UPAYA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SURABAYA DWIJAYANTI MAHARINI ABSTRAK Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan yang mengalami permasalahan terkait dengan pengelolaan sampah. Hal ini dikarenakan jumlah produksi sampah meningkat dan kecenderungan pola hidup penduduk surabaya yang konsumtif, serta masih rendahnya kesadaran lingkungan yang bersih. Untuk itu perlu adanya sistem pengelolaan sampah yang baik. Pengelolaan sampah di Kota Surabaya menjadi wewenang dan tugas Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis upaya Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah di Kota Surabaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya data yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, sampai dengan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian mendeskripsikan upaya pengelolaan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Pengelolaan yang dilakukan adalah penanganan di tempat, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir. Penanganan yang dilakukan adalah mensosialisasikan pengelolaan sampah kepada masyarakat dengan cara memilah antara sampah basah dan kering. Pengumpulan dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah yang berasal dari masing-masing sumber sampah untuk kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Pengangkutan yang dilakukan mulai dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan menggunakan armroll. Pengolahan atau pengelolaan sampah yang dilakukan melalui pengurangan sampah yang berasal dari sumbernya. Kegiatannya dimulai dari pemilahan atau pemisahan antara sampah kering dan sampah basah, mendaur ulang serta menjadikan kompos. Pembuangan akhir dilakukan di TPA Benowo dengan melakukan beberapa metode sanitary landfill, tangkap energi, dan mengelola air lindi. Saran yang diberikan peneliti adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya diharapkan senantiasa melakukan kampanye serta meningkatkan penyadaran terhadap masyarakat terkait dengan pengelolaan sampah agar masyarakat memiliki kesadaran tinggi akan kebersihan lingkungan. Memberikan kesejahteraan yang layak dan fasilitas yang memadai untuk petugas pengangkut sampah. Perlu untuk membangun TPS yang luas dan menambah alat pengangkut sampah agar memudahkan proses pengangkut, serta perlu ditingkatkan proses pengelolaan sampah sebelum memasuki musim hujan. Bagi warga diharapkan terus meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan peduli terhadap sampah. Kata Kunci : Upaya, Pengelolaan, Sampah
EFFORTS DEPARTMENT OF CLEANLINESS AND LANDSCAPING IN WASTE MANAGEMENT IN SURABAYA Dwijayanti Maharini ABSTRACT The city of surabaya is one of a metropolitan city experiencing problems associated with waste management. This is because the production of increased trash and inclinations patten life inhabitant of surabaya being consumptive, and there was a lack of consciousness a clean environment. For it requires a system of waste management is good. Waste management in the city of surabaya be the authority and duty dept. of cleaning by involving public participation and parks as well as private parties in waste management. The purpose of this study was to describe and analyze the efforts department of cleanliness and Landscaping in waste management in Surabaya. Data collection techniques used are observation, interview, and documentation. Furthermore, the data obtained were analyzed using qualitative data analysis through the stages of data collection, data presentation, data reduction, up to the withdrawal of the conclusion. Result describe that the management of waste department of cleanliness and Landscaping successfully implemented, but the action in the socialization is deemed not optimal. Management does is handling in place, collection, transportation, treatment and disposal. Waste Management is management in place. Handling is done is to distinguish between wet and dry garbage. The second stage is the collection of which is the act of collecting and putting trash to collection point. The third stage is the transport which is the process of collecting garbage removal results of while landfill (TPS) to the landfill (TPA) using armroll. Processing or waste management through reduction of waste from the source. The activity started from sorting or separation between dry and wet garbage trash, recycling and compost making. Final disposal in landfill Benowo done by several methods sanitary landfill, energy capture, and manage leachate. The advice given researchers is The cleanliness and Landscaping the city of Surabaya is expected to continue campaigning as well as increase awareness of communities related to waste management in order that the public have high awareness of environmental hygiene. Give a decent welfare and adequate facilities for waste transport officer. Need to build an extensive while landfill and to add a tool to transport waste, and the waste management process needs to be improved before it enters the rainy season. For the citizens are expected to continue to increase the awareness of the environment and care about the trash.
Keywords: Effort, Management, Trash
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan yang bebas dari berbagai macam pencemaran dan bebas dari segala macam emisi sampah termasuk lingkungan yang bersih. Kualitas lingkungan yang baik meliputi lingkungan yang sehat, bersih, dan asri sehingga nyaman untuk ditinggali dibandingkan dengan lingkungan yang kotor. Sebaliknya lingkungan yang jauh dari kata bersih merupakan lingkungan yang tercemar akibat adanya timbunannya sampah disekitarnya. Hal tersebut karena keberadaan besarnya timbunan sampah di lingkungan sekitar yang tidak dapat ditangani secara efektif, yang nantinya akan menimbulkan berbagai masalah, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi para penduduk, apalagi penduduk yang berada di sekitar penumpukan sampah. Dampak langsung dari penanganan sampah yang kurang efektif dapat menurunkan kesehatan dan kesejahteraan manusia, karena sampah menimbulkan berbagai macam penyakit bagi masyarakat sekitar. Penyakit tersebut diantaranya adalah timbulnya berbagai penyakit menular maupun penyakit kulit serta gangguan pernafasan. Sedangkan dampak tidak langsung diantaranya adalah bahaya banjir akibat terhambatnya arus air disungai karena terhalang oleh timbunan sampah yang dibuang ke sungai. Adapun dampak lain yang ditimbulkan secara tidak langsung yaitu sampah yang menumpuk akan berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. (hmit.wordpress.com/2008/02/18/pemanf aatan-sampah-sebagai-upaya-mengurangi-
pemanasan-global, diakses pada tanggal 25 April 2012) Untuk itu perlu adanya suatu upaya jelas dalam pengelolaan sampah agar sampah tidak menjadi timbunan yang menyebabkan berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya. UU RI No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa pola lama dalam pengelolaan sampah di Indonesia yang berupa pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan mulai bergeser berubah menjadi pemilahan, pengolahan, pemanfaatan dan pembuangan residu. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan menyebutkan bahwa pengurangan sampah yang dimulai dari sumbernya merupakan hal yang harus diperhatikan dan mulai digalakkan. Penanganan terhadap sampah perlu mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai pihak (Dwiyatmo, 2007:49). Kerja sama semua pihak sangat dibutuhkan untuk melestarikan lingkungan khususnya dengan menyelamatkan lingkungan agar tidak tercemar oleh emisi yang berasal dari sampah. Di Indonesia sebenarnya mengikutsertakan peran institusi formal, warga pemukiman, dan sektor formal dalam mengelola sampah (Tim Penebar Swadaya, 2008:19). Pembuangan sampah sementara, pengangkutan sampah, dan pembuangan akhir sampah digerakkan oleh institusi formal yaitu pemerintah. Warga pemukiman mempunyai peran pada tahap pengumpulan sampah, yaitu pengelolaan sampah dilakukan mulai dari sumbernya. Pada tahap ini warga melakukan pemilahan antara sampah basah dan
kering, sedangkan sektor informal yaitu pemulung dan pengepul hanya melakukan pengumpulan dan perdagangan sampah kering layak jual yang di dapat dari warga. Di negara seperti Jepang, tingkat pengelolaan sampah di negara ini sudah termasuk maju. Jepang sangat disiplin dalam mengelola sampah. Sampah di Jepang dipilah sesuai dengan jenisnya dan dikelola dengan baik. Sampah botol kaca, botol plastik, kertas, dan sampah rumah tangga dibeda-bedakan, dan sebagiannya di daur ulang. Kecanggihan teknologi Jepang telah memungkinkan negara ini membuat baju dan kain dari serat plastik yang berasal dari pet bottle atau botol plastik minuman ringan, sedangkan di Jerman terdapat perusahaan yang menangani kemasan bekas (plastik, kertas, botol, metal dsb) di seluruh negeri, yaitu DSD/AG (Dual System Germany Co). DSD dibiayai oleh perusahaan-perusahaan yang produknya menggunakan kemasan. DSD bertanggung jawab untuk memungut, memilah dan mendaur ulang kemasan bekas. (http://www.andaluarbiasa.com/budayakelola-sampah-jepang-vs-indonesia.htm, diakses pada 25 April 2012). Berdasarkan pengalaman dari negara lain, sudah seharusnya Indonesia perlu menerapkan cara pengelolaan sampah yang dilakukan di beberapa negara maju tersebut. Keterlibatan dan kerjasama dari pihak-pihak terkait sangat diperlukan guna terwujudnya pengelolaan sampah yang efektif. Maka dari itu diperlukan berbagai macam upaya yang dilakukan dari para pihak yang terkait untuk segera mengatasi masalah penanganan sampah dengan baik. Kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan yang mengalami permasalahan terkait dengan pengelolaan
sampah. Hal ini dikarenakan jumlah produksi sampah meningkat dan kecenderungan pola hidup penduduk surabaya yang konsumtif, serta masih rendahnya kesadaran lingkungan yang bersih (www.suaramerdeka.com/v1/index.php/r ead/cetak/2012/05/10/186026/SampahTanggung-Jawab-Produsen). Budaya konsumtif masyarakat mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi sampah. Sependapat dengan pernyataan diatas, Subbag Kepegawaian di Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya mengatakan bahwa sampah yang dihasilkan kota Surabaya mencapai 4100m3/hari. Adapun sampah yang paling dominan dihasilkan adalah sampah yang berasal dari rumah tangga. Pengelolaan sampah di Surabaya dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Dinas tersebut menangani sampah mulai dari sumbernya sampai pada tahap pembuangan akhir. Penanganan yang dilakukan dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah yang berupa memilah sampah basah dan kering, mendaur ulang, serta membuat kompos. Bentuk pengelolaan tersebut seperti yang dilakukan di wilayah jambangan. Warga melakukan pengelolaan sampah dengan memilah sampah basah dan kering, mendaur ulang, membuat kompos, dan menyetorkan sampah kering ke bank sampah. Dinas juga memiliki rumah kompos untuk mengelolah sampah basah yang berasal dari pasar, pertokoan, serta sampah berupa daun. Dinas tersebut menyiapkan TPS (Tempat Pembuangan Sementara) sebelum diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Benowo. TPS
merupakan tempat penampungan sampah yang bersumber dari sampah pemukiman, pertokoan, pasar dan pusat-pusat perdagangan. Sampah dari TPS kemudian diangkut dengan alat angkut sampah yang bernama armroll dengan ukuran 8m3 dan 10m menuju ke TPA. Sampah yang ada di TPA dikelola kembali dengan metode sanitary landfill, biogas, dan mengelolah air lindi di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) dengan tujuan agar dapat dilakukan penanganan dan pengelolaan sampah secara efektif. Akan tetapi, realitanya jumlah sampah semakin meningkat dan sulitnya mendapat lokasi TPA yang baru dapat menyebabkan efektifitas pengelolaan sampah di Surabaya menjadi berkurang. Berdasarkan paparan tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang “Upaya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dalam Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat dikemukakan oleh penulis adalah bagaimana Upaya Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah di kota Surabaya? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis upaya Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan sampah di kota Surabaya. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi Ilmu
Administrasi Negara, khususnya dalam pengembangan konsep-konsep yang terkait dengan masalah pembangunan. a. Manfaat Praktis a) Bagi Instansi - Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan dalam pengelolaan sampah di kota Surabaya. - Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan atau sumbangan pemikiran kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota lainnya, guna mencapai lingkungan yang bersih dan bebas dari emisi. - Dapat menjadi rekomendasi atau meningkatakan kegiatan yang lainnya dalam mewujudkan kota Surabaya yang bersih dan sehat, bebas dari timbunan sampah. b) Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini bermanfaat guna menambah pengetahuan baik dalam cara penulisan karya akhir atau skripsi maupun mempelajari pengelolaan sampah di kota Surabaya dan bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan peneliti selanjutnya. c) Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan atau sumber referensi untuk memperluas wawasan yang terkait dengan pengelolaan sampah.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Sampah dan Ruang Lingkupnya a Pengertian Sampah Pengertian sampah menurut Tim Penebar Swadaya (2004:16) adalah Suatu bahan yang terbuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Jadi sampah dapat dikatakan sebagai bahan sisa yang sudah tidak dapat digunakan lagi. b Penggolongan Sampah Penggolongan sampah sangat penting diketahui untuk mengetahui macammacam sampah dan sifatnya sebagai dasar penanganan dan pemanfaatan sampah. Seperti yang dijelaskan oleh Hadiwiyoto (1983:23) dalam bukunya yang berjudul Penanganan dan Pemanfaatan sampah, menjelaskan bahwa penggolongan sampah dapat didasarkan atas beberapa kriteria, yaitu : a) Penggolongan sampah berdasarkan asalnya. b) Penggolongan sampah berdasarkan komposisisnya. c) Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya. d) Penggolongan sampah berdasarkan lokasinya. e) Penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya. f) Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya. c Sumber Permasalahan Sampah Sumber permasalahan sampah muncul akibat adanya masyarakat yang kurang memiliki rasa kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisiplinan masyarakat akan lingkungan yang bersih pun masih kurang. Sehingga muncul peluang pencemaran lingkungan yang disertai penurunan kualitas estetika. Pembuangan sampah disembarang tempat, terutama sungai, akan menghambat laju air hujan dipermukaan sehingga aliran hanya terfokus pada satu titik saja. Sampah-sampah yang terlantar
akibat pembuangan secara sembarangan pun nantinya akan menumpuk, dan tumpukan sampah yang tidak tertangani dengan baik dapat menyumbat saluran drainase. Ketika curah hujan tinggi datang, kondisi semacam ini dapat mengakibatkan banjir. d Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah menurut (Tchnobanoglous, Theisen&Vigil dalam Skripsi Vindha Tyas) adalah Perlakuan terhadap sampah yang bertujuan untuk memperkecil dan menghilangkan masalah lingkungan yang dapat ditimbulkannya dalam kaitannya dengan lingkungan. Sampah yang terkelola dengan baik akan selalu berputar dan tidak dibiarkan menggunung pada satu lokasi saja. Pengelolaan sampah menurut Kuncoro (2009:24) adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Cara pengelolaan sampah sangat beragam, tergantung pihak yang menanganinya dan pihak-pihak tersebut memiliki teknik penanganan yang berbeda-beda. Dari kedua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sampah merupakan suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah volume sampah, dengan melakukan berbagai macam teknik-teknik pengelolaan dan penanganan sampah yang baik dan tepat. e Pemanfaatan Sampah Sampah memang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam bahan yang berguna untuk kehidupan serta untuk kelestarian lingkungan. Berikut akan dijelaskan beberapa pemanfaatan sampah
menurut Hadiwiyoto (1983:59), antara lain: a) Sampah untuk biogas (bioenergy) b) Sampah untuk alcohol c) Pengomposan sampah d) Sampah untuk makanan ternak dan macam-macam kegunaan lainnya f Pengelolaan Limbah Padat Sampah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sampah ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak mudah membusuk. Sampah yang membusuk biasanya berupa sisa makanan, sayuran, daun, dan lain sebagainya. Sedangkan sampah yang tidak mudah membusuk berupa kaleng, kertas, plastik, dan semua sampah yang tidak mudah terurai. Biasanya sampah yang mudah membusuk segera diolah menjadi kompos, sedangkan sampah yang tidak membusuk biasanya di daur ulang. Pernyataan diatas sependapat dengan Hardjojo (1996:202), yang mengatakan bahwa : “pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat pembuangan sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan, dan pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah dahulu, baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali. Pengolahan dapat sangat sederhana seperti pemilahan sampai pada pembakaran atau insenerasi. Pengolahan sampah tergantung dari jenisnya dapat berupa komposting dan insenerasi”.
Pengelolaan dengan cara komposting sangat baik bagi sampah garbage, namun harus diperhatikan tempat atau lahan untuk komposting. Pengelolaan tersebut dapat membantu dalam mengurangi masalah sampah yang ada. Sedangkan pengelolaan limbah padat menurut Soemirat (1994) dalam Hardjojo (1996:203) mengemukakan bahwa : “dalam mempermudah pengolahan dengan mengurangi kuantitas dan kualitas sampah dengan cara : a) Meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah. b) Meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku. c) Meningkatkan penggunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah. Mengurangi barang atau bahan yang akan dipergunakan sangat penting karena semakin banyak menggunakan material, maka semakin banyak sampah yang dihasilkan. Menghemat sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai sangat dianjurkan agar mengurangi sampah dan merupakan wujud peduli terhadap lingkungan. g Pengelolaan Sampah Oleh Pemerintah a) Sistem Pengelolaan Sampah Salah satu aspek dari pengelolaan sampah adalah bagaimana sampah tersebut dikumpulkan. Dengan menggunakan alat seperti sapu lidi, pengeruk, sampah-sampah tersebut dikumpulkan. Pengadaan sarana dan prasarana pembuangan sampah di wilayah perumahan ada kalanya merupakan bantuan dari pemerintah, tetapi sebagaian masyarakat bersama-sama membuat tempat pembuangan sampah sendiri.
b) Sistem Pembuangan Akhir Sampah Sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah, sampah dikumpulkan terlebih dahulu di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang telah disediakan. Letak TPS harus benar-benar strategis dan diupayakan tetap menjaga keadaan lingkungan agar tetap bersih. Untuk sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), maka sampah yang ada di TPS diangkut menggunakan transportasi berupa truk sampah yang sudah disediakan oleh pihak Dinas yang bersangkutan. Menurut Hadiwiyoto (1983:44) yang dimaksud dengan pembuangan sampah adalah menempatkan sampah pada suatu tempat yang rendah, kemudian menimbunnya dengan tanah. Keuntungan sampah apabila ditimbun adalah : a. Tanah yang semula tidak rata dapat dibuat rata. b. Tempat yang semula tidak dapat digunakan, menjadi bermanfaat sebagai tempat yang dapat dimanfaatkan misalnya jalan, gedung, dan sebagainya. c. Bila tanah tersebut dijadikan tanah pertanian, taman atau ditanami dengan pohon-pohon, akan menjadi tempat yang subur. d. Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan oleh sampah terhadap lingkungan dapat dikendalikan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan proses akhir dari seluruh perlakuan pengelolaan sampah yang telah dilakukan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menurut Bahar (1986:16) dibagi menjadi 4 tipe, yaitu : a. Open Trench Burning, yaitu dengan membuang sampah ke parit-parit yang tidak digunakan masyarakat dan jauh
dari pemukiman penduduk, kemudian dilanjutkan dengan proses pembakaran. Pembakaran ini selalu dikontrol agar supaya sampah yang masuk dapat terbakar dan berlangsung terusmenerus. b. Open Dumping, yaitu penimbunan terbuka dengan cara membuang dan menumpuk sampah diatas lahan terbuka. Cara ini merupakan cara penanganan sampah yang sangat sederhana. c. Dumping At Sea, yaitu penimbunan di laut yang dilakukan dengan cara pembuangan atau penimbunan sampah di pantai. Pantai-pantai yang dangkal dapat digunakan sebagai tempat untuk menimbun sampah, caranya adalah dengan membuat tanggul-tanggul terpisah terlebih dahulu di tempat tersebut, gunanya untuk mengahalangi sampah agar tidak terbawa arus air laut ke tengah, kemudian sampah dimasukkan ke pantai yang telah diberi tanggul tersebut. Dalam waktu yang lama apabila sampah telah penuh, sampah tersebut diratakan, dipadatkan dan ditimbun oleh tanah atau pasir. d. Sanitary landfill, yaitu penimbunan di dalam tanah dengan cara menimbun sampah di dalam tanah, yang dibuat lobang empat persegi panjang dengan lebar sekitar 2-3 meter dengan kedalaman sekitar 0,5-1 meter. Sampah yang masuk ke dalam lubang diatur dengan bulldozer dan dipadatkan dengan mesin pemadat sampai penuh, setelah lubang dengan sampah dilakukan penimbunan secukupnya dengan mengambil tanah dan membuat lubang baru disebelahnya.
B. Upaya Pengelolaan Sampah a) Bentuk Kegiatan Pengelolaan Sampah Permasalahan di Kota Surabaya semakin serius, hal ini dikarenakan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pesatnya pertumbuhan industri. Hal tersebut menyebabkan timbulnya sampah yang dihasilkan oleh kegiatan industri dan manusia. Perlu adanya suatu penanganan dan penanggulangan permasalahan tersebut. Upaya untuk menangani permasalahan sampah harus dilakukan dengan mengelolah sampah secara tepat. Sosialisasi pengelolaan sampah kepada seluruh warga masyarakat juga merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, hal ini bertujuan agar meningkatkan kesadaran warga akan besarnya manfaat yang dapat dihasilkan jkika mengelola sampah dengan prosedur yang baik dan benar. Sependapat dengan pernyataan diatas, Kuncoro (2009:25) juga menerangkan bentuk kegiatan dari pengelolaan sampah, antara lain : a. Penanganan di Tempat b. Pengumpulan c. Pengangkutan d. Pengolahan e. Pembuangan akhir. Pengelolaan sampah secara bijak dan tepat dapat meminimalisir kerusakan lingkungan dan mengurangi timbulnya emisi yang disebabkan dari polusi sampah. Hal diatas sesuai dengan teknik pengolahan sampah yang dijelaskan oleh Tim Penulis PS (2008:28) dalam bukunya Penanganan dan
-
-
-
-
-
Pengolahan sampah, menjelaskan bahwa dalam pola pengelolaan sampah terpadu, ada lima tahap proses yang diterapkan guna menghasilkan proses pengelolaan yang terbaik dan aman. Tahapan-tahapan pengelolaan sampah terpadu tersebut antara lain : Cegah. Proses ini diterapkan dengan mengurangi jumlah barang yang digunakan. Pengurangan dilakukan tidak hanya berupa jumlah saja, tetapi juga mencegah penggunaan barangbarang yang mengandung kimia berbahaya dan tidak mudah terdekomposisi. Pakai ulang. Proses ini dilakukan dengan memperpanjang usia penggunaan barang melalui perawatan dan pemanfaatan kembali barang secara langsung. Sampah diusahakan dipakai berulang-ulang. Daur ulang. Proses ini dilakukan dengan cara mengolah barang yang tidak terpakai menjadi barang baru. Upaya ini memerlukan campur tangan produsen dalam praktiknya. Namun beberapa sampah dapat di daur ulang secara langsung oleh masyarakat. Pengomposan, pembuatan batako, dan briket merupakan contoh produk hasilnya. Tangkap energi. Proses ini banyak diterapkan pada sampah yang memiliki nilai kalor bakar tinggi. Sampah organik pun bisa diaplikasikan pada upaya ini melalui gas metana yang dihasilkan saat proses pembusukan. Upaya tangkap energi bisa diterapkan sebelum atau sesudah upaya buang sampah berlangsung. Buang(dispostal). Merupakan alternatif terakhir jika semua cara di atas telah dioptimalkan. Pembuangan sampah
pun harus dilakukan secara aman pada lokasi yang telah disepakati. b) Upaya Pengelolaan Sampah Terhadap Prinsip Dasar Pembangunan Berkelanjutan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Sugandhy (2007:1) menyatakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup sebagai : “upaya sadar dan terencana yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya, ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”. Pendapat di atas diperkuat dengan pernyataan Sumarwoto (2006) dalam Sugandhy (2007:21) yang mengemukakan pengertian pembangunan berkelanjutan sebagai : “ perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan dan proses pembelajaran sosial yang terpadu viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya”. Kedua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan positif terhadap bidang sosial ekonomi yang tidak mempunyai dampak negatif terhadap sistem ekologi dan sosial karena masyarakat bergantung pada dua sistem tersebut. Keberhasilan pelaksanaannya tergantung dari
a.
b.
c.
d.
e.
f.
beberapa faktor yaitu kebijakan, perencanaan, dan proses pembelajaran sosial yang terpadu. Ketahanan kebijakan pembangunan berkelanjutan bergantung masyarakat melalui pemerintahan, kelembagaan sosial, dan kegiatan dunia usaha. Secara implisit, definisi pembangunan berkelanjutan menurut (Hegley, Jr:1992) dalam Sugandhy (2007:21) mengandung pengertian strategi imperatif bagi pembangunan berkelanjutan sebagai berikut : Berorientasi untuk pertumbuhan yang mendukung secara nyata tujuan ekologi, sosial, dam ekonomi. Memperhatikan batas-batas ekologis dalam konsumsi materi dan memperkuat pembangunan kualitatif pada tingkat masyarakat dan individu denagn distribusi yang adil. Perlu campur tangan pemerintah, dukungan, dam kerja sama dunia usaha dalam upaya konservasi yang berbasis sumber daya. Perlunya keterpaduan kebijakan dan koordinasi pada semua tingkat dan antara yurisdiksi politik terkait dalam pembangunan energi bagi pertumbuhan kebutuhan hidup. Bergantung pada pendidikan, perencanaan, dan proses politik yang terinformasikan, terbuka, dan adil dalam pengembangan teknologi dan manajemen. Mengintegrasikan biaya sosial dan biaya lingkungan dari dampak pembangunan ke dalam perhitungan ekonomi.
Gambar 2.1 Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
Society
Environment Economy
Sumber : Sugandhy (2007:22) Tiga pilar pembangunan berkelanjutan sejak Deklarasi Stockholm 1972 menuju Rio de Janeiro 1992, sampai dengan Rio + 10 di Johanesburg 2002 ditekankan perlunya koordinasi dan integrasi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan dalam setiap pembangunan nasional, dengan pendekatan kependudukan, pembangunan, dan lingkungan sampai dengan integrasi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan yang menjadi pertimbangan sekarang adalah bagaimana pelaksanaan untuk mengintegrasikan ketiga pilar tersebut. C. KERANGKA BERFIKIR Menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2010:60) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Berikut adalah model kerangka berfikir dari penelitian ini :
Sampai saat ini sampah adalah masalah yang krusial di kota Surabaya. Terlebih dalam hal pengelolaan sampah. Jika di runtut akar permasalahannya,maka sumber utama dari permasalahan sampah ini dikarenakan jumlah penduduk Surabaya yang besar dan cenderung konsumtif. Serta diperburuk dengan tingkat kesadaran masyarakat akan kebersihan kota yang rendah. Sehingga menyebabkan jumlah sampah yang terus meningkat. Akibat dari volume sampah yang sudah terlampau banyak ini,kota Surabaya kesulitan dalam mengelola sampah. Jika mengacu pada pendapat Kuncoro (2009), kota Surabaya perlu melakukan upaya pengelolaan sampah. Upaya tersebut antara lain kegiatan penanganan sampah ditempat, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir.
BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif. Subyek penelitiannya adalah kader lingkungan RT 7 RW III serta pegawai dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya yang terdiri atas Kepala Pembangunan Bidang Sarana dan Prasana, staff Bidang Sarana dan Prasarana, staff Bidang Operasional Kebersihan, Kasbag Umum dan Kepegawaian, dan Motivator lingkungan. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara, observasi pengamatan dan dokumentasi. Instrumen Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, kamera dan lembar catatan data. penggunaan alat pendukung tersebut bertujuan untuk memberi kemudahan dalam melakukan wawancara dan mempertahankan kelengkapan informasi yang diperoleh dilapangan. Teknik Analisis Data dalam penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data, mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dinas kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya merupakan salah satu dinas yang mempunyai tugas dalam upaya pengelolaan sampah di Kota Surabaya. Bentuk pengelolaan sampah tersebut antara lain : a. Penanganan di Tempat (on site handling) Upaya penanganan di tempat yang dilakukan oleh DKP adalah dengan
menyediakan keranjang sampah basah dan kering, selain itu DKP juga memiliki Motivator Lingkungan yang memberikan sosialisasi mengenai pengelolaan sampah kepada warga masyarakat, pengelolaan tersebut antara lain melakukan penanganan sampah dari sumbernya dengan cara memilah sampah basah dan kering. Namun dalam pelaksanaanya terdapat kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan. b. Pengumpulan (collecting) Pengumpulan ini merupakan tindakan pengumpulan sampah dari sumbernya menuju ke TPS dengan menggunakan gerobak dorong atau mobil pick-up khusus sampah.Pada tahap pengumpulan menjadi tanggung jawab warga. Kurangnya petugas menjadi kendala dalam pengangkut sampah sehingga menyebabkan lambatnya pengambilan sampah yang sudah seharusnya diangkut pada tiap harinya. c. Pengangkutan (transfer/transport) Pengangkutan merupakan usaha pemindahan sampah dari TPS menuju TPA dengan menggunakan truk sampah. Pada tahap pengangkutan ini merupakan tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Pengangkutan dilakukan mulai dari Depo/TPS menuju ke TPA dengan menggunakan kontainer sampah. Kondisi jalan yang macet membuat lambatnya perjalanan pengangkutan sampah menuju TPA menjadi kendala dalam proses pengangkutan sampah, sehingga menyebabakan terjadinya penumpukan sampah yang ada di TPS.
d. Pengolahan Sampah dapat diolah tergantung pada jenis dan komposisinya. Berbagai alternatif yang tersedia dalam proses pengolahan antara lain tranformasi fisik meliputi pemisahan sampah yang bertujuan untuk mempermudah saat pengangkutan, pembakaran, pembuatan kompos, dan energy recovery yaitu transformasi sampah menjadi energi. Pengelolaan sampah yang dilakukan tidak hanya sebatas memilah sampah basah dan kering melainkan juga memberikan program Green and Clean, Merdeka Dari Sampah yang akan dilombakan untuk warga. terdapat beberapa kendala dalam mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program ini. e. Pembuangan Akhir. Pengelolaan yang dilakukan adalah sanitary landfill, IPAL, mengelolah gas metana yang ditimbulkan dari proses pengelolaan sampah, komposting. Kendala yang dihadapi pada saat pengelolaan sampah adalah Tingginya curah hujan membuat proses pengelolaan sampah menjadi terhalang, maka dari perlu ditingkatkannya frekuensi pengelolaan sampah. B. Pembahasan Upaya Pengelolaan Sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan di Kota Surabaya a. Penanganan di Tempat (site on handling) Sampah yang telah dihasilkan akan dilakukan penanganan dengan cara pemilahan antara sampah basah dan kering. Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga menyediakan
keranjang sampah basah dan kering. Tim motivator dari DKP juga mengadakan sosialisasi pemberdayaan masyarakat tentang cara pengelolaan sampah serta melakukan pendampingan kepada warga-warga dalam melakukan pengelolaan. Penanganan selanjutnya adalah dengan memanfaatkan sampah basah menjadi kompos dengan cara memasukkan sampah basah ke dalam keranjang takakura atau komposter aerob selama 6 bulan sebelum menjadi kompos. Kompos tersebut nantinya digunakan lagi sebagai penyubur bagi tanaman. Dinas Kebersihan dan Pertamanan selaku instansi yang menangani permasalahan sampah memberikan sosialisasi tentang pengelolaan sampah dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama memberantas sampah dengan menjadikan sampah sebagai suatu bahan yang dapat dikelola kembali demi terwujudnya lingkungan yang bersih. Pada sisi lain kesadaran masyarakat perkotaan masih sangat lemah dalam memberlakukan sampah. Sehingga, penanganan sampah di daerah perkotaan belum tertangani semaksimal mungkin. Padahal budaya masyarakat yang mengerti arti kebersihan serta kesadaran masyarakat yang sangat tinggi dapat membuat suatu negara berhasil dalam upaya pengelolaan sampah. Upaya pengelolaan sampah oleh DKP ini juga mendukung bagi pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut dikarenakan sangat berorientasi pada ekologi yaitu dengan adanya penanganan yang dilakukan
akan mewujudkan lingkungan yang bersih. b. Pengumpulan (collecting) Pengumpulan dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah yang berasal dari masing-masing sumber sampah untuk kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau di depo dengan menggunakan gerobak dorong atau mobil pick-up khusus sampah. Pengumpulan sampah ini merupakan tanggungjawab dari warga, pengumpulan ini dilakukan oleh warga, warga melakukan penarikan iuran Namun beberapa kendala yang terdapat pada proses pengumpulan ini adalah kurangnya petugas pengangkut sampah yang disebabkan minimnya minat warga untuk menjadi petugas pengangkut sampah. Hal tersebut dikarenakan rendahnya gaji dan kesejahteraan bagi petugas pengangkut sampah. sehingga pada akhirnya membuat sampah yang seharusnya diambil setiap hari menjadi dua hari sekali. Dilihat dari dimensi pembangunan berkelanjutan, maka perlu campur tangan dari pemerintah, yang membuat kegiatan tersebut dapat berhasil denagn baik, misalnya saja seperti kesejahteraan petugas yang mengangkut sampah perlu diperhatikan. c. Pengangkutan (transfer/transport) Pengangkutan merupakan tahap pemindahan sampah hasil pengumpulan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ke dalam alat pengangkut untuk dibawa menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada tahap pengangkutan sampah ini
merupakan tanggungjawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya menyiapkan alat angkutan besar dengan 2 ukuran yang berbeda, yaitu masing-masing ukuran 8m3 dan 14m3. Kendala yang ditemui adalah sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menumpuk karena kondisi jalan yang macet membuat alat angkut terlamabat untuk segera mengangkut sampah, maka dari itu perlu untuk membangun TPS yang luas mengingat sampah yang dikumpulkan sangat banyak serta menambah alat pengangkut sampah agar memudahkan proses pengangkut, dan menghindari penumpukan sampah. Tanggung jawab DKP dalam menyediakan alat angkut, serta melakukan pemindahan dari TPS ke TPA merupakan daya dukung dalam pelaksanaan pengelolaan sampah yang melibatkan masyarakat pada tahap pengelolaan sebelumnya. d. Pengolahan Pengolahan merupakan proses kegiatan dalam menangani sampah. Supaya pengolahan atau pengelolaan sampah dapat berlangsung dengan baik, maka terlebih dahulu dilakukan pengelolaan sampah dari sumbernya, karena lebih sedikit sampah yang dihasilkan dan semakin banyak sampah yang sudah dikelolah akan memudahkan pengelolaan sampah pada tahap berikutnya. Tahap pengelolaan sampah yang dilakukan adalah pengurangan sampah yang berasal dari sumbernya. Kegiatannya dimulai dari pemilahan
atau pemisahan antara sampah kering dan sampah basah, membuat kompos. Pengelolaan sampah juga dilakukan oleh hotel dan rumah sakit yang biasanya menghasilkan sampah dalam jumlah besar. Bahkan di rumah sakit sudah mempunyai incinerator yaitu tempat untuk membakar sampah, sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dihasilkan rumah sakit tidak boleh dibuang menjadi dengan sampah lainnya, melainkan harus diolah sendiri dengan memusnahkan sampah tersebut di incinerator. Selain itu untuk mendukung berhasilnya pengelolaan sampah, DKP juga memiliki kegiatan mereduksi volume sampah yang masuk ke TPA Benowo, program tersebut antara lain konsep 3R (reduce, reuse, recycle) dan pengelolaan berbasis komunitas yang mengajak masyarakat untuk mengelolah sampah. Program selanjutnya yang dimiliki oleh DKP adalah Surabaya Green And Clean dan Merdeka Dari Sampah. Surabaya Green And Clean merupakan salah satu program dari Jawa Pos bersama Pemerintah kota Surabaya dan perusahaan seperti unilever untuk meningkatkan kualitas lingkungan kota Surabaya. Surabaya Green And Clean mengajak masyarakat untuk menjadikan lingkungan bersih serta melakukan pengolahan terhadap sampah. Pada program ini Masyarakat dapat terlibat langsung dalam kegiatan menjadikan lingkungan bersih serta menciptakan inovasi kebersihan dan penataan lingkungan yang memiliki unsur keindahan. Adanya program Green And Clean tidak begitu saja diterima oleh
masyarakat. Kendala yang dialami adalah belum semua masyarakat antusias berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sangat perlu menanamkan ke masyarakat bahwa dengan mengikuti program ini masyarakat akan bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat itu sendiri. Tentu saja dengan adanya program dari pemerintah, dukungan dari masyarakat, serta kerja sama dari dunia usaha dalam upaya pemberian fasilitas dapat mewujudkan lingkungan yang sehat. Serta dapat mendukung pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Hal di atas sesuai dengan teori dari Hegley Jr, dimana upaya pengelolaan sampah perlu adanya campur tangan pemerintah, misalnya DKP mensosialisasikan kegiatan pengelolaan sampah untuk masyarakat dan pengelolaan tersebut di dukung oleh warga masyarakat,kemudian dari pihak swasta dan DKP memberikan fasilitas pengelolaan sampah untuk warga. Usaha tersebut dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Selain itu dari segi sosial masyarakat akhirnya memiliki kegiatan sosial yang peduli terhadap pengelolaan sampah. Hasil dari kegiatan sosial tersebut adalah mewujudkan lingkungan yang bersih, menjadikan masyarakat peduli terhadap sampah, dan memberikan keuntungan bagi masyarakat dalam segi ekonomi, karena masyarakat dapat menyetorkan sampah kering tersebut ke bank sampah atau mendaur ulang smpah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis.
e. Pembuangan Akhir Pembuangan akhir merupakan proses pengelolaan sampah paling akhir dari semua proses pengelolaan yang sudah dilakukan sebelumnya. Proses pengelolaan akhir ini dilakukan di TPA Benowo dengan melakukan beberapa metode pengelolaan sampah antara lain sanitary landfill, tangkap energi, dan mengelolah air lindih. Kendala yang dihadapi pada proses pembuangan akhir ini adalah pada saat musim hujan, kadar air yang tinggi menyebabkan lamanya proses pengelolaan sampah. maka dari itu perlu ditingkatkan proses pengelolaan sampah sebelum memasuki musim hujan. Pada tahap pembuangan akhir ini sumber daya sebagai unsur lingkungan hidup sangat diperlukan guna terjaganya kehidupan yang berkualitas. Sumber daya tersebut terdiri dari sumber daya buatan yaitu pemerintah dan sumber daya non hayati. Jadi pemerintah menyediakan daya dukung berupa TPA sebagai tempat pembuangan akhir sampah untuk menampung sampah dan diolah menggunakan metode pengelolaan yang ramah lingkungan. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil pembahasan yang telah diuraikan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut : Upaya pengelolaan sampah dilakukan dari tahap awal sampai akhir. mulai dari tahap pengelolaan dari sumbernya sampai pada pengelolaan di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA). Tahapantahapan tersebut antara lain : a. Tahap pertama pengelolaan adalah penanganan di tempat dengan mensosialisasikan pengelolaan sampah kepada warga masyarakat. Bentuk kegiatannya adalah mengurangi sampah yang berasal dari sumbernya, seperti memilah sampah. namun pada saat sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah tidak mudah, selain itu juga masih terdapat sedikit masyarakat yang belum memilah sampah. Hal tersebut diakibatkan kesadaran masyarakat masih sangat kurang dalam memberlakukan sampah. b. Tahap kedua Pengumpulan sampah dilakukan dengan cara mengumpulkan sampah yang berasal dari masing-masing sumber sampah untuk kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Namun kurangnya petugas pengangkut sampah menyebabkan pengambilan sampah terlambat dan membuat sampah warga menumpuk. Kurangnya petugas pengangkut sampah dikarenakan minimnya minat warga untuk menjadi petugas pengangkut sampah. Hal tersebut dikarenakan rendahnya gaji dan kesejahteraan bagi petugas pengangkut sampah. c. Tahap ketiga adalah pengangkutan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya menyiapkan alat angkutan besar/armroll. Kendala yang ditemui
adalah sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menumpuk karena kondisi jalan yang macet membuat alat angkut terlamabat untuk segera mengangkut sampah. d. Tahap pengolahan atau pengelolaan sampah yang dilakukan melalui pengurangan sampah yang berasal dari sumbernya. Kegiatannya dimulai dari pemilahan atau pemisahan antara sampah kering dan sampah basah, mendaur ulang serta menjadikan kompos, dan mengikuti program Green and Clean. Adanya program Green And Clean tidak begitu saja diterima oleh masyarakat. Kendala yang dialami adalah belum semua masyarakat antusias berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sangat perlu menanamkan ke masyarakat bahwa dengan mengikuti program ini masyarakat akan bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat itu sendiri. e. Tahap terakhir adalah Pembuangan akhir. Proses pengelolaan akhir ini dilakukan di TPA Benowo dengan melakukan beberapa metode pengelolaan sampah. Kendala yang dihadapi pada proses pembuangan akhir ini adalah pada saat musim hujan, kadar air yang tinggi menyebabkan lamanya proses pengelolaan sampah. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa saran yang ditawarkan untuk keberlangsungan pengelolaan sampah
berjalan lebih efektif, saran tersebut antara lain : a. Bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya diharapkan senantiasa melakukan kampanye serta meningkatkan penyadaran terhadap masyarakat terkait dengan pengelolaan sampah agar masyarakat memiliki kesadaran tinggi akan kebersihan lingkungan. b. Memberikan kesejahteraan yang layak dan fasilitas yang memadai untuk petugas pengangkut sampah, agar banyak masyarakat yang berminat menjadi petugas sampah sehingga tidak ada keterlambatan dalam pengangkutan sampah. c. Perlu untuk membangun TPS yang luas mengingat sampah yang dikumpulkan sangat banyak serta menambah alat pengangkut sampah agar memudahkan proses pengangkut, dan menghindari penumpukan sampah serta perlu ditingkatkan proses pengelolaan sampah sebelum memasuki musim hujan. d. Bagi warga diharapkan terus meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dan peduli terhadap sampah.
DAFTAR PUSTAKA Basriyanta. 2007. Memanen Sampah. Yogyakarta : Kanisius Hadiwiyoto, Soewedo. 1983. Penanganan Dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta : PT Inti Idayu Press. Hardjojo, Basuki. 1996. Pengelolaan Limbah Padat, Cair, Gas & B3. Jakarta : Universitas Terbuka. Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : Erlangga Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) Moleong, Lexy. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Restianingati, Vindha Tyas, 2009. Efektivitas Program Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Komunitas di Kota Surabaya. Skripsi Sarjana, Ilmu Administrasi Negara FISIP UNAIR, Surabaya.. Sejati, Kuncoro. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu. Yogyakarta : Kanisius Sugandhy, Aca. 2007. Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta Manik, Kaden.E.S. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup.Jakarta : Djambatan Tim Penulis PS. 2008. Penanganan Dan Pengolahan Sampah. Jakarta : Penebar Swadaya UURI No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Departemen Pekerjaan Umum dalam peraturan SNI T-13-1990-F Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan
dan strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan. Peraturan Walikota Surabaya No. 91 Tahun 2008 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota Surabaya http://www.andaluarbiasa.com/budayakelola-sampah-jepang-vsindonesia.htm. http://www.suaramerdeka.com/v1/index. php/read/cetak/2012/05/10/186026/S ampah-Tanggung-Jawab-Produsen. hmit.wordpress.com/2008/02/18/pemanf aatan-sampah-sebagai-upayamengurangi-pemanasan-global