UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PEMBUATAN PROTOTYPE PROGRAM KOMEDI SITUASI “THE PENONTONS”
TUGAS KARYA AKHIR
MARGARETA KAYA HANJANI 0906524620
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JUNI 2013
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PEMBUATAN PROTOTYPE PROGRAM KOMEDI SITUASI “THE PENONTONS”
TUGAS KARYA AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
MARGARETA KAYA HANJANI 0906524620
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM SARJANA REGULER DEPOK JUNI 2013
i Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tugas Karya Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Margareta Kaya Hanjani NPM : 0906524620 Tanda Tangan :
Tanggal : 28 Juni 2013
ii Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Karya Akhir ini diajukan oleh : Nama : Margareta Kaya Hanjani NPM : 0906524620 Program Studi : S1 Reguler Judul Tugas Karya akhir : Laporan Pembuatan Prototype Program Komedi Situasi ‘The Penontons’
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi S1 Reguler Departemen Ilmu Komunikasi Peminatan Industri Kreatif Penyiaran Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
DEWAN PENGUJI Pembimbing : Ria Ernunsari, S.IP, MA
Penguji
(....................................)
:Sri Esti Tri Wandari, MA
Ketua Sidang : Drs. Lilik Arifin, Msi
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 28 Juni 2013
(....................................)
iii Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
KATA PENGANTAR
Pengalaman magang di Trans TV dan menangani program “Comedy Project” yang penulis laksanakan di semester 7 ternyata membawa banyak manfaat bagi penulis. Salah satunya adalah inspirasi awal dalam pembuatan tugas karya akhir ini. Diberi kesempatan untuk masuk ke dalam tim perumus program baru (setelah tayangan “Comedy Project” dihentikan), membuat penulis mendapatkan banyak masukan ide yang kemudian penulis kembangakan sendiri untuk penulisan tugas karya akhir ini. Tugas karya akhir ini merupakan satu dari tiga TKA pertama yang dibuat oleh mahasiswa peminatan Industri Kreatif Penyiaran. Tugas karya akhir yang mungkin jauh dari sempurna ini penulis persembahkan bagi pengembangan kurikulum peminatan bertemakan Penyiaran di Department Ilmu Komunikasi FISIP UI selanjutnya. Suatu pengalaman berharga bagi penulis untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Terima kasih atas perhatiannya.
Jakarta, Juli 2013
Penulis
iv Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus
karena atas berkat dan
penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Karya Akhir yang berjudul ”Laporan Pembuatan Prototype Program Komedi Situasi ‘The Penontons’ ” sebagai persyaratan untuk meraih gelar sarjana dan menyelesaikan kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Komunikasi Program Sarjana Reguler, Universitas Indonesia. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang begitu besar kepada pihakpihak yang berperan besar pada terlaksananya Tugas Akhir ini yaitu kepada: 1. Prof. Dr. Ilya R. Sudjono Sunarwinadi, Msi. selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI. 2. Dra. Ken Reciana, MA selaku ketua program S1 Reguler Department Ilmu Komunikasi FISIP UI. 3. Mbak Ria Ernunsari, S.IP, MA. dosen pembimbing yang super sabar, cool, dan tangguh menghadapi penulis yang penuh kepanikan dan kemalasan ini. Terimakasih atas segala bimbingannya mbak,teriamaksih banyak. 4. Mbak Sri Esti Tri Wandari, MA yang bersedia menjadi penguji sidang TKA penulis, Bapak Drs. Lilik Arifin, Msi yang bersedia menjadi ketua sidang TKA penulis, dan Mas Helmi Qodrat yang bersedia menjadi sekretaris sidang TKA penulis. 5. Seluruh Staff Tata Usaha dan Adminstrasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, Mas Gugi, Mba Inda, Mbak Ona, Mas Fian, Mbak Sherli, Mbak Okii, orang-orang penuh kasih yang sudah tahan saya repoti selama 4 tahun ini. 6. Keluarga penulis; Bapak, ibu, Mbak Dika, dan
Mbak Collin atas doa,
dukungan, kasih sayang, semangat dan kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas karya akhir ini. Juga kepada mak Nar, untuk sajian makanannya, yang membuat penulis tetap sehat dan kuat menyelesaikan tugas akhir ini.
v Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
7. Mas Emilka, Mbak Irin Junirman, Mbak Retno Aprianti, Mas Fauzan, Mas Donald Ramadhan dan seluruh narasumber yang sudah membantu penulis mendapatkan data-data untuk menyusun tugask karya akhir ini termasuk juga Mas Indra Melon serta Kak Danu dan kawan-kawan, para penonton bayaran yang mengizinkan penulis untuk terinspirasi. 8. Anggit, Anne, Lukas, Dea, Steven, Ebi, Mamad, Yudhis, Yudi, Denis, Febry, Reginal, dan semua teman-teman baik yang sudah mau membantu penulis menjadi talent dankru dalam proses eksekusi prototype ini dengan sukarela. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh surga. 9. Teknologi bernama Tama, titisan dewa langit yang diutus untuk membantu penulis dalam mengatasi permasalahan teknis dan permasalahan “kurang temen” yang seringkali penulis alami dalam pembuatan tugas karya akhir ini. 10. Monik dan Dilla, sesama pejuang IKP! Yeay kita akhirnya menyelesaikan ini!! Terimakasih boleh berjuang bersama kalian.. 11. Sahabat-sahabat kesayangan di komunikasi UI, Necha, Acid, Anin, Hades, Heiwa, Uli, Menur, Nicky, Eva, PT, yang memilih untuk lulus duluan meninggalkan penulis di kampus lalu membuat penulis jadi termotivasi untuk segera lulus juga. Terimakasih atas kenyamanan pertamannya selama 4 tahun ini teman-teman,.. aku bersyukur memilki kalian. 12. Laskar Komunikasi 4 tahun, Tora, Dini, Risti, Masniar, Lidya, dan semuanya yang tidak mengizinkan penulis untuk merasa susah sendirian, karena di saat yang sama kalian menunjukkan bahwa kalian juga sedang melewati halangrintang yang sama susahnya dengan penulis. 13. Semua teman-teman
Komunikasi angkatan
2009, 2010, dan
2011.
Terimakasih secara khusus kepada teman-teman sekelas IKP 2009. 14. Teman-teman KUKSA FISIP (Nana “na’ucai”, Anggit, Rini, Anto, Rio, Paskhal, Sansan, Nico, Laksmi, Gerald dkk)
yang selalu menyemangati
dengan kata-kata “Kapan lulus kak Maga?” atau “Ngapain lu Mag masi di kampus?” 15. Teman-teman KMK UI, khususnya angkatan 2009 Anne, Aan, Nico, Gita, Lena, dan Reymond yang sudah membuat janji manis untuk wisuda bareng di 2013.
vi Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
16. Vinda, sahabat tercinta dari Kolese tercinta Kolese Loyola yang selalu menyemangati penulis dengan kata-kata “Cah Loyola pasti bisa!” di saat yang tepat. Juga kepada Tuning, Ony, Yoyo, dan semua KEKL di seluruh penjuru dunia. 17. Kristo Baskoro orang seharusnya ada di samping penulis selama proses pembuatan TKA ini sambil memanja rasa dan mendengar keluh kesah yang ada, namun malah memilih untuk berdoa “di sana” untuk tetap setia pada segela rencana-Nya yang istimewa. Iya, iya aku tahu kamu kepengen aku jadi lebih kuat kan? And I did it, toooo!! I did a great job, right? 18. Dan,
pihak-
pihak
lain
yang
mendukung
penulis
sehingga
dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap tugas ini mampu memberikan masukkan pada orang banyak juga memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan dapat dipergunakan sebaik- baiknya. Sekian, dan terimakasih.
vii Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Margareta Kaya Hanjani NPM : 0906524620 Program Studi : Indistri Kreatif Penyiaran Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jenis karya : Tugas Karya Akhir
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
”Laporan Pembuatan Prototype Program Komedi Situasi ‘The Penontons’ ” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Jakarta Pada tanggal: 10 Juli 2013 Yang menyatakan
( Margareta Kaya Hanjani.)
viii Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAGIAN 1 Analisis Perkembangan industri hiburan dalam penyiaran Indonesia telah melahirkan satu profesi baru yaitu penonton bayaran. Fenomena ini
Situasi
menginspirasi penulis untuk mengangkat fenomena ini kedalam sebuah tayangan televisi. Hasil riset menunjukan bahwa format terbaik untuk mengembangkan ide cerita tentang penonton bayaran ini adalah drama dan bentuk tayangan yang paling sesuai adalah komedia situasi. Untuk itu penulis memutuskan untuk membuat prototype program komedi situasi tentang penonton bayaran. Manfaat utama pengembangan prototype ini adalah untuk menjadi
BAGIAN 2 Manfaat dan
inspirasi bagi masyarakat yang menontonnya karena bercerita tentang perjuangan mimpi. Tujuan utama pembembangan prototype ini adalah
Tujuan Pengembangan
untuk membuat suatu program hiburan di televisi Indonesia yang tidak hanya menghibur namun juga menginspirasi.
Prototype
Prototype yang dikembangkan adalah prototype tayangan komedi
BAGIAN 3 Prototype yang Dikembangankan
situasi berjudul “The Penontons” yang bercerita tentang perjuangan mimpi tiga sekawan penonton bayaran yaitu Ririn, Oncom, dan Benita.
BAGIAN 4 Pre-Test dan Evaluasi
Pre-test dilakukan dengan mengolah data Nielsen dan melakukan wawancara pakar. Sementara evaluasi dilakukan dengan metode survey kepada 50 sample target khalayak, walaupun pada prakteknya metode evaluasi prototype semacam ini jarang dilakukan kecuali program tersbut bersifat eksperimental.
BAGIAN 5
Anggaran pembuatan prototype ini sebesar Rp 1.200.000,- . Rencana
Anggaran
anggara
produksi
program
untuk
satu
episode
sebesar
Rp
43.800.000,-. Penghitungan pendapatan program bukannya dihitung melainkan ditetapkan berupa target revenue. Anggaran pelaksanaan evaluasi prototype sebesar 2.640.000
ix Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
EXECUTIVE SUMMARY Development of the entertainment industry in Indonesia has
PART 1 Situation Analysis
made a new profession called paid audience. This phenomenon
inspired the writer to make a programme
based on the story of the paid audience. Research said the best television format of television programme is Drama and the best form of drama is situational comedy (sitcom) . So, the writer decided to produce a prototype of sitcom based on comedic experience of the paid audience. BAGIAN 2 Benefits and Goals of the developing Prototype.
The main benefits of the developing prototype is to inspire the viewer because this programme tells us the lessons learned of the paid audience. The main goal of this developing prototype is to make a programme that not only entertaining but also inspiring.
BAGIAN 3 The development of Prototype BAGIAN 4 Pre-Test dan Evaluation
The development of prototype is a sitcom narrates the stories of
Ririn, Oncom, and Benita as
paid audience. This
program called “The Penontons”. Pre-test is conducted to analyse the data from Nielsen and to emphasize the using sitcom by having interview with the experts. Then evaluation is by handing out questionnaire to 50 respondents. However, this kind of evaluation is actually rare in the real television industry, except if the programme is experimental.
BAGIAN 5
The prototoype budget is Rp 1.200.000,-.
Budgeting
The estimation of program production is Rp 43.800.000,- for each episode. The revenue estimation of a program doesn’t need to be counted, it is set and called as Target Revenue. The prototype evaluation budget is 2.640.000
x Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAN ORISINALITAS........................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................
iii
KATA PENGANTAR................................................................................
iv
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF....................................................................
ix
EXECUTIVE SUMMARY........................................................................
x
DAFTAR ISI...............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL.......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xvi
BAB 1 ANALISIS SITUASI
1
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1
1.1.1 Fenomena Penonton Bayaran......................................................
1
1.2 Hasil Riset.........................................................................................
5
1.2.1 Hasil Riset Mengenai Tayangan Paling Popular di Indonesia..
5
1.2.2 Komedi Situasi............................................................................
8
1.2.3 Opini pakar tentang Rencana Mengembangan Cerita tentang
10
Penonton Bayaran ke dalam Komedi Situasi ........................... 1.3 Pernyataan Kebutuhan.........................................................................
12
BAB 2 MANFAAT DAN TUJUAN MENGEMBANGANKAN PROTOTYPE 2.1 Manfaat...............................................................................................
13
2.1.1 Manfaat bagi Khalayak................................................................
xi Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
13 13
2.1.2 Manfaat bagi Pengelola.............................................................
14
2.2. Tujuan...................................................................................................
14
BAB 3 Prototype yang Dikembangkan
16
3.1 Program yang Diusulkan.....................................................................
16
3.2. Stasiun...................................................................................................
16
3.3 Usulan Waktu Tayang ..........................................................................
17
3.4 Khalayak Sasaran .................................................................................
17
3.4.1 Aspek Geografis..........................................................................
17
3.4.2 Aspek Demografis.......................................................................
18
3.4.3 Status Ekonomi Sosial.................................................................
18
3.4.4 Asek Psikografis...........................................................................
19
3.5 Analisis SWOT .................................................................................... 3.6 Posisi dan Diferensiasi Produk (Product Positioning and Differentiation)............................................,............................................
20 21
3.7 Judul Program yang Diusulkan ......................................................
21
3.8 Sinopsis ................................................................................................
21
3.9 Treatment ..............................................................................................
23
3.10 Durasi..................................................................................................
26
3.11 Format Program..................................................................................
26
3.12 Konsep Program.................................................................................
27
3.13 Rundown..............................................................................................
28
3.14 Kru yang Dibutuhkan...........................................................................
28
3.15 Peralatan Produksi................................................................................
30
3.16 Lokasi Shooting....................................................................................
30
3.17 Pengembangan Program (Masukan Pasca-sidang)..............................
31
xii Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
BAB 4 PRE-TEST DAN EVALUASI
32
4.1 Pre-test Media.......................................................................................
32
4.1.1 Metode Media Pre-test.................................................................
32
4.1.2 Waktu Media Pre-test...................................................................
34
4.1.3 Materi Media Pre-test...................................................................
34
4.1.4 Instrumen Media Pre-test.............................................................
35
4.2 Evaluasi Prototype.................................................................................
35
4.2.1 Metode Evaluasi...........................................................................
36
4.2.2 Waktu Evaluasi.............................................................................
36
4.2.3 Materi Evaluasi.............................................................................
36
4.2.4 Instrumen Evaluasi.......................................................................
36
4.2.5 Hasil Evaluasi...............................................................................
36
4.2.6 Pelaksanaan Evaluasi Program dalam Praktek Siar Pertelevisian
41
BAB 5 ANGGARAN
44
5.1 Anggaran Pembuatan Prototype ..........................................................
44
5.2 Rencana Anggaran Produksi Program...................................................
45
5.3 Penghitungan Perkiraan Pendapatan.....................................................
46
5.4 anggaran Evaluasi Prototype................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA
xvii
xiii Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel Rentang SES 2012......................................................
18
Tabel 1.2
Tabel Treatment Program “The Penonton”……...............
23
Tabel 1.3
Anggaran Pembuatan Prototype…………………………… 44
Tabel 1.4
Rencana Anggaran Produksi Program………………
45
Tabel 1.5
Anggaran Evaluasi Prototype………………………
49
xiv Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
DAFTAR GAMBAR
Diagram 1.1
Frekuensi Kemunculan Format Tayangan pada Data Top
6
20 Program by Station National. Diagram 1.2
Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah Anda 37 Memahami Isi Cerita Tayangan?”
Diagram 1.3
Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah Menurut 38 Anda Cerita yang Disampaikan Oleh Tayangan Sudah Cukup Menarik?”
Diagram 1.4
Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah anda
38
Merasa Terhibur Saat Menonton Tayangan Tadi?” Diagram 1.5
Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah pemilihan
39
Pemain untuk Memerankan Karakter dalm Tayangan ini Sudah Sesuai?” Diagram 1.6
Karakter yang Diingat
39
Diagram 1.7
Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah Anda
40
Merasa Terganggu dengan Kehadiran Salah Satu tokoh dalam Tayangan?”
Diagram 1.8
Jawaban Partisioan untuk Pertanyaan “Apakah Dialog
39
dalam Tayangan ini Cukup Membantu Anda Memahami Isi Cerita?” Diagram 1.9
Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah Menurut
41
anda Pemilihan Latar Musik Sudah Baik?”
Diagram 1.10
Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Kualias Gambar Tayangan Ini Sudah Cukup Baik?”
xv Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Naskah Prototype
Lampiran 2
Kuesioner
Lampiran 3
Daftar Responden wawancara
Lampiran 4
Rancangan tema 13 episode
xvi Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
BAB 1 ANALISIS SITUASI
1.1 Latar belakang 1.1.1 Fenomena Penonton Bayaran Perkembangan industri hiburan dalam penyiaran Indonesia telah melahirkan satu profesi baru yaitu penonton bayaran.
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia “penonton” berarti orang yang menonton pertunjukan, sedangkan “bayaran” berarti mendapat upah atau gaji. Maka penonton bayaran dapat didefinisikan sebagai orang yang diberi gaji atau upah karena telah menonton pertunjukan. Penonton bayaran mulai menjamur di dunia pertelevisian tanah air sejak tahun 2000-an. Fenomena ini diawali oleh kebutuhan stasiun televisi untuk selalu melakukan modifikasi terhadap tayangannya demi bertahan di tengah persaingan bisnis pertelevisian. Modifikasi dilakukan baik secara audio maupun visual, dalam proses modifikasi tersebut disadari bahwa keberadaan penonton termasuk salah satu elemen yang menentukan kemeriahan suatu acara. Penonton yang ekspresif, ramai dan mudah diarahkan membuat acara lebih hidup. Namun kendalanya tidak semua penonton seperti itu. Dari kendala inilah lahir fenomena penonton bayaran. Kini, nyaris hampir semua acara televisi yang menghadirkan penonton menggunakan jasa penonton bayaran. (Jumhari, 2011). Dalam industri sebesar industri pertelevisian Indonesia sekarang timbul tuntutan profesionalisme bagi setiap elemen yang bergerak di dalamnya, termasuk penonton. Jika menggunakan penonton asli yang secara sukarela menjadi penonton tanpa dibayar maka akan timbul banyak kendala di lapangan seperti jumlah yang tidak sesuai target, bajunya tidak seragam, sulit diarahkan, dan lain-lain. Sedangkan jika penonton tersebut dibayar, akan ada ikatan profesionalisme antara penonton dan tim produksi acara tersebut.
1 Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
2
Penonton bayaran terdiri dari berbagai kalangan, pria-wanita dan dari berbagai usia. Biasanya pihak koordinator telah terlebih dulu mengklasifikasikan “anak buah”nya menurut usia, profesi, dan penampilan. Hal itu dilakuan karena tiaptiap program televisi membutuhkan karakter penonton yang berbeda-beda. Namun tidak semua berdasarkan observasi lapangan yang penulis lakukan dengan mewawancari Indra Melon, seorang MC yang mengawali kariernya sebagai
penonton
bayaran.
Penulis
mendapatkan
informasi
bahwa
pengelompokan yang terjadi dalam penonton bayaran tidak hanya berdasarkan umur atau jenis kelamin melainkan juga berdasarkan tingkat kehebohan dan penampilan fisik (kecantikan/ketampanan) para penonton. Pengelompokan penonton berdasarkan hal tersebut bukan untuk menyesuaikan dengan karakter yang diminta televisi tetapi untuk menentukan tempat duduk di studio atau di lokasi shooting. Semakin cantik/tampan maka ia akan duduk semakin depan, semakin dekat dengan kamera. Itu artinya bayarannya pun semakin tinggi. Dengan kata lain pengelompokan penonton berdasarkan looks dibuat untuk menentukan harga. Salah satu alasan mengapa akhirnya profesi penonton bayaran ini semakin lama semakin banyak peminatnya adalah pendapatannya yang menjanjikan. Menurut Tiara, salah seorang gadis yang sedang menggeluti profesi sebagai penonton bayaran ini, dalam satu hari ia bisa mengantongi Rp 100.000,00 – Rp 200.000,00. Jika diakumulasi ia bisa menghasilkan Rp 3.600.000,00- Rp 4.000.000,00 setiap bulannya. (Kurniawan, 2012). Hal tersebut juga dibenarkan oleh pengakuan Jesica, salah seorang penonton bayaran yang sempat penulis wawancara. Jesica mengaku jumlah Rp 100.000,- adalah jumlah minimal yang didapatkannya per hari saat menjalani profesi penonton bayaran ini. Wawancara lainnya yang penulis lakukan kepada Indra Melon pun menghasilkan jawaban yang serupa. Menurut Indra, pada tahun 2007 saat ia pertama kali ditawarkan untuk menjadi penonton bayaran upahnya hanya Rp 10.000,-
namun semakin bertambahnya demand terhadap penonton
bayaran harganya pun naik. Untuk tahun 2012, sesuai dengan apa yang diketahuinya, tarif satu orang penonton bayaran untuk satu kali shooting berkisar antara Rp 35.000,- sampai Rp 40.000,- Padahal jarang sekali
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
3
penonton bayaran yang hanya mengikuti satu kali shooting dalam satu hari. Rata-rata para penonton tersebut mengikuti 2-3 shooting dalam satu hari sehingga pendapatannya perhari bisa mencapai Rp 120.000,- per hari. Jumlah tersebut tentulah jumlah yang tidak sedikit. Apalagi mereka relatif tidak mengeluarkan modal. Jesica dan Indra Melon mengakui bahwa mereka tetap perlu mengeluarkan modal untuk menjaga penampilan mereka tetap menarik, seperti membeli pakaian, sepatu, dan riasan (untuk yang perempuan). Namun jumlah uang yang dibelanjakan tidak terlalu besar. Tak mengherankan jika banyak yang tertarik untuk bergabung dalam menjalani “profesi” ini. Penonton bayaran kini jumlahnya ribuan. Dalam industri pertelevisian di Indonesia
biasanya
mereka
tergabung
dalam
koordinasi
dari
penyalur/koordinator penonton atau yang biasa mereka sebut Agensi, salah satunya Elly Suhari. Wanita yang akrab disapa Mpok Elly ini dalam sehari bisa mengumpulkan 500 orang penonton bayaran 2 hingga 3 acara. Honor wanita yang pernah jadi figuran “Ngelenong Yuk” ini didapat dari potongan honor penonton bayaran yang jumlah 20 persen hingga 30 persen. Biasanya honor penonton dipotong Rp. 5000,- tiap orangnya untuk kemudian dijadikan komisi bagi penyalur penonton seperti Elly. Berdasarkan hal itu, dalam sehari Elly bisa mengantongi untung Rp. 3.000.000,- lebih. (Jumhari, 2011). Jumlah tersebut tentu menggiurkan bagi sebagian orang dan akhirnya mendorong mereka untuk terjun juga menggeluti bisnis penonton bayaran ini. Selain keuntungan finansial profesi ini juga membawa keuntungankeuntungan lain. Indra Melon mengungkapkan, bahwa dengan menjadi penonton bayaran ia bisa berkenalan degan banyak orang yang terlibat dalam dunia pertelevisian. Kenalan-kenalannya inilah yang membantu Indra Melon merintis karirnya di dunia hiburan. Mereka memberi info tentang adanya casting yang bisa Indra ikuti, atau merekomendasikan Indra pada orang lain yang sedang mencari MC, presenter, dan sebagainya. Saat ini Indra Melon sudah menjadi MC, tidak menutup kemungkinan ia akan semakin besar dan terkenal jika ia tetap tekun menjalani karier di dunia hiburan ini. Sementara
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
4
Jesica mengakui bahwa dengan menekuni profesi penonton bayaran, pergaulannya menjadi semakin luas. Dari permukaannya kita dapat melihat kalau sebagian besar penonton bayaran menggeluti profesi ini karena tertarik dengan penghasilannya. Namun tidak dapat dipungkiri juga bahwa banyak alasan lain yang mendasari seseorang akhirnya memilih untuk menjadi penonton bayaran. Firman (24) salah satu dari sekian banyak penonton bayaran mengaku, awalnya dia hanyalah penonton yang ingin melihat grup musik idolanya tampil di acara musik. Namun, usai menonton dia dipanggil seseorang dan diberi honor (Kurniawan, 2012). Berbeda dengan Firman, Jesica mengaku awalnya ia menjadi penonton bayaran karena diajak oleh kakaknya yang sudah lebih dulu menjalani profesi ini. Ternyata setelah dijalani ia sangat enjoy dengan pekerjaan ini karena baginya pekerjaan ini tidak seperti bekerja melainkan bermain yang dibayar. Motivasi lain datang Indra Melon, Indra coba-coba jadi penonton bayaran karena sebenarnya ia ingin menjadi artis. Ia berpikir siapa tahu karena sering bergaul di tempat shooting para artis ia bisa juga mendapat kesempatan untuk menjadi artis. Tak sedikit anak muda yang berpikiran seperti Indra Melon yang sebenarnya berharap bisa naik pangkat dari penonton jadi artis yang ditonton. Impian jadi selebritis tersebut mereka jalani pelan-pelan salah satunya dengan terlebih dulu menjadi penonton bayaran. Dari muncul di layar kaca sedikit-sedikit sampai akhirnya mereka bisa menguasai layar kaca tersebut alias jadi sorotan utama. Itulah impian mereka. Banyak orang yang sudah mengetahui tentang adanya profesi penonton bayaran ini, namun tak banyak yang tahu tentang alasan mereka menjalani profesi ini, Tak banyak juga yang mengetahui tentang bagaimana mereka menjalani keseharian mereka sebagai penonton bayaran, dari satu lokasi ke lokasi lain, satu callingan ke callingan lain sambil terus menjaga profesionalisme mereka.
Tak banyak juga yang mengetahui bahwa
sebenarnya mereka memilki juga mimpi-mimpi yang lebih dari hanya sekedar menjadi penonton bayaran misalnya, seperti yang telah dituliskan di atas, banyak di antara mereka yang bermimpi menjadi artis.
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
5
Hal hal tersebut yang justru menginspirasi penulis. Penulis menyadari di balik pekerjaan mereka yang terlihat sepele, hanya tinggal tersenyum dan tepuk tangan, tersimpan banyak cerita tentang perjuangan. Karena itulah penulis menjadi ingin mengangkat kehidupan para penonton bayaran ini, khususnya bagaimana para penonton muda memperjuangkan mimpi mereka, ke layar televisi Indonesia. 1.2 Hasil Riset Fenomena penonton bayaran memberikan inspirasi kepada penulis untuk membuat tayangan televisi yang mengangkat profesi baru tersebut. Dengan kata lain fenomena penonton bayaran meruapakan ide dasar bagi penulis dalam merancang program baru yang akan penulis kemas dalam proposal pengajuan program baru ini. Setelah memiliki ide dasar penulis perlu melakukan riset pasar agar dapat merancang proposal program dengan baik. Riset penulis lakukan dengan dua metode. Metode pertama adalah analisis data Nielsen, sedangkan metode yang kedua adalah wawancara pakar/ Wawancara Delphi. 1.2.1 Hasil Riset Mengenai Tayangan Paling Popular di Indonesia Menurut Emilka, Kepala Departemen Drama dan Sport Trans TV, masyarakat Indonesia dalam menonton televisi lebih memperhatikan cerita daripada kualitias sinematografis tayangan. Hal tersebut yang membuat sinetron menjadi raja di industri TV Indonesia. Hampir seluruh prime time semuanya sinetron. Sebenarnya ini indikasi yang bagus untuk drama yang ternyata mempunya daya tarik yang baik. Hal tersebut beliau kemukakan dalam wawancara yang penulis lakukan tanggal 10 Oktober 2012. Pendapat tersebut ternyata didukung oleh data top 20 program by station nasional yang dikeluarkan oleh lembaga riset media Nielsen. Dari kumpulan data tersebut didapatkan bahwa dari 660 slot tayangan yang masuk ke dalam 20 besar tayangan berdasar share dan rating untuk tahun 2012 44% di antaranya merupakan tayangan berformat drama. Hasil tersebut didapat dengan mengakumulasi penghitungan kemunculan format drama film dan format
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
6
drama serial pada top 20 program tersebut. Drama serial menduduki puncak penghitungan dengan menyumbang 188 kemunculan (31%) pada data top 20 program by station national, sementara drama film menduduki peringkat kedua dengan 80 kemunculan (13%) diikuti oleh format filler dengan 70 kemunculan dan sport match dengan 69 kemunculan. Drama jauh mengungguli format-format lain, hal ini kuat menyatakan bahwa masyarakat Indonesia menjadikan drama sebagai format tayangan terfavorit dibandingan dengan format-format lain di televisi Indonesia. Diagram 1.1 Frekuensi Kemunculan Format Tayangan pada Data Top 20 Program by Station National
Sumber: top 20 program by station national by Nielsen, 2012
Drama tidak hanya populer, drama juga memilki banyak keunggulan sebagai format tayangan di televisi.
Keunggulan pertamanya adalah, drama mampu
menympaikan pesan melalui cerita yang dibawakannya. Sejak zaman dahulu orang
menyampaikan
semua
melalui
cerita.
Para
nabi
menggunakan
perumpamaan untuk mengilustrasikan Injil atau firman. Ada juga fabel yang menggunakan hewan sebagai karakter utamanya untuk mengajarkan moral dasar
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
7
pada anak-anak. (Ali, 2002) Pada pertengahan era 1970an, Miguel Sabido dari Mexico menyatakan kepercayaannya tentang serial televisi yang bisa melakukan lebih dibanding hanya menguatkan suatu perilaku tertentu namun juga bisa merangsang pergantian sikap. Sabido menyadari bahwa ketika soap opera konvensional pada zaman itu memberikan pesan/nilai moral secara tidak sengaja, maka berarti sangatlah mungkin untuk membuat serial yang nilai-nilainya terikat pada cerita yang membuat perilaku lebih positif, seperti adult literacy atau keluarga berencana, tanpa perlu membosankan atau sombong. (fossard, 2005) Keunggulan kedua dari drama adalah, drama dapat menghibur, untuk itulah drama dapat menarik dan mempertahankan ketertarikan khalayaknya. Drama selanjutnya merupakan medium yang baik untuk mendemonstrasikan perubahan sosial yang positif kepada penontonnya dan untuk memberikan keberanian pada khalayaknya untuk memperbaiki hidup mereka dengan membuat perubahan dalam hidup mereka sendiri. (Fossard & Riber, 2005). Menurut Fossard dan Riber dalam bukunya yang berjudul Writing and Producing for Television and Film mengemukakan manfaat-manfaat drama dalam mendorong perubahan prilaku sosial, yaitu:
Drama bersifat menghibur sehingga mampu menjalin keterikatan dengan penontonnya.
Drama dapat menyajikan pengalaman emosional kpada penontonnya, mengizinkan mereka untuk merasakan dan mengalami sendiri emosi tersebut yang bisa jadi sebenarnya mereka sembunyikan selama ini.
Sebagai contoh, mereka bisa mengekspresikan kemarahan mereka kepada karakter politis di dalam drama melalui cara yang justru memungkinkan untuk dilakukan atau berbahaya jika dilakukan dalam kehidupan nyata. Karakter dalam drama dapat berperan sebagai panutan dan mendemonstrasikan keuntungan dari perubahan prilaku yg dimaksudkan dengan cara yang lebih natural.
Para penonton dapat menyaksikan orang-orang yang serupa dengan mereka sendiri dengan kehidupan yang mirip dengan kehidupan yang seperti pembelajaran bagi mereka sendiri tentang mengingat, menerima dan bahkan
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
8
mendukung perubahan sosial, sehingga memberikan panggilan kuat untuk bertindak.
Visualisasi
drama
dapat
menggapai
penonton
yang
bahkan
tidak
berpendidikan atau tidak terdidik secara utuh. Dari situ penulis dapat meyakini bahwa membuat tayangan drama dengan pesan yang baik sama dengan mendidik masyarakat Indonesia dengan cara yang halus. Drama yang terbukti mampu merangsang perubahan prilaku yang mendukung pembangunan sosial harusnya dimanfaatkan dengan baik untuk meperbaiki kehidupan sosial, khususnya di Indonesia. Selama tahun 2012 ini program drama terbukti masih merajai tangga program televisi Indonesia berdasar rating dan share. Itu berarti ada potensi besar yang ditawarkan kepada penulis untuk berkreasi dan menyampaikan pesan melalui drama. Tapi drama di televisi memiliki berbagai bentuk, jika penulis hendak bercerita mengenai fenomena penonton bayaran melalui drama maka penulis harus menentukan bentuk drama yang mana yang hendak penulis pakai. 1.2.2 Komedi Situasi Penulis ingin memilih bentuk drama yang sifatnya tidak berbeda dengan sifat unggul drama yaitu efektif menyampaikan pesan dan menghibur. Salah satu bentuk drama memenuhi kriteria tersebut adalah komedi situasi. Menurut encyclopedia Britainnica definisi dari tayangan komedi situasi adalah serial komedi televisi atau radio yang melibatkan pemain/aktor yang akan ada terus di setiap episode. Seringkali perwatakannya dikaitkan dengan lingkungan seperti apartemen atau tempat kerja. Biasanya berdurasi setengah jam dan direkam di studio di hadapan penontonnya. Komedi situasi diisi dengan perbincanganperbincangan antar karakter dan penyelesaian konflik secara cepat. Hal serupa juga dinyatakan oleh Irin Junirman, Mantan Eksekutif Produser Trans 7, ketika penulis mewawancarai beliau pada tanggal 12 Oktober 2012. Irin mendefinisikan tayangan komedi situasi sebagai TV play bergenre komedi, berdurasi 30 menit, serta biasanya terdiri dari 1 mainplot dan 2 sub plot. Jika dilihat dari perjalanan sejarahnya di Amerika, komedi situasi pernah berhasil menyuarakan solusi-slusi dalam konflik sosial. Pada masanya, tayangan komedi
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
9
situasi pernah mengalami dua masa dengan sifat yang berbeda. Masa yang pertama sitcom adalah tayangan dengan ideologi sosial yang multivalen, pada saat itu berkaitan erat dengn ideologi demokrasi liberal. Lalu di masa berikutnya sitcom berubah menjadi sistem komersil yang memproduksi dan mendistribusikan produk (konten sitcom itu sendiri) demi keuntungan pribadi semata. Pada masa yang pertama, pergantian ideologi pada sitcom terpengaruh oleh konflik dan akomodasi yang terjadi pada Amerika setelah Perang Dunia II. Pada masa itu sitcom
muncul sebagai bentuk lain yang mendukung “pembebasan budaya
popular.” Sitcom menyajikan ide-ide yang menantang, menggambarkan perjuangan dan penindasan, serta mencerminkan adanya kesadaran kritis terhadap mobilisasi politik. Terlebih dari itu sitcom mampu menekan dominasi ideologi dari korporat kapitalis. Sitcom memberikan kepercayaan akan adanya pembebasan dari kesulitan-kesulitan masa itu, hal itulah yang berkesan mendalam bagi mereka yang menontonnya. Komedi situasi sebagai popular art lahir di tengah-tengah konflik buruh, permusuhan antar ras, persaingan regional dan tekanan yang dihadapi imigran di Amerika yang harus kerja keras di tengah depresi ekonomi dunia. Sitcom mampu menghadirkan solusi dari permasalahan struktural secara sedikit demi sedikit dan damai. Komedi situasi di televisi adalah ekspresi sejarah dari pergelutan politik dan sosial yang terjadi pada masayarakt Amerika setelah perang dunia II. (Hamamoto, 1989) Dari apa yang tertulis di atas, terbukti bahwa komedi situasi mampu menjadi media yang menggambarkan keadaan masyarakat dan menyuarakan solusi-solusi bagi konflik di dalamnya. Bahkan ketika keadaan sosial masyakarat sangat mengkhawatirkan seperti yang terjadi di Amerika pada masa setelah perang dunia II tersebut. Di Indonesia sendiri banyak komedi situasi yang sempat berjaya karena mampu menceritakan isu-isu sosial ekonomi dengan cara yang komedi/menghibur. Contohnya saja “Bajaj Bajuri” di Trans TV, dan “OB” di RCTI. Bajaj Bajuri sempat berjaya selama 3 tahun dengan total 1065 eposide sampai akhirnya terpaksa berhenti tayang tanggal 26 Januari 2006. Tayangan komedi situasi lain yang juga menuai kesuksesan adalah OB yang tayang di RCTI dan “Suami-suami
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
10
Takut Istri” yang menggantikan “Bajaj Bajuri” sebagai tayangan komedi situasi di TransTV. Ketiga judul di atas sama-sama mengambil ide cerita dari isu sosial ekonomi yang ada di sekitar masyarakat Indonesia. “Bajaj Bajuri” dan “OB” bercerirta tentang bagaimana perjuangan hidup seseorang berdasar profesinya yaitu supir bajaj untuj Bajaj Bajuri dan OB untuk OB. Sekalipun mengangkat isu sosial judul-judul komedi situasi tersebut sempat menjadi primadona pertelevisian Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Indonesia mampu menerima cerita komedi yang disampaikan oleh komedi situasi dengan baik. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada Irin Junirman: “Setiap tayangan yang mengarah ke komedi menurut saya sebenernya akan selalu punya tempat. Orang kan butuh hiburan. Ya kan?” (Irin Junirman, mantan Eksekutif Produser Trans 7, 12 Oktober 2012)
1.2.3
Opini Pakar tentang Rencana Mengembangan Cerita Penonton Bayaran ke dalam Komedi Situasi Selain untuk mendapat pemahaman tentang Komedi situasi, penulis juga meminta opini dan masukan para pakar ingin mendapatkan dukungan dari opini pakar tentang ide mengembangkan cerita tentang penonton bayaran ini ke dalam bentuk komedi situasi. Maka dalam wawancara kepada kedua pakar penulis menanyakan juga pertanyaan-pertanyaan mengenai pengembangan cerita tentang penonton bayaran ini ke dalam bentuk komedi situasi. Ternyata ide mengembangkan ide tersebut ditanggapi dengan baik oleh kedua pakar seperti yang
dapat terlihat dari kutipan pernyataan oleh Bapak
Emilka berikut ini, “Ide tersebut bisa sekali dikembangkan, itu kan sebenernya pemain bayaran itu kan sangat Indonesia sekali tuh. Yang kayak gitu gitu tuh mungkin adanya cuma di Indonesia ya.”
Fokus cerita pada perjuangan mimpi penonyon bayaran pun medapat dukungan dari Bapak Emilka,
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
11
“Drama tuh kan ada premis-premis yang sampai kapanpun gak berubah salah satu premisnya tuh from zero to hero itu tadi, atau misalkan Ugly Ducking, Cinderella Story itu kan pasti setiap drama berulang itu lagi itu lagi. Nah kalau kaya gitu from zero to hero kan. Berawal dari orang yang pengen jadi orang tepuk tangan karena pengen someday, dia bisa jadi artis gitu kan. Berarti itu udah sesuatu yang sangat pasti disenengin disini. Secara ide ini cukup.” Sementara ibu Irin menyatakan “Di situ kan kalo orang punya satu tujuan, orang lain akan pasti empati kan? Sebenernya kan semua orang pengen suskses dengan mimpiya masing-masing gitu loh.Orang lain tetep bisa meraskan bahwa dia nih berjuang nih. Cuma cara-caranya dia, karena ini sitkom, komedi ya harus konyol gitu” Penulis menyadari bahwa fenomena penonton bayaran ini hanya terjadi di Jakarta, dengan mengangkatnya ke dalam bentuk komedi situasi untuk ditayangkan secara nasional ada kekhawatiran bagaimana jika tayangan ini terlalu “Jakarta-centris”. Namun Bapak Emilka dan Ibu Irin memberikan masuk-masukan untuk menyiasati kekhawatiran tersebut. Menurut Bapak Emilka hal tersebut dapat disiasati dengan menambahkan unsur akulturasi si dalamnya. “Cerita sosial itu akan lebih menarik kalau ditambah akulturasi kayak Betawi ketemu Batak, itu sanagt menarik karena kita ragam ya. Dan keragaman itu juga suatu hal yang menarik buat drama.” Sementara Ibu Irin berpendapat bahwa pengalaman pengalaman ingin sukses dan pengalaman berjuang untuk hidup ada di setiap orang ada di setiap orang, ada di setiap suku, sehingga hal tersebut tidak menjadi masalah. Kemudian beliau menambahkan “pembangunan setting cerita dan sebagainya, itu harus believeable. Jadi menurut saya, seharusnya ya kenapa sitcom itu memang situation comedy, situasinya harusnya dari real life gitu. Jadi menurut saya itu harusnya ada di mana-mana ya. Kenapa kita suka Friends padahal itu kan di New York boro-boro pernah ke New York gitu, iya gak sih? Tapi itu tetep believeable, karena itu kayak relate sama kita, twenty somethings, juga pengen ini-itu sama seperti yang digambarkan oleh karakter-karakter di Friends.” Selain itu, penulis juga meminta masukan agar mampu menarik perhatian kelompk SES A-B sehingga target khalayak tercapai. Menurut Bapak Emilka yang harus dilakukan adalah dengan memperhatikan looks. Looks didapat dengan
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
12
pemilihan pemain, eksekusi, dan penataan lampu yang “A Class”. Sementara Ibu Irin berpendapat bahwa selama konten cerita believable dan penokohan lovable maka tayangan tersebut akan otomatis menjaring khalayak yag ditargetkan.
1.3 Pernyataan Kebutuhan Berdasarkan hasil riset, penulis memutuskan untuk mengembangkan ide dasar cerita kedalam bentuk komedi situasi. Keputusan ini oleh Bapak Emilka, karena menurut beliau fenomena penonton bayaran ini hanya terjadi di Indonesia, sehingga dari segi ide sangat Indonesia sekali. Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu Irin Junirman. Menurut ibu Irin, ide cerita penonton bayaran cukup menarik, hanya saja, beliau berpesan agar penulis membuat penokohan yang kuat agar ide yang menarik tersebut tidak sia-sia. Dengan argumen-argumen pendukung dan masukan-masukan yang diberikan oleh kedua pakar penulis semakin yakin bahwa penulis bisa membawa cerita penonton bayaran tersebut ke dalam bentuk komedi situasi dengan baik.
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
BAB 2 MANFAAT DAN TUJUAN MENGEMBANGANKAN PROTOTYPE
2.1 Manfaat 2.1.1 Manfaat bagi khalayak Manfaat utama yang ingin diberikan oleh tayangan ini kepada Masyarakat adalah: 1. Menjadi inspirasi bagi penontonnya karena bercerita tentang perjuangan mewujudkan mimpi. Pondasi dari cerita dalam tayangan ini adalah mimpi. Dan perjuangan meraihnya adalah tema utama yang diangkat oleh cerita ini. Sehingga tayangan ini berharap mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi penontonnya untuk meraih atau mewujudkan mimpi mereka sama seperi apa yang dilakukan oleh karakter-karakter dalam tayangan ini 2. Menjadi jendela untuk memperlihatkan keadaan sosial di Jakarta. Tayangan ini memotret suatu kehidupan keseharian golongan masyarakat menengah ke bawah di Jakarta yang sedang berusaha menaikan taraf kehidupan mereka dengan bekerja sebagai penonton bayaran. Tayangan ini mengangkat satu fenomena yang hanya terjadi di Jakarta. Dengan begitu tayangan ini berharap sekalipun yang menonton tidak mengalami langsung fenomena tersebut tapi mereka tetap bisa mengerti dan bahkan mendapat pemahaman baru tentang fenomena penonton bayaran karena menonton tayangan ini.. 3. Menjadi hiburan untuk mengisi waktu luang. Televisi pada dasarnya adalah media hiburan oleh karena itu tayangan ini dibuat agar masyarakat penikmat televisi tetap terhibur dengan menyaksikannya. Selebihnya, tanpa mereka sadari, tayangan yang menghibur mereka ini perlahan menyampaikan pesan kepada mereka untuk selalu meghargai setiap mimpi dan cita-cita yang mereka miliki.
13 Universtas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
14
2.1.2 Manfaat bagi pengelola 1. Tayangan ini tentu bisa menambah kekayaan stasiun televisi akan acara hiburan yang memilki pesan positif, yaitu untuk memperjuangkan mimpi. Tayangan yang bergenre komedi stuasi sedang jarang tampil di televisi nasional, jika tayangan ini muncul, maka tayangan ini akan menjadi pilohan utama bagi para penonton yang menggemari komedi situasi. 2. Tayangan ini, jika dikembangkan, akan mampu menarik pengiklan yang memiliki target khalayak serupa dengan target khalayak tayangan ini. Tayangan ini diproyeksikan untuk mampu menggaet khalayak A-B dan Female. Jika tayangan ini sukses menggaet khalayak tersebut, itu berarti sebagian masyarakat penonton televisi nasional mengenal dan menonton acara ini, sehingga ada kesempatan besar bagi para pengiklan yang memasang iklannya pada jam tayang acara ini untuk mendapatkan caloncalon konsumer mereka. Latar belakang cerita yang mengambil kehidupan sehari-hari anak-anak muda yang menjadi penonton bayaran membuka kesempatan bagi para pengiklan untuk memasang iklan atau memberikan sponsor dalam bentuk lain. Seperti sponsor wardrobe, make-up, dan properti atau bisa juga memasang iklan dalam bentuk built-in dengan ad-lib dari salah satu karakternya. Banyak alternatif lain yang bisa ditawarkan untuk para pengiklan mengingat target khalayak tayangan ini sangat luas. 3. Menimbulkan citra positif bagi stasiun televisi yang menayangkan. Latar belakang cerita yang mengambil masyarakat menengah ke bawah mampu memperkuat image stasiun televisi sebagai peduli terhadap setiap golongan masyarakat. Tema penonton bayaran yang belum pernah diangkat secara serius sebelumnya akan menghindari stasiun televisi dari citra tiru-tiru, dan justru kesan kreatif akan melekat. 2.2 Tujuan 1. Menjadi salah satu tayangan yang tidak hanya menghibur tapi juga menginspirasi dan secara halus berpesan kepada masyarakat untuk selalu mengindahkan dan memperjuangkan mimpi masing-masing. setiap
tayangan
hiburan
yang
akan
lahir
di
televisi
Hendaknya Indonesia
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
15
mempertimbangkan juga pendidikan sosial apa yang bisa mereka selipkan dalam tayangan mereka. 2. Untuk memperkenalkan fenomena profesi baru, yaitu penonton bayaran. Profesi ini, kerena masih baru, masih memilki beberapa kontroversi di dalamnya. Tanpa berusaha memihak kubu mana pun, tayangan ini akan menampilkan penggambaran yang jujur dari kehidupan penonton bayaran, sehingga masyarakat yang lebih luas akan mampu menyikapi fenomena ini dengan lebih bijaksana.
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
BAB 3 PROTOTYPE YANG DIKEMBANGKAN 3.1 Program yang Diusulkan Program yang diusulkan adalah program drama dalam bentuk komedi situasi yang mengambil latar belakang kehidupan para penonton bayaran. Program ini diusulkan karena penonton bayaran sebagai fenomena sosial mampu bercerita banyak hal bagi masyarakat yang menontonnya tentang keadaan sosial masyarakat indonesia menengah ke bawah yang sudah terkena terpaan media modern, tentang dinamika balik layar industri pertelevisian, serta tentang perjuangan mimpi seorang anak muda Indonesia. Tayangan
ini akan berdurasi 30 menit sesuai dengan standard durasi
komedi situasi secara internasional dengan 1 main plot dan 1-2 sub plot tiap episodenya. Main plot akan bercerita tentang satu konflik dari keseharian tiga karakter utama yang menjalani hari sebagai penonton bayaran. Sedangkan sub plot dapat menceritakan konflik-konflik lain di sekitar konflik utama yang cenderung lebih sederhana. Tidak ditutup kemungkinan sub plot akan diisi oleh konflik-konflik keseharian yang melibatkan karakter lain di sekelilingnya, contohnya adalah orangtua mereka, sahabat lama mereka, pacar, atau bahkan tukang ojek langganan mereka. Tayangan ini akan didominasi oleh 2 set lokasi utama. Pertama adalah studio shooting salah satu stasiun televisi, dan yang kedua adalah kantin yang sering dijadikan lokasi nongkrong oleh karakter utama. Namun tidak ditutup kemungkinan juga akan adanya swing set atau set pelengkap agar cerita tidak monoton. 3.2 Stasiun Stasiun televisi yang memungkinkan untuk penanyangan program ini, yaitu TransTV. TransTV memilki reputasi dalam menyukseskan tayangantayanagn komedi. Trans TV sempat jaya saat menayangkan “Bajaj Bajuri”, “Suami-suami Takut Istri”, dan “Coffee Bean Show”. Trans TV juga merupakan stasiun televisi yang mem”ungkinkan tayangan ini untuk
16 Universitas Insonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
17
dibuat seacara In-house, mengingat 80%
tayangan Trans TV adalah
tayangan yang diproduksi secara In-house. Kepala divisi Drama dan Olahraga Trans TV, Emilka, mengakui bahwa Trans TV merasa kuat dalam menayangkan program-program komedi dengan looks AB yang sesuai dengan konsep tayangan ini. 3.3 Usulan Waktu Tayang Waktu tayang yang dipilih sengaja memang bukan primetime. Karena saat primetime sedang ada “OVJ” yang imagenya lekat sekali dengan komedi di benak penonton Indonesia. Untuk itu tayangan ini sengaja mengajukan diri untuk menggarap shoulder time. Perkiraan waktu tayangnya yaitu pukul 17.00-17.30 WIB. Terlebih lagi, pada jam tayang tersebut, 8 stasiun televisi non-berita nasional tidak ada yang sedang menayangkan tayangan komedi, sehingga kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan dengan melakukan strategy counter program yaitu strategi programing dimana stasiun televisi menayangkan genre tayangan yang berbeda (bahkan berlawanan) dengan kompetitor-kompetitornya.
3.4 Khalayak Sasaran 3.4.1 Aspek Geografis Aspek geografis membagi khalayak secara geografis, seperti kota, provinsi, negara, dan lain sebagainya. Program komedi situasi ini diharapkan akan naik tayang di stasiun televisi nasional yang menyiarkan ke seluruh Indonesia serta dapat juga diperoleh dari TV Cable/Berlangganan atau Parabola. Secara geografis, sasaran khalayak primer dari program ini adalah mereka yang tinggal di Jakarta, karena penduduk Jakarta lah yang mengalami atau melihat langsung fenomena penonton bayaran ini. Tapi di samping itu, ada juga sasaran khalayan sekunder yaitu mereka semua yang tinggal di luar Jakarta, yang masih terjangkau oleh siaran stasiun televisi yang menyiarkan program ini.
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
18
3.4.2
Aspek Demografis
Khalayak sasaran berdasarkan aspek demografis dikelompokan berdasar jenis kelamin, usia. Penentuan target khalayak berdasar aspek demografis adalah sebagai berikut:
Primer : Female 40-54
Sekunder : Female 15-24
Tema profesi penonton bayaran yang penulis ambil memang sangat dekat dengan dua kelompok diatas. Pelaku profesi penonton bayaran paling banyak berasal dari kelompok female berusia 15-24 tahun. Sedangkan kelompok female 40-54 tahun merupakan kelompok usia dari ibu para penonton bayaran ini. Penulis memilih untuk menjadikan kelompok ibu sebagai target khalayak primer karena penulis ingin memposisikan diri sebagai jendela bagi ibu-ibu tersebut agar mereka bisa juga tahu dan mengerti akan adanya profesi baru penonton bayaran yang bisa jadi anak mereka sudah atau akan terjun di dalamnya. Terlebih lagi, kelompok female 15-24 tahun sebenarnya bukan kelompok yang potensial jika dibandingkan dengan kelompok lain karena kelompok mereka tidak aktif menonton televisi. Namun penulis tetap berharap jika mereka juga bisa menikmati tayangan ini dan terinspirasi dari perjalanan dan perjuangan karkter-karakter seusia mereka yang muncul pada tayangan ini.
3.4.3
Aspek Status Ekonomi Sosial Pengelompokan masyarakat berdasar status ekonomi sosial dalah pengelompokan masyarakat berdasarkan pengeluaran per bulan per rumah tangga. Tabel 1.1 Rentang SES 2012 PROFILE by SES
MONTHLY EXPENDITURE
SES A SES B SES C SES D SES E
> Rp 3.000.000,Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 Rp 1.000.001 - Rp 2.000.000 Rp 700.001 - Rp 1.000.000 ≤ Rp 700.000
Sumber: Rentang SES tahun 2012, Nielsen, 2012
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
19
Berdasar pengelompokan ini target khalayak untuk tayangan ini adalah
Primer: SES A-B
Sekunder: SES C
SES A-B dipilih karena kelompok inilah yang memilki potential buying tertinggi. Terlebih lagi, kelompok ini seringkali dijadikan acuan perilaku bagi kelompok-kelompok lain. Jika kelompok ini melakukan sesuatu maka kelompok di bawahnya akan cenderung mengikuti, begitu juga dengan aktivitas menonton. Hal tersebut disetujui oleh Emilka. Sementara SES C diambil kerena kedua kelomopok SES ini merupakan kelompok yang paling besar di antara kelompok status ekonomi sosial yang lain.
3.4.4 Aspek Psikografis Pengelompokan khalayak berdasar aspek psikografis berusaha untuk mengerti khalayak berdasarkan apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka pikirkan terhadap berbagai macam hal di masyarakat (Dubois, 2000). Untuk bisa mengerti aspek ini maka pihak pembuat program harus berusaha menilai khalayak berdasarkan tiga hal Activities, Interest, and Opinion. Activities Tayangan “The Penontons” ini ditargetkan kepada ibu-ibu yang sedang membesarkan anak-anak diusia remaja atau dewasa muda. Selain itu tayangan ini menyasar juga pada ibu-ibu yang memiliki waktu relatif senggang di sore hari. Interest Tayangan “The Penontons” ini ditargetkan kepada ibu-ibu yang memiliki ketertarikan terhadap cerita-cerita komedi serta tertarik pula untuk mengetahui cerita tentang kehidupan penonton bayaran.
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
20
Opinion Tayangan “The Penontons” ini ditargetkan kepada ibu-ibu yang memilki pandangan
positif kepada keberadaan penonton bayaran.
3.5 Analisis SWOT Strength: Tayangan ini kuat karena mengambil format drama yang masih menjadi primadona pertelevisian Indonesia. Selain itu bentuk komedi situasi juga memperkuat tayangan ini karena masyarakat Indonesia sangat menyukai cerita-cerita lucu. Cerita yang diangkat oleh tayangan ini belum pernah diangkat oleh tayangan drama lain di televisi Indonesia. Penonton bayaran adalah fenomena yang masih jarang dibahas di televisi sehingga masih banyak orang yang penasaran atau butuh pengetahuan tentang apa yang terjadi dalam “bisnis tepuk tangan” ini. Tayangan ini disasarkan bagi wanita dalam kelompok adult atau mature yang merupakan kelompok penonton dominan dalam pertelevisian Indonesia. Weakness: Fenomena penonton bayaran yang dijadikan latar belakang kejadian dalam tayangan ini adalah fenomena yang hanya terjadi di Jakarta. Sehingga dari segi cerita, tayangan ini cenderung Jakarta centris. Tak ada batasan yang jelas antara yang lucu dengan yang tidak lucu, setiap orang memilki seleranya sendiri-sendiri dalam hal ini. Maka dari itu tayangan ini tidak serta-merta langsung digemari semua orang. Butuh proses pengenalan sampai akhirnya penonton bisa memahami karakter dan kelucuan yang mereka bawa. Tayangan ini menghindar komedi-komedi yang sarkastik atau yang terlalu kasar. Hal ini merupakan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan yang diambil oleh tayangan komedi lain, sehingga belum tentu masyarakat
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
21
bisa langsung menyukainya. Harus ada masa percobaan dan evaluasi lagi sekalipun telah launching nantinya. Opportunities : Komedi situasi ini mengambil tema yang sedang menjadi fenomena di Indonesia, sehingga potensinya besar untuk dikembangkan. Baik dari segi konten cerita, treatment pengadeganan, maupun teknis pengambilan gambar, semua masih bisa dikembangkan dan disesuaikan dengan tren yang akan berkembang juga nantinya. Tayangan ini akan ditayangkan di televisi yang masih menjadi 5 besar televisi terpopuler Indonesia. Threat: Banyak tayangan komedi lain yang sudah lebih dulu dikenal oleh masyarakat Indonesia yang menjadi saingan dari tayangan ini. Jam tayang yang bukanlah jam tayang yang paling diunggulkan.
3.6 Posisi dan Diferensiasi Produk (Product Positioning & Differentiation) Tayangan dengan genre komedi situasi memang bukanlah hal baru dalam pertelevisian Indonesia. Namun tayangan ini menjadi berbeda dengan pendahulunya karena tayangan ini menggarap dan menceritakan suatu fenomena yang belum pernah diangkat dalam drama sebelumnya. Biasanya orang mengangkat fenomena penonton bayaran dalam liputan-liputan yang serius, tapi tayangan ini berusaha membawakannya secara komedi.
3.7 Judul Program yang Diusulkan Agar mampu menggambarkan isi cerita dari komedi situasi ini maka judulnya adalah “The Penontons”. Penentuan judul tayangan ini hanya berdasarkan kreatifitas pembuat program namun bukan berarti dipilih secara asal-asalan melainkan tetap menyesuaikan dengan ide dasar cerita.
3.8 Sinopsis Tugas karya akhir ini merupakan tayangan komedi situasi yang berjudul “The Penontons”. Tayangan ini bercerita tentang pertemanan tiga orang anak muda
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
22
yang sama-sama menjadikan penonton profesional sebagai mata pencaharian mereka. Ketiga anak muda tersebut adalah Ririn, Oncom,dan Benita. Mereka bertemu ketika sedang memulai profesi ini, kecuali Ririn dan Oncom yang memang sudah berteman sejak SMA. Mereka dengan kepribadiannya masingmasing berjalan bersama untuk menggapai mimpi. Tiga karakter utama terbut mengejar tiga mimpi yang berbeda. Ririn bermimpi tentang popularitas, Benita bermimpi tentang uang, sementara Oncom yang lain bermimpi tentang pendidikan. Mereka bertiga berada di bawah naungan seorang koordinator penonton bayaran yang dalam komedi situasi ini sering menjadi kawan mereka namun tak jarang juga menjadi lawan. Koordinator penonton bayaran tersebut bernama Wahyuni. Koordinator penonton bayaran ini sebenarnya juga sedang mengejar mimpi, mimpi untuk dicintai. Mereka berempat menjadikan penonton bayaran sebagai profesi sekaligus jembatan untuk mewujudkan mimpi masing-masing. Konflik dalam tayangan komedi situasi ini akan berkaitan dengan bagaimana mereka memperjuangankan mimpi masing-masing sambil tetap menjaga profesionalisme sebagai penonton bayaran. Ririn dan kawan-kawan juga berinteraksi dengan elemen pendukung lain dalam suatu proses produksi tayangan. Antara lain dengan kru produksi yaitu Floor Director, Cameraman, Sutradara, dan sebagainya, bahkan bisa juga berinteraksi dengan artis, atau calon artis dan managementnya. Tak jarang juga mereka-mereka ini yang berkontribusi dalam membawa situasi komedi pada tayangan ini. Sebagai penonton bayaran, mereka akan selalu bertemu di studio atau lokasi shooting. Saat-saat menunggu kamera mereka merupakan saat-saat yang mereka gunakan untuk berinteraksi satu sama lain. Selain itu mereka juga sering menghabiskan banyak waktu bersama di saat-saat senggang mereka. Biasanya mereka nongkrong di salah satu kantin yang lokasinya tidak jauh dari studio shooting tempat mereka bekerja. Jika kondisi dompet masingmasing sudah tidak sehat maka mereka harus puas dengan hanya nongkrong di teras rumah kost Oncom, ditemani camilan
seadaanya dan petikan gitar
Benita yang tak pernah gagal memperindah suasana. Di teras rumah tersebut
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
23
mereka bertemu dengan ibu kosan Oncom dengan gayanya yang glamour. Atau Odi, tukang ojek langganan mereka yang sering mengumbar gombalan bagi Ririn yang menjadi bahan bercandaan bagi yang lainnya. Lalu selebihnya, mereka hanya menjalani hidup layaknya anak muda Jakarta pada umumnya, bergaul, berjuang, bergumul,dan bersenang-senang.
3.9 Treatment Treatment dalam tayangan berformat drama berarti penjabaran singkat mengenai cerita yang menjual konsep. Secara lebih lanjut treatment dijelaskan sebagai promosi narasi tertulis yang longgar dan relatif singkat dari sebuah cerita yang dimaksudkan untuk diproduksi sebagai film atau pertunjukan teater, atau tayangan televisi. Ditulis secara user-friendly, dramatis, tapi tetap tegas dan sangat visual. Treatment akan menyoroti cerita, karater utama, setting, sudut pandang, adegan paling dramatis serta titik putar cerita (Atchity & Wong, 2003). Berikut ini treatment untuk program “The Penontons” berdasarkan buku “Writing Treatment That Sell” halaman 99. Tabel 1.2 Treatment Program “The Penontons” TREATMENT KONSEP SERIAL THE PENONTONS By Margareta Kaya Hanjani Konsep dasar tayangan ini adalah cerita mengenai penonton bayaran yang secara lebih lanjut dikembangkan sebagai cerita yang menceritakan tentang perjuangan mimpi para penonton bayaran dengan sifat mereka yang polos dan ceria di luar namun keras dan sensitif di dalam, tak berbeda jauh dengan sifat sebagian besar masyarakat SES C-D-E di Indonesia. Tayangan ini akan fokus terhadap tiga karkter utama Ririn, Oncom dna Benita, tiga sekawan yang masing-masing memilki mimpi berbeda namun menjadikan profesi penonton bayaran sebagai batu loncatan yang sama. Interaksi pertemanan mereka dimeriahka juga dengan keberadaanWahyuni, koordinator penonton bayaran yang centik dan menggoda namun disegani ketiga sekawan ini.
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
24
Melalui karakter-karakter yag berprofesi sebagai penonton bayaran ini, kita akan mengenali dunia penonton bayaran dengan lebih dalam. Persaingan yang terjadi di anatara mereka, godaan-godaan hidup glamour yang mengelilingi para penonton ini, serta perjuangan-perjuangan pribadi para penonton yang sebenarnya sedang berusaha mewujudkan mimpi masing-masing. Konflik terjadi ketika proses mewujudkan tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Meskipun menjanjikan pendapatan per bulan yang cukup lumayan (untuk standart hidup di Jakarta), bukan berarti profesi ini mampu mewujudkan para penonton ini secara instan. Butuh perjuangan yang tidak sebentar sampai mimpi-mimpi tersebut akhirnya terwujud. Perjuangan-perjuangan akan membawa kita pada pembelajaran bahwa tak ada mimpi yang tidak layak untuk diwujudkan. SETTING Setting akan mengambil lokasi kerja para penonton bayaran tersebut, yaitu studio shooting. Nantinya akan tergambarkan satu studio shooting yang utuh dengan panggung, alat serta kru produksinya. Namun selain itu akan diapaki juga setting lain yaitu sebuah kantin sebagai tempat mereka berinteraksi ketika sedang tidak melakukan shooting KARAKTER KARAKTER RIRIN Ririn adalah seorang perempuan berumur 19 tahun dan berdomisili di Jakarta. Ia tinggal sendri di Jakarta sejak orangtuanya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman dan mengurus sawah warisan. Ririn baru saja lulus SMA, namun memilih untuk tidak segera melanjutkan kuliah. Alasanannya bukan karena ia tidak mau, tapi karena menurutnya kuliah belum tentu efektif. Toh tidak ada jurusan yang sejalan dengan citacitanya, yaitu menjadi artis. Ya, menjadi artis, orang terkenal, yang hidupnya glamour dan disukai banyak orang adalah cita-cita Ririn. Terserah jadi apa saja yang penting terkenal, pemain sinetron, model, presenter, penyanyi, anggota girlband, apapun itu boleh lah, jika itu memang jalan yang akan mengantarkannya menuju tanggal popularitas. Ririn saat ini sungguh serius mengejar mimpinya tersebut. Banyak uang, dan diperhatikan banyak orang menjadi daya tarik tersendiri yang tak bisa lepas dari harapan Ririn. Maka dari itu, setelah lulus SMA ia memilih untuk menjadi penonton bayaran. Ririn sifatnya polos tapi di saat-saat tertentu bisa jadi centil sekali KARAKTER ONCOM Berbeda dengan Ririn yang memilih profesi karena ingin mengejar mimpinya sebagai seorang artis, Oncom terjun ke dunia penonton profesional murni hanya karena ia butuh uang untuk kuliah. Oncom adalah lelaki berusia 19 tahun, baru lulus SMA juga sama seperti Ririn. Sebenarnya namanya bukan Oncom melainkan Orlando, tapi supaya lebih cocok di lidah orang Indonesia teman-teman sepermainannya memanggilnya Oncom. Akhirnya Oncom sendiri pun lebih terbiasa
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
25
memperkenalkan diri sebagai Oncom. Oncom berasal dari keluarga yang ketat. Peraturan di keluarganya adalah semua anak harus lulus SMA dan selepas SMA semua anak laki-laki harus bisa menafkahi diri sendiri. Padahal sebenarnya Oncom ingin kuliah, ia ingin melanjutkan ketertarikannya di bilang kesehatan masyarakat. Namun kuliah butuh modal yang tidak sedikit, Oncom jadi bingung harus melakukan apa. Awalnya tidak terpikirkan untuk menjadi penonton profesional, tapi mendengar iming-iming penghasilan yang bisa didapatkan Oncom setuju juga, toh ini pekerjaan yang halal, begitu pikirnya. Selain itu sebenarnya Oncom juga masih ragu akan cita-citanya, terlebih lagi ia ragu pada kemampuan dirinya sendiri menggapai cita-cita itu. Oncom bukannya bodoh, ia hanya terlalu lama terjebak sistem, mulai dari sistem pendidikan sampai sistem adat yang berlaku di keluarganya. Itu semua membuat Oncom tidak bebas untuk berekspresi atau mengeksplorasi diri, sehingga selepas SMA, ketika harus mulai hidup mandiri ia jadi memiliki banyak keraguan terhadap dirinya sendiri.untuk itu Oncom selalu belajar dan belajar berlatih soal lagi dan lagi sampai ia merasa siap untuk mengikuti tes ujian masuk perguruan tinggi negeri. Oncom anaknya pendiam, ekspresinya datar-datar saja, berbeda jauh dngan kedua temannya yang ekspresif. Tapi Oncom orangnya bijaksana, seringkali ia menjadi orang terakhir yang mampu berpikir jernih ketika terjadi keadaan genting. Ia juga sering menjalankan berperan untuk menenangkan temantemannya. KARAKTER BENITA Orang yang ketiga adalah Benita. Benita adalah perempuan tomboy berusia 20 tahun, sikapnya cuek, tapi sebenarnya ia memilki sisi yang sensitif. Benita adalah tulang punggung keluarga. Ia anak sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya meninggal ketika ia SMP, memaksa ibunya untuk menjadi orangtua tunggal. Adik-adiknya masih kecil, seragam sekolahan pun belum tanggal. Benita lah satu-satunya harapan keluarga untuk menyambung hidup. Tapi bekal ijazah SMP, tak mampu membuat Benita beranjak jauh. Jangannya kerja kantoran, bisa kerja jadi pelayan restoran saja sudah jadi keberuntungan. Berkali-kali ia berganti profesi, sampai akhirnya menjadi penonton profesional terlihat sebagai pilihan terbaik baginya. Tak butuh ijazah macam-macam, cukup dengan senyuman dan tepuk tangan keluarganya bisa makan. Karena terlalu miskin Benita seringkali terlihat opotunis, bahkan materialistis. Benita tidak pintar, bahkan cenderung bodoh jika berurusan dengan wawasan dan pengetahuan, namun ia akan mejadi sangat cerdik jika sudah berhubungan dengan kesempatan mendapatkan uang. Menjalani hidup yang keras sejak kecil membentuk Ben menjadi seorang pekerja keras, ia tidak mudah menyerah dan sangat bertanggungjawab. KARAKTER WAHYUNI Wahyuni adalah perempuan berusia awal tigapuluhan yang berprofesi sebagai koordinator penonton bayaran. Ia adalah orang yang menaungi Ririn, Oncom, dan Benita. Ia sebenarnya orang yang cukup beruntung. Di
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
26
usianya yang relatif muda ia mampu menemukan profesi yang cukup menjanjikan banyak uang. Terlebih lagi profesinya ini dekat dengan kehidupan selebritas yang glamour, yang sangat disukainya. Temannya pun banyak, tak jarang anak-anak muda yang dinaunginya sebagai penonton berebutan untuk dekat dengannya agar bisa mendapat kesempatan lebih dalam panggilan atau kesempatan tampil lainnya. Tapi entah kenapa tidak ada yang tulus menurut wahyuni. Wahyuni selalu merasa kesepian. Karena itulah ia selalu terlihat gelisah, mencari kehangatan dari satu pria ke yang priayang lain tanpa ada bosannya. Mungkin ini semua akibat masa kecilnya yang tidak bahagia. Orangtuanya bercerai, lalu masing-masing menikah lagi, sayangnya tak satupun dari keluarga tirinya yang menyambut ia dengan baik. Masa kecilnya hanya dilempar-lempar dari satu rumah ayah ke rumah ibu ke rumah ayah lagi ke rumah ibu lagi dan terkadang bahkan terlempar ke rumah kerabat yang belum ia kenal sebelumnya. Sampai akhirnya setelah lulus SMP wahyuni memutuskan untuk hidup mandiri di atas kemampuannya sendiri. Semenjak itulah ia jadi mulai mencari-cari uangnya sendiri, mulai dari jadi penonton biasa sampai akhirnya sekarang ia bisa menjadi koordinator penonton bayaran. Sebagai koordinator Wahyuni tak selalu baik, terkadang ia juga judes, galak, atau super mellow tergantung keinginannya hari itu. Wahyuni dengan variasi sifatnya mampu memberikan warna tersendiri dalam program komedi situasi ini.Masa kecilnya yang kurang bahagia berdampak sampai Wahyuni dewasa. Sekalipun memilki banyak pacar tidak satupun dari mereka membuat Wahyuni berani mempercayai suatu hubungan.
3.10 Durasi Sesuai dengan definisinya, komedi situasi ideal jika berdurasi 30menit, maka begitulah komedi situasi ini pula. Dengan durasi 30 menit maka kontennya sendiri akan berdurasi kurang lebih 24 menit dan karena harus ada sekitar 6 menit untuk menayangkan commercial break. 3.11 Format Program Format program adalah gaya yang unik, struktur atau susunan program (Ali, 2006). Menurut sumber yang sama pula, ada sepuluh format dasar program dalam penyiaran televisi, 10 format dasar tersebut adalah:
1.
Magazine
3.
Montage
2.
Report
4.
Actuality
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
27
5.
Game
8.
Drama
6.
Interview
9.
Discussion
7.
Testimony
10.
Demonstration
Tayangan “The Penontons” merupakan tayangan dengan format Drama. Format Drama dilogikakan sebagai cerita yang penontonnya tahu bahwa cerita tersebut dimainkan atau diperankan oleh aktor.
3.12
Konsep Program Konsep dasar tayangan ini adalah cerita mengenai penonton bayaran yang
secara lebih lanjut dikembangkan sebagai cerita yang menceritakan tentang perjuangan mimpi para penonton bayaran dengan sifat mereka yang polos dan ceria di luar namun keras dan sensitif di dalam, tak berbeda jauh dengan sifat sebagian besar masyarakat SES C-D-E di Indonesia. Tayangan ini akan fokus terhadap tiga karkter utama Ririn, Oncom dna Benita, tiga sekawan yang masing-masing memilki mimpi berbeda namun menjadikan profesi penonton bayaran sebagai batu loncatan yang sama. Interaksi pertemanan mereka terjadi juga dengan Wahyuni koordinator penonton bayaran yang centik dan menggoda namun disegani ketiga sekawan ini. Melalui karakter-karakter yag berprofesi sebagai penonton bayaran ini, kita akan mengenali dunia penonton bayaran dengan lebih dalam. Persaingan yang terjadi di anatara mereka, godaan-godaan hidup glamour yang mengelilingi para penonton ini, serta perjuangan-perjuangan pribadi para penonton yang sebenarnya sedang berusaha mewujudkan mimpi masing-masing. Konflik terjadi ketika proses mewujudkan tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Meskipun menjanjikan pendapatan per bulan yang cukup lumayan (untuk standar hidup di Jakarta), bukan berarti profesi ini mampu meweujudkan para penonton ini secara instan. Butuh perjungan yang tidak sebentar sampai mimpi-mimpi tersebut akhirnya terwujud. Perjuangan-perjuangan
akan membawa kita pada
pembelajaran bahwa tak ada mimpi yang tidak layak untuk diwujudkan.
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
28
3.13
Rundown
Dalam tayangan berformat drama, tidak ada rundown. Yang menjadi pegangan setiap anggota tim dan kru produksi adalah naskah/skenario dan jadwal shooting. Hal ini penulis ketahui dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada Irin Junirman.
3.14
Kru yang Dibutuhkan
Orlebar (2002) menyebutkan bahwa tim produksi untuk program drama terdiri dari:
Produser : Tugas produser adalah untuk menggabungkan seluruh elemen produksi bersamasama khususnya tim produksi, naskah dan anggaran, serta memilih sutradara. Produser adalah orang yang membangun produksi ini. Ia orang yang mengumpukan semuanya dari awal hingga akhir. Pada pembuatan prototype “The Penontons” ini penulis sendiri yang menjadi produsernya.
Sutradara: Sutradara adalah orang yang bertugas mengarahkan keseluruhan dinamika produksi. Sutradara bertanggungjawab untuk keseluruhan tampilan produksi, dan agar produksi drama tetap sesuai dengan rencana. Ini adalah pekerjaan yang bersifat kreatif dan organisasi. Perlu antusiasme, tekad, kreativitas dan perhatian terhadap detail.Pada pembuatan prototype “The Penontons” ini penulis sendiri yang menjadi sutradaranya.
Asisten sutradara o Asisten pertama :Asisten pertama adalah orang yang paling dekat dengan sutradara. Ia berada persis di sebelah sutradara sambil memastikan bahwa semua yang berada set persis seperti kemauan sutradara. o Asisten kedua: bekerja di dekat asisten pertama untuk memperhatikan kebutuhan aktor o Asisten ketiga :Untuk shooting-shooting yang melibatkan orang banyak, asisten sutradara tiga bisa menjalankan fungsi asisten sutradar auntuk mengatur keramaian orang. Asisten ketiga juga seringkali dijadikan pesuruh untuk mengambil semua keperluan yang dibutuhkan Dalam pembuatan prototype “The Penontons” penulis tidak menggunakan asisten sutradara dikarenakan adanya keterbatasn sumber daya manusia.
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
29
PM (Production Manager): Bertugas untuk mengatur budget dan jadwal shooting. PM akan sudah mulai bekerja dengan produser sejak awal untuk mendiskusikan anggaran dan jadwal kerja. Dalam proses produksi, ia mengetahui segala aspek di dalamnya. PM juga diharapkan mampu bernegosiasi dengan seluruh orang tentang semua hal. Pada pembuatan prototype “The Penontons” tidak ada PM yang ditugaskan.
Production assistant : PA adalah orang yang sudah terlibat sejak awal ketika drama mulai dikonsepkan. PA bertugas untuk memastikan bahwa seluruh aspekaspek produksi bekerja dengan sebagaimana mestinya. Sayangnya, tak ada PA yang membantu pembuatan prototype “The Penontons”
Runner: Runner pembantu umum yang bertugas untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak ada yang orang punya cukup waktu untuk melakukannya. Dalam produksi prototype “The Penontons” tidak ada runner yang dilibatkan.
Scriptwriter: scriptwriter adalah orang menyusun ide, mengembangkan cerita lalu menuangkanya ke dalam sebuah naskah. Dalam pembuatan prototype ini yang menjadi scriptwriter adalah penulis sendiri.
Sementara di luar tim produksi, tetap ada kebutuhan akan kru produksi yang akan mendukung keberlangsungan proses produksi.
Camera Person: Orang yang bertugas mengoperasikan camera sesuai arahan sutradara. Yang menjadi camera person dalam pembuatan prototype ini adalah . Aldilla Septia Berdapaningtyas Monika Astridlia Munandar Reginal Andreas Lumban Tobing
Editor : Editor adalah orang yang menjalankan tahapan pasca produksi dengan menyunting dan mengolah video hasil shooting sampai menjadi hasil akhir yang sesuai dengan keinginan naskah. Editor dalam produksi prototype ini adalah penulis sendiri.
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
30
Peralatan Produksi
3.15
Untuk memproduksi prototype “The Penontons” diperlukan peralatan sebagai berikut: o Camera DSLR Canon eos 60D o Handycam Panasonic o Boom schenizer +476 o Monopod
3.16
Lokasi Shooting
Proses eksekusi prototype “The Penontons” memanfaatakan dua lokasi, yaitu:
Lokasi 1: Studio Shooting Studio shooting untuk menggabarkan adegan ketika mereka sedang bekerja. lokasi yang dipilih adalah studio laboratorium audio visual departemen ilmu komunikasi FISIP UI, Depok.
Lokasi 2: Kantin Lokasi ini adalah lokasi ketika ketiga pemeran utama sedang tidak bekerja atau shooting. Mereka menghabiskan waktu di kantin, untuk makan dan bercengkrama. Lokasi yang dipilih adalah taman teater kolam FISIP UI, Depok.
3. 17 Pengembangan Program (Masukan Pasca-sidang) Setelah laporan ini melalui sidang pengesahan, laporan ini diberi masukan oleh pihak penguji. Pihak penguji memberikan ide tambahan untuk program ini beru[a ide untuk melibatkan cameo. Cameo dapat diartikan sebagai kemunculan seorang publik figure yang tadinya tidak termasuk dalam barisan pemain program ini. Cameo dapat juga diartikan sebagai pemain tamu, namun pemain ini biasanya adalahorang yang sudah terkenal. Karena tayangan
ini mengambil setting di
lokasi/studio shooting, maka ada kesempatan untuk menampilkan cameo selbritisselebritis yang sedang melakukan shooting. Misalnya saja, dalam satu episode, karakter Ririn kedatangan adiknya dari kampung, pemeran karakter adik Ririn tersebut bisa diberikan kepada selebritis yang sedang naik daun untuk mengangkat publikasi program “The Penontons” ini. Atau bisa juga, pada satu episode, para penonton bayaran sedang menjadi penonton untuk program talk-show “Show Imah”, maka pada saat itu Soimah sebagai pembawa acara asli program “Show
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
31
Imah: bisa benar-benar ditampilkan sebagai bagian dari cerita di episode “The Penontons” tersebut. Kemunculan cameo-cameo ini, selain bisa digunakan untuk meningkatkan publisitas program bisa juga dijadikan sarana cross-promotion jadi sambil menayangkan “The Penontons” stasiun televisi tersebut juga sambil mempublikasikan program “Show Imah”. Cross-Promotion ini adalah strategi saling promosi antar program dalam satu stasiun televisi karena mereka bisa melakukan promosi terhadap tayangannya, tanpa harus mengambil jatah spot iklan. Artinya, dua atau lebih program dipromosikan secara internal dalam programprogram itu sendiri. Selain cross-promotion, kemunculan program dalam program ini juga bisa menghemat biaya produksi, karena shooting “Show Imah” dan “The Penontons” bisa dilakukan dengan satu setting dan waktu yang sama sekalipun membutuhkan durasi shooting yang lebih lama. Untuk televisi yang mengutamakan in-house production, peluang untuk melakukan cameo sangat besar mengingat sejumlah artis akan berada di lokasi shooting yang berdekatan dan dalam waktu yang nyaris bersamaan.
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
32
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
BAB 4 Pre-test dan Evaluasi 4.1 Pre-test Media Pre-test merupakan langkah yang harus dilaksanakan pembuat program sebelum melakukan launching terhadap programnya. Pre-test ini dimaksudkan untuk memprediksikan selera masyarakat pada saat tersebut. Pada bagian pretest media ini, penulis memlih melakukan hal yang berbeda dengan yang biasanya dilakukan penulis-penulis tugas akhir sebelumnya. Jika biasanya metode pre-test adalah kuantitatif menggunakan kuesioner, maka penulis memilih untuk melakukan pendeketan dengan cara lainnya yaitu wawancara pakar atau yang juga dikenal dengan sebutan metode Delphi. Wawancara ini penulis laksanakan untuk mendapatkan data yang paling dekat dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Harapannya adalah proses perancangan program yang penulis laksanakan tidak berbeda jauh dengan proses perancangan program yang sebenarnya terjadi di dunia pertelevisian aslinya. Pemikiran penulis ini ternyata sesuai dengan teori pragmatisme yang mempercayai bahwa kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. (Suriasumantri, 2005) Namun mengingat adanya nilai subjektifitas yang tidak bisa dihindari ketika penulis melakukan wawancara pakar, penulis juga berusaha mengumpulkan data rating, share, dan vertical share yang dikeluarkan oleh lembaga riset Nielsen. 4.1.1 Metode Media Pre-test Untuk pre-test dalam pembuatan proposal pembuatan program ini, penulis menggunakan dua cara, yang pertama penulis menggunakan data yang dikeluarkan oleh Nielsen untuk mengetahui gambaran ketertarikan penonton, dan yang kedua penulis melakukan metode wawancara Delphi untuk
32 Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
33
pemahaman lebih mendalam mengenai apa yang akan penulis lakukan dalam pembuatan proposal program ini. a) Analisis data Nielsen Penulis melakukan pengolahan data top 20 programs by station yang dikeluarkan oleh Nielsen. Data tersebut terdiri dari data program top 20 di 33 minggu dari 41 minggu pertama di tahun 2012. Data tersebut penulis analisis dengan tujuan untuk membuktikan bahwa drama merupakan jenis tayangan yang paling di gemari di Indonesia. Drama merupakan primadona pertelevisian Indonesia. Untuk mendapatkan hasil analisis yang dimaksud penulis memilah seluruh tayangan yang masuk ke dalam top 20 tersebut berdasarkan genre tayangan, lalu menghitung jumlah tayangan yang masuk 20 besar setiap minggunya dari masing-masing genre. Tidak ada metode khusus yang penulis gunakan selain penghitungan tersebut, penulis hanya menggunakan prinsip penghitungan presentase matematika dasar.
b) Wawancara Pakar/ Metode Delphi Metode Delphi ini adalah sebuah komunikasi interaksi yang terstruktur antara peneliti dan ahli di lapangan dalam rangka mengembangkan tema, kebutuhan, arahan dan prediksi suatu topik. (delphistudy.org/about.html, 2011) Secara lebih lanjut metode Delphi lebih dikenal dengan istilah wawancara pakar. Delphi pertama kali dilakukan sekitar tahun 1950, semenjak itu metode ini telah dipakai di berbagai penelitian serta diadopsi di beragam aplikasi bisnis atau pemerintahan. Delphi dipilih karena relatif lebih murah dan sederhana. Delphi bisa dipakai pada hampir setiap pembuatan perkiraan,estimasi, atau pengambilan keputusan yang rumit. Metode lain yang biasa dijadikan pembanding adalah metode kuantitatif yang berdasarkan pada penghitungan-penghitungan statistik, namun metode ini membutuhkan partisipan yang banyak serta mudah untuk dimanipulsi karena kerahasiaannya tidak terjaga. Sementara Delphi dirancang untuk mengungkapkan pendapatan dan pengetahuan para ahli untuk mengetahui prediksi mereka serta alasan dibalik itu. Delphi
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
34
menyediakan alternatif pembuatan prediksi yang tidak memilki sifat “terkukung” seperti yang dimilki oleh metode kuantitatif. (Green, Armstrong, & Graefe, 2007) Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, penulis memilih menggunakan metode Delphi karena untuk memprediksikan selera pasar atau penonton/khalayak akan lebih efisien jika menanyakannya langsung kepada mereka para pakar yang sudah berpengalaman memperkirakan selera pasar dalam pembuatan program. Efisiensi dalam pemilihan metode ini tentu nilainya lebih tinggi jika dibandingkan dengan efisiensi metode kuesioner. 100 sample pun belum tentu cukup kuat untuk memberikan prediksi selera khalayak penonton televisi di Indonesia saat ini, karena itu berarti
penulis
hanya
meneliti
seper-dua-puluh-juta
bagian
dari
keseluruhan penduduk di Indonesia. Wawancara pakar penulis lakukan terhadap dua orang pakar yang sudah lama berkecimpung di bidang drama dan pertelevisian Indonesia. Penulis melakukan dua kali wawancara untuk meminimalisir efek subjektifitas pribadi masing-masing pakar. Pakar pertama yang penulis wawancara adalah Emilka, beliau menjabat sebagai Head of Department of Drama di Televisi Transformasi Indonesia. Pakar kedua yang penulis wawancara adalah Irin Junirman, beliau pernah menjabat sebagai eksekutif produser di salah satu televisi swasta nasional serta pernah mengambil pelatihan untuk memperdalam produksi komedi situasi di DW Akademie Berlin, Jerman. 4.1.2 Waktu Pre-test Pre-test dilaksanakan sebelum tayangan mengudara karena pre-test bertujuan untuk mencari sebanyak-banyaknya data yang
mampu mendukung
pembuatan proposal program ini. Pre-test diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai selera pasar saat ini. Pre-test yang penulis laksanakan untuk pendukung pembuatan proposal program “The Penontons” penulis laksanakan pada: Wawancara pakar 1 = 12 Oktober 2012
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
35
Wawancara pakar 2 = 16 Oktober 2012 4.1.3 Materi Pre-test Dalam kedua wawancara tersebut, penulis memfokuskan diri pada pertanyaan seputar komedia situasi, pengembangannya, dan potensi pasar yang dimilikinya. Fokus-fokus utama yang penulis perdalam melalui wawancara kedua pakar tersebut adalah:
Pengetahuan pakar mengenai komedi situasi yang ideal
Potensi tayangan komedi di Indonesia menurut para pakar
Pendapat pakar mengenai potensi tayangan komedia bertemakan penonton bayaran yang hendak dibuat
Pengemasan komedi situasi yang baik untuk menghindari kesan jakartasentris serta supaya tayangan ini dapat dinikmati oleh target khalayak yang sudah di tentukan
Jenis tema cerita yang sedang popular di masyarakat Indonesia menurut pengamatan para pakar
4.1.4 Intrumen pre-test Untuk kedua wawancara pakar penulis menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara lisan dan tatap muka. Hasil wawanacara penulis rekam menggunakan smartphone, sehingg datanya dapat penulis olah dengan lebih praktis. Selain itu penulis juga mencatat poin-poin penting selama wawancara berlangsung sehingga wawancara berjalan dengan tetap fokus dan teratur. 4.2 Evaluasi Prototype Evaluasi program biasanya dilakukan setelah program tayang di televisi. Kegiatan ini dilakuakn untuk melihat performa dari tayangan ini sendiri, apakah dapat diterima masyarakat atau tidak, dan apakah mampu membantu kenaikan pendapatan stasiun televisi tersebut. Namun evaluasi untuk “The Penontons” dilaksanakan juga sebelum tayangan ini tayang di televisi. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur apakah konten tayangan ini cukup bisa dipahami atau tidak oleh target khalayaknya.
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
36
4.2.1 Metode Evaluasi Evaluasi dilaksanakan dengan metode survey. Metode survey dilaksanakan dengan mengadakan pemutaran pilot di hadapan 50 orang yang termasuk target khalayak. Lalu setelah menonton para pasrtisipan tersebut diminta untuk
mengisi
kuesioner
yang
berisi
pertanyaa-pertanyaan
tentang
pemahaman mereka terhadap pilot yang baru mereka tonton. Partisipan survey evaluasi ini adalah mereka yang termasuk target khalayak yaitu female berusia 35-44 tahun dengan status sosial ekonomi B-C. 4.2.2 Waktu Evaluasi Evaluasi dilaksanakan sebelum tayangan tayang, namun ketika pilot sudah jadi. Pelaksanaan survey evaluasi untuk tayangan “The Penontons” terjadi pada hari Rabu tanggal 19 Juni 2013. 4.2.3 Materi evaluasi Evaluasi terhadap pilot yang belum ditayangkan adalah salah satu cara untuk mengukur apakah cerita dan konsep program yang kita buat dapat diterima oleh target khalayak atau tidak. Untuk mendapatkan informasi tersebut, maka dalam kuesioner penulis menanyakan tentang:
Apakah cerita dapat dipahami oleh target khalayak
Apakah karakter dapat dikenali oleh target khalayak
Opini partisipan berkaitan dengan hal teknis
4.2.4 Instrumen evaluasi Intrumen yang digunakan untuk melakukan survey evaluasi ini adalah kuesioner yang dilengkapi dengan pemutaran pilot program sebelumnya. 4.2.5 Hasil evaluasi
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
37
Setelah melakukan survey terhadap 50 wanita yang berusia 40-54 tahun mengenai prototype yang sudah dibuat maka penulis mendapatkan hasil sebagai berikut.
Apakah cerita dapat dipahami oleh target khalayak Berdasarkan hasil survey, dapat dikatakan bahwa cerita yang ditayangkan oleh prototype “The Penontons” sudah mampu dipahami oleh target khalayak. Karena
41 orang partisipan menyatakan bahwa mereka
memahami isi cerita. Cerita yang ditayangkan oleh prototype “The Penontons” pun sudah boleh dianggap mengalir berdasarkan jawaban 43 orang partisipan yang menyatakan bahwa ceritanya cukup mengalir. Bahkan 46 partisipan merasa terhibur saat menyaksikan prototype “The Penontons. Diagram 1.2 Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah Anda Memahami Isi Cerita Tayangan?”
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
38
Diagram 1.3 Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah Menurut Anda Cerita yang Disampaikan Oleh Tayangan Sudah Cukup Menarik?”
Diagram 1.4 Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah anda Merasa Terhibur Saat Menonton Tayangan Tadi?”
Apakah karakter dapat dikenali oleh target khalayak 42 orang partisipan menyatakan bahwa pemilihan pemain untuk memerankan tokoh-tokoh dalam prototype ini sudah sesuai dengan cerita yang hendak disampaikan. 37 partisipan menyatakan bahwa mereka sudah mampu memahami karakter-karakter yang digambarkan dalam prototype. Keempat pemeran utama pun sudah dapat diingat dengan cukup baik Ririn diingat oleh 34 orang, Oncom diingat oleh 40 orang, Benita diingat oleh 40 orang, dan Wahyuni diingat oleh 35 orang. Bahkan ada 4 orang partisipan yang mengingat tokoh lain diluar keempat tokoh utama tersebut, yaitu Steven, dan host pembawa acara kuis. 35 orang partisipan
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
39
menyatakan bahwa mereka tidak terganggu oleh keberadaan karakter manapun. Diagram 1.5 Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah pemilihan Pemain untuk Memerankan Karakter dalm Tayangan ini Sudah Sesuai?”
Diagram 1.6 Karakter yang Diingat
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
40
Diagram 1.7 Jawaban Partisipan untu Pertanyaan “Apakah Anda Merasa Terganggu dengan Kehadiran Salah Satu tokoh dalam Tayangan?”
Opini partisipan mengenai hal teknis Secara keseluruhan opini yang diberikan partisipan terhadap hal teknis prototype ini cukup baik. 92% partisipan menyatakan bahwa dialog-dialog yang disampaikan dalam prototype ini membantu mereka dalam memahami isi cerita. Secara kualitias gambar 94%partisipan menyatakan bahwa kualitas gambar sudah baik. Latar belakang musik pun dirasa cukup baik penempatannya oleh 82% partisipan. Diagram 1.8 Jawaban Partisioan untuk Pertanyaan “Apakah Dialog dalam Tayangan ini Cukup Membantu Anda Memahami Isi Cerita?”
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
41
Diagram 1.9 Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Apakah Menurut anda Pemilihan Latar Musik Sudah Baik?”
Diagram 1.10 Jawaban Partisipan untuk Pertanyaan “Kualias Gambar Tayangan Ini Sudah Cukup Baik?”
4.2.6 Pelaksanaan Evaluasi Program dalam Praktek Siar Pertelevisian Evaluasi wajib dan rutin dilakukan terhadap program yang sudah tayang. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, evaluasi program dilaksanakan untuk memastikan apakah tayangan tersebut ditonton orang dan apakah tayangan tersebut cukup menguntungkan dari segi bisnis. Maka dalam
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
42
prakteknya evaluasi tayangan televisi cukup dilaksanakan dengan pemantauan data dari dua pertimbangan utama tersebut yaitu, i.) rating dan share, ii.) sales dan marketing. Suatu tayangan dinyatakan berhasil (berdasar hasil evaluasi) jika rating dan share tayangan tersebut baik dan penjualan serta pemasarannya bagus (sesuai target perusahaan). Namun tak hanya itu, evaluasi juga dilakukan dengan memantau tanggapan masyarakat terutama para pemilik kebijakan terhadap tayangan tersebut. Jika tayangan tersebut ratingnya baik, penjualannya juga namun mendapat teguran dari KPI atau protes dari pihak lain, maka tayangan tersebut tidak bisa dinyatakan sebagai tayangan yang baik, bahkan tayangan tersebut harus melakukan revisi-revisi sehingga menjadi lebih baik. Dalam kenyataannya di lapangan, berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang staff programming stasiun televisi swasta nasional, programprogram baru akan di evaluasi setelah empat minggu tayang, meskipun angka 4 minggu di sini bukan merupakan hal yang baku. Namun bukan tidak mungkin ada program yang terpaksa di-drop (dihentikan) sebelum 4 minggu. Ada berbagai pertimbangan sebelum menghentikan penayangan program, dua hal yang menjadi pertimbangan pertama adalah, apakah pengganti tayangan tersebut di jam tayang yang sama sudah tersedia? Serta apakah tayangan tersebut masih terikat kontrak dengan sponsor atau sudah tidak terikat lagi? Evaluasi semacam ini dilaksanakan dengan berdasarkan pantauan rating dan share, serta laporan penjualan dari pihak sales and marketing. Dapat dikatakan, nasib suatu tayangan berada di tangan datadata kuantitatif yang mengelilinginya. Proses evaluasi ini dilakukan melalui suatu rapat yang melibatkan 3 departemen yang berkaitan langsung dengan kesuksesan
program,
yaitu
Departemen
Produksi,
Departemen
Programming, dan Departemen Sales and Marketing. Sebenarnya televisi swasta juga melaksanakan penelitian-penelitian lain yang lebih mendalam dari sekedar membaca angka-angka. Namun hal tersebut hanya dilakukan jika ada urgensi yang mendorongnya. Urgensi tersebut antara lain jika tayangan tersebut bersifat eksperimental, baik dari segi konsep maupun slot. Eksperimental dari segi konsep berarti tayangan tersebut mengangkat
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
43
konsep yang belum pernah ada sebelumnya, eksperimental dari segi slot misalnya tayangan tersebut yang biasanya sesuai untuk slot tayang sore mencoba untuk membuat terobosan dengan masuk ke slot tayang pagi hari. Untuk program yang belum tayang (masih dalam bentuk pilot program) jarang sekali diadakan evaluasi. Namun bukan berarti hal tersebut salah untuk dilakukan, hanya saja tidak terlalu perlu. Kecuali jika pihak pembuat program merasa membutuhkannya untuk menambah ketelitian sebelum meluncurkan programnya maka tak ada larangan untuk tidak melakukannya
Universitas Indonesia Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
BAB 5 ANGGARAN
5.1 Anggaran Pembuatan Prototype Prototype program “The Penontons” dibuat dalam durasi 16 menit yang terdiri dari 8 adegan. Prototype kali ini melibatkan 4 pemeran utama, 15 pemain figuran, 3 kru produksi, serta 1 staf pendukung. Anggaran untuk pembuatan prototype tersebut adalah: Tabel 1.3 Anggaran Pembuatan Prototype
DESCRIPTION
BUDGET
DIRECT COST Pre production Delphi Interview (data reasearch) Transportation Production Talent (4 pemeranutama) Properties And Setting Make Up dan Hair Set Wardrobe Permit , Security and Other Services Meal & Refreshment Post Production Editting Total Direct Cost MANPOWER Production Production Staff Prod. Service crew Supporting Crew Post Production Editor Total Manpower TOTAL PROTOTYPE COST
44
Rp. Rp. Rp.
Free 100.000 600.000 100.000 Free Free
Rp.
Free 300.000
Rp.
Free 1.050.000
Rp.
Free Free 150.000
Rp.
Free 150.000
Rp.
1.200.000
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
45
5.2 Rencana Anggaran Produksi Program Jika pada bagian sebelumnya anggaran dibuat untuk menganggarkan biaya pembuatan prototype, maka pada bagian ini anggaran dibuat untuk memprediksikan biaya produksi program jika benar-benar ditayangkan nantinya. Anggaran yang dihitung adalah anggaran 8 episode pertama. Karena program ini merupakan program mingguan, maka anggaran untuk 8 episode pertama sama dengan anggaran untuk 2 bulan. Berikut ini adalah rencana anggaran pembuatan 8 episode pertama “The Penonton”:
Tabel 1.4 Rencana Anggaran Produksi Program PROGRAM BUDGET DESCRIPTION
PER EPS.
TOTAL 8 episodes
DIRECT COST Talent Main character (4 person @ Rp. 10.000.000,-)
Rp.
40.000.000,- Rp.
320.000.000,-
Figuran (15 person @ Rp 200.000,-)
Rp.
3.000.000,- Rp.
24.000.000,-
Properties And Setting
Rp.
17.000.000,- Rp.
136.000.000,-
Make Up dan Hair Set
Rp.
3.000.000,- Rp.
24.000.000,-
Wardrobe
Rp.
2.500.000,- Rp.
20.000.000,-
Freelance writers
Rp.
3.500.000,- Rp.
28.000.000,-
Permit , Security and Other Services
Rp.
1.000.000,- Rp.
8.000.000,-
Meal & Refreshment
Rp.
1.000.000,- Rp.
8.000.000,-
Tapes
Rp.
300.000,- Rp.
2.400.000,-
Rp.
5.500.000,- Rp.
44.000.000,-
Rp.
76.800.000,- Rp.
614.400.000,-
Art
Supporting elements
Post Production Rental booth editing (7 shift)
Total Direct Cost
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
46
Penganggaran biaya produksi sebenarnya terdiri dari dua jenis pembiayaan, pembiayaan langsung (direct cost) dan pembiayaan tidak langsung (indirect cost). Namun,penulis hanya membuat anggaran pembiayaan langsung (direct cost ), karena pada pembuatan proposal program kali ini penulis berperan sebagai produser, dan dalam prakteknya hanya pembiayaan langsung tersebut yang wajib dibuat oleh produser. Penghitungan pembiayaan tidak langsung (indirect cost) dilakukan oleh departemen akuntansi. Penganggaran indirect cost dilakukan secara terakumulasi selama satu tahun terhadap seluruh program. Menurut wawancara yang penulis lakukan dengan Ramadhan Donald Kepala Departemen Keuangan Trans TV, biaya-biaya di luar direct cost meliputi honorarium karyawan, biaya penyusutan aset, dan biaya langganan transmisi. Honorarium karyawan yang dibebankan pada anggaran produksi hanya terdiri dari honorarium karyawan di Departemen Produksi, News, dan Facilities. Besarnya indirect cost untuk penyusutan alat dan transmisi sekitar 5% dari total pengeluaran perusahaan untuk produksi selama satu tahun. Sedangkan pembiayaan honor karyawan (Dept.Produksi, News, dan Facilities) besarnya 20% dari total pengeluaran perusahaan untuk produksi selama satu tahun. Sehingga kira-kira penambahan indirect cost untuk anggaran biaya produksi sebesar 25% dari total pengeluaran perusahaan untuk produksi selama satu tahun.
5.3 Penghitungan Perkiraan Pendapatan Untuk menghitung perkiraan pendapatan yang bisa di dapatkan dari program, penulis melakukan wawancara kepada Ibu Retno Aprianti pada tanggal 11 Juni 2013, beliau saat ini menjabat sebagai Senior Sales Manager di salah satu televisi swasta nasional di Indonesia. Melalui wawancara yang saya lakukan saya mendapat pengetahuan bahwa pendapatan stasiun televisi bukan dihitung melainkan ditetapkan. Setiap bulannya departemen Sales and Marketing di stasiun-stasiun televisi diberi target revenue.Target revenue ini menjadi acuan kerja departemen sales and marketing dalam melakukan penjualan iklan baik spot-spot iklan dalam comercial break, maupun bentuk iklan yang lain. Jadi untung tidaknya suatu program tidak semata-mata dinilai
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
47
dari apakah pendapatan yang diterima melalui penjualan iklan program tersebut lebih besar dari biaya produksinya atau tidak, melainkan dari apakah pendapatan yang diterima dengan menjual spot-spot iklan dan creative sales lain pada tayangan tersebut mampu membuat target revenue stasiun televisi tersebut terpenuhi atau tidak. Selama target revenue tersebut terpenuhi maka seluruh program dinyatakan untung. Seluruh pendapatan stasiun televisi yang didapatkan dalam penjualan iklan harus dihitung secara keseluruhan apakah mencukupi target revenue atau tidak, tidak bisa dilihat secara terpisah masingmasing program. Jika mau mengaplikasikannya ke dalam penghitungan perkiraan pendapatan yang bisa didapatkan oleh tayangan “The Penontons” maka hasilnya kira-kira seperti ini: Direct cost
production “The Penontons” untuk satu episode = Rp
76.800.000,- Misalnya Departemen Sales dan Marketing ditargetkan untuk menghasilkan revenue sebesar 50%
Target revenue = 50% dari direct cost production = 76.800.000 + (50% x 76800.000)= Rp 115.200.000,Durasi= 30 menit diasumsikan memiliki 2 jatah commercial break yang masing-masingnya berdurasi 3 menit. Jika 1 spot iklan dihitung berdurasi 30 detik maka tayangan tersebut memiliki 12 spot iklan. Rp 76.800.000,- / 12 = Rp 6.400.000,- = harga netto per spot
Namun tentunya pihak Sales menginginkan adanya keuntungan dari spot tersebut sebesar 50% dari penjualan spot tersebut maka harga spot tersebut menjadi Rp 6.400.000,- + (50% x Rp 6.400.000,-) = Rp 9.600.000,-
Namun dalam prakteknya harga Rp 9.600.000,- tersebut tidak bisa lagsung menjadi harga yang ditawarkan pada pengiklan. Pihak sales harus memperhitungkan bahwa nantinya akan selalu ada proses tawar menawar yang dilakukan oleh pihak pengiklan. Biasanya pihak pengiklan minta diberi
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
48
diskon atau bonus dan sebagainya, maka nilai Rp 9.600.00,- harus dinaikan sebagai bentuk antisipasi, seandainya ditawar pun maka perusahaan tidak akan kehilangan keuntungan 50% yang diharapkannya. Maka naiklah harganya, anggap saja menjadi Rp 18.000.000,-, besarnya kenaikan harga ini merupakan kebijakan orang sales. Nilai Rp 18.000.000,- itulah yang dijadikan nilai rate card spot iklan tayangan “The Penontons”.Dengan harga Rp 18.000.000,- per spot iklan maka jika keduabelas spot iklan tersbut laku semua, target revenue akan tercapai, bahkan lebih. Selama target revenue terpenuhi maka tayangan tersebut dinyatakan untung. Namun pada kenyataannya tidak semua spot iklan yang ditawarkan akan laku terjual. Maka dari itu pihak sales and marketing perlu juga membuat item-item kreatif lain untuk memikat sponsor. Untuk sponsor dapat ditawarkan bentukbentuk iklan lain seperti OBB, super impose, running text, blocking segment, adlibing, shrink frame dan lain-lain. Nilainya dapat ditentukan sesuka pihak sales. Karena pada dasarnya item-item ini dijual untuk memenuhi target revenue, sehingga harganya dapat disesuaikan sampai target revenue benarbenar berhasil tercapai.
Selain item-item tadi, ada juga cara mencari keuntungan lain dengan menjual special position yaitu spot-spot strategis yang dijual dengan harga lebih mahal. Spot iklan pertama kali setelah masuk commercial break (first position), atau terakhir sebelum kembali ke acara (last position) merupakan posisi strategis tersebut. Sampai third position pun masih dianggap sebagai special position. Karena spesial, spot ini boleh dijual lebih mahal dari spot yang lain misanya dikena biaya tambahan 20% dari rate card, atau 10% tergantung pihak sales yang menjualnya. Jika rate card “The Penontons” Rp 18.000.000,- maka Special position untuk tayangan
ini akan bernilai
= Rp 18.000.000 + (20% x 18.000.000)= Rp 21.600.000,-
Ada juga penjualan spot iklan dalam bentuk paket. Misalnya membeli 3spot iklan pada tayangan primetime mendapatkan bonus 2 spot iklan pada tayangan
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
49
shouldertime. Tayangan-tayangan di televisi biasanya terbagi dalam 3 kelompok
K1= tayangan-tayangan yang spot iklannya tidak boleh dijadikan bonus
K2 = tayangan-tayangan yang spot iklannya boleh dijadikan bonus namun ketika demand pengiklan sedang tinggi maka spot iklan pada tayangan dalam kelompok ini tidak lagi boleh dijadikan bonus
K3= tayangan-tayangan yang spot iklannya selalu boleh dijadikan bonus
Dengan penghitungan semacam ini maka target revenue akan dapat terpenuhi, dan sekali lgi dinyatakan bahwa selama target revenue terpenuhi maka seluruh tayangan dianggap menguntungkan.
5.4 Anggaran Evaluasi Prototype
Tabel 1.5 Anggaran Evaluasi Prototype DESCRIPTION Responden (50 orang @ Rp 40.000) Print Kuesioner ((50 x 4halaman) @ Rp 200,-)
BUDGET
2.000.000
80.000
Perizinan
500.000
Konsumsi
60.000
Transportasi
Free
Total
2.640.000
Anggaran di atas hanya menganggarkan evaluasi yang penulis lakukan sendiri dengan menayangkan prototype “the penontons” kepada sample populasi target khalayak serta mengumpulkan opini mereka setelahnya dengan pengisian kuesioner. Penulis tidak melakukan penghitungan anggaran untuk evaluasi yang dilakuakan metode rapat tiga departemen.
Universitas Indonesia
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA Ali, T. (2006, September 18). Formats in Broadcasting. Amsterdam, Netherlands. Ali, T. (2002). Making a difference through drama serials:Harnessing the power of drama. Berlin: Berlin-institut fuer weltbevoelkerung und globale entwicklung and Masterschool Drehbuch. Atchity, K., & Wong, C. l. (2003). Writing Treatment that Sell. New York: Henry Holt and Company. Definition of Sitcom. (2012, Mei). Retrieved Februari 28, 2013, from the Free Dictionary: http://www.thefreedictionary.com/sitcom delphistudy.org/about.html. (2011, April 17). Retrieved Juni 17, 2013, from www.delphistudy.org: www.delphistudy.org Dubois, B. (2000). Understanding the Consumer, A European Perpektif. UK: Pearson Education. Fossard, E. d. (2005). Writing and Producing Radio Drama. New Delhi: Sage publication. Fossard, E. d., & Riber, J. (2005). Writing and Producing for Television and Film. Communication for Behavior Change, volume 2. New Delhi: Sage Publications India Pvt Ltd. Green, K. C., Armstrong, J. S., & Graefe, A. (2007, September 23). Methods to Elicit Forecasts from Groups: Delphi and Prediction Market Compared. Retrieved Juni 17, 2013, from http://mpra.ub.uni.muenchen.de: http://mpra.ub.unimuenchen.de/4999/1/MPRA_paper_4999.pdf Hamamoto, D. Y. (1989). Nervous Laughter: Television Situation Comedy and Liberal Democratic Ideology. New York: Preager Publisher. Jamhari, E. (2011, Juli 24). Tren penonton Bayaran di Televisi: Antara Alay, Emak Alay, dan Keuntungan Puluhan Juta. Retrieved oktober 5, 2012, from www.tabloidbintang.com: http://www.tabloidbintang.com/extra/fenomena/14374-tren-penonton-bayaran-di-televisiantara-alay-emak-alay-dan-keuntungan-puluhan-juta.html Kurniawan, T. (2012). Beritasatu.com. Retrieved 2012, from http://www.beritasatu.com/hiburan/53054-tiara-anak-yatim-yang-menggantungkan-hidupjadi-penonton-bayaran.html Orlebar, J. (2002). Digital Television A Handbook. London: British Library Cataloguing in Publication Data. Suriasumantri, J. S. (2005). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Surya Multi Grafika.
xvii
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
The Penontons by Margareta Kaya Hanjani
Margareta Kaya Hanjani (Industri Kreatif Penyiaran-2009) Ilmu Komunikasi FISIP UI 087775514289
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
1
INT. DAY. RUANG CASTING Di ruangan itu ada ririn dan seorang pewawancara. RIRIN Hallo.. Nama saya ririn, umur saya 19 tahun. Hari ini saya mau nunjukkin kemampuan acting saya.. PEWAWANCARA Coba yang gampang dulu deh, akting seneng coba Lalu Ririn pun berakting, ia tertawa sambil bertepuk tangan RIRIN Bwahahahaha.. Itu lucu banget.. Hahahaha.. PEWAWANCARA Akting marah? Lalu ririn melakukan akting marah sambil menepukan tangannya juga RIRIN Hebat ya kamu sekarang.. Udah berani berkhianat dari geng ini.. apa lagi yang udah kamu lakukan hah? Jawab saya jawab!! PEWAWANCARA Kalo akting terharu? Ririn berakting, ceritanya ia sebagai ibu yang terharu melihat kemenangan putranya RIRIN Luar biasa anakku luar biasa.. PEWAWANCARA Oooo.. Oke-oke.. kalo menurut resume kamu ini, katanya kamu udah pernah tampil di tivi ya sebelumnya? RIRIN Hmmm.. iya mas, bener.. PEWAWANCARA Oya? emang sebelumnya udah pernah tampil di mana aja? RIRIN Udah pernah beberapa kali gitu sih mas.. Di showimah pernah..
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
1
2.
PEWAWANCARA Udah pernah tampil di showimah? RIRIN Pernah mas.. Di bukan empat mata juga pernah, di IMB, di kick andy, Indonesian idol, jakarta lawyer’s club, dahsyat, makan besar, hmm mana lagi ya mas.. Gak semuanya aku hapalin gitu sih mas.. PEWAWANCARA Hah, serius udah pernah tampil di sebegitu banyak acara.. memangnya kamu udah pernah debut gitu sebelumnya? Kaya main film mungkin, atau nyanyi, modelling.. RIRIN Hmm..kalo debutnya sih belom mas.. PEWAWANCARA Loh, terus di acara-acara tu kamu jadi apa? RIRIN Jadi penontonnnya mas.. Opening credit
2
INT. DAY. STUDIO SHOOTING Shooting sebentar lagi dimulai crew produksi berlalu lalang di studio untuk menyiapkan semuanya. Sementara para penonton duduk berkumpul di tempat duduk mereka. salah satu yang sedang duduk di situ adalah Bento. Lalu tiba-tiba Oncom dan Ririn datang. Bento melihat kedua temannya itu BENTO woi yow.. My best preeen.. What’s up bro? Oncom dan ririn duduk di kuris sebelahnya ONCOM sok asik deh.. BENTO eits,emang gue asik kali.. Pada abis dari mana sih?
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
2
3.
ONCOM Biasa, abis nganter Ririn.. Lo dari mana? Kok tumben gak telat.. BENTO Penasaran? Goceng dulu.. Heish..
ONCOM
Tak ada yang mempedulikan lelucon bento. BENTO Eh, Lo casting lagi rin? Perasaan baru kemaren deh casting juga.. RIRIN Iiih.. Biarin dong.. Kan gue suka.. Lagian casting yang barusan tu buat bikin serial lanjutannya tayangan kesukaan gue jaman kecil dulu.. BENTO Apaan? Teletubies? RIRIN Iiihh.. Bukaaan.. Acara indonesia kok.. Tebak dong.. Yang tentang kelurga-keluargaan gitu.. BENTO Ooo.. Ah iya, gue tau.. Apaan?
RIRIN
BENTO Tau kok pokoknya.. RIRIN Ya kalo tau,kasitau sini, apa coba.. BENTO Penasaran? Goceng dulu.. RIRIN Heish.. cakep-cakep kok matre sih lo.. BENTO Tuhan itu adil kali.. Hehehehe Lalu wahyuni datang.
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
4.
WAHYUNI Eeehh.. Anak-anak gue jem segini udah pada dateng.. Bagus-bagus gak telat.. Lalu wahyuni mengeluarkan handphone dari kantongnya. ONCOM Waduuh.. Handphone baru tuh mpok.. WAHYUNI Yoi dong.. cakep kan henpon gue.. BENTO Iya, lebih cakep dari yang punya.. WAHYUNI Et,sembarangan aje lu. dari Om Farhan nih.. Hihihi.. BENTO Pinjem dong mpok.. Wahyuni menyerahkan handphonenya kepada Bento. Bento menganggumi gadget baru tersebut BENTO (CONT’D) Wuidih.. Beneran nih,jauh lebih cakep dari yang punya.. Jauh.. WAHYUNI Lu dari tadi sembarang aje ye! Wahyuni langsung berdiri, menggulung lengan baju, dan mengepakan tangannya, hendak memukul Bento. ririn melerainya RIRIN Mpok,mpok.. Relax mpok.. Relax.. Nanti cantiknya ilang mpok.. Wahyuni pun menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya. WAHYUNI Relax relax.. Biasanya biar relax gue harus liat yang beningbening.. Ah itu ada si John.. John ganteeeng.. Siniii.. Mpok mau ngomong.. Lalu Wahyuni pergi meninggalkan mereka bertiga. ONCOM Eh mpok.. Mpok, hapenya?
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
5.
Bento mendekap mulut Oncom BENTO Ssstt.. Udah biarin aja, gue mau minjem dulu bentar.. Wah bagus nih.. Wih, ada gamesnya.. Hmmm.. Games yang lari-larian tu ada gak ya.. Apaan tuh namanya.. ah, petak jongkok, ada gak ya mainan petak jongkok di sini? Hmmm.. RIRIN Ben, gantian doong.. Gue juga pengen liat hape baru begitu.. BENTO Goceng dulu.. Ririn memukulnya, lalu mengambil paksa handphone dari tangan bento. Ririn melihat handphone tersebut dengan tatapan kagum. RIRIN Wah emang bagus nih handphone.. Ckckck.. Ah, udah ah gue balikin aja, ntar kalo rusak ngeri.. Oncom yang tadinya tenang, mencegah ririn ONCOM Eh, jangan dulu.. Kita pake fotofoto dulu.. BENTO Yaelah elu com,masi jaman foto pake hape? ONCOM Disini sih tulisannya 12 megapixel Bento terbelalak, dan langsung menyaut hape tersebut. Ayok foto!
BENTO
Lalu mereka bertiga pun berpose dengan gadget baru tersebut. BENTO (CONT’D) Gantian pegang dong, gue mau gaya nih.. ONCOM Aduh muka gue gak keliatan kalo begitu,geser sini dikit..
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
6.
RIRIN Yah yah tangan gue gak nyampe.. Tiba-tiba handphone tersebut jatuh. Dan layarnya mati. Mereka bertiga membeku, membisu. Lalu tiba-tiba wahyuni datang WAHYUNI Eh, hape gue tadi mana? Oncom, Ririn, dan Bento masih shock sambil melihat hape yang sudah mati tersebut. Wahyuni melihatnya juga WAHYUNI (CONT’D) Kyaaaa~ my babyyyy~ Gantiii!!! Tak lama setelah itu shooting pun dimulai. tapi ekspresi Oncom, Ririn, dan Bento sangat kau. Tawa mereka dipaksakan, tatapan mata mereka kosong, tepuk tangan pun tak semangat. 3
EXT. DAY. KANTIN
3
Ririn, dan Bento sedang makan di kantin tersebut. Ririn dan Bento kelihatan tak bersemangat. Oncom sibuk dengan latihan soal persiapan SNMPTNnya. RIRIN Makan dulu com.. Udah nih..
ONCOM
Oncom memperlihatkan kotak bekalnya yang sudah kosong. BENTO Ya ampun, cepet amat makannya. ONCOM Yaiyalah menurut riset yang dilakukan di Saint Peter College of psychological studies, orang yang makannya cepet itu berarti mikirnya juga cepet.. BENTO Kalo menurut riset yang dilakukan oleh Bento, orng yang makannya cepet itu berarti rakus! Hahaha.. Oncom melirik dengan sinis. lalu ia memukul bento dengan gulungan buku tulis di tangannya. RIRIN Ah,gimana ya caranya kita dapet uang buat ganti hapenya mpok yuyun.
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
7.
ONCOM Kita? Kok gue ikut? Kan bukan gue yang jatohin.. RIRIN Loh kok gitu, yaudah kalogitu, itu bukan salah gue juga.. itu kan jatoh dari tangan gue garagara bento.. BENTO Loh, kok gue doang? yang ngusulin foto siapa? Elo kan com? Oncom tidak dapat berkata apa-apa lalu ia menutup buku latihan soalnya. ONCOM Hmm. Iya iya yaudah, ayo kita mikir kawan-kawan.. Oncom mengeluarkan kertas dan bolepn dari dari dalam tasnya, lalu menyerahkannya ke Ririn dan Bento. ONCOM (CONT’D) Ni lo berdua bantuin ngitung ya.. Kita kan sehari kalo dua kali nonton minimal dapet 80ribu. Hmm.. buat makan sama transport sehari paling gak 60ribu, anggeplah kita hemat-hemat sampe sehari sisanya 20ribu. Berarti 20ribu kali dua minggu, itu uang yang bisa kita kumpulin.. Kita bertiga,kali tiga, jadinya berapa? Iya menengok ke arah Ririn, Ririn kelihatan bingung dengan kertas dihadapannya, ia hanya menyoret-nyoret sesuatu, tidak jelas. RIRIN Ah lo ngomongnya cepet banget sih com.. Gue ketinggalan.. Lalu ia menengok bento yang malah asik menggambar di atas kertasnya itu, Bento merasa diperhatikan, langsung ngeles BENTO Intinya gak gak cukup deh com.. Yakin gue! ONCOM Ya gimana lagi dong? RIRIN Hmmm.. Gue punya duit simpenan segini, bisa dipake dulu..
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
8.
Lalu ririn menuliskan nominal sejumlah uang dan menunjukkannya kepada temannya-temannya itu. ONCOM Gue juga punya segini Oncom membalas dengan menuliskan nominal jumlah uang ONCOM (CONT’D) Tabungan lo ada berapa Ben? BENTO Hmm.. Penasaran? Goceng dulu.. Oncom memukul bento dengan gulungan kertas lagi Aduuh!
BENTO (CONT’D)
RIRIN Eh,bentar, gue telponin emak gue dulu, siapa tau di kampung ada duit yang bisa gue pinjem.. Ririn mengambil ponselnya lalu menekan beberapa tombol RIRIN (CONT’D) Hallooow? Mamih? Haihello.. Haw ar yu? Mih,mmm.. Ririn pinjem duit boleh nggak? MAMIH (V.O.) loh, emang kenapa? pasti uang dari jadi kuli tepuktangan gak cukup to? Lha ya to, mamih kan sudah bilang, berenti aja kerja begituan.. RIRIN Eh, eh mih.. Dengerin Ririn dulu.. MAMIH (V.O.) dengerin apa? Kamu tu ya nduk jauh-jauh dikirim orangtua ke Jakarta bukannya cari kerja yang serius, malah main-main.. Kan mamih sudah bilang nek meh dolanan ngguyu-ngguyu wae rak sah menyang jakarta harang.. Mending bali kowe nduk rene, nganten wae,dadi nganten wae.. Ririn menjauhkan handphone dari kupingnya,ia aktifkn fungsi speaker meletakan hapenya di meja, lalu melanjutkan makannya.
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
9.
MAMIH (CONT’D) Heh,telpone jangan dijauhin terus kamu enak-enakan makan ya! Dengerin mamimu dulu sini! Ririn kaget. Lalu refleks mengangkat lagi hapenya itu. RIRIN Eh,iya-iya mih,nggak kok.. 20 menit kemudian. RIRIN (CONT’D) Iya iya mih iya.. Iya Ririn ngerti.. He’eh yaudah.. Daaah.. Ririn menutup telponnya lalu memandang teman-temannya dengan wajah memelas. Kedua temannya memandang penuh harap. Ririn menggeleng RIRIN (CONT’D) Huaaa~ gimana nih.. ONCOM Haduh, gimana nih.. dua orang bokek ditambah satu orang pelit, gimana mau ngeganti hape rusak.. RIRIN Huaaaa~ iya ya com ya.. kalo kita berdua bokek,siapa yang bisa diharepin.. gak mungkin ngarepin Bento si pelit kan.. BENTO Kok kalian berdua ngomong seolaholah gue gak denger ya.. Oncom lalu menyeka air matanya ONCOM Eh rin,kita gak boleh nyerah.. gue yakin pasti bisa menang dari keadaan ini.. Haiyo sekarang kita mikir, caranya dapet duit tambahan.. BENTO Ah! ngamen aja ngamen! (singing) begini nasib jadi bujangan.. ONCOM Aduh.. Gak gak gak..
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
10.
RIRIN Gak gak, ntar kulit gue rusak panas-panasan.. No no no! Kita harus bisnis guys,bisnis! Oncom angangguk-angguk setuju RIRIN (CONT’D) Bentar-bentar gue inget-inget dulu orang-orang kaya yang gue kenal bisnisnya apaan yak? BENTO Hmmm.. Aaah,orang paling kaya yang gue kenal cuma ibu kosannya oncom doang.. ONCOM Ide bagus! Kos-kosan! kita bikin kos-kosan aja rin! Kedua temannya kebingungan RIRIN Kosan dimana? ONCOM kosan gue aja.. BENTO Waduh.. Lu gimana caranya itu menyingkirkan ibu kosan lu dari tahta kekuasaanya? ONCOM Gak perlu begitu.. Mulai dari yang sederhana aja.. Kamar gue kan gede yak.. Nah,dibagi dua aja kamar gue itu,disekat.. Separonya disewain deh,. lumayan tuh bisa dapet 500.000 sendiri.. gimana ide gue? RIRIN Wah bagus juga tuh com! jadi kita gak keluar modal banyak.. BENTO Hmm.. Berhubung gue gak bisa memikirkan ide lain, jadi gue iyaiya aja deh.. ONCOM sekarang kita tinggal susun strategi.. Berkumpul guys.
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
11.
Ririn dan Bento pun mendekatkan diri ke oncom, formasi mereka selaykanya tim tim olah raga yang hendak bertanding. Lalu Oncom membisikan strategi mereka. BENTO Eh,lo ngomong apa sih com? Gue gak denger.. ONCOM Ssstt.. sini.. Lalu oncom mengulangi apa yang dia bisikan lagi. BENTO Apaan sih com? Gak denger sumpah.. Ngapain pake bisik-bisik sih? Ririn dan Oncom kesal lalu memukul kepala Bento dengan gulungan buku. 5menit kemudian BENTO (CONT’D) Hooo.. Jadi gitu maksudnya.. RIRIN Akhirnya lo paham juga ya beeenn.. Ya ampun dah.. Lalu mereka pun berpencar untuk melaksankan misi tersebut. Keesokan harinya 4
EXT. DAY. KANTIN Ririn dan Oncom duduk di meja yang kemarin. Ririn asik dengan gadgetnya. ONCOM Ngapain rin? RIRIN Nyari cowok potensial buat jadi pelanggan pertama kita com.. ONCOM Nyari dimana rin? RIRIN Di biro jodoh online.. Hihi.. Oncom speechless
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
4
12.
RIRIN (CONT’D) Ada nih com.. anak kuliahan, hobinya main basket, suka jadi model dimajalah juga, badannya tinggi, keker, kulitnya coklatcoklat sexi gimana gitu.. Hihihi.. Ce u ce o ka gak sih menurut lo? ONCOM Emang dia lagi nyari kosan? RIRIN Hmmm.. Gak tau deeh,nggak kayanya.. Hihi.. nih nih ada lagi, yang ini anak band, udah lulus kuliah, sarjana hukum. Orangnya putih, blasteran gitu com... huuuu.. Pasti ce u co ka kaan? ONCOM Dia lagi butuh kosan nggak? RIRIN Hmm.. kayanya sih nggak.. Hehe.. Atau yang ini nih com.. Cakep nih.. ONCOM Lagi butuh kosan gak riin? RIRIN Hmm.. Nggak juga kayanya.. Oncom menyerah, ia pusing menghadapi temannya yang satu itu. ONCOM Haduh gusti.. 5
EXT. DAY. KANTIN Oncom sedang mengisi buku soal latihan persiapan tes SNMPTN saat Bento datang menghampirinya. BENTO Com, gue udah hubungin semua temen-temen gue yang kayanya lagi butuh kosan.. Nih beberapa ada yang gue suru kesini biar kenalan sama elo.. Hmm.. Mana ya tu anak.. Tak lama kemudian datanglah seorang lelaki ke meja mereka.
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
5
13.
Oi ben!
GERI
BENTO Oi ger! Yow pa kabar brow? GERI Baik brow.. Gimana, gue jadi boleh ngekos di tempat lo gak? BENTO Eh iya, ini kenalin dulu dong, temen gue yang punya kamarnya. Namanya orlando, tapi panggil aja oncom.. Com, kenalin ini temen SMA gue, namanya geri.. Oncom dan Geri berjabat tangan BENTO (CONT’D) Lu kan minta temen yang rapi, ni gue bawain temen paling rapi yang gue kenal ONCOM Hmm.. Ooo oke oke.. Selang waktu berlalu tibalah saatnya Geri untuk pulang. BENTO Gimana om, temen gue yang itu? ONCOM Hmm.. Anaknya baik sih, tapi nggak deh kayanya.. BENTO Loh, kenapa com? (flashback) Bento, Oncom dan Geri sedang makan bersama ONCOM Emang lo kenapa butuh kosannya ger? GERI Tadi sih kebetulan jalanan gak macet ya, jadi gue cepet sampe sini.. Oncom bengong ONCOM He? eh, oh, emang iya? Emang tadi lo lewat jalanan mana?
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
14.
GERI Gak tau nih jakarta, makin hari makin panas aja ya hawanya.. Apalagi siang-siang jam segini nih.. buset, udah kaya masuk oven! Heee??
ONCOM
GERI Eh,ngomong-ngomong, lo tanyain dong kenapa gue mendadak pengen nyari kosan.. Hehe Lah?
ONCOM
(real-time) ONCOM (CONT’D) Kok lo bisa nyambung sih ben ngomong sama dia? BENTO Dih, siapa bilang.. ONCOM Gak nyambung juga lu berdua? BENTO yoiiih.. Haha.. ONCOM Udah tau bolot kenapa lu kenalin ke gue.. Mana bisa nyambung ntar di kosan.. BENTO Justru itu cooom.. biar seruu! ONCOM Yakali ben.. Gak cocok ben jelas.. Ada lagi gak ben yang lain? BENTO Dih, kok lo jadi kaya haus lelaki gitu com? Santai bro santai, masi banyak.. Tapi sabar, kita kenalannya satu-satu dong.. Lalu muncul adegan-adegan di saat oncom memperkenalkan teman-temannya pada oncom. Two shot, Bento dan Temannya bermain gitar, Bento terlihat menikmati lagunya.
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
15.
Zoom out, three shot, Oncom di sebelah lain teman bento tersebut melaimbai-lambaikan tangan sambil menunjuk-nunjuk kaki teman Bento yang bau. Oncom makan dengan teman bento yang lain, namun orang tersebut makannya muncrat-muncrat. Bento yang juga duduk di sebelah Oncom dengan santainya menutup wajahnya dengan purapura membaca koran. Wajah oncom eneg, ternyata karena teman bento di hadapannya sedang ngupil, lalu setelahnya ia garuk-garuk rambut, dan mengorek kuping. begitu ia berusaha menepuk pundak Oncom, oncom langsung melompat dari tempat duduknya, menghindar. Lalu ada juga teman benti yang sangat rapi, berpakaian rapi, menyusun gadget da ndompetnya diatas meja, dan saat oncom tak sengaja menyenggolnya, tangan oncom langsung di pukul. Oncom duduk bersandar, lemas. 6
INT. DAY. STUDIO SHOOTING Hanya ada ririn dan bento, oncom tidak datang saat itu BENTO Si oncom kemana rin? RIRIN hmm.. Lagi nyari cowok kayanya.. BENTO Waduh, gue baru sadar ternyata temen kita yang itu.. RIRIN Cowok buat nyewa kamar,bento! BENTO Oiya ya.. Ahahaha.. Udah jelek aja pikiran gue Tak lama setelah itu shooting pun dimulai. Terlihat adeganadegan dimana penonton bertepuk tangan, tertawa, dan sebagainya. HOST 1 Sekarang saatnya kita? Kuiiss!!
PENONTON
Terdengar background music.
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
6
16.
HOST 1 Nah, sekarang kita mau cari satu orang dari enonton untuk maju, jawab pertanyaan dari kita biar bisa kita kasi hadiah, siapa mau, siapa mau? BENTO Nah rin, kesempatan emas nih buat nambah duit, gue mau maju.. RIRIN Jangan ben! ntar malu kalo gak bisa jawab pertanyaannya.. BENTO Ah elah, gampaaang.. Bento pun mengangkat tangannya. HOST 1 Nah, nah, kamu aja kamu, yang angkat tangan itu, iyak, sini maju.. Bento lalu maju. HOST 1 (CONT’D) Oke, kenalan dulu ni kita.. Kamu namanya siapa? Bento..
BENTO
HOST 1 Oke bento, jadi cara mainnya gampang aja, kamu harus jawab sebanyak-banyaknya pertanyaan dari kita dalam waktu satu menit.. Nanti setiap jawaban benar akan dikalikan lima puluh ribu rupiah. kalo gak bisa bilang pass aja. Mengerti? Bento hanya tersenyum dan mengangguk. HOST 1 (CONT’D) Oke kita mulai dari sekarang yaaa, ibukota sumatera utara BENTO Hmmm.. Pas! HOST 1 Ada berapa hari dalam satu tahun? BENTO Hmmm.. Pas!
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
17.
HOST 1 Indonesia mereka pada tahun.. BENTO Hmmm.. Pas! HOST 1 Kok pas mulu sih? Oke deh jumlah kaki ayam BENTO Hmmm.. Pas! HOST 1 Hah? pas lagi? Yaudah deh yang gampang aja deh.. Dua kali dua sama dengan? BENTO Hmmm.. ah, yang ini saya tau.. Berapa?
HOST 1
BENTO eh, gatau deng.. Pas! HOST 1 aduuh.. Kok gak bisa semua sih.. yaudah,jawab yang ini aja, awas kalo gak bisa ya.. kalau sepatu yang tidak kebesaran, tidak juga kesmpitan, berarti sepatu tersebut BENTO Hmmm.. Pas! HOST 1 betuuull!! Lima puluh ribu riaaah! Hadeu,akhirnya.. Silakan kembali ketempat kamu ben.. Makasi ya.. Bento mengambil uang tersebut. Lalu berjalan kembali ke tempat duduknya. Sampai di tempat duduknya bento memberikan uang itu pada ririn. BENTO Nih rin.. Lumayan kan.. Dapet goban.. Ririn mengambil uang itu
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
18.
RIRIN Ckckck.. cakep cakep kok cuma bisa jawab satu pertanyaan sih ben.. BENTO Ya kan Tuhan adil Rin.. 7
EXT. DAY. KANTIN
7
Ririn dan Bento sedang makan lalu tiba-tiba oncom datang ONCOM Gue udah dapet, calon pelanggan pertama kita.. Dari balikbelakangnya muncullah lelaki lain. STEVEN Halo semuanya.. ONCOM Oncom,ririn, ini steven. Steven, ini oncom sama Ririn. Hai oven.. Pffftt..
RIRIN BENTO
ONCOM Steven rin namanya.. Steven dan Oncom kemudian duduk RIRIN Kalian kenalan dimana? ONCOM Di facebook Ooooo..
RIRIN
STEVEN Kalian gak makan? Aku makan duluan boleh? Kebetulan aku bawa bekal sendiri.. Lalu Steven membungkuk untuk mengambil kotakbekal dari dalam tasnya, saat ia menunduk ocom, Ririn, dan Bento bertemu pandang, lalu berkomunikas dalam hati ONCOM (V.O.) Gue sama dia punya banyak kesamaan..
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
19.
BENTO (V.O.) Lo yakin com? Yakin..
ONCOM
RIRIN (V.O.) Lo percaya sama dia? kalian kan kenalannya di facebook? Oh,ayolah.. Yang bener aja.. ONCOM Apa salahnya sih? Steven mendongak lagi, ia meletakan kotak bekalnya di meja STEVEN Hmmm.. Sendoknya mana ya? Lalu Steven membungkuk lagi, saat ia menunduk ocom, Ririn, dan Bento bertemu pandang pandang lagi, dan melanjutkan perbincangan mereka RIRIN (V.O.) serius ni com? Serius..
ONCOM (V.O.)
BENTO (V.O.) Yakin? Serius? ONCOM (V.O.) Yakin! Serius! Seriuuuss? Serius!
RIRIN (V.O.) ONCOM
Steven mendongak tepat saat Oncom teriak serius. Ia lalu bingung. STEVEN Serius apa ya? ONCOM Eh, nggak kok.. Udah makan aja makan.. Steven dan Oncom makan dari kotak bekal masing-masing. Bento dan Ririn melanjutkan komunikasi mereka dengan tatapan mata BENTO (V.O.) Lo gak pesen makan rin?
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
20.
RIRIN (V.O.) Hmm.. Belom tau mau makan apa.. Lo aja pesen duluan.. BENTO (V.O.) Lo aja pesen duluan, ntar gue tinggal minta.. RIRIN (V.O.) Yeee.. Dasar pelit.. BENTO (V.O.) Bodo.. Ngomong-ngomong kok kita bisa ngobrol gak pake suara ya.. Keren baget.. RIRIN (V.O.) Eh iya juga ya.. Keren banget kita.. Tos dulu lah.. Mereka lalu tos berdua. Oncom dan Steven kaget, kenapa mereka tiba-tiba tos berdua. Saatnya berpisah dengan Steven STEVEN Hmm.. Gue cabut duluan ya.. Mau ada urusan lagi.. ntar kalo gue beneran boleh nyewa kamar kalian, kabarin aja.. BENTO Oke deh.. Ntar kalo lo gak boleh nyewa kita kabarin.. Oncom langsung menyelanya ONCOM Kalo boleh maksud dia.. Steven pun pergi meninggalkan Oncom, Bento, dan Ririn.. ONCOM (CONT’D) Udah fix, dia yang bakal gue terima jadi penyewa kamar gue BENTO Aduh.. Pikir-pikir lagi deh bray.. ] ONCOM Emangnya kenapa sih? RIRIN Bukannya kenapa-kenapa com.. Tapi tadi pas lo ke toilet tuh.. (flashback)
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
21.
Saat mereka berempat sedang makan ONCOM Gue ke toilet dulu ya.. Saat Bento dan ririn sedang asik makan, tidak sengaja ada pelayan yang menyandung kaki steven, steven langsung menggebrak meja STEVEN Kalo jalan yang bener dong! Liatliat dong! Emang lo pikir kaki gue bola lo tendang-tendang?! PELAYAN Ma ma maap maap mas.. STEVEN Enak aja lo maap-maap gampang banget.. Jangan sembarang ya lo ya sama gue ya!! Lo emang gak tau gue siapa hah?! PELAYAN Ga gak tau mas.. Saya em emang gak tau mas.. Maap mas.. Steven mengepalkan tangannya, dan pelayan itu langsung kabur. (real-time) RIRIN Lo harus liat tadi dia marahnya serem banget com! Beuh!
BENTO
ONCOM Ah,masa sih.. Nggak ah,gue gak percaya.. Lo berdua cuma mau ngejatuhin mental gue aja kan? Udah terima aja kalo gue lebih jago nyari penyewa daripada kalian.. RIRIN Masalahnya bukan siapa lebih jago dari siapa dan siapa yang pengen menjagoi siapa cuma demi keliatan lebih jago dari siapa BENTO Lu ngomong apa sih rin?
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
22.
ONCOM Pokoknya fix, dia pilihan gue. Udah deh, masi mending gue mau ikutan tanggung jawab.. Kalian berdua diem aja deh! nyari penyewa aja gak becus, sok-sok nasihatin gue Lalu oncom pergi dengan kesal. Meninggalkan dua temannya yang masishock karena dibentak. 8
INT. DAY. STUDIO SHOOTING Bento dan Ririn duduk bersebelahan tapi masing-masing asik dengan gadget masing-masing. lalu wahyuni datang WAHYUNI Oi, si Oncom gk bisa dateng hari ini? BENTO Iya mpok katanya dia ada urusan lain.. WAHYUNI Wuidih.. tumben.. Sama siapa tu anak? RIRIN Ada deh, temn barunya gitu namanya oven apa siapa gitu. Lalu wahyuni mengeluarkan handphone baru lain dari dalam tasnya BENTO Lah itu hape udah baru lagi mpok.. WAHYUNI Yoi dong.. Cakep kan? Kalo yang ini dari Om Broto.. Hihi RIRIN Hmm.. Berarti yang lama gimana mpok? WAHYUNI yang lama kan udah rusak.. Kan elu pade yang ngerusakin Ririn dan Bento mengangguk
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
8
23.
WAHYUNI (CONT’D) Ah yaudahlah ikhlasin aja.. Lagian yang itu ternyata gak bagus-bagus banget, gak sebagus ini.. Ririn dan Bento langsung lega mendengarnya, mereka kegirangan berdua WAHYUNI (CONT’D) Ada yang mau minjem gak ni? Wahyuni menawarkan hape. Bento dan ririn sebenarnya ingin pinjam tapi ia mengurungkan niat BENTO Hmm.. Nggak deh mpok, makasi.. WAHYUNI Oo.. Yaudah.. Gih pada bedakan gih.. Bentar lagi shooting.. 9
EXT. DAY. KANTIN Bento, dan Ririn duduk di meja yang biasa, mereka sedang makan. Oncom datang dengan mata berkaca-kaca ONCOM Gue ditipu.. huaaaa~ RIRIN Astaga-astaga, lu kenapa com? Ia langsung merangkul temannya yang satu itu.. ONCOM Dia kemaren minjem duit gue gitu, katanya itu investasi gue buat bisnis batu giok.. udah gue pinjemin, eh pagi ini dia ngilang gitu aja.. Cuma ninggalin memo ini.. Oncom menunjukkan kertas kecil dengantulisan “makasi ya uangnya” ONCOM (CONT’D) Huaaa~ padahal itu uang buat beli formulir ujian masuk.. RIRIN Cup cup cup com.. Udah sabarsabar, ntar uang bisa kita carilagi..
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
9
24.
ONCOM Lo berdua pasti kesel banget sama gue.. Harusnya gue dengerin lo berdua ya.. sekarang kita malah kehilangan kesemoatan buat dapet duit.. Gimana cara ganti hapenya mpok yuyun.. RIRIN Udah udah com.. Gapapa kok.. Lagian mpok yuyun udah punya hape baru.. Udah lupa sama yang lama dia.. ONCOM Hah, serius? Jadi kita gak perlu ganti-ganti lagi? RIRIN Ya gitu deh.. Hihi.. Ce u ce o ka kan? ONCOM aduuuh... alhamdulillah.. Tapi gue tetep mereasa bersalah sama kalian.. RIRIN Ah, udah, santai aja com.. ONCOM Ben, kok lo diem aja.. Lo maapin gue gak? BENTO Penasaran? Goceng dulu.. ONCOM Heish... Matre lo dasaaar! Hahahaha
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
Lampiran 2 : Kuesioner
No. Kuesioner :
(Diisi oleh Peneliti)
Tanggal :
Salam sejahtera, Saya Margareta Kaya Hanjani, Mahasiswi tingkat akhir Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, saat ini sedang melakukan riset untuk keperluan Tugas Karya Akhir (TKA). TKA ini berbentuk tayangan atau program situasi komedi yang mengangkat kehidupan sosial masyarajat Jakarta. Program ini diperuntukkan kepada khalayak wanita dengan segmentasi umur 25 – 44 tahun. Oleh karena itu, saya sangat membutuhkan bantuan anda untuk dapat memberikan informasi melalui kuesioner ini yang nantinya akan berguna bagi proses riset dan menunjang proses produksi program acara ini. Segala informasi yang diterima hanya digunakan untuk keperluan riset. Terima Kasih. A. Pertanyaan Umum 1. Umur : 2. Jenis Kelamin : P/L 3. Daerah Tpt Tinggal : 4. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. S1 e. S2 f. S3 g. Lain-lain,sebutkan:....................................... 5. Pekerjaan : a. Tidak Bekerja b. Pelajar c. Mahasiswa d. Pegawai Swasta e. Pegawai Negeri f. Wiraswasta g. Lain-lain,sebutkan ......................................................... 6. Pengeluaran pribadi per bulan : a. < Rp 700.000 b. Rp 700.000 – Rp 1.000.000 c. Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 d. Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
e.
> Rp 3.000.000
B. Pertanyaan Seputar Media Informasi Berikan Tanda Silang (X) pada jawaban yang anda pilih. Berikan SATU jawaban pada masing-masing pertanyaan KECUALI pada pertanyaan khusus yang diberi catatan untuk dapat memilih opsi lebih dari satu. 1. Motivasi Anda menonton TV adalah untuk : (jawaban boleh lebih dari satu) a. Mencari informasi yang dibutuhkan b. Menemukan hal-hal yang menarik c. Menghabiskan waktu luang d. Mempunyai bahan obrolan yang membantu pergaulan e. Mendapat masukan yang mengembangkan diri f. Menghilangkan kejenuhan dari rutinitas sehari-hari (mencari hiburan) g. Terus memiliki informasi terkini h. Memperoleh kepercayaan diri dengan wawasan yang dimiliki i. Status Sosial j. Lainnya………………………………………………… 2. Media apakah yang sering anda gunakan untuk mendapatkan hiburan: a. Televisi b. Radio c. Majalah d. Surat Kabar e. Internet f. Lain-lain : 3. Pada hari apakah anda paling banyak meluangkan waktu untuk menonton televisi? a. Setiap Hari b. Hanya Weekdays (Senin-Jumat) c. Hanya Weekend (Sabtu – Minggu) d. Lainnya 4. Saat hari biasa (Senin-Jumat), biasanya anda menonton TV dari pukul............ sampai pukul................... 5. Saat akhir pekan (Sabtu dan Minggu), biasanya anda menonton TV dari pukul............ sampai pukul................... 6. Anda menonton TV dalam satu hari rata-rata selama : i. Weekdays : ii. Weekend :
7. Tayangan apa yang biasa Anda tonton sehari-hari (jawaban boleh lebih dari satu, sebutkan waktu dan stasiun televisi ):
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
a. ………………………..
c.……………..
b. ………………………..
d………...…... contoh: a. Opera Van Java Trans 7 pukul 8 malam b. Insert Trans TV pukul 8 pagi
C. Rujukan untuk Tayangan Anda sudah menyaksikan cuplikan tayangan tersebut. Saat ini saya membutuhkan pendapat atau opini pribadi anda mengenai tayangan yang baru saja anda saksikan. Silakan jawab pertanyaanpertanyaan di bawah ini. NO 1. 2. 3.
Pertanyaan Apakah anda memahami isi cerita tayangan? Apakah menurut anda cerita yang disampaikan oleh tayangan sudah cukup mengalir? Menurut anda, tayangan ini bercerita tentang... (jelaskan dan 1-3 kalimat)
Jawaban a. Ya b. tidak a. Ya b. tidak ........................................................... ............................................................ ............................................................ ........................................................... ........................................................... .............................................................. ............................................................ ................................................................. ........................................................... ............................................................ ............................................................. ............................................................. .............................................................. ............................................................. ................................................................. ............................................................. .............................................................. ................................................................
4. 5.
Apakah anda memahami karakter-karakter yang muncul? Menurut anda, apakah pemilihan pemain untuk
a. Ya b. tidak a. Ya
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
6.
7.
memerankan tokoh-tokoh dalam tayangan ini sudah sesuai? Sebutkan karakter-karakter atau tokoh yang anda ingat yang muncul dalam cuplikan tayangan ini..
Apakah anda merasa terganggu dengan kehadiran salah satu tokoh di tayangan ini? (misalnya kehadirannya menghina suku bangsa tertentu atau tokoh yang berpakaian tidak sesuai)
b. tidak a.
...
b.
...
c.
...
d.
...
e.
...
f.
...
g.
...
h.
...
i.
...
j.
...
a. Ya Siapa? ................................................ ......................................................... Kenapa?............................................ ......................................................... ......................................................... b. Tidak
8.
Menurut anda apakah dialog dalam tayangan ini sudah cukup membantu anda memahami isi cerita? 9. Apakah anda merasa terhibur saat menonton cuplikan tayangan ini? 10. Menurut anda, apakah pemilihan musik yang melatar belakangi tayangan ini sudah baik? 11. Menurut anda apakah kualitas gambar tayangan ini sudah cukup baik?
a. b. a. b. a. b. a. b.
Ya tidak Ya tidak Ya tidak Ya tidak
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
Lampiran 3 : Daftar Responden Wawancara
No
Nama Responden
1.
Emilka
2.
Irin Junirman
3.
4.
5.
Jabatan/organisasi
wawancara
Kepala Departemen
12 Oktober
Sport&Drama/ Trans TV
2012
Mantan Executive Producer
16 Oktober
/ Trans 7
2012
Ramadhan
Kepala Departemen
Donald
Akuntansi/ Trans TV
Retno
Senior sales manager /
Aprianti
Trans TV
undisclosed
Tanggal
Staff departemen Programming / Trans TV
Model wawancara
Durasi
Langsung
00:30:20
Langsung
00:26:02
11 Juni 2013
Langsung
00:56:15
11 Juni 2013
Langsung
11 Juni 2013
Langsung
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
01:09:12
00:59:30
Lampiran 4 : Rancangan Tema 13 episode
Nomer Judul episode episode
1
2
3
4
5
Profesi baru
Sinopsis episode Ririn sudah tiga tahun ini tinggal sendiri di Jakarta sementara orangtuanya kembali ke kampung. Suatu saat setelah ia lulus SMA ia dipertemukan dengan wahyuni yang merupakan anak dari keponakan dari saudara iparnya sepupunya ayahnya ibunya Ririn, intinya mereka saudara jauh. Lalu Wahyuni memperkenalkannya pada dunia penonton profesional. Ririn sempat dikerji Ririndi hari pertamanya, untung ia bertemu Oncom dan Benita, yang kemudian menjadi teman baiknya. Namun sayangnya ketika ia mulai menikmati menjadi penonton, orangtuanya tidak setuju dan malah memintanya untuk ikut kembali pulang kampung.
Ririn sakit
Ririn sakit, di saat seperti ini ia merindukan orangtuanya. Di Jakarta tak ada yang mengurus dirinya saat sakit karena ia tinggal seorang diri. Ia nyaris menyerah dan memutuskan kembali pulang terutama saat orangtuanya kembali menyatakan ketidak setujuan mereka. Tapi akhirnya ia batal pulang, karena ia mendapat pekerjaan sebagai bintang iklan, walaupun hanya tangannya saja yang di sorot.
Pamer pacar
Benita pamer punya pacar baru. Ririn kaget, menurutnya ia lebih cantik daripada benita, kenapa Ben punya pacar duluan? Ternyata wahyuni juga punya pacar. Jadilah mereka berdua memamerkan pacar masing-masing. Ririn tidak mau kalan, ia mendekatkan diri pada seorang kamera person yang kabarnya memiliki ketertarikan terhadap dirinya, padahal sebenarnya Ririn tidak suka. Di akhir episode Benita putus dengan pacarnya karena pacarnya itu pelit, Ririn pun menyadari bahwa tidak baik memberi harapan palsu pada orang, dan Wahyuni sudah ganti pacar lain yang uangnya lebih banyak.
Benita, Ririn, dan Oncom tidak sengaja merusakan hape baru Wahyuni. Untuk itu mereka harus menggantinya, padahal mereka Hape baru tidak punya uang. Orangtua Ririn pun semakin marah saat Wahyuni, rusak mengetahui bahwa Ririn butuh uang tambahan. Untung akhirnya Wahyuni mendapatkan hape baru sehingga mereka bertiga dimaafkan Ririn gagal casting lagi, orangtuanya tahu lalu ia dipaksa pulang Failure&friendship kampung. Ririn sangat sedih ia merasa sudah berusaha keras. Teman-temannya berusaha menghibur, tapi tidak ada yang bisa
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
membuatnya merasa lebih baik. Namun pada akhirnya Ririn memutuskan untuk tidak menyerah pada mimpinya, dan berkat teman-temannya ia bisa mendapatkan kesempatan cating tiga kali sekaligus.
6
7
8
9
10
Ririn’s secret admirer
Pada suatu hari, tiba-tiba Ririn mendapati adanya bungkusan kado untuknya yang diletakan di depan kamar kosannya. Lalu pada siang hari ada yangmembelikannya makan siang gratis. Ririn jadi takut karena merasa dibuntuti. Akhirnya penggemar rahasia itu menampakan diri juga, untungnya dia orang baik,namanya Robi, ia adalah FD yang sudah lama mengamati Ririn menjadi penonton, mereka pun berkenalan dan berteman sejak itu.
Kencan pertama Oncom
Oncom menyukai seorang gadis, hal itu membuatnya tidak kosentrasi saat latihan soal-soal persiapan SNMPTN. Ben membantunya untuk berani berkenalan dengan gadis itu. Mereka pun merencanakan untuk pergi makan bersama. Oncom sangat tegang. Teman-temannya malah menganggap hal itu imut, maka mereka membantu Oncom dalam menyiapkan diri untuk kencan. Awalnya mungkin mereka seperti orang yang mengganggu, tapi ternyata nasihat-nasihat dari meeka sangat berfungsi saat kencan.
Ririn beli motor
Kedatangan Adik dari kampung
Benita butuh (banget) uang
Ririn merasa sudah memiliki tabungan yang cukup untuk membeli motor. Ia ingin membeli motor tapi tidak tahu motor mana yang bagus. Ben dan Oncom juga tidak punya cukup informasi untuk membantunya. Di saat yang tepat, Robi kembali menghubunginya sehingga akhirnya Robi lah yang membantu Ririn membeli motor S1iska, adik Ririn datang dari kampung untuk menyusul kakaknya. Sebenarnya ia adalah mata-mata yang dikirim orangtuanya untuk melihat apa yang sebenarnya dilakukan Ririn di Jakarta. Jika buruk maka sekalian Siska datang untuk menjemput kakaknya. Tapi sesampainya di Jakarta Siska malah tertarik untuk ikut menjadi penonton profesional seperti kakaknya. Semua orang pun terpikat dengan pribadi Siska yang manis, Ririn merasa tersaingi, terutama ketika Siska mulai kenal dengan Robi. Tapi akhirnya Siska memutuskan untuk kembali ke kampung karean rindu pada pacarnya di kampung. Suatu hari benita tiba-tiba gelisah. Ia menjadi sangat mudah tersinggung dan uring-uringan, wajahnya terlihat sangat lelah. Ternyata sudah seminggu ini Benita menjalani pekerjaan tambahan. Ia bahkan sampai kurang tiur. Ia melakukan itu karena adiknya akan masuk SMP dan butuh dana banyak. Mendengar cerita tersebut
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013
tman-temannya jadi simpati dan membantunya mengmpulkan uang.
11
12
Hari SNMPTN Oncom
Akhirnya datang juga hari ujian masuk perguruan tinggi negeri yang oncom persiap-siapkan. Oncom tegang luar biasa. Teman-temannya ingin menyemangati namun takut menggangu konsentrasi persiapan terakhirnya. Mereka malah jadi salah tingkah.
Benita jadi model
Perjalanan mencari-cari penghasilan tambahan akhirnya mempertemukan Bento dengan Mbak Maria, seorang fashion editor majalah di Jakarta. Melalui pertemuan tersebut Benita mendapat kesempatan untuk menjadi model untuk sekali pemotretan bertemakan androgini. Tak diduga hasilnya bagus, dan Benita dijanjikan akan dipanggil lagi ketika dibutuhkan. Tapi yang paling penting adalah Benita punya uang untuk memasukan adiknya ke SMP, bahkan uangnya berlebih dan Benita bisa menraktir temantemannya makan, sebagai bentuk ucapan terimakasih.
Hari pengumuman
13
Hari ini adalah hari pengumuman SNMPTN oncom dan hari pengumuman apakan ririn lolos casting terkhirnya atau tidak. Hasil akhirnya adalah Oncom diterima tapi pilihan kedua, ririn juga lolos casting tapi ternyata perannya mencurigakan. Mereka harus mengambil keputusan “take it or leave it”.Oncom memutuskan untuk tetap kuliah sementara ririn memilih untuk malah menolak tawaran yang datang kepadanya.
. .
Laporan pembuatan..., Margareta Kaya Hanjani, FISIP UI, 2013