UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT PELABUHAN JAKARTA UTARA
SKRIPSI
AGUNG PRAKOSO TRISNA NIM: 1111102000078
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2015
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEM PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RUMAH SAKIT PELABUHAN JAKARTA UTARA
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
AGUNG PRAKOSO TRISNA NIM: 1111102000078
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2015
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
Nama
: Agung Prakoso Trisa
NIM
: 111110200078
Tanda Tangan
:
Tanggal
: 20 Oktober 2015
ii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRAK Nama
: Agung Prakoso Trisa
NIM
: 1111102000078
Program Studi
: Strata-1 Farmasi
Judul Skripsi
: Evaluasi Drug Related Problems Kategori Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara
DRP (Drug Related Problems) didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang tidak diinginkan atau risiko yang dialami oleh pasien, yang melibatkan atau diduga melibatkan terapi obat. Terjadinya DRP dapat mencegah atau menunda pasien dari pencapaian terapi yang diinginkan. Pasien GGK (Gagal Ginjal Kronik) menerima berbagai agen obat terapi, terlebih untuk pasien yang sudah berkomplikasi penyakitnya. Hal ini menyebabkan tingginya resiko terjadinya DRP. Salah satu masalah DRP yang paling penting pada pasien penyakit ginjal kronis (GGK) adalah kesalahan dosis obat. Banyak obat dan metabolitnya yang dieliminasi melalui ginjal. Dengan demikian, fungsi ginjal yang memadai penting untuk menghindari toksisitas. Pasien dengan gangguan ginjal sering memiliki perubahan dalam parameter farmakokinetik dan farmakodinamik. Oleh karena itu, pertimbangan khusus harus diambil ketika obat ini diresepkan untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Penelitian DRP kategori penyesuaian dosis masih jarang dilakukan, karena itu penelitian ini bertujuan untuk menilai seberapa besar angka kejadian DRP kategori dosis yang terjadi. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan retrospektif terhadap 26 pasien rawat inap RS Pelabuhan Jakarta Utara yang mengalami GGK pada tahun 2014. Dari hasil didapatkan terdapat 9 pasien (34,62 %) yang mengalami DRP dosis dibawah terapi, presentase tertinggi didapat pada obat Aminefront sebanyak 5 kejadian (45,46 %). Lalu terdapat 22 pasien (84,62 %) yang mengalami DRP dosis diatas terapi, presentase tertinggi didapat pada obat Vometa (Domperidone) sebanyak 9 kejadian (21,43 %). Hasil didapatkan bahwa DRP kategori dosis diatas terapi
v
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terjadi lebih dari 50 %, hal ini dapat dijadikan perhatian dan evaluasi kedepannya bagi Rumah Sakit.
Kata kunci : DRPs, Gagal Ginjal Kronik, Penyesuaian Dosis, RS Pelabuhan Jakarta Utara
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name
: Agung Prakoso Trisa
NIM
: 1111102000078
Study Program
: Strate-1 Pharmacy
Title
: Evaluation of Drug Related Problems Category Adjusment Dose with Chronic Kidney Disease Patients at Pelabuhan Hospital of North Jakarta
DRPs (Drug Related Problems) are defined as an undesirable occurrence or risk that underwent by patient, involving or allegedly involving therapeutic drugs. DRPs could prevent or delay patients outcome. Patients with CKD (Chronic Kidney Disease) receives multi therapeutic drugs, especially for patients who have complicated disease. One of the most important DRPs in patients with CKD is medication errors. Many medications and their metabolites are eliminated through the kidney. Thus, adequate renal function is important to avoid toxicity. Patients with renal impairment often have alterations in their pharmacokinetic and pharmacodynamic parameters. Therefore, special consideration should be taken when these drugs are prescribed to patients with impaired renal function. Study of DRPs category adjusment dose is still rare, accordingly this study aims to evaluate precentage of DRP category adjusment dose that occurs. This study used cross sectional design with retrospective towards 26 hospitalized patients at Pelabuhan Hospital of North Jakarta with CKD in 2014. The results figured that 9 patients (34,62 %) with DRP under dosage, the highest precentage of the drugs goes to Aminefront with 5 cases (45,46 %). And then figured that 22 patients (84,62 %) with DRP over dosage, the highest precentage goes to Vometa (Domperidone) with 9 cases (21,43 %). The results showed that DRP over dosage occur more than 50 %, this case can be used for attention and evaluation for the future of Hospital.
Keywords : DRPs, Chronic Kidney Disease, Adjusment Dose, Pelabuhan Hospital of North Jakarta
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala rahmat-nya kepada kita semua. Khususnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problem Kategori Penyesuaian Dosis pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara” ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi Muhammada SAW, yang merupakan suri tauladan bagi kita semua. Skripsi ini disusun dari hasil penelitian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara. Dalam proses penyususnan skripsi dan dalam menyelesaikan masa perkuliahan tentu banyak berbagai halangan serta kesulitan yang menyertai, sehingga penuli tidak terlepas dari do’a, dorongan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, izinkan penulis untuk menghaturkan ucapkan terimakasih yang mendalam kepada : 1. Bapak Yardi, PhD., Apt sebagai Pembimbing I dan selaku Ketua Program Studi Farmasi UIN, Bu Isti Qomarsih, S.Si, MARS.,Apt. sebagai Pembimbing II, Bu Vidia Anwar, S.Si.,Apt. sebagai pembimbing lapangan yang telah memberikan ilmu, waktu, tenaga, nasihat, serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Haddad Triyono dan Ibunda Monalisa Sjarif yang selalu iklas tanpa pamrih membeikan kasih sayang, dukungan moral, material, nasihat-nasihat, serta lantunan doa disetiap waktu. 4. Kakakku tersayang Rhealina Trisa yang selalu memberi dukungan do’a dan moral. 5. Ibu Nelly Suryani, PhD., M.Si., Apt selaku Sekretaris Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt selaku Penasehat Akademik yang Selalu Membimbing Penulisan. 7. Rekan terbaikku Ayu Diah Gunardi yang selalu membantu, mengingatkan dan memotivasi hingga sekarang.
viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Teman – teman bermain D8 (Dhenny, Acad, Rifqi, Monic, Mufidah, Puspita, dan Nanda) atas kebersamaan dan kesenangannya. 9. Teman sepenelitianku Inten Novita terimakasih atas motivasinya sejak awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini. 10. Teman – teman bermain (Cokers Farmasi) yang tidak pernah menolak jika diminta bantuan. 11. Bapak dan ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 12. Ibu dan bapak seluruh pegawai RS Pelabuhan Jakarta Utara yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian. 13. Teman-teman program studi Farmasi khususnya 2011. 14. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu keritik dan saran sangat diharpkan demi perbaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat nagi pengembangan ilmu pengetahuan.
Jakarta, Oktober 2015
Penulis
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Agung Prakoso Trisa
NIM
: 1111102000078
Program Studi
: Strata-1 Farmasi
Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Jenis Karya
: Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya dengan judul : Evaluasi Drug Related Problems Kategori Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara. untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Pada Tanggal
: Ciputat : Oktober 2015
Yang menyatakan,
(Agung Prakoso Trisa)
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERNYATAAN ORSINILITAS ............................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv ABSTRAK .......................................................................................................v ABSTRACT ................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv DAFTAR TABEL .........................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xvii BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................1 1.1 Latar Belakang ................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................3 1.3 Pertanyaan Penelitian ......................................................................4 1.4 Tujuan Penelituan ............................................................................4 1.4.1 Tujuan Umum .......................................................................4 1.4.2 Tujuan Khusus.......................................................................4 1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................4 1.5.1 Teoritis ..................................................................................4 1.5.2 Metodologi ............................................................................4 1.5.3 Aplikatif ................................................................................4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................5 2.1 Drug Related Problems (DRPs) ......................................................5 2.2 Ginjal ...............................................................................................6 2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal ................................................7 2.2.1.1 Anatomi Ginjal .........................................................7 2.2.1.2 Struktur Makroskopik Ginjal ....................................8 2.2.1.3 Struktur Mikroskopik Ginjal.....................................8 2.2.1.4 Fisiologi Ginkal ......................................................10 2.2.2 Penilaian Fungsi Ginjal .......................................................12 2.2.2.1 Persamaan Cockcroft-Gault ....................................12 2.2.2.2 Persamaan MDRD ..................................................13 2.3 Definisi Gagal Ginjal Kronik ........................................................14 2.3.1 Etilogi Gagal Ginjal Kronik ................................................15 2.3.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik ..........................................16 2.3.2.1 Kategori Penyebab ..................................................16 2.3.2.2 Kategori GFR..........................................................17 2.3.2.3 Kategori Albuminuria .............................................18 2.3.3 Patofisiologi Gagal Ginjal ...................................................19 2.3.3.1 Protokol Pasien Gagal Ginjal Kronik .....................20 2.3.3.2 Pengobatan Progresi dengan Modifikasi Terapi .....21 2.3.4 Terapi Pengganti Ginjal ......................................................28 2.3.4.1 Hemodialisis ...........................................................28
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.4.2 Jenis-Jenis Hemodializer ........................................29 2.3.4.3 Dialisis Peritonoal ...................................................31 2.3.4.4 Transplatasi Ginjal ..................................................31 2.4 Rumah Sakit ..................................................................................31 2.4.1 Pelayanan Farmasi Klinik Di Rumah Sakit.........................33 2.5 Rekam Medik ................................................................................34 BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................36 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................36 3.1.1 Tempat Penelitian ................................................................36 3.1.2 Waktu Penelitian .................................................................36 3.2 Desain Penelitian ........................................................................36 3.3 Kerangka Konsep ........................................................................37 3.4 Definisi Operasional ...................................................................38 3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................42 3.5.1 Populasi ...............................................................................42 3.5.2 Sampel .................................................................................42 3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian .....................................42 3.6.1 Kriteria Inklusi Sample .......................................................42 3.6.2 Kriteria Ekslusi Sampel .......................................................43 3.7 Prosedur Penelitaian....................................................................43 3.7.1 Bagan Alur Penelitian .........................................................43 3.7.2 Persiapan Penelitan .............................................................43 3.7.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data..........................................44 3.7.3.1 Penelusuran Dokumen ............................................44 3.7.4 Manajemen Data .................................................................44 3.7.5 Pengolahan Data ..................................................................44 3.8 Analisa Data ................................................................................45 3.8.1 Analisa Univariat.................................................................44 BAB 4 HASIL DSN PEMBAHASAN..........................................................46 4.1 Hasil Penelitian ..........................................................................46 4.1.1 Karakteristik Pasien.............................................................46 4.1.2 Profil Penggunaan Obat ......................................................48 4.1.2.1 Profil Penggunaan Obat Injeksi ..............................48 4.1.2.2 Profil Penggunaan Obat Oral ..................................49 4.1.3 DRPs Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi .....................50 4.1.3 DRPs Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi ..........................51 4.2 Pembahasan ................................................................................53 4.2.1 Karakteristik Pasien.............................................................53 4.2.2 Profil Penggunaan Obat ......................................................55 4.2.3 DRPs Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi .....................60 4.2.4 DRPs Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi ..........................61 4.3 Keterbatasan Penelitian ...............................................................63 4.3.1 Kendala ...............................................................................63 4.3.2 Kelemahan ...........................................................................63 4.3.3 Kekutan ...............................................................................64 BAB 5 KESIMPULAN .................................................................................65 5.1 Kesimpulan .................................................................................65 5.2 Saran ...........................................................................................65
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................66 LAMPIRAN ...................................................................................................70
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Ginjal Tampak Depan ...............................................7 Gambar 2.2 Struktur Ginjal ........................................................................10 Gambar 2.3 Mekanisme Progresi Gangguan Gagal Ginjal Kronik .........20 Gambar 2.4 Strategi Pengobatan Untuk Mencegah Gagal Ginjal Kronik Pada Pasien Diabetes..................................................25 Gambar 2.5 Strategi Pengobatan Untuk Mencegah Gagal Ginjal Kronik Pada Pasien Non Diabetes .........................................26 Gambar 2.6 Algoritma Manajemen Hipertensi Untuk Pasien GGK .......27 Gambar 2.7 Mesin Dialisis Nipro ................................................................29 Gambar 2.8 Mesin Dialisis Fresenieus ........................................................30 Gambar 2.9 Mesin Dialisis Nikisso .............................................................30
xiv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTARTABEL
Tabel
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi GGK Kategori Penyebab .........................................16 Tabel 2.2 Klasifikasi GGK Kategori Albuminuria........................................18 Tabel 3.1 Definisi Operasional ......................................................................38 Tabel 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Karakteristik ..........................46 Tabel 4.2 Distribusi Penyakit Penyerta Pada Pasin GGK .......................46 Tabel 4.3 Presentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil Penggunaan Obat Injeksi ..........................................................48 Tabel 4.4 Presentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil Penggunaan Obat Oral ..............................................................49 Tabel 4.5 Presentase Prevalensi Dosis Dibawah Dosis Terapi Berdasarkan Jumlah Pasien yang Mengalaminya ..................50 Tabel 4.6 Presentase Distribusi Jumlah Dosis Dibawah Dosis Terapi ....50 Tabel 4.7 Presentase Prevalensi Dosis Diatas Dosis Terapi Berdasarkan Jumlah Pasien yang Mengalaminya ..................50 Tabel 4.6 Presentase Distribusi Jumlah Dosisi Diatas Dosis Terapi ......50
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTARLAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran 1 ...................................................................................................70 Lampiran 2 ...................................................................................................72 Lampiran 3 ....................................................................................................75 Lampiran 4 ..................................................................................................108 Lampiran 5 .................................................................................................124 Lampiran 6 .................................................................................................141
xvi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR SINGKATAN
CAD :
Coronary Artery Disease
CHF
Congestive Heart Failure
:
CKD :
Chronic Kidney Disease
Clcr
:
Clearance Creatinine
DM
:
Diabetes Melitus
DRP
:
Drug Related Problem
ESRD :
End Stage of Renal Disease
GERD :
Gastroesophagel Reflux Disease
GFR
Glomerulus Filtration Rate
:
GGK :
Gagal Ginjal Kronik
HHD :
Hypertention Heart Disease
HT
:
Hypertension
LFG
:
Laju Filtrasi Glomerulus
TBC
:
Tubercolusis
xvii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang bersifat progresif dan irreversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2001). Didefinisikan sebagai gagal ginjal kronik jika pernah didiagnosis menderita penyakit gagal ginjal kronik (minimal sakit selama 3 bulan berturut-turut) oleh dokter. (Riskesdas, 2013). Berdasarkan riset kesehatan Kementerian Kesehatan 2013, prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2 persen. Prevalensi tertinggi di Sulawesi Tengah sebesar 0,5 persen, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4 persen. Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur masing – masing 0,3 persen. (Riskesdas, 2013) Gagal ginjal kronik ini berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Prevalensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggi pada masyarakat perdesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%), pekerjaan wiraswasta, petani/nelayan/buruh (0,3%), dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan menengah bawah masing-masing 0,3 persen. (Riskesdas, 2013). Dari data yang dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut glomerulonefritis (25%),
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli, 2008). Gagal Ginjal dapat disebabkan beberapa faktor, beberapa diantara yaitu usia, menurunnya masa ginjal, diabetes, hipertensi, dan beberapa penyakit lainnya (Dipiro 6th). Ditambah lagi untuk pasien yang sudah berkomplikasi penyakitnya, pasti membutuhkan obat terapi yang cukup banyak untuk mengatasi gejala penyakitnya. Semakin banyak obat terapi yang digunakan pastinya akan menimbulkan potensi adanya Drug Related Problems pada proses pengobatannya. DRP (Drug Related Problems) didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang tidak diinginkan atau risiko yang dialami oleh pasien, yang melibatkan atau diduga melibatkan terapi obat (Strand et al., 1990). Terjadinya DRP dapat mencegah atau menunda pasien dari pencapaian terapi yang diinginkan. Sebuah DRP sebenarnya adalah peristiwa yang telah terjadi pada pasien, sedangkan DRP potensial adalah suatu peristiwa yang mungkin sekali terjadi jika apoteker tidak melakukan intervensi yang tepat (Nurhalimah, 2012). Menurut Yahaya Hassan dkk. (2009), salah satu masalah DRP yang paling penting pada pasien penyakit ginjal kronis (GGK) adalah kesalahan dosis obat. Banyak obat dan metabolitnya yang dieliminasi melalui ginjal. Dengan demikian, fungsi ginjal yang memadai penting untuk menghindari toksisitas. Pasien dengan gangguan ginjal sering memiliki perubahan dalam parameter farmakokinetik dan farmakodinamik. Oleh karena itu, pertimbangan khusus harus diambil ketika obat ini diresepkan untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Meskipun pentingnya penyesuaian dosis pada pasien dengan CKD, penyesuaian tersebut kadang-kadang diabaikan. Stephanie et.al (2010), menemukan intervensi farmasi yang bersangkutan dengan DRP indikasi tidak diobati (30%), dosis terlalu rendah (25,9%) dan dosis terlalu tinggi (18,3%), pada pasien GGK di RS Universitas Grenoble. Hasil penelitian Nurhalimah (2012) di RSUD dr MM Dunda Limboto, menunjukkan bahwa ketidaksesuaian dosis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani tahap hemodialisis, secara umum jumlah obat terdiri dari 84 kasus terapi obat yang 24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
(28,75%) diantaranya mengalami DRPs. Jumlah obat yang secara rutin diresepkan untuk 7 pasien (sebagai subyek penelitian) terdapat 3 jenis obat, 2 obat mengalami DRPs kategori tidak tepat dosis yaitu Allupurinol (85,71%) dan Nephrovit Fe (14,28%). Apoteker memegang peranan penting dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang berorientasi. Sebagai seorang apoteker, peningkatan mutu pelayanan ini dapat dilakukan melalui suatu proses pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care), yaitu merupakan suatu kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan (Anonim, 2004). Oleh karena itu, peran seorang apoteker sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan dan pemberian terapi yang tepat, sehingga tidak menimbulkan Drug Related Problems (DRPs).
Dengan
demikian
diperlukan
penelitian
tentang
keberhasilan
penatalaksanaan terapi obat melalui evaluasi DRPs untuk pasien gagal ginjal. Berdasarkan paparan diatas, menunjukan bahwa pentingnya pemilihan obat terutama pada pasien gagal ginjal kronik untuk menghindari atau menurunkan angka terjadinya DRPs khususnya pada kategori penyesuaian dosis, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas layanan di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara agar tercapai suatu keberhasilan terapi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini : 1. Salah satu penyebab terjadinya Gagal Ginjal Kronik adalah penyakit penyerta yang menunjang terjadinya penyakit Ginjal. 2. Banyaknya penyakit penyerta menyebabkan terjadinya pengobatan yang kompleks 3. Pengobatan yang kompleks dapat menyebabkan terjadinya DRPs. 4. Salah satu DRPs yang paling penting pada pasien GGK adalah kesalahan dosis obat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana DRPs kategori penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap RS Pelabuhan Jakarta Utara pada tahun 2014, yang ditinjau dari : 1. Dosis terlalu rendah (under dosage) ? 2. Dosis terlalu tinggi (over dosage) ? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1
Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengideintifikasi DRPs kategori
penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang di Rawat Inap di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara periode tahun 2014. 1.4.2
Tujuan Khusus Mengetahui DRPs pada pengobatan pasien Gagal Ginjal Kronik yang
mendapat terapi obat di Instalasi Rawat Inap RS Pelabuhan Jakarta Utara periode Januari-Juni 2014 yang ditinjau dari : a. Dosis terlalu rendah (under dosage) b. Dosis terlalu tinggi (over dosage) 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1
Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan, bagaimana cara mengevaluasi DRPs kategori penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Pelabuhan 1.5.2
Metodologi Metode dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengevaluasi DRPs
kategori penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal Kronik. 1.5.3
Aplikatif Secara aplikatif hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bahan
pertimbangan ataupun informasi bagi dokter, apoteker dan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberian dosis obat pada pasien GGK di RS Pelabuhan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Drug Related Problems (DRPs) Drug Related Probems (DRPs) merupakan peristiwa yang tidak diinginkan
yang dialami pasien yang memerlukan atau diduga memerlukan terapi obat dan berkaitan dengan tercapainya tujuan terapi yang diinginkan. Identifikasi DRPs menjadi fokus penilaian dan pengambilan keputusan terakhir dalam tahap proses patient care (Cippole, Strand, Morley, 2004). Drug Related Problems (DRPs) sering disebut juga Drug Therapy Problems atau masalah-masalah yang berhubungan dengan obat. Kejadian DRPs ini menjadi masalah aktual maupun potensial yang kental dibicarakan dalam hubungan antara farmasi dengan dokter. Yang dimaksud dengan masalah aktual DRPs adalah masalah yang sudah terjadi pada pasien dan farmasis harus berusaha menyelesaikannya. Masalah DRPs yang potensial adalah suatu masalah yang mungkin menjadi risiko yang dapat berkembang pada pasien jika farmasi tidak melakukan tindakan untuk mencegah (Rovers, 2003). Jika DRPs aktual terjadi, farmasi sebaiknya mengambil suatu tindakan untuk memecahkan masalah yang terjadi. Bila DRPs potensial terjadi maka farmasis sebaiknya mengambil tindakan seperlunya saja untuk mencegah masalah-masalah yang akan muncul (Roverse, 2003).Mengetahui hal tersebut maka seorang farmasis memegang peran penting dalam mencegah maupun mengendalikan masalah tersebut. Ada beberapa hal yang termasuk dalam kategori penyebab timbulnya permasalahan
yang
berhubungan
dengan
DRPs
kategori
ketidaktepatan
penyesuaian dosis (Cippole dkk, 2004). 1. Dosis terlalu rendah ( too low dosage) Penyebab terjadinya ialah dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan, interaksi obat mengurangi jumlah ketersediaan obat yang aktif, durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang diinginkan, pemilihan obat, dosis, rute pemberian dan sediaan obat tidak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6
tepat. Penyebab dosis rendah, seperti frekuensi pemberian dosis yang tidak sesuai, jarak dan waktu pemberian terapi obat terlalu singkat, penyimpanan obat yang tidak sesuai (misalnya, menyimpan obat di tempat yang terlalu panas atau lembab, menyebabkan degradasi bentuk sediaan dan dosis subterapi), pemberian obat yang tidak sesuai, dan interaksi obat (Mahmoud, 2008). 2. Dosis terlalu tinggi (too high dosage) Hal ini terjadi ketika dosis yang diberikan terlalu tinggi untuk memberikan efek, dosis obat dinaikkan cepat, frekuensi pemberian, durasi terapi, cara pemberian obat pada pasien yang tidak tepat, dan konsentrasi obat diatas kisaran terapi (Strand, et al, 1998). Seorang pasien yang menerima dosis obat yang terlalu tinggi dan mengalami efek toksik yang tergantung dosis atau konsentrasi menunjukkan pasien mengalami DRPs (Cippole et.al 1998). Pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal, kemampuan ginjal untuk menghilangkan obat-obatan dan metabolitnya menurun, yang akhirnya menyebabkan akumulasi obat dan produk-produk beracun di ginjal. Misalnya, jika dosis prokainamid tidak disesuaikan untuk pasien dengan
compromised-fungsi
ginjal,
N-acetylprocainamide
dapat
terakumulasi dalam ginjal (Mahmoud, 2008). 3. Interaksi obat Interaksi obat merupakan hasil interaksi dari obat dengan obat, obat dengan makanan dan obat dengan laboratorium. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang menerima obat dari kelas farmakologis yang berbeda serta dalam kelas farmakologis yang sama (Mahmoud, 2008). 2.2
Ginjal Ginjal adalah suatu organ yang secara struktural kompleks dan telah
berkembang untuk melaksanakan sejumlah fungsi penting, seperti : ekskresi produk
sisa
metabolisme,
pengendalian
air
dan
garam,
pemeliharaan
keseimbangan asam yang sesuai, dan sekresi berbagai hormon dan autokoid. (Julianti Aisyah, 2009)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
2.2.1
Anatomi & Fisiologi Ginjal
2.2.1.1 Anatomi Ginjal Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. (Julianti Aisyah, 2009)
Gambar 2.1 Anatomi Ginjal Tampak Depan [Sumber : Adam.com]
Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung, disebelah posterior (atas) dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga, sedangkan di anterior (bawah) dilindungi oleh bantalan usus yang tebal Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon. Struktur Ginjal terdiri atas: (Julianti Aisyah, 2009)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
