UNAIR Siapkan Prodi Menuju Akreditasi Internasional UNAIR NEWS – Selain di tingkat regional (AUN-QA), UNAIR memiliki rencana untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan lembaga akreditasi internasional. Bila penilaian oleh para asesor AUN-QA bisa menjangkau seluruh prodi, maka akreditasi di tingkat internasional dilakukan oleh lembagalembaga tertentu yang memiliki ruang lingkup yang sama dengan prodi terkait. “Seperti ASIIN (Accreditation Agency for Degree Programs in Engineering, Informatics/Computer Science, the Natural Sciences and Mathematics). ASIIN itu untuk worldwide, walaupun dia berposisi di Jerman, dia lebih pada teknik, tapi juga bisa natural sciences, seperti matematika. Ada juga yang AACSB (The Association to Advance Collegiate Schools of Business) accreditation yang lebih kepada bisnis. Jadi, tergantung program studi karena tidak semuanya bisa diakreditasi oleh satu badan,” terang Ketua Badan Penjaminan Mutu Universitas Airlangga Prof. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA. Nantinya, BPM bekerjasama dengan prodi-prodi untuk mencari badan akreditasi yang tepat dan sesuai untuk melakukan penilaian. Terkait dengan visitasi, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan itu belum bisa memberikan kepastian waktu. Menurutnya, setiap badan akreditasi memiliki proses yang bervariasi antara satu sama lain. “Jadi, ada yang kita harus menjadi member dulu, mengikuti workshop mereka. Setelah mengikuti workshop ada pendampingan, menyusun self-assessment report, setelah itu Self Assessment Report (SAR) kita komunikasikan. Setelah komunikasi, apakah mereka memandang layak untuk diteruskan ke komite, kita ikuti
proses itu. Tapi intinya, yang kita tekankan pada tahun 2017 ada prodi yang bisa divisit oleh badan akreditasi internasional,” tegas Ketua BPM. Selain itu, soal prodi mana saja yang akan dinilai oleh badan akreditasi internasional juga masih dalam pertimbangan. Namun, ia mendorong prodi-prodi yang sudah terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi dan tersertifikasi internasional oleh AUN-QA untuk segera mencari badan akreditasi internasional yang sesuai dan bisa menilai prodi yang bersangkutan. Terkait dengan standar penilaian, Ketua BPM mengatakan, standar yang ditetapkan antara AUN-QA dengan badan akreditasi internasional tak jauh berbeda. Pada prinsipnya, mereka akan menilai tujuan dan proses pembelajaran seperti hasil pembelajaran yang diharapkan (expected learning outcomes). “Sebetulnya yang penting adalah kita melaksanakan sebaik mungkin proses pendidikan kita. Kemudian kita mencari badan akreditasi internasional yang bisa meng-assess prodi tersebut. Kalau sudah seperti itu, kita menyesuaikan standar yang mereka tetapkan. Kita sesuaikan apakah kita bisa memenuhi standar mereka atau tidak,” tuturnya. Selain pelaksanaan proses pendidikan yang optimal, akreditasi internasional juga merupakan salah satu target UNAIR untuk meningkatkan kualitas sesuai standar prodi-prodi di perguruan tinggi terkemuka di dunia. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Asesor AUN Apresiasi Kinerja Tiga Prodi UNAIR UNAIR NEWS – Setelah selama dua hari melakukan penilaian di tiga program studi di Universitas Airlangga, tim asesor ASEAN University Networking-Quality Assessment (AUN-QA), mempresentasikan hasil temuannya. Presentasi dilakukan di Aula Kahuripan 301, Kantor Manajemen, Kamis (22/12). Presentasi hasil penilaian dihadiri oleh jajaran pimpinan dan pengajar di lingkungan Universitas, fakultas, dan departemen yang bersangkutan. Sebelumnya, pada tanggal 19 dan 20 Desember, enam asesor melakukan visitasi di Departemen Sastra Inggris-Fakultas Ilmu Budaya, S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, dan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Para asesor secara bergantian mempresentasikan mengenai sebelas poin tentang hasil peninjauannya di setiap prodi dan departemen. Poin-poin itu adalah hasil pembelajaran yang diharapkan (expected learning outcomes), spesifikasi program (programme specification), struktur dan isi program (programme structure and content), pendekatan pendidikan (teaching and learning approach), penilaian mahasiswa (student assessment), kualitas staf akademik (academic staff quality), kualitas staf kependidikan (supporting staff quality), pendukung kualitas mahasiswa (student quality and support), fasilitas dan infrastruktur (facility and infrastructure), peningkatan kualitas (quality enhancement) dan luaran (Output). Assoc. Prof. Dr Kunyada Anuwong, asesor S-1 prodi Manajemen menjelaskan, sertifikat AUN-QA baru bisa diperoleh apabila hasil penilaian memperoleh skor minimal 4 dari skala 7. Skor 4 menunjukkan bahwa prodi atau departemen bersangkutan memperoleh hasil cukup dalam menjalankan proses akademik.
Setiap prodi mendapatkan saran demi peningkatan kualitas di sebelas bidang itu. Dr. Patricia Empeleo yang juga asesor S-1 prodi Manajemen mengatakan, bahwa prodi yang bersangkutan memiliki fasilitas akademik dan penunjang yang cukup baik, ditambah dengan aplikasi UNAIR Cybercampus yang terintegrasi dengan sistem pembelajaran elektronik (e-learning). Di sisi lain, ada kualitas yang mesti ditingkatkan. “Diperlukan adanya rencana jangka menengah tentang pembangunan yang komprehensif. Selain itu, perpustakaan sebaiknya dibuka pada Sabtu dan Minggu selama pekan ujian semester berlangsung,” tutur Patricia, pengajar asal Universitas Santo Thomas. Sementara itu, prodi S-1 Ilmu Kesehatan Masyarakat mendapatkan masukan dari asesor Prof. Dr. Alvin B. Culaba dan Assoc. Prof. Dinh Thanh Viet. Mereka menyarankan agar kegiatan perkuliahan mengacu pada hasil pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, dalam setiap silabus mata kuliah, hendaknya dicantumkan bukubuku kuliah yang wajib dibaca. Sedangkan, pada Departemen Sastra Inggris, para asesor yang menilai adalah Prof. Dato’ Ir. Dr. Riza Atiq dan Dr. Veerades Panvisavas. Prof. Riza merasa terkesima dengan banyaknya lulusan Sastra Inggris yang kini cukup menyebar di berbagai bidang pekerjaan. Mereka banyak menjadi manajer, bankir, dan wirausahawan. Sebagai asesor penutup, ia memberikan apresiasi kepada para akademisi UNAIR yang hadir dalam sesi presentasi AUN-QA. Ia mengatakan, bila seluruh prodi di UNAIR memiliki kualitas sebaik tiga prodi yang tengah divisitasi asesor, maka target UNAIR bukan lagi menembus peringkat 500 besar perguruan tinggi top dunia. Wakil Rektor I Prof. Djoko Santoso, Ph.D., dr., Sp.PD-KGH, ditemui usai acara mengatakan, asesor nampak begitu memperhatikan setiap detail proses akademik yang berjalan di
UNAIR. Meskipun ada banyak perbaikan yang diterima, Prof. Djoko menganggap, perbaikan itu disampaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan. “Mereka tampak concern sekali dengan kualitas akademik yang dicetak oleh UNAIR, mulai dari seleksi mahasiswa, mencetak mahasiswa, saat lulusan itu diwawancara. Dan, posisi job-nya yang ada di masing-masing sangat begitu baik, meskipun ada perbaikan yang disarankan. Tapi perbaikan itu disampaikan dalam rangka pelayanan kualitas pendidikan,” tutur Wakil Rektor I. Ketua Badan Penjaminan Mutu UNAIR Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto, DEA., drh., mengatakan, pihaknya akan mengawal perbaikan mutu prodi seperti yang disampaikan para asesor. “Setiap program studi kan sudah mendapat banyak masukan itu, mereka mestinya harus membuat planning (perencanaan) untuk menindaklanjuti itu. Kami di BPM akan mengawal,” ujar Ketua BPM. Sebelumnya, ada enam prodi di UNAIR yang sudah pernah divisitasi oleh asesor AUN tersebut yakni S-1 Pendidikan Dokter, S-1 Ilmu Hukum, S-1 Pendidikan Dokter Hewan, S-1 Pendidikan Apoteker, S-1 Biologi, dan S-1 Kimia. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor : Faridah Hari
3 Prodi di UNAIR Siap Akreditasi Tingkat ASEAN UNAIR NEWS – Berbagai upaya terus digalakkan oleh Universitas Airlangga untuk mencapai target menuju 500 kampus kelas dunia
di tahun 2020. Salah satunya yakni dengan meningkatkan jumlah Program Studi (Prodi) yang mendapatkan akreditasi. Kali ini tim akreditasi ASEAN University Network (AUN) siap untuk menilai perkembangan tiga prodi di UNAIR. Tiga prodi yang diakreditasi yaitu Manajemen, Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan Sastra Inggris. Akreditasi tingkat ASEAN tersebut akan berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 20 hingga 22 Desember 2016. Acara pembukaan yang dilangsungkan di Ruang 301 Gedung Kahuripan, pada Selasa (20/12) dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA. bersama jajaran pejabat di lingkungan kantor manajemen dan fakultas di lingkungan UNAIR. Di hadapan para asesor, Prof. Nasih menyatakan bahwa akreditasi AUN ini menjadi sebuah kehormatan besar bagi UNAIR. Pasalnya, tidak semua perguruan tinggi memiliki kesempatan untuk dinilai oleh AUN. Guru Besar FEB UNAIR tersebut juga menambahkan bahwa hingga saat ini, ada enam prodi tingkat S1 di UNAIR yang telah diakreditasi oleh AUN. Keenam prodi tersebut yakni Pendidikan Dokter, Ilmu Hukum, Pendidikan Dokter Hewan, Pendidikan Apoteker, Biologi, dan Kimia. “UNAIR telah merencanakan bahwa nantinya lebih banyak program S1 yang akan diakreditasi oleh AUN. Sehingga lebih banyak prodi yang akan diakui secara internasional di kawasan ASEAN,” jelas Prof. Nasih. “Dengan ini saya harap nantinya akan membawa beberapa dampak terutama untuk peringkat UNAIR di tingkat internasional,” imbuhnya. Ditemui seusai acara pembukaan, salah satu asesor dari University of Santo Tomas Filipina Dr. Patricia Empeleo mengungkapkan, kali ini pihaknya sangat memberikan apresiasi dengan berlangsungnya akreditasi AUN di UNAIR. “UNAIR telah menyiapkan dengan baik untuk penilaian AUN ini, dan selamat atas pencapaiannya selama ini. UNAIR sudah berada
di langkah yang tepat,” ungkapnya. Hal senada diungkapkan oleh salah satu asesor dari Srinakharinwirot University Thailand Prof. Dr. Kunyada Anuwong. Baginya, UNAIR telah memiliki berbagai keunggulan, utamanya dalam nilai berbagai akreditasi yang telah dilakukan UNAIR selama ini. “Saya melihat kalau UNAIR sudah dapat nilai tinggi dalam penilaian MBA QA. Tidak banyak universitas yang saya lihat di dunia ini punya nilai yang tinggi,” jelasnya. Mewakili prodi yang diakreditasi, Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR Corie Indria Prasasti, S.KM., M.Kes, mengungkapkan, dengan adanya akreditasi AUN ini prodi yang dipimpinnya tersebut bisa terus berkembang lebih baik. Baginya, dengan peningkatan kualitas prodi, hal itu akan berdampak pada kualitas mahasiswa dan lulusan yang akan terjun di dunia kerja. Disinggung mengenai target skor yang didapat, Corie pun optimis bisa mencapai angka yang baik. “Semoga bisa dapat skor 5, atau mendekati itu,” pungkasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Tiga Prodi di Akreditasi A
Vokasi
Raih
UNAIR NEWS – Sebanyak tiga program studi di Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga, berhasil meraih akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT). Berdasarkan
laman resmi BAN-PT, akreditasi itu berlaku hingga tanggal 24 November 2021. Ketiga prodi yang baru saja meraih akreditasi A adalah D-3 Pariwisata, D-3 Teknisi Perpustakaan, dan D-3 Manajemen Perhotelan. Status tersebut meningkat setelah sebelumnya meraih akreditas B pada tiga prodi. Hal itu diungkapkan oleh Dekan Fakultas Vokasi Dr. Widi Hidayat, S.E., M.Si., Ak, ketika ditemui, Rabu (7/12). “Mereka naik akreditasi semua karena sebelumnya B. Untuk sampai A, kita di Fakultas Vokasi berusaha keras. Kita banyak belajar dari mereka yang sudah diakreditasi,” tutur Widi. Widi menjelaskan, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan para dosen UNAIR yang berpengalaman di ranah akreditasi prodi. Dalam proses komunikasi, pihak Vokasi meminta saran demi peningkatan kualitas prodi ke depan. Selain itu, ia sempat meminta para dosen tersebut untuk melakukan simulasi proses akreditasi. “Istilahnya, kalau ujian gitu, kita ada bimbingan untuk melakukan tes. Jadi, teman-teman dari fakultas atau prodi lain itu sangat sangat membantu,” ujar Dekan Fakultas Vokasi. Ia mengaku, persiapan untuk menghadapi proses akreditasi memakan waktu tiga bulan. Dalam rentang waktu tiga bulan itu, ia menyiapkan segala keperluan, termasuk simulasi secara intensif. Terkait dengan prodi-prodi lainnya di Vokasi, pakar dalam buku “100 Pakar UNAIR” itu menghendaki agar setiap prodi melakukan benchmarking. “Cari benchmark yang sesuai. Misalnya, prodi Fisioterapi melakukan benchmark ke Avans Hodge School di Belanda, karena di sana sangat maju. Intinya, kita belajar dari orang lain,” imbuhnya seraya mengakhiri. (*)
Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Gebyar Akreditasi Tandai RS UNAIR Raih Akreditasi Paripurna UNAIR NEWS –
Acara Gebyar Akreditasi dan Open House Airlangga
Health Science Institute (AHSI), menjadi penanda atas capaian akreditasi paripurna yang berhasil diraih oleh Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS UNAIR). Akreditasi paripurna sendiri merupakan bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Acara yang dilaksanakan di Aula Lantai 7 Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI), pada Selasa (15/11), dihadiri oleh Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Ketua Eksekutif Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Nasional, Direktur RS UNAIR, jajaran petinggi UNAIR, jajaran pemerintah, dan tenaga medis. Pada sambutan pembuka, Direktur RS UNAIR, Prof. DR. Dr. Nasronudin SpPD-KTI., menjelaskan bahwa langkahnya menuju akreditasi paripurna tidaklah mudah. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya, mulanya RS UNAIR terus berupaya memperbaiki sistem pelayanan hingga manajemen RS UNAIR. Tidak tanggung-tanggung, Prof. Nasron juga menuturkan bahwa ia dan tim kerap menginap di RS UNAIR untuk kesempurnaan akreditasi. “Untuk mencapai akreditasi paripurna ini, bukan kerja biasa,
tapi bekerja luar biasa,” tegasnya yang diiringi tepuk tangan hadirin. Guru Besar FK UNAIR tersebut juga menjelaskan bahwa RS UNAIR telah mendapat respon nasional dengan beralihnya tipe rumah sakit tipe C ke tipe B. Selain itu, kini rumah sakit yang mulai beroperasi pada tahun 2011 tersebut sedang proses visitasi akreditasi untuk mendapat pengakuan sebagai Rumah Sakit Pendidikan (RSP). Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA turut hadir dalam acara ini. Dalam sambutannya ia mengatakan, RSUA menjadi RSP pertama di Indonesia. “Dari awal UNAIR sudah berkomitmen untuk RSP. Kini tinggal selangkah. Kita melayani kesehatan juga menyediakan dokter yang profesional, dan menyediakan dokter yang bisa mengabdi ke seluruh indonesia. Tentu kita juga kerjasama dengan FK. RSUA menjadi RSP pertama di Indonesia. Inilah kenapa Gebyar menjadi salah satu caranya,” ujar Prof Nasih. Hadir sebagai salah satu pembicara inti, Dirjen Sumber Daya IPTEK Dikti Prof. Ali Gufron Mukti., M.Sc., Ph.D., sangat mengapresiasi RS UNAIR yang telah berkembang dalam waktu singkat. Ia juga menambahkan bahwa RS UNAIR telah mendapatkan akreditasi paripurna bintang lima. “Di Indonesia yang mendapat akreditasi tersebut masih UNAIR dan UGM,” paparnya. Apresiasi selanjutnya yang diberikan Prof. Ali Gufron yakni atas meningkatnya tipe RS UNAIR dari C ke B. Selain itu, ia juga mendukung langkah RSUA agar bisa menjadi RSP. Di akhir pemaparannya, Guru Besar UGM tersebut berharap bahwa antar PTN haruslah bersinergi dan saling belajar bersama. “Kami ingin PTN dengan rumah sakitnya punya unggulan-unggulan. Silakan saling belajar, insya Allah kami dukung. Ingat masingmasing rumah sakit di PTN tidak saling bersaing tapi punya
skema penelitian dan masing-masing punya unggulan,” jelasnya mengakhiri. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma Satiti
Magister Manajemen dan Magister Sains Manajemen Raih Akreditasi A UNAIR NEWS – Program studi Magister Manajemen dan Magister Sains Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Airlangga, berhasil meraih akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Tentunya, akselerasi dua prodi untuk menghasilkan lulusan handal dipastikan bakal makin cepat. Optimisme kampus untuk memberikan pelayanan terbaik bakal terus diwujudkan. “Akreditasi A dari BAN PT dengan nilai tinggi (370), bukan merupakan hasil kinerja individual. Akreditasi baik di level nasional maupun internasional The Alliance of Business Education and Scholarship for Tomorrow, a 21st Century Organization (ABEST21) merupakan cerminan kerja sama luar biasa dari seluruh elemen prodi yang ditangkap oleh tim penyusun borang,” kata Ketua Program Studi Magister Manajemen Dr Gancar Candra Premananto., S.E., M.Si., saat diwawancara Selasa pagi (25/10). Pihak yang terlibat dalam mencapai kesuksesan meraih akreditasi terdiri dari pengelola, dosen, karyawan, mahasiawa, alumni, hingga pengguna alumni, di level prodi, fakultas maupun universitas.
“Harapan kami, semua masyarakat, baik nasional maupun internasional dapat lebih melihat bahwa prodi di UNAIR didirikan dengan standar yang tinggi, untuk ikut serta membangun bangsa dan negara,” terang Gancar. Yang jelas, UNAIR serius mencetak bibit-bibit unggul bangsa. Tiap prodi di kampus ini, dioptimalkan potensinya. Ada banyak program yang dilaksanakan sebagai penunjang. Mulai kuliah tamu, seminar/konfrensi internasional, pelatihan kewirausahaan, bursa kerja, dan lain sebagainya. Penguatan jaringan pun tak henti dilaksanakan. (*) Penulis : Rio F. Rachman Editor : Binti Q. Masruroh
Dua Jurnal UNAIR Terakreditasi, PPJPI Terus Genjot Publikasi Ilmiah UNAIR NEWS – Dalam upaya mencapai target peringkat 500 besar kampus top dunia, Universitas Airlangga melalui PPJPJI (Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah) terus menggenjot publikasi artikel dan jurnal ilmiah, baik akreditasi nasional maupun internasional. Pada 14 Juli lalu, dua jurnal UNAIR terakreditasi oleh Kemenristekdikti. Dua jurnal yang baru saja terakreditasi adalah “Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (BIKKK): Periodical of Dermatology and Venereology Fakultas Kedokteran UNAIR” dan “Mozaik Humaniora Fakultas Ilmu Budaya UNAIR”. Kedua jurnal baru saja memperoleh akreditasi B.
“Jadi dua jurnal ini masuk diakreditasi yang cetak. Pendampingannya mulai dari pembenahan prosesnya, seperti editing, layout, dan substansi kualitas artikel. Itu kita dampingi terus,” jelas Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes, selaku Ketua PPJPI UNAIR. “Bahkan sampai sekarang mulai mengakses OJS (Open Journal System, red) itu juga kita dampingi,” imbuh Yanti. Yanti mengungkapkan, bahwa banyak sekali kendala dalam mempersiapkan tahap akreditasi. Pasalnya, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam mempersiapkan proses akreditasi yang detail dan rinci. Selain itu, faktor kesehatan bagi para pengelola jurnal yang kelelahan dalam persiapan akreditasi, juga menjadi kendala tersendiri. “Tapi yang perlu saya acungi jempol, dari dua jurnal ini termasuk kemudian institusi yang menaunginya baik FK maupun FIB, sangat kondusif. Jadi sangat support kebutuhan apapun itu berusaha untuk diadakan,” salut Yanti. Setelah terakreditasi nasional, Yanti memaparkan rencana selanjutnya, yaitu indexing ke lembaga DOAJ dan Scopus (lembaga pengindeks internasional). Pasalnya, sebelum OJS populer, mereka masih dalam sistem versi cetak dengan pengelolaan jurnal yang konvensional, dan dicetak ke penerbit kemudian diedarkan. “Kita harus membuat supaya jurnal ini lebih mudah diakses kemudian sangat spesifik dibidang tertentu, sehingga ada nuansa ilmu baru yang memang harus dipelajari oleh temanteman. Tantangannya adalah untuk bisa memberikan para pengelola jurnal pengertian tentang era digitalisasi, pelan pelan kita perkenalkan,” ujar Yanti. Yanti berharap, bimbingan dari PPJPI dapat memberikan pengetahuan kepada para pengelola jurnal kearah yang lebih baik. “Yang baru terakreditasi nasional kita push ke akreditasi internasional, kalau belum terakreditasi nasional,
ya, kita masukkan. Kalau masih belum ada review, ya, ayo diajari review yang baik bagaimana,” pungkasnya. (*) Penulis : Dilan Salsabila Editor : Defrina Sukma S.
Pentingnya Pengembangan Akreditasi
Langkah Prodi Setelah
UNAIR NEWS – Pasca akreditasi oleh tim asesor Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BAN-PT) yang dilakukan di Program Studi Ilmu Komunikasi UNAIR, banyak hal yang ke depan akan terus ditiingkatan dan dikembangkan oleh prodi yang sebelumnya telah memiliki akreditasi A tersebut. Menurut ketua Departemen Ilmu Komunikasi, Dr. Yayan Sakti Suryandaru S.Sos. M.Si., akreditasi jurusan sebenarnya bukanlah ajang menilai untuk mencari yang benar dan salah, baik atau buruk. “Akreditasi sebenarnya merupakan ajang membina sekaligus meninjau jurusan agar terus terkontrol dan selanjutnya bisa semakin meningkat kapasistasnya,” ujarnya. Akreditasi yang berlangsung pada Rabu (6/4), diuji langsung oleh tim asesor Prihastiwi Utari, Ph.D., dari Universitas Negeri Solo dan Dr. M. Najib, M.Pd., M.lib., dari Universitas Hassanuddin. Bagi Yayan, yang menjadi titik penting pada akreditasi kali ini adalah upaya departemen Ilmu Komunikasi setelah akreditasi berlangsung. Ia juga memberikan penjelasan mengenai beberapa program yang akan diterapkan nantinya. “Kita perlu melihat pentingnya pengembangan mahasiswa melalui
laboratorium, majalah dinding, desain grafis, dan berbagai hal yang berkaitan dengan departemen perlu terus dikembangkan,” ujarnya. Selanjutnya, Alumni S3 UGM tersebut juga menginginkan adanya Pusat Studi Komunikasi yang nantinya menjadi rujukan keilmuan komunikasi. “Selain adanya pusat studi komunikasi, ke depan kami akan membuka jenjang S3, kehadiran Prof. Rachmah Ida dan Prof. Henri Subianto memungkinkan dibukanya program doktoral tersebut,” pungkasnya. (*) Penulis : M. Ahalla Tsauro Editor : Nuri Hermawan
Prodi HI Persiapkan Akreditasi Sejak Tahun Lalu UNAIR NEWS – Program Studi (prodi) Hubungan Internasional (HI) memiliki langkah tersendiri dalam mempersiapkan diri ketika tim asesor Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi (BANPT) hadir untuk melihat perkembangan prodi pada Senin (21/3) lalu. Prodi yang sudah terakreditasi A sebelumnya ini, telah mempersiapkan dokumen penting sejak tahun lalu, baik dari sistem kuliah, aktifitas mahasiswa dan kiprah alumni. “HI telah mempersiapkan akreditasi sejak satu tahun yang lalu, mulai dokumen penting dan dokumen pendukung mengenai aktifitas mahasiswa untuk lima tahun terakhir dan aktifitas dosen untuk tiga tahun terakhir,” ungkap M. Muttaqien, Ph.D, kepala prodi HI UNAIR.
Dosen, mahasiswa, alumni, mitra kerja HI, dihadirkan dalam akreditasi, hal ini bertujuan untuk memberikan bukti fisik kepada tim asesor mengenai prodi HI UNAIR. Para mahasiswa hadir untuk memberikan keterangan mengenai sistem dan kurikulum prodi, sedangkan para alumni dan mitra kerja hadir untuk memberikan keterangan mengenai kiprah dan kualitas alumni di dunia kerja. Setidaknya terdapat ada tiga kualifikasi penting dalam setiap momen akreditasi. Pertama, akreditasi menjadi bahan dasar pertimbangan bagi mahasiswa dan lulusan khususnya dalam memasuki dunia kerja. Kedua, menjadi dasar untuk memperoleh beasiswa dari lembaga tertentu. Ketiga, akreditasi menjadi bagian dari evaluasi program studi tertentu, untuk membenahi apa yang perlu dibenahi dan untuk menyempurnakan apa yang perlu disempurnakan. “Manfaat akreditasi sebenarnya sangat banyak. Bagi mahasiswa, hal ini sangat strategis ketika dibutuhkan dalam persyaratan masuk dunia kerja. Bagi pengguna lulusan, hal ini juga menjadi pertanyaan tersendiri akreditasi,” imbuhnya.
yang
akan
ditanyakan
mengenai
Prof. Dr. Mappa Nasrun, MA., dan Prof. Dr. Maswadi Rauf, MA., hadir pada kesempatan tersebut sebagai tim asesor BAN-PT untuk akreditasi Prodi HI. Beliau berdua juga mewakili Kementerian Riset Teknologi (Kemenristek) dan Pendidikan Tinggi (Dikti). “Prodi yang telah terakreditasi A ini dinilai dari perkembangan ketika sudah terakreditasi selain itu perkembangan jumlah dosen yang sudah menempuh studi ke jenjang yang lebih tinggi, dan yang lebih utama juga yakni perkembangan publikasi jurnal,” jelas Prof. Dr. Mappa Nasrun, MA., guru besar Universitas Hassanuddin Makassar. (*) Penulis: Ahalla Tsauro Editor: Nuri Hermawan
Sambut Tim Asesor, Prodi Ilmu Perpustakaan Optimis Raih Akreditasi A UNAIR NEWS – Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan oleh koordinator beserta pengajar program studi untuk mempersiapkan diri menuju proses akreditasi. Salah satu prodi yang baru saja dilakukan visitasi oleh asesor Badan Akreditasi Nasional – Perguruan Tinggi Negeri (BAN-PT) adalah S-1 prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Prodi ini baru didatangi oleh asesor pada Jumat (11/3) lalu. Kepala Departemen IIP FISIP UNAIR, Dra. Rahma Sugihartati, M.Si, menyampaikan bukti-bukti fisik sesuai dengan yang tertera dalam borang penilaian BAN-PT. Bukti-bukti fisip itu diperlukan agar tim asesor dapat menilai dan membuktikan secara langsung kesesuaian antara data dan realita. Agar mencapai hasil akreditasi seperti yang diharapkan, Rahma mengatakan ada beberapa perbaikan yang telah dilakukan berkaitan dengan fasilitas, sarana prasarana, kurikulum dan sistem pengajaran. “Kehadiran para mahasiswa, alumni, hingga stakeholder juga dimaksudkan untuk memberi bukti fisik kepada tim asesor mengenai prodi IIP sendiri. Para mahasiswa dihadirkan untuk memberi pernyataan mengenai sistem pengajaran dan kurikulum, sementara para alumni dan stakeholder dihadirkan guna memberikan keterangan mengenai kinerja dan kualitas lulusan prodi IIP di dunia kerja,” tutur Rahma. Ia pun menambahkan bahwa pertemuan pihak departemen IIP dan
tim asesor berlangsung sangat baik. Untuk itu, ia cukup optimis bahwa Departemen IIP akan mendapatkan akreditasi A dari BAN-PT. Dukungan fakultas Peran fakultas menjadi hal yang penting dan dibutuhkan dalam proses penilaian akreditasi program studi oleh BAN-PT. Wakil Dekan III FISIP UNAIR Dra. Myrtati Dyah Artaria, M.A., Ph.D membenarkan pernyataan tersebut. “Fakultas tentu sangat mendukung dan membantu penuh proses penilaian akreditasi prodi. Selain oleh pihak prodi, beberapa borang penilaian juga ada yang harus diisi oleh pihak fakultas. Intinya, pihak fakultas tentu selalu membantu segala persiapan yang diperlukan prodi guna menyambut penilaian akreditasi,” ungkap Myrtati. (*) Penulis: Nourma Vidya Editor: Defrina Sukma S