UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI PULP & KERTAS TERHADAP Daphnia Magna (Studi Kasus : PT ASPEX KUMBONG) ACUTE TOXICITY TEST OF PULP & PAPER INDUSTRY TO Daphnia Magna (CASE STUDY : PT ASPEX KUMBONG)
Tifany Aprillia1 and Indah Rachmatiah2 Program Study of Environmental Engineering Faculty of Civil and Environmental Engineering ITB Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132
[email protected]),
[email protected])
Abstrak : Seiring dengan perkembangan industri yang pesat, masalah pencemaran lingkungan banyak terjadi dan menyebabkan ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Oleh karena itu, untuk mencegah masalah pencemaran tersebut, prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan perlu diterapkan secara cermat dan terpadu. PT Aspex Kumbong, sebuah industri pulp dan kertas, telah melakukan upaya lebih lanjut dalam melestarikan lingkungan dengan membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk mengolah influen air limbah mereka. Walaupun efluen limbah PT Aspex Kumbong telah memenuhi standar mutu parameter baik fisik, kimia dan biologi, belum diketahui nilai toksisitas dari limbah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat toksisitas (LC50-96 jam) dari influen, efluen setiap unit dan efluen akhir limbah dari IPAL PT Aspex Kumbong menggunakan Daphnia magna. Melalui uji toksisitas akut dan analisis data menggunakan metode Probit, didapatkan data LC50-96h dari influen sampai akhir limbah dari sampel pertama sebesar 15,069% (influen), 58,975% (efluen bak netralisasi), 55,629% (efluen bak clarifier pertama), 157,894% (efluen bak aerasi) , 200,409% (efluen bak clarifier kedua/efluen akhir) dan untuk sampel kedua sebesar 10,539% (influen), 24,325% (efluen bak netralisasi), 20,952% (efluen bak sedimentasi), 107,462% (efluen bak aerasi), 182,454% (efluen akhir). Selain mengukur nilai toksisitas, parameter biologi dan kimia seperti BOD, COD, TSS, amonia, fosfat, kesadahan, alkalinitas dan zat organik juga diukur untuk mendapatkan hubungan antara parameter tersebut dengan nilai toksisitas. Berkurangnya nilai toksisitas dan parameter biologi-kimia tersebut adalah bukti bahwa IPAL milik PT Aspex Kumbong berfungsi secara efektif dan efluen limbah dapat dibuang ke badan air tanpa menyebabkan masalah lingkungan. Kata Kunci: acute, Daphnia magna, limbah cair LC50, tes toksisitas Abstract : Along with the rapid industrial development, environmental pollution problems often arise and cause a threat on human health and safety. Therefore, to prevent the pollution problem, environmental management principles need to be applied carefully and integrated. PT Aspex Kumbong, a pulp and paper industry, has put further effort in preserving the environment using Waste Water Treatment Plant (WWTP) to process their influent wastewater. Eventhough the effluent has meet the quality standard of the physical, chemical and biological parameters, the toxicity values are relatively unknown. The purpose of this research are to determine the acute toxicity level (LC50-96 hours) of influent, effluent of every units and final effluent of PT Aspex Kumbong using Daphnia magna. Through toxicity test and analyzing data using probit method, the LC 50-96h from influent until final effluent from the first sampling are 15,069% (influent), 58,975% (neutralizer effluent), 55,629% (first clarifier effluent), 157,894% (aeration effluent), 200,409% (second clarifier/final effluent) and for the second sampling are 10,539% (influent), 24,325% (neutralizer effluent), 20,952% (first clarifier effluent), 107,462% (aeration effluent), 182,454% (second clarifier/final effluent). In addition to measuring the toxicity values, the biological and chemical parameters such as BOD, COD, TSS, ammonia, phosphate, hardness, alcalinity and organic substances are being measured to determine the relation between such parameters and toxicity values. The decrease of the toxicity level and biological-chemichal parameter indicated that the WWTP of PT Aspex Kumbong functioned effectively and the final effluent can be discharged to the receiving water without causing future problems Key words: acute, Daphnia magna, LC50, toxicity test, wastewater
