perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TUGAS AKHIR STUDI TINGKAT EFEKTIVITAS PELAYANAN FASILITAS PENDIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU INDIKATOR MEWUJUDKAN KOTA LAYAK ANAK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta)
ASNIA ERVITA I0607030
Diajukan Sebagai Syarat untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK commit to user UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Secara garis besar kota terdiri atas komponen utama yaitu aktivitas dan ruang sebagai wadahnya. Kota sebagai pusat kegiatan terdapat bagian kota yang disebut inti kota atau core of city (Harris dan Ullman,1945). Inti kota menjadi pusat kegiatan dan pusat pelayanan. Kegiatan yang terdapat pada sebuah kota akan memunculkan sebuah pelayanan sebagai wadah untuk mendukung berlangsungnya sebuah kegiatan. Bermacam kegiatan yang terjadi di kota tergantung pada warga kota itu sendiri. Kegiatan ini akan memunculkan sebuah kebutuhan dan kepentingan untuk dipenuhi dalam sebuah pelayanan berupa fasilitas. Secara umum, fasilitas akan muncul sesuai dengan kebutuhan warga kota namun, terkadang fasilitas yang sudah disediakan belum pasti keefektifannya dalam melayani warga kota. Setiap warga kota memiliki hak untuk dipenuhi kebutuhannya
termasuk
anak-anak.
Berdasarkan
itu
pula
Kebijakan
Kabupaten/Kota Layak Anak diterapkan beberapa kota di Indonesia sebagai langkah awal dalam menciptakan pembangunan yang peduli terhadap hak, kebutuhan dan kepentingan anak, sebab anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus masa depan bangsa, penentu kualitas sumber daya manusia Indonesia yang akan menjadi pilar utama pembangunan nasional, sehingga perlu ditingkatkan kualitasnya dan mendapatkan perlindungan secara sungguhsungguh dari semua elemen masyarakat. 1. Anak-anak dalam Ruang Kota Gambaran anak-anak dalam ruang kota berdasarkan data UNICEF ada 43 persen atau 33.586.440 jiwa penduduk Indonesia berusia di bawah 18 tahun bertempat tinggal di kota – termasuk anak usia di bawah lima tahun 9.318.960 anak (Unicef, 2004). Angka ini akan bertambah dengan pertumbuhan 4,3 persen (%) pertahun, sehingga diperkirakan pada tahun 2025, 60 persen (%) warga kota adalah anak. Ini berarti keberadaan anak di kota sangatlah dominan, sehingga commit to user mereka berkembang dengan saatlah dibutuhkan fasilitas yang mendukung 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
optimal. Oleh karena itu, sudah sewajarnya jika fasilitas harus mampu merespon kebutuhan penggunanya khususnya anak-anak. Di Kota Surakarta khususnya dalam lingkup Kecamatan Pasar Kliwon memiliki prosentase antara anak sebesar 26% sedangkan dewasa 74% (BPS,2009). Walaupun perbedaan prosentase yang cukup jauh namun fasilitas pendidikan untuk anak harus tetap diperhatikan. Berdasarkan penggunaan lahan bahwa dominasi lahan Kecamatan Pasar Kliwon adalah permukiman dengan prosentase sebesar 78% dan daerah komersial sebesar 22% (BPS,2009). Pastilah permukiman tersebut terdiri dari anak-anak dari berbagai kategori usia yang menggunakan fasilitas pendidikan di lingkup penelitian. 2. Keberadaan Fasilitas Pendidikan dalam Ruang Kota Setiap warga kota memiliki kebutuhan masing-masing yang perlu dipenuhi sesuai aktivitas tertentu. Keberadaan fasilitas pendidikan yang tersedia untuk anak diharapkan sebagai wadah yang dapat menunjang tumbuh kembang anak-anak. Namun, terkadang ketersediaan fasilitas pendidikan yang berada di suatu lingkungan kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan pendidikan untuk anak. Berdasarkan standar yang berlaku, ketersediaan fasilitas di sebuah lingkungan haruslah seimbang dengan jumlah penduduk yang menggunakan fasilitas tersebut. 3. Pentingnya Fasilitas Pendidikan yang Menunjang Kebutuhan Anak Ruang kota memiliki peran penting dalam mempengaruhi perkembangan anak. Aktivitas luar ruangan yang terjadi di sekitar rumah, lingkungan tempat tinggal, atau pun di tempat-tempat umum juga merupakan hal penting yang harus dialami oleh anak untuk dapat mengenal apa saja yang ada di sekitar mereka. Ruang-ruang luar rumah harus dibentuk sebagai wadah yang sesuai bagi anak-anak untuk menunjang perkembangan mereka. Ruang-ruang tersebut tidaklah harus berupa area bermain tetapi juga ruang-ruang publik yang dapat diakses dengan aman oleh siapapun termasuk anak-anak (Saragih, 2004). Selain itu, keterkaitan ruang dengan anak selayaknya perlu penyediaan ruang berkembang yang mendukung pada anak-anak yang sesuai dengan commit tolingkungan user usianya. Anak-anak memiliki kebutuhan yang berbeda dengan orang 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dewasa, mereka tidak hanya memerlukan keindahan, namun lebih memerlukan lingkungan yang kreatif. Mereka lebih tertarik pada apa yang mereka lihat dan ini adalah proses belajar yang sangat penting, berkaitan erat dengan tahap-tahap perkembangan anak yang masih tertarik pada sesuatu yang bersifat visual. Proses belajar itu sendiri diwadahkan dalam fasilitas pendidikan yang menunjang perkembangan anak. Namun, kebutuhan anak dalam beberapa tahun dikesampingkan sehingga munculah gagasan kota layak anak. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia mengimplementasikan sejumlah konvensi dan kesepakatan internasional ke dalam konteks perencanaan dan pembangunan daerah. Untuk mempercepat terwujudnya pengembangan Kota Layak Anak (KLA), Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan menjadi model KLA ini sebagai prioritas program dalam bidang kesejahteraan dan perlindungan anak dengan menetapkan 7 (tujuh) aspek penting dalam pengembangan KLA yaitu: 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Sosial 4. Hak Sipil dan Partisipasi 5. Perlindungan Hukum 6. Perlindungan Ketenagakerjaan 7. Infrastruktur Peraturan ini menjadi dasar bagi pemerintah kota dan kabupaten untuk menyusun strategi pembangunan guna mencapai predikat kota/ kabupaten layak anak (KLA). Kebijakan ini berlandaskan Konvensi Hak Anak tahun 1989 dan Deklarasi Dunia yang Layak untuk Anak (World Fit for Children). Dari tujuh aspek yang disebutkan hanya akan difokuskan pada faslitas pendidikan yang dikaji dalam penelitian ini. Alasan pemilihan fokus pada fasilitas pendidikan karena menurut William Stern, perkembangan yang sehat akan berlangsung, jika kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan potensialitas kodrati commit segenap to user kemampuan anak dan semua anak bisa mendorong berfungsinya 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan serta pengajaran di sekolah ditujukan pada pemberian fasilitas bagi pengembangan segenap fungsi jasmani dan rohani anak didik (Dr. Kartini Kartono, 1990). Itulah sebabnya fasilitas pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan anak secara optimal. Adapun pertimbangan dalam memilih wilayah penelitian yaitu wilayah Kecamatan Pasar Kliwon memiliki jumlah anak cukup tinggi yaitu sebesar 22.527 jiwa (BPS,2009). Apalagi wilayah ini memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Kota Surakarta dengan nilai sebesar 18.28 jiwa/km2. Pada tahun 2011,
Kota Surakarta
mendapat
penghargaan
nasional
kota/kabupaten
penyelenggara Kota Layak Anak terbaik. Pemerntah Kota Surakarta membentuk tim pengembangan program Kota Layak Anak di setiap kecamatan termasuk Kecamatan Pasar Kliwon dan salah satu kelurahan dalam Kecamatan Pasar Kliwon mendapat predikat wilayah yang layak anak. Namun, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Bapermas P3AKB) Surakarta, Widdi Srihanto merasa masih banyak kekurangan dalam implementasi karena hingga saat ini masih belum mempunyai konsep yang jelas untuk penataannya padahal program Kota Layak Anak di Surakarta mulai diujicoba sejak tahun 2006.
B. Rumusan Masalah Sejak disahkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2009 tentang Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak maka sudah seharusnya kabupaten/kota memiliki kewajiban untuk mewujudkan Kota Layak Anak. Terdapat 7 bidang yang menjadi indikator Kota Layak Anak namun, penelitian ini menfokuskan salah satu bidang yaitu bidang pendidikan dengan pertimbangan bahwa pendidikan memiliki bobot yang sangat penting dalam memenuhi kota layak anak. Implementasi model kota layak anak diterapkan di Surakarta dari diharapkan efektif melayani kebutuhan anak khususnya dalam fasilitas pendidikan sehingga rumusan permasalahan adalah bagaimana tingkat efektivitas pelayanan fasilitas pendidikan untuk mewujudkan Kota Layak Anak? commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Mengetahui tingkat efektivitas pelayanan fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon dalam mewujudkan Kota Layak Anak. 2. Sasaran a) Teridentifikasi kondisi wilayah kajian dan kondisi fisik spasial eksisting fasilitas pendidikan di lingkup kajian penelitian. b) Teridentifikasi kondisi non fisik eksisting menyangkut indikator kota layak anak di bidang pendidikan c) Teridentifikasi persepsi anak/murid dan guru sebagai pemakai fasilitas mengenai kondisi eksisting fasilitas pendidikan di wilayah kajian. d) Analisis tingkat efektivitas fasilitas pendidikan di wilayah kajian.
D. Manfaat Penelitian Dalam suatu penelitian diharapkan terdapat manfaat yang dihasilkan dari penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan sehubungan dengan penelitian ini sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritik a) hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan perencanaan wilayah dan kota khususnya tentang pengembangan fasilitas pendidikan. b) Dapat bermanfaat selain sebagai bahan informasi juga sebagai literature atau bahan-bahan informasi ilmiah dalam kaitannya dengan efektivitas fasilitas pendidikan sebagai salah satu indikator mewujudkan kota layak anak. 2. Manfaat Praktis a) Memberi masukan untuk pengembangan program kota layak anak yang lebih baik. b) Hasil penelitian sebagai sarana untuk menambah wawasan bagi para pembaca mengenai efektivitas fasilitas pendidikan dan kota layak anak. commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Hasil penelitian ini dapat sebagai latihan menerapkan teori yang diperoleh sehingga menambah pengalaman dan pengetahuan ilmiah.
E. Batasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah yang menjadi obyek dalam penelitian ini yaitu Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Secara administrasi, luas wilayah penelitian 481,52 Ha dengan batas administrasi sebagai berikut: Tabel 1.1 Batas Wilayah Penelitian Batas Wilayah Kecamatan Pasar Kliwon Utara Kecamatan Jebres dan Banjarsari, Kota Surakarta Timur Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo Selatan Barat
Kecamatan Serengan, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharho Kecamatan Serengan dan Banjarsari, Kota Surkarta sumber : Kecamatan Pasar Kliwon dalam Angka tahun 2009
2. Ruang Lingkup Pembahasan Batasan pembahasan untuk efektivitas fasilitas pendidikan dilihat secara keruangan dan kualitasnya sehingga ruang lingkup substansial dibatasi oleh : a) Membahas kondisi fisik eksisting fasilitas pendidikan anak di lingkup spasial kajian penelitian. Berupa fisik kewilayahan meliputi kondisi fisik wilayah yaitu geografi, jangkauan pelayanan, ketersedian fasilitas, kependudukan, dan lain-lain. b) Membahas kondisi non fisik eksisting di Pasar Kliwon lalu mengaitkan dengan indikator kota layak anak di bidang pendidikan. Kondisi eksisting yang dimaksudkan adalah non fisik berupa angka putus sekolah, angka lanjut sekolah, angka lulusan, dan lain-lain. c) Membahas persepsi anak dan guru sebagai pemakai fasilitas mengenai kondisi eksisting fasilitas pendidikan di wilayah kajian. Substansi terkait pada perkembangan anak, sekolah ramah anak, dan kelengkapan fasilitas pendidikan. Sedangkan, yang dimaksud anak dalam penelitian ini adalah commit18to(delapan user seseorang yang belum berusia belas) tahun memiliki kondisi
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fisik dan psikis yang normal dengan kategori usia anak–anak terbagi menjadi beberapa lapisan usia Woolfson (2001), yaitu: 1) Usia 3–5 tahun disebut masa balita menggunakan fasilitas pendidikan berupa TK/PAUD 2) Usia 5–12 tahun usia pendidikan dasar atau usia sekolah menggunakan fasilitas pendidikan berupa SD 3) Usia 12–14 tahun, disebut sebagai usia pra remaja menggunakan fasilitas pendidikan berupa SMP 4) Usia 15-18 tahun, disebut sebagai usia remaja menggunakan fasilitas pendidikan berupa SMA d) Menganalisis tingkat efektivitas fasilitas pendidikan secara spasial, indikator kota layak anak, dan persepsi anak menggunakan metode pembobotan.
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Kerangka Pemikiran Kota sebagai wadah pusat aktivitas warga dan pusat pelayanan. Setiap warga memiliki kebutuhan untuk dilayani termasuk anak-anak.
Muncullah kebijakan Kota Layak Anak berdasarkan konvensi hak anak dan deklarasi world fit for child
Terdapat 7 aspek penting dalam pengembangan KLA Latar Belakang Difokuskan pada fasilitas pendidikan di kecamatan Pasar Kliwon Fasilitas pendidikan yang sesuai kebutuhan anak demi mewujudkan KLA Bagaimana tingkat efektivitas pelayanan fasilitas pendidikan untuk mewujudkan KLA?
Research Question
Mengetahui tingkat efektivitas pelayanan fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon dalam mewujudkan Kota Layak Anak.
· · · · · · ·
Definisi Kota Layak Anak Definisi Efektivitas Definisi Fasilitas Pendidikan Konsep dan Standar Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Ramah Anak Tugas Perkembangan Anak Kebutuhan dan Hak Anak
Tujuan
Kajian Teori
· Kondisi fisik eksisting fasilitas pendidikan anak di lingkup spasial kajian penelitian. · Kondisi non fisik eksisting di Pasar Kliwon terkait indikator KLA bidang pendidikan. · Persepsi anak dan guru sebagai pemakai fasilitas
Analisis Spasial : · Kondisi Fisik Fasilitas Pendidikan · Ketersedian Fasilitas Pendidikan · Jangkauan Pelayanan Fasilitas Pendidikan · Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan
Analisis Indikator KLA:
Kesesuaian indikator setiap jenjang pendidikan dengan data eksisting
Temuan Lapangan
Persepsi Anak dan Guru :
Efektivitas pelayanan fasilitas pendidikan berdasarkan persepsi anak dan guru
Analisis
commit to user Kesimpulan dan Rekomendasi
Gambar 1.1 Kerangka Pikir
Penutup
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari: Bab I
Pendahuluan Berisi latar belakang dilakukan penelitian, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, batasan penelitian, kerangka pemikiran serta sistematika penulisan.
