UJI KADAR MERKURI (Hg) PADA AIR DAN SEDIMEN SUNGAI TULABOLO KECAMATAN SUWAWA TIMUR TAHUN 2013 SUMMARY Fitrianti Palinto NIM 811409073 Dian Saraswati, S.Pd,. M.Kes Ekawaty Prasetya, S.Si., M.Kes JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN, UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
ABSTRAK Fitrianti Palinto.2013.Uji Kadar Merkuri (Hg) Pada Air dan Sedimen Sungai Tulabolo Kecamatan Suwawa Timur Tahun 2013. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dian Saraswati, S.Pd,. M.Kes, Pembimbing II dr. Irmawati, M.Kes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen Sungai Tulabolo baik di hulu, tengah maupun hilir sungai. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada lokasi yang dekat dengan pertambangan sampai yang jauh dari lokasi pertambangan. Jumlah lokasi yang diamati selama penelitian berjumlah 3 yaitu hulu, tengah dan hilir. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Variabel dari penelitian ini yaitu kadar merkuri (Hg), air sungai dan sedimen sungai. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian pada air menunjukkan kadar merkuri berurutan sebesar 0,0031 ppm, 0,0024 ppm, dan 0,0023 ppm. Sedangkan untuk hasil penelitian pada sedimen menunjukkan kadar merkuri berurutan sebesar 2,94 ppm, 0,03 ppm, dan 0,02 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa kadar merkuri tertinggi di effluent, cenderung semakin ke hilir semakin kecil. Air pada Sungai Tulabolo telah melewati ambang batas, sedangkan pada sedimen telah tercemar ringan. Sebagai saran untuk instansi terkait dapat melakukan pemantauan, pengawasan dan pengelolaan untuk mencegah terjadinya pencemaran merkuri terutama di lokasi yang menjadi sumber limbah. Kata kunci
: Merkuri, Sedimen, Sungai Tulabolo
PENDAHULUAN Air merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupan. Air tidak ada yang betul-betul murni, selalu ada zat-zat kimia terlarut di dalamnya, karena air merupakan pelarut yang baik. Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh pencemaran air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai fungsi serba guna bagi kehidupan dan penghidupan manusia. Fungsi sungai yaitu sebagai sumber air minum, sarana transportasi, sumber irigasi, perikanan dan lain sebagainya. Aktivitas manusia inilah menjadikan sungai rentan terhadap pencemaran air. (Soemarwoto, 2003 dalam Rahmawati, 2011). Suatu sungai dikatakan tercemar, jika kualitas airnya sudah tidak sesuai dengan peruntukannya. Kualitas air ini didasarkan pada baku mutu kualitas air sesuai kelas sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Masuknya bahan-bahan pencemar tidak hanya berasal dari bahan organik tetapi juga dari bahan anorganik yang bersifat toksik (beracun). Masuknya bahan-bahan tersebut ke dalam ekosistem perairan akan menimbulkan perubahan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup biota yang ada didalamnya (Rahmawati, 2011) Usaha pertambangan oleh sebagian masyarakat sering dianggap
sebagai penyebab kerusakan dan pencemaran lingkungan. Sebagai contoh, pada kegiatan usaha pertambangan emas skala kecil, pengolahan bijih dilakukan dengan proses amalgamasi dimana merkuri (Hg) digunakan sebagai media untuk mengikat emas (Sualang, 2001 dalam Kitong, 2012). Umumnya merkuri masuk ke perairan sungai dalam bentuk Hg unsur (Hg0) dengan densitas yang tinggi. Merkuri ini akan tenggelam ke dasar perairan atau terakumulasi di sedimen pada kedalaman 5-15 cm dibawah permukaan sedimen. Pertambangan rakyat yang ada di Gorontalo, pada umumnya kurang memerhatikan faktor pengelolaan lingkungan baik dalam pengelolaan limbah yang dihasilkan maupun bahan berbahaya yang digunakan. Salah satu wilayah pengolahan emas yang menggunakan teknik amalgamasi yaitu Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Kawasan ini merupakan daerah tangkapan air sungai Bone yang keberadaan dan kelestariannya, menentukan kualitas lingkungan dan potensi pengembangan daerah sekitarnya, terutama wilayah di bawahnya. Sungai Tulabolo marupakan salah satu sungai yang bermuara di DAS Bone yang dijadikan sebagai tempat untuk penambangan emas tradisional oleh masyarakat. METODE PENELITIAN Secara umum penelitian ini dilakukan di Sungai Tulabolo, dengan mengambil lokasi penelitian pada 3 lokasi, yaitu Hulu, Tengah dan Hilir. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan terhitung dari pertengahan bulan April sampai pada
pertengahan bulan Mei. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu memberi gambaran tentang Kadar Merkuri (Hg) pada air dan sedimen. Sampel yang diambil dilaksanakan secara komposit permukaan air sungai dari contoh air sungai permukaan yang diambil dari 1 titik disisi kiri, 1 titik sisi kanan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai berapa kandungan kualitas air sungai. Kemudian dianalisis menggunakan SSA di LPPMHP Provinsi Gorontalo dan hasilnya di sajikan dalam tabel frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a) Kadar merkuri (Hg) Pada Air Dan Sedimen di Hulu Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen di Hulu Sungai diperoleh hasil sebagai berikut diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.1 Kadar Merkuri (Hg) Pada Air Dan Sedimen di Hulu Sungai Tulabolo Nama Kadar Nilai sampel merkuri Ambang (Hg) Batas Air 0,0031ppm 0,002ppm Sedimen 2,94 ppm 1,6 ppm Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kadar merkuri (Hg) untuk sampel air dan sedimen sungai Tulabolo di hulu sudah melewati nilai ambang batas yang ditetapkan yaitu pada air 0,0031 ppm dan sedimen 2,94 ppm.
b) Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen di Tengah Sungai Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen di Tengah sungai diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.2 Kadar Merkuri (Hg) Pada Air Dan Sedimen di Tengah Sungai Tulabolo Nama Kadar Nilai contoh merkuri Ambang (Hg) Batas Air 0,0024ppm 0,002 ppm Sedimen 0,03 ppm 1,6 ppm Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa kadar merkuri (Hg) untuk sampel air sungai dibagian tengah sungai telah melebihi nilai ambang batas yaitu 0,0024 ppm sedangkan untuk sedimen masih berada dibawah nilai ambang batas yang ditetapkan yaitu 0,03 ppm. c) Kadar merkuri (Hg) Pada Air Dan Sedimen di Hilir Sungai Kadar merkuri (Hg) pada air dan sedimen setelah di Hilir diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.3 Kadar Merkuri (Hg) Pada Air Dan Sedimen di Hilir Sungai Tulabolo Nama contoh
Kadar Nilai merkuri Ambang (Hg) Batas Air 0,0023ppm 0,002 ppm Sedimen 0,02 ppm 1,6 ppm Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa kadar merkuri (Hg) untuk sampel air di bagian hilir
sungai Tulabolo sudah melewati nilai ambang batas yaitu 0,0023 ppm sedangkan untuk sedimen masih berada dibawah nilai ambang batas yaitu 0,02 ppm. PEMBAHASAN Dari ketiga stasiun yang menjadi tempat pengambilan sampel, rata-rata untuk ketiga stasiun sudah melewati batas ambang yang ditentukan berdasarkan PP No.82 Tahun 2001, tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sesuai dengan peruntukannya untuk kelas I dan II sudah melewati ambang batas yang telah ditentukan yaitu 0,001 ppm dan 0,002 ppm. Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/MENKES/SK/VII/2002 untuk kandungan maksimum kadar merkuri (Hg) pada air minum juga telah melewati nilai ambang batas yaitu 0,001 ppm dimana Stasiun I merupakan stasiun yang memiliki kadar merkuri (Hg) tertinggi dan terendah terdapat di Stasiun III. Hal ini dikarenakan Stasiun I merupakan daerah yang dekat dengan lokasi pertambangan emas. Kegiatan penambangan emas yang menggunakan tehnik amalgamasi ini telah menyebabkan pencemaran sungai Tulabolo dari daerah hulu. Untuk Stasiun II dan III kadar merkuri rendah karena lokasi sudah berada jauh dari kegiatan yang banyak memberi konstribusi besar dalam pencemaran sungai. Jarak kegiatan PETI juga berpengaruh terhadap besarnya kadar Hg pada air dan kadar Hg pada sedimen. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Kitong, 2012 dan
Herman, 2009 juga penelitian yang dikemukakan oleh Subandri , 2008 sama halnya dengan hasil penelitian ini yang menunjukakan bahwa jarak dari lokasi pertambangan menentukan tingkat konsentrasi merkuri yang terakumulasi dalam air dan sedimen sungai, dimana semakin dekat jarak lokasi semakin tinggi pula konsentrasi merkuri dibandingkan dengan lokasi yang berada jauh dari lokasi penambangan. Jika dilihat dari hasil penelitian kadar merkuri paling banyak terdapat di sedimen sungai dibandingkan dengan air sungai. Rata-rata kadar merkuri di sedimen untuk Stasiun 1 tergolong cemar ringan berdasarkan baku mutu yang dikeluarkan oleh IADC/CEDA, 1997 tentang kandungan logam yang dapat ditoleransi keberadaannya dalam sedimen berdasarkan standar kualitas Belanda, sedangkan untuk Stasiun II dan III masih dapat ditolerir. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : a. Kadar merkuri (Hg) pada air di 3 (tiga) Stasiun berturut-turut 0,0031 ppm, 0,024 ppm dan 0,0023 ppm. b. Kadar merkuri (Hg) pada sedimen di 3 (tiga) Stasiun berturut-turut 2,94 ppm, 0,03 ppm dan 0,02 ppm. c. Kadar merkuri paling banyak terdapat di sedimen sungai dari pada air sungai. d. Kadar merkuri pada air Sungai Tulabolo sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan.
e. Kadar merkuri pada sedimen sungai Tulabolo khusunya di Stasiun I sudah melewati baku mutu sehingga tergolong cemar ringan dan kedua Stasiun masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan. SARAN Adapun yang menjadi saran penulis yaitu : a. Perlu adanya pemantauan dan pengawasan yang ketat terhadap kegiatan penambangan serta melakukan pembinaan-pembinaan melalui kegiatan penyuluhan dan melakukan pengawasan secara berkala. b. Kepada masyarakat untuk berhatihati atau bahkan tidak lagi menggunakan air yang ada di sungai tersebut, karena kadar merkuri sudah melewati batas ambang yang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Badan Lingkungan Hidup, Riset, dan Teknologi Informasi (BALIHRISTI) Provinsi Gorontalo. 2012. Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Gorontalo. Erlangga. 2007. Efek Pencemaran Perairan Sungai Kampar Di Provinsi Riau Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus). Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Herman, Danny. 2009. Kandungan Unsur-Unsur Polutan Merkuri (Hg), Timbal (Pb) dan Kadnium (Cd) Pada Sedimen Dan Air Sungai Ciberang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Sebagai Dampak Kegiatan Penambangan Emas.
Buletin Geologi Tata Lingkungan, Vol.19 No. 1, April 2009:21-29 Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sarjono, Aryo. 2009. Analisis Kandungan Logam Berat Cd, Pb dan Hg Pada Air dan Sedimen di Perairan Kamal Muara Jakarta Utara. Skripsi. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor