V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identifikasi Potensi Sumberdaya Manusia, Buatan dan Alam Pembangunan di kabupaten Halmahera Timur ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor sosial budaya, faktor pendukung, dan faktor alami. Faktor sosial budaya adalah potensi sumberdaya manusia, faktor pendukung adalah potensi sumberdaya buatan, dan faktor alami adalah potensi sumberdaya alam yang dimiliki. Berikut ini akan disampaikan potensi sumberdaya manusia, potensi sumberdaya alam dan potensi sumberdaya buatan yang terdapat di kabupaten Halmahera Timur. 5.1.1. Potensi Sumberdaya Manusia Potensi sumberdaya manusia merupakan salah satu modal dasar bagi pembangunan suatu wilayah. Potensi sumberdaya manusia antara lain kondisi sumberdaya manusia, nilai dan tradisi, mobilitas ekonomi, dan inovasi. Kondisi sumberdaya manusia di kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat dari jumlah penduduk, tingkat pekerjaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja, mobilitas ekonomi/lapangan usaha, dan status pekerjaan. a) Kondisi sumberdaya manusia Berdasarkan data BPS kabupaten Halmahera Timur (2008), bahwa jumlah penduduk di kabupaten Halmahera Timur tercatat sebanyak 62.441 jiwa yang terdiri dari 32.756 jiwa laki-laki dan 29.685 jiwa perempuan. Dengan luas wilayah administrasi kabupaten Halmahera Timur adalah 14.202,01 km2 yang terbagi atas ± 6.506,19 km² (650.619 Ha) daratan, dan 7.695,82 km2 lautan, sedangkan kepadatan penduduk kabupaten Halmahera Timur adalah 4.4 jiwa/km2. Konsentrasi penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Wasile Selatan (14,26 persen) dari total jumlah penduduk kabupaten Halmahera Timur, dan di ikuti kecamatan Wasile (13,10 persen). Akumulasi penduduk ini dikarenakan kecamatan Wasile Selatan mempunyai luasan wilayah kecamatan yang terluas, sehingga memiliki jumlah desa terbanyak. Sementara kecamatan Wasile Utara merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu 5,49 persen dari jumlah penduduk kabupaten Halmahera Timur.
Gambar 9. Desa Tatam Kecamatan Wasile Utara Hal ini menunjukkan kondisi fisik kecamatan Wasile Utara (tampak pada gambar diatas), masih cukup menyulitkan dalam hal akses menuju ke kecamatan Maba Utara dan Wasile Utara yang hanya bisa dilalui dengan menggunakan motor nelayan kecil mesin tempel yang kapasitas penumpang 10 - 25 orang dari kecamatan Maba Tengah-Maba Utara dan kecamatan Wasile Tengah-Wasile Utara. Secara geografis Wasile Utara dan Maba Utara berada pada ujung pulau Halmahera
Timur
yang
merupakan
kawasan
perbatasan
(jalur perairan
internasional: Samudra Pasifik). Lebih lengkap jumlah dan prosentase penduduk kabupaten Halmahera Timur, dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah dan Prosentase Penduduk di Kabupaten Halmahera Timur perkecamatan R.Tangga (KK) 1696
Penduduk (jiwa) 7073
1830.4
3.86
Persentase penduduk 11.33
Kota Maba
1096
4700
1631.4
2.88
7.53
Maba Tengah
1161
5077
1759.9
2.88
8.13
Maba Selatan
1388
6271
1814.6
3.46
10.04
Maba Utara
1458
6739
1060.2
6.36
10.79
Wasile Utara
742
3428
2305.2
1.49
5.49
Wasile Tengah
1009
4449
467.71
9.51
7.13
Wasile Timur
1948
7625
443.8
17.18
12.21
Wasile
2119
8177
435.8
18.76
13.10
Wasile Selatan
2103
8902
2453.02
3.63
14.26
14.720
62.441
14.202,01
4.40
100
Kecamatan Maba
Kab. Haltim
Sumber : Kabupaten dalam Angka, 2008
Luas (km2 )
Kepadatan jiwa/ km 2
Struktur pekerjaan penduduk dapat menggambarkan struktur kegiatan yang mayoritas dilakukan oleh penduduk dalam suatu wilayah. Data tingkat kegiatan penduduk ini, berguna untuk mengetahui jenis-jenis kegiatan yang menjadi sumber penghidupan bagi penduduk, khususnya penduduk kabupaten Halmahera Timur. Selain itu, struktur pekerjaan ini dapat juga digunakan untuk melihat persebaran karakteristik sosial dan ekonomi penduduk kabupaten Halmahera Timur per kecamatan, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Tingkat Pekerjaan Penduduk di Kabupaten Halmahera Timur Perkecamatan
N o
Kecamatan
Jmlh Pddk
Jumlah penduduk per jenis pekerjaan
pddk tidak bekrja
Petani
Nela yan
Swas ta
PNS
Total pddk yg bekerja
Indeks tingkat penggan gguran
1
Maba
7073
5280
723
37
744
289
1793
0.34
2
Kota Maba
4700
3309
712
77
281
321
1391
0.42
3
Maba Tengah
5077
3444
1406
49
98
80
1633
0.47
4
Maba Selatan
6271
4917
716
374
138
126
1354
0.28
5
Maba Utara
6739
5545
1136
22
15
21
1194
0.22
6
Wasile Utara
3428
2665
709
5
10
39
763
0.29
7
Wasile Tengah
4449
3372
904
14
106
53
1077
0.32
8
Wasile Timur
7625
6107
1238
7
152
121
1518
0.25
9
Wasile
8177
5161
2407
115
263
231
3016
0.58
10
Wasile Selatan
8902
6756
1811
47
130
158
2146
0.32
62.441
46.556
11.762
747
1.937
1.439
15.885
0.34
Kab. Haltim
Sumber : Kabupaten Halm ahera Timur dalam Angka (data diolah,) 2008
Tabel 8 menunjukkan bahwa sektor pertanian paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu 11.762 orang dari total penduduk yang bekerja, kemudian penduduk yang bekerja di bidang wiraswasta/swasta sebanyak 1.937 orang, bekerja sebagai PNS sebanyak 1.439 orang dan lapangan usaha lain yang dilakukan penduduk di wilayah kabupaten Halmahera Timur adalah sebagai nelayan sebanyak 747 orang. Hal ini mencerminkan bahwa tingkat pekerjaan penduduk di kabupaten Halmahera Timur didominasi oleh petani. Tingkat pendidikan penduduk di kabupaten Halmahera Timur didominasi oleh pendidikan dasar (SD) yaitu sebanyak 26.128 orang, pendidikan tingkat menengah (SLTP ) dan (SLTA) sebanyak 13.618 orang, dan pendidikan tingkat
tinggi Diploma (I/II), S1 dan S2 sebanyak 772 orang. Data selengkapnya mengenai tingkat pendidikan penduduk di kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Pendidikan Penduduk di Kabupaten Halmahera Timur Tingkat Pendidikan No
Kecamatan
Pddk Dasar
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Meneng ah
Tinggi
Total pddk yg berpddkan
Tdk berpddka n
Indeks pendidi kan
Maba
7073
2335
2563
70
4968
2105
2.36
Kota Maba Maba Tengah
4700 5077
1614 2446
1274 1272
232 40
3120 3758
1580 1319
1.97 2.85
Maba Selatan Maba Utara
6271 6739
2962 2333
1526 642
88 19
4576 2994
1695 3745
2.7 0.8
Wasile Utara Wasile Tengah
3428 4449
1139 2011
373 1206
8 32
1520 3249
1908 1200
0.8 2.71
Wasile Timur
7625
2231
1310
64
3456
4169
0.83
Wasile Wasile Selatan
8177 8902
4122 4935
1278 2174
134 85
5534 7194
2643 1708
2.09 4.21
62.441
26.128
772
40.369
22.072
1.83
Kab. Haltim
13.618
Sumber : Kabupaten Halmahera Timur dalam Angka (Data diolah), 2008
Dari
hasil
analisis
potensi
sumberdaya
manusia,
penduduk
yang
berpendidikan sebanyak 40.369 orang, dan tidak berpendidikan sebanyak 22.072 orang dengan demikian perbandingan antara yang berpendidikan dan tidak berpendidikan
yaitu 1.83 orang. Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa
kualitas sumberdaya manusia yang rendah terlihat dari partisipasi masyarakat terhadap pendidikan khususnya jenjang pendidikan menengah dan tinggi masih rendah. Penyebab utama rendahnya partisipasi pendidikan adalah faktor ekonomi yang disusul oleh faktor geografi. Penduduk yang tidak dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi umumnya tinggal di daerah perdesaan dan pulau-pulau yang terpencil. Kondisi ini tentunya kurang mendukung upaya percepatan pembangunan di kabupaten Halmahera Timur. Berdasarkan BPS Halmahera Timur tahun 2008, penduduk kelompok angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang selama seminggu lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti yang sedang menunggu panenan dan pegawai
yang cuti. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharap dapat pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Penduduk kelompok bukan angkatan kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya dan tidak melakukan suatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan. Struktur angkatan kerja di wilayah kabupaten Halmahera Timur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Struktur Angkatan Kerja di Kabupaten Halmahera Timur Angkatan Kerja Kecamatan Bekerja Maba Kota Maba Maba Tengah Maba Selatan Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Wasile Selatan Kab. Haltim
1793 1391 1633 1354 1194 763 1077 1518 3016 2146 15.885
Mencari kerja 861 468 379 1175 1005 995 908 497 31 1520 7.777
Jlh 2654 1859 2012 2529 2199 1758 1985 2015 2985 3666 23.662
Jumlah pddk 7073 4700 5077 6271 6739 3428 4449 7625 8177 8902 62.441
Persentase Persentase pddk jlh angk bkerja thd kerja terhdp angk kerja jlh pddk 67.56 37.52 74.83 39.55 81.16 39.63 53.54 40.33 54.30 32.63 43.40 51.28 54.26 44.62 75.33 26.43 101.04 36.50 58.54 41.18 67,13 37,89
Sumber : Kabupaten dalam Angka (Data diolah), 2008
Struktur angkatan kerja di kabupaten Halmahera Timur dilihat dari persentase jumlah penduduk yang bekerja terhadap angkatan kerja, dan persentase jumlah angkatan kerja terhadap penduduk. Dari Tabel 10 di atas terlihat persentase jumlah penduduk yang bekerja di kabupaten Halmahera Timur sebesar 67,13 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat daya serap lapangan kerja di kabupaten Halmahera Timur sebesar 67,13 persen. Adapun persentase jumlah penduduk yang termasuk kategori angkatan kerja terhadap penduduk sebesar 37,89 persen. b) Nilai dan Tradisi Pada masa sebelum kemerdekaan, wilayah Halmahera Timur adalah bagian wilayah pemerintahan Kesultanan Tidore yang memiliki beragam budaya,
misalnya Mauludan dan Gisbayu. Mauludan adalah ritual perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW
dalam
bentuk
lantunan
bacaan
riwayat
Nabi
yang
disemarakkan oleh sajian berbagai jenis makanan untuk dikonsumsi bersama dan gisbayu yaitu ritual magis yang dilaksanakan rutin setiap bulannya atau berdasarkan kebutuhan tertentu oleh sekelompok warga yang segaris keturunan. (Bappeda, 2005). Seperti halnya yang penduduk daerah lain di Indonesia, penduduk kabupaten Halmahera menganut ajaran agama Islam dan Kristen. Walaupun masyarakat kabupaten Halmahera Timur menganut ajaran agama yang berbeda tetapi mereka saling menghargai dan menghormati kerukunan antar ummat beragam serta tetap menjaga nilai kebersamaan dan persaudaraan sesama. c). Mobilitas Ekonomi Posisi
strategis
kabupaten
Halmahera
Timur
yang
berada
pada
persimpangan jalur negara dan dua kabupaten yaitu Halmahera Tengah dan Halmahera Utara memungkinkan kabupaten Halmahera Timur berkembang dan menjadi daerah yang mandiri. Posisi geografis yang strategis menjadi faktor pendorong meningkatnya mobilitas ekonomi masyarakat di wilayah Hamahera Timur dengan wilayah lainnya. Mobilitas ekonomi masyarakat di wilayah Halmahera Timur sebagian besar berada pada sektor pertanian, perikanan, pertambangan, perdagangan dan jasa (Tabel 11). Tabel 11. Mobilitas Ekonomi di Kabupaten Halmahera Timur No 1 2 3 4 5 5 6 7
Lapangan usaha Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri dan pengolahan Bangunan Perdagangan Pengangkutan dan komunikasi Keu.persewaan & jasa perusahan Jasa-jasa Jumlah
Kontribusi (%) 47 20 16 4 2 1 0 0 100
Sumber : PDRB Kabupaten Halmahera Timur (Data diolah), 2008
d). Inovasi Inovasi antara lain dapat diukur dari kemampuan pemerintah daerah dalam membuat terobosan kebijakan guna meningkatkan pembangunan di wilayahnya.
