1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Enviromental Health Risk Assessment = EHRA) di Kabupaten Kutai Timur adalah sebuah survey partisipatif di Kabupaten untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di kabupaten Kutai Timur sampai dengan kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten Kutai Timur sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area berisiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SKK). Studi EHRA dipandang perlu dilakukan oleh Kabupaten Kutai Timur karena : 1.
Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat
2.
Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai kelurahan/desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda
3.
Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui musrenbang
4.
Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan
5.
EHRA secara tidak lansung memberi “amunisi” bagi stakeholders dan masyarakat di desa/kelurahan untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama masyarakat atau stakeholders kelurahan/desa
6.
EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang resprensentatif di kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti : a. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencangkup : 1. Sumber air minum, 2. Layanan pembuangan sampah, 3. Jamban, 4. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga. b. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan mengacu kepada STBM : 1. Buang air besar 2. Cuci tangan pakai sabun
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
2 3. Pengelolaan air minum rumah tangga 4. Pengelolaan sampah dengan 3R 5. Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan) Survey EHRA bagi Pokja Sanitasi Kabupaten Kutai Timur sangat bermanfaat sehingga pokja berusaha untuk melaksanakan kegiatan ini. Adapun kegiatan yang telah dilakukan oleh Pokja Kabupaten Kutai Timur dalam survey Ehra ini adalah : 1.
Persiapan logistik studi
2.
Finalisasi desain studi
3.
Penyiapan dan pelatihan Supervisor, Enumerator, dan petugas entri data,
4.
Pelaksanaan survey serta proses pengumpulan data, entri data dan analisa data
5.
Penyusunan laporan Studi EHRA
B. Maksud dan Tujuan Studi EHRA memanfaatkan sumber daya setempat untuk pengumpulan data. Petugas (Enumerator) umumnya adalah tenaga kader Posyandu, kader PKK. Pelaksanaan dilakukan dengan kerjasama Pokja bersama Tim Dinas Kesehatan. Mengapa EHRA harus dilakukan, bukankah ada data sekunder di masingmasing SKPD serta data primer lapangan yang diambil dari masyarakat pula ?. untuk menjawab pertanyaan tersebut maka berikut tujuan pelaksanaan EHRA oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Kutai Timur. Adapun maksud dan tujuan serta manfaat study EHRA kabupaten Kutai Timur adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Study EHRA Studi EHRA bertujuan untuk mengumpulkan data primer, untuk mengetahui : 1. Gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang berisiko terhadap kesehatan lingkungan 2. Informasi dasar yang valid dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan 3. Memberikan Advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi 2. Maksud Hasil survey digunakan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Timur dan Strategi Sanitasi Kabupaten Kutai Timur 2015. Hasil study ini diharapkan menjadi input data primer untuk Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Timur, Khususnya Bab 3 dan dan 5. 3. Waktu dan kegiatan Pelaksanaan study EHRA Kabupaten Kutai Timur sesuai schedule start bulan April 2015 hingga Juli 2015. Untuk lebih lengkapnya jadwal kegiatan dapat dilihat pada jadwal berikut.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
3 KEGIATAN PELAKSANAAN EHRA POKJA SANITASI KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2015 Periode No
Kegiatan
April I
1
Pelaksanaan Studi EHRA
1.1
Persiapan Studi EHRA Rapat persiapan Untuk : a. Membangun kesepahaman tentang studi EHRA b. Membentuk Tim Pelaksana Studi EHRA c. Menyiapan anggaran studi EHRA Penentuan area survey a. Penentuan klastering wil. Studi EHRA b. Penentuan desa/kelurahan wil. Studi EHRA
1.2
II
Mei III
IV
I
II
III
c. Penentuan responden terpilih dalam setiap desa/kelurahan 1.3
Pelatihan supervisor, enumerator, dan petugas entri a. Pemilihan supervisor, enumerator, dan petugas entri b. Pelatihan studi EHRA praktik wawancara bagi supervisor, enumerator, dan petugas entri
1.4 1.5
Pelaksanaan survey EHRA Pengolahan, Analisa data dan penulisan laporan a. Entri Data b. Analisis Data c. Penulisan Laporan
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
Juni IV
I
II
Juli III
IV
I
II
III
IV
4 BAB II Metodologi dan Langkah Studi EHRA Dalam pelaksanaan kegiatan Survey EHRA Kutai Timur, Pokja Sanitasi Kabupaten Kutai Timur melakukan kegiatan sebagai berikut : 1. Membangun kesepahaman tentang study EHRA Untuk menumbuhkan kesepahaman dan kesamaan persepsi, ketua Tim Studi EHRA perlu mengadakan pertemuan yang melibatkan seluruh anggotanya. Pertemuan tersebut diagendakan untuk membahas isu-isu sebagai berikut : Latar belakang, tujuan, dan manfaat studi EHRA. ketua Tim Studi EHRA atau anggota Tim EHRA yang telah mengikuti pelatihan studi EHRA sebelumnya akan memaparkan bagian ini dengan menekankan pada : Latar belakang pelaksanaan studi EHRA sebai studi primer yang hasilnya akan digunakan sebagai salah satu komponen penting pembuatan peta area berisiko sanitasi di samping data sekunder dan persepsi SKPD, Tujuan dan manfaat studi EHRA sehingga dapat menimbulkan kesepahaman akan pentingnya pelaksanaan studi EHRA 2. Penyusunan Tim Studi EHRA dan Rencana Pelaksanaan Studi EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015 untuk kegiatan ini Pokja Sanitasi Kabupaten Kutai Timur menyusun dan menyepakati Tim Studi EHRA dan Rencana pelaksanaan survey EHRA yang berisi: a. Jadwal Kegiatan Terperinci b. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab (SKPD/Perorangan) c. Alokasi Dana untuk tiap Kegiatan Setelah melakukan Rapat, tim Survey EHRA Kabupaten Kutai Timur melaksanakan kegiatan dengan kerangka kerja kegiatan sebagai berikut : 1. Penentuan Target Area Survey 2. Penentuan Jumlah Desa danKelurahan 3. Penentuan Jumlah dan Besar Responden 4. Penentuan RT dan RW area Survey 2.1
Penentuan Target Area Survey Dalam menentukan area survey kegiatan, tim EHRA bersama Pokja Sanitasi Kabupaten Kutai Timur menetapkan target area survey dengan metode sampling random. Dalam metode ini desa dan
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
5 kelurahan terbagi dalam 4 cluster area. Dimana masing-masing area survey memiliki bobot dan kriteria pemilihan untuk kondisi sesuai dengan data yang ada. Kriteria dalam area survey ini meliputi : a. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk perluas wilayah tertentu. Untuk kabupaten Kutai Timur tingkat kepadatan penduduk tidak merata. Ada beberapa kecamatan atau desa dan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk relatif tinggi dan lainnya masih sangat rendah karena sebagian besar lahannya masih berupa perkebunan persawahan, pengunungan serta hutan. Oleh karena itu, studi EHRA di kabupaten Kutai Timur yang kepadatan penduduknya tidak merata diutamakan di kecamatan dan desa dengan kepadatan penduduk lebih dari 25 jiwa per Ha. b. Angka kemiskinan dengan indikator yang ada data menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan desa/kelurahan. Angka kemiskinan dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut : Angka kemiskinan = ( ∑ Pra-KS + ∑ KS1
) x 100%
∑ KK Presentase angka kemiskinan disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Kutai Timur. c. Daerah/wilayah ynag dialiri sungai /saluran drainase/ saluran irigasi yang berpotensi digunakan atau telah digunakan sabagai sarana MCK dan pembuangan ampah oleh masyarakat. d. Daerah terkena banjir dan dinilai mengganggu ketentraman masyarakat parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, dan lamanya surut merupakan penentu oleh Pokja yang mengacu kepada SPM PU dengan ketinggian genangan lebih dari 30 Cm dan lamanya genangan lebih dari 2 jam. 2.2
Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Area Survei Untuk menentukan terget area survey Pokja Kabupaten Kutai Timur terlebih dahulu melakukan Klastering untuk seluruh Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Hasil analisis dalam studi EHRA adalah desa dan kelurahan, sehingga pemilihan secara random hanya dilakukan untuk proses memilih desa dan kelurahan serta responden yang digunakan dalam studi EHRA. Pokja dan Tim EHRA Kabupaten Kutai Timur menentukan jumlah sampel responden yang akan diambil berdasarkan kemampuan anggaran biaya survey yang tersedia di kabupaten Kutai Timur. Adapun langkah-langkahnya kegitan dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
6
Gambar 2.1 Langkah Kegiatan Penentuan Sampling Random
1. Tentukan total jumlah sampel yang akan diambil dalam skala kabupaten Kutai Timur
2. Selanjutnya jumlah responden (sampel) per desa/kelurahan adalah 40, maka jumlah desa/kelurahan area survey, Ndk=X/40 Tentukan total jumlah sampel yang akan diambil dalam skala kabupaten Kutai Timur 3. Perhitungan propinsi jumlah desa/ kelurahan ditiap Klaster
4.4.Pendistribusian Pendistribusiannilai nilaiNdk Ndkke kesetiap setiapKlaster Klasterdesa/kelurahan desa/kelurahansecara secara proporsional proporsionalsehingga sehinggadiperoleh diperolehjatah jatahjumlah jumlahdesa/kelurahan desa/kelurahanarea areasurvey survey diditiap tiapklasternyarhitungan klasternyarhitunganpropinsi propinsijumlah jumlahdesa/ desa/kelurahan kelurahanditiap ditiapKlaster Klaster
5. Pada setiap klaster: pilih desa/kelurahan secara random sampai tercapai jatah jumlah desa/kelurahan di tiap klasternya
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
7 Tabel 2.1 Hasil Clustering
KECAMATAN
1
SANGATTA UTARA
2
SANGATTA SELATAN
3
TELUK PANDAN
4
BENGALON
5
RANTAU PULUNG
6
BATU AMPAR
KLASTER 0
KLASTER 1
KLASTER 2
KLASTER 3
KLASTER 4
Padat pddk
Miskin
Rawan Banjir
Daerah aliran sungai
DESA
STRATA
N O
No urut desa
Kecamatan dan Desa Kabupaten Kutai Timur
1 2 3 4
SANGATTA UTARA TELUK LINGGA SINGA GEMBARA SWARGA BARA
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
3 3 3 3
1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SANGATTA SELATAN SANGKIMA SINGA GEWEH SANGKIMA LAMA TELUK PANDAN SUKA DAMAI SUKA RAHMAT DANAU REDAN KANDOLO MARTADINATA SEPASO SEKERAT KERAITAN TEPIAN LANGSAT TEBANGAN LEBAK SEPASO TIMUR SEPASO SELATAN MUARA BENGALON TEPIAN BARU TEPIAN INDAH SEPASO BARAT
1
1
1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1
1
1
3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 3 0 1 3
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2
PULUNG SARI MARGO MULYO MUKTI JAYA RANTAU MAKMUR MANUNGGAL JAYA TANJUNG LABU KEBUN AGUNG TEPIAN MAKMUR BENO HARAPAN MUGI RAHAYU
1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
1
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8
7
MUARA BENGKAL
8
MUARA ANCALONG
9
LONG MESANGAT
10
BUSANG
11
TELEN
12
MUARA WAHAU
3 4 5 6
MAWAI INDAH HIMBA LESTARI BATU TIMBAU TELAGA
1 2 3 4 5 6 7
SENAMBAH NGAYAU MUARA BENGKAL ILIR MUARA BENGKAL ULU BENUA BARU MULUPAN BATU BALAI
1 2 3 4 5 6 7 8
SENYIUR KELINJAU ILIR KELINJAU ULU LONG NAH LONG TESAK GEMAR BARU LONG POQ BARU MUARA DUN
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9
MELAN SUKA MAKMUR SEGOY MAKMUR MUKTI UTAMA SUMBAR SARI TANAH ABANG SUMBER AGUNG LONG BENTUQ LONG PEJENG LONG LEES MEKAR BARU RANTAU SENTOSA LONG NYELONG MARAH HALOQ LUNG MELAH JUK AYAK LONG SEGAR LONG NORAN MUARA PANTUN RANTAU PANJANG JAK LUAY NEHES LIAH BING MUARA WAHAU DABEQ DIAQ LAY BENHES WANASARI WAHAU BARU KARYA BAKTI
1 1 1 1 1
1
1 1 1 1
1 1 1 1
1 1 1 1
3 3 3 3
1
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 3 2 3
1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1
4 4 4 4 3 4 2 4
1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1
1
1 1 1 1 1 1
1 1
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
1 1
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 4 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 4 3 3 4 4 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2
9 13
14
15
16
17
18
KONGBENG
SANGKULIRANG
KALIORANG
KAUBUN
KARANGAN
SANDARAN
10 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3
LONG WEHEA MAKMUR JAYA MARGA MULIA SUKA MAJU SIDOMULYO SRI PANTUN KOMBENG INDAH MIAU BARU KERAYAAN TANJUNG MANIS PERIDAN SAKA MANDU DALAM BENUA BARU ILIR SEMPAYAU PELAWAN TEPIAN TERAP MALOY BENUA BARU ULU KOLEK PULAU MIANG PERUPUK MANDU PANTAI SEJAHTERA KALIORANG BUKIT MAKMUR BUKIT HARAPAN CITRA MANUNGGAL JAYA BANGUN JAYA BUMI SEJAHTERA SELANGKAU BUMI ETAM BUMI RAPAK BUMI JAYA CIPTA GRAHA KADUNGAN JAYA PENGADAN BARU MATA AIR BUKIT PERMATA KARANGAN DALAM BATU LEPOQ PENGADAN BA'AY MUKTI LESTARI KARANGAN SEBERANG KARANGAN ILIR SANDARAN MANUBAR TADOAN
1 1
1 1 1 1 1 1 1
1
1 1 1 1 1 1 1
0 0 1 1 1 0 1 1 1
1 1
1 1 1
0 0 0 0 0 0 1 1
1
1 1 1
1 1
1
1 1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 3
1
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
1 1 1 1
1
1
1 1 1 1 1
1
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
1
0 4 3 2 1 4 2 2 0 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 2
0 1 1
3 3 2 1 2 1 2 3 0 0 1 1 1 0 1 2 2 0 0 0 0 0
10 4 5 6 7
MARUKANGAN SUSUK LUAR SUSUK DALAM TANJUNG MANGKALIHAT
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
1 1 1 1
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
1 1 1
1
3 2 2 1
11 2.3
Penentuan Jumlah Responden Unit sampling utama (Primary Sampling) pada Studi EHRA adalah RT (Rukun Tetangga) dan dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah dipilih menjadi area survey. Jumlah sampel total responden minimal adalah 5400 responden. Sementara jumlah sampel RT per Desa dan Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan minimal 40 responden.Responden dalam studi EHRA adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Berdasarkan nilai statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten Kutai Timur Pokja menggunakan menggunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana: n adalah jumlah sampel N adalah jumlah populasi d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05) sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2. Hasil penentuan jumlah survey dapat dilihat pada tabel berikut:
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
α=0,05,
12 Tabel 2.2 Hasil Jumlah Responden Tiap Desa
No
Klaster
Jumlah Total Desa dan Kelurahan
1
0
9
9%
40
360
2
1
20
20%
40
800
3
2
58
58%
40
2320
4
3
34
34%
40
1360
5
4
14
14%
40
560
Total
2.4
Proporsi
Jumlah Responden
Total
135
5400
Penentuan RW/RT dan Responden di Lokasi Survei Rumah tangga responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling). Hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah tangga responden bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri. Untuk menentukan RT/RW di lokasi terpilih, adalah sebagai berikut: a. Urutkan RT per RW per desa/kelurahan. b. Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Contohnya adalah sebagai berikut : Jumlah total RT kelurahan : 58 Jumlah RT yang akan diambil : 8 Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = 58/8 = 7,25 dengan pembulatan maka diperoleh AI = 7 c. Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – 7 (angka random). Sebagai contoh, angka random (RT1) yang diperoleh adalah 3. d.
Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + 7= 10 dst.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
13 Tabel 2.3 Kriteria Clustering Desa EHRA Kabupaten Kutai Timur
Katagori Klaster Klaster 0 Klaster 1 Klaster 2 Klaster 3 Klaster 4
Kriteria Wilayah desa/kelurahan yang indikasi lingkungan berisiko. Wilayah desa/kelurahan yang lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang lingkungan berisiko Wilayah desa/kelurahan yang lingkungan berisiko
tidak memenuhi sama sekali kriteria memenuhi minimal 1 kriteria indikasi memenuhi minimal 2 kriteria indikasi memenuhi minimal 3 kriteria indikasi memenuhi minimal 4 kriteria indikasi
Klastering wilayah di Kabupaten Kutai Timur menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Error! Reference source not found..2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.
