v. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Indetifikasi dan Evaluasi Model-Model Kemitraan di Kota Pekanbaru 5.1.1. Implementasi model PT Charoen Pokphand
Perusahaan ini merupakan perusahaan besar yang berpusat di Thailand. di Indonesia perusahaan ini berpusat di Jakarta, sedangkan untuk wilayah Sumatera dibagi atas dua, yaitu berpusat di Palembang untuk daerah Jambi, Bengkulu dan Lampung. Daerah Sumatera lainnya seperti Sumatera Sarat, Sumatera Utara, Aceh dan Riau berpusat di Medan. Perusahaan ini bergerak dibidang agribisnis peternakan yang mengelola banyak lini produk peternakan mulai dari produk hulu sampai produk hilir peternakan. Produk yang dihasilkan terdiri dari (1) Pembuatan pakan ternak (2) Peternakan ayam petelur, (3) Pembibitan DOC petelur dan pedaging, (4) Breeding Farm atau penetasan telur, (5) Peternakan ayam ras pedaging, (6) Kemitraan model PIR, dan (7) Pengolahan hasil peternakan. Pad a usaha kemitraan di Pekanbaru perusahaan ini membuat anak perusahaan dengan nama PT Nusantara Unggas Jaya. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1998 sesuai dengan Akta Notaris Nomor 3 Tanggal 2 Juni Tahun 1998. Dalam mengelola kemitraan pad a awalnya perusahaan menjalin hubungan dengan peternak-peternak yang mengalami masalah akibat resesi ekonomi, banyak peternak yang gulung tikar saat itu. Resesi yang dirasakan sekali adalah banyaknya peternak yang tidak sanggup lagi menyediakan modal untuk beternak karena mahalnya harga pakan dan bibit serta keterbatasan modal dimiliki. Dengan adanya perusahaan in! peternak dapat lagi berusaha dengan bekerjasama yang sifatnya saling menguntungkan melalui model PIR ayam ras
58
59
pedaging. Sekarang, kemitraan ini sudah semakin berkembang dengan melebarkan
sayapnya
dengan
membuka
lokasi-Iokasi
baru
diluar Kota
Pekanbaru. Selain itu manajemen kemitraan juga sudah melakukan penyaringan dan seleksi bagi peternak yang akan ikut bermitra dengan memberikan persyaratan-persyaratan yang menjamin kelangsungan keamanan perusahaan. Persyaratan ini berupa surat berharga yang mempunyai nilai apabila terjadi kerugian pad a peternak plasma. Dilihat dari aktivitasnya selama 5 (lima) tahun, model kemitraan Charoen Pokphand sudah memiliki sebanyak 16 peternak plasma untuk Kota Pekanbaru. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan upaya pemerintah untuk membantu mengurangi
kemiskinan
dengan
menciptakan
lapangan
pekerjaan
bagi
masyarakat setempat khususnya peternak. Deskripsi perjanjian dan persyaratan pada model kemitraan Charoen Pokphand (Tabel 14), terlihat bahwa umumnya peternak dapat menerima isi surat perjanjian model kemitraan Charoen Pokphand. Dari hasil penelitian terhadap penentuan harga jual hasil produksi, harga sapronak dan jaminan tidak disetujui oleh peternak, karena penentuan harga-harga seharusnya ditentukan secara bersama namun pelaksanaanya hanya oleh perusahaan inti saja, akan tetapi peternak tetap mau bekerjasama dengan pihak inti.
60
Tabel14. Deskripsi Implementasi Perjanjian Model Kemitraan Charoen Pokphand
Kewajiban
Peternak
Inti
Implementasi
-
-
Menyediakan sapronak secara kredit. Menyediakan peralatan secara kredit. Memasarkan hasil produksi. Memberikan bimbingan teknis kepada peternak. Menghentikan perjanjian kerjasama secara sepihak jika petemak melakukan penyimpangan.
-
-
-
-
Hak
Ketentuan Lain
Menyediakan kandang. Menyediakan perlengkapan kandang. Menyediakan tenaga kerja. Mengikuti petunjuk bimbingan teknis. Mengembalikan kredit sapronak. Hanya memakai sapronak dari inti. Menjual hasil panen hanya kepada inti. Memperoleh kredit sapronak. Memperoleh bimbingan teknis. Menerima sisa hasil produksi. Menentukan harga-harga secara bersama
-
-
-
-
-
- Menyediakan jaminan
Menentukan harga sapronak. - Menentukan harga jual hasil panen. Menentukan jadwal pengiriman sapronak. Menentukan jumlah kredit sapronak. - Memperoleh hasil panen. - Melakukan pemotongan hasil panen untuk pembayaran kredit sapronak. Menerima jaminan berupa uang tunai atau surat tanah (tidak tertulis).
kredit sapronak.
5.1.2. Implementasi model PT Confeed Perusahaan ini juga merupakan perusaaan besar di bidang peternakan. Perusahaan ini adalah perusahaan multinasional yang menyebar di tanah air. di Sumatera, perusahaan berpusat di Medan untuk wilayah kerja Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau sedangkan pusat Lampung untuk wilayah Lampung. Bp.nglculu, Palembang dan ..Iambi.
61
Pada awalnya perusahaan ini di Riau melakukan usaha pembibitan ayam ras pedaging, yang mesuplai kebutuhan Poultry Shop baik DOC maupun pakan ayam. Pada tahun 1999 perusahaan ini melakukan usaha kemitraan dengan peternak plasma yang adadi Pekanbaru. Pad a awal kemitraan peternak plasma perusahaan ini berasal dari plasma perusahaan lain yang pindah karena adanya ketidaksesuaian dan juga berasal dari peternak mandiri. Sejak akhir tahun 2004 perusahaan banyak menerima peternak plasma yang belum mempunyai pengalaman beternak atau peternak baru yang termotifasi setelah melihat manfaat yang diterima oleh peternak lain yang telah bergabung dalam kemitraan. Dengan banyaknya peternak yang berminat untuk bergabung, pihak manajemen membuat persyaratan atau seleksi yang lebih ketat terhadap peternak plasma. Salah satu jaminan yang harus diberikan peternak kepada perusahaan adalah uang tunai sebesar Rp2.000 lekor ayam masuk. Hal ini bertujuan untuk menjaga kerugian perusahaan, apabila dalam proses pemeliharaan terjadi kerugian. Deskripsi mengenai perjanjian dan persyaratan pada model kemitraan Confeed (Tabel 15), terlihat bahwa umumnya peternak dapat
~enerima
isi surat
perjanjian model kemitraan Confeed. Namun terhadap penentuan harga jual hasil produksi, harga sapronak dan jaminan tidak disetujui oleh peternak. Selain itu terhadap masa pembayaran sisa hasil produksi yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan paling lama 14 hari setelah masa pan en selesai, perusahaan terkadang tidak dapat memenuhinya, karena pembayaran sering dilakukan melewati masa tersebut bahkan bisa mencapai 30 hari.
62
Tabel 15. Deskripsi Implementasi Perjanjian Model Kemitraan Confeed
Kewajiban
-
-
-
Hak
-
-
Ketentuan Lain
Peternak
Inti
Implementasi
-
Menyediakan sapronak secara kredit. Menyediakan peralatan secara kredit. Memasarkan hasil produksi. Memberikan bimbingan teknis kepada peternak. Menghentikan perjanjian kerjasama secara sepihak jika peternak melakukan penyimpangan. Membayarkan sisa hasil produksi paling lambat 14 hari setelah selesai panen. Menentukan harga sapronak. Menentukan -harga jual hasil panen. Menentukan jadwal pengiriman sapronak. Menentukan jumlah kredit sapronak. Memperoleh hasil panen. Melakukan pemotongan hasil panen untuk pembayaran kredit sapronak. Menerima jaminan berupa uang tunai sebesar Rp2.000 per ekor.
-
Menyediakan kandang berbentuk panggung dengan perlengkapannya Menyediakan tenaga kerja. - Mengikuti petunjuk bimbingan teknis. - Mengembalikan kredit sapronak. Hanya memakai sapronak dari inti. - Menjual hasil panen hanya kepada inti. - Menjamin keamanan dan masalah-masalah sosial. - KaQasitas 5.000 ekor. - Memperoleh kredit sapronak. Memperoleh bimbingan teknis. - Menerima sisa hasil produksi - Secara bersama menentukan harga-harga
-
-
-
-
Menyediakan jaminan kredit sapronak. Menyediakan prasarana jalan.
5.1.3. Implementasi model Ramah Tamah Indah (RTI) Ramah Tamah Indah berdiri sejak tahun 1983 di kota Pekanbaru. Sejak berdirinya RTI mempunyai dasar usaha sebagai pedagang ayam di Pasar Sail kota Pekanbaru. Karena kondisi pemasaran yang mendukung, perusahaan ini menambah popu!asi ayamnya dengan rnembuat guda!1g dan me!!jlJa! ayamnya kepada pedagang, baik langsung diantar kepasar maupun pedagang yang
63
datang menjemput kegudangnya. Selain itu perusahaan ini juga sebagai pedagang besar yang menyuplai kebutuhan ayam di kabupaten-kabupaten yang ada di Riau maupun Provinsi tetangga Riau. Dengan pasar yang luas dan kebutuhan yang cukup banyak maka pihak manajemen mengambil langkah untuk merangkul peternak-peternak untuk diajak beke~asama dengan konsep saling menguntungkan dari kedua belah pihak. Tabel 16. Deskripsi Implementasi Persyaratan Model Kemitraan RTI Implementasi
Peternak
Inti
-
Kewajiban
-
-
Menyediakan sapronak secara kredit. Menyediakan peralatan secara kredit. Memasarkan hasil produksi. Memberikan bimbingan teknis kepada peternak. Menghentikan pe~anjian kerjasama secara sepihak jika peternak melakukan penyimpangan.
-
-
Hak
-
-
Ketentuan Lain
1I
Menyediakan kandang. Menyediakan perlengkapan kandang. Menyediakan tenaga kerja. Mengikuti petunjuk bimbingan teknis. Mengembalikan kredit sapronak. Hanya memakai sapronak dari inti. Menjual hasil panen hanya kepada inti.
Menentukan harga sapronak. Menentukan harga jual hasil panen. Menentukan jadwal pengiriman sapronak. Menentukan jumlah kredit sapronak. Memperoleh hasil panen. Melakukan pemotongan hasil panen untuk pembayaran kredit sapronak.
-
Peternak diizinkan melakukan peminjaman dalam bentuk uang tunai
- Tidak ada
-
Memperoleh kredit sapronak. Memperoleh bimbingan teknis. Menerima sisa hasil produksi
I
I
64
Dari hasil pengamatan dilapangan terlihat bahwa peternak dalam kemitraan RTI ini adalah peternak plasma yang telah keluar dari kemitraan Pokphand dan Confeed ditambah dengan peternak mandiri. Sehingga dilihat dari pengalaman beternak dan be rmitra, sudah mempunyai pengalaman yang cukup lama. Hal ini sangat mendukung manajemen perusahaan dari peternak yang mempunyai disiplin kerja untuk dapat menghasilkan produktivitas yang baik. Deskripsi mengenai perjanjian dan persyaratan pada model kemitraan RTI (Tabel 16), memperlihatkan bahwa umumnya peternak dapat menerima perjanjian model kemitraan RTI yang dilakukan secara lisan (tidak tertulis) walaupun sebenarnya peternak menginginkan
pe~anjian
tersebut dalam bentuk
tertulis. Namun terhadap kontinuitas pengiriman sapronak, peternak sering mengeluhkan
akan
hal
ini.
Penyebabnya
karena
perusahaan
memang
tergantung dengan pabrik yang merupakan pemasok sapronak bagi perusahaan, demikian juga halnya dengan bantuan perusahaan dalam bimbingan teknis. Sedangkan penentuan harga jual hasil produksi dan harga sapronak tidak disetujui oleh peternak.
5.1.4. Implementasi model Makmur Jaya PS Perusahaan Makmur Jaya PS berdiri pad a tahun 1982. Pada awal berdirinya perusahaan Makmur Jaya ini merupakan pedagang sarana kebutuhan ternak atau Poultry Shop. Perusahaan ini merupakan pedagang besar yang pemasarannya mencakup daerah Riau daratan dan Riau Kepulauan. Pada tahun 2002 pemasaran DOC, pakan dan obat-obatan mengalami kemacetan, hal ini disebabkan banyaknya peternak binaannya yang tak sanggup lagi beternak akibat kondisi ekonomi dan sebagian lagi telah pindah pada model-modei kemitraan lain yang
telah ada.
Selain itu sebagai pedagang besar sarana
65
ternak, perusahaan ini juga dituntut oleh sistem sebagai distributor tetap yang harus mendistribusikan DOC, pakan dan obat-obatan dalam target tertentu. Dengan permasalahan itu pihak manajemen perusahaan berusaha memenuhi target dengan merangkul peternak sebanyak-banyaknya untuk dapat
beke~a
sarna yang saling menguntungkan kedua belah pihak dengan sistem kemitraan model PIR. Model PIR Makmur Jaya adalah model PIR yang terakhir berdiri di Pekanbaru.
Petemak plasmanya
merupakan
peternak
lama
yang juga
pelanggannya pada masa lalu. Selain itu peternak plasma yang bergabung juga berasal dari perpindahan model PIR lain yang sudah ada sebelumnya, terutama dari perusahaan besar seperti Charoen Pokphand dan Confeed. Hal ini disebabkan pihak manajemen model PIR Makmur Jaya tidak terlalu kaku, selain itu juga tidak menuntut adanya jaminan berupa dana tunai atau surat berharga lainnya. Untuk lebih lanjut mengenai
pe~anjian
dan persyaratan pad a model
kemitraan Makmur Jaya, seperti dideskripsikan pad a Tabel17. Pada Tabel 17, terlihat bahwa umumnya peternak dapat menerima isi perjanjian model kemitraan Makmur Jaya. Pada model kemitraan Makmur Jaya ini,
pe~anjian
antara peternak dan perusahaan juga tidak dibuat secara tertulis.
Pada kemitraan
Makmur Jaya,
kontinuitas pengiriman
sapronak,
sering
dikeluhkan peternak, hal ini karena perusahaan sangat tergantung dengan pabrik yang merupakan pemasok sapronak bagi perusahaan. Selain hal tersebut, bantuan perusahaan dalam bimbingan teknis yang dirasakan peternak sangat kurang, sedangkan penentuan harga jual hasil produksi dan harga sapronak tidak disetujni oleh peternak.
66
Tabel17. Deskripsi Implementasi Persyaratan Model Kemitraan Makmur Jaya
Kewajiban
- Menyediakan sapronak secara kredit. - Menyediakan peralatan kandang secara kredit. - Memasarkan hasil produksi. - Memberikan bimbingan teknis kepada peternak. Menghentikan perjanjian kerjasama secara sepihak jika peternak melakukan penyimpangan.
- Menentukan harga sapronak.
Hak
-
-
Ketentuan Lain
Peternak
Inti
Implementasi
-
Menentukan harga jual hasil panen. Menentukan jadwal pengiriman sapronak. Menentukan jumlah kredit sapronak. Memperoleh hasil panen. Melakukan pemotongan hasil panen untuk pembayaran kredit sapronak.
Peternak diizinkan melakukan peminjaman uang tunai.
-
Menyediakan kandang. Menyediakan perlengkapan kandang. Menyediakan tenaga kerja. Mengikuti petunjuk bimbingan teknis. Mengembalikan kredit sapronak. Hanya memakai sapronak dari inti. Menjual hasil panen hanya kepada inti.
-
Memperoleh kredit sapronak. Memperoleh bimbingan teknis. Menerima sisa hasil produksi
-
Tidak ada
5.1.5. 8entuk dan lsi Surat Perjanjian Dalam mengawali pelaksanaan ke~asama antara peternak ayam ras pedaging sebagai plasma dengan perusahaan sebagai inti, implementasi awalnya adalah dengan menyusun anal isis kebutuhan serta perencanaan kesepakatan pe~anjian ke~asama. Proses penyusunan pe~anjian kerjasama
67
dimulai dengan membicarakan pertimbangan-pertimbangan kebutuhan yang diperlukan oleh petemak, disesuaikan dengan kemungkinan dan harapan yang akan diperoleh petemak dari perusahaan. lsi dari pe~anjian tertulis kerjasama tersebut terdiri dari sebelas pasal yang menetapkan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk melakukan ikatan yang diatur dalam pasal-pasal pe~anjian terse but. Dalam perjanjian tersebut dapat diketahui
hak dan
kewajiban
dari
masing-masing
pihak
(perusahaan sebagai inti dan petemak sebagai plasma/calon mitra). Secara umum hak dan kewajiban dari masing-masing pihak tersebut adalah sebagai berikut :
Hak Peternak sebagai Mitra 1. Memperoleh kredit modal ke~a dalam bentuk bibit ayam (DOC), pakan, obatobatan dan vaksin serta peralatan kandang. 2. Mendapatkan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan dari dokter hewan perusahaan secara berkala. 3. Menerima pembayaran hasil produksi/panen secara tunai setelah hasil panen diterima oleh perusahaan.
Kewajiban Peternak Mitra. 1. Menyediakan kandang-kandang ayam disertai dengan perlengkapan serta tenaga ke~a yang diperlukan dalam pemeliharaan ayam. 2. Selama pe~anjian terse but berlangsung, petemak mitra tidak diperkenankan untuk memelihara ayam atau memakai sapronak dari pihak lain. 3. Menyerahkan jaminan kredit modal kerja berupa surat tanah dan sejumlah dana kepada pihak perusahaan.
68
4. Mengikuti seluruh petunjuk dan bimbingan teknis yang diberikan oleh pihak perusahaan. 5. Menjual hasil panen kepada pihak perusahaan. 6. Mengembalikan pinjaman kredit sapronak kepada perusahaan setelah panen. Hak Perusahaan
1.· Menentukan penggunaan kredit sapronak yang disalurkan kepada peternak mitra. 2. Menerima jaminan kredit modal ke~a berupa surat tanah dan sejumlah dana dari peternak mitra. 3. Memperoleh pasokan panenan ayam ras pedaging dari seluruh peternak mitra. 4. Melakukan pemotongan pembayaran hasil panen peternak mitra untuk melunasi kredit sapronak. Kewajiban Perusahaan
1. Menyediakan sarana produksi berupa bibit ayam (DOC), pakan, obat-obatan dan peralatan kelokasi peternak mitra. 2. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis secara berkala kepada peternak mitra. 3. Menerima dan menjamin pemasaran hasil panen peternak mitra. 4. Membayar secara tunai hasil penjualan produksi peternak mitra setelah hasil pa!1enan tersebut c!iterima pihak perusahaan.
69
Selain hak dan kewajiban dari masing-masing pihak tersebut, secara khusus ada beberapa perbedaan dari kewajiban dan hak masing-masing pihak yang bermitra, seperti terlihat pada Tabel18.
Tabel 18. Perbedaan Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti dan Peternak Mitra Pada 4 Model Kemitraan di Kota Pekanbaru
Kewajiban
Hak Perusahaan
Kewajiban Perusahaan
Pokphand
- Menerima jaminan dari peternak berupa surat tanah/uang.
- Memberikan jaminan tersediannya sarana produksi
- Menerima jaminan ketersediaan sarana produksi
- Memberikan jaminan pada perusahaan berupa surat tanah/uang.
Confeed
- Menerima jaminan berupa uang tunai Rp2.000/ekor ayam masuk
- Memberikan jaminan tersedianya sapronak
- Jaminan ketersediaan sarana produksi
- Memberikan jaminan pada perusahaan berupa uang
RTI
- Hanya memilih peternak yang dikenalnya secara baik
- Memberikan jaminan ketersediaan sapronak
- Tidak memberikan Jaminan
- Mengenal perusahaan
Makmur Jaya
- Hanya memilih peternak yang dikenalnya secara baik
- Memberikan jaminan ketersediaan sapronak
- Tidak memberikan jaminan
- Mengenal perusahaan
Model
Hak Peternak
Pete rn ak
Dari ketentuan-ketentuan yang terdapat pad a isi surat perjanjian tersebut mengatur mekanisme kerjasama yang harus dipatuhi bersama oleh kedua belah pihak
yang
bermitra
dan
mengandung
konsekwensi-konsekwensi
dalam
pe!aksanafln perjanjian tersebut. Apabila da/am pelaksanaan kerjasama teisebut dapat berlangsung dengan baik maka kedua belah pihak dapat melanjutkan
70
perjanjian tersebut secara otomatis selama 7 (tujuh) periode pemeliharaan. Sebaliknya apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak akan ditempuh cara musyawarah. Namun jika salah satu pihak tidak dapat menerima kesepakatan hasil musyawarah tersebut, maka dapat ditempuh jalan hukum hingga ke pengadilan. Dalam penetapan
pe~anjian ke~asama
seperti dalam isi surat perjanjian,
maka pihak ketiga selaku pembina (fasilitator) sudah terlibat sejak awal terutama Dinas
Peternakan
setempat,
namun
dalam
pelaksanaan
di
lapangan,
peranannya belum dirasa memuaskan bagi peternak mitra. Disamping pihak pemerintah yang terlibat, dalam penandatanganan
pe~anjian
tersebut juga
melibatkan pihak Notaris, sebagai pihak yang menguatkan isi perjanjian agar dapat lebih dipertanggung jawabkan ke absahannya.
5.1.6. Evaluasi Terhadap lsi Surat Perjanjian Evaluasi terhadap isi surat perjanjian kerjasama, bertujuan mengetahui sampai sejauh mana isi surat
pe~anjian
un~uk
tersebut dapat dijalankan
oleh kedua belah pihak yang melakukan hubungan kerjasama kemitraan. Surat perjanjian yang sekaligus dapat dijadikan surat keterangan kontrak tersebut mengatur tatacara yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang bermitra. Ada hak yang harus diterima oleh perusahaan sebagai inti disamping kewajiban yang harus dijalankannya. Demikian pula terhadap peternak, ada hak yang akan diterimanya dan ada kewajiban yang harus dijalankannya sebagai plasma. Lebih lanjut tentang evaluasi kesepakatan kemitraan sebagai tabel perbandingan dari implementasi beberapa model kemitraan ini dapat dilihat pad a Tabel 19.
Tabel20. Matrik Perbandingan Implementasi ke-4 Model Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru Charoen Pokphand Ketentuan Realisasi
Surat I Perjanjian
KesHpakatan perusanaan dengan peternak. (T)
Ada
Jenis kandang Jumlah produksi minimal Jaminan peternak Jadwal pengiriman sapronak Sapronak
Panggung (L) 5.1)00 ekor (L)
Tercapai Tidak tercapai
Confeed Realisasi Ketentuan Kesepakatan Ada perusahaan dengan peternak. (Tl Panggung (T) Tercapai Tidak 5.000 ekor (T) tercapai
Surat tanah (L)
Tercapai
Rp.2.000 fekor
Keterangan
f---
~-----~.-
Kontinuitas sesuai program (L)
Tidak tercapai
Harus dari perusaan
Tercapai
Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (T)
Tidak tercapai
-Bantuan teknis Rutin dilakukan _: .--.---.--_ _ _t-r:,:p~erusahaan (T) Jadwal panen Kesepakatan porusahaan dengan peternak (L)
Tercapai
Hargajual
Kesepakatan 1= erusahaan dengan peternak. (T)
Tidak tercapai
Tercapai Tercapai
MakmurJaya Ketentuan Realisasi Kesepakatan Tidak ada perusahaan dengan peternak. (L) Panggung (L) Tercapai Tercapai 3.000 ekor (L)
Tidakada
Tercapai
Tidak ada
fKg + insentiv
Tercapai
Setelah panen (T)
Tercapai
Tidak tercapai
Kontinuitas sesuai program (L) Harus dari Rerusaan (T) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (T) Rutin dilakukan perusahaan (T) Kesepakatan perusahaan dengan peternak
Tidak tercapai
Kontinuitas sesuai program (L)
Tidak tercapai
Kontinuitas sesuai program (L)
Tidak tercapai
Tercapai
Harus dari perusaan(L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) Rutin dilakukan perusahaan (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak
Tercapai
Harus dari perusaan (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) Rutin dilakukan perusahaan (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak
Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai Tidak tercapai
(L)
Penghitungan bagi hasil Pengambilan Hasil Produksi T = Tertuhs
Realisasi Tidak ada
(T)
(Tl Harga sapronak
RTI
Ketentuan Kesepakatan perusahaan dengan peternak·1L) Panggung (L) 3.000 ekor (L)
L = Lisan
Tercapai
Tidak tercapai Tidak tercapai
Tidak tercapai
14 hari setelah panen (T)
Tidak tercapai Tidak tercapai
(L)
(L)
Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (T) IKg + insentiv
Tercapai
Tercapai
Tercapai
Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) fekor + insentiv
Tidak tercapai
Setelah panen
Tercapai
(L)
Tercapai
Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) fekor + insentiv
Tercapai
Setelah panen (L)
Tercapai
Tercapai
72
Pad a Tabel 19, terlihat bahwa sebenarnya banyak dari ketentuanketentuan pe~anjian antara perusahaan dengan peternak yang tidak dapat direalisasikan, walaupun sebagian besar yang merupakan keharusan peternak telah direalisasikan oleh peternak. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Surat
pe~anjian
yang merupakan suatu keharusan dalam bekerjasama
antara perusahaan sebagai pihak pertama dan peternak sebagai pihak kedua, pada model kemitraan Pokphand dan Confeed telah ada, namun pad a model kemitraan RTI dan Makmur Jaya hal ini tidak ditemukan. Perjanjian antara kedua pihak hanya diikat oleh suatu bentuk kepercayaan pad a
pe~anjian
lisan.
2. Terhadap jenis kandang, semua peternak telah memenuhinya, hal ini sesuai dengan hasil penelitian, dimana kandang yang dimiliki oleh peternak adalah kandang berbentuk panggung.
3. Jumlah produksi minimal yang diminta oleh perusahaan, masih banyak yang tidak dapat dipenuhi oleh peternak. Produksi minimal untuk kemitraan Pokphand dan Confeed adalah 5.000 ekor, namun dari hasil penelitian, masih adanya petemak yang memiliki ka~asitas produksi kurang dclri pad a itu. Hal ini disebabkan oleh kebijaksanaah perusahaan yang menyesuaikan dengan kondisi pasar dan keinginan peternak dalam menjaga kesehatan ayam ras pedaging peternakannya. Sedangkan untuk model kemitraan RTI dan Makmur Jaya, kapasitas produksi minimal yang diminta perusahaan adalah 3.000 ekor, dan telah dapat dipenuhi oleh peternak mitranya.
4. Secara tidak tertulis, Pokphand meminta peternak mitra untuk membsiikan su~tu
surat tanah yang akan dijadikan perusahaan sebagai jaminan, jika
peternak mengalami kerugian diluar yang mungkin timbul dalam keadaan
73
memaksa (seperti bencana alam), jika sipeternak tidak mampu untuk memberikan uang tunai sebagai jaminan. Hal yang sarna juga dilakukan oleh Confeed, namun perusahaan hanya meminta uang tunai sebagai jaminan. Sesuai dengan hasil penelitian, jumlah yang diminta oleh perusahaan (Confeed) adalah Rp2.000 per ekor DOC yang ditargetkan. Jaminan yang diwajibkan oleh kedua perusahaan dirasa oleh peternak plasma sangat memberatkan. Pada model kemitraan RTI dan Makmur Jaya hal ini tidak ditemui, bahkan perusahaan cenderung untuk memberikan pinjaman uang kepada peternak yang sangat memerlukan, dan nantinya harus dibayar dengan cara memotong hasil panen. Hal ini juga merupakan salah satu faktor penyebab mulai banyaknya peternak yang beralih ke kemitraan RTI dan Makmur Jaya. 5. Dalam hal jadwal pengiriman sapronak, perusahaan tidak mampu untuk memenuhi janjinya, yang paling sering ditemui oleh peternak adalah keterlambatan yang dilakukan oleh perusahaan. Sesuai dengan isi surat perjanjian, seharusnya perusahaan mengirimkan sapronak DOC pada 14 hari setelah satu periode produksi (panen selesai). Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan sering melakukan pengiriman sapronak mencapai 20 hari bahkan bisa mencapai 60 hari. Hal ini membuat peternak plasma merasa dirugikan. Kerugian terutama dirasakan pad a saat kandang peternak kosong untuk waktu yang lama, seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan kandang dan biaya tenaga kerja tetap harus dikeluarkan oleh peternak.
6. Keharusan membeli sapronak dari perusahaaii inti dalam satu masa perjanjian (sekitar 7 ka!i periode produksi) c!eh peternak tidak merasa perl ... dipermasalahkan.
74 7. Harga sapronak yang ditentukan secara sepihak oleh perusahaan terasa memberatkan dalam kesepakatan yang seharusnya dibuat secara bersamasarna. Menurut hasil penelitian, peternak selalu melakukan perbandingan kondisi ini dengan kondisi harga pasaran sapronak diluar kemitraan. Harga sapronak akan sangat berpengaruh secara lang sung terhadap pendapatan peternak plasma khusunya peternak pada model kemitraan Pokphand dan Confeed. Pad a model kemitraan RTI dan Makmur jaya hal ini kurang dirasakan pengaruhnya oleh peternak, karena pendapatan peternak dari awal sudah diukur dengan jumlah produksi ayam per ekor yang keluar dalam satu periode. 8. Bantuan teknis perusahaan yang seharusnya dilakukan secara rutin di lapangan, oleh kemitraan Pokphand dan Confeed telah dapat dipenuhi, hal ini karena perusahaan memang memiliki dokter dan tenaga ahli yang terlibat langsung sebagai karyawan pada masing-masing pola tersebut. Pad a model kemitraan RTI dan Makmur Jaya, bantuan teknis pada peternak sangat dirasakan sangat kurang, bahkan cenderung tidak berpengaruh, sebab kebanyakan jika peternak menemui hal-hal yang tidak diketahui maka peternaklah yang datang menemui pihak perusahaan untuk bertanya. 9. Penentuan jadwal panen yang terkadang berada diluar kesepakatan sering membingungkan peternak, apalagi bagi mereka yang berpendidikan rendah dan kurang pengalaman. Pada dasarnya, perusahaan menjanjikan akan mengurangi jumlah ternak pada saat kandang dirasakan mulai sempit, terutama pada model kemitraan Pokphand dan Confeed. Ideal pengukuran meraka adaiah pada saat ternak memiliki rata-rata berat 1,3 Kg sehar:.Jsnya
telah mulai dipaner. sebahagian untuk mengurangi kepadatan kandang,
75
perusahaan tidak melakukan hal ini padahal kepadatan kandang yang tidak terkendali akan mengganggu kesehatan ayam. Oleh peternak seringnya kondisi ini terjadi membuat mereka berfikir untuk tidak mau menerima jumlah bibit ayam yang masuk sesuai dengan kesepakatan. 10. Tidak tecapainya realisasi harga jual yang dirasakan peternak, disebabkan harga jual yang berlaku dipasaran cenderung lebih tinggi dari harga dasar yang ditetapkan perusahaan. Dari penelitian yang dilakukan, hal ini terjadi pada model kemitraan Pokphand dan Confeed saja. Petemak merasakan bahwa perusahaan selalu memberikan penghitungan harga terendah dipasar, sehingga pendapatan peternak menjadi rendah. Diperlukan suatu bentuk lain sistem penghitungan pembagian hasil. Pada model kemitraan RTI dan Makmur Jaya tidak ada masalah, sebab perusahaan telah menetapkan suatu harga yang berpedoman pada jumlah ayam yang dipanen pada suatu kandang dalam satu periode produksi. 11. Penerapan sistem penghitungan bagi hasil yang dilakukan oleh perusahaan tidak dirasakan memberatkan oleh petemak, walaupun sebenarnya peternak masih mendapatkan sisa hasil produksi yang masih dibawah harga pasar. Selain itu berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa peternak belum tahu persis tentang sistem pembagian keuntungan yang dilakukan oleh inti model kemitraan lain yang menggunakan sistem per ekor ayam keluar (model kemitraan RTI dan Makmur jaya).
12. Pada model kemitraan Confeed, pengambilan sisa hasil panen dilakukan 14 hari setelah semU3 ternak produksi da!am satu periode selesai dipanen. Namun
yang
dirasakan
petemak
pembayara!"!
yang
di!akukan
o!eh
perusahaan cenderung tidak tercapai, bahkan yang sering dijumpai lebih dari
76
15 hari setelah panen selesai. Sedangkan peternak untuk model kemitraan RTI dan Makmur Jaya, sistem pemberian upah Rp500 per ekor dirasakan sangat membantu. Dari Tabel 19, dapat juga diketahui secara keseluruhan dari implementasi pelaksanaan kesepakatan perjanjian kemitraan, belum sepenuhnya dapat dilakukan sesuai dengan isi kesepakatan bersama. Jika dilihat dari bentuk dan isi surat perjanjian kerjasama kemitraan serta aplikasinya
dilapangan,
ternyata
kegiatan
kemitraan
yang
ada
belum
sepenuhnya melibatkan pihak ketiga selaku fasilitator atau konsultan yang netral. Pihak pemerintah dalam hal ini hanya sebatas mengetahui isi perjanjian tanpa ikut bersama menyusun dan menjembatani antara pihak-pihak yang bermitra. Pemerintah atau pihak lembaga swadaya masyarakat diharapkan berperan aktif sebagai pembina dan pengontrol dalam kegiatan kemitraan. Disamping itu dengan adanya pihak ketiga diharapkan dapat mengeliminer kemungkinan terjadinya eksploitasi salah satu pihak terhadap pihak lainnya.
5.2. Analisis Tingkat Keberhasilan Usaha dan Pendapatan. Analisis yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap tingkat keberhasilan usaha ternak ayam ras pedaging adalah dengan melakukan perhitungan analisis biaya per satuan hasil dan perhitungan analisis efisiensi usaha dengan biaya yang dikeluarkan terhadap usaha tersebut, sedangkan untuk menganalisis tingkat pendapatan di!akukan dengan menghitung total penerimaan dikurangi dengan total pengeluaran. Perhitungan lebih lanjut diuraikan pada bagian berikut.
77
5.2.1. Analisis Biaya Per Satuan Hasil Dalam melakukan analisis biaya persatuan hasil, dilakukan perhitungan terhadap total pengeluaran yang dikeluarkan peternak plasma dikalikan dengan harga masing-masing input, kemudian dibagi dengan total produksi (kg). Input biaya-biaya produksi yang diperhitungkan meliputi biaya untuk penerangan, gas atau minyak tanah, solar, oli, formalin, serbuk, transport dan tenaga kerja. Hasil perhitungan analisis biaya pada usaha budidaya ternak ayam ras pedaging masing-masing model kemitraan dapat dilihat pada Lampiran 2 sfd 6. Untuk komposisi biaya-biaya yang dikeluarkan peternak plasma dalam model kemitraan ayam ras pedaging ini terlihat pada Tabel20. Tabel20. Komposisi Rata-Rata Biaya Peternak Dalam Satu Periode Pada Model Kemitraan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru Tahun 2005 Inti
Biaya Produksi Petemak (%) ForserTrans Oli port malin buk
Pene rang
Gas/m
RTI
1,89
9,66
3,59
2,99
2,64
4,37
MJ
0,00
18,75
6,21
1,02
0,50
Confeed
3,88
15,02
9,16
0,44
Pokphand
2,89
15,66
5,77
1,16
tnh
Solar
TK
Peny alat
Total
0,62
48,04
26,19
100
2,18
0,77
55,11
15,46
100
3,29
3,90
0,68
39,89
23,73
100
3,17
4,14
0,66
44,81
21,74
100
Dari Tabel 20, terlihat bahwa biaya tenaga kerja pad a Model Kemitraan Makmur Jaya merupakan persentase yang terbesar, yaitu sebesar 55,11 %. Biaya tenaga kerja ini menjadi besar karena biaya ini menuntut jumlah tenaga yang besar sesuai dengan jumlah populasi ternak. Selain itu tingginya biaya tenaga kerja ini karena pekerjaannya menuntut ketelitian dan kedisiplinan dari pekerja, sehingga tingkat upah pekerja menjadi tinggi. Pada model kemitraan Makmur Jays didapat rata-rata upah tenaga ke~a sebesar
DOC.
Rp2S0,581 fekor
78
Persentase terendah dari komponen-komponen biaya, terdapat pada model kemitraan Makmur Jaya pada komponen penerangan, yaitu sebesar 0,00%. Hal ini karena pada Model Kemitraan Makmur Jaya tidak ada peternak yang
menggunakan
sarana
penerangan
listrik
PLN.
Untuk
kebutuhan
penerangan, para peternak pada model kemitraan ini mempergunakan mesin penerangan sendiri. Rataan perhitungan analisis biaya persatuan hasil terhadap masingmasing model kemitraan dapat dilihat pad a Tabel 21. Tabel 21. Rataan Biaya Peternak Per Satuan Hasil Budidaya Ternak Ayam Ras Pedaging Dalam Satu Periode Pad a Model Kemitraan di Pekanbaru Tahun 2005 No
Inti/Prsh
1.
RTI
2.
Makmur
3.
Confeed
4.
Pokphand
Stra ta
Total Pengeluaran (Rp)
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1.555.021 3.259.669 6.658.782 1.733.913 4.106.752 5.874.864 2.101.293 4.168.967 5.313.649 1.393.307 2.114.132 7.442.567
Total Produksi Kg
Ekor
4.734,6 9.984,0 25.417,0 3.893,5 9.518,7 15.974,3 6.385,6 11.353,0 19.741,6 6.389,3 10.145,9 28.751,2
3.893 8.542 20.157 3.267 7.059 10.942 3.235 6.010 10.444 3.816 6.112 16.244
Rata-rata Biaya (Rp) Kg
Ekor
328,4 326,5 262,0 445,3 431,4 367,8 329,1 367,2 269,2 218,1 208,4 274,3
399,4 381,6 330,3 530,7 581,8 536,9 649,6 693,7 508,8 365,2 345,9 485,6
Dari hasil perhitungan pada Tabel 21, diperoleh rataan biaya per satuan hasil masing-masing model kemitraan yaitu untuk Strata 1 biaya terendah didapat pada model kemitraan Pokphand sebesar Rp218,1 fkg atau Rp365,2 fekor sedangkan biaya tertinggi didapat pada modei iviakmur Jaya sebesai Rp445,3 Ikg atau Rp530,7 fekoi. Untuk Stara 2 biaya terendah didapat pada model Pokphand sebesar Rp367,2 fkg atau Rp345,9 fekor sedangkan tertinggi
79
didapat pada model Makmur Jaya sebesar Rp431,4 Ikg atau Rp581,8 lekor. Strata 3 biaya terendah didapat pada model kemitraan Confeed sebesar Rp262,0 Ikg atau Rp330,3 lekor sedangkan tertinggi didapat pad a model makmur Jaya
sebesar Rp367,8/kg atau Rp536,9/ekor. Keadaan tersebut manunjukkan bahwa biaya rataan terbesar terdapat pad a Stara 1 dan biaya rataan terendah terdapat pad a stara 3, berarti pad a populasi yang besar biaya lebih efisien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Adnani (1993), bahwa biaya produksi per Kg bobot hidup berdasarkan skala pemeliharaan didapat biaya untuk skala III (diatas 6.000 ekor pemeliharaan) lebih kecil jika dibandingkan dengan skala II (3.000 - 6.000 ekor pemeliharaan) dan skala I (dibawah 3.000 ekor pemeliharaan). Terlihat bahwa berdasarkan skala pemeliharaan, ternyata bertambah besarnya jumlah pemeliharaan, maka biaya produksi semakin keci!. Hal ini sesuai dengan pendapat Clayton (1967), semakin besar skala usaha semakin kecil biaya yang diperlukan untuk menghasilkan out-put. Pada Tabel 21 tersebut, juga terlihat bahwa biaya terendah per Kg terdapat pada model Pokphand Strata 2, yaitu sebesar
Rp208,4. Hal ini
disebabkan karena perusahaan ini berorientasi pad a produksi ayam besar dengan rata-rata be rat 1,7 Kg/ekor selain itu tenaga kerja yang dipakai sipeternak dalam pengelolaan usaha peternakan ini yang banyak adalah tenaga
kerja yang berasal dari si pemilik usaha atau tenaga kerja dalam keluarga (Lampiran 5). Sedangkan untuk biaya terbesar per Kg adalah Makmur Jaya Strata 1. Hal ini disebabkan karena total produksi rata-rata per ekor ayam adalah 1,33 Kg dengan populasi pemeliharaan iata-iata 3.367 ekor ayam. Pada Tabei 21, juga terlihat !.mtuk penge!!.Jaran der.g::m perhit:.mgar. perekor, yang terendah adalah model kemitraan RTI strata 3, yaitu sebesar
80
Rp330,3 lekor. Hal ini disebabkan karena model kemitraan RTI berorientasi pada produksi ayam kecil, sehingga waktu pemeliharaan menjadi lebih sing kat dan populasi pad a strata 3 RTI ini rata-rata 20.867 ekor, sehingga biaya variabel yang dikeluarkan menjadi semakin kecil. Adapun untuk biaya terbesar terdapat pada model Confeed pada strata 2, yaitu sebesar Rp693,7/ekor dengan populasi rata-rata 6.200 ekor. Hal ini juga dikarenakan pada model kemitraan Confeed strata 2, dari sam pel yang diambil, biaya untuk tenaga
ke~a
khususnya tenaga
kerja dalam keluarga cukup tinggi (lampiran 4).
5.2.2. Analisis Pendapatan Pendapatan yang diterima oleh masing-masing peternak model kemitraan merupakan imbalan
jasa dari keseluruhan aktivitas dalam proses budidaya
ternak ayam ras pedaging. Keuntungan yang diperoleh merupakan selisish antara total nilai produksi yang merupakan hasil perkalian produksi ayam ras pedaging dengan harga jual terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Sernakin besar nilai produksi dihasilkan dan serna kin sedikit total nilai biaya yang dikeluarkan, maka akan menghasilkan jumlah keuntungan yang besar. Demikian sebaliknya, semakin sedikit jumlah nilai produksi yang diterima dan
semakin
besar total
input yang
digunakan,
maka akan
menghasilkan keuntungan yang keci!. Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejurnlah hasil panen ayam ras pedaging yang dapat diukur dengan kilogram dan jumlah ekor panen, sedangkan harga adalah nilai rupiah dari setiap kilogram dan ekor ayam panenan. Sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan selama piOses produksi adalah seluruh biaya pembelian sarana produksi yang meliputi; serbuk, obat furnugasi, pemanas, penerangan dan tenaga
ke~a.
Hasil perhitungan untuk
81
masing-masing model kemitraan selama satu periode produksi dalam skala yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 7 sId 11, Sedangkan rataan keuntungan yang diterima oleh peternak masing-masing model kemitraan dengan skala yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel22. Rataan Penerimaan Pemeliharaan, Penerimaan Kotoran dan Penerimaan Insentif Serta Total Penerimaan Dalam Satu Periode Produksi Tahun 2005. Rataan Penerimaan (Rp) No 1.
2.
3.
4.
Strata
Inti/Prsh RTI
Makmur
Confeed
Pokphand
Pemeliharaan
Kotoran
Insentif
Total Penerimaan (Rp)
1
1.946.667
410.000
1.270.760
3.627.427
2
4.271.000
1.015.500
1.948.893
7.235.393
3
10.078.500
2.351.667
6.152.917
18.583.083
1
1.633.667
270.000
2.613.867
4.517.533
2
3.526.333
728.000
2.794.873
7.049.207
3
5.471.000
1.199.833
4.379.080
11.049.913
1
1.746.425
307.000
1.406.800
3.460.225
2
2.434.083
743.333
2.692.783
5.870.200
3
5.377.221
1.340.000
4.700.267
11.417.488
1
1.555.560
288.333
513.583
2.357.476
2
3.005.343
625.000
790.920
4.421.263
3
7.287.465
1.016.667
2.193.667
10.497.798
Dari hasil perhitungan pada Tabel 22, terlihat bahwa rataan pendapatan yang diperoleh peternak berbeda dari masing-masing model kemitraan dan strata yang
berbeda pula. Secara keseluruhan terlihat bahwa Strata 3
menghasilkan pendapatan yang terbesar dibandingkan dengan strata 1, hal ini disebabkan oleh perbedaan populasi pemeliharaan masing-masing peternak modAl ~h\A/~ .0. - k,:omitraan . _... .,..Konrfic::i ..-...... terc::,:obllt ._- - m,..nunilikk~!1 .......... J-'" "-' .... __ 1'._- nonl,I<:oC'; t"" ,...--""''''''. ,",""",,",""Iih"'raan t'vlll"'.IIIU
,
sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh, semakin besar
82
populasi pemeliharaan akan mendapatkan pendapatan yang besar dan populasi pemeliharaan yang kecil akan menghasilkan pendapatan yang keci!' Pada tingkatan masing-mastng strata secara keseluruhan dapat juga dilihat bahwa strata 1, model kemitraan Makmur Jaya lebih besar pendapatanya dibandingkan dengan model kemitraan lain dengan strata yang sarna yaitu sebesar Rp2.783.621. Pada strata 2 model kemitraan RTI menghasilkan pendapatan terbesar dibandingkan dengan strata yang sarna model kemitraan lain, yaitu sebesar Rp4.182.393. Sedangkan untuk strata 3, pendapatan terbesar didapat oleh model RTI dibandingkan dengan model yang lain dengan strata yang sarna yaitu sebesar Rp11.924.305. Dari hasil pendapatan yang diperoleh pad a strata 1, model kemitraan Makmur Jaya memberikan pendapatan terbesar yang didapat dari hasil pemeliharaan dengan sistem pendapatan pemeliharaan dalam bentuk per ekor yaitu sebesar 500 fekor ditambah dengan insentif, dengan menilai dari tingkatan index prestasi
pemeliharaa~
peternak, mencapai nilai rataan sebesar 274
dengan bonus Rp800 fekor panen dan juga tambahan dari kotoran ayamfperiode panen. Sedangkan pada model kemitraan RTI untuk strata 2 dan strata 3 merupakan model kemitraan yang memperoleh pendapatan peternak yang terbesar. Pada model kemitraan RTI ini juga menggunakan sistem perolehan pendapatan dari jumlah ayam masuk sebesar 500fekor ditambah dengan sistem insentif dari Indeks Prestasi pemeliharaan peternak mencapai nilai rataan sebesar 225 dengan bonus Rp220 fekorfpanen untuk strata 2, pada strata 3 Indeks Prestasi sebesar 250 dengan bonus Rp288 fekor panen ditambah dengan kotoran ayamfperiode panen. Jadi dapat di katakan model kemitraan Makmur Jaya memberikan pendapatan terbesar bagi petemak pada strata 1 dibandingkan
83
dengan model lain. Sedangkan model kemitraan RTI untuk strata 2 dan strata 3 merupakan model kemitraan yang dapat memberikan pendapatan terbesar dibandingkan dengan model kemitraan lain. Selain itu model kemitraan Makmur Jaya dan RTI dapat memberikan pendapatan terbesar kepada peternal< dengan menggunakan sistem pemeliharan dalam hitungan ekor pendapatan ayam masuk sebesar Rp500 fekor dan Bonus IP fekor ayam keluar.
5.2.3. Analisis Efisiensi Penerimaan, Pendapatan dan Biaya Untuk menganalisis efisiensi pendapatan dan biaya sering disebut pula dengan konsep produktivitas total. Alat yang digunakan untuk mengukur efisiensi pendapatan dan biaya adalah melalui nilai total penerimaan kemudian dibagi dengan total pengeluaran. Produktivitas sangat dipengaruhi oleh penggunaan input, dimana kondisi tersebut dapat berakibat pada tiga hal yaitu, terjadi peningkatan, tetap atau malah terjadi penurunan produktivitas. Namun demikian dalam efisiensi usaha tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat produktivitas yang i
tinggi saja, tetapi juga dipengaruhi puia penerimaan total peternak kemitraan. Hasil perhitungan analisis efisiensi usaha dan biaya pad a usaha budidaya ternak ayam ras pedaging dari masing-masing model kemitraan, dapat dilihat pad a lampiran 13 sfd 15. Perhitungan rataan efisiensi usaha dan biaya dapat dilihat pada Tabel23. Dari hasil perhitungan pad a Tabel 23, rataan efisiensi usaha dan biaya usaha budidaya ternak ayam ras pedaging model kemitraan pada strata 1 yang terbesar pada model Makmur Jaya sebesar 2,61, starta 2 terbesar pad a model kemitraan RTl sebesar 2,22, sedangkan efisiensi usaha terbesar pada stiata 3 didapat pad a model kemitraan RTlsebesar 2,79. Kondisi ini memberikan indikasi bahwa tingkat produktivitas pada strata 1 didapat dari model kemitraan Makmur
84
Jaya, untuk model kemitraan strata 2 didapat pada model kemitraan RTI, sedangkan model kemitraan strata 3 juga didapat dari model kemitraan RTI.
Tabel23. Perhitungan Rataan Efisiensi Penerimaan, Pendapatan dan Biaya Dalam Satu Periode Produksi Tahun 2005.
No 1.
2.
3.
4.
Inti/Prsh RTI
Makmur
Confeed
Pokphand
SIC
Penerimaan (Rp)
Pengeluaran (Rp)
Pendapatan (Rp)
Ratio
Ratio
1
3.627.427
1.555.021
2.072.406
2,33
1,33
2
3.259.669
3.975.725
2,22
1,22
3
7.235.393 18.583.083
6.658.782
11.924.302
2,79
1,79
1
4.517.533
1.733.913
2.783.621
2,61
1,61
2
7.049.207
4.106.752
2.942.454
1,72
0,72
3
11.049.913
5.874.864
5.175.049
1,88
0,88
1
3.460.225
2.101.293
1.358.932
1,65
0,65
2
5.870.200
4.168.967
1.701.232
1,41
0,41
3
11.417.488
5.313.649
6.103.838
2,15
1,15
1
2.357.476
1.393.307
964.170
1,69
0,69
2
4.421.263
2.114.132
2.307.132
2,09
1,09
3
10.497.798
7.442.567
3.055.231
1,41
0,41
Strata
RIC
Pada strata 1, dilihat dari indikator RCR, terlihat bahwa Makmur Jaya memiliki Rasio yang lebih besar dibandingkan yang lain, yaitu 2,61. Sedangkan untuk strata 1 ini, BCR terbesar juga diperoleh pada model kemitraan Makmur Jaya yaitu 1,61. Hal ini berarti model kemitraan Makmur Jaya pada strata 1 lebih layak dilaksanakan. Sesuai dengan hasil penelitian, hal ini disebabkan oleh insentif yang diberikan perusahaan pada model kemitraan Makmur Jaya strata 1 jauh lebih besar jika dibandingkan dengan model kemitraan lainnya walaupun jumlah produksi pad a model kemitraan ini merupakan jumlah yang terkecil dibandingkan dengan model kemitraan lainnya yaitu rata-rata 3.367 ekor ayam. Besarnya perhitungan insentif ini didukung oleh penerapan sistem penghitungan
85
insentif yang diberlakukan perusahaan dari faktor bonus. Dibandingkan dengan dua perusahaan inti yang lain (RTI dan Confeed) yang juga menerapkan perhitungan bonus, terlihat bahwa pada strata 1 modet kemitraan Makmur Jaya peternak plasma bisa mendapatkan perhitungan terbesar yaitu sebesar Rp800 lekor panen. Jika dilihat dari rataan biaya IKg yang dikekJarkan, walaupun pada
model kemitraan Makmur Jaya ini memiliki angka yang terbesar, namun hal ini tidak dirasakan memberatkan oleh peternak plasma, sebab pendapatan peternak telah diukur dengan satuan rupiah terhadap jumlah ayam yang dipanen yaitu Rp500 per ekor ayam masuk ditambah bonus iP pada saat panen, sedangkan waktu pemeliharaan relatif sing kat karena pada model kemitraan ini berorientasi kepada ayam kecil. Pada strata 2, dilihat dari indikator RCR terlihat model kemitraan RTI memiliki angka terbesar yaitu 2,22 untuk RCR. Sedangkan untuk nilai BCR pada strata 2 terbesar berada pada model kemitraan RTI, yaitu 1,22. Hal ini menunjukan bahwa model kemitraan RTI untuk str~ta 2 lebih layak dilaksanakan. Sesuai dengan hasil penelitian, rata-rata produksi terbesar untuk strata 2 adalah model kemitraan RTI, yaitu 8.667 ekor. Dengan jumlah produksi yang besar dan waktu pemeliharaan yang lebih singkat, karena perusahaan berorientasi pada ayam kecil, serta didukung oleh sistem pembayaran Rp500 per ekor ayam panen, maka untuk strata 2 angka pendapatan terbesar berada pada model kemitraan RTI. Untuk strata 3, dari indikator RCR juga terlihat bahwa RTI memang berada pada rasio terbesar dimana RCR-nya adalah 2,79. Perhitungan nilai BCR pada strata 3, RT! msmiliki nilai yang tertinggi yaitu 1,79. menunjukkan bahwa model kemitraan
RTI
Nil~;
8CR ini
untuk strata 3 lebih layak
86
dilaksanakan dibandingkan dengan model lainnya.
Sesuai dengan hasil
penelitian, pada model kemitraan RTI strata 3 memiliki rata-rata produksi terbesar yaitu 20.867 ekor. Dengan jumlah produksi sebesar itu dan perusahaan berorientasi pada ayam kecil maka waktu pemeliharaan menjadi lebih singkat serta didukung oleh sistem pembayaran RpSOO per ekor ayam panen, maka untuk strata 3 pendapatan terbesar berada pad a model kemitraan RTI. Besamya jumlah produksi juga memberikan keuntungan tersendiri bagi peternak dalam hal penghitungan insentif, sebab semakin besar jumlah produksi (ekor) maka akan semakin besar pula insentif bonus terhadap IP yang diberikan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bishop dan Toussaint (1979), mengatakan secara umum semakin besar produksi yang dihasilkan akan menyebabkan semakin besar pula penerimaan atau sebaliknya. Selain itu sesuai dengan Tabel 23, nilai BCR pada model kemitraan RTI secara keseluruhan mempunyai nilai diatas 1,00. Ini menunjukan bahwa model kemitraan RTf secara keseluruhan strata dapat dilaksanakan. Sedangkan ModelModel kemitraan lainnya, terhadap nilai BCR masih didapat nilai dibawah 1,00. Hal ini menunjukan bahwa tidak semua strata layak untuk dilaksanakan.