1
PENDAHULUAN Pertumbuhan teknologi dan peningkatan populasi manusia menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup. Hal ini mengakibatkan perkembangan industri tumbuh pesat dan memberikan kontribusi pada jumlah polusi dan limbah yang dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Polusi tersebut memerlukan upaya pengelolaan lingkungan sehingga dapat dikendalikan sebelum menyebabkan masalah yang lebih besar. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri dengan permintaan pasar yang besar karena menghasilkan produk yang banyak digunakan oleh manusia. Hal ini memicu peningkatan produksi pulp dan kertas beserta peningkatan limbahnya, baik itu limbah padat, limbah gas maupun limbah cair. Limbah cair memerlukan perhatian lebih lanjut karena apabila sudah dibuang ke badan air, polutan yang terkandung akan tercampur dan menyebar ke mana saja. Di negara maju, air limbah dari industri tidak hanya diukur berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi saja tetapi parameter toksisitas juga dilakukan pengukuran. Meskipun belum ada peraturan mengenai toksisitas di Indonesia, sebelum air limbah dibuang ke badan air penerima, air limbah sebaiknya diuji efek toksisitasnya terhadap organisme akuatik. Organisme akuatik yang disarankan untuk uji toksisitas adalah Daphnia magna, karena dapat dengan mudah dibudidayakan dalam skala laboratorium, tersedia pada setiap musim, dapat bereproduksi dengan cepat dan sangat sensitif terhadap polutan dalam skala kecil (USEPA, 2002) PT Aspex Kumbong adalah industri yang memproduksi pulp dan kertas menggunakan bahan baku Old News Paper (ONP). PT Aspex Kumbong terletak di Bogor, Jawa Barat dan memiliki lahan seluas 900.000 m3 dan tiga mesin kertas dengan kapasitas total 420.000 ton / tahun. Proses pengolahan kertas koran bekas menjadi kertas baru yang dilakukan oleh PT Aspex Kumbong adalah: repulping, screening, cleaning dan de-inking. Karena bahan pendukung yang ditambahkan saat proses produksi tergolong bahan berbahaya, maka PT Aspex Kumbong membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan tujuan efluen limbah dapat dibuang secara aman ke badan air penerima. Unit IPAL yang terdapat pada PT Aspex Kumbong adalah: screening bar, reservoar, bak netralisasi, bak clarifier pertama, bak aerasi dan bak clarifier kedua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan nilai toksisitas (LC50-96 jam) dari influen, efluen pada setiap unit dan efluen akhir dari IPAL PT Aspex Kumbong menggunakan Whole Effluent Toxicity (WET) dengan Daphnia magna sebagai organisme uji.
METODE Pengujian toksisitas dilakukan di Laboratorium Higiene Industri- ITB dan pengukuran parameter air seperti COD, TSS, amonia, kesadahan, alkalinitas, fosfat dan zat organik dilakukan di Laboratorium Air-ITB. Pengambilan sampel dilakukan dua kali, pertama pada tanggal 4 Juni 2013 dan yang kedua pada tanggal 26 Juni 2013 dengan menggunakan metode grab sampling yaitu pengambilan contoh air hanya satu kali untuk setiap kesempatan sampling. Lokasi di mana sampel air diambil adalah: influen (1), efluen bak netralisasi (2), efluen bak clarifier pertama (3), efluen bak aerasi (4) dan efluen kolam clarifier kedua (5) seperti yang terlihat pada Gambar 1.
2
Influen
Bak Netralisasi
1
Bak Clarifier I
2
3 5
Sungai
Bak Clarifier II
4
Bak Aerasi
Gambar 1. Titik sampling Sampel air diambil menggunakan botol plastik dengan volume bervariasi mulai 250 ml sampai 1 liter. Khusus untuk pengujian COD, sampel diawetkan dengan menggunakan asam sulfat dan ditempatkan dalam lemari es pada suhu 4 celcius, dan sampel lainnya hanya ditempatkan di kulkas pada suhu 4 celcius tanpa pengawet tambahan. Prose pengawetan dilakukan untuk menghambat degradasi mikroorganisme dan mencegah transformasi kimia. Sebelum digunakan dalam uji toksisitas, Daphnia magna harus melalui proses aklimatisasi di laboratorium minimal selama 7 hari. Selama proses aklimatisasi, Daphnia diberi makan ragi setiap hari dan akuariumnya dibersihkan secara teratur sehingga tidak ada larva nyamuk yang hinggap. Air mineral dipilih sebagai media tempat Daphnia hidup karena tidak mengandung klorin yang bersifat toksik bagi Daphnia (USEPA, 2002) dan memiliki kualitas air yang baik dan konstan. Uji toksisitas menggunakan Daphnia magna berusia kurang dari satu hari karena sangat sensitif terhadap racun. Uji Whole Effluent Toxicity dilakukan dengan metode Multi Concentration Effluent Toxicity Test untuk menentukan toksisitas effluen yang belum diketahui secara pasti kisarannya. Metode ini dilakukan dengan menggunakan 5 konsentrasi sampel dan 1 konsentrasi kontrol. Pengujian dilakukan dengan tipe static non renewal yaitu menggunakan limbah yang sama sampai akhir pengujian dan pengujian dilakukan secara statis di laboratorium (USEPA, 2002). Metode ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu tes pendahuluan (range finding) dan tes lanjutan (definitive). Lamanya pengujian berlangsung selama 48 jam untuk tes pendahuluan dan 96 jam untuk tes definitif, sesuai dengan tujuan untuk menentukan LC50-96 jam. Pemantauan dilakukan setiap 24 jam untuk mengamati jumlah kematian Daphnia di setiap konsentrasi dan pengukuran parameter fisik dan kimia air (DO, pH, suhu, konduktivitas dan salinitas). Dalam tes pendahuluan, Daphnia magna dimasukan dalam lima konsentrasi limbah yang berbeda (100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%) dan satu konsentrasi kontrol tanpa diberi makan untuk menentukan konsentrasi minimum dan maksimum yang terdapat diantara 50% kematian yang akan digunakan dalam tes definitif (Sung Ra dkk , 2006). Lalu tes definitif dilakukan dengan menggunakan lima konsentrasi baru tersebut selama 96 jam. Data dari tes definitif kemudian dianalisis dengan menggunakan Program Probit dimana konsentrasi yang mematikan bagi 50% dari organisme uji akan diketahui. Karakteristik fisik dan kimia diukur untuk menentukan hubungan antara kualitas air limbah dan nilai LC50-96jam yang didapat. Parameter fisik dan kimia diperiksa berdasarkan Baku Mutu Limbah Cair Industri Kertas (Kep. Gub. Kepala Daerah Tingkat I JABAR No.6/1999) dan beberapa parameter yang dapat mempengaruhi pertumbuhan Daphnia magna (USEPA, 2002). Metode yang digunakan untuk mengukur parameter tersebut tercantum dalam Tabel 1.
3
Tabel 1. Metode pengukuran parameter air No Parameter Metode Baku Mutu 1 BOD* Winkler SNI 06-6989.30-2005 2 COD* Refluks Tertutup SNI 06-6989.2-2009 3 TSS* Gravimetri SNI 06-6989.3-2004 4 Kesadahan** Kompleksometri – EDTA SNI 06-6989.12-2004 5 Alcalinitas** Titrasi Asam Basa SNI 15-1019-1989 6 Amonia** Nessler SNI 06-2479 -1991 7 Fosfat** Spektofotometri SNI 6989.76-2009 8 Zat Organik (KMnO4)** Titrasi Permanganat SNI 06-6989.22-2004 * Parameter yang diperiksa berdasarkan Baku Mutu Limbah Cair Industri Kertas **Parameter yang diperiksa berdasarkan USEPA
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Air Limbah Hasil pengukuran parameter BOD, COD dan TSS dibandingkan dengan Baku Mutu Limbah Cair Industri Kertas (Kep. Gub. Kepala Daerah Tingkat I JABAR No.6/1999) sedangkan hasil pengukuran amonia, fosfat, kesadahan dan alkalinitas dibandingkan dengan USEPA (2002). Karakteristik influen dan efluen berdasarkan parameter tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 untuk pengujian sampel pertama (PS-1), untuk pengujian sampel kedua (PS-2) dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil rata-rata antara keduanya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 2. Karakteristik influen dan efluen akhir IPAL pada pengambilan sampel pertama No 1 2 3 4 5 6 7
Parameter BOD5 COD TSS Amonia Fosfat Kesadahan Alkalinitas
Standar (mg/L) 150 350 150 5 1 160-180 110-120
Influen (mg/L) 1.014 2.240 606 9 0.1875 546 837,5
Efluen (mg/L) 114,3 224 10 13,55 ND 764,5 637,5
Tabel 3. Karakteristik influen dan efluen akhir IPAL pada pengambilan sampel kedua No 1 2 3 4 5 6 7
Parameter BOD5 COD TSS Amonia Fosfat Kesadahan Alkalinitas
Standar (mg/L) 150 350 150 5 1 160-180 110-120
4
Influen (mg/L) 1.227 5.834 3.045 4,19 0,0087 728 675
Efluen (mg/L) 97,4 298,4 102 11,94 0,0195 728 500
Tabel 4. Karakteristik rata –rata influen dan efluen akhir IPAL No 1 2 3 4 5 6 7
Parameter BOD5 COD TSS Amonia Fosfat Kesadahan Alkalinitas
Standar (mg/L) 150 350 150 5 1 160-180 110-120
Influen (mg/L) 1.120,5 4.037 1.825,5 6,56 0,098 637 756,25
Efluen (mg/L) 105,9 261,2 56 12,75 0.0095 746,25 568,75
Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3 dapat dilihat bahwa kualitas influen dan efluen pada pengambilan sampel kedua lebih buruk dibandingkan kualitas influen dan efluen pada pengambilan sampel pertama. Hal ini disebabkan setiap tanggal 20 setiap bulan, PT Aspex Kumbong melakukan maintenance IPAL, sehingga pada akhir bulan debit limbah akan ditambah dengan debit limbah pada tanggal 20 saat IPAL tidak dioperasikan. Pengambilan sampel kedua dilakukan pada tanggal 26 Juni 2013 dimana beban IPAL lebih besar dibanding pengambilan sampel pertama yang dilakukan di awal bulan pada tanggal 4 Juni 2013. Menurut APHA (1998) efluen dari suatu IPAL memiliki parameter kualitas fisika dan kimia yang cenderung bervariasi terhadap waktu. Pada Tabel 4, berdasarkan Kep. Gub. Kepala Daerah Tingkat I JABAR No.6/1999, efluen rata-rata PT Aspex Kumbong layak dibuang ke badan air karena nilai BOD5, COD dan TSS yang bawah baku mutu. Pengambilan sampel dilakukan secara grab karena proses produksi dan pengolahan air limbah berlangsung selama 24 jam setiap hari maka diasumsikan tidak ada shock loading dan pengambilan sampel dari jam berapa saja sudah representatif. Hasil pemeriksaan seluruh parameter pada setiap unit dapat dilihat pada Gambar 2 untuk pengambilan sampel pertama (PS-1) dan Gambar 3 untuk pengambilan sampel kedua (PS-2). 2500
(mg/L)
2000
Kesadahan
1500
TSS
1000
COD
500
BOD
0
Alkalinitas Organik
Gambar 2. Kualitas air saat sampling pertama
5
(mg/L)
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
Kesadahan TSS COD BOD Alkalinitas Organik
Gambar 3. Kualitas air saat sampling kedua
(mg/L)
Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3 terlihat terjadi penurunan konsentrasi beberapa parameter secara bertahap dari tiap unit, parameter yang dimaksud adalah BOD, COD, TSS, dan Zat Organik. Tetapi terdapat kenaikan konsentrasi pada parameter amonia. Proses penurunan maupun kenaikan parameter tersebut akan dibahas lebih lanjut. Dari hasil pengukuran BOD pada Gambar 4 dapat dilihat adanya penurunan yang cukup signifikan dari influen hingga efluen IPAL. Persentase penyisihan BOD berdasarkan awal dan akhir pengolahan sebesar 88,73% pada PS-1 dan 92,05% pada PS-2 dengan proses penyisihan terbesar terjadi pada unit clarifier 2. Terjadi kenaikan nilai BOD pada unit aerasi dikarenakan saat melakukan sampling, padatan yang kaya akan nutrien ikut terambil dan menyebabkan nilai BOD kembali meningkat 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 influen
neutralize r
clarifier 1
aerasi
clarifier 2
(PS-1)
1014
737,1
331,7
387
114,3
(PS-2)
1227
461,9
635,1
757,8
97,5
Gambar 4. Konsentrasi BOD tiap unit IPAL Dari hasil pengukuran COD pada Gambar 5 dapat dilihat adanya penurunan yang cukup signifikan dari influen hingga effluen IPAL. Persentase penyisihan COD berdasarkan awal dan akhir pengolahan sebesar 90% pada PS-1 dan 94.8% pada PS-2 dengan penyisihan terbesar terjadi pada unit clarifier 2. Terjadi kenaikan nilai COD pada unit aerasi sebesar 27.5% yang disebabkan hal yang sama dengan pengukuran BOD. Perbandingan antara BOD dan COD pada pengambilan sampel pertama sebesar 0.425 dan pada sampling kedua sebesar 0.362. Hal ini menunjukan bahwa limbah IPAL mengandung zat organik yang masih dapat didegradasi secara biologis, meskipun sulit.
6
(mg/L)
8000 6000 4000 2000 0 influen
neutrali zer
clarifier 1
aerasi
clarifier 2
PS-1
2240
1568
896
1195
224
PS-2
5834
2842
1046
1496
298,4
Gambar 5. Konsentrasi COD tiap unit IPAL
(mg/L)
Dari hasil pengukuran TSS pada Gambar 6 dapat dilihat adanya penurunan yang cukup signifikan dari influen hingga effluen IPAL. Persentase penyisihan TSS berdasarkan awal dan akhir pengolahan sebesar 98,34% pada PS-1 dan 96,65% pada PS-2 dengan penyisihan terbesar terjadi pada unit clarifier. Terjadi penurunan nilai TSS yang cukup besar pada unit clarifier 1 dikarenakan pada kolam clarifier terjadi pengendapan flok sehingga kandungan TSS efluen kolam ekualisasi menjadi jauh berkurang. 4000 3000 2000 1000 0 influen
neutrali zer
clarifier 1
aerasi
clarifier 2
PS-1
606
649
120
499
10
PS-2
3045
2371
190
1131
102
Gambar 6. Konsentrasi TSS tiap unit IPAL
(mg/L)
Dari hasil pengukuran zat organik pada Gambar 7 dapat dilihat adanya penurunan kandungan organik dari influen hingga effluen IPAL. Persentase penyisihan zat organik berdasarkan awal dan akhir pengolahan sebesar 56.45% pada PS-1 dan 76,26% pada PS-2 dengan penyisihan terbesar terjadi pada unit clarifier 2. Terjadi kenaikan nilai organik pada unit aerasi yang disebabkan hal yang sama dengan peningkatan pada BOD dan COD. 600 500 400 300 200 100 0 influen
neutraliz er
clarifier 1
aerasi
clarifier 2
PS-1
465
387,5
401,5
425
202,5
PS-2
566
411
460
505
134,56
Gambar 7. Konsentrasi zat organik tiap unit IPAL .
7
Pada Gambar 8 berbeda dengan parameter sebelumnya, terjadi peningkatan konsentrasi amonia pada efluen IPAL. Hal ini disebabkan oleh penambahan nutrien berupa urea pada kolam aerasi yang menyebabkan konsentrasi amonia di kolam aerasi menjadi tinggi dan berpengaruh pada konsentrasi amonia di unit setelahnya.
(mg/L)
30 25 20 15 10 5 0 influen
neutraliz er
clarifier 1
aerasi
clarifier 2
PS-1
9
7,2815
13,29
25,935
14,4
PS-2
4,19
4,845
18,89
20
13,025
Gambar 8. Konsentrasi amonia tiap unit IPAL Range Finding Test Waktu untuk Range Finding Test dipilih selama 48 jam, karena saat pengamatan jam ke-24 ada beberapa unit yang belum menunjukan kematian organisme 50 %. Seri konsentrasi yang digunakan adalah 100%, 50 %, 25%, 12.5%, 6.25% sesuai dengan faktor dilusi 0,5 yang direkomendasikan oleh USEPA (2002). Dalam Tabel 5 tercantum hasil dari range finding test dari pengambilan sampel pertama (PS-1) dan pengambilan sampel kedua (PS-2) yang kemudian digunakan dalam tes definitif. Tabel 5. Hasil Range Finding Test
No
Unit
Range Finding Test PS-1
Range Finding Test PS-2
1
Influen
6,25% - 50%
6,25% - 25%
2
Neutralizer
25% - 100%
12,5% - 50%
3
Clarifier 1
25% – 100%
25% - 50%
4
Aerasi
25% - 100%
50% - 100%
5
Clarifier 2
50% - 100%
50% - 100%
Hasil dari Range Finding Test menunjukan peningkatan kisaran LC50 yang mempunyai arti unit unit IPAL PT Aspex Kumbong telah berhasil dalam menurunkan tingkat toksisitas.
8
Definitive Test Rentang konsentrasi yang didapatkan dalam Range Finding Test kemudian digunakan untuk membuat lima seri konsentrasi baru yang rentang nya telah diperkecil untuk menentukan LC50 secara lebih spesifik. Daphnia magna yang digunakan sebanyak 6 buah per gelas, karena jumlah yang genap memudahkan untuk mengetahui 50% kematian dan sudah melebihi batas minimal Daphnia magna sebanyak 5 buah per gelas (USEPA, 2002). Hasil dari tes definitif kemudian diproses menggunakan program Probit yang dapat memproyeksikan hubungan antara konsentrasi dan jumlah kematian menjadi nilai LC50. Pada Tabel 6 dapat dilihat nilai LC50 yang telah diproses menggunakan program Probit. Tabel 6. Hasil Definitive Test No
Unit
1
LC50-96 jam PS-1
PS-2
Influen
15,069%
10,539%
2
Neutralizer
58,975%
24,325%
3
Clarifier 1
55,629%
20,952%
4
Aerasi
157,894%
107,462%
5
Clarifier 2
200,409%
182,454%
Berdasarkan hasil uji definitif, didapatkan fakta bahwa efluen final/efluen bak ekualisasi 2 pada kedua pengambilan sampel memiliki nilai toksisitas >100%, hal tersebut dapat diartikan bahwa efluen limbah yang diujikan layak untuk dibuang ke badan air karena memiliki nilai toksisitas yang sangat rendah meskipun masih dapat menyebabkan kematian bagi beberapa organisme uji. Parameter Lingkungan Parameter lingkungan saat pelaksanaan pengujian dapat berpengaruh terhadap hasil toksisitas karena Daphnia magna adalah hewan uji yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Karena itu parameter lingkungan tersebut harus selalu diamati untuk mengantisipasi apabila terjadi perubahan lingkungan mendadak. Parameter lingkungan yang diamati adalah pH, temperatur, dan DO sesuai dengan yang dianjurkan oleh USEPA, 2002. Pengamatan tersebut dilakukan setiap 24 jam selama 48 jam untuk Range Finding test dan selama 96 jam untuk uji definitive. Berikut ini adalah analisis dari parameter lingkungan yang diamati baik saat pengambilan sampel pertama (PS-1) dan saat pengambilan sampel kedua (PS-2). a.
pH Menurut USEPA, pH yang dapat ditoleransi oleh Daphnia magna untuk dapat bertahan hidup berada dalam 6-9. Rentang nilai pH yang didapat pada setiap unit dapat dilihat pada Tabel 7.
9
Tabel 7. Rentang pH pada Unit IPAL No 1 2 3 4 5
Unit Influen Neutralizer Ekualisasi 1 Aerasi Ekualisasi 2
Rentang pH 7.33 – 7.94 7.39 – 8.16 7.58 – 8.24 7.25 – 7.83 7.95 – 8.42
Kandungan amonia yang terdapat pada sampel, menyebabkan terjadinya kenaikan nilai pH selama berlangsungnya pengujian atau dapat disebut sebagai pH-drift. Tetapi meskipun terjadi peningkatan nilai pH dalam pengujian, nilai tersebut masih berada pada rentang yang dapat ditoleransi oleh Daphnia magna, sehingga pH tidak menjadi parameter pembatas organisme uji. b.
Temperatur Temperatur dapat mempengaruhi proses metabolisme Daphnia dan juga dapat mempengaruhi perubahan bentuk zat toksikan di dalam air. Pengukuran terhadap seluruh unit menghasilkan temperatur yang berada dalam rentang 25.1°C – 26.2°C. Berdasarkan USEPA (2002) temperatur optimum dimana Daphnia magna dapat hidup dengan baik yaitu pada rentang 18 °C- 27 °C. Tetapi saat dilakukan pengujian on-site di lokasi IPAL rentang temperatur berkisar 35 °C – 45 °C. Berdasarkan pengukuran tersebut diketahui bahwa temperatur pada pengujian ini masih berada pada kondisi optimum bagi Daphnia magna untuk hidup, tetapi apabila uji toksisitas dilakukan secara flow-through di IPAL maka nilai toksisitas kemungkinan akan berubah.
c.
Dissolved Oxygen Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses respirasi Daphnia magna. DO optimum untuk pertumbuhan Daphnia magna berkisar 3 mg/L - 5 mg/L (Clare, 2002). Rentang nilai DO yang didapat pada setiap unit dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rentang DO pada Unit IPAL No 1 2 3 4 5
Unit Influen Neutralizer Ekualisasi 1 Aerasi Ekualisasi 2
Rentang DO 0.01 – 3.86 0.01 – 4.68 0.31 – 5.92 4.91 – 6.26 6.2 – 6.42
DO menjadi parameter pembatas bagi kehidupan Daphnia magna. Karena pada konsentrasi yang memilki DO sangat rendah ditemukan kematian hampir keseluruhan Daphnia. Menurut Pennak (1989), Daphnia tidak bisa hidup pada lingkungan yang memiliki DO kurang dari 1 mg/L.
10
KESIMPULAN Setelah beberapa pengamatan dan pengumpulan data yang diikuti dengan evaluasi hasil, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Instalasi Pengolahan Air Limbah yang terdapat di PT Aspex Kumbong adalah : screening bar, reservoar, kolam netralisasi, kolam clarifier pertama, kolam aerasi dan kolam clarifier kedua. 2. Data LC50-96h dari influen sampai efluen akhir dari sampel pertama sebesar 15,069% (influen), 58,975% (efluen bak netralisasi), 55,629% (efluen bak clarifier pertama), 157,894% (efluen bak aerasi), 200,409% (efluen bak clarifier kedua) dan untuk sampel kedua sebesar 10,539% (influen), 24,325% (efluen bak netralisasi), 20,952% (efluen bak clarifier pertama), 107,462% (efluen bak aerasi), 182,454% (efluen bak clarifier kedua). 3. Berdasarkan hasil pemeriksaan BOD, COD dan TSS, ketiga parameter tersebut mengalami penurunan konsentrasi mulai dari influen ke efluen akhir. Dan kandungan ketiga parameter tersebut telah memenuhi Baku Mutu Limbah Cair Industri Kertas (Kep. Gub. Kepala Daerah Tingkat I JABAR No.6/1999) 4. Berdasarkan pengujian, nilai toksisitas mengalami penurunan setelah mengalami pengolahan dari tiap-tiap unit IPAL. Efluen akhir dari IPAL dikategorikan tidak toksik terhadap Daphnia magna dan aman untuk dibuang ke badan air.
DAFTAR PUSTAKA APHA (American Public Health Association). (1998). Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. APHA. Washington DC Clare, J. (2007). Daphnia : An Aquarist Guide. Tersedia dalam www.caudata.org Sung Ra. Jin, Koo Kim, Hyun, Ik Chang, Nam & Don Kim, Sang, (2007), Whole Effluent Toxicity Test on Wastewater Treatment Plant with Daphnia Magna and Selenastrum Capricornutum. Department of Environmental Science and Engineering. Gwangju Institute of Science and Techonology. South Korea. Jenkins. D, Richard. M & Daigger. G. (1993). Causes and Control of Activated Sludge Bulking and Foaming 2nd ed. Lewis Publisher. Boca Raton Pennak, R. W. (1989). Freshwater Invertebrata of The United States 3rd ed. John Wiley & Sons, New York USEPA (United States of Environmental Protection Agency). (2002). Methods for Measuring the Acute Toxicity of Effluent and Receiving Water to Freshwater and Marine Organism, fifth edition. EPA. Washington DC
11