PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS IV MI MATHLAUL ANWAR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Ai Herawati NIM 1110018300014
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M
ABSTRAK
Ai Herawati (1110018300014). Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi “Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV MI Mathlaul Anwar”. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika dengan menggunakan pendekatan CTL. Penelitian dilakukan untuk siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar dengan materi FPB dan KPK. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Hasil Penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar matematika siswa pada materi FPB dan KPK. Kata Kunci : penelitian tindakan kelas, aktivitas belajar matematika, CTL.
i
ABSTRACK
Ai Herawati (1110019300014). Thesis Department of Education Elementary School Teacher (Primary Education), Faculty Tarbiyah ang TeachingUIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Chapter of Thesis “Improvement Studying Activity Mathematic of 4th Grade MI Mathlaul Anwar For Concept FPB and KPK By Contextual Teaching and Learning (CTL)”. Contextual Teaching and Learning (CTL) is an educational process that aims to help students see meaning in the academic material they are studying by connecting academic subject with the context of their daily live, that is, with context of their personal, social, and cultural circumstance. The purpose of this research is to improve studying activity mathematic by using Contextual Teaching and Learning (CTL). This research has realized at class 4 MI Mathlaul Anwar. The method of this research is classroom action research. And the result of this research showed that studying activity mathematic student has improved in concept FPB and KPK. Key words : classroom action research, studying activity mathematic, Contextual Teaching and Learning.
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV MI Mathlaul Anwar”. Banyak hambatan yang penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, namun
dengan keyakinan dan kesungguhan, akhirnya
penulis
mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moral maupun material. Adapun ucapan terima kasih yang disampaikan penulis kepada, 1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah. 2. Dr. Fauzan, MA. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 3. Asep Ediana Latip, M. Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. 4. Dr. Tita Khalis Maryati, M. Kom. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan penuh pengertian membantu, membimbing, dan memberikan pemahaman mengenai materi yang berhubungan dengan skripsi ini. 5. Abdul Ghofur, MA. selaku dosen penasehat akademik yang telah membimbing dan memberikan arahan-arahan dari awal semester hingga penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak membantu dan mengembangkan ilmu selama penulis mengikuti proses perkuliahan. 7. Para staf perpustakaan, baik Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
yang telah membantu penulis dalam mencari referensi untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Kepala Sekolah MI Mathlaul Anwar, guru matematika kelas IV, siswa-siswi kelas IV, dan seluruh staf yang telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian demi terselesaikannya skripsi ini. 9. Orang tua saya tercinta, Ayahanda Anin dan Ibunda Iyumenah, adik-adikku A’an Ferawati Fazrin dan Firdha Anindya Rahma. Beserta keluarga besar H. Misan dan H. Sadih yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabat kesayangan, Njee, Lina, Azizah, Ima, Fika, Roro, Tutu, Nufus, Vina, Nce, Erien, Fitri, Ihda serta kawan seperjuangan bimbingan Tuti dan Miar yang menjadi tempat berbagi ilmu kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Dan seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga bantuan, bimbingan, semangat, doa, dan dukungan yang diberikan pada penulis dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi penyusunan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.
Jakarta, 4 Desember 2014
Ai Herawati
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK…………………………………………………………………..…… i ABSTRACK………………………………………………………………..…… ii KATA PENGANTAR………………………………………………………..… iii DAFTAR ISI……………………………………………………………….……. v DAFTAR TABEL…………………………………………………………..…. vii DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………… viii DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… ix BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………... 1 A. Latar Belakang…………………………………………………....... 1 B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian…………………………….. 4 C. Pembatasan Fokus Penelitian…………………………………….… 5 D. Perumusan Masalah Penelitian…………………………………….. 5 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian………………………………...… 5
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN……………………………………………………. 6 A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti……………………….... 6 1. Aktivitas Belajar Matematika………………………………….. 6 2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)……..... 10 a. Definisi CTL…………………………………………….... 10 b. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL…………..... 11 c. Komponen Utama CTL………………………………….... 12 d. Karakteristik CTL……………………………………...…. 13 e. Langkah-langkah Penerapan CTL………………………… 14 f. Hubungan Antara Aktivitas Pembelajaran Matematika Siswa dengan CTL………………………………………. 17 g. Operasi Hitung FPB dan KPK……………….……..…… 18 B. Hasil Penelitian yang Relevan…………………………….……. 21 C. Kerangka Berpikir………………………………………………. 22
v
D. Hipotesis Tindakan………………………………………..…….. 23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN…………………………….……. 24 A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………...…… 24 B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian…………… 24 C. Subjek Penelitian……………………………………………...… 26 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian…………………...… 27 E. Tahapan Intervensi Tindakan…………………………….……... 27 F. Hasil Inervensi Tindakan yang Diharapkan…………………….. 28 G. Data dan Sumber Data………………………………………….. 28 H. Instrumen Pengumpulan Data……………………..…….……… 28 I. Teknik Pengumpulan Data…………………………….………... 29 J. Teknik Pmeriksaan Keterpercayaan…………………….………. 30 K. Analisis Data dan Interpretasi Data……………………….…….. 33 L. Pengembangan Perencanaan Tindakan…………………………. 34
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN……..… 36 A. Deskripsi Data………………………………………………...… 36 B. Analisis Data……………………………………………………. 76 C. Pembahasan…………………………………………………...… 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 82 A. Kesimpulan...................................................................................... 82 B. Saran................................................................................................. 82 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 84 LAMPIRAN………………………….………………………………………… 85
vi
DAFTAR TABEL Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
24
Tabel 3.2
Tahapan Intervensi Tindakan
27
Tabel 3.3
Indikator Aktivitas Belajar Siswa
29
Tabel 4.1
Observasi Guru Untuk Setiap Pertemuan
51
Tabel 4.2
Rekapitulasi Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I
52
Tabel 4.3
Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I
57
Tabel 4.4
Rekapitulasi Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II
71
Tabel 4.5
Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus II
75
Tabel 4.6
Perbandingan Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa
76
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
77
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1
Model PTK Kurt Lewin………………………………….…. 26
Gambar 4.1
Suasana Diskusi Kelompok Dengan Keadaan Siswa Yang Belum Tertib………………………………………………... 39
Gambar 4.2
Contoh Jawaban Siswa Untuk Lembar Permasalahan 2….… 43
Gambar 4.3
Contoh Keberanian Siswa Untuk Maju Ke Depan Kelas…... 46
Gambar 4.4
Contoh Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Faktor 49
Gambar 4.5
Contoh Jawaban Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Faktor Persekutuan Dua Bilangan………………………….……... 50
Gambar 4.6
Pemodelan/Pencontohan Siswa Menentukan Kelipatan Suatu Bilangan di Depan Kelas…………………….…....… 61
Gambar 4.7
Perbandingan Jawaban Siswa dalam Mengerjakan Soal Kontekstual yang Berhubungan Dengan KPK ……...….… 62
Gambar 4.8
Contoh Suasana Siswa Sudah Tertib Dalam Berdiskusi Kelompok…………………………………………..…..….. 65
Gambar 4.9
Perwakilan Siswa Membacakan Hasil Diskusi di Depan Kelas……………………………………………………..… 67
Gambar 4.10
Grafik Persentase Aktivitas Siswa…………………………78
Gambar 4.11
Grafik Hasil Belajar Siswa…………………………………80
viii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I............... 85
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II……….. 97
Lampiran 3
Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I…………………...….. 113
Lampiran 4
Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II………………...……. 118
Lampiran 5
Lembar Pedoman Wawancara Guru (Pra Penelitian)….….. 124
Lampiran 6
Lembar Pedoman Wawancara Siswa (Pra Penelitian)…..… 125
Lampiran 7
Lembar Observasi Guru (Pra Penelitian)…….……………. 126
Lampiran 8
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa (Pra Penelitian) 128
Lampiran 9
Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa…….………………….. 130
Lampiran 10
Hasil Uji Validitas………………………………………… 136
Lampiran 11
Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I…………………….. 141
Lampiran 12
Hasil Observasi Guru dan Aktivitas Siswa Siklus I………. 143
Lampiran 13
Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II…………………… 159
Lampiran 14
Hasil Observasi Guru dan Aktivitas Siswa Siklus II…...…. 161
Lampiran 15
Hasil Wawancara Guru (Pra Penelitian)…………………... 177
Lampiran 16
Hasil Wawancara Siswa (Pra Penelitian)…...…………….. 179
Lampiran 17
Profile Madrasah………..…………………………………. 181
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk ke dalam mata pelajaran inti dalam isi kurikulum pendidikan sekolah dasar. Karena matematika di sekolah dasar merupakan basic atau dasar dari pengembangan isi dari materi pelajaran matematika ditingkat selanjutnya. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di sekolah dasar harus benar-benar diperhatikan. Dari mulai penggunaan metode, media, pengelolaan kelas, evaluasi, dan sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dan sebagai guru yang profesional, menjadi sebuah tanggung jawab bagi guru agar dapat mengajarkan matematika itu sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya agar dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual tersebut, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Selain itu,untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, matematika di sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Faktanya, berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti pada penelitian pendahuluan, proses pembelajaran matematika di kelas IV masih belum sesuai dengan standar proses pendidikan yang didesain untuk membelajarkan siswa atau menjadikan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Proses pembelajaran matematika yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa belum sepenuhnya terwujud. Proses pembelajaran yang terjadi hanyalah proses pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai objek belajar, mereka terbiasa
1
2
dengan menerima langsung materi pelajaran tanpa harus menemukan atau mengkonstruksinya sendiri. Hal seperti itulah yang peneliti temukan pada MI Mathlaul Anwar khususnya pada siswa kelas IV yang menjadi subjek penelitian. Masalah yang peneliti temukan dalam proses pembelajaran tersebut tidak terlepas kaitannya dengan guru, siswa, dan materi dari mata pelajaran matematika itu sendiri. Penggunaan metode pembelajaran yang konvensional oleh guru sehingga
lebih
banyak
menjadikan
siswa
objek
dalam
pembelajaran,
menyebabkan komunikasi satu arah yang terjadi. Siswa juga tidak dituntut untuk menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuannya tetapi langsung menerima ilmu/pengetahuan yang sudah jadi dari gurunya. Hal itu menyebabkan siswa menjadi malas, kurang kreatif, dan kritis dalam menanggapi sesuatu. Selain itu, kurangnya penggunaan media pun menyebabkan siswa menjadi kurang antusias dan semangat dalam memulai pembelajaran. Selanjutnya, karena siswa lebih sering dijadikan objek pembelajaran dan diberi pengetahuan yang langsung jadi dari gurunya, tanpa diberikan kesempatan untuk menemukan atau mengkonstruksi sendiri terlebih dahulu sehingga menyebabkan partisipasi siswa dalam pembelajaran pun menjadi sangat kurang. Karena partisipasi yang kurang tersebut, siswa lama-kelamaan menjadi bosan dan mulai tidak fokus di dalam pembelajaran. Ketika siswa sudah mulai tidak fokus bahkan sudah mulai tidak peduli di dalam proses pembelajaran, maka akan menyebabkan ketidaksukaan siswa terhadap mata pelajaran matematika dan menyebabkan asumsi-asumsi negatif siswa tentang pelajaran tersebut. Asumsiasumsi tersebut diantaranya mereka menganggap bahwa matematika itu pelajaran yang sulit dan rumit sebab di dalamnya terdapat banyak angka-angka dan rumusrumus yang harus dihafal. Dari masalah-masalah yang telah disebutkan tadi, jelaslah bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam pengajaran matematika yang disampaikan oleh guru. Sehingga aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pun menjadi menurun. Padahal, hakikatnya setiap guru itu harus memiliki paling sedikit empat kompetensi guru. Empat kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi
3
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.1 Dengan kompetensi tersebut, guru dituntut untuk dapat menguasai materi dan tepat dalam pemilihan metode pembelajaran dalam menyampaikannya. Sebab dengan begitu, materi yang disampaikan pun akan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang di harapkan. Apabila dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak berpartisipasi aktif,
bahkan
siswa
yang
menemukan
dan
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuannya maka hasilnya pun akan lebih memuaskan. Sebab apa yang ditemukan sendiri oleh siswa akan lebih membekas di dalam benak dan ingatannya. Jadi, tanpa harus guru menuntut untuk menghapal, dengan sendirinya siswa akan hafal atau mengingat apa yang telah ia pelajari atau temukan dengan sendirinya. Salah satu strategi yang dapat mengatasi masalah tentang aktivitas belajar siswa adalah CTL. Karena menurut Wina Sanjaya dalam bukunya “Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotor. Belajar melalui CTL diharapkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.2 Selain itu di dalam buku karangan Trianto, dikatakan bahwa pendekatan CTL pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar tersebut lebih diwarnai student centered daripada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan 1
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru, h. 5. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. Ke-5, h. 255. 2
4
berbasis pada aktivitas siswa.3 Itulah yang menjadi pertimbangan mengapa peneliti mengambil solusi untuk menerapkan pendekatan CTL dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Sebab salah satu hakikat CTL yaitu siswa menemukan atau mengkonstruksi pengetahuan dengan sendirinya. Berdasarkan gambaran dari permasalahan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelajaran matematika perlu adanya sebuah inovasi dalam penggunaan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran tersebut khususnya pada siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar. Oleh sebab itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV MI Mathlaul Anwar”.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah, sebagai berikut: 1. Pembelajaran matematika yang selama ini masih cenderung berpusat pada guru. 2. Siswa lebih banyak dijadikan objek dalam pembelajaran. 3. Siswa langsung menerima materi tanpa proses menemukan langsung (inkuiri dan konstruktivisme dalam pendekatan CTL). 4. Kurang variatifnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. 5. Guru kurang memanfaatkan penggunaan media dalam proses pembelajaran. 6. Siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 3
Trianto, Mendesain Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-3, h. 111.
5
C. Pembatasan Fokus Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada masalah peningkatan aktivitas belajar matematika dengan menggunakan pendekatan CTL.
D. Perumusan Masalah Penelitian Berdasarkan batasan masalah di atas maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan pendekatan CTL dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika pada siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar?
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka secara garis besar tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk meningkatan aktivitas belajar matematika melalui penerapan pendekatan CTL pada siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi diri sendiri, yaitu sebagai acuan untuk menerapkan proses pembelajaran yang lebih tersusun dan terencana sehingga dapat menghasilkan proses pembelajaran yang lebih baik lagi. b. Bagi kepala sekolah, sebagai tolak ukur dalam perkembangan proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh tenaga pengajar di sekolahnya. c. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan dan dapat digunakan sebagai salah satu referensi pengguna pendekatan CTL dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti Pada bab ini membahas tentang acuan teori area dan fokus yang diteliti, yaitu
mengenai pengertian aktivitas belajar secara umum, matematika, dan
beberapa penjelasan yang berkaitan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) tersebut selanjutnya akan ditulis sebagai CTL.
1. Aktivitas Belajar Matematika Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar ke dua aktivitas itu harus selalu terkait. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, maka tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar.4 Aktivitas dalam proses pembelajaran tersebut yaitu dengan mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Aktivitas dalam belajar yang dimaksud adalah aktivitas belajar siswa setelah diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL. Keaktivan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam kehidupan seharihari. Mc Keachie mengemukakan 7 aspek terjadinya keaktivan siswa: 1) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran. 2) Tekanan pada aspek afektif dalam belajar. 3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa. 4) Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar. 4
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet. Ke-19, h. 95-96.
6
7
5) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran. 6) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.5 Berdasarkan pola aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka aktivitas dan partisipasi itu merupakan penekanan pembelajaran kompetensi, diamana proses yang dilakukan menekankan tercapainya suatu tujuan (indikator) yang dikehendaki. Siswa tidak hanya dibebankan mengetahui soal-soal teori-teori akan tetapi mampu menerapkan atau mempraktikannya secara berimbang. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam dirinya. Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing. Menurut Dewey, guru berperan untuk menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta siswa dan guru dalam pembelajaran aktif akan tercipta suatu pengalaman yang bermakna sehingga dapat membentuk “siswa sebagai manusia seutuhnya”.6 Paul B. Diedrich menyimpulkan kegiatan peserta didik yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain sebagai berikut: 1) Visual activitiest, membaca, memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya. 2) Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya. 3) Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.
5 6
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), h. 77. Martinis Yamin, Ibid. h. 82.
8
4) Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya. 5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya. 6) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7) Mental
activities,
menganggap,
mengingat,
memecahkn
masalah,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8) Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.7 Matematika berasal dari perkataan latin mathematica, yang berasal dari perkataam Yunani mathematike, yang berarti “relating to learning”. Yang berasala dari akar kata “mathema” yang berarti pengetahuan atau ilmu. Mathemaike berhubungan erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathein yang mengandung arti belajar. Banyak pendapat yang muncul tentang pengertian matematika. Namun hal itu tidak dapat didefinisikan dengan cara tepat dan menyeluruh. Hal ini karena belum ada kesepakatan mengenai definisi matematika dari para ahli. Menurut Johnson dan Rising dalam Russefendi bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian logis, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.8 Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi, yaitu memiliki objek tujuan abstrak bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.9 Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah cara berfikir dengan bahasa simbolis yang bernalar
7
Sardiman, Op.cit. h. 101. Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika (Bandung: UPI PRESS, 2006) h. 4. 9 Heruman, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007) hlm. 1. 8
9
deduktif dan induktif yang terdri dari pengetahuan tentang bilangan-bilangan, bentuk, susunan besaran, konsep-konsep yang berhubungan dan terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Proses belajar matematika dapat berlangsung dengan efektif jika orang tua bersama dengan guru mengetahui tugas apa yang akan dilaksanakan mengenai proses belajar matematika. Sifat-sifat proses belajar matematika adalah:10 1) Belajar matematika merupakan suatu interaksi antara anak dengan lingkungan. 2) Belajar berarti berbuat 3) Belajar berarti mengalami 4) Belajar matematika memerlukan motivasi 5) Belajar matematika memerlukan kesiapan anak didik 6) Belajar matematika harus menggunakan daya pikir 7) Belajar matematika melalui latihan Matematika timbul karena fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran. Matematika terdiri dari 4 wawasan yang luas ialah: aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis. Di mana dalam aritmetika mencakup antara lain teori bilangan dan statistika. Selain itu, matematika adalah ratunya ilmu, maksudnya antara lain bahwa matematika itu tidak bergantung kepada bidang studi lain; bahasa, dan agar dapat difahami orang dengan tepat kita harus menggunakan simbol dan istilah yang cermat yang disepakati secara bersama; ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif.11
10
Erna suwangsih, ibid. h. 18-20. H. E. T. Ruseffendi, Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA, (Bandung: Tarsito, 2006), Edisi Revisi, h. 260-261. 11
10
2. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada bagian ini secara keseluruhan menjelaskan tentang hakekat pendekatan CTL, latar belakang filosofis dan psikologis CTL, komponenkomponen utama pada CTL, karakteristik CTL, langkah-langkah penerapan CTL, dan hubungan aktivitas belajar siswa dengan CTL dan pembelajaran matematika.
a. Definisi CTL Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga Negara, dan tenaga kerja.12 Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk
dapat
menemukan
materi
yang
dipelajari
dan
menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.13 Sistem CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.14
12
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2007), h. 101. 13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), cet. ke-5, h. 255. 14 Elaine B. Johnson, CTL Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa, 2010), cet.ke-1, h. 67.
11
b. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis CTL Filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivistik, yaitu belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Menurut pandangan konstruktivistik, perolehan pengalaman seseorang itu dari proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengalaman yang lebih khusus ialah pengetahuan yang tertanam dalam benak sesuai dengan skemata yang dimiliki seseorang.15 Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, CTL banyak dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak,
sangat
berpengaruh
terhadap
beberapa
diantaranya model pembelajaran kontekstual.
model
pembelajaran
16
Menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemberitahuan orang lain, tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan yang demikian akan mudah dilupakan dan tidak fungsional.17 Dari sudut pandang psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini, proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan Srimulus dan Respons. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar mengakibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak, pada
15
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik, (Jakarta: Referensi, 2012), h.
76. 16
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. Ke-5, h. 111. 17 Wina Sanjaya, ibid, h. 113.
12
dasarnya adalah wujud dari adanya dorongan yang berkembang dalam diri seseorang.18
c. Komponen Utama CTL Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu sebagai berikut: 1) Konstruktivisme. Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dalam konstruktivisme pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Dalam pandangan konstruktivisme “strategi memperoleh” lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.19 2) Menemukan (Inquiry). Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. 3) Bertanya (Questioning). Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. 4) Masyarakat belajar (learning community). Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompokkelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya. 5) Pemodelan (modelling), adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. 6) Refleksi (reflection), adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadiankejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap akhir proses 18 19
Wina Sanjaya, ibid, h. 113-114. Trianto, op.cit, h. 108.
13
pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkan secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. 7) Penilaian nyata (authentic assessment), adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian. Jadi siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara, tidak melulu dari hasil ulangan tulis.20 Sedangkan
pada
buku
Strategi
Pembelajaran
karangan
Dra. Masitoh, M. Pd. dan Laksmi Dewi, M. Pd. Komponen CTL meliputi: making meaningful connections, doing significant work, self-regulated learning, collaborating, critical and creative thingking, nurturing the individual, reaching high standards, using authentic assessment.21 Menurut Elaine B. Johnson, sistem CTL mencakup delapan komponen: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, menggunakan penilaian autentik.22 d. Karakteristik CTL Terdapat lima karakteristik penting yang harus diperhatikan dalam poses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL, yaitu: 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 20
Wina Sanjaya, Op.cit, h. 264-269. Masithoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2009), h. 281. 22 Elaine B. Johnson, op. cit, cet.ke-1, h. 65-66. 21
14
2) Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara deduktif, yaitu mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. 3) Pemahaman
pengetahuan
(understanding
knowledge),
artinya
pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihapal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5) Melakukan
refleksi
(reflecting
knowledge)
terhadap
strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi.23
e. Langkah-langkah Penerapan CTL Sebelum
melaksanakan
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan CTL, tentu saja terlebih dahulu guru harus membuat disain (skenario) pembelajarannya, sebagai pedoman umum sekaligus sebagai alat kontrol dalam pelaksanaannya. Pada intinya pengembangan setiap komponen CTL tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut:24 1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus akan dimilikinya.
23 24
Wina Sanjaya, Op.cit, h. 256. Masitoh dan Laksmi Dewi, ibid, h. 285.
15
2. Melakukan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan-pertanyaan. 4. Menciptakan masyarakat belajar seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model bahkan media yang sebenarnya. 6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. 7. Melakukan penilaian secara objektif yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa. Selain langkah-langkah penerapan CTL, ada pula tujuh strategi yang harus digunakan secara proposional dan rasional dalam pendekatan CTL, yaitu: 1. Pengajaran berbasis problem atau masalah, dengan memunculkan problem yang dihadapi bersama siswa ditantang untuk berfikir kritis untuk memecahkannya, problem seperti ini membawa makna personal dan sosial bagi siswa. 2. Menggunakan
konteks
yang
beragam,
guru
membermaknakan
pusparagam konteks sehingga makna yang diperoleh siswa menjadi semakin berkualitas. 3. Mempertimbangkan kebhinekaan siswa, guru mengayomi individu dan meyakini
bahwa
perbedaan
individual
dan
sosial
seyogyanya
dibermaknakan menjadi mesin penggerak untuk belajar saling menghormati dan membangun toleransi demi terwujudnya keterampilan interpersonal. 4. Memberdayakan siswa untuk belajar sendiri, setiap manusia menjadi pembelajar aktif sepanjang hayat, melalui pendidikan untuk belajar
16
mandiri di kemudian hari. Untuk itu siswa mesti dilatih berfikir kritis dan kreatif dalam mencari dan menganalisis informasi dengan sedikit bantuan atau malah secara mandiri. 5. Belajar melalui kolaborasi, siswa dibiasakan belajar dari dan dalam kelompok untuk berbagi pengetahuan dan menentukan fokus belajar. 6. Menggunakan
penilaian
autentik,
pembelajaran
dengan
CTL
penilaiannya adalah penilaian individual, yakni mengakui kekhasan sekaligus keluasan dalam pembelajaran, materi ajar, dan prestasi yang dicapai siswa. 7. Mengejar standar tinggi, standar unggul sering dipersepsi sebagai jaminan untuk mendapatkan pekerjaan, atau minimal membuat siswa merasa pede untuk menentukan pilihan masa depan. Agar menjadi manusia yang kompetitif, maka dari itu menentukan kompetensi lulusan dari tahun ke tahun terus ditingkatkan.25 Sebenarnya, secara umum tidak ada perbedaan mendasar antara format program pembelajaran konvensional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru selama ini. Adapun yang membedakannya terletak pada penekanannya, di mana pada model konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sementara program
pembelajaran
CTL
lebih
menekankan
pada
skenario
pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap-demi tahap yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam upaya tujuan pembelajaran yang diharapkan.26 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hakekat pembelajaran kontekstual (1) pembelajaran didasarkan pada masalah; (2) pembelajaran terjadi dalam konteks yang beragam, seperti rumah, sekolah, masyarakat, dan tempat kerja; (3) membantu perkembangan pembelajaran mandiri; (4) 25
Gelar Dwi Rahayu dan Munasprianto Ramli, Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, (Jakarta: Project Implementation Committee (PIC) UIN Jakarta, 2007), h. 90. 26 Rusman, Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), cet. Ke-3, h. 200.
17
menggambarkan
keanekaragaman
peserta
didik;
(5)
menggunakan
kelompok-kelompok belajar yang saling ketergantungan; (6) menggunakan penilaian yang sesungguhnya; (7) memerlukan pemikiran yang lebih tinggi (kritis dan kreatif).27 f. Hubungan Antara Aktivitas Pembelajaran Matematika Siswa dengan CTL Pelajaran matematika merupakan ilmu terstruktur, jadi penyampaian materi
matematika
harus
berdasarkan
pada
usia
pendidikannya.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar yang sudah diperkenalkan konsep dasar matematika pada kelas 4. Usia siswa sekolah dasar kelas 4 sekitar 10-12 tahun. Pada usia ini menurut Piaget masih pada tahap operasi kongkrit. Artinya bahwa pembelajaran matematika harus disampaikan siswa dengan menggunakan konteks yang sesuai dengan keadaan lingkungan siswa sendiri.28 Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya para siswa melihat makna di dalam tugas sekolah. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis mereka dengan konteks kehidupannya maka akan semakin banyak makna yang mereka dapatkan dari pelajaran tersebut. Menurut
Elain
B.
Johnson
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekan CTL dianggap suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran matematika, artinya bagian-bagian dalam pembelajaran matematika jika digabungkan akan menghasilkan pemahaman matematika yang lebih optimal.29
27
Martinis Yamin, op. cit., h. 88. Gelar Dwi Rahayu dan Munasprianto Ramli, op. cit., h. 88. 29 Ibid., h. 88-89. 28
18
Pemanfaatan pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa akan menjadi peserta aktif bukan hanya pengamat yang pasif, dan bertanggung jawab terhadap belajarnya. Penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja.30 Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang banyak diterapkan di sekolah sekarang ini, CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan, dalam pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.31
g. Operasi Hitung FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dan KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) Jika bilangan bulat positif r merupakan faktor bilangan bulat positif p dan q, maka r disebut faktor persekutuan p dan q. selanjutnya diantara faktor persekutuan dua bilangan tersebut terdapat bilangan yang terbesar, disebut faktor persekutuan terbesar (FPB). Contoh: Tentukan FPB dari 14, 28, dan 42! Jawaban: Faktor dari 14 adalah 1, 2, 7, 14 Faktor dari 28 adalah 1, 2, 4, 7, 14, 28 Faktor dari 42 adalah 1, 2, 3, 6, 7, 14, 21, 42 Jadi, FPB dari 14, 28, dan 42 adalah 14. 30 31
Trianto, opcit, h. 105. Wina Sanjaya, opcit, h. 261.
19
Bilangan 14 adalah bilangan terbesar yang habis membagi 14, 28, dan 42. Berdasarkan contoh tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: “FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari dua bilangan atau lebih adalah bilangan terbesar yang merupakan faktor persekutuan bilangan-bilangan tersebut”. Teknik lain untuk menentukan FPB dari dua bilangan atau lebih adalah dengan faktorisasi prima. Fakrotisasi prima yang dimaksud di sini adalah perkalian antar bilangan prima. Petunjuk untuk menentukan FPB dari dua bilangan atau lebih dapat dilakukan dengan cara berikut: 1) Faktorkan bilangan-bilangan yang akan dicari FPB-nya dalam faktor prima. 2) Pilih faktor yang sama. 3) Jika faktor yang sama mempunyai pangkat berbeda-beda, pilih faktor dengan pangkat terkecil. Contoh: Tentukan FPB dari 36 dan 81! Jawaban: 36 = 22 × 32 81 = 34 Faktor yang sama 3, dengan pangkat terkecil 2. Jadi, FPB dari 36 dan 81 adalah 32 = 9. Contoh: Tentukan FPB dari 45, 75, dan 120! Jawaban: 45 = 32 × 5 81 = 3 × 52 120 = 23 × 3 × 5 Faktor yang sama 3 dan 5, dengan pangkat terkecilnya 1. Jadi, FPB dari 45, 75, dan 120 adalah 3 × 5 = 15
20
Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan: “FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari dua bilangan atau lebih diperoleh dari hasil kali faktor-faktor prima yang sama dengan pangkat terendah”. KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dari dua bilangan atau lebih adalah bilangan terkecil yang habis dibagi oleh bilangan-bilangan tersebut. Contoh: Tentukan KPK dari 6 dan 8 Jawaban: Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, … Kelipatan 8 adalah 8, 16, 24, … Jadi KPK dari 6 dan 8 adalah 24. Bilangan 24 adalah bilangan terkecil yang habis dibagi oleh bilangan 6 dan 8. Berdasarkan contoh di atas kita dapat mencari KPK dari dua bilangan atau lebih dengan cara sebagai berikut: 1) Tentukan kelipatan dari masing-masing bilangan yang akan kita cari KPK-nya. 2) Tentukan kelipatan persekutuan dari bilangan-bilangan itu. 3) Tentukan bilangan terkecil dari kelipatan persekutuan tadi. Bilangan ini merupakan KPK dari bilangan-bilangan tersebut. Teknik lain untuk menentukan KPK dari dua bilangan atau lebih adalah dengan faktorisasi prima. Faktorisasi prima yang dimaksud di sini adalah perkalian antar bilangan prima. Untuk menentukan KPK dari dua bilangan atau lebih dapat dilakukan dengan cara berikut: 1) Faktorkan bilangan-bilangan yang akan dicari KPK-nya dalam faktor prima. 2) Ambil semua faktor yang ada.
21
3) Jika ada faktor yang sama dan faktor tersebut mempunyai pangkat yang berbeda-beda ambil faktor yang mempunyai pangkat terbesar. Agar lebih jelas, perhatikan contoh berikut. Contoh: Tentukan KPK dari 42 dan 18! Jawaban: 42 = 2 × 3 × 7 18 = 2 × 32 KPK dari 42 dan 18 adalah 2 × 32 × 7 = 126 Berdasarkan contoh tersebut, dapat disimpulkan: “KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil) dari dua bilangan atau lebih adalah hasil kali semua faktor-faktor prima pada kedua bilangan, jika ada faktor yang sama pilih faktor dengan pangkat tertinggi”.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Rizal Rahman mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di dalam skripsinya pada tahun 2013 dengan judul Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika di MI AlBahr memiliki hasil bahwa CTL terbukti dapat meningkatkan hasil belajar matematika di MI Al-Bahr. Sebab dalam penelitian tersebut siswa dibiasakan untuk memahami materi dari masalah kontekstual dan siswa menemukan pemahamannya sendiri melalui sebuah kegiatan yang diberikan. Sehingga kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Selanjutnya pada skripsi Noviandi Hamid yang juga merupakan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di tahun 2011 dengan judul Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme memiliki hasil bahwa pendekatan konstruktivisme dengan mengolaborasikan strategi tutor sebaya dan metode diskusi pada pembelajaran dapat meningkatkan
22
aktivitas belajar matematika siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa meningkat secara bertahap. Dari beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dilihat bahwa penelitian yang dilakukan oleh Rizal Rahman adalah pendekatan CTL yang dipakai untuk meningkatkan hasil belajar matematika, sedangkan penelitian yang peneliti lakukan adalah pendekatan CTL untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviandi Hamid, penelitian yang ia lakukan yaitu mengenai aktivitas belajar siswa melalui pendekatan konstruktivisme, pendekatan yang dapat dikatakan ada kaitannya dalam komponen utama CTL. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran Matematika di sekolah pada umumnya memiliki masalah diantaranya, dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode konvensional yang lebih banyak berpusat pada guru. Sehingga pada proses pembelajaran siswa lebih banyak diam dan dituntut untuk menghapal materi yang telah disampaikan oleh guru. Padahal, jika merujuk kepada proses pembelajaran yang sesungguhnya, guru bukan menjadi sumber satu-satunya belajar, tetapi lebih dominan sebagai fasilitator. Hal tersebut dikarenakan jika siswa yang lebih banyak berperan dalam proses pembelajaran, maka materi pembelajaran pun akan lebih berkesan dan akan selalu dihapal oleh siswa sebab ia menemukan materi dengan sendirinya tanpa harus selalu menunggu penjelasan dari guru. Pada pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan CTL ini dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika, sebab sangat membantu siswa dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran pun akan lebih berkesan dan bermakna untuk siswa, dan persepsi negatif siswa mengenai pelajaran matematika
23
yang sulit dan penuh dengan hapalan rumus-rumus dapat berubah menjadi persepsi yang positif.
proses pembelajaran matematika kurang mengaktifkan siswa
penerapan pendekatan CTL
aktivitas belajar matematika meningkat
D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pemasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti mengambil hipotesis bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika pada siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MI Mathlaul Anwar yang berlokasi di Jl. H. Rean Benda Baru-Pamulang, Tangerang Selatan. Adapun penelitian ini dilakukan selama Bulan Maret-September 2014. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian No. 1.
2.
3.
Kegiatan Penelitian Penyelesaian bab I-bab III dan instrumen penelitian Observasi dan pelaksanaan PTK Penyelesaian laporan
Maret-Juli
AgustusSeptember
OktoberNovember
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas dan secara bersama. Metode penelitian kelas ini dilakukan pada pembelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan CTL untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Secara etimologi, ada istilah yang berhubungan dengan penelitian tindakan kelas (PTK)32, yakni : 1. Penelitian, menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data 32
Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), cet.ke-4, h. 2-3.
24
25
atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik dan penting bagi peneliti. 2. Tindakan, menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalm pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula. Adapun rancangan siklus dalam penelitian tindakan kelas adalah:33 1. Perencanaan, perencanaan dalam setiap siklus
disusun perencanaan
pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran. Dalam pembelajaran bukan hanya berisi tentang tujuan atau kompetensi yang harus dicapai akan tetapi juga harus lebih ditonjolkan oleh guru dalam proses pembelajaran, ini berarti perencanaan yang disusun harus dijadikan pedoman seutuhnya dalam proses pembelajaran. 2. Tindakan, pelaksanaan tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun. 3. Observasi (pengamatan), observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Melalui pengumpulan informasi, observer dapat mencatat berbagai kelemahan dan kelebihan guru dalam melaksanakan tindakan, sehingga hasilnya dapat dijadikan masukan ketika guru melakukan refleksi untuk penyusunan rencana ulang memasuki siklus berikutnya. 4. Refleksi, refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan yang dilaksanakan guru selama tindakan. Dari hasil refleksi, guru dapat mencatat berbagai kekurangan yang perlu diperbaiki, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana ulang. 33
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-2, h.78-80.
26
Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus dapat digambarkan sebagai berikut:34
tahap 1 • perencanaan tahap 4 • refleksi
tahap 2 • tindakan
tahap 3 • pengamatan Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan (action research), terutama penelitian tindakan kelas (classroom action research). Konsep pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II. Apabila dengan hasil dari siklus II sudah menunjukkan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III dengan hasil refleksi pada siklus II sebagai acuan.
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar. Guru mata pelajaran matematika terlibat dalam penelitian ini sebagai pengamat (observer) jalannya penelitian. Selain itu, observer juga mengamati, menilai, dan memberi arahan kepada peneliti dalam menyampaikan materi kepada siswa. 34
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks, 2012), cet.ke-5, h. 28.
27
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana penelitian. Peneliti bekerja sama dengan guru matematika untuk kelas IV dan berperan sebagai observer yang menyaksikan segala aktivitas yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan Tahapan Pendahuluan
Siklus I Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
Refleksi
Kegiatan Melakukan observasi lapangan untuk memperoleh gambaran kondisi sekolah dan mengetahui berbagai permasalahan yang ada dan akan diteliti oleh peneliti. Observasi ini dilakukan yaitu dengan mengamati proses belajar mengajar di kelas, wawancara dengan guru yang mengajar Matematika di kelas IV, dan meminta pendapat siswa tentang proses pembelajaran Matematika yang disampaikan oleh guru. - Menyiapkan RPP yang menggunakan pendekatan CTL dan bahan ajar - Menyiapkan LKS - Menyiapkan instrumen (tes akhir siklus I, lembar observasi aktivitas belajar siswa) - Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun - Mencatat hal-hal penting yang terjadi di kelas - Melakukan tes akhir siklus I - Melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa berdasarkan lembar observasi - Mengumpulkan data hasil observasi - Menganalisis data yang diperoleh untuk memperbaiki dan menyempurnakan tindakan pada siklus selanjutnya - Menganalisis kelemahan dan kelebihan dari proses
28
pembelajaran yang berlangsung mempertimbangkan langkah selanjutnya Siklus II dan selanjutnya Penyusunan laporan penelitian
dan
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Dari tahapan intervensi tindakan yang dilakukan dalam 2 siklus tersebut di atas, maka diharapkan aktivitas belajar matematika siswa menjadi meningkat yang ditandai dengan pencapaian penilaian rata-rata persentase observasi guru dan siswa mencapai kategori baik, dan dari jumlah siswa kelas IV sebanyak 35 siswa mencapai rata-rata kelas dengan nilai rata-rata 70.
G. Data dan Sumber Data Adapun data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil wawancara, lembar observasi guru dan siswa, dan dokumentasi untuk melengkapi kejadian-kejadian penting di kelas. Sedangkan data kuantitatif berupa hasil tes siswa. Sumber data pada penelitian kelas ini adalah siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar.
H. Instrumen Pengumpulan Data Berdasarkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Instrumen non-tes. Instrumen non-tes yang digunakan diantaranya: a. Lembar observasi guru dan siswa. Lembar ini digunakan untuk mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai kegiatan guru dan siswa pada setiap tatap muka di kelas dengan menggunakan pendekatan CTL. b. Dokumentasi. Dokumentasi ini diperlukan sebagai bukti otentik proses pembelajaran yang dilakukan selama penelitian.
29
2. Instrumen tes berupa soal-soal yang diberikan pada tiap akhir pertemuan dan tes akhir siklus yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran melalui hasil belajar siswa. Adapun indikator aktivitas siswa yang akan digunakan pada lembar observasi sebagai berikut ini merupakan hasil kombinasi pilihan peneliti dengan berpedoman pada jenis-jenis aktivitas Paul B. Diedrich yang telah dijelaskan sebelumnya pada kajian teoritik. Tabel 3.2 Indikator Aktivitas Belajar Siswa No. 1.
2.
3. 4.
5.
6.
Aktivitas Belajar Indikator Aktivitas Belajar Siswa Visual activities 1) Memperhatikan gambar maupun demonstrasi yang ditampilkan pada saat pembelajaran Oral activities 2) Bertanya, menyanggah, maupun memberi pendapat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung 3) Berani menjelaskan jawaban atau mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas Listening activities 4) Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru Writing activities 5) Mencatat hal-hal penting atau menyalin materi yang disampaikan 6) Mengerjakan tugas atau latihan yang diberikan oleh guru Drawing activities 7) Membuat garis bilangan dalam menentukan kelipatan suatu bilangan 8) Membuat tabel petak perkalian dalam menentukan faktor suatu bilangan Emotional 9) Antusias dan semangat siswa dalam activities pembelajaran
I. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, peneliti mengambil dua jenis data, yaitu data kuantitatif (tes) dan data kualitatif (lembar observasi). 1. Data kuantitatif. Data kuantitatif ini diambil dengan menggunakan tes. Metode tes adalah metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mengukur
30
keberhasilan atau ketuntasan belajar siswa sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. 2. Data kualitatif. Data kualitatif ini diambil dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi aktivitas guru yang digunakan adalah lembar observasi bentuk checklist. Sedangkan untuk lembar observasi aktivitas siswa yaitu dengan mengamati jumlah siswa yang berpartisipasi pada aspek aktivitas tersebut. Data hasil observasi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa yang berlangsung selama proses pembelajaran.
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Teknik pemeriksaan keterpercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan
menggunakan
metode
triangulasi.
Triangulasi
adalah
membandingkan persepsi sumber data/informan yang satu dengan informan yang lain di dalam atau mengenai situasi yang sama.35 Triangulasi merupakan suatu proses memastikan sesuatu dari berbagai sudut pandang. Triangulasi berfungsi untuk meningkatkan ketajaman hasil pengamatan melalui berbagai cara dalam pengumpulan data. Dalam hal ini, teknik triangulasi dilakukan dengan cara mengobservasi guru dan aktivitas belajar siswa, mewawancarai guru dan siswa, serta memberikan tes kepada siswa. Agar diperoleh data yang valid sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukarannya. 1. Uji Validitas Uji validitas yang digunakan pada instrumen tes akhir siklus adalah dengan menggunakan validitas butir soal. Analisis kuantitatif atau sering pula disebut validitas empiris (empirical validity) adalah penelaahan butir soal berdasarkan pada karakteristik internal tes melalui data yang diperoleh secara
35
Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, op.cit, h. 83.
31
empiris. Karakteristik internal dimaksud meliputi parameter soal tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas.36 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keterpercayaan hasil tes. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf keterpercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha. Adapun rumus Alpha adalah sebagai berikut:37
∑
Keterangan: = koefisien reliabilitas soal n = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes ∑
= jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item = varian total
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Alpha, didapatkan reliabilitas soal adalah 0,83404571. Selanjutnya dalam pemberian interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes sebagai berikut, apabila
)
pada umumnya digunakan patokan
≥ 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji
reliabilitasnya dinyatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi (=reliable), sedangkan apabila
≤ 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar tersebut dinyatakan
belum memiliki reliabilitas yang tinggi (=un-reliable).38 3. Taraf Kesukaran Bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir 36
Endang Kurniawan dan Endah Mutaqimah, Penilaian KKG, (Jakarta: Depdiknas, 2009), h.
30. 37
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), cet. Ke-13, h.208. 38 Anas Sudijono, ibid, h. 209.
32
item tersebut. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaiknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P, singkatan dari kata ”proporsi”. Adapun persamaan atau rumus yang digunakan untuk mencari P adalah:39
Keterangan : = proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran = banyaknya peserta didik tes yang menjawab benar = skor maksimum = jumlah siswa 4. Daya Pembeda Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu soal dalam membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (−), tetapi pada daya pembeda ada tanda negatif. 40 Untuk mengetahui daya pembeda instrumen dalam penelitian ini, maka digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : J = jumlah peserta = banyaknya peserta kelompok atas = banyaknya peserta kelompok bawah = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
39
Endang Kurniawan dan Endah Mutaqimah, ibid, h. 31. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet. Ke-1, h. 226. 40
33
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar K. Analisis Data dan Interpretasi Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tes Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat adanya peningkatan presentase siswa yang tuntas belajar yaitu presentase siswa yang tuntas pada siklus I lebih dari presentase siswa yang tuntas pada data awal dan presentasi siswa yang tuntas pada siklus II lebih dari presentase siswa yang tuntas pada siklus I. Siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapatkan rata-rata kelas sebesar 70. Perhitungan presentase siswa yang tuntas belajar sebagai berikut:
Keterangan: P = presentase siswa yang tuntas belajar n = banyak siswa yang tuntas belajar N = banyak siswa keseluruhan 2. Lembar observasi Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya dihitung persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal yang dikalikan 100% yaitu: Persentase nilai rata-rata (NR) =
34
Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria aktivitas guru mata pelajaran, yaitu: sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Persentase intervalnya = Sehingga kriteria aktivitas guru dan siswa ditentukan sebagai berikut:41 90% − 100% = sangat baik 80% − 89% = baik 65% − 79% = cukup 55% − 64% = kurang Guru dinyatakan melaksanakan pembelajaran dengan baik jika berdasarkan lembar observasi, guru mendapat skor dari pengamat minimal berkriteria baik sedangkan subjek penelitian berdasarkan observasi siswa, mendapat skor dari pengamat minimal berkriteria baik. L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah
perencanaan
pendekatan
dilakukan,
maka
untuk
mengembangkan tindakan selanjutnya dilakukan evaluasi, yaitu evaluasi secara keseluruhan setelah pelaksanaan semua siklus dilakukan, apakah tujuan yang diharapkan dari penelitian ini sudah tercapai atau belum. Kemudian jika hasilnya belum memuaskan ataupun belum tercapai, maka evaluasi ini digunakan untuk melakukan refleksi kembali. Refleksi yang dilakukan peneliti yaitu evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan. Hasil observasi dalam monitoring dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan hasil observasi yang berupa proses dan hasil tindakan. Hasil observasi juga digunakan untuk evaluasi terhadap prosedur, apakah penelitian 41
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), cet. Ke-17, h. 82.
35
sudah sesuai dengan perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, apakah tidak terjadi penyimpangan dan apakah hasilnya sudah memuaskan. Maka dilakukan rancangan ulang yang diperbaiki, dimodifikasi, dan jika perlu disusun RPP baru. RPP yang diperbaiki digunakan untuk melakukan siklus yang berikutnya untuk mencapai hasil yang optimal.
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Deskripsi data ini berisi tentang penjelasan kegiatan pelaksanaan penelitian yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Adapun kegiatan pada penelitian tindakan kelas ini berawal dari kegiatan penelitian pendahuluan, perencanaan, pelaksanaan penelitian, tahap observasi atau pengamatan, dan refleksi. Berikut penjelasan secara rincinya mengenai tahap-tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
1. Penelitian Pendahuluan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di MI Mathlaul Anwar Benda Baru-Pamulang. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan kegiatan pra penelitian dengan melakukan observasi langsung ke sekolah tempat meneliti. Kegiatan ini merupakan langkah awal yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas. Dalam kegiatan pra penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika kelas IV, melakukan pengamatan aktivitas belajar mengajar di kelas, dan mendiskusikan pendekatan CTL yang akan digunakan dalam penelitian dengan guru, serta melakukan persiapan-persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara tersebut, diperoleh informasi bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar matematika di kelas adalah dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja. Guru merasa kesulitan untuk menggunakan metode lain dikarenakan kurangnya pengetahuan guru akan metode-metode baru yang inovatif, selain itu juga guru beranggapan bahwa metode-metode tersebut hanya mempersulit dan membutuhkan persiapan yang banyak.
36
37
Kurangnya penggunaan media pembelajaran dan alat peraga pun membuat pembelajaran di kelas menjadi membosankan. Implikasinya adalah siswa menjadi kurang berpatisipasi aktif dalam kegiatan belajar-mengajar, kebanyakan dari siswa tersebut acuh bahkan sulit diatur dan tidak mau mendengarkan penjelasan yang sedang disampaikan oleh guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru matematika, ditentukan kelas IV sebagai kelas yang cocok untuk dilakukan penelitian tindakan kelas, terkait dengan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika yang dianggap masih rendah. Selain itu, pada penelitian pendahuluan ini peneliti melakukan tes uji validitas pada siswa yang sebelumnya sudah pernah mempelajari materi FPB dan KPK yaitu siswa kelas 5 di sekolah tersebut. Tujuannya adalah agar soal-soal yang nanti akan diujikan pada tes siklus dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dianalisis soal-soal mana saja yang sesuai atau valid dengan tingkat kemampuan siswa.
2. Penelitian Siklus I Tindakan pembelajaran siklus I merupakan tindakan awal yang sangat penting, hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran selanjutnya. Kegiatan penelitian pada siklus I dilaksanakan empat kali pertemuan, setiap pertemuannya 2x35 menit (2 jam pembelajaran). Adapun tahap pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan segala hal yang akan dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini, diantaranya membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
dengan
materi
FPB
dan
KPK,
mempersiapkan LKS sebagai alat evaluasi, media atau alat peraga yang akan digunakan
sebagai
pembantu
dalam
menyampaikan
materi,
dan
mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi guru dan siswa
38
sebagai acuan pedoman penilaian aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu (2x35 menit) pada setiap pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dapat dilihat pada lampiran. Adapun uraian proses pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari Senin, 1 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.40. Pokok bahasan yang disampaikan adalah mengidentifikasi kelipatan suatu bilangan dengan menggunakan garis bilangan. Pada pertemuan pertama ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
mengkondisikan kelas, kemudian melakukan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan kepada siswa hal yang berkaitan konsep kelipatan. Peneliti memulai dengan pertanyaan “Jika sebuah toko grosir pakaian memberikan bonus sebuah kaos untuk setiap pembelian 4 kaos atau kelipatannya, maka berapa sajakah jumlah kaos yang harus dibeli agar mendapatkan bonus?”. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan seperti itu, awalnya tidak ada seorangpun yang berani menjawab. Tetapi, setelah peneliti meminta, dan mengulang pertanyaannya kembali, akhirnya ada seorang siswa yang menjawab “Saya tahu bu, caranya dengan mencari kelipatan 4”. Peneliti menjawab “Ya, betul sekali agar pembeli mendapatkan bonus, maka pembeli harus membeli baju tersebut sejumlah dengan kelipatan 4”. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan
39
40
dengan menggunakan media atau alat peraga, bisa juga dengan pendemonstrasian guru atau siswa di depan kelas. Ketika guru meminta seorang siswa untuk maju ke depan kelas, tidak banyak dari siswa yang mau. Hanya sekitar 5 orang siswa saja yang berani mengacungkan jarinya untuk maju ke depan kelas. Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang kelipatan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan lembar permasalahan yang berkaitan dengan materi kelipatan pada tiap kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri dan dapat bertukar pikiran oleh temannya yang lain. Dalam pendekatan CTL, kegiatan belajar siswa dengan menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut inkuiri dan konstruktivisme. Ketika siswa sedang mengerjakan lembar permasalahan, peneliti berkeliling mengamati pekerjaan siswa. Pada saat diskusi ini, masih banyak siswa yang hanya menghandalkan salah satu temannya yang pintar saja dan ada pula siswa yang berjalan-jalan keliling kelas mengganggu kelompok lain yang sedang berdiskusi. Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, peneliti meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Pada kesempatan ini, perwakilan siswa yang mau mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas hanya 2 orang saja dari 6 kelompok yang ada. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dan belum berani berbicara di depan kelas. Selama perwakilan siswa membacakan hasil diskusinya, peneliti memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan pada penjelasan siswa. Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah
41
disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Kamis, 4 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) yang dimulai pada pukul 08.40 sampai dengan pukul 09.50. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan. Pada pertemuan kedua ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan menanyakan tentang pelajaran yang telah lalu. “Siapa yang masih ingat, belajar apa kita kemarin?”, sebagian siswa menjawab “Belajar tentang kelipatan bu”, siswa lain ada yang menjawab lagi “Belajar mencari kelipatan pakai garis bilangan bu”. Kemudian peneliti menjawab “Ya,benar semua jawaban yang kalian sebutkan tadi, nah untuk hari ini kita akan belajar mengenai kelipatan persekutuan dua bilangan yang merupakan masih kelanjutan dari materi kelipatan yang lalu”. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya, pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar.
42
Kemudian peneliti memberikan contoh yang berkaitan dengan kelipatan persekutuan dua bilangan. “Misalnya Rizki les matematika setiap 3 hari sekali, sedangkan Pasha les setiap 2 hari sekali. Mereka berdua les ditempat yang sama, nah kira-kira setiap berapa hari saja mereka akan bertemu bersama di tempat les?”. Beberapa siswa menjawab “Caranya yaitu dengan mencari kelipatan 3 dan kelipatan 2 bu, terus dicari kelipatannya yang sama”. Peneliti menjawab “Nah benar sekali, caranya dengan mencari masing-masing kelipatan bilangan, lalu mencari kelipatan yang sama dari kedua bilangan tersebut”. Kemudian peneliti meminta beberapa siswa untuk menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan tersebut di depan kelas sehingga menjadi contoh bagi siswa lainnya dan melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. “Untuk mecarinya, coba ibu minta 2 orang untuk maju ke depan kelas menjawab soal yang tadi”. Pencontohan siswa untuk maju ke depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL pemodelan. Ketika peneliti meminta siswa untuk mencontohkan cara mencari kelipatan persekutuan 2 bilangan dengan menggunakan garis bilangan, siswa yang mengacungkan jarinya hanya sekitar 6 siswa, itu pun hanya siswa itu-itu saja yang berani atau mau mengacungkan jarinya. Akhirnya guru memilih 2 orang siswa diantara siswa yang tidak mengacungkan jarinya secara acak tanpa melihat apakah si siswa tersebut memiliki kemahiran lebih atau kurang. Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang kelipatan persekutuan dua bilangan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan lembar permasalahan yang berkaitan dengan materi kelipatan persekutuan dua bilangan pada tiap kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri dan dapat bertukar pikiran oleh temannya yang lain. Dalam pendekatan CTL, kegiatan belajar siswa
dengan
menemukan
sendiri
dan
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuannya disebut inkuiri dan konstruktivisme. Pada saat berdiskusi tampak ada beberapa kelompok yang sudah mulai mengerti akan
43
44
menyebutkan 1 bilangan saja. Sedangkan pada soal c siswa dapat menjawab kelipatan persekutuan dari dua bilangan tersebut dengan menyebutkan masing-masing kelipatan dari tiap bilangan. Seharusnya penyebutan masing-masing kelipatan dilakukan untuk jawaban soal a dan b, sedangkan jawaban soal c hanya dengan menyebutkan kelipatan persekutuan dari dua bilangan tersebut. Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa. 3) Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 5 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 10.15 sampai dengan pukul 11.15. Pokok bahasan yang disampaikan adalah mengidentifikasi faktor suatu bilangan dengan menggunakan Tabel petak perkalian. Pada pertemuan ketiga ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan memberikan pertanyaan “Jika kalian mempunyai beberapa kuntum bunga dari beberapa jenis, bagaimana cara menyusun bunga agar tiap vas memiliki susunan dan
45
jumlah yang sama?”. Setelah peneliti memberikan pertanyaan tersebut, tidak ada satu siswa pun yang menjawabnya. Hal ini dikarenakan para siswa baru pertama kali menerima materi yang berhubungan dengan faktor suatu bilangan. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar. Kemudian peneliti menjelaskan sekilas mengenai konsep faktor suatu bilangan dengan menjawab soal yang tadi diajukan dengan menggunakan tabel petak perkalian. “Sekarang ibu akan menjelaskan bagaimana cara mencari faktor dari suatu bilangan. Pertama, misalkan faktor dari 12, maka yang harus kalian lakukan adalah dengan mendaftar perkalian yang mempunyai hasil 12. Kalian semua sudah hafal perkalian kan?”, siswa menjawab “Sudah bu..”. Peneliti pun menjelaskan cara mencari faktor dengan mendaftar perkaliannya dengan menggunakan tabel. Penggunaan tabel ini dimaksudkan agar siswa lebih memahami konsep faktor yang akan menjadi dasar bagi siswa dalam memahami konsep FPB untuk pertemuan selanjutnya. Kemudian peneliti meminta beberapa siswa untuk menentukan faktor suatu bilangan di depan kelas sehingga menjadi contoh bagi siswa lainnya dan melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. “Nah, seperti yang tadi sudah ibu jelaskan, maka sekarang ibu minta 2 orang maju ke depan kelas mencari faktor dari 15 dan 18”. Pencontohan siswa untuk maju ke depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL yaitu pemodelan. Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang faktor suatu bilangan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan lembar permasalahan yang berkaitan dengan materi faktor suatu bilangan
46
47
tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa. 4) Pertemuan Keempat Pertemuan keempat ini dilaksanakan pada hari Senin, 8 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.40. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan faktor persekutuan dua bilangan. Pada pertemuan keempat ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pelajaran, mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan menanyakan materi sebelumnya, yaitu mengenai faktor suatu bilangan. “Anak-anak, kalian masih ingat apa saja yang kemarin kita pelajari?”, siswa menjawab “Masih bu, kemarin kita belajar mencari faktor, lalu mengerjakan soal faktor dengan mencari pakai tabel bu”. Selanjutnya setelah siswa mengingat-ingat kembali materi faktor, peneliti melanjutkan ke kegiatan inti pembelajaran, yaitu dengan menerapkan pendekatan CTL. Sebelumnya terlebih dahulu peneliti mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa.
48
Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar. Kemudian peneliti memberikan contoh yang berkaitan dengan faktor persekutuan dua bilangan. “Misalkan Ghea mempunyai permen 24 buah dan cokelat 18 buah, lalu Ghea ingin membagikan permen dan cokelat tersebut kepada teman-tamannya di kelas, kira-kira permen dan cokelat tersebut dapat dibagi rata ke berapa orang saja?”. Siswa menjawab “Caranya dengan mencari faktor dari 24 dan 18 bu”. Peneliti menjawab lagi “Iya benar dengan mencari faktor dari 24 dan 18, lalu mencari faktor yang sama dari keduanya”. Kemudian peneliti meminta 2 siswa untuk menentukan faktor persekutuan dua bilangan dari soal yang tadi diberikan di depan kelas sehingga menjadi contoh bagi siswa lainnya dan melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Setelah siswa menyebutkan faktor dari masing-masing bilangan, peneliti melanjutkannya dengan menjelaskan faktor persekutuan dari kedua bilangan tersebut. Pencontohan siswa untuk maju di depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL pemodelan. Selanjutnya setelah peneliti menjelaskan sekilas tentang faktor persekutuan dua bilangan, untuk memperkuat pemahaman siswa, peneliti membagikan lembar permasalahan kontekstual yang berkaitan dengan materi faktor persekutuan dua bilangan pada tiap kelompok. Hal ini dimaksudkan agar siswa balajar untuk membangun pengetahuannya sendiri dan dapat bertukar pikiran oleh temannya yang lain. Dalam pendekatan CTL,
kegiatan
belajar
siswa
dengan
menemukan
sendiri
dan
mengkonstruksi sendiri pengetahuannya disebut inkuiri dan konstruktivisme. Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, peneliti meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Selama
perwakilan
siswa
membacakan
hasil
diskusinya,
peneliti
memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan pada penjelasan siswa.
49
50
51
menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa. c. Tahap Observasi (Pengamatan) Tahap pengamatan ini dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer yang merupakan guru matematika kelas IV. Pengamatan ini juga dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran. Berikut dijelaskan hasil observasi guru dan aktivitas siswa selama 1 siklus sebanyak 4 pertemuan. Agar lebih efisien, untuk tabel observasi guru pada setiap pertemuan, dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini dengan keterangan yang akan dijelaskan deskripsinya pada tiap pertemuan. Begitu pula dengan hasil observasi aktivitas siswa, untuk kelengkapan hasil observasi di tiap pertemuannya dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan pada bagian ini hanya dituliskan rekapitulasinya saja.
No. 1. 2. 3. 4. 5.
6.
7. 8. 9.
Tabel 4.1 Observasi Guru Untuk Setiap Pertemuan Aspek Yang Diamati SB B C Melakukan pengkondisian kelas Mengajukan pertanyaan/apersepsi Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai Memberikan penjelasan materi pelajaran secara lengkap Mengajak siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan menemukan sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuannya (inkuiri dan konstruktivisme) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan (bertanya) Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (masyarakat belajar) Memberikan tugas atau latihan kepada siswa Menggunakan media dan / alat peraga (pemodelan dalam CTL)
K
52
10. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun menyampaikan pendapat 11. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa 12. Kesesuaian waktu antara yang tertera pada RPP dan pelaksanannya 13. Kesesuaian media dan / alat peraga dengan materi dan strategi 14. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan perkembangan peserta didik 15. Mengajak siswa untuk melakukan refleksi atau konfirmasi terhadap materi yang telah disampaikan (refleksi) 16. Membuat kesimpulan bersama siswa 17. Melakukan penilaian Tabel 4.2 Rekapitulasi Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I Siklus I RataAspek Yang No. rata 1 2 3 4 Diamati 1. Siswa memperhatikan gambar maupun demonstrasi yang ditampilkan pada saat pembelajaran (visual activities) 2. Siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru (listening activities) 3. Siswa mengerjakan tugas / latihan yang diberikan oleh guru (writing activities) 4. Siswa mencatat halhal penting atau menyalin materi yang disampaikan
71,42
77,14
77,14
80
76,42
80
85,71
85,71
85,71
84,28
91,42
94,28
94,28
97,14
94,28
42,85
45,71
40
42,85
42,85
53
(writing activities) 5. Siswa membuat garis bilangan dalam menentukan kelipatan suatu bilangan (drawing activities) 6. Siswa membuat tabel petak perkalian dalam menentukan faktor suatu bilangan (drawing activities) 7. Siswa bertanya, menyanggah, maupun memberikan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung (oral activities) 8. Siswa menjelaskan jawaban atau mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (oral activities) 9. Siswa terlihat antusias dan semangat dalam pembelajaran (emotional activities) Rata-rata persentase tiap pertemuan Rata-rata persentase siklus I Rata-rata persentase aktivitas siswa di tiap aspek
74,28
85,71
-
-
79,99
-
-
68,57
57,14
62,85
28,57
34,28
34,28
34,28
32,85
33,33
33,33
50
66,67
45,83
74,28
85,71
91,42
94,28
86,42
58,62
67,73
67,67
69,75
= 65,94 = 67,30
54
1) Pertemuan Pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 1 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Berdasarkan tabel observasi aktivitas mengajar guru di atas, hasil observasi yang telah dilakukan oleh observer menyatakan bahwa peneliti sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan aspek-aspek yang tertulis tersebut, tetapi untuk aspek mengajak siswa melakukan kegiatan belajar dengan menemukan sendiri harus ditingkatkan lagi, sebab pada pertemuan pertama ini peneliti ingin memperkenalkan kepada siswa bagaimana cara mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga peneliti masih membantu siswa dalam hal tersebut. Peneliti masih membantu siswa dengan menjelaskan terlebih dahulu secara singkat. Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama ini untuk beberapa aktivitas sudah menunjukkan kategori baik, tetapi untuk aktivitas mencatat hal-hal penting (writing activities) dan aktivitas dalam bertanya, berpendapat, maupun presentasi (oral activities) masih perlu ditingkatkan lagi. Dan dapat dilihat pula bahwa persentase rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan pertama ini masih dalam kategori kurang. 2) Pertemuan Kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 4 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru, peneliti sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan aspekaspek yang tertulis tersebut, tetapi untuk aspek kesesuaian waktu yang tertera pada RPP dengan pelaksanannya masih perlu ditingkatkan lagi. Sebab, pada
55
pertemuan kedua ini peneliti kurang memperhatikan antara pembagian waktu pada saat pelaksanaan kegiatan inti dengan pelaksanaan kegiatan penutup. Sehingga diakhir kegiatan penutup, guru melakukan konfirmasi atau refleksi tidak dengan maksimal. Hanya 3 siswa saja yang berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan lisan. Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan kedua ini sama seperti penjelasan sebelumnya, dapat dilihat pada Tabel 4.2. Berdasarkan tabel hasil observasi aktivitas belajar siswa tersebut, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan kedua ini untuk beberapa aktivitas sudah menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase dibeberapa aspek. Tetapi masih dalam masalah yang sama seperti pada pertemuan pertama, untuk aktivitas mencatat hal-hal penting (writing activities) dan aktivitas dalam bertanya, berpendapat, maupun presentasi (oral activities) masih perlu ditingkatkan lagi walaupun sudah terjadi kenaikan beberapa persen. Karena dapat dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas siswa di pertemuan kedua ini masih termasuk ke dalam kategori cukup. 3) Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 5 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi
bagi
perbaikan
pengajaran
pada
pertemuan
selanjutnya. Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru, peneliti sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan aspek-aspek yang tertulis tersebut, tetapi untuk beberapa aspek yang tidak tertulis seperti terlalu cepatnya tempo dalam menjelaskan materi menjadi salah satu kekurangan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan ketiga ini seperti yang tertera pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketiga ini untuk beberapa aktivitas sudah menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase
56
dibeberapa aspek. Tetapi masih dalam masalah yang sama seperti pada pertemuan sebelumnya, untuk aktivitas mencatat hal-hal penting (writing activities) dan aktivitas dalam bertanya, berpendapat, maupun presentasi (oral activities) masih perlu ditingkatkan lagi walaupun sudah terjadi kenaikan beberapa persen. Karena dapat dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas siswa di pertemuan ketiga ini juga masih termasuk ke dalam kategori cukup. 4) Pertemuan Keempat Pertemuan keempat ini dilaksanakan pada hari Senin, 8 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi
bagi
perbaikan
pengajaran
pada
pertemuan
selanjutnya. Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru, peneliti sudah melaksanakan semua aktivitas mengajar sesuai dengan aspekaspek yang tertulis tersebut, tetapi untuk aspek penggunaan media atau pemodelan harus lebih ditingkatkan lagi. Harus lebih melibatkan partisipasi siswa dalam penggunaan media dan harus ditambah lagi medianya sehingga tidak hanya 2 atau 3 orang siswa yang meragakan di depan kelas. Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan keempat ini seperti yang tertera pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan keempat ini untuk beberapa aktivitas sudah menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase rata-rata aktivitas dari 8 aspek penilaian tersebut. Dapat dilihat bahwa pada aspek mengerjakan tugas atau latihan hampir semua siswa ikut berpartisipasi. Jika
sebelumnya
ada
beberapa
siswa
yang
curang
dengan
tidak
mengumpulkan lembar jawabannya, maka pada pertemuan keempat ini hanya 1 siswa yang masih seperti itu. Jadi apabila dilihat dari rata-rata persentase aktivitas siswa di pertemuan keempat ini juga masih termasuk ke dalam kategori cukup.
57
Adapun penilaian pembelajaran siklus I dilaksanakan untuk mengukur apakah ada keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajarnya. Selain itu, yang paling utama penilaian tersebut berguna untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran yang telah dilaksanakan selama I siklus ini. Tes akhir siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 11 September 2014. Pada tes akhir siklus I ini seluruh siswa kelas IV hadir dengan jumlah 35 siswa. Hasil penilaian pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus I No. Hasil Tes Nilai 1. 2. 3.
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata
10 100 65,75
Berdasarkan tabel penilaian hasil belajar siswa pada siklus I di atas diperoleh rata-rata nilai siswa 65,75. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 10. Untuk lebih lengkapnya data semua hasil nilai siswa dapat dilihat pada lampiran.
d. Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh melalui lembar observasi aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa, serta hasil penilaian keterampilan menyimak pada siklus I, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Guru a) Belum maksimal dalam menerapkan pembelajaran dengan kegiatan belajar mengajak siswa menemukan sendiri dan mengkonstruksi pengetahuannya (inkuiri dan konstruktivisme). b) Kurangnya penyesuaian waktu yang tertera pada RPP dengan pelaksanaannya. c) Terlalu cepatnya tempo berbicara dalam menjelaskan materi.
58
d) Belum maksimal dalam menggunakan media atau pemodelan. 2) Siswa a) Masih banyak yang tidak terlibat dalam aktivitas menulis (writing activities) dalam hal mencatat atau menyalin materi yang disampaikan. b) Masih banyak yang belum berani terlibat dalam aktivitas berbicara (oral activities) dalam hal bertanya, menyanggah, maupun memberikan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. c) Belum bertanggungjawab ketika mengerjakan tugas kelompok, sehingga masih menghandalkan temannya yang pintar saja. d) Belum terlibat dalam penggunaan media atau pemodelan. e) Beberapa siswa masih sulit diatur dan suka mengganggu temannya yang sedang serius belajar. Berdasarkan hasil penilaian dari 35 siswa yang mengikuti tes akhir siklus I mencapai rata-rata nilai 65,75. Hal ini berarti kegiatan pembelajaran siklus I belum maksimal, dan masih perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Sebab belum sesuai dengan hasil intervensi tindakan yang diharapkan. Berdasarkan temuan kegiatan pembelajaran dan penilaian pada siklus I, maka peneliti berencana melakukan perbaikan-perbaikan pada kegiatan pembelajaran siklus II. Rencana perbaikan tersebut antara lain: 1) Memaksimalkan kegiatan inkuiri dan konstruktivisme pada proses pembelajaran dengan memberikan siswa lembar permasalahan terlebih dahulu baru peneliti menjelaskan materi. 2) Menyesuaikan waktu yang tertera pada RPP dengan pelaksanaannya yaitu dengan mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. 3) Memperbaiki tempo agar tidak terlalu cepat atau terlalu lambat ketika menjelaskan materi. 4) Memaksimalkan dalam penggunaan media atau pemodelan dengan menambah media yang digunakan dan mengajak siswa ikut serta. 5) Membiasakan siswa dalam aktivitas menulis (writing activities) dengan menasehati dan memantaunya setiap kali diminta untuk mencatat.
59
6) Menumbuhkan keberanian siswa dalam aktivitas berbicara (oral activities) dengan memotivasinya. 7) Menasehati siswa yang tidak bertanggungjawab saat diskusi agar tidak menghandalkan salah satu temannya saja. 8) Mengatur siswa yang gaduh dan tidak disiplin pada saat proses pembelajaran dengan memberikan sanksi apabila sudah terlalu melampaui batas.
3. Penelitian Siklus II Tindakan pembelajaran siklus II merupakan tindakan lanjutan berdasarkan hasil refleksi pada tindakan pembelajaran siklus I. Kegiatan penelitian pada siklus II dilaksanakan empat kali pertemuan, setiap pertemuannya 2x35 menit (2 jam pembelajaran). Adapun tahap tindakan pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan siklus II ini dimulai dengan menyiapkan instrumen pembelajaran yang dibuat sendiri oleh peneliti, seperti membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
dengan
materi
FPB
dan
KPK,
mempersiapkan LKS sebagai alat evaluasi, media atau alat peraga yang akan digunakan
sebagai
pembantu
dalam
menyampaikan
materi,
dan
mempersiapkan instrumen penelitian seperti lembar observasi guru dan siswa sebagai acuan pedoman penilaian aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Target yang ingin dicapai pada siklus II ini adalah aktivitas mengajar guru dan aktivitas belajar siswa semakin baik dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dan hasil belajarnya pun semakin meningkat. Dengan begitu dapat dikatakan jika aktivitas siswanya meningkat, maka hasil belajarnya pun akan meningkat menjadi semakin baik.
60
b. Tahap Pelaksanaan 1) Pertemuan Kelima Pertemuan kelima ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 12 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 10.15 sampai dengan pukul 11.25. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan KPK dari dua bilangan. Pada pertemuan kelima ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
mengkondisikan siswa, dan melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan “Jika bel A berbunyi tiap 9 detik, bel B berbunyi setiap 5 detik, pada detik ke berapa kedua bel akan berbunyi bersama untuk pertama kalinya?”. Siswa menjawab “Cari kelipatan persekutuannya bu”, ada juga yang menjawab “Tinggal dikaliin aja bu 9 sama 5 nya, kan nanti ketemu tuh yang samanya”. Peneliti menjawab “Nah untuk lebih jelasnya akan ibu jelaskan, untuk itu kalian perhatikan penjelasan ibu ya anak-anak”. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar. Setelah itu, peneliti menjelaskan kepada siswa “Baik anak-anak, materi yang kita pelajari hari ini masih berhubungan dengan materi kelipatan yang sebelumnya, untuk itu coba ibu minta perwakilan dari kalian untuk menuliskan kelipatan 5 dan 9 di depan kelas”. Kemudian perwakilan siswa pun maju ke depan kelas, hal ini dilakukan oleh peneliti agar siswa tersebut menjadi contoh bagi siswa lainnya dan melatih keberanian siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Pencontohan siswa untuk maju di depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL pemodelan. Lalu peneliti pun menjelaskan KPK dari 5 dan 9 setelah perwakilan siswa menuliskan
61
62
63
malah menyebutkan angka yang seharusnya dicari KPK nya. Untuk jawaban siswa yang benar dapat dilihat pada gambar yang berada di sisi kanan. Pada gambar tersebut terlihat siswa menyebutkan kelipatan dari masing-masing bilangan pada soal a dan b, serta untuk soal d siswa menyebutkan KPK nya. Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa. 2) Pertemuan Keenam Pertemuan keenam ini dilaksanakan pada hari Senin, 15 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 07.30 sampai dengan pukul 08.40. Pokok bahasan yang disampaikan adalah menentukan FPB dari dua bilangan. Pada pertemuan keenam ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Peneliti bertanya kepada siswa “Misalkan kita mempunyai jeruk 12 buah dan rambutan 18 buah. Kedua buah tersebut akan dibagi sama banyak kepada beberapa orang, maka berapa jumlah maksimal yang didapatkan oleh tiap orangnya?”. Ada siswa yang menjawab “Ah itu mah gampang bu, itu kan sama kaya yang kemarin ya bu?dicari faktor persekutuanya kan bu?”. Peneliti menjawab “Ya benar salah satu caranya kita harus mencari faktor dari masing-masing angka terlebih
64
dahulu”. Ada siswa yang menjawab lagi “Bu, kok belajarnya sama lagi yang kaya kemarin? Tadi kata ibu mau belajar yang baru”. Peneliti menjawab lagi “Nah iya baik anak-anak, pelajaran hari ini memang berbeda dengan yang kemarin, tetapi memang masih ada kaitannya dengan materi yang sebelumnya, kalian masih ingat kan tentang faktor dan faktor persekutuan?”. Serempak siswa menjawab “Ooh masih lanjutannya ya bu..iya masih ingat bu, kirain sama aja bu dengan yang kemarin”. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam pendekatan CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar. Setelah itu, untuk melatih siswa agar terbiasa dalam kegiatan inkuiri dan konstruktivisme, guru meminta siswa untuk mendiskusikan lembar permasalahan bersama teman sekelompoknya. Pada saat berdiskusi, siswa terlihat agak kebingungan dalam menjawab soal sebab peneliti tidak menjelaskan sekilas terlebih dahulu, tetapi langsung meminta siswa mengerjakan lembar permasalahan bersama kelompoknya. Ada beberapa siswa yang bertanya kepada peneliti, tetapi peneliti sengaja tidak memberikan jawabannya langsung agar siswa terlebih dahulu mau mendiskusikannya dengan kelompok. Hal ini juga dimaksudkan agar
siswa
belajar
pengetahuannya.
untuk
Dalam
menemukan
CTL,
kegiatan
dan ini
mengkonstruksi disebut
sendiri
inkuiri
dan
konstruktivisme. Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, peneliti meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Selama perwakilan siswa membacakan hasil diskusinya, peneliti memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan pada penjelasan siswa. Setelah perwakilan siswa dari tiap kelompok membacakan hasil diskusinya, barulah guru menjelaskan kepada siswa tentang konsep FPB dan juga menjelaskan cara mencari FPB dari dua bilangan dapat dilakukan dengan
65
66
penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa. 3) Pertemuan Ketujuh Pertemuan ketujuh ini dilaksanakan pada hari Kamis, 18 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 08.40 sampai dengan pukul 09.50. Pokok bahasan yang disampaikan adalah pemecahan masalah yang berkaitan dengan KPK. Pada pertemuan ketujuh ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar. Setelah itu, untuk melatih siswa agar terbiasa dalam kegiatan inkuiri dan konstruktivisme, guru meminta siswa untuk mendiskusikan lembar permasalahan bersama teman sekelompoknya. Pada saat diskusi kelompok, siswa sudah tidak asing lagi dengan bentuk soal yang diberikan, sebab soal tersebut merupakan lanjutan dari pemahaman siswa tentang materi KPK. Jadi, siswa terlihat lebih teratur dan serius dalam berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Kegiatan siswa berdiskusi bersama teman sekelompoknya dimaksudkan agar siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam CTL, kegiatan ini disebut inkuiri dan konstruktivisme. Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, peneliti meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Selama perwakilan siswa
67
68
Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa. 4) Pertemuan Kedelapan Pertemuan kedelapan ini dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 September 2014. Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dimulai pada pukul 10.15 sampai dengan pukul 11.25. Pokok bahasan yang disampaikan adalah pemecahan masalah yang berkaitan dengan FPB. Pada pertemuan kedelapan ini seluruh siswa yang hadir berjumlah 35 siswa. Kegiatan
pembelajaran
diawali
dengan
membuka
pelajaran,
melakukan apersepsi dan mengkondisikan siswa. Peneliti bertanya “Baik anak-anak, apakah kalian masih ingat tentang pelajaran yang lalu mengenai FPB?”. Siswa serempak menjawab “Iya bu…masih ingat kok kita”. Peneliti berbicara lagi “Bagus kalau begitu, berarti kalau kalian masih ingat sekarang langsung mengerjakan latihan yaa bersama kelompok kalian, supaya kalian bisa mengingat-ingat kembali materi FPB itu”. Siswa menjawab “Iya bu…”. Tapi ada juga siswa yang menjawab “Yah ibu..udah lupa-lupa dikit bu”. Peneliti menanggapi “Nah justru itu, ibu sengaja membuat kalian kerja kelompok, agar kalian dapat bertukar pikiran dengan teman kalian, yang sudah paham bisa menjelaskan ke yang belum paham, mudah bukan?”.
69
Selanjutnya kegiatan inti pembelajaran, peneliti menerapkan pendekatan CTL dengan terlebih dahulu mengelompokkan siswa dan mengatur posisi duduknya. Pengelompokkan siswa ini dilakukan agar siswa dapat bertukar pikiran dengan temannya sehingga dapat menambah pengetahuan siswa. Dalam CTL, pengelompokkan siswa ini disebut masyarakat belajar. Setelah itu, untuk melatih siswa agar terbiasa dalam kegiatan inkuiri dan konstruktivisme, guru meminta siswa untuk mendiskusikan lembar permasalahan bersama teman sekelompoknya. Melalui kegiatan diskusi ini diharapkan
siswa
dapat
menemukan
dan
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuannya. Sama seperti pertemuan sebelumnya, pada saat diskusi kelompok siswa sudah mulai terbiasa dan tidak asing dengan soal yang diberikan. Sebab soal yang diberikan masih berhubungan dengan konsep FPB yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah siswa berdiskusi dengan teman sekelompoknya, peneliti meminta perwakilan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Selama perwakilan siswa membacakan hasil diskusinya, peneliti memberikan arahan dan koreksi jika terjadi kesalahan pada penjelasan siswa. Setelah perwakilan siswa dari tiap kelompok membacakan hasil diskusinya,
barulah
guru
menjelaskan
kepada
siswa
tentang
cara
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan FPB. Peneliti berkata: “Bagaimana anak-anak, sudah mengerti kan cara menjawab soalnya? Jadi, sama saja seperti kemarin, kalian cermati terlebih dahulu soalnya, baru deh kalian cari faktor dari masing-masing bilangan dan mencari faktor persekutuannya yang paling besar. Jika kalian sudah paham, sekarang coba ibu minta perwakilan 2 orang untuk mengerjakan soal di depan kelas”. Lalu setelah itu guru meminta perwakilan siswa mengerjakan contoh soal di depan kelas agar menjadi contoh bagi siswa yang lain. Kemudian beberapa siswa mengacungkan jarinya dan guru memilih 2 orang diantaranya. Pencontohan siswa untuk maju di depan kelas ini merupakan bagian dari kegiatan CTL pemodelan.
70
Pada pertemuan kedelapan ini siswa sudah tertib dan teratur sebab sudah terbiasa dengan pendekatan yang dipakai guru dalam pembelajaran. Partisipasi siswa pun menjadi lebih meningkat dan rata-rata dari semua aspek aktivitas pun sudah hampir terlaksana dengan sempurna. Kegiatan akhir pembelajaran atau refleksi dalam CTL, yaitu dengan memberikan pertanyaanpertanyaan singkat kepada siswa. Dalam kegiatan tanya-jawab ini, guru menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaannya. Dengan menunjuk siswa seperti itu, guru dapat melihat siswa mana saja yang sudah paham dan belum paham terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun untuk tahap bertanya dalam CTL yaitu kegiatan bertanya atau tanya jawab yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Dan untuk tahap penilaian dalam CTL dilakukan peneliti dengan menilai aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan menilai juga dari hasil belajarnya. Kemudian kegiatan penutup dilanjutkan dengan peneliti membuat kesimpulan bersama siswa, menyampaikan materi yang akan datang, dan menutup pembelajaran dengan doa.
c. Tahap Observasi/Pengamatan Tahap pengamatan pada siklus II ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan pembelajaran. Tahap pengamatan ini dilakukan pada setiap pertemuan oleh observer yang merupakan teman sejawat peneliti. Seperti pada siklus I, agar lebih efisien, untuk tabel observasi guru pada setiap pertemuan, dapat dilihat pada Tabel 4.1 dengan keterangan yang akan dijelaskan deskripsinya pada setiap pertemuan. Begitu pula dengan hasil observasi aktivitas siswa, untuk kelengkapan hasil observasi di tiap pertemuannya dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan pada bagian ini hanya dituliskan rekapitulasinya saja.
71
Tabel 4.4 Rekapitulasi Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus II Aspek Yang Siklus II RataNo. Diamati rata 5 6 7 8 1. Siswa memperhatikan gambar maupun demonstrasi yang ditampilkan pada saat pembelajaran (visual activities) 2. Siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru (listening activities) 3. Siswa mengerjakan tugas / latihan yang diberikan oleh guru (writing activities) 4. Siswa mencatat halhal penting atau menyalin materi yang disampaikan (writing activities) 5. Siswa membuat garis bilangan dalam menentukan kelipatan suatu bilangan (drawing activities) 6. Siswa membuat tabel petak perkalian dalam menentukan faktorsuatu bilangan (drawing activities) 7. Siswa bertanya, menyanggah, maupun memberikan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung (oral activities)
91,42
91,42
91,42
100
93,56
94,28
94,28
94,28
100
95,71
100
100
100
100
100
51,42
57,14
71,42
80
64,99
68,57
-
74,28
-
71,42
-
68,57
-
80
74,28
42,85
65,71
65,71
65,71
59,99
72
8. Siswa menjelaskan 100 jawaban atau mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (oral activities) 9. Siswa terlihat 97,14 antusias dan semangat dalam pembelajaran (emotional activities) Rata-rata persentase tiap 80,71 pertemuan Rata-rata persentase siklus II
100
100
100
100
100
100
100
99,28
84,64
87,13
88,92
Rata-rata persentase aktivitas siswa pada tiap aspek 1) Pertemuan Kelima Pertemuan kelima dilaksanakan pada hari Jum’at, 12 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Seperti pertemuan-pertemuan sebelumnya, merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru, bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan kelima dalam siklus II ini semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik. Terutama untuk aspek mengajak siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan inkuiri dan konstruktivisme. Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan kelima ini seperti yang tertera pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan kelima ini rata-rata
aktivitas sudah
menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase dibeberapa aspek. Untuk aktivitas
mencatat hal-hal penting (writing
activities) dan aktivitas dalam bertanya, berpendapat, maupun presentasi (oral
73
activities) juga sudah terjadi kenaikan beberapa persen tetapi harus lebih ditingkatkan lagi sebab aspek tersebut belum mencapai 60 %. Dan dapat dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas siswa di pertemuan kelima ini sudah mencapai pada kategori baik. 2) Pertemuan Keenam Pertemuan keenam dilaksanakan pada hari Senin, 15 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Merujuk pada tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru, bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan keenam dalam siklus II ini semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik. Terutama untuk aspek mengajak siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan inkuiri dan konstruktivisme, pengucapan intonasi yang tidak terlalu cepat atau lambat ketika menjelaskan materi, dan penggunaan media dengan melibatkan siswa. Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan keenam ini seperti yang tertera pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan keenam ini rata-rata aktivitas sudah menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase dibeberapa aspek. Terlihat pada Tabel 4.4, rata-rata aktivitas siswa sudah mencapai persentase 60% hanya masih ada 1 aktivitas yang belum mencapai 60% yaitu aktivitas mencatat hal-hal penting atau menyalin materi yang disampaikan. Aktivitas tersebut belum mencapai 60% sebab masih ada beberapa siswa yang malas untuk mencatat ketika guru menjelaskan. Dan dapat dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas siswa dari pertemuan kelima hingga pertemuan keenam ini aktivitas siswa dapat dikatakan sudah mulai konsisten, yaitu bertahan pada kategori baik. 3) Pertemuan Ketujuh Pertemuan ketujuh dilaksanakan pada hari Kamis, 18 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama
74
proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya. Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru, bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan ketujuh dalam siklus II ini semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik. Jadi, dapat dikatakan peneliti sudah mulai konsisten dalam melaksanakan proses pembelajaran. Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan ketujuh ini seperti yang tertera pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan ketujuh ini rata-rata
aktivitas sudah
menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase dibeberapa aspek. Terlihat pada Tabel 4.4, rata-rata aktivitas siswa sudah mencapai persentase 60%. Dan dapat dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas siswa di pertemuan ketujuh ini juga masih tetap bertahan pada kategori baik. 4) Pertemuan Kedelapan Pertemuan kedelapan dilaksanakan pada hari Jum’at, 19 September 2014, observer memberikan penilaian terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi
bagi
perbaikan
pengajaran
pada
pertemuan
selanjutnya. Merujuk pada Tabel 4.1 yaitu tabel observasi aktivitas mengajar guru, bahwa aktivitas mengajar guru pada pertemuan terakhir dalam siklus II ini semua aspek yang diamati sudah menunjukkan kategori baik. Jadi, dapat dikatakan peneliti sudah mulai konsisten dalam melaksanakan proses pembelajaran. Selanjutnya untuk hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan kedelapan ini seperti yang tertera pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada pertemuan terakhir ini rata-rata
aktivitas sudah
menunjukkan kategori baik, karena terlihat terjadi peningkatan persentase
75
dibeberapa aspek. Terlihat pada Tabel 4.4, rata-rata aktivitas siswa pada tiap aspek sudah mencapai persentase 60%. Dan dapat dilihat pula pada persentase rata-rata aktivitas siswa di pertemuan kedelapan ini juga masih tetap bertahan pada kategori baik. Adapun penilaian pembelajaran siklus II dilaksanakan untuk mengukur ketercapaian indikator pembelajaran yang telah dilaksanakan selama II siklus ini. Selain itu juga peneliti ingin mengetahui apakah ada keterkaitan antara keaktifan siswa dengan hasil belajarnya. Tes akhir siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 22 September 2014. Pada tes akhir siklus II ini seluruh siswa kelas IV hadir dengan jumlah 35 siswa. Hasil penilaian pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Siklus II No. Hasil Tes Nilai 1. 2. 3.
Nilai Terendah Nilai Tertinggi Nilai Rata-rata
25 100 71,06
Berdasarkan tabel penilaian hasil belajar siswa pada siklus II di atas diperoleh rata-rata nilai siswa 71,06. Dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 25. Untuk lebih lengkapnya data semua hasil nilai siswa dapat dilihat pada lampiran.
d. Refleksi Berdasarkan data yang diperoleh melalui lembar observasi guru dan siswa pada siklus II, maka dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran selama siklus II ini sudah berjalan dengan baik, penerapan pendekatan CTL pada
semua
tahapan
dan
langkah-langkah
pembelajarannya
sudah
dilaksanakan dengan baik. Sebab persentase aktivitas siswa yang sebelumnya kurang menjadi baik pada akhir siklus II ini. Begitu juga dengan hasil tes
76
siswa, pada siklus II ini sudah menunjukkan peningkatan, hal ini dapat dilihat dari nilai hasil tes akhir siklus II yang menunjukkan semua siswa kelas IV telah mencapai nilai rata-rata >70.
B. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber baik tes maupun non tes. Diantaranya sebagai berikut: 1.
Data Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa yang dilakukan selama dua siklus, diperoleh data sebagai berikut:
No. 1.
2.
3. 4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tabel 4.6 Perbandingan Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa Aspek Yang Diamati Persentase Persentase Siklus I Siklus II Siswa memperhatikan gambar maupun 76,42 % 93,56 % demonstrasi yang ditampilkan pada saat pembelajaran (visual activities) Siswa mendengarkan atau 84,28 % 95,71 % memperhatikan penjelasan guru (listening activities) Siswa mengerjakan tugas / latihan yang 94,28 % 100 % diberikan oleh guru (writing activities) Siswa mencatat hal-hal penting atau 42,85 % 64,99 % menyalin materi yang disampaikan (writing activities) Siswa membuat garis bilangan dalam 79,99 % 71,42 % menentukan kelipatan suatu bilangan (drawing activities) Siswa membuat tabel petak perkalian 62,85 % 74,28 % dalam menentukan faktorsuatu bilangan (drawing activities) Siswa bertanya, menyanggah, maupun 32,85 % 59,99 % memberikan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung (oral activities) Siswa menjelaskan jawaban atau 45,83 % 100 % mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (oral activities) Siswa terlihat antusias dan semangat 86,42 % 99,28 %
77
dalam pembelajaran (emotional activities) Rata-rata Persentase
67,30 %
84,35 %
Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa pada tabel di atas, dapat dilihat adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dari hasil pengamatan pada siklus I bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa untuk tiap aspek pada siklus I sebesar 67,30%. Sedangkan pada siklus II rata-rata persentase aktivitas siswa untuk setiap aspek yaitu 84,35%. Kemudian untuk ratarata aktivitas siswa yang dinilai berdasarkan rata-rata tiap pertemuan, pada siklus I mencapai rata-rata persentase sebesar 65,94%, sedangkan pada siklus II rata-rata aktivitas siswa selama 4 pertemuan mencapai rata-rata persentase sebesar 85,25%. Dengan demikian setelah pembelajaran siklus II, indikator peningkatan aktivitas siswa yang diharapkan sudah tercapai.
2.
Data Hasil Belajar Siswa Dari hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II diperoleh rata-rata nilai
siswa yang digambarkan dalam tabel sebagai beikut: Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Hasil Tes Siswa Nilai Siklus I Siklus II Nilai tertinggi 100 100 Nilai terendah 10 25 Nilai Rata-rata 65,75 71,06 Indikator ketercapaian hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah jika rata-rata nilai hasil tes siswa telah mencapai nilai >70 maka penelitian dihentikan. Dilihat dari tabel diatas bahwa rata-rata nilai tes akhir pada siklus I sebesar 65,75 dan rata-rata nilai tes akhir pada siklus II sebsar 71,06 hal tersebut berarti hasil belajar siswa selama dua siklus ini mengalami peningkatan sebesar 5,31.
78
C. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian terhadap aktivitas siswa yang dilakukan selama dua siklus, sebagaimana yang terdapat pada Tabel 4.6 hal ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa meningkat. Yaitu, pada siklus I sebesar 67,30% sedangkan pada siklus II rata-rata persentase aktivitas siswanya sebesar 84,35%. Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan merujuk pada Tabel 4.6 dapat dilihat pada gambar berikut: 120 aspek 1 100
aspek 2
80
aspek 3 aspek 4
60
aspek 5 aspek 6
40
aspek 7
20
aspek 8
0
aspek 9 Siklus I
Siklus II
Gambar 4.10 Grafik Persentase Aktivitas Siswa Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan rata-rata aktivitas siswa dari siklus I sampai ke siklus II, meskipun pada aspek yang ke 5 yaitu aktivitas membuat garis bilangan terjadi penurunan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,57%. Dari pengamatan yang dilakukan diketahui rata-rata persentase aktivitas yang mengalami peningkatan cukup baik yaitu aktivitas menjelaskan jawaban atau mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, pada siklus I sebesar 45,83% sedangkan pada siklus II nya sebesar 100%. Hal ini disebabkan, pada siklus I siswa yang mempresentasikan hasil diskusi hanya sekitar 2 atau 3 orang saja ditiap pertemuan dari 6 kelompok yang ada. Sedangkan pada siklus II siswa
79
sudah
mulai
berani,
sehingga
semua
perwakilan
kelompok
mau
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Selain dua aspek aktivitas di atas, aktivitas-aktivitas siswa yang lainnya pun mengalami kenaikan persentase. Untuk aktivitas memperhatikan gambar maupun demonstrasi yang ditampilkan pada saat pembelajaran pada siklus I sebesar 76,92% sedangkan pada siklus II sebesar 93,56%. Selanjutnya untuk aktivitas mendengarkan dan menyimak penjelasan guru maupun diskusi pada siklus I sebesar 84,28% sedangkan pada siklus II sebesar 95,71%. Kemudian aspek mengerjakan tugas atau latihan pada siklus I sebesar 94,28% sedangkan pada siklus II sebesar 100%. Ini artinya pada siklus II rata-rata semua siswa mengerjakan tugas atau latihan tidak seperti pada siklus I masih ditemukan beberapa siswa yang tidak mengumpulkan tugasnya karena belum selesai dan malas mengerjakannya. Untuk aspek mencatat hal-hal penting atau menyalin materi yang disampaikan pada siklus I sebesar 42,85% sedangkan pada siklus II sebesar 64,99%. Pada aspek ini tidak terlalu terjadi kenaikan yang signifikan sebab ratarata siswa di kelas malas untuk mencatat ketika guru sedang menjelaskan. Bahkan ketika diminta untuk menyalin tulisan yang ada di papan tulis pun masih banyak di antara siswa tersebut yang mengeluh dan beralasan capek untuk menulis. Lalu pada aspek membuat table petak perkalian dalam menentukan factor suatu bilangan pada siklus I sebesar 62,85% sedangkan pada siklus II sebesar 74,28%. Selanjutnya aspek bertanya, menyanggah, maupun memberikan pendapat pada siklus I sebesar 32,85% sedangkan pada siklus II sebesar 59,99%. Dan yang terakhir untuk aspek antusias dan semangat siswa dalam pembelajaran pada siklus I sebesar 86,42% sedangkan pada siklus II sebesar 99,28%. Berdasarkan hasil penelitian, data yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas siswa untuk setiap aspek pada siklus I sebesar 67,30% sedangkan rata-rata persentase pada siklus II sebesar 84,35%. Adapun perolehan hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan II diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan pembelajaran
80
dengan pendekatan CTL. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 65,75 dan meningkat pada siklus II menjadi 71,06. Hal ini berarti rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 5,31. Untuk hasil belajar matematika siswa pada siklus I dan II yang merujuk pada Tabel 4.7 dapat dilihat pada Gambar 4.11. 120 100 80
Nilai Tertinggi
60
Nilai Terendah
40
Rata-rata
20 0 Siklus I
Siklus II
Gambar 4.11 Grafik Hasil Belajar Siswa Berdasarkan
hasil
observasi/pengamatan,
data
yang
diperoleh
menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika pada materi FPB dan KPK dengan penerapan pendekatan CTL mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II secara berurutan yaitu 67,30% dan 84,35%. Indikator keberhasilan aktivitas siswa pada penelitian ini ditetapkan jika sudah mencapai pada kategori baik yaitu dengan persentase >80%. Berdasarkan indikator tersebut, maka ketercapaian aktivitas siswa terjadi pada siklus II. Aktivitas siswa pada siklus I belum optimal. Penerapan pendekatan CTL ini bagi siswa masih merupakan hal baru. Walaupun mereka sudah pernah melakukan pembelajaran kelompok dan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada saat diskusi masih banyak siswa yang tidak serius dan hanya menghandalkan temannya saja, begitu pula dengan keberanian untuk berbicara, masih banyak siswa yang malu-malu dan takut salah apabila bertanya maupun berpendapat. Keaktifan siswa dalam pembelajaran ternyata memberi efek kepada hasil belajarnya. Hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini juga mengalami
81
peningkatan yang cukup baik. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menyebabkan interaksi yang baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa aktivitas merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan prestasi atau hasil belajar. Dilihat dari hasil observasi, dokumentasi, dan tes hasil belajar pada tiap akhir siklus, terlihat bahwa penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran matematika pada materi FPB dan KPK dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga memberikan kontribusi terhadap hasil belajar matematika yang diperoleh siswa kelas IV MI Mathlaul Anwar Benda Baru-Pamulang.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan pendekatan CTL pada proses pembelajaran matematika pada materi FPB dan KPK dapat meningkatkan aktivitas siswa. Rata-rata persentase aktivitas siswa untuk setiap aspek pada siklus I sebesar 67,30% sedangkan persentase rata-rata aktivitas siswa pada siklus II mencapai 84,35%. Begitu pula dengan rata-rata persentase aktivitas siswa ditiap siklus, mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 65,94% dan pada siklus II sebesar 85,25%. Jadi, dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa sudah termasuk pada kategori baik. 2. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL juga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, hal ini terlihat pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa sebesar 65,75 sedangkan pada siklus II sebesar 71,06. Dengan tercapainya nilai rata-rata siswa >70 maka dapat dikatakan bahwa hasil intervensi tindakan yang diharapkan telah tercapai.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksakan oleh peneliti, maka peneliti memberikan saran: 1. Hendaknya guru menjadikan pendekatan CTL sebagai salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam mengajarkan materi FPB dan KPK karena dengan pendekatan tersebut dapat melatih siswa agar berani berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan belajar secara mandiri dalam menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya. Sehingga siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan dan hasil belajarnya pun meningkat.
82
83
2. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya dapat mengembangkan pendekatan CTL dengan menerapkannya pada konsep yang lain atau mata pelajaran yang lain. Sebab penerapan pendekatan CTL dapat memberikan manfaat kepada
siswa
bukan
hanya
dalam
meningkatkan
aktivitas
dan
pemahamannya pada materi tetapi juga dapat memberikan kontribusi pada kehidupan sehari-hari siswa.
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2012. -----------------. dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. B. Johnson, Elaine. CTL Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa, 2010. Dwi Rahayu, Gelar dan Munasprianto Ramli. Pendekatan Baru Dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar. Jakarta: Project Implementation Committee (PIC) UIN Jakarta, 2007. H. E. T. Ruseffendi. Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito, 2006. Heruman. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Kurniawan, Endang dan Endah Mutaqimah. Penilaian KKG. Jakarta: Depdiknas, 2009. Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks, 2012. Masithoh dan Laksmi Dewi. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 Tentang Guru. Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012. Rusman. Model-model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013. Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, 2011.
84
85
-------------------. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana, 2010. -------------------. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2008. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013. Suwangsih, Erna dan Tiurlina. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI PRESS, 2006. Trianto. Mendesain Model-Model Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Kencana, 2010.
Inovatif
Berorientasi
-------------------. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2007. Yamin, Martinis. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Referensi, 2012. -------------------. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) 1. Satuan Pendidikan
: MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran
: Matematika
3. Kelas/Semester
: IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke-
: 1 dan 2
5. Alokasi waktu
: 4x35 menit
6. Standar Kompetensi
: 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan 2.2 Menetukan kelipatan dan faktor bilangan
8. Indikator
:
Mengidentifikasi kelipatan suatu bilangan dengan menggunakan garis bilangan
Menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
9. Tujuan Pembelajaran
:
Siswa dapat mengidentifikasi kelipatan suatu bilangan dengan menggunakan garis bilangan
Siswa dapat menentukan kelipatan persekutuan dua bilangan
10. Materi Ajar
: FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran
: Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran
: Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran : Langkah-
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Karakter yang
langkah
Waktu
Diharapkan
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan pembelajaran Menjawab salam dan kabar. dengan
mengucap
salam
Religius Aktif
dan
Berani
menanyakan kabar para siswa. Melakukan pengkondisian kelas dengan Siswa mengikuti instruksi dari guru memotivasi para siswa agar semangat
dengan seksama.
dalam memulai pembelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan Siswa mengikuti instruksi dari membaca doa bersama para siswa.
guru dengan seksama.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan Para siswa berpartisipasi dalam cara mengajukan pertanyaan kepada
menjawab
pertanyaan
dengan
Disiplin
5 menit
siswa “Jika sebuah toko grosir pakaian
berbagai macam jawaban.
memberikan bonus sebuah kaos untuk setiap
pembelian
4
kaos
atau
kelipatannya. Berapa sajakah jumlah kaos
yang
harus
dibeli
agar
mendapatkan bonus?” Guru
tujuan Siswa menyimak penjelasan guru
menyampaikan
pembelajaran
pada
hari
ini
dan
dengan seksama.
menyebutkan manfaatnya jika siswa menguasai materi yang akan dipelajari Kegiatan inti Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4 Siswa kelompok. (masyarakat belajar) Melalui
metode
menjelaskan
dengan bantuan guru. guru Siswa mendengarkan penjelasan mengenai kelipatan suatu bilangan
kelipatan suatu bilangan dan kelipatan
dan kelipatan persekutuan dua
persekutuan dua bilangan.
bilangan.
menjelaskan
kelipatan
suatu
siswa
kelompok
tentang
Guru
kepada
ceramah,
membentuk
cara bilangan
mencari dapat
dilakukan dengan menggunakan garis bilangan. Guru memberikan contoh soal yang
Kerja sama Disiplin Aktif
20 menit
berkaitan dengan kelipatan persekutuan dua bilangan. Elaborasi
Dengan menggunakan garis bilangan, Beberapa siswa maju ke depan guru memerintahkan beberapa siswa
kelas untuk menjawab pertanyaan
untuk
dari guru.
menentukan
kelipatan
suatu
berdiskusi
bersama
kelompok dan meminta siswa agar
kelompoknya dalam mengisi LKS
mendiskusikan
dan lembar permasalahan yang
sekelompoknya
tentang
pertanyaan-
Menghargai Percaya diri
Guru memberikan LKS kepada tiap Siswa
teman
20 menit
pendapat
bilangan di depan kelas. (pemodelan)
dengan
Kerja sama
Kritis
telah diberikan oleh guru.
pertanyaan yang terdapat pada LKS. (inkuiri dan konstruktivisme) Guru
memberikan
Permasalahan
tentang
Lembar kelipatan
persekutuan dua bilangan kepada tiap kelompok.
(inkuiri
dan
konstruktivisme) Guru
memerintahkan
Perwakilan
kelompok
mempresentasikan hasil perwakilan
diskusi
bersama kelompoknya.
kelompok agar mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Konfirmasi
Guru memberikan penjelasan, arahan
Siswa
mendengarkan
secara
Disiplin
5 menit
dan koreksi terhadap hasil diskusi
seksama penjelasan dari guru.
kelompok tentang materi pada hari ini agar tidak terjadi miskonsepsi dan memberikan konsep-konsep tambahan untuk lebih memperkuat hasil dari kegiatan siswa. Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada Siswa
yang
belum
mengerti
siswa untuk bertanya tentang hal yang
bertanya kepada guru tentang hal
Disiplin
belum dimengerti.
yang belum dimengertinya itu.
Percaya diri
Guru dan siswa bersama-sama
Siswa
memberikan kesimpulan mengenai
memberikan
kesimpulan
dengan bantuan guru.
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan pertanyaan-
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan singkat secara verbal
pertanyaan yang dilontarkan oleh
mengenai materi yang telah
guru.
disampaikan. Guru menyampaikan tujuan atau materi yang akan datang. Guru menutup pembelajaran dengan membaca doa dan memberi salam. 14. Alat dan bahan
Jujur
Siswa menyimak perintah guru dengan seksama.
Siswa berdoa dengan instruksi guru dan menjawab salam.
: garis bilangan, LKS, lembar permasalahan
Religius
5 menit
15. Sumber
: Buku paket Matematika untuk MI kelas IV, internet
16. Penilaian
: Tes tulisan berupa tugas mengisi LKS
Mengetahui, Guru Matematika Kelas IV
Peneliti
Nuryati, S.Sos.
Ai Herawati
Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) 1. Satuan Pendidikan
: MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran
: Matematika
3. Kelas/Semester
: IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke-
: 3 dan 4
5. Alokasi waktu
: 4x35 menit
6. Standar Kompetensi
: 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar
: 2.1 Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan 2.2 Menetukan kelipatan dan faktor bilangan
8. Indikator
:
Mengidentifikasi faktor suatu bilangan dengan menggunakan tabel petak perkalian
Menentukan faktor persekutuan dua bilangan
9. Tujuan Pembelajaran
:
Siswa dapat mengidentifikasi faktor suatu bilangan dengan menggunakan tabel petak perkalian
Siswa dapat menentukan faktor persekutuan dua bilangan
10. Materi Ajar
: FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran
: Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran
: Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran : Langkah-
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Karakter yang
langkah
Waktu
Diharapkan
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan pembelajaran Menjawab salam dan kabar. dengan
mengucap
salam
Religius Aktif
dan
Berani
menanyakan kabar para siswa. Melakukan pengkondisian kelas dengan Siswa mengikuti instruksi dari guru memotivasi para siswa agar semangat
dengan seksama.
dalam memulai pembelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan Siswa mengikuti instruksi dari membaca doa bersama para siswa.
guru dengan seksama.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan Para siswa berpartisipasi dalam cara mengajukan pertanyaan kepada
menjawab
pertanyaan
siswa “Misalnya kalian mempunyai
berbagai macam jawaban.
dengan
Disiplin
5 menit
beberapa kuntum bunga dari beberapa jenis. Bagaimana cara menyusun bunga agar tiap vas memiliki susunan dan jumlah yang sama?” Guru
tujuan Siswa menyimak penjelasan guru
menyampaikan
pembelajaran
pada
hari
ini
dan
dengan seksama.
menyebutkan manfaatnya jika siswa menguasai materi yang akan dipelajari Kegiatan inti Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4 Siswa kelompok. (masyarakat belajar) Melalui
metode
menjelaskan faktor
kepada
suatu
ceramah, siswa
bilangan
dan
tentang faktor
mengenai
Guru menjelaskan cara menentukan suatu
bilangan
dapat
dengan
membuat
tabel
faktor. Guru memberikan contoh soal yang
faktor
suatu
bilangan dan faktor persekutuan dua bilangan.
suatu bilangan.
dilakukan
guru
Kerja sama Disiplin
guru Siswa mendengarkan penjelasan
Guru menjelaskan pengertian faktor
dari
kelompok
dengan bantuan guru.
persekutuan dua bilangan.
faktor
membentuk
Aktif
20 menit
berkaitan dengan faktor persekutuan dua bilangan. Elaborasi
Guru memerintahkan beberapa siswa Beberapa siswa maju ke depan untuk
mengisi
tabel
faktor
suatu
bilangan di depan kelas. (pemodelan)
kelas untuk menjawab pertanyaan dari guru. berdiskusi
bersama
kelompok dan meminta siswa agar
kelompoknya dalam mengisi LKS
mendiskusikan
dan lembar permasalahan yang
sekelompoknya
tentang
teman pertanyaan-
20 menit
Menghargai pendapat
Guru memberikan LKS kepada tiap Siswa
dengan
Kerja sama
Percaya diri Kritis
telah diberikan oleh guru.
pertanyaan yang terdapat pada LKS. (inkuiri dan konstruktivisme) Guru
memberikan
Permasalahan
tentang
Lembar faktor
persekutuan dua bilangan kepada tiap kelompok.
(inkuiri
dan
konstruktivisme) Guru
memerintahkan
Perwakilan
kelompok
mempresentasikan hasil perwakilan
diskusi
bersama kelompoknya.
kelompok agar mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Konfirmasi
Guru memberikan penjelasan, arahan dan koreksi terhadap hasil diskusi
Siswa
mendengarkan
secara
seksama penjelasan dari guru.
Disiplin
5 menit
kelompok tentang materi pada hari ini agar tidak terjadi miskonsepsi dan memberikan konsep-konsep tambahan untuk lebih memperkuat hasil dari kegiatan siswa. Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada Siswa
yang
belum
mengerti
Jujur
siswa untuk bertanya tentang hal yang
bertanya kepada guru tentang hal
Disiplin
belum dimengerti.
yang belum dimengertinya itu.
Percaya diri
Guru dan siswa bersama-sama
Siswa
memberikan kesimpulan mengenai
memberikan
kesimpulan
dengan bantuan guru.
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan pertanyaan-
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan singkat secara verbal
pertanyaan yang dilontarkan oleh
mengenai materi yang telah
guru.
disampaikan. Guru menyampaikan tujuan atau materi yang akan datang. Guru menutup pembelajaran dengan membaca doa dan memberi salam.
Siswa menyimak perintah guru dengan seksama.
Siswa berdoa dengan instruksi guru dan menjawab salam.
14. Alat dan bahan
: tabel faktor bilangan, LKS, lembar permasalahan
15. Sumber
: Buku paket Matematika untuk MI kelas IV, internet
Religius
5 menit
16. Penilaian
: Tes tulisan berupa tugas mengisi LKS dan lembar permasalahan
Mengetahui, Guru Matematika Kelas IV
Peneliti
Nuryati, S.Sos.
Ai Herawati
Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) 1. Satuan Pendidikan
: MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran
: Matematika
3. Kelas/Semester
: IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke-
:5
5. Alokasi waktu
: 2x35 menit
6. Standar Kompetensi
: 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar
: 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
8. Indikator
:
Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
9. Tujuan Pembelajaran
:
Siswa dapat menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan
10. Materi Ajar
: FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran
: Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran
: Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran : Langkah-
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Karakter yang
langkah
Waktu
Diharapkan
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan pembelajaran Menjawab salam dan kabar. dengan
mengucap
salam
Religius Aktif
dan
Berani
menanyakan kabar para siswa. Melakukan pengkondisian kelas dengan Siswa mengikuti instruksi dari guru memotivasi para siswa agar semangat
dengan seksama.
dalam memulai pembelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan Siswa mengikuti instruksi dari membaca doa bersama para siswa.
guru dengan seksama.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan Para siswa berpartisipasi dalam cara mengajukan pertanyaan kepada
menjawab
siswa “Bel A berbunyi tiap 9 detik. Bel
berbagai macam jawaban.
B berbunyi tiap 5 detik. Pada detik keberapa kedua bel akan berbunyi bersama untuk pertama kalinya?”
pertanyaan
dengan
Disiplin
5 menit
Guru
tujuan Siswa menyimak penjelasan guru
menyampaikan
pembelajaran
pada
hari
ini
dan
dengan seksama.
menyebutkan manfaatnya jika siswa menguasai materi yang akan dipelajari Kegiatan inti Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4 Siswa kelompok. (masyarakat belajar) Melalui
metode
menjelaskan
siswa
kelompok
guru Siswa mendengarkan penjelasan tentang
kelipatan persekutuan terkecil (KPK).
Kerja sama
20 menit
Disiplin
dengan bantuan guru.
ceramah,
kepada
membentuk
Aktif
mengenai kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan.
Guru menjelaskan cara mencari KPK dari dua bilangan dapat dilakukan dengan mendaftar setiap kelipatan dua bilangan
dan
mencari
kelipatan
terkecilnya. Guru memberikan contoh soal yang berkaitan dengan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan. Guru memerintahkan beberapa siswa untuk mengerjakan contoh soal yang diberikan guru. (pemodelan) Elaborasi
Guru
memberikan
Lembar Siswa
berdiskusi
bersama
Kerja sama
20 menit
Permasalahan
tentang
kelipatan
kelompoknya
dalam
mengisi
persekutuan terkecil (KPK) dari dua
lembar permasalahan yang telah
bilangan kepada tiap kelompok dan
diberikan oleh guru.
Menghargai pendapat Percaya diri Kritis
meminta siswa agar mendiskusikannya bersama dengan teman sekelompoknya. (inkuiri dan konstruktivisme) Guru
memerintahkan
perwakilan
kelompok agar mempresentasikan hasil
Perwakilan
kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi
bersama kelompoknya.
diskusi kelompoknya. Konfirmasi
Guru memberikan penjelasan, arahan dan koreksi terhadap hasil diskusi
Siswa
mendengarkan
secara
Disiplin
5 menit
seksama penjelasan dari guru.
kelompok tentang materi pada hari ini agar tidak terjadi miskonsepsi dan memberikan konsep-konsep tambahan untuk lebih memperkuat hasil dari kegiatan siswa. Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada Siswa
yang
belum
mengerti
Jujur
siswa untuk bertanya tentang hal yang
bertanya kepada guru tentang hal
Disiplin
belum dimengerti.
yang belum dimengertinya itu.
Percaya diri
Guru dan siswa bersama-sama memberikan kesimpulan mengenai
Siswa
memberikan
dengan bantuan guru.
kesimpulan
Religius
5 menit
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan pertanyaan-
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan singkat secara verbal
pertanyaan yang dilontarkan oleh
mengenai materi yang telah
guru.
disampaikan. Guru menyampaikan tujuan atau materi
Siswa menyimak perintah guru dengan seksama.
yang akan datang. Guru menutup pembelajaran dengan membaca doa dan memberi salam.
Siswa berdoa dengan instruksi guru dan menjawab salam.
14. Alat dan bahan
: lembar permasalahan
15. Sumber
: Buku paket Matematika untuk MI kelas IV
16. Penilaian
: Tes tulisan berupa tugas mengisi lembar permasalahan Mengetahui,
Guru Matematika Kelas IV
Peneliti
Nuryati, S.Sos.
Ai Herawati Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) 1. Satuan Pendidikan
: MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran
: Matematika
3. Kelas/Semester
: IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke-
:6
5. Alokasi waktu
: 2x35 menit
6. Standar Kompetensi
: 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar
: 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB)
8. Indikator
:
Menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan
9. Tujuan Pembelajaran
:
Siswa dapat menentukan faktor persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan
10. Materi Ajar
: FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran
: Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran
: Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran : Langkah-
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
langkah
Karakter yang
Waktu
Diharapkan
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan pembelajaran Menjawab salam dan kabar. dengan
mengucap
salam
Aktif
dan
Berani
menanyakan kabar para siswa. Melakukan pengkondisian kelas dengan Siswa mengikuti instruksi dari guru memotivasi para siswa agar semangat
dengan seksama.
dalam memulai pembelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan Siswa mengikuti instruksi dari membaca doa bersama para siswa.
Religius
guru dengan seksama.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan Para siswa berpartisipasi dalam
Disiplin
5 menit
cara mengajukan pertanyaan kepada
menjawab
pertanyaan
dengan
siswa “Misalkan kita mempunyai jeruk
berbagai macam jawaban.
12 buah dan rambutan 18 buah. Kedua jenis buah-buahan itu akan dibagi sama banyak kepada beberapa orang. Berapa jumlah maksimal yang didapatkan tiap orangnya?” Guru
tujuan Siswa menyimak penjelasan guru
menyampaikan
pembelajaran
pada
hari
ini
dan
dengan seksama.
menyebutkan manfaatnya jika siswa menguasai materi yang akan dipelajari Kegiatan inti Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4 Siswa kelompok. (masyarakat belajar) Guru
Permasalahan
tentang
kelompok
faktor
berdiskusi
kelompoknya
dalam
bersama mengisi
persekutuan terbesar (FPB) dari dua
lembar permasalahan yang telah
bilangan kepada tiap kelompok dan
diberikan oleh guru.
meminta siswa agar mendiskusikannya bersama dengan teman sekelompoknya. (inkuiri dan konstruktivisme) Guru
memerintahkan
perwakilan Perwakilan
Kerja sama Disiplin
dengan bantuan guru. Lembar Siswa
memberikan
membentuk
kelompok
Aktif
20 menit
Elaborasi
kelompok agar mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil diskusi
diskusi kelompoknya.
bersama kelompoknya.
Melalui
metode
menjelaskan
ceramah,
kepada
siswa
guru tentang
faktor persekutuan terbesar (FPB).
Siswa mendengarkan penjelasan mengenai
faktor
persekutuan
terbesar (FPB) dari dua bilangan.
Guru menjelaskan cara mencari FPB
menggunakan
tabel
20 menit
Menghargai pendapat Percaya diri Kritis
dari dua bilangan dapat dilakukan dengan
Kerja sama
dan
mendaftar tiap faktornya yang sama lalu mencari faktor yang terbesar. Guru memberikan contoh soal yang berkaitan
dengan
FPB
dari
dua
bilangan. Guru memerintahkan beberapa siswa untuk menjawab contoh soal di depan kelas. (pemodelan) Konfirmasi
Guru memberikan penjelasan, arahan dan koreksi terhadap hasil diskusi kelompok tentang materi pada hari ini
Siswa
mendengarkan
secara
seksama penjelasan dari guru.
Disiplin
5 menit
agar tidak terjadi miskonsepsi dan memberikan konsep-konsep tambahan untuk lebih memperkuat hasil dari kegiatan siswa. Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada Siswa
yang
belum
mengerti
Jujur
siswa untuk bertanya tentang hal yang
bertanya kepada guru tentang hal
Disiplin
belum dimengerti.
yang belum dimengertinya itu.
Percaya diri
Guru dan siswa bersama-sama
Siswa
memberikan kesimpulan mengenai
memberikan
kesimpulan
dengan bantuan guru.
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan pertanyaan-
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan singkat secara verbal
pertanyaan yang dilontarkan oleh
mengenai materi yang telah
guru.
disampaikan. Guru menyampaikan tujuan atau materi yang akan datang. Guru menutup pembelajaran dengan membaca doa dan memberi salam.
Siswa menyimak perintah guru dengan seksama.
Siswa berdoa dengan instruksi guru dan menjawab salam.
14. Alat dan bahan
: lembar permasalahan
15. Sumber
: Buku paket Matematika untuk MI kelas IV
Religius
5 menit
16. Penilaian
: Tes tulisan berupa tugas mengisi lembar permasalahan
Mengetahui, Guru Matematika Kelas IV
Peneliti
Nuryati, S.Sos.
Ai Herawati
Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) 1. Satuan Pendidikan
: MI Mathlaul Anwar
2. Mata Pelajaran
: Matematika
3. Kelas/Semester
: IV (Empat) / I (Satu)
4. Pertemuan ke-
: 7 dan 8
5. Alokasi waktu
: 4x35 menit
6. Standar Kompetensi
: 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah
7. Kompetensi Dasar
: 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB
8. Indikator
:
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan FPB
9. Tujuan Pembelajaran
:
Siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan KPK
Siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan FPB
10. Materi Ajar
: FPB dan KPK
11. Pendekatan Pembelajaran
: Contextual Teaching and Learning (CTL)
12. Metode Pembelajaran
: Ceramah, diskusi, tanya jawab
13. Langkah-langkah Pembelajaran : Langkah-
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Karakter yang
langkah
Waktu
Diharapkan
Pembelajaran Kegiatan Awal
Guru membuka kegiatan pembelajaran Menjawab salam dan kabar. dengan
mengucap
salam
Religius Aktif
dan
Berani
menanyakan kabar para siswa. Melakukan pengkondisian kelas dengan Siswa mengikuti instruksi dari guru memotivasi para siswa agar semangat
dengan seksama.
dalam memulai pembelajaran. Guru memulai pembelajaran dengan Siswa mengikuti instruksi dari membaca doa bersama para siswa.
guru dengan seksama.
Melakukan kegiatan apersepsi, dengan Para siswa berpartisipasi dalam cara mengajukan pertanyaan kepada
menjawab
siswa
berbagai macam jawaban.
tentang
materi
disampaikan sebelumnya.
yang
telah
pertanyaan
dengan
Disiplin
5 menit
Guru
tujuan Siswa menyimak penjelasan guru
menyampaikan
pembelajaran
pada
hari
ini
dan
dengan seksama.
menyebutkan manfaatnya jika siswa menguasai materi yang akan dipelajari Kegiatan inti Eksplorasi
Guru membagi siswa ke dalam 4 Siswa kelompok. (masyarakat belajar)
membentuk
kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa tentang Siswa memperhatikan penjelasan
dengan
KPK
dan
FPB
20 menit
Disiplin
dengan bantuan guru.
penyelesaian masalah yang berkaitan
Kerja sama Aktif
guru dengan seksama.
dengan
memberikan contoh soal cerita. Guru memerintahkan beberapa siswa untuk mengerjakan contoh soal di depan kelas. (pemodelan)
Elaborasi
Guru
bersama
Kerja sama
penyelesaian masalah yang berkaitan
kelompoknya dalam mengisi LKS
Menghargai
dengan KPK dan FPB dari dua bilangan
yang telah diberikan oleh guru.
memberikan
LKS
tentang Siswa
berdiskusi
pendapat
kepada tiap kelompok dan meminta
Percaya diri
siswa agar mendiskusikannya bersama
Kritis
dengan teman sekelompoknya. (inkuiri dan konstruktivisme)
Perwakilan
kelompok
20 menit
Guru
memerintahkan
perwakilan
kelompok agar mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil diskusi bersama kelompoknya.
diskusi kelompoknya. Konfirmasi
Guru memberikan penjelasan, arahan dan koreksi terhadap hasil diskusi
Siswa
mendengarkan
secara
Disiplin
5 menit
Jujur
5 menit
seksama penjelasan dari guru.
kelompok tentang materi pada hari ini agar tidak terjadi miskonsepsi dan memberikan konsep-konsep tambahan untuk lebih memperkuat hasil dari kegiatan siswa. Kegiatan Penutup Guru memberikan kesempatan pada Siswa
yang
belum
mengerti
siswa untuk bertanya tentang hal yang
bertanya kepada guru tentang hal
Disiplin
belum dimengerti.
yang belum dimengertinya itu.
Percaya diri
Guru dan siswa bersama-sama memberikan kesimpulan mengenai
Siswa
memberikan
kesimpulan
dengan bantuan guru.
materi yang telah dipelajari. Guru memberikan pertanyaan-
Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan singkat secara verbal
pertanyaan yang dilontarkan oleh
mengenai materi yang telah
guru.
disampaikan. Guru menyampaikan tujuan atau materi
Siswa menyimak perintah guru
Religius
yang akan datang.
dengan seksama.
Guru menutup pembelajaran dengan membaca doa dan memberi salam.
Siswa berdoa dengan instruksi guru dan menjawab salam.
14. Alat dan bahan
: LKS
15. Sumber
: Buku paket Matematika untuk MI kelas IV
16. Penilaian
: Tes tulisan berupa tugas mengisi LKS Mengetahui,
Guru Matematika Kelas IV
Peneliti
Nuryati, S.Sos.
Ai Herawati
Kepala MI Mathlaul Anwar
H. M. Getong, S.Pd. I.
114
115
116
117 4 orang Penerima Jambu 12 Rambutan 18 A B C D Ada sisa/tidak? 5 orang Penerima Jambu 12 Rambutan 18 A B C D E Ada sisa/tidak? 6 orang Penerima Jambu 12 Rambutan 18 A B C D E F Ada sisa/tidak?
b. Dari hasil penyelidikan tersebut, dibagi kepada berapa orang sajakah yang hasilnya tidak memiliki sisa?
118 Lampiran 4
119 Lampiran 4 a. Lampu merah akan berkedip pada detik ke berapa saja? b. Lampu hijau akan berkedip pada detik ke berapa saja? c. Lampu merah dan lampu hijau akan berkedip bersamaan pada detik ke berapa saja? d. Lampu merah dan lampu hijau untuk pertama kalinya berkedip bersamaan pada detik ke berapa? Keterangan
Jawaban: a. disebut kelipatan dari 2 b. disebut kelipatan dari 3 c. disebut kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 d. disebut kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 2 dan 3
120
121
4 orang Penerima Jambu 12 Rambutan 18 A B C D Ada sisa/tidak? 5 orang Penerima Jambu 12 Rambutan 18 A B C D E Ada sisa/tidak? 6 orang Penerima Jambu 12 Rambutan 18 A B C D E F Ada sisa/tidak?
b. Dari hasil penyelidikan tersebut, dibagi kepada berapa orang sajakah yang hasilnya tidak memiliki sisa? c. Dari hasil-hasil penyelidikan tersebut, maksimal (paling banyak) kepada beberapa orang jambu dan rambutan tersebut dapat dibagi rata (sama banyak)?
124 Instrumen Penelitian Pedoman Wawancara Guru Tahap
: Pra penelitian
Hari/Tanggal
:
Tujuan Wawancara
: Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran matematika di kelas tersebut
1. Apakah bapak/ibu guru selalu menyiapkan RPP sebelum mengajar matematika? 2. Metode apa yang biasa bapak/guru gunakan dalam menyampaikan pelajaran matematika? 3. Apakah bapak/ibu sudah mengetahui apa itu CTL? 4. Jika sudah, bagaimana penerapan CTL tersebut dalam proses pembelajaran matematika? 5. Apakah bapak/ibu guru menggunakan media/alat peraga ketika menyampaikan pelajaran matematika? 6. Bagaimana respon siswa ketika bapak/ibu mengajar dengan dibantu oleh media/alat peraga tersebut?dan bagaimana jika tidak? 7. Apakah siswa berperan aktif dalam pembelajaran? 8. Adakah hambatan-hambatan dalam proses pembelajaran tersebut khususnya yang menyangkut siswa? 9. Bagaimana cara bapak/ibu dalam mengatasi masalah tersebut? 10. Jika tidak ada hambatan, bagaimana bapak/ibu dapat membuat kelas tersebut tetap kondusif selama pembelajaran berlangsung?
125 Instrumen Penelitian Panduan Wawancara Siswa Tahap
: Pra penelitian
Hari/Tanggal
:
1. Apakah kamu menyukai pelajaran matematika? 2. Apakah matematika itu termasuk pelajaran yang sulit? 3. Jika ia, materi apa yang kamu anggap sulit?dan mengapa? 4. Bagaimana cara guru mengajar di kelas? 5. Apakah kalian mengerti pelajaran yang telah disampaikan oleh guru? 6. Apakah guru menggunakan bantuan media atau alat peraga pada saat mengajar di kelas? 7. Bagaimana kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung?
Silahkan jawab pertanyaannya di bawah ini :
Thank You
126 Lampiran 7 Lembar Observasi Guru (Pra Penelitian)
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
NO.
ASPEK YANG DIAMATI
1.
Melakukan pengkondisian kelas
2.
Mengajukan pertanyaan/apersepsi
3.
Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai
4.
Memberikan penjelasan materi pelajaran secara lengkap
5.
Mengajak siswa untuk melakukan kegiatan belajar dengan menemukan sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuannya (inkuiri dan konstruktivisme)
6.
Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan memunculkan pertanyaan-pertanyaan (bertanya)
7.
Membagi siswa ke dalam beberapa kelompok (masyarakat belajar)
8.
Memberikan tugas atau latihan kepada siswa
9.
Menggunakan media dan / alat peraga (pemodelan dalam CTL)
10. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun menyampaikan pendapat 11. Memberikan respon terhadap pertanyaan dan jawaban siswa 12. Kesesuaian waktu antara yang tertera pada RPP dan pelaksanannya 13. Kesesuaian media dan / alat peraga dengan materi dan strategi 14. Ketepatan penggunaan bahasa yang sesuai dengan
SB
B
C
K
127 Lampiran 7 perkembangan peserta didik 15. Mengajak siswa untuk melakukan refleksi atau konfirmasi terhadap materi yang telah disampaikan (refleksi) 16. Membuat kesimpulan bersama siswa 17. Melakukan penilaian
Catatan/Saran: ………………………………………..
Mengetahui, Guru Matematika Kelas IV
Nuryati, S. Si.
128 Lampiran 7 Lembar Observasi Siswa (Pra Penelitian)
Hari/Tanggal
:
Waktu
:
NO
ASPEK YANG DIAMATI
1.
Siswa melakukan kegiatan belajar dengan menemukan sendiri dan mengonstruksi sendiri pengetahuannya melalui pengisian lembar permasalahan (inkuiri dan konstruktivisme)
2.
Siswa belajar/berdiskusi bersama kelompoknya (masyarakat belajar)
3.
Siswa melakukan refleksi atau konfirmasi terhadap materi yang telah disampaikan (refleksi)
4.
Siswa membuat kesimpulan bersama guru
NO
ASPEK YANG DIAMATI
1.
Siswa memperhatikan gambar maupun demonstrasi yang ditampilkan pada saat pembelajaran (visual activities)
2.
Siswa mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru (listening activities)
3.
Siswa mengerjakan tugas / latihan yang diberikan oleh guru (writing activities)
4.
Siswa mencatat hal-hal penting atau menyalin materi yang disampaikan (writing activities)
5.
Siswa membuat garis bilangan dalam menentukan kelipatan suatu bilangan (drawing activities)
Ya
Tidak
JUMLAH SISWA
PERSENTASE
129 Lampiran 7 6.
Siswa membuat tabel petak perkalian dalam menentukan factor suatu bilangan (drawing activities)
7.
Siswa bertanya, menyanggah, maupun memberikan pendapat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung (oral activities)
8.
Siswa menjelaskan jawaban atau mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas (oral activities)
9.
Siswa terlihat antusias dan semangat dalam pembelajaran (emotional activities)
JUMLAH RATA-RATA
Catatan/Saran: ………………………………………..
Mengetahui, Guru Matematika Kelas IV
Nuryati, S. Si.
130 Kisi-kisi Instrumen Tes Satuan Pendidikan
: MI Mathlaul Anwar
Mata Pelajaran
: Matematika
Kelas / Semester
: IV / I
Materi Pokok
: KPK dan FPB
Standar Kompetensi : 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar
Indikator
Ranah Kognitif
Nomor Soal
2.1 Mendeskripsikan
Mengidentifikasi kelipatan suatu
Mengingat
konsep faktor dan
bilangan dengan menggunakan garis
(remember)
kelipatan
bilangan Mengidentifikasi faktor suatu
Mengingat
bilangan dengan menggunakan tabel
(remember)
1 dan 2
3 dan 4
petak perkalian 2.2 Menentukan
Menentukan kelipatan persekutuan
Memahami/mengerti 5 dan 6
kelipatan dan faktor
dua bilangan
(understand)
bilangan
Menentukan faktor persekutuan dua
Memahami/mengerti 7 dan 8
bilangan
(understand)
2.3 Menentukan
Menentukan kelipatan persekutuan
Memahami/mengerti 9 dan 10
kelipatan
terkecil (KPK) dari dua bilangan
(understand)
persekutuan terkecil
Menentukan faktor persekutuan
Memahami/mengerti 11 dan 12
(KPK) dan faktor
terbesar (FPB) dari dua bilangan
(understand)
2.4 Menyelesaikan
Memecahkan masalah yang
Menerapkan (apply)
masalah yang
berkaitan dengan KPK
persekutuan terbesar (FPB) 13 15 Menganalisis
131 berkaitan dengan KPK dan FPB
(analyze) Memecahkan masalah yang berkaitan dengan FPB
Menerapkan (apply)
14
132 Soal Uji Coba Instrumen Tes Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar! 1. Tentukan bilangan loncat kelipatan dari bilangan kelipatan 3! 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
2. Tentukan bilangan loncat kelipatan dari bilangan kelipatan 6! 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
3. Lengkapilah tabel petak perkalian berikut ini! 12 Faktor dari 12 adalah……….. 4. Lengkapilah tabel petak perkalian berikut ini! 15 Faktor dari 15 adalah……….. 5. Kelipatan 4 adalah . . . . Kelipatan 5 adalah . . . . Jadi, kelipatan persekutuan 4 dan 5 adalah . . . . 6. Tentukan kelipatan persekutuan dari bilangan 8 dan 12! 7. Faktor dari 24 adalah . . . . Faktor dari 28 adalah . . . . Jadi, faktor persekutuan dari 24 dan 28 adalah . . . . 8. Faktor persekutuan dari 18 dan 30 adalah . . . . 9. Kelipatan 4 adalah . . . . Kelipatan 7 adalah . . . . Kelipatan persekutuan 4 dan 7 adalah . . . . Jadi, KPK dari 4 dan 7 adalah . . . . 10. KPK dari 6 dan 10 adalah . . . . 11. Faktor dari 16 adalah . . . .
133 Faktor dari 22 adalah . . . . Faktor persekutuan dari 16 dan 22 adalah . . . . Jadi, FPB dari 16 dan 22 adalah . . . . 12. FPB dari 24 dan 30 adalah . . . . 13. Rasya ikut kursus komputer seminggu sekali. Monik juga ikut kursus di tempat yang sama 5 hari sekali. Setiap berapa hari sekali mereka dapat bertemu di tempat kursus? 14. Dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya, Emma membagikan 75 buku tulis dan 50 pensil kepada anak-anak yatim piatu. Setiap buku tulis dan pensil akan dibagikan kepada anak-anak dengan jumlah yang sama banyak. a. Berapa anak yatim yang bisa mendapatkan buku tulis dan pensil? b. Berapa buku tulis dan pensil untuk masing-masing anak? 15. Jam mainan Ari berdering setiap 8 menit sekali, sedangkan jam mainan Tono berdering setiap 9 menit sekali. Pada pukul berapa kedua jam mainan itu berdering bersama untuk kedua kali setelah sebelumnya berdering bersama pada pukul 07.30?
134 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen 1. Kelipatan 3 = 3, 6, 9, 12, 15, 18 2. Kelipatan 6 = 6, 12, 18 3. 12
1
2
3
4
6
12
12
6
4
3
2
1
Jadi, faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 12. 4. 15
1
3
5
15
15
5
3
1
Jadi, faktor dari 15 adalah 1, 3, 5, 15. 5. Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16,20, 24, 28, 32, 36, 40, . . . Kelipatan 5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, . . . Jadi, kelipatan persekutuan 4 dan 5 = 20, 40, . . . 6. Kelipatan 8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, 72, 80, 88, 96, . . . Kelipatan 12 = 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, . . . Jadi, kelipatan persekutuan 8 dan 12 = 24, 48, 72, 96, . . . 7. Faktor 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24 Faktor 28 = 1, 2, 4, 7, 14, 28 Jadi, faktor persekutuan 24 dan 28 = 1, 2, 4 8. Faktor 18 = 1, 2, 3, 6, 9, 18 Faktor 30 = 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30 Jadi, faktor persekutuan 18 dan 30 = 1, 2, 3, 6 9. Kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 54, 58, 62, 66, 70, . . . Kelipatan 7 = 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70, . . . Kelipatan persekutuan 4 dan 7 = 28, 70 Jadi, KPK dari 4 dan 7 = 28 10. Kelipatan 6 = 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72, 78, 84, 90, . . . Kelipatan 10 = 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100, . . . Jadi, KPK 6 dan 10 = 30
135 11. Faktor 16 = 1, 2, 4, 8, 16 Faktor 22 = 1, 2, 11, 22 Faktor persekutuan dari 16 dan 22 = 1, 2 Jadi, FPB dari 16 dan 22 = 2 12. Faktor dari 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24 Faktor dari 30 = 1, 2, 3, 5, 6, 10, 15, 30 Jadi, FPB dari 24 dan 30 = 6 13. Rasya 7 = 7, 14, 21, 28, 35, 42, 49, 56, 63, 70, . . . Monik 5 = 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60, 65, 70, . . . FPB 7 dan 5 = 30, jadi Rasya dan Monik dapat bertemu di tempat kursus tiap 30 hari sekali. 14. Faktor 75 = 1, 3, 5, 15, 25, 75 Faktor 50 = 1, 2, 5, 10, 25, 50 a. FPB 75 dan 50 = 25 b. Buku tulis = 75 : 25 = 3, jadi tiap anak mendapatkan 3 buah buku tulis Pensil = 50 : 25 = 2, jadi tiap anak mendapatkan 2 buah pensil 15. Kelipatan 8 = 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, 72, 80, . . . Kelipatan 9 = 9, 18, 27, 36, 45, 54, 63, 72, 81, 90, . . . KPK 8 dan 9 = 72 Pertama berdering pukul 07.30, jadi berdering untuk kedua kalinya pukul 08.42 07.30 + 72 menit (1 jam 12 menit) = 08.42
136 Lampiran 10 no. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
nama A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z Ab Ac
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 1 2 3
6 1 4 4 4 1 1 0 4 0 1 1 4 4 1 1 1 3 0 0 0 2 3 1 1 0 1 1 2
7 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 2
nomor soal 8 9 4 4 3 4 3 4 3 4 1 4 2 4 2 4 1 4 3 4 1 4 3 4 0 4 1 3 3 4 1 4 3 4 1 2 2 4 3 4 1 4 1 4 1 2 1 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1
10 4 1 3 3 3 1 3 2 3 3 1 2 4 3 1 3 1 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 0
11 3 3 3 2 3 3 1 1 2 2 3 1 2 3 3 1 1 2 1 2 3 1 1 1 3 3 1 0
12 4 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
13 4 1 4 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 4 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
14 0 4 1 1 4 4 4 4 1 4 4 4 1 0 1 1 4 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1
15 3 4 1 1 4 4 4 4 1 4 1 4 1 0 4 1 1 1 1 1 0 1 1 4 0 1 1 0
jml 51 49 48 47 46 45 44 44 44 44 43 43 42 42 41 40 39 38 38 38 37 36 34 33 32 32 28 27
137 Lampiran 10 29 30 31 32 33 34 35 36 x
Ad Ae Af Ag Ah Ai Aj Ak
skor maksimum jumlah peserta didik tes tingkat kesukaran (P)
4 0 4 4 4 4 4 1 137
4 1 2 4 4 4 4 1 136
4 4 4 4 4 4 3 4 142
2 4 4 3 3 1 3 4 135
2 2 3 2 3 1 2 3 121
0 0 0 0 0 1 0 0 47
2 2 1 4 3 1 2 2 118
1 0 0 0 1 1 0 0 53
2 1 2 2 1 1 0 0 101
1 1 1 1 0 1 0 0 62
1 1 1 1 1 1 2 0 63
1 1 0 0 0 1 1 0 34
1 1 1 0 0 1 1 0 46
1 4 1 0 0 1 0 0 58
1 4 1 0 0 0 0 0 59
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
36
0.95 1
0.944 44
0.98 61
0.93 75
0.84 03
0.326 39
0.81 94
0.368 06
0.70 14
0.43 06
0.43 75
0.23 61
0.31 94
0.402 78
0.40 97
Nilai (P) Kategori P < 0.3 Sukar 0.3 ≤ P ≤ 0.7 Sedang P > 0.7 Mudah Kategori sukar, soal nomor = 12 Kategori sedang, soal nomor = 6,8,9,10,11,13,14,15 Kategori mudah, soal nomor = 1,2,3,4,5,7
27 26 25 25 24 23 22 15 131 2
138 Lampiran 10 no. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
nama A B C D E F G H I J x atas skor maksimum kelompok atas (P) kelompok atas
no. 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 40 40 40 4 4 4 4 10 10 10 10 1 1 1 1
5 6 4 1 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 0 4 4 4 0 3 1 39 20 4 4 10 10 0.975 0.5
nomor soal 8 9 10 4 4 4 3 4 1 3 4 3 3 4 3 1 4 3 2 4 1 2 4 3 1 4 2 3 4 3 1 4 3 23 40 26 4 4 4 10 10 10 0.575 1 0.65
7 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 38 4 10 0.95
nama Ab Ac Ad Ae Af Ag Ah Ai Aj Ak
1 4 4 4 0 4 4 4 4 4 1
2 4 4 4 1 2 4 4 4 4 1
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
4 4 4 2 4 4 3 3 1 3 4
5 2 3 2 2 3 2 3 1 2 3
6 1 2 0 0 0 0 0 1 0 0
nomor soal 7 8 1 1 2 1 2 1 2 0 1 0 4 0 3 1 1 1 2 0 2 0
jumlah 11 3 3 3 2 3 3 1 1 2 2 23 3 10 0.767
12 4 1 1 1 1 1 1 1 2 1 14 4 10 0.35
13 4 1 4 4 1 1 1 1 4 1 22 4 10 0.55
14 0 4 1 1 4 4 4 4 1 4 27 4 10 0.675
15 3 4 1 1 4 4 4 4 1 4 30 4 10 0.75
51 49 48 47 46 45 44 44 44 44
jumlah 9 1 1 2 1 2 2 1 1 0 0
10 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0
11 1 0 1 1 1 1 1 1 2 0
12 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0
13 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0
14 1 1 1 4 1 0 0 1 0 0
15 1 0 1 4 1 0 0 0 0 0
28 27 27 26 25 25 24 23 22 15
139 Lampiran 10 x bawah skor maksimum kelompok bawah (P) kelompok bawah
33 32 4 4 10 10 0.825 0.8
39 32 4 4 10 10 0.975 0.8
23 4 20 5 3 2 4 1 10 10 10 10 0.767 0.2 0.5 0.5
11 6 2 1 10 10 0.55 0.6
9 5 7 2 1 1 10 10 10 0.45 0.5 0.7
Nomor Tingkat kesukaran Tingkat kesukaran Daya pembeda soal kelompok atas kelompok bawah soal (D) 1 1 0.825 0.175 2 1 0.8 0.2 3 1 0.975 0.025 4 1 0.8 0.2 5 0.975 0.767 0.208 6 0.5 0.2 0.3 7 0.95 0.5 0.45 8 0.575 0.5 0.075 9 1 0.55 0.45 10 0.65 0.6 0.05 11 0.767 0.45 0.317 12 0.35 0.5 -0.15 13 0.55 0.7 -0.15 14 0.675 0.225 0.45 15 0.75 0.175 0.575
Soal jelek (poor) = 1,3,8,10,12,13 Soal cukup (satistifactory) = 2,4,5
0.40 – 1.00 = baik sekali (excellent)
Soal baik (good) = 6,11
0.30 – 0.39 = baik (good)
Soal baik sekali (excellent) = 7,9,14,15
0.20 – 0.29 = cukup (satistifactory) 0.00 – 0.19 = jelek (poor)
9 4 10 0.225
7 4 10 0.175
140 Lampiran 10
∑
= reliabilitas soal k = jumlah soal ∑
= jumlah varian dari skor soal = varian total
Koefisien Alpha: ∑
Langkah pertama : Mencari varian tiap soal dengan menggunakan rumus standar deviasi. Langkah kedua : Menjumlahkan semua varian soal (
).
Langkah ketiga : Mencari varians total.
=
=
=
=
= 80,135806
Langkah keempat : Mencari Koefisien Alpha. ∑
=
=
(1 – 0,22155734) =
× 0,77844266 = 0,83404571
Menurut Remmers (1960) kebanyakan tes-tes yang standar untuk pengukuran di bidang pendidikan pada umumnya memiliki koefisien reliabilitas minimal 0.8 untuk populasi yang sesuai. Sedangkan menurut Nunnaly (1972) dan Kaplan dan Saccuzzo (1989) koefisien reliabilitas 0.7 sampai 0.8 cukup tinggi untuk suatu penelitian dasar.
Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
nama Al Fikriyansyah Alfi Rahmadiana Andri Gunawan Anissatul Wardah Audrey Maharani Desta Syahwal Ramadhan Dinni Dwi Pratiwi Erlangga Adi P Faris Fadillah Fatma Nurrahmadanti Galih G Ghea Arribah .O.P Ghea Rona Ibnu Al Ghifari Khoerotunnisa Lusiana Safitri Luthfy Gusti Ramadan M. Alfin Saputra M. Faiqul Imam M. Farhan Miftahul Fadli Mualif Hambya Muhamad Rizki E Muhammad Khiar Ilham Muhammad Naufal Nilam Wulandari Nisrina Ayu Fadia Ramadhan F Ramdi Akbar S Rayi Roghadatul Aisy Rido Fariz A Rizan Pasha Rizki Fadillah Robiyatul Adawiyah Sahid A Sofiyanti Suci Salwah
nilai 85 100 90 65 25 85 75 10 65 50 80 10 85 60 75 65 100 10 25 30 70 60 70 90 95 85 70 50 50 70 70 100 100 70 10
38 Syifana Az Zahra 39 Tarisa Bella .S jumlah rata-rata
65 95 2170 65.7575758
Daftar Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Siklus II no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
nama Al Fikriyansyah Alfi Rahmadiana Andri Gunawan Anissatul Wardah Audrey Maharani Desta Syahwal Ramadhan Dinni Dwi Pratiwi Erlangga Adi P Faris Fadillah Fatma Nurrahmadanti Galih G Ghea Arribah .O.P Ghea Rona Ibnu Al Ghifari Khoerotunnisa Lusiana Safitri Luthfy Gusti Ramadan M. Alfin Saputra M. Faiqul Imam M. Farhan Miftahul Fadli Mualif Hambya Muhamad Rizki E Muhammad Khiar Ilham Muhammad Naufal Nilam Wulandari Nisrina Ayu Fadia Ramadhan F Ramdi Akbar S Rayi Roghadatul Aisy Rido Fariz A Rizan Pasha Rizki Fadillah Robiyatul Adawiyah Sahid A Sofiyanti Suci Salwah Syifana Az Zahra
nilai 100 100 95 85 25 95 60 10 70 35 90 10 100 80 70 50 80 45 70 50 100 95 80 100 45 95 90 40 35 95 80 90 80 50 35 80
39 Tarisa Bella .S jumlah rata-rata
70 2345 71.06061
Instrumen Penelitian Jawaban Wawancara Guru Tahap
: Pra penelitian
Hari/Tanggal
:
Tujuan Wawancara
: Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan permasalahan yang terjadi pada pembelajaran matematika di kelas tersebut
No.
Pertanyaan 1. Apakah
Jawaban
bapak/ibu
guru
selalu Iya, sudah tentu kalau RPP pasti
menyiapkan RPP sebelum mengajar membuat, matematika?
tapi
biasanya
sudah
dikolektif membuatnya pada saat di awal mau masuk tahun ajaran baru. Jadi RPP dibuat untuk jangka waktu 1 tahun.
2. Metode apa yang biasa bapak/guru Bergantung materi yang akan diajarkan, gunakan
dalam
menyampaikan tapi biasanya dengan ceramah, diskusi,
pelajaran matematika?
tanya jawab.
3. Apakah bapak/ibu sudah mengetahui CTL itu apa, saya belum terlalu apa itu CTL?
mengetahuinya.
4. Jika sudah, bagaimana penerapan CTL (setelah penanya menjelaskan sekilas tersebut dalam proses pembelajaran tentang CTL) oh kalau CTL seperti itu, matematika?
saya
mengajarkannya
pernah
mengaitkan materi dengan kehidupan siswa, tapi yaa mengalir dengan begitu saja tanpa saya ketahui kalau itu CTL. 5. Apakah bapak/ibu guru menggunakan Iya terkadang menggunakan terkadang media/alat
peraga
ketika tidak, paling hanya berupa gambar-
menyampaikan pelajaran matematika?
gambar saja ketika materi bangun datar atau bangun ruang.
6. Bagaimana
respon
siswa
ketika Tentu saja ketika menggunakan media
bapak/ibu mengajar dengan dibantu siswa menjadi lebih antusias dalam oleh media/alat peraga tersebut?dan belajar, jika tidak antusias siswa akan bagaimana jika tidak?
biasa-biasa saja.
7. Apakah siswa berperan aktif dalam Siswa pembelajaran?
yang
memang
sudah
aktif
pastinya dalam pembelajaran akan aktif juga, tetapi kebanyakan dari mereka harus diberi pendorong terlebih dahulu agar semangat atau mau berperan aktif dalam pembelajaran.
8. Adakah
hambatan-hambatan
proses
pembelajaran
dalam Biasanya
dalam
pembelajaran
ada
tersebut siswa yang sulit diatur, tidak mau
khususnya yang menyangkut siswa?
mendengarkan
penjelasan
(acuh),
mengobrol dengan temannya, dsb. 9. Bagaimana
cara
bapak/ibu
dalam Biasanya
mengatasi masalah tersebut?
dengan
menegurnya
dan
menasehatinya.
10. Jika tidak ada hambatan, bagaimana (karena ada hambatan jadi tidak ada bapak/ibu tersebut
dapat tetap
membuat kondusif
pembelajaran berlangsung?
kelas jawaban) selama
181 lampiran 17
PROFILE MADRASAH A. IDENTITAS MADRASAH 1. Nama Madrasah
: MI Mathlaul Anwar
Alamat
: Jl. H. Rean RT 03/01 No.28
Desa/ Kelurahan
: Benda Baru
Kecamatan
: Pamulang
Kab/ Kota
: Tangerang Selatan
Propinsi
: Banten
Telepon
: (021) 7440042
2. Nama Yayasan
: Al- Ishlah
Alamat
: Jl. H. Rean RT 03/01 No. 28\
Desa/ Kelurahan
: Benda Baru
Kecamatan
: Pamulang
Kab/ Kota
: Tangerang Selatan
Propinsi
: Banten
Telepon
: (021) 7440042
3. NSM
: 111 228 030312
4. Jenjang Akreditasi
: Terakreditasi B (Tanggal 28 Juni 2006)
5. Tahun didirikan
: 1958
6. Tahun beroperasi
: 1984
7. Kepemilikan Tanah
: Yayasan
a. Status Kepemilikian
: Wakaf
b. Luas Tanah
: 1309 M2
8. Status Bangunan
: Yayasan
9. Nomor Rekening Sekolah
: 1127-01-000966-50-2
B. VISI dan MISI MADRASAH 1. Visi
: “Menciptakan Generasi Robbani yang Mampu Berperan di
Masyarakat”
182 lampiran 17 2. Misi
:
1. Menyelenggarakan pendidikan kurikulum KBK. 2. Mengadakan pembinaan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
`
3. Mengadakan kegiatan keagamaan secara praktis. 4. Menambah pembinaan siswa diluar jam pelajaran. 5. Membentuk aqidah yang sholeh dan keimanan yang kokoh.
C. DATA FASILITAS MADRASAH
NO
JENIS RUANGAN
JUMLAH RUANG
1
Ruang Kelas
7
2
Ruang Kepala Madrasah
1
3
Ruang Guru
1
4
Ruang Perpustakaan
1
5
Ruang Tata Usaha
1
6
Ruang Lab. Komputer
1
7
Ruang BP
1
8
Masjid/Mushola
1
BIOGRAFI PENULIS
Ai Herawati, NIM. 1110018300014, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Penulis lahir di Jakarta, 26 April 1992. Bertempat tinggal di Jalan Anggrek Rt. 03 Rw. 18 Pondok Benda Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan - Banten 15416. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Orangtua penulis ialah Bapak Anin dan Ibu Iyumenah. Riwayat pendidikan penulis, diawali dari MI Al-Mursyidiyyah lulus tahun 2004-2005, MTs Ponpes Daar El-Qolam tahun pelajaran 2006-2007, MA Ponpes Daar El-Qolam Jakarta tahun pelajaran 2009/2010, Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lulus tahun 2015. Proses belajar mengajar di kelas harus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Melalui skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas IV MI Mathlaul Anwar” di bawah bimbingan Ibu Dr. Tita Khalis Maryati, M. Kom. Penulis berupaya mengembangkan metode pembelajaran yang ada agar menjadi lebih menarik dan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Matematika sebagai mata pelajaran inti pada pendidikan dasar. Semoga bermanfaat, Aamiin…....