Bab II
Kajian Pustaka Berisi tentang hasil studi literatur dari beberapa referensi yang berkaitan dengan pembahasan penelitian ini. Tinjauan pustaka menguraikan tentang teori-teori yang terkait efektivitas fasilitas, dan kebijakan terkait fasilitas pendidikan.
Bab III
Metode Penelitian Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil analisis yang diharapkan. Dari metode ekplorasi data sampai metode analisis yang diterapkan serta variabel yang dipilih.
Bab IV
Gambaran Umum Wilayah dan Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta Bab ini berisi tentang gambaran wilayah penelitian yaitu Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta yang menyangkut data gambaran berupa kondisi geografis, kependudukan dan sarana prasarana eksisting yang terdapat di wilayah tersebut.
Bab V
Hasil Analisis dan Pembahasan Bab ini memuat hasil data atau informasi dan pembahasan hasil analisa. Dari hasil analisa yang telah dilakukan, dirumuskan tingkat efektivitas fasilitas pendidikan yang terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon.
Bab VI
Penutup Bab ini merupakan hasil akhir dari kegiatan analisa penelitian, dimana berisi
tentang
kesimpulan
keseluruhan
hasil
penelitian
serta
rekomendasi/saran untuk perencanaan dan penelitian selanjutnya. commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Kota Layak Anak Menurut Nirwono Joga (2007) Kota Layak Anak adalah suatu kota yang di dalamnya telah diramu semangat untuk memberikan jaminan perlindungan terhadap anak dan hak-haknya dalam proses pembangunan kota yang berkelanjutan. Kota yang menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, mendapat perlindungan dari kekerasan (fisik dan nonfisik) serta diskriminasi. Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia mendefinisikan Kota Layak Anak sebagai kota yang menjamin hak setiap anak sebagai warga kota. Berdasarkan Kebijakan Pengembangan Kota Layak Anak (2007), anak sebagai warga kota berarti : 1. Memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat baik secara pribadi maupun terwakilkan, terkait dengan kebijakan pengembangan kota, fasilitas kota, dan pelayanan kota. 2. Mempunyai kesempatan untuk berperan serta dalam kehidupan keluarga, komuniti sosial lainnya. 3. Menerima pelayanan dasar kesehatan dan pendidikan. 4. Memiliki akses untuk mendapatkan pelayanan sarana kota yang berkualitas (sarana air bersih, ruang bermain, jalur sekolah). Persyaratan keselamatan, persyaratan kesehatan, persyaratan kemudahan, dan persyaratan kenyamanan. 5. Setiap warga secara seimbang dapat mengakses setiap pelayanan, tanpa memperhatikan suku bangsa, agama, kekayaan, gender, dan kecacatan. Empat prinsip kunci Konvensi Hak Anak yang menjadi dasar membangun Kota Layak Anak adalah: (Kebijakan Pengembangan KLA, 2007) 1. Non-diskriminasi: Kota Layak anak adalah kabupaten/kota yang layak dan inklusif untuk semua anak. Kabupaten/Kota yang memenuhi kebutuhan dan commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan perhatian khusus pada anak yang mengalami diskriminasi dalam mengakses hak-hak mereka dalam beberapa cara berbeda. 2. Kepentingan terbaik untuk anak: Kota Layak anak menjamin kepentingan terbaik untuk anak dan menjadikan anak sebagai pertimbangan utama dalam semua tindakan yang terkait dengan urusan anak. 3. Setiap anak mempunyai hak hidup, kelangsungan hidup, dan berkembang maksimal: Kota Layak Anak berusaha memberikan jaminan untuk hidup dan kelangsungan hidup kepada anak untuk berkembang optimal dengan menciptakan
kondisi-kondisi
yang
mendukung
pada
masa
anak-anak,
perkembangan dalam konteks Konvensi Hak-hak Anak berarti perkembangan fisik, mental,spiritual, moral, dan perkembangan psikologi dan sosial anak. 4. Mendengar dan menghormati pandangan anak: Anak-anak dilibatkan dan didengar fikiran dan pendapatnya di dalam Kota Layak Anak. Mereka aktif berperan serta sebagai warga kota dan pemegang hak untuk mempromosikan dan mendorong kebebasan mengekspresikan pendapat pada semua persoalan yang mempengaruhi mereka.
B. Definisi Efektivitas Efektivitas merupakan derivasi dari kata efektif yang dalam bahasa Inggris effective didefinisikan “producing a desired or intended result” (Concise Oxford Dictionary, 2001) atau “producing the result that is wanted or intended” dan definisi sederhananya “coming into use” (Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2003:138). Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:584) mendefinisikan efektif dengan “ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa hasil, berhasil guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan berpengaruh; hal berkesan” atau ” keberhasilan (usaha, tindakan)”. The Liang Gie dalam Ensiklopedi Administrasi (1989:108) mendefinisikan efektivitas sebagai berikut.
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan suatu perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang dikehendakinya itu.” Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna/client. Selanjutnya, Steers (1985:176) menyatakan “Sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah orang yang mampu menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak hanya melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi juga membuat suasana supaya para pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.” Pernyataan Steers di atas menunjukkan bahwa efektivitas tidak hanya berorientasi pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai tujuan. Jika definisi ini diterapkan dalam penelitian ini, efektivitas berarti kemampuan sebuah fasilitas pendidikan dalam melaksanakan program Kota Layak Anak yang telah direncanakan.
C. Definisi Fasilitas Menurut Kamus Tata Ruang (1997) fasilitas adalah bangunan atau ruang terbuka. Fasilitas biasanya merupakan istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan kepada suatu unsur penting dalam asset pemerintah atau pemberian jasa pelayanan pada umumnya. Selain itu, fasilitas dapat juga diartikan sebagai jaringan dan/atau bangunan-bangunan yang member pelayanan dengan fungsi tertentu kepada masyarakat dan pemerintah serta menunjang kebutuhan masyarakat ataupun perorangan dalam bentuk kemudahan kehidupan masyarakat. Contoh fasilitas
misalnya
bangunan-bangunan pendidikan, kesehatan, commit user pemerintahan, sarana transportasi umum dantosebagainya.
peribadatan,
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan kelengkapan dari suatu unit lingkungan permukiman yang tujuan penyediaannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Bentuk interaksi antara fasilitas dan penduduk dapat dilihat dari gambar berikut : P P P
P
Keterengan : P = Penduduk
P
FASILITAS
P
P P
Gambar 2.1 Interaksi Fasilitas dan Penduduk Sekitarnya Sumber : (Djoko Sujarto dalam Pramudianto:2001). Ilustrasi di atas memperlihatkan bahwa antara fasilitas dengan penduduk yang ada di sekitarnya terdapat interaksi timbal balik. Penduduk yang tinggal di sekitar sebuah fasilitas membutuhkan fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, sedangkan fasilitas merupakan penyedia pelayanan yang dibutuhkan masyarakat yang berada di sekitarnya. Keberadaannya sangat bergantung pada karakter jumlah masyarakat yang membutuhkannya. Semakin besar penduduk yang tinggal maka semakin besar pula kapasitas dan jangkauan pelayanan dari fasilitas tersebut. Fasilitas dapat diartikan sebagai suatu wadah aktivitas atau materi yang berfungsi melayani kebutuhan individu di dalam suatu lingkungan (Djoko Sujarto dalam Pramudianto:2001).
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Definisi Fasilitas Pendidikan Fasilitias pendidikan termasuk dalam fasilitas sosial yang bersifat memenuhi kebutuhan masyarakat dapat memberikan kepuasan sosial dan mental. Fasilitas pendidikan berdasarkan SNI 03-1733-2004 merupakan fasilitas yang disediakan pada suatu lingkungan permukiman yang bertujuan untuk memenuhi dan memberikan jaminan kelanjutan pendidikan masyarakat yang tinggal di suatu kawasan. Jenis-jenis fasilitas pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Taman kanak-kanak (TK)/PAUD Merupakan fasilitas pendidikan paling dasar untuk anak-anak usia 3-4 untuk PAUD dan 5-6 tahun untuk TK minimum terdiri dari 2 ruang kelas yang dapat menampung 35-40 murid per kelas serta ruang-ruang pelengkap lainnya. Lokasi dari fasilitas ini paling baik berada di tengah kawasan permukiman digabung dengan taman bermain. 2. Sekolah Dasar (SD) Merupakan sarana pendidikan untuk anak-anak usia 6-12 tahun yang terdiri dari 6 ruangan kelas dengan masing-masing kelas dapat menampung 40-50 murid. Lokasi fasilitas ini lebih baik tidak menyebrang jalan besar/jalan dengan arus lalu lintas yang padat serta masih berada di tengah kawasan permukiman. 3. SMP (Sekolah Menengah Pertama) Fasilitas ini adalah unit sekolah yang digunakan untuk menampung dan melanjutkan program pendidikan anak-anak lulusan sekolah dasar. Daya tampungnya minimal dua kali lebih besar dari sekolah dasar dengan masingmasing kelas menampung 30 murid. Lokasi yang paling baik dari fasilitas ini adalah berada di tengah pusat aktivitas karena sifat pelayanannya yang luas sehingga dapat menjangkau masyarakat. 4. SMA (Sekolah Menengah Atas) Tingkat pendidikan yang digunakan untuk menampung anak-anak lulusan SMP. Minimal terdiri dari 12 ruang kelas yang dapat menampung 40 murid. Skala pelayanan fasilitas ini jauh lebih luas dari SMP. commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Konsep Pelayanan Fasilitas Penyediaan dari sebuah fasilitas bertujuan agar para penghuni yang bermukim di lingkungan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia. Untuk dapat menyediakan fasilitas sesuai dengan tingkat pelayanan yang baik maka perlu diperhatikan beberapa faktor berikut (Djoko Sujarto dalam Pramudianto:2001) 1. Faktor kondisi fisik fasilitas Faktor ini memperhitungkan tingkat pelayanan sebuah fasilitas berdasarkan kondisi fisik fasilitas tersebut. Asumsi yang digunakan adalah sebuah fasilitas yang memiliki kondisi fisik yang buruk akan menimbulkan keengganan masyarakat untuk mempergunakan fasilitas tersebut dan pada akhirnya akan membuat tingkat pelayanan menjadi rendah. 2. Faktor tingkat kebutuhan Faktor tingkat kebutuhan berhubungan dengan tingkat penyediaan fasilitas pada suatu kawasan permukiman. Jumlah kebutuhan masyarakat akan dibandingkan dengan jumlah dan jenis fasilitas yang dibutuhkan untuk kemudian dijadikan dasar dalam mengukur tingkat pelayanan fasilitas pada suatu lingkungan 3. Faktor jangkauan pelayanan Faktor jangkauan pelayanan sangat berkaitan dengan sebaran unit fasilitas. Sebuah fasilitas yang memiliki sebaran yang merata akan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Di samping variable sebaran fasilitas juga diperhitungkan luasan dari fasilitas tersebut, semakin luas sebuah fasilitas maka akan semakin luas jangkauan pelayanannya sehingga dapat menutupi kebutuhan fasilitas masyarakat pada kawsan yang tidak memiliki fasilitas yang dibutuhkan. 4. Faktor kemudahan pelayanan (aksesibilitas) Faktor kemudahan pelayanan diukur dari tingkat keterbukaan sebuah fasilitas/ akses menuju fasilitas serta tingkat kenyamaan dalam menggunakan sebuah fasilitas. Keterbukaan fasilitas yang dimaksud adalah kemungkinan yang diberikan oleh sebuah fasilitas untuk dimanfaatkan oleh seluruh golongan masyarakat. Sementara akses diukur dari ketersediaan moda transportasi menuju commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fasilitas dilihat dari persepsi masyarkat terhadap pelayanan yang diberikan oleh petugas operator fasilitas dalam memberikan pelayanan.
F. Standar Pelayanan Fasilitas Pendidikan Berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun sebagai standar pemenuhan kebutuhan fasilitas penunjang lingkungan perumahan dan permukiman. Untuk mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Standar Pemenuhan Fasilitas Pendidikan dalam Skala Pelayanan Macam Fasilitas Pendidikan TK SD SMP SMA
Standar Penduduk 1.250 1.600 6.000 6.000
Jangkauan Pelayanan (m) Kota Kecamatan Kelurahan 500 1.000 5.000 2.500 10.000 5.000 -
Sumber : SNI 03-1733-2004
Masing-masing fasilitas memiliki tingkat pelayanan dan kapasitas pemenuhan yang berbeda tergantung dari fungsi dan luasan masing-masing fasilitas itu sendiri. Untuk fasilitas pendidikan unit pelayanan terkecil adalah TK dan unit pelayanan terbesar adalah SMA. Walaupun SMP dan SMA memiliki kapasitas yang sama besar, namun karena fungsi pelayanan yang berbeda yaitu SMA memiliki fungsi pelayanan yang lebih tinggi yaitu tingkat kota maka luas jangkauan pelayanannya juga lebih besar.
G. Teori Pusat Pelayanan Dalam gagasannya mengenai teori tempat pusat, Christaller mengungkapkan bahwa setiap kebutuhan masyarakat selalu terkait dengan dua hal yaitu jarak (range) dan ambang batas pelayanan (threshold). Range yaitu jarak yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendapatkan barang/jasa yang dibutuhkannya. Sedangkan Threshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan kesinambungan suplai barang (Christaller dalam Daldjoeni, 1992). Inti dari gagasan Christaller ini adalah bahwa untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menyediakan berbagai fasilitas maka perlu diperhatikan lokasi commit to user dari fasilitas tersebut agar dapat dijangkau dengan mudah seolah seluruh masyarakat 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tinggal di kawasan tersebut dan jumlah masyarakat yang ada sehingga jenis fasilitas yang disediakan dapat sesuai kebutuhan. Dalam mengemukakakn teorinya, Christaller membagi-bagi pusat pelayanan berdasarkan hirarki barang/jasa yang tersedia di kawasan-kawasan pusat pelayanan tersebut. Semakin tinggi barang/jasa yang tersedia maka akan semakin tinggi pula hirarki kawasan tersebut dalam sistem pelayanan masyarakat. Apabila hal ini diimplementasikan pada sistem pelayanan kota maka kaitannya akan dapat dilihat pada hirarki pelayanan fasilitas-fasilitas yang ada di kota tersebut. Kawasan pusat kota sebagai kawasan pusat pelayanan akan menyediakan fasilitas yang memiliki pelayanan yang lebh lengkap disbanding daerah pinggiran. Jumlah dan jenis fasilitas yang tersedia di kawasan pusat kota juga akan semakin lengkap mengingat banyaknya masyarakat yang merujuk kawasan ini sebagai daerah rujukan untuk memenuhi kebutuhannya.
H. Teori Aksesibilitas Tingkat aksesibilitas atau tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78). Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. (Tarigan, 2006:78). Dalam analisis kota yang telah ada atau rencana kota, dikenal standar lokasi (standard for location requirement) atau standar jarak (Jayadinata, 1999:160). Aksesibilitas menjadi hal yang penting untuk menjadi pertimbangan karena berkaitan dengan pelayanan serta kemudahan akses transportasi untuk mengunjungi suatu lokasi. Salah satu faktor yang menentukan suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas atau tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78). Tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai moda transportasi termasuk frekuensinyadan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut. (Tarigan, 2006:78). commit user Dalam analisis kota yang telah ada atautorencana kota, dikenal standar lokasi 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(standard for location requirement) atau standar jarak (Jayadinata, 1999:160). Maka, fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon yang efektif akan sebanding dengan tingkat aksesibiltas yang dipengaruhi oleh moda transportasi dan kondisi prasarana jalan menuju lokasi. Jaringan jalan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran pelayanan umum yang sangat penting, tersedianya prasarana jalan baik kualitas maupun kuantitas sangat menentukan mudah dan tidaknya suatu daerah di jangkau (tingkat aksesibilitas). Apabila aksesibilitas di suatu daerah tinggi maka perkembangan wilayah akan mengalami kelancaran. Menurut Black (1981) tingkat aksesibilitas dinilai dari jarak yang dekat dan jauh dengan kondisi prasarana jalan yang sangat baik ataupun sangat buruk. Hal tersebut dapat bila dikaitkan satu sama lain akan menentukan termasuk dalam aksesibilyas tinggi sampai rendah. Berikut ini tabel yang menentukan tingkat aksesibiltas. Tabel 2.2 penentu tingkat aksesibilitas Jarak
Jauh
Dekat Kondisi Prasarana
Aksesibilitas rendah
Aksesibilitas menengah
Aksesibilitas menengah
Aksesibilitas tinggi
Sangat Buruk
Sangat Baik
Sumber : Black (1981)
Berdasarkan tabel bahwa jarak jauh dengan kondisi prasarana sangat buruk termasuk aksesibilitas rendah, jarak jauh dengan kondisi prasarana sangat baik termasuk aksesibilitas menengah, jarak dekat dengan kondisi prasarana sangat buruk termasuk aksesibilitas menengah, dan jarak dekat dengan kondisi prasarana sangat baik termasuk aksesibilitas tinggi.
I. Keterkaitan Fasilitas Pendidikan dengan Kota Layak Anak (Menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak (KLA) ) Dalam peraturan ini yang dimaksudkan dengan: 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk commit to user anak yang masih dalam kandungan.
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kabupaten/Kota adalah pembagian wilayah administrasi di Indonesia setelah Provinsi yang dipimpin oleh seorang Bupati/Walikota, dan dalam konteks Peraturan ini kabupaten/kota adalah pembagian wilayah administrasi dan geografi termasuk kecamatan, kelurahan/desa, kawasan tertentu, rumah tangga dan keluarga. 3. Layak adalah kondisi fisik dan non fisik suatu wilayah dimana aspek-aspek kehidupannya memenuhi unsur-unsur yang diatur dalam Konvensi Hak Anak dan/atau Undang-Undang Perlindungan Anak. 4. Kabupaten/Kota Layak Anak yang selanjutnya disebut KLA adalah sistem pembangunan satu wilayah administrasi yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam program dan kegiatan pemenuhan hak anak. 5. Kebijakan
Kabupaten/Kota
penyelenggaraan
Layak
pembangunan
Anak
(KLA)
Kabupaten/Kota
adalah
melalui
pedoman
pengintegrasian
komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat, dan dunai usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk memenuhi hak anak. 6. Rencana Aksi Daerah KLA yang selanjutnya disebut RAD KLA adalah dokumen rencana yang memuat program/kegiatan secara terintegrasi, dan terukur yang dilakukan oleh SKPD dalam jangka waktu tertentu, sebagai instrumen dalam mewujudkan KLA. Rencana Aksi Daerah meliputi program : a) penelaahan kebutuhan atau need assessment KLA; b) harmonisasi kebijakan perlindungan anak; c) pelayanan
dasar
kesehatan,
rujukan,
penyelidikan
epidemiologi,
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan; d) pelayanan pendidikan dasar, menengah umum dan kejuruan, formal dan informal; e) perlindungan anak di bidang hak sipil, partisipasi, dan program bagi anak yang memerlukan perlindungan khusus; commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f) pelayanan bidang perumahan, sarana dan prasarana lingkungan, serta pelayanan fasilitas umum; dan g) pelayanan lingkungan hidup, kebutuhan dasar sanitasi dan penanganan akibatnya. Ruang lingkup yang terkait keruangan meliputi bidang : 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. Sosial 4. Hak Sipil dan Partisipasi 5. Perlindungan Hukum 6. Perlindungan Ketenagakerjaan 7. Infrastruktur Program-program pengembangan KLA di Kota Surakarta dibagi menjadi 4 bidang besar, yaitu: kesehatan, pendidikan, perlindungan, dan partisipasi anak; dengan ukuran keberhasilan (indikator) yang meliputi: kesehatan, pendidikan, sosial, hak sipil dan partisipasi, perlindungan hukum, perlindungan ketenagakerjaan, dan infrastruktur. Di bidang pendidikan, pemerintah kota Surakarta melakukan berbagai upaya untuk mendukung PAUD, sekolah ramah anak dan Zona Selamat Sekolah (Zoss). Berikut ini adalah indikator-indikator yang digunakan pada program KLA bidang pendidikan Tabel 2.3 Indikator-indikator program Kota Layak Anak bidang pendidikan Jenis Pelayanan Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanakkanak (TK)
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Indikator 20 persen jumlah anak usia 4-6 tahun mengikuti TK/RA dan 50 persen jumlah anak usia 4-6 tahun yang belum terlayani pada program PAUD jalur formal mengikuti program PAUD jalur non formal. 50 persen guru PAUD jalur non formal telah mengikuti elatihan bidang PAUD 95 persen anak dalam kelompok usia 7-12 tahun bersekolah di SD/MI. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah. 95 persen dari lulusan commit SD/MI to user melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs). 20
perpustakaan.uns.ac.id
Jenis Pelayanan Dasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)/
digilib.uns.ac.id
Indikator 90 persen anak dalam kelompok usia 13 - 15 tahun bersekolah di SMP/MTs. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah. 70 persen dari lulusan SMP/MTs melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). 60 persen anak dalam kelompok usia 16 -18 tahun bersekolah di SMA/MA dan SMK. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah. 25 persen dari lulusan SMA/MA melanjutkan perguruan tinggi yang terakreditasi.
Sumber: Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
J. Sekolah Ramah Anak Sekolah Ramah Anak, menurut UNICEF, menjamin pengadaan lingkungan yang aman, situasi emosi yang tentram, dan terbuka terhadap perkembangan psikologis anak. Sekolah Ramah Anak juga didefinisikan oleh Shaeffer (1999) sebagai sekolah yang mengembangkan lingkungan belajar dimana anak-anak tidak sulit dan termotivasi untuk belajar. Selain itu, jajaran guru dan staf sekolah bersifat terbuka dan memperhatikan kesehatan serta keselamatan anak selama mereka di sekolah. Secara umum seluruh sistem sosial dan lembaga lain yang berkaitan langsung dengan anak-anak harus dilandasi oleh hak-hak anak yang tertuang dalam Konvensi Hak-Hak Anak. Terutama bagi sekolah dimana, seperti sudah disebutkan sebelumnya, merupakan tempat anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Sekolah ramah anak berarti menggunakan pendidikan ramah anak. Pendidikan ramah anak merupakan pendidikan yang mengedepankan rasa kasih sayang dan bukan kekerasan, mengedepankan pujian bukan umpatan, mengedepankan asah, asih dan asuh dan bukan intimidasi atau tekanan. Pendidikan ramah anak menerapkan metode pembelajaran aktif, kreatif efektif dan menyenangkan (PAKEM) dengan 11 indikator/tolak ukur bahwa pembelajaran dikategorikan sudah commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PAKEM dijelaskan oleh Rachamat Widodo seorang guru dan praktisi di bidang pendidikan (dalam wyw1d.wordpress.com, 2010), yaitu : 1. Metode Pembelajaran a) Kegiatan belajar murid menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi (wawancara, pengamatan, bermain peran, penelitian, berlangsung di luar dan di dalam kelas) sesuai dengan mata pelajaran. Idealnya lebih dari 3 jenis. b) Kegiatan belajar murid menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan spesifikasi bahan ajar. c) Penggunaan metode dalam kegiatan belajar murid sesuai dengan RPP. 2. Pengelolaan Kelas a) Kegiatan belajar murid variatif (individual, berpasangan , kelompok, klasikal). Idealnya lebih dari 3 jenis. b) Kelompok belajar murid beragam (gender, sosial-ekonomi, intelegensi). Idealnya lebih dari 3 variabel. c) Keanggotaan kelompok belajar berubah-ubah sesuai kebutuhan belajar (sesuai KD, materi, metode, dan alat bantu belajar). d) Kegiatan pembelajaran menggunakan tata tempat duduk (meja/kursi) yang memudahkan murid berinteraksi dengan guru maupun dengan murid lainnya. Idealnya lebih dari 3 variasi tata tempat duduk. e) Tata tertib kelas dibuat (dan disepakati) bersama antara murid dan guru. Idealnya murni inisiatif murid (khusus kelas tinggi). 3. Ketrampilan Bertanya a) Pertanyaan yang diajukan guru dapat memancing/mendukung murid dalam membangun konsep/gagasannya secara mandiri. b) Guru mengajukan pertanyaan selalu memberikan jeda (waktu tunggu) yang memberikan keleluasaan seluruh murid untuk berfikir, lalu menunjuk murid yang harus menjawab tanpa pilih kasih secara acak. c) Guru juga mendorong murid untuk bertanya, berpendapat dan/atau mempertanyakan gagasan guru/murid lain. commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Murid menjawab pertanyaan guru dengan lebih dulu mengacungkan tangan tanpa suasana gaduh. e) Murid berani bertanya, berpendapat dan/atau mempertanyakan pendapat baik secara lisan/tulisan. 4. Pelayanan Individual a) Terdapat program kegiatan belajar mandiri murid yang terencana dan dilaksanakan dengan baik. b) Murid dapat menyelesaikan tugas /permasalahannya dengan membaca, bertanya atau melakukan pengamatan dan percobaan. c) Guru melakukan identifikasi, merancang, melaksanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti Program Pembelajaran Individual (PPI) sebagai respon adanya kebutuhan khusus (hiperaktif, autis, lamban, dsb). d) Kegiatan pembelajaran melayani perbedaan individual ( tipe belajar, murid: audio, visual, motorik, audio-visual, audio-visual-motorik) menggunakan multimedia. e) Murid melakukan kegiatan membaca dan menulis atas keinginan sendiri dan didokumentasikan. 5. Sumber Belajar dan Alat Bantu Pembelajaran a) Guru menggunakan berbagai sumber belajar (sudut baca, perpustakaan, lingkungan sekitar) yang sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan. b) Guru membuat alat bantu pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang dikembangkan sendiri dan /atau bersama murid/orangtua murid. c) Guru trampil/menguasai alat bantu pembelajaranyang tersedia dan sesuai dengan materi yang diajarkan. d) Lembar kerja mendorong murid dalam menemukan konsep/gagasan/ rumus/ cara (tidak hanya mengerjakan perintah) dan dapat menerapkannya dalam konteks kehidupan nyata sehari-hari. 6. Umpan Balik dan Evaluasi a) Guru memberikan umpan balik yang menantang (mendorong murid untuk berpikir lebih lanjut) sesuai dengan kebutuhan murid. commit to user b) Guru memberikan umpan balik (lisan/tulisan) secara individual. 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Guru menggunakan berbagai jenis penilaian (tes dan non tes) dan memanfaatkannya untuk kegiatan tindak lanjut. d) Setiap proses dan hasil pembelajaran disertai dengan reward /penghargaan dan pengakuan secara verbal dan/atau non verbal. 7. Komunikasi dan Interaksi a) Bantuan guru kepada murid dalam pembelajaran bersifat mendorong untuk berfikir (misalnya dengan mengajukan pertanyaan kembali). b) Setiap pembelajaran terbebas dari ancaman dan intimidasi (yang ditandai : tidak ada rasa takut, labelling, bulliying, anak menikmati, guru ramah). c) Setiap proses pembelajaran bebas dari perlakuan kekerasan (emosional, fisik, pelecehan seksual). d) Perilaku warga kelas (murid dan guru) sesuai dengan tata tertib yang dibuat bersama dan etika yang berlaku. e) Murid mendengarkan dengan baik ketika guru atau murid lain berbicara. f) Komunikasi terjalin dengan baik antara guru-murid dan murid-murid. 8. Keterlibatan Murid a) Murid aktif dan asyik berbuat /bekerja dalam setiap kegiatan pembelajaran. b) Guru selalu meberikan kesempatan kepada murid untuk tampil di depan kelas untuk menyajikan/mengemukakan /melakukan sesuatu. c) Dalam setiap kerja kelompok ada kejelasan peran masing-masing murid dan terlaksana secara bergilir. 9. Refleksi a) Setiap usai pembelajaran guru meminta murid menuliskan/mengungkapkan kesan dan keterpahaman murid tentang apa yang telah dipelajari. b) Guru melaksanakan refleksi/perenungan tentang kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang telah dilaksanakan. 10. Hasil Karya Murid a) Berbagai hasil karya murid dipajangkan, ditata rapid an diganti secara teratur sesuai perkembangan penyampaian materi pembelajaran. b) Hasil karya murid adalah murni karya /buatan murid sendiri. commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Hasil Belajar a) Hasil belajar murid memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). b) Murid mengalami peningkatan kompetensi personal/sosial sesuai dengan potensinya (kerjasama, toleransi, menyelesaikan konflik secara sehat, bertanggung jawab dan kepemimpinan). c) Murid mengelami peningkatan rasa percaya diri (kemampuan bertanya, menjawab dan tampil di depan kelas). Kelas dan pembelajaran yang PAKEM ternyata tidak hanya terlihat dari segi fisik saja, misalnya banyaknya pajangan di kelas sehingga nampak ramai dan meriah, namun yang lebih penting dan utama adalah proses pembelajaran dan cara mengajar yang sudah tidak konvensional lagi.
K. Tugas Perkembangan Anak Tiap Kategori Usia Tugas Perkembangan adalah salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah mengalami perkembagan dengan baik adalah memulai apa yang disebut dengan tugas-tugas perkembangan atau Development Task. Tugas perkembangan masa anak menurut Munandar (1985) adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan buruk. Tugas perkembangan usia 3-5 thn atau anak usia jenjang TK/PAUD (Gunarsa, 2008 ): 1. Belajar untuk mengatur gerak gerik tubuh 2. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin dengan cirri-cirinya 3. Mencapai stabilitas fisiologis 4. Membentuk konsep sederhana tentang realitas sosial dan fisik 5. Belajar melibatkan diri secara emosional dengan keluarga dan orang lain 6. Belajar membentuk konsep tentang benar-salah sebagai landasan membentuk nurani commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tugas perkembangan usia 6-12 atau anak usia jenjang Sekolah Dasar (Havighurst, 1972) : 1. Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anak-anak 2. Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organism yang bertumbuh 3. Belajar bergaul dengan teman sebaya 4. Belajar memainkan peran pri dan wanita yang sesuai 5. Mengembangkan kecakapan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung 6. Mengembangkan nurani, moralitas dan suatu skala nilai 7. Mengembangkan konsep yang diperlukan sehari-hari 8. Mencapai kemandirian pribadi 9. Membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial Tugas perkembangan usia 13-15 atau anak usia jenjang SMP (Havighurst, 1972) 1. peningkatan kemampuan analisis, fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual 2. proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi berlangsung lewat peniruan orang lain. 3. perubahan jasmani serta pencarian jati diri Tugas perkembangan usia 16-18 atau anak usia jenjang SMA (Havighurst, 1972) 1. kematangan nilai moral dan agama 2. kematangan hubungan teman sebaya serta kematangan dalam peranannya pria / wanita 3. kematangan pertumbuhan jasmani yang sehat 4. kematangan dalam pilihan karir 5. kematangan mandiri secara emosional, sosial, ekonomi, dan intelektual
L. Ketentuan Sarana dan Prasarana Sekolah Ketentuan sarana dan prasarana untuk TK/PAUD berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 58 tahun 2009 dengan rincian sebagai berikut : commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Luas lahan minimal 300 m2. 2. Memiliki ruang anak dengan rasio minimal 3 m2 per peserta didik, ruang guru, ruang kepala sekolah, tempat UKS, jamban dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak. 3. Memiliki alat permainan edukatif, baik buatan guru, anak, dan pabrik. 4. Memiliki fasilitas permainan baik di dalam maupun di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep. 5. Memiliki peralatan pendukung keaksaraan. 6. Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang 7. dapat mengembangkan berbagai konsep. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/Mts, dan SMA/MA. Berikut ini rincian kelengkapan sekolah yang sudah semestinya tersedia. Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana yaitu ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan, ruang guru, tempat ibadah, UKS, jamban, gudang, dan lapangan untuk tempat bermain/olahraga. Ruang kelas minimal tersedia kursi murid,meja murid, meja dan kursi guru, lemari, rak hasil karya murid dan papan tulis. Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m2/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 167, luas minimum tempat bermain/berolahraga 500 m2. Di dalam luasan tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m x 15 m. Sebuah SMP/MTs sekurang-kurangnya memiliki prasarana yaitu ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, ruang pimpinan, ruang tata usaha, ruang konseling, ruang organisasi kesiswaan, ruang guru, tempat ibadah, UKS, jamban, gudang, dan lapangan untuk tempat bermain/olahraga. Ruang kelas minimal tersedia kursi murid,meja murid, meja dan kursi guru, lemari, rak hasil karya murid, dan papan tulis. Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 334, luas minimum tempat bermain/berolahraga 1000 m2. Di dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 30 m x 20 m. Sebuah SMP SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana yaitu ruang kelas, commit to user perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa,, ruang pimpinan, ruang tata usaha, ruang konseling, ruang organisasi kesiswaan, ruang guru, tempat ibadah, UKS, jamban, gudang, dan lapangan untuk tempat bermain/olahraga. Ruang kelas minimal tersedia kursi murid,meja murid, meja dan kursi guru, lemari, rak hasil karya murid, dan papan tulis. Tempat bermain/berolahraga memiliki rasio luas minimum 3 m2/peserta didik. Untuk satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 334, luas minimum tempat bermain/berolahraga 1000 m2. Di dalam luas tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukuran 30 m x 20 m.
M. Kebutuhan dan Hak Anak (Menurut UU No. 23 tahun 2002) Hak-hak anak yang telah disepakati dunia dan diratifi kasi oleh Pemerintah Indonesia dalam Undang-Undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002. HakHak anak yang tecantum dalam Undang-Undang tersebut mencakup: 1. Pelayanan pendidikan dan pengajaran bermutu dalam rangka pengembangan pribadi dan semua potensi kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; 2. Pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial; 3. Kebebasan menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan; 4. Beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri; serta 5. Perlindungan dan diskriminasi,ekploitasi baik ekonomi maupun seksual, penelantaran, kekejaman,kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya. Secara garis besar, kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan perlakuan; dan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial. commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
N. Definisi Persepsi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dijabarkan persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu terapan atau kondisi yang ada di sekitarnya. Persepsi diterangkan sebagai respon langsung yang diberikan oleh seseorang terhadap yang terjadi di sekitarnya. Respon ini terjadi secara refleks dan alamiah tanpa ada perencanaan sebelumnya dengan disalurkan melalui sebuah tindakan atau perasaan mengenai kondisi atau kegiatan yang terjadi. Sedangkan menurut Kamus Tata Ruang, persepsi adalah tanggapan atau pengertian yang terbentuk langsung dari suatu peristiwa atau pembicaraan tapi dapat juga pengertian yang terbentuk melalui proses yang diperoleh melalui panca indera. Definisi lain dari persepsi ini diterangkan oleh Hobbs yang kutipan ucapannya sebagai berikut “Kejadian-kejadian di alam dengan rangsangan yang cukup dapat menimbulkan persepsi di otak manusia. Kejadian-kejadian tersebut merupakan pengalaman dari apa yang telah dilalui oleh manusia tersebut.” (Hobbs, 1994 : 169). Dari teori di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi dapat dikatakan sebagai respon seseorang terhadap sesuatu yang terjadi dalam hidupnya. Persepsi ini tidak serta merta timbul dengan sesaat melainkan melalui berbagai pengalaman hidup yang pada akhirnya memberikan pandangan seseorang terhadap sebuah kondisi yang terjadi.
O. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses pembentukan persepsi dijelaskan oleh Feigi (dalam Yusuf, 1991: 108) sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat 1998: 55). Selanjutnya Rakhmat menjelaskan yang menentukan persepsl bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli. Persepsi meliputi juga kognisi (pengetahuan), yang mencakup penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan (Gibson, 986 : 54). Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam Sri Tjahjorini Sugiharto 2001: 19) mengemukakan bahwa persepsi seseorang ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor pribadi. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan faktor pribadi adalah faktor internal pemakai fasilitas terhadap efektivitas fasilitas pendidikan.
P. Variabel yang Menentukan Efektivitas Fasilitas Pendidikan Dari uraian mengenai fasilitas pendidikan terkait mewujudkan Kota Layak Anak yang tersaji dalam rangkain teori dari berbagai sumber pustaka tersebut diatas dapat dibuat suatu rangkuman kajian pustaka. Berikut ini resume variabel dari berbagai teori yang dikaji untuk menentukan efektivitas fasilitas pendidikan. Tabel 2.4 Resume variabel No
Sumber
Isi Materi
1
SNI 03-1733-2004, konsep pelayanan fasilitas, dan teori aksesibilitas (Tarigan, 2006)
Faktor kondisi fisik fasilitas pendidikan Faktor tingkat kebutuhan jumlah fasilitas pendidikan Faktor jangkauan pelayanan fasilitas pendidikan
Faktor aksesibilitas fasilitas pendidikan commit to user
Variabel
Spasial
Keterkaitan Penelitian Mengetahui kondisi wilayah kajian dan kondisi fisik eksisting fasilitas pendidikan di lingkup spasial kajian penelitian Sebagai dasar kajian untuk
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengetahui persepsi anak/murid dan guru sebagai pemakai fasilitas mengenai kondisi eksisting fasilitas pendidikan di wilayah kajian 2
Gunarsa, S.D. 1982. Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta : PT BPK Gunung mulia Dinar, Wiwien. 2004 psikologi anak usia dini.Bogor : PT. Indeks
3
4
Tugas perkembangan TK/PAUD Tugas perkembangan SD Tugas perkembangan SMP Tugas perkembangan SMA
Metode Pembelajaran Pengelolaan Kelas Ketrampilan Bertanya Pelayanan Individual Sumber Belajar dan Alat Bantu Pembelajaran Shaeffer (1999) Rahmat widodo (dalam Umpan Balik dan Evaluasi wyw1d.wordpress.com, Komunikasi dan Interaksi Keterlibatan Murid 2010) Refleksi Hasil Karya Murid Hasil Belajar
Permendiknas No. 58 tahun 2009 dan
Kelengkapan dalam Pembelajarancommit to user Kelengkapan Fasilitas
Perkembangan Anak
Sekolah Ramah Anak
Kelengkapan Sekolah
Sebagai dasar kajian untuk mengetahui persepsi persepsi anak/murid dan guru sebagai pemakai fasilitas mengenai kondisi eksisting fasilitas pendidikan di wilayah kajian Sebagai dasar kajian untuk mengetahui persepsi persepsi anak/murid dan guru sebagai pemakai fasilitas mengenai kondisi eksisting fasilitas pendidikan di wilayah kajian Sebagai dasar kajian untuk mengetahui 31
perpustakaan.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
Permendiknas No. 24 tahun 2007
Kelengkapan Ruang Gerak
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
Berbagai indikator di setiap jenjang pendidikan dari TK/PAUD sampai SMA
Kota Layak Anak Bidang Pendidikan
persepsi persepsi anak/murid dan guru sebagai pemakai fasilitas mengenai kondisi eksisting fasilitas pendidikan di wilayah kajian Mengetahui kondisi non fisik eksisting menyangkut indikator kota layak anak di bidang pendidikan
Sumber :kompilasi penulis
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2008). Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (case study research) yaitu penelitian studi kasus adalah sebuah penelitian yang secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-batasan antara fenomena dan konteksnya tertentu, dengan menggunakan berbagai sumber data. (Yin, 2003)
B. Variabel Penelitian Dari kajian teori yang berkaitan dengan tingkat pencapaian suatu fasilitas yang telah terurai pada Bab 2 Tinjauan Teori dapat diambil beberapa variable yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat pencapaian fasilitas pendidikan pada wilayah studi yang telah ditentukan. Variabel yang dipilih dan alasan penggunaan variable dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian No Variabel 1 Spasial
2
Perkembangan Anak
Indikator Faktor kondisi fisik fasilitas pendidikan Faktor tingkat kebutuhan jumlah fasilitas pendidikan Faktor jangkauan pelayanan fasilitas pendidikan Faktor aksesibilitas fasilitas pendidikan Tugas perkembangan TK/PAUD Tugas perkembangan SD
Teori SNI 03-1733-2004, konsep pelayanan fasilitas, dan teori aksesibilitas (Tarigan, 2006)
Gunarsa, S.D. 1982. Dasar dan teori perkembangan anak. Jkt : PT BPK Gunung mulia
Tugas perkembangan SMP commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tugas perkembangan SMA
3
4
Sekolah Ramah Anak
Kelengkapan Sekolah
Metode Pembelajaran Pengelolaan Kelas Ketrampilan Bertanya Pelayanan Individual Sumber Belajar dan Alat Bantu Pembelajaran Umpan Balik dan Evaluasi Komunikasi dan Interaksi Keterlibatan Murid Refleksi Hasil Karya Murid Hasil Belajar Kelengkapan dalam Pembelajaran Kelengkapan Fasilitas Kelengkapan Ruang Gerak
Dinar, Wiwien. 2004 psikologi anak usia dini.Bogor : PT. Indeks
Shaeffer (1999) Rahmat widodo (dalam wyw1d.wordpress.com, 2010)
Permendiknas No. 58 tahun 2009 dan Permendiknas No. 24 tahun 2007
Sumber: interpretasi penulis
C. Metode Ekplorasi Data Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah: 1. Studi pustaka, yaitu dengan melakukan studi data-data pustaka untuk mendapatkan data sebagai landasan teori melalui artikel, jurnal ilmiah, buku dan media internet. 2. Studi lapangan, yaitu dengan mengadakan survey pada lingkup spasial penelitian untuk mendapatkan data lapangan melalui metode rincian berikut ini : a) Wawancara : mengadakan tanya jawab secara langsung beberapa responden yaitu anak sesuai kategori usia, dinas terkait, praktisi anak, guru maupun orang tua. b) Observasi : melakukan pengamatan terhadap ruang untuk melihat kondisi eksisting di lokasi penelitian yang menyangkut kebutuhan ruang anak. c) Dokumentasi : Data visual yang menggambarkan kondisi eksisting ruang anak di lokasi penelitian.
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Kuesioner : merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan mengajukan pertanyaan. e) Survey : pengumpulan data mengenai pandangan anak terhadap efektivitas fasilitas pendidikan yang digunakan dengan kuesinoer dan wawancara langsung. Penggunaan bahasa dalam kuesioner disesuaikan tingkat pemahaman dari kategori usia anak. Tabel 3.2 Identifikasi Kebutuhan Data Data
Sub Data
Ø
Metode Sumber Data Jenis Data Primer Sebaran fasilitas Observasi Lapangan, Lapangan pendidikan dan Dokumentasi Transportasi dan Jaringan Jalan yang Wawancara Kantor Kecamatan mendukung Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan Jangkauan Pelayanan
Kondisi fisik Eksisting Fasilitas Pendidikan berupa : Ø TK/PAUD Ø SD Ø SMP Ø SMA Pemahaman anak/murid dan guru terhadap Fasilitas Pendidikan yang digunakan.
Ø
Ø Ø Ø Ø
Spasial Wawancara Perkembangan anak Sekolah Ramah Anak Wawancara Kelengkapan sekolah langsung, kuesioner
Kondisi Gambaran Umum Wilayah
Ø Ø Ø Ø
Jenis Data Sekunder Kondisi geografi Studi Literatur Kependudukan Fasilitas Pendidikan Transportasi
Kondisi fisik Eksisting Fasilitas Pendidikan berupa : Ø TK/PAUD Ø SD Ø SMP
Ø Data Jumlah Studi Literatur ketersedian fasilitas pendidikan Ø Peta sebaran fasilitas pendidikan Ø Transportasi dan Jaringan Jalan yang mendukung commit to user
Ø Ø
Usia 3-5 tahun dan 612 tahun Usia 12-14 tahun dan 15-18 tahun
Dinas terkait seperti : Ø Badan Pusat Statistik (BPS) Ø Dinas DIKPORA Ø UPTD Pendidikan Kecamatan Ps. Kliwon Dinas terkait seperti : Ø Badan Pusat Statistik (BPS) Ø Dinas DIKPORA Ø UPTD Pendidikan Kecamatan Ps. Kliwon
35
perpustakaan.uns.ac.id
Ø SMA Kondisi non fisik eksisiting pendidikan
digilib.uns.ac.id
Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan Data indikator Studi Litreratur kualitas pendidikan berupa angka putus sekolah, angka lanjutan, angka lulusan
Dinas terkait seperti : Ø Badan Pusat Statistik (BPS) Ø Dinas DIKPORA Ø UPTD Pendidikan Kecamatan Ps. Kliwon
Sumber : analisis penulis
3. Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis dari kuantitatif. Analisis Analisis yang dilakukan dengan mengkomparasikan kondisi lapangan dan standar umum yang berlaku. Data primer kondisi eksisting dianalisis secara deskriptif berdasarkan teori-teori yang terkait dengan kebutuhan ruang untuk perkembangan anak. Data kuantitatif berupa hasil kuesioner, jumlah, luasan, dan persebaran akan diolah berdasarkan SNI 03-1733-2004 pedoman perencanaan lingkungan permukiman kota. Pada halaman berikutnya akan dijelaskan kerangka analisis berupa flowchart di halaman terakhir pada bab 3 metode penelitian. 4. Sintesis Data Sintesa data merupakan penyajian dari hasil analisis data. Penyajian data berupa deskripsi dan eksplorasi. Deskripsi adalah upaya penyajian analisis menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri sifatnya menegaskan hasil analisis. Sedangkan, ekplorasi disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu; sebagai usaha penyajian analisis untuk membentuk pengertian umum dan awal terhadap suatu fenomena yang terjadi sebuah penelitian.
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang berada dalam wilayah penelitian (Arikunto, 2006). Populasi disebut juga universe adalah keseluruhan obyek/unit/anggota/item (misalnya manusia) dari sebuah riset. Dalam penelitian ini populasi sasaran yang ditarik adalah seluruh anak usia sekolah di Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Populasi dalam wilayah penelitian ini diperoleh berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga total murid sejumlah 19.318 jiwa dan guru sejumlah 1212 jiwa di Kecamatan Pasar Kliwon. 2. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (2006:131) yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Proportioned Stratified Random Sampling, yakni pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata. Teknik yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur untuk dipilih menjadi anggota sampel. Maka menggunakan rumus sebagai berikut. 榰
Keterangan :
K
N = besar populasi n = besar sampel d = ketepatan/ batas ketelitian yang diinginkan Formulasi diatas untuk mendapatkan sampel secara keseluruhan dengan tingkat ketelitian 0,2 dari populasi yang diambil, didasari oleh suatu pertimbangan mengingat luasnya wilayah populasi dan tingkat homogenitas populasi serta pertimbangan biaya dan waktu penelitian. Berdasarkan data populasi maka termasuk dalam jenis sampel strata yang membutuhkan sampel yang lebih detail tiap strata maka rumus yang digunakan untuk mengetahui sampel yang diambil secara proporsional adalah sebagai berikut. 榰Ǵ
Ǵ
榰
commit to1996) user (Sugiyono,
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan : ni = jumlah sampel menurut stratum n = jumlah sampel seluruhnya Ni = jumlah populasi menurut stratum N = jumlah populasi seluruhnya Berdasarkan dari formulasi maka sampel yang diambil pada setiap kategori usia anak tercantum berikut ini. Tabel 3.3 Sampel Berdasarkan Strata Pendidikan Fasilitas Pendidikan TK/PAUD
SD
SMP
SMA Jumlah seluruh sampel
Rincian Sekolah Orang tua murid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru Sekolah Murid Guru
Populasi
Sampel strata
44 2697 160 54 10873 672 13 6324 260 5 1710 120
7 14 7 9 27 27 3 21 15 1 7 6
Sampel tiap 1 sekolah 1 2 1 1 3 3 1 7 5 1 7 6
20 69 55
Sumber : analisis peneliti
Dari perhitungan dengan formulasi maka diperoleh besaran sampel seperti pada tabel di atas. Sampel tersebut digunakan dalam ekspolari data melalui kuesioner. Untuk memudahkan pengisian kuesioner maka pada jenjang TK responden yang menjawab kuesioner adalah orang tua murid.
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis kuantitatif, yaitu suatu cara untuk mengetahui aspek-aspek kuantitatif (numeric) dari permasalahan yang dialami. Untuk itulah penelitian ini menggunakan Teknik Analisis Deskriptif Kuantitaif. Analisis Deskriptif Kuantitatif digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan statistik dalam bentuk distribusi frekuensi agar mendapatkan prosentase dari masing-masing kategori dan mean hipotetik untuk mendapat kelas tingkatan efektivitas. Untuk mendapatkan prosentase dalam analisis data deskriptif ini, meski kelihatannya sederhana tetapi mempunyai kemampuan yang besar untuk mengungkapkan data-data kuantitatif penelitian yang diteliti. (Mukhtar, 2000:131). Beberapa proses analisis yang dilakukan pada studi ini antara lain : 1. Analisis Fisik Spasial Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Konsep Pelayanan Analisis kualitatif yang dilakukan didasarkan pada standar pemenuhan fasilitas penunjang yang mengacu pada SNI 03-1733-2004 tentang Pedoman Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun. Variabel yang dikaji dalam mengukur tingkat pemenuhan kebutuhan fasilitas pendidikan terdiri dari ketersedian fasilitas pendidikan yang dirumuskan berdasarkan jumlah dan jenis fasilitas yang ada di wilayah studi, variabel sebaran fasilitas pendidikan yang dirumuskan berdasarkan jarak pencapaian dan pemanfaatan fasilitas yang digunakan apakah berada di dalam lingkup kelurahan yang ditinggali atau berada di kelurahan lain serta variabel kemudahan pencapaian menuju fasilitas pendidikan yang didasarkan pada ketersedian rute transportasi yang terdapat pada wilayah studi. Ketersedian fasilitas pendidikan yang dikasji berdasarkan SNI mengenai pemenuhan kebutuhan fasilitas pendukung lingkungan perumahan yang diukur dari jumlah dan jenis fasilitas yang harus disediakan berdasarkan jumlah penduduk pada suatu wilayah. Hasil dari analisis ini adalah untuk mengetetahui apakah fasilitas yang ada sudah mampu melayani commit to kebutuhan. user kebutuhannya atau masih kurang dari 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebaran fasilitas dilihat dari jarak jangkauan pelayanan dari masin-masing fasilitas pendidikan tersebut yang juga didasarkan pada SNI 03-1733-2004 yang membahas mengenai standar jumlah penduduk yang dilayani dan luas jangkauan pelayanan dari fasilitas pendidikan. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah penduduk yang bertempat tinggal di wilayah studi sudah dapat terlayani oleh fasilitas pendidikan yang tersedia. Variabel kemudahan akses diukur dari ada atau tidaknya moda transportasi menuju fasilitas-fasilitas pendidikan yang tersedia serta wilayah-wilayah yang dilewati oleh moda tersebut. Dengan adanya moda transportasi menuju fasilitas sosial maka pengguna fasilitas akan mudah mencapai fasilitas pendidikan dan mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan. 2. Analisis Indikator Kota Layak Anak bidang pendidikan Analisis ini bersifat kualitatif dengan menggunakan data-data terkait indikator yang didapat dari dinas terkait sehingga tolak ukur indikator tersebut dibandingkan dengan data yang didapat. 3. Analisis Persepsi Anak sebagai Pemakai Fasilitas terhadap Efektivitas Fasilitas Pendidikan dengan pembobotan Metode pembobotan digunakan untuk memberikan bobot atau skor dalam penilaiam variabel-variabel penelitian dengan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan tersebut. Analisis ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan data yang didapat dari hasil penyebaran kuesioner maupun wawancara langsung kepada anak. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kinerja fasilitas pendidikan yang ada di wilayah studi dalam memenuhi kebutuhan fasilitas pendidikan. Metode pembobotan ini akan digunakan untuk analisis persepsi pengguna fasilitas dengan data dari kuesioner dan wawancara. Metode pembobotan ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a) Menetapkan kriteria-kriteria yang akan digunakan dalam penelitian untuk variabel penelitian sudah ditetapkan. b) Menghitung bobot dari masing-masing variabel pada setiap jenis commit to user kuesioner 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Setelah diketahui bobot masing-masing variabel, ditentukan kelompok kelas berdasarkan rumus mean hipotetik : Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log . jumlah atribut elemental Rentang Peringkat
∑ nilai terbesar ∑ nilai terkecil Jumlah kelas
Sumber : Strurgess dalam Sudjana, 1996
Variabel yang dibobot dalam kuesioner terdiri dari : o Variabel spasial dengan sub variabel berjumlah 2 yaitu jangkauan dan aksesibilitas. o Variabel perkembangan anak yang memiliki rincian yang berbeda namun, secara garis besar perkembangan anak setiap jenjang terkait 4 hal yaitu aspek mental, aspek fisik, aspek kecerdasaan, dan aspek sosial. o Variabel sekolah ramah anak dengan jumlah sub variabel 11 dengan rincian pada tabel awal metode penelitian yaitu metode pembelajaran sampai hasil belajar. o Variabel kelengkapan dengan sub variabel berjumlah 3 yaitu lingkungan kondusif, ruang gerak, kelengkapan belajar mengajar. Keberagaman kuesioner memerlukan 3 jenis pembobotan untuk mengukur efektivitas dari hasil kuesioner. Pada kuesioner orang tua murid TK/PAUD menggunakan 3 variabel yaitu spasial, perkembangan anak, dan kelengkapan. Pada kuesioner guru TK/PAUD – SMA menggunakan 3 variabel yaitu spasial, sekolah ramah anak, dan kelengkapan. Untuk kuesioner murid SD – SMA menggunakan 4 variabel yaitu spsial, perkembangan anak, sekolah ramah anak dan kelengkapan. Berikut ini perhitungan pembobotan variabel dalam kuesioner penelitian.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.4 Pembobotan Variabel dalam Kuesioner Variabel
Subvariabel
Ortu murid TK/PAUD
2
2 100% 9 KK%
Spasial
Perkembangan Anak
Sekolah Ramah Anak
4
4 100% 9 %
11
Kelengkapan
3
Sumber : analisis penulis
3 100% 9 %
Guru TK/PAUD SMA 2 100% 16 K%
11 100% 16 % 3 100% 16 %
Murid SDSMA 2 100% 20 % 4 100% 20 K % 11 100% 20 % 3 100% 20 %
Dalam perhitungan kelas efektivitas, untuk penggolongan efektivtas diambil jumlah atribut elemen yang digunakan dalam setiap kuesioner berkisar 20, maka : Jumlah Kelas = 1 + 3,3 log. 20 = 5,3 dibulatkan menjadi 5 Kelas efektivitas yang dihasilkan dari rumus tersebut antara lain: ·
Tidak Efektif
·
Kurang efektif
·
Cukup efektif
·
Efektif
·
Sangat Efektif
Penelitian ini terdapat 5 jenis kuesioner yaitu kuesioner orang tua murid TK/PAUD, kuesioner guru TK/PAUD, kuesioner murid SD, kuesioner murid SMP, kuesioner murid SMA dan kuesioner untuk guru SD – SMA. Maka, ada 5 model rentang peringkat kelas efektivitas dikarenakan total skor setiap kuesioner beragam. Perhitungan rentang kelas setiap jenjang commit to user dijabarkan pada tabel berikut ini. 42
Tabel 3.5 Perhitungan Rentang Peringkat untuk Kuesioner Orang Tua murid TK/PAUD Variabel (bobot)
Spasial (22%) Perkembangan anak (45%) Kelengkapan (33%)
Total Skor Terbesar 18
Total Nilai (total skor X bobot) Terkecil Terbesar Terkecil 6 3,96 1,32
37
17
16,65
7,65
9
3
2,97
0,99
∑ Total Nilai Terbesar
23,58
∑ Total Nilai Terkecil
9,96
Sumber : analisis penulis
Rentang
23,58
5 2,72
9,96
Setelah dihitung nilai rentang peringkat dengan hasil 2,72 dibulatkan 3 maka, kelas efektivitas kuesioner orang tua murid TK/PAUD : ·
Sangat efektif
: 22 – 24
·
Efektif
: 19 – 21
·
Cukup efektif
: 16 – 18
·
Kurang efektif
: 13 – 15
·
Tidak efektif
: 10 – 12 Tabel 3.6 Perhitungan Rentang Peringkat untuk Kuesioner Guru TK/PAUD
Variabel (bobot) Spasial (12%) Sekolah Ramah Anak (69%) Kelengkapan (19%)
Total Skor Terbesar 18
Terkecil 6
Total Nilai (total skor X bobot) Terbesar Terkecil 2,16 0,72
24
8
16,56
5,52
9
3
1,71
0,57
Sumber : analisis penulis
∑ Total Nilai Terbesar
20,43
∑ Total Nilai Terkecil
6,81
Rentang
20,43
5 2,72
6,81
43
Setelah dihitung nilai rentang peringkat dengan hasil 2,72 dibulatkan 3 maka, kelas efektivitas kuesioner guru TK/PAUD adalah: ·
Sangat efektif
: 19 – 21
·
Efektif
: 16 – 18
·
Cukup efektif
: 13 – 15
·
Kurang efektif
: 10 – 12
·
Tidak efektif
:7–9
Tabel 3.7 Perhitungan Rentang Peringkat untuk Kuesioner Murid SD Variabel (bobot)
Spasial (10%) Perkembangan Anak (20%) Sekolah Ramah Anak (55%) Kelengkapan (15%)
Total Skor Terbesar Terkecil 18 6 43
17
Total Nilai (total skor X bobot) Terbesar Terkecil 1,80 0,60 8,60
∑ Total Nilai ∑ Total Nilai Terbesar Terkecil
3,40 54,10
77
36
42,35
19,80
9
3
1,35
0,45
Sumber : analisis penulis
24,25
Rentang
54,10
5,97
5
24,25
Setelah dihitung nilai rentang peringkat dengan hasil 5,97 dibulatkan 6 maka, kelas efektivitas kuesioner murid SD adalah: ·
Sangat efektif
: 48 – 53
·
Efektif
: 42 – 47
·
Cukup efektif
: 36 – 41
·
Kurang efektif
: 30 – 35
·
Tidak efektif
: 24 – 29
44
Tabel 3.8 Perhitungan Rentang Peringkat untuk Kuesioner Murid SMP Variabel (bobot)
Spasial (10%) Perkembangan Anak (20%) Sekolah Ramah Anak (55%) Kelengkapan (15%)
Total Skor Terbesar 18
Terkecil 6
Total Nilai (total skor X bobot) Terbesar Terkecil 1,80 0,60
28
11
5,60
2,20
77
36
42,35
19,80
9
3
1,35
0,45
∑ Total Nilai Terbesar
51,10
∑ Total Nilai Terkecil
23,05
Rentang
51,10
5,61
5
23,05
Sumber : analisis penulis
Setelah dihitung nilai rentang peringkat dengan hasil 5,61 dibulatkan 6 maka, kelas efektivitas kuesioner murid SMP adalah: ·
Sangat efektif
: 47 – 52
·
Efektif
: 41 – 46
·
Cukup efektif
: 35 – 40
·
Kurang efektif
: 29 – 34
·
Tidak efektif
: 23 – 28
45
Tabel 3.9 Perhitungan Rentang Peringkat untuk Kuesioner Murid SMA Variabel (bobot)
Spasial (10%) Perkembangan Anak (20%) Sekolah Ramah Anak (55%) Kelengkapan (15%)
Total Skor Terbesar 18
Terkecil 6
Total Nilai (total skor X bobot) Terbesar Terkecil 1,80 0,60
57
21
11,40
4,20
77
36
42,35
19,80
9
3
1,35
0,45
∑ Total Nilai Terbesar
56,90
∑ Total Nilai Terkecil
25,05
Rentang
56,90
6,37
5
25,05
Sumber : analisis penulis
Setelah dihitung nilai rentang peringkat dengan hasil 6,37 dibulatkan 6 maka, kelas efektivitas kuesioner murid SMA adalah: ·
Sangat efektif
: 49 – 54
·
Efektif
: 43 – 48
·
Cukup efektif
: 37 – 42
·
Kurang efektif
: 31 – 36
·
Tidak efektif
: 25 – 30
46
Tabel 3.10 Perhitungan Rentang Peringkat untuk Kuesioner Guru SD – SMA Variabel (bobot)
Spasial (12%) Sekolah Ramah Anak (69%) Kelengkapan (19%)
Total Skor Terbesar 18
Terkecil 6
85
39
9
Sumber : analisis penulis
3
Total Nilai (total skor X bobot) Terbesar Terkecil 2,16 0,72 58,65 1,71
26,91 0,57
∑ Total Nilai Terbesar
62,52
∑ Total Nilai Terkecil
Rentang
28,20
62,52
6,86
5
28,20
Setelah dihitung nilai rentang peringkat dengan hasil 6,86 dibulatkan 7 maka, kelas efektivitas kuesioner guru SD – SMA adalah: ·
Sangat efektif
: 56 – 62
·
Efektif
: 49 – 55
·
Cukup efektif
: 42 – 48
·
Kurang efektif
: 35 – 41
·
Tidak efektif
: 28 – 34
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penggunaan analisis ini adalah pada saat melakukan analisa tingkat efektivitas fasilitas pendidikan yang didasarkan dari persepsi pengguna fasilitas terhadap tingkat efektivitas fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah kajian. Berikut ini tabel kategori skoring dan hasil pembobotan, serta rincian skoring setiap variabel pada setiap jenjang.
Tabel 3.11 Kategori Skoring dan Hasil Pembobotan Variabel dalam Kuesioner No Variabel 1 Spasial
2
Perkembangan Anak*
Indikator Faktor jangkauan pelayanan fasilitas pendidikan Faktor aksesibilitas fasilitas pendidikan
Tugas perkembangan TK/PAUD Tugas perkembangan SD Tugas perkembangan SMP Tugas perkembangan SMA
3
Sekolah Ramah Anak*
Metode Pembelajaran Pengelolaan Kelas Ketrampilan Bertanya Pelayanan Individual
Skoring 3 : nilai mengarah pada spasial yang mudah dijangkau/ aksesbilitas yang tinggi 2 : nilai mengarah pada spasial yang cukup mudah dijangkau/ aksesbilitas yang sedang 1 : nilai mengarah pada spasial yang sulit dijangkau/ aksesbilitas yang rendah
Skala Ordinal
Bobot o Orang tua murid TK/ PAUD : 22%
3 : nilai mengarah pada perkembangan yang baik 2 : nilai mengarah pada perkembangan yang cukup 1 : nilai mengarah pada perkembangan yang kurang
Nominal o Orang tua murid TK/ PAUD : 45%
3 : nilai mengarah kesesuaian yang sama dengan indikator sekolah ramah anak
Nominal o Guru TK/PAUD – SMA : 69% o Murid SD – SMA : 55%
Nominal o Guru TK/PAUD – SMA : 12% o Murid SD – SMA : 10%
o Murid SD – SMA : 20%
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
4
Kelengkapan Sekolah
Sumber Belajar dan Alat Bantu Pembelajaran Umpan Balik dan Evaluasi Komunikasi dan Interaksi Keterlibatan Murid Refleksi Hasil Karya Murid Hasil Belajar Kelengkapan dalam Pembelajaran Kelengkapan Fasilitas Kelengkapan Ruang Gerak
digilib.uns.ac.id
2 : nilai mengarah cukup sesuai dengan indikator sekolah ramah anak 1 : nilai mengarah kurang sesuai dengan indikator sekolah ramah anak
3 : nilai mengarah pada kelengkapan sekolah yang terawat dan berfungsi baik. 2 : nilai mengarah pada kelengkapan sekolah yang cukup terawat dan berfungsi. 1 : nilai mengarah pada kelengkapan sekolah yang kurang terawatt dan berfungsi.
Ordinal
o Orang tua murid TK/ PAUD : 33% o Guru TK – SMA: 19% o Murid SD – SMA : 15%
Sumber : analisis penulis
Keterangan* : Pada variabel bertanda (*) ada beberapa item kuesioner menggunakan kategori jawaban nilai 2 dan 1 dengan maksud nilai 2 adalah nilai yang mengarah pada penilaian baik sedangkan nilai 1 mengarah pada penilaian cukup baik. Ketidakseragaman dalam penilaian kategori jawaban dikarenakan detail indikator tidak dapat dipaksakan menjadi seragam seperti variabel lainnya.
commit to user
49
Tabel 3.12 Rincian Skoring Sub-variabel Spasial skor a b 3 2 Kemudahan dalam jarak yang dijangkau oleh pengguna fasilitas Jangkauan 3 2 Satuan dalam jarak yang ditempuh menuju fasilitas 3 2 Waktu tempuh pengguna fasilitas menuju sekolah Aksesibilitas 1 2 Pemilihan moda yang digunakan menuju sekolah Kemudahan akses menggunakan moda transportasi umum berupa bis 3 2 Hambatan transportasi yang terjadi menuju sekolah 1 2 Sumber : SNI 03-1733-2004, Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Urban Transport, Planning Theory and Practise SUB-VARIABEL
Kriteria
c 1 1 1 3 1 3
Tabel 3.13 Rincian Skoring Sub-variabel Perkembangan Anak (TK/PAUD) SUB-VARIABEL Belajar melibatkan diri dengan orang lain dan kelurga
Belajar mengatur gerak-gerik tubuh
Kriteria Respon anak ketika diajak berkomunikasi Respon anak selama komunikasi berlangsung Kebiasaan menganggu teman/saudaranya sehingga menimbulkan perkelahian Bersikap mengalah pada temannya/saudaranya Tingkat antusiasme anak ketika bekerja sama saat permainan berkelompok Respon anak saat diajak berolahraga Kebiasaan bermain anak
skor a b 3 2 3 2
c 1 1
3
2
1
3 3 3 3
2 2 2 2
1 1 1 1
50
Konsep sederhana tentang realitas sosial dan fisik
Konsep benar-salah landasan nurani Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin
Kemandirian anak dalam hal makan , minum, dan ke toilet Reaksi anak antri untuk menunggu giliran Tanggung jawab anak untuk menjaga dan merawat barang miliknya sendiri Reaksi ketika anak terpisah dengan orangtua selama di sekolah Pemahaman anak dalam penggunaan kata terima kasih? Pemahaman anak dalam penggunaan kata tolong Pemahaman anak dalam penggunaan kata minta maaf Reaksi anak ketika keinginannya tidak tercapai Reaksi anak ketika melakukan kesalahan
3 3 3 1 3 3 3 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 1 3 1 1 1 3 3
Pemahaman anak dalam membedakan jenis kelamin
3
2
1
Sumber : Psikologi Anak Usia Dini dan Dasar Teori Perkembangan
Tabel 3.14 Rincian Skoring Sub-variabel Perkembangan Anak (SD) SUB-VARIABEL Belajar kecakapan fisik yang diperlukan untuk permainan anakanak Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organism yang bertumbuh
Permainan yang melatih kecakapan fisik
skor a b c 3 2 1
Bekerja sama dengan teman ketika bermain dalam kelompok Sikap menghormati guru dan menghargai teman Reaksi anak bila kemauannya tidak diizinkan oleh orang tua
2 2 1
1 1 2
Respon anak ketika diberikan tugas
3
2
Kriteria
3 1
51
Belajar bergaul dengan teman sebaya Belajar memainkan peran pria dan wanita yang sesuai Memperlajari ketrampilan dasar untuk membaca menulis dan berhitung Mengembangkan konsep yang diperlukan sehari-hari Mengembangkan nurani, moralitas dan suatu skala nilai Kemandirian pribadi Membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga sosial
Anak merasa senang ketika mendapat teman baru Anak merasa dikucilkan ketika berteman Anak memiliki teman kelompok sendiri ketika bermain di luar rumah
3 1
2 2
1 -
2
1
-
Pemahaman dalam membedakan tugas ayah dan ibu
3
2
Mempelajari ketrampilan membaca, menulis dan berhitung Anak mempraktikkan pelajaran yang dapat di sekolah pada kehidupan sehari-hari Kesadaran anak dalam menaati peraturan Kemampuan anak dalam memutuskan suatu pilihan Kemampuan dalam tanggung jawab pada diri sendiri Sikap anak ketika bekerja dalam kelompok Perasaan anak ketika bekerja kelompok daripada individu Keaktifan anak dalam berorganisasi dalam lingkungannya
2
1
-
2 3 2 2 2 3 3
1 2 1 1 3 2 2
-
1
1 1 1 1
Sumber : Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan) dan Psikologi Perkembangan
Tabel 3.15 Rincian Skoring Sub-variabel Perkembangan Anak (SMP) SUB-VARIABEL Peningkatan kemampuan analisis, Fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual
Kriteria Kemampuan berpikir anak meningkat lebih baik ketika SMP Anak menemukan istilah/kata baru yang menambah kosa kata dalam berbahasa Tingkat kemampuan anak dalam berbahasa
a 2
skor b c 1 -
2 3
1 2
1 52
Proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi berlangsung lewat peniruan orang lain Perubahan jasmani serta pencarian jati diri
Reaksi anak saat menghadapi masalah Kebiasaan anak dalam mencontoh perilaku orang lain Anak memiliki seseorang idola Kemampuan memilah perilaku yang patut dicontoh Anak mulai tertarik dengan lawan jenis Anak merasa ada perubahan fisik Anggapan anak bahwa ia mampu melakukan apa saja sesuai kehendaknya Anak mengalami masa pencarian dan pemahaman jati dirinya
3 3 2 1 2 2 3 3
2 2 1 3 1 1 2 2
1 1 2 1 1
Sumber : Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
Tabel 3.16 Rincian Skoring Sub-variabel Perkembangan Anak (SMA) SUB-VARIABEL
Kematangan nilai moral dan agama
Kematangan hubungan teman sebaya serta kematangan dalam peranannya pria / wanita Kematangan pertumbuhan
Kriteria Kemampuan dalam menerapkan kebiasaan memberi salam, sapa dan senyum Kemampuan dalam berkomunikasi dengan bahasa sopan dan santun Anak memiliki kebiasaan berpakaian rapi dan sopan Menurutmu, melaksanakan ibadah dengan taat sesuai agama mu adalah Pemahaman pedoman hidup yang dipegang teguh Apakah kamu saling bertoleransi dengan temanmu Apakah kamu paham etika dalam bergaul antara pria dan wanita Menjaga hubungan baik dengan teman sebaya Kepedulian anak ketika temannya terkena musibah Pemahaman anak tentang arti hidup sehat
a 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3
skor b 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2
c 1 1 1 1 1 1 1 1
53
jasmani yang sehat Kematangan dalam pilihan karir
Kematangan mandiri secara emosional, sosial, ekonomi, dan intelektual
Pemahaman anak tentang manfaat olahraga bagi kesehatan jasmani Rasa semangat anak setiap berangkat sekolah Usaha anak dalam mengembangkan potensi untuk penguasaan ilmu Anak memiliki cita-cita Usaha anak untuk mencapai cita-cita tersebut Anak memiliki jadwal belajar mandiri Anak memiliki inisiatif membantu ekonomi orang tua Perasaan dikucilkan ketika berteman Kemampuan beradaptasi ketika berinteraksi dengan teman sebaya apapun latar belakangnya Perasaan senang ketika memiliki teman baru Kemampuan mengontrol emosi ketika mood kurang bagus
2 3 3 2 3 3 2 1
1 2 2 1 2 2 1 2
1 1
3 3 3
2 2 2
1 1 1
1 1 -
Sumber : Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan
Tabel 3.17 Rincian Skoring Sub-variabel Sekolah Ramah Anak (TK/PAUD) SUB-VARIABEL
Kriteria
Pengembangan moral dan nilai agama Bermain sambil belajar dan belajar melalui bermain Pembelajaran berorientasi pada tumbuh kembang anak Learning by doing
Penerapan nilai-nilai moral dan agama kepada anak-anak dengan pembiasaan atau pengulangan. Penerapan metode belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar
skor a 3
b 2
c 1
3
2
1
Penerapan metode pembelajaran dan materi yang berorientasi pada tumbuh 3 kembang anak Penerapan pembelajaran yang dilakukan secara langsung dan anak ikut terlibat 3
2
1
2
1
54
Learning by stimulating Learning by modelling Pembelajaran kecakapan hidup Pembelajaran bermakna
Penerapan pembelajaran yang memperhatikan stimulasi perkembangan anak secara bertahap Penerapan pembelajaran yang diarahkan untuk anak meniru perilaku baik sebagai contoh yang patut ditiru Penerapan pembelajaran yang diarahkan pada kecakapan hidup berupa kemandirian dalam hal makan, minum dan ke toilet tanpa bantuan orang lain Penerapan kegiatan yang menstimulasi kreatifitas anak
3
2
1
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Sumber : Kurikulum PAUD Permen No. 58 tahun 2009 Standar PAUD
Tabel 3.18 Rincian Skoring Sub-variabel Sekolah Ramah Anak Untuk Guru (SD, SMP dan SMA) SUB-VARIABEL
Kriteria
Pemahaman sekolah ramah anak Pemahaman guru tentang sekolah ramah anak Pemahaman tentang model pembelajaran PAKEM Penerapan metode belajar selain mendengarkan pelajaran di kelas Metode Pembelajaran Jenis metode belajar yang digunakan Variasi metode belajar pada setiap mata pelajaran Variasi bentuk tugas yang diberikan pada murid Pembentukan kelompok belajar Penentuan dalam pembagian kelompok Pengelolaan Kelas Keberagaman kelompok belajar pada setiap mata pelajaran Perubahan posisi duduk saat dikelas secara periodik Penataan posisi duduk di kelas yang efektif dalam belajar Penyusunan tata tertib kelas
skor a b c 3 2 1 3 2 1 2 1 3 2 1 1 2 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 -
55
Ketrampilan Bertanya
Pelayanan Individu
Sumber Belajar dan Alat Bantu Pembelajaran
Umpan Balik dan Evaluasi
Komunikasi dan Interaksi
Keterlibatan Murid
Kegiatan bertanya setelah pelajaran selesai Guru inisiatif memberi pertanyaan pada murid ketika tidak ada bertanya
2 2
1 1
-
Kebiasaan guru mengajukan pertanyaan dan menunjuk murid untuk menjawab Teknik guru saat menunjuk murid untuk menjawab pertanyaan Respon murid yang berani bertanya atau menjawab petanyaan dari guru secara lisan atau tulisan Kegiatan pembelajaran di kelas memperhatikan perbedaan individual pada murid (tipe belajar : audio, visual, motorik, audio-visual, audio-visual-motorik) dengan multimedia Guru melakukan persiapan sebelum memulai pelajaran dikelas Guru menggunakan alat bantu dalam pembelajaran sesuai materi yang dibahas Guru sudah menguasai dan mempersiapkan alat bantu tersebut Guru memahami tujuan tugas yang anda berikan kepada murid Guru memberikan umpan balik kepada murid agar mendorong murid berpikir dan menemukan gagasan Teknik yang diterapkan saat umpan balik yang diberikan (lisan/tulisan) Guru melakukan evaluasi belajar yang telah dilaksanaka secara periodik Dalam setiap proses dan hasil pembelajaran disertai pujian dengan pengakuan secara lisan dan tulisan
2 2
1 1
-
2
1
-
2 2 2 2 2
1 1 1 1 1
-
2 2 2
1 1 1
-
2
1
-
Perilaku warga kelas (murid & guru) sesuai dengan tata tertib Suasana kondusif di kelas ketika guru atau murid lain berbicara Komunikasi yang baik terjalin antara guru dengan murid Keterlibatan murid saat kegiatan pembelajaran di kelas Guru selalu memberi kesempatan murid tampil di depan kelas
2 1 1 1 2
1 2 2 2 1
-
56
Refleksi
Hasil Karya Murid
Hasil Belajar
Guru memberikan instruksi ketika tugas berupa kerja kelompok Setelah pelajaran selesai, guru meminta pendapat murid mengenai pemahaman pelajaran melalui lisan ataupun tulisan Guru melakukan perbaikan setelah evaluasi pembelajaran yang sudah dilaksanakan Hasil karya murid di pajang dan tertata rapi di dalam kelas Terdapat pergantian secara teratur hasil karya yang dipajang sesuai materi pelajaran yang berkembang Hasil belajar murid memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) Murid mengalami peningkatan hasil belajar setelah diberikan materi pelajaran Model pembelajaran yang diterapkan sudah efektif
1
2
-
2
1
-
2 2
1 1
-
2 3 3 3
1 2 2 2
1 1 1
Sumber : Rachmat Widodo dalam wyw1d.wordpress.com tahun 2010
Tabel 3.19 Rincian Skoring Sub-variabel Sekolah Ramah Anak Untuk Murid (SD, SMP dan SMA) SUB-VARIABEL Pemahaman sekolah ramah anak Metode Pembelajaran
Pengelolaan Kelas
Kriteria Pemahaman anak tentang sekolah ramah anak Penerapan metode belajar selain mendengarkan pelajaran di kelas Jenis metode belajar yang digunakan Variasi metode belajar pada setiap mata pelajaran Variasi bentuk tugas yang diberikan pada murid Pembentukan kelompok belajar Penentuan dalam pembagian kelompok Keberagaman kelompok belajar pada setiap mata pelajaran
a 3 2 3 1 2 2 2 1
skor b c 2 1 1 2 1 2 3 1 1 1 2 -
57
Ketrampilan Bertanya
Pelayanan Individual Sumber Belajar dan Alat Bantu Pembelajaran Umpan Balik dan Evaluasi
Komunikasi dan Interaksi
Keterlibatan Murid
Perubahan posisi duduk saat dikelas secara periodik Penataan posisi duduk di kelas yang efektif dalam belajar Penyusunan tata tertib kelas Kegiatan belajar setelah pelajaran selesai dijelaskan Guru inisiatif memberi pertanyaan pada murid ketika tidak ada bertanya Kebiasaan guru mengajukan pertanyaan dan menunjuk murid untuk menjawab Teknik guru menunjuk murid untuk menjawab pertanyaan Respon murid yang berani bertanya atau menjawab petanyaan dari guru secara lisan atau tulisan Murid membuat rencana jadwal belajar mandiri Murid melaksanakan jadwal tersebut dengan teratur Murid menyelesaikan tugas yang diberikan guru
2 1 1 2 2
1 2 2 1 1
-
2 2
1 1
-
2 2 2 1
1 1 1 2
-
Pemahaman murid tentang manfaat tugas yang diberikan Dalam setiap proses dan hasil pembelajaran disertai pujian dengan pengakuan secara lisan dan tulisan Suasana kondusif selama pembelajaran berlangsung di kelas Penerapan sanksi jika ada pelanggaran Perilaku warga kelas (murid & guru) sesuai dengan tata tertib Suasana tenang di kelas ketika guru atau murid lain berbicara Komunikasi yang baik terjalin antara guru-murid Komunikasi yang baik terjalin antara murid-murid Murid aktif saat kegiatan pembelajaran di kelas Murid selalu memiliki kesempatan tampil di depan kelas
2
1
-
2 1 2 2 1 1 2 1 2
1 2 1 1 2 2 1 2 1
-
58
Refleksi Hasil Karya Murid
Hasil Belajar
Reaksi murid ketika diberikan tugas kelompok Setelah pelajaran selesai, guru meminta pendapat murid mengenai pemahaman pelajaran melalui lisan ataupun tulisan Hasil karya murid di pajang dan tertata rapi di dalam kelas Terdapat pergantian secara teratur hasil karya yang dipajang sesuai materi pelajaran yang berkembang Hasil karya murid yang dipajang murni buatan sendiri Murid mendapat manfaat dari hasil belajar Model pembelajaran yang diterapkan sudah efektif
2
1
-
2 2
1 1
-
2 2 3 3
1 1 2 2
1 1
Sumber : Rachmat Widodo dalam wyw1d.wordpress.com tahun 2010
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.20 Rincian Skoring Sub-variabel Kelengkapan Sekolah (TK/PAUD) SUB-VARIABEL Lingkungan yang kondusif
Peralatan edukatif
Kriteria Fasilitas di TK/PAUD sudah menunjang belajar sesuai kebutuhannya dalam edukasi Fasilitas di TK/PAUD sudah menunjang ruang gerak anak untuk bermain TK/PAUD menyediakan fasilitas berupa peralatan yang edukatif
skor b
a
c
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Sumber : Permediknas no. 5 tahun 2009 Standar PAUD
Tabel 3.21 Rincian Skoring Sub-variabel Kelengkapan Sekolah (SD, SMP dan SMA) SUB-VARIABEL Kelengkapan yang mendukung belajarmengajar
Kriteria Perpustakaan/Laboraturium/UKS dapat digunakan dan berfungsi dengan baik Perlengkapan dikelas sudah tersedia lengkap untuk belajar di kelas Sekolah memiliki lapangan bermain yang memadai
a
skor b
c
3
2 1
3
2 1
3
2 1
Sumber : Permendiknas no 24 tahun 2007 Standar SD, SMP dan SMA
commit to user
60
Kerangka Analisis Input
Output
Process
Data kondisi fisik terkait spasial fasilitas pendidikan Data kondisi fisik eksisting fasilitas pendidikan
Analisis data dengan teori konsep pelayanan fasilitas dan SNI
Data ketersedian eksisting fasilitas pendidikan
Analisis data dengan teori konsep pelayanan fasilitas dan SNI
Data jangkauan pelayanan fasilitas pendidikan
Analisis data dengan teori konsep pelayanan fasilitas dan SNI
Data aksesibilitas fasilitas pendidikan
Analisis data dengan teori konsep pelayanan fasilitas dan teori aksesibilitas
Mengetahui kesesuaian eksisting dengan SNI dan teori-teori
Data kondisi non fisik terkait indikator KLA pada pendidikan Data kondisi non fisik setiap jenjang pendidikan TK – SMA dengan kriteria masing-masing.
Analisis data dengan indikator KLA (Standar Pelayanan Minimal) pada masing-masing jenjang pendidikan.
Mengetahui eksisting yang sudah tercapai berdasarkan indikator KLA
Menyimpulkan tingkat efektivitas pelayanan fasilitas pendidikan berdasarkan spasial, indikator KLA, dan persepsi
Data persepsi murid dan guru mengenai kondisi fasilitas pendidikan Data persepsi murid TK - SMA
Data persepsi guru TK - SMA
Analisis dengan mean hipotetik untuk mengelompokkan kelas efektivitas
Mengetahui tingkat efektivitas dari persepsi murid dan guru berdasarakan pengelompokkan kelas efektivitas
61 Gambar 3.1 Kerangka Analisis
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KECAMATAN PASAR KLIWON, KOTA SURAKARTA
A. Kondisi Geografis Kecamatan Pasar Kliwon Daerah penelitian adalah Kecamatan Pasar Kliwon terletak di tenggara Kota Surakarta antara 7o 33’ 53,771” – 7o 35’ 40,838” LS dan 110o 49’ 14,464” – 110o 50’ 35,964” BT berada pada ketinggian berkisar 80 – 100 mdpl. Luas keseluruhan dari wilayah kajian adalah 481,5 ha atau 4,815 km2 yang terdiri dari 9 kelurahan. Secara administrasi Kecamatan Pasar Kliwon memiliki batas wilayah sebagai berikut : Tabel 4.1 Batas Wilayah Penelitian Batas Wilayah Kecamatan Pasar Kliwon Utara Kecamatan Jebres dan Banjarsari, Kota Surakarta Timur Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo Selatan Barat
Kecamatan Serengan, Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo Kecamatan Serengan dan Banjarsari, Kota Surkarta sumber : Kecamatan Pasar Kliwon dalam Angka tahun 2009
Adapun rincian luas wilayah daerah penelitian dapat dilihat sebagai berikut. Tabel 4.2 Luas Wilayah di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Kelurahan
Luas Wilayah (km2)
Joyosuran 0,54 Semanggi 1,668 Pasar Kliwon 0,36 Baluwarti 0,407 Gajahan 0,339 Kauman 0,192 Kampung Baru 0,306 Kedung Lumbu 0,551 Sangkrah 0,452 Total 4,815 commit to user sumber : Kecamatan Pasar Kliwon dalam Angka tahun 2009 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas yang memiliki wilayah paling luas adalah Kelurahan Semanggi sebesar 1,668 km2 atau presentase 35% dari total luasan Kecamatan Pasar Kliwon. Berdasarkan analisis kota menurut Solo Kota Kita bahwa kelurahankelurahan yang terdapat pada Kecamatan Pasar Kliwon memiliki 3 tipologi kelurahan. Berikut ini rincian dari setiap tipologi : 1. Wilayah Jantung Kota Surakarta Tipe ini meliputi kelurahan-kelurahan yang terletak di pusat kota, khususnya sepanjang Jalan Slamet Riyadi. Kelurahan seperti ini banyak memiliki jenis usaha / bisnis, hotel, pasar, pusat pemerintahan dan berbagai aktivitas ekonomi. Kelurahan dengan tipologi ini adalah Kelurahan Kampung Baru, Kauman, Kedung Lumbu, Baluwarti, Gajahan dan Pasar Kliwon. 2. Wilayah Bantaran Sungai Tipe kelurahan ini terletak di bagian utara dan selatan. Biasanya lebih padat dari kelurahan lain dan angka kemiskinannya cukup tinggi. Tipe wilayah seperti ini juga mempunyai masalah dengan banjir dan problem lingkungan. Kelurahan dengan tipologi ini adalah Kelurahan Sangkrah dan Semanggi. 3. Wilayah Campuran Kelurahan dengan tipe ini memiliki berbagai fasiltas seperti pabrik, pasar, perumahan hingga institusi publik. Wilayah “Campuran” merupakan kelurahan yang sibuk dengan berbagai kesempatan ekonomi, namun tak jarang ada masalah lingkungan terkait konflik antara pabrik dan pemukiman. Kelurahan dengan tipologi ini adalah Kelurahan Joyosuran.
B. Kependudukan Aspek penduduk sebagai penggerak laju pembangunan sebagai salah satu sumberdaya yang perlu dikaji, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Jumlah penduduk yang besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha-usaha pembangunan di segala bidang. Namun besarnya kuantitas sumberdaya manusia tanpa diikuti kualitas yang tinggi justru akan menghambat laju to user pembangunan. Keadaan pendudukcommit di dalam penelitian ini diuraikan mengenai 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jumlah dan kepadatan penduduk, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin,komposisi penduduk menurut mata pencaharian dan komposisi penduduk menurut pendidikan. 1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah orang dengan tanah yang didiami, dalam satuan luas (per km, per ha, per m2, per mil) menurut kebutuhan (Bintarto, 1968). Jumlah penduduk merupakan potensi bagi suatu daerah, semakin besar jumlah penduduk yang mendiami suatu wilayah berarti semakin besar pula potensinya. Jumlah penduduk secara langsung akan berpengaruh terhadap penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh masyarakat. Adapun jumlah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Pasar Kliwon dapat dilihat pada tabel 2.4 sebagai berikut: Tabel 4.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Pasar Kliwon Kelurahan Joyosuran Semanggi Pasar Kliwon Baluwarti Gajahan Kauman Kampung Baru Kedung Lumbu Sangkrah Total
Jumlah Luas Tingkat Penduduk Wilayah Kepadatan (jiwa) (km2) (jiwa/km2) 11509 0.54 21313 33496 1.668 20082 7192 0.36 19978 7056 0.407 17337 5243 0.339 15466 3485 0.192 18151 3695 0.306 12075 4819 0.551 8746 11549 0.452 25551 88044 4.815 18285
sumber : Monografi Kecamatan Pasar Kliwon 2010
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa pada daerah penelitian kelurahan yang mempunyai tingkat jumlah penduduk dan kepadatan tertinggi adalah Kelurahan Sangkrah, Joyosuran, Semanggi, dan Pasar Kliwon. Menurut standar klasifikasi tingkat kepadatan penduduk di kota kecamatan yaitu : a) Sangat rendah
: < 2000 jiwa/km2
b) Rendah
: 2000-6000 jiwa/km2 commit to user : 6000-8000 jiwa/km2
c) Sedang
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Tinggi
: 8000-12500 jiwa/km2
e) Sangat tinggi
: > 12500 jiwa/km2
Dengan jumlah kepadatan sebesar 18285 jiwa/km², maka tingkat kepadatan penduduk di daerah penelitian termasuk dalam kategori sangat tinggi. Tingginya jumlah penduduk pada suatu wilayah akan berpengaruh terhadap ketersediaan fasilitas pendidikan, sebab wilayah yang mempunyai jumlah penduduk yang tinggi akan berbeda kebutuhanya dengan wilayah atau daerah yang mempunyai tingkat jumlah penduduk yang rendah. 2. Komposisi Penduduk a) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat memberikan gambaran keadaan penduduk saat ini dan dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan penduduk yang akan datang dan mengetahui ketersediaan tenaga kerja. Adapun komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pasar Kliwon Tahun 2010 Kelompok LakiPerempuan Jumlah Presentase laki Umur 7% 0 sd 4 3302 3022 6324 8% 5 sd 9 3609 3326 6935 8% 10 sd 14 3428 3687 7115 9% 15 sd 19 3735 4132 7867 10% 20 sd 24 4131 4384 8515 10% 25 sd 29 4617 4474 9091 17% 30 sd 39 7144 7613 14757 14% 40 sd 49 6320 6232 12552 11% 50 sd 59 4679 4990 9669 7% 60 > 2794 3464 6258 100% Jumlah 43759 45324 89083 sumber : Monografi Kecamatan Pasar Kliwon 2010
Dari Tabel di atas untuk kelompok umur penduduk umur sekolah dasar dan sekolah menengah (5-14 tahun) mempunyai jumlah sebanyak 12.951 jiwa commitsekolah to user menengah atas (15-19 tahun) (16%), dan kelompok umur 66
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai
digilib.uns.ac.id
jumlah
sebanyak
7.867
jiwa
(9%).
