UNIVERSITAS INDONESIA
PROTOTYPE PROGRAM DOKUMENTER TV “INDIENESIA”
TUGAS KARYA AKHIR
THESSA REGINA 1006665126
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JANUARI 2014
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PROTOTYPE PROGRAM DOKUMENTER TV “INDIENESIA”
TUGAS KARYA AKHIR
THESSA REGINA 1006665126
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JANUARI 2014
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PROTOTYPE PROGRAM DOKUMENTER TV “INDIENESIA”
TUGAS KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
THESSA REGINA 1006665126
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI INDUSTRI KREATIF PENYIARAN PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JANUARI 2014
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
HALAMAN PERNYATAN ORISINALITAS
i
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
ii
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
KATA PENGANTAR
Kegemaran mendengarkan musik indie dan sering mengunjungi gigs musisi-musisi indie membuat penulis ingin membagi pengalaman mendengarkan musik ini ke khalayak melalui Tugas Karya Akhir ini. Berada di lingkungan yang sering mendengarkan musik indie membuat penulis mendapatkan ide-ide menarik yang bisa menjadi inspirasi untuk Tugas Karya Akhir ini. Musik indie memiliki sejarah yang menarik untuk dikembangkan. Mulai dari awal kemunculannya di daerah Eropa dan Amerika. Melalui perkembangan teknologi musik indie kemudian juga menghampiri Indonesia hingga melahirkan musisi-musisi yang berbakat. Musisi indie memiliki indentitas yang unik hingga hal ini yang membuat penulis tertarik mengangkat profil dari White Shoes and The Couples Company. Pengalaman yang tak terlupakan bagi penulis untuk menyelesai Tugas Karya Akhir ini. Penulis menyadari Tugas Karya Akhir ini masih membutuhkan penyempurnaan. Penulis mempersembahkan Tugas Karya Akhir ini untuk pengembangan program studi Penyiaran di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk pengembangan Tugas Karya Akhir ini.
Depok, Desember 2013
Penulis
iii
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat engkau penulis dapat menyelesaikan Tugas Karya Akhir untuk meraih gelar sarjana. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Orang tua penulis, Pak John Andryan dan Ibu Oslinda serta kedua kakak penulis, Sylvia Mayang Sari dan Yolanda Pratiwi. 2. Para dosen di Komunikasi UI, Prof. Dr. Ilya R. Sudjono, Msi., Dra. Ken Reciana, MA dan kepada pembimbing akademik penulis Amelia Hezkasari Day, S.S., M.E. 3. Ria Ernunsari, S.IP, M.A, sebagai dosen pembimbing penulis dan Sri Esti Tri Wandari, MA, sebagai penguji sidang TKA. 4. Seluruh Staff Tata Usaha dan Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi. 5. David Tarigan, David Karto, Rio Farabi, White Shoes and The Couples Company, Ahmad Gunawan terimakasih untuk waktu dan informasi yang berikan untuk TKA ini. 6. Pejuang TKA IKP 2010, Resti Ghina Ulfah, Widiani Budiarti, M. Raizuli Narra, Annisha, Febry Fakhrurrizal,
Dara Ninggar, Widya
Arifianti, Daina Hasanti, dan Bagas Aditya. Terimakasih atas semua drama yang kita lakukan bersama. 7. Keluarga IKP Reguler 2010, keluarga besar Komunikasi 2010, Nurul Fitri, Witri Suri, Amalia Pascadwita, Alfudhla Amrul, Melyza Ulfah, Johannes Natanael, Ni Putu Dessy Wulandari, Florida, Hendy Christianta, M. Rezky, Syayu Z, Geng Promonster Kompas TV, dan Growmint crew terimakaih untuk hari-hari yang indahnya. 8. Untuk Muhammad Safarizky, yang terus setia mendampingi penulis selama pembuatan TKA ini. Dan
pihak-pihak
lain
yang
mendukung
penulis
sehingga
dapat
menyelesaikan TKA ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap karya ini bisa memberikan masukan dan menginspirasi orang banyak. Sekian dan terima kasih. iv
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
v
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
RINGKASAN EKSEKUTIF Nama Program Studi Judul
: Thessa Regina : Industri Kreatif Penyiaran : Prototype Program Dokumenter TV “Indienesia”
Penurunan kualitas musik di Indonesia membuat musik indie menjadi alternatif pilihan musik bagi remaja. Kedatangan musik indie dari negara Eropa dan Amerika ke Indonesia tidak terlepas dari perkembangan teknologi. Hasil riset mengungkapkan cara mengeksplorasi musik indie di Indonesia dapat dibuat dengan program dokumenter. Manfaat utama pengembangan prototype ini adalah mengedukasi remaja mengenai perkembangan musik yang ada di Indonesia, khususnya musik indie. Tujuan utama pengembangan prototype adalah menampilkam perjalanan musik indie di Indonesia dari sejarahnya hingga pelakupelaku yang bergelut pada bidang musik ini. Prototype yang dikembangkan adalah program dokumenter, berjudul “Indienesia” yang bercerita tentang pelaku yang terlibat di dunia musik indie. Pretest yang dilakukan adalah melakukan wawancara pakar serta menggunakan data dari lembaga Nielsen. Pada metode evaluasi dilakukan penyebaran kuesiner terhadap khalayak sasaran “Indienesia” Anggaran pembuatan prototype ini sebesar Rp 371.000,-. Rencana anggaran produksi program untuk satu episode sebesar Rp 29.265.000,-. Tidak ada penetapan yang baku mengenai sasaran pendapatan. Sedangkan untuk anggaran pelaksanaan evaluasi protoype ini sebesar Rp 1.775.000,Kata kunci: Musik indie, program documenter, teknologi, media baru
vi
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
EXECUTIVE SUMMARY Name Program Study Title
: Thessa Regina : Broadcasting Creative Industry : Prototype Documentary TV Program “Indienesia”
The decrease in music quality in Indonesia makes indie music into alternative music for teenagers. The arrival of indie music from Europe and America to Indonesia is not far from technology. Research’s result uncovers that indie music in Indonesia can be explored through documentary program. The main benefit from this prototype’s development is to educate teenagers about music in Indonesia, especially indie music. And the main goal from this prototype’s development is to show the journey, the history, and the field actors of indie music in Indonesia. The developed prototype is a documentary program which titled “Indienesia”. The program will describe the field actors which involved in indie music’s world. The pre-test is using Nielsen’s data and interviews. The evaluation method is using questioner to “Indienesia”’s target audience. The budget for making this prototype is reached Rp371.000,-. Budget’s plan to produce one episode of the program is Rp 29.265.000,-. There is no standard-setting for target revenue. Meanwhile the implementation of evaluation budget for this prototype is Rp1.775.000,Key words: Indie Music, documentary program, technology, new media
vii
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN PERNYATAN ORISINALITAS ................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................... v TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................. v EXECUTIVE SUMMARY .............................................................................. vii DAFTAR ISI ................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................. x DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi BAGIAN SATU Analisis Situasi........................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Hasil Riset Pasar/Khalayak..................................................................... 3 1.2.1 Musik Indie di Dunia ...................................................................... 3 1.2.2 Musik Indie di Indonesia................................................................. 8 1.2.3 Perkembangan Teknologi ............................................................. 10 1.2.4 Industri Musik Indie ..................................................................... 11 1.3 Pernyataan Kebutuhan .......................................................................... 14 BAGIAN DUA Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototype .................... 14 2.1 Manfaat ................................................................................................ 14 2.1.1 Manfaat Bagi Khalayak ................................................................ 14 2.1.2 Manfaat Bagi Pengelola ................................................................ 14 2.2 Tujuan .................................................................................................. 16 2.1.1 Tujuan Sosial ................................................................................ 16 2.1.2 Tujuan Ekonomi ........................................................................... 16 BAGIAN TIGA ................................................................................................ 17 Prototype yang Dikembangkan ........................................................................ 17 3.1 Program yang Diusulkan ...................................................................... 17 3.2 Stasiun ................................................................................................. 17 3.3 Khalayak Sasaran ............................................................................. 18 3.3.1 Geografis ...................................................................................... 18 3.3.2 Demografis ................................................................................... 18 3.3.3 Stastus Sosial Ekonomi ................................................................. 18 3.3.4 Psikografis/Gaya Hidup ................................................................ 19 3.3.5 Teknografis .................................................................................. 19 3.4 Analisis SWOT .................................................................................... 20 3.4.1 Strengths....................................................................................... 20 3.4.2 Weaknesses ................................................................................... 20 3.4.3 Opportunities................................................................................ 21 3.4.4 Threats ......................................................................................... 21 3.5 Posisi dan Diferensiasi Produk ............................................................. 22 3.6 Nama atau Judul Program yang Diusulkan ........................................... 22 3.7 Sinopsis................................................................................................ 22 3.8 Treatment ............................................................................................. 23 3.9 Waktu Tayang ...................................................................................... 28 viii
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
3.10 Durasi .............................................................................................. 28 3.11 Format Program ............................................................................... 28 3.12 Konsep Program ............................................................................... 28 3.13 Rundown .......................................................................................... 29 3.14 Kerabat Kerja yang Dibutuhkan ....................................................... 30 3.15 Peralatan Produksi ............................................................................ 30 3.16 Lokasi Shooting................................................................................ 30 BAGIAN EMPAT Evaluasi ............................................................................. 17 4.1 Rencana Media Pra-Uji (Pre-Test)........................................................ 17 4.1.1 Metode Media Pre-Test ................................................................ 17 4.1.2 Waktu Media Pre-Test .................................................................. 33 4.1.3 Materi Media Pre-Test .................................................................. 34 4.1.4 Instrumen Media Pre-Test ............................................................ 34 4.2 Rencana Evaluasi ................................................................................. 34 4.2.1 Metode Evaluasi ........................................................................... 34 4.2.2 Waktu Evaluasi............................................................................. 35 4.2.3 Materi Evaluasi............................................................................. 35 4.2.4 Instrumen Evaluasi ....................................................................... 35 BAGIAN LIMA Anggaran .............................................................................. 36 5.1 Anggaran Pembuatan Prototype ........................................................... 36 5.2 Rencana Anggaran Penerbitan Media ................................................... 37 5.3 Prakiraan Pendapatan ........................................................................... 38 5.3.1 Feasibilities Study......................................................................... 38 5.3.2 Penjualan Footage ........................................................................ 39 5.3.3 Penjualan Program Dokumenter.................................................... 39 5.4 Rencana Anggaran Evaluasi ................................................................. 39 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... xii
ix
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Pengguna Internet 2013.................................................................11
Tabel 1.2
News, Information, Entertainment All TV, 10 Nielsen Cities, August 11 – September 21, 2013...................................................13
Tabel 3.1
Rentang SES 2013..........................................................................18
Tabel 3.2
Treatment “Indienesia”..................................................................23
Tabel 3.3
Rundown “Indienesia”....................................................................29
Tabel 5.1
Anggaran Prototype “Indienesia”..................................................36
Tabel 5.2
Rencana Anggaran Produksi Program “Indienesia”......................37
Tabel 5.3
Feasibilities Study Kompas TV………………………………….38
Tabel 5.4
Pendapatan berdasarkan Feasibilities Study..................................39
Tabel 5.5
Anggaran Evaluasi Prototype “Indienesia”.................................. 40
x
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Pertanyaan untuk Narasumber
Lampiran 2
Data Diri Narasumber
Lampiran 3
Daftar Episode “Indienesia”
xi
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
BAGIAN SATU Analisis Situasi 1.1
Latar Belakang “Musik Indonesia itu lesu gak banyak pilihan, yang menyelamatkan adalah
rilisan-rilisan dari indie”. Hal ini disampaikan oleh David Tarigan selaku pengamat musik indie di Indonesia. Musik populer Indonesia masih didominasi dengan genre Pop-Melayu. Bahkan hingga pertengahan 2011 saat boyband dan girlband mulai menerpa, Pop-Melayu masih menjadi pilihan masyarakat Indonesia. (Galuh, 2012). Inilah yang menyebabkan banyaknya opini yang bermunculan mengenai kualitas musik populer di Indonesia cenderung menurun. David Tarigan mengatakan mengenai kualitas musik itu sangat relatif dan subjektif. Namun di sisi lain pelantun lagu “Barcelona” sekaligus salah satu penerima “The Immortals” pada tahun 2008 – Fariz R.M. pada majalah Rolling Stone Indonesia, mengatakan bahwa, “Masing-masing dari pelaku industri musik tanah air seharusnya mempunyai tanggung jawab. Sinergi dari peran itu tidak ada, sehingga kita tidak pernah ada standar kualitas”. (Rolling Stone, 2009). Anak muda sebagai khalayak sasaran yang besar sudah disuapi dengan berbagai jenis musik yang ada saat ini. Hingga akhirnya anak muda membutuhkan alternatif musik yang mampu memenuhi kebutuhan mereka. Inilah yang menjadi permulaan kemunculan musik independen. Nama musik independen lebih dikenal dengan musik indie di tengah masyarakat. Musik indie hadir mewarnai blantika musik Indonesia pada satu dekade belakangan ini. Padahal musik ini sudah hadir dari 1977 yang diawali oleh Guruh Gipsy mereka menjadi pelopor musik indie di tengah homegenitas musik yang ada saat itu. Sama halnya yang terjadi pada beberapa tahun belakangan ini. Musik indie menjadi alternatif pilihan musik bagi anak muda yang membutuhkan sesuatu yang mampu menyuarakan jati dirinya. (Tarigan, 2013). Banyak dampak positif yang diberikan oleh musik indie untuk musik Indonesia. Mereka dianggap sebagai penyelamat yang membawa perubahan bagi warna musik di negeri ini. Editor majalah Rolling Stone Indonesia, Wendi Putranto menyebutkan terdapat beberapa dampak yang patut diperhitungkan atas sepak terjang dari musik indie. Pertama adalah adanya restorasi selera musik 1 Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
2
masyarakat secara keseluruhan. Indie dianggap sebagai alternatif pilihan terbaik di tengah keseragaman musik yang disajikan. Kedua, kelompok musik yang dikembangkan melalui jalur indie kini mulai besar dari fan-based yang mereka miliki, seperti PAS Band, Naif, Maliq & D’essentials, White Shoes and The Couples Company, Mocca dan banyak lainnya. Selanjutnya dampak ketiga adalah adanya dukungan dari major label ke indie label. (Naldo, 2012). Hal ini sudah dimulai pada akhir tahun 1990-an oleh label independen/Pops dengan Aquarius Musikindo. Selain itu juga seperti kepindahan PAS Band dari indie label ke label besar yang cukup memunculkan kekhawatiran dari musisi indie lain apakah jati diri PAS Band akan berubah setelah masuk ke label besar. Ketakutan tersebut tidak terbukti malah PAS Band semakin menguatkan karakter grup musik mereka untuk mampu bersaing dengan musisi lainnya. (Ranuatmaja, 2002). Kemunculan musik indie tidak terlepas dengan pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat. Ini yang menjadi tangan kanan musik indie sebagaimana yang kita rasakan perkembangannya saat ini. David Tarigan menyatakan bahwa dengan kemudahan teknologi yang ada sekarang apapun bisa dibuat sendiri. Mulai dari proses rekaman yang sangat mudah hingga proses pendistribusian yang dapat mencapai penjuru dunia. Ditambah dengan revolusi dunia digital yang semuanya dapat diraih dengan mudah. Tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar, musisi bisa mencapai hasil produksi sesuai dengan mereka inginkan. Pemanfaatan new media, dunia internet dan digital menjadi salah satu faktor penguat keberadaan band indie. (Putranto, 2011). Ketika mencoba peruntungan dengan memasukan rilisan mereka ke major label dan mendapat penolakan, mereka tidak patah semangat untuk mencobanya merilis karya mereka melalui tools yang disediakan new media. Media sosial – Facebook, Twitter, Official website, MySpace, Soundcloud, Instagram – menjadi pilihan tepat, saat itu musisi merilis karyanya, saat itu juga khalayak dapat menikmati karya tersebut. Penelitian Allfacebook menyatakan bahwa Indonesia di tahun 2012 menempati posisi keempat sebagai negara dengan pengguna Facebook terbesar di dunia yaitu empat puluh delapan juta pengguna. Sama hanya dengan pengguna Twitter, Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
3
lembaga analis Semiocast menyebutkan Indonesia menduduki peringkat lima pengguna terbanyak Twitter dengan angka 29,4 juta tahun 2013. Tidak salah rasanya media sosial dipilih sebagi wadah yang tepat untuk melakukan proses promosi dan distribusi. Sebagai salah satu bagian dari pangsa besar musik Indonesia, penulispun merasakan keseragaman jenis musik yang akhirnya terdapat rasa jenuh dengan suguhan musik Indonesia. Hal inilah yang membuat penulis ingin mengangkat bagaimana nilai-nilai dunia indie yang dibawa oleh musisi-musisi indie di Indonesia, baik melalui musik mereka dan juga eksistensi mereka di dunia musik indie. Melalui program ini diharapkan dapat memberikan alternatif tontonan bagi anak muda yang sesuai dengan kebutuhan mereka mengenai musik Indonesia.
1.2
Hasil Riset Pasar/Khalayak 1.2.1 Musik Indie di Dunia “Kemunculan kata indie di tengah masyarakat diseluruh dunia bukan menjadi suatu kata yang mampu mempermudah dalam pengklasifikasian jenis musik namun malah menyesatkan”. (Tarigan, 2013). Banyak kerancuan yang muncul dengan penggunaan istilah tersebut. Permasalahan dibalik ini adalah karena kita mengadaptasinya dari bangsa barat. Namun jika parameter yang kita gunakan semua dari barat tentu bisa dimengerti secara keseluruhan. Cikal bakal indie terbentuk diawali oleh pengaruh yang muncul pada Perang Dunia Kedua. Seperti yang diketahui bahwa Perang Dunia Kedua telah mengubah banyak elemen kehidupan di dunia, apalagi negera-negara di Amerika dan Eropa. Salah satunya musik yang besar pada 1920-1930-an adalah musik swing. Musik ini cukup bertahan lama hingga Perang Dunia Kedua selesai. Alasan dipertahankannya jenis musik ini karena pendengar musik swing adalah seluruh lapisan masyarakat mulai dari orang tua hingga anak muda. “Musik swing berbicara mengenai komposisi musik yang indah, santun, mendayu-dayu yang memiliki arti yang baik” David Tarigan bercerita. Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
4
Musik ini menjadi standar yang normal digunakan jika musik lain ingin muncul. Namun lama kelamaan terjadilah kebosanan pada anak-anak muda. “Misalnya kita jadi anak muda, gue gak kebanyang tuh, bosen banget pasti saat itu. Gue yang menggebu-gebu yang pengen berontak pengen ini itu segala sesuatu nature-nya anak muda tidak terwakili”. (Tarigan, 2013). Sedikit demi sedikit kesantunan tersebut mulai luntur pada masa kemunculan Frank Sinatra di tahun 1940-an karena ia adalah salah satu penggebrak aliran swing yang tidak biasa hingga kaum hawa histeris dengan kehadirannya. Dari segi musik yang ditawarkan Frank Sinatra tidak memiliki sesuatu yang mengangumkan namun nilai jualnya adalah dari segi fisik, wajah yang tampan serta aksi panggung yang menarik. Kedatangan musik R&B yang membawa tempo musik yang lebih “danceable” dan disertai lirik-lirik yang dominan menjual seksualitas, cabul, dan mesum hanya dapat dinikmati oleh orang-orang kulit hitam. Lanjut ke tahun 1955 muncul penyanyi country western bernama Bill Haley. (Swenson, 1985). Ia mengeluarkan lagu yang berjudul Rock Around The Clock hingga lagu ini sukses dimana-mana. Lagu ini menjadi puncak musik Rock and Roll kala itu dan membuat segala sesuatunya berubah. Disinilah musik Rock and Roll lahir menjadi musik populer yang kita nikmati hingga kini. Banyak ekspektasi tak terduga dari kemunculan lagu ini. Ini juga mematahkan asumsi yang selama ini dianut oleh label besar mengenai pangsa anak muda tidak termasuk dalam daftar pasar mereka. Ketika masa Perang Dunia Kedua anak muda yang tadinya menerima apa adanya, mendengarkan lagu yang sama dengan orang tua mereka saat kemunculan warna musik ini anak muda akhirnya memiliki kekuatan. Di lagu Rock Around The Clock untuk pertama kalinya anak muda menemukan musik mereka, menemukan jati diri mereka. Meledaknya lagu ini membuat Bill Haley memutuskan membuat film dengan judul yang sama. Ketika film ini mulai diputar di sejumlah bioskop, film ini menuai hambatan, sempat dibanned di beberapa lokasi. Hal ini terjadi karena sekelompok anak-anak muda – dikenal dengan “Teddy Boys“ di Inggris – mereka melakukan Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
5
kerusuhan ketika film ini diputar. (Gelder, Ken, & Thomtom, 1997). Mulai dari mencabuti kursi-kursi teater, bergoyang hingga aksi brutal yang mengamcam para penonton. Lagi-lagi terjadi perubahan yang berarti bagi dunia anak muda. Beranjak ke tahun 1956 Elvis Presley hadir mengukuhkan Rock and Roll yang sebenarnya. (Reavens, 2002). Elvis menjadi standar superstar yang sesungguhnya melalui Rock and Roll hingga ia dijuluki King of Rock and Roll. “Elvis adalah bintang yang sempurna dengan paket yang ia bawa ke khalayak. Pertama, ia memiliki wajah yang tampan seperti yang dimiliki oleh Frank Sinatra. Kedua, ia memadukan lirik cabul sangat seksual á la penyanyi R&B kulit hitam dan ketiga aksi panggung menawan serupa penyanyi country. Semua unsur ini kemudian yang diagung-agungkan oleh anak muda terutama wanita”. (Tarigan, 2013). Mereka menjadi penggemar di barisan utama yang terus berteriak tiada henti kepada idolanya itu. Semua tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan. Kuping panas orang tua, pemuka agama yang kebakaran jenggot terus mengecam habis-habisan musik ini hingga muncul sebutan Rock and Roll adalah musik setan. Musik ini telah membuat suatu rumus yang dibutuhkan anak muda untuk memberontak saat itu. Rock and Roll adalah “Sang Fajar” yang mampu mengubah dunia dan mengubah musik populer dunia. Ini juga menjadi angin segar bagi jurnalis musik karena akhirnya mereka mendapatkan bahan tulisan yang dapat dijual. Seperti wacana-wacana sosial menjadi bahan yang sangat menarik untuk diangkat karena perubahan menonjol yang muncul setelah Rock and Roll hadir. Banyak hal yang bisa dijadikan tulisan bagi jurnalis musik. Porsi yang sangat besar dimiliki oleh anak muda karena musik ini tentang anak muda. Akhir 1950-an hingga paruh pertama 1960-an waktunya British invasion. The Rolling Stone, The Beatles, The King, Beatles Mania dan lainnya sudah digilai seluruh anak muda di dunia. Invasi Britania ini Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
6
menetapkan standar untuk musik dunia saat itu. Anak-anak muda tak bisa menahan keinginan mereka untuk menjadi idola baru ini. Ingin berekspresi seperti idolanya yang mereka akui bahwa ini musik mereka. Bersamaan dengan itu produsen instrumen elektrik seperti gitar mengeluarkan alat-alat yang murah agar dapat dibeli oleh anak muda yang amatir. Gitar menjadi alat yang revolusioner, merepresentasikan musik Rock and Roll. Saat itu di dunia barat, Amerika dan Inggris hampir di seluruh garasi rumah dipenuhi oleh remaja-remaja yang berupaya mengimitasi idola mereka. Remaja-remaja ini diberi sebutan “garage band” – istilah ini umum digunakan terutama pada tahun 1960-an. Garage band menjamur, ditambah dengan alat-alat musik terjangkau akhirnya bermunculan studiostudio kecil yang mengakomodir kegiatan bermusik mereka. Lokasi studiostudio ini bukan berada di kota-kota besar melainkan kota-kota kecil, David menambahkan.
Walaupun studio
ini berskala
kecil,
mereka bisa
memberikan fasilitas rekaman kepada garage band. Ketika hasil rekaman selesai garage band ini mencoba peruntungan dengan mengirimkannya ke perusahaan remakan besar. Bukan sambutan baik yang didapat, karya mereka ditolak mentah-mentah oleh perusahaan remakan besar. “Pantang menyerah tidak ada di dalam kamus anak-anak muda ini. Label-label kecil akhirnya membantu merilis karya mereka atau mereka merilis sendiri, hal ini sangat massive terjadi saat itu”. (Tarigan, 2013). Pada dasarnya mereka melakukan apa yang dilakukan oleh band indie dan independen label. Pertanyaan baru muncul, mengapa mereka ada? – indie band dan independen label – karena adanya penolakan dari label-label besar. Apa yang mereka lakukan ini adalah bentuk pengekspresian yang anomali tidak mainstream. “Kalau kita ngobrol tentang musik Rock and Roll itu yang paling bener penuh dengan omong kosong gaya anak muda dan akhirnya yang menuntun mereka untuk merilis. Itu adalah keyakinan mereka itu semua untuk menjadi keren untuk mengekspresikan kemarahan mereka”. (Tarigan, 2013).
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
7
Saat anak muda memutuskan pilihan untuk mengeluarkan album, mereka tidak memiliki pikiran dengan yang namanya ideal, etos kerja bahkan konsep Do It Yourself
(D.I.Y) sendiri. Tetapi mereka sudah
merancang jalan untuk membentuk etos dan konsep D.I.Y. Keadaan lingkungan pada tahun 1970-an hingga 1977 yang membuat mereka membentuk jejak-jejak ini. Melewati masa Rock and Roll datang jenis musik baru, Punk Explosion.
Musik punk juga menyumbangkan
banyak perubahan.
Pergerakan punk itu membuat seluruh anak punk bersatu untuk menggarap sistem yang baru agar dapat melawan sistem yang ada, jelas David Tarigan. Musik yang eksis sebelumnya mereka anggap seperti “dinosaurus” termasuk rocker-rocker. Mereka mengungkapkan keinginan mereka yang ingin memiliki musik yang berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Langkah yang mereka lakukan untuk menyuarakan keyakinan mereka adalah dengan merilis sendiri atau membuat perusahaan rekaman sendiri maupun memanfaatkan koneksi pertemanan mereka yang mempunyai perusahaan rekaman sendiri. Era ini juga membuat mereka lanjut ke tahapan yang lebih jauh dengan mendistribusikan rilisan mereka sendiri. Inilah etos D.I.Y seperti yang kita rasakan saat ini. David Tarigan menekankan bahwa mereka melakukan itu semua dengan penuh kesadaran dengan ada etos yang sebelum-sebelumnya mulai terbentuk tetapi hal ini dideklarasikan pada tahun 1977. Sistemnya dibuat, label dibentuk hingga dibangun toko. Istilah indie dimulai saat sejak itu diakhir tahun 1970-an muncul indiechart. Genre musiknya sangat beragam. Pada dasarnya didominasi oleh musik pop namun juga ada jenis yang paling keras. “Musiknya sih A-Z pada dasarnya ada yang paling pop dan yang paling keras gak bisa didengerin seperti layaknya budaya anak muda yang eklektik seperti yang anak muda suka. Baju lo yang digabungin yang lo suka tapi tetep ada benang merahnya. Ada perlawanan dan itulah yang jadi cikal bakal apa yang terjadi sekarang”. (Tarigan, 2013).
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
8
1.2.2 Musik Indie di Indonesia Ketenaran musik indie lebih diperhitungkan pada sepuluh tahun terakhir yang didominasi oleh dua kota besar yaitu Jakarta dan Bandung. (Ibrahim, 2013). Komunitas indie tidak berhenti sampai dua kota besar tadi. “Virus” inipun terus menyebar ke Jogjakarta, Semarang, Surabaya hingga kota-kota pelosok seperti Malang, Klaten, Bogor dan kota lainnya. Indie juga sudah dimulai pada era grup musik Guruh Gipsy yang merupakan kolaborasi antara Guruh Soekarnoputra dengan grup musik Gipsy, atau Shrak Move sebelum kemunculan Guruh Gipsy. (Gipsy, 2000). David Tarigan mengatakan bahwa mereka rata-rata merilis sendiri karya mereka. Hal ini mereka perbuat karena arena musik yang mereka mainkan tidak sesuai dengan keinginan pemilik label Indonesia saat itu, lagi-lagi karena musik mereka berbeda dengan apa yang laris di pasaran. Jika dihubungkan peristiwa yang terjadi di barat tahun 1977 itu sama dengan tahun 1991 di Indonesia. Salah satu album awal era itu yang pertama adalah PAS Band, kemudian bermunculan band-band yang berasal dari Bandung, Close Minded, Puppen tahun 1992, hadir band rock industrial, Koil pada tahun 1993 lalu Pure Saturday tahun 1996. Perkembangan pesat band-band indie ini bahkan melahirkan album kompilasi “Masa Indah Banget, Sekali, Pisan” tahun 1994. Berjalannya waktu membuat pertumbuhan musik indie semakin berkembang. Banyak grup musik indie baru yang memberikan prestasi yang tak terduga. Seperti Mocca pada album “My Diary” telah menjual albumnya sebanyak 100.000 keping. Pada tahun 2002 muncul band bergaya garage band bernama The S.I.G.I.T (The Super Insurgent Group of Intemperance Talent). Single pertamanya berjudul “Soul Sister” berhasil menduduki hit di kota Jakarta dan Bandung. Tak tanggung-tanggung The S.I.G.I.T juga ikut berkontribusi pada film Catatan Akhir Sekolah (2005) menjadi pengisi soundtrack pada film itu. (Profil, 2007). Karir The S.I.G.I.T di kancah dunia internasional
tidak
kalah
mengangumkan,
The
S.I.G.I.T.
bersama
perusahaan rekamannya, Fast Forward (FFWD), menggelar tur sebagai Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
9
band pembuka Dallas Crane di Australia. Prestasi internasional lainnya yang telah dicapai oleh The S.I.G.I.T adalah tampil pada acara SXSW Festival di Amerika Serikat (Texas dan California), dan Hongkong (SXSW, 2009). Prestasi yang telah ditorehkan kedua band indie asal Bandung patut diperhitungkan dalam jagat musik indie Indonesia. Beralih ke kota Jakarta, identik dengan nama-nama band yang unik atau bahkan aneh menjadi bentuk gaya tersendiri bagi pelaku musik indie. Misalnya Pestol Aer yang muncul pada tahun 1992 kemudian juga ada Rumah Sakit yang merilis albumnya pada 1996. Pencetus energi indie di Jakarta dimotori oleh band Naif. Band yang bergaya á la khas retro fashion dimasa 1970-an mampu menanamkan pandangan menarik lewat hits mereka “Mobil Balap” mengenai musik Indonesia. Banyak band-band indie baru lahir karena terinpirasi oleh Naif. Seperti White Shoes and The Couples Company yang memulai debut mereka pada tahun 2007 waktu masih berada di bawah bendera Aksara Records. Album debut ini juga dirilis berkerja sama dengan Minty Fresh Records asal Chicago, Amerika. Dalam kerjasama ini album White Shoes and The Couples Company dirilis ke-lima negara, yakni Amerika Serikat, Australia, Mexico, Kanada, dan Jepang. Tak berhenti disitu White Shoes and The Couples Company juga turut berpartisipasi pada festival Touth By South West di Texas pada tahun 2008. Mereka sudah menggelar tur keliling Eropa sebanyak dua kali, dan yang terbaru adalah bermain di Darwin Festival Australia pada Agustus lalu. (Darwin, 2013). Ada juga Efek Rumah Kaca (ERK) ketika mereka merilis album pertama mereka mendapatkan tanggapan yang baik. Mulai dari media hingga masyarakat yang tertarik dengan musik mereka. Ulasan yang diberikan media bisa dibilang luar dugaan karena mereka menganggap Efek Rumah Kaca sebegai “penyelamat musik Indonesia” melalui lirik-lirik cerdas grup musik ini. Efek Rumah Kaca juga tak kalah dengan band-band indie lainnya mengenai prestasi. Efek Rumah Kaca mendapatkan penghargaan dari MTV Music Awards 2008 Indonesia sebagai The Best Cutting Edge. (Hilmi, 2009). Selain itu Efek Rumah Kaca mendapatkan title Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
10
sebagai Rookie of The Year2008 yang diberikan oleh majalah musik Rolling Stone Indonesia. (Taufiqurrahman, 2009). Perkembangan musik indie juga didukung dengan banyaknya tawaran mengisi Pentas Seni (Pensi). Band indie kian populer di tengah anak-anak muda. Seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa musik ini memang dilahirkan untuk anak-anak muda. Perkembangan lain yang patut dipertimbangkan adalah mengenai penjualan rilisan-rilisan yang dihasilkan oleh pelaku musik independen yang terus menanjak. Memang belum terdapat sebuah data akurat yang menyebutkan hal tersebut. Anak-anak muda sebagai pangsa terbesar musik ini, tidak lagi membutuhkan waktu berfikir dua kali membeli album, merchandise asli yang dikeluarkan oleh grup musik kesukaannya tidak seperti zaman dahulu yang masih dipengaruhi oleh orang tuanya mengenai selera dalam bermusik. Fenomena inilah yang menjadi sorotan orang banyak termasuk penulis tentang perjalanan musik independen dalam kurung waktu sepuluh tahun terakhir.
1.2.3 Perkembangan Teknologi Perkembangan teknologi menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan musik indie di Indonesia. Ditambah pengguna internet di Indonesia juga semakin bertambah. Marketeers bersama lembaga riset MarkPlus Insight melakukan riset terhadap Internet User di Indonesia
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
11
Tabel 1.1 Pengguna Internet 2013
Sumber: Markplus Insight, Markeeers Magazine November 2013
Survei ini dilakukan di sepuluh kota besar di Indonesia, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Pekanbaru, Denpasar, Banjarmasin, dan Makassar. Riset juga menyatakan bahwa hampir separuh dari netizen di Indonesia adalah pengguna di bawah umur tiga puluh tahun dan hampir 95% dari netizen ini menggunakan telepon pintar (smartphone) untuk mengakses internet.
1.2.4 Industri Musik Indie Label-label besar mampu meramalkan musik mana yang akan sukses seperti penjelasan David Tarigan di awal. Hal ini terus terjadi hingga akhirnya label besar melihat grup-grup musik indie ini akan mendatangkan keuntungan yang besar. Di akhir tahun 1980-an mereka bisa mencium di tahun 1990-an musik ini bisa meledak. Grup musik yang masih berada di label-label kecil buru-buru dikontrak oleh mereka, begitu dikontrak mereka langsung merilis album mereka di label besar. Sebelumnya, di tahun 1970an akhir label-label indie diakuisisi karena band indie yang ada di dalamnya mulai membangkang. Akhirnya grup-grup musik yang bernaung di Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
12
dalamnya juga berkembang dan juga label indie-nya.
Ramalan mereka
ternyata terbukti dengan menarik Nirvana dari label Sub Pop, Seatle di tahun keduanya Nirvana bergabung dengan label besar milik David Geffen. Berbicara musisi indie yang bergabung dengan label indie biasanya karena mereka memiliki visi yang sama dan mereka menyukai sesuatu yang sama. Sifat kerjasamanya tidak seperti klien. Metode bahu-membahu saling bekerja sama itu yang ideal karena bersama melakukan apa yang disukai. Hal yang ideal lainnya secara profesional juga ada wilayah-wilayahnya tetapi lebih longgar. Lebih longgar dibanding perusahaan rekaman yang besar karena yang berusaha dicapai bukan melulu materi tapi bagaimana menyampaikan pesan, menyampaikan keyakinan dan menyebarkannya ke orang lain, melalui musik yang dimiliki. David Tarigan juga berbagi pengalaman mengenai membangun Aksara Records walaupun saat ini sudah tidak beroperasi lagi. (Putranto, 2011). Berawal dari ketidak-sengajaan David Tarigan bersama Hanin Sidharta ingin mendirikan perusahaan rekaman. David menyatakan bahwa ia bersama rekannya memiliki kesempatan untuk mewujudkan keinginan mereka untuk membagi keyakinan mengenai musik yang bagus. Mereka juga bukan orang yang memiliki latar belakang manajemen industri. Berpegang pada keyakinan yang mereka miliki mereka percaya keyakinan tersebut akan menuntun mereka. Musisi indie yang bergabung di label ini adalah orang-orang yang memang berada pada lingkungan mereka. Tumbuh bersama, belajar tentang sistemnya juga bersama. David Tarigan berpendapat, sampai sekarang yang paling lama dan bisa hidup baik menurutnya adalah Demajors. Semua elemen untuk membentuk suatu industri sudah dimiliki. Dari segi profesional, terdapat kontrak dan hal-hal terkait lainnya, namun di dalam penerapannya bisa dikatakan cukup longgar karena berbasis pertemanan dan karena di dalam label ini memiliki visi yang sama. Ketika sebuah grup musik datang ke label ini, Demajors akan menyesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh grup musik karena berdasarkan prinsip bahu-membahu. Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
13
Industri musik kini sudah memiliki banyak perbedaan. Ketika zaman dahulu penjualan album adalah segalanya, sebagai sumber pendapatan utama. Tur diselenggarakan hanya untuk mendukung album yang sudah diluncurkan. Namun kini hal tersebut berbeda 180 derajat. Kini tur, konser menjadi pemasukan utama bagi grup musik. Sedangkan penjualan album berada ditahap yang sangat perihatin. Beberapa waktu yang lalu Naif dan Koil membagikan secara gratis album mereka. Setiap grup musik punya gayanya
masing-masing,
memiliki
caranya
sendiri-sendiri.
Setiap
langkahnya adalah estetika yang mereka miliki.
1.2.5 Hasil Riset Data Nielsen Lembaga riset Nielsen mengatakan bahwa masyarakat tidak hanya membutuhkan program hiburan semata namun juga membutuhan program informatif. Ini terlihat pada tabel berikut. Tabel 1.2 News, Information, Entertainment All TV, 10 Nielsen Cities, August 11 – Sept 21, 2013 Information: Travel/Lifestyle/Leisure Information: Skill/Hobbies Information: TV Magazine Information: Infomercial Information: Infotainment Information: Documentary Information: TalkShow 0% Supply
10%
20%
30%
Demand
Sumber: Nielsen Ariana, TA:15-44 ABC
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
14
Dari tabel ini dapat terlihat bahwa program informatif yang dikemas pada tayangan dokumenter masih kurang. Oleh karena itu penulis ingin memenuhi kebutuhan akan informasi ini.
1.3
Pernyataan Kebutuhan Berdasarkan hasil riset, penulis memilik untuk mengembangkan ide dasar
cerita berbentuk dokumenter. Kemunculan musik indie di Indonesia yang mampu menarik perhatian besar dari anak muda hingga menjadi alternatif musik bagi merekalah yang membuat penulis ingin mengangkat fenomena ini. Ditambah dengan pernyataan dari David Tarigan yang mengatakan bahwa musik ini adalah musik anak muda yang mampu memberikan pengaruh besar dalam hidup mereka. Kemasan dokumenter musik ini akan dibuat melalui tiga perspektif yakni dari pengamat musik, industri musik indie – perusahaan rekaman indie, dan musisi indie-nya sendiri.
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
BAGIAN DUA Manfaat dan Tujuan Pengembangan Prototype
2.1
Manfaat 2.1.1 Manfaat Bagi Khalayak Manfaat yang ingin diberikan melalui program ini kepada masyarakat adalah: 1. Menjadi alternatif tayangan bagi anak muda yang haus akan tayangan musik berkualitas. Grup musik indie yang akan menjadi sorotan setiap minggunya akan dipilih berdasarkan prestasi dan memiliki nilai-nilai yang baik di dalamnya sehingga bisa ditularkan kepada anak muda. 2. Membuka wawasan anak muda Indonesia mengenai perkembangan musik yang ada di Indonesia, khususnya indie. Melalui program ini penulis akan mencoba untuk menjabarkan perjalanan musik indie Indonesia melalui fakta-fakta yang mungkin belum banyak orang ketahui terutama anak muda. Serta membuat anak muda tidak hanya tertarik dengan sejarah musik luar negeri namun juga mendalami musik Indonesia. 3. Menjadi alternatif pilihan hiburan di televisi bagi remaja. Seperti kita ketahui remaja lebih dekat dengan dunia internet dan mulai meninggalkan televisi. Dengan pengemasan menarik, dinamis dan terdapat konten yang mereka sukai diharapkan program ini mampu mengembalikan minat remaja kepada televisi.
2.1.2 Manfaat Bagi Pengelola Manfaat yang akan diberikan kepada pengelola – program ini akan diajukan ke Kompas TV – dapat menambah keragaman tayangan program televisi Kompas TV yang didominasi oleh tayangan mendidik dan hiburan. Isi dari program ini memiliki kekuatan informasi yang kuat di bidang musik. Program ini juga menjadi terobosan program dokumenter yang membahas sesuatu dari yang marjinal menjadi tontonan yang layak ditonton bagi 15 Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
16
remaja. Selain itu, terpenuhinya tanggung jawab sosial dan kredibilitas sebagai televisi unggulan di mata masyarakat dengan menghadirkan tayangan yang mampu mendidik masyarakat. Sekaligus memberikan informasi remaja mengenai perjalanan musik yang kini mereka sukai. Program ini juga memiliki kesesuaian dengan visi dan misi Kompas TV, yang ingin menyajikan isi program televisi yang inspiratif, edukatif, dan menghibur. (Kompas TV, 2013) Program Kompas TV selama ini memang berbeda dari televisi nasional kebanyakan. Menyorot potensi Indonesia yang penuh dengan keberagaman adalah pemikiran utama dari Kompas TV.
2.2
Tujuan Program TV dokumenter ini dikembangkan untuk memenuhi beberapa
tujuan, yakni tujuan sosial dan ekonomi. 2.1.1 Tujuan Sosial Menampilkan perjalanan musik indie di Indonesia mulai dari sejarah musiknya sendiri hingga memperlihatkan pelaku-pelaku yang bergelut pada bidang musik ini. Menjadi program pilihan yang mampu menyajikan hiburan yang bermutu bagi khalayak. Sebuah program yang ikut melestarikan sejarah perjalanan musik bangsa. Menjadi jawaban dari keluhan anak muda mengenai ragam musik Indonesia yang kini sangat terbatas. 2.1.2 Tujuan Ekonomi Tujuan ekonomi yang diharapkan dari program dokumenter ini adalah mampu menarik para pengiklan untuk mengiklankan produk mereka yang sesuai dengan khalayak sasaran dari program ini. Diharapkan dapat membantu band-band indie yang berprestasi untuk mensponsori mereka demi memenuhi undangan untuk mengisi acara-acara festival kelas internasional.
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
BAGIAN TIGA Prototype yang Dikembangkan
3.1
Program yang Diusulkan “Indienesia” adalah sebuah program dokumenter tentang perjalanangrup-
grup musik indie ternama berserta sejarah dan perkembangan industri musik independen. Program ini dibuat sebagai alternatif tontonan bagi masyarakat khususnya remaja yang merasakan adanya penurunan kualitas terhadap musik populer Indonesia.
3.2
Stasiun Kompas TV menjadi pilihan dimana program ini akan ditayangkan. Kompas
TV merupakan sebuah perusahaan media yang menyajikan konten tayangan televisi yang inspiratif dan menghibur. Kompas TV mengemas program tayangan news, adventure, knowledge serta entertainment yang mengutamakan kualitas. Bimo Setiawan selaku Direktur Kompas TV menyatakan bahwa “Isi program tayangan Kompas TV menekankan pada eksplorasi Indonesia, baik kekayaan alam, khazanah budaya, Indonesia kini maupun talenta berprestasi”. Selain itu program yang dimiliki oleh Kompas TV juga didominasi oleh program dokumenter. (Kompas TV, 2013). Prestasipun telah diukir melalui program documenter Kompas TV pada ajang Piala Adiwarta 2012. (Mozes, 2012). Hal inilah yang semakin meyakinkan penulis bahwa Kompas TV adalah saluran yang tepat untuk program ini. Kompas TV turut melebarkan sayap ke ranah media baru yang kini tengah meroket. Dunia digital memberikan keuntungan bagi stasiun televisi. Streaming video kini dapat dinikmati oleh penonton yang ingin menonton program “Indienesia” secara online. “Indiensia” dapat dinikmati melalui situs resmi dari Kompas TV dan Youtube yang dimiliki oleh “Indienesia”. Hal ini tentu membuat khalayak sasaran dari “Indienesia” dapat diraih lebih banyak lagi.
17 Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
18
3.3
Khalayak Sasaran 3.3.1 Geografis Aspek geografis membagi khalayak sasaran menjadi beberapa unit geografis misalnya dari negara, provinsi, kota, dan lain sebagainya. Untuk hal ini, “Indienesia” diharapkan dapat dinikmati oleh masyarakat di Indonesia. 3.3.2 Demografis Aspek demografis dari target pasar “Indienesia” meliputi: Umur
: 15-24 tahun (primer), 25-35 (sekunder)
Jenis kelamin : Laki-laki dan perempuan Pendidikan
: SMA dan Perguruan Tinggi
3.3.3 Stastus Sosial Ekonomi Pengelompokan status sosial ekonomi masyarakat yang didasarkan pada pengeluarkan per bulan per rumah tangga. Terdapat lima kelas status sosial ekonomi berdasarkan data Nielsen Tabel 3.1 Rentang SES 2013
SES
Pengeluaran
SES AB (Kelas Atas)
> Rp 2.000.000,-
SES C (Menengah)
Rp 1.000.001 – Rp 2.000.000
SES DE (Kelas Bawah)
< Rp 1.000.000
Sumber: Rentang SES tahun 2013, Nielsen, 2013
Berdasarkan pengempokan ini, target penonton untuk program “Indienesia” adalah: Primer
: SES A-B
Sekunder
: SES C
Kelompok SES A-B yang dipilih karena kelompok ini termasuk ke dalam kategori pembeli potensial. Musik masuk golongan hiburan dan termasuk pada kebutuhan tersier. Pada kelompok A dan B sudah tidak mempermasalahkan lagi untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. (Suwardi, Waluyo, Feryanto, & Haryanto, 2008).
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
19
3.3.4 Psikografis/Gaya Hidup Pada
aspek
psikografis
pengelompokan
khalayak
dibentuk
berdasarkan apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka pikiran terhadap macam-macam hal yang ada di masyarakat. (Dubois, 2000). Untuk memahami aspek ini Joseph Palmer (1974) membagi aspek psikografis menjadi tiga variabel AIO, Activity Interest, dan Opinion: Activity Program “Indienesia” ditujukan kepada remaja yang menyukai hiburan dan menghabiskan waktunya untuk mendapatkan hiburan, salah satunya adalah musik. Program “Indienesia” merupakan prgram dokumenter musik yang mengangkat genre musik indie Interest Program “Indienesia” juga ditargetkan pada remaja yang memiliki ketertarikan kepada perkembangan musik khususnya musik Indonesia termasuk juga sejarahnya Opinion Tayangan “Indienesia” ditujukan kepada remaja yang memiliki keyakinan positif mengenai keberadaan musik indie yang akan memiliki masa depan yang baik. 3.3.5 Teknografis Mengingat khalayak sasarn untuk program “Indienesia” adalah remaja dan dewasa pada umur 15-25 tahun (primer) dan 26-35 tahun (sekunder) termasuk pada pengguna yang sadar terhadap perkembangan teknologi. Khalayak ini merupakan pengguna terbanyak internet yang mencapai 64% dari total pengguna. Hal ini disampaikan oleh Valens Riyadi sebagai salah satu pengurus Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (Riza, 2012).
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
20
3.4
Analisis SWOT 3.4.1 Strengths “Indienesia” adalah sebuah program yang informatif, menghibur, serta berkualitas karena menyuguhkan tayangan yang mampu menambah wawasan khalayak mengenai musik indie. “Indienesia” yang dikemas dengan format dokumenter yang informatif karena menghadirkan tema musik indie yang sedang berkembang pesat. Selain itu juga memberikan wawasan mengenai keberadaan musik indie yang patut diperhitungkan di belantika musik Indonesia. Tema besar yang diangkat pada program ini bukanlah hal yang jauh dari kehidupan sehari-hari masyarakat
yakni musik
yang
diharapkan lebih mudah untuk dipahami karena sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Televisi menjadi pilihan sarana yang tepat untuk program ini karena dianggap mampu mewakili program secara audio visual dari melodi-melodi musik indie. Selain itu juga dapat menghadirkan grup musik indie yang banyak muncul dari daerah-daerah selain Jakarta. Kompas TV sebagai televisi pilihan untuk tempat penayangan program “Indienesia” memiliki potensi yang cukup tinggi untuk memperkenalkan program “Indienesia”. Ditambah dengan bentuk stasiun TV berjaringan membuat Kompas TV memiliki daya jangkau yang luas. 3.4.2 Weaknesses Kurangnya minat khalayak terhadap program yang berformat dokumenter
karena
khalayak
beranggapan
bahwa
program
dokumenter kurang menarik Tema musik indie memiliki segmentasi yang terbatas karena fenomena ini belum meledak secara merata
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
21
“Indienesia” membutuhkan riset yang cukup mendalam untuk mengulik dari sejarahnya, perjalanan industrinya dan musisi indienya sendiri sehingga membutuhkan waktu yang cukup dalam untuk proses risetnya 3.4.3 Opportunities Musik adalah hal yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga khalayak dapat memahami perkembangan musik indie ini lebih mudah. Musik indie belum diangkat secara rinci ke khalayak melalui bentuk program dokumenter. Musik indie bisa dicuatkan sebagai gaya hidup baru dimana kelompok remaja/anak muda akan relatif lebih mudah untuk didorong untuk mengikuti tren yang sedang berkembang. Program “Indienesia” dapat mengajukan bantuan kepada tim riset Kompas Gramedia memiliki Divisi Riset yang cukup dihormati sebagai rujukan media. Pendalaman konten melalui riset bisa dilakukan dengan sister company. Promosi program “Indienesia” bisa dilakukan melalui saluran sister companies Kompas TV seperti Harian Umum Kompas yang merupakan koran dengan tiras terbesar di Indonesia dan jaringan toko buku terbanyak, Gramedia. 3.4.4 Threats Terdapat sikap subjektif yang bersumber dari khalayak mengenai genre yang mereka sukai sehingga terdapat kemungkinan tidak menonton setiap episodenya. Jam tayang yang kurang diunggulkan. Kebiasaan penonton Indonesia yang enggan menyaksikan acara TV yang tidak diisi oleh wajah-wajah terkenal. Musisi indie yang sebagian besar memang tidak berniat untuk terkenal karena mereka bermusik hanya demi musik, bukan untuk keterkenalan dan uang yang banyak. Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
22
3.5
Posisi dan Diferensiasi Produk Dari namanya saja, indie, sudah menyempal dari arus utama sehingga tujuan
utamanya memang menjadi diferensiasi dari apa yang sudah banyak dan wajar dilakukan. Tema musik indie menjadi hal yang menarik diangkat secara mendalam karena perbedaan yang mendasar dari genre musik lain. Dokumenter ini akan menjadi berbeda karena akan mendalami salah satu genre musik yang sedang berkembang di Indonesia.
3.6
Nama atau Judul Program yang Diusulkan “Indienesia” dipilih sebagai nama program dokumenter ini. Nama ini
penulis ambil karena mampu menggambarkan tema yang akan disajikan pada program ini yakni musik indie dalam bangsa Indonesia.
3.7
Sinopsis Tugas karya akhir yang diangkat kali ini adalah program dokumenter yang
berjudul “Indienesia” yang akan dibagi menjadi tiga segmen. Program ini berceritakan kemunculann musik indie di dunia yang kemudian masuk ke Indonesia hingga melahirkan musik indie di Indonesia. Melalui perkembangan teknologi, sejarah musik independen terukir. Menjamurnya musisi indie saat ini tidak terlepas dari kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi. Tidak hanya bagi musisinya, industrinya juga ikut berkembang dengan adanya teknologi. Dari waktu ke waktu musik indie semakin dikenal oleh masyarakat dan menawarkan berbagai macam genre pilihan. Musisi-musisi ini tidak hanya sekedar memiliki kemampuan dalam bermusik atau hanya berkeinginan terkenal tetapi mereka juga membuktikan bahwa mereka juga ikut menorehkan prestasi yang patut dibanggakan oleh Indonesia.
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
23
3.8
Treatment Tabel 3.2 Treatment Indienesia Audio
Segmen 1 Lagu Aksi Kucing Rio Farabi: Ini adalah jalur yang paling nyaman untuk kita. David Tarigan : Segala sesuatunya dilakukan dengan etos D.I.Y (Do It Yourself). Video Aksi Kucing Fadeout black Seperti yang banyak orang tahu itu kependekan dari indiependen ya misal dalam industri rekaman yaitu label rekaman indie yang kecil, mandiri, swadaya ibaratnya industri rumahan kali ya bahkan mungkin lebih kecil lagi satu orang bisa membuat labelnya sendiri dan segala sesuatunya dilakukan dengan etos D.I.Y (Do It Yourself). Sebuah etos yang mencuat kalau di dunia untuk subkultural anak muda mungkin pada saat pergerakan punk tahun 1977 dan itu juga masa yang mungkin memberikan imbas atas penggunakan term indie dalam dunia musik populer. Jadi pasca tahun 1977 itu di luar mungkin Inggris penggunaan term indie mulai dipakai pada chart biasanya, indie chart dll. Itu untuk menggolongkan atau menyatukan rilisanrilisan dari independen sifatnya dari label-label kecil dll yang pada saat itu begitu menjamur dan ibarat sebuah gelombang yang lebih disadari dari era-era sebelumnya karena memiliki kesamaan visi etos dan spirit dengan musik yang pada dasarnya variatif namum mempunyai benang merah satu sama lainnya itu dijadiin satu itu mungkin akhirnya kata indie di dunia musik populer semakin luas lagi jadinya dari buat indie chart digunakannya sampai jadi ada musikmusik indie jadinya indie rock indie pop dll.
Video Video Aksi Kucing di Finland Video Aksi Kucing di Finland Video Aksi Kucing di Finland
David Tarigan Buzzcocks Bloinde
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
24
Karena banyak posistif dan negatif. Positifnya pesan yang mereka tawarkan melalui apa yang mereka buat, melalui musiknya mereka berpakaian apapun itulah, pikiran-pikiran mereka bisa sampai ke publik yang luas lagi kalau Nirvana tidak pernah dikontrak oleh David Geffen mungkin saya dan teman-teman di Indonesia gak pernah tahu ekspresi seperti itu yang akhirnya menginspirasi banyak orang tidak hanya saya dan teman-teman di Jakarta atau di Indonesia tapi di seluruh dunia. Ketika Smells Like Teen Spirit lagu dengan empat kunci lirik yang absurd dan video klip yang super keren dan rusuh yang ditayangin di TVRI dan menginspirasi banyak orang. Mungkin ketika tahun 1977 kita-kita di Indonesia gak ngerasain apa-apa, boro-boro etosnya sampai disini musik punk rock-nya aja susah disini jadi hanya sekedar tren pakaian atau gaya rambut. Term tersebut dipakai di sini pada awalnya untuk mendeskripsikan hal yang sama seperti yang diluar kalau di industri musik ada scene indie band indie segala macam maksudnya tidak jadi sekedar indie jadi metode merilis musiknya sendiri itu benar sebagi metode itu indie tapi term tersebut tidak sekedar metode itu. Tapi ada etos di sana, ada pemahaman disana, ada ideal di sana, yang timbul dan dijadikan satu semuanya di akhir tahun 1970-an di pergerakan itu. Dan sekarang term tersebut dipakai di Indonesia lebih marak lagi karena gak bisa dipungkiri itu semua terjadi karena keadaan industri musik saat itu sedemikian rupa. Kita tahu lebih dari 90% rilisan lokal di Indonesia mungkin sama luar juga tapi gak tahu deh itu adalah bajakan jadi bagaimana label-label rekaman besar bisa hidup sekedar dari penjualan dari rilisan.
David Tarigan Nirvana Punk rock style
David Tarigan The S.I.G.I.T Monkey to milionare Float
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
25
Segmen 2 Masa Remadja Video Dulu tahun 2006 kita itu dapet review bagus dari allmusicguide.com itu kaya portal musik seluruh dunia kita direview bagus dan itu kan myspace ya terus dapat karena kita taro musik kita di MySpace tiba-tiba kita dapet dua puluh lima band terbaik di MySpace berdasarakn Rolling Stone Amerika. Nah mungkin start-nya dari situ sih gitu start-nya dari situ gampang nyebar ya apalagi udah ada allmusicgide dan Rolling Stone yang sangat dipercaya orang akhirnya kemudia kita dapet sign sama label Amerika ya setelah itu ngikutlah nyebar keseluruh dunia. WSATCC sendiri memang sudah mempunyai keunikan artinya dari sisi dandan atau penampilan mereka dari segi musik mereka lalu jam terbang mereka yang pasti dari seluruh itu ada sebuah menejemen yang berkerja kan. Disitu ada Indra Amenk dia sebagai menejemen/ manager WSATCC kebetulan dia anak seni rupa juga keuntungan banyak berhubungan dengan dunia luar yang bersifat konsepnya lumayan berkesenianlah dan akhirnya pergaulan dan informasi itu si WSATCC mendapatkan link-lah atau jalan untuk mengembangkan proses itu. Dunia maya yang semakin terbuka kan memang bandnya bagus dan skill-nya jalan sih pasti akan dapat terus sih jalannya kan. Artinya ya mereka memang bagus dan oke. Kemajuan teknologi segala sesuatunya menjadi mudah digital segala macam merekam karyanya sendiri di rumah dan langsung merilisnya via internet saat itu juga lebih mudah dan murah tentunya walhasil semua orang bisa ngeband rekaman di mana pun daerahnya juga punya rekaman begitu mereka ditolak label besar mereka merilis sendiri karena lebih murah mereka menganggap itu indie.
Rio Farabi Social Media White Shoes And The Couples Company
David Karto White Shoes And The Couples Company di Salihara Pembuatan album WSATCC mennyanyikan lagu-lagu daerah
David Tarigan
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
26
Ya social media kenceng banget ya, apalagi untuk merchandise semuanya online pemberitahuann kita mangung semuanya online, itu selebihnya kita suka bikin acara-acara sendiri gitu. Kaya setelah kita pulang dari Eropa kemaren kita bikin jurnal. Lagi-lagi kita produksi sendiri semuanya terus kita bikin konsep jualan jurnalnya, tetap promosi acaranya online. Strategi yang kita pake sama promotion juga. Artinya kita menyiapkan tools kit nya yang berinformasikan single-nya, press release-nya, videonya, ataupun cuplikan-cuplikan dari livelive mereka, picture-picture atau foto-foto yang bagus yang bisa di-pake buat jadi image mereka. itu kita pake. Lalu kita kirim ke radionya, majalahnya, sosial medianya, sosial media yang bersifat untuk mengekspos dan menyebarkan berita-beritanya. Seluruhnya kita serahin ke Demajors tapi setiap kita manggung kita tetep bawa CD ya, tetap kita ngekeep 500 CD untuk kita bawa-bawa ketika kita manggung sih. Misalnya kita main ke daerah-daerah yang agak-agak ajaib gitu misalkan di pedalaman Malang atau mana gitu yang lebih by hand sih lebih cepet. Kalau sebisa mungkin jual CD-nya atau merchandise-nya karena that’s The D.I.Y nya si band-band indie ini, dengan Do It Yourself mereka tidak dimanjakan, mereka tidak diistimewakan semuanya. Dasarnya mereka yang bikin musik, mereka juga ngarang, mereka melakukan recording, mereka juga yang mendesain kadang-kadang karena si band ini suka melakukan pekerjaan dan suka dengan proses ini jadi ya hal-hal seperti itu sudah jadi bagian dari DIY itu ya.
Rio Farabi Akun Facebook WSATCC Akun Twitter WSATCC
Foto event WSATCC CD-CD Demajors Poster-poster artis Demajors
Rio Farabi CD-CD Demajors CD WSATCC
David Karto CD-CD Demajors
David Karto
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
27
Kita semua yang desain jadi semua proses kreatifnya tetep di White Shoes walaupun kita desainer juga ngajak temen-temen kaya album Vakansi itu kita ngajak Tony Tandun yang terakhir itu WSATCC menyanyikan lagu daerah kita ajak Anggun Priambodo untuk cover rilisnya. Di sini kita lebih bebas aja karena segala macam ide yang kita punya bisa kita kelurin. Kita mau bikin pameran atas nama band gak masalah. Kita mau bikin merchandise kaya gini gak masalah kita mau bikin packaging kaya gini gak masalah karena kita semua yang ngatur itu sih enaknya. Segmen 3 Scene indie di Indonesia musik populer Indonesia, saat ini sungguh hebat pada dasarnya ya kita tahu segala sesuatunya dibantu oleh kemajuan teknologi dan juga teknologi informasi pastinya. Kayanya makin banyak band-band bagus dari beberapa rilisan terbaru yang saya denger lagunya keren-keren dan produksinya bagusbagus, ya tetapi yang saya pikirin itu sekarang zaman saya dulu itu antar band itu deket mungkin sekarang gak gitu gak sih. Antar band ya sendiri-sendiri aja gitu. Diluar musikalitas yang mereka punya. Rilisan album yang mereka keluarin tapi kedekatan antar band itu semakin jauh sih karena kurang banyak gigs yang buat nongkrong. Lo dateng gigs pas lo manggung gak gitu kan. Dulu datang ke gigs si itu manggung si ini manggung lo dateng cuma buat ngebeer aja nongkrong aja. Sebenernya itu sih buat networking-nya bagus gitu kalo lo cuma sekarang semua bisa rekaman di kamar bisa bkin lagu bisa nulis lagu, ngerekam, ngerilis di internet bisa banget gampang bukan cuma itu
Rio Farabi Pembuatan Cover WSATCC menyanyikan lagu-lagu daerah
Rio Farabi
David Tarigan
Gigs Float di Comm Art Fest
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
28
Lebih meratalah pada dasarnya sekarang standar David Tarigan nya naik lebih merata bagusnya dan di manamana mereka bisa hidup dan punya kehidupan scenenya yang lebih lengkap sendiri. Bagaimana band itu sukses atau tingkat David Karto indikasinya adalah semakin lama dia bertahan dan semakin banyak berkarya menurut saya itu udah hebat banget. Mereka punya scene-nya sendiri dan mereka David Tarigan bangga dengan scene mereka sendiri dan mereka tidak lagi malu 3.9
Waktu Tayang Program “Indienesia” akan ditayangkan pada fringe time pukul 11.30 –
12.00. Pada waktu penayangan ini akan menggunakan stategi counter program dengan pesaing utama sesama TV baru adalah NET. Pada jam yang sama NET. menayangkan program “Entertaiment News”.
3.10 Durasi Program “Indienesia” memiliki total durasi yaitu tiga puluh menit. Nantinya program ini akan dibagi menjadi tiga segmen dengat total konten dua puluh empat menit serta enam menit untuk commercial break.
3.11 Format Program Program “Indienesia” dikemas dalam format report. Format report adalah sebuah tema yang kemudian dieksplorasi oleh reporter atau menggunakan kumpulan gambar-gambar (footage) yang berhubungan dengan tema. (Ali, 2006),
3.12
Konsep Program “Indienesia” adalah sebuah program musik yang mengangkat genre indie
sebagai tema besarnya. Tema ini diangkat karena menyorot pada fenomena musik indie yang dekat dengan dunia remaja. Program ini akan membahas bagaimana pergerakan musik indie dari awal kemunculannya hingga saat ini. Setiap episodenya akan didatangkan musisi indie yang berbeda. Agar menjadi semakin Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
29
menarik, “Indienesia” mengundang musisi-musisi indie yang memiliki prestasi, kontroversial, dan memiliki tingkat popularitas yang tinggi di mata khalayak.
3.13 Rundown Tabel 3.3 Rundown “Indienesia” Segmen
1
No Subject 1 BUMPER IN 2 Video Aksi Kucing 3
4 5 6 7
2
WSATCC
Pendapat Narasumber
David Tarigan TOTAL SEGMEN 1 COMMERCIAL BREAK 1 BUMPER IN Video Masa Remadja WSATCC
9
Pendapat Narasumber
10 11
Performance WSATCC
David Tarigan WSATCC Yusmario Farabi
Pendapat Narasumber
David Karto Yusmario Farabi
15 16 17
18
David Karto Yusmario Farabi Performance WSATCC WSATCC Pendapat Narasumber Yusmario Farabi TOTAL SEGMEN 2 COMMERCIAL BREAK 2 BUMPER IN
19 20
Pendapat Narasumber
21
Demajors Studio Radio
Demajors Studio Radio Teater Salihara Ruang Rupa
Performance WSATCC
14
Finland
David Karto WSATCC
Pendapat Narasumber
8
13
Location
Finland Ruang Rupa Demajors Studio Teater Salihara
Yusmario Farabi
12
3
Cast
Demajors Studio Ruang Rupa Demajors Studio Ruang Rupa Finland Ruang Rupa
Duration 00:00:30 00:01:12
Time 11:30:30 11:31:42
00:05:37 00:07:19 00:03:00 00:00:15 00:01:03 00:00:57
11:37:19 11:37:19 11:40:19 11:40:34 11:41:37 11:42:34
00:00:54 00:00:08
11:43:28 11:43:36
00:00:28 00:00:03 00:00:36
11:44:04 11:44:07 11:44:43
00:00:31 00:00:30
11:45:14 11:45:44
00:00:19 00:03:10 00:00:07 00:00:28 00:09:34 00:03:00 00:00:15
11:46:03 11:49:13 11:49:20 11:49:48 11:49:48 11:52:48 11:53:03
David Tarigan Yusmario Farabi
Demajors Studio Radio Ruang Rupa
00:00:20 00:02:02
11:53:23 11:53:26
David Tarigan
Demajors Studio Radio
00:00:12
11:53:38
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
30
22 23 24
David Karto
Demajors Studio
David Tarigan
Demajors Studio Radio
Credit Title TOTAL SEGMEN 3 TOTAL 1 EPISODE TOTAL COMMERCIAL BREAK TOTAL DURASI
00:00:15
00:00:16 11:54:09 00:00:30 11:54:39 00:03:50 11:55:09 00:19:09 00:06:00 00:25:09
3.14 Kerabat Kerja yang Dibutuhkan Pada program “Indienesia” kerabat kerja yang dibutuhkan dalam sebuah production house selama proses pembuatan program ini adalah: Produser (Thessa Regina) Sutradara (Thessa Regina) Tim riset (Thessa Regina) Juru kamera (Febia Putri, Muhammad Safarizky, Thessa Regina. Widiani Budiarti) Penyunting gambar (M. Raizuli Narra) Penata suara (Muhammad Safarizky)
3.15 Peralatan Produksi Pada prototype “Indienesia” diperlukan peralatan sebagai berikut Camera DSLR Canon EOS 60D Lensa Canon 18-135 mm, 18-55 mm Lensa Tamron 18-200 mm, 70-200 mm Tripod Audio Zoom
3.16 Lokasi Shooting Proses eksekusi prototype “Indienesia” memanfaatkan enam lokasi, yaitu: Lokasi 1 : Demajors Label
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
11:53:53
31
Lokasi ini digunakan sebagai tempat wawancara pemilik label indie, Demajors, David Karto serta sebagai tempat pengambilan footage. Lokasi 2 : Studio Demajors Radio Lokasi ini digunakan sebagai tempat wawancara pengamat musik indie, David Tarigan. Demajors Radio Studio juga sebagai tempat pengambilan footage poster musisi indie. Lokasi 3 : Ruang Rupa Lokasi ini digunakan sebagai tempat wawancara salah satu anggota band White Shoes and The Couples Company yaitu Rio Farabi. Lokasi 4 : Blackbox Teater Salihara Lokasi ini digunakan sebagai tempat pengambilan mini konser dari White Shoes and The Couple Company pada acara Jakarta Biennale 2013 “Hiburan Malam Minggu” Lokasi 5 : Kampus FISIP UI Lokasi ini digunakan untuk mengambil footage keadaan kampus Lokasi 6 : Blackbox Teater Salihara Lokasi ini digunakan untuk mengambil penampilan dari grup musik indie, Float pada acara Comm Art Fest 2013.
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
BAGIAN EMPAT Evaluasi
4.1
Rencana Media Pra-Uji (Pre-Test) Proses pre-test adalah langkah awal yang dilaksanakan oleh pembuat
program sebelum masuk ke proses pembuatan program. Hal ini dimaksudkan untuk membaca atau memprediksi selera dari khalayak. Kebanyakan metode pretest yang dilakukan dengan melakukan pendekatan secara kuantitatif melalui kuesioner, penulis memilih untuk melakukan wawancara atau yang disebut dengan metode Delphi. Wawancara yang penulis lakukan untuk mendapatkan fakta yang berada di lapangan. Penulis juga menyadari terdapat sisi subjektivitas yang disampaikan oleh narasumber atau pakar terhadap hal ini. Selain itu penulis turut menyertakan data-data terkait secara valid dari salah satu lembaga riset yaitu Nielsen. 4.1.1 Metode Media Pre-Test Untuk membuat prototype program ini penulis menggunakan dua cara, pertama menggunaka data-data yang dikeluarkan oleh Nielsen dan kedua melakukan metode wawancara Delphi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran akan seperti apa program ini dibuat nantinya. Analisis Data Nielsen Penulis menggunakan data Top Dua Puluh Program Nasional Kompas TV by city 10-16 Novemer 2013 / ABC1 untuk delapan kota. Penulis membuktikan bahwa tiga program dokumenter Kompas TV termasuk dalam sepuluh besar top program yang menjadi landasan mengapa Kompas TV yang dipilih sebagai tempat penayangan program dokumenter “Indienesia”. Serta penulis menggunakan data program Supply & Demand Analysis – Information All TV, 10 Nielsen cities periode 11 Agustus – 21 September 2013 yang menyatakan bahwa persediaan program dokumenter belum mampu memenuhi kebutuhan khayalak.
32 Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
33
Metode Wawancara Delphi Istilah Delphi pertama kali ditemukan pada tahun 1950 oleh Rood Coorporation. Metode Delphi merupakan bentuk interaksi komunikasi yang terorganisir antara peneliti dan pakar membahas mengenai tema, kebutuhan, prediksi masa depan. (Aboutdelphistudy, 2013). Metode ini terus berkembang digunakan diberbagai macam ranah untuk mendapatkan informasi maupun data yang valid langsung dari pakarnya. James Neill (2001) menyatakan bahwa “The objective of the most Delphi application is the reliable and creative exploration of idean or the production of suitable information for decision making.”. Metode ini juga lebih sederhana dan murah untuk dilakukan dan bisa mendapatkan data yang lebih mendalam. Penulis melakukan wawancara kepada pakar pertelevisian dan tokoh yang dekat dengan dunia musik indie. Pertama adalah Programming Research Manager Kompas TV, Donny Nurpatria, Produser Dokumenter Kompas TV, Fitri Oktarini, serta David Tarigan sebagai pengamat musik Indonesia, pelaku industri indie dan musisi indie.
4.1.2 Waktu Media Pre-Test Pre-test dilaksanakan sebelum program dibuat dan muncul di televisi. Proses ini berguna untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sebagai bahan pendukung proposal ini. Melalui pre-test ini diharapkan dapat menggambarkan kebutuhan khalayak yang dituju. Wawancara dilaksanakan pada (data diri narasumber terdapat pada lampiran 2) : 1. Narasumber David Tarigan
= 14 Oktober 2013. Durasi 01:27:49
2. Narasumber David Tarigan
= 1 November 2013. Durasi 01:04:04
3. Narasumber Ahmad Gunawan
= 10 Desember 2013. Durasi 00:27:54
4. Narasumber Fitri Oktarini
= 10 Desember 2013. Durasi 00:17:19
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
34
4.1.3 Materi Media Pre-Test Pada keempat wawancara ini penulis menanyakan hal seputar perkembangan musik indie, dari dunia ke Indonesia.
Musisi siapa yang diminati oleh khalayak sasaran. Bagaimana posisi program dokumenter di khalayak.
Bagaimana program
perkembangan program dokumenter
di
Indonesia.
Bagaimana dengan pemilihan musik indie sebagai tema besar yang diangkat.
Bagaimana Divisi Sales dan Marketing di televisi Indonesia secara umum dan Kompas TV secara khusus menangani program dokumenter.
4.1.4 Instrumen Media Pre-Test Pada saat wawancara pertanyaan diajukan secara tatap muka dan dilakukan melalui surat elekronik. Penulis merekam jalannya wawancara melalui smartphone agar penulis bisa mendapatkan keterangan-keterangan yang mungkin terlewatkan dari proses menulis poin-poinnya dan sebagai bukti keras (hard evidence) dilaluinya proses akademik wawancara ilmiah dengan para pakar.
4.2
Rencana Evaluasi Setelah
prototype selesai, sebelum naik tayang ke televisi diadakanlah
sebuah evaluasi riset terhadap khalayak sasaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah program ini sudah sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh khalayak sasaran atau masukan-masukan dari khalayak sasaran guna memperbaiki program ini. 4.2.1 Metode Evaluasi Metode evaluasi yang dipilih adalah survei menggunakan kuesioner menghadirkan lima puluh orang khalayak sasaran dari program “Indienesia” termasuk secondary target. Sebelum survei dimulai, penulis akan
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
35
memutarkan program “Indienesia”, setelah pemutaran selesai responden berkesempatan mengisi lembar kuesioner yang diajukan. 4.2.2 Waktu Evaluasi Evaluasi dilakukan pada sebelum tayang ke televisi dalam bentuk prototype. Waktu pelaksanaan survei akan dilaksankan pada akhir bulan Desember 2013. 4.2.3 Materi Evaluasi Sebuah evaluasi dilakukan karena dianggap sebagai salah satu tolak ukur apakah program ini sudah dapat diterima oleh khalayak sasaran atau tidak. Fokus pertanyaan yang diajukan untuk mendapatkan informasi tersebut mencakup: Apakah alur ceritanya dapat dimengerti? Apakah responden tertarik dengan musik yang tidak mainstream? Apakah mungkin musisi indie menjadi daya tarik atau menjadi tren baru di masyarakat? Apa pendapat responden untuk membuat musisi dan musik indie lebih dikenal? Apakah responden ingin mendangar musik indie melalui gadget mereka? Bukan semata menonton di TV seperti acara musik kebanyakan? Seberapa sering mendengar atau mengunduh musik lewat aplikasi di gadget? 4.2.4 Instrumen Evaluasi Instrumen yang digunakan untuk evaluasi ini adalah kuesioner serta pemutaran prototype program “Indienesia”.
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
BAGIAN LIMA Anggaran
5.1
Anggaran Pembuatan Prototype Prototype program “Indienesia” dibuat dalam durasi sembilan menit terdiri
dari tiga segmen. Prototype program ini melibatkan tiga narasumber dan tujuh kerabat kerja produksi. Sebagian besar peralatan produksi menggunakan fasilitas kampus dan menekan anggaran cukup besar. Berikut anggaran yang digunakan: Tabel 5.1 Anggara Prototype “Indienesia”
DESKRIPSI Anggaran Langsung Pra Produksi Delphi Interview Transportasi Produksi Kamera dan Lensa Lighting Tripod Audio Zoom Perizinan dan keamanan Konsumsi Transportasi Pasca Produksi Editing CD Total Direct Cost Kerabat Kerja Pra Produksi Tim riset Produksi Produser Sutradara Juru Kamera Narasumber (3 orang) Pasca Produksi Editor Total Kerabat Kerja Total Prototype
ANGGARAN
Gratis Rp 51.000,00 Gratis Gratis Gratis Gratis Gratis Rp 200.000,00 Rp 100.000,00 Gratis Rp 20.000,00 Rp 371.000,00
Gratis Gratis Gratis Gratis Gratis Gratis Rp Rp 371.000,00 36 Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
37
5.2
Rencana Anggaran Penerbitan Media Pada sub-bagian sebelumnya anggaran yang dibuat adalah anggaran untuk
membuat prototype. Pada bagian ini anggaran dibuat untuk memprediksi biaya produksi yang diperlukan jika program ini ditayangkan. Anggaran ini dibuat untuk memproduksi tiga belas episode. Program ini direncanakan akan tayang seminggu sekali. Berikut rancangan anggaran satu musim dari “Indienesia” Tabel 5.2 Rencana Anggaran Produksi Program “Indienesia”
Deskripsi
Jumlah
/hari
Harga (Rp)
Anggaran Program Per Eps. Total 13 Eps (Rp) (Rp)
1.000.000
3.000.000
39.000.000
Direct Cost Talent Narasumber Rental Alat dan Riset Audio System Boom Mic Sennheiser G2 Wireless Video System Canon SLR 5D Mark II Sony EX3 Lensa Canon Lighting Mobile Light LED Editing Editing Riset Konsumsi Hari Produksi Snack Nasi Box Perizinan dan Keamanan Keamanan, perizinan Transportasi BBM + Tol + Parkir Kebutuhan lain-lain
3 orang
1 pax 3 pax
2 2
300.000 100.000
600.000 600.000
7.800.000 7.800.000
3 pax 1 pax 3 pax
2 2 2
750.000 1.000.000 500.000
4.500.000 2.000.000 3.000.000
58.000.000 26.000.000 39.000.000
3 pax
2
150.000
900.000
11.700.000
700.000 1.000.000
3.500.000 1.000.000
45.500.000 13.000.000
2 2
17.500 25.000
315.000 450.000
4.095.000 5.850.000
2
200.000
400.000
5.200.000
500.000
500.000
500.000
8.000.000 250.000
8.000.000 500.000 29.265.000
104.000.000 6.000.000 373.445.000
5 shift
9 pax 9 pax
4 pax 1 pax
Footage video Logistik & Obat Total
2
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
38
Dalam pembuatan anggaran biaya produksi, terdapat dua jenis anggaran yaitu pembiayaan langsung (direct cost) dan pembiayaan tidak langsung (indirect cost). Penulis memasukkan beberapa hal yang termasuk pada pembiayaan tidak langsung (indirect cost) seperti penyewaan alat. Hal ini juga disampaikan oleh Fitri Oktarini selaku Produser Dokumenter di Kompas TV karena investasi alat yang dimiliki Kompas TV belum lengkap.
5.3
Prakiraan Pendapatan Penulis melakukan wawancara pada Marketing Planning Manager Kompas
TV, Ahmad Gunawan. Beliau tidak menyebutkan pendapatan sasaran tertentu untuk program dokumenter di Kompas TV. Namun Ahmad Gunawan menjabarkan beberapa strategi untuk mendapatkan pendapatan untuk program dokumenter. 5.3.1 Feasibilities Study Ahmad Gunawan mengatakan untuk menghitung pendapatan, Kompas TV membuat feasibilities study untuk mengukur seberapa besar Kompas TV akan mendapatkan pendapatan. Feasibilities study ini terbagi menjadi tiga yaitu (1) optimis, (2) mid, dan (3) pesimis. Prinsip yang dipegang oleh Kompas TV adalah jika kategori pesimis yang didapat oleh suatu program, program ini tetap harus mendapatkan keuntungan. Ahmad Gunawan memberikan penjabaran dalam pengkategoria feasibilities study: Tabel 5.3 Feasibilities Study Kompas TV
Optimis
Mid
Pesimis
2 main sponsor
1 main sponsor
2 co sponsor
3 co sponsor
2 co sponsor
4 loose spot
8 loose spot
6 loose spot
Program “Indienesia” berdurasi tiga puluh menit diperkirakan memiliki dua kali commercial break yang setiap commercial break berdurasi tiga menit. Satu spot iklan berdurasi iga puluh detik maka program ini akan memiliki dua belas spot iklan.
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
39
Untuk menentukan harga sponsorship, Kompas TV menggunakan perhitungan yang disesuaikan dengan program “Indienesia”: Total biaya produksi (1 eps) + Margin Produksi + On Air Cost Rp 29.265.000,- + Rp 10.000.000,- + Rp 50.000.000,- (durasi 30’) = Rp 89.265.000,Total ini biasa digunakan untuk paket blocking time, namun karena “Indienesia” termasuk program baru dan belum memungkinkan untuk mendapatkan paket blocking time. Pada perhitungan ini nilai untuk sponsor utama ditetapkan dengan harga Rp 55.000.000,- untuk co-sponsor nilainya adalah 60% dari sponsor utama dan untuk loose spot iklan disesuaikan dengan rate card yang digunakan Kompas TV pada jam tayang “Indienesia” adalah Rp 10.000.000,Penulis merencakan untuk program “Indienesia” mendapatkan pendapatan melalui kategori Mid mengingat program ini baru naik tayang. Perhitungannya adalah: Tabel 5.4 Pendapatan berdasarkan Feasibilities Study
Mid 1 Main Sponsor 2 Co Sponsor 6 Spot Loose Total
Rp Rp Rp
Rate 55.000.000 33.000.000 10.000.000
Rp Rp Rp Rp
Total 55.000.000 66.000.000 60.000.000 181.000.000
Perhitungan ini bisa saja berubah disesuaikan dengan negosiasi yang dilakukan oleh divisi Sales dan Marketing. Ahmad Gunawan menjelaskan pihak sponsorship biasanya melakukan negosiasi dari mulai 10% hingga 20%. Jika menggunakan perhitungan kategori Mid, pendapatan yang didapatkan untuk satu episode adalah: Total Mid
– Total Anggaran (per eps)
Rp 181.000.000 – Rp 29.265.000,-
= Pendapatan = Rp 151.735.000
5.3.2 Penjualan Footage Ahmad
Gunawan
menambahkan
untuk
program
dokumenter
pendapatan bisa didapatkan melalui penjualan footage untuk keperluan Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
40
komersil maupun pribadi atau internal. Jika footage program dokumenter digunakan untuk keperluan komersil setiap lima belas detiknya = Rp 5.000.000 dan jika diperlukan untuk pribadi atau internal, Kompas TV memberlakukan special rate. Penjualan footage ini bisa ditawarkan kepada potential buyer seperti MTV, Channel V, National Geographic, dan BBC Knowledge yang sering memutarkan program-program musik. 5.3.3 Penjualan Program Dokumenter Keistimewaan lainnya dari program dokumenter menurut Ahmad Gunawan adalah program ini dapat dijual ke perusahaan TV berlanggangan di negara-negara tetangga. Hal ini sering dilakukan oleh Kompas TV. Setiap episodenya dihargai sebesar US$ 750 berlaku untuk satu tahun hak siar penayangan. Pada sistem penjualan program ini, Kompas TV tidak memberikan hak eksklusif pada TV berlangganan yang ingin membeli program dokumenter sehingga Kompas TV dapat menjual program dokumenter ke TV berlangganan lainnya.
5.4
Rencana Anggaran Evaluasi Tabel 5.5 Anggara Evaluasi Prototype “Indienesia”
Deskripsi Responden (50 orang @ Rp 30.000) Print Kuesioner (50 rangkap @ Rp 500) Sewa Gedung Konsumsi (50 orang @ Rp 20.000) Transportasi Total
Anggaran Rp
1.500.000
Rp Rp Rp Rp Rp
25.000 – 1.000.000 50.000 1.575.000
Anggaran ini akan digunakan pada saat evaluasi dilangsungkan. Evaluasi dilakukan kepada khalayak sasaran dari “Indienesia”. Melalui evaluasi ini penulis mengharapkan adanya opini dan masukan untuk program “Indienesia” agar menjadi lebih baik ke depannya.
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU Ali, T. (2006, September 18). Formats in Broadcasting. Amsterdam, Netherlands. Gelder, Ken & Sarah Thornton. (1997). The Subcultures Reader. Routledge. London Koster, Robert J. (2004). The Budget Book for Film and Television. Focal Press. America Rabiger, Michael. (1998). Directing the Documenraty, p. 116-1919. Boston. Focal Press. Suwardi, Waluyo, Agung Feryanto, & Tri Haryanto. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta II. SERIAL Arifan, Fajar. (2005). Dampak Musik Indie Bagi Perkembangan Industri Musik Indonesia. Universitas Pelita Harapan. Jakarta Dubois, B. (2000). Understanding the Consumer, A European Perpektif. UK: Pearson Education Naldo.(2012). Musik Indie Sebagai Perlawanan Terhadap Industri Musik Mainstream Indonesia (Studi Kasus Resistensi Band Mocca dalam Menyikap Industri Musik Indonesia). Tesis, Program Pascasarjana. Univeritas Indonesia. Jakarta Ranuatmaja, Inu Machfud. (2002). Hubungan Band Indie Label dengan Industri Musik Populer Indonesia (Studi terhadap Dinamika Band Indie Label).Skripsi, Program Sarjana.Universitas Indonesia. Jakarta. Swenson, John. (1985). Bill Haley: The Daddy of Rock and Roll. Stein & Day Paperback. New York III. WAWANCARA Gunawan, Ahmad. (10 Desember 2013). Personal Interview. Oktarini, Fitri. (10 Desember 2013). Personal Interview. Tarigan, David. (14 Oktober 2013, 1 November 2013). Personal Interview.
xii Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
xiii
IV. PUBLIKASI ELETRONIK Darwin Festival. White Shoes and The Couples Company, Origin Indonesia. (n.d.). 3 November 2013. http://whiteshoesandthecouplescompany.org/web/news/white-shoes-thecouples-company-tampil-di-darwin-festival-australia/ delphistudy.org/about.html. (n.d.). 15 Desember 2013. Musikator.com. (2008). 4 November 2013. http://www.musikator.com/download-gratis-satu-album-penuh-naif-letsgo/ Galuh, Mari Ciicilia. (2012). Pop Melayu Masih Mendominasi di Tahun Naga Air. 15 Oktober 2013. http://kaleidoskop.okezone.com/read/2012/01/03/349/551145/large. Hilmi. (n.d.). Profil Efek Rumah Kaca. 3 November 2013. http://efekrumahkaca.net/en/discography Ibrahim, Raka. (2013). Studiorama dan Stagnasi Indie. 10 Desember 2013 http://jakartabeat.net/wawancara/konten/studiorama-dan-stagnasi-indie Guruh Gipsy. (n.d.). 1 November 2013. http://www.progarchives.com/artist.asp?id=2764 Kristo, Yurio. (2013). Posisi Indonesia di Percaturan Teknologi Dunia. 25 November 2013 http://inet.detik.com/read/2013/08/21/112207/2336008/ 398/5/posisi-indonesia-di-percaturan-teknologi-dunia Latief, M. (2011). Kompas TV dan Kerinduan pada Muatan Lokal. 24 November 2013 http://nasional.kompas.com/read/2011/09/10/10025910/ twitter.com Marketeers. (2013). Markplus Insight: Pengguna Internet Indonesia 74 Juta di Tahun 2013. 24 November 2013. http://www.the-marketeers.com/ archives/Indonesia%20Internet%20Users.html#.Ur6JhNIW1sJ Mozes, Roderick Adrian. (2012). Kompas TV Raih Dua Penghargaan Adiwarta. 24 November 2013. http://internasional.kompas.com/read/ 2012/12/05/11042435/Kompas.TV.Raih.Dua.Penghargaan.Adiwarta Profil Selebriti.(2007). The S.I.G.I.T. 2 November 2013. http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/t/the_sigit/ Putranto, Wendi. (2011). Era Baru Musik Digital. 9 Agustus 2013. http://rollingstone.co.id/read/2011/02/08/182544/1563389/1096/era-barumusik-digital.
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
xiv
Reavens, Jessica. (2002). Person of The Week: Elvis Persley. 1 November 2013 http://content.time.com/time/nation/article/0,8599,337778,00.html. Riza, Budi. (2012). Jumlah Pengguna Internet Indonesia Terus Melonjak. 10 Desember 2013 http://www.tempo.co/read/news/2012/12/12/ 072447763/Jumlah-Pengguna-Internet-Indonesia-Terus-Melonjak. Frank Sinatra. (n.d.) 1 November 2013 http://www.allmusic.com/album/sinatra-in-hollywood-1940-1964mw0000659863 Sxws. (2009). Guest Star. http://sxsw2009.sched.org/2009-03-19/overview/ Taufiqurrahman, M. (2009).Rabels with A Cause. 3 November 2013 http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/19/rebels-with-a-cause.html
Universitas Indonesia
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Pertanyaan untuk Narasumber Pengamat Musik No 1 Apa yang dimaksud dengan indie? Adakah kontroversi seputar istilah indie ini? Mengapa?
Artis Kenapa memilih untuk menjadi band indie?
Label Cara kerja band indie
2
Bagaimana pemanfaatan teknologi (internet) sebagai media untuk promosi band indie? Apakah benar internet menjadi media awal boomnya musik indie?
Tujuan musisi memilih bergabung dengan DeMajors (misal)? Apa memiliki visi misi yang sesuai atau idealisme yang sama.
Peran indie label tempat musisi indie bernaung
3
Bagaimana music indie berkembang di Indonesia?
Bagaimana pemanfaatan teknologi (internet) sebagai media untuk promosi band indie
Media publikasi yang digunakan apa saja
4
Adakah pengkategorian musik indie? Jika ada, kategorinya apa saja? Apa manfaat pengkategorian ini? (bagi artis, label, fans atau siapapun yang terkait dengan music indie)
Media publiaksi yang digunakan apa saja
Jaringan distribusi yang dimiliki indie label bagaimana?
5
Istilah “underground” pada band indie datang darimana?
Apakah ada masalah Apa sebetulnya yang acap kali terjadi kategori sukses pada major label dan bermusik? musisinya (misal: kurangnya transparasi), pada indie label dan musisi indie juga terjadi?
xv
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
6
Musik indie dikatakan establish kapan tepatnya? Berawal dari siapa?
Untuk distribusi, apakah musisi indie turut serta atau sepenuhnya dihandel label?
Masalah transparansi acap jadi masalah di industry music. Apakah ini terjadi juga di music indie? Mengapa (terjadi? Atau tidak terjadi?)
7
Peran label indie bagi musisi indie dan musik indie sendiri seperti apa?
Bagaimana hubungan anda dengan sesama musisi indie lainnya? (baik individu maupun band)
Bagaimana me-manage genre music yang berbeda dalam label anda?
8
Melihat perkembangan indie yang cukup baik, apakah ciri khas indie Indonesia dibandingkan negara lain?
Apa yang membedakan music anda dengan musisi lain?
Untuk permasalahan distribusi, apakah musisi indie turut serta atau sepenuhnya dihandel label?
9
Bentuk pengaruh apa saja yang membantu perkembangan musik indie di Indonesia?
Inspirasi lirik dan musik datang darimana?
Apa yang membedakan music indie di Indonesia dengan di luar Indonesia?
10
Bagaimana keadaan musik indie saat ini?
Apakah titik kesuksesan band anda?
Bagaimana masa depan music indie di Indonesia?
11
Bagaimana masa depan Apa yang ditawarkan untuk pendengar dan music indie di penonton anda agar Indonesia? mereka menjadi pendengar dan penonton yang loyal kepada band anda?
12
Bagaimana masa depan musik indie di Indonesia?
xvi
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
Lampiran 2 Data Diri Narasumber
No
Nama Responden
Jabatan/ Organisasi
1.
David Tarigan
Pengamat Musik
2
Ahmad Gunawan
Manager Marketing Planner /Kompas TV
3
Fitri Oktarini
Produser Dokumenter/ Kompas TV
Tanggal Wawancara 14 Oktober 13 1 November 2013
Model Wawancara Langsung
1:27:49
Langsung
1:04:04
10 Desember 2013
Langsung
00:27:54
10 Desember 2013
Langsung
0:17:19
xvii
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014
Durasi
Lampiran 3 Daftar Episode “Indienesia”
Musisi/Band Program Indinesia Episode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Musisi Indie White Shoes and The Couples Company Efek Rumah Kaca Pure Saturday Rumah Sakit Mocca Koil The Upstairs Marjinal Bunga Hitam The Adams The S.I.G.I.T Abdul and The Coffee Theory Tiga Pagi
xviii
Prototype program..., Thessa Regina, FISIP UI, 2014