Peningkatan Kompetensi Pengoperasian Jangka Sorong Melalui Metode Contextual Teaching And Learning Pada Siswa Sugiarto (11320080-ST) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh metode dan strategi pembelajaran yang dirancang oleh seorang guru. Metode dan strategi dalam proses pembelajaran sangat beragam yang mana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satunya adalah metode CTL karena suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut. Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: (1) Apakah pembelajaran menggunakan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kompetensi Pengoperasian jangka sorong pada siswa kelas X TKR SMK YATPI Godong?; (2) Bagaimana pembelajaran menggunakan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kompetensi Pengoperasian jangka sorong pada siswa kelas X TKR SMK YATPI Godong?. Sedangkan tujuan penelitian ini yaitu: (1) Peningkatan kompetensi pengoperasian jangka sorong melalui metode contextual teaching and learning pada siswa kelas X TKR1 SMK YATPI Godong; dan (2) Mengetahui apakah melalui metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan kompotensi pengoperasian jangka sorong. Metode penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dengan 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat komponen, yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Subjek penelitian adalah siswa kelas X TKR 1 SMK YAPTI Godong. Hasil analisis. Penerapan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar alat ukur pokok bahasan menggunakan alat ukur mekanik pada siswa kelas X TKR 1 SMK YATPI Godong. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar dari siklus ke siklus, yang mana pada pra siklus tingkat ketuntasan secara klasikal sangat rendah, yaitu hanya 66,67%. Kondisi tersebut meningkat pada siklus I, dengan ketuntasan klasikal sebesar 83,33%, namun ketuntasan pada siklus I ini belum sesuai harapan karena ketuntasan secara klasikal lebih rendah dari 90%. Kemudian pada siklus II ketuntasan klasikal mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 93,33% lebih tinggi dari standar yang ditetapkan yaitu 90%, sehingga hipotesis yang menyatakan “penerapan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar alat ukur pokok bahasan menggunakan alat ukur mekanik pada siswa kelas X TKR 1 SMK YATPI Godong” dapat terbukti. Keaktifan guru pada saat pembelajaran menggunakan metode Contextual Teaching and Learning dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Kondisi pra siklus untuk keaktifan guru, dari delapan komponen penilaian, mayoritas guru yaitu 25% mempunyai kategori baik. Kemudian pada siklus I mengalami peningkatan 37,5% dalam kategori baik. Sedangkan peningkatan signifikan terjadi pada pada siklus II yaitu 75% keaktifan guru dalam kategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa persiapan dan kemampuan guru dalam pembelajaran dengan metode Contextual Teaching and Learning sudah sesuai dengan harapan Saran. (1) Diharapkan pihak sekolah menyediakan fasilitas pembelajaran, misalnya komputer di setiap kelas, OHP, sebagai penunjang proses pembelajaran guru agar pembelajaran yang dilakukan lebih menarik, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran di kelas; (2) Guru hendaknya dapat menguasai/memiliki pengetahuan tentang penggunaan berbagai metode pembelajaran; (3) Diharapkan siswa mampu memotivasi diri sendiri untuk menjadi seseorang yang lebih baik, yaitu dengan menjadi siswa yang lebih bertanggungjawab terhadap tugas dan kewajibannya sebagai siswa. Kata Kunci : Metode Contectual Teaching and Learning (CTL)
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
116
PENDAHULUAN Ada tiga variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru dan pengajaran atau proses belajar dan mengajar. Kurikulum adalah program belajar yang meliputi tujuan, isi program dan strategi atau cara melaksanakan program untuk siswa sebagai dasar dalam merencanakan pengajaran. Guru menempati kedudukan sentral sebab perannya sangat menentukan. Guru harus mampu menjabarkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum kemudian mentrasformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa melalui proses pengajaran disekolah. Proses pengajaran di sekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar yang diatur guru untuk mencapai tujuan pengajaran (Nana Sudjana, 2008:1-11). Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh metode dan strategi pembelajaran yang dirancang oleh seorang guru. Metode dan strategi dalam proses pembelajaran sangat beragam yang mana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satunya adalah metode CTL karena suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di lapangan menunjukkan bahawa guru yang mengajar siswa SMK, khususnya SMK YATPI Godong, pengajaran Alat ukur masih menggunakan metode konvensional yakni ceramah. Alasan yang diungkapkan mengapa masih menggunakan metode ini karena guru mengalami kesulitan dalam menyusun perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan media lainnya yang mendukung dalam proses pembelajara. Dengan pengajaran yang seperti ini akan mempersulit siswa untuk mengembangkan ketrampilan berpikirnya karena siswa terbiasa hannya memahami pengukuran melalui gambar dan contoh tanpa adanya media pendukung. Dengan demikian pemahaman alat ukur cenderung rendah. Selain itu dari hasil pengamatan sementara yang dilakukan pada siswa kelas X TKR1 SMK YATPI Godong menunjukan hasil belajar materi alat ukur untuk pokok bahasan “Pengoperasian alat ukur mekanik” masih rendah, yang ditunjukan dari hasil nilai ulangan yang diperoleh siswa untuk pokok bahasan tersebut lebih rendah dari pada pokok bahasan materi alat ukur yang lainnya. Dari jumlah 30 siswa rata-rata ketuntasan nilai masih dibawah batas KKM yang ditentukan. Dilihat dari metode pembelajaran yang diterapkan guru SMK YATPI Godong menunjukan mayoritas guru masih menggunakan metode pembelajaran secara konvensional, yaitu guru hanya menerangkan materi pada siswa tanpa menggunakan media yang menarik, sehingga kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru rendah. Mmelihat kondisi tersebut, menggambarkan bahwa metode pembelajaran memiliki peran penting dalam peningkatan hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat, penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan siswa belejar hal yang baru.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
117
Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar sesuai dengan Standar Operasional Penggunaan (SOP). Berdasarkan data-data diatas, dapat dijadikan suatu landasan untuk dilaksanakannya penelitian tindakan kelas. Tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan pembelajaran menggunakan metode Contextual Teaching And Learning. Untuk itu, penelitian menjadikan salah satu alternative untuk memudahkan dalam memahami dan menggunakan alat ukur,sehingga apa yang akan disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar lebih memudahkan siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Belum tercapainya harapan yaitu ketuntasan belajar secara klasikal menggunakan alat ukur jangka sorong jurusan teknik sepeda motor SMK YATPI Godong, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Kompetensi Pengoperasian Jangka Sorong Melalui Metode Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa Kelas X TKR 1Smk YATPI Godong” KAJIAN PUSTAKA Alat Ukur Jangka Sorong Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus millimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Kegunaan jangka sorong adalah a. Untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit b. Untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur c. Untuk mengukur kedalaman celah/lubang pada suatu benda dengan cara “menancapkan/ menusukan kedalam” bagian pengukur. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Ada kecenderungan dewasa ini pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajari, bukan hanya mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penugasan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak dalam memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu para guru dalam mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil belajar.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
118
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada dengan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai strategi tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari hasil menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research), dengan merujuk pada model Kurt Lewin yang menunjuk empat komponen pokok penelitian yakni: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting) (Aqib, 2006:21). Sedangakn rancangan Penelitian Tindakan Kelas dengan desain Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model Kemmis dan Tanggar (1988) yang terdiri dari 4 komponen antara, lain: 1) Perencanaan; 2) Tindakan; 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Latar Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMK YATPI GODONG. 2. Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada siswa kelas X TKR 1 SMK YATPI GODONG tahun pelajaran 2013 / 2014 sebanyak 30 siswa, karena hasil pengamatan sementara peneliti melihat kompetensi dasar Alat ukur pada siswa kelas X TKR 1 belum sesuai harapan, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan pembelajaran yang tujuannya untuk meningkatkan kompetensi dasar alat ukur. 3. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 bulan yaitu bulan Juli s/d Desember 2013. Dengan waktu selama enam bulan tersebut, peneliti harus dapat melakukan penelitian dengan maksimal, oleh karena itu peneliti mencoba menerapkan metode Contextual Teaching ad Learning guna meningkatkan kompetensi dasar alat ukur. Prosedur penelitian Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK berupa proses pengkajian berdaur (cyclical), di mana setiap siklusnya terdiri dari empat komponen pokok yaitu perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
119
Gambar 1. Alur penelitian tindakan kelas Tahap-tahap di atas dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Perencanaan (Planning) 2. Tindakan (Action) 3. Pengamatan (Observation) dan Evaluasi 4. Refleksi (reflection) Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan alat pengumpul data sebagai berikut : 1. Metode Observasi 2. Metode Tes Instrument Penelitian
Agar tes (alat ukur) yang digunakan dapat menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan yang diharapkan, maka dalam penyusunannya harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Dalam penyusunannya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menyusun Tujuan Pembelajaran Khusus berdasarkan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). 2. Menyusun kisi-kisi tes. 3. Menentukan jumlah soal berdasarkan kisi-kisi tersebut. 4. Menentukan tipe tes.Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif dengan 4 option jawaban. 5. Menentukan waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes. 6. Mengujicobakan instrumen penelitian untuk kemudian dianalisis. Setelah melaksanakan langkah-langkah penyusunan instrument penelitian, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis terhadap instrumen penelitian tersebut.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
120
HASIL PENELITIAN Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Pertemuan kesatu (45 menit x 2) dilaksanakan pada tanggal 06 November 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada 13 November 2013 dengan penjelasan sebagai berikut. Pada pertemuan pertama dan kedua ini materi yang disampaikan yaitu “mengidentifikasi alat-alat ukur”. a. Perencanaan Siklus I Sebelum dilakukan tindakan sklus I, guru selaku peneliti melakukan perencanan/persiapan: 1)
Merencanakan pelaksanaan tindakan siklus I
2)
Mempersiapkan silabus
3)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I
4)
Mempersiapkan daftar siswa kelas X TKR 1
5)
Menyusun instrumen lembar observasi siswa
6)
Menyusun instrument penilaian siklus I
7)
Menyusun instrumen lembar observasi guru
8)
Mengumpulkan sumber-sumber pembelajaran, media pembelajaran, dan alat peraga siklus I.
9)
Mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan pelaksanaan pembelajaran siklus I.
10) Membuat skenario pembelajaran pelaksanaan siklus I b. Pelaksanaan Siklus I 1) Pertemuan pertama Skenario pelaksanaan tindakan dilakukan dengan metode CTL . Pada pelaksanaan pembelajaran ini penliti selaku guru dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh teman sejawat yang bertugas sebagai observer untuk mendapatkan data aspek afektif guru dan siswa. Pelaksanan pembelajaran siklus I pertemuan ke satu secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Kegiatan Awal (durasi +10 menit) (1) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam. (2) Guru mengecek kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas untuk siap menerima pembelajaran/materi pelajaran. (3) Guru memotivasi tentang perlunya menggunakan alat ukur mekanik jangka sorong dalam kehidupan sehari-hari, seperti untuk mengukur: 1) suatu benda dari sisi luar, 2) sisi dalam suatu benda, 3) dan kedalaman celah/lubang pada suatu benda. (4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, yaitu: 1) siswa mampu mengidentifikasi alat-alat ukur; 2) siswa mampu menyebutkan fungsi masing-masing alat ukur; dan 3) siswa mampu menggunakan alat-alat ukur. (5) Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali pembelajaran sebelumnya dan dikaitkan dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
121
b) Kegiatan Inti (Durasi +70 menit) (1) Guru melakukan eksplorasi pembelajaran dengan menggali kemampuan awal siswa dengan memberikan sedikit pertanyaan terkait alat ukur mekanik jangka sorong, hanya sebagian kecil siswa yang merespon pertanyaan guru tersebut. (2) Guru melakukan elaborasi pembelajaran dengan metode contextual teaching and learning (CTL) dari menjelaskan segi fungsi, menjelaskan bagian-bagian jangka sorong, cara penggunaan jangka sorong, dan teknik pengukuran jangka sorong. (3) Guru mempertegas eksplorasi pembelajaran dengan metode CTL dengan cara: 1) Guru memperagakan atau memberi contoh menggunakan jangka sorong untuk mengukur panjang, tebal dan diameter luar Mur baut, 2) Guru memperagakan atau memberi contoh menggunakan jangka sorong untuk mengukur bagian dalam sebuah benda mur baut, 3) Guru memperagakan atau memberi contoh menggunakan jangka sorong untuk mengukur kedalaman atau lubang sebuah Spidol, 4) Guru memerintahkan tiga siswa yang dipandang mampu untuk dijadikan model, masing-masing siswa meragakan: (a) pengukuran panjang, tebal dan diameter luar mur baut dan Spidol, (b) pengukuran bagian dalam sebuah benda mur baut, dan (c) pengukuran kedalaman atau lubang sebuah Spidol. (4) Guru melakukan konfirmasi pembelajaran dengan cara: 1) menyimpulkan pelajaran bersama peserta didik; 2) membuat rangkuman hasil belajar; dan 3) menginformasikan materi berikutnya. (5) Observer dilakukan oleh guru mitra. menempatkan diri pada bagian belakang sejak awal sampai akhir pembelajaran (selama proses pembelajaran berlangsung) dengan melakukan kegiatan obervasi terhadap aktifitas guru dan siswa untuk mendapatkan data hasil belajar dari segi afektif. c) Kegiatan Akhir (Durasi +10 menit) (1) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (2) Guru mengapresiasi dan merefleksi selama berlangsungnya proses pembelajaran. (3) Guru memberikan evaluasi dengan memberikan beberapa soal secara lisan dan siswa menjawabnya. (4) Guru memberikan resum dan penguatan atas hasil evaluasi (5) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
122
2) Pertemuan kedua Skenario pelaksanaan tindakan dilakukan sebagai kelanjutan dari pertemuan ke satu dengan metode CTL yang dilanjutkan dengan kegiatan ulangan harian siklus I untuk mendapatkan data peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif. Pada pelaksanaan pembelajaran ini penliti selaku guru dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh teman sejawat yang bertugas sebagai observer untuk mendapatkan data aspek afektif guru dan siswa. Pelaksanan pembelajaran siklus I pertemuan ke dua secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Kegiatan Awal (durasi +5 menit) (1) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam. (2) Guru mengecek kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas untuk siap menerima pembelajaran/materi pelajaran. (3) Guru memotivasi siswa agar tetap semangat dalam belajar. (4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yakni siswa dapat: 1) menggunakan alat ukur yang sesuai prosedur, 2) memelihara alat ukur sesuai dengan prosedur, 3) mensetting alat ukur sebelum menggunakannya, dan 4) siswa dapat menyebutkan fungsi masing-masing alat ukur; dan 5) Siswa dapat melakukan pengukuran sesuai dengan SOP. (5) Guru melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali pembelajaran sebelumnya, yakni pengetahuan tentang jangka sorong sebagai alat ukur mekanik yang dikaitkan dengan materi pembelajaran yang akan dipelajarai dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. b) Kegiatan Inti (Durasi +80 menit) (1) Guru melakukan eksplorasi pembelajaran dengan menggali kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat ukur (mesuring tools), meliputi: mengidentifikasi alat-alat ukur, menyebutkan fungsi masing-masing alat ukur, dan menggunakan alat-alat ukur. Sebagian besar siswa merespon pertanyaan guru tersebut dengan sikap antusias namun akurasi jawaban belum seperti yang diharapkan. (2) Guru melakukan elaborasi teknik dengan cara: 1) Siswa di hadapkan pada persoalan yang problematis dengan diberi tugas melakukan percobaan dengan menggunakan alat jangka sorong untuk mengukur diameter luar beberapa jenis benda seperti bolpoin atau bola kecil, cincin atau baut untuk diukur diameter dalamnya, dan paralon atau tabung untuk diukur kedalamannya, 2) siswa merespon tugas guru dengan situasi yang problematis untuk memicu interaksi siswa secara maksimal, 3) siswa membentuk kelompok diskusi berdasarkan posisi tempat duduk, 4) siswa merumuskan tugas belajar dan mengorganisasikanya untuk membangun suatu proses penelitian dalam pembelajaran dan menemukan permasalahan dan solusinya terkait dengan materi pembelajaran, 5) setiap siswa melakukan pembelajaran individual dan nantinya hasil kerja individu
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
123
didiskusikan di dalam kelompoknya, 6) siswa menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan 7) siswa mengaplikasikan kesimpulan atau generalissi dalam situasi baru terkait dengan penggunaan alat ukur mekanik jangka sorong. (3) Guru melakukan konfirmasi pembelajaran dengan cara: 1) Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya terkait kesulitan dalam pembelajaran alat ukur mekanik jangka sorong teknik inkuiri, 2) Siswa secara mandiri melakukan analisa tentang kemajuan diri dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran, 3) Siswa melakukan analisa hasil penelitian terkait penggunaan alat mekanik jangka sorong secara kelompok, 4) Siswa di pandu guru melakukan proses pengulangan kegiatan (recycle actifities). (4) Guru memberikan soal ulangan harian siklus I bentuk soal tertulis dengan durasi maksimal 40 menit, dengan rincian: 1) 10 (sepuluh) soal obyektif dengan durasi 25 menit, dan 2) 2 (dua) soal essay dengan durasi 15 menit. (5) Observer dilakukan oleh guru mitra Abdul Rozak, S.Pd. menempatkan diri pada bagian belakang sejak awal sampai akhir pembelajaran (selama proses pembelajaran berlangsung) dengan melakukan kegiatan observasi terhadap aktifitas guru dan siswa untuk mendapatkan data hasil belajar dari segi afektif dan mengamati pelaksanaan ulangan harian untuk mendapatkan data hasil belajar siswa dari segi kognitif. c) Kegiatan Akhir (Durasi +5 menit) (1) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (2) Guru mengapresiasi dan merefleksi selama berlangsungnya proses pembelajaran. (3) Guru memberikan resum dan penguatan atas hasil ulangan harian (4) Guru mengahiri pembelajaran dengan mengucapkan salam. c. Hasil Observasi Siklus I Pengamatan tindakan dilakukan oleh observer teman sejawat dengan mengikuti setiap tahapan dalam tindakan siklus I. Hasil ulangan harian pada mata pelajaran Pengoperasian Jangka Sorong kelas X TKR 1 Jurusan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK YATPI Godong pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 dengan subjek sebanyak 30 siswa yang digali dari hasil pembelajaran (siklus I) selama 2 jam pelajaran (2 x 45 menit). Berdasarkan penelitian dapat dilihat bahwa rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 76,17 mengalami peningkatan pada pertemuan 2 dengan nilai rata-rata 80,50. Kondisi tersebut mengindikasikan peningkatan yang cukup baik dari pertemuan sebelumnya (pertemuan 1). Selain dilihat dari nilai rata-rata, nilai tertinggi hasil tes pertemuan 2 juga lebih tinggi daripada pertemuan 1, yaitu 95 pada pertemuan 2, dan 90 pada pertemuan 1, dengan nilai rata-rata keseluruhan sebesar 78,33. Untuk melihat keaktifan siswa kelas X TKR 1 Jurusan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK YATPI Godong pada pelaksanaan mata pelajaran Pengoperasian Jangka Sorong kompetensi dasar mengidentifikasi alat-alat ukur dapat disajikan dalam tabel 1
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
124
Tabel 1. Keaktifan siswa siklus I Kategori Baik Cukup Kurang 12 1 17 Diskusi kelompok % 40 3.33 56.66 14 2 14 Kerjasama dalam kelompok % 46.66 6.66 46.66 S 12 10 8 Penyelesaian tugas mandiri % 40 33.33 26.66 Keaktifan dlm memecahkan 11 10 9 masalah % 36.66 33.33 30 13 8 9 Keaktifan menjawab pertanyaan % 43.33 26.66 30 13 8 9 Keaktifan berinteraksi dgn teman % 43.33 26.66 30 12 8 10 Merangkum hasil belajar % 40 26.66 33.33 13 8 9 Keaktifan mengerjakan tugas % 43.33 26.66 30 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas X TKR 1 Jurusan Teknik Aspek Penilaian
Otomotif Kendaraan Ringan SMK YATPI Godong sebagian besar masih mempunyai kategori kurang. Seperti pada aspek “diskusi kelompok” sebanyak 56,66% siswa mempunyai kategori kurang, untuk aspek “kerjasama dalam kelompok” dengan kategori kurang sebanyak 46,66%, untuk aspek “penyelesaian tugas mandiri” dengan kategori kurang sebanyak 26,66%, kemudian untuk aspek “keaktifan dalam memecahkan masalah” sebanyak 30% dengan kategori kurang, untuk aspek “keaktifan menjawab pertanyaan” sebanyak 30% dengan kategori kurang, kemudian pada aspek “keaktifan berinteraksi dengan teman” sebanyak 30% memiliki kategori kurang, pada aspek “merangkum hasil belajar” sebanyak 33,33% dengan kategori kurang, dan untuk aspek “keaktifan mengerjakan tugas” sebanyak 30% mempunyai kategori kurang. Secara grafis, keaktifan siswa kelas X TKR 1 SMK YATPI Godong pada saat siklus I, dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Keaktifan siswa siklus I 60 40 20 0 Baik Diskusi kelompok Penyelesaian tugas mandiri Keaktifan menjawab pertanyaan Merangkum hasil belajar
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
Cukup
Kurang Kerjasama dlm kelompok Keaktifan dlm memecahkan masalah Keaktifan berinteraksi dgn teman Keaktifan mengerjakan tugas
125
d. Analisis dan Refleksi Siklus I Analisis dan refleksi tindakan siklus I dilaksanakan setelah berakhirnya pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil tindakan siklus I yang terdiri dari pengamatan terhadap aktifitas siswa, hasil ulangan harian, dan pengamatan terhadap aktifitas guru dalam proses pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Hasil observasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode contextual teaching and learning (CTL) pada kompetensi dasar mengidentifikasi alat-alat ukur mengenai delapan indeikator penilaian, menunjukkan bahwa keaktifan siswa kelas X TKR 1 Jurusan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK YATPI Godong sebagian besar masih mempunyai kategori kurang. Seperti pada aspek “diskusi kelompok” sebanyak 56,66% siswa mempunyai kategori kurang, untuk aspek “kerjasama dalam kelompok” dengan kategori kurang sebanyak 46,66%, untuk aspek “penyelesaian tugas mandiri” dengan kategori kurang sebanyak 26,66%, kemudian untuk aspek “keaktifan dalam memecahkan masalah” sebanyak 30% dengan kategori kurang, untuk aspek “keaktifan menjawab pertanyaan” sebanyak 30% dengan kategori kurang, kemudian pada aspek “keaktifan berinteraksi dengan teman” sebanyak 30% memiliki kategori kurang, pada aspek “merangkum hasil belajar” sebanyak 33,33% dengan kategori kurang, dan untuk aspek “keaktifan mengerjakan tugas” sebanyak 30% mempunyai kategori kurang. 2) Secara afektif kegiatan pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan metode contextual teaching and learning (CTL) pada mata pelajaran alat ukur kompetensi dasar mengidentifikasi alat-alat ukur mempunyai hasil lebih baik daripada kondisi pra siklus, dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 25 siswa (83,33%) secara klasikal pelaksanaan pembelajaran sikus I ini mencapai 83,33% (belum tuntas) karena ketuntasan klasikal lebih rendah dari 90%. Namun jika dibandingkan dengan kondisi pra siklus, dengan pencapaian ketuntasan klasikal 66,67%, maka siklus I memiliki hasil yang lebih baik/mengalami perkembangan. 3) Hasil tes pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 78,50 lebih tinggi dari nilai rata-rata pra siklus yaitu sebesar 75. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran alat ukur kompetensi dasar mengidentifikasi alat-alat ukur dengan metode contextual teaching and learning pada siswa kelas X TKR 1 SMK YATPI Godong mempunyai hasil lebih baik daripada kondisi pra siklus. 4) Guru telah menunjukkan aktifitas mengajar pada siklus I mencapai dengan predikat baik. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, maupun pada kegiatan akhir pembelajaran memperoleh skor 62,5% yaitu tergolong cukup yang berarti aspek afektif guru dalam mengajar pada siklus I dengan metode Countextual Teaching And Learning (CTL) memperoleh predikat baik.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
126
Siklus 2 Siklus II merupakan siklus perbaikan dari siklus I yang belum mampu mencapai keberhasilan. Pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan siklus I, yaitu masih menggunakan metode contextual teaching and learning (CTL). Tindakan siklus II dilaksanakan selama satu kali pertemuan (45 menit x 2) pada tanggal 13 November 2013, dengan aktifitas sebagai berikut. Materi yang disampaikan pada siklus II ini yaitu kompetensi dasar menggunakan alat ukur jangka sorong. a. Perencanaan Siklus II Sebelum dilakukan tindakan sklus II, guru selaku peneliti melakukan perencanan/persiapan: 1)
Merencanakan pelaksanaan tindakan siklus II
2)
Mempersiapkan silabus pembelajaran
3)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II
4)
Mempersiapkan daftar siswa kelas X TKR 1
5)
Menyiapkan instrumen lembar observasi siswa
6)
Menyusun instrument penilaian siklus II
7)
Menyiapkan instrumen lembar observasi guru
8)
Mengumpulkan sumber-sumber pembelajaran, media pembelajaran, dan alat peraga siklus II.
9)
Mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan pelaksanaan pembelajaran siklus II.
10) Membuat skenario pembelajaran pelaksanaan siklus II. b. Pelaksanaan Siklus II Pertemuan siklus II dilaksanakan dalam satu kali pertemuan (45 menit x 2) yaitu pada tanggal 13 November
2013. Pada pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti selaku guru dalam
menjalankan tugasnya dibantu observer teman sejawat yang bertugas mengamati aktifitas guru dan siswa dalam pembelajaran. Skenario pembelajaran dilakukan sebagai kelanjutan atau perbaikan dari pertemuan siklus I dengan metode pemodelan dan CTL yang dilanjutkan dengan kegiatan ulangan harian siklus II untuk mendapatkan data peningkatan hasil belajar pada ranah kognitif. Pelaksanan pembelajaran siklus II secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal (durasi +5 menit) (a) Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam. (b) Guru mengecek kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas untuk siap menerima pembelajaran/materi pelajaran. (c) Guru bersama siswa memanjatkan do’a awal pembelajaran. (d) Guru memotivasi siswaagar tetap semangat dalam belajar. (e) Guru menegaskan tujuan pembelajaran, yakni siswa dapat: 1) menggunakan alat ukur mekanik yang sesuai prosedur, 2) memelihara alat ukur sesuai dengan prosedur, 3) mensetting alat ukur sebelum menggunakannya, dan 4) Siswa dapat melakukan pengukuran sesuai dengan SOP.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
127
(f) Guru mempertegas apersepsi dengan mengingatkan kembali pembelajaran alat ukur mekanik jangka sorong kaitannya dengan dan fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. 2) Kegiatan Inti (Durasi +80 menit) (a) Guru mempertegas eksplorasi pembelajaran dengan menggali kemampuan siswa tentang pengetahuan alat ukur mekanik jangka sorong, khususnya perlengkapan dalam menggunakan jangka sorong agar mencapai hasil yang dibutuhkan serta pengetahuan dalam menggunakan alat ukur mekanik agar dilaksanakan berdasarkan SOP (Standard Operation procedures), undang-undang K3 (keselamatan dan kesehatan kerja), serta peraturan Perundang-undangan dan prosedur/kebijakan perusahaan dengan memberikan pertanyaan secara lisan. (b) Guru mempertegas eksplorasi pembelajaran CTL
dengan cara bersama dengan siswa
mengambil posisi trategis (dapat disaksikan oleh seluruh siswa di dalam kelas) untuk: 1) memperagakan atau memberi contoh menggunakan jangka sorong dalam mengukur panjang, tebal dan diameter luar suatu benda (kelereng atau bola kecil), 2) memperagakan atau memberi contoh menggunakan jangka sorong untuk mengukur bagian dalam sebuah benda cincin, 3) memperagakan atau memberi contoh menggunakan jangka sorong untuk mengukur kedalaman lubang sebuah paralon, (c) Guru mempertegas elaborasi teknik inkuiri dengan cara: 1) Guru membantu merumuskan masalah untuk dipecahkan siswa, 2) Membekali siswa pada persoalan yang problematis dengan di beri tugas untuk melakukan percobaan ulang mengenai penggunaan dan perawatan alat ukur jangka sorong sesuai standar operasional yang ditentukan, 3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan, 4) Siswa melakukan penelitian dalam mengukur beberapa jenis benda seperti bola kecil untuk diukur diameter luarnya, cincin atau baud untuk diukur diameter dalamnya, dan paralon atau tabung untuk diukur kedalamannya, 5) Siswa dengan memicu diri untuk berinteraksi dengan lingkungan belajar yang ada secara maksimal, 6) Siswa membentuk kelompok diskusi secara heterogen atau tebaran kemampuan siswa di setiap kelompok mengakomodasi merata, 7) Siswa merumuskan tugas belajar dan mengorganisasikanya untuk membangun suatu proses penelitian dalam pembelajaran dan menemukan permasalahan dan solusinya terkait dengan materi pembelajaran, 8) Siswa menetapkan jawaban dari berdasarkan simpulan yang ada dan mengaplikasikannya di lapangan. (d) Guru mempertegas konfirmasi pembelajaran dengan cara: 1) Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya terkait kesulitan dalam pembelajaran alat ukur mekanik jangka sorong teknik inkuiri, 2) Siswa secara mandiri melakukan analisa tentang kemajuan diri dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran, 3) Siswa melakukan analisa hasil penelitian terkait penggunaan alat mekanik jangka sorong secara kelompok, 3) Siswa di pandu guru melakukan proses pengulangan kegiatan (recycle actifities).
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
128
(e) Guru memberikan soal ulangan harian siklus II bentuk soal tertulis dengan durasi maksimal 40 menit, dengan rincian: 1) 10 (sepuluh) soal obyektif dengan durasi 25 menit, dan 2) 2 (dua) soal essay dengan durasi 15 menit. (f) Observer dilakukan oleh guru mitra menempatkan diri pada bagian belakang sejak awal sampai akhir pembelajaran (selama proses pembelajaran berlangsung) dengan melakukan kegiatan observasi terhadap aktifitas guru dan siswa untuk mendapatkan data hasil belajar dari segi afektif dan mengamati pelaksanaan ulangan harian untuk mendapatkan data hasil belajar siswa dari segi kognitif. 3) Kegiatan Akhir (Durasi +5 menit) (a) Siswa menyimpulkan materi pembelajaran. (b) Guru mengapresiasi dan merefleksi selama berlangsungnya proses pembelajaran. (c) Guru memberikan resum dan penguatan atas hasil ulangan harian (d) Guru mengahiri pembelajaran dengan mengucapkan salam c. Hasil Observasi Siklus II Untuk melihat keaktifan siswa kelas X TKR 1 Jurusan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan SMK YATPI Godong pada pelaksanaan mata pelajaran kompetensi dasar menggunakan alat ukur jangka sorong dapat disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. Keaktifan siswa siklus II Aspek Penilaian
Kategori Baik
23 % 76.66 25 Kerjasama dalam kelompok % 83.33 24 Penyelesaian tugas mandiri % 80 Keaktifan dlm memecahkan 25 masalah % 83.33 21 Keaktifan menjawab pertanyaan % 70 26 Keaktifan berinteraksi dgn teman % 86.66 25 Merangkum hasil belajar % 83.33 25 Keaktifan mengerjakan tugas % 83.33 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa keaktifan siswa Diskusi kelompok
Cukup Kurang 5 2 16.66 6.66 5 0 16.66 0 6 0 20 0 5 0 16.66 0 7 2 23.33 6.66 4 0 13.33 0 4 1 13.33 3.33 5 0 16.66 0 kelas X TKR 1 Jurusan Teknik
Otomotif Kendaraan Ringan SMK YATPI Godong sebagian besar mempunyai kategori baik. Seperti pada aspek “diskusi kelompok” sebesar 76,66% dengan kategori baik, aspek “kerjasama dalam kelompok” sebesar 83,33% dengan kategori baik, aspek “penyelesaian tugas mandiri”
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
129
sebesar 80% dengan kategori baik, pada aspek “Keaktifan dalam memecahkan masalah” 83,33% dengan kategori baik, aspek “Keaktifan menjawab pertanyaan” sebesar 70% dengan kategori baik, untuk aspek “Keaktifan berinteraksi dengan teman” sebanyak 86,66% dengan kategori baik, aspek “Merangkum hasil belajar” sebesar 83,33% dengan kategori baik, dan aspek “Keaktifan mengerjakan tugas” sebesar 83,33% dengan kategori baik. Secara grafis, keaktifan siswa kelas X TKR 1 SMK YATPI Godong pada saat siklus II, dapat dilihat pada gambar 2. 100 80 60 40 20 0 Baik
Cukup
Kurang
Diskusi kelompok
Kerjasama dlm kelompok
Penyelesaian tugas mandiri
Keaktifan dlm memecahkan masalah
Keaktifan menjawab pertanyaan
Keaktifan berinteraksi dgn teman
Merangkum hasil belajar
Keaktifan mengerjakan tugas
Gambar 2. Keaktifan siswa siklus II
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar alat ukur pokok bahasan menggunakan alat ukur mekanik pada siswa kelas X TKR 1 SMK YATPI Godong. Hal ini terbukti dari peningkatan hasil belajar dari siklus ke siklus, yang mana pada pra siklus tingkat ketuntasan secara klasikal sangat rendah, yaitu hanya 66,67%. Kondisi tersebut meningkat pada siklus I, dengan ketuntasan klasikal sebesar 83,33%, namun ketuntasan pada siklus I ini belum sesuai harapan karena ketuntasan secara klasikal lebih rendah dari 90%. Kemudian pada siklus II ketuntasan klasikal mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 93,33% lebih tinggi dari standar yang ditetapkan yaitu 90%, sehingga hipotesis yang menyatakan “penerapan metode Contextual Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar alat ukur pokok bahasan menggunakan alat ukur mekanik pada siswa kelas X TKR 1 SMK YATPI Godong” dapat terbukti. 2. Pembelajaran dengan metode contextual teaching and learning sangat efektif dalam meningkatkan kompetensi pengoperasian jangka sorong pada siswa kelas X TKR SMK YATPI Godong yang mana dengan menggunakan metode CTL mampu meningkatkan semangat belajar siswa, siswa
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
130
lebih aktif dalam berdiskusi kelompok, siswa lebih aktif dalam penyesaian tugas mandiri, siswa lebih aktif menjawab pertanyaan, siswa lebih aktif merangkum hasil belajar, siswa mempunyai kerjasama kelompok yang baik, siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah, siswa lebih aktif berinteraksi dengan teman, serta siswa lebih aktif mengerjakan tugas. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode CTL melatih dan mengajarkan siswa untuk lebih aktif dan membantu siswa untuk mempermudah dalam memahami materi pelajaran. 3. Keaktifan guru pada saat pembelajaran menggunakan metode Contextual Teaching and Learning dari siklus ke siklus mengalami peningkatan. Kondisi pra siklus untuk keaktifan guru, dari delapan komponen penilaian, mayoritas guru yaitu 25% mempunyai kategori baik. Kemudian pada siklus I mengalami peningkatan 37,5% dalam kategori baik. Sedangkan peningkatan signifikan terjadi pada pada siklus II yaitu 75% keaktifan guru dalam kategori baik. Hal ini mengindikasikan bahwa persiapan dan kemampuan guru dalam pembelajaran dengan metode Contextual Teaching and Learning sudah sesuai dengan harapan. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, S dan Supriyono, S, 2008, Psikologi Belajar, Edisi Revisi, Jakarta Penerbit Rineka Cipta Algifari, 2000, Analisis Regresi Teori, Kasus dan Regres,. Yogyakarta: BPFE Anonim, 2008, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta. Arikunto, S, 1997, Prosedur Penelitian” Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi, 2007, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina Aksara Departemen Pendidikan Nasional, 2003, Dokumen 2 Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi 2004 (versi elektronik), Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Ellyawati. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Islam dan Universitas Terbuka Gagne, Robert M.(1977). The Conditions Of Learning. 3rd. New York : Holt, Rinehart and Winston Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivarite dengan Program SPPS, Edisi Ketiga, Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Hadi, Sutrisno. 1987 Statistik II. Yogyakarta: Andi Ofset http://www.depdiknas.go.id (metode pengajaran) Heinrich, H.W, 1980, Industrial Accident Prevention, New York: Mc. Graw Hill Book Company. Henic dkk, S, 2000, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara Poerwodarminto, W. J. 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rusyan, Tabrani. 1992. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Sardiman, 2006, Disain Penelitian Pendidikan, Semarang: UNNES Press Sugiono, 2005, Manajemen Penelitian, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
131
Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Edisi kedua. Bandung: CV.Alfabeta Sutrisno, Eddy, 2007, Kamus Bahasa Indonesia, Bandung: Ladang Pustaka Sutrisno, Joko, 1990, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pustaka Setia Wanarno S, 2006, Manajemen Pengajaran psikologi, Cetakan Ketiga, Jakarta: Erlangga Winkel, W.S, 1996, Psikologi Pengajaran, Cetakan Kedua, Jakarta: Grasindo. Uzer Usman, 2001, Pengajaran berbasis psikologi, Cetakan Keenam, Jakarta: Bhineka-press.
Gardan. Vol. 4 No. 1, Agustus 2014
132