Volume 04, Nomor 01, Juni 2013
Upaya Peningkatan Pemahaman Siswa pada Materi Sejarah Kebudayaan Islam melalui Contextual Teaching and Learning di Kelas VB MI Ma’arif Candi Abstrak: Seringkali pemahaman tentang sejarah disalahartikan oleh peserta didik sebagai suatu momok yang menakutkan. Bagi mereka, sejarah adalah serangkaian kalimat panjang yang mengisahkan tentang kehidupan yang telah lampau yang tak mungkin terjadi di masa sekaran, akan tetapi dari sejarah lah sebenarnya kita hidup dan dapat mengenal arti kehidupan. Dari sinilah peneliti melakukan penelitian untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik bagaimana pentingnya sejarah bagi kehidupan kita terlebih materi yang diajarkan adalah materi PAI yaitu Sejarah Kebudayaan Islam dengan Standar Kompetensi: memahami keperwiraan Rasulullah SAW. Metode yang digunakan adalah Contextual Teaching and Learning (CTL). Dengan metode tersebut apakah hasil belajar peserta didik akan meningkat?. Penelitian dilakukan terhadap peserta didik kelas VB MI Ma’arif Candi pada semester I dengan jumlah peserta didik 22 anak. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tekhnik/alat yang digunakan untuk pemantauan dan evaluasi adalah tes, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman tentang Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) membawa dampak peningkatan hasil belajar peserta didik. Kata Kunci: Pemahaman, Contextual Teaching and Learning (CTL), Sejarah Kebudayaan Islam.
PENDAHULUAN Peran dan fungsi pelajaran sejarah kebudayaan Islam tidak perlu diragukan lagi, baik bagi individu, agama dan implementasinya terhadap bangsa dan negara karena di dalamnya juga memuat unsur-unsur hikmah dibalik seorang tokoh Nabi
Ahmad Chusaini – Faridah Hanum
Muhammad SAW dalam memimpin seluruh umat Islam maupun non Islam. Para ahli (sejarawan) dari berbagai kalangan sepakat dan mengakui bahwa sejarah dapat mendidik manusia untuk bertindak bijaksana. Oleh karena itu, sejarah dianggap sebagai guru kehidupan (Sudikin, 2002: 181). Berdasarkan peran dan fungsi tersebut, maka semestinya mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari, menarik, menyenangkan dan tidak membosankan. Kenyataan yang ada di sekolah-sekolah tampaknya bukan demikian, mata pelajaran sejarah bukanlah menyenangkan akan tetapi membosankan, selain itu juga kurang menarik dan cenderung membuat siswa gaduh dalam mengikutinya. Hal ini lebih disebabkan faktor guru yaitu kurang mampu mengembangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa dan merangsang siswa untuk belajar. Dengan kata lain pembelajaran yang mereka lakukan masih bersifat konvensional artinya hanya terbatas pada penyampaian serangkaian fakta sejarah saja. Berdasarkan hal-hal tersebut itulah yang mendorong pelaksanaan penelitian ini, sehingga penelitian ini merupakan penelitian lanjutan untuk mengatasi keluhan para guru sejarah kebudayaan Islam, yaitu membantu memecahkan permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi. Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VB dalam materi sejarah kebudayaan Islam dan apakah metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi sejarah kebudayaan Islam? Penelitian ini dilakukan di MI Ma’arif Candi Sidoarjo tahun ajaran 2011/2012 dengan standar kompetensi memahami keperwiraan Nabi Muhammad SAW. Tujuan penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dan hasil belajar siswa kelas VB pada materi sejarah kebudayaan Islam setelah dilakukan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan untuk mengetahui apakah metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kegunaan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam materi sejarah kebudayaan Islam, memberi variasi dan inovasi baru mengenai metode/strategi pembelajaran PAI dan meningkatkan profesionalitas guru PAI khususnya peneliti dalam menginovasi teori-teori pembelajaran sekaligus mempraktikkannya dalam upaya perbaikan pembelajaran agama Islam.
24
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran CTL
KERANGKA KONSEPTUAL Pemahaman Siswa Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar (Amran, 2002: 427-428), Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak. Pemahaman menurut Sadiman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya (Sadiman, 1946:109). Suharsimi menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau konsep (Suharsimi, 2009: 118-137). Pembelajaran yang telah dilaksanakan lebih mengaktifkan siswa untuk telibat selama proses pembelajaran berlangsung. Interaksi antara guru dengan siswa lebih akrab sehingga guru lebih mengenal anak didiknya dengan baik. Terkait dengan pandangan di atas, saat ini, guru dituntut untuk melakukan inovasi terbaru. Pemahaman dapat juga diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran,karena itu maka belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar. Memahami maksudnya, menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari setiap mengajar. Dalam belajar unsur comprehension/pemahaman itu tidak dapatdipisahkan dari unsur-unsur psikologis yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi maka subyek belajar dapat mengembangkan fakta fakta,ide-ide adalah skill, kemudian dengan unsur organisasi, maka subyek belajar dapat menata hal-hal tersebut, secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis karena mempelajari sejumlah data sebagaimana adanya,secara bertingkat/berangsur-angsur, subyek belajar mulai memahami artinya dan implikasi dari persoalan secara keseluruhan. Perlu diingat comprehension adalah pemahaman, tidaklah hanya sekedar tahu. Akan tetapi, juga menghendaki agar subyek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipelajari. Kalau sudah demikian maka belajar itu akan bersifat mendasar, sebagai contoh: banyak terjadi misalnya, mereka para pelajar melakukan belajar pada malam hari menjelang ujian, tetapi kalau ditanya pada dua atau tiga hari kemudian, mengenai apa yang dipelajari maka kebanyakan sudah lupa. Hal ini menunjukkan subjek belajar adalah para siswa tidak memiliki perekat comprehension yang kuat untuk menginternalisasikan bahan-bahan yang telah dipelajari dalam suatu
Jurnal
25
Ahmad Chusaini – Faridah Hanum
konsep/pengertian secara menyeluruh. Kemudian perlu ditegaskan, bahwa comprehension adalah pemahaman itu bersifat dinamis. Dengan ini diharapkan, pemahaman akan bersifat kreatif, ia akan menghasilkan imajinasi dengan fikiran yang tenang. Akan tetapi apabila subyek belajar atau siswa betul-betul memahami materi yang disampaikan oleh para gurunya, maka mereka akan siap memberikan jawaban-jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar. Dengan demikian jelaslah, bahwa comprehension atau pemahaman merupakan unsur psikologi yang sangat penting dalam belajar. Dengan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman adalah pengertian dan pengetahuan yang mendalam serta beralasan mengenai reaksi-reaksi pengetahuan atau kesadaran untuk dapat memecahkan suatu problem tertentu dengan tujuan mendapat kejelasan. Metode Baru, Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan media naskah baik berupa buku paket, LKS atau media elektronik lainnya yang terkonsep dan dilakukan secara langsung dan nyata. Pembelajaran ini dimaksudkan agar guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, menanyakan dan menemukan gagasannya sendiri (Ramly, 2011: 11). Ada juga yang menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran ini juga dikenal sebagai model pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan peserta didik, mengembangkan inovasi dan kreativitas sehingga proses pembelajaran efektif dalam suasana yang menyenangkan (Ramly, 2011:11). Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari peserta didik dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran informasi atau pengetahuan dari guru belaka. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari peserta didik sangat penting
26
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran CTL
dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri, orang lain, agama dan bangsa tentunya. Aktif disini bersifat fisik, mental dan intelektual, artinya aktif dalam mengemukakan pendapat/gagasan menemukan kaitan antara yang satu dengan yang lain, mengemukakan representasi yang tepat dan menggunakan semua itu untuk memecahkan masalah. Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Pembelajaran kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kempuan peserta didik, siswa dapat menjadi kreatif dalam proses pembelajarannya, artinya siswa kreatif dalam dalam memahami masalah, menemukan ide yang terkait, mempresentasikan dalam bentuk lain yang lebih mudah diterima dan menemukan kesenjangan yang harus diisi untuk memecahkan masalah. Pembelajaran yang menyenangkan bukan semata-mata pembelajaran yang menjadikan siswa tertawa terbahak-bahak, melainkan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terdapat kohesi yang kuat antara guru dan peserta didik dalam suasana yang sama sekali tidak ada tekanan, baik fisik maupun psikologi. Jika pembelajaran berada dalam kondisi tekanan, maka akan mengerdilkan pikiran siswa, sedangkan kebebasan apapun wujudnya akan dapat mendorong terciptanya iklim yang kondusif. Pembelajaran menyenangkan adalah suatu pembelajaran yang mempunyai suasana yang mengasyikkan sehingga perhatian peserta didik terpusat secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti akan meningkatkan hasil belajar. Cara belajar terbaik bagi anak-anak adalah dengan menggunakan semua inderanya dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, hal, tempat dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari anak (pembelajaran kontekstual). Mereka belajar dari pengalaman langsung dan konkret akan mendorong anak untuk aktif berpikir dan bekerja sama untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki. Materi Sejarah Kebudayaan Islam Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah materi sejarah kebudayaan Islam kelas VB semester I dengan Standar Kompetensi: memahami keperwiraan Rasulullah SAW. dalam berbagai perang seperti perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq dan perjanjian Hudaibiyah. Perang Badar terjadi pada hari jum’at tanggal 17 Ramadhan 2H, perang ini terjadi di dekat sumur milik seseorang yang bernama Badar yang terletak diantara Makkah dan Madinah. Sebab-sebab terjadinya perang badar adalah pertama, kaum
Jurnal
27
Ahmad Chusaini – Faridah Hanum
muslimin yang tidak ikut hijrah (masih tetap di Makkah) terus dianiaya dan diperlakukan dengan kejam oleh kaum kafir, kedua, kaum kafir Quraisy menunjukkan tanda-tanda untuk menyerang kota Madinah, ketiga, kaum muslimin dengan kedudukannya saat itu semakin kuat dan mereka berharap kaum Quraisy mengajak damai tetapi kenyataannya tidak. Dengan alasan itu semua kaum muslimin dan Nabi memerintahkan pengintaian gerak-gerik musuh dan berjaga-jaga di sekitar kota Madinah. Dalam perang ini kekuatan pasukan Islam dengan pasukan kaum kafir jumlahnya tidak seimbang. Pasukan Islam berjumlah 313 orang sedangkan pasukan kaum kafir berjumlah 1000 tentara. Namun atas izin Allah dan kegigihan kaum muslimin akhirnya perang Badar dimenangkan oleh pihak kaum muslimin, dengan terbunuhnya pemimpin kaum Quraisy yaitu Abu Jahal. Perang Uhud terjadi pada pertengahan bulan Sya’ban 3H, peperangan ini disebut demikian karena terletak di kaki gunung Uhud, yaitu sebuah bukit yang terletak di sebelah timur laut kota Makkah. Sebab-sebab terjadinya perang Uhud adalah: pertama, para saudagar Makkah setuju untuk membelanjakan harta mereka untuk biaya perang, kedua, segenap kabilah agar ikut berperang menghancurkan Nabi Muhammad SAW dan berniat membalas dendam atas kekalahan mereka dalam perang Badar. Dalam perang Uhud kali ini pasukan kaum Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb yang didampingi oleh istriya Hindun, sedangkan di pihak muslimin dipimpin langsung oleh Nabi. Perang ini juga tidak seimbang, tentara Islam berjumlah 1000 orang sedangkan pihak kaum kafir berjumlah 3000 orang. Awalnya dalam tahap pertama pasukan Islam mengalami kemenangan tetapi setelah tentara Islam tidak lagi mematuhi perintah Nabi untuk tidak meninggalkan pos masing-masing, maka kaum muslimin diserang tiba-tiba oleh pasukan Khalid Bin Walid dan mengalami kekalahan. Banyak tentara Islam yang mati syahid dan Rasulullah banyak tertimpa musibah besar yaitu terperosok ke perangkap yang dibuat oleh Abu Amir sehingga beliau terluka yang cukup parah. Perang Khandaq terjadi pada bulan Syawal 5H. Peperangan ini terjadi di sebelah utara kota Madinah tepatnya di sebuah parit yang dibuat oleh Salman alFarisi sebagai benteng pertahanan kaum muslimin dari musuhnya. Perang ini juga disebut juga perang Ahzab (perang sekutu) karena pasukan kafir Quraisy terdiri dari beberapa golongan. Sebab-sebab terjadinya perang Khandaq adalah: pertama, kaum kafir menilai dengan kekalahan kaum muslimin pada perang Uhud maka jika sekali lagi mereka diserang maka pasti akan binasa, kedua, kaum yahudi mengajak kepada kaum kafir Quraisy untuk mengadakan serangan gabungan untuk menyerang kaum muslimin dan Nabi Muhammad SAW. Awalnya peperangan ini mengalami sedikit kekalahan karena posisi kaum muslimin terjepit mendapat serangan dimana-mana, dari luar juga sekaligus dari dalam. Tapi menolong mereka dengan angin kencang yang dapat memporak-porandakan musuh sebagaimana diterangkan dalam AlQur’an surat al-Ahzab ayat 9 dan akhirnya kaum muslimin mengalami kemenangan.
28
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran CTL
Perjanjian Hudaibiyah terjadi pada bulan Zulqa’dah 6H yang bertempat di desa Hudaibiyah. Jumlah kaum muslimin sebanyak 14.000 orang yang dipimpin oleh Nabi sendiri sedangkan di pihak Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb. Sebab-sebab terjadinya perjanjian Hudaibiyah adalah setelah 6 tahun lamanya Nabi beserta sahabatnya jauh dari sanak familinya di Makkah, maka beliau berkeinginan untuk mengunjungi sanak saudaranya dan berziarah ke Baitullah Ka’bah di Makkah yang selama itu mereka tinggalkan. Mereka mengenakan pakaian ihram dan tidak membawa perang kecuali pedang yang disarungkan dan membawa 700 ekor unta sebagai hewan kurban yang ditempatkan di barisan paling depan untuk memberi kesan bahwa yang datang inibukan pasukan perang, tetapi orang-orang yang akan menunaikan ibadah haji. Isi perjanjian Hudaibiyah ini adalah: pertama, umat Islam dan kaum kafir Quraisy tidak akan saling menyerang selama 10 tahun, kedua, Nabi dan pengikutnya tidak diperkenankan memasuki kota Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah tahun ini kecuali tahun berikutnya, ketiga, kaum Quraisy yang datang kepada golongan muslim supaya dikembalikan tetapi jika sebaliknya kaum muslimin yang datang kepada golongan Quraisy tidak dikembalikan, keempat, semua kabilah Arab bebas bersekutu dengan kaum muslimin atau kaum Quraisy. Nabi Muhammad SAW selain sebagai seorang Nabi dan Rasul, juga sebagai seorang panglima yang gagah berani, pada setiap peperangan beliau selalu berada di baisan paling depan dan tidak pernah meninggalkan pasukannya. Beliau tetap berada di medan perang meskipun dalam keadaan kesulitan dan terkepung oleh musuh. Rasulullah adalah orang yang tidak suka berperang, beliau ingin hidup damai berdampingan dengan semua golongan. Beliau berperang karena diperangi oleh kaum kafir. Dalam melakukan peperangan itu juga bukan karena kehendak beliau sendiri tetapi perintah Allah. Rasulullah SAW berperang adalah untuk melindungi kaum muslimin serta mempertahankan agama Islam. Selama dalam peperangan, Rasulullah SAW hanya sekali membunuh musuh yaitu Ubay bin Khalaf dan itu pun dilakukan karena terpaksa untuk membela diri. Itulah keperwiraan Rasulullah SAW baik dalam medan perang maupun keteladanan beliau dalam melindungi kaum muslimin yang patut kita teladani. METODE PENELITIAN Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif, karena menggambarkan suatu teknik dan strategi pembelajaran yang dilakukan sebagai obat untuk memperbaiki strategi pembelajaran yang digunakan. Penelitian ini dilakukan di MI Ma’arif Candi tahun ajaran 2011/2012 yang berlokasi Jl. Candi Sayang no 46 Candi Sidoarjo selama 1 bulan pada bulan November. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VB yang berjumlah 22 anak. Penerapan penelitian ini diterapkan dalam pokok bahasan keperwiraan Nabi Muhammad SAW serta meneladaninya ke kehidupan sehari-hari.
Jurnal
29
Ahmad Chusaini – Faridah Hanum
Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan model spiral dari hopkins yang terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu spiral yang saling terkait. Dapat digambarkan dalam bentuk diagram berikut ini : Observasi Awal
Rencana Tindakan I Refleksi I
Observasi I
Observasi II Pelaksanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan I
Siklus I
Refleksi II
Rencana Tindakan II
Siklus II
Gambar 1: Alur Penelitian Tindakan Kelas Siklus I Observasi awal dilakukan dengan cara wawancara kepada salah satu guru dan kepala sekolah yang bersangkutan mengenai problem apa yang paling mendominasi di sekolah tersebut serta situasi yang terjadi di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil wawancara yang kami dapatkan maka kami memutuskan untuk mengambil objek penelitian di kelas VB dan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam sebagai materi yang sulit dipahami oleh siswa, dan juga setelah melalui pertimbangan dan saran dari kepala sekolah dan guru tentunya. Langkah-langkah melakukan perencanaan tindakan yaitu: menyusun instrumen penelitian berupa RPP, lembar kegiatan siswa, soal pos tes maupun pre tes dan lembar observasi. Selanjutnya pelaksanaan tindakan dengan menggunakan panduan perencanaan yang telah dibuat. Kemudian dilakukan observasi selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Dan melakukan refleksi dari data yang telah diperoleh kemudian dianalisis. Setelah itu mencari masalah yang yang mungkin timbul agar dapat dibuat rencana perbaikan di siklus II.
30
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran CTL
Siklus II Persiapan tindakan yang dilakukan pada siklus II ini memperhatikan pada siklus I, persiapan ini meliputi membuat RPP sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, menyusun lembar observasi, menyiapkan soal pre tes dan pos tes dan pelaksanaan tindakan kelas. Selanjutnya dilakukan observasi seperti pada siklus I meliputi pemberian angket dan wawancara kepada siswa. Pada siklus II digunakan untuk membedakan hasil siklus II apakah ada peningkatan pemahaman dan peningkatan hasil belajar siswa atau tidak. Jika tidak ada peningkatan, maka siklus bisa diulang kembali hingga benar benar berhasil indikator hasil belajar siswa. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan tes. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas yang ditunjukkan siswa saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan Tes dibagi menjadi dua yaitu berupa pre tes yakni diberikan sebelum proses pembelajaran berlangsung, dan pos tes dilakukan setelah satu siklus berakhir. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perencanaan pokok bahasan yaitu, 1) menentukan standar kompetensi : memahami keperwiraan Nabi Muhammad SAW, 2) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan, 3) membuat soal untuk pretes dan postes, 4) membuat format observasi pembelajaran; dan tindakan pembelajaran yaitu, a) mengadakan pretes sebelum pembelajaran dimulai, b) menjelaskan secara singkat tujuan pembelajaran, c) mengamati peserta didik dalam mengutarakan berbagai pendapatnya di dalam proses pembelajaran, d) mengadakan postes setelah berakhirnya siklus dan e) mengadakan evaluasi. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: Siswa mampu mendeskripsikan beberapa perang yang terjadi pada masa Rasulullah SAW. Siswa mampu meneladani keperwiraan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, Rata-rata hasil belajar sejarah kebudayaan Islam meningkat. Metode Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian ini, pertama, lembar observasi atau catatan penelitian berupa catatan kejadian-kejadian atau perubahan-perubaahan yang dijumpai ketika tindakan penelitian berlangsung, kedua, soal tes (pre tes maupun pos tes): soal tes tertulis yang disusun oleh peneliti
Jurnal
31
Ahmad Chusaini – Faridah Hanum
dalam bentuk soal pilihan ganda. Ketiga, dokumentasi: untuk mengambil data nilainilai PAI Sejarah Kebudayaan Islam peserta didik kelas VB. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Hasil belajar dianalisis dengan membandingkan hasil belajar (nilai tes) antara siklus I dengan siklus II mengenai masalah dengan problem-problem yang telah dianalisis dengan soal-soal pilihan ganda. Sedangkan observasi dianalisis berdasarkan hasil observasi dan refleksi. HASIL PENELITIAN Siklus Pertama Penelitian tindakan siklus I dilaksanakan pada tanggal 11 November 2011. Jumlah yang mengikuti pembelajaran adalah 22 peserta didik. Materi yang diajarkan adalah keperwiraan Rasulullah SAW dengan Standar Kompetensi: meneladani keperwiraan Rasulullah SAW.
Perencanaan Tindakan Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan adalah 1) melakukan wawancara secara mendetail kepada kepala sekolah dan guru yang bersangkutan mengenai problem kelas apa yang dirasa sulit penanganannya. 2) menyiapkan materi ajar yang akan dibahas. 3) menyiapkan butir soal pre tes dan post tes kepada peserta didik. 4) memberikan penjelasan dan mengadakan kesepakatan akan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pelaksanaan tindakan kelas pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 1: Kegiatan Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus I 1. 2. 3.
4.
32
Kegiatan guru Doa bersama Memberikan Appersepsi Menginformasikan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan dipelajari kepada peserta didik. Menjelaskan secara singkat tentang srategi pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
Jurnal
1. 2. 3.
4.
Kegiatan peserta didik Doa bersama Mendengarkan Appersepsi guru Mendengarkan tujuan pembelajaran dan materi pelajaran yang akan dipelajari. Mendengarkan tentang strategi pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran CTL
5. 6.
7.
8. 9.
Membagikan pre tes Menjelaskan dengan singkat materi bahan ajar sesuai dengan strategi pembelajaran yaitu dengan metode CTL. Meminta peserta didik untuk membuat kelompok untuk membahas materi yang dirasa sulit pemahamannya. Melakukan refleksi pembelajaran. Membagi soal post tes.
5. 6.
Mengerjakan pre tes Mendengarkan materi bahan ajar sesuai dengan strategi pembelajaran yaitu dengan metode CTL dari guru.
7.
Membuat kelompok belajar dan membahas materi yang sulit pemahamannya
8. 9.
Melakukan refleksi pembelajaran Mengerjakan soal post tes
Dengan analisis sistematis melalui tes adalah sebagai berikut: Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Tes Peserta Didik pada Siklus I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Uraian Rata-rata nilai peserta didik Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah peserta didk yang tidak mengikuti pembelajaran Jumlah peserta didik yang tuntas belajar Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar Prosentase peserta didik yang tuntas belajar Prosentase peserta didik yang belum tuntas belajar
Hasil Siklus I 1. 2. 3. 4.
60,56 90 30 1 (karena sakit)
5. 6 anak 6. 15 anak 7. 28,57 % 8. 71,43 %
Keterangan: Krtiteria Ketuntasan Minimal materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VB MI Ma’arif Candi tahun pelajaran 2011/2012 adalah 65. Dari keterangan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa setelah menggunakan metode CTL diperoleh rata-rata nilai peserta didik adalah 60,56. Nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 10. Peserta didik yang mendapat nilai prestasi belajar sama dengan atau lebih tinggi dari KKM berjumlah 6 anak atau 28,57 %, sedangkan peseta didik yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 15 anak atau 71,43 %. Jika dilihat dari indikator kinerja penghitungan hasil tes peserta didik dapat dilihat sebagaimana tampak pada tabel berikut:
Jurnal
33
Ahmad Chusaini – Faridah Hanum
Tabel 3: Rekapitulasi Hasil Tes Peserta Didik pada Siklus I Kategori Istimewa Sangat paham Paham Sedang Kurang Tidak paham Jumlah
Interval Nilai 91-100 81-90 71-80 61-70 51-60 0-50
Pra 2 8 11 21
Frekuensi Nilai Siklus I 1 3 2 6 9 21
Siklus II
Refleksi Tindakan Hasil tindakan siklus I menunjukkan bahwa belum semua peserta didik dapat menguasai materi yang diajarkandan tindakan ini belum mencapai hasil yang optimal. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut maka penelitian akan diteruskan pada siklus II. Melalui observasi tentang performance guru dan suasana pembelajaran diperoleh kesimpulan bahwa ada beberapa hal yang belum memenuhi target: 1) tindakan guru nampak sedikit tegang dan kurang impovisasi, 2) guru masih kurang memberi dorongan peserta didik untuk aktif melakukan kegiatan pembelajaran, 3) guru kurang memberi sugesti dan motivasi belajar kepada peserta didik, 4) suasana kelas masih sering gaduh dan banyak peserta didik yang keluar kelas dengan berbagai alasan, 5) volume suara guru teralu kecil sehingga peserta didik agak kesulitan dalam mendengarkan dan memahami penjelasan dari guru. Dengan demikian diajukan alternatif perbaikan tindakan pada siklus II sebagai berikut: 1) guru diusahakan lebih rileks dan banyak improvisasi, 2) guru meningkatkan upaya mendorong peserta didik untuk lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran, 3) guru lebih memberikan sugesti dan motivasi belajar kepada peserta didik, 4) volume suara guru agak lebih dikeraskan dan guru hendaknya sesekali untuk berkeliling agar murid dapat mendengarkan penjelasan dari guru, 5) guru hendaknya lebih bersikap ramah dan sabar serta memahami kondisi emosional dan intelektual yang berbeda-beda dari peserta didik. Siklus Kedua Penelitian tindakan siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 18 November 2011. Jumlah peserta didik yang mengikuti pembelajaran sebanyak 22 anak dengan materi yang sama yaitu Standar Kompetensi: Memahami keperwiraan Rasulullah SAW. dengan Kompetensi Dasar: mendeskripsikan upaya yang dilakukan Nabi Muhammad SAW dalam membina masyarakat Madinah di bidang pertahanan dalam berbagai perang (perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq dan perjanjian Hudaibiyah), meneladani keperwiraan Rasulullah SAW ke dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan dalam penelitian siklus II sebagai berikut:
34
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran CTL
Perenanaan Tindakan Berdasarka refleksi yang diperoleh dari obsevasi dan evaluasi pada siklus I, maka siklus II merupakan perbaikan dari siklus I. Rencana tindakan siklus II yang dilakukan oleh peneliti antara lain: 1) guru berusaha agar selalu rileks dan banyak improvisasi, 2) guru meningkatkan upaya mendorong peserta didik untuk lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran, 3) guru lebih memberikan sugesti dan motivasi belajar kepada peserta didik, 4) volume suara guru agak lebih dikeraskan dan guru hendaknya sesekali untuk berkeliling agar murid dapat mendengarkan penjelasan dari guru, 5) guru hendaknya lebih bersikap ramah dan sabar serta memahami kondisi emosional dan intelektual yang berbeda-beda dari peserta didik.
Pelaksanaan Tindakan Hasil monitoring terhadap peserta didik pada siklus II dengan beberapa butir pertanyaan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun analisis melalui tes maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4: Rekapitulasi Hasil Tes Peserta Didik pada Siklus II 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Uraian Rata-rata nilai peserta didik Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah peserta didik yang tidak mengikuti pembelajaran Jumlah peserta didik yang tuntas belajar Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar Prosentase peserta didik yang tuntas belajar Prosentase peserta didik yang belum tuntas belajar
Hasil Siklus II 1. 2. 3. 4.
62,5 92,5 15 0
5. 11 anak 6. 11 anak 7. 50 % 8. 50 %
Keterangan: Krtiteria Ketuntasan Minimal materi pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas VB MI Ma’arif Candi tahun pelajaran 2011/2012 adalah 65. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode CTL dan juga melihat pertimbangan dari refleksi pada siklus I, maka diperoleh rata-rata nilai peserta didik 62,5 % meningkat dari siklus I diperoleh 60,56 %. Nilai tertinggi mencapai 92,5 dan nilai terendah 15. Peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 11 anak atau mencapai 50 % setengah dari prosentase kelas.
Jurnal
35
Ahmad Chusaini – Faridah Hanum
Tabel 5: Indikator Kinerja Perhitungan Hasil Tes Peserta Didik Kategori Istimewa Sangat paham Paham Sedang Kurang Tidak paham Jumlah
Interval Nilai 91-100 81-90 71-80 61-70 51-60 0-50
Pra 2 8 11 21
Frekuensi Nilai Siklus I 1 3 2 6 9 21
Siklus II 1 2 4 6 3 6 22
Dari indikator di atas dapat dilihat bahwa dibandingkan dengan siklus I maka pada siklus II telah terjadi peningkatan yang sangat spesifik pada kategori istimewa 4,54 %, sangat paham naik menjadi 9,09 %, kategori paham naik menjadi 18,18 %, kategori sedang aik sebanyak 27,27 %, kategori kurang turun menjadi 13,63 % dan tidak paham turun menjadi 27,27 %.
Refleksi Tindakan Dilihat dari tabel di atas diketahui bahwa di dalam siklus II ada kenaikan yang sangat spesifik, ini berarti tindakan sudah menunjukkan hasil yang lebih baik. PEMBAHASAN Peningkatan hasil belajar dan ketuntasan belajar peserta didik. Hasil belajar dan ketuntasan belajar diperoleh dari hasil tes peserta didik yang dilakukan setiap akhir pembahasan. Hasil belajar dan tingkat ketuntasan belajar ini dapat dilihat pada tebel berikut: Tabel 6: Tingkat Hasil Belajar Rata-Rata dan Ketuntasan Belajar Peserta Didik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Indikator Nilai hasil belajar rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah Jumlah peserta didik yang tuntas belajar Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar Prosentase peserta didik yang tuntas belajar Prosentase peserta didik yang belum tuntas belajar.
Pre tes 56,3 % 65 0 2 19
Siklus I 60,56 % 90 10 6 15
Siklus II 62,5 % 92,5 15 11 11
9,52 % 90,48 %
28,57 % 71,43 %
50 % 50 %
Dilihat dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa: 1) nilai hasil belajar rata-rata peserta didik meningkat, diawali dari pre tes 56,3 %, kemudian siklus I meningkat 4,26 % menjadi 60,56 % kemudian siklus II meningkat 1,94 % menjadi 62,5 %. 2)
36
Jurnal
Pembelajaran PAI dengan Sistem Pembelajaran CTL
nilai tertinggi pada pre tes siklus hanya 65, selanjutnya pada siklus I memperoleh 90 dan adapun siklus II tertinggi 92,5. 3) nilai terendah pada pre tes hanya 0, kemudian pada siklus I meningkat menjadi 10, selanjutnya pada siklus II nilai terendah pada posisi 15. Dan dalam ketuntasan belajar, jumlah peserta didik yang tuntas dalam belajar pada pre tes hanya 2 anak (9,52 %), selanjutnya pada siklus I yaitu sebanyak 6 anak (28,57 %) , sedangkan pada siklus II sebanyak 11 anak atau hampir separuh dari jumlah peserta didik (50 %) mengalami ketuntasan hasil belajar. Tabel 7: Indikator Kinerja Perhitungan Hasil Tes Peserta Didik Kategori Istimewa Sangat paham Paham Sedang Kurang Tidak paham Jumlah
Interval Nilai 91-100 81-90 71-80 61-70 51-60 0-50
Pra 2 8 11 21
Frekuensi Nilai Siklus I Siklus II 1 1 2 3 4 2 6 6 3 9 6 21 22
Hasil tes pada kategori di atas menunjukkan kriteria peningkatan pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas ini. Jadi dapat dilihat pada indikator kinerja di atas bahwa: 1) kategori istimewa pada pretes dan siklus I menunjukkan angka 0, pada siklus II terdapat 1 responden, meningkat 4,54 %. 2) kategori sangat paham pada pre tes masih menunjukkan angka 0, selanjutnya pada siklus I ada 1 responden meningkat 4,76 % dan pada siklus II ada 2 responden atau meningkat menjadi 4,33 %. 3) kategori paham pada pre tes masih menunjukkan angka 0, kemudian pada siklus I ada 3 responden atau meningkat menjadi 14,28 % dan pada siklus II meningkat ada 4 responden atau 3,9 %. 4) kategori sedang pada pre tes dan siklus I menunjukkan angka yang sama yaitu 2 responden, sedangkan pada siklus II naik menjadi 6 responden atau meningkat menjadi 17,17 %. 5) kategori kurang pada pre tes menunjukkan angka 8 atau 38 % sedangkan pada siklus I turun menjadi 6 responden atau 28,57 %, ini berarti terjadi penurunan sebesar 9,43 %, selanjutnya pada siklus II juga mengalami penurunan menjadi 3 responden atau 13,64 %, ini berarti terjadi penurunan dari siklus I ke siklus II sebesar 14,93 %. 6) kategori tidak paham pada pre tes sebanyak 11 responden atau 52,38 %, sedangkan pada siklus I terdapat 9 responden atau 42,86 %, ini berarti terjadi penurunan dari pre tes ke siklus I sebesar 9,52 %, selanjutnya pada siklus II terdapat 6 responden atau 27,27 %, ini juga berarti mengalami penurunan dari siklus I ke siklus II sebesar 15,29 %.
Jurnal
37
Ahmad Chusaini – Faridah Hanum
PENUTUP Kesimpulan Hasil penelitian tindakan kelas yang diadakan di sekolah MI Ma’arif candi pada kelas VB disimpulkan bahwa materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan metode CTL menunjukkan ada peningkatan hasil belajar peserta didik, terbukti pada data-nilai yang mengalami peningkatan prosentase yang signifikan diambil selama masa penelitian melalui pre tes dan pos tes serta hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan sikap dan motivasi yang cukup baik bagi peserta didik untuk selalu belajar. Saran Metode CTL ini dengan cara mengaplikasikan ke konteks kehidupan seharihari perlu dibiasakan pada peserta didik khususnya pada materi SKI agar mereka dapat berfikir rasionalistis, kritis dan aktif serta tidak hanya belajar teori-teori saja. Metode ini sudah teruji, perlu dicoba dan diterapkan oleh pendidik lainnya. DAFTAR RUJUKAN Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Padang: Terbitan Kalangan Sendiri. Sudikin et al. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Insan Cendekia. Mulyasa, E. 2009. Praktik penelitian tindakan kelas, Bandung: Remaja Rosdakarya. Ramly, Mansyur et al. 2011. Materi Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Surabaya: Kampus UNESA. Amran YS, Chaniago. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Cet. V, Bandung: Pustaka Setia. Sadiman, Arif Sukadi. 1946. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar Cet.I. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi) Cet. IX, Jakarta: Bumi Aksara. Akhdinirwanto, Wahid et al. 2009. Cara Mudah Mengembangkan Profesi Guru, Yogyakarta: Sabda Media.
38
Jurnal