Menuju World Class University, Mahasiswa UNAIR Study Visit ke NUS UNAIR NEWS –
Universitas Airlangga (UNAIR) terus berupaya
untuk mencapai target menjadi World Class University (WCU) pada tahun 2019. Upaya ini dilakukan oleh semua elemen di UNAIR, termasuk mahasiswa. Salah satu kontribusi mahasiswa dalam mendukung UNAIR menuju WCU ialah melakukan study visit ke beberapa universitas ternama di luar negeri. Dalam study visit yang diadakan pada tanggal 4-9 September tersebut, enam mahasiswa UNAIR berkunjung ke National University of Singapore. Keenam mahasiswa tersebut yakni Dwi Yulian Fahrudin Shah (FST/2013), Denika Liyan Nur Wibowo (FST/2014), Audyla Dwiki Kartikawati (FST/2015), Iflah Aninda Wahdani (FST/2015), Muhammad Vikar Reza (FISIP/2015) dan Agung Tri Putra (FISIP/2015). Mereka kompak menamai study visit ini, Asean Youth Global Forum 2016. “Kami memilih nama Asean Youth Global Forum 2016, karena ini perkumpulan atau forum mahasiswa Asean (NUS dan UNAIR,red). Selain riset dan scholarship, kita juga membahas dan berdiskusi tentang isu – isu global,” ujar Dwi Yulian selaku Ketua kelompok tersebut. Selama kegiatan, mereka diberi kesempatan untuk mempresentasikan UNAIR, baik dari kegiatan akademik maupun non akademik. Mereka juga saling sharing dengan pihak mahasiswa NUS mengenai beasiswa, riset, kegiatan akademik dan alumni.
Mahasiswa UNAIR berpose bersama dengan mahasiswa NUS (Foto: Istimewa) Selain pengalaman, Dwi Yulian mengungkapkan bahwa beragam keuntungan yang bisa didapat dari kegiatan tersebut. Ia mengaku mendapatkan informasi seputar suasana akademik dan non akademik di universitas nomor satu Asia tersebut. Dwi Yulian berharap, informasi yang ia dapatkan dari kegiatan ini bisa diaplikasikan di UNAIR. “Di NUS itu mahasiswanya punya inisiatif yang besar untuk berkembang, suasana akademiknya lebih terasa. Karena di setiap spot yg saya jumpai selalu ada mahasiswa yang belajar, diskusi, ataupun mengerjakan tugas. Jadi bisa menambah semangat belajar jika berada di lingkungan seperti itu,” pungkasnya. (*) Penulis : Faridah Hari Editor : Dilan Salsabila
Peningkatan Reputasi Akademik Tunjang Peringkat Webometrics UNAIR NEWS – Dalam perankingan institusi perguruan tinggi, UNAIR mengikuti metode yang ditetapkan oleh lembaga Webometrics. Lembaga Webometrics memiliki empat kriteria dalam memberikan penilaian terhadap kemajuan perguruan tinggi melalui laman resmi dan publikasi yang berkaitan dengan sivitas akademika kampus. Keempat kriteria tersebut yaitu presence, impact, openness, dan excellence. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Universitas Airlangga menggelar ‘Workshop Peningkatan Ranking Webometrics’ di Aula Kahuripan 301, Senin (15/8). Lokakarya tersebut dihadiri oleh pimpinan, serta Koordinator Informasi dan Hubungan Masyarakat (KIH) di lingkungan UNAIR. Dalam lokakarya yang dipimpin oleh Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, dr., Ph.D, Sp.PD., K-GH, FINASIM, dan Ketua BPP Badri Munir Sukoco, Ph.D tersebut, dibahas mengenai langkahlangkah guna meningkatkan peringkat UNAIR di Webometrics. Saat ini, posisi UNAIR dalam peringkat Webometrics perguruan tinggi se-Indonesia menduduki peringkat kedelepan. Sedangkan posisi UNAIR pada peringkat Webometrics kampus sedunia, UNAIR menduduki peringkat ke 1.906. Dalam arahannya, Prof. Djoko menginginkan agar posisi UNAIR di Webometrics, setidaknya setara dengan posisi UNAIR pada lembaga pemeringkatan kampus Quacquarelli Symonds (QS). Untuk mencapai peringkat itu, Wakil Rektor I UNAIR tersebut mengatakan perlu adanya peningkatan reputasi akademik. Upaya peningkatan reputasi akademik yang dimaksud adalah dengan memperbanyak agenda kegiatan akademik berskala internasional, dan peningkatan publikasi penelitian. Dalam
rapat tersebut, Prof. Djoko meminta agar sebagian besar program studi di UNAIR mengadakan dua agenda akademik berskala internasional dalam setahun. “Sekitar 169 prodi di UNAIR, katakanlah kita ambil separuhnya untuk mengadakan dua event internasional per tahun, ada presentasi ilmiah juga. Sehingga, ada komunikasi dengan international speaker. Kalau agenda itu dilaksanakan secara rutin minimal lima tahun, mereka akan mengenal UNAIR,” tutur Prof. Djoko. Prof. Djoko juga mengingatkan, agar para akademisi UNAIR rutin menyelenggarakan forum diskusi dengan pemerintah. Forum diskusi itu dilaksanakan untuk mendiseminasi hasil-hasil riset di berbagai bidang yang dilakukan oleh peneliti UNAIR. Dalam kesempatan yang sama, Badri mengemukakan alasan pentingnya pemeringkatan Webometrics bagi UNAIR. Badri, mengutip Prof. Hermawan tim evaluasi World Class University yang berkunjung ke UNAIR pekan lalu, mengatakan bahwa sivitas akademika UNAIR memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Oleh karena itu, peningkatan reputasi akademik pada era digital begitu penting. Merujuk pada Universitas Manchester yang menduduki peringkat ke-69 dalam Webometrics, seluruh dosennya terdaftar di Google Cendekia (biasa dikenal dengan Google Scholar). Sebab, Webometrics menggunakan Google Cendekia sebagai indikator penilaian. Ketua BPP itu menyarankan, agar seluruh dosen memiliki aktivitas di Google Cendekia. Sejauh ini, UNAIR telah melaksanakan berbagai upaya untuk menunjang pemeringkatan Webometrics, diantaranya penyediaan laman http://repository.unair.ac.id, http://news.unair.ac.id, dan berbagai lokakarya yang berkaitan dengan perankingan Webometrics. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
UNAIR Diharap Konsisten dan Menambah Program World Class University UNAIR NEWS – Ada dua perihal penting yang menjadi catatan tim evaluasi terhadap program World Class University yang diimplementasikan oleh sivitas akademika Universitas Airlangga. Kedua hal itu dalam kriteria lembaga pemeringkatan Quacquarelli Symonds (QS) World University Ranking (WUR) disebut sebagai reputasi akademik (30%), dan reputasi alumni yang bekerja (10%). Dalam bidang reputasi akademik, UNAIR diharap konsisten dengan program-program yang telah dibuat dalam skema WCU. Prof. Hermawan, tim evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk program WCU, mengatakan UNAIR sudah memiliki programprogram menarik. Hanya saja, kuantitas dan kualitas program tersebut perlu ditingkatkan. Pernyataan itu disampaikan oleh Prof. Hermawan usai kegiatan evaluasi kinerja program WCU, Jumat (12/8). Pelaksanaan evaluasi dilakukan di Ruang Sidang Pleno dan dihadiri oleh Rektor UNAIR beserta jajarannya, serta unit kerja yang berkaitan dengan program WCU. Program-program menarik yang telah dibuat UNAIR dalam skema WCU diantaranya adalah Attracting Global Talent, serta konferensi dan seminar internasional. Prof. Hermawan mengakui bahwa UNAIR memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Namun, potensi itu perlu digarap dengan serius agar suatu saat UNAIR bisa sejajar dengan perguruan tinggi lainnya di Indonesia yang lebih unggul, seperti
Universitas Indonesia. Prof. Hermawan mengakui bahwa UNAIR kalah mencuri langkah awal dibandingkan kampus lain. “UNAIR ini memiliki potensi luar biasa, sehingga suatu saat nanti, saya berharap UNAIR bisa sejajar dengan Universitas Indonesia. Karena memang UI sudah memulai program WCU sejak sepuluh tahun yang lalu. Dan yang lainnya memang sedikit terlambat dalam memberikan perhatian. Tapi potensinya sama persis sehingga menurut saya UNAIR bisa mewakili Indonesia di kancah dunia,” tutur Prof. Hermawan. Ia menyarankan agar UNAIR terus menggali potensi-potensi sivitas akademika yang bisa digarap dan ditingkatkan. Misalnya saja, melipatgandakan jumlah profesor dari kampus luar negeri yang melakukan penelitian di UNAIR. Bisa pula dilihat dari penyelenggaraan konferensi internasional. “Terus saja digali hal-hal yang dianggap kecil dan terlewat. Bisa digali dari segi angka-angka, misalnya berapa jumlah international conference, apakah bisa didobelkan (dilipatgandakan, red). Berapa banyak profesor, apakah itu bisa didobelkan. Angka-angka itu diharapkan bisa mengikuti skornya dalam perankingan dunia,” imbuh Prof. Hermawan. Di
bidang
penelitian,
Prof.
Hermawan
mengakui
bahwa
produktivitas peneliti bidang sosial humaniora masih cukup rendah. Kondisi tersebut terjadi di kampus-kampus Indonesia. Padahal, target jumlah penelitian itu sudah disesuaikan dengan situasi akademik peneliti masing-masing fakultas. Apabila jumlah target yang ditentukan tidak tercapai, kondisi itu akan membebani bidang lainnya yang sudah maju. Pada tahun-tahun berikutnya, Dikti akan mengangkat peneliti dari ilmu sosial agar lebih produktif. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh
Dikti Evaluasi Program World Class University UNAIR NEWS – Untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program pencapaian predikat perguruan tinggi kelas dunia (World Class University – WCU), pimpinan Universitas Airlangga menyelenggarakan pertemuan dengan tim evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pertemuan tersebut dilaksanakan di Ruang Sidang Pleno, Jumat (12/8). Delegasi Dikti yang hadir adalah Prof. Hermawan dan Prof. Wawan dari Institut Teknologi Bandung. Sedang dari UNAIR, pertemuan dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof. Nasih, Wakil Rektor IV UNAIR Junaidi Khotib, Ketua Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Badri Munir Sukoco, dan pimpinan lainnya. Dalam sambutannya Prof. Hermawan mengatakan, monitoring ini dilakukan untuk melihat kinerja UNAIR dalam penggunaan anggaran WCU sebesar 10 miliar per tahun. “Kami ingin mendapatkan kepastian bahwa anggaran benar terserap. Agar kalau ke depan ada permintaan kenaikan anggaran, bisa dikabulkan,” tutur Prof. Hermawan. Prof. Hermawan mengatakan, UNAIR merupakan salah satu kampus di Indonesia yang digadang-gadang bisa mencapai perguruan tinggi kelas dunia selain Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada. Prof. Hermawan juga menambahkan, selama ini UNAIR memiliki potensi besar menjadi kampus kelas dunia. Hanya saja, UNAIR belum begitu terekspose atas karya yang sudah dicapainya. Ia pun berharap, sivitas akademika UNAIR bisa menjadi lokomotif sekaligus brand image kampus-kampus Indonesia di mata dunia.