**r*aL
f--f
,&*74 3**3-235&
umar'T ttfr,s
?g&%W?%AW*W&&"74*tr7"tY&Lz4W*L334gaeWN&&W***4 WW?A & &*4 9**A &,L Y"EL73 &"7:& &" * &-L && ru*ffi &*ZLZT ?492 %**A &"2*A &&LAA 3€&&*E*AW4* 9*58&L ?&&&&&*A ?*T#"Ae&&. &&W*4,3?4& *eft.gz{ W"z arzy'uaiLa W*r va x\*rz
V
EWT&W* *ZJ
**?<*&*WW*A\&&"W7&ffi &W***&&eheaL\7T*AW.*W*AZ&&W T **?4 &* &? 7"9'*Z* W* &N *& g49V &g&:gW ?,&ZZWC* *
g5
&
{Z ?&&?"4*&W
W * ee*,ry We#, 7&&** *.ffi.Twmard*r:E
{"9* &r*,ffi &7<
*
9,3
A**{} *&
TA7€*&%.&W €:X#.TP&2A? T&N& *Z&L&WE *LA*4 &W&:Y" J &L &?4 &"?< {"ff{. &.W.ffi &W WX**L 7,*T & * &.W* * ?:4** zi**Z*rz& &rza.?" }aZarza* dE T*ga{*ga, && *.* *,am&*rz, {Zza"z€i
*i.
&
77
Z*zx|
V a*g asm VwrzErzg*E*
AUf{|,E.,?gggffi e*2'76.*€%g**e2g4gY"*e,4.47:%tbL€*e€z *ZZy W,*r,*a\* *W" LjS &W A *€3"2 4'.3s2& qZ.z**€} TWSA ? *,&{"T 27" ? X%*7.} & &?'A ** %A &d Z** *97
?;€L* 5X* e* AZ
ZV*T X&W
ee#
Yzs** *arzrzzrzg*i*
**?"2L&{"* &*W7"A{ *T"&eJ € 5Ze*4i '€"**z** **rzgar*,c*rz *;, &*Za 274.8"9 W&ry:gffiZ
&.
***d*s*g'g
**W*€?zr:**ZWz*7W*€{€&A7,4?X7:*?&*,*A?4 T €** &* &* * *?&XW*W &*t %.X*z*T ZJ* e"* * *{"*7"" y"€Lez &*"* &. * JZW * ffi AY" * Z {W "* &"* 8"&&* *,.?3 =?4**& gY#a*&'*ff&.*q'#*ru&*e,&VsJ"€"&**7We?4.2*4*?"4W,&;€23
*r x " W.|rza Y.:osr reEzr"Z?2,
V*2" 4 74*,
3u
*zsZ|
&W"Nf
=?:Z
?&.Vt
- ****ml**r Z*1 I
ryZ
3
Afu}
kons
mefl sosia
kelor
dan
r
men!
(weo
Berd metx
yarE
derg
BPs (
KOMPETENSI PEKERJAAN SOSIAL
DALAM PENANGANAN KEMISKI NAN
dergi
AS pe
(W Oteh Abu Huraerah
dapal
Dosen Tetap Jurusan ltmu Kesejahteraan Sosial
merE
FlSlp Universitas Pasundan; Mahasiswa Program Doktor ltmu Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas lndonesia
akses
sundr
bagra ABSTRAK
Strategi yang harus ditakukan untuk mengatasi kemiskinan adatah: (1) karena kemiskinan bersifat muttidimensionat, maka program pengentasan kemiskinan seyogyanya juga tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi tetapi memperhatikan dimensi tain; (2) untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, maka strategi yang dipitih adatah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan melatui tangkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, teknotogi, perluasan jaringan kerja (nefworking\ serta informasi pasar; (3) metibatkan masyarakat miskin datam keseturuhan proses penanggutangan kemiskinan, mutai dari perencanaan, petaksanaan, pengawasan dan evaluasi; (4) strategi pemberdayaan' Untuk menanggutangi masatah kemiskinan tersebut, kompetensi pekerjaan sosial datam setting pengembangan masyarakat sangat dibutuhkan. Kata kunci : Kompetensi pekeriaan sosial, penanganan kemiskinan.
