UU. HAMIDY: KARYA DAN DUNIANYA OLEH ZULKIFLI LUBIS, S.Pd.,M.Pd. GURU SMAN 1 PEKANBARU Bab I Riwayat Hidup, Karya, dan Proses Kreatif 1.1 Selayang Pandang Riwayat Hidup UU Hamidy UU Hamidy dilahirkan di Inderagiri Hulu, 17 November 1943. Ia menikah dengan Aswarni dan dikurniakan dua orang anak. Yang sulung bernama Ilhamnosa, Purnimasari, dan si bungsu Yeni Fitri Misesya. UU Hamidy sudah memasuki usia 70 tahun. Dalam rentang 70 tahun tersebut tentu banyak yang dilaluinya, mulai dari masa kanak-kanak-remaja-sampai dewasa dan sampai usia 70 tahun itu, yaitu dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Malahan sudah selesai tamat Strata Dua (S2) di bidang Bahasa dan Sastra Melayu di salah satu Perguruan Tinggi Malaysia tahun 1970-an di Malaysia. Penulis berkarya sejak umur 25 tahun di bangku kuliah IKIP Malang pada tahun 1964- 1970. Tulisan Pertama bertajuk, “ Struktur Politik dan Esensi Demokrasi “ dimuat pada Mingguan Mahasiswa Indonesia Edisi Jawa Barat, terbitan Jakarta, minggu II Mei 1969. Disusul oleh tulisan , “ Kepastian Hukum dan Sikap Penguasa “ pada Mingguan Mimbar Demokrasi, terbitan Bandung, Mei 1969. Sesudah itu menulis untuk berbagai media, di antaranya Gema Riau di Pekanbaru, Budaya Jawa, majalah sastra Horizon, Berita Antropologi dan Analisa Kebudayaan di Jakarta. Di Malang tahun 1969 bersama Permadi Restiko, menerbitkan Mingguan Unggas. Di Riau bersama Pak Soeman Hs menerbitkan majalah anak-anak Nenek 1
Kebayan tahun 1973 dengan dukungan Percetakan Seno Press. Kemudian menjadi salah seorang Penyunting majalah budaya Canang terbitan Masyarakat Sejarawan Indonesia. , Cabang Riau 1977. Pernah menjadi Staf Ahli Majalah Sinar Darussalam ( 1975-1977) terbitan Darussalam Banda Aceh. Pada awal 1990-an menulis untuk surat kabar Riau Pos dan pada tahun 2000-an menulis untuk majalah Sagang. Mulai menulis buku tahun 1973. Buku pertama Bahasa Melayu Riau diterbitkan oleh BPKD (Badan Pembina Kesenian Daerah) Riau 1973. Selepas itu buku karya tulis diterbitan oleh Bumi Pustaka Pekanbaru, yang ditaja oleh penyair Ibrahim Sattah 1980. Ada juga yang diterbitkan oleh Balai Pustaka dan LP3S Jakarta, Kuala Lumpur. Selanjutnya lebih banyak diterbitan di Riau, terutama oleh UIR Press, Unri Press, Unilak Press dan Bilik Kreatif Press. Pak UU. Hamidy secara berorganisasi sebagai pegawai negeri di bidang pendidikan, yaitu tenaga pengajar di perguruan tinggi. Perguruan tinggi tersebut adalah Universitas Riau ( UR ). Selama mengajar dan mendidik mahasiswa banyak mengikuti forum diskusi baik secara lokal maupun secara nasional. Kegiatan itu tidak hanya mengenai Bahasa dan Sastra Indonesia saja tetapi berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dengan arti kata, Dia sudah mempunyai bakat menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam berbagai bidang pengetahuan, yaitu agama, politik, pendidikan, sosial, ekonomi, budaya, Bahasa dan Sastra Indoensia. Orang yang paling kental menerapkan sopan santun Melayu adalah seorang sosok UU Hamidy baik segi ucapan, tindakan, dan sikapnya sudah melembaga di hati sanubarinya. Kita kalau berbincang dengan Dia, kita punya kehatian-hatian karena ucapan salah dia dengan santun meluruskan cara pola berpikir kita agar dalam 2
bernalar atau berlogika jangan tumpul seperti punggung parang. Ketajam pola pikir Pak UU Hamidy itu disebabkan oleh dia selalu melibatkan Allah SWT dalam segala kegiatan. Maka Allah SWT memberi hidayah kepadanya sehingga kata-kata yang diucapkan dan ditulis itu menjadi lebih hidup buat pembaca yang punya ketajaman batin. Jarang orang seperti dia. Kebanyakan orang hidupnya hanya satu bidang saja, jika dia dosen matematika maka dia tidak mau menggali ilmu yang lain dalam rangka mendukung disiplin ilmunya. 1.2 Karya-Karya UU Hamidy Jumlah karya Pak UU Hamidy yang berupa buku adalah 63 buah buku dan kalau berupa artikel yang sudah dimuat di koran Riau Pos mungkin tak terhitung jumlahnya. Untuk lebih rincianya yang berupa bukunya adalah sebagai berikut: 1. Bahasa Melayu Riau, cetakan Pertama 1973 dan cetakan Kedua, 1975 di Pekanbaru. 2. Anzib Lamnyong Gudang Karya Sastra Aceh, Pusat Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Aceh, 1974 3. Peranan Cerita Rakyat Aceh, dalam buku Segi-segi Sosial Masyarakat, oleh Alfian (ed.) LP3S, Jakarta, 1977 4. Kibijakan Mempergunakan Hikayat di Aceh, dalam buku Sejarah Masuknya Islam di Indoensia oleh A. Hasjim, PT Alma arif, Bandung, 1981 5. Riau sebagai Pusat Bahasa dan Kebudayaan Melayu, Bumi Pustaka, Pekanbaru, Cetakan I, 1981, cetakan II 1984, dan Cetakan III 1987. 6. Sikap Orang Melayu terhadap Tradisinya di Riau, Bumi Pustaka, Pekanbaru, cetakan I 1981, cetakan II 1982 7. Pengarang Melayu di Riau dan Abdullah Munsyi, Pusat Pembinaan Bahasa, Jakarta, 1981 8. Dan kehidupan dalam Cerita Rakyat, Bumi Agama Pustaka, Pekanbaru 1982 9. Kedudukan Kebudayaan Melayu di Riau, Bumi Pustaka, Pekanbaru, cetakan I 1981, ke II 1982 10. Sistem Nilai Masyarakat Perdesaan di Riau, Bumi Pustaka, Pekanabru 1983 11. Tradisi Kepenyairan di Indonesia, Bumi Pustaka, Pekanbaru, 1984 12. Pengantar Kajian Drama, Bumi Pustaka, Pekanbaru, 1984 13. Orang Patut bersama Prof. Dr. Muktar Ahmad, MSc
3
14. Sumbangan Cendikiawan Riau terhadap Kebudayaan Nasional Indoensia ( bersama Hasan Junus) dalam buku Tradisi Johor Riau, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1985. 15. Membaca Kehidupan Orang Melayu, Bumi Pustaka, Pekanbaru, 1986 16. Kesenian Jalur di Rantau Kuantan Riau, Bumi Pustaka, Pekanbaru, 1986 17. Dukun Melayu Rantau Kuantan Riau, Bumi Pustaka, Pekanabru, 1986 18. Tema Keadilan dan Kebenaran dalam Karya Sastra Indonesia, Bumi Pustaka, Pekanbaru, 1987. 19. Rimba Kepungan Sialang, Balai Pustaka, Jakarta, 1987 20. Kasim Niro Penyadap Enau, Balai Pustaka, Jakarta, 1987 21. Kesusastraan Islam di Rantau Kuantan, Payung Sekaki, Pekanbaru, 1988 22. Kebudayaan sebagai Amanah Tuhan, UIR Press, Pekanbaru, cetakan 1, 1989, ke II 1992, ke III 1997 23. Ketakwaan Orang Melayu, UIR Press, Pekanbaru, 1989 24. Potensi Lembaga Pendidikan Islam di Daerah Riau, UIR Press, Pekanbaru 1994 25. Kerukunan Hidup Beragama di Daerah Riau, UIR Press, Pekanbaru, 1993 26. Perjuangan YLPI di Riau, UIR Press, Pekanbaru, 1989 27. Masyarakat dan Kebudayaan di Riau, Yayasan Zamrud, Pekanbaru, 1990 28. Indonesia, Malaysia, dan Singapora, Yayasan Zamrud, Pekanbaru, 1990 29. Estetika Melayu dan Islam, Yayasan Zamrud, Pekanabru, 1992 30. Masyarakat Terasing Daerah Riau di Gerbang Abad XXI, Yayasan Zamrud, Pekanbaru, 1991, 31. Pengislaman Masyarakat Sakai, UIR Press, Pekanbaru, 1992 32. Perantau Jawa di Daerah Riau, UIR Press, Pekanbaru, 1992 33. Dimensi Bahasa dalam Budaya Melayu dalam buku 100 Tahun Bahasa dan Sastra Melayu oleh S. Othman Kelantan ( ed.) Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1992 34. Nilai Suatu Kajian Awal, UIR Press, Pekanbaru, 1993 35. Beberapa Aspek Sosial Budaya Daerah Riau (bersama Muchtar Ahmad) 36. Islamisasi Melalui Hikmah Aceh dalam Seulawah Antologi Sastra Aceh, editor LK Ara, Taufik Ismail, Hasyim KS, Yayasan Nusantara, Jakarta, 1995. 37. Orang Melayu di Riau, UIR Press, Pekanbaru, 1996 38. Cakap Rampai-rampai Budaya Melayu di Riau, Unilak Press, Pekanbaru, 1997 39. Gurindam Dua Belas Raja Ali Haji, Penerbit Sastra Leo, Medan, 1997 40. Teks dan Pengarang di Riau, Unri Press, Riau, Indonesia, 1999 41. Islam dan Masyarakat Melayu di Riau, UIR Press, Riau, Indonesia, 1999 42. Bahasa dan Kreativitas Sastra, Unilak Press, Pekanbaru 1999 43. Masyarakat Adat Kuantan Singingi, UIR Press, Pekanbaru 2001 44. Kearifan Puak Melayu di Riau Memelihara Lingkungan Hidup, UIR Press, Pekanbaru, 2001 45. Riau Doeloe-Kini dan Bayangan Masa Depan, UIR Press, Pekanbaru, 2002 46. Medotologi Penelitian: Disiplin Ilmu Sosial dan Budaya, Bilik Kreatif Press, Pekanbaru, 2003 4
47. Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya di Riau, Bilik Kreatif Press, Pekanbaru, 2003 48. Rahasia Penciptaan, Bilik Kratif Press Pekanbaru 2005. 49. Dari Bahasa Melayu sampai Bahasa Indonesia, Unilak Press, Pekanbaru1998 50. Dukun Melayu Rantau Kuantan Riau, Unilak Press, Pekanbaru, 1999 51. Perangkap Demokrasi dan Bunga Kehidupan Tiga Sisi Kehidupan Melayu, Bilik Kreatif Press, Pekanbaru, 2013 Yang Belum Diterbitkan: 52. Kesenian Randai dalam Masayarakat Rantau Kuantan Riau, ( M.A. pada Universitas Malaya, Kuala Lumpur ), tersimpan pada perpustakaan Wilayah Propinsi Riau Jalan Thamrin Pekanbaru 53. Peranan Suku Banjar di Inderagiri Hilir, (hasil penelitian tahun 1982) tersimpan pada Perpustakaan Wilayah Propinsi Riau 54. Tradisi Akademis Perguruan Tinggi Daerah Riau, tersimpan pada Perpustakaan Wilayah Propinsi Riau 55. Naskah Melayu Kuno Daerah Riau ( hasil penelitian tahun 1985 ) tersimpan pada Perpustakaan Wilayah Propinsi Riau 56. Syair Suluh Pegawai Karangan Raja Ali Haji ( hasil penelitian bersama Hasan Junus dan R. Hamzah Junus tahun 1986) tersimpan pada Perpuspustakaan Wilayah Propinsi Riau 57. Beberapa Masalah Pendidikan di Perdesaan Riau, (hasil penelitian tahun 1996) tersimpan pada lembaga Penelitian Universitas Islam Riau-Pekanbaru. Yang Berbentuk Artikel Ilmiah Populer untuk Surat Kabar 1. “ Kuntu Turaba “ terbitan 8 April 2012 di Riau Pos 2. “ Lubang Biawak “ terbitan 3 September 2012 di Riau Pos 3. “ Koruptor Tak Merasa Hina “ terbitan 27 Mei 2013 di Riau Pos 4. “ Musuh yang Nyata “ terbitan 1 Juli 2013 di Riau Pos 5. “ Berbuat Maksiat dengan Sungguh-Sungguh “ terbitan 29 Juli 2013 1.3 Proses Kreatif Karya-Karyanya Tentang esai-esai bahasa, budaya, agama, politik, sosial, dan pendidikan di Riau yang ditulis oleh UU Hamidy merupakan hasil dari kerisauan terhadap hasil pembangunan di segala bidang sangat memprihatinkan. Jurang keprihatinan itu dilihat dari segi pemimpin yang kurang memahami hakekat memimpin itu sendiri. Dalam ungkapan dikatakan, “ Ikan busuk itu berasal dari kepala baru menuju ke ekornya”. Artinya, kalau pucuk pimpinan itu sudah berubah niatnya dari berbasis 5
kepada keperluan masyarakatnya maka hasil sudah dapat dapat dirasakan dampak dari kebijakannya. Seperti sekarang ini, makin banyak bermain-main dengan katakata yang indah dengan rakyat semakin menggerogoti urat jantung rakyat itu sendiri. Contohnya, pemaling-pemaling sudah bermunculan seperti jamur yang tumbuh di pagi hari. Lihat saja yang ditayangkan melalui televisi lebih banyak membahas hasil dari pencuri-pencuri yang diperolehnya daripada informasi yang baik-baik atau yang menguntung untuk rakyat. Kesenjangan inilah, sosok UU Hamidy mempelupuh atau menggasak orang – orang itu dengan kata-kata/ bahasa/ ucapan/ tulisannya yang santun untuk mengubah pola pikir para pemimpin menuju kepada jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT. Kita hidup tidak hanya menikmati dunia saja tetapi lebih jauh lagi dapat dinikmati di alam kubur maupun di alam akhirat nantinya. Penyakit-penyakit pemimpin itu bermunculan disebabkan oleh dia lebih banyak lupa atau lalai dengan Allah SWT. Pemimpin sekarang pada umumnya yang didahulukan selangkah hanya lebih banyak berkata-kata daripada mengingat Allah SWT. Karena fungsi sholat adalah untuk mencegah maksiat dan mungkar ternyata sudah terjawab hasilnya. Sosok orang seperti UU Hamidy ini adalah tokoh orang yang mencontoh pada zaman nabi Muhammad SAW yang sangat sederhana. Ketidaksesuaian antara ucapan pemimpin dengan tindakannya atau kelakuanya maka sosok UU Hamidy yang lunak itu tetapi tajam untuk mengeritik orang tersebut melalui kata-kata/ bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kelasakan tangan Bapak UU Hamidy di Bilik Kreatifnya banyak melahirkan karya yang menggugah perhatian masyarakat Riau. Orang baru terlihat apabila dia 6
berkarya secara tertulis baik secara ilmiah maupun secara ilmiah populer. Menurut hemat penyusun selama ini, yang selalu menulis tentang nasib Masyarakat Riau adalah UU Hamidy melalui media massa. Dia sudah berusia 70 tahun tetapi semangat menulisnya berapi-api. Hasil karyanya tidak terbatas oleh jumlah umurnya. Semakin tua semakin berminyak malahan pisik masih kuat dan tegar. Gerak nafas sangat baik padahal umurnya sudah tua kalau dibandingkan dengan yang seumur dengan dia. Dengan modal “Bismillah” jumlah hasil karyanya hampir sebanding dengan jumlah umurnya. Setiap gerak nafasnya saya memandang penuh ide-ide yang cemerlang untuk dituangkan ke kertas melalui pena. Dalam Ungkapan dikatakan, “ Lebih tajam kata-kata daripa pedang “. Ungkapan lain dikatakan, “ Manusia tahan kias, binatang tahan palu “. Inilah ciri-ciri orang Melayu Riau yang tahu tentang kesopanan dalam bertutur kata terhadap sesama manusia di dunia ini. Maka hasil karya enak dibaca dan mudah dicerna, inilah Bapak UU Hamidy sebagai sosok orang Budayawan lokal maupun nasional. Tokoh budayawan Riau ini sangat piawai dalam memakai kata-kata sehingga kata-kata yang kita baca menusuk kalbu para pembacanya. Karena Dia menulis itu bertujuan untuk beribadah kepada Allah SWT atau berdakwah melalui menulis. Menurut Dia, “ Menulis itu lebih tahan lama daripada melisankan tentang sesuatu “. Dia sanggam menyandang gelar sedikit bicara lebih banyak berkarya atau menulis. Kalau kita lebih banyak berbicara daripada menulis maka kita kurang diperhatikan orang. Buktinya tidak terlihat kepada para pembaca. Ciri- ciri orang Melayu ( UU Hamidy ) adalah “ Mandi di hilir-hilir, berkata di bawah-di bawah “. Allah menyuruh kita untuk bercakap-cakap haruslah yang baik saja. Artinya, Allah SWT saja diingat. 7
BAB II Ulasan Tentang Beberapa Karya UU Hamidy 2.1 Kritikan Nilai Kehidupan dalam Buku “ Nilai Suatu Kajian Awal “ Kajian ini muncul disebabkan oleh kebanyakan orang kurang tahu tentang konsep nilai maka setiap orang membuat judul karya selalu kurang bernilai pula. Sebab apapun yang kita uraikan harus dimulai dengan apa itu nilai, untuk apa nilai itu dan bagaimana nilai itu diterapkan dalam kehidupan kita. Hidup tanpa dinilai ibarat rangka-rangka saja yang berjalan di muka bumi Allah Swt ini. Kita hidup ini tak ubahnya seperti cinta segi tiga. Menurut UU Hamidy, “ Tuhan itu sendiri berada dalam lingkaran menilai dan dinilai. Tidak ada keberadaan yang terlepas dari nilai. Manusia telah menilai realitas, tetapi dia juga bisa dinilai oleh realitas. Begitu juga halnya dengan Tuhan “ ( 1993: 1 ). Dengan perkataan lain, kita saling menilai, manusia saling menilai manusia, dan manusia menilai Tuhan dan Tuhan menilai manusia. Muncul istilah –istilah seperti menilai, dinilai, menilai dan dinilai serta saling menilai ( nilai-menilai ). Kata UU Hamidy, “ Nilai merupakan pembendaharaan bahasa manusia dimana- mana “ ( 1993: 1). Artinya, nilai adalah seperangkat aturan yang berlaku suatu masyarakat atau instansi tertentu dengan objek norma-norma, kontak sosial, adat, tradisi sampai kepada kepemimpin, sosialisasi, sikap dan pandangan hidup untuk mencapai tujuan yang berbasis nilai Allah SWT. Menurut UU Hamidy, “ Nilai itu paling kurang ada sepuluh macam. Yang pertama, nilai sebagai arti sesuatu. Contoh: Apakah arti hidup saya dalam pengangguran serupa ini ? dan saya tidak berarti lagi oleh keluarga saya. Arti sinonimnya adalah kata lain yang dapat menggantikan sesuatu. Yang Kedua, Nilai 8
sebagai makna. Artinya, kita dapat mengetahui maksud dan tujuan. Contohnya, “ Saya 10 tahun dia beristeri, belum juga tahu makna berumahtangga. Yang ketiga, Nilai sebagai peranan sesuatu. Artinya, peranan merupakan apa yang dapat dilakukan oleh sesuatu dalam hubungannya dengan lain. Contohnya, “ Setelah berhenti menjadi kepala sekolah, peranannya sudah tidak dihiraukan lagi oleh orang bawahannya “. Yang keempat, Nilai sebagai guna sesuatu. Contohnya, “ Jika hidup tidak berguna, ibarat hutang yang tidak lansai “. Guna merupakan manfaat yang dapat diambil dari sesuatu. Artinya, pasip ( berada dalam posisi dipakai untuk sesuatu). Kesimpulannya, lebih tinggi derajat fungsi daripapada guna. Jika orang tidak berfungsi lagi memegang jabatan tertentu maka gunanya tidak lagi. Seperti manusia dengan hewan. Dalam posisi yang sama yaitu sama-sama mati, binatang mati manusia mati maka lebih berguna binatang/ hewan daripada manusia. Karena fungsi nyawa manusia tidak lagi maka fisiknya tidak diperlukan oleh manusia lainnya tetapi hewan mati masih ada gunanya lagi. Seperti harimau, kulit, kumisnya, kukunya, giginya, bulunya. Yang kelima, nilai sebagai tingkat kepandaian atau kemampuan sesuatu. Contohnya, “ Kepandaian Jumilah dalam mata pelajaran bahasa Indonesia cukup baik”. Yang keenam, nilai sebagai (sudut) pandangan terhadap sesuatu. Contonya, “ Jika Pancasila hanya dihafal sekedar kata-kata/ ucapan saja, maka siapa saja pula yang tidak akan “pancasilais”. Tetapi dengan sudut pandangan serupa itu falsafah negara kita ini akhirnya akan ketinggalan zaman. Contoh 9
lagi, “ Dalam pandangan orang Melayu Riau harta benda itu yang penting bukanlah jumlahnya tetapi berkahnya “ Yang ketujuh, Nilai sebagai kualitas atau mutu sesuatu. Contohnya, “ Perguruan tinggi yang tidak terbina dengan selaktif, menyebabkan mutu lulusannya makin buruk “ Yang kedelapan, nilai sebagai bobot sesuatu. Contohnya, “ Sudah tiba masanya memilih anggota DPR yang punya bobot bukan atas kehendak dari atas”. Yang kesembilan, nilai sebagai harga sesuatu. Contohnya, “ Perampuan sering dihargai sebagai barang dagangan “. Harga diri terletak pada akhlaknya. Yang kesepuluh, nilai sebagai hakekat sesuatu. Contohnya, “ Manusia yang tidak mengabdi kepada Allah SWT, hakekat dirinya lebih rendah dari binatang “. Keberagaman nilai, kerumitan serta, kualitasnya, telah memancarkan bagaimana banyaknya kesan dan sifat nilai. Sifat nilai ada sekitar 10 macam: 1. Nilai pada dasarnya abstrak, merupakan konsep, pengertian yang kita berikan terhadap sesuatu 2. Nilai berpangkal pada norma, hukum, kaedah, peraturan. 3. Norma-norma dalam kode ( teks ) bisa tetap tapi juga bisa berubah, namun nilai selalu cenderung berubah oleh ruang dan waktu. Jika norma berubah niscaya nilai juga berubah 4. Nilai biasanya berbentuk sistem yang terdiri dari seperangkat norma yang berlaku 5. Nilai kehilangan arti jika norma-norma tidak berlaku 6. Nilai memerlukan perbandingan antara yang satu dengan yang lain. 7. Nilai terpengaruh oleh faktor subjektif, ruang dan waktu 8. Nilai itu bisa baik bisa juga buruk 9. Nilai terpahami dan dihayati jika nilai telah “bergerak” mempengaruhi atau menimbulkan emosi terhadap orang yang bersintuhan dengan nilai itu. 10
10. Nilai yang ditentukan berdasarkan materi disebut nilai material, nilai yang berpijak kepada norma –norma ruhani disebut ruhaniah, yang terkahir ini lebih mendasar, sehingga inilah yang menjadi nilai dalam pengertian sempit. Terbentuk sistem nilai melalui proses. Proses yang pertama, terbentuk melalui kekuasaan. Proses yang kedua, terbentuk dari suara terbanyak. Proses yang ketiga, terbentuk dari cendikiawan. Waktu yang datang dari Allah SWT dengan kitab suci-Nya sebagai kitab suci yang terkahir dan sempurna pada dasarnya memberikan sejumlah unsur yang mendasar meliputi Akidah, Syariah, Akhlak, dan ilmu. Sistem nilai agama dengan Islam sebagai agama yang diridhai Allah SWT dan hanya agama ini yang diterima Allah memberi petunjuk, bahwa inilah sebenarnya norma-norma yang benar, sebab hukum-hukum diluar daripada hukum Allah itu tidak akan diterima disisi Allah. Sebab itu, kalau umat manusia hendak mencari nilai, maka nilai-nilai Islam itulah yang sebenarnya nilai. Itulah nilai hakiki. 2.2 Kritik Sosial dalam dalam “ Dalam Jagad Melayu dalam Lintasan Budaya di Riau” Resam, adat, dan agama Islam telah merupakan 3 sistem nilai yang mendasar dalam kehidupan orang Melayu di Riau. Resam itu adalah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat ada yang betul dan ada yang benar. Adat adalah aturan-aturan, norma-norma yang berlaku di masyarakat. Agama Islam adalah sumber segala hukum, norma, adat, dan tradisi. Maksudnya, kebiasaan, dan adat yang dilakukan oleh masyarakat harus berbasis kepada agama Islam. Jangan sebaliknya, nilai agama Islam yang tunduk kepada resam dan adat. 11
Ketiga tata nilai yang terbentuk pandangan dan sikap hidup mereka. Jika kita perhatikan, bagaimana tata nilai ini dan dalam pandangan dan sikap hidup mereka, maka akan terbayang semacam semacam kecenderungan mereka terhadap berbagai segi kehidupan. Adapun orientasi nilai tradisional itu di antaranya yang penting ialah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Sederhana dalam penampilan hidup. Hutang dianggap bukan hanya beban material, tetapi lebih-lebih lagi sebagai moral. Martabat atau harga diri berada di atas nilai kebendaan Harta itu yang utama berkahnya, bukan jumlahnya Penyakit, di samping disebabkan oleh kuman, juga dapat disebabkan oleh makhluk halus dan perbuatan manusia Kejujuran, adalah penampilan harga diri yang utama Persaudaraan harus ujud dalam kebersamaan Bahasa adalah lambang budi pekerti Keseimbangan lahir dan batin merupakan tajuk makhkota kehidupan Kekuasaan, hendaklah terbagi atas beberapa teraju kehidupan Perselisihan sedapat mungkin dihindarkan Hidup dan waktu tidak dihubungkan dengan baik Menonjolkan diri dipandang sebagai akhlak yang tidak baik Hukum yang terkandung dalam adat dan undang-undang yang dibuat oleh kerajaan ( negara ) jangan dipermainkan. Pada umumnya, penampilan hidup yang sederhana di bumi Lancang
Kuning ini belum terlihat buat para penguasa. Kalau memang budaya Melayu berbasis nilai Islam, mengapa para penguasa tidak mencontoh akhlak nabi Muhammad SAW yang tidak meninggalkan harta yang banyak untuk keluarganya. Contohnya, nabi pernah tidur beralasan pelepah kurma. Ini menunjukkan hidup sederhana bukan nabi Muhammad SAW tidak mampu membeli itu. Kalau rakyat memang pada umumnya hidup hanya sebatas sederhana malahan di bawah hidup sederhana. Contohnya, rakyat miskin jarang ke rumah sakit untuk berobat. Cobalah dibayangkan secara ilmiah ! 12
13