2.2.1.2 Struktur Makroskopik Ginjal Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua bagian, yaitu korteks dan medula ginjal. Ginjal terdiri darai bagian dalam (medula) dan luar (korteks). 1. Bagian dalam (internal) medula. Substansia medularis terdiri dari piramid renalis yang jumlahnya antara 18-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya mengahadap ke sinus renalis. Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan diktus koligens terminal. 2. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sapanjang basis piramid yang berdekatan dengan garis sinus renalis, dan bagian dalam diantara piramid dinamakan kolumna renalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens. 2.2.1.3 Struktur Mikroskopik Ginjal 1. Nefron Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu kesatuan (nefron). Ukuran
ginjal
terutama
ditentukan
oleh
jumlah
nefron
yang
membentuknya. Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1.3 juta nefron. Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi satu nefron dapat menerangkan fungsi ginjal. 2. Glomerulus Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari ginjal. Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah melalui dinding kapiler glomerular setiap menit. Plasma yang tersaring masuk ke dalam tubulus. Sel-sel darah dan protein yang besar dalam plasma terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan tertinggal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
3. Tubulus kontortus proksimal Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang telah disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman. Sebagian besar dari filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui kapilerkapiler sekitar tubulus kotortus proksimal. Panjang 15 mm dan diameter 55 μm. 4. Ansa henle Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari nefron ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam ginjal, dan kemudian naik kembali kebagian korteks dan membentuk ansa. Total panjang ansa henle 2-14 mm. 5. Tubulus kontortus distalis Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil longgar kedua. Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi urin dibuat pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat glomerulus (sekitar 20 ml/menit) mencapai tubulus distal, sisanya telah diserap kembali dalam tubulus proksimal. 6. Duktus koligen medula Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan secara halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini. Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalsium
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
Gambar 2.2 Struktur Ginjal [Sumber : medicalartlibrary.com] 2.2.1.4 Fisiologi Ginjal Fungsi ginjal menurut Price dan Wilson (2006) di bedakan menjadi dua yaitu fungsi eksresi dan non ekskresi, antara lain: a. Fungsi ekskresi 1. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 osmol dengan mengubah-ubah ekskresi air. 2. Mempertahankan volume ECF dan tekanan darah dengan mengubah-ubah ekskresi Na+. 3. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam rentang normal. 4. Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk kembali HCO3-.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
5. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama urea, asam urat dan kreatinin). 6. Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat. b. Fungsi non ekskresi 1. Menghasilkan renin: penting dalam pengaturan tekanan darah. 2. Menghasilkan eritropoetin: meransang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang. 3. Menghasilkan 1,25-dihidroksivitamin D3: hidroksilasi
akhir
vitamin D3menjadi bentuk yang paling kuat. 4. Mengaktifkan prostaglandin: sebagian besar adalah vasodilator, bekerja secara lokal, dan melindungi dari kerusakan iskemik ginjal. 5. Mengaktifkan degradasi hormon polipeptida. 6. Mengaktifkan insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon pertumbuhan,
ADH,
dan
hormon
gastrointestinal
(gastrin,
polipeptida intestinal vasoaktif (VIP). Proses pembentukan urine menurut Syaifuddin (2006), glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal berlanjut ke ureter. Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Ada tiga tahap pembentukan urin: a. Proses filtrasi Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen Lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai Bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
b. Proses reabsorbsi Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorbsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapanya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorbsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis. c. Proses sekresi Sisanya penyerapan urine kembali yang pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria. 2.2.2
Penilaian Fungsi Ginjal Estimasi laju filtrasi glomerulus (LFG) sangat penting dalam manajemen
klinis pasien dengan penyakit ginjal kronik. LFG digunakan untuk menilai keberadaan dan tingkat fungsi ginjal dan membantu dalam melakukan penyesuaian dosis obat diekskresi melalui ginjal. Pedoman NKF-K/DOQI merekomendasikan modifikasi diet pada penyakit ginjal (Modification of Diet in Renal Disease/MDRD) dan persamaan Cockcroft-Gault sebagai pengukuran yang berguna untuk memperkirakan LFG (Levey et al., 2002). Oleh karena itu, kreatinin serum (SCr) tidak dapat digunakan sendiri untuk menilai tingkat fungsi ginjal karena korelasi nonlinear antara SCr dan fungsi ginjal (Mahmoud, 2008). 2.2.2.1 Persamaan Cockcroft-Gault Persamaan Cockcroft-Gault berasal dari 249 pasien rawat inap (96% lakilaki, rentang usia 18-92 tahun) dengan disfungsi ginjal ringan di Rumah Sakit Queens Mary Veterans di Kanada berdasarkan pengukuran tunggal dari ClCr (klirens kreatinin) 24 jam. Persamaan Cockcroft-Gault memberikan estimasi kuantitatif ClCr dari SCr (Mahmoud, 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
1)
Persamaan Cockcroft-Gault: Laki-laki: ClCr (ml/min)
=
)
(
(
(
Wanita: ClCr (ml/min) = 2)
(
)
) (
)
(
)
)
x 0,85
Persamaan Cockcroft-Gault disesuaikan dengan Luas Permukaan Tubuh (Body Surface Area/BSA): Laki-laki: ClCr (ml/min)
Wanita: ClCr (ml/min) =
= (
(
)
( (
)
( (
)
) )
)
Keterbatasan Persamaan Cockcroft-Gault Persamaan Cockcroft-Gault tergantung pada SCr, yang berhubungan dengan sekresi tubular kreatinin. Hal ini dapat mengakibatkan estimasi LFG yang terlalu tinggi sekitar 10 – 40% pada masing-masing orang dengan fungsi ginjal yang normal (Levey et al., 2002). Selain itu, SCr dapat dipengaruhi oleh banyak faktor non-ginjal seperti diet (misalnya, diet vegetarian dan suplemen kreatinin), massa tubuh (misalnya, amputasi, kekurangan gizi, kekurusan) dan terapi obat (misalnya, simetidin dan trimetoprim). Meskipun keterbatasan ini, persamaan Cockcroft-Gault telah banyak digunakan untuk menentukan dosis obat pada masing-masing orang berdasarkan fungsi ginjal pada pengaturan klinis (Mahmoud, 2008). 2.2.2.2 Persamaan MDRD Persamaan MDRD diperkenalkan oleh Levey et al. pada tahun 1999 untuk mengatasi keterbatasan estimasi LFG berdasarkan ClCr. Pada tahun 1999, persamaan MDRD 6-variabel berasal dari populasi MDRD sebanyak 1.628 pasien dengan gagal ginjal kronik tanpa diabetes (rata-rata LFG 40 ml/menit/1,73m2) yang
bersamaan
memiliki
pengukuran
LFG
menggunakan
iothalamate
(Mahmoud, 2008). Persamaan ini dikembangkan menggunakan variabel pasien termasuk usia, SCr, nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN), albumin, ras dan jenis kelamin. Kemudian pada tahun 2000, disingkat menjadi versi 4-variabel UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
dari persamaan MDRD berdasarkan hanya usia, jenis kelamin, ras dan tingkat SCr yang diperkenalkan dan telah menjadi persamaan yang paling diterima dan digunakan dalam pengaturan klinis rawat jalan, menggantikan persamaan MDRD 6-variabel dan persamaan Cockcroft-Gault (Mahmoud, 2008). 1)
Estimasi LFG (MDRD 6-variabel) = 170 x (SCr)–0,999 x (usia) –0,176 x (0,762 jika wanita) x (1,180 jika
eLFG
orang Afrika Amerika) x (BUN) –0,170 x (Alb)+0,318 2)
Estimasi LFG (MDRD 4-variabel) = 186 x (SCr)–1,154 x (usia) –0,203 x (0,742 jika wanita) x (1,210 jika
eLFG
orang Afrika Amerika) Keterbatasan Persamaan MDRD Estimasi LFG menggunakan persamaan MDRD mengakibatkan tidak mempertimbangkan LFG sebenarnya pada orang sehat, donor ginjal, dan pasien dengan DM tipe 1. Selain itu, 125I-iothalamate (LFGi) dilaporkan lebih sesuai untuk mengukur kadar terbaru dari LFG dibandingkan dengan persamaan MDRD pada pasien rawat inap dengan penyakit ginjal lanjut. Persamaan MDRD belum divalidasi pada anak-anak, wanita hamil, orang lanjut usia (> 70 tahun) atau ras selain Kaukasia dan Afrika Amerika (Mahmoud, 2008). 2.3
Definisi Gagal Ginjal Kronik Gagal Ginjal Kronik adalah hilangnya fungsi ginjal secara progresif
selama beberapa bulan sampai bertahun – tahun, ditandai dengan penggantian bertahap
struktur
ginjal
normal
dengan
fibrosis
intertisial
(DiPiro
pharmacotherapy 7th, 858). Keabnormalan struktur dan fungsi ginjal, yang terjadi lebih dari 3 bulan dengan implikasi kesehatan. (KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for Evaluation and Management of CKD).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
2.3.1
Etiologi Gagal Ginjal Kronik Menurut DiPiro edisi 6, ada beberapa faktor yang menyebabkam
terjadinya GGK yaitu: 1. Faktor Kerentanan (individu) Faktor ini dapat meningkatkan penyakit ginjal tetapi tidak secara langsung, faktor – faktor ini termasuk :
Usia lanjut
Penurunan masa ginjal, dan BB kelahiran yang rendah
Ras dan minoritas suku
Riwayat keluarga
Penghasilan rendah atau pendidikan
Inflamasi sistemik
Dislipidemia
2. Faktor Inisiasi Adalah faktor yang menginisiasi kerusakan ginjal, dapat diatasi dengan terapi obat. Yang termasuk faktor inisiasi adalah :
Diabetes Melitus
Hipertensi
Penyakit autoimun
Polikista ginjal
Toksisitas obat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
3. Faktor Progresi Dapat mempercepat penurunan fungsi ginjal setelah inisiasi kerusakan ginjal. Yang termasuk faktor progresi adalah :
2.3.2
Glikemia pada diabetes
Hipertensi
Proteinuria
Merokok
Hiperlipidemia Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik Klasifikasi GGK menurut KDIGO Clinical Practice Guideline for
Evaluation and Management of CKD 2012, klasifikasi GGK dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : 2.3.2.1 Kategori Penyebab Tabel 2.1 Kategori Penyebab (KDIGO Clinical Practice Guideline for Evaluation and Management of CKD, 2012) Contoh penyakit
Contoh gangguan primer
sistemik, yang
ginjal (tanpa ada penyakit
berpengaruh pada ginjal sistemik
yang
berpengaruh pada ginjal) Gangguan
Diabetes, penyakit
Difusi, fokal atau
Glomerulus
autoimmun sistemik,
proliferasi bulan sabit;
infeksi sistemik, obat -
fokal dan
obatan, neoplasia
glomerusklerosis
(termasuk amyloidosis)
tersegmentasi, nefropati membran, mpenyakit yang berganti – ganti
Gangguan
Infeksi sistemik,
Tubulusinterstisial
autoimmun,
ISK, batu ginjal, sembelit
sarkiodosis, obat obatan, asam urat, toxin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
lingkungan (asam aristolisik, sklerosis sistemik Gangguan Vaskular
Arterosklerosis, HT,
Displasia fibromuskular,
iskemi, emboli
ANCA-berhubungan
kolesterol, vaskulitik
dengan vaskulitik terbaas
sistemik, pembekuan
pada ginjal
mikroangiopati, sklerosis sistemik Kista dan Penyakit
Polikista ginjal, sidrom
Displasia ginjal, kista
Bawaan
alport, penyakaait fabry
sumsum tulang belakang, podositopati
Catatan : bahwa ada banyak cara yang berbeda di mana untuk mengklasifikasikan CKD. Metode ini satu – satunya yang memisahkan penyakit sistemik dan penyakit ginjal primer, yang diusulkan oleh Kelompok Kerja, untuk membantu dalam pendekatan konseptual. 2.3.2.2 Kategori GFR (Glomerulus Filtration Rate) / LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) 1. Stadium 1: kerusakan ginjal dengan LFG normal atau menurun, LFG 90 ml/min/1,73 m2 2. Stadium 2: kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan, LFG 60 – 89 ml/min/1,73 m2 3. Stadium 3: penurunan LFG sedang (moderat), LFG 30 – 59 ml/min/1,73 m2 4. Stadium 4: penurunan LFG berat, LFG 15 – 29 ml/min/1,73 m2 5. Stadium 5: gagal ginjal, LFG < 15 ml/min/1,73 m2 atau dialisis Catatan : Jika tidak menunjukan kerusakan ginjal, untuk stadium 1 dan 2 tidak memenuhi kriteria GGK (KDIGO Clinical Practice Guideline for Evaluation and Management of CKD, 2012)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
2.3.2.3 Kategori Albuminuria Tabel 2.2 Menurut Albuminuria (KDIGO Clinical Practice Guideline for Evaluation and Management of CKD, 2012) Kategori
A1
Laju Ekskresi
Rasio Albumin
Albumin
Kreatinin
(mg/24 jam)
(mg/mmol)
(mg/g)
<30
<3
<30
Kondisi
Meningkat normal
dan
perlahan A2
30-300
3-30
30-300
Meningkat secara moderat*
A3
>300
>300
>300
Meningkat dengan parah**
Catatan : *relatif untuk tingkatan muda dan dewasa **termasuk sindrom nefrotik (ekskresi albumin biasanya >2200 mg/24 jam[Rasio albumin-kreatinin > 2220 mg/g;220 mg/mmol]). Kategori albuminuria merupakan prediktor penting dari hasil. Hubungan tingginya kadar proteinuria dengan tanda-tanda dan gejala sindrom nefrotik sangat dikenali. Deteksi dan evaluasi kecil dari jumlah proteinuria telah mendapatkan hasil yang signifikan. Beberapa penelitian telah menunjukkan pentingnya diagnostik, patogen, dan prognosisnya.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
2.3.3
Patofisiologi Gagal Ginjal Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit
yang mendasarinya. Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfitrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi (Suwitra dalam Sudoyo, 2006). Fungsi renal menurun menyebabkan produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Akibatnya terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 2002). Retensi cairan dan natrium akibat dari penurunan fungsi ginjal dapat mengakibatkan edema, gagal jantung kongestif/ CHF, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. CKD juga menyebabkan asidosis metabolik yang terjadi akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H-) yang berlebihan. Asidosis 19 metabolik juga terjadi akibat tubulus ginjal tidak mampu mensekresi ammonia (NH3-) dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Pada stadium paling dini penyakit GGK, terjadi kehilangan daya cadangan ginjal (ranal reserve), pada keadaan mana basal Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) masih normal. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kretinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien belum menunjukkan keluhan (asimtomatik), tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG 30%, mulai terjadi keluhan pasien seperti nokturia, badan lemah, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang sangat nyata seperti, anemia,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, mual muntah dan lain sebagainya. Pada LFG dibawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2006). 2.3.3.1 Protokol Pasien Gagal Ginjal Kronik
Gambar 2.3 Mekanisme Progresi Gangguan Gagal Ginjal Kronik
Perkembangan dan progresi GGK tersembunyi. Pasien dengan stadium 1 dan 2 biasanya tidak mempunyai gejala atau ketidak seimbangan cairan metabolik yang terlihat pada stadium 3 sampai 5, seperti anemia, hiperparatiroid
sekunder,
penyakit
kardiovaskular,
malnutrisi
dan
keabnormalan cairan elektrolit yang umum pada fungsi ginjal. Gejala uremia umumnya tidak menyertai oada stadium 1 dan 2, minimal selama stadium 3 dan 4, dan umumnya pada stadium 5 yang juga terbiasa gatal – gatal, alergi dingin, peningkatan berat badan, dan neforpati periferal. Pengobatan bertujuan untuk menunda progresi GGK, dan meminimalisisr perkembangan dan keparahan dari komplikasi (Dipiro, edisi 7).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
21
2.3.3.2 Pengobatan Progresi dengan Modifikasi Terapi 1.
Terapi non farmakologi : Diet rendah protein (0,6 sampai 0,7 g/kg/hari) dapat
menunda progresi dari GGKpada pasien dengan atau tanpa diabetes, walaupun efeknya relati kecil. (DiPiro, 7th ed) 2.
Terapi Farmakologi : Hiperglikemia : a. Terapi intensif pada pasien tipe 1 dan 2 diabetes mengurangi
komplikasi
mikrovaskular,
termasuk
nefropaty. Dapat berupa insulin oral dan tes gula darah setidaknya 3 kali sehari b. Insulin (Inten Novita, 2015) 1. Farmakologi Insulin
merupakan
hormon
anabolik
dan
antikatabolik, yang berperan utama pada protein, karbohidrat, dan metabolisme. Insulin endogen diproduksi dari proinsulin peptida pada sel β. 2. Karakteristik Insulin
biasanya
dikategorikan
berdasarkan
sumbernya, kekuatan, onset dan durasi kerja. Selain itu insulin memiliki asam amino dalam molekul insulin termodifikasi. Sediaan insulin biasanya U100 dan U-500, 100 unit/mL dan 500 unit/mL. 3. Farmakokinetik Kinetik injeksi subkutan tergantung pada onset, puncak, dan durasi kerja. Penambahan protamin NPH, NPL, dan suspense protamin aspart) atau kelebihan seng maka dapat menunda onset, puncak, dan durasi efek insulin. Waktu paruh injeksi insulin reguler (IV) yaitu 9 menit. Sehingga wkatu efektif untuk injeksi insulin (IV) lebih pendek. Insulin IV lebih murah daripada
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
insulin lainnya. Insulin terdegradasi di hati, otot, dan ginjal. Insulin dimetabolisme dihati sekitar 20% - 50%, sedangkan dimetabolisme di ginjal sekitar 25% - 20%. Sehingga tidak dianjurkan untuk pasien menggunakan insulin jika terdapat penyakit ginjal stadium akhir. 4. Komplikasi mikrovaskular Insulin telah terbukti sebagai agen oral untuk mengobati DM. Penelitian di Amerika telah membuktikan bahwa efikasi antara insulin dan sulfonilurea menunjukkan efikasi yang sama dalam penurunan mikrovaskular. 5. Komplikasi makrovaskular Hubungan antara masalah tingginya kadar insulin (hiperinsulinemia),
resistensi
insulin,
dan
kardiovaskular sehingga dapat dipercayai bahwa terapi insulin dapat menyebabkan komplikasi makrovaskular. Namun UKPDS dan DCCT tidak menemukan
hubungan
antara
komplikasi
makrovaskular dengan terapi insulin. 6. Efek samping Secara
umum
hipoglikemia
efek dan
samping kenaikan
insulin berat
yaitu badan.
Hipoglikemia lebih sering terjadi pada pasien yang instensif melakukan terapi, dan lebih sering terjadi pada pasien DM tipe 1 daripada tipe2. Sehingga pemantauan kadar glukosa darah sangat penting dilakukaan pada pasien yang menggunakan terapi insulin. Jika pasien telah mengalami hipoglikemia yang berat maka akan terjadi takikardia dan berkeringat).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
7. Dosis dan cara pemberian Pada pasien DM tipe 1, dosis seharinya 0,5-0,6 unit/kg. Selama penyakit akut atau ketosis resistensi insulin maka dapat diberikan dosis yang lebih tinggi. Dosis diberikan tergantung dengan keadaan patologi pasien. c. Progresi GGK dapat dibatasi dengan kontrol optimal hiperglikemia dan hipertensi. Hipertensi : a. Kontrol tekanan dara secara adekuat dapat mengurangi laju penurunan GFR dan albuminuria dengan pasien atau tanpa diabetes b. Obat antihipertensi harus dimulai pada pasien diateik ataupun nondiabetik dengan ACEI atau angiotensin II. Nondyhydropyridine dan CCB untuk pilihan kedua c. Klirens ACEI direduksi pada pasien GGK d. GFR yang biasanya menurun 25 % sampai 30 % pada 3 sampai 7 hari setelah ACEI karena tipe ini e. Pilihan Utama Obat Antihipertensi pada Pasien GGK : (Intan Mustika, 2009) 1. ACE Inhibitor ACE inhibitor menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Selain itu, degradasi bradikinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE-Inhibitor. Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan
berkurangnya
aldosteron
akan
menyebabkan ekskresi air dan natrium dan retensi kalium.
Dalam
JNC
VII,
ACE-Inhibitor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
diindikasikan untuk hipertensi dengan penyakit ginjal kronik. 2. Angiotensin Reseptor Blocker Dengan mencegah efek angiotensin II, senyawa senyawa ini merelaksasi otot polos sehingga mendorong vasodilatasi, meningkatkan ekskresi garam dan air di ginjal, menurunkan volume plasma, dan mengurangi hipertrofi sel. Antagonis reseptor angiotensin
II secara teoritis juga mengatasi
beberapa kelemahan ACE inhibitor. f. Pilihan Kedua Obat Antihipertensi pada Pasien GGK : 1. CCB (Calcium Channel Blocker) Calcium Channel Blocker bukanlah agen lini pertama tetapi merupakan obat antihipertensi yang efektif, terutama pada ras kulit hitam. Calcium Channel Blocker mempunyai indikasi khusus untuk yang beresiko tinggi penyakit koroner dan diabetes, tetapi sebagai obat tambahan atau pengganti. Penelitian
NORDIL
menemukan
diltiazem
ekuivalen dengan diuretik dan penyekat beta dalam menurunkan kejadian kardiovaskular.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
Gambar 2.4 Strategi pengobatan untuk mencegah progresi gagal ginjal kronik pada pasien diabetes
Terapi Penunjang : a. Diet Protein, pengobatan hilang lemak, kurang merokok, manajemen anemia dapat memperlambat laju progresi GKK. b. Tujuan utama dari pengobatan megnurangi lemak pada GGK untuk mengurangi resiko untuk arteosklrosis c. Tujuan kedua untuk mereduksi proteinuria dan penurunan fungasi ginjal
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
Gambar 2.5 Strategi pengobatan untuk mencegah progresi gagal ginjal kronik pada pasien non diabetes
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
27
Gambar 2.6 Algoritma manajemen Hipertensi untuk pasien GGK. Penyesuaian dosis haru dibuat setiap 2 sampai 4 minggu sesuai kebutuhan. Dosis salah satu obat harus dimaksimalkan sebelum yang lainnya ditambahkan. (ACEI, angiotensin-converting enzyme inhibitor; ARB, angiotensin receptor blocker; BP, blood pressure; CCB, calcium channel blocker; Clcr, creatinine clearance; Scr, serum creatinine.)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
2.3.4
Terapi Pengganti Ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal. (Suwitra, 2006). 2.3.4.1 Hemodialisis Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif. Beberapa
yang
termasuk
dalam
indikasi
absolut,
yaitu
perikarditis,
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) > 120 mg% dan kreatinin > 10 mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual, anoreksia, muntah, dan astenia berat (Sukandar, 2006). Hemodialisis di Indonesia dimulai pada tahun 1970 dan sampai sekarang telah dilaksanakan di banyak rumah sakit rujukan. Umumnya dipergunakan ginjal buatan yang kompartemen darahnya adalah kapiler-kapiler selaput semipermiabel (hollow fibre kidney). Kualitas hidup yang diperoleh cukup baik dan panjang umur yang tertinggi sampai sekarang 14 tahun. Kendala yang ada adalah biaya yang mahal (Rahardjo, 2006).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
2.3.4.2 Jenis – Jenis Hemodyalizer (Rahmanto Bagyo, 2011) 1. Mesin NIPRO Tipe Suridial ™-55PLUS Surdial 55 plus mudah untuk digunakan sebagai mesin dialisis menawarkan kepada pasien terapi pengganti ginal, untuk meningkatkan kualitas
hidup
pasien.
Mesin
ini
bersifat
efisien
yang
mengkombinasikan teknologi terdepan dengan fitur – fitur baru yang canggih untuk improvisasi dalam pengobatan.
Gambar 2.7 Mesin Dialisis NIPRO
2. Mesin Fresenius Mesin dialsis modern dari 2008, 4008, dan 5008 seri dari Fresenius Medical Care membantuk nefrologis untuk menawarkan pengobatan terbaik yang memungkinkan untuk pasiennya. Lebih dari setiap mesin dialisa terjual di dunia tiap tahunnya dari 2 perusahaan situs Schweinfurt, Jerman dan Walnut Geek, California. Mesin dialisa terbaru 5008 sistem terapi, memenangkan German Business Inovation Award in 2006. 5008 sendiri mengatur bagiannya dengan interfase khusus mudah dipakai dan rendah perawatan sebaik mungkin rendah air dan energi yang digunakan. Bahkan, sistem terapi 5008 menawarkan hemodiafiltrasi online sebagain pilihan standarnya. Ini menjadi pengobatan terbaik yang memungkinkan terkini, bahkan menguranginya resiko kematian.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
Gambar 2.8 Mesin Dialisis Fresenius 3. Mesin Nikisso Terbaru ini Nikisso mengenmbangkan Sistem hemodialisa DBB-07 dengan memenuh kualitas terapi. Biaya terapi yang mirip dengan sistem dialisa yang standard, mesin ini dapat menawarkan setiap dari pasien terapi yang terbaik tanpa tambahan biaya. Layar pengguna yang ramah identik yang dapat menawarakan seri mesin DBB, ditambah lagi untuk capt dan mudah dipelajarinya sistem mesin ini.
Gambar 2.9 Mesin Dialisis Nikisso
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
2.3.4.3 Dialisis Peritoneal Akhir-akhir ini sudah populer Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) di pusat ginjal di luar negeri dan di Indonesia. Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal (Sukandar, 2006). 2.3.4.4 Transplantasi Ginjal Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu: 1. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah 2. Kualitas hidup normal kembali 3. Masa hidup (survival rate) lebih lama 4. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan 5. Biaya lebih murah dan dapat dibatasi 2.4
Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah hususnya dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medis modern yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan lia, 2003).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
Rumah Sakit Umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi rumah sakit A,B,C, dan D. klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur pelayanan ketenagaan fisik dan peralatan. Klasifikasi Rumah Sakit Umum pemerintah : 1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan yang pelayanan medis spesialitik luas dan subspesialitik luas. 2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mampunyai fasilitas dan kemampuan fasilitas pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialis dan subspesialis terbatas. 3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sait yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar spesialitik dasar. 4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medik dasar (Siregar dan Lia, 2003). Jenis perawatan yang diadakan di Rumah Sakit: 1. Perawatan penderita rawat tinggal Dalam perawatan pendeirta rawat tinggal di rumah sakit ada lima unsur tahap pelayanan yaitu: a. Perawatan intensif adalah perawatan bagi penderita kesakitan hebat yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu krisis kesakitannya atau lukanya, suattu ondisi apabila ia tida mampu melakukan kebutuhan sendiri. Ia dirawat dalam ruangan perawatan intensif oleh staf medik dan perawatan khusus. b. Perawatan intermediet adalah perawatan bagi penderita setelah kondisi kritis membaik, yang dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke ruang perawatan biasa. Perawatan intermediet merupakan bagian terbesar dari jenis perawatan dikebanyakan rumah sakit. c. Perawatan swarawat adalah perawatan yang dilakukan penderita yang dapat merawat diri sendiri, yang datang ke rumah sakit untuk diagnostik saja atau penderita yang kesehatannnya sudah cukup pulih
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
dari kesakitan intensif atau intermediet, dapat tinggal dalam suatu unit perawatan sendiri (self-care unit). d. Perawatan kronis adalah perawatan penderita dengan kesakitan atau ketidakmampuan jasmani jangka panjang. Mereka dapat tinggal dalam bagian terpisah rumah sakit atau dalam fasilitas perawatan tambahan atau rumah perawatan yang juga dapat dioperasikan oleh rumah sakit. e. Perawatan rumah adalah perawatan penderita dirumah yang dapat menerima layanan seperti biasa tersedia dirumah sakit, dibawah suatu program yang disponsori oleh rumah sakit. Perawatan rumah ini adalah penting tetapi sangat sedikit yang diterapkan. Perawatan rumah ini lebih mudah, dan merupakan jenis perawatan yang efektif secara psikologis. 5. Perawatan penderita Rawat Jalan Perawatan ini diberikan pada penderita melalui klinik, yang menggunakan fasilitas rumah sakit tanpa terikat secara fisik dirumah sakit. Mereka datang kerumah sakit untuk pengobatan atau untuk diagnosis atau datang sebagai kasus darurat (Siregar dan Lia, 2003). 2.4.1
Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin. (PermenKes no. 58 tahun 2014). Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi : a) pengkajian dan pelayanan Resep; b) penelusuran riwayat penggunaan Obat; c) rekonsiliasi Obat; d) Pelayanan Informasi Obat (PIO); e) konseling; f) visite;
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
g) Pemantauan Terapi Obat (PTO); h) Monitoring Efek Samping Obat (MESO); i) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); j) dispensing sediaan steril; dan k) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) 2.5 Rekam Medik Setiap rumah sakit dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik dan memadai dari setiap penderita, baik untuk penderita rawat tinggal maupun penderita rawat jalan. Rekam medik ini harus secara akurat didokumentasikan, segera tersedia, dapat dipergunakan, mudah ditelusuri kembali (retrieving) dan lengkap informasi. Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas, dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Definsi rekam medik menurut surat keputusan Direktur jenderal pelayanan medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita selama dirawat dirumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat tinggal (Siregar dan Lia, 2003). Kegunaan dari rekam medik : a) Digunakan sebagai dasar perencanaan berkelanjutan perawatan penderita. b) Merupakan suatu sarana komunikasi antar dokter dan setiap professional yang berkontribusi pada perawatan penderita. c) Melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab kesakitan atau penderita dan penanganan atau pengobatan selama tiap tinggal di rumah sakit. d) Digunakan sebagai dasar untuk kajian ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada pasien. e) Membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan praktisi yang bertanggung jawab. f) Menyediakan atau untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
35
g) Sebagai dasar perhitungan biaya, dengan menggunakan data rekam medik, bagian keuangan dapat menetapkan besarnya biaya pengobatan seorang penderita.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1
Tempat Penelitian Pelaksanaan ini dilaksanakan di Ruang Inap Rumah Sakit Pelabuhan dengan
alamat Jl. Kramat Jaya Koja Tanjung Priok No. 1 Jakarta Utara 14260. 3.1.2
Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Mei 2015.
Analisa data dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2015. 3.2
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi non eksperimental dengan metode cross-
sectional, yaitu pengumpulan data variabel untuk mendapatkan gambaran drug related problems (DRPs) pada kategori penyesuaian dosis yang terjadi pada pasien GGK. Dan juga mendapatkan terapi pengobatan melalui pengumpulan data dari rekam medis (retrospektif) pasien GGK di ruang rawat inap Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara, besar sampel selama periode Januari - Desember 2014 sebanyak 26 dari total 53 populasi pasien. Analisa dilakukan secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan drug related problem (DRPs) kategori penyesuaian dosis yang terjadi pada pasien GGK.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
3.3
Kerangka Konsep Terapi obat yang diberikan pada pasien GGK yang tercatat dalam rekam medis Penyakit penyerta
Variabel Perancu
Obat Terapi Penyakit Penyerta
Obat Terapi GGK
Tidak tepat Dosis
Dosis Terlalu Rendah
Tepat Dosis
Dosis Terlalu Tinggi
Lihat Clcr Pasien
Tidak tepat Dosis
Dosis Terlalu Rendah
Tepat Dosis
Dosis Terlalu Tinggi
Lihat Clcr Pasien
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
3.4
Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Cara
Skala
Ukur
Ukur
Kondisi fisik
Melihat
Nominal
yang menentukan
data rekam
status seseorang
medis
laki-laki atau
pasien
Variabel
Definisi
Karakteristik pasien Jenis kelamin
Kategori
0. Laki - laki 1. Perempuan
perempuan. Usia
Perhitungan umur
Melihat
Nominal
0. Dewasa: 26
pasien GGK
data rekam
dengan penyakit
medis
1. Lansia: 46
penyerta.
pasien
– 65 tahun
– 45 tahun
2. Manula: >
Penggolongan
65 tahun
usia berdasarkan DEPKES RI (2009), yaitu: 1) 5 – 11 tahun: masa kanakkanak 2) 12 – 16 tahun: masa remaja awal 3) 17 – 25 tahun: masa remaja akhir 4) 26 – 35 tahun: masa dewasa awal 5) 35 – 45 tahun:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
masa dewasa akhir 6) 46 – 55 tahun: masa lansia awal 7) 55 – 65 tahun: masa lansia akhir 8) > 65 tahun: manula. Penyakit penyerta
Keadaan klinis
Melihat
Nominal
0. Hipertensi
yang diderita oleh
data rekam
pasien GGK yang
medis
Melitus
dapat atau tidak
pasien
2. Anemia
1. Diabetes
mempengaruhi
3. Lain-lain
fungsi ginjal. Dosis Terlalu Rendah
Pasien
Persamaan
mempunyai
MDRD
Nominal 0. Tepat Dosis
kondisi medis dan
1. Tidak Tepat
mendapatkan obat
Dosis
yang benar tetapi dosis yang obat terlalu rendah sehingga tidak menimbulkan efek yang diinginkan (strand et al, 1990). Dosis Terlalu Tinggi
Pasien
Persamaan
mempunyai
MDRD
Nominal
0. Tepat Dosis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
40
kondisi medis dan
1. Tidak
mendapatkan obat
Tepat
yang benar tetapi
Dosis
dosis yang obat terlalu tinggi sehingga dapat menimbulkan toksisitas atau efek yang tidak diinginkan lainnya (strand et al, 1990). Drug Related Problems Peristiwa atau
Kategori
Ordinal
0. Terjadi
(DRPs)
kejadian yang
DRPs
melibatkan terapi
menurut
obat yang benar-
Cipolle et
terjadi
benar atau
al. (1998)
DRPs
DRPs 1. Tidak
berpotensi mengganggu hasil klinis kesehatan yang diinginkan. Klasifikasi GGK, dinilai
Menurut (KDIGO
Melihat
Nominal
0. Stadium 3
dari nilai LFGnya
Clinical Practice
data rekam
1. Stadium 4
Guideline for
medis
2. Stadium 5
Evaluation and
pasien
Management of CKD, 2012) kriteria stadium 1 dan 2 tidak memenuhi GGK, maka kriteria
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
stadium 3, 4 dan 5 memenuhi kriteria GGK 1) Stadium 1: kerusakan ginjal dengan LFG normal atau menurun, LFG 90 ml/min/1,73 m2 2) Stadium 2: kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan, LFG 60 – 89 ml/min/1,73 m2 3) Stadium 3: penurunan LFG sedang (moderat), LFG 30 – 59 ml/min/1,73 m2 4) Stadium 4: penurunan LFG berat, LFG 15 – 29 ml/min/1,73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
m2 5) Stadium 5: gagal ginjal, LFG < 15 ml/min/1,73 m2 atau dialisis
3.5
Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang
dirawat inap di Rumah Sakit Pelabuhan sebanyak 53 pasen, pada periode Januari sampai dengan Desember 2014. 3.5.2
Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah populasi yang memenuhi kriteria
inklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi diambil sebagai penelitian 3.6
Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian
3.6.1
Kriteria Inklusi Sampel Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian, memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria inklusi untuk sampel kasus dalam penelitian ini ialah : 1. Pasien rawat inap yang menderita GGK pada bulan Januari – Juni 2014. 2. Pasien dengan rekam medis lengkap dan terbaca 3. Pasien GGK dengan nilai LFG stadium 3, 4 dan 5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
3.6.2 Kriteria Eksklusi Sampel Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Adapun yang termasuk kriteria eksklusi adalah: 1. Pasien pulang paksa 2. Pasien GGK dengan nilai LFG stadium 1 dan 2 3.7
Prosedur Penelitan
3.7.1 Bagan Alur Penelitian Pengumpulan Rekam Medik
Seleksi Rekam Medik Yang memenuhi kriteria inklusi
Pengambilan Data (Data Pengolahan Data
Analisis Data
Hasil Interpretasi 3.7.2
Persiapan (Permohonan Izin Penelitian) 1. Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta kepada Kepala Instalasi Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
2. Penyerahan surat persetujuan peelitian dari Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi Universitas Islam Negeri Jakarta. 3.7.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data 3.7.3.1 Penelusuran Dokumen 1. Penelusuran data pasien Gagal Ginjal Kronik di ruang rawat inap Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara periode Januari – Juni 2014. 2. Proses pemilihan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi. 3. Pengambilan data dan pencatatan data hasil rekam media diruang administrasi medis berupa: a. Nomor rekam medis b. Identitas pasien (nama, jenis kelamin, dan umur) c. Tanggal perawatan d. Data penggunaan obat terapi pada pasien GGK e. Data hasil lab 3.7.4 Manajemen Data Pelaksanaan verifikasi data rekam medis dan pola terapi pengobatan gagal ginjal yang dilanjutkan dengan transkrip data yang dikumpulkan ke dalam logbook dan komputer. 3.7.5 Pengolahan data 1. Editing Peneliti melakukan penilaian terhadap data mentah, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data yang diperoleh dan mengeluarkan data yang tidak memenuhi kriteria penelitian. 2. Coding Peneliti
melakukan
pengkodean
untuk
mempermudah
peneliti
memasukkan data yang diperoleh dari laboratorium dan rekam medis. 3. Entry data Peneliti memasukkan data yang telah dilakukan proses coding ke dalam program Microsoft Excel dalam bentuk table.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
4. Cleaning data Peneliti melakukan pemeriksaan kembali data yang sudah dimasukkan kedalam
sistem
komputer
untuk
menghindari
terjadinya
ketidaklengkapan atau kesalahan data. 3.8
Analisa Data Analisa data yang dilakukan menggunakan program Microsoft Excel 2010
akan dianalisis dengan analisa univariat 3.8.1 Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis setiap variabel (terikat maupun bebas) yang akan diteliti secara deskriptif (Notoatmodjo, 2003). Data yang telah dikategorikan ditampilkan sebagai frekuensi kejadian. Adapun variabel yang diteliti berupa jenis DRPs pada kategori penyesuaian dosis.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Pasien Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit penyerta. Evaluasi Drug Related Problems pada pasien yang digambarkan secara deskriptif dalam bentuk persentase. Jumlah pasien GGK di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara, terdapat 53 pasien yang menderita GGK dalam setahun. Lalu didapat 26 pasien yang masuk kriteria inklusi dalam penelitian ini.Pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah pasien rawat inap dengan penyakit GGK yang memiliki rekam medis yang lengkap.
No 1.
2
3
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Karakteristik Karakteristik Pasien N= 26 Persentase (%) Berdasarkan usia Manula > 65 tahun 13 50 Lansia 45 – 65 tahun 10 38,46 Dewasa 26 - 45 tahun 3 11,54 Berdasarkan jenis kelamin Laki – laki 16 61,54 Perempuan 10 38,46 Berdasarkan Tingkat Keparahan Stadium 3 5 19,2 Stadium 4 6 23,1 Stadium 5 15 57,7
Tabel 4.2 Distribusi Penyakit Penyerta Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik No Penyakit Penyerta N= 26 Persentase (%) 1. Hipertensi 8 30,77 2. CHF 7 29,2 3. Diabetes Melitus 4 15,39 4. CAD 6 23,08 5. GERD 6 23,08 6. TBC 2 7,69 7. Colic abdomen 1 3,85 Leukimia 1 3,85 8. 9. 10. 11.
Colic Renal Ketosidosis Oedema Paru
1 1 1
3,85 3,85 3,85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
12. 13.
Cellulitis Abses Faringeal
1 1
3,85 3,85
14.
HHD
1
3,85
15.
Dispnoe
2
7,69
16.
Tumor Buli
1
3,85
17.
Asidosis Metabolik
1
3,85
18. Stroke non hemorrage 1 3,85 19. Bronkopneumonia 1 3,85 Keterangan : CHF = Congestive Heart Failure; CAD = Coronary Arterial Disease; GERD = Gastroesophageal Reflux Disease, TBC = Tubercolusis, HHD = Hypertension Heart Disease. Dari tabel diatas, dapat ditemukan bahwa pasien yang menderita GGK paling banyak adalah manula > 65 tahun yakni sebanyak 13 pasien (50%), sedangkan sisanya lansia 46 - 65 tahun sebanyak 10 pasien (38,46%) dan dewasa 26 – 45 tahun sebanyak 3 pasien (11,54%). Berdasarkan jenis kelaminnya pasien yang menderita GGK yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki - laki yakni sebanyak 16 pasien (61,54%), sedangkan sisanya perempuan sebanyak 10 pasien (38,46%). Berdasarkan penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 8 pasien (30,77%), CHF sebanyak 7 pasien (26,92%), CAD dan GERD masing masing sebanyak 6 pasien (23,08%), lalu DM sebanyak 4 pasien (15,39%). Sementara penyakit penyerta yang lainnya dibawah 15%. Lalu berdasarkan tingkat keparahannya, pasien stadium III sebanyak 5 pasien (19,2%), stadium IV sebanyak 6 pasien (23,1%), dan stadium V sebanyak 15 pasien (57,7%).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
4.1.2
Profil Penggunaan Obat
4.1.2.1 Profil Penggunaan Obat Injeksi Berdasarkan profil penggunaan obat injeksi, pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat digambar dibawah ini. Tabel 4.3 Persentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil Penggunaan Obat Injeksi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Golongan Obat Terapi Saluran gastrointestinal Antiinfeksi Sistem kardiovaskular Sistem endokrin Saluran saraf Vitamin & mineral Nutrisi Hormon Larutan IV & steril lainnya
Frekuensi 50 24 21 7 10 8 2 7 6
Persentase % 36,23 17,39 15,22 5,07 7,25 5,8 1,45 5,07 4,35
Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pasien rawat inap yang menderita GGK. Penggunaan obat injeksi yang paling banyak digunakan berdasarkan golongan adalah obat saluran gastrointestinal yakni sebanyak 50 (36,23 %), penggunaan obat antiinfeksi yakni sebanyak 24 (17,39 %), penggunaan obat sistem kardiovaskular sebanyak 21 (15,22 %), penggunaan obat saluran saraf & hormon masing – masing sebanyak 10 (7,25 %), penggunaan golongan vitamin & mineral sebanyak 8 (5,8 %), penggunaan obat sistem endokrin 7 (5,07 %), penggunaan larutan IV & steril lain sebanyak 6 (4,35 %). Sementara penggunaan golongan nutrisi sebanyak 2 (1,45 %) dari 28 pasien
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
4.1.2.2 Profil Penggunaan Obat Oral Berdasarkan profil penggunaan obat oral, pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat digambar dibawah ini. Tabel 4.4. Persentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil Penggunaan Obat Oral (%) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Golongan Obat Terapi Saluran gastrointestinal Antiinfeksi Sistem kardiovaskular Sistem endokrin Saluran saraf Vitamin & mineral Nutrisi Saluran Pernafasan Antialergi Kemoterapetik
Frekuensi 53 25 105 7 26 17 23 10 7 1
Persentase % 19,34 9,12 38,32 2,56 9,49 6,2 8,39 3,65 2,56 0,37
Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa pasien rawat inap yang menderita GGK. Penggunaan obat oral yang paling banyak digunakan berdasarkan golongan adalah obat sistem kardiovaskular yakni sebanyak 105 (38,32 %), penggunaan obat sistem gastrointestinal yakni sebanyak 53 (19,34 %), obat sistem saraf sebanyak 26 (9,49 %), obat antiinfeksi sebanyak 25 (9,12 %), golongan nutrisi sebanyak 23 (8,39 %), golongan vitamin & mineral sebanyak 17 (6,2 %), obat saluran pernafasan sebanyak 10 (3,65 %), dan obat antialergi & sistem endokrin masing- masing sebanyak 7 (2,56 %). Sementara penggunaan golongan obat neoplastik sebanyak 1 (0,37 %) dari 28 pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
DRP’s Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi
4.1.3
Berdasarkan kejadian DRP kategori dosis dibawah dosis terapi pada pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.5. Presentase Prevalensi Dosis Dibawah Dosis Terapi Berdasarkan Jumlah Pasien yang Mengalaminya (%) Pasien
Jumlah
Presentase (%)
Tepat Dosis
17
65,39
Tidak Tepat Dosis
9
34,62
Total
26
100
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat 9 (34,62 %) pasien dari 26 jumlah pasien yang mengalami DRPs kategori dosis dibawah dosis terapi obat pada pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Adapun, hasil obat terapi yang terdapat DRP sebagai berikut : Tabel 4.6. Presentase Distribusi Jumlah Dosis Dibawah Dosis Terapi (%) No 1 2 3 4
Golongan Antiangina (Nitrat) Nutrisi & Terapi Penunjang Antihipertensi (ACE Inhibitor) Diuretik
Nama Obat
Frekuensi
Persentase %
ISDN
3
30
Aminefront*
5
50
Captopril
1
10
Furosemid
1
10 Total : 10
*referensi diambil dari MIMS Indonesia Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa, terdapat 10 obat yang berpotensi tidak tepat dosis berada dibawah dosis terapi pada pasien rawat inap yang mengalami GGK.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
4.1.4
DRP’s Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi Berdasarkan kejadian DRP kategori dosis dibawah dosis terapi pada
pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.7. Presentase Prevalensi Dosis Diatas Dosis Terapi Berdasarkan Jumlah Pasien yang Mengalaminya (%) Pasien
Jumlah
Presentase (%)
Tepat Dosis
4
15,39
Tidak Tepat Dosis
22
84,62
Total
26
100
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa terdapat 22 (84,62 %) pasien dari jumlah 26 pasien yang mengalami DRPs kategori dosis diatas dosis terapi obat pada pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Adapun, hasil obat terapi yang terdapat DRPs sebagai berikut : Tabel 4.8. Presentase Distribusi Jumlah Dosis Diatas Dosis Terapi (%) No
Golongan
Nama Obat
Frekuensi
1 2
Anti Hiperlipidemia Lambung (Antiemetik)
1 9
Simvastatin Vometa (Domperidon) Tomit (Metoklopramid) Falergi Profenid Thrombo Aspillet
2,38 21,43
2 1 1
2,38 4,76 2,38 2,38
Cefixime Ceftazidim Meropenem
2 1 1
4,76 2,38 2,38
Acetensa Losartan Ranitidine
6 2 3
14,29 4,76 7,14
Faslev
1
2,38
3 4
5 6 7 8 9
Anti Alergi (AR H1) Anti Inflamasi (AINS) Antiplatelet/ Asetosal (AINS) Antibiotik (Cefalosphorin) Antibiotik (Carbapenem) Anti Hipertensi (AR Angiotensin II) Lambung/ Antireflux (AR H2) Antibiotik
Presentase%
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
(Quinolon) 10
Anti TBC (Nikotinamid) Antitusif (Opioid) Antikoagulan (Asam Traneksamat) Diuretik Lambung (Antasida) Lambung (Sukralfat) Antihipertensi (ACE Inhibitor)
11 12 13 14 15 16
(levofloxacin)
Pyrazinamid
2
4,76
Codipront Kalnex
1 3
2,38 7,14
Spironolactone Antasida Inpepsa Captopril
2,38 4,76 2,38 2,38
1 2 1 1
Total : 42
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa, terdapat 42 obat yang berpotensi tidak tepat dosis berada diatas dosis terapi pada pasien rawat inap yang mengalami GGK.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
4.2
Pembahasan
4.2.1 Karakteristik Pasien Terlihat pada tabel 4.1 ditemukan bahwa penderita GGK mulai rentan dan sering terjadi pada usia manula (> 65 tahun) yakni sebanyak 13 pasien (50 %), selebihnya lansia (46-65 thn) sebanyak 10 pasien (38,46 %), dan sisanya pasien dewasa (26-45 thn) sebanyak 3 pasien (11,54 %). Hal ini sejalan dengan Riskesdas tahun 2013, dimana prevalensi GGK meningkat berdasarkan usia, yang meningkat tajam pada usia 35-44 sebanyak (0,3 %), lalu diikuti pada usia 45-54 sebanyak (0,4 %), dan pada usia 55-74 sebanyak (0,5 %), tertinggi pada usia > 75 tahun sebanyak (0,6 %), pada pasien rata – rata seluruh Indonesia. Namun pada penelitian ini hanya terdapat 1 pasien yang berusia > 74 tahun. Pada usia ini, umur sangat erat kaitannya dengan terjadinya GGK dikarenakan berkurangnya fungsi ginjal normal pada usia ini, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi GGK juga semakin meningkat. Hal ini juga dikarenakan pada saat penelitian jumlah pasien di instalasi Rawat Inap di RS Pelabuhan sebagian besar adalah pasien lansia dan manula (46-65 < tahun). Dan juga pada penelitian Alessandra Bartista Marquito, dkk tahun 2013 menunjukan prevalensi GGK tertinggi terdapat pada usia manula > 60 tahun, yaitu terdapat 387 (69,36 %) pasien dari total 558 pasien. Penuaan merupakan proses perubahan anatomis, biokimia dan fisiologi tubuh. Hal ini dapat menyebabkan penurunan fungsi pada organ tubuh, salah satunya pada organ ginjal. Berdasarkan jenis kelamin, dapat ditemukan bahwa pasien yang menderita GGK yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki - laki yakni sebanyak 16 pasien (61,54%), sedangkan sisanya perempuan sebanyak 10 pasien (38,46%). Hal ini sejalan dengan Riskesdas tahun 2013, dimana prevalensi laki – laki didapat (0,3 %), sedangkan pada perempuan (0,2 %). Kita bisa lihat bahwa prevalensi laki – laki lebih besaar dibandingkan pasien perempuan. Namun pada penelitian M Angeles Via-Sosa, dkk pada tahun 2013, pasien sampel perempuan lebih banyak dari laki – laki, yaitu sebanyak 173 (65,78 %) pasien perempuan, dan 90 (34,22 %) pasien pada laki – laki dari 263 jumlah total pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Berdasarkan penyakit penyerta dari tabel 4.2, hasil ditemukan bahwa penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 8 pasien (30,77%), (CHF) Congestive Heart Failure sebanyak 7 pasien (26,92%), (CAD) Coronary Artery Disease dan (GERD) Gastroesophagus Reflux Disease masing masing sebanyak 6 pasien (23,08%), lalu (DM) Diabetes Melitus sebanyak 4 pasien (15,39%). Sementara penyakit penyerta yang lainnya dibawah 15%. Hal ini sebanding dengan penelitian Alesssandra Batista Marquito, dkk tahun 2013 dimana komorbiditas penyakit paling banyak yaitu hipertensi sebanyak 178 pasien (68,5 %), diikuti dengan diabetes mellitus sebanyak 178 pasien (31,9 %) dari total 558 pasien. Dan juga pada penelitian M Angeles Via-Sosa, dkk tahun 2013 dengan komorbiditas penyakit paling banyak yaitu hipertensi sebanyak 121 pasien (69,5 %), diikuti dislipidemia sebanyak 65 pasien (37,4 %) dari total 174 pasien yang memerlukan intervensi. Berdasarkan tingkat keparahannya, pasien yang menderita GGK dapat ditemukan pada (tabel 4.1). Tingkat keparahan dihitung berdasarkan perhitungan LFGnya, dengan rumus persamaan eMDRD 4 variabel. Hasil menunjukkan bahwa pasien stadium III sebanyak 5 pasien (19,2%), stadium IV sebanyak 6 pasien (23,1%), dan stadium V sebanyak 15 pasien (57,7%). Hal ini tidak sebanding dengan penelitian Stephanie Belaiche, dkk tahun 2010. Dimana pasien terbanyak didapat pada stadium IV sebanyak 17 pasien (40,5 %), lalu diikuti dengan stadium III sebanyak (38,1 %) dari total 42 pasien. Tetapi hal ini juga tidak sejalan dengan penelitian Alessandra Batista Marquito, dkk tahun 2013 dimana pasein terbanyak didapat pada stadium III sebanyak 265 pasien (47,49 %), diikuti pada stadium 4 sebanyak 153 pasien (27,42 %) dari total 558 pasien. LFG merupakan suatu komponen dari fungsi ekskresi, tetapi secara luas diterima paling baik sebagai keseluruhan indeks dari fungsi ginjal, karena secara umum tereduksi setelah rusak strukturnya secara meluas dan fungsi ginjal lainnya menurun bersamaan dengan LFG dalam GGK (KDIGO, 2012). Perhitungan LFG sendiri menggunakan rumus eMDRD. Setelah didapat nilai LFG, kategorikan nilai LFG dari yang nilainya besar dan kecil, nilai LFG berguna sebagai parameter stadium keparahan ginjal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
4.2.2
Profl Penggunaan Obat Profil obat merupakan seluruh kelompok obat yang digunakan oleh pasien
GGK yang disertai penyakit penyertanya dari beberapa golongan obat, dan mempunyai masing – masing tujuan pengobatan yang sama diberikan kepada pasien. Penggolongan obat ini dilakukan berdasarkan literatur MIMS Indonesia tahun 2012. Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas dapat diketahui bahwa obat terapi yang digunakan oleh semua pasien. Obat yang paling banyak digunakan pertama yaitu obat sistem kardiovaskular, sedangkan obat saluran gastrointestinal diuturan kedua. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stephanie Belaiche tahun 2010, dimana frekuensi penggunaan obat terbanyak adalah obat sistem kardiovaskular, lalu diikuti obat saluran gastrointestinal. Dapat dikatakan obat terbanyak didapat pada sistem kardiovaskular, dikarenakan dominannya penyakit penyerta kardiovaskular pada pasien, hipertensi (terbanyak) sebanyak 8 pasien, diikuti CHF sebanyak 7, lalu CAD sebanyak 6 pasien. Penggolangan obat pada pasien yang menderita gagal ginjal kronik ini terdiri dari 12 kelas terapi, yang meliputi : a.
Obat Sistem Kardiovaskular Penyakit kardiovaskular merupakan masalah yang sangat penting pada usia
lanjut. Salah satunya, hipertensi merupakan faktor yang menginisiasi penyebab gagal ginjal kronik (DiPiro ed 6 & 7). Dan hal ini mempunyai pengaruh yang besar untuk penyakit lainnya juga, karena itu harus segera ditangani. Penggunaan obat kardiovaskular oleh pasien berada pada urutan pertama terbanyak yang digunakan oleh pasien. Golongan obat kardiovaskular terbanyak yaitu, clopidogrel sebagai antiplatelet digunakan sebanyak 15 pasien (65,21 %). Clopidogrel secara langsung tetapi tidak sempurna diabsorbsi secara oral, absorbsi baru berlangsung setidaknya 50 %. Obat ini merupakan prodrug dan dimetabolisme lebih lama di liver, terutama pada turunan asam karboksilat yang tidak aktif. Metabolisme diperantari dengan sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 dan CYP2B6, dan untuk lebih rendah jangkauannya dengan CYP1A2, CYP1A1 dan CYP2C19 (Martindale, ed 36). Obat ini juga menyebabkan hemostasis, dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
pendarahan. Resiko tergantung variabel yang banyak, termasuk penggunaan obat secara bersamaan yang merubah hemostasi pada pemakaian ganda (Drug Information Handbook). Penggunaan obat golongan obat anti hipertensi cukup banyak, hal ini sesuai seperti yang digambarkan pada karakteristik subjek penelitian berdasarkan penyakit komplikasi yang paling banyak diderita yaitu hipertensi (Gunawan, dkk., 2009). b.
Obat Saluran Cerna Obat
saluran
cerna
merupakan
golongan
obat
kedua
terbanyak
pemakaiannya pada pasien rawat inap yang menderita GGK di RS Pelabuhan. Obat saluran cerna pada penelitian ini merupakan golongan PPI, Antagonis Reseptor Histamin 2, antiemetik, pencahar, antidiare, serta enzim untuk pencernaan. Masing – masing mempunyai banyak efek terapi tergantung pada pasien, contohnya : golongan PPI (Omeprazole) dapat digunakan pada pasien yang menderita GERD, Peptic Ulcer Disease, dan penyakit peptik lainnya. Sama halnya dengan golongan yang lain, tergantung besar pemberian dan frekuensi pemberian dosisnya saja. Dan juga berfungsi mengatasi efek samping yang timbul dari penggunaan obat kardiovaskular yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi keluhan lainnya. Salah satunya pada obat antagonis reseptor serotonin yaitu, ondansetron yang berguna sebagai anti mual & anti muntah, beberapa pasien untuk mengatasi obat kardiovaskular yang mempunyai efek samping mual seperti, clopidogrel yang diberikan pada 10 pasien. Obat ini bekerja secara selektif memblokir serotonin, keduanya secara peripelar pada penghapit saraf vagal dan secara sentral dalam pemacu daerah kemoreseptor (Drug Information Handbook). c.
Obat Antiinfeksi Penggunaan antiinfeksi terdapat 2 macam pada pemakaian penelitian ini,
yaitu antibiotik dan anti tubercolusis, karna ada beberapa pasien yang mengalami tubercolusis seperti pada beberapa pasien. Obat antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu ceftriaxone, Ceftriaxone bekerja menghambat sintesis membran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
sel bakteri dengan ikatan satu ikatan atau lebih dari protein penicilin pengikatm yamg berubah menghambat bentuk tahap akhir transpeptidation dari sintesis membran peptidoglycan sel bakteri, dan juga menghambat biosintesis sel membran (Drug Information Handbook). d.
Obat Sistem Saraf Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) merupakan obat yang
hampir semua obat SSP bekerja pada reseptor khusus yang mengatur transmisi sinaps. Obat susunan saraf terdiri dari beberapa golongan yaitu analgesik – antipiretik, AINS, ansiolitik, antipsikosis, antidepresan. Namun ada beberapa obat yang tidak terdapat pada penelitian in yaitu, golongan hipnotik sedatif, dan anti epilepsi Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) merupakan salah obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter. Salah satu fungsi dari golongan seperti golongan antiinflamasi nonsteroidantipirai, . Tetapi harus diingat bahwa obat ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki atau mencegah jaringan pada kelainan muskoskeletal (Gunawan, dkk., 2009). Contoh obat yang paling digunakan adalah farmadol yang mempunya zat aktif parasetamol (acetaminophen). Acetaminophen menghambat sintesis prostaglandid pada sistem saraf pusat, dan secara periferal memblokade impuls nyeri umum, secara antipiresis dari inhibisi pusat pengatur panas pada hipotalamus (Drug Information Handbook). e.
Obat Anti Alergi Obat alergi yang banyak digunakan oleh pasien GGK yaitu falergi
(Cetirizine) yang cukup aman bagi segala usia. Cetirizin adalah metabolit aktif dari hidroksizin yang memiliki masa kerja yang lebih panjang, serta merupakan antihistamin yang selektif, Diaman hidrosizin merupakan antihistamin generasi kedua (Gunawan, dkk., 2009). Cetirizine digunakan oleh 4 pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
f.
Obat Saluran Pernafasan Dalam penelitian ini terdapat 3 golongan obat yang digunakan yaitu
antitusif, mukolitik dan antiasma. Obat paling banyak ditemukan adalah ambroksol sebagai mukolitik, yaitu diberikan kepada 4 pasien. Obat mukolitik ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah benang-benang mukoprtein dan mukopolisakarida dari sputum (Gunawan, dkk., 2009). g.
Obat Hormon Obat hormon dapat mempunyai banyak fungsi, salah satunya pada
penelitian
ini
obat
hormon
terbanyak
diberikan
yaitu
dexamethasone.
Dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid yang mempunyai banyak fungsi, bisa sebagai antiinflamasi, antialergi, dan penyakit lainnya yang responsif terhadap glukokortikoid (MIMS Indonesia). Mekanisme menguraangi inflamasinya dengan menekan perpindahan neutrofil, mengurangi produksi mediator inflamasi, dan mengembalikan peremeabilitas kapiler yang meningkat, menekan respons imun yang normal. (Drug Information Handbook). h.
Obat Sistem Endokrin Obat sistem endokrin pada penelitian ini ditemukan sebagai agen antidiates.
Karena terdapat 6 pasien yang mengalami diabetes mellitus. Obat yang paling banyak digunakan melalui rute injeksi, yaitu Novorapid (Insulin Asparatat). Novorapid digunakan untuk terapi DM tipe 1 & 2 , sedangkan juga terdapat Lantus (Insuline glargine) yang diberikan pada 1 pasien saja. Banyaknya penggunaan injeksi novorapid disebabkan karena memiliki kerja yang cepat (rapid acting) serta memiliki keunggulan dalam hal penyuntikannya. Insulin dapat disuntikkan 15 menit sebelum makan dan insulin regular dapat disuntikkan 30 menit sebelum makan. (Inten Novita, 2015) Pada rute oral terdapat 3 jenis antidiabetes yaitu, metformin, glukuidon, dan glimerpiride. Sedangkan pemberian terbanyak pada metformin diberikan sebanyak 3 pasien. Metformin adalah obat golongan biguanid, yang mejadi lini
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
pertama pada obat antidiabetes pada rute oral dan juga dapat diberikan secara monoterapi serta tergolong memiliki harga yang relatif murah (Inten Novita, 2013). i.
Nutrisi Nutrisi yang diberikan pada pasie GGK pada penelitian ini terdapat nutrisi
pada pasien hemodialisa, dan nutrisi untuk mengatasi gangguan ginjalnya itu sendiri. Salah satunya aminefron, diberikan sebanyak 5 pasien. Aminefron merupakan nutrisi penunjang pada pasien GGK, berfungsi sebagai nutrisi diet tinggi kalori & rendah protein, khususnya pada pasien hemodialisa. Selain itu terdapat Bicnat (Natrium Bikarbonat) diberikan sebanyak 14 pasien, merupakan agen pengalkali. Bicnat dapat dijadikan obat multifungsi terapi, dapat dijadikan terapi kardio, asidosis metabolik, antasid dan gagal ginjal kronik itu sendiri. Berdisosiasi untuk menjaga ion bikarbonat dengan menetralisir konsentrasi ion hidrogen dan meningkatkan pH darah dan urin (Drug Infromation Handook). j.
Vitamin & Mineral Vitamin dan beberapa mineral penting untuk metabolisme. Vitamin
merupakan senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan dan sering kali bekerja sebagai kofaktor untuk enzim metabolisme. Sedangkan mineral merupakan senyawa anorganik yang merupakan bagian penting dari enzim, mengatur berbagai fungsi fisiologis, dan dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan termasuk tulang (Gunawan, dkk., 2009). Obat yang digunakan pada golongan ini yaitu vitamin B, Vit C, Vit K dan antianemia vitamin B kompleks sebagai vitamin neutropik yang sangat baik deiberikan pada pasien lanjut usia. Lalu golongan obat antianemia yang digunakan adalah asam folat. Keadaan anemia pada pasien salah satunya dapat disebabkan oleh defisiensi nutrisi tertentu dan karena penyakit penyerta yang dialami pasieng gagal ginjal kronik itu sendiri. Anemia merupakan keadaan defisiensi eritrosit oengangkut oksigen (Katzung, 2010).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
60
k.
Kemoterapetik Pada penelitian ini hanya 1 obat yang ditemukan diberikan pada 1 pasien,
yaitu hydrea (hidroksi urea). Hidroksi urea bekerja mengganggu dengan mensintesis DNA, selama fase S dari pembelahan sel, tanpa mengganggu sintesis RNA, dengan menghambat
ribonukleosida difosfat reduktase, mencegah
perubahan ribonukleotida menjadi deoksiribonukleotida, siklus sel tertentu untuk fae S dan menahan sel lain pada fase G1 pada siklus sel (Drug Information Handbook). l.
Larutan IV & Steril Lain Pada penelitian ini terdapat Larutan IV yang berfungsi sebagai albumin
(octalbin). Octalbin yang diberikan dalam bentuk larutan 20 % x 50 mL, obat ini biberikan pada 6 pasien. Albumin dapat memperbaiki dan memelihara sirkulasi volume darah (MIMS Indonesia). Albumin menjaga peningkatan tekanan onkotik intrasvaskular dan menyebabkan pergerakan cairan intertisial ke celah intravaskular (Drug Information Handbook). 4.2.3 DRPs Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi Pemberian obat dengan dosis dibawah terapi mengakibatkan tidak efektif dalam mencapai efek terapi yang diinginkan. Dosis pemberian harus sesuai dengan keadaan pasien dan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur (Drug Information Handbook). Data dosis pasien dibandingkan dengan beberapa literatur seperti Drug Information Handbook, ISO dan MIMS Indonesia. Penilaian evaluasi DRPs dosis dibawah dosis terapi pada pasien didasarkan pada dosis regimen yang diberikan terhadap literatur. Dari hasil analisis deskriptif dapat ditemukan bahwa terdapat 9 (34,62 %) pasien dari 26 jumlah pasien yang mengalami DRPs kategori dosis dibawah dosis terapi obat pada pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Dari 9 pasien terdapat 10 obat yang berpotensi tidak tepat dosis berada dibawah dosis terapi, yaitu Aminefront sebanyak 5 kali (50 %), diikuti dengan Isosorbid Dinitrate (ISDN) sebanyak 3 kali (30 %), lalu masing –masing, Captopril dan Furosemid yang masing – masing 1 kali (10 %).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
Aminefront tidak tepat dosis dikarenakan, pada dosis pemberian regimennya hanya diberikan maksimal 3 kaplet 3x sehari. Sedangkan di dalam literatur MIMS Indonesia pemberian diberikan 4-8 kaplet 3x sehari pada pasien LFG 5-50 mL/menit, hal ini terjadi pada semua pasien sampel yang diberikan aminefront. Sehingga dapat disimpulkan pemberian dosis aminefront tidak sesuai dengan literatur yang ada dan tidak tepat pemberian dosisnya. Obat ini harus lebih diperhatikan dan dievaluasi lagi kedepannya. Aminefront merupakan nutrisi untuk menunjang terapi disfungsi ginjal kronik, dalam kombinasi diet tinggi kalori rendah protein (MIMS Indonesia). Untuk golongan kardiovaskular terdapat ISDN, captopril dan furosemid jika digabungkan golongan ini sama banyaknya dengan aminefront terdapat 5 kali kejadian atau yang terbanyak pada penelitian ini. Hal ini serupa dengan penelitian Stephanie Belaiche dkk pada tahun 2010 pada RS Universitas Grenoble, terdapat 27 kejadian (28,4 %) dari 69 kejadian dosis pemberian dibawah dosis terapi. Obat kardiovaskular paling banyak terjadi DRPs tidak tepat dosis dibawah terapi. Dari aspek interaksi obat yang tidak tepat dosis di bawah dosis terapi, terdapat 1 kejadian interaksi obat yang berefek pada dosis yaitu pada pasien nomer 20, ketorolac diberikan bersamaan dengan captopril. Ketorolac menurunkan efek captopril dengan antagonis farmakodinamik, dan interaksi ini berpotensi membahayakan (moderat), ditambah lagi dosis captopril yang diberikan kurang dari dosis terapi sehingga menyebabkan tidak tercapainya efek terapi yang diinginkan. 4.2.4
DRPs Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi Pemberian obat dengan dosis diatas terapi mengakibatkan peningkatan
resiko efek toksik. Dosis pemberian harus sesuai dengan keadaan pasien dan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur (Drug Information Handbook). Data dosis pasien dibandingkan dengan beberapa literatur seperti Drug Information Handbook, ISO dan MIMS Indonesia. Penilaian evaluasi DRPs dosis dibawah dosis terapi pada pasien didasarkan pada dosis regimen yang diberikan terhadap literatur. Dari hasil analisis deskripif dapat ditemukan bahwa, terdapat 22 (84,62 %) pasien dari 26 jumlah pasien yang mengalami DRPs kategori dosis diatas dosis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
terapi obat pada pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Dari 22 pasien terdapat 42 obat yang berpotensi tidak tepat dosis berada diatas dosis terapi, yaitu pada obat saluran GI terjadi sebanyak 16 kali kejadian (38,1 %), paling banyak terjadi pada antiemetik vometa (Domperidone) terjadi 10 kali (23,81 %). Lalu diikuti obat golongan kardiovaskular terdapat 15 kali (35,71 %) kejadian, golongan kardiovaskular yang paling banyak adalah acetensa / losartan (AR Angiotensin II) terjadi 8 kali (18,05 %) dibanding obat kardiovaskular lainnya, diikuti dengan obat antiinfeksi sebanyak 7 kali (16,67 %), lalu obat antialergi Falergi (Cetrizine) sebanyak 2 kali (4,76 %), dan sisanya Obat Sistem Saraf Profenid (Ketoprofen) & obat sistem pernafasan (Codipront) masing – masing sebanyak 1 kali (2,38 %). Hasil penelitian pada kategori ini sangat berbeda dengan penelitian Stephanie Belaiche pada tahun 2010 pada RS Universitas Grenoble, dimana golongan obat yang mengalami tidak tepat dosis diatas dosis terapi adalah golongan kardiovaskular. Terdapat 24 kali (25,3 %) kejadian yang berpotensi, sementara golongan sistem GI hanya sebanyak 11 kali (13,4 %) dari 51 kejadian. Pada pemberian vometa (Domperidone) untuk semua pasien di penelitian ini, semuanya mengalami tidak tepat dosis (too high dose), hal ini harus diperhatikan dan dievaluasi ke depannya. Vometa mempunyai kandungan domperidone, dimana dalam pemakaiannya harus dikurangi dari 2-3 kali sehari menjadi 1-2 kali sehari. (Drug Information Handbook, 17th Edition) Pada kategori DRPs dosis diatas terapi ini, berbeda dengan DRPs dosis dibawah terapi. Kita harus melihat kondisi ginjal pasien dari beberapa parameter, yaitu LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) dan Clcr (Clearance Creatinine). Clcr merupakan parameter yang paling praktis untuk menilai fungsi ginjal di sebagian besar kondisi klinis. Dikarenakan menggunakan serum creatinin (SCr) masih kurang akurat, dikarenakan dipengaruhi dengan diet (vegetarian dan suplemen creatinine), berat badan (amputasi dan malnutrisi), dan beberapa terapi obat (simetidin dan trimethoprim) dalam faktanya senyawa endogen dapat membuat keuntungan besar. Persamaan tergantung pada konsentrasi SCr dan ukuran yang terbatas, ditambah sekresi tubular dari creatinine yang menghasilkan LFG lebih 20 % secara individu pada stage 2-4 (Hassan Yahaya, et.al 2009).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
Walaupun dengan keterbatasan ini, persamaan Cockroft – Gault
merupakan
metode yang paling mendekati untuk menentukan dosis obat individu berdasarkan fingsi ginjal pada kondisi klinis. Dari aspek interaksi obat yang tidak tepat dosis di atas dosis terapi, terdapat 1 kejadian interaksi obat yang berefek pada dosis yaitu pada pasien nomer 9, acetensa
(losartan)
yang
diberikan
bersamaan
dengan
metronidazole.
Metronidazole meningkatkan kadar losartan yang mempengaruhi metabolisme pada enzim hati CYP2C9/10 (moderat) dan juga dapat menghambat konversi losartan menjadi metabolit aktifnya E-3174 (minor), ditambah lagi losartan yang diberikan pada dosis diatas terapinya. Karena itu dibutuhkan pengamatan respons terapetik secara individu untuk menentukan dosis losartan. 4.3 4.3.1
Keterbatasan Penelitian Kendala 1.
Pengambilan data dan jumlah sampel Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang lengkap, khususnya data berat badan pasien, sehingga tidak dapat diambil data pasien dan menyebabkan sampel menjadi semakin sedikit. Dan berpindahnya
2.
Diagnosis data Hasil laboratorium untuk pemeriksaan kadar serum kreatinin tidak rutin dilaksanakan sehingga tidak dapat melihat perkembangan serum kreatinin pasien. Dan hasil laboratorium lainnya juga tidak dilakukan secara rutin.
4.3.2
Kelemahan Penelitian ini memiliki kekurangan, diantaranya: 1. Penelitian deskriptif retrospektif Pada penelitian deskriptif hanya dapat dilakukan demografi berupa hasil analisis ketepatan untuk mengetahui DRPs pada terapi yang digunakan oleh pasien. Selain itu metode retrospektif, dimana waktu kejadian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
sudah terjadi, tidak dapat dilakukan pertanyaan secara langsung pada pasien. a.
Jumlah sampel Jumlah
sampel
yang
memenuhi
kriteria
inklusi
sedikit
dikarenakan terdapat waktu yang tidak memenuhi kriteria dan formulir terapi obat yang hilang. b.
Penelitian
ini
tidak dapat
dikatakan
seutuhnya
rasional,
dikarenakan penilaian diagnosis pasien tidak secara langsung, melainkan menarik kesimpulan dari diagnosis yang tercatat di rekam medis. 4.3.3
Kekuatan Penelitian ini sebelumnya belum pernah dilakukan di RS Pelabuhan Jakarta
Utara. Maka, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan gambaran Drug Related Problems kategori penyesuaian dosis pada pasien rawat inap yang menderita gagal ginjal kronik.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
BAB V KESIMPULAN 5.1
Kesimpulan 1.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Drug Related Problems (DRPs) pada kategori dosis dibawah dosis terapi terjadi sebanyak 9 pasien, persentase tertinggi pada obat Aminefront.
2.
Dari kategori dosis diatas dosis terapi menunjukan terjadi sebanyak 22 pasien, presentase tertinggi pada obat Vometa (Domperidone).
5.2
Saran 1.
Perlu adanya monitoring dan evaluasi pemberian dosis obat terapi GGK secara sistematis yang dilaksanakan secara teratur untuk mengatasi DRPs.
2.
Perlu adanya kerjasama dan kolaborasi yang tepat antara dokter, apoteker, dan tenaga kesehatan lainnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dan pengobatan pada pasien, sehingga didapatkan terapi yang tepat, efektif, dan aman.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Julianti. 2009. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Rawat Inap di RS Haji Medan. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakata Universitas Sumatera Utara. American Pharmacist Association. 2008. Drug Information Handbook 17th edition. Amerika : Lexi-Comp. Angeles, M Via-Sosa, et al. Effectiveness of a Drug Dosing Service Provided by Community Pharmacists in Polymedicated Elderly Patients with Renal Impairment – a Comparative Study. Barcelona : Faculty of Pharmacy University of Barcelona, Spain Anonim, 2004, Keputusan Menkes RI nomor 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Departemen Kesehatan RI, Jakarta Batista, Alessandra, et al. 2013. Identifying Potential Drug Interactions in Chronic Kidney Disease Patients. Juiz de Fora : Interdisciplinary Center for Nephrology Studies Research and Care, Federal University of Juiz de Fora Belaiche, Stephanie, et.al. 2012. Pharmaceutical care in chronic kidney disease : experience at Grenoble University Hospital from 2006 to 2010. Grenoble : Grenoble University Hospital. Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Cipolle, R.J, Strand, L.M., Morley P.C. 2004. Pharmaceutical Care Practice The Clinician’s Guide, Second Edition, 73-119, McGrawHill, New York Dipiro, et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook, sixth edition, (pg 800803). New York: MC Graw Hill. Dipiro, et al. 2009. Pharmacotherapy Handbook, seventh edition, (pg 858). New York: MC Graw Hill. Dr Suseno, Untung M, Kes dkk. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : Depkes RI.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
Eckardt Kai-Uwe, Kasiske B., Wheeler D., et.al. 2013. KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease, Vol 3 issue 1 January (1) (pg 19 & pg 2629). Kidney International. Gunawan, dkk., 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru. Hassan, Yahaya et.al. 2009. Drug Use and Dosing in Chronic Kidney Disease, Volume 38 no. 12. Penang : Universitas Sains Malaysia. Ikatan Apoteker Indonesia. 2012. ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia, Volume 47. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan. Katzung, Bertram G. 2010. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. Jakarta: EGC. Levey, Andrew S., Coresh, J., et al. (2002). National Kidney FoundationKidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF-K/DOQI), K/DOQI Clinical Practice Guideliner for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. Pg 3-4. Mahmoud M.A. 2008. Drug Therapy Problems and Quality of Life in Patients with Chronic Kidney Disease. Unversiti Sains Malaysia. Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : PT Rineka Cipta. Medscape.com. online 1- 3 Oktober 2015 http://www.medscape.com/druginfo/ druginterchecker. Mustika, Intan. 2009. Rasionalitas Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Penderita Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Ashari Pemalang. Surakarta :Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Intennovita. 2015. (Skripsi) Evaluasi Drug Related Problems Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara. Jakarta : FKIK UIN Syarfi Hidayatullah Jakarta. Nurhalimah. 2012. Studi Kasus Drug Related Problem Kategori Penyesuaian Dosis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik RSUD dr MM Dunda Limboto. Gorontalo: Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PerMenKes) No.58. 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Price, Sylvia A., dan Wilson, Lorraine M. C. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Vol. 2, Edisi 6. Jakarta: EGC. Rahardjo, P., Susalit, E., Suhardjono., 2006. Hemodialisis. Dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Marcellus, S.K., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 579580. Rahmanto, Bagyo. 2011. Pemeliharaan Mesin Hemodialisa, Divisi Ginjal dan Hipertensi RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.Pedoman Pewancara Petugas Pengumpul Data. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI Roesli, R., 2008. Hipertensi, diabetes, dan gagal ginjal di Indonesia. Dalam: Lubis, H.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. USU Press, Medan: 95-108. Rovers J.P. 2003. Identifying Drug Therapy Problems, dalam Rovers J.P., Currie .D., Hagel H.P., McDonough R.P., Sobotka J.L., A Practical Guide to Pharmaceutical Care, Second Edition,2003, 1525, 54-64. Washington: , American Pharmaceutical Association Siregar , Charles J.P., dan Lia A. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Smeltzer, Suzanne C., dan Bare, Brenda G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth, Vol. 1 dan 2, Edisi 8. Jakarta: EGC. Strand, LM., P.C. Morley dan R.J Cipolle. 1990. Drug Related Problems: Their structure and function. DICP Ann Pharmacother
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik, Edisi ketiga. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD. Suwitra, K., (2006). Penyakit Ginjal Kronik. Dalam Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Marcellus, S. K., Setiati, S., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.(hal 570-573) Sweetman, C Sean. Martindale the Complete Drug References, ThirtySixth Edition. London : Pharmaceutical Press. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC. Yoe, Ben. 2012. MIMS (Master Index of Medical Specialities) Edisi Bahasa Indonesia, Volume 13. Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
Lampiran 1. Surat Permohonan Data dan Izin Penelitian Dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prodi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
Lanjutan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
Lampiran 2 Alur Kerja Penelitian Pertama, lihat Hasil Lab pasien khususnya pada kolom Clcr dan LFG. Untuk mendapatkan hasil LFG dan Clcr pada tabel pertama harus dihitung dengan perhitungan MDRD untuk LFG dan perhitungan Cockroft untuk Clcr. Untuk data SCr didapat dari data lab. 1. Hitung LFG dahulu agar hasilnya dapat menentukan tingkat keparahan pasien Rumus : Estimasi LFG (MDRD 4-variabel) eLFG
= 186 x (SCr)–1,154 x (usia) –0,203 x (0,742 jika wanita) x (1,210 jika
orang Afrika Amerika) Lalu, masukkan seluruh data – data yang berada pada tabel pasien nomer 1 (laki –laki) eLFG
= 186 x (11,1)–1,154 x (62) –0,203 = 5 ml/ menit (isi pada tabel LFG)
2. Lalu hitung Clcr dengan rumus cockroft, Clcr digunakan sebagai parameter penyesuaian dosis pada pasien GGK. Rumus : ClCr (ml/min)
=
(
)
(
(
)
)
(x 0,85 jika wanita)
Lalu, masukkan seluruh data – data yang berada pada tabel pasien nomer 1 (laki –laki) Rumus : ClCr (ml/min)
=
(
) (
(
)
)
= 5,4 ml/ menit (isi pada tabel Clcr)
Sesuaikan data dosis obat pemberian pada dosis standarnya di literatur Drug Information Handbook jika obat tidak membutuhkan penyesuaian dosis pada pasien GGK langsung saja lanjutkan. (Contoh dibawah ini dosis standar simvastatin untuk pasien normal tanpa gangguan ginjal)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
73
(lanjutan)
Jika obat membutuhkan penyesuaian dosis pada pasien ggk, tandai obat dengan warna merah pada tabel dosis. Pada literatur terdapat dosisnya tersendiri, contoh untuk simvastatin dibawah ini (yang di tandai), Untuk gangguan ginjal yang parah : Clcr <10 ml/menit, dosis awal 5 mg/hari dengan pemantauan. Sesuaikan Clcr pasien yang kita dapat tadi dengan Clcr yang telah ditentukan disini, (Clcr pasien sebesar 5,4 ml/menit)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
74
Jika sudah didapat, masukan pada tabel dosis, ambil kesimpulan, ternyata didapat pemberian dosis 1x10 mg, dimana hal ini lebih besaar dari literatur dengan dosis awal 5 mg/hari . Lalu dapat diambil kesimpulan bahwa dosis yang diberikan tidak tepat (diatas terapi). Tulis pada kolom penilaian angka 1 yang menunjukan dosis tidak tepat dan angka 0 untuk dosis yang tepat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
75
Lampiran 3 Rekapitulasi Data Sampel Hasil laboratorium No
1
L/ P
L
Usia (tahun)
62
BB (kg)
55
Tanggal Dirawat
1/5/14-17/5/14
Penyakit Penyerta/ Diagnosa dirawat
CKD, CHF
Obat
Nama Ket
Yang digunakan
Rute
Dosis obat
Generik
Waktu penggunaan
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x5 mg
(1/5/1415/5/14) (17/5/14)
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
1/5/14-17/5/14
Simvastatin
Simvastatin
Penurun Kolesterol
Oral
1x10 mg
1/5/14-17/5/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
1/5/14-14/5/14
Inj Rindonpump
Omeprazole
Lambung
IV
2x20 mg
1/5/14-4/5/14
Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
IV
1x1 (50mg/mL)
IV
(1x1)/(2x1) (10mg/mL)
(2/5/14) / (3/5/1417/5/14)
Inj Furosemid
Furosemid
Diuretik
SCr (md/d L)
LFG
11,1
01/05/2014
Fujimin
Albumin
Produk darah
Oral
3x1
(2/5/1412/5/14)(16/5/ 14)
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
2x2
7/5/14-17/5/14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ClCr
5
5,4
76
2
L
70
65
21/10/1424/4/14
GE / Colic Abdomen
Inj Ceftriaxone
Ceftriaxone
Antibiotik
IV
(1x1g)/(2x2g )
(8/5/149/5/14) / (10/5/1416/5/14)
Cataflam
Diklofenak
Antiinflamasi
Oral
2x1
9/5/14-14/5/14
Sanmol
PCT
Antipiretik
Oral
3x500 mg
9/5/14-17/5/14
OMZ
Omeprazole
Lambung (PPI)
Oral
2x20 mg
5/5/14-14/5/14
Inj Kalmetasone
Dexamethasoe
Kortikosteroid
Infus
1x1 ampul (4mg)
12/5/1413/5/14
Octalbin
Albumin
Produk darah
Infus
Lansoprazole
Lansoprazole
Lambung (PPI)
Oral
2x15 mg
14/5/1417/5/14
Vometa
Domperidone
Antiemetik
Oral
3x10 mg
14/5/1417/5/14
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100 mg
14/5/1417/5/14
N Diatab
Atapulgit
Antidiare
Oral
4x2
21/10/1423/10/14
Acetensa
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x1 (50 mg)
21/10/1424/10/14
Cobazym
Cobazim
Multivitamin
Oral
3x1mg
21/10/1424/10/14
Antiinflamasi
Oral
3x1
Lacidofil Lactobacillus
20%
(3,6,8,11,12,1 3,14/5/14)
3
21/10/14-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22,1
21,1
77
rhamnoshus
3
L
70
50
18/12/1429/12/14
Melena, Leukimia
24/10/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
21/10/1424/10/14
Inj Gastrofer
Omeprazole
Lambung(PPI)
IV
2x20mg/mL
21/10/1424/10/14
Inj Metronidazole
Metronidazole
Antibiotik
IV
2x1 (500 mg)
21/10/1424/10/14
Inj Cefotaxim
Cefotaxim
Antibiotik
IV
2x1
21/10/1424/10/14
Vometa
Domperidone
Antiemetik
Oral
3x10 mg
24/10/2014
Prazotec
Lansoprazole
Lambung
Oral
2x30mg
24/10/2014
Sulcolon
Sulfalasazin
Lambung
Oral
2x500 mg
24/10/2014
Curcuma
Kurkuminoid
Nutrisi
Oral
(3x1) (3x2 tab)
(18,19,2229/12/14)) (20/12/1421/12/14)
Estazor
As. Ursodeoxokol at
Laksatif
Oral
2x1
18/12/1429/12/14
Alprazolam
Alprazolam
Antiansietas
Oral
2x0,25 mg
18/12/1429/12/14
Clopidogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
18/12/1429/12/14
Cilostazol
Cilostazol
Antiplatelet
Oral
2x1
18/12/1429/12/14
1,9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37,4
25,6
78
Heptasan
Cyproheptadin e HCl
Antialergi
Oral
3x1
18/12/1429/12/14
Inj Gastrofer
Omeprazole
Lambung(PPI)
IV
2x20mg/mL
18/12/1429/12/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
18/12/1429/12/14
Inj Ceftriaxone
Ceftriaxone
Antibiotik
IV
1x2 gr
18/12/1429/12/14
Farmadol
PCT
Antipiretik
Oral
2x1 (500mg)
18/12/1429/12/14
Inj Vit C
Vit C
Vitamin
IV
1x1 (500mg)
19/12/1429/12/14
Hydrea
Hidroksi urea
Antineoplastik
Oral
2x500 mg
19/12/1429/12/14
Simarc
Warfarin
Antikoagulan
Oral
1x2 mg
19/12/1429/12/14
Falergi
Cetrizine HCl
Antihistamin
Oral
1x10 mg
19/12/1429/12/14
Laxadine syr
Fenoftalenia
Laksatif
Oral
1x1 C
19/12/1429/12/14
Cetirizine
Cetrizine
Antihistamin
Oral
1x1
22/12/1429/12/14
Minophagen
Glycyrrhizine
Liver
IV
1x1
20/12/1429/12/14
Antialergi
Oral
1x1
CTM Klorfeniramin
22/12/14-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
79
4
L
44
68
13/3/1427/3/14
CHF, DM tipe 2, CAD
maleat
29/12/14
Novorapid
Insulin aspart
Hormon
IV
3x8 ui
20,21,22,23,24 ,25,26,27,28,2 9/12/14
Thrombo aspillet
Asetosal 80 mg
Antikoagulan
Oral
1x1 (80mg)
29/12/2014
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100 mg
29/12/2014
Prazotec
Lansoprazole
Lambung
Oral
2x30mg
29/12/2014
Vometa
Domperidone
Antiemetik
Oral
3x10 mg
29/12/2014
Fastolyn Syr
Salbutamol
Antiasma
Oral
3x1 c
13/3/1427/3/14
Farmadol
PCT
Antipiretik
Oral
3x1 (500mg)
13/3/1427/3/14
Vectrin syr
Endostein
Ekspektoran
Oral
3x5 mg
13/3/1427/3/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
13/3/1427/3/14
Onetic
Ondansentron
Antiemetik
Oral
4 mg
13/3/1427/3/14
Invomit
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
13/3/1427/3/14
Renafac
Ranitidin HCl
Lambung
Oral
2x1
13/3/1427/3/14
Levofoxacin
Levofloxacin
Antibiotik
Oral
1x1
1,6
13/3/1427/3/14(1x500
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50,2
56,7
80
mg) Falergi
Cetrizine HCl
Antialergi
Oral
1x10 mg
14/3/1427/13/14
Inf Lantus
Insulin Glargin
Hormon
IV
1x20 ui
13/3/1420/3/14
Mertrix
Glimerpiride
Antidiabetes
Oral
1x1 (4 mg)
14/3/201427/3/14
Inf Novorapid
Insulin aspart
Hormon
IV
3x18 ui
15/3/1420/3/14
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
2x5 mg
16/3/1427/3/14
Angiosten
Losartan
Antagonis angiotensin
Oral
1x50 mg
16/3/1427/3/14
Digoxin
Digoxin
Jantung
Oral
1x1 (0,25 mg)
16/3/1427/3/14
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
16/3/1427/3/14
Letonal
Spironolacton e
Diuretik
Oral
1x25 mg
16/3/1427/3/14
Inf Lanoxin
Digoxin
Jantung
IV
1x0,25 mg
16/3/1427/3/14
Inj Furosemid
Furosemid
Diuretik
Oral
1x1 tab (10mg/mL)
17/3/1427/3/14
Inf Octalbin
Albumin
Produk Darah
IV
20%
17,19,23,24,25 ,26,27/3/14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
81
5
6
L
P
58
65
70
66
27/5/14-3/6/14
8/1/14-13/1/14
HT
Colic Renal
Vometa
Domperidone
Antiemetik
Oral
3x10 mg
27/03/2014
Lansoprazole
Lansoprazole
Lambung
Oral
2x15 mg
27/03/2014
Ketorolac
Ketorolac
Antiinflamasi
IV
3x1 (10mg/mL)
27/5/14-2/6/14
Stabixin
Sefoperazon
Antibiotik
IV
2x1 gr
27/5/14-2/6/14
Rhindonpump
Omeprazole
Lambung
IV
2x20 mg
27/5/14-2/6/14
Profenid
Ketoprofen
Analgesik
Oral
1x3 (100mg)
27/5/1431/6/14
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100 mg
2/6/14-3/6/14
Lansoprazole
Lansoprazole
Lambung
Oral
2x15 mg
2/6/14-3/6/14
Inj Ketorolac
Ketorolac
Antiinflamasi
IV
3x1 (10mg/mL)
8/1/14-10/1/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
1x4 mg
8/1/14-13/1/14
Inj Elpicef
Ceftriaxone
Antibiotik
IV
2x1 vial
8/1/14-10/1/14
Pantoprazol
Pantoprazol
Lambung
Oral
1x40 mg
8/1/14-13/1/14
Cobazym
Cobazim
Multivitamin
Oral
3x1mg
9/1/14-13/1/14
Inpepsa Syr
Sukralfat
Lambung
Oral
3x1 (100mg/mL)
9/1/14-13/1/14
Torasic
Ketorolac
Antiinflamasi
IV
3x1 (10mg/mL)
10/1/1413/1/14
Antiangina
Oral
3x5 mg
ISDN Isosorbid
3,9
17
20,4
1,5
37
39
10/1/14-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
82
Dinitrat
7
L
65
69
29/5/14-5/6/14
DM tpe I, CAD, CHF
13/1/14
Bisoprolol
Bisoprolol
B Bloker
Oral
1x2,5
10/1/1413/1/14
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
10/1/1413/1/14
Inj Ceftriaxone
Ceftriaxone
Antibiotik
IV
2x1 gr
10/1/1413/1/14
Inj Torasic
Ketorolac
Antiinflamasi
IV
3x1 (10mg/mL)
10/1/1413/1/14
Inj Pantoprazol
Pantoprazol
Lambung
IV
1x40 mg
10/1/1413/1/14
Acetensa
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x1 (50 mg)
12/1/1413/1/14
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x200 mg
12/1/1413/1/14
OMZ
Omeprazole
Lambung
Oral
2x20 mg
12/1/1413/1/14
Glucotica
Metformin
Antidiabetes
Oral
1x500 mg
Laxadine syr
Fenoftalenia
Laksatif
Oral
1x2 c
12/1/1413/1/14
Ciprofoxacin
Ciprofloxacin
Antibiotik
Oral
2x500 mg
29/5/14-5/6/14
Prazotec
Lansoprazole
Lambung
Oral
2x30mg
29/5/14-5/6/14
Vometa
Domperidone
Antiemetik
Oral
3x10 mg
29/5/14-5/6/14
13/01/2014
2,2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
32,7
83
Curcuma
Kurkuminoid
Nutrisi
Oral
3x1
29/5/14-5/6/14
Inj Ranitidin
Ranitidiin
Lambung
IV
1x1 (50mg/mL)
29/5/14-5/6/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
29/5/14-5/6/14
Inj Ketorolac
Ketorolac
Antiinflamasi
IV
1x1 (10mg/mL)
29/5/14-5/6/14
Acetensa
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x1 (50 mg)
30/5/14-5/6/14
Glucotica
Metformin
Antidiabetes
Oral
1x½ (500mg)
30/5/14-5/6/14
Digoxin
Digoxin
Jantung
Oral
1x1 (0,25 mg)
30/5/14-5/6/14
Pectocyl
Acetylcisteyn
Mukolitik
Oral
3x1 (200mg)
30/5/14-5/6/14
Glikuidon
Glikuidon
Antidiabetes
Oral
3x½ (30mg)
30/5/14-5/6/14
Clopidogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
30/5/14-5/6/14
Cobazym
Cobazim
Multivitamin
Oral
3x1mg
30/5/14-5/6/14
V Block
Karvedilol
CCB
Oral
2x½ (6,25mg)
30/5/14-5/6/14
Spinorolactone
Spironolacton e
Diuretik
Oral
1x1 (25mg)
30/5/14-5/6/14
Persantin
Dipirdamol
Antiplatelet
Oral
1x25mg
30/5/14-5/6/14
Furosemid
Furosemid
Diuretik
Oral
1x½ (40mg)
30/5/14-5/6/14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
84
8
9
L
P
74
65
93
63
30/12/133/1/14
26/5/14-7/6/14
HT, TBC BTA +
HT
Falergi
Cetrizine HCl
Antialergi
Oral
1x10 mg
2/6/14-5/6/14
Inj Gastrofer
Omeprazole
Lambung
IV
3x20mg/mL
2/6/14-5/6/14
Inpepsa
Sukralfat
Lambung
Oral
4x15 cc (100mg/mL)
Aminefront
Aminefron
Nutrisi
Oral
3x3 (25mg)
30/12/133/1/14
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
2x2
30/12/133/1/14
Amlodipine
Amlodipin
CCB
Oral
1x5 mg
30/12/133/1/14
Inj Novorapid
Insulin aspart
Hormon
IV
3x4 iu
30/12/133/1/14
Inj Lasix
Furosemid
Diuretik
IV
(1x1) (1x2) (10mg/mL)
31/12/14,2/1/1 4
Inj Meropenem
Meropenem
Antibiotik
IV
2x1 gr
26/5/14-6/6/14
Inj Metronidazole
Metronidazole
Antibiotik
IV
2x1 (500 mg)
26/5/14-6/6/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
26/5/14-6/6/14
Inj Rindonpump
Omeprazole
Lambung
IV
1x20 mg
26/5/14-6/6/14
Simvastatin
Simvastatin
Penurun Kolesterol
Oral
1x10 mg
27/5/14-7/6/14
Acetensa
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x1 (50 mg)
27/5/14-7/6/14
05/06/2014 3,8
16,6
22,4
4,6
10,1
12,1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
85
10
L
69
93
19/7/1424/7/14
HT, GERD
Nonflamin
Tinoridin HCl
Antiinflamasi
Oral
3x1 (50mg)
27/5/14-7/6/14
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
27/5/14-7/6/14
Inbion
Inbion
Multivitamin
Oral
1x1
27/5/14-7/6/14
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x5 mg
27/5/14-7/6/14
Inj Novorapid
Insulin aspart
Hormon
IV
2x10 ui
27/5/14-7/6/14
Inf Kalnex
As Traneksamat
Antikoagulan
IV
3x1 (50mg/mL)
28/5/14-5/5/14
Inf Vit K
Vit K
Multivitamin
IV
3x1 (2,5mg)
28/5/14-5/5/14
Farmadol
PCT
Antipiretik
Oral
2x1 (500mg)
28/5/14-5/5/14
Vit C
Vit C
Multivitamin
Oral
1x1 (500mg)
28/5/14-5/5/14
Furosemid
Furosemid
Diuretik
Oral
1x1 (40mg)
29/5/14-1/5/14
Interpect
Ambroksol
Mukolitik
Oral
3x1 (30mg)
30/5/14-5/5/14
Inf Furosemid
Furosemid
Diuretik
IV
(1x2 amp) (10mg/mL)
30/5/14-6/6/14
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x200 mg
6/6/14-7/6/14
Vometa
Domperidone
Antiemetik
Oral
3x10 mg
6/6/14-7/6/14
Prazotec
Lansoprazole
Lambung
Oral
2x30mg
6/6/14-7/6/14
Losartan
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x50 mg
19/7/1424/7/14
Mertrix
Glimerpiride
Antidiabetes
Oral
1x1 (1mg)
6,2
19/7/14-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9,6
14,8
86
24/7/14 Glucotica
Metformin
Antidiabetes
Oral
1x500 mg
19/7/1424/7/14
PCT
PCT
Antipiretik
Oral
3x1 (500mg)
19/7/1424/7/14
Persantin
Dipirdamol
Antiplatelet
Oral
2x25mg
19/7/1424/7/14
Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
IV
2x1 (50 mg/mL)
19/7/1424/7/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
19/7/1424/7/14
Inj Ceftazidim
Ceftazidi
Antibiotik
IV
3x1 gr
19/7/1424/7/14
Inj Rindonpump
Omeprazole
Lambung
IV
2x20 mg
19/7/1424/7/14
Acetensa
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x1 (50 mg)
21/7/1424/7/14
Letonal
Spironolacton e
Diuretik
Oral
1x25 mg
21/7/1424/7/14
Furosemid
Furosemid
Diuretik
Oral
1x2 (40mg)
21/7/1424/7/14
Clonidine
Clonidine
Anti Hipertensi
Oral
2x1 (0,25mg)
21/7/1424/7/14
Amlodipine
Amlodipin
CCB
Oral
1x5 mg
23/7/1424/7/14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
87
11
L
55
65
28/4/14-5/5/14
CKD, CHF
23/7/1424/7/14
Aminefront
Aminefron
Nutrisi
Oral
3x2 (25mg)
Vometa
Domperidone
Antiemetik
Oral
3x10 mg
24/07/2014
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100mg
24/07/2014
Prazotec
Lansoprazole
Lambung
Oral
1x30mg
24/07/2014
Acetensa
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x1 (50 mg)
28/4/14-5/5/14
7,1
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
28/4/14-5/5/14
7,4
Simvastatin
Simvastatin
Penurun Kolesterol
Oral
1x10 mg
28/4/14-5/5/14
6,6
Persantin
Dipirdamol
Antiplatelet
Oral
2x25 mg
28/4/14-5/5/14
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
1x2 tab
28/4/14-5/5/14 28/4/14 (1/5/145/5/14)
Aminefront
Aminefron
Nutrisi
Oral
3x1 tab (3x2) (25mg)
Interpect
Ambroksol
Mukolitik
Oral
3x1 (30mg)
28/4/14-5/5/14
Inj Stabixin
Sefoperazon
Antibiotik
IV
2x1 gr
28/4/14-5/5/14
Inj OMZ
Omeprazole
Lambung
IV
1x40 mg/mL
28/4/14-5/5/14
Inj Furosemid
Furosemid
Diuretik
IV
2x2 (10mg/mL)
28/4/14-5/5/14
Inj Gastrofer
Omeprazole
Lambung(PPI)
IV
1x20mg/mL
28/4/14-5/5/14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8,6
10,8
88
12
L
70
66
11/12/1414/12/14
CKD, CAD, Ketosidosis
Cedocard
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x10 mg
29/4/14-5/5/14
Inf Novorapid
Insulin aspart
Hormon
IV
3x8 ui
30/4/14/5/5/14
CaCO3
CaCO3
Lambung
Oral
3x1 tab (250mg)
2/5/14-5/5/14
V Block
Karvedilol
CCB
Oral
1x6,25 mg (2x2)
2/5/14 (3/5/14)
Furosemid
Furosemid
Diuretik
Oral
2x1 (40mg)
4/5/14-5/5/14
Tensivask
Amlodipin
Ca angiotensin antagonist
Oral
1x10 mg
05/05/2014
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100 mg
05/05/2014
Persantin
Dipirdamol
Antiplatelet
Oral
2x25 mg
11/12/1414/12/14 11/12/1414/12/14
Theobrom syr
Teofilin
Antiasma
Oral
3x1 (130mg/15m L)
Cedocard
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x10 mg
11/12/1414/12/14
Cordaron
Amlodaron
Antidisritmia
Oral
1x2 (200mg)
11/12/1414/12/14
Inj Faslev
Levofloxacin
Antibiotik
IV
1x750 mg
11/12/1414/12/14
Inj Gastrofer
Omeprazole
Lambung(PPI)
IV
1x20mg/mL
11/12/1414/12/14
1,8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39,8
35,7
89
13
P
55
55
17/3/1420/3/14
Oedema paru, CKD
Inj Kalmeco
Mecobalamin
Multivitamin
IV
2x1 (500mcg/mL )
Fluxum
Parnaparin
Antikoagulan
Oral
2x0,4 mg
11/12/1414/12/14
Citicolin
Sitikolin
Vasodilator
Oral
2x500 mg
11/12/1414/12/14
Tensivask
Amlodipin
Ca angiotensin antagonist
Oral
1x5 mg
12/12/1414/12/14
Levofloxacin
Levofloxacin
Antibiotik
IV
1x750 mg
12/12/1414/12/14
Novorapid
Insulin aspart
Hormon
IV
3x5 ui
12/12/1414/12/14
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x10 mg
18/3/1420/3/14
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
18/3/1420/3/14
Tensivask
Amlodipin
Ca angiotensin antagonist
Oral
1x10 mg
18/3/1420/3/14
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
2x2 tab
18/3/1420/3/14
Simvastatin
Simvastatin
Penurun Kolesterol
Oral
1x5 mg
18/3/1420/3/14
Acetensa
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x1 (50 mg)
18/3/1420/3/14
11/12/1414/12/14
13,8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
4
90
14
L
56
62
27/4/1417/5/14
CKD, CHF
Inj Ceftriaxone
Ceftriaxone
Antibiotik
IV
1x1 gr
18/3/1420/3/14
Inj Metil Prednisolon
Metil Prednisolon
Kortikosteroid
IV
1x25 mg
18/3/1420/3/14
Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
IV
2x1 (50 mg/mL)
18/3/1420/3/14
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100 mg
20/03/2014
Ranitidine tab
Ranitidin
Lambung
Oral
2x150 mg
20/03/2014
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
2x2 tab
27/4/1417/5/14
3,6 (post HD)
(27/4/1430/4/14) (30/4/1417/5/14)
4,3 (post HD)
V Block
Karvedilol
CCB
Oral
(1x6,25 mg) (½x6,25)
Cipralex
Escitalopram
Antidepresi
Oral
1x½ (10mg)
27/4/1417/5/14
Vitazym
Vitazym
Saluran cerna
Oral
1x1 tab
27/4/1417/5/14
Vit B12
Vit B12
Multivitamin
Oral
3x1 tab
27/4/1417/5/14
Ethambutanol
Etambutol
Anti TBC
Oral
1x1000 mg
27/4/1417/5/14
INH
Isoniazid
Anti TBC
Oral
1x300 mg
27/4/1417/5/14
4,9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18,7
20,1
91
Rifampicyn
Rifampisin
Anti TBC
Oral
1x450 mg
27/4/1417/5/14
PZA
Pirazinamid
Anti TBC
Oral
1x1000 mg
27/4/1417/5/14
Inj Streptomycin
Streptomycin
Anti TBC
IV
1x750 mg
27/4/14-6/5/14
Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
IV
2x1 (50 mg/mL)
27/4/1417/5/14
Inj Rindonpump
Omeprazole
Lambung
IV
1x1 amp (20mg)
28/4/14-9/5/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
28/4/14-9/5/14
Inj Furosemid
Furosemid
Diuretik
IV
2x2 (10mg/mL)
28/4/1417/5/14
Inf Dopamin
Dopamin
Obat syok
IV
5-10 mcg
28/4/1429/4/14
Cedocard
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
IV
3x10 mg
28/4/1417/5/14
Curcuma
Kurkuminoid
Nutrisi
Oral
3x1
30/4/1417/5/14
Cobazym
Cobazim
Multivitamin
Oral
3x1mg
31/5/1417/5/14
Octalbin
Albumin
Produk darah
IV
Persantin
Dipirdamol
Antiplatelet
Oral
20%
5,6,7,8,9,13,14 /5/14
2x25 mg 31/5/14-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
92
17/5/14
15
L
40
69
21/3/1411/4/14
HT, DM
Inj Dexamethasone
Dexamethason e
Kortikosteroid
IV
4x1 amp (0,5mg/mL)
5/5/14-9/5/14
Metycobal
Mekobalamin
Vitamin
Oral
3x1 kap
5/5/14-17/5/14
Betaserk
Betahistin
Antivertigo
Oral
2x12 mg
5/5/14-17/5/14
N Diatab
Atapulgit
Antidiare
Oral
4x2
5/5/14-17/5/14
Lacto B
Lactobacillus
Antidiare
Oral
3x1 tab
5/5/14-17/5/14
Metronidazole
Metronidazole
Antibiotik
Oral
2x1 (500 mg)
5/5/14-17/5/14
Prazotec
Lansoprazole
Lambung
Oral
1x30mg
7/5/14-17/5/14
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
8/5/14-17/5/14
Alprazolam
Alprazolam
Antiansietas
Oral
1x0,25 mg
9/5/14-17/5/14
1x500 mg
21/3/1424/3/14
6,1 (pre HD) 4,4 (post HD)
Sistenol
PCT
Antipiretik
Oral
Inj Cefoperazone
Cefoperazone
Antibiotik
IV
2x1 gr
21/3/1425/3/14
Inj Gastrofer
Omeprazole
Lambung(PPI)
IV
1x20mg/mL
21/3/1411/4/14
Octalbin
Albumin
Produk darah
IV
Inj Furosemid
Furosemid
Diuretik
IV
20% 1x2 (10mg/mL)
11
2
21,28/3/14 21/3/1423/3/14 /
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15,7
93
Inj Ketorolac
Ketorolac
Antiinflamasi
IV
1x1 (10mg/mL)
21/3/1422/3/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
1x4 mg
21/3/1422/3/14
Inj OMZ
Omeprazole
Lambung
IV
1x40 mg/mL
21/3/1422/3/14
Laxadine syr
Fenoftalenia
Laksatif
Oral
3x1c
22/3/1411/4/14
Inj Stabixin
Sefoperazon
Antibiotik
IV
2x1 gr
24/3/1411/4/14
Interpect
Ambroksol
Mukolitik
Oral
3x1 (30mg)
26/3/1428/3/14
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x5 mg
26/3/1411/4/14
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
26/3/1411/4/14
Simvastatin
Simvastatin
Penurun Kolesterol
Oral
1x10 mg
26/3/1411/4/14
Acetensa
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x1 (50 mg)
26/3/1411/4/14
Codipront
Codein
Ekspektoran
Oral
3x30mg
28/3/1411/4/14
V Block
Karvedilol
CCB
Oral
1x6,25 mg
4/4/14-11/4/14
Inj Hemapo
Epoetin Alfa
Hematopoletik
IV
1x 50 iun
4/4/14-11/4/14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
94
16
P
64
65
17/9/1430/9/14
GERD, HT Cellulitis
Fujimin
Albumin
Produk darah
Oral
3x2 tab
5/4/14-11/4/14
Inj Furosemid
Furosemid
Diuretik
IV
2x2 (10mg/mL)
5/4/1411/4/14
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100 mg
8/4/14-11/4/14
Lansoprazole
Lansoprazole
Lambung (PPI)
Oral
2x15 mg
10/4/1411/4/14
Furosemid tab
Furosemid
Diuretik
Oral
2x2 (40mg)
10/4/1411/4/14
Inj Stabixin
Sefoperazon
Antibiotik
IV
2x1 gr
17/9/1430/9/14
Inj Metronidazole
Metronidazole
Antibiotik
IV
2x1 (500 mg)
17/9/1423/9/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
17/9/1420/9/14
Inj Renafac
Ranitidin
Lambung
IV
2x1
17/9/1430/9/14
PCT
PCT
Antipiretik
Oral
2x1 (500mg)
17,18,20,21,22 ,21,24,25,26,2 7/9/14
Simarc
Warfarin
Antikoagulan
Oral
1x2 mg
18/9/1423/9/14
Farmadol
PCT
Antipiretik
Oral
2x1 (500mg)
18,19,26/4/14
Tomit drip
Metokloprami d
Antiemetik
Oral
2x1 (10mg/2mL)
19/9/1430/9/14
3,2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15,5
18,2
95
17
L
71
55
1/5/14-8/5/14
Dispnea, Abses faringeal
Ketorolac
Ketorolac
Antiinflamasi
Oral
3x1 (10mg/mL)
19/9/1430/9/14
Neurosanbe
Neurosanbe
Multivitamin
Oral
1x1 tab
19/9/1430/9/14
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
22/9/1423/9/14
Clopidogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100 mg
24/9/1430/9/14
Lansoprazole
Lansoprazole
Lambung (PPI)
Oral
2x15 mg
24/9/1430/9/14
Furosemide
Furosemid
Diuretik
Oral
1x1 (40mg)
25/9/1430/9/14
Letonal
Spironolacton e
Diuretik
Oral
1x25 mg
25/9/1430/9/14
Kalnex
As Traneksamat
Antikoagulan
Oral
3x1 tab (250mg)
27/9/1430/9/14
Kalmetason
Dexamethason e
Kortikosteroid
IV
1x1 amp (4mg)
27/9/1428/9/14
Inj Kalnex
As Traneksamat
Antikoagulan
IV
3x1 (50mg/mL)
Persantin
Dipirdamol
Antiplatelet
Oral
2x25 mg
1/5/14-8/5/14
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x5 mg
1/5/14-8/5/14
23/09/2014
30/09/2014 8 (pre HD) 2,5 (post
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7,1
6,7
96
HD)
18
P
68
72
16/12/1428/12/14
CKD grade V, HT
Inj Gastrofer
Omeprazole
Lambung(PPI)
IV
2x20mg/mL
1/5/14-8/5/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
1/5/14-8/5/14
1/5/14-8/5/14
Inj Kalmeco
Mecobalamin
Multivitamin
IV
1x1 (500mcg/mL )
Largactil
Klorpormazin
Antipsikosis
Oral
1x12,5 mg
2/5/14-3/5/14
Inj Kalmetasone
Dexamethason e
Kortikosteroid
IV
1x1 amp (4mg)
2/5/14-4/5/14
Mertigo
Betahistin
Antivertigo
Oral
3x8 mg
6/5/14-8/5/14
Frego
Flunarizin
Antimigrain
Oral
1x10 mg
6/5/14-8/5/14
Prazotec
Lansoprazole
Lambung
Oral
1x30mg
Imdur
Isosorbid Dinitrat
Anti Hipertensi
Oral
2x½ (60 mg)
16/12/1428/12/14
Losartan
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
1x1 (50 mg)
16/12/1419/12/14
Spinorolactone
Spironolacton e
Diuretik
Oral
2x2 (25mg)
16/12/1420/12/14
Hapsen
Bisoprolol
Anti Hipertensi
Oral
1x½ (5 mg)
16/12/1428/12/14
Aminefront
Aminefron
Nutrisi
Oral
3x2 tab (25mg)
16/12/1428/12/14
08/05/2014 6,4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6,9
9,6
97
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
4x2
16/12/1428/12/14
Inj Furosemid
Furosemid
Diuretik
IV
(2x2 amp) (2x1) (2x2)
(16/12/1419/12/14) (1924/12/14 ) (24/12/1428/12/14)
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
17/12/1428/12/14
Tensivask
Amlodipin
Ca angiotensin antagonist
Oral
1x5 mg
17/12/1428/12/14
Gastrofer
Omeprazole
Lambung(PPI)
Oral
2x20mg/mL
17/12/1428/12/14
Farneuro
Farneuro
Multivitamin
Oral
1x1 tab
17/12/1420/12/14
CaCO3
CaCO3
Lambung
Oral
3x1 tab (250mg)
17/12/1428/12/14
Clonidine
Clonidine
Anti Hipertensi
Oral
2x½ (0,25mg)
18/12/1428/12/14
Acetensa
Losartan
Anti Hipertensi
Oral
2x½ (50 mg)
19/12/1428/12/14
Kalmetason
Dexamethason e
Kortikosteroid
IV
1x½ amp (4mg)
20/12/1428/12/14
As. Folat
As.Folat
Multivitamin
Oral
1x2 (0,4mg)
20/12/1428/12/14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
98
19
20
P
P
60
58
52
49
8/11/149/11/14
30/09/20147/10/14
CAD, CKD
CHF (III), CKD (v), HHD, ESRD, GERD
Falergi
Cetrizine HCl
Antialergi
Oral
1x10 mg
21/12/1428/12/14
Ciprofoxacin
Ciprofloxacin
Antibiotik
Oral
2x500 mg
21/12/1428/12/14
Fujimin
Albumin
Produk darah
Oral
3x2 tab
23/12/1428/12/14
Laxadine syr
Fenoftalenia
Laksatif
Oral
1x15 ml
24/12/1428/12/14
Albumin
Albumin
Produk darah
IV
50 iu
24/12/1428/12/14
Octalbin
Albumin
Produk darah
IV
Prazotec
Lansoprazole
Lambung
Oral
2x30mg
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
2x2 tab
8/11/149/11/14
Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
IV
2x1 (50 mg/mL)
8/11/149/11/14
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
2x2 tab
30/9/147/10/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
30/9/147/10/14
IV
3x1 (10mg/mL)
Inj Ketorolac
Ketorolac
Antiinflamasi
20%
27/12/1428/12/14 28/12/2014 5,3
8,8
9,3
3,4
14,7
14
(30/9/141/10/14) /(3/10/14-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
99
7/10/14) Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
IV
2x1 (50 mg/mL)
30/9/147/10/14
Inj Ceftriaxone
Ceftriaxone
Antibiotik
IV
2x1 gr
30/9/146/10/14
Inj Dexamethasone
Dexamethason e
Kortikosteroid
IV
3x (0,5mg/mL)
30/9/142/10/14
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x5 mg
1/10/147/10/14
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
1/10/147/10/14
Captopril
Captopril
Anti Hipertensi
Oral
1x12,5
1/10/147/10/14
Laxadine syr
Fenoftalenia
Laksatif
Oral
3x2 c
2/10/147/10/14
Alprazolam
Alprazolam
Antiansietas
Oral
1x0,25 mg
3/10/147/10/14
Antasid tab
Antasid
Lambung
Oral
3x2 tab
3/10/147/10/14
Inj Furosemid
Furosemid
Diuretik
IV
1x1 (10mg/mL)
3/10/147/10/14
Inj Rindonpump
Omeprazole
Lambung
IV
3x1 amp (20mg)
4/10/145/10/14
Prazotec
Lansoprazole
Lambung
Oral
2x30mg
6/10/147/10/14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
100
21
L
66
71
2/11/1419/11/14
CKD (V), ESRD, tumor buli buli, CAD, GERD
Vometa
Domperidone
Antiemetik
Oral
3x10 mg
6/10/147/10/14
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100mg
6/10/147/10/14
Pladogrel
Clopidogrel
Antiplatelet
Oral
1x75 mg
2/11/1411/11/14
PCT
PCT
Antipiretik
Oral
1x1 (500mg)
(2/11/144/11/14) (12/11/1419/11/14)
Inj Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
IV
1x 25 meq
2/11/1419/11/14
Inj Stabixin
Sefoperazon
Antibiotik
IV
2x1 gr
2/11/145/11/14
2x1 3x1 (20mg/mL)
(2/11/1410/11/14) (11/11/1419/11/14)
Inj Gastrofer
Omeprazole
Lambung(PPI)
IV
Cedocard
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x10 mg
(2/11/143/11/14) (4/11/1419/11/14)
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x5 mg
3/11/1419/11/14
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
2x2 tab
3/11/1419/11/14
5,4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11,3
13,5
101
Miozidin
Trimetazidine HCl
Antiangina
Oral
2x1 tab
3/11/1419/11/14
Dexiclaf forte
Amoxicillin
Antibiotik
Oral
3x1 (250mg)
3/11/1417/11/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
1x8 mg
3/11/1419/11/14
Inj Ketorolac
Ketorolac
Antiinflamasi
IV
3x1 (10mg/mL)
3/11/1419/11/14 (4/11/145/11/14) (14/11/1415/11/14)
Inj Dexamethasone
Dexamethason e
Kortikosteroid
IV
1x½ amp 1x1 amp (0,5mg/mL)
Farmadol
PCT
Antipiretik
Oral
3x1 (500mg)
5/11/1411/11/14
Digoxin
Digoxin
Jantung
Oral
1x½ (0,25 mg)
6/11/1419/11/14
Inj Fluxum
Parnaparin
Antikoagulan
IV
1x0,6 mg
8/11/1411/11/14
Inpepsa
Sukralfat
Lambung
Oral
4x15 cc (100mg/mL)
10/11/1419/11/14
Inj Sysmuco
Rebapamide
Lambung
IV
3x1 amp
10/11/1419/11/14
Vit K
Vit K
Multivitamin
Oral
3x1 (2,5mg)
10/11/1419/11/14
Kortikosteroid
IV 1x1 amp
10/11/14-
Kalmetason Dexamethason
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
102
e
22
L
66
74
19/10/1430/10/14
CKD (V), DM tipe 2
(4mg)
19/11/14
Protamin Sulfat
Protamin Sulfat
Antikoagulan
IV
1x ½ amp (25mg)
10/11/1417/11/14
Kalnex
As Traneksamat
Antikoagulan
Oral
3x2 tab (250mg)
11/11/1419/11/14
Inj Citicolin
Sitikolin
Vasodilator
IV
1x500 mg
11/11/1419/11/14
Pirazinamid
Pirazinamid
Anti TBC
IV
1x2 (saat HD)
19/10/1430/10/14 19/10/1430/10/14
Ethambutanol
Etambutol
Anti TBC
Oral
1x2 (saat HD) (400mg)
INH
Isoniazid
Anti TBC
Oral
1x300mg
19/10/1430/10/14
Rifampicyn
Rifampisin
Anti TBC
Oral
1x1 (600 mg)
19/10/1430/10/14
Nifedipin
Nifedipin
Kardio
Oral
3x½ (20mg)
19/10/1430/10/14
Atrovastatin
Atrovastatin
Penurun Kolesterol
Oral
1x10mg
19/10/1430/10/14
Interpect
Ambroksol
Mukolitik
Oral
3x1 (30mg)
19/10/1430/10/14
Farneuro
Farneuro
Multivitamin
Oral
1x1 tab
19/10/1430/10/14
Glikuidon
Glikuidon
Antidiabetes
Oral
2x½ (30 mg)
5,5
19/10/14-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11,1
13,8
103
23/10/14 Inj Gastrofer
Omeprazole
Lambung(PPI)
IV
2x20mg/mL
19/10/1430/10/14
Inj Meropenem
Meropenem
Antibiotik
IV
2x1 gr
19/10/1425/10/14
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
2x2 tab
19/10/1430/10/14
Cedocard
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x10 mg
19/10/1430/10/14
Alprazolam
Alprazolam
Antiansietas
Oral
2x0,5 mg
20/10/1430/10/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
20/10/1430/10/14
Esilgan
Estazolam
Antipsikosis
IV
1x2 mg
21/10/1430/10/14
Ventonil
Albuterol
Antiasma
Oral
2x1 (20mg)
21/10/1430/10/14
Kidmin
Asam amino
Multivitamin
IV
2x1 (200mL)
24/10/1426/10/14
Neurosanbe
Neurosanbe
Multivitamin
IV
1x1 amp
22/10/1430/10/14
Selebrex
Celecoxib
Antiinflamasi
Oral
1x200 mg
28/10/143/10/14
Hibone
Calcium
Multivitamin
Oral
2x1 (600 mg)
28/10/143/10/14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
104
23
P
62
60
23/11/1429/11/14
CKD, CHF
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x10 mg
27/10/1430/10/14
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x5 mg
23/11/1429/11/14
Aminefront
Aminefron
Nutrisi
Oral
3x2 (25mg)
23/11/1429/11/14
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
2x1
23/11/1429/11/14
Thrombo aspillet
Asetosal 80 mg
Antikoagulan
Oral
1x2 tab (80mg)
23/11/1424/11/14
Inj Lasix
Furosemid
Diuretik
IV
2x2 tab
23/11/1429/11/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x4 mg
23/11/1429/11/14
Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
IV
2x1 (50 mg/mL)
23/11/1429/11/14
Betahistin
Betahistin
Antivertigo
Oral
2x8mg
23/11/1424/11/14
Laxadine syr
Fenoftalenia
Laksatif
Oral
2x1c
26/11/1429/11/14
Antasid tab
Antasid
Lambung
Oral
3x2 tab
28/11/1429/11/14
Farsic
Furosemid
Diuretik
Oral
2x1 (10mg)
29/11/2014
Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
Oral
2x8 mg
29/11/2014
7,6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5,8
7,3
105
24
25
L
P
38
50
79
65
7/10/148/10/14
22/12/1426/22/14
CAD, CKD, GERD
Dyspnoe, CKD, HT, Asidosis Metabolik
Persantin
Dipirdamol
Antiplatelet
Oral
2x25 mg
7/10/148/10/14
Inbion
Inbion
Multivitamin
Oral
1x1 kap
7/10/148/10/14
As. Folat
As .Folat
Multivitamin
Oral
1x2 (0,4mg)
7/10/148/10/14
Clonidine
Clonidine
Anti Hipertensi
Oral
2x½ (0,25mg)
7/10/148/10/14
Captopril
Captopril
Anti Hipertensi
Oral
2x12,5 mg
7/10/148/10/14
Inj Kalmetasone
Dexamethason e
Kortikosteroid
IV
1x1 amp (4mg)
Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
IV
2x1 (50 mg/mL)
7/10/148/10/14
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
2x8 mg
7/10/148/10/14
Vometa
Domperidone
Antiemetik
Oral
3x10 mg
ISDN
Isosorbid Dinitrat
Antiangina
Oral
3x10 mg
22/12/1426/22/14
Clonidine
Clonidine
Anti Hipertensi
Oral
2x½ (0,25mg)
22/12/1426/22/14
Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
Oral
4x2
22/12/1426/22/14
Amlodipine
Amlodipin
CCB
Oral
1x10 mg
7,6
8,6
14,7
7,2
6,4
9,6
07/10/2014
08/10/2014
22/12/14-
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
106
26/22/14
26
P
75
72
24/10/1427/10/14
Stroke non hemorrage, GERD, Bronkopneumona
Inj Ranitidin
Ranitidin
Lambung
IV
2x1 (50 mg/mL)
22/12/1426/22/14
Inj Ceftriaxone
Ceftriaxone
Antibiotik
IV
1x1 gr
22/12/1426/22/14
Inj Furosemid
Furosemid
Diuretik
IV
2x2 (10mg/mL)
22/12/1426/22/14
Inj Bicnat
Natrium bikarbonat
Cairan metabolik
IV
50 mg
22/12/2014
Inj Ondansentron
Ondansentron
Antiemetik
IV
1x4 mg
24/10/2014
Inj Farmadol
PCT
Antipiretik
IV
1x1 amp (500mg)
24/10/2014
Inj Omeprazole
Omeprazole
Lambung
IV
2x20 mg
24/10/2014
Renafac
Ranitidin HCl
Lambung
Oral
2x50 mg
24/10/1427/10/14
Stabixin
Sefoperazon
Antibiotik
Oral
2x1 gr
24/10/1427/10/14
Citicolin
Sitikolin
Vasodilator
Oral
2x500 mg
25/10/1427/10/14
Kalmeco
Mecobalamin
Multivitamin
Oral
2x1 (500mcg)
25/10/1427/10/14
Neurobion
Vitamin B
Multivitamin
IV 1x1 amp
24/10/14-
2,4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20,9
23
107
(3mL)
25/10/14
Cefixime
Cefixime
Antibiotik
Oral
2x100mg
27/10/2014
Ranitidine tab
Ranitidin
Lambung
Oral
2x150 mg
27/10/2014
IV
2x1 (500mcg/mL )
24/10/2014
Inj Kalmeco
Mecobalamin
Multivitamin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
108
Lampiran 4 Evaluasi DRP Dosis Dibawah Dosis Terapi No Pasien
Obat Terapi
Dosis Standar Sehari
Dosis Pemberian
Rute
1
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
1
Pladogrel
1x75 mg
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
2x8 mg
IV
0
2x20 mg
IV
0
Inj Ranitidin
75-325 mg 40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
IV
0
Inj Furosemid
20-40 mg
1x1 (50mg/mL) (1x1)/(2x1) (10mg/mL)
IV
0
Fujimin
3x2, maintain 3x1 tab
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
3x1 tab 2x2 (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
Inj Ceftriaxone
1-2 g tiap 12-24 jam
(1x1g)/(2x2g)
IV
0
Cataflam
2x(50mg)
Oral
0
3x500 mg
Oral
0
OMZ
50-150 mg 325-650 mg tiap 4-6 jam 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
Oral
0
Inj Kalmetasone
0,75-9 mg
2x20 mg 1x1 ampul (4mg)
Infus
0
Lansoprazole
2x15 mg
Oral
0
3x10 mg
Oral
0
2x100 mg
Oral
0
4x2tab
Oral
0
Acetensa
15-30 mg 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% 2x sehari setiap buang air besar 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
1x1 (50 mg)
Oral
0
Cobazym
1-6 mg/ hari
3x1mg
Oral
0
Lacidofil
2x1 kap 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 250-500 mg; Clcr <10 (50 %) tiap 12 jam 1-2g tiap 8 jam; Clcr 10-50 tiap 8-12 jam; <10 tiap 6 jam 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 1-
3x1 kap
Oral
0
2x8 mg
IV
0
2x20mg/mL
IV
0
2x1 (500 mg)
IV
0
2x1 gr
IV
0
3x10 mg
Oral
0
Simvastatin Inj Ondansentron Inj Rindonpump
Sanmol
Vometa
Cefixime 2
N Diatab
Inj Ondansentron Inj Gastrofer Inj Metronidazole
Inj Cefotaxim
Vometa
Penilaian Dosis Kurang dari Dosis Terapi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
109
2x Prazotec
15-30 mg 6x sehari 8 tab dosis terbagi
2x30mg
Oral
0
2x500 mg
Oral
0
(3x1) (3x2 tab)
Oral
0
Estazor
1-2 tab 3x sehari 8-10 mg/kgBB/hr dibagi dalam 2-3 dosis
2x1 (250mg)
Oral
0
Alprazolam
0,5-4mg dosis terbagi
2x0,25 mg
Oral
0
Clopidogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Cilostazol
100mg 2x sehari
2x1 (50mg)
Oral
0
Heptasan
4-20mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
3x1 (4 mg)
Oral
0
2x20mg/mL
IV
0
2x8 mg
IV
0
1-2 g tiap 12-24 jam 325-650 mg tiap 4-6 jam Laki : 75mg, Perempuan : 90mg max 2000mg/hari 500-300mg (Leukimia) terapi dilanjutkan 2030mg/kg
1x2 gr
IV
0
2x1 (500mg)
Oral
0
1x1 (500mg)
IV
0
2x500 mg
Oral
0
2-10mg 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 1-2sendok makan 1x pada malam hari 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 40-60 mL max 100 mL 3x sehari 1 tablet 412mg
1x2 mg
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
1x1 C
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
1x1 (4mg)
IV
0
1x1 (4mg)
Oral
0
0,5-1iu/kgBB/hr 1x sehari 1-2 tab 50325mg/hari; Clcr<10 hindari pemakaian 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
3x8 ui
Oral
0
1x1 (80mg)
Oral
0
2x100 mg
Oral
0
15-30 mg 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
2x30mg
Oral
0
3x10 mg
Oral
0
Sulcolon 3
Curcuma
Inj Gastrofer Inj Ondansentron Inj Ceftriaxone Farmadol
Inj Vit C
Hydrea Simarc
Falergi Laxadine syr
Cetirizine Minophagen CTM Novorapid
Thrombo aspillet
Cefixime Prazotec
Vometa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
110
4
Fastolyn Syr
3x1 c
Oral
0
3x1 (500mg)
Oral
0
3x5 mg
Oral
0
2x8 mg
IV
0
2x4 mg
Oral
0
2x8 mg
IV
0
2x1 (150mg)
Oral
0
1x750 mg
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
1x20 ui
IV
0
Mertrix
maksimal 300 mg 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 250-750mg;Clcr2049 : 250mg/hari;Clcr1019/hemo : 250mg/2hari 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 10 unit sehari (individual) 1-4 mg sehari; Clcr<22 Do 1 mg
1x1 (4 mg)
Oral
0
Novorapid
0,5-1iu/kgBB/hr
3x18 ui
IV
0
ISDN
5-40 mg 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 0,75-1,5 mg; Clcr 1050 (25-75%) tiap 36 jam; Clcr <10 (1025%) tiap 2hari
2x5 mg
Oral
1
1x50 mg
Oral
0
1x1 (0,25 mg)
Oral
0
75-325 mg 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian 0,5-1mg; Clcr 10-50 (25-75%) tiap 36 jam; Clcr <10 (1025%) tiap 2hari
1x75 mg
Oral
0
1x25 mg
Oral
0
1x0,25 mg
IV
0
20-40 mg 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
1x1 tab (40mg)
Oral
0
3x10 mg
Oral
0
15-30 mg 15-60mg SD tiap 6 jam 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis
2x15 mg
Oral
0
3x1 (10mg/mL)
IV
0
2x1 gr
IV
0
Farmadol Vectrin syr Inj Ondansentron Onetic Invomit Renatac
Levofloxacin
Falergi Inf Lantus
Angiosten
Digoxin Pladogrel
Letonal
Inf Lanoxin Furosemid tab'
Vometa Lansoprazole 5
1-2 sendok 5-10 ml sehari 325-650 mg tiap 4-6 jam
Inj Ketorolac
Inj Stabixin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
111
terbagi), max 16 g Rindonpump
2x20 mg
IV
0
1x3 (100mg)
Oral
0
2x100 mg
Oral
0
2x15 mg
Oral
0
3x1 (10mg/mL)
IV
0
Inj Ondansentron
15-30 mg 15-60mg SD tiap 6 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
1x4 mg
IV
0
Inj Elpicef
1x sehari 1-2 vial
2x1 vial
IV
0
Pantoprazol
20-240mg sehari
1x40 mg
Oral
0
Cobazym
3x1mg
Oral
0
3x1 (100mg/mL)
Oral
0
Inj Torasic
1-6 mg/ hari 1-2g/10 mL, beresiko untuk pasien Clcr <30 15-60mg SD tiap 6 jam
3x1 (10mg/mL)
IV
0
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
0
Bisoprolol
2,5-20mg
1x2,5 mg
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Inj Ceftriaxone
1-2 g tiap 12-24 jam 15-60mg SD tiap 6 jam
2x1 gr
IV
0
3x1 (10mg/mL)
IV
0
20-240mg sehari 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 2x500mg/1x850mg, hindari obat ini untuk pasien ClCr <60-70 1-2sendok makan 1x pada malam hari 250-500mg ClCr 3050 1x2; ClCr <30 mL 500mg/hari; Clcr 529 250-500mg tiap 18 jam
1x40 mg
IV
0
1x1 (50 mg)
Oral
0
2x200 mg
Oral
0
2x20 mg
Oral
0
1x500 mg
Oral
0
1x2 c
Oral
0
2x500 mg
Oral
0
15-30 mg 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
2x30mg
Oral
0
3x10 mg
Oral
0
Profenid
Cefixime Lansoprazole 6
Inj Ketorolac
Inpepsa
Inj Torasic Inj Pantoprazol Acetensa
Cefixime OMZ
Glucotica Laxadine syr
7
20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 50-75mg 3-4x sehari, GGK ringan 150mg/hari/berat Clcr <25 100mg/hari (dosis max) 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
Ciprofoxacin Prazotec
Vometa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
112
Curcuma
3x1 tab
Oral
0
1x1 (50mg/mL)
IV
0
2x8 mg
IV
0
1x1 (10mg/mL)
IV
0
1x1 (50 mg)
Oral
0
1x½ (500mg)
Oral
0
Digoxin
1-2 tab 3x sehari Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 15-60mg SD tiap 6 jam 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 2x500mg/1x850mg, hindari obat ini untuk pasien ClCr <60-70 0,75-1,5 mg; Clcr 1050 (25-75%) tiap 36 jam; Clcr <10 (1025%) tiap 2hari
1x1 (0,25 mg)
Oral
0
Pectocyl
3x sehari 1 tablet
3x1 (200mg)
Oral
0
Glikuidon
15-45 mg
3x½ (30mg)
Oral
0
Clopidogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Cobazym
3x1mg
Oral
0
2x½ (6,25mg)
Oral
0
Spinorolactone
1-6 mg/ hari 3,125-6,25 mg 2x sehari 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian
1x1 (25mg)
Oral
0
Persantin
75-100mg 4x/hari
1x25mg
Oral
0
Furosemid tab'
1x½ (40mg)
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
3x20mg/mL
IV
0
4x15 cc (100mg/mL)
Oral
0
Aminefront
20-80 mg 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 1-2g/10 mL, beresiko untuk pasien Clcr <30 infusiensi ginjal kronik 4-8 kap 3x/hr,(laju glomerulus 5-50 mL/mnt)
Oral
1
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
3x3 (25mg) 2x2 (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
Amlodipine
2,5-10mg
1x5 mg
Oral
0
Novorapid
0,5-1iu/kgBB/hr
IV
0
Inj Lasix
20-40 mg Clcr 26-50 mL 1g ;Clcr 10-25 mL 500mg 2x; Clcr <10 mL 500mg 1x 250-500 mg; Clcr <10 (50 %) tiap 12
3x4 iu (1x1) (1x2) (10mg/mL)
IV
0
2x1 gr
IV
0
2x1 (500 mg)
IV
0
Inj Ranitidin Inj Ondansentron Inj Ketorolac Acetensa
Glucotica
V Block
Falergi Inj Gastrofer
Inpepsa
8
9
Inj Meropenem Inj Metronidazole
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
113
jam
Acetensa
8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
1x1 (50 mg)
Oral
0
Nonflamin
3x 1-2 kapsul (50mg)
3x1 (50mg)
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Inbion
1-2 kap
1x1
Oral
0
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
0
Novorapid
0,5-1iu/kgBB/hr 10mg/kg 3-4x; Clcr 50-80 50 % 10 mg/kg 2x; Clcr 10-50 25 % 10mg/kg ; Clcr<10 10% 10mg/kg
2x10 ui
IV
0
3x1 (50mg/mL)
IV
0
3x1 (2,5mg)
IV
0
2x1 (500mg)
Oral
0
Vit C
2,5 mg -10 mg 325-650 mg tiap 4-6 jam Laki : 75mg, Perempuan : 90mg max 2000mg/hari
1x1 (500mg)
Oral
0
Furosemid tab
20-80 mg
1x1 (40mg)
Oral
0
Interpect
30mg 3x sehari
Oral
0
Inf Furosemid
20-40 mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
3x1 (30mg) (1x2 amp) (10mg/mL)
IV
0
2x200 mg
Oral
0
3x10 mg
Oral
0
15-30 mg 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 1-4 mg sehari; Clcr<22 Do 1 mg 2x500mg/1x850mg, hindari obat ini untuk pasien ClCr <60-70 325-650 mg tiap 4-6 jam
2x30mg
Oral
0
1x50 mg
Oral
0
1x1 (1mg)
Oral
0
1x500 mg
Oral
0
3x1 (500mg)
Oral
0
75-100mg 4x/hari Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 500-2g; Clcr 30-50 2x; Clcr 10-30 1x;
2x25mg
Oral
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
2x8 mg
IV
0
3x1 gr
IV
0
Inj Ondansentron Inj Rindonpump Simvastatin
Inf Kalnex Inf Vit K Farmadol
Cefixime
Vometa Prazotec 10
Losartan Mertrix
Glucotica PCT Persantin Inj Ranitidin Inj Ondansentron Inj Ceftazidim
2x8 mg
IV
0
1x20 mg
IV
0
1x10 mg
Oral
0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
114
Inj Rindonpump
2x20 mg
IV
0
1x1 (50 mg)
Oral
0
1x25 mg
Oral
0
20-80 mg 0,1-0,6mg; Clcr <10 mL 50% s/d 75%
1x2 (40mg)
Oral
0
2x1 (0,25mg)
Oral
0
2,5-10mg infusiensi ginjal kronik 4-8 kap 3x/hr,(laju glomerulus 5-50 mL/mnt) 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
1x5 mg
Oral
0
3x2 (25mg)
Oral
1
3x10 mg
Oral
0
2x100mg
Oral
0
15-30 mg 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
1x30mg
Oral
0
1x1 (50 mg)
Oral
0
1x75 mg
Oral
0
Simvastatin
75-325 mg 40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari
1x10 mg
Oral
0
Persantin
75-100mg 4x/hari
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK) infusiensi ginjal kronik 4-8 kap 3x/hr,(laju glomerulus 5-50 mL/mnt)
2x25 mg 1x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
3x1 tab (3x2) (25mg)
Oral
1
30mg 3x sehari 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis terbagi), max 16 g 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
3x1 (30mg)
Oral
0
2x1 gr
IV
0
1x40 mg/mL
IV
0
2x2 (10mg/mL)
IV
0
Inj Gastrofer
20-40 mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
1x20mg/mL
IV
0
Cedocard
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
Novorapid
0,5-1iu/kgBB/hr
3x8 ui
IV
0
CaCO3
1000-1200 mg /hari
3x1 tab (250mg)
Oral
0
Acetensa
Letonal Furosemid tab Clonidine Amlodipine
Aminefront
Vometa
Cefixime Prazotec 11
Clcr <10 tiap 48-72 jam 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian
Acetensa Pladogrel
Aminefront Interpect
Inj Stabixin Inj OMZ Inj Furosemid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
115
12
V Block
max 7000 mg; Clcr <25 mungkin dibutuhkan ad dosis tergantung kadar Ca 3,125-6,25 mg 2x sehari
1x6,25 mg (2x2)
Oral
0
Furosemid tab
20-80 mg
2x1 (40mg)
Oral
0
Tensivask
1x10 mg
Oral
0
Cefixime
2,5-10mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
2x100 mg
Oral
0
Persantin
75-100mg 4x/hari
Oral
0
Theobrom syr
3-6 sendok takar
2x25 mg 3x1 (130mg/15mL)
Oral
0
Cedocard
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
Cordaron
1x2 (200mg)
Oral
0
1x750 mg
IV
0
Inj Gastrofer
800-1600mg 250-750mg;Clcr2049 : 250mg/hari;Clcr1019/hemo : 250mg/2hari 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
IV
0
Inj Kalmeco
3x1amp seminggu
1x20mg/mL 2x1 (500mcg/mL)
IV
0
Inj Fluxum
0,3-0,6 mL stadium akut 250500mg 1-2x/hr. kronik 100-300 mg 12x/hr
2x0,4 mg
IV
0
2x500 mg
Oral
0
1x5 mg
Oral
0
Levofloxacin
2,5-10mg 250-750mg;Clcr2049 : 250mg/hari;Clcr1019/hemo : 250mg/2hari
1x750 mg
Oral
0
Novorapid
0,5-1iu/kgBB/hr
3x5 ui
Oral
0
ISDN
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Tensivask
2,5-10mg
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK) 5-40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
1x10 mg 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
1x5 mg
Oral
0
1x1 (50 mg)
Oral
0
1-2 g tiap 12-24 jam
1x1 gr
IV
0
1x25 mg
IV
0
Inj Ranitidin
10-40mg Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
Cefixime
400mg 12/24
2x100 mg
Oral
0
Inj Faslev
Citicolin Tensivask
13
Simvastatin Acetensa Inj Ceftriaxone Inj Metil Prednisolon
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
116
Ranitidine tab 14
Bicnat
2x150 mg 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq) (1x6,25 mg) (½x6,25)
Oral
0
Oral
0
Oral
0
Cipralex
20-36 mEq (GGK) 3,125-6,25 mg 2x sehari 10mg ; Clcr <20 butuh perhatian
1x½ (10mg)
Oral
0
Vitazym
1-2 tab 3x sehari
1x1 tab
Oral
0
Vit B12
3x1 tab
Oral
0
Ethambutanol
50-100mcg 800-1600mg; Clcr 10-50 tiap 24-36 jam; Clcr <10 tiap 48 jam
1x1000 mg
Oral
0
INH
300-900 mg
1x300 mg
Oral
0
Rifampicyn
1x450 mg
Oral
0
1x1000 mg
Oral
0
1x750 mg
IV
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
1x1 amp (20mg)
IV
0
Inj Ondansentron
450-600 mg 1000-2000mg; Clcr <50 12-20 mg/kg 750mg-1 g; Clcr 1050 tiap 1-3 hari; Clcr <10 72-96 jam Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
2x8 mg
IV
0
Inj Furosemid
20-40 mg
2x2 (10mg/mL)
IV
0
Inf Dopamin
5-15 mcg/kg
5-10 mcg
IV
0
Cedocard
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
Curcuma
1-2 tab 3x sehari
3x1 tab
Oral
0
Cobazym
1-6 mg/ hari
3x1mg
Oral
0
Persantin Inj Dexamethasone
75-100mg 4x/hari
Oral
0
0,75-9 mg
2x25 mg 4x1 amp (0,5mg/mL)
IV
0
Metycobal
3x1 kaps
3x1 kap
Oral
0
Betaserk
8-16mg 3x sehari 2x sehari setiap buang air besar
2x12 mg
Oral
0
4x2
Oral
0
3x1 tab
Oral
0
Inj Metronidazole
1-2 kap 3x sehari 250-500 mg; Clcr <10 (50 %) tiap 12 jam
2x1 (500 mg)
IV
0
Prazotec
15-30 mg
1x30mg
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Alprazolam
0,5-4mg dosis terbagi 325-650 mg tiap 4-6 jam 2-4g tiap 12 jam, infeksi berat 6-12 g dosis terbagi
1x0,25 mg
Oral
0
1x500 mg
Oral
0
2x1 gr
IV
0
V Block
PZA
Inj Streptomycin Inj Ranitidin Inj Rindonpump
N Diatab Lacto B
15
jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% Clcr < 50 : 150mg tiap 24 jam
Sistenol
Inj Cefoperazone
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
117
Inj Gastrofer
1x20mg/mL
IV
0
1x2 (10mg/mL)
IV
0
1x1 (10mg/mL)
IV
0
1x4 mg
IV
0
1x40 mg/mL
IV
0
3x1c
Oral
0
Inj Stabixin
20-40 mg 15-60mg SD tiap 6 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 1-2sendok makan 1x pada malam hari 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis terbagi), max 16 g,
2x1 gr
IV
0
Interpect
30mg 3x sehari
3x1 (30mg)
Oral
0
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
0
Pladogrel
1x75 mg
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
1x1 (50 mg)
Oral
0
3x30mg
Oral
0
1x6,25 mg
Oral
0
Inj Hemapo
75-325 mg 40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 15-120mg; clcr 10-50 75%; Clcr <10 50 % 3,125-6,25 mg 2x sehari 50-100iu/kg 3x seminggu,
1x 50 iun
IV
0
Fujimin
3x2, maintain 3x1
3x2 tab
Oral
0
Inj Furosemid
2x2 (10mg/mL)
IV
0
Cefixime
20-40 mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
2x100 mg
Oral
0
Lansoprazole
15-30 mg
2x15 mg
Oral
0
Furosemid tab
20-80 mg 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis terbagi), max 16 g, 250-500 mg; Clcr <10 (50 %) tiap 12 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 325-650 mg tiap 4-6 jam
2x2 (40mg)
Oral
0
2x1 gr
IV
0
2x1 (500 mg)
IV
0
2x8 mg
IV
0
2x1 (150mg)
IV
0
2x1 (500mg)
Oral
0
1x2 mg
Oral
0
Farmadol
2-10mg 325-650 mg tiap 4-6 jam
2x1 (500mg)
Oral
0
Tomit drip
10-15mg 4x; Clcr<40
2x1
IV
0
Inj Furosemid Inj Ketorolac Inj Ondansentron Inj OMZ Laxadine syr
Simvastatin Acetensa Codipront V Block
16
20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
Inj Stabixin Inj Metronidazole Inj Ondansentron Inj Renatac PCT Simarc
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
118
50%
(10mg/2mL) 3x1 (10mg/mL)
IV
0
Neurosanbe
10-40mg tiap 4-6 jam 1 tab 2-3x, 1 amp/hari tab 5000 1 tab/hari
1x1 tab
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Clopidogrel
1x75 mg
Oral
0
Cefixime
75-325 mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
2x100 mg
Oral
0
Lansoprazole
15-30 mg
2x15 mg
Oral
0
Furosemid tab
20-80 mg 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian 25mg/kg 3-4x; Clcr 50-80 15mg/kg 2x; Clcr 10-50 15mg/kg; Clcr <10 15mg/kg
1x1 (40mg)
Oral
0
1x25 mg
Oral
0
3x1 tab (250mg)
Oral
0
1x1 amp (4mg)
IV
0
Inj Kalnex
0,75-9 mg 10mg/kg 3-4x; Clcr 50-80 15 mg/kg 2x; Clcr 10-50 25 % 10mg/kg ; Clcr<10 10% 10mg/kg
3x1 (50mg/mL)
IV
0
Persantin
75-100mg 4x/hari
2x25 mg
Oral
0
ISDN
5-40 mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
3x5 mg
Oral
0
2x20mg/mL
IV
0
2x8 mg 1x1 (500mcg/mL)
IV
0
IV
0
1x12,5 mg
Oral
0
Inj Ketorolac
Letonal
Kalnex Inj Kalmetasone
17
Inj Gastrofer Inj Ondansentron Inj Kalmeco
18
Largactil
3x1amp seminggu 30-800mg 1-4x dosis terbagi, IV (25-50mg 1-4 jam) max 400 mg, Lansia 10-25mg 1-2x
Inj Kalmetasone
0,75-9 mg
1x1 amp (4mg)
IV
0
Mertigo
8-16mg 3x sehari
3x8 mg
Oral
0
Frego
10mg 1x / 5mg 1x
1x10 mg
Oral
0
Prazotec
15-30 mg
1x30mg
Oral
0
Imdur
5-40 mg 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian 2,5-20mg,
2x½ (60 mg)
Oral
0
1x1 (50 mg)
Oral
0
2x2 (25mg)
Oral
0
1x½ (5 mg)
Oral
0
Losartan
Spinorolactone Hapsen
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
119
Aminefront
infusiensi ginjal kronik 4-8 kap 3x/hr,(laju glomerulus 5-50 mL/mnt)
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
Inj Furosemid
Oral
1
Oral
0
20-40 mg
3x2 tab (25mg) 4x2 (650 mg / 7,6 meq) (2x2 amp) (2x1) (2x2)
IV
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Tensivask
2,5-10mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
1x5 mg
Oral
0
2x20mg/mL
IV
0
1x1 tab
Oral
0
3x1 tab (250mg)
Oral
0
2x½ (0,25mg)
Oral
0
Acetensa
1 tab 2-3x 1000-1200 mg /hari max 7000 mg; Clcr <25 mungkin dibutuhkan ad dosis tergantung kadar Ca 0,1-0,6mg; Clcr <10 mL 50% s/d 75% 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
2x½ (50 mg)
Oral
0
Inj Kalmetasone
0,75-9 mg
1x½ amp (4mg)
IV
0
As. Folat
0,4-0,8 mg 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 250-500mg ClCr 3050; ClCr <30 mL 500mg/hari; Clcr 529 250-500mg tiap 18 jam
1x2 (0,4mg)
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
2x500 mg
Oral
0
3x2 tab
Oral
0
Laxadine syr
3x2, maintain 3x1 1-2sendok makan 1x pada malam hari
1x15 ml
Oral
0
Prazotec
15-30 mg
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK) Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
2x30mg 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
2x1 (50 mg/mL) 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
IV
0
Oral
0
2x8 mg
IV
0
3x1 (10mg/mL)
IV
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
Inj Gastrofer Farneuro
CaCO3 Clonidine
Falergi
Ciprofoxacin Fujimin
19
Inj Ranitidin 20
Bicnat Inj Ondansentron Inj Ketorolac Inj Ranitidin
20-36 mEq (GGK) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 15-60mg SD tiap 6 jam Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
Inj Ceftriaxone Inj Dexamethasone
1-2 g tiap 12-24 jam
2x1 gr
IV
0
0,75-9 mg
3x (0,5mg/mL)
IV
0
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
120
Pladogrel
Captopril Laxadine syr Alprazolam
Antasid tab Inj Furosemid Inj Rindonpump Prazotec
Vometa
Cefixime 21
Pladogrel PCT Inj Bicnat
75-325 mg 12,5-25mg 2-3x; Clcr 10-50 75%; Clcr <10 50% 1-2sendok makan 1x pada malam hari
1x75 mg
Oral
0
1x12,5
Oral
1
3x2 c
Oral
0
0,5-4mg dosis terbagi 1-2 tab, 3-4x; Dapat menurunkan fungsi ginjal Clcr <30
1x0,25 mg
Oral
0
3x2 tab
Oral
0
20-40 mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
1x1 (10mg/mL)
IV
1
3x1 amp (20mg)
IV
0
15-30 mg 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x 400mg max 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
2x30mg
Oral
0
3x10 mg
Oral
0
2x100mg
Oral
0
75-325 mg 325-650 mg tiap 4-6 jam
1x75 mg
Oral
0
1x1 (500mg) 1x 25 meq (10meq/mL)
Oral
0
IV
0
2x1 gr 2x1 3x1 (20mg/mL)
IV
0
IV
0
Inj Gastrofer
20-36 mEq (GGK) 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis terbagi), max 16 g, 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
Cedocard
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
ISDN
5-40 mg
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK) 1tab pagi dan sore, Perhatian untuk pasien Clcr <15 250-500mg 4x / 500875mg 2x; Clcr 1030 250-500mg 2x; Clcr <10 250-500mg 1x 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 15-60mg SD tiap 6 jam
3x5 mg 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
2x1 tab
Oral
0
3x1 (250mg)
Oral
0
1x8 mg
IV
0
3x1 (10mg/mL) 1x½ amp 1x1 amp (0,5mg/mL)
IV
0
IV
0
3x1 (500mg)
Oral
0
Inj Stabixin
Miozidin
Dexiclaf forte Inj Ondansentron Inj Ketorolac Inj Dexamethasone Farmadol
0,75-9 mg 325-650 mg tiap 4-6 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
121
Digoxin
1x½ (0,25 mg)
Oral
0
1x0,6 mg
IV
0
Inpepsa Syr
0,3-0,6 mL 1-2g/10 mL, beresiko untuk pasien Clcr <30
4x15 cc (100mg/mL)
Oral
0
Inj Sysmuco
1 tab 3x/ 1amp 3x
3x1 amp
IV
0
Vit K
2,5 mg -10 mg
3x1 (2,5mg)
Oral
0
Inj Kalmetasone
0,75-9 mg
IV
0
Protamin Sulfat
IV
0
3x2 tab (250mg)
Oral
0
1x500 mg
IV
0
1x2 (saat HD) 1000 mg
Oral
0
Ethambutanol
25-50mg 25mg/kg 3-4x; Clcr 50-80 15mg/kg 2x; Clcr 10-50 15mg/kg; Clcr <10 15mg/kg stadium akut 250500mg 1-2x/hr. kronik 100-300 mg 12x/hr 1000-2000mg; Clcr <50 12-20 mg/kg atau hindari 800-1600mg; Clcr 10-50 tiap 24-36 jam; Clcr <10 tiap 48 jam
1x1 amp (4mg) 1x ½ amp (25mg)
1x2 (saat HD) (400mg)
Oral
0
INH
300-900 mg
1x300mg
Oral
0
Rifampicyn
1x1 (600 mg)
Oral
0
Nifedipin
450-600 mg 10-30mg 3x (120180max)
3x½ (20mg)
Oral
0
Atrovastatin
10-80mg
1x10mg
Oral
0
Interpect
30mg 3x sehari
3x1 (30mg)
Oral
0
Farneuro
1 tab 2-3x
1x1 tab
Oral
0
Glikuidon
2x½ (30 mg)
Oral
0
2x20mg/mL
IV
0
Inj Meropenem
15-45 mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) Clcr 26-50 mL 1g ;Clcr 10-25 mL 500mg 2x; Clcr <10 mL 500mg 1x
IV
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
2x1 gr 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
Cedocard
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
Alprazolam
0,5-4mg dosis terbagi 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
2x0,5 mg
Oral
0
2x8 mg
IV
0
0,5-2mg 2-4mg 3-4x (32mg max) 200mL/hari atau 400mL/hari
1x2 mg
IV
0
2x1 (20mg)
Oral
0
2x1 (200mL)
IV
0
Inj Fluxum
Kalnex
Inj Citicolin
22
0,75-1,5 mg; Clcr 1050 (25-75%) tiap 36 jam; Clcr <10 (1025%) tiap 2hari
PZA
Inj Gastrofer
Inj Ondansentron Esilgan Ventonil Kidmin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
122
Neurosanbe
1x1 amp
IV
0
1x200 mg
Oral
0
Hibone
200-400mg 1-2 kap sehari 10001200mg; Clcr<25 mungkin dibutuhkan tergantung kadar serum Ca
2x1 (600 mg)
Oral
0
ISDN
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
ISDN
5-40 mg infusiensi ginjal kronik 4-8 kap 3x/hr,(laju glomerulus 5-50 mL/mnt)
3x5 mg
Oral
1
3x2 (25mg) 2x1 (650 mg / 7,6 meq)
Oral
1
Oral
0
1x2 tab (80mg) 2x2 amp (10mg/mL)
Oral
0
IV
0
2x4 mg
IV
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
8-16mg 3x sehari 1-2sendok makan 1x pada malam hari 1-2 tab, 3-4x; Dapat menurunkan fungsi ginjal pada pasien Clcr <30
2x8mg
Oral
0
2x1c
Oral
0
3x2 tab
Oral
0
2x1 (10mg)
Oral
0
Ondansentron
20-40 mg 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
2x8 mg
Oral
0
Persantin
75-100mg 4x/hari
2x25 mg
Oral
0
Inbion
1-2 kap
1x1 kap
Oral
0
As. Folat
0,4-0,8 mg 0,1-0,6mg; Clcr <10 mL 50% s/d 75% 12,5-25mg 2-3x; Clcr 10-50 75%; Clcr <10 50%
1x2 (0,4mg)
Oral
0
2x½ (0,25mg)
Oral
0
2x12,5 mg
Oral
0
0,75-9 mg Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
1x1 amp (4mg)
IV
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
2x8 mg
IV
0
3x10 mg
Oral
0
Selebrex
23
Aminefront Bicnat
Thrombo aspillet Inj Lasix Inj Ondansentron Inj Ranitidin Betahistin Laxadine syr
Antasid tab Farsic
24
1 tab 2-3x, 1 amp/hari tab 5000 1 tab/hari
Clonidine
Captopril Inj Kalmetasone Inj Ranitidin Inj Ondansentron
Vometa
20-36 mEq (GGK) 1x sehari 1-2 tab 50325mg/hari; Clcr<10 hindari pemakaian 20-40 mg 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
123
25
26
ISDN Clonidine
5-40 mg 0,1-0,6mg; Clcr <10 mL 50% s/d 75%
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
Amlodipine
1x10 mg
Oral
0
Inj Ranitidin
2,5-10mg Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
Inj Ceftriaxone
1-2 g tiap 12-24 jam
1x1 gr
IV
0
Inj Furosemid
20-40 mg
IV
0
Inj Bicnat
IV
0
1x4 mg 1x1 amp (500mg)
IV
0
IV
0
2x20 mg
IV
0
2x50 mg
Oral
0
2x1 gr
IV
0
2x500 mg
Oral
0
2x1 (500mcg)
Oral
0
1x1 amp (3mL)
IV
0
2x100mg
Oral
0
Ranitidine tab
20-36 mEq (GGK) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 325-650 mg tiap 4-6 jam 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3 dosis terbagi), max 16 g, stadium akut 250500mg 1-2x/hr. kronik 100-300 mg 12x/hr 500-1500 mcg 3x seminggu 1 amp perhari/ 1 tab perhari 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% Clcr < 50 : 150mg tiap 24 jam
2x2 (10mg/mL) 1x50 mg (10meq/mL)
Oral
0
Inj Kalmeco
3x1amp seminggu
2x150 mg 2x1 (500mcg/mL)
IV
0
Inj Ondansentron Inj Farmadol Inj Omeprazole Renatac
Inj Stabixin
Citicolin Kalmeco Neurobion
Cefixime
3x10 mg
Oral
0
2x½ (0,25mg) 4x2 (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
Oral
0
(Keterangan : Tulisan Italic adalah Obat yang berpengaruh pada fungsi ginjal)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
124
Lampiran 5 Evaluasi DRP Dosis Diatas Dosis Terapi No Pasien
Obat Terapi
Dosis Standar Sehari
Dosis Pemberian
Rute
Penilaian Dosis Lebih dari Dosis Terapi
1
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg 40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
1x75 mg
Oral
0
1x10 mg
Oral
1
2x8 mg
IV
0
2x20 mg
IV
0
1x1 (50mg/mL) (1x1)/(2x1) (10mg/mL)
IV
0
IV
0
Oral
0
Oral
0
Simvastatin Inj Ondansentron
Inj Rindonpump Inj Ranitidin Inj Furosemid Fujimin
20-40 mg 3x2, maintain 3x1 tab
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
3x1 tab 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Inj Ceftriaxone
1-2 g tiap 12-24 jam
(1x1g)/(2x2g)
IV
0
Cataflam
2x(50mg)
Oral
0
3x500 mg
Oral
0
OMZ
50-150 mg 325-650 mg tiap 4-6 jam 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
Oral
0
Inj Kalmetasone
0,75-9 mg
2x20 mg 1x1 ampul (4mg)
Infus
0
Lansoprazole
2x15 mg
Oral
0
3x10 mg
Oral
1
2x100 mg
Oral
0
4x2tab
Oral
0
Acetensa
15-30 mg 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% 2x sehari setiap buang air besar 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
1x1 (50 mg)
Oral
0
Cobazym
1-6 mg/ hari
3x1mg
Oral
0
Lacidofil
2x1 kap 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 250-500 mg; Clcr <10 (50 %) tiap 12 jam 1-2g tiap 8 jam; Clcr 10-50 tiap 8-12 jam; <10 tiap 6 jam
3x1 kap
Oral
0
2x8 mg
IV
0
2x20mg/mL
IV
0
2x1 (500 mg)
IV
0
2x1 gr
IV
0
Sanmol
Vometa
Cefixime 2
N Diatab
Inj Ondansentron
Inj Gastrofer
Inj Metronidazole
Inj Cefotaxim
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
125
Vometa
3x10 mg
Oral
1
15-30 mg 6x sehari 8 tab dosis terbagi
2x30mg
Oral
0
2x500 mg
Oral
0
(3x1) (3x2 tab)
Oral
0
2x1 (250mg)
Oral
0
Alprazolam
1-2 tab 3x sehari 8-10 mg/kgBB/hr dibagi dalam 2-3 dosis 0,5-4mg dosis terbagi
2x0,25 mg
Oral
0
Clopidogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Cilostazol
100mg 2x sehari
2x1 (50mg)
Oral
0
Heptasan
4-20mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
3x1 (4 mg)
Oral
0
2x20mg/mL
IV
0
2x8 mg
IV
0
1-2 g tiap 12-24 jam 325-650 mg tiap 4-6 jam Laki : 75mg, Perempuan : 90mg max 2000mg/hari 500-300mg (Leukimia) terapi dilanjutkan 2030mg/kg
1x2 gr
IV
0
2x1 (500mg)
Oral
0
1x1 (500mg)
IV
0
2x500 mg
Oral
0
2-10mg 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 1-2sendok makan 1x pada malam hari 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 40-60 mL max 100 mL 3x sehari 1 tablet 412mg
1x2 mg
Oral
0
1x10 mg
Oral
1
1x1 C
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
1x1 (4mg)
IV
0
1x1 (4mg)
Oral
0
3x8 ui
Oral
0
1x1 (80mg)
Oral
0
Cefixime
0,5-1iu/kgBB/hr 1x sehari 1-2 tab 50325mg/hari; Clcr<10 hindari pemakaian 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
2x100 mg
Oral
0
Prazotec
15-30 mg
2x30mg
Oral
0
Prazotec Sulcolon 3
10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
Curcuma
Estazor
Inj Gastrofer Inj Ondansentron Inj Ceftriaxone Farmadol
Inj Vit C
Hydrea Simarc
Falergi Laxadine syr
Cetirizine Minophagen CTM Novorapid
Thrombo aspillet
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
126
Vometa 4
Fastolyn Syr Farmadol Vectrin syr Inj Ondansentron Onetic Invomit Renatac
Levofloxacin
Falergi Inf Lantus
10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x 1-2 sendok 5-10 ml sehari 325-650 mg tiap 4-6 jam maksimal 300 mg 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 250-750mg;Clcr2049 : 250mg/hari;Clcr1019/hemo : 250mg/2hari 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 10 unit sehari (individual)
Mertrix
Oral
1
3x1 c
Oral
0
3x1 (500mg)
Oral
0
3x5 mg
Oral
0
2x8 mg
IV
0
2x4 mg
Oral
0
2x8 mg
IV
0
2x1 (150mg)
Oral
0
1x750 mg
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
1x20 ui
IV
0
1x1 (4 mg)
Oral
0
Novorapid
0,5-1iu/kgBB/hr
3x18 ui
IV
0
ISDN
5-40 mg 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 0,75-1,5 mg; Clcr 10-50 (25-75%) tiap 36 jam; Clcr <10 (10-25%) tiap 2hari
2x5 mg
Oral
0
1x50 mg
Oral
0
1x1 (0,25 mg)
Oral
0
75-325 mg 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian 0,5-1mg; Clcr 10-50 (25-75%) tiap 36 jam; Clcr <10 (1025%) tiap 2hari
1x75 mg
Oral
0
1x25 mg
Oral
0
1x0,25 mg
IV
0
20-40 mg 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
1x1 tab (40mg)
IV
0
3x10 mg
Oral
1
15-30 mg 15-60mg SD tiap 6 jam
2x15 mg
Oral
0
3x1 (10mg/mL)
IV
0
Angiosten
Digoxin Pladogrel
Letonal
Inf Lanoxin Inj Furosemid
Vometa Lansoprazole 5
3x10 mg
Inj Ketorolac
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
127
Inj Stabixin
2x1 gr
IV
0
2x20 mg
IV
0
1x3 (100mg)
Oral
1
2x100 mg
Oral
0
2x15 mg
Oral
0
3x1 (10mg/mL)
IV
0
Inj Ondansentron
15-30 mg 15-60mg SD tiap 6 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
1x4 mg
IV
0
Inj Elpicef
1x sehari 1-2 vial
2x1 vial
IV
0
Pantoprazol
20-240mg sehari
1x40 mg
Oral
0
Cobazym
3x1mg
Oral
0
3x1 (100mg/mL)
Oral
0
Inj Torasic
1-6 mg/ hari 1-2g/10 mL, beresiko untuk pasien Clcr <30 15-60mg SD tiap 6 jam
3x1 (10mg/mL)
IV
0
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
0
Bisoprolol
2,5-20mg
1x2,5 mg
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Inj Ceftriaxone
1-2 g tiap 12-24 jam 15-60mg SD tiap 6 jam
2x1 gr
IV
0
3x1 (10mg/mL)
IV
0
20-240mg sehari 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 2x500mg/1x850mg, hindari obat ini untuk pasien ClCr <60-70 1-2sendok makan 1x pada malam hari 250-500mg ClCr 3050 1x2; ClCr <30 mL 500mg/hari; Clcr 529 250-500mg tiap 18 jam
1x40 mg
IV
0
1x1 (50 mg)
Oral
0
2x200 mg
Oral
1
2x20 mg
Oral
0
1x500 mg
Oral
0
1x2 c
Oral
0
2x500 mg
Oral
0
Rindonpump
Profenid
Cefixime Lansoprazole 6
Inj Ketorolac
Inpepsa
Inj Torasic Inj Pantoprazol Acetensa
Cefixime
OMZ
Glucotica Laxadine syr
7
2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis terbagi), max 16 g 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 50-75mg 3-4x sehari, GGK ringan 150mg/hari/berat Clcr <25 100mg/hari (dosis max) 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
Ciprofoxacin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
128
Prazotec
15-30 mg 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
2x30mg
Oral
0
3x10 mg
Oral
1
3x1 tab
Oral
0
1x1 (50mg/mL)
IV
0
2x8 mg
IV
0
1x1 (10mg/mL)
IV
0
1x1 (50 mg)
Oral
0
1x½ (500mg)
Oral
0
Digoxin
1-2 tab 3x sehari Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 15-60mg SD tiap 6 jam 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 2x500mg/1x850mg, hindari obat ini untuk pasien ClCr <60-70 0,75-1,5 mg; Clcr 10-50 (25-75%) tiap 36 jam; Clcr <10 (10-25%) tiap 2hari
1x1 (0,25 mg)
Oral
0
Pectocyl
3x sehari 1 tablet
3x1 (200mg)
Oral
0
Glikuidon
15-45 mg
3x½ (30mg)
Oral
0
Clopidogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Cobazym
3x1mg
Oral
0
2x½ (6,25mg)
Oral
0
Spinorolactone
1-6 mg/ hari 3,125-6,25 mg 2x sehari 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian
1x1 (25mg)
Oral
0
Persantin
75-100mg 4x/hari
1x25mg
Oral
0
Furosemid tab'
1x½ (40mg)
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
3x20mg/mL
IV
0
4x15 cc (100mg/mL)
Oral
0
Aminefront
20-80 mg 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 1-2g/10 mL, beresiko untuk pasien Clcr <30 infusiensi ginjal kronik 4-8 kap 3x/hr,(laju glomerulus 5-50 mL/mnt)
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
3x3 (25mg) 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
Amlodipine
2,5-10mg
1x5 mg
Oral
0
Novorapid
0,5-1iu/kgBB/hr
IV
0
Inj Lasix
20-40 mg
3x4 iu (1x1) (1x2) (10mg/mL)
IV
0
Vometa Curcuma Inj Ranitidin Inj Ondansentron Inj Ketorolac Acetensa
Glucotica
V Block
Falergi
Inj Gastrofer
Inpepsa
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
129
9
Acetensa
Clcr 26-50 mL 1g ;Clcr 10-25 mL 500mg 2x; Clcr <10 mL 500mg 1x 250-500 mg; Clcr <10 (50 %) tiap 12 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
Nonflamin
3x 1-2 kapsul (50mg)
3x1 (50mg)
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Inbion
1-2 kap
1x1
Oral
0
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
0
Novorapid
0,5-1iu/kgBB/hr 10mg/kg 3-4x; Clcr 50-80 50 % 10 mg/kg 2x; Clcr 10-50 25 % 10mg/kg ; Clcr<10 10% 10mg/kg
2x10 ui
IV
0
3x1 (50mg/mL)
IV
0
3x1 (2,5mg)
IV
0
2x1 (500mg)
Oral
0
Vit C
2,5 mg -10 mg 325-650 mg tiap 4-6 jam Laki : 75mg, Perempuan : 90mg max 2000mg/hari
1x1 (500mg)
Oral
0
Furosemid tab
20-80 mg
1x1 (40mg)
Oral
0
Interpect
30mg 3x sehari
Oral
0
Inf Furosemid
20-40 mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
3x1 (30mg) (1x2 amp) (10mg/mL)
IV
0
2x200 mg
Oral
1
3x10 mg
Oral
1
2x30mg
Oral
0
1x50 mg
Oral
1
1x1 (1mg)
Oral
0
1x500 mg
Oral
0
3x1 (500mg)
Oral
0
Inj Meropenem
Inj Metronidazole Inj Ondansentron
Inj Rindonpump Simvastatin
Inf Kalnex Inf Vit K Farmadol
Cefixime
Vometa Prazotec 10
Losartan Mertrix
Glucotica PCT
15-30 mg 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 1-4 mg sehari; Clcr<22 Do 1 mg 2x500mg/1x850mg, hindari obat ini untuk pasien ClCr <60-70 325-650 mg tiap 4-6 jam
2x1 gr
IV
1
2x1 (500 mg)
IV
0
2x8 mg
IV
0
1x20 mg
IV
0
1x10 mg
Oral
0
1x1 (50 mg)
Oral
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
130
Persantin
75-100mg 4x/hari Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 500-2g; Clcr 30-50 2x; Clcr 10-30 1x; Clcr <10 tiap 48-72 jam 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian
2x25mg
Oral
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
1
2x8 mg
IV
0
3x1 gr
IV
1
2x20 mg
IV
0
1x1 (50 mg)
Oral
1
1x25 mg
Oral
0
20-80 mg 0,1-0,6mg; Clcr <10 mL 50% s/d 75%
1x2 (40mg)
Oral
0
2x1 (0,25mg)
Oral
0
2,5-10mg infusiensi ginjal kronik 4-8 kap 3x/hr,(laju glomerulus 5-50 mL/mnt) 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
1x5 mg
Oral
0
3x2 (25mg)
Oral
0
3x10 mg
Oral
1
2x100mg
Oral
0
15-30 mg 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
1x30mg
Oral
0
1x1 (50 mg)
Oral
1
1x75 mg
Oral
0
Simvastatin
75-325 mg 40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari
1x10 mg
Oral
0
Persantin
75-100mg 4x/hari
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK) infusiensi ginjal kronik 4-8 kap 3x/hr,(laju glomerulus 5-50 mL/mnt)
2x25 mg 1x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
3x1 tab (3x2) (25mg)
Oral
0
3x1 (30mg)
Oral
0
2x1 gr
IV
0
Inj Ranitidin Inj Ondansentron
Inj Ceftazidim
Inj Rindonpump Acetensa
Letonal Furosemid tab Clonidine Amlodipine
Aminefront
Vometa
Cefixime Prazotec 11
Acetensa Pladogrel
Aminefront Interpect
Inj Stabixin
30mg 3x sehari 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis terbagi), max 16 g
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
131
Inj OMZ
1x40 mg/mL
IV
0
2x2 (10mg/mL)
IV
0
Inj Gastrofer
20-40 mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
1x20mg/mL
IV
0
Cedocard
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
Novorapid
3x8 ui
IV
0
3x1 tab (250mg)
Oral
0
V Block
0,5-1iu/kgBB/hr 1000-1200 mg /hari max 7000 mg; Clcr <25 mungkin dibutuhkan ad dosis tergantung kadar Ca 3,125-6,25 mg 2x sehari
1x6,25 mg (2x2)
Oral
0
Furosemid tab
20-80 mg
2x1 (40mg)
Oral
0
Tensivask
1x10 mg
Oral
0
Cefixime
2,5-10mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
2x100 mg
Oral
0
Persantin
75-100mg 4x/hari
Oral
0
Theobrom syr
3-6 sendok takar
2x25 mg 3x1 (130mg/15mL)
Oral
0
Cedocard
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
Cordaron
1x2 (200mg)
Oral
0
1x750 mg
IV
1
Inj Gastrofer
800-1600mg 250-750mg;Clcr2049 : 250mg/hari;Clcr1019/hemo : 250mg/2hari 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
IV
0
Inj Kalmeco
3x1amp seminggu
1x20mg/mL 2x1 (500mcg/mL)
IV
0
Inj Fluxum
0,3-0,6 mL stadium akut 250500mg 1-2x/hr. kronik 100-300 mg 1-2x/hr
2x0,4 mg
IV
0
2x500 mg
Oral
0
1x5 mg
Oral
0
Levofloxacin
2,5-10mg 250-750mg;Clcr2049 : 250mg/hari;Clcr1019/hemo : 250mg/2hari
1x750 mg
Oral
0
Novorapid
0,5-1iu/kgBB/hr
3x5 ui
Oral
0
ISDN
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Tensivask
2,5-10mg
1x10 mg
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
2x2 tab (650 mg
Oral
0
Inj Furosemid
CaCO3
12
Inj Faslev
Citicolin Tensivask
13
20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
132
/ 7,6 meq)
Simvastatin Acetensa Inj Ceftriaxone Inj Metil Prednisolon Inj Ranitidin
Cefixime Ranitidine tab 14
Bicnat
5-40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
1x5 mg
Oral
0
1x1 (50 mg)
Oral
1
1-2 g tiap 12-24 jam
1x1 gr
IV
0
10-40mg Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% Clcr < 50 : 150mg tiap 24 jam
1x25 mg
IV
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
2x100 mg
Oral
0
2x150 mg 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq) (1x6,25 mg) (½x6,25)
Oral
1
Oral
0
Oral
0
Cipralex
20-36 mEq (GGK) 3,125-6,25 mg 2x sehari 10mg ; Clcr <20 butuh perhatian
1x½ (10mg)
Oral
0
Vitazym
1-2 tab 3x sehari
1x1 tab
Oral
0
Vit B12
3x1 tab
Oral
0
Ethambutanol
50-100mcg 800-1600mg; Clcr 10-50 tiap 24-36 jam; Clcr <10 tiap 48 jam
1x1000 mg
Oral
0
INH
300-900 mg
1x300 mg
Oral
0
Rifampicyn
1x450 mg
Oral
0
1x1000 mg
Oral
1
1x750 mg
IV
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
1x1 amp (20mg)
IV
0
Inj Ondansentron
450-600 mg 1000-2000mg; Clcr <50 12-20 mg/kg 750mg-1 g; Clcr 1050 tiap 1-3 hari; Clcr <10 72-96 jam Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
2x8 mg
IV
0
Inj Furosemid
20-40 mg
2x2 (10mg/mL)
IV
0
Inf Dopamin
5-15 mcg/kg
5-10 mcg
IV
0
Cedocard
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
Curcuma
1-2 tab 3x sehari
3x1 tab
Oral
0
Cobazym
1-6 mg/ hari
3x1mg
Oral
0
Persantin Inj Dexamethasone
75-100mg 4x/hari
Oral
0
0,75-9 mg
2x25 mg 4x1 amp (0,5mg/mL)
IV
0
Metycobal
3x1 kaps
3x1 kap
Oral
0
Betaserk
8-16mg 3x sehari
2x12 mg
Oral
0
V Block
PZA
Inj Streptomycin Inj Ranitidin
Inj Rindonpump
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
133
N Diatab
4x2
Oral
0
3x1 tab
Oral
0
Inj Metronidazole
1-2 kap 3x sehari 250-500 mg; Clcr <10 (50 %) tiap 12 jam
2x1 (500 mg)
IV
0
Prazotec
15-30 mg
1x30mg
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg 0,5-4mg dosis terbagi 325-650 mg tiap 4-6 jam 2-4g tiap 12 jam, infeksi berat 6-12 g dosis terbagi 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
1x75 mg
Oral
0
1x0,25 mg
Oral
0
1x500 mg
Oral
0
2x1 gr
IV
0
1x20mg/mL
IV
0
1x2 (10mg/mL)
IV
0
1x1 (10mg/mL)
IV
0
1x4 mg
IV
0
1x40 mg/mL
IV
0
3x1c
Oral
0
Inj Stabixin
20-40 mg 15-60mg SD tiap 6 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 1-2sendok makan 1x pada malam hari 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis terbagi), max 16 g,
2x1 gr
IV
0
Interpect
30mg 3x sehari
3x1 (30mg)
Oral
0
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
0
Pladogrel
1x75 mg
Oral
0
1x10 mg
Oral
0
1x1 (50 mg)
Oral
1
3x30mg
Oral
1
1x6,25 mg
Oral
0
Inj Hemapo
75-325 mg 40 mg (max) / Clcr < 10 mg : Do 5 mg/hari 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 15-120mg; clcr 1050 75%; Clcr <10 50 % 3,125-6,25 mg 2x sehari 50-100iu/kg 3x seminggu,
1x 50 iun
IV
0
Fujimin
3x2, maintain 3x1
3x2 tab
Oral
0
Inj Furosemid
2x2 (10mg/mL)
IV
0
Cefixime
20-40 mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
2x100 mg
Oral
0
Lansoprazole
15-30 mg
2x15 mg
Oral
0
Lacto B
Alprazolam 15
2x sehari setiap buang air besar
Sistenol
Inj Cefoperazone
Inj Gastrofer Inj Furosemid Inj Ketorolac Inj Ondansentron
Inj OMZ Laxadine syr
Simvastatin Acetensa
Codipront V Block
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
134
Furosemid tab
16
20-80 mg 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis terbagi), max 16 g, 250-500 mg; Clcr <10 (50 %) tiap 12 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 325-650 mg tiap 4-6 jam
2x2 (40mg)
Oral
0
2x1 gr
IV
0
2x1 (500 mg)
IV
0
2x8 mg
IV
0
2x1 (150mg)
IV
0
2x1 (500mg)
Oral
0
1x2 mg
Oral
0
2x1 (500mg) 2x1 (10mg/2mL)
Oral
0
IV
1
3x1 (10mg/mL)
IV
0
Neurosanbe
2-10mg 325-650 mg tiap 4-6 jam 10-15mg 4x; Clcr<40 50% 10-40mg tiap 4-6 jam 1 tab 2-3x, 1 amp/hari tab 5000 1 tab/hari
1x1 tab
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Clopidogrel
1x75 mg
Oral
0
Cefixime
75-325 mg 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
2x100 mg
Oral
0
Lansoprazole
15-30 mg
2x15 mg
Oral
0
Furosemid tab
20-80 mg 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian 25mg/kg 3-4x; Clcr 50-80 15mg/kg 2x; Clcr 10-50 15mg/kg; Clcr <10 15mg/kg
1x1 (40mg)
Oral
0
1x25 mg
Oral
0
3x1 tab (250mg)
Oral
1
1x1 amp (4mg)
IV
0
Inj Kalnex
0,75-9 mg 10mg/kg 3-4x; Clcr 50-80 15 mg/kg 2x; Clcr 10-50 25 % 10mg/kg ; Clcr<10 10% 10mg/kg
3x1 (50mg/mL)
IV
1
Persantin
75-100mg 4x/hari
2x25 mg
Oral
0
ISDN
3x5 mg
Oral
0
2x20mg/mL
IV
0
Inj Ondansentron
5-40 mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
2x8 mg
IV
0
Inj Kalmeco
3x1amp seminggu
1x1
IV
0
Inj Stabixin
Inj Metronidazole Inj Ondansentron Inj Renatac PCT Simarc Farmadol Tomit drip Inj Ketorolac
Letonal
Kalnex Inj Kalmetasone
17
Inj Gastrofer
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
135
(500mcg/mL)
18
Largactil
30-800mg 1-4x dosis terbagi, IV (25-50mg 1-4 jam) max 400 mg, Lansia 10-25mg 1-2x
1x12,5 mg
Oral
0
Inj Kalmetasone
0,75-9 mg
1x1 amp (4mg)
IV
0
Mertigo
8-16mg 3x sehari
3x8 mg
Oral
0
Frego
10mg 1x / 5mg 1x
1x10 mg
Oral
0
Prazotec
15-30 mg
1x30mg
Oral
0
Imdur
2x½ (60 mg)
Oral
0
1x1 (50 mg)
Oral
1
2x2 (25mg)
Oral
1
1x½ (5 mg)
Oral
0
Aminefront
5-40 mg 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg 25-200 mg 1-2x; Clcr 10-50 1-2x sehari; Clcr<10 jauhi pemakaian 2,5-20mg,
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
Oral
0
Inj Furosemid
20-40 mg
3x2 tab (25mg) 4x2 tab (650 mg / 7,6 meq) (2x2 amp) (2x1) (2x2)
IV
0
Pladogrel
75-325 mg
1x75 mg
Oral
0
Tensivask
2,5-10mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
1x5 mg
Oral
0
2x20mg/mL
IV
0
1x1 tab
Oral
0
3x1 tab (250mg)
Oral
0
2x½ (0,25mg)
Oral
0
Acetensa
1 tab 2-3x 1000-1200 mg /hari max 7000 mg; Clcr <25 mungkin dibutuhkan ad dosis tergantung kadar Ca 0,1-0,6mg; Clcr <10 mL 50% s/d 75% 50-100 mg; Clcr <20 1x25 mg
2x½ (50 mg)
Oral
1
Inj Kalmetasone
0,75-9 mg
1x½ amp (4mg)
IV
0
As. Folat
0,4-0,8 mg 5-10mg ;Clcr 1131/hemo 5mg 1x/hari;Clcr <11 (tdk rekomen) 250-500mg ClCr 3050; ClCr <30 mL 500mg/hari; Clcr 529 250-500mg tiap
1x2 (0,4mg)
Oral
0
1x10 mg
Oral
1
2x500 mg
Oral
0
Losartan
Spinorolactone Hapsen
Inj Gastrofer Farneuro
CaCO3 Clonidine
Falergi
Ciprofoxacin
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
136
18 jam Fujimin
19
3x2 tab
Oral
0
Laxadine syr
3x2, maintain 3x1 1-2sendok makan 1x pada malam hari
1x15 ml
Oral
0
Prazotec
15-30 mg
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK) Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
2x30mg 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
2x1 (50 mg/mL) 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
IV
0
Oral
0
2x8 mg
IV
0
3x1 (10mg/mL)
IV
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
Inj Ranitidin 20
Bicnat Inj Ondansentron Inj Ketorolac Inj Ranitidin Inj Ceftriaxone Inj Dexamethasone
1-2 g tiap 12-24 jam
2x1 gr
IV
0
0,75-9 mg
3x (0,5mg/mL)
IV
0
ISDN
5-40 mg
3x5 mg
Oral
0
Pladogrel
75-325 mg 12,5-25mg 2-3x; Clcr 10-50 75%; Clcr <10 50% 1-2sendok makan 1x pada malam hari 0,5-4mg dosis terbagi 1-2 tab, 3-4x; Dapat menurunkan fungsi ginjal Clcr <30
1x75 mg
Oral
0
1x12,5
Oral
0
3x2 c
Oral
0
1x0,25 mg
Oral
0
3x2 tab
Oral
1
20-40 mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
1x1 (10mg/mL)
IV
0
3x1 amp (20mg)
IV
0
15-30 mg 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x 400mg max 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50%
2x30mg
Oral
0
3x10 mg
Oral
1
2x100mg
Oral
0
75-325 mg 325-650 mg tiap 4-6 jam
1x75 mg
Oral
0
1x1 (500mg) 1x 25 meq (10meq/mL)
Oral
0
IV
0
2x1 gr
IV
0
Captopril Laxadine syr Alprazolam
Antasid tab Inj Furosemid
Inj Rindonpump Prazotec
Vometa
Cefixime 21
20-36 mEq (GGK) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 15-60mg SD tiap 6 jam Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
Pladogrel PCT Inj Bicnat
Inj Stabixin
20-36 mEq (GGK) 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3dosis terbagi), max 16 g,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
137
Inj Gastrofer
20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya)
2x1 3x1 (20mg/mL)
IV
0
Cedocard
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
ISDN
5-40 mg
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK) 1tab pagi dan sore, Perhatian untuk pasien Clcr <15 250-500mg 4x / 500875mg 2x; Clcr 1030 250-500mg 2x; Clcr <10 250-500mg 1x 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 15-60mg SD tiap 6 jam
3x5 mg 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
2x1 tab
Oral
0
3x1 (250mg)
Oral
0
1x8 mg
IV
0
3x1 (10mg/mL) 1x½ amp 1x1 amp (0,5mg/mL)
IV
0
IV
0
3x1 (500mg)
Oral
0
1x½ (0,25 mg)
Oral
0
1x0,6 mg
IV
0
Inpepsa Syr
0,3-0,6 mL 1-2g/10 mL, beresiko untuk pasien Clcr <30
4x15 cc (100mg/mL)
Oral
1
Inj Sysmuco
1 tab 3x/ 1amp 3x
3x1 amp
IV
0
Vit K
2,5 mg -10 mg
3x1 (2,5mg)
Oral
0
Inj Kalmetasone
0,75-9 mg
IV
0
Protamin Sulfat
IV
0
3x2 tab (250mg)
Oral
1
1x500 mg
IV
0
1x2 (saat HD) 1000 mg
Oral
1
Ethambutanol
25-50mg 25mg/kg 3-4x; Clcr 50-80 15mg/kg 2x; Clcr 10-50 15mg/kg; Clcr <10 15mg/kg stadium akut 250500mg 1-2x/hr. kronik 100-300 mg 1-2x/hr 1000-2000mg; Clcr <50 12-20 mg/kg atau hindari 800-1600mg; Clcr 10-50 tiap 24-36 jam; Clcr <10 tiap 48 jam
1x1 amp (4mg) 1x ½ amp (25mg)
1x2 (saat HD) (400mg)
Oral
0
INH
300-900 mg
1x300mg
Oral
0
Rifampicyn
450-600 mg
1x1 (600 mg)
Oral
0
Miozidin
Dexiclaf forte Inj Ondansentron Inj Ketorolac Inj Dexamethasone Farmadol
Digoxin Inj Fluxum
Kalnex
Inj Citicolin
22
PZA
0,75-9 mg 325-650 mg tiap 4-6 jam 0,75-1,5 mg; Clcr 10-50 (25-75%) tiap 36 jam; Clcr <10 (10-25%) tiap 2hari
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
138
Nifedipin
10-30mg 3x (120180max)
3x½ (20mg)
Oral
0
Atrovastatin
10-80mg
1x10mg
Oral
0
Interpect
30mg 3x sehari
3x1 (30mg)
Oral
0
Farneuro
1 tab 2-3x
1x1 tab
Oral
0
Glikuidon
2x½ (30 mg)
Oral
0
2x20mg/mL
IV
0
Inj Meropenem
15-45 mg 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) Clcr 26-50 mL 1g ;Clcr 10-25 mL 500mg 2x; Clcr <10 mL 500mg 1x
IV
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
2x1 gr 2x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
Cedocard
5-40 mg 0,5-4mg dosis terbagi 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
3x10 mg
Oral
0
2x0,5 mg
Oral
0
2x8 mg
IV
0
0,5-2mg 2-4mg 3-4x (32mg max) 200mL/hari atau 400mL/hari 1 tab 2-3x, 1 amp/hari tab 5000 1 tab/hari
1x2 mg
IV
0
2x1 (20mg)
Oral
0
2x1 (200mL)
IV
0
1x1 amp
IV
0
1x200 mg
Oral
0
Hibone
200-400mg 1-2 kap sehari 10001200mg; Clcr<25 mungkin dibutuhkan tergantung kadar serum Ca
2x1 (600 mg)
Oral
0
ISDN
5-40 mg
3x10 mg
Oral
0
ISDN
5-40 mg infusiensi ginjal kronik 4-8 kap 3x/hr,(laju glomerulus 5-50 mL/mnt)
3x5 mg
Oral
0
3x2 (25mg) 2x1 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
Oral
0
1x2 tab (80mg) 2x2 amp (10mg/mL)
Oral
1
IV
0
2x4 mg
IV
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
2x8mg
Oral
0
Inj Gastrofer
Alprazolam Inj Ondansentron Esilgan Ventonil Kidmin
Neurosanbe Selebrex
23
Aminefront Bicnat
Thrombo aspillet Inj Lasix
20-36 mEq (GGK) 1x sehari 1-2 tab 50325mg/hari; Clcr<10 hindari pemakaian
Inj Ranitidin
20-40 mg 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
Betahistin
8-16mg 3x sehari
Inj Ondansentron
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
139
Laxadine syr
2x1c
Oral
0
3x2 tab
Oral
1
2x1 (10mg)
Oral
0
Ondansentron
20-40 mg 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan
2x8 mg
Oral
0
Persantin
75-100mg 4x/hari
2x25 mg
Oral
0
Inbion
1-2 kap
1x1 kap
Oral
0
As. Folat
0,4-0,8 mg 0,1-0,6mg; Clcr <10 mL 50% s/d 75% 12,5-25mg 2-3x; Clcr 10-50 75%; Clcr <10 50%
1x2 (0,4mg)
Oral
0
2x½ (0,25mg)
Oral
0
2x12,5 mg
Oral
1
0,75-9 mg Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 10-20 mg 3x sehari, GGK kurangi dosis menjadi 10-20mg 12x
1x1 amp (4mg)
IV
0
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
2x8 mg
IV
0
3x10 mg
Oral
1
3x10 mg
Oral
0
Clonidine
5-40 mg 0,1-0,6mg; Clcr <10 mL 50% s/d 75%
Oral
0
Bicnat
20-36 mEq (GGK)
2x½ (0,25mg) 4x2 tab (650 mg / 7,6 meq)
Oral
0
Amlodipine
1x10 mg
Oral
0
Inj Ranitidin
2,5-10mg Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam
2x1 (50 mg/mL)
IV
0
Inj Ceftriaxone
1-2 g tiap 12-24 jam
1x1 gr
IV
0
Inj Furosemid
20-40 mg
IV
0
Inj Bicnat
IV
0
1x4 mg 1x1 amp (500mg)
IV
0
IV
0
2x20 mg
IV
0
2x50 mg
Oral
0
Inj Stabixin
20-36 mEq (GGK) 8 mg 1-2 jam tiap sebelum makan 325-650 mg tiap 4-6 jam 20-40 mg (tergantung penyakit peptiknya) Clcr < 50 : 50mg tiap 18-24 jam 2-4 g/hr dalam 2 dosis terbagi, infeksi berat 8g/hr (2dosis terbagi), 12 g (3 dosis terbagi), max 16 g,
2x2 (10mg/mL) 1x50 meq (10meq/mL)
2x1 gr
IV
0
Citicolin
stadium akut 250-
2x500 mg
Oral
0
Antasid tab Farsic
24
Clonidine
Captopril Inj Kalmetasone Inj Ranitidin Inj Ondansentron
Vometa 25
26
1-2sendok makan 1x pada malam hari 1-2 tab, 3-4x; Dapat menurunkan fungsi ginjal pada pasien Clcr <30
ISDN
Inj Ondansentron Inj Farmadol
Inj Omeprazole Renatac
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
140
Ranitidine tab
500mg 1-2x/hr. kronik 100-300 mg 1-2x/hr 500-1500 mcg 3x seminggu 1 amp perhari/ 1 tab perhari 400mg 12/24 jam;Clcr 21-60 75 % ;Clcr <20 50% Clcr < 50 : 150mg tiap 24 jam
Inj Kalmeco
3x1amp seminggu
Kalmeco Neurobion
Cefixime
2x1 (500mcg)
Oral
0
1x1 amp (3mL)
IV
0
2x100mg
Oral
0
2x150 mg 2x1 (500mcg/mL)
Oral
1
IV
0
(Keterangan : Tulisan Italic adalah Obat yang berpengaruh pada fungsi ginjal)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
141
Lampiran 6 Evaluasi Interaksi Obat yang Tidak Tepat Dosis No Pasien
Obat Terapi Pasien (Yang Tidak Tepat Dosis)
Penilaian Evaluasi IO
1
ISDN Pladogrel Simvastatin Inj Ondansentron Inj Rindonpump Inj Ranitidin Inj Furosemid Fujimin Bicnat Inj Ceftriaxone Cataflam Sanmol OMZ Inj Kalmetasone Octalbin Lansoprazole Vometa Cefixime N Diatab Acetensa Cobazym Lacidofil Inj Ondansentron Inj Gastrofer Inj Metronidazole Inj Cefotaxim Vometa Prazotec Sulcolon Curcuma Estazor Alprazolam Clopidogrel Cilostazol Heptasan Inj Gastrofer Inj Ondansentron Inj Ceftriaxone Farmadol Inj Vit C Hydrea Simarc Falergi Laxadine syr Cetirizine Minophagen CTM Novorapid Thrombo aspillet Cefixime Prazotec Inf Octalbin
0
2
3
IO
Mekanisme Interaksi Obat
0
0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
142
Vometa 4
5
Fastolyn Syr Farmadol Vectrin syr Inj Ondansentron Onetic Invomit Renatac Levofloxacin Falergi Inf Lantus Mertrix Novorapid ISDN Angiosten Digoxin Pladogrel Letonal Inf Lanoxin Furosemid tab' Vometa Lansoprazole Inj Ketorolac Inj Stabixin Rindonpump Profenid Cefixime Lansoprazole
0
1
Profenid + ketorolac
6
Inj Ketorolac Inj Ondansentron Inj Elpicef Pantoprazol Cobazym Inpepsa Inj Torasic ISDN Bisoprolol Pladogrel Inj Ceftriaxone Inj Torasic Inj Pantoprazol Acetensa Cefixime OMZ Glucotica Laxadine syr
Keduanya meningkatkan toksisitas secara sinergisme farmakodinamik (major) Akan meningkatkan antikoagulan & kadar (K). (moderate) Ketoprofen meningkatkan efek ketorolac dengan asidosis kompetisi obat untuk klirens ginjal (minor)
0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
143
7
8
9
10
Ciprofoxacin Prazotec Vometa Curcuma Inj Ranitidin Inj Ondansentron Inj Ketorolac Acetensa Glucotica Digoxin Pectocyl Glikuidon Clopidogrel Cobazym V Block Spinorolactone Persantin Furosemid tab' Falergi Inj Gastrofer Inpepsa Aminefront Bicnat Amlodipine Novorapid Inj Lasix Inj Meropenem Inj Metronidazole Inj Ondansentron Inj Rindonpump Simvastatin Acetensa Nonflamin Pladogrel Inbion ISDN Novorapid Inf Kalnex Inf Vit K Farmadol Vit C Furosemid tab Interpect Inf Furosemid Cefixime Vometa Prazotec Losartan Mertrix Glucotica PCT Persantin Inj Ranitidin Inj Ondansentron Inj Ceftazidim Inj Rindonpump Acetensa Letonal
0
0
1
Meronidazole + Acetensa Acetensa + Furosemide
1
Losartan + Spironolactone Losartan + Furosemide
Metronidazole meningkatkan kadar / efek losartan dengan mempengaruhi metabolisme hati CYP2C9/10. (Moderat) Losartan meningkatkan dan furosemid menurunkan serum K. (Moderat)
Losartan dan spironolactone keduanya meningkatkan serum K (Moderat) Losartan meningkat dan furosemid menurunkan serum K. (Moderat)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
144
11
12
13
14
Furosemid tab Clonidine Amlodipine Aminefront Vometa Cefixime Prazotec Acetensa Pladogrel Simvastatin Persantin Bicnat Aminefront Interpect Inj Stabixin Inj OMZ Inj Furosemid Inj Gastrofer Cedocard Novorapid CaCO3 V Block Furosemid tab Tensivask Cefixime Persantin Theobrom syr Cedocard Cordaron Inj Faslev Inj Gastrofer Inj Kalmeco Inj Fluxum Citicolin Tensivask Levofloxacin Novorapid ISDN Pladogrel Tensivask Bicnat Simvastatin Acetensa Inj Ceftriaxone Inj Metil Prednisolon Inj Ranitidin Cefixime Ranitidine tab Bicnat V Block Cipralex Vitazym Vit B12 Ethambutanol INH Rifampicyn PZA Inj Streptomycin
1
Acetensa + Vblock
Mekanisme sinergisme farmakodinamik (Modedrat)
1
Levofloxacin + Novorapid
Levofloxacin meningkatkan efek novorapid dengan sinergisme farmakodinamik (moderat)
PZA + Rifampycin INH + PZA
Rifampin dan PZA keduanya meningkatkan toksisitasnya satu sama lain dengan sinergisme farmakodinamik (Major) INH dan PZA keduanya meningkatkan toksisitas satu sama lain dengan sinergisme farmakodinamik (mild)
0
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
145
15
16
Inj Ranitidin Inj Rindonpump Inj Ondansentron Inj Furosemid Inf Dopamin Cedocard Curcuma Octalbin Cobazym Persantin Inj Dexamethasone Metycobal Betaserk N Diatab Lacto B Inj Metronidazole Prazotec Pladogrel Alprazolam Sistenol Inj Cefoperazone Inj Gastrofer Octalbin Inj Furosemid Inj Ketorolac Inj Ondansentron Inj OMZ Laxadine syr Inj Stabixin Interpect ISDN Pladogrel Simvastatin Acetensa Codipront V Block Inj Hemapo Fujimin Inj Furosemid Cefixime Lansoprazole Furosemid tab Inj Stabixin Inj Metronidazole Inj Ondansentron Inj Renatac PCT Simarc Farmadol Tomit drip Inj Ketorolac Neurosanbe Pladogrel Clopidogrel Cefixime Lansoprazole Furosemid tab Letonal
1
Acetensa + Vblock Acetensa + Furosemide
Mekanisme sinergisme farmakodinamik (Modedrat) Losartan meningkatkan dan furosemide menurunkan serum K (moderat)
0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
146
Kalnex Inj Kalmetasone Inj Kalnex 17
18
19 20
Persantin ISDN Inj Gastrofer Inj Ondansentron Inj Kalmeco Largactil Inj Kalmetasone Mertigo Frego Prazotec Imdur Losartan Spinorolactone Hapsen Aminefront Bicnat Inj Furosemid Pladogrel Tensivask Inj Gastrofer Farneuro CaCO3 Clonidine Acetensa Inj Kalmetasone As. Folat Falergi Ciprofoxacin Fujimin Laxadine syr Albumin Octalbin Prazotec Bicnat Inj Ranitidin Bicnat Inj Ondansentron Inj Ketorolac Inj Ranitidin Inj Ceftriaxone Inj Dexamethasone ISDN Pladogrel Captopril Laxadine syr Alprazolam Antasid tab Inj Furosemid Inj Rindonpump Prazotec Vometa Cefixime
0
1
Spironolactone + Furosemid Losartan + bisoprolol Bisoprolol + spironolactone Losartan + Spironolactone Spironolactone + CaCO3
Spironolactone meningkatkan dan furosemide menurunkan serum K (moderat) Bisoprolol dan losartan terjadi mekanisme sinergisme farmakodinamik (moderat) Bisoprolol dan spironolactone keduanya meningkatkan serum K (moderat) Losartan dan spironolactone keduanya meningkatkan serum K (moderat) Spironolactone menurunkan kadar CaCO3 dengan meningkatkan klirens ginjal (minor)
0 1
Captopril + Ketorolac Captopril + Furosemide Ketorolac + Captopril Ketorolac + Furosemide Dexamethasone + furosemide
Captopril dan ketorolac keduanya meningkatkan toksisitasnya satu sama lain. Dapat menurunkan fungsi ginjal secara partikular pada lansia atau habis secara volume individual (moderat) Captopril dan furosemide mekanisme sinergisme farmakodinamik, resikonya dapat terjadi akut hipotensi dan ggk (moderat) Ketorolac menurunkan efek captopril dengan antagonis farmakodinamik, interaksi yang berpotensi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
147
21
22
23
Pladogrel PCT Inj Bicnat Inj Stabixin Inj Gastrofer Cedocard ISDN Bicnat Miozidin Dexiclaf forte Inj Ondansentron Inj Ketorolac Inj Dexamethasone Farmadol Digoxin Inj Fluxum Inpepsa Syr Inj Sysmuco Vit K Inj Kalmetasone Protamin Sulfat Kalnex Inj Citicolin PZA Ethambutanol INH Rifampicyn Nifedipin Atrovastatin Interpect Farneuro Glikuidon Inj Gastrofer Inj Meropenem Bicnat Cedocard Alprazolam Inj Ondansentron Esilgan Ventonil Kidmin Neurosanbe Selebrex Hibone ISDN ISDN Aminefront Bicnat
berbahaya (moderat) Ketorolac meningkatn dan furosemide menurunkan serum K (moderat) Dexa dan furosemide terjadi mekanisme sinergisme farmakodinamik, berisiko hipokalemia (minor)
0
0
1
Thrombo aspillet + furosemide
Aspirin menigkatkan dan furosemid mengurangi serum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
148
24
25
26
Thrombo aspillet Inj Lasix Inj Ondansentron Inj Ranitidin Betahistin Laxadine syr Antasid tab Farsic Ondansentron Persantin Inbion As. Folat Clonidine Captopril Inj Kalmetasone Inj Ranitidin Inj Ondansentron Vometa ISDN Clonidine Bicnat Amlodipine Inj Ranitidin Inj Ceftriaxone Inj Furosemid Inj Bicnat Inj Ondansentron Inj Farmadol Inj Omeprazole Renatac Inj Stabixin Citicolin Kalmeco Neurobion Cefixime Ranitidine tab Inj Kalmeco
(K). Efek masih kurang jelas gunakan hati-hati. (moderat)
0
0
0
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta