61
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Potensi Daerah Studi
Kawasan Destinasi Wisata (DW) Cibodas merupakan wilayah khas pegunungan dengan topografi bukit bergelombang dan hanya sedikit yang memiliki topografi datar. Lokasi paling tinggi adalah Gunung Pangrango (3.019 mdpl) dan Gunung Gede (2.958 mdpl). Sementara Kebun Raya (KR) Cibodas berada pada ketinggian antara 1300-1425 mdpl. Kondisi topografi yang demikian menyediakan suatu fenomena lansekap yang atraktif bagi wisatawan; baik dalam bentuk perbedaaan dan perubahan gradasi bentang alam alamiah, maupun dalam bentuk lanskap budidaya (cultural landscaping) yang ditimbukan dari berbagai bentuk pengelolaan lahan oleh para petani sayuran di kawasan ini.
Suhu harian adalah berkisar antara 17-27 oC dengan angka rata-rata 18 oC, namun dapat lebih dingin lagi untuk puncak Gunung Gede maupun Gunung Pangrango. Pada siang hari suhu dapat mencapai 10 oC sementara malam hari dapat turun hingga 5 oC. Kelembaban udara harian rata-rata adalah 90 %. Curah hujan di wilayah DW Cibodas cukup tinggi, berkisar antara 3.500-5.000 mm/tahun dan masuk kategori wilayah tipe iklim B menurut Schmidt dan Ferguson. Kondisi ini bersifat atraktif bagi wisatawan untuk berwisata, baik dalam arti kenyamanan udara untuk beraktivitas maupun dalam arti berbeda dengan kondisi mikro klimatologis keseharian mereka yang umumnya tinggal di daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi.
Jenis tanah pembentuk kawasan DW Cibodas umumnya adalah Andosol dengan tingkat kesuburan tinggi. Tanah ini terbentuk dari endapan aluvial lahar letusan-letusan gunung berapi pada masa lampau.
Nilai kemasaman tanah
umumnya berkisar pada pH 5. Dengan kondisi edafis yang demikian, maka bentang alam daerah studi telah diperkaya oleh berbagai elemen lansekap hayati berupa kehijauan berbagai tegakan pohon dan semak yang memberikan keindahan pemandangan kepada wisatawan.
62
Destinasi Wisata Cibodas dikenal sebagai kawasan alami dengan beragam jenis flora dan fauna alami, terutama di TN Gunung Gede Pangrango. Potensi flora di TN ini mencapai lebih dari 1.000 jenis tumbuhan dari 57 suku yang terdiri dari 925 jenis tumbuhan berbunga (Spermatophyta), 250 jenis tumbuhan paku, 123 jenis lumut serta berbagai jenis ganggang dan jamur. Diantara jenis dominan dan khas ekosistem pegunungan Jawa yaitu Rasamala (Altingia excelsa) dan Puspa (Schima walichii). Berbagai potensi flora yang dimiliki taman nasional ini adalah merupakan objek dan atraksi ekowisata yang sangat tinggi nilainya bagi wisatawan.
Kawasan Taman Wisata (TW) Mandalawangi
juga dapat dikatakan
memiliki beragam jenis flora alami seperti di TN Gunung Gede Pangrango, walaupun dengan tingkat keanekaragaman yang lebih rendah.
Pohon yang
dominan di dalam kawasan adalah Rasamala (Altingia excelsa) serta jenis-jenis dari keluarga Fagaceae dan Lauraceae. Beberapa tumbuhan unik juga mudah dijumpai, diantaranya Kantong Semar (Nephenthes gimnamphora), Perut (Balanophora spp), dan Rumput Purba (Equisetum debile). Sepanjang tepian sungai ditumbuhi bunga Kecubung (Datura fastuosa). Berbagai tegakan pohon yang dilengkapi dengan aliran sungai kecil di wilayah ini tidak hanya memberikan kepuasan estetika tersendiri kepada wisatawan melainkan juga memperkaya potensi aktifitas rekreasi bagi para wisatawan.
Berbeda dengan TN Gunung Gede Pangrango dan TW Mandalawangi yang memiliki beragam flora asli, maka Kebun Raya (KR) Cibodas merupakan pusat koleksi tumbuhan dari berbagai wilayah di Indonesia bahkan beberapa jenis dari luar negeri. Sampai dengan tahun 2009, koleksi KR Cibodas mencapai 1.269 jenis, yang terdiri atas 243 jenis anggrek, 119 jenis kaktus, 103 jenis sukulen serta berbagai jenis pohon, lumut maupun paku-pakuan.
Koleksi flora yang
menarik di antaranya kina (Cinchona calisaya), Bunya-bunya (Araucaria bidwillii), Bunga Bangkai (Amorphophallus titanium), Kaktus Gentong Emas (Echinocactus grossonii) dan Bunga Sakura (Prunus cerasoides). Tatanan taman yang sangat indah dan rimbun dengan berbagai koleksi tumbuhan ini menjadikan KR Cibodas sebagai tapak ekowisata yang sangat tinggi nilainya bagi beragam
63 wisatawan dengan rentang umur pengunjung yang luas; mulai dari anak-anak
hingga orang tua, baik dalam bentuk rekreasi yang paling sederhana berupa piknik maupun ekowisata pendidikan.
Selain kekayaan flora, beragam jenis fauna juga dapat dijumpai di DW Cibodas. Beberapa jenis fauna telah langka dan terancam punah serta hanya dijumpai pada kawasan dilindungi, seperti Macan Tutul (Panthera pardus), Owa Jawa (Hylobates moloch), Anjing Hutan (Cuon alpinus) serta Kijang (Muntiacus muntjak). Setidaknya tercatat 110 jenis mamalia, 251 jenis burung, 75 jenis reptil, 20 jenis amfibi serta beraman jenis moluska. Hal ini tentu menjadikan nilai potensi kelangkaan ekowisata di TNGGP menjadi semakin tinggi.
Fasilitas wisata yang terdapat pada setiap obyek penelitian berbeda-beda. Namun secara keseluruhan jumlah fasilitas yang terdapat pada ketiga obyek wisata contoh relatif sama. Yang berbeda dari fasilitas wisata tersebut adalah terdapat pada kualitasnya yang secara umum dapat dikatakan bahwa yang dimiliki KR Cibodas lebih baik, kecuali untuk pusat informasi dan pelayanan yang lebih baik di Balai TN Gunung Gede Pangrango. Ketersediaan berbagai fasilitas di ketiga lokasi wisata ini disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Fasilitas wisata di setiap obyek penelitian di Destinasi Wisata Cibodas No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Fasilitas Gerbang utama Area parkir Kantor pengelola Pusat informasi dan pelayanan Warung makan/Restoran Kios cinderamata Shelter/Gazebo Villa/Penginapan Taman Arena bermain Kolam renang Jalan refleksi Toilet Loket tiket Pabrik Teh Musholla Camping Ground Arena Outbond Jumlah Fasilitas
Keterangan : V = terdapat; - = tidak terdapat
KR Cibodas V V V V V - V V V V - - V V - V - V 13
TN Gn Gede Pangrango V V V V - V V V V - - - V V - V V - 12
TW Mandala- wangi V V - - - - V V V V - - V V - V V V 11
64 Kawasan Wisata Bopunjur berada pada ketinggian antara 700-1.100 mdpl.
Wilayah tertinggi yaitu Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna dan sekitarnya, sementara wilayah terendah adalah Taman Wisata (TW) Matahari dan sekitarnya. Kisaran suhu harian di KW Bopunjur sama dengan suhu harian di DW Cibodas, namun memiliki rerata harian yang lebih hangat, yaitu sekitar 22 oC. Kelembaban berkisar antara 70-90 %, dengan kisaran curah hujan antara
2.500-4.500 mm/tahun dan termasuk wilayah dengan kategori tipe iklim B menurut Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi tanah di kawasan ini memiliki tingkat keasaman tanah dengan pH 4,5-6,0. Jenis tanah meliputi Andosol, Regosol dan Lithosol, yang tmerupakan tanah dengan kesuburan tinggi namun peka terhadap erosi.
Kawasan TWA Telaga Warna merupakan satu-satunya kawasan yang tergolong Kawasan Pelestarian Alam di Kawasan Wisata Bopunjur selain tapak wisata TNGGP dan KR Cibodas. Banyak jenis tumbuhan yang ditemukan di kawasan ini sama dengan yang terdapat di TN Gunung Gede Pangrango. Pepohonan yang dominan di TWA Telaga Warna adalah Beleketebe (Sloanea sigun), Saninten (Castanopsis argentea) dan Kibangkong (Palaquium microphyllum). Selain itu, dapat juga ditemukan jenis lainnya seperti Kihujan (Engelhardia spicata), Jamuju (Podocarpus imbricatus), Pasang (Quercus sp) dan Manglid (Magnolia glauca).
Kawasan Agro Wisata (AW) Gunung Mas didominasi oleh tanaman perkebunan berupa Teh (Camellia sinensis). Sebagian kawasan masih berupa hutan lindung yang memiliki kekayaan jenis flora sama dengan kawasan alami lainnya. Selain itu, terdapat juga beberapa tanaman seperti Kina (Cinchona calisaya), Kayu Manis (Cinnamomum burmanii), Kaliandra (Calliandra calothyrsus), Suren (Toona sureni), Kayu Afrika (Maeopsis eminii) serta Damar (Agathis dammara). Kondisi flora seperti ini, tidak jauh berbeda dengan kawasan TW Riung Gunung yang bersebelahan dengan Perkebunan Teh Gunung Mas.
65
Lokasi Wana Wisata (WW) Perum Perhutani didominasi oleh Tusam (Pinus merkusii), Damar (Agathis dammara) serta tanaman perdu Kaliandra (Calliandra calothyrsus). Beberapa jenis flora juga ditanam pada kawasan non-alami untuk menambah estetika, yaitu berbagai jenis tanaman hias seperti bunga Crisant (Chrysanthemum indicum), Kaktus (Ferocactus
pilosus) serta Azalea
(Rhododendron spp.). Selain itu pada kawasan tersebut terdapat berbagai jenis tanaman lain yang terkait dengan kehidupan pedesaan serta kegiatan pertanian masyarakat yang berupa tanaman sayuran, seperti Kubis, Wortel, Cabai dan juga tanaman Padi sawah.
Beragam jenis fauna juga dapat ditemukan di KW
Bopunjur yang
didominasi oleh jenis-jenis yang telah mampu beradaptasi dengan kehidupan manusia. Beberapa jenis yang khas ekosistem hutan umumnya terdapat di TWA Telaga Warna serta hutan di sekitar Wana Wisata Perum Perhutani yang masih berstatus hutan lindung atau hutan produksi. Monyet-ekor panjang adalah primata yang mudah dijumpai di sekitar TWA Telaga Warna, Wana Wisata Perum Perhutani dan AW Gunung Mas. Adapun di Taman Safari Indonesia (TSI) yang merupakan kawasan konservasi eks-situ untuk fauna tentu saja memiliki beragam fauna, baik yang merupakan khas Indonesia maupun dari mancanegara.
Selain berbagai potensi sumberdaya ekowisata yang telah dipaparkan di atas, maka di kawasan ini juga terdapat salah satu fenomena alam yang menarik, yaitu migrasi burung pemangsa atau Burung Elang antara Bulan Oktober sampai Bulan Januari yang melintasi KW Bopunjur dan dapat disaksikan secara mudah di kawasan AW Gunung Mas. Hal tersebut juga dilengkapi oleh beberapa jenis fauna yang mempunyai kemampuan adaptasi tinggi atas perubahan kindisi lingkungan, yang diantaranya adalah Burung Gereja Erasia (Passer montanus), Bondol Jawa (Lonchura leucogastroides) dan Cinenen Jawa (Orthotomus sepium).
Sejalan
dengan kondisi lingkungan di kawasan ini masih mempunyai kondisi lingkungan alami pedesaan, maka relatif cukup banyak jenis yang dapat ditemukan di kawasan ini dibandingkan pada wilayah perkotaan.
