63
V 5.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterkaitan Sektor Pariwisata dengan Sektor Lainnya Keterkaitan masing-masing sektor dalam perekonomian Kabupaten
Gianyar bisa diketahui dari analisis Input-Output (I-O), disamping itu peranannya akan dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-sektor yang akan ditinjau disini adalah sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata (industri tanpa migas; perdagangan besar dan eceran; restoran; hotel; jasa hiburan dan rekreasi) dan sektor-sektor pertanian (tanaman bahan makanan; tanaman perkebunan; peternakan dan hasil-hasilnya; kehutanan; perikanan).
5.1.1 Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar Struktur perekonomian Kabupaten Gianyar bila dilihat dari PDRB akan didapat gambaran awal perkembangan pembangunan dalam suatu periode tertentu. PDRB merupakan jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh sektor/lapangan usaha yang melakukan kegiatan di suatu daerah tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi (BPS Kab. Gianyar 2010b). PDRB Kabupaten Gianyar atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha tahun 2009 ditampilkan dalam Tabel 27. Lapangan usaha atau sektor-sektor perekonomian dalam PDRB dimaksud, sebelumnya telah diagregasi menyesuaikan Tabel I-O. Berdasarkan tabel tersebut, laju pertumbuhan total PDRB dalam periode tahun 2008-2009 mencapai 5,93%. Lapangan usaha yang mencapai laju pertumbuhan diatas 10% ada lima, bila diurutkan dari yang terbesar yaitu: jasa penunjang keuangan (14,36%), jasa perorangan dan rumah tangga (11,06%), jasa sosial kemasyarakatan (11,00%), bangunan (10,62%), dan lembaga keuangan tanpa bank (10,25%). Jasa penunjang keuangan yang mengalami laju pertumbuhan paling besar hanya mampu berkontribusi terhadap PDRB sebesar 0,59% dan berada di peringkat ke-16. Tanaman bahan makanan yang laju pertumbuhannya paling kecil (0,98%) justru kontribusinya terhadap PDRB mencapai peringkat ke-3 yaitu sebesar 11,99%.
64
Laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar dalam membentuk PDRB, menunjukkan besaran yang bervariasi. Gambaran secara makro dari laju pertumbuhan PDRB terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gianyar, merupakan dampak nyata dari berhasilnya penerapan berbagai kebijakan ekonomi pada waktu sebelumnya yang dilakukan pemerintah, baik pusat maupun daerah disamping keterlibatan semua sektor pembangunan (BPS Kab. Gianyar 2010b). Tabel 27 PDRB Kabupaten Gianyar Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Lapangan Usaha
Nilai (Juta Rupiah)
Tanaman Bahan Makanan 382.079,08 Tanaman Perkebunan 10.599,94 Peternakan dan Hasil-hasilnya 150.044,10 Kehutanan 88,67 Perikanan 18.462,02 Penggalian 12.109,17 Industri Tanpa Migas 604.734,56 Listrik, gas dan air bersih 29.147,01 Bangunan 137.930,37 Perdagangan Besar dan Eceran 476.372,97 Restoran 212.846,23 Hotel 278.490,44 Angkutan Jalan Raya 63.440,67 Jasa Penunjang Angkutan 37.144,65 Komunikasi 51.236,32 Bank 42.424,55 Jasa Penunjang Keuangan 18.705,08 Sewa Bangunan 83.588,87 Lembaga Keuangan tanpa Bank 10.182,04 Jasa Perusahaan 10.965,92 Pemerintahan Umum 310.347,57 Jasa Sosial Kemasyarakatan 13.187,80 Jasa Hiburan dan Rekreasi 15.479,77 Jasa Perorangan dan Rumah 218.215,10 Tangga Total 3.187.822,90 Sumber : BPS dan Bappeda Kabupaten Gianyar (2010b)
Laju Pertumbuhan (%) 0,98 2,07 3,27 3,16 6,07 4,99 7,33 6,85 10,62 6,47 2,14 4,37 3,47 2,77 8,81 5,63 14,36 8,17 10,25 9,43 7,82 11,00 7,69 11,06 5,93
Kontribusi
Peringkat
11,99 0,33 4,71 0,003 0,58 0,38 18,97 0,91 4,33 14,94 6,68 8,74 1,99 1,17 1,61 1,33 0,59 2,62 0,32 0,34 9,74 0,41 0,49 6,85
3 22 8 24 17 20 1 15 9 2 7 5 11 14 12 13 16 10 23 21 4 19 18 6
100,00
Bila diperhatikan sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, memiliki kecenderungan mampu berkontribusi cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Gianyar, seperti industri tanpa migas (18,97%) berada di
65
peringkat ke-1, perdagangan besar dan eceran (14,94%) di peringkat ke-2, restoran (6,68%) di peringkat ke-7, hotel (8,74%) peringkat ke-5, kecuali hiburan dan rekreasi (0,49%) baru mampu mencapai peringkat ke-18 sumbangannya terhadap PDRB. Kontribusi terbesar mampu diberikan sektor industri tanpa migas, karena salah satu komponennya adalah industri kerajinan cendramata dan industri patung kayu yang banyak ada di Kabupaten Gianyar. Untuk sektor-sektor pertanian, seperti: tanaman bahan makanan (11,99%) berada di peringkat ke-3, peternakan dan hasil-hasilnya (4,71%) peringkat ke-8, perikanan (0,58%) peringkat ke-17, tanaman perkebunan (0,33%) peringkat ke-22, dan kontribusi terkecil adalah kehutanan (0,003%) peringkat ke-24. Lebih jauh, peranan sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar bisa dilihat dari Tabel I-O. Struktur dalam Tabel I-O disini terdiri dari 24 sektor perekonomian, yaitu: (1) tanaman bahan makanan; (2) tanaman perkebunan; (3) peternakan dan hasil-hasilnya; (4) kehutanan; (5) perikanan; (6) penggalian; (7) industri tanpa migas; (8) listrik, gas dan air bersih; (9) bangunan; (10) perdagangan besar dan eceran; (11) restoran; (12) hotel; (13) angkutan jalan raya; (14) jasa penunjang angkutan; (15) komunikasi; (16) bank; (17) jasa penunjang keuangan; (18) sewa bangunan; (19) lembaga keuangan tanpa bank; (20) jasa perusahaan; (21) pemerintahan umum; (22) jasa sosial kemasyarakatan; (23) jasa hiburan dan rekreasi; dan (24) jasa perorangan dan rumah tangga. Garis besar struktur Tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009 ditunjukkan dalam Tabel 28, untuk lebih terinci dapat dilihat pada Lampiran 2. Input antara sebesar Rp 5.667.996,59 juta, yaitu merupakan input barang dan jasa yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan atau proses produksi oleh sektor-sektor usaha dalam kegiatan ekonomi, sedangkan input primer atau disebut juga Nilai Tambah Bruto (NTB) adalah balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi. Input primer yang merupakan selisih antara total input dengan input antara, terdiri dari: upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung. Jumlah NTB Kabupaten Gianyar sebesar Rp 3.187.822,90 juta, dimana 34,73% dari keseluruhan nilai tambah merupakan kontribusi dari upah dan gaji (Rp 1.107.212,35 juta) yang diciptakan kegiatan ekonomi di Kabupaten Gianyar. Selanjutnya mencapai 55,70% dari komponen surplus usaha (Rp 1.775.591,14
66
juta), sedangkan sebanyak 7,19% dan 2,38% merupakan komponen penyusutan (Rp 229.116,52 juta) dan dari pajak tidak langsung (Rp 75.902,88 juta). Upah dan gaji dalam struktur nilai tambah, merupakan komponen nilai tambah yang langsung bisa diterima oleh pekerja. Namun, bila diperhatikan porsinya, masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan surplus usaha. Kondisi ini menggambarkan, bahwa surplus usaha sebagai keuntungan dari pengusaha belum tentu dapat dinikmati langsung oleh masyarakat sebagai pekerja. Proporsi yang demikian masih bisa dibilang baik apabila keuntungan pengusaha tersebut diinvestasikan kembali di daerah dimana keuntungan tersebut diperoleh, sehingga secara lebih luas akan berdampak terhadap meningkatnya perekonomian daerah serta mengurangi kemungkinan terjadinya kebocoran wilayah. Pemilik modal atau investor yang baik adalah investor yang mampu memanfaatkan sumber daya lokal yang ada. Disamping itu mampu bermitra dan memberikan kesempatan kepada masyarakat dan pengusaha lokal untuk ikut berperan serta.
Tabel 28 Struktur Perekonomian Kabupaten Gianyar Berdasarkan Tabel I-O Tahun 2009 (24 x 24 sektor) No 1. 2.
3. 4. 5.
Uraian Struktur Input Jumlah Input Antara Jumlah Input Primer (Nilai Tambah Bruto) - Upah dan gaji - Surplus usaha - Penyusutan - Pajak tidak langsung Struktur Output Jumlah Permintaan Antara Jumlah Permintaan Akhir Total Output
Jumlah (Juta Rupiah)
Persentase (%)
5.667.996,59 3.187.822,90 1.107.212,35 1.775.591,14 229.116,52 75.902,88
100,00 34,73 55,70 7,19 2,38
5.667.996,59 9.201.757,46 14.869.754,05
38,12 61,88 100,00
Sumber : Hasil Analisis (2011)
Ditinjau dari struktur output table I-O Kabupaten Gianyar, menunjukkan total output sebesar Rp 14.869.754,05 juta, sebanyak Rp 5.667.996,59 juta merupakan komponen permintaan antara (38,12%) bagi sektor usaha yang digunakan untuk proses produksi, sedangkan sisanya Rp 9.201.757,46 juta untuk memenuhi permintaan akhir (61,88%). Semakin kecil permintaan antara
67
dibandingkan permintaan akhir menunjukkan semakin kecil keterkaitan antar sektor ekonomi domestik dalam melakukan kegiatan usaha atau proses produksi. Disini juga menunjukkan bahwa output yang ada, lebih sedikit digunakan dalam proses produksi daripada untuk konsumsi akhir dari rumah tangga maupun pemerintah. Peranan suatu sektor dalam membentuk output Kabupaten Gianyar secara keseluruhan (total output), ditunjukkan melalui besarnya output nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan sektor bersangkutan. Peranan masing-masing sektor tersebut bisa dilihat dalam struktur output tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009 yang ditunjukkan dalam Tabel 29. Tabel 29 Struktur Total Output Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar Tahun 2009 No
Sektor Perekonomian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Total
Sumber : Hasil Analisis (2011)
Total Output (Juta Rupiah) 417.817,73 131.962,86 425.850,09 14.046,21 123.166,01 52.773,42 2.382.252,46 147.122,98 608.214,62 3.950.689,54 484.509,40 1.290.385,00 1.496.527,98 119.617,01 460.865,16 782.320,11 33.669,15 247.927,20 153.056,41 110.800,28 421.782,51 54.238,80 421.839,06 538.320,06 14.869.754,05
Kontribusi (%) 2,81 0,89 2,86 0,09 0,83 0,35 16,02 0,99 4,09 26,57 3,26 8,68 10,06 0,80 3,10 5,26 0,23 1,67 1,03 0,75 2,84 0,36 2,84 3,62 100,00
Peringkat 13 17 10 24 18 22 2 16 6 1 8 4 3 19 9 5 23 14 15 20 12 21 11 7
68
Pembentukan output di Kabupaten Gianyar didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran, selanjutnya diikuti sektor, industri tanpa migas, angkutan jalan raya, hotel, bank, bangunan, jasa perorangan dan rumah tangga, restoran, komunikasi, peternakan dan hasil-hasilnya merupakan sepuluh sektor terbesar yang menyumbangkan pembentukan output di Kabupaten Gianyar. Dilihat dari peranan sektor-sektor yang mempunyai keterkaitan langsung dengan industri pariwisata. Pembentukan output Kabupaten Gianyar secara keseluruhan, sektor perdagangan besar dan eceran sebagai penyumbang terbesar yaitu sebanyak Rp 3.950.689,54 juta atau mencakai 26,57% dari total output, selanjutnya sektor industri tanpa migas sebesar Rp 2.382.252,46 Juta (16,02%) berada di peringkat ke-2, sektor hotel sebesar Rp 1.290.385,00 juta (8,68%) dan restoran sebesar Rp 484.509,40 juta (3,26%) masing-masing berada diperingkat ke-4 dan ke-8, sedangkan untuk jasa hiburan dan rekreasi mencapai Rp 421.839,06 juta (2,84%) baru mampu berada di peringkat ke-11. Untuk sektor-sektor pertanian, seperti peternakan dan hasil-hasilnya menyumbangkan output sebanyak Rp 425.850,09 juta (2,86%) berada di peringkat ke-10, tanaman bahan makanan Rp 417.817,73 juta (2,81%) peringkat ke-13, tanaman perkebunan Rp 131.962,86 juta (0,89%) peringkat ke-17, dan perikanan Rp 123.166,01 juta (0,83%) peringkat ke-18, sedangkan sektor kehutanan hanya menyumbangkan Rp 14.046,21 juta (0,09%) berada di peringkat terakhir. Secara umum, sektor-sektor pariwisata masih mendominasi dalam pembentukan output Kabupaten Gianyar dibandingkan sektor-sektor pertanian. Peranan suatu sektor dalam perekonomian di Kabupaten Gianyar telah dilihat dari sisi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan dari pembentukan total output. Bila dibandingkan keduanya berdasarkan sepuluh besar sektor penyumbang PDRB terbanyak, memperlihatkan ada tujuh sektor diantaranya merupakan pembentuk total output dalam sepuluh besar. Terdapat tiga sektor tidak termasuk yaitu tanaman bahan makanan, pemerintahan umum, dan, sewa bangunan walaupun dalam pembentukan PDRB berada di peringkat ke3, ke-4, dan ke-10, tetapi dalam pembentukan total output tidak termasuk sepuluh besar.
69
Kondisi ini dapat dicermati, bahwa nilai tambah yang dihasilkan suatu sektor dalam struktur perekonomian tidak hanya dipengaruhi kemampuannya dalam membentuk output, tetapi juga dipengaruhi oleh biaya yang keluarkan dalam pembentukan output tersebut. Output suatu sektor yang terbentuk membutuhkan input primer berupa nilai tambah, sehingga suatu sektor yang mempunyai sumbangan besar terhadap pembentukan output akan berkurang kontribusinya terhadap nilai tambah karena dalam proses produksinya membutuhkan lebih banyak input antara.
5.1.2 Keterkaitan antar Sektor 5.1.2.1
Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Keterkaitan langsung ke belakang atau Direct Backward Linkage (DBL)
menunjukkan total input antara yang dibutuhkan secara langsung suatu sektor untuk menghasilkan output sebesar satu satuan. Sedangkan keterkaitan langsung kedepan atau Direct Forward Linkage (DFL) menunjukkan total output antara suatu sektor yg digunakan secara langsung untuk memenuhi seluruh permintaan. Keterkaitan langsung ke belakang maupun keterkaitan langsung ke depan dianalisis menggunakan matriks koefisien teknologi. Nilai keterkaitan ini ditunjukkan pada Gambar 9. Ditinjau dari sepuluh besar nilai DBL dan DFL sektor-sektor di Kabupaten Gianyar tahun 2009, untuk sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, sektor industri tanpa migas memiliki nilai DBL sebesar 0,5934 menempati urutan ke-4, sedangkan nilai DFL-nya sebesar 2,2936 berada di urutan ke-1. Ini berarti sektor industri tanpa migas mampunyai peran lebih penting dalam memenuhi permintaan sektor-sektor lainnya atau mempunyai kemampuan yang kuat mendorong sektor-sektor hilirnya, dibandingkan menyerap input dari sektor lainnya. Lima sektor yang berperanan penting dalam menyediakan input bagi sektor industri tanpa migas adalah: industri tanpa migas, tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perdagangan besar dan eceran, dan angkutan jalan raya. Lima sektor yang terbanyak menggunakan output sektor industri tanpa migas
70
adalah: bangunan; listrik, gas dan air bersih; perdagangan besar dan eceran; industri tanpa migas; dan restoran. Sektor perdagangan besar dan eceran mempunyai nilai DBL sebesar 0,8794 berada pada urutan ke-1, sedangkan nilai DFL mencapai 0,4244 (urutan ke-8). Berarti sektor ini mempunyai kemampuan paling besar dalam menyerap produksi sektor-sektor lainnya atau menarik sektor-sektor dibelakangnya (hulu), dibandingkan untuk memenuhi permintaan sektor lainnya. Lima sektor penting penyedia input bagi sektor pedagang besar dan eceran meliputi: industri tanpa migas, bank, komunikasi, jasa perorangan dan rumah tangga, dan bangunan. Lima sektor terbanyak memakai output sektor pedagang besar dan eceran adalah: peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, bangunan, industri tanpa migas, dan hotel. Sektor restoran mempunyai nilai DBL sebesar 0,5358 (urutan ke-5) dan nilai DFL-nya mencapai 0,2723 (urutan ke-10). Lima sektor utama sebagai penyedia input untuk sektor restoran yaitu: industri tanpa migas; peternakan dan hasil-hasilnya; perdagangan besar dan eceran; perikanan; listrik, gas dan air bersih. Lima sektor utama pemakai output sektor restoran adalah: angkutan jalan raya, jasa hiburan dan rekreasi, perdagangan besar dan eceran, hotel, dan jasa penunjang keuangan. Sektor hotel mempunyai nilai DBL dan DFL masing-masing sebesar 0,3741 (urutan ke-11) dan 1,0943 (urutan ke-2). Kondisi ini menunjukkan sektor hotel memiliki peranan hampir sama dalam struktur perekonomian di Kabupaten Gianyar tahun 2009 dengan sektor industri tanpa migas. Sektor industri tanpa migas, peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, perikanan, dan tanaman bahan makanan merupakan lima sektor-sektor utama penyedia input untuk sektor hotel. Sektor jasa sosial kemasyarakatan, jasa perusahaan, bank, pemerintahan umum, dan jasa penunjang angkutan merupakan lima besar sektorsektor pemakai output-nya. Kemudian untuk sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasilhasilnya yang mampu mencapai sepuluh besar. Dimana nilai DBL-nya 0,6029 berada diurutan ke-3 dan nilai DFL-nya 0,5373 berada diurutan ke-4. Dilihat keterkaitannya dengan sektor lainnya, sektor peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, industri tanpa migas, angkutan jalan raya, jasa
71
perorangan dan rumah tangga, sebagai lima sektor utama penyedia input untuk sektor peternakan dan hasil-hasilnya, sedangkan lima sektor utama pemakai output-nya adalah sektor peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, hotel, industri tanpa migas, dan tanaman bahan makanan.
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan
0.0855 0.2297 0.1557 0.0966
Peternakan dan Hasil‐hasilnya
0.6029 0.5373
Kehutanan
0.1369 0.0284 0.3050 0.1346 0.0998 0.0979 0.5934
Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
2.2936
0.3857 0.2276 0.6458 0.4498 0.8794 0.4244 0.5358 0.2723 0.3741 1.0943 0.3850 0.4515 0.3827 0.2208 0.3650 0.4285 0.2691 0.5543 0.4444 0.0944 0.1951 0.2026 0.4444 0.1193 0.2109 0.1609 0.2642 0.0000 0.2642 0.0225 0.2642 0.0002 0.2642 0.4121
0.0000
1.0000
DBL DFL
2.0000
3.0000
Gambar 9 Keterkaitan Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Kekuatan keterkaitan langsung antar sektor baik ke belakang maupun ke depan sangat bervariasi. Semakin besar keterkaitan antar sektor dan semakin banyak
sektor-sektor
perekonomian saling berkaitan, menunjukkan
semakin kuat struktur perekonomian yang dibangun. Sehingga dalam konteks
72
pengembangan wilayah, keterpaduan antar sektor-sektor perekonomian menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, yaitu melakui peningkatan keterkaitan yang ada.
Perekonomian Kabupaten Gianyar yang dibangun pada tiga sektor unggulan yaitu pertanian, industri kerajinan, dan pariwisata (Bappeda Kab. Gianyar 2008a). Dilihat dari angka keterkaitan langsung antar sektor-sektor perekonomiannya, mempunyai potensi yang sangat besar berkembang lebih baik, bila mampu membangun keterpaduan dan mensinergikan antar sektor-sektor perekonomian yang dimiliki. Hal ini bisa dilakukan melalui jalinan kerjasama (kemitraan) dan koordinasi antar komponen masyarakat maupun antar stakeholders (masyarakat, pemerintah, dan swasta).
5.1.2.2
Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang atau Direct Indirect
Backward Linkage (DIBL) adalah pengaruh yang disebabkan oleh kenaikan per unit permintaan akhir satu unit sektor tertentu terhadap sektor lain yang menyediakan input untuk sektor tersebut secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan atau Direct Indirect Forward Linkage (DIFL) adalah pengaruh yang disebabkan oleh kenaikan per unit permintaan akhir suatu sektor terhadap sektor yang menggunakan output sektor tersebut secara langsung dan tidak langsung. Keterkaitan langsung dan tidak langsung dianalisis menggunakan kebalikan matriks Leontif. Nilai keterkaitan ini bisa dilihat dalam Gambar 10. Dilihat dari sepuluh besar nilai DIBL maupun DIFL, sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata di Kabupaten Gianyar tahun 2009. Sektor industri tanpa migas mempunyai nilai IDBL sebesar 2,0388 menempati urutan ke-5. Lima besar sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor industri tanpa migas adalah: industri tanpa migas, tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, perdagangan besar dan eceran, dan angkutan jalan raya. Sedangkan nilai DIFL-nya menempati urutan ke-1
73
dengan nilai 5,5492. Lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor industri tanpa migas yaitu: industri tanpa migas; bangunan; perdagangan besar dan eceran; listrik, gas dan air bersih; dan restoran. Sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai DIBL sebesar 2,5560 menduduki urutan pertama, dimana ada lima sektor terbesar yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran adalah: perdagangan besar dan eceran, industri tanpa migas, bank, komunikasi, dan hotel. Nilai DIFL sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 1,9283 yang berada pada urutan ke-4. Lima sektor penting yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran adalah: perdagangan besar dan eceran, peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, bangunan, dan industri tanpa migas. Sektor restoran menduduki urutan ke-4 dengan nilai DIBL sebesar 2,0759. Lima sektor utama yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor restoran adalah: restoran, industri tanpa migas, peternakan dan hasilhasilnya, perdagangan besar dan eceran, dan perikanan. Nilai DIFL-nya mencapai 1,4674 (urutan ke-11), dengan lima sektor penting yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor restoran adalah: restoran, angkutan jalan raya, perdagangan besar dan eceran, jasa hiburan dan rekreasi, dan hotel. Sektor hotel mencapai nilai DIBL sebesar 1,7154 (urutan ke-9), dimana lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor hotel adalah: hotel, industri tanpa migas, peternakan dan hasil-hasilnya, perdagangan besar dan eceran, dan tanaman bahan makanan. Nilai DIFL-nya sebesar 2,5164 dan berada pada urutan ke-2, dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor hotel yaitu: hotel, jasa sosial kemasyarakatan, jasa perusahaan, bank, dan pemerintahan umum. Untuk sektor-sektor pertanian yang mencapai sepuluh besar nilai DIBL maupun DIFL, sektor tanaman bahan makanan dengan nilai DIBL terkecil (1,1535) berada pada urutan ke-24 dari 24 sektor yang ada. Lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor tanaman bahan makanan adalah: tanaman bahan makanan, industri tanpa migas, angkutan jalan
74
raya, perdagangan besar dan eceran, jasa perorangan dan rumah tangga. Dilihat dari nilai DIFL, sektor tanaman bahan makanan berada pada urutan ke-7 (1,7714), dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor tanaman bahan makanan, yaitu: sektor tanaman bahan makanan, industri tanpa migas, jasa hiburan dan rekreasi, bangunan, dan restoran.
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
0.0000
1.1535 1.7714 1.2868 1.3769 2.3597 2.0659 1.2595 1.0638 1.5456 1.3062 1.2032 1.1910 2.0388
5.5492
1.7446 1.4418 2.2343 1.6820 2.5560 1.9283 2.0759 1.4674 1.7154 2.5164 1.7154 1.9125 1.7161 1.3872 1.6763 1.7107 1.4635 1.8973 1.7102 1.1335 1.3737 1.3098 1.7212 1.1897 1.3628 1.2364 1.4760 1.0000 1.4563 1.0352 1.4791 1.0004 1.4978 1.6487
2.0000
DIBL DIFL
4.0000
6.0000
Gambar 10 Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang dan Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Sektor peternakan dan hasil-hasilnya dengan nilai DIBL 2,3597 berada pada urutan ke-2, dimana sektor: peternakan dan hasil-hasilnya, industri tanpa
75
migas, perdagangan besar dan eceran, angkutan jalan raya, dan bank, merupakan lima sektor yang sangat dipengaruhi oleh kenaikan per unit permintaan akhir sektor peternakan dan hasil-hasilnya. Untuk nilai DIFL-nya mencapai 2,0659 (urutan ke-3) dengan lima sektor utama yang mempengaruhi terjadinya kenaikan per unit permintaan akhir sektor peternakan dan hasil-hasilnya, yaitu sektor: peternakan dan hasil-hasilnya, restoran, hotel, angkutan jalan raya, dan jasa sosial kemasyarakatan. Berdasarkan nilai DIBL dan nilai DIFL sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata dan sektor-sektor pertanian di Kabupaten Gianyar tahun 2009, menunjukkan bahwa kenaikan permintaan akhir sektor pariwisata lebih dominan dibandingkan sektor pertanian dalam memberikan dampak kenaikan total output pada masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa peranan sektor pariwisata lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten Gianyar
5.1.3
Indeks Daya Penyebaran dan Indek Daya Kepekaan Untuk mengetahui sektor-sektor mana saja yang mempunyai kemampuan
untuk memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu dan/atau hilirnya, baik melalui keterkaitan input (mekanisme pasar input) maupun melalui keterkaitan output (mekanisme pasar output) dapat dianalisis menggunakan daya penyebaran dan derajat kepekaan. Daya penyebaran merupakan jumlah dampak yang ditimbulkan akibat perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi, sedangkan derajat kepekaan merupakan jumlah dampak yang menimbulkan perubahan permintaan akhir suatu sektor akibat perubahan seluruh sektor ekonomi. Daya penyebaran dan derajat kepekaan belum dapat dipakai untuk membandingkan dampak yang terjadi pada setiap sektor, karena adanya perbedaan sifat dari permintaan akhir masing-masing sektor. Untuk itu perlu dilakukan normalisasi, yaitu dengan cara membagi rata-rata dampak pada suatu sektor dengan rata-rata dampak seluruh sektor. Sehingga diperoleh Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Derajat Kepekaan (IDK).
76
Nilai IDP lebih besar dari satu menunjukkan bahwa daya penyebaran suatu sektor berada di atas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi, dengan kata lain sektor tersebut mempunyai kemampuan untuk merangsang pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Sebaliknya, nilai IDP kurang dari satu menunjukkan sektor tersebut kurang mampu menarik sektor-sektor penyedia input untuk sektor tersebut. Demikian juga untuk IDK, nilai lebih besar dari satu menunjukkan bahwa derajat kepekaan suatu sektor lebih tinggi dari rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi, dimana sektor tersebut mempunyai kemampuan mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya sebagai pemakai output sektor tersebut. Sedangkan untuk nilai IDK kurang dari satu berlaku sebaliknya. Dari Gambar 11, bisa dilihat nilai IDP dan IDK dari masing-masing sektor perekonomian di Kabupaten Gianyar tahun 2009. Untuk sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, seperti industri tanpa migas, nilai IDP dan IDK-nya masing-masing 1,2287 dan 3,3444. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri tanpa migas memiliki daya penyebaran dan daya kepekaan di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Dengan kata lain sektor industri tanpa migas mempunyai kemampuan relatif permintaan akhir dalam merangsang pertumbuhan produksi total seluruh sektor perekonomian, maupun dalam memenuhi permintaan akhir keseluruhan sektor perekonomian. Demikian halnya dengan sektor perdagangan besar dan eceran dengan nilai IDP sebesar 1,5405 dan nilai IDK sebesar 1,1622, serta sektor hotel dengan nilai IDP dan IDK masing-masing sebesar 1,0338 dan 1,5166. Dimana sektor perdagangan besar dan eceran maupun sektor hotel, memiliki kemampuan yang hampir sama dengan sektor industri tanpa migas, memiliki daya penyebaran dan daya kepekaan di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Untuk sektor restoran, dengan nilai IDP lebih dari satu (1,2511) atau di atas rata-rata, mengindikasikan sektor ini mampu dalam meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Namun kurang mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, karena mempunyai nilai IDK di bawah ratarata yaitu sebesar 0,8844.
77
Berbeda halnya dengan sektor jasa hiburan dan rekreasi, nilai IDP (0,8914) maupun IDK (0,6029) sektor ini masih dibawah rata-rata yaitu kurang dari satu. Berdasarkan nilai IDP dan IDK yang dimilikinya sektor jasa hiburan dan rekreasi dikelompokkan sebagai sektor yang kurang mampu memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu maupun hilirnya.
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
0.0000
0.6952 1.0676 0.7755 0.8298 1.4221 1.2451 0.7591 0.6411 0.9315 0.7872 0.7251 0.7178 1.2287
3.3444
1.0515 0.8690 1.3466 1.0137 1.5405 1.1622 1.2511 0.8844 1.0338 1.5166 1.0338 1.1527 1.0343 0.8361 1.0103 1.0310 0.8821 1.1435 1.0307 0.6832 0.8279 0.7894 1.0373 0.7170 0.8213 0.7452 0.8896 0.6027 0.8777 0.6239 0.8914 0.6029 0.9027 0.9936
1.0000
2.0000
IDP IDK
3.0000
4.0000
Gambar 11 Nilai Indeks Daya Penyebaran dan Nilai Indeks Daya Kepekaan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Untuk sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil-hasilnya yang mempunyai nilai IDP (1,4221) dan IDK (1,2451) di atas rata-rata seluruh sektor ekonomi. Sektor tanaman bahan makanan, dengan nilai IDP kurang dari
78
satu (0,6952) atau di bawah rata-rata, mengindikasikan sektor ini kurang mampu dalam meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor hulunya. Namun mampu mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya, karena mempunyai nilai IDK di atas rata-rata yaitu sebesar 1,0676. Sedangkan sektor tanaman perkebunan (IDP 0,7755; IDK 0,8298), kehutanan(IDP 0,7591; IDK 0,6411), dan perikanan(IDP 0,9315; IDK 0,7872) adalah sektor-sektor sektor yang kurang mampu memacu pertumbuhan sektor-sektor hulu maupun hilirnya. Secara garis besar, sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Gianyar tahun 2009 dapat dikelompokkan berdasarkan Indeks Daya Penyebaran (IDP) dan Indeks Derajat Kepekaan, seperti ditunjukkan dalam Tabel 30.
Tabel 30 Pengelompokan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Berdasarkan Nilai IDP dan IDK IDP > 1
IDP < 1
3. 7. 9. IDK > 1 10. 12. 13. 15.
Peternakan dan Hasil-hasilnya Industri Tanpa Migas Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Hotel Angkutan Jalan Raya Komunikasi
1. Tanaman Bahan Makanan 16. Bank
8. 11. IDK < 1 14. 17. 19.
Listrik, gas dan air bersih Restoran Jasa Penunjang Angkutan Jasa Penunjang Keuangan Lembaga Keuangan tanpa Bank
2. 4. 5. 6. 18. 20. 21. 22. 23. 24.
Tanaman Perkebunan Kehutanan Perikanan Penggalian Sewa Bangunan Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga
Sumber : Hasil Analisis (2011)
Empat Kuadran Pengelompokan sektor-sektor ekonomi berdasarkan nilai IDP dan IDK (Daryanto dan Hafizrianda 2010; Woroutami 2010) : ‐
Kuadran I adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di atas rata-rata
79
‐
Kuadran II adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di bawah rata-rata, tetapi IDK di atas rata-rata
‐
Kuadran III adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP di atas rata-rata, tetapi IDK di bawah rata-rata
‐
Kuadran IV adalah sektor-sektor yang mempunyai IDP dan IDK di bawah rata-rata.
5.1.4
Multiplier Effect Berdasarkan perlakuan terhadap sektor rumah tangga, multiplier atau
angka pengganda dibagi menjadi dua jenis yaitu multiplier Tipe I dan multiplier Tipe II. Multiplier Tipe I dihitung berdasarkan inverse matriks Leontief atau matriks (I-A)-1, dimana sektor rumah tangga diperlakukan secara exogenous. Pada multiplier Tipe II sektor rumah tangga dimasukkan dalam matriks saling ketergantungan (endogeneous) atau disebut model tertutup (close model), sehingga multiplier Tipe II, tidak hanya menghitung dampak langsung dan tidak langsung, tetapi termasuk juga dampak dari induksi, yaitu dampak dari perubahan pola konsumsi rumah tangga akibat peningkatan pendapatan terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Multiplier effect menyatakan kelipatan dampak secara langsung dan tidak langsung peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap total kegiatan ekonomi wilayah. Berdasarkan Tabel I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009, dilakukan analisis multiplier effect Type I, yang meliputi: output multiplier, total value added multiplier, dan income multiplier.
5.1.4.1
Output multiplier Nilai output multiplier seperti ditunjukkan pada Gambar 12, sektor-sektor
yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata, seperti: perdagangan besar dan eceran, restoran, industri tanpa migas, hotel, serta jasa hiburan dan rekreasi, masing-masing secara berurutan menduduki peringkat ke: 1, 4, 5, 9, dan 15. Sektor perdagangan besar dan eceran memiliki nilai output multiplier tertinggi (2,5560). Artinya, bila permintaan akhir sektor perdagangan besar dan eceran meningkat 1 milyar rupiah, maka dampak pada total output seluruh sektor
80
perekonomian wilayah Kabupaten Gianyar akan meningkat sebesar 2,5560 milyar rupiah. Pada sektor-sektor pertanian, hanya sektor peternakan dan hasil-hasilnya bisa mencapai sepuluh besar nilai output multiplier yaitu berada pada peringkat ke-2. Selanjutnya, sektor perikanan (peringkat ke-13), tanaman perkebunan (peringkat ke-21), kehutanan (peringkat ke-22), dan sektor tanaman bahan makanan berada pada posisi terakhir (peringkat ke-24) dengan nilai output multiplier sebesar 1,1535 setelah sektor penggalian. Untuk mampu meningkatkan posisi tawar, sektor-sektor pertanian harus mampu mengimbanginya dengan dilakukannya peningkatan kuantitas, mutu produksi dan tata kelola yang baik melalui peningkatan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya.
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 0.0000
1.1535 1.2868 2.3597 1.2595 1.5456 1.2032 2.0388 1.7446 2.2343 2.5560 2.0759 1.7154 1.7154 1.7161 1.6763 1.4635 1.7102 1.3737 1.7212 1.3628 1.4760 1.4563 1.4791 1.4978 1.0000
2.0000
3.0000
Gambar 12 Nilai Output multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009
81
Tercapainya keterpaduan antar sektor perekonomian diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap pembentukan total output. Melalui skenario peningkatan final demand pada tabel Input-Output Kabupaten Gianyar tahun 2009 terhadap konsumsi rumah tangga sebesar 10%, meningkatkan total output sebesar 1,79% atau sebesar Rp 341.281,91 juta. Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: peternakan dan hasil-hasilnya (4,11%); perikanan (3,81%); listrik, gas, dan air bersih (3,07%); tanaman bahan makanan (3,05%); dan sewa bangunan (2,94%). Skenario peningkatan final demand melalui belanja pemerintah sebesar 10%, mampu meningkatkan total output sebesar Rp 64.020,95 juta (0,34%). Sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah pemerintahan umum (9,44%), selanjutnya sektor jasa perorangan dan rumah tangga (0,56%), jasa sosial kemasyarakatan (0,54%), hotel (0,41%), dan bangunan (0,19%). Skenario peningkatan final demand melalui pembentukan modal tetap bruto (investasi) sebesar 10%, meningkatkan total output sebesar Rp 141.440,10 juta (0,74%). Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: bangunan (4,80%), penggalian (3,61%), kehutanan (1,84%), industri tanpa migas (1,38%), dan jasa penunjang keuangan (1,27%). Skenario peningkatan final demand melalui ekspor barang dan jasa sebesar 10%, mampu meningkatkan total output sebesar Rp 1.338.074,26 juta (7,01%). Lima besar sektor yang mengalami peningkatan paling tinggi, adalah: jasa hiburan dan rekreasi (9,99%), hotel (8,70%), angkutan jalan raya (8,13%), perdagangan besar dan eceran (8,09%), dan jasa perusahaan (7,86%). Skenario
yang
dilakukan
menunjukkan,
bahwa
kenaikan
ekspor
memberikan peningkatan tertinggi terhadap pembentukan total output. Bila dicermati, tingginya kenaikan ekspor masih didominasi oleh sektor-sektor sekunder dan tersier, sedangkan sektor-sektor primer sebagai tumpuan perekonomian masyarakat, seperti pertanian dan industri kerajinan (industri tanpa migas) peningkatannya masih cukup rendah. Kondisi ini juga memberikan gambaran, bahwa kegiatan ekspor secara langsung oleh pihak produsen masih tergolong rendah. Kenaikan terhadap konsumsi rumah tangga (posisi kedua), memberikan pembentukan total output cukup besar pada sektor-sektor primer.
82
Kenaikan investasi pada posisi ketiga sebelum kenaikan konsumsi pemerintah. Kenaikan investasi yang dilakukan ternyata memberikan pengaruh cukup kecil terhadap pembentukan total output perekonomian di Kabupaten Gianyar.
5.1.4.2
Total value added multiplier Berdasarkan nilai total value added multiplier yang ditampilkan pada
Gambar 13. Sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan industri pariwisata memiliki nilai dampak terhadap nilai tambah bruto (NTB) cukup bervariasi. Untuk sektor-sektor pertanian, secara umum masih relatif rendah memberikan dampak terhadap nilai tambah bruto (NTB). Sektor perdagangan besar dan eceran mencapai nilai tertinggi yaitu sebesar 8,2933, yang menunjukkan bahwa apabila permintaan akhir sektor ini meningkat 1 milyar rupiah, akan memberikan dampak pada peningkatan NTB sebesar 8,2933 milyar rupiah.
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 0.0000
1.0935 1.1844 2.5185 1.1587 1.4388 1.1108 2.4595 1.6277 2.8234 8.2933 2.1543 1.5976 1.6261 1.6200 1.5748 1.3682 1.8000 1.2424 1.8000 1.2673 1.3591 1.3591 1.3591 1.3591 2.0000
4.0000
6.0000
8.0000
10.0000
Gambar 13 Nilai Total value added multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009
83
Sektor-sektor berikutnya yang termasuk sepuluh besar pemberi dampak terhadap NTB, yaitu sektor bangunan (2,8234) peringkat ke-2; peternakan dan hasil-hasilnya (2,5185) peringkat ke-3; industri tanpa migas (2,4595) peringkat ke-4; restoran (2,1543) peringkat ke-5; jasa penunjang keuangan (1,8000) peringkat ke-6; lembaga keuangan tanpa bank (1,8000) peringkat ke-7; listrik, gas dan air bersih (1,6277) peringkat ke-8; angkutan jalan raya (1,6261) peringkat ke9; jasa penunjang angkutan (1,6200) peringkat ke-10. Sebagai sektor pemberi dampak terkecil terhadap NTB adalah sektor tanaman bahan makanan (1,0935) berada pada peringkat ke-24.
5.1.4.3
Income multiplier Analisis terhadap income multiplier, seperti ditunjukkan pada Gambar 14,
sektor perdagangan besar dan eceran yang paling tinggi memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 4,7240. Sebagai salah satu sektor yang bersentuhan langsung dengan pariwisata, sektor ini mampu memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga sebesar 4,7240 milyar tiap kenaikan 1 milyar permintaan akhirnya. Sektor peternakan dan hasil-hasilnya menduduki posisi ke-2 dengan nilai dampak terhadap pendapatan mencapai 3,2512. Sektor angkutan jalan raya (2,8213) berada pada posisi ke-3, ini menunjukkan sektor angkutan memegang peranan penting dalam pergerakan perekonomian,
yaitu
melalui
mobilisasi
barang
maupun
orang
dalam
memperlancar proses produksi. Sektor listrik, gas dan air bersih; jasa penunjang keuangan; industri tanpa migas; bangunan; restoran; sewa bangunan; dan penggalian, masing-masing menduduki posisi ke-4 sampai ke-10 dalam sepuluh besar sektor pemberi dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan, di Kabupaten Gianyar telah mengupayakan menekan sektor penggalian. Namun fenomena yang terjadi, justru sektor ini memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga cukup besar (posisi ke10) dalam perekonomian di wilayah Kabupaten Gianyar. Ini menunjukkan sektor penggalian masih menjadi mata mencaharian yang menguntungkan bagi sebagian
84
masyarakat, karena untuk mendapatkannya tidak membutuhkan skill yang tinggi, cukup bermodalkan tenaga dan peralatan seadanya.
Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil‐hasilnya Kehutanan Perikanan Penggalian Industri Tanpa Migas Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan Besar dan Eceran Restoran Hotel Angkutan Jalan Raya Jasa Penunjang Angkutan Komunikasi Bank Jasa Penunjang Keuangan Sewa Bangunan Lembaga Keuangan tanpa Bank Jasa Perusahaan Pemerintahan Umum Jasa Sosial Kemasyarakatan Jasa Hiburan dan Rekreasi Jasa Perorangan dan Rumah Tangga 0.0000
1.2107 1.5732 3.2512 1.0888 1.3838 1.6152 1.8766 2.5499 1.8424 4.7240 1.7216 1.5639 2.8213 1.5023 1.4933 1.5175 2.2545 1.6544 1.6086 1.2232 1.0920 1.1517 1.3638 1.3412 1.0000
2.0000
3.0000
4.0000
5.0000
Gambar 14 Nilai Total Income multiplier Tipe I Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Gianyar Tahun 2009 Sektor-sektor lain yang bersentuhan dengan industri pariwisata dan sektorsektor pertanian, seperti: tanaman perkebunan (1,5732) di posisi ke-12, hotel (1,5639) pada posisi ke-13, perikanan (1,3838) di posisi ke-17, jasa hiburan dan rekreasi (1,3638) pada posisi ke-18, tanaman bahan makanan (1,2107) di posisi ke-21, serta kehutanan (1,0888) di posisi terakhir. Kenaikan permintaan akhir dari sektor-sektor tersebut masih menduduki posisi dibawah sepuluh besar pemberi dampak terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga. Berdasarkan analisis I-O Kabupaten Gianyar tahun 2009, baik menyangkut keterkaitan antar sektor maupun multiplier, menunjukkan pariwisata adalah sektor yang cukup strategis, terutama sektor pedagang besar dan eceran.
85
Sektor ini adalah salah satu sektor penyangga perekonomian Kabupaten Gianyar karena dijadikan sebagai sumber-sumber pertumbuhan. Kondisi ini sangat memungkinkan, terutama dengan keberadaan art shop maupun perdagangan lainnya sebagai penunjang industri kepariwisataan. Sektor penyangga lainnya adalah: sektor pertanian, sektor industri pengolahan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa (BPS & Bappeda Kab. Gianyar 2010b). Dari sektor-sektor ini, jasa hiburan dan rekreasi sebagai bagian dari jasajasa dan terutama sektor pertanian pada komponen tanaman bahan makanan, memiliki dampak multiplier yang cukup rendah. Disamping itu nilai keterkaitannya juga rendah dan sektor yang berkaitan juga sedikit. Kebelakang sektor tanaman bahan makanan berkaitan dengan 14 sektor, yaitu: (7) industri tanpa migas, (1) tanaman bahan makanan, (13) angkutan jalan raya, (10) perdagangan besar dan eceran, (24) jasa perorangan dan rumah tangga, (3) peternakan dan hasil-hasilnya, (19) lembaga keuangan tanpa bank, (9) bangunan, (11) restoran, (22) jasa sosial kemasyarakatan, (14) jasa penunjang angkutan, (18) sewa bangunan, (16) bank, dan (4) kehutanan. Kedepan sektor tanaman bahan makanan berkaitan dengan 8 sektor, yaitu: (7) industri tanpa migas, (23) jasa hiburan dan rekreasi, (12) hotel, (11) restoran, (1) tanaman bahan makanan, (3) peternakan dan hasil-hasilnya, (22) jasa sosial kemasyarakatan, dan (5) perikanan. Sebagai sektor riil, pertanian telah terdesak oleh perkembangan sektorsektor lainnya, dimana salah satunya adalah akibat perkembangan sektor pariwisata. Faktor lain yang terjadi adalah menurunnya produktivitas pertanian akibat tingginya biaya produksi pertanian dibandingkan harga jualnya. Banyak para petani beralih pada usaha lain yang lebih menguntungkan dan karena adanya desakan ekonomi, memicu terjadi alih funsi lahan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan keterkaitan antar sektor perekonomian yang ada di Kabupaten Gianyar. Semakin kuat keterkaitan antar sektor dan semakin banyak sektor-sektor
yang
terkait,
maka
akan
berdampak
pada
meningkatnya
perekonomian wilayah, baik menyangkut total output, nilai tambah, maupun pendapatan masyarakat.
86
5.2
Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan Kecamatan Payangan sebagai pengembangan Kawasan Agropolitan, yang
juga telah berkembang sebagai daerah tujuan wisata, memiliki obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Dari hasil pengamatan (observasi) yang dilakukan, terdapat beberapa obyek wisata potensial, antara lain: Desa Pakraman Pausan (di Desa Buahan Kaja); Nyepi Kasa (di Desa Buahan); Agrowisata (di Desa Kerta dan Desa Buahan Kaja); Sarkofagus (di Desa Bukian dan Desa Kerta); Pemandangan Alam dan Persawahan (di Desa Puhu, Desa Kelusa, Desa Bresela); Aci Keburan (di Desa Kelusa); Gua Alam (Taman Magenda), Alas/Hutan Tiyingan (di Desa Bukian); Sungai Ayung (di Desa Melinggih Kelod, Desa Melinggih). Aksesibilitas menuju obyek-obyek tersebut telah tersedia dan sebagian besar terletak dekat dengan jalan. Keberadaan obyek-obyek wisata di Kecamatan Payangan cukup beragam. Berdasarkan keunikan, kekhasan, dan pertimbangan dengan tokoh masyarakat setempat, ditentukan 6 (enam) obyek wisata yang berpotensi dikembangkan di Kecamatan Payangan antara lain : 1. Agrowisata Payangan Agrowisata Payangan dikembangkan di dua desa yaitu Desa Kerta dan Desa Buahan Kaja. Kedua desa ini merupakan penghujung Utara dari Kecamatan Payangan dengan wisata alamnya. Wisatawan bisa melintas ditengah-tengah persawahan melalui jalur tracking yang ada, di Desa Buahan Kaja ada dua buah trowongan air yang bisa dilintasi sebagai wisata tracking yaitu Terowongan Sidodadi Singoperang dan Dwi Eka Bhuwana (Pemkab Gianyar 2010). Didukung dengan berkembangnya model pertanian organik dan pertanian terintegrasi, yang menyajikan daya tarik tersendiri sebagai wisata edukatif. Daya tarik lainnya untuk Desa Kerta berupa hamparan perkebunan kopi, perkebunan jeruk, dan kawasan perkebunan bunga. Disini sudah sering dikunjungi sebagai media pengenalan alam terutama dari rombongan sekolah-sekolah. Dibalik pemandangan alam Desa Kerta yang masih alami, kawasan berhutan dan suasana kental bernuansa sosial budaya masyarakat pedesaan,
87
disajikan suatu atraksi yang menarik dan cukup menantang yang bisa dicoba yaitu atraksi out bond dan buggy/quad semacam kendaraan ATV (all-terrain vehicle). Kendaraan ini biasanya diberangkatkan dalam suatu grup untuk menjelajahi kawasan pertanian, perkebunan, dan melintasi perkampungan.
Gambar 15 View Kawasan Perkebunan Bunga di Agrowisata Payangan
2. Sungai Ayung Sungai Ayung merupakan sungai bersejarah yang memiliki pemandangan alam yang memikat. Dharma (2007) mengemukakan, Sungai Ayung terbentuk dari pertemuan tiga anak sungai yang cukup besar yaitu Tukad Bangkung yang berhulu di daerah Plaga, Tukad Mengani yang berhulu di daerah Catur dan Tukad Siap yang berhulu di daerah Kintamani. Mengalir sepanjang kurang lebih 68,5 km diantara Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung serta bermuara di pantai Padang Galak (Sanur). Sebagai sungai terpanjang di Bali, Sungai Ayung banyak dimanfaatkan untuk keperluan irigasi dan sumber air bersih. Keindahan lembah Sungai Ayung dengan variasi alirannya menimbulkan daya tarik tersendiri dalam pengembangan wisata, dimana sungai ini telah lama menjadi tempat rafting terbaik dan terfavorit di Bali. Banyak operator rafting
88
yang berkembang sepanjang aliran Sungai Ayung, baik di Kabupaten Badung maupun di Kabupaten Gianyar. Pelaksanaan rafting di Kabupaten Gianyar, start point di lakukan di Desa Melinggih dan Desa Melinggih Kelod dan finish point di daerah Ubud.
Gambar 16 Kegiatan Rafting di Sungai Ayung
3. Nyepi Kasa Perayaan Hari Raya Nyepi di Bali dilaksanakan oleh umat Hindu setiap satu tahun sekali. Perayaan ini jatuh pada penanggal pisan (tanggal satu) sasih kedasa (bulan ke-sepuluh dalam penanggalan Hindu) atau tepatnya sehari sesudah tilem kesanga sebagai hari pergantian tahun baru Caka. Tradisi yang cukup berbeda dilaksanakan di Desa Pakraman Buahan, yaitu adanya perayaan Nyepi Kasa. Perayaan Nyepi Kasa merupakan tradisi khas yang hanya dilaksanakan masyarakat di Desa Pakraman Buahan secara turun temurun. Pelaksanaan Nyepi Kasa hampir sama dengan pelaksanaan Nyepi Kesanga yang dilakukan masyarakat Bali pada umumnya. Sehari sebelum pelaksanaan Nyepi Kasa yaitu pada pelaksanaan tawur agung, menggunakan anak sapi sebagai hewan korban
89
dan pada malam harinya diadakan pawai ogoh-ogoh. Jadi masyarakat di Desa Pakraman Buahan dua kali melaksanakan Hari Raya Nyepi dalam setahun. Pada hari saat penyepian suasana menjadi sepi (nyepi) selama 24 jam dari pagi sampai pagi berikutnya, dimana masyarakat melakukan Catur Brata Penyepian yaitu : 1) Amati Geni, tidak menyalakan api; 2) Amati Karya, tidak bekerja; 3) Amati Lelungaan, tidak bepergian; dan 4) Amat Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan (Yayasan Bali Galang 2000). Suasana khas dan unik ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Gambar 17 Suasana Nyepi Kasa di Desa Pakraman Buahan
4. Aci Keburan Aci Keburan merupakan ritual unik dan khas yang dilaksanakan di Pura Hyang Api, di Desa Kelusa dengan jarak kurang lebih 100 meter sebelah Utara Kantor Desa Kelusa. Pelaksanaan ritual ini melalui adu ayam yang dilakukan secara massal untuk nawur sesangi (membayar kaul) atas permohonan kesembuhan dan keberhasilan dalam beternak. Tradisi ini dilaksanakan setiap enam bulan wuku (setiap 210 hari sekali), selama 42 hari yang dimulai pada Hari
90
Raya Kuningan Umat Hindu. Masyarakat yang memedek (hadir) untuk nawur sesangi hampir dari seluruh Bali (Supartha 1996).
Gambar 18 Suasana Pura Hyang Api di Desa Kelusa Saat Tidak Ada Perayaan
5. Desa Pakraman Pausan Desa Pakraman Pausan merupakan salah satu banjar yang terletak paling Utara dari Desa Buahan Kaja yang memiliki kekhasan adat dan budaya yang berbeda dari masyarakat Bali pada umumnya. Struktur pemerintahan desa adatnya merupakan desa adat pegunungan (Bali Age) yang terbentuk sebelum kedatangan Majapahit (Reuter 2002). Dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan terdapat setruktur kepemimpinan yang disebut dengan Ulu Apad (tetua adat) dengan bidang tugasnya masing-masing, yang terdiri dari Jero Bayan (Kiwa dan Tengen), Jero Bau (Kiwa dan Tengen), Jero Bendesa Adat, Jero Singgukan dan Jero Malungan. Setiap sepuluh tahun sekali diadakan Upacara Nyelung di Pura Pucak Pausan, sebuah ritual persembahan segala macam hasil bumi yang dilaksanakan oleh semua krama subak di Buahan Kaja dan Buahan Kelod.
91
Gambar 19 Kegiatan Upacara Keagamaan di Pura Pucak Pausan
6. Sarkofagus Sarkofagus merupakan tempat penyimpanan jenasah yang umumnya terbuat dari batu dan merupakan peninggalan sejarah dari jaman megalitikum. Salah satu sarkofagus yang ada ditemukan di Desa Bukian, tepatnya di sebelah Selatan Kantor Desa Bukian.
Gambar 20 Sarkofagus yang Ada di Desa Bukian
92
Uraian dari keenam obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Payangan memberikan gambaran, bahwa dengan datang ke Payangan wisatawan memiliki banyak pilihan jenis wisata yang diinginkan. Wisata yang berkaitan dengan alam beserta atraksi yang disediakan maupun disuguhkan, wisatawan bisa datang ke Agrowisata Payangan dan Sungai Ayung. Wisatawan yang menyukai adat dan tradisi setempat dapat datang ke Desa Buahan untuk merasakan suasana yang sepi dan tenang, atau ke Desa Kelusa untuk melihat Aci Keburan, atau bisa juga ke Desa Pakraman Pausan di Buahan Kaja. Bagi wisatawan yang menyukai sejarah dan kepurbakalaan bisa datang ke Desa Bukian untuk melihat sarkofagus. Untuk mengetahui sebaran obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan, ditunjukkan dalam Gambar 21. Obyek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di Kawasan Agropolitan
Payangan
tersebut
dinilai
berdasarkan
persepsi
responden.
Responden disini terdiri dari unsur pemerintah yang terkait (10 orang), dari swasta yang merupakan para pelaku wisata (15 orang) dimana sebagian dari mereka ada yang bekerja pada perusahaan dan sebagian lagi freelance guide, untuk tokoh masyarakat 32 orang. Responden wisatawan mancanegara 135 orang: mereka berasal dari berbagai negara yang didominasi Warga Negara Australia (51,85%); selanjutnya Jepang (10,37%); Jerman (8,15%); USA (5,19%); Singapura (3,7%); Perancis dan Inggris masing-masing 2,96%; Malaysia, Belanda, dan Ukraina masing-masing 2,22%; Brasil dan Rusia masing-masing 1,48%; Kairo, Denmark, Itali, Sisilia, Skotlandia, Spanyol, Switzerland dan Taiwan masing-masing 0,74%. Responden wisatawan nusantara (15 orang): sebagian besar dari Bali (60%); dari Yogyakarta 13,33%; dan 6,67% masing-masing berasal dari Jateng, Jatim, Papua, dan Palembang. Akumulasi skor yang didapat masing-masing obyek wisata dapat dilihat dalam Tabel 31. Berdasarkan total skor yang diperoleh masing-masing obyek wisata, Sungai Ayung berada di peringkat pertama dengan total skor 1.084 (24,94%), selanjutnya dengan selisih skor cukup tipis diikuti oleh Agrowisata Payangan dengan skor sebesar 1.036 (23,83%). Peringkat ketiga, keempat, dan kelima secara berurutan diperoleh obyek wisata Nyepi Kasa (15,27%), Desa Pakraman Pausan (14,68%), dan Aci Keburan (11,64%). Obyek wisata yang
93
perolehan skornya paling sedikit adalah Sarkofagus yaitu sebesar 419 (9,64%) menduduki peringkat keenam. 115°14'24"E
115°16'26"E
KAB. BANGLI
8°19'40"S
8°19'40"S
&
PETA OBYEK WISATA POTENSIAL
Desa Pakraman Pausan
KAB. BADUNG
SKALA :
0
1
±
2
3
Kilometers
Batas Desa
8°21'42"S
Sungai Ayung
8°21'42"S
LEGENDA : Batas Kecamatan Batas Kabupaten Jalan
Obyek Wisata Potensial : Sungai Ayung
& & &
8°23'44"S
8°23'44"S
PAYANGAN
&
Desa Pakraman Pausan Sarkofagus
Aci Keburan Agrowisata
Nyepi Kasa
Sarkofagus
8°25'46"S
KAB. BADUNG
Aci Keburan
8°27'48"S
Sungai Ayung
&
8°27'48"S
8°25'46"S
TEGALLALANG
TAMPAK SIRING
UBUD
115°14'24"E
UBUD
Kecamatan Payangan Sumber Peta : Bappeda Kab. Gianyar
115°16'26"E
Gambar 21 Peta Sebaran Obyek Wisata yang Berpotensi Untuk Dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan
94
Tabel 31 Akumulasi Skor Obyek Wisata yang Berpotensi untuk Dikembangkan di Kawasan Agropolitan Payangan
1.
Pemerintah
53
55
Skor Sarkofagus Aci Desa Keburan Pakraman Pausan 22 24 27 29
2.
Swasta
80
81
43
31
47
33
3.
Tokoh Masyarakat
156
140
94
100
85
97
Wisatawan Mancanegara
682
730
449
313
434
227
65 1.036 23,83
78 1.084 24,94
56 664 15,27
38 506 11,64
45 638 14,68
33 419 9,64
No Responden
4. 5.
Agrowisata Sungai Nyepi Payangan Ayung Kasa
Wisatawan Nusantara Total skor Persentase
Sumber : Hasil Analisis (2011)
Perolehan skor yang didapatkan masing-masing obyek wisata, bila dikelompokkan akan dapat diketahui obyek wisata yang paling disukai saat ini yaitu obyek wisata yang berkaitan dengan alam (Sungai Ayung dan Agrowisata Payangan), kedua adalah obyek wisata yang berkaitan dengan adat dan tradisi masyarakat setempat ( Nyepi Kasa, Desa Pakraman Pausan, dan Aci Keburan), selanjutnya ketiga adalah obyek wisata sejarah dan kepurbakalaan (Sarkofagus). Obyek wisata kepurbakalaan peminatnya relatif sedikit, karena sebagai obyek wisata minat khusus, kepurbakalaan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang dari kalangan tertentu saja.
5.3
Persepsi Wisatawan Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan Kemajuan pengembangan suatu kawasan yang memiliki potensi obyek
wisata sangat ditunjang oleh beberapa faktor berpengaruh. Terdapat 7 (tujuh) faktor penting yang perlu dipertimbangkan beserta kriterianya masing-masing. Faktor-faktor tersebut antara lain: promosi, sarana transportasi, fasilitas yang tersedia, jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, harga tiket masuk ke lokasi wisata, pelayanan yang diberikan, dan jarak obyek wisata dari tempat tinggal/menginap.
95
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan diketahui melalui persepsi wisatawan dengan AHP. Persepsi yang dibangun, berdasarkan pengalaman mereka selama mengunjungi obyek-obyek wisata di Kawasan Agropolitan Payangan. Persepsi atas faktorfaktor tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: persepsi wisatawan mancanegara, persepsi wisatawan nusantara, dan persepsi seluruh wisatawan sebagai gabungan persepsi wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.
5.3.1
Persepsi Wisatawan Mancanegara Berdasarkan persepsi wisatawan mancanegara (Gambar 22), faktor yang
paling berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, dengan nilai Consistency Ratio (CR) 0,029 adalah pelayanan (bobot 0,347), selanjutnya jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan (0,220), urutan ke-3 adalah fasilitas yang tersedia (0,186). Urutan ke-4, 5, 6, dan 7 berikutnya adalah sarana transportasi (0,086), harga tiket masuk ke lokasi wisata (0,074), promosi (0,057), dan jarak obyek wisata dari tempat tinggal/menginap (0,030). Pembobotan yang berada di atas rata-rata (0,143) dari tujuh faktor berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan adalah faktor pelayanan, jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, dan ketersediaan fasilitas. Artinya secara umum wisatawan mancanegara berpendapat, bahwa ketiga faktor ini merupakan faktor dominan penting yang harus ada pada suatu kawasan obyek wisata, disamping juga dukungan faktor-faktor lainnya. Dilihat dari faktor pelayanan pada nilai CR 0,016. Menurut pendapat wisatawan, keramahan masyarakat setempat diberikan bobot tertinggi (0,410), setelah itu kebersihan lingkungan (0,314). Untuk pemandu wisata (0,189) kelihatannya masih perlu ditingkatkan mutu pelayanannya, dan kios atau pedagang asongan (0,087) dalam menawarkan dagangannya sebaiknya lebih bisa menjaga frivasi wisatawan. Berdasarkan jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, wisatawan dominan menyukai obyek wisata alam ataupun agrowisata (0,515), urutan ke-2 pada wisata budaya (0,296), dan kedua jenis obyek wisata tersebut berada pada urutan ke-3.
96
Hal ini menunjukkan obyek wisata yang paling disukai saat ini adalah obyek wisata yang berkaitan dengan alam beserta atraksi yang disediakan. Pendapat wisatawan dengan nilai CR 0,020 terhadap fasilitas yang tersedia, ketersediaan toilet (0,444) merupakan kebutuhan terpenting buat mereka dan sudah tersedia di setiap obyek wisata yang mereka kunjungi. Selanjutnya untuk fasilitas restoran maupun penginapan perlu peningkatan pelayanan terhadap wisatawan. Sarana transportasi (nilai CR 0,001) yang kebanyakan wisatawan gunakan dalam melakukan kunjungan ke obyek-obyek wisata di Kawasan Agropolitan Payangan, yaitu dengan menggunakan travel atau mobil carteran diberikan bobot tertinggi (0,570), menggunakan mobil pribadi dengan bobot 0,224, menggunakan angkutan umum dengan bobot terendah (0,187). Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar sarana transportasi yang ada disediakan oleh biro-biro perjalanan wisata, sedangkan keberadaan angkutan umum di kawasan memang masih sangat kurang. Mengenai harga tiket (nilai CR 0,012), wisatawan berpendapat harga yang ditawarkan terkait obyek wisata maupun atraksi yang ditawarkan masih murah (0,479) pada bobot tertinggi. Pendapat untuk obyek wisata yang ditawarkan gratis dengan bobot 0,356, ini memungkinkan karena untuk menikmati pemandangan alam sepanjang perjalanan memang tidak dipungut biaya, biaya dikenakan hanya pada obyek-obyek wisata yang menawarkan atraksi. Faktor promosi (nilai CR 0,000), wisatawan kebanyakan mendapatkan informasi mengenai obyek wisata di Kawasan Agropolitan Payangan dari media non elektronik (0,459), seperti dari pampflet, koran, maupun dari informasi teman/kerabat mereka atau secara lisan. Selanjutnya melalui media elektronik diberikan bobot 0,341 dan untuk kedua media (non elektronik maupun elektronik) dengan bobot 0,199. Terkait dengan faktor jarak, dengan konsistensi pendapat (CR) sebesar 0,000 menyatakan bahwa lokasi wisata yang ditawarkan terhadap tempat tinggal atau menginap wisatawan jaraknya dekat (0,474), jarak sedang dan jauh masingmasing diberikan bobot 0,378 dan 0,148. Hal ini mengindikasikan faktor jarak
97
bukan persoalan bagi mereka dibandingkan dengan daya tarik obyek wisata yang
0,057
0.341
Elektronik
0.199
Non elektronik & elektronik
0.244
Mobil pribadi
0.570
Travel/carteran
0.187
Angkutan umum
0,186
Penginapan Fasilitas (3)
0.459
Non elektronik
0,086
Sarana transportasi (4)
Promosi (6)
ditawarkan.
0.145 0.193
Restoran
0.444
Toilet
0.218 0.296
0,220
Wisata budaya
0.515
Wisata alam/agrowisata
0.189
Wisata budaya & wisata alam/agrowisata
0.356
0,074
Gratis
0.479
Murah Mahal
0.165 0.189
0,347
Pemandu wisata Kios/pedagang asongan
0.087 0.314
Kebersihan lingkungan
0.410
Keramahan masyarakat setempat
0.474
Dekat 0,030
Jarak (7)
Pelayanan (1)
Jenis wisata & Harga tiket (5) atraksi (2)
Penginapan, restoran & toilet
0.378
Sedang Jauh
0.000
0.148 0.200
0.400
0.600
Gambar 22 Persepsi Wisatawan Mancanegara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan
5.3.2
Persepsi Wisatawan Nusantara Persepsi wisatawan nusantara dengan nilai CR 0,018 memprioritaskan
faktor sarana transportasi dengan bobot 0,307 sebagai faktor yang paling mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, selanjutnya jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan (0,179), fasilitas yang
98
tersedia (0,162), promosi (0,149), pelayanan yang diberikan (0,114), harga tiket masuk ke lokasi wisata (0,061), dan yang terakhir adalah faktor jarak obyek wisata dari tempat tinggal/menginap (0,029). Data selengkapnya ditunjukkan dalam Gambar 23. Dari ketujuh faktor tersebut ada empat faktor yang dominan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan yaitu sarana transportasi, jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, fasilitas yang tersedia, dan promosi. Penentuan keempat faktor tersebut berdasarkan besarnya pembobotan yang diberikan berada di atas rata-rata (0,143). Persepsi wisatawan dengan nilai CR 0,000 terhadap sarana transportasi, bahwa untuk berwisata ke Kawasan Agropolitan Payangan mereka memberikan bobot teringgi pada penggunaan mobil pribadi (0,461). Berwisata menggunakan travel atau carteran diberikan bobot 0,373, dan untuk penggunaan angkutan umum mendapat bobot paling rendah yaitu 0,166. Berdasarkan jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan (CR 0,005), wisatawan nusantara memberikan pembobotan terbesar dengan nilai 0,418 pada wisata budaya dan wisata alam (agrowisata). Hal ini menunjukkan, wisatawan nusantara mempunyai minat yang besar terhadap kedua jenis wisata ini. Berarti juga, dalam sekali berkunjung mereka bisa menikmati keindahan alam dengan atraksi yang disuguhkan dan sekaligus menyaksikan kegiatan adat budaya masyarakat setempat. Dari fasilitas yang tersedia (CR 0,033), keberadaan toilet diberikan bobot tertinggi yaitu sebesar 0,455. Fasilitas yang lainnya mendapatkan bobot jauh lebih rendah dari rata-rata empat kriteria yang ada (0,250). Hal ini mengindikasikan dua kemungkinan. Pertama, wisatawan nusantara tidak menjumpai restoran atau penginapan yang sesuai dengan selera mereka. Kedua, mereka tidak terlalu membutuhkan fasilitas tersebut dikarenakan waktu kunjungan mereka yang pendek. Berdasarkan faktor promosi (nilai CR 0,030), informasi mengenai obyek wisata yang ditawarkan di Kawasan Agropolitan Payangan, terbanyak mereka dapatkan dari media elektronik dengan bobot yang diberikan sebesar 0,464. Untuk
99
media non elektronik dan elektronik mendapatkan bobot 0,309 dan informasi dari
0.227
0,149
Non elektronik
0.464
Elektronik
0.309
Non elektronik & elektronik
0.461
0,307
Mobil pribadi
0.373
Travel/carteran Angkutan umum
0,162
Fasilitas (3)
Sarana transportasi (1)
Promosi (4)
media non elektronik saja mendapatkan bobot paling rendah yaitu sebesar 0,227.
0.166
Penginapan
0.154
Restoran
0.163 0.455
Toilet
0.229 0.313
0,061
0,179
Wisata budaya
0.269
Wisata alam/agrowisata Wisata budaya & wisata alam/agrowisata
0.418
Gratis
0.421 0.464
Murah Mahal
0.115 0.218
0,114
Pemandu wisata Kios/pedagang asongan
0.078 0.425
Kebersihan lingkungan
0.279
Keramahan masyarakat setempat
0.302
Dekat 0,029
Jarak (7)
Pelayanan (5)
Jenis wisata & Harga tiket (6) atraksi (2)
Penginapan, restoran & toilet
0.534
Sedang Jauh
0.000
0.164 0.200
0.400
0.600
Gambar 23 Persepsi Wisatawan Nusantara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan
Persepsi terhadap faktor pelayanan dengan nilai CR 0,034 yang menunjukkan konsistensi baik terhadap keputusan yang diambil. Dimana kebersihan lingkungan mendapatkan bobot tertinggi (0,425), dan berikutnya dengan bobot 0,279 untuk keramahan masyarakat setempat. Sedangkan pemandu
100
wisata, dan kios atau pedagang asongan mendapatkan bobot masing-masing 0,218 dan 0,078. Dilihat dari harga tiket masuk ke obyek wisata (nilai CR 0,015), wisatawan nusantara berpendapat harga yang ditawarkan murah (0,464), selanjutnya dengan bobot 0,421 pada pernyataan gratis untuk memasuki kawasan wisata. Untuk pernyataan harga tiket yang ditawarkan mahal mendapatkan bobot terendah yaitu sebesar 0,115. Pendapat wisatawan nusantara dengan nilai CR 0,001 pada faktor jarak obyek wisata yang ditawarkan. Mereka beranggapan jaraknya sedang (0,534) terhadap tempat tinggal atau dari tempat mereka menginap. Sedangkan kriteria jaraknya dekat diberikan bobot 0,302 dan kriteria jaraknya jauh (0,164) diberikan bobot terendah.
5.3.3 Persepsi Seluruh Wisatawan Gambar 24 menampilkan hasil analisis persepsi seluruh wisatawa terhadap tujuh faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan beserta kriterianya masing-masing. Faktor pelayanan mendapatkan bobot tertinggi yaitu mencapai 0,323. Bobot 0,221 diberikan untuk faktor jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, dan untuk fasilitas yang tersedia sebesar 0,188. Pembobotan selanjutnya adalah: sarana transportasi (0,099), harga tiket (0,075), promosi (0,064), dan faktor jarak (0,03) dengan bobot terkecil. Pembobotan yang diberikan berdasarkan pada nilai CR 0,023. Dari tujuh faktor yang berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan, terdapat tiga faktor yang mendominasi berdasarkan bobot yang diperoleh, yaitu berada di atas nilai rata-rata bobot dari ketujuh faktor tersebut (0,143). Ketiga faktor tersebuat yaitu: pelayanan; jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan; dan faktor fasilitas. Pada faktor pelayanan dengan nilai CR 0,010, keramahan masyarakat setempat memperoleh bobot tertinggi yaitu sebesar 0,339, dan untuk kebersihan lingkungan dengan bobot 0,325. Pembobotan berikutnya sebesar 0,191 diperoleh pemandu wisata, sedangkan bobot terkecil sebesar 0,086 diperoleh kios atau pedagang asongan.
101
0,064
0.355
Elektronik
0.210
Non elektronik & elektronik
0.261
Mobil pribadi
0.553
Travel/carteran
0.186
Angkutan umum
0,188
Penginapan Fasilitas (3)
0.435
Non elektronik
0,099
Sarana transportasi (4) Promosi (6)
0.146 0.190
Restoran
0.445
Toilet
0.219 0.301
0,221
Wisata budaya
0.492
Wisata alam/agrowisata
0.206
Wisata budaya & wisata alam/agrowisata
0.362
0,075
Gratis
0.478
Murah Mahal
0.160 0.191
0,323
Pemandu wisata Kios/pedagang asongan
0.086 0.325
Kebersihan lingkungan
0.399
Keramahan masyarakat setempat
0.457
Dekat 0,030
Jarak (7)
Pelayanan (1)
Harga tiket (5)
Jenis wisata & atraksi (2)
Penginapan, restoran & toilet
0.393
Sedang Jauh
0.000
0.150 0.200
0.400
0.600
Gambar 24 Persepsi Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara Atas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan
Persepsi seluruh wisatawan pada jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan. Pada nilai CR 0,004 wisata alam termasuk agrowisata memperoleh bobot tertinggi yaitu sebesar 0,492. Bobot 0,301 pada wisata budaya, dan bobot terendah jatuh pada gabungan dari wisata budaya dan wisata alam (agrowisata). Berdasarkan fasilitas yang tersedia di kawasan obyek wisata dengan nilai CR 0,021. Fasilitas toilet memperoleh bobot tertinggi yaitu sebesar 0,445; sedangkan untuk fasilitas lainnya seperti: penginapan, restoran dan toilet
102
mendapatkan bobot 0,219; restoran dengan bobot 0,190; dan bobot terkecil diperoleh fasilitas penginapan. Dilihat dari faktor transportasi, dengan nilai CR 0,001 pembobotan tertinggi diperoleh travel atau carteran (0,553), sedangkan penggunaan mobil pribadi memperoleh bobot sebesar 0,261. Posisi terakhir untuk transportasi menggunakan angkutan umum memperoleh bobot 0,186. Berdasarkan harga tiket, dengan nilai CR 0,012 pembobotan tertinggi pada harga tiket murah (0,478) dan dengan bobot 0,362 untuk harga tiket gratis. Sedangkan untuk harga tiket mahal memperoleh bobot 0,160. Ini menunjukkan bahwa harga tiket bukanlah persoalan bagi wisatawan untuk berwisata ke Kawasan Agropolitan Payangan. Faktor promosi dengan nilai CR 0,000 menunjukkan, bahwa untuk berwisata mereka memperoleh informasi melalui media promosi non elektronik dengan bobot tertinggi (0,435). Informasi melalui media elektronik dengan bobot 0,355 dan bobot terendah diperoleh media non elektronik dan elektronik dengan bobot 0,210. Selanjutnya faktor jarak, dengan nilai CR 0,000. Bobot tertinggi diberikan pada pernyataan bahwa jarak lokasi wisata dari tempat tinggal/menginap adalah dekat (0,457), jarak sedang dengan bobot 0,393, dan jarak jauh dengan bobot 0,150. Berdasarkan hasil analisis ketiga persepsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Bila dicermati, persepsi wisatawan mancanegara dengan persepsi seluruh wisatawan, tidak menunjukkan perbedaan persepsi yang signifikan menyangkut faktor-faktor maupun pada kriteria pada masing-masing faktor. Sehingga untuk mendapatkan persepsi secara menyeluruh terkait pengembangan kepariwisataan, yaitu dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, akan dilihat dari hasil analisis persepsi wisatawan mancanegara (Gambar 22) dan hasil analisis persepsi wisatawan nusantara (Gambar 23). Dari kedua hasil analisis tersebut dapat diketahui, bahwa terdapat lima faktor yang dominan berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Kawasan Agropolitan Payangan. Faktor-faktor tersebut yaitu: pelayanan; jenis wisata dan
103
atraksi yang ditawarkan; fasilitas yang tersedia; sarana transportasi; dan promosi. Dari kriteria faktor pelayanan, yaitu menyangkut keramahan masyarakat setempat dan kebersihan lingkungan, perlu dipertahankan kualitasnya. Sedangkan pemandu wisata dan kios (pedagang asongan) perlu ditingkatkan kualitasnya. Dari faktor jenis wisata dan atraksi yang ditawarkan, perlu peningkatan kualitas pada wisata budaya maupun pada wisata alam termasuk agrowisata. Salah satu caranya adalah dengan menciptakan berbagai atraksi yang mampu menarik minat wisatawan. Dilihat dari fasilitas yang tersedia, penginapan dan restoran perlu ditingkatkan kualitas maupun kuantitasnya. Misalnya dengan menyiapkan rumahrumah penduduk sebagai sarana akomodasi. Hal ini sangat memungkinkan untuk dilakukan, disamping untuk mengurangi terjadinya alih fungsi lahan. Berikutnya yaitu dengan mengembangkan wisata kuliner dengan menyajikan hidangan khas masyarakat setempat. Pada sarana transportasi, yang perlu mendapatkan perhatian adalah angkutan umum. Sementara ini untuk mobilisasi wisatawan dilayani oleh angkutan travel/carteran dari agen-agen perjalanan wisata. Kedepannya nanti diperlukan pengadaan sarana transportasi umum yang mampu melayani setiap obyek wisata yang ada. Keberadaan angkutan umum sangat berperan dalam menarik minat wisatawan, terutama wisatawan nusantara, tentunya dengan tarif terjangkau dan pelayanan yang kontinyu. Dilihat dari faktor promosi, masih perlu lebih ditingkatkan lagi baik melalui media non elektronik maupun melalui media elektronik. Promosi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan agen-agen perjalanan dari daerah-daerah lain maupun dengan negara-negara lain yang prospektif pariwisata.
5.4
Rencana dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Perumusan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara
terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, diperoleh melalui analisis A’WOT. Untuk mencapai rumusan tersebut dilakukan beberapa tahapan analisis.
104
5.4.1 5.4.1.1
Faktor Strategi Internal dan Eksternal Identifikasi Faktor Strategi Internal dan Eksternal
A. Faktor Strategi Internal a. Kekuatan 1. Potensi SDA Kecamatan Payangan sebagai kawasan agropolitan memiliki lahan yang subur untuk pengembangan pertanian dalam arti luas, hamparan persawahan, perkebunan, kawasan berhutan, lembah dan perbukitan menciptakan keindahan alam yang alami. 2. Dukungan masyarakat Masyarakat menyambut baik daerahnya dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, dengan menggali potensi yang dimiliki baik atas dasar usaha sendiri maupun atas bantuan pihak luar baik pemerintah, swasta, maupun lembaga independen lainnya. 3. Letak geografis yang strategis Wilayah Payangan berada di jalur pariwisata Ubud, Batuan, Tegallalang, dan Kintamani dengan aksesibilitas yang memadai sehingga mudah untuk dijangkau. 4. Kelembagaan adat Kuatnya ikatan sosial budaya masyarakat tercermin dengan adanya kelembagaan adat beserta perangkatnya, salah satu perangkatnya yaitu berupa aturan yang tertuang kedalam awig-awig baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Implementasi dari suatu kelembagaan adat adalah dengan keberadaan desa pekraman, sekehe, dan subak dalam mengatur tata guna air. 5. Sarana dan prasarana Terbangunnya jalan-jalan dan jembatan, jaringan listrik, telepon yang telah tersebar luas. Sarana lain yang menunjang pengembangan pariwisata yaitu dengan berdirinya hotel, penginapan dan tempat rekreasi. b. Kelemahan 1. Kondisi SDM Tingkat pendidikan masyarakat secara umum relatif cukup rendah yang berpengaruh pada rendahnya sumber daya manusia yang ada.
105
2. Akses permodalan Masih susahnya masyarakat memperoleh pendanaan yang mencukupi dalam mengembangkan usaha disamping karena masih tingginya suku bunga. 3. Promosi belum optimal Masih kurangnya promosi terhadap potensi-potensi obyek wisata yang ada di Wilayah Payangan. 4. Akulturasi budaya Masuknya budaya-budaya yang tidak sesuai dengan kultur masyarakat setempat. 5. Transportasi umum Terbatasnya transportasi umum yang melayani mobilisasi orang maupun barang antar obyek wisata yang ada.
B. Faktor Strategi Eksternal a. Peluang 1. Dukungan kebijakan pemerintah Ditetapkannya
Payangan
pengembangan
sebagai
agrowisata
pada
kawasan
agropolitan,
kawasan-kawasan
yang
dan
rencana
berpotensi.
Mendorong pengembangan dan peningkatan kualitas kepariwisataan seperti tertuang dalam RPJMD Kabupaten Gianyar 2008-2013. 2. Keberadaan investor Banyak investor yang berminat menanamkan modalnya dalam pengembangan pariwisata. 3. Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) Wisatawan dewasa ini lebih menyukai menikmati keindahan dan berinteraksi langsung dengan alam serta masyarakat yang kaya akan adat dan tradisi. 4. Peluang pasar wisatawan domestik Besarnya jumlah penduduk Indonesia merupakan peluang pasar yang potensial untuk dikembangkan. 5. Perkembangan iptek Kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki.
memungkinkan
untuk
106
b. Ancaman 1. Persamaan jenis obyek dengan daerah lain Banyak obyek wisata sejenis yang berkembang di daerah lain. 2. Stabilitas politik Kegiatan pariwisata sangat rentan terhadap kondisi politik yang tidak menentu. 3. Ekonomi global Situasi perekonomian dunia sangat berpengaruh terhadap pasang surutnya kunjungan wisatawan. 4. Alih fungsi lahan Terjadinya perubahan fungsi lahan akibat terbangunnya sarana pariwisata, dimana banyak lahan-lahan pertanian dimanfaatkan sebagai sarana akomodasi. 5. Eksploitasi SDA Pemanfaatan kawasan-kawasan sempadan sungai dan jurang sebagai sarana pariwisata.
5.4.1.2
Analisis Faktor Strategi Internal dan Eksternal Setelah dilakukan identifikasi terhadap faktor-faktor strategi internal
(kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman), selanjutnya dilakukan penyusunan matriks Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS). Penyusunan matriks ini untuk mengetahui tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh faktorfaktor tersebut dalam penentuan stretegi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Tingkat kepentingan masing-masing faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) diketahui berdasarkan tiga klasifikasi/pengelompokan nilai pembobotan dari selang yang diperoleh, yaitu: sangat penting, penting, dan cukup penting. Penentuan selang untuk masing-masing faktor diperoleh dengan cara mengurangi nilai bobot tertinggi dengan nilai bobot terendah, kemudian hasilnya dibagi tiga. Pengaruh masing-masing faktor diketahui dari nilai rating, dimana nilai rating 4 mewakili tingkat pengaruh sangat kuat, nilai rating 3 mewakili tingkat pengaruh agak/cukup kuat, nilai rating 2 mewakili tingkat
107
pengaruh agak/cukup lemah, dan nilai rating 1 mewakili tingkat pengaruh sangat lemah.
A. Analisis Faktor Strategi Internal Melalui analisis faktor strategi internal dengan matriks IFAS, diperoleh kekuatan yang dapat dikembangkan dan kelemahan yang harus diminimalkan pada pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan (Tabel 32). Dari faktor kekuatan, dukungan masyarakat mencapai bobot tertinggi (0,116) sedangkan sarana dan prasarana mencapai bobot terendah (0,034), hasil pengurangannya (0,132) setelah dibagi tiga menghasilkan nilai selang sebesar 0,044. Dari nilai selang tersebut, diperoleh selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,034 sampai dengan 0,078; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,079 sampai dengan 0,122; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,023 sampai dengan 0,166. Berdasarkan hasil analisis faktor kekuatan, dukungan masyarakat berperan sangat penting (nilai bobot 0,166) dan berpengaruh sangat kuat (nilai rating 4) terhadap pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Untuk potensi SDA, letak geografis yang strategis, dan kelembagaan adat, berperan penting (nilai bobot masing-masing 0,112; 0,095; dan 0,093) dengan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Sedangkan sarana dan prasarana, peranannya cukup penting (nilai bobot 0,034) dengan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Analisis faktor kelemahan, dengan selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,046 sampai dengan 0,098; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,099 sampai dengan 0,150; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,151 sampai dengan 0,202. Menunjukkan bahwa kondisi SDM memiliki peranan sangat penting (nilai bobot 0,202) dan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3) pada pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Akses permodalan berperan penting (nilai bobot 0,101) dan memberikan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Sedangkan untuk promosi belum optimal (nilai bobot 0,088), akulturasi budaya (nilai bobot 0,063), dan
108
transportasi umum (nilai bobot 0,046) memiliki peranannya cukup penting dan berpengaruh cukup kuat (nilai rating 3).
Tabel 32 IFAS Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan Bobot
Rating
Skor
0,112 0,166 0,095 0,093 0,034
3 4 3 3 3
0,336 0,664 0,285 0,279 0,102
Kelemahan : 1. Kondisi SDM 2. Akses permodalan 3. Promosi belum optimal 4. Akulturasi budaya 5. Transportasi umum
0,202 0,101 0,088 0,063 0,046
3 3 3 3 3
0,606 0,303 0,264 0,189 0,138
TOTAL
1,000
Faktor-Faktor Strategi Internal Kekuatan : 1. Potensi SDA 2. Dukungan masyarakat 3. Letak geografis yang strategis 4. Kelembagaan adat 5. Sarana dan prasarana
3,166
Sumber : Hasil Analisis (2011)
B. Analisis Faktor Strategi Eksternal Matriks EFAS digunakan untuk melakukan analisis terhadap faktor strategi
eksternal,
baik
menyangkut
peluang
maupun
ancaman
dalam
pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan (Tabel 33). Analisis faktor peluang, dengan selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,043 sampai dengan 0,103; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,104 sampai dengan 0,164; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,165 sampai dengan 0,224. Dukungan kebijakan pemerintah, merupakan faktor peluang yang memiliki peranan sangat penting (nilai bobot 0,224) dan pengaruhnya sangat kuat (nilai rating 4) dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) dengan nilai bobot 0,100 dan peluang pasar wisatawan domestik (nilai bobot 0,075), memiliki peranan cukup penting dan keduanya memberikan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Sedangkan untuk
109
perkembangan iptek, peranannya cukup penting (nilai bobot 0,043), namun pengaruhnya cukup lemah (nilai rating 2). Analisis faktor ancaman, dengan selang nilai bobot cukup penting dimulai dari 0,071 sampai dengan 0,090; selang nilai bobot penting dimulai dari 0,091 sampai dengan 0,108; dan selang nilai bobot sangat penting dimulai dari 0,109 sampai dengan 0,127. Terdapat dua faktor yang sangat penting, yaitu: alih fungsi lahan (nilai bobot 0,127) dan stabilitas politik (nilai bobot 0,120), dimana keduanya memberikan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3) dalam pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan. Eksploitasi SDA (nilai bobot 0,092) memiliki peranan penting dengan pengaruh cukup kuat (nilai rating 3). Persamaan jenis obyek dengan daerah lain (nilai bobot 0,090) dan ekonomi global (nilai bobot 0,071), berperanan cukup penting dan pengaruhnya cukup kuat. Tabel 33 EFAS Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan Bobot
Rating
Skor
0,224 0,058
4 3
0,896 0,174
0,100 0,075 0,043
3 3 2
0,300 0,225 0,086
Ancaman : 1. Persamaan jenis obyek dengan daerah lain 2. Stabilitas politik 3. Ekonomi global 4. Alih fungsi lahan 5. Eksploitasi SDA
0,090 0,120 0,071 0,127 0,092
3 3 3 3 3
0,270 0,360 0,213 0,381 0,276
TOTAL
1,000
Faktor-Faktor Strategi Eksternal Peluang : 1. Dukungan kebijakan pemerintah 2. Keberadaan investor 3. Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) 4. Peluang pasar wisatawan domestik 5. Perkembangan iptek
3,181
Sumber : Hasil Analisis (2011)
5.4.2
Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE) Analisis matriks internal-eksternal (IE) digunakan untuk memperoleh
strategi yang lebih detail. Berdasarkan hasil analisis faktor strategi internal dan analisis faktor strategi eksternal, diperoleh nilai total skor faktor internal sebesar
110
3,166 dan nilai total skor faktor eksternal sebesar 3,181. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan, memiliki faktor internal dan faktor eksternal yang tergolong kuat (tinggi). Apabila masing-masing parameter ini dipetakan ke dalam matriks IE, diketahui bahwa pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan berada pada sel 1. Artinya, strategi yang diperlukan yaitu melalui strategi pertumbuhan dengan lebih berkonsentrasi pada integrasi vertikal (Gambar 25). Nilai Total Skor Faktor Strategi Internal Tinggi
Rata-Rata 3,166 3
4 1
Nilai Total Skor Faktor Strategi Eksternal
Tinggi
Lemah 2
2
1 3
GROWTH
GROWTH
RETRENCHMENT
Konsentrasi melalui integrasi vertikal
Konsentrasi melalui integrasi horizontal
Turnaround
3,181 3
4
Sedang
5
6
STABILITY
GROWTH
RETRENCHMENT
Hati-hati
Konsentrasi melalui integrasi horizontal
Captive Company atau
STABILITY
Divestment
Tidak ada perubahan profit strategi 2 7
Rendah
8
9
GROWTH
GROWTH
RETRENCHMENT
Diversifikasi konsentrik
Diversifikasi konglomerat
Bangkrut atau Likuidasi
1 Sumber : Diadaptasi dari Rangkuti (2009)
Gambar 25 Hasil Analisis Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE)
Menurut Rangkuti (2009), strategi pertumbuhan dengan integrasi vertikal dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya internal maupun sumber daya eksternal. Melalui backward integration (mengambil alih fungsi supplier)
111
atau melalui forward integration (mengambil alih fungsi distributor) sebagai strategi utama untuk kawasan dengan posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share).
5.4.3
Analisis Matriks Space Hasil analisis matriks space dapat mempertajam strategi yang akan
dikembangkan (Gambar 26). Parameter yang digunakan dari hasil analisis faktor strategi internal dan analisis faktor strategi eksternal, yaitu selisih dari skor faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan selisih dari skor faktor eksternal (peluang – ancaman) dengan perhitungan sebagai berikut: kekuatan – kelemahan = 1,666 – 1,500 = 0,166 peluang – ancaman
= 1,681 – 1,500 = 0,181
Berbagai Peluang Kuadran III Strategi Turn-Around
Kuadran I Strategi Agresif (0,166 ; 0,181)
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal
Kuadran IV Strategi Defensif
Kuadran II Strategi Diversifikasi
Berbagai Ancaman Gambar 26 Hasil Analisis Matriks Space
Hasil analisis menunjukkan, bahwa strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan berada di Kuadran I, yaitu melalu strategi agresif. Posisi ini sangat menguntungkan, dimana
112
kawasan memiliki kekuatan dan peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada dengan menerapkan strategi pertumbuhan yang agresif (Marimin 2008).
5.4.4
Analisis SWOT Penentuan strategi alternatif yang sesuai untuk pengembangan obyek
wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, dilakukan dengan membuat matriks SWOT (Gambar 27). Memperhatikan hasil analisis matriks IE dan hasil analisis matriks space, maka posisi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah, berada pada Kuadran I. Oleh karena itu strategi alternatif yang dipilih adalah strategi SO (Strengths – Opportunities) sebagai strategi utama, yaitu strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan tiga rumusan rencana dan strategi utama yang dapat dikembangkan, yaitu : (1) rencana meningkatkan keterkaitan sektoral, dengan strategi meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan iptek; (2) memperkenalkan dan menawarkan potensi obyek wisata yang ada, dengan pengembangan paket-paket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat; dan (3) memperkuat kepariwisataan, dengan membangun kemitraan dan membentuk jejaring. Keberhasilan rencana dan strategi pengembangan obyek wisata secara terpadu dengan pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan dalam kerangka pengembangan wilayah bisa tercapai, apabila diterapkan secara konsisten dan berkesinambungan, serta diadakan pemantauan dan evaluasi pada tahap-tahap pelaksanaannya.
5.4.5 Kerangka Pengembangan Wilayah dengan Memadukan Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Pengembangan Kegiatan Pariwisata Payangan
dikembangkan
sebagai
kawasan
agropolitan
dengan
menitikberatkan pada produksi hasil pertanian baik on farm maupun off farm untuk memacu peningkatan taraf hidup melalui kemandirian masyarakat. Payangan dengan potensi pertaniannya yang besar, juga memiliki potensi
113
pariwisata, dimana kegiatan pariwisata berkembang didukung oleh peningkatan sarana dan prasarana, keindahan alam, dan kegiatan pertanian masyarakat sebagai daya tarik wisata.
Faktor Internal
Strengths (S)
Weaknesses (W)
1. 2.
1. 2. 3.
3. 4. 5. Faktor Eksternal
Potensi SDA (0,336) Dukungan masyarakat (0,664) Letak geografis yang strategis (0,285) Kelembagaan adat (0,279) Sarana dan prasarana (0,102)
4. 5.
Kondisi SDM (0,606) Akses permodalan (0,303) Promosi belum optimal (0,264) Akulturasi budaya (0,189) Transportasi umum (0,138)
Opportunities (O)
Strategi SO
Strategi WO
1.
1.
1.
2. 3.
4. 5.
Dukungan kebijakan pemerintah (0,896) Keberadaan investor (0,174) Kecenderungan minat wisatawan (wisata alam dan berdimensi tradisional) (0,300) Peluang pasar wisatawan domestik (0,225) Perkembangan iptek (0,086)
2.
3.
Meningkatkan keterpaduan antar sektor yang ada melalui pengembangan iptek (S1-5 & O1-5) = 3,347 Pengembangan paketpaket wisata melalui kerjasama pemerintah, swasta dan masyarakat (S1-5 & O1-5) = 3,347 Membangun kemitraan dan membentuk jejaring (S1-5 & O1-5) = 3,347
2. 3.
Meningkatkan koordinasi antar stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat) (W1-3,5 & O1-5) = 2,992 Pembinaan secara terpadu (W1-4 & O1,2,5) = 2,518 Meningkatkan sistem transportasi umum (W2,3,5&O1-5) = 2,386
Treaths (T)
Strategi ST
Strategi WT
1.
1.
1.
2. 3. 4. 5.
Persamaan jenis obyek dengan daerah lain (0,270) Stabilitas politik (0,360) Ekonomi global (0,213) Alih fungsi lahan (0,381) Eksploitasi SDA (0,276)
2.
3.
Penguatan kelembagaan (S1-5 &T1-5) = 3,166 Memberdayakan desa adat untuk mampu menjaga eksistensi potensi wilayah (S1-5 & T1-5) = 3,166 Optimalisasi pemanfaatan SDA (S1-5 & T1,4,5) = 2,593
2.
3.
Meningkatkan peran serta masyarakat (memperdayakan masyarakat) (W1-4 &T2-5) = 2,592 Melestarikan adat istiadat (budaya) dan peninggalan sejarah yang disesuaikan dengan karakteristik budaya setempat (W1,4 &T1,2,4,5) = 2,082 Meningkatkan promosi (W3,5 & T1,3) = 0,885
Gambar 27 Hasil Analisis Matriks SWOT Pengembangan Obyek Wisata Secara Terpadu dengan Pengembangan Kawasan Agropolitan
114
Dilihat dari potensi yang dimiliki, pengembangan Kawasan Agropolitan Payangan secara efektif dan efisien dalam konteks pengembangan wilayah sebaiknya dilakukan dengan memadukan potensi-potensi yang dimilikinya, dengan hubungan yang saling menguntungkan. Sektor pertanian sebagai produsen produk-produk pertanian, seperti: hortikultura, peternakan, dan bahan-bahan makanan lainnya mampu memasok dan memenuhi kebutuhan sektor pariwisata (hotel dan restoran), disamping menjadikan kegiatan pertanian sebagai salah satu atraksi wisata.