UNIVERSITAS INDONESIA
TINGKAT KESIAPAN (READINESS) PENGADOPSIAN TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS PANIN BANK
KARYA AKHIR
ARRY LAZUARDI 1106144481
FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JULI 2013
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
UNIVERSITAS INDONESIA
TINGKAT KESIAPAN (READINESS) PENGADOPSIAN TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS PANIN BANK
KARYA AKHIR Diajukan sebagai suatu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi
ARRY LAZUARDI 1106144481
FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JULI 2013
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
.
ii Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
.
iii Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan dan berkat rahmat-Nya penulis berhasil menyelesaikan Karya Akhir yang berjudul Tingkat Kesiapan (Readiness) Pengadopsian Teknologi Informasi: Studi Kasus Panin Bank tepat pada waktu yang direncanakan. Karya Akhir ini berisikan tentang tingkat kesiapan pengadopsiang teknologi informasi para pengguna Oracle Business Intelligence pada Panin Bank menggunakan metode Technology Readiness Index. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan Karya Akhir ini. Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Riri Satria selaku pembimbing serta asisten dosen, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama mengerjakan karya akhir ini. 2. Dr. Achmad Nizar Hidayanto, M.Kom., selaku dosen dan Ketua Program Studi Magister Teknologi Informasi. 3. Ibu Betty Purwandari dan Bapak Achmad Nizar selaku penguji yang juga memberikan arahan untuk kesempurnaan Karya Akhir ini. 4. Rekan – rekan di Panin Bank yang telah membantu di tempat studi kasus karya akhir ini. 5. Orang Tua, Adik dan Kakak yang telah mendukung penulis diberbagai aspek agar hasil penulisan karya akhir ini baik dan berguna. 6. Teman-teman MTI UI, angkatan 2011, yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian Karya Akhir ini. Akhir kata semoga Karya Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Jakarta, Juni 2013 Arry Lazuardi
iv Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
.
v Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul Karya Akhir
: Arry Lazuardi : Magister Teknologi Informasi : Tingkat Kesiapan (Readiness) Pengadopsian Teknologi Informasi: Studi Kasus Panin Bank
Pengelolaan data pada perusahaan perbankan sangat penting perannya, karena data yang dihasilkan harus sangat akurat. Ketidak-akuratan data dapat menyebabkan banyak masalah seperti selisih yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan neraca keuangan pada proses pelaporan, baik pada pelaporan internal maupun pelaporan eksternal. Secara tradisional, proses pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data dari semua pihak secara manual. Jika semua dilakukan secara tradisional, memungkinkan adanya kesalahan pada pengumpulan dan penghitungan data yang dapat membuat proses keseluruan bermasalah. Untuk mendapatkan data dengan tingkat keakurasian yang tinggi dan mempercepat efisiensi kerja, maka digunakan sistem Business Intelligence (Oracle) dalam proses pengumpulan data finansial. Namun apa yang terjadi masih diluar ekspektasi dari manajemen, staf Panin Bank yang seharusnya dapat mendapatkan data dengan menggunakan sistem Business Intelligence pada komputer masing-masing, tetap meminta data dari seksi Management Information System dan jarang menggunakan sistem Business Intelligence. Untuk itu perlu diadakan penelitian untuk melihat tingkat kesiapan para pengguna sistem Business Intelligence dalam pengadopsian teknologi informasi. Penilaian tingkat kesiapan pada Panin Bank dilakukan dengan menggunakan teori Technology Readiness Index yang dikembangkan oleh Parasuraman (2000). Penilaian TRI dilakukan dengan menggunakan data dari kuesioner yang disebarkan kepada responden. Dari hasil penelitian tingkat kesiapan pada Panin Bank, didapatkan nilai akhir TRI yaitu 2.37 yang dapat dikategorikan low technology readiness berdasarkan pengkategorian dari Parasuraman (2000). Variabel Optimism memberikan kontribusi terbesar dari semua variabel dengan nilai 0.74, Innovativeness memberikan kontribusi terbesar kedua dengan nilai 0.59. Nilai Discomfort dan Insecurity adalah nilai yang bernilai negatif dan harus di-reverse coding sebelum dikalikan bobot dan mencari nilai akhir tiap variabel. Nilai total Technology Readiness Index didapatkan dari total nilai semua variabel yang telah dikalikan dengan bobot masing-masing pertanyaan. Nilai TRI para pengguna Oracle Business Intelligence pada Panin Bank dinilai rendah dan perlu untuk ditingkatkan. Kata Kunci: Business Intelligence, E-readiness, Net-Ready, Technology Readiness Index.
vi
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
ABSTRACT
Name Study Programme Title
: Arry Lazuardi : Magister of Information Technology : Level of Readiness of Information Technology Adoption: Case Study Panin Bank
Data management in banking industry has an important role because data that’s generated must be accurate. Inaccuracy data can make many problems like the difference number that can cause imbalance balance sheet in finance report whether it’s internal or external report. Traditionally, data collecting process done by collecting all data from all unit manually. If all the process done traditionally, it can make the possibility of wrong data collection and data calculation which can make overall process troublesome. To get an accurate data to make the work more efficient, management decides to use Business Intelligence (Oracle) for collecting financial data. But what is happened is still out of expectation from management. Panin Bank staff that should use and utilize Business Intelligence in collecting data in every computer, still request data from Management Information System unit and rarely use Business Intelligence system. It is necessary to do research to see readiness level for the users of Business Intelligence to capture readiness level in adopting information technology. TRI appraisal in Panin Bank done by emphasizing Technology Readiness Index theory implemented by Parasuraman (2000). TRI appraisal is using questionnaire that is distributed to respondents as a data. The results from readiness research in Panin Bank is, Panin Bank TRI values possessed 2.37. Based on category developed by Parasuraman (2000), TRI level from Oracle Business Intelligence Users is low technology readiness. Optimism has the biggest contribution of all variable with 0.74. Innovativeness is the second biggest contributor with 0.59. Discomfort and Insecurity is negative-keyed valued which needed to reverse-coded before multiplied by weight to get the score. Total TRI score obtained from total of all variable that’s multiplied with weight of each question. Total TRI score for Oracle Business Intelligence users is low and need to be enhanced.
Keywords: Business Intelligence, E-readiness, Net-Ready, Technology Readiness Index.
vii
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. v ABSTRAK ......................................................................................................... vi ABSTRACT ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
Latar Belakang ............................................................................................ 1 Perumusan Masalah .................................................................................... 3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 7 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7 Ruang Lingkup Permasalahan ..................................................................... 7 Sistematika Penulisan .................................................................................. 8
BAB 2 STUDI LITERATUR ............................................................................... 9 2.1 2.2 2.3
2.4
2.5 2.6
2.7 2.8
Tingkat Kesiapan (Readiness) ..................................................................... 9 Akuntansi dan Laporan Keuangan ............................................................... 9 Teknologi pada Keuangan, Akuntansi dan Laporannya ............................. 11 2.3.1 Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Sentralisasi Data & Informasi 12 2.3.2 Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Meningkatkan Komunikasi.... 13 2.3.3 Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Problem Solver ..................... 13 2.3.4 Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Otomatisasi Proses Bisnis ...... 13 2.3.5 Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Mempercepat Proses ............. 14 2.3.6 Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Peran Akuntan....................... 15 Business Intelligence ................................................................................. 15 2.4.1 Pentingnya Business Intelligence ................................................... 15 2.4.2 Business Intellignce Pada Perbankan.............................................. 16 2.4.3 Oracle Business Intelligence .......................................................... 17 2.4.4 Oracle Business Intelligence Enterprise Edition 11g (OBIEE) ....... 19 Masalah dalam Pemanfaatan TI ................................................................. 20 Net Ready.................................................................................................. 22 2.6.1 Faktor Kesuksesan Menurut Hartman, Sifonis & Kador (2000)...... 23 2.6.2 Masalah Dalam Perusahaan ........................................................... 24 2.6.3 Pilar Penting Pada Organisasi ........................................................ 25 Technology Readiness Index (TRI) ........................................................... 27 E-Readiness .............................................................................................. 29 2.8.1 Access and Connectivity ................................................................ 32
viii
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
2.8.2 Training, Education and Public Awareness ................................... 34 2.8.3 Government and Public Administration Leadership ....................... 36 2.8.4 Business and Private Sector ........................................................... 38 2.8.5 Society Development...................................................................... 40 2.9 Kajian Penelitian sebelumnya .................................................................... 42 2.10 Theoretical Framework ............................................................................. 43 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 49 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5
Pendekatan Penelitian ............................................................................... 50 Metode penelitian ...................................................................................... 50 Tahapan Penelitian .................................................................................... 51 Populasi penelitian .................................................................................... 53 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 54
BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN ...................................................................... 56 4.1 4.2
Visi dan Misi ............................................................................................. 57 Struktur Organisasi.................................................................................... 57
BAB 5 ANALISA DATA PENELITIAN........................................................... 59 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 5.7 5.8 5.9
Pernyataan Kuesioner ................................................................................ 59 Klasifikasi Responden ............................................................................... 62 Uji Validitas .............................................................................................. 64 Uji Reliabilitas .......................................................................................... 65 Analisa Nilai TRI ...................................................................................... 67 Optimism................................................................................................... 70 Innovativeness ........................................................................................... 72 Discomfort ................................................................................................ 74 Insecurity .................................................................................................. 76
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 78 6.1 6.2
Kesimpulan ............................................................................................... 78 Saran ......................................................................................................... 79 6.2.1 Saran untuk perusahaan ................................................................. 79 6.2.2 Saran untuk penelitian selanjutnya ................................................. 80
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 81 Lampiran 1 – Wawancara dengan Bernad Ferdinand .......................................... 83 Lampiran 2 – Tabulasi Hasil Kuesioner ............................................................. 85 Lampiran 3 – Hasil Uji Validitas ........................................................................ 87
ix
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Fishbone Diagram ............................................................................ 5 Gambar 2.1 Preview Oracle Business Intelligence Discoverer ............................ 18 Gambar 2.2. Preview OBIEE ............................................................................. 20 Gambar 2.3 Tingkat Kesiapan Menurut Hartman, Sifonis & Kador (2000) ........ 26 Gambar 2.4 Tingkat Kesiapan Menurut Parasuraman (2000) ............................. 29 Gambar 2.5. Tahapan Pengukuran Kesiapan TI GeoSINC................................. 31 Gambar 2.6. 5 Pilar utama pada e-Readiness ...................................................... 32 Gambar 2.7. Access and Connectivity................................................................. 33 Gambar 2.8. Training, Education and Public Awareness Program..................... 35 Gambar 2.9. Government and Public Administration Leadership Program ........ 36 Gambar 2.10. Business and Private Sector Program ........................................... 39 Gambar 2.11. Society Development Program ..................................................... 41 Gambar 2.12 Theoretical Framework................................................................ 45 Gambar 3.1 Metodologi Penelitian .................................................................... 49 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Panin Bank ..................................................... 58 Gambar 5.1. Pie Chart data responden berdasarkan Gender ............................... 62 Gambar 5.2. Pie Chart data responden berdasarkan pendidikan ......................... 63 Gambar 5.3. Pie Chart data responden berdasarkan usia .................................... 63
x
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Teori ........................................................................... 43 Tabel 2.2. Item pengukuran Kuesioner ............................................................... 47 Tabel 3.1. Populasi Penelitian ............................................................................ 54 Tabel 5.1. Pemetaan Kuesioner Penelitian .......................................................... 60 Tabel 5.2. Hasil uji reliabilitas ........................................................................... 65 Tabel 5.3. Item-Total Statistics ........................................................................... 65 Tabel 5.4. Kesimpulan Statistik Technology Readiness Index (TRI) ................... 67 Tabel 5.5. Bobot terhadap total untuk variabel Optimism ................................... 70 Tabel 5.6. Bobot terhadap total untuk variabel Innovativeness............................ 72 Tabel 5.7. Bobot terhadap total untuk variabel Discomfort ................................. 74 Tabel 5.8. Bobot terhadap total untuk variabel Insecurity ................................... 76
xi
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, pengambilan topik, permasalahan yang diangkat, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. 1.1
Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang sangat pesat belakangan ini membuat teknologi menjadi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pada setiap aspek kehidupan dapat ditemukan banyak contoh dimana teknologi selalu digunakan dan dapat mempermudah kegiatan atau rutinitas semua orang sehari-harinya. Teknologi juga dapat digunakan dalam berbagai bidang dari sektor pendidikan, industri sampai perbankan. Khusus didunia perbankan, teknologi informasi sangat banyak memberikan dampak positif, baik terhadap perkembangan bisnis bank, maupun terhadap kinerja operasional bank sehari-hari. Dalam penggunaannya di internal organisasi atau operasional, terutama bank, pengaruh TI sangat besar manfaatnya, tidak hanya menggunakan TI untuk mendapatkan keuntungan dari sisi konsumen saja. Dalam dunia perbankan, akurasi sangatlah penting, apalagi dalam membuat laporan keuangan. Jika terjadi sedikit saja kesalahan dalam laporan keuangannya dapat menyebabkan perbedaan angka dalam laporannya (Sambamurthy & Parekh, 2010). Panin Bank adalah perusahaan yang bergerak dibidang perbankan. Panin Bank adalah salah satu bank komersial utama di Indonesia yang bertempat dijakarta. Didirikan pada tahun 1971 di Jakarta, Panin Bank merupakan hasil penggabungan dari tiga bank di Indonesia. Dalam pemanfaatan TI Pada Panin Bank, mereka menggunaan TI dalam berbagai bagian perusahaan, tidak hanya pada bagian TI saja. Panin Bank juga fokus untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya dengan memanfaatkan teknologi informasi agar dapat meningkatkan
1
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
2
nilai-nilai kompetitif dari perusahaan dari segi sumber daya manusia. Banyak juga bank yang menggunakan online portal dalam memberikan informasi-informasi mengenai bank tersebut yang dapat diakses secara internal. TI juga dapat mengubah struktur organisasi dari suatu perusahaan. Dalam Panin Bank, TI dapat digolongkan menjadi sektor strategis dari perusahaan tersebut karena dapat merubah suatu bisnis proses menjadi lebih mudah dan lebih ringkas. TI juga dapat menjadi pemasukan tersendiri bagi perusahaan yang bergerak dibidang perbankan seperti: bill payment, e-mall, online banking, e-commerce dan lainnya. Oleh karena itu dalam industri perbankan, TI dapat digolongkan kedalam direktorat yang strategis. Salah satu proses bisnis yang penting pada Panin Bank adalah proses pelaporan keuangan kepada pihak internal (Direksi, auditor dan pengawasan) dan eksternal (Bank Indonesia, BAPEPAM dan auditor). Pada periode tahun 90an sampai awal 2000-an, proses pengumpulan semua data keuangan dilakukan dengan cara manual. Dengan mengeksport data dalam jumlah besar dari database, lalu datadata
tersebut
diolah
dengan
menggunakan
Microsoft
Excel
dan
mengaplikasikannya kedalam template-template yang telah ditentukan dari Bank Indonesia. Dengan proses pembuatan laporan keuangan yang masih cenderung manual tersebut, akan memungkin terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pembuatan laporan, kesalahan yang mungkin terjadi diantaranya adalah menggunakan data yang salah dan salah menggunakan rumus-rumus tertentu dalam penghitungan. Akibat yang disebabkan karena salah menggunakan rumus atau data yang salah cukup banyak memberikan dampak, berupa data laporan yang tidak akurat yang berakibat banyaknya pegawai yang harus bekerja ekstra (Overtime) demi membenarkan data-data yang salah pada laporan, sampai dikenakannya sangsi pada pihak yang melakukan kesalahan. Demi mendapatkan data yang akurat dan kredibel, maka pihak manajemen mulai mengimplementasikan sebuah sistem Business Intelligence, untuk digunakan
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
3
dalam pross pelaporan. Pada Panin Bank, sistem Business Intelligence yang digunakan adalah sistem Oracle Business Intelligence 10g. Pada sistem Oracle BI 10g, para pengguna dapat membuat data laporan dengan data yang akurat karena data didapatkan langsung dari Server Oracle perusahaan. Pengguna juga dapat membuat laporan keuangan sesuai dengan template yang diinginkan oleh penggunanya. Pihak manajemen juga mempunyai rencana untuk meningkatkan sistem Oracle BI 10g tersebut dengan OBIEE karena mempunyai performa yang lebih baik daripada versi sebelumnya, tetapi ditemukan banyak masalah dalam penggunaan sistem Oracle BI 10g tersebut yang membuat manajemen ragu untuk melakukan upgrade sistem dari 10g ke 11g (OBIEE). 1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Bernad Ferdinand selaku kepala unit kerja Management Information System, bagian yang bertugas menangani proyekproyek dan sistem TI khususnya sistem Business Intelligence (Oracle) karena sifat sistem yang penting bagi Panin Bank, dapat disimpulkan masalah-masalah TI yang biasa terjadi pada Panin Bank: 1.
Staff Panin Bank tidak dapat memanfaatkan sistem-sistem TI yang telah ada
2.
Staff Panin Bank untuk berpindah dari sistem lama ke sistem TI baru yang sudah diimplementasikan
3.
Meragukan Staff Panin Bank dapat memanfaatkan sistem Oracle Business Intelligence versi yang baru dengan baik, berdasarkan pengalaman pengembangan sistem yang telah dilakukan sebelumnya
4.
Sistem yang sudah diimplementasikan tidak dapat bertahan lama karena kecenderungan tidak didukung oleh banyak pengguna
5.
Sistem yang sudah diimplementasikan tidak mendapat respon dari pengguna (Wawancara dengan Bapak Bernad Ferdinand, 4 Februari 2013)
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
4
Permasalahan pada Panin Bank cenderung terfokus kepada user, baik tidak dapat menggunakan sistem TI yang telah diimplementasikan, sampai tidak dapat memanfaatkannya dengan maksimal. Sedangkan permasalahan lainnya dapat berupa technology acceptance dari sistem yang tidak dapat bertahan lama karena tidak didukung oleh penggunanya. Permasalahan lainnya dapat digolongkan kedalam hardware dan resistensi dari sistem itu sendiri. Masalah yang timbul dipermukaan jauh berbeda dengan ekspektasi dari manajemen yang menginginkan agar proses bisnis dapat berjalan dengan lebih modern dan lebih cepat. Dengan memanfaatkan teknologi informasi khususnya sistem-sistem yang sudah diinvestasikan dan diimplementasikan oleh perusahaan yang tentunya dapat membuat pekerjaan berjalan lebih mudah dan proses bisnis menjadi lebih modern dan lebih cepat. Bila masalah-masalah tersebut dapat digambarkan menjadi fishbone diagram untuk selanjutnya diambil fishbone analysis dan dengan ditambah dengan analisis-analisis masalah yang dapat terjadi pada digunakannya sistem Business Intelligence, maka akan mendapatkan sebuah fishbone diagram sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
5
Technology Acceptance Tidak didukung Oleh pengguna
Hardware Kapasitas Server user tidak cukup menampung user
User tidak merespon Sistem dengan baik
Sistem tidak dapat Bertahan lama
Oracle BI tidak Dapat menangani Workload data Yang besar
Performa server Oracle Yang tidak mumpuni
Performa komputer Tidak mumpuni untuk Menjalankan Oracle BI
Tidak Digunakannya Oracle BI yang sudah diimplementasikan manajemen
Tidak mengerti cara Menggunakan Oracle BI Sistem Oracle BI Sering bermasalah
Tidak Dapat Memanfaatkan Oracle BI dengan baik Sulit berpindah Dari cara tradisional
KP & KCP tidak Dapat menggunakan Oracle BI
Sulit beradaptasi Dengan teknologi baru
Resistensi
User Gambar 1.1 Fishbone Diagram
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
6
Pada Gambar 1.1, dapat terlihat faktor-faktor yang dapat menyebabkan tidak dapat dimanfaatkannya TI terutama sistem Oracle Business Intelligence pada Panin Bank. Faktor-faktor yang menjadi masalah karena tidak digunakannya Oracle Business Intelligence dapat datang dari Hardware yang tidak baik, kurangnya performa server yang menangani sistem Oracle Business Intelligence yang menyebabkan lambatnya proses generating data yang malah menyebabkan pekerjaan para pengguna menjadi terhambat. Masalah lainnya yang dapat menyebabkan masalah pada sistem Oracle Business Intelligence adalah technology acceptance yaitu sistem Oracle Business Intelligence tidak diterima oleh para pengguna dan tidak merespon sistem dengan baik. Bila masalah terjadi pada technology acceptance maka manajemen akan melakukan review dan mencari masalah yang menyebabkan Oracle Business Intelligence tidak diterima oleh pengguna. Masalah lainnya adalah resistensi dari sistem itu sendiri, sistem tidak dapat bertahan lama karena cepatnya perkembangan teknologi dan bisnis, ditambah Oracle Business Intelligence tidak dapat menangani workload data yang banyak dan sistem yang sering bermasalah. Permasalahan yang paling penting terdapat pada pengguna dari sistem itu sendiri. Banyak dari pengguna tidak dapat memanfaatkan teknologi informasi dengan baik sehingga mereka tidak dapat menggunakan Oracle Business Intelligence yang sudah diimplementasikan oleh manajemen. Para pengguna TI juga sulit beradaptasi dengan teknologi-teknologi baru yang menyebabkan sulit bagi para pengguna untuk berpindah dari cara tradisional ke cara yang lebih modern. Berdasarkan
wawancara
dengan
bapak
Bernad
Ferdinand,
banyaknya
permasalahan yang muncul kepermukaan berasal dari user atau pengguna, menimbulkan banyak pertanyaan menyangkut tingkat kemampuan dan kesiapan dari pengguna-pengguna TI. Tingkat kesiapan pengguna dalam beradaptasi dan memanfaatkan teknologi juga menjadi poin yang sangat penting untuk dianalisa lebih lanjut. Karena berdasarkan nilai tingkat kesiapan para pengguna dalam menggunakan teknologi dapat menentukan kesiapan dan kemampuan pengguna
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
7
dalam memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, muncul pertanyaan untuk dijadikan penelitian yaitu: Berapakah Technology Readiness Index dalam pengadopsian teknologi para pengguna sistem Business Intelligence (Oracle)? 1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengukur tingkat kesiapan para pengguna TI (Technology
Readiness)
menggunakan
dalam
pengadopsian
teknologi
sistem Business Intelligence (Oracle)
informasi
pada
yang
Panin Bank
menggunakan metode Technology Readiness Index. 1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang bisa didapatkan disini yaitu dengan adanya penelitian ini, dapat melengkapi penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini juga bermanfaat untuk memeberikan saran, pemikiran dan tambahan referensi untuk selanjutnya dapat digunakan pada Panin Bank. Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi para akademisi yang ingin membuat penelitian yang serupa, terutama jika ingin meneliti permasalahan pada Readiness pada sebuah organisasi. 1.5
Ruang Lingkup Permasalahan
Dalam penelitian ini penulis fokus dalam melakukan penelitian dengan membuat ruang lingkup penelitian agar tidak terlalu meluas, ruang lingkup penelitiannya adalah: 1. Penelitian ini dilakukan dalam lingkungan Panin Bank 2. Subyek dari penelitian ini adalah pengguna-pengguna TI khususnya yang menggunakan sistem Business Intelligence (Oracle) pada Kantor Pusat.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
8
1.6
Sistematika Penulisan
Demi mempermudah pemahaman tentang penelitian, maka proposal Karya Akhir ini disusun dalam 4 Bab dengan sistematika sebagai berikut: 1. BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 adalah pembahasan bab-bab lainnya secara umum. Pada bab ini, ada penjelasan mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, kajian penelitian sebelumnya secara ringkas, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. 2. BAB 2 STUDI LITERATUR Bab dua berisi tentang landasan-landasan teori tentang tingkat kesiapan (readiness), business intelligence dan penerapannya pada perbankan, masalah dalam penggunaan teknologi pada organisasi, Net Ready, Technology Readiness Index dan E-Readiness. Pada bab ini juga dijelaskan tentang Theoretical Framework yang akan digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian. 3. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab tiga berisi tentang pendekatan tentang penelitian yang dilakukan oleh penulis, metode apa yang digunakan oleh penulis serta bersisikan tentang metodologi yang akan digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian. 4. BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN Bab empat berisi tentang profil perusahaan yaitu sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan dan struktur organisasi perusahaan. 5. BAB 5 ANALISIS DATA PENELITIAN Bab lima berisi tentang analisis data penelitian yang mencakup uji validitas dan uji reliabilitas. Setelah data dinyatakan valid dan reliabel selanjutnya dilakukan analisis pengukuran untuk mengetahui nilai TRI dari Panin Bank. 6. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Setelah ada hasil analisis dari data penelitian, peneliti akan mengambil kesimpulan untuk selanjutnya memberikan saran untuk Panin Bank agar dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai TRI pada Panin Bank.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
BAB 2 STUDI LITERATUR
Pada studi literatur ini akan membahas berbagai teori tentang penggunaan readiness dari berbagai buku dan jurnal. Juga akan membahas tentang keuangan, akuntansi dan Business Intelligence. 2.1
Tingkat Kesiapan (Readiness)
Menurut Amran Chaniago (1996) dalam bukunya Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Tingkat Kesiapan dapat diartikan dari dua kata yang berbeda dan menjadi satu kesatuan arti. Tingkat yaitu “lapis dari suatu yang bersusun, seperti jenjang, kelas, golongan dsb”, sedangkan kesiapan berasal dari kata siap yang berarti “sanggup menjalankan atau melaksanakan, sudah tersedia, tinggal menggunakan”. Dalam setiap kegiatan, diperlukan adanya kesiapan yang cukup baik dalam menunjang keberhasilan dari semua kegiatan yang dilakukan. Kesiapan pun banyak digunakan dalam berbagai aspek, seperti pendidikan, pengembangan, teknologi, pertanian dan lain-lain. Pada penelitian ini, tingkat kesiapan dalam aspek teknologi dikedepankan untuk dibahas. Kesiapan dalam aspek teknologi atau Technology Readiness adalah bagaimana seorang individu atau organisasi dapat dengan siap beradaptasi, menggunakan dan memanfaatkan teknologi dalam kegiatan mereka sehari-hari. 2.2
Akuntansi dan Laporan Keuangan
Menurut Lasher (2005) dan Wild, Shaw, & Chiappetta (2009), “Akuntansi adalah bahasanya keuangan” dan jika memang begitu, maka laporan finansial adalah “Cara informasi finansial berkomunikasi untuk memberikan informasi yang berguna untuk membuat keputusan dalam hal investasi, kredit dan usaha bisnis lainnya”. Komunikasi yang dimaksudkan dapat berupa laporan keuangan seperti
9
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
10
laporan laba rugi, neraca keuangan, laporan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas semua laporan teresebut. Sebagai tambahan, laporan-laporan lainnya seperti pengajuan SEC (Security and Exchange Commision), pernyataan kepada media, notulen rapat dan laporan dari auditor juga termasuk dalam pelaporan keuangan (Wild, Shaw, & Chiappetta, 2009). Banyak laporan keuangan atau akun dan data yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan diharuskan mengikuti standar yang ditetapkan oleh badan regulasi keuangan seperti SEC (Security and Exchange Commision), FASB (Financial Accounting Standards Board) dan IASB (International Accounting Standards Board) (Wild, Shaw & Chiappetta, 2009). Badan-badan regulasi keuangan diatas adalah badan regulasi keuangan yang bertaraf internasional yang ada didunia. Standar-standar laporan keuangan didalam negeri juga mempunyai standar tertentu yang harus diikuti seperti standar LBU yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, Standar Neraca Koran untuk publikasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan standar menurut auditor. Banyak juga perusahaan yang mempunyai standar laporan keuangannya sendiri. Dari semua laporan keuangan yang ada di Indonesia tersebut, semuanya harus mengadopsi standar dari PSAK (Peraturan Standar Akuntansi Keuangan) yang ditetapkan di Indonesia. Dimanapun didunia ini, semua orang menggunakan laporan keuangan, hanya wujudnya saja yang berbeda seperti bill yang biasa diterima seseorang saat berbelanja di toko atau tagihan setiap kali kita makan direstoran atau menggunakan suatu jasa tertentu. Pada skala perusahaan, laporan keuangan berbentuk sangat kompleks, semua aspek keuangan dari suatu perusahaan seperti aset, liabilities, laba & rugi, biaya operasional dan biaya non operasional harus dimasukkan kedalam laporan keuangan dan jumlah akun yang akan dimasukan kedalam laporan keuangan lebih dari ribuan akun General Ledger. Dengan banyaknya jumlah akun yang ada pada suatu perusahaan dalam membuat laporan keuangan, keakurasian data sangatlah penting, oleh karena itu, sebelum digunakannya teknologi dalam mengotomatisasi
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
11
dan membuat laporan keuangan, para akuntan membutuhkan banyak waktu dalam membuat laporan keuangan dikarenakan proses pengumpulan dan pengelompokan nomor akun yang membutuhkan banyak waktu sehingga membuat banyak karyawan yang bekerja dalam waktu yang lama, bahkan harus lembur untuk melakukan pembukuan dalam membuat laporan keuangan. Dengan melihat betapa pentingnya laporan keuangan dan prosesnya yang memakan waktu yang sangat lama, teknologi berperan penting dalam mempercepat
proses
pengumpulan
data
untuk
laporan
keuangan
dan
meningkatkan tingkat akurasi data untuk laporan keuangan itu sendiri. 2.3
Teknologi pada Keuangan, Akuntansi dan Laporannya
Teknologi dapat digunakan pada suatu perusahaan dalam berbagai bidang atau bagian. Banyak perusahaan yang memaksimalkan fungsi dan kegunaan teknologi untuk memajukan bisnis mereka dengan memodernkan proses bisnis yang sebelumnya dinilai tradisional seperti membuat toko yang berbasis online. Tetapi, masih banyak juga perusahaan yang tidak mementingkan bahkan tidak dapat mengambil kesempatan untuk berkembang dengan cara memanfaatkan teknologi. Peran TI banyak berubah dari beberapa dekade yang lalu sampai sekarang. Dulu, TI tidak banyak diperhitungkan, bahkan hanya menjadi alat penghitungan semata, lalu berubah menjadi penyimpan dan penyedia data. Sekarang, TI bisa membantu manajemen untuk membuat keputusan strategis yang akan dilakukan terhadap organisasi/perusahaan. Pada periode tahun 60 sampai awal 70an, proses pengumpulan data keuangan masih dilakukan secara manual dengan memanfaatkan laporan-laporan keuangan yang diberikan dari bagian lainnya dalam bentuk fisik (paper based). Pemanfaatan TI dalam sektor industri terutama sektor perbankan dimulai pada awal tahun 70-an sampai sekarang. Perusahaan mulai melakukan modernisasi proses bisnis sampai penggunaan TI dalam manajemen internal perusahaan (Alves, 2010). Pengaruh TI yang moderen pada perusahaan banyak dimanfaatkan dalam berbagai cara seperti sistem yang terintegerasi seperti sistem Enterprise Resource Planning
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
12
(ERP), Internet, Intranet dan lainnya. Banyak perusahaan yang memanfaatkan kegunaan TI untuk mendukung kegiatan operasional dan eksternal perusahaan dengan baik. Khusus pada akuntansi dan keuangan suatu perusahaan, TI berperan besar untuk meningkatkan kinerja akuntansi dan keuangan perusahaan. Kehadiran TI pada suatu organisasi dapat mempunyai dampak yang besar apalagi dari sisi akuntansi dan keuangan, TI dalam bentuk aplikasi komputer dapat mengkomputerisasi proses bisnis dan tugas-tugas pada bidang akuntansi seperti mengkomputerisasi akun hutang atau piutang dan membuat laporan keuangan serta dapat mengotomatisasi beberapa prosedur operasional bahkan dapat memberikan dukungan berupa data atau analisis kepada manajerial (Teng & Calhoun, 1996). Meski pada awalnya, data atau analisis yang dihasilkan oleh sistem TI diragukan oleh manajemen karena biasanya sistem TI hanya berfungsi sebagai pembukuan keuangan dan sistem laporan saja (Rom & Rohde, 2007) (Granlund & Mouritsen, 2003). Namun, menurut Crescenzi & Kocher (1984), dengan berkembangnya TI secara konstan dan terus menerus akan berujung kepada berubahnya fungsi TI yang sebelumnya hanya menjadi pendukung, menjadi mempunyai dampak dan peran yang lebih penting yang berada pada semua level eksekutif pada semua organisasi. Manfaat TI dinilai sangat signifikan dalam dunia perbankan. 2.3.1
Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Sentralisasi Data & Informasi
Dengan tingginya jumlah transaksi dan nilai transaksi yang ada pada industri perbankan serta dengan banyaknya keterkaitannya antar satu variabel dengan variabel lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan keuangan dari suatu bank, maka data dan informasi yang ada pada perusahaan sangat dibutuhkan oleh banyak pihak untuk digunakan pada bagiannya masing-masing. Agar informasi dapat terjaga dengan baik dan dapat diakses oleh pihak yang berhak untuk mengakses informasi-informasi tersebut, maka data dan informasi perusahaan harus disimpan disatu tempat yang terpusat agar terjamin keamanan
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
13
dan kerahasiaan data tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkannya sentralisasi data dan informasi. 2.3.2
Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Meningkatkan Komunikasi
Perkembangan TI yang moderen dan semakin maju dan bisa menjadi suatu komponen penting untuk mendukung financial information system dapat merefleksikan betapa pentingnya peran TI pada sektor keuangan. Kemampuan untuk berbagi informasi dan bertukar informasi antara pihak-pihak yang membutuhkan informasi tersebut akan membuat suatu jaringan yang terkoneksi satu sama lain. Satu pihak dapat memberikan dukungan data untuk pihak lain agar mereka dapat menggabungkan data-data tersebut untuk membuat analisis dan kesimpulan dari data tersebut dan membuat keputusan. Oleh karena itu, salah satu manfaat penting dari TI dalam suatu organisasi yaitu dapat membuat koneksi antara banyak pihak dan meningkatkan komunikasi dalam suatu organisasi itu. 2.3.3
Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Problem Solver
Manfaat lainnya yang didapatkan dari TI adalah dapat memberikan sugesti atau saran dalam pengambilan keputusan pada tingkat manajerial. Menurut Simon (1945), TI sebagai pusat dari berbagai data dapat membuat forecast atau perkiraan tentang kondisi keuangan organisasi dan dapat melakukan analisa kondisi perusahaan, membuat prediksi keadaan kedepan dan memilah data-data apa saja yang akan didistribusikan kemanajemen untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan, dalam hal ini peran TI dapat dikatakan sebagai complex problem solver. 2.3.4
Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Otomatisasi Proses Bisnis
Perusahaan dalam bidang perbankan umumnya mempunyai tingkat kompleksitas bisnis yang tinggi, perusahaan tersebut dapat mempunyai banyak produk dan meliputi banyak jaringan bisnis. Dengan banyaknya jumlah transaksi perbankan dan data yang akan diproses akibatnya, kompleksitas bisnis dari perusahaan juga semakin tinggi dan membutuhkan suatu sistem untuk melakukan proses bisnis
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
14
tersebut. Dengan mengotomatisasi proses bisnis perusahaan, dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan seperti:
Meningkatkan produktivitas dari pekerja dan organisasi Dengan mengotomatisasi proses bisnis, dapat mengubah pekerjaan yang tadinya dilakukan secara manual menjadi otomatis dan mengurangi kerawanan terjadinya double-entry pada suatu data
yang dapat
menyebabkan kesalahan informasi.
Membuat keputusan dengan lebih baik Dengan memiliki data yang akurat dan dapat ter-update secara real-time dapat menjadi kunci sukses bisnis dan dapat memberikan notifikasi bila terjadi suatu hal yang tidak diinginkan oleh manajemen. Dengan adanya proses bisnis dan analisis yang dilakukan secara real-time, dapat memberikan informasi kepada manajemen dan membantu manajemen dalam mengambil keputusan lebih cepat dan lebih baik.
Meningkatkan performa operasional perusahaan Proses bisnis pada sektor perbankan dinilai sangat krusial, karena membutuhkan tingkat reliabilitas yang tinggi. Dengan mengotomatisasi proses bisnis, perusahaan akan mendapatkan kumpulan data yang diproses secara real-time dan dari berbagai sumber. Dengan dikelolanya kumpulan data secara otomatis, dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan oleh bagian operasional untuk memproses data dibandingkan memproses kumpulan data secara manual (Microsoft, 2006).
2.3.5
Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Mempercepat Proses
Dengan adanya sistem TI yang dapat memproses semua transaksi keuangan dari berbagai sumber sampai menghasilkan suatu laporan keuangan yang akurat ditambah adanya analisis yang dapat dihasilkan dari sistem TI tersebut membuat peran
TI
pada
sektor
perbankan
semakin
penting.
Dan
dengan
diotomatisasikannya proses-proses bisnis pada perusahaan dapat membuat waktu
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
15
yang dibutuhkan untuk memproses semua transaksi keuangan pada suatu perusahaan dapat dikerjakan jauh lebih cepat daripada dikerjakan secara manual. 2.3.6
Manfaat TI dalam dunia Perbankan: Peran Akuntan
Sebelum dikembangkannya TI untuk dapat mengotomatisasi proses-proses yang berhubungan dengan akuntansi, peran akuntan dapat dikatakan sentral dan mempunyai nilai tambah pada suatu organisasi karena perannya dalam melakukan proses-proses akuntansi. Tapi dampak negatifnya, para akuntan akan fokus dalam mengerjakan proses-proses akuntansi dan tidak dapat mengembangkan suatu proses bisnis perusahaan. Dengan ada TI yang dapat membantu proses-proses bisnis dari akuntansi, para akuntan dapat bekerja dalam level yang lebih tinggi seperti, mendesain proses bisnis yang baru dan lebih cepat, mendesain e-business, memanfaatkan critical-thinking-nya dalam melakukan inovasi-inovasi dalam organisasi dan dapat mengintegerasikan rencana strategis organisasi dengan bagian keuangan dan akunting organisasi (Hunton, 2002). Meskipun peran akuntan masih dinilai vital dalam suatu perusahaan, namun berkembangnya TI akan membuat peran akuntan akan berubah ke arah yang lebih baik dan lebih berkembang. 2.4
Business Intelligence
Business Intelligence (BI) adalah sebuah metodologi, prosedur, proses, arsitektur dan teknologi yang mentransformasi data-data yang bersifat mentah menjadi datadata yang berarti dan mempunyai informasi yang berguna bagi penggunanya untuk
dapat
dimanfaatkan
memungkinkan penggunanya
oleh
penggunanya.
untuk
membuat
Business
Intelligence
keputusan-keputusan
yang
menyangkut bisnis perusahaan atau bersifat organisasional secara real-time yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan untuk dapat selangkah didepan para kompetitornya. 2.4.1
Pentingnya Business Intelligence
Pada masa ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan tidak bisa lagi menjadi perusahaan yang kompetitif dengan hanya mengandalkan efisiensi biaya
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
16
dan meningkatkan produktivitas yang didapat dari kegiatan operasional perusahaan saja. Pemimpin bisnis dari sebuah perusahaan diharapkan mampu untuk membuat pilihan yang lebih pintar dan cepat berdasarkan aliran informasi yang lebih baik dengan tujuan untuk meningkatkan market share perusahaan, meningkatkan efektivitas dari kegiatan marketing perusahaan, memasuki pasar dengan lini bisnis yang baru dan yang paling penting, memberikan variasi produk dan servis yang lebih banyak dan lebih baik kepada konsumen. Business Intelligence adalah salah satu kunci untuk memberikan informasi yang benar dan tepat kepada para pemangku kepentingan bisnis (Business Stakeholders). Dengan terus menyesuaikan diri dengan tren bisnis yang ada dan melahirkan inovasi-inovasi baru, perusahaan dapat terus berada pada jalur yang kompetitif dengan lebih efektif dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang lebih lengkap, lebih kompleks dan lebih tepat waktu. 2.4.2
Business Intellignce Pada Perbankan
Perusahaan yang bergerak dibidang perbankan dapat memanfaatkan Business Intelligence dengan banyak cara, terutama membuat solusi bisnis yang akan digunakan oleh perusahaan. Untuk meningkatkan keuntungan perusahaan, suatu bank harus mempunyai standar tujuan kinerja perusahaan. Suatu bank harus menentukan sebaik apa proses internal dan eksternal perusahaan dan keselarasannya dengan strategi perusahaan dan terus memonitor progres dan proses dari suatu perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan perusahaan. Arsitektur
dari
Business
Intelligence
dapat
membuat
perusahaan
bisa
mengintegerasikan dan melakukan cross-reference data dan informasi dalam jumlah yang sangat banyak dari berbagai sumber data. Dengan begitu, perusahaan dapat mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan keuangan dari suatu bank. Business Intelligence mampu membantu bank untuk menentukan performa keuangan yang ingin dicapai dan memonitor kondisi keuangan bank tersebut.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
17
Penggunaan teknologi informasi dalam setiap kegiatan khususnya jika digunakan dalam proses bisnis suatu organisasi seperti kegiatan finansial organisasi, dapat dikatakan vital dalam organisasi. Penggunaan teknologi informasi juga dapat memudahkan proses bisnis dari suatu organisasi. Wajar bila manajemen Panin Bank menginvestasikan banyak uang untuk mengimplementasikan sistem-sistem berbasis teknologi informasi seperti sistem Business Intelligence. Manajemen Panin Bank juga banyak melakukan investasi pada sumber daya manusia-nya. Dengan investasi yang cukup tinggi dalam mengembangkan dan memodernisasi proses bisnis yang ada pada organisasi dengan memanfaatkan teknologi informasi, manajemen Panin Bank punya ekspektasi yang tinggi kepada sumber daya manusia-nya dalam menggunakan teknologi informasi untuk mempercepat proses bisnisnya. Namun, menurut wawancara dengan bapak Bernad Ferdinand, ekspektasi manajemen ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sumber daya manusia yang ada di manajemen kantor pusat yaitu para pengguna sistem tidak dapat dengan mudah beradaptasi dengan teknologi-teknologi baru sehingga berdampak tidak dapat digunakan dan memanfaatkan sistem yang ada dan yang akan diimplementasikan. 2.4.3
Oracle Business Intelligence
Oracle Business Intelligence adalah sebuah paket software yang dikembangkan oleh Oracle yang mempunyai banyak fungsi seperti melakukan query-query database, membuat laporan, melakukan analisa dan mempunyai alat webpublishing agar semua orang yang berkepentingan dan ingin menggunakan suatu data atau informasi pada perusahaan dapat langsung mengakses informasiinformasi pada data mart, data warehouse, sistem pemrosesan transaksi online dan Oracle E-Business Suite. Oracle Business Intelligence juga memberikan fungsi-fungsi baru seperti webservice API, berintegerasi dengan Oracle WebCenter, Oracle WebLogic Server, interaksi dengan enterprise manager dan mempunyai performa yang lebih baik.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
18
Oracle Business Intelligence mempunyai komponen yang membuat pengguna dapat menyimpan obyek atau template data atau informasi secara lokal pada PC mereka. Ketika pengguna hanya ingin template atau workbook yang dibuatnya hanya bisa diakses oleh mereka sendiri secara personal, pengguna dapat menyimpan workbook mereka pada PC mereka karena workbook tersebut bersifat data yang sangat penting dan tidak ingin orang lain melihatnya, seperti gaji karyawan dan lainnya.
Gambar 2.1 Preview Oracle Business Intelligence Discoverer Gambar 2.1 adalah salah satu contoh dari paket produk Oracle Business Intelligence yaitu Oracle Business Intelligence Discoverer, pada gambar tersebut terlihat jika Oracle Business Intelligence dapat memberikan data secara terperinci mengenai data-data keuangan perusahaan.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
19
2.4.4
Oracle Business Intelligence Enterprise Edition 11g (OBIEE)
OBIEE adalah sebuah sistem Business Intelligence yang mempunyai banyak fungsi yang melengkapi fitur-fitur yang kurang dari Oracle Business Intelligence pada seri sebelumnya (10g). Pada OBIEE, banyak fitur yang dapat dimanfaatkan oleh penggunanya seperti dashboard yang lebih interaktif untuk digunakan, SQL Query yang dapat dilakukan secara langsung pada dashboard, notifikasi-notifikasi dan peringatan yang dapat dikonfigurasi, laporan perusahaan secara umum, laporan keuangan perusahaan, manajemen strategi, scorecard, perencanaan bisnis, pencarian dan pengkolaborasian data, dapat diakses secara mobile, dapat diintegerasikan dengan sistem-sistem lainnya, dan masih banyak lagi. Berbeda dari seri Business Intelligence sebelumnya yang bersifat aplikasi lokal pada komputer pengguna, kali ini OBIEE menggunakan arsitektur yang bersifat web service-oriented karena dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, keperluan dan agar dapat diintegerasikan dengan sistem TI perusahaan sehingga dapat menghemat pengeluaran yang dikarenakan biaya implementasi karena ketidakcocokan arsitektur TI perusahaan dengan arsitektur TI pada sistem Business Intelligence. OBIEE 11g dapat diintegerasikan dengan banyak sumber data yang ada, dapat juga diintegerasikan dengan banyak ETL tools, aplikasi bisnis, aplikasi server, infrastruktur keamanan dan lainnya. OBIEE 11g juga dapat mengambil sumber data dari banyak sumber, tidak hanya terpaku pada satu sumber saja, data yang diambil dapat bersifat multidimensi dan dapat diambil dari berbagai sistem ERP terkemuka seperti ERP dari Oracle atau SAP.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
20
Gambar 2.2. Preview OBIEE Gambar 2.2 menunjukkan preview dari OBIEE yang akan diimplementasikan oleh Panin Bank untuk menggantikan Oracle Business Intelligence. Terlihat pada gambar jika tampilan OBIEE ini lebih interaktif dan menarik dibandingkan dengan Oracle Business Intelligence. OBIEE juga dapat menunjukkan berbagai macam data dalam satu halaman, tidak statis seperti Oracle Business Intelligence 10g. Graphical chart juga menjadi salah satu fitur yang menarik untuk OBIEE dibandingkan dengan Oracle Business Intelligence. 2.5
Masalah dalam Pemanfaatan TI
Menurut Muafi, Gusaptono, Effendi, & Charibaldi (2012) dalam jurnalnya The Information Technology (IT) Adoption Process and E-Readiness to Use within Yogyakarta Indonesian Small Medium Enterprises (SME) dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, banyak masalah akan timbul dalam pengembangan sampai penerapan teknologi informasi baik dilingkukan konsumen, sampai pelaku bisnis. Muafi, Gusaptono, Effendi, & Charibaldi (2012) melakukan penelitian yang membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengadopsian dan EReadiness TI pada Usaha Kecil Menengah (UKM).
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
21
Desain penelitian dilakukan oleh Muafi, Gusaptono, Effendi, & Charibaldi (2012), menggunakan pendekatan T-O-E (Technology, Organization, and Environment). Metode dalam menggali informasi dan data menggunakan survey. Dan yang menjadi responden adalah semua Usaha Kecil Menengah di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Hasilnya, banyak UKM yang mempunyai masalah dengan penerapan teknologi informasi pada perusahaannya. Para pelaku UKM umumnya kesulitan dalam mengenalkan dan menerapkan teknologiteknologi terbaru untuk dapat diimplementasikan pada perusahaan. Masalah lainnya yaitu minimnya modal untuk berinvestasi dibidang TI, kurangnya pengetahuan TI didalam manajemen internal perusahaan, kurangnya pengetahuan dalam mengadopsi teknologi informasi, operasional TI dan perawatan TI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Muafi, Gusaptono, Effendi, & Charibaldi (2012) sebelumnya, masalah yang sangat mendasar namun menjadi masalah yang cukup penting dalam penggunaan teknologi informasi dalam suatu organisasi, yaitu tingkat kesiapan user atau para pengguna teknologi informasi dalam menggunakan dan memanfaatkan suatu sistem teknologi informasi dalam melakukan aktifitas mereka. Pada penelitian yang dilakukan oleh Abdul Karim, Mohamed Razi, & Mohamed (2012) dalam jurnalnya Measuring employee readiness for knowledge management using intention to be involved with KM SECI processes, menyatakan employee readiness menjadi salah satu kunci penting dalam pemanfaatan knowledge management system yang akan diterapkan oleh berbagai perusahaan telekomunikasi yang ada di Sri Lanka. Empat perusahaan telekomunikasi terkemuka di Sri Lanka ingin ikut menggunakan dan memberdayakan Knowledge Management System dalam membantu bisnis proses perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya. Knowledge Management System dapat digunakan dalam menentukan target konsumen yang ingin dituju, informasi yang ada dapat digunakan dalam merancang strategi bisnis perusahaan baik dalam jangka menengah atau jangka panjang. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Karim, Mohamed Razi, & Mohamed (2012) dalam mengukur tingkat kesiapan pengguna Knowledge Management System
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
22
dilakukan dengan menggunakan pendekatan Social, External, Combination, dan Internal atau SECI Processes. Hasil penelitian yang dilakukan Abdul Karim, Mohamed Razi, & Mohamed (2012) menunjukkan bahwa sebagian bersar eksekutif dari perusahaan telekomunikasi yang ada di Sri Lanka ingin ikut ambil bagian dalam penggunakan Knowledge Management System yang akan diterapkan pada perusahaannya masing-masing. Namun masalah utama yang mengemuka pada penilitian ini adalah kesiapan dari para eksekutif. Mereka ingin ikut berkontribusi dalam penerapan Knowledge Management System namun mereka dinilai tidak siap dalam menggunakan sistem tersebut. Masalah yang sama juga terjadi pada Panin Bank dimana menurut
Bernad
Ferdinand para penggunanya tidak dapat menggunakan dan memanfaatkan sistem yang sudah ada dan akan diimplementasikan. Salah satu sistem tersebut adalah Oracle Business Intelligence. Salah satu masalah yang penting untuk ditanggulangi adalah masalah tingkat kesiapan pengguna dalam beradaptasi terhadap teknologi baru dan menggunakan sistem yang akan diimplementasikan. Untuk itu, sangat penting untuk dilakukan penelitian tentang tingkat kesiapan pengguna sistem Business Intelligence khususnya pada Panin Bank. 2.6
Net Ready
Net ready menjadi salah satu cara untuk mengukur tingkat kesiapan pengguna dalam menggunakan dan memberdayakan teknologi. Menurut Hartman, Sifonis & Kador (2000) dalam bukunya Net Ready – Strategies for Success in the E-conomy menyatakan, banyak perusahaan yang mencoba untuk mengotomatisasi proses bisnisnya dan mengimplementasikan berbagai macam sistem informasi teknologi untuk membantu proses bisnis agar dapat dijalankan dengan lebih modern, lebih cepat, lebih efesien dan lebih fleksibel. Mengotomatisasi proses bisnis dapat dilakukan baik dalam eksternal perusahaan (sebagai profit earner) maupun internal perusahaan (sebagai sistem manajemen dan pengelolaan data, bisnis dan informasi perusahaan). Banyak perusahaan yang gagal dalam menggunakan sistem
yang
sudah
diimplementasikannya
dan
menerapkannya
didalam
perusahaan baik eksternal maupun internal.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
23
Banyak cara untuk mengukur dan memprediksi keberhasilan perusahaan dalam investasinya terhadap sumber daya manusia, waktu dan uang, salah satunya adalah dengan pendekatan Net Ready. Hartman, Sifonis & Kador (2000) akan menjelaskan strategi-strategi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang sukses dalam menerapkan Net Ready dalam perusahaan mereka dalam rangka menjadi perusahaan yang kompetitif dalam era bisnis yang serba digital dan serba otomatis. Peran Net Ready disini yaitu memberikan penilaian, seberapa siapkah atau seberapa mampukah sebuah perusahaan dapat sukses dalam menjalanankan proses bisnisnya yang dijalankan dengan lebih modern dengan peningkatan teknologi yang lebih baik dari apa yang telah digunakan sebelumnya. 2.6.1
Faktor Kesuksesan Menurut Hartman, Sifonis & Kador (2000)
Dalam bukunya, Hartman, Sifonis & Kador (2000) mengidentifikasi faktor-faktor penting yang dapat menjadi kunci kesuksesan sebuah perusahaan dalam peta persaingan bisnisnya yaitu:
Ruthless execution: sebuah perusahaan harus cepat mengidentifikasi peluang dan bertindak secepat mungkin terhadap peluang yang ada dihadapan.
Metrics Driven: lebih memfokuskan diri pada aktifitas-aktifitas yang dapat diukur baik keberhasilannya atau kegagalannya.
Focus on immediacy: coba untuk membuat solusi-solusi dalam waktu yang cepat. Akan lebih baik jika dapat menyelesaikan suatu proyek dalam 4 bulan daripada 1 tahun. Kecepatan dalam implementasi dan penerapannya dapat menjadi faktor penting.
Adopt versioning philosophy: jangan pernah katakan selesai pada produkproduk yang telah dihasilkan, buatlah dalam berbagai versi, setiap kali ada perkembangan, dapat mengganti versi produk.
Be customer focused and technology enabled: perusahaan harus tetap fokus pada customer-driven value proposition. Teknologi dapat membantu
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
24
perusahaan untuk memberikan atau menambah customer value proposition apabila dimanfaatkan dengan baik.
Create scalable and standardized architectures: bisnis perusahaan jangan sampai terganggu oleh berbagai masalah teknikal pada infrastrukturnya. Oleh karena itu, dibutuhkan pondasi infrastruktur yang baik agar bisnis perusahaan tidak gampang terganggu oleh banyak hal.
Create and be driven by a vision: pada saat mengeksekusi proyek yang sedang
berjalan,
pengawasan
juga
tetap
harus
dilakukan
agar
menyelaraskan rencana proyek dengan portofolio dari solusi bisnis perusahaan kedepannya. 2.6.2
Masalah Dalam Perusahaan
Hartman, Sifonis & Kador (2000) juga memberikan masalah-masalah atau halangan yang mungkin dihadapi sebuah perusahaan dalam peta persaingan bisnisnya:
Tidak cukupnya arsitektur TI yang memadai yang mencakup aplikasiaplikasinya sampai ke jaringannya untuk mendukung proses bisnis dari sebuah perusahaan
Memodernisasikan proses bisnis sebuah perusahaan tanpa perencanaan yang matang
Memodernkan aplikasi bisnis sebuah perusahaan tanpa ada upgrade dan maintenance yang rutin terhadap sistem tersebut
Mempunyai kecenderungan mencontek model bisnis kompetitor sebagai reaksi terhadap bisnis kompetitor
Tidak dapat mengembangkan satu proyek yang sudah ada, selalu terhenti pada satu proyek saja, selebihnya hanya mengandalkan pembelian sistemsistem baru tanpa mengintegrasikan terhadap sistem yang lama
Pola pikir yang sempit, kurangnya visi dalam menghadapi persaingan bisnis yang ketat
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
25
2.6.3
Pilar Penting Pada Organisasi
Hartman, Sifonis & Kador (2000) yang melakukan pendekatan yang lebih bersifat organisasi menilai sebuah perusahaan akan dapat sukses jika mereka dapat fokus pada empat pilar penting ini:
Leadership Kepemimpinan
menjadi salah
satu
poin utama
yang dapat
mempengaruhi suatu organisasi dan kesiapan organisasi itu sendiri dalam memanfaatkan teknologi untuk mendukung rencana strategi atau bisnis dari suatu organisasi. Suatu pemimpin juga harus dapat menyatukan tiga komponen lainnya agar dapat bekerja sebagai suatu kesatuan.
Governance Tata kelola perusahaan mempunyai peranan penting disini. Suatu organisasi yang mempunya tata kelola (Governance) yang baik dengan menerapkan GCG (Good Coorporate Governance) cenderung dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya, baik sumber daya secara infrastruktur dan sumber daya manusia-nya.
Competencies Nilai-nilai kompetensi dari suatu perusahaan juga berperan penting dalam memajukan suatu bisnis dari organisasi tersebut. Suatu organisasi atau perusahaan yang kompeten dan mempunyai sumber daya manusia yang kompeten, dapat memanfaatkan semua sumber daya yang ada dalam menghadapi persaingan bisnis, salah satunya dengan mempunyai tingkat kesiapan yang tinggi.
Technology Teknologi mempunyai peran yang sangat vital dalam keberhasilan suatu organisasi dalam menjalankan strategi bisnisnya. Teknologi juga berperan penting dalam tercapainya suatu visi, misi dan tujuan organisasi dalam menghadapi persaingan bisnis.
Menurut Hartman, Sifonis & Kador (2000), empat poin diatas dapat menjadi kunci penting keberhasilan suatu organisasi dalam menghadapi peta persaingan
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
26
bisnis. Empat poin diatas pun dapat menjadi acuan dalam mengukur tingkat kesiapan suatu organisasi dalam menghadapi persaingan bisnis. Bila dipetakan kedalam diagram akan terlihat seperti Gambar 2.3 Tingkat Kesiapan Menurut Hartman, Sifonis & Kador (2000).
Gambar 2.3 Tingkat Kesiapan Menurut Hartman, Sifonis & Kador (2000)
Kekurangan dari teori yang diungkapkan oleh Hartman, Sifonis & Kador (2000) adalah teori mereka lebih mengedepankan penilaian secara keseluruhan organisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi organisasi tersebut daripada melakukan pendekatan secara pribadi seperti yang terlihat pada Gambar 2.3. Ada 5 kategori Net Readiness yang dikembangkan oleh Hartman, Sifonis & Kador (2000) yaitu: > 180
: Net Visionary. Organisasi sudah menunjukkan tingkat kesiapan Net Readiness dengan tingkat yang paling tinggi serta siap untuk melakukan implementasi TI.
150- 179 : Net Leader. Pada tingkat ini, Net Ready dari suatu organisasi dinilai sangat baik, namun masih kurang beberapa hal penting dan perlu diperbaiki lagi.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
27
120 – 149 : Net Savvy. Organisasi memperlihatkan pengetahuan yang baik mengenai TI dan Net Ready. 90 – 119 : Net Aware. Pada tingkat ini, organisasi membutuhkan pebaikan untuk meningkatkan Net Ready pengguna agar dapat mempunyai pemahaman tentang TI dan Net Ready yang baik. < 90
: Net Agnostic. Sektor TI dan kebijakan TI belum menjadi proritas dan perhatian organisasi. Implementasi Ti yang dilakukan dinilai akan sia-sia karena kurangnya pemahaman tentang TI dan dampak implementasi TI pada organisasi.
2.7
Technology Readiness Index (TRI)
Pada awalnya, Technology Readiness Index (TRI) mulai dikembangkan oleh Parasuraman pada tahun 2000 dalam jurnalnya yang berjudul Technology Radiness Index (TRI): A Multiple-Item Scale to Measure Readiness to Embrace New Technologies. Dalam jurnalnya, technology-readiness atau tingkat kesiapan mengacu
kepada
kecenderungan
seseorang
dalam
menggunakan
dan
memanfaatkan teknologi baru dalam mencapai tujuan mereka baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam dunia pekerjaan. Teori yang diungkapkan oleh Hartman dan Sifonis (2000) berbeda dengan teori yang diungkapkan oleh Parasuraman (2000), Lin, Shih, Sher, & Wang (2005) dan Walczuch, Lemmink, & Streukens (2007) karena teori yang diungkapkan Parasuraman (2000), Lin, Shih, Sher, & Wang (2005) dan Walczuch, Lemmink, & Streukens (2007) melakukan pendekatan yang lebih pribadi. Menurut Parasuraman (2000) dalam jurnalnya Technology Readiness Index (Tri): A Multiple-Item Scale to Measure Readiness to Embrace New Technologies, Walczuch, Lemmink, & Streukens (2007) dalam jurnalnya The effect of service employees’ technology readiness on technology acceptance dan Lin, Shih, Sher, & Wang (2005) dalam jurnalnya Consumer Adoption of e-Service: Integrating Technology Readiness with the Technology Acceptance Model menyatakan dalam penilaian Technology Readiness Index, ada empat poin penting yang dapat
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
28
mempengaruhi
tingkat
kesiapan
pengguna
dalam
menggunakan
dan
memanfaatkan teknologi. Empat poin tersebut yaitu:
Optimism Dibutuhkan pandangan-pandangan yang positif terhadap teknologi. Selalu percaya bahwa dengan adanya teknologi, dapat meningkatkan kontrol, fleksibilitas dan efisiensi didalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pekerjaan.
Innovativeness Perlu adanya kecenderungan, sifat dan kebiasaan untuk menjadi pelopor dalam penggunaan teknologi terbaru dan dapat menggunakan teknologi yang terus terbarui.
Discomfort Ada rasa ketidaknyamanan dalam penggunaan teknologi dalam keseharian atau dunia pekerjaan. Kecenderungan masih menggunakan cara-cara yang tradisional
Insecurity Ada rasa ketidakamanan dari para pengguna dalam menggunakan teknologi salah satunya karena alasan pribadi atau privacy.
Pendekatan yang dilakukan oleh Parasuraman (2000), Walczuch, Lemmink, & Streukens (2007) dan Lin, Shih, Sher, & Wang (2005) lebih ke arah personal tiap pengguna suatu sistem dibandingkan organisasi seperti yang dilakukan oleh Hartman dan Sifonis (2000). Kekurangan pada teori yang diungkapkan oleh Parasuraman (2000), Walczuch, Lemmink, & Streukens (2007) dan Lin, Shih, Sher, & Wang (2005) adalah perlunya melakukan penelitian yang lebih personal, konsekuensinya, harus melibatkan banyak pihak seperti contoh: jika ingin menggunakan kuesioner untuk pengumpulan data sekunder, kuesionernya harus dibagikan kepada semua responden yang terkait dengan topik penelitian dan akan membutuhkan waktu dan biaya.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
29
Pendekatan yang lebih personal lebih cocok jika diterapkan dalam Panin Bank dalam mengukur tingkat kesiapan para penggunanya karena masalah yang ditemukan terdapat pada personal dari para pengguna.
Gambar 2.4 Tingkat Kesiapan Menurut Parasuraman (2000) Ada 3 kategori dalam penerapan Technology Readiness Index yang dikembangkan oleh Parasuraman (2000), yaitu:
Low Technology Readiness: TRI dianggap rendah jika TRI sama atau kurang dari 2.89 (TRI =< 2.89).
Medium Technology Readiness: TRI dianggap ada pada tahap medium jika TRI ada diantara 2.90 sampai 3.51 (2.90 =< TRI =< 3.51).
High Technology Readiness: TRI dapat dikatakan tinggi jika TRI diatas 3.51 (TRI > 3.51).
2.8
E-Readiness
Secara umum, e-Readiness dapat berarti tingkat kesiapan pada sebuah lingkungan yang berpartisipasi dalam dunia ekonomi digital yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
30
Banyak cara untuk mengukur e-Readiness yang telah dilakukan, salah satunya adalah e-Readiness yang dikembangkan oleh GeoSINC International dibawah organisasi infoDev. E-Readiness yang dikembangkan oleh GeoSINC ini berguna untuk memberikan dokumen
yang komprehensif kepada Negara-negara
berkembang mengenai assessment e-Readiness dan memberikan masukan mengenai pengimplementasian TI secara nasional. Dalam e-Readiness yang dikembangkan oleh GeoSINC, ada 3 tahapan penting yang harus dilakukan oleh penelitian, yaitu:
Assessment Fase
ini
adalah
fase
awal
dalam
e-Readiness
dalam
pengimplementasian TI pada suatu Negara. Pada Negara berkembang, assessment
e-Readiness dapat membantu
membentuk patokan
(benchmark) untuk membuat perbandingan pasar secara regional dan nasional yang akhirnya akan membuat perencanaan nasional. GeoSINC International telah menentukan 5 pilar penting yang menjadi poin utama dan berkontribusi dalam implementasi TI pada suatu Negara yaitu: Access and connectivity, Training, Education and public awareness, Government Leadership, Business and Private Sector Initiatives dan Social Development. Penjelasan tentang kelima faktor tersebut akan dibahas lebih rinci kemudian. Tahapan e-Readiness assessment ini pada umumnya memakan waktu selama 4 bulan. Selama kurun waktu tersebut, diharapkan assessment ini dapat tercapai dan telah mencakup 5 pilar utama dari e-Readiness.
Mengembangkan strategi dan menyusun rencana kegiatan Nasional Setelah dilakukan e-Readiness assessment, tahap selanjutnya yaitu mengembangkan strategi dan menyusun rencana kegiatan Nasional. Dengan adanya analisa terhadap hasil dari assessment, diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengembangan strategi dan menyusun renana kegiatan Nasional yang tepat. Tahapan pengembangan strategi dan
penyusunan
rencana
kegiatan
Nasional
pada
umumnya
menghabiskan waktu 6 sampai 8 bulan.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
31
Mengimplementasikan kegiatan Dengan adanya strategi dan susunan rencana kegiatan Nasional, GeoSINC menetapkan implementasi kegiatan final dalam framework e-Readiness. Dengan adanya penyusunan strategi dan perencanaan kegiatan Nasional, maka implementasi dan kegiatan TI secara Nasional dapat dilakukan dengan terencana dan matang. Pada umumnya, implementasi TI membutuhkan waktu 3 sampai 5 tahun dan bisa lebih tergantung dari implementasi dan kegiatan yang dilakukan. Dalam tahap implementasi, evaluasi terhadap implementasi dan kegiatan Nasional TI sangat penting dan menjadi bagian penting dari kontrol.
Gambar 2.5. Tahapan Pengukuran Kesiapan TI GeoSINC GeoSINC International (2002) Pada Gambar 2.5. Tahapan Pengukuran Kesiapan TI GeoSINC dapat dijelaskan bahwa tahapan dalam pengukuran tingkat kesiapan TI yang dikembangkan oleh GeoSINC adalah suatu proses yang berlangsung secara kontinu dari mulai Assessment, mengembangkan strategi dan menyusun rencana kegiatan dan mengimplementasikan kegiatan ditambah dengan evaluasi yang dilakukan setiap selesai implementasi untuk selanjutnya dilakukan assessment kembali.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
32
Gambar 2.6. 5 Pilar utama pada e-Readiness GeoSINC International (2002) Seperti telah dijelaskan sebelumnya, e-Readiness yang dikembangkan oleh GeoSINC International mempunyai 5 pilar utama yang menjadi faktor penting dalam menilai kesiapan TI dari suatu Negara atau Perusahaan seperti pada Gambar 2.6. 5 Pilar utama pada e-Readiness yaitu:
2.8.1
Access and Connectivity
Training, education and public awareness
Government and public administration leadership
Business and private sector initiative
Social Development
Access and Connectivity
Access and Connectivity berperan penting dalam menjalin jaringan dalam suatu Negara atau organisasi. Banyak Negara yang mendapat keuntungan dari adanya ekonomi digital dikarenakan adanya infrastruktur yang memadai seperti komunikasi melalui jalur darat, air dan udara, telekomunikasi dan internet.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
33
Banyak juga kasus pada suatu Negara yang sudah mempunyai infrastruktur yang baik tapi hanya dapat mengambil keuntungan yang sedikit dari infrastruktur tersebut.
Gambar 2.7. Access and Connectivity GeoSINC International (2002) Seperti pada Gambar 2.7, dapat terlihat program Access and Connectivity mempunyai tujuan dan objektif seperti berikut:
Memberikan akses jaringan telekomunikasi kepada masyarakat umum secara nasional, metropolitan dan regional dengan harga yang terjangkau
Memberikan infrastruktur yang dibutuhkan oleh pengembangan proyekproyek TI agar mendukung berkembangnya TI pada suatu Negara
Untuk mencapai tujuan dan obyektif diatas, ada tindakan yang harus dilakukan dari mulai sektor teknologi, sektor pembuatan kebijakan-kebijakan dan hukum sampai sektor komunitas yang akan dijangkau oleh proyek TI:
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
34
Technology Jika riset mengenai solusi-solusi TI dilakukan dengan baik, maka pada tahap ini akan menyempitkan solusi-solusi TI yang telah ditawarkan hingga mendapatkan solusi yang benar-benar dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan serta dapat menyeleksi supplier. Dalam menyeleksi solusi-solusi teknologi, harus diperhitungkan kriteria-kriteria sebagai berikut: cost, adaption to context (geography, demography), environmental conditions, scalability and ease of maintenance.
Law and Policies Adaptasi terhadap peraturan dan regulasi yang berlaku akan memberikan pemahaman yang baik sebelum dilakukannya implementasi pada sektor telekomunikasi dan jaringan. Banyak elemen yang membutuhkan intervensi seperti structure of telecommunications sector, costs of services, tax on imports, foreign investment protection, nautical regulations agencies, dan lainnya.
Community Access Pada akhirnya, tahap yang juga tergolong penting, solusi TI yang sudah diimplementasikan harus mengkonsiderasikan hal-hal seperti berikut: structure of telecommunications sector, cost of services, tax on imports, foreign investment protection, national regulations agencies dan lainnya.
2.8.2
Training, Education and Public Awareness
Kurangnya pelatihan, tingkat pendidikan yang rendah serta rendahnya public awareness dapat menjadi penghambat berkembangnya internet dan jaringan pada Negara-negara berkembang. Untuk membuat program yang dapat secara efektif memberikan efek dalam perkembangan proyek-proyek TI dan meningkatkan kemampuan TI masyarakat, dibutuhkan pengembangan proyek yang fokus dan mempunyai visi yang panjang. Dengan berkembangnya TI pada suatu Negara, akan menyebabkan dibutuhkannya lebih banyak ahli TI pada suatu Negara. Proyek-proyek TI pada suatu Negara akan menyebabkan semakin termodernisasinya proses-proses yang selama ini
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
35
manual yang berdampak dibutuhkannya lebih banyak sumber daya TI, pelatihan yang terus menerus serta dibutuhkannya ahli TI dalam setiap organisasi dimanapun proyek TI berada. Dengan adanya investasi yang besar untuk proyekproyek TI, maka dibutuhkannya ahli-ahli TI agar investasi di bidang TI tepat guna agar investasi tidak sia-sia dan proyek dapat berjalan dengan baik.
Gambar 2.8. Training, Education and Public Awareness Program GeoSINC International (2002) Pada Gambar 2.8, dapat dilihat, bagi Negara atau organisasi yang mempunyai keterbatasan pada sumber daya manusianya, dibutuhkan untuk melakukan hal-hal seperti berikut:
Melakukan pelatihan-pelatihan dan kursus singkat yang bekerja sama dengan pihak eksternal atau dengan pihak pengembak proyek TI.
Mengundang pihak spesialis asing untuk memberikan seminar singkat mengenai implementasi TI pada sebuah organisasi atau suatu Negara.
Melakukan pembelajaran mengenai TI di sekolah-sekolah.
Meningkatkan aktifitas-aktifitas internet agar masyarakat mendapatkan informasi lebih dari internet.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
36
Solusi lainnya membutuhkan implementasi yang lebih lama untuk dilakukan seperti:
Membeli komputer untuk pendidikan siswa atau siswi disekolah.
Mengembangkan kurikulum baru pada sekolah.
Membuat institusi telekomunikasi, jaringan dan TI nasional.
2.8.3 Peran
Government and Public Administration Leadership kepemimpinan
pemerintah
sering
menjadi
faktor
utama
dalam
berkembangnya TI dan jaringan pada Negara-negara berkembang. Kenapa itu bisa terjadi: pertama, karena pemerintah mempunyai kapasitas dalam membuat lingkungan yang mendukung untuk pengembangan proyek-proyek TI dengan cara mereformasi dan mengembangkan aturan hukum dan regulasi dan mengatur kebijakan dan insentif, kedua, pemerintah dapat menjadi perekrut terbesar pada suatu Negara.
Gambar 2.9. Government and Public Administration Leadership Program GeoSINC International (2002) Proyek-proyek yang berhubungan dengan pemerintahan dan administrasi publik dapat dibagi menjadi 3 kategori: Law and regulation reform and Policy making
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
37
projects, Information management and Intranet projects, Extranet and – government projects seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.9. Tiga kategori tersebut adalah:
Law and regulation reform and Policy making projects Pada umumnya, perubahan-perubahan dari segi hukum dan regulasi akan mengubah standar dan tujuan dari implementasi proyek TI. Oleh karena itu, jika ada perubahan dari segi hukum dan regulasi sebaiknya dilakukan seawal mungkin sebelum implementasi dimulai karena, jika perubahan hukum dan regulasi terjadi pada saat implementasi TI, akan terjadi sebuh perubahan yang signifikan pada implementasi proyek TI tersebut. Jika terjadi perubahan dan perubahan tersebut dapat ditanggapi dengan proses Change Management yang baik, maka perubahan yang terjadi malah akan memberikan nilai tambah bagi suatu Negara atau organisasi.
Management and Information Systems (MIS) and Intranet projects Proyek-proyek yang terus berjalan akan membutuhkan banyak biaya sebelum diimplementasikan ditambah banyaknya kondisi dan perhatian yang mendetail pada proyek-proyek tersebut. Tujuan dari tahap ini untuk mencegah terjadinya pengelolaan adminsitrasi yang berantakan serta menciptakan lingkukan implementasi TI yang kondusif. Tujuan utama dari tahap ini yaitu mengurangi proses administrasi yang bertumpuk, mempercepat proses dan membuat lingkungan kerja yang kolaboratif.
Extranet and E-government projects Tahap ini dilakukan agar proyek-proyek TI yang ada akan dijalankan secara transparan jadi masyarakat bisa melihat proses-proses proyek TI pada pemerintah dan administrasinya secara transparan. Faktor tersebut menjadi penting disamping manfaat lainnya yaitu semakin bertumbuhnya konten-konten internet lokal dan mempromosikan kesenian tradisional masyarakat lokal.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
38
2.8.4
Business and Private Sector
Business and Private Sector adalah kunci untuk merancang dan membangun jaringan dan proyek TI yang tepat dan bisa menjadi tujuan dari kesiapan pada suatu Negara. Dengan konteks pembangunan rencana e-Readiness nasional, maka langkah dan tindakan yang dilakukan juga harus memfasilitasi inisiatif-inisiatif baru dan mendukung proyek-proyek bisnis yang sejalan dengan prioritas pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan lapangan kerja, menurunkan angka kemiskinan dan meningkatkan kegiatan perdagangan. E-commerce seharusnya dapat dilihat sebagai salah satu faktor yang menstimulasi terjual dan terdistribusinya produk-produk lokal di dunia internasional. Dampak yang dapat mempengaruhi terhambatnya perkembangan sektor e-commerce ini yaitu proses di bea dan cukai, logistik, transaksi keuangan dan sistem perdagangan. Prosedur yang panjang dan berbelit, tidak baiknya sistem distribusi dan sistem perbankan yang tidak modern akan menghambat penyerapan keuntungan dan kemungkinan pengeksporan produk-produk lokal dalam skala global.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
39
Gambar 2.10. Business and Private Sector Program GeoSINC International (2002) Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10, untuk menanggulangi masalahmasalah diatas, strategi dan pembangunan TI nasional harus fokus dalam empat kategori proyek yaitu:
Fiscal measures Fiscal measures harus dihubungkan dengan secara real-time antara sistem yang terhubung dengan internet dan dapat diakses oleh semua pengguna TI untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang fiskal. Program khusus dapat dikembangkan untuk meningkatkan lowongan kerja dan start-up bisnis dalam bidang TI dan mendorong berkembangnya ecommerce dan e-trading.
Virtual financial transaction Virtual
financial
berkembangnya
transaction
e-commerce.
adalah Pada
fitur
beberapa
yang
penting
Negara,
dalam
dibutuhkan
modernisasi sistem perbankan agar virtual transaction dapat dilakukan secara aman dan sah.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
40
Logistics improvement Logistik adalah salah satu faktor yang harus dikembangkan oleh beberapa Negara. Banyak Negara yang terhambat perkembangan bisnisnya hanya karena buruknya sistem logistik dinegara mereka. Dengan memperbaiki dan memodernisasi sistem logistik, dapat membuka peluang adanya bisnis baru diseluruh penjuru negeri.
ICT and Internet related business regrouping Program ini adalah program yang sangat baik dalam membuat sinergi dan membuat kapabilitas TI secara lokal. Proyek-proyek TI dapat terselesaikan dengan matang dan tepat sasaran. Sinergi dapat terbentuk antara bisnis TI yang lebih mengedepankan hardware, software, networks, programming dan internet dengan bisnis multimedia yang lebih mengedepankan desain, produksi konten dan web programming. Sinergi yang baik juga dapat mengembangkan dan mempromosikan produk dan servis lokal dan mendukung berkembangnya e-commerce.
2.8.5
Society Development
Jika strategi TI sudah dibuat dan telah diimplementasikan, maka kebutuhan operasional TI pada suatu Negara-pun semakin meningkat, oleh karena itu dibutuhkannya peran serta dari masyarakat dalam mengelola sumber-sumber TI tersebut. Proyek-proyek TI yang telah dikembangkan jelas fokus kepada pengembangan pembangunan khususnya masyarakat.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
41
Gambar 2.11. Society Development Program GeoSINC International (2002) Gambar 2.11 menunjukkan banyak kegiatan yang dibuat untuk mengembangkan kualitas dan meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memanfaatkan TI yaitu:
Pelayanan kesehatan masyarakat yang memanfaatkan TI.
Memberikan pelatihan
secara
berkala
kepada masyarakat secara
bergantian.
Membuat dan mengembangkan e-learning.
Memberikan program pelatihan kepada para wanita dinegara masingmasing.
Dengan melakukan perencanaan yang berdasarkan dengan 5 pilar yang digambarkan oleh GeoSINC International diatas, implementasi strategi TI diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat pada suatu Negara dengan memanfaatkan TI sebagai pondasi utamanya.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
42
2.9
Kajian Penelitian sebelumnya
Pada saat penelitian tentang tingkat kesiapan pengguna ini dimulai, ada beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya, antara lain: 1. Technology Readiness Index (Tri): A Multiple-Item Scale to Measure Readiness to Embrace New Technologies oleh A. Parasuraman (2000). Pada penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman (2000) ini, Parasuraman melakukan penelitian untuk menemukan 4 faktor psikologis dalam pengadopsian teknologi dan menilainya dalam sebuah index yaitu Technology Readiness Index. 2. Consumer Adoption of e-Service: Integrating Technology Readiness with the Technology Acceptance Model oleh Lin, Shih, Sher, & Wang (2005). Pada penelitian yang dilakukan disini, penulis mencoba untuk menjelaskan dan memprediksi penggunaan teknologi baru. Penulis lebih fokus untuk mencari tau dan menjelaskan tingkah laku pengguna TI dalam menggunakan suatu sistem, khususnya yang bersifat e-service. 3. The Information Technology (IT) Adoption Process and E- Readiness to Use within Yogyakarta Indonesian Small Medium Enterprises (SME) oleh Muafi, Gusaptono, H., Effendi, M. I., & Charibaldi, N. (2012). Pada penelitian yang dilakukan dalam jurnal ini,
penelitian lebih berfokus untuk
menginvestigasi pengadopsian TI dan mencari pokok masalahnya dan mengukur kesiapannya menggunakan metode E-Readiness. 4. Analisis E-Readiness di Instansi Pemerintah: Studi kasus Departemen Luar Negeri Republik Indonesia Oleh Pangarso Dadung Nugroho (2010). Penelitian meneliti tentang tingkat kesiapa TI pada Departemen Luar Negeri Republik Indonesia dalam usahanya menunjang tugas pokok Deplu dan Fungsi lainnya. Pada penelitian ini, digunakan Net Ready Scorecard yang dikembangkan oleh Hartman & Sifonis (2000). 5. Analisis Net-Readiness pada penerapan kebijakan teknologi informasi perbankan studi kasus PT. Bank Bukopin oleh Richi Aktorian (2010). Penelitian yang dilakukan oleh Richi Aktorian menilai tingkat kesiapan pada PT. Bank Bukopin dengan menggunakan metode Net-Ready.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
43
2.10
Theoretical Framework
Theoretical Framework adalah kumpulan dari konsep-konsep untuk membantu peneliti dalam mengerjakan penelitiannya. Theoretical framework juga membantu untuk menentukan faktor-faktor apa saja yang harus diperhitungkan dalam rangka mencapai tujuan dari penelitian tersebut. Dari tiga teori (Net Ready, Technologi Readiness Index dan E-Readiness ) yang dibandingkan oleh peneliti untuk dijadikan Theoretical Framework, dapat didapatkan tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Teori Net Ready
Technology Readiness
E-Readiness
Index Ringkasan
Net
ready
menjadi
Net ready menjadi salah
E-Readiness adalah salah
cara untuk mengukur
satu cara untuk mengukur
satu cara untuk menilai
tingkat
tingkat
kesiapan
kesiapan
pengguna
dalam
menggunakan memberdayakan dengan
dan TI
melakukan
pengukuran
secara
kesiapan
pengguna menggunakan
melakukan
suatu
dalam
Negara dalam penerapan
dan
TI untuk meningkatkan
memberdayakan teknologi
dari
taraf hidup dan kualitas dengan
pengukuran
masyarakat pada negara tersebut.
organisasional.
secara personal.
Faktor
Organisasional
Personal
pengukuran
(Kepemimpinan,
inovasi,
Connectivity,
pemerintahan,
ketidaknyamanan,
education
kompetensi teknologi)
ketidakamanan)
awareness, Government
(Optimisme,
Nasional
(Access
Training,
and
and
and public
public
administration leadership, Business and private sector initiative, Social Development)
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
44
Tabel 2.1 Perbandingan Teori (lanjutan) Net Ready
Technology Readiness
E-Readiness
Index Kelebihan
Kekurangan
Dapat
mengukur
tingkat
Dapat mengukur tingkat
tingkat kesiapan dari
kesiapan dari tiap pribadi
kesiapan suatu Negara
suatu organisasi secara
dalam suatu organisasi,
dalam
menyeluruh.
sehingga ada hasil yang
mengimplementasikan
lebih mendetail.
dan memanfaatkan TI.
Dibutuhkan kerjasama
Dibutuhkan pengambilan
Dibutuhkan perencanaan
dari
data yang lebih mendetail
yang
organisasi dari mulai
dari
dibutuhkannya data yang
pimpinan-pimpinan
(pengguna sistem) yang
mendetail
organisasi,
pimpinan
ikut berpartisipasi dalam
Access and Connectivity,
pengelola
organisasi,
proses
Training, education and
pimpinan
pengelola
yang
teknologi
sampai
semua
elemen
Mengukur
setiap
individu
bisnis akan
penelitian,
tertentu
matang
dan
mengenai
dijadikan
public
awareness,
sehingga
Government and public
penggunaan-
membutuhkan kerjasama
administration
penggunaan teknologi
yang baik dari semua
leadership, Business and
dalam
organisasi
individu
private sector initiative,
untuk
mendapatkan
yang
berpartisipasi
dalam
Development
proses
penelitian
Dibutuhkan lebih banyak
waktu
waktu, usaha dan biaya.
mengumpulkan datanya.
-
- Dapat
- Melakukan
Mengukur
tingkat
pengukuran tingkat
kesiapan
secara
kesiapan
pribadi.
secara
organisasional. -
-
tersebut.
Social
data yang cukup untuk
Kesimpulan
bisnis
ikut
Dapat
-
melakukan
Akses
yang akan membutuhkan lama
mengukur
tingkat kesiapan suatu Negara
untuk
mendapatkan
untuk
dalam
mengimplementasi dan mengadopsi TI.
pengukuran secara
informasi
dapat
menyeluruh.
didapatkan dari para
tingkat berdasarkan
Butuh
akses
responden
secara
informasi
yang
pribadi, tanpa harus para
- Dapat
menghitung kesiapan strategi
dan tujuan TI Negara.
dalam sampai pada
melibatkan
- Dilakukan
dalam
pemimpin strategis
pimpinan-pimpinan
skala nasional atau
dari organisasi.
organisasi terlalu jauh.
organisasi.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
45
Berdasarkan tabel perbandingan antara Net Ready, Technologi Readiness Index dan E-Readiness, dapat dilihat jika pada penelitian pada Panin Bank, Technology Readiness Index lebih dapat digunakan sebagai theoretical framework penelitian. Technology Readiness Index juga dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat kuesioner. Technology Readiness Index digunakan karena sesuai dengan kondisi penelitian saat ini karena ingin mengukur tingkat kesiapan pengadopsian teknologi para pengguna sistem Oracle Business Intelligence secara pribadi dan bukan secara organisasional. Technology Readiness Index juga dapat digunakan karena tidak diperlukan akses informasi yang dalam sampai pada pemimpin-pemimpin strategis dari suatu organisasi, melainkan hanya pada pengguna sistem saja. Berdasarkan tabel dan kesimpulan yang telah dijelaskan diatas, maka Theoretical Framework yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Technology Readiness Index yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.12 Theoretical Framework
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
46
Pengambilan data adalah hal yang sangat penting dalam menunjang teori ini. Setelah dilakukan pengambilan data menggunakan kuesioner, maka akan dilakukan hipotesis antar satu faktor ke faktor lainnya yang akan menghasilkan tingkat kesiapan pengguna dalam menggunakan suatu sistem dan digunakannya sistem tersebut oleh para pengguna seperti pada Gambar 2.12. Hipotesis yang dimaksud adalah:
Optimisme (Optimism) digambarkan sebagai pandangan positif seseorang terhadap teknologi. Optimism juga membuat orang percaya jika teknologi dapat memberikan kontrol yang lebih baik terhadap keseharian mereka, fleksibilitas dan efisiensi dalam hidup mereka. Optimisme umumnya menangkap perasaan positif terhadap teknologi.
Inovasi (Innovativeness) didefinisikan sebagai kecenderungan untuk menjadi pionir dalam hal teknologi atau menjadi pemimpin dalam hal teknologi. Inovasi secara umum menggambarkan bagaimana seseorang menilai dirinya sendiri sebagai pionir dalam pengadopsian teknologi.
Ketidaknyamanan (Discomfort) adalah perasaan tidak bisa mengontrol teknologi dengan baik yang diikuti oleh perasaan tidak nyaman saat menggunakan atau mengadopsi teknologi. Faktor ketidaknyamanan mengukur ketakutan dan hal-hal lainnya saat dihadapkan dengan teknologi.
Ketidakamanan (Insecurity) dikatakan sebagai ketidak percayaan dan pandangan yang skeptis terhadap kemampuan teknologi apakah dapat bekerja dengan baik atau tidak. Faktor ketidakamanan lebih fokus kepada orang yang sering melakukan transaksi yang memanfaatkan teknologi seperti transaksi perbankan online, transaksi pembayaran online, dan lainnya.
Item-item pengukuran dan hubungannya terhadap kerangka teori penelitian ada pada Tabel 2.2 yang menjelaskan item pengukuran pada kuesioner dan hubungannya dengan kerangka teori serta sumber dari item pengukuran tersebut.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
47
Tabel 2.2. Item pengukuran Kuesioner Konstruksi
Optimism (OPT) (Parasuraman, 2000)
Innovativeness (INN) (Parasuraman, 2000)
Variabel Indikator OPT1 = Kemudahan mengontrol sesuatu OPT2 = Kenyamanan menggunakan teknologi terbaru OPT3 = Kenyamanan menggunakan komputer OPT4 = Kenyamanan menggunakan teknologi canggih OPT5 = Penggunaan program komputer OPT6 = Efisiensi dalam melakukan pekerjaan OPT7 = Teknologi dapat memacu kreativitas OPT8 = Kebebasan beraktivitas OPT9 = Teknologi dapat meng-update informasi OPT10 = Keyakinan dalam menggunakan komputer INN1 = Pengetahuan tentang teknologi diri sendiri INN2 = Pengetahuan tentang teknologi rekan INN3 = Pionir dalam hal teknologi INN4 = Mandiri dalam pengetahuan tentang teknologi INN5 = Penerapan teknologi terbaru dalam bidang pekerjaan INN6 = Kenyamanan mengeksplorasi gadget-gadget INN7 = Kemampuan dalam menggunakan produk berteknologi DIS1 = Ketidakpercayaan terhadap teknikal support DIS2 = Teknologi memperumit pekerjaan DIS3 = Kesulitan membaca instruksi produk TI DIS4 = Ketidaknyamanan dalam mengganti password komputer terlalu sering DIS5 = Tendensi lebih memilih produk yang standar tapi murah daripada yang canggih tapi mahal
Discomfort (DIS) (Parasuraman, 2000)
DIS6 = Ketidaknyamanan menggunakan TI karena takut rusak DIS7 = Keharusan ada perhatian lebih saat sistem menghasilkan data DIS8 = Ketidaknyamanan karena teknologi mempunyai risiko kesehatan dan keselamatan DIS9 = Ketidaknyamanan karena takut dimata-matai DIS10 = Teknologi bermasalah saat dibutuhkan
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
48
Tabel 2.2. Item pengukuran Kuesioner (lanjutan) Konstruksi Variabel Indikator INS1 = Ketidakamanan dalam memberikan nomor kartu kredit INS2 = Ketidakamanan dalam melakukan transaksi finansial online INS3 = Kekhawatiran informasi yang dikirim dapat terlihat Insecurity (INS) (Parasuraman, 2000)
INS4 = Ketidakamanan melakukan bisnis secara online INS5 = Keharusan ada konfirmasi secara tertulis dalam bisnis online INS6 = Keharusan ada cek ulang terhadap proses yang otomatis INS7 = Perlunya campur tangan manusia dalam bisnis INS8 = Keamanan bertransaksi dengan manusia daripada dengan komputer dalam bisnis INS9 = Ketidakamanan dalam memberikan passowrd
Terlihat pada Tabel 2.2 jika item pengukuran pernyataan kuesioner didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh Parasuraman (2000). Item pengukuran kuesioner terdiri dari 36 item Technology Readiness Index.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian Pada Bab ini membahas mengenai alur pikir penelitian yang dilakukan penulis. Metodologi atau alur pikir penelitian yang dilakukan untuk mengukur tingkat kesiapan pengguna untuk sistem Oracle Business Intelligence disini seperti tergambarkan pada Gambar 3.1.
49
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
50
3.1
Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan statistika inferensial karena data yang didapat dari pengguna harus diolah dulu untuk menentukan motivasi dari pengguna untuk selanjutnya mendapatkan tingkat kesiapan pengguna dalam menggunakan sistem Oracle Business Intelligence. Statistika inferensial dibutuhkan dalam penelitian ini untuk mengolah data dari para pengguna sistem Oracle Business Intelligence. Menurut Parasuraman dalam jurnalnya A Multiple-Item Scale to Measure Readiness to Embrace New Technologies (2000), TRI didapatkan dengan melakukan riset dengan menggunakan kuesioner sebagai metode pengambilan data yang menggunakan 4 faktor TRI yaitu optimisme, inovasi, ketidaknyamanan dan ketidakamanan. Analisa akan dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisa akan menguji nilai mean terhadap bobot dari tiap variabel untuk didapatkannya Technology Readiness Index. Khusus untuk variabel ketidaknyamanan dan ketidakamanan akan dilakukan reverse coding karena variabel ini termasuk kedalam Negatively-keyed items. 3.2
Metode penelitian
Metode penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian yang bersifat Quantitative Research. Menurut Creswell (2009) dalam bukunya Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches menjelaskan bawha Quantitative Research adalah cara penyelidikan untuk mengidentifikasi permasalahan berdasarkan pengetesan suatu teori yang dapat diukur dengan angka dan dianalisa menggunakan teknik-teknik statistika. Tujuan utama dari dari metode kuantitatif ini untuk menentukan apakah permasalahan yang mengemuka ke permukaan itu terbukti benar atau malah sebaliknya, salah. Dalam penelitian ini, riset kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Metode kuantitatif tersebut juga dinilai cocok dengan penelitian karena menggunakan data-data yang bersifat
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
51
numerikal atau kuantitatif. Data yang digunakan dapat dihitung untuk melakukan analisa untuk selanjutnya akan dilakukan hipotesis untuk mendapatkan hasil akhir penelitian, yaitu tingkat kesiapan pengguna sistem Oracle Business Intelligence. 3.3
Tahapan Penelitian
Metodologi atau alur pikir penelitian yang dilakukan oleh penulis tampak seperti pada Gambar 3.1. 1. Perumusan Masalah Perumusan masalah, langkah pertama dalam penelitian ini adalah perumusan masalah. Permasalahan muncul dari observasi langsung pada tempat kerja Panin Bank didukung oleh pengakuan manajemen. 2. Pengumpulan Data Permasalahan Pengumpulan data permasalahan berupa wawancara dengan kepala unit kerja MIS pada Panin Bank juga mendukung adanya pengukuran tingkat kesiapan pengguna. Hasil dari tahap ini yaitu Research Questions atau pertanyaan penelitian. 3. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mencari teori-teori pendukung penelitian. Studi literatur yang akan dilakukan akan mencakup:
Tingkat kesiapan
Akuntansi dan laporan keuangan
Teknologi pada keuangan, akuntansi dan laporannya
Business Intelligence
Masalah dalam pemanfaatan TI
Net Ready
Technology Readiness Index
E-Readiness
Kajian penelitian sebelumnya
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
52
Studi literatur dilakukan untuk menggali teori pendukung penelitian, yang dihasilkan disini adalah review dari beberapa teori dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah mereview dan membahas teori-teori yang ada, peneliti harus memilih teori yang tepat untuk diterapkan pada penelitian tersebut. Hasilnya disini, akan ada teori yang dijadikan pakem dalam melanjutkan penelitian ini. 4. Pengumpulan Data Kuesioner Setelah berhasil menentukan teori yang digunakan, karena penelitian bersifat quantitative research, penelitian dapat dilanjutkan dengan mendesain format, merumuskan dan menyusun pernyataan kuesioner untuk dibagikan kepada responden yaitu calon pengguna sistem Oracle Business Intelligence yang ada pada Panin Bank. Sebelum pernyataan benar-benar dibagikan kepada responden, peneliti harus melakukan uji coba kuesioner untuk melakukan content validity. Content validity dilakukan untuk memeriksa apakah kuesioner yang akan disebarkan pada responden dapat dimengerti dengan baik oleh para responden, jika tidak baik, peneliti harus memperbaiki content dari kuesioner tersebut. Jika content validity sudah dilakukan dan hasilnya baik, maka kuesioner siap dibagikan kepada para responden. Setelah kuesioner dibagikan, dibutuhkan pengumpulan data kuesioner untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data kuesioner. Data yang diambil disini menjadi data sekunder. Hasil dari tahap ini adalah data kuesioner yang siap untuk diolah. 5. Uji Validitas dan Reliabilitas Pengolahan data kuesioner dilakukan dengan menguji validitas data dan reliabilitas data. Hasil dari dua aktivitas diatas adalah adanya data sekunder yang didapat dari hasil kuesioner yang bersifat valid dan reliabel.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
53
6. Pengukuran Readiness Jika data sudah didapatkan dan dinyatakan valid, pengolahan dilanjutkan dengan analisa data dengan menggunakan pendekatan Technology Readiness Index dengan cara uji hipotesis dengan menggunakan data yang tersedia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan statistika inferensial, yaitu metode statistik untuk mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menganalisis data kuantitatif. Hasilnya disini didapatkan analisis untuk mendukung penarikan kesimpulan untuk permasalahan utama penelitian. 7. Kesimpulan Setelah melakukan analisa, akan didapatkan kesimpulan berdasarkan hasil analisa dari data sekunder yaitu data kuesioner yang didapatkan dari responden yang telah dilakukan uji validitas, reliabilitas dan analisis. Kesimpulan yang didapatkan harus mencakup semua topik bahasan dari seluruh penelitian, yang selanjutnya akan diringkas dan menjawab pertanyaan penelitian. 8. Rekomendasi Setelah mengambil kesimpulan, dan menjawab pertanyaan penelitian, kesimpulan juga berfungsi untuk melihat kebenaran permasalahan yang ada pada Panin Bank. Kesimpulan juga dapat menghasilkan rekomendasi atas permasalahan yang ada pada Panin Bank untuk dapat ditanggapi dengan segera oleh manajemen agar masalah dapat terselesaikan. Rekomendasi juga diberikan untuk penelitian selanjutnya. 3.4
Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah kumpulan dari individual atau obyek penelitian yang menjadi fokus dalam penelitian. Populasi penelitian juga dikenal dengan kumpulan individu yang mampunyai karakteristik yang serupa. Populasi tersebut cenderung mempunyai beberapa hal yang sama yang membuat kumpulan tersebut dapat dikelompokkan menjadi suatu kelompok populasi penelitian.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
54
Tabel 3.1. Populasi Penelitian Unit Kerja Banking Report Branch Reporting Branch Controlling Budgeting FASI Financial Analysis Management Information System Subsidiaries Report Total
Responden 6 6 4 3 6 5 6 6 42
Seperti terlihat pada Tabel 3.1, populasi pada penelitian ini adalah semua staf Panin Bank yang menggunakan Oracle Business Intelligence dalam pekerjaannya sehari-hari. Ada 8 unit kerja yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu Banking Report, Branch Reporting, Branch Controlling, Budgeting, FASI, Management Information System dan Subsidiaries Report. Untuk populasi responden yang mengisi kuesioner mengenai tingkat kesiapan pengadopsian teknologi yaitu semua staf Panin Bank yang menggunakan Oracle Business Intelligence yang berjumlah 42 orang. 3.5
Metode Pengumpulan Data
Data adalah bagian yang penting dalam penelitian ini, pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang didapatkan langsung dari subyek penelitian, data berupa data dari kuesioner yang disebarkan kepada responden yaitu 42 orang. Data primer pertama dilakukan untuk mencari data awal untuk latar belakang masalah dan perumusan masalah, agar masalah yang dikemukakan mempunyai data dan fakta. Data primer yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah wawancara dengan Bapak Bernad Ferdinand selaku kepala unit kerja Management Information System dan kepala unit kerja lainnya. Setelah
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
55
wawancara dilakukan, dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang ada pada Panin Bank. Selanjutnya pencarian data primer dilakukan dengan mendistribusikan kuesioner penelitian kepada para responden, yaitu staf Panin Bank yang menggunakan Oracle Business Intelligence yang berjumlah 42 orang. Kuesioner
yang digunakan adalah kuesioner yang dikembangkan oleh
Parasuraman (2000) yang berjumlah 36 pernyataan yang bersifat psikologis. Sebelum kuesioner dibagikan, terlebih dahulu diuji kontennya, atau content validity test untuk melihat apakah responden mengerti apa maksud dari kuesioner tersebut. Setelah lolos dari uji konten, selanjutnya kuesioner dapat disebarkan kepada para responden, yaitu populasi staf Panin Bank yang menggunakan Oracle Business Intelligence. Skala Likert digunakan untuk memeriksa seberapa setuju atau tidak setujunya subyek terhadap pernyataan-pernyataan yang ada pada kuesioner. Pada awalnya, skala Likert yang digunakan adalah berskala 1-5, namun, berdasarkan uji konten, banyak responden yang merespon dengan 3 (Netral) oleh karena itu skala Likert yang digunakan skala Likert 1-4. Setelah kuesioner disebarkan dan telah diisi oleh para responden, kuesioner dikumpulkan untuk dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas sebelum dilakukan analisa untuk mencari nilai Technology Readiness Index para staf Panin Bank yang menggunakan Oracle Business Intelligence.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN
Panin Bank adalah salah satu bank komersial utama di Indonesia. Didirikan pada tahun 1971 di Jakarta, Panin Bank merupakan hasil gabungan dari 3 bank di Jakarta. Satu tahun kemudian, pada April 1972, Panin Bank mendapatkan persetujuan untuk menjadi bank devisa. Pada tahun 1982, Panin Bank mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia), sehingga merupakan bank pertama yang go public di Indonesia. Dengan struktur permodalannya yang kuat dan rasion kecukupan modal yang tinggi, Panin Bank termasuk dalam bank kategori A yang tidak harus direkapitalisasi oleh Pemerintah pasca krisis ekonomi pada tahun 1998. Saat ini, Panin Bank mempunyai 4 anak perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, asuransi, bank syariah dan sektor Multi Finance. Pada akhir tahun 2011, Panin Bank memiliki jaringan usaha lebih dari 440 kantor di berbagai kota besar di Indonesia, lebih dari 700 ATM, 30.000 ATM Bersama, 5.000 ATM ALTO, 1,5 juta ATM Cirrus diseluruh dunia. Panin Bank juga menyediakan layanan Internet Banking, Mobile Banking dan juga Phone Banking dan Call Center serta Debit Card yang bekerja sama dengan MasterCard dan Maestro yang dapat diakses secara internasional. Melalui layanan produk yang inovatif, jaringan distribusi nasional dan pengetahuan pasar yang mendalam, Panin Bank siap untuk terus memperluas pangsa pasar dan berperan serta dalam meningkatkan fungsi intermediasi keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
56
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
57
4.1
Visi dan Misi
Sebagai salah satu bank papan atas di Indonesia, Panin Bank mempunyai visi yang sangat seimbang antara internal dan eksternal perusahaan, visi dari Panin Bank adalah: “Sebagai salah satu bank papan atas di Indonesia, Panin Bank akan senantiasa menjaga dan meningkatkan kinerja keuangan secara sehat, meneruskan kepeloporan dan peranannya dalam pertumbuhan industri perbankan nasional.” Panin Bank senantiasa menjaga kinerja keuangan secara sehat, baik keuangan secara korporat (permodalan, saham dll) dan kinerja keuangan secara ritel (KPR, KPM, Tabungan dll). Panin Bank juga turut serta dalam membantu Pemerintah dalam usahanya menumbukan industri perbankan nasional baik dari segi permodalan untuk usaha, pembangunan rumah dan usaha lainnya dalam menunjang pembangunan nasional. Adapun misi dari Panin Bank adalah sebagai berikut: “Mentransformasi Panin Bank menjadi salah satu bank ritel dan bisnis terkemuka di Indonesia.” Misi Panin Bank seperti disebutkan diatas dapat berarti Panin Bank yang tengah mengembangkan usahanya dan berupaya untuk merebut pangsa pasar ritel yang sebelumnya belum menjadi prioritas bisnis utama Panin Bank karena dulu masih berfokus pada korporat dan kredit. Sedangkan pada sektor bisnis, Panin Bank ingin memperkuat lini pada bisnis keuangan korporat. 4.2
Struktur Organisasi
Selain adanya para Komite, Komisioner, Presiden Direktur, Auditor dan Legal Panin Bank juga mempunyai banyak biro-biro yang membantu perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Dalam menjalankan proses bisnisnya, Panin Bank dibagi menjadi dua lini, yaitu lini Bisnis Group dan lini Suport Group dan ditengahi oleh Biro Manajemen Risiko dan Compliance. Dengan banyaknya biro dan bagian-
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
58
bagian dari tiap biro, dapat memudahkan kerja perusahaan dan meminimalisir adanya tumpang tindih dalam pekerjaan. Struktur organisasi pada Panin Bank tampak seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Panin Bank
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
BAB 5 ANALISA DATA PENELITIAN
Pada Bab 5 penelitian ini akan membahas hasil analisa data dari kuesioner yang telah didistribusikan kepada semua pengguna Oracle Business Intelligence yang bertindak sebagai responden pada Panin Bank. 5.1
Pernyataan Kuesioner
Pernyataan kuesioner dalam penelitian ini dirancang oleh Parasuraman (2000). Technology Readiness Index disusun berdasarkan pernyataan yang bersifat psikologikal. Pernyataan yang berjumlah 36 pernyataan tersebut disusun berdasarkan paham dan kepercayaan sesorang mengenai teknologi. pernyataan ada yang bersifat positif seperti optimism dan inovasi serta bersifat negatif seperti ketidak nyamanan dan ketidak amanan. Pilihan jawaban dari pernyataan disusun berdasarkan 5 poin skala Likert (1 = sangat tidak setuju, 5 = sangat setuju). Namun, berdasarkan kuesioner uji coba untuk melakukan content validity yang disebarkan oleh peneliti, menunjukkan banyak dari responden yang memilih jawaban nomor 3 (Biasa Saja) yang menyebabkan jawaban dari pernyataan-pernyataan pada kuesioner dapat berfokus pada poin 3 saja (netral). Oleh karena itu, peneliti menggunakan 4 poin skala Likert untuk jawaban pada kuesioner ini. Pernyataan kuesioner yang dirancang oleh Parasuraman (2000) menggunakan bahasa Inggris dan ditranslasikan ke bahasa Indonesia. Berdasarkan kuesioner uji coba (content validity), semua responden mengerti dan memahami pernyataan kuesioner dengan jelas. Pemetaan pernyataan kuesioner dilakukan agar dapat melihat hubungan antara kuesioner dengan kerangka pikir penelitian agar kuesioner sesuai dengan tujuan penelitian seperti pada Tabel 5.1.
59
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
60
Tabel 5.1. Pemetaan Kuesioner Penelitian
No.
Jawaban
Pernyataan
STS TS
S
SS
Optimism (OPT) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Teknologi membuat orang lebih mudah mengontrol sesuatu dalam hidup mereka
dalam
Produk dan servis yang menggunakan teknologi terbaru lebih nyaman saya gunakan Saya suka melakukan pekerjaan menggunakan komputer dengan cara online, karena saya tidak perlu terpaku pada jam kerja yang monoton Saya lebih suka menggunakan teknologi yang paling canggih dalam melakukan kegiatan saya Saya suka menggunakan program komputer yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan saya Teknologi membuat saya lebih efisien dalam melakukan pekerjaan saya Saya merasa teknologi-teknologi baru dapat memacu kreatifitas Teknologi memberikan saya lebih banyak kebebasan dalam beraktifitas Dengan mempelajari teknologi, saya jadi tidak ketinggalan informasi didunia Saya merasa yakin jika komputer dan mesin-mesin akan mengikuti instruksi yang saya berikan pada mereka
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
Innovativeness (INN) 11 12
Banyak orang yang datang pada saya untuk meminta pendapat tentang teknologi Nampaknya teman-teman saya tahu dan lebih banyak belajar tentang teknologi daripada saya
13
Biasanya, saya adalah orang pertama yang mengetahui teknologi terbaru dibandingkan teman-teman lainnya
1
2
3
4
14
Saya biasanya dapat tahu perkembangan produk dan servis teknologi tanpa bantuan dari orang lain
1
2
3
4
15
Saya biasanya selalu menerapkan teknologi-teknologi terbaru dalam bidang pekerjaan saya
1
2
3
4
16
Saya sangat menikmati waktu untuk mengeksplorasi gadget-gadget berteknologi tinggi
1
2
3
4
17
Saya merasa mampu dan tidak mengalami banyak masalah dalam menggunakan produk berteknologi
1
2
3
4
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
61
Tabel 5.1. Pemetaan Kuesioner Penelitian (lanjutan) No.
Jawaban
Pernyataan
STS TS
S
SS
Discomfort (DIS) 18
Teknikal Support terkadang tidak banyak membantu
1
2
3
4
19
Kadang saya berpikir kalau teknologi yang didesain dan diciptakan justru membuat pekerjaan saya lebih rumit
1
2
3
4
20
Panduan instruksi dalam mengoperasikan produk TI atau servis TI sangat sulit dibaca dan dimengerti
1
2
3
4
21
Saya merasa tidak nyaman jika harus mengganti password komputer terlalu sering karena takut lupa
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
22
23
24
25 26 27
Pada saat membeli produk atau servis TI, saya lebih memilih yang standar tapi harganya murah daripada yang mempunyai banyak fitur tapi harganya mahal Saya merasa tidak nyaman saat bermain-main dengan sistem TI, karena dapat merusak sistem tersebut dan saya akan disalahkan Harus ada perhatian lebih pada saat suatu sistem menghasilkan data untuk digunakan dalam pekerjaan karena kemungkinan data dapat salah Banyak teknologi yg mempunyai risiko kesehatan dan keselamatan namun tidak terlihat sampai semua orang menggunakannya Teknologi membuat pemerintah dan perusahaan dapat memata-matai orang dengan mudah Teknologi selalu bermasalah disaat kita sangat membutuhkannya
Insecurity (INS) 28 29 30 31 32
33 34
Saya merasa tidak aman jika harus memberikan nomer kartu kredit saya lewat komputer Saya merasa tidak aman dalam melakukan transaksi finansial secara online Saya khawatir jika informasi yang saya kirim lewat internet dapat dilihat oleh orang lain Saya tidak merasa nyaman jika harus melakukan bisnis secara online Semua transaksi bisnis yang dilakukan secara elektronik/online harus dikonfirmasi lagi secara tertulis / dicetak Setiap ada proses yang berlangsung secara otomatis, saya harus selalu mengecek kembali untuk memastikan komputer atau mesin itu tidak melakukan kesalahan Sentuhan tangan manusia sangatlah penting dalam melakukan bisnis di suatu perusahaan
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
62
Tabel 5.1. Pemetaan Kuesioner Penelitian (lanjutan) Jawaban
Pernyataan
No.
STS TS 35 36
Saat akan melakukan bisnis, saya lebih suka berinteraksi dengan manusia secara langsung daripada dengan komputer Saya merasa tidak aman jika harus memberikan password PC/Laptop saya kepada orang lain
S
SS
1
2
3
4
1
2
3
4
Tabel 5.1 menunjukkan bagaimana kuesioner didesain berdasarkan pemetaan dari kerangka pola pikir penelitian yang terdiri dari optimism,innovativeness, discomfort dan insecurity. 5.2
Klasifikasi Responden
Gender
48% 52%
Pria Wanita
Gambar 5.1. Pie Chart data responden berdasarkan Gender Gambar 5.1 menunjukkan responden dalam penelitian ini adalah semua pengguna Oracle Business Intelligence pada Panin Bank. Responden terdiri dari 48% pria dan 52% wanita. Ini mengindikasikan lebih banyak wanita yang bekerja di Panin Bank yang bertugas untuk mengolah data dari Oracle Business Intelligence.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
63
Pendidikan
7%
S1 S2
93%
Gambar 5.2. Pie Chart data responden berdasarkan pendidikan Sebanyak 93% dari responden berpendidikan minimal sarjana (S1) sebanyak 7% berpendidikan S2. Ini menunjukkan jika para responden memiliki dasar yang cukup untuk mengetahui dan mempelajari masalah tentang teknologi.
Usia 14%
38% 17 - 25 tahun
48%
26 - 35 tahun 36 - 45 tahun
Gambar 5.3. Pie Chart data responden berdasarkan usia Dari semua responden, sebanyak 48% responden berumur antara 26 – 35 tahun, sedangkan sisanya berumur 17 – 25 tahun yaitu sebanyak 38% dan 14% lainnya berumur 36 – 45 tahun. Berdasarkan Gambar 5.3 terlihat jika para pengguna
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
64
Oracle Business Intelligence masih dalam usia yang produktif untuk belajar dan mengadopsi teknologi. Hampir semua unit kerja responden adalah unit kerja yang mempunyai bidang finansial yaitu Banking report, branch reporting, branch controlling, budgeting, Financial Accounting Standard Implementation, Financial Analysis, Management Information System dan Subsidiaries Report. Berdasarkan klasifikasi responden diatas, terlihat jika pengguna berada dalam kondisi yang sangat baik dalam mengadopsi dan mempelajari suatu teknologi informasi mengingat sebagian besar masih berada dalam masa produktif dan berpendidikan yang baik. 5.3
Uji Validitas
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan mengukur data apa yang seharusnya diukur. Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk uji validitas adalah Pearson Correlation Coefficient. Pada penelitian ini, data dinyatakan valid jika memiliki Pearson Correlation Coefficient (r hitung) lebih besar dari r table. R table didapat dari rumus =
.
Berdasarkan rumus diatas, didapatkan nilai r table, yaitu 0.01. r hitung harus lebih besar dari r table agar data dapat dinyatakan valid (r hitung > r table). Dalam kasus ini, Pearson Correlation Coeffecient (r hitung) pernyataan terhadap total variabel dari data haruslah lebih besar dari 0.01 (r hitung > 0.01). Disini, uji validitas dilakukan dengan mengukur data-data dari responden dari semua unsur variabel pernyataan (optimism, innovativeness, discomfort dan insecurity) dan mengkorelasikannya dengan total dari tiap data pernyataan tersebut. Pada penelitian ini, semua pernyataan dinyatakan valid karena mempunyai nilai Pearson Correlation (r hitung) pernyataan terhadap nilai r hitung total variabel
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
65
diatas nilai r table (0.01). Tabel uji validitas dilampirkan pada Lampiran 3 – Hasil Uji Validitas 5.4
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat konsistensi data yang diambil melalui kuesioner yang disebarkan oleh peneliti. Metode yang digunakan untuk uji reliabilitas disini adalah dengan menggunakan Cronbach’s alpha. Dalam penelitian ini, data-data dinyatakan valid jika koefesien Cronbach’s alpha lebih besar dari 0.6. Dalam penelitian ini, koefesien Cronbach’s alpha dari data penelitian menunjukkan angka 0.823 yang berarti data-data tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Tabel 5.2. Hasil uji reliabilitas
Cronbach's Alpha .823
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .813
N of Items 36
Pada Tabel 5.2 menunjukkan jika sebanyak 36 pernyataan yang disebarkan kepada responden dan dengan data yang telah didapatkan, terbukti jika semua data tersebut reliabel.
Tabel 5.3. Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001
90.1667
68.191
.108
.824
VAR00002
90.5714
66.300
.323
.819
VAR00003
90.2143
65.782
.365
.817
VAR00004
90.5476
67.132
.178
.823
VAR00005
89.9286
67.239
.238
.821
VAR00006
89.9762
66.804
.288
.820
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
66
Tabel 5.3. Item-Total Statistics (lanjutan)
VAR00007
90.3333
Scale Variance if Item Deleted 66.033
.315
Cronbach's Alpha if Item Deleted .819
VAR00008
90.4762
65.963
.330
.818
VAR00009
90.1905
68.256
.090
.825
VAR00010
90.8095
69.573
-.049
.829
VAR00011
91.2143
66.465
.319
.819
VAR00012
91.0238
69.292
-.022
.829
VAR00013
91.3810
67.168
.263
.820
VAR00014
91.2857
67.916
.160
.823
VAR00015
90.9524
67.851
.160
.823
VAR00016
90.6905
66.024
.258
.821
VAR00017
90.6905
65.146
.511
.814
VAR00018
90.9286
67.336
.151
.824
VAR00019
90.5952
64.930
.465
.814
VAR00020
90.8333
66.923
.238
.821
VAR00021
91.7143
64.209
.324
.819
VAR00022
90.7857
63.002
.534
.811
VAR00023
90.7619
61.991
.574
.809
VAR00024
91.6667
67.886
.131
.824
VAR00025
91.4048
68.198
.117
.824
VAR00026
91.3571
67.601
.197
.822
VAR00027
90.7857
65.197
.379
.817
VAR00028
91.3810
60.778
.604
.807
VAR00029
90.8333
62.289
.557
.809
VAR00030
91.1667
65.020
.376
.817
VAR00031
90.6905
64.609
.413
.815
VAR00032
91.3810
61.998
.580
.809
VAR00033
91.5238
63.134
.523
.811
VAR00034
91.9286
64.458
.454
.814
VAR00035
91.5238
63.621
.451
.814
VAR00036
91.6190
70.046
-.095
.833
Scale Mean if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Tabel 5.3 menunjukkan jika semua variabel pernyataan dapat dinyatakan reliabel karena dari semua pernyataan, tanpa ada pernyataan yang dihapus, data sudah dapat dinyatakan reliabel, jika salah satu pernyataan dihapus, tidak akan merubah data menjadi tidak reliabel karena jika salah satu pernyataan dihapus, tidak akan mengubah nilai Cronbach Alpha dengan signifikan.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
67
5.5
Analisa Nilai TRI
Analisa nilai TRI dilakukan untuk menganalisa data-data yang telah diambil oleh peneliti dari para responden untuk selanjutnya menjawab pertanyaan penelitian. Data-data dari pernyataan kuesioner dikelompokkan menurut 4 variabel penelitian agar bisa didapatkan nilai keseluruhan variabel dalam bentuk nilai mean value. Khusus untuk nilai yang mempunyai negatively-keyed item, harus dilakukan reverse coding. Yang dimaksud dengan negatively-keyed item adalah pernyataan pernyataan kuesioner yang bersifat negatif seperti ketidaknyamanan (discomfort) dan ketidakamanan (insecurity). Lampiran 3 adalah tabulasi hasil dari kuesioner yang disebarkan oleh peneliti dalam mendapatkan data untuk penelitian. Metode perhitungan nilai Technology Readiness Index dihitung dari nilai mean dari masing-masing kuesioner yang dikalikan dengan bobot tiap pernyataan. Tiap variabel mempunyai bobot terhadap total sebesar 25%. Bobot terhadap total tersebut kemudian dibagi dengan jumlah pernyataan dari masing-masing variabel. Setelah mendapatkan bobot masingmasing pernyataan n, lalu nilai mean dari pernyataan tersebut dikalikan dengan bobot masing-masing pernyataan untuk mendapatkan skor total untuk tiap pernyataan. Skor total TRI didapatkan dari jumlah total dari skor total masingmasing pernyataan. Dari tabulasi hasil kuesioner pada lampiran 2 didapatkan tabel kesimpulan data Technology Readiness Index seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Kesimpulan Statistik Technology Readiness Index (TRI) Variabel
Nilai
Optimism
0.74
Innovativeness
0.59
Discomfort
0.55
Insecurity
0.49
Total Skor TRI
2.37
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
68
Tabel 5.4 menunjukkan statistik dari kuesioner yang telah dikelompokkan kedalam masing-masing variabel penelitian yang telah dikembangkan oleh Parasuraman (2000). Empat variabel tersebutlah yang membangun nilai TRI. Nilai total TRI itu sendiri didapatkan dari nilai total dari variabel-variabel penyusun TRI-nya. Nilai optimism memberikan kontribusi terbesar untuk total nilai TRI yaitu 0.74. Ini menunjukkan jika sebenarnya para staf Panin Bank khususnya yang menggunakan Oracle Business Intelligence memiliki pandangan yang positif terhadap teknologi. Mereka percaya bahwa teknologi dapat memberikan efek positif terhadap kehidupan mereka. Nilai innovativeness memberikan porsi kedua terbesar dalam total skor TRI meskipun hanya dengan nilai 0.59. Dengan nilai tersebut, para staf Panin Bank memang mempunyai sifat inovatif dalam mengadopsi dan memanfaatkan teknologi yang ada disekitar mereka, namun nilai innovativeness diniliai kecil jika dibandingkan dengan nilai optimism. Nilai innovativeness ini juga mempunyai nilai yang hampir sama dengan discomfort, jadi dibutuhkannya usaha untuk meningkatkan sifat inovatif dari staf Panin Bank. Nilai discomfort dan insecurity harus dinilai secara terbalik (reverse coding) karena mengandung nilai negatif terhadap total nilai TRI. Jika dilihat dari Tabel 5.4, discomfort dan insecurity tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap total nilai TRI. Cara membaca data tersebut yaitu staf Panin Bank mempunyai tingkat kenyamanan dan keamanan yang rendah dalam memanfaatkan teknologi. Setelah dilakukan penilaian terhadap bobot total dari masing-masing pernyataan kuesioner dan selanjutnya didapatkan bobot total dari tiap variabel pendukung TRI, maka didapatkan nilai skor total Technology Readiness Index staf Panin Bank
yang
menggunakan
sistem
Oracle
Business
Intelligence
dalam
pengadopsian teknologi. Total nilai Technology Readiness Index tersebut adalah 2.37.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
69
Parasuraman
(2000)
mengkategorikan
3
tingkat
kesiapan
yang
dapat
mencerminkan tingkatan-tingkatan kesiapan pada individu atau kelompok. Menurut Parasuraman (2000), tiga kategori Technology Readiness Index tersebut adalah:
Low Technology Readiness: TRI dianggap rendah jika TRI sama atau kurang dari 2.89 (TRI =< 2.89).
Medium Technology Readiness: TRI dianggap ada pada tahap medium jika TRI ada diantara 2.90 sampai 3.51 (2.90 =< TRI =< 3.51).
High Technology Readiness: TRI dapat dikatakan tinggi jika TRI diatas 3.51 (TRI > 3.51).
Jika dilihat dari pengkategorian yang dilakukan oleh Parasuraman (2000), staf Panin Bank yang menggunakan Oracle Business Intelligence cenderung memiliki tingkat kesiapan pengadopsian teknologi informasi yang rendah dengan nilai 2.37 karena berada dibawa batas minimum low technology readiness. Ini terjadi dikarenakan rendahnya nilai optimism dan innovativeness.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
70
5.6
Optimism Tabel 5.5. Bobot terhadap total untuk variabel Optimism Jawaban fxn f n 1 0 0 2 1 2 1 3 25 75 4 16 64 Jumlah 42 141 1 0 0 2 7 14 2 3 30 90 4 5 20 Jumlah 42 124 1 0 0 2 2 4 3 3 25 75 4 15 60 Jumlah 42 139 1 0 0 2 9 18 4 3 25 75 4 8 32 Jumlah 42 125 1 0 0 2 0 0 5 3 17 51 4 25 100 Jumlah 42 151 1 0 0 2 1 2 6 3 25 75 4 16 64 Jumlah 42 141 1 0 0 2 4 8 7 3 26 78 4 12 48 Jumlah 42 134 1 1 1 2 3 6 8 3 31 93 4 7 28 Jumlah 42 128 1 0 0 2 2 4 9 3 24 72 4 16 64 Jumlah 42 140 1 0 0 2 14 28 10 3 26 78 4 2 8 Jumlah 42 114 Total Variabel Optimism
Pernyataan No.
Optimisim
Mean
Bobot
Skor Total
3.36
2.50%
0.08
2.95
2.50%
0.07
3.31
2.50%
0.08
2.98
2.50%
0.07
3.60
2.50%
0.08
3.36
2.50%
0.08
3.19
2.50%
0.07
3.05
2.50%
0.07
3.33
2.50%
0.08
2.71
2.50%
0.06
0.74
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
71
Dari Tabel 5.5, dapat terlihat kontribusi terbesar adalah sebanyak 0.08 yang ada pada pernyataan 1, 3, 5, 6 dan 9. Pernyataan nomor 1 menunjukkan jika teknologi dapat membuat orang lebih mudah dalam mengontrol sesuatu dalam hidup mereka, teknologi memang dapat membantu seseorang dalam mengontrol sesuatu dalam konteks umum maupun pekerjaan. Dalam konteks pekerjaan, teknologi dapat mengontrol pekerjaan yang dulunya dilakukan secara manual, data-data pekerjaan yang dulunya harus dikeluarkan secara manual, kini dapat dengan otomatis dikeluarkan dengan memanfaatkan teknologi. Pada pernyataan nomor 3, para responden mempunyai pandangan yang optimis dengan mengerjakan pekerjaan secara online, karena tidak perlu terpaku pada jam kerja yang monoton. Responden menilai jika akan lebih baik jika komputer yang mereka gunakan dapat sesuai dengan kebutuhan mereka. Para responden juga mempunyai pandangan yang optimis terhadap teknologi karena teknologi dapat membantu mereka dalam melakukan pekerjaan mereka. Salah satu hal yang paling penting adalah kebutuhan akan informasi ini terlihat dari kontribusi pernyataan yang mempunyai nilai 0.8, oleh karena itu responden setuju jika dengan menggunakan dan mempelajari teknologi, mereka jadi tidak ketinggalan berbagai informasi didunia. Dengan total keseluruhan nilai variabel optimism yang mencapai 0.74 menunjukkan jika nilai optimism memberikan kontribusi yang cukup besar untuk nilai total TRI. Ini menunjukkan bahwa staff pada Panin Bank memiliki pandangan yang optimis terhadap pemanfaatan dan pengadopsian teknologi.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
72
5.7
Innovativeness
Tabel 5.6. Bobot terhadap total untuk variabel Innovativeness Jawaban fxn f n 1 1 1 2 27 54 11 3 14 42 4 0 0 Jumlah 42 97 1 1 1 2 20 40 12 3 20 60 4 1 4 Jumlah 42 105 1 2 2 2 32 64 13 3 8 24 4 0 0 Jumlah 42 90 1 1 1 2 30 60 14 3 11 33 4 0 0 Jumlah 42 94 1 0 0 2 18 36 15 3 24 72 4 0 0 Jumlah 42 108 1 1 1 2 11 22 16 3 24 72 4 6 24 Jumlah 42 119 1 0 0 2 9 18 17 3 31 93 4 2 8 Jumlah 42 119 Total Variabel Innovativeness
Pernyataan No.
Innovativeness
Mean
Bobot
Skor Total
2.31
3.57%
0.08
2.50
3.57%
0.08
2.14
3.57%
0.07
2.24
3.57%
0.07
2.57
3.57%
0.09
2.83
3.57%
0.10
2.83
3.57%
0.10
0.59
Tabel 5.6 menunjukkan nilai-nilai innovativeness dalam kontribusinya terhadap total nilai TRI. Tabel 5.6 menunjukkan pernyataan 16 dan 17 memberikan kontribusi
yang
terbesar
diantara
penyataan-pernyataan
lainnya
dalam
kontribusinya terhadap total nilai innovativeness yaitu sebesar 0.10. Pernyataan
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
73
nomor 16 menunjukkan jika responden setuju bahwa mereka sangat menikmati waktu untuk mengeksplorasi gadget-gadget berteknologi tinggi. Pernyataan nomor 17 menyatakan bahwa banyak responden merasa mampu dan tidak mengalami banyak masalah dalam menggunakan produk berteknologi. Ini menunjukkan jika para responden mempunyai pengetahuan dalam teknologi sehingga mereka mempunyai sifat inovatif yang dapat memberikan kontribusi nilai terhadap nilai total TRI. Sedangkan pernyataan nomor 15 memberikan kontribusi nilai sebanyak 0.9 terhadap total nilai TRI. Pernyataan nomor 15 menyatakan jika responden selalu menerapkan teknologi terbaru dalam bidang pekerjaan mereka. Para responden setuju jika dengan penerapan teknologi-teknologi terbaru, para responden dapat membantu mereka dalam pekerjaan mereka. Total nilai variabel innovativeness berkontribusi sebesar 0.59 terhadap total nilai TRI yang menunjukkan kontribusinya tidak terlalu signifikan jika melihat kontribusi optimism terhadap nilai total TRI.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
74
5.8
Discomfort Tabel 5.7. Bobot terhadap total untuk variabel Discomfort Jawaban fxn f n 1 2 2 2 15 30 18 3 23 69 4 2 8 Jumlah 42 109 1 0 0 2 8 16 19 3 29 87 4 5 20 Jumlah 42 123 1 1 1 2 12 24 20 3 28 84 4 1 4 Jumlah 42 113 1 18 18 2 16 32 21 3 6 18 4 2 8 Jumlah 42 76 1 1 1 2 14 28 22 3 22 66 4 5 20 Jumlah 42 115 1 1 1 2 15 30 23 3 19 57 4 7 28 Jumlah 42 116 1 10 10 2 28 56 24 3 4 12 4 0 0 Jumlah 42 78 1 3 3 2 31 62 25 3 8 24 4 0 0 Jumlah 42 89 1 2 2 2 31 62 26 3 9 27 4 0 0 Jumlah 42 91 1 2 2 2 9 18 27 3 29 87 4 2 8 Jumlah 42 115 Total Variabel Dicomfort
Pernyataan No.
Discomfort
Mean
Bobot
Skor Total
2.60
2.50%
0.06
2.93
2.50%
0.07
2.69
2.50%
0.06
1.81
2.50%
0.04
2.74
2.50%
0.06
2.76
2.50%
0.06
1.86
2.50%
0.04
2.12
2.50%
0.05
2.17
2.50%
0.05
2.74
2.50%
0.06
0.55
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
75
Nilai discomfort adalah nilai yang telah dilakukan reverse coding bersma dengan nilai insecurity. Sebelum dilakukan reverse coding, nilai discomfort memberikan kontribusi yang cukup signifikan, namun karena discomfort adalah pernyataan yang mengandung nilai negatif, pernyataan ini harus dilakukan reverse coding. Berdasarkan Tabel 5.7, nilai yang ada pada tabel itu adalah nilai yang sidah dilakukan reverse coding. Setelah dilakukan reverse coding, nilai discomfort menjadi kecil, cara membacanyapun dapat dibilang tricky. Pernyataan nomor 18 (teknikal support terkadang tidak banyak membantu) mempunyai 23 responden yang menjawab setuju. Karena pernyataan itu adalah pernyataan yang telah dilakukan reverse coding maka cara membacanya menjadi; sebanyak 23 responden setuju jika teknikal support banyak membantu. Pernyatan nomor 19 memberikan kontribusi yang besar terhadap total nilai discomfort yaitu sebesar 0.07. Ini menunjukkan jika teknologi diciptakan bukan untuk memperumit pekerjaan, namun teknologi diciptakan untuk mempermudah proses-proses bisnis dan meringankan pekerjaan manusia.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
76
5.9
Insecurity Tabel 5.8. Bobot terhadap total untuk variabel Insecurity Jawaban fxn f n 1 12 12 2 12 24 28 3 18 54 4 0 0 Jumlah 42 90 1 4 4 2 8 16 29 3 27 81 4 3 12 Jumlah 42 113 1 4 4 2 19 38 30 3 19 57 4 0 0 Jumlah 42 99 1 1 1 2 10 20 31 3 26 78 4 5 20 Jumlah 42 119 1 7 7 2 24 48 32 3 9 27 4 2 8 Jumlah 42 90 1 9 9 2 25 50 33 3 7 21 4 1 4 Jumlah 42 84 1 19 19 2 22 44 34 3 0 0 4 1 4 Jumlah 42 67 1 11 11 2 20 40 35 3 11 33 4 0 0 Jumlah 42 84 1 12 12 2 22 44 36 3 8 24 4 0 0 Jumlah 42 80 Total Variabel Insecurity
Pernyataan No.
Insecurity
Mean
Bobot
Skor Total
2.14
2.78%
0.05
2.69
2.78%
0.07
2.36
2.78%
0.06
2.83
2.78%
0.07
2.14
2.78%
0.05
2.00
2.78%
0.05
1.60
2.78%
0.04
2.00
2.78%
0.05
1.90
2.78%
0.05
0.49
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
77
Pada Tabel 5.8, menunjukkan perhitungan bobot dengan nilai insecurity untuk mendapatkan nilai insecurity dari setiap pernyataan dalam variabel insecurity. Pernyataan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total nilai variabel insecurity ada pada pernyataan 29 dan pernyataan 31 yaitu sebesar 0.07. Pernyataan nomor 29 yaitu “saya merasa tidak aman dalam melakukan transaksi finansial secara online”. Karena pernyataan ini harus dinilai dengan reverse coding, jadi cara pernyataan dapat dibaca dengan cara “saya merasa aman dalam melakukan transaksi finansial secara online”. Kontribusi pernyataan ini yaitu 0.07. Pernyataan lainnya yaitu “saya tidak merasa nyaman jika harus melakukan bisnis secara online”. Kontribusi pernyataan ini tehadap total nilai TRI sebesar 0.07 yang menunjukkan bahwa responden merasa nyaman dalam melakukan bisnis secara online. Sama halnya dengan pernyataan nomor 29, perkembangan teknologi yang semakin pesat dengan semakin amannya transaksi keuangan yang telah dilengkapi dengan enkripsi data dan jaringan yang semakin aman membuat manusia dapat melakukan transaksi keuangan secara aman. Kontribusi variabel insecurity memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap nilai total TRI dengan nilai 0.49. Ini membuktikan jika masalah ketidakamanan dinilai tidak berkontribusi banyak dalam membangun nilai total TRI dalam penelitian ini. Jika melihat analisa lebih dalam mengenai variabel pelengkap untuk mencari nilai TRI, terlihat jika masing-masing orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda mengenai optimism, innovativeness, discomfort atau insecurity.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu: 1. Berdasasarkan hasil analisa data, didapatkan skor Technology Readiness Index pengguna Oracle Business Intelligence pada Panin Bank adalah 2.37. dari nilai TRI tersebut menunjukkan jika Technology Readiness terhadap pengadopsian teknologi pada para pengguna Oracle Business Intelligence Panin Bank berada dalam kategori rendah yang berarti diperlukan banyak perbaikan dan pengembangan dari sisi sumber daya manusianya. 2. Optimism memberikan kontribusi terbesar dalam penilaian TRI terhadap pengadopsian teknologi pada para pengguna Oracle Business Intelligence sebesar 0.74, ini menunjukkan jika sebenarnya mereka mempunyai pandangan yang optimis dan positif terhadap pengadopsian teknologi. 3. Innovativeness memberikan kontribusi kedua terbesar dalam variabel penilaian TRI sebesar 0.59 yang berarti pengguna sebenarnya mempunyai sifat yang inovatif. Para pengguna mau berinovasi dan mencoba untuk mengeksplorasi kegunaan dari teknologi informasi yang ada. 4. Discomfort memberikan kontribusi negatif yang lebih besar jika dibandingkan dengan ketidakamanan. Faktor discomfort memberikan perasaan sungkan untuk mengeksplorasi fitur dan kegunaan dari teknologi informasi dikarenakan banyak hal. 5. Kurangnya pengetahuan dalam menggunakan fitur dan fungsi dari teknologi informasi juga menjadi salah satu faktor penting dalam kesiapan pengguna dalam
mengadopsi teknologi informasi.
Itu
menjadikan tidak merasa nyaman dan aman dalam mengeksplorasi teknologi informasi.
78
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
79
Dapat disimpulkan jika tingkat kesiapan pengadopsian teknologi informasi pada para pengguna Oracle Business Intelligence di Panin Bank dinilai rendah dengan nilai Optimism menjadi variabel kontributor terbesar dan Innovativeness menjadi kontributor kedua terbesar dalam membentuk nilai Technology Readiness Index. Ini membuktikan jika para pengguna Oracle Business Intelligence mempunyai pandangan yang positif terhadap teknologi informasi dan mau berinovasi dalam hal teknologi informasi. Namun, variabel Discomfort dinilai menjadi suatu hambatan kepada para pengguna Oracle Business Intelligence dalam hal pengadopsian teknologi informasi. 6.2
Saran
Berdasarkan hasil dari analisis masalah pada Bab 5, ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan pada Panin Bank untuk selanjutnya dilaksanakan untuk meningkatkan tingkat kesiapan dalam pengadopsian teknologi pada para pengguna Oracle Business Intelligence. 6.2.1
Saran untuk perusahaan
1. Akan baik jika organisasi melakukan kegiatan-kegiatan technology awareness untuk meningkatkan kesadaran tentang teknologi dan semua manfaatnya dalam kehidupan secara berkala. 2. Dibutuhkan adanya pelatihan secara mendalam dan menyeluruh tentang semua fungsi dan kegunaan sistem-sistem TI yang ada kepada semua penggunanya secara berkala. 3. Pembatasan kerja MIS. Jika ingin meminta tolong dari unit kerja MIS, diharuskan melalui kepala unit kerja MIS dengan mengisi form URF MIS terlebih dahulu, ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan unit-unit kerja lainnya terhadap unit kerja MIS. 4. Sebelum memberikan license kepada para pengguna sistem TI, organisasi dapat dilakukan semacam tes singkat untuk mengetahui kemampuan pengadopsian teknologi secara general dan secara spesifik aplikasi apa yang akan diberikan. Jika ada yang kemampuannya rendah, dapat diberikan pelatihan lebih dalam dan intens.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
80
6.2.2
Saran untuk penelitian selanjutnya
Disamping rekomendasi diatas, akan lebih baik jika dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melakukan pengukuran kesiapan secara berkala dan berjenjang dari mulai unit bagian dan selanjutnya secara bertahap pengukuran kesiapan secara organisasi agar mendapatkan nilai kesiapan yang lebih akurat serta, nilai readiness-nya dapat dinilai secara keseluruhan organisasi.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim, N. S., Mohamed Razi, M. J., & Mohamed, N. (2012). Measuring employee readiness for knowledge management using intention to be involved with KM SECI processes. Business Process Management Journal, 777-791. Aktorian, R. (2010). Analisis Net-Readiness Pada Penerapan Kebijakan Teknologi Informasi Perbankan Studi Kasus PT Bank Bukopin Tbk. Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Alves, M. d. (2010). Information Technology roles in Accounting Tasks - A Multiple-case Study. International Journal of Trade, Economics and Finance, 2010-023X. Chaniago, A. (1996). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Crescenzi, A. D., & Kocher, J. (1984). Management Support Systems: opportunity for Controllers. Management Accounting, 65(9):34-36. Creswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Lincoln, Nebraska: SAGE Publications, Inc. Ferdinand, B. (2013, Februari 4). Wawancara. (A. Lazuardi, Interviewer) Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behaviour: An Introduction to Theory and Research. Massachusetts: Addison-Wesley. Godoe, P., & Johansen, T. S. (2012). Understanding adoption of new technologies: Technology readiness and technology acceptance as an integrated concept. Journal of European Psychology Students (JEPS), JEPS Vol 3. Granlund, M., & Mouritsen, J. (2003). Introduction: problematizing the relationship between management control and information technology. European Accounting Review, 2 (1): 77-83. Hartman, A., Sifonis, J., & Kador, J. (2000). Net Ready; Ready–Strategies for Success in the E-conomy. San Jose: McGraw-Hill Companies. Hunton, J. E. (2002). Blending Information and Communication Technology with Accounting research. Accounting Horizons, 16(1):55-67. Lasher, R. W. (2005). Practical Financial Management. Nashville: SouthWestern College Pub. Lin, C.-H., Shih, H.-Y., Sher, P. J., & Wang, Y.-L. (2005). Consumer Adoption of e-Service Integrating Technology Readiness with the Technology Acceptance Model. Technology Adoption and Diffusion, 6.
81
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
82
Madura, J. (2007). Introduction to Business. Mason: South-Western. Microsoft. (2006). Business Process Automation in Financial Services. Microsoft. Muafi, Gusaptono, H., Effendi, M. I., & Charibaldi, N. (2012). The Information Technology (IT) Adoption Process and E- Readiness to Use within Yogyakarta Indonesian Small Medium Enterprises (SME). International Journal of Information and Communication Technology Research, 29-37. Nugroho, P. D. (2010). Analisis E-Readiness di Instansi Pemerintah: Studi kasus Departemen Luar Negeri Republik Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia. Parasuraman, A. (2000). Technology Readiness Index (Tri): A Multiple-Item Scale to Measure Readiness to Embrace New Technologies. Journal of Service Research, 307. Ragsdale, C. T. (2009). Spreadsheet Modeling and Decision Analysis,. SouthWestern Cengage Learning. Rom, A., & Rohde, C. (2007). Management accounting and integrated information systems: A literature review. International Journal of Accounting Information Systems, 18:40-68. Rumsey, D. J. (2003). Business Statistic Reference. John Wiley & Sons. Sahu, R. K. (2012). Business Intelligence for Banking. Bangalore: Infosys. Sambamurthy, B., & Parekh, A. (2011). TECHNOLOGY IN BANKING: Insight and Foresight. Hyderabad: IDRBT and Ernst & Young. Simon, H. (1945). Administrative Behavior - A Study of Decision-Making Processes in Administrative Organizations. 4th ed. The Free Press, London. Teng, J. T., & Calhoun, K. J. (1996). Organizational Computing as a Facilitator of Operational and Managerial Decision Making: an Exploratory Study of Manager's Perceptions. Decisions Sciences, 673-710. Walczuch, R., Lemmink, J., & Streukens, S. (2007). The effect of service employees' technology readiness on technology acceptance. Science Direct, 206 215. Wild, J. J., Shaw, K. W., & Chiappetta, B. (2009). Fundamental Accounting Principles. New York: McGraw-Hill Irwin.
Universitas Indonesia Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
83
Lampiran 1 – Wawancara dengan Bernad Ferdinand Bernad Ferdinand adalah kepala Unit Kerja Management Information System Arry:
mas beben, masalah IT apa aja sih yang masih ada dipanin bank?
Bernad: banyak ry kalo masalah sih, dari mulai penetapan peraturannya, kadang performa sistem-sistem TI-nya kurang oke, harus ditingkatin lagi, masalah sumber daya manusianya juga bermasalah dan usernya sendiri sih paling. Arry:
emang kenapa sm masalah peraturannya mas beben?
Bernad: yaah paling peraturannya masih dikit sih yg buat ngatur-ngatur tentang TI dikantor, paling peraturan-peraturan kita yg ada sekarang ngikutin peraturan-peraturan BI aja, tp untungnya udh ada bagian IT governance sih baru dibentuk jd kemungkinan job desc
mereka bakal bikin
peraturan-peraturan TI gitu. Arry:
jadi udh ada yg nanganin yah masalah2 IT governance itu?
Bernad: iya udah ry Arry:
kalo performa sistem-sistemnya knp tuh masalahnya?
Bernad: iya banyak, kadang server-server kita ngga cukup buat handle user yg makin banyak, tp itu kita mulai perbaikin sih pelan-pelan, bertahap ngerjainnya. Jadi CEB buat BTI itu buat upgrading performance sistemsistem TI gitu. Jadi harusnya sih secara bertahap, performa sistem2nya BTI itu nanti membaik, misalkan generate data biasanya 5 menit mungkin bisa dipercepat jadi 3-2 menit, kan lumayan, apalagi datanya banyak kan. Arry:
nah kalo sumber daya manusianya knp ben?
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
84
Bernad: yaah kadang-kadang anak-anak btinya tuh suka gatau kalo kita ada masalah apa, jd mereka pun suka gabisa kasih solusi kalo kita lagi ada masalah Arry:
lah terus kalo masalah sm usernya knp?
Bernad: pertama nih, biasanya, tuh orang-orang suka gapake sistem-sistem yg udah kita bikin, mereka suka lama tuh pake sistem-sistem yg kita udah buatin, suka susah buat adaptasi kesistem baru dari sistem-sistem TI kita yg lama. Kalo udah gitu kan sayang sistem yg udah kita implement buat bantu-bantu kerjaan kita. Arry:
oh ada yang kasusnya kyk gitu? sistem apaan ben?
Bernad: ada lah ry, nah itu dia yg parahnya, licensenya mahal lagi, gausah jauhjauh, tuh Oracle kita tuh, license per usernya aja 2000 dolar ry, tp ga semuanya pake kan, sayang kan tuh brp yg udah kita abisin tp ga dipake sistemnya. Nah apalagi kita udah harus ganti ke OBIEE kan, Oracle BI yg skrng udh jadul banget udh gitu udh ga support sm Oracle lagi, jadinya emang harus ganti, tp ngeliat yg pake aja dikit tp licensenya mahal sayang kan. Udah gitu GUInya beda sm sekali kan jd takutnya pd bingung tuh pakenya gimana. Naah boleh tuh kalo lo mau itung2 kesiapan orang-orang yg pake Oracle tuh biar bisa jadi referensi siapa aja yang siap pake nanti bisa diajuin ke Bu Mar buat ngajuin licensenya, biar bisa diurusin licensenya kan, jadi ngga sayang2 uang buat beli licensenya. Arry:
oke siip ben, thanks banget yah ben, nanti boleh deh gw coba kerjain.
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
85
Lampiran 2 – Tabulasi Hasil Kuesioner
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total Insecurity Reverse OPT INN DIS INS Total 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 4 2 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2
3 4 4 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4
3 3 2 3 3 2 4 3 4 4 3 3 2 3 3 4 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3
3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4
3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3
3 3 4 3 4 3 4 2 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3
3 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3
2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3
Optimism Questions Respondents 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Discomfort
Innovation
2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2
2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 4 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3
2 3 2 2 3 1 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2
3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3
2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 2 3 3 4 3
3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3
3 2 2 2 3 2 1 2 1 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 4 2 3 3 2 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3
3 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3
3 2 1 2 1 2 1 1 1 4 1 1 2 3 2 2 1 1 2 4 3 2 1 2 1 2
2 3 3 3 1 2 3 2 2 3 4 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 4 3
3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 4 4 2 2 2 2 4 3 4 3 3 2 4 4 2
2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 3 3 2
2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2
3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3
3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 3 3 3 3 2 3
3 3 2 3 1 1 1 1 3 3 3 2 2 3 1 1 2 1 3 3 2 3 1 2 3 3
3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 4 3 3 3 2 3 2 1 3 3 3 3 2 4 3 3
3 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 1 3 3 2 3 1 2 2 3
3 3 3 3 3 2 4 1 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3
2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 4 2 3 2 3 2 1 1 2 3 2 2 1 3 2 3
2 3 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2
2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1
2 3 2 3 2 2 1 1 2 3 2 1 2 3 1 2 2 1 2 3 2 2 1 3 3 3
2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 1 3 2 2 1 2 2 1 1 2 3 2 1 2 1 1
2.9 3.2 3.4 3 3.3 2.7 4 2.9 3 3.6 3.4 3.6 2.9 3.2 3.3 3.3 2.8 3.5 3 3.7 3.2 2.9 3.3 3.3 3.5 3.1
2.3 2.9 2.1 2.6 2.9 2 2.6 2.3 2.4 2.4 3.3 2.3 2.7 2.6 2.4 2.7 2.4 3 2.4 2.6 2.9 2.3 2.3 2.4 2.7 2.6
2.7 2.4 2.1 2.4 2.2 2.2 2.1 2.2 2.1 2.9 2.8 2.7 2.8 2.5 1.9 2.3 2.1 2.3 2.3 3.1 2.7 2.7 2.1 2.6 2.7 2.6
2.4 2.7 2 2.7 2 1.8 1.7 1.6 2.4 2.6 2.8 2.1 2.4 2.6 1.9 1.9 1.8 1.2 2.3 2.8 2.2 2.3 1.3 2.4 2.3 2.4
2.61 2.78 2.44 2.67 2.58 2.19 2.61 2.25 2.5 2.92 3.06 2.72 2.72 2.72 2.39 2.56 2.28 2.5 2.53 3.08 2.75 2.58 2.28 2.72 2.83 2.69
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
86
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Total Insecurity Reverse OPT INN DIS INS Total 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3
3 2 2 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3
3 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3
4 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 2 3
3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4
4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3
3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 2 3
3 3 3 1 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 2 3
4 3 2 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3
3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3
Optimism Questions Respondents 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Discomfort
Innovation
2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2
2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3
3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3
2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3
3 2 2 3 3 4 3 3 1 3 3 3 2 2 2 3
3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4 2 3 3 3
3 2 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 3 3
2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 3 3
2 2 3 1 1 2 1 2 1 3 2 3 1 1 1 2
3 2 2 2 3 3 2 3 3 4 2 3 2 3 4 3
3 2 2 2 3 3 1 2 2 4 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3
2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
2 2 2 1 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2
3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 3 3 3 2 1 3
2 2 2 1 3 3 1 2 3 3 2 1 3 2 1 3
2 3 3 1 3 3 2 2 3 4 3 1 3 3 3 3
2 3 2 2 3 3 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2
2 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 2 3 2 4 3
2 2 2 2 2 3 2 2 3 4 3 1 3 2 1 2
2 2 2 1 3 2 1 2 1 4 3 1 3 1 2 2
1 2 2 1 2 2 1 2 1 4 2 1 2 2 1 2
2 2 2 1 2 2 3 1 1 3 2 2 1 2 1 3
2 2 2 1 3 1 1 2 3 1 2 2 2 2 3 3
3.4 3 2.5 3 3.1 3.3 3.4 3.1 3.5 3.6 3.1 3.3 3.3 3.2 2.6 3.1
2.4 2 2 2.1 2.6 2.7 2.6 2.4 2.1 2.4 2.7 2.3 2.7 2.1 2.6 2.7
2.5 2.2 2.4 1.9 2.5 2.7 1.9 2.5 2.3 3.1 2.5 2.8 2.2 2.3 2.5 2.7
1.9 2.3 2.2 1.4 2.7 2.4 1.6 1.9 2.3 3.3 2.4 1.4 2.4 2 2.1 2.6
2.58 2.42 2.31 2.14 2.72 2.81 2.36 2.5 2.61 3.17 2.69 2.5 2.67 2.44 2.44 2.78
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
87
Lampiran 3 – Hasil Uji Validitas
OPT1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OPT2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OPT3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OPT4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OPT5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OPT6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OPT7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OPT8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OPT9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
OPT10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Sum_OPT .433**
Sum_INN -.010
Sum_DIS .029
Sum_INS .011
.004
.950
.857
.944
42
42
42
42
**
.275
.159
.059
.000
.078
.313
.709
.629
42 .712
**
.000 42 .577
**
.000
42
42
42
*
.081
.099
.018
.610
.531
.365
42
42
42
*
-.081
-.031
.014
.608
.845
.377
42
42
42
42
**
.108
.110
.076
.000
.497
.488
.631
.526
42
42
42
42
.632**
.227
.200
-.028
.000
.149
.204
.861
42
42
42
42
**
.222
.117
.108
.000
.157
.460
.498
42
42
42
42
**
.196
.276
.130
.001
.213
.077
.411
42
42
42
42
**
.110
-.023
-.130
.000
.490
.884
.413
42
42
42
42
.208
-.290
.156
-.097
.186
.062
.324
.540
42.000
42
42
42
.635
.498
.561
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
88
INN1
Sum_OPT .167
Sum_INN ** .614
Sum_DIS .180
Sum_INS .212
.292
.000
.253
.177
42
42
42
42
Pearson Correlation
.034
.336
*
-.007
-.081
Sig. (2-tailed)
.831
.030
.966
.612
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
INN2
N INN3
.032
Sig. (2-tailed)
.842
N INN4
42
.127
.279
.000
.421
.073
42
42
42
42
.405**
.016
.153
Sig. (2-tailed)
.478
.008
.922
.335
42
42
42
42
Pearson Correlation
.200
.367
*
-.043
.156
Sig. (2-tailed)
.204
.017
.787
.325
42
42
42
42
**
.261
-.011
.117
.000
.095
.942
42
42
42
42
Pearson Correlation
.283
**
**
.265
Sig. (2-tailed)
.070
.000
.006
.090
42
42
42
42
Pearson Correlation
.245
Sig. (2-tailed) N INN7
42
**
.113
N INN6
42 .514
Pearson Correlation N
INN5
42
Pearson Correlation
N
.665
.714
.419
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
89
DIS1
Sum_OPT .066
Sum_INN .212
Sum_DIS ** .453
Sum_INS -.024
.680
.178
.003
.880
42
42
42
42
Pearson Correlation
.247
.364
*
**
.268
Sig. (2-tailed)
.115
.018
.000
.086
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
DIS2
N DIS3
42
42
Pearson Correlation
.090
.079
Sig. (2-tailed)
.569
.618
N DIS4
42
42
.620**
.412**
Sig. (2-tailed)
.944
.611
.000
.007
42
42
Pearson Correlation
.383
*
.280
Sig. (2-tailed)
.012
.072
42 *
42 *
42 .629
**
.000 42 **
*
.039 42
.367
Sig. (2-tailed)
.026
.017
.000
.014
42
42
42
42
*
-.340
.101
*
.315
.370
.028
.525
.042
.016
42
42
42
42
-.194
-.103
.252
.365
.218
.517
.107
.018
42
42
42
42
-.184
.077
*
.344
.359
.244
.630
.026
.020
42
42
42
42
**
Pearson Correlation N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.385
*
*
*
*
Pearson Correlation
.273
-.026
Sig. (2-tailed)
.080
.872
.004
.012
42
42
42
42
N
.437
.376
*
.343
Pearson Correlation
.650
42 .319
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
DIS10
.207
42
N
DIS9
.007
-.081
Sig. (2-tailed) DIS8
.199
42
N DIS7
42
**
.011
N DIS6
42 .413
Pearson Correlation N
DIS5
.572
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.
90
INS1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
INS2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
INS3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
INS4
.284
.000
.000
42
42
42
42
-.061
.193
**
.700
.220
42
42
-.226
-.027
.151
.864
.491
.001 42 .447
**
.003
.846
**
.000 42 .749
**
.000
42
42
42
.227
.533**
Sig. (2-tailed)
.157
.148
.148
.000
42
42
Pearson Correlation
.267
.290
Sig. (2-tailed)
.088
.063
42 .397
**
.009
**
.000
42
42
.069
.322
Sig. (2-tailed)
.663
.038
.001
.000
42
42
42
42
**
*
42
42 .670
Pearson Correlation
.478
.455
**
42 .626
**
.031
.085
Sig. (2-tailed)
.846
.591
.002
.000
42
42
42
42
**
.066
.188
Sig. (2-tailed)
.678
.234
.002
.000
42
42
42
42
-.244
-.114
.053
.170
.120
.474
.739
.281
42
42
42
42
Sig. (2-tailed) N
.581
**
Pearson Correlation
Pearson Correlation
.456
.643
**
Pearson Correlation
N INS9
.725
.227
N INS8
Sum_INS ** .839
42
N INS7
Sum_DIS ** .533
.222
N INS6
Sum_INN .169
Pearson Correlation N
INS5
Sum_OPT .056
Universitas Indonesia
Tingkat kesiapan..., Arry Lazuardi, FIKOM UI, 2013.