eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (3) 737-746 ISSN 2477-2623, ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2016
PERAN THE NATURE CONSERVANCY (TNC) DALAM KONSERVASI ORANGUTAN (PONGO PYGMAEUS MORIO) DI HUTAN WEHEA KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Deassy Hadiyanti1 Nim. 0902045052 Abstract Pongo Pygmaeus Morio is endemic mamals in wehea forest. However,the conversion of the soil caused the population of Pongo Pygmaeus Morio to experience the reduction. At the beginning, The Nature Conservancy (TNC) did its interest in preserving the biological diversity including orangutan and the consevation of the wehea forest. The aim of this research is to know the efforts that The Nature Conservancy (TNC) did in preserving pongo as a species that near to extinction. The result of the research is the efforts in conservation is still continued and developed, it also involves various of parties. Keywords : The Nature Conservancy, Conservation, Wehea, Orangutan Pendahuluan Orangutan merupakan satu-satunya kera besar yang hidup di Asia, sementara tiga kerabatnya, yaitu gorila, simpanse, dan bonobohidup di Afrika. Akan tetapi, saat ini jenis kera besar itu hanya ditemukan di Sumatera dan Kalimantan, 90 % berada di Indonesia. Orangutan dianggap sebagai suatu ‘umbrella species’ yang menjadi suatu simbol untuk meningkatkan kesadaran konservasi serta menggalang partisipasi semua pihak dalam aksi konservasi. Kelestarian satwa ini juga menjamin kelestarian hutan yang menjadi habitatnya. Karena, dari sisi ekologis peranan orangutan sangat besar dalam membantu regenerasi hutan secara alami dengan menyebarkan bibit tanaman yaitu biji buah-buahan serta membantu pertumbuhan tanaman lain dengan membuat sarang yang dapat membuat cahaya matahari dapat masuk ke dalam hutan. Bedasarkan letak geografisnya, satwa ini digolongkan menjadi dua jenis yaitu orangutan Sumatera dan orangutan Kalimantan. Orangutan Kalimantan dibagi menjadi beberapa sub spesies : (pdf.usaid.gov/pdf_docs/Pnady487.) 1. Pongo Pygmaeus Pygmaeus, di bagian Barat Laut Kalimantan, yaitu Utara dari Sungai Kapuas sampai ke Timur Laut Sarawak; 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UniversitasMulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 737-746
2. Pongo Pygmaeus Wurmbii, di bagian Selatan dan Barat Daya Kalimantan, yaitu antara sebelah Selatan Sungai Kapuas dan Barat Sungai Barito; serta 3. Pongo Pygmaeus Morio, di Sabah sampai Sungai Mahakam di Kalimantan Timur. Salah satu habitat dari spesies Pongo Pygmaeus Morio berada di Hutan Lindung Wehea yang terletak di Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur dengan luas 38.000 Ha yang sebelumnya merupakan bekas kawasan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT Gruti III karena manajemen perusahaan yang buruk kemudian ijinnya dicabut oleh pemerintah pada tahun 1993. Sejak tahun 1995 sampai tahun 2004 telah terjadi beberapa kali perpindahan pengelolaan kawasan sampai pada akhirnya izin konsesi dicabut oleh Kementerian Kehutanan. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tahun 2003-2006 The Nature Conservancy (TNC) menginisiasi untuk menurunkan tim survei keanekaragaman hayati ke hutan lindung Wehea. Diperkirakan ada sekitar 750 ekor Pongo pygmaeus morio di hutan lindung Wehea. Selain itu hutan lindung Wehea memiliki fungsi penting secara ekologis karena merupakan daerah tangkapan air tiga sungai yang bermuara di sungai Mahakam. (Niel Makinuddin, Damayanti Buchori, Ahmad Rizal 2013:62) The Nature Conservancy (TNC) adalah sebuah organisasi internasional yang di bentuk di Amerika serikat pada tahun 1951. Organisasi konservasi global yang didedikasikan untuk melestarikan tanaman, hewan, dan komunitas alami yang mewakili keanekaragaman kehidupan di Bumi dengan melindungi tanah dan air untuk bertahan hidup. Nota kesepakatan antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan Republik Indonesia dengan The Nature Conservancy (TNC) pada tahun 2003, menjadi dasar Kerjasama antara pemerintah daerah Kutai Timur, Universtas Mulawarman dan The Nature Conservancy (TNC) menghasilkan gagasan untuk membuat Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) mendapat respon baik dari pemerintah daerah kemudian dengan pertimbangan kepentingan konservasi maka diarahkan menjadi hutan lindung Wehea. Menyusutnya hutan yang merupakan habitat orangutan sebanyak 1,5-2 persen menyebabkan habitat orangutan mengecil karena ketersediaan sumber makanan menurun. Orangutan pun bergerak mencari sumber makanan baru dan ini menyebabkan orangutan keluar dari habitat alaminya. Sekitar 70 % orangutan berada di luar kawasan konservasi. Konversi hutan menjadi hutan tanaman industri (HTI) dan meluasnya perkembangan areal perkebunan kelapa sawit dan areal pertambangan juga merupakan ancaman bagi keberlangsungan orangutan yang kerap menjadi hama tanaman dan akhirnya terjadi pembasmian. Selain itu ancaman lainya adalah perburuan orangutan baik untuk diperdagangkan, sebagai binatang peliharaan maupun untuk konsumsi beberapa bagian tubuhnya, dijadikan obat-obatan atau sekedar ornamen hiasan. TNC memiliki kepentingan melestarikan keanekaragaman hayati termasuk orangutan. TNC mengembangkan program sarana dan prasarana pengelolaan serta menjalin
738
Peran TNC dalam Konservasi Orangutan di Hutan Wehea Kutim Kaltim (Desy Hadiyanti)
kemitraan dengan berbagai pihak selain melibatkan pemerintah dan institusi pendidikan. TNC juga melibatkan masyarakat adat Wehea yang berada di sekitar hutan lindung Wehea, kemudian mengembangkan pendekatan konservasi berbasis sosial budaya. Salah satu hasilnya adalah membentuk satuan tugas penjaga hutan adat yang disebut Petkuq Mehuey. Selain terbentuknya satuan tugas penjaga hutan di masyarakat, terbentuk pula sebuah kelembagaan pengelola hutan lindung bersama pemerintah kabupaten Kutai Timur yang diberi nama Badan Pengelola Hutan Wehea (BP Wehea). Lembaga ini lalu membentuk unit pelaksana teknis pengelolaan dan pengembangan kawasan yang berlokasi di hutan lindung Wehea. Dengan berbagai ancaman terhadap keberadaan orangutan menyebabkan satwa tersebut masuk ke dalam Red List of Threatened Species 2008 (IUCN) dengan status Endangered. Sedangkan menurut konvensi perdagangan internasional tumbuhan dan satwa liar yang terancam punah (CITES), Orangutan dikategorikan dalam status kritis yaitu spesies yang tidak dapat diperdagangkan secara internasional. Lalu berdasarkan peraturan perundangan di Indonesia, yaitu UU No. 5 tahun 1990 dan peraturan pemerintah No. 7 tahun 1999 menegaskan bahwa orangutan adalah satwa yang langka dan dilindungi. Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana Peran The Nature Conservancy (TNC) dalam konservasi Orangutan (Pongo pygmaeus morio) di hutan Wehea, Kutai Timur, Kalimantan Timur. Kerangka Dasar Teori dan Konsep Peran Organisasi Internasional Menurut Clive Archer dalam bukunya Internasional Organizations, organisasi Internasional adalah suatu struktur formal dan berkelanjutan yang dibentuk atas suatu kesepakatan antara anggota-anggota (Pemerintah dan Non-Pemerintah) dari dua atau lebih Negara berdaulat dengan tujuan untuk mengejar kepentingan bersama para anggotanya. (Clive Archer 1983:35) Selain itu pandangan mengenai peran organisasi internasional yang dikemukakan oleh Clive Archer, yaitu (Clive Archer 1983:130-136) 1. Instrumen (alat/sarana), yaitu untuk mencapai kesepakatan menekan intensitas konflik (jika ada) dan menyelaraskan tindakan. 2. Arena (forum/wadah), yaitu untuk berhimpun, berkonsultasi, dan memprakarsai pembuat keputusan bersama-sama atau perumusan perjanjian-perjanjian internasional (convention treaty, protocol, agreement, dan lain sebagainya). 3. Pelaku (aktor), bahwa organisasi internasional juga bisa merupakan aktor dan bertindak dalam kapasitasnya sendiri sebagai organisasi internasional dan bukan lagi sekedar pelaksanaan kepentingan anggota-anggotanya. Pada dasarnya oraganisasi internasional didirikan dengan tujuan untuk mempertahankan aturan-aturan, agar dapat berjalan tertib dalam rangka mencapai tujuan bersama. Organisasi internasional sebagai suatu wadah hubungan antar bangsa
739
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 737-746
dan negara agar kepentingan masing-masing negara dapat terjamin dalam konteks hubungan internasional. Menurut Theodore A. Coulumbis dalam buku Pengantar Hubungan Internasional, tujuan-tujuan umum yang hendak dicapai oleh suatu organisasi internasional adalah (Theodore A. Coulumbis dan James H. Wolfe 1986:279) 1. Regulasi hubungan internasional terutama melalui teknik-teknik penyelesaian pertikaian antara bangsa secara resmi. 2. Meminimalkan atau paling tidak, mengendalikan konflik atau perang internasional. 3. Memajukan aktivitas-aktivitas kerjasama dan pembangunan antarnegara demi keuntungan-keuntungan sosial dan ekonomi di kawasan tertentu atau untuk manusia pada umumnya. 4. Pertahanan kolektif sekelompok negara menghadapi ancaman. Secara garis besar organisasi internasional dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Joshua S. Goldstein 1996:269) 1. Organisasi antar pemerintah (Inter-Governmental Organization) 2. Organisasi non pemerintah (Non Governmental Organization) Mengklasifikasikan organisasi internasional adalah dengan melihat pada tujuan dan aktivitas-aktivitas yang dijalankannya untuk mencapai tujuannya. Apakah tujuan dan aktivitasnya bersifat umum atau khusus, berorientasi pada kerjasama mengurangi konflik atau meningkatakan konflik. Penggolongan organisasi dalam kategori bersifat high politic dan low politic dapat membantu pengklasifikasian tersebut ( James N. Rosenau, Kenneth W. Thompson, Gavin Boyd 1976:628) 1. Organisasi yang high politic memusatkan perhatian pada masalah-masalah diplomasi dan militer yang berkaitan langsung dengan keamanan dan kedaulatan negara-negara dan berhubungan dengan tatanan fundamental sistem internasional. 2. Organisasi yang low politic mengarah pada masalah-masalah ekonomi, sosial, budaya, lingkungan hidup. The Nature Conservancy (TNC) merupakan organisasi internasional non pemerintah (Non Governmental Organization) yang bergerak di bagian isu lingkungan (low politic). Di dalamnya didasari struktur organisasi yang jelas, mekanisme kerja dan fungsi tersendiri yang dilakukan untuk memenuhi visi dan misi The Nature Conservancy. Jika mekanisme kerja dan fungsi tersebut dilakukan dengan baik maka The Nature Conservancy telah menjalankan perannya sebagai organisasi internasional. The Nature Conservancy bekerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk melestarikan hutan, meningkatkan pengelolaan, dan memberikan informasi dan data terkini untuk mendukung pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan di tingkat lokal dan nasional yang efektif. Mendukung peran aktif masyarakat adat di Wehea untuk melindungi hutan di sekitar tempat tinggal mereka, terutama hutan yang memiliki populasi orangutan yang tinggi. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya orangutan, mendukung kegiatan masyarakat dalam patroli hutan untuk
740
Peran TNC dalam Konservasi Orangutan di Hutan Wehea Kutim Kaltim (Desy Hadiyanti)
mengatasi perburuan satwa liar serta mendukung pengembangan mata pencaharian yang akan membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat yang sangat bergantung pada hutan. Serta melibatkan perusahaan swasta, terutama perusahaan kehutanan dan sawit untuk mengelola habitat orangutan. The Nature Conservancy juga merupakan sebuah wadah atau forum untuk merumuskan dan membuat keputusan serta kebijakan bersama-sama dengan pihak pemerintah, pihak non pemerintah serta masyarakat. Konservasi Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survei, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968). Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980) Jika dimaknai secara sederhana, konsep konservasi adalah pengelolaan dan pengaturan sumber daya termasuk masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar kawasan yang merupakan bagian ekosistem.( Latipah Hendarti 2007:66) Konservasi memiliki tujuan untuk melindungi, memelihara, melestarikan, dan keanekaragaman hayati yang menjadi modal dasar bagi kehidupan manusia agar dapat dimanfaatkan secara optimal sesuai dengan batas-batas terjaminnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan. Selain itu, pelaksanaan konservasi dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut (Supriatna Jatna 2008:143) 1. Terjaganya kondisi alam dan lingkungan 2. Terhindarnya dari bencana akibat perubahan alam 3. Terhindarnya makhluk hidup dari kepunahan 4. Mampu mewujudkan keseimbangan lingkungan 5. Mampu memberi kontribusi terhadap ilmu pengetahuan 6. Mampu memberi kontribusi terhadap kepariwisataan Terdapat tiga kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas konservasi bagi perlindungan spesies dan komunitas, yakni (Supriatna Jatna 2008:235) 1. Suatu komunitas hayati diberi prioritas yang lebih tinggi bagi konservasi bila komunitas tersebut lebih banyak tersusun atas spesies endemik daripada spesies yang umum serta tersebar luas. 2. Suatu komunitas hayati diberi prioritas yang lebih tinggi bagi konservasi bila spesies tersebut menghadapi ancaman kepunahan. 3. Suatu komunitas hayati diberi prioritas yang lebih tinggi bagi konservasi bila memiliki kegunaan nyata atau potensial bagi manusia. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltitian ini adalah deskriptif analitik dimana metode yang digunakan dengan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
741
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 737-746
dan dianalisis dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau objek penelitian seseorang, lembaga dan lain-lain. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer yaitu data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelaahan studi kepustakaan dan hasil browsing data melalui jaringan internet dan data primer adalah data yang diperoleh dari institusi pemerintah dan organisasi internasional. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah pustaka dan studi lapangan untuk mendapatkan informasi berdasarkan informan. Teknik analisis yang digunakan teknik analisis data kualitatif yaitu penulis menganalisis data sekunder dan primer yang kemudian dengan menggunakan teori dan konsep yang dapat digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena atau kejadian yang sedang diteliti oleh penulis yaitu peran The Nature Conservancy (TNC) dalam konservasi orangutan (Pongo Pygmaeus Morio) di Hutan Wehea Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Hasil Penelitian Peran The Nature Conservancy (TNC) Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki berjuta keanekaragaman hayati, menarik untuk diperhatikan bahwa keanekaragaman hayati itu sekarang dekat dengan kepunahan. Kepunahan salah satu spesies langka merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya dari pihak pemerintah ataupun hanya pihak yang bergerak di bidang lingkungan saja. TNC sebagai salah satu Organisasi Internasional Non-pemerintah yang peduli akan keberlangsungan satwa langka dan mempunyai kepentingan menyelamatkan orangutan dari kepunahan. TNC meyakini bahwa untuk melindungi orangutan, tidak hanya semata menjadikan orangutan sebagai simbol namun disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Untuk menyelamatkan orangutan kita harus melindungi habitatnya dengan membangun perlindungan. Perlindungan yang dimaksud ini bukan juga perlindungan yang hanya dilakukan oleh satu pihak untuk mencapai tujuan tersebut tetapi harus mengakomodasi kepentingan banyak pihak. Perlindungan ini harus melibatkan pemangku kepentingan terkait dalam hal ini pemerintah daerah pemerintah kabupaten Kutai Timur, stakeholders lokal termasuk di dalamnya masyarakat adat setempat yaitu masyarakat adat dayak Wehea. Program-program yang diinisiasi oleh TNC bersama masyarakat adat dayak Wehea dilaksanakan dengan mengacu pada empat aspek pengelolaan konservasi dengan gaya pendampingan yang mengutamanakan pendekatan pendelegasian. Pendampingan yang mengutamakan aspek pendelegasian ini bertujuan untuk mendorong kemandirian masyarakat adat dayak Wehea dalam berbagai aktivitas konservasi. Keempat aspek pengelolaan konservasi tersebut, yaitu : 1. Pemantapan status dan fungsi kawasan dan pengamanan kawasan hutan lindung 2. Pelestarian peran dan fungsi kawasan hutan lindung, pemberdayaan dan penguatan kelembagaan masyarakat adat 3. Pengembangan dan penguatan kelembagaan pengelola kawasan 4. Pengembangan jejaring informasi, kemitraan dan pendanaan
742
Peran TNC dalam Konservasi Orangutan di Hutan Wehea Kutim Kaltim (Desy Hadiyanti)
TNC kemudian juga mengembangkan pendekatan konservasi yang berbasis sosial budaya, dengan mengangkat peran masyarakat adat sebagai aktor penting dalam konservasi. TNC juga menyediakan data dan informasi ekologi orangutan yaitu dengan menjalankan penelitian lapangan mengenai populasi dan sebaran orangutan, pola hubungan orangutan dan habitatnya, perilaku orangutan liar dan tangkapan, penelitian pohon pakan dan mendirikan beberapa stasiun riset orangutan. Dalam hal ini banyak dilakukan oleh ilmuwan dari dalam dan luar negeri. Selain itu, TNC mengembangkan sebuah metode yang disebut sebagai Conservation Action Planning (CAP) yang bisa digunakan untuk memetakan dan menganalisis ancaman terhadap orangutan dengan target konservasi yaitu orangutan dan habitatnya. CAP telah digunakan sebagai alat analisis dalam mendesain programprogram konservasi oleh TNC di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Dengan metode CAP dapat memberi jalan untuk memahami gambaran peta ancaman terhadap orangutan. Hasil Yang Dicapai Oleh The Nature Conservancy (TNC) Konservasi Orangutan di Hutan Lindung Wehea yang telah berlangsung hampir satu dekade ini memiliki berbagai pencapaian. Adapun hasil pencapaian kerjasama TNC di Hutan Lindung Wehea antara lain adalah sebagai berikut : 1. Memperbaiki Habitat Orangutan Langkah awal untuk penyelamatan orangutan adalah dengan menyelamatkan habitat dari orangutan. Strategi yang diterapkan oleh TNC yaitu membangun sistem, kelembagaan multipihak pada tingkat lokal, serta manajemen kawasan perlindungan orangutan. 2. Melakukan Intervensi Pada Konflik Antara Manusia dan Orangutan Bentuk dari cara kerjanya adalah mengembangkan instrumen untuk mendorong perusahaan melakukan konservasi di wilayah operasi mereka. Selain itu, memfasilitasi dan melakukan pendampingan perusahaan HPH untuk mendapatkan sertifikat hutan lestari. TNC juga melakukan pengenalan metoda pemanenan kayu yang menekan seminimal mungkin kerusakan pada keanekaragaman hayati (metode Reduce Impact Logging/RIL). 