ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO Yunita Miu Nim : 811409046 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. ABSTRAK Yunita Miu. 2013. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) pada Tanah Sawah di Desa Taluduyunu, Kecamatan Buntulia, Kabupaten Pohuwato. Skripsi. Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Herlina Jusuf, Dra., M.Kes dan Pembimbing II Ramly Abudi, S.Psi., M.Kes. Tanah sawah merupakan tempat produksi beras yang menjadi bahan pangan manusia. Salah satu penyebab pencemaran logam berat merkuri dalam tanah adalah akibat adanya limbah industri Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dosen FMIPA UNG bahwa saluran irigasi persawahan Desa Taluduyunu telah mengalami pencemaran ringan akibat merkuri yang berasal dari industri pertambangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan merkuri (Hg) dalam tanah sawah di desa Taluduyunu Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato. Jenis penelitian ini merupakan survei dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Sampel yang digunakan adalah sebagian tanah sawah pasca panen yang ada di desa Taluduyunu dengan penentuan 10 titik pengambilan sampel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya kandungan merkuri (Hg) pada tanah sawah dengan nilai kandungan merkuri tertinggi pada tanah sawah adalah 0,333 ppm dan nilai kandungan merkuri terendah pada tanah sawah adalah 0,052 ppm. Keseluruhan hasil pengujian merkuri pada sampel tanah sawah belum melebihi kadar batas aman merkuri menurut KLH-Dalhouise University Canada tahun 1992 standar baku mutu untuk penggunaan pertanian yaitu sebesar 0,5 ppm. Dengan melihat hasil pengujian yang dilakukan maka peneliti menyimpulkan bahwa kualitas tanah sawah yang ada di Desa Taluduyunu dapat dikatakan mengalami pencemaran ringan akibat logam berat khususnya merkuri (Hg). Kata Kunci: Tanah Sawah, Merkuri (Hg), Air Irigasi, PETI
1.
Pendahuluan
Usaha pertambangan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat sering dianggap sebagai penyebab kerusakan lingkungan. Sebagai contoh usaha pertambangan emas skala kecil atau tambang emas rakyat. Kontaminasi logam berat dalam air dan tanah merupakan masalah yang umum dijumpai di lingkungan sekitar kita seperti di lokasi Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang biasanya dilakukan oleh masyarakat setempat. Wilayah Gorontalo terdapat beberapa lokasi kegiatan pertambangan emas tradisional yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan pertambangan ini telah bertahuntahun dan menggunakan teknologi sederhana dengan menggunakan Merkuri sebagai bahan untuk proses pemisahan bijih emas. Menurut data Badan Lingkungan Hidup dan Tata Kota (BLHTK) Kabupaten Pohuwato hasil pengukuran kualitas air dengan Parameter Merkuri di sungai Taluduyunu pada bagian hulu sungai adalah 0,0018 mg/l, bagian tengah sungai adalah 0,0021 mg/l, dan bagian hilir sungai adalah 0,0032 mg/l. Berdasarkan hasil analisis data secara keseluruhan bahwa beberapa sungai yang ada di Kabupaten Pohuwato mengalami pencemaran dengan kategori cemar ringan (BLHTK Pohuwato, 2012). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hendri Iyabu, salah satu dosen di Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri
Gorontalo pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kandungan merkuri pada saluran irigasi persawahan sebesar 0,0016 mg/l. Kontribusi terbesar penyebab terjadinya cemaran pada air sungai dan air saluran irigasi yaitu akibat adanya limbah logam berat dari kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Gunung Pani yang langsung dibuang ke lingkungan tanpa proses pengolahan. Merkuri merupakan unsur yang paling beracun terhadap manusia dan hewan, serta tidak diketahui fungsi biologis esensialnya. Logam merkuri (Hg2+) merupakan salah satu dari ion logam yang paling beracun terhadap biota tanah (Wijanto, 2005). Menurut Fardiaz (1992), merkuri mengalami translokasi di dalam tanah, dapat mengumpul di dalam tubuh dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu lama sebagai racun yang terakumulasi. Kerusakan yang ditimbulkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan dan mengetahui tingkat cemaran merkuri (Hg) pada tanah sawah. 2.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei dengan pendekatan deskriptif. Objek dalam penelitian ini adalah tanah sawah yang ada di Desa Taluduyunu Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato, dengan penentuan 10 titik
pengambilan sampel yang ditentukan dengan teknik purposive sampling.
3. Hasill dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian
Pengambilan data dilakukan dengan uji laboratorium dimana metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data secara langsung pada saat penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa hasil laboratorium untuk pemeriksaan kandungan merkuri (Hg) pada tanah sawah dapa dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Tanah Sawah di Desa Taluduyunu Tahun 2013 No
Titik Pengujian Sampel
1 Titik 1 2 Titik 2 3 Titik 3 4 Titik 4 5 Titik 5 6 Titik 6 7 Titik 7 8 Titik 8 9 Titik 9 10 Titik 10 Sumber : Data Primer 2013
Hasil Uji Merkuri (ppm) 0,052 0,141 0,175 0,132 0,139 0,231 0,153 0,221 0,333 0,169
Berdasarkan tabel 3.1 yakni hasil pengujian kandungan merkuri (Hg) pada tanah sawah di Desa Taluduyunu Kecamatan Buntulia Kabupaten Pohuwato diketahui bahwa kesepuluh sampel memiliki kandungan merkuri yang secara berturut-turut yaitu 0,052 ppm, 0,141 ppm, 0,175 ppm, 0,132 ppm, 0,139 ppm, 0,231 ppm, 0,153, 0,221, 0,333 dan 0,169 ppm. 3.2 Pembahasan Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan
Batas Kandungan Merkuri dalam Tanah Menurut KLHDalhouise University Canada tahun 1992 standar baku mutu untuk penggunaan pertanian yaitu sebesar 0,5 ppm
Ket
Tidak melebihi NAB Tidak melebihi NAB Tidak melebihi NAB Tidak melebihi NAB Tidak melebihi NAB Tidak melebihi NAB Tidak melebihi NAB Tidak melebihi NAB Tidak melebihi NAB Tidak melebihi NAB
menunjukkan adanya kandungan merkuri (Hg) pada tanah sawah dengan volume yang berbeda-beda pada setiap sampel seperti yang terlihat pada grafik (gambar 3.1) namun belum melebihi nilai ambang batas (NAB) merkuri pada tanah (menurut standar baku mutu KLHDalhouise University Canada tahun 1992 untuk penggunaan pertanian yaitu sebesar 0,5 ppm) yang berarti tanah sawah yang ada di Desa Taluduyunu tersebut belum tercemar oleh logam berat merkuri (Hg).
Sumber: Data Primer 2013 Gambar 4.2 Grafik Kandungan Unsur Hg dalam Tanah Sawah Desa Taluduyunu Tahun 2013 Adanya variasi kandungan merkuri (Hg) pada tanah di Desa Taluduyunu dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Fluktuasi Kegiatan Penambangan Aktivitas penambangan, dimana jumlah penambang tradisional yang ada di lokasi pertambangan semakin sedikit dibandingkan dengan jumlah penambang tradisional pada tahun-tahun sebelumnya. 2. Cuaca/Iklim Konsentrasi merkuri (Hg) akan lebih besar pada musim kemarau, sehingga tingkat mobilitas merkuri (Hg) tidak akan jauh dari tempat pengolahan (sumbernya) hal ini disebabkan oleh arus air sungai yang menurun. Sebaliknya pada musim penghujan mobilitas
merkuri (Hg) akan terbawa arus air sungai lebih jauh dari tempat pengolahan dikarenakan debit air yang lebih besar dibanding pada musim kemarau. 3. pH (Potensial of Hydrogen) Tingkat ketersediaan logam berat tergantung pada pH lingkungan. pH merupakan faktor penting yang menentukan transformasi logam. Air dengan pH ≤ 2 akan mengikat kandungan logam yang ada di dalamnya, sebaliknya air dengan pH ≥ 2 akan akan melepaskan kandungan logam berat dengan sendirinya melalui penguapan. 4. Jarak Pengambilan Sampel dengan Sumber Pencemar Jarak pengambilan sampel dengan letak sumber pencemar pada penelitian ini juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan merkuri dalam tanah sawah. Semakin jauh jarak pengambilan sampel dengan letak sumber pencemar umumnya penyebaran merkuri juga semakin kecil (menurun). Dalam penelitian ini khususnya untuk faktor jarak pengambilan sampel dengan sumber pencemar ditemukan perbedaan kandungan merkuri (Hg) pada tanah sawah yang cukup signifikan untuk sampel 1 (0,052 ppm) dengan sampel 5 (0,139 ppm) dengan asumsi bahwa nilai kandungan merkuri pada sampel 1 harus lebih tinggi dibandingkan dengan sampel 5 karena melihat letak pengambilan sampel 1 berada dekat dengan saluran irigasi sebagai sumber pencemar. Namun, hail uji kandungan yang terlihat adalah nilai merkuri pada sampel 5 lebih tinggi dibandingkan dengan sampel 1. Hal ini dapat dilihat pada faktor pengaruh lainnya seperti letak pengambilan sampel 5 tersebut berada dekat dengan pemukiman warga serta tempat pembuangan sampah dari beberapa rumah tangga. Keberadaan pemukiman serta tempat pembuangan sampah tersebut dapat menyebabkan tingginya kandungan merkuri dalam tanah akibat proses pembakaran sampah rumah tangga seperti bahanbahan plastik, bola lampu, serta baterai bekas di tempat pembuangan sampah tersebut. Tanah memeiliki resiko untuk terkontaminasi merkuri akibat bahan buangan seperti pembakaran plastik dan baterai bekas
yang masuk ke dalam air tanah dan diserap oleh badan tanah. Hal ini dapat menajadi slaah satu pemicu tingginya kandungan merkuri pada sampel 5. Kegiatan industri pertambangan emas memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap adanya kandungan merkuri dalam tanah sawah di Desa Taluduyunu. Hal ini disebakan oleh industri tersebut merupakan sumber pencemar merkuri (Hg) utama bagi daerah yang berada disekitar areal pertambangan tersebut. Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan. Tanah dan air tanah merupakan tempat awal dari kehidupan rantai makanan. Hal ini apabila terjadi cemaran pada daerah pertanian yang secara terus-menerus terendapakan di lahan pertanian dalam jangka panjang dapat menurunkan produktivitas hasil panen dan menurunkan kualitas produk pertanian, serta menyebabkan toksin dalam berbagai hasil pertanian dan peternakan yang membawa dampak negatif bagi manusia yang mengkonsumsinya. 4.
Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat kandungan merkuri pada tanah sawah yang ada di Desa Taluduyunu dengan besar kandungan yang bervariasi. Namun, secara umum kualitas tanah sawah yang ada di desa Taluduyunu belum mengalami pencemaran oleh logam berat merkuri
(Hg) dimana kandungan merkuri (Hg) pada tanah sawah tersebut belum melebihi nilai ambang batas untuk penggunaan tanah pertanian yaitu < 0,5 ppm. Dengan adanya hasil penelitian ini maka diharapkan agar masyarakat dapat mengurangi penggunaan merkuri (Hg) khususnya bagi para pekerja tambang emas, selain itu diperlukan adanya SPAL dari proses pengolahan limbah tambang, sehingga dapat mengurangi tingkat keracunan akibat merkuri (Hg) serta dampak kerusakan bagi lingkungan seperti air, tanah, dan udara. Daftar Pustaka BLHTK Pohuwato. 2012. Hasil Laporan Uji Kualitas Air Sungai yang ada di Pohuwato. Chandra, B. 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC Darmono. 2010. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UIP Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius Haryono, dan S. Soemono. 2009. Rehabiitasi Tanah Tercemar Merkuri (Hg) Akibat Penambangan Emas dengan
Pencucian dan Bahan organik di Rumah Kaca. Jurnal Tanah dan Iklim No. 29/2009 Iyabu, H. 2008. Analisis Kadar Merkuri (Hg) pada Sungai Taluduynu Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato. Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Vol.5 No. 2 Juli 2008. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta :Rineka Cipta. Petasule, S. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keracunan Merkuri Pada Pemijar Dan Pengolah Emas Di Tambang Emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Timur Kabupaten Gorontalo Utara. Skripsi. Sabtanto dan Suhandi. 2005. Pendataan Sebaran Unsur Merkuri pada Wilayah Pertambangan Gunung Pani dan Sekitarnya Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo.