UJI KANDUNGAN MERKURI (Hg) DAN KESADAHAN (CaCo3) PADA AIR SUNGAI DI DESA LINTIDU KECAMATAN PALELEH KABUPATEN BUOL Rukmini M Liname1), Rama P Hiola2), Lia Amalia3) Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Rukmini M Liname
[email protected] 2 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Rama P. Hiola
[email protected] 3 Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, Lia Amalia
[email protected] 1
ABSTRAK Sungai sebagai salah satu jenis media hidup bagi organisme perairan, seringkali tidak dapat terhindarkan dari masalah penurunan kualitas perairan sebagai akibat dari perkembangan aktivitas manusia, seperti adanya aktivitas perindustrian, pertambangan yang berdiri disekitar daerah aliran sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan Merkuri dan Kesadahan pada Air Sungai yang digunakan masyarakat di Desa Lintidu Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain deskriptif. Populasi adalah air sungai yang terletak di Desa Lintidu. Metode pengambilan sampel menggunakan metode Grap sampling dan dilakukan pada tiga titik yaitu hulu, hilir dan muara sungai. Kualitas air sungai disesuaikan dengan baku mutu air bersih sesuai dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/per/IX/1990. Hasil penelitian menunjukkan kadar merkuri tertinggi didaerah muara sungai dengan nilai rata-rata sebesar 0,0008 mg/L dan terendah di daerah hilir dengan nilai rata-rata sebesar 0,0005 mg/L. Kadar kesadahan tertinggi di muara sungai dengan nilai rata-rata sebesar 302,12 mg/L dan terendah di hulu dengan nilai rata-rata sebesar 215,87 mg/L. Dalam hal ini kadar merkuri dan kesadahan belum melewati ambang batas sesuai dengan Permenkes RI No. 416/Menkes /per/IX/1990. Namun jika dilihat kondisi sungai yang kotor, batuan berlumut, banyak kayu dan pohon yang tumbang di sungai memungkinkan adanya zat-zat pencemar lain yang dapat membahayakan kesehatan, diharapkan kepada masyarakat agar membuat penyaringan air sederhana dan juga tidak membuang limbah pertambangan tanpa pengolahan terlebih dahulu ke sungai maupun di sekitar rumah. Hal ini untuk menghindari terjadinya dampak pada lingkungan dan gangguan pada kesehatan masyarakat. Kata kunci : Air Sungai, Merkuri dan Kesadahan Air
ABSTRACK Rukmini M. Liname. 811410097. 2014. Mercury (Hg) Level Test and Hardness (CaCo3) in River Water at Lintidu Village, Sub-district of Paleleh, District of Buol. Skripsi, Departement of Public Health, Faculty of Health and Sport Sciences, Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor was Dr. Hj. Rama P. Hiola, Dra., M.Kes and the co-supervisor was Lia Amalia, S.KM., M.Kes. Rivar is one of habitats for aquatic organism. It often cannot be prevented such as industrial and mining around the river area. The research aimed at investigating the mercury and Harndness level in river water consumed by society at Lintidu village, Paleleh sub-district, Buol district. The research was an observational research with descriptive design. The population of research was river water in Lintidu village. The sampling method was grap sampling method which conducted at upper course, lower course, and river mouth. The quality of river water is adjusted with quality standartd of clean water according to Permenkes RI (Regulation of Ministryof Health of Republic of Indonesia) No. 416/Menkes/per/IX/1990. The research result showed that the hignest mercury level was in river mouth area by having the average value as 0,0008 mg/L, and the lowest level was in lower course of river with the everage value as 0,0005 mg/L. Meanwhile, the highest level of hardness was in river mouth of river with average value as 302,12 mg/L and the lowest level was in upper course of river with the average value as 215,87 mg/L. in according to Permenkes RI ( Regulation of Ministry of Health of Republic of Indonesia) No. 416/Menkes/per/IX/1990. However, if it is observed by the dirty condition of river; there were waste, mossy stone, wood and stumbled tree, there is possibility of the occurrence of other substances which endanger human life. It is suggested for society to make a simple water filter and to not throw the mining waste to the river without processing it around the house’s area. It is to avoid the negative impact for environment and health disruption for society. Keywords: River Water, Mercury and Water Hardness
1. PENDAHULUAN Kesehatan lingkungan merupakan hal sangat penting bagi masyarakat karena lingkungan yang sehat merupakan kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, apabila lingkungan tidak sehat maka akan memberi dampak negatif kepada masyarakat dilingkungan itu sendiri. Kondisi lingkunga ini terdiri dari lingkungan air, udara, tanah, makanan dimana semuanya harus memenuhi syarat sebelum dimanfaatkan oleh manusia, khususnya lingkungan perairan. Air merupakan sumber daya yang sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia. Bukan hanya manusia saja mahluk hidup di dunia sangat membutuhkan air sebagai elemen yang sangat penting, tanpa air mahluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Apabila manusia tidak berhubungan dengan air selama sehari, pasti banyak hal dan faktor yang sangat terganggu. Seiring dengan perkembangan penduduk, maka kebutuhan air bersih sangat diperlukan sebagai hal terpenting, terutama dari segi kesehatan karena air bersih sudah sulit dijumpai. Maju atau tidaknya suatu masyarakat di suatu kota atau wilayah dapat dilihat dari ketesediaan air bersih yang tersedia kapan saja diperlukan (Yulianti, 2011). Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air (Effendi, 2003). Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air karena apabila air yang di konsumsi/diminum oleh makhluk hidup khususnya manusia apabila mengandung zat-zat yang berbahaya maka akan berdampak pada kesehatan masyarakat maupun lingkungan perairan
itu sendiri. Air yang mengandung zat berbahaya seperti adanya merkuri karena aktifitas pertambangan dapat memberi dapak terhadap kesehatan misalnya pada kulit akan menimbulkan iritasi kulit dan penyakit seperti minamata, untuk lingkungan perairan akan menggaggu kehidupan biota air seperti berkurangnya jenis ikan. Menurut Notoatmodjo (2007) (dalam Boekoesoe, 2010) Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Agar air minum tidak dapat menyebabkan penyakit, air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut: 1) Syarat fisik, Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya; 2) Syarat bakteriologis, Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. Cara untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut dan bila pemeriksaan 100cc air terdapat kurang dari 4 bakteri Escherichia coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan; 3) Syarat kimia, Air minum yang mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Degradasi kualitas air dapat terjadi akibat adanya perubahan parameter kualitas air. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas pembuangan limbah, baik tertentu. (Rudiyanti, 2009). Aktifitas lainnya seperti pertambangan emas. Kegiatan pertambangan ini akan memberi dampak pada lingkungan sekitanya khususya pada lingkungan perairan yang berada disekitar area pertambangan sepeti sungai. Zat yang digunakan untuk mengolah emas yaitu air raksa/merkuri akan memberi dampak pada sungai yang ada sekitar area pertambangan. Merkuri (Hg) merupakan