66 Fasilitas paling lengkap untuk kegiatan wisata menurut keberadaannya
dimiliki oleh TW Matahari. Fasilitas di TW Matahari tidak sekedar lengkap, tetapi juga berkondisi paling baik yang di antaranya disebabkan masih baru dibangun dan umumnya mulai digunakan pada Tahun 2010. Terdapat fasilitas yang sebenarnya bukan merupakan fasilitas wisata secara khusus, namun berfungsi sebagai fasilitas wisata, yaitu pabrik teh di AW Gunung Mas. Selain itu, WW Curug Cilember dan Melrimba Garden memiliki fasilitas wisata khusus berupa jalan refleksi yang berguna untuk terapi kesehatan. Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa salah satu fasilitas wisata yang berfungsi sebagai tempat wisatawan atau pengunjung beraktivitas adalah arena outbound, hanya pada TW Riung Gunung dan TSI yang belum menyediakan arena outbound. Namun tidak semua
tempat
wisata
yang
menyediakan
arena
outbound
tersebut
menyelenggarakan kegiatan outbound secara mandiri. Beberapa tempat wisata hanya menyediakan tempat sebagai arena outbound, sedangkan penyelenggara outbound adalah mitra kerja.
Keterangan : V = terdapat; - = tidak terdapat
V V V V V V V V V - - - V V V - V V V V V V V - V - - - - - V - - - V - V V V V - V V - - V - V - V V V V V 13 11 11
- V V - V - - V - V V - V V - V V V 11
Melrimba
V V V - V V V V V V V V V V - - V V V V V V - - V V V V - V V V - V V - V V V - V V V - - V - V V V V V V - V - - - - V V - - - V - V - V V V 11 16 12 10
TWMatahari
V V V - V - V - - V - - V V - V - - 9
TSI
V V V - V - - - - - - - V - - V V V 8
CansembuResort
V V V - - - V V - - - - V V - - - V 8
LembahPertiwi
Gerbang utama Area Parkir Kantor Pengelola Pusat informasi dan pelayanan Warung makan / Restoran Kios cinderamata Shelter/ Gazebo Villa/Penginapan Taman Arena Bermain Kolam renang Jalan refleksi Toilet Loket Tiket Pabrik Teh Musholla Camping Ground Arena Outbond Jumlah Fasilitas
TWRiung Gunung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
WWCurugNaga
Fasilitas
WWCurug Cilember WWCurug Panjang
No.
TWATelaga Warna
WAGunungMas
Tabel 8 Fasilitas wisata pada setiap obyek penelitian di Kawasan Wisata Bopunjur
67
B.
Evaluasi Rantai Suplai
Dalam konteks elemen rantai suplai, maka berbagai badan usaha yang menawarkan jasa wisata di KW Bopunjur dan DW Cibodas setidaknya dapat dibedakan menjadi 6 kelompok elemen, yaitu: (1) Pemerintah Sebagai Regulator, (2) Pemerintah Sebagai Penyedia Jasa Tapak Destinasi atau sebagai Pemilik Fasilitas Amenitas Wisata, (3) BUMN sebagai Penyedia Jasa, (4) Usaha Swasta Besar, (5) Usaha Swasta Menengah dan (6) Usaha Swasta Kecil. Mempertimbangkan berbagai dinamika suplai dan data yang telah didapatkan selama studi, maka setidak-tidaknya ada 3 (tiga) aspek penting dari rantai suplai yang perlu untuk dievaluasi, yaitu kinerja individual setiap elemen suplai (partial performance of each supply element), kinerja komunal elemen suplai sejenis (intra-group performance of supply element)
dan kinerja komunal berbagai
elemen suplai (inter-group performance of supply element).
Dalam konteks performa individual suatu badan usaha suplai, maka secara obyektif dikatakan bahwa kinerja elemen suplai yang ada di dalam rantai nilai di Kawasan Wisata Bopunjur dan Destinasi Ekowisata Cibodas adalah masih jauh dari titik optimal yang secara ideal harus dicapai; bukan saja dalam arti performa sebagai suatu badan usaha melainkan juga dalam arti performa kaidah paradigma wisata lestari (sustainable tourism) yang bersifat global. Rendahnya kinerja suatu badan usaha pada rantai suplai tersebut ternyata juga telah mengakibatkan rendahnya kinerja badan usaha yang berada dalam grup usaha sejenis. Dengan demikian, pada akhirnya kinerja elemen suplai intergroup (inter-group of supply element) pun menjadi tidak optimal.
Keberadaan dan eksistensi Pemerintah Propinsi Jawa Barat c.q Pemerintah Kabupaten Bogor dan Pemerintah Kabupaten Cianjur, beserta berbagai Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desanya adalah ikut mempengaruhi total kinerja dari KW Bopunjur dan DW Cibodas. Misalnya, dalam hal sebagai penyedia jasa seperti halnya TN Gunung Gede Pangrango, pemerintah mempunyai visi dan misi usaha serta pelayanan yang berbeda dari pengusaha
68
swasta; baik pengusaha besar seperti pemilik hotel berbintang, pengusaha menengah seperti pemilik hotel non bintang, serta pengusaha kecil seperti penyedia jasa warung makan dan cinderamata.
Persepsi para pihak dalam rantai suplai menunjukkan bahwa performa kinerja intra-elemen suplai pada DW Cibodas umumnya adalah tergolong buruk dan agak buruk seperti terlihat pada Tabel 9. Artinya dari 7 indikator (lihat catatan “c” pada Tabel 9) hanya 2 sampai 3 indikator yang dipersepsikan positif. Meskipun demikian, persepsi pengusaha kecil terhadap pemerintah sebagai penyedia jasa wisata (persepsi F terhadap B) dan persepsi BUMN terhadap pemerintah sebagai penyedia jasa wisata (persepsi C terhadap B) serta persepsi pengusaha kecil terhadap pengusaha swasta besar (persepsi F terhadap D) adalah tergolong agak baik (skor 5). Namun diduga kuat persepsi yang timbul tersebut adalah merupakan persepsi semu (placebo perception) seperti yang diungkapkan Hall dan Page (1999), yaitu suatu persepsi yang muncul sebagai akibat adanya interaksi kedua pihak dan karena karakter inheren yang bersifat feodal di antara para pihak yang memberi nilai terhadap para pihak yang dinilai.
Tabel 9 Skor persepsi para pihak ekowisata tentang kinerja setiap intra-stakeholder dan kinerja inter-stakeholder di Cibodas No. A. B. C. D. E. F
Kriteria Stake Holder Pemerintah sebagai regulator Pemerintah penyedia jasa BUMN Usaha swasta besar Usaha swasta menengah Usaha swasta kecil Total Rata-rata
Catatan:
A 3 3 3 2 4 4 19 3
Skor Persepsi Untuk Kriteria Stakeholder B C D E F Total Rata-rata 4 3 3 4 3 20 3 3 3 4 4 4 21 3 5 3 4 4 3 22 3 4 4 4 4 1 19 3 4 3 2 4 4 21 3 5 2 5 2 2 20 3 25 18 20 22 17 123 3 4 3 3 3 2 3 3
a. Skor 1-7, yaitu 1 untuk persepsi sangat buruk berturut-turut hingga 7 untuk persepsi yang sangat baik. b. Jumlah n = 45 stakeholder. c. Esensi persepsi : persaingan jenis usaha, lokasi usaha, waktu usaha, perilaku usaha, persaingan harga produk, kebijakan usaha dan kontribusi yang didapatkan dari stakeholder lain.
Memperhatikan hasil studi yang digambarkan pada Tabel 9 di atas, salah satu hal yang menarik dan juga tergolong positif dalam proses perencanaan selanjutnya adalah adanya introspeksi internal dari responden atas kinerja dari sistem tempat responden bernaung/bekerja. Responden pada institusi pemerintah
69
sebagai regulator, sebagai penyedia jasa dan responden pada kelompok usaha kecil ternyata memberikan skor persepsi yang rendah ( skor 2 sampai 3) terhadap kinerja institusi/kelompoknya sendiri.
Kesadaran dan kejujuran responden pada institusi pemerintah tersebut dapat dijadikan sebagai indikator tentang masih adanya energi positif (positive energy) pada organisasi tersebut. Menurut Hellriegel dan Slocum (2004) energi positif dalam suatu institusi tersebut adalah merupakan salah satu pintu masuk yang sangat penting dalam menggerakkan organisasi untuk mencapai kinerja optimalnya dibandingkan dengan internal apastism yang umum terjadi pada suatu organisasi/intitusi yang mengalami stagnansi. Adapun rendahnya skor persepsi di antara rantai pengusaha kecil diduga kuat adalah diakibatkan oleh adanya persaingan usaha sejenis yang sudah melebihi kelenturan persaingan yang mereka miliki seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan Keller (2007).
Sejalan dengan dinamika yang terjadi di DW Cibodas, maka data pada Tabel 10 juga menunjukkan skor persepsi yang buruk tentang kinerja para pihak pada KW Bopunjur.
Jika pada DW Cibodas evaluasi internal (internal
evaluation) yang dilakukan oleh responden pemerintah sebagai regulator masih memberikan rata-rata skor 3 (agak buruk), maka tidak demikian halnya persepsi yang diberikan oleh responden pada KW Bopunjur yang memberikan rata-rata nilai skor 2. Namun para pengusaha kecil pada KW Bopunjur ternyata mempunyai persepsi biasa saja terhadap kinerja berbagai kelompok usaha kecil, yang berarti lebih baik dibandingkan dengan di DW Cibodas; hal ini diduga disebabkan oleh karena relatif lebih luasnya pasar yang sudah pasti (captive market) yang berupa pasar lokal di wilayah Bopunjur dibandingkan pasar yang sudah pasti (captive market) yang dimiliki oleh pedagang kecil di DW Cibodas.
Semakin rendahnya skor persepsi responden tentang kinerja pemerintah sebagai regulator pada KW Bopunjur diduga kuat setidak-tidaknya adalah karena kompleksitas hirarki kepemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten serta Pemerintah Kecamatan dan Desa pada kabupaten yang sama ataupun pada Kabupaten yang berbeda, serta karena adanya benturan kepentingan antar hirarki dan benturan kepentingan antar wilayah
70
administrasi yang berbeda. Tidak selesainya Rencana Umum Tata Ruang Bopunjur hingga saat ini adalah dapat menjadi indikator penting tentang kompleksitas regulasi dan benturan kepentingan antar regulator di dalam menata DW Cibodas dan KW Bopunjur.
Tabel 10 Skor persepsi para pihak ekowisata tentang kinerja setiap intra- stakeholder dan kinerja inter-stakeholder ekowisata di Bopunjur No.
Kriteria Stake Holder
A. B. C. D. E. F
A 2 3 3 2 2 3 15 2
Skor Persepsi Untuk Kriteria Stakeholder B C D E F Total Rata-rata 4 3 3 4 3 19 3 3 3 4 4 5 22 3 5 3 4 4 3 22 3 4 4 4 4 4 22 3 3 3 2 3 4 17 2 2 2 1 2 4 14 2 21 18 18 21 23 116 2 3 3 3 3 3 2 2
Pemerintah sebagai regulator Pemerintah penyedia jasa BUMN Usaha swasta besar Usaha swasta menengah Usaha swasta kecil Total Rata-rata Catatan: a. Jumlah n = 45 stakeholder. b. Esensi persepsi : persaingan jenis usaha, lokasi usaha, waktu usaha, perilaku usaha, persaingan harga produk, kebijakan usaha dan kontribusi yang didapatkan dari stakeholder lain.
Rendahnya skor persepsi kinerja pemerintah sebagai penyedia jasa wisata juga tampak pada statistik pengunjung yang mengkonsumsi jasa wisata yang disediakannya. Jika TN Gunung Gede Pangrango dijadikan sebagai contoh, maka data pada Gambar 12 menunjukkan bahwa dalam 10 tahun terakhir ternyata rata- rata jumlah pengunjung yang mendatangi TN tersebut hanyalah berkisar pada angka 70 ribu pengunjung; meskipun tampak terjadi kecenderungan peningkatan pada periode sebelum 2006, namun kembali menunjukkan kecendrungan penurunan sejak Tahun 2007. Jika rata-rata jumlah pengunjung melalui pintu Cibodas adalah 52,000 orang dan struktur data yang ada menunjukkan jumlah pengunjung dari Pintu Cibodas rata-rata adalah 65% dari jumlah total pengunjung TN Gunung Gede Pangrango yang juga mempunyai titik masuk (entry point) dari Pintu Salabitana dan Pintu Bodogol, ternyata setiap minggunya rata-rata hanya sekitar 1.000 pengunjung yang mendatangi TN Gunung Gede Pangrango melalui Pintu Cibodas untuk melakukan kegiatan wisata pada akhir minggu.
71 Jumlah Pengunjung
Orang
90000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Gambar 12 Pengunjung TN Gunung Gede Pangrango Tahun 2002 - 2009.
Mempertimbangkan bahwa kegiatan wisata akhir minggu adalah dihitung dalam dua hari, yaitu hari Sabtu dan Minggu, maka dapat disimpulkan bahwa ternyata kinerja TN Gunung Gede Pangrango dalam menjadikan berbagai aset sumberdaya ekowisata yang mereka miliki untuk menjadi obyek dan atraksi yang mampu menarik wisatawan di DW Cibodas adalah masih sangat rendah (yaitu hanya sekitar 500 orang pada setiap wisata akhir minggu di Hari Sabtu atau Hari Minggu) dari titik optimal yang seharusnya potensial untuk dicapai. Meskipun hingga saat ini belum ada satu pihakpun yang menyatakan secara formal tentang berapa sesungguhnya nilai daya dukung total untuk pemanfaatan TN Gunung Gede Pangrango dalam jasa ekowisata, namun bisa dipastikan bahwa angka jumlah pengunjung tersebut adalah sangat jauh dari nilai daya dukung yang secara teoritis bisa ditentukan untuk tujuan tersebut.
Memperhatikan apa yang diingatkan Avenzora (2008) tentang betapa pentingnya jumlah kunjungan (number of visit) daripada jumlah pengunjung (number of visitor) dalam membangun dan mengembangkan ekowisata, maka juga dapat dikatakan bahwa ternyata TN Gunung Gede Pangrango hingga saat ini masih belum mampu untuk membangun kerangka nilai pelayanan dalam aspek jasa yang menjadi tupoksinya. Hingga saat ini data statistik yang ada di TN Gunung Gede Pangrango adalah sama sekali belum menunjukkan adanya kesadaran institusi tentang pentingnya jumlah pengunjung dalam proses pelayanannya.
72
Jika dilihat dari aspek jumlah pengunjung (lihat Gambar 12), tampaknya performa kinerja KR Cibodas sebagai elemen pemerintah dalam menyediakan jasa wisata adalah jauh lebih bagus daripada yang dimiliki oleh TN Gunung Gede Pangrango seperti yang telah dipaparkan di atas. Meskipun demikian, angka rata- rata jumlah pengunjung per tahun yang lebih baik tersebut adalah harus diklasifikasikan sebagai belum kondusif untuk mencapai tujuan dari suatu penyelenggaraan ekowisata. Baiknya performa jumlah pengunjung rata-rata tahunan tersebut adalah lebih banyak disebabkan oleh karena terjadinya lonjakan pengunjung pada periode libur lebaran.
700 JumlahPengunjung_ (dalamribuan)
600
500
400
300
200
100
0 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Tahun
Gambar 13 Jumlah pengunjung Kebun Raya Cibodas selama 10 tahun terakhir.
Pada Gambar 13 terlihat bahwa jumlah pengunjung di KR Cibodas pada tahun 2010 yang mencapai 453.000 orang adalah lebih banyak disebabkan besarnya angka jumlah pengunjung pada bulan September di saat terjadi musim libur lebaran pada tahun 2010 sebanyak 83.000 orang; yang nilainya melebihi 2 kali nilai rata-rata jumlah pengunjung setiap bulan yakni 36.000 orang. Dalam konteks ekowisata, jumlah pengunjung yang sangat fluktuatif tersebut adalah
73
dapat dijadikan sebagai indikator tentang terpicunya tekanan lingkungan, yang akan berujung pada turunnya kepuasan pengunjung pada periode kunjungan tersebut. Pengunjung(dalamribuan)_
100 80 60 40 20 0 ri ua Fe
Hari Kerja Hari Libur Total
ei ni er er be mb M Ju Ju us mb Ap M Ag Ok ve No De Se
Bulan
Gambar 14 Fluktuasi jumlah pengunjung bulanan di Kebun Raya Cibodas.
Data pada Tabel 11 dan 12 melengkapi persepsi intra-stakeholder dan inter- stakeholder ekowisata di KW Bopunjur dan di DW
Cibodas yang telah
dipaparkan di atas. Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa tidak satupun para pihak memberikan persepsi yang baik terhadap kinerja pemerintah sebagai bagian dari rantai suplai di kawasan dan destinasi tersebut. Baik untuk DW Cibodas maupun untuk KW Bopunjur, nilai rata-rata skor persepsi terhadap kinerja pemerintah menurut 10 kelompok elemen rantai suplai yang ada adalah hanya 2.6 (antara agak buruk dan buruk). Tidak satupun kelompok para pihak yang terdapat pada dua kawasan ini yang mendapatkan skor persepsi yang tergolong baik (skor 6).
74
Tabel 11 Persepsi para pihak ekowisata tentang kinerja setiap intra-stakeholder dan kinerja inter-stakeholder menurut jenis usaha di Destinasi Wisata Cibodas Skor Persepsi Stakeholder No.
Kriteria Stakeholder
A Pemerintah sebagai regulator B LSM C Penyedia jasa tapak destinasi D Penyedia jasa akomodasi E Penyedia jasa transportasi F Penyedia jasa tour operator G Penyedia jasa rumah makan H Penyedia jasa factory outlet I Penyedia jasa convenient store J Penyedia jasa cindramata K Penyedia jasa kaki lima Total Rata-rata Catatan:
A B C D E F G H I J K Total Rata 3 4 5 3 4 5 5 5 4 4 3 1 3 2 1 1 4 4 4 4 4 2 2 4 4 3 3 4 4 4 4 3
3
3 2 5 4 3 3 4 4 4 4 4
40 3
2 2 5 4 3 4 3 4 4 2 4
37 3
2 2 5 3 4 3 3 3 4 2 4
35 3
2 2 5 4 3 3 4 4 3 4 3
37 3
4 2 4 4 3 3 4 5 5 5 5
44 4
4 2 5 5 3 2 3 4 3 4 4
39 3
3 2 5 5 4 2 3 2 4 4 5 2 39 3
3 1 3 3 4 4 34 33 40 42 43 41 42 3 3 3 3 3 3
45 4 31 2 37 3
3 3 5 29 26 50 2 2 4
-rata
4 3
39 3 35 3 419 3 3 3
a. Skor 1-7, yaitu 1 untuk persepsi sangat buruk berturut-turut hingga 7 untuk persepsi yang sangat baik. b. Jumlah n = 45 stakeholder. c. Esensi persepsi : persaingan jenis usaha, lokasi usaha, waktu usaha, perilaku usaha, persaingan harga produk, kebijakan usaha dan kontribusi yang didapatkan dari stakeholder lain.
Tabel 11 dan 12 menggambarkan bahwa keseluruhan sistem rantai suplai yang ada di kedua lokasi ekowisata tersebut adalah belum memberikan performa kinerja yang optimal. Adapun nilai skor 1 (sangat buruk, lihat Tabel 12) yang diberikan oleh LSM (sebagai salah satu elemen suplai) adalah lebih diduga karena pola kejujuran minoritas (the frankly minority) banyak dipilih oleh LSM dalam menyuarakan kepentingan yang dimilikinya ataupun kepentingan yang sedang menjadi perhatiannya.
Lebih lanjut, relatif baiknya skor persepsi yang dimiliki oleh toko produk pabrik (factory outlet/FO) pada kawasan ini adalah diduga karena besarnya harapan para pihak lain kepada FO untuk bisa menjadi citra (icon) baru dalam
75
menarik pengunjung ke kawasan ini. Dengan demikian, kawasan tersebut tidak hanya dikunjungi pada setiap akhir pekan ataupun saat libur nasional, tetapi juga pada hari-hari biasa.
Tabel 12 Persepsi para pihak ekowisata tentang kinerja setiap intra-stakeholder dan kinerja inter-stakeholder ekowisata menurut jenis usaha di Kawasan Wisata Bopunjur No.
Kriteria Stakeholder
A
Pemerintah sebagai Regulator LSM Penyedia jasa tapak destinasi Penyedia jasa akomodasi Penyedia jasa transportasi Penyedia jasa tour operator Penyedia jasa rumah makan Penyedia jasa tactory outlet Penyedia jasa convenient store Penyedia jasa cindramata Penyedia jasa kaki lima Total Rata-rata
B C D E F G H I J K
Skor Persepsi Stakeholder A B C D E F G H I J K Total Rata- 3 4 5 3 4 5 5 5 4 4 3 1 3 2 1 1 4 4 4 5 4 2 2 4 5 4 3 4 4 4 4 3
3
45 4 32 2
39 3
3 2 5 4 4 3 4 5 4 4 4
42 3
2 2 4 4 3 4 3 4 3 2 4
35 3
2 3 5 3 4 3 3 3 4 1 4
35 3
2 2 5 4 3 3 4 4 3 4 3
37 3
4 2 4 5 3 3 4 5 5 5 5
45 4
4 2 4 5 3 2 3 3 3 4 4
37 3
3 2 4 5 4 2 3 2 4 4 5
38 3
3 3 5 2 3 1 3 3 4 4 4 29 27 47 41 36 33 40 42 43 40 42 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3
rata
3
35 3 420 3 3 3
Catatan: a. Skor 1-7, yaitu 1 untuk persepsi sangat buruk berturut-turut hingga 7 untuk persepsi yang sangat baik. b. Jumlah n = 45 stakeholder. c. Esensi persepsi : persaingan jenis usaha, lokasi usaha, waktu usaha, perilaku usaha, persaingan harga produk, kebijakan usaha dan kontribusi yang didapatkan dari stakeholder lain.
Rendahnya persepsi berbagai para pihak terhadap kinerja pemerintah baik dalam konteks sebagai regulator maupun sebagai penyedia jasa, dalam pembangunan ekowisata di KW Bopunjur dan DW Cibodas juga diduga kuat sangat erat kaitannya dengan visi dan misi yang diemban oleh pemerintah. Sebagai contoh, pada Tabel 13 dan Tabel 14 visi dan misi dari beberapa para- pihak yang terdapat di Destinasi Ekowisata Cibodas dan yang terdapat di Kawasan Ekowisata Bopunjur.
76
Tabel 13 Orientasi visi dan misi penyedia jasa wisata contoh di Destinasi Wisata Cibodas No. 1 2
Penyedia Jasa Wisata KR Cibodas TN Gn Gede Pangrango
Orientasi Visi Ekologi Ekologi
3
WA Mandalawangi
Ekologi dan ekonomi
Orientasi Misi Ekologi (aktivitas ilmiah) Ekologi, sosial ekonomi budaya masyarakat Ekologi (pendidikan lingkungan) dan ekonomi
Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata
Dari Tabel 13 terlihat bahwa KR Cibodas, TN Gunung Gede Pangrango dan TW Mandalawangi tidak secara nyata mencantumkan adanya visi dan misi jasa ekowisata di dalam statuta yang dimilikinya. Dengan demikian menjadi mudah untuk dipahami bahwa kebijakan-kebijakan yang ada pada institusi pemerintah tersebut menjadi tidak berpihak kepada ekowisata; baik dalam arti arah kegiatan setiap tahun maupun dalam bentuk dukungan dana untuk melakukan kegiatan. Sebaliknya, dari Tabel 14 data yang nampak malah menunjukkan bahwa tidak satupun para pihak yang secara eksplisit menyatakan adanya orientasi ekowisata, baik ekologi, sosial budaya dan ekonomi secara lengkap dalam visi dan misinya.
Tabel 14 Orientasi visi dan misi penyedia jasa wisata di Kawasan Wisata Bopunjur No. 1 2
Penyedia Jasa Wisata TWA Telaga Warna TW Riung Gunung
Orientasi Visi Ekologi (jasa rekreasi) Ekonomi
3
PTPN VIII (WA Gunung Mas)
Ekonomi (agribisnis)
4
Perhutani (WW Curug Cilember, WW Curug Panjang dan WW Curug Naga) Taman Safari Indonesia (TSI) TW Matahari Melrimba Garden Cansebu Resort Lembah Pertiwi
Ekonomi (bisnis ekowisata)
Orientasi Misi Ekologi dan ekonomi Ekonomi dan sosial ekonomi masyarakat Ekonomi (agribisnis) dan sosial ekonomi masyarakat Ekologi dan sosial ekonomi masyarakat
Ekologi dan Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi
Ekologi dan ekonomi Ekonomi dan ekologi Ekonomi Ekonomi Ekonomi
5 6 7 8 9
Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata
Tidak komprehensifnya visi dan misi dari berbagai para pihak dalam rantai
suplai ekowisata di KW Bopunjur dan DW Cibodas juga berlanjut dan diperburuk dengan kualitas SDM yang terdapat di berbagai para pihak yang termasuk dalam rantai suplai wisata. Data pada Tabel 15 bahkan memperlihatkan bahwa hanya 30 persen dari SDM di KR Cibodas dan TN Gunung Gede Pangrango yang berkualifikasi sarjana.
77
Tabel 15 Kondisi Sumberdaya Manusia (SDM) perusahaan/institusi penyedia jasa wisata di Destinasi Wisata Cibodas Tahun 2011 No.
Penyedia Jasa Wisata
1
KR Cibodas TN Gn Gede Pangrango WA Mandalawangi
2 3
Sumberdaya Manusia Fungsi/Bidang Wisata Kualifikasi Pendidikan Pro Pema- Jumlah Lain- saran dan Stra- Pari- Eko- duk (orang) nya Promosi ta wisata Wisata Wisata 194 3 Ada Ada Ada Ada Ada 142 7
3 7
Ada -
Ada -
Ada Ada
Ada -
Ada Ada
Keterangan: Sumber
Strata pendidikan disusun berdasarkan persentase yang berpendidikan di atas SMA, yaitu: (a) = 0 – 10%; (b) = 11 – 20%; (c) = 21 – 30%; (d) = 31 – 40%; (e) = 41 -50%; (f) = 51 – 60% dan (g)= > 60%. : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata
Data pada Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar SDM di berbagai
para pihak yang terdapat di KW Bopunjur adalah juga tidak mempunyai kualifikasi SDM yang mencukupi. Performa SDM peyedia jasa wisata di KW Bopunjur relatif sama dengan di DW Cibodas. Dengan demikian, secara keseluruhan dapat ditarik kesimpulan bahwa SDM pada penyedia jasa wisata tidak memberikan penekanan pada latar belakang pendidikan yang khusus di bidang wisata, khususnya ekowisata. Hal ini diduga disebabkan oleh dua hal, yaitu (1) anggapan bahwa usaha ekowisata merupakan kegiatan bisnis yang tidak berbeda dengan bisnis lainnya dan (2) keterbatasan institusi pendidikan dengan kekhususan di bidang ekowisata. Para pelaku bisnis ekowisata lebih banyak menggunakan intuisi dan pengalaman dengan dilengkapi pengetahuan dalam aspek bisnis dan manajemen dalam menjalankan bisnis penyediaan jasa wisata. Tabel 16 Kondisi Sumberdaya Manusia (SDM) penyedia jasa wisata di Kawasan Bopunjur Tahun 2011 No. Penyedia Jasa Wisata 1 TWA Telaga Warna 2 TW Riung Gunung 3 WA Gunung Mas 4 WW Curug Cilember 5 WW Curug Panjang 6 WW Curug Naga 7 TSI 8 TW Matahari 9 Melrimba Garden 10 Cansebu Resort 11 Lembah Pertiwi Keterangan: Sumber
Sumberdaya Manusia Kualifikasi Pendidikan Jumlah Eko- (orang) Strata Pari- wisata wisata 4 7 - - 6 2 - - 85 1 - - 12 7 - - 7 4 - Ada 6 4 - Ada 500 3 Ada - 424 2 Ada - 73 1 - - 80 1 - - 12 1 - -
Fungsi/Bidang Wisata Pema- Produk Lain- saran dan Wisata nya Promosi - - Ada - - Ada - - Ada Ada Ada Ada - - Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada Ada
Strata pendidikan disusun berdasarkan persentase yang berpendidikan di atas SMA, yaitu: (a) = 0 – 10%; (b) = 11 – 20%; (c) = 21 – 30%; (d) = 31 – 40%; (e) = 41 -50%; (f) = 51 – 60% dan (g)= > 60%. : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata
78 Sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki berbagai kelemahan kualifikasi
sebagaimana dipaparkan di atas menjadi semakin sulit untuk diajak dan diharapkan mempunyai kreativitas dan prestasi kerja yang lebih baik, karena ternyata sebagian besar mereka yang hanya memiliki keterampilan kurang memadai tersebut dan tentunya juga mempunyai kemampuan kognitif yang lemah karena kualifikasi pendidikan yang tidak mencukupi, ternyata harus menanggung volume pekerjaan yang tidak sepadan dalam keseharian tugas-tugasnya. Sebagai contoh, pada Tabel 17 dapat dilihat betapa kecilnya rasio ketersediaan SDM pengelolaan dibandingkan dengan luas tapak ekowisata yang harus dikelola pada berbagai tapak DW Cibodas. Tabel 17 Proporsi Sumberdaya Manausia (SDM) pada obyek KW Cibodas Tahun 2011 No. 1 2 3
Penyedia Jasa Wisata KR Cibodas TN Gn Gede Pangrango WA Mandalawangi
Luas Areal Obyek Wisata (Ha) 84,99 21.975,00 39,50
Jumlah SDM (orang) 194 142 7
Proporsi SDM (orang/Ha) 2,282 0,006 0,177
Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata
Pada kondisi musim puncak kunjungan yakni terjadi lonjakan jumlah pengunjung secara tajam biasanya para pengelola obyek wisata menggunakan tenaga bantuan yang diangkat sebagai tenaga upah harian. tersebut
sesungguhnya
tidak
memecahkan
masalah
Namun langkah pelayanan
secara
komprehensif. Dalam kondisi membludaknya pengunjunga, umumnya pengelola obyek wisata hanya berorientasi untuk mengatasi proses pembelian tiket masukm, kebersihan relatif terjaga dan keamanan tempat wisata dapat terkendali. Aspek kepuasan berwisata pengunjung belum mampu dijadikan orientasi utama. Salah satu hal mendasar yang menjadi kelemahan tenaga upah harian tersebut adalah ketrampilan yang dimiliki sangat rendah, yaitu akibat pola pengangkatan yang cenderung sekedar memanfaatkan tenaga lokal yang tidak terlatih. Rendahnya rasio SDM dengan luas tapak yang harus dikelola atau jumlah jasa dan kegiatan ekowisata yang ditawarkan seperti yang terjadi di berbagai tapak DW Cibodas ternyata juga terjadi di berbagai tapak kegiatan wisata yang terdapat di KW Bopunjur, seperti terlihat pada Tabel 18.
79
Tabel 18 Proporsi sumberdaya manusia (SDM) pada KW Boponjur Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Penyedia Jasa Wisata TWA Telaga Warna TW Riung Gunung WA Gunung Mas WW Curug Cilember WW Curug Panjang WW Curug Naga TSI TW Matahari Lembah Pertiwi
Luas Areal Obyek Wisata (Ha) 4,60 1,10 300,00 5,90 24,50 2,00 168,00 40,00 4,00
Jumlah SDM (orang) 4 6 85 12 7 6 704 424 12
Proporsi SDM (orang/Ha) 0,87 5,45 0,28 2,03 0,29 3,00 4,19 10,60 3,00
Sumber : Diolah dari hasil penelusuran dokumen institusi penyedia jasa wisata
Salah satu akibat dari rendahnya kualitas dan performa kinerja SDM yang terdapat pada berbagai tapak ekowisata yang ada di areal DW Cibodas maupun di KW Bopunjur adalah rendahnya tingkat kepuasan pada pengunjung. Hasil studi menunjukkan bahwa persepsi pengunjung terhadap kinerja SDM yang bertugas pada para pihak yang berada dalam rantai suplai di kedua kawasan wisata tersebut sama sekali belum bisa digolongkan sebagai optimal. Pada DW Cibodas, nilai rata-rata skor persepsi pengunjung hanya menunjukkan angka 4 yang berarti sedang (lihat Tabel 19), sedangkan pada KW Bopunjur nilai rata-rata skor pengunjung hanyalah 3 agak buruk (Tabel 20).
Tabel 19 Nilai kepuasan pengunjung terhadap profesionalisme Sumberdaya Manusia (SDM) pada DW Cibodas No. Penyedia Jasa Wisata 1 2 3
KR Cibodas TN Gn Gede Pangrango WA Mandalawangi Total Rata-rata
Nilai Persepsi Kriteria A B C D E F G Total Rata-rata 5 4 4 4 4 4 4 29 4 6 5 4 5 5 5 5 35 5 5 3 3 3 3 3 3 23 3 16 12 11 12 12 12 12 87 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4
Keterangan: a. A=Keramahan dalam pelayanan; B=Sikap tanggap dalam menangani keluhan; C=Ketepatan dalam pengambilan keputusan; D=Ketrampilan dalam melaksanakan tugas; E=Kecakapan dalam memecahkan dan menyelesaikan masalah; F=Kemampuan berkomunikasi secara dua arah; G=Kemampuan inovatif. b. 1=sangat tidak memuaskan; 2=tidak memuaskan; 3=agak tidak memuaskan; 4=biasa saja; 5=agak memuaskan; 6=memuaskan; 7=sangat memuaskan.
Meskipun skor persepsi yang diberikan responden terhadap performa kinerja SDM tersebut di atas tidaklah tergolong terlalu buruk, namun diduga kuat persepsi yang ada adalah tergolong bias keatas (over-estimate) atau dengan kata lain performa kinerja yang ada sesungguhnya adalah mempunyai skor lebih rendah
80 dari yang diberikan responden. Salah satu hal mendasar yang diduga kuat sebagai
penyebab timbulnya persepsi semu (placebo perception) tersebut adalah adanya dinamika efek negatif dari pendapat umum (the negative effects of common sense) seperti yang diingatkan Roberts (1999) serta Runyan dan Wu (1979) pada populasi responden; yaitu suatu tatanilai yang muncul sebagai akibat kesamaan perilaku ataupun kondisi yang dimiliki oleh populasi yang menilai dan populasi yang dinilai.
Tabel 20 Nilai kepuasan pengunjung terhadap profesionalisme Sumberdaya Manusia (SDM) pada obyek wisata di Kawasan Bopunjur No. Penyedia Jasa Wisata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
TWA Telaga Warna TW Riung Gunung WA Gunung Mas WW Curug Cilember WW Curug Panjang WW Curug Naga TSI TW Matahari Melrimba Garden Cansebu Resort Lembah Pertiwi Total Rata-rata
Nilai Persepsi Kriteria A B C D E F G Total 3 4 4 3 3 4 1 22 3 3 4 3 4 4 4 25 3 3 3 3 3 4 4 23 4 4 4 4 4 4 5 29 4 4 4 4 4 4 3 27 5 5 4 5 5 5 4 33 4 4 4 4 4 4 4 28 3 4 4 4 4 4 4 27 4 3 4 4 4 4 4 27 4 4 4 4 4 4 4 28 5 5 5 5 5 5 5 35 42 43 44 43 44 46 42 300 3 3 4 3 4 4 3 3
Rata-rata 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 5 3 3
Keterangan: a. A = Keramahan dalam pelayanan; B = Sikap tanggap dalam menangani keluhan; C = Ketepatan dalam pengambilan keputusan; D = Ketrampilan dalam melaksanakan tugas; E = Kecakapan dalam memecahkan dan menyelesaikan masalah; F = Kemampuan berkomunikasi secara dua arah; G = Kemampuan inovatif. b. n = 30 orang pada setiap tapak wisata.
Sejalan dengan pentingnya pilar sosial budaya dan pilar ekonomi dalam ekowisata, maka persepsi masyarakat lokal tentang kinerja institusi/perusahaan penyedia jasa wisata adalah sangat perlu untuk dipertimbangkan dalam proses perencanaan yang akan dilakukan. Data pada Tabel 21 menunjukkan bahwa pembangunan dan pengembangan wisata pada kedua kawasan tersebut adalah tidak terlalu berarti untuk aspek ekonomi masyarakat, dengan rata-rata nilai skor hanya 4.
81
Tabel 21 Dampak ekonomi kegiatan wisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur terhadap masyarakat lokal No
Penyedia Jasa Wisata
I 1 2 3
DW Cibodas KR Cibodas TN Gn Gede Pangrango WA Mandalawangi Sub-total Rata-rata II KW Bopunjur 1 TWA Telaga Warna 2 TW Riung Gunung 3 WA Gunung Mas 4 WW Curug Cilember 5 WW Curug Panjang 6 WW Curug Naga 7 TSI 8 TW Matahari 9 Melrimba Garden 10 Cansebu Resort 11 Lembah Pertiwi Sub-total Rata-rata Total Rata-rata
Nilai Persepsi Kriteria D E F G
A
B
C
5 4 5 14 4
4 4 4 12 4
4 4 4 12 4
4 4 4 12 4
4 4 4 12 4
4 4 4 12 4
4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 50 4 64 4
4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 39 3 51 3
4 3 4 5 4 4 4 4 4 5 4 45 4 57 4
4 3 4 5 4 4 5 5 4 5 4 47 4 59 4
3 4 4 5 5 5 5 5 3 5 4 48 4 60 4
4 3 4 4 5 5 5 5 4 5 4 48 4 60 4
Total
Rata-rata
4 3 4 11 4
29 27 29 85 4
4 4 4 12 4
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 44 4 55 4
27 24 28 32 31 30 32 32 27 32 26 321 4 406 4
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 42 4 54 4
Keterangan: a. A = Meningkatkan lapangan pekerjaan, B = Terjadinya stabilitas harga, C = Tingkatan kerjasama, D = Tingkat kelancaran ekonomi, E = Meningkatnya penghasilan, F = Manfaat ekonomi, G = Daya jangkau membeli tanah lahan. b. 1 = sangat tidak baik, 2 = tidak baik, 3 = kurang baik, 4 = biasa saja, 5 = agak baik, 6 = baik, 7 = sangat baik c. n = 30 orang pada setiap wilayah sekitar tapak wisata.
Tabel 22, 23 dan 24 menunjukkan bahwa serbenarnya para pengusaha kecil menggantungkan harapan yang sangat tinggi terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Lebih dari 75% responden menyatakan bahwa berdagang di KW bopunjur dan DW Cibodas merupakan matapencaharian utama dan bahkan 90% pengusaha kecil di KW Bopunjur menyatakan bahwa pekerjaan sebagai pedagang merupakan mata pencaharian utama (Tabel 22).
Tabel 22 Status matapencaharian sebagai pengusaha kecil DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5
Lokasi DW Cibodas Pasar Cipanas Kawasan Puncak Pasar Cisarua Megamendung Total
Utama 75.0 80,0 85.0 95,0 90.0 85,0
Status Matapencaharian Sampingan 25.0 20,0 15,0 5,0 10,0 15,0
Sumber : Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi
Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
di
82
Tabel 23 memperkuat data pada Tabel 22 dengan menunjukkan bahwa sebagian besar usaha kecil di kawasan wisata tersebut merupakan usaha yang memang milik para pengusaha kecil, kecuali untuk yang di Pasar Cipanas. Kondisi Pasar Cipanas memang agak berbeda dengan lainnya. Pasar cipanas merupakan pasar besar atau sentra sayuran untuk wilayah Bopunjur, sehingga banyak pedagang dengan skala usaha yang relatif besar, sehingga modal yang dibutuhkan juga relatif besar. Untuk itu, banyak para pedagang ini yang berasal dari Kota Cianjur yang memiliki modal usaha cukup besar.
Tabel 23 No. 1 2 3 4 5
Status kepemilikan usaha pengusaha kecil di KW Cibodas dan Bopunjur Tahun 2011 Modal Usaha Sendiri Patungan Usaha Orang Lain 70,0 2,5 27.5 40,0 5,0 55,0 85,0 15,0 - 90,0 10,0 - 57,5 42,5 - 68,5 13,0 16,5
Lokasi DW Cibodas Pasar Cipanas Kawasan Puncak Pasar Cisarua Megamendung Total
Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Keterangan : Data primer, n = 40 untuk setiap lokasi
Sebagian besar pengusaha kecil tersebut tidak hanya berusaha pada saat hari libur dan ramai kunjungan, tetapi hampir semuanya membuka usahanya setiap hari (Tabel 24). Hal ini sesuai dengan Tabel 22 yang menunjukkan bahwa rata- rata 85% menyatakan bahwa kegiatan berdagang merupakan pekerjaan utama.
Tabel 24 Waktu berusaha pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 No 1 2 3 4 5
Lokasi DW Cibodas Pasar Cipanas Kawasan Puncak Pasar Cisarua Megamendung Total
Tiap Hari
Sabtu- Minggu
82,5 100,0 72,5 95,0 97,5 89,5
15,0 0,0 7,5 2,5 5,0
Keterangan : Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi
Waktu Berusaha Saat Musim Ramai Kunjungan 2,5 7,5 2,0
Tidak Tentu
Total
- - 12,5 5,0 - 3,5
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
83 Sebagian besar pengusaha kecil merupakan penduduk yang berasal dari
masyarakat sekitar tempat usaha mereka (Tabel 25), kecuali untuk yang berusaha di kawasan Puncak yang hanya 45%. Kondiisi ini merupakan hal yang positif bagi perkembangan ekonomo masyarakat bilamana iklim usaha kondusif.
Tabel 25 Daerah asal pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5
Lokasi DWCibodas Pasar Cipanas Kawasan Puncak Pasar Cisarua Megamendung Total
Lokal 85,0 65,0 45,0 70,0 75,0 68,0
Daerah Asal (%) Non Lokal 15,0 35,0 55,0 30,0 25,0 32,0
Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber : Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi
Umumnya para pengusaha kecil tersebut memulai usaha setelah tahun 2000, sekitar 76%, namun dalam setahun terakhir pertambahan pengusaha kecil ini hanya sekitar 6% dan bahkan untuk DW Cibodas tidak ada tambahan pengusaha kecil yang baru (Tabel 26). Hal ini menunjukkan bahwa sudah terjadi kondisi mendekati kejenuhan dalam pertumbuhan ekonomi wisata Cibodas. Fenomena tersebut ditunjukkan oleh data pada Tabel 9 yang menunjukkan tingkat persaingan sangat ketat di antara pengusaha kecil sehingga hanya memberikan nilai skor 2 (buruk) di antara sesama pengusaha kecil di DW Cibodas, sedangkan untuk di KW Bopunjur (Tabel 10) dengan nilai skor lebih baikyang lebih disebabkan masih terbukanya peluang dalam pertumbuhan pengusaha kecildi wilayah Megamendung yakni pertumbuhan pengusaha kecil sepanjang tahun 2011 sekitar 20%. Tabel 26 Tahun memulai kegiatan pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 Tahun Memulai Usaha (%) No. 1 2 3 4 5
Lokasi DWCibodas Pasar Cipanas Kawasan Puncak Pasar Cisarua Megamendung Total
2011 2006-2010 2001-2005 Sebelum 2000 - 30,0 57,5 12,5 2,5 32,5 20,0 45,0 2,5 40,0 32,5 25,0 5,0 17,5 62,5 15,0 20,0 35,0 22,5 22,5 6,0 31,0 39,0 24,0
Keterangan:Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi
Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
84 Pendidikan pengusaha kecil yang relatif tendah (Tabel 27) mendorong pilihan terbatas dalam bagi mereka dalam memilih jenis usaha yang dilakukan (Tabel 28). Usaha yang ditekuni para pengusaha kecil tersebut sebagian besar tidak memerlukan spesifikasi keahlian yang memerlukan pendidikan tinggi atau khusus, sehingga hampir tidak ada halangan bagi siapapun untuk dapat masuk ke dalam bisnis atau usaha tersebut.
Tabel 27 Karakteristik pendidikan pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 No 1 2 3 4 5
Lokasi DWCibodas Pasar Cipanas Kawasan Puncak Pasar Cisarua Megamendung Total
SD 30.0 20,0 40,0 45.0 30,0 33,0
SLTP 30.0 50.0 47.5 30.0 47,5 41,0
Pendidikan Terakhir (%) SLTA Diploma Sarjana 40.0 - - 30,0 - - 10,0 - 2.5 22.5 2.5 - 22.5 - - 25.0 0.5 0.5
Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Keterangan:Data primer, n = 40 orang untuk setiap lokasi
Dengan tingkat pendidikan yang rendah dengan pilihan usaha yang sangat
mudah ditiru oleh yang lain, maka pembinaan dari pihak terkait, khususnya dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kesehatan sangat diperlukan. Hal tersebut untuk memberikan kualitas produksi yang baik dan aman untuk dikonsumsi, khususnya bagi produk makanan dan minuman.
Kualitas produksi tersebut
semakin penting mengingat kawasan ini merupakan destinasi wisata nasional.
Tabel 28 Jenis usaha pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5
Lokasi DWCibodas Pasar Cipanas Kawasan Puncak Pasar Cisarua Megamendung Total
Keterangan
Jenis Usaha (%) Makanan- Suvenir Snack Sayuran/ Minuman Buah 27,5 27,5 5,0 22,5 12,5 17,5 27,5 37,5 15,0 17,5 12,5 47,5 32,5 22,5 7,5 37,5 10,0 45,0 20,0 25,0 19,5 26,0 14,5 34,0
Tanaman/ Bunga Total 17,5 100,0 5,0 100,0 7,5 100,0 - 100,0 - 100,0 6,0 100,0
:Data primer, n = 40 untuk setiap lokasi
Pada Gambar 15 terlihat bahwa terjadi perbedaan yang signifikan dalam aspek ekonomi yang berupa penerimaan usaha pada saatsepi pengunjung, agak ramai pengunjung dan ramai pengunjung. Pada saat sepi pengunjung, sebagian besar pengusaha kecil (70%) rata-rata hanya berpenerimaan kurang dari Rp 100.000,- per hari, sedangkan pada saat agak ramai pengunjung penerimaan
85
pedagang lebih banyak yang diatas Rp 100.000,00 per hari (66 %)dan pada saat ramai pengunjung penerimaan pedagang lebih banyak yang diatas Rp 300.000,00 per hari (64 %). Namun bila dilihat lebih spesifik per lokasi, maka kondisi di Kawasan Puncak dan Pasar Cisarua relatif tidak banyak menerima pengaruh peningkatan pendapatan pada saat sepi dan ramai pengunjung. Hal ini diduga untuk Pasar Cisarua sudah terbentuk langganan konsumen harian tidak bergantung pada konsumen yang berasal dari pengunjung atau wisatawan.Sebaliknya untuk Kawasan Puncak terjadi kondisi jumlah pedagang yang merupakan pengusaha kecil sudah cukup banyak dengan sebagian besar merupakan penjual makanan dan minuman atau warung, (lihat Tabel 28), sehinggakecil kemungkinan terjadi lonjakan penerimaan.
%
%
%
%
Gambar 15 Rata-rata pendapatan harian responden pengusaha kecil di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011
87
Yang mengejutkan adalah hasil studi yang menunjukkan bahwa secara rata- rata kegiatan wisata pada DW Cibodas dan KW Bopunjur memberikan dampak agak baik (dengan rata-rata nilai skor 5) baik untuk aspek sosial (Tabel 29) maupun untuk aspek budaya (Tabel 30). Sesungguhnya banyak perilaku sosial yang dalam tataran etika, moral dan agama sesungguhnya adalah tergolong negatif terjadi di wilayah studi (Kawasan Bopunjur) –seperti pelacuran dan pergaulan bebas –
tapi pernyataan dampak budaya dari masyarakat lokal ternyata adalah
agak baik (skor 5). Hal ini menjadi menarik untuk digarisbawahi, yang setidaknya bisa menjadi indikator kuat bahwa proses akulturasi budaya pada kawasan wisata ini telah memasuki fase mantap.
Tabel 29 Dampak sosial kegiatan wisata di DW Cibodas Dan KW Bopunjur terhadap masyarakat lokal No I 1 2 3
II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Penyedia Jasa Wisata Cibodas KRC TNGGP WAM Sub-total Rata-rata Bopunjur TWATW TWRG WAGM WWCC WWCP WWCN TSI TWM Melrimba Garden Cansebu Amazing Lembah Pertiwi Sub-total Rata-rata Total Rata-rata
Nilai Persepsi Kriteria D E F G
A
B
C
Total
Rata-rata
5 5 5 15 5
5 5 5 15 5
5 5 5 15 5
5 5 5 15 5
5 5 5 15 5
5 5 5 15 5
5 5 5 15 5
35 35 35 105 5
5 5 5 15 5
5 5 5 6 6 4 6 5 5 6 5 58 5 73 5
5 4 5 6 5 5 5 5 5 5 5 55 5 70 5
5 4 5 5 5 6 5 5 5 5 5 55 5 75 5
5 4 5 6 5 4 6 5 5 5 5 55 5 77 5
5 4 5 5 5 5 6 6 5 5 6 57 5 78 5
5 4 5 5 5 6 6 5 5 6 5 57 5 78 5
5 4 5 5 5 5 6 4 5 5 5 54 5 74 5
35 29 35 38 36 35 40 35 35 37 36 391 5 496 5
5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 5 69 5
Keterangan: a. A=Meningkatnya keamanan, B=Kesetaraan kehidupan sosial, C=Stabilitas pola perilaku, D=Stabilitas Kkeamanan, E=Meningkatnya pengetahuan masyarakat, F=Meningkatnya tanggungjawab sosial, G=Meningkatnya ketahanan sosial b. 1=sangat tidak baik, 2=tidak baik, 3=kurang baik, 4=biasa saja, 5=agak baik, 6=baik, 7=sangat baik c. n = 30 orang pada setiap wilayah sekitar tapak wisata.
Kiranya perlu suatu penelitian yang lebih lanjut untuk bisa menelusuri dinamika sosial dan budaya pada kawasan wisata tersebut, yaitu sejalan dengantingginya rata-rata skor yang diberikan masyarakat tentang peningkatan
88
kesenian lokal maupun tentang kearifan lokal. Hal ini berkaitan dengan hasil observasi selama pelaksanaan studi yang tidak diperoleh informasi mengenai kesenian lokal dan kearifan tradisional sebagai bagian dari atraksi wisata pada obyek wisata-obyek wisata contoh.
Bila ternyata benar terjadi peningkatan
kesenian dan kearifan lokal, maka merupakan suatu modal yang sangat berharga untuk pengembangan ekowisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur.
Tabel 30 Dampak budaya kegiatan wisata di DW Cibodas Dan KW Bopunjur terhadap masyarakat lokal No I 1 2 3
Penyedia Jasa Wisata Cibodas KRC TNGGP WAM Sub-total Rata-rata
A
B
C
Nilai Persepsi Kriteria D E F G
5 5 5 15 5
5 5 5 15 5
5 4 5 14 4
5 6 5 16 5
5 6 5 16 5
5 5 5 15 5
5 4 5 5 6 3 6 4 5 5 5 53 4 68 4
5 3 5 5 6 6 5 5 5 5 5 55 5 70 5
5 3 5 5 6 5 6 5 5 5 5 55 5 69 4
5 4 5 5 6 6 5 4 5 3 4 52 4 68 4
5 3 5 5 7 5 5 4 5 4 5 53 4 69 4
5 3 5 5 6 3 5 4 5 5 5 51 4 66 4
Total
Rata-rata
5 5 5 15 5
35 36 35 106 4
5 5 5 5 4
5 3 4 5 7 6 5 4 5 5 5 54 4 69 4
35 23 34 35 44 34 37 30 35 32 34 373 4 489 4
5 3 5 5 6 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4
Tabel 23. Lanjutan II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bopunjur TWATW TWRG WAGM WWCC WWCP WWCN TSI TWM Melrimba Garden Cansebu Amazing Lembah Pertiwi Sub-total Rata-rata Total Rata-rata
Keterangan: a. A=Peningkatan budaya lokal, B=Peningkatan etos kerja, C=Meningkatnya inovasi, D=Masuknya pengaruh budaya luar, E=Penguatan tatanilai, F=Peningkatan nilai berkesenian lokal, G=Penguatan nilai-nilai kearifan lokal. b. 1=sangat tidak baik, 2=tidak baik, 3=kurang baik, 4=biasa saja, 5=agak baik, 6=baik, 7=sangat baik c. n = 30 orang pada setiap wilayah dekat tapak wisata.
C. Evaluasi Rantai Permintaan
Dalam konstelasi sentra populasi Jabodetabek, sesungguhnya KW Bopunjur dan DW Cibodas adalah tergolong dalam jarak emas untuk rekreasi(recreational golden distance)yakni dalam jarak tempuh rekreasi terbaik; kurang lebih 1-2 jam dari sentra populasi yang bisa dijadikan sebagai obyek rekreasi, atraksi rekreasi
89
dan wisata harian. Namun demikian, berbagai masalah dan kendala transportasi yang belum juga tertata baik hingga saat ini di kawasan tersebut telah menjadikan kedua areal ekowisata itu hanya dipersepsikan oleh populasi sebagai destinasi untuk rekreasi dan wisata akhir minggu atau musim liburan.
Sejalan dengan kompleksnya dinamika psikologi yang terjadi pada wisatawan di saat melakukan kegiatan wisata, maka suatu penelusuran tentang kepuasan wisatawan tidak bisa lepas dari pengetahuan tentang motivasi dari para wisatawan. Sebagaimana terlihat pada Tabel 31 dan Tabel 32, ternyata motivasi rekreasi atau wisata yang dimiliki wisatawan di kedua areal tersebut berturut-turut adalah untuk berekreasi, piknik, foto-foto, bermain dan kontak sosial. Tabel 31 Nilai motivasi pengunjung terhadap obyek wisata pada DW Cibodas No. Penyedia Jasa Wisata 1 2 3
KRC TNGGP WAM Total Rata-rata
A B C 4 1 2 4 5 5 5 5 4 13 11 11 4 4 4
D 2 4 3 9 3
Kriteria Motivasi Nilai E F G H I Total 2 1 3 2 2 19 4 4 5 4 5 40 2 6 5 4 4 38 8 11 13 10 11 97 3 4 4 3 4 3
Rata-rata 2 4 4 10 3
Keterangan: a. A=Rekreasi; B= Piknik; C= Foto-foto; D= Outbound; E=Kontak Sosial; F= Makan- makan;G=bermain;H =Istirahat, I=Api unggun. b. 1=sangat rendah; 2=rendah; 3=agak rendah; 4=biasa saja; 5=agak tinggi; 6=tinggi; 7=sangat tinggi. c. n = 30 orang pada setiap tapak wisata.
Tabel 32 Nilai skor motivasi pengunjung terhadap obyek wisata pada KW Bopunjur
No. Penyedia Jasa Wisata 1 TWATW 2 TWRG 3 WAGM 4 WWCC 5 WWCP 6 WWCN 7 TSI 8 TWM 9 Melrimba Garden 10 Cansebu Amazing 11 Lembah Pertiwi Total Rata-rata
Nilai Skor Kriteria Motivasi A B C D E F G H I Total 3 4 4 3 4 3 3 3 3 30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4 5 3 5 2 4 4 3 4 33 5 5 5 3 3 3 4 5 7 40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 5 4 5 4 5 4 4 4 4 39 5 5 5 5 5 5 5 4 5 44 4 4 5 2 3 4 4 4 4 34 5 4 4 4 5 4 4 4 4 38 4 4 4 2 4 4 4 4 2 32 5 5 5 5 4 4 5 5 5 43 48 48 48 41 43 43 45 44 46 406 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Rata-rata 3 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 45 4
Keterangan: a. A=Rekreasi; B= Piknik; C= Foto-foto; D = Outbound; E =Kontak Sosial; F = Makan- makan;G =bermain;H =Istirahat, I =Api unggun. b. 1=sangat rendah; 2=rendah; 3=agak rendah; 4=biasa saja; 5=agak tinggi; 6 = tinggi; 7 = sangat tinggi. c. n = 30 orang pada setiap tapak wisata.
90
Merujuk pada klasifikasi dan karakteristik wisatawan yang dibuat oleh Plog (1987), maka kecenderungan motivasi wisatawan yang terdata tersebut adalah tergolong kedalam wisatawan impasif(impassivity tourist)dan wisatawan berorientasi orang(people orientation tourist).Pengertian dari wisatawan impasif(impassivity tourist)adalah bahwa wisatawan melakukan kegiatan rekreasi serta wisata dalam suatu keputusan yang sangat singkat dan hampir tanpa rencana. Adapun wisatawan berorientasi orang(people orientation tourist)bermakna bahwa wisatawan yang berekreasi dan berwisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur mempunyai motivasi untuk melakukan kontak sosial dengan pengunjung lain dan ataupun dengan masyarakat lokal.
Dengan kategori motivasi rekereasi dan wisata yang dimiliki oleh wisatawan yang seperti itu, makamenjadi dapat dimengerti mengapa skor persepsi wisatawan terhadap beberapa elemen suplai yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu tidaklah tergolong terlalu jelek. Dengan kategori motivasi yang demikian, maka dapat diduga bahwa wisatawan hanyalah membutuhkan perubahan suasana selain juga kesejukan udara di kedua kawasan tujuan wisata tersebut untuk menghilangkan kejenuhan dari kehidupan sehari-hari. Pada dinamika ini, maka kualitas rekreasi, baik infrastruktur, fasilitas maupun program rekreasi belum menjadi perhatian dan permintaan utama dari para pelaku rekreasi ataupun wisatawan, sehingga suatu kondisi suplai yang sesungguhnya secara teori burukpun menjadi masih dapat diterima dan tetap dikonsumsi oleh para wisatawan.
Menyadari bahwa status rekreasi dan wisata yang belum tergolong sebagai kebutuhan pokok oleh sebagian besar populasi di Indonesia, setidaknya sebagai akibat struktur pendapatan yang belum mendukung, maka bisa diduga bahwa keterkaiatan antara pola suplai dengan pola permintaan adalah menjadi sangat kuat. Meskipun dalam 20 tahun belakangan ini posisi jasa rekreasi dan wisata telah lebih menunjukkan situasi yang membaik di tengah populasi Indonesia, namun Avenzora (2003) mengungkapkan pergeseran posisi
bahwa meskipun telah terjadi
rekreasi dan wisata dari kebutuhan tersier (tertiary needs)
menjadi kebutuhan sekunder (secondary needs), namun pola aktualisasinya masih
91 terbatas dalam bentuk terjadinya peningkatan kegiatan rekreasi yang bersifat
rekreasi terkait kuliner (culinary related recreation) yang dilakukan dalam bentuk rekreasi harian di sekitar tempat tinggal populasi.
Persepsi populasi tentang pemanfaatan suatu destinasi bagi kebutuhan mereka adalah sangat penting dalam konteks perencanaan pembangunan dan pengembangan suatu kawasan ekowisata. Hal ini bukan saja sangat berguna dalam hal membangun citra(image) kawasan, melainkan juga sangat berguna dalam membangun karakter suplai yang sangat dipengaruhi oleh pola kunjungan yang dilakukan wisatawan. Dengan demikian, maka suatu pemahaman tentang rantai permintaan
adalah
menjadi
sangat
penting
untuk
dikenali
dan
ditelaah.Ketidakjelian dalam mengenali karakteristik dan pola permintaan adalah bukan hanya akan menyebabkan kekeliruan dalam menentukan karakter suplai, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kepuasan pengunjung seperti yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, melainkan juga bisa menimbulkan berbagai dampak negatif lainnya; baik dalam konteks ekonomi usaha maupun dalam konteks sosial budaya dan ekologi yang disyaratkan dalam ekowisata.
Karakter dan pola kunjungan wisatawan di KW Bopunjur dan di DW Cibodas kiranya jugadapat dikenali dari pola hunian hotel yang ada di Propinsi Jawa Barat serta di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor; seperti terlihat pada Tabel 26 yang menunjukkan bahwa tingkat hunian pada hotel,baik yang bintang maupun non bintang,berada di bawah tingkat hunian hotel nasional. Meskipun dalam konteks kenakalan membayar pajak angka tingkat hunian hotel tersebut perlu dikoreksi, yakni dinaikan dari data yang dilaporkan, namun perlu diingat bahwa hingga saat ini struktur data statistik hotel belumlah membedakan antara hunian yang berhubungan dengan akomodasi wisata dengan hunian yang berkaitan dengan akomodasi bisnis.
Terlepas dari berapa banyak sesungguhnya tingkat hunian hotel yang benar- benar dikonsumsi oleh pelaku wisata di kawasan tersebut di atas, satu hal yang bisa diduga dan disimpulkan tentang perilaku wisatawan dalam berwisata dikawasan ini adalah bahwa sebagian besar populasi wisatawan di wilayah DW
92
Cibodas dan KW Bopunjur adalah tidak mengkonsumsi
fasilitas akomodasi
sebagai bagian dari perjalanan rekreasi dan wisatanya. Dengan demikian, maka berikutnya juga bisa dikatakan bahwa umumnya kegiatan rekreasi dan wisata yang dilakukan oleh populasi adalah bukan tergolong rekreasi bermalam, melainkan adalah harus digolongkan sebagai rekreasi harian.
Tabel 33 Tingkat hunian hotel di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur dibandingkan tingkat hunian hotel Provinsi Jawa Barat dan Nasional No.
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Hotel Non-Bintang Prov. Kab. Kab. Kab. Jawa Nasional Bogor Cianjur Bogor Barat 44,29 - - - 31,35 - - - - - 42,38 - - - 4,71 - - - - - 27,81 - 27.48 28.33 33,53 - - 32.18 28.86 - - - 36.95 29.8 - - 20,59 29.25 32.44 - - 19,31 28.20 34.65 - - 14,17 28.21 35.56 - - - 29.12 35.98 -
Hotel Bintang Prov. Kab. Jawa Cianjur Barat - - - - - - - - - 37.77 - 37.00 - 38.63 22,94 39.39 22,91 40.26 23,03 41.4 - 43.49
Nasional - - - - 44.98 45.03 46.18 46.89 48.06 48.31 48.86
Sumber : Diolah dari hasil penelusuran berbagai dokumen terkait
Meskipun dinamika empiris menunjukkan padat dan macetnya akses jalan raya menuju KW Bopunjur dan DW Cibodas pada setiap akhir pekan, namun merujuk pada statistik yang ada,ternyata sebagian besar dari populasi wisatawan mulai Jumat malam sampai dengan Minggu malam bukanlah menjadi konsumen bagi berbagai fasilitas akomodasi yang disuplaipada kedua kawasan ini.
Kedatangan dan kepadatan kunjungan pelaku rekreasi dan wisata yang mendatangi KW dan DW Cibodas pada Jumat malam sampai dengan Minggu malam diduga adalah hanya untuk melewati keindahan suasana ruang terbuka pegunungan pada malam hari. Meskipun secara fisik mereka bermalam(over night) yakni melewati batas hari di kawasan ini, tetapi pola perilaku mereka adalah bukan untuk mengkonsumsi fasilitas akomodasi yang ada, melainkan hanya berupa menikmati suasana (hang-out) ataupun kumpul bersama(gathering) di alam terbuka. Pola perilaku rekreasi dan wisata seperti inilah yang menjadi salah satu penyebab timbulnya lokasi kerumunan(bottle neck) dan menimbulkan kemacetan pada beberapa ruas jalan pada kedua kawasan wisata ini.
93
Kesimpulan pola perilaku wisatawan di kedua kawasan wisata tersebut di atas didukung oleh data pengeluaran pengunjung yang disajikan pada Tabel 24. Nilai rata-rata pengeluaran wisatawan di DW Cibodas dan KW Bopunjur pada semua kelompok karakteristik wisatawan ternyata lebih rendah dari Rp. 100.000,- Hanya sedikit sekali (9,5%) responden berkendaraan pribadi yang mengkonsumsi fasilitas akomodasi pada ke dua kawasan wisata tersebut, itupun 72% dari merekamempunyai kecendrungan untuk mengkonsumsi berbagai (vila) pribadi yang terdapat pada kawasan tersebut secara paruh waktu (short time accomodation). Sejalan dengan belum adanya mekanisme pendataan statistik pada pemakaian jasa vila pada kawasan ini, maka hal ini diduga kuat sebagai salah satu penyebab rendahnya hunian(occupation rate) fasilitas akomodasi yang ada.
Tabel 34 Nilai rata-rata pengeluaran wisatawan di DW Cibodas dan KW Bopunjur Tahun 2011 No. 1
Karakteristik Pengunjung Pengunjung dengan mobil pribadi a. Kawasan Cibodas b. Bopunjur di luar Cibodas Pengunjung dengan bus rombongan a. Kawasan Cibodas b. Bopunjur di luar Cibodas Pengunjung dengan motor roda dua a. Kawasan Cibodas b. Bopunjur di luar Cibodas Pengunjung kendaraan umum regular a. Kawasan Cibodas b. Bopunjur di luar Cibodas
2 3 4 Catatan:
Pengeluaran Rata-rata/Orang Rp.127.250 Rp. 181.750 Rp.62.500 Rp.81.900 Rp. 69.300 Rp.73.825 Rp. 69.000 Rp. 57.800
a. n = 100 orang untuk setiap kelompok karakteristik pengunjung. b. Data primer dalam rentang waktu Februari- September 2010; hari kerja, akhir minggu dan hari libur nasional (diluar hari raya dan Natal/Tahun baru).
Meskipun karakteristik wisatawan yang mengunjungi kedua wilayah tujuan wisata di atas adalah tergolong bukan yang berorientasi pada kualitas rekreasi dan fasilitasnya(recreation quality and facilities quality), seperti yang terjadi pada kelompok wisatawan dari golongan pencari kesenangan (pleasure seeking) ataupun wisatawan terpelajar(intelectualism tourist), namun tampaknya berbagai kondisi yang ada di kedua kawasan tersebut relatif cukup mempengaruhi tingkat kepuasan wisatawan dalam melakukan kegiatannya.
94
No.
Tabel 35 Nilai Kepuasan Pengunjung Terhadap Jenis Atraksi Wisata di DW Cibodas Nilai Persepsi Kriteria Penyedia Jasa Wisata A B C D E F G H I Total Rata-
rata DW Cibodas KRC 5 5 5 5 4 4 4 4 4 40 4 TNGGP 5 4 5 5 5 5 5 5 5 44 5 WAM 5 5 5 4 3 4 4 4 4 38 4 Sub-total 15 14 15 14 12 13 13 13 13 122 4 Rata-rata 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 KW Bopunjur I Bopunjur 1 TWATW 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 4 2 TWRG 5 5 5 4 4 4 4 4 4 39 4 3 WAGM 5 4 4 4 4 4 3 4 3 35 4 4 WWCC 5 5 5 4 4 4 4 5 5 41 5 5 WWCP 5 5 5 5 4 4 4 5 4 41 5 6 WWCN 5 5 5 4 4 4 4 5 5 41 5 7 TSI 6 5 5 5 5 5 4 5 5 45 5 8 TWM 5 5 5 4 4 4 2 5 4 38 4 9 MelrimbaGarden 5 5 4 4 4 4 4 4 4 38 4 10 Cansebu Amazing 5 5 4 4 4 5 4 4 5 40 4 11 Lembah Pertiwi 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44 5 Sub-total 55 53 51 46 46 47 41 50 48 437 4 Rata-rata 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Total 70 67 66 60 58 60 55 63 61 559 4 Rata-rata 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Keterangan: a. A=Rekreasi; B= Piknik; C= Foto-foto; D= Outbound; E=Kontak Sosial,F = Makan-makan; G=bermain;H=Istirahat;I=Api unggun b. 1=sangat rendah; 2=rendah; 3=agak rendah; 4=biasa saja; 5=agak tinggi; 6 = tinggi; 7 = sangat tinggi. c. n = 30 orang pada setiap tapak wisata. I 1 2 3
Data pada Tabel 35 memperlihatkan bahwa tidak satupun tapak kegiatan yang dipersepsikan oleh reponden yang memberikan tingkat kepuasan yang tergolong baik dan sangat baik, umumnya hanya memberikan kepuasan sedang saja (skor 4); sama halnya dengan kepuasan pengunjung terhadap infrastruktur dan fasilitas rekreasi yang ada juga hanya dipersepsikan pada skor 4 atau sedang seperti terlihat pada Tabel 36.
95
Tabel 36 Nilai kepuasan pengunjung di DW Cibodas dan KW Bopunjur terhadap elemen infrastruktur dan fasilitas rekreasi dan wisata No. Penyedia Jasa Wisata I 1 2 3
Cibodas KRC TNGGP WAM Sub-total Rata-rata II Bopunjur 1 TWATW 2 TWRG 3 WAGM 4 WWCC 5 WWCP 6 WWCN 7 TSI 8 TWM 9 Melrimba Garden 10 Cansebu Amazing 11 Lembah Pertiwi Sub-total Rata-rata Total Rata-rata
Nilai Persepsi Kriteria F G H I J
A B
C
D
E
5 5 4 14 4
4 5 4 13 4
5 5 4 14 4
5 5 4 14 4
5 5 2 12 4
5 5 2 12 4
4 4 5 5 2 4 11 13 3 4
5 5 4 14 4
4 3 4 4 3 2 5 4 4 4 2 39 3 53 3
5 3 4 2 3 3 5 5 4 4 4 42 3 55 3
4 3 3 5 4 5 5 3 5 5 5 47 4 61 4
4 3 3 3 4 4 5 4 4 4 5 43 3 57 3
4 2 3 4 3 3 5 4 5 5 3 41 3 53 3
4 3 3 4 3 4 5 4 4 4 4 42 3 54 3
4 3 3 4 4 3 5 4 4 4 4 42 3 53 3
3 3 3 2 3 4 5 4 4 4 4 39 3 53 3
3 3 2 2 3 3 5 4 4 4 5 38 3 51 3
Total
Rata-rata
5 5 4 14 4
47 50 34 131 3
4 5 3 4 3
3 3 4 5 4 3 5 4 5 5 4 45 4 59 4
38 29 32 35 34 34 50 40 43 43 40 418 3 549 3
4 3 3 4 3 3 5 4 4 4 4 3 3 3 3
Keterangan: a. A=Aksesibilitas dalam obyek wisata, B=Telekomunikasi, C=Air bersih, D=Listrik, E=Pusat informasi dan pelayanan, F=Jalan setapak, G=Pintu gerbang, H=sarana Bermain I=Peralatan bermain J=resting hut (joglo tempat beristirahat) b. 1=sangat tidak memuaskan; 2=tidak memuaskan; 3=agak tidak memuaskan; 4=biasa saja; 5=agakmemuaskan; 6=memuaskan; 7=sangat memuaskan c. n = 30 orang pada setiap tapak wisata.
Selanjutnya, memperhatikan data pada Tabel 37 hanya Taman Safari Indonesia (TSI) yang mempunyai indikasi adanya keterikatan antara motivasi kunjungan dengan pola tindakan pengunjung dalam melakukan kunjungan. Kecilnya nilai rata-rata skor pilihan tindakan pengunjung atas ketidaksesuaian sumberdaya yang tersedia dengan motivasi kunjungan adalah menunjukkan tingginya tuntutan pengunjung untuk mendapatkan sumberdaya wisata yang sesuai dengan motivasi kedatangannya. Adapun rata-rata skor yang bernilai 5 untuk TN Gunung Gede Pangrango dan Lembah Pertiwi adalah dapat dijadikan sebagai indikator bahwa motivasi pengunjung untuk mengkonsumsi sumberdaya wisata yang terdapat pada tapak tersebut adalah dapat disubtitusi oleh berbagai pilihan kegiatan wisata lainnya yang tersedia.
96
Tabel 37 Pola Tindakan Pengunjung Atas Ketidaksesuaian Suasana Wisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur No.
Penyedia Jasa Wisata
I 1 2 3
Cibodas KRC TNGGP WAM Sub-total Rata-rata II Bopunjur 1 TWATW 2 TWRG 3 WAGM 4 WWCC 5 WWCP 6 WWCN 7 TSI 8 TWM 9 MelrimbaGarden 10 Cansebu Amazing 11 Lembah Pertiwi Sub-total Rata-rata Total Rata-rata
A
B
C
Nilai Dinamika Pola Rekreasi D E F G H I Total Rata-rata
6 6 5 5 5 5 16 16 5 5
6 4 3 3 3 3 6 5 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 17 13 11 12 12 12 13 5 4 3 4 4 4
4 5 4
5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 6 3 6 5 6 5 5 5 5 5 58 51 5 4 74 67 5 4
4 3 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 4 3 4 5 5 4 4 4 5 6 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 3 3 3 3 3 5 5 5 4 2 5 4 6 4 5 4 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 5 50 49 48 48 41 49 46 4 4 4 4 3 4 62 62 59 60 53 61 59 4 4 3 4 4 4
4 4 3 5 4 5 3 4 4 5 5
4
4 4
38 46 38 122 4
4 5 4 4 4
36 41 36 42 44 42 31 41 41 41 44 440 4 562 4
3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3
Keterangan: a. A= melakukan aktivitas sendiri di tempat yang sama; B=mengeksplorasi sumberdaya wisata lain di tempat yang sama, C=tetap mengeksploitasi sumberdaya yang sama meskipun kepuasan jauh menurun, D=pindah lokasi untuk mencari sumberdaya sejenis di tempat lain, E=pindah lokasi untuk mencari sumberdaya alternatif di tempat lain, F=pindah lokasi untuk mendapatkan akses sumberdaya setara yang tersedia,G=pindah lokasi untuk mendapatkan askes sumberdaya lain meskipun tak setara, H=pindah lokasi untuk mendapatkan sumberdaya apapun yang mungkin bisa menjadi pengalaman baru, I=mengeksplorasi kawasan destinasi sebagai suatu keputusan dan motivasi baru, J=Pindah destinasi secara total. b. 1=sangat tidak memuaskan; 2=tidak memuaskan; 3=agak tidak memuaskan; 4=biasa saja; 5=agak memuaskan; 6=memuaskan; 7=sangat memuaskan. c. n = 30 orang pada setiap tapak wisata.
Konsisten terhadap alur pemikiran dari penelitian ini yang meletakkan wisatawan sebagai salah satu aspek penting di dalam rantai nilai ekowisata yang terjadi pada wilayah studi (KW Bopunjur dan DW Cibodas) ini, maka data pada Tabel 38 tampaknya mengindikasikan cukup baiknya kesadaran lingkungan diantara wisatawan yang menjadi responden. Pada Tabel 38 terlihat bahwa skor rata-rata kepuasan pengunjung tentang kondisi lingkungan biotik di wilayah DW Cibodas adalah sejalan dengan rendahnya kondisi lingkungan yang ada pada wilayah tersebut, yaitu skor 3 (agak buruk) untuk kondisi fauna dan skor 4.3 (sedikit melebihi ‘biasa saja’) untuk kondisi flora.
97
Tabel 38 Nilai kepuasan pengunjung terhadap kondisi lingkungan biotik pada obyekwisata di DW Cibodas pada aspek keanekaragaman fauna dan flora No I 1 2 3
II 1 2 3
Penyedia Jasa Wisata Fauna KRCibodas TN Gn Gede Pangrango WAMandalawangi Sub-total Rata-rata Flora KRCibodas TN Gn Gede Pangrango WAMandalawangi Sub-total Rata-rata Total Rata-rata
A
B
C
4 3 5 5 3 2 12 10 4 3
3 4 2 9 3
Nilai Persepsi Kriteria D E F G Total Rata-rata 3 4 2 9 3
3 3 5 5 4 5 3 3 3 11 10 13 3 3 4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 5 5 4 13 14 14 15 15 14 13 4 4 4 5 5 4 25 24 23 24 26 24 26 4 4 3 4 4 4
4 5 4 4 4
24 32 18 74 3
3 4 2 3 3
34 35 29 98 4 172 4
4 5 4 4 4 4 4
Keterangan: a. A=Ketersediaan jenis-jenis fauna; B=Ketersediaan jumlah individu tiap jenis fauna; C=Kecukupan kelas umur pada setiap jenis fauna; D=Kecukupan regenerasi pada setiap jenis fauna; E=Kecukupan jumlah jantan pada setiap jenis fauna;F=Kecukupan jumlah betina pada setiap jenis fauna; G=Keamanan terhadap potensi gangguan pada berbagai jenis fauna. b. A=Ketersediaan jenis-jenis flora; B=Ketersediaan jumlah individu tiap jenis flora; C=Kecukupan kelas umur pada setiap jenis flora; D=Kecukupan regenerasi pada setiap jenis flora; E=Kemudahan ditemukan berbagai jenis flora endemik; F= Kualitas ketersediaan berbagai jenis flora; G=Keamanan terhadap potensi gangguan pada berbagai jenis flora. c. 1=sangat rendah; 2=rendah; 3=agak rendah; 4=biasa saja; 5=agak tinggi;6=tinggi;7=sangat tinggi. d. n = 30 orang pada setiap tapak wisata.
Adapun untuk KW Bopunjur, rata-rata skor yang diberikan oleh responden terhadap kondisi flora dan fauna adalah hanya 3, seperti dapat dilihat tertera pada Tabel 39. Skor ini relatif lebih buruk dibandingkan dengan di DW Cibodas. Hal ini ditengarai karena status kawasan ubyek wisata pada DW Cibodas yang merupakan kawasan konservasi (in-situ dan eks-situ) dan jumlah pengunjung yang relatif lebih sedikit atau lebih kecil dibanding ketersediaan luas tapak wisata.
98
Tabel 39 Nilai kepuasan pengunjung terhadap dampak lingkungan biotik pada obyek wisata di KW Bopunjur pada aspek keanekaragaman fauna dan flora No I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Penyedia Jasa Wisata Fauna TWATelaga Warna TWRiung Gunung WAGunung Mas WWCurug Cilember WWCurug Panjang WWCurug Naga TSI TWMatahari MelrimbaGarden Cansebu Resort Lembah Pertiwi Sub-total Rata-rata Flora TWATelaga Warna TWRiung Gunung WAGunung Mas WWCurug Cilember WWCurug Panjang WWCurug Naga TSI TWMatahari MelrimbaGarden Cansebu Resort Lembah Pertiwi Sub-total Rata-rata Total Rata-rata
A
B
C
Nilai Persepsi Kriteria D E F G Total Rata-rata
3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 5 5 5 5 5 5 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 34 33 35 33 34 32 35 3 3 3 3 3 3
3 3 3 2 3 4 5 3 3 3 3
4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 5 4 3 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 41 37 36 39 40 40 36 3 3 3 3 3 3 75 70 71 72 74 72 71 3 3 3 3 3 3
2 4 2 4 3 4 4 4 2 3 4
3
3 3
22 21 18 14 21 25 35 23 19 17 21 236 3
3 3 2 2 3 3 5 3 2 2 3 3 3
22 28 18 28 21 27 29 28 19 21 28 269 3 505 3
3 4 2 4 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3
Keterangan: a. A=Ketersediaan jenis-jenis fauna; B=Ketersediaan jumlah individu tiap jenis fauna; C=Kecukupan kelas umur pada setiap jenis fauna; D=Kecukupan regenerasi pada setiap jenis fauna; E=Kecukupan jumlah jantan pada setiap jenis fauna;F=Kecukupan jumlah betina pada setiap jenis fauna; G=Keamanan terhadap potensi gangguan pada berbagai jenis fauna. b. A=Ketersediaan jenis-jenis flora; B=Ketersediaan jumlah individu tiap jenis flora; C=Kecukupan kelas umur pada setiap jenis flora; D=Kecukupan regenerasi pada setiap jenis flora; E=Kemudahan ditemukan berbagai jenis flora endemik; F= Kualitas ketersediaan berbagai jenis flora; G=Keamanan terhadap potensi gangguan pada berbagai jenis flora. c. 1=sangat rendah; 2=rendah; 3=agak rendah; 4=biasa saja; 5=agak tinggi;6=tinggi;7=sangat tinggi.
d. n = 30 orang pada setiap tapak wisata.
Berkaitan dengan berbagai kekurangan yang ada pada berbagai obyek wisata yang terdapat pada KW Bopunjur dan DW Cibodas, hal-hal yang menjadi perhatian khusus dari para wisatawan adalah mencakup kebutuhan akan kebersihan, rasa aman, jasa interpreter, kualitas fasilitas wisata yang lebih baik, dan lain-lain. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 40 yang menggambarkan saran responden tentang berbagai perbaikan dan peningkatan pelayanan yang perlu dilakukan oleh pengelola obyek wisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur.
99
Tabel 40 Saran Pengunjung Untuk Perbaikan Destinasi Wisata Cibodas No. I 1 2 3
II 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Penyedia Jasa Wisata Cibodas KRCibodas TN Gn Gede Pangrango WAMandalawangi Sub-total Rata-rata Bopunjur TWATelaga Warna TWRiung Gunung WAGunung Mas WWCurug Cilember WWCurug Panjang WWCurug Naga TSI TWMatahari MelrimbaGarden Cansebu Resort Lembah Pertiwi Sub-total Rata-rata
A
B
C
Nilai Persepsi Kriteria D E F G H
5 5 5 5 5 5 5 6 5 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 17 16 16 16 16 16 16 16 5 5 5 5 5 5 5
5 6 5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 5 5 6 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 56 56 55 55 55 57 57 57 5 5 5 5 5 5 5
5 5 6 5 5 6 5 5 5 5 5
5
5
Total
Rerata
40 47 42 129 5
5 5 5 5 5
40 40 46 40 40 44 40 39 39 38 40 446 5
5 5 6 5 5 6 5 5 5 5 5 5 5
Keterangan: a. A = Meningkatkan kebersihan obyek wisata; B = Penataan kawasan; C = Meningkatkan keamanan kawasan obyek wisata; D = Meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung; E = Menyediakan pemandu/interpreter wisata; F = Meningkatkan kualitas pemandu/interprefer wisata; G = Memperbaiki prasarana, sarana dan fasilitas; H = Mempermudah prosedur penelitian.. b. 1 = sangat tidak penting; 2 = tidak penting; 3 = agak tidak penting; 4=biasa saja; 5 = agak penting ;6 = penting; 7 = sangat penting.
c. n = 30 orang pada setiap tapak wisata.
Mencermati berbagai data sebagaimana dipaparkan pada bagian di atas tampak bahwa kegiatan wisata yang berlangsung di DW Cibodas daan KW bopunjur masih belum menjamin keberlanjutannya, baik dari aspek ekologi, sosial budaaya maupun ekonomi. Di satu sisi, potensi dan sumberdaaya wisataa yang tersedia di kawasan ini sangat besar dengan tingkat permintaan wisata yang juga sangat besar, nilai investasi yang tertanam pada usaha jasa wisata sudah sangat besar dan harapan masyarakat lokal terhadap usaha wisata juga sangat besar. Untuk itu diperlukan suatu langkah nyata guna menyelamatkan usaha di bidang pariwisata di DW Cibodas dan KW Bopunjur tersebut yang pada intinya mampu meningkatkan kinerja dari setiap elemen yang ada.