3. Pendidikan Lingkungan Pengembangan pendidikan lingkungan dan penyadaran pentingnya orangutan kepada publik yaitu melakukan pendidikan kepada anak muda dengan memberikan kesempatan kepada anak-anak muda untuk lebih intensif masuk ke hutan dengan menjadi bagian dari Petkuq Mehuey (PM) dan anak sekolah dengan kunjungan ke hutan lindung Wehea yang dilaksanakan secara berkala dua kali dalam setahun, mengembangkan ekowisata pada habitat orangutan dan menerbitkan informasi atau buku untuk meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian orangutan. Hambatan dan Kendala The Nature Conservancy (TNC) Dalam Konservasi Orangutan Di Hutan Lindung Wehea tak lepas dari hambatanhambatan dalam pelaksanaannya. Adapun hambatan yang terjadi adalah sebagai berikut :
743
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 737-746
1. Konflik Orangutan dan Manusia Terjadi lonjakan permintaan pasar internasional terhadap kelapa sawit dan batubara, yang mana kedua produk tersebut merupakan sumber devisa pemasukan negara. Hal ini menyebabkan semakin luasnya pengembangan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan batubara. Pemerintah mendorong pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Hutan dataran rendah dikonversi menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit. Pembukaan lahan berdampak pada konflik manusia dan orangutan menjadi tidak terhindarkan. Orangutan dianggap sebagai hama pengganggu. Satu ekor orangutan dalam sehari dapat menghabiskan 30-50 tanaman kelapa sawit muda bermur kurang dari satu tahun (Niel Makinuddin, Damayanti Buchori, Ahmad Rizal 2013:10) Sama halnya dengan pembukaan kawasan untuk areal tambang mengubah landskap kawasan secara drastis. 2. Konversi Hutan Menurut data dari Kementerian Kehutanan (2009) sampai dengan tahun 2007 luas HTI mencapai 6.649.757 Ha untuk 159 perusahaan. Landskap hutan alam menjadi hutan tanaman monokultur. Pembukaan dan pembersihan lahan yaitu dengan cara dibakar serta sistem tebang habis dan ini berperan dalam degradasi habitat orangutan. 3. Perdagangan Illegal Indonesia memiliki reputasi sebagai salah satu pemain kunci regional dalam pasar perdagangan illegal satwa liar di Asia. Selain itu terbatasnya atau lemahnya penerapan perencanaan tata ruang dan lemahnya perlindungan kawasan konservasi. Di pasar internasional, orangutan dihargai sekitar 45.000 USD. (http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PA00KH53.pdf) Kegiatan ini terutama didorong oleh adanya permintaan pasar akan bagian-bagian tubuh satwa untuk digunakan sebagai obat-obat dan barang-barang konsumen. 4. Pengesahan Hutan Lindung Wehea Inisiatif awal kerjasama antara TNC, Universitas Mulawarman dan Pemerintah Daerah Kutai Timur menghasilkan gagasan awal untuk membuat Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Kemudian hal tersebut mendapat respon baik dari pemerintah daerah dan kemudian dipertimbangkan untuk menjadi hutan lindung karena kepentingan konservasi. Namun proses legalitas untuk menjadi hutan lindung Wehea mengalami keterlambatan dan ini menjadi ganjalan dalam kegiatan konservasi. 5. Konflik Antar Stakeholders Meskipun diskusi bersama antar stakeholders sudah dilakukan, konflik dan gesekan antar stakeholders bisa saja terjadi di lapangan. Salah satunya adalah gesekan yang timbul antara ICON dengan masyarakat adat dayak Wehea yang kemudian berdampak pada terhentinya kegiatan pendampingan dan penelitian yang sudah digagas oleh ICON bersama masyarakat adat dayak Wehea. Kegagalan kerjasama antara ICON dan masyarakat adat dayak Wehea ini lebih disebabkan karena komunikasi yang tidak berjalan dengan baik antara keduanya dan perbedaan dalam menginterpretasikan konsep hutan lindung dalam aksi nyata.
744
Peran TNC dalam Konservasi Orangutan di Hutan Wehea Kutim Kaltim (Desy Hadiyanti)
Kesimpulan Peran dari The Nature Conservancy (TNC) dalam konservasi orangutan di Hutan Lindung Wehea, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur masih terus berjalan sampai sekarang, sampai penelitian ini berakhir TNC terus melakukan upaya konservasi dengan melibatkan pemerintah daerah kabupaten Kutai Timur, para stakeholders lokal dan masyarakat adat dayak Wehea. Bahkan kerjasama yang baik ini terus berkembang hingga ke tingkat bentang alam Wehea-Kelay. TNC lebih mengetengahkan target konservasi adalah orangutan dan habitatnya dengan pendekatan yang mengintegrasikan konservasi spesies, habitat dan manusia dengan menerapkan ragam pendekatan sosial seperti pemberdayaan masyarakat. Spesies orangutan (Pongo Pygmaeus Morio) merupakan spesies yang hanya terdapat di Kalimantan Timur dan merupakan spesies dengan tubuh paling kecil diantara sub spesies lainnya. Referensi Buku Archer Clive. International Organization. George Allen & Unwin Ltd. London. 1983 Coulumbis Theodore A. dan Wolfe James H. (Alih bahasa : Marcedes Marbun). Pengantar Hubungan Internasional-Keadilan Dan Power. Prentice Hall Inc. Englewood Cliffs.USA. 1986 Goldstein Joshua S. International Relation. Edisi kedua. Harper Collins Publishing. 1996. Hendarti Latipah. Menepis Kabut Halimun : Rangkaian Bunga Rampai Pengelolaan Sumberdaya Alam. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 2007 Makinuddin Niel., Buchori Damayanti., Rizal Ahmad. Pohon Terakhir Untuk Orangutan : Catatan Reflektif Dialektika Konservasi Dan Pembangunan. Samarinda. The Nature Conservancy. 2013 Rosenau James N., Thompson Kenneth W., Boyd Gavin. World Politic And Introduction. Collier MacMillan. London. 1976 Supriatna Jatna. Melestariakan Alam Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. 2008 Skripsi Ledy Magdalena. 2014. Peran World Wide Fundation For Nature (WWF) dalam Konservasi Orangutan Di Taman Nasional Betung Kerihun Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat Tesis Iin Sumbada Sulistyorini. 2010. Analisis Pengembangan Potensi Ekowisata Di Kawasan Hutan Lindung Wehea Kecamatan Muara Wahau Kabupaten Kutai Timur
745
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 3, 2015: 737-746
Media Internet Bornean Orangutan Pongo pygmaeus. Diakses dari http://carnivoraforum.com/topic/9328665/1/ pada tanggal 13 April 2016 Dari
bentang alam wehea untuk konservasi orangutan. Diakses dari http://www.nature.or.id/ruang-media/berita-terbaru/dari-bentang-alam-weheauntuk-konservasi-orangutan.xml pada tanggal 20 Oktober 2015
Mengenal hutan lindung Wehea. Diakses dari http://hutanlindungwehea.org/hlw/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=50&Itemid=54 pada tanggal 13 April 2016 Potensi
hayati. Diakses dari http://hutanlindungwehea.org/hlw/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=68&Itemid=62 pada tanggal 13 April 2016
Strategi Dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 2007-2017. Departemen Kehutanan. Jakarta. 2007. Diakses dari pdf.usaid.gov/pdf_docs/Pnady487.pdf pada tanggal 16 Februari 2016 The
IUCN Red List of Threatened Species diakses http://www.iucnredlist.org/details/17975/0 pada tanggal 16 Nopember 2015
Wildlife Conservation Society Indonesia Program Proyek Perubahan Untuk Keadilan (Changes For Justice) Kejahatan Terhadap Satwa Liar Di Indonesia : Penilaian Cepat Terhadap Pengetahuan, Tren, Dan Prioritas Aksi Saat Ini. 9 April 2015. Media release. Diakses dari http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PA00KH53.pdf pada tanggal 13 April 2016 World Conservation Strategy Living Resource Conservation for Sustainable Development. IUCN. 1980 diakes dari https://portals.iucn.org/library/efiles/edocs/WCS-004.pdf pada 9 Nopember 2015
746