BioSMART Volume 6, Nomor 2, Halaman: 138-142
ISSN: 1412-033X Oktober 2004
Indikasi Pencemaran Merkuri (Hg) di Sungai Bengawan Solo The Indication of Mercury Pollution on Bengawan Solo River RIYATUN1♥, SRI WAHYUNING SUGIARTI1, ANASTACIA DANIEK WIJAYA1, YOHANNES SARDJONO2 1
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta 57126 2 P3TM- BATAN Yogyakarta 55010 Diterima: 5 Agustus 2003. Disetujui: 3 Nopember 2003
ABSTRACT The neutron activation analysis method had been applied to measure the mercury dose on the water samples and the fish samples as bioindicators from Bengawan Solo River. The measurement of radioactive induction on the activated samples by neutron had been done at the Kartini Reactor, P3TM – Batan Yogyakarta. The mercury doses were high on the water samples so it weren’t in accordance with the water consumption requirement of Group Fourth in the Government Regulation No. 82/2001. The mercury doses on the fish samples were high too and it was higher than the maximum mercury dose of fish for proper consume it’s according to Dirjen POM Decision No. 03725/B/SK/VII/89. Both the results of mercury dose measurement show that the mercury pollution level in Bengawan Solo River, especially in Surakarta and roundabout has been high and threaten the preservation of live world. Key words: mercury (Hg) dose, Neutron Activation Analysis (NAA), Surakarta.
PENDAHULUAN Era otonomi daerah membuka peluang sebesar-besarnya bagi meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD). Dengan alasan ekonomi ini, sektor industri mempunyai peluang berkembang dengan pesat. Perijinan maupun pengawasannya ada di tangan pemerintah daerah (Pemda). Hal ini membawa dampak positif maupun negatif. Dampak industri pada kelestarian lingkungan sering terabaikan karena efek kerusakan yang ditimbulkan tersebut sering kali tidak berdampak langsung/seketika. Dampak negatif dari perkembangan industri terhadap lingkungan sungai adalah terjadinya pencemaran. Sungai merupakan pilihan utama untuk membuang limbah industri dari pabrik, industri rumah tangga, maupun limbah pemakaian hasil pabrik (pupuk, pestisida, dan lain-lain). Pencemaran sungai didefinisikan sebagai hadirnya satu atau beberapa zat pencemar (kontaminan) di lingkungan sungai dalam jumlah dan sifat yang dapat merusak kehidupan di sungai serta berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Sungai Bengawan Solo merupakan sungai yang berperan penting bagi masyarakat di Surakarta. Sungai ini berhulu di waduk Gajah Mungkur yang merupakan tempat berkumpulnya sungai-sungai mata air dari Pegunungan Sewu di Kabupaten Wonogiri. Air sungai ini mengaliri persawahan di Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, pinggiran kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen ♥ Alamat korespondensi: Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Tel. & Fax.: +62-271-663375. e-mail:
[email protected]
dan berlanjut ke wilayah Jawa Timur. Di sepanjang alirannya, sungai ini juga menjadi muara sungai-sungai kecil dari daerah sekitar dengan membawa limbah petani, rumah tangga, dan industri. Bengawan Solo juga menjadi tumpuan mata pencaharian bagi petani, penangkap ikan maupun lainnya. Beberapa penelitian tentang Sungai Bengawan Solo menyimpulkan bahwa kualitas air sungai ini terus mengalami penurunan (Gita Pertiwi, 2000) Menurut Peraturan Pemerintah Indonesia No. 82 Tahun 2001, sumber air sungai menurut peruntukkannya dibedakan menjadi sungai golongan I, II, III dan IV. Golongan I adalah sungai yang dipersiapkan untuk sumber penyediaan air minum tanpa pengolahan, golongan II harus melalui proses pengolahan, golongan III untuk perikanan dan peternakan, golongan IV untuk pertanian, industri, energi tenaga air dan sejenisnya. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 ini juga mengatur tentang seberapa besar kandungan zat kimia yang diperbolehkan dalam air menurut peruntukkannya. Jika dalam air terdapat zat-zat kimia yang melebihi batas tersebut maka air dikatakan telah tercemar. Jenis pencemaran tersebut dapat berupa partikel terlarut, tersuspensi, koloid atau endapan partikel tidak terlarut. Pencemaran dalam air tawar lebih mudah terjadi karena air tawar mengandung material anorganik dan organik yang mempunyai kemampuan mengabsorbsi zat kimia lebih besar daripada air laut. Kualitas air dapat dibedakan pula berdasarkan karakteristik fisik, kimia dan biologi. Merkuri, baik dalam bentuk logam dan garam merkuri telah digunakan dalam proses industri secara luas, sehingga sejumlah besar zat ini ikut terlepas ke lingkungan melalui limbah industri. Logam merkuri antara lain digunakan dalam industri peralatan listrik, pembuatan baterei, selulose 2004 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
RIYATUN dkk. – Merkuri di Bengawan Solo
dan plastik, farmasi, cat, serta peralatan laboratorium dan elektronika (Zakiyah, 1995). Di dalam air, merkuri dapat tersebar di permukaan, pada kedalaman tertentu, maupun mengendap pada sedimen. Logam merkuri dalam garam diubah oleh bakteri menjadi dimetil merkuri (CH2)Hg yang cenderung terakumulasi dalam tubuh organisme kecil seperti fitoplankton dan zooplankton. Dalam rantai makanan akhirnya akan mengenai langsung pada manusia maupun lingkungan yang lebih luas. Air yang sehat bagi peruntukannya adalah air yang membawa zat-zat yang bermanfaat. Beberapa unsur non organik misalnya logam, diperlukan dalam jumlah tertentu oleh tubuh misalnya kalsium (Ca), fosfor (P), dan kalium (K). Di pihak lain terdapat logam yang tidak bermanfaat bahkan berbahaya bagi tubuh, misalnya arsen (As), kadmium (Cd), timah hitam (Pb), dan merkuri (Hg) karena dapat berikatan dengan protein, sehingga bersifat racun dalam tubuh. Pada konsentrasi tertentu, logam-logam ini dapat menyebabkan kematian dan gangguan kesehatan yang tidak dapat pulih dalam waktu singkat (Murtopo, 1989). Pencemaran pada lingkungan air dapat dideteksi melalui komposisi air maupun keseimbangan indikator biologis. Komposisi air dapat diteliti secara langsung dengan mengambil sampel air di wilayah sungai yang dimaksud. Pemantauan pencemaran pada organisme hidup dapat dievaluasi pada tingkat organisasi yang berbeda seperti tingkat molekuler, seluler, individual, populasi dan komunitas. Pemilihan organisme secara tepat sebagai bioindikator suatu lingkungan sangatlah penting (Zakiyah, 1995). Ikan adalah salah satu bahan pangan yang dapat ditemukan di sungai dan berhubungan langsung dengan pangan manusia. Di beberapa tempat di wilayah aliran sungai Bengawan Solo, mudah ditemukan orang yang mencari ikan bebas/liar untuk dikonsumsi sendiri maupun sebagai mata pencaharian. Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi ikan liar dari sungai ini masih tinggi. Penelitian ini akan memberi gambaran tingkat pencemaran merkuri pada bahan pangan manusia, ikan dijadikan sebagai bioindikator pencemaran. Hal ini sesuai dengan persyaratan pemilihan hewan indicator pencemaran, yaitu dapat mengakumulasi bahan pencemar tanpa dia sendiri mati terbunuh, terdapat dalam jumlah yang banyak di seluruh daerah penelitian, hidup dalam waktu yang relatif lama sehingga sampling mudah diulang, mudah diambil dan tidak cepat rusak (Connel, 1995; Darmono, 1995; Connaughey dan Zottoli, 1983). Penelitian ini akan memberikan informasi tentang kandungan Hg bagi kelayakan konsumsi ikan dari aliran sungai Bengawan Solo, maka bagian tubuh yang dipilih dari ikan tersebut adalah dagingnya. Hasil pengukuran kadar Hg kemudian dibandingkan dengan kelayakan konsumsi ikan dari unsur-unsur tertentu yang telah diatur dalam Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No. 03725/B/SK/89. Salah satu metode analisa unsur berdasarkan reaksi inti adalah Analisis Pengaktifan Neutron (APN), yakni pengamatan pada sifat radioaktifitas unsur yang terjadi akibat direaksikan dengan neutron. Pada logam berat (no.atom dan no. massa besar) biasanya digunakan neutron
139
lambat/termal yang berasal dari reaktor nuklir. Pada prinsipnya neutron akan bereaksi dengan inti atom, bukan dengan elektron karena sifat netron yang unik. Ukuran kebolehjadian netron bereaksi dengan inti atom dinyatakan dengan besaran tampang lintang reaksi (σ). Setelah menangkap neutron inti akan bersifat radioaktif yakni secara spontan akan memancarkan partikel radioaktif yang dapat berupa α, β, maupun - γ. Radiasi-γ yang dipancarkan oleh isotop memiliki energi yang sangat karakteristik. Dengan teknik spektrometri-γ dapat ditentukan isotop yang dimaksud (analisa kualitatif), sedangkan berdasarkan intensitas radiasi-γ yang dipancarkan dapat ditentukan kadar isotop dalam cuplikan (analisa kuantitatif) (Wardhana, 1994). Aktivasi neutron pada cuplikan dapat dikhususkan untuk menentukan kadar satu isotop saja atau secara umum mendeteksi macammacam unsur yang dikandung dalam cuplikan. Di alam terdapat macam-macam isotop Hg dengan kelimpahan serta tingkat kebolehjadian reaksi dengan neutron termal bermacam pula. Tabel 1 menjelaskan kelimpahan yang menunjukkan prosentase jumlah isotop di alam, sedangkan tampang lintang reaksi menunjukkan besarnya kebolehjadian interaksi neutron termal dengan inti Hg tersebut. Tabel 1. Kelimpahan isotop Hg di alam dan karakteristiknya, diaktivasi dengan neutron termal (Erdmann and Soyka, 1976) Isotop
Kadar (%)
Hg-196
0,15
Hg-198
10,1
Hg-199 Hg-200 Hg-201 Hg-202 Hg-204
16,9 23,1 13,2 29,7 6,8
Inti hasil aktivasi Hg-197m Hg-197 Au-197m Hg-199m Hg-199 Hg-200 Hg-201 Hg-202 Hg-203 Hg-205
Waktu paroh 23,8 h 64,1 j 7,8 d 42,6 s stabil stabil stabil stabil 46,6 h 50 s
σa n termal (barn) 120 ± 13 3080 ± 200 (18 ± 4) x10-3 1,9 2000 ± 1000 <60 <60 4,9 ± 0,1 (430 ± 100) x10-3
Dengan mengacu nilai kebolehjadian reaksinya, jenis dan sifat inti hasil reaksi serta waktu paruhnya, maka neutron termal yang berinteraksi dengan Hg-196-lah yang akan mengubah Hg menjadi radioaktif dengan waktu paruh 64,1 jam meskipun kelimpahan Hg-196 di alam sangat kecil. Proses aktivasi neutron termal pada Hg tersebut dijelaskan dalam persamaan reaksi berikut (Susetyo, 1988) 80
Hg 196 + 0 n 1 → 80 Hg 197 …………….(1)
Isotop 80Hg197 yang tidak stabil akan meluruh dengan memancarkan radiasi - γ berenergi 77,2 keV menurut persamaan berikut: 80
Hg 197 → 80 Hg 197 + γ ………….…(2)
140
B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 138-142
Makalah ini akan memaparkan hasil pengukuran kadar merkuri pada air dan bioindikator ikan dari perairan Sungai Bengawan Solo menggunakan teknik APN. BAHAN DAN METODE Pengambilan dan Preparasi Sampel. Sampel air diambil dari empat titik lokasi, yaitu: (i) Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, (ii) Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, (iii) Desa Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta, dan (iv) Desa Klembu, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar pada 21 April 2002. Masing-masing sampel diambil dari tepi, tengah, permukaan dan air bagian dasar sungai. Penyaringan untuk membuang sampah organik dilakukan, dan tanpa perlakuan yang spesifik (pemekatan, pemanasan, dan lain-lain) sampel air sudah siap diiradiasi di reaktor. Sampel ikan adalah ikan yang hidup liar/tidak dibudidayakan di tiga titik pengambilan sampel yaitu (i) Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri, (ii) Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, (iii) Desa Klembu, Kecamatan Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar. Ikan ditangkap pada 3-4 Agustus 2002 di ketiga lokasi tersebut masing-masing sebanyak 2 kg ikan basah, setelah diambil dagingnya beratnya tinggal sekitar 500 - 800 gram yang akan diproses lebih lanjut. Preparasi sampel dilakukan dengan tujuan agar dapat membuat larutan homogen dari sampel ikan (setelah ditambah akuades). Peralatan yang digunakan dalam preparasi sampel ikan ini antara lain: sarung tangan latex, plastik klip, freezer, pisau bedah, wadah stainless steel, penumbuk stainless steel, freeze dryer GT-2 Germany, sentrifugal ball mill, ayakan ukuran 100 mesh, timbangan, labu ukur, vial polyetilene, kelongsong polyetilene dan mikro pipet. Ikan diambil hanya dagingnya, dikeringkan dengan nitrogen cair sehingga kandungan air berkurang, getas dan mudah ditumbuk. Setelah itu ditumbuk dengan alat penumbuk manual dari stainless steel hingga diperoleh tepung ikan, dikeringkan dalam freeze dryer selama 2 x 24 jam sehingga sampel sangat kering. Setelah itu dihaluskan lagi dengan sentrifugal ball mill dan diayak pada ayakan berukuran 100 mesh. Preparasi sampel ikan dilakukan di Laboratorium P3TM BATAN Yogyakarta. Proses Irradiasi Sampel air dimasukkan dalam ampul polietilen berukuran 0,5 ml, disiapkan pula ampul kosong berisi aquades, serta ampul berisi larutan standar Hg berkadar 0,05 ppm. Masing-masing titik lokasi diambil 3 sampel air. Dimasukkan dalam ampul polietilen, larutan dari sampel ikan seberat 0,1-0,2 gram dilarutkan dalam 0,5 ml aquades, disiapkan pula ampul kosong berisi aquades, serta ampul berisi larutan standar Hg berkadar 5 ppm. Masingmasing jenis ikan dari setiap titik lokasi diambil 3 sampel. Ampul kosong berisi aquades berguna untuk mengetahui cacah latar yang dibawa oleh ampul dan aquades (faktor koreksi), sedang ampul berisi sampel standart Hg merek Fisher berkadar tertentu tersebut akan
digunakan untuk perbandingan cacah radiasi - γ yang berguna untuk menentukan kadar dari Hg. Selanjutnya, ampul diletakkan pada fasilitas irradiasi Lazy Susan pada reaktor Kartini BATAN Yogyakarta dan siap untuk dilaksanakan irradiasi dengan neutron termal. Irradiasi sampel air dan sampel ikan tidak dilakukan bersamaan, tetapi perlakuan pada proses irradiasi dan pencacahan adalah sama karena unsur yang akan diamati adalah sama, yakni Hg. Tabel 2. Spesifikasi dari fasilitas irradiasi Lazy Susan Reaktor Kartini BATAN Yogyakarta (Batan,1998). Besaran
Spesifikasi
Fluks netron rata-rata Daya maksimum reaktor Kapasitas Ampul Energi neutron termal
5,1.1010 netron/cm.s 100 KW 40 buah 0,025 eV
Dengan mempertimbangkan bahwa umur paruh dari Hg adalah 64,1 jam, maka waktu irradiasi dilakukan cukup lama. Waktu tunda berguna untuk menghilangkan unsurunsur radioaktif yang berumur paruh pendek dan tidak perlu diperhatikan, bahkan akan mengganggu proses pencacahan aktivitas Hg. Alokasi waktu proses di atas dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 3. Waktu irradiasi dan waktu tunda. Jenis sampel
Waktu irradiasi
Waktu tunda
Air - Hg Ikan - Hg
2 x 6 jam 2 x 6 jam
5 hari 5 hari
Proses Pencacahan Pencacahan dilakukan dengan serangkaian alat spektrometri-γ, yang terdiri dari detector HP-Ge Canberra GC 1018, power supply, amplifier, high voltage power supply, nitrogen cair, serta komputer dan software MCA. Detektor ini dikalibrasi menggunakan sumber gamma yang berasal dari inti radioaktif Eu-152. Radioaktif Eu ini digunakan sebagai kalibrator nomor salur MCA dengan energi-γ, karena inti ini memancarkan banyak sinar - γ yang beragam energinya. Hubungan rumus (3) digunakan sebagai analisis, yaitu dengan mencacah - γ yang berenergi 77,2 keV. (Susetyo, 1988).
At = A0 e
− ln 2
t
………………….(3)
Dengan memperhatikan koreksi dari cacah - γ dari ampul berisi aquades pada energi tersebut, maka diperoleh cacah - γ dari Hg yang sebenarnya. Kadar unsur ditentukan melalui perbandingan cacah-γ dari cuplikan (indeks c) dan cacah-γ dari cuplikan standart Hg (indeks s), yaitu:
Kc =
A0 c xK s .…………………(4) A0 s
RIYATUN dkk. – Merkuri di Bengawan Solo
Dari hasil perhitungan cacah-γ serta beberapa tetapan dari isotop yang berada di Tabel isotop, diperoleh kadar konsentrasi Hg dari sampel air dan sampel ikan ditampilkan pada Tabel 4 dan 5 berikut. Tabel 4. Konsentrasi merkuri (Hg) pada sampel air. Konsentrasi Hg rata-rata x 10-2 (ppm) Gajah Mungkur 0,37 Grogol Sukoharjo 0,74 Pucangsawit, Jebres, Surakarta 2,23 Kembu Kebakkramat 3,36 Keterangan: Ralat pada hasil tersebut mengacu pada spesifikasi alat, yakni sebesar 15 % (Batan,1998). Daerah asal pengambilan sampel
Hasil tersebut akan dibandingkan dengan kelayakan konsumsi ikan dari kandungan logam berat Hg yang diatur dalam Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/98 yakni maksimum sebesar 0,5 ppm. Dalam bentuk diagram ditampilkan pada gambar 2 berikut.
Kadar Hg (ppm)
HASIL DAN PEMBAHASAN
141
0,8 0,6 0,4
0,642 0,397 0,396 0,388
0,521
0,2 0 A
B
C
Daerah pengambilan sampel
Gambar 2. Kadar Hg dalam ikan di daerah pengambilan sampel.
Kadar Hg (10E-2 ppm)
Dalam Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air disebutkan bahwa kadar Hg maksimum untuk air golongan IV sebesar 5. 10-3 ppm atau 0,5.10-2 ppm. Dalam bentuk diagram ditampilkan pada gambar 1 berikut.
4
3,36
3 2 1
Kadar Hg hasil.
2,23 0,37
0,74
0,5
Kadar maks. PP82 th 2001
0 A
B
C
D
Daerah pengambilan sampel
A: Gajah Mungkur, B: Wirun, Sukoharjo C: Pucangsawit, Surakarta, D: Klembu, Kebakkramat
Gambar 1. Kadar Hg dalam air di daerah pengambilan sampel.
Hasil pengukuran kadar merkuri dari sampel ikan yang diperoleh di perairan Sungai Bengawan Solo ditampilkan pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Konsentrasi merkuri (Hg) pada sampel ikan.
Daerah asal pengambilan sampel Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri Desa Wirun Kec. Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo DesaWaru, Kec. Kebakkramat, Kabupaten Karanganyar
Jenis ikan Lele Nila Lele Nila Sapusapu
Konsentrasi Hg rata-rata (ppm) 0,388 0,397 0,396 0,642 0,521
Kandungan logam merkuri pada air dan ikan Konsentrasi logam berat di waduk Gajah mungkur ditinjau dari kadarnya dalam air telah tinggi (3,7. 10-3 ppm) meskipun masih di bawah batas maksimum yang diperbolehkan menurut PP No 82 tahun 2001 (5.10-3 ppm), ditinjau kadar Hg dalam ikan juga telah tinggi (0,388 ppm) dari batas maksimum (0,5 ppm) menurut Keputusan Dirjen POM No. 03725/B/98. Secara geografis waduk Gajah Mungkur yang berlokasi di kabupaten Wonogiri ini berada cukup jauh dari kawasan industri tetapi cukup dekat dengan daerah pemukiman penduduk, usaha wisata air serta warung makan. Pada daerah tertentu pada musim kemarau digunakan sebagai lahan pertanian sehingga sisa-sisa merkuri yang berasal dari pestisida petani merupakan sumber potensial bagi pencemaran logam merkuri di waduk Gajah Mungkur. Kadar yang telah tinggi ini tentu saja harus menimbulkan perhatian bagi semua kalangan. Sampel air dan sampel ikan dari kawasan Desa Wirun menunjukkan kadar Hg yang lebih tinggi daripada ikan dari Waduk Gajah Mungkur. Kadar tersebut adalah 0,74 ppm untuk Hg dalam air, Hg pada ikan lele adalah 0,396 ppm dan nila 0,642. Dari semua hasil tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan kadar Hg-nya, air maupun ikan di daerah pengambilan sampel sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Kadar Hg pada air di daerah pengambilan sample Klembu menunjukkan angka yang sangat tinggi, yakni (23,36).10-2 ppm, sedangkan kadar Hg pada sample ikan juga sangat tinggi 0,521 ppm. Jika dibandingkan dengan kelayakan konsumsinya, air dan ikan di daerah pengambilan sample di Kebakkramat ini juga menunjukkan tidak layak untuk dikonsumsi. Semakin jauh dari daerah asal air, kadar Hg semakin tinggi. Di daerah asalnya, kadar merkuri telah tinggi disebabkan aktifitas manusia yang menghasilkan limbah merkuri pada aliran sungai. Wirun belum termasuk daerah industri, tetapi banyak petani yang menanam buah melon maupun lainnya (agrobisnis). Pemeliharaan pada tanaman memerlukan teknik yang lebih teliti dan rumit terutama tentang pemakaian pupuk dan pestisida. Tingginya tingkat
142
B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 138-142
konsumsi pupuk dan pestisida menyebabkan residu logam berat (terutama Hg) juga tinggi di aliran sungai Bengawan Solo di daerah ini. Di daerah Pucangsawit, Jebres, Surakarta, air sungai Bengawan Solo telah tercampuri limbah perkotaan yang dibawa oleh sungai-sungai kecil yang bermuara padanya. Sungai ini membawa limbah rumah tangga maupun industri rumah tangga. Keluar dari Surakarta, Bengawan Solo telah menjadi muara Sungai Pepe yang merupakan sungai agak besar yang melewati daerah industri rumah tangga di perkotaan Surakarta dan sekitarnya. Bengawan Solo juga menjadi muara limbah pabrik berskala besar di sekitar daerah industri Palur. Tingginya kadar Hg pada air harus menimbulkan perhatian bagi semua komunitas di sekitarnya yang akan secara langsung mengalami akibatnya, karena kualitas air ditinjau dari segi kandungan logam merkurinya, air sungai Bengawan Solo ini sudah tidak dapat memenuhi standart air golongan IV yakni peruntukkan bagi pertanian, industri, energi tenaga air dan sejenisnya. Hasil ini menggambarkan juga tingkat pencemaran Hg di Sungai Bengawan Solo ini telah tinggi. Hasil ini juga menggambarkan bahwa melalui bioindikator ikan, kadar merkuri di Sungai Bengawan Solo ini juga telah tinggi. Bahkan ada fenomena menarik, tetapi tidak dalam cakupan pembahasan penelitian ini. Yakni dilihat dari ragam ikan yang diperoleh, di daerah Waru, Kebakkramat, Karanganyar tidak ditemukan secara bebas ikan jenis lele (Clarias batracus) dan nila (Osteachilus hansse). Ikan liar yang hidup adalah ikan sapu-sapu (Gastromyzon borneensis), yang kulitnya sangat keras dan rasanya tidak enak. Tentu saja banyak faktor yang menyebabkan tidak ditemukannya jenis ikan serupa di daerah ini. Tetapi indikasi bahwa pencemaran yang tinggi ini (ditandai oleh kadar Hg tinggi) membawa dampak bagi
kelestarian lingkungan hidup sebagimana digambarkan melalui penelitian ini. KESIMPULAN Kadar merkuri (Hg) pada air dan ikan yang hidup bebas dari aliran sungai Bengawan Solo telah tinggi dan menimbulkan perhatian bagi kelayakan peruntukkan air dan konsumsi ikannya. DAFTAR PUSTAKA Connel, D.W., 1995, Bioakumulasi Senyawaan Xenobiotik. Penerjemah: Koestoer, Y.R.H. Jakarta: UI Press. Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press. Erdmann, G. and W. Soyka. 1976, The Gamma Ray of the Radionuclides Tables for Applied Gamma Ray Spectrometry. New York: Wienhein Gita Pertiwi. 2000. Review Terhadap Kasus Lingkungan, Makalah Seminar Lingkungan Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Ekonomi, UNS Surakata. Keputusan Direktur Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Nomor: 03725/B/SK/VII/89 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Dalam Makanan, 10 Juli 1989. McConnaughey, B.H., R. Zottoli. 1983. Pengantar Biologi Laut. Penerjemah: Tafal, H.Z.B.. Semarang: IKIP Semarang Press. Murtopo, S. 1989. Analisis Logam Berat dalam Perairan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, 14 Desember 2001. Susetyo, W. 1988. Spektrometri Gamma. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wardhana,W.A. 1994. Pengantar Teknik Analisa Radioaktivitas Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Zakiyah, U. 1995. Tingkat Pencemaran Merkuri (Hg) di Perairan Pantai Surabaya dan Pengaruhnya Terhadap Kerang Bulu. [Tesis S-2]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.