bersatu dengan daratan. Kondisi ini terjadi akibat adanya konversi sebagian kawasan danau menjadi areal pesawahan. Tidak diketahui kapan mulai terjadi perubahan fungsi lahan di sekitar Nusa Pakel ini. Para pemilik sawah di sekitar Nusa Pakel telah memiliki bukti kepemilikan tanah yang sah dari pemerintah setempat.Pemandangan di Nusa Pakel cukup indah. Dengan latar belakang Nusa Gede di sebelah timur dan Gunung Sawal di sebelah selatan, sehingga sangat cocok untuk kegiatan fotografi.
30
Gambar 9 Nusa Pakel.
4. Flora Tabel 2 Daftar jenis vegetasi yang dapat ditemukan di kawasan Situ Lengkong Panjalu No Nama Ilmiah Nama Lokal 1. Tepus Amomum coccineum 2. Angsana Pterocarpus indicus 3. Aren Arenga pinnata 4. Sirih hutan Aristolochia tagala 5. Kucubang Brugmansia sauvelens 6. Kaliandra Caliandra calothyrsus 7. Rotan Calamus javanensis 8. Saninten Castanopsis javanica 9. Harendong Clidemia hirta 10. Kileho Cyrtandra picta 11. Bambu Dinocholoa sardins 12. Pakis Diplazium asperum 13. Kihaji Dysoxilum sp. 14. Kirinyuh Eupathorium pallescens 15. Huru Eurya accuminata 16. Caringin Ficus benjamina 17. Kikondang Ficus variegata 18. Kiara Ficus xylophilla 19. Bungur Lagerstroemia sp. 20. Kayu afrika Maesopsis eminii 21. Kokopian Nyssa javanica 22. Pandan Pandanus conoideus 23. Pulus Paratocarpus triandus 24. Pinus Pinus merkusii 25. Seuseureuhan Piper aduncum 26. Kileho Sauraula sp. 27. Puspa Schima wallichii 28. Ketapang Terminalia catapa Sumber : Hasil pengamatan langsung
Flora yang ada di kawasan Situ Lengkong Panjalu cukup bervariasi mulai tumbuhan bawah sampai tumbuhan tingkat tinggi. Jenis-jenis vegetasi yang terdapat di Kawasan ini berpotensi sebagai obyek rekreasi yang mencakup pendidikan dan
31 ilmu pengetahuan serta sekaligus untuk menumbuhkan rasa cinta alam terhadap lingkungan bagi pengunjung. Jenis-jenis vegetasi yang ditemukan di kawasan ini dapat dilihat pada Tabel 2. Masyarakat Panjalu tidak memanfatkan vegetasi terutama vegetasi pohon yang ada di dalam Nusa Gede, karena vegetasi tersebut sangat penting sekali untuk kelestarian Cagar Alam Panjalu. Pemerintah bersama masyarakat Panjalu menjaga keutuhan Cagar Alam Panjalu ini dengan tidak merusak atau mengambil kayu dan mengadakan program menanam pohon di sekitar pinggiran situ.
5. Fauna Tabel 3 Daftar satwaliar yang dapat ditemukan di kawasan Situ Lengkong Panjalu No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Nama Ilmiah Callosciurus notatus Calosciurus nigrivattatus Paradoxurus hermaphroditus* Collocalia linchi Dicaeum trochilem Ictinaetus malayensis Lonchura leucogastroides Manis javanicus* Munia sp.* Orthotomus sutorius Otus scops Pteropus vampyrus Pycnonotus aurigaster Spilornis cheela* Todirhampus chloris Zoothera interpes* Bufo asper Bufo melanostictus Eutropis multifasciata Fejervarya cancrivora Phyton reticulatus* Varanus salvator*
Nama Lokal Bajing Tupai Musang Walet linci Cabai jawa Elang hitam Bondol jawa Trenggiling Gelatik Cinenen pisang Burung Hantu Kalong Cucak kutilang Elang bondol Cekakak sungai Anis kembang Kodok buduk besar Kodok buduk Kadal Katak hijau Ular Sanca Biawak
Sumber : Hasil pengamatan langsung * Wawancara dengan masyarakat
Satwaliar yang dapat ditemukan di Situ Lengkong Panjalu adalah jumlah kalong (Pteropus vampyrus) ini lebih banyak dari satwa-satwa lainnya. Jenis satwa kalong ini dapat langsung dilihat oleh pengunjung wisata. Jenis satwaliar lainnya, seperti : bondol jawa, cinenen dan kutilang dapat didengar suaranya. Sedangkan sesekali elang hitam terbang di atas kawasan Situ Lengkong Panjalu. Biasanya pengunjung
32 membawa binoculer untuk melihat satwaliar seperti ini. Berikut ini daftar satwaliar yang dapat ditemukan di kawasan Situ Lengkong Panjalu.
5.1.2 Sumberdaya Wisata Budaya 1. Komplek Pemakaman Nusa Gede Komplek Pemakaman Nusa Gede merupakan Komplek Pemakaman khusus keluarga kerajaan. Salah satu makam tersebut adalah Makam Prabu Hariang Kancana. Makam inilah yang menjadi objek utama wisata ziarah. Biasanya pada hari libur pengunjung banyak mendatangi komplek pemakaman ini. Oleh karena itu, pihak kuncen membatasi jumlah kunjungan yang masuk agar suasana di dalam komplek pemakaman ini menjadi baik.
Gambar 10 Komplek Makam Prabu Hariang Kencana.
2. Komplek Pemakaman Hujung Winangun Komplek Pemakaman Hujung Winangun terletak di bagian Barat Situ Lengkong Panjalu. Awalnya Komplek Pemakaman ini diperuntukan bagi kalangan Abdi Keraton Kerajaan Panjalu. Di dalamnya tedapat beberapa makam keramat. Salah satunya merupakan Makam Patih kerajaan Panjalu. Para peziarah biasanya datang pada malam Kamis Kliwon.
33
Gambar 11 Komplek Pemakamam Hujung Winangun.
Saat ini Komplek Pemakaman Hujung Winangun telah berubah menjadi komplek pemakaman umum. Pemakaman ini tidak dikhususkan bagi keturunan Abdi Kerajaan Panjalu.
Biasanya orang yang dimakamkan di Komplek Pemakaman
Pemakaman Hujung Winangun ini merupakan penduduk asli Panjalu atau orang yang masih keturunan Panjalu.
3. Upacara Adat Nyangku Nyangku memiliki arti nyaangan laku (menerangi perilaku) Nyangku berasal dari bahasa Arab, yanko, yang artinya membersihkan. Di Desa Panjalu Nyangku berarti membersihkan benda-benda pusaka peninggalan para leluhur. Dalam arti yang lebih luas upacara ini bermakna pembersihan diri manusia. Sesungguhnya manusia terlahir dalam keadaan bersih, sehingga harus kembali dalam keadaan bersih pula. Air yang digunakan untuk mencuci pusaka diambil dari sembilan mata air, seluruhnya terletak di sekeliling Desa Panjalu. Kesembilan mata air ini konon tidak pernah kering, walau musim kemarau sekalipun. Hanya kuncen atau juru kunci dan sesepuh desa yang berhak mengambil air dari sumur ini. Upacara dipusatkan di Bumi Alit, tempat dimana pusaka Prabu Borosngora disimpan. Bumi Alit merupakan bangunan sakral berbentuk bujur sangkar, simbol Ka'bah. Pusaka yang disimpan di dalamnya tak dapat dijamah oleh siapapun, kecuali kuncen dan kerabat keturunan Prabu Borosngora. Warga yang ingin berdoa hanya dapat duduk di luar Bumi Alit. Menjelang puncak upacara Nyangku, kuncen menyiapkan segala kebutuhan untuk mencuci pusaka. Mulai dari jeruk nipis guna menghilangkan karat, arang untuk mengeringkan setelah dicuci, hingga daun kelapa untuk membungkus kembali pusaka, dan kemenyan. Tidak semua dari ratusan pusaka milik Panjalu, dibawa ke upacara Nyangku. Hanya pusaka pokok, yaitu pedang, stok komando, kujang dan gong kecil milik Prabu
34 Borosngora, dan beberapa keris lainnya yang ikut dalam prosesi. Selama prosesi, suara musik gembyungan khas Panjalu, dimainkan empat belas pria berbusana serba ungu. Inti upacara Nyangku dimulai setelah rombongan kembali dari Nusa Gede. Pembersihan pusaka dimulai dengan menggosokkan jeruk nipis, untuk menghilangkan karat. Barulah kemudian disiram air suci. Dari balai desa, pusaka kembali diarak menuju Bumi Alit. Seluruh ritual merupakan gambaran proses kehidupan manusia. Mulai dari pusaka dikeluarkan dari Bumi Alit, yang melambangkan kelahiran bayi dari rahim ibunya. Proses arak-arakan perlambang kehidupan itu sendiri, hingga dikembalikannya pusaka ke dalam Bumi Alit yang mengandung arti kembalinya manusia ke dalam liang lahat.
Gambar 12 Iring-iringan Upacara Adat Nyangku.
4. Bumi Alit Bumi alit merupakan suatu bangunan tempat penyimpanan benda-benda pusaka kerajaan sewaktu kerajaan Panjalu berdiri sampai sekarang. Letak Bumi Alit tidak juh dari Situ Lengkong tempatnya terletak di terminal Panjalu. Bumi Alit adalah suatu bangunan kecil yang ditempatkan pada suatu tempat yang diberi nama Pasucian, nama pasucian diberikan oleh pendirinya yaitu seorang Raja Panjalu yang bernama Prabu Sanghyang Boros Ngora atau Syeh Haji Dul Iman yang meruapakan raja Panjalu, yang memeluk agama Islam pertama. Bumi Alit atau Pasucian pada awalnya terletak di Buni Sakti, kemudian dipindahkan ke Desa Panjalu oleh Prabu Sanghyang Boros Ngora bersama bendabenda kerajaan Panjalu. Bentuk Bumi Alit yang lama masih berbentuk tradisional tempatnya masih berupa tanaman lumut yang dibatasi oleh batu-batu besar, sedangkan di sekelilingnya dipagari oleh tanaman Waregu. Bumi Alit terbuat dari kayu, bambu dan ijuk. Bagian bawahnya bertiang tinggi, badan bangunan berdinding bilik sedangkan atapnya dari suhunan ijuk berbentuk pelana. Ujung bungbung menciut
35 berujung runcing dan tutup bungbung ditutup dengan papan kayu berukir. Pada sisi bagian barat terdapat pintu kecil yang depannya terdapat tangga kayu yang terbuat dari balok kayu tebal. Bumi Alit yang sekarang ini adalah hasil pamugaran pada tahun 1955 yang dilaksanakan oleh warga Panjalu dan sesepuh Panjalu yang bernama R. H. Sewaka (Alm.), sedangkan bentuk bangunan museum Bumi Alit yang sekarang ini adalah campuran bentuk modern dengan bentuk mesjid zaman dulu yang beratapkan susun tiga. Pintu masuk ke museum Bumi Alit terdapat patung ular bermahkota dan di pintu gerbang atau gapura terdapat patung kepala gajah.
Gambar 13 Gerbang Bumi Alit.
5. Benda Pusaka Panjalu Beberapa benda pusaka dan peninggalan yang tersimpan di musium Bumi Alit diantaranya adalah : 1.
Pedang sebagai senjata yang digunakan untuk pembela diri dalam rangka menyebarluaskan agama Islam.
2.
Cis sebagai senjata yang digunakan untuk pembela diri dalam rangka menyebarluaskan ajaran agama Islam.
3.
Keris Komando, bekas senjata yang digunakan oleh Raja Panjalu sebagai alat komando.
4.
Keris pegangan para Bupati Panjalu.
5.
Pancaworo digunakan sebagai senjata perang zaman dahulu.
6.
Bangreng digunakan sebagai senjata perang pada zaman dahulu.
7.
Gong Kecil, sebagai alat untuk mengumpulkan rakyat pada zaman dahulu.
36
Gambar 14 Benda Pusaka Panjalu.
5.1.3 Pengelolaan Kawasan Situ Lengkong Panjalu Cagar Alam Panjalu yang terdapat di tengah Situ Lengkong Panjalu memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi bagi masyarakat Panjalu khususnya. Akan tetapi, nilai ekologinya pun sangat penting bagi kelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Dengan menjaga keutuhan dan kelestarian ekologi Cagar Alam Panjalu sekaligus menjaga keutuhan nilai sejarah Panjalu. Dalam upaya pelestarian Cagar Alam Panjalu ini, BKSDA Jabar II memberikan tanggung jawab kepada pemerintah Desa Panjalu, dalam hal ini diserahkan kepada Yayasan Boros Ngora Panjalu dan BKSDA Jabar II Ciamis tetap melakukan pengawasan setiap bulannya. Pengunjung wisata Situ Lengkong Panjalu didominasi oleh kaum peziarah, dengan maksud kunjungan untuk berziarah ke Makam Prabu Hariang Kancana yang diyakini sebagai penyebar agama Islam di Panjalu. Hal ini menjadikan Situ Lengkong Panjalu memiliki potensi wisata yang besar. Namun, dirasakan perlu adanya penambahan ragam aktivitas wisata selain aktivitas wisata ziarah, seperti wisata alam dan budaya. Pengunjung wisata cenderung lebih terkonsentrasi di satu objek saja, yaitu Nusa Gede dan Makam Prabu Hariang Kancana. Hal ini kurang sesuai dengan konsep daya dukung dan kelestarian kawasan. Konsentrasi Pengunjung yang melebihi daya dukung pada satu objek dapat mempercepat kerusakan obyek tersebut. Oleh karena itu, Yayasan Boros Ngora Panjalu sebagai penerus dan pelestari sejarah leluhur Panjalu ikut bertanggung jawab dalam pengangkatan juru kunci Nusa Gede atau di wilayah Kerantenan Gunung Sawal Panjalu. Yayasan Boros Ngora Panjalu memberikan tanggung jawab kepada juru kunci Nusa Gede untuk mengelola wilayah Cagar Alam Panjalu sekaligus melakukan upaya pelestarian kawasan tersebut untuk menghindari gangguan ekologinya, seperti mengatur kunjungan peziarah-peziarah yang datang ke Nusa Gede dan menanam pohon di kawasan Cagar Alam Panjalu. Kegiatan pelestarian yang telah dilakukan oleh BKSDA Jabar II Ciamis maupun dari pemerintah Desa Panjalu adalah penanaman pohon di pinggiran Situ Lengkong Panjalu, membuat papan pelestarian, menjaga kebersihan kawasan dari sampah
37 pengunjung dan menanam ikan di danau/situ. Kawasan Cagar Alam Panjalu beserta seluruh wilayah Situ Lengkong Panjalu sangat disakralkan, seperti terdapatnya makam Raja Panjalu di Nusa Gede. Masyarakat di sana pun ikut berpartisipasi menjaga keutuhan kawasan ini dengan memberikan peringatan kepada pengunjung agar tidak melakukan kerusakan di wilayah. Hal ini disakralkan karena bagian dari upaya pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Terdapat pesan atau wangsit yang sangat disakralkan di Desa Panjalu, yaitu Wangsit Prabu Sanghyang Boros Ngora (Suhendar, 2007). Pesan ini sebagai salah satu aturan hidup di wilayah Panjalu yang sekaligus sebagai upaya pelestarian kawasan Panjalu.
Wangsit Prabu Sanghyang Boros Ngora Gunung teu beunang dilebur Lebak teu beunang dirusak Larangan teu beunang dirempak Buyut teu beunang dirubah Layar teu beunang dipotong Pondok teu beunang disambung Nyaur kudu diukur Nyablama kudu diungang Ulah ngomong sagete-gete Ulah lemek sadaek-daek Ulah maling papayungan Ulah zinah papayangan Kudu ngadek sacekna nilas saplasna Mipit kudu amit ngala kudu menta Ngeduk cikur kudu mihatur Nyokel jahe kudu micarek Ngagedak kudu bewara Weduk teu kalawan diajug Bedas teu kalawan dimomotan Nu lain kudu dilainkeun Nu ulah kudu diulahkeun Nu enya kudu dienyakeun Ulah cueut kana beureum Ulah panteng kanu koneng Karana lamun dirempak Matak burung jadi ratu Matak edan jadi menak Matak pupul pangaweruh Matak hambar komara Matak teu mahi juritna Matak teu jaya perangna Matak sangar ka nagara
Gunung tidak boleh digunduli Lembah tidak boleh dirusak Larangan tidak boleh dilanggar Aturan tidak boleh dirubah Layar tidak boleh dipotong Pendek tidak boleh disambung Bertutur kata harus diukur Berkata harus yang benar Jangan berbicara seenaknya Jangan berbicara semaunya Jangan mencuri perlindungan Jangan berzina ketika berpacaran Harus memotong sewajarnya Menepas sebaiknya memetik harus meminta Menggali kencur harus berterima kasih Menggali jahe harus minta ijin Memotong harus dengan pernyataan Sakti bukan dengan kesakitan Kuat bukan berarti diberi jimat Yang lain harus dilainkan Yang bukan harus dibukankan Yang benar harus dibenarkan Tidak boleh tertarik kepada yang merah Tidak boleh tertarik kepada yang kuning Karena kalau dilanggar Berakibat gila menjadi ratu Berakibat gila menjadi pejabat Berakibat hilang pengetahuan Berakibat jatuh nama baik Berakibat kalah dalam pertempuran Berakibat tidak berjaya dalam peperangan Berakibat kerugian kepada negara