<206>
bagai kerna
strd
kemi! atau r
di
rna
intern seperl misaln
nitai
a
Humanitas, Vot. 4 No. 1, Juti
Abu Huraerah
- Desember
201
1
jika dikaji tebih dalam bahwa kemiskinan sesungguhnya merupakan konsep yang bermatra muttidimensionat. Etlis seperti dikutip Suharto (2@5), menunjukkan bahwa dimensi kemiskinan menyangkut aspek ekonomi, potitik, dan sosiat-psikologis. Secara ekonomi, kemiskinan dapat didefinisikan sebagai Namun,
kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan seketompok orang. Sumberdaya datam konteks ini
menyangkut tidak hanya aspek finansiat, metainkan puta semua jenis kekayaan (weatthl yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat datam arti luas. Berdasarkan konsepsi ini, maka kemiskinan dapat diukur secara langsung dengan menetapkan persediaan sumberdaya yang dimitiki metatui penggunaan standar baku yang dikenat dengan garis kemiskinan (poverty line). Cara seperti ini sering disebut dengan metode pengukuran kemiskinan absotut. Garis kemiskinan yang digunakan BPS (Badan Pusat Statistik) sebesar 2,100 kalori per orang per hari yang disetarakan dengan pendapatan tertentu atau pendekatan Bank Dunia yang menggunakan 1 dotar AS per orang per hari adatah contoh pengukuran kemiskinan absotut.
n Sosiat
lalah:
(1)
rEentasan
mi tetapi nerdorong
uan dasar perbaikan pertuasan
kat miskin encanaan,
pekerjaan
Secara potitik, kemiskinan ditihat dari tingkat akses terhadap kekuasaan (power). Kekuasaan datam pengertian ini mencakup tatanan sistem potitik yang dapat menentukan kemampuan seketompok orang datam menjangkau dan menggunakan sumberdaya. Ada tiga pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan akses terhadap kekuasaan ini, yaitu (a) bagaimana orang dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada datam masyarakat, (b) bagaimana orang dapat turut ambil bagian datam pembuatan keputusan penggunaan sumberdaya yang tersedia, dan (c) bagaimana kemampuan untuk berpartisipasi datam kegiatan'kegiatan kemasyarakatan.
Kemiskinan secara sosiat-psikotogis menunjuk pada kekurangan jaringan dan
struktur sosiaI yang mendukung datam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oteh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah atau merintangi seseorang datam memanfaatkan kesempatan'kesempatan yang ada di masyarakat. Faktor-faktor penghambat tersebut secara umum metiputi faktor internat dan eksternat. Faktor internal datang dari datam diri si miskin itu sendiri,
seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya. Teori "kemiskinan budaya" (cultural povertyl yang dikemukakan Oscar Lewis, misatnya, menyatakan bahwa kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nitainitai atau kebudayaan yang dianut oteh orang-orang miskin, seperti malas, mudah
<207
>
Humanitas, Vol. 4 No. 1, Juti - Desember
Abu Huraerah
201'1
menyerah pada nasib, kurang memitiki etos kerja, dsb. Faktor eksternal datang dari Iuar kemampuan orang yang bersangkutan, seperti birokrasi atau peraturan-
Ibr
pet
teg
peraturan resmi yang dapat menghambat seseorang datam memanfaatkan sumberdaya. Kemiskinan modeI ini seringkati diistitahkan dengan kemiskinan strukturat. Menurut pandangan ini, kemiskinan terjadi bukan dikarenakan "ketidakmauan" si miskin untuk bekerja (niatas), melainkan karena "ketidakmampuan" sistem dan struktur sosial datam menyediakan kesempatan-
kel
kesempatan yang memungkinkan si miskin dapat bekerja.
k€J
IIE
pn
dd Komitmen Pemerintah Datam upaya mengatasi kemiskinan tersebut tetah ditakukan berbagai program. Misatnya, program lnpres Desa Tertinggat (lDT). lnpres ini, yaitu lnpres No. 5/1993 tentang peningkatan penanggutangan kemiskinan, dimaksudkan untuk meningkatkan penanganan masatah kemiskinan secara berketanjutan di desa-desa miskin. Pada saat terjadinya krisis ekonomi yang kemudian berlanjut menjadi krisis muttidimensionat, juga dituncurkan program pengentasan kemiskinan yaitu PDM-DKE (Program Daerah datam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi) yang kemudian ditanjutkan dengan P2KP (Program Pengentasan Kemiskinan Perkotaan). Setetah itu, muncut PNPM (Program NasionaI Pemberdayaan Masyarakat)-Mandiri, Program Ketuarga Harapan (PKH), dtt. Betum lagi, beraneka ragam program penanggutangan kemiskinan yang dituncurkan di setiap departemen serta di setiap provinsi dan kota/kabupaten.
km pet
irrl
pci
p€n
ber
yil
bek r-td
Meskipun masyarakat miskin tetah mendapatkan bantuan program pengentasan kemiskinan, tetapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Masyarakat miskin yang tetah tersentuh program pengentasan kemiskinan, tetap saja mereka tidak beranjak dari kondisi kemiskinannya. Oteh karena itu, pasti ada yang satah datam strategi penanggutangan kemiskinan tersebut.
Penanggulangan Kemiskinan Kurang Efektif
Datam reatitasnya menunjukkan bahwa upaya pemerintah
datam
penanggutangan kemiskinan betum membawa hasil yang maksimat. Kemiskinan
semakin bertambah dan beban rakyatpun kian berat saja. Sudah saatnya semua etemen bangsa ini untuk memikirkan sotusinya tidak hanya menghujat dan mencari siapa yang satah. Persoalan kemiskinan adalah tanggung jawab kita bersama. Aparat
tefii dan
Dar
Pefi
<208>
s
?011
Humanitas, Vot. 4 No. 1, Juti
Abu Huraerah
- Desember
201
'1
bagai
pemerintah mutai dari pengambil kebijakan hingga petugas operasional lapangan, legistatif, media masa, serta komponen masyarakat secara keseturuhan. Berdasarkan pengamatan di lapangan diidentifikasikan beberapa hal yang menyebabkan strategi penanggutangan kemiskinan tidak efektif, setain kesatahan paradigmatik penanggutangan kemiskinan di atas, juga disebabkan antara lain: Pertomo, kurangnya koordinasi antar institusi yang menangani masalah kemiskinan, adanya ketidakseragaman indikator kemiskinan, tidak vatidnya data kemiskinan serta masih ditemukannya indikasi KKN (Korupsi, Kotusi, Nepotisme) datam penyaturan bantuan program penanggutangan kemiskinan. Kurangnya koordinasi antar institusi yang menangani masatah kemiskinan menyebabkan petaksanan program berjatan lambat dan cenderung sendiri-sendiri. Masing-masing
s No. mtuk
institusi metaksanakan programnya sendiri, sehingga efektivitas program penanggutangan kemiskinan tidak tercapai. Sudah saatnya pemerintah sebagai
rdesa
h itu,
pengambit kebijakan menciptakan suatu program yang terintegrasi dan sating bersinergi datam menangani masatah kemiskinan. Kedua, pangkatan data jumtah penduduk miskin masih lemah. Pangkatan data yang berfungsi sebagai data dasar bagi berbagai upaya penanggutangan kemiskinan betum mampu menyediakan data yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Eram
Hat ini disebabkan oteh beberapa faktor:
g
dari
uranatkan
kinan rakan arena
atan-
krisis [.DKE
udian
il€an
i
.
Perbedaan indikator kemiskinan dari masing-masing sektor atau departemen
yang mengeluarkan data kemiskinan menimbulkan banyaknya versi data
dan
kemiskinan. Ha[ Eram
rakat ereka satah
ini menyebabkan
kekacauan petaksanaan program-program
penggutangan kemiskinan.
.
Adanya sikap ego sektorat di katangan institusi pengetota data yang menganggap data yang mereka hasitkan pating akurat dan benar. Menyebabkan tidak adanya proses pemeriksaan sitang terhadap data lintas
. ;It'J:nu, ,,oun ditibatkan secara aktif, rerutama
masyarakat miskin, pada
setiap proses pendataan, mutai dari penentuan indikator sampai latam kinan Etnua
ncari parat
pada
penetapan siapa yang tergotong miskin. Ketiga, tidak adanya sinergisme program penanggutangan kemiskinan yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan sebagai akibat dari masih adanya ego sektoral dan tumpang tindihnya tugas pokok dan fungsi antar-SKPD (Satuan Kerja Perangkat
Daerah). Datam struktur kewenangan pemerintahan sekarang, ujung tombak penanggutangan kemiskinan adatah pemerintah daerah. Pemerintah pusat tebih
<209
>
Humanitas, Vot. 4 No. 1, Juti - Desember 2011
Abu Huraerah
berperan datam proses fasilitasi dan asistensi guna mempercepat pengurangan tingkat kemiskinan. Untuk mewujudkan efektivitas pemerintah daerah datam penggutangan kemiskinan dengan dukungan aktif para pemangku kepentingan (stakeholders) diperlukan perbaikan sistem koordinasi metatui Tim Koordinasi
I
b
b
n
d
Penanggutangan Kemiskinan (TKPK) daerah.
Keempat, program penanggutangan kemiskinan masih diwarnai adanya indikasi KKN datam penyaturan bantuan untuk ketuarga miskin, baik oteh oknum aparat
f
maupun oteh masyarakat sendiri. Hat ini tentu saja menyebabkan program penanggutangan kemiskinan menjadi satah sasaran. Atih-atih mengurangi beban masyarakat miskin hat ini justru bisa memicu terjadinya konftik datam masyarakat. Peranan masyarakat, LSM, [egistatif, media masa dituntut untuk tebih aktif datam hat pengawasan petaksanaan program, sehingga kebocoran yang setama ini terjadi bisa diminimatisir.
d
p
5
p
lc
T
Kesalahan Paradigmatik Penanggulangan Kemiskinan Strategi penanggutangan kemiskinan yang setama
d
ini terjadi mempertihatkan
fi
beberapa keketiruan paradigmaik penanggutangan kemiskinan (Abu Huraerah, 2005),
n
antara [ain
n
:
Pertama, masih berorientasi pada aspek ekonomi daripada
aspek
muttidimensionat. Strategi penanggutangan kemiskinan dengan fokus perhatian pada aspek ekonomi terbukti mengatami kegagalan, karena pengentasan kemiskinan yang direduksi datam soat-soal ekonomi tidak akan mewakiti persoatan kemiskinan yang
sebenarnya. Fenomena kemiskinan sangat beraneka ragam yang juga berkaitan dengan dimensi budaya dan dimensi struktural atau potitik. Datam konteks budaya, orang miskin diindikasikan dengan tertembaganya nitai-nitai seperti apatis, apotitis, fatatistik, ketidakberdayaan, dsb. Sementara datam konteks dimensi strukturat atau potitik, orang yang mengatami kemiskinan ekonomi pada hakekatnya karena mengatami kemiskinan struktural dan potitis. Kemiskinan ini terjadi karena orang miskin tersebut tidak memiliki sarana untuk terlibat datam proses potitik, tidak memitiki kekuatan potitik, sehingga menduduki struktur sosia[ pating bawah. Ada asumsi yang menegaskan bahwa orang yang miskin secara struktural akan miskin datam bidang material (ekonomi). Kedua, tebih bernuansa karitatif (kemurahan hati) ketimbang produktivitas. Strategi kebijakan penanggutangan kemiskinan yang hanya didasarkan atas karitatif,
tidak akan muncul dorongan dari masyarakat miskin sendiri untuk
<2L0
>
berupaya
o g
d
d
c
p
e
lg
t
tc
c
d
'lol1
Enr
lnn Ean
n6i
ki arat rarn
ban kat.
lam
iadi
Humanitas, Vot. 4 No, 'l , Juti
Abu Huraerah
- Desember
201
1
pada bagaimana mengatasi kemiskinannya. Mereka akan setatu menggantungkan diri bantuan yang diberikan pihak tain. Dengan demikian, jangan berharap mereka akan menjadi produktif. Padahat program penanggutangan kemiskinan seharusnya
diarahkan supaya mereka menjadi produktif. Ketiga, memposisikan masyarakat miskin sebagai objek daripada subyek' Masyarakat miskin diposisikan sebagai objek, yaitu kelompok yang dijadikan sasaran
perubahan, bukan sebagai subjek yakni sebagai petaku perubahan' Jika mereka pasif' dipertakukan sebagai objek, berarti menjadikan mereka sebagai manusia yang Seharusnya mereka dijadikan sebagai subjek, yaitu sebagai petaku perubahan aktif tertibat datam aktivitas program penanggutangan kemiskinan. Keempot, pemerintah masih sebagai penguasa daripada fasititator. Datam penanganan kemiskinan, pemerintah masih bertindak sebagai penguasa yang kerapkati turut campur tangan terlatu luas datam kehidupan orang'orang miskin' yang Tindakan seperti ini justru mengabaikan potensi (sekecit apapun potensi itu)
rada
dimitiki masyarakat miskin. Sebatiknya, pemerintah semestinya bertindak sebagai fasititator, yang tugasnya adatah mengembangkan potensi'potensi yang mereka mitiki. Datam hat ini, Suharto (2009) mengatakan bahwa paradigma baru yang tidak dimitiki menekanl
rdng
dijatankannya secara lokat.
&an
rls),
pek
rdng
litis,
Strategi Penanggu langan Kemiskinan Mencermati beberapa keketiruan paradigmatik penanggutangan kemiskinan di atas, maka strategi yang harus ditakukan untuk mengatasi kemiskinan adatah
atau
sebagai berikut
rena
Pertama, karena kemiskinan bersifat muttidimensionat, maka program pengentasan kemiskinan seyogyanya juga tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi tetapi memperhatikan dimensi tain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan pokok memang pertu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar target mengatasi kemiskinan non-ekonomik. oteh karena itu, strategi pengentasan kemiskinan hendaknya juga diarahkan untuk mengikis nitai'nitai budaya negatif seperti apatis, apotitis, fatatistik, ketidakberdayaan, dsb. Apabita budaya ini tidak dihitangkan, maka kemiskinan ekonomi akan sutit untuk ditanggutangi. Setain itu,
ftan hya,
rang
*lak Ada ilskin
ttas.
atif,
:
paya
<2L1>
I il
Humanitas, Vot. 4 No. 1, Juti - Desember 201
Abu Huraerah
Abu l-l,ra
1
i
langkah pengentasan kemiskinan yang efektif harus puta mengatasi hambatanhambatan yang sifatnya struktural dan potitis. Kedua, untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, maka strategi yang dipitih adatah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan metatui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan keterampitan usaha, teknotogi, pertuasan jaringan kerja (networking) serta informasi pasar. Ketiga, melibatkan masyarakat miskin dalam keseturuhan proses penanggutangan kemiskinan, mutai dari perencanaan, petaksanaan, pengawasan dan evatuasi, bahkan pada proses pengambitan keputusan. Keempat, strategi pemberdayaan. Ketompok agrarian populism yang dipetopori ketompok pakar dan aktivis LSM, menegaskan bahwa masyarakat misk'in adatah ketompok yang mampu membangun dirinya sendiri jika pemerintah mau memberi kebebasan bagi ketompok itu untuk mengatur dirinya. Oteh karena itu, jatan ketuar yang diusutkan datam rangka memberantas kemiskinan adatah pemberdayaan (empowerment'1. Datam kaitan ini, Ginandjar Kartasasmita (datam Abu Huraerah, 2006) menyatakan bahwa upaya memberdayakan masyarakat setidaktidaknya harus ditakukan metatui tiga cara, yaitu (1) menciptakan suasana atau iktim
yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang dengan titik totak bahwa setiap manusia dan masyarakat memitki potensi (daya) yang dapat dikembangkan, (21 memperkuat potensi atau daya yang dimitiki masyarakat, dan (3) memberdayakan puta mengandung arti metindungi. Artinya, bahwa datam proses pemberdayaan harus dicegah terjadinya yang lemah menjadi makin lemah. Untuk proyeksi ke masa depan sangat dibutuhkan upaya yang lebih efektif datam mengatasi kemiskinan. Strategi penanggutangan kemiskinan seperti yang dipaparkan di atas, adalah pertu diterapkan datam setiap program pengentasan kemiskinan sebagai upaya mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin dan sekatigus juga menghindari bias'bias penanggutangan kemiskinan.
s
mencip dimaks
akses
t
pende* kepada
sosiat y
pekerj:
in erruit
t organiz
berarti ditakdr mereka
mengg berbag;
formal-
masrdj
t pengefl kemiski
berikut KomN 1. Mar
jmi >P
U
>P
Kompetensi Pekerjaan Sosial
k
Pekerjaan sosial sebagai profesi utama datam usaha kesejahteraan sosial memitiki tugas dan tanggung jawab untuk mengatasi masatah kemiskinan. Tugas dan tanggung jawab pekerjaan sosial adatah memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan masyarakat miskin, agar mereka dapat berfungsi atau dapat menjatankan tugas-tugas kehidupannya dengan baik, yakni tugas datam
p
memenuhi kebutuhan hidupnya.
<212>
rl
>P
n
s
r2011
Humanitas, Vot. 4 No. 1, Juti - Desember 2011
Abu Huraerah
tan-
Setain
itu, pekerjaan sosial juga memitiki tugas dan
tanggung jawab untuk
aan,
menciptakan situasi-situasi sosiaI bagi kehidupan mereka. Situasi'situasi yang dimaksud adatah terciptanya petuang dan kesempatan kerja/usaha, terbukanya akses usaha, adanya jaminan usaha, dan informasi pasar. Datam konteks itu, pendekatan pekerjaan sosial datam menangani kemiskinan tidak hanya diarahkan kepada si ktien (masyarakat miskin), tetapi juga ditujukan kepada situasi'situasi sosiat yang memengaruhi kehidupan mereka. Ha[ tersebut didasari oteh pendekatan pekerjaan sosial yang senantiasa berorientasi pada person-in situation atau person'
Ean.
in environment (orang di datam situasi atau orang di datam tingkungan).
iB, iskin
dan
crja ilam
Pekerjaan sosial dengan satah
yang
iskin mau
tu, htah ilam ilakldim ilnra ftan, (3) mses
bktif yang EEAN
rakat
satu metodenya, yaitu
community
organizotionlcommunity development (COICD) dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi upaya penanggutangan kemiskinan. COlCD adatah metode yang dapat ditakukan untuk membangun masyarakat datam rangka meningkatkan taraf hidup
mereka sendiri. Masyarakat tertibat secara
aktif datam
mengetota
dan
mengorganisasikan segata potensi yang mereka mitiki, sehingga pada tahap tertentu berbagai aktivitas tersebut membutuhkan ketembagaan datam institusi yang tebih
format. Bekerja bersama masyarakat (working with people) dan
menotong
masyarakat untuk menotong dirinya sendiri (to help people to help them selvesl.
Mencermati uraian di atas, maka kompetensi pekerjaan sosial dalam setting
pengembangan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menanggutangi masatah kemiskinan. Kompetensi-kompetensi pekerjaan sosiaI tersebut adatah sebagai berikut: Kompetensi Utamo: 1. Mampu mengidentifikasi dan menganatisis masatah dan needs assessment. Jenisjenis informasi yang dipertukan dalam needs assessment adatah: F Profit masyarakat yang metiputi karakteristik demografi masyarakat: struktur usia, etnis, agama, daerah asat penduduk, lamanya tinggat, dsb.
)
Profit kehidupan masyarakat yang metiputi data tentang keadaan
atau
kejadian suatu masalah serta pota-pota kependudukan: ekonomi, pekerjaan,
Eiat s
dan dan
atau
ilam
)
pota-pota ketuarga, pota pendidikan, perumahan, kesehatan, pengetotaan rumah tangga, pota-pota rekreasi, kepuasan hidup. Pengetahuan dan penggunaan pelayanan-pelayanan sosiat. Orang yang memerlukan petayanan seringkati tidak mengetahui keberadaan sumbersumber petayanan. Sebetum membuat keputusan, penting untuk digati apakah
<213>
Humanitas, Vot. 4 No. 1, Juti - Desember 2011
Abu Huraerah
Abu l-1,
permasatahan timbut disebabkan
oteh ketidaktahuan orang
terhadap
petayanan yang ada.
Komg
Hambatan-hambatan penggunaan pelayanan sosiat. lndividu yang memerlukan petayanan mungkin mengetahui keberadaan tembaga petayanan, tetapi tidak menggunakan petayanan tersebut karena adanya hambatan-hambatan
1, 2.
tertentu, seperti: hambatan fisik, sikap negatif ktien terhadap
Kesirn
petugas
lembaga, adanya anggapan bahwa pelayanan sosia[ akan menimbutkan stigma, biaya petayanan di Iuar kemampuan masyarakat, ketatnya persyaratan tembaga, dtt.
sistem informasi masyarakat yang ada. sebetum petayanan dapat diperoteh, para caton penerima petayanan harus mengetahui keberadaan tembaga' Asesmen kebutuhan dapat mengidentifikasi saturan-saturan formaI dan informat yang memungkinkan dijangkaunya petayanan. yang Asesmen sumber. Mengidentifikasi keberadaan sumber-sumber potensiat dapat digunakan sebetum perencanaan dan pengambitan keputusan ditakukan' Asesmen sumber-sumber potitik. Memonitisasi pemimpin masyarakat dan potitik sangat penting, karena keputusan-keputusan yang dibuat umumnya
2.
berkaitan dengan bidang Potitik. atau pun Mampu menjatin retasi (kontak) dengan individu, ketompok, organisasi,
o
f.{el
l*tel
Ket
yaf
s6 o lfiir ke(
as[ fas
Pet
tr-l pf(
sl.t
dii per
.
Str ket
masyarakat.
3. Menguasai mode[, strategi, dan teknik-teknik pengembangan masyarakat. 4. Menguasai manajemen ProYek. 5. Mampu berkotaborasi dan bernegosiasi dengan berbagai tembaga dan profesi. 6. Mampu mencari Sumber dana, termasuk pembuatan permohonan bantuan (proposat).
7. Mampu metakukan Monev (Monitoring dan Evatuasi) petaksanaan program, terutama pemanfaatan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien' 8. Mampu metakukan pencatatan kasus dan membuat pelaporan'
se! ITX
ITX
ke
ta,
tel
TTI
ke
stu
ko
dil
Kompetensi Pendukung:
1. Menguasai teknik komunikasi yang efektif dan aptikatif' 2. Memahami dan mampu mempraktikkan dinamika ketompok (group dynamic). 3. Memahami budaya masyarakat setempat (khususnya nitai'nitai kearifan tokat / local wisdom).
<214 >
aer
201
1
Humanitas, Vot. 4 No. 1, Juti
Abu Huraerah
- Desember
2011
rhadap
rtukan i tidak lbatan EtUgas
tigma, aratan
roleh,
Kompetensi Lainnya: 1. Menguasai lT (lnformation Technology). 2. Menguasai metode FGD (Focus Group Discussion) dan teknik-teknik lainnya.
Kesimpulan
.
o Masih terdapat beberapa keketiruan paradigmaik
datam penanggutangan (1) pada : masih berorientasi aspek ekonomi daripada aspek muttidimensionat; (21 pemerintah masih sebagai penguasa daripada fasititator. Dalam penanganan kemiskinan, pemerintah masih bertindak sebagai penguasa yang kerapkati turut campur tangan tertatu luas datam kehidupan orang-orang miskin; (3) tebih bernuansa karitatif (kemurahan hati) ketimbang produktivitas; dan (4) memposisikan masyarakat miskin sebagai objek daripada subjek. Masyarakat miskin diposisikan sebagai objek, yaitu kelompok yang dijadikan sasaran perubahan, bukan sebagai subjek yakni sebagai petaku kemiskinan, antara tain
nbaga.
f,
dan
il
yang
h-d
ft
Kemiskinan hendaknya dipahami sebagai konsep yang bermatra muttidimensional, yang meliputi: dimensi ekonomi, dimensi budaya, dimensi potitik, dan dimensi sosiat-psikotogi.
dan
rrnnya
perubahan.
iil
pun
si.
ilrtuan qgrarn,
r
Strategi yang harus ditakukan untuk mengatasi kemiskinan adatah: (1) karena kemiskinan bersifat muttidimensionat, maka program pengentasan kemiskinan seyogyanya juga tidak hanya memprioritaskan aspek ekonomi tetapi memperhatikan dimensi lain; (2) untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, maka strategi yang dipitih adatah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan metatui tangkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan keterampitan usaha, teknologi, pertuasan jaringan kerja (networking) serta informasi pasar; (3) metibatkan masyarakat miskin datam keseturuhan proses penanggutangan kemiskinan, mutai dari perencanaan, petaksanaan, pengawasan dan evatuasi; (4) strategi pemberdayaan. Untuk menanggutangi masatah kemiskinan tersebut, kompetensi pekerjaan sosial datam setting pengembangan masyarakat sangat dibutuhkan.
t. bkat I
<
21_5
>