BAHASA MELAYU DALAM PEMBINAAN SAHSIAH DAN JATI DIRI NEGARA BANGSA
SEMINAR. LINGUISTIK DAN PEMBUDAYAAN BAHASA MELAYU KE-V
17-18 November 2009 Anjuran Bersama: Jabatan Bahasa Melayu Fakulti Bahasa M o d e n , UPM D e w a n Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur Kementerian Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan
seminar * \ r u a r a u c i i i y s < * i_myui«ui\ u a i > • «mwuvwj
KANDUNGAN Sahsiah dan Jati Diri Negara Bangsa Pelabuhan Kedah Adi Yasran Abdul Aziz & Halimah Hassan
dalam
Manuskrip
Undang-undang
Ujaran Hiper bola dalam Novel-novel Shahnon Ahmad Ahmad Afindiy Zaini, Che Ibrahim Hj. Salleh & Zaitul Azma Zainon Hamzah Bahasa dan Pemikiran dalam Peribahasa Melayu Ahmad Fuad Mat Hassan, Zaitul Azma Zainon Hamzah & Kamariah Kamaruddin Makna Urutan Tanya-Jawab Berdasarkan Teori Lakuan Pertuturan Ahmad Mahmood Musanif Peningkatan Sikap Kritis Masyarakat Indonesia dalam Mengantisipasi Dampak Interaksi Global Amrin Saragih Nahu Minimalis: Satu Kecenderungan untuk Pengajaran dan Pembelajaran Sintaksis Melayu Arbak Othman Prefiks Meng- dalam Surat Khabar: Antara Ketaatan dan Pengingkaran Asep Muhyidin Bahasa Berbudaya Bertamadun Luhur Awang Sariyan
Dan
Pembudayaan
Bahasa:
Ertinya
Kepada
Bangsa
Dominasi Bahasa Melayu (Dialek) Palembang di Sumatera Selatan Budi Agung Sudarmanto Terminologi Kekerabatan dalam Dialek Melayu Brunei: Kepelbagaian, Perubahan dan Cabaran Asimilasi Bahasa Inggeris Dayang Aini Haji Karim Konsep Tribahasa dan Jati Diri Melayu dalam Persuratkhabaran di Sabah Dohimbang Bongkihoi, Hajah Nor Azuwan Yaakob & Norazrin Azura Ghozali Tinjauan Sejarah Terhadap Teks Kitab Pengetahuan Bahasa, Kamus Loghat Melayu Johor Pahang Riau Lingga Karya Raja Ali Haji Ellya Roza Pantun Bilingual Melayu-Makassar: Dari Metamorfosis (Bahasa) Hingga Metaforis Ery Iswary Bentuk-Bentuk Dialog Sebagai Elemen Pengukuhan Identiti Drama Eksperimental Melayu Fazilah Husin Pemindahan Lambang 'Padi' dalam Penterjemahan Peribahasa Melayu-Mandarin Goh Sang Seong Pemerkasaan Bahasa Melayu dalam Pembinaan Sahsiah dan Jati Diri Negara Bangsa Malaysia Hashim Musa Menelusuri Jati Diri Bangsa melalui Pengistilahan Seni Kraf Melayu Hasnah Mohamad & Norazlina Hj. Mohd. Kiram Cerminan Setia dalam Sayang: Analisis Teori Hibrid Berdasarkan Fungsi Leksikal Hishamudin Isam & Norsimah Mat Awal Akomodasi aksen, identiti, dan integrasi: Kajian di dua bandar raya Idris Aman, Rosniah Mustaffa & Mohammad Fadzeli Jaafar Dari Perspektif Prosodi dan Semantik Kerana Mulut Badan Binasa Indirawati Zahid
Kerancuan Bahasa dalam Sistem Pesanan Ringkas Norzam Noor & Abdul Rashid Daing Melebek Jejak-Jejak Bahasa Melayu (Indonesia) dalam Bahasa Mandar Nurhayati Syairuddin Analisis Sistem Tulisan Jawi dalam Risalah Hukum Kanun Nurhidayah Jumaat, Adi Yasran Abdul Aziz & Mohd Sharifudin Yusop Kata Makian Bermetafora Binatang dalam Bahasa Indonesia Odien R. Kata kerja memberi (donner) sebagai kata kena sokong (verbe support) dalam bahasa Melayu dan perbandingannya dengan bahasa Perancis Omrah bin Hassan @ Hussin Siratan Disiplin Linguistik dalam Tulisan Jawi: Satu Pembudayaan Kesarjanaan Melayu Paitoon M. Chaiyanara 'Sayang' Bukan Kata Adjektif: Pendekatan Teori Kasus Pengiran Mohamed Pengiran Damit Pembinaan Jati Diri Melalui Pembentukan Natif Istilah Bahasa Melayu: Busana Melayu Puteri Roslina Abdul Wahid Membudayakan Bahasa, Memperkasa Bangsa Rozita Radhiah Said & Rasid Jamian Pemerkasaan Jati Diri Negara Bangsa Melalui Bahasa Puisi Samsina Hj. Abd. Rahman Faktor Persekitaran Mempengaruhi Pembelajaran Bahasa Kedua dalam Kalangan Murid-Murid India di Sekolah Menengah Vijayaletchumy Subramaniam, Baharuddin Arshad & Wan Muna Ruzanna Wan Mohammad Bahasa Suku Bateq dalam Pemerkasaan Bahasa Melayu Wan Khairul Husna Wan MokhtarS Mohd Sharifudin Yusop Seria ha n Bahasa Akhbar Arus Perdana Wan Robiah Meor Osman Pemerkasaan dan Pembinaan Jati Diri Bahasa Melayu: Isu Penyerapan Kata Asing Zaharani Ahmad Sikap dan Kelestarian Bahasa Bhuket: Satu Tinjauan Etnolinguistik Zainal Abiddin Masleh & Mohd Sharifudin Yusop Kesopanan dalam Pertuturan: Strategi Dalam Menangani Konflik Bahasa Zaitul Azma Bt Zainon Hamzah Penggunaan Strategi Kemahiran Lisan dalam Pembelajaran Bahasa Melayu Pelajar Cemerlang di Dalam dan Luar Kelas Zamri Mahamod, Mohamed Amin Embi, Nik Mohd. Rahimi Nik Yusoff, Parilah Mohd. Shah & Aliza Alias Pemerkasaan Bahasa Melalui Ujana Kreatif Abdullah Munsyi Arba'ie Sujud, Nik Rafidah Nik Muhamad Affendi & Nurul Azimah Abdul Sedik Sikap Bahasa Terhadap Bahasa Melayu Dayang Fatimah Haji Awang Chuchu Bahasa Melayu Sebagai Alat Pembinaan Sahsiah dan Jati Diri Negara Bangsa Hassan Ahmad Pengajaran Kata Adjektif kepada Penutur Asing: Satu Pendekatan Interaktif Budaya Mardian Shah Omar & Zaitul Azma Zainon Hamzah
iii
Seminar Antarabangsa Linguistik dan PembtídayaahjBahasa Melayu ke-5
JEJAK-JEJAK BAHASA MELAYU (INDONESIA) DALAM BAHASA MANDAR Nurhayati Syairuddin ABSTRAK
Menurut John Crawfurd dalam bukunya berjudul "On The Malayan and Polinesia Languages and Races" bahwa bahasa-bahasa yang ada di Nusantara ini menunjukkan adanya keserumpunan bahasa. Kemudian istilah tersebut menjadi popular untuk menyebut keserumpunan bahasa-bahasa dari semenanjung Melayu sampai Polinesia. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahasa Mandar (salah satu bahasa daerah yang ada di Sulawesi Barat, Indonesia) masuk dalam rumpun bahasa Melayu tepatnya rumpun Austronesia Barat Daya. Melalui penelitian penulis yang berjudul Jejak Bahasa Melayu dalam Bahasa Mandar dengan menggunakan 200 kata oleh Morris Swades ditemukan keserumpunan antara bahasa Mandar dan bahasa Melayu. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan bahasa Mandar dalam aktivitas sehari-hari terdapat kesamaan kosakata yang digunakan, misalnya bayu (Mandar) baju (Melayu), pake (Mandar) pakai (Melayu), dll. Lebih lanjut penelitian ini menemukan bahwa jejak bahasa Melayu ada yang berbentuk perubahan bunyi vokal, misalnya dari bunyi [i] ke [e] dalam kata benih dan banne. Perubahan konsonan [d] ke [r] dalam kata darah dan rarah . Ada pula penambahan fonem, misalnya penambahan [w] dalam kata air (Melayu) menjadi wae (Mandar). Penghilangan bunyi, misalmnya, penghilangan bunyi [h] dalam kata hati (bahasa Melayu) kata are (bahasa Mandar) dan metátesis, misalnya tiup (bahasa Melayu) tui atau tue (bahasa Mandar). Demikian ditemukan sisipan, misalnya sisipan - u n - kuku (bahasa Melayu) menjadi kanuku (dalam bahasa Mandar.
Pendahuluan Penelitian dunia Melayu di Indonesia Timur belum banyak diungkap bahkan penelitian tentang ragam bahasa Melayu di Indonesia Timur belum banyak dilirik orang. Namun, ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan, seperti Collins (2008) menulis tentang bahasa Melayu Ambon. Padahal ragam bahasa Melayu yang ada di Indonesia Timur sangat banyak, seperti yang ada di Pulau Sulawesi. Di Pulau Sulawesi banyak ditemukan, namun secara garis besar, ragam bahasa Melayu di Sulawesi ada enam disesuaikan dengan provinsi yang ada. Adapun keenam ragam bahasa Melayu tersebut adalah ragam bahasa Melayu yang dan di Provinsi Sulawesi Selatan,. Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo. Sekalipun ragam ini terpisahkan oleh batas-batas geografi, namun keenamnya mempunyai persamaan walaupun masing-masing mempunyai kekhasan tersendiri. Di Provinsi Sulawesi Barat terdapat beberapa bahasa daerah di antaranya adalah bahasa Mandar. Bahasa ini digunakan di dua kabupaten dari lima kabupaten yang ada yakni Kabupaten Majene dan Kabupaten Polewali Mandar. Adapun Kabupaten Mamuju, Mamasa, dan Kabupaten Mamuju Utara mempunyai bahasa tersendiri. Bahasa Mandar termasuk rumpum termasuk dalam rumpun Austronesia Barat. Kabupaten Majene dan Polewali Mandar tempat bahasa Mandar digunakan pada umumnya berkembang sejalan dengan perjalanan waktu. Perjalanan bahasa Mandar yang digunakan sekarang ini melewati proses yang panjang. Akibat masuknya unsur-unsur bahasa lain, banyak kosakata bahasa Mandar ditinggalkan pemakainya berganti dengan kosakata dari bahasa yang masuk. Bahasa yang paling banyak masuk ke dalam bahasa Mandar adalah bahasa Melayu (Indonesia), bahasa Inggris dan lain-lain. Provinsi Sulawesi Barat dahulu bergabung dengan Provinsi Sulawesi Selatan dengan kata lain daerah Mandar masuk dalam pemerintahan Sulawesi Selatan. Otomatis budaya yang ada di Sulawesi Selatan banyak mewarnai budaya Mandar. Demikian pula sejarah yang ada di Sulawesi Selatan tidak dapat dipisahkan dengan sejarah yang ada di Sulawesi Barat. Sejarah masuknya orang Melayu di Sulawesi Selatan tidak dapat dipastikan. Namun, berdasarkan sumber-sumber yang telah ditemukan, dapat dikelompokkan emigran orang-orang Sulawesi Selatan ke Semenangjung Melayu melalui tiga priode. Pertama berlangsung pada masa sebelum kawasan Sulawesi Selatan memasuki proses Islamisasi. Mereka itu sudah 354
\
Seminar Antarabangsa Linguistik dan Pembudayaan Bahasa Melayu ke-5
i J * * * •* r
6
*
tersebar di berbagai tempat semenanjung Sumatra, Malaka, dan Kalimantan yang menghubungkan kawasan-kawasan itu dengan rute perdagangan dengan Pusat Melaka. Mereka pada umumnya berada di kawasan pantai, sehingga dapat dikatakan kelompok the sea men atau orang laut. Gelombang kedua terjadi pada masa proses Islamisasi sedang berlangsung di Sulawesi Selatan. Masa berlangsung Islamisasi itu berkaitan erat dengan gerakan politik yang dilancarkan Kerajaan Gowa dan sekutu-sekutunya untuk menundukkan kawasan-kawasan yang belum masuk Islam dan sampai Islam diterima masyarakat setempat konflik politik juga masih berlangsung. Gelombang ketiga, berlangsung setelah kerajaan Gowa dan Wajo jatuh di tangan VOC. Masa inilah merupakan periode yang paling banyak terjadi perpindahan orang-orang Sulawesi Selatan ke semenagjung Melayu. Akibat konflik mereka banyak meninggalkan kampung halaman (Asba, 2008). Kedatangan orang-orang Melayu di Kerajaan Makassar (Kerajaan Gowa) tidak hanya dalam urusan perdagangan dan penyebaran agama saja, tetapi juga dalam kegiatan sosial budaya. Peranan orang-orang Melayu di Kerajaan Gowa misalnya, menyebabkan Raja Gowa ke XII, Mangarai Daeng Pamatte Karaeng Tunijallo membangun sebuah Mesjid di Kampung Mangallekana untuk kepentingan para saudagar Melayu agar mereka betah tinggal di Makassar, sekalipun ia sendiri belum beragama Islam Adanya perkampungan para saudagara Melayu itu membuat struktur kekuasaan Kerajaan Gowa dibantu juga oleh orang-orang Melayu dan memegang peranan penting di Istana Kerajaan Gowa. Hal itu dapat ditemukan dalam untaian kalimat sebagai berikut: 'Kamilah orang-orang Melayu yang mengajar anak negeri duduk berhadap-hadapan dalam pertemuan adat, mengajar menggunakan keris panjang yang disebut tatarapang, tata cara berpakaian dan berbagai hiasan untuk para anak bangsawan" Sejak kedatangan orang-orang Melayu di Tanah Gowa ini budaya Melayu menyebar. Apalagi sejak tahun 1546 sampai dengan 1565 seorang keturunan Melayu berdarah campuran Bajo bernama I Mangambari Kare Mangaweang, yang juga dikenal dengan nama I Daeng Ri Mangallekana diangkat sebagai sahbandar ke II Kerajaan Gowa, sejak saat itu secara turun temurun jabatan Sahbandar berturut-turut dipegang oleh orang Melayu sampai dengan Sahbandar Ince Husein, Sahbandar terakhir th 1669. Selain itu, budaya Melayu menyebar di Sulawesi Selatan tentu saja bahasa Melayu ikut menyebar. Penyebaran bahasa Melayu sampai ke daerah-daerah atau ke pelosok-pelosok seperti di daerah Mandar. Tidaklah heran jika bahasa Melayu mewarnai bahasa-bahasa daerah yang ada di Pulau Sulawesi.
^
"
II Jejak Bahasa Melayu dalam Bahasa Mandar Menurut John Crawfurd dalam bukunya On the Malayan and Polinesia Language and Race mengemukakan bahwa adanya keserumpunan bahasa-bahasa yang ada di Nusantara ini (Indonesia). Beliau menyebutkan bahasa-bahasa Austronesia itu dengan Melayu-Polinesia. Kemudian istilah tersebut yang menjadi populer untuk menyebut keserumpunan bahasa-bahasa dari semenanjung Melayu sampai Polinesia. Kalau kita melihat pembagian rumpun bahasa Austronesia, maka bahasa Mandar termasuk rumpun bahasa Austronesia Barat. Untuk mengetahui kekerabatan bahasa-bahasa Austronesia Dyen menetapkan kata-kata kerabat. Untuk melihat jejak bahasa Melayu yang ada dalam bahasa Mandar digunakan 200 daftar kata dari Morris Swadess. Setelah dibandingkan ternyata banyak kesmaannya hanya beberapa beberapa peristiwa bahasa sehingga keduanya berbeda (Parera, 116-120). A.Perubahan Bunyi a. Perubahan Vokal Bunyi /e/ dalam bahasa Melayu menjadi /a/ dalam bahasa Mandar Contoh: /debu/ -> /dabbu/ 'debu' /telinga/ -> /talinga/ 'telinga' /telur/ /tallo/ 'telur' Bunyi [i] dalam bahasa Melayu menjadi [e] dalam bahasa Mandar /balik/ -> /balek/ 'balik' /hati/ -» /ate/ 'hati' /putih/ -> /puteh/ 'putih' 355
Seminar Antarabangsa Linguistik dan Pembudayaan Bahasa Melayu ke-5
/mati/ /mate/ /daging/ -> /dageng/ /engkau/ -> /ingko/ Bunyi [u] dalam bahasa Melayu menjadi [o] dalam /penuh/ -> /panno/ /bunuh/ -> /buno/ /tanjung/ -> /tanjong/ Bunyi [a] dalam bahasa Melayu menjadi [e] dalam /basah/ -» /baseh/
'mati' 'daging' 'engkau' bahasa Mandar 'penuh' 'bunuh' 'tanjung' bahasa Mandar 'basah'
Bunyi [k] dalam bahasa Melayu menjadi [y] dalam bahasa Mandar /kami/ -> /yami/ 'kami' /angkat/ -> /akke?/ 'angkat' Perubahan bunyi vokal [e] menjadi [a] terjadi pada suku kata pertama pada kata yang diperbandingkan. Perubahan bunyi [i] menjadi [e] pada suku kata terakhir pada kata yang bersangkutan. Demikian pula bunyi [a] menjadi bunyi [e] pada suku kata terakhir pada sebuah kata. b.
Perubahan Konsonan Perubahan konsonan yang terlihat pada daftar 200 kata dari Morris Swadesh terdapat persamaan kata, tetapi hanya terjadi perubahan bunyi konsonan. Perhatikan contoh berikut: Melayu (Indonesia) B. Mandar Bunyi [d] = darah rarah (r) -» Bunyi [d] = lidah lijah -> [1] Bunyi [d] = dorong sorong [s] = dalam Jalang [1] Bunyi [g] = garuk kauk [k] jalang = jalan Bunyi [j] [1] rai = jahit -> [r] = hujan urang Bunyi [t] = potong polong -> [1] = langit langi? [?] = tipis nipis [n] Bunyi [m] = minum inung [<]] urang = hujan [n] [n.] Bunyi [s] = sini dini [d] Bunyi [p] = pohon ponna -> [n[ Bunyi [h] = hidung pudung -> [p] Konsonan [d] berubah menjadi konsonan [r], [1], dan [s] pada kata yang diperbandingkan. Pada setiap akhir kata konsonan [t] dan [k] menjadi [?] dan konsonan [n] menjadi [ngj
B. Penambahan Bunyi (Fonem) a. Penambahan Fonem di Awal Kata /m/ tua /I/ ekor /s/ ia /w/ air /y/ aku
matua lelo seiya wai yaku
b. Penambahan Fonem di Tengah Kata /k/ pikir /r/ pera /t/ satu itu bintang /I/ belah c.
Penambahan Fonem di Akhir Kata /?/ kami
pikkir parra setto ittu bittoeng balla
yami? 356
Seminar Antarabangsa Linguistik dan Pembudayaan Bahasa Melayu ke-5
Untuk penambahan bunyi di tengah terjadi pada umumnya berupa geminasi. C. Penghilangan Fonem a. Penghilangan Kata di Awal Kata /h/ /k/ /m/
hati kutu Kulit minum
b. Penghilangan Kata ndi Tengah Kata /h/ jahit tahun cPenghilangan Kata di Akhir Kata /h/
/k/ /p/ /r/
/s/ /t/
ate utu uli inung
dai taong
basah. buah bunuh merah putih. benih busuk tiup. ular telur air peras jahit
base bua buno mea pute bine bosi tue ulo tallo wai parra ra i
Penghilangan konsonan di tenagah kata umumnya bunyi [h] dan penghilangan konsonan di akhir kata pada umumnya hilang kecuali [ng] D. Metátesis Dari 200 kata yang dibandingkan juga terdapat metatesi. Berikut contohnya: tiup tui usap sapu E. Sisipan Untuk sisipan hanya ada satu yang terlihat yakni kata: kuku kanuku Untuk sisipan hanya ditemukan sisipan - u n F. Kata yang Sama anging anak apa api awan bawa batu buah buluh baru bunga beri daun dua di dingin kanan
angin ana? apa api awan bawa batu buah buluh baru bunga bei daung dua di dingin kanan 357
Seminar Antarabangsa Linguistik dan Pembudayaan Bahasa Melayu ke-5
kiri langit lima pikir tanjung mata api ular
kiri langit lima pikkir tanjong mata api ular
III Perhitungan Tahun Pisah Bahasa Melayu dan Bahasa Mandar dari bahasa Induknya Berdasarkan perhitungan kata kerabat yang ada dalam 200 kosa kata Morris Swadesh terdapat 55 kata mirip bunyi dan 25 kata yang mirip total jumlah keseluruhan 80 kata sekerabat antara bahasa Melayu dengan bahasa Mandar. Apabila dipersentasikan akan didapat: 80 C= X 100% atau C = 40% 200 Kekerabatan kedua bahasa tersebut 40 %. Berdasarkan persentasi tersebut dapat dihitung tahun pisah antara bahasa Melayu (Indonesia) dengan bahasa Mandar dari bahasa induknya adalah: log 40% t = 2 (log 81%) - 0,398 0,183 = 2,174 Tahun pisah adalah: 2009 - 2174 = - 165 M atau 165 tahun SM. Jadi bahasa Mandar terpisah dengan bahasa Melayu (Indonesia) diperkirakan pada tahun 165 SM. IV Penutup Bahasa Mandar sebagai salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia mempunyai kesamaan kata dengan bahasa Melayu (Indonesia). Beberapa kata yang sama bunyi dan makna dan ada pula yang mengalami perubahan bunyi, penambahan, dan penghilangan bunyi tetapi mempunyai makna yang sama. Dari 200 kata dari Morris Swadess yang dipakai untuk membandingkan bahasa Mandar dengan bahasa Melayu (Indonesia) ditemukan ditemukan 80 kata yang sekerabat artinya ada 40 % kata yang sekerabat. Perhitungan tahun pisah bahasa Mandar dengan bahasa Melayu (Indonesia) dari bahasa induknya diperkirakan 165 tahun SM yang lalu.
DAFTAR PUSTAKA Asba, A. Rasyid. 2008. "Keserumpunan Bahasa Melayu: Modal Politik Regionalitas yang Terlupakan. Makassar, Pusat Studi Melayu Unhas. Ba'dulu, A. Muis. 1980. "Interferemsi Gramatikal Bahasa Mandar dalam bahasa Indonesia Murid Sekolah Dasar di Sulawesi Selatan." Laporan Penelitian IKIP Makassar. Collins, James. 1981. Pertumbuhan Linguistik di Indonesia Timur: Bahasa Melayu dan Bahasa Asilulu di Pulau Ambon. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa. Collins, James. 2008. "Sejarah, Diversitas, dan Kompleksitas bahasa Melayu di Indonesia Timur, Pusat Studi Melayu Unhas. Keraf, Gorys. 1990. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta, Gramedia. Muthalib, Abdul. 1986. Sistem Perulangan Bahasa Mandar. Makassar. Proyek Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia, Sulawesi Selatan. Nurhayati, 1985. "Sistem Perulangan dalam Bahasa Manda". Skripsi Fakultas Sastra Unhas Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Lingusitik Umum Historis Komparatif dan Tipologi Struktural. Jakarta, Erlangga. 358
Seminar Anlarabangsa Linguistik dan Pembudayaan Bahasa Melayu ke-5
LAMPIRAN DAFTAR 200 KATA MORRIS SWADESH B Melayu (Indonesia) 1. abu 2. air 3. akar 4. aku 5. alir 6. anak 7. anjing 8. angin 9. apa 10. api 11. apung 12. asap 13. awan 14. bagaimana 15. baik 16. balik 17. banyak 18. bapak 19. baring 20. baru 21. basah 22. batu 23. beberapa 24. belah 25. benar 26. benih 27. bengkak 28. berenang 29. berjalan 30. berat 31. beri 32. besar 33. bilamana 34. binatang 35. bintang 36. buah 37. buluh 38. bunga 39. bunuh 40. buruh 41. buruk 42. burung 43. busuk 44. daging 45. danau 46. dan 47. darah 48. datang 49. daun 50. debu 51. dekat 52. dengan 53. dengar 54. di dalam 55. di 56. dingin
Bahasa Mandar tajau wai wake yau lolong ana? asu anging apa api ramba rambu awan innabassa coa balek so?o kama? milloli baru base batu sangapa balla paru a banne kambang ummorong millamba bea? bei kayyang innabassa oloolo bittoeng buah bulu bunga bunoh tindor kadake manu-manu bosi dageng parigi anna rarah pole daung awu kadeppu siola rangngo i lalang di dingin • 359
Kerabat + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +