TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JUDUL : SHOPPING CITY TEMA : OPEN WINDOW SHOPPING
NAMA : MARISKA RETNO N. NIM : 4120412 – 024 PERODE ANGKATAN 55 / 2007 -2008
PENGESAHAN
TUGAS AKHIR DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA TEKNIK ARSITEKTUR
JUDUL
: SHOPPING CITY
TEMA
: OPEN WINDOW SHOPPING
PERIODE
: ANGKATAN 55 / 2008-2009
NAMA
: MARISKA
NIM
: 4120412 – 024
MENYETUJUI,
KETUA JURUSAN ARSITEKTUR
KOORDINATOR TUGAS AKHIR
Ir. Tin Budi Utami, M. Arch
Danto Sukmajati
PEMBIMBING
Danto Sukmajati
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan untuk Penulisan Tugas Akhir / Skripsi ini dapat diselesaikan. Bahwa pedoman penulisan skripsi ini merupakan pedoman bagi mahasiswa Universitas Mercu Buana yang sesuai dengan kaidah-kaidah tulisan ilmiah dan tata bahasa Indonesia. Saya mengucapkan terima kasih atas bimbingan dalam mengerjakan penulisan skripsi ini khususnya kepada dosen pembimbing saya Bapak Danto Sukmajati, ketua Jurusan program studi Teknik Arsitektur yaitu Bapak Dr. Ir. M Syarif Hidayat, M.Arch, dan seluruh staff Tata Usaha Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Besar keinginan saya untuk mencapai keinginan saya untuk memperoleh gelar Strata 1 oleh karena itu saya bersungguh – sungguh dalam membuat karya tulis sebagai skripsi saya dalam perkuliahan ini.
Semoga karya tulis skripsi ini akan sangat bermanfaat sekali bagi para pembaca dan masa depan calon sarjana strata 1 untuk Program Studi Teknik Arsitektur.
Jakarta, 5 Oktober 2008
Penulis
i
DAFTAR ISI Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang …………………………………………………. 1 1.2 Identifikasi Masalah …………………………………………….. 1 1.3 Maksud dan Tujuan
…………………………………………... 3
1.4 Metoda Penyusunan Skripsi
…………………………………. 4
1.5 Sistematika Penulisan …………………………………………. 4
Bab 2 Tinjauan Umum 2.1 Pengertian Umum
…………………………………………….
6
2.2 Ketentuan Umum pada Pusat Perbelanjaan ………………...
7
2.2.1 Lokasi
………………………………………………… 7
2.2.2 Site Plan ………………………………………………. 8 2.2.3 Orientasi Bangunan
………………………………….
9
2.2.4 Skala Pelayanan ………………………………………. 14 2.2.5 Studi Banding …………………………………………. 19 2.2.6 Ruang Sewa …………………………………………..
31
2.3 Fasilitas ………………………………………………………….
32
2.3.1 Pertokoan
……………………………………………
32
…………………………………………….
36
2.3.3 Departement Store ………………………………….
38
2.3.4 Supermarket …………………………………………
38
2.3.5 Olah raga
……………………………………………
39
……………………………………………….
39
2.3.2 Restoran
2.3.6 Parkir
2.3.7 Mekanikal dan Elektrikal
…………………………..
43
2.3.8.1 Sistem Distribusi Air ……………………….
44
2.3.8.2 Tenaga Listrik
………………………………
45
2.3.9 Penunjang ……………………………………………..
45
2.3.10 Service ………………………………………………
46
ii
Bab 3. Tinjauan Khusus 3.1 Tema
………………………………………………………….
47
Kaitan tema dengan Judul …………………………………...
51
3.3 Studi banding tema ……………………………………………
53
3.4 Perletakan Fungsi …………………………………………….
58
3.4.1 Retail-retail pertokoan ………………………………
61
3.4.2 Sirkulasi Horizontal ………………………………….
62
3.4.3 Sirkulasi Vertikal ………………………………………
63
3.5 Pengguna pusat perbelanjaan ………………………………
64
3.2
Bab 4. Analisa 4.1 Data Proyek …………………………………………………..
65
4.2 Analisa Tapak ………………………………………………...
66
4.3 Analisa Sirkulasi ………………………………………………
68
4.3.1 Sirkulasi Pengunjung
.…………………………….
68
4.3.2 Sirkulasi Kendaraan
……………………………
70
4.3.3 Sirkulasi Karyawan
……………………………..
71
………………………………...
72
4.4 Analisa Kegiatan ……………………………………………..
73
4.5 Analisa Kebutuhan Ruang …………………………………..
75
4.6 Hubungan Ruang ……………………………………………..
77
4.3.4 Sirkulasi Barang
Bab 5. Konsep Perancangan 5.1 Konsep Dasar .....................................................................
79
5.1.1 Ruang Luar ..............................................................
81
5.2.2 Ruang Dalam ............................................................
83
5.2 Konsep Tapak ……………………………………………….
85
5.3 Penzonningan 5.3.1 Zonning Vertikal
…………………………………..
5.3.2 Zonning Horizontal
91
……………………………….
92
5.4 Konsep Massa Bangunan …………..................................
93
iii
Daftar Pustaka Lampiran-lampiran
iv
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
- BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pusat perbelanjaan atau Shopping Center dimulai sejak revolusi industri karena banyaknya permintaan dari masyarakat, diantaranya permintaan untuk produk keperluan sehari – hari dalam jumlah yang banyak sehingga hal ini dimanfaatkan sebagai suatu bisnis baru. Namun saat ini Shopping Center menjadi salah satu objek rekreasi yang banyak dinikmati oleh masyarakat sebagai hiburan untuk merelaksasikan diri karena tuntutan aktivitas kesibukan sehari – hari. Sehingga hal tersebut telah berubah fungsi dari pusat perbelanjaan yang ada dan yang dibutuhkan konsumer menjadi sarana relaksasi dan jalan – jalan sambil menghabiskan waktu luangnya. Dan sampai saat ini orang yang datang ke Shopping Center bukan lagi hanya untuk berbelanja, tapi juga untuk berekreasi. Dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat yang demikian pesat menjadi salah satu faktor maraknya kebutuhan terhadap pusat perbelanjaan sekaligus dapat menyalurkan gaya hidup tersendiri bagi sekelompok masyarakat. Saat ini lokasi yang akan dipilih sebagai salah satu pusat perbelanjaan adalah BIP (Bandung Indah Plaza) yang terletak di Bandung karena usianya. Kondisinya saat ini dinilai kurang memiliki daya tarik pengunjung kalangan anak muda, sehingga dirasa perlu untuk dilakukan perencanaan ulang untuk menarik minat pengunjung sebagai pusat rekreasi, selain beberapa permasalahan desain terlihat seiring perkembangan jaman.
1.2
Identifikasi Masalah Bangunan BIP yang sekarang dirasakan sudah tidak lagi
sesuai
dengan tuntutan kota karena beberapa masalah kini muncul dalam pembangunan
pusat
perbelanjaan -1-
akan
mengundang
banyak
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
pengunjung sehingga frekuensi keramaian dititik daerah tersebut bertambah dan lama-kelamaan dapat menjadikan daerah macet. Sedangkan lahan yang tersedia saat ini terbatas dan bangunan yang ada sudah sangat padat, selain itu juga pengunjung yang datang sangat variatif baik menggunakan kendaraan pribadi, angkutan umum, ataupun motor. Beberapa masalah kini diantaranya : 1. Adanya manfaat negatif terhadap pedestrian jalan oleh pedagang kaki lima sehingga mengganggu akses pengunjung yang datang.
Gambar 1. 1 Kondisi sekitar BIP yang dimanfaatkan pedagang kaki lima (Sumber Dokumentasi Pribadi)
2. Banyaknya angkutan umum yang berhenti sembarangan untuk menunggu penumpang sehingga menimbulkan kemacetan.
Gambar 1.2 Foto Lokasi BIP dalam kondisi kemacetan (Sumber Dokumentasi Pribadi)
-2-
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
3. Akibat masalah 1 dan 2 diatas, banyak pengunjung malas datang ke BIP (Bandung Indah Plaza) 4. Sebagian besar pengunjung merasa bosan pada suasana didalam pusat perbelanjaan karena toko-toko yang tersedia tidak memenuhi kebutuhan gaya hidup (lifestyle) anak muda. 5. Kurang tersedianya tempat duduk (shelter) di dalam mal BIP sehingga pengunjung sulit untuk melepas kelelahannya.
1.3
Maksud dan Tujuan Pembangunan pusat perbelanjaan diseluruh dunia bahkan di Indonesia
mulai
perbelanjaan
saling
(Mall)
berkompetisi
terbesar,
untuk
terlengkap,
membangun
termoderen
pusat
dan
lain
sebagainya serta sebagainya serta sebagai salah satu penanda kota (landmark). Didalam sebuah pusat perbelanjaan terdapat sejumlah pengunjung yang datang dengan tujuan tertentu yaitu belanja dan membeli kebutuhan barang yang diperlukan. Tujuan dari pemilihan judul Shopping City di Bandung dalam skripsi ini adalah :
1.
Dalam ilmu Arsitektur, mempelajari bagaimana merancang sebuah bangunan komersil yaitu pusat perbelanjaan.
2.
Mempelajari bagaimana caranya merancang mall di tengah kota yang tidak hanya berfungsi sebagai pusat perbelanjaan, tetapi juga berfungsi sebagai pusat rekreasi.
3.
Memenuhi
kebutuhan
hidup
dan
lifestyle
(gaya
hidup)
masyarakat Bandung sebagai pusat hiburan dan rekreasi. 4.
Mempelajari bagaimana merancang sebuah pusat perbelanjaan yang nyaman bagi para pengunjung
5.
Mengatasi permasalahan dampak negatif terhadap masalah penggunaan pedestrian batas jalan mall oleh pedagang kaki.
6.
Mengatasi sirkulasi pengunjung yang menggunakan kendaraan umum dan pejalan kaki sehingga dapat mengurangi kemacetan disekitar BIP
7.
Meningkatkan jumlah
pertokoan terlengkap untuk memenuhi
kebutuhan hidup gaya anak muda. -3-
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
1.4
Metoda Penyusunan Skripsi Pejelasan dalam metode ini bervariasi khususnya tentang mall – mal yang sudah ada di Indonesia hingga masa kini. Tentunya metode ini secara komparatif dapat terlihat perbedaan dari konsep–konsep mall yang sudah ada dan bagaimana pengolahan ketersediaan ruang– ruang fungsional untuk merancang pusat perbelanjaan. Sehingga untuk menyusun skripsi ini diperlukan sumber data yang diperoleh sebagai berikut :
1.
Observasi lapangan, dengan survey lapangan, survey lokasi, membandingkan
desain–desain
mall
yang
telah
ada
sebelumnya, mempelajari kelebihan dan kekurangannya. 2.
Data literatur, dengan browsing situs–situs internet, buku–buku perpustakaan, untuk mempelajari tipologi–tipologi bangunan mall yang ada, standar-standar yang berlaku dan studi banding yang mereka miliki.
3.
Wawancara dengan pakar/desainer yang mengerti tentang mall, struktur, sistem yang berlaku didalamnya, dengan kalangan usaha properti yang mengerti trend pasar seperti apa yang potensial dengan kalangan penjual, tentang jenis mall seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dengan pengguna umum dari kalangan remaja, orang lanjut usia, orang tua dengan anak kecil, orang cacat.
1.5
Sistematika Penulisan Sistem penulisan dari keseluruhan Makalah ini tersusun atas pokok – pokok pembahasan sebagai berikut :
a) BAB 1 PENDAHULUAN Terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, permasalahan yang ada saat ini di pusat perbelanjaan, metoda pembahasan dan sistematika penulisan.
-4-
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
b) BAB 2 TINJAUAN UMUM Studi mengenai persyaratan yang dibutuhkan dalam merancang bangunan komersil yaitu pusat perbelanjaan yang meliputi pemilihan lokasi dan kondisi kelayakan lingkungan, site plan, orientasi bangunan terhadap tapak, fasilitas, standar luasan, parkir, fasilitas penunjang, mekanikal dan elektrikal, dan hiburan dan olah raga.
c) BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Menstudi bandingkan dengan desain mall-mall yang sudah ada, dan mempelajari kelebihan dan kekurangannya yang berkaitan dengan pemilihan tema skripsi dalam sirkulasi.
d) BAB 4 ANALISA Terdiri dari aspek perancangan yang menyangkut dengan analisa kebutuhan ruang, penzonningan secara vertikal dan horizontal, pembagian sirkulasi dan perletakan fungsi.
e) BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Menggabungkan hasil kesimpulan dari bab 1 sampai bab 4 sebagai
bahan
untuk
melanjutkan
ke
perancangan dan konsep massa bangunan.
-5-
tahap
konsep
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
- BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1 Pengertian Umum Istilah pusat perbelanjaan menurut Yuli Andyono (2006) adalah kumpulan beberapa bangunan didalam satu lokasi yang memiliki deretan toko-toko beragam brand yang semuanya dihubungkan antara satu dengan yang lain oleh jalur terbuka atau tertutup untuk mempermudah pengguna mal pada waktu mengunjungi satu toko ke toko lain. Pengadaan pusat perbelanjaan ini merupakan suatu evolusi dari pasar tradisional, yang berkembang menjadi termodern. Keadaan inilah yang mengundang sebagian besar orang untuk berdalih aktivitas didalam pusat perbelanjaan selain berbelanja, tetapi hanya berjalanjalan dan berinteriraksi pada seputar kegiatan lifestyle (gaya hidup) saat ini. Sedangkan menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Bab 1 Pasal 1 No. 3 mengatakan bahwa Pusat Perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. Dan menurut Endy Marlina (2008) tertulis bahwa pusat perbelanjaan memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah : 1. Bentuk usaha perdagangan individual yang dilakukan secara bersama melalui penyatuan modal dengan tujuan efektifitas komersial (Beddington, Design for Shopping Centre). 2. Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang/jasa yang bercirikan komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena bertujuan memperoleh keuntungan (profit) sebanyak-banyaknya (Gruen, Centers for Urban Enviroment: Survival of the Cities). -6-
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
3. Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat, dengan system menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh pengelola
yang
bertanggung
jawab
secara
menyeluruh
(Beddington, Design for Shopping Centre). 4. Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dan diatur menjadi sebuah kesatuan koperasi (operation unit), berhubungan
dengan
lokasi,
ukuran,
tipe
toko,
dan
area
perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan parkir yang dibuat berhubungan dengan tipe dan ukuran total toko-toko (Urban Land Institute, Shopping Centre Development Handbook). 5. Suatu wadah dalam masyarakat yang menghidupkan kota atau lingkungan setempat. Selain berfungsi sebagai tempat untuk kegiatan berbelanja atau transaksi jual beli, juga berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul atau berekreasi (Beddington, Design for Shopping Centre).
Dari berbagai berbagai pengertian diatas, terdapat beberapa kata kunci terkait dengan pusat perbelanjaan, yaitu : 1. Adanya kegiatan jual beli atau pertukaran barang dan jasa 2. Dapat berfungsi juga sebagai tepat berkumpul dan berekreasi Dua kata kunci tersebut diatas akan menjadikan proses perancangan skripsi pada sebuah pusat perbelanjaan.
2.2
Ketentuan Umum pada Pusat Perbelanjaan 2.2.1. Lokasi Menanggapi kebutuhan hidup masyarakat sekitar agar terpenuhi tidak
menutup
kemungkinan
untuk
mengembangkan
kawasan
disebuah pemukiman. Oleh karena itu sebagai bahan pertimbangan untuk mendirikan sebuah bangunan komersil seperti shopping center harus
mempertimbangkan
studi
kelayakan
berdasarkan
tingkat
kebutuhan masyarakat sekitarnya. Kriteria pemilihan lokasi sebuah pusat perbelanjaan harus berdasarkan berikut : -7-
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
a.
Terletak dikawasan perdagangan yang direkomendasikan dalam analisis pasar sebagai area komersial.
b.
Mempunyai ukuran yang luas dan bentuk yang sesuai untuk area perdagangan dengan segala kelengkapannya, termasuk ruang parkir.
c.
Aturan pemanfaatan ruang pada lahan yang dipilih tidak menghambat pembangunan yang akan dilakukan.
d.
Lokasi mudah dicapai minimum satu jalan tol atau sarana transportasi umum seperti terminal, stasiun, atau bandara.
e.
Harga tanah harus sesuai dengan jumlah modal dan uang sewa yang mungkin diperoleh.
f.
Ketersediaan jaringan utilitas di lokasi
g.
Kondisi topografi lahan
h.
Kondisi geologi dan hidrologi dibawah permukaan tanah. Sifat pemilihan lokasi yang dipelajari oleh analis ekonomi ditinjau
dari faktor (Joseph De Chiara, 2001) : 1. Populasi 2. Pendapatan 3. Kemampuan daya beli 4. Fasilitas yang kompetitif 5. Aksesibilitas 6. Pertimbangan hal yang berkaitan.
2.2.2 Site Plan Tapak biasanya ditempatkan pada posisi yang strategis di pusat keramaian kota yang mudah dicapai baik oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Bentuk tapak dapat bervariatif dan perlu diutamakan orientasi tapak terhadap sirkulasi, agar tidak mengganggu kepentingan
umum
yang
lainnya.
Dan
bagaimana
tanggapan
lingkungan terhadap tapak tersebut, agar memberikan dampak positif pada kondisi tapak tersebut dan keadaan topografi lahan tersebut. Kemudian perlu dipikirkan untuk perencanaan tata letak ruang yang akan diperlukan didalam tapak. Diantaranya ada pemisahan
-8-
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
untuk area pertokoan, area servis, area khusus karyawan, dan gudang penyimpanan barang.
2.2.3 Orientasi Bangunan Letak bangunan harus berhubungan langsung dengan jalan masuk utama minimal 1 buah jalan, untuk mempermudah pencapaian pengunjung, sehingga mempengaruhi penataan ruang dengan polapola tertentu untuk membentuk massa bangunan. Unsur-unsur
pembentuk
ruang
bersama
dalam
pusat
perbelanjaan mengacu sebagai area sirkulasi pengunjung, oleh karena itu penataan letak unit retail dapat nikmati sebagai visualitas baik secara interior maupun eksterior. Bentuk dasar bangunan berdasarkan orientasi bangunan terhadap tapak tergambarkan dalam ilustrasi berikut :
1. Lurus (Strip Shaped)
Gambar 2.1 Strip Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001)
Bentuk lurus pada gambar diatas sangat fleksibel dikota-kota kecil,, tetapi dapat pula dipusat kota yang memiliki lahan terbatas. Anchor Tenant dapat diletakan di tengah bangunan ataupun diujung bangunan, sedangkan area parkir didepan bangunan dan area servis diletakan dibelakang bangunan.
-9-
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
2. Bentuk L (L Shaped)
Gambar 2.2 L Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001)
Letaknya mirip dengan bentuk lurus yaitu penempatan lahan parkir di depan bangunan dan aera servis dibelakang dan disamping bangunan, hanya bentuk bangunan ini kurang efektif yaitu penempatan tata letak pertokoan lebih sempit.
3. Bentuk U (U Shaped)
Gambar 2.3 U Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001)
Bentuk U Shape mempunyai kondisi yang lebih baik yaitu dapat meletakan jumlah area pertokoan lebih banyak dari pada bentuk L. Bentuk seperti ini mengacu pada lingkungan wilayah (community) daripadap pusat perbelanjaan lokal (neighborhood), karena U shape ini dapat diletakan 3 anchor tenant.
- 10 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
4. Berkelompok (Cluster Shaped)
Gambar 2.4 Cluster Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001)
Pada awal pusat perbelanjaan regional bentuk yang pertama kali muncul adalah bentuk segi empat dengan penempatan parkir pada keempat sisi-sisinya, untuk area servis dapat dibuat sistem tunnel. Anchor tenant dapat diletakan dibagian tengah (terpusat).
5. Bentuk T (T Shaped)
Gambar 2.5 T Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001)
- 11 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Untuk mengakomodasi anchor tenant, bentuk T mempunyai area parkir disekelilingnya dan aera servis dapat dilakukan dengan sistem tunnel atau tersembunyi diantara bangunan. Bentuk T ini cenderung seperti bangunan tertutup karena tidak menonjolkan area pintu masuk, karena umumnya anchor tenant dapat diletakan lebih dari 1 dan terletak di ujung-ujung bangunan. Kekurangan dari layout bangunan ini adalah pengunjung tidak cepat tanggap terhadap keseluruhan bagian tengah. Tapi keuntungan lain adalah keberadaan anchor tenant yang ada dapat menjadi daya tarik minat pengunjung terhadap pertokoan yang berada didekatnya.
6. Bentuk Segitiga (Triangle Shaped)
Gambar 2.6 Triangle Shape (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001)
Bentuk ini hampir sama dengan bentuk segitiga, hanya ada faktor tambahan pada visibilitas anchor tenant, kekurangan dari bentuk ini akan menyia-nyiakan lahan yang ada, tetapi dapat mengoptimalkan seluruh sisi yang bukan bagian segi empat. Untuk mengakomodasi ketiga anchor tenant, bentuk segitiga dapat dibuat 2 level dan pada bagian level tengah tidak mempunyai struktur untuk parkir.
- 12 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
7. Lurus sejajar horizontal (Dumbbell Shaped)
Gambar 2.7 Dumbbell Shaped (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001)
Bangunan lurus yang sejajar saling berhadapan dengan penempatan anchor tenant pada kedua sisi akhir bangunan, dengan area parkir pada seluruh sisi luar bangunan. Bentuk seperti ini didesain untuk membantu jalan persimpangan pengunjung yang berjalan-jalan.
8. Lurus membujur sejajar (Double Dummbbell Shaped)
Gambar 2.8 Double Dumbbell Shaped (Sumber : Time Saver Standard for Building Types tahun 2001)
Pada dasarnya bentuk ini merupakan cerminan membujur bangunan lurus sejajar yang memotong bagian tengah bangunan. Desain ini - 13 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
mengakomodasi 4 anchor tenant dan tata letak parkir diempat sisi bangunan serta area servis dengan sistem tunnel atau terselubung.
9. Bentuk vertikal (Vertical Shaped) Diantara seluruh bentuk bangunan-bangunan yang ada, mall bertingkat tinggi mempunyai lift (elevator) dan tangga berjalan (escalator) sebagai sarana transportasi pengunjung untuk mengunjungi toko-toko dari lantai ke lantai. Dan mempunyai atrium ditengah bangunan sebagai sirkulasi pengunjung.
Gambar 2.9 Vertical Shape (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Dari bentuk-bentuk dasar diatas yang akan dipilih dalam skripsi ini adalah gabungan antara nomor 4 yaitu berkelompok dan nomor 9 bentuk vertikal untuk memberikan keuntungan desain lebih banyak terhadap tema dalam skripsi ini.
2.2.4 Skala Pelayanan Menurut Neufert (1996), lokasi tersebut memiliki luas daerah pelayanannya mencakup penduduk sebesar 80.000 orang. Dan kondisi lokasi tersebut harus didukung oleh akses yang menghubungkan jalan raya baik satu atau dua jalan. Selain itu, akses tersebut harus dapat dilewati oleh kendaraan dan bagaimana menanggapi terhadap lahan parkir. Sedangkan menurut Endy Marlina (2008) klasifikasi pusat perbelanjaan dalam skala perlayanan ada 3 jenis, yaitu : 1. Pusat perbelanjaan lokal (Neighborhood Center)
- 14 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan yang meliputi 5.000 sampai 40.000 penduduk (skala lingkungan), dengan luas bangunan berkisar antara 2.787-9.290 m2. Unit penjualan terbesar pada pusat perdagangan golongan ini adalah supermarket.
2. Pusat perbelanjaan distrik (Community Center) Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan 40.000 sampai 150.000 penduduk (skala wilayah), dengan luas bangunan berkisar antara 9.290-27.870 m2. Unit-unit penjualannya terdiri atas junior department store, supermarket dan toko-toko.
3. Pusat perbelanjaan regional (Suburban / Main Center) Pusat perbelanjaan kelas ini mempunyai jangkauan pelayanan seluas daerah dengan 150.000 sampai 400.000 penduduk, dengan luas bangunan 27.870-92.990 m2. Pusat perbelanjaan golongan ini terdiri dari 1-4 department store dan toko-toko retail, yang tersusun mengitari pedestrian, dan dikelilingi area parkir (the Community Builders Council of ULI-the Urban Land Institute, 1977:23)
Untuk tuntutan pelayanan dalam skripsi ini BIP tergolong pada nomor 3 yaitu pusat perbelanjaan regional, sesuai dengan besaran luas lahan yang dimiliki dan target pasar dalam komunitas perkotaan. Sedangkan menurut (Joseph De Chiara,2001) dalam industri pusat perbelanjaan umumnya terbagi dalam klasifikasi berdasarkan fungsi dan ukuran, yaitu :
1. Neighborhood Centers (Lokal) Pusat perbelanjaan lokal ini dirancang untuk memberikan ketepatan waktu berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Pusat perbelanjaan lokal ini didukung oleh keberadaan supermarket untuk menawarkan toko-toko kelontong dan jasa pelayanan yang berada disekitarnya. Umumnya keberadaan pusat perbelanjaan lokal berkisar 27.000 m2 sampai dengan 30.000 m2 dan luas lahan 12.140 m2 sampai 40.469 m2 - 15 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
2. Community Centers (Distrik) Sebagai
penambah
untuk
kelengkapan
barang
yang
diperdagangkan dan pelayanan jasa, pada pusat perbelanjaan distrik umumnya menawarkan toko-toko pakaian dan perlengkapan rumah tangga. Umumnya anchor terdiri dari Department Store Junior dan berbagai macam pertokoan besar atau lebih dari 1 supermarket. Ukuran pusat perbelanjaan ini memiliki luas kotor area yang berkisar antara 3 ha sampai dengan 9 ha dan ketentuan lahan seluas 40.469 m2 sampai dengan 121.405 m2 .
3. Regional Centers (Regional) Pusat
perbelanjaan
regional
selalu
ditunjang
oleh
1
jalur
department store atau lebih, termasuk toko-toko pilihan yang menjual berbagai macam barang keras atau barang lunak, makanan, dan pelayanan
jasa.
Pusat
perbelanjaan
regional
dirancang
untuk
mempertemukan semua kebutuhan berbelanja dalam komunitas perumahan besar dan biasanya batasan luas kotor area
berkisar
90.000 m2 sampai dengan 300.000 m2 dan luas lahan sekitar 121.405 m2 sampai dengan 202.342 m2 .
4. Superregional Centers (Superregional) Pengelompokannya hampir sama dengan pusat perbelanjaan regional, tetapi pusat perbelanjaan ini lebih besar dan tergantung pada aera perdagangan yang lebih besar. Pusat perbelanjaan regional memiliki lebih dari 3 department store dan jumlah pertokoan 100 unit atau lebih. Pusat perbelanjaan ini menawarkan berbagai macam pelayanan jasa, toko makanan, dan bahkan sering dalam bentuk retail makanan yang berkelompok, dan jenis barang yang diperdagangkan juga sama terbagi dalam kategori barang yang keras atau jenis barang yang lunak. Pusat perbelanjaan superregional biasanya lebih dari 202.342 m2 meliputi luar area kotor paling sedikit 300.000 m2 dan beberapa lebih besar dari 750.000 m2 .
- 16 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
5. Specialty Centers and Theme Centers Pertimbangan umum yang relatif dekat dengan segmen pasar, khususnya tema pusat perbelanjaan dan hampir selalu tidak mempunya anchor dan toko-toko utama ditempatkan pada area turis dan atau area pendapatan yang paling tinggi. Untuk keberadaan restoran memberikan kepuasan pengunjung terbesar. Lokasi pusat perbelanjaan ini terletak di daerah distrik, biasanya desain untuk pusat perbelanjaan jenis ini menggunakan cara konstruksi baru yang kreatif atau
pemanfaatan
lahan
yang
sudah
ada,
karena
umumnya
pengunjung yang datang berasal dari daerah terbatas, dan luas area kotor relatif kecil sekitar kurang dari 75.000 m2
6. Mixed-Use Centers Umumnya
bangunan
mixed
use
mencakup
dari
beberapa
pendapatan retail yaitu perkantoran, area parkir, restoran, hotel, perumahan, dan fasilitas hiburan. Untuk Mixed Use Center ini didirikan dikawasan area perkotaan dan menjadikan kontribusi penting dalam revitalisasi dalam kota. Karena lahan perkotaan umumnya sangat mahal, maka konsep mixed use selalu dirancang dalam multi level atau bangunan tinggi untuk memenuhi kebutuhan lahan.
7. Urban Centers Merupakan revitalisasi dari perkotaan dan bagian program pembaharuan dalam pusat perbelanjaan di perkotaan. Umumnya pusat perbelanjaan kota ini memiliki pedestrian walk dan dibangun dalam bangunan tradisional daerah. Sebagai karakter ini urban center memiliki area parkir terbuka dan kebebasan pengunjung berjalan-jalan mendatangi toko ke toko lainnya.
8. Outlet Centers Pusat perbelanjaan toko outlet dirancang untuk menjual barangbarang yang dibawah harga normal. Outlet ini terbagi 2 yaitu pabrik outlet dimana toko tersebut memproduksi barang yang akan diperdagangkan secara teratur dan komoditas besar, serta dikelola - 17 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
oleh pemilik pabrik tersebut. Dan yang kedua adalah penyerahan dan pembelian barang dari pabrik dalam jumlah yang besar, dan bahkan overstocked. Umumnya barang yang diperdagangkan dioutlet adalah berupa pakaian, buku, home textiles, peralatan rumah tangga, dan asesoris dekorasi.
Perkembangan terjadinya mal – mal dan terkumpulnya toko – toko serta item – item dalam suatu bangunan. Berdasarkan kriteria International
Council
On
Shopping
Centers,
klasifikasi
tempat
perdagangan terbagi atas ukuran, letak, dan lokasi dan jenis barang yang dijual. Klasifikasi tersebut berubah untuk disesuaikan dengan budaya dan karakter lingkungan yang terkait KLASIFIKASI SHOPPING CENTER MENURUT UKURAN LUAS Tipe Dasar
Ruang Retail
Jumlah
Tipe Tenant
Lokasi
Toko
Ketepatan waktu / Blok
< 10.000 m2
3-6
Waktu
yang
sempat,
Dalam area
penjualan grosir, retail barang grosir
Lokal / Kompleks
10.000 – 50.000
+ 10
m2
Supermarket /
Waktu tempuh +
Department Store
15 menit dengan kendaraan
Distrik
30.000 m2
10 - 30
Perlengkapan rumah
Dalam area
30-100
Department Store / Plaza
Area tertentu
> 100
Shopping Center / Mall /
Area tertentu di
– 110.000 m2
Regional
110.000m2
–
250.000 m2
Super regional
> 250.000 m2
Town Square
pusat kota/ibu kota
Tabel 1. Ukuran luas menurut ICSC
- 18 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
(Sumber Indonesia Shopping Center, tahun 2006)
Contoh Komposisi dan klasifikasi diatas berdasarkan karakter dan
budaya
wilayah
Barat,
ditambah
dengan
latar
belakang
pembentukan ruang kotanya. Dan di Indonesia klasifikasi tersebut mengalami pergeseran karena penyesuaian kondisi masyarakat, budaya dan karakter lingkungan yang terkait.
2.2.5 Studi Banding Untuk penulisan skripsi ini, maka perlu dilakukan studi banding mengkaji lebih dan mempelajari mal-mal yang sudah ada saat ini, pilihan
studi
banding
ini
banyak
terdapat
di
kota
Jakarta.
Perbandingan ini dapat membantu kekurangan dan kelebihan pada penulisan skripsi ini.
A. Puri Indah Mall, Jakarta
Gambar 3.2.1 Pintu masuk di Puri Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Lokasi
: Jl. Puri Agung, Puri Indah, Jakarta Barat.
Akses
: 2 jalan tol, 1 jalan tol menuju Tanggerang, dan 1 jalan tol Jakarta- Merak.
Luas Lahan
: + 125.000 m2
Luas Bangunan
: + 57.000 m2
- 19 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Jumlah Lantai
: 3 Lantai -
Ground Floor
-
First Floor
-
Second Floor
Konsep bangunan : Family Shopping Castle. Pintu Masuk
: 2 arah, 1 dari arah Barat, 1 dari arah Timur
Fasilitas
: Jembatan, Void, Atrium, Skylight, dan Center Food Court. Sirkulasi Vertikal : Escalator 7 pasang Sirkulasi Horizontal : Elevator.
Jumlah Parkir
: + 300 mobil sekeliling bangunan, + 1500 di Basement.
Anchor Tenant
: Keris Department Store, Ace Hardware, dan Index
Mini Anchor Tenant : Celebrity Fitness, Bowling Center, Bioskop 21, Toko Buku. Jumlah Tenant
: 240 unit
Luas Area Tenant
: 12.754,91 m2
Sistem Koridor
: Double Loaded Coridor.
Kelebihan dalam Puri Indah Mall ini : -
Dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari di lokasi perumahan sekitar.
-
Ketersediaan fasilitas untuk keluarga cukup memadai
Kekurangan di Puri Indah Mall ini : -
Kurang tersedianya tempat duduk (shelter)
-
Jalur-jalur
penempatan
lift
kurang
terekspose,
sehingga
pengunjung sulit menemukannya. -
Tidak ada jalur pemempatan antrian taxi, disekitar lobi
-
Luas atrium yang terbatas, karena di Puri Indah Mall sering diadakan kegiatan pameran.
-
Tidak tersedianya fasilitas untuk penyandang orang cacat.
- 20 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
-
Fasilitas penunjang seperti Mushola kurang mendapat perhatian dari segi kenyamanan.
Denah-denah pusat perbelanjaan di Puri Indah Mall
Gambar 3.2.2 Lantai Dasar Puri Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.2.3 Lantai 1 Puri Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.2.4 Lantai 2 Puri Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center)
- 21 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Keberadaan Puri Indah Mall ini termasuk klasifikasi dalam pusat perbelanjaan regional, karena luas bangunan yang mencakup dengan persyaratan, selain itu jangkauan pelayanannya memenuhi kapasitas penduduk khususnya pada kompleks perumahan elit sekitar yang mencakup wilayah Kembangan, Kebon Jeruk, Meruya hingga Joglo. Untuk Puri Indah Mall ini mengacu pada orientasi bangunan Double Dummbbell Shaped no. 8, terlihat pada penempatan anchor tenant diujung pertokoan meskipun jumlah anchor tenant hanya ada 3 buah, selain zona sisi-sisi pertokoan yang mengapit center court sebagai atrium bangunan.
B. Mall Kelapa Gading, Jakarta
Gambar 3.3 Tampak Depan Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Lokasi
: Jl. Boulevard Artha Gading Selatan, Jakarta Utara.
Akses
: Jalan Utama, Jalan Tol Cawang-Tanjung Priok
Luas Lahan
: + 60.000 m2
Luas Bangunan
: + 270.000 m2
Konsep bangunan : Pesona Jalur Sutera. Jumlah Lantai
: 7 Lantai, 4 lantai untuk perbelanjaan, 3 lantai untuk parkir -
Ground Floor
-
First Floor
-
Second Floor
- 22 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
-
Third Floor
Pintu Masuk
: 1 arah
Fasilitas
: Jembatan, Void, Atrium, Skylight
Jumlah Parkir
: + 3.000 mobil
Letak Parkir
: Basement, lantai 5, lantai 6 dan lantai 7
Anchor Tenant
: Index, Ace Homecenter, Electronic City, Diamond Supermarket and Diamond Dept. Store, Java Dept. Store.
Jumlah Tenant
: 420 unit
Sistem Koridor
: Single Loaded Coridor.
Gambar 3.3.1 Lantai Basement Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.3.2 Lantai Dasar Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)
- 23 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.3.3 Lantai 1 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.3.4 Lantai 2 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.3.5 Lantai 3 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)
- 24 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.3.6 Lantai 5 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.3.7 Lantai 6 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.3.8 Lantai 7 Mall Artha Gading (Sumber : Indonesia Shopping Center)
- 25 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Kelebihan dalam Mall Artha Gading ini : -
Kebersihan di sekitar Mall Artha Gading terjaga dengan baik, karena ada pengontrolan sampah dan limbah yang ketat.
-
Karena kelapa gading merupakan salah satu daerah resapan, maka faktor lingkungan hijau masih diterapkan.
-
Keunikan dari konsep ini memberikan suasana yang berfantasi dalam berbelanja, karena disetiap retail pertokoan mencerminkan berbagai desain
Kekurangan di Mall Artha Gading ini : -
Kurang tersedianya fasilitas untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup anak muda.
Mengacu pada klasifikasi De Chiara (2001) Mall Artha Gading ini termasuk klasifikasi dalam pusat perbelanjaan superregional, karena persyaratan department store yang jumlahnya lebih dari 3 unit luas bangunan yang mencakup dengan persyaratan Untuk Mall Artha Gading ini termasuk pada orientasi bangunan Strip Shaped no. 1, terlihat pada penempatan anchor tenant diujung pertokoan meskipun jumlah anchor tenant lebih dari 3 buah, selain zona sisi-sisi pertokoan yang berderet mengapit center court sebagai atrium bangunan, sehingga koridor pertokoan menjadi bentuk single loaded corridor memberikan kemudahan
pandangan pengunjung
untuk melihat toko-toko yang berbeda level saat berjalan-jalan.
- 26 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
C. Pondok Indah Mall 1 dan 2, Jakarta
Gambar 3.4. Pondok Indah Mall (Sumber : www.indonesianstate.com)
Lokasi
: Jl. Raya Metro Pondok Indah, Jakarta Selatan
Akses
: Jalan Tol Pondok Labu – Bintaro, Feeder Trans BSD City , Feeder Trans Bintaro
Luas Lahan PIM 2
: + 43.000 m2
Luas Bangunan PIM 2
: + 75.000 m2
Konsep bangunan : Shopping Center and Entertainment Jumlah Lantai PIM 2
: 4 Lantai -
Ground Floor
-
First Floor
-
Second Floor
-
Third Floor
Pintu Masuk
: 3 arah ( Pintu utama, Pintu Selatan, Pintu Utara)
Fasilitas
: Jembatan, Void, Atrium, Skywalk
Jumlah Parkir
: + 2.500 mobil di Basement + 1.800 di PIM 1 (indoor dan outdoor) + 2.500 mobil di PIM 2 (indoor dan outdoor)
Letak Parkir
: Basement, lantai 5, lantai 6 dan lantai 7
Anchor Tenant
: Sogo Department Store, Metro Department Store, Food Hall
Sistem Koridor
: Single Loaded Coridor.
- 27 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Denah-denah pusat perbelanjaan di Pondok Indah Mall
Gambar 3.4.1 Denah Lower Ground Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.4.2 Denah Ground Floor Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.4.3 Denah Lantai 1Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center)
- 28 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.4.4 Denah Lantai 2 Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.4.5 Denah Lantai 3 Pondok Indah Mall 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Kelebihan dalam Pondok Indah Mall 1 dan 2 ini : -
Dengan adanya sistem underpass ini membantu mengatasi kemacetan dan memudahkan aksesibilitas pengunjung.
-
Konsep modern yang diterapkan di Pondok Indah Mall 2 ini memberikan kesan eksklusif sehingga orang tertarik untuk datang.
-
Memenuhi target gaya hidup anak muda.
-
Fasilitas penunjang seperti Mushola sudah teratasi dengan penghawaan yang lebih baik.
-
Penempatan
air
wudhu
dan
tempat
disediakan lebih dekat dari tempat sholat.
- 29 -
penyimpanan
sepatu
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.4.6 Ruang Wudhu di Pondok Indah Mall 2 (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Kekurangan di Pondok Indah Mall 1 dan 2 ini : -
Pada hari-hari tertentu khususnya dihari libur di akhir pekan, banyak pengunjung yang tidak mendapati area parkir.
Arah jembatan ke PIM 1 Arah jembatan ke PIM 1
Gambar 3.4.7 Site Plan Pondok Indah Mall 2 (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
- 30 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Pondok Indah Mall 1 dan 2 ini termasuk klasifikasi dalam pusat perbelanjaan distrik, karena luasan department store junior yang kapasitasnya terbatas, selain itu bangungan tersebut sebelumnya tidak direncanakan menjadi satu bangunan utuh, melainkan hanya sebuah pengembangan PIM 1 dan PIM 2. Untuk PIM 1 ini termasuk pada orientasi bangunan Strip Shaped no. 1, terlihat pada penempatan anchor tenant dibagian samping bangunan dengan jalur-jalur entrance yang melintasi pertokoan. Sedangkan PIM 2 termasuk orientasi bangunan U Shaped perletakan anchor tenant yang berjajar dengan deretan pertokoan sehingga membentuk alur seperti huruf U yang berakhir dengan jembatan penghubung PIM 1.
2.2.6 Ruang Sewa Pada perancangan ruang sewa sebuah pusat perbelanjaan, modul ruang sewa merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan.
Dimensi
ruang
sewa
ditentukan
berdasarkan
3
pertimbangan (Endy Marlina, 2008) yaitu : a.
Kemampuan sewa calon penyewa. Untuk mengetahui hal ini, perlu dilakukan studi terhadap calon penyewa sasaran atau dapat dilakukan juga melalui referensi dari bangunan sejenis.
b.
Modul struktur bangunan disesuaikan dengan sistem struktur yang digunakan. Data dari kajian pertama dipadukan dengan sistem struktur yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan kemudian
digunakan
menentukan
modul
sebagai struktur
bahan serta
pertimbangan
material
struktur
dalam yang
digunakan pada bangunan tersebut. Penentuan modul ini akan terkait dengan efisiensi penataan (layout) ruang, baik pada ruangruang sewa maupun fasilitas pendukungnya, misalnya area parkir didalam bangunan. c.
Pertimbangan
yang
terkait
dengan
jenis
barang
yang
didagangkan. Ketiga poin diatas akan mendukung target konsep untuk perancangan dalam skripsi pusat perbelanjaan ini. - 31 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
2.3
Fasilitas 2.3.1 Pertokoan Menjadi sebuah pusat perbelanjaan atau mall yang tetap eksis dan sukses tergantung pada kemampuan untuk menarik pengunjung dan menjaga agar namanya tetap dikenal. Salah satunya adalah menonjolkan anchor tenant dan tenant mix sebagai salah satu pertokoan. Penataan letak retail tenant dengan anchor tenant harus saling mendukung dengan komposisi 50% retail tenant dan 50% anchor tenant. (Endy Marlina, 2008). Perletakan
dan
dimensi
tiang
–
tiang
struktur
sangat
menentukan besaran unit – unit pertokoan contohnya dengan sistem pola lajur, yaitu mempunyai lebar 7,3m s/d 8m untuk unit besar dan 9,15m panjang menyamping sedangkan untuk unit kecil lebarnya 5,3m s/d 6m kearah depan dan 18m s/d 36 panjang bangunan dari depan ke belakang. Ukuran selasar dalam toko minimal 1,98 m dengan selasar tambahan 99 cm. Namun sebaiknya agar bebas tiang, lebar bentangan dan jarak antar tiang 8m x 12m (Neufert ,1996).
a. Anchor Tenant Achor Tenant berarti penyewa utama sebuah pusat belanja atau jenis bangunan lainnya. Dapat diartikan pula sebagai penyewa terbesar atau toko terbesar (Yuli Andyono, 2006) Anchor Tenant adalah kunci sebuah pusat belanja atau mall yang berfungsi sebagai magnet untuk menarik pengunjung. Biasanya direncanakan dilokasi yang strategis pada layout bangunan sehingga dapat memberikan keuntungan maksimum. Anchor tenant juga menjadi daya tarik bagi toko-toko lain yang lebih kecil. Sistem pengelolaan anchor tenant adalah sistem sewa penuh dengan jangka waktu yang panjang, lebih dari 10 tahun. Pengelola bangunan tidak mempunyai kekuasaan atas anchor tenant, jadi pengelola anchor tenant bertanggungjawab penuh atas segala aktivitas yang terjadi anchor tenant tersebut.
- 32 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Jenis anchor tenant biasanya dipilih berdasarkan pada fungsi bangunan dan jenis kegiatan yang terjadi di dalam bengunan tersebut. Untuk sebuah pusat belanja atau mall, jenis anchor tenant yang dipilih pada umumnya adalah sebuah departement store atau supermarket. Kedua jenis ini adalah toko besar yang dapat memenuhi hampir semua kebutuhan
berbelanja
pengunjung
dalam
satu
wadah
karena
dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap. Anchor tenant pada sebuah pusat belanja atau mal biasanya terletak pada sudut-sudut bagian bangunan. Selain karena ukurannya yang paling besar dibanding toko lainnya sehingga tidak memakan tempat bila diletakkan di sudut bangunan, Dan letaknya secara vertikal selalu diletakan dilantai dasar, lantai 1 atau lantai 2, perletakkan ini juga bertujuan agar pengunjung secara tidak langsung, mau tidak mau harus mengelilingi semua bagian bangunan terlebih dulu sebelum sampai ke anchor tenant. Dengan demikian semua bagian bangunan dan semua toko terlewati dan terlihat oleh pengunjung.
Gambar 2.10 Foto Debenhams, contoh unit Anchor Tenant (Sumber : www.map.co.id)
b. Tenant Mix Tenant Mix adalah strategi pencampuran penyewa ruang (pedagang) dari berbagai jenis barang dagangan. (Endy Marlina, 2008). Konsep tenant mix diatur melalui pengelompokan berdasarkan jenis toko. Pengelompokannya dapat dibagi menjadi besar.
- 33 -
6 kelompok
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
1. Pakaian Adalah jenis tenant utama dari sebuah pusat belanja atau mall, berupa toko baju anak, pria dan wanita berbentuk butik, termasuk toko aksesoris dan kosmetika, toko baju pengantin, toko pakaian olah raga, dan sebagainya. Dalam pembagian setiap toko-toko pakaian harus tersedia tempat penempatan meja display (counter) berukuran 180cm x 60cm dan ruang ganti baju (fitting room) berukuran 150cm x 120 cm, berikut area sirkulasi dalam pertokoan sebesar 10 m2 . (Mun).
Gambar 2.11 Toko Pakaian di Mal Taman Anggrek (Sumber : Dokumnetasi Pribadi)
2. Entertainment Area hiburan yang biasanya berada disekitar bioskop yang berhubungan langsung dengan foodcourt. Sering kali dilengkapi area bermain anak – anak, bowling center, termasuk juga toko buku dan kaset. Untuk penempatan area hiburan ini selalu diletakan dilantai paling atas, umumnya dapat diletakan lantai 4 atau 5 karena membutuhkan ketinggian lantai yang paling tinggi, karena area ini terdapat bioskop sehingga membutuhkan ketinggian atap yang optimal.
Gambar 2.12 Bioskop Entertainment Center, EX (Sumber : Dokumnetasi Pribadi)
- 34 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
3. Lifestyle Toko yang menyediakan perabotan / perlengkapan rumah tangga, toko hadiah, dan toko furniture /dekorasi rumah. Biasanya penempatan toko penyedia perabotan terpisan dari zona toko pakaian. Dan umumnya penempatannya satu lantai dibawah zona entertainment.
Gambar 2.13 Toko Buku Kinokuniya (Sumber : www.map.co.id)
4. Home Apliance Toko yang menyediakan barang elektronik rumah dan dapur, biasanya dari merk – merk terkenal. Terkadang penempatan ini zonanya setara dengan zona perabotan.
Gambar 2.14 Toko Furniture (Sumber : www.map.co.id)
5. Food Toko yang menyediakan bahan makanan, roti, kue, dan toko makanan siap saji. Oleh karena itu zona penempatan toko makanan - 35 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
yang diperlukan harus sesuai dengan rencana toko yang akan diadakan dipusat perbelanjaan tersebut. Untuk itu kegiatan yang terjadi dalam
pusat
pertokoan
mempengaruhi
kebutuhan
dalam
toko
makanan tersebut. Penyediaannya dapat berupa penempatan lemari pendingin, alat pemanggang (Oven), tempat penyimpanan, gudang, dan orang yang terlibat yaitu karyawan toko dan pembeli.
Gambar 2.15 Toko Roti (Sumber : www.nshotel.com)
2.3.2 Restoran Kebanyakan pusat perbelanjaan menerapkan sistem restaurant row dalam pengaturan dan pengelompokan rumah – rumah makan yang ada dipusat belanja tersebut. Rumah makan pada pusat belanja atau mal umumnya tidak terlalu besar. Untuk dapat memenuhi daya tampungnya ada beberapa rumah makan yang menyediakan meja dan kursi di koridor restaurant row. Kebutuhan luas ruangnya bermacam-macam, tetapi yang diperlukan untuk melengakapi kebutuhan restoran ini adalah peragaan masakan, kisi untuk pemanasan/pembakaran makanan, lantai untuk menari pertunjukan, dekorasi khusus, dan lain-lainnya. Kebutuhan ruang perbangku diperkirakan berukuran 1.48m x 2.15m dan dengan perbandingan luas perlayanan dengan luas keseluruhan bar = 25 –50%, luas (bersih) ruang dapur saja = 15-25% (Neufert, 1996)
- 36 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 2.16 Foto Restoran Samudra Suki (Sumber : Dokumnetasi Pribadi)
Gambar 2.17 Foto Foodcourt di Plaza Semanggi (Sumber : Dokumnetasi Pribadi)
a. Foodcourt Foodcourt sering kali membuat konsep terpadu. Artinya selain sebagai tempat makan juga menjadi tempat hiburan dengan menyediakan berbagai arena hiburan seperti arena bermain anak, dan bioskop. Dan perletakan area tempat makan sebaiknya tidak mengganggu
jalur
sirkulasi
orang
berjalan-jalan
dalam
pusat
perbelanjaan.
b. Café Tempat sejenis Food and Baverage, pengunjung yang datang dapat makan maupun tempat berkumpul. Café ini dapat dikatakan kedai kopi dengan perhitungan luas 1,2 – 1,4 m2/orang, biasanya dilayani dari bagian depan ruang masak yang dibatasi meja penyekat yang diberi tirai berhias. Tempat persiapan utama dan tempat cuci terletak dibelakang. Luas meja pelayanan kadang-kadang dimasukan dalam perhitungan kebutuhan luas ruang (Neufert,1996).
Gambar 2.18 Foto Café Starbucks (Sumber : www.map.co.id)
- 37 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
2.3.3 Departement Store “Department Store“, adalah tempat penyimpanan barang dalam jumlah
banyak
yang
saling
terpisah
menurut
jenisnya
dan
dikelompokan ke bagian – bagian khusus. Departement Store menyediakan aneka keperluan sehari – hari di satu tempat sehingga para pembeli cukup datang ke situ untuk memperoleh berbagai keperluan sehari – hari sehingga para pembeli harus berpindah – pindah untuk memperoleh berbagai keperluan sehari – harinya (Yuli Andyono, 2006). Department Store merupakan wadah perdagangan eceran besar dari berbagai barang. Luasnya berkisar 10.000m2 sampai 20.000 m2. (Endy Marlina, 2008). Sedangkan menurut Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern No. 112 Tahun 2007 tertulis bahwa Department Store memiliki luas diatas 400 m2.
Gambar 2.19 Foto Sogo, Dept Store (Sumber : www.map.co.id)
2.3.4 Supermarket Supermarket merupakan toko yang menjual barang kebutuhan sehari-hari (pangan) dengan cara pelayanan mandiri dan penempatan barang-barang dagangan dikelompokan menurut basah dan keringnya barang yang dijual. Sehingga ada ketentuan tata letak pada area display sesuai dengan efisiensi penjualannya. Luas lantainya berkisar antara : -
1.000m2 s/d 2.500 m2 (Endy Marlina, 2008).
-
400 m2 s/d 5.000 m2
(Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern No. 112 Tahun 2007 -
1.500 m2 s/d 3500 m2 (Neufert, 2002) - 38 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 2.20 Foto Supermarket (Sumber : www.chemitron.com)
2.3.5 Olah raga Salah satu tempat hiburan rekreasi, seperti fitness center, bowling, dan billiard. Umumnya terletak dalam satu zona dengan food court dan bioskop. Area ini merupakan salah satu kategori anchor tenant juga, hanya penempatannya selalu diletakan di lantai teratas dalam pusat perbelanjaan.
Gambar 2.21 Foto fitness center (Sumber : www.troxworld.blogspot.com)
2.3.6 Parkir Syarat kebutuhan parkir dalam pusat perbelanjaan bervariatif yaitu : - 5 unit / 100 m2 menurut Neufert Jilid 1, tahun 1996 -
1 unit / 60 m2 luas lantai penjualan, menurut Penataan Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern No. 112 Tahun 2007 Pasal 4. - 6 unit / 300m2 luas lantai pertokoan, menurut Time Saver Standars for Building Types.
- 39 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
-
Dan menurut Neufert (2002) tipologi parkir terbagi dalam beberapa
kategori pada berikut ini : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
- 40 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
8.
9.
10.
11.
12.
- 41 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
13.
Gambar 2.22 Tipologi gedung parkir (Sumber : Neufert, 2002)
Perletakan parkir yang ada di BIP saat ini kurang memberikan kenyamanan bagi pengunjungnya, yaitu diantaranya : -
Tersisa bagian yang kosong, sehingga menimbulkan area negatif
Gambar 2.23 Foto gedung parkir di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.24 Entrance dari tempat parkir di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
-
Sistem pengelolaan yang kurang baik, sehingga terlihat kesan kotor
-
Sistem utilitas terlalu terbuka, sehingga kurang baik untuk dilihat pengunjung. Untuk
pemilihan
area
parkir
dalam
skripsi
ini
akan
diperhitungkan jumlah akumulatif yang sesuai dengan persyaratan gedung pusat perbelanjaan pada bab selanjutnya, namun kriteria parkir nomor 9 dapat pula dijadikan pilihan untuk perencanaan jalur sirkulasi parkir.
Gambar 2.25 Foto gedung parkir di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
- 42 -
Gambar 2.26 Foto gedung parkir di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 2.27 Koridor basement menuju pertokoan BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 2.28 Akses dari basement ke pertokoan BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
2.3.7 Mekanikal dan Elektrikal Mekanikal dan elektrikal merupakan bagian pelayanan utilitas yang meliputi sebagai berikut : -
Penyediaan ruang – ruang toilet disetiap lantai dan di sudut titik.
Gambar 2.29 Foto Toilet Wanita di Pasific Place, Jakarta (Sumber : Dokumnetasi Pribadi)
-
Penyediaan ruang pengaturan suhu udara (AC), pengkondisian udara.
-
Penyediaan ruang untuk mesin-mesin pendingin
-
Ruang pengatur daya listrik dan mesin diesel
-
Perlindungan terhadap petir.
-
Perlindungan terhadap pencemaran
-
Pembagian saluran air bersih dan saluran pembuangan air kotor
-
Jaringan komunikasi pengguna bangunan, yaitu telepon - 43 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
-
Penerangan dalam bangunan.
-
Mengatasi sound system dalam bangunan
-
Kelengkapan bangunan dalam segi keamanan yaitu tersedia sarana pemandam kebakaran.
-
Penempatan titik tangga darurat sebagai faktor keamanan akan ditempatkan ditepi bangunan agar yang menghubungkan langsung kearah luar. Sesuai dengan persyaratan umum bahwa penempatan tangga darurat diperlukan dengan jarak minimal 30,5 m(Neufert, 1996)
2.3.7.1 Sistem Distribusi Air Secara umum sistem distribusi air bersih dalam bangunan dibedakan menjadi 2, yaitu :
A. Sistem Distribusi Air Bersih 1. Up Feed System (Sistem Distribusi ke atas) Arah aliran air direncanakan dengan arah ke atas sehingga sumber/tampungan air harus berada lebih rendah daripada lubang distribusi. Sistem ini direncanakan dengan pengambilan air dengan menggunakan alat bantu pompa. 2. Down Feed System (Sistem Distribusi ke bawah) Merupakan sistem distribusi air bersih dimana aliran air diarahkan kebawah, biasanya menggunakan gaya gravitasi. Pada sistem ini air diambil dari sumur/sumber air yang biasanya terletak dibawah, lalu ditampung
dulu
di
tanki
air
yang
berada
diatas
kemudian
didistribusikan ke lubang-lubang yang lebih rendah dengan bantuan gravitasi. Tentunya dalam bangunan pusat perbelanjaan, frekuensi pemakaian air ini akan lebih efektif dengan sistem nomor 2 karena dapat menghemat energi listrik.
B. Sistem Distribusi Air Kotor Terdiri dari syarat 3 bagian pada drainase, yaitu : - Alat-alat penerima seperti kloset, bak cuci, dan talang - 44 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
- Saluran didalam dan diluar gedung, lengkap dengan peralatannya baik secara horizontal maupun vertikal. - Tempat pembuangan air kotor
2.3.7.2 Tenaga Listrik Untuk memenuhi kebutuhan suatu bangunan diperlukan 2 sumber tenaga, yaitu : 1. PLN Aliran listrik berasal dari jaringan kota yang dikelola pemerintah 2. Generator (Gen Set) Alat yang mengubah gerakan mekanis menjadi elektris melalui proses Kemagnetan, sumber daya ini dikelola oleh bangunan. Umumnya
disetiap
bangunan
umum,
misalnya
gedung
pusat
perbelajaan selalu tersedia genset sebagai operasional listrik dalam gedung.
2.3.8 Penunjang Tersedianya kantor pengelola, ruang karyawan, ruang ganti, mushola, pergudangan, ruang pengepakan barang, ruang control unit, ATM center dan ruang untuk akomodasi.
Gambar 2.30 Mushola di Pondok Indah Mall 2 (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Penempatan kantor pengelola dan ruang karyawan sebaiknya memiliki akses terpisah dari akses pengunjung, hal ini dilakukan untuk memberikan privasi masing-masing. Selain itu penempatan mushola sebaiknya
diletakan
ditempat
yang
- 45 -
lebih
mudah
terlihat
oleh
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
pengunjung, karena mushola merupakan tempat ibadah yang khusyuk, maka keberadaannya haruslah terlihat nyaman
2.3.9 Service Area service merupakan bagian yang mengontrol penerimaan barang dan pengelola untuk sampah-sampah. Area servis selalu memiliki jalur terpisah dari jalur pengunjung, agar memberikan privasi bagi pengelola pusat perbelanjaan. Umumnya penempatan jalur servis terletak dibelakang bangunan, atau tersembunyi dari akses umum. Pada bagian level pertama, tempat-tempat servis meliputi sebagai berikut ini: -
Jalur servis bawah tanah (Underground Service Tunnel) ini biasanyanya
terletak
dibawah
bangunan
gedung,
yang
berhubungan dengan basement. Sistem seperti ini haruslah tertutup
dari
jangkauan
umum,
dan
saluran-saluran
pembuangannya tidah boleh terlihat oleh pandangan pengunjung. Oleh karena itu kegiatan perdagangan jual beli disekitar basement tidak diperbolehkan. Bagaimanapun juga biaya pembuatan sistem servis ini mahal sekali, bahkan hampir 3% dari biaya konstruksi pembangunan. -
Jalur servis tepi bangunan (Service Courts on the Periphery of the Building Complex) umumnya tersembunyi dari level pandangan umum, dinding yang melindungi bagian ini memiliki ketinggian 1,8 m s/d 3m. Biaya pembuatan seperti ini lebih murah, namun akan memakan lahan yang ada. Apabila harga tanahnya mahal, tentu sangat disayangkan bila hanya digunakan sebagai area servis. Penggunaan servis seperti ini tidak memiliki ruang basement.
- 46 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
- BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1
Tema Menanggapi permasalahan yang ada maka tema yang dipilih untuk mengatasi sirkulasi dalam pusat perbelanjaan yaitu dengan konsep Open Window Shopping, dengan mengekspose dan mengalokasikan etalaseetalase toko secara eksternal sebagai estetika arsitektural dalam bangunan pusat perbelanjaan, sehingga dapat mengurangi manfaat negatif disekitar bangunan pusat perbelanjaan, dan para pengunjung bebas berjalan-jalan mengelilingi bangunan yang dipenuhi dengan tokotoko. Seperti pada gambar dibawah ini no 3.1.1 suasana jendela toko yang dapat mudahnya dijangkau oleh kasat mata pengunjung.
Gambar 3.1.1 Springfied (Sumber : www.insideretailing.com )
Pengertian konsep Open Window Shopping secara konseptual mengacu dari istilah a store’s display window talks directly to the potential customer about the goods inside (Vilma Barr dan Charles E. Broudy, 1986) yang artinya jendela toko sebagai tempat display barang didalamnya untuk menangkap potensial pembeli. Contoh pada gambar 3.1.2 menunjukan etalase depan toko sebagai indentitas jenis toko, sehingga pengujung yang lewat bebas untuk memandangnya, sehingga merasa ingin masuk ke toko tersebut setelah melihat barang yang dipamerkan dietalase tersebut.
- 47 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.1.2 (Sumber : www.storefront.com )
Gambar 3.1.3 Shopping Center Cape Town , Africa (Sumber : www.profica.com )
Dan menurut Time Saver Standard for Building Types (1998) tertulis bahwa shop windows are elements designed primarily with the effect upon potential customers in mind, ease in changing display is also important. Window must be “dressed” quickly if they are hard to work with, they will not changed as often as merchandising policies indicate to be necessary. Variety and timeliness of displays are considered essential, yang artinya jendela toko adalah elemen terutama yang didisain untuk memberikan efek daya tarik terhadap potensial pembeli, perubahan area display itu juga penting. Jendela toko harus dirancang sesuai dengan trend baru, apabila jendela toko tersebut sulit untuk didesain, maka penjual tidak perlu sering mengganti area barang yang diperdagangkan sesuai dengan aturan-aturannya. Variasi dan ketepatan waktu menjadi hal yang perlu dipertimbangkan.
Gambar 3.1.4 (Sumber : www.thechinaman.co.uk)
- 48 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Contoh pada gambar 3.1.4 mendesain jendela toko menjadi visual sebuah jenis toko dengan mempertahankan karakter desain, sehingga penjunjung dapat mengenali dengan mudah nama dan jenis toko itu. Sedangkan menurut David Mun mengatakan bahwa the design of display window plays an important role in the design of a shopfront because its main purpose is to attract and bring in the casual shopper, dalam arti disain untuk jendela display memerankan peran penting untuk mutu depan toko karena bertujuan untuk menarik dan menjaring pembeli secara kebetulan, terlihat pada contoh gambar no 3.1.5 dan gambar no 3.1.6
Gambar 3.1.5 (Sumber : www.profica.com )
Gambar 3.1.6 (Sumber : www.sikhu.com )
Lawrence J. Israel (1994) menyebutkan the window trimmer was the originally displayer. Today, the design of shop fronts, freestanding or shopping center anchor store buildings, incorporates the display window into its architecture. The various window types summarized below must take into account the size, scale, and frontage of a building, as well as the merchandising mix and philosophy of presentation. Just as eyes are windows to the soul, then the windows of a store are the store. Pengertian tersebut bermaksud menjelaskan garis penghias pada jendela adalah berasal dari
area display. Saat ini, disain depan toko dan sistem
pelayanan pada toko-toko besar di gedung pusat perbelanjaan apabila digabungkan maka akan menjadi segi arsitekturnya area display. Jenisjenis jendela toko disimpulkan bahwa mengacu pada ukuran biaya, skala, dan baris depan bangunan dan sebaik dengan penyajian barang yang
- 49 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
diperdagangkan secara kombinasi dan filosofinya. Seperti mata adalah jendela bagi kita, maka jendela toko adalah jendela bagi toko tersebut. Gambar 3.1.7 dan gambar 3.1.8 ciri jenis jendela toko yang berbeda karakter, untuk gambar 3.1.7 menonjolkan karakter untuk jenis toko pakaian yang sesuai dengan brandnya tersendiri, sedangkan gambar 3.1.8 menyesuaikan dengan konsep pada musim yang sedang trend saat ini.
Gambar 3.1.8 (Sumber : www.icic.de/images/autumn.jpg)
Gambar 3.1.7Jendela Toko Pakaian Zara (Sumber : www.glasgowguide.co.uk )
Melihat beberapa pengertian diatas dapat menyimpulkan bahwa jendela toko merupakan area display yang harus memiliki ciri khas dan identitas toko terhadap barang yang diperdagangkan, untuk menangkap pandangan pengunjung yang kebetulan lewat didepannya, dan bahkan pengunjung tertarik untuk masuk ke toko tersebut. Dan bahkan perbandingan dengan berbagai contoh pada desain jendela toko akan memberikan visualitas yang berbeda dan mempengaruhi pada jenis konsep desain sebuah jendela toko.
Gambar 3.1.9 Contoh Jendela Barang Pecah Belah, Marcus (Sumber : www.glasgowguide.co.uk )
- 50 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Sedangkan pengertian shopping adalah berbelanja atau belanja dengan mengaitkan pengertian open merupakan gambaran suasana untuk menonjolkan desain terhadap jendela toko yang menghadap ke luar yaitu pada muka bangunan dan area-area terbuka, sehingga pengunjung dari luar tertarik untuk datang ke pusat perbelanjaan tersebut
3.2
Kaitan tema dengan judul Kaitan
tema
Open
Window
Shopping
yaitu
memberikan
kesenangan terhadap perasaan pengunjung yang datang. Pengunjung tidak hanya berbelanja tetapi dapat pula berekreasi sambil berjalan-jalan didalam pusat perbelanjaan yang berada ditengah kota, sehingga kebutuhannya tidak hanya terpenuhi secara material tetapi secara spiritual juga. Dan keadaan lingkungan sekitar dapat teratasi karena penempatan jendela-jendela toko yang terekspose dapat menyingkirkan pedagang kaki lima disekitarnya. Contoh pada gambar 3.2.1 menggambarkan suasana lingkungan gaya hidup masyarakat kota, dengan kehadiran toko-toko disepanjang jalan membentuk suatu kebiasaan masyarakat kota untuk berjalan-jalan sambil melihat-lihat jendela pertokoan yang berderet.
Gambar 3.2.1 Shopping City, di London (Sumber : www.wikipedia.org/image.woodgreen )
Contoh studi banding untuk memperkuat tema Open Window Shopping yaitu Baneasa Shopping City di Romania salah satu Negara Eropa. - 51 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.2.2 Entrance Baneasa Shopping City (Sumber : www.vivid.ro/image.jpg )
Baneasa Shopping City memberikan sebuah argumen untuk memberikan cara berbelanja yang berbeda bagi masyarakat Romania, yaitu dengan konsep generous space, pada gambar 3.2.3 koridor yang lebar, jendela toko depan yang tinggi, penggunaan material kaca untuk memberikan cahaya alami, dan terdapat banyak lansekap sehingga dirasakan sangat luas (airy) contoh bukaan pada atap plafon, peran inilah yang menghadirkan kualitas yang tinggi dan pengunjung merasa disambut oleh hadirnya toko-toko brand yang levelnya lebih tinggi dibandingkan pusat perbelanjaan lainnya, tanpa harus berbelanja keluar negeri.
Gambar 3.2.3 Corridor at Baneasa Shopping City (Sumber : www.vivid.ro/image.jpg )
Konsep inilah yang diangkat menjadi tema open window shopping yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat kota Bandung untuk mengangkat tradisi masyarakat lokal dalam berbelanja. - 52 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
3.3
Tipe-tipe jendela depan toko. Menurut Neufert (1996) jenis jendela peraga terbagi atas berikut ini: 1.
Jendela peraga yang diperluas dengan meletakan pintu masuk dibelakangnya dan tangga ke atas diletakan agak ke belakang lebar didalam toko min. 2.6 m
Gambar 3.3.1 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
2.
Toko yang menjorok kedalam memungkinkan perletakan jendela peraga agak lain yang bagi pengunjung cukup leluasa untuk melihatlihat, sangat mengesankan walaupun tokonya sendiri menjadi sempit.
Gambar 3.3.2 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
3.
Toko yang menjorok kadang memiliki ruang depan dengan jendela peraga menyudut jalan masuk, untuk menarik perhatian pengunjung dari jalan.
Gambar 3.3.3 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
- 53 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
4.
Pintu di tengah-tengah cocok untuk toko dengan lebar lebih besar dari 6 m – 6.2 m, dengan meja/lemari peraga disusun pada sisi dinding dan untuk tempat pembayaran maupun pembungkusan diletakan dekat dengan pintu.
Gambar 3.3.4 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
5.
Untuk bagian depan toko yang berbentuk menyempit memungkinkan perluasan jendela peraga dan imbangan terhadap sudut pandangan pengunjung.
Gambar 3.3.5 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
6.
Dengan menyerongkan seluruh jendela peraga dan pintu masuk pada satu garis lurus yang sama, maka pengembangan pola pada bagan 5 menjadi lebih logis keliatannya.
Gambar 3.3.6 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
- 54 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
7.
Dengan memasang alat pembuka dan penutup pintu otomatis (1 daun pintu dengan 2 jalur untuk keluar masuk dan pintu darurat bergabung) a. dikontrol oleh sel foto elektris b.dikontrol oleh kaset kontak.
Gambar 3.3.7 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
8.
Dengan pengaturan perletakan yang memungkinkan pengunjung bergerak pada jalur yang sama mulai bergerak dari pintu masuk, terus ke meja penjualan, meja pembungkusan dan terus keluar tanpa harus bolak-balik sirkulasinya.
Gambar 3.3.8 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
9.
Tanpa pemisahan jalur gerak antara pengunjung dan pramuniaga seluruh ruang dapat dijelajahi oleh para pengunjung sendiri tanpa harus dilayani.
Gambar 3.3.9 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
- 55 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
10. Toko untuk melayani perorangan atau dengan meja peralatannya, misalnya untuk mencoba kacamata pada toko kacamata.
Gambar 3.3.10 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
11. Toko bunga dengan jendela dan ruang peraga yang luas, sedangkan untuk merangkai bunga diletakkan di belakang toko.
Gambar 3.3.11 (Sumber : Data Arsitek, 1996)
Melihat jenis jendela peraga yang berkaitan untuk tema open window shopping ini ditunjukan gambar no 3.3.6 dan gambar no 3.3.7 untuk memudahkan titik pandang mata pengujung dan jalur masuk saat berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. Etalase jendela peraga juga memudahkan penjual untuk menyusun peragaan barang-barang dengan sedikit mungkin ruang yang kosong dibelakangnya.
Sedangkan menurut David Mun, jenis untuk contoh desain depan pertokoan menurut fungsi dan tingkat levelnya terbagi dalam gambar no 3.3.12
- 56 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.3.12 Jenis desain untuk jendela toko (Sumber : Shop a manual of planning design, David Mun )
Klasifikasi pada gambar diatas ini menentukan konsep seperti apa yang akan ditampilkan di toko tersebut. Pada gambar nomor 3.3.12 bagian 1 adalah jenis flat glazed suitable yang umumnya digunakan untuk toko-toko kecil yang berada di pusat perbelanjaan lokal, pada desain toko
- 57 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
sejenis ini pintu toko tidak dapat dibuka ke keluar. Untuk bagian 2 adalah open suitable, yaitu mendisplay interior dalam toko dimana tidak tersedianya jendela toko. Dan pada bagian 3 disebut enclosed suitable, yang hanya cocok untuk toko-toko eksklusif dikawasan elit. Sedangkan pada bagian 4, 5 dan 6 adalah recessed suitable yang paling cocok di area pusat perbelanjaan arkade, dan untuk bagian ke 7, 8, dan 9 merupakan area pintu masuk di sudut. Terakhir adalah bagian ke 10 merupakan unit ganda dengan pintu masuk ditengah-tengah. Oleh karena itu pengertian dalam pemilihan tema di skripsi ini menjadikan pemilihan desain toko yang menjadi ciri khas utama, untuk mengeksplorasikan bagaimana bentuk-bentuk area display pada jendela toko di area suasana pusat kota agar terekpose ke luar. Secara garis besar bagian 6, 8, dan 9 menjadi pilihan yang variatif untuk memanfaatkan disain sudut pertokoan untuk tema open window shopping, dan perletakannya tepat pada sudut-sudut pertokoan.
3.4
Perletakan Fungsi Dengan mempelajari dari berbagai studi banding pada bab 2, maka dalam merancang sebuah pusat perbelanjaan memerlukan askes pintu masuk lebih dari 1 buah, serta sistem penerapan sirkulasi koridor agar pengunjung merasa nyaman berjalan didalamnya sambil melihat jendelajendela pertokoan.
Gambar 3.4.1 Pintu Masuk Pondok Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center)
- 58 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.4.2 Suasana malam di Lobi BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Gambar 3.4.3 Pedestrian Walk di BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Kondisi pintu masuk BIP saat ini menyatu dengan ruang terbuka (gambar no 3.4.2) sebagai ruang bersama menambah pandangan baru untuk perubahan pusat perbelanjaan konvesional yaitu perkerasan jalan menjadi suatu fasilitas yang tesedia untuk kepentingan umum para pejalan kaki, akan tetapi pemanfaatan kavling pertokoan berubah menjadi kafe atau restoran yang berorientasi ke jalan raya, kurang memiliki daya tarik untuk mengundang pengunjung dan bahkan pengunjung hanya sekedar berjalan sambil lalu tanpa menoleh ke kafe tersebut.
Gambar 3.4.4 Deretan toko di BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)
- 59 -
Gambar 3.4.5 Pameran Mobil di BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Kondisi BIP saat ini memiliki beberapa kelemahan pada letak fungsi, diantaranya : -
Pada jalur penempatan parkir, sirkulasi terlalu sempit
-
Untuk bagian toilet terdapat lorong yang dianggap kurang baik pada sistem pengudaraan sehingga menimbulkan bau tak sedap khususnya pada koridor sepanjang pertokoan (gambar no 3.4.4)
-
Dalam keadaan tertentu, ruang retail yang tersisa cukup lapang dapat dimanfaatkan sebagai area pameran contoh pameran mobil (gambar no 3.4.5) hanya akan lebih baik penempatan tersebut diletakan di atrium dan dapat dilihat oleh seluruh pengunjung yang berada lantai atas.
-
Akses terbuka pada lobi merupakan suatu pengembangan yang baik, hanya dalam hal ini banyak dimanfaatkan pejalan umum, sehingga berpapasan dengan pengunjung yang datang. Contoh pada gambar no 3.4.6
Gambar 3.4.6 Lobi Pintu Masuk BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
-
Batas ketinggian lantai terhadap plafond terlalu pendek, sehingga tokotoko terlihat sempit dan kecil terlihat pada gambar no 3.4.8
-
Area bermain untuk anak-anak belum mempunyai fasilitas yang memadai pada gambar yang ditunjukan oleh nomor 3.4.7
- 60 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.4.7 Area bermain untuk anak-anak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 3.4.8 (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
3.4.1 Retail – retail Pertokoan
Gambar 3.4.9 San Jose’ Eastridge di San Jose (Sumber : www.sanjosemagazine.com)
Gambar 3.4.10 Area pertokoan di PIM 1 (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Penempatan toko secara linear menurut klasifikasi barang-barang yang dijual dan target pembeli yang berkelas akan menentukan letak jenis pertokoan dalam zona-zona tertentu di pusat perbelanjaan. Contoh pada penempatan toko-toko pakaian busana berbeda-beda kriterianya, toko pakaian olah raga, toko pakaian pengantin, toko pakaian sehari-hari, dan sebagainya pada gambar no 3.4.9. Desain setiap jenis toko harus tampil berbeda untuk menangkap tanggapan dari pengunjung dan papan nama setiap pertokoan menunjukan image yang menarik agar mata pengunjung dapat tertuju ke identitas toko tersebut.
- 61 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 3.4.11 Kegiatan di Atrium BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Gambar 3.4.12 Kegiatan di Atrium BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Dalam penulisan skripsi ini, untuk mengangkat konsep Open Window Shopping, maka kriteria letak pertokoan yang sesuai adalah penempatan retail-retail toko yang terbuka dan transparansi secara linear, agar mata pengunjung bebas menikmati pertokoan secara keseluruhan. Konsep Open Window Shopping ini dapat dinikmati pengunjung baik secara interior maupun eksterior.
3.4.2 Sirkulasi Horizontal Sirkulasi horizontal ini meliputi selasar (corridor), jembatan dan atrium. Jenis selasar diterapkan dalam pusat perbelanjaan untuk mempermudah sirkulasi pengunjung untuk mendatangi satu toko ke toko lainya dalam satu level. Jenis selasar terbagi 2 yaitu : -
Selasar tunggal (Single Loaded Corridor) Ukuran lebar selasar ini 3m (sumber Indonesia Shopping Center), atau lebih berkisar 8-16m (sumber Endy Marlina, Panduan Perancangan Banguna Komersil, tahun 2008).
- 62 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
-
Selasar ganda (Double Loaded Corridor)
Gambar 3.4.13 Selasar Tunggal Pondok Indah Mall (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.4.14 Jembatan Cilandak Town Square (Sumber : Indonesia Shopping Center)
3.4.3 Sirkulasi Vertikal Transportasi vertikal dalam bangunan yang terdiri dari 2 sampai 5 lantai memerlukan
tangga
jalan
(escalator)
dan
lift
(elevator)
untuk
memudahkan pengunjung mal menangkap rangkaian barang-barang yang ditawarkan secara visual tanpa dihalangi oleh selubung.
Gambar 3.4.15 Escalator di Mall Kelapa Gading 3 (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 3.4.16 Elevator di Mall Kelapa Gading 3 (Sumber : Indonesia Shopping Center)
- 63 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Untuk hal ini, pemilihan jenis selasar yang cocok dengan konsep Open Window Shopping adalah Single Loaded Corridor, karena akan memberikan keleluasaan pengunjung untuk datang ke pusat perbelanjaan tanpa harus berbelanja, melainkan hanya untuk berekreasi sekedar melihat-lihat barang yang berada di etalase toko.
Gambar 3.4.17 Atrium di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Pada gambar 3.4.17 atrium di BIP terhalang oleh escalator yang melintang sehingga pengunjung tidak dapat menikmati atraksi yang ada di lantai dasar, selain itu penyediaan transportasi vertikal seperti lift di atrium dihilangkan, padahal akan lebih memuaskan pandangan pengunjung saat berada di lift dapat menlihat kegiatan yang diadakan di lantai dasar atrium tersebut. Disamping itu besaran atrium terlalu sempit, sehingga suasana dalam pusat perbelanjaan tidak terasa
3.5
Pengguna pusat perbelanjaan. Target pasar dalam pusat perbelanjaan perlu diperhitungkan untuk menentukan
konsep
seperti
apa
yang
akan
ditampilkan
dalam
perancangan tersebut, dan seperti apa pola kegiatan yang terjadi didalam pusat perbelanjaan. Dan pada penulisan skripsi ini akan mengkhususkan pada target gaya hidup anak muda seperti mahasiswa dan kalangan eksekutif muda yang rata-rata berusia 25 tahun sampai 40 tahun.
- 64 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
- BAB 4 ANALISA
4.1
Data Proyek Lokasi Bandung Indah Plaza di Jl. Merdeka No. 56, Bandung Luas Lahan
: 13.071 m2
Peruntukan Lahan : Bangunan Komersil, Pusat Perbelanjaan KDB
: 60%
KLB
: 4 lantai pertokoan, 2 lantai basement
GSB
: 8 meter
Jumlah lantai
: 4 lantai pertokoan, 2 lantai basement
Batas Utara
: Perkantoran
Batas Selatan
: Restoran
Batas Timur
: Hotel
Batas Barat
: Toko Buku
Gambar 4.1 Foto kondisi eksisting BIP (Sumber : www.bandungtoday.com)
Pada gambar 4.1 terlihat kondisi eksisting Bandung Indah Plaza yang sudah mengalami pembaharuan terutama dari entrance seperti menggunakan material kaca dan membuat kanopi sebagi identitas drop off. Namun, ada beberapa yang perlu diperbaiki dalam pembaharuan tersebut yang selanjutkan akan dibahas dalam subbab selanjutnya. - 65 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
4.2
Analisa Tapak
Gambar 4.2.2 Pintu keluar Selatan BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.2.1 Site Bandung Indah Plaza (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar 4.2.3 Pintu keluar Selatan dari basement BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.2.2 Site Bandung Indah Plaza (Sumber : www.googleearth.com)
Gambar 4.2.5 Batas lahan bag. Barat pelataran Parkir terbuka milik Hotel (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.2.4 Pintu Masuk hotel Hyatt dari Pintu Selatan BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.2.6 Batas Lahan bag. Timur berupa hotel berbintang 5 (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
- 66 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 4.2.7 Batas lahan bag. Utara berupa toko boneka (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.2.8 Fasilitas umum Gelanggang Olah raga dan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.2.9 Batas Bagian Timur berupa Perkantoran (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.2.10 Batas lahan bag. Selatan berupa Restoran (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Pada gambar 4.2.1 terdapat tapak eksisting BIP yang memiliki jalur lalu lintas satu arah dari arah utara sehingga tanggapan untuk menangkap mata pengendara yang lewat dapat terorientasi langsung ke dalam tapak, sehingga hal ini menjadikan suatu alasan untuk perancangan massa bangunan. Dan pada kondisi sekitas tapak seperti
- 67 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
pada gambar 4.2.3 yang merupakan berbatasan dengan hotel berbintang lima ini dapat memberikan aspek yang menguntungkan yaitu
interaksi terhadap pengunjung hotel yang berkeinginan untuk
datang ke BIP untuk berbelanja dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pada batas lahan sekitarnya khususnya bagian utara tanggapan terhadap bangunan BIP ini dapat memberikan potensial yang positif yaitu pada waktu tertentu karyawan disekitar perkantoran dapat mengunjungi BIP untuk berelaksasi atau bahkan bertemu dengan relasi bisnis. Melihat dari pembahasan diatas pengadaan bangunan BIP pada tapak tersebut cocok sebagai pusat perbelanjaan untuk menunjang kondisi lingkungan sekitarnya, sehingga pada penulisan skripsi untuk judul Shopping City menjadikan suatu pilihan yang tepat, karena menjadi sarana pemenuhan kebutuhan hidup masyararakat yang beraktifitas di tengah kota.
4.3
Analisa Sirkulasi 4.3.1 Sirkulasi Pengunjung
Akses utama bagi pengunjung dan drop off untuk kondisi eksisting di BIP
Gambar 4.3.1 Skematik jalur sirkulasi pengunjung (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
- 68 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 4.3.2 Kondisi Drop off di BIP (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Pada gambar 4.3.1 diatas merupakan akses utama bagi para pengunjung
hanya
penempatannya
menjadi
satu
area
untuk
pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dan pengguna ankutan umum sehingga area ini menjadi titik kemacetan disekitar BIP karena akses utama pengunjung yang menggunakan kendaraan umum dan kendaraan pribadi akan berpapasan, maka ada kalanya untuk penulisan skripsi ini kelemahan tersebut dapat diatasi untuk menjadikannya lebih baik. Terlihat pada gambar 4.3.2 suasana drop off yang dimanfaatkan angkutan umum untuk menarik penumpang. Hal tersebut dirasa kurang nyaman bagi pengguna kendaraan pribadi akibat aktifitas kendaraan umum tersebut.
Gambar 4.3.3 Batas dalam tapak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.3.4 Batas luar tapak (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Pada gambar 4.3.3 dan gambar 4.3.4 merupakan pedestrian walk yang berfungsi sebagai jalur sirkulasi pengunjung, dengan
- 69 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
suasana
terbuka
dan
menyatu
dengan
lingkungan
perkotaan.
Perencanaan sistem seperti ini menjadi daya manfaat bagi pejalan kaki umum untuk beraktifitas diarea ini, tersedia pot tanaman sebagai pembatas antara bagian dalam tapak dan luar tapak, selain itu juga menjadi penyediaan papan reklame untuk tema acara yang ada dipusat perbelanjaan. Melihat kondisi diatas akan lebih baik pembatas tersebut dapat dimanfaatkan
untuk
mengekspose
keadaan
suasana
pusat
perbelanjaan dan penyediaan papan reklame untuk promosi barang yang akan diperjualkan, berkaitan dengan tema Open Window Shopping sehingga selain menjadi suatu kesatuan yang kompleks dengan pusat perbelanjaan tetapi juga dapat memberikan daya nilai jual untuk pusat perbelanjaan tersebut sebagai pusat keramaian di tengah kota.
4.3.2 Sirkulasi Kendaraan
Gambar 4.3.6 Jalur keluar masuk parkir (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Gambar 4.3.5 Skematik jalur sirkulasi kendaraan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
- 70 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 4.3.5 menunjukan jalur eksisting untuk pengendara di BIP, hal ini memang baik apabila dilihat dari segi keamanannya yaitu mempermudah pengawasan kendaraan yang keluar masuk seperti terlihat pada gambar 4.3.6 hanya penempatan zona ini kurang memberikan keleluasaan karena jalur parkir terlihat lebih sempit. Padahal untuk ketersediaan Garis Sepadan Bangunan (GSB) tersedia cukup lebar yaitu 8m, maka sangatlah mungkin untuk membuat 2 jalur untuk mempermudah akses pengunjung yang menuju parkir ataupun drop off di lobi.
4.3.3 Sirkulasi Karyawan
Dari arah pintu belakang
Gambar 4.3.7 Skematik jalur sirkulasi karyawan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 4.3.8 Foto dari arah belakang bangunan (Sumber : Dokumntasi Pribadi)
Untuk jalur masuk dan keluar karyawan di BIP dilalui dari arah belakang bangunan yang dapat dicapai dari jalan satu arah yaitu Jalan Sumatera, penempatan akses ini baik karena apabila jalur karyawan ditempatkan didepan yang terhubung langsung dengan jalan raya
- 71 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
maka akan mengganggu suasana lalu lintas khususnya pada saat pergantian
shift
karyawan
yang
bekerja
di
BIP,
selain
itu
keuntungannya akses karyawan terpisah dari pengunjung untuk segi keamanan bagi para karyawan tersebut.
4.3.4 Sirkulasi Barang
Dari arah pintu belakang
Gambar 4.3.9 Skematik jalur sirkulasi barang (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Sama seperti halnya dengan karyawan, pada gambar 4.5.5 diatas untuk jalur penerimaan barang tergolong lebih privasi, maka penempatan akses yang paling baik adalah dari bagian belakang bangunan, keuntunganya sirkulasi pengunjung tidak terganggu dengan kegiatan penerimaan barang dan pengecekan barang dagangan, selain itu pula untuk menjaga keamanan barang yang diterima oleh pedagang yang berada di pusat perbelanjaan.
- 72 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
4.4
Analisa Kegiatan Analisa kegiatan di Bandung Indah Plaza saat ini sebagai berikut :
No. 1
Kelompok Kegiatan
Aktifitas
Pengunjung Parkir Menurunkan penumpang / Menunggu jemputan Pameran/ atraksi Jual beli Belanja sembako Makan
Belanja / melihat barang yang diperdagangkan Anak-anak bermain Buang air kecil 2
Karyawan
Keluar masuk Ganti pakaian Bersih-bersih Pengelolaan
Kebutuhan Ruang
Sifat Ruang
Basement Lobi
Tertutup, publik Terbuka, publik
Atrium Toko Supermarket Foodcourt Restaurant Café Retail
Semi terbuka Tertutup, semi publik Tertutup Tertutup Tertutup, semi terbuka Terbuka, semi terbuka Terbuka, publik
Area bermain Toilet
Terbuka, publik Tertutup
Koridor Ruang ganti Ruang servis Ruang ahu Ruang utilitas Ruang ME Gudang
Penyimpanan Barang
Tertutup Tertutup, private Tertutup Tertutup Tertutup Tertutup Tertutup
Tabel 2. Analisa kegiatan di BIP
Sudut pendekatan pada studi perilaku ini memandang pusat perbelanjaan sebagai sistem perilaku yang terdiri atas bentuk kegiatan, pelaku kegiatan dan sifat kegiatan. (Endy Marlina, 2008)
a.
Bentuk kegiatan
Bentuk kegiatan pada pusat perbelanjaan dapat dikategorikan menjadi kegiatan transaksi jual beli dan kegiatan pengelolaan. Contoh kajian bentuk kegiatan pusat perbelanjaan pada table dibawah ini :
No. Bentuk Kegiatan 1 Transaksi dan distribusi
Lingkup Kegiatan Jual beli Promosi Penyediaan barang Penyimpanan barang Pengepakan Pembayaran
2
Pengelolaan
Manajemen
- 73 -
Kebutuhan Ruang Ruang Penjualan Etalase Ruang Display Gudang Ruang pengepakan Kasir Ruang-ruang kantor
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Operasional
Pemeliharaan
Ruang rapat Ruang administrasi dan keuangan Ruang istirahat karyawan Ruang-ruang Administrasi Ruang keamanan Ruang karyawan Ruang ME Ruang-ruang utilitas Ruang kontrol Gudang Ruang karyawan
Tabel 3. Contoh kajian kegiatan di pusat perbelanjaan (Endy Marlina, 2008)
b.
Pelaku kegiatan Pelaku kegiatan pada pusat perbelanjaan adalah tenant
(penyewa unit retail), konsumen (pembeli), pegelola bangunan dan supplier (pemasok barang).
c.
Sifat kegiatan Kegiatan konsumen bersifat rutin, insidentil, dan melakukan
perpindahan. Kegiatan tenant dan tenaga pendukung yaitu rutin melakukan
perpindahaan. Adapun kegiatan pengelola bersifat rutin
tanpa berpindah dan insidentil dengan perpindahan.
Kaitan
dalam
penulisan
skripsi
ini
setelah
menganalisa
permasalahan yang sudah ada pada Bab 1 dan kelemahan-kelemahan pada desain yang saat ini tidak memenuhi kepuasan orang yang terlibat didalamnya untuk beraktifitas, khususnya dalam berbelanja. Oleh karena itu pada pembahasan skripsi ini ada beberapa analisa tersendiri untuk tahap perencanaan ulang pada bab selanjutnya.
- 74 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
4.5
Analisa Kebutuhan Ruang Setelah mempelajari berbagai standar ukuran dan persyaratan pada bab sebelumnya bahwa pembagian Anchor Tenant dan Tenant dengan persentase 50% dari keseluruhan total luas bangunan.
50% Anchor Tenant
K O R I D O R
50% Tenant
Gambar 4.5.1 Skematik luas ruang (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Maka munculah analisa kebutuhan ruang dalam penyusunan skripsi ini dengan melihat kegiatan yang sudah ada di BIP, sebagai berikut ini : No. 1
2
3
4
5
6
Sarana Supermarket
Toko Pakaian
Toko Buku
Toko Sepatu
Toko Jewelry
Toko Roti
Ruang Ruang Penjualan Ruang Kasir Ruang Karyawan Ruang Administrasi G. Bongkar Muat R. Penyimpanan Ruang Pembekuan Ruang Pendingin T. Kereta Belanja Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Sifat Ruang Publik Publik Privat Privat Servis Servis Privat Privat Publik
Kapasitas Ukuran /(orang) p (m) l (m)
1 5
48 2.2 6 6 12 12 9 6 12
32 1.3 3 5 8 6 4 3 8
20%
Luas (m2) 1536 2.86 18 30 96 72 36 18 96
Jml Ruang
1 4 1 1 1 1 1 1 1
Total Luas Ruang m2 1,536 11.44 18 30 96.00 72 36.00 18.00 96.00 1,844.00
Publik Privat Servis Publik
Ruang Display Ruang Administrasi Gudang Penyimpanan Kasir Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Publik Privat Servis Publik
Ruang Display Gudang Penyimpanan Area Duduk Kasir Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Publik Servis Publik Publik
Ruang Display Ruang Penyimpanan Ruang Administrasi Kasir Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Publik Servis Privat Publik
Dapur Bangsal roti Ruang Pengolahan Ruang Pembakaran Ruang Pemanas Ruang Karyawan Kasir Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Privat Publik Privat Privat Privat Privat Publik
1 1 1
Jml
Tenant
Sumber Jml
Neufert, 2002
368.8
Neufert, 2002 2,212.80
Ruang Penjualan Ruang Ganti Pakaian Gudang Penyimpanan Kasir Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Luas yang dibutuhkan Anchor Tenant
8 7 1.829 1.524 2 2 2.2 1.3
20%
56 2.79 4 2.86
1 4 1 1
2,212.80
1
56 11.15 4 2.86 74.01
Data Survey
14.8 56.00 36 6 4 2.2
12 5 3 1.3
20%
216.4 30 12 2.86
1 1 1 1
6,720.00
120
216 30 12 2.86 261
52.25 313.51 8 3 2 2.2
7 2 2 1.3
20%
56 6 4 2.86
1 1 1 1
313.51
1
56 6 4 2.86 69
Data Survey
13.77 56.00 8 4 4 2.2
7 2 2 1.3
20%
56 8 8 2.86
1 1 1 1
1,344.00
24
1,344.00
24
56 8 8 3 75
14.97 56.00 6 12 4 5 4 4 2.2
3 8 3 3 3 3 1.3
18 96 12 15 12 12 2.86
1 1 1 1 1 1 1
18 96 12 15 12 12 3 168
Neufert, 1996
20% 33.57
- 75 -
216.40
1,082.00
5
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
7
Food Court
8
Department Store
9
Games Kids
10 Restoran (Kecil) Jumlah Kursi Max. 100
11 Bioskop
12 Fitness Center
13 Café
14 Kantor Pengelola
15 Mushola
Ruang Makan Ruang Karyawan Counter Makanan Gudang Bahan Dapur Toilet Pria Toilet Wanita Sirkulasi Total Luas Ruang Sirkulasi Total Area Display
Publik Privat Publik Servis Privat Servis Servis
Area Bermain Counter Coin Ruang Administrasi Gudang penyimpanan Kasir Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Publik Publik Privat Servis Publik
Ruang Makan Dapur R. Penyimpanan Baha Tempat Penyajian Tempat Cuci Piring Toilet Pria Toilet Wanita Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Publik Privat Servis Publik Servis Servis Servis
Loket Tiket Ruang Auditorium Kantin Ruang Proyektor Kantor Pengelola Toilet Pria Toilet wanita Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Publik Publik Publik Privat Privat Servis Sevis
Ruang Fitness Ruang Senam Kamar ganti Kamar Rias Kamar mandi Tempat loker Toilet Pria Toilet Wanita Ruang Karyawan R. Penyimpanan Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Publik Publik Privat Privat Privat Privat Servis Servis Privat Privat
Ruang Makan Ruang Karyawan Counter Bar Gudang Bahan Dapur Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Publik Privat Publik Servis Privat
Ruang Rapat Ruang Karyawan Ruang Arsip Gudang Ruang Keamanan Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Privat Privat Privat Servis Privat
Ruang Wudhu Ruang Shalat Total Luas Ruang Sirkulasi Total
Publik Publik
16 Fasilitas penunjang Ruang AHU Ruang Genset Ruang Panel R. Kontrol Unit Mesin Total Luas Ruang Sirkulasi Total Total Luas Ruang yang dibutuhkan Atrium dan Lobby Parkir dan Sirkulasinya Total Luas Bangunan
5.75/org 2,2 m/org
75 75
2 27 10 4 6 6
2 12 4 3 3 3
862.5 4 324 40 12 18 18
1 30 1 1 20 1 1
750.00 120 331 40 240 18 18
Neufert, 1996 Neufert, 1996
1,517 20%
303.4
Publik 30 1.2 3 7 2.2
12 1 2 3 1.3
20%
1,820.40 5,415
1805
3
217 1.2 6 21 2.86
1 1 1 1 1
217 1.2 6 21 2.86 248.06
1 1 1 1 1 1 1
143.75 60 8 8 10 4 4 217.00
1,820.40 5,415.00
1 2
297.67
1
49.61 297.67 10 4 4 5 2 2
6 2 2 2 2 2
20%
143.8 60 8 8 10 4 4
Neufert, 1996
43.4 260.40 3
2
6
3 5 6 5 5
2 2 2 3 3
6 10 12 15 15
20%
1 6 1 1 1 1 1
20 20 20
2 1
2
285.6 1,713.60
40
520.80
6 1,364.00 6 10 12 15 15 1,428.00
20 12 1.8 8 1.2 3 3 3 3 2
10 9 1.5 5 1 2 2 2 2.05 2
20%
256 108 2.7 40 1.2 6 6 6 6.15 4
1 1 20 1 20 1 1 1 1 1
1,713.60
1
307.20
1
256 108 54.0 40 24 6 6 6 6.15 4 256.0
51.2 307.20
60 4
2
4 7
2 3
10
20%
132 8 22 8 21
1 1 1 1 1
132 8 22 8 21 191.00
Neufert, 2002 Neufert, 1996
38.2 217.00 8 4 4 2 4
5 2 2 2 4
20%
40 8 8 4 16
1 1 1 1 1
651.00
3
40 8 8 4 16 76.00
15.2 91.20 6 10
5 6
30 60
4 3 3 5
6 2 2 4
24 6 6 20
1 1
30 60 90
20% 18 Privat Privat Privat Privat 20%
publik
396
Keterangan : Fasilitas Pengelola Anchor tenant dan Mini Anchor Tenant
- 76 -
108.00 1 1 1 1
24 6 6 20 56
11.2 m2 m2 m2
67.20 266.40 250 11,880
12,080
8 unit
36,138.38
m2
11,662
178 m2 unit
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Setelah melihat analisa diatas kebutuhan ruang yang dihasilkan mencapai untuk jumlah 6 unit Anchor Tenant, 3 unit Mini Anchor dan 180 unit Tenant. Toko buku, Games Kids, dan Fitness Center dikategorikan Mini Anchor karena besar luasan yang dibutuhkan lebih kecil dari luas standarisasi Anchor Tenant dan lebih besar daripada satuan unit luas toko. Sedangkan untuk kebutuhan luas parkir mengacu pada ketentuan menurut Penataan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern no. 112 tahun 2007 pasal 4, yaitu 1 unit mobil setiap 60 m2 luas lantai pertokoan. Dan perhitungan jalur sirkulasi dan ruang parkir seluas 30 m2 menurut ketentuan pada materi perkuliahan Teknologi Bangunan 6.
4.6
Hubungan Ruang Setelah menganalisis kebutuhan ruang sesuai dengan ukuran standar bangunan pusat perbelanjaan, maka tersusunlah hubungan ruang menurut dengan zona-zona kebutuhan berdasarkan kegiatan yang ada dalam pusat perbelanjaan.
1. Hubungan ruang di pusat perbelanjaan
Gambar 4.6.1 Hubungan ruang di pusat perbelanjaan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Tabel 4. Perhitungan Analisa Kebutuhan Ruang
- 77 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
2. Hubungan ruang di Supermarket
Gambar 4.6.2 Hubungan ruang di Supermarket (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
- 78 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
- BAB 5 KONSEP PERANCANGAN
5.1
Konsep Dasar
Gambar 5.1.1 Concept Shopping Center (Sumber : www.blog-conceptdesign.com)
Secara kontekstual kaitan antara kebutuhan nisbi dan aktifitas kegiatan yang terjadi menjadi suatu bentuk konsep untuk desain, skematik pada gambar 5.1.1 menunjukan bahwa merancang sebuah pusat perbelanjaan melibatkan pengetahuan sosial, perencanaan, dan nilai bisnis. Ketiga hal tersebut memberikan satu kesatuan yang utuh untuk menghasilkan suatu proyek yang memiliki nilai yang mendukung arsitektural sebuah pusat perbelanjaan contoh pada gambar 5.1.2
Gambar 5.1.2 Concept Shopping Center (Sumber : www.cdp.co.th)
- 79 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Penerapan tema dalam skripsi untuk proyek pusat perbelanjaan terwujud dalam : -
Pengelompokan tenant untuk memenuhi kesenangan terhadap pengunjung yang dapat memenuhi lifestyle mayarakat perkotaan. Dengan adanya kehadiran toko-toko yang brand seperti pada gambar no 5.1.3, no 5.1.4 dan 5.1.5 dengan berbagai jenis toko.
Gambar 5.1.3 Toko Sport di EX Plaza Indonesia (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 5.1.4 Toko Pakaian di Mal Citraland (Sumber : Indonesia Shopping Center)
Gambar 5.1.5 Toko Roti di EX Plaza Indonesia (Sumber : Indonesia Shopping Center)
- 80 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
-
Menambah area hiburan pada desain pusat perbelanjaan ini, sehingga pengunjung yang datang tidak harus berbelanja, tetapi juga dapat menikmati suasana di pusat perbelanjaan, sehingga pengunjung yang datang tidak merasa bosan, seperti tersedianya bioskop pengunjung datang hanya untuk pergi menonton.
Gambar 5.1.6 Cinema Bioskop 21, di Ciwalks Bandung (Sumber : www.djoerna.wordpress.com)
5.1.1
Ruang Luar Pada jalur entrance tersebut dirancang dengan pedestrian yang dibatasi dengan tanaman hijau, lebarnya dibuat lebih kecil untuk menonjolkan konsep Open Window Shopping ke luar. Contoh pada gambar 5.1.7 suasana pintu masuk yang dirancang lebih tertib dan tertata sehingga para pedagang kaki lima tidak dapat berjualan di aera perbatasan kavling pusat perbelanjaan.
Gambar 5.1.7 Entrance Sogo di Plaza Senayan (Sumber : www.map.co.id)
- 81 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
ENTRANCE Perletakan akses pencapaian
Pagar pembatas
pengunjung dengan plaza terbuka seperti pada gambar 3.2.2 di bab 3
Gambar 5.1.8 Site Eksisting BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)
Pada skematik diagram no 5.1.8 Jalur entrance untuk pengunjung diatur dari arah sisi tapak agar mengurangi beban kemacetan. Sedangkan bagian belakang tapak, sebagai desain ruang luarnya dilakukan pemisahan zona agar tidak mengganggu aktifitas pengunjung hotel.
Gambar 5.1.9 Site Plan BIP (Sumber : Dokumentasi pribadi)
- 82 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Sebagai lansekap untuk entrance ke massa bangunan didesain plaza terbuka dengan aera perkerasan dan sebagian tanaman untuk area hijaunya jalan terbuka bagi pengunjung pejalan kaki desain ini untuk membedakan pusat perbelanjaan konvesional menjadi suatu pusat perbelanjaan yang berkelas dan memberikan pandangan yang baru untuk komunitas perkotaan khususnya renovasi BIP, contoh pada gambar 5.1.9
Gambar 5.1.10 Perspektive skecth (Sumber : www.odt.co.nz)
Gambar 5.1.11 (Sumber : www.shop-estate.com)
Pemanfaatan plaza terbuka dibagian entrance menjadi ruang bersama untuk pengunjung dan menjadi area untuk penempatan jalur sikulasi pengguna kendaraan yang ingin menurunkan penumpangnya, gambar no 5.1.10 dan gambar no 5.1.11 contoh untuk pengolahan sebagai ruang luar yang terikat dengan kegiatan sirkulasi di dalam tapak.
5.1.2
Ruang Dalam Penyajian desain interior menjadi suatu kebutuhan untuk mengolah ruang dalam di pusat perbelanjaan, salah satunya penyediaan tempat duduk pada selasar pusat perbelanjaan, sarana ini menjadi tempat pengunjung untuk berelaksasi saat merasa kelelahan setelah berjalan-jalan di dalam pusat perbelanjaan. Gambar yang ditunjukan nomor 5.1.12 dan 5.1.13 adalah contoh desain jenis shelter.
- 83 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 5.1.12 Shelter di Plaza Semanggi (Sumber : Indonesia Shopping Center,2006)
Gambar 5.1.13 Place Fleur De Lys (Sumber : www.tilecompetition.com
Gambar 5.1.14 St. George Hall di Bradford, Inggris (Sumber : www.skycrapercity.com)
Pada gambar 5.1.14 merupakan suasan desain pertokoan yang hampir mencirikan tema open window shopping dengan jendela toko yang transparan dan bentuk layout pertokoan yang menyusun vertikal, fungsi jalur koridor ditengah-tengah agar pengunjung yang berada dilantai dapat melihat sejumlah toko yang hadir di BIP.
Gambar 5.1.15 Image interior (Sumber : www.bdp.com)
- 84 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 5.1.14 dan gambar 5.1.15 menunjukan contoh aplikasi penggunaan warna netral pada interior toko, perbedaannya gambar yang ditunjukan no 5.1.15 dan no. 5.1.16 memakai warna dominan putih menggambarkan suasana berkelas dan modern, sedangkan 5.1.14 menggunakan berbagai jenis warna-warna terang, keduanya ini dapat dijadikan gabungan desain untuk skripsi Shopping City dengan warna kombinasi dua-duanya.
Gambar 5.1.16 Ilustrasi gambar (Sumber : www.architectural –drawing/image.co.jpg)
Untuk kriteria desain didalam ruang memerlukan pengaturan sistem lighting untuk menapresiasikan tema yang ada di setiap toko masing-masing, dan karakter toko dapat dikenali dengan mudah oleh pengunjung yang berjalan-jalan.
5.2
Konsep Tapak Keberadaan mal ini untuk mengakomodasi lingkungan
kebutuhan masyarakat
disekitarnya. Pengaruh yang kuat dari arah pengguna jalan yang berorientasi ke dalam tapak.
Gambar 5.2.1 Konteks lingkungan di BIP (Sumber :Dokumentasi pribadi)
- 85 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 5.2.2 Concept Shopping Center (Sumber :picasa.web/image.google.com)
Gambar 5.2.3 Orientasi tapak (Sumber :Dokumentasi pribadi)
Pengaruh orientasi terpusat terhadap tapak mempengaruhi perencanaan
jalur-jalur
sirkulasi
untuk
lingkungan
sekitarnya,
pencapaian untuk parkir, pencapaian pengunjung dan pencapaian karyawan. Pertimbangannya untuk memberikan efektifitas akibat dari pengaruh suatu bangunan komersil yaitu pusat perbelanjaan.
Gambar 5.2.4 Zonning tata letak secara horizontal (Sumber : Time Saver Standard for Building Types,1998)
- 86 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 5.2.5 Revisi Zonning tata letak secara horizontal (Sumber : Time Saver Standard for Building Types,1998)
Pada pembahasan di bab 2 tentang pemilihan orientasi letak bangunan berkelompok menjadikan pemilihan konsep untuk tata letak bangunan pada skripsi ini, hanya untuk arahnya mengacu terpusat untuk mengintergrasikan kegiatan pengunjung dalam berbelanja dan leluasa berjalan-jalan didalam pusat bangunan sambil mengitari massa bangunan. Contoh pada gambar 5.2.4 dan gambar no 5.2.5 merupakan salah satu titip terpusat massa bangunan terhadap tapak.
- 87 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Konsep tapak terhadap ruang luar dan dalam menjadi ruang bersama untuk kepentingan umum, dimanfaatkan untuk plaza terbuka untuk pencapaian pengunjung ke massa bangunan.
Menempatkan jalur parkir-in untuk mengurangi beban kepadatan mobil yang akan berhenti di sekitar perempatan lampu merah.
Gambar 5.2.6 Jalur SIrkulasi Parkir (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
KELUAR
Bagian area ini tidak memerlukan view pada ruang servis dan MASUK
karyawan
Gambar 5.2.7 Jalur SIrkulasi Pengiriman Barang (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 5.2.8 Skematik distribusi barang dagangan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
- 88 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Jalur sirkulasi karyawan memerlukan area yang aman bagi karyawan yang bekerja dipusat perbelanjaan, karena di suasana bagian belakang bangunan ini tidak ramai.
Gambar 5.2.9 Jalur SIrkulasi untuk karyawan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 5.2.10 Skematik kegiatan karyawan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Menanggapi analisa kegiatan dari bab sebelumnya maka untuk jalur karyawan diatur dalam akses yang sama dengan kegiatan penerimaan barang, hal ini untuk memberikan privasi pada kegiatan penerimaan barang.
- 89 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Jalur Drop off untuk kendaraan umum terletak diantara jalur parkir-out dan antara entrance utama,
sehingga
pencapaian
pengunjung
berkendaraan umum tidak mengganggu beban lalu lintas, dan kendaraan umum tidak dapat berhenti begitu saja.
Gambar 5.2.9 Jalur SIrkulasi Pengunjung ke Massa bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan diagram diatas bahwa kegiatan pengunjung saat datang ke pusat perbelanjaan dengan berbagai tujuan, semua akses didalam bangunan dihubungkan oleh koridor, jenis koridor yang digunakan adalah double loaded dan jembatan sebagai sarana transpotasi horizontal yang menghubungkan bangunan plaza ke anchor tenant. Contoh double loaded terdapat pada gambar no. 5.1.5 berikut dibawah ini :
Double Loaded Corridor
Gambar 5.2.10 Contoh Sketsa Double Loaded Corridor (Sumber : www.skecthlazymoon.co,)
- 90 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
5.3
Penzonningan 5.3.1 Zonning Vertikal
Gambar 5.3.1 Zonning tata letak secara vertikal (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Penempatan Anchor Tenant dibagian bawah karena zona ini merupakan tempat untuk supermarket yang banyak terdapat bahanbahan kebutuhan sehari-hari, dimulai dari bahan makanan yang basah sampai bahan makanan yang kering, untuk mempermudah jalur distribusi setelah penerimaan barang untuk disimpan di area supermarket maka akan lebih mudah apablia zona tersebut diletakan dipaling bawah sehingga sistem pengolahannya mendekati dengan zona servis yang lebih efektif di letakan 1 level dengan basement. Terlihat pada gambar 5.3.1 level diatasnya digunakan sebagai penempatan Department Store karena pertokoan ini berupa plaza dengan ketentuan barang yang diperdagankan adalah barang yang kering seperti pakaian, kosmetik, sepatu dan sebagainya. Karena Department Store ini merupakan toko yang paling besar luasannya maka penempatan zona ini terbagi lebih dari 1 lantai. Pada konsep ini berdasarkan perhitungan analisa kebutuhan ruang di bab 4 maka secara garis besar zoning department store terbagi menjadi 3 lantai. Dan untuk lantai paling teratas digunakan sebagai pusat hiburan karena letak ini terdapat bioskop maka, syarat penempatannya memerlukan batasan atap yang maksimal, memerlukan bentangan yang besar dan harus bebas kolom, sehingga untuk area hiburan akan lebih efektif diletakan dilantai teratas bangunan. Untuk pegolahan sistem parkir digunakan basement dan gedung terpisah dari pusat perbelanjaan yang dihubungkan dengan
- 91 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
jembatan agar pengunjung dari tempat parkir dapat berinteraksi terhadap jendela toko yang menghadap ke atrium
5.3.2 Zonning Horizontal Karena Anchor Tenant ini merupakan area supermarket maka penempatan yang baik adalah dibagian belakang mempermudah untuk jalur penerimaan barang dagangan, dimulai dari pengecekan barang sampai pada pengepakan barang yang kemudian barang tersebut siap untuk didistribusikan ke supermarket tersebut, ditunjukan gambar no 5.3.2 Perletakan area servis berdekatan dengan area parkir dibagian belakang bangunan, hal ini untuk memberikan zona privat karena kegiatan yang terlibat hanya dilakukan oleh pihak pengelola dan karyawan. Selain itu untuk zona servis tidak memerlukan view sebagai bangunan komersial. Begitu pula sama halnya dengan kantor pengelola, untuk area privat diletakan di belakang bangunan, untuk akses karyawan terpisah dari akses pengunjung agar kegiatan pegelolaan gedung lebih leluasa dilakukan secara keseluruhan. Apabila penempatan kantor pengelola diletakan didepan maka area jual untuk retail dalam tema Open Shopping Window menjadi masif.
Kantor pengelola
Servis
Gambar 5.3.2 Zonning tata letak secara horizontal (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
- 92 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 5.3.3 Batas pertokoan berdasarkan jalur dan pencapaian (Sumber : Time Saver Standard for Building Types)
Berdasarkan aturan Joseph De Chiara (1998) pada gambar no 5.3.2 lebar toko, parkir dan penyimpanan yang diperlukan disesuaikan dengan pola kegiatan yang frekuensinya besar contoh pada tingkat hidup perkotaan, maka untuk sistem deretan toko mengacu pada sistem linear atau baris.
5.4
Konsep Massa Bangunan Penerapan bentuk massa bangunan mengacu pada tema yang sudah dibahas pada Bab 3 tentang konsep Open Window Shopping yaitu menonjolkan bagian area pertokoan ke arah luar maupun kearah dalam.
Bentuk
skematik
dengan
layer-layer
bangunan
untuk
memberikan visualitas terhadap deretan jendela toko, seperti bentuk pada gambar yang ditunjukan oleh no. 5.4.2 dan gambar no 5.4.3
- 93 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Double Loaded Corridor
Gambar 5.4.1 Konsep Open Window Shopping Open Window (Sumber : Dokumentasi Pribadi) Semi terbuka Shopping Tanggapan pengendara mobil dapat melihat kegiatan memberikan tanggapan kepadakedalam bangunan, sehingga potensial untuk menangkap berbelanja pengguna jalan yangdaya lewat titik tangkap dari pengunjung dari luar dapat memberikan respon
begitu
pula
dengan
sebaliknya.
memamerkan
barang
yang
ada
Jendela-jendela didalam
pusat
toko
yang
perbelanjaan
menyesuaikan dengan gaya hidup perkotaan yaitu berbelanja dan berekreasi.
Gambar 5.4.2 Konsep Perletakan Massa Bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
- 94 -
Gambar 5.4.3 Potongan Massa (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Area terbuka, saat pengunjung berjalan-jalan didalam bangunan tetapi dapat merasakan pula suasana diluar bangunan
Gambar 5.4.4 Suasana semi terbuka pada atrium (Sumber : Buku Sketsa Perspektif)
Seperti pada gambar terlihat bahwa suasana area semi terbuka pada atrium ditengah bangunan, dengan dengan menggunakan atap yang transparan. Konsep ini terintegrasi dengan tema Open Window Shopping yang saling memberi bukaan secara visual terhadap sisi jendela toko. Selain itu keuntungannya pengunjung dapat leluasa menikmati toko-toko diarea terbuka tanpa harus kehujanan dan kepanasan.
Gambar 5.4.5 Pioneed Shopping Center (Sumber : www.jlsf.org/content/image)
Konsep ini berbeda dengan pusat perbelanjaan yang sudah ada di Bandung, karena tidak ada yang menampilkan jendela-jendela toko keluar seolah-olah seperti mengacu ke tipe arcade (gambar no 5.4.5) yang tersusun secara vertikal. Berbeda dengan Paris Van Java (gambar no. 5.4.6) yang menerapkan konsep suasana terbuka (Open Space) hanya pada bagian lantai teratas dipermukaan tanah, - 95 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
sedangkan untuk area pertokoan tertutup berada dilevel bawahnya. Kemudian Ciwalk (gambar no 5.4.7) dengan konsep City Walk yang hanya menonjolkan tempat-tempat bersantai dengan suasana terbuka.
Gambar 5.4.6 Suasana mal di PVJ, Bandung (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Gambar 5.4.7 Suasana mal di PVJ, Bandung (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Sedangkan pada konsep skripsi ini hanya menampilkan jendela toko untuk menangkap mata pengunjung datang ke pusat perbelanjaan ini.
Gambar 5.4.8 Contoh Image Jendela Toko (Sumber : http ://blogspot.com/1085)
Seperti pada gambar diatas merupakan salah satu contoh jendela toko yang terekspose kearah luar, sesuai dengan tema Open
- 96 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Window Shopping, dan contoh lainnya terdapat pada gambar nomor 5.4.8 dibawah ini pengunjung merasa tertarik untuk datang dan melihat dengan benda yang dipamerkan dijendela toko tersebut. Jendela pada bagian kiri fasad diperbesar untuk
Atrium terbuka
menitikberatkan daya tangkap terhadap pengunjung Pemisahan gedung parkir Jendela Toko sebagai Open Window Shopping
Gambar 5.4.9 Konsep Massa Bangunan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Material kaca sebagai estetika fasad untuk etalase toko.
Gambar 5.4.9 Sample Modern Mall (Sumber : www.infoproject.com)
- 97 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 5.4.10 Concept Plan (Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Konsep gubahan massa bangunan untuk sebuah pusat perbelanjaan. Untuk pemilihan bahan material dalam tema Open Window Shopping adalah banyak menggunkan bahan kaca, berfungsi sebagai titik tangkap mata pengunjung, dan dapat berfungsi pula sebagai pembiasan cahaya didalam etalase toko.
Gambar 5.4.11 Concept Torc FA Commercial Design (Sumber : www.closeup.lg.jpg)
- 98 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar 5.4.12 River Tower di Guangzhou, China (Sumber : TutureArch, Green Building)
Karena tema open window shopping banyak menggunakan material kaca pada arah orientasi barat, maka akan menimbulkan absorbsi udara panas ke dalam bangunan, salah satu cara untuk mengatasinya dapat dikenal dengan
thermal regulator, yaitu
menggunakan ventilasi internal untuk mengalirkan udara ke dalam dinding, sehingga panas yang masuk dapat dinetralisir oleh udara tersebut.
- 99 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Penyelesaian
struktur
untuk
pusat
perbelanjaan
ini
menggunakan cantilevered slab, tidak ada kolom dan balok, sehingga material kaca pada jendela toko dapat dimaksimalkan. Balok kantilever adalah pemikulan balok pada kolom dengan batas maksimal 1/3 dari bentang jarak antara kolom (Sumber : Modul Perkuliahan Teknologi Bangunan 3, UMB)
Gambar 5.4.13 Balok Kantilever (Sumber : www.closeup.lg.jpg)
Perbandingan BIP setelah mengalami pembaharuan pada seluruh fasad bangunan.
No.
Bandung Indah Plaza lama
Bandung Indah Plaza baru
1.
Area pedestrian sebagai
Adanya ruang bersama sebagai
manfaat negatif bagi pedagang
ruang publik yang dirancang untuk air
kaki lima, sehingga
dan jalann setapak hanya untuk
pemnimbulkan kemacetan
pejalan kaki menuju massa bangunan.
2.
Pengunjung yang bosan
Penyediaan toko-toko brand yang
dengan suasana toko-toko
sedang trend saat ini, contoh pada
yang dianggap kurang
gambar dibawah ini no. 5.4.14
memenuhi gaya hidup masyarakat di kota Bandung
- 100 -
Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur
Gambar no. 5.4.14 Sumber : www.map.co.id
3.
4.
Atraksi kegiatan di atrium tidak
Penempatan jakur sirkulasi vertikal
dapat dinikmati pengunjung
yaitu escalator yang terorientasi ke
yang berada dilantai atas
atrium Jumlah anchor tenant meningkat
Jumlah anchor tenant yang
menjadi 4 unit, 8 unit untuk mini
tersedia hanya 5 unit
anchor dan 178 unit untuk tenant 5.
Sedangkan dalam perancangan
Menurut sumber :
dalam tugas akhir ini, area parkir
http//newspaper.pikiran-
yang disediakan dapat menampung
rakyat.co.id menyebutkan
652 unit mobil.
bahwa PR Coordinator BIP, Bapak Ade Santriana selaku pengelola parkir bekerja sama dengan Sun Parking bahwa pada tahun 2005 mendapatkan tender untuk mengelola 3 lantai BIP yang berkapasitas 550 mobil
- 101 -
Daftar Pustaka Neufert, Ernst (1996). Data Arsitek Jilid 1 Edisi kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta Neufert, Ernst (1999). Data Arsitek Jilid 2 Edisi kedua. Penerbit Erlangga. Jakarta Neufert, Ernst (2002). Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Penerbit Erlangga. Jakarta Andyono, Yuli (2006). Indonesia Shopping Center. PT. Griya Asri Prima. Jakarta De Chiara, Joseph (1998). Time Saver Standards for Building Types. America. PT. Metropolitan Kentjana Tbk. Data Perusahaan Tata Tertib Tenant Fitting Out project Pondok Indah Mall 2. Jakarta T. White, Edward (1996).
Buku Sumber Konsep. Penerbit Intermatra.
Bandung Mun, David. A Mannual of Planning and Design Shop. The Architectural Press, London Charles E. .Broudy, Vilma Barr (1986). AIA. Designing to Sell. USA J. Israel Lawrence. 1994. Store Planning Design. Published by John Wiley & Sons, Inc. Canada Marlina, Endy (2008). Panduan Perancangan Bangunan Komersial. Yogyakarta. Sumber – sumber Internet.