UNIVERSITAS INDONESIA
PENGUKURAN KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING: STUDI KASUS PUSDIKLAT XYZ
KARYA AKHIR
WAHYU SULISTIO 1006833445
FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2013
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGUKURAN KESIAPAN IMPLEMENTASI E-LEARNING: STUDI KASUS PUSDIKLAT XYZ
KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Teknologi Informasi
WAHYU SULISTIO 1006833445
FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNOLOGI INFORMASI JAKARTA JANUARI 2013
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
ii Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
iii Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Akhir ini. Penulisan karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Teknologi Informasi pada Program Studi Magister Teknologi Informasi, Fakultas Ilmu Komputer - Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam rangka penyelesaian karya akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Indra Budi selaku pembimbing karya akhir penulis yang telah dengan sabar memberikan masukan, arahan, nasihat, ilmu, dukungan, dan waktu yang bemanfaat bagi penulis. 2. Bapak Dana Indra dan Bapak Rizal Fathoni selaku penguji karya akhir yang telah memberikan masukan untuk perbaikan karya akhir ini. 3. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dorongan kepada penulis untuk bisa segera menyelesaikan karya akhir ini. 4. Istri dan anak penulis yang senantiasa menjadi tenaga penyemangat bagi penulis. 5. Bapak Cris Kuntadi selaku Kepala Pusdiklat XYZ. 6. Bapak Dwi Setiawan Susanto selaku Kepala Bagian Evaluasi Pusdiklat XYZ. 7. Bapak Gatot Tri Susanto selaku Kasubbag Fasilitas Pembelajaran Pusdiklat XYZ. 8. Bapak Zulwarak selaku Kasubbag Umum Pusdiklat XYZ. 9. Ibu Munawara selaku Kasubbag Program dan Kerjasama Pusdiklat XYZ. 10. Ibu Esther Indriaty selaku Kasubbag Modul Pusdiklat XYZ. 11. Bapak Yudho Giri Sucahyo selaku pembimbing akademis. 12. Bapak Zainal A. Hasibuan dan Bapak Riri Satria selaku dosen pengajar mata kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan wawasan dalam menulis karya akhir yang benar sesuai kaidah-kaidah ilmiah.
iv Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
13. Rekan-rekan di Universitas XYZ yang juga turut serta ikut membantu dalam usaha penyusunan dan penyelesaian karya akhir ini, yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 14. Bobby, Marcel, dan Yoga yang banyak memberikan masukan untuk penulisan karya akhir ini. 15. Teman-teman MTI UI 2010F yang telah berjuang bersama selama ini. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung. Penulis juga menyadari bahwa karya akhir ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengharapkan segala bentuk masukan, kritik dan saran yang membangun. Semoga karya akhir ini mampu memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, 21 Januari 2013
Wahyu Sulistio
v Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
vi Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
ABSTRAK
Nama
: Wahyu Sulistio
Program Studi
: Magister Teknologi Informasi
Judul
: Pengukuran Kesiapan Implementasi E-Learning: Studi Kasus Pusdiklat XYZ
Dengan semakin besar dan berkembangnya organisasi, maka semakin dibutuhkan pegawai-pegawai
yang handal dan kompeten.
Untuk itu
maka unsur
pengembangan sumber daya manusia melalui kediklatan menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan oleh organisasi. Dalam upaya untuk melaksanakan diklat bagi seluruh pegawai, Pusdiklat XYZ mengalami kendala-kendala seperti keterbatasan kapasitas sarana prasarana yang dimiliki. Hal ini mendorong organisasi berinisiatif menerapkan e-learning dalam pelaksanaan diklat. Namun demikian belum pernah dilakukan analisa mengenai kesiapan organisasi untuk mengimplementasikan e-learning tersebut. Untuk mengukur kesiapan tersebut dilakukan survei terhadap keseluruhan organisasi dengan menggunakan model kesiapan yang telah ada. Model tersebut dipilih dari sejumlah model yang telah dikembangkan sebelumnya oleh para ahli dengan mempertimbangkan aspek kelengkapan dan kekinian. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
kesiapan
Pusdiklat
XYZ
untuk
mengimplementasikan e-learning berada pada nilai 2.76 yang berarti masuk dalam kategori kurang siap. Rekomendasi yang diberikan mencakup aspek kesiapan konten, infrastruktur teknologi, dan berbagai faktor lainnya yang dinilai masih berada pada kondisi kurang siap. Kata kunci : E-learning, model kesiapan.
vii
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
ABSTRACT
Name
: Wahyu Sulistio
Study Program
: Magister Teknologi Informasi
Title
: E-Learning Readiness Measurement: Case Study Training Center XYZ
The large and growing organization needs reliable and competent employees. For that purpose, the elements of human resource development become a thing that should be noted by the organization. In an effort to implement training for all employees, Training Center XYZ has some obstacles, such as limited infrastructure capacity owned. This encourages organizations to implement e-learning initiative in the implementation of education and training. However, the analysis has not been done on the readiness of the organization to implement the e-learning. To measure the readiness, the survey will be conducted using the organization's overall readiness of existing models. The model was selected from a number of earlier models have been developed by experts taking into account the completeness and contemporary aspects. The results showed that the readiness of Training Center XYZ to implement elearning is the mean value of 2.76 in the category of poorly prepared. Recommendations are given in the aspects of content, technology infrastructure, and other factors which still arrives at the not well-prepared. Keywords : E-Learning, readiness model
viii
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT........................................................................................................... viii DAFTAR ISI ...... ....................................................................................................ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.2.1 Identifikasi Masalah ............................................................................. 2 1.2.2 Rumusan Masalah/Research Question ................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7 1.4 Manfaat Karya Akhir .................................................................................... 7 1.5 Batasan Masalah dan Asumsi........................................................................ 7 1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................... 8 BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................... 9 2.1 Definisi E-learning ....................................................................................... 9 2.2 Komponen E-learning ................................................................................ 10 2.3 Jenis E-learning.......................................................................................... 14 2.4 Model Pembelajaran Online........................................................................ 16 2.5 Kelebihan dan Kekurangan E-learning ....................................................... 16 2.6 E-learning Readiness .................................................................................. 22 2.7 Teknik Sampling ........................................................................................ 23 2.8 Uji Validitas ............................................................................................... 23 2.9 Uji Reliabilitas............................................................................................ 24 2.10 Data Pengukuran ........................................................................................ 25 2.11 Pengolahan Skala Likert........................................................ ....................... 26 2.12 Penelitian Sebelumnya................................................................................ 28 2.12.1 Model ELR Rosenberg ..................................................................... 28 2.12.2 Model ELR Chapnick ....................................................................... 29 2.12.3 Model ELR Aydin dan Tasci ............................................................ 31 2.12.4 Model ELR Darab dan Montazer ...................................................... 33 2.12.5 Pengukuran ELR di Politeknik Manufaktur Astra ............................. 34 2.12.6 Pengukuran ELR di Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi ....... 34 2.12.7 Perbandingan Model ........................................................................ 35 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 39 3.1 Metode Penelitian ....................................................................................... 39 3.2 Tahapan Penelitian ..................................................................................... 39 ix
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
3.2.1 Studi Literatur.................................................................................... 40 3.2.2 Membuat Desain Survei ..................................................................... 40 3.2.3 Pengembangan Instrumen Survei ....................................................... 40 3.2.4 Pengujian Instrumen Survei ............................................................... 41 3.2.5 Perbaikan Instrumen Survei ............................................................... 41 3.2.6 Pemilihan Sampel .............................................................................. 42 3.2.7 Pengumpulan Data ............................................................................. 42 3.2.8 Pengolahan dan Analisa Data ............................................................. 43 3.2.9 Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi ...................................... 43 3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 44 3.4 Metode Pengolahan Data ............................................................................ 44 3.5 Metode Analisis dan Penarikan Kesimpulan ............................................... 45 BAB 4 PROFIL ORGANISASI ......................................................................... 45 4.1 Sekilas Tentang Organisasi ......................................................................... 45 4.2 Tugas Pokok dan Fungsi ............................................................................. 48 4.3 Visi, Misi, dan Sasaran Strategis ................................................................. 49 BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................... 50 5.1 Hasil uji coba instrumen penelitian .............................................................. 50 5.1.1 Instrumen Communication Network ................................................... 51 5.1.2 Instrumen Equipment ......................................................................... 52 5.1.3 Instrumen Security ............................................................................. 53 5.1.4 Instrumen Content.............................................................................. 53 5.1.5 Instrumrn Laws and Regulations ........................................................ 53 5.1.6 Instrumen Educational Policy ............................................................ 54 5.1.7 Instrumen Assessment ........................................................................ 55 5.1.8 Instrumen Cultural............................................................................. 55 5.1.9 Instrumen Standards .......................................................................... 57 5.1.10 Instrumen Financial ......................................................................... 57 5.1.11 Instrumen Human Resources ............................................................ 58 5.1.12 Instrumen Management.................................................................... 59 5.1.13 Instrumen Supervision ...................................................................... 60 5.1.14 Instrumen Support............................................................................ 61 5.2 Standar nilai dan responden dalam penelitian ............................................... 62 5.3 Penerapan Instrumen Uji Kesiapan E-Learning ............................................ 64 5.3.1 Kesiapan communication network ...................................................... 65 5.3.2 Kesiapan equipment ........................................................................... 66 5.3.3 Kesiapan Security ............................................................................... 67 5.3.4 Kesiapan Content ............................................................................... 67 5.3.5 Kesiapan Laws and Regulations ......................................................... 68 5.3.6 Kesiapan educational policy ............................................................... 69 5.3.7 Kesiapan assessment .......................................................................... 70 5.3.8 Kesiapan cultural ............................................................................... 71 5.3.9 Kesiapan standards ............................................................................ 72 5.3.10 Kesiapan financial............................................................................ 73 5.3.11 Kesiapan Human Resources ............................................................. 73 5.3.12 Kesiapan management ...................................................................... 75 5.3.13 Kesiapan Supervision ....................................................................... 76 5.3.14 Kesiapan Support ............................................................................. 76 x
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
5.3.15 Kesiapan e-learning secara keseluruhan ........................................... 77 5.4 Rekomendasi Atas Permasalahan Yang Ada ................................................ 80 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 92 6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 92 6.2 Saran............................................................................................................ 94 DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... 95 LAMPIRAN . .......................................................................................................L-1 A. Kuesioner Survei......................................................................................... L-1 B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. L-5 C. Bobot Faktor ELR Model Darab dan Montazer ............................................ L-8 D. Transkrip Wawancara dengan Kabag Evaluasi ...........................................L-14 E. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Umum .........................................L-19 F. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Fasilitas Pembelajaran .................L-22 G. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Program dan Kerjasama ..............L-30 H. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Modul.........................................L-33 I. Hasil Kunjungan ke Malaysia (EPSA) .........................................................L-36 J. Faktor Kesiapan E-Learning Darab & Montazer ..........................................L-39 K Konversi Hasil Survei .................................................................................L-42 L Responden Pegawai .....................................................................................L-62
xi
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Faktor Penyebab Kebutuhan Diklat Tidak Terpenuhi ........................ 3 Gambar 2.1 Kelompok E-Learning menurut Som Naidu .................................... 15 Gambar 2.2 Skala Penilaian ELR Chapnick ........................................................ 22 Gambar 2.3 Skala Penilaian ELR Aydin & Tascii .............................................. 23 Gambar 2.4 Kerangka Teori............................................................................... 38 Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ..................................................................... 38 Gambar 5.1 Level Kategori Kesiapan................................................................. 64
xii
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelompok E-learning menurut Romiszowski...................................... 14 Tabel 2.2 Faktor Kesiapan E-Learning Aydin & Tascii ...................................... 32 Tabel 2.3 Perbandingan Model ELR................................................................... 36 Tabel 5.1 Uji validitas instrumen communication network ................................. 52 Tabel 5.2 Uji validitas instrumen equipment ...................................................... 52 Tabel 5.3 Uji validitas instrumen laws and regulations ...................................... 54 Tabel 5.4 Uji validitas instrumen educational policy .......................................... 54 Tabel 5.5 Uji validitas instrumen assessment ..................................................... 55 Tabel 5.6 Uji validitas instrumen cultural manajemen........................................ 56 Tabel 5.7 Uji validitas instrumen cultural pegawai ............................................ 56 Tabel 5.8 Uji validitas instrumen financial......................................................... 57 Tabel 5.9 Uji validitas instrumen human resources pegawai .............................. 58 Tabel 5.10 Uji validitas instrumen human resources manajemen ....................... 59 Tabel 5.11 Uji validitas instrumen management ................................................. 59 Tabel 5.12 Uji validitas instrumen supervision ................................................... 60 Tabel 5.13 Uji validitas instrumen support ......................................................... 61 Tabel 5.14 Standar nilai kuesioner ..................................................................... 62 Tabel 5.15 Proporsi Responden Kuesioner ......................................................... 63 Tabel 5.16 Nilai kesiapan communication network............................................. 65 Tabel 5.17 Nilai kesiapan equipment.................................................................. 66 Tabel 5.18 Nilai kesiapan security ..................................................................... 67 Tabel 5.19 Nilai kesiapan content ...................................................................... 68 Tabel 5.20 Nilai kesiapan laws and regulations ................................................. 69 Tabel 5.21 Nilai kesiapan educational policy ..................................................... 70 Tabel 5.22 Nilai kesiapan assessment................................................................. 70 Tabel 5.23 Nilai kesiapan cultural ..................................................................... 71 Tabel 5.24 Nilai kesiapan standards .................................................................. 72 Tabel 5.25 Nilai kesiapan financial .................................................................... 73 Tabel 5.26 Nilai kesiapan human resources ....................................................... 74 Tabel 5.27 Nilai kesiapan management .............................................................. 75 Tabel 5.28 Nilai kesiapan supervision ................................................................ 76 Tabel 5.29 Nilai kesiapan support ...................................................................... 77 Tabel 5.30 Nilai kesiapan keseluruhan ............................................................... 78
xiii
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini dikemukakan hal-hal yang menjadi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan asumsi, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1
Latar Belakang Perkembangan teknologi yang demikian pesat saat ini memberikan
berbagai manfaat kepada manusia. Diantara manfaat yang bisa dirasakan adalah bahwa dengan teknologi tersebut maka seakan tidak ada lagi kendala jarak dan waktu yang dirasakan. Dengan teknologi tersebut maka manusia dimanapun dan kapan pun dapat terhubung dan berkomunikasi dengan mudah. Manfaat teknologi tersebut telah mendorong berbagai sektor industri memanfaatkannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses yang dilakukan di dalam industri tersebut. Industri pendidikan juga menjadi salah satu industri yang berusaha memaksimalkan pemanfaatan teknologi tersebut. Maka saat ini banyak ditemukan berbagai institusi pendidikan dan lembaga pelatihan yang menerapkan model pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan elearning. Salah satu institusi yang berusaha memanfaatkan keunggulan teknologi tersebut adalah organisasi XYZ. Dalam rangka mewujudkan Organisasi XYZ sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen dan profesional dibutuhkan sumber daya yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan. Tantangan yang dihadapi Organisasi XYZ selain jumlah SDM yang masih terbatas, yang tidak kalah penting adalah kualitas SDM-nya. Kinerja organisasi tidak akan dapat dicapai secara optimal jika tidak didukung oleh sumber daya manusia yang memadai, mau bekerja keras, memiliki integritas serta berkomitmen atas pelaksanaan tugasnya. Pusdiklat XYZ sebagai unit kerja dari Organisasi XYZ yang melakukan pendidikan dan pelatihan dalam rangka membentuk kompetensi pegawai, mulai
1
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
2
berusaha memanfaatkan kelebihan teknologi tersebut dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Tuntutan organisasi sebagai lembaga negara yang independen dan profesional, sehingga membutuhkan sumber daya yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan, mendorong Pusdiklat untuk dapat merancang pelaksanaan diklat yang dapat mengakomodir kebutuhan kompetensi seluruh pegawai organisasi. Disisi lain, berbagai keterbatasan yang ada, seperti daya tampung kelas misalnya, menyebabkan sulitnya pemenuhan jam pelatihan seluruh pegawai jika hanya dilakukan melalui metode kelas yang konvensional. Maka Pusdiklat XYZ pun berinisiatif untuk mulai menerapkan elearning dalam proses kediklatan organisasi. 1.2
Perumusan Masalah Berikut dijelaskan masalah yang terdapat pada Pusdiklat XYZ yang
mendorong dilaksanakannya penelitian ini. Pembahasan masalah tersebut mencakup identifikasi masalah dan research question yang akan dijawab melalui penelitian ini. 1.2.1
Identifikasi Masalah Untuk mengidentifikasi permasalahan yang dialami oleh organisasi maka
dilakukan wawancara dengan salah seorang manajemen organisasi, dhi. Kabag Evaluasi (Lampiran D). Berdasarkan hasil wawancara dengan beliau, salah satu permasalahan yang menjadi bagian tanggung jawab Pusdiklat XYZ adalah pemenuhan jumlah jam diklat bagi seluruh pegawai organisasi XYZ. Untuk menyajikan data diklat pegawai organisasi secara keseluruhan beliau mengalami kendala karena pendataan diklat yang belum memadai di Pusdiklat XYZ. Namun bila melihat pada contoh kasus di internal Pusdiklat XYZ sendiri dimana sebagian besar diklat diselenggarakan, ternyata masih banyak pegawai yang tidak mencapai target 40 jam pelajaran selama satu tahun. Dari 134 pegawai Pusdiklat XYZ, dengan dikurangi pegawai yang baru masuk pada tahun 2011 sebanyak 13 orang, maka seharusnya sebanyak 121 pegawai dapat melaksanakan diklat minimal 40 jam pelajaran selama satu tahun. Dengan mengambil contoh kasus tahun 2011, ternyata terdapat 59 orang yang Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
3
tidak memenuhi jumlah jam pelajaran tersebut. Dengan demikian pada tahun 2011 terdapat 48,8% pegawai yang tidak memenuhi target jumlah jam pelajaran selama satu tahun. Dengan melihat contoh kasus ini, Kabag Evaluasi meyakini bahwa terdapat permasalahan yang sama untuk seluruh wilayah kerja organisasi XYZ. Terkait kendala dalam pemenuhan kebutuhan diklat untuk seluruh organisasi XYZ sebagaimana dijelaskan sebelumnya, beliau menjelaskan sejumlah kendala yang dapat digambarkan dalam diagram tulang ikan berikut :
Gambar 1.1 Faktor Penyebab Kebutuhan Diklat Tidak Terpenuhi
Berdasarkan diagram pada Gambar 1.1, faktor-faktor penyebab kebutuhan diklat tidak terpenuhi, dalam artian tidak semua pegawai dapat memenuhi target pemenuhan jam pelajaran mereka dalam waktu satu tahun, adalah : a.
Sarana Prasarana Faktor
pertama
yang
menyebabkan
permasalahan
ini
adalah
ketidakseimbangan antara sarana prasarana yang ada dengan jumlah pegawai keseluruhan. Di satu sisi jumlah pegawai organisasi yang terus bertambah, sementara kapasitas dari sarana prasarana yang ada tidak ditingkatkan. Hal ini menyebabkan perlunya dilakukan pergiliran jadwal pelaksanaan diklat bagi seluruh pegawai. Masalah lain terkait penjadwalan ini adalah fleksibilitas dari
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
4
para pegawai untuk mengikuti diklat sebagaimana dibahas pada faktor keluangan waktu. b.
Biaya Pelaksanaan Diklat Faktor berikutnya yang menyebabkan permasalahan ini adalah biaya pelaksanaan diklat. Dengan memperhatikan besarnya biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan diklat, seperti biaya instruktur, konsumsi, akomodasi, dan transportasi, sementara anggaran diklat yang ada terbatas, menyebabkan jumlah diklat yang dapat dilaksanakan dalam waktu satu tahun juga harus dibatasi. Terlebih lagi dengan kondisi pegawai yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia, maka biaya perjalanan dinas untuk pegawai yang berada di luar daerah juga menjadi faktor utama besarnya biaya pelaksanaan diklat.
c.
Availability (keluangan waktu) Sebagian besar pegawai organisasi memiliki fungsi sebagai auditor (pemeriksa). Peran tersebut mengharuskan mereka melakukan pemeriksaan paling tidak setahun dua kali yaitu untuk fase interim dan final laporan keuangan entitas pemeriksaan. Umumnya para pegawai yang berfungsi sebagai auditor memiliki waktu luang pada bulan Januari hingga Februari, serta Mei hingga Juli. Hal ini menyebabkan mereka tidak memiliki waktu luang yang terlalu fleksibel untuk melaksanakan diklat. Disisi lain pegawai yang berfungsi sebagai penunjang pendukung, juga sering kali terkendala untuk melaksanakan diklat dikarenakan mereka tidak bisa seratus persen meninggalkan tugas hariannya. Hal ini disebabkan tidak adanya tenaga pengganti pada peran yang dia emban ataupun memang ada penugasan lainnya yang harus dilaksanakan. Hal ini menyebabkan penjadwalan diklat untuk seluruh pegawai menjadi sangat tidak fleksibel.
d.
Motivasi Peserta Faktor lainnya yang menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan diklat adalah motivasi dari para peserta sendiri yang kurang sehingga mereka enggan untuk mengikuti diklat. Keengganan ini disebabkan karena faktor metode diklat yang selama ini dilakukan secara konvensional menimbulkan kejenuhan pada peserta. Faktor lainnya adalah jarak yang cukup jauh dari
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
5
kantor tempat bekerja dengan tempat dilaksanakannya diklat. Untuk peserta yang berasal dari daerah maka jarak yang cukup jauh untuk datang ke Pusdiklat terkadang juga menjadi kendala yang mengurangi motivasi mereka. Bila dilihat pada faktor-faktor yang menjadi penyebab sulitnya memenuhi target jam pelajaran, terdapat kesamaan kondisi dimana masing-masing faktor tadi menyebabkan peserta harus berkumpul pada satu tempat sehingga tidak sepadan dengan kapasitas yang ada ataupun mereka harus pergi meninggalkan tugas di tempat kerja asalnya. Hal ini mendorong munculnya inisiatif penerapan e-learning di Pusdiklat sebagai pelaksana utama diklat organisasi. Hadirnya e-learning diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut, sekaligus memberikan nilai tambah dari proses kediklatan yang dilaksanakan. Dengan e-learning, maka peserta diklat dan instruktur dapat berinteraksi dan berkolaborasi secara efektif dan efisien tanpa memerlukan kehadiran fisik di tempat yang sama. Selain itu e-learning juga mendorong terjadinya aktifitas pembelajaran secara independen tidak terikat pada waktu yang sama. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, Pusdiklat XYZ juga sempat melakukan studi banding ke EPSA Malaysia yang telah mengimplementasikan elearning (Lampiran I). Tujuan dari studi banding ini adalah untuk melihat apa saja yang diperlukan untuk dapat mengimplementasikan e-learning. Dari hasil studi banding tersebut, tim yang melakukan kunjungan menyimpulkan bahwa secara infrastruktur Pusdiklat XYZ memiliki potensi untuk mengimplementasikan elearning. Sementara itu dari pihak EPSA Malaysia ketika ditanyakan mengenai efektifitas penggunaan e-learning ini sendiri menyatakan bahwa mereka belum melakukan pengukuran efektifitas penggunaan e-learning dibanding metode pembelajaran konvensional. Namun demikian mereka dapat merasakan manfaat dari penerapan e-learning tersebut khususnya dari segi fleksibilitas waktu dan tempat. Hal ini sangat terlihat pada pemanfaatan e-learning pada diklat yang melibatkan para pejabat dimana mereka memiliki waktu yang terbatas untuk meninggalkan tempat kerjanya. Pihak EPSA juga menambahkan bahwa keberhasilan implementasi e-learning tidak hanya ditentukan oleh faktor
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
6
teknologi semata, namun berbagai faktor lainnya juga diperlukan khususnya dukungan manajemen puncak. Sejalan dengan inisiatif penerapan e-learning, Kepala Subbagian Umum yang
membawahi
IT
di
Pusdiklat,
menyatakan
dukungannya
untuk
mengimplementasikan e-learning di Pusdiklat (Lampiran E). Bahkan pihak IT Pusdiklat dan bagian fasilitas pembelajaran telah membuat portal e-learning sederhana yang dapat diakses dari seluruh perwakilan XYZ di seluruh Indonesia. Namun demikian beliau menekankan faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan untuk suksesnya implementasi e-learning tersebut, sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Pihak EPSA Malaysia. Beliau juga menegaskan bahwa faktor pengguna dan manajemen umumnya lebih berpengaruh dalam suksesnya implementasi sebuah sistem baru. Hal ini terlihat dari sejumlah sistem yang telah dikembangkan di Pusdiklat namun akhirnya tidak terlalu dioptimalkan karena pengguna yang kurang memiliki kepedulian. Berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah manajemen , kabag evaluasi dan kasubbag fasilitas pembalajaran yang ditunjuk sebagai PIC implementasi e-learning merasa perlu dilakukan analisa kesiapan Pusdiklat XYZ untuk mengimplementasikan e-learning (Lampiran D dan F). Menurut keterangan mereka, belum pernah dilakukan studi sebelumnya di Pusdiklat untuk memperoleh
gambaran
mengenai
kesiapan
organisasi
untuk
mengimplementasikan e-learning tersebut. Sementara faktor-faktor apa saja yang perlu disiapkan oleh organisasi yang akan mengimplementasikan e-learning, Pusdiklat juga belum pernah melakukan studi terkait hal tersebut. Sehingga sejauh ini persiapan yang dilakukan hanya membuat prototipe sederhana, mengunggah sejumlah materi, dan membuat sejumlah soal latihan secara online. Penelitian ini mengambil topik e-learning readiness untuk menjawab faktor-faktor apa saja yang perlu disiapkan oleh organisasi. Studi ini perlu dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada pada organisasi yang mungkin dapat menghambat kesuksesan implementasi e-learning itu sendiri. Dengan diketahuinya kekurangan-kekurangan tersebut maka dapat dirumuskan rekomendasi perbaikan untuk mengoptimalkan implementasi nantinya. Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
7
1.2.2
Rumusan Masalah/Research Question Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dirumuskan permasalahan/
pertanyaan dalam penelitian ini (research question) sebagai berikut : a. Bagaimana model penilaian kesiapan implementasi e-learning yang dapat digunakan di Pusdiklat XYZ? b. Berapa tingkat kesiapan implementasi e-learning pada Pusdiklat XYZ? c. Apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesiapan implementasi elearning? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang
diteliti yaitu : a. Memilih model yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan organisasi untuk mengimplementasikan e-learning. b. Mengetahui posisi kesiapan organisasi saat ini untuk mengimplementasikan e-learning. c. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan item kesiapan yang memiliki nilai kurang baik. 1.4
Manfaat Karya Akhir Manfaat yang diperoleh dari karya akhir ini adalah:
1.
Dapat memberikan gambaran kepada Pusdiklat XYZ mengenai kondisi organisasi XYZ saat ini dan kesiapannya dalam mengimplementasikan elearning.
2.
Dapat memberikan masukan perbaikan yang dapat dilakukan Pusdiklat XYZ guna mendukung kesuksesan implementasi e-learning.
1.5
Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian ini dibatasi dengan hal-hal sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
8
a. Penelitian dilakukan pada Pusdiklat XYZ dengan lingkup objek penelitian adalah seluruh pegawai organisasi XYZ. Oleh karena itu, penilaian kesiapan dan rekomendasi yang diberikan, hanya berlaku pada organisasi tersebut atau organisasi yang memiliki kesamaan karakteristik. b. Diasumsikan bahwa inisiatif e-learning sudah sesuai dengan strategi organisasi sehingga tidak perlu dilakukan kajian untuk mengukur kesesuaian inisiatif tersebut untuk memutuskan apakah inisiatif akan dijalankan atau tidak. 1.6
Sistematika Penulisan Laporan ini terdiri atas 6 bab, yaitu pendahuluan, landasan teori,
metodologi penelitian, profil organisasi, analisis dan pembahasan hasil, serta penutup. Bab 1 Pendahuluan, berisi penjelasan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan asumsi, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori, berisi penjelasan mengenai berbagai literatur yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Bab 3 Metodologi Penelitian, berisi penjelasan mengenai metodologi yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. Bab 4 Profil Organisasi, berisi penjelasan mengenai gambaran singkat organisasi yang menjadi objek studi kasus. Bab 5 Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi penjelasan mengenai analisis atas hasil yang diperoleh dari penelitian dan perumusan rekomendasi. Bab 6 Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
BAB 2 LANDASAN TEORI Landasan
teori
ini
bertujuan
untuk
merumuskan
jawaban
atas
permasalahan yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Dalam landasan teori ini dibahas mengenai teori/konsep yang relevan, penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian, serta model yang digunakan dalam penelitian ini. Teori/konsep yang relevan pada bab ini membahas mengenai definisi elearning, komponen-komponen yang ada dalam e-learning, jenis-jenis e-learning, kelebihan dan kekurangan e-learning, model analisis e-learning readiness, teknik sampling, uji validitas, dan uji reliabilitas. Penelitian sebelumnya mengacu pada penelitian-penelitian mengenai pengukuran e-learning readiness. Sedangkan model yang akan digunakan dipilih berdasarkan hasil studi atas penelitianpenelitian sebelumnya. 2.1
Definisi E-learning Sejumlah pakar menguraikan definisi terkait istilah e-learning dari
berbagai sudut pandang. Beberapa definisi mengenai e-learning adalah sebagai berikut : 1.
Darin E. Hartley mendefinisikan e-learning sebagai suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain [1].
2.
LearnFrame.com mendefinisikan e-learning sebagai sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone [2].
3.
Martin Jenkins mendefinisikan e-learning sebagai proses belajar yang didukung dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi [3].
4.
Derek Stockley mendefinisikan e-learning sebagai pemberian pembelajaran, pelatihan, maupun pendidikan menggunakan sarana elektronik untuk menyediakan materi pelatihan, edukasional, maupun pembelajaran [4].
9
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
10
5.
Josh Bersin mendefinisikan e-learning sebagai segala bentuk pelatihan yang menggunakan teknologi berbasis internet dalam penyampaian, manajemen, dan pengukuran [5]. Berdasarkan definisi-definisi tersebut, terdapat perbedaan definisi pada
media yang digunakan. Darin E. Hartley dan beberapa pakar lainnya mendefinisikan e-learning adalah dengan menggunakan media jaringan. Sementara LearnFrame.com dan beberapa pakar lainnya tidak menjadikan jaringan sebagai syarat mutlak. Namun secara umum, dari definisi-definisi tersebut terdapat kesamaan berupa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu dalam penelitian ini, kami mendefinisikan e-learning sebagai proses pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam memediasi proses belajar mengajar didalamnya. 2.2
Komponen E-learning Berdasarkan definisi-definisi yang telah diungkapkan sebelumnya, dan
juga sebagaimana yang diungkapkan oleh Romi Satria Wahono, komponenkomponen umum yang ada pada penerapan e-learning [6] yaitu : 1.
Infrastruktur e-learning, yaitu media yang digunakan dalam menyampaikan konten e-learning. Dapat berupa jaringan internet, perlengkapan multimedia, dan komputer itu sendiri.
2.
Sistem dan aplikasi e-learning, yaitu perangkat lunak yang melakukan virtualisasi pembelajaran secara konvensional. Perangkat lunak ini menjadi interface penyampaian konten e-learning, manajemen kelas, sistem evaluasi dan sebagainya.
3.
Konten e-learning, yaitu materi bahan ajar yang akan disampaikan kepada para peserta pembelajaran. Konten ini sendiri dapat dikemas dalam bentuk multimedia maupun text-based.
4.
Actor, yaitu pihak-pihak yang menjalankan e-learning itu sendiri yang terdiri dari pengajar, pembelajar, dan administrator. Sasikumar melihat aspek-aspek pembentuk e-learning berdasarkan aspek-
aspek pembelajaran pada umumnya. Beliau juga membandingkan antara model
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
11
pembelajaran tradisional dengan e-learning. Aspek-aspek e-learning menurut Sasikumar adalah [7] : 1.
Instruktur dan peserta pembelajaran Pada metode pembelajaran tradisional, instruktur menjadi faktor kunci dalam pembelajaran dan memegang kendali penuh dalam proses pembelajaran. Peserta pembelajaran selalu menjadikan instruktur sebagai rujukan dalam berbagai permasalahan pembelajaran. Dengan e-learning, maka peserta pembelajaran memiliki rujukan yang begitu banyak selain dari instruktur. Instruktur tidak lagi menjadi faktor yang dominan bahkan tidak jarang instruktur mengambil pelajaran dari peserta pembelajaran. Dengan peran seperti itu, maka tanggung jawab untuk menyampaikan materi yang semula hanya dari instruktur dapat dikurangi. Selain itu, instruktur juga bisa berfokus kepada peserta-peserta yang memiliki hambatan untuk mengakses e-learning.
2.
Konten Faktor utama yang sangat penting dalam proses pembelajaran adalah konten. Baik pembelajaran secara online maupun tradisional sangat bergantung pada konten materi yang disajikan. Terlebih pada pembelajaran online, konten materi menjadi faktor utama yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran karena faktor instruktur tidak lagi dominan. Penyajian konten yang menarik, interaktif, dan sesuai dengan tujuan pembelajaran akan dapat membantu peserta pembelajaran lebih bersemangat dan memahami pelajaran lebih baik dari pada pembelajaran tradisional. Namun sebaliknya, penyajian konten materi yang monoton, tidak interaktif, dan tidak mengarahkan peserta pada tujuan pembelajaran akan membuat peserta merasa enggan mengakses e-learning tersebut dan tidak memberi manfaat yang berarti.
3.
Mekanisme evaluasi Proses evaluasi pada metode pembelajaran tradisional sangat terbatas pada alat yang digunakan dan hasil akhir dari evaluasi yang dilakukan. Misalnya pada proses evaluasi yang menggunakan lembar jawaban komputer, maka akan sangat tergantung pada kemampuan perangkat tersebut membaca hasil evaluasi, dan tidak jarang banyak peserta yang mengalami kendala dengan masalah tersebut.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
12
Di sisi lain, evaluasi secara tradisional hanya dapat melihat kondisi pada saat evaluasi tersebut dikumpulkan. Hal ini berbeda dengan metode evaluasi secara online dimana kita juga bisa memantau proses pelaksanaan evaluasi tersebut dari awal hingga akhir. Sebagai contoh, dengan evaluasi secara elearning maka kita juga bisa memantau urutan peserta menjawab soal, apakah berurutan dari nomor awal hingga akhir, berapa kali peserta tersebut kembali ke soal yang sama, berapa kali peserta tersebut mengganti jawaban, waktu yang diperlukan pada sebuah pertanyaan, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut bisa jadi memberi masukan yang bermanfaat untuk mengevaluasi pemahaman peserta saat ini. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi secara online antara lain tipe evaluasi dan keamanan. Untuk tipe evaluasi perlu diperhatikan bahwa tidak semua evaluasi dapat dilakukan secara online. Evaluasi yang bersifat praktikal tidak tepat apabila dilakukan secara online karena banyak melibatkan aspek fisik. Sementara untuk aspek keamanan, evaluasi secara online memiliki lebih banyak celah untuk melakukan kecurangan. Mencontoh jawaban peserta lain, memanfaatkan orang lain untuk mengerjakan soal evaluasi, dan sebagainya, menjadi hal-hal yang perlu diperhatikan ketika memutuskan menyelenggarakan evaluasi secara online. 4.
Mekanisme komunikasi dan kolaborasi Dari
aspek
komunikasi,
pembelajaran
secara
tradisional
mungkin
menyediakan ruang untuk berekspresi yang lebih baik. Setiap orang bisa berinteraksi langsung, dan tidak hanya memperoleh informasi dari segi suara tapi juga bahkan ekspresi si pembicara. Komunikasi secara online memiliki beberapa keterbatasan untuk melakukan hal tersebut, walaupun dengan teknologi video conference maka hal yang sama seperti halnya tatap muka di kelas dapat dilakukan, namun faktor jaringan menjadi hal yang sangat menentukan disana. Namun demikian, disamping keterbatasan yang ada, komunikasi secara online juga menawarkan kelebihan untuk bisa merekam dan berbagi komunikasi yang terjadi.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
13
5.
Aspek administrasi Aspek terakhir yang tidak kalah pentingnya dalam proses pembelajaran adalah administrasi. Dalam proses pembelajaran maka diperlukan proses pengadministrasian yang baik, mulai dari pendataan peserta pembelajaran, absensi, hingga evaluasi. Dalam pembelajaran secara tradisional, maka masing-masing fungsi tersebut harus dikelola oleh pihak tertentu dan tidak jarang memiliki kendala dalam pengadministrasian data-data tersebut. Di sisi lain, pembelajaran secara e-learning memberikan kemudahan dalam mengelola administrasi tersebut dengan adanya Learning Management System (LMS). Hampir semua LMS saat ini sudah menyediakan fasilitas untuk melakukan semua fungsi tersebut sehingga hanya perlu dilakukan konfigurasi di awal dan semua akan berjalan secara sistematis. Menurut Som Naidu, terdapat dua aspek yang dinilai kritikal dan unik
dalam penerapan e-learning [8] yaitu : 1.
Fleksibilitas Som Naidu, menjelaskan bahwa salah satu komponen kunci dalam e-learning yang membedakannya dengan pembelajaran tradisional adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan akses dan pemanfaatan informasi secara fleksibel. Fleksibel dalam artian setiap orang dapat mengakses dari mana saja dan kapan saja yang dia merasa tepat dan nyaman saat itu. Tanpa adanya komponen ini, maka proses pembelajaran yang dilakukan tidak akan jauh berbeda dari pembelajaran secara tradisional.
2.
Akses secara elektronik ke multimedia Komponen kunci yang berikutnya adalah kemampuan akses secara elektronik ke berbagai materi multimedia. Dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, maka e-learning memungkinkan penyajian materi dalam berbagai bentuk multimedia yang menarik dan dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, baik tertulis, animasi, audio, video, hingga simulasi. Disisi lain, teknologi jaringan juga memungkinkan setiap peserta untuk mengakses materi multimedia tersebut. Walaupun kemampuan adopsi teknologi, khususnya jaringan tidak sama untuk semua wilayah, namun
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
14
paling tidak untuk kemampuan akses minimal seperti materi text-based menjadi hal yang perlu dimiliki dalam pembelajaran e-learning. 2.3
Jenis E-learning Dalam membuat perencanaan implementasi e-learning, organisasi harus
dapat menggambarkan e-learning seperti apa yang akan diimplementasikan nantinya.
Adapun
jenis-jenis
e-learning
berdasarkan
karakteristiknya
dikelompokkan oleh Romiszowski sebagai berikut [9] : Tabel 2.1 Kelompok E-learning menurut Romiszowski
Individual Self Study
Group Collaborative
Computer-Based
Computer-Mediated
Instruction/
Learning/ Communication (CMC)
Training (CBI/L/T) Online
Study Surfing
Synchronous Communication Time)
internet, Chat
websites
rooms
to video
with(out) audio/video
(Real- obtain information or to conferencing learn
Offline
Study Using
Asynchronous Communication Time)
accessing
the
standalone Asynchronous
courseware/ downloading communication by e-mail, (Flexy- materials
from
the discussion
internet for later local learning study
lists
or
a
management
system (LMS)
Berdasarkan Tabel 2.1, Romiszowski mengelompokkan e-learning ke dalam empat kategori yaitu individual dan online, individual dan offline, group dan online, serta group dan offline. Pengelompokkan ini dapat diringkas sebagaimana yang disimpulkan oleh Som Naidu sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
15
Individualized self-paced e-
Individualized self-paced e-
learning online
learning offline
Group-based
e-learning
synchronously
Group-based
e-learning
asynchronously
Gambar 2.1 Kelompok E-learning menurut Som Naidu
Penjelasan untuk masing-masing kelompok pada Gambar 2.1 adalah sebagai berikut [8] : a.
Individualized self-paced e-learning online, yaitu situasi dimana seorang individu mengakses sumber pelajaran, seperti database atau daftar mata kuliah secara online melalui internet atau intranet.
b.
Individualized self-paced e-learning offline, yaitu situasi dimana seorang individu menggunakan sumberdaya seperti database atau paket-paket pembelajaran komputer secara offline. Contohnya adalah seorang yang pelajar yang belajar secara mandiri dengan mengakses harddisk, CD, atau DVD.
c.
Group-based e-learning synchronously, yaitu situasi dimana sekelompok orang belajar bersama secara realtime melalui internet atau intranet. Proses ini mungkin juga menggunakan media diskusi secara text-based maupun dengan audio video.
d.
Group-based e-learning asynchronously, yaitu situasi dimana sekelompok orang belajar bersama melalui internet atau intranet namun tidak secara realtime (tidak pada waktu yang bersamaan). Contoh dari kelompok ini adalah diskusi yang terjadi pada mailing list atau pun learning management system. Penggunaan salah satu kelompok dalam mengimplementasikan e-learning
pada sebuah organisasi dapat disesuaikan dengan kondisi organisasi tersebut. Sebagai contoh apabila organisasi yang akan menerapkan e-learning belum memiliki
jaringan
intranet
atau
internet
yang
memadai
yang
dapat
menghubungkan seluruh organisasi, maka jenis e-learning yang berupa
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
16
individualized self-paced e-learning offline bisa menjadi alternatif implementasi saat ini. 2.4
Model Pembelajaran Online Som Naidu mengutip pernyataan dari Robin Mason menjelaskan bahwa
terdapat dua pendekatan model dalam mengimplementasikan pembelajaran secara online yaitu [8] : a.
Partially online Model ini biasa juga dikenal dengan istilah “blended learning” atau “wrap around courses”. Model ini menggabungkan antara sumber-sumber materi yang ada saat ini dimana dilakukan secara offline dengan komponenkomponen pembelajaran online. Model ini bisa menggunakan LMS atau mailing list sederhana untuk melakukan diskusi secara asynchronous. Model ini tidak menghilangkan metode pembelajaran secara konvensional namun berfungsi sebagai pelengkap.
b.
Fully online-learning course Model ini juga dikenal sebagai “integrated courses”. Model ini berupaya mengimplementasikan hampir semua aktivitas pembelajaran secara online. Istilah hampir semua digunakan disini karena disadari bahwa tidak semua aktifitas dapat dilakukan secara online atau tidak disarankan karena lebih baik dilakukan secara konvensional. Sebagai contoh, peserta pembelajaran mungkin mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda termasuk lebih menyukai belajara dari textbook di perpustakaan dari pada secara online. Model ini hampir dapat dipastikan menggunakan LMS, dimana materi-materi yang digunakan tersaji secara elektronik dan diskusi-diskusi yang dilakukan juga dilakukan secara online baik secara synchronous maupun asynchronous.
2.5
Kelebihan dan Kekurangan E-learning Beberapa kelebihan yang ditawarkan dengan pengimplementasian e-
learning, sebagaimana yang dijelaskan oleh Effendi dan Hartono Zhuang antara lain [10]:
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
17
a.
Mengurangi biaya pelatihan. Diantara manfaat yang dapat diperoleh dengan penerapan e-learning adalah mampu mengurangi biaya pelatihan. Dengan adanya e-learning maka tidak perlu biaya untuk transportasi pegawai dari tempat kerjanya ke tempat dilangsungkannya diklat, khususnya untuk pegawai yang berada pada wilayah yang berbeda. Dengan adanya e-learning tidak perlu melakukan penggandaan materi ajar untuk masing-masing peserta karena semua materi dapat diperoleh dari e-learning tersebut. Dengan adanya e-learning maka tidak perlu adanya konsumsi yang disediakan untuk seluruh peserta dan instruktur. Dengan demikian maka e-learning dapat memberikan manfaat yang nyata dalam penghematan biaya pelaksanaan diklat jika dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
b.
Fleksibilitas waktu dan tempat Dengan metode diklat yang konvensional, maka seluruh peserta dan instruktur harus hadir pada waktu tertentu di tempat pelaksanaan diklat. Hal ini berarti tidak adanya fleksibilitas waktu untuk memilih kapan waktu yang akan digunakan untuk melakukan proses pembelajaran. Dengan e-learning maka hal tersebut dapat dihindari. Dengan e-learning maka peserta pembelajaran dapat mengakses pelajaran kapan saja dan dari mana saja, kecuali untuk metode conference yang tentunya membutuhkan sinkronisasi waktu.
c.
Fleksibilitas kecepatan pembelajaran Dalam metode pembelajaran konvensional, setiap peserta pembelajaran akan menjalani proses pembelajaran yang sama dengan materi yang sama. Hal ini akan menyebabkan peserta pembelajaran yang dapat menyerap pelajaran lebih cepat harus menunggu temannya yang lain yang lebih lambat, atau sebaliknya. Dengan e-learning maka keharusan kesamaan kecepatan pembelajaran tersebut bukanlah menjadi keharusan, karena setiap peserta dapat menentukan sendiri kapan dia ingin mempelajari sebuah materi, bahkan jika ingin melanjutkan ke level selanjutnya sekalipun tanpa harus menunggu peserta lainnya.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
18
d.
Standarisasi pengajaran Dalam proses pembelajaran konvensional, proses pengajaran akan sangat tergantung pada kondisi instruktur yang memberikan pengajaran. Apabila instruktur yang memberikan materi sedang dalam kondisi yang baik, maka proses pengajaran yang dilakukan akan baik pula, dan begitu pula sebaliknya. Dengan e-learning maka proses pembelajaran akan terstandarisasi dimana proses yang dijalani oleh tiap peserta akan sama. Hal ini disebabkan proses pembelajaran dalam e-learning tidak terpengaruh oleh kondisi instruktur melainkan ditentukan oleh peserta pembelajaran itu sendiri.
e.
Efektivitas pengajaran Dengan e-learning maka proses belajara mengajar dapat didesain lebih interaktif dan aplikatif. Keterbatasan pada dunia nyata dapat diatasi dengan adanya simulasi secara virtual. Instruktur yang membosankan dapat diatasi dengan interaksi yang lebih menarik pada sistem e-learning tersebut. Selain itu, dengan e-learning peserta pembelajaran dapat menentukan sendiri mata pelajaran yang sesuai dengan dirinya sehingga efektifitas pembelajaran akan lebih mudah tercapai.
f.
Kecepatan distribusi Dalam pembelajaran konvensional, akan diperlukan waktu baik untuk perjalanan peserta pembelajaran ke tempat dilangsungkannya pembelajaran maupun dikirimkannya media pembelajaran ke tempat tersebut. Dengan adanya e-learning maka waktu untuk pendistribusian tersebut bisa dihemat. Selama komputer atau perangkat yang digunakan untuk mengakses elearning terhubung dalam jaringan yang sama maka akan dapat membuka materi-materi yang terdapat dalam e-learning.
g.
Ketersediaan on-Demand Dalam pembelajaran konvensional tidak berlaku prinsip kelas ada saat dibutuhkan, melainkan peserta harus siap saat kelas ada. Dari sini terlihat bahwa ketersediaan kelas tidak bisa fleksibel karena memerlukan penyiapan ruangan dan sarana prasarana lainnya. Dengan adanya e-learning, selama kelas virtual telah disiapkan dengan segala perangkatnya (materi dan
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
19
kelengkapan lainnya), maka kelas tersebut dapat diakses kapan saja dan dari mana saja saat dibutuhkan. h.
Otomatisasi proses administrasi Keuntungan terakhir yang dapat diperoleh dari e-learning adalah bahwa proses administrasi dapat diotomasi. Proses administrasi yang meliputi data peserta pembelajaran, materi pelajaran, tanggal akses, dan sebagainya dapat difasilitasi oleh learning management system yang berfungsi sebagai platform dari e-learning itu sendiri. Sedangkan untuk keterbatasannya,
Effendi dan Hartono
Zhuang
menjelaskan sebagai berikut: a.
Budaya self learning Penerapan e-learning menuntut adanya budaya self learning, dimana seseorang memiliki kesadaran dan memotivasi dirinya sendiri untuk belajar. Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang sebagian besar masih sangat tergantung pada instruktur untuk keberhasilannya, maka dalam elearning keberhasilan pembelajaran sepenuhnya ditentukan oleh peserta pembelajaran. Oleh karena itu, budaya self learning yang belum terbentuk akan bisa menjadi faktor penghambat implementasi e-learning tersebut.
b.
Investasi Sebelumnya telah dijelaskan bahwa e-learning dapat mengurangi biaya pelaksanaan diklat. Namun demikian pada tahap awal dimana infrastruktur belum tersedia maka akan membutuhkan investasi yang cukup besar untuk menyediakannya. Selain itu pembuatan konten materi yang interaktif tentunya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu perencanaan implementasi e-learning yang baik sangat diperlukan disini sehingga organisasi bisa membandingkan antara biaya dan manfaat yang bisa didapat.
c.
Teknologi Beragamnya solusi teknologi e-learning yang ada saat ini, maka bisa jadi terdapat ketidakcocokan (incompatibility) dengan teknologi yang digunakan organisasi saat ini. Hal ini khususnya apabila organisasi memutuskan untuk
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
20
membeli paket e-learning yang sudah ada di pasaran. Untuk itu kompatibilitas teknologi perlu menjadi perhatian disini. d.
Infrastruktur Salah satu komponen utama dalam e-learning adalah infrastruktur. Tanpa adanya infrastruktur tersebut, seperti akses jaringan misalnya, akan menjadi faktor utama terhambatnya akses seseorang terhadap e-learning tersebut.
e.
Materi Walaupun e-learning memiliki kemampuan untuk menyajikan materi secara lebih menarik dan interaktif, namun tidak semua pelajaran dapat disajikan dalam bentuk e-learning. Pelajaran yang membutuhkan banyak aktivitas fisik akan lebih terasa manfaatnya apabila dipraktikkan langsung dibandingkan hanya melihat atau melakukan simulasi secara virtual. Senada dengan kelebihan yang diungkapkan oleh Effendi, Sasikumar juga
menyebutkan sejumlah kelebihan dari e-learning sebagai berikut [7]: a.
Kekurangan tenaga pengajar Kekurangan tenaga pengajar yang handal telah banyak dialami berbagai institusi pendidikan sekarang ini. Aspek finansial dan lingkungan kerja yang kurang menarik membuat pekerjaan ini tidak menjadi prioritas seseorang ketika mencari pekerjaan. Dengan kondisi tersebut, maka e-learning bisa menjadi salah satu solusi dimana tenaga pengajar dapat difungsikan lebih dari sebelumnya. Misalnya, dengan menggunakan e-learning maka tenaga pengajar dari berbagai daerah dapat berkontribusi tanpa harus terkendala jarak dan waktu. Dengan demikian maka kendala tenaga pengajar disuatu daerah bisa teratasi.
b.
Pembelajaran dimana saja dan kapan saja Keterbatasan utama dalam pembelajaran secara tradisional adalah bahwa setiap orang baik pelajar maupun pengajar, peserta pembelajaran maupun instruktur harus berada pada tempat yang sama pada waktu yang bersamaan. Keterbatasan ini dapat diselesaikan dengan penerapan e-learning yang memungkinkan instruktur melakukan turorial dari mana saja, kapan saja, dan begitu juga peserta dapat mengakses dari mana saja [11]. Dengan e-learning maka setiap orang memiliki keleluasaan untuk belajar dari mana saja, kapan
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
21
saja, dan memilih pelajaran yang disukai untuk diambil pada waktu yang tepat baginya. c.
Meningkatkan pengalaman pembelajaran Pada metode pembelajaran tradisional, maka setiap peserta pembelajaran akan mendapatkan pengalaman belajar yang sama. Hal ini disebabkan mereka berada pada situasi yang sama, tempat yang sama, dan waktu yang sama. Elearning menawarkan kemampuan untuk melakukan personalisasi bagi setiap peserta didik sehingga dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran mereka. Dengan kemampuan multimedia yang memadai, simulasi yang baik yang dapat menggambarkan kondisi real, dan penyesuaian materi yang disampaikan dengan progress pembelajaran peserta didik, menjadi salah satu kunci pembelajaran menjadi lebih efektif.
d.
Kreasi konten Penerapan budaya online, termasuk pula dalam proses belajar mengajar, memungkinkan setiap orang membagi pengetahuan yang dimiliki dengan orang lain di seluruh dunia. Dengan demikian akan mendorong tumbuhnya kreatifitas dalam pembuatan konten dengan banyaknya masukan dari berbagai sumber yang bisa diakses secara online.
e.
Meningkatkan mutu pengajaran Dengan dimudahkannya komunikasi secara online, termasuk juga antar para instruktur, maka peningkatan mutu pembelajaran akan semakin baik. Materimateri yang dapat diakses secara online memungkinkan banyaknya masukanmasukan dari berbagai pihak yang akhirnya mendorong kualitas materi tersebut semakin baik.
f.
Evaluasi yang sistematis Dengan menerapkan e-learning, maka assessment dan proses evaluasi dapat dilakukan secara lebih terstruktur dan terdokumentasi dengan baik. Proses assessment dan evaluasi tidak lagi terkendala permasalahan terkait kertas dan sebagainya. Proses rekapitulasi dan penarikan kesimpulan pun menjadi lebih cepat dan efisien.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
22
2.6
E-learning Readiness Readiness yang berarti kesiapan, didefinisikan sebagai “siap secara mental
atau fisik untuk suatu pengalaman atau aksi” (Webster’s Dictionary). Sejalan dengan definisi tersebut, Borotis dan Poulymenakou mendefinisikan e-learning readiness sebagai kesiapan mental atau fisik suatu organisasi untuk suatu pengalaman pembelajaran [12]. Berdasarkan definisi tersebut, maka e-learning readiness didefinisikan sebagai kesiapan sebuah organisasi, baik secara mental maupun fisik, untuk mengimplementasikan e-learning. Adapun untuk mengukur kesiapan mental dan fisik tersebut, maka perlu dilihat kondisi organisasi saat ini dibandingkan dengan faktor-faktor dasar yang diperlukan untuk dapat mengimplementasikan e-learning secara baik. Model e-learning readiness dirancang untuk menyederhanakan proses perolehan informasi tersebut dengan menghasilkan suatu nilai kesiapan elearning. Nilai kesiapan e-learning merupakan sebuah skala yang dikembangkan untuk menilai kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan e-learning. Tidak ada rumusan baku dalam membuat skala tersebut. Berbagai ahli berusaha mengembangkan skala tersebut dengan instrumen pengukuran masing-masing. Sebagai contoh, pada Gambar 2.2 ditunjukkan skala pengukuran e-learning readiness yang dikembangkan oleh Chapnick yang terdiri dari delapan faktor, dan pada Gambar 2.3 ditunjukkan skala pengukuran e-learning readiness yang dikembangkan oleh Aydin dan Tasci yang terdiri dari 4 faktor.
Gambar 2.2 Skala Penilaian ELR Chapnick
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
23
Gambar 2.3 Skala Penilaian ELR Aydin & Tasci
Berdasarkan Gambar 2.2. dan Gambar 2.3 terlihat bahwa kedua penelitian yang dilakukan dengan menggunakan instrumen masing-masing, merumuskan skala dan cara penilaian yang berbeda pula.
2.7
Teknik Sampling Teknik sampling secara umum terbagi dua yaitu teknik random sampling
dan teknik non random sampling [13]. Teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Sedangkan teknik non random sampling adalah cara pengambilan sampel dimana tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Teknik random sampling terdiri dari simple random sampling, proportionate stratified sampling, disproportionate stratified sampling, dan cluster sampling. Sedangkan teknik non random sampling terdiri dari sistematic sampling, quota sampling, purposive sampling, snowball sampling, dan accidental sampling. 2.8
Uji Validitas Validitas menunjukkan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan
diukur [13]. Dengan demikian, instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Banyak metode yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen. Salah satu metode yang sering digunakan untuk menilai validitas dari instrumen Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
24
penelitian berupa kuesioner adalah korelasi Pearson. Dalam metode ini, maka butir pertanyaan akan berperan sebagai variabel bebas, sedangkan skor total pertanyaan berperan sebagai variabel tidak bebas. Selanjutnya skor setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan skor total (intern item-total correlation). Adapun formula yang digunakan dalam metode ini adalah [13] :
r
n xy x y
n x
2
x n y 2 y 2
2
r = korelasi antar butir pertanyaan dengan total skor x = variabel bebas y = variabel terikat n = jumlah penilaian yang diperoleh Selanjutnya untuk memutuskan apakah sebuah butir pertanyaan valid atau tidak, maka dilakukan uji t yang membandingkan antara nilai thitung dengan ttabel. Untuk menghitung thitung dapat digunakan rumus dari Husein Umar [14] sebagai berikut:
t
r ( n 2) (1 r 2 )
Dimana r adalah koefisien korelasi Pearson. Selanjutnya ttabel dihitung dengan menggunakan nilai signifikansi yang diinginkan dan derajat kebebasan n-2. Adapun keputusan validitas dari sebuah item instrumen berdasakan hasil thitung dan ttabel adalah sebagai berikut : a.
Item instrumen dikatakan valid jika thitung lebih besar atau sama dengan ttabel, dan item tersebut dapat digunakan.
b.
Item instrumen dikatakan tidak valid jika thitung lebih kecil dari ttabel, dan item tersebut tidak digunakan dalam penelitian.
2.9
Uji Reliabilitas Reliabilitas (keterandalan) berarti mengukur sesuatu secara konsisten,
apapun yang diukur dan jika pengukuran dilakukan dalam kondisi apapun akan memberikan hasil yang sama [13]. Dengan demikian, instrumen penelitian Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
25
dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut digunakan beberapa kali untuk melakukan pengukuran yang sama maka hasil yang didapatkan adalah sama. Sebagaimana pengujian validitas, dalam menguji reliabilitas sebuah instrumen penelitian juga terdapat banyak metode yang bisa digunakan. Salah satu metode yang banyak digunakan adalah metode koefisien Cronbach’s Alpha. Tidak seperti metode belah dua, metode ini tidak membagi butir pertanyaan menjadi dua melainkan mengkorelasikan semua butir secara langsung. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien Cronbach’s Alpha adalah [13] : 2 k b CA 1 2 k 1 t
CA = Koefisien Cronbach’s Alpha k = banyaknya pertanyaan dalam butir Sigma b kuadrat = varians butir Sigma t kuadrat = varians total Selanjutnya untuk memutuskan apakah instrumen yang digunakan reliabel atau tidak adalah dengan membandingkan antara koefisien Cronbach’s Alpha yang diperoleh dengan r tabel. Apabila koefisien alpha lebih besar maka instrumen penelitian tersebut valid. Atau pendapat lain menyatakan apabila nilai koefisien alpha > 0.6 maka instrumen penelitian tersebut reliabel [15]. 2.10
Data Pengukuran Di dalam statistik dikenal empat macam data pengukuran [14] yaitu :
a.
Data nominal Merupakan data hasil pengukuran atau pengamatan yang mengelompokkan suatu objek ke dalam satu kategori dan hanya berarti sebagai label saja. Misal data jenis kelamin, suku, ras, agama, dan sebagainya. Skala ini tidak memungkinkan sebuah objek masuk dalam lebih dari satu kategori. Data dalam skala ini termasuk data kualitatif. Karena sifat datanya yang mempunyai nilai sederajat, maka untuk melakukan analisa atas data yang diperoleh umumnya dilakukan konversi menjadi angka. Namun demikian Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
26
angka yang diberikan hanya bersifat kategorisasi dan tidak menunjukkan bahwa suatu kategori lebih tinggi dari yang lainnya. b.
Data ordinal Dalam skala ordinal ini dikenal tingkatan nilai data, yang berarti data yang satu bisa lebih tinggi atau lebih rendah daripada data yang lainnya. Namun demikian tidak diketahui jarak antar tingkatan nilai tersebut apakah sama atau tidak. Misal data tingkat pendidikan, pendapat seseorang atas suatu kondisi, dan sebagainya. Seperti halnya skala nominal, data dalam skala ini juga bersifat kualitatif. Oleh karena itu dalam pengolahan data hasil pengukuran tidak dapat dilakukan operasi matematis secara langsung. Untuk dapat mengolah data dalam skala ordinal ini perlu dilakukan konversi terlebih dahulu atas data ordinal tersebut menjadi data interval.
c.
Data interval Dalam skala interval, data yang dihasilkan juga memiliki tingkatan nilai. Selain itu data dalam skala ini juga memiliki jarak/interval tertentu yang bersifat tetap. Namun demikian data dalam skala ini tidak memiliki nilai nol mutlak yang berarti tidak memiliki nilai. Misal data kategori temperatur zat cair, dimana suhu 100 – 86 dikategorikan panas, 85 – 71 dikategorikan sedang, dan seterusnya. Data dalam skala interval merupakan data kuantitatif. Dalam pengolahannya, data dalam skala interval ini dapat langsung dilakukan perhitungan secara matematis tanpa perlu dilakukan konversi.
d.
Data rasio Dalam skala rasio, data yang dihasilkan sudah berupa angka dalam arti yang sebenarnya. Data dalam skala ini bersifat kuantitatif, dapat langsung dioperasikan secara matematis, dan juga memiliki arti 0 yang sebenarnya.
2.11
Pengolahan Skala Likert Skala likert adalah skala yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju
atau ketidaksetujuan terhadap suatu subjek, objek, atau kondisi tertentu. Skala ini umumnya menggunakan lima angka penilaian 1, 2, 3, 4, dan 5. Namun demikian urutan tersebut bisa dengan urutan yang sebaliknya. Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
27
Data hasil skala likert ini merupakan data ordinal yang bersifat kualitatif. Walaupun sudah disimbolkan dengan angka, namun pengolahannya tidak bisa secara langsung dilakukan operasi matematis. Untuk dapat mengolah data ordinal tersebut dengan operasi matematis maka data tersebut perlu dikonversi terlebih dahulu menjadi data interval. Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengkonversi data ordinal menjadi interval adalah metode suksesif interval (Method of Successive Interval /MSI). Langkah-langkah dalam melakukan konversi data ordinal dengan menggunakan metode ini adalah [16] : 1.
Pilih pernyataan yang akan dikonversi pilihan jawaban di dalamnya.
2.
Hitung frekuensi jawaban atas masing-masing kategori.
3.
Hitung proporsi masing-masing kategori dengan membandingkan antara frekuensi kategori tersebut dengan total frekuensi.
4.
Hitung
proporsi
kumulatif
untuk
masing-masing
kategori
dengan
menjumlahkan proporsi kategori tersebut dengan proporsi kategori sebelumnya. 5.
Hitung nilai z dari proporsi kumulatif kategori yang bersangkutan dengan menggunakan tabel distribusi normal baku.
6.
Hitung nilai densitas dari nilai z kategori yang bersangkutan dengan menggunakan rumus : F (z)
7.
1 1 Exp Z 2 2 2
Hitung scale value untuk kategori yang bersangkutan dengan rumus : Sv = Density at lower limit – Density at upper limit Area under upper limit – Area under lower limit
8.
Hitung nilai hasil penskalaan dengan rumus : Nilai hasil penskalaan = Sv + |Sv minimum| + 1
9.
Konversi nilai tiap kategori yang dipilih responden dengan nilai hasil penskalaan tersebut.
10. Hasil konversi tersebut sudah menjadi data interval yang siap diolah secara matematis.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
28
2.12
Penelitian Sebelumnya Model e-learning readiness telah banyak dikembangkan oleh sejumlah
pakar seperti Chapnick (2000), Rosenberg (2000), Worknowledge (2004), Borotis dan Poulymenakou (2004), Psycharis(2005), Aydin dan Tasci(2005), dan sebagainya. Dalam penelitian ini, penulis membandingkan model yang dikembangkan oleh Chapnick, Rosenberg, Aydin dan Tasci, serta Darab dan Montazer. Berikut akan dijelaskan empat buah model analisis kesiapan implementasi e-learning yang dikembangkan oleh para peneliti tersebut. 2.12.1 Model ELR Rosenberg Marc Rosenberg membuat sebuah survei mengenai kesiapan suatu organisasi untuk menerapkan e-learning. Dalam survei tersebut, Rosenberg menyusun 20 pertanyaan sebagai kunci strategi terkait kemampuan organisasi mempertahankan upaya penerapan e-learning [17]. Dalam survei tersebut, pertanyaan-pertanyaan dibagi menjadi tujuh area sebagai berikut : 1.
Kesiapan bisnis organisasi
2.
Perubahan kebiasaan dari pembelajaran konvensional menjadi e-learning
3.
