UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERBANDINGAN MUTU SEDIAAN SIMVASTATIN TABLET E-CATALOGUE BPJS DAN NON E-CATALOGUE BPJS
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
YUNNICA SRI HAPSARI 1112102000054
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA JULI 2016 ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Yunnica Sri Hapsari
NIM
: 1112102000054
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 19 Juli 2016
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama
: Yunnica Sri Hapsari
NIM
: 1112102000054
Program Studi : Farmasi Judul Skripsi
: Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet ECatalogue BPJS dan Non E-Catalogue BPJS
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt NIP. 19831028 200901 2 008
Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt.. NIP. 1946 022 719 740 31001
Mengetahui, Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. NIP. 197404302005012003 iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh
:
Nama
: Yunnica Sri Hapsari
NIM
: 1112102000054
Program Studi : Farmasi Judul Skripsi
: Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet ECatalogue BPJS dan Non E-Catalogue BPJS
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt
(
)
Pembimbing II : Drs. Umar Mansur, M. Sc., Apt.
(
)
Penguji I
: Ofa Suzanti Betha, M. Si., Apt.
(
)
Penguji II
: Lina Elfita, M. Si., Apt.
(
)
Ditetapkan di
: Ciputat
Tanggal
: 19 Juli 2016 v
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Yunnica Sri Hapsari : Farmasi : Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet ECatalogue BPJS dan Non E-Catalogue BPJS
Simvastatin adalah agen anti-hiperlipidemia yang banyak digunakan di seluruh dunia untuk pengobatan hiperkolesterolemia. Berbagai merek sediaan simvastatin beredar di masyarakat, sehingga perlu dilakukan uji perbandingan mutu sediaan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS. Dua obat e-catalogue BPJS dan dua obat non e-catalogue BPJS di uji kualitas fisik meliputi uji kekerasan dan uji waktu hancur, pengujian penetapan kadar dan uji keseragaman kandungan sesuai Farmakope Indonesia, serta uji profil disolusi menurut United States of Pharmacopeia XXXII (USP 32). Simvastatin yang terdisolusi diukur dengan spektrofotometer UV-vis. Hasil uji kualitas fisik yaknii uji kekerasan tablet dan uji waktu hancur tablet dari tablet e-catalogue BPJS dan tablet non e-catalogue BPJS telah memenuhi persyaratan. Hasil uji penetapan kadar untuk tablet ecatalogue BPJS sebesar 94,65% dan 87,90%, untuk tablet non e-catalogue BPJS sebesar 96,40% dan 94,73%, di mana terdapat satu merek tablet e-catalogue BPJS yang tidak memenuhi persyaratan. Hasil uji keseragaman kandungan untuk tablet e-catalogue BPJS dan tablet non e-catalogue BPJS telah memenuhi persyaratan. Hasil uji disolusi menunjukkan bahwa tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS memenuhi rentang penerimaan persyaratan pelepasan metode disolusi tes satu yang tercantum dalam USP 32. Hasil analisa statistik data persentase kumulatif simvastatin yang terlepas dari simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna tetapi tidak memiliki arti karena semua sampel telah memenuhi persyaratan uji disolusi. Berdasarkan hasil parameter uji penetapan kadar, tablet simvastatin non e-catalogue BPJS memiliki mutu yang relatif lebih baik dibandingkan dengan tablet simvastatin e-catalogue BPJS.
Kata Kunci : tablet simvastatin e-catalogue BPJS, tablet non e-catalogue BPJS, evaluasi tablet, uji disolusi, spektrofotometri UV-vis
vi
ABSTRACT Name Program Study Title
: Yunnica Sri Hapsari : Pharmacy : Quality Comparison of Simvastatin Tablet BPJS E-Catalogue and Non BPJS E-Catalogue
Simvastatin is an anti-hyperlipidemic agents which are widely used worldwide for the treatment of hypercholesterolemia. Various brands of simvastatin widely revolve, then quality comparisons is important to do. This study aimed to compare the quality of simvastatin tablet dosage BPJS e-catalog and non BPJS e-catalog. Two drug of BPJS ecatalog and two drug of non BPJS e-catalog had physical tested include by hardness test quality and disintegration test. The assay and uniformity of content is accordance Pharmacopoeia of Indonesia and the profiles of dissolution by the United States of Pharmacopeia XXXII (USP 32). Simvasatatin were dissolved was measured by UV-vis spectrophotometer. The physical test result of e-catalogue BPJS and non BPJS e-catalog tablets have fulfilled the requirements of physical testing ranges acceptance by Pharmacopeia of Indonesia. The test results of the assay for tablet e-catalog BPJS is 94.65% and 87,90%, meanwhile for non e-catalog tablet BPJS amounted to 96.40% and 94,73%, where there is one of e-catalog BPJS tablet that unfulfilled the requirements of assay testing. The results of tablet content uniformity testing for e-catalog BPJS and non BPJS e-catalog tablet have fulfilled the requirements ranges acceptance by Pharmacopeia of Indonesia. The dissolution testing results shows that the tablet of BPJS e-catalog and non-e-catalog BPJS have fulfilled the requirements ranges acceptance tests of the dissolution methods listed in USP 32. The results of the statistical analysis of data cumulative released percentage of simvastatin e-catalog BPJS and non BPJS e-catalog shows that there are significant differences but does not have meaning because all of the samples have fulfilled the requirements of dissolution testing. Based on the results of the test parameters of the assay, simvastatin tablets non BPJS e-catalog has a relatively better quality compared with simvastatin tablets BPJS e-catalog.
Keywords
: simvastatin tablets of BPJS e-catalog, simvastatin tablet of non BPJS e-catalog, tablet evaluation, tablet dissolution testing, UV-vis spectrophotometry
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai macam nikmat, karunia serta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Perbandingan Mutu Sediaan Simvastatin Tablet e-catalogue BPJS dan Non e-catalogue BPJS”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikikan Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses perkuliahan hingga penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis menyadari adanya beberapa pihak yang memberikan kontribusi kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Nelly Suryani, Ph.D., Apt selaku sekertaris Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. selaku pembimbing pertama dan Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt. selaku pembimbing kedua, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta memberikan ilmu terbaik yang dimiliki sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu staf pengajar yang telah memberikan ilmu pengetauan selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibunda Alm. Prapti, ayahanda Hadi Suryanto tersayang, dan keluarga tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, do’a dan nasihat tak terhingga yang tak akan pernah mampu penulis membalas semua itu, dan keponakan-keponakanku serta saudara-saudaraku yang memberikan do’a dan dukungan serta semangat kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. viii
7. Laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Rahmadi, Kak Eris, Kak Rani, Kak Lisna, Kak Tiwi dan Kak Walid yang dengan sabar membantu keseharian penulis di laboratorium selama penelitian. 8. Teman seperjuangan penelitian, Resha dan Zainab atas kebersamaan, bantuan serta motivasinya sejak awal penelitian hingga akhir penyelesaian skripsi ini. 9. Temanku Mita, Amelia, Dian Mutia, Dwi Haryati, Hasna dan ‘Afniah yang telah setia menemaniku selama di bangku perkuliahan, serta telah memberikan dukungan, motivasi, hiburan dan masukan kepada penulis selama pengerjaan skripsi dan selama masa perkuliahan. 10. Teman-teman Farmasi 2012, terima kasih atas persaudaraan dan kebersamaan kita dari awal masuk sampai akhir ini, semoga silahturahmi kita biasa tetap terjaga. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan, kritik dan saran pembaca diharapkan penulis untuk memperbaiki kemampuan penulis. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Ciputat, Juli 2016
Penulis
ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Yunnica Sri Hapsari
NIM
: 1112102000054
Program Studi : Farmasi Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis karya
: Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul :
PERBANDINGAN MUTU SEDIAAN SIMVASTATIN TABLET E-CATALOGUE BPJS DAN NON E-CATALOGUE BPJS
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat Pada Tanggal : 19 Juli 2016
Yang menyatakan,
Yunnica Sri Hapsari x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................................v ABSTRAK ................................................................................................................. vi ABSTRACT .............................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. xi DAFTAR ISI............................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv DAFTAR TABEL .....................................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................1 1.1 Latar Belakang .........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................3 1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................3 1.4 Hipotesis Penelitian .................................................................................3 1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................4 2.1 Penggolongan Obat..................................................................................5 2.2 Tablet .......................................................................................................7 2.3 Monografi Simvastatin ..........................................................................10 2.3.1 Sifat Fisikokimia ..........................................................................10 2.3.2 Mekanisme Kerja .........................................................................10 2.3.3 Efek Samping ...............................................................................11 2.4 Parameter Analisis Tablet ......................................................................11 2.4.1 Keseragaman Bobot Tablet ..........................................................11 2.4.2 Kekerasan Tablet ..........................................................................12 2.4.3 Kerapuhan Tablet .........................................................................12 2.4.4 Waktu Hancur Tablet ...................................................................13 2.4.5 Keseragaman Sediaan Tablet .......................................................13 2.4.6 Disolusi ........................................................................................14 2.5 Spektrofotometer UV-Vis......................................................................18 2.5.1 Teori Spektrofotometri .................................................................18 2.5.2 Komponen Spektrofotometri ........................................................19 2.5.3 Analisa Kualitatif .........................................................................20 2.5.4 Analisa Kuantitatif .......................................................................20 2.5.5 Hukum Lambert-Beer ..................................................................21
xi
BAB 3 METODE PENELITIAN.............................................................................23 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................23 3.2 Alat ......................................................................................................23 3.3. Bahan .....................................................................................................23 3.4 Prosedur Kerja .......................................................................................23 3.4.1 Pemilihan Sampel.........................................................................23 3.4.2 Parameter Evaluasi Tablet............................................................24 3.4.3 Penentuan Panjang Gelombang....................................................24 3.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi .........................................................25 3.4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ...........................................25 3.4.6 Keseragaman Kandungan.............................................................26 3.4.7 Uji Laju Disolusi Tablet Simvastatin ...........................................26 3.4.8 Analisa Statistik ...........................................................................27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................28 4.1 Pengambilan sampel ..............................................................................28 4.2 Evaluasi Fisik Tablet .............................................................................29 4.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum simvastatin.......................31 4.4 Penentuan Kurva Kalibrasi ....................................................................32 4.5 Penetapan Kadar Tablet Simvastatin .....................................................33 4.6 Keseragaman Kandungan ......................................................................35 4.7 Uji Disolusi Tablet Simvastatin .............................................................36 4.8 Analisa Statistik .....................................................................................42 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................43 5.1 Kesimpulan ............................................................................................43 5.2 Saran ......................................................................................................43 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................44 LAMPIRAN...............................................................................................................46
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 2.2 4.1 4.2 4.3
Halaman Struktur Simvastatin ..................................................................... 10 Disolusi obat dari Ssuatu Padatan Matriks .................................... 13 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Metanol ................... 32 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0 33 Profil Disolusi Simvastatin Empat Merek Obat ............................ 38
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6
Halaman Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet .......................................... 12 Hasil Uji Kekerasan Tablet.............................................................. 29 Hasil Uji Waktu Hancur .................................................................. 30 Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ............................... 34 Hasil Uji Keseragaman Kandungan ................................................ 35 Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin ......................... 38 Hasil Analisis Kesesuaian Pelepasan Simvastatin pada Menit ke-45 dari Empat Merek ............................................................................ 41 4.7 Persyaratan Pelepasan Obat Simvastatin Berdasarkan USP XXXII, Tahun 2010 ...................................................................................... 41
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman 1. Bagan Alur Penelitian ............................................................................. 47 2. Alat .................................................................................................. 48 3. Sertifikat Analisis Standar Simvastatin ........................................... 49 4. Hasil Uji Kekerasan Tablet.............................................................. 50 5. Hasil Uji Waktu Hancur Tablet. ...................................................... 50 6. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Metanol ....... 51 7. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Dapar fosfat .. 51 8. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol .................................. 52 9. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0 ............... 52 10. Data Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol .......................... 53 11. Data Kurva Kalibrasi dalam Medium Dapar Fosfat pH 7,0 ............ 53 12. Data Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin ................................ 53 13. Peritungan Persen Kadar pada Uji Penetapan Kadar....................... 54 14. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik A. 56 15. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik B. 56 16. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek X ... 57 17. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek Y ... 57 18. Perhitungan Persen Kadar pada Uji Keseragaman Kandungan....... 58 19. Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin ......................... 60 20. Perihitungan % Jumlah Kumulatif Simvastatin yang Terlepas ....... 61 21. Data hasil Analisa Statistik Uji Disolusi Tablet e-catalogue BPJS dan Non e-catalogue BPJS .............................................................. 62
iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Simvastatin
adalah
agen
anti-hiperlipidemia
yang
banyak
digunakan di seluruh dunia untuk pengobatan hiperkolesterolemia dan meminimalkan
tingkat
keparahan
pada
penyakit
jantung
kronis
(Scandinavian Simvastatin Survival Study Group. 1994). Berdasarkan hasil laporan IMS (Institute for Healthcare Informatics) pada tahun 2010 tablet generik simvastatin menempati peringkat kedua untuk obat yang paling banyak diresepkan yakni sebanyak 94,1 juta resep di seluruh dunia (Daniel J. DeNoon, 2011). Tablet simvastatin dalam perdagangan dijumpai dengan nama dagang dan generik, dimana obat dengan nama generik harganya jauh lebih murah dibanding dengan obat dengan nama dagang. Sementara masyarakat cenderung menilai bahwa kualitas obat identik dengan harga yang lebih tinggi, obat yang lebih mahal mutunya lebih baik daripada obat yang lebih murah harganya (Depkes RI, 1989). Parameter persyaratan mutu antara lain kualitas fisik sediaan dan kadar yang dikandung harus memenuhi persyaratan kadar yang tercantum dalam literatur yang berlaku seperti Farmakope Indonesia maupun literatur lain yang berlaku (Depkes RI, 1989). Sementara, obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur, keragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi. Oleh karena itu, uji disolusi harus dilakukan pada setiap tablet. Disolusi menggambarkan efek obat terhadap tubuh, jika disolusi memenuhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat pada tubuh (Syukri, 2002). Menurut sistem klasifikasi BCS (Biopharmaceutical Classification System), simvastatin termasuk golongan obat kelas II yaitu obat yang rendah kelarutannya dalam air dan tinggi permeabilitasnya (Amidon GL, 1995). Untuk obat yang memiliki kelarutan rendah seperti simvastatin,
1
2
sebaiknya dilakukan uji laju disolusi yang merupakan tahap penentu kualitas
terhadap
bioavailabilitasnya
(Sulaiman,
2007).
Disolusi
merupakan langkah penentu kecepatan onset of action dan aktivitas terapetik, oleh sebab itu uji disolusi perlu dilakukan untuk memastikan kualitas sediaan tablet simvastatin. Jaminan kualitas produk farmasi adalah sebuah cakupan konsep yang luas mengenai semua isu yang secara individual atau kolektif dapat mempengaruhi kualitas suatu produk. Dalam hal ini, uji disolusi in-vitro sangat penting untuk mengevaluasi variasi berbagai merek-merek obat guna memastikan kualitas dan khasiat dari produk sediaan. Hal ini sangat penting untuk memastikan produk yang aman dan efektif untuk pasien ketika berbagai merek yang berbeda beredar di masyarakat dengan zat aktif yang sama. Produk generik mungkin memiliki perubahan tertentu dalam bahan formulasi, bahan baku zat aktif, proses manufaktur, teknologi manufaktur, ukuran batch dan scale-up dari proses manufaktur, sehingga evaluasi kualitas sediaan dari berbagai merek tersebut perlu dilakukan (Bonûlio, R., dkk, 2011) Saat ini pemerintah sedang melaksanakan penjaminan kesehatan bagi masyarakat menengah ke bawah sebagai bagian dari pengembangan jaminan secara menyeluruh. Sistem jaminan kesehatan akan mendorong perubahan-perubahan mendasar seperti penataan standarisasi pelayanan, standarisasi tarif, penataan formularium dan penggunaan obat rasional, yang berdampak pada kendali mutu dan kendali biaya. Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dilakukan pengujian untuk membandingkan kualitas sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS dibandingkan dengan sediaan simvastatin tablet non e-catalogue BPJS demi keamanan dan pengendalian mutu sesuai dengan standar yang dicantumkan menggunakan metode evaluasi kelayakan tablet yang baik menurut Farmakope Indonesia dan USP XXXII.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
1.2
Rumusan Masalah Bagaimana mutu sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS menurut persyaratan kualitas fisik yang sesuai dengan Farmakope Indonesia, serta kadar dan profil disolusinya menurut USP XXXII?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
membandingkan
kualitas
Simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS dengan menggunakan metode yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia dan USP XXXII.
1.4
Hipotesis Penelitian Simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan simvastatin tablet non ecatalogue BPJS memiliki kualitas fisik, kadar, dan profil disolusi yang sama.
1.5
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kualitas simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS serta memberikan masukan kepada instansi terkait dan masyarakat mengenai mutu simvastatin tablet BPJS dan non BPJS.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penggolongan Obat Dalam pemasarannya, selain obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras terbatas dan psikotropika, dan obat narkotika. Obat juga dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian berdasarkan nama mereknya, antara lain adalah : a. Obat Paten b. Obat Generik Bermerek /Bernama dagang c. Obat Generik Obat paten atau specialité adalah obat milik perusahaan tertentu dengan nama khas yang diberikan produsennya dan dilindungi hukum, yaitu merek terdaftar (proprietary name). Dalam pustaka lain, obat paten adalah obat yang memiliki hak paten (Jas, 2007; Depkes, 2010). Menurut UU No. 14 Tahun 2001 paten adalah hak eksklusif yang diberikan Negara kepada investor kepada hasil invesinya dibidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan invesinya tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Invensi adalah ide Investor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan
pemecahan
masalah yang spesifik dibidang
teknologi dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan
produk atau proses. Investor
adalah seorang atau
beberapa orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan
ke
dalam
kegiatan
yang menghasilkan Invensi. Masa
berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun. Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif di Indonesia untuk memproduksi obat yang dimaksud. perusahaan lain tidak diperkenankan untuk memproduksi dan memasarkan obat serupa kecuali jika memiliki perjanjian khusus dengan pemilik paten.
4
5
Ada dua jenis obat generik, yaitu obat generik bermerek dagang dan obat generik berlogo yang dipasarkan dengan merek kandungan zat aktifnya. Dalam obat generik bermerek, kandungan zat aktif itu diberi nama (merek). a.
Obat Paten Obat paten adalah obat yang mempunyai hak paten dan diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang ditemukannya berdasarkan riset. Industri farmasi tersebut diberi
hak
paten
untuk
memproduksi
dan
memasarkannya, setelah melalui berbagai tahapan uji klinis sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional. Obat yang telah diberi hak paten tersebut tidak boleh diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh industri farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama masih dalam masa hak paten. b.
Obat Generik Bermerek atau Bernama Dagang Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 obat generik bermerek bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan (Depkes, 2010). Nama dagang ini sering disebut nama paten. Disebut obat paten karena pabrik penemu tersebut berhak atas paten penemuan obat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Selama paten tersebut masih berlaku, obat ini tidak boleh diproduksi oleh pabrik lain, baik dengan nama dagang pabrik peniru ataupun dijual dengan nama generiknya. Obat nama dagang yang telah habis masa patennya dapat diproduksi dan dijual oleh pabrik lain dengan nama dagang berbeda yang biasanya disebut sebagai me-too product di beberapa negara barat disebut branded generic atau tetap dijual dengan nama generik (Chaerunisaa, et. al,, 2009)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
Dalam pustaka lain, terdapat istilah yang berbeda yaitu obat
merek
dagang
(trademark).
Obat
merek
dagang
(trademark) adalah obat yang dibuat dengan mendapatkan lisensi dari pabrik lain yang obatnya telah dipatenkan (Jas, 2007). Untuk obat generik me-too pertama harus memenuhi seluruh standar yang digunakan dalam identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurniannya. Bahkan untuk obat generik me-too terdapat persaratan bioavailabilitas dan bioekivalensi dengan obat paten yang telah habis masa edarnya (Nanang, 2010) c.
Obat Generik Berdasarkan peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku
standar lainnya untuk zat khasiat
yang
dikandungnya. Dalam pustaka lain, obat generik (generic name) adalah obat dengan nama umum tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan (Jas, 2007). Kebijakan obat generik adalah salah satu kebijakan untuk mengendalikan harga obat, di mana obat dipasarkan dengan nama bahan aktifnya. Agar upaya pemanfaatan obat generik ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka kebijakan tersebut mencakup komponen-komponen berikut : 1. Produksi obat generik dengan Cara Produksi Obat yang Baik (CPOB). Produksi dilakukan oleh produsen yang memenuhi
syarat
CPOB
kebutuhan
akan
obat
dan
disesuaikan
generik dalam
dengan pelayanan
kesehatan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
2. Pengendalian mutu obat generik secara ketat. 3. Distribusi dan penyediaan obat generik di unit-unit pelayanan kesehatan. 4. Peresapan berdasarkan atas nama generik, bukan nama dagang. 5. Penggantian (substitusi) dengan obat generik diusulkan diberlakukan di unit-unit pelayanan kesehatan. 6. Informasi dan komunikasi mengenai obat generik bagi dokter dan masyarakat luas secara berkesinambungan. 7. Pemantauan dan evaluasi penggunaan obat generik secara berkala (Informatorium Obat Nasional Indonesia, 2000). 2.2
Tablet Tablet adalah sediaan padat kompak yang dibuat secara cetak, dalam tabung
bentuk
pipih
atau
sirkuler,
kedua
permukaannya
atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Anonim,1979). Dengan
kemajuan
pengetahuan serta adanya
di
bidang
tuntutan
teknologi
untuk
terus
dan
peningkatan
mengembangkan
bentuk sediaan, tablet terus dikembangkan dari tablet standar menjadi berbagai
jenis
keunggulan
dan
tablet yang
lain
keuntungan
yang
termasuk
menawarkan dalam
berbagai
hal peningkatan
bioavailabilitas, format dosis tablet yang lebih efisien, serta kenyamanan dalam penggunaan (Saifullah, 2007). Sediaan obat dalam bentuk tablet mempunyai keuntungan dibanding sediaan lain (Banker dan Anderson, 1986), yaitu: a. Bentuk sediaan dengan ketepatan ukuran dan variabilitas kandungan yang paling rendah. b. Ongkos pembuatan paling murah dan mudah diproduksi secara besar besaran. c. Bentuk sediaan yang paling ringan dan kompak sehingga mudah dikemas dan mudah dibawa kemana mana.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
d. Tablet paling mudah ditelan. e. Memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang baik. Selain berbagai keuntungan, tablet juga memiliki berbagai kelemahan, diantaranya (Saifullah, 2007) : a. Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompresibel sulit dibuat tablet karena tablet yang dihasilkan akan besar sehingga tidak acceptable b. Terdapat kendala dalam memformulasi zat aktif yang sulit terbasahi dan tidak larut, serta disolusinya rendah c. Kesulitan menelan pada anak-anak, orang sakit parah dan pasien lanjut usia d. Pasien yang menjalani radioterapi tidak dapat menelan tablet. Pada umumuya sediaan
tablet
mengalami
suatu
rangkaian
proses untuk mendukung onset kerjanya. Proses tersebut meliputi : 1. Disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat dari zat pembawa. Setelah tablet diminum, tablet akan mengalami proses disintegrasi di dalam
lambung menjadi granul-granul kecil
yang terdiri dari zat aktif dan bahan tambahan. Granul-granul akan pecah, dan zat aktif akan terlepas dari bahan tambahan yang kemudian akan terlarut pada larutan cerna. Bahan tambahan yang digunakan pada formulasi tablet sangat mempengaruhi kinetika pelarutan obat. Contoh bahan tambahan yang digunakan dalam sediaan tablet adalah : i.
Bahan pengisi yakni ditambahkan untuk mendapatkan berat yang diinginkan, bahan
tambahan
harus
bersifat inert. ii.
Bahan pengikat yakni digunakan untuk mengikat komponen-komponen tablet untuk dijadikan garanul
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
dengan ukuran yang sama dan bentuk speris setelah dipaksakan melewati ayakan. iii.
Bahan pengembang yakni digunakan untuk memecah tablet menjadi partikel kecil sehingga luas permukaan akan bertambah besar.
iv.
Bahan
pelicin
yakni
digunakan
untuk
meningkatkan daya alir granul-granul pada corong pengisi mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi gesekan antara butir-butir granul dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. (Soekemi, 1987) 2. Pelarutan obat dalam media. Obat akan dapat diabsorpsi bila dalam bentuk terlarut dalam media saluran cerna. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelarutan obat adalah derajat kehalusan obat dan bentuk kristal zat aktif. Semakin kecil ukuran partikel obat maka semakin luas
permukaan yang dimiliki untuk berinterakski dengan
media saluran cerna. Dengan demikian, akan mempercepat proses pelarutan obat. Zat aktif yang berbentuk amorf lebih baik diabsorpsi daripada yang berbentuk kristal karena senyawa obat yang berbentuk
amorf
memiliki sifat lebih mudah larut
dibandingkan bentuk kristal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
2.3
Monografi Simvastatin
2.3.1
Sifat Fisikokimia Rumus Bangun
Gambar 2.1 Struktur Simvastatin (WikiBooks, 2008)
Rumus molekul
: C25H38O
Sinonim
: butanoic acid, 2,2-dimethyl-,1,2,3,7,8,8ahexahydro-3,7dimethyl-8-[2-(tetrahydro-4hydroxy-6-oxo-2H-pyran-2yl)-ethyl]-1naphthalenylester,
Berat Molekul
: 418,57
Pemeriaan
: serbuk kristal berwaran putih sampai abu-abu, tidak higroskopis.
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan sangat larut dalam kloroform, metanol dan etanol.
2.3.2 Mekanisme Kerja Simvastatin merupakan senyawa yang diisolasi dari jamur Penicillium citrinum, senyawa ini memiliki struktur yang mirip dengan HMG-CoA reduktase. Simvastatin bekerja dengan cara menghambat HMG-CoA reduktase secara kompetitif pada proses sintesis kolesterol di hati. Simvastatin akan menghambat HMG-CoA reduktase mengubah asetil-CoA menjadi asam mevalonat (Witztum, 1996). Simvastatin jelas
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
menginduksi suatu peningkatan reseptor LDL dengan afinitas tinggi. Efek tersebut meningkatkan kecepatan ekstraksi LDL oleh hati, sehingga mengurangi simpanan LDL plasma (Katzung, 2002). Simvastatin merupakan prodrug dalam bentuk lakton yang harus dihidrolisis terlebih dulu menjadi bentuk aktifnya yaitu asam βhidroksi di hati, lebih dari 95% hasil hidrolisisnya akan berikatan dengan protein
plasma. Konsentrasi obat
bebas di dalam sirkulasi sistemik
sangat rendah yaitu kurang dari 5%, dan memiliki waktu paruh 2 jam. Sebagian besar obat akan dieksresi melalui hati. Dosis awal pemberian obat adalah sebesar 5-10 mg/hari, dengan dosis maksimal 40 mg/hari. Pemberian obat dilakukan pada malam hari (Witztum, 1996). 2.3.3 Efek Samping Efek samping dari pemakian Simvastatin adalah konstipasi, nausea, flatulen, diare, dispepsia, sakit perut, fatigue, nyeri dada dan angina, sstenia, miopathy, ruam kulit, rhabdomyolisis, hepatitis, angioneurotik edema terisolasi. Insiden terjadinya miopati cukup rendah (<1%). Akan tetapi, pada pada pasien dengan risiko tinggi terhadap gangguan otot, pemberian Simvastatin harus diperhatikan (Suyatna, 1995). 2.4
Parameter Analisis Tablet Pemeriksaan
kualitas
tablet
meliputi
keseragaman
bobot,
memenuhi
syarat
kekerasan kerapuhan daya serap dan waktu hancur. 2.4.1
Keragaman Bobot Tablet Tablet
tidak
bersalut
harus
memenuhi
keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing- masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rataratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet,
dapat
digunakan
10
tablet,
tidak
satu
tablet
pun
yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
kolom A dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B (Anonim, 1973). Tabel 2.1 Persyaratan Penyimpangan Bobot Tablet (Anonim, 1995)
2.4.2
Kekerasan Tablet Kekerasan ketahanan
merupakan
parameter
yang
menggambarkan
tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan,
kikisan dan terjadi keretakan tablet pengangkutan.
selama
pembungkusan
dan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan, semakin besar tekanan yang diberikan saat pentabletan maka akan meningkatkan kekerasan tablet. Kekerasan tablet yang baik mempunyai kekerasan atara 4 - 8 kg (Parrott, 1971). 2.4.3
Kerapuhan Tablet Kerapuhan tablet merupakan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik dinyatakan
terutama
goncangan
dan
pengikisan.
Kerapuhan
dalam persentase bobot yang hilang selama uji kerapuhan.
Tablet yang baik mempunyai nilai kerapuhan tidak lebih dari 1% (Parrott, 1971). Kerapuhan tablet dapat dihitung dengan rumus % kerapuhan
Keterangan : f : Friabilitas a : berat tablet awal b : berat tablet akhir
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
2.4.4
Waktu Hancur Tablet Waktu
hancur
tablet
adalah
waktu
yang
diperlukan
untuk
hancurnya tablet dalam waktu yang sesuai sehingga tidak ada bagian yang tertinggal diatas kasa. Waktu hancur dipengaruhi oleh sifat fisik granul dengan kekerasan (Banker dan Anderson, 1994). Waktu yang diperlukan untuk hancurnya tablet untuk medium yang sesuai kecuali dinyatakan lain tidak lebih dari 15 menit (Anonim, 1995). 2.4.5
Keseragaman Sediaan Tablet Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yairu keragaman bobot atau keragaman kandungan. Persyaratan keragaman bobot dapat diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif berkisar 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah lebih kecil, ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan. Untuk penetapan sediaan dipih tidak kurang dari 30 satuan (Ditjen POM, 1995) Persyaratan keseragaman sediaan dipenuhi, jika jumlah zat aktif 10 satuan sediaan yang ditetapkan dari cara keragaman bobot atay dalam keseragaman kandungan terletak antara kisaran yang telah ditetapkan pada literatur dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif . Jika kondisi tidak dipenuhi pada uji 10 satuan, makan uji 20 satuan tambahan dilakukan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 satuan terletak di luar rentang 75% hingga 125% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatig 7,8%
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
2.4.6
Disolusi Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu obat dari sediaan padat dalam medium tertentu (Wagner, 1971).
Gambar 2.2 Disolusi Obat dari Suatu Padatan Matriks (Martin, et al, 1993) Selain itu disolusi juga dikatakan sebagai hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan suatu dispersi homogen
bentuk ion
(dispersi molekuler)
sedangkan
kecepatan
pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan melarutnya zat kimia atau senyawa obat ke dalam medium tertentu dari suatu padatan (Martin et. al,, 1993; Wagner, 1971). Proses disolusi obat dari suatu matrik ditunjukkan pada Gambar 2.2. Secara keseluruhan kecepatan disolusi dapat digambarkan oleh persamaan Noyes-Whitney : dM/dt = (D S / h) (Cs - Cb) ................................................... (2.1) Keterangan : dM/dt : Laju pelarutan obat pada waktu t M
: Jumlah massa terlarut (mg atau mmol) terhadap t waktu (detik)
D
: Koefiesien laju disolusi (cm2/s)
S
: Luas permukaan partikel (cm2)
h
: Ketebalan dari lapisan film cair (stagment layer) yang terbentuk
Cs
: Konsentrasi obat (sama dengan kelarutan obat) dalam stagment layer)
Cb
: Konsentrasi obat dalam bagian terbesar pelarut
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
yang mirip dengan hukum difusi Fick (Shargel, et al, 2 005). Hukum difusi Fick secara matematik dinyatakan sebagai berikut: dM/dt = DSCs / h .................................................................. (2.2) Persamaan
Noyes-Whitney
memperlihatkan
bahwa
pelarutan dalam labu dapat dipengaruhi oleh sifat fisikokimia obat, formulasi dan pelarut. Obat dalam tubuh, terutama dalam saluran cerna dianggap mealrut dalam suatu lingkungan “aqueous”. Penetrasi obat melintasi dinding usus dipangaruhi oleh kemampuan obat berdifusi (D) dan partisi antar membran lipid. Suatu koefisien partisi yang mendukung (Kminyak/air) akan memindahkan absorpsi obat. Faktorfaktor yang mempengaruhi disolusi obat dari suatu bentuk sediaan oral padat meliputi (Shargel, Wu-Pong & Yu, 2005): (1) Sifat fisika dan Kimia bahan obat aktif Sifat-sifat fisikokimia obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi : kelarutan zat aktif, bentuk kristal, kompleksasi serta ukuran partikel. Sifat fisikokimia lain seperti kekentalan dapat menimbulkan masalah disolusi. (2) Sifat bahan tambahan Formulasi sediaan berkaitan dengan bentuk sediaan, bahan tambahan dan cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan terhadap laju disolusi tergantung kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Penggunaan bahan tambahan sebagai bahan pengisi, pengikat, penghancur dan pelicin dalam proses formulasi dapat
menghambat
tergantung
bahan
atau
mempercepat
tambahan
yang
laju
disolusi
digunakan.
Cara
pengolahan bahan baku, bahan tambahan dan prosedur yang dilakukan dalam formulasi sediaan padat peroral juga berpengaruh terhadap laju disolusi. Waktu pengadukan lama pada granulasi basah dapat menghasilkan granulgranul besar, keras dan padat sehingga pada proses
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
pencetakan dihasilkan tablet dengan waktu hancur dan disolusi yang lama. Faktor formulasi yang mempengaruhi laju disolusi diantaranya : kecepatan disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien (bahan tambahan) dan kekerasan. (3) Metode fabrikasi Dari studi biofarmasetik memberi fakta yang kuat bahwa metode fabrikasi dan formulasi dengan nyata mempengaruhi kualitas dan bioavailabilitas obat tersebut. Sifat ruah (curah) serbuk farmasetis termasuk ukuran partikel, kerapatan, aliran, wettability, dan luas permukaan. Beberapa sifat
tersebut penting dari pandangan proses
pabrikasi (manufaktur), misalnya kerapatan dan aliran, sedangkan sifat lainnya dapat berpengaruh kuat pada laju disolusi produk obat (ukuran partikel, wettability, dan luas permukaan). USP-NF (United States Pharmacopeia) mengatur standar untuk uji disolusi dan pelepasan. Kecepatan disolusi obat merupakan tahap sebelum obat berada dalam darah. Apabila suatu sediaan padat berada dalam saluran cerna, bahan berkhasiat harus terlarut, sesudah
itu barulah obat tersebut dapat melewati
membran saluran cerna. Obat yang larut baik dalam air akan melarut cepat dan berdifusi secara pasif. Sebaliknya, obat yang kelarutannya kecil kecepatan disolusi tidak larut atau disintegrasi sediaan relatif karena pengaruhnya kecil terhadap disolusi zat aktif (Syukri, 2002).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
Dari jenis alat, ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan yang tertera dalam masing-masing monografi: a) Alat 1 (Tipe Keranjang). Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu batang logam yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi (keranjang) berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm−175 mm, diameter 98 mm−106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus dan tanpa goyangan. Sebuah tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada bagian bawah batang logam yang digerakkan oleh motor yang kecepatannya dapat diatur. Wadah dicelupkan sebagian di dalam
suatu
tangas
air
yang
sesuai
sehingga
dapat
mempertahankan suhu dalam wadah pada ± C selama pengujian dan menjaga agar gerakan air halus dan tetap. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk mencegah penguapan digunakan suatu penutup yang pas. b) Alat 2 (Tipe Dayung). Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang logam sebagai pengaduk. Daun melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi dengan jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dasar wadah yang dipertahankan selama pengujian berlangsung. Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah
mengapungnya
sediaan (Ditjen POM, 1995).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
2.5 Spektrofotometer UV-Visible 2.5.1
Teori Spektrofotometri Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektrum UV-Vis mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini. Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban
pada
panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004). Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, sementara sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004). Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri ultraviolet yaitu: 1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum Panjang
gelombang
yang
digunakn
untuk
analisis
kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi absorbansi maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum dapat diperoleh dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku dengan konsentrasi tertentu. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimum, yaitu : a. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannnya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
b. Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum LamberBeer akan terpenuhi c. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal. 2. Pembuatan kurva kalibrasi Dilakukan dengan membuat seri larutan baku dalam berbagai konsentrasi kemudian asorbansi tiap konsentrasi di ukur lalu dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Kurva kalibrasi
yang lurus menandakan
bahwa kriteria regresi linier terpenuhi. 3. Pembacaan absorbansi sampel Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5 %. Hal ini disebabkan karena pada kisaran nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal. (Rohman dan Sudjaji, 2007) 2.5.2
Komponen Spektrofotometri UV-Visible Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang optimum, setiap komponen dari instrumen yang dipakai harus berfungsi dengan baik. Komponen-komponen spektrofotometri UV-Vis meliputi sumber sinar, monokromator, dan sistem optik. a. Sebagai sumber sinar; lampu deuterium atau lampu hidrogen untuk pengukuran UV dan lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel. b. Monokromator; digunakan dalam komponen-komponen
untuk mendispersikan sinar ke panjang
gelombangnya yang
selanjutnya akan dipilih oleh celah (slit). Monokromator berputar sedemikian rupa sehingga kisaran panjang gelombang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
dilewatkan pada sampel sebagai scan instrumen melewati spektrum. c. Optik-optik; dapat didesain untuk memecah sumber sinar sehingga sumber sinar melewati 2 kompartemen, dan sebagai mana dalam spektrofotometer berkas ganda (double beam), suatu
larutan
blanko dapat digunakan dalam
satu
kompartemen untuk mengkoreksi pembacaan atau spektrum sampel. Yang paling sering digunakan sebagai blanko dalam spektrofotometri adalah semua pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel atau pereaksi (Rohman, 2007).
2.5.3
Analisa Kualitatif Spektrofotometer UV-Vis digunakan terutama untuk analisa kuantitatif, tetapi dapat juga digunakan untuik analisa kualitatif. Untuk analisis kualitatif yang diamati adalah (Hardjono, 1985) : a. Membandingkan λ (panjang gelombang) maksimum b. Membandingkan serapan ( A ) , daya serap ( a ) c. Membandingkan bentuk spektrum serapannya.
2.5.4
Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif spektrofotometri dapat dilakukan dengan dua metode yaitu: 1. Metode Regresi Analisis kuantitatif dengan metode regresi yaitu dengan
menggunakan persamaan garis regresi
didasarkan dibuat
yang
pada harga serapan dan larutan standar yang
dalam
beberapa
konsentrasi,
paling
sedikit
menggunakan 5 rentang konsentrasi yang meningkat yang dapat
memberikan
serapan
linier,
kemudian
di
plot
menghasilkan suatu kurva yang disebut dengan kurva
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
kalibrasi.
Konsentrasi
suatu
sampel
dapat
dihitung
berdasarkan kurva tersebut. 2. Metode Pendekatan Analisis kuantitatif dengan cara ini dilakukan dengan membandingkan
serapan
standar
yang
konsentrasinya
diketahui dengan serapan sampel. Konsentrasi sampel dapat dihitung melalui rumus perbandingan C = As. Cb/ Ab Keterangan: As = Serapan sampel Ab = Serapan standar Cb = Konsentrasi standar C = Konsentrasi sampel (Holme, 1983).
2.5.5
Hukum Lambert-Beer Hukum Lambert-Beer (Beer’s law) adalah hubungan linearitas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit (Dachriyanus, 2004). Menurut
hukum
Lambert, serapan (A) berbanding lurus dengan
ketebalan lapisan (b) yang disinari : A= k. b Dengan bertambahnya ketebalan lapisan, serapan akan bertambah. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatis dan larutan yang sangat encer, serapan (A) dan konsentrasi (c) adalah proporsional: A= k. c Jika konsentrasi bertambah, jumlah molekul yang dilalui berkas sinar akan bertambah, sehingga serapan juga bertambah. Kedua persamaan ini digabungkan dalam hukum Lambert-Beer, maka diperoleh bahwa serapan berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan lapisan:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
A= k . c. B
Umumnya digunakan dua satuan c (konsenterasi zat yang menyerap) yang berlainan, yaitu gram per liter atau mol per liter. Nilai tetapan (K ) dalam hukum Lambert-Beer tergantung pada sistem konsentrasi mana yang digunakan. Bila c dalam gram perliter, tetapan tersebut disebut dengan absorptivitas (a) dan bila dalam mol per liter tetapan tersebut adalah absorbtivitas molar (∈ ). Jadi dalam sistem yang direkombinasikan, Hukum Lambert-Beer dapat mempunyai dua bentuk: A= a. b. c g/liter atau
A= ∈. b. c mol/liter .............................................. (2.3)
Keterangan
A = Serapan (tanpa dimensi)
:
a = absorptivitas (g-1 cm-1) b = ketebalan sel (cm) C = konsentrasi (g.I-1) ∈ = absorptivitas (M-1 cm-1) Penandaan lain untuk a adalah ekstingsi spesifik, koefisien ekstingsi, dan absorbsi spesifik, sedangkan ∈ adalah koefisien ekstingsi molar (Day and Underwood, 1999). Jadi, dengan Hukum Lambert-Beer konsentrasi dapat dihitung dari ketebalan sel serapan. Absorptivitas
merupakan suatu tetapan dan
spesifik untuk setiap molekul pada panjang gelombang dan pelarut tertentu. Menurut Roth dan Blaschke (1981), absorptivitas spesifik juga sering digunakan sebagai ganti absorptivitas. Harga ini memberikan serapan larutan 1% (b/v) dengan ketebalan sel 1 cm, sehingga diperoleh persamaan : A = A| . b. C .............................................................................. (2.4) Keterangan
:
A| = absorptivitas spesifik (ml g-1 cm-1) b = ketebalan sel (cm) C = konsentrasi senyawa terlarut (g/100 mL larutan)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di Labolatorium Formulasi Sediaan Padat dan Labolatorium Penelitian II Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini terhitung sejak bulan April 2016 hingga Mei 2016.
3.2
Alat Peralatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
meliputi
seperangkat alat disolusi (Erweka), termometer (Erweka), pH-meter (Horiba), timbangan analitik (Kern), magnetic stirer (Nouvo stirer), micropipet (Bio Rad), spuit injeksi 10 mL (Terumo), syringe filter (Sartorius), seperangkat alat Spektrofotometer UV-Visible (Hitachi), Hardness tester (Erweka), dan alat-alat gelas skala labolatorium. 3.3
Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Baku standar simvastatin (PT. Kimia Farma), tablet simvastatin e-catalogue BPJS yaitu tablet Simvastatin generik A dan simvastatin generik B, serta dua merk tablet Simvastatin non e-catalogue BPJS yaitu merek X dan merek Y, serta aquades, Sodium dihidrogen fosfat (Merck), sodium hidroksida (Merck), Sodium lauril sulfat (Merck) dan metanol (Merck).
3.4
Prosedur Penelitian
3.4.1
Pemilihan Sampel Sampel obat yang diteliti adalah tablet standar simvastatin yang beredar di masyarakat sesuai dengan e-catalog BPJS. Kriteria pemilihan sampel berdasarkan tahun kedalwarsa yang sama dan berasal dari apotek yang sama. Dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
23
24
Purposive Sampling. Dari setiap subpopulasi dipilih merek yang paling sering digunakan dan diresepkan (Sugiyono, 2007), kemudian diambil sebanyak 25% dari masing-masing subpopulasi (Balai POM, 2014)..
3.4.2
Parameter Evaluasi Tablet 3.4.2.1 Kekerasan Tablet Diambil sampel obat yang akan diteliti masing-masing tablet
sebanyak
10
tablet
kemudian
diuji
kekerasannya
menggunakan alat Hardness tester (Ditjen POM, 1995).
3.4.2.2 Uji Waktu Hancur Diambil sampel obat yang akan diteliti masing-masing tablet sebanyak 6 tablet kemudian diuji waktu hancurnya menggunakan alat Disintegrasi Tester. Uji waktu hancur dilakukan dengan menghitung waktu hancur masing-masing 6 tablet dari masing-masing sampel dalam medium aquades sebanyak 900 mL dengan suhu ± 370 C selama 15 menit (Ditjen POM, 1995).
3.4.3
Penentuan Panjang Gelombang Simvastatin Penentuan panjang gelombang maksimum simvastatin dilakukan dengan menggunakan membuat larutan induk 1000 μg/ml Simvastatin dengan melarutkan 100 mg sampel simvastatin dalam pelarut metanol sampai tanda batas labu ukur 100 mL (Asha Jyothi, dkk, 2013). Larutan ini selanjutnya disebut sebagai larutan induk. Kemudian dari larutan induk ini, dibuat larutan 100 ppm dengan mengambil 10 mL dan diencerkan dengan pelarut metanol hingga 100 mL. Dari larutan 100 ppm lalu dibuat larutan 10 ppm dengan mengambil 1 mL diencerkan dengan pelarut metanol hingga 10 mL. Larutan diamati absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 400-200 nm
dan
ditentukan panjang
gelombang maksimumnya (Rupinder Kaur, dkk, 2013, telah diolah kembali).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
3.4.4
Pembuatan Kurva Kalibrasi Dari larutan induk 1000 µg/mL yang telah dibuat pada metode kerja sebelumnya pada poin 3.4.3 kemudian dibuat larutan simvastatin 100 µg/mL dengan memipet 1 mL dari larutan induk lalu diencerkan dalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan dengan metanol hingga tanda batas. (Asha Jyothi, dkk, 2013), Kurva kalibrasi dibuat dengan larutan simvastatin dengan seri konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 µg/ml yang dibuat dari larutan simvastatin 100 µg/mL kemudian diencerkan dengan metanol, yakni dari larutan induk 100 µg/mL simvastatin dipipet 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 ; 1,2 ml dan masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml lalu dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda sehingga diperoleh konsentrasi 2,0; 4,0; 6,0; 8,0; 10 dan 12 µg/mL. Masing-masing
larutan
diukur
serapannya
dengan
spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 238,5 nm, kemudian dibuat kurva regresi linear antara kadar simvastatin dan serapannya sehingga diperoleh persamaan regresi linear y = a + bx (Mariyam, R, 2011, telah dioleh kembali).
3.4.5
Penetapan Kadar Tablet Simvastatin Uji penetapan kadar tablet Simvastatin dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer UV-Visible dengan pelarut metanol. Ditimbang 20 tablet Simvastatin dari masing-masing keempat sampel dan
hitung berat rata-ratanya. Tablet diserbukkan, ditimbang
setara lebih kurang 100 mg simvastatin kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan dengan 100 mL pelarut metanol lalu kocok hingga terlarut. Kemudian larutan tersebut disaring sehingga diperoleh larutan simvastatin dengan konsentrasi 1000 µg/ml. Masingmasing larutan disaring dengan membran filter 0,45 µm. Dari filtrat hasil penyaringan diambil 1 mL, kemudian diencerkan dengan metanol hingga 100 mL. Larutan ini mengandung kurang lebih 10 µg/ml
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
Simvastatin (± 10 ppm). Serapan larutan diukur dengan Spektrofotometer UV-Visible dengan panjang gelombang 238,5 nm (K. Naga Raju, 2012). Kemudian
hasil
serapan
dihitung
kadarnya
dengan
menggunakan persamaan regresi linear yang telah didapatkan pada pembuatan kurva kalibrasi. Tiap simvastatin tablet mengandung tidak kurang dari 90,0 % dan
tidak
lebih dari 110,0 % dari
Jumlah
Simvastatin anhidrat yang tertera pada etiket (USP XXXII, NF 27, 2010)
3.4.6
Keseragaman Kandungan Sebanyak 10 tablet Simvastatin ditetapkan kadarnya satu per satu dengan menggunakan prosedur penetapan kadar. Persyaratan keseragaman sediaan dipenuhi, jika jumlah zat aktif 10 satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keragaman bobot atau dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,0 % hingga 115,0 % yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, uji 20 satuan tambahan dilakukan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak di luar rentang 75% hingga 125% dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif dari 7,8% (Ditjen POM, 1995).
3.4.7
Uji Laju Disolusi Tablet Simvastatin Uji disolusi tablet Simvastatin dilakukan sesuai cara yang tercantum dalam The United States of Pharmacopeia XXXII (USP XXXII) berdasarkan uji 1, karena di dalam Farmakope Indonesia edisi IV belum tercantum prosedur uji disolusi tablet Simvastatin. Uji Disolusi tes 1 dilakukan menggunaan alat uji disolusi tipe 2 (tipe dayung) pada suhu 370 ± 0,50 C dengan kecepatan 50 rpm selama 60 menit. Uji disolusi dilakukan pada medium 900 mL larutan buffer fosfat pH 7,0. Medium yang digunakan yaitu larutan Buffer dengan pH 7,0 yang telah disiapkan dengan 8,28 gram sodium dihydrogen fosfat dan ditambahkan 0,5 % w/v atau sekitar 30 gram natrium lauril sulfat dalam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
6000 ml aquades dan pH diatur sampai 7,0 dengan 10% w/v NaOH (USP XXXII, NF 27, 2010) Proses pengambilan cuplikan sampel dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 10 ml dengan menggunakan spuit yang telah dikalibrasi sebelumnya. Setelah pencuplikan sampel dilakukan penggantian medium disolusi, yaitu
degnan
menambahkan 10 mL
medium disolusi ke dalam wadah disolusi. Sampel yang telah dicuplik disaring dengan memasang membran filter berukuran 0,45 µm ke spuit, sebanyak ±1 ml sampel awal dibuang dan sisanya ditampung di dalam tabung reaksi yang bersih (Sakina, 2013). Masing-masing cuplikan kemudian diukur serapannya dengan Spektrofotometer UV-Visible pada panjang gelombang 238,8 nm.
3.4.8
Analisis Statistik Pengolahan data dilakukan secara statistik dengan menggunakan metode komparatif one way ANOVA dengan program SPSS 16. Analisis statistik dilakukan terhadap data presentase kadar simvastatin yang terdisolusi tiap waktu dari keempat sampel obat. Sebelum dilakukan uji komparatif one way ANOVA, data presentase kadar simvastatin yang terdisolusi tiap waktu dari keempat sampel obat dilakukan uji normalitas distribusi dengan uji Saphiro Wilk dan uji hohogenitas data antar kelompok dengan metode Levene’s Test. Data dikatakan terdistribusi normal dan hohmogen jika nilai sig > 0,05. Uji komparatif one way ANOVA dilakukan pada derajat kepercayaan 0,95 (p= 0,05). Dalam hal rancangan ini dapat diuji data presentase kadar simvastatin yang terdisolusi tiap antar sampel terdapat perbedaan bermakna bila dapat diketahui dengan melihat signifikansi (p). Bila nilai p yang dihasilkan <0,05, maka terdapat perbedaan yang bermakna antar data presentase kadar simvastatin yang terdisolusi tiap waktu antar keempat sampel obat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Pengambilan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sediaan simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Teknis Pengertian Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel digunakan untuk penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi (Sugiyono, 2007). Dari setiap subpopulasi dipilih merek yang paling sering digunakan dan diresepkan, informasi ini didapatkan dengan melakukan survei di 20 Apotek yang ada di Jakarta Timur. Sampel yang diperoleh dari beberapa apotek dikarenakan ketersediaan jenis merek di setiap apotek dengan mengambil sebanyak 25% dari masing-masing subpopulasi (Balai POM, 2014). Dari tablet e-catalogue BPJS terdapat 5 merek, sehingga 25% dari subpopulasi tablet e-catalogue diambil 2 merek, sementara untuk tablet non e-catalogue BPJS terdapat 8 merek, sehingga 25% dari subpopulasi tablet non e-catalogue BPJS diambil 2 merek. Pada uji ini memilih simvastatin tablet generik A serta tablet generik B sebagai tablet e-catalogue dan merek X serta merek Y sebagai obat non ecatalogue BPJS yang masing-masing terkandung zat aktif simvastatin 10 mg tiap tabletnya. Kriteria pemilihan sampel
berdasarkan
tempat
pembelian dan tahun kedalwarsa yang sama, yaitu dari apotek Gadi Lamba di Jakarta Timur dan memiliki tahun kedaluarsa yang sama yaitu tahun 2018. Tempat dan tahun kedaluarsa yang sama dipilih untuk meminimalkan faktor kesalahan luar, seperti kondisi dan penyimpanan obat diharapkan setara karena berasal dari tempat penyimpanan yang sama meskipun dari pabrik yang berbeda.
28
29
4.2
Evaluasi Fisik Tablet 4.2.1
Kekerasan Tablet Uji kekerasan tablet bertujuan untuk memperoleh gambaran tetang ketahanan tablet melawan tekanan mekanik (guncangan), tekanan pada saat pengemasan, distribusi, dan penyimpanan. Dilakukan pengujian terhadap 10 tablet dari masing-masing sampel (Ditjen POM, 1995).
Alat yang digunakan pada
pengujian ini
adalah Hardness tester (ERWEKA) dengan unit kP (kilopound). Dan didapatkan hasil pada Tabel 4.1 yang telah di konversikan menjadi satuan kg dan data hasil uji kekerasan tablet terdapat pada Lampiran 4. Tabel 4.1 Hasil Uji Kekerasan Tablet (Hardness Tester) Kekerasan (kg) Tablet
e-catalogue BPJS Generik A Generik B
Ratarata
6,18 ± 7,641
11,55 ± 9,606
Non e-catalogue BPJS Merek X Merek Y 8,01 ± 5,065
11,05 ± 13,71
Hasil yang didapatkan ialah dari masing-masing 10 tablet yang berasal dari empat merek obat memiliki variasi kekerasan yang
berbeda-beda.
menggambarkan
Kekerasan
ketahanan
adalah
tablet dalam
parameter
yang
melawan tekanan
mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan tablet selama pengemasan, pendistribusian dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Semakin besar tekanan yang diberikan saat penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet (Parrot, 1971). Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu hancur yang lama atau lebih sukar hancur dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya demikian.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara
4 - 8 kg (Parrot, 1971). Namun hal ini tidak
mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu hancur (disintegrasi) dan disolusi yang dipersyaratkan (Rhoihana, 2008).
4.2.2
Waktu Hancur Uji waktu hancur dilakukan bertujuan untuk mengetetahui waktu yang dibutuhkan untuk hancurnya tablet menjadi partikelpartikel penyusunnya bila kontak dengan cairan. Waktu hancur tablet juga menggambarkan cepat lambatnya tablet hancur dalam cairan pencernaan. Dilakukan pengujian terhadap masing-masing enam tablet dari masing-masing sampel, pada medium akuades suhu ± 370 C (Ditjen POM, 1995). Hasil yang diperoleh tertera pada tabel 4.2 dan data hasil uji waktu hancur terdapat pada Lampiran 5. Tabel 4.2 Hasil Uji Waktu Hancur (Disintegration Tester) Waktu (Detik) e-catalogue BPJS Tablet
Rerata
Non e-catalogue BPJS
Generik A
Generik B
Merek X
Merek Y
47,17 ± 8,99
322,50 ± 10,67
55,17 ± 2,64
60,33 ± 2,73
Berdasarkan hasil yang diperoleh semua tablet telah memenuhi syarat uji waktu hancur karena masing-masing 6 tablet dari keempat merek yang diuji waktu hancurnya kurang dari 15 menit sehinnga dianggap telah memenuhi persyaratan waktu hancur
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
tablet. Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan No.10 yang terdapat di bagian bawah alat
uji.
Alat
yang
(ERWEKA), yang
digunakan
berbentuk
adalah disintegration
keranjang,
tester
mempunyai 6 tube
plastik yang terbuka di bagian atas, sementara di bagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen No. 10 mesh. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan
tablet
yaitu sifat
fisik
granul,
kekerasan,
porositas
tablet, dan daya serap granul. Penambahan tekanan pada waktu pembuatan tablet menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet. Tablet simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS yang telah diuji dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan untuk waktu hancur tablet, sedangkan untuk uji kekerasan terdapat beberapa tablet yang melebihi rentang persyaratan yang telah ditetapkan. Tablet yang tidak memenuhi persyaratan uji kekerasan masih dapat diterima apabila tablet tersebut memenuhi persyaratan uji waktu hancur dan uji disolusi (Yos Banne, et. al,, 2013) 4.3
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin Penentuan panjang gelombang maksimum simvastatin dilakukan dalam pelarut metanol. Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan cara scanning pada panjang gelombang 200-400 nm. Di antara rentang panjang gelombang tersebut dicari panjang gelombang dengan absorbansi yang paling hinggi. Dari hasil pemindaian dari spektrofotometer Uv-Vis diperoleh panjang gelombang maksimum simvastatin yaitu 238,5 nm dalam metanol dapat dilihat pada Lampiran 6 dan panjang gelombang 238,8 nm dalam dapar fosfat dapat dilihat pada Lampiran 7.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
Simvastatin pada pelarut metanol memiliki panjang gelombang 238 nm menurut USP XXXII tahun 2010. Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh,
panjang
gelombang
simvastatin
mengalami
pergeseran
batokromik, yaitu pergeseran panjang gelombang ke arah lebih besar. Pergeseran panjang gelombang dapat terjadi karena adanya pengaruh dari pelarut dan pH pelarut, di mana pelarut sering memberikan pengaruh yang besar pada kualitas dan bentuk dari spektrum (Moffat, et. al, 2005)
Penentuan Kurva Kalibrasi Kurva kalibrasi digunakan untuk penetapan kadar tablet simvastatin, yang kadarnya dapat dihitung melalui persamaan regresi liner. Kurva kalibrasi standar simvastatin dibuat menggunakan pelarut metanol yang kemudian diencerkan kembali menggunakan pelarut aquades.
Dari
pembuatan kurva kalibrasi simvastatin diperoleh persamaan regresi linier y = a + bx dan koefisien korelasi (r), di mana y menggambarkan absorbansi dan x menggambarkan konsentrasi. Persamaan regresi linier simvastatin adalah y = 0,06x + 0,0036 sedangkan data kurva kalibrasi yang lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.1 0,8 y = 0,06x + 0,0036 R² = 0,9998 R = 0,9999
0,7
Absorbansi
4.4
0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0
2
4
6
8
10
12
14
Konsentrasi (ppm) Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Metanol
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
Persamaan regresi linier tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan
kadar
simvastatin
dalam
sampel.
Berdasarkan
data
menunjukkan bahwa kurva kalibrasi simvastatin tersebut memiliki koefisien korelasi (r) yang memenuhi syarat linearitas yaitu r ≥ 0,999 (Snyder, Kirkland dan Glajch, 1997). Pada kurva kalibrasi uji disolusi didapatkan persamaan regresi linier y = 0,0555x + 0,0124 sedangkan data kurva kalibrasi yang lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.2. 1,2 y = 0.0555x + 0.0124 R² = 0.9994 R = 0,9997
Absorbansi
1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0
5
10
15
20
Konsentrasi (ppm) Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Standar Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0
Persamaan regresi linier tersebut kemudian digunakan untuk menetapkan kadar simvastatin dalam pengujian disolusi tablet. Berdasarkan data menunjukkan bahwa kurva kalibrasi simvastatin tersebut memiliki koefisien korelasi (r) yang memenuhi syarat linearitas yaitu r ≥ 0,999 (Snyder, Kirkland dan Glajch, 1997).
4.5
Penetapan Kadar Tablet Simvastatin Penetapan kadar zat aktif bertujuan untuk mengetahui nilai kadar zat aktif yang terkandung di dalam suatu sediaan sesuai dengan yang tertera pada etiket dan memenuhi syarat seperti yang tertera pada masingmasing monografi (Syamsumi, 2007)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
Penetapan kadar dilakukan menggunakan spektrofotometer UVVisible (Hitachi) dalam
pelarut
metanol. Penetapan kadar simvastatin
dapat dilakukan dengan spektrofotometri karena memiliki gugus kromofor yang berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan gugus auksokrom. Penggunaan pelarut metanol
karena simvastatin mudah larut dalam
metanol, selain itu juga didukung oleh literatur USP (United States Pharmacopeia) XXXII tahun 2010 yang menggunakan metanol sebagai pelarut untuk penetapan kadar simvastatin. Hasil penetapan kadar obat tertera pada Tabel 4.3 dan data hasil uji penetapan kadar terdapat pada Lampiran 12. Tabel 4.3 Hasil Uji Penetapan Kadar Tablet Simvastatin e-catalogue BPJS Tablet
Non e-catalogue BPJS
Generik A
Generik B
Merek X
Merek Y
95,06
87,23
96,90
95,40
94,23
88,56
95,90
94,06
Rerata (%)
94,65
87,90
96,40
94,73
SD (%)
0,589
0,942
0,707
0.942
RSD (%)
0,622
1,072
0,733
0,995
Kadar (%)
Berdasarkan hasil dari data yang tertera pada tabel terdapat satu merek yakni generik B yang tidak memenuhi persyaratan yaitu kurang dari rentang persyaratan untuk kadar simvastatin yang berkisar tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah simvastatin anhidrat yang tertera pada etiket (USP XXXII,NF 27, 2010). Sementara untuk ketiga merek lain yakni generik A,
merek X dan merek Y telah memenuhi
persyaratan. Adapun
kadar
suatu
obat
dalam
mempengaruhi efek terapi yang diharapkan.
suatu
sediaan
farmasi
Namun kadar yang tidak
sesuai dengan kadar yang telah ditetapkan pada suatu senyawa obat tertentu juga dapat berefek buruk, baik ditunjukkan dengan tidak adanya efek terapi yang diharapkan, sehingga bila terdapat kadar yang tidak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
sesuai dengan persyaratan maka dapat mempengaruhi jumlah kumulatif kadar
terdisolusinya
dan
juga
berdampak
pada
khasiat
maupun
farmakokinetik obat tersebut.
4.6
Keseragaman Kandungan Keseragaman
sediaan
merupakan
salah
satu
uji
yang
dipersyaratkan untuk suatu sediaan yang mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif.
Keseragaman dapat
ditetapkan dengan salah satu dari dua metode yaitu keragaman bobot atau keseragaman kandungan (Ditjen POM, 1995).
Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa kandungan zat aktif pada sampel obat seragam. Pada penelitian ini, pengujian keseragaman sediaan yang dilakukan hanya keseragaman kandungan karena zat aktif yang terkadung dalam sediaan kurang dari 50 mg yaitu 10 mg. Sementara untuk keragaman bobot dilakukan apabila produk obat mengandung zat aktif berkisar 50 mg atau lebih (Ditjen POM, 1995). Hasil uji keseragaman kandungan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14, 15, 16, dan 17. Tabel 4.4 Hasil Uji Keseragaman Kandungan Kandungan (%) Tablet
Simvastatin e-catalogue BPJS
Simvastatin Non ecatalogue BPJS Merek X Merek Y 101,75 94,38
Generik A 93,31
Generik B
Rerata (%) SD (%)
4,276
3,463
2,280
2,512
RSD (%)
4,583
3,773
2,241
2,661
91,78
Berdasarkan hasil uji keseragaman kandungan yang dilakukan untuk keempat merek obat, masing-masing tablet telah memenuhi persyaratan yang dicantumkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV tahun 1995. Dari hasil tersebut terdapat perbedaan kadar simvastatin dalam masing-masing tablet yang diproduksi oleh
pabrik yang berbeda disebabkan oleh proses
homogenitas yang kurang sempurna antara zat aktif dan bahan tambahannya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
Berdasarkan hasil uji keseragaman kandungan untuk simvastatin persyaratan dipenuhi jika mengandung simvastatin tidak kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari kadar yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatifnya kurang dari sama dengan 6,0%. Dengan demikian semua merek uji telah memenuhi persyaratan keseragaman kandungan.
4.7
Uji Disolusi Tablet simvastatin Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan profil disolusi tablet simvastatin e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS sehingga dapat diketahui apakah profil disolusi sediaan
tersebut memiliki persamaan dan
telah sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh USP XXXII dan melalui profil disolusi juga dapat diketahui mekanisme pelepasannya. Uji disolusi in vitro merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui profil pelepasan obat yang dapat menggambarkan profil farmakokinetika obat dalam tubuh (Lachman, 1994), di mana laju pelepasan obat dalam cairan saluran cerna merupakan salah satu tahapan penentu (rate limiting step) absorpsi sistemik obat (Sutriyo, et. al,, 2005) Uji disolusi dilakukan berdasarkan metode yang ditetapkan USP XXXII yaitu metode uji disolusi tes satu, yakni menggunakan alat disolusi tipe 2 (tipe dayung), sementara medium disolusi ialah cairan usus tiruan (dapar fosfat di adjust NaOH hingga pH 7,0) sebanyak 900 mL beserta surfaktan Natrium
Lauril Sulfat yang bertujuan untuk membantu meningkatkan
kelarutan
simvastatin dengan
sebab simvastatin
termasuk
menurunkan tegangan permukaan zat aktif dalam
kategori BCS (Biopharmaceutical
Classification Systems) kelas II, yaitu zat yang memiliki tingkat kelarutan rendah namun tingkat permeabilitas tinggi. Selain medium yang digunakan menggambarkan fisiologis saluran cerna, sifat medium disolusi juga merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam uji disolusi. Media yang digunakan tergantung sifat zat aktif obat dan lokasi di dalam saluran cerna di mana diperkirakan obat akan melarut. Menurut literatur, semua obat golongan statin memiliki first pass extraction pada hati dan hampir seluruh dosis yang diabsorbsi akan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
dieksresikan melalui empedu dan sisanya (5 - 20%) dieksresikan melalui urin (Katzung, 2009). Ileum atau usus penyerapan adalah bagian akhir dari usus kecil. Bagian ini memanjang dari jejunum, bagian tengah dari usus kecil, ke pangkal usus besar. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa). Ileum melakukan beberapa fungsi penting yaitu menyerap kembali garam empedu dan membantu mempertahankan tingkat garam empedu bagi pencernaan dan penyerapan lemak di usus kecil (Haris, 1995). Empedu berperan penting dalam pelarutan simvastatin, karena struktur kimia empedu memberikan dua fungsi berbeda yaitu salah satu ujung dari molekul empedu menarik air dan ujung lainnya menolak air. Hal ini memberikan empedu kemampuan untuk bertindak sebagai deterjen yang memecah lemak menjadi molekul yang lebih kecil sehingga mudah dicerna oleh enzim lipase (Champbell, 2004). Oleh sebab itu, penggunaan natrium lauril sulfat sebagai detergen dapat digunakan untuk menggambarkan fisiologis saluran cerna. Penggunaan natrium lauril sulfat juga merupakan rujukan oleh literatur USP XXXII. Uji disolusi dilakukan selama 60 menit pada suhu 37 ± 0,5 0C, dan kecepatan pengadukan 50 rpm (USP XXXII, 2010). Pengambilan cuplikan sampel dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 10 mL dan segera digantikan dengan medium disolusi baru yang sama sengan jumlah pencuplikan untuk menjaga agar volume disolusi tetap. Kemudian sampel diukur
serapannya
pada panjang gelombang maksimum dan dihitung
kadarnya dengan menggunakan persamaan regresi yang telah ditentukan sebelumnya. Uji disolusi dilakukan menggunakan enam tablet pada masingmasing sampel obat, kemudian didapatkan hasil profil disolusi berupa kurva pelepasan obat, dapat di lihat pada Gambar 4.3.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
Gambar 4.3 Profil Disolusi Simvastatin Empat Merek Obat
Hasil presentase pelepasan kumulatif simvastatin dapat dilihat pada tabel dibawah ini dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 4.5 Data Persentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin
Menit ke-
Rata-rata kadar (%) simvastatin terdisolusi e-catalogue BPJS Non e-catalogue BPJS Generik A Generik B Merek X Merek Y
5
100,04 ± 5,32
22,55 ± 13,33
55,6 ± 5,19
57,36 ± 4,59
10
121,01 ± 3,78
72,50 ± 2,07
89,07 ± 2,89
90,12 ± 2,06
15
117,04 ± 4,94
88,58 ± 3,66
113,47 ± 2,90
101,42 ± 1,88
30
119,50 ± 5,06
102,66 ± 2,35
122,34 ± 2,73
116,88 ± 2,32
45
118,3 ± 2,68
96,28 ± 1,51
117,8 ± 3,63
113,25 ± 1,93
60
115,82 ± 2,67
89,99 ± 2,00
113,88 ± 2,52
106,55 ± 4,16
Keterangan : Nilai ± merupakan nilai SD dari masing-masing 6 tablet uji
Berdasarkan hasil kurva menunjukkan bahwa dari ke empat sampel menunjukan profil disolusi yang berbeda terutama untuk simvastatin e-catalogue BPJS, di mana laju disolusi simvastatin e-catalogue untuk merek generik B yang terlihat dari kurva kumulatif yang terdisolusi terlampau lebih rendah presentase
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
kadarnya dibandingkan dengan ketiga merek yang lain, sementara untuk simvastatin generik A dari awal menit kadarnya sudah terlampau tinggi. Sedangkan untuk simvastatin non e-catalogue BPJS profil disolusinya terlihat hampir setara untuk merek X dan Y keduanya terlihat berhimpitan. Pada simvastatin generik B laju disolusinya lebih kecil dibandingkan dengan ketiga simvastatin lainnya, hal ini disebabkan oleh faktor pengikat dan disintegran, di mana bahan pengikat dan disintegran mempengaruhi kekuatan ikatan partikel-partikel dalam tablet tersebut sehingga mempengaruhi kemudahan cairan untuk masuk berpenetrasi ke dalam lapisan difusi tablet menembus ikatan-ikatan dalam tablet tersebut. Dalam hal ini pemilihan bahan pengikat dan disintegran dan bobot dari penggunaan bahan pengikat dan disintegran sangat berpengaruh terhadap laju disolusi. Selain itu penyebab lain yang mungkin adalah formulasi dari sediaan tablet yang kurang baik. Faktor formulasi yang mempengaruhi laju disolusi di antaranya kecepatan disintegrasi, interaksi obat dengan eksipien (bahan tambahan) dan kekerasan. Dapat terlihat pada Tabel 4.1 untuk uji kekerasan tablet generik B memiliki nilai rata-rata terbesar dibandingkan ketiga tablet simvastatin yang lain, sehingga faktor formulasi berkaitan erat dengan laju disolusi dari sebuat tablet. Selain itu, pada pengujian waktu hancur, tablet simvastatin generik B memiliki waktu hancur yang paling lama dan waktu hancur tablet terletak pada menit ke-5, sedangkan tablet simvastatin lainnya memeiliki waktu hancur kurang dari 5 menit, sehingga waktu hancur tablet simvastatin generik B yang terlampau lebih lama juga mempengaruhi laju disolusinya. Pada simvastatin generik A laju disolusinya paling tinggi sejak menit ke-5 atau sejak pengambilan cuplikan yang pertama, akan tetapi mengalami penurunan kadar pada menit ke-15, dan justru titik puncak kadar terdapat pada menit ke 10, semestinya untuk simvastatin kadar puncaknya terletak pada menit ke-30. Hal ini dapat terjadi karena pada Tabel 4.2 untuk pengujian waktu hancur tablet, simvastatin A memiliki waktu hancur yang relatif
lebih cepat dibandingkan
dengan ketiga tablet simvastatin lainnya, sehingga isi tablet yang pecah menjadi partikel-partikel terlarut, dan daerah permukaan media pelarut menjadi lebih luas, dan akan berhubungan dengan tersedianya obat dalam medium, maka pecahnya tablet tersebut mempengaruhi saat pengambilan cuplikan yakni penyebaran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
partikel-partikel dan tebal lapisan difusi sehingga memperluas permukaan partikel yang kontak dengan pelarut. Oleh sebab itu, memberikan hasil yang fluktuatif di setiap menit pengambilan cuplikan. Sementara pada simvastatin tablet non e-catalogue BPJS yakni merek X dan merek Y terlihat
berhimpitan laju disolusinya meskipun pada pengujian
kekerasan tablet dan pengujian waktu hancur keduanya memiliki hasil yang berbeda yakni untuk waktu hancur merek X lebih cepat dibandingkan merek Y, begitu juga pada uji kekerasan, Merek X lebih mudah hancur dibandingkan Merek Y tetapi pada laju disolusinya memberikan pelepasan obat yang tidak berbeda signifikan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor formulasi yang meskipun terdiri dari bahan pengikat dan tambahan yang berbeda-beda namun memberikan pelepasan atau laju disolusi yang terlihat sama. Pelepasan zat aktif dari suatu produk obat ini dipengaruhi oleh sifat fisikokimia zat aktif dan bentuk sediaan. Ketersediaan zat aktif ditetapkan oleh kecepatan pelepasan zat aktif dari bentuk sediaan, di mana pelepasan zat aktif ditentukan oleh kecepatan melarutnya dalam media sekelilingnya (Tjay, 2002). Uji disolusi ini didesain untuk membandingkan kecepatan melarutnya suatu obat, yang ada di dalam suatu sediaan pada kondisi dan ketentuan yang sama dan dapat diulangi (Shargel, 1988). Terlihat dari kurva diatas bahwa kedua variabel saring berhimpitan akan tetapi simvastatin tablet non e-catalogue BPJS laju disolusinya lebih tinggi dibandingkan dengan simvastatin tablet e-catalogue BPJS. Adanya perbedaan profil disolusi dari masing-masing keempat obat dapat memberikan profil farmakokinetik dan efek terapi yang berbeda. Kecepatan disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis dari kelayakan sistem penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting pada zat aktif yang dikandung oleh sediaan obat tertentu, di mana berpengaruh terhadap kecepatan dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh, jika disolusi makin cepat, maka absorbsi makin cepat, sehingga efektivitas terapi juga lebih cepat dan optimal. Hasil uji disolusi berupa presentase kumulatif kadar simvastatin yang terdisolusi dari masing-masing sampel obat kemudian di analisis unutuk mengetahui apakah pelepasan simvastatin dari keempat sampel sesuai dengan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
persyaratan disolusi yang disyaratkan oleh USP XXXII metode disolusi tes satu. Hasil analisis keseusaian pelepasan obat dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Kesesuaian Pelepasan Pimvastatin pada Menit ke-45 dari Empat Merek Merek Obat
Generik B
Kadar Simvastatin yang terdisolusi (%) Tablet Uji 1
2
3
4
5
6
99,82
91,39
97,88
95,28
97,88
95,44
Ratarata
Rentang penerima an (%)
96,28 ± 2,68
Keses uaian Persy aratan
Ya Tidak kurang
Generik A
116,69
119,12
116,69
117,34
119,61
120,58
118,30 ± 1,51
dari 70
Ya
% Merek X
119,44
113,28
124,15
116,04
119,28
114,58
Merek Y
111,01
112,47
112,15
113,12
117,17
113,61
117,80 ± 3,63 113,25 ± 1,93
Ya Ya
Berdasarkan dasil analisis diatas, dapat diketahui bahwa keenam tablet uji dari masing-masing merek telah memenuhi persyaratan disolusi tablet simvastatin menurut USP XXXII metode disolusi tes satu.
Tabel 4.7 Persyaratan Pelepasan Obat Simvastatin Berdasarkan USP XXXII, Tahun 2010 Persyaratan Disolusi Jumlah tercantum dalam Etiket
Menit Ketetapan
Kecepatan disolusi
5 mg
30 menit
Tidak kurang dari 70%
10 mg
45 menit
Tidak kurang dari 70%
20 mg
45 menit
Tidak kurang dari 70%
Menurut USP XXXII, untuk sediaan simvastatin dengan dosis 10 mg, persyaratan disolusinya pada menit ke 45 kadarnya tidak boleh kurang dari 70 % . Hal ini terlihat dari keenam tablet uji pada menit ke 45 telah melebihi 70% sehingga keempat merek obat dianggap telah memenuhi persyaratan disolusi dari USP XXXII.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
4.8
Analisa Statistik Analisa statistik dilakukan dengan memasukkan data presentase simvastatin
yang terdisolusi tiap waktu dari masing-masing sampel obat. Sebelum dilakukan uji statistik komparatif One Way ANOVA dilakukan uji normalitas Saphiro-Wilk untuk menilai distribusi data dan uji homogenitas dengan metode Levene’s Test untuk mengetahui variasi data antar kelompok, karena syarat dapat dilakukannya uji komparatif One Way ANOVA adalah data harus terdistribusi normal dan terdapat kesamaan varian antar kelompok. Hasil uji normalitas Saphiro Wilk semua data menunjukkan nilai p>0,05 yang berarti bahwa semua data pada menit ke-5, 10, dan 15 memiliki data yang terdistribusi normal. Untuk hasil uji homogenitas dengan metode Levene’s test menunjukkan nilai p>0,05 pada semua data yang menandakan bahwa terdapat kesamaan varian antar kelompok atau yang berarti semua data homogen. Data yang memiliki distribusi data yang normal dan kesamaan varian antar kelompok kemudian dilanjutkan ke uji komparatif One Way ANOVA untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna antara presentase simvastatin yang terlepas diantara keempat variabel yang di uji. Berdasarkan hasil uji komparatif One Way ANOVA terhadap data presentase simvastatin tyang terlepas pada menit ke-5, 10, dan 15 dari kelompok obat dihasilkan nilai p<0,05 yang berarti bahwa presentase pelepasan simvastatin antara tablet e-catalogue simvastatin dan non ecatalogue simvastatin berbeda secara signifikan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1.
Simvastatin tablet e-catalogue BPJS dan non e-catalogue BPJS mempunyai kualitas fisik yang relatif sama dan memenuhi persyaratan yang sesuai Farmakope Indonesia.
2.
Profil disolusi dari tablet simvastatin e-catalogue BPJS dan non ecatalogue BPJS memenuhi rentang persyaratan pelepasan tablet simvastatin menurut metode disolusi tes satu yang tertera pada USP XXXII tahun 2010.
3.
Berdasarkan hasil uji penetapan kadar untuk kedua merek simvastatin tablet non e-catalogue BPJS telah memenuhi persyaratan USP XXXII, sedangkan pada simvastatin tablet e-catalogue BPJS terdapat satu merek yang belum memenuhi persyaratan uji penetapan kadar, sehingga simvastatin tablet non e-catalogue BPJS memiliki mutu yang relatif lebih baik.
5.2
Saran Perlu
dilakukan
penelitian
mengenai
pengaruh
waktu
penyimpanan terhadap profil disolusi untuk mengetahui apakah waktu penyimpanan mempengaruhi profil disolusi suatu zat aktif yang memiliki kelarutan rendah, mengingat pentingnya profil disolusi pada setiap formulasi sediaan yang
mengandung bahan aktif yang kelarutannya
rendah.
43
DAFTAR PUSTAKA Amidon GL, Lennernäs H, Shah VP, Crison JR. 1995. A theoretical basis for a biopharmaceutic drug classification: the correlation of in vitro drug product dissolution and in vivo bioavailability. Pharmaceutical Resourches. Page; 12:413-420. Anonim. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Anonim. 1989. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 05410/A/SK/XII/1989 tentang Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Jakarta. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga . page 591. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal. 32-33, Jakarta : Sagung Seto Banker, S.G., and Anderson, R.N., 1986, Tablet In Lachman, L. Lieberman, The Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd ed., Lea and Febiger, Philadelphia. 643-704. Chaerunnisa, A.Y. 2009. Farmasetika Dasar . Bandung: Widya Padjajaran Campbell, N. A et. al,. 2004. Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Cetakan I. Padang: Andalas University Press Dav_e RN, Bilgili E, Jallo L, et al. 2013. Special Issue on Pharmaceutical Powders: Towards Developing Understanding of The Influence of Materials and Processes on Product Performance Powder Technol. Page 236:1e4. Day, R.A., dan Underwood, A.L. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah: Pujaatmaka, A.H. Edisi ke V. Jakarta: Erlangga Departemen Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK 02.02/MENKES/068/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta : Departemen Kesehatan RI Fatima, Sakina, et.al. 2013. Statical Evaluation of In-vitro Dissolution Profiles of Different Brands of Simvastatin 20 mg Tablets Available in Local
44
44
Market of Karachiii. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science. ISSN 0975-1491. Vol. 5, Issue 3. Holme,J.D. and Peck,H. 1983. Analitycal Biochemistry. London. New York : Departement of Biological Sciences Sheffield City Polytecnic. Jyothi P, Asha , et.al. 2013. Spectrophotometric Estimation of Simvastatin in Bulk and Tablet Dosage Form. International Journal of Innovative Pharmaceutical Research. Page 284-287 Volume 4(1). Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi II. Jakarta : Salemba Medika. Kaur, Rupinder, et.al. 2013. Development and Validation of UV Spectroscopic Method For The Estimation of Simvastatin. World Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science. Page 763-771 ISSN 22784357 Volume 3(1). Khadka, Prakash, et.al. 2014. Pharmaceutical Particle Technologies: An Approach to Improve Drug Solubility, Dissolution and Bioavailability. Journal of Pharmaceuitcal Science. Page 304-316 Volume 9. Lancet. 1994. Scandinavian Simvastatin Survival Study Group. Randomised Trial of Cholesterol Lowering in 4444 Patients With Coronary Heart Disease: The Scandinavian Simvastatin Survival Study (4S) : Page 1383-1389 Mariyam, Rina. 2011. Preparasi dan Karakterisasi Kitosan Suksinat Sebagai Matriks pada Tablet Enterik Lepas Lambat. Skripsi Sarjana Farmasi. Depok : FMIPA Universitas Indonesia Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Midoux N, Ho_sek P, Pailleres L, et al. 1999. Micronization of pharmaceutical substances in a spiral jet mill. Powder Technol. Page ;104 - 113 Raju, Naga K., et.al. 2012. Spectrophotometric Methods For Estimation of Simvastatin Bulk Drug and Its Dosage Form. International Journal of Pharmaceutical, Chemical and Biological Sciences. Page 124-129 Volume 2 (1) Roth, H.J., Blaschke. 1981. Pharmaceutical Analysis, diterjemahkan oleh sarjoko Kisman dan Slamet Ibrahim. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, Parrott, E.L. 1971. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Mineapolis: Burgess Publishing Company Pertiwi, Herlina. 2015. Evaluasi Profil Disolusi Tablet Lepas Lambat Teofilin yang Beredar di Masyarakat. Skripsi Sarjana Farmasi. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
Rhoihana, D. 2008. Perbandingan Availibilitas In Vitro Tablet Metronidazol Produk Generik dan Produk Dagang. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta Sastrohamidjojo. Hardjono. 1985. Kromatografi, Yogyakarta: Liberty. Shargel, Leon, dan Andrew B.C.Y.U. 1988. Biofarmasi dan Farmakokinetika Terapan. Edisi II. Penerjemah Dr. Fasich, Apt. dan Dra. Siti Sjamsiah, Apt. Airlangga Universitas Press. Surabaya. Shargel, L., Wu-pong, S., dan Yu, A.B.C. 2005. Applied Biopharmaceutics & Pharmacokinetics. Edisi ke-5. Boston: McGraw Hill. Sirregar, Haris., 1995. Fisiologi Gastrointestinal. Makassar : Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin. Soekemi, R.A., et. al,.. 1987. Tablet. Hal. 2-4, 39-50. Medan : P.T. Mayang Kencana Sulaiman, Teuku Nanda Saifullah. 2007. Teknologi Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta : MUCOMM. Hal 2-3. Sudjadi dan Rohman, A. 2007. Analisa Obat dan Makanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Suyatna, F.D., Tony H. 1995. Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G., Rianto S., Frans D. dan Purwantyastuti. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Syukri, Y. 2002. Biofarmasetika. UII Press : Jogjakarta Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta : Gramedia The United State Pharmacopeia. 2010. The National Formulary USP 32- NF 27. Roclville, MD: The United State Pharmacopeial Convention, Inc Voigt, 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
LAMPIRAN
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Lampiran 1. Bagan Alur Penelitian
Tablet Simvastatin ecatalogue BPJS dan Non e-catalogue BPJS Uji Kekerasan Tablet Ta
Evaluasi Tablet Uji Waktu Hancur Penentuan Panjang Gelombang Maksimum simvastatin
Pembuatan Kurva Kalibrasi
Penetapan Kadar
Keseragaman Kandungan
Uji Disolusi
Analisis Pelepasan Obat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Lampiran 2. Alat
Gambar 1. Harness Tester (ERWEKA)
Gambar 2. Disintegration Tester (ERWEKA)
Gambar 3. Spektrofotometri UV- Visible (Hitachi)
Gambar 4. Dissolution Tester (ERWEKA)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
Lampiran 3. Sertifikat Analisis Standar Simvastatin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
Lampiran 4. Hasil Uji Kekerasan (Hardness Testing) Kekerasan (kg) No.
e-catalogue BPJS Generik A Generik B
Non e-catalogue BPJS Merek X Merek Y
1.
62
104
75
118
2.
61
118
85
92
3.
61
122
86
126
4.
61
117
79
113
5.
72
107
74
129
6.
52
110
86
103
7.
61
111
76
126
8.
65
107
74
96
9.
49
135
84
98
10
74
124
82
104
Rata-rata
6,18
11,55
8,01
11,05
SD
7,641
9,606
5,065
13,71
CV
12,36
8,31
6,32
12,41
Lampiran 5. Hasil Uji Waktu Hancur (Disintegration Testing) Waktu (detik) e-catalogue BPJS Generik A Generik B
No.
Non e-catalogue BPJS Merek X Merek Y
1.
40
334
59
62
2.
52
320
54
60
3.
36
313
57
65
4.
42
335
53
58
5.
58
309
56
59
6.
55
324
52
58
Rata-rata
47,17
322,50
55,17
60,33
SD
8,99
10,67
2,64
2,73
CV
19,07
3,30
4,78
4,53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Lampiran 6. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Pelarut Metanol
Lampiran 7. Panjang Gelombang Maksimum Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
Lampiran 8.
Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol
0,8 y = 0,06x + 0,0036 R² = 0,9998 R = 0,9999
0,7
Absorbansi
0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0
2
4
6
8
10
12
14
Konsentrasi (ppm)
Lampiran 9. Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Dapar Fosfat pH 7,0 1,2 y = 0.0555x + 0.0124 R² = 0.9994 R = 0,9997
Absorbansi
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Konsentrasi (ppm)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
Lampiran 10. Data Kurva Kalibrasi Simvastatin dalam Metanol Konsentrasi 2 4 6 8 10 12
Absorbansi 0,128 0,240 0,366 0,481 0,608 0,720
Lampiran 11. Data Kurva Kalibrasi dalam Medium Dapar Fosfat pH 7,0 Konsentrasi
Absorbansi
2
0,134
6
0,338
10
0,579
14
0,791
18
1,004
Lampiran 12. Data Penetapan Kadar Tablet Simvastatin Merek
Generik A Generik B
Merek X
Merek Y
Absorbansi
Konsen Kadar Kadar trasi (mg) (%) (ppm) e-catalogue BPJS
0,574
9,506
95,06
95,06
0,569
9,423
94,23
94,23
0,527 0,535
8,723 87,23 87,23 8,856 88,56 88,56 Non e-catalogue BPJS
0,585
9,690
96,90
96,90
0,579
9,590
95,90
95,90
0,576
9,540
95,40
95,40
0,568
9,406
94,06
94,06
Rerata Kadar (%)
SD
RSD
94,65
0,589
0,622
87,9
0,942
1,072
96,40
0,707
0,733
94,73
0.942
0,995
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Lampiran 13. Perhitungan Persen Kadar pada Uji Penetapan Kadar Perhitungan penetapan kadar simvastatin generik A Hasil absorbansi yang diperoleh dari penetapan kadar obat A (1) adalah 0,559 dan persamaan regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi simvastatin dalam metanol-air adalah y = 0,06x + 0,0036 Kadar terbaca (μg/mL) y
= 0,06x + 0,0036
0,574 = 0,06x + 0,0036 x
= 0,5704 / 0,06
x
= 9,506 μg/mL
Kadar sebenarnya (kadar sebelum pengenceran) Kadar = kadar terbaca x faktor pengenceran = 9,506 μg/mL x 100 Kadar = 950,6 μg/mL
Kadar dalam 100 mL Kadar = Kadar sebenarnya x 100 mL = 950,6 μg/mL x 100 mL Kadar = 95,06 μg Kadar = 95,06 mg
Kadar dalam satu tablet Kadar = = Kadar = 9,507 mg
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
Kadar simvastatin dalam tablet (%) Kadar = = = 95,07 % Kadar simvastatin dalam tablet (%) Kadar = = = 95,07 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Lampiran 14. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik A Tablet
Bobot (mg)
Absorbansi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata (%) SD (%) RSD (%)
170,2 173,8 171,3 166,9 175,2 167,7 167,5 168,5 171,8 170,4
0,610 0,554 0,556 0,566 0,525 0,554 0,587 0,530 0,558 0,595
Konsentrasi (ppm) 10,103 9,173 9,206 9,373 8,690 9,173 9,723 8,773 9,240 9,856 93,31
Kadar (%) 101,03 91,73 92,06 93,73 86,90 91,73 97,23 87,73 92,40 98,56
4,276 4,583
Lampiran 15. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin Generik B Tablet
Bobot (mg)
Absorbansi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata (%) SD (%) RSD (%)
204,1 204,6 205,3 205,1 204,8 205,9 203,1 204,5 204,1 205,8
0,564 0,550 0,567 0,554 0,549 0,578 0,516 0,563 0,524 0,578
Konsentrasi (ppm) 9,340 9,106 9,390 9,173 9,090 9,573 8,540 9,320 8,670 9,570 91,78
Kadar (%) 93,40 91,06 93,90 91,73 90,90 95,73 85,40 93,23 86,73 95,73
3,463 3,773
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
Lampiran 16. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek X Konsentrasi (ppm) 102,90 99,560 102,40 98,060 102,56 101,06 98,730 103,70 103,90 104,50 101,75
Tablet
Bobot (mg)
Absorbansi
Kadar (%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata (%) SD (%) RSD (%)
140,3 136,0 139,3 137,3 137,6 137,2 138,4 137,0 137,9 138,9
0,621 0,601 0,618 0,592 0,619 0,610 0,596 0,626 0,627 0,631
102,90 99,560 102,40 98,060 102,56 101,06 98,730 103,70 103,90 104,50
2,280 2,241
Lampiran 17. Data Uji Keseragaman Kandungan Tablet Simvastatin merek Y Konsentrasi Tablet Bobot (mg) Absorbansi Kadar (%) (ppm) 1 256,1 0,572 9,473 94,73 2 254,9 0,593 9,823 98,23 3 252,5 0,550 9,106 91,06 4 258,1 0,559 9,256 92,56 5 257,0 0,552 9,140 91,40 6 256,8 0,560 9,273 92,73 7 258,1 0,565 9,356 93,56 8 258,3 0,580 9,606 96,06 9 254,0 0,579 9,590 95,90 10 256,0 0,589 9,756 97,56 Rata-rata (%) 94,38 2,512 SD (%) 2,661 RSD (%)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
Lampiran 18. Perhitungan Persen Kadar pada Uji Keseragaman Kandungan Perhitungan kadar uji keseragaman kandungan tablet (1) generik A
Hasil absorbansi yang diperoleh dari penetapan kadar adalah 0,610 dan persamaan regresi linier yang didapatkan dari kurva kalibrasi simvastatin dalam metanol-air adalah y = 0,06x + 0,0036 Kadar terbaca (μg/mL) y
= 0,06x + 0,0036
0,610 = 0,06x + 0,0036 x
= 0,6064 / 0,06
x
= 10,106 μg/mL
Kadar sebenarnya (kadar sebelum pengenceran) Kadar = kadar terbaca x faktor pengenceran = 10,106 μg/mL x 100 Kadar = 1.010,6 μg/mL
Kadar dalam 10 mL Kadar = Kadar sebenarnya x 100 mL = 1.010,6 μg/mL x 100 mL Kadar = 10,106 μg Kadar = 10,106 mg
Kadar dalam satu tablet Kadar = = Kadar = 10,103 mg
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
Kadar simvastatin dalam tablet (%) Kadar = = = 101,03 % Kadar simvastatin dalam tablet (%) Kadar = = = 101.03 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 19. Data Presentase Kumulatif Pelepasan Simvastatin
OBAT
Simvastatin e-catalogue BPJS (Generik B)
Simvastatin e-catalogue BPJS (Generik A)
Simvastatin Non ecatalogue BPJS merek X
Simvastatin Non ecatalogue BPJS merek Y
Menit 5 10 15 30 45 60 5 10 15 30 45 60 5 10 15 30 45 60 5 10 15 30 45 60
Tablet 1 12,90 75,50 94,15 106,47 99,82 95,36 79,88 117,98 112,96 118,47 116,69 115,39 47,44 84,74 108,09 125,61 119,44 115,71 47,93 88,8 103,07 112,8 111,01 105,98
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kadar Simvastatin Terdisolusi (%) Tablet 2 Tablet 3 Tablet 4 Tablet 5 28,31 25,55 27,01 22,8 75,66 73,88 75,50 67,55 93,34 81,34 88,15 82,96 97,07 101,12 96,42 110,69 91,39 97,88 95,28 97,88 88,59 87,74 91,39 88,07 95,44 109,23 109,55 88,15 121,23 121,23 119,12 122,04 111,98 117,8 117,66 118,96 118,8 116,69 117,66 122,52 119,12 116,69 117,34 119,61 116,20 111,98 115,88 118,63 55,55 62,52 61,23 55,71 87,98 91,07 86,36 91,71 112,47 113,9 117,8 114,58 118,8 125,44 120,58 123,82 113,28 124,15 116,04 119,28 110,04 117,34 115,55 112,8 59,28 60,58 60,25 60,74 89,44 90,25 93,98 90,90 99,66 98,85 101,61 104,36 116,52 116,36 119,93 119,28 112,47 112,15 113,12 117,17 106,96 106,15 99,17 113,44
Tablet 6 18,74 66,90 91,55 104,20 95,44 88,8 117,98 124,47 122,85 122,85 120,58 116,85 51,66 92,52 113,93 119,77 114,58 111,82 55,39 87,34 100,96 116,36 113,61 107,61
Rata-rata 22,55 72,50 88,58 102,66 96,28 89,99 100,04 121,01 117,04 119,50 118,3 115,82 55,6 89,07 113,47 122,34 117,8 113,88 57,36 90,12 101,42 116,88 113,25 106,55
SD (%)
RSD (%)
Rentang Penerimaan Test 1 USP XXXII
5,318 3,778 4,944 5,065 2,684 2,674 13,329 2,075 3,666 2,353 1,510 2,000 5,190 2,891 2,901 2,731 3,630 2,525 4,594 2,062 1,885 2,324 1,931 4,157
23,577 5,211 5,582 4,934 2,788 2,972 13,323 1,715 3,132 1,969 1,276 1,727 9,319 3,246 2,556 2,233 3,081 2,217 8,009 2,288 1,858 1,988 1,704 3,901
> 70 % > 70% > 70 % > 70% -
60
61
Lampiran 20. Perhitungan % Jumlah Kumulatif Simvastatin yang Terlepas dari Tablet
Xt = (V1 . C) + (V2 . ∑o (n-1) C) % KPA = Keterangan : Xt
= Jumlah Kumulatif Simvastatin yang terdisolusi pada waktu t
Xo
= Jumlah Simvastatin yang tertera pada etiket (masing - masing merek 10 mg)
C
= Konsentrasi simvastatin yan terdisolusi pada waktu t
V1
= Volume medium disolusi (900 mL)
V2
= Volume cairan yang disampling (10 mL)
%KPA = % kumulatif pelepasan simvastatin
Contoh perhitungan % kumulatif simvastatin yang terlepas dari tablet (1) Generik B : Waktu (menit) 5 10 15 dst
C (ppm) 1,434
(1,434 ppm x 900 ml) + (
Xt (mg) 1,2906
8,389
(8,389 ppm x 900 ml) + [ (
( 0 + 1,2906) ] = 7,5515
10,461
(10,461 ppm x 900 ml) + [ (
( 0 + 1,2906 + 7,5515) ] = 9,424
% kumulatif pelepasan simvastatin pada menit ke- 5 : % KPA
= =
% KPA
= 12,90 %
UIN Syarif idayatulla Jakarta
62
Lampiran 21. Data Hasil Analisa Statistik Uji Disolusi tablet e-catalogue BPJS dan non ecatalogue BPJS (a) Uji Normalitas Saphiro-Wilk Tests of Normality a
Kolmogorov-Smirnov Simvastatin Terdisolusi
Statistic
df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
Generik-B
.295
3
.
.919
3
.450
Generik-A
.318
3
.
.886
3
.342
Merek X
.208
3
.
.992
3
.829
Merek Y
.289
3
.
.927
3
.476
a. Lilliefors Significance Correction
(b) Uji Homogenitas Metode Levene’s Test Test of Homogeneity of Variances Terdisolusi Levene Statistic
df1
df2
1.216
Sig.
3
8
.365
(c) Uji Komparatif One Way ANOVA ANOVA Terdisolusi Sum of Squares
df
Mean Square
Between Groups Within Groups
4008.562
3
1336.187
5349.445
8
668.681
Total
9358.008
11
F
Sig.
1.998
.013
(d) Uji Multiple Comparison One Way ANOVA Multiple Comparisons Terdisolusi LSD (I) Simvastatin Generik-B
Generik-A
Merek X
(J) Simvastatin
95% Confidence Interval Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
Generik-A
-51.48667
*
21.11367
.041
-100.1749
-2.7985
Merek X
-24.86667
21.11367
.027
-73.5549
23.8215
Merek Y
-21.75667
21.11367
.033
-70.4449
26.9315
Generik-B
51.48667
*
21.11367
.041
2.7985
100.1749
Merek X
26.62000
21.11367
.043
-22.0682
75.3082
Merek Y
29.73000
21.11367
.020
-18.9582
78.4182
Generik-B
24.86667
21.11367
.027
-23.8215
73.5549
Generik-A
-26.62000
21.11367
.043
-75.3082
22.0682
3.11000
21.11367
.887
-45.5782
51.7982
Generik-B
21.75667
21.11367
.033
-26.9315
70.4449
Generik-A
-29.73000
21.11367
.020
-78.4182
18.9582
-3.11000
21.11367
.887
-51.7982
45.5782
Merek Y Merek Y
Mean Difference (I-J)
Merek X
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
UIN Syarif idayatulla Jakarta