UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT, PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT
SKRIPSI
ASHARI DZIKRO NIM : 108102000076
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2012
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT, PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
ASHARI DZIKRO NIM : 108102000076
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2012
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Ashari Dzikro
NIM
: 108102000076
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 25 Oktober 2012
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama
: Ashari Dzikro
NIM
: 108102000076
Program Studi
: Farmasi
Judul Penelitian
: PENGARUH TERHADAP
PEMBERIAN JUMLAH
KURMA TOTAL
TAHNIK LEUKOSIT,
PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT
Menyetujui,
Pembimbing pertama,
Pembimbing kedua,
Farida Sulistiawati, M.Si., Apt NIP. 19670105 200604 2 001
Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed NIDN. 0313087204
Mengetahui, Ketua Program Studi Farmasi
Drs. Umar Mansur, M.Sc
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Ashari Dzikro NIM : 108102000076 Program Studi : Farmasi Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer Antibodi Mencit
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I
: Farida Sulistiawati, M.Si., Apt
Pembimbing II
: Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed
Ketua Penguji
: Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt
Anggota Penguji I
: Prof. Atiek Soemiati, M.Sc., Apt
Anggota Penguji II
: Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt
Anggota Penguji III
: Sabrina, M.Farm., Apt
Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 25 Oktober 2012 Mengetahui, Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
iv
.......................
ABSTRAK
Nama Program Studi Judul
: Ashari Dzikro : Farmasi : Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total
Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer Antibodi Mencit
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian kurma tahnik terhadap jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi mencit. Mencit galur DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata 20 – 25 gr berjumlah 18 ekor dibagi menjadi tiga kelompok, masing – masing kelompok terdiri dari enam mencit. Kelompok I adalah kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum biasa), kelompok II adalah kontrol positif (diberi vaksin thypoid), dan kelompok III adalah kelompok perlakuan (diberi kurma tahnik). Periode perlakuan berlangsung selama dua minggu. Pengambilan darah mencit melalui ekor dilakukan pada hari ke-0 (sebelum perlakuan), hari ke-2, hari ke-8, dan hari ke-15. Perhitungan jumlah total leukosit, persentase monosit, dan persentase limfosit dilakukan pada masing – masing waktu pengambilan darah. Mencit diinduksi dengan sel darah merah domba (SDMD) pada hari ke-15, kemudian pada hari ke-22 dilakukan pengukuran titer antibodi dengan metode hemaglutinasi. Pada hari ke-23, semua mencit dari ketiga kelompok diinfeksi bakteri Salmonella tyhpi secara intraperitoneal dengan dosis 105 CFU/mL, kemudian dilakukan pengamatan persentase survival rate pada masing – masing kelompok selama satu minggu setelah infeksi diberikan. Semua data dianalisis secara statistik menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0 for Windows. Data jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit, dan persentase limfosit darah mencit dianalisis dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT), data titer hemaglutinasi antibodi mencit dianalisis dengan metode uji one – way ANOVA dilanjutkan dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test), dan data hasil pengamatan persentase survival rate dianalisis dengan metode Kaplan – Meier. Hasil analisa data menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik selama dua minggu meningkatkan jumlah total leukosit mencit. Pemberian kurma tahnik selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu meningkatkan persentase limfosit mencit, namun menurunkan persentase monosit mencit. Titer antibodi mencit kelompok pemberian kurma tahnik selama dua minggu tidak berbeda signifikan dengan titer antibodi mencit kelompok kontrol negatif dan mencit kelompok kontrol positif. Persentase survival rate mencit kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma tahnik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan selama 7 hari periode infeksi bakteri Salmonella thypi. Kata kunci : Kurma (Phoenix dactylifera), tahnik, mencit (Mus musculus) sistem imun, leukosit, monosit, limfosit, titer antibodi, survival rate
v
ABSTRACT
Name : Ashari Dzikro Program Study : Pharmacy Title : The Effect of Tahnik With Dates on The Total Number of Leukocytes, The Percentage of Blood Monocytes and Lymphocytes As Well As Antibody Titer In Mice
This study was conducted to determine the effect of tahnik with dates on the total number of leukocytes, the percentage of blood monocytes and lymphocytes as well as antibody titers in mice. A total 18 of DDY strain mice with 20-25 grams weight were divided into three groups, each group consisted of six mice. Group I is a negative control (just plain fed and watered), group II is the positive control (given typhoid vaccine), and the third group was the treatment group (tahnik with dates). The period of treatment lasted for two weeks. Blood collection was performed from the mice’s tail on day 0 (before treatment), day 2, day 8, and day 15. Calculation of the total number of leukocytes, the percentage of monocytes, and the percentage of lymphocytes performed each time blood was taken. Mice was induced by sheep red blood cells (SRBC) on day 15, and then on day 22 antibody titer was measured by the haemagglutination assay method. On day 23, all three groups of mice were infected with Salmonella tyhpi intraperitoneally at a dose of 105 CFU/mL, then the percentage of survival rate was observed on each group for one week. All data were statistically analyzed using SPSS 20.0 software for Windows. The number of total leukocytes, the percentage of monocytes, and the percentage of blood lymphocytes of mice were analyzed using two-way repeated measure ANOVA followed by one-way ANOVA (followed by LSD test), the data of antibody titer by hemagglutination assay method was analyzed using one - way ANOVA followed by Post Hoc Test (Tukey test and Bonferroni test), and the data of survival rate percentage was analyzed using Kaplan – Meier method. The results showed that the administration of tahnik with dates during two weeks increasing the total number of leukocytes in mice. Giving tahnik with dates for one day, one week, and two weeks increasing the percentage of lymphocytes, but reducing the percentage of monocytes in mice. The antibody titer of mice that tahnik with dates was given for two weeks didn’t differ significantly with antibody titer of mice negative control group and positive control group. The survival rate percentage of mice negative control group, positive control group, and the group that tahnik with dates was given showed no significant difference during the seven days period of Salmonella typhi bacterial infection. Key words : Dates (Phoenix dactylifera), tahnik, mice (Mus musculus), immune system, leukocyte, monocyte, lymphocyte, antibody titer, survival rate
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan nikmat, rahmat, dan karunia yang telah diberikan kepada saya, beserta petunjuk dariNya yang selalu hadir mulai dari setiap bangun dari tidur sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total Leukosit, Persentase Jumlah Monosit dan Limfosit Darah Serta Titer Antibodi Mencit. Shalawat serta salam semoga tersampaikan kepada junjungan seluruh umat Islam, Uswatun Hasanah hingga akhir zaman, Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi Wa salam, beserta keluarganya, para sahabat, dan pengikutnya yang senantiasa menjalankan amalan – amalan Rasulullah SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Far) pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Keberhasilan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan bantuan serta dukungan orang – orang yang telah banyak berjasa. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan pernghargaan yang sebesar – besarnya kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt, selaku Ketua Program studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Ibu Farida Sulistiawati M.Si, Apt, selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak waktu, semangat, ilmu, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.
4.
Ibu Drh. Rr. Bhintarti S. Hastari, M. Biomed, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan saran, ide, dan masukan yang berharga.
5.
Kedua orang tua, mamah Tati Susilawati dan bapak Sukardi tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan material sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar, serta abang Choirul Artadi sebagai satu – satunya saudara kandung yang telah banyak memberikan bantuan material.
vii
6.
Para dosen yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di prodi Farmasi FKIK UIN Syahid Jakarta.
7.
Kakak eris, selaku laboran laboratorium PBB Farmasi FKIK yang telah sabar karena sering direpotkan dan telah banyak membantu selama penelitian.
8.
Kakak Lisna, kakak Niken, kakak Tiwi, mba Rani, kakak Yopi, dan om Rahmadi yang telah membantu selama penelitian.
9.
Kakak Pia yang telah membantu penulis dalam hal surat menyurat dan urusan akademik.
10. Putri Rahmawati yang telah banyak membantu dan memberi dukungan sebelum sidang skripsi. 11. Ikhsan Budiarto yang telah membantu mengurus mencit pada awal penelitian di laboratorium. 12. Intan Fauziah yang telah banyak memberi informasi tempat membeli bahan – bahan keperluan penelitian. 13. Teman – teman farmasi angkatan 2008 baik kelas A maupun kelas B yang sama – sama berjuang menyelesaikan penelitian. 14. Pihak – pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu – persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penelitian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, namun penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya bagi masyarakat luas khususnya umat Islam.
Jakarta, 17 Oktober 2012
Penulis
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Ashari Dzikro
NIM
: 108102000076
Program Studi
: Farmasi
Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya
: Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul : PENGARUH PEMBERIAN KURMA TAHNIK TERHADAP JUMLAH TOTAL LEUKOSIT, PERSENTASE JUMLAH MONOSIT DAN LIMFOSIT DARAH SERTA TITER ANTIBODI MENCIT Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang – Undang Hak Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di
: Jakarta
Pada Tanggal : 10 Desember 2012
Yang menyatakan,
(Ashari Dzikro)
ix
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv ABSTRAK ................................................................................................... v ABSTRACT ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ................................................................................ vii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........... ix DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 4 1.3 Hipotesis ......................................................................................... 4 1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6 2.1 Kurma ............................................................................................. 6 2.1.1 Taksonomi Kurma ................................................................ 6 2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma ......... 8 2.1.3 Kandungan dan Manfaat Kurma ........................................... 9 2.2 Mencit ............................................................................................. 12 2.3 Sistem Imun .................................................................................... 13 2.3.1 Imunitas ................................................................................. 13 2.3.2 Antigen dan Antibodi ............................................................ 14 2.3.3 Leukosit ................................................................................. 16 2.3.4 Monosit ..................................................................................18 2.3.5 Limfosit ................................................................................. 18 2.3.6 Imunisasi ............................................................................... 19 2.3.7 Metode Hemaglutinasi Untuk Deteksi Antibodi pada Serum ...... 20 BAB III KERANGKA KONSEP .............................................................. 22 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 23 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 23 4.2 Subjek Penelitian ............................................................................ 23 4.2.1 Populasi ................................................................................. 23 4.2.2 Sampel .................................................................................. 23
x
4.3 Alat dan Bahan ............................................................................... 24 4.3.1 Alat ....................................................................................... 24 4.3.2 Bahan .................................................................................... 25 4.4 Alur Penelitian ............................................................................... 25 4.5 Prosedur Kerja ................................................................................ 26 4.5.1 Persiapan Hewan Coba ......................................................... 26 4.5.2 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit ................... 26 4.5.3 Perhitungan Dosis ................................................................. 27 4.5.4 Pembuatan dan Pemberian Sampel Kurma Tahnik .............. 31 4.5.5 Pengambilan Darah Mencit .................................................. 31 4.5.6 Perhitungan Jumlah Total Leukosit ...................................... 31 4.5.7 Perhitungan Persentase Monosit dan Limfosit Darah .......... 32 4.5.8 Pengukuran Titer Antibodi ................................................... 33 4.5.9 Uji Tantang ........................................................................... 35 4.6 Analisa Data ................................................................................... 36 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 38 5.1 Hasil ............................................................................................... 38 5.1.1 Hasil dan Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit ........ 38 5.1.2 Hasil dan Analisa Data Persentase Monosit Mencit ............ 42 5.1.3 Hasil dan Analisa Data Persentase Limfosit Mencit ............ 46 5.1.4 Hasil dan Analisa Data Titer Antibodi Mencit ..................... 51 5.1.5 Hasil dan Analisa Data Persentase Survival Rate Mencit .... 52 5.2 Pembahasan .................................................................................... 56 5.2.1 Pembuatan dan Pemberian Kurma Tahnik ........................... 56 5.2.2 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total Leukosit Mencit .................................................................... 58 5.2.3 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase Monosit Mencit ..................................................................... 61 5.2.4 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase Limfosit Mencit .................................................................... 63 5.2.5 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Titer Antibodi Mencit ................................................................................... 65 5.2.6 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase Survival Rate Mencit yang Diinfeksi Bakteri Salmonella thypi ...................................................................................... 66 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 68 6.1 Kesimpulan ........................................................................... 68 6.2 Saran ..................................................................................... 69 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 71
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 2.2 4.1 4.2 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 5.6 7.2 7.3 7.4 7.6 7.7 7.8 7.10 7.11 7.12 7.13 7.14 7.15 7.16 7.17
Halaman Buah Kurma .................................................................................... 6 Beberapa jenis buah kurma yang terkenal ...................................... 7 Kurma Ajwa yang digunakan dalam penelitian ............................. 24 Alur Penelitian ................................................................................ 25 Grafik rata- rata jumlah total leukosit selama periode perlakuan .. 39 Grafik rata- rata persentase monosit selama periode perlakuan ..... 43 Grafik rata- rata persentase limfosit selama periode perlakuan ...... 47 Grafik rata – rata titer antibodi mencit setelah dua minggu periode perlakuan ........................................................................................ 51 Grafik % Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi ......................................................................................................... 53 Kurva Kaplan – Meier persentase survival rate mencit selama periode infeksi Salmonella typhi ................................................................. 54 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama satu hari .......................................................................................... 80 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama satu minggu .................................................................................... 81 Grafik perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama dua minggu ..................................................................................... 82 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu hari .................................................................................................. 87 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu hari ................................................................................................. 88 Grafik perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu hari ................................................................................................. 90 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama satu hari ................................................................................................. 95 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama satu minggu ........................................................................................... 97 Grafik perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama dua minggu ........................................................................................... 98 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan ....................................................................................... 100 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi ................................................................ 103 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok I ............................. 104 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok II ............................ 104 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok III ........................... 105
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 4.1 4.2 5.1 5.2 5.3 5.4
5.5 5.6 5.7 5.8
5.9 5.10 5.11 5.12
5.13 5.14 5.15 5.16
Halaman Kandungan senyawa (gr /100 gr dry flesh) dari 11 jenis buah kurma yang berbeda ....................................................................... 9 Kandungan vitamin buah kurma .................................................... 9 Kandungan mineral kurma ............................................................. 10 Kandungan asam amino (mg/100 gr dry) kurma ........................... 10 Perbedaan secara umum sistem imun non-spesifik & sistem imun spesifik ........................................................................................... 14 Kelas dan sifat imunoglobulin ....................................................... 16 Dosis dan perlakukan uji respon imun mencit ............................ 26 Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai dengan usianya ........................................................................................... 28 Hasil hitung total leukosit mencit (sel/µL) .................................... 38 Rata - rata jumlah total leukosit mencit (sel/µl) selama periode perlakuan ........................................................................................ 38 Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA ........................................ 39 Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji one – way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ........................................................................................ 40 Hasil hitung persentase monosit mencit (%) .................................. 42 Rata - rata persentase monosit mencit selama periode perlakuan .. 42 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA ........................................................... 43 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji one – way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ........................................................................................ 44 Hasil hitung persentase limfosit mencit (%) .................................. 46 Rata - rata persentase limfosit mencit selama periode perlakuan .. 47 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA ........................................................... 47 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji one – way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ........................................................................................ 48 Titer antibodi mencit setelah dua minggu periode perlakuan ........ 51 Persentase survival rate mencit selama satu minggu periode infeksi bakteri Salmonella typhi ................................................................. 52 Nilai rata – rata (mean) dan nilai tengah (median) survival time mencit ............................................................................................. 53 Level signifikansi persentase survival rate mencit antar kelompok perlakuan ........................................................................................ 54
xiii
LAMPIRAN
Lampiran 1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8. 9.
Halaman Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji twoway repeated measure ANOVA .................................................... 76 Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan metode uji one – way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ........................................................................................ 78 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA ........................................................... 83 Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan metode uji one – way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ........................................................................................ 85 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA ........................................................... 91 Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan metode uji one – way ANOVA yang dilanjutkan uji BNT pada masing – masing periode perlakuan ........................................................................................ 93 Hasil analisis titer antibodi mencit dengan metode one – way ANOVA, dilanjutkan dengan post hoc test (tukey test dan bonferroni test) .. 99 Hasil analisis persentase survival rate dengan metode kaplan – meier ............................................................................................... 101 Hasil pengukuran titer antibodi dengan metode haemaglutination antibody (HA) setelah dua minggu periode perlakuan ................... 104
xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Konsep kesehatan Thibun Nabawi telah dikenal dalam Islam sebagai metode pengobatan Rasulullah SAW yang senantiasa berjalan atas dasar wahyu. Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada umat Islam sebuah tata cara pemeliharaan kesehatan sejak dari lahir yang bersumber dari Allah SWT, Dzat Yang Maha Memberi Kesehatan. Salah satu cara yang diajarkan Rasulullah adalah Tahnik. Tahnik merupakan suatu cara pemeliharaan kesehatan secara fisik yang diperkenalkan Rasulullah SAW dengan memberikan kurma yang telah dikunyah atau dihaluskan pada langit – langit mulut bayi sambil mendoakannya. Beberapa hadits yang berkaitan dengan tahnik :
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Burdah dari Abu Musa, dia berkata :
- هللا ص ل
س لم ع ل-
م “Pernah dikaruniakan kepadaku seorang anak laki-laki, lalu aku membawanya ke hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan sebuah kurma.” (HR. Bukhari Muslim) Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti Abi Bakr :
1
2
Dari Asma binti Abi Bakar Ash-Shiddiq ketika ia sedang mengandung Abdullah bin Az-Zubair di Makkah, ia berkata, “Aku keluar dalam keadaan hamil menuju kota Madinah. Dalam perjalanan aku singggah di Quba dan di sana aku melahirkan. Kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan anakku di pangkuan beliau. Beliau meminta kurma lalu mengunyahnya dan meludahkannya ke mulut bayi itu, maka itulah makanan yang pertama kali masuk ke kerongkongannya (si bayi) melalui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu beliau mentahniknya dan mendo’akan barakah baginya. Lalu Allah memberikan barakah kepadanya (bayi tersebut).” (HR. Bukhari Muslim)
Sesungguhnya perbuatan Rasulullah SAW mentahnik bayi yang baru lahir memiliki hikmah yang agung. Enzim pencernaan yang terdapat pada kurma tahnik akan membantu pengubahan kandungan senyawa – senyawa dalam kurma sehingga dapat lebih mudah dicerna dan diabsorbsi oleh tubuh bayi yang sistem pencernaannya belum terbentuk dengan sempurna (Mustofa dan Prabandari, 2010). Kurma sendiri diketahui memiliki aktivitas imunostimulan, dalam sebuah hasil penelitian, Karasawa et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak air buah kurma yang diberikan selama 30 hari kepada mencit dapat menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan kadar IFN-γ+ CD4+, IFN-γ+ CD49b+, dan IL-12+ CD11b+ dalam limpa mencit serta berkesimpulan bahwa polifenol dan polisakarida yang terdapat pada kurma mampu menstimulasi sistem imun seluler. Ekstrak
3
etanol buah kurma yang diberikan selama 7 hari kepada mencit juga dapat menstimulasi sistem imun humoral mencit tersebut secara signifikan dilihat dari hasil perhitungan titer Haemagglutinating Antibody (HA) dan plaque-forming cell (PFC) yang digunakan sebagai parameter (Puri et al., 2000). Kurma juga diketahui memiliki berbagai khasiat lain diantaranya adalah dapat menurunkan kadar gula pada penderita hiperglikemia karena memiliki kandungan flavonoid yang poten (Abo-El-Soaud et al., 2004), efek antimikroba terhadap gram positif maupun gram negatif (Perveen et al., 2012), aktivitas anti-inflamasi & anti-proliferatif (Elberry 2011),
aktivitas
antioksidan
(Khanavi
et
al.,
2009),
et al., aktivitas
hepatoprotektor (Abdu, 2011), dan memiliki efek antifungi terhadap jamur patogen (Bokhari dan Kahkashan, 2012). Tinjauan ilmiah terhadap manfaat kurma sudah cukup banyak dilakukan, namun penelitian praklinis maupun klinis mengenai manfaat kurma tahnik terhadap peningkatan sistem imun belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian kurma tahnik terhadap peningkatan titer antibodi, jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta melihat pengaruh dari lamanya pemberian kurma tahnik terhadap peningkatan respon imun mencit terhadap parameter – parameter tersebut sehingga dapat menambah keyakinan umat Islam dalam meneladani cara pemeliharaan kesehatan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
4
1.2
Perumusan Masalah 1) Apakah pemberian kurma tahnik mampu meningkatkan jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi mencit. 2) Waktu pemberian kurma tahnik yang dapat memberikan peningkatan respon imun terbaik berdasarkan parameter - parameter tersebut pada mencit.
1.3
Hipotesis Pemberian kurma tahnik mampu meningkatkan jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi mencit.
1.4
Tujuan Penelitian Mengetahui aktivitas imunostimulan kurma tahnik terhadap peningkatan titer antibodi, jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah mencit serta mengetahui efektifitas waktu pemberian kurma tahnik yang dapat memberikan peningkatan respon imun terbaik berdasarkan parameter - parameter tersebut pada mencit.
1.5
Manfaat Penelitian Memberikan informasi ilmiah tentang manfaat tahnik dengan kurma dalam hal peningkatan jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah serta titer antibodi sehingga diharapkan dapat
5
menambah keyakinan umat Islam dalam meneladani cara pemeliharaan kesehatan yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kurma 2.1.1
Taksonomi Kurma Kurma (Phoenix dactylifera) atau dalam bahasa Arab biasa disebut
tamar adalah buah manis dengan kandungan gula lebih dari 50% yang merupakan kebutuhan utama dan menjadi salah satu sektor ekonomi penting di Timur Tengah (Franz Augstburger et al., 2002). Kurma merupakan salah satu makanan tertua di dunia selama lebih dari 6000 tahun dan semua bagian dari kurma diketahui bermanfaat tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga untuk kesehatan (mengatasi berbagai penyakit) dan mengatasi kelaparan karena kurma memiliki kandungan karbohidrat, mineral, serat, vitamin, asam lemak, asam amino, dan protein yang tinggi (Al – Shahib dan Marshall, 2003). Berikut ini adalah klasifikasi dari kurma (Alebidi, 2008) :
Kingdom
: Plantae
Division
: Magnoliophyta
Class
: Liliopsida
Order
: Arecales
Family
: Arecaceae
Genus
: Phoenix
Species
: P. dactylifera Gambar 2.1 Buah Kurma (Alebidi, 2008)
Binomial Name
:
Phoenix dactylifera L.
6
7
Pohon kurma dapat mencapai tinggi 15 – 25 meter, batang pohonnya terbuat dari serat selulosa yang kuat dan dapat dimanfaatkan untuk membuat kayu lapis (Al – Shahib dan Marshall, 2003). Saat ini, kurma dibudidayakan di banyak negara di dunia seperti Amerika Serikat (California, Arizona, Texas), Meksiko, Brazil, Argentina, Afrika Selatan, Australia, Namibia, namun untuk produksi terbesar tetap berada di daerah Arab dan timur tengah (Franz Augstburger et al., 2002). Ada lebih dari 2000 varietas kurma segar di dunia dengan masa panen setiap 8 bulan (Al – Shahib dan Marshall, 2003).
Gambar 2.2 Beberapa jenis buah kurma yang terkenal (Elshibli, 2009)
8
2.1.2
Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Buah Kurma Perkembangan buah kurma terdiri dari 4 tahap (Al – Shahib dan
Marshall, 2003). Sebelum tahap pertama dimulai, pada 4 – 5 minggu pertama buah kurma disebut “altalaa” dimana buah kurma berwarna hijau. Tahap pertama : stadium Kimri Ditandai dengan terjadinya 2 fase. Fase pertama, buah kurma mengalami peningkatan ukuran dan berat secara bersamaan, serta meningkatnya kandungan gula, asam, dan kelembaban. Fase kedua, ditandai dengan mulai berkurangnya peningkatan ukuran dan berat buah, berkurangnya tingkat akumulasi kadar gula, sedikit berkurangnya keasaman, dan kadar kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan fase pertama. Pada tahap Kimri, rata – rata panjang buah adalah 27,5 mm, diameter 17,8 mm, berat 5,8 gr, serta mengandung 5,6% protein, 0,5% lemak, dan 3,7% abu (Al – Shahib dan Marshall, 2003). Tahap kedua : stadium Khalal Ditandai dengan berubahnya warna dari hijau menjadi antara kuning atau merah tergantung jenis kurma. Rata – rata panjang buah bertambah menjadi 32,5 mm dengan diameter juga bertambah menjadi 21 mm. Persentase protein, lemak, dan abu berkurang menjadi 2,7%, 0,3%, dan 2,8%, sementara berat rata – rata bertambah menjadi 8,7% (Al – Shahib dan Marshall, 2003). Tahap ketiga : stadium Rutab Buah kurma mulai menjadi lembut dan kehilangan air. Rata – rata kandungan protein, lemak, dan abu pada tahap ini berkurang menjadi 2,6%, 0,3%, dan 2,6% (Al – Shahib dan Marshall, 2003).
9
Tahap keempat : stadium Tamr Pada stadium ini buah kurma mulai mengering dengan konsisten dan warnanya menjadi gelap, namun ada juga beberapa jenis buah kurma yang tidak mengalami tahapan ini. Rata – rata persentase protein, lemak, dan abu pada stadium ini adalah 2,3%, 0,2%, dan 1,7% (Al – Shahib dan Marshall, 2003).
2.1.3
Kandungan dan Manfaat Kurma Buah kurma memiliki kadar yang tinggi dari karbohidrat (total 44 –
88%), lemak (0,2 – 0,5%), 15 jenis garam & mineral, vitamin, protein (2,3 – 5,6%), serat (6,4 – 11,5%) (Al – Shahib dan Marshall, 2003).
Tabel 2.1 Kandungan Senyawa (gr /100 gr Kurma Kering) dari 11 Jenis Buah Kurma yang Berbeda (Borchani et al., 2010) Varietas Kurma Alligh Deglet Nour Bajo Boufeggous Goundi Ikhouat Kenta Kentichi Lagou Touzerzailet Tranja
Berat Kering
Protein
Lemak
Total Gula
Abu
Total Serat
82,94 ± 0,7 86,42 ± 0,75 86,88 ± 0,59 88,7 ± 0,68 90,57 ± 0,37 87,97 ± 0,4 88,22 ± 0,79 87,29 ± 0,18 73,1 ± 0,6 70,66 ± 0,38 87,85 ± 0,55
1,22 ± 0,03 1,71 ± 0,08 1,28 ± 0,08 1,51 ± 0,16 2,85 ± 0,2 0,66 ± 0,03 0,9 ± 0,02 0,46 ± 0,01 1,83 ± 0,05 1,49 ± 0,05 2,42 ±0,85
0,56 ± 0,19 0,4 ± 0,11 0,11 ± 0,04 0,14 ± 0 0,35 ± 0,21 0,07 ± 0 0,06 ± 0,01 0,11 ± 0,04 0,25 ± 0 0,57 ± 0,04 0,14 ± 0,07
84,59 ± 0,18 88,02 ± 0,6 79,93 ± 0,31 86,72 ± 0,95 84,79 ± 0,91 78,86 ± 0,33 85,11 ± 0,46 77,44 ± 0,26 77,31 ± 0,15 78,58 ± 0,77 83,95 ± 0,35
2,18 ± 0,22 1,78 ± 0,1 1,73 ± 0,04 1,58 ± 0,05 1,85 ± 0,03 2,59 ± 0,52 1,75 ± 0,02 1,74 ± 0,05 2,08 ± 0,02 2,11 ± 0,19 2,23 ± 0,09
11,45 ± 0,62 8,09 ± 0,89 16,95 ± 0,47 10,05 ± 1,16 10,16 ± 1,35 17,82 ± 0,88 12,18 ± 0,51 20,25 ± 0,36 18,53 ± 0,22 17,25 ± 1,05 11,26 ± 1,36
Tabel 2.2 Kandungan Vitamin Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003) Vitamin Vitamin C Asam Folat Asam Nikotinat Niasin Vitamin B2 Vitamin B1 Vitamin A
Kandungan (mg/100 gr kurma kering) 2,4 – 17,5 0,004 – 0,007 0,002 0,0004 – 0,0007 0,13 – 0,17 0,08 – 0,13 0,001
10
Tabel 2.3 Kandungan Mineral Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003) Mineral Boron Kalsium Kobalt Tembaga Florin Besi Magnesium Mangan Potasium Fosfor Selenium Sodium Seng
Kandungan (mg/100 gr kurma kering) 3,3 – 5,6 9,5 – 20,7 0,8 – 1 0,1 – 2,9 0,1 – 0,2 0,3 – 10,4 47 – 82 0,3 – 5,9 107,4 – 916 13 – 63 0,1 – 0,3 1 – 287 0,1 – 1,8
Tabel 2.4 Kandungan Asam Amino Kurma (Al – Shahib dan Marshall, 2003) Asam Amino Alanin Arginin Aspartam Asam Aspartat α-amino asam butirat Sistein Sitin Glutamin Asam Glutamat Glisin Histidin Isoleusin Leusin Leusin dan Isoleusin Lisin Metionin Fenilalanin Prolin Serin Treonin Triptofan Tirosin Valin
Kandungan (mg/100 gr kurma kering) 8 – 342 2 – 261 230 – 450 2 – 467 266 – 337 11 – 114 0,73 – 122 65 – 87 40 – 631 4 – 349 0,1 – 76 0,2 – 465 0,5 – 264 254 3 – 282 0,2 – 219 0,8 – 173 12 – 369 6 – 238 1 – 264 100 1 – 181 0,5 – 271
Kurma merupakan salah satu tanaman yang disebutkan dalam kitab suci Al Qur’an dengan total penyebutan sebanyak 15 kali, diantaranya pada surat Al An’am ayat 99 & 141, Kahf ayat 32, Ta – Ha ayat 71,
11
Shuaraa ayat 148, Ar Rahman ayat 11 & 68. Sementara itu, terdapat 4 buah hadist Rasullullah SAW yang menyebutkan kurma memiliki manfaat dalam bidang kesehatan. Kurma merupakan sumber energi yang sangat baik karena memiliki kandungan gula yang tinggi, maka tidak heran jika di daerah Arab dan Timur Tengah kurma menjadi kebutuhan konsumsi sehari – hari yang tidak pernah dilewatkan. Kandungan gula yang tinggi pada kurma mungkin menjadi pantangan bagi para penderita hiperglikemia, tetapi ternyata, dari hasil sebuah penelitian, kurma memilki khasiat untuk menurunkan kadar gula pada penderita hiperglikemia karena memiliki kandungan flavonoid yang poten (Abo-El-Soaud et al., 2004). Dalam penelitian yang lain, kurma juga diketahui memiliki efek antimikroba terhadap gram positif maupun gram negatif (Perveen et al., 2012), aktivitas anti-inflamasi & anti-proliferatif (Elberry et al., 2011), aktivitas antioksidan (Khanavi et al., 2009), aktivitas hepatoprotektor (Abdu, 2011), dan memiliki efek antifungi terhadap jamur patogen (Bokhari dan Kahkashan, 2012). Kurma juga diketahui memiliki aktivitas imunostimulan, dalam sebuah hasil penelitian, Karasawa et al. (2011) menyatakan bahwa ekstrak air buah kurma yang diberikan selama 30 hari kepada mencit dapat menstimulasi sistem imun seluler mencit tersebut melalui peningkatan kadar IFN-γ+ CD4+, IFN-γ+ CD49b+, dan IL-12+ CD11b+ dalam limpa mencit serta berkesimpulan bahwa polifenol dan polisakarida yang terdapat pada kurma mampu menstimulasi sistem imun seluler tersebut.
12
Ekstrak etanol buah kurma yang diberikan selama 7 hari kepada mencit juga dapat menstimulasi sistem imun humoral mencit tersebut secara signifikan dilihat dari hasil perhitungan titer Haemagglutinating Antibody (HA) dan plaque-forming cell (PFC) yang digunakan sebagai parameter (Puri et al., 2000).
2.2
Mencit (Mus musculus) Mencit (Mus musculus) adalah termasuk hewan pengerat (rodensia) yang memiliki karakteristik cepat berkembang biak dan mudah dipelihara dalam jumlah banyak. Selain itu, pemeliharaannya ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya. Variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomis terkarakteristik dengan baik. Hewan ini paling kecil diantara jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih. Mencit hidup dalam daerah yang cukup luas penyebarannya mulai dari daerah beriklim dingin, sedang, maupun panas dan dapat terus-menerus di dalam kandang atau secara bebas sebagai hewan liar. Malole dan Pramono (1989) menjelaskan bahwa mencit dapat dijadikan sebagai salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan. Mencit laboratorium mempunyai berat badan kira-kira sama dengan mencit liar yang banyak ditemukan di dalam gedung dan rumah yang dihuni oleh manusia, dengan berat badan bervariasi
18-20
gram pada
Mangkoewidjojo, 1988).
umur
empat
minggu
(Smith dan
13
2.3
Sistem Imun 2.3.1
Imunitas Secara historis, kata immunity berasal dari kata latin immunitas
yang artinya perlindungan dari tuntutan hukum yang diberikan kepada senator romawi selama masa jabatan mereka. Immunity / kekebalan berarti perlindungan dari penyakit, khususnya penyakit menular. Sel – sel dan molekul – molekul yang bertanggung jawab terhadap imunitas ini disebut dengan sistem imun, sementara bagaimana sel dan molekul tersebut bekerja sama secara kolektif dalam merespon masuknya zat – zat asing disebut dengan respon imun. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari respon imun dalam arti luas serta peristiwa seluler dan molekuler yang terjadi setelah masuknya mikroba dan zat asing lainnya yang menimbulkan respon imun tersebut. Sistem
imun
dapat
dibagi
menjadi
sistem
imun
innate/natural/nonspesifik dan sistem imun adaptive/dapatan/spesifik yang keduanya masing – masing memiliki respon imun yang khas (Abbas et al., 2012). Berikut ini adalah perbedaan dari sistem imun nonspesifik dan sistem imun spesifik serta gambarannya secara umum :
14
Tabel 2.5 Perbedaan secara umum sistem imun non-spesifik & sistem imun spesifik (Abbas et al., 2012)
Spesifitas
Innate (non-spesifik)
Adaptive (spesifik)
Molekul yang terkait dengan
Mikrobial
mikroba tertentu dan molekul yang
mikrobial antigen
dan
non-
dihasilkan dari sel inang yang rusak Reseptor sangat bervariasi Diversitas (keragaman)
Jumlah reseptor terbatas
&
jumlahnya
banyak,
terbentuk dari rekombinasi genetik dari gen reseptor Ada, respon lebih cepat / lebih besar pada infeksi
Memori
Tidak ada
serupa sehingga
berikutnya perlindungan
lebih baik pada infeksi berulang Nonreaktif terhadap self
Ya
Ya - Limfosit pada epitel
Barrier seluler
- Kulit, epitel mukosa
dan kimia
- Molekul antimikrobial
- Antibodi yang disekresikan pada permukaan epitel
Protein darah Sel
2.3.2
Komplemen dan yang lainnya Fagosit (makrofag, neutrofil), sel NK
Antibodi Limfosit
Antigen dan Antibodi Antigen adalah zat apapun yang secara spesifik berikatan dengan
molekul antibodi atau reseptor sel T. Walaupun semua antigen dapat dikenali oleh limfosit yang spesifik atau antibodi, tetapi hanya beberapa antigen saja yang mampu mengaktifasi limfosit. Molekul antigen yang
15
mampu menstimulasi respon imun ini disebut dengan immunogen (Abbas et al., 2012). Antibodi adalah protein tersirkulasi yang diproduksi oleh sel B di sumsum tulang belakang sebagai respon terhadap rangsangan imunogen (Abbas et al., 2012 ; Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009). Antibodi mampu mengenali antigen yang berasal hampir dari setiap molekul biologis, termasuk metabolit sekunder sederhana, gula, lipid, autacoid, dan hormon, serta makromolekul seperti karbohidrat, fosfolipid, asam nukleat, dan protein. Hal ini berbanding terbalik dengan sel T yang lebih utama mengenali peptida (Abbas et al., 2012). Baratawidjaja dan Iris Renggaris (2009) menjelaskan bahwa ketika darah dibiarkan membeku maka akan meninggalkan serum yang mengandung berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut mengandung molekul antibodi yang disebut globulin yang sekarang dikenal sebagai immunoglobulin. Dua ciri yang penting dari imunoglobulin (Ig) adalah spesifitas dan aktivitas biologiknya, sedangkan fungsi utamanya adalah untuk mengikat antigen dan menghantarkannya ke sistem efektor pemusnahan. Ig dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang terjadi setelah kontak dengan antigen. Antibodi yang terbentuk secara spesifik akan mengikat antigen baru lainnya yang sejenis. Ada 5 jenis imunoglobulin, yaitu IgM, IgG, IgE, IgA, dan IgD. Berikut ini adalah kelas dan sifat dari kelima jenis imunoglobulin tersebut :
16
Tabel 2.6 Kelas dan sifat imunoglobulin (Abbas et al., 2012 ; Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009) Sifat utama
Fungsi
Ikatan sel
Opsonisasi Paling banyak ditemukan
IgG
antibody-dependent
dalam cairan tubuh
cell-mediated
Mononuklear,
terutama ekstravaskular
cytotoxicity
Limfosit,
untuk memerangi
(ADCC)
Neutrofil,
Aktivasi
Trombosit
mikroorganisme dan toksinnya
komplemen Imunitas neonatal
Ig utama dalam sekresi IgA
serumukosa untuk menjaga
Imunitas mukosal
permukaan luar tubuh
Limfosit, Neutrofil
Merupakan aglutinator yang sangat efektif, IgM
diproduksi dini pada respon imun, menjadi pertahanan terdepan
Aktivasi komplemen Naive B cell antigen
Limfosit, Reseptor sel B
receptor
terhadap bakterimia IgD
Umumnya ditemukan pada
Pengerahan agen anti IgE
mikrobial, meningkat pada infeksi parasit, berperan pada gejala alergi
2.3.3
-
permukaan limfosit
Reseptor sel B
Menimbulkan alergi, syok anafilaksis Pertahanan terhadap parasit
Sel mast, Basofil, Limfosit
Leukosit Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti dan disebut juga
sel darah putih. Didalam darah manusia normal didapati jumlah leukosit
17
rata-rata 4.500 – 11.000 setiap mikroliter darah. Dilihat dengan mikroskop cahaya, sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit) yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, mempunyai bentuk inti yang bervariasi, dan sitoplasmanya homogen (Abbas et al., 2012 ; Effendi, 2003). Leukosit terbagi atas dua kelompok, yaitu leukosit granulosit polimorfonukleus (sel yang mengandung granula dan mempunyai banyak bentuk nukleus) dan agranulosit mononukleus (sel tanpa granula dan satu nukleus). Jenis leukosit granulosit yaitu neutrofil, basofil dan eosinofil, sedangkan jenis leukosit agranulosit yaitu limfosit dan monosit (Sherwood, 2001). Masing – masing jenis leukosit tersebut memiliki fungsi yang beragam terkait dengan imunitas non-spesifik maupun imunitas spesifik sehingga membuat leukosit memiliki peranan yang sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap antigen dan infeksi. Jumlah leukosit yang terlalu tinggi dalam darah disebut dengan leukocytosis, sedangkan jika jumlahnya terlalu rendah disebut dengan leukopenia. Leukositosis selain dapat disebabkan karena terjadinya infeksi oleh bakteri atau virus dalam tubuh, tetapi juga dapat terjadi karena reaksi peradangan atau inflamasi seperti pada rheumatoid arthritis. Dalam suatu kasus, peningkatan leukosit yang ekstrim dapat menjadi indikasi penyakit leukemia. Leukopenia dapat terjadi karena beberapa hal seperti defisiensi imun, kerusakan hati, atau kerusakan limpa (Vieira, 2011).
18
2.3.4
Monosit Monosit secara klasik didefinisikan sebagai sel sirkulasi darah yang
membentuk sekitar 10% dari leukosit perifer pada manusia dan sekitar 4% dari leukosit pada tikus. Monosit darah mulai berkembang di sumsum tulang, kemudian dilepaskan ke sirkulasi perifer sebagai sel utuh. Waktu paruh monosit di sirkulasi perifer diperkirakan sekitar tiga hari pada manusia dan satu hari pada tikus (Yona dan Jung, 2009). Abbas et al. (2012) menyatakan bahwa jumlah monosit dalam darah orang dewasa adalah 0 – 800 per µL darah, dan monosit yang berada dalam sirkulasi merupakan sel yang belum lengkap berdiferensiasi, monosit ini akan masuk ke dalam jaringan (biasanya karena terjadi pajanan antigen), kemudian akan mengalami pematangan dan menjadi makrofag sehingga monosit sering disebut sebagai prekursor makrofag. Jumlah monosit yang lebih tinggi dari normal disebut dengan monocytosis. Monositosis dapat terjadi karena berbagai kondisi seperti inflamasi, stres, atau penyakit autoimun. Jumlah monosit yang rendah disebut monocytopenia. Monositopenia merupakan suatu bentuk dari leukopenia (Vieira, 2011).
2.3.5
Limfosit Sebanyak 20% dari total leukosit dalam sirkulasi darah orang
dewasa adalah limfosit yang terdiri atas sel T dan sel B yang mampu mengenal antigen serta membedakannya dari sel jaringan sendiri sehingga limfosit menjadi kunci pengontrol sistem imun (Baratawidjaja dan Iris
19
Renggaris, 2009). Abbas et al. (2012) menyatakan bahwa jumlah total limfosit pada orang dewasa yang sehat adalah sekitar 5 × 10 11 (2% ada dalam darah, 10% di sumsum tulang, 15% dalam jaringan limfoid mukosa saluran pencernaan dan pernafasan, dan 65% di organ limfoid terutama kelenjar getah bening dan limpa). Sel limfosit merupakan sel yang berperan utama dalam sistem imun spesifik, sel T pada imunitas seluler, dan sel B pada imunitas humoral. Tingginya jumlah limfosit dari nilai normal biasanya dapat menjadi indikasi seseorang terkena infeksi antigen yang patogen, sedangkan jumlah limfosit yang lebih rendah dari nilai normal (lymphocytopenia) dapat disebabkan karena beberapa hal seperti stres, malnutrisi, atau invasi virus seperti HIV, lymphocytopenia dapat menyebabkan kemampuan tubuh untuk mengenali dan menyerang antigen patogen menjadi menurun (Vieira, 2011).
2.3.6
lmunisasi Imunisasi adalah prosedur untuk meningkatkan derajat imunitas,
memberikan imunitas protektif dengan menginduksi respon memori terhadap patogen/toksin tertentu dengan menggunakan preparat antigen nonvirulen/nontoksik. Terdapat dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi alamiah dan imunisasi buatan. Imunisasi alamiah merupakan imunisasi yang diperoleh manusia sejak lahir berupa antibodi yang didapatkan dari plasenta dan kolostrum ibu, disebut dengan imunisasi alamiah pasif, sedangkan imunisasi alamiah aktif berasal dari luar tubuh yang berupa
20
infeksi kuman yang dapat merangsang respon imun dan sel memori. Imuniasi buatan terdiri dari imunisasi buatan aktif dan imunisasi buatan pasif. Imunisasi buatan aktif berarti mendapatkan kekebalan dengan cara diberikan vaksin hidup / dilemahkan / dimatikan, sedangkan imunisasi buatan pasif terjadi bila seseorang menerima antibodi / produk sel dari orang lain yang telah mendapatkan imunisasi aktif (Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009). Imunisasi bertujuan untuk memberikan imunitas yang efektif dengan menciptakan ambang mekanisme efektor imun yang sesuai dan adekuat, beserta populasi sel memori yang dapat berkembang cepat pada kontak baru dengan antigen dan memberikan proteksi terhadap infeksi (Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009).
2.3.7
Metode Hemaglutinasi Untuk Deteksi Antibodi pada Serum Haemagglutination Antibody (HA) merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menemukan antibodi atas dasar aglutinasi sel darah merah (Baratawidjaja dan Iris Renggaris, 2009). Sebagai antigen dalam metode HA pada mencit dapat digunakan sel darah merah domba (SDMD) karena mudah diperoleh dan dapat diukur, bersifat cukup stabil, lisis dari SDMD dapat dilihat, dan dapat dibuat dengan mudah (Achyat et al., 2007). Achyat et al. (2007) menjelaskan bahwa reaksi aglutinasi dikatakan positif bila endapan sel darah merah tersebar merata menutupi seluruh atau sebagian besar dinding dasar tabung. Aglutinasi terjadi karena
21
adanya suatu reaksi antibodi dalam serum dengan sel darah merah yang dijadikan sebagai antigen. Reaksi antigen – antibodi ini terjadi dengan permukaan yang luas hingga dalam uji hemaglutinasi terlihat hingga menutupi seluruh atau sebagian dasar tabung. Reaksi aglutinasi negatif dapat diketahui dengan terlihatnya sel darah merah yang berkumpul di dasar tabung dan berbentuk seperti kancing. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya antibodi dalam serum sehingga tidak terjadi ikatan antara antibodi dan antigen yang membuat sel darah merah hanya mengendap (karena pengaruh gaya berat) dan berkumpul di tengah – tengah dasar tabung.
BAB III KERANGKA KONSEP
Sistem Imun
Kurma Tahnik
Non-spesifik ↑ (monosit →
Spesifik
makrofag)
↑ Antibodi
↑ Efektivitas opsonisasi, aktivasi komplemen, mekanisme AntibodyDependent Cell-mediated Cytotoxicity (ADCC)
↑ Limfosit
↑ Efektifitas pengenalan dan penyerangan antigen
Antigen (virus / bakteri) Membunuh antigen berupa virus / bakteri yang terdapat dalam cairan tubuh
Antigen berupa virus / bakteri dapat dikenali, pembentukan memori
Antigen berupa virus / bakteri dieliminasi dari dalam tubuh, sel memori terbentuk
Tidak terjadi infeksi berlanjut
↑ Derajat imunitas
22
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Animal House FKIK UIN
Syarif
Hidayatullah
Jakarta,
laboratorium
Bioavaibility
&
Bioequivalency (PBB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, laboratorium Drug Research & Development (PDR) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan laboratorium Microbiology & Medicinal Chemistry (MBC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Juli sampai September 2012.
4.2
Subjek Penelitian 4.2.1
Populasi Hewan uji dalam penelitian ini adalah mencit (Mus musculus) galur
DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata antara 20 – 25 gram yang terbagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok perlakuan. Masing – masing kelompok terdiri dari 6 mencit.
4.2.2
Sampel Kurma yang digunakan adalah kurma ajwa yang diperoleh dari
Thamra PT Duta Karimah yang telah bekerja sama dengan Thamra Al Tumur Trading Est, Riyadh – Saudi Arabia sebagai distributor produk kurma internasional. Kurma ajwa dipilih karena merupakan jenis kurma
23
24
dengan kualitas terbaik yang hanya dapat tumbuh di kota madinah, dan merupakan kurma kesukaan Rasulullah SAW.
Gambar 4.1 Kurma Ajwa yang digunakan dalam penelitian (Dokumentasi Pribadi, 26-062012)
4.3
Alat dan Bahan 4.3.1
Alat Kandang & tempat pakan mencit, timbangan digital (gram dan
miligram), dispenser & spuit, beaker glass, gelas ukur, ose, cotton bud modifikasi, gunting bedah, pipet leukosit, microplate 96 wells, eppendorf tube, eppendorf tube 13 mL, vacutainer tube EDTA, Incubator Bath, centrifuge, Laminar Air Flow, mikropipet 0,5 – 20 µL, mikropipet 20 – 200 µL, mikropipet 1000 µL, white tip, yellow tip, blue tip, kaca objek, mikroskop (Olympus), pipet tetes, cawan petri, hemasitometer (Improved Naubauer).
25
4.3.2
Bahan Mencit galur DDY jenis kelamin jantan dengan berat rata – rata 20
– 25 gr berjumlah 18 ekor (Institut Pertanian Bogor), pakan mencit, akuades, kurma ajwa (Thamra), vaksin typhoid (GlaxoSmithKline), bakteri Salmonella typhi (Mikrobiologi UI), K2HPO4, KH2PO4, NaCl, darah domba (Mikrobiologi UI), asam asetat glasial, larutan gentian violet, pewarna giemza, buffer fosfat pH 6,8 – 7,2.
4.4
Alur Penelitian
Periode Infeksi Salmonella typhi (Uji Tantang)
Periode Perlakuan
Hari Ke-0
Hari Ke-2
Hari Ke-8
Hari Ke-15
Hari Ke-22
Hari Ke-23
Hari Hari Ke-27 Ke-30
% Survival rate
Jumlah total leukosit Persentase monosit Persentase limfosit
Pemberian i.p. SDMD 20% 0,1 mL
Titer antibodi
Gambar 4.2 Alur Penelitian
Diinfeksi dengan Salmonella typhi
26
4.5
Prosedur Kerja 4.5.1
Persiapan Hewan Coba Mencit – mencit diaklimasi di dalam laboratorium Animal House
FKIK UIN Syarif Hidayatullah selama satu minggu pada suhu kamar antara 25 – 270C dengan ventilasi udara dan cahaya yang cukup. Mencit dipelihara di dalam kandang plastik bertutup dan dialas dengan sekam. Masing – masing kandang berisi 6 mencit dan diberi label kelompok 1, 2, dan 3 pada masing – masing kandang. Di dalam kandang, mencit diberi makan berupa pellet secara terkontrol dan minum aquadest yang diberikan secara ad libitum. Setiap hari mencit ditimbang untuk mengontrol berat badan mencit tetap pada range 20 – 25 gr. Kandang serta tempat makan dan minum dibersihkan, dan alas sekam diganti sedikitnya dua kali seminggu (Smith, 1988).
4.5.2
Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit Tabel 4.1 Dosis dan Perlakukan Uji Respon Imun Mencit
Kelompok
Perlakuan
Dosis
Rute Pemberian
Waktu Pengambilan Darah
Kelompok I (Kontrol negatif)
Hanya diberi makan dan minum.
-
-
Hari ke-0, 2, 8, 15, dan 22
Kelompok II (Kontrol positif)
Diberi vaksin Typhoid.
2,19 µL 1 kali pada hari ke-1
i.m.
Hari ke-0, 2, 8, 15, dan 22
Kelompok III
Diberi kurma tahnik.
225 mg 1x sehari selama 14 hari
oral
Hari ke-0, 2, 8, 15, dan 22
27
4.5.3
Perhitungan Dosis
a)
Dosis kurma tahnik Jumlah sampel kurma tahnik yang diberikan kepada kelompok
perlakuan didasarkan kepada hadits Rasulullah SAW. Berdasarkan hadits tersebut, dosis kurma untuk tahnik seorang anak yang baru lahir / bayi adalah sebanyak 1 butir kurma (berat rata – rata untuk 1 butir kurma ajwa tanpa biji adalah 7 gr). Dosis tahnik untuk bayi berdasarkan hadits Rasulullah SAW tersebut akan dikonversikan ke dalam dosis mencit menggunakan rumus Crawford – Terry Rourke (perbandingan luas permukaan tubuh) sebagai berikut :
Db
=
x Dm
Keterangan : Db
= dosis bayi (gr)
Dm
= dosis mencit (gr)
LPTb = luas permukaan tubuh bayi (m2) LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2) Untuk mendapatkan luas permukaan tubuh rata – rata bayi baru lahir terlebih dahulu harus mendapatkan data berat badan (W) dan tinggi badan bayi (H), selanjutnya nilai W dan H tersebut akan dirubah menjadi nilai luas permukaan tubuh bayi (LPTb) menggunakan Moesteller Formula (Furqan dan Haque, 2009).
28
Tabel 4.2 Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai dengan usianya (Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia)
Umur Lahir 0 – 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 15 Bulan 18 Bulan 21 Bulan 24 Bulan 27 Bulan 30 Bulan 33 Bulan 36 Bulan 39 Bulan 42 Bulan 45 Bulan 48 Bulan 51 Bulan 54 Bulan 57 Bulan 60 Bulan
Berat (kg) Standar 80% Standar 3,4 2,7 4,3 3,4 5 4 5,7 4,5 6,3 5 6,9 5,5 7,4 5,9 8 6 8,4 6,3 8,9 7,1 9,3 7,4 9,6 7,7 9,9 7,9 10,6 8,5 11,3 9 11,9 9,6 12,4 9,9 12,9 10,5 13,5 10,8 14 11,2 14,5 11,6 15 12 15,5 12,4 16 12,9 16,5 13,2 17 13,6 17,4 14 17,9 14,4 18,4 14,7
Tinggi (cm) Standar 80% Standar 50,5 40,5 55 43,5 58 46 60 48 62,5 49,5 64,5 51 66 52,5 67,5 54 69 55,5 70,5 56,5 72 57,5 73,5 58,5 74,5 60 78 62,5 81,5 65 84,5 67,5 87 69,5 89,5 71,5 92 73,5 94 75 96 77 98 78,5 99,5 79,5 101,5 81,5 103,5 82,5 105 84 107 85,5 108 86,5 109 87
Dari tabel indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita sesuai dengan usia diatas didapatkan nilai berat badan bayi (W) = 3,4 kg dan tinggi badan bayi (H) = 50,5 cm. Nilai W dan H selanjutnya diproses
29
dengan Moesteller Formula untuk mendapatkan nilai luas permukaan tubuh bayi (LPTb) sebagai berikut :
LPTb = √
=√
= 0,218 m2
Luas permukaan tubuh bayi baru lahir (LPTb) yang didapatkan adalah 0,218 m2. Luas permukaan tubuh mencit yang memiliki berat 20 gr (LPTm) adalah 0,007 m2 (Reagan-Shaw et al., 2007).
Db
=
x Dm
7
=
x Dm
7
= 31,14 x Dm
Dm
= 0,225 gr
Keterangan : Db
= dosis bayi (gr)
Dm
= dosis mencit (gr)
LPTb = luas permukaan tubuh bayi (m2) LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2) Jadi, banyaknya kurma yang digunakan dalam perlakuan kepada hewan coba (mencit) adalah sebesar 225 mg /hari.
30
b)
Dosis Vaksin Typhoid Dosis vaksin typhoid adalah 0,5 mL bagi anak umur dua tahun ke
atas dan dewasa. Konversi dosis vaksin dari orang dewasa ke mencit dilakukan dengan menggunakan rumus Crawford – Terry Rourke (perbandingan luas permukaan tubuh) dengan terlebih dahulu mengetahui luas permukaan tubuh orang dewasa (LPTd) dan luas permukaan tubuh mencit (LPTm). Luas permukaan tubuh orang dewasa (LPTd) dengan berat rata – rata 60 kg adalah 1,6 m2 dan luas permukaan tubuh mencit yang memiliki berat 20 gr (LPTm) adalah 0,007 m2 (Reagan-Shaw et al., 2007). Konversi dosis adalah sebagai berikut :
Dd
=
x Dm
0,5
=
x Dm
0,5
= 228,57 x Dm
Dm
= 0,00219 mL
Keterangan : Dd
= dosis orang dewasa (mL)
Dm
= dosis mencit (mL)
LPTd = luas permukaan tubuh orang dewasa (m2) LPTm = luas permukaan tubuh mencit 20 gr (m2)
Jadi, dosis vaksin typhoid yang diberikan kepada mencit adalah 2,19 µL.
31
4.5.4
Pembuatan dan Pemberian Sampel Kurma Tahnik Pembuatan sampel kurma tahnik didasarkan pada hadits Rasulullah
SAW. Pertama – tama sebutir kurma tanpa biji dikunyah dalam mulut sampai halus, kemudian hasil kunyahan dimuntahkan ke dalam beaker glass dan ditimbang sesuai dosis. Kurma tahnik dioleskan perlahan – lahan ke langit – langit mulut mencit menggunakan cotton bud hasil modifikasi yang ujungnya dilapisi plastik tipis yang tidak menyerap cairan.
4.5.5
Pengambilan Darah Mencit Pengambilan darah mencit dilakukan melalui ekor dengan cara
memotong ujung ekor mencit sepanjang 1 cm. Darah yang keluar segera dihisap menggunakan mikropipet dan ditampung dalam vacutainer tube yang telah mengandung EDTA hingga terkumpul sebanyak minimal 0,1 mL. Pengambilan darah selanjutnya dilakukan dengan cara memotong bekas ekor yang telah terpotong sebelumnya sepanjang 2 – 3 mm untuk mencegah trauma pada mencit (Hoff, 2000). Darah dalam vacutainer tube digunakan untuk perhitungan jumlah total leukosit serta persentase monosit dan limfosit darah.
4.5.6
Perhitungan Jumlah Total Leukosit Leukosit dihitung menggunakan alat hemositometer dengan
pengenceran 1:20. Larutan pengencer berupa larutan Turk (1 mL asam asetat glasial, 1 mL larutan gentian violet, add 100 mL akuades) yang berfungsi sebagai pelisis sel darah merah dan pewarna leukosit. Untuk
32
memperoleh pengenceran 1:20, darah dihisap ke dalam pipet leukosit sampai batas 0,5 lalu diisi dengan larutan pengencer sampai tanda 11. Dua sampai tiga tetes pertama larutan dibuang, kemudian satu tetes diteteskan pada kamar hitung dan dibiarkan menetap selama 3 menit. Sediaan kemudian diperiksa dengan mikroskop perbesaran 40x. Penghitungan dilakukan terhadap leukosit yang terdapat dalam persegi 1,2,3,4 atau kamar hitung hemocytometer. Sel yang menempel di garis pemisah sebelah kiri dan di garis atas kotak persegi ikut dihitung, sel yang menempel di kedua sisi kotak lain tidak ikut dihitung (Anandika, 2011 ; Triana dan Nurhidayat, 2006 ; Kulisic et al., 2006). Jumlah leukosit dihitung per mm3 dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah total leukosit per mm3 =
= = 50 N Keterangan : N = Jumlah total leukosit dari 4 kamar hitung
4.5.7
Perhitungan Persentase Monosit dan Limfosit Darah Sampel darah segar diteteskan pada gelas objek dan dibuat preparat
apus. Setelah dibiarkan mengering di udara, preparat apus kemudian difiksasi dengan metanol selama 5 menit. Preparat kemudian diwarnai dengan pewarna giemza dengan pengenceran 1:9 selama 30 menit (buffer
33
fosfat pH 6,8 – 7,2). Selanjutnya preparat dicuci dengan aquades dan dibiarkan mengering.
Setelah kering preparat
diperiksa dibawah
mikroskop dengan perbesaran 100x dengan dibubuhi minyak emersi pada permukaan sediaan apus tersebut. Pertama – tama dihitung sampai 100 sel leukosit, kemudian dari 100 sel leukosit tadi dihitung jumlah monosit dan limfosit, lalu ditentukan persentase monosit dan limfosit dari total 100 leukosit tersebut dengan rumus sebagai berikut (Handajani dan Ruben, 2009) :
4.5.8
Pengukuran Titer Antibodi
a)
Pembuatan Larutan PBS pH 7,2 K2HPO4 ditimbang sebanyak 9,35 gr, KH2PO4 sebanyak 3,45 gr,
dan NaCl sebanyak 4,5 gr. Semua bahan dilarutkan dalam 1000 mL akuades, kemudian diukur pH larutan hingga mencapai 7,2 (Achyat et al., 2008).
b)
Pembuatan Suspensi Sel Darah Merah Domba (SDMD) Darah domba disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10
menit. Supernatan yang berupa plasma dibuang dengan pipet, kemudian ditambahkan larutan PBS pH 7,2 sebanyak tiga kali volume SDMD yang tersisa. Tabung dibolak – balik agar tersuspensi rata, kemudian
34
disentrifugasi kembali dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit, lalu supernatan dibuang. Pencucian dilakukan sebanyak 3 – 4 kali hingga diperoleh larutan yang benar – benar jernih pada supernatannya. Pada pencucian terakhir semua supernatan dibuang. SDMD yang terdapat dalam tabung merupakan suspensi SDMD 100% (Achyat et al., 2008).
c)
Pengumpulan Serum dari Darah Mencit Darah mencit diambil melalui ekor dengan cara memotong ujung
ekor mencit. Darah yang keluar segera dihisap menggunakan mikropipet dan ditampung dalam tabung eppendorf kosong hingga terkumpul sebanyak minimal 0,1 mL. Darah yang terdapat dalam tabung eppendorf didiamkan pada suhu kamar selama 1 – 2 jam, kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit, supernatan (serum) lalu diisolasi menggunakan alat suntik steril (Sasmito et al., 2006). Serum disimpan pada suhu -200C sampai saat digunakan untuk perhitungan titer antibodi dengan metode hemaglutinasi.
d) Pengukuran Titer Antibodi dengan Metode Hemaglutinasi (Achyat et al., 2007 ; Vaghasiya et al., 2010) 1) Melakukan dekomplementasi / inaktivasi serum pada suhu 56 0 C selama 30 menit untuk mencegah lisis sel darah merah domba (SDMD) yang dapat mengaburkan reaksi hemaglutinasi. 2) Mikroplate diberi label pada sumur – sumurnya dengan nomor 1 – 12.
35
3) 50 µL PBS ditambahkan ke dalam sumur nomor 2 – 12, sedangkan sumur nomor satu dibiarkan kosong. 4) 100 µL serum yang telah diinaktivasi ditambahkan ke dalam sumur nomor satu. 5) 50 µL serum dari sumur nomor satu diambil, lalu ditambahkan ke dalam sumur nomor dua, kemudian dihomogenkan. 6) 50 µL serum dari sumur nomor dua diambil, lalu ditambahkan ke ke dalam sumur nomor tiga, kemudian dihomogenkan. Begitu seterusnya sampai sumur nomor 12 sehingga didapatkan 12 seri pengenceran dengan kelipatan dua, yaitu 1:1, 1:2, 1:4, 1:8, 1:16, 1:32, 1:64, 1:128, 1: 256, 1:512, 1:1024, dan 1:2048. 7) 1% SDMD sebanyak 50 µL ditambahkan ke dalam semua sumur nomor 1 – 12, kemudian dihomogenkan, lalu disimpan pada suhu kamar selama dua jam. 8) Nilai titer antibodi ditentukan dari pengenceran tertinggi yang masih memperlihatkan terjadinya hemaglutinasi. Angka hasil pembacaan titer yang berupa deret ukur dikonversikan ke dalam deret hitung dengan rumus sebagai berikut : 2
4.5.9
log (titer) + 1
Uji Tantang Pada hari ke-23 penelitian, semua mencit pada masing – masing
kelompok diinfeksi dengan bakteri Salmonella typhi secara intraperitoneal dengan dosis 105 CFU/mL (Besung, 2011), kemudian dilakukan
36
pengamatan persentase survival rate pada masing – masing kelompok selama satu minggu setelah infeksi diberikan. Pembuatan dan pemberian bakteri Salmonella typhi dengan dosis 105 CFU/mL adalah sebagai berikut : stok kultur bakteri Salmonella typhi yang telah diremajakan sebelumnya diambil dengan menggunakan ose steril, kemudian disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 10 mL larutan NaCl 0,9% sampai diperoleh suspensi dengan konsentrasi bakteri 109 CFU/mL yang memiliki nilai absorban 0,164. Pengukuran nilai absorban menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm, nilai absorban 0,164 mempunyai kerapatan sel bakteri sekitar 109 CFU/mL (Harni et al., 2007). Dari suspensi tersebut dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, kemudian ditambah NaCl 0,9% sampai garis tanda, konsentrasi suspensi bakteri menjadi 10 8 CFU/mL. Sebanyak 1 mL dari suspensi bakteri 108 CFU/mL diambil dengan spuit, kemudian ditambah NaCl 0,9% sampai garis tanda, konsentrasi suspensi bakteri menjadi 107 CFU/mL. Begitu seterusnya hingga didapatkan konsentrasi suspensi bakteri 105 CFU/mL. Persentase survival rate mencit dinilai berdasarkan lamanya mencit bertahan hidup dalam masing – masing kelompok (Sawitri, 2008) selama 7 hari.
4.6
Analisa Data Data jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit, dan persentase limfosit darah mencit dianalisis secara statistik menggunakan
37
perangkat lunak SPSS 20 for Windows dengan metode uji two-way repeated measure ANOVA untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit, persentase jumlah monosit dan limfosit darah secara signifikan dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan, kemudian dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan rata – rata hasil hitung tersebut pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan jumlah total leukosit pada masing – masing periode perlakuan. Data titer hemaglutinasi antibodi mencit dianalisis dengan metode uji one – way ANOVA menggunakan perangkat lunak SPSS 20 for Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan / jelas antara rata – rata titer semua kelompok data, kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing kelompok data tersebut. Data hasil pengamatan persentase survival rate dianalisis dengan metode Kaplan – Meier menggunakan perangkat lunak SPSS 20 for Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil 5.1.1 Hasil dan Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit Tabel 5.1 Hasil Hitung Total Leukosit Mencit (sel/µL) Kelompok Ulangan 1 2 3 I 4 5 6 1 2 3 II 4 5 6 1 2 3 III 4 5 6
Hari Ke-0 27100 18775 16875 11375 9175 8800 11700 6300 9400 11400 17375 14500 12350 12750 12850 16500 13350 17350
Hari Ke-2 24675 20900 15750 11250 10350 8100 13550 10000 11100 12650 22150 13800 10900 12100 12600 15900 14300 19200
Hari Ke-8 22275 18450 14875 13975 12325 10475 12500 9900 11675 11750 14825 14175 8700 9200 9200 14450 9700 18300
Hari Ke-15 24550 19525 14025 12675 10300 9800 11900 7975 9950 10375 17025 13400 12450 14350 14800 19000 14900 22050
Keterangan : Kelompok I
: kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Tabel 5.2 Rata - Rata Jumlah Total Leukosit Mencit (sel/µL) Selama Periode Perlakuan (Mean ± SD) Kelompok I II III
Hari Ke-0 15350 ± 7056,24 11779 ± 3861,3 14192 ± 2157,87
Hari Ke-2 15171 ± 6513,03 13875 ± 4308,22 14166 ± 3025,01
38
Hari Ke-8 15396 ± 4303,15 12471 ± 1800,52 11592 ± 3912,85
Hari Ke-15 15146 ± 5779,91 11771 ± 3160,67 16258 ± 3554,63
39
Keterangan : Kelompok I
: kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
18000 16000 14000 12000
Kelompok I (kontrol negatif)
10000 8000
Kelompok II (kontrol positif)
6000
Kelompok III (pemberian kurma tahnik)
4000 2000 0 Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15 Gambar 5.1 Grafik Rata- Rata Jumlah Total Leukosit Selama Periode Perlakuan
Tabel 5.3 Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA Metode Uji Asumsi Bulat GreenhouseGeisser Huynh-Feldt Lower-bound
Sum of Square Tipe III 64450538,19
df
Mean Square
f
Signifikansi
6
10741756,37
6,472
0
64450538,19
3,717
17340704,84
6,472
0,001
64450538,19 64450538,19
4,786 2
13465388,62 32225269,1
6,472 6,472
0 0,009
* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 1
Hasil analisa data jumlah total leukosit mencit dengan two – way repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh
40
yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan jumlah total leukosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau secara sederhana dapat diartikan bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan selama periode perlakuan. Hasil analisa dengan two – way repeated measure ANOVA hanya menunjukkan secara umum bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan, namun tidak dapat menunjukkan kelompok mana yang mengalami perubahan tersebut. Analisa dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan jumlah total leukosit pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan jumlah total leukosit pada masing – masing periode perlakuan tersebut.
Tabel 5.4 Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing Periode Perlakuan
Periode Perlakuan
Signifikansi ANOVA
Satu Hari Satu Minggu Dua Minggu
0,049 0,072 0,041
Kelompok I (Kontrol Negatif) a a
Notasi BNT Kelompok II Kelompok III (Kontrol (Pemberian Positif) Kurma Tahnik) b a a b
Keterangan : Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b
atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05)
41
Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau
a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05) Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan (Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan) Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 2
Hasil analisa data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa pada periode perlakuan selama satu hari dan dua minggu terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode yang sama (signifikansi ANOVA < 0,05). Tidak terdapat kelompok yang mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan pada periode perlakuan selama satu minggu (p > 0,05) sehingga uji BNT tidak dilanjutkan pada periode ini. Pada periode perlakuan selama satu hari, perubahan jumlah total leukosit kelompok II (kontrol positif) berbeda signifikan dengan perubahan jumlah total leukosit kelompok I (kontrol negatif) dan kelompok III (pemberian kurma tahnik) (p < 0,05). Perubahan jumlah total leukosit pada kelompok II ini adalah berupa peningkatan jumlah total leukosit dengan mean difference sebesar 2275 dan 2121 masing - masing terhadap kelompok I dan kelompok III. Jumlah total leukosit kelompok III mengalami perubahan yang berbeda signifikan dengan perubahan jumlah total leukosit kelompok I dan kelompok II setelah dua minggu periode perlakuan (p < 0,05). Perubahan jumlah total leukosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa peningkatan jumlah total leukosit dengan mean difference sebesar 2271 dan 2075 masing - masing terhadap kelompok I dan kelompok II. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol positif) mengalami peningkatan jumlah total leukosit yang berbeda
42
signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok III setelah satu hari perlakuan, sedangkan kelompok III (pemberian kurma tahnik) mengalami peningkatan jumlah total leukosit yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok II setelah dua minggu perlakuan.
5.1.2 Hasil dan Analisa Data Persentase Monosit Mencit Tabel 5.5 Hasil Hitung Persentase Monosit Mencit (%) Kelompok
I
II
III
Ulangan 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Hari Ke-0 2 0,5 1,5 1,5 1,5 1,5 7 7 4 10 4 5 12 5 3 5 4 6
Hari Ke-2 2 0,5 1,5 1,5 1,5 1 2,5 2 1 4 1 1,5 3,5 2 2 2 3 2
Hari Ke-8 2 0,5 1,5 1 1 1 3 2 1 4 0,5 2 5 3 2 3 3 2
Hari Ke-15 3 0 1 1 1 1 2 1,5 0,5 2 0,5 0,5 3 2 1 1,5 2,5 1,5
Keterangan : Kelompok I
: kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Tabel 5.6 Rata - Rata Persentase Monosit Mencit Selama Periode Perlakuan (Mean ± SD) Kelompok I II III
Hari Ke-0 1,42 ± 0,492 6,17 ± 2,317 5,17 ± 3,545
Hari Ke-2 1,33 ± 0,516 2 ± 1,14 2,42 ± 0,665
Hari Ke-8 1,17 ± 0,516 2,08 ± 1,281 3 ± 1,095
Hari Ke-15 1,17 ± 0,983 1,17 ± 0,753 1,92 ± 0,736
43
Keterangan : Kelompok I
: kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
7 6 Kelompok I (kontrol negatif)
5 4
Kelompok II (kontrol positif)
3
2
Kelompok III (pemberian kurma tahnik)
1 0 Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15
Gambar 5.2 Grafik Rata- Rata Persentase Monosit Selama Periode Perlakuan
Tabel 5.7 Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA Metode Uji Asumsi Bulat GreenhouseGeisser Huynh-Feldt Lower-bound
Sum of Square Tipe III 43,021
df
Mean Square
f
Signifikansi
6
7,17
7,709
0
43,021
2,316
18,576
7,709
0,003
43,021 43,021
2,723 2
15,801 21,51
7,709 7,709
0,002 0,005
* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 3
Hasil analisa data persentase monosit mencit dengan two – way repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan persentase
44
monosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau dapat ditafsirkan bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan persentase monosit secara signifikan selama periode perlakuan. Analisa dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan persentase monosit pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan persentase monosit pada masing – masing periode perlakuan tersebut.
Tabel 5.8 Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing Periode Perlakuan
Periode Perlakuan
Signifikansi ANOVA
Satu Hari Satu Minggu Dua Minggu
0 0,003 0,003
Kelompok I (Kontrol Negatif) a a a
Notasi BNT Kelompok II Kelompok III (Kontrol (Pemberian Positif) Kurma Tahnik) b b b ab b b
Keterangan : Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b
atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05) Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau
a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05) Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan (Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan) Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 4
Hasil analisa data pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa pada semua periode perlakuan (satu hari, satu minggu, dan dua minggu) terdapat
45
kelompok yang mengalami perubahan persentase monosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode yang sama (ANOVA’S p value < 0,05). Pada periode perlakuan selama satu hari, perubahan persentase monosit kelompok II (kontrol positif) dan kelompok III (pemberian kurma tahnik) masing – masing berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I (kontrol negatif). Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II dan kelompok III ini adalah berupa penurunan persentase monosit dengan masing – masing mean difference sebesar -4,08 dan -2,67 terhadap kelompok I. Pada periode perlakuan selama satu minggu, kelompok II mengalami perubahan persentase monosit yang berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I (p < 0,05). Perubahan persentase monosit pada kelompok II ini adalah berupa penurunan persentase monosit dengan mean difference sebesar -3,83 terhadap kelompok I. Kelompok III tidak mengalami perubahan persentase monosit yang berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I dan kelompok II pada periode perlakuan selama satu minggu (p > 0,05). Perubahan persentase monosit kelompok II dan kelompok III masing – masing berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I pada periode perlakuan selama dua minggu. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II dan kelompok III ini adalah berupa penurunan persentase monosit dengan
46
masing – masing mean difference sebesar -4,75 dan -3,00 terhadap kelompok I. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol positif) mengalami penurunan persentase monosit yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I setelah satu hari perlakuan, satu minggu perlakuan, dan dua minggu perlakuan, sedangkan kelompok III (pemberian kurma tahnik) mengalami penurunan persentase monosit yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I setelah satu hari dan dua minggu perlakuan. Kelompok III tidak mengalami perubahan persentase monosit yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok II pada periode perlakuan selama satu minggu.
5.1.3 Hasil dan Analisa Data Persentase Limfosit Mencit Tabel 5.9 Hasil Hitung Persentase Limfosit Mencit (%) Kelompok
I
II
III
Ulangan 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
Hari Ke-0 85 81,5 88 83 85 86 66,5 81 73,5 72,5 85,5 69,5 57,5 53,5 62,5 76 65,5 65,5
Hari Ke-2 86 82 90 83 83,5 86,5 81,5 87,5 87 87 88 84,5 78,5 74 80,5 91,5 87 82
Hari Ke-8 90 80 91 81,5 84 90 81 88 87 86,5 88,5 83 84 80 85 88,5 87 85,5
Keterangan : Kelompok I
: kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Hari Ke-15 88 80 89 83 86 88 86,5 88,5 88,5 88 89 88 86,5 81,5 87,5 92 90,5 90,5
47
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Tabel 5.10 Rata - Rata Persentase Limfosit Mencit Selama Periode Perlakuan (Mean ± SD) Kelompok I II III
Hari Ke-0 84,8 ± 2,275 74,8 ± 7,168 63,4 ± 7,762
Hari Ke-2 85,2 ± 2,944 85,9 ± 2,478 82,3 ± 6,219
Hari Ke-8 86,1 ± 4,842 85,7 ± 2,994 85 ± 2,916
Hari Ke-15 85,7 ± 3,502 88,1 ± 0,861 88,1 ± 3,826
Keterangan : Kelompok I
: kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
100 80
Kelompok I (kontrol negatif)
60 40
Kelompok II (kontrol positif)
20
Kelompok III (pemberian kurma tahnik)
0 Hari Ke-0 Hari Ke-2 Hari Ke-8 Hari Ke-15 Gambar 5.3 Grafik Rata- Rata Persentase Limfosit Selama Periode Perlakuan
Tabel 5.11 Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA Metode Uji Asumsi Bulat GreenhouseGeisser Huynh-Feldt Lower-bound
Sum of Square Tipe III 1027,493
f
Signifikansi
6
Mean Square 171,249
30,022
0
1027,493
3,183
322,801
30,022
0
1027,493 1027,493
3,975 2
258,507 513,747
30,022 30,022
0 0
df
* Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 5
48
Hasil analisa data persentase limfosit mencit dengan two – way repeated measure ANOVA menunjukkan hasil yang signifikan pada semua metode tafsirannya (p < 0,05) yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perlakuan (kelompok) dengan perubahan persentase limfosit yang terjadi selama periode perlakuan, atau dapat ditafsirkan bahwa terdapat kelompok yang mengalami perubahan persentase limfosit secara signifikan selama periode perlakuan. Analisa dilanjutkan dengan metode One – Way ANOVA (diteruskan dengan uji BNT) terhadap data perubahan persentase limfosit pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan persentase limfosit pada masing – masing periode perlakuan tersebut.
Tabel 5.12 Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing Periode Perlakuan
Periode Perlakuan
Signifikansi ANOVA
Satu Hari Satu Minggu Dua Minggu
0 0 0
Kelompok I (Kontrol Negatif) a a a
Notasi BNT Kelompok II Kelompok III (Kontrol (Pemberian Positif) Kurma Tahnik) b c b c b c
Keterangan : Notasi BNT yang Sama Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,a atau b,b
atau c,c) Menunjukkan Tidak Ada Perbedaan Nyata / Signifikan (p > 0,05) Notasi BNT yang Berbeda Dalam Satu Baris Periode Perlakuan (Contoh : a,b atau
a,c atau b,c) Menunjukkan Perbedaan Nyata / Signifikan (p < 0,05) Kelompok I Dijadikan Sebagai Pembanding Karena Tidak Mengalami Perubahan (Mean Relatif Konstan Selama Periode Perlakuan)
49
Hasil Analisa Dapat Dilihat Selengkapnya Pada Lampiran 6
Hasil analisa data pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa pada semua periode perlakuan (satu hari, satu minggu, dan dua minggu) terdapat kelompok yang mengalami perubahan persentase limfosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode yang sama (ANOVA’S p value < 0,05). Pada periode perlakuan selama satu hari, perubahan persentase limfosit kelompok II (kontrol positif) berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I (kontrol negatif). Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit dengan mean difference sebesar 10,75 terhadap kelompok I. Perubahan persentase limfosit kelompok III (pemberian kurma tahnik) berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I dan kelompok II. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit dengan mean difference masing – masing sebesar 18,42 dan 7,67 terhadap kelompok I dan kelompok II. Pada periode perlakuan selama satu minggu, perubahan persentase limfosit kelompok II berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit dengan mean difference sebesar 9,58 terhadap kelompok I. Perubahan persentase limfosit kelompok III berbeda signifikan dibandingkan dengan
50
perubahan persentase monosit kelompok I dan kelompok II. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit dengan mean difference masing – masing sebesar 20,25 dan 10,67 terhadap kelompok I dan kelompok II. Setelah dua minggu periode perlakuan, persentase limfosit kelompok II mengalami perubahan yang berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok II ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit dengan mean difference sebesar 12,42 terhadap kelompok I. Perubahan persentase limfosit kelompok III berbeda signifikan dibandingkan dengan perubahan persentase monosit kelompok I dan kelompok II. Perubahan persentase monosit yang terjadi pada kelompok III ini adalah berupa peningkatan persentase limfosit dengan mean difference masing – masing sebesar 23,75 dan 11,33 terhadap kelompok I dan kelompok II. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol positif) mengalami peningkatan persentase limfosit yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I setelah satu hari perlakuan, satu minggu perlakuan, dan dua minggu perlakuan, sedangkan kelompok III (pemberian kurma tahnik) mengalami peningkatan persentase limfosit yang berbeda signifikan dibandingkan kelompok I dan kelompok II setelah satu hari perlakuan, satu minggu perlakuan, dan dua minggu perlakuan. Peningkatan persentase limfosit yang paling besar pada kelompok III terjadi setelah dua minggu periode perlakuan.
51
5.1.4 Hasil dan Analisa Data Titer Antibodi Mencit Tabel 5.13 Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan Ulangan 1 2 3 4 5 6 (Mean ± SD)
Kelompok II 6 6 10 6 7 8 7,17 ± 1,602
I 5 8 5 8 8 7 6,83 ± 1,472
III 9 6 8 6 6 7 7 ± 1,265
Keterangan : Kelompok I
: kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
7,2 7,17 7
7 6,8
6,83
6,6 6,4 6,2 6 Kelompok I (kontrol negatif)
Kelompok II (kontrol positif)
Kelompok III (pemberian kurma tahnik)
Gambar 5.4 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan
Metode analisis yang digunakan adalah one – way ANOVA untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan / jelas antara rata – rata titer semua kelompok data, kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc
52
(uji Tukey dan uji Bonferroni) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing kelompok data tersebut. Hasil analisis titer antibodi mencit dengan metode one – way ANOVA dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 7. Analisis test of homonegeity of variance menghasilkan p value sebesar 0,828 (p > 0,05), yang berarti bahwa varian data dari ketiga kelompok adalah sama sehingga data valid untuk dianalisis dengan uji ANOVA. Analisis one – way ANOVA data titer antibodi mencit menghasilkan p value sebesar 0,924 (p > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa rata – rata titer antibodi mencit tidak berbeda nyata / signifikan satu sama lain. Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) tidak dilanjutkan karena hasil analisis data rata – rata titer antibodi mencit dengan metode uji one – way ANOVA tidak menunjukkan perbedaan yang nyata / signifikan.
5.1.5 Hasil dan Analisa Data Persentase Survival Rate Mencit Tabel 5.14 Persentase Survival Rate Mencit Selama Satu Minggu Periode Infeksi Bakteri Salmonella typhi Kelompok
Jumlah Mencit yang Hidup
Jumlah Mencit yang Mati
I
4
2
II III
5 5
1 1
Waktu Kematian Hari ke-1 dan hari ke-2 Hari ke-5 Hari ke-2
Keterangan : Kelompok I
: kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
% Survival Rate
66,7% 83% 83%
53
100 90 80
83 %
83 %
Kelompok II (kontrol positif)
Kelompok III (pemberian kurma tahnik)
70 66,7 %
60 50 40 30 20 10 0
Kelompok I (kontrol negatif)
Gambar 5.5 Grafik % Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi
Data hasil pengamatan persentase survival rate dianalisis dengan metode Kaplan – Meier menggunakan perangkat lunak SPSS 20.0 for Windows untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan. Hasil analisis persentase survival rate dengan metode Kaplan – Meier dapat dilihat selengkapnya pada lampiran 8.
Tabel 5.15 Nilai Rata – Rata (Mean) dan Nilai Tengah (Median) Survival Time Mencit Rata - rata Kelompok
I II III
Estimasi
5,167 6,667 6,167
Standar Error
1,065 0,304 0,761
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Bound
Upper Bound
3,079 6,07 4,676
7,254 7,263 7,658
Estimasi
-
Nilai Tengah Tingkat Kepercayaan Standar 95% Error -
Lower Bound
Upper Bound
-
-
54
Keterangan : Kelompok I
: kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum)
Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Tabel 5.16 Level Signifikansi Persentase Survival Rate Mencit Antar Kelompok Perlakuan Metode Uji Log Rank (Mantel-Cox) Breslow (Generalized Wilcoxon) Tarone-Ware
Chi-Square 0,817 0,995 0,905
df 2 2 2
Signifikansi 0,665 0,608 0,636
Gambar 5.6 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi
Tabel means and medians for survival time (tabel 5.15) menunjukkan kemampuan waktu bertahan hidup dari masing – masing
55
kelompok. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa kelompok II memiliki nilai rata – rata survival time yang paling besar, sedangkan nilai rata – rata survival time yang paling kecil dimiliki oleh kelompok I, sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok II memiliki kemampuan waktu bertahan hidup yang lebih lama melawan infeksi salmonella typhi dibandingkan kelompok I dan kelompok III. Tabel 5.15 tidak dapat menunjukkan nilai tengah (median) karena tidak ada kelompok yang memiliki persentase survival rate lebih kecil dari 50%. Hasil analisa data pada tabel 5.16 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari persentase survival rate mencit antar kelompok perlakuan (p > 0.05). Kurva Kaplan – Meier pada gambar 5.6 menggambarkan persentase survival rate dan juga nilai survival time masing – masing kelompok perlakuan. Dari kurva ini dapat dilihat bahwa kelompok I memiliki persentase survival rate yang paling kecil, sedangkan kelompok II dan kelompok III memiliki persentase survival rate yang sama hingga akhir pengamatan periode infeksi. Dari kurva ini juga dapat dilihat perbedaan antara kelompok II dan kelompok III terletak pada nilai survival time. Kelompok II memiliki nilai survival time yang lebih baik dibandingkan kelompok III. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa kelompok II (kontrol positif) memiliki kemampuan hidup yang lebih lama dibandingkan kelompok I ( kontrol negatif) dan kelompok III (pemberian kurma tahnik), namun persentase survival rate masing – masing kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
56
5.2
Pembahasan 5.2.1 Pembuatan dan Pemberian Kurma Tahnik Pada penelitian ini, pembuatan dan pemberian kurma tahnik didasarkan pada hadits Rasulullah SAW dengan tanpa menambah maupun mengurangi sedikitpun metode yang telah dilakukan Rasulullah SAW dalam hadits tersebut. Namun, terdapat beberapa hal yang menjadi perhatian saat metode dalam hadist tersebut dijadikan metode dalam penelitian ini, yaitu : 1) Tidak dilakukan karakterisasi pada pembuatan kurma tahnik. Karakterisasi yang dimaksud mencakup tentang alasan pemilihan jenis kurma yang digunakan, cara mengunyah kurma, lama waktu pengunyahan kurma, waktu pengunyahan kurma, dan saliva yang digunakan. Saliva yang digunakan dalam pembuatan kurma tahnik tidak diukur secara kuantitatif baik jumlah maupun kandungannya (contoh : kadar enzim yang dominan & jumlah mikroflora). 2) Pembuatan kurma tahnik tidak dilakukan secara aseptis. 3) Hewan yang digunakan sebagai subjek penelitian bukan merupakan hewan yang baru lahir (bayi hewan).
Berdasarkan studi literatur, fungsi saliva dalam kunyahan kurma (kurma tahnik) adalah sebagai pembawa. Kandungan gula pada kurma terdiri atas fruktosa, glukosa, sukrosa, dan sedikit polisakarida (selulosa dan pati) (Borchani, et al., 2010). De Almeida et al. (2008) menjelaskan bahwa pada proses pengunyahan dalam mulut, kandungan polisakarida (selulosa dan pati) pada kurma akan dipecah oleh enzim amilase (ptialin)
57
yang terdapat dalam saliva menjadi maltosa. Maltosa yang merupakan gula sederhana (disakarida) akan lebih mudah dicerna dan diabsorbsi oleh tubuh bayi yang sistem pencernaannya belum terbentuk dengan sempurna (Mustofa dan Prabandari, 2010). Di dalam mulut terdapat lebih dari 600 jenis spesies bakteri yang 280 jenis spesies bakteri diantaranya telah berhasil diidentifikasi dan diberi nama (Dewhirst et al., 2010). Berbagai jenis bakteri ini dikenal sebagai mikroflora oral. Proses pengunyahan kurma yang dilakukan dalam mulut dapat secara tidak langsung membawa bakteri mikroflora oral untuk masuk ke dalam hasil kunyahan kurma. Pemberian kunyahan kurma yang mengandung bakteri mikroflora oral akan dapat merangsang respon imun target karena sistem imun merespon bakteri mikroflora oral yang terdapat dalam kunyahan kurma sebagai antigen, proses pengenalan antigen ini dapat terus berlanjut hingga pembentukkan sel memori oleh sistem imun (Abbas et al., 2012). Kandungan gizi yang tinggi dalam kurma dapat menjadi medium pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme. Balia et al. (2011) menyatakan bahwa penambahan sari kurma pada produk fermentasi susu kambing dapat meningkatkan kualitas produk karena bernilai gizi tinggi. Kunyahan kurma pada tahnik dapat menjadi medium pertumbuhan yang baik bagi mikroflora oral yang ikut bercampur dalam kunyahan kurma sehingga kurma tahnik dapat menjadi sarana pengenalan antigen bagi sistem imun target.
58
5.2.2 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Jumlah Total Leukosit Mencit Leukosit atau sel darah putih merupakan komponen penting dari sistem imun. Sel ini berperan pada imunitas non-spesifik dan imunitas spesifik (Abbas et al., 2012). Nussler et al. (1999) menyatakan bahwa leukosit dapat dikategorikan menjadi tiga grup utama, yaitu granulosit, limfosit, dan monosit. Total Leukocyte Count (TLC) atau penghitungan jumlah total leukosit merupakan salah satu cara untuk membantu diagnosa berbagai penyakit infeksi, kerusakan jaringan, dan penyakit defisiensi imun (Kamran et al., 2008 ; Vieira, 2011). Peningkatan secara signifikan jumlah total leukosit kelompok kontrol positif dibandingkan kelompok kontrol negatif dan kelompok pemberian kurma tahnik sehari setelah pemberian vaksin merupakan bagian dari respon imunitas. Vaksin yang diberikan melalui intramuskular akan masuk ke dalam aliran sistemik dengan cepat (Workman, 1999). Di dalam tubuh, zat ini akan dianggap sebagai antigen yang bersifat patogen walaupun merupakan vaksin inaktif. Vaksin telah dibuat sedemikian rupa hingga
tidak
dapat
lagi
menimbulkan
penyakit,
namun
tetap
mempertahankan imunogenisitas dari mikroba yang dijadikan vaksin tersebut (Abbas et al., 2012). Sistem imun kemudian akan memproduksi sel darah putih lebih banyak dari biasanya sebagai respon dari masuknya zat asing yang patogen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Vieira (2011) yang menyatakan bahwa jumlah total leukosit / sel darah putih akan meningkat saat terjadi infeksi. Abbas et al. (2012) menyatakan bahwa
59
vaksin mikroba yang telah dilemahkan / diinaktivasi memiliki kemampuan untuk merangsang respon imun non-spesifik dan spesifik baik humoral maupun seluler sama seperti mikroba itu sendiri. Peningkatan jumlah total leukosit sehari setelah vaksin diberikan merupakan suatu respon imunitas yang berfungsi untuk mengeliminasi zat asing patogen dalam vaksin tersebut yang dilanjutkan dengan pembentukkan memori oleh antibodi (Abbas et al., 2012). Pemberian kurma tahnik selama satu hari tidak mempengaruhi jumlah total leukosit, sedangkan pemberian selama satu minggu menurunkan jumlah total leukosit mencit. Robison dan Morgan (2001) menyatakan bahwa penurunan jumlah leukosit dapat disebabkan oleh serangan / invasi bakteri secara masif dan tiba – tiba pada jaringan yang rusak / mengalami trauma sehingga membuat sistem imun bekerja dengan mengerahkan mediator inflamasi dan sitokin pada jaringan yang rusak tersebut, akibatnya jumlah leukosit jenis tertentu seperti neutrofil berkurang dari sirkulasi darah. Trauma pada mencit dapat terjadi dalam penelitian ini karena pengambilan darah yang dilakukan melalui ekor dengan cara memotong sedikit ekor tersebut, namun infeksi yang terjadi telah berusaha dicegah dengan cara membalut ekor mencit yang telah dipotong dengan kasa yang telah diteteskan cairan antiseptik. Infeksi masih mungkin dapat terjadi karena selama minggu pertama periode perlakuan mencit selalu berusaha untuk menggerogoti balutan pada ekornya sehingga balutan menjadi rusak dan menyebabkan luka menjadi terbuka.
60
Pemberian kurma tahnik selama dua minggu meningkatkan jumlah total leukosit dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif dengan perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Peningkatan jumlah total leukosit mencit mencapai batas maksimal (high end) normal value pada mencit jantan. Normal value untuk jumlah total leukosit mencit jantan adalah 8,4x103 – 16,1x103 sel/µL (The Jackson Laboratory, 2012). Vieira (2011) menyatakan bahwa jumlah sel dari sistem imun yang berada pada batas maksimal (high end) dari jumlah normal merupakan penanda sistem imun memproduksi sel imun dalam jumlah yang cukup untuk siap menghadapi infeksi. Hasil ini dapat dihubungkan dengan penelitian Karasawa et al. (2011) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak air kurma selama 30 hari kepada mencit mampu meningkatkan CD11, CD49, dan CD4 mencit. CD11 merupakan antigen permukaan sel makrofag, dan CD49 adalah antigen permukaan sel NK (Karasawa et al., 2011). CD4 adalah antigen permukaan dari sel limfosit T (Abbas et al., 2012). Sel limfosit T merupakan bagian dari sel limfosit, dan sel limfosit merupakan komponen dari leukosit, sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah CD4 berbanding lurus dengan jumlah limfosit, dan jumlah limfosit berbanding lurus dengan jumlah leukosit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik selama dua minggu mampu meningkatkan jumlah total leukosit dibandingkan dengan pemberian kurma tahnik selama satu hari maupun satu minggu, serta peningkatan yang terjadi berbeda signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif dan kontrol positif.
61
5.2.3 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase Monosit Mencit Monosit berperan penting dalam imunitas non-spesifik, sel ini akan bergerak menuju jaringan yang mengalami trauma atau infeksi, kemudian akan berdiferensiasi menjadi makrofag yang berperan sebagai fagosit (Abbas et al., 2012). Penurunan persentase monosit terjadi pada kelompok kontrol positif setelah satu hari, satu minggu, dan dua minggu pemberian vaksin. Siegrist (2008) menjelaskan bahwa terdapat tiga mekanisme efektor yang dipicu oleh vaksin, yaitu antibodi, sel T CD4+, dan sel T CD8+. Salah satu dari mekanisme efektor ini, yaitu antibodi memiliki fungsi opsonisasi pada bakteri (Abbas et al., 2012). Opsonisasi yang dilakukan oleh antibodi melibatkan makrofag yang berfungsi untuk mengeliminasi bakteri (antibodi meningkatkan clearance bakteri oleh makrofag). Makrofag merupakan hasil diferensiasi monosit pada jaringan dan dapat menjalankan fungsinya pada jaringan tersebut
sampai berminggu –
minggu,
meningkatnya jumlah makrofag dalam jaringan dapat menyebabkan berkurangnya jumlah monosit dalam sirkulasi darah (Abbas et al., 2012). Penurunan persentase monosit pada kelompok kontrol positif dapat terjadi karena respon imunitas yang melibatkan antibodi dan sel makrofag akibat pemberian vaksin. Penurunan persentase monosit juga terjadi pada kelompok pemberian kurma tahnik. Penurunan ini masih berada dalam range normal persentase monosit untuk mencit jantan, yaitu 0,639% - 5,93% (The
62
Jackson Laboratory, 2012). Fraser dan Tilyard (2008) menyatakan bahwa invasi masif dari infeksi bakteri dapat menurunkan jumlah monosit, namun hal ini jarang terjadi, penurunan jumlah monosit tidak berpengaruh signifikan secara klinis jika hasil hitung diferensial leukosit yang lain berjumlah normal. Menurut Abbas et al. (2012), inflamasi akut yang disebabkan oleh infeksi dan kerusakan jaringan dapat memancing monosit dalam sirkulasi darah bergerak dalam jumlah besar untuk datang ke jaringan yang rusak tersebut, kejadian ini juga dapat membuat jumlah monosit dalam sirkulasi menjadi berkurang. Selama periode perlakuan, resiko terjadinya infeksi pada mencit telah diusahakan seminimal mungkin dengan cara membalut luka bekas pengambilan darah pada ekor, menjaga kebersihan kandang, dan memberi makan serta minum yang teratur. Mekanisme penurunan persentase monosit selama periode perlakuan pemberian kurma tahnik masih belum jelas karena belum dapat ditemukan literatur yang tepat. Penurunan persentase monosit mungkin terjadi karena efek pemberian kurma tahnik atau terjadi karena penyebab yang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik dan pemberian vaksin menurunkan persentase monosit dalam sirkulasi darah.
5.2.4 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase Limfosit Mencit Limfosit merupakan komponen penting dalam imunitas spesifik. Sel ini terdiri dari limfosit B dan limfosit T yang masing – masing
63
berperan dalam imunitas humoral dan seluler. Limfosit akan bekerja sebagai efektor yang berfungsi untuk mengeliminasi antigen, dan dapat berdiferensiasi menjadi sel memori untuk mencegah infeksi berulang dari antigen yang sama (Abbas et al., 2012). Persentase limfosit kelompok kontrol positif mulai meningkat signifikan sehari setelah pemberian vaksin, kemudian berada dalam jumlah yang relatif sama selama satu minggu, dan kembali mengalami peningkatan yang signifikan setelah dua minggu dibandingkan kontrol negatif. Peningkatan persentase limfosit ini sesuai dengan penyataan Siegrist (2008) yang menjelaskan bahwa terdapat tiga mekanisme efektor yang dipicu oleh vaksin, yaitu antibodi, sel T CD4 +, dan sel T CD8+. Antibodi merupakan produk dari sel limfosit B, sedangkan sel T CD4 + dan sel T CD8+ adalah penanda antigen permukaan dari sel limfosit T (Abbas et al., 2012). Sel limfosit B dan limfosit T merupakan bagian dari sel limfosit. Pemberian vaksin telah memicu mekanisme efektor dari sel limfosit sehingga persentase limfosit dalam sirkulasi menjadi meningkat (Siegrist, 2008 ; Abbas et al., 2012). Hasil analisa data kelompok pemberian kurma tahnik menunjukkan peningkatan persentase limfosit yang berbeda signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif maupun kontrol positif selama periode perlakuan satu hari, satu minggu, dan dua minggu. Peningkatan persentase limfosit selama periode perlakuan pemberian kurma tahnik ini dapat dihubungkan dan sejalan dengan pernyataan Karasawa et al. (2011) yang menyatakan bahwa pemberian ekstrak air kurma mampu meningkatkan sel
64
T CD4 pada mencit. CD4 merupakan penanda antigen permukaan dari sel limfosit T (Abbas et al., 2012) sehingga peningkatan sel T CD4 sama dengan peningkatan sel limfosit. Peningkatan yang terjadi bukan merupakan indikasi dari lymphocytosis karena jumlah limfosit tidak berada diatas ambang batas persentase limfosit normal (Vieira, 2011). Normal value untuk persentase limfosit mencit jantan adalah 48,4% - 91,6% (The Jackson Laboratory, 2012). Peningkatan persentase limfosit selama pemberian kurma tahnik dapat terjadi karena kurma memiliki kandungan dua polifenol, yaitu chlorogenic acid dan caffeic acid yang telah terbukti mampu meningkatkan jumlah sel T CD4 pada limpa mencit (Karasawa et al., 2011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik selama dua minggu mampu meningkatkan persentase limfosit paling tinggi dibandingkan dengan pemberian kurma tahnik selama sehari maupun satu minggu. Persentase limfosit setelah pemberian kurma tahnik selama dua minggu berada pada batas maksimal (high end) normal value persentase limfosit pada mencit jantan.
5.2.5 Efektivitas
Pemberian
Kurma
Tahnik
Terhadap
Titer
Antibodi Mencit Imunitas humoral dimediasi oleh antibodi. Antibodi berfungsi sebagai efektor dari respon humoral dengan cara mengikat dan menetralisasi antigen, atau dengan cara memfasilitasi eliminasi antigen tersebut agar dapat dihancurkan oleh sel fagosit (Dashputre dan Naikwade, 2010). Puri et al. (2000) menyatakan bahwa ekstrak etanol buah kurma
65
yang diberikan selama 7 hari kepada mencit dapat menstimulasi sistem imun humoral mencit secara signifikan dilihat dari hasil perhitungan titer Haemagglutinating Antibody (HA) dan plaque-forming cell (PFC) yang digunakan sebagai parameter. Kurma tahnik adalah kurma yang dikunyah dalam mulut sehingga mengandung saliva. Salah satu komponen dari saliva adalah antibodi, yaitu imunoglubolin A (komponen antibodi terbanyak) serta imunoglubolin G dan imunoglubolin M dalam jumlah yang sedikit (De Almeida et al., 2008). Pemberian kurma tahnik diharapkan dapat menstimulasi imunitas humoral pada mencit. Uji hemaglutinasi antibodi (HA) dilakukan untuk mengetahui efektivitas pemberian kurma tahnik terhadap respon imunitas humoral. Analisa data titer antibodi kelompok yang mendapat perlakuan pemberian kurma tahnik selama dua minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata / signifikan dibandingkan kontrol negatif maupun kontrol positif. Titer antibodi kelompok perlakuan pemberian kurma tahnik yang tidak meningkat berbeda dengan hasil penelitian Puri et al. (2000). Perbedaan hasil ini dapat disebabkan karena penggunaan kurma tahnik yang merupakan kurma utuh berbeda dengan ekstrak etanol kurma yang digunakan oleh Puri et al. (2000). Imunoglubolin A, imunoglubolin G, dan imunoglubolin M yang terdapat dalam saliva pada kurma tahnik merupakan suatu bentuk imunisasi pasif, namun imunisasi pasif tidak bertahan lama, dan hanya mampu melindungi tubuh selama antibodi yang diberikan masih ada karena imunisasi ini tidak mampu menstimulasi sel memori dari sistem imun (Abbas et al., 2012). Hasil ini menunjukkan
66
bahwa pemberian kurma tahnik selama dua minggu masih belum dapat meningkatkan respon imun humoral pada mencit.
5.2.6 Efektivitas Pemberian Kurma Tahnik Terhadap Persentase Survival Rate Mencit yang Diinfeksi Bakteri Salmonella thypi Salmonella
tyhpi
adalah
bakteri
gram
negatif
keluarga
Enterobacteriaceae yang permukaannya dilapisi oleh lapisan polisakarida. Demam tifus yang disebabkan oleh bakteri ini masih menjadi masalah kesehatan yang penting di berbagai belahan dunia dengan kejadian setiap tahunnya diperkirakan mencapai 16 juta kasus dan menyebabkan 600.000 kematian (Park et al., 2002). Pemberian kurma tahnik selama dua minggu dan pemberian vaksin typhoid memiliki persentase survival rate yang sama terhadap infeksi Salmonella tyhpi, serta persentase survival rate keduanya lebih besar dibandingkan kontrol negatif. Namun, hasil analisa data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dari persentase survival rate antara kelompok pemberian kurma tahnik, kelompok kontrol negatif, dan kelompok kontrol positif. Pemberian vaksin memicu sistem imun untuk membentuk sel memori terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut sehingga dapat mencegah infeksi berulang. Pembentukkan sel memori dipicu oleh mekanisme efektor dari antibodi (Abbas et al., 2012). Pada penelitian ini, pemberian vaksin masih belum dapat melindungi kelompok mencit secara 100%.
67
Pemberian kurma tahnik tidak mampu membentuk sel memori pada sistem imun seperti pemberian vaksin, namun dalam penelitian ini, pemberian kurma tahnik selama dua minggu mampu meningkatkan jumlah total leukosit dan persentase limfosit pada mencit. Leukosit terdiri atas granulosit (neutrofil, basofil, dan eosinofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit) (Sherwood, 2001). Masing – masing jenis leukosit tersebut memiliki fungsi yang beragam terkait dengan imunitas non-spesifik maupun imunitas spesifik sehingga membuat leukosit memiliki peranan yang sangat penting bagi pertahanan tubuh terhadap antigen dan infeksi. Peningkatan leukosit dan limfosit yang signifikan pada kelompok pemberian kurma tahnik dapat melindungi kelompok tersebut dari infeksi Salmonella thypi dengan dosis LD50 (Besung, 2011). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kurma tahnik selama dua minggu mampu menghasilkan persentase survival rate yang sama dengan pemberian vaksin thypoid terhadap infeksi Salmonella thypi. Hasil analisa data menunjukkan bahwa persentase survival rate kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma tahnik selama periode infeksi Salmonella thypi tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan 1)
Pemberian kurma tahnik selama dua minggu meningkatkan jumlah total leukosit mencit dibandingkan dengan pemberian kurma tahnik selama satu hari maupun satu minggu.
2)
Pemberian kurma tahnik selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu menurunkan persentase monosit mencit.
3)
Pemberian kurma tahnik selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu meningkatkan persentase limfosit mencit, peningkatan persentase limfosit mencit paling tinggi terjadi setelah pemberian kurma tahnik selama dua minggu.
4)
Titer antibodi mencit kelompok pemberian kurma tahnik selama dua minggu tidak berbeda signifikan dengan titer antibodi mencit kelompok kontrol negatif dan mencit kelompok kontrol positif, pemberian kurma tahnik selama dua minggu tidak mempengaruhi imunitas humoral mencit.
5)
Persentase survival rate mencit kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, dan kelompok pemberian kurma tahnik
68
69
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan selama 7 hari periode infeksi bakteri Salmonella thypi.
6.2
Saran Penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian kurma tahnik yang telah dikarakterisasi sebelumnya terhadap sistem imun perlu dilakukan. Karakterisasi pada pembuatan kurma tahnik perlu dilakukan agar penelitian dapat dilanjutkan dengan karakterisasi kurma tahnik yang sama pada setiap penelitian sehingga dapat meminimalisir variasi pada data yang dapat membuat hasil penelitian menjadi bias. Karakterisasi pada pembuatan kurma tahnik yang sebaiknya dilakukan yaitu menetapkan derajat kehalusan kunyahan kurma dengan cara menetapkan kapan dan berapa lama waktu pengunyahan kurma dilakukan, menetapkan berapa jumlah dan kandungan (contoh : kadar enzim dominan, jumlah mikroflora) saliva yang digunakan dalam setiap kunyahan kurma, serta melakukan pembuatan kurma tahnik secara aseptis untuk meminimalisir kontaminasi mikroorganisme yang tidak diinginkan. Hewan yang digunakan sebagai subjek penelitian untuk penelitian praklinis sebaiknya adalah bayi hewan / hewan yang baru lahir (contoh : bayi tikus, bayi kelinci). Penelitian lebih lanjut mengenai apakah fungsi saliva yang terdapat dalam kunyahan kurma (kurma tahnik) hanya sebagai pembawa dan tidak mempengaruhi sistem imun target juga perlu dilakukan. Pemilihan parameter dan penggunaan alat – alat modern penunjang imunologi dapat dilakukan sehingga mampu menghasilkan data yang lebih
70
valid. Penelitian ini sebaiknya dapat dilanjutkan ke tingkat klinis untuk mengetahui langsung bagaimana pengaruh pemberian kurma tahnik terhadap sistem imun pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas A.K., A.H., Lichtman and Shiv Pillai. 2012. Cellular and Molecular Immunology 7th Edition. USA : Elsevier. Abdu, Suzan Bakr. 2011. The Protective Role Of Ajwa Date Against The Hepatotoxicity Induced By Ochratoxin A. Egyptian Journal of Natural Toxins. Vol 8(1,2). 1 – 15. Abo-El-Soaud A.A., Assma Sabor, El-Sherbeny N.R.,El-Sayed I.B. 2004. Effect of Date Palm (Phoenix dactylifera L.) Flavonoids on Hyperglycemia. The Journal of The Second International Conference on Date Palm. 164 – 195. Achyat, S.R., M. Sadikin, Sri Widia A. Jusman, Rusdi. 2008. Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Imunitas Humoral Tikus (Rattus nivergicus L.) Galur Wistar Melalui Pengamatan Titer Antibodi Anti – SDMD. Jurnal Bahasa Alam Indonesia. Vol 6 (4). 145 – 148. Alebidi, Abdullah. 2008. Date Palm Basic Gallery. [http://faculty.ksu.edu.sa/10439/Pages/dactylifera2.aspx] [26 Juni 2012]. Al-Shahib, W., Marshall, R.J. 2003. The Fruit of The Date Palm:Its Possible Use as The Best Food for The Future?. International Journal of Food Sciences and Nutrition. Vol 54:4. 247 – 259. Anandika, D.W. 2011. Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) Menurunkan Jumlah
Leukosit pada Mencit Model Sepsis akibat Paparan Staphylococcus aureus. CDK 183. Vol.38:2. 97 – 100. Balia, R.L., Chairunnisa, H., Rachmawan, O., Wulandari, E. 2011. Derajat Keasaman dan Karakteristik Organoleptik Produk Fermentasi Susu Kambing dengan Penambahan Sari Kurma yang Diinokulasikan Berbagai Kombinasi Starter Bakteri Asam Laktat. Jurnal Ilmu Ternak. Vol 11 (1). 4952. Baratawidjaja, K.A., dan Iris Renggaris. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Besung, I Nengah Kerta. 2011. Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella Asiatica) dalam Meningkatkan Kapasitas Fagosit Makrofag Peritoneum Mencit terhadap Salmonella typhi. Buletin Veteriner Udayana. Vol 3 (2). 71 – 78. Bokhari, N.A., and Kahkashan Perveen. 2012. In Vitro Inhibition Potential of Phoenix dactylifera L. Extracts on The Growth of Pathogenic Fungi. Journal of Medicinal Plants Research. Vol 6(6). 1083-1088.
71
72
Borchani, C., Besbes, S., Blecker, C., Masmoudi, M., Baati, R., Attia, H. 2010. Chemical Properties of 11 Date Cultivars and Their Corresponding Fiber Extracts. African Journal of Biotechnology. Vol. 9 (26). 4096-4105. Dashputre, N.L., Naikwade, N.S. 2010. Immunomodulatory Activity of Abutilon Indicum linn on Albino Mice. International Journal of Pharma Sciences and Research (IJPSR). Vol.1(3). 178-184. De Almeida, P.D.V., Gregio, A.M.T., Machado, M.A.N., De Lima, A.A.S., Azevedo, L.R. 2008. Saliva Composition and Functions : A Comprehensive Review. The Journal of Contemporary Dental Practice. Vol 9 (3). 1-11. Depkes. 2012. Indeks rata – rata berat badan & tinggi badan balita berdasarkan usia. [www.gizikia.depkes.go.id] [26 Juni 2012]. Dewhirst, F.E., Chen, T., Izard, J., Paster, B.J., Tanner, A.C.R., Yu, W.H., Lakshmanan, A., Wade, W.G. 2010. The Human Oral Microbiome. Journal Of Bacteriology. Vol 192 (19). 5002–5017. Effendi, Zukesti. 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik dalam Tubuh. Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara.
Elberry A.A, Mufti, S.T., Al-Maghrabi, J.A., Abdel-Sattar, E.A., Ashour, O.M., S.A., Ghareib and Hisham A Mosli. 2011. Anti-inflammatory and Antiproliferative Activities of Date Palm Pollen (Phoenix dactylifera) on Experimentally-Induced Atypical Prostatic Hyperplasia in Rats. Journal of Inflammation. 8:40. 1 – 13. Elshibli, Sakina. 2009. Genetic Diversity and Adaptation of Date Palm (Phoenix dactylifera L.). University of Helsinki. Helsinki. Franz Augstburger et al. 2002. Organic Farming in the Tropics and Subtropics (Date Palm). Naturland. Artikel 1. Fraser, T., Tilyard, M. 2008. Complete Blood Count in Primary Care. Dunedin : bpacnz better medicine. Furqan, M., Haque, A. 2009. Surface Area In Children: A Simple Formula. Journal of Indian Pediatrics. Vol 46. 1085-1087. Handajani, N.S., dan Ruben D. 2009. Pengaruh VCO terhadap Hitung Jenis Leukosit, Kadar Glukosa dan Kreatinin Darah Mus musculus Balb/c Hiperglikemi dan Tersensitisasi Ovalbumin. Jurnal Bioteknologi. Vol 6 (1). 1-10. Harni, R., Munif, A., Supramana., Mustika, I. 2007. Suspensi Bakteri Endofit Pengendali Nematoda Peluka Akar (Pratylenchus brachyurus) pada Nilam. HAYATI Journal of Biosciences. Vol 14 (1). 7-12.
73
Hoof, Janet. 2000. Methods of Blood Collection in the Mouse. Lab Animal. Vol 29. Artikel No. 10. Kamran, H., Naveed, D., Nazir, A., Hameed, M., Ahmed, M., Khan, U. 2008. Role Of Total Leukocyte Count In Diagnosis Of Acute Appendicitis. Journal of Ayub Med Coll Abbottabad. Vol 20 (3). 70-71. Karasawa, K., Uzuhashi, Y., Hirota, M., Otani, H. 2011. A Matured Fruit Extract of Date Palm Tree (Phoenix dactylifera L.) Stimulates the Cellular Immune System in Mice. Journal of Agricultural Food Chemistry. Vol 59. 11287– 11293. Khanavi M., Saghari Z., Mohammadirad A., Khademi R., Hadjiakhoondi A., Abdollahi M. 2009. Comparison of Antioxidant Activity and Total Phenols of Some Date Varieties. DARU. Vol 17( 2). 104 – 108. Kulisic, Z., Tambur, Z., Malicevic, Z., Bakrac, N.A., and Zorana Misic. 2006. White Blood Cell Differential Count in Rabbits Artificially Infected with Intestinal Coccidia. Journal of Protozoan Diseases. Vol 16. 42 – 50. Malole MBM, Pramono CSU. 1989. Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan, Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB. Montgomery, Douglas C. 1997. Design and Analysis of Experiments 4th Edition. New York: John Wiley & Sons. Mustofa, A., Prabandari, H. 2010. Pemberian Asi Eksklusif dan Problematika Ibu Menyusui. Jurnal Studi Gender & Anak. Vol 5 (2). 215-226. Nussler, A.K., Wittel, U.A., Nussler, N. C., Beger H.G. 1999. Leukocytes, The Janus Cells in Inflammatory Disease. Langenbeck’s Arch Surgery. Vol 384. 222–232. Park, J.H., Hong, J.J., Choi, E.S., Lee, J.W., Park, J.H. 2002. Efficacy of Purified Vi Polysaccharide Typhoid Vaccine. Journal of Veterinary Science. Vol 3 (2). 67-70. Perveen, K., Najat A. Bokhari and Dina A. W. Soliman. 2012. Antibacterial Activity of Phoenix dactylifera L. Leaf and Pit Extracts Against Selected Gram Negative and Gram Positive Pathogenic Bacteria. Journal of Medicinal Plants Research. Vol 6(2). 296-300.
74
Puri, A., Sahai, R., Singh, K.L., Saxena, R.P., Tandon, J.S., Saxena, K.C. 2000. Immunostimulant Activity of Dry Fruits and Plant Materials Used in Indian Traditional Medical System for Mothers After Child Birth and Invalids. Journal of Ethnopharmacology. Vol 71. 89–92. Reagan-Shaw, S., Nihal, M., and Nihal Ahmad. 2007. Dose Translation from Animal to Human Studies Revisited. The FASEB Journal. Vol 2. 659-661. Robison, R.D., and Morgan, T. 2001. Acute Leukopenia A Case Study. Journal of Laboratory Medicine. Vol 32 (6). 323-326. Sasmito, Ediati, S. Mulyaningsih, E.K. Untari, dan Ratna Widyaningrum. 2006. Aktivitas Imunostimulan Susu Kedelai terhadap Imunoglobulin (IgG, IgA) dan Proliferasi Sel Limfosit Pada Mencit Balb/c yang Diinduksi Hepatitis A. Majalah Farmasi Indonesia.Vol 17(3). 156 – 161. Sawitri, Endang. 2008. Pengaruh Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum L.) terhadap Survival Mencit Balb/c yang Menderita Listeriosis. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol 1 (1). 7 – 13. Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. EGC kedokteran : Jakarta.
Siegrist, Claire-Anne. 2008. Vaccine Immunology. Saunders Elsevier. USA : Elsevier. Smith J.B., Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia. Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana Prenada. The
Jackson Laboratory. 2012. Mouse [www.phenome.jax.org] [1 Oktober 2012].
Phenome
Database.
Triana, E., Nurhidayat, N. 2006. Pengaruh Pemberian Beras yang Difermentasi oleh Monascus purpureus Jmba terhadap Darah Tikus Putih (Rattus Sp.) Hiperkolesterolemia. Jurnal Biodiversitas. Vol 7 (4). 317 – 321. Vaghasiya, J., M. Datani, K. Nandkumar, S. Malaviya, N. Jivani. 2010. Comparative Evaluation Of Alcoholic And Aqueous Extracts of Ocimum sanctum For Immunomodulatory Activity. International Journal on Pharmaceutical and Biological Research. Vol. 1(1). 25-29. Vieira, Karen. 2011. Improving Abnormal Result. Special Report. Workman, Barbara. 1999. Safe Injection Techniques. Journal of Nursing Standard. Vol 13 (39). 47-53.
75
Yona, S., Jung, S. 2009. Monocytes: Subsets, Origins, Fates and Functions. Department of Immunology, The Weizmann Institute of Science, Rehovot, Israel. Article 1.
76
Lampiran 1. Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan. Hipotesis Ho : perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit antar kelompok selama periode perlakuan tidak berbeda signifikan Ha : perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit antar kelompok selama periode perlakuan ada perbedaan yang signifikan
Pengolahan data dengan α = 0,05 Pengambilan keputusan : Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Mauchly’s Test of Sphericity Within Subject Effect Leukosit
Mauchly’s W
0,26
Approx. Chi Square 18,506
df
Signifikansi
5
0,002
Epsilon Greenhouse Huynh -Geisser -Feldt 0,619 0,798
Lowerbound 0,333
77
Hasil Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA Metode Uji Asumsi Bulat GreenhouseGeisser Huynh-Feldt Lower-bound
Sum of Square Tipe III 64450538,19
df
Mean Square
f
Signifikansi
6
10741756,37
6,472
0
64450538,19
3,717
17340704,84
6,472
0,001
64450538,19 64450538,19
4,786 2
13465388,62 32225269,1
6,472 6,472
0 0,009
Hasil Signifikansi < 0,05 Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan pada perubahan rata – rata hasil hitung jumlah total leukosit antar kelompok selama periode perlakuan
Gambar 7.1 Grafik Rata – Rata Jumlah Total Leukosit Selama Periode Perlakuan
78
Lampiran 2. Hasil Analisa Data Jumlah Total Leukosit Mencit dengan Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing Periode Perlakuan
Tujuan :
Untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan jumlah total leukosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu Ha : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Pengolahan data dengan α = 0,05 Pengambilan keputusan : Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
79
2.1 Periode Satu Hari
Uji Homogenitas Varian Levene Statistic 0,424
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,662
ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 19394652,78 39124791,67 58519444,44
df 2 15 17
Mean Square 96977326,389 2608319,444
F 3,718
Signifikansi 0,049
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05 Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu hari
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Kelompok II Kelompok III Kelompok I Kelompok III Kelompok I Kelompok II
Mean Difference
Standar Error
Signifikansi
-2275* -154,167 2275* 2120,833* 154,167 -2120,833*
932,43757 932,43757 932,43757 932,43757 932,43757 932,43757
0,028 0,871 0,028 0,038 0,871 0,038
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III > 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Upper Bound Bound
-4262,4436 -2141,6103 287,5564 133,3897 -1833,277 -4108,277
-287,5564 1833,277 4262,4436 4108,277 2141,6103 -133,3897
80
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit antara kelompok I dengan kelompok II, dan antara kelompok II dengan kelompok III pada periode perlakuan selama satu hari
Gambar 7.2 Grafik Perubahan Jumlah Total Leukosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Hari
2.2 Periode Satu Minggu
Uji Homogenitas Varian Levene Statistic 1,135
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,348
ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 36505208,33 86612604,17 123117812,5
df 2 15 17
Mean Square 18252604,17 5774173,611
F 3,161
Signifikansi 0,072
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA > 0,05 Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu minggu
81
Uji BNT tidak perlu dilanjutkan
Gambar 7.3 Grafik Perubahan Jumlah Total Leukosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Minggu
2.3 Periode Dua Minggu
Uji Homogenitas Varian Levene Statistic 1,947
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,177
ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 19001319,44 35912187,5 54913506,94
df 2 15 17
Mean Square 9600569,722 2394145,833
F 3,968
Signifikansi 0,041
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05 Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit antar kelompok pada periode perlakuan selama dua minggu
82
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Kelompok II Kelompok III Kelompok I Kelompok III Kelompok I Kelompok II
Mean Difference
Standar Error
Signifikansi
-195,833 -2270,833* 195,833 -2075* 2270,833* 2075*
893,33567 893,33567 893,33567 893,33567 893,33567 893,33567
0,829 0,023 0,829 0,035 0,023 0,035
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Upper Bound Bound
-2099,9332 -4174,9332 -1708,2666 -3979,0999 366,7334 170,9001
1708,2666 -366,7334 2099,9332 -170,9001 4174,9332 3979,0999
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II > 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit antara kelompok I dengan kelompok III, dan antara kelompok II dengan kelompok III pada periode perlakuan selama dua minggu
Gambar 7.4 Grafik Perubahan Jumlah Total Leukosit Pada Periode Perlakuan Selama Dua Minggu
83
Lampiran 3. Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan. Hipotesis Ho : perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit antar kelompok selama periode perlakuan tidak berbeda signifikan Ha : perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit antar kelompok selama periode perlakuan ada perbedaan yang signifikan
Pengolahan data dengan α = 0,05 Pengambilan keputusan : Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Mauchly’s Test of Sphericity Within Subject Effect Monosit
Mauchly’s W
0,027
Approx. Chi Square 49,471
df
Signifikansi
5
0
Epsilon Greenhouse Huynh -Geisser -Feldt 0,386 0,454
Lowerbound 0,333
84
Hasil Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA Metode Uji Asumsi Bulat Greenhouse-Geisser Huynh-Feldt Lower-bound
Sum of Square Tipe III 43,021 43,021 43,021 43,021
df
Mean Square
f
Signifikansi
6 2,316 2,723 2
7,17 18,576 15,801 21,51
7,709 7,709 7,709 7,709
0 0,003 0,002 0,005
Hasil Signifikansi < 0,05 Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan pada perubahan rata – rata hasil hitung persentase monosit antar kelompok selama periode perlakuan
Gambar 7.5 Grafik Rata – Rata Persentase Monosit Selama Periode Perlakuan
85
Lampiran 4. Hasil Analisa Data Persentase Monosit Mencit dengan Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing Periode Perlakuan
Tujuan : Untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan persentase monosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu Ha : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Pengolahan data dengan α = 0,05 Pengambilan keputusan : Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
86
4.1 Periode Satu Hari
Uji Homogenitas Varian Levene Statistic 3,838
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,045
Robust Test of Equality of Means Statistik 32,128 7,109
Welch Brown-Forsythe
df1 2 2
df2 6,879 6,577
Signifikansi 0 0,023
Hasil Signifikansi < 0,05 Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu hari
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Kelompok II Kelompok III Kelompok I Kelompok III Kelompok I Kelompok II
Mean Difference
Standar Error
Signifikansi
4,0833* 2,6667* -4,0833* -1,4167 -2,6667* 1,4167
1,09966 1,09966 1,09966 1,09966 1,09966 1,09966
0,002 0,028 0,002 0,217 0,028 0,217
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Upper Bound Bound
1,7395 0,3228 -6,4272 -3,7605 -5,0105 -0,9272
6,4272 5,0105 -1,7395 0,9272 -0,3228 3,7605
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III > 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit antara kelompok I dengan kelompok II, dan antara kelompok I dengan kelompok III pada periode perlakuan selama satu hari
87
Gambar 7.6 Grafik Perubahan Persentase Monosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Hari
4.2 Periode Satu Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic 2,436
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,121
ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 44,083 38,417 82,5
df 2 15 17
Mean Square 22,042 5,561
F 8,606
Signifikansi 0,003
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05 Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu minggu
88
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Kelompok II Kelompok III Kelompok I Kelompok III Kelompok I Kelompok II
Mean Difference
Standar Error
Signifikansi
3,8333* 1,9167 -3,8333* -1,9167 -1,9167 1,9167
0,92396 0,92396 0,92396 0,92396 0,92396 0,92396
0,001 0,056 0,001 0,056 0,056 0,056
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Upper Bound Bound
1,864 -0,0527 -5,8027 -3,886 -3,886 -0,0527
5,8027 3,886 -1,864 0,0527 0,0527 3,886
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III > 0,05
Kelompok II dengan kelompok III > 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit antara kelompok I dengan kelompok II pada periode perlakuan selama satu minggu
Gambar 7.7 Grafik Perubahan Persentase Monosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Minggu
89
4.3 Periode Dua Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic 2,013
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,168
ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 69,25 61,25 130,5
df 2 15 17
Mean Square 34,625 4,083
F 8,48
Signifikansi 0,003
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05 Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit antar kelompok pada periode perlakuan selama dua minggu
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Kelompok II Kelompok III Kelompok I Kelompok III Kelompok I Kelompok II
Mean Difference
Standar Error
Signifikansi
4,75* 3* -4,75* -1,75 -3* 1,75
1,16667 1,16667 1,16667 1,16667 1,16667 1,16667
0,001 0,021 0,001 0,154 0,021 0,154
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III > 0,05
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Upper Bound Bound
2,2633 0,5133 -7,2367 -4,2367 -5,4867 -0,7367
7,2367 5,4867 -2,2633 0,7367 -0,5133 4,2367
90
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase monosit antara kelompok I dengan kelompok II dan antara kelompok I dengan kelompok III pada periode perlakuan selama dua minggu
Gambar 7.8 Grafik Perubahan Persentase Monosit Pada Periode Perlakuan Selama Dua Minggu
91
Lampiran 5. Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA
Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat kelompok yang mengalami perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain selama periode perlakuan. Hipotesis Ho : perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit antar kelompok selama periode perlakuan tidak berbeda signifikan Ha : perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit antar kelompok selama periode perlakuan ada perbedaan yang signifikan
Pengolahan data dengan α = 0,05 Pengambilan keputusan : Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Mauchly’s Test of Sphericity Within Subject Effect Limfosit
Mauchly’s W
0,237
Approx. Chi Square 19,744
df
Signifikansi
5
0,001
Epsilon Greenhouse Huynh -Geisser -Feldt 0,531 0,662
Lowerbound 0,333
Hasil Uji Two-Way Repeated Measure ANOVA Metode Uji Asumsi Bulat Greenhouse-Geisser Huynh-Feldt Lower-bound
Sum of Square Tipe III 1027,493 1027,493 1027,493 1027,493
df 6 3,183 3,975 2
Mean Square 171,249 322,801 258,507 513,747
f
Signifikansi
30,022 30,022 30,022 30,022
0 0 0 0
92
Hasil Signifikansi Two-Way Repeated Measure ANOVA < 0,05 Kesimpulan : ada perbedaan yang signifikan pada perubahan rata – rata hasil hitung persentase limfosit antar kelompok selama periode perlakuan
Gambar 7.9 Grafik Rata – Rata Persentase Limfosit Selama Periode Perlakuan
93
Lampiran 6. Hasil Analisa Data Persentase Limfosit Mencit dengan Metode Uji One – Way ANOVA yang Dilanjutkan Uji BNT pada Masing – Masing Periode Perlakuan
Tujuan : Untuk mengetahui kelompok mana yang mengalami perubahan persentase limfosit secara signifikan dibandingkan kelompok lain pada periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase limfosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu Ha : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase limfosit antar kelompok pada masing – masing periode perlakuan selama satu hari, satu minggu, dan dua minggu
Pengolahan data dengan α = 0,05 Pengambilan keputusan : Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
94
6.1 Periode Satu Hari
Uji Homogenitas Varian Levene Statistic 9,93
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,002
Robust Test of Equality of Means Statistik 127,19 42,468
Welch Brown-Forsythe
df1 2 2
df2 8,024 7,665
Signifikansi 0 0
Hasil Signifikansi < 0,05 Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase limfosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu hari
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Kelompok II Kelompok III Kelompok I Kelompok III Kelompok I Kelompok II
Mean Difference
Standar Error
Signifikansi
-10,75* -18,4167* 10,75* -7,6667* 18,4167* 7,6667*
2,00762 2,00762 2,00762 2,00762 2,00762 2,00762
0 0 0 0,002 0 0,002
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Upper Bound Bound
-15,0292 -22,6958 6,4708 -11,9458 14,1375 3,3875
-6,4708 -14,1375 15,0292 -3,3875 22,6958 11,9458
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data persentase limfosit antara kelompok I dengan kelompok II, antara kelompok I dengan kelompok III, dan antara kelompok II dengan kelompok III pada periode perlakuan selama satu hari
95
Gambar 7.10 Grafik Perubahan Persentase Limfosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Hari
6.2 Periode Satu Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic 0,49
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,622
ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares df 1231,361 2 292,75 15 1524,111 17
Mean Square 615,681 19,517
F 31,546
Signifikansi 0
96
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05 Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase limfosit antar kelompok pada periode perlakuan selama satu minggu
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Kelompok II Kelompok III Kelompok I Kelompok III Kelompok I Kelompok II
Mean Difference
Standar Error
Signifikansi
-9,5833* -20,25* 9,5833* -10,6667* 20,25* 10,6667*
2,5506 2,5506 2,5506 2,5506 2,5506 2,5506
0,002 0 0,002 0,001 0 0,001
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Upper Bound Bound
-15,0198 -25,6865 4,1469 -16,1031 14,8135 5,2302
-4,1469 -14,8135 15,0198 -5,2302 25,6865 16,1031
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase limfosit antara kelompok I dengan kelompok II, antara kelompok I dengan kelompok III, dan antara kelompok II dengan kelompok III pada periode perlakuan selama satu minggu
97
Gambar 7.11 Grafik Perubahan Persentase Limfosit Pada Periode Perlakuan Selama Satu Minggu
6.3 Periode Dua Minggu
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic 3,617
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,052
ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares df 1693,361 2 326,875 15 2020,236 17
Mean Square 846,681 21,792
F 38,853
Signifikansi 0
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA < 0,05 Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan persentase limfosit antar kelompok pada periode perlakuan selama dua minggu
98
Uji BNT (Beda Nyata Terkecil)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III
Kelompok II Kelompok III Kelompok I Kelompok III Kelompok I Kelompok II
Mean Difference
Standar Error
Signifikansi
-12,4167* -23,75* 12,4167* -11,3333* 23,75* 11,3333*
2,69516 2,69516 2,69516 2,69516 2,69516 2,69516
0 0 0 0,001 0 0,001
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Upper Bound Bound
-18,1613 -29,4946 6,6721 -17,0779 18,0054 5,5887
-6,6721 -18,0054 18,1613 -5,5887 29,4946 17,0779
Hasil Signifikansi BNT
Kelompok I dengan kelompok II < 0,05
Kelompok I dengan kelompok III < 0,05
Kelompok II dengan kelompok III < 0,05
Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan pada data perubahan jumlah total leukosit antara kelompok I dengan kelompok II, antara kelompok I dengan kelompok III, dan antara kelompok II dengan kelompok III pada periode perlakuan selama satu dua minggu
Gambar 7.12 Grafik Perubahan Persentase Limfosit Pada Periode Perlakuan Selama Dua Minggu
99
Lampiran 7. Hasil Analisis Titer Antibodi Mencit Dengan Metode One – Way ANOVA, Dilanjutkan dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test)
Tujuan :
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan / jelas antara rata – rata titer semua kelompok data, dilanjutkan dengan Post Hoc Test (Tukey test dan Bonferroni test) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata / signifikan antara masing – masing kelompok data tersebut
Hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi semua kelompok data Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi kelompok data
Pengolahan data dengan α = 0,05 Pengambilan keputusan : Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
Deskriptif
Kelompok
N
Mean
SD
Standar Error
I II III
6 6 6
6,83 7,17 7
1,472 1,602 1,265
0,601 0,654 0,516
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Upper Bound Bound 5,29 8,38 5,49 8,85 5,67 8,33
Min
Max
5 6 6
8 10 9
100
Uji Homogenitas Varian
Levene Statistic 0,191
df1 2
df2 15
Signifikansi 0,828
ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 0,333 31,667 32
df 2 15 17
Mean Square 0,167 2,111
F 0,079
Signifikansi 0,924
Hasil Signifikansi One-Way ANOVA > 0,05 Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata titer antibodi semua kelompok data
Gambar 7.13 Grafik Rata – Rata Titer Antibodi Mencit Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan
101
Lampiran 8. Hasil Analisis Persentase Survival Rate Dengan Metode Kaplan – Meier
Tujuan :
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan
Hipotesis Ho : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan Ha : Ada perbedaan yang signifikan antara antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan
Pengolahan data dengan α = 0,05 Pengambilan keputusan : Jika signifikansi > α, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika signifikansi < α, maka Ha diterima dan Ho ditolak
102
Tabel Survival
Kelompok
I
II
III
Ulangan
Waktu (Hari Ke)
Status
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
1 2 7 7 7 7 5 7 7 7 7 7 2 7 7 7 7 7
0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1
Cumulative Proportion Surviving at the Time Standar Estimasi Error
0,833 0,667 0,833 0,833 -
N of Cumulative Event
N of Remaining Cases
1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 0
0,152 0,192 0,152 0,152 -
Nilai Rata – Rata (Mean) dan Nilai Tengah (Median) Survival Time Mencit Rata - rata Kelompok
I II III
Estimasi
5,167 6,667 6,167
Standar Error
1,065 0,304 0,761
Nilai Tengah
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Bound
Upper Bound
3,079 6,07 4,676
7,254 7,263 7,658
Estimasi
-
Keterangan : Kelompok I : kontrol negatif (hanya diberi makan dan minum) Kelompok II : kontrol positif (pemberian vaksin typhoid) Kelompok III : pemberian kurma tahnik
Standar Error
-
Tingkat Kepercayaan 95% Lower Bound
Upper Bound
-
-
103
Level Signifikansi Persentase Survival Rate Mencit Antar Kelompok Perlakuan Metode Uji Log Rank (Mantel-Cox) Breslow (Generalized Wilcoxon) Tarone-Ware
Chi-Square 0,817 0,995 0,905
df 2 2 2
Signifikansi 0,665 0,608 0,636
Hasil Signifikansi > 0,05 Kesimpulan : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase survival rate dari ketiga kelompok perlakuan
Gambar 7.14 Kurva Kaplan – Meier Persentase Survival Rate Mencit Selama Periode Infeksi Salmonella typhi
104
Lampiran
9.
Hasil
Pengukuran
Titer
Antibodi
dengan
Metode
Haemaglutination Antibody (HA) Setelah Dua Minggu Periode Perlakuan
Gambar 7.15 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok I
Gambar 7.16 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok II
105
Gambar 7.17 Haemaglutination Antibody (HA) Kelompok III