Tabel 2.4 Daftar Desa Terpilih Survey EHRA Kabupaten Kutai Timur
No
Klaster
1
0
Jumlah Desa/
Nama Kelurahan
Kelurahan 9
Tepian Baru, Kerayaan, Benua Baru Ilir, Tanjung Manis, Maloy, Mbenua Baru Ulu, Kolek, Pulau Miang, Perupuk
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
14 Jumlah Desa/
No
Klaster
2
1
20
3
2
58
4
3
34
5
4
14
Nama Kelurahan
Kelurahan Tepian Langsat, Tepian Indah, Dabeq, Sri Pantun, Suka Maju, Sempayau, Mandu Dalam, Saka, Peridan, Citra Manunggal Jaya, Cipta Garaha, Bumi Jaya, Bumi Etam, Mata Air, Bukit permata, Kandungan Jaya, Pengadan Baru, Pengadan, Batu Lepoq, Tanjung Mangkalihat Teluk Pandan, Suka Damai, Suka Rahmat, Danau Redan, Martadinata, Kandolo, Tebangan Lembak, Keraitan, Sekerat, Rantau Makmur, Mukyi Jaya, tanjung labu, kebon agung, manunggla jaya, tepian makmur, pulung sari, margomulyo, senambah, ngayau, muara bengkal ilir, muara bengkal ulu, mulupan, lon poq baru, mukti utama, sumber sari, suka makmur, melan, sumber agung, long bentuk, long pejeng, mekar baru, long less, long nyelong, rantau sentosa, rantau panjang, benhes, diaq lay, jak luay, karya bakti, wahau baru, wana sari, sido mulyo, konbeng indah, marga mulya, tepian terap, pelawan, bukit harapan, bumi sejahtera, selangkau, bumi rapak, karangan dalam, mukti lestari, karangan ilir, karanagn seberang, susuk luar, susuk dalam manubar, sandaran Sangata utara, teluk lingga, singa gembara, swarga bara, sangkima, sangata selatan, singa geweh, sangkima lama, sepaso, muara bengalon, sepaso timur, sepaso selatan, sepaso barat, beno harapam, mugi rahayu, mawai indah, himba lestari, batu timbau, telaga, benua baru, batu balai, long tesak, juk ayak, lung melah, muara pantun, muara wahau, nehesliah bing, long wehea, makmur jaya, miau baru, bukit makmur, baay, marungkangan, tadoan Senyiur, kelinjau ilir kelinjau ulu, long nah, gemar baru, muara dun, segoy makmur, tanah abang, sumber agung, long noran, long segar, marah haloq, kaliorang, bangun jaya
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
15 BAB III Hasil Studi EHRA 3.1
Informasi Responden
Bagian ini memaparkan sejumlah variabel sosio-demografi dan hal-hal lain terkait dengan status rumah di Kabupaten Kutai Timur. Variabel-variabel yang dimaksud mencakup hubungan responden dengan kepala keluarga, usia responden, status rumah responden,pendidikan terakhir, kepemilikan anak, dan jumlah anak laki-laki dan perempuan dalam kelompok umur; kurang dari 2 tahun, umur 2 – 5 tahun, 6 – 12 tahun, dan lebih dari 12 tahun. Variabel-variabel sosio-demografis perlu dipelajari karena keterkaitan yang cukup erat dengan masalah sanitasi. Jumlah anggota rumah tangga berhubungan dengan kebutuhan kapasitas fasilitas sanitasi. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga,maka semakin besar pula kapasitas yang dibutuhkan. Usia anak termuda menggambarkan besaran populasi yang memiliki risiko paling tinggi atau yang kerap dikenal dengan istilah population at risk. Secara umum diketahui bahwa balita merupakan segmen populasi yang paling rentan terhadap penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air (water borne disease), kebersihan diri dan lingkungan. Dengan demikian, rumah tangga yang memiliki balita akan memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah sanitasi dibandingkan rumah tangga yang tidak memiliki balita. Secara umum responden yang diwawancarai dalam survey EHRA kabupaten Kutai Timur tahun 2015 ini berusia antara 18-60 tahun. Untuk lebih lengkapnya adalah sebagai berikut: a. Untuk usia < 20 tahun : 2,6 % b. Untuk usia 21-25 tahun : 11,7 % , c. Umur 26-30 tahun :18,8 %, d. Umur 31-35 :19,6 % e. Umur > 45 tahun :16,7%.
Dilihat dari persentase diatas menunjukkan bahwa kelompok umur 31 – 35 tahun menduduki frekuensi yang terbanyak yaitu 1057 responden Variabel yang terkait dengan status rumah, seperti kepemilikan diperlukan untuk memperkirakan potensi partisipasi warga dalam pengembangan program sanitasi. Mereka yang menempati rumah atau lahan yang tidak dimilikinya diduga kuat memiliki rasa memiliki (sense of
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
16 ownership) yang rendah. Mereka cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitar termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi ataupun kebersihan lingkungan. Sebaliknya, mereka yang menempati rumah atau lahan yang dimilikinya sendiri akan cenderung memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi. Secara mendasar, perbedaan-perbedaan karakteristik ini akan menuntut pendekatan program yang berbeda. Status kepemilikan rumah di Kabupaten Kutai Timur dapat diasumsikan dari hasil EHRA adalah sebagai berikut: a. Milik sendiri :76,8 % b. Rumah dinas : 2,0% c. Berbagi dengan keluarga lain : 1,3 % d. Kontrak/sewa : 7,9 % e. Milik orang tua : 11,1% f.
Lainnya/Tidak tahu :9 %
Sesuai penjelasan diatas diketahui bahwa status rumah responden yang disurvey sebanyak 4150 atau sekitar 76,8% menempati rumah sendiri. Hal ini berarti bahwa potensi partisipatif untuk dilaksanakan pengembangan sanitasi akan lebih besar karena sense of ownership responden juga lebih besar. Variabel yang terkait dengan pendidikan terakhir responden juga sangat penting. Hal ini berkaitan dengan pola pikir dan kecepatan transpormasi informasi sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Mereka yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung mempunyai pola pikir yang terbuka dan mudah menerima hal-hal baru serta memiliki kecepatan yang baik dalam menerima informasi – informasi terkait dengan sanitasi dan perilaku hidup bersih sehat. Seperti dipaparkan dalam bagian metodologi, responden dalam studi EHRA adalah ibu atau perempuan yang telah menikah atau cerai atau janda yang berusia 18 – 60 tahun. Batas usia, khususnya batas atas diberlakukan secara fleksibel. Penilaian kader sebagai enumerator banyak menentukan. Bila usia calon responden sedikit melebihi batas-atas (60 tahun),namun responden terdengar dan terlihat masih cakap untuk merespon pertanyaan-pertanyaan dari pewawancara, maka calon responden itu dipertimbangkan masuk dalam prioritas responden. Sebaliknya, meskipun usia responden belum mencapai 60 tahun tapi bila perfoma komunikasinya kurang memadai, maka ibu itu dapat dikeluarkan dari daftar calon responden. Pendidikan responden dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Tidak sekolah formal : 11,6 %
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
17 b. SD : 45,3% c. SMP : 21,3 % d. SMA : 15,2 % e. SMK : 2,1 % f.
Universitas/Akademi : 4,5 %
Dari Persentase diatas Dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir responden terbanyak adalah tamat SD sebanyak 2446 responden (45,3%) dan yang tidak sekolah formal sebanyak 629 responden (11,6%) dan sisanya sebanyak 21,3% adalah tamatan SMP keatas. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan warga Kabupaten Kutai Timur adalah sebagian besar tamat SD sehingga potensi pengetahuan warga dalam program sanitasi tergolong masih rendah Status keluarga tidak mampu di kabupaten Kutai Timur dari hasil EHRA dapat dilihat dari hasil EHRA dapat dibaca bahwa yang memiliki keterangan tidak mampu dari kelurahan untuk kategori miskin adalah sebanyak 19,8 % sisanya 80,2 % tidak memiliki keterangan tidak mampu, kepemilikan asuransi bagi masyarakat juga dapat diketahui sebesar 22,7 % sedangkan 77,2 % tidak memiliki keterangan tidak mampu. Dengan demikian akses untuk mendapatkan bantuan pelayanan kesehatan secara gratis jika warga terkena sakit, di Kabupaten Kutai Timur adalah sangat kecil hasil informasi responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
18 Tabel. 3.1 Informasi Responden Kluster Desa/Kelurahan 0 Kelompok Umur Responden
B2. Apa status dari rumah yang anda tempati saat ini?
<= 20 tahun
5
%
1,2
n
19
2 %
2,6
n
62
3 %
2,6
n
40
4 %
3,0
21 - 25 tahun
57
14,0
83
11,6
285
12,1
161
11,9
26 - 30 tahun
76
18,6
142
19,8
445
19,0
260
31 - 35 tahun
98
24,0
114
15,9
446
19,0
279
36 - 40 tahun
87
21,3
145
20,2
430
18,3
41 - 45 tahun
41
10,0
94
13,1
281
12,0
> 45 tahun
44
10,8
121
16,9
399
0
,0
0
,0
2
306
75,0
583
81,1
Rumah dinas
2
,5
9
Berbagi dengan keluarga lain
1
,2
16
64
15,7
39
0 Milik sendiri
Sewa Kontrak
n
15
%
2,7
11
12
n
141
% 2,6
45
8,1
631
11,7
19,2
88
15,7
1011
18,8
20,6
119
21,3
1056
19,6
203
15,0
117
20,9
982
18,2
179
13,2
69
12,3
664
12,3
17,0
232
17,1
106
19,0
902
16,7
,1
0
,0
0
,0
2
,0
1866
79,2
998
73,4
395
70,7
4148
76,8
1,3
35
1,5
51
3,8
11
2,0
108
2,0
2,2
35
1,5
13
1,0
5
,9
70
1,3
5,4
112
4,8
103
7,6
20
3,6
338
6,3
0
,0
6
,8
17
,7
56
4,1
7
1,3
86
1,6
35
8,6
63
8,8
259
11,0
130
9,6
112
20,0
599
11,1
Lainnya
0
,0
3
,4
28
1,2
8
,6
9
1,6
48
,9
Tidak tahu
0
,0
0
,0
1
,0
0
,0
0
,0
1
,0
Milik orang tua
B3. Apa pendidikan terakhir anda?
n
1
Total
0 Tidak sekolah formal SD SMP
0
,0
0
,0
2
,1
0
,0
0
,0
2
,0
42
10,3
92
12,8
291
12,4
137
10,1
67
12,0
629
11,6
219
53,7
330
45,9
1137
48,3
538
39,6
222
39,7
2446
45,3
83
20,3
160
22,3
481
20,4
292
21,5
133
23,8
1149
21,3
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
19 SMA SMK
11,3
101
14,0
310
13,2
251
18,5
112
20,0
820
15,2
6
1,5
18
2,5
39
1,7
47
3,5
3
,5
113
2,1
12
2,9
18
2,5
95
4,0
94
6,9
22
3,9
241
4,5
0
0
,0
0
,0
2
,1
0
,0
0
,0
2
,0
Ya
27
6,6
208
28,9
424
18,0
125
9,2
284
50,8
1068
19,8
381
93,4
511
71,1
1929
81,9
1234
90,8
275
49,2
4330
80,2
0
0
,0
0
,0
2
,1
0
,0
0
,0
2
,0
Ya
31
7,6
109
15,2
532
22,6
375
27,6
181
32,4
1228
22,7
Tidak
377
92,4
610
84,8
1821
77,3
984
72,4
378
67,6
4170
77,2
Ya
379
92,9
677
94,2
2166
92,0
1256
92,4
527
94,3
5005
92,7
29
7,1
42
5,8
189
8,0
103
7,6
32
5,7
395
7,3
Universitas/Akademi B4. Apakah ibu mempunyai Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? B5. Apakah ibu mempunyai Kartu Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? B6. Apakah ibu mempunyai anak?
46
Tidak
Tidak
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
20 3.2
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Cara utama pembuangan sampah di tingkat rumah tangga diidentifikasi melalui jawaban verbal yang disampaikan responden. Kuisioner mengenai kondisi sampah di lingkungan terdapat 9 (sembilan) opsi jawaban, yakni a) Banyak sampah berserakan atau bertumpuk di sekitar lingkungan, b) Banyak lalat disekitar tumpukan sampah, c) Banyak tikus berkeliaran d) Banyak nyamuk, e) Banyak anjing dan kucing mendatangi tumpikan sampah, f) Bau busuk yang mengganggu, g) Menyumbat saluran drainase, h) Ada anak-anak yang bermain disekitarnya, i) Lainnya. Di antara opsi jawaban diatas opsi jawaban b, c, d, dan e mempunyai resiko kesehatan yang besar dari opsi jawaban a karena dilokasi tersebut sudah berfungsi sebagai tempat dan sarana berkembang biaknya vektor penyakit dan didatangi oleh binatang pengganggu yang berpotensi untuk menyebarkan berbagai penyakit. Sedangkan opsi jawaban f,g,h mempunyai resiko kesehatan tertinggi karena lokasi tersebut secara langsung bisa memberikan dampak bagi manusia secara langsung yaitu bau yang mengganggu kenyamanan, dampak banjir yang ditimbulkan akibat drainase yang tersumbat dan dampak kesehatan pada anak-anak yang bermain disekitar lokasi sampah tersebut. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Kutai Timur berdasarkan hasil EHRA menyebutkan bahwa tingkat pengelolaan sampah masyarakat sebagian besar dibakar., Di banyak kota di lndonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat kota, banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan/pengolahan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Dengan latar belakang semacam ini, EHRA kemudian memasukan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan kegiatan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga serta melakukan pengamatan yang tertuju pada kegiatan-kegiatan pengomposan. Terakhir, kader-kader EHRA mengamati wadah penyimpanan sampah di rumah tangga. Wadah yang rnengandung risiko kecil adalah wadah yang permanen atau setidaknya terlindungi dari capaian binatang seperti ayam atau anjing, Bak permanen atau keranjang yang
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
21 tertutup dapat dikategorikan sebagai wadah yang relatif terlindungi dibandingkan dengan kantong plastik yang mudah sobek. Hasil survey pada responden di Kabupaten Kutai Timurdi dapat hasil wawancara dan pengamatan penanganan sampah rumah tangga di dapur sebagai berikut :
Grafik 3.2.1 Grafik Kondisi Sampah di Lingkungan Rumah di Kab. Kutai Timur
60,0 50,0 40,0 30,0 20,0
54,1
46,2 30,3
31,0
10,0
20,0
9,8
,0
6,9
14,8
3,7
Dari grafik 3.2.1 diketahui bahwa kondisi sampah dilingkungan rumah sebagian besar masalah pada Banyaknya Nyamuk berkembangbiak di sampah sekitar 54,1 % dan sampah berserakan dengan persentase sebesar 46,2%.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
22 Grafik 3.2.2 Grafik Pengelolaan Sampah Kabupaten Kutai Timur Bagaimana sampah rumah tangga dikelola? 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 ,0
66,7
,2
4,3
1,0
2,8
18,8
,5
5,1
,3
,2
Dari grafik 3.2.2 diketahui bahwa kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah paling banyak adalah dengan cara sampah dibakar dengan persentase sebanyak 66,7 % mengelola sampah dengan jalan membakar. Berikutnya untuk pengelolaan persampahan dibuang ke laut atau sungai atau danau sebesar 18,8 % sisanya dibiarkan saja membusuk dan dibuang kelahan kosong Gambar 3.2.3 Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga
,0
100,0
50,0
,0
DIPILAH 100,0
100,0
99,1
88,7
,0
,0
,9
11,3
100,0
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
TIDAK DIPILAH
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
23 Dari grafik 3.2.3 diketahui bahwa Proses pemilahan secara pendataan dalam EHRA masyarakat di Kabupaten Kutai Timur belum semua melakukan pemilahan dari organik dan anorganik hanya daerah Strata 4 dengan 100 % Sudah melakukan pemilahan. Gambar 3.2.4 Grafik Pengelolaan sampah yang memadai
100%
,5
,3
,4
,5 16,7
90% 80% 70% 60% 50%
99,5
99,7
99,6
99,5 83,3
40%
Ya, memadai Tidak memadai
30% 20% 10% 0%
Cluster
Cluster
Cluster
Cluster
Cluster
0
1
2
3
4
Pengelolaan di lingkungan akan persampahan yang tidak memadai sebanyak 95,5 % dan sisanya sebanyak 4,5 % saja masyarakat mengelola sampah dengan baik. Untuk pengangkutan sampah hingga saat ini terbilang tidak memadai, hal ini diakibatkan ketepatan waktu pengangkutan oleh armada persampahan dari hasil EHRA yang didapat secara menyeluruh sampah tidak terangkut dengan tepat waktu.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
24 Tabel 3.2 Area BeresikoPersampahan Berdasarkan Study EHRA Kluster Desa/Kelurahan 0 402
% 99,5
% 99,7
n 2323
Ya, memadai
2
Tidak memadai
0
,5
2
,3
,0
0
,0
Ya, memadai
0
,0
0
Tidak tepat waktu
0
,0
Ya, tepat waktu
0
Tidak memadai
3.2 Frekuensi pengangkutan sampah 3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah 3.4 Pengolahan sampah setempat
Tidak diolah Ya, diolah
n
2
713
3.1 Pengelolaan sampah
n
1
Total 3
4
12
% 99,6
n 5122
% 95,5
% 99,5
n 1127
% 83,3
11
,5
226
16,7
2
,4
243
4,5
11
9,1
6
66,7
1
100,0
18
13,7
,0
110
90,9
3
33,3
0
,0
113
86,3
0
,0
109
86,5
4
44,4
1
100,0
114
83,8
,0
0
,0
17
13,5
5
55,6
0
,0
22
16,2
360
88,2
637
88,6
2130
90,4
1218
89,6
456
81,6
4801
88,9
48
11,8
82
11,4
225
9,6
141
10,4
103
18,4
599
11,1
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
n
11
557
25 3.3
Pembuangan Air Kotor Atau Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja
Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Bagian ini memaparkan fasilitas sanitasi rumah tangga beserta beberapa perilaku yang terkait dengannya. Fasilitas sanitasi difokuskan pada fasilitas buang air besar (BAB) yang mencakup jenis jamban yang tersedia, penggunaan, pemeliharaan, dan kondisinya. Untuk tempat pembuangan air kotor/ limbah tinja manusia, EHRA menyediakan pilihan jawaban sebanyak 9, yaitu; jamban pribadi, MCK / WC umum, WC helikopter di empang / kolam, sungai/pantai/laut, kebun/pekarangan rumah, lubang galian, lainnya dan tidak tahu. Sedangkan jenis jamban, EHRA membaginya ke dalam 4 (empat) kategori besar, yakni kloset duduk leher angsa, kloset jongkok leher angsa, plengsengan dan cemplung dan tidak punya kloset. Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan masyarakat disekitar responden, EHRA melanjutkan pertanyaan dengan masih ada atau tidak orang diluar anggota ditempat terbuka dan siapa saja orang-orang itu jika ada. Opsi jawaban yang diberikan oleh EHRA ada 11 yaitu, anak laki-laki umur 5-12 tahun, anak perempuan umur 5-12 tahun, remaja laki-laki, laki-laki dewasa, perempuan dewasa, laki-laki tua, perempuan tua, masih ada tapi tidak jelas siapa, dan tidak ada. Pilihan-pilihan pada dua kategori pertama kemudian dispesifikasikan lebih lanjut dengan melihat tempat penyaluran tinja yang mencakup tangki septik, cubluk/lubang tanah, langsung ke saluran drainase, sungai/danau/pantai, kebun/sawah dan lainnya. Karena informasi jenis jamban rumah tangga didapatkan melalui wawancara, maka terbuka kemungkinan munculnya salah persepsi tentang jenis yang dimiliki, khususnya bila dikaitkan dengan sarana penyimpanan/ pengolahan. Warga seringkali mengklaim bahwa yang dimiliki adalah tangki septik. Padahal, yang dimaksud adalah tangki yang tidak kedap air atau cubluk, yang isinya dapat merembes ke
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
26 tanah. Karenanya, EHRA juga mengajukan sejumlah pertanyaan konfirmasi yang dapat dapat mengindikasikan status keamanan tangki septik yang dimiliki rumah tangga. Pertanyaanpertanyaan yang dimaksud antara lain, Sudah berapa lama tangki septik itu dibangun? Kapan tangki septik dikosongkan?; Siapa yang mengosongkan dan apakah ibu tahu kemana lumpur tinja dibuang saat tangki dikosongkan? Lebih jauh tentang kondisi jamban, Studi EHRA melakukan sejumlah pengamatan pada bangunan jamban/ WC/ latrin yang ada di rumah tangga. Ada sejumlah aspek/ fasilitas yang diamati oleh enumerator, misalnya ketersediaan air, sabun, alat pengguyur atau gayung, dan handuk. Enumerator EHRA juga mengamati aspek-aspek yang terkait dengan kebersihan jamban dengan melihat apakah ada air yang tersedia dalam ruangan jamban atau tidak, tersedia sabun atau tidak, dan ada jentik atau tidak dalam bak airnya. Selain itu, enumerator juga mengamati apakah lantai dan dinding jamban bebas tinja atau tisu bekas atau bekas pembalut, serta bebas kecoa. Juga diamati keberadaan gayung untuk menyiram air dan berfungsinya alat penyiram untuk kloset duduk. Hal ini dilakukan untuk mengetahui semaksimal mungkin faktor resiko yang bisa terjadi akibat kloset yang tidak terpakai maupun tidak berfungsi. Grafik 3.3.1 Persentase Tempat Buang Air Besar Jamban pribadi
2% 3% 1%
1%
MCK/WC Umum Ke WC helikopter
14%
Ke sungai/pantai/laut
1% 6%
Ke kebun/pekarangan Ke selokan/parit/got 72%
Ke lubang galian Lainnya,
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
27
Dari grafik 3.3.1 dapat diketahui bahwa Untuk tempat BAB di kabupaten Kutai Timur masyarakat memilih Jamban Pribadi sebanyak 72 % dari keseluruhan masyarakat di Kabupaten Kutai Timur. Sisanya ke sungai, MCK Umum , ke lubang galian, WC helikopter , ke selokan dan lainnya Grafik 3.3.2 Jenis Kloset Yang Dipakai Masyarakat Kab. Kutai Timur
60,0 50,0 40,0 30,0
57,3
20,0
32,0
10,0 ,0
3,1
3,2
Kloset Kloset Plensengan Jongkok Duduk Leher Leher angsa angsa
4,5 Cemplung
Tidak Punya Kloset
Dari grafik 3.3.2 dapat diketahui bahwa Jenis kloset yang paling banyak dimiliki dan dipakai masyarakat Kabupaten Kutai Timur adalah kloset jongkok leher angsa dengan angka persentase sebesar 57,3% dan sebanyak 32% tidak memiliki kloset
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
28 Grafik 3.3.3 Tempat Penyaluran Buangan Akhir Tinja 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 ,0
48,8 32,6 ,8
11,9
5,0
,8
,1
,0
Dari grafik 3.3.3 dapat diketahui bahwa tempat penyaluran buangan akhir tinja masyarakat sudah banyak menggunakan tangki saptik dengan prosentase terbesar yaitu 48,8%, sedangkan yang memakai cubluk sebesar 19,9% Grafik 3.3.4 Umur Tangki Septik Masyarakat Kabupaten Kutai Timur
35,0 30,0 25,0 20,0
33,0
15,0 10,0 5,0 ,0
31,8 16,5
12,9
5,8 0-12 bulan yang lalu
1-5 tahun yang lalu
Lebih dari 5- Lebih dari 10 tahun 10 tahun yang lalu
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Tidak tahu
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
29 Dari grafik 3.3.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar umur tangki septik masyarakat Kabupaten Kutai Timur dari 1 s/d 5 tahun sebesar 33 % dan hanya 5,8 % yang berumur kurang dari 1 tahun. Sebanyak 12,9 % tidak mengetahui umur tangki septik yang dimiliki. Grafik 3.3.5 Waktu Terakhir Pengurasan Tangki Septik Kabupaten Kutai Timur 2015
3%1% 0% 1-5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 tahun yang lalu Lebih dari 10 tahun Tidak pernah 96%
Dari grafik 3.3.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebesar 96 % masyarakat Kabupaten Kutai Timur tidak pernah menguras tangki septiknya. Ini dapat dijadikan indikasi bahwa banyak tangki septik yang dimiliki masyarakat Kabupaten Kutai Timur dalam status tangki septik tidak aman
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
30 Grafik 3.3.6 Sarana Pengolah Air Limbah Selain Tinja Masyarakat Kabupaten Kutai Timur
Layanan sedot tinja 6%
Membayar tukang
10%
Dikosongkan sendiri 8%
7%
Bersih karena banjir Tidak tahu
69%
Dari grafik 3.3.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar masyarakat belum mengetahui sarana pengosongan tengki Septik, yaitu sebesar 96 %, air limbah tergerus dengan air banjir sehingga terjadi kontaminasi secara langsung dengan air yang ada di sekitar rumah dan bisa menjadi penyebab timbulnya beberapa penyakit yang berbasis lingkungan. .
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
31 Tabel 3.3 Area Beresiko Air Limbah Domestik Berdasakan study EHRA Kabupaten Kutai Timur Kluster Desa/Kelurahan 0 2.1 Tangki septik suspek aman
Tidak aman
n
19
1 %
4,7
n
202
Total
2 % 28,1
n
3
684
% 29,0
n
4
480
% 35,3
n
11
12
189
% 33,8
n 1574
% 29,1
Suspek aman
389
95,3
517
71,9
1671
71,0
879
64,7
370
66,2
3826
70,9
2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik
Tidak, aman
11
100,0
71
100,0
173
98,9
118
84,3
40
97,6
413
94,3
0
,0
0
,0
2
1,1
22
15,7
1
2,4
25
5,7
2.3 Pencemaran karena SPAL
Tidak aman
371
90,9
383
53,3
1494
63,5
665
48,9
183
32,7
3096
57,4
37
9,1
336
46,7
859
36,5
694
51,1
376
67,3
2302
42,6
Ya, aman
Ya, aman
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
32 3.4
Drainase Lingkungan di Selokan Sekitar Rumah dan Banjir
Drainase lingkungan merupakan sarana yang penting dalam sanitasi. Selain itu darinase berfungsi juga mengalirkan limbah cair dari rumah rangga seperti dapur, kamar mandi, tempat cucian dan juga wastafel. Drainase yang buruk akan menimbulkan banjir pada waktu hujan, selain itu juga akan membuat genangan air dari limbah cair rumah tangga. Bila kondisinya demikian akan menjadi tempat perindukan nyamuk yang bisa menularkan berbagai penyakit seperti demam berdarah, chikungunya, juga filariasis. Oleh karena itu studi EHRA juga membidik drainase sebagai obyek kajiannya. Pembahasan lebih detail tentang kepemilikan saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan limbah cair rumah tangga, pengalaman banjir yang terjadi dan menimpa rumah tangga di Kabupaten Kutai Timur, termasuk waktu terakhir banjir, kerutinan, frekuensi dalam setahun, apakah banjir sampai masuk rumah, tinggi air yang masuk di rumah, dan lama air mengering. Banjir bila menggenangi lingkungan terlebih lagi bila lama genangan lebih dari 2 jam sangat meresahkan lingkungan permukiman. Grafik 3.4.1 Grafik Persentase Rumah Tangga Pernah Mengalami Banjir
60,0 50,0 40,0 30,0
50,8
20,0 16,5
10,0 ,0
17,3
14,7 ,7
Tidak pernah
Sekali dalam Beberapa setahun kali dalam
Sekali atau beberapa dalam sebulan
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Tidak tahu
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
33 Dari grafik 3.4.1 dapat diketahui bahwa prosentase rumah/pekarangan yang ada genangan air 16,5 % mengalami banjir selama setahun. Sekitar 17,3 % hasil survey EHRA periode banjir hanya dialami oleh warga beberapa kali dalam setahun dan yang tidak mengalami banjir sebesar 50,8 %. Secara periode banjir rutin di kabupaten Kutai Timur, dari total responden hanya 30,7 % mengalami banjir rutin sedangkan yang menjawab tidak sebesar 69,2 % Grafik 3.4.2 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir di Kabupaten Kutai Timur 2015
60,0 50,0 40,0 59,9
30,0 20,0 10,0 5,9 ,0
8,6
7,1
Kurang Antara 1 - Setengah dari 1 jam 3 jam hari
7,4
11,2
Satu hari Lebih dari Tidak tahu 1 hari
Dari grafik 3.4.4 dapat diketahui bahwa prosentase rumah/pekarangan dengan lama genangan air kurang dari 1 jam sebesar 5,9 %, untuk lama banjir 1-3 jam responden merespon sebesar 8,6 %, lama genangan setengah hari sebanyak 7,1 %, 1 hari sebanyak 7,4 % dan yang lebih dari hari sebesar 59,9 %
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
34 Grafik 3.4.3 Persentase Saluran air Yang Berfungsi
50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 ,0
48,6
39,4
8,5 Ya
Tidak
3,6 Tidak dapat dipakai, saluran kering
Tidak ada saluran
Dari grafik 3.4.1 dapat diketahui bahwa prosentase Keberfungsian SPAL dapat diukur sebanyak 48,6 % SPAL berfungsi dengan baik. Yang tidak berfungsi sebesar 8,5 % saluran tidak berfungsi, yang tidak ada saluran sebanyak 39,4 % dan saluran yang kering sebanyak 3,6 %. Grafik 3.4.5 Persentase Pencemaran SPAL Di Kabupaten Kutai Timur
42,7 57,3
Tidak aman Ya, aman
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
35 Dari grafik 3.4.1 dapat diketahui bahwa prosentase tingkat pencemaran akibat SPAL. Data EHRA menjelaskan bahwa sebanyak 42,7 % tidak merasakan pencemaran karena SPAL, sebanyak 57,3 % masyarakat merasakan adanya pencemaran.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
36 Tabel 3.4 Tabel Area Beresiko Genangan Air Di Kabupaten Kutai Timur
0 4.1 Adanya genangan air
Ada genangan air (banjir) Tidak ada genangan air
Kluster Desa/Kelurahan 2
1
Total 3
4
11
12
n 335
% 82,1
n 352
% 49,0
n 1259
% 53,5
N 828
% 60,9
n 479
% 85,7
n 3253
% 60,2
73
17,9
367
51,0
1096
46,5
531
39,1
80
14,3
2147
39,8
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
37 3.5
Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga Bagian ini menyajikan informasi mengenai kondisi akses sumber air untuk minum, masak,mencuci dan gosok gigi bagi rumah tangga di Kabupaten Kutai Timur. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni 1) sumber air yang digunakan rumah tangga, dan 2) pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang baik dan hygiene. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat risiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Terkait dengan sumber air, studi EHRA mempelajari tentang jenis sumber air untuk keperluan minum, mandi, memasak, dan gosok gigi. Yang menggunakan sumber air dari ledeng atau PDAM ditanyakan juga tentang penurunan volume yang dialami dan penurunan kualitasnya. Kemudian untuk jenis sumur gali/ sumur bor/ sumur pompa ditanyakan jarak sumber air tersebut dengan tempat penampungan atau pembuangan tinja. Dari sisi jenis sumber air diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri. Ada jenis-jenis sumber air yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air ledeng/ PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiliki risiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah,sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai,parit ataupun irigasi. Suplai atau kuantitas air pun memegang peranan. Para pakar higinitas global melihat suplai air yang memadai merupakan salah satu faktor yang mengurangi risiko terkena penyakitpenyakit yang berhubungan dengan diare. Sejumlah studi mengonfirmasi bahwa mereka yang memiliki suplai air yang memadai cenderung memiliki risiko terkena diare yang lebih rendah, karena sumber air yang memadai cenderung memudahkan kegiatan higinitas secara lebih teratur. Karenanya, kelangkaan air dapat dimasukkan sebagai salah satu faktor risiko (tidak langsung) bagi terjadinya kesakitan-kesakitan seperti gejala diare. Terkait dengan pengolahan, penyimpanan dan pengamanan air yang hygiene studi EHRA mempelajari tentang penyimpanan air, tempat yang digunakan untuk menyimpan, cara mengambil air, pengolahan air sebelum diminum, cara pengolahannya, penyimpanan air setelah diolah, alat penyimpanan air setelah diolah, juga penggunaan air olahan selain untuk minum. Hal-hal tersebut penting dipelajari
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
38 karena terkait dengan risiko kesehatan bagi anggota rumah tangga tersebut. Berikut hasil studi EHRA selengkapnya:
Grafik 3.5.1 Grafik Akses air minum masyarakat yang aman dan Hiegine
60,0 50,0 40,0 30,0
51,4
20,0 23,3
10,0 ,0
7,2
6,4
,4
,4 1,4
6,1 3,4 1,6
10,4
17,9 14,2 ,4
,7
Dari grafik 3.5.1 dapat diketahui bahwa akses air minum yang digunakan masyarakat Kab. Kutai Timur untuk keperluan sehari-hari didapat dari Air isi ulang 51,4 % dan air ledeng PDAM yang diharapkan sebagai sumber air minum hanya 6,4 %.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
39 Grafik 3.5.2 Grafik Sumber air untuk memasak dan minum masyarakat Apakah pernah mengalami kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan sehati-hari, berapa lama? 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 ,0
62,7 10,0 Tidak Beberapa pernah jam saja
16,4
5,6
1,9
3,5
Satu Seminggu Lebih dari Tidak tahu sampai seminggu beberapa hari
Dari grafik 3.5.2 dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kab. Kutai Timur untuk keperluan sehari-hari tidak mengalami kesulitan secara berarti yaitu 62,7 %, sedangkan lebih dari seminggu sebesar 5,6%. Grafik 3.5.3 Kualitas Air Apakah ibu puas dengan kualitas air yang digunakan saat ini?