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan dari Ketua BPP. Dalam pemaparannya, demi meningkatkan kualitas dan peringkat UNAIR, program-program sudah didelegasikan kepada unit-unit kerja terkait. Misalnya, untuk meningkatkan keterbacaan informasi UNAIR di internet, tanggung jawab dibebankan pada Pusat Infomasi dan Humas UNAIR. Sedangkan, untuk mendigitalisasi salinan cetak, kini Perpustakaan UNAIR sudah memiliki laman repositori. Sedangkan, untuk meningkatkan publikasi penelitian yang terindeks Scopus, Pusat Pengembangan dan Publikasi Jurnal Ilmiah secara rutin melaksanakan lokakarya penulisan jurnal dan pendampingan terhadap peneliti untuk memublikasi jurnal. Badri pun menambahkan, demi meningkatkan internasionalisasi, UNAIR memiliki program Airlangga Global Talent untuk menarik minat praktisi kelas dunia dari kalangan pemerintah, organisasi non-pemerintah. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor
: Binti Q. Masruroh
Prof M. Nuh Motivasi UNAIR Menuju 500 Dunia UNAIR NEWS – Dalam rangka upaya untuk mencapai ranking 500 besar dunia tahun 2019 sesuai target dari DIKTI, Universitas Airlangga mengajak semua elemen untuk bersama bahu-membahu mewujudnya hal itu. Semua komponen mulai mahasiswa, staf pengajar/dosen, Guru Besar, alumni, hingga masyarakat kampus sesuai bidangnya mengejar target tersebut. Untuk itu, Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan
(LP3) UNAIR mengajak para pengajar dan peneliti, terutama yang sudah bergelar Doktor dan Professor untuk bersinergi mewujudkan misi tersebut dengan menggelar seminar bertajuk “Peran Guru Besar dan Doktor Universitas Airlangga dalam Pencapaian 500 Besar World Class University”. LP3 menghadirkan Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA, Menteri Pendidikan RI era 2009-2014, sebagai nara sumber yang memberikan kuliah umum. Dalam sambutannya, Prof. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si., ketua LP3 UNAIR mengatakan, untuk menuju 500 besar dunia itu LP3 akan meningkatkan enam hal dasar, meliputi sistem informasi, kurikulum, e-learning, MOOC (Masive open On-line Course), bahan ajar, dan kajian. LP3 menargetkan agar tiap mata kuliah memiliki buku ajar, dan LP3 yang akan menjadi klinik pengembangan buku ajar pendanaannya buku ajar tersebut.
sekaligus
sebagai
sumber
Guru Besar Kimia Farmasi UNAIR ini juga menegaskan sistem pembelajaran Student Centered Learning (SCL) harus mulai diterapkan, bukan sekadar TCL (Teacher Centered Learning). Mahasiswa yang harus aktif belajar, bukan dosen yang aktif mengajar. Sementara pada kesempatan ini, Prof. M. Nuh memberikan ceramah seputar peran doktor dan profesor dalam menghantarkan perguruan tinggi menjadi World Class University (WCU). “UNAIR kita harapkan menjadi universitas yang harmoni, dan bapak ibu adalah kuncinya,” ujar M. Nuh mengawali. Dikatakan, di Indonesia jumlah pekerja yang high skill berkemampuan tinggi hanya mencapai sekitar 10 persen. Jumlah ini sangat jauh jika dibandingkan dengan prosentase di negaranegara Eropa yang hampir mencapai 50 persen. Di negara tetangga Malaysia, prosentase tenaga dengan level serupa mencapai hampir 30 persen. Melihat perbandingan yang jauh ini, diharapkan Indonesia terus melakukan perbaikan di segala bidang. Perguruan tinggi memiliki peran sentral untuk menghasilkan sumber daya manusia yang terampil.
“Kita (perguruan tinggi, -red) harus menambah sumber daya manusia yang punya kualifikasi kompetisi tinggi. Yang diurus UNAIR bukan hanya internal UNAIR, lebih jauh lagi, UNAIR memiliki kewajiban untuk memajukan bangsa dan kemanusiaan,” ujar M. Nuh. “Mengapa peradaban di Eropa jauh lebih awal daripada kita? karena mereka melakukan infestasi tenaga pendidik yang luar biasa,” lanjutnya. Menurut M. Nuh, modal strategis Indonesia pada masa mendatang adalah pendidikan, sekaligus pendidikan sebagai transformasi sosial. Doktor dan profesor punya peran pokok sebagai supporter, driver, enabler, enlightment, dan role model. Peran-peran tersebut baik diwujudkan melalui Tri Darma Perguruan Tinggi secara langsung maupun tidak langsung. “Sehingga UNAIR harus menjadi pemungkin (Enabler) untuk mengubah dari yang tidak mungkin menjadi mungkin, dan akhirnya menjadi kenyataan,” kata Prof. M. Nuh. (*) Penulis : Defrina Sukma Satiti Editor : BE Santoso
Kejar Peringkat 500 Kampus Dunia, UNAIR Perkuat Sistem Pembelajaran UNAIR NEWS – Menanggapi isu kebijakan pendidikan tinggi terbaru mengenai mengenai Permenristekdikti no. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi, Prof. Nyoman Tri Puspaningsih selaku Direktur Pendidikan Universitas Airlangga
mengatakan bahwa UNAIR telah siap dengan peraturan baru itu. Pihaknya mengatakan karena sistem tersebut sudah berjalan di UNAIR. Menurut Prof. Nyoman, ada lima perubahan utama antara Permenristekdikti no. 44 tahun 2015 dengan Permenristekdikti no. 49 tahun 2014. Pertama, izin penyelenggaraan semester pendek atau semester antara. Tujuan penyelenggaraan semester pendek atau semester antara ini untuk memberi wadah bagi mahasiswa yang berprestasi untuk lulus tepat waktu, meningkatkan kompetensi lulusan agar learning outcome tercapai, dan menekan angka mahasiswa drop out. Kedua, perpanjangan masa studi jenjang magister dan doktoral. Masa studi mahasiswa master berubah dari yang semula dua tahun dapat diperpanjang hingga empat tahun. Sedangkan, masa studi mahasiswa doktor, dari yang semula empat tahun dapat diperpanjang hingga tujuh tahun. Perpanjangan masa studi ini memberikan peluang yang dapat dimanfaatkan mahasiswa untuk mempublikasikan jurnal terakreditasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Ketiga, kurikulum wajib bertumpu pada student center learning yaitu mengintegrasikan aspek akademik dan non-akademik. “UNAIR sudah memiliki sistem yang mengatur hal tersebut, misalnya untuk pengembangan kepribadian terfasilitasi dalam mata kuliah wajib umum (MKWU),” tutur Direktur Pendidikan UNAIR. Keempat, lulusan wajib dibekali SKPI (surat keterangan pendamping ijazah). Di UNAIR, selain menerapkan satuan kredit semester, lulusan prodi jenjang S-1 dibekali dengan transkrip satuan kredit prestasi. Sedangkan, bagi lulusan prodi jenjang S-2 dan S-3, termasuk program profesi tak perlu dibekali dengan transkrip satuan kredit prestasi. Kelima, Prof. Nyoman mengatakan batas minimal satuan kredit semester (sks) untuk mahasiswa jenjang S-2 adalah 32 sks. Ke depannya, menurut Guru Besar bidang Biokimia pada Fakultas
Sains dan Teknologi, kualitas pembelajaran dan lulusan di UNAIR perlu ditingkatkan. Apalagi, dengan rencana UNAIR untuk menembus peringkat 500 kampus dunia, standar nilai perlu ditingkatkan. “Misalnya, di tingkat ASEAN. UNAIR harus mengikuti standar nilai ASEAN agar transfer nilai diakui jika ada mahasiswa yang mengikuti program pertukaran pelajar,” imbuh Prof. Nyoman. Penulis: Rekha Finazis Editor: Defrina Sukma S