UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SHOOTING PERMAINAN FUTSAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE RESIPROKAL Galih Mauludin1), H. Iis Marwan2), H. Gumilar Mulya3) 1)Jurusan
Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2)Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya 3)Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya e-mail:
[email protected]),
[email protected]),
[email protected]) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar shooting permainan futsal pada Siswa Kelas VIII I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian tindakan kelas terhadap pada Siswa Kelas VIII I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya dengan menggunakan metode resiprokal ternyata menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, hal ini berarti menunjukkan adanya perbaikan kegiatan belajar mengajar. Peningkatan kegiatan pembelajaran dan hasilnya dapat di lihat dari analisis observasi guru, siswa, wawancara terhadap siswa bahkan dari tes kognitif. Kata Kunci : Metode Resiprokal, Shooting Permainan Futsal. ABSTRACT The purpose of this research is to know the improvement of learning outcomes shooting futsal game on Student Class VIII I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya. The research method used is classroom action research method (PTK). The results of classroom action research on the students of Class VIII I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya by using reciprocal method turned out to indicate an increase in student learning outcomes, this means showing the improvement of teaching and learning activities. Improved learning activities and results can be viewed from the analysis of teacher observation, students, interviews of students even from cognitive tests. Keywords: Reciprocal Method, Futsal Game Shooting.
1
2
A. PENDAHULUAN Permainan futsal merupakan cabang olahraga beregu yang populer dewasa ini di seluruh dunia. Di tanah air kita pun permainan futsal sudah cukup dikenal, dan merupakan salah satu permainan yang sangat digemari dan sudah memasyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat perdesaan, mulai dari anak kecil, remaja, sampai orang tua sangat menggemarinya. Hal ini disebabkan oleh sifat permainannya itu sendiri yang mempunyai ciri khas yaitu mudah dilakukan, menyenangkan dan meriah, serta permainan futsal ini dapat pula menjadi suatu alat pemersatu dalam menjalin persaudaraan, kerja sama. Mengenai konsep dasar permainan futsal dan asal muasalnya dikemukakan oleh Tenang, John D (2008:15) bahwa, Futsal adalah singkatan dari fútbol (sepak bola) dan sala (ruangan)dari bahasa Spanyol atau futebol (Portugal/Brasil) dan salon (Prancis). Olahraga ini membentuk seorang pemain agar selalu siap menerima dan mengumpan bola dengan cepat dalam tekanan pemain lawan. Dengan lapangan yang sempit, permainan ini menuntut teknik penguasaan bola tinggi, kerja sama antar pemain, dan kekompakan tim. Pesatnya perkembangan futsal di tandai dengan bermunculannya klub–klub yang begitu menjamur di mana–mana terhadap permainan futsal. Perkembangan futsal di tanah air cukup mengalami kemajuan yang pesat, khususnya jika di tinjau dari segi pembibitan. Banyak klub futsal yang peminatnya terdiri atas peserta didik usia muda, itu menunjukkan bahwa sudah melekatnya jiwa-jiwa olahraga. Para pemain yunior pun telah dapat menunjukkan antusiasnya khususnya pertandingan yang telah digelar di berbagai daerah. Permainan futsal merupakan permainan yang membutuhkan kondisi fisik yang baik dan mutlak harus dimiliki oleh setiap pemain. Hal ini karena permainan futsal berlangsung dengan tempo yang tinggi dan ruang yang sempit, sebagaimana yang diungkapkan oleh Tenang, John D (2008:68) sebagai berikut: Futsal merupakan permainan yang cepat dengan waktu yang pendek dan ruang gerak yang sempit. Hal ini menuntut pemain untuk melatih kecepatan, kegesitan (agility), dan kelincahan. Contohnya: Kecepatan dalam melakukan sprint; Kecepatan reaksi dengan atau tanpa bola; Kecepatan dalam membuat suatu keputusan;
3
Kecepatan dalam melakukan antisipasi; Kecepatan dalam membaca situasi permainan; Kecepatan dalam menampilkan skill tertentu; Kecepatan dalam mengubah arah pergerakan; Kecepatan dalam melakukan gerakan tipuan; Kecepatan dalam bermain bertahan; Kecepatan dalam melakukan serangan; Kecepatan mengubah serangan menjadi bertahan atau sebaliknya; Kecepatan dalam reaksi kiper; Kecepatan kombinasi permainan tim; Kecepatan mengonversi semua aspek permainan cepat dalam futsal.
Dalam permainan futsal apabila pemain dapat menampilkan teknik yang baik akan mampu meningkatkan mutu permainan itu sendiri. Seorang pemain akan dikenal dan populer karena dia memiliki teknik bermain yang bagus. Hal ini terlihat pada penelitian yang akan penulis lakukan bahwa, teknik permainan tidak mudah untuk dilakukan oleh setiap pemain karena membutuhkan keterampilan yang sangat baik. Menurut Lhaksana, Justinus dan Pardosi H. Ishak (2008:61) menjelaskan bahwa, “Pemain futsal harus memiliki keterampilan dalam hal membawa dan mengontrol bola dengan akurat. Kemampuan lain yang perlu dikuasainya adalah menerima, merebut, menyundul dan menembak bola”. Hal tersebut diungkapkan pula oleh Tenang, John D (2008:68) bahwa, “ Setelah mematangkan latihan fisik, pelatih mengajarkan skill dan tekik penguasaan bola seperti mengontrol, menendang, mengumpan, dan amyundul. Penguasaan bola merupakan kemampuan dasar dan terpenting yang harus dikuasai pemain”. Teknik dasar shooting merupakan salah satu aspek penunjang bagi seorang pemain. Pemain yang kurang mahir dalam melakukan teknik shooting pada saat tertentu akan mengalami kesulitan dalam bermain, hal ini karena tidak selamanya pemain harus mendekatkan bola ke daerah gawang tetapi ada waktu-waktu tertentu untuk shooting dari jauh. Ketepatan dan kecepatan shooting sangat diperlukan untuk menerobos menghasilkan skor atau gol ke gawang lawan. Selain diperlukan teknik yang baik untuk melakukan shooting serta untuk memudahkan peserta didik dalam melakukan gerakan shooting yang tadinya merasa kesulitan dan berat, adapun metode yang menunjang untuk mempermudah peserta didik melakukan teknik shooting dengan baik yaitu metode resiprokal yang dimaksudkan untuk memperlancar dan mempermahir peserta didik dalam melakukan teknik shooting
4
serta memotivasi peserta didik melakukan teknik shooting yang tadinya tidak mampu melakukan shooting karena merasa sulit dengan teknik yang tidak mudah untuk dikuasai. Menurut Sudjana, Nana (2012:2) bahwa, “Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar dan hasil belajar”. Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan di sekolah yang di dalamnya terdapat interaksi antara berbagai komponen pengajaran. Komponen pengajaran yang dimaksud adalah guru, peserta didik, materi pelajaran, sarana dan prasarana, metode, media serta penataan lingkungan tempat belajar sehingga memungkinkan tercapainya keberhasilan suatu pendidikan. Menurut Sudjana, Nana (2012:28) mengungkapkan bahwa, “Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan mengajar menunjuk apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar”. Pembelajaran futsal merupakan salah satu materi yang sudah termasuk ke dalam materi pembelajaran olahraga yang diajarkan di SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya. Oleh karena itu, siswa SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya yang terdiri dari 3 kelas yang masing-masing terbagi dalam 10 rombongan belajar (A sampai I). Khususnya di kelas 8 I jumlah siswa sebanya 40 orang yang terdiri dari putra 22 dan putri 18 orang yang cenderung hasil belajar shooting-nya masih rendah perlu ditingkatkan. Hal ini berdasarkan pada uji keterampilan dasar teknik tersebut yang mendapatkan perolehan persentasi sebesar 20 % siswa yang mampu menguasai teknik dasar shooting permainan futsal. Penulis menemukan siswa yang belum mahir dalam melakukan teknik dasar tersebut dikarenakan sulit dengan teknik yang rumit untuk dikuasai. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang upaya meningkatkan teknik dasar shooting menggunakan metode resiprokal. Yang dimaksud dengan metode resiprokal merupakan salah satu gaya mengajar yang dapat meningkatkan kemampuan anak didik dalam mempelajari sesuatu. Kemudian dalam gaya mengajar ini terdapat interaksi antara sesama teman sebaya
5
dalam hal koreksi pada setiap kegiatan pembelajaran. Serta hubungan guna mencapai suatu tujuan tertentu, di mana hal tersebut merupakan suatu proses peningkatan pembelajaran untuk menghindari kesalahan yang dapat dilakukan oleh setiap siswa dalam proses belajar mengajar. Metode resiprokal menurut Huda, Miftahul (2014:216) menjelaskan tentang gaya mengajar resiprokal, bahwa: “Pembelajaran timbal-balik atau reciprocal learning merupakan strategi pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman membaca (reading comprehension).” Berdasarkan uraian tersebut, bahwa metode mengajar resiprokal diarahkan agar aktivitas belajar sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik serta dapat membantu mendorong perubahan kemampuan belajar peserta didik ke arah perubahan yang lebih baik. Pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan fisik dan psikis yang sangat kompleks sehingga tidak semua peserta didik siap menerimanya. SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya telah menyesuaikan pelajaran, administrasi pengajaran dan kualitas alat evaluasi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun dalam hal penggunaan metode, model, pendekatan dan alat bantu mengajar guru masih mengalami kesulitan. Oleh karena itu, dengan melaksanakan penelitian yang menggunakan metode resiprokal pada pelajaran olahraga khususnya dalam meningkatkan teknik dasar shooting peserta didik dan diharapkan bisa memberikan masukan kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatan Hasil Belajar Shooting Permainan Futsal Menggunakan Metode Resiprokal” (Penelitian Tindakan Kelas pada kelas VIII I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya). Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Apakah pembelajaran menggunakan metode resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar shooting pada siswa kelas VIII I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya?” B. PROSEDUR PENELITIAN 1. Rancangan Penelitian Permasalahan penelitian yang penulis teliti adalah mengenai, “Upaya meningkatkan hasil belajar shooting permainan futsal menggunakan metode resiprokal”.
6
Oleh karena itu, jenis metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Salah satu ciri classroom action research adalah cycle atau adanya langkahlangkah yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus. Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus melalui fase-fase planning (perencanaan), acting (tindakan), observing (pengamatan), dan reflecting (refleksi). (Kemmis dan Mc. Taggart, 1992). 2. Subjek dan Obyek Penelitian a. Subjek Penelitian Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya. Yang berjumlah 3 kelas dengan 10 rombongan belajar (A sampai J) tiap kelas berjumlah 40 orang siswa. b. Objek Penelitian Adapun yang menjadi objek penelitiannya yaitu siswa kelas 8 I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya yang berjumlah 20 orang. Kelas ini tergolong kelompok siswa dengan tingkat kemampuan shooting masih berkategori “sedang” bahkan cenderung “kurang”, sebuah kelas yang terdiri dari siswa dengan prestasi belajar yang rendah. Kondisi tersebut turut berakibat pada munculnya kesenjangan partisipasi dan prestasi dalam kegiatan pembelajaran, khususnya mata pelajaran penjasorkes. 3. Instrumen Penelitian Untuk dengan data yang ingin diperoleh dan teknik yang digunakan, maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut: a. Questioner b. Panduan wawancara c. Rubrik unjuk kerja d. Lembar observasi e. Rubrik tugas f. Catatan siswa
7
C. PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil Kondisi awal pembelajaran di kelas VIII I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya menunjukkan suasana peserta didik yang kurang kondusif cenderung membuat siswa menjadi jenuh yang mengakibatkan siswa jadi susah mencerna sebuah pelajaran yang dipelajarinya. Dalam pembelajaran di lapangan tersebut harus di usahakan untuk memberikan pencerahan agar membantu siswa dalam menyerap pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sebelum peneliti melakukan penelitian ternyata siswa belum pernah mengetahui tentang metode resiprokal. Hasil penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelas VIII I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya dengan menggunakan metode resiprokal ternyata menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa berarti menunjukkan adanya perbaikan kegiatan belajar mengajar. Peningkatan kegiatan pembelajaran dan hasilnya dapat di lihat dari analisis observasi guru, siswa, wawancara terhadap siswa bahkan dari tes kognitif. Pada siklus I hasil belajar siswa lebih rendah dibandingkan pada siklus II, hal ini disebabkan siswa pada siklus I masih merasa canggung karena belum mengerti tentang materi yang diberikan akibatnya siswa kurang berpartisipasi pada saat pembelajaran berlangsung di samping itu juga siswa belum bisa berinteraksi dengan teknik shooting permainan futsal yang sesungguhnya. Kekurangan – kekurangan tersebut diperbaiki pada siklus II di mana pada siklus II ini guru lebih mengoptimalkan semua yang kegiatan dalam pembelajaran juga memberikan perhatian dan pendekatan lebih kepada siswa juga kekurangan – kekurangan yang terjadi pada siklus I. Dengan pembelajaran metode resiprokal ini siswa mendapatkan pengetahuan dari guru dan bahkan dari temannya sendiri sehingga siswa mendapatkan pengetahuan tambahan selain yang mereka pelajari dari literatur. Untuk pelaksanaan tes setiap siklusnya mengalami peningkatan. dari tes siklus I ke tes siklus II, Tes siklus I ke tes siklus II mengalami peningkatan sebesar 2,30 atau sebesar (15%). D. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada Bab 4, penulis dapat menyimpulkan bahwa model kooperatif learning tipe resiprokal dengan pembagian
8
kelompok yang setara hasilnya lebih baik dari pada pembagian kelompok unggul dan rendah tidak seimbang (tidak merata). Sesuai dengan uraian di atas bahwa pengolahan dan analisis data yang telah dilaksanakan rata – rata nilai hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I, ini berarti hasil belajar siswa dengan menggunakan metode resiprokal meningkat. Sehingga dapat diperoleh simpulan bahwa penggunaan metode resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar shooting permainan futsal pada siswa kelas VIII I SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya. 2. Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini maka saran yang dapat penulis ajukan antara lain : 1. Metode resiprokal dapat digunakan oleh guru Penjas untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. 2. Mengajar dengan menggunakan metode resiprokal harus lebih divariasikan lagi untuk menghindari kejenuhan siswa. Serta harus diperhitungkan program dalam metode resiprokal sehingga siswa cepat dalam beradaptasi. 3. Guru perlu mengembangkan penelitian tindakan kelas terhadap materi yang di anggap sulit diterima oleh siswa pada saat pembelajaran. 4. Keberhasilan belajar Penjas tidak hanya tertumpu pada banyaknya waktu bagi guru untuk menjelaskan materi, tetapi tergantung pada keseriusan siswa dan keinginan siswa untuk mempelajari sebuah materi tersebut. 5. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan mengoptimalkan waktu memberikan bentuk pembelajaran dengan metode resiprokal agar siswa lebih mudah dalam menerapkan bentuk teknik yang sulit dilakukan apabila materi dan metode yang diberikan terlalu berat atau besar. E. DAFTAR PUSTAKA Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Jihad, Asep dan Abdul Haris. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
9
Komarudin. (2016). Penilaian Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Dan Olahraga. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya. Lhaksana, Justinus dan Pardosi, H. Ishak. (2008). Inspirasi dan Spirit Futsal. Jakarta: Raih Asa Sukses. Lhaksana, Justinus. (2011). Taktik dan Strategi Futsal Modern. Depok: Be Champion (Penebar Swadaya Group). Miftahul, Huda. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasution, S. (2010). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Nurhasan dan Abdul Narlan. (2004). Tes dan Pengukuran Olahraga. Tasikmalaya: PJKR-FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya: Diktat Tidak Dipublikasikan. Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Sudjana, Nana. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyono dan Hariyanto. (2011). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tenang, D John. (2008). Mahir Bermain Futsal. Bandung: PT DAR! Mizan Tim Prima Pena. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gitamedia Press. Yoni, Acep. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Familia