80,0 60,0 40,0
67,4 32,6
20,0 ,0
Ya
Tidak
Dari grafik 3.5.3 dapat diketahui bahwa sumber air yang digunakan masyarakat Kabupaten Kutai Timur puas dengan kualitas air yang di gunakan yaitu sebesar 67,4%.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
40 Grafik 3.5.4 Grafik Jarak Sumber air dengan tangki septik tank minimal 10 Meter di Kabupaten Kutai Timur
70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 ,0
61,5 38,5
Ya
Tidak
Dari grafik 3.5.4 dapat diketahui bahwa jarak sumber air yang digunakan masyarakat Kabupaten Kutai Timur dengan penampungan tinja kurang dari 10 m sebanyak 38,5 dan lebih dari 10 m sebanyak 61,5 %. Grafik 3.5.5 Pengelolaan Air Apakah Ibu mengolah/menangani air sebelum digunakan untuk minum dan masak?
80,0 60,0 40,0
65,7 34,3
20,0 ,0
Ya
Tidak
Dari grafik 3.5.5 dapat diketahui bahwa sumber air sebelum digunakan masyarakat Kabupaten Kutai Timur di masak sebelum di gunakan untuk minum dan masak yaitu sebesar 65,7%
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
41
Grafik 3.5.6 Tempat Menyimpan Air Untuk Memasak dan Minum Masyarakat
Apakah Ibu menyimpan air yang sudah diolah ditempat yang aman? 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 ,0
32,0
3,7
2,0
26,8
18,9 9,0
7,1
,4
Dari grafik 3.5.6 dapat diketahui bahwa tempat menyimpan air yang digunakan masyarakat Kabupaten Kutai Timur untuk keperluan minum paling banyak adalah dalam panci dengan tutup, galon air yaitu sebesar 32 %.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
42 Grafik 3.5.7 Cara Mengambil Air
Bagaimana Ibu mengambil air untuk minum, masak, cuci piring & gelas dan gosok gigi dari tempat penyimpan air? 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 ,0
54,6 16,6
27,1 1,0
,8
Dari grafik 3.5.7 dapat diketahui bahwa cara mengambil air dari tempat penyimpanan yang digunakan masyarakat Kabupaten Kutai Timur untuk keperluan memasak paling banyak adalah dengan menggunakan Gayung yaitu sebesar 54,6 %. Sedangkan untuk minum, cara yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan gelas yaitu sebesar 27, 1%.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
43 Grafik 3.5.8 Cara Mengolah Air Masyarakat
Bagaimana cara Ibu mengolah air untuk diminum? 100,0 90,0 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 ,0
92,3
2,6
1,4
3,3
,3
Dari grafik 3.5.8 dapat diketahui bahwa cara mengolah air yang dipakai sebagian besar masyarakat Kabupaten Kutai Timur adalah dengan cara merebus air sebelum digunakan dengan persentase sebesar 92,3 %. Hanya 2,6 % yang menggunakan cara dengan menambah kaporit dan 3,3 % dengan lainnya.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
44 Tabel 3.5 Area Beresiko Sumber Air Di Kabupaten Kutai Timur
0 1.1 Sumber air terlindungi
1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi. 1.3 Kelangkaan air
179
% 43,9
274
% 38,1
Ya, sumber air terlindungi
229
56,1
445
Tidak Aman
354
86,8
Ya, Aman Mengalami kelangkaan air
54 56
Tidak pernah mengalami
352
Tidak, sumber air berisiko tercemar
n
Kluster Desa/Kelurahan 2
1 n
N
872
% 37,0
61,9
1483
580
80,7
13,2 13,7
139 243
86,3
476
Total 3 531
% 39,1
63,0
828
1854
78,7
19,3 33,8
501 673
66,2
1682
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
n
11
12
282
% 50,4
n 2138
% 39,6
60,9
277
49,6
3262
60,4
1131
83,2
423
75,7
4342
80,4
21,3 28,6
228 332
16,8 24,4
136 171
24,3 30,6
1058 1475
19,6 27,3
71,4
1027
75,6
388
69,4
3925
72,7
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
N
4
45 3.6 Perilaku Higiene dan Sanitasi Perilaku higiene / sehat menjadi fokus perhatian dalam bagian ini, Perilaku higiene sehat dalam studi EHRA dikaitkan dengan pemakaian sabun. Pemakaian sabun penting untuk dikaji karena sabun adalah salah satu desinfektan yang dapat mencegah masuk dan berkembangnya kuman patogen ke dalam tubuh. Kuesioner EHRA menanyakan kepada responden tentang pemakaian sabun hari ini atau kemarin. Kemudian juga penggunaan sabun untuk keperluan apa saja. Tempat cuci tangan dan waktu mencuci tangan bagi anggota keluarga juga menjadi perhatian dalam studi ini. Perilaku Higiene dan Sanitasi merupakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat. Study EHRA menitikberatkan pada perilaku cuci tangan pakai sabun, perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Untuk perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di Kabupaten Kutai Timur hasil pendataan survey EHRA mengatakan sebanyak 95,6 % masyarakat tidak melakukan praktek CTPS, sisanya 4,4 % melakukan cuci tangan pakai sabun. Ketersediaan sarana sabun dalam jamban menjadi penentu praktek cuci tangan pakai sabun. Untuk ketersediaan sabun dalam jamban , EHRA menjelaskan bahwa sebanyak 64,3 % masyarakat menyediakan sabun sedangkan 35,7 % ketersediaan sabun dalam jamban tidak ada. Kapan saja masyarakat melakukan CTPS di kabupaten Kutai Timur, survey membuktikan waktu sebelum makan sebanya 88,9 %, sesudah makan memiliki bobot 48,9 %. Setelah Buang Air Besar (BAB) sebanyak 62.3 %. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Untuk BABS di Kabupaten Kutai Timur menurut hasil analisis EHRA menyebutkan sebanyak 30,5 % masyarakat masih BABS sedangkan yang sudah terfokus sebesar 69,5 %.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
46 Grafik 3.6.1 Grafik CTPS Di Lima Waktu Penting Untuk Kabupaten Kutai Timur
CTPS di lima waktu penting 19,6
Tidak Ya
80,4
Dari grafik 3.6.1 dapat diketahui bahwa praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di 5 waktu penting masyarakat Kabupaten Kutai Timur masih relatif rendah. Nilai CPTS tertinggi dengan nilai sebesar 80,4%. Grafik 3.6.2 Kebiasaan Ibu mencuci tangan dengan sabun
J. Lainnya 3,2 I. Sebelum sholat
25,8 44,3
H. Setelah memegang hewan
34,6
G. Sebelum menyiapkan masakan
39,7
F. Sebelum memberi menyuapi anak E. Setelah makan
69,9
D. Sebelum makan
71,4 67,2
C. Setelah dari buang air besar 50,1
B. Setelah menceboki bayi/anak A. Sebelum ke toilet
15,7 ,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 60,0 70,0 80,0
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
47 Dari grafik 3.6.2 dapat diketahui bahwa praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), dilakukann terbanyak sebelum makan 71,4%, setelah buang air besar 67,2%, sedangkan yang terendah adalah sebelum ke toilet sebanyak 15,7% Grafik 3.6.3 Grafik BABS Di Kabupaten Kutai Timur
Perilaku BABS
50,0
50,0
Ya, BABS Tidak
Dari grafik 3.6.2 dapat diketahui bahwa praktek Prilaku Buang Air Besar sembarangan dangan tidak BABS sama 50 % dengan berarti masih ada prilaku yang menyimpang sekitar 50 % yang harus diberikan pemicuan Stop Buang Air besar sembarangan.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
48 3.7
Kejadian Penyakit Diare Penyakit Diare menjadi bagian dari materi survey EHRA Kabupaten Kutai Timur dikarenakan
bila keadaan sanitasi buruk di tingkat masyarakat maka penyakit diarelah yang pertama muncul menyerang sehingga dapat diketahui bila suatu kabupaten memiliki penderita diare besar maka yakinlah bahwa kabupaten tersebut berada pada kondisi sanitasi yang rawan. Gejala diare seringkali dipandang sepele. Di beberapa daerah, balita yang terkena diare malah dipandang positif. Katanya, diare adalah tanda akan berkembangnya anak, seperti akan segera bisa berjalan, bertambah tinggi badan, atau tumbuhnya gigi baru di rahangnya. Sejumlah kelompok masyarakat di Jawa menamakannya dengan istilah ngenteng-ngentengi. Meski tidak dijumpai istilah khusus, sejumlah kelompok masyarakat di Sumatra pun mempercayai hal-hal semacam itu (Laporan ESP Formative Research,2007). Mencuci tangan pakai sabun di waktu yang tepat dapat memblok transmisi patogen penyebab diare. Pencemaran tinja/ kotoran manusia (feces) adalah sumber utama dari virus, bakteri, dan patogen lain penyebab diare. Jalur pencemaran yang diketahui sehingga cemaran dapat sampai ke mulut manusia, termasuk balita, adalah melalui 4F (Wagner & Lanoix, 1958) yakni fluids (air), fields (tanah), flies (lalat), dan fingers (jari/tangan). Cuci tangan pakai sabun adalah pencegahan cemaran yang sangat efektif dan efisien khususnya untuk memblok transmisi melalui jalur fingers. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/ pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakitpenyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni, 1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Berikut ini disajikan hasil studi EHRA terkait dengan kejadian penyakit diare
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
49 Tabel 3.6 Kejadian Diare Pada Penduduk Kabupaten Kutai Timur 2015
0 H.1 Kapan waktu paling dekat anggota keluarga ibu terkena diare
n
Hari ini Kemarin 1 minggu terakhir
B. Anak-anak non balita C. Anak remaja laki-laki D. Anak remaja
1 %
2,9 ,2 ,2
n
3 4 10
%
,4 ,6 1,4
n
25 12 48
%
1,1 ,5 2,0
Total 3 n
6 8 35
4 %
,4 ,6 2,6
n
3 8 25
11 %
,5 1,4 4,5
n
12 49 33 119
%
,9 ,6 2,2
1 bulan terakhir
0
,0
11
1,5
57
2,4
49
3,6
17
3,0
134
2,5
3 bulan terakhir
7
1,7
38
5,3
82
3,5
49
3,6
23
4,1
199
3,7
6 bulan yang lalu
2
,5
41
5,7
110
4,7
83
6,1
60
10,7
296
5,5
Lebih dari 6 bulan yang lalu
2
,5
67
9,3
215
9,1
126
9,3
74
13,2
484
9,0
383
93,9
545
75,8
1806
76,7
1003
73,8
349
62,4
4086
75,7
18 7 14 11 22 3 25
72,0 28,0 56,0 44,0 88,0 12,0 100,0
111 63 140 34 158 16 155
63,8 36,2 80,5 19,5 90,8 9,2 89,1
353 196 453 96 515 34 516
64,3 35,7 82,5 17,5 93,8 6,2 94,0
203 153 297 59 325 31 324
57,0 43,0 83,4 16,6 91,3 8,7 91,0
141 69 180 30 188 22 199
67,1 32,9 85,7 14,3 89,5 10,5 94,8
826 488 1084 230 1208 106 1219
62,9 37,1 82,5 17,5 91,9 8,1 92,8
Tidak pernah A. Anak-anak balita
12 1 1
Kluster Desa/Kelurahan 2
Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
50 perempuan E. Orang dewasa laki-laki F. Orang dewasa perempuan
Ya Tidak Ya Tidak Ya
0 24 1 19
,0 96,0 4,0 76,0
19 129 45 124
10,9 74,1 25,9 71,3
33 413 136 395
6,0 75,2 24,8 71,9
32 269 87 239
9,0 75,6 24,4 67,1
11 177 33 149
5,2 84,3 15,7 71,0
95 1012 302 926
7,2 77,0 23,0 70,5
6
24,0
50
28,7
154
28,1
117
32,9
61
29,0
388
29,5
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
51 Grafik 3.7.1 Kejadian Penyakit Diare
Kapan waktu paling dekat anggota keluarga ibu terkena diare 80,0 70,0 60,0 50,0 40,0
75,7
30,0 20,0 10,0 ,0
9,0 5,5 3,7 2,5 2,2 ,9 ,6 Hari ini Kemarin 1 minggu 1 bulan 3 bulan 6 bulan Lebih Tidak terakhir terakhir terakhir yang lalu dari 6 pernah bulan yang lalu
Dari grafik 3.7.1 diketahui dari responden yang di survey sebanyak 85 % pernah mengalami diare.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
52 3.8
Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Indeks Resiko Sanitasi merupakan hasil akhir analisis study EHRA Kabupaten Kutai Timur tahun 2015. Besaran nilai resiko sanitasi Kabupaten Kutai Timur dapat tergambar dalam Indeks Resiko Sanitasi ini . Jenis masalah apa yang terjadi di tingkat masyarakat dapat terbaca dengan baik. Dari hasil IRS study EHRA Kabupaten Kutai Timur dapat disimpulkan bahwa untuk cluster awal pokja cluster 0 yang menjadi pokok permasalahannya adalah air Limbah Domestik, cluster 1 pokok permasalahannya adalah persampahan, cluster 2 masalah yang didapat adalah persampahan dan sumber air, cluster 3 masalahnya pada genangan air sedangkan cluster 4 genangan air. Setelah melalui perhitungan statistik nilai max dan min maka didapatlah 4 katergori yang rawan sanitasi dimana : a. Cluster 1 permasalahan yang ada pada PHBS b. Cluster 2 permasalahan yang terjadi pada genangan air c. Cluster 3 permaslahan yang terjadi ada pada air limbah domestik d. Cluster 4 permasalahan yang didapati pada genangan air dan persampahan. Berikut ini adalah gambar grafik IRS Kabupaten Kutai Timur dalam study EHRA tahun 2015
Grafik 3.8.1 Grafik Indeks Area Beresiko 350 40
300 250 200 150
81 49 82
50
43
53
61
49
47
47
65
60
40
47
71
71
86
95
-
4. GENANGAN AIR. 3. PERSAMPAHAN. 2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
100 50
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT.
64 43
56
55
43
47
1. SUMBER AIR
STRATA STRATA STRATA STRATA STRATA 0 1 2 3 4
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
53 BAB IV Penutup 4.1 Kesimpulan Dengan berakhirnya study EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015 ini maka telah dapat dipahami akan kondisi sanitasi kabupaten Kutai Timur dimana dapat diketahui kecamatan mana serta desa apa saja yang menjadi input data primer dalam penyusunan BAB III Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kutai Timur. Gambaran akan kerawanan sanitasi masing-masing desa telah diilustrasikan melalui clustering dan tingkat kerawanan sanitasinya melalui hasil analisis EHRA. Semoga EHRA di Kabupaten Kutai Timur ini mampu memberikan masukan serta input data kepada pemerintah kabupaten Kutai Timur dalam memberikan pelayanan program prioritas dalam menyusun strategi pembangunan sanitasi yang berkelanjutan di masa yang akan datang. Harapan terbesar dalam penyusunan laporan ini kiranya study EHRA tidak hanya dilakukan sekali namun akan dilanjutkan untuk mengetahui perkembangan kemajuan sanitasi di tahun ke 3 setelah pelaksanaan tahun ini. Masih banyak kekurangan yang di dapati dalam pelaksanaan study EHRA ini kiranya dari pengalaman kegiatan awal ini kami selaku pelaksana kegiatan EHRA mampu memberikan masukan dan melengkapi kekurangan tersebut di study EHRA yang akan datang. 4.2 Hambatan dan Kendala Beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan study EHRA kabupaten Kutai Timur antara lain: 1. Dalam Pelaksanaan Studi EHRA belum bisa dilaksanakan dengan tepat waktu, hal ini disebabkan kondisi geografis serta budaya dan perilaku masyarakat Kutai Timur. 2. Kurangnya Pemahaman oleh tim Studi EHRA tentang Cara dan metode survey EHRA sehingga dalam pelaksanaan entry data terjadi keterlambatan analisis hasil study EHRA. 3. Dalam pelaksanaan study EHRA kabupaten Kutai Timur kami merasa masih kurang sarana dan prasarana study EHRA kabupaten Kutai Timur sehingga belum berjalan dengan hasil yang optimal. 4.3 Saran Dari permasalahan serta kekurangan dalam pelaksanaan study EHRA kabupaten Kutai Timur Tahun 2015, maka kami dapat memberikan saran dan masukan sebagai berikut: 1. Perlunya survey secara terfokus dan terbatas sehingga bisa mendapatkan hasil survey sesuai yang diinginkan secara tepat dan terarah.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur
54 2. Tim pelaksana dan tim penyusun study EHRA ke depannya kiranya harus betul-betul memahami dan mengerti sistem dan metode pelaksanaan Studi EHRA sehingga efektivitas kerja baik mulai dari persiapan , pelatihan hingga pelaksanaan serta analisis data serta penyusunan laporan dapat berjalan sesuai dengan target waktu yang ada. 3. Pemenuhan Sarana dan Prasarana study EHRA untuk tahun yang akan datang kiranya di proporsionalkan dengan kegiatan sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan Sudy Enviroment Health Risk Asesment EHRA Kabupaten Kutai Timur ini. Semoga hasil tingkat kerawanan sanitasi Kabupaten Kutai Timur dapat memacu dan memberikan input untuk pembangunan sanitasi Kabupaten Kutai Timur kedepan.
Laporan EHRA Kabupaten Kutai Timur 2015
Program PPSP Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur