Pengukuran Tingkat Kesiapan E-Learning (E-Learning Readiness) Studi Kasus pada Perguruan Tinggi ABC di Jakarta Rida Indah Fariani, S.Si, M.TI Manajemen Informatika Politeknik Manufaktur Astra Jakarta, Indonesia
[email protected] segala aspek yang berkaitan dengan pendidikan. Salah satu aspek yang cukup penting yaitu penyelenggaraan proses belajar mengajar sebagai proses bisnis utama dalam perguruan tinggi. Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun terakhir telah mendorong perguruan tinggi untuk menggunakan sistem informasi dalam mendukung bisnis proses utama yakni proses pendidikan tersebut, salah satunya dengan menerapkan e-learning.
Abstrak—Implementasi e-Learning membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Banyak implementasi e-Learning mengalami kegagalan meskipun sudah didukung dengan dana besar dan persiapan matang. Oleh karena itu perlu dianalisis terlebih dahulu tingkat kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan e-learning (e-Learning Readiness). Pengukuran e-Learning Readiness didasarkan pada model e-Learning Readiness dan dinyatakan dengan suatu indeks. Model e-Learning Readiness dibentuk oleh komponen e-Learning yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan framework penelitian dengan enam komponen utama yaitu Human Resource, Kultur Organisasi, Teknologi, Kebijakan, Keadaan Keuangan Organisasi dan Infrastruktur. Indeks readiness menggunakan indeks versi Aydin & Tascii dengan skala 1-5. Dengan diketahuinya indeks elearning readiness suatu organisasi diharapkan dapat menjadi baseline untuk melakukan persiapan dan improvement. Selanjutnya untuk menguji validitas framework, studi kasus telah dilakukan untuk mengukur e-learning readiness pada perguruan tinggi ABC di Jakarta. Penelitian dilakukan terhadap karyawan yang terdiri dari manajemen dan dosen. Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan wawancara terstruktur, sedangkan pengolahan data menggunakan teknik statistik deskriptif yang dipetakan terhadap indeks e-Learning Readiness versi Aydin & Tascii. Hasil penelitian menunjukkan perguruan tinggi ABC mempunyai indeks e-Learning Readiness sebesar 3.07 dari 3.40 yang diharapkan sebagai standar dari sebuah organisasi, yang berarti bahwa perguruan tinggi tersebut belum siap dalam melakukan implementasi e-Learning dan membutuhkan beberapa improvement. Beberapa rekomendasi diusulkan untuk perguruan tinggi ABC terkait dengan penelitian ini, yaitu pembuatan manajemen SOP, manajemen proyek, dan pembuatan IT Plan yang akan memberi arahan terhadap investasi TI, penyediaan infrastruktur dan optimalisasi struktur organisasi.
Penerapan e-learning membutuhkan kesiapan baik infrastruktur maupun kultur organisasi. Kesiapan ini dikenal dengan istilah e-Learning Readiness. Pengukuran e-Learning Readiness dilakukan agar organisasi dapat mengetahui secara kuantitatif tingkat kesiapannya. Dengan mengetahui tingkat kesiapannya, organisasi dapat menentukan kebijakan atau strategi apa yang akan ditentukan [24]. Pengukuran e-Learning Readiness didasarkan pada model yang digunakan, dengan demikian pemilihan komponen eLearning Readiness sebagai dasar pembentukan model menjadi kunci utama dalam pengukuran e-Learning Readiness. Model e-Learning Readiness tidak terbatas hanya untuk persiapan sebelum implementasi saja, melainkan dapat dilakukan untuk organisasi yang telah melakukan implementasi. Dalam hal ini organisasi dapat melakukan evaluasi apakah berhasil dalam melakukan implementasi elearning ataukah belum berhasil. Ini dapat dilihat dari pengukuran kembali indeks e-Learning Readiness, jika indeks mengalami kenaikan, maka dapat dikatakan bahwa implementasi e-learning berhasil. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan dasar bagi perbaikan pada masa pengembangan berikutnya.
Kata kunci—e-learning; e-learning readiness; readiness; Aydin; Tascii
Dari latar belakang diatas, maka disusun perumusan masalah sebagai berikut : Model e-Learning Readiness seperti apa yang dapat digunakan untuk mengukur e-Learning Readiness organisasi khususnya institusi pendidikan?
I. PENDAHULUAN Pada saat ini persaingan di dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi semakin kompetitif. Untuk meningkatkan competitive advantage perguruan tinggi perlu memperhatikan
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2013 Yogyakarta, 15 Juni 2013
G-1
ISSN: 1907 - 5022
Bagaimana strategi peningkatan kesiapan organisasi untuk implementasi e-learning ?
penggunaan multimedia yang terbatas, instruksi yang tidak konsisten, informasi yang berlebihan, kurangnya kehadiran instruktur/ interaksi dan koordinasi yang kurang baik.
Terkait permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk: Menentukan model e-Learning Readiness untuk organisasi khususnya pendidikan. Melakukan pengukuran e-Learning Readiness berdasarkan model yang didapat sebagai studi kasus pada perguruan tinggi ABC Menentukan strategi peningkatan kesiapan perguruan tinggi ABC untuk implementasi e-Learning berdasarkan hasil pengukuran. II.
Untuk mengukur tingkat kesiapan ini didasarkan pada komponen dari e-Learning Readiness yang digunakan sebagai dasar pembentukan model e-Learning Readiness. B. Model E-Learning Readiness Model e-Learning Readiness didasarkan pada komponen e-Learning Readiness yang digunakan. Berbagai penelitian dan literatur telah membahas mengenai komponen dari e-Learning Readiness ini, diantaranya adalah : a. Pemerintah, industri, pendidikan dan [7]. b. Kesiapan bisnis, kultur pembelajaran, informasi, manajemen perubahan, kemampuan organisasi untuk mengadakan training yang mendukung e-Learning, industri e-Learning dan komitmen pribadi [24]. c. Referensi [9] menyatakan bahwa komponen e-Learning Readiness dapat dikelompokkan menjadi delapan kategori sebagai berikut : - Psychological Readiness, merupakan cara pandang individu terhadap pengaruh inisiatif e-Learning. - Sociological Readiness, merupakan aspek interpersonal dari lingkungan tempat e-Learning diimplementasikan. - Environmental Readiness, merupakan peran dan kesiapan dari para stakeholders baik dari dalam maupun luar organisasi. - Human Resource Readiness, merupakan ketersediaan sumber daya manusia yang dapat mendukung sistem - Financial Readiness, merupakan pertimbangan mengenai anggaran dan proses alokasinya. - Technological Skill (aptitude) Readiness, merupakan kesiapan kompetensi secara teknis. - Equipment Readiness, mengenai kepemilikan terhadap barang yang sesuai dengan kebutuhan. - Content Readiness, merupakan kesiapan konten pembelajaran.
STUDI LITERATUR
A. Kesiapan Dalam Implementasi E-Learning (E-Learning Readiness) Kesiapan dalam implementasi e-Learning (e-Learning Readiness) merupakan kesiapan fisik dan mental suatu organisasi untuk melaksanakan, melakukan tindakan dan membuat pengalaman e-Learning [26]. E-Learning Readiness menggambarkan seberapa siap suatu organisasi dalam beberapa aspek untuk mengimplementasikan e-Learning. Kesiapan tidak hanya terhadap pengajar atau siswa melainkan kesiapan organisasi itu sendiri. Salah satu latar belakang mengapa kesiapan adaptasi dan implemetasi e-Learning menjadi perlu adalah adanya rintangan atau barrier dalam adaptasi dan implementasi ini. Secara khusus dinyatakan tujuh barrier utama dalam adaptasi dan implementasi eLearning[22] : a. Rintangan personal (Personal Barrier), termasuk masalah manajemen waktu, masalah pada segi bahasa dan sikap terhadap e-Learning.. b. Rintangan gaya belajar (Learning Style Barrier) termasuk preferensi belajar c. Rintangan situasional (Situational Barrier), termasuk durasi balajar dan gangguan/ interupsi dalam belajar. d. Rintangan organisasi (Organizational Barrier), termasuk masalah kultur organisasi, kurangnya waktu untuk studi, hambatan interpersonal, ketersediaan mata pelajaran online yang terbatas, masalah dalam registrasi, kurangnya awareness dan kegagalan untuk melibatkan karyawan dalam perencanaan atau pengambilan keputusan. e. Rintangan Teknologi (Technological Barrier) termasuk kualitas Learning Management System (LMS), masalah konektifitas, kurangnya pelatihan, masalah navigasi, keterbatasan dukungan teknis, kehilangan data dan ketidak mampuan mentransfer data. g. Rintangan Konten e-Learning (Content Barrier) termasuk ekspektasi siswa terhadap pelajaran, relevansi pelajaran, konten yang tidak spesifik terhadap peserta, kualitas konten yang tidak baik dan sistem penilaian/ evaluasi yang tidak baik. h. Rintangan instruksional (Instructional Barrier) termasuk kurangnya progress report dan umpan balik, terbatasnya keterlibatan siswa, desain instruksional yang terbatas, bahan referensi yang terbatas, masalah akses dan navigasi,
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2013 Yogyakarta, 15 Juni 2013
Komponen-komponen tersebut sering digunakan dalam melakukan pengukuran e-Learning Readiness untuk organisasi non pendidikan. Untuk institusi pendidikan, tentu saja komponen perlu disesuaikan dengan kondisi masingmasing institusi. Berikut contoh komponen dari e-Learning Readiness pada institusi pendidikan : a. Referensi [31] menggunakan enam komponen untuk mengukur e-learning Readiness, yakni Students’ Preparedness,Teachers’ Preparedness , IT Infrastructure, Management Support, School Culture dan Preference to Meet Face-to-Face. b. Referensi [2] secara khusus mengukur readiness untuk tenaga pengajar. Akaslan menggunakan komponen Technology, People, Content dan Institution. c. Referensi [26] menggunakan komponen berikut sebagai untuk mengukur e-Learning Readiness: Policy,
G-2
ISSN: 1907 - 5022
Technology, Financial, Human Resources dan Infrastructure. d. Referensi [17] menggunakan delapan komponen yang diklaim sesuai dengan organisasi pendidikan, yaitu Learner, Management, Personnel, Content, Technical, Environtment, Cultural dan Financial.
No
3
Teknologi
Dapat dilihat bahwa pada dasarnya model-model e-Learning Readiness yang telah dijelaskan diatas memiliki klasifikasi yang sama dan dapat dikelompokkan berdasarkan kesamaan tersebut
4 5
Materi eLearning Keuangan
C. Pola Pikir Penelitian Dalam penelitian ini, dikembangkan framework tersendiri dengan mengelompokkan komponen-komponen penelitian yang didapat dari literatur dan penelitian sebelumnya seperti dijabarkan di bagian (B). Pengelompokkan dilakukan dengan memperhatikan kesamaan makna dan substansi komponen. Setelah dilakukan pengelompokkan, maka didapat komponen yang akan diselidiki adalah sebagai berikut : a. Human Resources atau Sumber Daya Manusia (SDM), termasuk didalamnya People, Pengembangan Diri, Sikap Pengguna, Kompetensi dan Training. b. Organisasi, termasuk didalamnya Kultur Organisasi, Kebijakan Organisasi, dan Leadership. c. Teknologi, termasuk didalamnya Inovasi dan Informasi d. Keadaan Keuangan Organisasi e. Infrastruktur f. Content/ Isi materi, termasuk didalamnya program akademis dari e-Learning.
6
Infrastruktur
Dimensi/ Variabel
Indikator Leadership Kebijakan/ Policy Organisasi Teknologi Inovasi Isi/ Content Alokasi Budget Kebijakan Keuangan Organisasi Jaringan Hardware dan Software
Untuk kategori tingkat kesiapan, dalam penelitian ini menggunakan model indeks yang diadaptasi dari Aydin & Tasci (2005), yaitu : Not Ready, perlu persiapan banyak untuk mengimplementasikan e-Learning (Indeks 1 – 2.59) - Not Ready, tetapi hanya perlu beberapa persiapan saja untuk mengimplementasikan e-Learning (Indeks 2.6 – 3.39) - Ready tetapi butuh improvement dalam mengimplementasikan e-Learning(Indeks 3.4 – 4.19) - Ready untuk mengimplementasikan e-Learning (Indeks 4.2 – 5). Kategori tingkat kesiapan ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :
Framework yang dikembangkan dapat dilihat pada Tabel I berikut : TABEL I.
No 1
2
Dimensi/ Variabel Sumber Daya Manusia
Organisasi
POLA PIKIR PENELITIAN
Indikator People Pengembangan diri (Self Development) Kompetensi/ Skill Training e-Learning Sikap Pengguna Kultur Organisasi
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2013 Yogyakarta, 15 Juni 2013
Gambar 1. Indeks e-Learning Readiness menurut Aydin & Tasci (2005)
Untuk pengujian validitas framework yang digunakan maka dilakukan studi kasus pada Perguruan Tinggi ABC di Jakarta. Dalam hal ini akan dilakukan pengukuran indeks e-Learning Readiness pada perguruan tinggi tersebut dan selanjutnya akan diberikan beberapa rekomendasi terkait dengan hasil penelitian.
G-3
ISSN: 1907 - 5022
III.
METODOLOGI
K5.
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian explanatif , yaitu untuk menjelaskan dan mendalami variabel penelitian berdasarkan data yang diperoleh melalui metode survey, wawancara dan observasi. Tahapan penelitian yang dilakukan sebagai berikut :
Karyawan /dosen mempunyai kultur untuk sharing dan kerjasama yang baik
Kebijakan/ Policy P1.
Nilai
Institusi saya mempunyai visi mengenai eLearning
P2.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Saya aware (tahu) mengenai visi e-Learning
Studi Literatur dan Rumusan Masalah Penentuan variabel penelitian Perancangan Kuisioner Pengumpulan Data Pengolahan dan analisis Data Perbandingan framework penelitian dengan framework ELR Toolkit Penyajian Hasil dan Kesimpulan Penelitian
P3. Institusi saya mempunyai rencana jangka panjang untuk e-Learning P4.
Jika ada teknologi baru, atasan saya /managemen cukup mendukung segala perubahan yang harus dilakukan untuk pemanfaatan teknologi tersebut
Leadership
Data yang digunakan merupakan data kualitatif dan kuantitatif baik primer maupun sekunder. Data primer kualitatif didapat dari hasil wawancara terhadap pihak manajemen Perguruan Tinggi ABC dan karyawan yang diasumsikan mampu melakukan penilaian terhadap kondisi organisasi. Data primer kuantitatif didapat melalui survey menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data. Data sekunder berupa studi literatur dari penelitian-penelitian sebelumnya dari bidang yang sejenis, serta data-data yang terdapat di Perguruan Tinggi ABC.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah wawancara dan kuisioner. Kuisioner yang digunakan diadopsi dari penelitian sejenis terdahulu dan ditambahkan dengan beberapa pertanyaan yang disesuaikan dengan karakteristik Perguruan Tinggi ABC sebagai suatu institusi pendidikan. Kuisioner terdiri dari dua bagian, bagian pertama berupa pertanyaan mengenai identitas diri dan bagian kedua adalah pertanyaanpertanyaan tertutup meliputi semua variabel penelitian. Skala penilaian kuisioner yang menggunakan skala Likert (1-5). Contoh pertanyaan kuisioner dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
K1. K2. K3. K4.
Nilai
Dari setiap indikator dan variabel penelitian akan dicari nilai rata-ratanya. Skala penilaian kuisioner yang menggunakan skala Likert (1-5) sama dengan skala indeks readiness yang dijadikan penilaian pengukuran e-Learning Readiness dalam penelitian ini sehingga tidak dilakukan konversi data. Hasil rata-rata yang didapat kemudian
Saya mengetahui apa itu e-Learning Saya mengerti value dari e-Learning Saya mempunyai kebiasaan belajar mandiri/ independen Ada relevansi belajar secara independen dengan posisi kerja
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2013 Yogyakarta, 15 Juni 2013
Atasan saya / managemen mengerti value dari eLearning Atasan saya / managemen memberi support yang baik mengenai penggunaan e-Learning
Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk menghasilkan informasi yang diinginkan. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yang akan menjelaskan mengenai variabel penelitian dan akan menghasilkan suatu indeks tingkat kesiapan (Readiness).
CONTOH PERTANYAAN KUISIONER
Kultur Organisasi
L2.1.
Langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang terkumpul dari hasil kuisioner. Pengolahan data yang dilakukan yaitu : a. Mengelompokkan data hasil kuisioner berdasarkan variabel penelitian sesuai pola pikir penelitian b. Menggunakan statistik deskriptif, yaitu mencari nilai ratarata dari seluruh jawaban kuisioner untuk setiap kelompok variabel penelitian. c. Menentukan indeks e-Learning Readiness untuk setiap kelompok variabel penelitian sesuai dengan kriteria indeks yang digunakan yaitu versi Aydin Tascii. d. Menentukan indeks e-Learning Readiness Perguruan Tinggi ABC e. Melakukan analisis mengenai indeks e-Learning Readiness yang didapat pada point (c) dan (d) f. Melakukan perbandingan hasil pengukuran dengan menggunakan framework lain yaitu e-Learning Readiness (ELR) toolkit. Perbandingan yang dibahas mencakup perbandingan dimensi penelitian, perbandingan hasil pada dimensi penelitian dan perbandingan hasil pengukuran readiness secara keseluruhan.
Dianggap mampu menilai mengenai aspek-aspek e-Learning yang dijadikan bahan penelitian. Sampel ini mencakup pihak management dan midle management. Dosen dan instruktur dengan pengalaman mengajar minimal 3 tahun di Perguruan Tinggi ABC.
TABEL II.
Atasan saya / managemen tahu apa itu e-Learning
L3.
Sampel diambil dengan teknik Proportional purposive non random sampling dari karyawan Perguruan Tinggi ABC yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
L1.
G-4
ISSN: 1907 - 5022
dipetakan terhadap indeks e-Learning Readiness versi Aydin Tascii. Hasil pemetaan menunjukkan indeks e-Learning Readiness dan akan menggambarkan tingkat kesiapan organisasi dalam implementasi e-Learning.
Rangkuman hasil pengukuran e-Learning Readiness Perguruan Tinggi ABC dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
Perhitungan nilai rata-rata untuk setiap variabel penelitian ini menunjukkan indeks e-Learning Readiness untuk masingmasing variabel tersebut. Untuk menentukan indeks organisasi secara keseluruhan, dilakukan perhitungan rata-rata dari seluruh variabel penelitian. Selanjutnya untuk kepentingan validasi framework yang diusulkan dalam penelitian, dilakukan perbandingan pengukuran tingkat kesiapan implementasi e-Learning dengan framework yang diajukan, dengan tingkat kesiapan menggunakan ELR (E-Learning Readiness) toolkit. ELR toolkit adalah alat untuk mengukur tingkat kesiapan implementasi e-Learning yang didasarkan pada eMM (eLearning Maturity Model). ELR toolkit dikembangkan oleh Connecting For Health, bagian dari departemen kesehatan Inggris yang bertanggung jawab menghasilkan program TI nasional di bidang kesehatan.
Gambar 2. Radar Chart pengukuran e-Learning Readiness Perguruan Tinggi ABC
Dari hasil survey dengan menggunakan ELR toolkit didapat bahwa Perguruan Tinggi ABC memiliki indeks e-Learning sebesar 21.5 secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa Perguruan Tinggi ABC berada pada tingkat kesiapan Beginning atau pemula untuk implementasi e-Learning.
Dimensi yang digunakan pada ELR toolkit adalah (elearningreadiness.org, 2011) : SDM yang terlibat dalam pembelajaran dan pengembangan ; Evaluasi e-Learning ; Desain e-Learning ; Pengadaan e-Learning; Kesiapan Pengajar ; Support teknologi ; Visi organisasi ; Leadership; Benefit dan Kemudahan Pemakaian. Dengan menggunakan ELR toolkit, tingkat kesiapan mempunyai indeks dengan skala 0-100. Kategori tingkat kesiapan e-Learning didefinisikan menjadi tingkat Beginning atau pemula (0-32.9) ; tingkat Improving (33-65.9) dan tingkat Establishing (66-100). IV.
Pada framework yang diusulkan, untuk setiap dimensi penelitian organisasi menunjukan indeks not ready, kecuali untuk dimensi Teknologi menunjukkan indeks ready dengan beberapa improvement. Dengan menggunakan ELR toolkit didapat bahwa untuk setiap dimensi penelitian juga menunjukkan organisasi berada pada tingkat beginning, kecuali untuk dimensi support teknologi menunjukkan tingkat improving. Dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran menggunakan framework penelitian dan hasil pengukuran menggunakan ELR toolkit menunjukan persamaan, baik secara keseluruhan maupun hasil pengukuran setiap dimensi.
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Dari hasil pengolahan data didapat bahwa Perguruan Tinggi ABC memiliki indeks e-Learning Readiness 3.07 secara keseluruhan. Jika dilihat untuk setiap dimensi penelitian, maka didapat tingkat kesiapan untuk dimensi Organisasi sebesar 3.15, tingkat kesiapan untuk dimensi Keuangan Organisasi sebesar 2.71, tingkat kesiapan untuk dimensi SDM sebesar 3.24, tingkat kesiapan untuk dimensi Teknologi sebesar 3.40, tingkat kesiapan untuk dimensi Infrastruktur sebesar 2.59 dan tingkat kesiapan untuk dimensi Materi sebesar 3.38.
V.
Dari hasil analisa data dan pembahasan tertama dari dimensi penelitian yang masih memerlukan improvement dapat dihasilkan implikasi penelitian. Implikasi ini dapat dilihat pada tiga aspek yaitu terhadap sistem organisasi, terhadap manajemen organisasi dan terhadap penelitian elearning pada umumnya. Implikasi ini juga didasarkan pada kondisi saat ini yang ada di Perguruan Tinggi ABC.
Mengacu pada indeks e-Learning readiness yang dijelaskan bagian 2.C, dapat diartikan bahwa Perguruan Tinggi ABC berada pada tingkat kesiapan not ready atau belum siap untuk mengimplementasikan e-Learning dan perlu beberapa persiapan untuk mengimplementasikan e-Learning.
Implikasi penelitian terhadap sistem organisasi mencakup optimalisasi struktur organisasi dan Penyediaan Infrastruktur TI. Implikasi penelitian terhadap manajemen organisasi mencakup Pembentukan perencanaan pemanfaatan TI yang align dengan Strategi Bisnis organisasi (IT Plan), Standard Operation Procedure (SOP) Management, Investasi TI dan Manajemen Proyek.
Kemudian dari indeks masing-masing dimensi dapat dilihat bahwa hampir seluruh dimensi yang diteliti berada dalam tahap belum siap dan memerlukan persiapan atau improvement.
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2013 Yogyakarta, 15 Juni 2013
IMPLIKASI PENELITIAN
G-5
ISSN: 1907 - 5022
optimalisasi struktur organisasi dan penyediaan infrastruktur TI. Sedangkan rekomendasi berkaitan dengan manajemen yakni melakukan manajemen SOP, melakukan investasi TI, melakukan manajemen proyek dan membuat IT Plan b. Dalam melakukan improvement yang telah diusulkan, diharapkan Perguruan Tinggi ABC melakukan pembuatan IT Plan terlebih dahulu karena akan memberi arahan rekomendasi lainnya yaitu optimalisasi struktur organisasi, investasi TI dan penyediaan infrastruktur TI. c. Framework yang digunakan dalam penelitian ini secara khusus digunakan untuk mengukur E-Learning Readiness pada institusi pendidikan khususnya perguruan tinggi . Oleh karena itu dalam penelitian selanjutnya, untuk penggunaan dalam ruang lingkup yang lebih luas perlu dikaji kembali mengenai komponen e-Learning Readiness yang akan digunakan. Selain itu perlu dikaji kembali penggunaan mahasiswa sebagai sampel penelitian.
Implikasi penelitian terhadap bidang ilmu e-Learning Readiness berkaitan dengan penentuan komponen e-Learning Readiness yang akan dijadikan sebagai dimensi penelitian. Rekomendasi dan improvement yang diajukan sebagai hasil penelitian akan didasarkan pada komponen tersebut. Dalam penelitian ini komponen e-Learning Readiness yang digunakan merupakan sintesis dari beberapa framework dan best practices dari penelitian sejenis. Oleh karena itu diharapkan komponen e-Learning Readiness dapat digunakan untuk penelitian yang akan datang khususnya dalam institusi pendidikan yaitu perguruan tinggi. Namun untuk ruang lingkup yang lebih luas perlu dikaji kembali kesesuain komponen e-Learning Readiness dan disesuaikan dengan karakteristik dan nilai unik organisasi. VI.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dalam penelitian ini dapat ditentukan beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Dari studi literatur dan pengamatan didapat komponen eLearning Readiness yang selanjutnya menjadi model eLearning Readiness yaitu Human Resource, Kultur Organisasi, Teknologi, Kebijakan, Keadaan Keuangan Organisasi dan Infrastruktur b. Dengan menggunakan model tersebut telah dilakukan penelitian terhadap Perguruan Tinggi ABC dimana didapat indeks e-Learning Readiness sebesar 3.07 (not ready), yang berarti bahwa Perguruan Tinggi ABC belum siap untuk melakukan implementasi e-Learning dan harus melakukan beberapa persiapan. Hasil serupa juga didapat ketika dilakukan pengukuran menggunakan framework ELearning Readiness (ELR) Toolkit, dimana Perguruan Tinggi ABC berada pada tingkat beginner (pemula) c. Dari dimensi aspek e-Learning Readiness yang diselidiki, hampir semua berada pada level not ready, dan oleh karena itu menjadi dasar bagi inisiatif perbaikan yang sebaiknya dilakukan. Dimensi tersebut yaitu :
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
- Dimensi organisasi dengan indikator leadership dan kebijakan/ policy organisasi - Dimensi keuangan organisasi dengan indikator budget dan kebijakan keuangan - Dimensi sumber daya manusia, dengan indikator people dan training e-Learning - Dimensi infrastruktur, dengan indikator jaringan, hardware dan software. - Dimensi materi e-Learning dengan indikator konten atau isi materi.
[8] [9] [10] [11]
[12]
B. Saran Berdasarkan temuan temuan dan implikasi penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : a. Perguruan Tinggi ABC diharapkan dapat melakukan improvement untuk meningkatkan kesiapan dalam implementasi e-Learning sesuai dengan rekomendasi yang diusulkan, baik yang berkenaan dengan sistem organisasi maupun manajamen. Rekomendasi yang berkaitan dengan sistem organisasi yakni melakukan
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2013 Yogyakarta, 15 Juni 2013
[13] [14]
[15]
G-6
Addom, B ,‖ E-Readiness Assessment Of Seven Higher Education Institutions In Ghana‖, Faculty of the Graduate School of Cornell University, 2004 Akaslan, D and Effie, L ,‖ Measuring Teachers’ Readiness for Elearning In Higher Education Institutions associated with the Subject of Electricity in Turkey‖, Global Engineering Education Conference (EDUCON) – "Learning Environments and Ecosystems in Engineering Education" IEEE, 2011 Ali, M, ‖ E-Learning In Indonesian Education System‖, SeminarWorkshop on E-Learning: The Seventh Programming Cycle of APEID Activities,Japan, 2004 Aydin & Tasci,‖ Measuring Readiness for e-Learning: Reflections from an Emerging Country‖, International Forum of Educational Technology & Society (IFETS), 2005 Bermann, P, ‖ E-Learning Concepts And Technique”, Institute for Interactive Technologies , Bloomsburg University of Pennsylvania,USA, 2006 Boakye, K and Banini,D, ―Teacher ICT Readiness in Ghana‖, In K. Toure, T.M.S. Tchombe, & T. Karsenti (Eds.), ICT and Changing Mindsets in Education. Bamenda, Cameroon: Langaa; Bamako, Mali: ERNWACA / ROCARE. Borotis, S, Poulymenkou, A, and Rosenberg, M.J, ―E-learning Readiness Components: Key Issues to Consider Before Adopting elearning Interventions‖, Digital Age: McGraw Hil, 2000 Bowles, M. ,‖ Relearning to e-learn: strategies for electronic learning and knowlzdge” , Melbourne University Press. , 2004 Chapnick, S ,‖Are You Ready for E-Learning?‖, ResearchDog, 2000 Geetha,‖Introduction to e-Learning”, Anna University Chennai , 2008 George, D and Mallery. P,‖ SPSS for Windows step by step: A simple guide and reference. 11.0 update (4th ed.)‖. Boston Allyn & Bacon, 2003 Gliem, J,‖ Calculating, Interpreting, and Reporting Cronbach’s Alpha Reliability Coefficient for Likert-Type Scale‖, Midwest Research to Practice Conference in Adult, Continuing, and Community Education, 2003 Hadjiathanasiou, P,‖ The E-Learning Readiness of Cyprus primary teachers ahead of Dias system integration into Cyprus schools‖, European Journal of Open, Distance and e-Learning, 2009 Haney, D, ―Assessing Organizational Readiness for e-Learning : 70 Question to ask”, Performance Improvement 41 (4), April 2002 Karpati, A, Torok, B, and Linda, A,‖ E-Teaching Readiness Of Teachers The Effects Of Personality Traits And Ict Skills On Changes In Teaching Style Of Experienced Educators‖, Proceedings of the VIIth Research Workshop of EDEN, Paris, 2008
ISSN: 1907 - 5022
[16] Kapp, K. M,‖ Winning E-Learning Proposals: The Art of Development and Delivery‖, New York, J. Ross Publishing, 2003 [17] Kaur, K., and Abas, Z. ,‖An assessment of e-learning readiness at the Open University Malaysia”, International Conference on Computers in Education. Malbourne, 2004 [18] Kayode, A, ―Assessing the Awareness and Perceptions of Academic Staff in Using E-learning Tools for Instructional Delivery in a Post-Secondary Institution: A Case Study‖, The Innovation Journal : The Public Sector Innovation Journal 11(3), article 4 [19] McConnal, ―Ready? Net. Go‖, McConnel International LLC, 2001 [20] Miller, ‖Measuremen,t Validity and Reliability “, Western International University, 2009 [21] Priyanto,‖ Model E-Learning Readiness Sebagai Strategi Pengembangan E-Learning”, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, 2007 [22] Mungania, P. , ―The seven e-learning barriers facing employees‖, Research Final Report of the Masie Center of e-Learning consortium, University of Louisville, USA, 2003 [23] Punyabukkana, P. , Sowanwanichakul, B., and Suchato, A :‖RELAD: A Rapid eLearning Authoring and Development Model‖, Third International Conference on eLearning for Knowledge-Based Society, Bangkok, Thailand, August 3-4, 2006 [24] Rosenberg,‖ What Lies Beyond E-Learning?”, Based On Beyond E- Learning: Approaches and Technologies to Enhance Organizational Knowledge, Learning and Performance published by Pfeiffer, 2006 [25] Satrio, R, ―Pengantar e-Learning dan pengembangannya”, IlmuKomputer.com, 2003. [26] Seakow and Samson,‖ A Study of E-learning Readiness of Thailand’s Higher Education Comparing to the United States of America (USA)’s Case‖, IEEE, 2011 [27] Smaldino, Sharon , ― Instructional Technology and Media for Learning ― , Pearson,Prentice Hall,2005. [28] So,K ‖ e-Learning Readiness of Teachers in Hong Kong‖, Proceedings of the Fifth IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies (ICALT’05), 2005 [29] Srichanyachon, N, ―Key Components of E-Learning Readiness‖, Bangkok University, 2009 [30] Srinath, R, ―eLearning: A Heuristic Approach To Learn In The New Century‖, International Journal of The Computer, the Internet and Management 12(2) : 190 -194, 2004 [31] Swatman, T and So, T ,‖ e-Learning Readiness in the Classroom: a study of Hong Kong primary and secondary teachers‖, Proceedings of the Fifth IEEE International Conference on Advanced Learning Technologies (ICALT’05), 2005 [32] Travid, A ‖ Measuring the e-readiness of higher education institutions‖, SSE Riga Student Research Papers, 2008 [33] Weiner, J, ―Measurement: Reliability and Validity Measures”, John Hopkins Bloomberg , School of Public Health, 2007 [34] Yaghmaie, F, ― Content Validity and Its Estimation‖, Journal of Medical Education 3 (1), 2003
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2013 Yogyakarta, 15 Juni 2013
G-7
ISSN: 1907 - 5022