MENCARI JATI DIRI MELAYU RIAU DIRANGKUM OLEH ZULKIFLI LUBIS, S.Pd.,M.Pd. GURU BAHASA INDONESIA SMAN I PEKANBARU 1. Pengantar “ Apa yg dimaksud dgn Melayu atau Kemelayuan?”, Seperti apa kemelayuan tersebut?”. Maka berkaitan dengan menganalisis berbagai gejala-gejala social-budaya, dan berusaha menemukan “ Kemelayuan “ tsb antara lain pada unsur-unsur kepribadian, kemasyarakatan dan unsur-unsur budaya Melayu lainnya. Untuk unsurunsur kemasyarakatan, bidang –bidang yang dikaji adalah adat-istiadat, pola pergaualan, system pemerintahan, dan pasar. Unsur-unsur kebudayaan bidang yang ditelaah adalah antara lain adalah bahasa, sastra, seni tari, seni music, seni teater, pernaskahan, dan teknologi. Berkenaan dgn kedua ini, maka dihubungkan dgn budaya Melayu dengan budaya Indonesia seperti bahasa Melayu dan hubungannya dgn bahasa Indonesia, cerita rakyat Melayu dengan cerita-cerita rakyat dari suku suku bangsa lainnya di Indonesia, sastra Melayu dgn sastra dan orang Melayu dgn suku-suku bangsa Indonesia lainnya. Pardigma pertama kita sebut saja dengan “ essensi” atau “ essensial’ sedangkan dan kedua kita sebut adalah kontekstualis 2. Kemelayuan dalam Wilayah: Provinsi, Kabupaten atau Kecamatan Orang Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa kawasan tempat tinggal orang Melayu di Indonesia adalah daerah Riau atau provinsi Riau, sebuah provinsi yg sejak 2004 terbagi menjadi dua provinsi Riau dan provinsi Kepulauan Riau. Pembagian dua provinsi ini sebenarnya bukan hanya pembagian yang didasarkan atas kondisi geografis, kondisi lingkungan yg berbeda, yang dimasa lalu disebut Riau Daratan dan Riau Kepulauan, tetapi sedikit banyak juga karena adanya cirri-ciri budaya yg berbeda di antara keduannya, terutama pada dialek bahasanyanya. Kawasan yg dianggap daerah yg merepresentasikan budaya Melayu adalah Pulau Penyengat. 3. Kemelayuan dalam Keprebadian Berbicara menegenai orang Melayu maka dalam pandangan ilmu yg membicarakan tentang “orang”Menjadi dua, secara fisik dan secara kejiwaan. Aspek fisiknya dipelajari oleh ilmu kedokteran dan biologi, sedangkan asprk kejiwaan dipeljari oleh psikologi, ilmu jiwa. Ini disebut dengan ‘Kepribadioan”. Ciri-ciri orang Melayu diantaranya adalah Merajuk , yaitu sikap lebih suka menghidari konflik atau ketidak –nyamanan dalam interaksi social dgn cara menghindari kontak dan interaksi dgn yg tidak sesuai dgn kelakuannya. Sikap merajuk pada awalnya adalah berupa apatis, tidak berminat pada apa-apa.. Kedua, sifat lebih suka
menyampaikan sesuatu dgn cara tidak langsung, dengan menggunakan kias-kias atau perumpamaan/ pantun. Ketiga, sifat suka menahan diri dalam banyak hal, seperti hal kekayaan dan penghasilan. Keempat, sifat suka sentimental tergambar dalam lagu Melayu. Kelima, orang Melayu cenderung mengeritik terhadap diri sendiri. Keenam, sifat suka damai atau toleran/ tolak ansur 4.Kemelayuan dalam Adat Istiadat Adat-istiadat yg ditelaah antara lain adalah pola pola perilaku, saling menghormati, saling member tutur kata, peran perempuan, relasi antara petani, nelayan dan ekonomi. Saling menhormati dikalangan orang Melayu ditunjukkan lewat “ tutur kata”, sopan santun berpakaian, dan sopan santun pergaulan Tutur kata adalah nada dan kata-kata bicara yg agak pelan, tidak tinggi, serta penggunaan kata-kata yg tepat, yang baik, yg tidak menyinggung perasaan. Di bidang berpakaian, tergantung pada situasinya, pakaian utk ke mesjid, pakaian utk ke pasar, utk ke majelis perjamuan, utk bertandang ke rumah tetangga. Pemakaian ragam pakiaan yang salah disebut salah kain. Di bidang pergaulan, melalui aktivitas saling member atau menanam budi, menanam kebaikan, yg terdiri dari tiga macam, yaitu menanam budi, dapat member barang, tenaga maupun jasa, dan menerima budi, maupun membalas budi. 5. Kemelayuan dalam Sejarah Politik Salah satu ciri penting dari kerajaan Melayu adalah pengaruh budaya Islamnya. Contohnya, Raja Iskandar Zulkarnain. Ciri umum dalam pemerintahan dalam kerajaan Melayu yg tinggi adalah sultan, dan bendahasra, dan Yang Dipertuan Muda serta cirri lainnya, kemaritimnya, menurut Ong Hok Ham, bahwa kerajaan yang berkembang di tepi sungai yg menghubungkan dgn laut luas. Lebih khusus lagi, kemelayuan juga dikaitkan dgn kerjaan Melayu di Melayu dgn tokohnya yg terkenal, HANG TUAH 6. Kemelayuan dalam Bahasa Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yg dianggap paling mudah dikenali sebagai penanda suatu kebudayaan, karena dalam kehidupan= sehari-hari unsur budaya inilah yg biasanya akan langsung diketahui ketika seseorang masuk dalam suatu lingkungan social yg baru, dalam masyarakat baru. Ciri-ciri bahasa Melayu dari segi tata ucapnya bahasa Mlyu berbeda dgn bahasa Melayu lain di dekatnya, yaitu MELAYU –MALAYSIA DAN BAHASA MELAYUMINANGKABAU. Meskipun demikian bahasa Melayu Riau ini, sehingga muncul tata ucap Bahasa Melayu Kepulauan Riau lebih dekt dgn bahasa Melayu Malaysia dan bahasa Melayu Riau daratan lebih dekat dengan bahasa Melayu-Minangkabau. Sub dialek Melayu Riau Kepulauan frekwensi kemunculan vocal /e/ lebih tinggi. Sdangkan bahasa
Melayu Daratan vocal tesebut menjadi /o/ lebih tinggi. Ini menunjukkan bahasa Melayu Riau itu sendiri bervariasi. Pada tahun 1724, Valentyin mengatakan bahwa bahasa Melayu ada macam: Bahasa Melayu Tinggi dan Bahasa Melayu Rndah. Bahasa yg tinggi digunakan pada kalangan istana, bngsawan, utk masalah-masalah dgn agama Islam Bahasa Melayu tinggi disebut juga Bahasa Jawi. Bahasa Melayu Rendah adalah bahasa Melayu yang digunakan banyak orang. Ini disebut bahasa Melayu Pasat atau bahasa Kacukan. Ahli kebudayaan Melayu dari Inggris, Marsden, member gambaran lebih rinci mengenai bahasa Melayu pada tahun 1812 ada 4 macam: 1. Bahasa dalam atau bahasa Melayu dalam lingkungan istana, 2. Bahasa dagang, yakni bahasa Melayu yg digunakan dalam dunia perdagangan 3. Bahasa bangsawan digunakan di lingkungan bangsawan 4. Bahasa kacukan atau bahasa Melayu pasar, di pelabuhan 7. Kemelayuan dalam Naskah dan Sastra Dalam naskah terdapat tentang undang-undang, hukum-hukum dll. Dalam bidang sastra ada dua jenis sastra yng popular yaitu puisi dan prosa. Puisi sendiri terdiri dari dua jenis, yakni pantun dan syair. Dua bentuk inilah yang digemari oleh orang Melayu. Pantun termasuk puisi yang pendek. Pantun terdiri empat baris kalimat Dua baris pertama disebut sampiran. Merupakan pembayangan dari dua baris berikutnya.yang merupakan isi pantun. Jenis kedua, syair, adalah jenis puisi yg lebih panjang daripada pantun. Tidak terdapat sampiran dan isi. 8. Kemelayuan dalam Ksenian Seni music, seni tari, seni teater, Dalam music, unsur utama adalah irama. Dalam pementasan diwujudkan melalui alat-alat music. Ada beberapa rentak Melayu, yaitu rentak senandung, rentak Mak Inang, Rentak Lagu Dua, Rentak Melayu Sari disebut serampang XII, RENTAK Zapin 9. Kemelayuan dalam Teknologi Berkenaan dgn peralatan mata pencarian yang focus adalah teknologi menangkap ikan, tani. Untuk bertani alat adalah, tajak, tuai, ketiding, kopuk, tembilang, kembut, rangkiang.
SALING MENGHORMATI DAN SALING MEMBERI PADA ORANG MELAYU RIAU DIRANGKUM OLEH ZULKIFLI LUBIS, S,Pd.,M.Pd. GURU BAHASA INDONESIA SMAN I PEKANBARU 1. PENDAHULUAN Orang Melayu Riau mengenal pola saling menghormati dan saling member dgn istilah menamam budi, yang bertujuan untuk menanam budi. Tinggi rendah derajat seseorang selalu diukur dari budi yang diberikan kepada orang lain. Semakin banyak menanam budi, kedudukan dan kehormatan sesorang di masyarakat akan semakin tinggi. Bagi orang Melayu. Bagi orang Melayu, kehalusan dan ketinggian budi pekerti menjadi hal yang utama. Menanam budi tidak hanya berbentuk pemberian materi, tetapi juga dapat berbentuk bantuan tenaga, pemikiran, serta perlakuan dan tutur bahasa yg sopan, dan halus. 2. Ciri- Ciri Kepribadian Orang Melayu Ciri-ciri kepribadian orang Melayu ialah watak orang Melayu yg tampak pada umumnya dan terbentuknya watak umum tdk lepas dari tuntutan norma adat-istiadat yg terdapat dalam masyarakat Melayu. Watak yang dilukiskan itu adalah watak yg ideal. Adat-istiadat Melayu adalah semua konsep serta aturan-aturan yg mantap dan terintergrasi kuat dalam system budaya orang Melayu yang menata- tindakan –tindakan anggota masyarakat dalam kehidupan social dan kebudayaan. Ciri kepribadian orang Melayu pada umumnya tidak lepas dari orang Melayu melihat dunia sekelilingnya, melihat diri sendiri, kesadaran agamanya, kesadaran terhadap kebudayaan hidup sehari-hari, kesadarannya di tengah-tengah orang lain dan orang asing. Dalam mengkaji watak umum kepribadian orang Melayu bahwa ajaran orang tua kepada anaknya, bertujuan agar anak menjadi orang yg selalu sadar diri, tahu diri, tahu diuntung, dan mempunyai harga diri. Keempat inilah yang harus sosialisasikan kepada anak didik agar mental/ watak menjadi lebih baik. Berdasarkan keempat tersebut maka muncullah watak orang Melayu yang kreatif seperti di bawah ini: 1. Sifat Merendah. Dalam ungkapan dikatakan, “ BERCAKAP BIAR KE
BAWAH-BAWAH, MANDI KE HILIR-HILIR. JANGAN BAWA SIFAT AYAM JANTAN TAPI BAWAHLAH SIFAT AYAM BETINA. KALAU PERGI KE RANTAU ORANG
2. Sifat Pemalu. Sifat pemalu orang Melayu tak mau ditegur, dimaki, dan dicerca dihadapan orang banyak. 3. Sifat Suka Damai atau Toleransi. Dalam ungkapan dikatakan, “ BIAR
RUMAH SEMPIT, TAPI HATI LAPANG”
4. Sifat Sederhana. Dalam ungkapan berbunyi, “ REZEKI SECUPAK TAK KAN DAPAT JADI SEGANTANG” 5. Sifat Sentimentil dan Riang 6. Sifat Mempertahankan Harga Diri. ( Merajuk dan Mengamuk)
3. Pola Saling Menghormati dan Saling Memberi A. Menanam Budi, Menerima Budi, dan Membalas Budi. Menanam budi artinya melakukan perbuatan yang baik kepada orang lain. Menanam budi juga disebut juga membuat budi atau menabur budi/ penanam budi. Dalam menanam budi, indikatornya adalah member tanda: “jika ingin member
tanda kpd orang berikanlah barang yang terbaik, janganlah memberi barang yg sudah tak terpakai”. Memberi tenaga, Sopan Santun, ( tdk berbicara
keras, lewat depan orang tua maka menundukkan badan sambil tangan diarahkan ke depan agak ke bawah, mempersilahakan orang masuk, bersalaman. Tutur bahasa dan tegur sapa. Kunjung mengunjungi. Pinjammeminjam. Tanda mata. Menjemput makan. Suruh seraya. Mintak pialang. Mintak bagi. Mintak. B. MENERIMA BUDI DAN MEMBALAS BUDI. Kesimpulan Pola saling menghormati dan saling member yang dikenal dengan saling saling menanam budi masih hidup dalam masyarakat Melayu hingga saat ini. Bahkan kebiasaan itu tidak hanya berlaku untuk orang Melayu saja, tetapi juga untuk suku bangsa lain dan orang asing terutama orang Cina yang sudah lama menetap di daerah ini. Orang Melayu mengirim kue-kue buatannya sendiri kepada orang Cina sahabatnya yang sedang merayakan tahun baru. Sebaliknya, orang Cina membalas budi baik itu dgn mengirimkan tepung terigu, telur ayam, mercon, bunga api, dan sebagainya kepada orang Melayu yang sedang merayakan hari raya Kebiasaan member dan saling menghormati telah mentradisi yang terjalin dalam hubungan orang Melayu dan orang Cina hingga saat ini. Kebiasaan itu sudah menjadi adat kebiasaan yang meresap dan merupakan salah satu cirri sifat kepribadian orang Melayu orang Melayu. Sifat ini dapat dinilai secara positif maupun negative, tergantung dari sudut pandang mana orang menilainya. Yang lebih penting adalah melalui tulisan ini orang menjadi tahu kebiasaan hidup orang Melayu.
ADAT-ISTIADAT DALAM PERGAULAN ORANG MELAYU DIRANGKUM OLEH ZUKIFLI LUBIS, S.Pd.,M.Pd GURU BAHASA INDONESIA SMAN I PEKANBARU 1. PENDAHULUAN Orang Melayu mengaku identitas kepribadiannya yg utama adalah adat-istiadat Melayu, bahasa Melayu, dan agama Islam. Dengan demikian seseorang yg mengaku dirinya orang Melayu harus beradat istiadat Melayu, bahasa Melayu, dasn agama Islam. Dari tiga ciri utama kepribadian orang Melayu tersebut yang menjadi pondasi pokok adalah agama Islam, karena agama Islam menjadi sumber adat-istiadat Melayu. Oleh karena itu, adatistiadat Melayu Riau bersendikan syarak dan syarak bersendikan kitabullah. Dalam bahasa Melayu berbagai ungkapan, pepatah, perumpamaan, pantun, syair, menyiratkan norma sopan santun dan tata cara pergaulan orang Melayu 2. PENGERTIAN ‘ ADAT” SECARA UMUM Secara terbatas adat adalah aturan-aturan tentang beberapa segi kehidupan manusia yg tumbuh dari usaha orang dalam suatu daerah yang terbentuk di Indonesia sebagai kelompok social daerah yg mengatur tata tertib tingkah laku anggota masyarakatnya. Di Indonesia, aturan-aturan tentang segi kehidupan manusia itu menjadi aturan-aturan yg mengikat dan disebut hukum adat. Pengertian adat di Riau sendiri adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur tingkah laku dan hubungan antara anggota masyarakat dalam segala segi kehidupan. Menyatu adat Melayu dgn hukum syarak diperkirakan terjadi setelah Islam masuk ke Malaka pada akhir abad ke-14, yang berbunyi, “ Adat Melayu pada mulanya berpangkal pada adat-istiadat Melayu yang digunakan dalam negeri Tumasik, Bintan, dan Malaka. Pada zaman Malaka, adat itu menjadi Islam karena rajanya pun telah memeluk Islam. 3. ADAT DALAM MASYARAKAT MELAYU RIAU Adat yang berlaku dalam masyarakat Melayu di Riau bersumber dari Malaka dan Johor, karena dahulu Malaka, Johor, dan Riau, merupakan kerajaan Melayu dan adatnya berpunca dari istana, seperti disebutkan Tonel (1920) dalam bagian lain seperti berikut: Maka segala adat-istiadat Melayu itu pun sah menurut syarak Islam dan syariat Islam. Adat- istiadat itulah yg turun-menurun berkembang sampai ke negeri Pelalawan, negeri Riau, negeri Inderagiri, negeri Siak dan sekalian negeri orang Melayu adanya. Segala adat
yg tidak bersendikan syariat Islam salah dan tidak boleh dipakai lagi. Sejak itu, adat istiadat Melayu disebut adat bersendi syarak yg berpegang teguh kepada kitab Allh dan Sunnah Nabi. Adat Melayu di Riau dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu adat sebenar adat, adat yg diadatkan, dan adat yang teradat A. Adat Sebenar Adat, prinsip adat Melayu yg tidak dapat diubah-ubah. Yang tersimpul dalam adat bersendikan syarak. Dalam ungkapan dinyatakan, “ Adat berwaris kepada Nabi. Adat berkhalifah kepada Adam. Adat berinduk ke ulama. Adat bersurat dalam kertas. Adat tersirat dalam sunah. Adat dikungkung kitabullah. Itulah adat tahan banding.Itulah adat yang tahan asak. B. Adat yang Diadatkan, adat yang dibuat oleh penguasa pada kurun waktu dan adat it uterus berlaku selama tidak mengubah oleh penguasa berikutnya. ‘” Adat yang diadatkan. Adat yang turun dari raja. Adat yang datang dari datuk. Adat yang cucur dari penghulu. Adat yg dibuat kemudian. C. Adat yang Teradat. Adat ini merupakan consensus bersama yang dirasakan baik, sebagai pedoman dalam menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi setiap peristiwa dan masalah yg dihadapi oleh masyarakatnya. Dalam ungkapan dikatakan, “ Adat yg teradat. Datang tidak bercerita. Prgi tidak berkabar. Adat disarung tidak terjahit. Adat berkelindan tidak bersimpul; Adat berjarum tidak berkenang. Yang terbawa burung lalu. Yg tumbuh tidak ditanam. Yg kembang tdk berkumtum 4. ADAT ISTIADAT DALAM PERGAULAN ORANG MELAYU DI RIAU Interaksi social antara sesama warga Negara dalam masyarakat majemuk itu menuntut kerangka rujukan maupun mekanisme pengendali yg mampu memberikan arah dan makna kehidupan bermasyarakat, yaitu kebudayaan yg dapat menjembatani pergaulan sesame warga negera secara efektif. Ungkapan yang menyangkut kebersamaan masih sangat banyak, karena masalah gotong royong dan kerukunan bersama merupakan masalah penting dalam pergaulan orang Melayu. Ungkapan itu tercermin dalam TUTUR KATA, ‘ Bahasa menunjukkan bangsa”. Seperti dalam ungkapan, “ Pantang membuka aib orang. Pantang merobek baju di badan. Pantang menepuk air didulang. Hilang budi karena bahasa. Habis daulat karena kuasa. Pedas lada hingga ke mulut. Pedas kata menjemput maut. Bisa ular pada taringnya. Bisa lebah pada sengatnya. Bisa manusia pada mulutnya. Bisa racun boleh diobat. Bisa mulut nyawa padannya”.
Sopan santun berpakaian. Dalam ungkapan dinyatakan, “ Elok sanggam menutup malu. Sanggam dipakai helat jamu. Elok dipakai berpatutpatut. Letak tidak membuka aib”. ‘ Seluar panjang semata kaki. Goyang bergoyang ditup angin. Kibarnya tidak lebih sejengkal. Pesaknya tidak dalam amat. Elok sangga menutup malu. Adab dalam pergaulan. Terdapat beberapa sumbang, yaitu sumbang dipandang mata, sumbang sikap, dan sumbang kata yang pada umumnya disebut tidak baik. Karakter anggota masyarakat dibentuk oleh norma-norma ini. Dgn demikian tercipta pola sikap dalam pergaulan, sepeti sikap terhadap orang tua, terhadap ibu bapak, terhadap penguasa atau pejabat, terhadap orang sebaya, terhadap orang lebih muda, bertamu ke rumah orang, dalam upaca, dalam ungkapan dikatakan ‘ Guru kencing berdiri. Murid kencing berlari”. “ Kalau haus di kampong orang. Haus boleh minta air. Lapar boleh minta nasi. Tapi terbatas hingga di pintu. Sebelah kaki berjuntai. Sebelah boleh di atas bendul. ‘ Dimana bumi dipijak. Di situ langit dijunjung. Di mana air disauk. Di situ ranting dipatah”. 5. PENUTUP Dengan kerangka rujukan “ adat bersendikan syarak” adat istiadat Melayu Riau tidak statis dan tidak menutup diri terhadap perkembangan zaman. Etika pergaulan orang Melayu Riau telah memberikan saham dalam pergaulan antar warga Indonesia. Ajaran soipan santun akhir-akhir ini telah diabaikan. Sehingga kebiasaan ini perlu dipulihkan dengan cara-cara yg sesuai dgn keadaan sekarang yakni dengan: A. Menghidupkan dan menyebarluaskan ungkapan, pepatah, yang mengandung adab sopan santun, melalui media masa dan media cetak. B. Menerjemahkan dan menyebarluaskan pepatah, ungkapan, yang mengandung ajaran-ajaran moral C. Menuliskan buku-buku pelajaran yang mengajarkan adab sopan santun yang terkandung dalam pepatah, ungkapan, pantun mulai dari tingkat SD sampai SMA dan Perguruan Tinggi.
BANGUNAN TRADISIONAL MELAYU DAN NILAI BUDAYA MELAYU DIRANGKUM OLEH ZULKIFLI LUBIS, S.Pd.,M.Pd. GURU BAHASA INDONESIA SMAN I PEKANBARU 1. PENDAHULUAN Bangunan tradisional yg disebut juga “ seni bina” Melayu terutama utk rumah kediaman, pada hakekatnya amat diutamakan dalam kehidupan orang Melayu. Rumah bukan saja sbg tempat tinggal, tetapi juga menjadi lambing kesempurnaan hidup. Beberapa ungkapan tradisional Melayu menyebutkan rumah sebagai “ caha hidup” di bumi, tempat beradat berketurunan, tempat berlabuh kaum kerabat, tempat singgah dagang lalu, hutang orang kepada anaknya”. Itulah sebabnya rumah dikatakan “mustahak”, dibangun dgn berbagai pertimbangan yg cermat, dgn memperhatikan lambing-lambang yg merupakan refleksi nilai budaya masyarakatnya pendukungnya. Makna lambing-lambang yang terkandung dalam seni bangun di Riau. Sumber seni bangunan tradisional di Riau dapat dijumpai dalam berbagai bentuk puisi tradisional serta ungkapan –ungkapan yg khas. Oleh karena itu, untuk mengetahui dgn tepat makna lambing-lambang yg terdapat dalam seni tersebut diperlukan pengetahuan yg mendalam mengenai sastra lisan, tulisan, dan ungkapan lama. 2. ARTI, FUNGSI DAN BENTUK BANGUNAN Bangunan tradisional Melayu adalah suatu bangunan yg utuh, yg dapat dijadikan sbg tempat kediaman keluarga, tempat bermusyawarah, tempat berketurunan, dan tempat berlindung siapa saja yg memerlukan. Tergambar dalam ungkapan Riau yg berbunyi, “ Yg bertiang dan bertangga. Beratap penampung hujan penyanggah panas. Berlindung penghambat angin dan tempias. Berselasar dan berpelantar. Beruang besar berbilik dalam. Berpenanggah dan bertepian”. ‘ Tempat berhimpun sanak saudara. Tempat berunding cerdik pandai. Tempat bercakap alim ulama. Tempat beradat berketurunan. Yg berpintu berundak-undak. Bertingkap panjang berterawang. Berparan berajung tinggi. Menurut tradisi, orang Melayu Riau percaya pada empat cahaya di bumi yg terdiri dari rumah tangga, lading bertumpuk, beras padi, dan anak-anak muda. Rumah tangga, cahaya pertama hendaknya dipagari adat, seperti dinyatakan dalam ungkapan, “ Empat hutang orang tua kpd anaknya. Pertama madi ke air. Kedua jejak tanah. Ketiga sunat Rasul bagi anak laki-laki. Tindik dabung bagi anak perempuan. Keempat mendirikan rumah tangganya. Rumah ada adatnya. Tepian ada bahasanya”. Jika perabung atap bangunan itu sejajar dgn jalan raja, orang Melayu menyebutnya rumah perabung panjang. Sebaliknya, tidak sejajar disebut” Rumah Perabung Melintang. Jika perabung bangunan itu melentik ke atas pada kedua ujungnya, disebut “ Rumah Lontik”/ Rumah Pencalang/ Rumah Lancang, karena bentuk
hiasan pada kaki dinding di depan dan di belakang seperti perahu. Ini dinyatakan dalam ungkapan “ Lontik rumah pada perabung. Lontik sepadan ujung pangkal. Tempat hinggap sulo bayung. Tempat bertanggam tanduk buang.”. Jika atap Rumah Lontik ini bertingkat, disebut Rumah Gorai atau Gerai. Rumah atap limas yg diberi tambahan di bagian muka dan belakang dgn atap lain yg berbentuk limas disebut Limas Penuh. Tetapi jika tambahan itu berbentuk Belah Bubung, maka rumah itu disebut Limas berabung MELAYU. Bangunan di atas umumnya berbentuk persegi panjang dan jarang sekali berbentuk bujur sangkar. Lagi pula bangunan itu dinyatakan sbg “ tinggi lucup kepala, rendahnya seanjing duduk” , yg menggambar rumah panggung. 2. LAMBANG LAMBANG DALAM BANGUNAN MELAYU RIAU Kunci utama dalam mewujudkan bangunan dan lambing-lambangnya adalah musyawarah. Oleh karena itu , langkah pertama sebelum mendirikan bangunan adalah melakukan musyawarah, baik antarkeluarga, maupun dgn melibatkan anggota masyarakat lain. Musyawarah membicarakan ttg jenis bangunan yg akan didirikan, kegunaannya, bahan yg diperlukan, lokasi bangunan, tukang yg akan mengerjakan, dan waktu pekerjaaan dimulai. Pengerjaannya ditekankan pada asas kegotongroyong yg disebut batobo, besolang, bepiari, atau betayan. 4. UPACARA Upacara yang umum dilakukan dalam pekerjaan ini adalah beramu, mematikan tanah, menaiki rumah. Upacara beramu disebut juga Mendarahi kayu, meramu atau membahan. Tujuannya agar orang yg terlibat dalam pembuatan bangunan tidak mendapat gangguan dari penunggu hutan. Upacara mematikan tanah, bertujuan utk mebersihkan tanah tempat bangunan akan didirikan dari segala makhluk halus yg mendiaminya. Upacara mematikan tanah, ditujukan sbg ucapan terima kasihdari pemilik rumah itu kpd orang yg telah ikut membantu. Kadan-lkadang upacara ini diikuti kenduri atau makan bersama didahului doa selamat. 4. LETAK BANGUNAN Tempat-tempat yg baik utk mendirikan banguanan menurut tradisi Melayu Riau: 1. Tanah liat 2. Tanah yg datar 3. Tanah yg miring ke belakang 4. Tanah belukar
5. Tanah yg dekat sumber air Tempat yang tidak baik untuk mendirikan bangunan menurut tradisi Melayu antara lainnya adalah: 1. Tanah dusun atau kebun yg belum yg belum ada tananam tua atau tananam keras 2. Tanah bercampur pasir 3. Tanah bekas perumahan lama 4. Tanah terbuang atau terlantar Tempat yg dipantangkan untuk mendirikan bangunan antara lain; 1. Tanah gambut 2. Tanah KUBURAN 3. Tanah bekas orang mati berdarah 4. Tanah bekas orang mati karena penyakit sampar 5. Tanah tahi burung 6. Tanah berbusur dan beranai-anai 7. Tanah wakaf 8. Lidah tanah 4. ARAH BANGUNAN Pertama mengarah ke utara. Kedua, menghadap ke timur. Ketiga, menghadap ke barat. Keempat menghadap ke selatan. 7. MEMILIH BAHAN BANGUNAN Petunjuk tradisional tentang bermacam-macam kayu yg tidak baik utk dijadikan bahan bangunan, misalnya kayu yang dililit akar, kayu yang berlubang dgirik kumbang, kayu yang sedang berpucuk muda, kayu yg batangnya berpilin, kayu tunggal, kayu bekas tebang orang, kayu yg tidak langsung tumbang, kayu yg akar menjulur ke air, kayu yg bekas terbakar, 8. UKURAN BANGUNAN Secara tradisional patokan untuk mengukur adalah ukuran bagian tubuh si pemilik, seperti tinggi hasta, serta ukuran banyak berdasarkan kasau. Tinggi bangunan yg paling baik adalah sepemikulan, artinya beban hidup akan dapat dipikul sepenuhnya oleh si pemilik. Jika tinggi bangunan itu sejunjungan, yaitu setinggi puncak kepala si pemilik. Jika tinggi bangunan itu sepejangkauan, berarti baik karena dipercaya si pemilik akan dapat menjangkau segala keperluan rumah tangganya serta mencapai citacita.Jika tinggi bngunan itu sepenyangup, yaitu setinggi mulut, ini tidak baik
berarti menjadi kikir, rakus, serta bertengkar dgn tetangga sekitarnya. Jika tinggi bangunan itu selutut, ini tidak baik, makna si pemilik tidak tahu adat serta akan berada, kemiskinan. 9. TIANG Macam macam tiang menurut padangan tradisional Melayu Riau adalah sebagai berikut: 1. Tiang Penghulu, terletak di antara pintu muka dgn tiang seri di sudut kanan bangunan 2. Tiang Tua, tiang yg terletak pada deretan kedua sebelah kiri dan kanan pintu tengah 3. Tiang tengah, tiang-tiang yg terdapat di sekeliling bangunan induk 4. Tiang bujang, tiang yg khusus dibuat di bagian tengah rumah 5. Tiang dua belas, gabungan dari 4 buah tiang seri, 4 buah tiang tengah,2 buah tiang tua, 1 buah tiang penghulu, dan I buah tiang bujang 10. TANGGA Ada dua jenis tangga, yaitu (1) tangga bulat, tangga yang dibuat dari kayu bulat. (2) tangga picak yaitu terbuat dari papan tebal 11. BENDUL Bendul juga disebut batas adat. Karena bendul merupakan batas tempat tamu lelaki dibenarkan masuk apabila di rumah tersebut tidak ada lelaki. 12. RAGAM HIAS DALAM SENI BANGUNAN MELAYU RIAU Hiasan yg terdapat dalam seni bangunan Melayu Riau bermacammacam. Misalnya, sepanjang kaki dinding di bagian depan dan belakang rumah lontik diberi ukiran yg disebut gando ari. Motif ukiran mengambil bentuk daun, bunga, kuntum, dan akar-akaran yg menggambarkan kekayaan flora sebagai pernyataan dekatnya hubungan manusia dgn alam. Hiasan pada bagian atap biasanya dibuat pada cucuran atap pada perabung. Diantara hiasan yg dibuat pada perabung atap adalah selembayung. Selembayung disebut juga sulo bayung atau Tanduk Buang, hiasan yg terletak bersilangan di kedua ujung perabung bangunan belah bubung dan rumah lontik. Selembayung yg diletakkan di bagian paling tinggi suatu bangunan mengandung lambang yg sangat tinggi artinya. Itulah sebabnya
selembayung disebut juga Tajuk Rumah atau mahkota suatu bangunan yang dipercaya dapat membangkitkan seri atau atau cahaya bangunan itu. Selembayung disebut juga Pasak Atap sebagai lambang keserasian hidup yang tahu diri. Selembayung juga disebut Tangga Dewa yg dipercaysa sebagai tempat turun dewa, mambang, akuan, soko, dan roh orang sakti. Selembayung juga dinamakan Rumah Beradat karena bangunan yang berselembayung merupakan tanda kediaman orang berbangsa atau kediaman orang patut/ terhormat. Selembayung yg berbentuk seperti bulan sabit disebut juga Tuan Rumah, yg dipercaya akan mendatangkan tuah kpd pemilik banguan. Selembayung yg dilengkapi dgn tombak melambangkan penjaga agar rumah atau bangunan tentram juga. Motif ukiran selembayung terdiri dari daundaunan dan bunga yg melambangkan kasih saying, tahu adat ,tahu diri, keturunan dan serasi dlm rumah tangga
TEKNOLOGI BAHARI MELAYU RIAU KONSEP PROF. DR. IR.H. MUCTAR AHMAD dan DRS.UU. HAMIDY, MA. DIRINGKAS OLEH ZULKIFLI LUBIS, S.Pd., M.Pd. GURU BAHASA INDONESIA SMAN I PEKANBARU 1. PENDAHULUAN Sejak zaman bahari masyarakat Melayu Riau sudah memiliki bermacam cara utk memenuhi keperluan hidup. Artinya, sejak masa lampau masyarakat Melayu Riau telah menguasai teknologi yg disebut oleh penulis sebagai teknologi bahari. Teknologi ini diklasifikasikan menjadi teknologi pertanian, perikanan, perternakan, pertukangan, perkapalan, pertambangan, dan pengolahan bahan makanan. Sistem teknologi yang dikuasai orang Melayu menunjukkan bahwa orang Melayu kreatif dan peka dalam memfungsikan lingkungan dan sumber daya alam di sekitaranya. Orang Melayu juga tidak tertutup terhadap perubahan teknologi, terutama teknologi yg menguntungkan dan menyelamatkan. Teknologi pada hakekatnya adalah cara mengerjakan suatu hal, yaitu cara yang dipakai manusia untuk beberapa kegiatan dalam kehidupannya. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan hidup atau memecahkan masalah. Jadi, teknologi sbg buah dari budi dan daya seseorang maupun masyarakat merupakan bayangan kebudayaan suatu masyarakat yg menghasilkannya. Teknologi dapat dijadikan ukuran atau cermin tingkat kebudayaan dan kreativitas suatu masyarakat. Untuk memudahkan pembahasan tentang teknologi bahari masyarakat dapat diamati dari keadaan SDA dan pemanfaatannya, bahan baku yg tersedia, peralatannya, sarananya. Kata bahari mempunyai dua pengertian. Pertama, bahari yg berarti zaman kuno, adanya catatan sejarah bermula. Kedua, bahari ditafsirkan dari akar bahasa Arab yg banyak mempengaruhi bahasa Melayu, yaitu yang berarti laut/ sungai besar. 2. TEKNOLOGI MASYARAKAT RIAU Kehidupan orang Melayu Riau adalah memakan umbi-umbian yg dikumpulkan oleh perempuan dalam keluarga, yg didukung oleh hasil perburuan binatang dan ikan. Perburuan binatang dilakukan dgn menggunakan panah beracun,tombak, dan tongkat, sedangkan menangkap ikan, lelaki dan perempuan bersama-sama menggunakan perangkap dan tombak.
Menurut UU. Hamidy memperkenalkan istilah tapak lapan yg artinya adalah (1) berladang, (2) bakobun (3) bataronak (3) mengambil air niro dari batang enau (5) batukang (6) baniago (7) bapakarangan, menagkap ikan, (8) mendulang emas. Teknologi utk menghasilkan padi misalnya, bermula dari ladang berpindah=pindah di pinggir sungai jauh dari desa disebut baruh. Untuk menghindari banjir mereka melakukan ladang kasang. Alat-alat yang dipakai utk berladang berpindahpindah, yaitu lading, beliung, api, tajak, tuai, ketiding, kopuk, sedangkan ladang baruh, yaitu sabit, cabak, tembilang, tajak, tuai, kembut, dan rangkiang. Dalam pertanian dikenal teknologi berladang dan cara pengolahan tanah tebas, tebang, bakar (porun). Teknik mengumpulkan kerang, menangkap ikan dgn berbagai jenis pancing dan rawai, perangkap dan bubu, jarring dan tuba. Teknologi mangkus dalam menangkap ikan seperti guguh (utk udang), temporal, utk menangkap ika-ikan di pinggir, tenggalak utk menangkap ikan yg suka menelusuri batang dan dasar perairan, dan sondang utk menangkap ikan-ikan sering muncul dipemukaan seperti tambakan. Untuk ikan dan udang yg hidup di air pasang dan dekat pantai, dipakai jermal, bubo, gombang. Dalam bidang pertukangan yg menonjol adalah teknologi pembuatan rumah dan perahu. Utk itu, istilah dangau, teratak, pondok, pelantar, rumah. Teknologi di lingkungan perairan, alat angkut yg digunakan mulai dari tongkah yg biasanya digunakan di lingkungan berlumpur, sampan yg mirip kano (dari sebatang kayu), rakit, perahu layar, kapal. Menarik adalah sampan tongkah karena hampir punah.