38 5.2 Nilai Ekonomi Wisata 5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian 1. Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu Karakteristik responden pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu sangat bervariasi dengan variabel-variabel karakteristik pengunjung, yaitu tingkat pendidikan, status menikah, asal daerah, pekerjaan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Pada umumnya, pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin matang dalam memutuskan sesuatu masalah. Dari hasil penelitian ini, responden/pengunjung yang berwisata ke Situ Lengkong Panjalu sudah berpendidikan. Jumlah responden terbanyak, yaitu pada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 86% responden. Mereka sudah mempunyai pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan obyek wisata. Kegiatan wisata yang dilakukan sudah menjadi suatu kebutuhan hidup bagi mereka, sehingga mereka merasa perlu adanya tempat wisata yang dapat mereka nikmati seperti obyek wisata Situ Lengkong Panjalu ini. Mereka setuju apabila obyek wisata Situ Lengkong Panjalu dikembangkan serta dilakukan pengelolaan yang lebih baik ke depannya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka sangat membutuhkan obyek wisata ini sebagai tempat untuk mengisi waktu luang ataupun kegiatan berziarah. Dari hasil pengisian kuesioner, pengunjung kebanyakan memiliki status sudah menikah sebanyak 64%. Pengunjung ini kebanyakan orang yang sudah dewasa. Sedangkan pengunjung dengan status belum menikah sebanyak 36%. Pengunjung tersebut kebanyakan siswa sekolah dan mahasiswa yang berkunjung ke Situ Lengkong Panjalu. Pengunjung yang datang ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu kebanyakan berasal dari daerah Priangan Timur sebanyak 39 % yang terdiri dari daerah Ciamis Kota Ciamis,Tasikmalaya, Kuningan dan Majalengka. Untuk Ciamis bagian Utara sebanyak 30% yang terdiri dari daerah Kecamatan Panjalu, Panumbangan dan Cihaurbeuti. Sedangkan daerah asal pengunjung yang paling sedikit dari luar Pulau Jawa sebanyak satu persen. Terdapat pula sebanyak 22% pengunjung yang datang berasal dari luar Priangan Timur, seperti dari Cianjur, Depok, Bogor dan Tangerang serta sebanyak delapan persen dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jenis pekerjaan pengunjung yang datang ke lokasi ini cukup bervariasi. Kebanyakan
39 pengunjung yang datang memiliki pekerjaan menjadi wiraswasta sebanyak 77% dan paling sedikit sebanyak dua persen sebagai mahasiswa dan Pegawai Negeri Sipil. Meskipun jenis pekerjaan tiap responden bervariasi, tetapi mereka datang dengan tujuan untuk mengisi waktu luang dengan berekreasi ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu. Tingkat pendapatan responden diduga mempengaruhi tingkat kesediaaan membayar bagi pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Oleh karena itu, tingkat pendapatan merupakan hal yang sangat penting dalam karakteristik sosial ekonomi responden. Tingkat pendapatan responden sangat mempengaruhi untuk melakukan kegiatan wisata serta mau membayar untuk kegiatan tersebut. Berdasarkan tingkat pendapatan responden, menunjukkan bahwa yang mengunjungi Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu bukan hanya orang-orang yang mempunyai pendapatan tinggi saja, akan tetapi semua lapisan masayarakat memiliki keinginan untuk menikmati obyek wisata ini. Jumlah responden terbanyak pada tingkat pendapatan antara > Rp.1.000.000 - Rp. 1.500.000 sebanyak 53% responden. Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi alokasi pendapatan responden untuk biaya kegiatan wisata. Sebagian besar responden obyek wisata Situ Lengkong Panjalu mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang kecil, yaitu satu sampai dua orang. Jumlah tanggungan keluarga tentu saja akan mempengaruhi terhadap alokasi pendapatan untuk kegiatan wisata. Semakin banyak tanggungan keluarga, semakin besar tingkat pengeluaran untuk wisata. Pada umumnya, apabila jumlah tanggungan keluarganya kecil, maka pola hidup akan lebih diatur, sehingga mereka mempunyai waktu-waktu khusus untuk melakukan perjalanan ke tempat-tempat obyek wisata. Adapun motivasi pengunjung datang ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu sangat bervariasi juga. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu memiliki alasan kunjungan yang berbeda. Sebanyak 54% responden pengunjung memiliki alasan untuk mengisi waktu luang saja. Waktu luang ini merupakan hari libur sekolah maupun waktu luang setelah bekerja. Sedangkan sebanyak 46% responden pengunjung memiliki alasan berkunjung yang memang sengaja untuk melakukan ziarah ke Nusa Gede Panjalu. Biasanya pengunjung ini sudah memiliki agenda tiap tahunnya untuk berziarah. Kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu sangat menarik untuk dikunjungi. Hal tersebut terbukti dengan kedatangan pengunjung yang selalu ada di kawasan ini. Sebanyak 46% responden pengunjung memilih kawasan ini sebagai tempat untuk
40 berziarah dan sebanyak 45% responden pengunjung memilih kawasan ini untuk dikunjungi karena ramai oleh pengunjungnya. Sedangkan sebagian kecil responden pengunjung memilih kawasan ini karena keindahan alamnya yang bagus, yaitu sebanyak sembilan persen. Sebagian besar reponden pengunjung mendapatkan informasi kawasan Situ Lengkong Panjalu dari teman/keluarga mereka sendiri sebanyak 84%. Dan sebagian kecil memperolehnya dari media elektronik, yaitu radio. Penyebarluasan informasi secara langsung melalui teman/keluarga ternyata lebih efektif. Akan tetapi sebaiknya pihak pengelola harus lebih banyak juga menyebarkan informasi mengenai kawasan ini melalui media elektronik, seperti televisi dan internet. Pada umumnya, jika seseorang semakin tinggi frekuensinya datang ke obyek wisata, maka orang tersebut sangat memahami dan mengenal Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu. Sekitar 71% responden baru pertama kali mengunjungi obyek wisata Situ Lengkong Panjalu. Biasanya mereka berkunjung pada hari libur dan bagi pengunjung yang berziarah pada umumnya datang pada bulan-bulan tertentu yang disakralkan oleh umat muslim. Obyek wisata ini merupakan tujuan utama mereka berkunjung. Sedangkan sekitar tiga persen responden telah empat kali dan bahkan lebih dari empat kali berkunjung ke obyek wisata Situ Lengkong Panjalu. Sebanyak 89% responden pengunjung melakukan aktivitas wisata di kawasan Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu kurang lebih selama tiga jam dan paling sedikit pengunjung memiliki waktu lebih dari empat jam waktu berkunjungnya sebanyak satu persen. Lamanya kunjungan biasanya tergantung aktivitas yang dilakukan. Misalnya untuk kegiatan memancing pasti akan memerlukan waktu lebih dari tiga jam untuk mendapatkan hasil yang cukup bagus. Bagi responden/pengunjung yang datang tidak terlalu jauh dari lokasi wisata dengan tujuan untuk mengisi waktu luang pada umumnya berekreasi antara selama tiga sampai lebih dari empat jam. Mereka bisa lebih lama menikmati wisata dibandingkan dengan pengunjung yang datang dari luar daerah Ciamis dengan tujuan selain berwisata juga untuk berziarah ke Nusa Gede rata-rata selama tiga jam lamanya. Keadaan/kondisi kawasan suatu obyek wisata akan mempengaruhi aktivitas pengunjung, seperti di obyek wisata Situ Lengkong Panjalu ada beberapa aktivitas yang pada umumnya dilakukan oleh pengunjung pada saat berwisata ke tempat ini. Aktivitas ini merupakan tujuan mereka datang ke obyek wisata ini, yaitu mengelilingi situ dengan perahu, jalan-jalan di pinggiran situ, berziarah ke Nusa Gede, berfoto-
41 foto, memancing, belanja souvenir dan makan bersama. Responden pada umumnya beraktivitas wisata di lokasi wisata ini lebih dari satu aktivitas, yaitu : a. Mengelilingi situ dengan perahu, jalan-jalan di pinggiran situ, belanja souvenir dan berziarah ke Nusa Gede. b. Mengelilingi situ dengan perahu, jalan-jalan di pinggiran situ dan makan bersama. c. Mengelilingi situ dengan perahu, jalan-jalan di pinggiran situ, berziarah ke Nusa Gede, belanja souvenir dan berfoto-foto. d. Mengelilingi situ dengan perahu dan berziarah ke Nusa Gede. e. Mengelilingi situ dengan perahu, berziarah ke Nusa Gede, belanja souvenir dan berfoto-foto. f. Mengelilingi situ dengan perahu dan makan bersama. g. Jalan-jalan di pinggiran situ dan memancing
Gambar 15 Aktivitas berperahu.
Gambar 16 Aktivitas berziarah.
Gambar 17 Aktivitas belanja souvenir.
Sebagian besar responden beraktivitas mengelilingi situ dengan perahu sebanyak 28% dari total responden, kemudian singgah di Nusa Gede dan melakukan ziarah di sana. Setelah itu mereka berfoto-foto. Kebanyakan yang beraktivitas seperti ini, yaitu responden yang sengaja datang untuk berziarah. Dan sebagian kecil sebanyak satu persen responden beraktivitas jalan-jalan di pinggiran situ dan makan bersama. Sebagian peziarah mengisi waktu luangnya ini untuk berziarah ke Nusa
42 Gede Panjalu dan sebagian pengunjung wisata tidak hanya untuk berziarah, mereka menikmati suasana alam kawasan ini. Oleh karena itu, 100% responden pengunjung menyatakan tujuan kunjungan ke kawasan Situ Lengkong Panjalu ini sebagai tujuan kunjungan yang utama. Persepsi responden pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu, meliputi : persepsi tentang keindahan alam, kondisi lingkungan, aksesibilitas, fasilitas dan kondisi keamanan. Keindahan kawasan Situ Lengkong Panjalu merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini. Ditambah lagi, kawasan ini merupakan salah satu tempat ziarah umat muslim. Sehingga selain bagus pemandangan kawasannya, juga ramai dikunjungi pengunjung terutama pada hari libur dan pada bulan-bulan yang dianggap suci oleh umat muslim. Pengunjung yang menjadi responden datang ke kawasan Situ Lengkong Panjalu pada umumnya menganggap keindahan alamnya indah sebanyak 86% dan 14% dari total responden pengunjng berpersepsi cukup indah.. Kawasan ini memiliki danau/situ yang di tengahnya terdapat pulau/nusa. Selain itu, di kawasan ini terdapat jasa perahu yang dapat digunakan bagi pengunjung untuk mengitari sekitar situ sambil melihat pemandangan alam serta satwa liar, yaitu jenis kalong yang banyak terdapat di kawasan ini. Kondisi lingkungan kawasan wisata sangat mempengaruhi orang untuk berkunjung. Hal ini disebabkan pengunjung menginginkan sesuatu yang indah dipandang dan nyaman di tempat obyek wisata. Pengunjung harus merasakan ada sesuatu yang indah di dalamnya. Walaupun demikian, seseorang akan menilai baik atau buruknya lingkungan sangat tergantung pada cara pandang mereka masingmasing. Berdasarkan persepsi responden, sebagian besar responden menyatakan kondisi lingkungan obyek wisata Situ Lengkong Panjalu baik sebanyak 91% dan sebagian kecil responden menyatakan cukup baik sebanyak sembilan persen dari total responden pengunjung. Responden dapat menilai keadaan sekeliling kawasan. Tempat responden saat mengisi kuisioner sangat mempengaruhi penilaian mereka, karena mereka akan melihat kondisi di sekeliling tempat dia berada saat itu. Dan responden yang sudah berkeliling di sekitar kawasan ini tentu akan lebih mengetahui kondisi lingkungan di Situ Lengkong Panjalu ini. Untuk mencapai suatu lokasi obyek wisata, aksesibilitas menuju kawasan sangat penting sebagai pertimbangan seseorang untuk mengunjungi tempat tersebut. Sarana jalan menuju kawasan serta transportasi untuk mencapai lokasi wisata menjadi
43 hal penting. Sebagian besar responden menyatakan aksesibilitas/transportasi untuk mencapai obyek wisata Situ Lengkong Panjalu mudah dijangkau sebanyak 92%, karena jalan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua sampai roda enam seperti bus. Akan tetapi jalan menuju kawasan ini sedikit berlubang yang ditambah sarana angkutan umum menuju kawasan ini kurang banyak, sehingga sebagian kecil responden menyatakan aksesibilitas ke kawasan ini cukup mudah sebanyak delapan persen dari total responden pengunjung. Transportasi yang digunakan oleh pangunjung sangat berpengaruh pada pendapatan, mereka yang mempunyai pendapatan tinggi cenderung menggunakan kendaraan pribadi, sehingga tidak kesulitan untuk menuju lokasi wisata ini. Secara umum, 100% responden pengunjung menyatakan fasilitas di obyek wisata Situ Lengkong Panjalu tergolong cukup lengkap. Mereka beranggapan masih perlu fasilitas penunjang lainnya, supaya pengunjung bisa lebih menikmati wisata di kawasan ini, seperti sarana hiburan dan sarana bermain untuk anak-anak. Terdapat juga fasilitas yang jarang digunakan, sehingga kurang terawat seperti mushola kecil dan WC. Untuk sarana ibadat umat muslim, pemerintah desa Panjalu sedang mengerjakan pembangunan Mesjid Raya Panjalu yang baru. Mesjid yang sedang dalam proses pembangunan ini, diletakkan batu pertamanya oleh mantan Presiden Indonesia, Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Diharapkan fasilitas ini dapat membantu nantinya bagi peziarah-peziarah yang datang. Untuk persepsi responden pengunjung mengenai kondisi keamanan di obyek wisata Situ Lengkong ini 100% atau seluruhnya menyatakan aman. Mereka dapat menikmati wisata di lokasi ini dengan nyaman tanpa ada gangguan keamanan.
2. Karakterisik Responden Masyarakat di Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu Karakteristik responden masyarakat/penduduk di Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu cukup bervariasi. Sebagian besar responden masyarakat memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 69% dan sisanya untuk jenis kelamin perempuan. Sebanyak 50% yang paling besar responden masyarakat memiliki tingkat usia antar 20 – 30 tahun. Pada usia seperti ini, masyarakat di sana banyak yang bekerja. Akan tetapi menjadi mungkin masyarakat pada usia di atasnya itu akan bekerja. Hal tersebut terbukti dengan jumlah masyarakat yang bekerja di sekitar kawasan ini cukup banyak. Mengenai status menikah atau belum menikahnya, sebanyak 94% responden
44 masyarakat sudah menikah. Sedangkan sisanya sebanyak enam persen responden masyarakat belum menikah. Tingkat pendidikan yang paling banyak, yaitu tingkat SLTA sebanyak 88% dari total responden masyarakat. Sedangkan yang paling rendah, yaitu SLTP dan D1 masing-masing sebanyak enam persen dari responden. Tingkat pendidikan masyarakat mempengaruhi dalam memberikan persepsi kesediaan membayar bagi pengelolaan dan pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Masyarakat yang berusaha memanfaatkan kegiatan wisata di Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu memiliki tingkat pendapatan yang berbeda-beda. Pendapatan tertinggi diperoleh pada responden jasa perahu antara > Rp.1.500.000 - Rp.2.000.000 dan terendah pada pedagang sebesar Rp.500.000. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh banyak pengunjung yang datang menggunakan sarana/jasa perahu untuk berekreasi ataupun berziarah ke Nusa Gede. Responden yang paling banyak, yaitu pedagang sebanyak 12 orang atau 74% dari total responden.
Masyarakat yang menjadi responden memiliki jumlah tanggungan keluarga masing-masing enam orang responden memiliki satu orang tanggungan, delapan responden sebanyak dua orang dan dua orang responden tidak memiliki tanggungan keluarga. Oleh karena itu, dengan berusaha/bekerja memanfaatkan aktivitas wisata di Situ Lengkong Panjalu ini sangat penting sekali untuk biaya hidup keluarganya masing-masing. Sebagian besar masyarakat yang bekerja/berusaha memanfaatkan aktivitas wisata di Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu sebagai pedagang sebanyak 63%. Sedangkan 13% masyarakat sebagai penyedia jasa perahu dan enam persen responden masyarakat bekerja sebagai penyedia jasa fotografi, jasa wartel, jasa parkir dan jasa penginapan. Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, sebanyak 56% responden telah lebih dari empat tahun berusaha disana. Meskipun demikian, terdapat pula responden dalam jumlah 25% sekitar dua tahun berusahanya. Secara umum, semua responden merupakan warga Panjalu, tetapi terdapat pula warga luar Panjalu yang sudah menetap di Panjalu dan berusaha disana. Pada umumnya masyarakat bekerja selama kurang lebih 12 jam dan sebagian kecil masyarakat bekerja lebih dari 12 jam. Karena aktivitas ziarah tidak hanya dilakukan pada waktu siang, pada malam hari pun peziarah sering banyak yang datang. Oleh karena itu, sebagian masyarakat tetap bekerja untuk mendapatkan keuntungan, seperti pedagang nasi, sauvenir dan jasa parkir.
45 Persepsi responden masyarakat Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu, meliputi keindahan alam, aksesibilitas, kondisi lingkungan, fasilitas dan kondisi keamanan. Menurut responden masyarakat, keindahan alam kawasan Situ Lengkong Panjalu paling besar tergolong indah sebanyak 68% dan sebagian kecil menggolongkan cukup indah sebanyak 13%. Mereka berpendapat bahwa sebenarnya karena sudah setiap hari melihat kawasan Situ Lengkong Panjalu yang akhirnya sudah terbiasa dengan keadaan di sana. Aksesibilitas menuju Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu menurut persepsi masyarakat terbanyak 80% responden tergolong mudah dan 20% responden menyatakan sangat mudah. Kebanyakkan responden masyarakat merupakan warga Panjalu, sehingga dekat dengan kawasan dan dengan jalan kaki pun cepat sampai. Apalagi terdapat pula responden masyarakat yang tinggal di pinggiran obyek wisata Situ Lengkong Panjalu. Kondisi lingkungan kawasan Situ Lengkong Panjalu yang dipersepsikan oleh responden masyarakat tergolong sangat baik sebanyak 13% dan tergolong baik sebanyak 87% dari total responden. Sebanyak 87% responden masyarakat menyatakan fasilitas di obyek wisata Situ Lengkong Panjalu tergolong kurang. Sedangkan 13% responden masyarakat menyatakan cukup lengkap. Mereka beranggapan masih perlu fasilitas penunjang lainnya. Masyarakat yang berusaha di kawasan ini menginginkan diberikan tempat yang tetap untuk berusaha supaya lebih baik dan lebih tertata rapi. Untuk persepsi responden masyarakat mengenai kondisi keamanan di obyek wisata Situ Lengkong ini seluruhnya menyatakan aman. Mereka menyadari kondisi keamanan sangat penting. Oleh karena itu, masyarakat terlibat langsung dalam menjaga keamanan di kawasan ini.
5.2.2
Analisis Nilai Ekonomi Wisata Berdasarkan Metode Kontingensi melalui Pendekatan Kesediaan Membayar dan Dibayar Untuk mengetahui kesediaan membayar/dibayar responden penelitian
membayar retribusi yang sesuai dalam rangka pemeliharaan dan pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu, responden pengunjung dan masyarakat diberikan kuesioner yang diisi untuk mengetahui pandangan mereka tentang keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu. Pendugaan nilai ekonomi ini merupakan besarnya tingkat kesediaan membayar responden atas kepuasan/pengalaman wisata selama di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu yang bisa diartikan juga sebagai keinginan responden
46 membayar sejumlah uang untuk peningkatan lingkungan atau untuk menghindari penurunan kualitas lingkungan kawasan Situ Lengkong Panjalu.
1. Pendugaan Kesediaan Membayar Responden Penelitian Responden pengunjung yang bersedia membayar retribusi masuk obyek wisata Situ Lengkong Panjalu untuk pengelolaan dan pelestarian kawasan senilai Rp. 2.500 0(sesuai harga tiket yang diberlakukan pada waktu penelitiaan) sebanyak 66 orang. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesediaan yang lain, yaitu Rp. 3.750 sebanyak 33 orang, Rp. 7.500 sebanyak 25 orang dan Rp. 12.500 sebanyak lima orang. Nilai kesediaan membayar pengunjung ini dipengaruhi oleh karakteristik responden sendiri, seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Mereka yang tergolong memiliki pendapatan yang tinggi dan jumlah tanggungan keluarga yang rendah cendurung bersedia membayar lebih dari harga tiket masuk. Faktor pendidikan juga memiliki pengaruh terhadap pola pikir responden dalam mengalokasikan kesediaan membayarnya. Pendapatan dari penerimaan tiket masuk Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu pada tahun 2006 sebesar Rp. 548.490.000,00. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai kesediaan membayar pengunjung, yaitu sebesar Rp. 701.147.640,51. Dengan nilai kesediaan membayar pengunjung yang lebih besar itu, maka dapat disimpulkan bahwa pengunjung memiliki tingkat kepuasan wisata yang besar dan memahami pentingnya kawasan Situ Lengkong Panjalu untuk dijaga kelestariannya. Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini seluruhnya memiliki kesediaan membayar bagi pengelolaan dan pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Mereka sepenuhnya menyadari betapa pentingnya kawasan ini sebagai sumber pendapatan mereka, apalagi mereka berharap lebih baik ekonominya dari hasil usaha di kawasan ini. Jenis usaha responden masyarakat berbeda-beda, yaitu berdagang, jasa perahu, jasa fotografi, jasa penginapan dan jasa parkir. Kebanyakan masyarakat memiliki usaha berdagang. Semua jenis usaha tersebut mempengaruhi terhadap kesediaan membayarnya, karena setiap jenis usaha memiliki pendapatan yang berbeda-beda. Pendapatan tertinggi dimiliki oleh tukang jasa perahu. Jasa perahu setiap harinya selalu banyak dipakai oleh pengunjung, berbeda dengan jenis usaha lain yang terkadang tidak selalu menghasilkan pendapatan tinggi per harinya. Responden masyarakat memiliki kesediaan membayar yang paling besar senilai Rp.3.750 sebanyak delapan orang atau 50% dari total responden mayarakat.
47 Sedangkan yang terendah senilai Rp. 12.500 dan Rp. 17.500 sebanyak satu orang atau delapan persen responden. Keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu harus dijaga seutuhnya dan dilestarikan supaya tetap tidak terjadi kerusakan lingkungan. Tidak hanya pemerintah saja, tetapi masyarakat dan pengunjung juga harus memiliki kontribusi yang sangat tinggi dalam upaya pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan nilai total kesediaan membayar responden masyarakat dan pengunjung sebesar Rp. 701.147.640,51 per tahun dan rata-rata nilai kesediaan membayar setiap responden sebesar Rp. 3.193,92.
2. Pendugaan Kesediaan Dibayar Responden Penelitian Dengan metode kontingensi ini juga, responden pengunjung dan masyarakat menentukan kesediaan untuk dibayar sebagai kompensasi bila tidak diperbolehkan melakukan aktivitas wisata atau tidak diperbolehkan beraktivitas lainnya di kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu karena terjadi penurunan kualitas lingkungan di kawasan ini. Berdasarkan penelitian ini, nilai kesediaan dibayar responden pengunjung dan masyarakat lebih besar dari nilai kesediaan membayarnya, yaitu Rp. 877.092.044,13 dengan rata-rata per responden sebesar Rp. 3.995,37. Nilai kesediaan untuk dibayar ini merupakan nilai yang diharapkan oleh responden apabila tidak diperbolehkan masuk ke kawasan Situ Lengkong Panjalu karena terjadi kerusakan lingkungannya. Jika pengelola harus membayar dengan sejumlah uang tersebut, maka pengelola akan mengalami kerugian dan kekurangan untuk membiayai perbaikan kualitas ekologi kawasan ini. Dengan nilai kesediaan dibayar yang lebih besar tersebut, kawasan Situ Lengkong Panjalu sangat penting sekali
bagi kepentingan pengunjung untuk
berwisata dan bagi masyarakat untuk mencari nafkah di kawasan ini. Nilai ekonomi melalui pendekatan nilai kesediaan membayar dan dibayar pengunjung dan masyarakat sangat penting sekali sebagai pertimbangan dalam pengelolaan kawasan yang lebih baik lagi untuk masa yang akan datang. Pengelolaan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah tidak maksimal, karena dalam upaya pengelolaaan dan pelestarian kawaan Situ Lengkong Panjalu ini harus memiliki alokasi dana yang tidak sedikit. Retribusi yang dibayar pengunjung untuk melakukan pengelolaan kawasan berjalan dengan baik. Tiket masuk yang diberlakukan oleh pemerintah daerah sebesar Rp. 2.500 per orangnya. Biaya retribusi yang ditetapkan tersebut apabila dibandingkan dengan keindahan yang dinikmati dan upaya pelstarian
48 keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu yang memiliki sejarah dan budaya yang tinggi masih kurang memadai. Perbaikan lingkungan kawasan Situ Lengkong Panjalu harus dilakukan untuk menjaga kelestariannya. Kegiatan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan pengelolaan yang optimal. Dari seluruh responden pengunjung, sekitar enam persen atau 15 orang respondennya tidak bersedia untuk membayar atau pun bersedian untuk dibayar. Mereka berpendapat apabila kawasan tersebut mengalami penurunan kualitas lingkungan, maka yang harus memperbaikinya adalah pemerintah. Kesediaan untuk dibayar pun mereka tidak mengharapkannya, karena mereka sadar datang ke kawasan ini tidak mengeluarkan atau mendapatkan sejumlah uang. Responden tersebut merupakan pengunjung yang berasal dari daerah Panjalu dan dekat dengan kawasan ini, sehingga untuk masuk ke kawasan wisata tersebut mereka masuk melalui jalur ilegal atau tidak membayar tiket masuk. Pengunjung yang bersedia membayar sebanyak 229 orang atau 94% dari total responden, menginginkan adanya perubahan dalam penataan lingkungan obyek wisata Situ Lengkong Panjalu ke arah yang lebih baik dari kondisi yang mereka lihat saat itu. Responden yang memiliki kesediaan membayar sangat memahami pentingnya keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu. Pendapatan pemerintah dari tiket masuk pengunjung ke Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu pada tahun 2006 sebesar Rp. 548.490.000. Sedangkan pendapatan dari masyarakat melalui pajak usaha Paguyuban Kawula Muda Cukangpadung Panjalu (PKMC) yang merupakan komunitas pedagang di Desa Panjalu pada tahun 2006 sebesar Rp.39.300.000,00. Sehingga total pendapatan melalui retribusi wisata Situ Lengkong Panjalu pada tahun 2006 sebesar Rp. 587.790.000,00 (Kantor Desa Panjalu,2007). Adanya perbedaan nilai kesediaan membayar yang lebih besar dari pendapatan wisata akan terjadi surplus konsumen. Surplus konsumen ini merupakan selisih nilai total kesediaan membayar responden dengan pendapatan wisata (retribusi wisata). Surplus Konsumen = (WTP) – (Pendapatan wisata) = (Rp. 701.147.640,51) – (Rp. 587.790.000,00) = Rp. 113.357.640,51 Dengan adanya surplus konsumen, maka dirasakan sangat penting sekali arti dari keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu. Selain untuk kegiatan wisata alam atau wisata budaya, kawasan tersebut sangat penting fungsi ekologinya sebagai pengatur tata air Situ Lengkong Panjalu yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
49 untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti penambak/pencari ikan, petani dan penyedia jasa perahu wisata. Pemerintah dapat mempertimbangkan alokasi dana untuk kegiatan penghijauan/pelestarian kawasan dengan menaikkan sedikit lebih tinggi harga tiket masuk dan atau pajak usaha masyarakat di obyek wisata ini. Dana pelestarian tersebut harus benar-benar untuk kegiatan peningkatan kualitas lingkungan kawasan Situ Lengkong Panjalu agar terjaga keutuhannya. Hasil pendugaan nilai ekonomi ini merupakan hasil perhitungan berdasarkan pada data tahun pelaksanaan penelitian.
Hasil kesediaan membayar atau pun
kesediaan untuk dibayar responden dapat berubah pada tahun-tahun berikutnya. Salah satu faktor yang berbengaruh, yaitu tingkat ekonomi responden serta tingkat pemahaman responden terhadap fungsi keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu. Tetapi hasil pendugaan ini dapat menjadi pertimbangan dan sebagai bahan acuan bagi pengelolaan kawasan Situ Lengkong Panjalu di masa yang akan datang. Baik bagi pengelola, pengunjung maupun masyarakat sekitar diharapkan dapat lebih tinggi tingkat pengetahuan terhadap lingkungan supaya dapat membantu, sehingga keberadaan kawasan Situ Lengkong Panjalu ini tidak terjadi penurunan kualitas lingkungannya. Penelitian nilai ekonomi wisata kawasan Situ Lengkong Panjalu ini dirasakan belum maksimal. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya penelitian lebih lanjut lagi mengenai nilai ekonomi wisata di kawasan ini baik menggunakan metode kontingensi maupun dengan menggunakan metode-metode lain yang mendukung terhadap pengelolaan bagi pelestarian kawasan Situ Lengkong Panjalu.