UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
EFEK IRADIASI GAMMA TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL SECARA IN VITRO
SKRIPSI
MELIA PUSPITASARI 1110102000065
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA SEPTEMBER 2014
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
EFEK IRADIASI GAMMA TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL SECARA IN VITRO
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi
MELIA PUSPITASARI 1110102000065
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA SEPTEMBER 2014
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Melia Puspitasari
NIM
: 1110102000065
Tanda Tangan :
Tanggal
iii
: 23 September 2014
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama
:
Melia Puspitasari
NIM
:
1110102000065
Program Studi
:
Farmasi
Judul
:
Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitro
Disetujui oleh:
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh : Nama
: Melia Puspitasari
NIM
: 1110102000065
Program Studi
: Farmasi
Judul Skripsi
: Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitro
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Ciputat Tanggal
: 23 September 2014
v
ABSTRAK
Nama
: Melia Puspitasari
Program Studi
: Farmasi
Judul
: Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitro
Kitosan merupakan biopolimer alami kedua terbanyak di alam setelah selulosa, salah satunya dihasilkan dari limbah kulit udang. Derajat deasetilasi dan berat molekul merupakan parameter utama yang mempengaruhi karakteristik kitosan. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa kitosan memiliki aktivitas hipokolesterolemia secara in vitro. Mengacu pada penelitian tersebut, dilakukan uji skrining awal efek iradiasi gamma terhadap kemampuan kitosan dalam menurunkan kadar kolesterol secara in vitro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh iradiasi gamma terhadap derajat deasetilasi kitosan, berat molekul viskositas rata-rata (Mv) kitosan, serta aktivitas penurunan kadar kolesterol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat deasetilasi kitosan non iradiasi adalah 96,658% dan kitosan iradiasi adalah 94,073%. Radiasi juga menyebabkan penurunan berat molekul viskositas (Mv) kitosan yaitu semakin besar dosis radiasi menghasilkan kitosan dengan berat molekul viskositas yang semakin rendah. Pada penelitian ini dilakukan uji aktivitas penurunan kadar kolesterol kitosan non iradiasi dan kitosan iradiasi dengan 3 dosis radiasi yang berbeda yaitu 50, 100, dan 150 kGy. Uji penurunan kadar kolesterol pada penelitian ini menggunakan metode Rudel-Morris dan Zak (FeCl3-H2SO4) secara in vitro. Serapan dari kolesterol yang tidak diikat dengan kitosan diukur dengan menggunakan spektrofotometer Uv-Vis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan rata-rata persentase penurunan kadar kolesterol dari kitosan 0 kGy, 50 kGy, 100 kGy dan 150 kGy berturut-turut adalah 5,10%; 15,14%; 31,02%; and 42,62%. Berdasarkan kemampuan pengikatan kolesterol oleh kitosan, kitosan 150 kGy mempunyai aktivitas penurunan kadar kolesterol yang tertinggi. Selain itu, hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa persentase penurunan kadar kolesterol dari kitosan 150 kGy berbeda secara bermakna dengan kitosan 0, 50, dan 100 kGy. Kata kunci : kitosan, kolesterol, iradiasi gamma, derajat deasetilasi, berat molekul, penurunan kolesterol, in vitro
vi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ABSTRACT
Name
:
Melia Puspitasari
Program Study
:
Pharmacy
Tittle
:
The Effect of Gamma Irradiation on the Ability of Chitosan to Reduce Cholesterol Level In Vitro
Chitosan is the second largest natural biopolymer in nature after cellulose which is produced from shrimp shell waste. The degree of deacetylation and molecular weight of chitosan is the main parameters that affect the characteristics of chitosan. The previous study reported that the chitosan had in vitro hipokolesterolemia activity. The initial screening test of the effect of gamma irradiation on the activity of chitosan in lowering cholesterol levels in vitro has been conducted. The purpose of this research is to determine the effect of gamma irradiation on the degree of deacetylation of chitosan, viscosity average molecular weight (Mv) of chitosan, and cholesterol lowering activity. The results showed that the degree of deacetylation of non-irradiated chitosan is 96.658% and irradiated chitosan is 94.073%. Radiation also caused a decrease in the viscosity molecular weight (Mv) of chitosan which the greater doses of radiation produce the lower viscosity molecular weight chitosan. In this experiment the cholesterol lowering activity of unirradiated and irradiated chitosan in three irradiation doses 50, 100, and 150 kGy. Cholesterol lowering activity was tested in vitro using Rudel-Morris and Zak (FeCl3-H2SO4) method. Absorbance of cholesterol which is not bound to chitosan was measured using Uv-Vis spectrophotometer. The results of this study showed that the reduction average percentage in cholesterol levels of chitosan 0 kGy, 50 kGy, 100 kGy and 150 kGy respectively is 5,10%; 15,14%; 31,02%; and 42,62%. Based on the binding ability of cholesterol by chitosan, chitosan 150 kGy had the highest cholesterol-lowering activity. Moreover, the statistical analysis ANOVA showed that the percentage in cholesterol level of chitosan irradiated with 150 kGy has the significant differences with chitosan 0, 50, and 100 kGy. Keyword : chitosan, cholesterol, gamma irradiation, degree of deacetylation, molecular weight, cholesterol lowering activity, in vitro
vii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil`alamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat serta kita sebagai umatnya. Penulisan skripsi yang berjudul “Efek Iradiasi Gamma Terhadap Kemampuan Kitosan Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Secara In Vitro” bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Dr. Darmawan Darwis., Apt dan Yardi Ph.D, Apt sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan, ilmu, bimbingan, waktu, tenaga, dan dukungan kepada penulis. 2. Prof. Dr. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. Umar Mansur, M.Sc selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Seluruh dosen di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu pengetahuan yang telah diberikan kepada saya. 5. Kedua orang tua, ayahanda M. Soleh dan ibunda tercinta Ayati yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tidak pernah putus dan dukungan baik moril maupun materil. 6. Kakak-kakak dan keponakan tersayang Maryati, Ayanih, Hasanudin, Arif, Haerudin Hidayat, Asep Syaiful, Lina, Ike, dan Silvi yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat, dan dukungan baik moril maupun materi sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. 7. Seluruh keluarga besar Prodi Farmasi FKIK yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan untuk melakukan penelitian serta dukungan yang viii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
amat besar. 8. Ibu Dewi, Ibu Susi, Ibu Ayu, Ibu Ilin, dan Ibu Yoyoh yang telah membantu dan memberikan masukan kepada penulis selama penelitian di BATAN. Serta seluruh keluarga
besar Staf BATAN yang
telah
memberikan
kesempatan dan kemudahan untuk melakukan penelitian serta bantuan dan dukungan yang amat besar. 9. Sahabat-sahabatku tercinta “Ngocol” Zakiya Kamila. M, Fathmah Syafiqoh, Jaga Paramudita, Diah Azizah, Dias Prakatindih, Syarifatul Mufidah, Desi Syifa, dan Afifah Nurul Izzah atas kebersaaman, persaudaraan, bantuan, semangat, motivasi dan dukungan sejak awal perkuliahan sampai saat ini. 10.Teman –
teman Farmasi
2010
Andalusia atas persaudaraan dan
kebersamaan kita selama di bangku perkuliahan. 11.Seluruh laboran Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu mempersiapkan alat dan bahan selama penelitian. 12.Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu saran serta kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu saya dalam penelitian ini. Amiin Ya Rabbal’alamiin.
Ciputat, 23 September 2014 Penulis
ix
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Melia Puspitasari
NIM
: 1110102000065
Program Studi : Farmasi Fakultas
: Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya
: Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul : EFEK IRADIASI GAMMA TERHADAP KEMAMPUAN KITOSAN DALAM MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL SECARA IN VITRO untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat Pada Tanggal : 23 September 2014 Yang Menyatakan,
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL................................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................
v
ABSTRAK...............................................................................................
vi
ABSTRACT.............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR.............................................................................
viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.........
x
DAFTAR ISI ...........................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL...................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................
xvi
DAFTAR ISTILAH................................................................................. xviii BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................
1
1.1.
Latar Belakang.....................................................................
1
1.2.
Rumusan Masalah................................................................
4
1.3.
Tujuan..................................................................................
4
1.4.
Manfaat................................................................................
4
1.5
Hipotesis..............................................................................
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................
6
2.1.
2.2.
Kitosan...............................................................................
6
2.1.1 Definisi Kitosan dan Proses Pembuatan Kitosan.....
6
2.1.2 Karakteristik Kitosan................................................
8
2.1.3 Manfaat Kitosan........................................................
9
2.1.4 Kitosan sebagai Antikolesterol.................................
10
Kolesterol...........................................................................
10
2.2.1 Definisi Kolesterol....................................................
10
2.2.2 Fungsi Kolesterol......................................................
11
2.2.3 Lipoprotein................................................................
12
xi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2.4 Hiperkolesterolemia..................................................
13
2.2.5 Antilipemika..............................................................
14
Radiasi...............................................................................
15
2.3.1 Definisi Radiasi.........................................................
15
2.3.2 Macam-macam Radiasi.............................................
16
2.4.
Spektrofotometer UV-Vis.................................................
17
2.5.
Metode Perhitungan Berat Molekul Viskositas Kitosan...
19
2.6.
Uji In Vitro Penurunan Kadar Kolesterol.........................
20
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
21
2.3.
3.1.
Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................
21
3.2.
Alat dan Bahan..................................................................
21
3.2.1 Alat ..........................................................................
21
3.2.2 Bahan .......................................................................
21
3.2.2.1 Bahan Uji......................................................
21
3.2.2.2 Bahan Kimia.................................................
21
Prosedur Penelitian ...........................................................
22
3.3.1 Sampel Kitosan.........................................................
22
3.3.2 Iradiasi Kitosan.........................................................
22
3.3.3 Perhitungan Derajat Deasetilasi................................
22
3.3.4 Pengukuran Berat Molekul Viskositas Kitosan........
22
3.3.5 Pengujian Penurunan Kadar Kolesterol In Vitro.......
24
3.3.5.1 Pembuatan Reagen FeCl3..............................
24
3.3.5.2 Pembuatan Asam Asetat 1%.........................
24
3.3.5.3 Pembuatan Larutan Baku Kolesterol Etanol.
24
3.3.5.4 Pembuatan Kurva Standar............................
24
3.3.5.5 Pengukuran Kadar Kolesterol.......................
25
3.3.5.6 Analisa Data..................................................
26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................
27
3.3.
4.1
Sampel Kitosan dan Iradiasi Kitosan.................................
27
4.2
Penetapan Derajat Deasetilasi Kitosan .............................
28
4.3
Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan............................
30
4.4
Pengujian Penurunan Kadar Kolesterol Secara In Vitro....
33
xii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.5
Analisa Stratistik................................................................
38
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN..................................................
40
5.1
Kesimpulan........................................................................
40
5.2
Saran..................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
41
LAMPIRAN ...........................................................................................
45
xiii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Derajat Deasetilasi dari Kitosan 0 dan 75 kGy............................................................................................
29
Tabel 4.2. Waktu Rata-Rata Tiap Konsentrasi Larutan..............................
30
Tabel 4.3. Viskositas Spesifik dari Berbagai Dosis Radiasi.......................
31
Tabel 4.4. Viskositas Instrinsik dan Berat Molekul Viskositas (Mv)........
32
Tabel 4.5. Tabel Hasil Perhitungan Penurunan Kadar Kolesterol Oleh Kitosan Non Iradiasi dan Hasil Iradiasi..................................
36
Tabel 4.6. Nilai Persen Rata-Rata Penurunan Kadar Kolesterol oleh Kitosan....................................................................................
xiv
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1. Perbedaan Struktur Kimia Kitin dan Kitosan........................
6
Gambar 2.2. Deasetilasi Kitin Menjadi Kitosan.........................................
7
Gambar 2.3. Struktur Kimia Kolesterol......................................................
11
Gambar 4.1. Pemutusan Rantai Kitosan Pada Ikatan 1,4-β-glikosida.......
28
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Dosis Radiasi dengan Berat Molekul Viskositas (Mv) Rata-Rata Kitosan......................................
32
Gambar 4.3. Struktur Kimia Kolesterol......................................................
33
Gambar 4.4. Kurva Standar Larutan Kolesterol.........................................
35
Gambar 4.5. Persentase Penurunan Kadar Kolesterol oleh Kitosan Non Iradiasi dan Hasil Iradiasi.....................................................
36
Gambar 4.6. Simulasi Pengikatan Molekul Kolesterol-Kitosan.................
38
xv
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Kerangka Penelitian ................................................................
45
Lampiran 2. Skema Pengukuran Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan..
46
Lampiran 3. Skema Uji In Vitro Aktivitas Penurunan Kadar Kolesterol................................................................................
47
Lampiran 4. Perhitungan Pembuatan Buffer Asetat....................................
48
Lampiran 5. Perhitungan Derajat Deasetilasi (DD) Kitosan........................
49
Lampiran 6. Spektrum 1H NMR Kitosan 0 kGy dan 75 kGy......................
50
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Waktu Rata-Rata Larutan Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy pada Tiap Konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3 %, dan 0,4%............................................................................
54
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Viskositas Spesifik (ƞsp) Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy pada Tiap Konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3 %, dan 0,4%............................................................................
55
Lampiran 9. Nilai Viskositas Intrinsik [ƞ] Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy pada Masing-masing Konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3 %, dan 0,4%.................................................................................
57
Lampiran 10. Grafik Penentuan Nilai Viskositas Instrinsik [η]..................
59
Lampiran 11. Penentuan Berat Molekul Viskositas Rata-Rata (Mv) Kitosan..................................................................................
62
Lampiran 12. Kurva Standar........................................................................
63
Lampiran 13. Nilai Absorbansi Larutan Uji Kitosan...................................
64
Lampiran 14. Contoh Perhitungan Kadar Kolesterol Akhir (ppm) (B).......
65
Lampiran 15. Penentuan Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Oleh Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy..........................................
65
Lampiran 16. Contoh Perhitungan Analisis Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Terhadap Kitosan 0 kGy.....................................
66
Lampiran 17. Hasil Uji Statistik Persen Penurunan Kolesterol Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy...........................................................
66
Lampiran 18. Gambar Alat dan Bahan Penelitian.......................................
70
xvi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 19. Gambar Kitosan Sebelum dan Sesudah Radiasi....................
70
Lampiran 20. Gambar Penentuan Waktu Alir Larutan dengan Viskometer Ostwald.................................................................................
71
Lampiran 21. Gambar Pengujian Penurunan Kadar Kolesterol secara In Vitro......................................................................................
xvii
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISTILAH
ANOVA
: Analysis of Variance
BM
: Berat Molekul
BNT
: Beda Nyata Terkecil
DD
: Degree of Deacetylation (Derajat Deasetilasi)
HDL
: High-density lipoprotein
kGy
: kiloGray
LDL
: Low-density lipoprotein
LSD
: Least Significant Difference
Mv
: Viscosity Average Molecular Weight
NMR
: Nuclear Magnetic Resonance
TG
: Trigliserida
UV-Vis
: Ultraviolet- Visible
xviii
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Seiring dengan semakin modernnya kehidupan, manusia dituntut untuk serba cepat dalam aktivitasnya. Hal ini menyebabkan sebagian masyarakat cenderung mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) yang banyak mengandung lemak. Jika tidak diiringi dengan olahraga yang cukup, hal ini dapat mengakibatkan munculnya timbunan lemak dalam tubuh, terutama kolesterol. Salah satu penyakit akibat perubahan gaya hidup tersebut adalah hiperkolesterolemia. Tingginya kadar kolesterol dalam darah juga menyebabkan resiko terjadinya aterosklerosis yang merupakan faktor utama penyebab penyakit jantung koroner yang merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO, pada tahun 2005 sekitar 7,6 juta jiwa meninggal dunia akibat penyakit jantung koroner (Ridwan, 2002). Karena itu, perlu dicarikan pemecahan dengan pendekatan ke arah pencegahan dan peningkatan kualitas hidup. Beberapa obat sintesis yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol antara lain derivat asam fibrat, pengikat asam empedu, penghambat HMG-CoA reduktase, dan asam nikotinat (Tjay, 2007). Pada umumnya, obat sintesis lebih efektif dalam menurunkan kadar lipid plasma darah, namun memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain harganya mahal dan efek samping yang ditimbulkan oleh senyawa tersebut menimbulkan kecemasan
dan
ketidaknyamanan
dalam
pengobatan.
Kondisi
ini
menyebabkan sebagian masyarakat memilih bahan yang berasal dari alam sebagai cara pengobatan dengan harga yang terjangkau, mudah dan resiko efek samping yang lebih ringan (Aji et al., 2009). Salah satu bahan alam yang belum banyak dieksplorasi di Indonesia adalah kekayaan alam yang berasal dari perairan, padahal Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Wilayah perairan Indonesia juga merupakan sumber hewan invertebrata laut berkulit keras (Crustacea) yang mengandung kitin secara berlimpah. Udang adalah salah satu komoditas penghasil kitin yang 1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
merupakan komoditas ekspor yang dapat diandalkan sebagai sektor perikanan di Indonesia yang saat ini mengalami peningkatan produksi, baik usaha penangkapan di alam maupun hasil budidaya dengan tambak udang. Selama tahun 2010-2011 potensi budidaya udang rata-rata meningkat sebesar 6,10 %. Statistik Kelautan & Perikanan melaporkan pada tahun 2011, Indonesia memproduksi udang dengan total 400.388 ton. Dari total produksi tersebut, 75% nya digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Udang umumnya diekspor hanya bagian daging dalam bentuk beku tanpa kepala dan kulit. Dari proses pengupasan udang menyisakan kulit udang yang bisa mencapai 6070% dari berat total udang (Darmawan et al., 2007). Hasil pengupasan udang tersebut dianggap sebagai limbah yang belum termanfaatkan secara baik dan berdaya guna. Salah satu alternatif upaya pemanfaatan limbah cangkang udang menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi adalah dengan mengekstraksi senyawa kitin yang terdapat di dalamnya, lalu dengan proses deasetilasi kitin diolah menjadi kitosan, karena kitosan mempunyai karakteristik fisika kimia yang lebih baik dibandingkan dengan kitin (Rinaudo, 2006). Kitosan memiliki gugus amina bebas yang membuat polimer ini bersifat polikationik, sehingga polimer ini potensial untuk diaplikasikan dalam pengolahan limbah, obat-obatan, dll (Shahidi et al., 1999). Kitosan mempunyai karakteristik fisik, biologi dan kimiawi yang baik sehingga telah diizinkan sebagai bahan tambahan pangan di Jepang sejak 1983 dan Korea sejak 1995 (Yogeshkumar N et al., 2013). Berdasarkan SK Badan POM RI No. HK. 00.05.52.6581 tahun 2007, kitosan diperbolehkan untuk digunakan pada produk pangan di Indonesia. Mengingat sifat-sifatnya yang baik itulah, maka dalam 20 tahun terakhir kitosan menjadi perhatian yang besar dari para peneliti. Sejak dua dekade yang lalu, PAIR BATAN telah berhasil mengisolasi kitin dari limbah kulit udang dan mendeasetilasi kitin menjadi kitosan. Bahan kitosan ini telah digunakan di bidang pertanian, selain itu kitosan juga dapat digunakan di bidang farmasi dan kesehatan, antara lain sebagai antidiabetes mellitus, antihiperkolesterolemia, antijamur, dan bahan baku teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3
farmasi (Liu et al., 2008). Salah satu studi mengenai efek hipokolesterolemia oleh kitosan dikemukakan oleh Liu et al., (2008). Penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kitosan dengan derajat deasetilasi yang sama menghasilkan kapasitas pengikatan kolesterol yang meningkat secara in vitro seiring penurunan berat molekul. Hal ini diperkirakan bahwa berat molekul dari kitosan berpengaruh terhadap efek hipokolesterolemia. Penelitian secara in vitro telah menunjukkan bahwa bila kitosan dicampur dengan kolesterol akan terjadi reaksi pengikatan antara kitosan dengan kolesterol (Hawab, 2002). Terikatnya molekul kolesterol oleh kitosan diharapkan dapat mengurangi masuknya kolesterol berlebih ke dalam peredaran darah. Berat molekul dan derajat deasetilasi sangat berpengaruh terhadap kemampuan kitosan dalam aplikasinya. Salah satu metode untuk mengurangi berat molekul kitosan dapat dilakukan dengan cara iradiasi gamma pada kitosan yang dapat menyebabkan terjadinya pemutusan rantai molekul kitosan sehingga menghasilkan kitosan dengan rantai molekul yang lebih pendek dan iradiasi juga dapat berguna sebagai proses sterilisasi kitosan tersebut. Teknologi radiasi memiliki beberapa keunggulan yaitu iradiasi dapat dilakukan pada suhu kamar, tidak meninggalkan residu kimia seperti pada proses kimia dan enzimatik, dan ramah lingkungan. Iradiasi juga tidak menyebabkan bahan yang diiradiasi tersebut menjadi radioaktif dan juga tidak menyebabkan toksik, sehingga obat yang dihasilkan dapat dikonsumsi dengan aman (Pusat Diseminasi Iptek Nuklir). Dari uraian diatas perlu adanya penelitian untuk meneliti efek kitosan (produk BATAN) non iradiasi dan hasil iradiasi terhadap pengaruh penurunan kadar kolesterol secara in vitro dengan menggunakan metode kolorimetri dari Rudel-Morris dan Zak yang merupakan skrining awal untuk mengetahui aktivitas tersebut.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah
pengaruh
iradiasi
gamma
terhadap
derajat
deasetilasi dan berat molekul kitosan? 2. Apakah kitosan yang telah diiradiasi memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar kolesterol secara in vitro? 3. Apakah ada perbedaan kemampuan penurunan kadar kolesterol dari kitosan hasil iradiasi dengan kitosan tanpa iradiasi?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh iradiasi gamma terhadap derajat deasetilasi dan berat molekul kitosan. 2. Mengetahui apakah kitosan yang telah diiradiasi memiliki kemampuan dalam menurunkan kadar kolesterol secara in vitro. 3. Mengetahui perbedaan kemampuan kitosan iradiasi dengan kitosan tanpa iradiasi dalam menurunkan kadar kolesterol.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi ilmiah bagi peneliti tentang aktivitas kitosan iradiasi dan kitosan tanpa iradiasi dalam menurunkan kadar kolesterol. 2. Memanfaatkan sumber daya alam yang belum terolah. 3. Sebagai pengetahuan dalam bidang ilmu kimia bahan alam dan bidang industri farmasi dalam upaya pengembangan obat antikolesterol yang dihasilkan dari kitosan non iradiasi atau hasil iradiasi.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5
1.5
Hipotesis Kitosan hasil iradiasi yang diproduksi oleh BATAN mempunyai aktivitas penurunan kadar kolesterol dilihat dari kemampuannya dalam mengikat kolesterol.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kitosan
2.1.1 Definisi Kitosan dan Proses Pembentukan Kitosan Kitosan
(poli-β-(1,4)-D-glukosamin)
merupakan
polimer
karbohidrat yang diturunkan dari deasetilasi kitin yang merupakan biopolimer alami yang berlimpah setelah selulosa (No H.K, 2007). Kitin (poli-β-(1,4)-N-asetil-D-glukosamin)
merupakan
penyusun
utama
eksoskeleton dari hewan air golongan crustacea seperti kepiting dan udang. Kulit udang mengandung protein (25%-40%), kalsium karbonat (45%-50%), dan kitin (15%-20%), tetapi besarnya kandungan komponen tersebut tergantung pada jenis udangnya. Kitosan tersusun oleh monomer 2-amino-2-deoksi-D-glukosa dengan ikatan glikosida pada posisi β(1,4) sehingga kitosan merupakan polimer rantai panjang glukosamin dengan rumus molekul (C6H11NO4)n. Kitin dan kitosan memiliki struktur yang mirip dengan selulosa. Perbedaannya terletak pada posisi C2 dimana pada kitin posisi C2 adalah gugus asetamida, sedangkan pada kitosan posisi C2 adalah gugus amina (Kim, 2011).
NHCOCH3
NH2
Gambar 2.1 Perbedaan Struktur Kimia Kitin dan Kitosan [Sumber : Kim, 2011]
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
7
Kitosan dibentuk melalui proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Demineralisasi dilakukan dengan menggunakan larutan asam encer yang bertujuan untuk menghilangkan mineral yang terkandung dalam bahan baku. Deproteinasi dilakukan dengan menggunakan larutan basa encer untuk menghilangkan sisa-sisa protein yang masih terdapat dalam bahan baku. Dan deasetilasi untuk menghilangkan gugus asetil (Kim, 2011). Proses deasetilasi (penghilangan gugus asetil) kitin menjadi kitosan dapat dilakukan secara kimiawi maupun enzimatis. Secara kimiawi, deasetilasi kitin dilakukan dengan penambahan NaOH, sedangkan secara enzimatis digunakan enzim kitin deasetilase (Kim, 2011). Deasetilasi adalah proses pemutusan gugus asetil dari glukosamin, derajat deasetilasi menunjukkan banyaknya gugus asetil yang putus dari gugus glukosamin dan jumlah presentase dari gugus amino pada struktur polimer. Semakin besar derajat deasetilasi maka semakin banyak pula kitosan yang terbentuk dari kitin, sehingga lebih mudah larut dalam asam encer. Deasetilasi kitin akan menghilangkan gugus asetil dan menyisakan gugus amino yang bermuatan positif, sehingga kitosan bersifat polikationik (Shahidi et al., 1999). Proses lepasnya gugus asetil (deasetilasi) dari bentuk kitin menjadi kitosan dapat diamati dalam Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Deasetilasi Kitin Menjadi Kitosan [Sumber: Darmanto, 2010/2011]
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
2.1.2 Karakteristik Kitosan Secara umum kitosan mempunyai bentuk fisik berupa padatan amorf berwarna putih dengan struktur kristal yang tidak berubah dari bentuk kitin. Kitosan mempunyai karakteristik kimia dan biologi sebagai berikut (Dutta, 2004): Karakteristik Kimia :
Memiliki gugus amino reaktif
Memiliki gugus hidroksil reaktif
Mampu mengkelat logam-logam transisi
Karakteristik Biologi :
Biokompatibel (polimer alami, biodegradabel didalam tubuh manusia, aman, dan tidak toksik)
Mampu berikatan dengan sel mamalia dan mikroba dengan kuat
Mempercepat pembentukan osteoblas yang bertanggung jawab untuk pembentukan tulang
Hemostatik
Fungistatik dan spermisid
Antitumor dan antikolesterol Dua faktor utama yang menjadi ciri dari kitosan adalah viskositas
atau berat molekul dan derajat deasetilasi. Oleh sebab itu, pengendalian kedua parameter tersebut dalam proses pengolahannya akan menghasilkan kitosan dengan berbagai karakteristik yang dapat diaplikasikan di berbagai bidang. Derajat deasetilasi dapat didefinisikan sebagai rasio gugus asetamida dan gugus amino, dan menunjukkan sejauh mana proses deasetilasi berjalan. Derajat deasetilasi dan berat molekul berperan penting dalam kelarutan kitosan (Shahidi et al., 1999). Metode untuk menganalisis DD antara lain dengan cara titrasi, HPLC, IR, 1H NMR, dan
13
C NMR.
Kitosan berbentuk spesifik dan mengandung gugus amino dalam rantai utamanya. Kitosan adalah gula yang unik, karena polimer ini mempunyai gugus amin bermuatan positif, sedangkan polisakarida lain umumnya bersifat netral atau bermuatan negatif (Czechowska-Biskup, 2012). Gugus amin kitosan dapat berinteraksi dengan muatan negatif suatu molekul UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
9
seperti asam lemak dan asam empedu (Aranaz et al., 2009). Nitrogen pada gugus amin kitosan berfungsi sebagai donor elektron dalam pengikatan selektif logam tertentu. Kitosan larut dalam asam asetat, asam laktat, asam malat, asam format dan suksinat. Kitosan mempunyai kelarutan yang lebih baik daripada kitin. Suatu molekul dikatakan kitosan bila menghasilkan derajat deasetilasi (DD) dengan kisaran DD mencapai 60-100% (Yogeshkumar N, 2013). Kitosan menunjukkan sifat-sifat polimer biomedis misalnya nontoksik, biokompatibel, dan biodegradabel. Kitosan memiliki tiga tipe gugus fungsional reaktif, yaitu sebuah gugus amino serta dua gugus hidroksil yang masing-masing berada pada posisi C-2, C-3 dan C-6. Modifikasi kimiawi dari ketiga gugus ini menyebabkan kitosan memiliki banyak kegunaan untuk diaplikasikan pada berbagai bidang baik pertanian, kesehatan, dan lain-lain (Shahidi et al., 1999). Sifat-sifat kitosan seperti kelarutan, bobot molekul yang relatif besar, dan juga viskositas yang tinggi menyebabkan kendala dalam aplikasinya. Oleh karena itu dibutuhkan turunan kitosan yang lebih mudah larut air dan viskositas yang rendah. Sifat-sifat tersebut dimiliki oleh oligomer dari kitosan (oligokitosan). Oligokitosan merupakan senyawa hasil hidrolisis kitosan, baik secara kimiawi (dengan asam kuat), secara enzimatis (dengan enzim kitosanase), dan menggunakan iradiasi.
2.1.3 Manfaat Kitosan Banyak sekali potensi kitosan yang sudah banyak diteliti, mulai dari pangan, mikrobiologi, kesehatan, pertanian, dan sebagainya. Mengingat kitosan mempunyai gugus amin yang reaktif dan gugus hidroksil yang banyak serta kemampuannya membentuk gel maka kitosan dapat
berperan
sebagai
komponen
reaktif,
pengkelat,
pengikat,
pengabsorbsi, penstabil, pembentuk film, penjernih, plokulan, koagulan (Shahidi et al., 1999). Aplikasi kitosan dalam bidang pangan salah satunya yaitu sebagai makanan berserat sehingga dapat meningkatkan massa feses, menurunkan respon glisemik dari makanan, dan menurunkan kadar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
kolesterol. Dalam bidang kesehatan dapat berperan sebagai antibakteri, antihiperkolesterolemia, antikoagulan dalam darah, pengganti saluran darah, anti tumor (penggumpal) sel-sel leukimia (Aranaz et al., 2009). Kitosan telah digunakan secara luas di industri makanan, kosmetik, kesehatan, farmasi dan pertanian serta pada pengolahan air limbah. Di industri makanan, kitosan dapat digunakan sebagai suspensi padat, pengawet, penstabil warna, penstabil makanan, bahan pengisi, pembentuk gel, tambahan makanan hewan dan sebagainya (Aranaz et al., 2009). 2.1.4 Kitosan sebagai Antikolesterol Kitosan dapat digunakan sebagai obat antikolesterol. Kitosan mampu menurunkan kolesterol
LDL (kolesterol jahat) sekaligus
meningkatkan komposisi perbandingan kolesterol HDL (kolesterol baik) terhadap LDL, sehingga peneliti Jepang menyebutnya hypocholesteromic agent yang efektif, karena mampu menurunkan kadar kolesterol darah tanpa
efek
samping.
Kitosan
mempunyai
potensi
sebagai
hipokolesterolemik yang tinggi, dalam saluran pencernaan, senyawa ini berinteraksi dengan lemak membentuk misela atau emulsifikasi lipid pada fase absorbsi (Deuchi et al., 1994). Kitosan dapat menyerap 97% lemak tubuh yang dianggap lebih unggul dibandingkan jenis polimer lain seperti selulosa, karagenan, agar-agar, dan lain–lain. Knorr (1984) menyatakan bahwa kitosan merupakan senyawa yang tidak beracun sebagai unsur serat makanan
dan
dapat
menurunkan
kadar
kolesterol.
Aktivitas
hipokolesterolemia dari kitosan menghasilkan efek yang lebih baik ketika derajat deasetilasinya tinggi (90%), sehingga menghasilkan ikatan elektrostatik yang lebih kuat antara kitosan dan substansi anion seperti asam lemak dan asam empedu (Liu et al.,2008)
2.2
Kolesterol
2.2.1 Definisi Kolesterol Kolesterol (C27H45OH) (Yun.: chole = empedu, stereos = padat) adalah zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumus steroida, seperti banyak senyawa alamiah lainnya. Kolesterol merupakan bahan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11
bangun esensial bagi tubuh untuk sintesa zat-zat penting, seperti membran sel dan bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon kelamin dan anak-ginjal, vitamin D serta asam empedu (Tjay, 2007). Kolesterol sebagian besar disintesiskan oleh hati dan sebagian kecil diserap dari diet. Kolesterol merupakan produk khas dari metabolisme hewan dan oleh karenanya terdapat dalam makanan yang berasal dari hewan seperti daging, hati, otak dan kuning telur. Keberadaan kolesterol dalam pembuluh darah yang kadarnya tinggi akan membuat endapan/kristal lempengan yang akan mempersempit/menyumbat pembuluh darah. Kadar kolesterol didalam darah adalah dibawah 200 mg/dl. Apabila melampaui batas normal maka disebut sebagai hiperkolesterolemia (Tjay,2007). Sintesa. Dalam keadaan normal hati melepaskan kolesterol ke darah sesuai kebutuhan. Tetapi bila diet mengandung terlampau banyak kolesterol atau lemak hewani jenuh maka kadar kolesterol darah akan meningkat (Tjay, 2007).
Gambar 2.3 Struktur Kimia Kolesterol [Sumber: www.chemicalbook.com]
2.2.2 Fungsi Kolesterol Fungsi kolesterol dalam tubuh antara lain merupakan zat essensial untuk membran sel tubuh, merupakan bahan pokok untuk pembentukan garam empedu yang diperlukan untuk proses pencernaan lemak atau minyak, dan merupakan bahan baku untuk membentuk hormon steroid, misalnya: progesteron dan estrogen pada wanita, testosteron pada pria, kortikosteroid dan lain-lain. Kolesterol merupakan komponen penting
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12
untuk pembentukan membran sel dan disintesis di seluruh jaringan, tetapi 90% disintesis dalam sel mukosa usus dan hepatosit (Tjay, 2007). Kolesterol yang disintesa diubah menjadi jaringan, hormon dan vitamin yang kemudian beredar ke dalam tubuh melalui darah. Namun demikian, kolesterol ada yang kembali ke hati untuk diubah menjadi asam empedu dan garam. Linder (1992) menyatakan bahwa orang dewasa ratarata membutuhkan 1.1 gram kolesterol untuk kebutuhan tubuhnya. Dari jumlah itu, 25-40% atau 200-300 mg secara normal berasal dari makanan dan selebihnya dari endogen (biosintesis) terutama oleh hati kemudian oleh usus kecil. Kadar kolesterol normal dalam plasma pada orang dewasa normal sebesar 120-220 mg/dl. Biasanya kadar kolesterol yang melebihi batas ini dianggap sebagai hiperkolesterolemia.
2.2.3 Lipoprotein Kolesterol bersifat tidak larut dalam air sehingga diperlukan suatu alat transportasi untuk beredar dalam darah yaitu apoprotein yang merupakan salah satu jenis protein. Kolesterol akan membentuk kompleks dengan apoprotein sehingga membentuk suatu ikatan yang disebut lipoprotein. Lipoprotein adalah jenis lipid plasma yang bersifat hidrofobik. Secara umum lipoprotein yang dikenal yaitu HDL, LDL, chyclomicron, VLDL, tetapi dua jenis liporpotein utama yaitu HDL dan LDL (Tjay, 2007). Lipoprotein jenis pertama adalah lipoprotein dengan densitas tinggi atau High-density lipoprotein (HDL) dikenal sebagai kolesterol baik, berperan dalam membawa kolesterol dalam darah dari jaringan tubuh kembali ke hati untuk dieliminasi. Kadar HDL yang tinggi dalam darah adalah kondisi yang baik bagi tubuh. Apabila kadar HDL rendah (< 40) dalam darah, maka hal ini dapat memicu terjadinya pembentukan plak pada arteri jantung, serangan jantung dan kematian kardiovaskular. Lipoprotein jenis kedua adalah lipoprotein dengan densitas rendah atau Low-density lipoprotein (LDL) dikenal sebagai kolesterol jahat. LDL merupakan pemicu terjadinya pembentukan plak pada arteri, serangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13
jantung dan kematian kardiak. LDL berfungsi mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan tubuh yang membutuhkan (Tjay, 2007).
2.2.4 Hiperkolesterolemia Hiperkolesterolemia
adalah suatu keadaan
tingginya
kadar
kolesterol dalam darah. Ada tiga tingkatan kolesterol dalam serum, yaitu kolesterol serum normal dengan kolesterol total < 200 mg/dl, kolesterol serum tinggi yang dapat menyebabkan kondisi hiperkolesterolemia sedang (240-289 mg/dl) dan kolesterol serum sangat tinggi yang dapat menyebabkan hiperkolesterolemia berat (>290 mg/dl) (Tjay, 2007) Beberapa bahan kimia yang diindikasikan memiliki potensi hipokolesterolemik adalah sitosterol, niasin, vitamin C, vitamin E dan karoten. Adapun mekanisme penurunan kolesterol oleh serat pangan adalah: kolesterol yang disintesa maupun yang berasal dari makanan beredar dalam darah. Sebagian kolesterol akan diubah menjadi asam empedu, masuk ke dalam usus dan berubah menjadi feses, kemudian diekskresikan
ke
luar.
Semakin
banyak
kolesterol
tubuh
yang
diekskresikan melalui empedu, semakin banyak pula kolesterol dikurangi dari darah. Hal inilah yang menyebabkan penurunan kadar kolesterol di dalam darah. Peranan serat pangan adalah meningkatkan produksi asam empedu dan mengeliminasi ke dalam usus untuk diekskresikan sebagai feses. Pengaruh serat pangan terhadap penurunan kadar kolesterol apabila telah terjadi peningkatan kolesterol di dalam darah.
2.2.5 Antilipemika Antilipemika adalah obat yang dapat menurunkan kadar kolesterol dan/atau TG darah yang tinggi. Menurut Tjay (2007) obat-obat tersebut sekarang ini tersedia dalam 4 kelompok utama: a.
Damar penukar anion/pengikat asam empedu: kolestiramin dan kolestipol. Berdaya mengikat asam empedu sehingga sekresi kolesterol ditingkatkan. Khususnya menurunkan LDL-kolesterol (tipe II A) dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14
kolesterol total dengan 8-15%, bersama nikotinat sampai 40% dan bekerja
sinergistis
dengan
penghambat-HMG-CoA
reduktase.
Kombinasi terakhir mampu menurunkan kadar LDL-kolesterol dengan 50-60%. Efek samping dari kolestiramin berupa gangguan lambung-usus, terutama obstipasi. Rasanya tidak enak. Resorpsi dari vit A, D, E, K dapat berkurang. b.
Asam nikotinat dan acipimox terutama menurunkan TG dan VLDL, efeknya terhadap kolesterol total dan LDL lebih ringan. Berhubung efek sampingnya yang tidak nyaman (vasodilatasi pembuluh muka, flushing) dan rasa panas, nyeri kepala, gatal-gatal dan iritasi kulit, juga penglihatan berkurang, khususnya digunakan sebagai obat tambahan pada damar dari fibrat.
c.
Fibrat: klofibrat, simfibrat dan fenofibrat. Berkhasiat menurunkan TG dan VLDL dengan kuat, kolesterol total hanya sedikit. LDL dapat diturunkan pula, sedangkan
HDL dinaikkan sedikit,
kecuali
gemfibrozil yang menaikkan HDL dengan kuat. Singkatnya fibrat meningkatkan kadar HDL (10 %) dan menurunkan kadar LDL dengan 10-15%. Efek samping dari klofibrat yang paling sering berupa gangguan (sementara) saluran cerna, kadang kala nyeri kepala, kantuk, eksanterna, stimulasi nafsu makan, rambut rontok dan impotensi. Semua senyawa fibrat dapat menyebabkan suatu sindroma myositis (radang otot) yang insidensinya lebih meningkat bila pada saat bersamaan menggunakan zat penghambat reduktase. d.
Statin:
lovastatin,
simvastatin,
pravastatin,
atorvastatin,
dan
rosuvastatin. Senyawa
penghambat-reduktase
(HMG-CoA-reductase-
inhibitors) ini berdaya menurunkan sintesa kolesterol endogen dalam hati dan dengan demikian terjadi penurunan kolesterol total dengan kuat, LDL (dengan 30-40%), TG dan VLDL lebih ringan, sedangkan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15
HDL dinaikkan. Dapat dikombinasi dengan damar untuk pengobatan hiperlipidemia yang parah. Efek sampingnya pada umumnya ringan, antara lain nyeri otot (2-11% myopathie) reversibel, yang adakalanya menjadi gangguan otot parah yang disebut rhabdomyolysis. Juga terapi kombinasi senyawa statin lain dan fibrat (mis. fenofibrat - pravastatin) dapat menimbulkan gangguan yang ditandai nyeri dan lemah otot mendadak, gejala-gejala flu dan urin berwarna gelap. Efek samping yang paling sering terjadi dan berupa rasa letih dan nyeri otot, terutama dari bokong dan tungkai atas.
2.3
Radiasi
2.3.1 Definisi Radiasi Proses yang kejadiannya berlangsung tanpa unsur kesengajaan atau tanpa adanya perlakuan khusus disebut radiasi yaitu pancaran energi atau partikel berenergi oleh suatu sumber, misalnya: bentuk mutasi pada tanaman dapat terjadi secara alamiah (spontan) akibat radiasi sinar kosmik di alam. Sedangkan iradiasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk pemakaian radiasi secara sengaja dan terarah atau proses yang kejadiannya berlangsung karena adanya perlakuan khusus terhadap sesuatu obyek yang dilakukan secara disengaja (misalnya untuk tujuan melakukan suatu pengamatan atau penelitian), contoh: bahan makanan yang telah diiradiasi (the irradiated food) dengan sinar gamma dapat menjadi awet dan tidak cepat membusuk ataupun rusak (Leswara, 2005). Proses radiasi saat ini banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti sterilisasi alat-alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, serta digunakan juga untuk diagnosa maupun terapi suatu penyakit yang dalam hal ini digunakan suatu radionuklida. Selain itu radiasi juga dapat berfungsi sebagai salah satu metode untuk memutus bobot molekul suatu senyawa. Proses radiasi adalah metode yang paling menjanjikan, karena prosesnya yang sederhana, dapat dilakukan pada suhu kamar dan tidak ada pemurnian produk yang diperlukan setelah pengolahan. Proses radiasi juga tidak menyebabkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
16
perubahan struktur utama dari suatu senyawa yang diputus berat molekulnya (Chmielewski, 2005).
2.3.2 Macam-macam Radiasi Menurut Leswara (2005) ada tiga jenis radiasi yang sering kali dipancarkan dari inti radioaktif yaitu radiasi alfa, beta, dan gamma. 1.
Partikel Alfa Radiasi alfa terbentuk oleh partikel – partikel zat yang terdiri dari dua proton dan dua neutron. Jadi, partikel alfa sama dengan inti Helium yang kehilangan dua buah elektron. Di dalam udara partikel alfa terdapat dalam rentang kira-kira 5 cm, tetapi di dalam jaringan kurang dari 100µ.
2.
Partikel Beta Radiasi beta ada dua jenis, oleh karena itu kita mengenal dua jenis elektron yaitu negatron (elektron bermuatan negatif) dan positron (elektron bermuatan positif). Positron dan negatron adalah sama, kecuali dalam hal muatannya yaitu +1 dan -1. Elektron – elektron ini dipancarkan dari inti radioaktif yang disebut partikel beta. Partikel beta mempunyai rentang lebih dari 3 meter di dalam udara dan kirakira 1 mm di dalam jaringan.
3.
Radiasi Gamma Radiasi gamma adalah gelombang elektromagnetik sedangkan radiasi alfa dan beta adalah partikel-partikel. Sinar gamma diradiasikan sebagai foton atau kuantum energi dengan kecepatan c = 3,0 x 1010 cm/det. Perbedaan radiasi gamma dengan sinar X dan sinar UV, sinar tampak dan sinar lainnya hanya dalam panjang gelombang atau frekuensinya saja. Sinar gamma bersifat penetrasi yang paling besar diantara radiasi – radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop (kecuali netrino) dan dapat dengan mudah menembus jaringan lebih dari 30 cm dan timbal (Pb) dengan ketebalan beberapa inci. Sinar radiasi yang umumnya digunakan saat ini adalah radiasi sinar gamma. Daya tembus dari sinar gamma memiliki banyak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
17
aplikasi dalam kehidupan manusia, dikarenakan sinar gamma dapat menembus beberapa bahan, dan sinar gamma tidak akan membuatnya menjadi radioaktif. Sejauh ini ada tiga radionuklida pemancar gamma yang paling sering digunakan yakni cobalt-60, cesium-137 dan technetium-99m. 1. Cesium -137 digunakan dalam perawatan kanker, mengukur dan mengontrol aliran fluida pada beberapa proses industri, menyelidiki subterranean strata pada oil wells, dan memastikan level pengisian yang tepat untuk paket makanan, obat – obatan dan produk yang lain. 2. Cobalt-60 bermanfaat untuk: sterilisasi peralatan medis di rumah sakit, pasteurize beberapa makanan dan rempah, sebagai terapi kanker, dan mengukur ketebalan logam dalam stell mills. 3. Tc-99m adalah isotop radioaktif yang paling banyak digunakan
secara
luas
untuk
studi
diagnosa
sebagai
radiofarmaka.
(Technetium-99m memiliki waktu paruh yang lebih singkat). Radiofarmaka ini digunakan untuk mendiagnosa otak, tulang, hati dan juga mampu menghasilkan pencitraan yang dapat digunakan untuk mendiagnosa aliran darah pasien.
2.4
Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Suatu spektrum ultraviolet meliputi daerah bagian ultraviolet (190-380 nm), spektrum Vis (Visible) bagian sinar tampak (380-780 nm) (Gandjar, 2007). Pengukuran dengan alat spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan (diteruskan) atau yang diabsorbsi dengan tebalnya cuplikan dengan konsentrasi dari komponen penyerap.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18
Hubungan tersebut dinyatakan dalam Hukum Lambert-Beer (Gandjar, 2007) : A=a.b. c Keterangan : a
= Daya Serap
b
= Tebal Kuvet
c
= Konsentrasi larutan
A
= Serapan
Instrumentasi dari spektrofotometer UV-Vis ini dapat diuraikan sebagai berikut (Gandjar, 2007): 1. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah spektrum yang mana alat tersebut dirancang untuk beroperasi. 2. Suatu monokromator, yakni sebuah piranti untuk memencilkan pita sempit panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. 3. Suatu wadah untuk sampel (dalam hal ini digunakan kuvet). 4. Suatu detektor, yang berupa transduser yang merubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik. 5. Suatu amplifier (pengganda) dan rangkaian yang merubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik. Syarat-syarat senyawa yang dapat dianalisis menggunakan UV-Vis yaitu : 1) Bahan mempunyai gugus kromofor (UV) 2) Bahan tidak mempunyai gugus kromofor tapi berwarna (Visible) 3) Bahan tidak mempunyai gugus kromofor tidak berwarna, ditambahkan pereaksi warna (Visible) 4) Bahan tidak mempunyai gugus kromofor dibuat turunannya yang mempunyai gugus kromofor (UV).
Menurut Gandjar (2007) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
19
yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna. Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan: a.
Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: Reaksinya selektif dan sensitif Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama
b.
Pembuatan kurva baku Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum LambertBeer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus.
c.
Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
2.5 Metode Perhitungan Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan (Hwang, et al., 1997) Berat
molekul
merupakan
variabel
yang
penting,
sebab
berhubungan langsung dengan sifat-sifat fisika polimer. Pada umumnya polimer dengan berat molekul yang lebih tinggi bersifat lebih kuat. Namun berat molekul yang terlalu tinggi menyebabkan kesukaran dalam memproses polimer tersebut. Metode yang mudah untuk penetapan berat molekul adalah metode viskositas larutan menggunakan alat viskometer dengan cara menghitung perbandingan antara waktu alir larutan polimer terhadap waktu alir pelarut murni. Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan kekentalan suatu larutan polimer. Perbandingan antara UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
20
viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat dipakai untuk menentukan massa molekul nisbi polimer. Keunggulan dari metode ini adalah lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana. Alat yang digunakan adalah Viskometer Ostwald. Berat molekul kitin dan kitosan diukur berdasarkan viskositas instrinsik (ƞ). Sejumlah kitosan dilarutkan dalam 0,05, 0,1, 0,2, dan 0,3 M NaCl/ 0,1 M CH3COOH lalu dimasukkan ke dalam viskometer. Kemudian 10 mL pelarut dimasukkan ke dalam tabung viskometer ostwald dalam media air pada suhu 25°C. Data yang diperoleh dipetakan pada grafik ƞsp/C terhadap C. Viskositas intrinsik adalah titik pada grafik yang menunjukkan nilai C=0. Berat molekul viskositas (Mv) ditentukan berdasarkan persamaan Mark-Houwink yaitu: [ƞ] = kMα Keterangan:
2.6
[ƞ]
= Viskositas intrinsik
M
= Massa molekul (g/mol)
K dan a
= Tetapan khas untuk polimer dan pelarutnya
Uji In Vitro Penurunan Kadar Kolesterol [Rudel-Morris, (1973), Sutioso, (2012), Rao, (1992)] Kemampuan pengikatan kolesterol didasarkan pada pengukuran kolesterol dalam larutan kolesterol-etanol setelah penambahan sediaan uji atau sampel dengan masa inkubasi 60 menit pada suhu 37oC menggunakan metode dari Rudel-Morris dan metode Zak, yaitu penambahan reaksi pewarnaan antara FeCl3 dalam asam asetat glasial dan H2SO4(p) sebagai katalisator. Jumlah kolesterol bebas ditentukan dengan mengukur serapan. Serapan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang tertentu (400-700 nm).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 hingga Agustus 2014 di Laboratorium Bahan Kesehatan, Bidang Proses Radiasi, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), BATAN Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Serta di Laboratorium penelitian 2 (PDR), Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Iradiator gamma IRKA, penangas air (Eyela), inkubator (France Etuves), timbangan analitik (Acculab Bl-210S), spektrofotometer UV-Vis (Hitachi U-2910), viskometer ostwald (Cannon 150 P863), H1 NMR (Jeol JNM ECA-500 MHz), vorteks (Wiggen Hauser), lemari asam, sentrifugator, tabung sentrifus, labu ukur, gelas kimia, batang pengaduk, pipet tetes, spatula, tabung reaksi bertutup, kaca arloji, blender, gelas ukur, mikropipet, pipet gondok dan bulp, alumunium foil, kuvet, stopwatch.
3.2.2 Bahan 3.2.2.1 Bahan Uji Bahan uji yang digunakan adalah kitosan yang diproduksi oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) dan Kolesterol (Sigma). 3.2.2.2 Bahan Kimia Bahan-bahan kimia yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi FeCl3.6H2O (Merck), aquadest, H2SO4(p) (Merck), etanol 95% (pa) (Merck), asam asetat glasial (Merck), D2O, natrium asetat (Merck).
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
22
3.3
Prosedur Penelitian
3.3.1 Sampel Kitosan Kitosan yang akan digunakan yaitu hasil produksi dari BATAN yang sudah tersedia dan telah melalui proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi.
3.3.2 Iradiasi Kitosan Pada proses iradiasi terhadap kitosan, sumber radiasi yang digunakan yaitu menggunakan radiasi gamma
60
Co dengan berbagai dosis
iradiasi. Kitosan dikemas ke dalam tiga plastik klip untuk tiga dosis dan masing-masing diberi label dosis energi radiasi yaitu 50, 100, dan 150 kGy. Kemudian kitosan yang telah dikemas tersebut dimasukkan ke dalam alat iradiator. Iradiasi tersebut dilakukan dengan kecepatan dosis 10 kGy/jam.
3.3.3 Perhitungan Derajat Deasetilasi (Czechowska-Biskup, 2012) Perhitungan derajat deasetilasi (DD) kitosan dengan menggunakan instrument 1H-NMR. Serbuk Kitosan dilarutkan dalam larutan D2O dan asam asetat D2O sampai kitosan larut sempurna, kemudian diinjekkan ke dalam instrument 1H-NMR, lalu dibaca hasilnya.
3.3.4 Pengukuran Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan (Hwang, et al, 1997) a.
Pembuatan 0,2 M Asam asetat Sebanyak 12 g asam asetat dilarutkan dalam 1000 mL aquades.
b.
Pembuatan 0,1 M Natrium asetat Sebanyak 8,2 g Natrium asetat dilarutkan dalam 1000 mL aquades.
c.
Pembuatan Buffer asetat pH 4,3 250 mL Menghitung pH 4,3 untuk mendapatkan volume (mL) asam asetat 0,2 M yang diperlukan yaitu sebanyak 147,2 mL, kemudian hitung volume (mL) natrium asetat yang diperlukan untuk ditambahkan ke dalam asam asetat yaitu sebanyak 102,8 mL. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
23
d.
Pembuatan larutan kitosan 0,1 % dalam larutan Buffer pH 4,3 Sebanyak 0,05 g kitosan dilarutkan dalam 50 mL Buffer pH 4,3.
e.
Pembuatan larutan kitosan 0,2% dalam larutan Buffer pH 4,3 Sebanyak 0,1 g kitosan dilarutkan dalam 50 mL Buffer pH 4,3.
f.
Pembuatan larutan kitosan 0,3% dalam larutan Buffer pH 4,3 Sebanyak 0,15 g kitosan dilarutkan dalam 50 mL Buffer pH 4,3.
g.
Pembuatan larutan kitosan 0,4% dalam larutan Buffer pH 4,3 Sebanyak 0,2 g kitosan dilarutkan dalam 50 mL Buffer pH 4,3.
Semua konsentrasi larutan kitosan dibuat triplo untuk masingmasing kitosan hasil iradiasi (50 kGy, 100 kGy, 150 kGy) dan kitosan non iradiasi, kemudian setelah larutan kitosan dibuat didiamkan terlebih dahulu minimal selama 24 jam dan maksimal 3 hari sebelum digunakan. Setelah itu sebanyak 10 mL pelarut dimasukkan ke dalam tabung ostwald, kemudian tabungnya dimasukkan ke dalam media air (25oC), kemudian larutan dihisap dengan pushball hingga melewati 2 batas dibagian atas viskometer, lalu kendurkan cairan sampai batas pertama lalu mulai perhitungan menggunakan stopwatch (dalam detik) hingga batas kedua. Hasil yang diperoleh dicatat. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Langkah yang sama dilakukan untuk larutan kitosan 0,1 %; 0,2%; 0,3%; dan 0,4% dari kitosan hasil iradiasi dan non iradiasi. Viskositas spesifik dihitung dengan persamaan di bawah ini: ƞsp Dimana ƞsp adalah viskositas spesifik, t2 adalah waktu alir untuk larutan dan t1 adalah waktu alir untuk pelarut. Viskositas intrinsik diperoleh dengan memplotkan hasil ƞsp/C terhadap C. Kemudian berat molekul viskositas kitosan dihitung dengan menggunakan persamaan MarkHouwink: [h ]= k.M α Keterangan: [h]
= Viskositas intrinsik
M
= Masa molekul kitosan (g/mol) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24
k dan α
= Tetapan khas untuk polimer dan pelarutnya
(K= 1.181 x 10-3 dan α = 0.93 pada suhu 250C)
3.3.5 Pengujian Penurunan Kadar Kolesterol secara In Vitro (Rudel and Morris, 1973; Sutioso, 2012; Rao, 1992; Nalole, 2009) 3.3.5.1
Pembuatan Reagen FeCl3 Sebanyak 8,402 gram FeCl3.6H2O dilarutkan dalam 100 mL asam asetat glasial, larutan ini akan tetap stabil hingga beberapa bulan kedepan.
3.3.5.2
Pembuatan Asam Asetat 1% Sebanyak 1 mL Asam Asetat glasial dan ad 100 mL dengan aquades.
3.3.5.3
Pembuatan Larutan Baku Kolesterol Etanol Dibuat larutan induk kolesterol dengan konsentrasi 1000 ppm yaitu dengan cara melarutkan 100,0 mg serbuk kolesterol dalam 100 mL etanol absolut (95%) pada suhu ± 45oC diatas waterbath.
3.3.5.4
Pembuatan Kurva Standar a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λmaks) Dilakukan scanning panjang gelombang dari larutan standar kolesterol dengan konsentrasi 100 ppm dalam labu 5 mL yang diambil dari larutan induk 1000 ppm sebanyak 0,5 mL lalu di ad dengan etanol 95% sampai volum 5 mL, kemudian ditambahkan 2,0 mL reagen FeCl3 kemudian divorteks dan didiamkan selama 10 menit, dan menutup lapisan luar tabungnya dengan alumunium voil untuk melindungi dari cahaya. Lalu masing-masing larutan ditambahkan 1,0 mL H2SO4(p) dan campuran larutan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks, kemudian didiamkan selama 30 menit. Dilakukan pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 400-700 nm.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25
b. Pembuatan Seri Konsentrasi Larutan Baku Kolesterol dan Pengukuran Kurva standar Dari larutan induk kolesterol konsentrasi 1000 ppm dibuat 5 seri konsentrasi yaitu diambil dari larutan induk tersebut sebanyak 0,5; 0,75; 1; 1,25; dan 1,5 mL kemudian dicukupkan volumenya masing-masing hingga 5 mL dengan etanol 95%, sehingga dihasilkan masing-masing larutan dengan konsentrasi 100, 150, 200, 250, dan 300 ppm. Masingmasing larutan tersebut ditambahkan 2,0 mL reagen FeCl3 kemudian divorteks dan didiamkan selama 10 menit, dan menutup lapisan luar tabungnya dengan alumunium voil untuk melindungi dari cahaya. Lalu masing-masing larutan ditambahkan 1,0 mL H2SO4(p) dan campuran larutan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks, kemudian didiamkan selama 30 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum 526 nm sesuai hasil scanning sebelumnya. 3.3.5.5
Pengukuran Kadar Kolesterol Sampel kitosan hasil iradiasi (50 kGy, 100 kGy, 150 kGy) dan non iradiasi masing-masing ditimbang sebanyak 30,0 mg (triplo) lalu masing-masing dilarutkan dengan asam asetat 1% sebanyak 20 tetes, kemudian masing-masing ditambahkan 5 mL larutan kolesterol dengan konsentrasi 300 ppm. Campuran masing-masing larutan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 60 menit, kemudian disentrifus pada 4000 rpm selama 5 menit. Masingmasing kolesterol yang tersisa dalam supernatan diambil (5 mL) dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi bertutup. Masing-masing supernatan tersebut
ditambahkan 2,0 mL reagen FeCl3 kemudian
divorteks dan didiamkan selama 10 menit, dan menutup lapisan luar tabungnya dengan alumunium voil untuk melindungi dari cahaya. Lalu masing-masing larutan ditambahkan 1,0 mL H2SO4(p) dan campuran larutan dihomogenkan dengan menggunakan vorteks, dengan demikian jumlah pengenceran terhadap awal sebanyak 5/6 dan dilanjutkan dengan 5/8, sehingga total pengenceran 5/6 x 5/8 = 25/48. Kemudian didiamkan selama 30 menit dan diukur absorbansinya pada panjang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26
gelombang maksimum 526 nm sesuai hasil scanning sebelumnya. Kurva standar digunakan untuk menentukan konsentrasi kolesterol yang tersisa. Persentase penurunan kadar kolesterol ditentukan dengan rumus : A=
CB X100% C
Keterangan : A = % penurunan kadar kolesterol B = kadar kolesterol akhir dikali pengenceran 48/25 C = kadar kolesterol awal 3.3.5.6
Analisa Data Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Saphiro Wilk untuk melihat distribusi data dan dianalisis dengan uji Levene untuk melihat homogenitas data. Jika data terdistribusi normal dan homogenitas maka dilanjutkan dengan uji Analysis of Variance (ANOVA) satu arah dengan taraf kepercayaaan 95% sehingga dapat diketahui apakah perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak dengan nilai signifikansi (p≤0,05). Jika terdapat perbedaan bermakna, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan metode LSD (Least Significant Difference) (Santoso, 2008).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Sampel Kitosan dan Iradiasi Kitosan Kitosan yang digunakan pada penelitian ini adalah produk yang dihasilkan oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), BATAN. Bahan baku kitosan tersebut berasal dari limbah kulit udang yang telah disortir dan hanya diambil bagian punggungnya saja, karena bagian terbaik dari kulit udang adalah bagian punggung yang lebih mudah diproses. Sedangkan kulit bagian kepala ataupun kaki strukturnya lebih keras sehingga lebih susah diproses, hal tersebut telah dibuktikan oleh pihak BATAN. Kitin dalam cangkang udang terdapat sebagai mukopolisakarida yang berikatan dengan garam-garam anorganik, terutama kalsium karbonat (CaCO3), protein dan lipida termasuk pigmen-pigmen. Oleh karena itu untuk memperoleh kitin dari cangkang udang melibatkan proses-proses seperti pemisahan protein (deproteinasi) dengan menggunakan NaOH 1 N dan pemisahan mineral (demineralisasi) dengan menggunakan HCl 1 N. Sedangkan untuk mendapatkan kitosan dilanjutkan dengan proses deasetilasi (penghilangan gugus asetil) yang dilakukan menggunakan NaOH dengan konsentrasi 50% (b/v) selama 8 jam sambil dipanaskan pada suhu 90oC. Kitosan tersusun oleh monomer 2-amino-2-deoksi-D-glukosa dengan ikatan glikosida pada posisi β(1,4) sehingga kitosan merupakan polimer rantai panjang glukosamin dengan rumus molekul (C6H11NO4)n. Kitin dan kitosan memiliki struktur yang mirip dengan selulosa, sehingga akan menegalami degradasi bila diiradiasi (Kim, 2011). Kitosan yang sudah diproduksi oleh BATAN tersebut kemudian diiradiasi dengan memasukkan kitosan ke dalam alat iradiator gamma IRKA dimana sebelumnya masing-masing kitosan sesuai dosis radiasi dikemas ke dalam plastik klip. Iradiasi dilakukan menggunakan sumber radiasi sinar gamma yang berasal dari sumber radiasi isotop 60Co pada dosis 50, 100, dan 150 kGy dengan kecepatan dosis 10 kGy/jam. Pemilihan dosis tersebut berdasarkan hasil percobaan BATAN sebelumnya bahwa dosis efektif 27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
untuk mendapatkan oligokitosan yaitu 75-100 kGy, begitu juga berdasarkan jurnal Choi (2002) yang mengatakan bahwa dosis radiasi 100 kGy menggunakan iradiasi gamma cukup untuk degradasi kitosan, sehingga dipilih dosis 50, 100, dan 150 kGy. Kitosan yang sudah diiradiasi mengalami pemutusan rantai pada ikatan 1,4β-glikosida, sehingga menghasilkan kitosan iradiasi (oligokitosan) yang mempunyai BM yang lebih rendah dari kitosan tanpa iradiasi. Pemutusan rantai kitosan pada ikatan 1,4-β-glikosida dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.
Gambar 4.1 Pemutusan Rantai Kitosan pada Ikatan 1,4-β-glikosida [Sumber : Kim, 2011]
4.2
Penetapan Derajat Deasetilasi Kitosan Parameter utama yang mempengaruhi karakteristik kitosan adalah derajat deasetilasi dan berat molekul. Derajat deasetilasi adalah persentase banyaknya gugus asetil yang hilang dan berubah menjadi gugus amina. Semakin besar derajat deasetilasi maka semakin banyak pula kitosan yang terbentuk dari kitin, sehingga lebih mudah larut dalam asam encer. Kelarutan ini disebabkan oleh adanya gugus NH2 pada posisi C-2 pada gugus D-Glukosamin. Dengan adanya gugus NH2 tersebut membuat kitosan bersifat polikationik sehingga dapat lebih larut dalam asam serta membuat aplikasi penggunaan kitosan semakin luas. Metode untuk menganalisis DD antara lain dengan cara titrasi, HPLC, IR, 1H NMR, dan
13
C NMR
(Czechowska-Biskup, 2012). Spektroskopi 1H NMR merupakan salah satu metode yang paling akurat untuk mengukur derajat deasetilasi. Derajat deasetilasi dapat dihitung dengan menggunakan integral dari peak proton H1 N-glukosamin, peak proton H1 N-Asetilglukosamin, dan peak dari tiga proton pada gugus asetil (H-Ac). Berikut ini adalah beberapa formula yang dapat digunakan untuk menghitung derajat deasetilasi dari kitosan :
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29
( )
(
( ) ( )
) (
)
(2)
)
(
Keterangan : IH1-GlcN
(1)
(3)
: integral H dari N-Glukosamin
I
H1-GlcNAc : integral H dari N-Asetilglukosamin
1
H-Ac
: integral H dari Asetil
Dapat dilihat pada lampiran 6 menunjukkan bahwa hasil spektrum 1H NMR dari kitosan hasil iradiasi dan non iradiasi. Berdasarkan dengan melihat hasil spektrum tersebut, formula (1) dan (2) tidak dapat digunakan karena peak pada H-Ac mengalami overlapping dengan asam asetat yang digunakan (Lavertu, 2003). Sehingga untuk perhitungan derajat deasetilasi tersebut hanya dapat dihitung dengan menggunakan formula (3). Interpretasi spektrum 1H NMR yang dihasilkan terhadap integral dari peak proton H1 Nglukosamin dan peak proton H1 N-Asetilglukosamin berdasarkan dengan melihat gambar spektrum pada jurnal dari Czechowska-Biskup (2012) yang memperlihatkan bahwa pada daerah sekitar 4-5 ppm terdapat integral spesifik dari peak IH1-GlcN dan IH1-GlcNAc, yaitu daerah sekitar 4,3-4,4 ppm merupakan peak integral dari IH1-GlcNAc dan pada daerah 4,7-4,8 ppm merupakan peak integral dari IH1-GlcN. Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Derajat Deasetilasi dari Kitosan 0 dan 75 kGy Integral Proton
Dosis Radiasi (kGy)
IH1-GlcN
IH1-GlcNAc
Derajat Deasetilasi (%)
0
0,839
0,029
96,658
75
1
0,063
94,073
Pada tabel 4.1 di atas menunujukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara derajat deasetilasi dari kitosan hasil iradiasi dan non UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30
radiasi, hal ini membuktikan bahwa iradiasi tidak menyebabkan pemutusan pada gugus asetilnya (COCH3) akan tetapi pemutusan rantai pada ikatan 1,4-β-glikosida pada kitosan.
4.3
Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan Berat molekul dapat berpengaruh pada sifat fisika polimer seperti kelarutan dan viskositas. Salah satu metode yang mudah untuk penetapan berat molekul rata-rata kitosan adalah metode viskositas larutan menggunakan alat viskometer. Keuntungan metode ini antara lain yaitu lebih cepat, lebih mudah, alatnya murah serta perhitungannya lebih sederhana (Hwang et al., 1997). Prinsip pengukuran menggunakan metode ini adalah dengan cara menghitung perbandingan antara waktu alir larutan polimer terhadap waktu alir pelarut murni yang mengalir melalui pipa kapiler pada jarak tertentu dan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri (Hwang et al., 1997). Pada pengukuran berat molekul viskositas ini dibuat larutan kitosan sebanyak 4 seri konsentrasi untuk masing-masing sampel kitosan, kemudian setelah larutan kitosan dibuat didiamkan terlebih dahulu minimal selama 24 jam berdasarkan pengalaman peneliti dari BATAN sebelumnya, hal ini untuk menyempurnakan kelarutan dari kitosan tersebut, karena kitosan yang baru saja dilarutkan dengan asam biasanya masih terdapat gelembunggelembung pada larutannya. Kemudian setiap konsentrasi larutan uji dihitung waktu alir pada suhu 25oC dengan selisih perubahan suhu ± 0,3oC. Berikut ini hasil pengukuran nilai waktu yang diperoleh pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tabel Waktu Rata-Rata Tiap Konsentrasi Larutan Waktu Rata – Rata (detik)
Dosis Radiasi (kGy)
0,1%
0,2%
0,3%
0,4%
0
78,99
168,86
295,65
497,69
50
51,73
70,42
94,76
126,16
100
38,44
46,18
53,92
62,12
150
37,39
43,25
50,09
57,42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
31
Berdasarkan dari data tabel 4.2 diatas diketahui bahwa semakin tinggi dosis radiasi maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan oleh masingmasing larutan untuk mengalir pada pipa kapiler dengan jarak tertentu. Begitu pula dengan semakin besarnya konsentrasi larutan maka semakin besar pula waktu yang dibutuhkan untuk mengalir. Kemudian hasil yang diperoleh pada tabel diatas diukur viskositas spesifiknya dengan rumus:
Keterangan :
: viskositas spesifik t1
: waktu alir untuk pelarut natrium asetat
T2 : waktu alir untuk larutan uji Berdasarkan rumus diatas untuk menghitung nilai Ƞsp memerlukan nilai t1 (waktu yang dibutuhkan pelarut untuk mengalir pada pipa kapiler) yaitu nilai rata-rata waktu yang didapat sebesar 32,053 detik. Hasil perhitungan viskositas spesifik dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Tabel Viskositas Spesifik dari Berbagai Dosis Radiasi Dosis Radiasi (kGy)
Ƞsp dari Masing-Masing Konsentrasi Larutan 0,1%
0,2%
0,3%
0,4%
0
1,464
4,269
8,225
14,528
50
0,614
1,197
1,957
2,936
100
0,199
0,441
0,682
0,938
150
0,167
0,349
0,563
0,792
Berdasarkan hasil viskositas spesifik pada tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi dosis radiasi maka semakin kecil nilai viskositas spesifik dan sebaliknya nilai viskositas spesifik semakin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan, hal ini menunjukan bahwa semakin besar nilai viskositas spesifik semakin besar pula viskositas dari larutan. Sehingga dilihat dari tabel 4.3 di atas kitosan dengan dosis radiasi 150 kGy memiliki viskositas yang paling kecil dan begitu pula dengan kitosan 0 kGy memiliki viskositas yang paling besar. Nilai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
32
viskositas spesifik yang diperoleh tersebut kemudian dimasukkan dalam grafik Ƞsp/C, sehingga diperoleh nilai viskositas instrinsik yaitu dengan memplotkan hasil Ƞsp/C terhadap C yang menunjukkan nilai C=0, dan hasilnya tertera pada tabel 4.4 dibawah ini. Kemudian berat molekul viskositas rata-rata (Mv) kitosan dihitung dengan menggunakan persamaan Mark-Houwink: [h ]= k.Mv α Keterangan: [h]
= Viskositas intrinsik
M
= Massa molekul kitosan (g/mol)
k dan α
= Tetapan khas untuk polimer dan pelarutnya
(K= 1.181 x 10-3 dan α = 0.93 pada suhu 250C)
Tabel 4.4 Tabel Viskositas Instrinsik dan Berat Molekul Viskositas (Mv) Dosis Radiasi (kGy)
α
K
[Ƞ]
Mv (Da)
0
0,93
1,181x10-3
11,4
19256,405
50
0,93
1,181x10-3
4,9
7767,204
0,93
1,181x10
-3
2,1
3123,135
1,181x10
-3
1,6
2362,672
100 150
0,93
Hubungan dosis radiasi dengan berat molekul viskositas rata-rata
Berat Molekul Viskositas (Da)
(Mv) dapat dilihat dengan jelas pada grafik dibawah ini. 20000 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 0
50
100
150 Dosis Radiasi (kGy)
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Dosis Radiasi dengan Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
33
Berdasarkan pada tabel 4.4 dan grafik di atas dapat dilihat bahwa iradiasi pada kitosan dengan berbagai dosis radiasi mempengaruhi berat molekul viskositas (Mv) pada kitosan. Semakin tinggi dosis radiasi yang digunakan maka semakin kecil berat molekul viskositas (Mv) kitosan yang dihasilkan.
Hal
tersebut
disebabkan
karena
radiasi
pada
kitosan
menyebabkan pemutusan rantai molekul kitosan pada ikatan 1,4-β-glikosida sehingga menjadi kitosan dengan rantai molekul yang lebih pendek. Semakin pendek jumlah rantai polimer pada kitosan maka semakin kecil berat molekulnya. Polimer dengan jumlah rantai panjang mempunyai berat molekul yang besar dan memiliki viskositas yang besar pula. Sehingga berat molekul berbanding lurus dengan viskositas.
4.4
Pengujian Penurunan Kadar Kolesterol secara In Vitro Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumus steroida, seperti banyak senyawa alamiah lainnya. Kolesterol mempunyai gugus hidroksil yang terdapat pada atom C nomor 3, seperti terlihat di bawah ini pada gambar 4.3 yang merupakan struktur kimia kolesterol.
Gambar 4.3 Struktur Kimia Kolesterol [Sumber: www.chemicalbook.com]
Reaksi pengikatan kolesterol oleh kitosan merupakan mekanisme dari metode in vitro untuk mengetahui penurunan kadar kolesterol (Hawab, 2002). Kemampuan pengikatan kolesterol didasarkan pada pengukuran kolesterol dalam larutan kolesterol-etanol setelah penambahan sampel uji
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
34
dengan masa inkubasi 60 menit pada suhu 37o C menggunakan salah satu metode kolorimetri dari Rudel-Morris dan metode Zak, yaitu penambahan reaksi pewarnaan antara FeCl3 dalam asam asetat glasial dan H2SO4(p) sebagai katalisator sehingga terbentuk senyawa berwarna yang kemudian jumlah kolesterol dalam sampel ditentukan dengan mengukur serapan. Serapan diukur menggunakan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang tertentu antara 400-700 nm. Sebelum dilakukan uji in vitro penurunan kadar kolesterol, terlebih dahulu dibuat larutan reagen FeCl3 dalam asam asetat glasial. Proses pencampuran ini dilakukan pada tempat gelap dan menggunakan botol gelap untuk menampung larutan reagen FeCl3 tersebut, dengan tujuan untuk melindungi proses pencampuran dari cahaya. Perlindungan dari cahaya diperlukan karena FeCl3 memiliki sensitivitas terhadap cahaya (Rudel dan morris, 1973). Selanjutnya dilakukan pembuatan larutan kolesterol dalam etanol yang dipanaskan pada suhu 45oC. Hal ini dilakukan karena telah diketahui bahwa kelarutan kolesterol akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu, dan suhu yang optimum untuk melarutkan kolesterol dengan menggunakan pelarut etanol adalah pada suhu 45oC (Baluja et al., 2009). Percobaan ini didahului dengan pengukuran panjang gelombang maksimum pada rentang 400-700 nm, λmax yang didapat pada 526 nm, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan kurva standar kolesterol. Dengan adanya kurva standar, maka dapat digunakan untuk mencari persamaan regresi linier sehingga dapat digunakan dalam pencarian suatu kadar yang absorbansinya sudah diukur. Kurva standar yang digambarkan antara konsentrasi kolesterol etanol awal dikali dengan pengenceran dari penambahan 2,0 ml FeCl3 dan 1,0 ml H2SO4 dengan absorbansi seperti tertera pada gambar 4.4 di bawah ini:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
absorban
35
0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0
y = 0,0034x + 0,0072 R² = 0,998
0
50
100
150
200
konsentrasi
Gambar 4.4 Kurva Standar Larutan Kolesterol
Berdasarkan hasil kurva standar yang dihasilkan terlihat bahwa kurva tersebut mengikuti hukum lambert-beer yaitu berupa garis lurus dengan nilai R2=0,998. Sehingga persamaan regresi linier (y=a±bx) yang didapat yaitu y=0,0034x+0,0072. Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy sebanyak 30 mg dilarutkan dengan asam asetat 1% lalu ditambahkan larutan kolesterol dengan konsentrasi 300 ppm. Selanjutnya masing-masing sampel diratakan dengan menggunakan vorteks dan diinkubasi selama 60 menit pada suhu 37oC, kemudian disentrifugasi pada 4000 rpm selama 5 menit. Mekanisme kerja kitosan ketika bereaksi dengan kolesterol adalah kitosan akan mengikat kolesterol yang terdapat dalam larutan kolesterol etanol dan kolesterol akan terikat bersama dengan kitosan setelah disentrifugasi. Kemudian supernatan yang dihasilkan dipisahkan dan ditambah larutan reagen FeCl3 dalam asam asetat glasial dan ditambah H2SO4 sebagai katalis untuk pembentukan warna dan diukur serapan pada λ 526 nm. Warna yang dihasilkan yaitu coklat kemerah-merahan. Setelah serapan larutan uji dibaca kemudian dihitung persen penurunan kadar kolesterol dengan rumus : A=
CB X100% C
Keterangan : A = % penurunan kadar kolesterol B = kadar kolesterol akhir dikali pengenceran 48/25 C = kadar kolesterol awal UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36
Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan absorban yang dihasilkan dan persen penurunan kadar kolesterol oleh kitosan pada tabel 4.5 dan contoh cara perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 15. Tabel 4.5 Tabel Hasil Perhitungan Penurunan Kadar Kolesterol Oleh Kitosan Non Iradiasi dan Hasil Iradiasi
Uji I (Kitosan 0 kGy)
Uji II (Kitosan 50 kGy)
Uji III (Kitosan 100 kGy)
Uji IV (Kitosan 150 kGy)
Abs
Kadar Kolesterol Akhir (ppm) x pengenceran 48/25 (B)
% Penurunan Kadar Kolesterol
300
0,501
278,851
7,05
300
0,513
285,629
4,79
300
0,520
289,580
3,47
300
0,457
254,004
15,33
300
0,468
260,216
13,26
300
0,449
249,487
16,84
300
0,374
207,133
30,95
300
0,387
214,475
28,51
300
0,360
199,229
33,59
300
0,320
176,64
41,12
300
0,310
170,993
43,00
300
0,306
168,733
43,75
50 % penurunan kadar kolesterol
Larutan
Kadar Kolesterol Awal (ppm) (C)
5,10
15,14
31,02
42,62
42,62
40
kito 0
31,02
30
kito 50 15,14
20 10
Rata-rata % Penurunanan
kito 100
5,1
kito 150
0 kito 0
kito 50
kito 100 kito 150
Gambar 4.5 Persentase Penurunan Kadar Kolesterol oleh Kitosan Non Iradiasi dan Hasil Iradiasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
37
Berdasakan perhitungan hasil uji aktivitas penurunan kadar kolesterol dengan menggunakan metode kolorimetri (Rudel-Morris, Zak) menunjukkan bahwa kitosan hasil iradiasi dengan dosis 150 kGy mempunyai kemampuan tertinggi sebagai penurun kolesterol, sehingga dapat dilihat kitosan dengan dosis radiasi paling besar yang menghasilkan kitosan dengan BM viskositas rata-rata (Mv) yang semakin rendah akan menghasilkan aktivitas penurunan kolesterol semakin besar pula. Hal ini juga ditunjang dengan analisa secara statistik, yang menunjukkan bahwa kitosan hasil iradiasi 150 kGy berbeda secara bermakna terhadap larutan uji yang lain (kitosan 0, 50, dan 100 kGy). Hal ini sesuai dengan pernyataan LeHoux dan Grondin (1993) yang mengatakan bahwa berat molekul kitosan yang tinggi menghasilkan efek hipokolesterolemia yang kurang efektif daripada kitosan dengan berat molekul rendah (Bangoura, 2009). Dan juga penelitian yang dilakukan Sugano et al., (1980) menemukan bahwa berat molekul kitosan sangat berpengaruh terhadap pengurangan kolesterol plasma. Berat molekul kitosan yang tinggi kurang efektif dalam mengurangi kolesterol plasma dan menyebabkan penghambatan pertumbuhan. Kitosan dapat bekerja sebagai penurun kolesterol melalui mekanisme pengikatan. Berdasarkan penelitian Liu (2008) penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa bila kitosan dicampur dengan kolesterol akan terjadi reaksi pengikatan (interaksi elektrostatik), sehingga kolesterol tidak lagi bebas. Hal ini disebabkan oleh gugus amino yang dimiliki oleh kitosan dapat berikatan dengan molekul kolesterol yang memiliki muatan negatif yaitu hidroksil (OH) (Barraza, 2005). Dilihat dari berat molekulnya, maka kitosan dengan berat molekul rendah mempunyai gugus amino bebas yang lebih reaktif dibandingkan dengan kitosan berat molekul tinggi. Sehingga gugus amino bebas yang dimiliki oleh kitosan dengan berat molekul rendah dapat dengan mudah bereaksi dengan kolesterol sehingga terjadi pengikatan kolesterol oleh kitosan yang mengakibatkan kolesterol tidak lagi menjadi bebas. Mekanisme penurunan kolesterol dalam tubuh dijelaskan sebagai berikut. Pertama kitosan menangkap dan melarutkan lemak dalam lambung. Serat kitosan yang telah mengikat lemak menjadi massa yang besar yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
38
mana tubuh tidak dapat menyerap dan meningkatkan ekskresinya ke dalam feses (Xu et al., 2007). Simulasi pengikatan molekul kolesterol oleh kitosan dapat dilihat pada gambar 4.6 di bawah ini. (a)
(b)
Keterangan: (a) kolesterol (b) kitosan [Sumber: Barraza, 2005]
Gambar 4.6 Simulasi Pengikatan Molekul Kolesterol-Kitosan [Sumber: Stefan, 2014]
4.5
Analisa Statistik Analisis data penelitian secara statistik dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 20. Dari data persen penurunan kadar kolesterol kitosan 0 kGy, 50 kGy, 100 kGy, dan 150 kGy dilakukan uji persyaratan yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji homogenitas Levene menunjukkan bahwa data nilai persen penurunan kadar kolesterol terdistribusi normal dan homogen (p≥0,05).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
39
Tabel 4.6 Tabel Nilai Persen Rata-Rata Penurunan Kadar Kolesterol oleh Kitosan Sampel Uji
% Rata-rata Penurunan Kadar Kolesterol
Kitosan 0 kGy
5,10
Kitosan 50 kGy
15,14
Kitosan 100 kGy
31,02
Kitosan 150 kGy
42,62
Hasil analisa statistik ANOVA menunjukkan bahwa persen penurunan kadar kolesterol berbeda secara bermakna (p<0,05) kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) terhadap persen penurunan kolesterol kelompok. Persen penurunan kolesterol oleh kitosan 150 kGy berbeda secara bermakna terhadap kitosan 0, 50, dan 100 kGy. Tabel hasil uji normalitas Shapiro-Wilk, uji homogenitas, ANOVA, dan uji BNT dapat dilihat pada Lampiran 15.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Iradiasi gamma tidak menyebabkan pemutusan pada gugus asetil dari kitosan, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara derajat deasetilasi kitosan non radiasi (96,658%) dan kitosan hasil iradiasi (94,073%). Iradiasi dapat memutus rantai utama kitosan pada ikatan 1,4-β-glikosida dan menghasilkan kitosan dengan rantai yang lebih pendek. Semakin pendek jumlah rantai polimer pada kitosan maka semakin kecil berat molekulnya. Semakin tinggi dosis radiasi semakin rendah berat molekul viskositas (Mv) kitosan yang dihasilkan. 2. Iradiasi pada kitosan dapat meningkatkan kemampuan kitosan dalam menurunkan kadar kolesterol secara in vitro. 3. Kitosan 150 kGy dengan berat molekul viskositas rata-rata (Mv) 2331,322 dalton mempunyai kemampuan penurunan kadar kolesterol paling tinggi dibandingkan dengan kitosan 0, 50, dan 100 kGy. Hasil ini dilihat dari kemampuannya dalam mengikat kolesterol, sehingga persentase penurunannya yaitu sebesar 42,62 %.
5.2.
Saran Perlu dilakukan penelitian secara in vivo lebih lanjut untuk mengetahui efek kitosan sebagai penurunan kadar kolesterol dari macam-macam kolesterol (LDL, HDL, dll).
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
41
DAFTAR PUSTAKA
Aji W, M. Ilham Novalisa., Wulandari, Septyana., Ratnaningrum, Herlina., 2009. Agen Anti-Kolesterol Berbasis Khitosan yang Disintesis dari Limbah Kulit Udang: Uji Pra Klinik untuk Parameter Kolesterol Total, Trigliserida, LDL-HDL serta Pengaruhnya Terhadap Histopatologi Aorta dan Tekanan Darah. KHAZANAH, Vol. I No. 2 Januari 2009. Aranaz, Inmaculada, Mengibar Marian, dan Harris Ruth et al. 2009. Functional Characterization of Chitin and Chitosan. Current Chemical Biology 3:203 – 230. Badan POM RI No. HK. 00.05.52.6581 tahun 2007 Baluja, Shipra, Gajera, Ravi, Vekariya, Nayan, Bhatt, Mehul dan Bhalodia, Rahul. 2009. Solubility of cholesterol in some alcohols from 293.15 to 318.15 K. Archives of Applied Science Research 1:2 263-270. Bangoura, Mamadouba., et al. In Vitro Binding Capacity of Cholesterol and Bile Salts by Partially Depolymerized Chitosan. American Journal of Food Technology, 4 (3): 126-135, 2009. ISSN 1557-4571 Barraza, Hilda Parra., Maria G. Burboa., Mario Sanchez-Vazquez., Josue Juarez., Francisco M. Goycoolea., and Miguel A. Valdez. 2005. ChitosanCholesterol and Chitosan-Stearic Acid Interactions at the Air-Water Interface. Biomacromolecules 6, 2416-2426. Chemical Book. Akses online via http://www.chemicalbook.com/ (Diakses pada tanggal 10 Februari 2014) Chmielewski, Andrej G, et al. Progress in radiation processing of polymers. Nuclear Instrument and Methods in Physics Research B 236 (2005) 44-54 Czechowska-Biskup, Renata., et al. Determination Of Degree Of Deacetylation Of Chitosan -Comparision Of Methods. Progress on Chemistry and Application of Chitin and Its ..., Volume XVII, 2012 Choi, Won-Seok., Kil-Jin Ahn., Dong-Wook Lee., Myung-Woo Byun., Hyun-Jin Park. Preparation of chitosan oligomers by irradiation. Polymer Degradation and Stability 78 (2002) 535-538
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
42
Darmanto, Mardian., Lukman Atmaja ph.D., Drs. Muhammad Nadjib M.Si. Studi Analisis
Antibakteri
Dari
Film
Gelatin-Kitosan
Menggunakan
Staphylococcus aureus. Prosiding Skripsi Semester Genap 2010/2011. SK091304 Darmawan, Mulyaningsih, dan Firdaus. 2007. Karakteristik Khitosan yang Dihasilkan dari Limbah Kulit Udang dan Daya Hambatnya terhadap Pertumbuhan Candida albicans. Logika 4:2 Deuchi, K., Kanauchi, O., Imasoto, Y., Kobayashi, E. 1994. Decreasing Effect of Chitosan on the Apparent Fat Digestibility by Fats of a High Fat Diet. Biosci. Biotech. Biochem. 58:1613-1616. Dutta P.Kumar, Dutta Joydeep, dan Tripathi VS. 2004. Chitin and Chitosan : Chemistry, Properties, and Aplication. Journal of Scientific and Industrial Research Vol. 63 pp 20-31 Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis: Pustaka Pelajar. Yogyakarta Hawab, H.M. 2002. Kitosan dapat Mengikat Molekul Kolesterol. Nusa Kimia. 2(1): 25-31 Hwang J., S. Hong dan C. Kim. 1997. Effect of molecular weight and NaCl concentration on dilute solution properties of chitosan. J. Food Sci. Nutr., 2:1-5 J. Liu, Jiali Zhang, Wenshui Xia. 2008. Hypocholesterolaemic effects of different chitosan samples in vitro and in vivo. Science Direct. Food Chemistry. 107 419–425 Kim, Seo Won. 2011. Chitin, Chitosan, Oligosaccharides and Their Derivatives. Ebook. USA:CRC Press Lavertu, M., Xia, Z., dan Serreqi, A.N. et al. 2003. A validated 1H NMR method for the determination of the degree of deacetylation of chitosan. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis 32, 1149-1158. Leswara, Nelly Dhevita. 2005. Buku Ajar Radiofarmasi. Buku Kedokteran EGC. Jakarta Linder, M. C. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. UI Press. Jakarta.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
43
Nalole, et al., 2009. Uji In Vitro Penurunan Kadar Kolesterol oleh Sari Kedelai Hitam (Glycine max Merr). Majalah Farmasi dan Farmakologi Vo. 13, No 1 (ISSN: 1410-7031). No HK, Meyers SP, Prinyawiwatkul W, Xu Z. 2007. Applications of chitosan for improvement of quality and shelf life of foods: a review. J Food Sci 72: R87R100 Pusat Diseminasi Iptek Nuklir. ATOMOS Media Informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir. Aplikasi Teknik Nuklir dalam Pengawetan Bahan Pangan. NO. ISSN 0215-0611 Rao, Srinivas B. 1992. Practical Biochemistry for Medical Students. Academic Publisher. ISBN 81-85086-5. Ridwan, Muhamad. 2002. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Jantung Koroner: Pustaka Widyamara. Jawa Tengah Rinaudo, Marguerite. 2006. Chitin and Chitosan : Properties and Applications. Progress in Polymer Science. Elsevier 31, 603 – 632. Rudel, L.L.; Morris, M.D. 1973: Determination of cholesterol using ophthalaldehyde. J.Lipid Res.,14,364. Santoso S. 2008. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 16. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta ; 237-247 Shahidi. F., Arachchi. J. K. V., Jeon, Y. J. 1999. Food Applications of Chitin and Chitosan. Trends Food Sci Technol 10: 37-51. Stefan, J., B. Lorkowska-Zawicka., K.Kaminski., K. Szczubialka., M. Nowakowska., R. Korbut. The Current View On Biological Potency Of Cationically Modified Chitosan. Journal Of Physiology And Pharmacology. 2014. 65, 3, 341-347 Sugano, M., T. Fujikawa., et al. A novel use of chitosan as a hypocholesterolemic agent in rats. The American Journal of Clinical Nutrition. 33 April 1980, pp.. 787-793 Sutioso, Hari., 2012. Pemanfaatan Pektin Yang Diisolasi Dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava) Dalam Uji In Vitro dan In Vivo Penurunan Kadar Kolesterol, Skripsi. FT Universitas Indonesia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
44
Tjay, Tan Hoan and Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya: Pt Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia. Jakarta Xu, Sujuan., et al. Structural Basis Of Sterol Binding By Npc2, A Lysosomal Protein Deficient In Niemann-Pick Type C2 Disease. J Biol Chem. 2007 August 10; 282(32): 23525–23531. doi:10.1074/jbc.M703848200. Yogeshkumar N, Gavhane., Gurav Atul S., and Yadav Adhikrao V. Chitosan and Its Applications: A Review of Literature. International Journal of Research in Pharmaceutical and Biomedical Sciences. ISSN: 2229-3701
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
45
Lampiran 1. Kerangka Penelitian
Kitosan produk BATAN
Pengukuran DD dengan H1 NMR
Iradiasi Kitosan Sinar gamma 60Co, kecepatan 10 kGy/jam
Dosis iradiasi
Dosis iradiasi
Dosis iradiasi
50 kGy
100 kGy
150 kGy
Oligokitosan
Kitosan non iradiasi
Oligokitosan
Oligokitosan
Pengukuran BM Viskositas (Mv) Kitosan dengan Viskometer
Pengujian Kitosan terhadap Penurunan Kadar Kolestol secara In Vitro
Pembuatan Kurva Standar
Pengukuran Kadar Kolesterol
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
46
Lampiran 2. Pengukuran Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan
Kitosan Produk BATAN non iradiasi dan hasil iradiasi dibuat dengan konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3%, dan 0,4% dalam buffer asetat pH 4,3
Didiamkan minimal 24 jam dan maksimal 3 hari sebelum digunakan
10 mL pelarut dimasukkan ke dalam tabung ostwald dalam media air (25°C)
Cairan dihisap dengan menggunakan pushball sampai melewati 2 batas dibagian atas viskometer
Cairan dikendurkan sampai batas pertama lalu mulai penghitungan dengan stopwatch
Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali (triplo)
Langkah yang sama dilakukan pada larutan kitosan 0,1%, 0,2%, 0,3%, dan 0,4%
Ditentukan viskositas spesifik dan viskostas intrinsik Dihitung dengan persamaan Mark Houwink [h ]= k.M α
Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
47
Lampiran 3. Uji In Vitro Aktivitas Penurunan Kadar Kolesterol Dicari λ max dan dibuat kurva standar
Kitosan 0 kGy
Kitosan 50 kGy
Kitosan 100 kGy
Kitosan 150 kGy
Ditimbang 30 mg, dan dilarutkan dengan asam asetat 1% 20 tetes
Ditambah larutan kolesterol etanol (300 ppm) 5 ml dan divortex
Diinkubasi pada suhu 37°C selama 60 menit
Disentrifus pada 4000 rpm selama 5 menit
Supernatan diambil (5 mL)
Ditambahkan 2 mL FeCl3, divortex (diamkan 10 menit), lalu di + 1 mL H2SO4, divortex (diamkan 30 menit) Diukur absorbansinya pada λ 526 nm dengan spektrosfotometer Uv-Vis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
48
Lampiran 4. Perhitungan Pembuatan Buffer Asetat
1. Buffer asetat pH 4,3 Dibuat larutan asam asetat 0,2 M dan Natrium asetat 0,1 M
0,2 M CH3COOH 1000 mL
Maka, berat CH3COOH yang ditimbang adalah 12, 008 gram
0,1 M CH3COONa 100 mL
Maka, berat CH3COONa yang ditimbang adalah 8,2034 gram Untuk membuat buffer asetat pH 4,3 sebanyak 250 mL, maka: pH= - log [ H+] [10-4,3 ] [H+]=Ka x [ asam ] / [ garam ] 10-4,3 = 1,75 x 10-5
10-4,3 = 1,75 x 10-5
(
)
(
)
10-4,3 x (25 – 0,1 Q) = 1,75 x 10-5 x 0,2 Q 1,253 x 10-3 – 5,012 x 10-6 Q = 3,5 x 10-6 Q 1,253 x 10-3 = 3,5 x 10-6 Q + 5,012 x 10-6 Q 1,253 x 10-3 = 8,512 x 10-6 Q Q=
= 147,20 mL
CH3COOH = a = 147,20 mL CH3COONa = 250 –a = 250 – 147,20 mL = 102,8 mL
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
49
2. Perhitungan larutan kitosan dalam buffer asetat pH 4,3
0,1 % dalam 50 mL
0,05 gram
0,2 % dalam 50 mL
0,1 gram
0,3 % dalam 50 mL
0,15 gram
0,4 % dalam 50 mL
0,2 gram
Lampiran 5. Perhitungan Derajat Deasetilasi (DDA) Kitosan
Integral Proton
Dosis Radiasi (kGy)
IH1-GlcN
IH1-GlcNAc
0
0,839
0,029
96,658
75
1
0,063
94,073
DDA (%)
Perhitungan DD :
( )
(
)
1. Kitosan 0 kGy
( )
(
)
2. Kitosan 75 kGy
( )
(
)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
50
Lampiran 6. Spektrum 1H NMR Kitosan 0 kGy dan Kitosan 75 kGy 1. Spektrum 1H NMR Kitosan 0 kGy
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
51
Lanjutan 0 kGy:
IH1-GlcN
IH1-GlcNAc
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
52
2. Spektrum 1H NMR Kitosan 75 kGy
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
53
Lanjutan 75 kGy:
IH1-GlcN
IH1-GlcNAc
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
54
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Waktu Rata-rata Larutan Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy pada Tiap Konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3%, dan 0,4%
1. Kitosan 0 kGy Waktu (t) detik
Konsentrasi Larutan (C)
t1
t2
t3
Waktu Rata-rata
0,1 %
78,99
79,01
78,96
78,99
0,2 %
168,44
168,98
169,15
168,86
0,3 %
295,92
295,73
295,30
295,65
0,4 %
501,77
497,22
494,08
497,69
2. Kitosan 50 kGy Waktu (t) detik
Konsentrasi Larutan (C)
t1
t2
t3
Waktu Rata-rata
0,1 %
51,77
51,99
51,43
51,73
0,2 %
70,33
70,39
70,53
70,42
0,3 %
94,25
94,98
95,06
94,76
0,4 %
126,14
126,30
126,06
126,17
3. Kitosan 100 kGy Waktu (t) detik
Konsentrasi Larutan (C)
t1
t2
t3
Waktu Rata-rata
0,1 %
38,42
38,52
38,38
38,44
0,2 %
46,31
46,11
46,13
46,18
0,3 %
53,83
53,95
53,99
53,92
0,4 %
62,07
62,12
62,16
62,12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
55
4. Kitosan 150 kGy Waktu (t) detik
Konsentrasi Larutan (C)
t1
t2
t3
Waktu Rata-rata
0,1 %
37,17
37,47
37,52
37,39
0,2 %
43,05
43,31
43,38
43,25
0,3 %
50,03
50,15
50,11
50,09
0,4 %
57,35
57,45
57,47
57,42
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Viskositas Spesifik (ƞsp) Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy pada Tiap Konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3%, dan 0,4%
Dosis Radiasi (kGy)
Waktu Rata – Rata Larutan Kitosan (detik) 0,1%
0,2%
0,3%
0,4%
0
78,99
168,86
295,65
497,69
50
51,73
70,42
94,76
126,16
100
38,44
46,18
53,92
62,12
150
37,39
43,25
50,09
57,42
32,07 Waktu pelarut 32,09
Rata-rata = 32,05
32,00
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
56
Perhitungan Viskositas Spesifik (ƞsp) (
) (
(
) )
1. Kitosan 0 kGy a. 0,1 %
b. 0,2 %
c. 0,3 %
d. 0,4 %
2. Kitosan 50 kGy a. 0,1 %
b. 0,2 %
c. 0,3 %
d. 0,4 %
3. Kitosan 100 kGy a. 0,1 %
b. 0,2 %
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
57
c. 0,3 %
d. 0,4 %
4. Kitosan 150 kGy a. 0,1 %
b. 0,2 %
c. 0,3 %
d. 0,4 %
Lampiran 9. Nilai Viskositas Intrinsik [ƞ] Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy pada Masing-masing Konsentrasi 0,1%, 0,2%, 0,3%, dan 0,4%
1. Kitosan 0 kGy C
ƞsp
ƞsp/C
[ƞ]
0,1 % 0,2 % 0,3 % 0,4 %
1,464 4,269 8,225 14,528
14,64 21,34 27,42 36,32
11,4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
58
2. Kitosan 50 kGy C
ƞsp
ƞsp/C
[ƞ]
0,1 % 0,2 % 0,3 % 0,4 %
0,614 1,197 1,957 2,936
6,14 5,98 6,52 7,34
4,9
C
ƞsp
ƞsp/C
[ƞ]
0,1 % 0,2 % 0,3 % 0,4 %
0,199 0,441 0,682 0,938
1,99 2,21 2,27 2,35
2,1
C
ƞsp
ƞsp/C
[ƞ]
0,1 % 0,2 % 0,3 % 0,4 %
0,167 0,349 0,563 0,792
1,67 1,75 1,88 1,98
1,62
3. Kitosan 100 kGy
4. Kitosan 150 kGy
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
59
Lampiran 10. Grafik Penentuan Nilai Viskositas Instrinsik [η] 1.
Nilai Instrinsik Kitosan 0 kGy
ηsp/C
x=konsentrasi y = ηsp/C
C=0, [η]= 11,4
0,1
0,2
0,3
0,4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
C
60
2.
Nilai Intrinsik Kitosan 50 kGy
Viskositas Intrinsik [η] C=0
ηsp/C 8 7,8 7,6 7,4 7,2 7 6,8 6,6 6,4 6,2 6 5,8 5,6 5,4 5,2 5 4,8 4,6 4,4 4,2 4 3,8 3,6 3,4 3,2 3 2,8 2,6 2,4 2,2 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
C= 0, [η]= 4,9
ƞsp/C
x=konsentrasi y = ηsp/C
0,1
0,2
0,3
0,4
C
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
61
3.
Nilai Instrinsik Kitosan 100 kGy
Viskositas Intrinsik [η] C=0
ηsp/C 2,4 2,3 2,2
C=0, [η]=2,1
2,1
ƞsp/C
x=konsentrasi y = ηsp/C
2 1,9 1,8 0,1
4.
0,2
0,3
0,4
C
Nilai Instrinsik Kitosan 150 kGy
Viskositas Intrinsik [η] C=0
ηsp/C 2,1 2 1,9 1,8
ƞsp/C
1,7 1,6
x=konsentrasi y = ηsp/C
C=0, [η]= 1,6
1,5
0,1
0, 2
0,
3
0,
4
C
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
62
Lampiran 11. Penentuan Berat Molekul Viskositas Rata-Rata (Mv) Kitosan Perhitungan Berat Molekul Viskositas (Mv) Kitosan : [h ]= k.M α Keterangan: [h]
= Viskositas intrinsik
M
= Masa molekul kitosan (g/mol)
k dan α
= Tetapan khas untuk polimer dan pelarutnya
(K= 1.181 x 10-3 dan α = 0.93 pada suhu 250C) Mv
Dosis Radiasi (kGy)
α
0
0,93
1,181x10-3
11,4
19256,405
50
0,93
1,181x10-3
4,9
7767,204
100
0,93
1,181x10-3
2,1
3123,135
150
0,93
1,181x10-3
1,6
2331,322
[Ƞ]
K
(Da)
1. Kitosan 0 kGy 11,4 = 1,181x10-3 x M0,93 M0,93= 9652,836 M = 19256,405 Da 2. Kitosan 50 kGy 4,9 = 1,181x10-3 x M0,93 M0,93= 4199,0262 M = 7767,204 Da 3. Kitosan 100 kGy 2,1= 1,181x10-3 x M0,93 M0,93= 1778,154107 M = 3123,135 Da 4. Kitosan 150 kGy 1,6 = 1,181x10-3 x M0,93 M0,93= 1354,784081 M = 2331,322 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
63
Lampiran 12. Kurva Standar Dibuat larutan kolesterol dengan konsentrasi 100 ppm. Larutan Induk 1000 ppm Pengenceran :
Pengenceran kekonsentrasi 100 ppm pada labu ukur 5 ml V1 x M1
= V2 x M2
V1 x 1000 ppm = 5 ml x 100 ppm V1
= 0,5 ml
kemudian dilakukan scanning panjang gelombang pada λ 400-700 nm untuk mendapatkan panjang gelombang maksimum larutan kolesterol, yaitu: λmaks
= 526 nm
Absorban = 0,247
Dibuat 5 seri konsentrasi yaitu 100 ppm, 150 ppm, 200 ppm, 250 ppm, dan 300 ppm. Tabel seri konsentrasi larutan kolesterol pada λ=526 nm Konsentrasi (ppm) sebelum dikali pengenceran
Konsentrasi (ppm) x pengenceran (5/8)
Absorbansi
0
0
-0,000
100
62,5
0,236
150
93,75
0,327
200
125
0,429
250
156,25
0,557
300
187,5
0,644
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
64
0,7 y = 0,0034x + 0,0072 R² = 0,998
0,6
absorban
0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0
50
100
150
200
konsentrasi
Sehingga didapat persamaan reaksi: a = 0,0072 b = 0,0034 y = 0,0034 x + 0,0072
Lampiran 13. Nilai Absorbansi Larutan Uji Kitosan
Replikasi 1 Larutan
Replikasi 2 Absorban
Replikasi 3
Uji I 0,501
0,513
0,520
0,457
0,468
0,449
0,374
0,387
0,360
0,321
0,310
0,306
(Kitosan 0 kGy) Uji II (Kitosan 50 kGy) Uji III (Kitosan 100 kGy) Uji IV (Kitosan 150 kGy)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
65
Lampiran 14. Contoh Perhitungan Kadar Kolesterol Akhir (ppm) (B) Kadar kolesterol akhir dari kitosan 0 kGy y
= a ± bx
y
= 0,0034 x + 0,0072
0,501 = 0,0034 x + 0,0072 x
= 145,235 ppm
B
= 145,235 x 48/25 = 278,851 ppm
Lampiran 15. Penentuan Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Oleh Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy
Larutan
Uji I (Kitosan 0 kGy)
Uji II (Kitosan 50 kGy)
Uji III (Kitosan 100 kGy)
Uji IV (Kitosan 150 kGy)
Kadar Kolesterol Awal (ppm) (C)
Abs
Kadar Kolesterol Akhir (ppm) x pengenceran 48/25 (B)
% Penurunan Kadar Kolesterol
300
0,501
278,851
7,05
300
0,513
285,629
4,79
300
0,520
289,580
3,47
300
0,457
254,004
15,33
300
0,468
260,216
13,26
300
0,449
249,487
16,84
300
0,374
207,133
30,95
300
0,387
214,475
28,51
300
0,360
199,229
33,59
300
0,320
176,64
41,12
300
0,310
170,993
43,00
300
0,306
168,733
43,75
Rata-rata % Penurunanan
5,10
15,14
31,02
42,62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
66
Lampiran 16. Contoh Perhitungan Analisis Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Terhadap Kitosan 0 kGy
A=
CB X100% C
Keterangan : A = % penurunan kadar kolesterol B = kadar kolesterol akhir dikali pengenceran 48/25 C = kadar kolesterol awal
% Penurunan Kadar Kolesterol dari Sampel 0 kGy :
Replikasi 1= A =
7,05 %
Replikasi 2= A =
4,79 %
Replikasi 3= A =
3,47 %
% penurunan kadar kolesterol rata-rata kitosan 0 kGy =
Lampiran 17. Hasil Uji Statistik Persen Penurunan Kolesterol Kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy 1.
Uji normalitas Saphiro-Wilk dan uji Levene terhadap persen penurunan kolesterol kitosan 0 kGy, kitosan 50 kGy, kitosan 100 kGy, kitosan 150 kGy. a. Uji Normalitas Saphiro-Wilk Tujuan : Untuk mengetahui kenormalan data sebagai syarat uji ANOVA Hipotesis : Ho : data % penurunan terdistribusi normal. Ha : data % penurunan tidak terdistribusi normal. Pengambilan Keputusan Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Ho ditolak. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
67
Tests of Normality Shapiro-Wilk kelompok kitosan 0 kGy
,970
3
,668
kitosan 50 kGy
,992
3
,829
kitosan 100 kGy
1,000
3
,963
kitosan 150 kGy a. Lilliefors Significance Correction
,941
3
,532
persen.penurunan
Keputusan : Uji normalitas persen penurunan seluruh kelompok terdistribusi normal ( p ≥ 0,05). b.
Uji Homogenitas Levene Tujuan : Untuk mengetahui homogenitas dari distribusi persen penurunan kolesterol kitosan 0, 50, 100, dan 150 kGy Hipotesis : Ho : data % penurunan homogen. Ha : data % penurunan tidak homogen. Pengambilan Keputusan Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ho diterima. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Ho ditolak. Test of Homogeneity of Variances
persen.penurunan Levene Statistic ,262
df1
df2 3
Sig. 8
,851
Keputusan : Hasil data signifikansi (p= 0,852) lebih besar dari 0,05, hal ini menunjukkan bahwa varian data homogen sehingga dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA.
2.
Uji ANOVA Tujuan : Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data persen penurunan kolesterol pada seluruh sampel uji
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
68
Hipotesis Ho : Data persen penurunan kolesterol tidak berbeda secara bermakna Ha : Data persen penurunan kolesterol berbeda secara bermakna Pengambilan Keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak ANOVA persen.penurunan Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
1946,092
3
648,697
23,116
8
2,889
1969,208
11
F 224,502
Sig. ,000
Keputusan : Data persen penurunan pada semua kelompok sampel uji berbeda secara bermakna (≤ 0.05) maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT/ LSD). Uji BNT merupakan uji lanjutan yang dilakukan apabila hasil pengujian menunjukkan adanya perbedaan nilai secara bermakna. Tujuannya adalah untuk menentukan kelompok mana yang memberikan nilai yang berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya. 3. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada Semua Kelompok Perlakuan Tujuan : Untuk mengetahui persen penurunan yang bermakna diantara keempat kelompok perlakuan Hipotesis Ho : Tidak terdapat perbedaan yang bermakna diantara keempat kelompok perlakuan Ha : Terdapat perbedaan yang bermakna diantara kelima kelompok perlakuan Pengambilan Keputusan Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima Jika nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ho ditolak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
69
Kesimpulan : ada perbedaan bermakna nilai persen penurunan kadar kolesterol secara in vitro antara kitosan iradiasi (50, 100, 150 kGy) dan kitosan tanpa iradiasi (0 kGy).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
70
Lampiran 18. Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Kitosan (0, 50, 100, & 150 kGy)
Ethanol 95%
Sentrifugator
Serbuk Kolesterol
Asam Asetat Glasial
Serbuk FeCl3
H2SO4
waterbath + termometer
Viskometer ostwald
Waterbath
Vorteks
Timbangan Analitik
Lemari Asam
Spektrofotometer Uv-Vis
H1 NMR
Lampiran 19. Gambar Kitosan Sebelum dan Sesudah Radiasi
Kiosan Sebelum Radiasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
71
Kitosan Sesudah Radiasi
Lampiran 20. Gambar Penentuan Waktu Alir Larutan dengan Viskometer Ostwald
Lampiran 21. Gambar Pengujian Penurunan Kadar Kolesterol Secara In Vitro
Pembuatan larutan kolesterol
Melarutkan kitosan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
72
Kitosan + larutan kolesterol
Inkubasi
Diambil supernatan Sentrifuge 4000 rpm 5 menit
Dilapisi alumunium voil, + 2 mL FeCl3 dan 1 ml H2SO4
Ukur serapan dengan Spektrofotometer Uv-Vis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta