eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (3): 703-714 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
UPAYA BORNEO ORANGUTAN SURVIVAL (BOS) DALAM KONSERVASI ORANGUTAN DI KALIMANTAN TIMUR MELALUI PROGRAM SAMBOJA LODGE AYU PUSPITASARI1 NIM. 0802045034
Abstract: Orangutan is one of many species that included into endangered category. There are many factors that contribute to it’s rapid population decrease, such as hunting, illegal logging, and illegal mining. As the world see orangutan’s life is threatened in daily basis, there are some that still paying attention to orangutan’s wellfare and do something to make it better. One of them is Borneo Orangutan Survival (BOS). BOS is an international organization that concern to orangutan issue, especially Borneo orangtuan (pongo pymaeus pygmaeus). BOS activities range from rehabilitation of rescued orangutan to forest plantation. In 2007 BOS launched a program called Samboja Lodge. Samboja Lodge is an eco-tourism program that offers education as well as a recreation regarding the life of orangutan. This program was launched in order to assist BOS conservation activities for Borneo orangutan. Keywords : Borneo Orangutan Survival, Orangutan, Samboja Lodge, Pendahuluan Salah satu satwa liar yang dilindungi adalah orangutan yang terdapat di wilayah Sumatera dan Kalimantan (termasuk Serawak dan Sabah). Di Indonesia, keberadaan orangutan dilindungi oleh : (1) Undang-Undang nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, (2) PP No.7, 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, (3) UU No.26/2007 Tentang Penataan Ruang, (4) Keppres No.32/1990 tentang kawasan lindung, (5) UU No.5/1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity, (6) UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, (7) UU No.25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS 2000-2004), (8) Tap MPR No IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, (9) UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, (10) UU No.33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, (11) UU 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 703-714
No.14/2000 tentang Paten, (12) Agenda 21 Nasional, 1997 KHL melalui proses konsultasi terbatas, (13) Inisiatif perumusan RUU Pengelolaan Sumber Daya Alam (RUU PSDA), (14) UU No.41/1999 tentang Kehutanan, diperbaiki dengan Perpu No.1/2004, dan ditetapkan menjadi UU No.19/2004, (15) Keppres No.43/1978, Ratifikasi CITES, (16) Keppres No. 48/1991 tentang pengesahan Konvensi, (17) Inisiatif perumusan RUU Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetis, (18) RUU Pembalakan Liar, dan (19) Inpres No.4/2005 tentang percepatan pemberantasan pembalakan liar.( Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017) Dalam hal pelestarian kehidupan orangutan dan habitatnya, ada beberapa organisasi internasional yang menjadi pelaku konservasi orangutan, salah satunya adalah Borneo Orangutan Survival (BOS). BOS bergerak dalam bidang rehabilitasi dan reintroduksi orangutan sebelum dilepasliarkan ke habitat aslinya. BOS membuka dua pusat rehabilitasi dan reintroduksi orangutan yang berada di Samboja, Kalimantan Timur dimulai tahun 1991 dan Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah dimulai tahun 1999. Pada tahun 2007, BOS mulai menjalankan satu program yang mendukung visi dan misinya sebagai pelaku konservasi orangutan, yaitu program ekowisata yang disebut Samboja Lodge. Samboja Lodge dijalankan sebagai upaya BOS dalam melindungi orangutan dan habitatnya dengan menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata tersebut. Alasan dipilihnya Samboja sebagai daerah didirikannya Samboja Lodge adalah karena untuk melengkapi kawasan wisata Samboja Lestari yang merupakan kawasan rehabilitasi dan reintroduksi orangutan sehingga para pengunjung Samboja Lodge dapat ikut serta dalam kegiatan perawatan orangutan. Dengan adanya program ini, pengunjung dapat diajarkan bagaimana caranya merawat orangutan dan bagaimana seharusnya merawat alam secara baik dan benar. Penelitian ini ditujukan untuk meneliti upaya yang dilakukan oleh BOS untuk mewujudkan visi pelestarian orangutan dan habitatnya sejak dijalankannya program ekowisata yang dimulai pada tahun 2007 serta efektifitas program Samboja Lodge yang dilakukan oleh BOS dalam mendukung kegiatan konservasi orangutan di Kalimantan Timur. Kerangka Dasar Teori 1. Peran Organisasi Internasional Peranan dapat diartikan sebagai orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu pihak dalam posisi sosialnya. Dalam hal ini, peranan menjalankan konsep melayani untuk menghubungkan harapan-harapan yang terpola dari orang lain atau lingkungan dengan hubungan dan pola yang menyusun struktur sosial. Peranan juga dapat diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, tabu, tanggung jawab, dan lainnya), dimana didalamnya terdapat serangkaian tekanan dan kemudahan yang
2
Peran Borneo Orangutan Survival ( BOS) Dalam Konservasi Orangutan Di Kalimantan Timur Melalui Program Samboja Lodge (Ayu Puspitasari)
menghubungkan, membimbing, dan mendukung fungsinya dalam organisasi.( T. May Rudy ,2002:137-138) Organisasi Internasional secara sederhana dapat didefinisikan sebagai : “Pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negaranegara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik yang diwujudkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala”. Peran organisasi internasional adalah sebagai berikut : 1. Wadah atau forum untuk menggalang kerjasama serta untuk mencegah atau mengurangi intensitas konflik (sesama anggota). 2. Sebagai sarana untuk perundingan dan menghasilkan keputusan bersama yang saling menguntungkan. Lembaga mandiri yang melaksanakan kegiatan yang diperlukan antara lain kegiatan sosial kemanusiaan, bantuan untuk pelestarian lingkungan hidup, pemugaran monumen bersejarah, peace keeping operation dan lain-lain. .( T. May Rudy ,1993:2-3)
Secara garis besar organisasi internasional dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Organisasi Antar Pemerintah (Inter-Governmental Organization) 2. Organisasi Non Pemerintah (Non-Governmental Organization).( Joshua S. Goldstein,1996:269) Penggolongan organisasi dalam kategori bersifat high politic dan low politic dapat membantu pengklasifikasian tersebut: 1. Organisasi yang high politic memusatkan perhatian pada masalah-masalah diplomasi dan militer yang berkaitan langsung dengan keamanan dan kedaulatan negaranegara dan berhubungan dengan tatanan fundamental sistem internasional. 2. Organisasi yang low politic mengarah pada masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hidup.( James N. Rosenau,dkk,1976:628) Dari definisi diatas BOS dikategorikan dalam Non Governmental Organization dan merupakan organisasi yang bergerak di bidang low politic yakni pada isu lingkungan hidup. BOS diartikan sebagai pelaku peranan, dalam hal ini organisasi internasional yang terklasifikasi dalam kategori NGO’s (Non-Governmental Organization), yang kemudian didalamnya terdapat mekanisme kerja dan fungsinya tersendiri yang dijalankan untuk memenuhi visi dan misi dari BOS. Ketika fungsi-fungsi tersebut telah dijalankan dengan baik melalui konservasi dan
3
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 703-714
program-programnya, maka organisasi BOS itu dapat menjalankan peranannya sebagai organisasi internasional. 2.
dikatakan
telah
Konsep
Konservasi Lingkungan Hidup Conservation, yang terdiri atas con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana. Menurut IUCN, konservasi adalah : “upaya pengelolaan yang dilakukan oleh manusia dalam mmanfaatkan sumber daya alam untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya secara berkelanjutan, serta tetap menjaga dan memelihara potensinya untuk generasi saat ini dan yang akan datang.” (Siti Kotijah,2010:19) Mengacu terhadap Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati, bahwa pengertian konservasi pada hakekatnya merupakan upaya untuk mengelola sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.(http://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/2009/12/25-rehabilitasijalur-penyangga.pdf) Konservasi mengandung tiga aspek, yaitu : 1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan. Perlindungan proses ekologis sebagai system penyangga kehidupan, karena sistem penyangga kehidupan harus dalam keadaan yang seimbang. 2. Pengawetan/pelest arian aneka ragam genetik yang ada. Kegunaan pelestarian genetik adalah untuk kesinambungan pembangunan. 3. Pelestarian manfaat Pemanfaatan spesies flora dan fauna sudah banyak dilakukan. Pemanfaatan spesies-spesies yang tidak dilindungi dapat mengancam keseimbangan alam. Sedangkan pemanfaatan spesies-spesies yang dilindungi diperlukan peraturan perundang-undangan. Beberapa masalah yang dihadapi dalam konservasi adalah tingginya pertumbuhan penduduk Indonesia dan banyaknya mata pencaharian yang bersifat agraris sehingga memerlukan lahan dan dapat mengakibatkan tumpang tindih antara konservasi dan eksploitasi alam.( http://eprints.undip.ac.id/1070/1/ILING-II-5-KONSERVASI.pdf) Ditetapkan di dalam Hukum Konservasi Hayati (UU No. 5 Tahun 1990) antara lain, bahwa semua jenis satwa liar dan tumbuhan alam yang dilindungi dan atau bagiannya, hanya dapat ditangkap/diambil, dimiliki, dipelihara dan diangkut untuk kepentingan sebagai berikut : (1) hadiah presiden/pemerintah RI kepada presiden/kepala negara sahabat, (2) untuk koleksi kebun binatang, taman safari, oceanorium, taman burung, taman rekreasi, dan atau lembaga-lembaga lain yang bergerak di bidang konservasi SDA hayati dan ekosistemnya yang dianggap
4
Peran Borneo Orangutan Survival ( BOS) Dalam Konservasi Orangutan Di Kalimantan Timur Melalui Program Samboja Lodge (Ayu Puspitasari)
mampu, (3) tukar menukar satwa liar dan tumbuhan alam hasil penangkaran dan atau hasil pengembakbiakan antara lembaga-lembaga tersebut pada butir kedua, (4) tukar menukar antara kebun binatang dan atau lembaga pemerintah baik di dalam maupun di luar negeri, (5) penelitian ilmiah, (6) penangkaran satwa dan pengembakbiakan tumbuhan alam dalam upaya mendukung pelestarian, dan (7) keseimbangan populasi dengan izin Menteri Kehutanan atau pejabat yang ditunjuk.(Alam Setia Zain,1998:47-48) Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam menjalankan konservasi lingkungan hidup atau sumber daya alam, antara lain : 1. Preservasi : perlindungan sumbedaya alam dari eksploitasi komersial untuk memperpanjang pemanfaatannya. 2. Restorasi : koreksi dari kesalahan-kesalahan masa lalu yang telah membahayakan produktivitas sumberdaya alam 3. Benefisiasi : meningkatkan manfaat mutu dari suatu sumberdaya alam.( http://biologyeastborneo.com/wpcontent/uploads/2011/07/Bab.Pendahuluan.doc) Dari penjelasan tentang konsep konservasi lingkungan hidup, dapat dikatakan bahwa Borneo Orangutan Surival (BOS) menjalankan perannya sebagai organisasi internasional yang menjaga kelestarian warisan alam dengan melindungi orangutan dari ancaman kepunahan. Borneo Orangutan Survival (BOS) ikut serta dalam konservasi dan rehabilitasi serta reintroduksi orangutan dengan mengajarkan orangutan bagaimana cara hidup di alam bebas sebelum akhirnya mereka dilepaskan ke habitat aslinya. Rehabilitasi orangutan yang dimaksudkan adalah menyelamatkan dan mengembalikan keadaan atau kondisi orangutan yang menjadi korban perburuan dan penyiksaan ke kondisi yang jauh lebih baik. 3. Konsep Efektifitas Efektifitas umumnya merujuk pada tingkat keberhasilan hasil yang dicapai, penekanan pada hasil ini membuat konsep efektifitas berbeda dengan efisiensi yang lebih melihat bagaimana proses pencapaian hasil yang dicapai tersebut, walaupun terdapat banyak kesamaan diantara keduanya. Terdapat beberapa pengertian dari konsep efektifitas yang dipaparkan oleh para ahli seperti dari H. Emerson yang dikutip oleh Soewarno Hadayaningrat S. yang menyatakan bahwa “efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”. Ada pula Richard M. Steers yang berkata “efektifitas merupakan suatu tingkatan kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan seluruh tugastugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.( http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1672/BAB%20II.pdf?se quence=2) Sedangkan menurut Agung Kurniawan efektifitas didefinisikan sebagai berikut: “efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketgangan diantara pelaksanaannya.( Agung Kurniawan,2005:109)
5
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 703-714
Di dalam ilmu-ilmu sosial, konsep efektifitas dikembangkan untuk mengukur pencapaian hasil dari program suatu organisasi. Ada beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk mengukur efektifitas suatu program, salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Cambel J.P, yakni: (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29153/3/Chapter%20II.pdf,) 1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran 3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat input dan output 5. Pencapaian tujuan menyeluruh. Dari paparan para ahli tersebut bisa disimpulkan bahwa dalam menentukan tingkat efektifitas suatu program yang dikeluarkan oleh suatu organisasi, maka yang perlu diperhatikan adalah tujuan awal, atau target yang ingin dicapai. Target itu menjadi tolak ukur dalam menentukan apakah suatu program organisasi tersebut efektif ataupun tidak. Dari penjelasan diatas juga bisa ditarik kesimpulan bahwa, untuk membuat suatu program menjadi efektif, maka suatu organisasi harus melaksanakan kegiatan kerja yang mendukung ketercapaian tujuan awalnya. Dalam kaitannya dengan BOS, maka program Samboja Lodge bisa diukur tingkat efektifitasnya dengan cara melihat pencapaian dari target awal diluncurkannya program tersebut oleh BOS. Metode Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitik, dimana penulis menjelaskan yang dilakukan oleh BOS untuk mewujudkan visi pelestarian orangutan dan habitatnya sejak dijalankannya program ekowisata yang dimulai pada tahun 2007 serta efektifitas program Samboja Lodge yang dilakukan oleh BOS dalam mendukung kegiatan konservasi orangutan di Kalimantan Timur. Data-data yang disajikan adalah data sekunder yang diperoleh melalui telaah pustaka dan literatur-literatur seperti buku, internet, dan lain-lain.Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis kualitatif. Hasil Penelitian A. Upaya Borneo Orangutan Survival Dalam Menangani Konservasi Orangutan di Kalimantan Timur Borneo Orangutan Survival (BOS) yang didirikan pada tahun 1991 adalah sebuah organisasi internasional non-pemerintah yang memfokuskan diri di bidang low politic terutama pada isu lingkungan hidup. BOS merupakan organisasi yang menjalankan tugasnya sebagai organisasi yang melakukan reintroduksi dan rehabilitasi orangutan. Sebagai sebuah organisasi internasional, BOS memiliki peran sebagai wadah untuk menggalang kerjasama sesama pihak yang mempunyai perhatian khusus terhadap kelestarian orangutan dan habitatnya. Pihak-pihak yang dimaksud adalah mitra-mitra kerjasama yang tergabung dalam BOS Sisters dan juga organisasi Internasional lainnya di luar BOS yang turut serta menjadi donatur untuk mendukung visi dan misi dari BOS.
6
Peran Borneo Orangutan Survival ( BOS) Dalam Konservasi Orangutan Di Kalimantan Timur Melalui Program Samboja Lodge (Ayu Puspitasari)
Pelepasliaran orangutan yang dilakukan oleh BOS merupakan kegiatan yang memerlukan biaya besar. Biaya-biaya yang tidak sedikit juga dibutuhkan untuk mendanai Forest School, operasional, makanan orangutan, obat-obatan, dan keperluan-keperluan lainnya. Untuk itu BOS mendapat bantuan keuangan dari mitra-mitra mereka seperti yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Namun BOS tidak lantas hanya bergantung pada donasi-donasi yang disalurkan oleh mitra kerjasama mereka di dunia maupun donasi dari para sukarelawan dalam negeri. Mereka juga membuat program yang bisa membantu mereka untuk mendanai kegiatan konservasi orangutan. Pada tahun 2007, BOS meluncurkan program berbasis ekowisata bernama Samboja Lodge yang merupakan penginapan sejenis resort namun bukan merupakan hotel berbintang. Dengan membuka Lodge dan membuka untuk umum, diharapkan Samboja Lodge bisa meningkatkan tingkat huniannya lebih dari 60% yang akan memberikan korelasi positif terhadap tingkat penjualan dan keuntungan yang didapatkan.( http://elibrary.mb.ipb.ac.id/files/disk1/25/mbipb-12312421421421412agungwahyu-1227-5-e35-05-a-n.pdf,) Dengan demikian target dari diluncurkannya Samboja Lodge bisa dijabarkan menjadi 2 poin penting, yakni: 1. Menjadi sumber pendanaan yang mandiri dari sumbangan donatur 2. Mencapai target tingkat hunian sebesar 60% Samboja Lodge merupakan penginapan yang terletak di wilayah Samboja Lestari. Di penginapan tersebut, para pengunjung bisa melihat dengan dekat bagaimana BOS bekerja dalam program konservasi orangutan serta hutan hujan tropis yang mereka jalankan di Samboja Lestari. di Samboja Lodge, para pengunjung bisa mengikuti staf BOS dalam menyusuri jejak binatang seperti burung dan reptil, kemudian pengunjung juga bisa membantu staf BOS untuk melakukan pekerjaan hariannya di penangkaran beruang madu, pengunjung juga bisa membantu staf BOS dalam mengurus orangutan yang tersebar di pulau-pulau buatan di wilayah Samboja Lestari, seperti mengurus makanan, dan membuatkan sarang. Selain itu, pengunjung juga dapat berpartisipasi dalam penanaman pohon, dan kegiatan agrikultural di wilayah pertanian Samboja Lodge. Tidak hanya itu, di Samboja Lodge juga menyediakan berbagai macam oleh-oleh/ merchandise yang bisa dimiliki oleh para pengunjung seperti ukiran khas suku Dayak, T-Shirt, Foto, dan lain sebaginya. Penginapan tersebut memiliki luas sekitar 2.000 hektar, dan dibangun dengan arsitektur bergaya lokal, berbentuk menyerupai Lamin yang merupakan rumah adat dari suku Dayak. Interior dan eksteriornya dibuat dari barang-barang daur ulang, dengan 2 king suites, 2 queen suites, dan 22 standard rooms. Di dalam penginapan tersebut, para pengunjung bisa menikmati alam sekitar, karena lokasi Samboja Lodge yang dikelilingi oleh hutan hujan tropis dengan vegetasi yang sangat rapat. Tarif yang dikenakan bagi para pengunjung Samboja Lodge adalah: (1)Rp.500.000 bagi pengunjung harian tanpa menginap. (2) Rp.1.200.000 per
7
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 703-714
orang/malam bagi pengunjung yang menginap di standard room untuk seorang diri. (3) Rp.900.000 per orang/malam bagi pengunjung yang menginap di standard room dan berbagi kamar dengan pengunjung lainnya. (4) Rp.1.400.000 per orang/malam bagi pengunjung yang menginap di queen suite untuk seorang diri. (5) Rp.1.100.000 per orang/malam bagi pengunjung yang menginap di queen suite dan berbagi kamar dengan pengunjung lainnya. (6) Rp.1.900.000 per orang/malam bagi pengunjung yang menginap di king suite untuk seorang diri. (7) Rp.1.600.000 per orang/malam bagi pengunjung yang menginap di king suite dan berbagi kamar dengan pengunjung lainnya. Selain itu para pengunjung bisa memilih paket tur yang disediakan oleh program Samboja Lodge. Tur tersebut memungkinkan para pengunjung untuk mendatangi lokasi-lokasi wisata antara lain: (1) Sungai Hitam, selama 2-3 jam tur, dengan biaya Rp. 600.000 untuk satu orang, Rp.700.000 untuk dua orang, dan Rp.300.000 per orang untuk lebih dari tiga orang pengunjung. (2) Sungai Wain, 1 hari tur, dengan biaya Rp. 1.000.000 untuk satu orang, Rp.1.100.000 untuk dua orang, dan Rp. 450.000 per orang untuk lebih dari tiga orang pengunjung. (3) Pantai Lamaru dan Penangkaran Buaya Teritip, 1 hari tur, dengan biaya Rp.500.000 orang untuk satu orang, Rp. 600.000 untuk dua orang, Rp. 250.000 per orang untuk lebih dari tiga pengunjung, dan (4) Bukit Bangkirai, setengah hari tur, dengan biaya Rp.700.000 untuk satu orang, Rp. 800.000 untuk dua orang, Rp.250.000 per orang untuk lebih dari tiga orang pengunjung. Semua keuntungan yang didapatkan dari program Samboja Lodge, dialokasikan sepenuhnya untuk menyokong program konservasi orangutan BOS. Samboja Lodge diharapakan mampu memberikan kontibusi signifikan bagi kegiatankegiatan BOS seperti yang telah dipaparkan di dalam tabel tersebut, paling tidak, Samboja Lodge bisa membantu membiayai operasional program Samboja Lestari yang merupakan tempat dimana Samboja Lodge berada, seperti pangan satwa, pengobatan, pemeliharaan kandang, penanaman serta perawatan tanaman, BBM, genset sebagainya yang berjumlah Rp 1.427.183.241. Kemudian data dari tahun 2008 sampai dengan 2011 mencatat bahwa tingkat hunian Samboja Lodge hanya berkisar diantara 20% sampai dengan 25% di antara tahun tersebut. ( Agung Wahyu Wasisto, dalam: http://elibrary.mb.ipb.ac.id/files/disk1/25/mbipb-12312421421421412agungwahyu-1227-5-e35-05-a-n.pdf,) Pencapaian tersebut jauh dari target hunian yang ditetapkan oleh BOS ketika meluncurkan program Samboja Lodge yakni sebesar 60%. Rendahnya tingkat hunian Samboja Lodge ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya antara lain, tarif yang terlampau tinggi untuk ukuran hotel yang tidak berbintang, sehingga banyak masyarakat yang enggan untuk menginap disana, sedangkan faktor ekstenalnya bisa berasal dari mahalnya biaya yang diperlukan untuk sektor energi, seperti BBM, yang kemudian berimbas pada besarnya pengeluaran Samboja Lodge yang pada akhirnya mempengaruhi tarif hunian Samboja Lodge.
8
Peran Borneo Orangutan Survival ( BOS) Dalam Konservasi Orangutan Di Kalimantan Timur Melalui Program Samboja Lodge (Ayu Puspitasari)
Terlepas dari tujuan awalnya sebagai penyedia dana mandiri bagi BOS, konsep ekowisata yang ditawarkan Samboja Lodge juga bermanfaat bagi BOS untuk mengumpulkan dana, namun juga sebagai sarana untuk mengedukasi para pengunjungnya perihal konservasi orangutan yang dilakukan oleh BOS. Hal ini selaras dengan tujuan BOS, yakni pelibatan masyarakat dan para pihak dalam konservasi Orangutan Borneo dan habitatnya melalui kerjasama pelaksanaan, penelitian, pengembangan database, dan pendidikan lingkungan. Dengan besarnya sebaran pengunjung Samboja Lodge menurut negara asal mereka, diharapkan bahwa para pengunjung bisa membawa pengetahuan yang didapatkan di Samboja Lodge ketika kembali ke negaranya masing-masing. Kerjasama pelaksanaan oleh masyarakat bisa dilihat dengan dilibatkannya para pengunjung Samboja Lodge untuk mengikuti kegiatan sehari-hari staf BOS, tidak hanya itu, para peneliti pun bisa berkontribusi dalam konservasi orangutan yang dilakukan BOS sehingga turut menambah referensi dan database perihal kehidupan orangutan Kalimantan, dan terakhir, para pengunjung Samboja Lodge pun dibekali dengan pengetahuan tentang pelestarian lingkungan yang sangat berperan bagi habitat orangutan, seperti penanaman pohon. B. Tingkat Efektifitas Program Samboja Lodge Upaya BOS dalam menangani konservasi orangutan di Kalimantan Timur melalui program Samboja Lodge berupaya untuk memperoleh tambahan dana untuk konservasi orangutan yang mereka laksanakan. Samboja Lodge diharapkan bisa berkontribusi dalam pendanaan BOS seperti yang telah ditunjukkan pada tabel 4.1 sebelumnya, atau paling tidak berkontribusi terhadap kegiatan operasional Samboja Lestari sebagai kawasan dimana Samboja Lodge berada seperti penyediaan pangan satwa, pemeliharaan kandang, obat-obatan, penanaman dan pemeliharaan tanaman, serta penyediaan BBM. Untuk melihat bagaimana tingkat efektifitas dari program Samboja Lodge tersebut, maka bisa dilakukan dari berbagai pendekatan. Pertama adalah dengan melihat persentase kontribusi Samboja Lodge dalam keseluruhan pemasukan BOS kemudian dibandingkan dengan total pengeluaran BOS. Samboja Lodge menyumbang sekitar Rp.310.900.000 dari total pendapatan BOS yang mencapai Rp.47.665.356.029 atau hanya sekitar 0.7% saja, jumlah yang sangat sedikit dibandingkan dengan sumber pendapatan BOS yang lain. Kemudian, jika dibandingkan dengan pengeluaran BOS, pendapatan Samboja Lodge hanya bisa menutupi sekitar 0.8% dari total pengeluaran BOS pada tahun 2011 yang sebesar Rp. 38.631.436.806. Pendapatan dari Samboja Lodge tersebut hanya cukup untuk membiayai pengeluaran kantor (office expense) sebesar Rp.268.725.400. Hal ini belum ditambah dengan grafik penurunan pendapatan Samboja Lodge antara tahun 2008 sampai dengan 2011 yang mencatat terjadinya penurunan penjualan dan earning before tax, meskipun terjadi peningkatan pada tahun 2009, namun dua tahun selanjutnya, grafik penjualan Samboja Lodge terus menurun.
9
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 703-714
Dengan demikian, bisa dinyatakan bahwa program Samboja Lodge merupakan progam yang kurang efektif jika dilihat kontribusinya terhadap total pendapatan serta pengeluaran BOS. Namun perlu diingat bahwa dari sekian banyak sumber pendapatan BOS tersebut, hanya Samboja Lodge dan program adopsi orangutan saja yang merupakan hasil usaha yang dilakukan oleh BOS sendiri untuk mencari dana, dan dari kedua sumber pendapatan itu, pendapatan dari Samboja Lodge lebih besar dibandingkan pendapatan dari program adopsi orangutan (Rp.257.764.741). Mengingat bahwa tujuan awal Samboja Lodge didirikan adalah untuk mempersiapkan diri jika suatu hari para donator tidak bisa lagi menyediakan dana bagi program BOS, tampaknya statistik yang menunjukkan kecilnya kontribusi Samboja Lodge dalam total pendapatan BOS itu tidak terlalu diperhatikan oleh BOS dan Samboja Lodge terus dipertahankan. Kedua, adalah dengan cara melihat statistik tingkat hunian kamar. Samboja Lodge diharapkan mampu mencapai tingkat hunian kamar sebesar 60% sehingga berdampak positif bagi penerimaan dana serta penjualan yang ada. Namun data menunjukkan bahwa tingkat hunian Samboja Lodge hanya sebesar 25% dan ratarata hanya 20% selama tahun 2008-2011. ( Agung Wahyu Wasisto, dalam: http://elibrary.mb.ipb.ac.id/files/disk1/25/mbipb-12312421421421412agungwahyu-1227-5-e35-05-a-n.pdf,) Dengan tingkat hunian yang rendah tersebut, tentu berdampak pada kontribusi Samboja Lodge yang kecil terhadap pembiayaan kegiatan BOS seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Tidak efektifnya program Samboja Lodge dalam menarik para wisatawan antara lain disebabkan oleh tingginya tarif yang dikenakan bagi para pengunjung Samboja Lodge, dengan tarif masuk sebesar Rp.500.000, membuat para pengunjung, terutama pengunjung domestik yang berpenghasilan rendah enggan untuk bepergian ke Samboja Lodge. Ditambah lagi, biaya tersebut hanya untuk masuk wilayah Samboja Lestari, dan jika pengunjung ingin berekreasi dengan melihat bagaimana kehidupan orangutan dan menikmati paket-paket wisata lainnya, pengunjung harus mengeluarkan biaya tambahan sesuai dengan paket yang dipilih, serta diharuskan untuk menginap di Samboja Lodge dengan tarif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Faktor lain yang membuat Samboja Lodge kurang efektif dalam menarik pengunjung adalah kesadaran masyarakat yang kurang akan pentingnya menjaga kelestarian alam termasuk satwa liar seperti orangutan. Hal ini lagi-lagi bersinggungan dengan masalah ekonomi, orangutan bagi beberapa orang dianggap sebagai hama yang harus dibasmi, terutama bagi mereka yang memiliki kepentingan ekonomi terhadap kebun kelapa sawit misalnya. Habitat orangutan pun digusur, hutan tempat orangutan tinggal diganti dengan ladang, kebun dan pertambangan batubara, disini kepentingan ekonomi masyarakat tentu lebih diutamakan daripada kelestarian orangutan. Kesimpulan Terdapat beberapa organisasi Internasional yang bergerak dalam bidang konservasi orangutan, salah satu nya adalah BOS. BOS memiliki visi dalam
10
Peran Borneo Orangutan Survival ( BOS) Dalam Konservasi Orangutan Di Kalimantan Timur Melalui Program Samboja Lodge (Ayu Puspitasari)
pendiriannya yakni untuk mewujudkan kelestarian orangutan Borneo dan habitatnya dengan peran serta masyarakat. Visi ini diharapkan dapat terwujud dengan misi yang selalu dijalankan, antara lain : (1) mempercepat pelepasliaran orangutan ex-situ dan penyediaan habitatnya, (2) mendorong perlindungan orangutan Borneo dan habitatnya, (3) meningkatkan keberdayaan masyarakat sekitar, (4) mendukung kegiatan penelitian dan pendidikan konservasi orangutan Borneo dan habitatnya, (5) menggalangkan peran serta para pemangku kepentingan dan mendorong kemitraan dengan para pihak, dan (6) meningkatkan kapasitas lembaga. Salah satu upaya BOS untuk mewujudkan visi tersebut adalah dengan meluncurkan program Samboja Lodge. Program Samboja Lodge merupakan penginapan yang terletak di wilayah Samboja Lestari. Di penginapan tersebut, para pengunjung bisa melihat dengan dekat bagaimana BOS bekerja dalam program konservasi orangutan serta hutan hujan tropis yang mereka jalankan di Samboja Lestari. di Samboja Lodge, para pengunjung bisa mengikuti staf BOS dalam menyusuri jejak binatang seperti burung dan reptil, kemudian pengunjung juga bisa membantu staf BOS untuk melakukan pekerjaan hariannya di penangkaran beruang madu, pengunjung juga bisa membantu staf BOS dalam mengurus orangutan yang tersebar di pulau-pulau buatan di wilayah Samboja Lestari, seperti mengurus makanan, dan membuatkan sarang. Selain itu, pengunjung juga dapat berpartisipasi dalam penanaman pohon, dan kegiatan agrikultural di wilayah pertanian Samboja Lodge. Program Samboja Lodge yang diluncurkan oleh BOS merupkan salah satu program yang mereka buat untuk membantu pendanaan kegiatan konservasi orangutan yang memerlukan biaya besar. Semua keuntungan yang didapatkan dari program Samboja Lodge, dialokasikan sepenuhnya untuk menyokong program konservasi orangutan BOS. Namun kontribusi Samboja Lodge dalam pendanaan kegiatan konservasi orangutan yang dilakukan BOS kurang efektif, karena Samboja Lodge hanya menyumbang sekitar 0,7% dari total pendapatan serta hanya bisa menutupi sekitar 0,8% dari total pengeluaran BOS. Tidak efektifnya program Samboja Lodge ini dalam menarik para wisatawan antara lain disebabkan oleh tingginya tarif yang dikenakan bagi para pengunjung Samboja Lodge. Faktor lain yang membuat Samboja Lodge kurang efektif dalam menarik pengunjung adalah kesadaran masyarakat yang kurang akan pentingnya menjaga kelestarian alam termasuk satwa liar seperti orangutan. DAFTAR PUSTAKA Goldstein , Joshua S., International Relation, edisi kedua, 1996 Harper Collins Publishing. Kotijah, Siti, 2010, Implementasi Prinsip-Prinsip Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Hutan, Yogyakarta, Bimotry
11
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013: 703-714
Kurniawan, Agung, 2005, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta, PEMBARUAN Rosenau , James N., Kenneth W. Thompson, Gavin Boyd, 1976, World Politic and Introduction, London, Collier MacMillan. Rudy, T. May, 2002 Study Strategis Dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang Dingin, Bandung, Refika Aditama. -------------------, Administrasi dan Organisasi Internasional, 1993, Bandung, PT. Eresco. Zain , Alam Setia, 1998, Aspek Pembinaan Kawasan Hutan dan Stratifikasi Hutan Rakyat, Jakarta, PT RINEKA CIPTA. Laporan : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kutai Kartanegara, 2012, Statistik Kepariwisataan Kabupaten Kutai Kartanegara, Tenggarong. Borneo Orangutan Survival Foundation, 2010, Laporan Tahunan 2010, Bogor --------------------------------------------------------, Annual Report 2011, Bogor Artikel : Anonim , Bab II, dalam situs http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1672/BAB%20II. pdf?sequence=2 Anomin, Chapter I, dalam situs http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25580/5/Chapter%20I.pdf, diakses pada tanggal 25 Februari 2013. Anonim, Chapter II, dalam situs http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29153/3/Chapter%20II.pdf. Anonim, Konservasi Sumberdaya Alam dan Pengelolaan Lingkungan, dalam situs http://eprints.undip.ac.id/1070/1/ILING-II-5-KONSERVASI.pdf, diakses pada tanggal 11 Oktober 2012. Sudrajat, Konservasi Hayati Tumbuhan Dipterocarpaceae, dalam situs http://biologyeastborneo.com/wpcontent/uploads/2011/07/Bab.Pendahuluan.doc, diakses pada tanggal 11 Oktober 2012. Waryono , Tarsoen, Konsepsi Penilaian Kawasan Konservasi Dan Upaya Pemulihan Jalur Penyangga Wilayah Pantai Kepulauan, dalam situs http://staff.blog.ui.ac.id/tarsoen.waryono/files/2009/12/25-rehabilitasi-jalurpenyangga.pdf, diakses pada tanggal 11 Oktober 2012. Wasisto, Agung Wahyu, 2013, Manajemen Risiko pada Bisnis Unit Yayasan (Studi Kasus : Di Samboja Lodge), IPB. Dalam http://elibrary.mb.ipb.ac.id/files/disk1/25/mbipb-12312421421421412agungwahyu-1227-5-e35-05-a-n.pdf. Internet : Samboja Lodge Mendefinisi Ulang Arti Kemewahan, dalam situs http://travel.detik.com/read/2010/12/08/215635/1512393/1025/sambojalodge-mendefinisi-ulang-arti-kemewahan, diakses pada 4 April 2013. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017, dalam situs
12
Peran Borneo Orangutan Survival ( BOS) Dalam Konservasi Orangutan Di Kalimantan Timur Melalui Program Samboja Lodge (Ayu Puspitasari)
http://www.yorku.ca/arusson/Papers/GoI%20OU%20action%20plan%2007 -17.pdf, diakses pada 29 Maret 2013.
13