UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FORMULASI TABLET HISAP KOMBINASI EKSTRAK AIR KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN EKSTRAK AIR KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) MENGGUNAKAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
SKRIPSI
DWIYANTI ATMAJASARI NIM. 108102000006
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MEI 2014
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FORMULASI TABLET HISAP KOMBINASI EKSTRAK AIR KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN EKSTRAK AIR KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) MENGGUNAKAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
DWIYANTI ATMAJASARI NIM. 108102000006
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MEI 2014 ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Dwiyanti Atmajasari : Farmasi : Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Menggunakan Gelatin Sebagai Bahan Pengikat
Kombinasi ekstrak air kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dan ekstrak air kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) diformulasikan menjadi tablet hisap antioksidan menggunakan metode granulasi basah dengan variasi konsentrasi pengikat gelatin. Kedua ekstrak ini diperoleh dengan cara digesti. Tablet hisap dibuat dalam 4 formula yaitu Formula 1, Formula 2, Formula 3 dan Formula 4 dengan variasi konsentrasi gelatin sebesar 5 %; 7,5 %; 10 % dan 12,5 % sebagai bahan pengikat. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Formula 4 dengan konsentrasi gelatin sebesar 12,5 % merupakan formula terbaik, dengan aroma khas rosella, rasa asam-manis, keragaman bobot rata-rata 2,1419 g, keseragaman ukuran tablet yaitu dengan diameter rata-rata 2,02 cm dan ketebalan rata-rata 0,82 cm, kekerasan tablet rata-rata 17,68 kg/cm2, friabilitas 0,01 % dan waktu hancur 23,63 menit. Kata kunci : Garcinia mangostana L., Hibiscus sabdariffa L., ekstrak air, tablet hisap, gelatin, granulasi basah.
vi
ABSTRACT
Name Major Title
: Dwiyanti Atmajasari : Pharmacy : Lozenges Formulation from the Combination of Mangosteen Pericarp Aqueous Extract (Garcinia mangostana L.) and Roselle Calyx Aqueous Extract (Hibiscus sabdariffa L.) Using Gelatin as a Binder
The combination of mangosteen pericarp aqueous extract and roselle calyx aqueous extract was formulated as antioxidant lozenges using wet granulation method with a variety of the concentration of gelatin as a binder. These extracts was obtained using digestion. Lozenges were formulated in 4 formula termed Formula 1, Formula 2, Formula 3 and Formula 4 with variety of the concentration of gelatin as much as 5%, 7.5%, 10% and 12.5% as binders. The result of evaluations showed that Formula 4 with gelatin concentration of 12,5 % is the best formula, smell of Hibiscus sabdariffa L., sweet and sour taste, uniformity of weight’s average 2.1419 g, uniformity of size tablet with a diameter’s average of 2.02 cm and thickness average of 0.82 cm, hardness average 17.68 kg/cm2, friability 0,01 % and disintegration time of 23.63 minutes. Keyword : Garcinia mangostana L., Hibiscus sabdariffa L., aqueous extract, lozenges, gelatin, wet granulation.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’alaa karena atas rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa shalawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sejak masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu Sabrina, M. Farm., Apt. sebagai pembimbing pertama dan Ibu Puteri Amelia, M. Farm., Apt. sebagai pembimbing kedua, yang memiliki andil besar dalam proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir ini, semoga segala bantuan dan bimbingan Ibu mendapat imbalan yang lebih baik di sisi Allah.
2.
Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K. Tadjudin, Sp. And., sebagai dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Drs. Umar Mansur, M. Sc, Apt. sebagai Ketua Program Studi Farmasi, Fakultas Keokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarf Hidayatullah Jakarta.
5.
Ibu Tuti Darmawati dan Bapak Ganjar Santoso sebagai orang tua, yang telah memberikan doa dan dukungan baik moril maupun materil demi kelancaran penulis menyelesaikan skripsi ini; serta Arif Darmawan, S.Psi dan Siti Alia Fitriati, S.Psi sebagai kakak yang selalu memberikan dorongan semangat.
6.
Andi Kurniajaturiatama, S.Far sebagai suami tercinta yang turut membantu penulis selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
7.
Sahabat-sahabat sejati yang telah memberikan doa, canda, tawa, dorongan semangat, ilmu, dan pelajaran hidup; Faritz Azhar, Resky Yuliandari, Adam
viii
Dzulfaqih Amri, Ali Aridi, Nurul Hidayati, Wahyu Ramadani, Dhita Dwi Pangestika, Riva Arfianti, Rizal Pahlevi dan Rinaldias Dimastaputra. 8.
Keluarga besar Farmasi, khususnya Indah Prihandini, Alfrida Tatsa Haifa, Nur Ikhlas, Sera Nur Agustin, Inda Firliah, Berty Puspitasari, Zikriah, Sinthi Ayesha dan Ashari Dzikro, serta keluarga besar Samaners FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9.
Para laboran Laboratorium Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rani Hestiningrum, A. Ma., Rachmadi Wibowo, S. Si., Eris Risenti, A. Md., Golda Liken, S. Si., Lisna Fauziah, S. Farm., Yopi Mulyana, S. Farm., dan Nursitasari Pertiwi, S. Farm.
10. Muhammad Bima Muria, S. Farm., May Malia Dewi, S. Farm., dan St. Ratna Juminar, S. Farm., yang telah memberikan ilmu, dorongan semangat, serta bantuan lainnya yang tidak ternilai bagi penulis. 11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu atau mungkin penulis lupa mencantumkan nama Anda pada lembar ini, Allah tidak pernah lupa semua kebaikan Anda.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu Farmasi pada khusunya. Aamiin.
Jakarta, Mei 2014
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Dwiyanti Atmajasari
NIM
: 108102000006
Program Studi : Farmasi Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya
: Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya ilmiah saya, dengan judul : FORMULASI TABLET HISAP KOMBINASI EKSTRAK AIR KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DAN EKSTRAK AIR KELOPAK BUNGA ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) MENGGUNAKAN GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan UndangUndang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Jakarta
Pada Tanggal
: 6 Mei 2014
Yang menyatakan,
(Dwiyanti Atmajasari)
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ………………………... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………….... iv HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ………………………………… v ABSTRAK ………………………………………………………………... vi ABSTRACT ……………………………………………………………… vii KATA PENGANTAR …………………………………………………... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ………. x DAFTAR ISI ……………………………………………………………... xi DAFTAR TABEL ………………………………………………………... xiii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….. xiv DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………….. xv BAB 1
PENDAHULUAN ……………………………………………… 1.1 Latar Belakang…………………………………...………... 1.2 Perumusan Masalah……………………………………...... 1.3 Hipotesa…………………………………………………… 1.4 Tujuan Penelitian………………………………………...... 1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………
1 1 3 3 4 4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………….. 2.1 Garcinia mangostana L. ………………………………...... 2.1.1 Taksonomi ……………………………………........ 2.1.2 Nama Lain ……………………………………........ 2.1.3 Morfologi …………………………………………. 2.1.4 Ekologi dan Penyebaran ………………………...... 2.1.5 Kandungan Kimia ……………………………........ 2.1.6 Khasiat dan Kegunaan ……………………………. 2.2 Hibiscus sabdariffa L. ……………………………………. 2.2.1 Taksonomi ……………………………………....... 2.2.2 Nama Lain ……………………………………....... 2.2.3 Ekologi dan Penyebaran ………………………...... 2.2.4 Morfologi …………………………………............. 2.2.5 Kandungan Kimia ……………………………........ 2.2.6 Khasiat dan Kegunaan ……………………………. 2.3 Simplisia …………………………………………….......... 2.4 Ekstrak dan Ekstraksi ……………………………….......... 2.4.1 Metode Ekstraksi …………………………………. 2.5 Tablet ……………………………………………………... 2.5.1 Metode Pembuatan Tablet ………………………... 2.6 Tablet Hisap ………………………………………………. 2.6.1 Definisi Tablet Hisap ………………........................ 2.6.2 Bahan Tambahan Tablet Hisap ……………………. 2.6.3 Permasalahan dalam Pembuatan Tablet Hisap …….
5 5 5 5 6 6 6 7 7 8 8 8 8 9 9 10 10 11 12 13 14 14 14 17
xi
Gelatin …………………………………………………….. Monografi Bahan Tambahan Tablet Hisap ………………...
18 18
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN ……………………………… 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………...... 3.2 Alat dan Bahan ……………………………………………. 3.2.1 Alat Penelitian …………………………………….. 3.2.2 Bahan Penelitian …………………………….......... 3.3 Prosedur Penelitian……………………………………….... 3.3.1 Pengambilan Sampel ……………………………… 3.3.2 Determinasi Sampel ………………………………. 3.3.3 Pembuatan Serbuk Simplisia …………………........ 3.3.4 Pembuatan Ekstrak Air Kulit Buah Manggis ……... 3.3.5 Pembuatan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella ….. 3.3.6 Freeze Drying ……………………………………... 3.3.7 Uji Penapisan Fitokimia …………………………… 3.3.8 Pengujian Parameter Spesifik ……………………... 3.3.9 Pengujian Parameter Non Spesifik ………………... 3.3.10 Pengeringan Ekstrak Menggunakan Filler ………... 3.4 Formulasi Tablet Hisap …………………………………… 3.5 Pembuatan Tablet ……………………………………......... 3.6 Evaluasi Granul …………………………………………… 3.7 Evaluasi Tablet…………………………………………......
20 20 20 20 20 21 21 21 21 21 21 22 22 23 23 24 25 25 25 27
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………... 4.1 Determinasi ……………………………………………….. 4.2 Penyiapan Simplisia ………………………………………. 4.2.1 Simplisia Kulit Buah Manggis ……………………. 4.2.2 Simplisia Kelopak Bunga Rosella ………………… 4.3 Ekstraksi ………………………………………………….. 4.3.1 Ekstraksi Kulit Buah Manggis ……………………. 4.3.2 Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella ………………… 4.4 Penapisan Fitokimia ………………………………………. 4.5 Hasil Uji Parameter Non Spesifik dan Parameter Spesifik Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella ....................................................................... 4.6 Pengeringan Ekstrak Menggunakan Filler ………………... 4.7 Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella ………... 4.8 Hasil Evaluasi Granul ……………………………………... 4.9 Hasil Evaluasi Tablet Hisap ……………………………….
29 29 29 29 30 30 30 31 31
KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 5.1 Kesimpulan ………………………………………………... 5.2 Saran ……………………………………………………….
42 42 42
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...
43
2.7 2.8
BAB 5
xii
32 33 33 34 37
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella …………… Tabel 3.2 Indeks Kompresibilitas, Rasio Hausner dan Kategorinya ......... Tabel 3.3 Laju Alir dan Sifat Alirannya .................................................... Tabel 3.4 Nilai Sudut Henti dan Sifat Alirannya ...................................... Tabel 3.5 Penyimpangan Terhadap Bobot Tablet ..................................... Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia ......................................................... Tabel 4.2 Hasil Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella …….. Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Granul ……………………………………….... Tabel 4.4 Hasil Uji Distribusi Ukuran Partikel …………………………. Tabel 4.5 Pengamatan Organoleptis Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella ………………………………………………………... Tabel 4.6 Evaluasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella …………… Tabel 5 Rumus Konversi Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh .. Tabel 6 Pengkonversian Dosis Hewan ke Dosis Manusia Berdasaran Luas Permukaan Tubuh (BSA) ……………………………….
xiii
25 26 27 27 27 31 32 34 36
37 39 53 53
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 4.1
Buah Manggis ……………………………………………... Tanaman Rosella ………………………………………….. Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella …………………..
xiv
5 7 38
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6
Lampiran 7 Lampiran 8
Proses Pembuatan Ekstrak Air Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) …………………………………… Proses Pembuatan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ……………………………………… Proses Pembuatan Tablet Hisap ……………………………… Hasil Determinasi Buah Manggis ……………………………. Hasil Determinasi Kelopak Bunga Rosella ………………….. Rumus Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh dan Tabel Konversi Dosis Hewan (Animal Dose) ke Dosis Manusia (Human Equivalent Dose) …………………… Rumus Perhitungan Dosis Ekstrak Air Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) ……………………………………. Rumus Perhitungan Dosis Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ………………………………………
Lampiran 9 COA Sukrosa …………………………………………………. Lampiran 10 COA Aerosil ………………………………………………….. Lampiran 11 Perhitungan Rendemen Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella …………………………. Lampiran 12 Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet …………………………... Lampiran 13 Hasil Uji Keseragaman Ukuran ………………………………. Lampiran 14 Hasil Uji Kekerasan Tablet …………………………………... Lampiran 15 Alat dan Bahan Penelitian ……………………………………. Lampiran 16 Alat dan Bahan Penelitian (Lanjutan) ………………………...
xv
48 49 50 51 52
53 54
55 56 57 58 59 60 61 62 63
BAB 1
xvi
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Garcinia mangostana, umumnya dikenal sebagai manggis, adalah buah
tropis milik keluarga Guttiferae. Pericarp dari buah ini sekitar dua pertiga dari seluruh berat buah, berwarna merah terang, dan biasanya tidak dimakan, telah digunakan untuk mengobati diare, luka, dan infeksi kulit dalam pengobatan tradisional (Loo dan Huang, 2007). Kulit manggis yang dahulu hanya dibuang saja ternyata menyimpan sebuah harapan untuk dikembangkan sebagai kandidat obat. Kulit buah manggis setelah diteliti ternyata mengandung beberapa senyawa dengan aktivitas farmakologi misalnya antiinflamasi, antihistamin, pengobatan penyakit jantung, antibakteri, antijamur bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit HIV (Nugroho, 2009). Dalam Moongkarndi et al. (2004) melaporkan bahwa ekstrak kulit buah manggis berpotensi sebagai antioksidan. Selanjutnya, Weecharangsan et al. (2006) menindaklanjuti hasil penelitian tersebut dengan melakukan penelitian aktivitas antioksidan beberapa ekstrak kulit buah manggis yaitu ekstrak air, etanol 50 dan 95%, serta etil asetat. Metode yang digunakan adalah penangkapan radikal bebas 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua ekstrak mempunyai potensi sebagai penangkal radikal bebas, dan ekstrak air dan etanol 50% mempunyai potensi lebih besar dengan nilai IC50 34,98 + 2,24 dan 30,76 + 1,66 µg/mL. Hibiscus sabdariffa L.,dikenal sebagai rosela, adalah anggota dari keluarga Malvaceae dan salah satu tanaman obat dan industri yang paling penting dan populer. Kelopaknya banyak digunakan untuk memproduksi minuman atau teh karena kandungan yang tinggi dari antosianin dan asam organik (Hong dan Wrostlad, 1990; Gomez-Leyva et al., 2008; Cisse et al.,2009). Dalam bidang kedokteran, H. sabdariffa secara tradisional digunakan untuk menangani beberapa masalah kesehatan, termasuk gangguan hipertensi, demam dan kelainan hati, pertumbuhan mikroorganisme, dan juga digunakan
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
sebagai obat diuretik, obat penenang, atau obat digestif. Efek fisiologis positif dari ekstrak tumbuhan ini dapat dikaitkan dengan kehadiran antosianin yang aktivitas antioksidannya kuat. Antosianin selain memiliki karakteristik berwarna-warni juga memiliki sifat antioksidan (El Sherif et al., 2011). Ekstrak air kelopak bunga rosella memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan hipokolesterolemik. Kandungan kimia seperti antosianin, kuersetin, asam L-askorbat dan asam protokatekat dilaporkan berkhasiat sebagai antioksidan, sedangkan
β-sitosterol
dan
pectin
memiliki
efek
hipolipidemik
(Hirunpanich et al., 2006). Beberapa peneliti sebelumnya menghubungkan adanya kandungan polifenol dengan aktivitas antioksidan. Aktivitas antioksidan juga dihubungkan dengan adanya kandungan antosianin (sianidin-3-glikosida dan dephinidin-3-glikosida) (Hirunpanich et al., 2005). Pemanfaatan kulit buah manggis dan kelopak bunga rosella sebagai antioksidan yang biasa dibuat seduhan dirasa kurang inovatif dan penggunaannya kurang praktis, sehingga dalam penelitian ini ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air rosella akan diformulasikan menjadi tablet hisap. Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dan juga umumnya bahan pewangi, dimaksudkan untuk secara perlahan-lahan melarut dalam rongga mulut untuk berefek setempat (Ansel, 1989). Adapun keuntungan dari tablet hisap antara lain memiliki rasa manis yang menyenangkan, mudah dalam penggunaan, kepastian dosis, memberikan efek lokal, dan tidak diperlukan air minum untuk menggunakannya (Banker dan Anderson, 1986). Dosis yang digunakan dalam penelitian formulasi tablet hisap kombinasi ini adalah 200 mg ekstrak air kulit buah manggis dan 200 mg ekstrak air kelopak bunga rosella menggunakan gelatin sebagai bahan pengikat. Perhitungan dosis ekstrak air kulit buah manggis didasarkan pada percobaan toksisitas sub-kronis, dimana pemakaian ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan dosis 50–1000 mg/ kgBB selama 28 hari juga tidak menunjukkan efek toksik yang berarti (Jujun et al., 2006). Perhitungan dosis ekstrak air rosella didasarkan pada percobaan pengaruh fraksi air rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap kadar kolesterol darah tikus putih jantan hiperkolesterol dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
hiperkolesterol-disfungsi hati yang menunjukkan bahwa pada dosis 50–75 mg/ kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Ariati, Reci, 2011). Pada pembuatan tablet, penambahan bahan pengikat sangat penting karena bahan pengikat berfungsi untuk menyatukan partikel serbuk dalam sebuah butir granulat dan juga berfungsi untuk meningkatkan kekompakan dan kekerasan tablet. Pada pembuatan tablet hisap ini digunakan gelatin sebagai bahan pengikat dengan metode granulasi basah. Gelatin merupakan suatu protein alam, kadangkadang digunakan bersama dengan akasia. Gelatin lebih konsisten daripada akasia dan tragakan, lebih mudah dipersiapkan dalam bentuk larutan, dan tablet yang terbentuk kerasnya sama dengan bila memakai akasia atau tragakan (Banker dan Anderson, 1986). Bahan pengikat gelatin diharapkan dapat diformulasikan menjadi tablet hisap yang baik dan memenuhi persyaratan, terutama kekerasan tablet yang merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada proses pembuatan tablet hisap. Pada proses pengempaan, tablet yang dihasilkan akan mengandung granul yang tidak terikat dalam area tekanan tinggi (Siregar, 2010). Selain itu, persyaratan kekerasan tablet hisap minimal 10 kg/cm2 dan maksimal 20 kg/cm2 lebih tinggi daripada tablet biasa, 4-8 kg/cm2 (Parrot, 1970).
1.2
Perumusan Masalah Apakah kombinasi ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak
bunga rosella dapat diformulasi menjadi tablet hisap yang baik dan memenuhi persyaratan menggunakan metode granulasi basah dengan variasi konsentrasi pengikat gelatin?
1.3
Hipotesa Kombinasi ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga
rosella dapat diformulasi menjadi tablet hisap yang baik dan memenuhi persyaratan menggunakan metode granulasi basah dengan variasi konsentrasi pengikat gelatin.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
1.4
Tujuan Penelitian Memperoleh tablet hisap ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air
kelopak bunga rosella yang baik dan memenuhi persyaratan menggunakan metode granulasi basah dengan variasi konsentrasi pengikat gelatin.
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang suatu
formulasi tablet hisap ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga rosella yang baik dan memenuhi persyaratan menggunakan metode granulasi basah dengan variasi konsentrasi pengikat gelatin.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Garcinia mangostana L.
Gambar 2.1. Buah Manggis (Sumber : Koleksi Pribadi)
2.1.1
Taksonomi Taksonomi Garcinia mangostana L. adalah sebagai berikut (Jones dan
Luchsinger, 1987): Dunia
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Subkelas
: Dilleniidae
Bangsa
: Theales
Suku
: Guttiferae
Marga
: Garcinia
Jenis
: Garcinia mangostana L.
2.1.2 Nama Lain Garcinia mangostana tumbuh di berbagai daerah di Indonesia, sehingga dikenal dengan berbagai nama seperti di Aceh: manggoita; di Jawa: Manggis; di Bali: Manggis; di Makassar: Kirasa dan di Maluku: Mangustang (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2000).
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
Garcinia mangostana juga dikenal di beberapa negara di dunia dengan berbagai nama seperti di Malaysia tanaman ini dikenal dengan nama Manggis (sama seperti di Indonesia); di Filipina: Manggustan dan Manggis; di Kamboja: Mongkhut; di Laos: Mangkhud; di Thailand: Mangkhut; dan di Vietnam: Cay mang cut (Verheij dan Coronel, 1997).
2.1.3 Morfologi Garcinia mangostana L. termasuk marga Garcinia. Jenis-jenis utama kelompok marga Garcinia antara lain G. atroviridis. G. dulcis dan G. xanthochymus. Garcinia mangostana merupakan pohon berbuah, memiliki tinggi sampai 25 meter dan memiliki besar batang 45 cm. Pohon ini mengeluarkan getah berwarna kuning dari batang, lembaran daun berbentuk lonjong atau jorong berukuran (15-25) cm × (7-13) cm, bunga menyendiri atau berpasangan. Buah berbentuk bola tertekan, garis tengah 3,5-7 cm, ungu tua, dengan kelopak tetap, dinding buah tebal dan berdaging (arilus). Biji1-3, diselimuti oleh selaput biji yang tebal dan berair, berwarna putih (arilus) (juga ada biji yang gagal tumbuh sempurna). Buah masak pada awal musim hujan yaitu pada bulan Juni hingga Januari (Heyne, 1987; Steenis, 1987).
2.1.4 Ekologi dan Penyebaran Garcinia mangostana dapat ditemukan di negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Malaysia, Filipina, Vietnam dan termasuk Indonesia. Kemudian tanaman ini tersebar ke negara-negara tropik lainnya termasuk Srilangka, India Selatan, Amerika Tengah, Brazil dan Queensland (Australia), yang di negaranegara tersebut terdapat kebun-kebun manggis dalam skala kecil. Pertumbuhan buahnya di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam terjadi pada bulan Mei hingga Januari, sedangkan di Australia pada bulan November hingga April (Osman dan Milan, 2006).
2.1.5 Kandungan Kimia Beberapa penelitian mengenai isolasi dan identifikasi kandungan manggis telah dilakukan. Kandungan kimia kulit manggis antara lain derivat xanton yaitu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
mangostin, gartanin, α-mangostin, γ-mangostin, garcimangoson B, garcinon D, garcinon E, mangostinon, cudraxanton G, garcimangoson A, garcimangoson C, garcimangoson D; antosianin glikosida; benzofenon (Hyun Ah et al., 2006; Mahabusarakam dan Wiriyachitra, 2006). Sianidin-3-soforosida (pigmen mayor) dan sianidin-3-glukosida (pigmen minor) merupakan pigmen yang memberikan warna merah pada kulit buah (Osman dan Milan, 2006). Derivat xanton pada arilus antara lain mangostin, kalaxanton, 2-(γ,γ-dimetilalil)- 1,7-dihidroksi- 3 metoksixanton
dan
2,8-bis-
(γ,γ-dimetilalil)-
1,3,7-
trihidroksixanton
(Mahabusarakam dan Wiriyachitra, 2006). Pada penelitian lainnya ditemukan kandungan kimia daun yaitu 2-etil-3-metilmalmaleida N-β-D-Dlukopiranosida (Krajewski, Tóth dan Screir, 1996).
2.1.6 Khasiat dan Kegunaan Xanton polioksigenasi termasuk mangostin dan gartanin memberikan aktivitas sebagai antibakteri. Mangostin, komponen utama pada kulit manggis dapat menghambat fungi Trichophyton mentagrophytes, Microsporum gypseum dan Epidermophyton floccosum, tetapi tidak memberi efek pada Candida albican (Gopalakrishnan et al., 1997). Mangostin juga dapat digunakan sebagai antiinflamasi dan antiulserasi, menurunkan tekanan darah, efek kardiotonik, antimikroba dan antihepatotoksik dan xanton dapat menghambat terjadinya artritis pada tikus sebagai model (Osman dan Milan, 2006).
2.2
Hibiscus sabdariffa L.
Gambar 2.2. Tanaman Rosella (Sumber : Koleksi Pribadi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Sumber : Koleksi Pribadi) (Sumber
8
2.2.1 Taksonomi Klasifikasi Hibiscus sabdariffa L. adalah sebagai berikut (Jones dan Luchsinger, 1987) : Dunia
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Subkelas
: Dilleniidae
Bangsa
: Malvales
Suku
: Malvaceae
Marga
: Hibiscus
Jenis
: Hibiscus sabdariffa L.
2.2.2 Nama Lain Hibiscus sabdariffa di Indonesia dikenal dengan rosella, di Jawa dikenal dengan Gamet balonda (Sunda), Mrambos (Jawa Tengah) dan Katsuri roriha (Ternate). Berbagai negara tanaman ini juga dikenal dengan berbagai nama yaitu di Inggris tanaman ini dikenal dengan nama Rosella; di Perancis: I’Oiselle; di Jamaica: Spanish; di Arab: karkade; dan di Wolof: bissap (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2000).
