Program-Program UNAIR Diapresiasi Pengunjung GEF NUS 2016 UNAIR NEWS – Hari ketiga pelaksanaan Global Experience Fair (GEF) National University of Singapore (NUS) 2016 diisi dengan presentasi dan pameran sejumlah universitas mitra dari berbagai negara. UNAIR turut berpartisipasi dengan menawarkan program-program Summer Course yang sudah dirancang dan berjalan selama ini. Juga, tambahan program baru dari beberapa fakultas yang akan dikelola bersama International Office of Partnership (IOP). Fakultas yang berkontribusi pada pada program-program baru ini adalah Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Farmasi (FF), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB).Tak ketinggalan, Institute Tropical Diseases (ITD), yang ikut dalam rombongan delegasi UNAIR kali ini.
Presentasi oleh Dewi Sartika dari IOP Unair (Foto: Mustaghfiroh Yusuf /IOP) Presentasi dan promosi UNAIR mendapat apresiasi dari para pengunjung. Antusiasme untuk bertanya datang tidak hanya dari
para mahasiswa NUS. Namun juga, dari perwakilan kampus dan lembaga mitra lainnya asal luar negeri.
Para wadek dan IOP serta perwakilan Dirpen berfoto sejenak di depan booth UNAIR (Foto: Mustaghfiroh Yusuf/IOP) Selain dalam rangkaian menarik minat mahasiswa NUS untuk melakukan Summer Course di UNAIR, GEF menjadi ajang bagi para wakil dekan untuk melakukan pendekatan, tukar informasi, serta membuka peluang kerjasama dengan universitas lain yang mengikuti acara ini. Termasuk, benchmarking bagaimana universitas lain mengemas serta menawarkan programnya. Para wakil dekan juga turut memberikan penjelasan kepada mahasiswa yang hadir dan bertanya. (*) Penulis: Rio F. Rachman
[Podcast] Senja di Sunday, Grup Akustik Andalan FKM UNAIR RADIO UNAIR – Bermusik menjadi hobi kebanyakan orang. Tidak terkecuali bagi tiga mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM). Mereka adalah Ghandy Elmada Setyanto, Dwi Pandrya Dhaneswara, dan Jenius Setio Insanno. Berawal dari home band FKM sejak tahun 2012, masing-masing personil sudah menemukan kenyamanan satu sama lain. Mereka pun membentuk grup akustik Senja di Sunday. Nama ini diharapkan menjadi grup yang selalu siap menghadapi tantangan ke depan. Seperti suasana minggu sore yang dimanfaatkan untuk mempersiapkan besok senin. Senja di Sunday beraliran jazz. Mereka biasanya meng-cover lagu Jason Mraz, Justin Timberlake, dan beberapa musisi jazz lainnya. Tapi, tidak menutup kemungkinan grup band ini memainkan genre lain yang sedang hits saat ini. Grup akustik ini mulai eksis sebagai pengisi acara di berbagai event, mulai dari event kampus sampai di luar kampus. Senja di Sunday sudah menciptakan beberapa lagu yang dijadikan jingle kegiatan orientasi mahasiswa baru jurusan dan fakultas di FKM serta satu lagu untuk BEM Universitas Airlangga. Mereka berharap tetap eksis, bisa menciptakan lagu sendiri, dan bisa masuk ke dapur rekaman. Rabu, 20 Januari 2016, Senja di Sunday hadir di segmen TodayCoustic Radio UNAIR untuk berbagi cerita dalam LIVE Perform. Berikut cerita lengkapnya: Penulis: Afifah Nurrosyidah/Radio UNAIR
7 Cara Ini Bikin Kamu “Bertahan Hidup” Saat Uang Beasiswa dan Kiriman Ortu Telat UNAIR NEWS – Akan ada masa dimana mahasiswa, baik perantau maupun tidak, merasakan krisis di akhir bulan. Krisis apalagi kalau bukan uang. Ada masanya mahasiswa harus mengalami keadaan dimana kiriman uang dari orangtua terlambat, atau uang beasiswa yang tak kunjung turun. Disaat uang menipis dan masih terdapat berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi, bagaimana caranya untuk “bertahan hidup” hingga dana masuk kembali? Berikut berbagai tips jitu dan sharing pengalaman-pengalaman dari beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi (Fpsi) UNAIR. 1. Meminta Kiriman Uang Di Awal Bulan Inggrid Wardhani Rahayuningsih, mahasiswa FPsi semester 3 asli Surabaya, lebih memilih meminta uang bulanan di awal daripada diakhir bulan. “Jadi setelah orangtua gajian, aku langsung minta”, paparnya. Seandainya keperluan meningkat dipertengahan bulan, Inggrid masih bisa meminta tambahan uang kepada orangtuanya. 2. Lebih Berhemat Saat Makan Siang Bagi mahasiswa yang berdomisili asli Surabaya, solusi disaat uang orangtua telat memberi uang bulanan adalah berhemat uang saat makan siang dengan memilih makan di rumah.
“Kan sekarang 10.000 aja masih kurang, gitu. Kalau uang sudah mepet 10.000, mungkin makan siangnya pilih yang murah, dan lebih banyak makan di rumah”, ujar Inggrid. Namun, bagaimana dengan mahasiswa yang indekos? Seperti yang yang diceritakan oleh Muhammad Hanifa Khairurahman, Ketua BEM FPsi UNAIR, dia bahkan hanya makan sekali dalam sehari. Namun, terkadang Hanif tetap menyempatkan diri untuk sarapan. Bagi Hanif, kendala utama saat uang menipis di akhir bulan adalah pengeluaran untuk makan, bukan pengeluaran yang lainnya. “Kalau bisa makannya dipadetin, atau numpang makan dimana, gitu, bareng teman-teman. Jangan makan sendirian, jadi ramerame di rumah teman”, ujar Hanif. 3. Cari Penghasilan Tambahan Selain bergantung dari kiriman uang dari orangtua, ada baiknya menyempatkan diri untuk mengambil kerja paruh waktu atau mengikuti kegiatan yang memberi upah tertentu, mengikuti penelitian dosen, misalnya. Hanif sendiri pernah berpengalaman mengambil jobdesk sebagai seorang partisipan tester yang dibayar. Sisa uang yang dimiliki bisa juga digunakan untuk mengambil barang yang bisa dijual kembali. Kamu bisa mengambil barang yang sekiranya banyak dibutuhkan oleh teman-temanmu. Selain itu, bisa juga menawarkan jasa untuk menjadi juru fotocopy. Tawarkan materi atau diktat dari dosen untuk digandakan dan menjadi bahan belajar teman-teman. 4. Meminjam Uang Teman Tidak ada salahnya meminta uang pinjaman dari teman sendiri, tentu kepada teman dekat dan mereka yang mengizinkan untuk memberi. “Seandainya kepepet, terpaksa pinjam duit ke teman. Jadinya lebih ke fast response, gitu. Seandainya sudah tahu uang bakal
telat dan nggak ada simpanan lagi, kita langsung pinjem teman saja”, tutur Inggrid. Selain itu, menurut Inggrid, disaat terpaksa meminjam uang tidak perlu dianggap terlalu serius, mereka (teman –red) juga pasti mengerti situasi yang sedang kita alami. Hanif juga pernah memiliki pengalaman uang menipis di akhir bulan, dan hanya memiliki sisa 100.000 untuk memenuhi kebutuhannya selama satu minggu. “Terpaksa mau nggak mau, harus pinjam uang teman dulu. Soalnya kalau ngomong ke orangtua, gimana, gitu”, ujar Hanif. 5. Lebih Sadar Untuk Menghemat Pengeluaran Menurut Inggrid, mahasiswa harus lebih sadar diri dan menabung uang sebagai simpanan untuk kebutuhan mendadak. Misalnya, dengan mencicil 20.000, agar diwaktu tertentu uang simpanan dapat langsung digunakan. “Kita harus lebih sadar untuk tidak berfoya-foya dan lebih mampu mengelola keuangan”, tutur Inggrid. 6. Ngebon di Warung Dekat Asrama “Saat jadi mahasiswa, waktu uang beasiswa tak kunjung turun, biasanya saya ngebon (hutang –red) di warung depan asrama”, tutur Nuri, alumni Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNAIR yang baru diwisuda akhir tahun lalu. Tentu, untuk bisa dipercaya, perlu kiranya untuk menjalin hubungan yang baik dengan tetangga sekitar. 7. Jangan Kaget dan Panik Pastinya disaat menghadapi situasi berikut, hal pertama yang harus dilakukan adalah jangan panik dan sabar memikirkan solusi terbaik. Cari jalan keluar dengan menggunakan tips-tips di atas dapat membantu kalian yang sedang mengalami uang
kiriman yang telat. (*) Penulis: Aldi Syahrul Putra Editor: Binti Q. Masruroh
Dua Peneliti UNAIR Penghargaan dari Kobe
Raih
UNAIR NEWS – Dua peneliti muda Universitas Airlangga yang sedang menempuh studi doktoral di Universitas Kobe – Jepang menerima penghargaan dari pimpinan fakultas setempat pada akhir Oktober 2015. Kedua peneliti muda UNAIR itu adalah Laura Navika Yamani (peneliti di Institute of Tropical Disease UNAIR), dan Tutik Sri Wahyuni (peneliti ITD sekaligus dosen di Fakultas Farmasi UNAIR). Penghargaan bernama Young Investigator Award (YIA) 2015 diberikan oleh Prof. Kataoka, Dekan FK Universitas Kobe, kepada dua peneliti muda asal UNAIR itu. Penghargaan YIA itu sendiri merupakan bagian dari acara Kobe Homecoming Day (penyambutan mahasiswa baru-temu alumni, serta kuliah umum tentang riset). Panitia pelaksana Kobe Homecoming Day mengundang asisten profesor, dan mahasiswa untuk berpartisipasi dalam acara ini. Dari 32 peserta lomba poster, juri menilai berdasarkan voting suara terbanyak. Pada kompetisi bidang poster itu, Laura membawakan materi risetnya yang berjudul ‘Ultra-deep Sequencing for Detection of Quasispecies Variants in the Major Hydrophilic Region of Hepatitis B virus in Indonesian patients’. Sedangkan, Tutik mempresentasikan risetnya yang berjudul ‘Antiviral Activities of Medicinal Plants from Indonesia against Hepatitis C Virus’. Berdasarkan penilaian audiens dan juri, Laura dan Tutik
berhasil menyisihkan peserta lainnya dan memenangkan YIA 2015. “Penghargaan ini merupakan berkah dan buah manis dari research yang telah dikerjakan untuk studi doktoral saya di Graduate School of Medicine of Kobe University. Saya telah menyelesaikan publikasi paper sebagai syarat lulus studi dan dalam event ini saya mempresentasikan paper tersebut dalam bentuk poster,” tutur Laura, perempuan kelahiran 8 Januari 1986 ini. Tutik pun demikian. Dosen di FF UNAIR ini berharap bahwa raihan penghargaan YIA 2015 ini bisa menarik peneliti luar negeri terhadap perkembangan riset di Indonesia. “Dengan menerima penghargaan ini, saya makin termotivasi untuk lebih berkarya dan tentunya ini membuktikan bahwa mereka juga mempunyai perhatian akan riset-riset yang membawa nama negara berkembang seperti Indonesia,” tutur Tutik, peneliti tamu di Universitas Kobe tahun 2011. Sebagai bentuk penghargaan ini, keduanya menerima sertifikat dan uang dengan nominal nilai sebesar 100.000 Yen. Tutik berencana menggunakan hadiah berupa uang ini untuk melanjutkan risetnya untuk mengembangkan anti-virus Hepatitis C dengan menggunakan tanaman dari Indonesia. “Dari hasil riset yang sudah berjalan ini telah diperoleh beberapa senyawa aktif sebagai anti-HCV dan akan dikembangkan untuk anti-viral yang lain. Peluang untuk mendapatkan senyawa aktif anti-viral dari tanaman yang lain juga masih terus kita gali hingga saat ini,” tutur Tutik. Lain Tutik, lain pula dengan Laura. Usai memenangkan YIA 2015, Luara kembali mempersiapkan ujian disertasi yang akan diselenggarakan pada Januari tahun 2016. “Kemungkinan sidang disertasi saya bulan Januari tahun depan dan Insya Allah bisa lulus bulan Maret 2016. Selain itu, saya berharap sisa waktu sekitar 5 bulan di Jepang bisa enjoy dan jalan-jalan ke tempat-tempat yang sangat ingin saya kunjungi, terutama daerah
perumahan tradisional Jepang yang bersalju yaitu Shirakawa Go di kesempatan terakhir musim winter sebelum pulang ke Indonesia,” kata Laura. Selain menerima penghargaan YIA 2015, keduanya juga telah menerima penghargaan kategori peneliti berprestasi dari Rektor UNAIR dalam Sidang Terbuka Universitas Airlangga dalam rangka Dies Natalis ke-61 UNAIR pada 10 November 2015. (*) Penulis: Defrina Sukma Nastiti Editor: Nuri Hermawan