zat kimia yang berbahaya apabila langsung dibuang ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu akan memberi dampak pada sungai terutama pada masyarakat yang menggunakan air dari sungai tersebut untuk keperluan sehari-hari. Sungai sebagai salah satu jenis media hidup bagi organisme perairan, seringkali tidak dapat terhindarkan dari masalah penurunan kualitas perairan sebagai akibat dari perkembangan aktivitas manusia, seperti adanya aktivitas perindustrian yang berdiri disekitar daerah aliran sungai. Perairan sungai Banger kota Pekalongan merupakan salah satu contoh sungai yang mempunyai aktivitas perindustrian di daerah sekitar alirannya (Rudiyanti, 2009). Seperti yang terjadi di Desa Lintidu Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol Sulawesi Tengah menurut hasil survei lapangan dan wawancara dengan masyarakat setempat dimana air yang gunakan oleh masyarakat bersumber dari air sungai yang berada di Desa Lintidu itu sendiri. Air tersebut digunakan oleh masyarakat sebagai air minum, untuk keperluan mandi, mencuci pakaian dan kegiatan lainnya. Desa Lintidu ini terletak dipegunungan dan dekat dengan pesisir pantai, masyarakat sebagian besar bermata pencaharian sebagai penambang, banyak orang-orang yang berasal dari daerah lain mengadu nasib di desa ini karena hasil emas yang sangat mendukung/menjamin pendapatan mereka, bahkan ada perusahaan asing yang datang untuk mengelola emas yang ada di desa tersebut. Desa Lintidu ini terdiri dari 3 dusun yakni Dusun I (Dusun Kuala Matahari), Dusun II (Dusun Arasi) dan Dusun III (Dusun Kema) dengan jumlah KK sebanyak 168 KK atau 697 Jiwa. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Lintidu dimana masyarakat di Desa Lintidu 95 % mereka menggunakan air yang berasal dari sungai. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat, dimana masyarakat sering mengeluh karena biasanya air tersebut
dapat menimbulkan efek pada kulit seperti gatal-gatal, jika dimasak akan menghasilkan ampas berwarnah putih dan pada belangan/panci atau wadah untuk memasak air terdapat karatan/kerak. Mesipun belum menimbukan efek yang berbahaya terhadap kesehatan masyarakat, bukan berarti air tersebut tidak membahayakan kesehatan masyarakat. Banyaknya aktivitas pertambangan di Desa Lintidu sangat memungkinkan adanya pencemaran air sungai akibat logam berat terutama merkuri karena apabila limbah pertambangan langsung di buang ke lingkungan (sungai) tanpa proses terlebih dahulu maka akan berdampak pada kesehatan manusia berupa : respiratory distress (bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonitis interstitialis,sukar bernafas, batuk), kerusakan tubuli ginjal, kasus berat membawa kematian, gejala neurologi (tremor) dan irritability (tak dapat tidur, ketidakstabilan emosi dan lain - lain) ( Rianto Dkk, 2012), dan juga berdasarkan keterangan dari masyarakat dimana panci/wadah tempat memasak air terdapat kerak serta pada tempat air minum biasanya terdapat serbuk/ampas berwarna putih yang mana hal itu terjadi karena 2+
adanya kandungan Ca (kesadahan kalsium) atau biasa di sebut air kapur sehingga mengakibatkan penurunan kualitas air sungai/sumber air bersih yang digunakan masyarakat. Kadar kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan misalnya penyakit batu ginjal dan karang gigi karena air sadah banyak mengandung ion logam Ca2+ dan Mg2+. (Setyaningtyas dkk, 2008). Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ditemukan dilapangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Uji Kandungan Merkuri (Hg) dan Kesadahan (CaCo3) Pada Air Sungai di Desa Lintidu Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol”
2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan desain deskriptif yaitu peneliti melakukan observasi terhadap air sungai. Setelah dilakukan observasi maka dilakukan analisis laboratorium kemudian hasilnya akan dideskripsikan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu membandingkan hasil uji laboratorium dari masing-masing sampel yang telah telah di hitung berdasarkan nilai merkuri dan kesadahan dengan standar Baku mutu air bersih be rdasarkan ketentuan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum (Depkes RI, 1990). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji kandungan merkuri dan kesadahan pada air sungai yang di periksa di laboratorium BTKL-PPM di Manado dan Laboratorium BPPMHP di Gorontalo. Tabel 1 Hasil uji kandungan merkuri (Hg) dan kesadahan (CaCo3) pada air sungai di Desa Lintidu Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol tahun 2014 N o
Titik Pengam bilan Sampel
Merkur i (Hg)
Baku mutu
Kesadahan (CaCo3)
Baku mutu
1
Hulu I
0,0007
0,001
228,00
500
2
Hulu II
0,0006
0,001
203.92
500
3
Hulu III
0,0006
0,001
215.69
500
Nilai ratarata
0,0006
0,001
215,87
500
Hilir I
0,0008
0,001
288,00
500
5
Hilir II
0,0004
0,001
176.47
500
6
Hilir III
0,0004
0,001
184.31
500
Nilai ratarata
0,0005
0,001
216,26
500
Muara I
0,0007
0,001
424,00
500
0,0009
0,001
239.22
500
0,0008
0,001
243.14
500
0,0008
0,001
302,12
500
4
7 8 9
Muara II Muara III Nilai ratarata
Hasil Uji Laboratorium (Mg/L) Ket
Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat
Dapat dilihat bahwa dari 9 sampel air sungai yang di periksa semuanya masih memenuhi syarat untuk di konsumsi. kadar merkuri yang tinggi di hulu sungai pada titik pertama yaitu sebesar 0,0007 mg/L dan untuk titik kedua dan ketiga pada hulu sungai kadar merkurinya sebesar 0,0006
mg/L dengan nilai rata-rata 0,0006 mg/L, sedangkan untuk kesadahan yang tertinggi pada titik pertama sebesar 228,00 mg/L, pada titik kedua sebesar 203,92 mg/L dan di titik ketiga sebesar 215,69 mg/L dengan nilai rata-rata 215,87 mg/L. Kadar merkuri pada hilir sungai yang tinggi pada titik pertama yaitu sebesar 0,0008 mg/L, untuk titik kedua dan ketiga sama besarnya yaitu 0,0004 mg/L dengan nilai rata-rata 0,0005 mg/L , sedangkan untuk kadar kesadahan yang tinggi pada titik pertama sebesar 288,00 mg/L, untuk titik kedua sebesar 176,47 mg/L dan pada titik ketiga sebesar 184,31 mg/L dengan nilai rata-rata 216,26 mg/L. Kadar merkuri pada muara sungai yang tinggi yaitu pada titik kedua sebesar 0,0009 mg/L , pada titik pertama sebesar 0,0007 mg/L dan titik ketiga sebesar 0,0008 mg/L dengan nilai rata-rata 0,0008 mg/L, sedangkan untuk kadar kesadahan yang tinggi yaitu pada titik pertama sebesar 424,00 mg/L, titik kedua sebesar 239,22 mg/L dan pada titik ketiga sebesar 243,14 mg/L dengan nilai rata-rata 302,12 mg/L. Semua sampel tersebut belum melewati nilai ambang batas yang di tentukan sesuai dengan Permenkes No.416 tahun 1990 dimana untuk nilai ambang batas dari merkuri adalah 0,001 mg/L dan untuk kesadahan adalah 500 mg/L. Kadar kesadahan pada air sungai lebih tinggi dibandingkan dengan kadar merkuri. Hal ini dapat dilihat dari kadar kesadahan mengalami peningkatan dari titik hulu sampai muara. Di daerah muara kadar kesadahan pada titik pertama sebesar 424 dan hampir melewati baku mutu air, sedangkan rata-rata kadar merkuri pada air sungai masih jauh dari baku mutu yang di tentukan. Berdasarkan hasil penelitian kadar merkuri pada air sungai di Desa Lintidu dimana kadar merkuri yang tertinggi yaitu sebesar 0,0009 mg/L terletak di muara sungai pada titik ke dua dengan nilai ratarata kadar merkuri di muara sebesar 0,0008 mg/L.
Berdasarkan observasi yang dilakukan dimana terdapat aktifitas pertambangan di sekitar muara dan juga masyarakat yang mengolah emas di sekitar rumah membuang limbahnya ke irigasi yang mengarah ke muara sehingga memungkinkan kadar merkuri semakin tinggi didaerah muara sungai, dimana kadar merkuri di irigasi dengan jarak ± 3m dari daerah muara hasilnya lebih tinggi dari kadar merkuri yang di sungai yang hanya berkisar 0,0009 mg/L. dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2 Hasil Uji Kandungan Merkuri (Hg) di Irigasi Tempat Membuang Limbah Pengolahan Emas di Desa Lintidu Kecamatan Paleleh Titik pengambilan sampel Irigasi
Hasil Uji Laboratorium Mg/L Merkuri Baku (Hg) mutu 0,0013
0,001
Ket
Tdk memenuhi syarat
Dapat dilihat bahwa kadar merkuri lebih tinggi di daerah irigasi yang menjadi tempat pembuangan limbah pengolahan emas oleh masyarakat, dimana kadar merkuri sebesar 0,0013 mg/L mengalami peningkatan di banding di daerah sungai dan melewati baku mutu yang di tentukan oleh Permenkes No. 416 tahun 1990 yaitu sebesar 0,001 mg/L. Kadar kesadahan pada air sungai di Desa Lintidu Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol paling tinggi yaitu sebesar 424 mg/L terletak di muara sungai pada titik pertama dengan nilai rata-rata kadar kesadahan sebesar 302,12 mg/L, hal ini di sebabkan karena di bagian dasar sungai terdapat batuan kapur yang menyebabkan kadar kesadahan semakin tinggi. Perairan dengan nilai kesadahan tinggi pada umumnya merupakan perairan yang berada di wilayah yang memilki lapisan tanah pucuk (top soil) tebal dan batuan kapur Effendi (2003). Sedangkan yang paling rendah sebesar 176,47 mg/L terletak di hilir sungai dengan nilai rata-rata kesadahan sebesar 215,87 mg/L, hal ini
mungkin disebabkan karena lapisan tanah didaerah hilir sungai tidak tebal dan hanya di penuhi oleh bebatuan besar. Sungai yang berada di Desa Lintidu merupakan jenis sungai yang dipenuhi dengan bebatuan besar dan mudah kering apabila pada musim kemarau. Batasan dalam penelitian Peneliti melakukan pengambilan sampel tidak sesuai dengan prosedur yang di tentukan. Dimana pengambilan sampel tidak di ukur jarak pada waktu pengambilan sampel dari titik pertama sampai titik ke tiga di masing-masing tempat pengambilan sampel pada air sungai di Desa Lintidu yaitu dari daerah hulu sungai sampai muara. Waktu pengambilan sampel air sungai di di titik hulu I, hilir I dan muara I dilakukan pada bulan Juni 2014 sedangkan pengambilan sampel air sungai di titik (hulu II,III), (hilir II,III) dan (muara II,III) yaitu bulan November 2014. Lokasi pengambilan sampel tidak sama dengan lokasi pemeriksaan sampel, dimana pengambilan sampel dilakukan di Desa Lintidu Kecamatan Paleleh Kabupaten Buol Sulawesi Tengah sedangkan pemeriksaan sampel di laboratorium BTKL-PPM kelas I Manado dan BPPMHP Kota Gorontalo. Hal ini di sebabkan karena pada pemeriksaan sampel yang di ambil pada bulan Juni alat yang di gunakan untuk pemeriksaan merkuri di Laboratorium BTKL-PPM Manado masih berfungsi sedangkan pada bulan November alat tersebut rusak maka peneliti hanya mengirim sampel air kesadahan untuk di periksa dan untuk sampel air merkuri di periksa di Laboratorium BPPMHP Kota Gorontalo. Peneliti seharusnya melakukan pengambilan sampel di irigasi yang menjadi tempat pembuangan limbah hasil pengolahan emas dengan menggunakan tromol oleh masyarakat Desa Lintidu yang di lakukan di
belakang rumah, namun untuk lebih memperjelas penelitian ini maka peneliti mengambil satu sampel air di irigasi pada satu titik dekat daerah muara sungai dengan jarak 4 meter untuk di jadikan variabel kontrol dalam penelitian. Peneliti seharusnya melakukan pengambilan sampel sesuai dengan teknik yang di tetapkan menurut SNI 6989.57:2008 tentang Air dan air limbah – Bagian 57:Metoda pengambilan contoh air permukaan yakni: Langkah-langkah persiapan wadah contoh, sebagai berikut: Untuk menghindari kontaminasi contoh di lapangan, seluruh wadah contoh harus benar-benar dibersihkan di laboratorium sebelum dilakukan pengambilan contoh. Wadah yang disiapkan jumlahnya harus selalu dilebihkan dari yang dibutuhkan, untuk jaminan mutu, pengendalian mutu dan cadangan. Jenis wadah contoh dan tingkat pembersihan yang diperlukan tergantung dari jenis. Wadah contoh harus dicuci dengan deterjen dan disikat untuk menghilangkan partikel yang menempel di permukaan Bilas wadah contoh dengan air bersih hingga seluruh deterjen hilang Bila wadah contoh terbuat dari bahan non logam, maka cuci dengan asam HNO3 1:1. kemudian dibilas dengan air bebas analit Biarkan wadah contoh mengering di udara terbuka Wadah contoh yang telah dibersihkan diberi label bersih-siap untuk pengambilan contoh. Titik pengambilan contoh air sungai ditentukan berdasarkan debit air sungai yang diatur dengan ketentuan sebagai berikut: sungai dengan debit kurang dari 5 m3/detik, contoh diambil pada satu titik ditengahsungai pada kedalaman 0,5 kali
kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata. sungai dengan debit antara 5 m3/detik 150 m3/detik, contoh diambil pada dua titik masing-masing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada kedalaman 0,5 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata kemudian dicampurkan. sungai dengan debit lebih dari 150 m3/detik, contoh diambil minimum pada enam titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2, dan 3/4 lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan 0,8 kali kedalaman dari permukaan atau diambil dengan alat integrated sampler sehingga diperoleh contoh air dari permukaan sampai ke dasar secara merata lalu dicampurkan. 4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kadar merkuri (Hg) pada air sungai di Desa Lintidu di daerah hulu, hilir maupun muara sebesar 0,0004 mg/L sampai dengan 0,0009 mg/L dan tidak melewati baku mutu air sesuai dengan Permenkes No. 416 tahun 1990 dimana untuk nilai ambang batas dari merkuri adalah 0,001 mg/L. Kadar CaCo3 (Kesadahan) pada air sungai di Desa Lintidu di daerah hulu, hilir dan muara sebesar 176,47 mg/L sampai dengan 424 mg/L dan tidak melewati standar yang di tentuka oleh Permenkes No. 416 tahun 1990 dimana untuk nilai ambang batas dari kesahadan adalah 500 mg/L. Namun jika dilihat kondisi sungai penuh dengan rerumputan, kotor, batuan yang penuh lumut, banyak kayu-kayu dan pohon yang tumbang di sekitar sungai. Hal ini juga memungkinkan adanya pencemaran
sungai baik dari segi fisik kimia maupun biologi. Saran Bagi masyarakat agar membuat penyaringan air sederhana untuk mengurangi zat pencemar dan memasak air hingga medidih, bagi penambang sebaiknya menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) agar kulit tidak langsung terpapar oleh zat-zat kimia yang digunakan dan juga tidak membuang limbah pertambangan tanpa pengolahan terlebih dahulu ke sungai maupun di sekitar rumah. Hal ini untuk menghindari terjadinya dampak pada lingkungan dan gangguan pada kesehatan masyarakat. Bagi instansi kesehatan agar melakukan penyuluhan secara berkala tentang menjaga dan memelihara sanitasi lingkungan dan sarana air bersih yang sesuai dengan syarat kesehatan. Memberikan penyuluhan tentang pengolahan limbah sebelum di buang ke lingkungan, pengolahan air untuk mengurangi zat-zat pencemar agar dapat digunakan oleh masyarakat, serta menjaga kebersihan sumber air yang digunakan agar tidak membahayakan kesehatan masyarakat. 5. DAFTAR PUSTAKA Boekoesoe, L. 2010. Tingkat Kualitas Bakteriologis Air Bersih Di Desa Sosial Kecamatan Paguyama n Kabupaten Boalemo. httpejurnal. ung.a c.idindex.phpJINarticleviewFile76 8711. Diakses 28 November 2013. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisus. Depkes, RI. 1990. Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. httpl.depkes.go.id_asset_regulasi5 5_permenkes%20416.pdf. Diakses Tanggal 28 November 2013. Rudiyanti. 2009. Kualitas Perairan Sungai Banger Pekalongan Berdasarkan Indikator Biologis. httpejournal.un
dip.ac.idindex.phpsaintekarticledo wnlo ad372284. Diakses tanggal 19 Maret 2014. Rianto, S, Dkk. 2012. Analisis FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Keracunan Merkuri Pada Penambang Emas Tradisional di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Kabupaten W onogiri. httpejournal.undip.ac.idin dex.phpjkliarticleview41413774 .pdf. Diakses tanggal 19 Maret 2014 SNI. 2004. Air dan air limbah – Bagian 12: Cara uji kesadahan total kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dengan metode titrimetri. http://kl h.sol okkota.go.idfile1412111738_sni06-6989.12-2004.pdf. Diakses tanggal 29 November 2013. Yulianti, E. 2011. Studi Kelayakan Air Baku Sumber Nguncar Di Kecamatan Kampak Kabupaten Trenggalek Ja wa Timur. httpwww.itn.ac.idimage sber itaspektraspectra_17ix_januari_2011.pdf. Diakses tanggal 29 November 2013.