V. HASIL, DAN PEMBAHASAN D ~ k r i p sKabupaten i Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten Pacitan terletak di antara 1 10 '55'
- 1 l 1°25' Bujur
Timur dan 7O55 ' - 8"1 ' Lintang Selatan, dengan luas t .342,42 Km2. Kabupaten Lumajang terletak di antara 112O53'
- 113'22'
Bujur Timur dan 7O52'
- 8'23'
Lintmg
Selatan dengan Luas 1.790,90 Km2. Kabupaten Malang tertetak di antara I 12"1 7' 112'27' Bujur Timur dan 7"44' - 8 O 2 6 ' Lintang Selatan dengan luas 3.348 Km2 (peta
ketiga kabupaten daerah penelitian disajikan dalam Lampiran 38). Dari segi luas wilayah, Kabupaten Malang merupakan kabupaten yang terluas bahkan dua kali dari
luas Kabupaten Pacitan (BPP Lumajang, Malang, Pacitan, 2000).
Berdasarkan Oldernan 1975, Kabupaten Pacitan mernpunyai iklim Tipe C3, yaitu rata-rata daiam 10 tahun terdapat 6 bulan basah secara berturut-turut, dan 5 M a n kering secara bertumt-turut per tahun. Curah hujan per tahun di Kabupaten Pacitan antara tahun 1989 - 1998 berkisar antara 1.232 - 3.570 mdthn. Secara umum tipe
iklim Kabupaten Lumajang termasuk tipe iklim C2 dan C3 dengan curah hujan berkisar antara 1.168 - 2.044 m d t h n (data tahun 1993 - 1997). Kabupaten Malang termauk
beriklim basah dengan tipe B clan C yang dominan dengan curah hujan rata-rata 2.750 mmlthn. lklim di Kabupaten Malang secara urnum lebih kondusif bagi budidaya pertanian untuk jenis komoditas tertentu dibanding di dua kabupaten lainnya (BIPP Lumajang, Malang, Paci tan, 2000).
Jumlah pnduduk Kahupaten Pacitan pada tahun 1999 scbcsar 536.494 jiwa
dengaan kcpadatan 399 jtwa per Km2. Penduduk Kabupaten Lumajang pada tahun 1998 bcrjumlah 934.228 jiwa dcngan kepadalan 526 jiwa per Km'. Kahupatcn Malang mempunyai penduduk sejumlah 3.382 546 pada tahun I999 dcngan kcpadatan 769 jiwa I13
per Km2 ban merupakan kabupaten terluas dibanding dengan dua kabupaten lainnya, namun tidak berarti kabupaten ini mempunyai kepadatan penduduk ymg
lebih rendah.
Kabupaten Malang justru mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi (769 jiwa per
Km2). Keterangan ini menunjukkan bahwa Kabupaten Malang mempunyai ptensi tertentu yang menyebabkan terjadinya kepadatan penduduk (BPS, 1 998; BPS, 1999).
Kabupaten Pacitan merupakan kabupaten yang mempunyai j umlah kecarnatan paling sedikit yaitu 12 kecamatan bila dibanding dengan Kslbupaten Lumajang (20
kecamatan) dan Kabupaten Malang (35 kecamatan). Kabupaten Pacitan mempunyai 159 desa dan 5 kelurahan, sedangkan Kabupaten Lumajang mempunyai 195 desa dan 6 kelurahan. Kabupaten Malang mempunyai 394 desa dan 16 kelurahan. Dari segi jumlah kecamatan dan dedkelurahan dapat diunrtkan dm yang terkecil sampai terbesar yaitu
Pacitan, Lumajang, dan Malang (BPS,1998; BPS, 1999).
Banyaknya kecamatan mengarah pada banyaknya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai institusi penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan. Dengan dernikian
dapat dikatakan bahwa Kabupaten Pacitan mempunyai BPP yang paling sedikit disusul oieh Kabupaten Lumajang dan yang terbanyak adalah Kabupaten Malang. 3umiah penyuluh pertanian yang bertugas di seluruh BPP di Kabupaten Pacitan sebanyak 87 orang, di Kabupaten Lurnajang 90 orang. dan di Kabupaten Malang 175 orang. Rata-
rata di tiap BPP di Kabupaten Pacitan terdapat 7 orang penyuluh pertanian, sedangkan di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten hfalang terdapat 5 penyuluh pertanian di tiap
BPP. Rasio penyuluh pertanian per jumlah desa binaan di Kabupaten Pacitan adalah 0,53; di Kabupaten Lurnajang 0,45; dan dl Kabupaten Malang 0,43. Kabupaten yang
~nernpunyairasio penyuluh pertanian p r Jess binaan yang lebih besar secara tcoritis dapat melakukan pcny uluhan prlanian Ishi h intensif di desa-dcsa hinaannya, namun
lokal spesifik. Kesadaran pengurus kelompok rani terhadap kebutuhan anggotanya &lam peningkatan kesejahteraan sifatnya bervariatif tetapi sebagian h
r masih
bersi fat kebutuhan unt uk peningkatan produktivitas. Kabupaten Malang mencerminkan kabupaten y m g prilaku petaninya dalam
agribisnis lebih maju dibanding dengan petani Kabupaten Lumajang dan Pacitan. Sub sistem agribisnis fain seperti sub sistem m
a produksi, sub sistem pengolahan h i 1
pertanian, sub sistem pemasaran dan jasa penunjang lainnya cenderung bertingkat kemajuannya dari kabupaten termaju sarnpai tertinggal yai tu Malang, Lumajang, dan
Pacibn. Petani kabupaten Malang secara k d i t a s mempunyai jarirtgan dengan pelaku
sub sistem agribisnis lain yanglebih baik dibanding dua kabupaten lainnya.
Profil Responden Penelitian Penguasaan Luss Lahan
Berdasarkan keterangan dari 450 petani responden penel itian di t iga kabupaten di Jawa Timur diketahui bahwa rata-rata penguasaan 1ahan usahatani seluas 1,13 hektar. Rata-rata penguasaan luas lahan terluas ditemui di Kabupaten Lurnajang yakni 1,97 hektar, disusul Kabupaten MaIang seluas 1,07 hektar dan kabupaten yang mempunyai rata-rata luas penguasaan yang sempit adalah Kabupaten Pacitan yaitu 0,40 hektar.
Kecilnya penguasaan luas lahan di Kabupaten Pacitan (0,40 hektar) disebabkan oleh sedi kitnya tanah yang dapat diusahakan untuk pertanian baik dari segi pemi tikan, ketersediaan irigasi, kemiringan, dan jenis tanah. Penguasaan luas lahan usahatani oleh petani responden di Kabupaten Lumajang
dan Malang yang besar (luas) dipengaruhi oleh dua ha1 : Pertarna, perilaku komersial petani responden ( pangan) dalam mcngusahakan tanaman
melakukan penyewaan lahan sawah untuk
padi, jagung,
dan
kedelai
terutama
di
Kccamatan
'f osowi langun Lumajang; kedua, proyek nasional sertifikasi lahan petani untuk suku
Tengger di dua desa di Kecamatan Senduro Lumajang. Perilah komersial petani responden untuk meningkatkan tingkat skda ekonomis tejadi pads petaru responden (pangan) di Kabupaten Lumajang, para petani responden pangan di Lumajang krusaha
menyewa tanah-tanah sawah dari omng lain tenrtama pegawai negeri (tmasuk aparat
desa) baik di desanya sendiri maupun di desa lain. Pada kasus ini tamp& kqadinya proses konsolidasi tanah pertanian (pengelompkan kembali tanah pertanian) melalui lembaga sewa menyewa.
Proyek nasional sertifikasi tanah di Desa Argosari dan Ranupane Lumajang pada tahun 1988 lebih bersif'at pemberian tanah negara kepada penduduk yang sebagim besar a&lah
Suku Tengger. Pemberian sertifikat sekaligus rnemberi tanah kepada
penduduk yang krada di kawasan Badan Konservasi Sumber Daya darn Bromo Tengger Semeru dimaksudkan untuk mengurangi perusakan hutan kosetvasi oleh
penduduk setempat sehingga luasan yang ditKrikan oleh negara kepada penduduk
relatif luas yaitu rata-rata 2 hektar. Menurut pengakuan petugas jaga BKSDA Bromo Tengger Semeru, keberhasilan usahatani penduduk Desa R a n u p berpengaruh
terhadap tingkat perusakan hutan oleh penduduk setempat. Bila usahatani penduduk
berhasil dari segi produksi dan pemasarannya maka tingkat perusakan hutan oleh penduduk terhadap hutan relatif kecil, namun sebali knya bila usahatani penduduk gaga1 maka tingkat perusakan hutan oleh penduduk akan bertambah besar karena penduduk mencari h a i l hutan untuk kebutuhan hidup.
Bila dilihat dari strata has penbwasaan tanah, diketahui bahwa 46,2 % petani responden menguasai tanah antara 0,01 tanah antara 0,50
-
-
0,50 hektar dan sebanyak 26,2 % menguasai
l,00 hektar. Sisanya, sebanyak 27,6 % petani responden menguasai
tanah di atas 1,00 hektar. Secara urnurn, di tiga kabupaten daerah penelitian, para petani
responden sebagian besar masih menguasai tanah yang sempit (di bawah 0,50 hektar),
narnun di daerah tertentu seperti diuraikan sebelumnya, pernil ikan tanah yang sempit mengalami proses konsoiidasi rnelalui kelembagaan sewa menyewa sehingga skala
ekonornis krtambah besar dan memungkinkan petani responden meiakukan e fisiensi faktor produksi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Efisiensi faktor
produksi o1eh petani di Yosowilangun dan Kepanjen yakni dalam ha1 penggunaan traktor, pembelian pupuk dan pestisida &lam jumlah besar sekaligus, penggunaan bibit
dan penggunaan tenaga kerja. Para petani responden yang mempunyai luas penguasaan tanah ksar &pat dinyatakan sebagai petani dalam pengertian 'farmer" karena pengetahuan bisnis pertanian yang dimilikinya cukup balk dan peralatan pertaniannya
relatif modern.
Jumlah Komoditas y ang Diusa hakan
Jenis komoditas yang diusahakan selama satu tahun di semua lahan yang
diusahakan oleh petani responden sebagian besar sebanyak dua komoditas (44,7%). Petani responden yang menanam satu jenis tanaman dalam setahun sebanyak 32,9 % (Tabel 16). Secara umum petani responden di Kabupaten Lumajang lebih banyak
rnengusahakan komoditas yang beranekaragam selama satu tahun dibandingkan dengan petani responden di dua kabupaten lainnya, karena petani pangan di Lumajang lebih
variatif dalam menanam tanaman.
Jenis komaditas yang ditanam petani horti kultura lebih banyak dibandi ngkan dengan petani pangan. Petani hortikultura mengusahakan komoditas y ang iehi h banyak jenisnya di bandingkan dengan petani pangan bertujuan untuk mengurangi risiko
kerugian. Hal in I bcrarti bahwa scbagian besar petani hortikultura sudah meramalkan risiko kerugian yang harus dikurangi hila menggantungkan penerimaan pada satu jcnis tanaman saja. Ijeherapa petani
diusahakannya sedemi kian
horti kultura bahkan merarlcang tanaman yang
rupa jumlah komoci~tasnya untuk keptrluan aka11 uang
tunai
yang kontinyu (misalnya turnpangsari antara bawang prei dengan kubis, &lam ha1 ini
kubis dipanen sekali sedangkan bawang prei dipanen tiap minggu dengan mengurangi jumlah tanaman dalm satu rumpun).
Tabel 16 : Profil Responden Penelitian krdasarkan Beberap Karakteristik -
Rataan di Tiga Katakteristik Petani Responden
btaan Tiga Kabupaten
Rataoln
Tiap Kab-
berdasarkan
Pasenme
sentra
(%I
komoditas Luas Penguasaan Tanah (Xl.11
1.13
Pct = 0,40 Lmja1,97
ma)
Mlg= 1,07
0,Ol d 0,50= 46,2 W,50 sd 1,W = 26,2 >1,00 sd 1,50 = 10,s >1,50 sd 2,OO = 7.8
Pgn = 1,22 Hrt=1,03
>2,00
-= = 32,9 2 = 44,7 3 = 164 4 = 4,4
9,3
1
1.97
Jurnhh Jenis Komoditas Setahun (XI2)
(jumlah komoditas)
Tingkat Kekosmopolitan
(XI3 )
Pct= I,98 Lmj = 2,14 Mlg = 1,79 Pct=48,28
41.24 (skor 0 - 100)
Lmj=38,17 Mlg =3 7,27
7,O 1
Tingkat Pendidikm Formal (x1.4)
(tahun)
Pct = 7,73 Lmj = 6,3 1 Mlg = 6,99
Tingkat Pendidikan Non formal (XI5 )
12,3S (skor 0 - 100)
Pct = 15,40 Lmj = 5,67 Mlg =15,98
Kategori Adopter
2.58 (skor 1 - 5 )
-.-
(XI 6)
Hrt = 534
Pgn = 7 3 7 'Hrt = 6,45
P p = 2,68
Mlg =2,53
Hrt = 2,48
Ulnur
( X I7) ,.dm-
-
-
Lmj =45,67 Mlg =47,14
320 sd 4 0 = 13,5 >40 sd 60 = 2,4 >60 sd 80 = 3,6 >80 sd 100= 2,4 Pelopor = 7,5 Pengetrap Awal = I 1,1
Pgn = 17,96 Hrt = 6,74
-A?-
47,W (tahun)
5 atau>5= 1,6 0 sd 20 = 16,4 >20 sd 40 = 32,3 >40 sd 60 = 33,5 Wsd 80=14,7 > S o d l#= 3,l Tidak sekolaht Tidak lulus SD = 2 1,8 Lulus SD = 44,6 Luhs SLTP = 17.2 Lulus SLTA = 12,s Pernah Kutiahl Lulus PT = 3,6 0 sd 20 = 77,6
Pgn=45,33 Hrt=37,15
Pct = 2,67 Lmj =2.55
Pct = 50,97
-.
Pgn=i,M)
Pgn = 49,47 Hrt = 46,34
-
Mayoritas AwaI=22.4 Mayoritas Akhir49.6 Kolot = 9,3 130 = 8,O 31 sd40=22.2 4 1 sd 50=30.5 5 1 sd60=24.6 >60 = 14.7
tebih rendah dibanding petani responden pangan Kabupaten Pacibn, karena jenis
varietas padi yang ditanam mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi (ketan dan padi
yang nasinya dianggap enak dibeli dengan harga yang l&ih tinggi dari harga beras lain oleh pedagangkonsumen) bi la dibandingkan dengan varietas padi yang ditanam oleh petani Kabupaten Pacitan. Petani responden pangan Kabupaten - Lumajang lebih
komersial bi la dibanding ptani responden pangan Kabupaten Ma tang. Untuk petani hortikultura, j wnlah komoditas yang diusahakan relatif sama di semua kabupten
daerah penelitian. Perbedaan p e t a ~responden pangan Kabupaten Pacitan &ngan petani responden pangan Kabupaten Lurnajang adalah j umlah jenis komoditasnya, sedangkan perbedaan
petani pangan Kabupaten Lumajang dengan petmi pangan Kabupaten MaIang terletak
pada pemilihan varietas dari kornoditas fvarietas tanaman) yang diusahakan. Kedua ha1 ini menunjukkan perbedaan pertimbangan ekonomis, sehingga bisa dikatakan W w a
dalarn ha1 pertimbangan ekonomis petani responden di Pacitan masih tertinggal di banding dengan petani pangan di dua kabupaten lainnya.
Tingkat Kekosmopolitan
Kekosmopolitan petani dalam ha1 ini rnerupakan hubungan-hubungan pebni rcsponden dengan pihak l uar sistem sosial dirinya baik hubungan dengan individu lain maupun dengan kelompok lain. Hubungan-hubungan sosial ini dapat meningkatkan wawasan dan
mendorong perubahan pada petani. Petani responden yang memil i ki
tingkat kekosmopolitan sedang dengan skor antara 4 1 4 0 sebanyak 3 3 3 %. Petani rcpndcn yang memiliki tingkat kekosmoplitan rendah dan sangat rendah krjumlah
32,3 % dan 16,4
I'etani rcsponden yang memiliki tingkat kekosmopolitan tinggi dan
sangat tinggi hanya berjumlah 14,7 %
dan 3,l %. Dengan dernikian dapat dikatakan
bahwa tingkat kekosmopolitan petani responden sebagian besar masih rendah. Tingkat kekosmopolitan yang sangat rendah &pat ditemui di sentra hortikultura Kabupaten Lumajang yaitu di Desa Bumo, Desa Argosari, dan Desa Ranupane. Ketiga desa ini dapat dikatakan terisolir secara phistk rnaupun secara sosial:
Tingkat kekosmopolitan petani responden di masing-masing kabupaten berturut-
turut dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah Kabupaten Pacitan (skor 48,2 81, Kabupaten Lumajang (skor 38,17), dan Malang (skor 37,27). Tingginya tingkat kekosmopolitan di Kabupaten Pacitan disebabkan oleh status sosial petani responden
yang kebanyakan terdiri dari perangkat desa. Di ~ a b h ~ a t ePacitan, n tanah-tanah pertanian yang beririgasi ataupun tanah-tanah pertanian yang subur merupakan tanah
kas desa clan pengelolaannya diserahkan kepada perangkat dew. Dengan demikian, sebagian ksar petani pangan maupun hortikultura terdiri &ri perangkat desa atau elitefit desa yang memang mernpunyai kekosmopolitan iebih tinggi dari sebagian
penduduk desa yang lain. Para elit desa ini sekaligus mendapatkan berbagai bentuk pendidikan non formal lebih baik dibandingkan dengan penduduk desa pada umumnya, sehingga anggota masyarakat desa sering rnengindentikkan peny uluhan pertanian yang berlangsung dengan "penyuluhan untuk perangkat desa." Seorang elit desa bisa
mendapatkan krbagai jenis kursusfpelatihan yang di laksanakan oleh berbagai departemen pelaksana.
Tingkat ke kosmopolitan petani respnden pangan lebih tinggi (skor 45,33) di bandingkan pctani responden hortikultura (skor 37,15). Hal ini dapat dirnaklumi
karcna
petani
pangan umumnya mcmiliki akses transprtasi
maugun akses
kornunikasinya mcn~adai sufla ~nempunyai hubungan yang telah burlangsung lama
dengan beberapa surnkr perubahan (peny ul uh). Selain itu, intensitas hubungan antara agen-agen pembaharu pemel-intah (termasuk penyuluh pertanian) lebih
banyak ditern ui
di daerah-daerah sentra pangan. Begitu j uga dengan aktivitas kelompok tani yang merupakan salah satu forum media meni ngkatkan kekosmopolitan lebih banyak ditem ui pada pada petani pangan.
Tingkat Pendidikan Formal Petani
Pendidikan formal petani responden di tiga kabupaten daerah penelitian
menunjukkan bahwa petani responden yang tidak lulus SD atau tidak pernah sekolah sebanyak 2 t,8 %. Sebagian besar petani responden hanya lulus SD (44,6 %) sedangkan yang lulus SLTP sebanyak 17,2 %, lulus SLTA 12,8 %, dan lulusan perguruan tinggi atau pernah kuliah sebanyak 3,6 % (Tabel 16). Pada umurnnya petani responden pangan
rnempunyai tingkat pendidikan yang lebih bai k dibandi ngkan petani responden hortikultura karena akses terhadap lembaga-lembaga pendidikan formal penduduk di daerah sentra pangan relatif lebih balk dibanding dengan akses penduduk sentra
hortikultura terhadap lernbaga pendidikan formal. Sentra hortikultura di kbupaten Lumajang mempunyai perrnasal ahan yang rum i t di bidang pendidikan baik dari seg
prasarana fisik maupun prasarana surnberdaya pengajar (Gambar 4 : plot H-LMJ membelakangi hampir sernua karakteristik). Rata-rata j umlah tahun mengikuti pelajaran yang di lakukan petani diketahu~ bahwa petani responden Kabupaten Pacitan menempati tempat tcratas yaitu 7,73 ta hun diikuti oleh petani responden Kabupaten Malang yaitu 6,99 tahun dan petani responden
Kabupaten 1-umajang yaitu 6,3 1 tahun (Tabcl I h I. l'ingginya angka jumlah tahun mengikuti ~ n d i dkan i di Kahupten t'acitan karena pctani resvndcn sebagian besar
adalah elit desa sebab elit desa inilah yang memiliki lahan pertanian sawah yang menjadi sentra pangan maupun hortikultura. Rendahnya an&
tahun mengikuti
pendidikan di Kabupaten Lurnajang dipengamhi oleh dua hal, yaitu adanya daemh yang
terisol ir yang fasi litas pendidikannya tidak memadai (temtama sentra hortikul tura) dan
kecenderungan mengikut I pendidikan pondok pesanmn yang tidak rnempunyai fasilitas pendidikan formal.
Di Kabupaten Lumajang dan Malang, pekerjaan pertanian cenderung ditangani oleh penduduk yang berpendidi kan rendah icarena yang berpendidkan lebih ti nggi lebih banyak memi 11h pekerj aan non perbnian. Lapangan pekej a a n non pertanian yang
relatif lebih terbuka di kedua kabupaten ini rnenjadi daya tarik bagi penduduk &xi yang
berpendidikan. Daya tarik sektor non pertanian di Kabupaten Pacitan tidak sebesar yang ada di Kabupaten Malang dan Lumajang sehingga tidak ada plihan lag kecuali menekuni pekejaan pertanian atau merantau ke luar kabupaten.
Tingkat Pendidikan Non Formal Skor tingkat pendidikan non formal petani responden 1 dapat d a r i komponen penyuluhan atau kursus di bidang pertanian, koperasi, dan kewir~wastaanselama tiga bulan terakhir. Skor tingkat pendidi kan non formal dari semua petani responden rata-
rata sebcsar 12,35 (skor maksimal 100). Skor ini menunjukkan bah~vapendidikan non formal petani responden pada saat pcnelitian masi h sangat rendah. Aktivitas pendidi kan
non forrnal yang ditujukan kepada peiani baik jenis rnaupun intensitasnya masih tidak
rnemadai untuk mendorong perubahan yang lebih besar dan l e h ~ hcepat pada petani dalam upaya ~ncngikutipcruhahan-pcruhahan sosial yang terjadi.
Petani responden Kabupaten Malang merniliki skor I 5,98, petani responden Kabupaten Pacitan memiliki skor 1 5,40, dan petani responden Kabupaten Lumajang
rnemiliki skor 5,67 untuk tingkat pendidikan non formal. Secara tidak langsung, skor ini rnenunjukkan aktivitas peny ul uhan pertanian yang diikuti petani responden karena di
dalamnya terdapat komponen penyuIuhan pertanian. A ktivitas pendidikan non formal di
Kabupaten Malang dilakukan oleh pemerintah, LSM, maupun Perusahaan Swasta baik pad.petaoi responden pangan maupun hornkultura. Aktivitas pendidikan non formal di
Kabupaten Pacitan iebih banyak dilakukan oleh pemerintah terutama penyuluhan pertanian rnelalui Proyek Ketahanan Pangan. Tingkat pendidikan non formal yang rendah di Kabupaten Lumajang disebabkan oleh sedikitnya aktivitas pelabhan, kursus, maupun penyuluhan pertanian selama 3 bulan terakhir baik yang dilakukan oleh
pemerintah rnaupun pihak swasta. Tingkat pendidikan non formal petani responden pangan (skor 17,961 lebih tinggi daripada tingkat pendidikan non formal petani responden hortikultura (skor 6,74). Kebijakan pemerintah di sektor pangan secara tidak langsung mengakibatkan
aktivitas kursus, pelatihan, clan penyul ufian pertanian ditujukan kepada petani pangan (misalnya pelatihan pnangkaran beni h di desa-desa tempat dilaksanakannya Proyek Ketahanan Pangan seperti Desa Kebonagung Kecamatan Kebonagung Kabupaten Pacitan). Selama penelitian dilakukan, aktivitas penyuluhan pertanian yang tejadi
merupakan paket Proyek Ketahanan Pangan. Selain itu, aktivitas kursus, pelati han, dan
penyuluhan pertanian yang terpisah dengan proyek pemerintah tidak banyak dilakukan oleh penyuluh pertanian maupun pihak lain. Aktivitas penyuluhan pertanian diluar lembaga penyuluhan pertanian hanya ditcrnui di bebcrapa daerah di Kabupaten Malang dalarn lingkup yang terbatas.
Kegiatan-kegiatan pendidikan non formal petani sejak 1 999 berkurang intensitas maupun jentsnya karetla lembaga-lembaga yang berkaitan dengan tugas ini rnengatami restnrkturisasi. Pada saat peneiitian ini dilakukan proses restrukturisasi Pemerintah
Daerah Tingkat I I sedang dilakukan di tiga kabupaten daerah penelitian tidak terkecuali BIPP maupun BPP. Aktivitas sbf BIPP terkonsentrasi pa& pemikiran keberadaan lembaga di mana mereka bekerja dan nasib dirinya serta menyelesaikan tugas-tugas lain
di Iuar funpi penyuluhan (misafnya penagihan Kredit Usaha Tani).
Ka tego ri Adopter Kategori udvpfer yang digunakan didasarkan pa& l ima kategori yang diajukan
Everett M Rogers yaitu pelopor, pengetrap awal, mayoritas aival, mayoritas akhir, dan
kolot. Kondisi-kondisi tertentu di lapangan pada saat penelitian tidak memungkinkan melakukan identi fi kasi kategori udopfer yang sangat akurat. Untuk pengkategorian udopcer ini diperlukan penelitian tersendiri yang lebih intensif. Kategori adopier dalam
penelitian ini selanjutnya menggunakan strati fikasi kepsngurusan clan keikutsertaan dalarn kelompok tani yaitu ketua kelompok tani, pengurus inti (sekertaris, bendahara, ketua seksi), anggota kelompok yang menjadi pengurus (bukan ketua dan bukan
pengurus inti), anggota kelompok bukan pengums, dan bukan anggota kelornpok tani. Pendekatan ini rnerupakan pendckatan yang paling msmungkinkan dilakukan di
lapangan untuk menggamharkan ketanggapan seorang petani terhadap ide-ide baru.
Para petani responden pclopor dan pengetrap a w l mempunyai wawasan yang .jauh ke depan dalam melakukan hisnis pertanian. Urn u r n n ~ ~keberhasilarl a ptani repondcn pada ka~egoriini dirun.jang oleh kemampuan diri nya rnelakukan usaha-usaha o / / ' f r l r n ~ agrityisnis (rnisalnya pcnycttaan traktor, pengr~lahan has11 pertanran, dan
perkgangan barang pertanian bai k mentah maupun olahan). Kemampuan menangkap peluangpeiuang pasar on farm maupun oflfarn; agibisnis di dapat dari berbagai pihak
tidak terbatas di daerah kabupaten tempat tinggalnya. Peranan petani responden pelopor
dan pengetrap awal dalam memajukan pertanian di desa mempunyai arti yang besar. Hubungan sosial petani responden pelopor dan pengetrap awal yang dekat dengin ptani lainrtya mendorong petani lain mencontoh (mengimitasi) perilaku petani
responden pelopor dan pengetrap awal sehingga proses difusi inovasi dapat berlangsung
lebih cepat.
Umur Petaai
Rata-rata umur petmi responden di tiga kabupaten daerah penelitian adalah 47,9
tahun. fetani responden pangan relatif lebih tua (49,47 tahun) danpada petani responden hortikultura (46,34 tahun). Petani responden yang berumur di bawah 41
tahun sebesar 30,2 % sedangkan yang b e w u r 41 tahun ke atas berjumlah 68 %. Jumlah ini menyiratkan bahwa pekejaan sebagai petani Iebih banyak didominasi oleh orangaang tua. Fern yataan i ni didukung data j urnlah petani dalam beberapa kategori umur yang dicantumkan pada Takl 16, jumlah petani responden yang berumur di bawah 40 tahun lebih sedikit dibanding yang berumur di atas 40 tahun. Berdasarkan data jumlah penduduk menurut umur di tiga kabupaten daerah penelitian sebenarnya
ketiga kabupaten daerah penelitian didominasi oleh penduduk berumur di bawah 40 tahun.
Rata-rata umur petani responden di Kabupaten Pacitan lcbi h tinggi daripada petani responden di Kabupaten Malang dan Luma-fang.Kata-rata umur petan; responden
Kabupaten Pacitan adalah 50,97 tahun, sedang petani rcsponden Kabupaten Malang dan
Lumajang masing-masing adalah 47,14 tahun dan 45,67 tahun. Faktor m i m i keluar
kabupaten yang diiakukan oleh penduduk berusia mu&
di Kabupaten Pacitan
merupakan penyebab utama tingginya rata-rata umur petani di daerah itu. Pada saat
penetitian, sebagian besar keluarga responden a& yang ke luar daerah atau pemah ke luar daerah kabupaten bahkan ke mancanegara unhtk tujuan mencari nafkah atiu tujuan
lain seperti sekolah. Terbatasnya daerah subur sebagai l a b pertanian dan sedikitnya peluang kerja di &lam Kabupaten Pacitan menjadi faktor pendorong tejadinya migrasi
ke luar kabupaten. Empat dari enam Kepala Desa daerah penelitian di Pacitan adalah orang-omng yang sebelurnnya merantau ke luar daerah (ke luar Kabupaten).
Korelasi antar Kom ponen Karakteristik Petani Petani yang mempunyai lahan luas mempunyai kecendemngan untuk menanam komoditas yang lebih banyak j enisnya karena dengan lahan yang luas memungkinkan petani untuk menanam beberapa jenis komoditas, mencoba komoditas baru clan dapat mengurangi risiko kerugian akibat gaga1 panen. Keberanian petani yang berlahan luas
untuk mencoba komoditas baru dan menghadapi (menanggung) risiko ditunjang oleh tingkat kekosmopolitan dan pendidikan f o m l n y a . Sifat petani yang mampu menanam beberapa jenis komoditas, mampu menanggung risi ko, mempunyai pendidikan formal yang rnemadai clan kosmopolit merupakan ciri-ciri petani yang mampu rnengadopsi
inovasi baru, karena itu petani yang demikian cenderung mempunyai kategori adopter yang lebih tinggi. tlubungan ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasinya di Tabel 17. Pengusahaan jenis komoditas tertentu dan keputusan untuk rnenanam berap
jenis komoditas dalain setahun bcrkorclasi pow ti f dengan tingkat kekos~nopoli tan putani, tingkat pcndidikan Ibrmal dan kategori rrdop/i*r. Namun p d a p t a n i yang utnulnnva
mtndapat peny uluhan penanian bidang tanaman
pangan cenderung
mengudakan komoditas yang lebih sedikit jenisnya, umumnya padi (nilai koefisien
korelasi dalam Tabel 17 antara jumlah jenis komoditas yang ditanam dengan tingkat pendidikan non formal d a h - 0 , I 356).
Tabel 17 : Korelasi antar Komponen Karakteristik Petani Luas Pwrguasaan m a n
(x1.11 Luas Penguasaan Lab
(x1.1)
Jumlah Jenis Koditas (x1.2)
Tingkat Kekosmopo1itan
1-,
Jumlah Jenis
Tingkat
Tingkat
Kekos-
Komoditas
mopolitan
Pendidikan Formal
(x1.2)
(x~3)
Umur Petani
Kategori
Tingkat Pendidiban Non
Awer (x1.6)
(x1.7)
Formal
(x1.4)
(Xl.5)
0,2692
-0,0603
0,1569
0,1974
(P' 0,OO1)
(P= 0,000)
0,1279 0,033 1 (P= 0,007) (P= 0,484)
(P=0,000) (F= 0,202)
0,1620 (P= 0,001)
(P= 0,033)
-0,13 56 (P=0,004)
-0,1240 (P=0,000) (F0,008)
1,w
0,1004
I ,w
0,1880
-0,0397 0,3985 0,5423 (P= 0,000) (P= 0,000) (P0,401)
0,5192
(P=0,000)
(Xi.31
Tingkat Pendidikan Formal
I
1,0000
0,4365
0.2430
-0,3479
(P=0,000) (P= 0,000) (P= 0,000)
(X,.,) Tingkat
Pendidikan Non Formal
1 ,w
0,3724
-0,O 179
(P= 0,000) (P=0,704)
Kategori Adopter (x1.6)
Umur Petani (XI 7)
I
--L
Keterangan : (1) Jumiah Petani 450 orang (n = 450) (2) Nilai korelasi lemah mempunyai nilai 0 - 0,25; agak kuat 0,26 dan sangat kuat 0,76 - 1,OO.
!
1_.
-L
- 0 ,SO; ki~at0,51 - 0,75;
Bila jumlah jenis kornditas yang diusahakan petani di huhungkan dengan umur petani
dapat ditarik pernyataan bahwa petani yang berusia lebih tua ccnderung
menanarn tanaman yang lcbih sedikit jenisnya dalam satu tahun (dalam Tabel 17
menunjukkan kotelasi negatif dan dalam Gambar 4 sudutnya lebih dan 90"). Petani
yang lanjut usia banyak ditemui di daerah tanaman pangan di mana para p t a n i memang cendenmg melakukan monokultur padi. Selain itu, petani-petani tua bersikap hati-hati untuk mencoba komoditas ham karena berbagai keterbatasan, antara lain pengetahuan dan tenaga.
Sesuatu yang menarik dari korelasi antar komponen karakteristik petani ini
adalah adanya nilai korelasi positif yang cukup besar dart nyata antara tingkat kekosrnopolitan, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, dan kategori adopter (Tabel 1 7). Koreiasi positif antara tingkat kekosmopoiitan, tingkat
pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, dan kategori adopier dapat dili hat &ri Gambar 4 dimana sudut
X1.4, X1.5, dan Xt.6 satu sama Iain kurang dari 90".
Petani yang kosmoplit merupakan petani yang mempunyai pendidikan formal lebih
tinggi dari yang lain dan mengikuti pendidikan non formal yang ada di masyarakat, karena itu mereka Iebih responsif pada pembahan atau inovasi baru (kategori adopter
Iebih tin=). Komponen tingkat kekosmopolitan, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, dan kategori udopter satu sama Iain saling menguatkan. Komponen yang satu bisa menyebabkan atau disebabkan oleh nilai komponen yang lain. Seorang petani yang kosmopoiit rnerupakan petani yang mudah rnenerirna inovasi barn (ni lai koefisien korelasi antara tingkat kekosmopolitan dengan kategori url~jpter
adalah 0,5423) karena mereka mempunyai pengetahuan yang memadai yaitu pcndidi kan bai k formal maupun non formal. Dengan demi kian dapai dikatakan bahwa kaum terdidik pedesaan mernpunyai peranan kunci dalam perubahan bidang prtanian pcdesaan.
2.0
P-LMJ
1.5 1
1.0 1
E Cc
2
.5.
N Y
-ID f E z
N
0.0,
-5
H-LMJ
, H-PCT P-MLG
-1.0 r
-1.5 J -2.0
-1.5
-1 .O
-.5
0.0
-
.5
L
1.0
1.5
Garnbar 4 : Biplot Karakteristik Petani dengan Karakteristik Daerah Penelitian Bila selama ini berbagai program pembangunan pernerintah disampaikan dalam
bentuk pendidikan non formal kepada masyarakat desa maka yang lebih mudah
mengakses clan menikrnati adalah petani yang kosmopolit dan terdidik formal. Secara kualitatif, tingkat pendidi kan non formal, tingkat kekosmopolitan, dan tingkatan kategori adopter petani merupakan efek ganda (multiplier
eflhuf)
dari tingkat
pendidi kan formal. Keberhasilan pendidi kan Formal di pedesaan rncnjadi pintu gerbang
peruhahan-pcrubahan berbagai sisi kehidupn.
Bila pctani muda lebih banyak dan mempunyai pendidikan formal yang rnemadai maka peruhahan- ruba ah an di bidang pertanian bisa lebih cepat (nilai koefisien korclasi umur p t a n i terhadap ju~nlahjenis komoditrts, tingkat pcndidikan
formal, dan kategori adoj~terbersifat negatif). Komponen j urn lah jenis komoditas clan kategori udopfer masingmasing merupakan indikator tingkat komersial dan
kemampuan rnenyesuaikan diri dengan perubahan. Kenyataannya, petani yang berumur 40 tahun ke bawah lebih sedikit dari yang berurnur di atas 40 tahun, bahkan ada indikasi
mi p s i ke iuar desa untuk mencari pekejaan non pertmian..
Tingkat Kebutuhan Petani dalam Usaha Pertaniaa
Tingkat kebutuhan petani dalarn mengembangkan usaha pertantan &ah
perasaan kekurangan sesuatu atau keinginan terhadap sesuatu atau keperluan terhadap
kinerja beberap tindakan dalam upaya mengembangkan usaha perkmian seorang petani. Kebutuhan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebutuhan unhrk
meningkatkan produktivitas, kebutuhan keamanan usaha, kebutuhan kesinambungan
usaha, dan kebutuhan identitas. Rata-rata tingkat kebutuhan petani dari keempat jenis kebutuhan di tiga kabupaten tempat penelitian masih krada pa& tingkatan sedang
(skor 49,19 dari skar maksimal 100). Petani di herah penelitian (Jawa Timur) saat ini masih terfokus pada kebutuhan untuk rneningkatkan produktivitas dan kebutuhan untuk mempertahankan identitas.
Tingkat kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas (skor 54,861 dan tingkat
kebutuhan untuk mempertahankan identitas (skor 59,20) di kategorikan tinggi, sedangkan kebutuhan keamanan usaha (skor 39,56) dan kesinambungan usaha (skor 43,32) dikategorikan sedang. Rataan skor dan simpangan baku behagai tingkat
kebutuhan di beberapa lokasi penelitian dicantumkan dalam Tabel 18.
Tabel I X : Skor clan Simpangan Baku Tingkat Kebutuhan Petani Berdasarkan Daerah &n Komoditas -
Produktivitas (Xz) 54,86 (20,51)
(X,)
Rataan dari Semua Kebutuhan Petani
3936 (22,24)
43.32 (1 7.99)
59,20 ( 1 6,631
49,19 (16,67)
Jawa Timur (p)
62,08 { 18,2 1)
43,67 (23,46)
48,52 (1 7,121
65.47 ( 1 3,29)
54,99 (1 5.3 1)
Jawa Timur (h)
47,63 (20.17)
35,44 (20.17)
38.12 (1 7.36)
52,93 (1 7,30)
43,40 (1 597)
Pacitan
55,06 (19,47)
36,12 (22,95)
43,87 (1 7,80)
61,03 (16,17)
48.98 (16,86)
Pacitan (p)
56,77 (18,71)
32,lO (23,71)
44,M (18,60)
62,60 (13.10)
48,W (16,71)
Pacitan (h)
53-34 (20.18)
40,14 (21,57)
43,29 {17,07)
59,4618,70)
49,M (1 7.1 I )
Lumajang
54,70 (19,15)
36,42 (21,33)
3937 ( 1 7.26)
57,71 (16,03)
47,19 (16,30)
Lumajang (p)
64,2 1 (1 5 3 4 )
45,3 1 (20,98)
48,03 (14,491
65,96 (12,86)
56,13 (13,30)
Lumajang (h)
45,18 (1 7,88)
27,54 (1 7,751
3 1,10 (15,65)
49.47 (14,631
38,24 (l4,OO)
Malang
54,8 1 (22.84)
46,13 (21,07)
46,52 (1 8,321
S8,84 (1 7,60)
5 1,42 (16,68)
Mdang (P)
65,25 (19,37)
53,6I (20,63)
53,08 (I7,13)
67,83( 1 3,531
59,93 (1 3,78)
Malang (h)
44,38 (18,84)
38,65 (18,84)
39,96 (1 7,17)
49,86 (16,64)
42,91 ( 1 6,71)
Tingkat
Daerah atau Komodi tas Iawa Tirnur
Kebutuhan untuk Meningkatkan
Tingkat Kebutuhan Keamanan Usaha (XJ)
Tingkat Kebutuhan Kesinambungan Usaha ( X * )
Kebutuhan identitas
Tingkat
2
Keterangan : ( 1 ) p = pangan dan h = hortikultura (2) Angka dalam kurung rnenunjukkan simpangan baku (3) Tingkat kebutuhan rendah selang skomya 0 - 25, skor d a n g 26 - 50, skor tinggi 5 1 - 75. dan skor sangat tinggi 76 - 100.
Tingkat kebutuhan untuk rneningkatkan produktivitas lebih tinggi dari kebutuhan keamanan usaha dan kebutuhan kesinambungan usaha menunjukkan bahwa selama ini sebagian besar petani kurang dalam ha1 merencanakan produksi, pemasaran,
dan pengolahan serta kontinui tas usaha pertanian dalam jangka panjang, petani banyak
terfokus pada penguasaan kul tur ~eknis(pem hudidayaan tanaman). Kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas yang tertinggi dirasakan petani adalah kebutuhan informasi komoditas yang unggul produksi, unggul harga jual, dibutuhkan pasar, dan cocok dengan kondisi alarn setcm pat (skor 63,33 3 . Hcrikutnya adalah kebutuhan inl'ormasi sarana produlis~ yang men! angkut inVormasi kctcrscdiaan hcnihlhibil, inrormasi
ketersediaan pupuk, informasi ketersediaan tenaga manusia dan hewan, serta informasi
ketersediaan pestisida (skor 58,92). Kebutuhan informasi teknologi dan kebutuhan
informasi modal kej a nilainya relati f lebi h rendah dari dua parameter kebutuhan untuk meningkatkan prduktivitas yang telah disebutkan sebelumnya yaitu kebutuhan informasi kornoditas dan kebutuhan infomasi sarana produksi.
Tabel 19 : Skor dan Simpangan Baku Beberapa Kebutuhan Petani dm Parameter Kebutuhan Petani (Sub Kebutuhan Petani) di Jawa Timur Kebutuhan Petani dan Parameter Kebutuhan Petani (Sub Kebutuhm Petani)
Skor
Simpangan Baku
Kebutuhan untuk Meningkatkan Produktivitas Kebutuhan informasi komoditas Kebutuhan informasi sarana produksi Kebutuhanmodal keja Kebutuhan informasi teknolog
54,86
20,5 1 25,22
63,33
49,42
23,8 1 3737 20,79
39,56
22,24
50,98 46,57 2 1,05
34,02
Kebutuhan Kesinambungan Usaha Kebutuhan kesinambungan sumberdaya lahan Kebutuhan kesinambungan sumberdaya keuangan Kebutuhan menyesuaikan diri dengan perubahan iklim usaha
43,32
17,99
45,07
18,59
38,78
26,22
45,66
26,65
Kebutuhan Identitas Kebutuhan untuk rnenunj ukkan kerna~npuandi ri Kebutuhan untuk berkelompok i Kebutuhan akan kebanggaan diri
59,20
1
55,23
I
Kebutuhan Keamanan Usaha Kebutuhan prakiraan cuaca Kebutuhan pernasaran h a i l Kebutuhan penanganan pasta panen
Kebutuhan . . -menvalurkan ..-.asplrasi -... .- -. . ... ... . . - .
58,92 47,47
61,77
54,84 64,00 -
. . .. --
Ke~erangan ( I ) n - 4 5 0 (2) Tin@ kebutuhan rendah selang skomya O - 2 5 . skor scdang 2h skor tingyi 5 I - 75. dan skor-sangat tinggb'i 7h - 100
26,62 27,5 1
16,63 19,76 2 1,95
i
22:75 23,l 1 ----
I
I
-
50.
Nilai tingkat kebut uhan keamanan usaha dan tingkat kebutuhan kesinambungan usaha yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas disebabkan oleh pengetahuan petani yang masih minim terhadap aspek-aspek keamanan
usaha dan kesinambungan usaha. Pengetahuan tentang keamanan usaha dan kesinambungan usaha merupakan akumulasi kurangnya informasi tentang kedua ha1 tersebut
bai k lewat pendidikan formal petani, pendidikan non formal petani
(penyul uhan usaha pertanian, kursus usaha pertanian, pelatihan usaha pertanian), dan
komunikasi secara umum. lnformasi yang selama ini diberikan kepada petani khususnya penyuluhan pertanian masih terfokus pada informasi untuk meningkatkan
produktivitas khususnya kultur teknis. Di beberapa daerah penelitian, seperti sentra pangan Pacitan, sentra hortikultura
Pacitan, dan sentra hortikultura Lumajang kurang mendapat akses media massa baik cetak maupun elektronik. Ketiga sentra prduksi tersebut relati f lebih sut it mendapatkan
media massa cetak dan menangkap siaran media massa elektronik (televisi) sehingga
informasi tentang perlunya petani meningkatkan pengetahuan dan pemenuhan kebutuhan keamanan usaha relatif lebih rendah dari yang lain. Media massa di daerah penel itian yang gencar memberi takan pertanian dari berbagai sudut pandang adalah
tabloid Agrobis, tabloid Lintas Ago, dan Radio Republik lndonesia (Malang dan Surabaya), selain i tu beberapa harian umum juga memberitakan warta pertanian walaupun dalam intensitas rendah.
lnforrnasi yang tergolong ke dalam kebutuhan keamanan usaha seperti kebutuhan prakiraan cuaca, kebutuhan pernasaran has1 l, dan kebutuhan penanganan
Fasca pancn rclatif' sedi kit sehingga petani belum menyadari pentingnya kchutuhankcbuluhan ini. I)cinikian jugs denyan kcbuluhan yang tergolong kt: dalam kebutuhan
kesinambungan usaha seperti kebutuhan kesinambunb%n sumberdaya tahan, kebutuhan
kesiqambungan sumkrdaya keuangan, dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan iklim usaha pertanian. Nilai tingkat kebutuhan keamanan uaha dart kesinambungan usaha yang rendah
merupakan cerminan dari kesadaran yang rendah terhadap kedua kebutuhan itu &n kurangnya i nformasi bai k penyuluhan pertanian maupun media massa tentang kedua
kebutuhan itu, sehingga para petani tidak tahan terhadap pentbahan-perubahan yang tejadi
di bidang keamanan usaha dan kesinambungan usaha. Kebutuhan yang tergolong
keamanan usaha yang masih rendah adalah kebutuhan penanganan pasca panen seperti
informasi cara penyimpanan, informasi cara pengolahan, clan informasi alat pengoiahan
(skor 2 1,051 dan kebutuhan yang tergolong kesinambungan usaha yang paling rendah dibanding parameter yang lain adalah kebutuhan kesinambungan sumberdaya keuangan
(skor 38,78). Kedua parameter kebutuhan (sub kebutuhan) ini memiliki simpangan baku yang besar bila dibanding rataannya, ha1 ini menunjukkan bahwa a& yang memiliki
skor sangat rendah dan ada yang memiliki skor tinggi, artinya dalarn ha1 parameter kebutuhan atau sub kebutuhan itu petani memiliki tingkatan yang beragam. Rendahnya kebutuhan kesinambungan sumkrdaya keuangan ini mengakibatkan petani merasa kesulitan pada saat rnusim tanam yang akan datang atau mengernbangkan
usaha lain
berbasis pertanian dengan alasan kekurangan biay a. Kebutuhan
kesinambungan sumberdaya keuangan yang rendah diakibatkan oleh perilaku petani yang tidak menyimpan hasil panen dan rendahnya perilaku menabung. Petani
yang
sudah memahami fluktuasi h a r p rnusiman dan memahami konsep guna waktu ( / ~ m c ~ I ~ I I ~ I !men!,impan ~ ~ )
hasil usahatani di gudang prihad~nyadan menjual harang tersebut
pada saat harga lobih mahal dtbanding dengan harga pada saat musim pancn (urnurnnya
petani padi, bawang rnerah, dan bawang putih). Penyimpanan beberapa produk pertanian oleh pztani selain untuk dijual pada saat h a r p mahal juga dilakukan d e n g n
alasan mendapatkan uang tunai sewaktu-waktu. Petani yang beralasan untuk
mendapatkan uang tunai sewaktu-1vak-t~umumnya menjual simpanan prduk pertanian tersebut sedikit demi sedikit. Tingkat kebutuhan identitas yang tinggi (skor 59,201 menunjukkan tingginya
kebutuhan petani untuk rnenyalurkan aspirasinya (skor 64,001, kebutuhan petani untuk berkelompoWmempertahankan lcelornpok (skor 6 1,771, kebutuhan untuk menunjukkan kemarnpuan dirinya (skor 55,23); dan kehutuhan akan kebanggaan dirinya (skor 54,841.
Kebutuhan yang tergolong mempertahankan identitas merupakan kebutuhan yang tingg
dalarn tingkatan-tingkatan kebutuhan menurut Maslow ( 1970). Aspirasi petani yang dianggap perlu disampaikan antara lain adalah kebutuhan penyaluran aspirasi tentang
harga sarana produksi yang kenaikan harganya tidak diikuti kenaikan harga produk pertanian yang seimbang dan aspirasi tentang harga hasil produksi yang jatuh di musim
panen. Aspirasi ini berhubungan dengan aspirasi lain dari petani yang perlu disalurkan pada pihak-pi hak yang benvenang yaitu aspirasi tentang infrastruktur pertanian yang
tidak rnemadai (prasaranajalan, prasarana pengairan, dan prasarana pasar). Tingkat kebutuhan petani pangan lebih tinggi dibandingkan tingkat kebutuhan
petani hortikultura di semua jenis kebutuhan ('Tabel 1 8). Ada motivasi yang lehih tinggi pada p t a n i pangan untuk rncningkatkan produktivitas, untuk rnengamankan usaha,
untuk rncnyinambungkan usaha. dan mcmprtahankan identitasuya dibandingkan dcngan petani horti kultura Tantangan pcningkatan produkt~vitasusaha, mengamankan usaha. mcnyrna~nbungkan usaha. Jan mcanpxtahanlan idcnritas disadari bcnar olch p t a n i pangan. I'ctani pangan tcrkesan tcrgarltung hepada upaya-upaya pc~ncrinrah dalarn
~ncncukupi kcc1~1o;~tjt'nis
kcbirluhan ini. 13udaya hctcrgantungan p d a
komersial lebih tinggi dirasakan oleh petani Kabupaten Malang dihanding petani di Kabupaten yang lain. Pemyataan ini didasarkan pa& ni lai tingkat kebutuhan kearnanan usaha dan kesinambungan usaha yang memuat parameter dan indikator tentang
kebutuhan akan informasi y ang berkait erat dengan pengembangan usaha pertanian saat
ini clan yang akan datang.
Petani pangan di Kabupaten Lumajang lebih banyak dicirikan oleh kebutuhan akan identitas dirinya (dalarn Gambar 5 Plot P-LMJ hampir berhimpit dengan vektor
X5)karena
ada kesadaran untuk menunjukkan kernarnpuan diri, meningkatkan kej a
kelornpok, mempertinggi kebanggaan diri, dan menyal urkan aspirasi. Di sentra pangan Kabupaten Lurnajang banyak petani maju yang ingin berprestasi lebih tinggi di bidang
bisnis pertanian, memanfaatkan kelompok tani dan Asosiasi Kontak Tani-Nelayan Andalan untuk berbagai tuj uan (keakmban antar petani dan bisnis pertanian),
mempertinggi kebanggaan diri (bila bertani berhsil maka kelebihan uang tunai yang didapat bisa untuk naik haji sebagai bagian dari citaxita hidup), menyalurkan aspirasi tentang pentingnya pemerintah mernperhatikan stok beras di gudang-gudang daerah sehingga tidak rnerugi kan petani dalam kebijakan impor beras, meny alurkan aspirasi
tentang pentingnya pemerintah selalu rnemeriksa kadar kimia pada pupuk yang beredar
di lapangan, dan memperhatikan pasokan sarana produksi pertanian pada saat dibutuhkan serta prasarana jalan untuk pngangkutan hasil pertanlan. Penyul uhan pertanian selama i ni telah mampu menggugah kesadaran petani
terhadap kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dan menggugah kesadaran petani terhadap beberapa parameter kebutuhan identitas. llpaya untuk memenuhi
kehutuhan kearnanan usaha dan kesinambungan usaha dalam pmyuluhan pertanian masih sangat scdiki t karcna p c n ~ u l u h a n pcrtanian yang tcrjadi ditu-jukan untuk rncnun jany proycl-pro!
CL
kctahanan p a n y i i nasional sa,i;~dan
kurang mcniti kberatkan
pada upaya menciptakan petani yang mampu rne~jalankanusaha (bisnis) baik on farm
maupun o f i r m .
Dimensi f (88.3 %) Kelaanpan :P = Pmgaq H = Hodcullma, PCT = P a c i m LMJ = h j a o g , MLG = Malang, X2 = K e b u t u h Pumgkatan Roduklivitas. X3 = Kebutuhan K-mn Us&, X4 = Kebutuhm KesimmtnmganUsaha, dan X5 = L h t u h a n Identitas.
Gambar 5 : Biplot Kebutuhan Petani dengan Karakteristik Daerah Penelitian Keseimbangan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan prduktivitas, keamanan usaha, kesinambungan usaha, dan identitas pada petani mendorong petani
untuk meningkatkan kinerjanya. Petani-petani rnaju, komersia1, dan mampu mengikuti perubahan a&lah petani-petani yang mempunyai nilai tingkat kebutuhan yang tinggi
terhadap keempat jenis kebutuhan yang diamati &lam penelitian ini. Sebaliknya, petani y ang terbelakang umumnya mempunyai nilai yang rendah pada semua jenis kebutuhan yang diamati atau hanya ~nempunyai nilai yang tinggi pada kebutuhan untuk
meningkatkan produktivi tas saja.
.
Keempat jenis kebutuhan peiani yakni kebutuhan untuk meningkatkan produksi
(X*),kebutuhan keamanan usaha (X3),kebutuhan kesinarnbungan usaha {Xs),dan kebutuhan identitas (X5) memiliki nilai koefisien korelasi positif yang kuat satu sama
lain (Tabel 20). Di dalam Gambar 5, vektor-vektor XI,X3,Xq, Xj membentuk sudut kurang dari 90° yang berarti antara variabel Xz,X3,&, clan X5berkorelasi positif satu
sama lain (yang membentuk sudut lancip atau kurang dari 45" berarti mempunyai korelasi kuat positif). Nilai koefisien korelasi ini menunjukkan bahwa naiknya nilai
kebutuhan tertentu diikuti naiknya nilai kebutuhan lain, begitu pula sebaliknya, narnun
besarnya skor tingkat kebutuhan keamanan usaha clan kebutuhan kesinarnbungan usaha berada di bawah tingkat kebutuhan peningkatan produktivitas dan kebutuhan identitas. Tinggi rendahnya jenis
kebutuhan petani tergantung dari karakteristik petani,
komunitas petani (bisa dilihat dari analisis biplot yang menunjukkan perMaan tingkat
kebutuhan petani berdmarkan daerah penelitian), dan pengaruh-pengamh luar (seperti penyuIuhan pertanian clan media massa).
Tabel 20 : Matriks Korelasi antar Jenis Kebutuhan Petani Tingkat
Kebutuhan Meningkatkan Produktivitas
(X2) Tingkat Kebutuhan Meningkatkan Produktivitas (X2)
1,01)oo
Tingkat Kebutuhan Keamanan Usaha (X3)
----
.-
Tingkat Kebutuhan Kesinambungan Usaha (X4) --
Tingkat Kebutuhan Keamanan Usaha (X1)
Tingkat
I
Kebutuhan Kesinambungan Usaha (XI)
Tingkat Kebutuhan Identitas
(Xj)
Korelasi rntara Kara kteristik Petani dengan Tinght Kebutu han Petani Tingkat kebutuhan petani berhubungan secara nyata dengan beberapa
karakteristik ptani seperti karakteristik luas penguasaan lahan usahatani, tingkat kekosmopolitan petani, tingkat pendidikan formal petmi, tingkat pendidikan non formal petani, dan kategori adapter vtani (Tabel 21). Tingkat kebutuhan petani tidak
berhubungan dengm jurnlah jenis komoditas yang dimam selarna satu tahun dan umwnya. Luas penguasaan tanah berkorelasi lemah dengan tingkat kebutuhan,
sedangkan tingkat kekosmopolitm, tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan non formal, dan kategori adap!er mernpunyai korelasi yang agak kuat dengan tingkat kebutuhan petani.
Jumhh jenis komoditas yang ditanarn dalam satu tahun di semua Man yang
dikuasai petam tidak berkorelasi nyata dengan tingkat kebutuhan keempat jenis kebutuhan yang diamati. Namun, pada sentra komoditas yang krbeda (pangan dan
horti kultura) ternyata terdapat perbedaan tingkat kebutuhan petani (dijelaskan dalam Tabel 18
&n Gambar 5). Penyebab perbedam itu sifatnya kompleks dan telah
dijelaskan dalam sub bab tingkat kebutuhan petani dalarn usaha pertanian. Jumlah jenis
komoditas yang ditanam oleh petani memang cenderung menjadi komponen karakteri sti k pertanian abu karakteristik usaha pertan ian dari pada karakteristik petani
sebagai manusia sehingga hubungan nilai jumlah komoditas dengan tingkat kebutuhan petani sulit dihubungkan.
Karakteristik umur petani tidak berhubungan secara nyata dengan niiai tingkat kebutuhan ptani artinya tidak ditemui kedekatan hubungan antara perubahan ni lai umur dengan perubahan nilai tingkat kebutuhan petani. Kebutuhan p t a n i muda
maupun tua tidak dapat diramalkan apakah akan bertambah sedikit atau bertambah
banyak dalam ha1 usaha pertanian.
Korelasi positif yang significant antara luas pengumtan lahan dengan tingkat kebutuhan walaupun sifatnya lernah (di bawah 0,251 menunjukkan bahwa banyak sedikitnya lahan yang dikuasai petani dalam mengeloia usahatani berkaitan dengan tingkat kebutuhan dirinya. Sifat korelasi yang positif menunjukkan bahwa
bertambhnya nilai I uas penguasaan lahan akan diikuti oleh bertambahnya ni'lai tingkat kebutuhan petrtni. Petani yang mempunyai luas Iahan lebih ksar umumnya menanam jenis komoditas yang lebih banyak, lebih kosmopolit, berpendidikan formal yang lebih
baik, dan lebih cepat menerima inovasi banr (nilai kategori adopremya lebih tinggi) sehlngga para petani yang mempunyai karakteristik seperti ini lebih banyak mengetahui
apa yang menjadi kebutuhan dirinya dalarn menapai upaya kesejahteraan yang lebi h
baik. Tingkat kekosmopolitan petani krkorelasi agak kuat yang positif pada semua jenis kebutuhan petani. Tingkat kebutuhan petani berkaitan dengan sifat-sifat
kosmopolit petani. Petani yang kosmopolit cenderung memiliki tingkat kebutuhan yang
lebih tinggi dibanding petani yang lokalit. Sifat kosmopolit seperti intensitas pejalanan ke luar desa, hubungan dengan agen pembaharu, pemanfaatan media komunikasi, clan hubungan sosial lain dengan pi hak luar komunitasnya rnernbuat petani lebih banyak mengetahui pentkhan-perubahan yang harus diikuti dan menentukan kebutuhankebutuhan apa saja yang diperl ukan untuk memandu mengi kuti perubahan tersebut. Selain rnenentukan kebutuhan apa saja yang dtperlukan, petani yang kosmopolit juga rnampu menentukan tingkatan kepentingan pemenuhannya, apakah kcbutuhan-
kebutuhan itu mendesak atau tidak.
.
Tabel 2 1 : Matri ks Korelasi Antara Karakteristik Petani dengan Tingkat Kebutuhan Petani Karakteristik Petmi
Tingkat
Kebutuhan untuk Meningkatkan .
Produktivitas(Xd
Tingkat Kebutuhan Kesinarnbungan Usaha (X,)
Tingkat Kebutuhan Keamanan Usaha (X-J
Tingkat
Kebutuhan Identitas (X,)
Total Tingkat Kebutuhan X (),
Luas pengua~aan
0,1276
0,1827
0,1603
Lahan (XI. ,) Jumlah Jenis
0,007)
(P"0,000)
Ip= 0,001)
0,0697 (P' 0,140)
0,0097
[Xd
(P'0,528)
(P= 0,837)
4 0 2 19 (F= 0,643)
(P- 0,283)
Tingkat Kekosmoplitan (XI3 Tingkat
0,4468 (F0,000)
0,4036
0,4 189
0,4254
(P= 0,000)
(P- 0,000)
-0,0298
Komditas
Pendidikan Formal (X1.,)
0,3082 Ip=O,OOO)
0,2542
0,3561
(P=0,000)
-0,0507
p -0,oOO)
(F0,oOO)
0,3082 (F0,OOO)
0,3339 IP=O,OOO)
(P=O,W)
Tingkat
Pendidikan Nonfonnal (Xl.5)
Kategori
0,3649
1
CP' 0 , m ) 0,43 70
Adopter
(XI&)
Ip= 0,000)
0,3 130
(P=
f
0,4185 (P0,ooo)
0,4087
(P= 0,000)
0,3352
0,4072
p=0,000)
I
0,O 190 -0,034 1 -0,0548 0,0462 (P" 0,470) (P= 0,246) (P0,328) (P= 0,687) Keterangan : (1) Jumlah Petani 450 orang (n = 450) (2) Nilai korelssi lemah mempunyai nilai 0 - 0,25; agak kuat 0,26 - 0,SO; l n . . dan sangat kuat 0,76 - 1,00.
Umur (Xl.7)
Tingkat kebutuhan petani berhubungan dengan tingkat pendidikan forma1 petani karena pendidi kan formal berpengaruh pada kualitas pengeiahuan petani secara urnurn
sehingga petani mampu menentukan jenis kebutuhan dan intensitas kebutuhannya. Sifat
korelasi yang positif antara tingkat kebutuhan dengan tingkat pendidikan menunjukkm bahwa nilai tingkat kebutuhan yang lebih tinggi umumnya diperoleh dari petani yang berpendidikan lebi h tinggi j uga. Selain itu, pendidikan formal petani akan membantu petani dalam memahami informasi yang ada di seki tarnya seperti pendidikan nonformal dan hubungan-hubungan sosiai
ktkosmopolitan (tingkat karakteristik ini ).
lain yang terangkum dalam penilaian tingkat
pendidikan
formal
berkorelasi
nyata
dengan
kedua
Tingkat kebutuhan petani juga krkorelasi agak kuat dengan tingkat pendidikan
non formal petani. Tingkat kebutuhan petani disusun dari bekrapa parameter antara
lain
intensitas
mengikuti
penyuluhan
kelompok
dm
intensitas
mengikuti
pelatihan/kursus usaha pertanian (baik koperasi pertanian maupun kewirausahaan pertanian), karena sebagian k s a r ni lai tingkat pendidikan formal di dapat dari
parameter intensitas mengikuti penyuluhan maka dapat dinyatakan bahwa tingkat
kebutuhan petani berkorelasi dengan intensitas p h i mengikuti penyuluhan. Informasi yang didapt melalui penyuluhan pertanian rnenyadarkan petani akan kebutuhan-
kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya atau '
petani bemsaha memenuhi kebutuha~yaantara lain dengan mengikuti penyuluhan
pertanian.
Tingkat kebutuhan petani berhubungan dengan kategori adopter seorang petani
secara positif. Seomng petani peIopor memiliki tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dibanding petani yang kategori udoptemya lebih rendah. Kategori adopter berkait dengan karakteristik-karakteristik lain dari petani yang juga berkorelasi nyata dengan tingkat kebutuhan seperti tingkat pendidikan formal maupun non formal, tingkat
kekosmopolitan, dan l uas pengwsaan lahan. Petani yang kategori udupternya lebi h tinggi tidak saja mengetahui jenis dan intensitas kebutuhannya tebpi j uga mengetahui bagaimana caranya memenuhi kebutuhan yang dirasakannya. Kemampuan mengetahui cara memenuhi kebutuhan di rinya pada petani yang
berkategori udopter tinggi ditunjang oleh sifat-sifat yang tersirat dalam karakteristikkarakteristi k yang berkorelasi dengan karakteristik kategori udopfer sehingga menjadi suatu potensi yang memudahkan petani kategori udop(er tinggi rnengikuti pei-uhahan
dan rnengembangkan usaha pertanian baik
r)tz,firrnl maupun
ofj:/urm. Kebutuhan pctani
y ang memiliki karakteristik kosmopolit, terdidik formal maupun informal, dan cepat mengadopsi inovasi lebr h tinggi kebutuhannya dibanding petani yang tidak merniii kt
karakteristik seperti itu. Petani yallg kosmopolit, terdidik formal maupun informal, dan cepat rnengadopsi inovasi pada umurnnya di masyarakat desa disebut petani maju dan mempunyai kinerja lebih baik dibanding petani lain.
Korelasi yang nyata antara tingkat kekosmopolitan, tingkat pendidikan formal maupun non formal, serta kategori adopter dengan tingkat kebutuhan petani
menunjukkan bahwa bila petani atau masyarakat tani mengalami perubahan pada
keem pat karakteristik tersebut tentu akan mengakibatkan perubahan pada tingkat kebutuhan petani . Dengan demikian, setiap penyuluhan pertanian yang berusaha memenuhi kebutuhan petani dipandang perlu untuk rnemperhatikan karakteristi k petani
dan perubahannya sehingga penyuluhan pertanian lebih tepat dalarn rnemberikan pelayanan.
Kinerjrr Penyu luhsln Pertanisti Menurut Petani Responden
Berdasarkan skor variabel kinerja penyuluhan pertanian di tiga kabupaten contoh di Jawa Timur dapat diketahui bahwa kinerja penyuluhan saat ini masih belurn mampu memenuhi kebutuhan petani (skor
=
35,32 dari skor maksimal 100). Di sentra-
sentra hortikul tura, penyuluhan pertanian yang di lakukan oleh peny uluh pertanian
pmerintah tidak banyak dikenal (tidak populer) dan kalaupun ada tidak rnampu memenuhi kebutuhan petani setempat. Skor variabel kinerja penyuluhan pertanian di
daerah hortikultura (23,34) lebih rendah bila dibandingkan dengan skor variabel kinerja ~ n y u l u h a npertanian di daerah p n g a n !47,3 1 ).
Kinerja penyuluhan perbnian di Kabupaten Lumajang (skor
=
24,751 lebih
rendah bila dibanding dengan kinerja penyuluhan pertanian di Kabupaten Pacitan (skor =
40,571 dan Malang (skor
=
40,711. Nilai skor kinej a penyuluhan pertanian ymg
rendah di Kahupaten Lumajang Iebih banyak dipengamhi oleh rendahnya kineja penylll uhan pertanian di sentra hodkultura di daerah tersebut. Penyul uhan pertanian di
sentra hortikultura Lumajang bisa dikatakan M u m pernah dilaksanakan karena kegiatan penyuluhan yang si fatnya proses belajar tidak pernah diiakukan. Sentra
hortikultura Lumajang ternpatnya terpencil sehingga penyuluh (dan agen pembaharu lainnya) susah menjangkau komunitas petani yang hidup di daerah itu.
Berdasarkan data hasil penelitian yang disajikan daiam Tabel 22 terlihat bahwa
selarna ini penyuluhan pertanian yang dilakukan oleh pemerintah hanya difokuskan pada masalah-masalah tanaman pangan dan di daerah tanaman pangan. Rendahnya
kineja penyuluhan pertanian d~ herah hortikdtura karena aktivitas penyuluhan pertanian dengan materi hortikultura tidak dirasakan oleh petani dan penyuluhan
pertanian di daerah tersebut menyajikan materi tahaman pangan sebagai bagian dari
kebijakan pemerintah pusat yang harus dilaksanakan. Pelaksanaan penyuluhan
pertanian pa& umumnya masih bersifat d m atas ke bawah (top down) bita dilihat dari topik pernasalahan yang disuluhkan dan daerah yang akti f melakukan penyuiuhan.
Penyufuhan pertanian dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah pusat atau paling tidak didominasi oleh program pemerintah pusat seperti GEMA PALAGUNG dan Program Ketahanan Pangan.
Satu-satunya parameter yang rnenjadi kompnen v a r i a k l
k inurja penyuluhan
pertanian yang agak memuaskan petani adalah tingkat kepuasan pctani pada jasa
infbrrnasi penvuluhan pcrtantan ( Y1, ,). Nilai tingkat kepuasan petani pada jasa informasi pcrtanian dari scluruh responden (dari kescluruhan lokasi pcnclitian) adalah
5 1,08. Petani menganggap bahwa informasi dalam penyuluhan pertanian sebenarnya
cukup bermanfaat. Penyuluh masih agak dipercaya menjadi sumkr informasi pertanian dan informasi pertanian yang disampaikan penyuluh atau Balai Penyuluhan Pertanian
(BPP) agak sesuai dengan kebutuhan petani (conformity). Infotmasi pertanian dirasa
agak mudah didapt dari penyuluh atau BPP (accessibility) dan informasi tersebut
dipandang agak mudah dipahami (communication).
TabeI 22 : Kinej a Penyuluhan Pertanian di Berbagai Daerah Jawa Timur
Klasi fikasi Daerah
Skor clan Simpangan Baku Kinej a Penyuluhan Pertanian
Jawa Timw (tiga kabupaten contoh)
I Sentra Pangan Jawa Timur
35,32 (23,471
1
47,3 1 (1 8,551
Sentra Hortikul tura Jawa Timur
Pacitan Lumajang Malang Sentra Pangan Pacitan Sentra Pangan Lumajang
Sentra Pangan Malang
Sentra Hortikultura Pacitan Sentra t lortikultura Lurnajang
Sentra Hortikultura Malang Keterangan ( I ) Angka dalam kunrng menunjukkan sirnpangan baku (7)Skor antara 0 - 100
1
Parameter tingkat kepuasan petani pada jasa pelatihadkursus petani rnerupakan parameter yang paling rendah nilai kepuasannya di mata petani {Y1 . 1 ) . Ketidakpuasan pemi disebabkan oleh jarangnya atau sedikitnya pelatihmkursus usaha pertanian yang
diselenggarakan oleh BPP/BIPP dan kesempatan rnengikuti pelatihanlkursus yang tidak merata Peserta pelatihan atau ,kursus sering diikuti oleh petani yang sama walaupun
sudah krbeda topik dan kumn waktu pelatihanlkursus. Para petani yang menjadi peserta pelatihan menilai adanya mmfaat dari pelatihanhxsus pertanian yang diadakan
dan
para
pemateri
(courlesy/msurance)saat
dianggap
ramah
penuh
penghargaan
kepada
petani
pelatihanlkursus.Petani peserta pelati han/kursus merasa agak
puas terhadap kesesuaian materi dengan kebutuhannya (conformity) dan merasa agak
mudah memahami materi yang disampaikan (communication). Namun petani peserta pelatihanflrursus menganggap b a h w beberapa indikator dari parameter tingkat
kepuasan petani terhadap tingkat keahlianlketrampi1an penyuluhlpelatih (competence) masih rendah, tingkat pemahaman pernateri/pelatihlpenyuluh terhadap permasalahan petani (empathy), dan ketanggapan penyuluh/BPP terhadap kebutuhan pelatihanlkursus
yang diperlukan petani (responsiveness) j u g dinilai rendah. Penyuluhan pertanian be1urn mampu meningkatkan harga di ri petani (humaneness). Berdasarkan kenyataan ini (baik data hasi l wawancara dengan petani maupun dengan penyuluh) maka peningkatan mutu jasa penyuluhan pertanian dari aspek jasa
pelatihanlkursus petani diperlukan berbagai usaha untuk meningkatkan kornpetensi penyuluh (seperti pelatihan yang terus rnenerus sesuai dengan perkembangan dan pendidi kan formal lanjutan bagi penyul uh), dan meni ngkatkan pernahaman penyuluh terhadap perrnasalahan clan kebutuhan petani (meningkatkan hubungan antara penyuluh dengan petani dengan bertcmpat tinggal di wilayah binaan).
Kepuasan petani pada jasa pernbimbingan usahatani (Y1.4) dinilai tidak
memuaskan (skor 30,021. Pelaksanaan penyuluhan pertanian kurang memberikan bi rnbingan pengolahan hasi l komoditas yang diproduksi petani . Bimbingan penyediaan modal keja, pengembangan modal keja, identifi kasi peluang peningkatan usaha
pertanian, dan bimbi ngan pemasaran harnpir tidak pemah dilakukan. Padahal para petani mengharapkan pelaksanaan penyutuhan pertanian dan petugas penyul uhan
pertanian mampu rnenyajikan jasa-jasa tersebut kepada petani . Beberapa indi kator jasa
bimbingan usaha pertanian ternyata dilakukan, diambil alih, atau dianggap tugas institusi di iuar pertanian (mi salnya Depperi ndag), walaupun pada kenyataannya
frekuensi pelaksanaan dan j umlah pesertanya sangat terbatas. Tingkat kepuasan petani pa& jasa penumbuhan dan pernbinaan kelembagaan
petani (Y1.3) yang masih rendah (skor 33,471 menunjukkan bahwa selama ini berbagai
kelembagaan petani seperti kelompok tani masih sebatas penumbuhan kelembagaan dalam arti kuantitas tetapi rnasih belurn menyentuh aspek kuaiitas. Secara urnurn, penyuluhan pertanian telah memotivasi petani untuk berkelompok, mengetahui manfaat
kelompok, dan cara kej a kelompok. Narnun pelaksanaan penyuluhan pertanian belum mampu membina kepemimpinan kelompok, M u m melakukan kerjasama antara petani
dengan penyedia sarana produksi, belum melakukan kejasama anbra petani dengan pihak pengolah hasil pertanian atau pernbeli hasil pertanian, dan belum mampu rnenjembatani suatu kejasama antara petani dengan lembaga keuangan. Tingkat kepuasan petani pada jasa penerapan teknologi pertanian tergolong rendah (skor untuk tiga kabupten adalah 35,77). Rila dilihat tiap kabupaten, hanya petani di Kabupaten Pacitan saja yang merasa agak puas dengan jasa penerapan
teknologi pertanian yang disajikan dalarn penyut uhan pertanian (skor 33,69). lJetani di dua kabupatcn lainnya yaitu Kabupaten I,urnajang dan Malati2 masih rncrasa tidak puas
dcngan jasa pelayanar~pcnerapan teknologi ~ r t a n t a nyang disiij ikan dalanl penyuluhan
pertanian. Perasaan puas petani Pacitan lebih banyak dilatarbelakangi
oleh minimnya
kelemhagaan dm organisasi yang menyedidan jasa penerapan teknologi ptanian baik pernerintah maupun swasta. Keadaan tersebut berbeda dengan kondisi di Lurnajang maupun Malang yang banyak dijumpai kelembagaan clan organisasi yang menyediakan jasa penerapan teknologi pertanian baik pemerintah rnaupun swasta.
Jasa penerapan teknologi pertanian rnenyangkut intensitas teknologi yang
di kenalkan, triabilitas, observabilitas, kompatibilitas, dan kompleksitas teknologi yang disampaikan d a m penyuluhan pertanian. Jasa penerapan teknologi pertanian merupakan jasa penyuluhan pertanian Marn mendifusikan teknologi baru di bi&ng pertanian baik teknoiogi biologis, kimiawis, dan mekanis (tanaman unggul, bahan kimia untuk pengendalian hama, dan alat mekanisssi perranian). Seiarna 3 bulan terakhir
sebel um peneIitian, intensitas penyuluhan pertanian sangat rendah karena bersamaan dengan restrukturisasi organisasi penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten. Jasa penerapan teknologi pertanian yang dilakukan dalam penyuluhan pertanian yang
dikelola pemerintah akhir-akhir ini bersaing dengan prornosi clan perusahaan penghasil te knologi yang berfungsi sebagai sarana produksi pertanian dan penerapan teknologi
pertanian yang dilakukan oleh perusahaan pertanian yang berkepentingan dengan
produksi pertanian petani (misalnya petugas lapangan PT Indofood melakukan birnbingan teknis budidaya, pasca panen, dan pembelian beberapa sayuran di Kec. Bumiaji Batu Malang).
Kinerja Penyuluhan Pertanian Berdasarktln Pemenuhan Jenis-Jenis Kebutu h3n Petani
Bi la di urutkan berdasarkan daerah penelitian dan sentra komodi tas dari yang skor yang tertinggi sampai pada yang terendah, maka kinerja p n y u l uhan pertanian
dapat diurutkan sebagai berikut : Scntia pangan Malang, sentra pangan Pacitan, sentra
pangan Lurnajang, sentra hortikultura Pacitan, sentra hortikul t ura Maiang, dan sentra
hortikultura Lumajang . H a i l analisis biplot dalam Gambar 6 memperkuat pernyataan sebelumnya yakni penyuluhan pertanian selama ini hanya dilakukan di wilayah
tanaman pangan dengan topik teknis budidaya tanaman pangan khususnya padi untuk menunjang proyek-proyek peningkatan produksi pangan yang diprogramkan oleh
pemerintah. Petani yang membudidayakan hortikultura dan pengembangan hortikultura
tidak mendapatkan perhatian yang berarti fbiIa dilihat dari sudut pandang perlyuluhan pertanian yang diberikan kepada petani ), padahal petani hortikultura dan komaditas
hortihltura mempunyai potensi bear untuk mensejahterakan diri petani sendiri dan memberikan sumbangan yang berarti bagi perekonomian nasional. 2.0
., H-MLG
1.5 a
F
1.0 a
Yz
.
t OD C!
-ID
.5
P-MtG
a
Y,
N
c
-E
0.0.
k -PCT
n
-.5
8
P-PCT
m
m -1.0
-1.5
a
H-LMJ
m
-1.5
.
-1 .O
-
1
-.5
0.0
Dimensl 1 ( 71.6 X
.5
i
1 .O
1
Ciambar 6 : Biplot Kinerja Petani , Kinerja Penyuluhan Pertanian, dan Keistimewaan Jasa Penyul uhan Pertanian dengan Karaktcristik 11aerah Pcnclitian
1.5
Penyuluhan pertanian di sentra-sentra p g a n berlangsung seiring dengan
pelaksanaan program-program pemerintah di bidsng peningkatan produksi pangan dangkan kebutuhan petani pangan untuk rneningkatkan pendapatan &ngm menanam
padi varietas tertentu yang kharga lebih mahd (misalnya varietas lokal ketan clan varietas padi rajalele) tidak diakomodasi. Penyduhan hampir tidak terjadi sama sekali
di daerah hortikultura (plot kinej a penyuluhan dari daerah hortikultura
di bawah
rata-rata). Secara keseluruhan, berdasarkan jawaban responden atas be-
pertanyaan
"apkah penyuluhan pertanian saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan dirinya (petani)" didapat hasil analisis yang menyatakan bhwa penyuluhan pertanian saat ini belum
memuaskan atau belum sesuai dengan kebuhlhannya (Tabel 23). Berdasmkan teori rnutu yang menyatakan bahwa suatu jasa dikatakan bermutu bila jasa tersebut sudrth
memenuhi atau melebihi kebutuhan pelanggan maka dapat dinyatakanjuga bahwa jasa p e n y u l h n pertanian yang disajikan saat ini belum sesuai dengan kebutuhan petani.
Penyuluhan pertanian masih dituntut untuk rnemperbaiki mutunya agar keberadaan layanan penyuluhan pertanian saat ini bisa "dibeli" oleh petani. Sebagian ksar jenis kebutuhan petani, yaitu kebutuhan peningkatan produkti vi tas, kebutuhan keamanan usaha, kebutuhan kesi nambungan usaha, dan
kebutuhan identitas belum mampu dipenuhi oleh pelaksana penyuluhan pertanian (Jawa Timur bai k panbun maupun hortikultura). Petani pangan Jawa Timur merasa puas atas
pelayanan peny uluhan pertanian dalam bimbingan krcocok tanam (salah satu indikator
kebutuhan peningkatan prduktivi tas), sedangkan petani hortikultura Jawa Timur tidak
puas atas pemenuhan semua jenis kebutuhan yang diperlukan untuk peningkatan usaha
pertanian.
Petani di sentra pangan Pacitan, Lumajang, dan Malang rnerasa puas di bidang bimbingan teknis budi&ya (Takl 23). Khusus untuk petani di sentra pangan Pacitan
dan Malang, bimbingan penanganan panen yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian dint lai memuaskan. Penyuluhan perranian dapat memuaskan pemenuhan kebutuhan identitas hanya diterima oleh petani di sentra pangan Kabupaten Malang.
Dari keterangan ini nyata bahwa penyuluhan pertanim h y a berlangsung di wilayah tanaman pangan dengan topik tanaman pangan (padi) khususnya teknis budidaya
tanaman dan sebagian penanganan pasca panen. Ada berbagai alasan mengapa aspek bimbingan bercocok tanam tanaman
pangan saja yang mem uaskan petani, antara lain adalah : penyul uh menjalankan
program pernerintah, penyuluh hanya menguasai bercocok tanam tanaman pangan, pelatihan penyuluh iebih banyak pada penyuluh eks penyuluh tanaman pangan, dan
bahan penyuluhan yang disediakan pernerintah kepada penyuluh di lapangan hanya
berkisar pada tekni s budidaya tanaman pangan. Program pemerintah, pelati han penyuluh, dan bahan penyuluhan yang diberikan kepada peny ul uh di lapangan memang
tidak banyak yang mengarah ke topik lain seperti rnendorong kejasama dengan pelaku pasar pertanian lain seperti perusahaan pmbeli p r d u k perhnian, ketrampilan
pengolahan hasi l pertanian seperti pem buatan kripik
pengem bangan kemampuan kewi raswastaan petani.
kentang, dan jenis-jenis
Tabel 23 : Rekapitulasi HasiI Uji Nilai Tengah Tingkat Kepuasan Petani pada Jasa Penyuluhan Pertanian Berdasarkan Jenis Kebutuhan
Lokasi 1
Jenis Kebutuhan
I lndi kator
Jawa Timur
Jawa Jawa Tirnur Pacitan Timur (Horti(Pangan) (Pan~an) kultura)
Lumajang (Pangan)
Pacitan (Hortikultura)
Lumajang (Hortikultura)
Malang (Honikultura)
TM M
TM
TM
TM
TM
TM TM TM
TM TM M TM
TM TM TM TM
TM TM TM TM
TM TM TM TM
TM TM TM TM TM
TM
Mdang (Pangan)
yang Berhubungan dengan
; Kebutuhan Peningkatan Produktivitas
Ii
Kerjasama dengan penyedia sarana produksi I Bimbingan bercocok tanam Bimbingan penyediaan modal kerja s n ~ a yang t ~Berhubunyan denynn i Kebutuhan Keamanan Usaha Kerjasama dengan pembeli produk I : pertanian dan pemasaran Kerjasama dengan lembaga keumgan j i Bimbingan pemanenan ; Bimbingan pengolahan hasil : Indikator yang Berhubungan dengan Kebutuhsn Kesinambungan Ursha ' Bimbingan pengembangall modal usahatani Bimbingan pengembangan usaha lain y ang berbasis pertanian Indikator yang Berhubungan dengan Kebutuhan Identitas Peningkutan harga diri petani Mendorong untuk berkelompok Menjelaskan manfaat berkelompok Menjelaskan cara kerja kelompok ! i Pernbinaan kepernimpinan kelompok
TM TM TM
TM
TM TM TM
TM TM TM
TM
TM
TM TM TM
/ 1
TM
TM
io
TM
11 :
M TM
TM TM TM
TM M
TM
TM TM M
TM
TM
M TM
TM
TM
TM
TM TM .TM
TM
TM
TM
TM
TM
TM
TM
TM
TM
TM
TM
TM
TM TM TM
TM TM
TM
TM M M M
TM TM
TM TM
TM TM TM TM
TM
TM TM
TM
TM
TM
M
TM
TM TM
TM TM TM TM
TM
TM
'I'M
TM
TM TM TA1:
TM
Keterangan . Uji rataan dua arah dengan i-& : p = 2,5 vs HI: p r 2,5 dengan a = 1O N , bila rataan yang diperoleh kurang dari 2,5 clan berdasarkan uji t dua arah pada a = 10% berbeda nyata dengan 2,5 maka r a t m tersebut dikategorikan tidak memuaskan (TM), bila uji t dua arah terhadap r a m tersebut pada a = 10% fidak berbeda nyata dengan 2,s maka rataan tersebut dikategorikan memuaskan (M), bila ratam tersebut lebih bew C3ri 2,5 dan berdnsvkm uji t dua arah berbeda nyata dengm 2,s maka rataan tersebut dikategorikan sangat memuaskan (SM).
Ketidakpuasan terhadap sebagian besar indikator kinerja jasa penyuluhan pertanian di hampir semua lokasi penel i tian rnenunjukkan rendahnya mut u jasa penyuluhan pertanian yang diterima petani saat ini. Dampak jangka panjang adalah
ketidaksediaan petani "membeli" jasa penyuluhan pertanian yang dilaksanakan pernerintah bila kondisi rnutu ini tidali segera dipebiki. Penyuluhan prtanian a h semakin terasing dari petani bila peny uluhan pertanian tidak sesuai dengan kebutuhan
petani dan kebutuhan petani sifatnya sangat bergantung kepada karakteristik petani
dan pertaniannya serta komunibs sosial petani berada. Penyuluhan pertanian secara
keseluruhan belurn menjalankan prinsip spesi fik lokasi. Pelaksana penyuluhan pertanian baik secara organisasi maupun perorangan mengalami ketidakberday aan untuk bisa memenuhi berbagai kebutuhan petani selain dari bimbingan te kni s bercocok tanam, birnbi ngan pemanenan dan pascapanen,
mendorong petani untuk berkelompk, menjelaskan manfaat clan cara keja kelompok, dan membina kepemimpinan kelomwk. Ketidakkrdayaan pelaksana penyuluhan pertanian untuk memenuhi kebutuhan petani cenderung disebabkan oleh faktor stmktural yaitu tekanan kebijakan dari penguasa pusat maupun daemh yang kurang memahami penyuluhan khususnya dan kom itmen pada pertanian umumnya,
serta faktor kultural yaitu cara berpiki r dan perilaku ketergantungan yang tinggi dari
penyuluh terhadap kebijakan pernerintah tentang penyuluhan khususnya dan pertanian pada umumnya.
Kincrja Pctani
Variabcl kincrja petani diukur dari pcndapatan p t a n i dari usaha pertaniannya (hisnis prtanian) baik pndapatan usahatani lnaupun ~ n d a p t a nusaha lain yang berkarlan crat dcngan pcrtarii:in
lnaupun r $ i ' f i ~ t + t t tr t , ~ r i h ~ ~ . \ . ~ iI'cndapatan tl~~.\.~).
(~II,/<JI-~I
pctani ~ncrupaLan ucrmiri kc~nnmpuan scorrlng v t a l ~ i dalarn tcknis budidaya,
kemampuan petani datarn manajemen usahatani, memainkan guna waktu, guna tempt, guna bentuk, dan kemampuan melihat peluang usaha lain di desa yang masih
berbasis pertanian. Kemampuan dalam berusaha pertanian tersebut secara teoritis dapat dipengamhi oleh proses peny uluhan pertanian dan pendapatan yang diperoleh
dari usaha pertanian itu selanjutnya dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahkraannya.
Tabel 24 : Kinej a Petani Berdasarkan Daerah dan Komoditas
Daerah dm Komoditas
Jam Timur Jawa Timur (Pangan) Jawa Timur (Hortikuttura)
Kinerja Petani (RpIBulan dalam I Ha)
1.293.430,9 19.548,1-667.313,-
689.328,-
Paci tan Lumajang
1.123.819,-
Malang
2.067.144,-
Keterangan : Berdasarkan Uji Beda Fischer's kineja petani Malang berbeda nyata dengan kinerja petani Lumajang dan Pacitan, kinerja petani Lumajang berbeda nyata dengan petani Pacitan
Petani hortikultura secara umum rnernpunyai kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja petani pangan dan rata-rata kinerja petani Jawa Timur (Tabel 24). Rata-rata kinerja wtani hortikultura yang lebih tinggi dari petani pangan
disebabkan oleh kernampuan pelani hortikultura yang &pat mtnanam Icbih banyak .jenis s a y r dihanding petar~ipangan yang r e l a t i f menanam lebih sedikit jcnis tanaman sclarna setahun ('l'abel I h ) dan kemiampuan peletani hortikultura dalam memilih jcnis
komoditas yang unggul harga parar. Secara urnurn, petani horti kultura lebih responsif
terhadap perubahan harga pasar komoditas yang diusahakannya. Komoditas hortikultura merupkan komoditas yang ditanam oleh petani dengan pertiinbangan yang sangat komersisl dibandingkan dengan keputusan menanam tanaman pangan
karena petani benar-benar memikirkan harga pasar bag produk pertaniannya clan harga sarana produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi, sedangkan petani tanaman pangan dalam beberapa ha1 rnasih berpikir subsistensi terhadap produk
pertaniannya walaupun dal am kadar yang rendah (mi salnya menanam padi atau
jag ung dengan pertirnbangan mengamankan stok pangan kel uarg). Petani di Kabupaten Malang mempunyai kinerja yang lebih tinggi
dibandingkan kinej a petani Lumajang dan Pacitan, dan kinerja petani Lumajang lebih tinggi dibanding kinerja petani Pacitan (berdasarkan uji beda nyata terkecil Fisher's). Berdasarkan urutan besarnya ni lai kinerja diketahui bahwa kemarnpuan petani Malang dalarn teknis budidaya, manajemen usahatani, memainkan guna waktu, guna tempat, guna bentuk, dan mernanfaatkan usaha yang berbasis pertanian lebih tinggi
dibandi ngkan dengan petani Lumajang dan Pacitan. Dengan demi kian alasan pemili han lokasi kabupaten penelitian yang dicantumkan dala~nmetode penelitian berdasarkan kemampuan agribisnis petani di ketiga daerah tersebut dapat diterima. Namun demikran diakui bahwa kine rja tersebut juga dipngaruhi oleh bekrapa variabel lain di luar yang diamati dalam penelitian in1 seperti pngaruh hukurn prrmintaanipmawaran, inf'rastruktur komuni kasr massa.
pertanian, transpnasi, dan
pendedahan
Tabel 25 : Hasil Uji Tukey terhadap Rataan Kinerja Petani di Sentra Pangan clan Hortikdtura di Kabupaten Malang, Lumajang, dan Pacitan. Urutm Kinerja
P m i (RplBulan dalam 1 Ha)
Sentra pangan Pacitan (Spp)
Sentra hort ikultura
Sentra
Pacitan (SHP)
Lumajaq (SHL)
4 16.467,- (SPF)
Sentra
hortikultura pangan
Malang
Sentra
Sentra
pangan Lumajang
hortikultura Malang
(SPL)
(SHM)
I
%2.189,- ( S H F ) 1.050.956,- (SHL)
1,145.492,- (SPM)
*
1.187 291,-(SPL)
*
2.988 795,-( S W )
*
*
Keterangan : ( I ) tanda * menunjukkansig711frcm11 dengan
*
*
= 0,05
Petani pangan di Pacitan mempunyai kinerja yang lebih rendah dibanding petani lain di luar Kabupaten Pacitan, namun bila dibanding petani hortikultura di
Pacitan sendiri ternyata kinerjanya tidak bedxda. Petani hortikultura di Kabupaten
Pacitan mempunyai beberap keterbatasan antara lain teknis budidaya hortikultura dan pemasaran hortikulhrra. Pedagang lokal maupun pedagang luar kabupaten kurang tertarik pada produk horti kultura Pacitan karma alasan ongkos transportasi yang
mahal (akses transportasi ke Pacitan kumng menguntungkan pedagang luar daerah), jenis komoditasnya kurang beragam (antara lain sawi dan Iombuk kecil), dan kualitas hortikul tura yang diperdagangkan mudah di dapat di daerah lain (kabupaten lain
tern pat pedagang luar daerah berada). Kinerja petani Kabupaten Lumajang baili pangan maupun horti kultura dan petani pangan di Kabupaten Malang tidak krbeda nyata. Ketiga kclompok pctani ini ~ncmpunyaikinerja yang sama tetapl masih Iehih tinggi dar~k~ner-japxani pangan
Kabupattn Pacitan. l'etani pangan dl Kabupatcn Malang dar~I ,umajang mem punyai
kemampuan bisnis yang setara dalarn fokus yang b e r m . Petani wgan Lumajang
mampu melakukan efisiensi usahatani padi dengan skala luas lahan yang rata-rata
Iebih besar
dari kelompok petani kabupaten lain dan petani Malang memilih
rnenanm jenis padl yang berharga tinggi. Petani hortikultura Kabupaten Lurnajang
tidak marnpu me1ebihi kinej a petani hortikultura Kabupaten Pacitan (tidak signtficant) dan tetap ch bawah hnerja petani hortikultura Kabupaten Malang (sign~ficanl).Sentra hortikultura Kabupaten Lurnajang dapt disebut sebagai potensi hortikultura yang masih be1urn dikernbangkan optimal karena berbagai keterbatasan
yang rumit, antara fain : infrastruktur transportasi dan komunikasi, pemerintahan,
kesehabn, clan pendidikan.
Petani di sentra hortikultura di Kabupaten Malang merupakan petani yang mempunyai kine ja yang paling tinggi dibandingkan dengan petani pangan Kabupaten Malang maupun petani lain di sentra hortikultura dan pangan Kabupaten Lumajang
dan Pacitan. Kinerja yang tingg ini ditopang oleh kemampuan teknis budidaya, manajemen usahatmi, rnernanfaatkan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk, serta memanfaatkan bisnis of farm. Infrastruktur transportasi dan infrastruktur kornunikasi memudahkan petani di sentra hortikultura Kabupaten Malang untuk berinteraksi dengan komponen pelaku pertanian
swasta yang bekerja
agribisnis lainnya. Keberadaan perusahaan
sama dengan petani memungkinkan petani
rneningkatkan kinerjanya. Dukungan organisasi non pernerintah yaitu
Pusat
Pelati han Pertanian dan Pedesaan Swadaya yang didirikan dan dikelola oleh sekelompok pctani maju di daerah tersebut tidak hanya bermanfaat bagi petani sctelnpat tctapi juga pitda pihak-pihak
lain yang rnemerlukan pelatihan pertanian.
Pengaruh Tingkat Kebutuhan fetani terhadap Kinerja Petrrni
Kebutuhan seseorang akan mendorong ditinya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Seam alarniah, seseorang akan berusaha sekeras mungkin untuk &pat memenuhi kebutuhan dirinya dengan kekuatan yang dim i liki. Kebutuhan seorang
petani dalam menjalankan usaha pertanian akan mendorong petani yang bemgkutan untuk bentsaha rnernenuhinya. Kebutuhan akan informasi yang berkaitan dengan
upaya peningkatan usaha prtanian dilakukan petani dengan berbagai cara yai tu
belajar &ri pengalaman diri, belajar dari pengaIaman petani lain, belajar dari penyuluh lewat penyul uhan pertanian, belajar &ri pedagang sarana produksi pertanian atau pedagang produk pertanian, dan pi hak-pihak lain. Ji ka kebutuhan-
kebutuhan untuk meningkatkan usaha pertaniannya terpenuhi maka kinej a petani tersebut a h mengalami peningkatan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tingkat
kebutuhan seorang petani akan mempengaruhi usaha dirinya untuk memenuhi kebutuhan dan kebutuhan yang dapat dipenuhi akan mempengaruhi kinejanya.
Tingkat kebutuhan petani &lam usaha pertanian akan mempengaruhi kinerja
petani dan kinerja petani akan rnempengaruhi usaha petani memenuhi kebutuhan lain dalarn rangka peningkatan kesejahteraan diri dan kel uarganya (betrer living). Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda Yang menguji pengaruh tingkat kebutuhan petani yaitu kebutuhan peningkatan produkt ivitas (X2), kebutuhan keamanan usaha (X3), kebutuhan kesinambungan usaha (XI, dan kebutuhan identitas
(Xj) terhadap kinerja petani (Yz) di berbagai wilayah penel itian di Jawa Timur dapat
dinyatakan bahwa secara keseluruhan tingkat kebutuhan kcamanan usaha berpengaruh positif terhadap kinerja petani (Lam pi ran 1 sarnpai Idampiran6).
Pengaruh positif tingkat kebutuhan keamanan usaha terhadap kinerja petani secara nyata terdapat dalam hasil analisis regresi untuk data Jawa Timur secara keselunrhan, data Jawa Timur khusus petani pangan, data Jawa Timur khusus petani
hortikultura, data Pacitan keseluruhan, dan data Malang keseluruhan. Irnplikasi hasil analisis ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan yang tinggi pada jenis kebutuhan
keamanan usaha akan memacu petani untuk berusaha sedemikian rupa memenuhi kebutuhan ini dan akibatnya adalah peningkatan kinerja diri petani yang bersangkutan. Tingkat kebutuhan keamanan usaha mempakan kebutuhan yang
rnenjadi prioritas untuk usaha-usaha peningkatan kinej a petani.
Parameter tingkat keamanan usaha dalam penelltian ini yang memili ki skor tertinggi adalah kebutuhan prakiraan cuaca (50,98 dari skor maksimal
loo),
kebutuhan pemasaran hasil (46,57), dan kebutuhan penanganan pasca panen (2 1,05). Bagi semua petani, inforrnasi prakiraan cuaca tahunan dan prakiraan cuaca bulanan saat ini sangat penting untuk merencanakan aktivitas usaha tan1 seperti penentuan komoditas yang akan diusahakan, ~ n e n t u a nwaktu tanam, penentuan waktu panen,
penentuan ~rnupukandan pengcndalian hama penyakit. Kebutuhan pemasaran hasil menyangkut informasi harga pasar dari produk yang di usahakan, kebutuhan i nfomasi
akses pada saluran peinasaran (infonnasi pernbeli), kebutuhan informasi prencanaan produksi, kebutuhan kernantapan harga produk vang diusahakan. dan ktbutuhan informasi jaminan pcnlasaran has~l.Kebutuhan penanganan pasca panen relatif rendah karena sebagian bcsar petani
111cn.j ual
prcjduli pcrtan ian heberapa saat setelah panen.
Kebutuhan pasta parlun in1 ~ncliputi Lcbuluhau informasi card ~ n v i t n p a n a nproduk. Lcbutiihan inhnnnsi cars rnctigotah prodok pcrtanian ~nenjadi pmduk Inin, dan Lchut uhan ~iili)nn;l>i alnt d a ~I~aljan i t ~ r , y , o l n lproduh ~ pcrtxntan.
Indikator-indikator kebutuhan yang tergolong dalam variabel keamanan usaha merupakan aspek-aspek penting dan utama dalam memi nima1kan r isi ko kerugian dan
rnempengaruhi harga yang diterima petani. Petani yang memahami informas1 siklus cuaca tahunan maupun bulanan merupakan petani yang sangat memperhatikan
perencanam waktu tanam, waktu panen, dan jenis komoditas yang hams diusahakan sehubungan dengan risiko kerugian akibat cuaca. Petani yang menguasai in forrnasi
harga pasar dari produk yaig diusahakan, informasi akses pada saluran pemasaran (informasi pembeli), mampu melakukan perencanam produksi, mampu menjaga kemanbpan harga produk yang diusahakan, dan marnpu menjalin hubungan dengan pembeli produknya Cjaminan pernasaran hasil) umumnya selalu mendapatkan hare
yang lebih tinggi pada stat menjual prduk usahanya, sehingga tin~katpendapatan per satum faktor produksi per satuan waktu relatif lebih tinggi dari petani lain yang
tidak menguasai informasi pemasaran hasi l pertanian. Petani yang mengetahui kebutuhan akan penanganan pasca panen
komoditasnya dan mampu memenuhi kebutuhan komoditas tersebut berarti petani yang bersangkutan mempunyai kernampuan cara penyirnpanan prduk, mampu
mengolah produk pertanian rnenjadi produk lain, dan mampu menggunakan alat dan bahan pengolah produk pertanian. Petani yang berkualifikasi seperti ini pada urnumnya mendapatkan nilai tambah produ k pertanian a kibat penggunaan tenabQ kerja dan modal yang dikeluarkannya. Seorang petani yang tahu cara penyimpanan produk pertanian yang diusahakan dan rnelakukan pnyimpanan produk pertanian
dengan tujuan dijuat pada saat harga tinggi berarti
p a n t itu tclah
mclaliukan
pemant'aatan waktu (time ufrl~fy)dalam aktiixas ekonomi sehari-hari. I'etani yang
memahami konsep guna bent uk -V/)rtn
t i i ~ l t n . ) tcntu
mengolah hasil
praduk
Pengaruh Tingkrrt Kebutuhan Petilni terhadap Penilaian Kinerja Penyuluhan Pertanian oleh Petani
Berdasarkan konsep mutu maka kinerja penyuluhan yang bermutu adalah
kinerja penyuluhan yang dapat memenuhi atau melebihi kebutuhan pelanggannya (petani). Oleh karena itu nilai tingkat kebutuhan petani secara teoritis akan
mempengaruhi penilaian petani terhadap kinerja penyuluhan pertanian yang di ikutinya atau yang disediakan buat dirinya. Hasi l anal isi s regresi bergandit antara
variabel tingkat kebutuhan untuk rneningkatkan produktivitas (XI), tingkat kebutuhan keamanan usaha (X3),tingkat kebutuhan kesinambungan usaha (X4),clan t ingkat
kebutuhan identttas sebagai variabel bebas dengan kinej a penyul uhan pertanian
sebagai variabel terikat menunjukkan bahwa hanya variabel tingkat kebutuhan rneningkatkan produktivitas dan kebutuhan identitas yang krpengaruh terhadap
penilaian petani pada kineja penyuluhan pertanian.
Fakta hasil analisis ini
menunjukkan bahwa nilai tingkat kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dan
nilai tingkat kebutuhan identitas menentukan penilaian petani terhadap kinerja penyuluhan pertanian. Kenyataan bahwa kebutuhan peningkatan produktivitas dan kebutuhan identitas berpengaruh positif pada penilaian kinerja petani terjadi pada petani I espnden
secara keseluruhan f di tiga kabupaten daerah penelitian baik komoditas
pangan maupun hortikultura), petani di Pacitan, dan petani di Lumajang ( Lampi ran 7 sampai Lampiran 18). Analisis data pada petani pangan kcseluruhan dan pctani di
Malang menunjukkan bahwa hanya tingkat kebutuhan peningkatan produktivitas saja yang beqxngaruh p s i t i f terhadap pnilaian petani pada kinci-ja vnyuluhan pcrtanian.
t3cngaruh psitif' tingkat kebutuhan kcamanan usaha pada p n i i a ~ a n kinerja
penyuluhan pemnian menurut petani hanya tejadi pada kelompok wbni hortikultura
secara keel uruhan. Hasil kesimpulan yang didasarkan pada hasit analisis regresi linear berganda ini mempunyai indikasi kesamaan dengan hasil uji niIai tengah tingkat kepuasan petani terhadap jasa penyuluhan pertanian berdasarkan jenis kebutuhan yang disajikan daIam Tahel 23. Secara umum kebutuhan peningkatan produktivitas dan kebutuhan identitas belum memuaskan, namun bimbingan bercocok tanam dapat memuaskan
petani, sedangkan kebutuhan identitas dinilai
memuaskan oleh petani di sentra
pangan Kabupaten Malang dalarn ha1 mendorong krkelornpok, rnenjelaskan manfaat
kelompok, menjelaskan cara kerja keiompok, dan membina kepemimpinan kelompok. Ada lima alasan mengapa hanya dua variabel jenis kebutuhan itu saja yang
berpengaruh pada kinerja peny ul uhan pertanian. Perta ma, para petani pada urnurnnya hanya rnenyadari pentingnya kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas dan
kebutuhan identitas saja. Petani belum banyak yang rnenyadari pentinpya memenuhi kebutuhan keamanan usaha dan kebutuhan kesinambungan usaha. Kedua, penyuluhan pertanian saat ini lebih di fokuskan pda pernenuhan kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas (temtama tanaman
pangan) dengan
pendekatan
penyuluhan yang tergolons rnemenuhi sebagian kebutuhan identitas yaitu pemhinaan kelompok
tani.
Ketiga, program pembangunan pertanian yang khusus bertujuan
meningkatkan petani hortikultura sanga! sediliit baik oleh Pcmcrintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sehingga perhatian penyuiuhan pcrtanian pada komoditas ini rendah. Dalarn ha1 ini, pcnyul uhan pcnanian hanya menjadi
alat rnensukseskan
program-progra111pcnihangunan ptrtanian ?-ang rclah d~letapkandari suprastruktur yang lebih tinggi d a r ~pctugas pcnyuluh;in dan huhan sebagai suatu sistcrr-1 purldidikan rwn fomial ?an2 hcrli~ngsi~ n c n d ~ d i[wt;inl h mcncapai kcsciahturaan yang I c h ~ hhaik
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan petani yang bersifat spesifik lokasi dan spesi fik
karakteristik dirilkeluarga. Kern pat, p a s o h balm penyuluhan untuk komoditas hortikultura masih sediki t diterima penyuiuh pertmian walaupun penyuluh sendiri tidak seharusnya tergantung pada pasolcan balran penyuluhan dari pzmerintah.
Kelima, kemampuan pengetahuan dm ketrampilan di bidang hortikultura diakui
kurang memadai oleh panyuluh karena sedikitnya peIatihan bidang ini yang diberikan pada penyuluh hortikultura.
Pengaruh positif tingkat kebutuhan keamanan usaha terhadap penilaian petani pada kinerja wnyuluhan pertaIlian di daerah hortikultura lebih banyak disebabkan oleh penyul uhan pertanian dilaksanakan relatif intensif di sentta hortikdtura untuk komoditas lombok (ti-
desa di sentra hortikdtura Pacitan). Penyuluh secara aktif
mendekati petani dan melayani pe&ni baik walaupun topik penyuluhannya adalah tanaman lombok dan penyuluh yang bemgkutan berusaha memenuhi kebutuhan
keamanan usaha seperti rnembantu menunjukkan pembli , rnenginformasikan harp pasar, cam memanen lombok supya tahan lama clan umur tanaman lebih lama. Pada kasus ini penyuIuh memang tidak semata-mata tergantung pada program pernerintah
dan berperilaku kreatif, namun kasus ini hanya tejadi pa& seorang penyuluh clan komoditas Iombok. Dalarn ha! meningkatkan kinerja petani, penyuluhan pertanian secara ideal
dapat memenuh semua kebutthan petani, namun bila hams memprioritaskan kebutuhan petani dengan memilih satu kebutuhan yang harus didahulukan maka
~>enyuluhanpertanian saat ini tebih baik memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan keamanan usaha. Pernyataan i ni didasarkan p d a hasil anal isis regresi antara tingkat kebutuhan dengan kinerja petani yang telah dibahas sebelumnya dan hasil analisis rcgresi antara tingkat kebutuhan petani dengan kineja p ~ ~ y u l u h apertanian n yang
ternyata pada kasus petani horti kultura Jawa Timur, tingkat kebutuhan kearnanan
usaha berpengaruh positif pada penilaian kinej a penyuluhan oleh petani. Nilai kinerja petani hortikul tura lebih tingg-i bila dibandingkan denpn petani pangan (keseluruhan Jawa Tirnur).
Kebutuhan kesinarnbungan usaha tidak berpengaruh nyata pada penilaian petani pada
kinej a penyuluhan pertanian dan tidak berpengaruh pada kinej a petani
karena kebutuhan ini hanya &pat dipahami oleh para petani yang rnampu melakukan
pemikiran jauh ke depan (ke masa yang akan &tang). Berdasarkan h a i l analisis
korelasi antara karakteristik jxtani dengan tingkat kebutuhan petani pada Tabel 20, diketahui bakwa kebutuhan kesinarnbungan usaha yang tinggi dimiliki oleh petani
Iuas, kosmopolit, berpendidiiran formal maupun non formal, dan para petani yang mempunyai kategori adopter tinggi (cepat mengadopsi teknologi bam). Pernenuhan
kebutuhan kesinambungan u s a h berpengaruh lambat terhadap kinej a petani karena sifat kebutuhan ini yang lebih cenderung menjaga usaha petani untuk masa depan.
Pengaruh Kinerja Penyuiuban Pertmian terhadap Kinerja Petani
Secara umum, penyuluhan pertanian yang krlangsung akhir-akhir tidak mernpunyai pengaruh yang nyata terhadap kinerja petani (had anal isis regresi antara
kinerja penyuluhan pertanian dengan kinerja petani di Jawa Timur banyak yang tidak nyata). Pernyataan ini juga didasarkan pada hasil anal isis biplot pada Gambar 6 yang
telah disajikan sebelum ini, vaitu sudut yang dibentuk oleh vektor Y I (kinerja penyuluhan pertanian) dengan vektor Yz (kinerja pctani) bcsarnya lebih dari 90" yang hermakna ada korclasi negatif narnun kecil antara kedua variabt.1.
Pengaruh yang tidak nyata antara penyuluhan pertanian pada kinerja petani diakibatkan oleh rendahnya skor parameter-parameter kinej a penyuluhan pertanian
(skor kinerja penyuluhan pertanian menurut petani adalah 35,32 dari skor rnaksirnal 100 untuk data seluruh petmi responden J a w Timur kecuali parameker jasa informasi
pertanian). Skor kinerja penyuluhan pertanfan yang rendah karena bimbingan
usahatani, penumbuhan dan pembinaan kelembagaam petani, dan jasa penempan teknologi pertanian secara m u m belum memuaskan petani. Dilihat dari sisi kebutuhan petani penyuluhan pertanian dinilai memuaskan petani di bidang
pembimbi ngan bercocok tanam tanaman pangan (padi), bimbingan pemanenan (senla pangan Pacitan dan Malang), dan Icebutuhan identitas (sentra pangan Maiang).
Sebagian k indikator pemenuhan kebutuhan petani baik kebutuhan peningkatan prduktivitas, kebutuhan keamanan usaha, kebutuhan kesinambungan, clan kebutuhan
identitas belurn bisa memuaskan petani baik pangan maupun hortikulhrra, namun bila
dibandingkan antara pemenuhan kebutuhan petani pangan clan pemenuhan kebutuhan petani hortikultura dapat disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan petani
hortikultura sangat rendah dilakukan oleh penyuluhan pertanian. Aktivi tas penyul uhan pertanian hanya terpusatherfokus pada pemberian in formasi pertanian khususnya peni ngkatan produksi padi. Padahal harp padi (gabah)
relati f rendah dan sering di keluhkan petani terutama pada saat panen. Penyuluhan pertanian di tingkat petani identi k dengan pelaksanaan proyek-proyek peningkatan
prcduksi pangan dan bi la diamat1 Iebih jauh maka aktivitas penyuluhan pertanian
yang di maksud temyata cenderung mempakan proses perangan tentang program peni ngkatan produksi pangan dan aspek edukasinya masi h belum optimal. Proses
bclajar petani lebih hanyak berlangsung antara petani dengan petani, petani dengan pedagang sarana produksi, dan petani dengan pedagang hasil produksi. Da\am jumlah
kecil memang tejadi proses belajar antata petani dengan penyuluh dan peneliti
khususnya dalarn pelaksanaan proyek-proyek di lingkungan Departemen Pertanian. Penyui uhan pertanian yang ideal saat ini seharusnya memuat topik pengembangan kemampuan bisnis petani terutama pemenuhan kebutuhan keamanan usaha terutama
pengetahuan pasar komoditas bagi petani dan peningkatan kemampuan mengakses pasar.
Penyul uhan pertanian di sentra pangan Kabupaten Malang dan Lumajang serta
sentra hortikulturn Kabupaten Malang tidak hrpengaruh nyata selain karena falctor aktivitas penyuluhan yang tidak memenuhi harapn petani setempat juga disebabkan
pengaruh variabel lain dl luar model analisis regresi ini seperti variabel permintaan komoditas yang tak dapat dipenuhi pasar sehingga harga relatif tinggi dan selanjutnya
mengakibatkan nilai kinerja petani dengan sendirinya tinggi . Variabel lain di luar model analisis regresi yang diduga ikut mempengaruhi kinerja petani adalah krpemnnya institusi di luar institusi penyuluhan pertanian daIam meningkatkan kinerja petani seperti perusaham swasta pengof ah produk pertanian di Batu Malang, pedagang produk pertanian, pedagang sarana praduksi pertanian, dan lembaga swadaya masyarakat (misalnya Pusat Pelati han Pertanian dan Pedesaan Swadaya).
Insitusi-insti tusi di luar penyuluhan pertanian pemerintah (BPPBIPP) ini berperan memberi informasi dan ketrampi Ian tertentu kepada petani sehingga kinerja petani mengalami peningkatan (informasi teknis budidaya, informasi pasar, dan jaringan
vmasaran). I'engaruh positif penyuluhan pertanian pada kinerja petani hanya dapat dilihat di Pacitan (baik sentra pangan maupun sentra hortikultura) dan sentra horti kultura 1,urna.jang.
Aktivitas ~ n y u l u h a nprtanian di Pacitan pada saat pcnel ttian dan
bebcrapa iiaal schulum pcnel~tianmkrnang tetap bcrlangsung. Aktivitas pnyuluhan di
171
Kabupaten Pacitan masih rnerupakan sesuatu yang utama clan belum banyak disaingi oleh institusi lain seperti media massa. A k t i v h
penyuIuh yang berarti bag petani
terlihat dari kehafalan s e w a n besar responden pada nama penyuluh dan ciri-ciri
penyuluh yang sering memberikan penyuluhan kepadanya. Organisasi penyuluh
dan petugas penyuluhan masih menjadi variakl penting yang bepnganrh pa& kinerja petani l a m nilai kinej a petani di Paitan banyak ditentukan oleh nilai produksi tanaman pangan (padi) dan seperti telah disebut sebelumnya, penyuluhan pertanian lebih banyak terfokus pada peningkatan prduksi pngan. Fendaptan usaha pertanian btkm usahatani di Pacitan masib memberikan konstribusi kecil pada pendapatan keluarga khususnya petani (kecuali konstribusi penclapatan luar pertanian
yang dilakukan di luar Pacitan). Pengolahan dan perdagangan produk pertanian, perdagangan sarana produksi pertmian, dan perdagangan hail pertanian klum
banyak dijadikan altematif penarnbah pendapatan oleh petani Paci tan (alasannya permintaan (demand) pasar lokal Pacitan masih rendah). Berbeda dengan kasus Kabupaten Pacitan, pengaruh kinerja penyuluhan pertanian di sentra hortikultm Kabupaten Lumajang seakan-akan antagonis sebab di
daerah terseblit bisa di katakan tidak ada penyuluhan pertanian (penyul uh pernah datang tetapi tidak dapat dikatakan tejadi proses penyuluhan pertanian). Beberapa
responden di sentra hortikultura Lumajang merupakan penduduk pendatang dan orang
asli daerah yang pernah hidup di daerah lain (misalnya di Batu Malang) selama bertahun-tahun dan saat ini ada di sentra hortikultura ini untuk rnenjalankan usahatani sayuran. Responden-responden ini pernah mengikuti pendidikan pertanian dan
penyuluhan pertanian di luar daerah dan saat ini menerapkan pengetahuannya di tempat tinggal barn (Desa Ranupane
dan Desa Argosari Kecamatan Senduro
Kabupaten Lumajang). Responden ini menjadi petmi-petani terbaik di &sa
clan
kinejanya lebih tinggi dari petani lain yang belum pemah mengikuti penyuluhan pertanian di daerah lain atau hidup di Iuar daerah.
Fa ktor yang Mempengilruhi Kinerja Penyuluhan Pertaoian Dilihat dari Sifat Jasa Penyuluhan Pertanian :Pengaruh Keistimewaan Jasa Penyuluhan Pertaa ian terhadap Kinerja Penyuluhan Perbanian
Dalam manajemen mutu terpadu, rendahnya kinerja penyuluhan pertanian untuk menghasilkan jasa yang sesuai dengan kebutuhan petani ditentukan oleh
kberapa variabel, antara lain variabel keistimewaan jasa penyuluhan pertmian. Penyuluhan pertanian hams memitiki berbagai sifat yang dapat memenuhi kebutuhan tertentu petani. Berdasarkan uji regresi linear berganda diketahui bahwa variabel
kei stimewaan jasa penyuluhan pertanian berpengaruh secara nyata terhadap kinej a penyuluhan pertanian. Koefisien deteminasi (RZ)sebesar 0,7464menunjukkan bahwa
variabel keistimewaan jasa penyuluhan pertanian sebagai variabel bebas dapat menjelaskan perubahan-perubahan variakf kinerja penyul uhan pertanian sebagai variabel terikat seksar 74,64% dalam model persamaan regresi berganda yang diuji (untuk data keseluruhan). Vektor keistimewaan jasa penyuluhan pertanian
(K,)dan
vektor kinerja penyuluhan pertanian (Y1 ) pada Gambar 6 hampir berhimpitan (sudutnya sangat kecil) yang dapat diartikan korelasi antara keistimewaan jasa
penyuluhan pertanian dan kinerja penyuluhan pertanian sangat kuat. Kendahnya ki nerja
peny ul uhan
pcrtanian discbabkan olch
rendahnya
keistimcwaan Jasa penyuluhan pcrtanian (skor nitai kinerja wnyuluhan pcrtanian scbcsar ;5,32 dan skor
keistirne~vaanjasa pnyuluhan pertanian sehesar 4 1 ,>(I).
I ndeks parameter komponen variabel keistirnewaan jasa penyuluhan pertanian yang
nilainya rendah antara lain adalah daya saing (35,61), keahlian fungsional (38,54),
dan kekritisan (3933). Satu-satunya nilai indeks parameter komponen penyusun variabel keistirneman jasa penyuluhan pertanian yang mempunyai nilai sadang (agak
tinggi) adalah daya jual(49,gO).
Ni iai yang rendah pada ketiga parameter komponen variabel keistimewaan jasa penyuluhan pertanian rnenunjukkan bahwa : Jasa penyuluhan pettanian s a t ini
tidak mampu bersaing d e w komponen sistem sosial lain di rnasyarakat tani yang
mempunyai fungsi penyuluhan pertanian; keahlian fungsional semua staf penyuluhan pertanian belum memiliki pengetahuan dan ketrarnpilan pokok yang memadai dibandingkan dengan kebutuhan pengembangan jasa penyuluhan pertanian; dan penyul uhan pertanian tidak memil iki sifat kekritisan artinya sesuat u yang penting
dalam penyuluhan pertanian tidak mendapt prioritas dan perhatian pengalokasian sumberdaya.
Rendahnya nilai parameter daya saing disebabkan oleh rendahnya tingkat ketepatan informasi yang disampaikan dalarn penyuluhan pertanian. Dari tiga jenis
intbrmasi yang disampaikan yaitu informasi teknis budidaya, informasi teknis pengolahan hasi!, dan informasi pernasaran, hanya satu jenis informasi saja yang agak
tinggi nilainya yaitu teknis budidaya (temtama di daerah pangan). Selama ini
pcnyuluhan pertanian masih terbatas pada kultur teknis padahal kebutuhan petani menyangliut kebutuhan ydng lehih luas yaitu kebutuhan pngernbangan agrihisnis.
Nilai parameter kcahlian fungsional yang rendah disebabkan oleh rcndahnya kcpercayaan pctani pada kernampuan p n y u l uh dalam memaham i kcadaar~ pctani,
rna.wlah ~ l a n i mcrumuskan , tu-juan pctani, dan mcncari cara pcnyclcsaian rnasalah
petani. Para petani tidak yakin terhadap proses penyusunan p r o m penyuluhan pertanian di hngkat BPP yang h a m dilakukan den* petani, perurnusam masalah petani, pnunusan tujuan
penyeiesaian &ah
proses pahaman keadaan
ma,dan mencarikan cam
petani k a n a penyuluh dianggap tidak mengerti kehidupan
petani (terutama bila penyuluh bertempat tinggal jaub dari desa-de~~ bimannya dan
jarang terjun ke lahan petani). Beberapa kasus yang dijumpai di l a p a n p
menunjukkan bahwa proses penyusunan p r o m a penyuluhan pertanian di lapangan hanya bersifat formalitas, sedangkan pelaksanaan penyuluhan pertanian tetap bergantung pElda pelaksanaan proyek-proyek pertanian sebingga apa yang sudah ditulis dan dilaporkan &lam programa penyuluhan pertanian BPP setempat tidak jelas
realisasinya. Pengetahuan dasar dalam hai identifikasi keadaan petani, identifikasi masalah petani, menetapkan tujuan, dan menetapkan cara rnencapai tujuan per1u direvisi
karena kurang tegas menfokuskan diri pa& kebutuhan petani. Tahapan-ta ba pan penyusunaa programa yang semula terdiri dari identifikasi keadarn, identifikasi
masalah, menetapkan tujuan, dan meuetapkao cara mencapai tujuan seharusnya dipertegas menjadi identitikasi kebutuhan petaoi, identifikasi
masalah pemenuhrrn kebutuhan, menetapkan tujuan, dan menetaplan cara mencapai tujuan.
Walaupun kinerja penyuluhan pcrtanian diniiai rendah oleh petani dan beberapa komponen keistirnei4-aan jasa penyuluhan pertanian juga dinilai rendah
tetapi sebenarnya petani masih mengharapkan fungsi penyuluhan pertanian tetap ada dalam kehidupan pertaniaannva. Ifal ini terlihat dari nilai daya jual yang agak tinggi yaitu 49,911. Sehagian pctani masih
mau rnenemui penyuluh pertanian dan rnendatangi
BPP untuk mencari informasi pertanian selama i n f o m i tersebut tepat dan sesuai
dengan kebutuhan. Petani juga masih bersedia mengikuti demonstrasi plot dan menanggung biaya demonstrasi baik sebagian ataupun seiunrhnya.
Keistimewaan jasa penyuluhan pertanian di d a b sentra pangan Iebih tinggi
dibanding di daerah sentra hortikultura (dalam Gambar 6 , plot sentra hortikultura terhadap vektor & cenderung membeiakangi titik pusat). Skor berbgai keistimewaan jasa penyuluhan pertanian di sentra pangan Jawa Tirnur berkisar antam 48,93 m p a i
59,71 atau agak memuaskan petani dan skor keistimewaan jasa penyuluhan pertanian
di sentra hortikultura Jawa Timw berkisar antara 22,29 sampai 40,08 atau ti&k memuaskan petani . Penilaian keistimewaan jasa penyuiuhan pertanian yang behecia
di daerah sentra pangan dan sentra hortikultura sebenarnya dilatarbelakangi oleh berbagai aspek yang sama seperti yang diutarakan pada perkhan peniiaian kinej a penyuluhan pertanian oleh petani di daerah-daerah tadi antara lain pelaksanaan penyuluhan pertanian menjadi alat pendukung keberhasilan program peningkatan produksi pangan semata-mata, pasokan bahan penyul uhan dengan topik hortikultura y ang jauh lebih sediki t dari tanaman pangan, pelatihan ketrampilan bidang
horti kul turn pada penyuluh yang dirasa kurang oleh penyuluh sehingga menimbulkan kurang percaya diri pada penyuluh, peran media massa di sentra hortikultura (Matang), peran lernbaga swadaya masyarakat, peran perusaham sarana produksi pertanian,
dan
perusahaan pembeli
pcngetahuan dan ketrampiIan petani.
produk
pertanian dalam meningkatkan
Faktor-Faktor yang MempengarubiKinerja Peoyuluhan Pertanian Dilihat dari Bebenap Variabel drlam Organkasi Penyuluhan Pertaniaa Skor Kebijabn Organisasi Penyuluhan, Prosedur f enyuluban, Mutu Bahan Penyuluhan, Mutu Penyulub, da Fasilitas Peny duhan Pertanian.
Beberapa variakl yang terdapat dalam organisasi penyulufian pertanian dm
secara teoritis rnempengaruhi kinerja penyuluhan pertanian sebagim besar mempunyai nilai skor ssdang (40 - 60) kecuali kebijakan organisasi penyuluhan pertanian (skor 37 atau rendah). Dalam teori manajemen mlrtu terpadu, keempat
variabel yakni kebijakan organisasi (lingkungan), prosedur, bahan, penyul uh (orang), dan fasiiitas metupdm variabel yang menentukan kinerja. Keempat variabel ini sebenarnya rnerupkan suatu b a n kecil dari suatu permasalahan organisasi
penyuluhan yang besar dan dalam penelitian ini tidak dilakukan suatu pengamatan
dan analisis yang secara khusus menyoroti ha1 itu.
Take126 : Skor Nilai Kebijakan Organisasi Penyuluhan, Prosedur Penyuluhan, Mutu Bahan Penyuluhan, Mutu Penyuluh, dan Fasilitas Penyuluhan
Skor
Simpangan Baku
Kebijakan Organisasi Penyuluhan (X7)
37
9,92
Prosedur Penyuluhan Pertanian (XR)
45
12,35
Mutu Bahan Penyuluhan f ertanian (Xg)
46
13,Il
49
9,72
40
13,95
Nama Variabel
I Mutu Penyuluh Pertanian (X
lo)
1 Farilitas Penyuluhan Pertanian (XI,) L -
.
-
-
-
-. . -
L -
- -
-
--
177
Skor nilai variabel kebijakan organisasi yang rendah menunjukkan bahwa peny uluh pertanian merasa tidak puas dengan krbagai kebijakan organIsasi penyuluhan pertanian yaitu BPP atau BIPP dan kebijakan pemerintah di bidang
penyuluhan pertanian secara keseluruhan. Ketidakpuasan penyuluh pertanian
rnenyangkut pertnasalahan jenj ang karir dan kepangkatan, penggajian, serta pendidikan dan pelatihan. Kenaikan pangkat dengan kredit point yang terlal u kecil merupakan salah satu yang dikeluhkan. 3eg1tujuga dengan minimnya kesempatan
pelati han untuk peningkatan k e t mpi Ian penyuluh dikeluhkan karena dirasa t idak memadai, terutama dialami oleh para penyuluh non tanaman pangan. Beberapa penpiuh merasa bahwa bekal pengetahuan dan ketrampilan tentang penyuluhan pertanian maupun pengetahuan di bidang tugasnya (tanaman pangan, perkebunan,
peri kanan, atau peternakan) sangat terbatas untuk mengimbangi perkembangan
perubahan teknologi maupun pengetahuan petani. Fungsi tugas di luar fungsi penyuluhan pertanian atas perintah atau tekanan unit organisasi lain di pemerintah daerah menarnbah beban tugas di luar fungsi penyuluhan pertanian seperti membantu menyelesaikan iremacetan Kredit Usaha
Tani. Tugas-tugas yang berkaitan dengan penyelesaian kredit macet membuat petani menj aga j arak dengan penyul uh pertanian di lapangan karma petani menganggap
penyuluh sebagai bagian tak terpisahkan dari petugas perbankan (kesan petani pada
penyuluh pada saat itu). Sebagian petugas lapangan organisasi non pemerintah (Lernbaga Swadaya Masyarakat) ada juga yang memanfnatkan keberadaan penyuluh
di tengah-tengah petani untuk keperiuan penagihan kredi t macet yang disalurkan melalui organisasi non pernerintah itu. Fungsi-fungsi di luar tugas pertanian ini dirasa mcngganggu fungsi tugas pokok penyuluh namun penyuluh pertanian tidak kuasa
beberapa hat ditemukan Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan setempat tinggal menandatangani berkas yang sudah disiapkan penyuluh.
Variabel mutu bahan penyuluhan prtanian (Xg)dirasakan agak cukup oleh
penyuluh dengan skor 46. Bahan penyuluhan yang berupa laporan penelitian yang sudah teruji lokal
bsuk jurnlah maupun jenisnya dinilai agak cukup walaupun di
Kabupaten Pacitan diakui sul it. Ti ngkat kemudahan penerapannya sedang. Bahan-
bahan penyutuhan yang berasai dari pengalaman petani lain di luar kabupaten tidak
banyak diperhatikan dalam rnenyusun bahan penyul uhan dan informasi tentang pengalaman petani di luar kabupaten juga terbatas karena tidak a& saram t u b informasi yang memadai untuk maksud ini. Penyuluh me-
agak yakin bahwa bahan
penyuiuhan yang dipersiapkanldisampaikan merupakan keseimkngan mtara aspirasi petani dan program pemerintah.
Variabel mutu penyuluh (X
masih dikategorikan sedang, walaupun bila
dibandingkan dengan skor variabel yang lain masih merupakan variabel yang skornya tertinggi (49). Secara formal banyak penyuluh yang sedang atau telah mengikuti pendidikan formal di atas SPMA/SMA seperti D3 dan S1. Penyuluh belum yakin
benar terhadap keahlian dirinya seperti teknis budidaya, teknis pengolahan hasil, maupun jaringan pemasamn komoditas yang dominan di daerah binaannya. Penyuluh
belum optimal menjadi pendengar keluhan petani, motivator, fasi li tator, penghubung petani dengan pi hak lain, pembangun kemampuan manajemen petani, pengajar
ketrampilan petani, pendamping perencanaan petani, penjaga kepenti ngan petani, penjaja kegatan petani, maupun sebagai konsultan petani. Penyuluh telah menjadi
pendarnping kelornpok tani dan telah berusaha membangun institusi penyuluhan serta
menjadi agen pernerintah dalam pembangunan pertanian terutama mempromosikan proyek pembangunan pertanian dari pemerintah.
Pengaruh Kebijaksn Organisasi Penyuluham, Prosedur Peny uluhan, Mutu h h a n Penyutuhan, dan Faailitas Penyuluhan Pertanian terhadap Mutu Penyuluh Pertanian Penyuluhan pertanian sehari-hari dijalankan oleh para penyuluh pertanian di lapangan, karena itu faktor penyuluh (faktor manusia) memegang peranan penting
dalam menarnpil kan kinerja penyuluhan pertanian. Penyuluh adalah variabel inti dalam memkntuk kinerja penyuluhan pertanian. Penyuluh pertanian adalah aktor yang terkena kebijakan organisasi, menjalankm prosedur penyuluhan, mencari dan
menyiapkan bahan penyuluhan, dan menggunakan fasi I i tas untuk rnelakukan penyuluhan kepada petani . Oleh sebab itu, keempat variabel i ni diduga berpengaruh
terhadap m utu penyuluh dalam menghasilkan jasa penyuluhan pertanian yang tingkat
kepuasamya di dalam penelitian ini terangkum dalam kineja penyuluhan pertanian. Hasil anali sis regresi linear berganda menunjukkan bahwa variabel kebijakan
organisasi penyul uhan dan mutu khan penyuluhan berpengaruh nyata terhadap variabel rnutu penyuluh (Lampiran 37). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa makin tinggi rnutu bahan penyuluhan maka makin tin=
pula mutu penyuluh pertanian yang
bersangkutan. Ketersediaan bahan penyuluhan yang bermutu akan meningkatkan
keahlian dan kornitmen profesi penyuiuh pertanian karena penyuluh akan lebih percaya dirt. Bahan penyuluhan pertanian yang disediakan pemerintah untuk penyuiuh pada dasarnya adalah hasil kebijakan organisasi penyuluhan pertanian di satu dan di sisi yang lain merupakan hasil kreasi penyuluh untuk mendapatkan bhan
terbaik untuk disampaikan pada petani. Kebijakan organisasi penyuluhan yang diamati memang menyangkut persoalan kenaikan pangkatljabatan, kebanggaan sebagai pennyul uh, kecukupan gaji
penggajian, serta peluang rnengikuti pendidikan dan latihan atas perintah organisasi.
Perasaan puas atau tidak ierhadap berbagai kebijakan yang berlaku dalam organisasi menentukan mutu penyuluh seperti pengembangan karir penyuluh lewat pendidikan dan kenaikan jenjang jabatan fungsional penyuluh, mernpengaruhi tingkat keahlian penyul uh (tingkat keyaki nan penyul uh pada pernarnpuan penguasaan ketrampi Ian teknis budidaya, pengolahan, dan membantu pemasaran komoditas di daerah
binaannya), dan tinggi rendahnya komitmen penyultrh pada profesi penyuluhan. Komitmen pada profesi penyuluh yang dimaksud antara lain sebagai pendengar keluhan petani, motivator petani, fasili tator pemenuhan kebutuhan petani, penghubung petani dengin pibak lain, pembangun kemampuan rnanajemen petani, pengajar ketrampilan petani, pendamping pengadministrasian program petani,
pendamping kelompok tani, penjaga kepentingan petani dari kegiatan pihak
luolr ymg
memgikan petani, penjaja kegiatan petani pada pi hak yang krkepentingan, menjadi pemimpin lokal di daerah binaan, konsultan petani, dan pemhangun institusi
penyuluhan agar dapat berfungsi optimal. Kebijakan-kebijakan
pemerintah
di
bidang
organisasi
penyuluhan
mempengaruhi semangat kerja penyuluh. Pembahn-perubahan kelembagaan penyuluhan yang sering terjadi mengganggu konsentrasi pelaksmaan tugas penyul uh
karena pada saat perubahan-perubahan kelembagaan berlangsung penyuluh merasa cemas akan masa depan karirnya, harga diri, keberadaan korps penyuluh, dan tata kerja yang mungkin barn bagi dirinya. Sebagian penyuluh bersikap acuh tak acuh
terhadap keberadaan fungsi penyuluhan dalarn perubahan organisasi sel ama terjadi restrukturisasi pemerintah daerah dan sebagian yang lain rnernpunyai perasaan
khawatir akan di tiadakannya fungsi penyuluhan dan organisasi penyuluhan (BI PP dan
BPP) sehingga beraki bat pada jenjang karir diri penyuluh Keberadaan organisasi
yang stabil ( &lam arti eksistensi organisasi penyuluhan &lam pemerintahan
dan
hubungan antar organisasi yang mendukung peny uluhan) berpengamh positif
terhadap mutu penyuluh. Mutu bahan penyuluhan berpengaruh positif pa& mutu peny uluh karena mutu
bahan rnenjadi k h a n pengetahuan penyuluh untuk disampaikan kepada petani. Ketersediaan hasil penelittan yang sudah teruji lokal baik jenis maupun jumlahnya
akan menambah keahlian penyuluh dan membuat rasa percaya diri. Selain itu, mutu bahan penyuluhan juga menyangkut aspi rasi petani (proporsi aspirasi petani dan program pemerintah rnerupakan salah satu parameter dalam variabel mutu bahan
penyuluhan), makin banyak aspirasi petani yang dimasukkan &lam pelaksanaan penyul uhan makin tinggi mum penyuluh pertanian yang bersangkutan karena
komitmennya kepada petani bertambah. Semakin banyak penyuluh rnenerima aspirasi petani maka makin tinggi kornitmen penyuluh tersebut terhadap profesi dirinya yang
h a m rnelayani petani. Penyuluh yang mempunyai M a n penyuluhan yang teruji lokal dan memperhatikan aspirasi petani mempunyai kecendenmgan menjadi peli ndung
petani, pendengar kel uhan petani, rnenghubungkan petani dengan pihak lain, meningkatkan kemampuan petani, menjadi pembantu petani dalam mengerjakan hal-
ha1 yang dirasa sulit oleh p e t a ~dan , membangun kel embagaan petani. Penganih nyata variabel kebijakan organisasi penyut uhan dan bahan
penyuluhan terhadap mutu pznyuluh dari sudut pandang teori strukturai fungsionalisme menunjukkan bahwa perilaku penyuluh dipengaruhi secara nyata oleh struktur organisasi penyuluhan pertanian (perilaku penyuluh sebagai individu dipngaruhi oleh struktur organisasi sebagai suatu sistem sosial dan struktur sosial). Kenyataan ini menunjukkan bagairnana penyul uh tidak berdaya menghadapi struktur
183
kebljakan organisas1 penyuluhan yang merugrkan penyuluh untuk meningkatkan mutu
penyuluh di masa yang akan datang.
Dari sudut pandang sifat ketergantungan, penyduh dapat dikatakm terpntung
pada kebijakan organisasi dan k h a n penyuluhan yang disediakan oleh pemerintah. Ketergantungan penyuluh pada bahan yang tersedia yang dipasok oleh organisasi
penyuluhan menunjukkan h g n y a kreativitas penyuluh untuk mendaptkan surnber-sumber bahan selain dari pasokan organisasi penyuluhan (kebanyakan hanya
tanaman pangan untuk keperluan menunjang program pemerintah di bidang ini). Hubungan penyuluh denen sumber-sumbet infomasi (buku, jurnal, tabloid
agribisnis, pubiikasi inovasi, organisasi penelitian, perguruan tinggi) relatif rnasih kecil a&
bila tempat tugas dan tempat tinggal penyuluh yang bersangkutan
kurang memungkinkan mendapatkan akses pa& smber informasi. Peningkam mutu penyuluh @ila rnenggunakan sifat ketergantungan) dapat dilakukan dari aspek mutu
bahan penyuluhan pertanian ini &ngan menyediakan bahan penyuluhan yang sudah teruji di daerah setempat, pengalaman petani di daerah setempat, dm menambah
bahan penyuluhan yang menipakan kebutuhan setempat. Peningkatan mutu penyuluh juga dapat dilakukan dengan mendorong penyuluh untuk mampu mengaltses sumbersurnber informasi sehingga mendapatkan bahan penyuluhan yang berrnutu sepem
meningkatkan hubungan dengan pusat-pusat penelitian terdekat. Kemampuan mendapatkan bahan penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat dapat juga diakibatkan oleh mutu penyJ u h sendiri. Pernyataan ini merupakan pemyataan sebaliknya dari hubungan yang diuji yaitu mutu bahan
penyuluhan mempengaruhi mutu penyut uh dibalik rnenjadi mutu penyuluh
mempengaruhi kemampuan penyul uh rnendapatkan bahan penyul uhan pertanian yang bermutu (korelasi dua variabel ini sebesar 0,731.
Penyuluh yang mempunyai
komitmen profesi tin@ (penyuluh yang bermutu) berusaha sedemikian rupa untuk mengakses sumber-sumber inforrnasi seperti membeli bukw'jurnal, majalah/tabloid, .,
pusat penelitian terdekat, perguruan tinggi (temasuk melanjutkan pendidikan atas
biaya sendiri), dan rnenguasai pengalaman-pengalaman petani yang d a p t diajarkan kepada petani Iain.
Pengaruh yang tidak nyata antara v a r i h I prosedur penyuluhan pertanian terhadap mutu penyuluh mempunyai bekrapa pengertian : Pertama, apapun prosedw
penyuluhan yang dijalankan tidak ada pengaruh tmhadap mutu pnyuluh karena secara teoritis prosedur penyuluhan tidak menambah mutu penyuluh; kedua, prosedur penyuluhan yang diiakukan sudah merupakan sesuatu yang menjadi tata kerja yang sifatnya monoton dalam penyuluhan pertanian saat ini &ngan penelcanan pada pendekatan kelompok. Namun bila di l ihat dari koeftsien korelasi sederhana antara
variakl prosedur penyuluhan dengan mutu penyuluh sebesar 0-61 (ada korelasi erat) dapat dikatakan bahwa bils nilai prosedur penyuluhan naik maka mutu penyuluh juga naik, begitu sebaliknya bila mutu penyuluh naik maka nilai prosedur penyuluhan yang
dilakukan naik. Lebih lanjut dapat dinyatakan bahwa makin tinggi mutu penyuluh (tingkat pendidikan, keahlian, dan komitmen pada profesi penyuluhan) maka makin tinggi nilai prosedur penyuluhan yang dilaksanakannya. Peny uluh yang berkualifikasi
pendidikan, keahlian, dan komitmen pada profesinya lebi h tinggi akan lebih rnampu menjalankan krbagai prosedur penyuluhan yang lebih krvariati f seperti mengidentifikasi data sekunder penunjang penyuluhan, menggali informasi tentang
kebutuhan petani,
mendorong partisipasi petani dalam penyusunan program
penyuf uhan, rnenyesuaikan tujuan penyuluhan pertanian dengan tujuan petani, dan variasi tekni Wmetode penyuluhan, dibanding penyuluh yang rnempunyai kualifikasi
lebih rendah. Fasilitas penyutuhan pertanian rnemang tidak berpengaruh nyata terhadap
mutu penyuluh dalam analisis regresi linear karena sifat fasilitas penyuluhan yang
berfungsi sebagai penunjang pelaksanaan penyuluhan pertanian, walaupun kelcurangan fasilitas yang parah S a r a teoritis dapat rnempengaruhi kineja penyuluhan. Ketengkapan fasilitas tidak berpengaruh pada mutu penyuluh tetapi
rnempengaruhi petaksanaan t ugas-tugas penyuluh sehari-hari sehingga kelancaran
pelaksanaan tugas penyuluh bisa mempengaruhi penilaian petani terhadap kineja penyuluhan pertanian. Peningkatan peningkatan mutu penyuluh tidak tergantung pada
fasilitas penyuluhan pertanian di tempat kerja tetapi lebih banyak ditentukan motivasi pribadi dalam meningkatkan pendidikan, keahlian, dan komitmen profesi yang ditunjang dengan kebijakan orgamsasi yang memuaskan dan bahan pnyuluhan yang
memadai.