Pada tahun 2005-2008 DPRD Halmahera Timur sudah menghasilkan 62 PERDA diantaranya terkait dengan kebijakan pemerintah dalam hal retribusi izin pengelolaan kayu, retribusi izin pengelolaan HPH, pertambangan, tataruang, batas wilayah, keamanan, dan lain-lain. seir ing Inovasi kebijakan tersebut diharapkan pada 5 -10 tahun kedepan akan memberikan dampak positif kepada masyarakat berupa peningkatan kesempatan kerja, dan penyerapan tenaga kerja lokal, transfer teknologi, keterkaitan usaha dan pengembangan usaha kecil menengah, serta pengadaan fasilitas umum dan sosial. 5.1.2. Penilaian Potensi Sumberdaya Manusia Hasil analisis potensi berdasarkan data potensi sumberdaya manusia yang dilihat dari jumlah penduduk, tingkat pekerjaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja, dan mobilitas ekonomi diperoleh yaitu: § Kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya manusia yang paling tinggi terdapat di 3 kecamatan yaitu kecamatan Maba, Wasile, dan Wasile Selatan. Kecamatan Maba dengan jumlah penduduk berpendidikan sebanyak 4.968 orang dan tingkat penduduk yang berkerja sebanyak 1.793 orang. untuk kecamatan Wasile jumlah penduduk berpendidikan sebanyak 5.534 orang dan tingkat penduduk yang bekerja sebanyak 3.016 orang sedangkan Wasile Selatan jumlah penduduk yang berpendidikan sebanyak 7.194 orang dan tingkat penduduk yang bekerja sebanyak 2.146 orang. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tingginya jumlah penduduk berpendidikan dan tingginya tingkat penduduk yang bekerja akan menghasilkan angkatan kerja yang lebih baik dan berpotensi. § Kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya manusia kategori sedang terdapat di 4 kecamatan yaitu kecamatan Maba Selatan, Kota Maba, Maba Tengah, dan Wasile Timur. Dimana kecamatan Maba Selatan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu sebanyak 4.576 orang, namun penduduk yang bekerja hanya 1.354 orang, maka tidak mempengaruhi tigkat angkatan kerja. Untuk kecamatan Maba Tengah dan Wasile Timur walaupun memiliki tingkat penduduk yang bekerja tinggi sebanyak 1.633 orang dan 1.518 orang, akan tetapi penduduk yang berpendidikan dan angkatan kerjanya berjumlah sedikit yaitu sebanyak 3.758 orang dan 3.456 orang, sedangkan untuk kecamatan Kota
Maba memiliki jumlah penduduk yang bekerja 1.391 orang, jumlah penduduk yang berpendidikan 3.120 orang, dan angkatan kerja yang seimbang yaitu 3.955 orang. § Kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya manusia kategori rendah terdapat di 3 kecamatan yaitu kecamatan Maba Utara, Wasile Tengah dan Wasile Utara. Pada kecamatan Wasile Tengah dan Wasile Utara memiliki angkatan kerja yang tinggi (1.985 orang dan 1.758 orang ), namun penduduk yang bekerja (1.077 orang dan 763 orang) dan penduduk yang berpendidikan rendah ( 3.249 orang dan 1.520 orang). Untuk kecamatan Maba Utara memiliki penduduk yang bekerja tinggi (1.194 orang), namun tidak mempengaruhi tingkat penduduk yang berpendidikan (2.994 orang) dan tingkat angkatan kerja (2.199 orang). Kondisi ke tiga kecamatan tersebut menunjukkan bahwa rendahnya jumlah penduduk berpendidikan dan rendahnya jumlah penduduk yang bekerja sehiggga angkatan kerjanya rendah. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar 10 berikut.
Gambar 10. Peta Potensi Sumberdaya Manusia Kabupaten Halmahera Timur 2008
5.1.3. Potensi Sumberdaya Buatan Potensi sumberdaya buatan merupakan salah satu faktor pendukung pembangunan wilayah. Potensi sumberdaya buatan yang menjadi faktor pembangunan suatu wilayah antara lain adalah infrastruktur (sarana prasarana), kelembagaan, modal dan pasar. Infrastruktur yang dimaksud adalah sarana dan prasarana yang dimiliki suatu wilayah seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, agama, perhubungan dan komunikasi. Kelembagaan merupakan struktur pemerintahan yang bertanggungjawab terhadap sektor pembangunan. Modal merupakan biaya yang digunakan untuk menentukan besar kecilnya anggaran pembangunan daerah. Sedangkan pasar merupakan sarana ekonomi yang bersifat fisik untuk memasarkan hasil pembangunan. Berikut ini akan disampaikan faktor pendukung bagi pembangunan di kabupaten Halmahera Timur. 1). Sarana dan Prasarana a) Fasilitas Pendidikan Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia diperlukan pendidikan yang cukup, baik pendidikan yang bersifat formal maupun yang bersifat nonformal. Dalam hal pendidikan formal, aktivitas belajar mengajar membutuhkan sarana penunjang yang berupa gedung sekolah dan fasilitas pendidikan lainnya. Oleh karena itu ketersediaan sarana pendidikan serta penyebarannya seringkali dijadikan dasar penilaian tingkat kemajuan suatu daerah. Bila hal diatas telah terpenuhi diharapkan kualitas sumberdaya manusia di kabupaten Halmahera Timur akan meningkat dan berimbang. Berdasarkan RTRW kabupaten Halmahera Timur, Pemerintah kabupaten Halmahera Timur berkewajiban menyediakan sarananya berupa gedung sekolah dengan perangkatnya, guru dan kurikulum (termasuk buku). Sedangkan orangtua murid berkewajiban mendorong kemauan anak dan mencukupkan kebutuhan pendidikannya, seperti pakaian seragam, tas, alat-alat tulis, sepatu, topi, makanan bergizi, dan bahan bacaan tambahan lainnya. Hal tersebut sangat dibutuhkan karena meskipun ketersediaan fasilitas pendidikan telah mencukupi, namun bukan berarti minat penduduk juga harus tinggi. Ini terbukti dengan masih rendahnya penduduk yang berpendidikan. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Sarana Pendidikan di Kabupaten Halmahera Timu r Tingkat pendidi kan
SD
SMP
SMA
Kecamatan Ket.
Maba
Sekolah Guru Murid Rasio murid & sekolah Rasio murid & guru Sekolah Guru Murid Rasio murid & sekolah Rasio murid & guru Sekolah Guru Murid Rasio murid & sekolah Rasio murid & guru
Kota Maba
Maba Selatan
Maba Utara
Maba Tengah
Wasile Utara
Wasile Tengah
Wasile Timur
Wasile
Wasile Selatan
Kab. Haltim
10 33 1159
5 44 82.3
7 47 1038
4 33 1269
8 60 1148
6 42 858
8 50 840
4 66 1186
9 70 1048
13 87 1940
74 532 11309
115.90
164.60
148.29
317.25
143.50
143.00
105.00
296.50
116.44
149.23
152.82
35.1
18.7
22.1
38.45
19.13
20.43
16.8
17.97
14.97
22.3
21.26
5 36 477
2 25 373
3 15 254
2 27 229
5 25 200
1 17 105
2 22 311
2 26 420
7 25 225
8 37 266
37 255 2860
95.40
186.50
84.67
114.50
40.00
105.00
155.50
210.00
32.14
33.25
77.30
13.3
14.9
16.9
8.48
8
6.18
14.14
16.15
9
7.19
11.22
4 25 264
2 9 75
2 19 210
1 0 0
4 0 0
1 0 0
2 19 189
2 15 145
8 23 347
4 22 144
30 132 1374
66
37.50
105
0
0
0
94.50
72.50
43.38
36
45.8
10.10
8.30
11.10
0
0
0
10
10
15
7
10.41
Sumber : Kabupaten Halmahera Timur dalam Angka (Data diolah), 2008
Pada Tabel 12 diatas terlihat bahwa untuk melihat kapasitas (daya tampung sekolah) terhadap jumlah murid dapat diukur melalui besarnya rasio murid dan gedung sekolah. Berdasarkan rasio murid dan sekolah SD di kabupaten Halmahera Timur sebanyak 152,82 orang. Hal ini menunjukkan bahwa setiap SD dapat menampung murid rata-rata sebanyak 153 orang. Ini berarti rasio antara jumlah
murid
SD
dan
gedung
sekolah
memadai.
Sedangkan
untuk
menggambarkan beban kerja seorang guru dalam mengajar di ukur dari rasio murid dan guru. Menurut data pada Tabel 12 rasio murid dan guru SD 21,26 orang yang berarti bahwa setiap guru mengajar atau mengawasi sekitar 21 siswa. Kondisi ini menunjukkan bahwa tenaga guru SD di kabupaten Halmahera Timur masih mencukupi. Untuk rasio murid dan sekolah SMP sebanyak 77,30 orang, ini berarti setiap 1 gedung SMP dapat menampung siswa SMP sebanyak 80 orang. Dan untuk rasio murid dan guru SMP sebanyak 11,22 orang. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata seorang guru mengajar dan membimbing siswa sebanyak 12 orang. Kondisi ini menggambarkan tenaga pendidik untuk SMP masih sangat
kurang. Sedangkan rasio murid dan sekolah SMA sebanyak 45,8 orang, ini berarti 1 gedung sekolah SMA dapat menampung siswa sebanyak 46 orang. Sedangkan untuk rasio murid dan guru SMA 10,41 orang, ini menunjukkan bahwa rata-rata seorang guru mengajar siswa sebanyak 11 orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa tenaga guru dan sarana pendidikan di kabupaten Halmahera Timur sudah memadai. Namun demikian kendala geografis dan penduduk yang tersebar di beberapa wilayah menyebabkan masayarakat kurang dapat menikmati fasilitas sarana pendidikan yang tersedia, sehingga diperlukan aksesibilitas yang memadai seperti perbaikan jalan dan pengadaan prasarana transportasi (mobil angkutan). b) Fasilitas Kesehatan Penyediaan fasilitas kesehatan merupakan salah satu kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kesehatan masyarakat. Namun permasalahannya adalah tingkat kemampuan pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan masih terbatas. Berdasarkan data pada Tabel 13 di ketahui bahwa fasilitas kesehatan yang terdapat di kabupaten Halmahera Timur terdiri atas rumah sakit 1 unit, puskesmas kecamatan (rawat inap) 2 unit, puskesmas (rawat jalan) sebanyak 10 unit, puskesmas pembantu 24 unit, polindes sebanyak 35 unit. Untuk pelayanan kesehatan didukung oleh tenaga medis yang terdiri atas 16 orang dokter, 42 orang bidan, dan 146 orang paramedis.
1 0 1 2 1 1 1 1 1 1 10
2 0 2 4 5 2 1 1 5 2 24
Suster Juumlah tenaga medis perkemban gan kec. berdasarka n sarana & prasarana
0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2
Perawat
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
Bidan
4700 7073 6271 5077 6739 3428 4449 7625 8902 8177 62441
Polindes Jumlah Jenis Sarana Jmlah Kesehatan Sarana Kesehatan Dokter
Kota Maba Maba Maba Selatan Maba Tengah Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Selatan Wasile Kab. Haltim
RS Puskesmas (rawat inap) Puskemas (rawat jalan) Pustu
Kecamatan
Jumlah penduduk
Tabel 13. Sarana Kesehatan dan Tenaga Medis di Kabupaten Halmahera Timur
0 3 2 3 2 4 4 4 8 5 35
5 3 8 5 4 0 4 4 4 5 42
9 13 8 5 3 4 10 13 17 14 96
8 10 2 4 3 0 2 2 10 9 50
3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 30
4 4 5 9 8 7 6 6 14 9 72
2 4 2 2 1 0 1 1 2 1 16
Sumber : Kabupaten Halmahera Timur dalam Angka (Data diolah), 2008.
24 30 20 16 11 4 17 20 33 29 204
0.001 0.001 0.001 0.002 0.001 0.002 0.001 0.001 0.002 0.001 0.001
Berdasarkan data pada Tabel 13 bahwa jumlah sarana kesehatan di kabupaten Halmahera Timur sebanyak 72 unit dengan jumlah penduduk sebanyak 62.441 jiwa. Dengan demikian setiap sarana kesehatan dapat melayani rata-rata 867 jiwa. Kondisi ini menunjukkan bahwa sarana kesehatan di kabupaten Halmahera Timur sudah memadai. Namun demikian kendala geografis dan penduduk yang tersebar di beberapa wilayah serta belum adanya sarana kesehatan/balai pengobatan di setiap desa-desa juga merupakan masaalah yang perlu di carikan solusinya. Maka dari itu, perlu menjadi program pembangunan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan standar perencanaan yang telah ditetapkan dalam rencana umum wilayah kabupaten Halmahera Timur, di masa mendatang. Dimana pada saat pertumbuhan penduduk semakin tinggi dan tuntutan pelayanan semakin luas, ketersediaan fasilitas kesehatan berupa puskesmas, balai pengobatan II dapat ditingkatkan menjadi RS Wilayah. Termasuk didalamnya peningkatan kualitas pelayanan tenaga medis dan administrasi serta kelengkapan fasilitas kesehatan dari yang sudah ada saat ini. c) Sarana perhubungan Sarana perhubungan yang ada di wilayah Halmahera Timur adalah jaringan jalan darat, jalur laut, dan jalur udara. Jumlah sarana transportasi darat di kabupaten Halmahera Timur sebanyak 93 buah, laut 62 dan udara 1 buah. Sarana perhubungan tersebut dapat menghubungkan ibukota kecamatan Maba dengan ibukota Kota Maba, kecamatan Maba dan desa-desa disekitarnya, dan ibukota kecamatan Maba dengan wilayah utara yaitu lewat desa Nusajaya kecamatan Wasile Selatan dan desa Subaim kecamatan Wasile seperti tampak pada Gambar 11 dan Tabel 14. Berdasarkan RTRW tahun 2007 bahwa untuk jaringan jalan darat di wilayah kabupaten Halmahera Timur sampai saat ini masih terdapat kondisi jalan yang kurang memadai seperti pada gambar berikut dengan panjang jalan 733.88 km, bahkan belum ada sama sekali seperti di kecamatan Maba Utara, Wasile Utara dan Maba Selatan.
Gambar 11. Jaringan jalur darat dan laut di kabupaten Halmahera Timur
Pada akhir tahun 2007, ada tiga macam kondisi jalan di wilayah kabupaten Halmahera Timur yaitu kondisi jalan beraspal sepanjang 196,44 km atau 21,12 persen, jalan kerikil 561,48 km atau 60,35 persen, dan jalan tanah 172,4 km atau 18,53 persen. Sarana perhubungan di kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sarana Perhubungan di Kabupaten Halmahera Timur Kecamatan No 1
Jumlah Transportasi Dara Laut Udar t a
Maba
2
1
Maba Tengah
4
Maba Selatan
5
Maba Utara
6
Wasile Utara
7 8
Wasile Tengah Wasile Timur
9
Wasile
10
Laut
Udara
Mb-sffi sdgli,mb-kt mb tiap hr jm 6-10 Kt mb-sffisdgli tiap hr jam 6-10 pagi Mt-mb-kt mb tidak menentu -
Tblo-mb 4x seminggu, tte-mb 2x seminggu Tblo-kt mb 4x seminggu, tte- kt mb 2x seminggu Tblo-wymli 4xseminggu Tte-mb sel 2xseminggu, mb selmb tiap hr Tblo-mb ut 4x seminggu Wsl ut-tblo 1xseminggu -
Tte-mb 3x seminggu/tdk menentu
18
4
11
4
0
2
0
0
4
0
0
2
0
0
4
0
-
0
Kota Maba
3
Rute Perjalanan/Waktu Perjalanan Darat
-
6
3
0
26
14
0
Wsl tgh-wsl 1x24 jm Wsl tmr-sffisdgli 1x24 jm Wsl-sffi -sdgli 1x24 jm
Wasile Selatan
23
25
0
Wsl sel -sffi sdgli 1x24 jm
Kab.Haltim
93
62
1
9
0
Wsl tmr-tblo 2xseminggu Wsl-tblo 3xseminggu,wsl bbneigo 3xseminggu Wsl sel -dodaga 6xseminggu-
Sumber : Kabupaten dalam Angka, 2008. Keterangan : Sarana transportasi darat : Angkutan umum (mobil dan motor darat) Sarana transportasi laut: Kapal fery, Kapal motor laut, dan Speedboat
Ket
-
Tergantung kondisi alam
d) Sarana komunikasi Jaringan komunikasi di wilayah Halmahera Timur sangat berperan penting, karena secara geografis wilayah Halmahera Timur memiliki topografi daerah yang berbukit dan wilayahnya sebagian besar berada di pesisir, sehingga untuk mengetahui kondisi masyarakat sekitar pesisir lainnya diperlukan sarana komunikasi yang lebih fleksibel untuk mengetahui informasi mengenai kondisi masyarakat di wilayah pesisir tersebut. Dalam hal ini sarana komunikasi merupakan sarana perhubungan yang paling dibutuhkan. Untuk wilayah kabupaten Halmahera Timur terdapat tiga jaringan komunikasi antara lain SSB (alat komunikasi satu arah), Wartel (Warung telephone) dan telephone seluler (handphone). Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Sarana Komunikasi Kecamatan Maba Kota Maba Maba Tengah Maba Selatan Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Wasile Selatan
Wartel 3 1 4 3 1 1 2 2 4 5
Jaringan Hp Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada Tidaka ada Ada Ada Ada Ada
SSB Ada Ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada Ada Ada Ada Ada
Sumber : Kabupaten dalam Angka, 2008
Berdasar Tabel 15 kabupaten Halamhera Timur memiliki jaringan komunikasi yang masih sangat terbatas bahkan di kecamatan Maba Utara dan Wasile Utara juga belum ada, sehingga di kedua kecamatan masih sangat terbatas dalam hal informasi. e) Kelembagaan Kelembagaan pemerintahan kecamatan di wilayah Halmahera Timur terdiri dari kantor camat 8 buah, kantor desa 29 buah dan KUD yang bergerak dibidang perikanan dan kehutanan 46 buah, dan non KUD 9 buah. Dimana kelembagaan pemerintah tersebut bertanggungjawab terhadap potensi sumberdaya laut (perikanan), sumberdaya kehutanan, dan merupakan badan pengawas kelompok-kelompok tani dan nelayan dalam retribusi hasil panen.
f) Modal/dana Dana atau modal merupakan faktor yang sudah mutlak. Artinya, hal itu memang harus ada untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas. Pembangunan di kabupaten Halmahera Timur sangat tergantung pada anggaran pembangunan kabupaten yaitu sumbangan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap penerimaan pemerintah, pada tahun 2007 sebesar Rp. 290 milyar. Dan dari sumber lain pendapatan yang sah sebesar Rp. 18,2 milyar. Pengeluaran dana pembangunan dialokasikan untuk pekerjaan umum sebesar Rp. 17 milyar, perhubungan sebesar Rp. 17 milyar, umum dan perlengkapan sebesar Rp. 17 milyar (Profil Halmahera Timur, 2008). g) Pasar Pasar merupakan sarana yang digunakan sebagai tempat terjadinya transaksi ekonomi bagi masyarakat. Dari Tabel 16 terlihat bahwa pasar pemda/desa yang terdapat di kabupaten Halmahera Timur sebanyak 16 buah, dan tersebar di 8 kecamatan. Dalam operasionalnya hanya 4 pasar yang beroperasi secara kontinu, sedangkan pasar lainnya masih bersifat pasar mingguan yang beroperasi rata-rata 3 hari dalam seminggu. Selain itu ada juga kelembagaan ekonomi yang juga merupakan bagian dari pasar antara lain toko/kios sebanyak 441 buah yang di dibuka secara kontinue dalam seminggu, KUD sebanyak 46 buah, diantara 10 kecamatan masih terdapat kurangnya pasar, KUD dan toko/kios yang menyediakan sembako bagi pemenuhan kebutuhan dasar. Kecamatankecamatan tersebut tergolong yang paling terisolasi sarana pasar di wilayah Halmahera Timur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 16 berikut.
Tabel 16. Sarana Pasar di Kabupaten Halmahera Timur Sarana Pasar Kecamatan
Jlh pddk
Pasar pemda/desa
KUD
Toko/Kios
Jlh fasilitas
Indeks
Maba
7073
200
250
65
515
0.07
Maba Selatan
6271
100
300
25
425
0.07
Maba Tengah
5077
200
300
30
530
0.1
Maba Utara
6739
0
50
15
65
0.01
Kota Maba
4700
200
250
20
470
0.1
Wasile
8177
300
400
75
775
0.09
Wasile Selatan
8902
300
400
88
788
0.09
Wasile Utara
3428
0
0
2
2
0.00
Wasile Tengah
4449
100
200
50
350
0.08
Wasile Timur
7625
200
150
71
421
0.06
62441
1600
2300
441
4341
0.67
Kab. Haltim
Sumber : Kabupaten Halmahera Timur dalam Angka (Data diolah), 2008
Sesuai dengan hasil pembobotan Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Halmahera Timur memiliki jumlah pasar sebanyak 1600 buah, KUD sebanyak 2300 buah dan toko/kios sebanyak 441 buah. Kondisi ini menunjukkan bahwa sarana pasar belum memadai, ini di buktikan dengan rata-rata indeks sebesar 0,67 unit/jiwa. 5.1.4. Penilaian Potensi Sumberdaya Buatan Hasil analisis potensi sumberdaya buatan berdasarkan data potensi sumberdaya buatan yang dilihat dari jumlah sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana pasar serta berdasarkan data kelembagaan, data perhubungan dan komunikasi di peroleh adalah : § Kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya buatan kategori tinggi terdapat di 4 kecamatan yaitu kecamatan Maba, Wasile, Wasile Selatan dan Maba Tengah. Kecamatan Maba memiliki potensi sumberdaya buatan sebesar 568 buah, kecamatan Wasile sebesar 837 buah, kecamatan Wasile Selatan sebesar 860 dan kecamatan Maba Tengah sebesar 572 buah. Ke empat kecamatan tersebut memiliki sarana pendidikan, kesehatan dan sarana ekonomi yang cukup memadai. Selain itu ke empat
kecamatan juga
memiliki sarana
transportasi yang paling lengkap, baik transportasi darat, laut dan udara, sehingga secara keseluruhan sarana/prasarana dan fasilitas pelayanan umum di kecamatan Wasile,Wasile Selatan, dan Maba sudah cukup memadai.
§ Kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya buatan kategori sedang terdapat di 4 kecamatan yaitu kecamatan Maba Selatan, Kota Maba, Wasile Timur, dan Wasile Tengah. Kecamatan Maba Selatan memiliki potensi sumberdaya buatan sebesar 462 buah, Kota Maba sebesar 507 buah, Wasile Timur sebesar 455 buah dan Wasile Tengah sebesar 385 buah. Kecamatan-kecamatan tersebut memiliki sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana ekonomi yang cukup memadai. Namun tidak di tunjang dengan sarana transportasi baik laut, darat maupun udara. § Kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya buatan kategori rendah terdapat di 2 kecamatan yaitu kecamatan Maba Utara dan Wasile Utara. Potensi sumberdaya buatan yang dimiliki untuk kecamatan Maba Utara sebesar 91 buah dan kecamatan Wasile Utara sebesar 21 buah. Ketersediaan sarana pendidikan, kesehatan, ekonomi dan transportsi masih sangat kurang, di bandingkan dengan jumlah saran yang dimiliki oleh delapan kecamatan lainnya. Kondisi ini juga menggambarkan bahwa ke dua kecamatan merupakan daerah yang terisolir.
Gambar 12. Peta Potensi Sumberdaya Buatan Kabupaten Halmahera Timur 2008
5.1.5. Potensi Sumberdaya Alam Potensi sumberdaya alam merupakan salah satu faktor pendukung pengembangan/pembangunan wilayah dan faktor penentu pembangunan suatu wilayah. Potensi sumberdaya alam merupakan kekuatan dan modal dasar bagi pembangunan, dan sebaliknya dapat pula merupakan kelemahan bagi suatu wilayah. Potensi sumberdaya alam di Halmahera Timur antara lain potensi pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan, pertambangan dan potensi w isata. Potensi sumberdaya alam di maksud dalam penelitian ini mencakup lahan yang di kelola masyarakat (berproduksi) berdasarkan luasan dan produksi untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan serta memanfaatkan sumberdaya alam lainnya berupa perikanan dan potensi wisata. a) Potensi Pertanian dan Perkebunan Menurut hasil penelitian Institut Pertanian Bogor-IPB (Survey Baseline Economic, 2004), hasil pertanian unggulan wilayah Halmahera Timur adalah beberapa komoditi tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Tanaman pangan yang potensial antara lain padi, jagung, ubi kayu, kedelai dan tanaman sayur-sayuran. Selain itu, wilayah ini juga memiliki potensi perkebunan seperti : kelapa, cengkeh, sagu dan coklat yang menyebar di kecamatan seperti: Wasile, Wasile Selatan, Maba Tengah, Maba Utara. Selengkapnya dapat di lihat pada tabel 17. Tabel 17. Potensi Perkebunan di Kabupaten Halmahera Timur No
Kecamatan
1 Maba 2 Kota Maba 3 Maba Tengah 4 Maba Selatan 5 Maba Utara 6 Wasile Utara 7 Wasile Tengah 8 Wasile Timur 9 Wasile 10 Wasile Selatan Kab. Haltim
Luas tanam & produksi kelapa (ton/ha) Luas Produksi 1,11 94 0 0 4,677 3,904 1,210 110 1,460 1,159 1,07 83 0 0 0 0 4,056 478 1,748 4,652 13,151 10,480
Luas tanam & produksi cengkih (ton/ha) Luas Produksi 0.00 0.00 0.00 0.00 20.50 9.00 0.00 0.00 5.40 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.00 2.70 470.00 447.00 509 460
Sumber : Kabupaten Halmahera Timur dalam Angka, 2008
Luas tanam & produksi sagu (ton/ha) Luas Produksi 40.00 80 0.00 0 0.00 0 543.50 1,248 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 250.00 1,115 48.50 50 882 2,493
Berdasarkan tabel 17, Maba Tengah merupakan kecamatan yang memiliki lahan paling luas
untuk komoditas kelapa seluas 4.677 ha dengan produksi
sebesar 3.904 ton/ha. Untuk komoditas cengkeh, kecamatan Wasile Selatan memiliki lahan seluas 470 ha dengan produksi sebesar 447 ton/ha. Sedangkan untuk komoditas sagu, kecamatan Maba Selatan merupakan kecamatan yang memiliki
lahan komditas sagu paling luas di bandingkan dengan kecamtan
lainnya yaitu seluas 543,50 ha dengan produksi sebesar 1.248 ton/ha. Sebagai wilayah yang menjadi tujuan program transmigrasi oleh Pemerintah Republik Indonesia pada era 80-an, kabupaten Halmahera Timur memiliki potensi sumber daya alam baik di lautan maupun di daratan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pembangunan daerah. Sejak bermukimnya transmigran di kecamatan Wasile, Wasile Timur, Wasile Tengah, Wasile Utara, Wasile Selatan, Maba Tengah dan Maba Utara, secara perlahan-lahan kabupaten Halmahera Timur dikenal sebagai lumbung padi yang mampu memenuhi sebagian besar kebutuhan beras di Propinsi Maluku Utara. Dengan adanya lumbung padi di kabupaten Halmahera Timur, secara otomatis perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi padi. Luas lahan sawah di kabupaten Halmahera Timur sebesar 2.128,4 ha dengan hasil produksi sebesar 8.155,6 ton/ha. Sedangkan untuk komoditas jagung dengan luas lahan sebesar 111,4 ha dan hasil produksi sebanyak 588,45 ton/ha. Seperti terlihat pada tabel 18 berikut. Tabel 18. Potensi Pertanian di Kabupaten Halmahera Timur No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Luas panen & produksi padi Kecamatan Luas (Ha) Produksi (ton/ha) Maba 0 0 Kota Maba 0 0 Maba Tengah 12,00 47,50 Maba Selatan 0 0 Maba Utara 66,00 99,00 Wasile Utara 21,40 32,10 Wasile Tengah 2,00 3,00 Wasile Timur 995,00 3918,00 Wasile 828,00 3254,00 Wasile Selatan 204,00 802,00 Kab.Haltim 2128,4 8155,6 Sumber : Kabupaten dalam Angka, 2008
Luas panen & produksi jagung (ton/ha) Luas (Ha) Produksi 0 0 11,00 0 10,00 11,40 4,00 52,00 14,50 8,50 111,4
0 0 78,20 0 72,00 39,50 120,00 208,00 58,00 12,75 588,45
Dalam proses penggilingan padi, petani telah memanfaatkan teknologi modern berupa mesin penggilingan padi yang mampu memproduksi rata-rata
sebanyak 60 - 80 kg beras untuk setiap 100 kg padi. Untuk menghasilkan 3 ton beras proses penggilingan dilakukan selama 4 jam. Petani menggantikan biaya penyewaan mesin penggilingan padi dengan memberikan 1 kg beras dari setiap 10 kg beras yang dihasilkan. Jumlah seluruh mesin penggiling padi yang melayani petani di Subaim dan sekitarnya adalah sekitar 34 buah. Beras dari wilayah Subaim umumnya dipasarkan ke Tobelo. Namun pada beberapa kurun waktu terakhir hanya sebagian kecil yang dijual ke luar wilayah. Hal ini akibat persaingan dengan beras dari wilayah luar seperti Sulawesi Selatan. Sehingga sebagian besar hasil panen hanya dikonsumsi wilayah Subaim dan sekitarnya. Dengan harga pupuk yang relatif tinggi, menurut petani kualitas pupuk yang disuplai dan digunakan tidak sesuai standar. Selain itu juga di kecamatan Wasile, Wasile Selatan dan Wasile Timur memiliki masaalah yang sangat serius, karena pada saat ini sawah yang dimiliki petani di sekelilingnya oleh Pemerintah Daerah sudah melakukan pelepasan KP dan sudah di eksploitasi, sehingga produksinya makin menurun. Dalam situasi seperti ini, petani berharap kepada Pemerintah dan Investor agar peduli dan memberikan solusi bagi peningkatan usaha pertanian di kecamatan Wasile Selatan, Wasile dan Wasile Timur. b) Potensi Pertambangan Alam Bumi Halmahera Timur mengandung berbagai bahan tambang yang sangat potensial bagi sumber pendapatan pemerintah daerah dan negara. Jenis mineral yang terkandung antara lain; Nikel, Talk, Magnesit, Pasir Besi, Kromit dan Batu Gamping. Diantara jenis mineral tersebut, yang telah di eksploitasi adalah Nikel di Pulau Gee, Mabuli, Marnopo, Tanjung Buli dan di Subaim. Eksploitasi tersebut menghasilkan biji nikel kadar tinggi dan kadar rendah, dengan luas 1.475,90 ha. Sedangkan yang telah di eksplorasi sebesar 93.345,43 ha. Potensi pengembangan pertambangan masih terbuka seperti di Bicoli, Pulau Pakal, Sangadji, Subaim dan di kecamatan Wasile Selatan. Selengkapnya dapat di lihat pada tabel 19.
Tabel 19. Potensi Pertambangan di Kabupaten Halmahera Timur Luas areal,bhn galian & produksi tambang(eksploitasi ton/ha) Luas Bhn Produksi galian 1 Maba 390,40 Nikel 2 Kota Maba 108,50 Nikel 3 Maba Tengah 0 4 Maba Selatan 0 5 Maba Utara 0 6 Wasile Utara 0 7 Wasile Tengah 0 8 Wasile Timur 0 9 Wasile 977 Nikel 10 Wasile Selatan 0 Kab.Haltim 1.475,90 Sumber : Kabupaten dalam Angka, 2008 No
Kecamatan
-
Luas areal,bhn galian & produksi tambang(eksplorasi ton/ha) Luas Bhn Produksi galian 9.867,43 Nikel 0 0 5791 Nikel 0 0 0 0 24.809 Nikel 52.878 Nikel 93.345,43
c) Potensi Perikanan § Perikanan Tangkap Potensi sumberdaya perairan laut di kabupaten Halmahera Timur diperkirakan masih sangat besar. Hal ini apabila dikelola secara efisien dan berkelanjutan akan mempunyai nilai tambah bagi pendapatan daerah. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Maluku Utara sampai tahun 2002 tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan laut Maluku Utara baru sekitar 26,51% dari potensi yang dapat dimanfaatkan (maximum sustainable yield). Untuk kabupaten Halmahera Timur, lokasi potensial penangkapan ikan (fishing ground) adalah pada posisi lintang 0o30’ LU – 1o00’ LS dan posisi bujur 128o10’ - 129o50’ yaitu perairan sebelah Timur pulau Halmahera dan sebelah Selatan pulau Gebe. Kegiatan perikanan tangkap di perairan sekitar Halmahera Timur menghasilkan berbagai jenis ikan pelagis besar, antara lain ikan tuna, cakalang, marlin, kan i pedang, cucut/hiu, dan lain-lain. Untuk ikan pelagis kecil meliputi ikan alu-alu, layang, selar, julung-julung, teri, japuh tembang, lemuru, dan lain-lain. Selain itu juga terdapat jenis non ikan antara lain udang, kepiting, lobster, moluska dan terip ang. Untuk mendukung kegiatan perikanan di tunjang dengan fasilitas pendukungnya yaitu bagan 294 buah, soma sebanyak 175 buah, giop 117 buah, dan jaring udang sebanyak 141 buah, lebih jelas dapat dilihat pada tabel 20.
-
Tabel 20. Fasilitas Perikanan di Kabupaten Halmahera Timur Kecamatan
Bagan
Maba Kota maba Maba Utara Maba Selatan Maba Tengah Wasile Wasile Utara Wasile Selatan Wasile Tengah Wasile Timur Kab.Haltim
5 63 10 20 3 37 0 154 2 0 294
Pukat pantai 1 4 2 5 3 2 2 1 1 1 22
Soma
Giop
20 60 13 29 2 31 4 12 3 1 175
38 9 21 42 2 3 1 1 0 0 117
Jaring udang 8 112 6 4 5 2 0 3 1 0 141
Pancing
Dawai
473 480 20 206 8 441 6 193 9 5 1841
7 6 4 2 1 1 0 3 0 0 24
Sumber : Kabupaten dalam Angka, 2008
§ Perikanan Budidaya Kabupaten Halmahera Timur mempunyai potensi lahan pes isir dan laut yang cukup luas. Selain itu dengan ditunjang oleh tipe pantai serta ketersediaan sumber air tawar yang berkualitas, maka di kabupaten Halmahera Timur sangat memungkinkan untuk dikembangkan kegiatan budidaya laut, terutama kerapu, lobster, rumput laut dan mutiara, maupun budidaya payau seperti budidaya udang dan bandeng. Walaupun demikian, budidaya yang direkomendasikan pada saat ini oleh Departemen Kelautan dan Perikanan adalah budidaya laut. § Ekosistem Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kawasan pesisir adalah suatu kawasan peralihan antara daratan dan lautan, dan apabila ditinjau dari garis pantai kawasan pesisir memiliki batas yang sejajar dengan garis pantai terpanjang dan batas tegak lurus terhadap persilangan garis pantai. Sumberdaya hayati di kawasan pesisir merupakan suatu kesatuan kehidupan yang saling berinteraksi dengan lingkungan abiotik. Oleh karena itu dalam kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil tidak hanya terbatas pada lingkungan fisik, tetapi harus dipandang secara komprehensif, karena di dalamnya terdapat sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, yaitu masyarakat yang tinggal dan hidup tergantung secara langsung pada kawasan pesisir. Sebagian besar masyarakat kabupaten Halmahera Timur mendiami kawasan pesisir dan bergantung pada ekosistem tersebut sebagai sumber kehidupan sosial ekonomi. Aktivitas mereka seperti penangkapan ikan dan hewan laut lainnya, pedagang kecil, petani kebun, penambang karang, serta penebang pohon bakau.
Berdasarkan RTRW 2005 kabupaten Halmahera Timur, selain kawasan pesisir wilayah Halmahera Timur memiliki pulau-pulau kecil berkarakteristik spesifik, terisolasi dan mempunyai lingkungan yang khusus dengan proporsi spesies endemik yang tinggi, serta karakteristik sosial ekonomi dan sosialbudaya yang spesifik pula. Dalam suatu kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil terdapat satu atau lebih sistem lingkungan, ekosistem ini dapat bersifat alamiah ataupun buatan. Ekosistem alami yang terdapat di kawasan Halmahera Timur antara lain adalah terumbu karang, hutan mangrove, padang lamun, estuari, laguna dan delta. d) Potensi Wisata Pariwisata merupakan primadona berbagai daerah didalam meningkatkan penerimaan pendapatan. Dengan bermodalkan sumber daya alam dengan potensi baharinya, pemerintah Kabupaten Halmahera Timur bertekad menggali dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada bagi peningkatan penerimaan daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Potensi Pariwisata di Kabupaten Halmahera Timur No
Kecamatan
1
Maba
2 3
Kota Maba Maba Tengah
4
Maba Selatan
5 6 7 8
Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur
9
Wasile
10
Wasile Selatan
Panorama alam 1 air terjun 1 air terjun cipcebi v Batu bertuah (batu) v Lapangan terbang peninggalan perang dunia II -
Potensi wisata bahari Pulau pakal Pantai seal,jiu,england Pantai jara-jara Pantai lolobata Pantai labi-labi
Budaya Rumah adat dan tari cakalele Tari lala Tari lala -
-
-
-
Orang utan
Sumber : Kabupaten dalam Angka, 2008
e) Potensi Kehutanan Kabupaten Halmahera Timur masih didominasi hutan sekitar 70% dari luas kabupaten Halmahera Timur. Luas hutan produksi yang dapat dikonversi dan luas
lahan yang telah digunakan sekitar 207.270 ha masih jauh lebih besar dari yang telah digunakan untuk non-hutan sekitar 131.500 ha, hutan lindung dan hutan terbatas masing-masing sekitar 17.750 dan 17.250 ha. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa masih terdapat areal yang luas untuk berbagai pengembangan non hutan. Yang penting adalah pengawasan yang ketat terhadap penggunaan hutan, agar tidak terjadi overcutting serta penggundulan dan pencurian kayu, terutama pada hutan lindung, di samping terjadinya perambahan hutan, karena akibatnya akan mengurangi daya dukung lahan, sehingga pencadangan lahan dapat meleset karena kondisi lahan hutan telah berubah. Data luasan areal hutan kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Potensi Kehutanan di Kabupaten Halmahera Timur Luas areal hutan (ha) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kecamatan Maba Kota Maba Maba Tengah Maba Selatan Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Wasile Selatan Kab.Haltim
Hutan lindung 40,000 13,750 30,500 44,250 37,400 177,50
Hutan prod.terbatas 32,250 32,250 21,250 66,750 32,810 172,50
Hutan produksi 22,000 19,000 9,250 2,500 5,700 79,75
Hutan konversi 36,000 33,000 21,250 27,000 31,570 117,25
Sumber : Kabupaten dalam Angka, 2008
5.1.6. Penilaian Potensi Sumberdaya Alam Hasil analisis potensi berdasarkan data potensi sumberdaya alam yang dilihat dari jumlah kecamatan yang memiliki potensi pertanian dan perkebunan, potensi pertambangan, potensi perikanan dan potensi kehutanan serta berdasarkan data potensi pariwisata di peroleh hasil bahwa: § Kecamatan yang termasuk kategori tinggi untuk potensi sumberdaya alam ada 3 yaitu kecamatan Maba, Wasile dan Wasile Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa di kecamatan Maba memiliki potensi sumberdaya alam seluas 1.138,4 ha, kecamatan Wasile seluas 5.304,3 ha dan kecamatan Wasile Selatan seluas 4.186,7 ha.
§ Kecamatan yang termasuk kategori sedang untuk potensi sumberdaya alam ada 5 yaitu kecamatan Maba Tengah, Maba Selatan, Maba Utara, Wasile Utara dan Wasile Timur. Hal ini menunjukkan bahwa ke lima kecamatan tersebut memiliki potensi sumberdaya alam yang beragam, seperti di kecamatan Maba Tengah seluas 162,6 ha, Maba selatan seluas 438 ha, Maba Utara seluas 249,2 ha, Wasile Utara seluas 176,8 ha dan Wasile Timur memiliki potensi sumberdaya alam seluas 412,6 ha. Dengan demikian di lima kecamatan tersebut memiliki berbagai potensi sumberdaya alam, bila dikembangkan akan dapat meningkatkan PDRB kabupaten Halmahera Timur. § Kecamatan yang termasuk kategori rendah untuk potensi sumberdaya alam ada 2 yaitu kecamatan Kota Maba, dan Wasile Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan Kota Maba dan Wasile Tengah hanya memiliki potensi sumberdaya alam masing-masing seluas 842 ha dan 139 ha. Dengan demikian maka kedua kecamatan memiliki sumberdaya alam yang paling sedikit di bandingkan dengan 8 kecamatan lainnya di kabupaten Halmahera Timur. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 13.sip
Gambar 13. Peta Potensi Sumberdaya Alam Kabupaten Halmahera Timur 2008
5.1.7. Penilaian Potensi Sumberdaya di Kabupaten Halmahera Timur Dari hasil analisis potensi berdasarkan data potensi sumberdaya manusia, sumberdaya buatan dan sumberdaya alam kabupaten Halmahera Timur adalah: § Kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya (manusia, buatan, dan alam) kategori tinggi terdapat di kecamatan Maba, Wasile, Wasile Selatan dan Wasile Timur. Hal ini menunjukkan bahwa di ke empat kecamatan memiliki potensi sumberdaya alam yang besar, dengan potensi sumberdaya manusia yang banyak dan di tunjang dengan ketersediaan potensi sumberdaya buatan yang sangat mendukung serta memiliki aksesibilitas yang tinggi, sehingga pelayanan terhadap masyarakat juga terpenuhi. § Kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya (manusia, buatan dan alam) kategori sedang terdapat di 4 kecamatan yaitu kecamatan Maba Selatan, Kota Maba, Maba Tengah, dan Wasile Tengah. Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa ke empat kecamatan tersebut memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup besar. Hal ini merupakan modal besar bagi pengembangan pembangunan di empat kecamatan tersebut. Untuk itu, pengembangan wilayah lebih di arahkan ke pembangunan infrastruktur, sebagai alat/sarana dalam mengelola dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada. Selain itu peningkatan sumberdaya manusia juga perlu dilakukan sebagai pelaksana pembangunan. § Kecamatan yang memiliki potensi sumberdaya kategori rendah terdapat di 2 kecamatan yaitu kecamatan Maba Utara dan Wasile Utara. Hal ini terjadi karena kecamatan Maba Utara dan Wasile Utara masing-masing memiliki potensi sumberdaya manusia yang sangat rendah sebesar 4.220,63 dan 2.334,28. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya sarana prasarana (SDB) dan masih minimnya aksesibilitas terhadap kecamatan lain. Kecamatan yang belum berkembang dicirikan oleh tingkat pertumbuhan yang masih rendah dan memiliki potensi sumberdaya alam yang belum dikelola atau dimanfaatkan dengan baik. Dengan demikian arahan pembangunan dan pengembangan wilayah harus lebih difokuskan pada kedua kecamatan tersebut agar pembangunan lebih merata dan berimbang di kabupaten Halmhera Timur. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Peta Potensi Sumberdaya Kabupaten Halmahera Timur 2008
5.2. Analisis Kesenjangan 5.2.1. Kesenjangan Perkembangan Wilayah Berdasarkan Indeks Skalogram Analisis skalogram merupakan salah satu alat untuk mengidentifikasi pusat pertumbuhan wilayah berdasarkan fasilitas yang dimilikinya, dengan demikian dapat ditentukan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan suatu wilayah. Wilayah dengan fasilitas yang lebih lengkap merupakan pusat pelayanan, sedangkan wilayah dengan fasilitas yang kurang lengkap akan menjadi daerah belakang (hinterland). Berdasarkan RTRW (2005), kabupaten Halmahera Timur merupakan salah satu daerah kabupaten dalam wilayah Propinsi Maluku Utara yang berada di bagian timur pesisir. Keberadaan wilayah yang hampir 75 persen merupakan kawasan pesisir ini menjadikan kabupaten Halmahera Timur memiliki hambatan dalam pembangunan infrastruktur. Secara umum karakter bentang alam didominasi oleh kawasan pesisir/pantai atau kawasan pegunungan/perbukitan. Topografi yang berbukit dengan kawasan pesisir yang luas membuat banyak desa memiliki kekurangan dalam hal sarana dan prasarana fisik. Hasil analisis skalogram menunjukkan tingkat perkembangan wilayah yang dicerminkan oleh nilai indeks Perkembangan Kecamatan/Perkembangan Desa (IPK/IPD), semakin tinggi IPK/IPD maka semakin berkembang atau maju kecamatan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan analisis skalogram yang telah dilakukan dengan menggunakan variabel jumlah dan jenis fasilitas pelayanan atau infrastruktur didapatkan tiga hirarki wilayah, yaitu hirarki I (wilayah dengan asumsi memiliki tingkat perkembangan maju), hirarki II (wilayah dengan asumsi memiliki tingkat perkembangan sedang), dan hirarki III (wilayah dengan asumsi memiliki tingkat perkembangan rendah). Wilayah yang memiliki nilai IPK/IPD tinggi (hirarki I) dapat menjadi pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya atau bagi wilayah yang memiliki nilai IPD/IPK yang lebih rendah. Analisis skalogram berdasarkan indeks perkembangan kecamatan di kabupaten Halmahera Timur, menunjukkan adanya 3 hirarki (I-III). Hirarki I terdapat di kecamatan Wasile, hirarki II terdapat di kecamatan Maba, Kota Maba, Maba Tengah, Wasile Selatan dan Wasile Timur, dan hirarki III terdapat di
kecamatan Maba Selatan, Maba Utara, Wasile Utara dan Wasile Tengah. Hirarki secara lengkap disajikan pada Tabel 23 dan Gambar 15.en Tabel 23. Hasil Analisis Skalogram di Kabupaten Halmahera Timur No
Nama Kecamatan/ Desa
Jumlah Jenis Fasilitas
Jumlah Fasilitas
IPK/IPD
Hierarki Wilayah
I 1 2 3 4 5 6 7
MABA Buli Buli Karya Buli Asal Wayafli Sailal Geltoli Pekaulan
43 34.00 18.00 18.00 6.00 9.00 8.00 6.00
234 136 41 33 6 9 8 6
47.00 99.04 29.97 32.86 8.65 15.88 11.94 9.55
II 1 2 2 3 3 3 3
II 1 2 3 4 5 6
MABA SELATAN Bicoli Waci Pateley Loleo Lamo Kasuba Gotowasi
32 26.00 11.00 10.00 8.00 8.00 14.00
94 38 14 11 8 9 17
27.76 58.84 20.51 16.84 11.24 14.33 22.87
III 2 2 3 3 3 2
III 1 2
KOTA MABA Maba Sangaji Soagimalaha Wailukum Soasangaji Soalaipoh
46 10.00 31.00 8.00 10.00 7.00
133 13 63 9 11 9
47.84 19.82 77.39 16.50 18.56 13.24
II 2 1 2 2 3
IV 1 2 3 4 5 6 7 8
MABA TENGAH Wayamli Beringin Lamo Miaf Bangul Marasipno Dorolamo Marathan Jaya Bebsili
40 23.00 16.00 15.00 10.00 12.00 10.00 23.00 9.00
184 34 35 28 10 12 13 41 12
49.64 39.13 29.08 25.58 15.98 22.13 14.10 44.42 11.64
II 2 2 2 3 2 3 2 3
V 1 2 3 4 5 6 7
MABA UTARA Dorosago Sosolat Patlean Lolasita Wasileo Pumlanga Jara-Jara
30 18.00 7.00 18.00 11.00 11.00 9.00 9.00
119 39 9 29 11 11 9 9
24.51 34.78 9.16 25.18 16.48 16.75 13.27 13.94
III 2 3 2 3 3 3 3
VI 1 2 3 4
WASILE UTARA Labi-labi Iga Tatam Marimoi
27 17.00 12.00 12.00 5.00
124 59 25 13 6
18.65 32.33 16.57 22.37 9.75
III 2 3 2 3
3 4 5
5 6
Bololo Hilaiteror
10.00 7.00
11 8
18.84 13.25
2 3
VII 1 2 3 4 5 6 7 8
WASILE TENGAH Lolobata Hatetabako Puao Foli Nyaolako Boki Maike Silalayang Kakaraino
36 31.00 15.00 9.00 6.00 7.00 10.00 6.00 15.00
198 80 43 23 6 8 10 6 24
38.91 67.62 31.50 13.64 10.70 13.07 17.88 9.45 23.21
III 2 2 3 3 3 3 3 2
VIII 1 2 3 4 5 6 IX 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
WASILE TIMUR Dodaga Ake Daga Dakaino Toboino Tutuling Jaya Woka Jaya WASILE SELATAN Nusa Jaya Nusa Ambu Pintatu Minamin Waijoi Saramaake Wasile Fayaul Binagara Tomares Tabanalou Saolat Loleba Nanas
39 18.00 27.00 22.00 17.00 18.00 10.00
248 33 73 51 44 35 11
50.10 29.77 53.95 48.31 26.70 30.72 18.63
II 2 2 2 2 2 3
44 43.00 14.00 13.00 11.00 16.00 14.00 12.00 13.00 17.00 4.00 13.00 4.00 6.00 8.00
323 91 24 22 20 40 18 16 19 37 4 13 4 6 9
88.14 111.08 20.38 17.06 15.80 27.65 17.96 16.76 16.38 30.76 7.41 22.69 7.41 11.10 14.92
II 1 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3
X WASILE 46 1 Subaim 39.00 2 Cemara Jaya 32.00 3 Bumi Restu 38.00 4 Batu Raja 9.00 5 Mekar Sari 5.00 6 Gulapapo 8.00 Sumber : Data Podes 2006 (data diolah)
409 138 95 154 12 6 8
102.90 128.44 81.70 146.64 18.63 9.75 13.09
I 1 1 1 2 3 3
Gambar 15. Peta Hirarki Wilayah Kabupaten Halmahera Timur 2008
Wilayah yang termasuk hirarki I merupakan wilayah yang memiliki tingkat perkembangan wilayah yang lebih tinggi/maju dibandingkan wilayah pada hirarki yang lebih rendah. Hasil analisis skalogram menunjukkan bahwa kecamatan yang berhirarki I memiliki hirarki desa yang beragam. Hasil analisis skalogram berdasarkan IPK/IPD diperoleh hirarki wilayah menurut ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum sebagai berikut : 1. Hasil analisis skalogram berdasarkan IPK diperoleh 1 kecamatan yang termasuk pada hirarki 1 yaitu kecamatan Wasile (102.90) dan berdasarkan IPD diperoleh 6 desa yang berhirarki I terdapat di desa Buli (99.04) kecamatan Maba, desa Soagimalaha (77.59) kecamatan Kota Maba, desa Nusa Jaya (111.08) kecamatan Wasile Selatan, dan di desa Subaim (128.44), Bumi Restu (146.64) dan Cemara Jaya (81.70) di kecamatan Wasile. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan Wasile memiliki 3 desa yang berhirarki I dari 6 desa, sehingga walaupun tidak dilakukan perhitungan nilai IPD sudah dapat diketahui kecamatan Wasile termasuk hirarki I yang memiliki desa-desa dengan tingkat ketersediaan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan umum yang lebih memadai, terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan, desa-desa tersebut juga memiliki aksesibilitas yang tinggi, dibanding desa-desa dikecamatan lainnya. 2. Hasil analisis skalogram berdasarkan IPK diperoleh 5 kecamatan yang termasuk pada hirarki II yaitu kecamatan Maba (47.00), kecamatan Kota Maba (47.84), kecamatan Maba Tengah (49.64), kecamatan Wasile Timur (50.10) dan kecamatan Wasile Selatan (88.14), sedangkan berdasarkan IPD diperoleh 31 desa berhirarki II terdapat di kecamatan Maba desa Buli Karya (29.97) dan Buli Asal (32.86), kecamatan Maba Selatan desa Bicoli (58.84), Waci (20.51) dan Gotowasi (22.87), kecamatan Kota Maba desa Maba Sangadji (19.82), Wailukum (16.50) dan Soasangadji (18.56), kecamatan Maba Tengah desa Wayamli (39.13), desa Beringin Lamo (29.08), desa Miaf (25.58), desa Marasipno (22.13) dan desa Marathan Jaya (44.42), kecamatan Maba Utara desa Dorosago (34.78) dan desa Patlean (25.18), kecamatan Wasile Utara desa Labi-labi (32.33), Tatam (22.37), dan Bololo (18.84), kecamatan Wasile Tengah desa Lolobata (67.62), Hatetabako (31.50) dan Kakaraino (23.21),
kecamatan Wasile Timur desa Dodaga (29.77), Ake Daga (59.95), Dakaino (48.31), Toboino (26.70), Tutuling Jaya (30.73), kecamatan Wasile Selatan desa Nusa Ambu (20.38), Waijoi (27.65), Binagara (30.76) dan Tabanalou (22.69) dan kecamatan Wasile hanya ada satu yang berhirarki 2 yaitu terdapat di desa Batu Raja. 3. Hasil analisis skalogram berdasarkan IPK diperoleh 4 kecamatan yang termasuk pada hirarki III yaitu kecamatan Maba Selatan (27.26), Maba Utara (25.51), Wasile Tengah (18.65) dan Wasile Utara (18.65), sedangkan berdasarkan IPD diperoleh 36 desa berhirarki III terdapat di kecamatan Maba desa Wayafli (8.65), Sailal (15.88), Geltoli (11.94) dan Pekaulan (9.55), Maba Selatan desa Peteley (16.84), Loleo Lamo (11.24) dan desa Kasuba (14.33), Kota Maba desa Soalaipoh (13.24), Maba Tengah desa Bangul (15.98), desa Dorolamo (14.10) dan desa Bebsili (11.64), Maba Utara desa Sosolat (9.16), Lolasita (16.48), wasileo (16.78), Pumlanga (13.27) dan desa Jara-jara (13.94), Wasile Utara desa Iga (16.57), Marimao (9.75) dan desa Hilailtetor (13.25), Wasile Tengah desa Puao (13.64), Foli (10.70), Nyaolako (13.07), Boki Maike (17.88) dan desa Silalayang (9.45), Wasile Timur desa Woka Jaya (18.63), Wasile Selatan desa Pintatu (17.06), Minamin (15.80), Saramaake (17.96), Wasile (16.38), Fayaul (16.38), Tomares (7.41), Saolat (7.41), Loleba (11.10) dan desa Nanas (14.92) dan Wasile terdapat di desa Mekar Sari (9.75) dan desa Gulapapo (13.09). Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten Halmahera Timur tahun 2005-2015, bahwa prioritas utama yang harus dikembangkan yaitu sarana dan prasarana jalan dan kantor, karena beberapa kecamatan yang berperan sebagai pusat aktivitas Pemerintahan kabupaten Halmahera Timur menunjukkan indeks perkembangan yang berhirarki II, dimana desa-desa yang terdapat pada kecamatan Kota Maba yang merupakan Ibukota kabupaten hanya 1 desa yang tergolong hirarki I selebihnya hirarki II dan III, sedangkan beberapa kecamatan yang ditetapkan dalam RTRW kabupaten Halmahera Timur sebagai daerah transmigrasi yaitu kecamatan Wasile menunjukkan indeks perkembangan yang tinggi, dimana desa-desa yang terdapat pada kecamatan Wasile memiliki tingkat perkembangan desa yang tergolong hirarki I dan II. Hal ini mungkin saja terjadi
karena pada analisis skalogram yang dihitung adalah jumlah sarana prasarana fisik dan non fisik yang dimiliki suatu desa/kecamatan dalam bentuk indeks perkembangan wilayah (IP) yang sifatnya kumulatif. Pada analisis skalogram suatu desa memiliki nilai IP yang tinggi, tetapi setelah dikelompokkan berdasarkan karakteristik berada dalam suatu kelompok yang memiliki tingkat perkembangan wilayah “sedang” yang berdasarkan karakteristik wilayahnya. Menurut Prakoso (2005) dalam Baskoro (2007) perkembangan hirarki wilayah dan sistem kota tergantung pada tahapan pembangunan disuatu wilayah atau negara. Terdapat tiga tahapan perkembangan sistem kota, yaitu : a. Sistem kota pada tahap pra-industrialisasi, yang terdiri hanya satu kota individual (urban nuckleus); b. Sistem kota pada tahap industrialisasi, yang ditandai oleh terjadinya proses perkembangan pesat kota tunggal secara fisikal sebagai akibat urbanisasi c. Sistem kota pada tahap post industrialisasi, yang ditandai oleh terbentuknya kota-kota regional Terkait dengan teori diatas maka, asumsi dasar bahwa penentuan pusat pelayanan adalah wilayah yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap atau memiliki rangking hirarki paling tinggi, maka semakin besar pula potensinya untuk dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan dan aktivitas pelayanan. Hasil análisis skalogram berdasarkan data Podes tahun 2007, wilayah-wilayah di kabupaten Halmahera Timur memiliki nilai IPK/IPD dan struktur hirarki yang relatif rendah, hanya terdapat 1 kecamatan dari 10 kecamatan atau hanya terdapat 6 desa dari 73 desa yang tergolong hirarki I. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur belum merata dan belum memiliki strategi serta arahan pengembangan wilayah dalam menyikapi kondisi dan permasalahan yang dihadapi masing-masing wilayah, sehingga diharapkan kedepannya kegiatan pembangunan dilakukan secara merata antar wilayah wilayah di kabupaten Halmahera Timur. 5.2.2. Kesenjangan
Pendapatan
antar
Wilayah
berdasarkan
Indeks
Williamson Kesenjangan antar wilayah dalam suatu perekonomian nasional maupun regional merupakan fenomena dunia. Hal ini terjadi pada semua negara, baik
negara maju maupun pada negara berkembang. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah struktur sosial ekonomi dan distribusi spasial dari sumberdaya bawaan. Pada umumnya kesenjangan antar wilayah lebih tajam terjadi pada negara atau wilayah sedang berkembang karena kekakuan sosial ekonomi dan faktor imobilitas. Salah satu parameter yang digunakan dalam analisis kesenjangan pembangunan (kesenjangan pendapatan) antar kecamatan adalah data Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebagaimana diasumsikan bahwa PAD merupakan salah satu representasi penerimaan pendapatan seluruh penduduk dari berbagai lapangan usaha di suatu wilayah pembangunan, di lain sisi penerimaan PAD merupakan kontribusi penerimaan pendapatan daerah dari setiap kecamatan yang dapat direlokasi dalam RAPBD bagi kegiatan pemerintahan dan pembangunan di daerah setiap tahun angggaran. Dari hasil perhitungan dengan mengunakan analisis Indeks Williamson, dapat diketahui kesenjangan antar kecamatan di kabupaten Halmahera Timur. Hasil perhitungan Indeks Williamson tersebut dapat dilihat pada Tabel 24 dan Gambar 16. Tabel 24. Nilai Kesenjangan Indeks Williamson dan Tingkatannya Berdasarkan Wilayah Administrasi Kecamatan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama Kecamatan Maba Maba Selatan Kota Maba Maba Tengah Maba Utara Wasile Utara Wasile Tengah Wasile Timur Wasile Selatan Wasile
IndeksKesenjangan (Vw) 3.37 3.17 2.74 2.85 3.29 2.34 2.67 3.49 3.78 3.62
Tingkat Kesenjangan Sedang Sedang Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Sedang Tinggi Tinggi
Sumber : Data hasil olahan, 2009 Keterangan: Kriteria rendah :Vw = < 3.00 Kriteria sedang : Vw = 3.01– 3.50 Kriteria tinggi :Vw = > 3.51
Secara spesifik berdasarkan unit analisis wilayah administrasi (kecamatan) dengan menggunakan variabel Pendapatan Asli daerah (PAD) perkapita maka diperoleh Indeks Williamson yang tinggi yaitu di kecamatan Wasile (3,62) dan kecamatan Wasile Selatan (3,78). Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di ke 2 kecamatan masih mengalami kesenjangan antar kecamatan. Dengan
demikian maka kecamatan yang memiliki fasilitas pelayanan dan tingkat perkembangan yang berbeda memacu terjadinya kesenjangan. Kecamatan yang indeksnya sedang yaitu kecamatan Maba (3.37), Maba Selatan (3.17), Maba Utara (3.29), dan Wasile Timur (3.49. Kecamatan yang berada pada indeksnya rendah ada 4 kecamatan yaitu: Kecamatan Kota Maba (2,74), Maba Tengah (2,85), Wasile Utara (2,34), dan Wasile Tengah (2,67). Hal ini menunjukkan bahwa wilayah yang memiliki kesenjangan rendah relatif memiliki fasilitas pelayanan yang kurang merata dan tingkat perkembangannya relatif kurang berkembang sehingga tingkat pendapatannya juga rendah Sehubungan dengan itu, Hanafiah (1988) menyatakan bahwa secara alami tingkat pembangunan di berbagai wilayah dalam suatu daerah atau negara adalah tidak sama. Dengan demikian dalam suatu wilayah tertentu dapat diidentifikasikan adanya wilayah yang kaya, maju, dinamis, dan berkembang serta wilayah yang miskin, tradisional, statis dan terbelakang. Wilayah yang kaya adalah wilayah yang mempunyai sumberdaya alam melimpah dan diikuti oleh kegiatan manusia yang tinggi sehingga berkembang menjadi wilayah yang maju. Sedangkan wilayah yang miskin adalah wilayah yang mempunyai sumberdaya alam yang terbatas dan kegiatan penduduk yang masih rendah sehingga wilayah tersebut lambat berkembang atau wilayah tersebut belum berkembang akibat sumberdaya alamnya yang belum dieksploitasi secara optimal dan berkelanjutan. Akibat adanya perbedaan tingkat pendapatan daerah dan tingkat pembangunan dalam suatu wilayah tertentu maka terjadi jurang kesejahteraan masyarakat antara wilayah kaya dan wilayah miskin. Apabila tidak ada campur tangan pemerintah secara aktif, keadaan tersebut akan bertambah buruk bagi corak pembangunan selanjutnya.
Gambar 16. Peta Tingkat Kesenjangan Kabupaten Halmahera Timur 2008
5.2.3. Kesenjangan Keberagaman Aktivitas antar Wilayah Berdasarkan Model Indeks Entropy ( IE ) Perkembangan suatu wilayah merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembangunan. Tujuannya antara lain untuk memacu
perkembangan
sosial
ekonomi
dan
mengurangi
kesenjangan
pembangunan antar wilayah. Untuk mengetahui perkembangan suatu wilayah, dapat dilakukan dengan menganalisa pencapaian hasil pembangunan melalui indikator-indikator kinerja di bidang ekonomi dan sosial serta bidang-bidang lain, salah satunya dengan menggunakan Indeks Entropi. Perkembangan aktivitas perekonomian pada suatu wilayah dapat dianalisis dengan menghitung indeks diversifikasi dengan konsep entropi. Prinsip indeks entropi ini adalah semakin beragam aktivitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah, yang berarti bahwa wilayah tersebut semakin
berimbang.
Aktivitas
suatu
wilayah
dapat
dicerminkan
dari
perkembangan sektor perekonomian dan pembangunan fasilitas. Semakin besar indeks entropinya maka dapat diperkirakan semakin berkembang dan semakin proposional komposisi antar sektor perekonomiannya dan pembangunan fasilitas, sebaliknya semakin kecil indeksnya maka dapat diperkirakan terdapat sektor perekonomian yang dominan di wilayah tersebut (Ansori, 2007). Aktivitas perekonomian pada suatu wilayah akan membentuk sistem kegiatan dimana masing-masing komponen sistem saling terkait. Perkembangan suatu sistem dapat dipahami dari semakin meningkatnya jumlah komponen sistem serta penyebaran (jangkauan spasial) komponen sistem tersebut. Kedua hal tersebut pada dasarnya bermakna peningkatan kuantitas komponen serta perluasan hubungan spasial dari komponen di dalam sistem maupun diluar sistem. Artinya suatu sistem dikatakan berkembang jika jumlah dari komponen/aktivitas sistem tersebut bertambah atau aktivitas dari komponen sistem tersebar lebih luas (Saefulhakim, 2006). Hasil perhitungan indeks entropi kecamatan di Kabupaten Halmahera Timur dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Hasil Analisis Keberagaman Aktifitas Berdasarkan Kecamatan No.
Nama Kecamatan
Indeks Ind & Kerajinan
Indeks Perdag & Jasa
Indeks Lembg. Pendidikan
Indeks Fas. Keseh
Indeks Luas Lahan Sawah
Indeks Entropi
Maba
2,2
0.9
0.1
1,3
0.3
0.88
2
Maba Selatan
0,4
0.6
0.1
1.1
0.3
0.48
3
Kota Maba
2,3
0.5
0.1
1.1
0.3
0.88
0,6
0.9
0.1
1.2
0.5
0.66
0.6
0.6
0.1
1.3
0.3
0.62
0.5
0.3
0.1
1.3
0.3
0.48
1.1
0.5
0.1
1.2
0.3
0.64
0.7
0.9
0.1
1.3
0.6
0.7
2.1
0.9
0.2
1.4
1.0
1.1
0.9
1.0
0.1
1.3
0.7
0.74
1
4
Maba Tengah
5
Maba Utara
6
Wasile Utara
7
Wasile Tengah
8
Wasile Timur
9
Wasile Selatan
10
Wasile
Sumber: Data hasil olahan, 2008 Keterangan: Indeks yang paling tinggi adalah yang paling berkembang
Hasil analisis keberagaman aktifitas dengan menggunakan analisis entropi seperti tercantum dalam Tabel 25 dapat dijelaskan bahwa: 1. Indeks entropi kecamatan-kecamatan di kabupaten Halmahera Timur berkisar antara 0,48-1,1 yang berarti secara umum cukup tinggi dan masih di atas ratarata nilai indeks (ada 4 kecamatan dari 10 kecamatan yang ada di kabupaten Halmahera Timur memiliki nilai indeks entropi lebih dari 0,70). Terbukti dengan
belum
meratanya
perkembangan
proporsi
keragaman
sektor
perekonomian di kabupatenHalmahera Timur. Hal ini menunjukkan, secara umum perkembangan proporsi keragaman sektor perekonomian di kabupaten Halmahera Timur belum merata. 2. Kecamatan Wasile Selatan mempunyai nilai indeks entropi yang paling tinggi (1,1), sehingga kecamatan Wasile Selatan merupakan wilayah yang paling berimbang dan terdiversifikasi perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pembangunannya dengan baik sehingga tidak didominasi oleh sektor tertentu. Hal ini sejalan dengan prinsip indeks entropi bahwa semakin luas jangkauan spasial (cakupan sub wilayah lebih banyak), maka semakin tinggi entropi wilayah (Saefulhakim, 2004). 3. Kecamatan Maba, Kota Maba, Wasile Timur dan Wasile mempunyai nilai indeks entropi sedang yang berkisar dari (0,7–0,88). Hal ini berarti kecamatankecamatan tersebut merupakan wilayah yang pembangunannya kurang berimbang dan sektor perekonomiannya di dominasi oleh sektor tertentu.
4. Kecamatan Maba Selatan, Maba Tengah, Maba Utara, Wasile Utara dan Wasile Tengah mempunyai nilai indeks entropi berkisar dari (0,48-0,66). Hal ini
berarti
kecamatan-kecamatan
tersebut
merupakan
wilayah
yang
pembangunannya belum berimbang dan memiliki sektor perekonomiannya dominan tertentu. 5.2.4. Analisis Kesenjangan Interaksi Spasial Antar Pusat Aktivitas Wilayah Salah satu indikator pertumbuhan suatu wilayah, tidak dapat terlepas dari meningkatnya mobilitas spasial antar wilayah, baik wujud jumlah orang, jumlah barang, jumlah transportasi maupun jumlah informasi. Namun demikian secara parsia l jaringan interaksi spasial antar wilayah belum menunjukkan jaringan interaksi yang “ network “. Pola interaksi antar wilayah pembangunan yang ada yakni jaringan interaksi masih terbatas pada interaksi vertikal dari hirarki utama ke hirarki II (ibu kota kecamatan) dan sebaliknya. Salah satu indikator jaringan interaksi spasial yang menunjukkan network adalah “arus transportasi“ Oleh karena itu dalam konteks penelitian ini, fokus pendugaan analisis interaksi spasial diarahkan dalam wujud pergerakan orang/barang dan arus transportasi yang dianalisis secara deskriptif. Seiring dengan semakin berkembangnya suatu wilayah maka hal ini juga akan
meningkatkan
kebutuhan
masyarakatnya
untuk
bersosialisasi
dan
berinteraksi secara internal maupun eksternal dengan wilayah lain. Untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi penduduk tersebut penyediaan prasarana transportasi baik transportasi darat, laut dan udara sangat diperlukan. Di kabupaten Halmahera Timur pembangunan jaringan transportasi selain akan memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial juga dibutuhkan untuk mempertahankan integritas wilayah mengingat dalam skala kabupaten, kawasan tertentu di wilayah kabupaten Halmahera Timur merupakan kawasan perbatasan dengan wilayah pelayaran internasional. Berdasarkan UU No. 14/82 tentang jalan, wewenang pengelolaan jaringan jalan
berada
Kabupaten/Kota,
di
Pemerintah dan
badan
Pusat, lainnya,
Pemerintah masing-masing
Propinsi,
Pemerintah
bertanggung
jawab
mengelola jaringan jalan yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga ada yang disebut sebagai jalan nasional/negara, jalan propinsi dan jalan kabupaten/kota. Hal
ini memungkinkan pihak pemerintah kabupaten/kota untuk merencanakan dan membangun sendiri prasarana jaringan jalan sesuai prioritasnya. Saat ini jar ingan jalan yang menjadi prioritas untuk dibangun di Pulau Halmahera adalah jaringan jalan Trans-Halmahera yang menghubungkan Kota Sidangoli – Dodinga – Nusajaya – Subaim – Buli – Maba – Waleh – Sagea – Kobe – Weda – Payahe – Akelamo – Sofifi – Dodinga yang melewati wilayah kabupaten Halmahera Timur di ruas Nusajaya – Subaim – Buli - Maba. Sistem jaringan transportasi darat di kabupaten Halmahera Timur meliputi prasarana jaringan jalan, terminal bayangan, serta sarananya berupa jenis/moda angkutan. Sistem transportasi darat berupa jaringan jalan di kabupaten Halmahera Timur sampai akhir tahun 2007, tercatat sepanjang 773,88 km. Dari total ruas jalan sepanjang itu, sekitar 21,12 % (196,44 km) merupakan jalan beraspal, dan 60,35 % (561,48 km) jalan sirtu/pasir berbatu dan selebihnya merupakan jenis jalan tanah dan berbatu. Melihat kondisi ketersediaan jaringan jalan yang ada sampai saat ini maka tidaklah heran apabila masyarakat setempat sebagian besar memanfaatkan transportasi air/laut sebagai sarana perhubungannya selain karena faktor geografis yang memang sebagian besar wilayah merupakan pulau-pulau kecil yang terpisah oleh perairan laut. Bahkan kota-kota penting di kabupaten Halmahera Timur sampai saat ini masih dalam keadaan terisolir dari akses darat. (RTRW, 2005) Jalan lokal dari kota Subaim ke arah utara (Labi- labi) hanya dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat sampai di desa Lolobata. Sedangkan dari subaim ke arah selatan dapat di tempuh sampai di Wasile Selatan, bahkan sampai di Sofifi dan Sidangoli kecamatan Halmahera Barat dengan menggunakan kendaraaan roda 2 maupun roda 4. Begitu juga dari kota Buli ke arah utara (Dorosagu) hanya dapat ditempuh dengan menggunakan ojek sampai di desa Beringin Lamo kecamatan Maba Tengah, sedangkan dari kecamatan Maba ke Kota Maba dapat di tempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2 dan roda 4, artinya baik dalam bentuk orang maupun dalam bentuk barang (Gambar 17 dan 18). Kondisi jaringan jalan di kabupaten Halmahera Timur sebagian besar belum berkembang, sehingga sarana transportasi umum belum banyak tersedia. Dikarenakan masih kurangnya angkutan umum di wilayah kabupaten Halmahera
Timur maka sampai tahun 2008 belum ada fasilitas terminal angkutan darat baik terminal penumpang maupun barang yang secara resmi, berdasarkan hasil observasi dilapangan yang ada hanya terdapat terminal bayangan. Terminal bayangan yang ada di Halmahera Timur terdapat di kecamatan Maba, Wasile dan Wasile Selatan, begitu juga dengan belum adanya pelabuhan/darmaga di kecamatan-kecamatan tertentu, sehingga bagi masyarakat yang perjalanannya melalui jalur laut harus menunggu di tengah laut dengan menggunakan motor nelayan yang kecil berkapasitas 10- 25 orang. Kapal laut yang beroperasi di pelabuhan Buli berasal dari Ternate, Tidore, Gane Barat dan Tobelo, melewati beberapa tempat persinggahan dengan kapasitas kecil (pelayaran yang melayani barang dan penumpang). Jenis angkutan laut yang berkembang di kabupaten Halmahera Timur antara lain berupa speed boat, Kapal Motor dan long boat dalam berbagai ukuran. Speed boat digunakan terutama sekali untuk angkutan penumpang dengan kapasitas penumpang 16-30 penumpang, sedangkan Kapal Motor digunakan unutuk angkutan barang dan penumpang dan long boat digunakan terutama sekali untuk angkutan barang. Sedangkan untuk sistem transportasi udara merupakan salah satu prasarana pokok wilayah
yang
memungkinkan
terpenuhinya
kebutuhan
mobilisasi
dan
pengangkutan barang dalam waktu yang relatif singkat. Sistem transportasi udara diperlukan sebagai pendukung prasarana transportasi darat dan laut. Dalam (RTRW) kabupaten Halmahera Timur, sampai saat ini terdapat 1 bandara perintis di kabupaten Halmahera Timur, yaitu di kecamatan Maba tepatnya di desa Pekaulang. dengan status lapangan terbang komersial. Penerbangan umum dari Ternate ke Buli dilakukan 3 – 4 kali seminggu (kadang tidak menentu). Bandara Air strip dapat didarati pesawat ringan dengan kapasitas penumpang 20 - 40 orang (CN 212, Cesna, dan lain-lain). (RTRW Kab Haltim, 2005).
1 2 8 ° 4 5 '
1 2 8 ° 3 0 '
1 2 8 ° 1 5 '
1 1 2 2 8 ° 8 0 0 '
1 2 7 ° 4 5 '
PETA INTER AKSI SPASIAL (PERGERAKAN ORA NG) KABUPATEN HAL MA HER A TIMUR
Ke Tobelo dan Ternate
N
1 ° 3 0 '
1 °3 0 '
K ABU PAT EN HA LM AHER A UTAR A
W
WAS ILE UTA RA
3
P.Tobe 1 ° 1 5 '
P.Wasile
Î
1 ° 1 0 0 '
M ABA
P.Buli Î
P.Wasel
Î
Ke Sidangoli
T.Bygn Buli
T.Bygn Wasel
0 ° 4 5 '
Ke Sofifi
KOT A MA BA
K OTA T IDO RE K EPUL A UA N
'W
Bandara
Persinggahan
Ú Ê
TG . B UL I 0 °4 5 '
Persinggahann TE LUK BULI Persinggahann
MAB A SE LATA N
0 ° 3 0 '
6
Km
LEGENDA
Pelabuhan Jalur D arat Jalur Laut Jalur U dara 3.000-4.000 4.000-5.000 5.000-6.000 6.000-7.000 7.000-8.000
Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa
Sumb er : 1. Peta Admin ist ras iSkala 1 : 250.000 2. Dat a K ab. Halt im dal am Angka tahu n 2008 PS. PE REN CA NAA N W IL AYAH IPB 200 9
0 ° 3 0 '
1 2 8 ° 4 5 '
Ke Weda, Labuha,Ternate 1 2 1 8 2 ° 0 8 0 '
3
I nd eks Pe ta
KAB UP A TE N H ALM AH ERA TE NGAH
1 2 7 ° 4 5 '
0
Batas Kecamatan Sungai 'W Ibukota Kabupaten Ú Lapangan Terbang Ê
Î 1 1 °0 0 '
1 2 8 ° 3 0 '
Ke Ternate
WASIL E SE LATA N TE LUK K AO
1 ° 1 5 '
M AB A TEN GA H
1 2 8 ° 1 5 '
Î
Persinggahan
WAS ILE T IM UR
T.Bygn WA S ILE Wasile
P. Dodaga
M AB A UT ARA
WA S ILE T EN GA H
E S
Gambar 17. Peta Interaksi Spasial (Pergerakan Orang) di kabupaten Halmahera Timur 2008
1 2 8 ° 4 5 '
1 2 8 ° 3 0 '
1 2 8 ° 1 5 '
1 1 2 2 8 ° 8 0 0 '
1 2 7 ° 4 5 '
PETA INTERAKSI SPASIAL ( PERGERAKAN BARANG) KABU PATEN HALMAHERA TIMUR
K e Tobelo dan Ternate
N
1 ° 3 0 '
1 ° 3 0 '
K ABU PATE N HA LMAH E RA UTARA
W
WA SI LE UTA RA
3
P.Tobe 1 ° 1 5 '
P.Wasile T.Bygn Wasile
1 ° 1 0 0 '
P. Dodaga
WA SIL E SE LA TAN
Î
T.Bygn Buli
ÎP.Buli
P.Wasel
TG. BULI
T.Bygn Wasel
0 ° 4 5 '
Ke Sofifi
Persinggahan
Ú Ê
0 ° 4 5 '
Persinggahann TELUK BU LI
KO TA M A BA K OTA TID ORE KEP U LA UA N
'W
KA BU PATE N HA LMA HER A TE NGA H
3
Persinggahann
Pelabuhan Jalur Darat Jalur Laut Jalur Udara 3.000-4.000 4.000-5.000 5.000-6.000 6.000-7.000 7.000-8.000
J iwa J iwa J iwa J iwa J iwa
Sumbe r : 1. Pet a Administ ras i Ska la 1 : 250.000 2. Dat a K ab . Ha lt im dalam A ngka tahun 2 008 PS. PER EN CAN AAN W ILAYAH IPB 2 009 I nd eks Peta
M A BA S ELAT AN
0 ° 3 0 '
1 2 8 ° 4 5 '
1 2 8 ° 3 0 '
1 2 8 ° 1 5 '
1 2 1 8 2 ° 0 8 0 '
Km
LEGENDA
0 ° 3 0 '
Ke Weda, Labuha,Ternate 1 2 7 ° 4 5 '
6
Batas Kecamatan Sungai ' Ibukota K abupaten W Ú Lapangan Terbang Ê
Î 1 1 °0 0 '
Bandara
MA BA
TE LUK KA O
Î
Ke Sidangoli
1 ° 1 5 '
M A BA T ENG AH
WAS ILE
0
Persinggahan
WAS ILE T IM U R
Î
Ke Ternate
MAB A UT AR A
WAS ILE TEN GAH
E S
Gambar 18. Peta Interaksi Spasial (Pergerakan Barang) di kabupaten Halmahera Timur 2008
5.3. Arahan Kebijakan Pembangunan dalam Mengatasi Kesenjangan Perkembangan suatu wilayah dan kemajuan pembangunan suatu wilayah mempunyai kaitan yang erat dengan perumusan strategi kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh wilayah yang bersangkutan. Dalam merumuskan suatu bentuk kebijakan pembangunan yang tepat, yang bertujuan untuk meningkatkan dan mengimbangkan wilayah bukanlah hal yang mudah, karena seringkali dihadapkan pada pilihan-pilihan dan keterbatasan-keterbatasan sumberdaya yang dimiliki sehingga perlu dirumuskan prioritas pembangunan. Seiring dengan itu kenyataan bahwa sumberdaya yang berlimpah tersebut tidak merata berada di seluruh daerah sala satunya yaitu di kabupaten Halmahera Timur. Hal yang sama terjadi
dengan
sebaran
sumberdaya
manusia
yang
merupakan
“aktor”
pembangunan tersebar juga tidak merata. Implikasi dari ketidak-merataan keberadaan kedua sumberdaya tersebut adalah belum baiknya tingkat pelayanan infrastruktur wilayah melayani kebutuhan wilayah dan masyarakat, terutama kecamatan-kecamatan terisolir dan tertinggal. Untuk mengoptimalkan nilai manfaat sumberdaya yang berlimpah tetapi tidak merata tersebut bagi pengembangan wilayah secara berkelanjutan dan menjamin kesejahteraan umum secara luas, diperlukan intervensi kebijakan dan penanganan khusus oleh Pemerintah kabupaten dan kecamatan untuk pengelolaan wilayah/kecamatan yang tertinggal. Dalam rangka menjamin keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan daerah, pemerintah kabupaten Halmahera Timur harus memiliki skala prioritas untuk mengambil langkah strategi agar tidak terjadi pemusatan pembangunan, sehingga perangkaan mengimplementasikan visi, yang tertuang dalam RTRW kabupaten Halmahera Timur “pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat dalam kerangka mewujudkan Halmahera Timur yang bersatu, maju, sejahtera, aman dan damai” dapat tercapai. Arahan percepatan pembangunan di Kabupaten Halmahera Timur Dari sintesis semua fakta tentang potensi, masaalah dan kondisi saat ini di kabupaten
Halmahera
Timur
maka
di
kembangkan
arahan
pembangunan yang dipriortaskan pada 6 kecamatan antara lain:
percepatan
1. Perlu peningkatan pembangunan
sarana prasarana di kecamatan Maba
Selatan khususnya: jalan, sekolah, puskesmas, pelabuhan, pasar, jaringan komunikasi sarana penangkapan dan TPI. Sedangkan dari sisi potensi sumberdaya alam di kecamatan Maba Selatan perlu adanya peningkatan lahan perkebunan (Kelapa, Cengke dan Sagu) dan TPI. 2. Di kecamatan Maba Tengah perlu peningkatan sarana pendidikan baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan dan pelaksanaan pelatihan bagi pengrajian industri kecil serta kepastian jalur pemasaran industri kerajinan dan pemberian modal bagi pengusaha kecil. Selain itu perlu peningkatan pengetahuan dan wawasan SDM yang berkaitan dengan penggalian potensi PAD seperti sosialisasi kepada masyarakat mengenai macam pajak dan retribusi serta manfaat dari membayar pajak dan retribusi. 3. Peningkatan pengelolan dan pemanfaatan potensi pertambangan secara optimal di kecamatan Kota Maba (desa Mabapura, Wailukum dan pulau pakal), seperti kemudahan dalam pengurusan perizinan, kepastian status lahan, perekrutan tenaga kerja lokal dan pemberian kepastian keamanan dalam berinvestasi di bidang pertambangan. Hal ini akan mempengaruhi peningkatan PAD dan memperkecil terjadinya konflik antara pengusaha dan masyarakat di sekitarnya. Serta perlu dibangunnya sarana listrik dan PDAM (air bersih). 4. Untuk mempercepat pembangunan di kecamatan Wasile Utara maka perlu peningkatan sarana prasarana pendidikan (sekolah), kesehatan (puskesmas, klinik), perhubungan (jalan yang menghubungkan kecamatan Wasile Utara ke kecamatan sekitaranya, jembatan, pelabuhan, terminal), sarana penangkapan, listrik, perekonomian (pasar, toko, KUD), peribadatan dan jaringan komunikasi serta peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan (guru) dan kesehatan (tenaga medis). Selain itu perlu adanya peningkatan kesempatan kerja yang tidak memiliki keahlian khusus untuk mengurangi jumlah penggangguran di kecamatan tersebut serta perlunya pelatihan dan pemberian modal bagi pengusaha kecil. Sedangkan untuk meningkatkan produksi pertanian (padi dan jagung) maka per lu adanya kebijakan dari pemerintah untuk perluasan lahan pertanian.
5. Di kecamatan Wasile Tengah perlu pengembangan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan, kesehatan, sarana prasarana (pendidikan, kesehatan, pasar, pelabuhan, sarana penangkapan, pemberian modal bagi pengusaha kecil dan perluasan lahan perkebunan dan pertanian. 6. Untuk mempercepat pembangunan di kecamatan Maba Utara maka perlu peningkatan dan pengembangan kualitas dan kuantitas pendidikan (sekolah dan guru), kesehatan (fasilitas dan tenaga medis), perhubungan (jalan yang menghubungkan kecamatan Maba Utara ke kecamatan sekitarnya, pelabuhan, terminal), sarana penangkapan, listrik, perekonomian (pasar, toko dan KUD), jaringan komunikasi, air bersih, maka aksesibilitas akan meningkat di kecamatan tersebut. Dan perlu adanya peningkatan kesempatan kerja bagi masyarakat yang tidak memiliki keahlian untuk mengurangi jumlah penggangguran di kecamatan tersebut serta pemberian modal dan pelatihan bagi pengusaha kecil. Sedangkan untuk meningkatakan produksi pertanian dan perkebunan maka perlu perluasan lahan pertanian dan perkebunan.