BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) Penelitian kandungan Hg dilakukan pada ikan kakap merah yang berasal dari tiga
pasar tradisional, yaitu pasar Bilungala, pasar Mupuya dan pasar Tombililato. Berdasarkan penelitiian didapatkan hasil konsentrasi tertinggi Hg sebesar 0,165 mg/kg dari stasiun II (pasar Mupuya) dan untuk konsentrasi terendah sebesar 0,095 mg/kg dari stasiun III (pasar Tombililato), stasiun I (pasar bilungala) 0,125 mg/kg seperti terlihat pada Gambar.13
KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH 0,18
0,165
konsentrasi Hg (mg/kg)
0,16 0,14
0,125
0,12 0,095
0,1 0,08 0,06 0,04 0,02 0 pasar bilungala
pasar mupuya
pasar tombililato
stasiun/lokasi pengambilan sampel
Gambar.13 Kandungan Hg pada kakap merah di tiga pasar tradisional Konsentrasi Hg yang disajikan pada Gambar.13 terlihat bahwa ikan yang dijual dari tiga pasar tradisional Bone Bolango mengandung Hg, hal tersebut karena adanya kontaminasi Hg pada perairan. Menurut Widowati et al, (2008) menyatakan bahwa kadar Hg pada ikan yang diizinkan dan boleh dikonsumsi adalah 0,1 mg/kg, sedangkan
menurut SNI (2006) batas maksimum Hg untuk ikan segar bagian I spesifikasi tentang persyaratan mutu dan keamanan pangan yaitu 0,5 mg/kg, artinya konsentrasi Hg di Kabupaten Bone Bolango masih di bawah ambang batas SNI (2006). Menurut Suhandi dan Sabanto (2005) menyatakan bahwa kontaminasi logam berat merkuri (Hg) dalam sedimen sungai dapat terjadi akibat proses alamiah (pelapukan batuan terminerilisasi), proses pengolahan emas secara tradisional (amalgamasi), maupun proses industri yang menggunakan bahan baku yang mengandung logam berat merkuri (Hg). Menurut Ratmini (2005) menyatakan bahwa sumber merkuri diperkirakan 80% disebabkan oleh aktivitas manusia, elemen merkuri dilepaskan ke udara terutama hasil pembakaran bensin, 15% dilepaskan kedalam tanah akibat pemupukan dan fungsida, sampah baterai, thermometer dan skalar listrik, dan 5% adalah terlepas dari limbah industri kedalam lingkungan air. Kontaminasi Hg pada perairan sekitar lokasi penangkapan ikan kakap merah Bone Bolango dikarenakan akibat kegiatan penambangan emas yang ada di Desa Mupuya Kecamatan Bulawa Kabupaten Bone Bolango. Kegiatan penambangan emas di daerah tersebut berlasung intensif sejak tahun 2010. Pengolahan emas dengan proses amalgamasi yaitu menggunakan merkuri sebagai media untuk menangkap emas mempunyi potensi untuk terbuang ke lingkungan sekitar. Jika kondisi tersebut berlangsung secara terus menerus, maka konsentrasi Hg pada ikan kakap merah akan melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh SNI (0,5 mg/kg). Menurut Suhandi dan Sabanto (2005) proses terbuangnya merkuri pada kegiatan pengolahan emas terutama dapat terjadi pada tahapan kegiatan pengambilan amalgam, penanganan tailing, pembakaran amalgam dan pendulangan konsentrat.
Kandungan Hg pada ikan kakap masih di bawah standar karena Menurut SNI (2006) batas maksimum cemaran logam berat merkuri untuk ikan segar bagian I spesifikasi tentang persyaratan mutu dan keamanan pangan yaitu 0,5 mg/kg. SK Dirjen POM No.03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 0,5 mg/kg (Hikmawati dan Sulistyorini, 2006). Walaupun kadarnya tidak melebihi standar yang ditetapkan, tetapi apabila dikonsumsi terus menerus dalam waktu yang lama maka, terjadinya keracunan tetap harus diwaspadai karena
logam berat
merkuri (Hg)
bersifat
bioakumulatif
(Ratmini,2005). Menurut Palar (1994) dalam Widowati et al (2008) menyatakan bahwa bentuk senyawa Hg menentukan tingkat toksisitas misalnya HgCl2 dosis 29 mg/kg berat badan, Hgl2 dosis 357 mg/kg berat badan, Hg(CN)2 sebesar 10 mg/kg berat badan, yang bisa menyebabkan kematian. Untuk menurunkan kandungan Hg pada ikan dapat dilakukan metode pemasakan yaitu perebusan (Sulistyorini dan Hikmawati, 2006). Mekanisme toksisitas Hg dalam tubuh manusia dapat melalui makanan, pernapasan dan permukaan kulit. Menurut Palar (2008) pada saat terpapar Hg melalui pernapasan, Hg akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur pernapasan untuk kemudian ditrasfer ke dalam darah. Dalam darah akan mengalami proses oksidasi, yang dilakukan oleh enzim hidrokarbon peroksida katalese sehingga berubah menjadi Hg2+. Ion merkuri ini selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh bersama dengan peredaran darah. Efek toksisitas Hg pada manusia dapat menyebabkan neurologis berupa rasa sakit pada bibir dan lidah, halusinasi, gangguan tidur, hilang ingatan, kemunduran cara berpikir, pendengaran rusak, emosi labil bahkan sampai pada kematian.
Mekanisme toksisitas Hg dalam tubuh ikan terutama melaui jalur insang, dimana air memasuki insang dan memfasilitasi pertukaran gas dan mempertahankan proses osmosis. Senyawa Hg yang terkandung dalam air masuk ke jaringan internal ikan melalui epitel insang selama berlangsungnya respirasi. Selanjutnya Hg terakumulasi sementara di dalam insang untuk masuk ke dalam jaringan tubuh lainnya, pada insang mengalami gangguan-gangguan pengaturan ion sehingga menyebabkan kematian pada ikan (Suseno et al, 2010). 4.3
Hasil analisis one way anova Analisis One –way anova dilakukan untuk mengetahui apakah konsentrasi Hg di
ikan yang berasal dari tiga pasar tradisional kabupaten Bone Bolango melebihi ambang batas SNI atau tidak. Dari hasil analisis varian satu variabel diketahui bahwa konsentrasi Hg pada ikan kakap merah yang berasal dari tiga pasar tradisional Kabupaten Bone Bolango tidak melebihi ambang batas SNI 2006. Tabel 3. di bawah ini menunjukan Hasil one-way anova merkuri (Hg) pada ikan kakap merah di tiga pasar tradisional. Tabel 3. Hasil one-way anova merkuri (Hg) pada ikan kakap merah ditiga pasar tradisional Sumber keragaman Perlakuan Galat jumlah
Derajat bebas 2 3 5
Jumlah kuadrat 0,026 0,018 0,044
Kuadrat tengah 0,013 0,006 0,019
F hitung 2,17
F Tabel 5% 1% 3,59 6,11
Berdasarkan hasil analisis one-way anova yang tersaji pada Tebel 3. Terlihat bahwa nilai yang diperoleh yaitu Fhitung (2,17) lebih kecil dari Ftabel (6,11). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan konsentrasi Hg pada ikan kakap merah di
masing-maasing pasar, dimana konsentrasi tersebut di bawah ambang batas SNI. Konsentrasi Hg demikian karena jenis ikan dan lokasi penangkapan yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi logam berat dalam tubuh organisme adalah: jenis ikan, aktifitas ikan, jenis organ tubuh dan tempat hidup. Menurut Azizah (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa konsentrasi merkuri pada bagian akar purun tikus lebih tinggi jika dibandingkan dengan bagian batang. Hal ini terjadi karena adanya proses aliran massa atau difusi oleh akar tumbuhan yang menyerap kation terutama Ca2+ dan Mg2+ sedangkan merkuri akan tertinggal dipermukaan akar karena tidak diperlukan oleh tumbuhan. Menurut Ratmini (2009) akumulasi biologi dapat terjadi melalui absorbsi langsung terhadap logam berat yang terdapat dalam badan air, sehingga organisme air yang hidup dalam perairan tercemar berat oleh logam berat, jaringan tubuhnya akan mengandung kadar logam berat yang tinggi juga. Merkuri akan masuk dalam tubuh ikan melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi. Secara fisiologis ikan kakap lebih banyak minum air laut, hal tersebut dikarenakan oleh tekanan osmosis air laut lebih tinggi daripada cairah tubuh. Menurut Eujaya (2004) dalam Batara (2008) tekanan osmosis air laut lebih tinggi daripada cairan tubuh, sehingga secara alami air akan mengalir dari dalam tubuh ikan kakap merah ke lingkungan secara osmosis melewati ginjal, insang dan kulit. Sebaliknya, garam-garam akan masuk ke dalam tubuh melalui proses difusi dan untuk mempertahankan konsentrasi garam dan air dalam tubuh, ikan kakap merah memperbanyak minum air laut. Akibat dari memperbanyak minum air laut maka kehilangan air dalam tubuh ikan dapat diganti, bersamaan dengan itu
sejumlah besar garam akan ikut masuk ke dalam tubuh dan garam tersebut harus segera dikeluarkan kembali. Faktor pendukung adanya kandungan Hg pada ikan adalah lokasi penangkapan. Jika lokasi penangkapan ikan tercemar, maka ikan yang hidup pada perairan tersebut terkontaminasi Hg. Saat ini kondisi perairan sekitar lokasi penangkapan ikan kakap merah Kabupaten Bone Bolango sudah terpapar Hg
yang diduga akibat kegiatan
penambangan emas melihat nilai Hg pada ikan kakap mencapai 0,165 mg/kg. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widowati et al, (2008) menyatakan bahwa kadar Hg pada ikan yang diizinkan dan boleh dikonsumsi
adalah 0,1 mg/kg. Untuk mengurangi
pencemaran limbah logam berat merkuri (Hg) di daerah pertambangan emas dapat dilakukan berbagai cara seperti: memilih teknik penggalian yang ramah lingkungan (menerapkan sistem pertambangan tertutup sehingga memperkecil keluarnya Hg dari dalam tanah), menggunakan teknologi pemrosesan bantuan tambang yang tidak menggunakan Hg, tetapi diganti dengan menggunakan bioteknologi (proses pencucian menggunakan mikroba Thiobacillus feroxidans).