2.2.3 Ekologi dan Penyebaran Hibiscus sabdariffa terdiri dari lebih dari 300 spesies yang terdistribusi di wilayah tropis dan substropis di dunia. Tanaman ini dapat hidup di iklim tropis dengan temperature hangat dan lembab, dan pada iklim substropis. Rosella dapat tumbuh dalam green house, tetapi secara normal tumbuh baik di bawah matahari langsung (Yadong, Qi et al., 2005).
2.2.4 Morfologi Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) termasuk ke dalam suku Malvaceae dan merupakan tanaman yang cukup dikenal di Indonesia, India, Afrika Barat dan wilayah lainnya. Hibiscus sabdariffa merupakan herba atau semak 1 tahun,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
memiliki tinggi 0,5-3 m dan batang dengan duri temple atau tidak. Daun bertangkai 6-15 cm, berbentuk bulat telur, lingkaran atau oval, tangkai bunga panjang 1-2 cm, beruas. Kelopak bunga berbagi 5, taju bentuk lanset, berdaging tebal, merah tua atau kuning muda, dengan tulang daun merah. Tabung benang sari boleh dikatakan seluruhnya tertutup dengan kepala sari, ungu. Buah berbentuk telur, berambut jarang, membuka dengan 5 katup, diselubungi oleh kelopak yang jelas lebi panjang daripada buah. Biji 3-4 peruang (Steenis, 1987).
2.2.5 Kandungan Kimia Karakteristik fisikokimia rosella memiliki asam buah dengan kandungan rendah gula. Asam organik yang terkandung di dalam kelopak bunga rosella antara lain asam suksinat dan asam oksalat (dominan), serta asam askorbat dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan jeruk dan mangga (Fasoyiro et al., 2005). Kelopak bunga juga mengandung vitamin A, riboflavin, niacin, kalsium, besi, alkaloid, anisaldehid, asam sitrat, galaktosa, mukopolisakarida, pectin, kuersetin dan kandungan fenolik, seperti antosianin, flavonoid (gossypetin, hibiscetin, dan saderetin), glikosida (asam protokatekat, eugenol), sterol (ergosterol, β-sitosterol) (Fasoyiro et al., 2005; Hirunpanich, 2005). Selain itu juga mengandung 18 asam amino, protein, serat, dan unsur lain yang berguna bagi tubuh. Antosianin rosella diidentifikasi menggunakan komponen kromatografi yaitu delphenidin-3-sambubiosida, sianidin-3-sambubiosida dan delphinidin-3glukosa (Fasoyiro et al., 2005).
2.2.6 Khasiat dan Kegunaan Bagian rosella seperti kelopak bunga, biji, buah dan akar digunakan dalam berbagai makanan seperti jus, selai, sirup, kue, puding, es krim dan perasa serta dibuat dalam bentuk teh. Asam askorbat dan asam glikolat memberikan efek laksatif dan diuretic (Yadong, Qi et al., 2005). Sebagai obat tradisional kelopak bunga rosella digunakan sebagai antiseptik, aprodiasiac (membangkitkan libido), astringen dan digestif. Selain itu juga dapat digunakan untuk abses, penyakit hati dan hipertensi. Biji rosella dapat digunakan untuk kopi dan buahnya dapat dimakan. Teh rosella telah diketahui dapat menurunkan tekanan darah pada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
penderita hipertensi. Akar rosella dapat digunakan untuk aperitif dan tonik (Wantana, R. dan Arunporn, I., 2007).
2.3
Simplisia (Depkes RI, 1979) Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum
mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan/mineral. a.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dengan dari tanamannya.
b.
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
c.
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
2.4
Ekstrak dan Ekstraksi Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung (Depkes RI, 2000). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet (Depkes RI, 1995).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Biasanya operasi ini menggunakan pelarut untuk mengekstraksi (Depkes RI, 2000).
2.4.1
Metode Ekstraksi
a.
Cara Dingin
Maserasi Maserasi adalah pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengadukan pada suhu kamar. Prinsip dasarnya pencapaian konsentrasi pada keseimbangan yang secara teknologi termasuk ekstraksi (Depkes RI, 2000).
Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature yang selalu
baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan (Depkes RI, 2000). b.
Cara Panas
Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendinginan baik (Depkes RI, 2000).
Soxhlet Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru, umumnya
dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan pendingin balik (Depkes RI, 2000).
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C (Depkes RI, 2000).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalan penangas air mendidih), temperatur terukur 96o-98oC selama waktu tertentu (15-20 menit) (Depkes RI, 2000).
Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (> 30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.
2.5
Tablet Tablet adalah sediaan padat, kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI, 1979). Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet (Siregar, 2010). Beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk tablet berkualitas baik adalah sebagai berikut : a.
Kekerasan yang cukup dan tidak rapuh, sehingga kondisinya tetap baik selama fabrikasi/pengemasan dan pengangkutan hingga sampai pada konsumen.
b.
Dapat melepaskan bahan obatnya sampai pada ketersediaan hayatinya.
c.
Memenuhi persyaratan keseragaman bobot tablet dan kandungan obatnya.
d.
Mempunyai penampilan yang menarik, baik pada bentuk, warna, maupun rasanya. Untuk mendapatkan tablet yang baik tersebut, maka bahan yang akan
dikempa menjadi tablet harus memenuhi sifat-sifat sebagai berikut: a.
Mudah mengalir, artinya jumlah bahan yang akan mengalir dalam corong alir ke dalam ruang cetakan selalu sama setiap saat, dengan demikian bobot tablet tidak akan memiliki variasi yang besar.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
b.
Kompatibel, artinya bahan mudah kompak jika dikempa, sehingga dihasilkan tablet yang keras.
c.
Mudah lepas dari cetakan, hal ini dimaksudkan agar tablet yang dihasilkan mudah lepas dan tak ada bagian yang melekat pada cetakan, sehingga permukaan tablet halus dan licin (Sheth dkk, 1980). Metode pembuatan tablet ada tiga cara yaitu : metode kempa langsung
granulasi basah dan granulasi kering.
2.5.1
Metode Pembuatan Tablet Pembuatan tablet hisap dapat dilakukan seperti pada pembuatan tablet
pada umumnya ada tiga yaitu : 1.
Metode Kempa Langsung Istilah kempa langsung berlaku untuk proses umum pada pembuatan-
pembuatan tablet yang dikompresi ketika tidak ada perlakuan pendahuluan atau hanya perlakuan kecil yang dibutuhkan sebelum memasukkan bahan ke dalam mesin tablet. Beberapa bahan mempunyai karakteristik pengikatan yang penting. 2.
Metode Granulasi Basah Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam
memproduksi tablet kompresi. Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini dapat dibagi sebagai berikut : menimbang dan mencampur bahan-bahan, pembuatan granulasi basah. Menyaring granul basah, menjadi butiran yang lebih halus, pengeringan, pengayakan granul kering, pencampuran bahan pelikan dan bahan penghancur, pembuatan tablet dengan kompresi (Ansel, 1989). 3.
Metode Granulasi Kering Metode granulasi kering dibentuk oleh pelembaban atau penambahan
bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa dalam jumlah yang besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam massa granul yang kecil.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).
2.6
Tablet Hisap
2.6.1
Definisi Tablet Hisap (Lozenges) Tablet hisap adalah suatu sediaan padat yang mengandung satu atau lebih
bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat melarut atau hancur perlahan-lahan di dalam mulut (Depkes RI, 1995). Tablet hisap adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut. Tablet ini digunakan dengan tujuan memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan yang umumnya diberikan sebagai pengobatan sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza, atau dapat pula mengandung anestetik lokal, berbagai antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringen dan antitusif. Jenis tablet ini dirancang agar tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang (Lachman, 1994). Tablet hisap adalah bentuk sediaan obat tablet yang diberi penambah rasa untuk dihisap (dikulum) dan didiamkan (ditahan) di dalam mulut atau faring (Siregar, 2010). Berbeda dengan tablet biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang larut air. Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis (50% atau lebih dari berat tablet keseluruhan) seperti sukrosa, laktosa, manitol, sorbitol, dan sebagainya. Selain itu diameter tablet hisap umumnya lebih besar yaitu >18 mm. Tablet hisap yang baik memiliki kekerasan sebesar 10-20 kg/cm2 (Gatiningsih, 2008; Lachman, 1994; Parrot, 1971).
2.6.2
Bahan Tambahan Tablet Hisap Bahan tambahan atau bahan pembantu tabletasi dapat diartikan sebagai
zat-zat yang memungkinkan suatu obat atau bahan obat yang memiliki beberapa sifat khusus untuk dibuat menjadi suatu sediaan yang cocok satu sama lain yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
dapat memperbaiki sediaan obat, dengan mempertimbangkan efek obat, kinerja obat, organoleptis, sifat kimia obat, dan kemungkinan pengembangan jenis sediaan lain. Adapun bahan tambahan dalam sediaan tablet hisap meliputi : a.
Bahan pengisi (Lieberman, 1994) Bahan pengisi yaitu bahan tambahan yang diperlukan sebagai pemenuhan
kecukupan massa tablet dan berfungsi untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memicu aliran. Contohnya adalah laktosa, laktosa spray-dried, amilum, manitol, sorbitol, mikrokristalin selulosa, kalsium sulfat dihidrat, dan dekstrosa-maltosa. b.
Bahan pengikat Bahan pengikat adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk
memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan memberikan sifat kohesif yang telah ada pada bahan pengisi sehingga dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pencetakan dan meningkatkan daya tahan tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan pengikat dapat ditambahkan ke dalam bahan yang akan dicetak dalam bentuk kering, cairan, atau larutan, tergantung pada metode pembuatan tablet (Depkes, 1995). Pengikat yang paling efektif untuk granulasi basah tablet hisap kempa adalah akasia (gom arab), sirup jagung, sirup simpleks, gelatin, PVP, tragakan, dan metal selulosa. Bahan-bahan ini efektif dalam meningkatkan gaya intergranul serta membantu memperbaiki karakteristik demulsen (penyejuk) dan tekstur permukaan tablet hisap ketika melarut dalam rongga oral (Siregar, 2010). c.
Bahan pelincir (Voight, 1994; Lachman, 1994) Bahan pelincir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda, sehingga
banyak dikelompokkan menjadi bahan pengatur aliran (glidant), bahan pelincir (lubricant) dan bahan pemisah hasil cetakan (antiadherent). Bahan pengatur aliran atau glidant berfungsi untuk memperbaiki daya luncur dan daya gulir bahan yang akan dicetak, karena itu menjamin terjadinya keteraturan aliran dari corong pengisi ke dalam lubang cetakan. Glidan juga berfungsi untuk mengurangi penyimpangan massa, memperkecil gesekan sesama partikel, dan meningkatkan ketepatan takaran tablet. Contoh zat yang dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
digunakan sebagai glidan yaitu talk, kalsium/magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan aerosil. Bahan pelincir atau lubricant berfungsi untuk mengurangi gesekan logam (stempel di dalam lubang ruang cetak) dan gesekan tablet dengan logam, serta memudahkan pengeluaran tablet dari mesin pencetak. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan. Contoh lubrikan antara lain talk, kalsium atau magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan paraffin. Bahan pemisah hasil cetakan (antiadherent) adalah bahan yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan stempel atas. Contoh bahan ini adalah talk, amilum maydis, Cab-O-Sil, natrium lauril sulfat, kalsium/magnesium stearat. d.
Zat warna Penggunaan zat warna dalam tablet memberikan keuntungan yaitu
menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan membuat suatu produk menjadi lebih menarik. Penyediaan warna-warna alami dari tumbuhtumbuhan dibatasi karena warna-warna ini seringkali tidak stabil (Lachman, 1994). Zat pewarna larut air dan pewarna lakolene dapat digunakan untuk mewarnai tablet hisap kempa. Zat pewarna larut air dapat ditambahkan pada campuran serbuk selama pembuatan pembawa granulasi basah sebelum dilakukan granulasi eksipien dan zat aktif. Selain itu, pewarna dapat dilarutkan dalam larutan penggranulasi dan ditambahkan pengikat (Siregar, 2010). e.
Pemberi Rasa Bahan pemberi rasa biasanya digunakan pada tablet kunyah atau tablet
lainnya yang ditujukan larut dalam mulut. Pada umumnya zat pemberi rasa yang larut dalam air jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stabilitasnya kurang baik (Lachman, 1994). Untuk tablet hisap, waktu huni tablet yang lama dalam rongga mulut mensyaratkan agar formulator mengembangkan tidak saja produk dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
penambah rasa yang menyenangkan, tetapi juga produk yang penambah rasanya dapat menutupi dasar pahit yang mungkin dimiliki formulasi (Siregar, 2010).
2.6.3
Permasalahan dalam Pembuatan Tablet Hisap (Siregar, 2010) Masalah-masalah yang terjadi dalam pembuatan tablet hisap dapat
disebabkan oleh beberapa hal berikut : 1.
Kekerasan Tablet Pada pembuatan formulasi granulasi basah, penambahan jumlah pengikat
yang tidak cukup akan menghasilkan granul yang kekurangan gaya intragranul atau intergranul. Pada pengempaan, tablet yang dihasilkan akan mengandung granul yang tidak terikat dalam area tekanan tinggi. 2.
Lembab Tiap granul tablet yang memiliki rentang kandungan lembab kritis tertentu
yang membantu membentuk granul yang memiliki gaya kohesif optimum. Jika kandungan lembab berada dalam rentang 0,75% – 2%, granul yang terbentuk biasanya merupakan granul yang baik. 3.
Penjeratan Udara Penjeratan udara merupakan sumber masalah yang biasa menyebabkan
kaping pada tablet berbobot tinggi. Hal yang menyebabkan laminasi tablet ini biasanya diperbaiki dengan memadatkan granul, yaitu dengan menambahkan jumlah pengikat dalam produk granulasi basah. 4.
Tekanan Berlebihan Selama Pengempaan Penggunaan tekanan
pengikatan
optimum
pengempaan
partikel-partikel
granul
yang melebihi tekanan
mengakibatkan
kerusakan
ikatan
intergranul. Sebagai penyebab kaping, laminasi, pengaruh tekanan dapat ditentukan dengan mengurangi tekanan pengempaan secara bertahap sampai terbentuk tablet yang dapat diterima atau sampai terbentuk tablet yang terlalu lunak untuk dikempa. 5.
Kegagalan Lubrikan Kesulitan pengeluaran tablet akibat kegagalan lubrikan biasanya
ditunjukkan oleh keberadaan garis-garis yang tidak beraturan di pinggir tablet.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
2.7
Gelatin Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari
kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan. Gelatin yang berasal dari prekursor yang diasamkan dikenal dengan Tipe A dan yang berasal dari prekursor yang dibasakan dikenal sebagai Tipe B (Depkes RI, 1995). Gelatin pada pembuatan tablet mempunyai konsentrasi tertentu yang berbeda-beda antara lain 2-10% (Bandelin, 1989). Pemerian : lembaran, kepingan atau potongan, atau serbuk kasar sampai halus; kuning lemah atau coklat terang; warna bervariasi tergantung ukuran partikel. Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Jika kering stabil di udara, tetapi mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk larutan (Depkes RI, 1995).
2.8
Monografi Bahan Tambahan Tablet Hisap (Rowe et al., 2009 dan Depkes, 1995)
a.
Avicel PH 102
Sinonim
: Microcel PH 102, microcristalin cellulose
Fungsi
: Pengisi
Pemerian
: Berbentuk serbuk halus, putih, tidak berbau, tidak berasa.
Konsentrasi
: Adsorben
= 20-90%
Antiadheren
= 5-20%
Disintegran Tablet
= 5-15%
Pengikat/Pengisi Tablet = 20-90%
b. Talkum Sinonim
: Talk, hydrous magnesium calcium silicate
Fungsi
: Sebagai zat lubrikan, antiadheren
Pemerian
: Serbuk putih halus dan ringan, tidak berbau, hampir tidak berasa.
Konsentrasi
: Zat Glidant, Lubrikan
= 1-10%
Zat Diluent
= 5-10%
Zat antiadheren
= 1-3%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
c.
Magnesium Stearat
Sinonim
: Mg stearat, asam oktadekanoat, garam magnesium
Fungsi
: Zat lubrikan (0,25-2 %)
Pemerian
: Berbentuk serbuk halus, putih, bau lemah khas, mudah melekat dikulit, bebas dari butiran.
d. Aerosil Sinonim
: Cab-o-sil, Colloidal Sillicon Dioxyde
Fungsi
: Aerosol, glidant, adsorben, zat pensuspensi
Pemerian
: Silika submikroskopik dengan ukuran partikel 15 nm hablur, ringan, warna putih, tidak berbau, tidak berasa.
e.
Sukrosa
Sinonim
: Gula bit, gula, saccharum
Fungsi
: Bahan pemanis
Pemerian
: Kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak berbau dan rasanya manis.
f.
Mannitol
Sinonim
: Cordycepic acid, C*PharmMannidex, E421, manna sugar, Dmannite, mannite, Mannogem, Pearlitol
Fungsi
: Pemanis, pengisi tablet dan kapsul (10-90%), zat tonisitas, bulking agent.
Pemerian
: Serbuk hablur atau granul mengalir bebas, putih, berbau lemah, rasa manis.
g.
Gelatin
Sinonim
: Byco, Cryogel, gelatine, Instagel, Solugel
Fungsi
: Bahan pengikat
Pemerian
: Lembaran, kepingan atau potongan, atau serbuk kasar sampai halus; kuning lemah atau coklat terang; warna bervariasi tergantung ukuran partikel.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakognosi,
Laboratorium Kimia Obat, Laboratorium Penelitian 1 dan Laboratorium Formulasi Sediaan Padat Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Januari 2013 sampai September 2013.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat Penelitian Alat yang digunakan adalah gelas ukur, beaker glass, pipet volum, pipet
tetes, penggiling (blender), hot plate, kertas saring, lemari asam, lumpang dan alu, termometer, cawan penguap, kapas, alat pencetak tablet (ERWEKA), pengayak, desikator, sieving analyzer (FRITSCH), hardness tester (ERWEKA), friabilator (Electrolab), moisture analyzer (WIGGEN Hauser), tapped density (ERWEKA), tablet disintegration tester (Electrolab), neraca analitik (Precisa), jangka sorong, rotary evaporator (EYELA), freeze drier, waterbath, erlenmeyer, cawan porselen, corong, krus platina, statif, spatula, batang pengaduk, oven, tanur, labu ukur, serta peralatan lainnya yang lazim digunakan di laboratorium.
3.2.2 Bahan Penelitian Bahan–bahan yang digunakan adalah kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.), kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.), aquadest, kloroform, HCl, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, larutan FeCl3, NaOH, H2SO4, pereaksi Liebermann–Burchard, gelatin, talkum, Mg stearat, mannitol, sukrosa, aerosil, dan Avicel PH 102.
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
3.3
Prosedur Penelitian
3.3.1
Pengambilan Sampel Buah
manggis
diperoleh
dari
Kecamatan
Wanayasa,
Kabupaten
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Rosella yang masih segar diperoleh dari Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi.
3.3.2 Determinasi Sampel Sampel dideterminasi di Herbarium Bogoriense LIPI Cibinong – Bogor.
3.3.3 Pembuatan Serbuk Simplisia 1.
Kulit Buah Manggis Kulit bagian dalam dari buah manggis dikerok kemudian dikering-
anginkan di dalam ruangan hingga menjadi kering tanpa terkena sinar matahari secara langsung. Setelah itu dihancurkan menjadi serbuk menggunakan blender. 2.
Kelopak Bunga Rosella Kelopak bunga rosella yang masih segar dikeluarkan bijinya kemudian
dikering-anginkan di dalam ruangan tanpa terkena sinar matahari secara langsung hingga kering. Setelah kering kemudian diserbuk menggunakan blender.
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Air Kulit Buah Manggis Sejumlah 250 g serbuk kering kulit Garcinia mangostana L. dimaserasi kinetik dengan aquadest pada suhu 40ºC, hasilnya disaring dan dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40ºC, hingga didapatkan ekstrak kental kemudian dilakukan pengeringan menggunakan waterbath pada suhu 40°C.
3.3.5
Pembuatan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella Sejumlah 500 g serbuk kering Hibiscus sabdariffa L. dimaserasi kinetik
dengan aquadest pada suhu 40ºC, hasilnya disaring. Filtrat dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40ºC hingga mendapat ekstrak kental, kemudian dilakukan freeze drying.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
3.3.6
Freeze Drying Prosedur pemakaian alat freeze drier adalah sebagai berikut. Sampel
dimasukkan ke dalam labu freeze drier dan sampel dibekukan di dalam freezer sebelum dipasang ke alat freeze drier. Pompa Induction Motor dipastikan terhubung dengan alat freeze drier. Pompa Induction Motor dihubungkan dengan sumber tenaga. Pada alat freeze drier, tombol ON ditekan ke atas. Tombol RUN STOP ditekan agak lama sampai tombolnya nyala. Tombol VAC PUMP ditekan agak lama sampai tombolnya nyala. Alat dibiarkan menyala hingga pada layar Trap Temp menunjukkan angka -50°C. Labu freeze drier yang telah berisi sampel beku dipasang ke dalam mulut penyangga. Knob Vac dan Vent diputar 180° hingga Vent berada di bawah dan Vac berada di atas. Alat dibiarkan bekerja hingga sampel beku yang ada di dalam labu freeze drier kering dan tidak ada lagi sisa es yang berada di luar labu freeze drier.
3.3.7 a.
Uji Penapisan Fitokimia (Tiwari, 2011)
Deteksi Alkaloid Ekstrak dilarutkan secara individual dalam HCl encer dan disaring.
Mayer’s Test : Filtrat ditetesi pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan warna putih menunjukkan adanya alkaloid.
Dragendroff’s Test : Filtrat ditetesi dengan pereaksi Dragendroff. Terbentuknya endapan merah menunjukkan adanya alkaloid.
b.
Deteksi Flavonoid Alkaline Reagent Test : Ekstrak ditetesi dengan beberapa tetes larutan
NaOH. Terbentuknya warna kuning yang intens, yang menjadi tidak berwarna dengan penambahan asam encer, menunjukkan adanya flavonoid. c.
Deteksi Saponin Foam Test : 500 mg ekstrak dikocok dengan 2 mL air. Jika terbentuk busa
yang konsisten selama 10 menit, maka menunjukkan adanya saponin. d.
Deteksi Fitosterol
Salkowski’s Test : Ekstrak dicampur dengan kloroform dan disaring. Filtrat ditetesi dengan beberapa tetes H2SO4, dikocok dan didiamkan. Terbentuknya warna kuning keemasan menunjukkan adanya triterpen.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
Libermann Burchard’s Test : Ekstrak dicampur dengan kloroform dan disaring. Filtrate ditetesi dengan beberapa tetes asetat anhidrat, direbus dan didinginkan. Ditambahkan H2SO4. Terbentuknya cincin coklat di persimpangan menunjukkan adanya fitosterol.
e.
Deteksi Fenol Ferric Chloride Test : Ekstrak ditetesi dengan 3-4 tetes larutan FeCl3.
Terbentuknya warna hitam kebiruan menunjukkan adanya fenol.
3.3.8 Pengujian Parameter Spesifik (Depkes RI, 2000) a.
Parameter Identitas Ekstrak 1) Deskripsi tata nama yaitu nama ekstrak (generik, dagang, paten), nama latin tumbuhan (sistematika botani), bagian tumbuhan yang digunakan. 2) Ekstrak dapat mempunyai senyawa identitas, artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode tertentu.
b.
Parameter Organoleptik Ekstrak Penggunaan panca indera mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.
3.3.9 Pengujian Parameter Non Spesifik a)
Kadar abu (Depkes RI, 2000) Sebanyak 2 g ekstrak yang telah digerus dan ditimbang seksama,
dimasukkan ke dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara. Ekstrak diratakan kemudian dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, didinginkan, dan ditimbang. Jika arang tidak dapat hilang, ditambahkan air panas, disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Sisa abu dan kertas saring lalu dipijarkan dalam krus yang sama. Filtrat dimasukkan ke dalam krus, diuapkan, dipijarkan hingga bobot tetap, ditimbang. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara. b) Pengujian Kadar Air Pengujian kadar air dilakukan menggunakan alat moisture analyzer. Alat dikalibrasi terlebih dahulu. Plat aluminium ditara dan ditimbang, kemudian sampel diratakan pada plat sebanyak 3 g kemudian alat diset dengan suhu 105°C
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
selama 4 menit atau sampai bobot tetap. Nilai kadar air secara otomatis akan muncul dalam bentuk persentase. c)
Susut Pengeringan (Depkes RI, 2000) Sejumlah 1 g ekstrak dimasukkan dan ditimbang seksama dalam wadah
yang telah ditara. Ekstrak dikeringkan pada suhu 105oC selama 30 menit dan ditimbang. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. Kemudian dimasukan ke dalam oven, dibuka tutupnya, dikeringkan pada suhu105ºC hingga bobot tetap. Botol dalam keadaan tertutup dibiarkan dalam desikator hingga suhu kamar. % Susut Pengeringan
x 100%
3.3.10 Pengeringan Ekstrak Menggunakan Filler a.
Pengeringan Ekstrak Air Kulit Buah Manggis Pengeringan ekstrak dilakukan dengan mencampurkan aerosil sebagai
adsorben, dengan perbandingan aerosil terhadap ekstrak air kulit buah manggis 3:20. Ekstrak air kulit buah manggis dan aerosil ditimbang kemudian dicampurkan di dalam lumpang hingga menjadi serbuk. b.
Pengeringan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella Pengeringan ekstrak dilakukan dengan mencampurkan avicel PH 102
sebagai filler dengan perbandingan avicel PH 102 terhadap ekstrak air kelopak bunga rosella 1:1. Ekstrak air kelopak bunga rosella dan avicel ditimbang, dicampurkan di dalam lumpang, kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 40°C.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
3.4
Formulasi Tablet Hisap
Tabel 3.1. Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Rosella Bahan
Fungsi Bahan
Ekstrak air kulit buah manggis Ekstrak air kelopak bunga rosella Gelatin Sukrosa Mannitol Mg Stearat
1
Formula 2 3
4
Zat Aktif
200 mg 200 mg 200 mg 200 mg
Zat Aktif
200 mg 200 mg 200 mg 200 mg
Pengikat 500 mg 750 mg 1000 mg 1250 mg Pengisi qs qs qs qs Pemanis 200 mg 200 mg 200 mg 200 mg Lubrikan 20 mg 20 mg 20 mg 20 mg Anti Adheren, Talk 80 mg 80 mg 80 mg 80 mg Lubrikan Bobot tablet yang diinginkan = 2000 mg Dengan penambahan Avicel PH 102 sebanyak 200 mg sebagai adsorben untuk mengeringkan ekstrak air kelopak bunga rosella dan aerosil sebanyak 30 mg sebagai adsorben untuk mengeringkan ekstrak air kulit buah manggis. 3.5
Pembuatan Tablet Semua bahan-bahan yang digunakan ditimbang. Sukrosa, manitol, serbuk
ekstrak air kulit buah manggis dan serbuk ekstrak air kelopak bunga rosella dicampurkan (M1). Membuat larutan pengikat gelatin. Pengikat yang telah dibuat dimasukkan ke dalam M1 sampai terbentuk massa yang dapat dikepal yang kemudian diayak dengan ayakan no mesh 16 sehingga didapat granul yang selanjutnya dikeringkan dalam oven suhu 40oC. Granul yang telah kering dievaluasi. Setelah dilakukan evaluasi, granul diayak kembali dengan ayakan no mesh 18. Granul tersebut di tambahkan dengan talk dan Mg stearat kemudian dikempa sehingga terbentuk tablet dan dilakukan evaluasi tablet. 3.6 a.
Evaluasi Granul Uji Kadar air (Voight, 1994) Sebanyak 1 g granul dimasukkan ke dalam alat moisture analyzer. Granul
diratakan dan kemudian alat dijalankan, selanjutnya diperoleh data kadar air yang terkandung dalam granul. Syarat : 2 – 5%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
b.
Perbandingan Hausner dan Uji Kompresibilitas (Depkes RI, 1995) Granul ditimbang sebanyak 100 g (m) kemudian dimasukkan ke dalam
gelas ukur 100 mL dan dicatat volumenya (V1). Granul tersebut kemudian diketuk-ketukkan sebanyak 300x dan dicatat kembali volume setelah pengetukan (V2). Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus : Indeks kompresibilitas (%) = BJ bulk
= m/V1
BJ mampat
= m/V2
–
Hausner Ratio = Tabel 3.2. Indeks Kompresibilitas, Rasio Hausner dan Kategorinya (Depkes RI, 1995) Indeks Kompresibilitas (%) < 10 11 – 15 16 – 20 21 – 25 26 – 31 32 – 37 >38 c.
Rasio Hausner
Kategori
1,00 – 1,11 1,12 – 1,18 1,19 – 1,25 1,26 – 1,34 1,35 – 1,45 1,46 – 1,59 > 1,6
Istimewa Baik Cukup Baik Agak Baik Buruk Sangat Buruk Sangat Buruk Sekali
Uji Distribusi Ukuran Partikel (Voight, 1994) Masing-masing ayakan pada sieving analyzer disusun berturut-turut mulai
dari yang teratas adalah mesh 12, 14, 16, 18, 20 dan >20. Kemudian granul dimasukkan ke dalam alat sieving analyzer. Alat dihidupkan, kemudian granul yang didapat pada masing-masing ayakan ditimbang lalu dihitung persen bobot granul pada masing-masing ayakan dan dibuat kurva antara persen bobot granul (sumbu y) dengan ukuran ayakan (sumbu x). d.
Uji Laju alir (Lachman, 1994; Aulton, 1988) Sebanyak 25 g granul ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam corong
yang tertutup dan diratakan. Kemudian penutup corong dibuka dan dicatat waktu yang diperlukan seluruh granul habis melewati corong.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
Tabel 3.3. Laju Alir dan Sifat Alirannya Laju Alir (g/detik) 10 4 – 10 1,6 – 4 < 1,6 e.
Sifat Aliran Bebas mengalir Mudah mengalir Kohesif Sangat kohesif
Sudut henti (Voight, 1970) Dihitung diameter dan tinggi kerucut yang terbentuk pada gundukan
granul pada uji laju alir, kemudian dicari besar sudut henti dengan rumus: α = ach tan dimana : α = sudut henti/ sudut istirahat h = tinggi serbuk r = jari-jari serbuk Tabel 3.4. Nilai Sudut Henti dan Sifat Alirannya Sudut Henti (º) < 25 25 – 30 30 – 40 >40 3.7 a.
Sifat Aliran Istimewa Baik Cukup Sangat Buruk
Evaluasi Tablet Pemeriksaan Organoleptik Tablet yang dihasilkan dinilai secara keseluruhan baik bentuknya
maupun warna, aroma dan rasanya. b.
Uji Keragaman Bobot (Depkes RI, 1995) Sebanyak 20 tablet yang diambil secara acak masing-masing ditimbang,
kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Tabel 3.5. Penyimpangan Terhadap Bobot Tablet Bobot Rata-rata 25 mg atau kurang 26 mg – 150 mg 151 mg – 300 mg Lebih dari 300 mg
Penyimpangan Bobot Rata-rata A B 15 % 30 % 10 % 20 % 7,5 % 15 % 5% 10 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
Bila bobot rata-rata lebih dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya. c.
Uji Keseragaman Ukuran (Depkes RI, 1979) Diambil secara acak sebanyak 10 buah tablet, diukur diameter dan tebal
tablet dengan menggunakan jangka sorong. Syarat : diameter tablet tidak lebih dari tiga kali atau tidak kurang dari 1 kali tebal tablet. d.
Uji Keregasan (Lieberman, Lachman, Schwartz, 1990) Diptimbang 20 tablet yang telah dibersihkan dari debu (W1) kemudian
dimasukkan ke dalam alat penguji friability, diatur kecepatan 25 rpm selama empat menit. Tablet dikeluarkan dan ditimbang kembali (W2). % Friabilitas = Kehilangan berat kurang dari 1 % masih bisa dibenarkan. e.
Uji Kekerasan (Nursiah, Hasyim dkk., 2008) Pengukuran kekerasan tablet menggunakan satuan Kp atau kilopound atau
kilogram force. Enam tablet secara satu persatu dimasukkan diantara dua penjepit, alat dijalankan sampai tablet pecah lalu dilihat angka yang tertera pada alat. f.
Uji Waktu Hancur (Depkes,1995) Ambil 6 tablet, masukkan 1 tablet ke dalam masing-masing cakram pada
keranjang lalu jalankan alatnya. Gunakan air bersuhu 37⁰C ± 2⁰C sebagai media. Pada akhir batas waktu yang ditetapkan, angkat keranjang dan amati semua tablet. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1 atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya. Tidak boleh kurang 16 tablet dari 18 tablet yang harus hancur sempurna.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Determinasi Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi
LIPI Cibinong-Bogor menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Garcinia mangostana L. dengan suku Clusiaceae dan Hibiscus sabdariffa L. dengan suku Malvaceae. Hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5.
4.2
Penyiapan Simplisia
4.2.1 Simplisia Kulit Buah Manggis Sebanyak 15 kg buah manggis diambil kulit bagian dalamnya dengan cara dikerok menggunakan sendok. Buah yang dipilih adalah yang memiliki tekstur lunak dan berwarna merah. Simplisia ini tidak dirajang karena dikhawatirkan terjadinya pertumbuhan jamur yang disebabkan terlalu banyak kontak langsung dengan tangan. Simplisia basah yang didapatkan adalah 2,046 kg. Simplisia basah tersebut kemudian dikeringkan di dalam ruangan terbuka tanpa terkena sinar matahari secara langsung, dengan beralaskan kertas putih selama satu minggu sehingga simplisia dapat kering secara merata hingga ke bagian dalamnya. Simplisia yang telah kering disortasi kembali untuk memisahkan bendabenda asing seperti pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering (Depkes RI, 1995) sehingga didapatkan simplisia kering kulit buah manggis sebanyak 907 g. Simplisia kering tersebut kemudian dibuat menjadi serbuk dengan menggunakan blender. Penggunaan bentuk serbuk dipilih agar luas permukaan simplisia terhadap pelarut pada proses maserasi menjadi lebih besar, sehingga penarikan metabolit-metabolit dapat lebih maksimal (Pradipta , I., 2009). Serbuk simplisia kulit buah manggis kemudian diayak menggunakan ayakan nomor mesh 40. Serbuk simplisia yang didapatkan sebanyak 750 g
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
disimpan di dalam wadah tertutup dan kedap udara, yang selanjutnya akan dilakukan digesti menggunakan aquadest.
4.2.2 Simplisia Kelopak Bunga Rosella Sebanyak 10 kg kelopak bunga rosella basah dikeluarkan bijinya dan disortasi sehingga tidak ada pengotor atau benda asing yang tertinggal. Simplisia basah yang didapatkan sebanyak kurang lebih 5 kg. Simplisia basah tersebut kemudian dikeringkan di dalam ruangan terbuka tanpa terkena sinar matahari secara langsung selama satu minggu dengan pengawasan sehingga simplisia dapat kering secara merata. Simplisia kering yang didapatkan sebanyak kurang lebih 1,2 kg kemudian dibuat menjadi serbuk dengan menggilingnya menggunakan blender. Serbuk simplisia diayak menggunakan ayakan nomor mesh 40. Serbuk yang didapatkan sebanyak 950 g ini kemudian disimpan di dalam wadah tertutup dan kedap udara, selanjutnya akan dilakukan digesti menggunakan aquadest.
4.3
Ekstraksi
4.3.1 Ekstraksi Kulit Buah Manggis Ekstrak air kulit buah manggis diperoleh dengan cara digesti, yaitu maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C (Depkes RI, 2000). Sebanyak 250 g serbuk kulit buah manggis dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 2000 mL, ditambahkan aquadest sebanyak 500 mL. Digesti dilakukan selama 1 jam dihitung ketika suhu mencapai 40°C, setelah itu dilakukan penyaringan vakum menggunakan corong Büchner. Filtrat yang dihasilkan kemudian dipekatkan mengunakan rotary evaporator pada suhu 40°C hingga menjadi ekstrak kental. Ekstrak kental tersebut dipindahkan ke dalam cawan penguap untuk diuapkan di atas waterbath dengan suhu 40°C hingga ekstrak menjadi kering.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
4.3.2 Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella Serbuk kelopak bunga rosella sebanyak 500 g dimasukkan ke dalam dua buah erlenmeyer ukuran 2000 mL, masing-masing 250 g. Aquadest dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi serbuk kelopak bunga rosella masing-masing sebanyak 500 mL. Erlenmeyer yang berisi serbuk dan aquadest selanjutnya diletakkan di atas hotplate. Digesti dilakukan selama 1 jam dihitung ketika suhu mencapai 40°C, setelah itu dilakukan penyaringan vakum menggunakan corong Büchner. Filtrat yang dihasilkan kemudian dipekatkan mengunakan rotary evaporator pada suhu 40°C hingga menjadi ekstrak kental. Ekstrak kental tersebut dipindahkan ke dalam labu freeze drier, kemudian dibekukan di dalam freezer untuk selanjutnya dilakukan freeze drying. Ekstrak yang dihasilkan setelah dilakukan freeze drying masih berupa ekstrak kental, dengan warna merah yang lebih pekat.
4.4
Penapisan Fitokimia Tabel 4.1. Hasil Uji Penapisan Fitokimia Hasil No Jenis Deteksi KBM Rosella 1. Alkaloid Mayer’s Test + Dragendroff’s Test + 2. Flavonoid + + 3. Saponin + 4. Fitosterol Salkowski’s Test + Libermann Burchard’s Test + + 5. Fenol + + Uji penapisan fitokimia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga rosella, meliputi: alkaloid, flavonoid, saponin, fitosterol dan fenol. Hasil uji penapisan fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air kulit buah manggis memiliki kandungan alkaloid, sedangkan ekstrak air rosella tidak. Ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga rosella memiliki kandungan flavonoid.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
Ekstrak air kulit buah manggis memiliki kandungan saponin dengan adanya busa yang konsisten selama 10 menit setelah pengocokan, sedangkan ekstrak air kelopak bunga rosella tidak memiliki kandungan saponin karena busa yang dihasilkan tidak bertahan lama setelah pengocokan. Untuk kandungan fitosterol, ekstrak kulit buah manggis menunjukkan adanya kandungan senyawa tersebut hanya pada Libermann Burchard’s Test. Ekstrak air kelopak bunga rosella memiliki kandumgan senyawa fitosterol pada kedua uji yang dilakukan. Ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga rosella memiliki kandungan senyawa fenol berdasarkan uji penapisan fitokimia.
4.5
Hasil Uji Parameter Non Spesifik dan Parameter Spesifik Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella Parameter uji ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga
rosella dilakukan dengan mengidentifikasi parameter spesifik dan parameter non spesifik. Parameter spesifik meliputi identitas dan organoleptik sedangkan parameter non spesifik meliputi kadar abu, susut pengeringan dan kadar air. Parameter spesifik dan non spesifik dari ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga rosella diperoleh data pada tabel berikut : Tabel 4.2. Hasil Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella Parameter Spesifik Garcinia mangostana L.
Hibiscus sabdariffa L.
Suku : Clusiaceae
Suku : Malvaceae
Bentuk
Ekstrak kental
Ekstrak kental
Warna
Coklat
Merah Muda Keunguan
Bau
Khas Kulit Manggis
Khas Rosella
Rasa
Pahit
Asam
Identitas Organoleptik
Parameter Non Spesifik Kadar Abu (% b/b)
3,78 %
5,64 %
Susut Pengeringan (% b/b)
9, 91 %
22, 06 %
Kadar Air (% b/b)
12,03 %
25,77 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
Hasil pengujian kadar air ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga rosella menunjukkan bahwa kedua ekstrak memiliki kadar air yang tinggi. Kandungan air yang tinggi di dalam ekstrak dapat disebabkan oleh banyaknya jumlah air yang terjerat dan tidak dapat menguap selama proses evaporasi. Pengeringan ekstrak dengan cara freeze drying dan dengan waterbath juga tidak dapat menghasilkan ekstrak kering dengan kadar air yang rendah (<10%). Kadar air yang tinggi dapat menjadi masalah dalam proses formulasi ekstrak menjadi suatu sediaan, sehingga ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga rosella dicampur dengan bahan tambahan yang dapat membantu pengeringan ekstrak sebelum diformulasikan menjadi tablet hisap.
4.6
Pengeringan Ekstrak Menggunakan Filler Pengeringan ekstrak kulit buah manggis menggunakan aerosil sebagai
adsorben menghasilkan serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, rasanya pahit. Serbuk rosella diperoleh dengan cara mencampurkan ekstrak air kelopak bunga rosella dengan avicel PH 102, kemudian dikeringkan di dalam oven. Serbuk yang dihasilkan berwarna merah muda keunguan, rasanya asam.
4.7
Formulasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella Bahan
Fungsi Bahan
Ekstrak air kulit buah manggis Ekstrak air kelopak bunga rosella Gelatin Sukrosa Mannitol Mg Stearat Talk
1
Formula 2 3
4
Zat Aktif
200 mg 200 mg 200 mg 200 mg
Zat Aktif
200 mg 200 mg 200 mg 200 mg
Pengikat 500 mg 750 mg 1000 mg Pengisi qs qs qs Pemanis 200 mg 200 mg 200 mg Lubrikan 20 mg 20 mg 20 mg Anti Adheren, 80 mg 80 mg 80 mg Lubrikan Bobot tablet yang diinginkan = 2000 mg
1250 mg qs 200 mg 20 mg 80 mg
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
Serbuk ekstrak air kulit buah manggis dan serbuk ekstrak air kelopak bunga rosella yang sudah diperoleh selanjutnya dibuat menjadi tablet hisap. Setelah melakukan uji pendahuluan menggunakan beberapa formula, didapatkan formula tablet hisap yang memenuhi syarat dengan metode granulasi basah. Gelatin digunakan sebagai pengikat tablet hisap dengan metode granulasi basah karena dapat meningkatkan kekerasan pada tablet hisap dan mempengaruhi waktu hancur tablet. Selanjutnya digunakan pula mannitol sebagai pemanis dengan konsentrasi 10%. Bahan ini digunakan karena rasanya yang manis dan juga memberi sensasi segar di mulut. Sukrosa digunakan sebagai pengisi tablet. Bahan ini digunakan karena dapat menghasilkan tablet dengan tekstur yang licin dan halus, mempunyai daya kompresibilitas yang baik serta memiliki rasa yang manis.
4.8
Hasil Evaluasi Granul Hasil evaluasi kompresibilitas, laju alir, sudut henti dan kadar lembab
granul dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3. Hasil Evaluasi Granul No
Jenis Evaluasi
1 2 3 4 5
Laju Alir (g/detik) Sudut Henti (°) Kompresibilitas (%) Rasio Hausner Kadar Lembab (%)
1 3,28 33,02 6,46 1,07 2,02
Formula 2 3 3,79 5,38 32,31 28,15 14,81 10,34 1,17 1,11 2,08 2,62
4 5,62 30,22 14,55 1,17 2,64
Syarat ≥ 10 g/detik ≤ 30° 5 – 16 % < 1,25 2–5%
Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah granul dan serbuk untuk mengalir dalam suatu alat. Granul yang memiliki aliran yang baik akan mengalir dari suatu wadah dengan waktu tidak kurang dari 10 detik. Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, kondisi permukaan, kelembaban, dan penambahan bahan pelicin (Aulton, 2002). Hasil evaluasi laju alir granul untuk formula 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 3,28 g/detik, 3,79 g/detik, 5,38 g/detik, dan 5,62 g/detik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa formula 1 dan 2 memiliki sifat aliran granul yang kohesif menurut Lachman (1994) dengan rentang laju alir 1,6-4 g/detik, sedangkan formula 3 dan 4 memiliki sifat aliran granul yang mudah mengalir dengan rentang laju alir 4-10 g/detik.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
Untuk menentukan sikap aliran berlaku sudut kemiringan aliran (sudut henti), yang diberikan jika suatu zat berupa granul mengalir bebas dari sebuah corong ke atas suatu dasar membentuk suatu kerucut, dimana sudut kemiringan tersebut dapat diukur. Semakin datar kerucut, artinya sudut kemiringan semakin kecil, maka sifat aliran serbuk semakin baik (Voight, 1994). Sudut henti adalah ukuran kohesifitas serbuk, yang ditunjukkan pada momen ketika gaya interaksi antar partikel melebihi gaya tarik gravitasi partikel tersebut. Serbuk yang mengalir bebas akan membentuk kerucut dengan sisi yang landai atau memiliki nilai sudut henti yang rendah, sedangkan serbuk yang kohesif akan membentuk sisi yang curam (Gibson, 2000). Hasil evaluasi sudut henti granul untuk formula1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 33,02°; 32,31°; 28,15° dan 30,22°. Hasil tersebut menunjukkan bahwa formula 1, 2 dan 4 memiliki sifat aliran granul yang cukup dengan rentang sudut henti 30-40°, sedangkan formula 3 memiliki sifat aliran granul yang baik dengan rentang sudut henti 25-30° (Voight, 1970). Nilai kompresibilitas sering disebut juga dengan index carr yang merupakan persenstase perbandingan antara selisih densitas nyata (bulk density) dan densitas mampat (poured density). Perubahan nilai densitas berkaitan dengan sifat kohesifitas antar partikel serbuk. Semakin tinggi nilai kompresibilitas maka serbuk semakin kohesif dan sifat aliran menjadi memburuk (Khan, 2008). Hasil evaluasi kompresibilitas granul untuk formula 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 6,46%; 14,81%; 10,34% dan 14,55%. Semua formula memiliki indeks kompresibilitas yang istimewa, yaitu pada rentang 5 – 15% (Aulton, 1988; Voight, 1994). Tablet adalah sistem multikomponen, kemampuan beberapa campuran serbuk untuk menghasilkan kekompakan yang baik ditentukan oleh karakteristik kompresibilitas dan kompaktibilitas dari masing-masing komponen tablet. Kompresibilitas dari komponen tablet penting untuk dikaji mengingat syarat utama dari pembuatan tablet ialah komponennya mudah dikempa dan mudah mengalir (Lachman, 1994). Densitas bulk bergantung pada penyusunan atau pengemasan partikel (particle packing) dan perubahaan konsolidasi serbuk. Peningkatan densitas serbuk berkaitan dengan kohesivitas serbuk atau konsolidasi serbuk. Serbuk yang lebih mudah terkonsolidasi akibat tegangan yang diberikan cenderung kurang baik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
sifat alirannya. Rasio densitas tuang dengan densitas ketuk dapat digunakan sebagai metode untuk mengkuantifikasi aliran serbuk (Rasio Hausner dan Indeks kompresibilitas) (Aulton, 2002). Hasil evaluasi rasio Hausner untuk formula 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 1,07; 1,17; 1,11 dan 1,17. Rasio Hausner formula 1 dan 3 memiliki kategori Rasio Hausner yang istimewa, dan pada formula 2 dan 4 memiliki Rasio Hausner yang baik (Depkes RI, 1995). Hasil evaluasi kadar lembab granul untuk formula 1, 2, 3 dan 4 berturutturut adalah 2,02%; 2,08%; 2,62% dan 2,64%. Kadar lembab keempat formula memenuhi persyaratan, yaitu pada rentang 2-5% (Voight, 1994). Kandungan lembab yang terlalu besar akan menghasilkan lapisan uap teradsorbsi pada permukaan partikel serbuk sehingga terbentuk jembatan cair (bridge liquid) antar partikel. Akibatnya kohesivitas antar partikel meningkat yang berakibat pada buruknya sifat aliran massa serbuk (Gibson, 2000).
Ukuran Partikel 1,7 mm 1,4 mm 1,18 mm 1 mm 850 µm < 850 µm Jumlah
Tabel 4.4. Hasil Uji Distribusi Ukuran Partikel Formula 1 Formula 2 Formula 3 Massa Massa Massa %F %F %F (g) (g) (g) 8 9,63 10 11,76 3,1 3,64 10 12,04 8 9,42 16,8 19,72 18 21,68 17 20 14,2 16,67 8 9,64 8 9,42 5,6 6,57 16 19,28 20 23,52 20,6 24,17 23 27,22 22 25,88 24,9 29,23 83 100 85 100 85,2 100
Formula 4 Massa %F (g) 4 4,71 7 8,24 15 17,64 7 8,24 18 21,17 34 40 85 100
Grafik Distribusi Ukuran Partikel 45% 40% 35%
Persentase
30% 25%
Formula 1
20%
Formula 2
15%
Formula 3
10%
Formula 4
5% 0% 1,7 mm
1,4 mm
1,18 mm 1 mm Ukuran Partikel
850 mm
< 850 µm
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
Hasil distribusi ukuran partikel yang baik adalah mengandung tidak lebih dari 10% fines atau serbuk halus, dan kurvanya mengikuti kurva normal distribusi ukuran parikel yang berbentuk lonceng (Lachman, 1994). Distribusi ukuran partikel serbuk dapat mempengaruhi kerenyahan tablet dan daya mengalir serbuk yang dapat mempengaruhi bobot tablet rata-rata, variasi bobot, dan waktu hancur tablet. Serbuk halus diperlukan untuk mengisi ruang kosong antar partikel yang terbentuk oleh partikel-partikel yang lebih besar, serta membantu pembentukan ikatan fisik yang berperan sebagai jembatan antarpartikel yang lebih besar. Hasil evaluasi dari keempat formula menunjukkan distribusi ukuran partikel yang mengandung lebih dari 10% serbuk halus, yang mengakibatkan granul ini menjadi higroskopis. Fines yang banyak dapat disebabkan oleh proses granulasi yang kurang sempurna dimana pengikat belum sempurna mengikat seluruh zat, sehingga pada saat pengayakan zat yang tidak terikat tetap menjadi fines. Banyaknya fines juga dapat disebabkan karena tekanan yang terlalu besar pada saat pengayakan granul.
4.9
Hasil Evaluasi Tablet Hisap Pengamatan secara organoleptis terhadap tablet hisap yang dihasilkan
terlihat warna tablet hisap warna merah muda, memiliki rasa asam manis, bau khas rosella dan mempunyai tekstur yang halus (Tabel 4.5). Tabel 4.5. Pengamatan Organoleptis Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella Formula No
Pengamatan 1
2
3
4
Bulat
Bulat
Bulat
Bulat
1
Bentuk
2
Warna
3
Rasa
Asam Manis Asam Manis Asam Manis
Asam Manis
4
Bau
Aroma Khas Aroma Khas Aroma Khas Rosella Rosella Rosella
Aroma Khas Rosella
5
Tekstur
Merah Muda Merah Muda Merah Muda Merah Muda
Licin
Licin
Licin
Licin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
Keterangan : 1. Formula 1 = Gelatin 5 % 2. Formula 2 = Gelatin 7,5 % 3. Formula 3 = Gelatin 10 % 4. Formula 4 = Gelatin 12,5 %
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
Gambar 4.1. Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella Keterangan : 1. Formula 1 = Gelatin 5 % 2. Formula 2 = Gelatin 7,5 % 3. Formula 3 = Gelatin 10 % 4. Formula 4 = Gelatin 12,5 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
Tabel 4.6. Evaluasi Tablet Hisap Kombinasi Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella No. 1. 2. 3. 4. 5.
Parameter Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Bobot Rata-rata (g) 2,3545 2,0574 2,1205 2,1419 Keseragaman Ukuran (cm) Diameter 2,02 2,02 2,02 2,02 0,82 0,84 0,81 0,82 Tebal Kekerasan (kg/cm2) Friabilitas (%) Waktu Hancur (menit)
11,25 0,02 21,68
12,50 0,04 22,64
14,06 0,05 23,23
17,68 0,01 23,63
Keragaman bobot dari tablet tergantung pada kecepatan alir massa cetak dimana aliran massa cetak yang baik akan memudahkan serbuk masuk kedalam ruang pencetakan tablet secara tepat dan seragam sehingga akan menghasilkan tablet dengan ukuran yang seragam pula (Nursiah, Hasyim dkk., 2008). Keragaman bobot merupakan parameter yang sangat penting dalam kualitas tablet. Keragaman berat dari suatu tablet ditentukan oleh variasi penggunaan mesin cetak tablet seperti perbedaan ukuran atau kedalaman die dan pengaturan tekanan punch (Gibson, 2000). Selain itu, pada pembuatan tablet dengan metode granulasi maupun kempa langsung dimana perbedaan ukuran antar granul atau serbuk merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena akan menentukan variasi dari berat tablet yang dihasilkan. Berat tablet yang dibuat harus secara rutin diukur untuk membantu memastikan bahwa setiap tablet memiliki berat yang seragam (Lachman, 1994). Menurut Farmakope Indonesia Edisi 3 (Depkes, 1979) tablet dengan ratarata berat lebih dari 300 mg, tidak boleh ada 2 tablet yang bobotnya menyimpang lebih dari 5% dari bobot rata-rata dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata. Hasil evaluasi keragaman bobot tablet dari keempat formula memenuhi syarat yaitu bobot tablet dari keempat formula tidak ada yang menyimpang lebih dari 5% dan 10% dari bobot rata-rata masing-masing formula tablet. Keragaman bobot sangat dipengaruhi oleh baik tidaknya sifat alir massa tablet. Sifat alir yang baik menyebabkan volume bahan yang masuk ke dalam ruang kompresi akan seragam sehingga variasi berat tablet yang dihasilkan tidak terlalu besar (Kuswahyuning, Rina dan Soebagyo, Sri
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
Sulihtyowati, 2005). Data hasil uji keragaman bobot dapat dilihat pada Lampiran 12. Uji keseragaman ukuran bertujuan untuk memberikan pengawasan terhadap ketebalan tablet agar volume bahan beragam (Nursiah, Hasyim dkk., 2008). Uji keseragaman ukuran menggunakan jangka sorong dengan mengamati diameter dan tebal tablet hisap. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa formula 1, 2, 3 dan 4 memiliki diameter rata-rata 2,02 cm sedangkan tebal tablet untuk formula 1 = 0,84 cm, formula 2 = 0,81 cm, dan formula 3 dan 4 memiliki tebal tablet yang sama yaitu 0,82 cm (Lampiran 13). Pada umumnya diameter tablet konstan namun ketebalan tablet dapat bervariasi. Ketebalan tablet harus terkontrol sampai perbedaan 5% (Anwar, Effionora dkk., 2007). Kekerasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan tablet terhadap guncangan mekanik yang mungkin terjadi selama pengemasan, penyimpanan ataupun transportasi (Anwar, Effionora dkk., 2007). Persyaratan untuk kekerasan tablet hisap adalah >10 kg/cm2 (Nursiah, Hasyim dkk., 2008) terlihat pada tabel di atas bahwa rata-rata kekerasan formula 1 = 11,25 kg/cm2, formula 2 = 12,50 kg/cm2, formula 3 = 14,06 kg/cm2, dan formula 4 = 17,68 kg/cm2 memenuhi syarat yaitu >10 kg/cm2 (Lampiran 14). Hal ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi gelatin yang digunakan semakin besar nilai kekerasannya. Keregasan tablet berguna untuk memprediksi kemampuan tablet agar dapat bertahan terhadap goncangan selama proses pembuatan, pengepakan, pengangkutan, sampai penggunaan oleh konsumen (Lieberman and Lachman, 1980). Keregasan dari tablet dapat diukur dengan suatu alat yaitu friabilator. Tablet yang kehilangan beratnya ditimbang, dengan syarat bahwa kehilangan berat antara 0,5% sampai 1% masih dapat ditolerir (Lachman, 1994). Evaluasi keregasan tablet pada formula 1, 2, 3, dan 4 adalah 0,02%, 0,04%, 0,05% dan 0,01% memenuhi persyaratan keregasan tablet yaitu tidak boleh lebih dari 1% (Parrot, 1971). Waktu hancur adalah waktu yang diperlukan oleh tablet untuk hancur atau pecahnya tablet menjadi partikel-partikel kecil (Lachman, 1989). Faktor-faktor yang mempengaruhi disintegrasi tablet antara lain sifat fisik dan kimia granul,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
kekerasan, porositas, dan disintegran yang digunakan. Uji waktu hancur tidak menyatakan secara langsung bahwa tablet atau bahkan zat aktif terlarut sempurna. Disintegrasi dikatakan sempurna jika residu tablet yang tertinggal pada kasa alat uji waktu hancur merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas (Siregar, 2010). Syarat waktu hancur untuk tablet hisap adalah tidak hancur di dalam mulut tetapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang, sedangkan syarat waktu hancur untuk tablet biasa adalah kurang dari 15 menit (Lachman, 1994). Dari hasil evaluasi waktu hancur formula 1, 2, 3 dan 4 yaitu 21,68 menit; 22,64 menit; 23,23 menit dan 23,63 menit. Waktu hancur tablet pada semua formula memenuhi syarat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Ekstrak air kulit buah manggis dan ekstrak air kelopak bunga rosella dapat diformulasikan menjadi tablet hisap dengan metode granulasi basah menggunakan gelatin sebagai bahan pengikat. Formula terbaik adalah formula 4 dengan bentuk bulat, cembung pada bagian tengah, warna merah muda, rasa asam manis, aroma khas rosella, tekstur halus; keragaman bobot rata-rata 2,1419 g, keseragaman ukuran tablet yaitu dengan diameter rata-rata 2,02 cm dan ketebalan rata-rata 0,82 cm, kekerasan tablet ratarata 17,68 kg/cm2, friabilitas 0,01 % dan waktu hancur 23,63 menit.
5.2
Saran
5.2.1 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan metode pengeringan ekstrak yang berbeda sehingga dapat diperoleh ekstrak yang memiliki kadar air lebih kecil dari 10 %. 5.2.2 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan bahan pengikat dan metode formulasi yang berbeda sehingga dapat diperoleh formulasi tablet hisap yang semakin baik.
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi ke empat. Jakarta : UI-Press. Anwar, Effionora, dkk ., 2007. Maltodekstrin DE 1-5 dari Pati Singkong sebagai Bahan Pengikat Tablet Hisap Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) (Maltodextrin with 1-5 Dextrose Equivalent of Cassava Starch as Binding Agents in Piper Betle Lozenges). Jurnal Bahan Alam Indonesia ISN 14122855 Vol.6, No.3. Ariati, Reci, Arifin, Helmi dan Muchtar, Husni. 2011. Pengaruh Fraksi Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap Kadar Kolesterol Darah Tikus Putih Jantan Hiperkolesterol dan HiperkolesterolDisfungsi Hati. Tesis. Sumatera Barat : Program Pascasarjana Jurusan Farmasi Universitas Andalas. Aulton, Michael E. 1988. Pharmaceutics : The Science of Dosage Form Design. New York : Churcill Livingstone. Bandelin, F.J. 1989. Compressed Tablets by Wet Granulation. Dalam : Lieberman, A.H., Lachman L, Schwart, JB (eds). Pharmaceutical Dosage Forms: Tablets: vol. 1,2nd ed. Marcel Dekker. New York. Banker, G.S. dan Anderson, R.N. 1986. Dalam : The Theory and Practice of Industrial Pharmacy (Lachman, L., Lieberman, HA. and Kanig, J.L., Eds.), 3rd Edition. Philadelphia : Lea & Febiger, page 297-299. Cissé, M., Dornier, M., Sakho, M., N’Diaye, A., Reynes, M. dan Sock, O. 2009. Le bissap (Hibiscus sabdariffa L.) : Composition et Principales Utilisations. Fruits. 64 (3) : 179-193. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
El Syerif, F., Khattab, S., Ghoname, E., Salem, N. dan Radwan, K. 2011. Effect of Gamma Irradiation on Enhancement of Some Economic Traits and Molecular Changes in Hibiscus sabdariffa L. Life Science Journal. 8 (3) : 220-229. Fasoyiro, S.B., Babalola, S.O., Owosibo, T. 2005. Chemical Composition and Sensory Quality of Fruit-flavoured (Hibiscus sabdariffa) Drinks. World Journal of Agricultural Sciences. 1(2) : 161-164. Gatiningsih, Tri Mumpuni. 2008. Optimasi Formula Tablet Hisap Jahe Merah (Zingiber officinale Roxb) dengan Kombinasi Laktosa-Manitol sebagai Bahan Pengisi dengan Metode Simplex Lattice Design. Fakultas Farmasi UMS : Surakarta. Gibson, Mark. 2004. Pharmaceutical Preformulation and Formulation: A Practical Guide from Candidate Drug Selection to Commercial Dosage Form. CRC Press LL.C: USA, Florida. Gomez-Leyva, JF., Acosta, LAM., Muraira, IGL., Espino, HS., RamirezCervantes,
F.
dan
Andrade-Gonzales,
I.
2008.
Multiple
Shoot
Regeneration of Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) from A Shoot Apex System. International Journal of Botany. 4 (3) : 326-330. Gopalakrishnan, G., Banumathi, B., dan Suresh, G. 1997. Evaluation of the Antifungal Activity of Natural Xanthones from Garcinia mangostana and Their Synthetic Derivative. Journal of Natural Product. 60 : 519-524. Hasyim, Nursiah dkk. 2008. Studi Formulasi Tablet Hisap Sari Kencur (Kampferia galangal L.) dengan Membandingkan Gelatin dan Polivinil Pirolidon sebagai Bahan Pengikat. Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 12 , No.3. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Litbang Kehutanan. Jakarta : Departemen Kehutanan. Hirunpanich, V. 2005. Antioxidant Effect of Aqueous Extracts from Dried Calyx of Hibiscus sabdariffa Linn. (Roselle) in Vitro Using Rat Low-Density Lipoprotein (LDL). Biology and Pharmaceutical Buletin. 2008 (3) : 481484.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
Hirunpanich, V., et al. 2006. Hypocholesterolemic and Antioxidant Effects of Aqueous Extract from the Dried Calyx of Hibiscus sabdariffa L. in Hypocholesterolemic Rats. Journal of Ethnopharmacology. 103 : 252-260. Hong, V. dan Wrostlad, O. 1990. Use of HPLC Separation/Photodiode Array Detection for Characterisation of Anthocyanin. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 38 : 708-715. Hyun-Ah et al. 2006. Antioxidant Xanthones from the Pericarp of Garcinia mangostana (Mangosteen). Journal of Agricultural and Food Chemistry. 54 : 2077-2082. Jones, S.B., Luchsinger, A.E. 1986. Plant Systematics, edisi ke-2. Mc Graw-Hill Book Company, New York. Jujun, P., et al. 2008. Acute and Repeated Dose 28-Day Oral Toxicity Study of Garcinia mangostana Linn. Rind Extract. Proceedings of 6th National Symposium on Graduate Research. Thailand : Graduate School of Chulongkorn University. Khan, A.M, Shah, R.B. and Tawakkul M.A. 2008. Commparative Evaluation of Flow for Pharmaceutical Powsders and Granules, Research Article, AAPS PharmSciTech. Vol 9. No.1. DOI: 10.1208/s12249-008-9046-8. Krajewski, D., Toth, G., Schreir, P. 2-Ethyl-3-Methylmaleimide N-β-DGlucopyranoside from the Leaves of Mangosteen (Garcinia mangostana). Journal of Phytochemistry. 43 (1) : 141-143. Kuswahyuning, Rina dan Soebagyo, Sri Sulihtyowati. 2005. Pengaruh Laktosa dan Povidon dalam Formula Tablet Ekstrak Kaempferia galanga L. secara Granulasi Basah. Majalah Farmasi Indonesia 16 (2), 110 – 115 Lachman, L., Lieberman, H. A., Kaning, J.L . 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri. Ed.3. Terjemahan Oleh Suyatmi, S. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Lieberman , H. A ., Lachman , L ., Schwartz, J. B. 1989. Pharmaceutical Dosage Forms : Tablet volume 1. 2 nd Ed ., Marcel Dekker. Inc. New York. Loo, AEK dan Huang, Dejian. 2007. Assay-Guided Fractionation Study of α Amylase Inhibitors from Garcinia mangostana Pericarp. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 55 (24) : 9805-9810.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
Mahabusarakam, W., dan Wiriyachitra, P. 2006. Chemical Constituent of Garcinia Mangostana. Journal of Natural Product. 25 (3) : 474-478. Moongkarndi, P., et al. 2004. Antiproliferative Activity of Thai Medicinal Plant Extracts on Human Breast Adenocarcinoma Cell. Fitoterapia. 75 : 375–377. Moongkarndi, P., et al. 2004. Antiproliferation, Antioxidation and Induction of Apoptosis by Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 Human Breast Cancer Cell Line. Journal of Ethnopharmacology. 90 : 161–166. Nugroho. A. E. 2009. Manggis (Garcinia mangostana L.) : Dari Kulit Buah Yang Terbuang Hingga Menjadi Kandidat Suatu Obat. Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Oetjen, GW. 1999. Freeze Drying. Weinheim : Wiley-VCH, pp. 200-230 Osman, M., dan Milan, A.R. 2006. Mangosteen – Garcinia mangostana L. England : University of Southampton. Parrot, EL ., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3rd Ed, Burgers Publishing Company, Minneapolis, USA, 73-84; 158-171. Pradipta IS, Nikodemus TW, Susilawati Y. 2009. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Golongan Xanton dari Kulit Buah Manggis. JIF Farmasi UII, 11 : 1-5. Qi, Yadong, Kit, L.C., Malekian, F., Barhane, M., dan Gager, J. 2005. Biological Characteristic, Nutritional and Medicinal Value of Roselle, Hibiscus sabdariffa. Circular of Urban Forestry Natural Resources and Environmental. 604. Reagan-Shaw, Shannon, et al. 2007. Dose Translation from Animal to Human Studies Revisited. The FASEB Journal. 22, 659-661. Rowe, RC et al (editor). 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. London : The Pharmaceutical Press. Siregar, Charles J.P. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar-Dasar Praktis. Jakarta : EGC. Steenis, C.G. 1987. Flora. Jakarta : P.T. Pradya Paramita, hlm. 305-306.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1) Jilid 1. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 15-16. Tiwari, P. et al. 2011. Phytochemical Screening and Extraction : A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Department of Pharmaceutical Sciences, Lovely School of Pharmaceutical Sciences, Phagwara, Punjab. 1 :1. Verheij, E.M.W. dan Coronel, R.E. 1997. Proses Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 2. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama. Voight, R., 1994. Lehrburch der Pharma Zeutishen Technology, Terjemahan Soendari Noerono, Buku Pelajaran Tehnologi Farmasi, Edisi Ke-IV, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Wantara, R., Arunporn, I. 2007. Antipyretic Activity of the Extracts of Hibiscus sabdariffa Calyces L. in Experimental Animals. Weecharangsan, W., et al. 2006. Antioxidative and Neuroprotective Activities of Extracts from the Fruit Hull of Mangosteen (Garcinia mangostana Linn.). Med Princ Pract. 15 (4) : 281-7.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Lampiran 1. Proses
Pembuatan
Ekstrak
Air
Kulit
Buah
Manggis
(Garcinia mangostana L.) Sebanyak 15 kg buah manggis (Garcinia mangostana L.) Dikerok, disortasi, dikeringkan, dan dihaluskan dengan blender. 250 g serbuk kering kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) Diekstraksi dengan aquadest. Saring. Evaporasi pada suhu 40ºC Ekstrak kental Pengeringan dengan Waterbath Ekstrak kering
Penapisan fitokimia, susut pengeringan, kadar abu, kadar air.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Lampiran 2. Proses
Pembuatan
Ekstrak
Air
Kelopak
Bunga
Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) Sebanyak 10 kg rosella segar (Hibiscus sabdariffa L. ) Dikeluarkan bijinya, disortasi, dikeringkan, dihaluskan dengan blender 500 g serbuk kering rosella (Hibiscus sabdariffa L. ) Diekstraksi dengan aquadest. Saring, Evaporasi pada suhu 40ºC Ekstrak kental Freeze Drying Ekstrak kental
Penapisan fitokimia, susut pengeringan, kadar abu, kadar air.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
Lampiran 3. Proses Pembuatan Tablet Hisap Serbuk ekstrak air kulit buah manggis, serbuk ekstrak air kelopak bunga rosella, gelatin, sukrosa, mannitol, aerosil, avicel PH 102, Mg stearat, talk Ditimbang Serbuk ekstrak air kulit buah manggis, serbuk ekstrak air kelopak bunga rosella, sukrosa, mannitol Dicampurkan menjadi M1 Larutan pengikat gelatin Dimasukkan ke M1 sampai terbentuk massa yang dapat dikepal, diayak dengan mesh 16 Granul Dikeringkan dalam oven dengan suhu 40ºC Granul kering Kadar air, kompresibilitas, granulometri, laju alir, sudut henti
Evaluasi granul
Diayak dengan mesh 18 Granul, Talk, Mg stearat
Pemeriksaan organoleptik, keragaman bobot, keseragaman ukuran, friabilitas, kekerasan, waktu hancur
Dikempa Evaluasi tablet
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Lampiran 4. Hasil Determinasi Buah Manggis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Lampiran 5. Hasil Determinasi Kelopak Bunga Rosella
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
Lampiran 6. Rumus Perhitungan Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh dan Tabel Konversi Dosis Hewan (Animal Dose) ke Dosis Manusia (Human Equivalent Dose)
Tabel 5. Rumus Konversi Dosis Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh (Reagan-Shaw et al., 2007) Formula for Dose Translation Based on BSA (
)
Tabel 6. Pengkonversian Dosis Hewan ke Dosis Manusia Berdasaran Luas Permukaan Tubuh (BSA) (Reagan-Shaw et al., 2007)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Lampiran 7. Rumus Perhitungan Dosis Ekstrak Air Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Perhitungan Dosis Kulit Buah Manggis Pada percobaan toksisitas sub-kronis, pemakaian ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan dosis 50–1000 mg/ kgBB selama 28 hari juga tidak menunjukkan efek toksik yang berarti (Jujun et al., 2006). Dosis tikus = 50 – 1000 mg/ kgBB Dosis manusia = = 8,11 mg/ kgBB hingga 162,16 mg/ kgBB Dosis kulit buah manggis untuk manusia dalam 1 hari : (8,11 – 162,16) mg/ kgBB × 60 kgBB = 486,6 mg hingga 9729,6 mg Tablet hisap dibuat menjadi 3 kali minum dalam sehari, jadi : Dosis per tablet
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Lampiran 8. Rumus Perhitungan Dosis Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Perhitungan Dosis Kelopak Bunga Rosella Pada percobaan pengaruh fraksi air rosella (Hibiscus sabdariffa L.) terhadap kadar kolesterol darah tikus putih jantan hiperkolesterol dan hiperkolesterol-disfungsi hati menunjukkan bahwa pada dosis 50 – 75 mg/ kgBB dapat menurunkan kadar kolesterol darah (Ariati, Reci, 2011). Dosis tikus = 50 – 75 mg/ kgBB Dosis manusia = = 8,1081 mg/ kgBB hingga 12,162 mg/ kgBB Dosis kelopak bunga rosella untuk manusia dalam 1 hari : (8,1081 – 12,162) mg/ kgBB × 60 kgBB = 486,486 mg – 729,72 mg Tablet hisap dibuat menjadi 3 kali minum dalam sehari, jadi : Dosis per tablet hingga 243,24 mg
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Lampiran 9. COA Sukrosa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Lampiran 10. COA Aerosil
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Lampiran 11. Perhitungan Rendemen Ekstrak Air Kulit Buah Manggis dan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella 1. Rendemen Ekstrk Air Kulit Buah Manggis Bobot Ekstrak Air Kulit Buah Manggis = 112 g Bobot Serbuk Kulit Buah Manggis
= 250 g
% Rendemen = = = 44,8 % 2. Rendemen Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella Bobot Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella = 247 g Bobot Serbuk Kelopak Bunga Rosella
= 500 g
% Rendemen = = = 49,4 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
Lampiran 12. Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet
1.
Formula 1 Bobot *SB Tablet (%) (g) 2,3431 0,48
Formula 2 Bobot *SB Tablet (%) (g) 2,0985 2,00
Formula 3 Bobot *SB Tablet (%) (g) 2,1133 0,34
Formula 4 Bobot *SB Tablet (%) (g) 2,1401 0,09
2.
2,3255
1,23
2,0088
2,36
2,1048
0,74
2,1468
0,23
3.
2,3146
1,69
2,0613
0,19
2,1274
0,33
2,1592
0,81
4.
2,3332
0,90
2,0334
1,17
2,1095
0,52
2,1302
0,55
5.
2,3268
1,17
2,0966
1,91
2,1173
0,15
2,1320
0,46
6.
2,3304
1,02
2,0498
0,37
2,1071
0,63
2,1426
0,03
7.
2,3542
0,01
2,0607
0,16
2,1167
0,18
2,1393
0,12
8.
2,3268
1,17
2,0472
0,50
2,1203
0,01
2,1282
0,64
9.
2,3013
2,25
2,0305
1,31
2,1380
0,83
2,1698
1,30
10.
2,3102
1,88
2,0140
2,11
2,1301
0,45
2,1302
0,55
11.
2,3726
0,76
2,0484
0,44
2,1035
0,80
2,1286
0,62
12.
2,3645
0,42
2,0240
1,62
2,1373
0,79
2,1628
0,97
13.
2,3931
1,64
2,0555
0,09
2,1322
0,55
2,1102
1,48
14.
2,3712
0,71
2,0851
1,35
2,1272
0,32
2,1465
0,21
15.
2,3155
1,65
2,0892
1,55
2,1341
0,64
2,1358
0,29
16.
2,3435
0,46
2,0833
1,26
2,1175
0,14
2,1488
0,32
17.
2,4164
2,63
2,0474
0,49
2,1065
0,66
2,1386
0,16
18.
2,4157
2,6
2,0511
0,31
2,1062
0,67
2,1533
0,53
19.
2,4184
2,71
2,0866
1,42
2,1368
0,77
2,1494
0,35
20.
2,4128
2,47
2,0763
0,92
2,1239
0,16
2,1461
0,19
2,3545
1,39
2,0574
1,07
2,1205
0,48
2,1419
0,50
No.
Ratarata
Memenuhi Persyaratan Keterangan : *SB (Simpangan Bobot) yang seharusnya yaitu 2000 mg
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
Lampiran 13. Hasil Uji Keseragaman Ukuran
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. X SD
Keseragaman Ukuran (cm) Formula 1 Formula 2 Formula 3 Formula 4 Tebal Diameter Tebal Diameter Tebal Diameter Tebal Diameter 0,82 0,84 2,02 0,81 2,02 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0,84 2,02 0,81 2,02 0,82 2,02 0,82 2,02 0 0 0 0 0 0 0 0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
Lampiran 14. Hasil Uji Kekerasan Tablet
No. 1 2 3 4 5 6 Xmax Xmin X SD
Formula 1 12,66 10,82 10,93 11,23 10,62 11,25 12,66 10,62 11,25 0,731
Kekerasan Tablet (kg/cm2) Formula 2 Formula 3 11,93 14,78 12,05 13,84 13,25 13,15 12,86 13,56 12,23 14,07 12,66 14,98 13,25 14,98 11,93 13,15 12,50 14,06 0,513 0,706
Formula 4 19,26 17,22 17,73 16,71 19,66 15,48 19,66 15,48 17,68 1,576
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
Lampiran 15. Alat dan Bahan Penelitian
Moisture Analyzer
Oven
Neraca Analitik
Mesin Cetak Tablet
Alat Uji Friabilitas
Alat Uji Kekerasan
Sieving Analyzer
Alat Uji Kompresibilitas
Alat Uji Disintegrasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
Lampiran 16. Alat dan Bahan Penelitian (Lanjutan)
Kulit Buah Manggis
Rosella
Gelatin
Aerosil
Avicel PH 102
Mannitol
Mg Stearat
Talk
Sukrosa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta