V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Aspek Penawaran dan Permintaan Tembakau Di Kabupaten Lombok Timur Serta Intersaksi Spasial Dari Dua Aspek Tersebut Menurut analisis terhadap data base hasil survey tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1998-2004 diperoleh gambaran bahwa terdapat peningkatan terhadap produksi tembakau khususnya jenis tembakau rakyat dari tahun ke tahun. Menurut data yang diperoleh, terdapat 6 Kecamatan di antara 20 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur yang hampir tiap tahun mengusahakan tembakau dengan rata-rata produktifitas 0,69 ton/ha yaitu Kecamatan Masbagik, Sukamulia, Selong, Pringgabaya, Sambalia dan Aikmel. Namun mulai tahun 2001 terdapat 5 Kecamatan yang mulai melakukan budidaya tembakau rakyat dengan hasil yang tidak jauh berbeda dengan 6 Kecamatan lainnya dan selalu mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir. Lima Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Pringgasela, Suralaga, Labuhan Haji, Suela dan Wanasaba dengan produktifitas rata-rata mencapai 0,76 ton/ha (Gambar 3 dan Tabel Lampiran 2)
L u a s P a n en (h a ) & P ro d u k s i (to n )
P e rk e m ba n g a n Lu a s P a n e n da n P ro du k s i T e m ba k a u R a k y a t di K a bu pa te n Lo m bo k T i m u r T h . 1 9 9 8 -2 0 0 4 6 ,0 0 0 .0 0
5 ,0 0 0 .0 0
4 ,0 0 0 .0 0 L ua s P a n e n ( h a )
3 ,0 0 0 .0 0
P r o duk si ( t o n ) 2 ,0 0 0 .0 0
1 ,0 0 0 .0 0
0 .0 0 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
T a h u n P ro du k s i
Gambar 3. Grafik Perkembangan Luas Panen Dan Produksi Tembakau Rakyat Di Kabupaten Lombok Timur Th.1998 – 2004.
41
Tembakau virginia yang umumnya diusahakan oleh petani skala besar atau petani binaan lebih difokuskan di 9 Kecamatan yaitu Terara, Keruak, Sakra, Sikur, Masbagik Sukamulia, Selong, Pringgabaya, Aikmel dan Sambalia dengan produksi yang hampir setiap tahunnya mengalami peningkatan. Terdapat 8 Kecamatan lainnya yaitu Jerowaru, Sakra Barat, Sakra Timur, Montong Gading, Pringgasela, Labuhan Haji, Suela dan Wanasaba mulai mengusahakan budidaya tembakau virginia pada tahun 2001 dan hampir tiap tahunnya mengalami peningkatan produksi dengan rata-rata produktifitas 1.50 ton/ha. Sedangkan 2 Kecamatan dari 20 Kecamatan yang ada sama sekali tidak mengusahakan tembakau virginia yaitu Kecamatan Sembalun dan Kecamatan Suralaga (Gambar 4 dan Tabel Lampiran 1)
Luas P anen (ha) & P roduksi (ton)
Pe rk e m bangan Luas Pane n dan Produk si Te m bak au Virginia di Kabupate n Lom bok Tim ur Th. 1998-2004 30,000.00
25,000.00
20,000.00 Luas Panen (ha)
15,000.00
Produksi (ton) 10,000.00
5,000.00
0.00 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
Tahun Produk si
Gambar 4. Grafik perkembangan luas panen dan produksi tembakau Virginia di Kabupaten Lombok Timur Th.1998 - 2004.
Kecamatan Sembalun sama sekali tidak mengusahakan tanaman tembakau baik itu tembakau rakyat yang pada umumnya diusahakan petani skala kecil maupun tembakau virginia yang pada umumnya diusahakan petani skala besar. Hal ini disebabkan karena wilayah Kecamatan Sembalun tidak memiliki persyaratan tumbuh untuk tanaman tembakau.
42
Kecamatan Sembalun merupakan wilayah pegunungan dengan suhu yang cukup rendah dan curah hujan tinggi sehingga lebih sesuai untuk tanaman sayursayuran seperti kentang, wortel, bawang putih dan jenis tanaman sayur lainnya. Tanaman tembakau merupakan tanaman yang tumbuh pada tanah yang kering tetapi persediaan air cukup pada masa pertumbuhannya dan membutuhkan cahaya matahari cukup pada saat pematangan daun dan panen serta tidak menyukai suhu yang turun secara tiba-tiba. Hampir semua persyaratan tumbuh untuk tanaman tembakau tidak dimiliki oleh wilayah ini sehingga jika ditanami tembakau maka akan merugikan petani mengingat usaha tani tembakau merupakan usaha tani yang sangat beresiko dan membutuhkan biaya produksi yang cukup tinggi. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman tembakau di Pulau Lombok dapat dilihat pada Lampiran 9, 10, dan 11. Penawaran Komoditi Tembakau Petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dibagi menjadi dua jenis yaitu petani skala besar (petani binaan/petani mitra) dan petani skala kecil (petani swadaya. Dalam pengusahaannya petani skala besar melakukan kerjasama dengan perusahaan penampung atau pengolah tembakau dan pada umumnya lahan yang digunakan untuk budidaya lebih besar dari 5 hektar. Adanya kerjasama ini menyebabkan petani skala besar mendapat binaan dan jaminan pasar dari perusahaan mitra. Berbeda dengan petani skala besar, petani skala kecil dalam pengusahaannya tidak melakukan kerjasama dengan perusahaan pengolah dan pada umumnya luasan lahannya sempit dan tidak lebih dari 1 hektar. Produksi tembakau di Kabupaten Lombok Timur tersebar di 20 Kecamatan dengan produksi tertinggi terdapat di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Terara, Kecamatan Sakra dan Kecamatan Sikur dengan jumlah produksi masingmasing 3.071,16 ton/th, 2.194,08 ton/th dan 1.155 ton/th. Tingkat produktifitas untuk komoditi ini sangat bervariasi antara petani dengan skala besar (1,99-2,03 ton/ha) dan petani skala kecil (1,64-1,95 ton/ha). Variasi produktifitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 5
43
Gambar 5. Grafik Produktifitas Tembakau yang diusahakan oleh Petani Skala Besar dan Petani Skala Kecil di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2004
Komoditi tembakau termasuk kelompok komoditi perkebunan tetapi dalam pengembangannya (proses produksinya) menggunakan lahan sawah (lahan pertanian tanaman pangan) sehingga pola pergiliran tanamannya adalah paditembakau. Tetapi ada pula yang menanam tanaman selain padi, hal tersebut disesuaikan dengan jenis lahan dan budaya petani pada masing-masing daerah. Karena pengembangan produksi pada umumnya menggunakan lahan sawah maka pengusahaan tembakau berkompetisi dengan tanaman lain dalam hal penggunaan lahan. Sehingga secara potensial pengembangan tembakau di Kabupaten Lombok Timur sangat tergantung dari luas sawah pada masing-masing wilayah yang bersangkutan. Semua industri rokok dalam negeri menggunakan tembakau virginia sebagai salah satu bahan racikannya. Terjadinya perubahan selera perokok ke rokok yang lebih ringan dalam racikannya memerlukan komposisi tembakau virginia mutu baik dalam jumlah yang lebih banyak. Tembakau virginia yang dapat memenuhi standar tersebut harus diusahakan pada tanah ringan dan berpengairan teknis, salah satu daerah yang sesuai untuk pengembangannya yaitu di Provinsi Nusa Tenggara Barat khususnya di pulau Lombok. Pertimbangan lain dalam usaha pengembangan tembakau virginia di Kabupaten Lombok Timur yaitu karena tembakau yang berasal dari pulau
44
Lombok sudah mendekati mutu tembakau Amerika Serikat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kandungan Kimia Daun Tembakau Virginia Yang Berasal Dari Amerika Serikat dan Pulau Lombok. Amerika Serikat* Senyawa Nikotin
P. Lombok **
…………………………%........................................... 1,5 – 3,5
0,89 – 3,43
Gula
8,0 – 18,0
5,6 – 22,3
Nitrogen
1,4 – 2,70
2,24
1,0
0,11 – 0,82
Klor
Sumber : * Collin dan Hawks (1993); ** Wirawan dan Soewardjiman (1995) dalam Tembakau Virginia Buku 1
Karena pengelolaan usaha tani yang cukup intensif, maka penyerapan tenaga kerja untuk usaha tembakau ini cukup tinggi (khususnya untuk tembakau virginia yang diusahakan oleh petani skala besar). Pada umumnya kegiatan usaha tani tembakau dilakukan dengan tahapan yang relatif sama maka secara tidak langsung permintaan terhadap tenaga kerja juga meningkat secara bersamaan. Dengan demikian, hal ini juga akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan dan ongkos tenaga kerja dan secara tidak langsung akan meningkatkan biaya produksi. Kegiatan usaha tani skala kecil (petani swadaya) menyerap tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan dengan petani skala besar (petani binaan). Hal ini disebabkan karena kegiatan usaha tani para petani skala kecil (swadaya) pada umumnya hanya sampai pada tahap panen. Petani dengan skala usaha kecil tidak melakukan tahapan kegiatan pascapanen yang meliputi pengovenan sampai dengan pengebalan dan siap dibawa ke perusahaan pengumpul seperti yang dilakukan oleh petani skala besar sehingga penyerapan tenaga kerja pada tahap panen dan pascapanen adalah 0 (Tabel 8). Dengan demikian jumlah total penyerapan tenaga kerjanya menjadi lebih sedikit. Petani skala besar atau petani binaan jika dilihat dari tahapan kegiatannya, hampir separuh dari jumlah tenaga kerja terserap pada kegiatan panen dan pascapanen (40,83 %) dapat dilihat pada Tabel 8. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya perlakuan yang harus dilakukan pada tahap panen dan pascapanen yaitu pemetikan daun, penggelantangan (daun tembakau diikat pada tangkai gelantang yang terbuat dari kayu atau bambu supaya bisa diletakkan atau diatur pada rak-rak oven pengomprongan), loading (peletakan dan penataan gelantang
45
pada rak oven), curing (proses pengeringan daun melalui tahap-tahap pengovenan), unloading (menurunkan daun tembakau kering dari dalam oven ke gudang), rompos (pelepasan krosok dari gelantang), sortasi (proses memilih daun berdasarkan kelompok mutu), bundling (pengguntingan atau pengikatan krosok) dan balling (pengebalan untingan dengan menggunakan alat peti press). Selain itu banyaknya tenaga kerja yang terserap pada kegiatan ini disebabkan juga karena pada tahap kegiatan ini frekuensi panen petani lebih dari satu kali sehingga jika diakumulasikan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan juga semakin besar.
Tabel 8. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja pada Usaha Tani Tembakau dirinci per Jenis Kegiatan No. 1 2 3 4 5 6
Jenis Kegiatan Pembibitan Persiapan lahan tanam Penanaman dan sulam Pemeliharaan Panen Pascapanen Total
Jumlah Tenaga Kerja (HOK/th) Petani Besar Petani Kecil 50 118 32 129 90 137 556
78 13 88 47 45 0 271
Sumber : SOP PT. Sadhana Arif Nusa th. 2004 dan quesioner, diolah
Tahapan berikutnya yang membutuhkan tenaga kerja adalah kegiatan pemeliharaan (23,20 %), dan persiapan lahan tanam (21,22 %). Sedangkan untuk penyerapan tenaga kerja paling sedikit terdapat pada tahap pembibitan serta penanaman dan sulam yaitu masing-masing 8,99 % dan 5,76 % dari total penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena sekalipun waktu yang dibutuhkan untuk pembibitan agak lama tetapi kegiatan setiap harinya hanya membutuhkan beberapa jam saja. Berdasarkan rata-rata jumlah penyerapan tenaga kerja (HOK/tahun), jika dikaitkan dengan luas lahan potensial untuk pengembangan tembakau virginia maka peluang kerja yang tersedia setiap musim tanam tembakua virginia adalah sebesar 37.630.154 HOK per tahun. Peluang ini belum termasuk kesempatan kerja pada setiap perusahaan yang juga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar sebagai buruh angkut dan sortir. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja tersebut akan berdampak kepada pendapatan dan daya beli masyarakat. Dengan demikian, akan dapat mendongkrak perekonomian wilayah secara keseluruhan melalui dampak pengganda (multiplier effect) baik tenaga kerja maupun pendapatan. Jika
46
dilihat dari ketersediaan tenaga kerja di Kabupaten Lombok Timur maka jumlah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk budidaya tembakau. Biaya pengangkutan merupakan hal lain yang harus diperhatikan dalam usaha tani tembakau karena akan sangat berpengaruh pada biaya produksi. Jumlah produksi tembakau serta jarak lokasi budidaya dengan lokasi pasar sangat mempengaruhi besarnya biaya pengangkutan, tingginya produksi serta jauhnya jarak lokasi budidaya dengan lokasi pasar akan menambah biaya produksi pada usaha tani tembakau. Luasnya areal yang digunakan untuk budidaya tembakau berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja dan menyebabkan bertambahnya biaya produksi. Tingginya biaya produksi ini tidak menyurutkan minat para petani untuk mengusahakan tembakau di wilayah penelitian. Hal ini disebabkan karena budidaya tembakau di wilayah penelitian sangat menguntungkan bagi para petani tembakau itu sendiri. Permintaan Komoditi Tembakau Jumlah produksi tembakau sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar dalam hal ini adalah perusahaan penampung yang ada di Kabupaten Lombok Timur yaitu PT. BAT Tbk. dan PT. SADHANA ARIF NUSA. Dengan demikian usaha tani ini harus tetap memperhatikan kemampuan perusahaan pengolah dalam menampung hasil produksi petani sehingga jumlah produksi tembakau tidak melebihi permintaan pasar karena akan berdampak pada harga penjualan daun tembakau. Lokasi industri pengolah tembakau di Kabupaten Lombok Timur terdapat di Kecamatan Sikur (PT. SADHANA ARIFNUSA) dan Kecamatan Terara (PT. BAT Tbk.). Masing-masing mampu menampung hasil produksi tembakau petani dengan kapasitas 3.700 ton/th dan 9.036 ton/th. Jumlah produksi tembakau yang akan dijual ke perusahaan penampung sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan para petani tembakau di masing-masing Kecamatan. Banyak atau sedikitnya jumlah produksi juga bergantung dari luas lahan yang digunakan untuk menanam tembakau. Perusahaan penampung dalam membeli tembakau tidak hanya melihat pada jumlah fisik dari daun tembakau itu sendiri melainkan juga melihat kualitas daun tembakau yang
47
akan dijual oleh para petani. Hal ini disebabkan karena harga jual tembakau ditentukan oleh kualitas dari daun tembakau itu sendiri dan bukan dari jumlah produksinya. PETANI TEMBAKAU
Petani skala besar (petani mitra/binaan)
Petani skala kecil (petani swadaya)
Perusahaan pengembang/mitra
Petani pengolah daun tembakau basah
Perusahaan pengembang lainnya
Pedagang pengumpul daun krosok
PABRIK ROKOK Gambar 6. Saluran Pemasaran Daun Tembakau Di Kabupaten Lombok Timur
Daun tembakau yang dihasilkan petani tidak semuanya dapat dijual ke perusahaan pengolah karena perusahan pengolah juga melakukan sortir terhadap daun tembakau yang dihasilkan oleh petani tembakau. PT. BAT Tbk. hanya menerima tembakau yang dihasilkan oleh petani skala besar karena petani skala besar adalah petani mitra dari perusahaan mereka. Berbeda halnya dengan PT. SADHANA ARIF NUSA, perusahaan ini menerima tembakau selain dari petani mitra perusahaan mereka dalam hal ini tembakau yang dihasilkan oleh petani skala kecil. Pemasaran daun tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada Gambar 6.
48
Interaksi Spasial Aspek Penawaran dan Permintaan Tembakau di Kabupaten Lombok Timur Pola spasial industri dan tenaga kerja cenderung memusat di Kecamatan Terara, Kecamatan Sakra dan Kecamatan Sikur. Lokasi-lokasi ini merupakan lokasi dengan jumlah produksi tembakau terbesar dan merupakan wilayah yang memiliki aksesibilitas distribusi dan infrastruktur yang lebih mudah serta pusat aktivitas kegiatan budidaya tembakau. Lokasi
perusahaan
pengolah
atau
perusahaan
penampung selain
mempertimbangkan lokasi usaha tani, juga harus memperhatikan jarak antara lokasi usaha tani dengan lokasi perusahaan penampungnya. Hal ini sangat perlu di perhatikan karena sangat berpengaruh terhadap biaya transportasi. Lokasi usaha tani yang paling dekat dengan lokasi perusahaan penampung dan jumlah produksinya tinggi adalah
Kecamatan Sikur, Kecamatan Terara, Kecamatan
Sakra, Kecamatan Pringgasela, dan Kecamatan Montong Gading (Tabel Lampiran 4). Lokasi-lokasi tersebut sangat diharapkan sebagai sentra produksi tembakau di Kabupaten Lombok Timur dalam pengembangan ke depan dengan tujuan untuk menekan biaya pengangkutan tembakau petani ke lokasi perusahaan penampung. Menurunnya biaya produksi sebagai akibat dari turunnya biaya pengangkutan akan memberikan keuntungan kepada petani tembakau di Kabupeten Lombok Timur. Meningkatnya penawaran petani terhadap produksi tembakau selalu diiringi dengan peningkatan jumlah permintaan para perusahaan penampung, tetapi pada kenyataannya di lapangan meningkatnya jumlah produksi terkadang menyebabkan turunnya harga tembakau di lokasi setempat dan hal ini sangat merugikan para petani tembakau. Perusahaan penampung sebagai penentu harga dapat menurunkan harga berdasarkan kebijaksanaan mereka sendiri sehingga jika terjadi surplus produksi akan menyebabkan kerugian di pihak petani dengan menurunnya harga jual tembakau. Dengan demikian sangat diharapkan untuk menambah jumlah perusahaan penampung agar hasil produksi petani dapat tetap disalurkan dengan harga yang sesuai dan tidak merugikan para petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur.
49
5.2 Analisis Biaya Usaha Tani Tembakau di Kabupeten Lombok Timur Dalam penelitian ini dilakukan analisis biaya dan pendapatan yang diperoleh petani dalam kegiatan usaha tani tembakau dalam satu kali proses produksi. Biaya usaha tani yang diperhitungkan adalah keseluruhan biaya yang dikorbankan petani dalam kegiatan usaha tani. Pendapatan bersih adalah selisih antara total nilai produksi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Komponen terbesar pembiayaan usaha tani tembakau adalah untuk tenaga kerja baik waktu pembibitan, persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan sampai tahap panen dan pascapanen. Dari total biaya produksi yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani tembakau oleh petani binaan (petani skala besar) sebagian besar (34,05 %) terserap untuk biaya tenaga kerja, sedangkan untuk petani swadaya (petani skala kecil) untuk 30 sampel yang ada, penyerapan biaya produksi untuk upah tenaga kerja mencapai lebih dari separuh biaya produksinya yaitu mencapai 64,098 %. Pengeluaran besar lainnya selain tenaga kerja adalah pengeluaran untuk pupuk dan pestisida bagi petani skala besar (petani mitra/binaan) sedangkan untuk petani skala kecil (swadaya) hanya biaya pupuk saja karena pestisida tidak banyak digunakan. Karena output dari tanaman tembakau adalah daunnya, maka untuk menjaga dan meningkatkan kualitas hasil produksi melalui pencegahan kerusakan dan akibat serangan hama (umumnya ulat daun) menjadi suatu keharusan utama. Hal ini tentunya menuntut pemeliharaan secara rutin sehingga membutuhkan tenaga dan biaya pestisida yang relatif besar (khususnya untuk tembakau virginia yang pada umumnya diusahakan oleh petani skala besar). Sedangkan untuk penanganan panen dan pascapanen, kebutuhan biaya yang terbesar adalah untuk pembelian
minyak
tanah
(bahan
bakar
pengomprongan)
sebesar
Rp
2.282.000,00/ha. Pada umumnya tembakau yang diusahakan oleh petani skala kecil tidak sampai pada tahap pascapanen sehingga tidak diperlukan biaya tambahan
seperti halnya pada tembakau virginia yang diusahakan oleh para
petani skala besar (petani binaan). Analisis biaya usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada Tabel Lampiran 14.
50
5.3 Analisis Dampak Dari Aspek Penawaran, Permintaan dan Interaksi Spasial Keduanya Terhadap Pendapatan Petani Tingginya tingkat permintaan terhadap komoditi tembakau di Kabupaten Lombok Timur diiringi dengan meningkatnya penawaran terhadap komoditi yang sama. Meningkatnya penawaran akan berpengaruh terhadap luas lahan dan jumlah produksi tembakau di Kabupaten Lombok Timur. Hal ini secara tidak langsung akan meningkatkan kebutuhan akan tenaga kerja pada usaha tani tembakau dengan demikian akan meningkatkan biaya produksi pada usaha tani tembakau. Besarnya biaya tenaga kerja disebabkan karena tanaman tembakau membutuhkan pengelolaan yang intensif. Selain tahapan kegiatan yang dilakukan cukup banyak, pemeliharaannya juga harus dilakukan terus menerus mulai dari pembibitan hingga panen dan pascapanen. Biaya produksi yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha tani tembakau ini cukup besar jika dibandingkan dengan usaha tani lainnya, tetapi hal ini tidak menyurutkan minat dan semangat petani untuk tetap mengusahakan dan mengembangkannya. Keputusan untuk mengembangkan tembakau ini sangat rasional secara ekonomi karena berdasarkan analisis kelayakan diperoleh nilai RCR (revenue cost ratio) lebih besar dari 1. Hal ini menandakan bahwa usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat memberikan keuntungan kepada para petani tembakau sehingga secara bersamaan akan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani tembakau itu sendiri. Nilai RCR pada usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada Tabel Lampiran 5. Tabel Lampiran 6 menunjukkan bahwa rasio pendapatan petani pada level optimal dengan pendapatan pada batas terendah (setara kebutuhan hidup minimum petani tembakau) cukup tinggi yaitu berkisar antara 6.06-6,99 (Kecamatan Sikur, Masbagik, Sukamulia, Terara, Sakra Barat, Selong, Pringgasela dan Montong Gading) yang artinya pendapatan petani karena usaha tani tembakau ini bisa mencapai hampir tujuh kali lipat dari batas terendah kebutuhan hidup minimum petani tembakau. Sehingga usaha tani ini sangat menguntungkan para petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dan harus tetap dikembangkan dengan tetap memperhatikan faktor-faktor pembatas yang ada. Daerah-daerah yang memiliki nilai rasio sama dengan 1 mengindikasikan
51
bahwa daerah-daerah tersebut mempunyai nilai pendapatan (pada level optimal) sama dengan nilai pendapatan pada batas terendah (setara kebutuhan hidup minimum petani tembakau) sehingga usaha tani ini tidak memberikan dampak yang begitu positif kepada para petani tembakau di wilayah-wilayah tersebut. Dengan demikian sangat diperlukan beberapa evaluasi seperti evaluasi kesesuaian lahan serta evaluasi ketersediaan sumberdaya di wilayah-wilayah tersebut agar diperoleh pemecahan masalah yang tepat dan memberikan dampak yang lebih baik kepada para petani khususnya petani tembakau. Tingginya tingkat penjualan hasil produksi tembakau serta permintaan terhadap tenaga kerja sebagai akibat dari meningkatnya permintaan dan penawaran terhadap komoditi tembakau memberikan nilai tambah kepada para petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur. Kegiatan usaha tani tembakau dapat mengurangi pengangguran di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur karena penyerapan tenaga kerja pada usaha tani ini sangat tinggi. Selain itu nilai tambah ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya para petani tembakau yang berakibat pada peningkatan kesejahteraan dan perekonomian petani tembakau di Kabupaten Lombok Timur.
5.4 Pola Optimal dan Nilai Marginal Kendala Dari Aspek Penawaran, Permintaan, dan Interaksi Spasial Usaha Tani Tembakau Hasil optimasi menunjukkan bahwa total luas lahan yang perlu ditingkatkan sebesar 4.819,49 ha. Lokasi-lokasi utama usaha tani tembakau terdapat di Kecamatan Sakra Barat, Sakra Timur, dan Suralaga dengan total luasan yang perlu ditingkatkan di masing-masing Kecamatan tersebut yaitu sebesar 548,977 ha, 520,615 ha, dan 479,752 ha dari luas lahan yang sudah digunakan saat ini. Peningkatan luas lahan tersebut secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah produksi tembakau serta pendapatan petani di masingmasing Kecamatan. Pola optimal pemanfaatan lahan usaha tani tembakau disajikan pada Tabel 9. Dilihat dari persentase pemanfaatan lahan di masingmasing Kecamatan, maka jumlah tersebut kurang dari 50% dari jumlah lahan yang tersedia di masing-masing Kecamatan. Dengan demikian masih tersedia lahan yang cukup luas untuk beberapa aktifitas pertanian lainnya sehingga
52
pemanfaatan lahan dapat dimaksimalkan dengan tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lombok Timur. Tabel 9. Pola Optimal Pemanfaatan Lahan, Produksi, Permintaan dan Pengiriman Tembakau Ke Perusahaan Pengumpul Pada Usaha Tani Tembakau No.
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sikur Masbagik Sukamulia Suralaga Terara Aikmel Suela Pringgabaya Wanasaba Sakra SakraBarat Keruak SakraTimur Selong LabuhanHaji Sambelia Sembalun Pringgasela Jerowaru Montong Gading
Pemanfaatan Lahan Pada Level Optimal (ha)
Ketersediaan Lahan (ha)
Pemanfaatan Lahan (%)
400.75 3399.00 228.35 1854.50 262.41 1063.80 479.75 1885.00 360.21 4225.70 219.94 3348.40 67.45 2919.50 73.73 2407.70 26.65 2368.40 388.88 3189.60 548.98 3170.00 44.49 2200.00 520.62 3380.00 351.24 1264.80 72.13 1535.40 35.98 3040.50 11.88 1105.00 419.64 1559.00 81.13 3832.30 225.30 2375.00 Level Optimal Permintaan (ton/th)
Produksi Pada Level Optimal (ton/th)
11.79 12.31 24.67 25.45 8.52 6.57 2.31 3.06 1.13 12.19 17.32 2.02 15.40 27.77 4.70 1.18 1.07 26.92 2.12 9.49
738.92 446.09 501.06 959.50 661.01 439.88 134.89 147.47 53.29 761.41 1012.23 88.97 1036.02 295.73 144.25 71.95 23.75 794.26 162.27 415.43
Level Optimal Pengiriman Tembakau ke Perusahaan Pengumpul (ton/th) Sikur 738.92 446.09 501.06 0.00 0.00 439.88 134.89 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 65.88 0.00 356.83 0.00 0.00
Terara 0.00 0.00 0.00 959.50 661.01 0.00 0.00 147.47 53.29 761.41 1012.23 88.97 1036.02 694.90 144.25 6.07 23.75 437.43 162.27 415.43
2683.55
6604.00
Pola aliran tembakau menuju lokasi pusat pasarnya merupakan pola aliran optimal yang diduga sebagai pola aliran yang disarankan. Lokasi-lokasi dengan pola aliran optimal dapat dilihat pada Tabel 9. Pola-pola tersebut menunjukkan bahwa pada lokasi tertentu diperlukan peningkatan jumlah produksi tembakau yang akan di kirim ke perusahaan penampung. Kecenderungan pola aliran tembakau menunjukkan aliran dengan jarak minimum (untuk beberapa lokasi) sehingga biaya yang akan dikeluarkan lebih rendah dan efisien. Dengan demikian letak lokasi produksi harus tetap diperhatikan karena akan mempengaruhi kuantitas aliran optimal produksi menuju pusat pasarnya. Hasil optimasi menunjukkan bahwa total permintaan tembakau yang perlu ditingkatkan adalah sebesar 9.287,55 ton /th dari total jumlah permintaan saat ini. Jumlah tersebut masing-masing 2.683,55 ton/th untuk perusahaan pengumpul di
53
Kecamatan Sikur dan 6.604 ton/th untuk perusahaan pengumpul yang berada di Kecamatan Terara. Pola optimal serapan tenaga kerja pada bulan-bulan tertentu di masingmasing Kecamatan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 8. Lokasi-lokasi utama yang membutuhkan peningkatan jumlah tenaga kerja adalah Kecamatan Sakra Timur, Suralaga, dan Sakra pada bulan April dan Mei. Kecamatan Sakra Timur, Sakra Barat dan Suralaga pada bulan Juni, Kecamatan Sakra Barat, Suralaga, dan Sakra pada bulan Juli serta Kecamatan Sakra Timur, Suralaga, dan Sakra pada bulan Agustus dan September. Jumlah tersebut merupakan jumlah tenaga kerja yang perlu ditingkatkan dari jumlah tenaga kerja yang sudah terserap saat ini pada usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur. Tabel 10. Pola Serapan Tenaga Kerja Pada Level Optimal No.
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sikur Masbagik Sukamulia Suralaga Terara Aikmel Suela Pringgabaya Wanasaba Sakra SakraBarat Keruak SakraTimur Selong LabuhanHaji Sambelia Sembalun Pringgasela Jerowaru Montong Gading
Ketersediaan Tenaga Kerja (HOK) 36499.09 26926.36 30117.27 84436.36 37824.55 42758.18 56601.82 61879.09 22360.91 54687.27 49999.09 37333.64 91628.18 40917.27 60529.09 30190.91 9965.46 43200.00 68089.09 20520.00
Serapan Tenaga Kerja pada Level Optimal (%) April 100.00 100.00 100.00 73.30 100.00 66.36 15.37 15.37 15.37 100.00 100.00 15.37 73.30 100.00 15.37 15.37 15.37 100.00 15.37 100.00
Mei 20.19 23.00 22.86 26.36 19.53 26.36 26.36 26.36 26.36 23.12 20.19 26.36 26.36 22.52 26.36 26.36 26.36 22.61 26.36 20.19
Juni 100.00 81.56 76.24 56.82 83.81 51.44 11.92 11.92 11.92 66.71 100.00 11.92 56.82 80.66 11.92 11.92 11.92 91.18 11.92 100.00
Juli 51.89 49.51 47.96 48.00 51.99 48.00 48.00 48.00 48.00 48.53 51.89 48.00 48.00 49.71 48.00 48.00 48.00 50.59 48.00 51.89
Agustus 76.49 100.00 100.00 100.00 65.50 90.53 20.97 20.97 20.97 100.00 76.49 20.97 100.00 100.00 20.97 20.97 20.97 100.00 20.97 76.49
September 38.20 38.10 39.46 39.20 37.09 39.20 39.20 39.20 39.20 39.04 38.20 39.20 39.20 39.61 39.20 39.20 39.20 38.74 39.20 38.20
Persentase penyerapan tenaga kerja pada usaha tani tembakau dapat dilihat pada Tabel 10. Jumlah tenaga kerja yang tersedia tidak sepenuhnya terserap pada usaha tani tembakau kecuali pada beberapa Kecamatan di bulan-bulan tertentu. Tenaga kerja yang tidak terpakai tersebut dapat dimanfaatkan pada aktifitasaktifitas pertanian lainnya dengan tujuan mengurangi tingkat pengangguran serta meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah penelitian.
54
Pengembangan usaha tani tembakau di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat dari nilai marginal permintaan tembakau oleh perusahaan penampung dan ketersediaan tenaga kerja pada usaha tani tembakau. Pada penelitian ini diperoleh nilai marginal permintaan yang menunjukkan nilai negatif untuk dua perusahaan pengumpul. Nilai ini menunjukkan bahwa kapasitas perusahan pengumpul dalam menampung hasil produksi petani masih sangat tinggi (sejumlah nilai marginalnya) sehingga jumlah produksi sangat perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan jumlah produksi dapat dilihat dari nilai marginal produksi tembakau yang akan dikirim ke perusahan pengumpul. Pada penelitian ini diperoleh nilai marginal produksi yang akan dikirim ke perusahaan pengumpul yang menunjukkan nilai negatif. Nilai ini mengindikasikan bahwa diperlukan peningkatan
produksi
sebesar
nilai
marginalnya
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan pendapatan para petani tembakau di wilayah penelitian. Nilai marginal permintaan dan pengiriman tembakau disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Nilai Marginal Serapan Tenaga Kerja, Permintaan Dan Pengiriman Tembakau Menuju Perusahaan Pengumpul Di Kabupaten Lombok Timur No.
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Sikur Masbagik Sukamulia Suralaga Terara Aikmel Suela Pringgabaya Wanasaba Sakra SakraBarat Keruak SakraTimur Selong LabuhanHaji Sambelia Sembalun Pringgasela Jerowaru Montong Gading
Nilai Marginal Serapan Tenaga Kerja (HOK) April Juni Agustus
48271.99 120471.68 116878.63 0.00 39680.80 0.00 0.00 0.00 173266.75 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 34398.35 0.00 52795.03 7531.28 0.00 0.00 0.00 0.00 16532.99 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 42499.59 0.00 0.00 0.00 49409.99 92055.74 Nilai Marginal Permintaan (ribu ton/th)
0.00 5337.34 5253.59 20988.65 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 34253.20 0.00 0.00 14953.69 5729.74 0.00 0.00 0.00 3187.54 0.00 0.00
Nilai Marginal Pengiriman tembakau ke Perusahaan Pengolah (ribu ton/th) Sikur Terara 0.00 0.00 0.00 -1340.00 -5130.00 0.00 0.00 -251.00 -135.00 -1710.00 -3280.00 -2680.00 -644.00 -419.00 -555.00 0.00 -388.00 0.00 -3180.00 -5130.00 -5180.00
-518.00 -879.00 -69.10 0.00 0.00 -1060.00 -313.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 -7610.00
55
Serapan tenaga kerja pada usaha tani tembakau ini relatif jenuh pada bulan April, Juni, dan Agustus (Tabel 11). Hal ini dapat dilihat dari nilai marginalnya yang menunjukkan angka 0. Dengan demikian dapat diartikan bahwa jika pasokan tenaga kerja ditambah pada bulan-bulan tersebut tidak akan menambah nilai ekonomi dari usaha tani tembakau itu sendiri sehingga kegiatan usaha tani menjadi kurang efisien. Terkecuali untuk bulan-bulan tersebut yang nilai marginalnya sangat tinggi . Pada bulan April kebutuhan tenaga kerja sangat tinggi untuk Kecamatan Terara, Kecamatan Masbagik dan Kecamatan Montong Gading dengan nilai marginal masing-masing sebesar 173.266 HOK, 116.212 HOK dan 49.409 HOK. Pada bulan Juni, tenaga kerja terbanyak dibutuhkan di Kecamatan Sikur yaitu sebesar 120.471 HOK. Sedangkan pada bulan Agustus sebesar 34.253 HOK mampu diserap oleh Kecamatan Sakra. Tingginya nilai marginal ini menunjukkan bahwa lokasi usaha tani mampu menerima sejumlah pasokan tenaga kerja pada bulan-bulan tersebut sehingga dibutuhkan beberapa usaha untuk meningkatkan pasokan tenaga kerja. Peningkatan ini dilakukan tidak hanya dengan penambahan jumlah tenaga kerja tetapi dapat dilakukan dengan meningkatkan mutu sumberdaya manusia dan dapat juga dilakukan dengan pemanfaatan alat-alat pertanian dalam usaha tani tembakau atau pemanfaatan tenaga hewan ternak sebagai pengganti tenaga manusia dalam beberapa kegiatan usaha tani tembakau.
56