Nilai dari instruksi dan informasi
4.
Manajemen Perubahan
5.
Dukungan internal organisasi
6.
Industri e-learning
7.
Komitmen personal Masing-masing area disertai dengan pertanyaan serta tiga kelompok
jawaban. Masing-masing kelompok jawaban diberi dua alternatif jawaban. Sehingga dengan demikian masing-masing pertanyaan dilengkapi dengan enam pilihan jawaban dengan skala 0-5. Adapun keenam skala penilaian tersebut merepresentasikan kondisi sebagai berikut : 0 = tidak ada bukti adanya inisiatif atau hasil pada area ini 1 = terdapat sedikit bukti, tapi masih potensial untuk ditingkatkan Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
29
2 = inisiatif sedang berjalan, namun progress tidak berkelanjutan 3 = inisiatif sedang berjalan, dengan kemungkinan berhasil 4 = kesuksesan berhasil diraih, tinggal mempertahankannya 5 = mulai stabil, dan mungkin menjadi best practice Rosenberg selanjutnya memberikan penjelasan mengenai makna setiap nilai yang diperoleh dari tiap item pertanyaan yang dinilai sebagai berikut :
Nilai 0-1 menunjukkan adanya resistensi untuk melakukan perubahan, dan/atau adanya ketidaksiapan baik dari segi personal, infrastruktur, atau organisasi secara keseluruhan. Kondisi dimana nilai yang diperoleh berada dalam kriteria ini memerlukan perhatian yang besar untuk segera diselesaikan karena akan sangat berpengaruh pada keberhasilan penerapan e-learning.
Nilai 2-3 menunjukkan bahwa progress perubahan sedang berlangsung, namun upaya yang lebih masih diperlukan untuk menghindari adanya segala macam gangguan sehingga proses yang berjalan tetap berada pada jalan yang benar.
Nilai 4-5 menunjukkan progress yang signifikan. Keberhasilan pada area yang memiliki nilai seperti ini dapat digunakan untuk mendorong area lain yang masih belum memiliki progres yang baik. Model pengukuran e-learning readiness yang dikembangkan Rosenberg
memberikan sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi elearning. Namun dalam model ini tidak dijelaskan batasan nilai kesiapan yang menunjukkan bahwa organisasi tersebut telah siap atau belum untuk mulai mengimplementasikan. Namun demikian model ini dapat menunjukkan pada area mana organisasi masih memiliki kekurangan yang perlu ditingkatkan. 2.12.2 Model ELR Chapnick Samantha Chapnick membuat model penilaian kesiapan e-learning dengan melakukan needs assessment. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam assessment tersebut bertujuan untuk menjawab hal-hal sebagai berikut : apakah kita bisa melakukan ini? Jika bisa, bagaimana kita akan melakukannya? Apa outcome yang akan didapat dan bagaimana mengukurnya? [18]. Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
30
Untuk
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
tersebut,
Chapnick
mengelompokkan faktor-faktor yang berpengaruh ke dalam delapan kelompok sebagai berikut :
Kesiapan psikologi, yaitu faktor yang mempertimbangkan cara pandang individu terhadap inisiatif e-learning dan dampaknya terhadap organisasi.
Kesiapan sosiologi, yaitu faktor yang mempertimbangkan aspek interpersonal lingkungan dimana inisiatif tersebut akan diimplementasikan.
Kesiapan teknologi, yaitu faktor yang mempertimbangkan kompetensi teknis yang dimiliki.
Kesiapan peralatan, yaitu faktor yang mempertimbangkan kesiapan peralatan yang diperlukan.
Kesiapan konten, yaitu faktor yang mempertimbangkan kesiapan konten pembelajaran.
Kesiapan keuangan, yaitu faktor yang mempertimbangkan aspek keuangan yang diperlukan dan anggaran yang dimiliki organisasi.
Kesiapan SDM, yaitu faktor yang mempertimbangkan ketersediaan sumber daya manusia yang diperlukan.
Kesiapan lingkungan, yaitu faktor yang mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki para stakeholder baik didalam maupun diluar organisasi. Dari delapan faktor tersebut, Chapnick mendesain pertanyaan dengan skor
masing-masing untuk setiap pertanyaan. Kemudian untuk pengambilan keputusan mengenai kesiapan organisasi, Chapnick membuat kriteria penilaian dari total skor sebagai berikut : a.
40-60 : kondisi dimana organisasi merupakan sebuah organisasi yang fleksibel untuk melakukan perubahan sehingga sangat mendukung untuk penerapan e-learning tersebut.
b.
61-99 : kondisi dimana organisasi cukup beresiko untuk menjalankan proyek e-learning, dan karenanya perlu berhati-hati khususnya untuk faktor-faktor dengan nilai rendah.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
31
c.
100-122 : perlu dilakukan evaluasi kembali mengenai proyek e-learning yang akan dijalankan, apakah itu merupakan inisiatif terbaik. Hal ini disebabkan belum seluruh organisasi memiliki kesamaan pandangan dalam mewujudkan inisiatif tersebut. Model pengukuran e-learning readiness yang dikembangkan Chapnick ini
memberikan sejumlah faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan implementasi e-learning. Model ini juga memberi batasan kelompok nilai kesiapan yang menunjukkan bahwa organisasi tersebut telah siap atau belum untuk mulai mengimplementasikan e-learning. 2.12.3 Model ELR Aydin dan Tasci Aydin dan Tasci merancang pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur kesiapan perusahaan-perusahaan di Turki dalam mengimplementasikan elearning. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikembangkan dengan melihat kepada 4 faktor sebagai berikut [19] : a.
Teknologi, yaitu faktor hardware dan software yang diperlukan organisasi untuk mengimplementasikan e-learning.
b.
Inovasi, yaitu faktor pengalaman inovasi yang pernah dilakukan sebelumnya, termasuk didalam faktor ini adalah penghalang-penghalang dalam penerapan inovasi-inovasi tersebut.
c.
Personil, yaitu faktor yang berkaitan dengan karakteristik individu-individu yang ada pada organisasi.
d.
Pengembangan diri, yaitu faktor dukungan organisasi yang menyediakan anggaran untuk pengembangan organisasi maupun individu didalamnya, serta individu-individu yang memiliki kesadaran untuk mengembangkan pribadi masing-masing. Dari keempat faktor tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam tiga
kategori yaitu resources, skills, dan attitudes sebagaimana dirangkum pada Tabel 2.2 berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
32
Tabel 2.2 Faktor Kesiapan E-learning Aydin & Tasci
Technology
Innovation People
SelfDevelopment
Resources Skills Access to Computer Ability to use and Internet computers and internet Barriers Ability to adopt innovations Educated employees Ability to learn Experienced HR via/with Specialist technology An e-learning champion Vendors and external parties Budget Ability to manage time
Attitudes Positive attitude toward use of technology Openness to innovations
Belief in selfdevelopment
Model pengukuran e-learning readiness yang dikembangkan oleh Aydin dan Tasci memberi tambahan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi
keberhasilan implementasi e-learning. Namun demikian, faktor-faktor yang dirumuskan oleh Aydin dan Tasci pada Tabel 2.2 berfokus pada internal organisasi, dan kurang memperhatikan faktor-faktor eksternal kecuali dari segi penghalang yang pernah dialami dalam inovasi. Selain itu, model Aydin dan Tasci juga memberikan gambaran bagaimana menentukan batasan nilai untuk dapat mengambil kesimpulan apakah sebuah organisasi sudah siap atau belum untuk menerapkan e-learning. Model tersebut mengelompokkan nilai akhir ke dalam empat kelompok organisasi sebagai berikut : a. 1 - 2,6 = Not ready needs a lot of work b. 2,61 - 3,4 = not ready needs some of work c. 3,41 - 4,2 = ready but needs a few improvement d. 4,21 - 5 = ready go ahead Dari keempat kelompok tersebut, maka nilai 3,41 dianggap sebagai nilai minimal sebuah organisasi bisa dikatakan siap mengimplementasikan e-learning, dimana organisasi memiliki karakteristik sudah siap namun masih membutuhkan sedikit peningkatan.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
33
2.12.4 Model ELR Darab dan Montazer Darab dan Montazer melakukan penelitian untuk mengukur kesiapan implementasi e-learning pada Universitas Tarbiat Modares di Iran. Dalam penelitian tersebut, Darab dan Montazer merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan e-learning ke dalam 14 dimensi. Dari 14 dimensi tersebut mereka menurunkannya ke dalam 116 faktor yang kemudian dimintakan pendapat dari para pakar mengenai faktor-faktor tersebut. Dari 116 faktor yang mereka rumuskan akhirnya diambil 2 atau 3 faktor yang paling berpengaruh menurut para ahli yang selanjutnya digunakan dalam model penelitian mereka. Keempatbelas dimensi tersebut serta faktor-faktor kesiapan didalamnya [20] dapat dilihat pada Lampiran J. Atas masing-masing faktor dan dimensi tersebut, Darab dan Montazer merumuskan bobot masing-masing berdasarkan penilaian para expert. Adapun bobot atas masing-masing faktor dan indikator dapat dilihat pada Lampiran C Masing-masing bobot tersebut kemudian digunakan untuk menghitung nilai kesiapan masing-masing indikator dan keseluruhan organisasi dengan menggunakan rumus [21] : i
a x i
s
i
1 i
a
i
1
s = skor kesiapan indikator/global i = jumlah faktor/indikator a = bobot faktor/indikator
x = rata-rata skor faktor/indikator Model e-learning readiness yang diusulkan oleh Darab dan Montazer tidak merumuskan secara spesifik hasil akhir yang diperoleh ke dalam kategori kesiapan. Model ini hanya menyimpulan semakin dekat nilai yang diperoleh kepada nilai maksimum maka kesiapan organisasi semakin baik.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
34
2.12.5 Pengukuran ELR di Politeknik Manufaktur Astra. Rida Indah Fariani dalam karya akhirnya di MTI UI pada tahun 2012 melakukan penelitian untuk mengukur tingkat kesiapan implementasi e-learning di
Politeknik
Manufaktur
Astra
[22].
Dalam
penelitian
ini,
Rida
mengkombinasikan faktor-faktor yang diperoleh dari berbagai model pengukuran kesiapan e-learning, sehingga membentuk enam komponen utama yaitu Human Resource, Kultur Organisasi, Teknologi, Kebijakan, Keadaan Keuangan Organisasi dan Infrastruktur. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara terstruktur, sedangkan pengolahan data menggunakan teknik statistik deskriptif yang dipetakan terhadap indeks e-learning Readiness versi Aydin & Tascii. Hasil penelitian menunjukkan Polman Astra mempunyai indeks e-learning Readiness sebesar 3.07 dari 3.14 yang diharapkan sebagai standar dari sebuah organisasi, yang berarti bahwa Polman Astra belum siap dalam melakukan implementasi e-learning dan membutuhkan beberapa improvement. Beberapa rekomendasi diusulkan terkait dengan penelitian ini, yaitu pembuatan manajemen SOP, manajemen proyek, dan pembuatan IT Plan yang akan memberi arahan terhadap investasi TI, penyediaan infrastruktur dan optimalisasi struktur organisasi. 2.12.6 Pengukuran ELR di Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi. Frita Lussie dalam karya akhirnya di ITB pada tahun 2008 melakukan penelitian untuk mengukur tingkat kesiapan implementasi e-learning di Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi [23]. Dalam penelitian ini, Frita mengkombinasikan model yang dikembangkan oleh Samantha Chapnick dan Rosenberg sehingga membentuk enam komponen utama yaitu Organisasi dan Lingkungannya, Budaya Organisasi, Sumberdaya Manusia, Keuangan, Teknologi dan Peralatan Pendukung, serta Materi Pembelajaran. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang selanjutnya dimasukkan ke dalam kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan Universitas Achmad Yani berada pada kondisi kesiapan ke-2 yaitu ‘Kesiapan Terbatas’. Dimana pada kondisi ini resistensi organisasi untuk perubahan ke arah e-learning sudah tidak nampak, namun
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
35
manajemen masih perlu memastikan anggota organisasi akan manfaat perubahan e-learning tersebut. 2.12.7 Perbandingan Model Melihat pada penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan di Indonesia, terdapat pendekatan yang serupa yaitu dengan mengkombinasikan model yang telah dikembangkan oleh sejumlah pakar sebelumnya hingga menghasilkan kelompok faktor yang baru. Pendekatan tersebut dirasa memiliki kekurangan dimana model baru yang dikembangkan oleh sang peneliti belum pernah dilakukan validasi sebelumnya oleh para pakar. Untuk itu dalam penelitian ini penulis akan menggunakan salah satu model yang telah dikembangkan oleh para pakar. Dalam memilih model e-learning readiness yang akan digunakan, salah satu faktor yang perlu diperhatikan organisasi adalah bagaimana jenis dan pendekatan pembelajaran secara online yang akan digunakan oleh organisasi. Jenis dan pendekatan (model) yang akan digunakan tentunya mempengaruhi sampai sejauh mana persiapan yang perlu dilakukan oleh organisasi. Namun demikian berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kasubbag Fasilitas Pembelajaran selaku PIC inisiatif e-learning ini, hingga saat ini belum dilakukan pembahasan di lingkungan manajemen terkait model dan jenis pembelajaran elektronik yang akan dilakukan. Oleh karena itu pemilihan model e-learning readiness yang akan digunakan saat ini mengacu pada model-model yang umum yang tidak terikat pada suatu jenis atau model pembelajaran elektronik. Keempat model yang telah dijelaskan sebelumnya memberi masukan model yang dapat digunakan dalam mengukur kesiapan implementasi e-learning secara umum dan tidak terikat pada suatu jenis atau model pembelajaran elektronik. Namun demikian perlu dilakukan analisa untuk memilih model yang akan digunakan dalam penelitian ini. Untuk itu maka terlebih dahulu dilakukan komparasi antara keempat model tersebut.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
36
Tabel 2.3 Perbandingan Model ELR
Kriteria
Chapnick
Technology
Equipment Readiness
Content
Content Readiness Environment Readiness
Policy
Culture
Standards Financial
Human
Tahun
Rosenberg Business Readiness
Aydin & Tasci Technology
Darab & Montazer Communicati on network, equipment Content
Innovation Resources (Barrier)
Laws & regulations, Educational Policy Cultural
Psychology, Sociology, Environment Readines
Value of Instruction Innovation, and Information, Self Changing Nature Development
Financial Readiness
How Organization Self Reinvent themselves, Development E-learning Industry Personal Commitment People
Human Resource Readiness 2000
2000
2005
Standards Financial
Management, Human Resource 2011
Perbandingan komponen-komponen antara keempat model pada Tabel 2.3 menggunakan kriteria perbandingan sebagaimana yang dilakukan oleh Darab dan Montazer [20]. Selain itu juga ditambahkan satu kriteria yaitu dari segi waktu pembuatan model tersebut. Kriteria ini bertujuan untuk melihat faktor kekinian dari masing-masing model tersebut. Berdasarkan perbandingan pada Tabel 2.3, terlihat bahwa model yang dikembangkan oleh Darab dan Montazer memiliki kelengkapan yang lebih baik untuk keseluruhan faktor. Pada tabel perbandingan di atas terlihat bahwa seluruh faktor penyusun pada model yang lain juga dimuat pada model yang dikembangkan oleh Darab dan Montazer. Dengan demikian, apabila ketiga model yang lain atau salah satunya dapat digunakan dan valid pada organisasi yang menjadi objek penelitian, maka model Darab dan Montazer juga akan dapat digunakan dan valid. Namun demikian terdapat beberapa faktor yang tidak
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
37
dimiliki oleh satu atau lebih model lainnya yaitu content, policy, dan standards yang perlu dikaji lebih jauh apakah sesuai dengan karakteristik organisasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Kasubag fasilitas pembelajaran (lampiran F), ketiga faktor tersebut dinilai cukup signifikan pengaruhnya. Dari segi kontent, ketersediaan konten dinilai sebagai sumber utama pembelajaran media online, karena peran instruktur tidak lagi dominan. Untuk itu maka tersedianya konten yang memadai dan dalam bahasa Indonesia akan sangat membantu kelancaran pemanfaatan e-learning. Dari segi kebijakan, adanya kebijakan yang tidak mengakui hasil pembelajaran melalui media e-learning akan dapat menghambat pemanfaatan e-learning, khususnya diklat-diklat yang memerlukan sertifikasi dari pihak luar. Dari segi standard, adanya standard yang dapat menjamin kualitas materi/konten yang disampaikan melalui media elearning akan menjadi pendorong pemanfaatan e-learning tersebut. Faktor lainnya yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan model yang akan digunakan adalah negara dimana model tersebut dikembangkan serta waktu pembuatannya. Untuk negara dimana model tersebut dikembangkan, model yang dikembangkan oleh Chapnick dan Rosenberg berasal dari negara maju Amerika Serikat, sedangkan model Aydin dan Tasci dikembangkan di Turki yang merupakan negara berkembang, sementara Darab dan Montazer di Iran yang juga merupakan negara berkembang. Selain itu, dilihat dari segi waktunya, model yang dikembangkan oleh Darab dan Montazer merupakan salah satu model terbaru dimana dikembangkan pada tahun 2011. Berdasarkan hasil perbandingan pada Tabel 2.3, dengan memperhatikan kelengkapan cakupan model serta faktor kekinian, maka model yang dipilih untuk digunakan dalam penelitian ini adalah model yang dikembangkan oleh Darab dan Montazer. Untuk itu maka kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
38
Equipment
Laws & Regulations
Security
Management
Financial
Supervision
E-Learning Readines
Standards
Communication Network
Educational Policy
Cultural
Human Resources
Content Assessment
Support
Gambar 2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan kerangka teori pada Gambar 2.4, maka dalam penelitian ini, faktor-faktor yang menjadi acuan dalam penilaian kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan e-learning terdiri dari 14 faktor yaitu laws & regulations, management, supervision, communication network, cultural, content, support, assessment, human resources, educational policy, standards, financial, security, dan equipment. Faktor-faktor inilah yang menjadi acuan dalam membuat pertanyaan
dalam
rangka
mengukur
kesiapan
organisasi
dalam
mengimplementasikan e-learning.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam metodologi ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang akan dilakukan, serta tahapan penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. 3.1
Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kuantitatif. Pendekatan deskriptif digunakan dengan alasan penelitian yang dilakukan bertujuan memperoleh gambaran dan mendeskripsikan kondisi organisasi saat ini, bagaimana kesiapannya untuk mengimplementasikan inisiatif e-learning. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan alasan penggunaan angka dapat memberikan gambaran kondisi organisasi saat ini secara lebih mudah karena dapat dilihat posisi organisasi pada skala yang digunakan. Adapun desain penelitian yang akan dilakukan adalah survei research dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. 3.2
Tahapan Penelitian Secara bagan alir, penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada
Gambar 3.1 berikut : Studi Literatur
Pengujian Instrumen Survei
Pengumpulan Data
Membuat Desain Survei
Pengembangan Instrumen Survei
Penentuan Sampel
Perbaikan Instrumen Survei
Pengolahan dan Analisa Data
Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
39
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
40
Tahapan penelitian yang akan dilakukan pada Gambar 3.1 mengacu pada tahapan umum penelitian survei. Penjelasan lebih lanjut pada masing-masing tahap akan dijelaskan pada subbab-subbab berikutnya. 3.2.1
Studi Literatur Studi literatur yang dimaksudkan disini adalah mempelajari penelitian-
penelitian sebelumnya mengenai model yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan sebuah organisasi dalam mengimplementasikan e-learning. Dalam studi literatur ini, penulis membandingkan model penilaian kesiapan yang disusun oleh tiga orang pakar yaitu Rosenberg, Chapnick, Aydin dan Tasci, serta Darab dan Montazer. Dari keempat model yang mereka susun dibandingkan dengan faktorfaktor yang mempengaruhi kesiapan implementasi e-learning dan barrier yang ada. Berdasarkan perbandingan tersebut didapatkan model yang dianggap paling sesuai untuk digunakan di Indonesia. 3.2.2
Membuat Desain Survei Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan sebelumnya, penulis
kemudian memilih model e-learning readiness yang akan digunakan dalam penelitian ini. Model e-learning readiness yang akan digunakan mencakup faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi kesiapan organisasi dalam menerapkan elearning, apa saja yang perlu dievaluasi dari masing-masing faktor yang relevan dengan organisasi, serta bagaimana rencana penilaian kesiapan dengan menggunakan kuesioner yang akan disusun. 3.2.3
Pengembangan Instrumen Survei Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah menyusun kuesioner survei.
Pertanyaan kuesioner disusun dengan mengacu pada desain yang telah disusun sebelumnya. Penyusunan kuesioner ini juga memperhatikan bagaimana proses penilaian akan dilakukan yang akan berpengaruh pada perancangan model jawaban setiap pertanyaan. Output yang berupa kuesioner selanjutnya akan dilakukan pengujian sebelum dapat digunakan sebagai instrumen pengumpulan data.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
41
Dalam menyusun kuesioner survei ini, penulis menggunakan lima alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh para responden sesuai dengan yang mereka ketahui. Lima alternatif jawaban tersebut adalah : a.
1 (sangat tidak setuju), apabila kondisi yang ditanyakan masih jauh dari kondisi saat ini.
b.
2 (tidak setuju), apabila kondisi yang ditanyakan sudah ada namun belum sesuai dengan kondisi saat ini.
c.
3 (sedang), apabila kondisi yang ditanyakan berada pada level pertengahan bila dibandingkan kondisi saat ini.
d.
4 (setuju), apabila kondisi yang ditanyakan sudah sejalan dengan kondisi saat ini namun masih memerlukan perbaikan.
e.
5 (sangat setuju), apabila kondisi yang ditanyakan sudah sesuai dengan kondisi saat ini bahkan mungkin lebih.
3.2.4
Pengujian Instrumen Survei Kuesioner survei yang telah disusun perlu diuji terlebih dahulu sebelum
disebarkan untuk pengumpulan data yang sesungguhnya. Pengujian dilakukan terhadap jumlah sampel yang lebih kecil. Pengujian yang dilakukan mencakup uji validitas dan reliabilitas. Hasil pengujian ini akan menentukan apakah pertanyaanpertanyaan yang telah disusun sebelumnya dapat langsung digunakan, atau harus diperbaiki terlebih dahulu. Dalam pengujian survei ini digunakan metode korelasi Pearson untuk pengujian validitas dan koefisien Cronbach’s Alpha untuk pengujian reliabilitas. Hasil dari pengujian validitas akan menjadi input bagi pengujian reliabilitas tanpa mengikutsertakan variabel yang tidak valid. 3.2.5
Perbaikan Instrumen Survei Berdasarkan hasil pengujian terhadap kuesioner survei sebelumnya,
kemungkinan terdapat sejumlah pertanyaan yang gugur atau perlu diperbaiki. Hal ini disebabkan berdasarkan pengujian ternyata pertanyaan tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur faktor yang bersangkutan atau menimbulkan
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
42
ambiguitas pada responden. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengubah model pertanyaan atau menghapus pertanyaan yang tidak valid atau reliabel tersebut. Output dari tahap ini adalah instrumen survei yang valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai instrumen pengumpulan data. 3.2.6
Pemilihan Sampel Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pemilihan sampel.
Pemilihan sampel dilakukan dengan menghitung minimal jumlah sampel yang diperlukan untuk menjaga validitas hasil survei. Perhitungan jumlah minimum sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Yamane sebagai berikut :
n
N 1 N d 2
n : jumlah sampel N : jumlah populasi
d : presisi yang ditetapkan Dari jumlah minimum tersebut kemudian dilakukan sebaran untuk mewakili seluruh kantor perwakilan yang dimiliki oleh organisasi XYZ. Namun demikian dalam penelitian ini survei akan disebarkan kepada seluruh pegawai XYZ melalui jaringan intranet. Jumlah minimum yang telah ditentukan sebelumnya menjadi batas minimal apakah hasil survei dapat digunakan atau perlu diulang kembali. 3.2.7
Pengumpulan Data Kuesioner yang telah disusun, apabila berdasarkan hasil pengujian
sebelumnya sudah bisa dinyatakan valid dan reliabel, dapat disebarkan sebagai instrumen penelitian. Penyebaran kuesioner dilakukan terhadap sampel/populasi yang telah ditentukan dengan melalui jaringan intranet. Untuk memaksimalkan proses pengumpulan data, maka Pusdiklat akan menggerakkan LO Diklat yang ada di kantor pusat dan seluruh perwakilan organisasi XYZ melalui nota dinas Kepala Pusdiklat. Adapun kelompok yang dijadikan responden dalam penelitian ini terdiri dari :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
43
a.
Manajemen Pusdiklat, terdiri dari manajemen Pusdiklat dan Balai yang berjumlah 21 orang
b.
Tim E-Learning, terdiri dari 3 orang yang merupakan tim kecil yang dibentuk untuk membuat prototipe e-learning sederhana.
c.
LO TI Pusdiklat, terdiri dari 4 orang yang merupakan perwakilan Biro TI yang bertanggung jawab atas pengelolaan TI di Pusdiklat.
d.
Biro TI, terdiri dari manajemen Biro TI yang terdiri dari dua orang kabag dan empat orang kasubbag.
e.
Bagian perencanaan, terdiri dari dua orang kasubbag yang bertanggung jawab atas penyediaan bahan kediklatan.
f.
Seluruh pegawai, terdiri dari pegawai-pegawai diluar kelompok di atas.
3.2.8
Pengolahan dan Analisa Data Tahap ini dilakukan untuk mengedit dan mengorganisasikan data yang
telah
diperoleh
pada
tahapan
sebelumnya.
Data-data
yang
memiliki
kecenderungan tidak valid, seperti jawaban yang sama untuk seluruh item pertanyaan dapat dikeluarkan terlebih dahulu dari data yang akan dianalisa dalam melakukan penilaian. Selanjutnya hasil survei diolah dengan menghitung nilai rata-rata dari penilaian yang diperoleh. Pengolahan juga dilakukan dengan mengelompokkan hasil penilaian berdasarkan kelompok faktor maupun wilayah seperti kantor pusat atau perwakilan dimana responden tersebut bekerja. Hal ini diperlukan untuk lebih mengerucutkan wilayah perbaikan yang perlu dilakukan nantinya. Output dari tahapan ini adalah data yang valid dan telah terorganisir. 3.2.9
Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi Tahap terakhir yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan
penilaian kesiapan organisasi untuk mengimplementasikan e-learning berdasarkan hasil survei yang telah diperoleh. Dari keseluruhan nilai terhadap seluruh faktor akan menentukan kesiapan organisasi secara keseluruhan. Adapun nilai pada masing-masing faktor serta hal-hal yang perlu dievaluasi di dalamnya bisa menjadi acuan pada bagian mana organisasi masih memiliki kelemahan yang beresiko pada penerapan e-learning. Dari kelemahan tersebut kemudian
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
44
dirumuskan rekomendasi perbaikan yang bisa dilakukan organisasi untuk menutupi kelemahan tersebut sehingga implementasi inisiatif e-learning nantinya memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil. 3.3
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui survei dan wawancara. Data yang
digunakan dalam penelitian mencakup data awal yang digunakan untuk merumuskan masalah dan data yang digunakan untuk menilai kesiapan organisasi dalam mengimplementasikan e-learning. Data yang digunakan untuk menilai kesiapan e-learning diperoleh dari populasi penelitian dengan melakukan survei yang disebarkan melalui intranet organisasi. 3.4
Metode Pengolahan Data Hasil survei yang telah dilakukan selanjutnya diolah sebelum bisa
dilakukan analisa dan penarikan kesimpulan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan menggunakan statistik deskriptif. Data ordinal yang diperoleh dari hasil survey dikonversi menjadi data interval dengan metode suksesif internal. Data interval hasil konversi selanjutnya dihitung rata-ratanya untuk tiap-tiap variabel untuk memperoleh gambaran kondisi variabel tersebut. Rata-rata nilai yang pertama dihitung adalah pada masing-masing item pertanyaan. Rata-rata nilai berikutnya dihitung pada masing-masing kelompok faktor. Rata-rata nilai berikutnya dihitung pada masing-masing dimensi dengan memperhitungkan bobot dari masing-masing faktor pembentuknya. Rata-rata nilai berikutnya dihitung pada level keseluruhan survei dengan mempertimbangkan bobot dari masingmasing dimensi. Nilai akhir inilah yang menjadi kesiapan umum organisasi. Pada model yang dipilih dalam penelitian ini, bobot tiap-tiap faktor telah ditentukan berdasarkan pendapat para expert, namun pembobotan tersebut bersifat kontekstual sehingga perlu dilakukan kajian lebih jauh apakah sesuai dengan kondisi organisasi. Untuk itu dalam penelitian ini, tiap-tiap faktor dan indikator diasumsikan memberikan pengaruh/kontribusi yang sama dalam membentuk nilai kesiapan, sehingga bobot tersebut dapat diabaikan.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
45
3.5
Metode Analisis dan Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan terhadap data survei yang telah dilakukan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan posisi kesiapan organisasi untuk mengimplementasikan e-learning berdasarkan rata-rata nilai dari keseluruhan survei. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan apakah organisasi dalam posisi sudah sangat siap tinggal mengimplementasikan saja, sudah siap namun masih perlu dilakukan sedikit peningkatan, belum siap dan memerlukan sejumlah perbaikan, atau belum siap sama sekali dan masih memerlukan banyak kerja keras. Penilaian kesiapan dilakukan dengan mempertimbangkan bobot-bobot untuk setiap faktor dan kelompok faktor (indikator). Namun dalam penelitian ini bobot masing-masing faktor diasumsikan sama, sehingga untuk penilaian kesiapan masing-masing faktor digunakan rumus sebagai berikut [21] : i
i
a x i
1
Nilai kesiapan faktor =
x
i
i
a
i
1
i
i
1
a = bobot untuk masing-masing item pilihan
i = jumlah x = nilai (item pilihan )dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
Faktor-faktor dalam satu indikator kemudian dicari nilai rata-rata nya untuk memperoleh nilai kesiapan dari sebuah indikator. Selanjutnya untuk memperoleh nilai kesiapan keseluruhan, dilakukan perhitungan yang sama dengan memperhatikan bobot untuk masing-masing indikator. Namun sebagaimana dijelaskan sebelumnya bobot masing-masing indikator dalam penelitian ini diasumsikan sama, sehingga rumus untuk menghitung nilai kesiapan total adalah [21] : i
i
oi x i Nilai kesiapan total =
1
i
o
x
i
1
i
i
1
o = bobot untuk masing-masing indikator Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
46
i = jumlah x = nilai dari masing-masing indikator
Selanjutnya berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, dapat dilakukan analisa lebih jauh pada area mana organisasi masih memiliki nilai kurang. Analisa tersebut dapat lebih dipertajam lagi dengan melihat faktor spesifik mana yang perlu diperbaiki dengan melihat item pertanyaan yang memiliki nilai kurang. Analisa selanjutnya dapat dilakukan berdasarkan variasi pengolahan data survei yang diperoleh, seperti analisa wilayah perwakilan yang belum siap misalnya. Berdasarkan kekurangan yang diketahui, selanjutnya disusun rekomendasi yang dapat dilakukan organisasi untuk meningkatkan tingkat kesiapannya dalam mengimplementasikan e-learning.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
BAB 4 PROFIL ORGANISASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai profil organisasi dimana studi kasus penelitian ini dilakukan. Dalam profil ini akan dijelaskan mengenai sekilas tentang organisasi, tugas pokok dan fungsi, visi misi dan sasaran strategi, serta lokasi dan lingkungan. 4.1
Sekilas Tentang Organisasi Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan pada Pusdiklat XYZ. Pusdiklat
XYZ mulai memiliki gedung sendiri sejak Tahun 1999, dengan beralamatkan di Jakarta Selatan. Pada saat itu Pusdiklat baru memiliki 4 unit kelas, ruang administrasi dan fasilitas wisma. Pada tahun anggaran 2005, Biro Umum sedang menyelesaikan pembangunan gedung baru tambahan Pusdiklat yang akan digunakan untuk kelas, perpustakaan dan laboratorium. Selain dari sisi prasarana fisik, pada tahun yang sama Pusdiklat bekerja sama dengan Bagian Proyek Modernisasi Audit dan Biro Lahta juga akan telah selesai melakukan modernisasi kelas. Dengan selesainya pengembangan ini maka Pusdiklat akan memiliki prasarana fisik yang lengkap dengan didukung fasilitas pembelajaran yang modern. Sehingga kini Pusdiklat mampu menyediakan fasilitas berupa 8 buah ruang kelas, 1 ruang Rapat, 1 ruang aula, dan memiliki ruang gymnasium (aerobic) serta fasilitas olah raga lain seperti: tenis outdoor, tenis meja dan volley. Dilengkapi pula dengan adanya gedung serbaguna serta Wisma dengan kapasitas 75 kamar. Semakin kuatnya kedudukan dan fungsi organisasi XYZ yang diikuti dengan semakin meningkatnya beban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan akan berpengaruh pula terhadap tugas dan tanggung jawab Pusdiklat XYZ. Tuntutan kebutuhan diklat untuk para auditor organisasi XYZ akan semakin meningkat, baik secara kuantitas maupun kualitas. Di lain pihak, mengingat kedudukan organisasi XYZ sebagai satu-satunya lembaga pemeriksa ekstern pemerintah, maka Pusdiklat XYZ juga akan dituntut berperan dalam peningkatan kemampuan auditor pemerintah di luar organisasi XYZ secara keseluruhan. Lebih 47
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
48
dari itu, kiprah organisasi XYZ dalam organisasi internasional seperti ASOSAI dan INTOSAI secara langsung maupun tidak langsung akan melibatkan peran Pusdiklat. 4.2
Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Keputusan XYZ Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli
2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana XYZ, Pusat Pendidikan dan Pelatihan atau Pusdiklat adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Ditama Revbang (Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara), yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Ditama Revbang (Pasal 201) [24]. Pusdiklat mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan pemeriksaan
keuangan
negara
dalam
rangka
peningkatan
kompetensi/profesionalisme pegawai dan calon pegawai di lingkungan XYZ berdasarkan kebijakan pengembangan SDM (Pasal 202). Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Pusdiklat menyelenggarakan fungsi (Pasal 203):
Perumusan
dan
mengidentifikasikan
pengevaluasian indikator
rencana
kinerja
aksi
utama
Pusdiklat
dengan
berdasarkan
rencana
implementasi rencana strategis organisasi;
Perumusan rencana kegiatan Pusdiklat berdasarkan rencana aksi, serta tugas dan fungsi Pusdiklat;
Pelaksanaan kegiatan diklat pada Pusdiklat, Balai Diklat Medan, Balai Diklat Yogyakarta dan balai Diklat Makassar;
Pelaksanaan hubungan kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan yang terkait dengan tugas dan fungsi organisasi;
Pelaksanaan kegiatan lain yang ditugaskan oleh kepala Ditama Revbang;
Pelaporan hasil kegiatannya secara berkala kepada Ditama Revbang. Pusdiklat mempersiapkan pemeriksa organisasi XYZ untuk dapat
memahami proses penyelenggaraan keuangan negara yang sangat kompleks, serta Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
49
dapat mengikuti perkembangan metodologi dan teknologi pemeriksaan mutakhir (state of the art). Pusdiklat juga merupakan media awal pembentukan pegawai XYZ yang berintegritas, bersikap independen dan berjiwa profesional. Pemilihan metode pembelajaran yang efektif serta penyediaan iklim belajar yang kondusif menjadi tantangan bagi Pusdiklat dalam penyelenggaraan diklat bagi para pimpinan, pemeriksa serta pelaksana di unit penunjang dan pendukung organisasi XYZ. Untuk menjawab tantangan ini, Pusdiklat mengadopsi metode pembelajaran untuk orang dewasa (andragogy) dengan pendekatan pengajaran berbasis kasus (case-based teaching). 4.3
Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Pusdiklat XYZ memiliki visi menjadi Pusat Unggulan (Center of
Excellence) Pendidikan dan Pelatihan Pemeriksaan Keuangan Negara. Untuk mewujudkan visi tersebut, Pusdiklat XYZ merencanakan misi sebagai berikut :
Mengembangkan kompetensi SDM XYZ, pemeriksa dan pengawas keuangan negara serta pemangku kepentingan lainnya melalui pendidikan dan pelatihan pemeriksaan, pengelolaan, dan tanggung jawab keuangan negara.
Berperan aktif dalam mengembangkan metodologi dan penerapan best practice melalui kerjasama kediklatan dengan lembaga lain, baik dalam dan luar negeri. Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai adalah :
Terwujudnya peningkatan diklat berbasis kompetensi didalam menjalankan mandat pemeriksaan
Terwujudnya peningkatan diklat berbasis kompetensi didalam memberikan pendapat dan meningkatkan mutu pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara serta menemukan dan mencegah segala bentuk penyalahgunaan dan penyelewengan keuangan negara
Terwujudnya penerapan kurikulum berbasis kompetensi
Terwujudnya peningkatan metodologi diklat
Terwujudnya peningkatan fasilitas pembelajaran diklat
Terwujudnya
efektifitas
hub.
kerjasama
di
bidang
kediklatan
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas hasil dari penelitian yang dilakukan. Analisa hasil penelitian dan pembahasan dilakukan mulai dari tahap persiapan dan uji coba instrumen penelitian hingga hasil akhir pengujian pada objek penelitian. Dalam penggunaan instrumen penelitian ini, objek responden dari masingmasing pertanyaan dibagi menjadi 6 kelompok yaitu seluruh pegawai XYZ, tim elearning, bagian perencanaan, manajemen Pusdiklat, Biro TI, dan LO TI Pusdiklat. Pembagian ini dilakukan berdasarkan hasil pembahasan dengan kasubbag fasilitas pembelajaran. Pembagian ini bertujuan agar jawaban yang diberikan atas masing-masing pertanyaan sesuai dengan kapasitas responden yang menjawabnya. 5.1
Hasil uji coba instrumen penelitian Sebagaimana telah dibahas pada Bab II mengenai uji validitas yang akan
dilakukan, dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Pearson dan perbandingan antara thitung dengan ttabel dalam menilai validasi sebuah item instrumen penelitian. Sedangkan untuk pengujian reliabilitas digunakan koefisien cronbach’s alpha. Uji coba instrumen dilakukan dengan melakukan pengujian pada 30 orang dari pegawai Pusdiklat yang dipilih secara acak dari seluruh bagian. Hal ini sesuai dengan yang disarankan oleh Singarimbun bahwa jumlah responden untuk uji coba minimal 30 orang, karena dengan jumlah 30 orang tersebut maka distribusi skor (nilai) akan mendekati kurva normal [25]. Sedangkan untuk item instrumen yang ditujukan kepada manajemen menggunakan 21 responden yaitu sebanyak jumlah manajemen Pusdiklat dan Balai. Langkah analisis validitas dan reliabilitas isntrumen dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a.
Mencari nilai ttabel dengan tingkat signifikansi 5%, derajat kebebasan df = n-2 dengan n = jumlah responden. 50
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
51
b.
Penghitungan koefisien korelasi pearson untuk masing-masing item instrumen/pertanyaan. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus dalam MS Excel yang membandingkan antara skor yang terdapat dalam butir jawaban dari masing-masing item pertanyaan dengan skor total yang didapat dari seluruh pertanyaan.
c.
Penghitungan thitung dengan menggunakan rumus Husein Umar untuk masingmasing item pertanyaan.
d.
Membandingkan antara thitung yang diperoleh dengan ttabel yang telah didapatkan sebelumnya untuk menentukan validitas item instrumen.
e.
Item instrumen yang valid digunakan dalam pengujian reliabilitas instrumen, sementara yang tidak valid tidak diikutsertakan dan tidak digunakan dalam penelitian.
f.
Untuk uji reliabilitas, dibandingkan antara skor Cronbach’s Alpha (ralpha) dengan rtabel, jika ralpha lebih besar dari rtabel, maka butir-butir pertanyaan dalam instrumen reliabel.
g.
Analisis uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat dalam Lampiran B.
5.1.1
Instrumen Communication Network Pada instrumen communication network, terdapat faktor yang tidak
diikutsertakan yaitu mode akses internet dari luar organisasi. Menurut kasubbag fasilitas pembelajaran, faktor tersebut tidak relevan digunakan saat ini karena elearning yang dikembangkan hanya bersifat internal saja dan akan diakses via intranet saja. Dalam instrumen ini digunakan 4 butir pertanyaan, dimana dua diantaranya (pertanyaan no 1 dan 2) ditujukan kepada Biro TI yang mengelola teknologi informasi di XYZ, dan dua lainnya (pertanyaan no 3 dan 4) ditujukan kepada seluruh pegawai XYZ sebagai pihak yang memanfaatkan sarana teknologi informasi tersebut. Terkait dengan uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan, pertanyaan terhadap Biro TI tidak dilakukan pengujian karena hanya mencakup dua butir pertanyaan dan terkait masalah teknis yang dapat dipahami oleh pegawai
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
52
di Biro TI. Adapun terkait pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh pegawai XYZ diperoleh hasil uji validitas sebagai berikut : Tabel 5.1 Uji validitas instrumen communication network
Indikator
Faktor
communication
Bandwidth of
network
the university’s
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,28)
Ket
3
0.43
2.50
1.7
valid
4
0.63
4.27
1.7
valid
internet connection
Berdasarkan Tabel 5.1, maka pada instrumen communication network terdapat empat butir pertanyaan yang kesemuanya valid. 5.1.2
Instrumen Equipment Dalam instrumen ini digunakan 5 butir pertanyaan, dimana kesemuanya
ditujukan kepada seluruh pegawai XYZ. Atas pengujian validitas yang dilakukan kepada sample 30 orang pegawai Pusdiklat diperoleh data sebagai berikut : Tabel 5.2 Uji validitas instrumen equipment
Indikator Equipment
Faktor
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,28)
Ket
Ease of access
5
0.23
1.23
1.70
tdk valid
to the required software
Number of
6
0.61
4.12
1.70
Valid
7
0.49
3.01
1.70
Valid
8
0.01
0.03
1.70
tdk valid
active computers for the e-learning courses 9
0.80
7.01
1.70
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
Valid
53
Berdasarkan Tabel 5.2 maka pada instrumen equipment terdapat dua butir pertanyaan yang tidak valid, dan tersisa tiga pertanyaan yang akan digunakan dalam penelitian. 5.1.3
Instrumen Security Pada instrumen security ini seluruh pertanyaan ditujukan kepada tim e-
learning yang saat ini hanya beranggotakan 3 orang yang bertugas untuk membuat prototipe e-learning. Untuk itu tidak dilakukan pengujian validitas atas butir pertanyaan yang ada karena komunikasi bisa dilakukan secara langsung. 5.1.4
Instrumen Content Pada instrumen content, terdapat 5 butir pertanyaan yang ditujukan kepada
dua pihak yaitu bagian perencanaan di Pusdiklat yang bertugas mengelola modul kediklatan dan tim e-learning. Pertanyaan 1 dan 2 mengenai konten elektronik dan sarana pembuatannya ditujukan kepada bagian perencanaan. Atas kedua pertanyaan tersebut tidak dilakukan pengujian validitas karena penilaian diperoleh melalui wawancara langsung dengan kedua kepala subbagian pada bagian tersebut. Sementara tiga pertanyaan lainnya terkait perpustakaan digital yang ditujukan kepada tim e-learning juga tidak dilakukan pengujian validitas dengan alasan yang sama dengan instrumen sebelumnya. 5.1.5
Instrumen Laws and Regulations Pada instrumen Laws and Regulations, digunakan 6 butir pertanyaan.
Empat diantaranya ditujukan kepada tim e-learning, sedangkan dua pertanyaan lainnya ditujukan kepada manajemen Pusdiklat. Adapun pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen Pusdiklat dilakukan pengujian validitas dengan hasil sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
54
Tabel 5.3 Uji validitas instrumen laws and regulations
Faktor
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
laws and
Code of documents
22
0.50
2.65
1.729
valid
regulations
evaluation (validity
23
0.26
1.19
1.729
tdk
Indikator
guarantee) of electronic education courses valid
Berdasarkan Tabel 5.3, dari dua butir pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen, salah satunya dinyatakan tidak valid. Dengan demikian instrumen laws and regulations menyisakan 5 butir pertanyaan yang akan digunakan selanjutnya. 5.1.6
Instrumen Educational Policy Pada instrumen educational policy, digunakan dua butir pertanyaan
dengan salah satunya ditujukan kepada manajemen Pusdiklat dan satu butir pertanyaan lainnya ditujukan kepada LO TI Pusdiklat. Atas pertanyaan yang ditujukan kepada LO TI Pusdiklat tidak dilakukan pengujian validitas karena butir pertanyaan yang hanya berjumlah satu dan penilaian dapat dilakukan dengan komunikasi langsung. Sedangkan atas pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.4 Uji validitas instrumen educational policy
Indikator educational policy
Faktor Formulated program
for
teaching
the
concepts
of
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
24
0.38
1.82
1.729
valid
electronic education
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
55
Berdasarkan Tabel 5.4 maka pada instrumen educational policy digunakan dua butir pertanyaan karena butir pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen dinyatakan valid. 5.1.7
Instrumen Assessment Pada instrumen assessment digunakan 5 butir pertanyaan, dimana satu
pertanyaan ditujukan kepada manajemen, tiga pertanyaan ditujukan kepada bagian perencanaan, dan satu pertanyaan lainnya ditujukan kepada tim e-learning. Atas pertanyaan yang ditujukan kepada bagian perencanaan dan tim e-learning tidak dilakukan pengujian validitas dengan alasan yang sama dengan instrumen lainnya. Sedangkan atas pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.5 Uji validitas instrumen assessment
Indikator Assessment
Faktor Availability
of
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
26
0.58
3.12
1.729
valid
specific systems for evaluation
final of
electronic education face-to-face
(e.g. or
distance testing)
Berdasarkan Tabel 5.5 maka pada instrumen assessment digunakan lima butir pertanyaan karena butir pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen dinyatakan valid. 5.1.8
Instrumen Cultural Pada instrumen cultural digunakan 9 butir pertanyaan dengan satu
pertanyaan diantaranya ditujukan kepada manajemen, dan 8 butir pertanyaan lainnya ditujukan kepada seluruh pegawai XYZ. Atas pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen dilakukan uji validitas dengan hasil sebagai berikut : Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
56
Tabel 5.6 Uji validitas instrumen cultural manajemen
Indikator Cultural
Faktor
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
31
0.50
2.55
1.729
valid
University Managers’
and
professors’
interest
in
electronic
education
as
a
complementary approach
Sedangkan atas pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh pegawai diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.7 Uji validitas instrumen cultural pegawai
Indikator Cultural
Faktor
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
Acceptance level of
32
0.80
7.01
1.70
valid
33
0.79
6.80
1.70
valid
34
0.74
5.90
1.70
valid
35
0.58
3.80
1.70
valid
36
0.71
5.29
1.70
valid
37
0.39
2.26
1.70
valid
38
0.72
5.55
1.70
valid
39
0.73
5.65
1.70
valid
teachers, students and employees
(i.e.,
understanding
the
importance
and
advantages
of
e-
learning)
Students’ interest in using modern learning tools
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
57
Berdasarkan Tabel 5.6 dan Tabel 5.7 maka pada instrumen cultural tetap digunakan sembilan butir pertanyaan karena seluruh pertanyaan yang diuji dinyatakan valid. 5.1.9
Instrumen Standards Pada instrumen standards digunakan tiga butir pertanyaan dengan dua di
antaranya ditujukan kepada bagian perencaan dan satu butir pertanyaan lainnya ditujukan kepada tim e-learning. Atas ketiga pertanyaan tersebut tidak dilakukan pengujian validitas dengan alasan yang sama terhadap instrumen lainnya. 5.1.10 Instrumen Financial Pada instrumen financial digunakan empat butir pertanyaan dengan kesemuanya ditujukan kepada manajemen Pusdiklat. Atas keempat pertanyaan tersebut dilakukan uji validitas dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.8 Uji validitas instrumen financial
Faktor
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
Rates of payment to
43
0.45
2.19
1.729
valid
44
0.53
2.73
1.729
valid
45
0.39
1.82
1.729
valid
46
0.45
2.18
1.729
valid
Indikator Financial
teachers
and
teaching
assistants
for
electronic
courses Budget
share
provision
for of
hardware, software and
network
equipments at the university level
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
58
Berdasarkan Tabel 5.8 maka pada instrumen financial tetap digunakan sembilan butir pertanyaan karena seluruh pertanyaan yang diuji dinyatakan valid. 5.1.11 Instrumen Human Resources Pada instrumen human resources digunakan 12 butir pertanyaan dengan 10 butir pertanyaan diantaranya ditujukan kepada seluruh pegawai XYZ, dan dua butir pertanyaan lainnya ditujukan kepada manajemen Pusdiklat. Atas pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh pegawai telah dilakukan pengujian validitas dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.9 Uji validitas instrumen human resources pegawai
Indikator human resources
Faktor Pertanyaan Teachers’ acquaintance 47 with basic information technology skills Students’ acquaintance 48 with basic skills of the information technology (e.g., search engines, software installation etc.) Employees’ 49 acquaintance with basic information technology skills Teachers’ motivation 50 towards the electronic educational environments Students’ motivation 51 towards the electronic educational environments 52 53 54 Students’ use of the 55 Internet for communicating with teachers 56
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
0.38
2.15
1.70
valid
0.45
2.64
1.70
valid
0.39
2.27
1.70
valid
0.67
4.84
1.70
valid
0.57
3.67
1.70
valid
0.41 0.69 0.55 0.54
2.37 5.02 3.52 3.37
1.70 1.70 1.70 1.70
valid valid valid valid
0.52
3.18
1.70
valid
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
59
Sedangkan atas pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen juga telah dilakukan uji validitas dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.10 Uji validitas instrumen human resources manajemen
Faktor
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
human
Training specialized
57
0.46
2.27
1.729
valid
resources
educational staff for
58
0.58
3.07
1.729
valid
Indikator
the
electronic
education courses
Berdasarkan Tabel 5.9 dan Tabel 5.10 maka pada instrumen human resources tetap digunakan 12 butir pertanyaan karena seluruh pertanyaan yang diuji dinyatakan valid. 5.1.12 Instrumen Management Pada instrumen management digunakan empat butir pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen Pusdiklat seluruhnya. Atas keempat butir pertanyaan tersebut telah dilakukan pengujian dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.11 Uji validitas instrumen management
Indikator Management
Faktor Pertanyaan University and faculty 59 managers’ commitment for the creation of electronic education systems 60 Availability of 61 managers familiar with concepts, educational systems and electronic publication 62
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
0.50
2.53
1.729
Valid
0.78 0.79
5.51 5.67
1.729 1.729
Valid valid
0.62
3.44
1.729
valid
Berdasarkan Tabel 5.11 maka pada instrumen management tetap digunakan empat butir pertanyaan karena seluruh pertanyaan yang diuji dinyatakan valid. Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
60
5.1.13 Instrumen Supervision Pada instrumen supervision digunakan empat butir pertanyaan, dengan satu pertanyaan diantaranya ditujukan kepada tim e-learning, dan tiga butir pertanyaan lainnya ditujukan kepada manajemen. Atas tiga pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen telah dilakukan uji validitas dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.12 Uji validitas instrumen supervision
Indikator Supervision
Faktor Availability
of
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
63
0.50
2.55
1.729
valid
64
0.43
2.10
1.729
valid
65
0.50
2.55
1.729
valid
66
0.43
2.10
1.729
valid
evaluation systems
for
teachers
and
teaching assistants
in
electronic environments
Availability
of
supervision and assessment systems
for
educational courses
(e.g
educational content, quality of presentation, etc)
Berdasarkan Tabel 5.12 maka pada instrumen supervision tetap digunakan empat butir pertanyaan karena seluruh pertanyaan yang diuji dinyatakan valid.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
61
5.1.14 Instrumen Support Pada instrumen support digunakan tiga butir pertanyaan yang kesemuanya ditujukan kepada manajemen Pusdiklat. Atas ketiga pertanyaan tersebut telah dilakukan pengujian dengan hasil sebagai berikut : Tabel 5.13 Uji validitas instrumen support
Indikator Support
Faktor Availability
of
Pertanyaan
R Pearson
thitung
t(95%,19)
Ket
67
0.45
2.21
1.729
valid
68
0.41
1.97
1.729
valid
69
0.39
1.85
1.729
valid
educational support section for electronic content
production
(teaching assistants, content producers) Availability technical
of support
section for electronic education (computer and
network
technical
support
section) Availability
of
students
technical
support
section
(computer technical problem solving)
Berdasarkan Tabel 5.13 maka pada instrumen support tetap digunakan tiga butir pertanyaan karena seluruh pertanyaan yang diuji dinyatakan valid. Pengujian validitas instrumen yang ditujukan kepada seluruh pegawai dan manajemen Pusdiklat menyisakan 23 butir pertanyaan yang ditujukan kepada seluruh pegawai dan 43 butir pertanyaan (ditambah butir pertanyaan kepada pegawai) yang ditujukan kepada manajemen Pusdiklat. Atas kedua kelompok Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
62
pertanyaan tersebut telah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS dengan hasil untuk kelompok pertanyaan kepada seluruh pegawai adalah sebagai berikut : Reliability Statistics Cronbach's Alpha .917
N of Items 23
Sedangkan hasil untuk kelompok pertanyaan yang ditujukan kepada manajemen Pusdiklat adalah sebagai berikut : Reliability Statistics Cronbach's Alpha .965
N of Items 44
Dengan demikian kedua kelompok pertanyaan tersebut dapat dinyatakan valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen penelitian. 5.2
Standar nilai dan responden dalam penelitian Berdasarkan model yang dikembangkan oleh Darab dan Montazer, maka
atas pilihan skala nilai pada masing-masing pertanyaan diberikan bobot dengan mengacu pada Tabel 5.14 berikut : Tabel 5.14 Standar nilai kuesioner
Skala
1
2
3
4
5
Positive Questions
1
2
3
4
5
Negative Questions
5
4
3
2
1
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa dalam survei ini responden dibagi ke dalam enam kelompok. Pengelompokan ini bertujuan agar pertanyaan kuesioner dapat dijawab oleh responden yang sesuai dengan tanggung jawabnya. Adapun perbandingan jumlah responden berdasarkan pengelompokan tersebut adalah sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
63
Tabel 5.15 Proporsi Responden Kuesioner
Kelompok
Penjelasan
Manajemen
Seluruh
Pusdiklat
Manajemen
Populasi 21
Sample
Proporsi
21
100%
3
100%
Pusdiklat dan Balai Tim
E- Tim kecil pembuat 3
Learning
prototipe
LoTI
LoTI Pusdiklat
4
4
100%
Bag.
Kasubbag
2
2
100%
Perencanaan
Perencanaan
Biro TI
Kabag
dan 6
6
100%
376
6.2%
Pusdiklat
Kasubbag Biro TI Seluruh
Seluruh
Pegawai
diluar
pegawai 6084 kelompok
lainnya
Berdasarkan Tabel 5.15 terlihat seakan terdapat kesenjangan jumlah sample antara kelompok survei yang ditujukan kepada seluruh pegawai dengan kelompok lainnya. Namun apabila dilihat proporsinya, ternyata kelompok yang lain bersifat populasi karena seluruh pihak yang mengetahui dan bertanggung jawab atas hal tersebut menjadi responden. Responden untuk kelompok survei seluruh pegawai seluruhnya berjumlah 531 orang. Namun karena proporsinya tidak proporsional untuk tiap wilayah kerja, maka diambil nilai minimum yang proporsional dengan perbandingan jumlah total pegawai di masing-masing wilayah. Nilai minimum tersebut dihitung dengan rumus yamani/slovin sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dan diperoleh jumlah sampel minimum yaitu 375 orang (Lampiran L). Untuk memberikan kesimpulan akhir dalam bentuk tingkatan kesiapan, dalam penelitian ini penulis mengadopsi pengelompokan yang dilakukan oleh Aydin dan Tascii. Dalam model yang mereka kembangkan, Aydin dan Tascii juga
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
64
menggunakan kuesioner dengan 5 skala likert. Dengan mengacu pada model tersebut, maka pengelompokan hasil pengujian dapat dilihat pada gambar berikut :
1
2
1
1.8
3
2.6
Belum siap
4
3.4
Kurang siap
5
5
4.2
Cukup siap
Siap
Level minimal kategori siap Gambar 5.1 Level Kategori Kesiapan
Berdasarkan Gambar 5.1 maka nilai akhir dari hasil pengujian akan dikelompokkan ke dalam skala nilai berikut : 1 - 2.6 : belum siap; 2.61 - 3.4 : kurang siap; 3.41 - 4.2 : cukup siap; 4.21 - 5 : siap. Dan nilai minimal yang dipersyaratkan untuk organisasi dikatakan sudah cukup siap adalah 3.41 ke atas. 5.3
Penerapan Instrumen Uji Kesiapan E-Learning Berdasarkan kuesioner yang disebarkan secara online, diperoleh jawaban
dari 531 orang responden yang tersebar pada seluruh kantor perwakilan organisasi XYZ. Dari jumlah tersebut sebarannya tidak proporsional dengan jumlah sebaran pegawai di masing-masing kantor perwakilan, namun apabila mengacu pada nilai minimal dari rumus Yamane di masing-masing kantor perwakilan masih mencukupi. Oleh karena itu maka digunakan nilai minimal sampel berdasarkan rumus Yamane yang disebar secara proporsional tersebut. Berdasarkan perhitungan rumus tersebut diperoleh nilai sampel minimal yaitu 375 orang Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
65
responden, dan setelah disebar secara proporsional menjadi 376 orang. Dan data dari 376 orang inilah yang digunakan dalam analisa hasil penelitian. Pembahasan mengenai hasil penerapan instrumen pada objek penelitian akan dilakukan per indikator, baru kemudian dilakukan pembahasan secara keseluruhan. 5.3.1
Kesiapan communication network Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk
instrumen/indikator communication network diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.16 Nilai kesiapan communication network Indikator
Faktor
communication Bandwidth of the university’s network internet connection
Pertanyaan
Nilai
Rata-Rata Faktor
Kesiapan Indikator
1 4.45
3.10
3.10
2 2.09 3 3.00 4 2.87
Berdasarkan Tabel 5.16, skor yang diperoleh untuk kesiapan indikator communicatin network adalah 3.10 yang termasuk kategori kurang siap. Walaupun sebenarnya faktor ini memiliki kekuatan dimana seluruh kantor XYZ baik kantor pusat dan perwakilan telah terhubung dengan jaringan intranet. Informasi tersebut diperoleh dari jawaban para pegawai di Biro TI dengan skor rata-rata 4.45. Namun demikian, untuk kecepatan akses intranet tersebut dilihat dari survei terhadap para pegawai diperoleh skor 3.00 yang masih termasuk dalam kategori kurang siap. Selain itu dalam indikator ini juga terdapat kekurangan dimana menurut para pegawai jaringan intranet kantor tersebut sering mengalami gangguan. Kondisi ini terlihat dari nilai rata-rata yaitu 2.87, masih termasuk kategori kurang. Ditambah lagi dengan kecepatan intranet di seluruh XYZ, baik kantor pusat maupun seluruh perwakilan untuk akses konten multimedia masih dianggap sangat kurang. Hal ini terlihat dari penilaian Biro TI yaitu 2.09 yang berarti masih Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
66
kurang. Hal ini disebabkan bandwidth intranet untuk masing-masing perwakilan memang bervariasi, dengan nilai yang terbesar adalah 5Mbps. 5.3.2
Kesiapan equipment Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk
instrumen/indikator equipment diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.17 Nilai kesiapan equipment Indikator
Equipment
Faktor
Pertanyaan
Ease of access to the required software
6 7
Number of active computers for the e-learning courses
Nilai
Rata-Rata Faktor
2.57
3.22
Kesiapan Indikator 3.43
3.87
9 3.64
3.64
Berdasarkan skor yang diperoleh pada Tabel 5.17 untuk indikator equipment yaitu 3.43, maka kondisi XYZ dalam kategori ini termasuk dalam kategori cukup siap. Hal ini didukung dengan kondisi dimana seluruh pegawai mempunyai akses ke intranet kantor dimana untuk hal ini mendapat nilai 3.64, kategori cukup baik mendekati sangat baik. Selain itu dilihat dari kapasitas perangkat komputer yang digunakan oleh para pegawai juga cukup baik yang ditunjukkan dengan nilai 3.64. Sedangkan untuk permasalahan apakah seluruh pegawai menggunakan komputer secara personal memiliki nilai yang masih sedikit kurang yaitu 2.57. Untuk permasalahan ini, pada kenyataannya memang di beberapa tempat termasuk Pusdiklat tidak semua pegawai diberikan komputer untuk digunakan secara pribadi. Hal ini dikarenakan sifat pekerjaan dari pegawai tersebut yang tidak memerlukan penggunaan komputer secara terus menerus maupun kapasitasnya dalam menggunakan komputer tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan apabila ada kondisi unit kerja dimana masih terdapat pegawai yang belum memiliki perangkat komputer sendiri untuk mengerjakan pekerjaannya. Namun demikian kondisi ini tidak menghalanginya untuk memiliki akses ke intranet kantor apabila memang diperlukan.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
67
5.3.3
Kesiapan Security Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk
instrumen/indikator communication network diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.18 Nilai kesiapan security Indikator
Security
Faktor
Availability of an identity recognition mechanism
Pertanyaan
10 11
Availability of control mechanism for access levels
12
Nilai
Rata-Rata Faktor
3.91
3.00
Kesiapan Indikator 3.73
2.09 4.45
4.45
Berdasarkan Tabel 5.18, untuk indikator security, XYZ memperoleh skor 3.73 yang berarti masuk dalam kategori cukup baik. Hal ini didukung dengan kondisi dimana prototipe e-learning yang dikembangkan sudah memiliki fitur pengenalan identitas dari penggunanya. Selain itu juga sudah terdapat mekanisme pengaturan hak akses untuk masing-masing pengguna. Namun demikian atas fitur pengenalan identitas yang ada, tidak bisa menjamin tidak terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan e-learning, khususnya pada saat dilakukan ujian secara online. Hal ini menyebabkan skor untuk kemampuan fitur pengenalan identitas yang ada untuk mencegah terjadinya kecurangan hanya 2.09 yang berarti masih belum siap. 5.3.4
Kesiapan Content Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk
instrumen/indikator content diperoleh hasil sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
68
Tabel 5.19 Nilai kesiapan content Indikator
Content
Faktor
Pertanyaan
Availability of appropriate electronic content in various formats (e.g. text, picture, etc.) Availability of various software tools for content production (e.g. different editors, text converters, OCR, etc.) Availability of digital libraries for students
13
14
15 16 17
Nilai
Rata-Rata Faktor
1.80
1.80
1.80
1.80
4.45
3.15
Kesiapan Indikator 2.25
2.91 2.09
Berdasarkan Tabel 5.19, untuk indikator content, XYZ memperoleh skor 2.25 yang berarti masih dalam kategori kurang siap. Hal ini disebabkan karena modul-modul dalam format multimedia memang belum banyak dan baru berbentuk textfile atau video singkat. Selain itu memang sarana untuk pembuatan berbagai konten multimedia tersebut belum memadai, seperti perangkat-perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pembuatan animasi maupun video editing belum tersedia. Untuk kedua kondisi tersebut memperoleh skor 1.8 yang masuk dalam kategori belum siap. Namun demikian untuk komponen perpustakaan digital, Pusdiklat XYZ sudah memiliki perpustakaan digital sendiri dengan sejumlah konten e-book didalamnya. Perpustakaan digital tersebut sudah memuat konten dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Namun untuk konten dalam bahasa Indonesia dirasa juga masih kurang memadai yang ditunjukkan dengan nilai 2.91 yang masih sedikit kurang. Selain itu juga untuk modul-modul yang digunakan dalam kediklatan masih sedikit sekali yang dimuat didalamnya. 5.3.5
Kesiapan Laws and Regulations Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk
instrumen/indikator laws and regulations diperoleh hasil sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
69
Tabel 5.20 Nilai kesiapan laws and regulations Indikator
laws and regulations
Faktor
Copyright protection system for the electronic content
Pertanyaan
18 19
Code of documents evaluation (validity guarantee) of electronic education courses
20
21 22
Nilai
Rata-Rata Faktor
2.09
2.09
Kesiapan Indikator 1.94
2.09 2.09
1.78
1.55 1.69
Berdasarkan nilai yang diperoleh dari Tabel 5.20, untuk indikator laws and regulations XYZ mendapat skor 1.94 yang berarti masih berada pada kategori kurang siap. Hal ini disebabkan kondisi dimana mekanisme untuk melindungi konten elektronik yang ada belum disiapkan, sementara konten elektronik yang ada dapat didownload dengan bebas oleh peserta diklat. Selain itu juga belum adanya proses evaluasi atas dokumen-dokumen yang digunakan maupun dihasilkan dari e-learning ini juga mempengaruhi validitas dari proses pembelajaran yang dilakukan. Namun demikian, faktor luar yang walaupun mendapat nilai kurang tapi masih cukup baik adalah adanya peraturan pemerintah dan peraturan lainnya yang mengatur terkait pelaksanaan diklat dan penggunaan teknologi informasi. Hal ini disebabkan sudah adanya peraturan dari pemerintah mengenai kediklatan pegawai negeri, seperti PP No.101 Tahun 2000, Peraturan Kepala LAN No.14 Tahun 2011, sehingga bisa menjadi acuan dalam penerapannya. Selain itu, walaupun belum ada pengaturan spesifik mengenai elearning, namun aturan-aturan pemerintah mengenai pemanfaatan TIK, seperti Inpres No.3 Tahun 2003 dan UU ITE, juga harus menjadi acuan. 5.3.6
Kesiapan educational policy Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk
instrumen/indikator educational policy diperoleh hasil sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
70
Tabel 5.21 Nilai kesiapan educational policy Indikator
educational policy
Faktor
Pertanyaan
Formulated program for teaching the concepts of electronic education Comprehensive plan for the development of information technologies at the university level
24
25
Nilai
Rata-Rata Faktor
1.55
1.55
2.27
2.27
Kesiapan Indikator 1.91
Berdasarkan Tabel 5.21, untuk indikator educational policy XYZ mendapat skor 1.91 yang berarti masuk dalam kategori kurang siap. Hal ini disebabkan belum adanya perencanaan program yang matang untuk mengenalkan konsep
pembelajaran
elektronis
kepada
seluruh
pegawai.
Selain
itu
pengembangan e-learning juga tidak disertai dengan perencanaan yang menyeluruh atas pengembangan teknologi informasi di Pusdiklat. Kondisi ini berpotensi menimbulkan permasalahan apabila ternyata konfigurasi atau infrastruktur yang digunakan saat ini ternyata tidak sesuai dengan pengembangan teknologi informasi ke depannya. 5.3.7
Kesiapan assessment Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk
instrumen/indikator assessment diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.22 Nilai kesiapan assessment Indikator
Faktor
Pertanyaan
Assessment
Availability of specific systems for final evaluation of electronic education (e.g. face-to-face or distance testing) Designing and formulating self study contents along with self assessment tests
26
27
28 29 30
Nilai
Rata-Rata Faktor
2.43
2.43
4.20
3.06
Kesiapan Indikator 2.75
1.80 1.80 4.45 Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
71
Berdasarkan Tabel 5.22, maka untuk kategori assessment XYZ memperoleh skor 2.75 yang berarti masih dalam kategori kurang siap. Hal ini disebabkan belum direncanakannya evaluasi akhir untuk diklat-diklat yang dilaksanakan melalui e-learning secara matang. Selain itu konten-konten elektronik yang ada saat ini walaupun sebagiannya sudah memungkinkan para peserta untuk belajar secara mandiri namun secara umum belum mendukung adanya evaluasi secara mandiri oleh para peserta. Namun demikian sistem elearning yang dirancang sudah memungkinkan evaluasi mandiri itu untuk dilaksanakan, tinggal bergantung pada konten yang disediakan dan mekanisme pengendalian pelaksanaannya. 5.3.8
Kesiapan cultural Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk
instrumen/indikator cultural diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.23 Nilai kesiapan cultural
Indikator Cultural
Faktor
Pertanyaan
University Managers’ and professors’ interest in electronic education as a complementary approach Acceptance level of teachers, students and employees (i.e., understanding the importance and advantages of e-learning)
31
Nilai
Rata-Rata Faktor
3.62
3.62
2.82
3.11
Kesiapan Indikator 3.41
32
33 2.82 34 3.00 35 3.28 36 3.64 37 3.09 Students’ interest in using modern learning tools
38 3.50
3.50
39 3.50
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
72
Berdasarkan Tabel 5.23, untuk kesiapan cultural, XYZ mendapat skor 3.41 yang berarti masuk dalam kategori cukup siap. Hal ini didukung dengan kondisi dimana secara umum manajemen Pusdiklat tertarik untuk menerapkan elearning sebagai pelengkap metode konvensional saat ini. Selain itu juga para pegawai memiliki ketertarikan untuk menggunakan sarana pembelajaran yang lebih modern, dan bersedia menggunakan e-learning karena berdasarkan pemahaman akan manfaatnya. Namun permasalahannya disini adalah bahwa pegawai yang memiliki pengalaman menggunakan e-learning masih kurang, sehingga yang memiliki gambaran, memahami manfaat, dan siap melaksanakannya masih masuk dalam kategori kurang, walaupun secara rata-rata berada di atas 2.6 nilainya. 5.3.9
Kesiapan standards Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk
instrumen/indikator standards diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.24 Nilai kesiapan standards Indikator
Standards
Faktor
Pertanyaan
Availability of standards for electronic content production Availability of standards for electronic courses presentation
40 41
42
Nilai
Rata-Rata Faktor
1.80
1.80
1.80
2.86
Kesiapan Indikator 2.33
3.91
Berdasarkan Tabel 5.24, XYZ mendapat skor 2.33 untuk kesiapan indikator standards yang masih masuk kategori belum siap. Hal ini disebabkan konten dan presentasi elektronik yang ada saat ini belum mengacu pada sebuah standar umum melainkan hanya mengacu pada kurikulum yang telah ditentukan oleh Pusdiklat. Namun demikian untuk sistem e-learning yang dikembangkan sudah mengakomodir standar SCORM (Shareable Content Object Reference Model), sehingga konten-konten yang mengadopsi standar tersebut akan dapat dimuat dalam sistem e-learning yang dibangun. Namun demikian standar tersebut
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
73
juga masih belum banyak dipahami seperti apa sehingga untuk implementasi pada aturan pembuatan konten masih kurang. 5.3.10 Kesiapan financial Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk instrumen/indikator financial diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.25 Nilai kesiapan financial Indikator
Financial
Faktor
Pertanyaan
Rates of payment to teachers and teaching assistants for electronic courses Budget share for provision of hardware, software and network equipments at the university level
43
44
45 46
Nilai
Rata-Rata Faktor
1.92
1.92
2.78
2.05
Kesiapan Indikator 1.99
1.69 1.69
Berdasarkan Tabel 5.25, XYZ mendapat skor 1.99 yang berarti masih berada pada kondisi kurang siap. Hal ini disebabkan manajemen Pusdiklat memang belum membuat perencanaan yang matang terkait pembiayaan elearning. Manajemen belum melakukan analisa mendalam terkait anggaran yang diperlukan, satuan biaya dan perhitungan jam pelajaran untuk instruktur, model elearning yang akan diterapkan, serta analisa biaya dan manfaatnya. 5.3.11 Kesiapan Human Resources Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk instrumen/indikator human resources diperoleh hasil sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
74
Tabel 5.26 Nilai kesiapan human resources Indikator
human resources
Faktor
Teachers’, students’, and employees’ acquaintance with basic information technology skills
Pertanyaan
47
48 49 Teachers’ and Students’ motivation towards the electronic educational environments
50
51 52 53 54 Students’ use of the Internet for communicating with teachers
55
56 Training specialized educational staff for the electronic education courses
57
58
Nilai
Rata-Rata Faktor
4.12
4.08
Kesiapan Indikator 3.53
4.08 4.05 3.91 3.94
4.08 3.88 3.88 3.79 3.58 3.48
3.68 2.53 1.84
3.22
Berdasarkan Tabel 5.26, untuk indikator human resources, XYZ mendapat skor 3.53 yang berarti termasuk dalam kategori cukup siap. Hal ini didukung dengan kondisi SDM, baik instruktur maupun pegawai, yang memiliki kemampuan menggunakan komputer dan internet dengan cukup baik yang ditandai dengan skor rata-rata di atas 3. Selain itu para pegawai juga merasa diklat yang dilakukan memberikan manfaat dalam pekerjaan mereka. Namun demikian untuk kemampuan berkomunikasi melalui media elektronik bagi instruktur masih masuk dalam kategori kurang siap. Selain itu poin lain yang masuk kategori serupa adalah terkait motivasi mengikuti diklat,
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
75
komitmen untuk menggunakan media komputer untuk belajar dan bukan untuk hal lainnya. Poin lain yang menjadi catatan karena nilainya yang masuk dalam kategori belum baik yaitu 1.84 adalah belum adanya pelatihan bagi pegawai Pusdiklat sendiri untuk pengelolaan pembelajaran secara elektronik. Walaupun saat ini ada tim kecil yang ditugaskan untuk mengembangkan dan mengelola prototipe yang ada saat ini, namun keberhasilan e-learning memerlukan dukungan dan bantuan dari seluruh pegawai yang ada. 5.3.12 Kesiapan management Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk instrumen/indikator management diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.27 Nilai kesiapan management Indikator Management
Faktor
Pertanyaan
University and faculty managers’ commitment for the creation of electronic education systems
Nilai
Rata-Rata Faktor
Kesiapan Indikator
59 3.70
3.56
3.28
60 3.42 Availability of managers familiar with concepts, educational systems and electronic publication
61 3.70
3.00
62 2.30
Berdasarkan Tabel 5.27, terlihat bahwa untuk indikator management XYZ mendapat skor 3.28 yang berarti masih masuk dalam kategori kurang siap walaupun nilainya cukup besar. Hal ini disebabkan secara umum manajemen Pusdiklat
mendukung
penerapan
e-learning
sebagai
alternatif
metode
pembelajaran. Selain itu mereka sudah mengetahui konsep e-learning seperti apa dan merasa saat ini sudah memungkinkan untuk menerapkan e-learning di XYZ. Namun yang menjadi poin kurang disini adalah masih belum banyaknya manajemen yang pernah memiliki pengalaman langsung menggunakan e-learning yang ditunjukkan dengan nilai 2.30.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
76
5.3.13 Kesiapan Supervision Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk instrumen/indikator supervision diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 5.28 Nilai kesiapan supervision Indikator
Supervision
Faktor
Availability of evaluation systems for teachers and teaching assistants in electronic environments
Pertanyaan
63
64 Availability of supervision and assessment systems for educational courses (e.g educational content, quality of presentation, etc)
65
66
Nilai
Rata-Rata Faktor
2.19
1.94
Kesiapan Indikator 1.94
1.69 2.19
1.94
1.69
Berdasarkan Tabel 5.28, terlihat bahwa untuk indikator supervision XYZ mendapat skor 1.94 yang berarti masuk dalam kategori belum siap. Hal ini disebabkan belum adanya sistem dan mekanisme evaluasi bagi instruktur dan kualitas pembelajaran seperti dari segi konten, presentasi, dan sebagainya. Selain itu asistensi dalam proses pengajaran secara online dan juga pembuatan konten elektronik belum direncanakan secara matang. 5.3.14 Kesiapan Support Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan pada objek penelitian, untuk instrumen/indikator support diperoleh hasil sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
77
Tabel 5.29 Nilai kesiapan support Indikator
Support
Faktor
Pertanyaan
Availability of educational support section for electronic content production (teaching assistants, content producers) Availability of technical support section for electronic education (computer and network technical support section) Availability of students technical support section (computer technical problem solving)
67
68
69
Nilai
Rata-Rata Faktor
1.92
1.92
3.70
3.70
3.70
3.70
Kesiapan Indikator 3.11
Berdasarkan Tabel 5.29, untuk indikator support, XYZ memperoleh skor 3.11 yang berarti masih masuk dalam kategori kurang siap. Hal ini disebabkan XYZ sudah memiliki Biro TI di kantor pusat dan LO TI yang tersebar di seluruh perwakilan, sehingga permasalahan terkait teknis komputer dan jaringan maupun kesulitan dalam pengoperasian komputer akan ada tenaga pendamping yang siap membantu. Namun yang menjadi permasalahan pada kategori ini adalah untuk dukungan tenaga ahli dalam pembuatan konten elektronik belum memadai. SDM yang dapat membantu pembuatan multimedia ada walau jumlahnya tidak banyak, namun yang menjadi masalah adalah expert yang dapat mengkonsepkan dari bahan tekstual di buku menjadi ide kreatif multimedia yang dapat dipahami dengan mudah yang belum tersedia. 5.3.15 Kesiapan e-learning secara keseluruhan Berdasarkan hasil pengujian atas masing-masing indikator kesiapan di atas, secara keseluruhan kesiapan implementasi e-learning di Pusdiklat XYZ dapat dirangkum dalam Tabel 5.30 berikut :
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
78
Tabel 5.30 Nilai kesiapan keseluruhan Indikator
communication network Equipment Security Content laws and regulations educational policy Assessment Cultural Standards Financial human resources Management Supervision Support
Kesiapan Indikator
Kesiapan Umum 3.10 3.43 3.73 2.25 1.94 1.91 2.75
2.76
3.41 2.33 1.99 3.53 3.28 1.94 3.11
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 5.30, Pusdiklat XYZ mendapat skor 2.76 yang berarti masuk dalam kategori kurang siap. Kurangnya nilai kesiapan implementasi e-learning di Pusdiklat XYZ ini lebih disebabkan karena kurangnya kesiapan internal Pusdiklat sebagai penyelenggara e-learning itu sendiri. Belum maksimalnya perencanaan yang dilakukan menjadi penyebab utama rendahnya nilai kesiapan pada sejumlah faktor dan indikator. Permasalahan-permasalahan yang menjadi faktor ketidaksiapan e-learning di Pusdiklat XYZ, dengan diurutkan berdasarkan kesiapan indikator dari yang paling rendah, adalah sebagai berikut : 1.
Proses evaluasi dan penanda validitas atas dokumen-dokumen yang digunakan/dihasilkan dari e-learning belum tersedia.
2.
Mekanisme perlindungan konten elektronik dari pembajakan belum direncanakan, sementara konten tersebut dapat diunduh secara bebas oleh peserta.
3.
Belum adanya aturan pemerintah yang secara langsung mengatur mengenai elearning, khususnya di instansi pemerintahan.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
79
4.
Belum tersedianya program untuk mengenalkan konsep pembelajaran elektronis.
5.
Perencanaan pengembangan teknologi informasi di Pusdiklat belum menyeluruh.
6.
Belum tersedianya sistem dan mekanisme evaluasi bagi instruktur maupun kualitas pembelajaran.
7.
Asistensi dalam proses pengajaran dan pembuatan konten elektronik belum direncanakan secara matang.
8.
Konten elektronik yang ada belum mengacu pada sebuah standar umum.
9.
Konten elektronik yang tersedia saat ini masih sangat terbatas baik dari segi jumlah maupun bentuk (hanya teks dan video singkat).
10. Sarana pembuatan konten multimedia belum memadai. 11. Modul-modul kediklatan sebagian besar belum tersedia di perpustakaan digital, begitu pula dengan konten-konten dalam bahasa Indonesia. 12. Belum matangnya perencanaan evaluasi akhir diklat yang dilaksanakan melalui e-learning. 13. Konten elektronik yang ada belum mendukung adanya evaluasi mandiri oleh peserta. 14. Manajemen belum melakukan analisa mendalam terkait faktor biaya. 15. Kapasitas intranet XYZ di seluruh perwakilan belum cukup memadai, khususnya untuk akses konten multimedia. 16. Intranet XYZ yang masih kurang handal dimana masih sering mengalami gangguan. 17. Manajemen yang memiliki pengalaman menggunakan e-learning masih terbatas. 18. Belum tersedianya tenaga ahli untuk pembuatan konten elektronik. 19. Mekanisme pengenalan identitas pengguna baru sebatas username dan password. 20. Belum semua pegawai menggunakan komputer secara personal untuk pekerjaannya.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
80
21. Masih terbatasnya pegawai yang memiliki pengalaman menggunakan elearning, sehingga berpengaruh kepada pemahaman mengenai manfaat dan kesediaan menggunakannya. 22. Instruktur merasa belum dapat berkomunikasi secara efektif melalui media elektronik. 23. Belum adanya pelatihan bagi pegawai dalam mengelola pembelajaran secara elektronik. Dari faktor-faktor di atas terlihat bahwa secara umum permasalahan yang ada berasal dari internal Pusdiklat sebagai pihak yang mempunyai inisiatif dan yang akan mengelola e-learning tersebut. Untuk itu permasalahan ini menjadi catatan yang perlu diselesaikan segera untuk membantu efektifitas pemanfaatan elearning. 5.4
Rekomendasi Atas Permasalahan Yang Ada Permasalahan-permasalahan yang ada dalam mengimplementasikan e-
learning berdasarkan hasil penelitian ini didiskusikan dengan kasubbag fasilitas pembelajaran selaku PIC dari inisiatif e-learning ini. Pembahasan dilakukan dengan tujuan mengetahui penyebab dalam organisasi dan perumusan solusi untuk penyelesaiannya. Berdasarkan hasil pembahasan tersebut disusun beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan alternatif oleh Pusdiklat XYZ untuk menyelesaikan atau meminimalisir permasalahan yang ada, dengan target minimal bisa mencapai kategori cukup siap untuk seluruh faktor. 1.
Proses evaluasi dan penanda validitas atas dokumen-dokumen yang digunakan/dihasilkan dari e-learning belum tersedia. Terkait permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran mengakui
bahwa saat ini belum ada mekanisme evaluasi untuk menjaga validitas dari dokumen-dokumen yang digunakan dan atau dihasilkan dari e-learning. Untuk itu, atas permasalahan ini direkomendasi agar manajemen Pusdiklat untuk : a.
Membuat mekanisme evaluasi atas dokumen-dokumen seperti modul yang akan digunakan dalam e-learning.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
81
b.
Memberikan kode bagi dokumen yang telah divalidasi, termasuk sertifikat yang dihasilkan misalnya, sehingga tidak bisa dibuat-buat secara manual.
2.
Mekanisme perlindungan konten elektronik dari pembajakan belum direncanakan, sementara konten tersebut dapat didownload secara bebas oleh peserta. Terkait permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran menyatakan
bahwa perlindungan terhadap konten elektronik saat ini baru sebatas pembatasan akses untuk bisa mendownload konten elektronik hanya bagi peserta yang terdaftar pada e-learning atau pada suatu mata diklat tertentu. Konten elektronik tersebut dapat didownload secara bebas oleh mereka yang telah terdaftar tersebut. Pembatasan distribusi materi dari mereka yang telah mendownload kepada pihak diluar peserta e-learning menjadi tanggung jawab dari mereka yang telah terdaftar. Dengan kondisi ini maka direkomendasikan kepada Pusdiklat untuk : a.
Membuat mekanisme perlindungan konten elektronik seperti file yang tidak bisa dicopy isinya, atau tidak membolehkan file untuk didownload bebas melainkan langsung dibuka melalui sistem e-learning untuk membacanya.
b.
Membuat mekanisme yang membatasi peserta yang dapat menjadi peserta dari sebuah diklat e-learning.
c.
Membuat mekanisme yang mengikat setiap peserta e-learning untuk lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan materi yang diperoleh dari e-learning Pusdiklat, misal dengan membuat perjanjian dan sanksi yang mengikat.
3.
Belum adanya aturan pemerintah yang secara langsung mengatur mengenai elearning, khususnya di instansi pemerintahan. Terkait permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran menyatakan
bahwa hal tersebut sudah bukan merupakan tanggung jawab Pusdiklat dan XYZ oleh karena itu sebaiknya tidak menjadi prioritas dalam penyelesaiannya. Beliau menjelaskan bahwa sebaiknya organisasi bersiap diri secara internal, sehingga tidak terlalu bergantung pada kebijakan di luar. Namun demikian karena hal ini
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
82
juga terkait dengan pengakuan diklat-diklat yang akan dilaksanakan secara online oleh
XYZ
nantinya,
maka
manajemen
Pusdiklat
akan
coba
untuk
mengkomunikasikan hal tersebut khususnya dengan pihak LAN. 4.
Belum tersedianya program untuk mengenalkan konsep pembelajaran elektronis. Menurut kasubbag fasilitas pembelajaran, persiapan atas rencana
implementasi e-learning memang belum maksimal dilakukan. Upaya yang sudah dilakukan saat ini baru berupa pembuatan prototipe dan percobaan pengunggahan materi dan ujian online. Sementara aspek manajerial lainnya belum maksimal dilakukan termasuk upaya pengenalan konsep pembelajaran elektronik kepada seluruh pegawai. Atas kondisi ini maka direkomendasikan kepada Pusdiklat untuk membuat perencanaan yang matang mengenai program yang akan dilaksanakan untuk mengenalkan konsep pembelajaran elektronis kepada seluruh pegawai XYZ. 5.
Perencanaan pengembangan teknologi informasi di Pusdiklat belum menyeluruh. Permasalahan terkait perencanaan pengembangan TI di Pusdiklat
dikonfirmasikan kepada LO TI Pusdiklat. Terkait permasalahan ini LO TI Pusdiklat mengakui bahwa saat ini pengembangan yang dilakukan di Pusdiklat lebih kepada perangkat lunak, sementara untuk infrastruktur sudah diatur dari Biro TI Pusat. Mengenai perangkat lunak yang dikembangkan memang tidak dibuat perencanaan secara jangka panjang melainkan dilihat dari kebutuhan saat ini, inisiatif yang ada, dan juga disesuaikan dengan sumber daya yang ada. Sedangkan untuk infrastruktur maka perlu dikonfirmasikan kepada Biro TI pusat. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Biro TI Pusat bahwa saat ini renstra TI untuk seluruh XYZ sudah ada. Namun demikian perencanaan mendalam hingga menjadi rencana kerja belum dilakukan. Dengan kondisi ini maka direkomendasikan kepada Pusdiklat dan XYZ untuk membuat perencanaan pengembangan TI yang menyeluruh baik di level Pusdiklat maupun XYZ secara
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
83
umum. Selain itu perencanaan tersebut perlu dituangkan secara rinci ke dalam rencana
kerja
tahunan,
sehingga
tidak
lagi
terjadi
kerancuan
dalam
pelaksanaannya. 6.
Belum tersedianya sistem dan mekanisme evaluasi bagi instruktur maupun kualitas pembelajaran. Mekanisme evaluasi untuk e-learning memang belum direncanakan saat
ini. Namun demikian mekanisme evaluasi untuk diklat konvensional saat ini diyakini oleh kasubbag fasilitas pembelajaran akan bisa diadopsi disana. Untuk itu direkomendasikan kepada manajemen untuk : a.
Melakukan evaluasi atas mekanisme evaluasi diklat konvensional untuk dapat diadopsi dalam e-learning.
b.
Membuat mekanisme evaluasi atas diklat e-learning baik bagi instruktur, kualitas pembelajaran, permasalahan yang ada, dan sebagainya, berdasarkan hasil evaluasi di atas.
7.
Asistensi dalam proses pengajaran dan pembuatan konten elektronik belum direncanakan secara matang. Terkait permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran mengakui
bahwa hal ini memang belum direncanakan secara matang. Meskipun diakui bahwa kedua hal tersebut, khususnya konten menjadi kunci dari keberhasilan proses e-learning. Atas kondisi ini direkomendasikan kepada manajemen untuk : a.
Menyediakan asistensi terhadap proses pengajaran secara online untuk membantu para instruktur.
b.
Menyediakan asistensi dalam pembuatan konten elektronik bagi pegawai yang ditugaskan sebagai pembuat konten.
8.
Konten elektronik yang ada belum mengacu pada sebuah standar umum. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dua orang kasubbag pada
bagian perencanaan yang bertanggung jawab atas modul-modul yang digunakan dalam kediklatan, pembuatan konten elektronik selama ini belum mengacu pada
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
84
standar apapun. Pembuatan konten elektronik dilakukan sebagaimana pembuatan modul selama ini hanya mengacu pada kurikulum kompetensi yang dimiliki XYZ. Bedanya hanya konten elektronik berupa versi elektronik dari modul-modul tersebut meskipun hanya dalam bentuk pdf, atau berupa video singkat. Dengan kondisi tersebut, Pusdiklat direkomendasikan untuk : a.
Menetapkan standar umum yang harus digunakan dalam pembuatan konten elektronik.
b.
Menyesuaikan konten-konten elektronik yang ada untuk dapat sesuai dengan standar tersebut dan membuat konten elektronik ke depannya yang sesuai dengan standar tersebut.
9.
Konten elektronik yang tersedia saat ini masih sangat terbatas baik dari segi jumlah maupun bentuk (hanya teks dan video singkat). Atas permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran mengakui bahwa
konten elektronik yang tersedia saat ini memang masih sangat terbatas. Konten yang tersedia saat ini baru berupa file pdf dari beberapa modul diklat dan beberapa video singkat terkait beberapa materi diklat. Hal ini disebabkan karena inisiatif pembuatan e-learning dan video singkat tersebut memang relatif baru. Di sisi lain, pengembangan e-learning masih pada tahap percobaan sehingga belum sampai pada pembahasan diklat-diklat yang akan dilaksanakan melalui e-learning dan mekanisme lainnya. Dengan kondisi ini, Pusdiklat direkomendasikan agar membuat target dan perencanaan pemenuhan kebutuhan konten multimedia atas diklat-diklat yang akan diselenggarakan melalui e-learning. 10. Sarana pembuatan konten multimedia belum memadai. Atas permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran juga mengakui bahwa sarana untuk pembuatan konten multimedia saat ini masih sangat terbatas. Sarana perangkat lunak untuk pembuatan konten animasi, video editing belum tersedia, perangkat untuk melakukan perekaman video dan suara juga masih sangat terbatas kualitasnya. Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
85
Dengan kondisi di atas, maka direkomendasi kepada Pusdiklat untuk : a.
Melakukan pengadaan atau menyewa sarana prasarana yang diperlukan untuk pembuatan konten multimedia.
b.
Memberikan pelatihan tenaga ahli bagi pegawai yang ditunjuk sebagai pembuat konten multimedia untuk menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan.
11. Modul-modul kediklatan sebagian besar belum tersedia di perpustakaan digital, begitu pula dengan konten-konten dalam bahasa Indonesia. Terkait permasalahan ini kasubbag fasilitas pembelajaran menyatakan bahwa konten yang terdapat dalam perpustakaan digital sudah cukup banyak yaitu berjumlah 1615 buku, namun demikian terkait modul kediklatan memang tidak banyak dimasukkan ke dalam perpustakaan digital ini. Hal ini disebabkan perpustakaan digital ditujukan sebagai sumber rujukan tambahan sebagaimana fungsi perpustakaan sebenarnya. Sedangkan modul-modul kediklatan diasumsikan dapat diakses secara langsung di kelas maupun pada halaman e-learning namun dengan mempersyaratkan pengguna sebagai peserta diklat yang bersangkutan. Sedangkan
terkait
konten dalam
bahasa
Indonesia,
kasubbag
fasilitas
pembelajaran memang tidak bisa mengkuantifikasi jumlahnya, namun diakui bahwa saat ini memang belum banyak. Kondisi ini juga disebabkan e-book dalam bahasa Indonesia relatif tidak banyak jika dibandingkan dengan e-book dalam bahasa asing. Dengan kondisi ini maka direkomendasikan kepada Pusdiklat sebagai berikut : a.
Melakukan pembahasan di internal manajemen apakah modul-modul diklat akan dibuka untuk seluruh pegawai sehingga tidak mempersyaratkan seseorang harus terdaftar pada sebuah diklat untuk mengaksesnya.
b.
Membuat target dan perencanaan pemenuhan modul atau dokumen yang disepakati untuk dimuat dalam perpustakaan digital.
c.
Mengutamakan memuat konten dalam bahasa Indonesia apabila tersedia untuk dimuat di perpustakaan digital. Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
86
12. Belum matangnya perencanaan evaluasi akhir diklat yang dilaksanakan melalui e-learning. Kasubbag fasbel mengakui bahwa perencanaan atas e-learning ini memang belum maksimal, termasuk mengenai evaluasi akhir. Mekanisme evaluasi akhir bagi para peserta belum disepakati apakah akan dilakukan secara offline (konvensional) atau secara online. Apabila dilaksanakan secara online, apakah akan dilaksanakan secara terpusat sehingga lebih mudah dalam hal pengawasan, atau dapat dilakukan dari mana saja. Atas permasalahan tersebut, manajemen Pusdiklat disarankan untuk segera membahas mekanisme evaluasi e-learning yang akan digunakan. Selain itu manajemen Pusdiklat juga diharapkan membuat target dan perencanaan pembangunan mekanisme tersebut. 13. Konten elektronik yang ada belum mendukung adanya evaluasi mandiri oleh peserta. Kasubbag fasilitas pembelajaran mengakui bahwa konten elektronik yang ada saat ini baru memungkinkan dilakukan pembelajaran secara mandiri. Namun itupun masih perlu dilakukan evaluasi lagi apakah materi yang disajikan sudah cukup mudah dipahami sehingga bisa dipelajari secara mandiri atau perlu bimbingan dari instruktur. Sedangkan untuk evaluasi secara mandiri, saat ini belum. Evaluasi mandiri yang tersedia adalah soal-soal online yang memang disediakan untuk melakukan percobaan ujian secara online, jadi tidak disediakan sebagai bagian dari evaluasi terhadap materi yang ada. Dengan kondisi tersebut maka direkomendasikan bagi manajemen Pusdiklat untuk membuat kebijakan agar konten elektronik yang disertai dengan bagian evaluasi, misal di setiap akhir bab ada tes pemahaman, yang dapat dilakukan sendiri oleh peserta. 14. Manajemen belum melakukan analisa mendalam terkait faktor biaya. Faktor biaya diakui oleh kasubbag fasilitas pembelajaran sebagai salah satu faktor yang belum banyak dibahas oleh manajemen. Minimnya pemahaman Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
87
mengenai apa saja yang diperlukan untuk membangun sebuah e-learning membuat analisa biaya dan manfaat belum dilakukan. Namun beliau meyakini bahwa kebutuhan biaya tidak akan menjadi masalah apabila memang inisiatif tersebut dirasa perlu. Untuk itu direkomendasikan kepada manajemen untuk : a.
Manajemen melakukan analisa mendalam terkait faktor biaya yang diperlukan dalam implementasi e-learning.
b.
Atas analisa yang telah dilakukan sebelumnya memutuskan model e-learning yang akan diterapkan.
15. Kapasitas intranet XYZ di seluruh perwakilan belum cukup memadai untuk akses konten multimedia. Untuk permasalahan ini, pembahasan tidak bisa dilakukan dengan pihak manajemen Pusdiklat karena bukan dalam wilayah tanggung jawabnya. Namun demikian karena responden untuk pertanyaan ini adalah Biro TI sendiri sebagai penanggung jawab pengelolaan TI di seluruh organisasi, maka kondisi berdasarkan pilihan jawaban di kuesioner bisa dianggap menggambarkan kondisi sebenarnya. Dengan kondisi tersebut maka direkomendasikan bagi XYZ untuk meningkatkan kapasitas intranet yang dimiliki saat ini baik di kantor pusat, pusdiklat, dan seluruh kantor perwakilan sehingga memungkinkan konten multimedia terakses dengan baik dimanapun dalam jaringan XYZ. 16. Intranet XYZ yang masih kurang handal dimana masih sering mengalami gangguan. Seperti halnya pada permasalahan kapasitas intranet, penanggung jawab kondisi ini adalah pihak Biro TI. Namun demikian dari pihak Pusdiklat sendiri pun membenarkan masih seringnya terjadi masalah dalam jaringan yang menghubungkan antara satker dengan pusat. Dengan demikian, apabila permasalahan ini terjadi maka masing-masing satker menjadi terisolir tidak bisa terhubung dengan satker lainnya karena penghubung satu satker dengan lainnya hanya melalui kantor pusat.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
88
Atas permasalahan tersebut, direkomendasikan bagi XYZ untuk melakukan beberapa hal sebagai berikut : a.
Membuat SLA yang lebih tegas dengan pihak ISP sehingga mereka juga berupaya memaksimalkan layanan yang diberikan.
b.
Secara periodik melakukan pemantauan atas kondisi fisik perangkat jaringan yang dimiliki oleh XYZ, sehingga perangkat yang sudah mulai usang dapat segera diganti dan tidak menunggu munculnya permasalahan pada saat diperlukan.
17. Manajemen yang memiliki pengalaman menggunakan e-learning masih terbatas. Atas permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran mengakui bahwa hal tersebut sangat dimungkinkan. Namun kasubbag fasilitas pembelajaran berharap fakta tersebut tidak mempengaruhi komitmen mereka untuk mendukung implementasi e-learning di XYZ. Namun demikian beliau menyetujui bahwa adanya pengalaman menggunakan e-learning itu akan lebih menguatkan komitmen tersebut karena didasari dengan pemahaman. Untuk itu maka direkomendasikan kepada manajemen Pusdiklat untuk merancang program untuk mengenalkan e-learning secara langsung kepada para pegawai dan manajemen Pusdiklat khususnya. 18. Belum tersedianya tenaga ahli untuk pembuatan konten elektronik. Kurangnya tenaga ahli di akui sebagai salah satu permasalahan saat ini. Selain SDM yang memiliki kemampuan untuk membuat berbagai konten multimedia masih terbatas, tenaga ahli yang dapat mengkonversi bentuk dari bahan textbook menjadi konten multimedia yang menarik dengan tetap mempertahankan isi dan memudahkan pengguna dalam memahami menjadi kendala tersendiri. Untuk hal ini maka direkomendasikan kepada manajemen untuk : a.
Menyusun tim SME (Subject Matter Expert), baik dari internal maupun eksternal organisasi.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
89
b.
Memberikan pelatihan bagi tim e-learning untuk menjadi ahli dalam pembuatan berbagai konten multimedia. Dengan rekomendasi-rekomendasi di atas diharapkan dapat membantu
Pusdiklat menyelesaikan atau meminimalisir dampak dari permasalahan yang menyebabkan rendahnya kesiapan implementasi e-learning di XYZ. 19. Mekanisme pengenalan identitas pengguna masih sebatas username dan password. Atas permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran mengakui bahwa memang saat ini mekanisme pengenalan identitas yang ada baru sekadar fitur login menggunakan username dan password. Karena jika menggunakan fitur lain, seperti penggunaan biometerik misalnya, akan memerlukan tambahan biaya yang tidak sedikit. Di sisi lain, jika tujuannya adalah untuk pengendalian kecurangan maka cara apapun akan dapat disiasati selama pengguna memiliki keinginan untuk melakukan kecurangan. Namun demikian, untuk masalah mekanisme evaluasi akan dibahas lagi dengan manajemen lain bagaimana bentuk yang akan disepakati, apakah akan dilakukan secara online dan dapat diakses darimana saja, online tapi pada satu tempat yang telah dikondisikan, atau secara offline. Dengan pertimbangan tersebut, maka atas masalah tersebut dirumuskan rekomendasi sebagai berikut : a.
Manajemen Pusdiklat agar merumuskan mekanisme evaluasi akhir dari diklat yang diselenggarakan secara e-learning, apakah akan dilakukan secara online dengan tempat yang tersebar atau disatukan di satu tempat dengan pengawasan melekat, atau secara konvensional.
b.
Manajemen Pusdiklat melakukan analisa biaya dan manfaat untuk mempertimbangkan penerapan mekanisme pengenalan identitas lain, seperti face recognition atau finger print yang diidentifikasi secara periodik selama pengaksesan e-learning.
c.
Melakukan pembinaan dan penerapan sanksi tegas atas kecurangan yang dilakukan, apabila ujian e-learning tetap dilakukan secara online.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
90
20. Belum semua pegawai menggunakan komputer secara personal untuk pekerjaannya. Terkait permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran mengakui adanya kondisi tersebut untuk pegawai yang memang secara tanggung jawab kerjanya tidak memerlukan alokasi komputer secara khusus. Namun demikian apabila di satuan kerja lain terdapat alasana yang berbeda, khususnya karena alasan kekurangan perangkat misalnya, tentunya hal ini bukan menjadi bagian dari tanggung jawab manajemen Pusdiklat, melainkan tanggung jawab dari masing-masing kepala satuan kerja. Untuk itu maka terkait masalah ini akan diinformasikan ke tingkat Sekjen XYZ, khususnya Biro Umum Pusat untuk dilakukan evaluasi lebih jauh kepada seluruh satuan kerja yang ada, apakah terdapat permasalahan penyediaan perangkat kerja.
21. Masih terbatasnya pegawai yang memiliki pengalaman menggunakan elearning, sehingga berpengaruh kepada pemahaman mengenai manfaat dan kesediaan menggunakannya. Atas permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran mengakui bahwa fakta tersebut baru diketahui dari hasil survei ini. Dan ini menjadi masukan informasi yang baik bagi Pusdiklat khususnya. Atas kondisi ini maka direkomendasikan bagi manajemen Pusdiklat untuk merancang program untuk mengenalkan konsep pembelajaran elektronis kepada seluruh pegawai XYZ, sehingga seluruh pegawai memahami manfaat yang dapat diperoleh dan mendukung sepenuhnya. 22. Instruktur merasa belum dapat berkomunikasi secara efektif melalui media elektronik. Atas permasalahan ini, kasubbag fasilitas pembelajaran mengakui bahwa fakta tersebut juga baru diketahui dari hasil survei ini. Dan diakui bahwa dengan kondisi instruktur tetap yang dimiliki Pusdiklat saat ini yang masih sangat terbatas, tentunya akan menjadi tantangan tersendiri ke depannya untuk
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
91
melibatkan instruktur dari instansi luar dalam e-learning. Untuk itu maka direkomendasikan kepada manajemen Pusdiklat untuk : a.
Merancang program untuk mengenalkan pembelajaran elektronik kepada seluruh instruktur, baik dari insternal maupun dari eksternal organisasi.
b.
Merancang pelatihan untuk membiasakan komunikasi secara efektif melalui media elektronik
23. Belum adanya pelatihan bagi pegawai dalam mengelola pembelajaran secara elektronik. Terkait pegawai pusdiklat sendiri sebagai pihak yang akan menjadi pengelola e-learning yang ke depannya, kasubbag fasilitas pembelajaran pun mengakui belum adanya pelatihan khusus kepada para pegawai mengenai pembelajaran secara elektronik, seperti apa pembelajaran yang dilakukan dan bagaimana mengelolanya. Untuk itu direkomendasikan kepada manajemen untuk : a.
Memberikan pengenalan konsep pembelajaran elektronik kepada seluruh pegawai.
b.
Membentuk tim pengelola e-learning sebagai penanggung jawab e-learning ke depannya.
c.
Membuat pelatihan bagi tim e-learning terkait pengelolaan pembelajaran secara elektronik.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut : 1.
Model penilaian kesiapan implementasi e-learning yang digunakan untuk mengukur kesiapan di Pusdiklat XYZ adalah model yang dikembangkan oleh Darab dan Montazer. Pemilihan model ini didasarkan pada kelengkapan faktor yang dicakup dalam model tersebut dan faktor kekinian.
2.
Penerapan model tersebut pada objek penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa kesiapan institusi untuk mengimplementasikan e-learning masih berada pada level kurang siap yang ditunjukkan dengan nilai 2.76. Delapan faktor utama penyebab rendahnya nilai kesiapan ini adalah : a. Proses evaluasi dan penanda validitas atas dokumen-dokumen yang digunakan/dihasilkan dari e-learning belum tersedia. b. Mekanisme perlindungan konten elektronik dari pembajakan belum direncanakan, sementara konten tersebut dapat didownload secara bebas oleh peserta. c. Belum tersedianya program untuk mengenalkan konsep pembelajaran elektronis. d. Perencanaan pengembangan teknologi informasi di Pusdiklat belum menyeluruh. e. Belum tersedianya sistem dan mekanisme evaluasi bagi instruktur maupun kualitas pembelajaran. f. Asistensi dalam proses pengajaran dan pembuatan konten elektronik belum direncanakan secara matang. g. Konten elektronik yang ada belum mengacu pada sebuah standar umum. h. Konten elektronik yang tersedia saat ini masih sangat terbatas baik dari segi jumlah maupun bentuk (hanya teks dan video singkat).
92
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
93
Atas
permasalahan-permasalahan
tersebut
disusun
rekomendasi
berdasarkan tanggapan dari pihak-pihak terkait, khususnya kasubbag fasilitas pembelajaran sebagai PIC implementasi e-learning di Pusdiklat. Beberapa rekomendasi yang diusulkan berdasarkan masalah utam di atas adalah : a.
Membuat mekanisme evaluasi atas dokumen-dokumen seperti modul yang akan digunakan dalam e-learning.
b.
Memberikan kode bagi dokumen yang telah divalidasi, termasuk sertifikat yang dihasilkan misalnya, sehingga tidak bisa dibuat-buat secara manual.
c.
Membuat mekanisme perlindungan konten elektronik seperti file yang tidak bisa dicopy isinya, atau tidak membolehkan file untuk didownload bebas melainkan langsung dibuka melalui sistem e-learning untuk membacanya.
d.
Membuat mekanisme yang membatasi peserta yang dapat menjadi peserta dari sebuah diklat e-learning.
e.
Membuat mekanisme yang mengikat setiap peserta e-learning untuk lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan materi yang diperoleh dari e-learning Pusdiklat, misal dengan membuat perjanjian dan sanksi yang mengikat.
f.
Membuat perencanaan yang matang mengenai program yang akan dilaksanakan untuk mengenalkan konsep pembelajaran elektronis kepada seluruh pegawai XYZ.
g.
Membuat perencanaan pengembangan TI yang menyeluruh baik di level Pusdiklat maupun XYZ secara umum. Selain itu perencanaan tersebut perlu dituangkan secara rinci ke dalam rencana kerja tahunan, sehingga tidak lagi terjadi kerancuan dalam pelaksanaannya.
h.
Melakukan evaluasi atas mekanisme evaluasi diklat konvensional untuk dapat diadopsi dalam e-learning.
i.
Membuat mekanisme evaluasi atas diklat e-learning baik bagi instruktur, kualitas pembelajaran, permasalahan yang ada, dan sebagainya, berdasarkan hasil evaluasi di atas.
j.
Menyediakan asistensi terhadap proses pengajaran secara online untuk membantu para instruktur.
k.
Menyediakan asistensi dalam pembuatan konten elektronik bagi pegawai yang ditugaskan sebagai pembuat konten. Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
94
l.
Menetapkan standar umum yang harus digunakan dalam pembuatan konten elektronik.
m. Menyesuaikan konten-konten elektronik yang ada untuk dapat sesuai dengan standar tersebut dan membuat konten elektronik ke depannya yang sesuai dengan standar tersebut. n.
Membuat target dan perencanaan pemenuhan kebutuhan konten multimedia atas diklat-diklat yang akan diselenggarakan melalui e-learning.
6.2
Saran Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk :
1.
Dilakukan analisa kesesuaian model ELR dan faktor-faktor didalamnya yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini memang belum dilakukan uji validitas untuk kesesuaian penggunaan model ELR yang dipilih, termasuk pembobotan didalamnya, dengan kondisi, jenis serta model pembelajaran yang akan digunakan organisasi, dan Pusdiklat XYZ khususnya. Hal ini disebabkan keterbatasan waktu yang ada tidak memungkinkan penulis untuk melakukan penelitian hingga ke arah pengujian validitas tersebut.
2.
Membuat model pengukuran kesiapan yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Saat ini belum ada model pengukuran kesiapan implementasi e-learning yang mengacu pada kondisi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu jika memungkinkan maka dapat digunakan kombinasi dari model-model pengukuran kesiapan yang ada, untuk membentuk suatu model pengukuran baru. Model tersebut selanjutnya dilakukan uji validitas dengan para expert sebelum akhirnya dapat digunakan sebagai model pengukuran kesiapan yang sesuai di Indonesia.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
DAFTAR REFERENSI [1]
Hartley, D. E. Selling E-learning, American Society for Training and Development. 2001.
[2]
http://www.learnframe.com/aboutelearning/glossary.asp Diakses pada 9 Agustus 2012.
[3]
Jenkins, M. dan Hanson, J. E-learning Series : Guide for Senior Managers. LSTN Generic Center. 2003.
[4]
Stockley, D. (2003). E-learning Definition and Explanation. Diakses 9 Agustus 2012 dari http://derekstockley.com.au/elearning-definition.html.
[5]
Bersin, J. The Four Stages of E-learning : A Maturity Model for Online Corporate Training. Bersin & Associates. 2005.
[6]
Wahono, R. S. (2008). Meluruskan Salah Kaprah Tentang E-learning. Diakses
9
Agustus
2012
dari
http://romisatriawahono.net/2008/01/23/meluruskan-salah-kaprah-tentange-learning [7]
Sasikumar, M. E-learning : Opportunities and Challenges. CDAC Mumbai.
[8]
Naidu, S. E-learning-A Guidebook of Principles, Procedures and Practices. Commonwealth of Learning. 2006.
[9]
Romiszowski, A. J. Factors Leading to Success or Failure of an Educational Technology Innovation. 2004.
[10]
Effendi, E. and Zhuang, H. E-learning-Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Andi Offset. 2005.
[11]
Athabasca University. Theory and Practice of Online Learning.
[12]
Borotis, S. and Poulymenakou, A. E-learning Readiness Components: Key Issues to Consider Before Adopting e-learning Interventions. 2004
[13]
Hasibuan, Z. A. Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi. Fakultas Ilmu Komputer UI. 2007.
[14]
Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2008
95
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
96
[15]
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Universitas Diponegoro. 2009.
[16]
Sarwono, Jonathan. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Yogyakarta : Andi Offset. 2006
[17]
Rosenberg, M. J. (2000). The E-learning Readiness Survei. Diakses 10 Agustus
2012
dari
http://www.ucalgary.ca/~srmccaus/eLearning_Survei.pdf [18]
Chapnick, S. (2000). Are you ready for E-learning?-E-learning readiness assessment.
Diakses
pada
tanggal
10
Agustus
2012
dari
http://www.learningcircuits.org/2000/nov2000/Chapnick.htm [19]
Aydin, C. H., and Tasci, D. Measuring Readiness for e-learning : Reflections from an Emerging Country. Educational Technology & Society, 8 (4), 244-257. 2005.
[20]
Darab, B., and Montazer, G.A. An Eclectic Model For Assessing ELearning Readiness in the Iranian Universities. 2011.
[21]
Y. Anistyasari. Ontologi Model For E-Learning Readiness Fators. Universitas Muhammadiyah Jember. 2012.
[22]
R. I. Fariani, Analisis Tingkat Kesiapan Implementasi E-learning Studi Kasus: Politeknik Manufaktur Astra, Karya Akhir, Jakarta: MTI UI, 2012.
[23]
F. L. Bramanti, Pengukuran Kesiapan Organisasi Untuk Membangun dan Mengimplementasikan E-learning Studi Kasus: Universitas Achmad Yani, Jakarta: ITB, 2009.
[24]
BPK RI. Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana BPK. Jakarta. 2007.
[25]
Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei. Jakarta : Pustaka LP3ES. 2006.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-1
LAMPIRAN
A. Kuesioner Survei No 1 2 3 4 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Pertanyaan seluruh BPK (kantor pusat dan kantor perwakilan) belum terhubung dengan jaringan intranet kecepatan intranet di seluruh BPK dan kantor perwakilan memadai untuk akses konten multimedia saya merasa puas dengan kecepatan akses intranet (akses siska, pip, dsb) saya merasa intranet kantor sering mengalami gangguan (tidak bisa akses siska,pip, email, dsb) saya dan rekan-rekan di unit kerja saya menggunakan laptop / komputer tersebut secara personal (tidak bergantian dengan yang lain) saya dan rekan-rekan di unit kerja saya mempunyai akses ke internet dan intranet kantor komputer yang saya dan rekan-rekan unit kerja gunakan memiliki kapasitas yang baik untuk mengetik, memutar video, dan memiliki speaker mekanisme pengenalan identitas pengguna e-learning belum tersedia mekanisme pengenalan identitas yang ada tidak memungkinkan terjadinya kecurangan terkait identitas pengguna belum terdapat mekanisme pengaturan hak akses untuk masing - masing user konten elektronik sudah tersedia dalam berbagai format (text, gambar, animasi, video, dsb) sarana pembuatan konten elektronik dalam berbagai format sudah tersedia perpustakaan digital yang dapat diakses oleh para peserta belum tersedia perpustakaan digital yang ada sudah mencakup konten dalam bahasa indonesia perpustakaan digital yang ada sudah memuat seluruh modul yang digunakan dalam diklat konvensional mekanisme untuk melindungi konten elektronik dari pembajakan sudah disiapkan konten elektronik dalam e-learning tidak dapat di download secara bebas oleh peserta dokumen yang digunakan/dihasilkan dalam e-learning akan melalui proses validasi adanya penanda dokumen - dokumen yang telah di validasi
Tipe 1 1 1 1
Responden 5 5 1 1
1 1
1 1
1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3
1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-2
22 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
adanya peraturan pemerintah dan peraturan lainnya yang mengatur implementasi e-learning adanya program yang dirancang untuk mengenalkan konsep pembelajaran elektronis pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi sudah memiliki perencanaan yang menyeluruh pada level pusdiklat mekanisme evaluasi akhir pada diklat e-learning sudah direncanakan konten elektronik yang tersedia belum memungkinkan peserta untuk belajar secara mandiri konten elektronik yang tersedia dilengkapi dengan ujian mandiri konten E-learning yang dirancang sudah mendukung ada evaluasi mandiri oleh para peserta sistem e-learning yang dirancang belum memungkinkan dilakukannya evaluasi mandiri oleh peserta saya tidak merasa tertarik untuk menerapkan dan menggunakan e-learning sebagai pelengkap metode diklat yang ada sekarang saya memiliki pengalaman menggunakan e-learning saya memahami/memiliki gambaran e-learning seperti apa saya memahami manfaat/kelebihan dari penggunaan e-learning saya siap melaksanakan diklat secara online dengan segala tuntutannya saya bersedia menggunakan e-learning karena manfaat/kelebihannya tersebut menurut saya saat ini belum tepat untuk mulai mengimplementasikan e-learning saya tertarik untuk mencoba hal yang baru khususnya dalam hal teknologi saya termasuk orang yang suka dengan perubahan pembuatan konten/modul elektronik sudah mengacu pada sebuah standar presentasi pada kelas e-learning sudah mengacu pada suatu standar e-learning yang dirancang belum menerapkan sebuah standar besaran biaya untuk instruktur dalam metode e-learning sudah tersedia anggaran untuk pembangunan e-learning mulai dari pengadaan perangkat keras, perangkat lunak, hingga peralatan jaringan sudah tersedia sudah dilakukan analisa biaya manfaat terkait inisiatif e-learning untuk memutuskan sampai sejauh mana
3 3
4 4
3 3 3 3 3 3
6 4 3 3 3 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 6
4 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 4
6 6
4 4
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-3
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
implementasi yang akan dilakukan model e-learning yang akan diimplementasikan (synchronous, asynchronous, online, offlice) sudah dibahas dan disepakati saya dan rekan-rekan di unit kerja saya belum memiliki kemampuan dasar mengoperasikan komputer (menyimpan file, membuat folder, dsb) saya dan rekan-rekan di unit kerja saya belum memiliki kemampuan dasar untuk menggunakan internet (menggunakan search engine, memasukkan password, dsb) saya dan rekan-rekan di unit kerja saya belum bisa mengirim email yang disertai dengan attachment saya kurang merasa nyaman menggunakan komputer dalam proses pembelajaran saya merasa kurang dapat berkomunikasi secara efektif melalui media elektronik (email, chat, dsb) saya mengikuti diklat tidak atas kemauan sendiri untuk belajar saya merasa diklat kurang dapat membantu saya dalam melakukan pekerjaan saya kurang memiliki kesadaran untuk belajar sendiri tanpa tuntutan dari pihak lain saya merasa kurang dapat menjaga motivasi dalam belajar online meskipun instruktur tidak selalu online setiap saat saya merasa kurang dapat mengutamakan tugas saya termasuk dalam pembelajaran meskipun ada alternatif aktifitas online lainnya (chatting, berseluncur di aneka situs, dsb) adanya pelatihan untuk mengelola e-learning bagi staf pusdiklat belum adanya tim khusus yang ditunjuk untuk mengelola e-learning saya kurang mendukung implementasi sistem pembelajaran secara elektronik (e-learning) menurut saya saat ini belum tepat untuk mulai mengimplementasikan e-learning saya belum mengetahui konsep sistem pembelajaran atau publikasi elektronik saya memiliki pengalaman melakukan pembelajaran atau publikasi elektronik mekanisme evaluasi untuk instruktur untuk diklat e-learning sudah dirancang tersedianya asistensi/pelatihan pengajaran dalam e-learning mekanisme evaluasi untuk diklat e-learning (misal kualitas konten, presentasi) sudah dirancang tersedianya asistensi/pelatihan pembuatan konten dalam e-learning
6
4
7
1
7 7 7 7 7 7 7 7
1 1 1 1 1 1 1 1
7 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-4
67 68 69
tersedianya dukungan tenaga ahli untuk pembuatan konten elektronik belum tersedianya dukungan tenaga ahli untuk mengatasi permasalahan teknis (komputer, jaringan, dsb) belum tersedianya dukungan untuk membantu peserta e-learning terkait masalah teknis komputer
8 8 8
Keterangan : Pertanyaan yang diblok merupakan pertanyaan yang bersifat negatif, artinya penilaiannya pun akan terbalik dimana semakin kecil nilainya maka bobotnya semakin besar. Tipe pertanyaan :
Jenis responden :
2
= Teknologi
1
= Seluruh Pegawai
3
= Konten
2
= Tim e-learning Pusdiklat
4
= Kebijakan
3
= Bagian Perencanaan
5
= Budaya
4
= Manajemen Pusdiklat
6
= Standar
5
= Biro TI
7
= Keuangan
6
= TI Pusdiklat
8
= SDM
9
= Supervisi
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
4 4 4
L-5
B. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas pertanyaan untuk seluruh pegawai : Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
rxy 0.43 0.63 0.23 0.61 0.49 0.01 0.80 0.80 0.79 0.74 0.58 0.71 0.39 0.72 0.73 0.38 0.45 0.39 0.67 0.57 0.41 0.69 0.55 0.54 0.52
t hitung 2.50 4.27 1.23 4.12 3.01 0.03 7.01 7.01 6.80 5.90 3.80 5.29 2.26 5.55 5.65 2.15 2.64 2.27 4.84 3.67 2.37 5.02 3.52 3.37 3.18
t tabel (95%, 28) 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70 1.70
keterangan valid valid tdk valid valid valid tdk valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Uji reliabilitas instrumen survei seluruh pegawai : Reliability Statistics Cronbach's Alpha .917
N of Items 23
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-6
Uji validitas pertanyaan untuk manajemen : Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
rxy 0.45 0.61 0.13 0.61 0.42 (0.14) 0.86 0.86 0.81 0.87 0.67 0.78 0.42 0.78 0.79 0.47 0.43 0.51 0.56 0.50 0.54 0.51 0.38 0.47 0.50 0.50 0.26 0.38 0.58 0.50 0.45 0.53 0.39 0.45 0.46 0.58 0.50 0.78 0.79 0.62 0.50 0.43 0.50 0.43 0.45 0.41 0.39
t hitung 2.22 3.38 0.59 3.36 2.00 (0.63) 7.20 7.20 6.03 7.56 3.90 5.51 2.00 5.51 5.67 2.29 2.05 2.58 2.91 2.55 2.76 2.61 1.77 2.32 2.51 2.55 1.19 1.82 3.12 2.55 2.19 2.73 1.82 2.18 2.27 3.07 2.53 5.51 5.67 3.44 2.55 2.10 2.55 2.10 2.21 1.97 1.85
t tabel (95%, 19) 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729 1.729
keterangan valid valid tdk valid valid valid tdk valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid tdk valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid Valid Valid
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-7
Uji reliabilitas instrumen survei manajemen : Reliability Statistics Cronbach's Alpha .965
N of Items 44
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-8
C. Bobot Faktor ELR Model Darab dan Montazer Indikator
communication network equipment Security Content
laws and regulations
educational policy
assessment
Faktor
Bandwidth of the university’s internet connection Ease of access to the required software Number of active computers for the e-learning courses Availability of an identity recognition mechanism Availability of control mechanism for access levels Availability of appropriate electronic content in various formats (e.g. text, picture, etc.)
Bobot Faktor 0.84
Bobot Indikator 0.71
0.78
0.43
0.75 0.71
0.56
0.73 0.77
Availability of various software tools for content production (e.g. different editors, text converters, OCR, etc.)
0.84
Availability of digital libraries for students Copyright protection system for the electronic content Code of documents evaluation (validity guarantee) of electronic education courses
0.82 0.88
0.62
0.88
0.87
Formulated program for teaching the concepts of electronic education
0.82
Comprehensive plan for the development of information technologies at the university level
0.78
Availability of specific systems for final evaluation of electronic education (e.g. face-to-face or distance testing)
0.76
0.57
0.60
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-9
Cultural
Standards
Financial
human resources
Designing and formulating self study contents along with self assessment tests
0.77
University Managers’ and professors’ interest in electronic education as a complementary approach
0.78
Acceptance level of teachers, students and employees (i.e., understanding the importance and advantages of elearning)
0.83
Students’ interest in using modern learning tools Availability of standards for electronic content production Availability of standards for electronic courses presentation Rates of payment to teachers and teaching assistants for electronic courses
0.81 0.75
0.65
0.52
0.75 0.71
Budget share for provision of hardware, software and network equipments at the university level
0.74
Teachers’ acquaintance with basic information technology skills
0.74
Students’ acquaintance with basic skills of the information technology (e.g., search engines, software installation etc.)
0.82
Employees’ acquaintance with basic information technology skills
0.86
Teachers’ motivation towards the electronic educational environments
0.75
Students’ motivation towards the electronic educational environments
0.70
0.49
0.58
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-10
management
supervision
Support
Students’ use of the Internet for communicating with teachers
0.71
Training specialized educational staff for the electronic education courses
0.80
University and faculty managers’ commitment for the creation of electronic education systems Availability of managers familiar with concepts, educational systems and electronic publication
0.80
0.83
0.84
Availability of evaluation systems for teachers and teaching assistants in electronic environments
0.78
Availability of supervision and assessment systems for educational courses (e.g educational content, quality of presentation, etc)
0.76
Availability of educational support section for electronic content production (teaching assistants, content producers)
0.76
Availability of technical support section for electronic education (computer and network technical support section)
0.83
Availability of students technical support section (computer technical problem solving)
0.81
0.76
0.61
Keterangan : Pertanyaan yang di blok kuning merupakan pertanyaan negatif. Cell yang di blok merah menunjukkan nilai yang masuk dalam kategori kurang siap
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-14
D. Transkrip Wawancara dengan Kabag Evaluasi Tanggal Wawancara : 5 September 2012 Lokasi
: Jakarta (Kalibata)
Interviewer : Wahyu Sulistio Interviewee : Dwi Setiawan Susanto (Kabag Evaluasi) Interviewer
: Selamat siang Pak, melanjutkan bahasan kita melalui email Pak. Jadi dari hasil kunjungan ke Malaysia kemarin memang sudah ada inisiatif untuk melakukan analisa kesiapan ya Pak?
Interviewee
: Iya betul mas, karena hingga saat ini kita belum pernah melakukan analisa tersebut, selain itu juga kita masih belum ada gambaran mas apa-apa saja yang perlu disiapkan. Ya gambaran umumnya yang kita tahu hanya perlu adanya sistem e-learning lalu bisa dijalankan. Artinya kalau mungkin ada faktor-faktor lain yang perlu kita perhatikan untuk efektifitas implementasi elearning tersebut, dengan analisa ini diharapkan bisa diketahui.
Interviewer
: Betul Pak, kebetulan saya juga sedang melakukan tugas akhir kuliah dengan mengambil topik itu. Jadi tujuan interview pada hari ini yaitu untuk mengeksplorasi permasalahan yang ada di Pusdiklat dulu Pak yang mendorong munculnya inisiatif elearning tersebut.
Interviewee
: Ya baik, silahkan saja mas.
Interviewer
: Jadi boleh dijelaskan Pak mengenai permasalahan apa yang dihadapi oleh Pusdiklat khususnya dan XYZ pada umumnya sehingga mendasari adanya inisiatif e-learning ini?
Interviewee
: Iya, jadi begini..kita di XYZ ini, dari Biro SDM sudah ditetapkan target jumlah jam pelajaran yang harus dijalani yaitu 40 jam pelajaran dalam setahun. Nah target tersebut mengikat pada setiap pegawai. Target tersebut juga menjadi indikator kinerja dari Pusdiklat sebagai pelaksana utama diklat pegawai. Oleh karena itu maka target ini juga menjadi perhatian kita.
Interviewer
: O begitu..lalu sampai saat ini pencapaiaannya bagaimana Pak
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-15
target tersebut? Interviewee
: Nah permasalahan saat ini, target tersebut masih belum bisa dicapai secara maksimal
Interviewer
: Apakah ada data kuantitatif yang bisa saya lihat Pak terkait kondisi tersebut?
Interviewee
: Untuk data kuantitatif terkait seluruh pegawai XYZ terus terang saya tidak bisa menunjukkan, karena kita di Pusdiklat ini juga masih terkendala dalam pengelolaan data diklat pegawai. Data diklat pegawai ada namun masih terpisah-pisah perdiklat sehingga untuk menghitung rekapitulasinya masih perlu upaya lebih. Tapi untuk pegawai di lingkungan Pusdiklat sendiri, kita memiliki rekapnya sendiri.
Interviewer
: O begitu..untuk yang pegawai Pusdiklat boleh saya lihat datanya Pak?
Interviewee
: O boleh..silahkan..
Interviewer
: Em..kalau saya lihat dari data ini memang cukup banyak juga ya Pak yang belum mencapai target tersebut..dari total pegawai 134 ya Pak..
Interviewee
: Kalau kita lihat data tahun 2011 ini, mungkin lebih tepat kalau kita ambil yang sejak awal tahun sudah ada disini saja ya..karena ada beberapa pegawai juga yang baru masuk tahun 2011 itu..
Interviewer
: O iya betul Pak..kalau di data ini berarti ada 13 orang ya Pak yang baru bergabung tahun 2011..berarti kalau dikurangi data tersebut, seharunya 121 pegawai ya Pak, yang di Pusdiklat ini yang harusnya sudah bisa mencapai target 40 jam pelajaran selama tahun 2011 kemarin
Interviewee
: Iya betul..tapi kenyataannya masih cukup banyak yang belum..kalau berdasarkan data ini berarti masih ada 59 orang yang belum mencapai target.
Interviewer
: 59 orang dari 121 berarti sekitar 40an persen ya Pak..Nah itu penyebabnya kira-kira apa ya Pak? Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-16
Interviewee
: Kalau penyebabnya banyak hal mas..saya mungkin tidak jelaskan secara terstruktur tapi saya berikan gambaran penyebab-penyebabnya..yang
pertama
tentunya
terkait
keterbatasan kapasitas kelas yang kita miliki. Interviewer
: Berarti sarana prasarana ya Pak?
Interviewee
: Betul..kalau kita lihat saat ini Pusdiklat memiliki 8 ruang kelas, sedangkan di Balai relatif lebih sedikit, di Medan 3 kelas, Semarang 3 kelas, dan Makassar 2 kelas. Dan hingga saat ini belum
ada
rencana
penambahan
ruang
kelas
maupun
kapasitasnya. Sementara perekrutan SDM baru masih terus dilakukan. Jadi kalau dibandingkan seperti itu sudah tidak proporsional lagi. Interviewer
: Jadi kalau begitu strateginya adalah dilakukan pergiliran ya Pak?
Interviewee
: Iya mas, disini kita untuk pengajuan peserta diklat pastinya dibatasi dengan kapasitas kelas, nah dari unit-unit kerja pengirim peserta yang harus memilih di awal siapa-siapa saja yang diprioritaskan untuk ikut. Nah tapi itu pun terkendala dengan jadwal teman-teman yang relatif tidak fleksibel.
Interviewer
: Maksudnya relatif tidak fleksibel bagaimana ya Pak?
Interviewee
: Jadi begini mas, sebagian besar pegawai kita ini kan pemeriksa, jadi mereka sebagian besar waktunya itu digunakan untuk pemeriksaan. Otomatis kalau sedang meriksa tidak mungkin didiklatkan toh. Nah biasanya mereka para pemeriksa ini waktu luangnya di bulan Januari sampai Februari, kemudian Mei hingga Juli. Di luar itu biasanya mereka ada jadwal pemeriksaan, minimal interim dan terinci LK.
Interviewer
: Kalau begitu waktu di luar itu bisa digunakan oleh yang bukan pemeriksa dong Pak?
Interviewee
: Idealnya seperti itu mas, tapi kenyataannya ya tidak juga. Seperti kita disini, kan waktunya juga tidak fleksibel. Bisa jadi sedang ada tugas luar yang di luar pekerjaan rutin, atau kalau Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-17
pun tidak bisa jadi tidak ada orang yang bisa menggantikan tugas di posisinya saat ini, misal staf kapus, karena jumlahnya sangat terbatas dan yang memahami tugas disana tidak banyak ya mereka juga tidak bisa fleksibel. Interviewer
: Lalu selain itu ada faktor lain lagi tidak Pak yang menyebabkan sulitnya pencapaian target tersebut?
Interviewee
: Faktor lainnya mungkin terkait sebaran ya mas, artinya begini kita kan pegawainya tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Nah sementara tempat diklat hanya ada di empat lokasi, Jakarta, Medan, Semarang, dan Makassar. Nah karena sebaran ini pula pastinya
berpengaruh ke
biaya
yang diperlukan untuk
pelaksanaan diklat. Sementara anggaran diklat itu terbatas, jadi jumlah diklat yang dilaksanakan pun harus dibatasi. Selain itu sebaran ini juga berpengaruh ke motivasi orang untuk mengikuti diklat. Coba mas bayangkan kalau sebagai orang yang tinggal di Jakarta, lalu untuk memilih lokasi diklat tentunya lebih memilih diklat-diklat yang diselenggarakan di Pusdiklat di Jakarta. Begitu pula yang ada di timur, mungkin maunya diklatnya hanya yang di Makassar atau di Jakarta jadi bisa sekalian pulang. Interviewer
: Kalau begitu karena faktor sebaran ini menyebabkan adanya masalah di biaya dan motivasi peserta untuk mengikuti diklat ya Pak? Faktor lainnya ada lagi Pak?
Interviwee
: Iya betul mas..mungkin itu si faktor-faktor utama yang kita identifikasi.
Interviewer
: Baik kalau begitu Pak Dwi, mungkin sementara itu dulu Pak informasi yang kita perlukan. Terima kasih banyak Pak atas waktunya. O iya selanjutnya apakah saya akan tetap kontak dengan Pak Dwi atau yang lainnya ya Pak terkait e-learning ini?
Interviewee
: Sama-sama mas, dengan saya mas bisa kontak kapan saja, kalau saya ada waktu insya Allah bisa langsung ketemu disini. Tapi ke depannya juga PIC dari pihak manajemen nanti langsung Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-18
dengan Pak Gatot saja mas. Interviewer
: Baik kalau begitu Pak, sekali lagi terima kasih banyak Pak Dwi.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-19
E. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Umum Tanggal Wawancara : 6 September 2012 Lokasi
: Jakarta (Kalibata)
Interviewer : Wahyu Sulistio Interviewee : Zulwarak (Kasubbag Umum) Interviewer
: Selamat siang Pak Zul..sebagaimana yang sudah kita sepakati kemarin Pak, jadi hari ini saya mau sedikit wawancara mengenai pendapat Bapak selaku salah satu manajemen di Pusdiklat ini atas inisiatif e-learning yang akan diterapkan di Pusdiklat ini Pak.
Interviewee
: O iya baik mas, silahkan..
Interviewer
: Jadi bagaimana Pak menurut pendapat Bapak mengenai inisiatif tersebut?
Interviewee
: Ya saya menyambut baik inisiatif tersebut ya mas, karena terus terang memang pemenuhan target jumlah jam pelajaran menjadi salah satu kendala kita saat ini. Sementara kita di umum ini kan salah satu fungsinya adalah sebagai biro SDM-nya sini, jadi otomatis hal itu juga jadi tanggung jawab kita. Nah kita di umum ini, termasuk IT di dalamnya sangat mendukung inisiatif tersebut. Hal ini dibuktikan dengan kita dan bagian fasilitas pembelajaran sudah membuat prototipe sistem e-learning tersebut supaya manajemen juga bisa melihat contohnya dulu seperti apa.
Interviewer
: Jadi dari bagian umum sangat mendukung inisiatif tersebut, dan dengan adanya inisiatif ini mudah-mudahan bisa membantu pencapaian target tersebut ya Pak. Lalu apakah Bapak ada pandangan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi tersebut Pak?
Interviewer
: Kalau saya terus terang bukan orang yang paham mengenai IT ya mas, jadi kalau dari segi teknisnya saya menyerahkan kepada teman-teman yang lebih ahli dibidang itu. Tapi yang perlu saya
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-20
soroti begini mas,
kita disini juga
sebelumnya
sudah
mengembangkan beberapa sistem, diantaranya sistem informasi wisma, lalu sudah dikembangka jadi tidak hanya wisma saja tapi juga kelas, lalu sistem informasi SDM yang didalamnya juga ada info mengenai absensi pegawai yang bersangkutan, lalu ada juga sistem informasi untuk pengelolaan nota dinas. Nah tapi sayangnya sistem-sistem tersebut belum termanfaatkan secara optimal. Buktinya apa? Mengenai kamar wisma yang kosong, manajemen masih harus telpon ke kita menanyakan kamar yang kosong, begitu pula dengan penggunaan kelas. Absensi para pegawai masih menanyakan ke petugas absen disini apakah dia terlambat atau tidak. Hanya nota dinas saja yang karena Pak Kapus mewajibkan penggunaannya sehingga bisa cukup lumayan digunakan. Interviewer
: Kalau begitu faktor penyebabnya apa ya Pak? Apakah sosialisasi yang kurang atau bagaimana?
Interviewee
: Sosialisasi sudah kita lakukan mas, baik dengan mendatangi langsung pengguna, mengajarkan cara pemakaiannya, informasi melalui email kepada para manajemen, dan sebagainya. Tapi tetap hal ini masih terus berulang. Jadi kalau saya lihat, faktor utama dari efektifitas pemanfaatan sistem informasi tersebut adalah dari sisi sumber daya manusianya sendiri. Kemauan dari masing-masing pengguna untuk mengubah kebiasaan dari yang biasanya bertanya lalu mendapat informasi menjadi berusaha mencari dari sistem informasi yang ada menjadi kunci utama.
Interviewer
: Tapi yang nota dinas itu bisa berhasil ya Pak?
Interviewee
: Iya, satu lagi yang mungkin menjadi faktor yang berpengaruh mas yaitu dukungan manajemen puncak. Keberhasilan nota dinas tersebut tidak lepas dari kepedulian manajemen, khususnya pucuk pimpinan untuk memaksa staf-staf dibawahnya untuk mengubah kebiasaan yang ada. Walaupun awalnya terkesan dipaksa, tapi memang kita kadang perlu seperti itu, baru bisa Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-21
berhasil. Interviewer
: Betul juga ya Pak. Berarti untuk inisiatif e-learning ini, untuk menyukseskan pelaksanaannya harus didukung dengan dorongan dari manajemen puncak dan peran serta seluruh pegawai ya Pak?
Interviewee
: Iya mas, kalau tidak begitu saya rasa inisiatif ini bisa jadi tidak terlalu bermanfaat seperti sistem-sistem yang ada selama ini.
Interviewer
: Baik kalau begitu Pak Zul, mungkin sementara itu dulu Pak. Terima kasih atas masukannya mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan inisiatif ini. Dan terima kasih juga atas waktunya Pak.
Interviewee
: Sama-sama mas.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-22
F. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Fasilitas Pembelajaran Tanggal Wawancara : 1 November 2012 Lokasi
: Jakarta (Kalibata)
Interviewer : Wahyu Sulistio Interviewee : Gatot Tri Susanto (Kasubbag Fasbel) Interviewer
: Selamat pagi Pak Gatot..melanjutkan bahasan kita di email yang lalu Pak. Sebelumnya maaf karena baru bisa melanjutkan sekarang Pak, karena terkait penugasan pemeriksaan juga Pak dan saya juga perlu berkonsultasi dulu dengan pembimbing saya di kampus.
Interviewee
: O iya tidak apa-apa mas.
Interviewer
: Jadi begini Pak..sebagaimana bahasan kita sebelumnya bahwa manajemen yang diwakili Pak Gatot sebagai PIC inisiatif elearning menyetujui perlunya dilakukan analisa kesiapan terlebih dahulu ya Pak, jadi kita bisa mengetahui kekurangkekurangan kita ini ada dimana saja. Nah untuk itu kita akan menggunakan sebuah model pengukuran Pak, model tersebut diambil dari yang sudah dikembangkan oleh para pakar. Untuk memilih dari beberapa model yang ada, saya sudah melakukan perbandingan Pak, sebagaimana bisa Bapak lihat disini.
Interviewee
: Hmm..ok lalu yang akan digunakan model yang mana?
Interviewer
: Nah
kalau
berdasarkan
perbandingan
tersebut,
kecenderungannya adalah pada model yang dikembangkan oleh Darab dan Montazer Pak. Karena model tersebut yang cakupan faktornya paling lengkap dan dari segi kekiniannya juga yang paling baru. Tapi untuk itu saya ingin menguatkan dengan diskusi dengan Bapak, apakah faktor-faktor yang dimiliki oleh model tersebut, namun tidak dimiliki oleh faktor lain memang menjadi faktor yang perlu diperhatikan di Pusdiklat ini Pak. Interviewee
: Ok..kalau begitu faktor-faktor yang disebutkan tadi itu adalah mengenai konten, kebijakan, dan standar ya?
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-23
Interviewer
: Betul Pak.. nah apakah dari ketiga faktor tersebut dinilai perlu untuk diperhatikan dalam implementasi e-learning disini Pak?
Interviewee
: Saya rasa ketiga faktor tersebut memang perlu diperhatikan juga mas. Karena begini, kalau dari segi konten jelas ya, kalau dalam e-learning faktor utama yang berpengaruh bagi peserta adalah kontennya, betul tidak? Karena mereka kan bisa belajar sendirisendiri, tidak lagi berada dalam suatu kondisi yang sama dimana ada instruktur yang bisa mengatur. Nah dengan kebebasan tersebut maka konten lah yang memegang peran, diantaranya untuk menimbulkan daya tarik belajar, kemudahan memahami isi pelajaran, dan sebagainya. Selain itu juga konten dalam bahasa lokal kita pun saya rasa perlu untuk diperhatikan. Karena peserta diklat kita juga belum tentu semuanya bisa memahami bahasa asing mas.
Interviewer
: Sepakat Pak, jadi untuk konten memang pasti berpengaruh ya Pak. Lalu untuk kebijakan Pak?
Interviewee
: Kalau untuk kebijakan disini maksudnya bagaimana ya, apakah kebijakan dari luar atau dari dalam Pusdiklat sendiri?
Interviewer
: Dua-duanya Pak, jadi dalam model ini ada disebutkan dalam uraian faktornya misalnya kebijakan pemerintah mengenai elearning jika ada dan juga kebijakan dari internal organisasi sendiri.
Interviewee
: Kalau untuk kebijakan internal pastinya iya mas, karena itu pastinya berpengaruh kepada implementasi kita nantinya. Kalau kebijakan yang dari luar ini, memang saya rasa pemerintah kita belum terlalu banyak mengatur disana ya. Paling seingat saya ada peraturan mengenai diklat bagi PNS seperti itu, nanti coba dicari lagi mengenai aturan itu mas, nah itu mungkin bisa menjadi salah satu aturan yang harus diperhatikan. Selain itu juga karena diklat kita juga ada yang bergantung pada pihak luar untuk pengakuannya yaitu LAN, untuk diklat-diklat PIM seperti itu kan dari LAN yang mengeluarkan sertifikatnya. Nah untuk Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-24
itu mungkin bisa termasuk pada kebijakan eksternal yang mungkin mengatur dan mengakui diklat e-learning yang kita lakukan. Interviewer
: Jadi untuk diklat-diklat yang terkait pihak eksternal ya Pak.
Interviewee
: Iya betul mas, sedangkan untuk standar saya rasa juga perlu mas. Bagaimana pun dengan adanya standar maka kita punya suatu pembanding. Paling tidak kalau kita comply dengan standar itu, maka kelebihan-kelebihan pada standar itu akan dapat kita peroleh kan. Kaitannya juga pihak eksternal tadi, kalau kita ditanya standar apa yang kita gunakan kita sudah bisa menjawabnya. Selain itu juga para pengguna tentunya jadi lebih yakin kalau kita sudah terstandarisasi, betul tidak mas?
Interviewer
: Betul Pak, dengan adanya standar tersebut maka diharapkan kualitas dari e-learning yang dijalankan menjadi lebih terjaga ya Pak. Jadi kalau begitu ketiga faktor yang menjadi kelebihan dari model ini termasuk yang memang perlu diperhatikan juga disini ya Pak?
Interviewee
: Iya mas, ketiga faktor tersebut termasuk yang memang perlu kita perhatikan juga.
Interviewer
: Baik Pak, kalau begitu sementara mungkin itu dulu Pak. Nanti juga mungkin saya akan menghubungi Bapak lagi, khususnya untuk mendiskusikan hasil pengumpulan data dari hasil survei nanti.
Interviewee
: O iya silahkan saja mas, mudah-mudahan hasilnya nanti menjadi masukan buat kita di sini.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-25
Tanggal Wawancara : 12 Desember 2012 Lokasi
: Jakarta (Kalibata)
Interviewer : Wahyu Sulistio Interviewee : Gatot Tri Susanto (Kasubbag Fasbel) Interviewer
: Selamat pagi Pak..sebagaimana info yang saya sampaikan melalui email Pak, bahwa saat ini hasil dari survei yang dilakukan terkait kesiapan implementasi e-learning sudah selesai diolah dan hasilnya dapat Bapak lihat disini
Interviewee
: Hmm..ternyata kita masih berada di level kurang siap ya..
Interviewer
: Iya
Pak..dan
disini
juga
diidentifikasi
permasalahan-
permasalahan yang menyebabkan rendahnya nilai kesiapan di Pusdiklat. Dan tujuan saya hari ini adalah meminta tanggapan dari Bapak atas permasalahan-permasalahan tersebut. Interviewee
: Ok..kalau begitu permasalahannya ada..hmm banyak juga ya..ada 23 permasalahan ya..sebentar saya pelajari dulu ya..
Interviewer
: Iya silahkan Pak..
Interviewee
: Secara
umum
saya
mengakui
dan
menyetujui
adanya
kekurangan-kekurangan sebagaimana disebutkan disini. Hal ini disebabkan karena memang pembahasan di manajemen pun belum maksimal untuk implementasi e-learning ini. Sebagian manajemen mungkin masih berpikir yang penting sudah ada sistem tinggal digunakan saja. Dan untuk itu pula mengapa kita berinisiatif untuk mengukur kesiapan disini supaya bisa memberikan gambaran pada manajemen lainnya. Untuk permasalahan pertama, ya memang saat ini belum ada mekanisme seperti itu, dan nanti coba akan kita pikirkan bagaimana mekanismenya. Permasalahan kedua, sejauh ini mekanisme yang digunakan hanya pembatasan hak akses saja ya. Ada materi yang bisa di download oleh setiap peserta e-learning, dan ada materi yang hanya bisa didownload oleh mereka yang terdaftar pada sebuah mata diklat. Setiap peserta yang mempunyai akses untuk Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-26
mendownload, maka tanggung jawab penyebaran berikutnya menjadi tanggung jawab moralnya. Permasalahan ketiga, nah ini bukan tanggung jawab kita lagi manajemen Pusdiklat ya, karena kaitannya sudah pihak eskternal. Dan saya rasa tidak perlu menjadi prioritas penyelesaian lah yang seperti ini. Karena kan yang penting kita mempersiapkan diri sendiri. Kalau kita sendiri sudah baik, ya insya Allah masalah di luar bisa dihadapi lah. Interviewer
: Iya si Pak, tapi terkait diklat-diklat yang juga bergantung dengan pihak eksternal bagaimana Pak?
Interviewee
: Iya, artinya masalah ini tidak menjadi prioritas, tapi tetap akan coba kita komunikasikan, khususnya dengan Pihak LAN misalnya. Karena hal ini juga terkait pengakuan atas diklat yang kita selenggarakan. Kemudian untuk permasalahan keempat, nah ini yang saya katakan manajemen memang belum melakukan persiapan secara matang dan mendalam. Ya baru sebatas pembuatan prototipe itu saja supaya dapat dilihat modelnya seperti apa dan bisa diuji coba. Lanjut permasalahan kelima, ini mungkin dari LO TI yang bisa menjawab ya.. Permasalahan keenam, sama seperti masalah keempat. Tapi secara umum pada diklat konvensional kita sudah memiliki mekanisme evaluasi untuk komponen instruktur, kualitas diklat, dan sebagainya. Dan saya rasa nantinya tinggal mengadopsi dari sana saja. Permasalahan ketujuh, sama seperti masalah sebelumnya. Padahal konten menjadi kunci utama dalam e-learning ya, dan ini akan menjadi perhatian kita. Permasalahan kedelapan, ini mungkin lebih tepatnya dengan bagian perencanaann ya. Permasalahan kesembian, sama seperti masalah sebelumnya. Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-27
Permasalahan kesepuluh, ya memang saat ini kita masih sangat terbatas. Sarana prasarana yang ada masih standar paling berupa kamera, handycam, dan komputer. Itupun untuk perangkat lunak yang mendukung seperti tools untuk video editing, pembuatan animasi, kita belum punya. Permasalahan kesebelas, untuk perpustakaan digital sebenarnya kita sudah punya cukup banyak koleksinya ya. Kalau kita lihat disini, sebentar saya buka sistemnya..ada 1615 buku. Tapi memang dari sejumlah buku tersebut, yang dalam bahasa Indonesia masih terbatas, apalagi yang merupakan modul diklat. Karena begini mas, asumsinya adalah namanya perpustakaan adalah buku-buku yang bersifat umum, seperti perpustakaan konvensional lah, sedangkan untuk modul diklat ya diperolehnya di kelas diklatnya. Tapi ok, permasalahan ini juga nanti akan saya bawa ke forum manajemen. Permasalahan
keduabelas,
sama
seperti
masalah-masalah
sebelumnya terkait kesiapan manajemen. Permasalahan
ketigabelas,
ini
terkait
dengan
bagian
perencanaan. Permasalahan keempatbelas, jadi PR manajemen. Tapi terkait faktor biaya ini, saya yakin asal kita bisa menunjukkan bahwa inisiatif ini perlu pasti akan ada anggarannya mas. Karena alokasi anggaran kita termasuk yang terbesar ko untuk diklat ini. Permasalahan kelimabelas, ini bagiannya Biro TI ya. Permasalahan keenambelas, sama dengan yang lima belas. Permasalahan ketujuhbelas, mungkin saja si, karena kita juga tidak pernah melakukan survei disana. Tapi seharusnya fakta tersebut tidak menyebabkan mereka menjadi tidak berkomitmen untuk mendukung inisiatif ini. Permasalahan kedelapan belas, ini juga masih menjadi kendala utama kita. Kita masih belum memiliki tenaga expert yang bisa menjadi subject matter expert mas, yang bisa menterjemahkan Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-28
bahasa buku ke bahasa konten multimedia. Tapi ini akan menjadi PR kita juga. Permasalahan kesembilanbelas, ya memang mekanismenya hanya itu saja. Karena kalau menggunakan yang lebih advance seperti biometric ya tentunya biayanya akan lebih mahal lagi. Selain itu mas, kalau tujuannya untuk mencegah kecurangan, kalau yang namanya orang sudah berniat maka cara curangnya akan banyak, terlepas dari mekanisme keamanan kita. Interviewer
: Tapi kan setidaknya kita berupaya mengurangi Pak?
Interviewee
: Betul, tapi kaitannya kan tadi dengan biaya. Nah apakah layak tidak dengan biaya sekian untuk mengatasi masalah ini. Tapi itu juga akan menjadi bagian dari PR kita juga. Lanjut permasalahan keduapuluh, emm kalau kita disini setahu saya memang ada pegawai yang seperti ini kondisinya mas, tapi itu juga terkait dengan tugas dan tanggung jawab si pegawai ini. Misalnya pegawai yang sudah cukup umur, menggunakan komputer dia agak sulit, sehingga disini dia kita tugaskan sebagai panitia diklat yang siaga di kelas untuk membantu peserta jika ada permasalahan. Nah untuk yang seperti ini kan tidak perlu dialokasikan komputer khusus. Itu kalau contoh disini. Tapi jika di satuan kerja lain ada permasalahan yang berbeda mungkin memang perlu ditindaklanjuti. Nanti akan kita komunikasikan juga masalaha ini dengan Biro Umum Pusat mas. Permasalahan keduapuluhsatu, nah kalau ini saya juga baru tahu dari survei ini. Tapi sebagaimana pada level manajemen tadi, saya rasa ya mungkin saja memang seperti itu. Dan ini jadi masukan buat kita bagaimana penyikapannya nanti. Permasalahan dua dari yang terakhir, ini juga sama seperti sebelumnya. Dan ditambah lagi dengan terbatasnya instruktur tetap kita, sehingga sampai saat ini kita masih relatif sering menggunakan tenaga instruktur dari luar Pusdiklat. Oleh karena itu saya katakan ini jadi tantangan tersendiri nantinya bagaimana Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-29
mendorong instrktur dari luar untuk bisa terlibat pula dalam elearning ini. Permasalahan terakhir ya, sama seperti masalah sebelumnya ini menjadi PR bagi manajemen kita. Ok mungkin itu tanggapan saya mas atas permasalahanpermasalahan yang ada. Interviewer
: Iya Pak, jika melihat dari hasil survei ini kelihatannya memang masih banyak kendala yang harus diselesaikan dulu sebelum melangkah lebih jauh untuk menerapkan e-learning di Pusdiklat Pak. Baik Pak Gatot, terima kasih atas waktu dan tanggapannya Pak. Mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk Pusdiklat ya Pak.
Interviewee
: Sama-sama mas, secara umum kita sangat apresiasi sekali dengan hasil ini karena dari sini kita jadi banyak tahu kekurangan kita, dan memang masih banyak PR untuk diselesaikan rupanya.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-30
G. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Program dan Kerjasama Tanggal Wawancara : 18 November 2012 Lokasi
: Jakarta (Kalibata)
Interviewer : Wahyu Sulistio Interviewee : Munawara (Kasubbag Program dan Kerjasama) Interviewer
: Selamat
siang Bu..sebagaimana
yang telah saya
email
sebelumnya kepada Ibu, jadi saat ini kita sedang melakukan analisa kesiapan Pusdiklat terkait inisiatif e-learning Bu, dan salah satu bahasan yang perlu dinilai adalah kesiapan konten Bu, untuk itu pada kesempatan ini saya ingin menggali informasi dari Ibu sebagai salah seorang kasubbag di bagian perencanaan yang bertanggung jawab atas modul dan materi diklat. Interviewee
: Iya silahkan, tapi sebelumnya Bu Esther sudah diwawancarai juga atau bagaimana? Karena secara tupoksi, subbag beliau lebih tepat untuk urusan ini.
Interviewer
: Iya Bu, rencananya Bu Esther juga akan kita wawancarai. Jadi supaya kita bisa memperoleh lebih dari satu suara maka Ibu dan Bu Esther keduanya akan kita wawancarai terkait kesiapan modul di Pusdiklat. Jadi untuk menunjang inisiatif e-learning ini Bu, apakah konten-konten elektronik sudah tersedia Bu?
Interviewee
: Kalau materi-materi dalam bentuk elektronik kita punya softcopy dari modul-modul yang digunakan dalam diklat. Tapi memang
belum
ada
penyesuaian
sama
sekali
untuk
pemanfaatannya di e-learning. Jadi kalau memang materi-materi tersebut akan digunakan ya tinggal dijadikan PDF lalu diupload di prototipe yang sudah ada sekarang. Interviewer
: Jadi bentuknya yang ada paling hanya berupa file PDF saja ya Bu? Sementara kalau konsepnya konten elektronik itu bisa sangat interaktif dibuatnya sehingga memiliki nilai lebih.
Interviewee
: Betul mas, tapi saat ini kita memang belum fokus kesana. Tapi kalau materi yang mungkin menarik, kita juga ada beberapa
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-31
materi yang sudah dibuatkan video singkat mengenai materi tersebut. Harapannya dengan video tersebut, maka materi akan lebih mudah dipahami oleh peserta pembelajaran. Interviewer
: Berarti format yang ada sekarang adalah berupa text dan video ya Bu, sementara bentuk animasi, gambar, dan sebagainya, belum karena bukan fokusnya kesana ya Bu?
Interviewee
: Ya sementara belum fokus kesana, karena memang juga belum ada arahan terkait pembuatan konten elektronik tersebut.
Interviewer
: Lalu apakah alat-alat untuk membuat konten multimedia tersebut sudah tersedia Bu?
Interviewee
: Kalau alat yang kita miliki sekarang ya hanya berupa handycam sama laptop aja mas.
Interviewer
: Jadi memang peralatan yang ada juga masih terbatas ya Bu..kemudian untuk konten-konten elektronik yang sudah ada, tadi misalnya file PDF dari modul yang ada atau video singkat tadi,
apakah
dengan
konten-konten
tersebut
sudah
memungkinkan peserta diklat untuk belajar secara mandiri Bu? Artinya materi bisa dipahami tanpa perlu penjelasan tambahan dari instruktur? Interviewee
: Kalau untuk belajar secara mandiri kemungkinan bisa mas. Saya katakan mungkin karena itu sangat bergantung kembali pada penggunanya ya. Tapi untuk peserta pada umumnya yang sudah memiliki keilmuan pada bidangnya akan bisa memahami sehingga bisa digunakan untuk belajar secara mandiri.
Interviewer
: Jadi kalau orang awam yang bukan disitu bidangnya mungkin akan kesulitan ya Bu tanpa bantuan instruktur?
Interviewee
: O iya bisa jadi mas, karena bahasan didiklat kita kan keilmuan yang spesifik terkait pemeriksaan, jadi tidak bersifat umum.
Interviewer
: Kalau terkait dengan ujian mandiri, apakah konten-konten tersebut juga sudah mengakomodirnya Bu?
Interviewee
: Kalau untuk ujian mandiri memang belum mas..konten-konten tersebut belum memuat soal-soal untuk peserta diklat bisa Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-32
melakukan evaluasi mandiri atas pemahamannya. Interviewer
: Jadi untuk evaluasinya masih bergantung pada instrukturnya ya Bu..kemudian terkait standar bu, apakah Pusdiklat sudah menggunakan sebuah standar umum dalam pembuatan konten?
Interviewee
: Untuk standar kita akui belum mengacu pada sebuah standar umum manapun mas.
Interviewer
: Lalu acuan dalam pembuatan konten tersebut bagaimana Bu?
Interviewee
: Pembuatan modul selama ini hanya berpatokan pada kurikulum kompetensi yang dimiliki oleh Pusdiklat terkait masing-masing materi.
Interviewer
: Jadi memang untuk konten tersebut belum mengacu pada standar tertentu ya Bu..Baik Bu, sementara itu dulu informasi yang kita perlukan Bu mengenai kesiapan konten dalam rangka mendukung implementasi e-learning. Terima kasih banyak Bu Wara atas keluangan waktunya
Interviewee
: Iya mas, jadi untuk saat ini memang konten yang kita miliki masih sangat terbatas karena memang belum ada arahan ke arah sana. Sama-sama mas.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-33
H. Transkrip Wawancara dengan Kasubbag Modul Tanggal Wawancara : 18 November 2012 Lokasi
: Jakarta (Kalibata)
Interviewer : Wahyu Sulistio Interviewee : Esther Indriaty (Kasubbag Modul) Interviewer
: Selamat
siang Bu..sebagaimana
yang telah saya
email
sebelumnya kepada Ibu, jadi saat ini kita sedang melakukan analisa kesiapan Pusdiklat terkait inisiatif e-learning Bu, dan salah satu bahasan yang perlu dinilai adalah kesiapan konten Bu, untuk itu pada kesempatan ini saya ingin menggali informasi dari Ibu sebagai salah seorang kasubbag di bagian perencanaan yang bertanggung jawab atas modul dan materi diklat. Interviewee
: Iya silahkan..
Interviewer
: Baik Bu..jadi untuk menunjang inisiatif e-learning ini Bu, apakah konten-konten elektronik sudah tersedia Bu?
Interviewee
: Kalau modul-modul yang digunakan dalam diklat kita juga ada versi elektronik berupa softcopynya. Tapi memang karena inisiatif e-learning ini baru, belum ada penyesuaian atas modulmodul yang ada tersebut untuk dimanfaatkan di e-learning.
Interviewer
: Bentuknya PDF atau bagaimana ya Bu?Jadi bentuknya yang ada paling hanya berupa file PDF saja ya Bu? Sementara kalau konsepnya konten elektronik itu bisa sangat interaktif dibuatnya sehingga memiliki nilai lebih.
Interviewee
: Ya, softcopynya yang kita miliki ada yang berupa file Word, namun nantinya tentu bisa diubah menjadi bentuk PDF, ada juga yang sudah berupa e-book PDF.
Interviewer
: Kalau konten dalam bentuk yang lebih interaktif belum ada ya Bu?
Interviewee
: Kita juga ada beberapa materi yang sudah dibuatkan video singkat mengenai materi tersebut.
Walaupun dari segi
interaktifnya mungkin belum ya karena sifatnya hanya melihat
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-34
dan mendengarkan saja. Tapi dari segi menariknya, maka saya bisa mengatakan materi dalam bentuk video ini cukup menarik. Harapannya dengan video tersebut, maka materi akan lebih mudah dipahami oleh peserta pembelajaran. Interviewer
: Berarti format yang ada sekarang adalah berupa text dan video saja ya Bu, sementara bentuk animasi, gambar, dan sebagainya, belum karena bukan fokusnya kesana ya Bu?
Interviewee
: Ya sementara memang baru hanya itu. Itupun kita buat bukan dalam rangka e-learning ini, melainkan kita memang sedang mengembangkan materi pembelajaran yang lebih menarik dan tidak membosankan.
Interviewer
: Lalu apakah alat-alat untuk membuat konten multimedia tersebut sudah tersedia Bu?
Interviewee
: Kalau alat masih sangat terbatas dan standar seperti handycam dan laptop.
Interviewer
: Jadi memang peralatan yang ada juga masih terbatas ya Bu..kemudian untuk konten-konten elektronik yang sudah ada, apakah dengan konten-konten tersebut sudah memungkinkan peserta diklat untuk belajar secara mandiri Bu? Artinya materi bisa dipahami tanpa perlu penjelasan tambahan dari instruktur?
Interviewee
: Kalau untuk belajar secara mandiri saya rasa bisa ya, apalagi untuk yang berupa video itu akan sangat mudah dipahami.
Interviewer
: Kalau terkait dengan ujian mandiri, apakah konten-konten tersebut juga sudah mengakomodirnya Bu?
Interviewee
: Kalau untuk ujian mandiri memang belum..konten-konten tersebut belum memuat soal-soal untuk latihan mandiri oleh para peserta diklat.
Interviewer
: Jadi untuk evaluasinya masih bergantung pada instrukturnya ya Bu..kemudian terkait standar bu, apakah Pusdiklat sudah menggunakan sebuah standar umum dalam pembuatan konten?
Interviewee
: Untuk standar ya kita hanya berpatokan pada kurikulum kompetensi yang dimiliki oleh Pusdiklat terkait masing-masing Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-35
materi. Interviewer
: Kalau untuk standar yang berlaku umum belum ada ya Bu?
Interviewee
: Kalau itu belum si, karena cakupan kita selama ini kan hanya lingkup internal saja.
Interviewe
: Baik Bu, sementara itu dulu informasi yang kita perlukan Bu mengenai
kesiapan
konten
dalam
rangka
mendukung
implementasi e-learning. Terima kasih banyak Bu Esther atas keluangan waktunya Interviewee
: Sama-sama.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-36
I. Hasil Kunjungan ke Malaysia (EPSA) Tanggal Kunjungan 1. Hal-Hal
a.
: 21-22 Juni Secara teknis, e-learning di Pusdiklat XYZ dapat diterapkan. Hal
Yang Dapat
ini terlihat dari kebutuhan teknologi yang diperlukan dalam
Dipelajari
penerapan EPSA dapat pula digunakan di Pusdiklat XYZ, meskipun dengan teknologi yang tidak sama persis. Adapun perbandingan spesifikasi teknis yang dimiliki oleh Pusdiklat XYZ saat ini dibandingkan dengan EPSA adalah : Physical server,
dapat menggunakan server
yang telah
disediakan oleh Biro TI Pusat dan telah digunakan untuk server website seluruh perwakilan saat in. Adapun jika memang dibutuhkan penambahan physical server maka hal tersebut dapat diajukan. Software yang berfungsi sebagai LMS, LCMS, BLQMS, dan Collaborative System, dapat difasilitasi oleh LMS moodle yang berbasis open source. Untuk kebutuhan application server, web server, dan database, dapat menggunakan aplikasi dan database yang telah disediakan oleh Biro TI Pusat. Untuk kebutuhan jaringan yang menghubungkan seluruh perwakilan XYZ dapat memanfaatkan jaringan XYZ saat ini. Dari spesifikasi teknis tersebut maka tidak ada permasalahan teknis yang dihadapi oleh Pusdiklat untuk penerapan e-learning. b.
Adapun yang menjadi keunggulan utama EPSA dan belum dimiliki oleh Pusdiklat XYZ adalah adanya content-content yang interaktif sebagai
bahan pembelajaran e-learning melalui EPSA. Untuk
masalah ini maka Pusdiklat XYZ perlu membuat perencanaan yang matang mengenai materi apa yang akan dimasukkan dalam elearning dan bagaimana perancangan yang efektif dalam proses pembelajaran e-learning. c.
Hal lain yang menjadi nilai lebih penerapan EPSA adalah adanya
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-37
dukungan dari seluruh top manajemen di INTAN bahkan termasuk seluruh jajaran kerajaan. Hal ini tentu menjadi hal yang penting untuk dimiliki oleh Pusdiklat XYZ jika memang e-learning diharapkan
menjadi fitur
yang dapat dioptimalkan
dalam
pelaksanaan proses pembelajaran di Pusdiklat. d.
Terkait manfaat dari penerapan e-learning, pihak EPSA sendiri belum pernah melakukan penelitian untuk mengukur manfaat yang diperoleh. Namun mereka dapat merasakan manfaat tersebut secara langsung dari segi fleksibilitas waktu dan tempat. Misalnya untuk diklat yang melibatkan para pejabat yang memiliki waktu sangat terbatas untuk meninggalkan tempat kerja, maka sebagian waktu diklat bisa dialihkan menggunakan EPSA sehingga mereka tidak perlu meninggalkan tempat kerjanya.
2. Kesimpulan
a. Pusdiklat XYZ dapat mulai menerapkan e-learning dengan memanfaatkan teknologi yang dimiliki saat ini. Dan saat ini Pusdiklat sudah memiliki portal e-learning sendiri yang dapat dioptimalkan pemanfaatannya. b. Perlu dibuat sebuah roadmap implementasi e-learning di Pusdiklat untuk jangka waktu yang cukup panjang sehingga jelas arah pengembangannya, termasuk masalah pengembangan content yang interaktif jika memang diperlukan. c. Dukungan dari level manajemen Pusdiklat khususnya, dan oragnisasi
XYZ
keseluruhan
sangat
diperlukan
untuk
mengoptimalkan penerapan e-learning.
3. Tindak lanjut
a. Sebagai bentuk tindak lanjut hasil workshop tersebut, Pusdiklat XYZ berencana akan membuat latihan soal mengenai SPKN dalam sistem e-learning. Soal-soal tersebut selanjutnya akan dapat diakses oleh seluruh pegawai XYZ khususnya para pemeriksa untuk melakukan assessment secara mandiri. b. Selain latihan soal tersebut, Pusdiklat juga akan melakukan analisa kesiapan XYZ untuk menggunakan e-learning tersebut. Dengan Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-38
demikian akan bisa diketahui faktor-faktor yang masih perlu diperbaiki di XYZ ini untuk menyukseskan implementasi e-learning tersebut.
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-39
J. Faktor Kesiapan E-Learning Darab & Montazer
No 1.
Dimensi Laws and Regulations
Faktor Kesiapan Copyright
protection
system
for
the
electronic content Code of documents evaluation (validity guarantee) of electronic education courses 2.
Management
University
and
faculty
managers’
commitment for the creation of electronic education systems Availability
of
managers
familiar
with
concepts, educational systems and electronic publication 3.
Supervision
Availability teachers
of
and
evaluation teaching
systems
for
assistants
in
electronic environments Availability of supervision and assessment systems for educational courses 4.
Communication Network
Bandwidth
of
the
university’s
internet
connection Mode of internet access from outside the university 5.
Culture
University interest
in
Managers’ electronic
and
Professors’
education
as
a
complementary approach Acceptance level of teachers, students, and employees 6.
Content
Availability of appropriate electronic content in various formats Availability of various software tools for content production Availability of digital libraries for students Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-40
7.
Support
Availability of educational support section for electronic content production Availability of technical support section for electronic education Availability of students technical support section
8.
Assessment
Availability of specific systems for final evaluation of electronic education Designing and formulating self study contents along with self assessment tests
9.
Human Resources
Teachers’
acquaintance
with
basic
information technology skills Teachers’ motivation towards the electronic educational environments Students’ acquaintance with basic skills of the information technology Students’
use
of
the
internet
for
communicating with teachers Employees’
acquaintance
with
basic
information technology skills Training specialized educational staff for the electronic education courses 10.
Educational Policy
Formulated program for teaching
the
concepts of electronic education Comprehensive plan for the development of information technologies at the university level 11.
Standards
Availability of standards for electronic content production Availability of standards for electronic courses presentation
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-41
12.
Financial
Rates of payment to teachers and teaching assistants for electronic courses Budget share for provision of hardware, software, and network equipments at the university level
13.
Security
Availability
of
an
identity
recognition
mechanism Availability of control mechanism for access levels 14.
Equipment
Ease of access to the required software Number of active computers for the elearning courses
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-42
K. Konversi Hasil Survei Skala
Frekuensi
Proporsi
Proporsi Kumulatif
Nilai Z
1
1
4
0.67
0.67
0.43
2
2
0.33
1.00
3
0
-
-
4
0
-
-
5
0
-
-
6
1.55
2
Densitas
0.36
Nilai Skala
(0.55) 1.09
1.00 2.64
Total
4.00 5.27
1
2
0.33
0.33
(0.43)
0.36
(1.09)
1.00
2.00
2
3
0.50
0.83
0.97
0.25
0.23
2.32
6.95
3
1
0.17
1.00
1.50
3.59
3.59
4
0
5
0
2.09
22
0.06
0.06
(1.57)
0.12
(2.00)
1.00
22.00
2
87
0.23
0.29
(0.55)
0.34
(0.97)
2.02
175.90
3
87
0.23
0.52
0.05
0.40
(0.24)
2.75
239.56
4
147
0.39
0.91
1.35
0.16
0.61
3.61
530.30
33
0.09
1.00
4.81
158.80
Skor Akhir
3.00
376
20.00
3.36
6.73
Skor Akhir
4.45
Skor Akhir
1
5
Invers Pertanyaan Negatif 5.00
-
6 3
Konversi
Total
Pertanyaan
1.82
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-43
4
1
16
0.04
0.04
(1.72)
0.09
(2.13)
1.00
16.00
5.00
80.00
2
104
0.28
0.32
(0.47)
0.36
(0.96)
2.17
225.20
3.83
398.80
3
142
0.38
0.70
0.52
0.35
0.02
3.15
447.31
2.85
404.69
4
98
0.26
0.96
1.72
0.09
0.99
4.12
403.95
1.88
184.05
5
16
0.04
1.00
2.13
5.26
84.14
0.74
11.86
3.13
Skor Akhir
2.87
376 6
1
55
0.15
0.15
(1.05)
0.23
(1.57)
1.00
55.00
2
71
0.19
0.34
(0.43)
0.36
(0.72)
1.85
131.49
3
65
0.17
0.51
0.02
0.40
(0.20)
2.37
153.91
4
120
0.32
0.83
0.94
0.26
0.45
3.02
361.88
5
65
0.17
1.00
1.48
4.05
263.05
Skor Akhir
2.57
376 7
1
2
0.01
0.01
(2.55)
0.02
(2.87)
1.00
2.00
2
8
0.02
0.03
(1.93)
0.06
(2.17)
1.70
13.58
3
22
0.06
0.09
(1.37)
0.16
(1.61)
2.26
49.77
4
218
0.58
0.66
0.43
0.36
(0.36)
3.51
765.73
5
126
0.34
1.00
1.09
4.96
624.91
Skor Akhir
3.87
376 9
1
4
0.01
0.01
(2.30)
0.03
(2.64)
1.00
4.00
2
20
0.05
0.06
(1.52)
0.13
(1.82)
1.82
36.45
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-44
3
66
0.18
0.24
(0.71)
0.31
(1.06)
2.59
170.80
4
208
0.55
0.79
0.82
0.29
0.04
3.69
767.12
78
0.21
1.00
5
1.38
5.02
391.83
Skor Akhir
3.64
(1.09)
1.00
1.00
5.00
5.00
0.55
2.64
5.27
3.36
6.73
376 10
1
1
0.33
0.33
2
2
0.67
1.00
(0.43)
0.36
3
-
-
4
-
-
5
3
11
2.09
1
1
0.33
0.33
2
2
0.67
1.00
3
0
-
4
0
-
5
(0.43)
0.36
(1.09)
1.00
1.00
0.55
2.64
5.27
0
3.91
-
3 12
Skor Akhir
0.43
0.36
Skor Akhir
2.09
(0.55)
1.00
2.00
5.00
10.00
1.09
2.64
2.64
3.36
3.36
1
2
0.67
0.67
2
1
0.33
1.00
3
0
-
-
4
0
-
-
5
0
-
-
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-45
3 13
1.55
1
1
0.50
0.50
(0.00)
0.40
(0.80)
1.00
1.00
2
1
0.50
1.00
3
0
0.80
2.60
2.60 -
4
0
-
5
0
-
2 14
(0.00)
0.40
Skor Akhir
1.80
(0.80)
1.00
1.00
0.80
2.60
2.60
1
1
0.50
0.50
2
1
0.50
1.00
3
0
-
4
0
-
5
0
-
2 15
16
Skor Akhir
1.80
(0.55)
1.00
2.00
5.00
10.00
1.09
2.64
2.64
3.36
3.36
2
0.67
0.67
2
1
0.33
1.00
3
0
-
-
4
0
-
-
5
0
-
-
3
1.55
Skor Akhir
4.45
1.00
5.00
5.00
1
0.33
0.33
(0.43)
0.36
4.45
1
1
0.43
Skor Akhir
0.36
(1.09)
1.00
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-46
2
2
0.67
1.00
0.55
2.64
-
4
-
-
5
-
-
2.09
1
1
0.33
0.33
2
2
0.67
1.00
(0.43)
0.36
(1.09)
1.00
1.00
0.55
2.64
5.27
3
-
4
-
5
-
1
1
0.33
0.33
2
2
0.67
1.00
(0.43)
0.36
Skor Akhir
2.09
(1.09)
1.00
1.00
0.55
2.64
5.27
3
-
4
-
5
3
19
6.73
-
3 18
3.36
3
3 17
5.27
1
1
0.33
0.33
2
2
0.67
1.00
(0.43)
0.36
Skor Akhir
2.09
(1.09)
1.00
1.00
0.55
2.64
5.27
3
-
4
-
Skor Akhir
3.91
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-47
5
3
20
1
0.33
0.33
(0.43)
0.36
(1.09)
1.00
1.00
2
1
0.33
0.67
0.43
0.36
(0.00)
2.09
2.09
3
1
0.33
1.00
1.09
3.18
3.18
4
-
5
Skor Akhir
1
2
0.67
0.67
2
1
0.33
1.00
0.43
0.36
2.09
(0.55)
1.00
2.00
1.09
2.64
2.64
3
-
4
-
5
3
22
2.09
1
3 21
Skor Akhir
Skor Akhir
1
12
0.57
0.57
2
9
0.43
1.00
0.18
0.39
1.55
(0.69)
1.00
12.00
0.92
2.60
23.43
3
-
4
-
5
21
Skor Akhir
1.69
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-48
24
1
14
0.67
0.67
2
7
0.33
1.00
0.43
0.36
(0.55)
1.00
14.00
1.09
2.64
18.45
3
-
4
-
5
21
25
1
1
0.25
0.25
2
3
0.75
1.00
(0.67)
0.32
Skor Akhir
1.55
(1.27)
1.00
1.00
0.42
2.69
8.08
3
-
4
-
5
4
26
2.27
1
4
0.19
0.19
(0.88)
0.27
(1.43)
1.00
4.00
2
10
0.48
0.67
0.43
0.36
(0.19)
2.23
22.34
3
7
0.33
1.00
1.09
3.52
24.62
4
-
5
21
27
Skor Akhir
1
1
0.50
0.50
2
1
0.50
1.00
(0.00)
0.40
Skor Akhir
2.43
(0.80)
1.00
1.00
5.00
5.00
0.80
2.60
2.60
3.40
3.40
3
-
-
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-49
4
-
-
5
-
-
2 28
1.80
1
1
0.50
0.50
2
1
0.50
1.00
(0.00)
0.40
(0.80)
1.00
1.00
0.80
2.60
2.60
3
-
4
-
5
2
29
1
1
0.50
0.50
2
1
0.50
1.00
(0.00)
0.40
Skor Akhir
1.80
(0.80)
1.00
1.00
0.80
2.60
2.60
3
-
4
-
5
2
30
1
2
0.67
0.67
2
1
0.33
1.00
0.43
0.36
Skor Akhir
4.20
Skor Akhir
1.80
(0.55)
1.00
2.00
5.00
10.00
1.09
2.64
2.64
3.36
3.36
3
-
-
4
-
-
5
-
-
3
1.55
Skor Akhir
4.45
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-50
31
1
6
0.29
0.29
(0.57)
0.34
(1.19)
1.00
6.00
5.00
30.00
2
13
0.62
0.90
1.31
0.17
0.28
2.47
32.05
3.53
45.95
3
2
0.10
1.00
1.78
3.97
7.94
2.03
4.06
4
-
-
5
-
-
21 32
2.19
1
33
0.09
0.09
(1.35)
0.16
(1.82)
1.00
33.00
2
103
0.27
0.36
(0.35)
0.37
(0.79)
2.03
209.07
3
131
0.35
0.71
0.55
0.34
0.09
2.91
381.10
4
93
0.25
0.96
1.72
0.09
1.02
3.83
356.50
5
16
0.04
1.00
2.13
4.95
79.12
Skor Akhir
2.82
376 33
1
33
0.09
0.09
(1.35)
0.16
(1.82)
1.00
33.00
2
71
0.19
0.28
(0.59)
0.33
(0.93)
1.89
134.04
3
131
0.35
0.63
0.32
0.38
(0.13)
2.69
352.13
4
114
0.30
0.93
1.46
0.14
0.80
3.62
412.11
5
27
0.07
1.00
1.91
4.72
127.51
Skor Akhir
2.82
376 34
1
22
0.06
0.06
(1.57)
0.12
(2.00)
1.00
22.00
2
66
0.18
0.23
(0.73)
0.31
(1.08)
1.91
126.38
Skor Akhir
3.81
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-51
3
125
0.33
0.57
0.17
0.39
(0.26)
2.74
341.89
4
136
0.36
0.93
1.46
0.14
0.71
3.71
503.91
27
0.07
1.00
5
1.91
376 35
3.00
11
0.03
0.03
(1.89)
0.07
(2.28)
1.00
11.00
2
71
0.19
0.22
(0.78)
0.29
(1.21)
2.07
147.01
3
109
0.29
0.51
0.02
0.40
(0.36)
2.92
318.08
4
158
0.42
0.93
1.46
0.14
0.62
3.90
616.38
27
0.07
1.00
1.91
376
5.18
139.98
Skor Akhir
3.28
1
4
0.01
0.01
(2.30)
0.03
(2.64)
1.00
4.00
2
11
0.03
0.04
(1.75)
0.09
(1.98)
1.67
18.33
3
141
0.38
0.41
(0.21)
0.39
(0.81)
2.83
399.58
4
165
0.44
0.85
1.05
0.23
0.37
4.01
661.66
55
0.15
1.00
5
1.57
376 37
132.38
1
5
36
4.90 Skor Akhir
5.21
286.64
Skor Akhir
3.64
1
27
0.07
0.07
(1.46)
0.14
(1.91)
1.00
27.00
5.00
135.00
2
82
0.22
0.29
(0.55)
0.34
(0.94)
1.97
161.16
4.03
330.84
3
142
0.38
0.67
0.43
0.36
(0.06)
2.85
404.88
3.15
447.12
4
98
0.26
0.93
1.46
0.14
0.87
3.78
369.95
2.22
218.05
5
27
0.07
1.00
1.91
4.81
129.97
1.19
32.03
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-52
376 38
1
6
2.91 0.02
0.02
(2.15)
0.04
(2.50)
1.00
12
0.03
0.05
(1.67)
0.10
(1.87)
1.63
19.59
3
112
0.30
0.35
(0.40)
0.37
(0.90)
2.60
291.11
4
246
0.65
1.00
0.56
4.07
1,000.3 0 -
Skor Akhir
3.50
376 39
1
6
0.02
0.02
(2.15)
0.04
(2.50)
1.00
6.00
2
14
0.04
0.05
(1.61)
0.11
(1.84)
1.67
23.32
3
112
0.30
0.35
(0.38)
0.37
(0.88)
2.62
293.61
4
244
0.65
1.00
0.57
4.07
994.08
5
376
40
3.09
6.00
2
5
Skor Akhir
1
1
0.50
0.50
2
1
0.50
1.00
(0.00)
0.40
Skor Akhir
3.50
(0.80)
1.00
1.00
0.80
2.60
2.60
3
-
4
-
5
2
Skor Akhir
1.80
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-53
41
1
1
0.50
0.50
2
1
0.50
1.00
(0.00)
0.40
(0.80)
1.00
1.00
0.80
2.60
2.60
3
-
4
-
5
2
42
1
1
0.33
0.33
2
2
0.67
1.00
(0.43)
0.36
Skor Akhir
1.80
(1.09)
1.00
1.00
5.00
5.00
0.55
2.64
5.27
3.36
6.73
3
-
-
4
-
-
5
-
-
3 43
2.09
1
9
0.43
0.43
(0.18)
0.39
(0.92)
1.00
9.00
2
8
0.38
0.81
0.88
0.27
0.32
2.23
17.86
3
4
0.19
1.00
1.43
3.34
13.37
4
-
5
21
44
Skor Akhir
1.92
1
2
0.10
0.10
(1.31)
0.17
(1.78)
1.00
2.00
2
9
0.43
0.52
0.06
0.40
(0.53)
2.24
20.19
3
10
0.48
1.00
0.84
3.61
36.14
Skor Akhir
3.91
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-54
4
-
5
21
45
12
0.57
0.57
0.18
0.39
(0.69)
1.00
12.00
2
8
0.38
0.95
1.67
0.10
0.77
2.46
19.66
3
1
0.05
1.00
2.08
3.77
3.77
4
-
5
Skor Akhir
1.69
1
12
0.57
0.57
0.18
0.39
(0.69)
1.00
12.00
2
7
0.33
0.90
1.31
0.17
0.67
2.36
16.50
3
2
0.10
1.00
1.78
3.46
6.93
4
-
5
21
47
2.78
1
21 46
Skor Akhir
Skor Akhir
1.69
1
169
0.45
0.45
(0.13)
0.40
(0.88)
1.00
169.00
5.00
845.00
2
185
0.49
0.94
1.57
0.12
0.57
2.45
452.77
3.55
657.23
3
22
0.06
1.00
2.00
3.88
85.29
2.12
46.71
4
-
-
5
-
-
376
1.88
Skor Akhir
4.12
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-55
48
1
153
0.41
0.41
(0.24)
0.39
(0.95)
1.00
153.00
5.00
765.00
2
202
0.54
0.94
1.59
0.11
0.51
2.47
498.19
3.53
713.81
3
16
0.04
0.99
2.22
0.03
1.84
3.80
60.76
2.20
35.24
4
5
0.01
1.00
1.95
9.77
4.05
20.23
5
376
49
Skor Akhir
4.08
147
0.39
0.39
(0.28)
0.38
(0.98)
1.00
147.00
5.00
735.00
2
202
0.54
0.93
1.46
0.14
0.46
2.44
493.26
3.56
718.74
3
22
0.06
0.99
2.22
0.03
1.76
3.74
82.25
2.26
49.75
4
5
0.01
1.00
1.98
9.91
4.02
20.09
376
-
1.95
Skor Akhir
4.05
1
125
0.33
0.33
(0.43)
0.36
(1.09)
1.00
125.00
5.00
625.00
2
213
0.57
0.90
1.28
0.18
0.33
2.42
515.79
3.58
762.21
3
33
0.09
0.99
2.22
0.03
1.63
3.72
122.72
2.28
75.28
4
5
0.01
1.00
2.09
10.46
3.91
19.54
5
376
51
1.92
1
5
50
-
-
2.06
Skor Akhir
3.94
1
147
0.39
0.39
(0.28)
0.38
(0.98)
1.00
147.00
5.00
735.00
2
191
0.51
0.90
1.28
0.18
0.41
2.39
456.44
3.61
689.56
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-56
3
27
0.07
0.97
4
11
0.03
1.00
1.89
0.07
1.53
3.52
94.96
2.48
67.04
1.98
21.80
4.02
44.20
1.92
Skor Akhir
4.08
5
376
52
1
104
0.28
0.28
(0.59)
0.33
(1.21)
1.00
104.00
5.00
520.00
2
196
0.52
0.80
0.83
0.28
0.10
2.31
453.00
3.69
723.00
3
60
0.16
0.96
1.72
0.09
1.20
3.41
204.46
2.59
155.54
4
16
0.04
1.00
2.21
35.36
3.79
60.64
2.12
Skor Akhir
3.88
5
376
53
-
1
120
0.32
0.32
(0.47)
0.36
(1.12)
1.00
120.00
5.00
600.00
2
196
0.52
0.84
1.00
0.24
0.22
2.34
458.36
3.66
717.64
3
60
0.16
1.00
1.52
3.64
218.48
2.36
141.52
4
-
5
-
376
54
-
-
2.12
Skor Akhir
3.88
1
104
0.28
0.28
(0.59)
0.33
(1.21)
1.00
104.00
5.00
520.00
2
212
0.56
0.84
1.00
0.24
0.16
2.37
502.97
3.63
769.03
3
49
0.13
0.97
1.89
0.07
1.35
3.56
174.55
2.44
119.45
4
11
0.03
1.00
2.28
4.49
49.36
1.51
16.64
5
-
-
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-57
376 55
0.16
0.16
(1.00)
0.24
(1.52)
1.00
60.00
5.00
300.00
2
169
0.45
0.61
0.28
0.38
(0.31)
2.21
373.20
3.79
640.80
3
98
0.26
0.87
1.12
0.21
0.66
3.18
311.85
2.82
276.15
4
49
0.13
1.00
1.63
4.15
203.26
1.85
90.74
-
-
2.52
Skor Akhir
3.48
1.00
87.00
5.00
435.00
1
87
0.23
0.23
(0.73)
0.30
(1.32)
2
202
0.54
0.77
0.73
0.30
(0.00)
2.32
467.98
3.68
744.02
3
71
0.19
0.96
1.72
0.09
1.13
3.45
244.97
2.55
181.03
4
16
0.04
1.00
2.13
4.45
71.14
1.55
24.86
5
376
2.32
1
10
0.48
0.48
(0.06)
0.40
2
8
0.38
0.86
1.07
0.23
3
3
0.14
1.00
(0.84)
1.00
0.45
2.29
18.31
3.42
10.25
4
-
5
-
1
2
0.10
0.10
(1.31)
0.17
(1.78)
Skor Akhir
3.68
5.00
10.00
10.00
1.58
21 58
3.79
60
376
57
Skor Akhir
1
5
56
2.21
Skor Akhir
1.84
1.00
2.00
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-58
2
8
0.38
0.48
3
11
0.52
1.00
(0.06)
0.40
(0.60)
2.18
17.42
3.82
30.58
0.76
3.54
38.92
2.46
27.08
4
-
-
5
-
-
21 59
3.22
5
0.24
0.24
(0.71)
0.31
(1.30)
1.00
5.00
5.00
25.00
2
7
0.33
0.57
0.18
0.39
(0.25)
2.05
14.36
3.95
27.64
3
9
0.43
1.00
0.92
3.22
28.94
2.78
25.06
4
-
-
5
-
-
2.30
Skor Akhir
3.70
1
3
0.14
0.14
(1.07)
0.23
(1.58)
1.00
3.00
5.00
15.00
2
12
0.57
0.71
0.57
0.34
(0.20)
2.38
28.55
3.62
43.45
3
3
0.14
0.86
1.07
0.23
0.80
3.38
10.14
2.62
7.86
4
3
0.14
1.00
1.58
4.16
12.48
1.84
5.52
5
21
61
Skor Akhir
1
21 60
2.78
-
2.58
Skor Akhir
3.42
1
5
0.24
0.24
(0.71)
0.31
(1.30)
1.00
5.00
5.00
25.00
2
12
0.57
0.81
0.88
0.27
0.07
2.37
28.39
3.63
43.61
3
2
0.10
0.90
1.31
0.17
1.08
3.38
6.75
2.62
5.25
4
2
0.10
1.00
1.78
4.08
8.16
1.92
3.84
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-59
5
21
62
2.30
1
2
0.10
0.10
(1.31)
0.17
(1.78)
0.52
1.04
2
3
0.14
0.24
(0.71)
0.31
(0.98)
1.32
3.96
3
3
0.14
0.38
(0.30)
0.38
(0.50)
1.80
5.40
4
10
0.48
0.86
0.80
3.10
31.00
5 Skor Akhir
3.70
2.30
1
6
0.29
0.29
(0.57)
0.34
(1.19)
1.00
6.00
2
13
0.62
0.90
1.31
0.17
0.28
2.47
32.05
3
2
0.10
1.00
1.78
3.97
7.94
4
-
5
21
64
Skor Akhir
18
63
-
Skor Akhir
2.19
1
12
0.57
0.57
0.18
0.39
(0.69)
1.00
12.00
2
7
0.33
0.90
1.31
0.17
0.67
2.36
16.50
3
2
0.10
1.00
1.78
3.46
6.93
4
-
5
21
Skor Akhir
1.69
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-60
65
1
6
0.29
0.29
(0.57)
0.34
(1.19)
1.00
6.00
2
13
0.62
0.90
1.31
0.17
0.28
2.47
32.05
3
2
0.10
1.00
1.78
3.97
7.94
4
-
5
21
66
12
0.57
0.57
0.18
0.39
(0.69)
1.00
12.00
2
7
0.33
0.90
1.31
0.17
0.67
2.36
16.50
3
2
0.10
1.00
1.78
3.46
6.93
4
-
5
Skor Akhir
1.69
1
9
0.43
0.43
(0.18)
0.39
(0.92)
1.00
9.00
2
10
0.48
0.90
1.31
0.17
0.47
2.38
23.85
3
2
0.10
1.00
1.78
3.69
7.39
4
-
5
21
68
2.19
1
21 67
Skor Akhir
Skor Akhir
1.92
1
5
0.24
0.24
(0.71)
0.31
(1.30)
1.00
5.00
5.00
25.00
2
10
0.48
0.71
0.57
0.34
(0.06)
2.24
22.36
3.76
37.64
3
6
0.29
1.00
1.19
3.49
20.94
2.51
15.06
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-61
4
-
-
5
-
-
21 69
2.30
Skor Akhir
3.70
1
5
0.24
0.24
(0.71)
0.31
(1.30)
1.00
5.00
5.00
25.00
2
11
0.52
0.76
0.71
0.31
(0.00)
2.30
25.30
3.70
40.70
3
5
0.24
1.00
1.30
3.60
18.00
2.40
12.00
4
-
-
5
-
-
21
2.30
Skor Akhir
3.70
Keterangan :
No pertanyaan yang diberi warna merupakan pertanyaan yang bersifat negatif, sehingga penilaian akhir dilakukan invers atas skala yang digunakan.
Skor akhir yang merupakan nilai akhir dari pertanyaan yang bersangkutan
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
L-62
L.ProporsiRespondenPegawai JmlhPegawai 209 221 194 198 1270 1066 256 33 43 43 29 48 56 24 25 59 74 56 25 43 33 33 35 24 36 29 29
UnitKerja AuditoratUtamaKeuanganNegaraI AuditoratUtamaKeuanganNegaraII AuditoratUtamaKeuanganNegaraIII AuditoratUtamaKeuanganNegaraIV AuditoratUtamaKeuanganNegaraV AuditoratUtamaKeuanganNegaraVI AuditoratUtamaKeuanganNegaraVII BPKRIPerwakilanProvinsiAceh BPKRIPerwakilanProvinsiBali BPKRIPerwakilanProvinsiBanten BPKRIPerwakilanProvinsiBengkulu BPKRIPerwakilanProvinsiDaerahIstimewaYogyakarta BPKRIPerwakilanProvinsiDaerahKhususIbukotaJakarta BPKRIPerwakilanProvinsiGorontalo BPKRIPerwakilanProvinsiJambi BPKRIPerwakilanProvinsiJawaBarat BPKRIPerwakilanProvinsiJawaTengah BPKRIPerwakilanProvinsiJawaTimur BPKRIPerwakilanProvinsiKalimantanBarat BPKRIPerwakilanProvinsiKalimantanSelatan BPKRIPerwakilanProvinsiKalimantanTengah BPKRIPerwakilanProvinsiKalimantanTimur BPKRIPerwakilanProvinsiKepulauanBangkaBelitung BPKRIPerwakilanProvinsiKepulauanRiau BPKRIPerwakilanProvinsiLampung BPKRIPerwakilanProvinsiMaluku BPKRIPerwakilanProvinsiMalukuUtara
Responden 12.88 13.62 11.96 12.20 78.28 65.71 15.78 2.03 2.65 2.65 1.79 2.96 3.45 1.48 1.54 3.64 4.56 3.45 1.54 2.65 2.03 2.03 2.16 1.48 2.22 1.79 1.79
Proporsiminimal
JumlahResponden
13 14 12 12 78 66 16 2 3 3 2 3 3 1 2 4 5 3 2 3 2 2 2 1 2 2 2
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
15 20 16 14 92 84 23 2 7 3 2 4 3 7 3 5 5 6 3 8 2 9 2 5 8 6 9
L-63
30 22 31 19 25 24 54 28 51 46 35 45 56 92 208 105 101 921 6084
BPKRIPerwakilanProvinsiNusaTenggaraBarat BPKRIPerwakilanProvinsiNusaTenggaraTimur BPKRIPerwakilanProvinsiPapua BPKRIPerwakilanProvinsiPapuaBarat BPKRIPerwakilanProvinsiRiau BPKRIPerwakilanProvinsiSulawesiBarat BPKRIPerwakilanProvinsiSulawesiSelatan BPKRIPerwakilanProvinsiSulawesiTengah BPKRIPerwakilanProvinsiSulawesiTenggara BPKRIPerwakilanProvinsiSulawesiUtara BPKRIPerwakilanProvinsiSumateraBarat BPKRIPerwakilanProvinsiSumateraSelatan BPKRIPerwakilanProvinsiSumateraUtara DitamaBinbangkum DitamaRevbang InspektoratUtama PusatPendidikandanPelatihan SekretariatJenderalBPKRI
1.85 1.36 1.91 1.17 1.54 1.48 3.33 1.73 3.14 2.84 2.16 2.77 3.45 5.67 12.82 6.47 6.23 56.77
2 1 2 1 2 1 3 2 3 3 2 3 3 6 13 6 6 57 376
Universitas Indonesia
Pengukuran kesiapan ..., Wahyu Sulistio, Fasilkom UI, 2013
7 6 2 1 3 7 3 3 3 3 5 4 3 6 15 6 30 61 531