UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK AIR SARANG BURUNG WALET PUTIH (Collocalia fuciphaga Thunberg.) TERHADAP AKTIVITAS SGPT DAN SGOT PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague Dawley
SKRIPSI
AGENG HASNA FAUZIYAH 1111102000088
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2015
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK AIR SARANG BURUNG WALET PUTIH (Collocalia fuciphaga Thunberg.) TERHADAP AKTIVITAS SGPT DAN SGOT PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR Sprague Dawley
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
AGENG HASNA FAUZIYAH 1111102000088
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2015
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Nama
: Ageng Hasna Fauziyah
Program Studi
: Farmasi
Judul
: Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821). Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley
Sarang burung walet merupakan sarang yang dapat dikonsumsi (Edible nest). Sarang tersebut dihasilkan dari air liur burung walet. Salah satu komponen utamanya yaitu glikoprotein. Tujuan penelitian ini yaitu Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821). Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih. Hewan uji tikus Sprague-Dawley jantan dibagi menjadi enam kelompok yaitu kelompok normal, kelompok positif, kelompok negatif, kelompok perlakuan dosis 1mg/kgBB, 10mg/kgBB, dan 100mg/kgBB. Ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.) diberikan selama 16 hari lalu diinduksi dengan parasetamol (2g/kgBB) pada hari ke-15 dan 16. Parameter hepatoprotektif yang digunakan yaitu kadar SGPT dan SGOT. Hasil yang diperoleh kemudian dianalisa dengan menggunakan analisa One Way ANOVA yang menunjukan bahwa kelompok perlakuan dosis setelah induksi parasetamol terjadi peningkatan kadar SGPT dan SGOT secara tidak bermakna (p≥0,05) terhadap kelompok positif. Hasil analisa Paired-Sample T-Test menunjukan bahwa peningkatan kadar SGPT dan SGOT hari ke-17 pada kelompok perlakuan dosis 1mg/kgBB dan 100mg/kgBB secara bermakna. Namun pada kelompok perlakuan dosis 10mg/kgBB mengalami peningkatan secara tidak bermakna (p≤0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut ekstrak air sarang burung walet putih berpotensi sebagai agen hepatoprotektif yang dapat dikembangkan.
Kata Kunci
: Hepatoprotektif, Collocalia fuciphaga T, Ekstrak Air, tikus Sprague-Dawley jantan
vi
ABSTRACT
Nama
: Ageng Hasna Fauziyah
Programme of Study : Pharmacy Title
: Study of Hepatoprotective Water Extract Edible Nest Bird (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821) Against SGPT and SGOT Activity in Male Albino Rats strain Sprague-Dawley
Swiftlest nest is a nest that can be consumed (Edible nest). The nest was produced from swiftlest saliva. One of its main component called the glycoprotein. The purpose this Study of Hepatoprotective Water Extract Edible Nest Bird (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821) Against SGPT and SGOT Activity in Male Albino Rats. Sprague-Dawley rats that were used as testers were devided into six groups; normal group, positive group, negative group, the treatment group dose of 1mg/kgBB, 10mg/kgBB, and 100mg/kgBB. Extract of water edible bird nest (Collocalia fuciphaga T.) were given for 16 days and after that were induced with paracetamol (2g/kgBB) on the 15th and 16th day. The SGPT and SGOT levels were used as the hepatoprotective parameters. The obtained results were then analyzed using One Way ANOVA analysis which showed that the SGPT and SGOT levels from the treatment group dose increased insignificantly (p≥0,05) to the positive group. Results of analysis Paired-Sample T-Test showed that the elevated levels of SGPT and SGOT on th 17th day in the treatment group with the dose of 1mg/kgBB and 100mg/kgBB were significant. However, in the experimental group dose of 10mg/kgBB did not significantly increase (p≤0,05). Based on these results, extract of water edible bird nest has potential as a hepatoprotective agent that can be developed.
Keywords
: Hepatoprotective, Collocalia fuciphaga T, Water Extract, male Sprague-Dawley rats
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-Nya yang telah melimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul ‘’Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg 1821.) Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague Dawley’’. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya. Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan maupun dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis ingin memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan menyampaikan terima kasih yang tulus kepada : 1. Drs. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2. Yardi, Ph.D., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 3. Lina Elfita, M.Si., Apt dan Dr. Azrifitria, M.Si., Apt sebagai dosen pembimbing I dan II yang dengan Kesabarannya telah memberikan waktu, ilmu, arahan dan bimbingannya selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 4. Ayahanda Rijatno Suwarlo dan Ibunda Mardiningsih yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan moral dan materi, dan semangat yang tak terhingga disetiap langkah penulis. 5. Kakak dan Adiku M. Irfan F.R. dan M. Galih S. yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Program Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
7. Sahabat terbaik yang selalu ada Zahidah Azzahra, Ichsana Eskha dan Rizka Nurbaiti yang senantiasa memberikan dukungan, doa, dan semangat untuk penulis. 8. Teman seperjuangan penulis ‘’Sarang Burung Walet’’ Rahmi Sertiana, M.A.W. Khairurrijal, Ahmad Rifqi, Rais atas kebersamaan, bantuan dan motivasi sejak awal hingga terselesaikannya skripsi ini. 9. Teman-teman yang sudah membantu selama proses penelitian dan skripsi anak-anak ‘’Tableters’’, Hestiawati, Vina Fauziah, Lela Laelatu, Andis Saputra, Miyadah Samiyah, Qadrina Sufy, Khairunnisa, Rianisa K.D. 10. Kak Tiwi, Kak Lisna, Kak Eris, Kak Rani sebagai laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu mempersiapkan alat dan bahan selama penelitian. 11. Teman-teman Farmasi Angkatan 2011 atas segala kebersamaannya, semangat selama dibangku perkuliahan hingga peengerjaan skripsi ini. 12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penulisan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Juli 2015
Penulis
ix
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi ABSTRACT ..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvi BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4 2.1. Sarang Burung Walet ................................................................. 4 2.1.1. Asal Usul dan Penyebaran ............................................. 4 2.1.2. Klasifikasi Brurung Walet Putih .................................... 5 2.1.3. Kandungan Kimia ........................................................... 5 2.1.4. Manfaat Sarang Burung Walet ....................................... 7 2.2. Hati ............................................................................................. 7 2.2.1. Anatomi Hati ................................................................... 7 2.2.2. Fisiologi Hati .................................................................. 8 2.2.3. Histologi Hati ................................................................. 9 2.2. Parasetamol .............................................................................. 11 2.2.1. Mekanisme Hepatotoksik Parasetamol ......................... 12 2.2.2. Kerusakan yang Ditimbulkan ....................................... 13 2.4. Enzim Transaminase ............................................................... 14 2.4.1. Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase ............... 14 2.4.2. Serum Glutamat Piruvat Transaminase ........................ 14
xi
2.5. Tes Fungsi Hati ........................................................................ 15 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 17 3.1. Jenis Penelitian ......................................................................... 17 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 17 3.2.1.
Tempat Penelitian ......................................................... 17
3.2.2.
Waktu Penelitian .......................................................... 17
3.3. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ 17
3.4.
3.3.1.
Alat Penelitian .............................................................. 17
3.3.2.
Bahan Penelitian ........................................................... 17
3.3.3.
Hewan Uji .................................................................... 18
Desain Penelitian ..................................................................... 18 3.4.1. Jumlah Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ........... 18 3.4.2. Dosis Perlakuan ............................................................. 18 3.4.3. Rancangan Penelitian .................................................... 18
3.5. Prosedur Penelitian ................................................................... 20 3.5.1.
Determinasi Sampel ..................................................... 20
3.5.2.
Penyiapan Sarang Burung Walet .................................. 20
3.5.3.
Ekstraksi Sarang Burung Walet .................................... 20
3.5.4.
Uji Kualitatif Ekstrak Sarang Burung Walet ................ 20
3.5.5.
Penyiapan Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet .......... 21
3.5.6.
Penyiapan Suspensi Parasetamol 15% dalam Gom Arab 5% ................................................................ 21
3.5.7.
Persiapan Tikus ............................................................ 21
3.5.8.
Pengambilan Sampel Darah Hewan Uji ....................... 22
3.5.9.
Pengukuran Aktivitas SGOT dan SGPT Serum Darah 22
3.6. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 23 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24 4.1. Hasil Penelitian ........................................................................ 24 4.1.1 Determinasi Sarang Burung Walet ................................ 24 4.1.2. Ekstraksi Sarang Burung Walet .................................... 24 4.1.3. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet .......... 24 4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar SGPT Serum Darah ............... 25 4.1.5. Hasil Pengukuran Kadar SGOT Serum Darah .............. 27 4.2. Pembahasan .............................................................................. 29 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 38 5.1. Kesimpulan .............................................................................. 38 xii
5.2. Saran ....................................................................................... 38 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 39 LAMPIRAN ..................................................................................................... 46
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Gambaran Makroskopik Hati Manusia dari Anterior .............. 9 Gambar 2.2. Lobulus Hepatik ...................................................................... 11 Gambar 4.1. Rata-rata Kadar SGPT ............................................................. 25 Gambar 4.2. Rata-rata Kadar SGOT ............................................................ 28
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 2.1.
Kandungan Gizi Sarang Walet Dan Beberapa Makanan Pembanding Untuk Berat 100 gram ............................................ 6
Tabel 3.1.
Desain Pembagian Kelompok Percobaan ................................... 18
Tabel 4.1.
Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet ....................... 24
Tabel 4.2.
Rata-rata Kadar SGPT ................................................................ 25
Tabel 4.3.
Persentase Perubahan Kadar SGPT ............................................ 26
Tabel 4.4.
Rata-rata Kadar SGOT ............................................................... 27
Tabel 4.5.
Persentase Perubahan Kadar SGOT ........................................... 28
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil Determinasi. ...................................................................... 44 Lampiran 2. Alur Penelitian . .......................................................................... 45 Alur Kerja Pembuatan Ekstrak .................................................. 45 Alur Kerja Hepatoprotektif ......................................................... 46 Lampiran 3. Perhitungan Dosis ....................................................................... 47 Perhitungan Dosis Untuk Hepatoprotektor ................................ 47 Perhitungan VAO ....................................................................... 48 Lampiran 4. Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet . ............. 50 Lampiran 5. Perhitungan Rendemen . .............................................................. 51 Lampiran 6. Rata-rata Berat Badan Tikus . ..................................................... 52 Lampiran 7. Gambar Kegiatan Penelitian . ...................................................... 55 Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak ............................ 55 Lampiran 8. Nilai SGPT dan SGOT . .............................................................. 56 Nilai SGPT ................................................................................ 56 Nilai SGOT ................................................................................. 57 Lampiran 9. Analisa Statistik Data. .................................................................. 58
xvi
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penyakit hati menduduki urutan kedelapan penyebab kematian di Indonesia (Riskesdas dalam Tuminah, 2009). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi hepatitis tahun 2013 (1,2%) dua kali lebih tinggi dibanding tahun 2007. Dikonversikan ke dalam jumlah absolut penduduk Indonesia tahun 2013 sekitar 248.422.956 jiwa, maka bisa dikatakan bahwa 2.981.075 jiwa penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis (Balitbangkes RI, 2013). Penyakit
hati
dapat
terjadi
dengan
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya. Faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan hati antara lain virus, bakteri, toksisitas dari obat-obatan atau bahan kimia (Pasiyan dalam Tuminah, 2009). Di Indonesia sudah terdapat beberapa obat yang dapat melindungi hati (hepatoprotektor) yaitu obat sintetis dan obat non sintetis. Contoh obat sintesis antara lain: Aminoleban Infusion, Aminoleban Oral, Comafusin Hepar, Curliv, Cursii/Cursil 70, Hepachol, Methicol, Methioson (ISO, 2012). Contoh obat non sintetis (herbal) yang sudah dipasarkan adalah Hepasil dari Kalbe Farma, Hepacomb dari Sidomuncul, Hepagard dari Phapros, dan berbagai produk lainnya (ISO, 2012). Pemanfaatan bahan-bahan alam sebagai obat tradisional mulai dikembangkan dan dilakukan pengujian untuk memperoleh hasil yang lebih memuaskan ditinjau dari segi pengobatan maupun efek samping yang ditimbulkan. Berdasarkan paparan diatas, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan bahan alam seperti bahan alam yang berasal dari dari hewan atau produk yang dihasilkan oleh hewan di Indonesia terutama dari segi pengobatan penyakit hati. Salah satu bahan alam yang dihasilkan oleh hewan yaitu sarang burung walet yang digunakan sebagai suplemen untuk kesehatan dan makanan yang lezat di China. 1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Burung walet merupakan burung yang dapat membuat sarang menggunakan air liurnya. Sarang yang dihasilkan tersebut bersifat edible nest (sarang yang dapat dimakan) (Nuroini, 2013). Mayoritas sarang burung walet yang dapat dimakan dan diperdagangkan di seluruh dunia berasal dari dua spesies, yaitu burung walet putih (Aerodramus fuciphagus atau Collocalia fuciphaga) dan burung walet hitam (Aerodramus maximus atau Collocalia maximus) yang habitatnya di Kepulauan Nicobar di Samudera Hindia hingga di gua pinggir laut daerah pesisir Thailand, Vietnam, Indonesia, Kalimantan dan Kepulauan Palawan di Filipina (Marcone, 2005). Berdasarkan penelitian Marcone (2005) komposisi sarang burung walet dari genus Collocalia terdiri atas karbohidrat (25,62 - 27,26%), protein (62 - 63%), lemak (0,14 - 1,28%), dan abu (2,1%). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa sarang burung walet dari Indonesia memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar 59,8%-65,8% (Hamzah dalam Arsih, 2014). Penelitian baru-baru ini memperkirakan bahwa ekstrak sarang burung walet memiliki sifat bioaktivitas yang menarik (But, Paul. et al., 2013). Sifat bioaktivitas sarang burung walet antara lain efek menghambat hemaglutinasi terhadap virus influenza (Howe dalam Arsih, 2014), sebagai faktor pertumbuhan epidermal burung (Kong dalam Arsih, 2014) dan memberikan keuntungan intelektual dan saraf pada bayi (Chau et al., 2003). Berdasarkan hasil tersebut, protein diperkirakan sebagai faktor kunci, karena protein merupakan zat utama yang berperan dalam aktivitas kehidupan (Liu et al., 2012). Menurut penelitian Nuroini (2013) salah satu komponen protein yaitu glikoprotein berfungsi menurunkan produksi TNF-α dalam proses inflamasi. Diprediksikan mekanisme kerja sarang burung walet yaitu glikoprotein dapat menurunkan produksi TNF-α sehingga proses terjadinya inflamasi dapat terhambat dan pengeluaran SGPT dan SGOT dapat dicegah. Kandungan protein yang tinggi dan belum adanya publikasi ilmiah mengenai hepatoprotektif, maka peneliti tertarik untuk mengeksplorasi manfaat sarang burung walet putih yang ada di Indonesia dengan menguji aktivitas hepatoprotektif dari sarang burung walet pada tikus putih jantan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
galur Sprague-dawley yang diinduksi dengan parasetamol. Dosis sarang burung walet putih yang digunakan pada tikus dalam penelitian ini berdasarkan skrining dosis yaitu 1 mg/kgBB, 10 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB. Penelitian
efek
hepatoprotektif
dilakukan
untuk
mengetahui
kemampuan sarang burung walet untuk mencegah atau melindungi hati dari kerusakan. Adapun parameter yang diamati adalah aktivitas enzim serum glutamate piruvat transaminase (SGPT) dan serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) serum darah. 1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga) mempunyai efek hepatoprotektif dilihat dari aktivitas SGPT dan SGOT pada hewan uji?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek hepatoprotektif pada ekstrak air sarang burung walet putih dilihat dari aktivitas SGPT dan SGOT pada tikus putih jantan.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan dan memberikan informasi ilmiah tentang manfaat lain sarang burung walet putih sebagai pengobatan alternatif dalam melindungi hati.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sarang Burung Walet
2.1.1. Asal Usul dan Penyebarannya Walet berasal dari family Apopidae yang penyebarannya hingga ke seluruh dunia. Pada dasarnya, family Apopidae terdiri atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah genus Chaetura (walet ekor berduri), genus Collocalia (walet gua), dan genus Cypseloides (walet hitam dari Amerika Utara). Walet gua atau Collocalia tercatat memiliki 2 spesies, dan 12 spesies diantaranya ditemukan di Indonesia. Namun, dari sekian banyak spesies, hanya dua spesies yang namanya terkenal dalam dunia bisnis walet, yaitu Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima (Redaksi Agromedia, 2007). Beberapa literature yang diterbitkan sekitar tahun 1990-an menyebutkan, Indonesia memiliki tiga spesies walet yang sarangnya dikategorikan sebagai edible nest swiflets atau bisa dikonsumsi sebagai makanan antara lain: Collocalia fuciphaga, Collocalias maxima dan Collocalia esculenta (burung sriti) (Redaksi Trubus, 2005). Ada satu jenis burung walet lagi yaitu Collocalia germani, tetapi menurut pendapat Chantler dan Driessens (1995), Collocalia germani termasuk dalam spesies Collacalia fuciphaga sehingga bukan merupakan spesies tersendiri (Redaksi Agromedia, 2007). Hampir semua sarang yang diekspor ke negara-negara Hongkong, China, taiwan, Korea, Jepang, Singapura dan Malaysia. Sarang yang termahal dihasilkan oleh C. fuciphaga. Mutu sarang yang dihasilkan oleh C. fuciphaga tergantung dari warna, keberhasilan sarang, bentuk ukuran. Sarang yang bermutu tinggi berwarna putih, bersih dari kotoran atau bulu yang menempel pada sarang, bentuk mangkukan sempurna, tidak cacat atau pecah dan berukuran lebar minimal tiga jari. Untuk mendapatkan sarang yang bermutu baik ini dilakukan pembersihan, pembentukan ulang, penyortiran. Pada saat ini harga sarang burung walet (putih) dengan mutu baik bisa mencapai 5 juta rupiah per kg (± 120 keping sarang) (Mardiastuti, 1997). 4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
Sarang burung walet terbuat dari saliva burung walet yang disekresikan oleh kelenjar ludah burung walet (Liu et al., 2012). Sebagai bahan makanan, sarang burung walet mengandung gizi yang lengkap dengan nilai yang tinggi. Sarang burung walet mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, vitamin, dan mineral. Asam amino yang dikandung dalam sarang walet juga lengkap, mulai dari asam amino esensial, asam amino semiesensial, dan asam amino nonesensial. Sarang walet juga berkhasiat sebagai obat. 2.1.2. Klasifikasi Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga) Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi burung walet penghasil sarang walet putih adalah sebagai berikut (Redaksi AgroMedia, 2007): Kingdom
: Animal
Filum
: Chordata
Subfilum
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Ordo
: Apodiformes
Famili
: Apodidae
Genus
: Collocalia
Species
: Collocalia fuciphaga spp.
2.1.3. Kandungan Kimia Sarang walet dari genus Collocalia mengandung lemak (0,14-1,28%), abu (2,1%), karbohidrat (25,62-27,26%), dan protein (62-63%) (Marcone, dalam Arsih, 2014). Salah satu glikonutrien utama pada sarang walet adalah sialic acid (9%) (Colombo et al., 2003; Kathan dan Weeks, 1969). Sialic acid memiliki peran penting pada perkembangan neurologi dan intelektual pada bayi (Chau et al., 2003). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa sarang burung walet dari Indonesia memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar 59,8%-65,8% (Hamzah dalam Arsih, 2014).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
Sarang burung walet mengandung asam amino yaitu Aspartat + asparagines, threonine, serin, glysine, alanine, valin, methionine, isoleusin phenylalanine, lysine, histidin, arginine, tryptophan, cysteine, proline (Lu et al dalam Ma dan Liu, 2012). Asam amino terbanyak yaitu fenilalanin dan tyrosin (Marcone dalam Ma dan Liu, 2012). Tabel 2.1 kandungan gizi sarang walet dan beberapa makanan pembanding untuk berat 100 gram Tempe No
Kandungan
Sarang
Susu
Daging
Daging
Telur
Udang
kedelai
walet
kental
sapi
ayam
ayam
kering
murni
1
Kalori
281
336
273
302
162
295
149
2
Protein (g)
37,5
8,2
19,3
18,2
12,8
62,4
18,3
3
Lemak (g)
0,3
10
22
25
11,5
2,3
4
4
Karbohidrat 32,1
55
0
0
0,7
1,8
12,7
275
10
14
54
1209
129
(g) 5
Kalsium
485
(mg) 6
Fosfor (mg) 18
229
150
200
180
1225
154
7
Zat
0,2
2,7
1,5
2,7
6,3
10
0
510,
0
810
900
210
50
B1 0
0,05
0,02
0,08
0,1
0,14
0,17
besi 3
(mg) 8
Vit. A (SI)
9
Vit. (mg)
10
Vit. C (mg)
0
1
0
0
0
0
0
11
Air (g)
24,5
25
60
7
74
90
64
Sumber : Direktorat Gizi Dep. Kes. RI Dalam Budi Daya Walet : Pengalaman Pakar Dan Praktisi Seri I. 2001
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
2.1.4. Manfaat Sarang Burung Walet Disamping rasanya yang sungguh lezat, sarang burung walet juga diyakini dapat meningkatkan kesehatan seperti membuat awet muda, meningkatkan pertumbuhan dan kekebalan (Adiwibawa, 2009). Pada akhir abad XVII, pada zaman dinasti Qing, terdapat literature “Ben Cao Bei Yao” (catatan-catatan penting bahan obat-obatan) oleh Wang pada tahun 1694, dan “Ben Cao Feng Yuan” (bahan obat-obatan di alam terbuka) oleh Zhang, pada tahun 1695, yang menunjukan bukti bahwa orang cina percaya bahwa sarang burung walet mempunyai daya penyembuhan yang dapat dipakai untuk mengobati beberapa macam penyakit, seperti TBC, sakit lambung, dan perdarahan paru-paru. Kepercayaan itu berdasarkan data empiris yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman pribadi orang yang mengkonsumsinya dan dari mitos yang beredar di masyarakat (Adiwibawa, 2009). Khasiat sarang walet berdasarkan laporan penelitian Riset Unggulan Terpadu IV-Dewan Riset Nasional (1998) adalah menjaga kesegaran tubuh, obat sakit pernapasan, meningkatkan vitalitas, obat awet muda, memelihara kecantikan, menambah tenaga dalam, menghambat pertumbuhan kanker, menghilangkan pengaruh alkohol, meningkatkan konsentrasi, obat diabetes melitus, sumber protein, dan menurunkan demam (Dewi et al., 2012). 2.2.
Hati Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500 gr, 2,5% dari berat tubuh pada orang dewasa normal (Pearce, 2009).
2.2.1. Anatomi Hati Hati mempunyai konsistensi yang lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hati terletak di profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra memisahkan hati dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hati terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2009).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
Hati mempunyai bentuk seperti piramida dengan alasnya disebelah kanan dan puncaknya di ujung kiri. Facies diaphragmatica terletak tepat di bawah kubah diaphragm dan merupakan suatu kesatuan lengkungan dari facies anterior, superior, lateral dan posterior. Permukaan yang menghadap ke inferior berhubungan dengan alat-alat viscera abdomen, disebut facies viceralis. Facies visceralis berbatasan dengan facies diaphragma di depan pada batas yang tajam, disebut margo anterior. Namun tumpul di belakang dan disebut facies posterior (Widjaja, 2009). Hati terbagi dengan adanya perlekatan ligamentum falciforme hepatis menjadi lobus kanan yang besar dan lobus kiri yang lebih kecil. Pada permukaan visceralis, dengan adanya lekuk (fossa) sagittalis kanan dan kiri serta porta hepatis, terpisah dari lobus kanan dua lobus kecil, yaitu lobus quadratus di depan dan lobus caudatus di belakang (Widjaja, 2009). Hati mempunyai dua jenis persediaan darah, yaitu yang datang melalui arteri hepatica dan yang melalui vena porta. Arteri hepatika merupakan pembuluh darah yang keluar dari aorta dan memberikan seperlima darahnya kepada hati, darah ini mempunyai kejenuhan oksigen 95-100%. Vena porta terbentuk dari vena lienalis dan vena mesentrika superior, menghantarkan empat perlima darahnya ke hati, 4darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab beberapa O2 telah diambil limpa dan usus. Darah dari vena porta membawa zat makanan yang telah diabsorbsi mukosa usus halus ke hati (Pearce, 2009). 2.2.2. Fisiologi Hati Menurut Guyton & Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu: a. Metabolisme karbohidrat Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa kimia yang penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat. b. Metabolisme lemak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain: mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan karbohidrat. c. Metabolisme protein Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino, pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino dan membentuk senyawa lain dari asam amino. d. Lain-lain Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat-obatan, hormon dan zat lain.
Gambar 2.1. Gambaran makroskopik hati manusia dari anterior Putz & Pabst, 2007
2.2.3. Histologi Hati Sel–sel yang terdapat di hati antara lain: hepatosit, sel endotel, dan sel makrofag yang disebut sebagai sel kuppfer, dan sel ito (sel penimbun lemak).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
Sel hepatosit berderet secara radier dalam lobulus hati dan membentuk lapisan sebesar 1-2 sel serupa dengan susunan bata. Lempeng sel ini mengarah dari tepian lobulus ke pusatnya dan beranastomosis secara bebas membentuk struktur seperti labirin dan busa. Celah diantara lempeng-lempeng ini mengandung kapiler yang disebut sinusoid hati (Junquiera et al., 2007). Sinusoid hati adalah saluran yang berliku–liku dan melebar, diameternya tidak teratur, dilapisi sel endotel bertingkat yang tidak utuh. Sinusoid dibatasi oleh 3 macam sel, yaitu sel endotel (mayoritas) dengan inti pipih gelap, sel kupffer yang fagositik dengan inti ovoid, dan sel stelat atau sel Ito atau liposit hepatik yang berfungsi untuk menyimpan vitamin A dan memproduksi matriks ekstraseluler serta kolagen. Aliran darah di sinusoid berasal dari cabang terminal vena portal dan arteri hepatik, membawa darah kaya nutrisi dari saluran pencernaan dan juga kaya oksigen dari jantung (Eroschenko, 2010; Junqueira et al., 2007). Traktus portal terletak di sudut-sudut heksagonal. Pada traktus portal, darah yang berasal dari vena portal dan arteri hepatik dialirkan ke vena sentralis. Traktus portal terdiri dari 3 struktur utama yang disebut trias portal. Struktur yang paling besar adalah venula portal terminal yang dibatasi oleh sel endotel pipih. Kemudian terdapat arteriola dengan dinding yang tebal yang merupakan cabang terminal dari arteri hepatik. Dan yang ketiga adalah duktus biliaris yang mengalirkan empedu. Selain ketiga struktur itu, ditemukan juga limfatik (Junqueira et al., 2007).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
Gambar 2.2. Lobulus hepatik Gartner, 2003
Aliran darah di hati dibagi dalam unit struktural yang disebut asinus hepatik. Asinus hepatik berbentuk seperti buah berry, terletak di traktus portal. Asinus ini terletak di antara 2 atau lebih venula hepatic terminal, dimana darah mengalir dari traktus portalis ke sinusoid, lalu ke venula tersebut. Asinus ini terbagi menjadi 3 zona, dengan zona 1 terletak paling dekat dengan traktus portal sehingga paling banyak menerima darah kaya oksigen, sedangkan zona 3 terletak paling jauh dan hanya menerima sedikit oksigen. Zona 2 atau zona intermediet berada diantara zona 1 dan 3. Zona 3 ini paling mudah terkena jejas iskemik (Junqueira et al., 2007).
2.3.
Parasetamol Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Lusiana Darsono, 2002).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
Parasetamol merupakan salah satu obat yang paling sering menyebabkan kematian akibat keracunan (Neal, 2006). Toksisitas parasetamol terjadi pada penggunaan dosis tunggal 10 sampai 15 gr (150 sampai 250 mg/kg BB) (Goodman dan Gilman, 2008), dosis 20 sampai 25 gr atau lebih kemungkinan menyebabkan kematian (Wilmana dan Gunawan, 2007). Sedangkan dosis toksik untuk tikus atau LD50 tikus adalah 338 mg/kg BB (Wishart dan Knox, 2006). Akibat dosis toksik yang paling serius adalah nekrosis hati, walaupun nekrosis tubuli renalis dan koma hipoglikemik juga dapat terjadi. Sekitar 10% pasien yang mengalami keracunan yang tidak mendapatkan penanganan khusus mengalami kerusakan hati yang parah; sebanyak 10-20% di antaranya akhirnya meninggal karena kegagalan fungsi hati (Goodman dan Gilman, 2008). 2.3.1. Mekanisme Hepatotoksik Parasetamol Pemberian parasetamol secara oral dengan penyerapan yang cepat dan hampir sempurna di saluran pencernaan. Penyerapan dihubungkan dengan tingkat pengosongan lambung, dan konsentrasi dalam plasma mencapai puncak dalam 30 sampai 60 menit (Katzung, 2002). Waktu paruh dalam plasma 1 sampai 3 jam setelah dosis terapeutik dengan 25% parasetamol terikat protein plasma dan sebagian dimetabolisme enzim mikrosom hati (Wilmana dan Gunawan, 2007). Hati merupakan tempat metabolisme utama parasetamol. Di dalam hati, 60% dikonjugasikan dengan asam glukuronat, 35% asam sulfat, dan 3% sistein; yang akhirnya menghasilkan konjugat yang larut dalam air serta diekskresi bersama urin. Jalur konjugasi pertama (terutama glukuronidasi dan sulfasi) tidak dapat digunakan lagi ketika asupan parasetamol jauh melebihi dosis terapi dan sebagian kecil akan beralih ke jalur sitokrom P450 (CYP2E1) (Defendi dan Tucker, 2009; Goodman dan Gilman, 2008). Metabolisme melalui sitokrom P450 membuat parasetamol mengalami N-hidroksilasi membentuk senyawa antara, N-acetyl-para-benzoquinoneimine (NAPQI), yang sangat elektrofilik dan reaktif. Pada keadaan normal, senyawa antara ini dieliminasi melalui konjugasi dengan glutathione (GSH) yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
berikatan dengan gugus sulfhidril dan kemudian dimetabolisme lebih lanjut menjadi suatu asam merkapturat yang selanjutnya diekskresi ke dalam urin. Ketika terjadi overdosis, kadar GSH dalam sel hati menjadi sangat berkurang yang berakibat kerentanan sel-sel hati terhadap cedera oleh oksidan dan juga memungkinkan NAPQI berikatan secara kovalen pada makromolekul sel, yang menyebabkan disfungsi berbagai sistem enzim (Goodman dan Gilman, 2008). Ikatan kovalen dengan makromolekul sel terutama pada gugus tiol protein sel dan kerusakan oksidatif juga merupakan patogenesis utama terjadinya nefropati analgesik (Cotran et al., 2007; Neal, 2006). Rangkaian metabolisme minor parasetamol ini dapat menyebabkan efek merugikan. Pengurangan GSH secara tidak langsung dapat menimbulkan terjadinya stres oksidatif akibat penurunan proteksi antioksidan endogen (antioksidan enzimatik), yang juga dapat menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid (Maser et al., 2002). Peroksidasi lipid merupakan suatu proses autokatalisis yang mengakibatkan kematian sel. Produk akhir peroksidasi lipid di dalam tubuh adalah malondialdehid (MDA) yang dapat menyebabkan kematian sel akibat proses oksidasi berlebihan dalam membran sel (Mayes, 2008; Winarsi, 2007). Selain itu, reaksi pembentukan NAPQI akibat detoksifikasi oleh sitokrom P450 memacu terbentuknya radikal bebas superoksida (O2-) yang dinetralisir oleh superoksida dismutase (SOD) menjadi H2O2, suatu Reactive Oxygen Species (ROS) yang tidak begitu berbahaya (Ojo et al., 2006). Namun, melalui reaksi Haber-Weiss dan Fenton, adanya logam transisi seperti Cu dan Fe akan membentuk radikal hidroksil yang sangat berbahaya yang akan menghancurkan struktur sel (Winarsi, 2007). 2.3.2. Kerusakan Yang Ditimbulkan Perubahan histologi pada hati akibat efek hepatotoksik parasetamol terdiri dari nekrosis perivenular zona 3 dan kongesti sinusoidal yang disertai steatosis. Sedangkan profil biokimia yang dapat diamati secara signifikan adalah meningkatnya enzim transaminase secara drastis, hipoprotrombinemia dan pada cidera berat akan terjadi asidosis laktat. Rentang jumlah peningkatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
enzim aminotransferase akibat efek hepatotoksik parasetamol antara 50-1000 kali lipat (Burt et al., 2007). 2.4.
Enzim Transaminase
2.4.1. Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase (SGOT) SGOT adalah enzim mitokondria yang juga ditemukan dalam hati, jantung, ginjal, dan otak (Widmann, 1995). Bila jaringan tersebut mengalami kerusakan yang akut, kadarnya dalam serum meningkat. Diduga hal ini disebabkan karena bebasnya enzim intraseluler dari sel-sel yang rusak ke dalam sirkulasi. Kadar yang sangat meningkat terdapat nekrosis hepatoseluler atau infark miokard (Hadi, 1995). SGOT melakukan reaksi antara asam aspartat dan asam alfaketoglutamat (Widmann, 1995). SGOT berada dalam sel parenkim hati. SGOT meningkat pada kerusakan hati akut, tetapi juga terdapat dalam sel darah merah dan otot skelet. Oleh karena itu, tidak spesifik untuk hati. SGOT berfungsi untuk mengubah aspartat dan alfa-ketoglutarat menjadi oxaloasetat dan glutamat. Terdapat 2 isoenzim, yaitu SGOT 1 merupakan isoenzim sitosol yang terutama berada dalam sel darah merah dan jantung. Kemudian SGOT 2 merupakan isoenzim mitokondria yang predominan dalam sel hati (Gaze, 2007). Kadar normal dalam darah 10-40 IU/ liter, sedangkan pada tikus berkisar 45,7-80, IU/L (Widmann, 1992). Meningkat tajam ketika terjadi perubahan infark miokardium (Sacher dan McPerson, 2002). 2.4.2. Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) Enzim ini mengkatalisis pemindahan satu gugus amino antara lain alanine dan asam alfa ketoglutarat. Terdapat banyak di hepatosit dan konsentrasinya relatif rendah di jaringan lain. Kadar normal dalam darah 5-35 IU/ liter dan SGPT lebih sensitif dibandingkan SGOT (Sacher dan McPerson, 2002). Sedangkan pada mencit berkisar 17,5-30,2 IU/L (Smith,1988; Widmann, 1992). Kadar SGPT dan SGOT meningkat pada hampir semua penyakit hati. Kadar yang tertinggi ditemukan dalam hubungannya dengan keadaan yang menyebabkan nekrosis hati yang luas, seperti hepatitis virus yang berat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
cedera hati akibat toksin, atau kolaps sirkulasi yang berkepanjangan. Peningkatan yang lebih rendah ditemukan pada hepatitis akut ringan demikian pula pada penyakit hati kronik difus maupun local (Podolsky dan Isselbacher, 2000). Kadar mendadak turun pada penyakit akut, menandakan bahwa sumber enzim yang masih tersisa habis. Kalau kerusakan oleh radang hati hanya kecil, kadar SGPT lebih dini dan lebih cepat meningkat dari kadar SGOT (Widmann, 1995). 2.5.
Tes Fungsi Hati Fungsi hati mengatur banyak metabolit, ada juga test dan tindakan tertentu yang berkolerasi baik dengan keutuhan structural dan fungsional dari hati. Test-test itu diberi nama test fungsi hati (TFH) (Widmann, 1995). Penyakit hati yang berbeda akan menyebabkan kerusakan yang berbeda dan tes fungsi hati dapat menunjukkan perbedaan ini. Hasil tes fungsi hati dapat memberikan gambaran mengenai penyakit apa yang mungkin menyebabkan kerusakan, tetapi tes ini tidak mampu mendiagnosa akibat penyakit hati. Hasil tes ini juga bermanfaat untuk memantau perjalanan penyakit hati, tetapi sekali lagi, mungkin tidak memberi gambaran yang tepat. Namun, biasanya hasil tes fungsi hati memberi gambaran mengenai tingkat peradangan (Anonim, 2007). Pemeriksaan kimia darah digunakan untuk mendeteksi kelainan hati, menentukan diagnosis, mengetahui berat ringannya penyakit, dan penilaian hasil pengobatan. Pengukuran kadar bilirubin serum, aminotransferase, alkali fosfatase, gamma GT, dan albumin sering disebut sebagai tes fungsi hati atau LFTs. Tes-tes ini dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama (Amirudin, 2006), antara lain : 1) Peningkatan enzim aminotransferase (juga dikenal sebagai transaminase), SGPT, SGOT, biasanya mengarahkan pada perlukaan hepatoselular atau inflamasi. 2) Keadaan patologis yang mempengaruhi system empedu intra dan ekstra hepatis dapat menyebabkan peningkatan alkali fosfatase dan gamma GT.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
3) Kelompok ketiga merupakan kelompok yang mewakili fungsi sintesis hati, seperti produksi albumin, urea, dan faktor pembekuan. Produk yang biasanya diukur sebagai bagian dari tes fungsi hati (Anonim, 2007) : 1) SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) atau ALT (alanin aminotransferase) 2) SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau AST (aspartat aminotransferase) 3) Alkalin fosfatase 4) GGT (gamma-glutamil transpeptidase, atau gamma GT) 5) Bilirubin 6) Albumin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik. Penelitian mengadakan perlakuan terhadap sampel yang telah ditentukan yaitu berupa hewan coba di laboratorium.
3.2.
Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Laboratorium Pangan (PLT), Animal House, Laboratorium Biokimia / Klinik, Laboratorium Kimia Obat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 4 bulan dari bulan Maret 2015 hingga Juni 2015. 3.3.
Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1. Alat Penelitian Timbangan hewan, kandang hewan percobaan, neraca analitik AND GX-200, lumpang dan alu, blender, gelas ukur, beaker glass, batang pengaduk, sentrifugator Eppendorf, freeze dry, mikropipet 100-1000 µl, Eppendorf, pipet tetes, water bath TRW-42 TP, sonde oral, spuit, silet, seperangkat alat bedah hewan (scalpel, pinset, gunting, jarum, dan meja lilin), hot plate, kuvet 1 cm x 1 cm. Pengukuran aktivitas SGPT dan SGOT : spektrofotometer Vis Genesys 20. 3.3.2. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sarang burung walet putih (diperoleh dari Palu, Sulawesi Tengah), Hepa-Q® sebagai hepatoprotektor dari PT. Pyridam, parasetamol sebagai hepatotoksik dari PT. Brataco, tikus putih jantan galur Sprague dawley sebagai hewan uji yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor, makanan hewan percobaan (pellet), 17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
aquadest, Gom Arab yang diproduksi oleh PT. Brataco, reagen SGOT dan SGPT merk ST Reagen. 3.3.3. Hewan Uji Hewan uji yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih galur Sprague dawley yang sehat, berjenis kelamin jantan, dan berumur 3-6 bulan dengan berat badan 200-300 gram yang diperoleh dari Animal Facility and Modeling Provider Institut Pertanian Bogor (IPB). 3.4.
Desain Penelitian
3.4.1. Jumlah Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Jumlah sampel ditentukan menurut WHO, yaitu minimal lima ekor tikus untuk setiap kelompok. Penelitian ini menggunakan enam kelompok tikus tiap masing-masing terdiri dari lima ekor. Cara pengambilan sampel dilakukan dengan metode randomisasi sederhana dari populasi yang ada. 3.4.2. Dosis Perlakuan Dosis ekstrak air sarang burung walet putih yang digunakan pada tikus berdasarkan skrining dosis yaitu 1mg/kgBB, 10mg/kgBB, dan 100mg/kgBB. 3.4.3. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah The Pre and Post Test Control Group Design. Metode hepatoprotektif dilakukan selama 16 hari. Tabel 3.1. Desain Pembagian Kelompok Percobaan Klp
Perlakuan (Hari ke-) 0
1
2
3 4 5
K0
-
⩟
⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟
⩟
⩟
⩟
⩟
KN
-
⩟
⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟ ⩟
⩟
⩟
⩟
KP
-
β
Β β β β β β β β
β
β
KU1
-
α Α α α α α α α α
α
KU2
-
µ
µ µ µ µ µ µ µ µ
KU3
-
¥
¥
¥ ¥ ¥
6 7 8
¥ ¥ ¥
9 10 11 12 13 14
¥
15
16
17
⩟
£
£
-
⩟
⩟
√
√
-
β
β
β
β +√
β +√
-
α
α
α
α
α +√
α +√
-
µ
µ
µ
µ
µ
µ+√
µ+√
-
¥
¥
¥
¥
¥
¥+√
¥+√
-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
K0 KN KP KU1 KU2 KU3 √
Keterangan : : Tikus normal : Kontrol negatif : Kontrol positif : Kelompok uji I (Hepatoprotektif sarang burung walet dosis rendah) : Kelompok uji II (Hepatoprotektif sarang burung walet dosis sedang) : Kelompok uji III (Hepatoprotektif sarang burung walet dosis tinggi) : Parasetamol : Pengambilan sampel darah untuk uji SGPT dan SGOT
(-) ⩟ β α
: Tanpa diberi perlakuan apapun : Aquadest : Hepa-Q : Sarang burung walet dosis rendah
µ : Sarang burung walet dosis sedang ¥ : Sarang burung walet dosis tinggi £ : Gom Arab :Terminasi, pengambilan sampel darah untuk uji SGPT dan SGOT
a. K0
: Tikus normal, diberi Gom Arab 5% pada hari ke-15 dan 16.
b. KN
: Sebagai kontrol negatif diberi suspensi parasetamol 15%
2g/kgBB (p.o) pada hari ke-15 dan 16. c. KP
: Sebagai kontrol positif diberi Hepa-Q® dengan dosis 150
mg/kgBB (p.o) setiap hari selama 16 hari. Pada hari ke-15, kemudian hewan uji diberi suspensi parasetamol 2g/kgBB (p.o) dosis tunggal pada hari ke-15 dan 16. Darah dianalisa pada hari ke 0, 15 dan 17 untuk mengamati aktivitas enzim SGPT dan SGOT. d. KU1
: Sebagai kelompok uji 1 (Hepatoprotektif sarang burung
walet dosis rendah) diberikan larutan sarang burung walet dengan dosis 1 mg/kgBB (p.o) setiap hari selama 16 hari. Pada hari ke-15, kemudian hewan uji diberi suspensi parasetamol 2g/kgBB (p.o) dosis tunggal pada hari ke-15 dan 16. Darah dianalisa pada hari ke 0, 15 dan 17 untuk mengamati aktivitas enzim SGPT dan SGOT. e. KU2
: Sebagai kelompok uji 2 (Hepatoprotektif sarang burung
walet dosis sedang) diberikan larutan sarang burung walet dengan dosis 10 mg/kgBB (p.o) setiap hari selama 16 hari. Pada hari ke-15, kemudian hewan uji diberi suspensi parasetamol 2g/kgBB (p.o) dosis tunggal pada hari ke-15 dan 16. Darah dianalisa pada hari ke 0, 15 dan 17 untuk mengamati aktivitas enzim SGPT dan SGOT.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
f. KU3
: Sebagai kelompok uji 3 (Hepatoprotektif sarang burung
walet dosis tinggi) diberikan larutan sarang burung walet dengan dosis 100 mg/kgBB (p.o) setiap hari selama 16 hari. Pada hari ke-15, kemudian hewan uji diberi suspensi parasetamol 2g/kgBB (p.o) dosis tunggal pada hari ke-15 dan 16. Darah dianalisa pada hari ke 0, 15 dan 17 untuk mengamati aktivitas enzim SGPT dan SGOT. 3.5.
Prosedur Penelitian
3.5.1. Determinasi Sampel Sampel sarang burung walet putih yang diperoleh dari Palu, Sulawesi Tengah, kemudian dideterminasi di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi Bidang Zoologi LIPI Cibinong, Bogor, Jawa Barat. 3.5.2. Penyiapan Sarang Burung Walet Sampel yang telah dideterminasi, kemudian dibersihkan dari bulu burung walet yang menempel pada sampel dengan menggunakan pinset. Selanjutnya sarang burung walet dibersihkan dibawah air mengalir selama ±5 menit, kemudian dikeringkan pada suhu ruang. Setelah bersih, sampel dihaluskan dengan menggunakan blender. 3.5.3. Ekstraksi Sarang Burung Walet Sebanyak 150 gram sampel dilarutkan dalam 4,5 L aquabidest, kemudian dipanaskan (60OC) selama 30 menit lalu dihomogenizer 800 rpm selama 30 menit. Selanjutnya disonikasi selama 30 menit lalu di saring dengan menggunakan 2 lapis kain kasa. Filtrat yang diperoleh dikeringkan dengan metode pengeringan freeze dry dan disimpan pada suhu -20OC (Yida, 2014 dan Liu et al., 2012). 3.5.4. Uji Kualitatif Ekstrak Sarang Burung Walet 1. Reaksi Biuret Sebanyak 2 ml larutan sampel ditambahkan 2 ml larutan NaOH 2 M, kocok perlahan. Lalu tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 0,1 M. Amati perubahan yang terjadi. Reaksi positif mengandung protein jika terjadi perubahan warna menjadi warna ungu (Auterhoff, 2002).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
2. Reaksi Molish Sebanyak 2 ml larutan sampel ditambahkan 5 tetes larutan naftol 3% dalam etanol, dikocok perlahan selama 5 detik, miringkan tabung dan ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung secara hati–hati, kemudian tegakkan kembali tabung. Hasil positif mengandung karbohidrat bila terlihat adanya cincin ungu diperbatasan kedua cairan (Auterhoff, 2002). 3. Reaksi Xantoprotein Sebanyak 2 mL larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hatihati ke dalam larutan sampel, dikocok dan amati perubahan warnanya. Setelah dicampur akan terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi positif menandakan adanya asam amino yang bergugus benzen pada sampel (Sumardjo, 2009). 3.5.5. Penyiapan Dosis Ekstrak Sarang Burung Walet Dosis pemberian ekstrak air sarang burung walet pada tikus dibedakan dalam tiga dosis yaitu 1 mg/kgBB, 10 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB kemudian disuspensikan dalam Gom Arab 5%. 3.5.6. Penyiapan Suspensi Parasetamol 15% dalam Gom Arab 5% Parasetamol yang akan digunakan dibuat dalam bentuk suspensi dalam Gom Arab 5%, karena sifat dari parasetamol adalah tidak larut air (Depkes RI, 1995). Disiapkan Gom Arab 5%, ditimbang Gom Arab sebanyak 5 gram kemudian didispersikan ke dalam 100 ml aquadest hangat dengan menggunakan mortar dan alu. Suspensi parasetamol 15% dengan menimbang 15 gram parasetamol murni yang telah dihaluskan. Parasetamol dimasukkan dalam mortar didispersikan dengan larutan Gom Arab 5%, kemudian ad kan hingga 100 ml dengan larutan Gom Arab 5%. 3.5.7. Persiapan Tikus Tikus diperoleh dari Institut Pertanian Bogor sebanyak 30 ekor. Tikus diaklimatisasi terhadap lingkungan selama 60 hari di Animal House Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta. Pada hari ke-61 dilakukan penimbangan untuk menentukan dosis dan dilakukan perlakuan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
3.5.8. Pengambilan Sampel Darah Hewan Uji Pengambilan darah pada hewan uji dilakukan pada hari ke-0, 15 dan 17. Pada hari ke-15 pengambilan darah dilakukan setelah pemberian ekstrak sarang burung walet. Darah tikus diambil sebanyak 0,5-1 ml melalui bagian pleksus retro-orbital menggunakan mikrohematokrit, dibius terlebih dahulu menggunakan
eter.
Darah
kemudian
ditampung
dalam
tabung
mikrosentrifugasi untuk diambil serumnya yang kemudian dilakukan pengujian terhadap aktivitas SGPT dan SGOT. Serum diambil dengan melakukan setrifugasi sampel darah pada 3000 rpm selama 5 menit pada suhu 20OC (Erguder, 2008). 3.5.9. Pengukuran Aktivitas SGOT dan SGPT Serum Darah Pengukuran aktivitas SGPT dan SGOT serum darah dilakukan dengan menggunakan prinsip metode kinetic yang telah ditetapkan oleh International Federation of Chemical Chemistry (IFCC) menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Serum hewan percobaan, yang diperoleh pada hari ke- 0, 15, dan 17 diambil sebanyak 0,1 ml dicampur dengan reagen SGOT dan SGPT (1 ml) yang sebelumnya dihangatkan pada suhu 37oC selama 60 detik. Setelah itu dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 480 nm. Pengukuran diukur sebanyak empat kali dengan interval 60 detik (A0, A1, A2, A3). Hasil dari aktivitas SGPT dan SGOT dinyatakan dalam satuan unit/liter (U/L) yang merupakan banyak enzim dalam satu liter serum yang dapat menghasilkan NAD+ pada satuan waktu yang sama. Cara perhitungan kadar SGPT dan SGOT mengikuti rumus berikut. SGPT/SGOT (U/L)
=
(⩟
)
Dimana Vt
= Volume total sampel ditambah reagen (ml)
Vs
= Volume sampel (ml)
6,22
= Extinction Koefisien (/mmol)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
3.6.
Rencana Pengolahan dan Analisa Data Data kuantitatif direpresentatifkan secara statistik dengan SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16,0 untuk windows. Analisa data meliputi uji normalitas, uji homogenitas,, uji parametric (one-way ANOVA, Paired sample T-Test), atau uji non parametric (Kruskal Wallis).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Determinasi Tanaman Sampel sarang burung walet putih diperoleh dari Palu, Sulawesi tengah, dideterminasi di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi Bidang Zoologi LIPI Cibinong, Bogor, Jawa Barat, hasil menunjukkan bahwa sampel benar merupakan sarang burung walet putih dari burung walet putih (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821). Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1. 4.1.2. Ekstraksi Sarang Burung Walet Sebanyak 146 gram serbuk sarang burung walet putih diekstraksi dengan aquabidest melalui beberapa tahap. Filtrat yang diperoleh kemudian dilakukan pengerigan dengan metode freeze dry selama 8 hari yang dilakukan di Batan, Jakarta Selatan. Didapatkan ekstrak sebanyak 5,8 gram dengan rendemen 3,9%. Perhitungan rendemen dapat dilihat pada lampiran 6. 4.1.3. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Uji kualitatif ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuchiphaga T.) dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit aktif. Hasil uji kualitatif ekstrak air sarang burung walet putih dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga) Uji Kualitatif Reaksi Biuret
Hasil Terjadi perubahan warna dari
Keterangan Positif adanya protein
bening menjadi warna biru keunguan Reaksi Molish
Terbentuk cincin ungu di
Positif adanya karbohidrat
kedua cairan Reaksi Xantoprotein
Terdapat adanya endapan putih
Positif adanya asam amino bergugus benzene
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
4.1.4. Hasil Pengukuran Kadar SGPT Serum Darah Hasil pengukuran kadar SGPT serum darah yakni pada kelompok Kontrol normal, Kelompok positif, Kelompok negatif, Kelompok uji 1 (1 mg/kgBB), Kelompok uji 2 (10 mg/kgBB) dan Kelompok uji 3 (100 mg/kgBB) yakni dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Rata-rata Kadar SGPT Rata-rata SGPT (U/L) ± SD Kelompok Tikus
Hari ke- 0
Hari ke- 15
Hari ke- 17
K0 KN KP KU1 KU2 KU3
152,12 ± 11,07 97,7 ± 6,68 123,42 ± 24,33 94,79 ± 3,28 121,31 ± 7,73 107,7 ± 6,75
75,43 ± 4,53 49,43 ± 4,93 77,28 ± 14,07 52.52 ± 5,02 63.22 ± 8,57 58.09 ± 3,63
140,41 ± 25,50 213,98 ± 21,20 169,95 ± 37,14 181,53 ± 22,14 113,97 ± 15,76 218,31 ± 17,21
Keterangan : K0 (Kontrol Normal), KN (Kontrol Negatif), KP (Kontrol Positif), KU1 (Kelompok Uji 1), KU2 (Kelompok Uji 2), KU3 (Kelompok Uji 3)
Hasil pengukuran kadar SGPT menunjukan bahwa adanya penurunan dan peningkatan kadar SGPT antara hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 untuk setiap kelompok. 250 200
Rata-rata SGPT Hari ke0
150 100
Rata-rata SGPT Hari ke15
50
Rata-rata SGPT Hari ke17
0 K0
KP
KN
KU1 KU2 KU3
Gambar 4.1. Grafik Rata-rata Kadar SGPT
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
Persentase perubahan kadar SGPT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Persentase Perubahan Kadar SGPT Kelompok
% Perubahan
% Perubahan
Tikus
kadar SGPT dari
kadar SGPT dari
hari ke 0 - 15
hari ke 15 – 17
K0
50,42
86,17
KN
49,40
332,98
KP
37,38
119,91
KU1
44,59
245,63
KU2
47,88
80,27
KU3
46,06
275,81
Keterangan : K0 (Kontrol Normal), KN (Kontrol Negatif), KP (Kontrol Positif), KU1 (Kelompok Uji 1), KU2 (Kelompok Uji 2), KU3 (Kelompok Uji 3) Tanda menunjukan peningkatan dan tanda menunjukan penurunan
Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan uji Paired samples T-Test. Penurunan kadar SGPT secara bermakna terjadi pada kelompok normal antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan terjadi peningkatan secara tidak bermakna jika dibandingkan antara hari ke-15 sampai hari ke-17. Kelompok negatif terjadi penurunan kadar SGPT secara tidak bermakna antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara bermakna terjadi antara hari ke15 sampai hari ke-17. Penurunan SGPT secara tidak bermakna terjadi pada kelompok positif antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara bermakna antara hari ke-15 sampai hari ke-17. Kelompok dosis kecil (1 mg/kgBB) terjadi penurunan kadar SGPT secara bermakna (p≤0,05) antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara bermakna terjadi antara hari ke-15 sampai hari ke-17. Kelompok dosis sedang (10 mg/kgBB) terjadi penurunan kadar SGPT secara bermakna antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara tidak bermakna antara hari ke-15 sampai hari ke17. Kelompok dosis tinggi (1000 mg/kgBB) terjadi penurunan kadar SGPT secara
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
bermakna jika dibandingkan antara hari ke-0 sampai hari ke-15, dan peningkatan secara bermakna antara hari ke-15 sampai hari ke-17. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak air sarang burung walet putih dapat mempengaruhi kadar SGPT dan tergantung dengan dosis. Hasil analisa statistika dapat dilihat pada lampiran 9. 4.1.5. Hasil Pengukuran Kadar SGOT Serum Darah Hasil pengukuran kadar SGOT serum darah yakni pada kelompok yakni kelompok Kontrol normal, Kelompok positif, Kelompok negatif, Kelompok uji 1 (1 mg/kgBB), Kelompok uji 2 (10 mg/kgBB) dan Kelompok uji 3 (100 mg/kgBB) dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Rata-rata Kadar SGOT Rata-rata SGOT
Kelompok Tikus
Hari ke- 0
Hari ke-15
Hari ke-17
K0
127,91 ± 21,53
77,90 ± 5,32
179,23 ± 35,89
KN
75,86 ± 8,74
70,47 ± 3,90
196,47 ± 34,07
KP
69,86 ± 15,79
81,17 ± 6,49
223,89 ± 41,81
KU1
76,83 ± 9,57
66,93 ± 6,80
207,88 ± 26,51
KU2
58,84 ± 11,70
86,38 ± 7,72
124,59 ± 19,91
KU3
84,26 ± 9,24
74,44 ± 2,97
243,167 ± 10,82
Keterangan : K0 (Kontrol Normal), KN (Kontrol Negatif), KP (Kontrol Positif), KU1 (Kelompok Uji 1), KU2 (Kelompok Uji 2), KU3 (Kelompok Uji 3)
Hasil pengukuran kadar SGOT menunjukan bahwa adanya penurunan dan peningkatan kadar SGOT antara hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 untuk setiap kelompok.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
250 200
Rata-rata SGOT Hari ke- 0 150 Rata-rata SGOT Hari ke-15 100 Rata-rata SGOT Hari ke17
50 0 K0
KP
KN
KU1
KU2
KU3
Gambar 4.2. Grafik Rata-rata Kadar SGOT Persentase perubahan kadar SGOT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Persentase Perubahan Kadar SGOT Kelompok
% Perubahan
% Perubahan
Tikus
kadar SGOT dari
kadar SGOT dari
hari ke 0 - 15
hari ke 15- 17
K0
39,09
130,07
KN
7,10
178,79
KP
16,18
175,82
KU1
12,88
210,59
KU2
46,80
44,23
KU3
11,65
226,66
Keterangan : K0 (Kontrol Normal), KN (Kontrol Negatif), KP (Kontrol Positif), KU1 (Kelompok Uji 1), KU2 (Kelompok Uji 2), KU3 (Kelompok Uji 3) Tanda menunjukan peningkatan dan tanda menunjukan penurunan
Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan uji Paired samples T-Test. Pada kelompok normal terjadi peningkatan kadar SGOT antara hari ke-0 sampai hari ke 15 berbeda tidak bermakna. Penurunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
secara bermakna terjadi antara hari ke-15 sampai hari ke-17. Penurunan pada kelompok negatif tidak berbeda secara bermakna, dan peningkatan kadar SGOT pada kelompok negatif berbeda secara bermakna setelah dua hari pemberian parasetamol (p≤0,05). Peningkatan kadar SGOT pada kelompok positif dan dosis sedang (10 mg/kgBB) antara hari ke-0 sampai hari ke-15 terjadi secara tidak bermakna. Kelompok dosis kecil dan kelompok dosis tinggi terjadi penurunan kadar SGOT secara tidak bermakna antar hari ke-0 sampai hari ke-15. Pada kelompok positif terjadi peningkatan kadar SGOT antara hari ke-15 sampai hari ke 17 secara bermakna (p≤0,05). Peningkatan kadar SGOT antara hari ke-15 sampai hari ke 17 secara bermakna terjadi pada kelompok dosis kecil dan dosis tinggi. Peningkatan kadar SGOT pada kelompok dosis sedang antara hari ke-15 sampai hari ke 17 secara tidak bermakna. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak air sarang burung walet putih dapat mempengaruhi kadar SGOT dan tergantung dengan dosis. Hasil analisa statistika dapat dilihat pada lampiran 10.
4.2. Pembahasan Sarang burung walet merupakan salah satu makanan kesehatan yang sering dikonsumsi karena memiliki efek yang baik terhadap kesehatan. Sarang burung walet yang digunakan dalam penelitian ini adalah sarang burung walet putih, yang diperoleh dari Palu, Sulawesi Tengah. Determinasi sarang burung walet putih dilakukan di Laboratorium Ornithologi, Puslit Biologi Bidang Zoologi LIPI Cibinong, Bogor, Jawa Barat. Hasil menunjukan bahwa sarang burung walet yang digunakan adalah benar sarang burung walet putih Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821. Tahap pertama dalam proses ekstraksi yaitu penyiapan simplisia dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sebanyak 150 gram sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.) dibersihkan bertujuan untuk menghilangkan atau membersihkan kotoran-kotoran yang terdapat di sarang burung walet. Kemudian dihaluskan menggunakan blender untuk memperkecil partikel dan memperluas luas permukaan agar lebih mudah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
pelarut berdifusi ke dalam sampel, sehingga didapat 146 gram serbuk sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.). Serbuk sarang burung walet dilarutkan dalam 4,5 liter aquabidest. Tujuan penggunaan aquabidest yaitu untuk menghindari atau meminimalisir adanya pertumbuhan bakteri selama proses ekstraksi. Kemudian dipanaskan pada suhu 60oC selama 30 menit untuk mengisolasi dan memurnikan protein pada sarang burung walet (Ma dan Liu, 2012). Hasil pemanasan, kemudian dihomogenizer 800 rpm selama 30 menit dengan tujuan untuk mengoptimalisasi ekstraksi. Kemudian disonikasi selama 30 menit dengan tujuan memberikan getaran sehingga menghasilkan efek yang menyebabkan sel pecah dan isi sel keluar (Lacoma, 2009). Hasil sonikasi kemudian disaring menggunakan kain kasa untuk memisahkan endapan. Hasil filtrat kemudian dipekatkan dengan cara pengeringan freeze dry selama 8 hari yang dilakukan di Batan, Jakarta Selatan. Hasil ekstraksi diperoleh sebanyak 5,8 gram dengan rendemen 3,9%. Uji kualitatif ekstrak air sarang burung walet putih meliputi uji reaksi biuret, uji reaksi molish, dan uji reaksi xantoprotein. Tujuan uji kualitatif ekstrak air sarang burung walet yaitu untuk mengetahui kandungan yang terkandung dalam sarang burung walet. Uji reaksi biuret dilakukan untuk menunjukan adanya protein pada ekstrak air sarang burung walet. Hasil pengujian berupa terbentuknya warna biru keunguan setelah penambahan larutan NaOH dan larutan CuSO4. Terjadinya reaksi warna merah muda sampai violet disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang terbentuk sama dengan warna senyawa biuret bila ditambah larutan natrium hidroksida dan tembaga sulfat (Sumardjo, 2009). Uji reaksi molish dilakukan untuk menunjukan adanya karbohidrat yang terdapat di ekstrak air sarang burung walet. Hasil pengujian berupa terbentuknya cincin warna ungu di kedua cairan. Pada proses ini, karbohidrat akan mengalami hidrolisis menjadi protein sederhana dan karbohidrat. Karbohidrat yang terbentuk dengan alfa-naftol dalam alkohol dan asam sulfat akan memberikan warna violet (Sumardjo, 2009). Uji reaksi xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukan adanya gugus benzene (cincin fenil). Hasil pengujian berupa terbentuk adanya endapan putih setelah penambahan larutan HNO3 pekat yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
berfungsi untuk memecahkan protein menjadi gugus benzen dan endapan berubah menjadi warna kuning setelah dipanaskan. Reaksi xantoprotein positif untuk protein yang mengandung asam amino dengan gugus benzen seperti fenilalanin, triptofan, tirosin (Sumardjo, 2009). Hasil pengujian kualitatif menunjukan bahwa ekstrak air sarang burung walet mengandung protein, karbohidrat, dan asam amino yang mempunyai gugus benzene seperti fenilalanin, triptofan, dan tirosin. Sarang burung walet memiliki kandungan yaitu protein (42-63%), karbohidrat (10,63-27,26%), lemak (0,14-1,28%), abu (2,17,3%), dan kadar air (7,5-12,9%) (Lu et al., 1995; Marcone, 2005; Wang, 1921a dalam Ma dan Liu, 2012). Sarang burung walet kaya akan protein. Protein tersusun atas 20 asam amino, 11 diantaranya dapat disintesis oleh tubuh (non-esensial), dan 9 diperoleh melalui makanan (esensial) (Suzana, 2012). Penelitian lain juga menunjukan bahwa sarang burung walet dari Indonesia memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar 59,8-65,8% (Hamzah dalam Arsih, 2014). Menurut Marcone, 2005 sarang burung walet memiliki kandungan terbanyak asam amino yang bergugus benzen yaitu fenilalanin dan tyrosin (Ma dan Liu, 2012). Asam amino yang terdapat dalam sarang burung walet yaitu aspartate + asparagin, treonin, serin, glutamik + glutamin, glicin, alanin, valin, metionin, isoleusin, tirosin, fenilalanin, lisin, histidin, arginine, tryptophan, sistein, prolin (Lu et al., 1995; Marcone., 2005 dalam Ma dan Liu, 2012). Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague dawley yang berusia 3-6 bulan. Tikus bergalur Sprague dawley dipilih karena lebih ekonomis bila dibandingkan dengan tikus bergalur lainnya, lebih mudah diperoleh, memiliki sifat yang tenang, dan perkembangan tubuhnya yang pesat. Jenis kelamin jantan dipilih sebab sistem hormonal pada jantan lebih stabil dibandingkan dengan betina sehingga meminimalkan variasi biologis karena hormonal (Nugraha et al., 2008 dalam Anggraini, 2014). Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok normal, kelompok negatif, kelompok positif, kelompok dosis rendah (1 mg/kgBB), kelompok dosis sedang (10 mg/kgBB), dan kelompok dosis tinggi (100 mg/kgBB). Setiap kelompok masing-masing terdiri dari minimal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
lima ekor tikus. Penentuan jumlah tikus berdasarkan World Health Organization (WHO). Pada penelitian ini zat sebagai hepatotoksik adalah parasetamol karena lebih mudah diperoleh, mudah dan aman dalam pengerjaannya, dan paling banyak dikonsumsi. Pada perencanaan awal, dosis parasetamol yang digunakan yaitu 2 gr/kgBB yang diberikan selama satu hari. Berdasarkan Galal et al., 2012 pemberian parasetamol dengan dosis 2 g/kgBB selama 18 jam dihasilkan dapat meningkatkan 34 kali kadar SGPT dan 17 kali kadar SGOT. Namun setelah melakukan uji pendahuluan dengan 3 ekor tikus dosis parasetamol 2 gr/kgBB selama satu hari yang kondisi disesuaikan dengan penelitian berdasarkan Galal et al., 2012, belum mampu meningkatkan kadar SGPT dan SGOT secara signifikan, sehingga diputuskan frekuensi parasetamol yang digunakan menjadi 2 gr/kgBB selama 2 hari. Pada penelitian ini metode hepatoprotektif yaitu selama 16 hari (Datta et al., 2013) Sebelum dilakukan perlakuan setiap tikus ditimbang terlebih dahulu untuk menentukan volume yang akan diberikan ke tikus. Sediaan ekstrak air sarang burung walet putih dibuat dengan cara mendispersikan antara ekstrak dan gom arab 5%. Menurut Evidence For The Safety Of Gum Arabic (Acacia Senegal (L.) Wild.) As A Food Additive-A Brief Review (2009), menyimpulkan bahwa tidak ada batasan untuk penggunaan gom arab sebagai bahan tambahan. Parameter hepatoprotektif yang digunakan yaitu SGPT dan SGOT. Serum transaminase adalah indikator yang peka pada kerusakan sel-sel hati. SGOT atau AST adalah enzim sitosolik, sedangkan SGPT atau ALT adalah enzim mikrosomal, kenaikan enzim-enzim tersebut meliputi kerusakan sel-sel hati oleh virus, obat-obatan atau toksin yang menyebabkan hepatitis, karsinoma metastatik, kegagalan jantung, dan penyakit hati granulomatus dan yang disebabkan oleh alcohol (Candra, 2013) Pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke 17 (dua hari setelah pemberian parasetamol) dilakukan pengambilan darah melalui bagian pleksus retro-orbital menggunakan mikrohematokrit bersih yang sebelumnya dibius menggunakan eter (Sari, Azizahwati dan Retno Ariani, 2008). Pada hari ke-15 dilakukan pengambilan darah sebelum pemberian parasetamol pada hari pertama. Tujuan pengambilan darah pada hari ke-0 yaitu sebagai nilai normal untuk masing-masing kelompok, hari ke-15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
untuk melihat kemampuan sarang burung walet dalam melindungi hati. Dan tujuan pengambilan darah pada hari ke-17 untuk melihat kemampuan sarang walet melindungi hati setelah pemberian parasetamol. Kemudian darah ditampung dan disentrifugasi. Supernatant diambil karena mengandung beberapa komposisi air, oksigen, karbondioksida, nitrogen, protein, albumin, fibrinogen, latosa piruvat (Dukes, 1955). Pengukuran kadar SGPT dan SGOT dilakukan dengan metode enzimatis menggunakan spektrofotometer. Serum yang diperoleh setelah disentrifugasi kemudian ditambahkan larutan reagen SGPT atau SGOT yang dibaca pada panjang gelombang 480nm, sehingga terjadi reaksi seperti berikut : Prinsip reaksi SGPT : L-alanin + α-ketoglutaric acid => pyruvic acid + L-glutamic acid Pyruvic acid + NaDH + H+ => L-lactic acid + NaD+ + H2O Prinsip reaksi SGOT : L-aspartatic acid + α-ketoglutaric acid => oxalacetic acid Oxalacetic acid + NaDH + H+ => L-malic acid + NaD+ + H2O Analisa statistika hasil uji normalitas (one-sample Kolmogorov-smirnov Test) menunjukan kadar SGPT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 darah tikus terdistribusi normal (p≥0,05) dan uji homogenitas (Levene) menunjukan kadar SGPT pada hari ke-15 dan hari ke-17 bervariasi secara homogen (p≥0,05), karena syarat normalitas dan homogenitas sudah terpenuhi maka dilanjutkan dengan analisa uji One-way ANOVA. Hasil uji statistik One-way ANOVA menunjukan terdapat perbedaan yang bermakna (p≤0,05) pada hari ke-17, tetapi hari ke-15 menunjukan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p≥0,05). Uji homogenitas pada hari ke-0 menunjukan kadar SGPT tidak bervariasi secara homogen, sehingga dilanjutkan uji Kruskal wallis. Hasil uji Kruskal wallis menunjukan kadar SGPT pada hari ke-0 tidak berbeda secara bermakna (p≥0,05). Analisa statistika uji normalitas (one-sample Kolmogorov-smirnov Test) menunjukan kadar SGOT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 darah tikus terdistribusi normal (p≥0,05). Uji Homogenitas (Levene) menunjukan kadar SGOT pada hari ke-0, hari ke-15 dan hari ke-17 bervariasi secara homogen, karena syarat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
sudah terpenuhi maka analisa dilanjutkan dengan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukan hari ke- 0 adanya perbedaan yang bermakna. Pada hari ke-15 dan hari ke-17 menunjukan tidak adanya perbedaan secara bermakna (p≥0,05). Hasil data untuk kadar SGPT dan SGOT hari ke- 0 menunjukan nilai yang tinggi. Nilai normal SGPT untuk tikus putih yaitu 17,5-30,2 U/L (Girindra dalam Andriani, 2008) dan nilai normal SGOT untuk tikus putih yaitu 74-208 U/L (Mitruka, 1987). Penelitian-penelitian lain hepatorptektif juga menunjukan kadar SGPT dan SGOT yang tinggi sebelum dilakukan perlakuan seperti penelitian Pengaruh Air Perasan Kunyit Terhadap Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT), Dan bilirubin Total Serum (Goenarwo, 2009), dan penelitian Uji Aktivitas Hepatorpotektif Dan Hepaokuratif Madu Hutan Sumbawa Terhadap Hati Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley (Anggraini, 2014). Berdasarkan data yang diperoleh untuk kadar SGPT dan SGOT kelompok normal hari ke-15 mengalami penurunan sebanyak 50,40% dan 39,09%. Untuk nilai SGOT pada kelompok normal terjadi peningkatan dari 77,9 U/L menjadi 179,23 U/L. Peningkatan yang tinggi dapat disebabkan oleh variabel luar yang tidak dapat dikendalikan seperti kondisi fisiologis hewan uji. Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan tingginya kadar enzim transaminase terutama SGOT yaitu kegiatan yang berat, cidera otot, dan hemolisis. Tikus adalah hewan yang aktif bergerak dan seringnya terjadi perkelahian antar tikus, maka kedua faktor kemungkinan berpengaruh terhadap tingginya kadar SGOT. Kelompok normal dan negatif selama 14 hari diberikan aquadest, dan kelompok normal pada hari ke-15 dan 16 diberikan gom arab. Tujuan yaitu untuk membuktikan bahwa pemberian aquadest dan gom arab tidak dapat meningkatkan atau menurunkan nilai kadar SGPT atau SGOT. Namun hasil menunjukan adanya pengaruh pemberian gom arab dan aquadest terhadap kadar SGPT atau SGOT. Tetapi hal ini tidak dapat disimpulkan karena belum adanya penelitian lebih lanjut yang menyatakan bahwa gom arab dan aquadest akan memberikan nilai yang berpengaruh terhadap kadar SGPT dan SGOT.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
Kelompok negatif setelah pemberian parasetamol selama dua hari, pada hari ke-17 kadar SGPT mengalami peningkatan sekitar 332,89% dan kadar SGOT sekitar 178,79%. Berdasarkan hasil tersebut, menunjukkan bahwa parasetamol dapat mengakibatkan kerusakan hati dengan ditandai adanya peningkatan kadar SGPT dan SGOT. Hal ini sesuai dengan uji pendahuluan yang membuktikan bahwa pemberian parasetamol 2gr/kgBB selama 2 hari akan mengalami peningkatan SGPT sebanyak 34 kali. Menurut Riswanto, 2009 peningkatan ringan (sampai 3 kali normal) mengalami sirosis atau kerusakan hati. Pemberian parasetamol dosis tinggi akan mengakibatkan
peningkatan
pembentukan
Nacetyl-para-benzoquinoneimine
(NAPQI), dan simpanan glutathion hati menjadi berkurang. Terbentuknya metabolit antara NAPQI dalam jumlah yang banyak dan penurunan jumlah glutathion hati, akan berakibat terjadi nekrosis atau kerusakan hati. Sel-sel hati yang rusak akan melepaskan enzim-enzim yang menandai kerusakan tersebut diantaranya SGOT, SGPT dan bilirubin total serum (Husadha dalam Candra, 2013). Kelompok positif pada hari ke-15 mengalami penurunan sebanyak 37,38% untuk SGPT dan terjadi peningkatan 16,18% untuk SGOT. Setelah pemberian parasetamol selama 2 hari mengalami peningkatan. Peningkatan kadar SGPT dan SGOT
lebih
rendah
jika
dibandingkan
dengan
kelompok
negatif.
Obat
hepatoprotektor standart yang digunakan dalam penelitian ini yaitu obat Hepa-Q®. salah satu kandungan dari obat Hepa-Q yaitu sylimarin. Menurut penelitian Panjaitan (2011) silymarin merupakan obat hepatoprotektor yang sudah terbukti dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT. Silymarin dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT secara signifikan (Yahya, 2013). Kelompok uji mengalami penurunan kadar SGPT dan SGOT pada hari ke-15 dan peningkatan pada hari ke-17. Kelompok uji 2 (10mg/kgBB) pada hari ke-15 dapat menurunkan kadar SGPT dan SGOT lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok uji 1, kelompok uji 3 dan kelompok positif. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sarang burung walet memiliki kandungan protein yang tinggi (Kathan dan weeks dalam Atiqah, 2012). Komponen utama yaitu glikoprotein (Marcone dalam Atiqah, 2012), yang berfungsi sebagai lubricant dan agen protektif (Murray dalam Atiqah, 2012). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
Menurut penelitian Nuroini (2013) salah satu komponen protein yaitu glikoprotein yang berfungsi dapat menurunkan produksi TNF-α dalam proses inflamasi. Sehingga diprediksikan mekanisme kerja ekstrak air sarang burung walet putih yaitu glikoprotein dapat menurunkan produksi TNF-α sehingga proses terjadinya inflamasi dapat terhambat dan pengeluaran SGPT dan SGOT dapat dicegah, dan didalam sarang burung walet juga terdapat EGF (faktor pertumbuhan epidermal) yang berfungsi sebagai proliferasi sel (Ma dan Liu, 2012). Kemampuan obat Hepa-Q® (kelompok positif) untuk melindungi hati lebih rendah daripada kelompok uji 2 (10mg/kgBB). Penggunaan obat Hepa-Q® untuk melindungi hati yaitu 3-6 bulan (ISO, 2012). Diduga karena pada pemberian obat Hepa-Q® ini hanya 16 hari, maka kerja obat belum optimal. Sehingga kemampuan obat Hepa-Q untuk melindungi hati dari kerusakan yang disebabkan oleh parasetamol belum menghasilkan efek farmakologis yang maksimal. Kelompok uji 1 (1 mg/kgBB) kemampuan hepatoprotektif lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok uji 2. Kemungkinan hal ini disebabkan karena dosis kelompok uji 1 terlalu kecil, sehingga dengan dosis tersebut belum memberikan efek farmakologi sarang burung walet dalam melindungi hati dari kerusakan parasetamol. Hasil data juga menunjukan bahwa Kelompok uji 3 (100mg/kgBB) persentase peningkatan kadar SGPT dan SGPT lebih besar dibandingkan dengan kelompok uji 2 (10mg/kgBB). Hal ini diduga karena sarang burung walet mengikuti model farmakokinetik nonlinear, yaitu dengan peningkatan dosis maka berbanding terbalik dengan efek farmakologi yang ditimbulkan (Smith, 1993). Dan kemungkinan dapat disebabkan karena salah satu komponen darang burung walet yaitu galactosamin. Menurut Ferencikova, 2003 d-galactosamin dikenal dapat menginduksi ciri hepatitis akut pada tikus. Efek toksik d-galactosamin dapat dihubungkan dengan kekurangan UDP-glukosa, UDP-galaktosa dan kehilangan kalsium intraselular dan dapat menghambat energi metabolisme hepatosit.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
Pada penelitian ini, ekstrak air sarang burung walet dapat mempengaruhi kadar SGPT dan SGPT. Pada dosis 10mg/kgBB mampu mencegah kenaikan kadar SGPT dan SGOT akibat pemberian parasetamol dosis toksik jika dibandingkan dengan kelompok uji dosis 1mg/kgBB, dan 100mg/kgBB. Dari hasil penelitian ini maka ekstrak air sarang burung walet dapat berpotensi sebagai agen hepatoprotektif yang dapat dikembangkan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan Dari hasil penelitian uji aktivitas hepatoprotektif pemberian ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.) terhadap aktivitas SGPT dan SGOT pada tikus putih jantan, diperoleh kesimpulan bahwa pemberian ekstrak dengan dosis 10mg/kgBB memperlihatkan aktivitas SGPT adanya perbedaan yang bermakna (p≤0,05) dan aktivitas SGOT tidak adanya perbedaan yang bermakna (p≥0,05) terhadap kontrol negatif. 5.2.Saran 1. Penelitian
ini
perlu
dikembangakn
lebih
lanjut
mengenai
potensi
hepatoprotektif ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.) dengan parameter lain seperti kadar albumin, bilirubin, dan GGT. 2. Perlu dilakukan uji hepatoprotektif dengan metode ekstraksi lainnya.
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibawa, Eka. 2009. Meningkatkan Kualitas Sarang Walet. Yogyakarta: Kanisius. Amirudin R. 2006. Fisiologi dan Biokimiawi Hati. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Anderson, DM. 2009. Evidence For The Safety Of Gum Arabic (Acacia Senegal (L.) Wild.) As A Food Additive-A Brief Review. Food Additives & Contaminants Volume 3, Issue 3 Andriani, Yosie. 2008. Toksisitas Fraksi Aktif Steroid Daun Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk.) terhadap Aktivitas Serum Glutamat Oksalat Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamat Piruvat Transaminase (SGPT) pada Tikus Putih. Jurnal Gradien vol. 4 No. 2 Juli 2008 : 365-371. Anggraini, Julia. 2014. Uji Aktivitas Hepatoprotektif dan HepatokuratifMadu Hutan Sumbawa Terhadap Hati Tikus Putih Jantan Galur Sprague-dawley Secara In VIVO. Anonim.
2007.
Tes
Fungsi
Hati.
Penerbit:
Yayasan
Spiritia.
http://spiritia.or.id/li/pdf/LI135.pdf. (7 maret 2015). Arsih, Metharezqi Suci. 2014. Analisa Profil Protein dan Asam Amino Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga) dengan Menggunakan SDS-PAGE dan KCKT. Skripsi Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Atiqah, Salehatul. 2012. Physical Characterisations and Antioxidant Properties of Freeze Dried Edible Bird’s Nest and White Fungus Hydrolysates. Final Year Project Report Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Bachelor of Science (Hons.) Food Science and Technology in the Faculty of Applied Sciences Universiti Teknologi MARA Auterhoff, Harry. 2002. Identifikasi Obat, terbitan ke-5, diterjemahkan oleh N.C. Sugiarso. Penerbit ITB: Bandung. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI.
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
But, Paul et al. 2013. Edible Bird’s Nest-How Do The Red Ones Get Red?. Journal of Ethnopharmacology, 1 45 (2013) 378-380. Candra, Agung Adi. 2013. Aktivitas Hepatoprotektor Temulawak pada Ayam yang Diinduksi Pemberian Parasetamol. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (2): 137-143. Chau et al. 2003. Cost Effectiveness of The Bird’s Nest Filter For Preventing Pulmonary Embolism Among Patients with Malignant Brain Tumors and Deep Venous Thrombosis of The Lower Extremities. Support Care, 11: 795799. Datta, Samaresh, et al. 2013. Hepatoprotective Activity of Cyperus Articulatus Linn. Againts Parasetamol Induced Hepatotoxicity in Rats. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 2013, 5 (1) : 314-319. Departemen Kesehata Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan. Dewi, Kurniati, et al. 2012. Analisi Faktor Internal dan Eksternal Usaha Agribisnis Sarang Burung Walet Di Kota Pontianak. Universitas Tanjungpura. Dukes, H. H. 1955. The Physiology of Domestic Animal. Comstock Publishing Associates, New York. Erguder, et al. 2008. Honey Prevents Hepatic Damage Induced By Obstruction of The Common Bile Duct. World J Gastroenterol 2008 June 21; 14(23): 37293732. Ferencikova, R et al., 2003. Hepatotoxic Effect of D-Galactosamine and Protective Role of Lipid Emulsion. Physiol Res. 52: 73-78, 2003. Galal, Reem M, et al. 2012. Petential Protective Effect of Honey Againts Parasetamol-Induced Haptotoxicity. Archives of Iranian Medicine, Volume 15, Number 11, November 2012 Gartner, L.P. at Hiatt, J.L., 2003. Color Textbook of Histology. 2nd Edition. Gaze D.C. 2007. The Role Of Existing and Novel Cardiac Biomarkers For Cardioprotection. Curr. Opin. Invest. Drug. Goenarwo, Edijanti et al. 2009. Pengaruh Air Perasan Kunyit Terhadap Kadar Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum Glutamic Pyruvic UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
Transaminase (SGPT), Dan bilirubin Total Serum. Sains Medica, Vol. 1, No.1, Januari-Juni 2009. Goodman dan Gilman. 2008. Dasar Farmakologi Terapi. Penerjemah: Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Judul buku asli: The Pharmacological Basis of Therapeutics Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran E. G. C., Jakarta. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC. Hadi S. 1995. Gastroenterologi. Edisi 6. Bandung: Alumni. Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 46 – 2011 s/d 2012. Jakarta : PT. ISFI. Junqueira, Luiz Carlos & Jose Corneiro. 2003. Histologi Dasar, Teks dan Atlas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Katzung B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. Lacoma, Tyler. How Does Sonication Work?. Diakses dari: http://www.ehow.com/how-does_5171302_sonication-work.html. Diakses tanggal 19 Juni 2015. Liu, Xiaoqing, et al. 2012. Proteomic Profile of Edible Bird’s Nest Proteins. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 60, 12477−12481. Lusiana, Darsono. 2002. Diagnosis dan Terapi Intoksikasi Salisilat dan Parasetamol. Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Vol. 2 No. 1 Juli 2002. Ma, Fucui dan Daicheng Liu. 2012. Sketch of The Edible Bird’s Nest and Its Important Bioactivities. Food Research International, 48 (2012) 559-567. Marcone, M.F. 2005. Characterization of the edible bird‟ s nest the “caviar of the east”. Food Research International, 38(11), 25–1134. Mardiastuti, Ani. 1997. Pemanfaatan Sarang Burung Walet Secara Lestari. Staf Pengajar Pada Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
Maser R. L., Vassmer D., Magenheimer B. S., Calvet J. P. 2002. Oxidant Stress and Reduced Antioxidant Enzyme Protection in Polycystic Kidney Disease. J Am Soc Nephrol. 13:991-9. Mayes P. A. 2003. Struktur dan Fungsi Vitamin larut - Lipid. Dalam: Biokimia Harper. Edisi XXV. Jakarta: EGC, pp: 618-9. Mitruka, M. 1987. Clinical Biochemical and Hematologi Reference Values in Normal Experimental Animal and Normal Humas. Second Edition Masson Publishing. USA Neal M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis.Edisi V. Jakarta: Erlangga. Nuroini, Fitri. 2013. Efek Antiinflamasi Ekstrak Air Sarang Burung Walet Pada Mencit Yang Diinduksi Karagenan. Tesis S2 Jurusan Biologi, Pascasarjana Fakultas Biologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Ojo O. O., Kabutu F. R., Bello M., Babayo U. 2006. Inhibition of Parcetamol Induced Oxidative Stress in Rats by Extracts of Lemongrass (Cymbropogon citratus) and Green Tea (Camellia sinensis) in Rats. Afr J Biotech. 5:1227-32 Panjaitan et al., 2011. Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Metanol Akar Pasak Bumi dan Fraksi-Fraksi Turunannya. Jurnal Veteriner Desember 2011. Vol. 12 No. 4: 319-325. Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Podolsky dan Isselbacher. 2002. Tes Diagnostik Pada Penyakit Hati. Dalam: Harisson Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Putz R, Pabst R. 2007. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2, Edisi Ke-22. Jakarta: EGC. Redaksi AgroMedia. 2007. Budi Daya Walet. Jakarta Selatan : PT. AgroMedia Pustaka. Redaksi Trubus. 2005. Panduan Praktis Sukses Memikat Walet. Sacher dan McPerson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
Sari, Azizahwati dan Retno Ariani. 2008. Efek Hepatoprotektif Rebusan Akar Tapak Liman Pada Tikus Putih Yang Diinduksi Dengan Karbon Tetraklorida. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 2 Juli 2008: 75-81 Smith, D. 1993. Pharmacokinetics and bioavailability of medroxyprogesterone acetate in the dog and the rat. May;14(4):341-55. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC. Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Suzana, Noor. 2012. Characterization and Process Opimization of Collocalia Fuciphaga Extract. A Thesis is Submitted in Fulfillment of the Requirements For The Award of the Degree of Bachelor in Chemical Engineering (Biotechnology). Tuminah, Sulistyowati dan Marice Sihombing. 2009. Pengaruh The Jamur Terhadap Kerusakan Hati Tikus. Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes Vol. 37. Widjaja, Harjadi I. 2009. Anatomi Abdomen. Jakarta: EGC Widman FK. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Ed. 9. Jakarta: EGC. Wilmana P. F., Gunawan S. G. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Wishart
D.,
Knox
C.
2006.
Drug
Bank:
Acetaminophen.
http://www.drugbank.ca/drugs/DB00316. (31 Januari 2015). Yahya et al., 2013. Hepatoprotective Activity of Methanolic Extract of Bauhinia purpurea Leaves Againts Parasetamol-Induced Hepatic Damage in Rats. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. Yida, Zhang et al. 2014. In Vitro Bioaccessibility and Antioxidant Properties of Edible Bird’s Nest Following Simulated Human Gastro-Intestinal Digestion. BMC Complementary & Alternative Medicine. 14 : 468.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
Lampiran 1. Hasil determinasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
Lampiran 2. Alur Penelitian Alur Kerja Pembuatan Ekstrak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
Alur kerja hepatoprotektif
Tikus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Lampiran 3. Perhitungan Dosis Perhitungan dosis untuk hepatoprotektor standart (Hepa-Q ®) Tiap kapsul Hepa-Q ® bobotnya adalah 500 mg Komposis
Bobot
Silymarin
87,5 mg
Curcumae rhizome
21 mg
Oleum xanthorrizae
10 mg
Ekstr ructus schisandrae 7,5 mg
Dosis pemeliharan 3 x 1 kapsul sesuai petunjuk dokter. Perhitungan dosis : Bobot manusia
= 60 kg
Dosis manusia
= 1500 mg (3 x bobot kapsul)
HED
=
= 25 mg / kgBB
HED (mg / kgBB) = dosis hewan (mg / kgBB) x 25 mg / kgBB = dosis hewan (mg / kgBB) x Dosis hewan = 154, 17 mg = 150 mg Jadi dosis Hepa-Q® yang digunakan pada hewan uji adalah 150 mg
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Perhitungan Volume Administrasi (VAO) VAO (mL) = a. Dosis Rendah (1mg/kgBB) 3 ml
=
Konsentrasi = 0,1 mg/mL Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 20 mL, maka ekstrak yang dibutuhkan sebanyak : Ekstrak (mg)
= konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL)
Ekstrak
= 0,1 mg/mL x 20 mL = 2 mg
b. Dosis Sedang (10mg/kgBB) 3 mL
=
Konsentrasi
= 1 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 20 mL, maka ekstrak yang dibutuhkan sebanyak : Ekstrak (mg)
= konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL)
Ekstrak
= 1 mg/mL x 20 mL = 20 mg
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
c. Dosis Tinggi 3 mL Konsentrasi
= = 10 mg/mL
Suspensi ekstrak dibuat secara berkala setiap 20 mL, maka ekstrak yang dibutuhkan sebanyak : Ekstrak (mg)
= konsentrasi (mg/mL) x Volume (mL)
Ekstrak
= 10 mg/mL x 20 mL = 200 mg
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
Lampiran 4. Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Air Sarang Burung Walet No
Identifikasi Uji Kualitatif
1 Biuret
2 Molish
3 Xantoprotein
Perlakuan 2 mL larutan uji + 2 mL NaOH 2M -> kocok perlahan + 10 tetes CuSO40,1 M
2 mL larutan uji + 5 tetes αnaftol 3% dalam etanol -> kocok + 2 mL H2SO4 P
2 mL larutan asam nitrat pekat + larutan uji -> kocok
Gambar
Hasil Uji
+
+
+
Keterangan Terjadi perubahan warna ungu setelah penambahan larutan CuSO4
Terbentuk cincin ungu diperbatasan kedua cairan setelah penambahan H2SO4
Adanya endapan putih setelah penambahan asam nitrat dan berubah menjadi kuning setelah dipanaskan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Lampiran 5. Perhitungan Rendemen Perhitungan rendemen Berat ekstrak
= 5,8 gram
Berat simplisia
= 150 gram
% Rendemen = = = 3,8 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Lampiran 6. Rata-rata Berat Badan Tikus Data berat badan tikus disajikan dalam tabe berikut Tabel 5.1. Rata-rata Berat Badan Tikus Tanggal
Tikus
Normal
Positif
Rata-rata Berat Negatif Dosis 1 Dosis 10 mg/kgBB mg/kgBB
17/5/2015
1 2 3 4 5
264 222 195 256 200 227,4 ± 31,57 264 222 195 256 200 227,4 ± 31,5 262 211 188 256 190 221,4 ± 35,54 246 203 180 242 183 210,8 ± 31,6 220 265 192 260 200 227,4 ± 33,67
169 210 213 182 132 181,2 ± 33,2 165 211 216 180 120 178,4 ± 38,9 157 203 202 174 125 172,2 ± 32,7 156 208 202 177 128 174,2 ±33,12 161 200 206 184 134 177 ± 29,68
234 285 178 259 218 234,8 ± 40,66 234 285 178 259 218 234,8 ± 40,6 225 275 170 248 208 225,2 ± 39,82 219 275 166 244 206 222 ± 40,90 239 298 174 269 218 239,6 ± 47,55
Rata-rata + SD 18/5/2015
Rata-rata + SD 19/5/2015
Rata-rata + SD 20/5/2015
Rata-rata + SD 21/5/2015
Rata-rata + SD
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
205 157 220 228 201 202,2 ± 27,54 205 160 219 226 196 201,2 ± 25,83 200 156 213 192 221 196,4 ± 25,22 206 156 218 196 227 200,6 ± 27,56 210 161 200 200 230 200,2 ± 25,10
255 259 187 192 212 212 ± 34,19 252 261 185 194 210 220,4 ± 34,29 243 256 173 187 205 212,8 ± 35,66 243 257 180 184 205 213,8 ± 34,73 249 264 187 188 205 218,6 ± 35,72
Dosis 100 mg/kgBB 214 260 150 270 247 228 ± 48,55 214 253 154 270 238 225,8 ± 45,10 212 248 152 267 236 223 ± 44,41 213 251 153 268 242 225,4 ±45,11 213 248 157 272 254 228,8 ± 45,48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
22/5/2015
Rata-rata + SD 23/5/2015
Rata-rata + SD 24/5/2015
Rata-rata + SD 25/5/2015
Rata-rata + SD 26/5/2015
Rata-rata + SD 27/5/2015
Rata-rata + SD
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
253 212 185 251 192 218,6 ± 32,0 249 203 173 241 183 209,8 ± 34,01 251 212 182 249 187 216,2 ± 32,88 251 213 183 248 189 216,8 ± 31,90 246 209 182 246 189 214,4 ± 30,50 252 216 189 255 197 221,8 ± 30,57
157 194 204 182 133 174 ±28,87 159 199 204 182 137 176,2 ± 28,1 154 195 197 182 133 172,2 ± 27,8 146 183 196 171 125 164,2 ± 28,6 149 201 199 181 134 172,8 ± 30,0 151 208 208 182 138 177,4 ± 32,18
236 289 176 253 219 234,6 ± 41,7 235 274 172 246 205 226,4 ± 39,18 223 276 169 244 206 223,6 ± 40,16 215 274 168 239 202 219,6 ± 39,77 220 281 170 240 202 222,6 ± 41,56 221 279 175 243 209 225,4 ± 38,76
200 156 219 191 220 197,2 ± 26,16 209 155 258 192 226 208 ± 38,37 203 154 220 191 216 196 ± 26,50 198 147 217 188 212 192,4 ± 27,84 203 152 208 187 212 192,4 ± 24,50 202 154 213 191 215 195 ± 24,84
239 268 185 185 207 216,8 ± 36,16 239 260 185 188 204 215,2 ± 32,98 237 256 182 183 198 211,2 ± 33,52 237 257 182 201 197 214,8 ± 31,05 235 257 180 183 199 210,8 ± 33,84 239 266 181 186 204 215,2 ± 36,38
215 245 157 269 240 225,2 ± 42,67 214 244 162 268 247 227 ± 41,12 217 249 153 267 246 226 ± 44,77 209 245 152 266 239 222,2 ± 44,22 215 246 154 243 263 224,2 ± 42,85 216 243 155 244 269 225,4 ± 43,59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
28/5/2015
Rata-rata + SD 29/5/2015
Rata-rata + SD 30/5/2015
Rata-rata + SD 31/5/2015
Rata-rata + SD 1/6/2015
Rata-rata + SD
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
259 224 187 252 203 225 ± 30,87 259 224 187 252 203 225 ± 30,87 263 233 188 261 202 229,4 ± 33,93 258 219 188 253 202 224 ± 30,83 267 230 187 262 206 230,4 ± 34,70
148 201 198 180 135 172,4 ± 29,6 148 201 198 180 135 172,4 ± 29,6 151 207 204 184 146 178,4 ± 28,7 145 198 196 184 136 171,8 ± 29,2 152 204 208 187 144 179 ± 29,51
227 278 172 240 208 225 ± 39,16 226 275 178 247 207 226,6 ± 37,09 229 280 181 251 200 228,2 ± 39,45 227 283 181 254 204 229,8 ± 40,22 224 296 176 250 194 228 ± 47,39
202 216 216 189 153 195,2 ± 26,12 203 150 217 186 216 194,4 ± 27,80 210 155 226 192 222 201 ± 28,91 199 150 221 187 217 194,8 ± 28,56 198 153 232 194 212 197,8 ± 29,12
237 260 186 182 201 213,2 ± 33,98 235 255 179 183 192 208,8 ± 34,12 235 262 183 182 245 221,4 ± 36,80 231 255 180 184 192 208,4 ± 32,98 242 277 194 192 199 220,8 ± 37,51
217 247 252 150 275 228,2 ± 48,34 214 247 251 156 278 229,2 ± 46,80 219 245 294 157 278 236 ±54,09 216 242 258 163 277 231,2 ± 44,20 220 240 264 163 275 232,4 ± 44,27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Lampiran 7. Gambar Kegiatan Penelitian Penyiapan simplisia dan pembuatan ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.)
Gambar 5.1 Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga T.)
Gambar 5.2 Sarang burung walet setelah dibersihkan
Gambar 5.3 Serbuk sarang burung walet
Gambar 5.4 Proses pemanasan
Gambar 5.5 Proses homogenisasi
Gambar 5.6 Proses sonikasi
Gambar 5.7 Hasil penyaringan
Gambar 5.8 Hasil freeze dry
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Lampiran 8. Nilai SGPT dan SGOT Nilai kadar SGPT Kelompok
Tikus
Normal
1 2 3 4 5
Hari ke-0 SGPT ⩟ SGPT 122,9 128,7 152,12 178,2 168 162,9
Hari ke-15 SGPT ⩟ SGPT 76,49 86,66 75,43 61,9 68,97 83,12
Hari ke-17 SGPT ⩟ SGPT 61,9 215,8 140,41 168,4 134 122
Positif
1 2 3 4 5
57,92 90,19 112,3 190,5 166,2
123,42
67,64 55,27 52,17 81,79 129,5
77,27
122 95,5 113,2 244,1 275
169,95
Negatif
1 2 3 4 5
97,27 92,4 108,3 76,05 114,3
97,70
34,04 58,36 42,44 52,17 60,12
49,43
181,3 158,7 271 253,3 205,6
213,98
1 2 3 4 5
84,45 91,96 95,5 97,71 104,3
94,79
34,04 58,36 42,44 52,17 60,12
49,43
244,9 115 211,8 161,8 174,2
181,53
1 2 3 4 5
107,9 118,9 102,6 133,1 144,1
121,31
68,53 58,36 42 51,29 42,44
52,52
84,89 77,37 159,2 107,9 140,6
113,97
1 2 3 4 5
85,33 124,2 117,2 101,2 110,5
107,70
74,72 33,16 61,9 84 62,34
63,22
256 257,8 199,4 210,5 168
218,32
Dosis 1mg/kgBB
Dosis 10mg/kgBB
Dosis 100mg/kgBB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Nilai kadar SGOT Kelompok
Tikus
Normal
1 2 3 4 5
Hari ke-0 SGOT ⩟ SGOT 86,21 93,72 127,91 124,24 127,77 207,63
Hari ke-15 SGOT ⩟ SGOT 72,95 95,94 77,90 83,56 66,31 70,74
Hari ke-17 SGOT ⩟ SGOT 83,11 296,66 179,23 213,55 154,3 148,55
Positif
1 2 3 4 5
43,77 55,26 110,58 34,92 104,78
69,86
93,73 67,2 63,66 92,40 88,86
81,17
182,6 100,8 210,01 281,19 344,86
223,89
Negatif
1 2 3 4 5
56,14 106,11 82,23 62,78 72,06
75,86
80,02 66,76 60,12 79,14 66,31
70,47
209,12 246,7 255,99 204,26 66,31
196,47
1 2 3 4 5
107,88 72,95 82,23 62,78 72,06
76,83
46,86 86,65 76,04 60,12 64,99
66,93
298,87 140,15 219,73 205,14 175,52
207,88
1 2 3 4 5
46,86 86,65 20,33 76,48 64,1
58,88
88,42 62,78 84,44 111,41 84,88
86,38
78,69 141,48 133,96 185,69 83,11
124,58
1 2 3 4 5
121,14 73,39 76,04 73,83 76,92
84,26
68,08 72,5 72,5 73,39 85,77
74,44
279,42 246,7 232,56 244,04 213,1
243,16
Dosis 1mg/kgBB
Dosis 10mg/kgBB
Dosis 100mg/kgBB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Lampiran 9. Analisa statistik data kadar SGPT ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.) Analisa statistik dilakukan dengan membandingkan kadar SGPT di dalam kelompok yang sama pada hari yang berbeda yakni hari ke-0, hari ke-15 dan hari terminasi menggunakan uji Paired samples T-Test. Selain itu dibandingkan juga kadar SGPT hari ke-0, hari ke-15 dan hari terminasi setiap kelompok dengan kelompok lainnya menggunakan uji one way ANNOVA. A. Paired samples T-Test Hipotesis
:
Ho
: Data kadar SGPT tidak berbeda secara signifikan
Ha
: Data kadar SGPT berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan Jika nilai signifikansi > 0.05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka Ho ditolak a. Kelompok Normal a. Hari ke-0 dan hari ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1
Normal_0 Normal_15
7.67040E1
the Difference
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Lower
Upper
12.69165
41.46633
111.94167
28.37939
Sig. (2t 6.044
df
tailed) 4
.004
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok normal pada hari ke-0 dan ke-15 berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
b. Hari ke-15 dan hari ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Std. Error Mean Pair 1
Normal_15 Normal_17
Std. Deviation
-6.49920E1
Mean
60.17480
Lower
Sig. (2-
Upper
26.91099 -139.70889
t
9.72489
df
-2.415
tailed) 4
.073
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok normal pada hari ke-15 dan ke-17 tidak berbeda secara signifikan b. Kelompok Negatif a. Hari ke-0 dan 15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1
Negatif_0 Negatif_15
4.82660E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
24.85628
of the Difference Lower
11.11607 17.40286
Sig. (2-
Upper
t
79.12914 4.342
df
tailed) 4
.062
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok negatif pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
b. Hari ke-15 dan 17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1
Negatif_15 Negatif_17
-1.64548E2
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
50.13032
the Difference Lower
Sig. (2-
Upper
22.41896 -226.79302
-102.30298
t
df
-7.340
tailed) 4
.002
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok negatif pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan c. Kelompok Positif a. Hari ke-0 dan ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1
Positif_0 Positif_15
4.61340E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
78.26481
the Difference Lower
35.00109 -51.04460
Upper
Sig. (2t
143.31260 1.318
df
tailed) 4
.258
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok positif pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
b. Hari ke-15 dan ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1
Positif_15 Positif_17
-9.26680E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
94.07198
the Difference Lower
42.07027 -209.47379
Sig. (2-
Upper 24.13779
t
df
tailed)
-2.203
4
.092
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok positif pada hari ke-15 dan ke-17 tidak berbeda secara signifikan
c. Kelompok dosis 1 mg/kgBB a. Hari ke-0 dan ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1
K1_0 K1_15
4.22660E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
17.17952
7.68292
the Difference Lower 20.93481
Sig. (2-
Upper 63.59719
t 5.501
df
tailed) 4
.005
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 1 mg/kgBB pada hari ke-0 dan ke-15 berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
b. Hari ke-15 dan ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1
K1_15 K1_17
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
-1.29010E2
48.73862
21.79657
the Difference Lower -189.52699
Sig. (2-
Upper -68.49301
t
df
-5.919
tailed) 4
.004
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 1 mg/kgBB pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan d. Kelompok dosis 10 mg/kgBB a. Hari ke-0 dan ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1
K10_0 K10_15
5.80980E1
of the Difference
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Lower
Upper
11.98982
24.80893
91.38707 4.846
26.81004
Sig. (2t
df
tailed) 4
.008
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 10 mg/kgBB pada hari ke-0 dan ke-15 berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
b. Hari ke-15 dan ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1
K10_15 K10_17
-5.07580E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
41.99789
18.78203
of the Difference Lower
Sig. (2-
Upper
-102.90527
t
1.38927
df
-2.702
tailed) 4
.054
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 10 mg/kgBB pada hari ke-15 dan ke-17 tidak berbeda secara signifikan e. Kelompok dosis 100 mg/kgBB a. Hari ke-0 dan ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1
K100_0 K100_15
4.96040E1
Difference
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
Lower
3.46131
39.99387 59.21413 14.331
7.73972
Upper
Sig. (2t
df
tailed) 4
.000
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 100 mg/kgBB pada hari ke-0 dan ke-15 berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
b. Hari ke-15 dan ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1
K100_15 K100_17
-1.60222E2
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
40.98502
of the Difference Lower
Sig. (2-
Upper
18.32906 -211.11163 -109.33237
t -8.741
df
tailed) 4
.001
Keputusan : data kadar SGPT untuk kelompok dosis 100 mg/kgBB pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan B. One way ANNOVA 1. Hari ke-0 a. Uji Normalitas Tujuan
: Untuk distribusi normal data kadar SGPT
Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT terdistribusi normal Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hari_Ke_0 N
30
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
116.1727
Std. Deviation
31.47157
Absolute
.132
Positive
.132
Negative
-.098
Kolmogorov-Smirnov Z
.725
Asymp. Sig. (2-tailed)
.670
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok uji terdistribusi normal b. Uji Homogenitas
Tujuan
: Untuk melihat data kadar SGPT homogen atau tidak
Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT terdistribusi homogen Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi tidak homogen Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak Test of Homogeneity of Variances Hari_Ke_0 Levene Statistic 6.977
df1
df2 5
Sig. 24
.000
Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok tidak homogen (p≤0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis karena syarat belum terpenuhi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
c. Uji Kruskal Wallis Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGPT yang bermakna Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna Ha : Data kadar SGPT berbeda secara bermakna Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
Test Statisticsa,b Hari_Ke_0 Chi-Square
5.841
df Asymp. Sig.
4 .211
a. Kruskal Wallis Test
Keputusan : data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna 2. Hari ke-15 a. Uji Normalitas Tujuan
: Untuk distribusi normal data kadar SGPT
Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT terdistribusi normal Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hari_Ke_15 N
30
Normal Parameters
a
Mean
62.6590
Std. Deviation Most Extreme Differences
19.00626
Absolute
.137
Positive
.137
Negative
-.072
Kolmogorov-Smirnov Z
.748
Asymp. Sig. (2-tailed)
.630
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok uji terdistribusi normal b. Uji Homogenitas
Tujuan
: Untuk melihat data kadar SGPT homogen atau tidak
Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT terdistribusi homogen Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi tidak homogen Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak Test of Homogeneity of Variances Hari_Ke_15 Levene Statistic 1.793
df1
df2 5
Sig. 24
.152
Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji ANNOVA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
c. Uji ANNOVA Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGPT yang bermakna Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna Ha : Data kadar SGPT berbeda secara bermakna Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
ANOVA Hari_Ke_15 Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
3378.481
5
675.696
Within Groups
7097.422
24
295.726
10475.903
29
Total
F 2.285
Sig. .078
Keputusan : data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna
3. Hari ke-17 a. Uji Normalitas Tujuan
: Untuk distribusi normal data kadar SGPT
Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT terdistribusi normal Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hari_Ke_17 N
30
Normal Parameters
a
Most Extreme Differences
Mean
173.0270
Std. Deviation
62.17564
Absolute
.107
Positive
.094
Negative
-.107
Kolmogorov-Smirnov Z
.584
Asymp. Sig. (2-tailed)
.884
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok uji terdistribusi normal b. Uji Homogenitas
Tujuan
: Untuk melihat data kadar SGPT homogen atau tidak
Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT terdistribusi homogen Ha : Data kadar SGPT tidak terdistribusi tidak homogen Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak Test of Homogeneity of Variances Hari_Ke_17 Levene Statistic 2.281
df1
df2 5
Sig. 24
.079
Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji ANNOVA
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
c. Uji ANNOVA Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGPT yang bermakna Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna Ha : Data kadar SGPT berbeda secara bermakna Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak ANOVA Hari_Ke_17 Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
41805.823
5
8361.165
Within Groups
70302.670
24
2929.278
112108.493
29
Total
F
Sig.
2.854
.037
Keputusan : data kadar SGPT berbeda secara bermakna
d. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)
Tujuan : untuk menentukan data kadar SGPT yang abnormal kelompok mana yag memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengaan kelompok lainnya. Hipotesis : Ho : Data kadar SGPT tidak berbeda secara bermakna Ha : Data kadar SGPT berbeda secara bermakna Pengambilan Keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
Multiple Comparisons Hari_Ke_0 LSD (I)
(J)
Kelompok_ Kelompok_
95% Confidence Interval Mean Difference
Uji
Uji
K-Normal
K-Positif
28.71000
17.08529
.106
-6.5523
63.9723
K-Negatif
54.42200
*
17.08529
.004
19.1597
89.6843
K-1
57.33800
*
17.08529
.003
22.0757
92.6003
K-10
30.81000
17.08529
.084
-4.4523
66.0723
K-100
44.42800
*
17.08529
.016
9.1657
79.6903
K-Normal
-28.71000
17.08529
.106
-63.9723
6.5523
K-Negatif
25.71200
17.08529
.145
-9.5503
60.9743
K-1
28.62800
17.08529
.107
-6.6343
63.8903
K-10
2.10000
17.08529
.903
-33.1623
37.3623
K-100
15.71800
17.08529
.367
-19.5443
50.9803
K-Positif
K-Negatif
K-10
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
K-Normal
-54.42200
*
17.08529
.004
-89.6843
-19.1597
K-Positif
-25.71200
17.08529
.145
-60.9743
9.5503
2.91600
17.08529
.866
-32.3463
38.1783
K-10
-23.61200
17.08529
.180
-58.8743
11.6503
K-100
-9.99400
17.08529
.564
-45.2563
25.2683
K-1
K-1
(I-J)
K-Normal
-57.33800
*
17.08529
.003
-92.6003
-22.0757
K-Positif
-28.62800
17.08529
.107
-63.8903
6.6343
K-Negatif
-2.91600
17.08529
.866
-38.1783
32.3463
K-10
-26.52800
17.08529
.134
-61.7903
8.7343
K-100
-12.91000
17.08529
.457
-48.1723
22.3523
K-Normal
-30.81000
17.08529
.084
-66.0723
4.4523
K-Positif
-2.10000
17.08529
.903
-37.3623
33.1623
K-Negatif
23.61200
17.08529
.180
-11.6503
58.8743
K-1
26.52800
17.08529
.134
-8.7343
61.7903
K-100
13.61800
17.08529
.433
-21.6443
48.8803
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
K-100
K-Normal
-44.42800
*
17.08529
.016
-79.6903
-9.1657
K-Positif
-15.71800
17.08529
.367
-50.9803
19.5443
9.99400
17.08529
.564
-25.2683
45.2563
K-1
12.91000
17.08529
.457
-22.3523
48.1723
K-10
-13.61800
17.08529
.433
-48.8803
21.6443
K-Negatif
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok tidak berbeda secara bermakna (p≥0,05), kecuali antara kelompok normal dengan kelompok negatif, dan kelompok dosis 1 mg/kgBB dan 100 mg/kgBB berbeda secara bermakna. Multiple Comparisons Hari_Ke_15 LSD (I)
(J)
95% Confidence Interval
Kelompok_ Kelompok_ Mean Difference Uji
Uji
K-Positif
K-1
24.76000
12.44904
.064
-1.6308
51.1508
K-10
14.06400
12.44904
.275
-12.3268
40.4548
K-100
19.18800
12.44904
.143
-7.2028
45.5788
K-Positif
-24.76000
12.44904
.064
-51.1508
1.6308
K-10
-10.69600
12.44904
.403
-37.0868
15.6948
K-100
-5.57200
12.44904
.660
-31.9628
20.8188
-14.06400
12.44904
.275
-40.4548
12.3268
10.69600
12.44904
.403
-15.6948
37.0868
5.12400
12.44904
.686
-21.2668
31.5148
-19.18800
12.44904
.143
-45.5788
7.2028
K-1
5.57200
12.44904
.660
-20.8188
31.9628
K-10
-5.12400
12.44904
.686
-31.5148
21.2668
K-1
K-10
K-Positif K-1 K-100
K-100
K-Positif
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
73
Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok tidak berbeda secara bermakna (p≥0,05). Multiple Comparisons Hari_Ke_17 LSD (I)
(J)
Kelompok_ Kelompok_
95% Confidence Interval Mean Difference
Uji
Uji
(I-J)
K-Normal
K-Positif
-29.53600
34.23027
.397
-100.1838
41.1118
K-Negatif
-73.57200
*
34.23027
.042
-144.2198
-2.9242
K-1
-41.11800
34.23027
.241
-111.7658
29.5298
K-10
26.43800
34.23027
.447
-44.2098
97.0858
*
34.23027
.032
-148.5498
-7.2542
K-Normal
29.53600
34.23027
.397
-41.1118
100.1838
K-Negatif
-44.03600
34.23027
.211
-114.6838
26.6118
K-1
-11.58200
34.23027
.738
-82.2298
59.0658
K-10
55.97400
34.23027
.115
-14.6738
126.6218
K-100
-48.36600
34.23027
.171
-119.0138
22.2818
K-Normal
73.57200
*
34.23027
.042
2.9242
144.2198
K-Positif
44.03600
34.23027
.211
-26.6118
114.6838
K-1
32.45400
34.23027
.353
-38.1938
103.1018
*
34.23027
.007
29.3622
170.6578
K-100
-4.33000
34.23027
.900
-74.9778
66.3178
K-Normal
41.11800
34.23027
.241
-29.5298
111.7658
K-Positif
11.58200
34.23027
.738
-59.0658
82.2298
K-Negatif
-32.45400
34.23027
.353
-103.1018
38.1938
K-10
67.55600
34.23027
.060
-3.0918
138.2038
K-100
-36.78400
34.23027
.293
-107.4318
33.8638
K-Normal
-26.43800
34.23027
.447
-97.0858
44.2098
K-Positif
-55.97400
34.23027
.115
-126.6218
14.6738
*
34.23027
.007
-170.6578
-29.3622
K-100 K-Positif
K-Negatif
K-10
K-1
K-10
K-Negatif
-77.90200
100.01000
-100.01000
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74
K-1
-67.55600
34.23027
.060
-138.2038
3.0918
-104.34000
*
34.23027
.006
-174.9878
-33.6922
K-Normal
77.90200
*
34.23027
.032
7.2542
148.5498
K-Positif
48.36600
34.23027
.171
-22.2818
119.0138
K-Negatif
4.33000
34.23027
.900
-66.3178
74.9778
36.78400
34.23027
.293
-33.8638
107.4318
*
34.23027
.006
33.6922
174.9878
K-100 K-100
K-1 K-10
104.34000
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : data kadar SGPT seluruh kelompok tidak berbeda secara bermakna (p≥0,05), kecuali antara kelompok normal dengan kelompok negatif, dan kelompok dosis 100 mg/kgBB, antara kelompok negatif dengan kelompok 10 mg/kgBB, dan antara kelompok 10 mg/kgBB dengan kelompok 100 mg/kgBB
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
75
Lampiran 11. Analisa statistik data kadar SGOT ekstrak air sarang burung walet putih (Collocalia fuciphaga T.) Analisa statistik dilakukan dengan membandingkan kadar SGOT di dalam kelompok yang sama pada hari yang berbeda yakni hari ke-0, hari ke-15 dan hari terminasi menggunakan uji Paired samples T-Test. Selain itu dibandingkan juga kadar SGPT hari ke-0, hari ke-15 dan hari terminasi setiap kelompok dengan kelompok lainnya menggunakan uji one way ANNOVA. B. Paired samples T-Test Hipotesis
:
Ho
: Data kadar SGOT tidak berbeda secara signifikan
Ha
: Data kadar SGOT berbeda secara signifikan
Pengambilan keputusan Jika nilai signifikansi > 0.05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0.05 maka Ho ditolak d. Kelompok Normal a. Hari ke-0 dan hari ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1
Normal_0 Normal_15
5.00156E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
54.41513
of the Difference Lower
24.33518 -17.54970
Upper
Sig. (2t
117.58090 2.055
df
tailed) 4
.109
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok normal pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
76
b. Hari ke-15 dan hari ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1
Normal_15 Normal_17
-1.01336E2
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
70.25239
the Difference Lower
Sig. (2-
Upper
31.41782 -188.56566
t
-14.10594
df
-3.225
tailed) 4
.032
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok normal pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan e. Kelompok Negatif a. Hari ke-0 dan saat terminasi Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1
K100_15 K100_17
-1.68714E2
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
30.15803
13.48708
the Difference Lower -206.15964
Sig. (2-
Upper -131.26736
t
df
-12.509
tailed) 4
.000
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok negatif pada hari ke-0 dan ke-17 berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
77
f. Kelompok Positif a. Hari ke-0 dan ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Mean Pair 1
Positif_0 Positif_15
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
-1.13074E1 29.19356
Sig. (2Lower
Upper
13.05576 -47.55597
t
df
tailed)
24.94121 -.866
4
.435
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok positif pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan b. Hari ke-15 dan ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1
Positif_15 Positif_17
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
-1.42717E2 86.27313
Difference Lower
Sig. (2-
Upper
t
38.58252 -249.83886 -35.59438
-3.699
df
tailed) 4
.021
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok positif pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
78
g. Kelompok dosis 1 mg/kgBB a. Hari ke-0 dan ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the
Mean Pair 1
K1_0 K1_15
9.90294
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
34.35002
Difference Lower
15.36180 -32.74824
Sig. (2-
Upper
t
52.55412
df
.645
tailed) 4
.554
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 1 mg/kgBB pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan b. Hari ke-15 dan ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1
K1_15 K1_17
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
-1.40948E2 53.58116
of the Difference Lower
23.96223 -207.47774
Sig. (2-
Upper
t
-74.41814
-5.882
df
tailed) 4
.004
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 1 mg/kgBB pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
79
h. Kelompok dosis 10 mg/kgBB a. Hari ke-0 dan ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1
K10_0 K10_15
-2.75005E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
32.70104
of the Difference Lower
14.62435 -68.10419
Sig. (2-
Upper
t
13.10323
df
-1.880
tailed) 4
.133
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 10 mg/kgBB pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan
b. Hari ke-15 dan ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1
K10_15 K10_17
-6.18085E1
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
53.57191
of the Difference Lower
23.95808 -128.32683
Sig. (2-
Upper
t
4.70979
-2.580
df
tailed) 4
.061
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 10 mg/kgBB pada hari ke-15 dan ke-17 tidak berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
80
i. Kelompok dosis 100 mg/kgBB a. Hari ke-0 dan ke-15 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of
Mean Pair 1
K100_0 -
9.81490
K100_15
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
24.62096
the Difference Lower
11.01083 -20.75606
Sig. (2-
Upper
t
40.38586
df
.891
tailed) 4
.423
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 100 mg/kgBB pada hari ke-0 dan ke-15 tidak berbeda secara signifikan b. Hari ke-15 dan ke-17 Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval
Mean Pair 1
K100_15 K100_17
-1.68714E2
Std.
Std. Error
Deviation
Mean
30.15803
of the Difference Lower
Upper
13.48708 -206.15964 -131.26736
Sig. (2t
df
-12.509
tailed) 4
.000
Keputusan : data kadar SGOT untuk kelompok dosis 100 mg/kgBB pada hari ke-15 dan ke-17 berbeda secara signifikan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
81
C. One way ANNOVA 4. Hari ke-0 d. Uji Normalitas Tujuan
: Untuk distribusi normal data kadar SGOT
Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT terdistribusi normal Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hari_0 N Normal Parametersa
30 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
82.2749 3.54152E1
Absolute
.151
Positive
.151
Negative
-.072
Kolmogorov-Smirnov Z
.826
Asymp. Sig. (2-tailed)
.503
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok uji terdistribusi normal e. Uji Homogenitas
Tujuan
: Untuk melihat data kadar SGOT homogen atau tidak
Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT terdistribusi homogen Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi tidak homogeny
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
82
Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak Test of Homogeneity of Variances Hari_0 Levene Statistic
df1
1.071
df2 5
Sig. 24
.401
Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji ANNOVA f. Uji ANNOVA Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGOT yang bermakna Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna Ha : Data kadar SGOT berbeda secara bermakna Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak ANOVA Hari_0 Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
14293.149
5
2858.630
Within Groups
22079.654
24
919.986
Total
36372.804
29
F 3.107
Sig. .027
Keputusan : data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
83
5. Hari ke-15 d. Uji Normalitas Tujuan
: Untuk distribusi normal data kadar SGOT
Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT terdistribusi normal Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hari_15 N Normal Parametersa
30 Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
76.2218 1.34906E 1
Absolute
.116
Positive
.116
Negative
-.083
Kolmogorov-Smirnov Z
.638
Asymp. Sig. (2-tailed)
.811
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok uji terdistribusi normal e. Uji Homogenitas
Tujuan
: Untuk melihat data kadar SGOT homogen atau tidak
Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT terdistribusi homogen Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi tidak homogen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
84
Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak Test of Homogeneity of Variances Hari_15 Levene Statistic
df1
.937
df2 5
Sig. 24
.475
Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji ANNOVA f. Uji ANNOVA Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGOT yang bermakna Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna Ha : Data kadar SGOT berbeda secara bermakna Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak ANOVA Hari_15 Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups
1265.548
5
253.110
Within Groups
4012.383
24
167.183
Total
5277.931
29
F 1.514
Sig. .223
Keputusan : data kadar SGOT berbeda secara bermakna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
85
6. Hari ke-17 e. Uji Normalitas Tujuan
: Untuk distribusi normal data kadar SGOT
Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT terdistribusi normal Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi normal Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Hari_17 N Normal Parameters
30 a
Most Extreme Differences
Mean
1.9981E2
Std. Deviation
6.89249E 1
Absolute
.108
Positive
.058
Negative
-.108
Kolmogorov-Smirnov Z
.591
Asymp. Sig. (2-tailed)
.876
a. Test distribution is Normal.
Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok uji terdistribusi normal f. Uji Homogenitas
Tujuan
: Untuk melihat data kadar SGOT homogen atau tidak
Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT terdistribusi homogen Ha : Data kadar SGOT tidak terdistribusi tidak homogen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
86
Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak Test of Homogeneity of Variances Hari_17 Levene Statistic
df1
1.267
df2 5
Sig. 24
.310
Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok homogen (p≥0,05) sehingga bisa dilanjutkan dengan uji ANNOVA g. Uji ANNOVA Tujuan : untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data kadar SGOT yang bermakna Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna Ha : Data kadar SGOT berbeda secara bermakna Pengambilan keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak
ANOVA Hari_17 Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
28114.841
5
5622.968
Within Groups
109653.893
24
4568.912
Total
137768.735
29
F 1.231
Sig. .326
Keputusan : data kadar SGOT berbeda secara bermakna
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
87
h. Uji Multiple Comparison tipe LSD (Least Significant Difference)
Tujuan : untuk menentukan data kadar SGOT yang abnormal kelompok mana yag memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengaan kelompok lainnya. Hipotesis : Ho : Data kadar SGOT tidak berbeda secara bermakna Ha : Data kadar SGOT berbeda secara bermakna Pengambilan Keputusan : Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 Ho diterima Bila nilai signifikansi ≤ 0,05 Ho ditolak Multiple Comparisons Hari_0 LSD (I)
(J)
95% Confidence Interval
Kelompok Kelompok Mean Difference _Uji
_Uji
(I-J)
normal
positif
58.05120
*
19.18318
.006
18.4591
97.6433
negatif
52.04980
*
19.18318
.012
12.4577
91.6419
K1
51.07720
*
19.18318
.014
11.4851
90.6693
K10
69.02740
*
19.18318
.001
29.4353
108.6195
K100
43.64920
*
19.18318
.032
4.0571
83.2413
normal
-58.05120
*
19.18318
.006
-97.6433
-18.4591
negatif
-6.00140
19.18318
.757
-45.5935
33.5907
K1
-6.97400
19.18318
.719
-46.5661
32.6181
K10
10.97620
19.18318
.573
-28.6159
50.5683
K100
-14.40200
19.18318
.460
-53.9941
25.1901
normal
-52.04980
*
19.18318
.012
-91.6419
-12.4577
positif
6.00140
19.18318
.757
-33.5907
45.5935
K1
-.97260
19.18318
.960
-40.5647
38.6195
K10
16.97760
19.18318
.385
-22.6145
56.5697
K100
-8.40060
19.18318
.665
-47.9927
31.1915
positif
negatif
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
88
K1
K10
K100
*
19.18318
.014
-90.6693
-11.4851
positif
6.97400
19.18318
.719
-32.6181
46.5661
negatif
.97260
19.18318
.960
-38.6195
40.5647
K10
17.95020
19.18318
.359
-21.6419
57.5423
K100
-7.42800
19.18318
.702
-47.0201
32.1641
normal
-51.07720
normal
-69.02740
*
19.18318
.001
-108.6195
-29.4353
positif
-10.97620
19.18318
.573
-50.5683
28.6159
negatif
-16.97760
19.18318
.385
-56.5697
22.6145
K1
-17.95020
19.18318
.359
-57.5423
21.6419
K100
-25.37820
19.18318
.198
-64.9703
14.2139
normal
-43.64920
*
19.18318
.032
-83.2413
-4.0571
positif
14.40200
19.18318
.460
-25.1901
53.9941
negatif
8.40060
19.18318
.665
-31.1915
47.9927
K1
7.42800
19.18318
.702
-32.1641
47.0201
K10
25.37820
19.18318
.198
-14.2139
64.9703
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok tidak berbeda secara bermakna (p≥0,05), kecuali antara kelompok normal dengan kelompok positif, kelompok negatif, dan kelompok dosis berbeda secara bermakna.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
89
Multiple Comparisons Hari_15 LSD (I)
(J)
95% Confidence Interval
Kelompo Kelompo Mean Difference k_Uji
k_Uji
positif
K1
14.23632
8.86084
.128
-4.5478
33.0205
K10
-5.21690
8.86084
.564
-24.0010
13.5672
K100
6.72028
8.86084
.459
-12.0639
25.5044
positif
-14.23632
8.86084
.128
-33.0205
4.5478
K10
-19.45322
*
8.86084
.043
-38.2374
-.6691
K100
-7.51604
8.86084
.409
-26.3002
11.2681
positif
5.21690
8.86084
.564
-13.5672
24.0010
K1
K10
K100
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
K1
19.45322
*
8.86084
.043
.6691
38.2374
K100
11.93718
8.86084
.197
-6.8470
30.7213
positif
-6.72028
8.86084
.459
-25.5044
12.0639
7.51604
8.86084
.409
-11.2681
26.3002
-11.93718
8.86084
.197
-30.7213
6.8470
K1 K10
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok tidak berbeda secara bermakna (p≥0,05), kecuali antara kelompok dosis 1 mg/kgBB dengan kelompok dosis 10 mg/kgBB berbeda secara bermakna.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
90
Multiple Comparisons Hari_17 LSD (I)
(J)
95% Confidence Interval
Kelompok Kelompok Mean Difference _Uji
_Uji
(I-J)
normal
positif
-44.65440
42.75003
.307
-132.8861
43.5773
negatif
-17.24280
42.75003
.690
-105.4745
70.9889
K1
-28.64940
42.75003
.509
-116.8811
59.5823
K10
31.03680
42.75003
.475
-57.1949
119.2685
K100
-63.93100
42.75003
.148
-152.1627
24.3007
normal
44.65440
42.75003
.307
-43.5773
132.8861
negatif
27.41160
42.75003
.527
-60.8201
115.6433
K1
16.00500
42.75003
.711
-72.2267
104.2367
K10
75.69120
42.75003
.089
-12.5405
163.9229
K100
-19.27660
42.75003
.656
-107.5083
68.9551
normal
17.24280
42.75003
.690
-70.9889
105.4745
positif
-27.41160
42.75003
.527
-115.6433
60.8201
K1
-11.40660
42.75003
.792
-99.6383
76.8251
K10
48.27960
42.75003
.270
-39.9521
136.5113
K100
-46.68820
42.75003
.286
-134.9199
41.5435
normal
28.64940
42.75003
.509
-59.5823
116.8811
positif
-16.00500
42.75003
.711
-104.2367
72.2267
negatif
11.40660
42.75003
.792
-76.8251
99.6383
K10
59.68620
42.75003
.175
-28.5455
147.9179
K100
-35.28160
42.75003
.417
-123.5133
52.9501
normal
-31.03680
42.75003
.475
-119.2685
57.1949
positif
-75.69120
42.75003
.089
-163.9229
12.5405
negatif
-48.27960
42.75003
.270
-136.5113
39.9521
K1
-59.68620
42.75003
.175
-147.9179
28.5455
K100
-94.96780
*
42.75003
.036
-183.1995
-6.7361
positif
negatif
K1
K10
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
91
K100
normal
63.93100
42.75003
.148
-24.3007
152.1627
positif
19.27660
42.75003
.656
-68.9551
107.5083
negatif
46.68820
42.75003
.286
-41.5435
134.9199
K1
35.28160
42.75003
.417
-52.9501
123.5133
K10
94.96780
*
42.75003
.036
6.7361
183.1995
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Keputusan : data kadar SGOT seluruh kelompok tidak berbeda secara bermakna (p≥0,05), kecuali antara kelompok dosis 100 mg/kgBB dengan kelompok dosis 10 mg/kgBB berbeda secara bermakna.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta