V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kesesuaian dan Kecocokan
Dari segi kesesuaian terhadap standar SML I S 0 14001, SML yang dikembangkan Pusmet Mentok PT. Tambang Timah belum sepenuhnya memenuhi ketentuan standar, setidaknya ada 12 elemen manajemen yang kurang dijalankan dan dipelihara sesuai standar. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen manajemen bersangkutan belum sepenuhnya dikembangkan sesuai dengan kemmpuan, kompetensi dan kemudahan untuk dijalankan oleh karyawan (manajemen dan karyawan pelaksana). Gambaran secara umum kesesuaian dan kecocokan SML I S 0 14001 Pusmet Mentok, P.T. Tambang Timah dapat dilihat pada Tabel 3 halaman 31. Berikut diutarakan kesesuaian dan kecocokan penerapan elemen SML I S 0 14001 di Pusmet Mentok PT. Tambang Timah.
Kebijukan Lingkungan (Klausul4.2) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul kebijakan lingkungan selama Lima tahun terakhir telah sesuai dengan standar SML IS0 14001. Hal ini terjadi karena kebijakan lingkungan yang ditetapkan telah sesuai dengan keadaan dan dampak lingkungan yang dihasilkan oleh kegiatan organiszsi; mencakup komitmen perbaikan t e n s menerus, pencegahan pencemaran serta pentaatan pada peraturan peruridang-undangan lingkungan dan ketentuan lainnya. Kebijakan lingkungan juga menjadi dasar perietapan tujuan dan sasaran; dishpan, dipelihara dan dikomunikasikan pada seluruh karyawan serta tersedia untuk umum. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen kebijakan lingkungan telah dikembangkan sesuai dengan kemampuan, kompetensi dan kemudahan untuk dijalankan oleh karyawan. Menurut pandangan peneliti, ha1 ini terjadi karena kebijakan lingkungan telah disosialisasikan dengan cara memasang papan kebijakan lingkungan di tempattempat strategis, membagikan buku saku dan melakukan safety talk. Uraian kebijakan lingkungan sederhana, mudah dimengerti serta dapat direalisasikan.
31
Tabel 3. Kesesuaian dan Kecocokan SML I S 0 14001 Pusmet Mentok
1
Kaji ulang manalemen 4.6 Kaji ulang manajemen Total
1 0 1 5
+ I
1 2 1 0 1 3
+ 1
1 2 1 2
Keterangan: Kesesuaian 1 = Elemen manajemen dijalankan dan dipelihara sesuai ketentuan standar, bahkan menjadi lebih baik dari ymg diminta standat. 2 = Elemen manajemen dijalankan dan dipelihara sesuai ketentuan standar. 3 = Elemen manajemen hrang dijdankan dan dipelihara sesuai ketentuan stanciar. 4 = Elemen manajemen sarna sekali tidak dijalankan dan dipelihara sesuai ketentuan standar. Kecocokan 1 = Cara-cara yang ditempuh manajemefi untuk memenuhi syarat elemen m a j e m e n krsangkutan rlikembangkan sesuai &il= kemarnpuan, kompetensi dan kemudahan untuk dijalankm oleh m a w a n (manajemen dan karyawan pelaksana) dalam menangani masalah 1 m g a n 2 = Cara-wa yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen manajemen bersangkutan kurang dikembangkan sesuai dengan kemampuan, kompetensi dan kemudahan untuk dijalankan oleh karyawan (manajemen dan karyawan pelaksana) dalam menangani masalahImgkungan. 3 = Cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen manajemen bersangkutan sama sekali tidak dikembangkan sesuai dengan kemampuan, kompetensi dan kemudahan untuk dijalankan oleh karyawan (manajemen dan karyawan pelaksana) dalam menangani masalah lingkungan. " = lihat Tabel 4 dan Lampiran 3. = lihatTabel 5. 3' = lihat Tabel 6. 4' = lihat Tabel 7, Tabel 8, Lampiran 4 dan Lampiran 5. " = lihat Tabel 9 dan Lampiran 6. 6, = lihat Tabel 10 dan Lampiran 7. " = lihat Tabel 11 dan Lampiran 6.
*'
Aspek Lingkungan (Klausuld3.1)
Dari segi kesesuaian, implementasi klausul aspek lingkungan selama lima tahun terakhir telah sesuai dengan standar SML I S 0 14001. Hal ini terjadi karena manajemen Pusmet mampu mengidentifikasi aspek lingkungan dari kegiatan, produk dan jasanya yang memberikan dampak penting terhadap lingkungan. Organisasi juga telah melakukh revisi aspek lingkungan penting sesuai perkembangan yang terjadi dan hingga saat hi aspek lingkungan penting telah mengalami 4 (empat) kali revisi, dengan revisi terakhir pada bulan Januari 2002. Revisi aspek. lingkungan penting Pusme; dilakukan karena sudah tertanganinya aspek lingkungan penting pada penetapan sebelumnya, sehingga ada dari aspek-aspek lingkungan tersebut yang tidak lagi tercantum sebagai aspek lingkungan penting pada penetapan aspek lingkungan berikutnya, contohnya dari 18 butir pada tahun 2001 berubah menjadi 15 butir pada tahun 2002, seperti dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Perkembangan Aspek Lingkungan Penting Pusm-etMentok
Ketemgp: + = aspek lingkungan penting
Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen aspek lingkungan kurang dikembangkan sesuai dengan kemampuan untuk dijalankan oleh manajemen. Menurut pandangan peneliti, ha1 ini terjadi karena manajemen belum sepenuhnya paham tentang kriteria penggolongan aspek lingkungan penting, sehingga proses penetapan aspek lingkungan penting tidak dapat dilakukan dengan segera. Cara-cara yang dikembangkan juga h a n g dikembangkan sesuai kemudahan untuk dijalankan oleh manajemen, karena i d e n t i h s i aspek lingkungan penting tidak mudah diaplikasikan dan memberikari pekerjaan tambahan. Dalam prosedur penetapan aspek dan dampak lingkungan ditetapkan 3 (tiga) karegori aspek lingkungan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Aspek lingkungan penting adalah aspek lingkungan dalam kategori sedang dan tinggi. Manajemen tidak dapat dengan mudah menentukan skor aspek lingkungan pada tiap-tiap penggolongan kriteria, dan berpendapat
bahwa
kriteria
penggolongan terlalu
sederhana
sehingga
dikhawatirkan akan ada aspek hgkungan yang tidak dikelola. Peraturan dan Perundang-undangan (Kiausui4.3.2) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya sejak tahun 2001 menunjukkan ketidaksesuaian dengan stwdar SML I S 0 14001. Hal ini terjadi karena Pusmet belum melakukan revisi dafiar dan ringkasan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya sejak tahun 2001. Revisi harus dilakukan untuk menambahkan 2 (dua) peraturan perundang-undangan berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral dan Peraturan ~ a e r a hKabupaten Bangka, sebagai bukti atau usaha pentaatan dan pclengkap 47 butir peraturan perundang-undangan yang sudah ada untuk pengelolaan aspek lingkungan penting. Keadaan ini menyebabkan elemen ini menjadi temuan ketidaksesuaian pada audit eksternal bulan Maret lalu. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen peraturan perundang-undangan kurang dikembangkan sesuai dengan kemudahan untuk dijalankan oleh manajemen. Menurut pandangan peneliti, ha1 ini terjadi karena ahli hukum perusahaan sebagai penanggung jawab prosedur tidak dapat dengan segera melakukan revisi peraturan perundang-
undangan. Keadaan h i disebabkan karena ahli hukum perusahaan hams mengelompokkan peraturan perundangan sesuai aspek lingkungan penting yang dimiliki oleh ,setiap satuan kerja pada perusahaan anak. Namun demikian manajemen telah melakukan sosialisasi pentaatan peraturan yang ada melalui papan-papan (marking) yang isinya jelas dan tersebar pada tempat-tempat yang strategis serta melalui safety talk. Tujuan dan Sasaran (Klausul4.3.3)
Dari segi kesesuaian, implementasi klausul tujuan dan sasaran pada beberapa satuan kerja tertentu sejak tahun 1999 menunjukkan ketidaksesuaian dengan standar SML IS0 14001. Hal ini terjadi karena ada aspek lingkungan penting yang tidak dikelola dalam penetapan tujuan dan sasaran sejak tahun 1999 pada satuan kerja yaitu Peleburan, PPBT, Material Produksi, Litbang, Operasi Perawatan IV, PLTD, EMKL dan Pelayaran. Selain itu, ada pula penetapan tujuan dan sasaran yang tidak didasari oleh aspek lingkungan penting sejak tahun 1999 pada 3 satuan kerja yaitu Peleburan, Material Produksi dan Litbang. Ketiga satuan kerja ini menetapkan tujuan dan sasaran mengaai pengendalian kualitas air buangan padahal air buangan bukan merupakan aspek lingkungan penting dari satuan kerja terkait. Selain itu, ketiga satuan kerja ini masih memiliki aspek lingirungan penting yang belum dikelolz dalam tujuan dan sasaran. Alasan lain belum sesuainya yenerapan klausul ini dengan stmdar hrena tidak dilakukannya pengkajian tujuan dan sasaran, yang mengakibatkan tidak adznya informasi pencapaian dari tujuan dan sasaran yang ditetapkan, sehingga terjadi pengulangan tujuan dan sasaran dalam kurun waktu tertentu, seperti dapat dilihat pada Tabel 5 halaman 35. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen tujuan dan sasaran h a n g dikembangkan sesuai dengan kemampuan untuk dijalankan oleh manajemen. Menurut pandangan peneliti, ha1 ini terjadi karena kepala satuan kerja selaku penanggung jawab, menemui kesulitan ketika proses penetapan tujuan dan sasaran dan h a n g pahamnya manajemen dalam membedakan tujuan dan sasaran, sehingga tidak dapat memen& klausul tujuan dan sasaran dalam standar. Berulangnya suatu aspek
lingkungan penting dalam kurun waktu tertentu menunjukkan bahwa aspek lingkungan penting tersebut belum dikelola dengan baik dalam penetapan tujuan dan sasaran masing-masing satuan kerja, seperti yang terjadi pada satuan kerja Peleburan, PPBT, Operasi Perawatan IV, PLTD dan Pelayaran. Tabel 5. Resume Tujuan dan Sasaran SML IS0 14001 Pusmet Mentok
Rogram Manajemen Lingkungan (Ulausul4.3.4) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul program manajemen lingkungan selama lima tahun terakhir telah sesuai dengan standar SML IS0 14001. Hal ini terjadi karena program manajemen lingkungan dibuat untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam rangka mengelola aspek lingkungan penting; telah disesuaikan dengan ketentuan- peran dan tanggung jawab, kegiatan yang direncanakan, sumber daya yang tersedia dan target pencapaianlpenyelesaian. Adanya modifikasi bahan baku telah berhasil mengefisiensikan proddsi tanpa menimbullcan aspek dan dampak lingkungan baru pada operasional Pusmet. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen program manajemen lingkungan kurang dikembangkan sesuai dengan kemudahan untuk dijalankan oleh manajemen. Menurut pandangan yeneliti, ha1 ini terjadi karena kepala satuan kerja sebagai penanggung jawab, menemui kesulitan ketika proses penetapan program manajemen lingkungan, terutama penentuan penanggung jawab kegiatan pada program yang melibatkan dua satuan kerja. Struktur, Peran dan Tangrgungjawab (Klausul4.4.1)
I
Dari segi kesesuaian, implementasi klausul struktur, peran dan tanggung jawab selama lima tahun terakhir belum sesuai dengan standar SML IS0 14001, karena belum dijalankan sesuai dokumen yang ada. Namun, untuk mengefektifkan penerapan SML IS0 14001 di PT. Timah, Tbk, manajemen puncak telah menunjuk Manajemen Represectatif (MR.) dalam ha1 ini Kepala Pusmet, yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pembanpnan, penerapan dan pemeliharaan SML IS0 14001 sesuai dengan ketentuan standar dan melaporkan mengenai kinerjanya pada manajemen puncak untuk keperluan kaji ulang dan dasar perbaikan SML IS0 14001. Manajemen juga telah menyediakan sumber daya (manusia, teknologi dan dana) untuk menjalankan penerapan dan pengawasan SML IS0 14001. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat klausul struktur, peran dan tanggung jawab kurang dikembangkan sesuai dengan kemampuan untuk dijalankan oleh manajemen dan
karyawan pelaksana karena pelaksanaan tanggung jawab tidak ditunjang oleh integrasi antara tanggung jawab operasional dan tanggung jawab pengelolaan lingkungan, sehingga pengelolaan lingkungan sering dinomorduakan. Selain itu, adanya perubahan situasi internal organisasi berupa perubahan struktur organisasi
PT. Timah Tbk pada semester I tahun 2000 dan 2001 serta adanya perubahan situasi eksternal organisasi berupa turunnya harga timah di pasar dunia sejak pertengahan tahun 200 1 yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja, menyebabkan terjadinya pelimpahan tanggung jawab pada karyawan tertentu diluar deskripsi pekejaannya. Perubahan struktur organisasi PT. Timah Tbk mengakibatkan berubahnya struktur, peran dan tanggung jawab Kepala Pusmet, sedangkan pemutusan hubungan kerja pada pertengahan tahun 2001, telah mengakibatkan beban kerja tambahan pada personel yang masih ada. Organisasi tidak menerapkan sistem reward atas unjuk kerja karyawan, sehingga pekerjaan tambahan yang dilakukan tidak mendapatkan penghargaan apapun. Namun demikian, untuk tetap dapat mencapai perbaikan kinerja lingkungan dan efisiensi usaha organisasi, manajemen telah melakukan revisi dokumen struktur, peran dan tanggung jawab yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi (tanggal revisi 15 Juni 2001), agar karyawan (manajemen dan pelaksana) tetap menjalankan beban kerja tambahan yang ada dan SML I S 0 14001 dapat tetap berjalan. Cara-cara yang ditempuh aleh manajemen juga h a n g sesuai dengan kompetensi untuk dijalankan oleh manajemen dan karyawan pelaksana karena adanya tumpang tindih kompetensi dalam menangani masalah operasional SML
IS0 14001 dan SMM IS0 9002, yang menyebabkan terjadinya saling lempar tanggung jawab ketika akan melakukan suaru kegiatan. Contohnya seperti yang tejadi diantara satuan kerja peleburan dan kendali mutu dalam ha1 penanganan masalah kristaliser pabrik peleburan. Selain itu, juga telah terjadi pemberian tanggung jawab berdasarkan personel bukan deskripsi dokumen strulctur, peran dan tanggung jawab, sehingga kompetensi dalam melakukan suatu kegiatan tidak j elas batasannya. Contohnya berupa penunjukkan secara lisan kepala peleburan sebagai SML coordinator oleh Kepala Pusmet, dengan h g s i keja yang sama dengan Kepala PLK.
Pelatihan, Kepedulian dan Kompetensi (Klausul4.4.2)
Dalam rangka membekali karyawan sesuai peran dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan SML IS0 14001 di Pusmet maka telah dilakukan beragam pelatihan baik teknis operasional maupun pengetahuan dan kepedulian SML I S 0 14001. Peserta pelatihan adalah manajemen dan karyawan pelaksana yang bertanggung jawab atas penerapan-dan pengawasan SML IS0 14001 serta yang kegiatannya memberi dampak penting terhadap lingkungan, dan pemasok. Dari segi kesesuaian, implementasi klausul pelatihan, kepedulian dan kompetensi sejak tahun 1998 menunjukkan ketidaksesuaian dengan standar SML I S 0 14001. Hal ini teijadi karena Pusmet tidak melakukan identeasi kebutuhan pelatihan secara kontinyu. Pusmet hanya melakukan satu kali analisis kebutuhan pelatihan pada tahun 1997 dan semua pelatihan sesuai hasil analisis kebutuhan lingkungan berhasil direalisasikan. Namun, untuk tahun-tahun berikutnya (19982001) Pusmet tidak melakukan analisis kebutuhan pelatihan, sehingga tidak ada data atau bukti adanya kebutuhan tentang suatu pelatihan yang perlu dilakukan bagi usaha peningkatan kepedulian dan kompetensi manajemen dan karyawan pelaksana, terutarna bagi mereka yang dalam kegiatannya, menghasilkan dampak penting terhadap lingkungan. Keadaan ini menyebabkan belum semua karyawan pelaksana yang dalam kegiatannya memberikan dampak penting terhadap lingkungan memperoleh pelatihan, sehingga mereka mempunyai kompetensi dalam menangani dampak penting terhadap liigkungan yang dihasillcan oleh satuan kerjanya. Tidak dilakukannya analisis kebutuhan pelatihan juga menyebabkan evaluasi kebutuhan dan pelaksanaan pelatihan berkaitan dengan pengelolaan aspek lingkungan dan peningkatan kepedulian karyawan tidak dapat dilakukan. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen pelatihan, kepedulian dan kompetensi kurang dikembangkan sesuai dengan kemampuan untuk dijalankan oleh karyawan. Menuut pandangan manajemen, ha1 ini terjadi karena karyawan pelaksana tidak mengetahui manfaat pelatihan yang diberikan dan tidak mampu mengaplikasikan pelatihan yang didapatkan pada kegiatan operasional yang dilakukan. Selain itu menurut pandangan karyawan pelaksana, metode penyampaian pelatihan tidak
dilakukan dengan metode on the job trairtirzg, sehingga dirasakan sangat membosankan. Cara-cara yang ditempuh manajemen juga kurang diiembangkan sesuai dengan kompetensi untuk dijalankan oleh karyawan. Hal ini terjadi karena belum semua karyawan yang dalam kegiatannya menghasilkan dampak penting terhadap lingkungan memperoleh pelatihan, sehiigga mereka mempunyai kompetensi . dalam mengatasi dampak penting terhadap lingkungan yang ada di satuan
kerjanya. Karyawan yang mendapat pelatihan dalam kurun waktu tertentu hanya karyawan tertentu saja, sehingga kompetensi tidak merata. Menurut pandangan peneliti, permasalahan mendasar yang terjadi adalah adanya dualisme pelaksanaan prosedur terkait, antara bagian P2SDM Pusat dan Administrasi Pusmet, yang menyebabkan-tidak sinkronnya data baik kebutuhan atau evaluasi pelatihan. Dualisme ini menyebabkan realisasi pelatihan sangat ditentukan oleh analisis
P2SDM Pusat daripada berdasarkan pertimbangan yang diajukan Pusmet. Tabel 6. Kepeduliau dan Kompetensi Pusmet Mentok Klausul 4.2 Kebijakan lingkungan 4 3.1 Aspek lingkungan 4.3.2 Peraturan dan perundang-undangan 4.3.3 Tujuan dan sasaran 4.3.4 Program manajernea lingkungan 4.4.1 Struktur, peran dan tanggung jawab , 4.4.2 Pelatihan, kepedulian dan kompetensi 4.4.3 Soml;nikasi 4.4.4 Dokumentasi SML 4.4.5 Pengendalian dokumen 4.4.6 Pengendalian operasi 4.4.7 Kesiagaan clan tanggap danuat 4.5.1 Pemantauan dan pengukuran 4.5.2 Ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan pencegahan
Kepedulian clan kompetensi Manajemen Karyawan (1) (2) (1) (2)
+ + + + +
4.5.3 Rekaman 4.5.4 Audit SML 4.6 Kaji ulang manajemen
Persentase (%)
45
1
1
Paham
Yahbm
+
+
+ -
+ + + 55
+ + + + + + + 44
+ + + + + + + + +
56
40
Lanjutan Tabel 6. Kepedulian dan Kompetensi Pusmet Mentok Level Kondisi (1) (2) TOTAL
Manajemen Persentase (%) Jumlah 2 8 24 92 26 100,
Jumlah 5 9
Karyawan Persentase (%) 36 64
14
100
Keterangan: = Paham, belum ada realisasi (1) (2) = Paham,ada realisasi
+
= Ya = Tidak terrnasuk dalam tanggungjawab
Pengaruh dari adanya pelatihan pada kepedulian dan kompetensi manajemen dan karyawan seperti tersaji pada Tabel 6 pada halaman 39 dan 40 menghasilkan ulasan: 1. Bila berdasarkan penerapan elemen SML IS0 14001, maka kepedulian dan kompetensi pada kategori paham namun belum ada realisasi, pada tingkat ma~ajemensebesar 44%, sedangkan pada tingkat karyawan pelaksana sebesar 45%. Sedangkan pada kategori paham dan ada realisasi, pada tingkat ma~lajemensebesar 56%, sedangkan pada tingkat karyawan pelaksana ssbesar 55%. .2. Bila berdasarkan jumlah personel yang diwawancari pada penerapan SML
IS0 14001 secara umum, maka kepedulian dan kompetensi pada kategori paham camun belum ada realisasi, pada tingkat manajemen sebesar 8%, sedangkan pada tingkat karyawan pelaksana sebesar 36%. Sedangkan pada kategori paham dan ada realisasi, pada tingkat manajemen sebesar 92%, sedangkan pada tingkat karyawan pelaksana sebesar 64%. Perbedaan kepedulian dan kompetensi antara manajemen dan karyawan pelaksana cialam implementasi SML IS0 14001 di Pusmet disebabkan oleh karena tidak l~erjalannyaevaluasi pelaksanaan pelatihan, sehingga 11. Manfaat pelatihan pada peningkatan kompetensi karyawan dalam rangka
mengelola kegiatan yang memberi dampak penting terhadap lingkungan tidak dapat diketahui atau dinilai. Tidak ada perbaikan materi pelatihan yang disesuaikan dengan kemampuan
;!. .
karyawan pelaksana.
Komunikasi (Klausul4.4.3)
Dari segi kesesuaian, implementasi klausul komunikasi selama lima tahun terakhir telah sesuai dengan standar SML IS0 14001. Hal ini terjadi karena komunikasi internal telah dilakukan antar h g s i dan tingkat organisasi dan komunikasi eksternal telah dilakukan pada pihak yang berkepentingan dalam ha1 ini masyarakat, mengenai aspek lingkungan penting dan studi persepsi. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen komunikasi (internal) h a n g dikembangkan sesuai dengan kemudahan untuk dijalankan oleh manajemen dan karyawan pelaksana. Komunikasi internal dilakukan dalam bentuk safety talk dan safety patrol pada masing-masing satuan kerja, serta rapat bulanan manajemen Pusmet. Namun waktu pelaksanaan safety talk dan safety patrol pada satuan kerja tidak semuanya dapat dilakukan secara teratur, tergantung kegiatan dan keadaan satuan kerja terkait. Contohnya: pada satuan kerja Material Produksi, penerimaan bijih timah seringkali memakan waktu lama (semalaman) dan kegiatannya bersifat kontinyu, tidak bisa dihentikan sampai pasokan bijih timah pemasok habis. Keadaan ini menyebabkan satuan ini tidak bisa melakukau. safety talk (harian ataupun aplus) secara berkala. Selain itu, adanya satuan kerja yang lingkup kegiatannya kecil seperti Laboratorium dan Litbang, dirasakan lebih mengena bila dilakukan pada personel bersangkutan secara langsung walaupun kegiatan ini tidak dilakukan secara berkala.
Safety talk diberikan oleh kepala satuan kerja, kepala harian atau kepala aplos secara bergantian, sedangkan safety patrol diberikan oleh satuan kerja PLK sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Materi yang disampaikan adalah mengenai keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan hidup dan rapi bersih. Metode komunikasi internal (safety talk dan safety patror) yang dilakukan oleh manajemen belum dapat menjadi alat atau media transfer informasi yang optimal dalam menyampaikan pentingnya pengelolaan lingkungan. Hal ini terjadi karena cara penyampaian yang membosankan dan isi materi yang sama secara berulangulang. Materi safety talk hanya menyampaikan gambaran umum tentang keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan hidup dan rapi bersih, tetapi tidak
mengupas masalah-masalah internal satuan kerja yang dapat memperbaiki kinerja lingkungan satuan kerja terkait. Dokumentasi SML (Klausul4.4.4) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul dokumentasi SML selama lima tahun terakhir telah sesuai dengan standar SML IS0 14001. Hal ini terjadi karena dokumentasi SML telah mempunyai dokumen inti dari elemen sistem manajemen dan keterkaitannya, serta arahan dokumen-dokumen yang terkait dengan pokok pembahasan. Dark segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen dokumentasi SML telah dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan kemudahan untuk dijalankan oleh karyawan. Menurut pandangan peneliti, ha1 ini terjadi karena dokumen inti, dalam ha1 ini Manual Lingkungan, dapat menjadi panduan kerja manajemen dan sumber informasi bagi pihak luar yang berkepentingan untuk mengetahui implementasi SML I S 0 14001 di Pusmet. Selain itu, adanya dokumen instruksi kerja telah membantu karyawan pelaksana
untuk melahkan kegiatan operasionalnya dengau baik. Pengendalian Dokumen (Klausul4.4.5) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul pengendalian dokumen selama h a tahan terak5r belum sesuai dengan stzndar SML I S 0 14001. Hal ini tejadi karena sebagian besar dari dari dokumen (prosedur dan instruksi kerja) tidak ditempatkan dengan baik; tidak dikaji secara berkala, direvisi bila diperlukan, disetujui kecukupaanya oleh personel yang berwenang; tidak didapat dalam kondisi revisi terkini pada tempat kegiatan operasional berlangsung; serta masih tergabungnya dokumen usang dengan dokumen terkini Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen pengendalian dokumen sama sekali tidak dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan kemudahan untuk dijalankan oleh pengendali dokumen. Menurut pandangan peneliti, ha1 ini terjadi karena kemampuan untuk mengendalikan dokumen mas& rendah, yang disebabkan perangkapan tanggung jawab pengendalian dokumen SML IS0 14001 dengan pengendali dokumen
SMM IS0 9002 dan Tata Usaha satuan kerja Peleburan. Keadaan ini sangat memberatkan pengendali dokumen, terutama dalam melakukan revisi dokumen yang hams dilakukan pada semua satuan kerja, yang menjadi penyebab terhambatnya sistem sehingga pengendalian
dokumen menjadi temuan
ketidaksesuaian pada audit eksternal bulan Maret lalu. Tabel 7. Keterkaitan Dokumen Prosedur (SOP dan WIF)
Kriteria pengelompokkan kondisi dokumen prosedur dan instruksi kerja terbagi atas 3 kelompok yaitu tidak dikendalikan dengan baik, artinya tidak ditinjau secara berkala, direvisi dan disetujui; tidak dipelihara dengan baik, artinya tidak dikelola sesuai ketentuan yang ditetapkan serta sulit ditelusuri, artinya lokasi penempatan dokumen tidak ada di lokasi kegiatan dan datanya tidak lengkap. Data yang tersaji pada Tabel 7 menunjukkan bahwa untuk prosedur secara m u m , terdapat 1. Sebelas prosednr dalam kondisi dikendalikan dan dipelihara dengan baik serta
muda h ditelusuri, mencakup prosedur tentang komunikasi, pengendalian dokumen, kesiagaan dan tanggap darurat, pemantauan dan pengukuran, ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan pencegahan, rekaman, audit SML serta kaji ulang manajemen.
2. Sepuluh prosedur dalam kondisi tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik serta sulit ditelusuri, mencakup prosedur aspek lingkungan, peraturan dan perundang-undangan, tujuan dan sasaran, program manajemen lingkungan, pelatihan, kepedulian dan kompetensi, komunikasi serta pengendalian operasi.
Dari 10 prosedur yang dalam kondisi tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik serta sulit ditelusuri, dapat dirinci sebagai berikut: sebanyak 5 prosedur dalam kondisi tidak dikendalikan dengan baik (aspek lingkungan, tujuan dan sasaran, program manajemen lingkungan, komunikasi dan pengendalian operasional), 1 prosedur dalam kondisi tidak diielihara dengan baik (pengendalian operasional), 1 prosedur dalam kondisi tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik (peraturan dan perundang-undangan) serta 3 prosedur dalam kondisi tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik serta sulit ditelusuri (pelatihan). Bila dilihat keterkaitan antara dokumen prosedur dan instruksi kerja, ada 9 prosedur dari 2 1 prosedur yang memiliki instruksi kerja. Dari 9 prosedur tersebut, hanya 1 prosedur dalam kondisi dikendalikan dengan baik, diielihara dengan baik dan mudah ditelusuri (pemantauan dan pengukuran). Berarti sebanyak 8 prosedur dalam kondisi tidak dikendalikan dengan baik, dipelihara dengan baik dan sulit ditelusuri Dari 8 prosedur tersebut dapat dirinci sebagai berikut: sebanyak 6 prosedur dalam kondisi tidak dikendalikan dengan baik (aspek lingkungan, tujuan dan sasaran, komunikasi, pengendalian operasional, kesiagaan dan tanggap darurat serta pemantauan dan pengukuran), 1 prosedur dalam kondisi tidak dipelihara dengan baik (pengendalian operasi) serta 1 prosedur dalam kondisi tidak dikendalikan dan dipelihara dengan ba& (peraturan dan perundangmdangan). Apabila dilihat dokumen instruksi kerja secara umum, dari 9 buah prosedur yang memiliki instruksi kerja terdapat 27 buah instruksi kerja, dimana s5banyak 23 instruksi kerjz dalam kondisi dikendalikan dan dipelihara dengan baik serta mudah ditelusuri, dan 4 instruksi kerja dalam kondisi tidak dikendalikan. Bila dilihat instruksi kerja per satuan kerja, maka dokumen instruksi kerja yang mengalami masalah tidak dipelihara dengan baik, hanya ada di satuan kerja PLTD, sebanyak 1 instruksi kerja (lihat Tabel 8 halaman 45). Untuk satuan kerja lain yang memiliki instruksi kerja berkaitan dengan prosedur penetapan dan pemeliharaan prosedur pelaksanaan kegiatan (pengendalian operasional), dalam kondisi dikendalikan dan dipelihara dengan baik serta mudah ditelusuri.
.
Terdapat 6 (enam) satuan kerja yang memiliki masalah dalam pengendalian dokumen, yaitu PLK, Material Produksi, Ekspedisi Muatan Kapal Laut, Litbang, Operasi Perawatan IV dan Gudang Mentok, karena tidak dipelihara dengan baik. Artinya tidak ada keterkaitan antara dokumen prosedur dan instruksi kerja SML IS0 14001. Selain itu, terdapat 2 (dua) satuan kerja yang instruksi kerjanya sama sekali tidak diaitkan dengan prosedq SML I S 0 14001, yaitu Laboratorium dan Kendali Mutu, karena semua instruksi kerja ada dibawah SMM IS0 9002, padahal kedua satuan kerja ini juga mempunyai aspek lingkungan dan menimbulkan damp ak terhadap ling!.-ungan. Tabel 8. Keterkaitan SOP EMS 4.4.6-01 (Penetapan dan Pemeliharaan Prosedur Pelaksanaan Kegiatan) dan WIF pada Satuan Kerja No 1
2
3
4
,
5
Satuan Kerja PPBT
Peleburan
Litbang
Gudang hlentok
PLTD
OpnasiPerawatanIV 6
Kondisi dokumen WIF Dikendalikan dan dipelihara dengan baik, s e h mudah ditelusuri Tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik, se& sulit ditelusuri Dikendalikan dan dpelihara dengan baik, s e h mudah ditelusuri Tidak difcendalikan dan dipeuara dengan baik, sezta sulit ditelusuri Dikendalikan dan dipelihara dengan baik, serta mudah ditelusuri Tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik, serta sulii ditelusuri Dik&dalih dan dipelihara dengan baik, sem mudah ditelusuri Tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik, serta sulit ditelusuri D i k e n d a b dm dipelihara dengan baik, serta mudah ditelusuri Tidak dikmdalikan dan dipelihara dengan baik, serta sulit ditelusuri Dikendalikan dan dipelihara dengan baik, serte mudah ditelusuri Tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik, s- sulk diielusuri
Jumlah
I
18
Pemntase 1OW
0
0%
5
1000h
0
0%
7
1000h
0
0% .
17
100%
0
0%
5
83%
1
17%
19
1000h
0
0%
.Pengendalian Operasi (Klausul4.4.6) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul pengendalian operasi pada satuan kerja tertentu selama lima tahun teralchir belum sesuai dengan standar SML :[SO 14001. Hal ini terjadi karena ada aspek lingkungan penting pada satuan kerja 1:ertentu yang tidak dilengkapi prosedur pengendalian operasi, yaitu aspek lingkungan penting debu, emisi gas SOz, CO dan CFC, kebisingan, ceceran
materialhijih, ceceran minyak, limbah hidrokarbon, limbah padat eks pengobatan, limbah cair eks pengobatan, konsumsi BBM, listrik dan air, panas, tailing, dan uap bahan organik. Selain itu, belum semua instruksi kerja ditempatkan pada lokasi dimana kegiatan berlangsung, hanya dikumpukan dalam satu map atau pada ruang istirahat karyawan, serta tidak bejalannya prosedur pengelolaan limbah dan prosedur kerja pemasok. Dari segi kecocokan, cara-cara yang' ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat pengendah operasi kurang dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan kemudahan untuk dijalankan oleh karyawan. Menurut pandangan peneliti, ha1 ini terjadi karena tidak berjalannya pengendalian operasi pengelolaan limbah sejak tahun 2000 dan tidak adanya upaya penyelesaian dari manajemen. Pengelolaan limbah tidak mudah dijalankan karena belum adanya kerjasama antar satuan kerja dalam menentukan penggolongan jenis limbah padat non ekonomis dan ekonomis. Keadaan ini menyebabkan masih adanya limbah padat ekonomis pada tempat pembuangan akhir (TPA), sehingga bila sampai saat ini Pusmet merasa dirugikan oleh masyarakat karena mengambil limbah padat yang ada di
'TPA, ini adalah karena Pusmet tidak mampu menjalankan pengelolaan limbah ldengan baik. Selain itu menurut pandangan manajemen, pemasok tidak :membe&an respon positif terhadap prosedur pengendalian operasi terkait dengan :kegiatannya.
,Kesiagaan dun Tanggap Darurat (Klausul4.4. ?l Dari segi kesesuaian, implementasi klausul kesiagaan dan tanggap darurat !=lama lima tahun t e r a u belum sesuai dengan standar S M L IS0 14001. Hai h i terjadi karena pengujian keadaan darurat tidak dilakukan secara berkala sesuai
-
~rencanayang telah ditentukan. Realisasi rata-rata per tahun dari tahun 1997 2001 hanya berkisar antara 2-3 kali (kecuali untuk tahun 2002 mulai direalisasi sesuai jadwal). Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen kesiagaan dan tanggap darurat kurang dikembangkan sesuai dengan kemampuan dan kompetensi untuk dijalankan oleh karyawan. Menurut pandangan peneliti, ha1 ini terjadi karena prosedur yang ditetapkan
belum dijalankan dengan baik walau sudah dilakukan revisi pada 17 Januari 2002, selain itu sistem koordinasi belum rapi dan teratur. Keadaan ini mengakibatkan kompetensi personel dalam menangani keadaan darurat dan kesiapan satuan kerja terkait (satuan kerja yang mengalami keadaan darurat, PLK dan Lingkungan Hidup) belum optimal. Selain itu hasil pengujian tidak pernah dievaluasi sehingga efektstas pengujian keadaan darurat tidak dapat dinilai. Pemantauan dan Pengukuran (Klausul4.5.1) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul pemantauan dan pengukuran selama lima tahun terakhir belum sesuai standar SML IS0 14001. Pusat Metalurgi telah menetapkan prosedur terdokumentasi untuk memantau dan mengukur karakteristik kunci dari operasi dan kegiatan yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan berdasarkan aspek lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan. Peralatan pemantauan sebagai media pemantauan dan pengukuran kualitas lingkungan juga telah dikalibrasi sesuai ketentuan di dalam standar. Namun, masih terdapat 3 satuan kerja yang belum mempunyai prosedur pemantauan dan penguhran aspek lingkungan penting yang dimilikiuya, seperti radioaktif (PPBT), limbah padat eks spare part (Operasi Perawatan N) dan limbah padat eks pengobatan (PLK). Selain itu pemantauan dan pe~gukuranyang dilakukan tidak mencakul; informasi kinerja manajemen dan lingkungan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran serta pentaatan peraturan perundangundangan, yang menjadi dasar evaluasi dan penilaian kecenderungan (tren) sehingga perubahan kinerja lingkungan yang sesungguhnya, yang terjadi selama sistem dijalankan tidak dapat diukur. Pusmet hanya melakukan pemantauan dan pengukuran pencapaian program manajemen lingkungan. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen pemantauan dan pengukuran kurang dikembangkan sesuai dengan kemampuan untuk dijalankan oleh karyawan. Menurut pandangan karyawan pelaksana, ha1 ini terjadi karena kurangnya tenaga pelaksana yang melakukan kegiatan pemantauan dan pengukuran, padahal pemantauan dan pengukuran yang dilakukan meliputi semua satuan kerja di Pusmet. Menurut pandangan manajemen, keadaan ini disebabkan karena manajemen belum
sepenuhnya paham tentang penggolongan kriteria yang dipakai dan belum mempunyai persepsi yang sama mengenai kriteria pencapaian dalam proses penilaian pencapaian program manajemen lingkungan. Selain kurang mudah dijalankan, cara-cara yang ditempuh oleh manajemen juga kurang dikembangkan sesuai dengan kompetensi untuk 'dijalankan oleh manajemen. Menurut pandangan manajemen, ha1 ini terjadi karena pelaksana prosedur penilaian pencapaian program manajemen lingkungan tidak berjalan sesuai yang ditetapkan, dimana seharusnya kepala satuan kerja menilai pencapaian sedangkan kepala PLK mengevaluasi pencapaian. Namun kenyataannnya adalah kepala satuan kerja tidak melakukan penilaian, tetapi kepala PLK yang melakukan penilaian pencapaian sehingga tidak ada yang melakukan evalusi pencapaian. S a m halnya seperti yang terjadi karena adanya tumpang tindih pelaksanaan pemantauan dan pengukuran antara K3LH Pusat dan PLK Pusmet, dimana keduanya hanya melakukan kegiatan pemantauan dan pengukuran, tetapi tidak ada yang melakukan fimgsi evaluasi kinerja lingkungan. Pencapaian program manajemen lingkungan yang dialami Pusmet menunjukkan bahwa dari tahun 1997 ke tahun 1999 terjadi tren yang menu-un (dari 96% menjadi 81%), ha1 ini disebabkan oleh semakin beragamnya program manajemen lingkungan yang lebih spesifik pada masing-masing satuan kerja, sehingga pencapaian program manajemen lingkungan tergantung pada kemampuan masing-masing satuan kerja dalaln mengelola sumber daya dan mengukur efisiensi. Sedangkan pencapaian program manajemen lingkungan dari tahun 1999 ke tahun 2000 menunjukkan tren yang meningkat (dari 81% menjadi 86%), Eal ini disebabkan karena masing-masing satuan kerja telah mampu menjalankan program manajemen lingkungan dengan baik, sesuai dengan yang dijabarkan dan terarah pada kerangka kerja yang ditetapkan. Namun, penilaian pencapaian program manajemen lingkungan untuk tahun 2001 tren-nya tidak dapat dibaca karena dalam hasil evaluasinya ada yang bersifat kualitatif. Nilainilai pencapaian program manajemen lingkungan tersebut (yang berkisar antara 81%
-
96%) menunjukkan kesesuaian pelaksanaan program dengan rencana
program manajemen lingkungan yang ditetapkan serta adanya usaha manajemen untuk memperbaiki kinerja lingkungan.
Berikut diuraikan pencapaian program manajemen lingkungan yang telah dicapai sebagai hasil penerapan SML IS0 14001 selama lima tahun, seperti tersaji pada Tabel 9. Tabel 9. Perkembangan Pencapaian Program Manajemen Lingkungan SML IS0 14001 Pusmet Mentok
Keterangan: Nilai 0% = belum ada peucapaian = tidak menjadi indikator pada tahun terkait
Beberapa kinerja linghngan menghasilkan peningkatan pencapaian program manajemen lingkungan, itarena dikelola dan dipantau pencapaiannya. Kinerja lingkungan yang mengalami peningkatan pencapaian program manajemen lingkungan mencakup: Pengendalian Ceceran Minyak, Material dan Bijih Timah atau Tumpahan Oli
Pencapaian program manajemen lingkungan pengendalian ceceran minyak, material dan bijih timah atau tumpahan oli mengalami peningkatan dari 55% (tahun 1999) menjadi 93% (tahun 2000). Hal ini terjadi karena adanya penetapan kegiatan program manajemen yang bertujuan untuk mengendalikan teqiadmya ceceran minyak, material dan bijih timah atau tumpahan oli. Pencapaian rata-rata program pengendalian ceceran minyak, material dan bijih timah atau tumpahan oli untuk tahun 1999 mencakup satuan kerja Gudang
Wentok, sedangkan untuk tahun 2000 mencakup satuan kerja Peleburan, EMKL dan Gudang Mentok. Pengendalian Kualitas Air Limbah dan Buangan Pencapaian program manajemen lingkungan pengendalian kualitas air limbah dan buangan mengalami kestabilan pada angka 100% untuk tahun 1999 ldan 2000. Hal h i terjadi karena adanya penetapan kegiatan program manajemen :yang bertujuan untuk mengendalikan kualitas air buangan dan limbah. Pencapaian rata-rata program pengendalian kualitas air limbah dan buangan untuk tahun 1999 mencakup satuan kerja PEP dan Litbang, sedangkan untuk tahun 2000 mencakup satuan kerja Material Produksi. Pengelolaan Limbah Padat Pencapaian program manajemen lingkungan pengelolaan limbah padat mengalami peningkatan dari 0% (tahun 1999) menjadi 75% (tahun 2000). Hal h i terjadi karena adanya penetapan kegiatan program manajemen yang bertujuan untuk meugelola limbah padat. Pencapaian rata-rata program pengelolaan limbah
padat untuk tahun 1999 mencakup satuan kerja Litbang, sedangkan untuk tahun 2000 mencakup satuan kerja Laboratorium dan Litbang. Pengendalian Limbah B3 Pencapaian program manajemen lingkungan pengendalian limbah I33 pada tahun 2000 telah mencapai 75%, karena adanya penetapan kegiatan program nanajemen yang bertujuan wtuk mengendalikan ceceran limbah cair B3 di Laboratorium. Pengendalian Emisi Gas SO2 Pencapaian program manajemen lingkungan pengendalian emisi gas SOz pada tahun 1999 telah mencapai 81%, karena adanya penetapan kegiatan program manajemen yang bertujuan untuk mengendalikan emisi di Peleburan dan PPBT.
Pengendalian Emisi Gas NO, Pencapaian program manajemen lingkungan pengendalian emisi gas NOx pada tahun 1999 telah mencapai loo%, karena .adanya penetapan kegiatan program manajemen yang bertujuan untuk mengendalikan emisi di PPBT. Pengendalian Emisi Debu Pencapaian program
manajemen
lingkungan pengendalian
debu
mengalami peningkatan dari 37% (tahun 1999) menjadi 60% (tahun 2000). Hal ini terj~dikarena adanya penetapan kegiatan program manajemen yang bertujuan untuk
mengendalikan pencemaran debu. Pencapaian rata-rata program
pengendalian debu untuk tahun 1999 mencakup satuan kerja Gudang Mentok dan Operasi Perawatan, sedangkan untuk tahun 2000 mencakup satuan kerja Material Produksi dan Balai Karya. Pengendalian Pencemaran Udara Pencapaian program manajemen lingkungan pengendalian pencemaran udara mengalami peningkatan dari 20% (tahun 1999) menjadi 80% (tahun 2000). Hal ini terjadi karena adanya penetapan kegiatan program mnajemen yang bertujuan untuk mengendalikan pencemaran udara sehingga kualitas emisi lebih rendah dari baku mutu lingkungan. Pencapaian rata-rata program pengendalian pencemaran udara untuk tahun 1959 mencakup satuan kerja Operasi Perawatan, sedangkan untuk tahun 2000 mencakup satuan kerja Peleburan. Estetika Pencapaian program manajemen lingkungan estetika pada tahun 1999 telah mencapai loo%, karena adanya penetapan kegiatan program manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan perbaikan lingkungan ruang kerja di gudang Material Produksi (PEP). Pengendalian Konsumsi Air Pencapaian program manajemen lingkungan pengendalian konsumsi' air mengalami peningkatan dari 88% (tahun 1999) menjadi 100% (tahun 2000). Hal
ini terjadi karena adanya penetapan angka target dan usaha penghematan serta perbaikan instalasi. Pencapaian rata-rata program pengendalian konsumsi air untuk tahun 1999 mencakup satuan kerja Peleburan, PPBT, PLTD dan Balai Karya, sedangkan untuk tahun 2000 mencakup satuan kerja Peleburan, PPBT dan Kendali Mutu. Pengendalian Konsumsi Listrik Pencapaian program manajemen lingkungan pengendalian konsumsi listrik mengalami peningkatan dari 87% (tahun 1999) menjadi 100% (tahun 2000), karena adanya penetapan angka target dan usaha penghematan serta perbaikan instalasi. Pencapaian rata-rata program pengendalian konsumsi listrik untuk tahun 1999 mencakup satuan kerja Peleburan, PPBT dan Balai Karya, sedangkan untuk tahun 2000 mencakup satuan kerja PPBT. Pengendalian Konsumsi BBM Pencapaian program manajemen lingkungan pengendalian konsumsi BBM mengalami peningkatan dari 65% (tahun 1999) menjadi 93% (thun 2000), karena adanya penetapan angka target dan usaha penghematan serta perbaikan instalasi, Pencapaian rata-rata program pengendalian konsumsi BBM wtuk tahun 1999 mencakup satuan kerja Peleburan, PPBT dan PEP, sedangkan untuk tahun 2000 mencakup satuan kerja Peleburan dan PPBT. Namun, ada ,dua kinerja hgkungan yang mengalami penunrnan dan belum memperlihatkan adanya pencapaian program manajemen lingkungan, yaitu Reklamasi Lahan Reklamasi lahan adalah kegiatan rutin PPBT, namun terjadi p e n m a n pencapaian program manajemen lingkungan dari 100% (tahun 1999) menjadi 60% (tahun 2000), karena adanya pengerusakan lahan reklamasi oleh masyarakat sekitar untuk mengambil tailing bijih timah.
Pengelolaan Limbah Cair
Pencapaian program manajemen lingkungan pengelolaan limbah cair belum memberikan hasil pencapaian yang bagus (0%) karena adanya ketidakberhasilan pencapaian yang disebabkan oleh belum berhasilnya Litbang memodifjlcasi unit pengolahan limbah cair.
Ketidaksesuaian, Tindakan Koreksi dun Pencegahan (Klausul4.5.2) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan pencegahan sejak +shun 1998 menunjukkan ketidaksesuaian dengan standar SML I S 0 14001. Pusat Metalurgi telah menetapkan dan memelihara prosedur yang menjabarkan tanggung jawab dan kewenangan dalam menangani ketidaksesuaian, melakukan tindakan koreksi dan pencegahan guna mengurangi penyebab ketidaksesuaian yang aktual dan potensial sesuai dengan derajat permasalahan dan dampak lingkungan yang timbul serta mencegah berulangnya ketidaksesuaian. Sumber ketidaksesuaian adalah inspeksi lingkungan (safety
patrol), reaksi clan komentar karyawan, keadaan darurat, pernyataan dari pihak luar yang berkepentingan yang langsung dialamatkan ke Pusmet, pemyataan dari pihak luar yang berkepentingan yang langsung dialamatkan ke Kantor Pusat, temuan audit SML serta hasil pemantauan kinerja lingkungan dan manajemen. Namun yang menjadi sumber utama ketidaksesuaian hanya inspeksi linghmgan (safety patrol) dan temuan audit SML. Keadaan ini menunjukkan belum optimalnya penggunaan sumber ketidaksesuaian dalam upaya perbailcan terns me'nerus. Selain itu, sejak tahun 1998 hingga 2001 ada temuan ketidaksesuaian yang belum terselesaikan, seperti tersaji pada Tabel 10 halaman 54.
Tabel 10. Ketidaksesuaian, Tindakan Koreksi dan Pencegahan Tahun 1998
1999 2001
Sumber temuan Audit aspek penting (internal) Maret Internal surveillance audit Juni Internal surveillance audit Desember Audit aspek penting (internal) Maret Audit aspek penting (internal) Mei Internal surveillance audit Jur; TOTAL
Jumlah temuan
Tindakan koreksi dan pencegahan yang belum dilakukan clanlatau belum selesai dilaksanakan sampai tahun 2002
14
11
10 9
6
8
1
6
1
8 55
2 30
9
Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan pencegahan kurang dikembangkan sesuai dengan kompetensi untuk dijalankan oleh penanggung jawab pemantauan tindakan koreksi dan pencegahan, dalam ha1 ini PLK, Satuan Pengawas Internal dan Kepala Pusmet. Menurut pandangan peneliti, ha1 hi terjadi karena pihak yang bertanggung jawab dalam memastikan tindakan koreksi telah dijalankan setimpal dengan ketidaksesuaian yang terjadi dan mencegah berulangnya kejadian serupa tidak berjalan dengan baik. PLK tidak melakukan hngsi kerjanya dengan baik karena PLK tidak melaporkan pada Kepala Pusmet tentang adanya ketidaksesuaian yang ditemui dalam inspeksi lapang, sedangkan Satuan Pengawas Internal tidak melakukan pemantauan (pemerilisaan) realisasi tindakan koreksi dan pencegahan yang telah disepakati bersama dengan masing-masing kepala satuan kerja. Keadaan ini menyebabkan Kepala Pusmet tidak dapat menjalankan tanggung jawabnya sebagai penanggung jawab pencegahan untuk mencegah berulangnya kembali kejadian serupa. Rekaman (Klausul4.5.3)
Dari segi kesesuaian, implementasi klausul rekaman selama lima tahun terakhir belum sesuai standar SML IS0 14001. Rekaman telah mencakup rekaman pelatihan, hasil audit dan kaji ulang seperti yang ditetapkan dalam standar. Namun kualitas rekaman sebagai bukti adanya upaya perbaikan masih h a n g baik, karena rekaman tidak mudah dibaca, diidentifikasi dan ditelusuri
pada satuan kerja terkait dan ada sebanyak 15 aspek lingkungan penting pada satuan kerja tertentu yang tidak mempunyai rekaman pengendalian operasi dadatau pemantauan dan pengukuran, sehingga tidak dapat memenuhi ketentuan standar internasional. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk memenuhi syarat elemen rekaman sama sekali tidak dikembangkan sesuai dengan kemudahan untuk dijalankan oleh karyawan. Menurut pandangan manajemen, ha1 ini terjadi karena tidak semua kegiatan perlu direkam, cukup ditentukan klasifikasi data utama dan pendukung. Selain itu, menurut pandangan peneliti, tanggung jawab pengelolaan rekaman sangat memberatkan pengendali dokumen karena harus mengelola seluruh rekaman Pusmet termasuk pada seluruh satuan kerja untuk bisa menentukan waktu retensi rekaman. Kriteria pengelompokkan kondisi dokumen rekaman terbagi atas 4 kelompok yaitu tidak ada rekaman padahal disyaratkan dalam prosedur, tidak tercatat dalam prosedur sebagai rekaman, tidak dipelihara dengan baik dan sulit dit elusuri. Tabel 11. Keterkaitan Dokumen Prosedur (SOP) dan Rekaman No I Kondisi dokumen SOP dan Rekaman Rekaman 1 Ada rekaman sesuai yang disyaratkan dalam prosedur, tawtat dalam prosedur sebagai rekaman, dipelihara denpn baik serta mudah ditelususri 2 Tidak ada rekaman sesual yang disyaratkan dalam produr, tidak tercatat dalam prosedur sebagai rekaman, tidak dipelihara dengan baik serta sulit ditelususri TOTAL Keterkaitan SOP dan Rekaman 1 I Dikendalikan clan dipelihara dengan baik, sexta mudah ditelusuri 2 1 Tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik, serta sulit ditelusuri TOTAL
I
Jumlah
1 Persentase
23
23%
76
77%
99
loo?!
2 18 20
1 1
I
10% 90% 1000?
Data pada Tabel 11 menunjukkan bahwa 1. Dua puluh tiga rekaman dalam kondisi ada rekaman padahal disyaratkan dalam prosedur, tercatat dalam prosedur sebagai rekaman, dipelihara dengan baik dan mudah ditelusuri. 2. Tujuh puluh enam prosedur dalam kondisi tidak ada rekaman padahal
disyaratkan dalam prosedur, tidak tercatat dalam prosedur sebagai rekaman, tidak dipelihara dengan baik dan sulit ditelusuri.
Dari 76 rekaman dalam kondisi tidak ada rekaman sesuai yang yang disyaratkan dalam prosedur, tidak tercatat dalam prosedur sebagai rekaman, tidak dipelihara dengan baik serta sulit ditelusuri, dapat dirinci sebagai berikut: 10 rekaman dalam kondisi tidak ada rekaman sesuai yang yang disyaratkan dalam prosedur, 15 rekaman dalam kondisi tidak tercatat dalam prosedur sebagai rekaman, 23 rekaman dalam kondisi tidak dipelihara dengan baik, 2 rekaman dalam kondisi sulit d i t e l u e 6 rekaman dalam kondisi tidak tercatat dalam prosedw sebagai rekaman dan tidak dipelihara dengan baik, serta 20 rekaman dalam kondisi tidak dipeliharl dengan baik dan sulit ditelusuri. Bila dilihat keterkaitan antara dokumen prosedur dan rekaman, ada 20 prosedur dari 21 prosedur yang memiliki rekaman. Dari 20 prosedur tersebut hanya 2 prosedur yang keterkaitannya dengan rekaman dalam kondisi dikendalikan dan dipelihara dengan baik serta mudah ditelusuri. Berarti sebanyak 18 prosedur dalam kondisi tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik serta
sulit ditelusuri. Dari 18 prosedur yang dalam kondisi tidak dikendalikan dan dipelihara dengan baik serta sulit ditelusuri dapat dirinci sebagai berikut: sebanyak 2 prosedw dalam kondisi tidak dikendalikan dengan baik, 1 prosedur dalam kondisi tidak dipelihara dengan baik, 11 prosedur dalam kondisi tidak dikendalikan dan dipzliharan dengan baik, serta 4 proseclur dalam kondisi tidak dipelihara dengan baik dan sulit ditelusuri.
Audit SML (KIausul4.5.4) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul audit SML sejak tahun 1998 menunjukkan ketidaksesuaian dengan standar SML IS0 14001. Pusat Metalurgi telah menetapkan prosedur tentang mang lingkup audit, fiekuensi dan metodologi audit, tanggung jawab dan pelaksanaan audit serta pelaporan hasil. Audit SML dilakukan secara berkala sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Ada 3 (tiga) macam audit yang saat ini berjalan di Pusmet Mentok PT. Tambang Timah yaitu audit aspek penting (internal), internal surveilance audit dan external surveillance
audit. Audit aspek penting dan internal surveillance audit dilakukan oleh auditor internal dari kalangan PT. Timah Tbk. Audit ini dilakukan berdasarkan saran dari auditor eksternal. External surveillance audit dilakukan oleh pihak ketiga
(registrar). Sehingga dalam setahun diselenggarakan 3 macam audit, seperti tersaji pada Tabel 12. Audit yang diiakukan bertujuan untuk mengukur kesesuaian SML dengan rencana yang telah ditetapkan termasuk standar internasional, serta mengukur penerapan dan pemeliharaannya. Kemudian hasilnya diberikan kepada manajemen puncak untuk dikaji dalam kaji ulang manajemen. Tabel 12. Pelaksanaan Audit SML dan Jumlah Temuan Tahun 1997
1998
Waktu pelaksanaan Oktober dan November Desember Maret Juni Jdi Desember Desember
-
Jenis audit Internal surveillance audit di Pusmet dan Kantor pusat External surveillance audit Audit aspek penting (internal) Internal suweillance audit External surveillance audit Internal suweillance audit External surveillance audit
,
Jumlah temuan 38 2 14 10
2 9 2
Narnun pelaksanacn audit (khususnya audit internal), Pusmet tidak menunjukkan kesesuaian dengan standar karena audit diiakukan tanpa didasari oleh hasil audit sebelumnya sebagaimana disyaratkan dalam standar IS0 14001. Kondisi ini terjadi karena prosedur yang ada tidak dipahami untuk kemudian diimplementasikan oleh manajemen. Dari tinjauan yang dilakukan terhadap implementasi elemen manajemen h i terlihat adanya temuan yang berulang seperti pengelolaan limbah (1997, 1998, 2000 dan 2001) dan ceceran minyak (1997:2001). Berulangnya temuan h i diduga kuat karena tidak berjalannya tindakan koreksi dan pencegahan terhadap ketidaksesuaian sebagaimana disyaratkan dalam
standar IS0 14001 untuk elemen manajemen ketidaksesuaian, tindakan koreksi dan pencegahan (klausul4.5.2). Untuk menjamin obyektifitas dalam pelaksanaan audit internal telah digunakan tenaga-tenaga auditor dari berbagai unit kerja di luar unit kerja yang diaudit (auditee) di bawah koordinasi Satuan Pengawas Internal. Mekanisme ini sudah berjalan selama 4 (empat) tahun dan mendapat dukungan dari berbagai unit kerja sehingga audit dapat berjalan lancar. Sehiigga dari segi kecocokan, prosedur dan mekanisme untuk menjalankan audit internal agar sesuai-dengan standar telah dikembangkan sesuai dengan kemampuan untuk dijalankan oleh manajemen.
Kaji Ulang Manajemen (Klausul4.6) Dari segi kesesuaian, implementasi klausul kaji ulang manajemen selama Lima tahun terakhir belum sesuai standar SML IS0 14001. Hal ini terjadi karena kaji ulang yang dilakukan secara berkala, tidak selalu dihadiri oleh manajemen puncak, namun hanya dihadiri oleh tingkat manajemen Pusmet, sehingga keputusan yang dihasilkan hanya didasari oleh pertimbangan manajemen Pusmet. Keputusan kaji ulang manajemen mencakup pembahasan kesesuaian, kecocokan dan efektifitas sistem, kemungkinan perubahan kebijakan, tujuan dan elemen sistem manajemen lingkungan lainnya sebagai refleksi dari hasil audit sistem manajemen lingkungan, pzrubahan ketentuan lainnya serta komitmen untuk melakukan perbaikan tenrs menerus. Ketidakhadiran manajemen puncak dalam kaji ulang manajemen menunjukkan berkurangnya komitmen manajemen puncak dalam pemeliharaan SML untuk melakukan upaya perbaikan secara terus menerus melalui SML yang telah dibzngun. Dari segi kecocokan, cara-cara yang ditempuh manajemen untuk rnemenuhi syarat elemen kaji ulang manajemen h a n g dikembangkan sesuai tiengan kemampuan dan kompetensi untuk dijalankan oleh manajemen. Menurut pandangan peneliti, ha1 hi terjadi karena belum semua satuan kerja mampu ruelaporkan perkembangan implementasi SML IS0
14001. Selain itu,
ketidakhadiran manajemen puncak dalam kaji ulang manajemen menyebabkan belum terlihatnya kompetensi manajemen dalam melakukan pembahasan pengaruh perubahan situasi eksternal berupa turunnya harga timah di pasar dunia
terhadap implementasi SML IS0 14001 di Pusmet, selain dari adanya perubahan dokumen struktur, peran dan tanggung jawab yang telah dilakukan manajemen seperti yang telah dikemukakan sebelumnya pada elemen manajemen struktur, peran dan tanggung jawab (klausul 4.4.1). Menurut pandangan manajemen, kaji ulang manajemen yang telah dilakukan h a n g memberi manfaat mtuk meningkatkan kompetensi dalam membuat langkah-langkah perbaikan sistem secara terus menerus. 5.2 Efektifitas
Efektifitas yang diukur adalah efisiensi usaha yang dicapai sebagai hasil penerapan SML IS0 14001 selama lima tahun.
Pengen dalian Konsumsi Air 4
PPBT Konsumsi air PPBT untuk tahun 2000 dan 2001 lebih rendah dari target
konsumsi air PPBT yang ditetapkan, yaitu sebesar 5,48 m3/toc feed (Januari 2000
- Juni 2001) dan 5,01 m3/ton feed (Juli - Desember 2001). Konsumsi air PPBT tahun 2000 mengalami penghematan sebesar 3% dari angka target (rata-rata konsumsi air PPBT tahun 2000 sebesar 5,34 m3/ton feed). Konsumsi air PPBT
-
untuk bulan Januari Juni 2001 mengalami penghematan sebesar 8% dari angka
-
target (rata-rata konsumsi air PPBT bulan Januari Juni 2001 sebesar 5,05 m3/ton
-
feed). Konsumsi air PPBT bulan Juli Desember 2001 mengalami penghematan
-
sebesar 3% dari angka target (rata-rata konsumsi air PPBT bulan Juli Desember 200 1 sebesar 4,94 m3/ton feed). Penghematan konsumsi air PPBT tercapai melalui kepedulian karyawan untuk mematikan kran air setelah kegiatan penyemprotan feed selesai dan menggunakan air semprot ore bin dan underwater jig sesuai kebutuhan. Kepedulian ini dicapai melalui safety talk sebelum memulai pekerjaan (aplus ataupun harian) dan teguran langsung di tempat dari kepala aplus dan kepala harian. Fluktuasi konsumsi air PPBT terjadi karena butiran bijih timah didominasi butiran kasar sampai sedang (ukuran butir size 50-70), kadar Sn bijih timah kapal keruk yang sebagian besar di atas standar (20-30%) serta adanya pengelolaan
ulang konsentrat di jig Yuba dengan kadar < 20% Sn dan ukuran butir size 100 dan 200 (Gambar 3).
Gambar 3. Efisiensi Konsumsi Air PPBT Tahun 2000-200 1
+
Peleburan Konsumsi air Peleburan tahun 2001 (0,760 m3/ton logam) mengalami
penghematan sampai 52% dari konsumsi air tahun 2000 (1,590 m3/ton logam). Penghematan konsumsi air Peleburan tercapai melalui perbaikan kinerja operasional berupa penggantian instalasi pipa air dari water basin ke Peleburan (melakukan perbaikan kebocoran dengan pengelasan spot), perawatan instalasi pipa air secara rutin dan sosialisasi konservasi sumber daya air. Sosialisasi dilakukan melalui safety tal.'c sebelum memulai pekerjaan (aplus ataupun harian) dan teguran langsung di tempat dari kepala aplus dan kepala harian, serta pembuatan poster (Garnbar 4).
--
-
-- -.- ---
Gambar 4. Efisiensi Konsumsi Air Peleburan Tahun 2000-2001
Pengendalian Konsumsi Listrik
+
PPBT Konsumsi listrik PPBT untuk tahun 2000 dan 2001 lebih rendah dari target
konsumsi air PPBT yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 25,OO kwhlton feed (Januari 2000
-
Juni 2001) dan 24,70 kwhlton feed (Juli - Desember 2001).
Konsumsi listrik PPBT tahun 2000 mengalami penghematan sebesar 17% dari angka target (rata-rata konsumsi listrik PPBT tahun 2000 sebesar 21,25 kwhlton feed). Konsumsi listrik PPBT unruk bulan Januari
-
Juni 2001 mengalami
penghematan sebesar 11% dari angka target (rata-rata konsumsi listrik PPBT bulan Januari
- Juni 2001 sebesar 23,26 kwhlton feed). Konsumsi listrik PPBT
bulan Juli - Desember 200 1 mengalami penghematan sebesar 4% dari angka target (rata-rata konsumsi listrik PPBT bulan Juli
-
Desember 2001 sebesar 23,84
kwh/ton feed). Penghematan konsumsi listrik PPBT tercapai melalui kepedulian karyawan untuk mematikan dengan segera pompa-pompa yang sudah dioperasikan, mematikan lampu-lampu yang masih menyala disiang hari dan mengganti watt lampu yang terlalu besar. Kepedulian ini dicapai melalui safety talk sebelum memulai pekerjaan (aplus ataupun harian) dan teguran langsung di
tempat dari kepala aplus dan kepala harian. Fluktuasi konsumsi listrik PPBT terjadi karena butiran bijih timah didominasi butiran kasar atau halus bervariasi,
kadar Sn bijih timah kapal keruk yang sebagian besar di atas standar serta adanya pengelolaan ulang konsentrat di jig Yuba dengan kadar < 20% Sn dan ukuran butir size 100 dan 200 (Gambar 5).
Gambar 5. Efisiensi Konsumsi Listrik PPBT Tahun 2000-200 I
+
Peleburan Konsumsi listrik Peleburan tahun 2001 (237,514 kwhlton logam)
mengaiami peniilgkatan sampai 16% dari konsumsi listrik tahun 2000 (204,5 16 kwh/ton logam). Usaha penghematan dilakukan dengan cara perbaikan kinerja operasional yaitu perawatan lampu-lampu penerangan di lingkungan pabrik peleburan. pemasangan soft starter untuk exhauster di DCS dan sosialisasi koniervasi sumberdaya listrik di lingkungan pabrik peleburan. Sosialisasi dilakukan melalui safety talk sebelum memulai pekerjaan (aplus ataupun harian) dan teguran langsung di tempat dari kepala aplus dan kepala harian (Garnbar 6).
Bulan
*Rataratflaraet +Realisasi Gambar 6. Efisiensi Konsumsi Listrik Peleburan Tahun 2000-200 I Pengendalian Konsumsi BBM
+
PPBT Konsumsi BBM PPBT untuk tahun 2000 dan 2001 lebih rendah dari target
konsumsi BBM PPBT yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 9,00 Llton feed
-
(Januari 2000 - Juni 2001) dan 8,10 Llton feed (Juli Desember 2001). Konsumsi BBM PPBT tahun 2000 mengalami penghematan sebesar 21% dari-angka target (rata-rata konsumsi BBM PPBT tahun 2000 sebesar 7,08 Llton feed). Konsumsi BBM PPBT untuk bulan Januari
- Juni
2001 mengalmi penghematan sebesar
13% dari angka target (rata-rata konsumsi BBM PPBT bulan Januari - Juni 2001 sebesar 7.85 Llton feed). Konsumsi BBhl PPBT bulan Juli -.Desember 2001 mengalavi pengheinatan sebesar 6% dari angka target (rata-rata konsumsi BBM PPBT bulan Juli - Desember 2001 sebesar 7,60 Llton feed). Penghematan konsumsi BBM PPBT tercapai melalui perbaikan kinerja operasional yaitu mengubah sistem sub tangki menjadi sistem pipa untuk menyalurkan BBM dari tangki utarna, penggantian burner RID yang dinilai boros, mengatur kran saluran BBM ke burner RID untuk memperkecil pemakaian BBM. Fluktuasi konsumsi BBM PPBT terjadi karena adanya kerja shovel wheel loader yang dioperasikan untuk meratakan tailing guna reklamasi pantai dan pengoperasian truk trailer untuk keperluan ekspor logam dan transpor kontener bijih timah Kundur (Garnbar 7).
I
0 Jan
k b Mar
Apt
Mei
Jun Jul
AQS Sep
Ckt Nov Da Jan Feb Mar A p Hel Jun Jul AQS Sept Olrt Nov Da
I
i
B ulan ' +Target
--CRealissi
'
I
Gambar 7. Efisiensi Konsumsi BBM PPBT Tahun 2000-2001
+
Peleburan Konsumsi BBM Peleburan tahun 2001 (283.529 Llton logam) mengalami
peningkatan 2% dari konsunlsi air tahun 2000 (278.655 Llton logarn). Peningkatan konsumsi BBM terjadi karena adanya pengolahan slaglterak yang lebih banyak dibandinglcan dengan pengolahan bijih sebagai akibat menurunnya suplai bijih, iddle time untuk pemanasan tanur, penggunaan untuk switching karena tergaiiggunya jadwal penyediaan material bahan, perubahan proses pemurnian yang menghambat atau tertahannya logam timah di rafinasi serta perbaikan sistem cooling dan Just collector yang menurunkan efisiensi pernbakaran. Usaha penghematan konsumsi BBM ~eliburantercapai melalui perbaikan kinerja operasional yaitu pembuatan instalasi gas cooling system peleburan untuk tanur dan perbaikan instalasi pipa gas cooling system yang lama (Gambar 8).
.
. 5
F
. *
*
. C
. w
a
. Y
. ~
b
. w
. ~
~
. k
. F
*
. *
. C
w
. a
. Y
*
. O
. I
b
. o
. u
N
. r
m
. 1
Bulan
Gambar 8. Efisiensi Konsumsi BBM Peleburan Tahun 2000-2001 5.3 Manfaat SML
Manfaat yang diperoleh dari penerapan SML (IS0 14001) pada beberapa perusahaan (organisasi) nasional maupun internasional secara garis besar adalah pznghematan atau efisiensi energi maupun. sumberdaya, pengelolaan kualitas lingkungan, perbaikan citra organisasi serta peningkatan kepedulian pada kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup. Selain itu juga diperoleh manfaat lain pada organisasi tertentu seperti tersaji pada Tabel 1 halaman 8 dan Tabd 2 halaman 11. Dari ulasan kesesuaian, kecocokan dan efektifitas SML IS0 14001 di Pusmet Mentok, PT. Tambang Timah maka dapat ditunjukkan bahwa Pusmet telah mendapatkan manfaat dari penerapan SML IS0 14001 yang diadopsi pada tahun 1997, yaitu efisiensi sumberdaya (bahan baku), pengelolaan dan pemeliharaan kualitas lingkungan, perbaikan citra organisasi, peningkatan kepedulian pada kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan hidup serta kekuatan pasar untuk pasar modal nasional maupun internasional. Namun masi. terdapat kendala dalam penerapan SML IS0 14001 yaitu SML belum menjadi bagian dari sistem manajemen organisasi secara keseluruhan seperti definisi dalam standar. Keadaan ini perlu dibenahi untuk mewujudkan perbaikan terus menerus yang dapat meningkatkan manfaat penerapan SML IS0 14001 bagi organisasi.
.
.
.
.