Hal
tersebut
menggambarkan bahwa kelompok umur usia sekolah mempunyai jumlah yang cukup banyak dengan total presentase 25% sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap kebutuhan fasilitas pendidikan dimana tingkat kebutuhan tersebut tentu harus diimbangi dengan ketersediaanya. Semakin banyak penduduk usia sekolah maka ketersediaan sarana prasarana akan semakin banyak. Agar lebih jelas mengenai komposisi antara dewasa dan anak dalam dilihat pada berikut ini. Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Dewasa, Anak dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pasar Kliwon Tahun 2010 Dewasa Kelurahan Joyosuran Semanggi Pasar Kliwon Baluwarti Gajahan Kauman Kampung Baru Kedung Lumbu Sangkrah Total
Anak
LakiLakilaki Perempuan Jumlah laki Perempuan Jumlah 4483 4658 9141 1136 1232 2368 11657 11887 23544 5028 4924 9952 2711 3027 5738 766 688 1454 2460 2550 5010 973 1073 2046 2139 2309 4448 427 368 795 1305 1330 2635 478 372 850 1142 1575 2717 436 542 978 1433 4612 31942
1598 4641 33575
3031 9253 65517
913 1177 11334
875 1119 11193
1788 2296 22527
sumber : Monografi Kecamatan Pasar Kliwon 2010
Presentase Dewasa dan Anak di Kecamatan Pasar Kliwon 26% Dewasa 74%
Anak
commit to user Gambar 4.1 Presentase Dewasa dan Anak
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel dan diagram di atas bahwa mayoritas penduduk di Kecamatan Pasar Kliwon yaitu dewasa dengan presentase sebesar 72%. Kelompok dewasa termasuk dalam usia produktif sehingga total presentase kelompok usia produktif maka lebih dari separuh total penduduk Kecamatan Pasar Kliwon mayoritas adalah penduduk dalam umur produktif. b) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan dijadikan sebagai salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan dalam satu wilayah. Dengan tingkat pendidikan penduduk yang semakin tinggi maka keberhasilan pembangunan disuatu wilayah kemungkinannya menjadi semakin besar. Berdasarkan keputusan dari Direktorat Jenderal Pendidikan dan Pembangunan Desa Departemen Dalam Negeri Tahun 1997 (Dalam Anisia, 2003) mengelompokkan tingkat pendidikan menjadi tiga tingkatan yaitu : a) Tingkat pendidikan rendah adalah jumlah penduduk yang tamat SLTP keatas kurang dari 30%. b) Tingkat pendidikan sedang adalah jumlah penduduk yang lulus SLTP keatas 30%-60%. c) Tingkat pendidikan tinggi adalah jumlah penduduk yang lulus SLTP keatas lebih dari 60%. Tingkat pendidikan yang diukur dengan jenjang pendidikan formal yang ditempuh, dapat ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :
commit to user
68
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan di Kecamatan Pasar Kliwon Tahun 2010 Kelurahan
Tamat Akademi/PT
Tamat SLTA
Tamat SLTP
Tamat SD
Tidak Tamat SD
Belum Tidak Tamat SD Sekolah
Joyosuran
1076
3310
1848
1.598
813
577
1.005
Semanggi
2361
8168
6337
7.345
3082
2603
0
Pasar Kliwon
200
2594
1762
678
793
669
91
Baluwarti
621
2205
1701
1.090
308
431
494
Gajahan
775
1976
1110
607
13
367
3
Kauman
603
575
484
226
0
600
9
Kampung Baru
663
824
894
703
131
0
69
Kedung Lumbu
594
641
668
686
899
702
129
Sangkrah
685
3102
2227
2.711
916
940
999
Total
7166
23101
18230
17.037
6193
7458
1.828
Presentase
8,85 %
28,52 %
22,50 %
21,03 %
7,64 %
9,20 %
2,25 %
sumber : Monografi Kecamatan Pasar Kliwon 2010
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan pengelompakkan di atas maka tingkat pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon termasuk klasifikasi tingkat pendidikan sedang. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah penduduk yang tamat SLTP keatas sebesar 59,87 %. Dari nilai persentase tersebut angka tersebut tergolong dalam klasifikasi tingkat pendidikan mendekati klasifikasi sedang berarti tingkat pendidikan Kecamatan Pasar Kliwon sudah baik. C. Fasilitas Pelayanan Pendidikan Kecamatan Pasar Kliwon mempunyai fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta dengan jumlah keseluruhan 123 buah diantaranya pendidikan anak usia dini yang tersebar 1 buah di setiap kelurahan, taman kanak-kanak sebanyak 44 buah, sekolah dasar sebanyak 54 buah, sekolah menengah pertama berjumlah 13 buah serta 5 buah sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuruan. Berikut ini persebaran fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon. Tabel 4.7 Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon Tahun 2010 Kelurahan Joyosuran Semanggi Pasar Kliwon Baluwarti Gajahan Kauman Kampung Baru Kedung Lumbu Sangkrah Total
TK
SD 4 18 4 5 4 1 2 1 5 44
SMP 7 19 2 6 2 3 5 4 6 54
1 1 2 1 1 5 2 13
SMA 1 1 2 1 5
sumber : UPTD Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Pasar Kliwon dalam Angka tahun 2010
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa fasilitas pendidikan paling banyak terdapat di wilayah Kelurahan Semanggi dengan jumlah fasilitas sebanyak 38 buah sekolah dengan perincian 18 buah Taman Kanak-kanak, 19 Sekolah Dasar,1 buah Sekolah menengah Pertama (SMP). Banyaknya fasilitas pendidikan yang ada di wilayah Semanggi disebabkan jumlah penduduk, dimana jumlah penduduk Kelurahan Semanggi jika dibandingkan dengan kelurahan lain mempunyai jumlah penduduk yang lebih besar. Sehingga dengan adanya jumlah penduduk yang besar maka akan diikuti dengan ketersediaan fasilitas pendidikan. commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.2 Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon Kondisi fisik dapat mempengaruhi tingkat pelayanan suatu fasiltas pendidikan karena itu perlu menggambarkan kondisi fisik fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon. Hal tersebut dapat diketahui dari tabel berikut ini. Tabel 4.8 Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi di Kecamatan Pasar Kliwon Jenjang SD
SMP
SMA
Kondisi Ruang Kelas
Jumlah
Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik Rusak Ringan Rusak Berat
260 70 39 128 5 2 39 0 0
Sumber : Profil Pendidikan Kecamatan Pasar Kliwon Dikpora Surakarta Tahun 2010
Berdasarkan tabel diatas bahwa mayoritas ruang kelas di jenjang SD dalam keadaan baik sedangkan total yang rusak ringan dan rusak berat sebanyak 109 kelas. Mayoritas ruang kelas di jenjang SMP dalam keadaan baik sedangkan total yang rusak ringan dan rudak berat sebanyak 7 kelas. Kondisi ruang kelas di jenjang SMA tergolong baik dan tidak terdapat ruang kelas dalam kondisi rusak ringan maupun rusak berat. Persebaran fasilitas pendidikan jenjang TK/PAUD dan SD lazimnya berada dekat dengan permukiman sehingga dapat dijangkau berkisar jarak 500 m hingga 1 km. Berdasarkan hasil survey kuesioner ditemukan beberapa responden menempuh jarak lebih dari 1 km yaitu 2 dari 14 responden di TK yang jarak tempuh lebih dari 1 km, namun responden tersebut masih dalam cakupan wilayah Kecamatan Pasar Kliwon tapi masih dalam lingkup layanan lokal mereka commit menggunakan to user kendaraan pribadi misalnya motor. Pada responden SD terdapat 5 dari 56 responden yang jarak tempuhnya lebih dari 1 km 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan di luar wilayah administrasi Kecamatan Pasar Kliwon yaitu Kecamtan Jebres dan Kadipiro. Responden SMP terdapat 2 murid dan 2 guru dari total 36 responden yang berasal dari wilayah Palur, Kadipiro, Jebres dan Serengan. Responden SMA terdapat 3 murid dan 2 guru dari total 13 responden yang berasal dari wilayah Serengan dan Grogol.
7%
5% jarak jauh di luar wilayah jarak jauh di dalam wilayah
88%
jarak dekat di wilayah
Gambar 4.3 Prosentase responden dalam jarak tempuh Fasilitas pendidikan memiliki standar pelayanan minimal yang harus dipenuhi dalam indikator kota layak anak. Standar pelayanan minimal bidang pendidikan adalah sebagai tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan daerah. Berikut ini data yang dijabarkan dalam tabel. Tabel 4.9 Data Standar Pelayanan Minimal di Kecamatan Pasar Kliwon Jenjang Anak yang bersekolah SD
SMP
SMA
Anak yang bersekolah SD sebesar 10873 dari 11953 maka terdapat 91% yang bersekolah di SD Anak yang bersekolah SMP sebesar 4380 dari 5815 maka terdapat 75% yang bersekolah di SMP.
Angka Putus Sekolah Angka anak yang keluar dari sekolah tanpa keterangan sebesar 45%.
Angka anak yang keluar tanpa keterangan di tingkat SMP sebesar 29%
Angka yang bersekolah Angka anak yang keluar SMA sebesar 1368 dari tanpa keterangan di 6046 maka terdapat tingkat SMA sebesar 17% 23% yang bersekolah di SMA.
Angka Melanjutkan Sekolah Angka melanjutkan sebesar 63%
Angka melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi 101%, ini berarti anak dari luar kecamatan Pasar Kliwon melanjutkan di sekolah yang berada di Kecamatan Pasar kliwon Angka meanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi 18%
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga commit toSurakarta user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk data TK/PAUD bahwa masih terdapat anak usia 4-6 yang mengikuti pendidikan TK maupun PAUD dengan angka sebesar 2927 dari 6167 maka terdapat 47% yang bersekolah. Guru PAUD di Kecamatan Pasar Kliwon sudah mengikuti pelatihan 40 persen. D. Transportasi Kelancaran transportasi di suatu daerah tergantung pada sarana dan prasarana yang tersedia. Salah satu hal yang penting dalam pembangunan adalah tersedianya prasarana transportasi jalan yang memadai. Dengan adanya sarana transportasi diharapkan penduduk mampu menjangkau semua fasilitas seperti pelayanan pendidikan, kesehatan maupun ekonomi serta dapat menunjang berbagai kegiatan yang dilakukan penduduk pada wilayah tersebut. Di Kecamatan Pasar Kliwon terdapat kelas jalan arteri sekunder yaitu jalan slamet riyadi, kelas jalan kolektor yaitu jalan kapten mulyadi, jalan brigjen sudarto, jalan kyai mojo dan kelas jalan lokal terdapat di jalan-jalan tiap lingkungan permukiman. Jaringan jalan yang terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon di ruas jalan utama seperti Jalan Slamet Riyadi sangat baik dan jalan di lingkungan masih dalam kondisi terawat. Tabel 4.10 Prasarana Jalan Kecamatan Pasar Kliwon No. 1 2 3 4 5 6 7
Nama Jalan Kolektor Slamet Riyadi Jendral Sudirman Mayor Sunaryo Veteran Sudarso Kyai Mojo Kapten Mulyadi
Panjang Ruas (km) 0,59 0,41 0,38 1,02 0,90 1,35 1,28
Kondisi Ruas Jalan Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik
Sumber : Monografi Kecamatan Pasar Kliwon dan Survey Primer
Sirkulasi transportasi di Kecamatan Pasar Kliwon banyak terdapat jalan menerapkan sirkulasi satu arah yaitu di Jalan Slamet Riyadi, Jalan Mayjen Sunaryo, Jalan Mulyadi, Jalan Dr. Rajiman, Jalan Kusmanto,dan Jalan Sugio Pranoto. Sirkulasi satu arah ini terdapat di daerah sifatnya komersial atau pariwisata seperti kawasan perdagangan, kawasan kraton, dan kawasan central business distric. Sarana angkutan regional maupun lokal yang berperan di Kota Kecamatan Pasar Kliwon adalah bis dan minibis yang melayani angkutan regional serta minibis dan pick up jenis angkutan kota dan pedesaan melayani angkutan lokal. Trayek angkutan umum yang terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon meliputi angkutan dalam kota dan angkutan antar kota. commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemudahan akses menuju fasilitas pendidikan ditunjang dari moda transportasi serta kondisi prasarana jalan. Tingkat aksesibilitas yang paling tinggi berada di pusat kota yaitu meliputi Keluruhan Kampung Baru, Kedung Lumbu, Pasar Kliwon dan Gajahan karena memiliki akses transportasi yang lebih lengkap dan fleksibel jika dibandingkan kelurahan yang lain. Kondisi jalan di Kecamatan Pasar Kliwon sebagian besar sudah baik yaitu berupa aspal dan perkerasan. Akan tetapi masih beberapa lokasi dengan kondisi jalan yang perlu perbaikan. Kondisi tersebut sebenarnya menganggu kelancaran aksesibilitas menuju fasilitas pendidikan. Tahun ini dinas perhubungan akan memperbaiki beberapa jalan yang dilalui untuk menuju fasilitas pendidikan yaitu Jalan Kolonel Sugiyono, dan Yos Sudarso. Berikut ini gambar kondisi prasarana jalan yang berada di Kecamatan Pasar Kliwon.
Gambar 4.4 Kondisi prasarana jalan yang baik
Gambar 4.5 Kondisi prasarana jalan yang rusak
Kondisi jalan di kelurahan Baluwarti tidak diperkeras aspal namun berupa paving block dikarenakan daerah tersebut bukan untuk dilewati moda transportasi berat.
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.6 Kondisi prasarana jalan di Kelurahan Baluwarti Sejauh ini Program Zona Selamat Sekolah dianggap sebagai salah satu sarana yang efektif untuk meningkatkan kesadaran dan keamanan pada siswa akan lalu lintas. Zona Selamat Sekolah (Zoss) adalah suatu kawasan di sekitar sekolah yang perlu dikendalikan lalu lintas kendaraan menyangkut kecepatan, parkir, menyalib, pejalan kaki yang menyeberang jalan. Pengendalian perlu dilakukan mengingat banyak anak-anak sekolah yang berjalan kaki menuju sekolah.
Gambar 4.7 Sosialisasi ZOSS oleh Dishub ke sekolah Zona selamat sekolah yang berada di Kecamatan Pasar Kliwon belom tersedia selayaknya hanya berupa rambu peringatan tanpa ada warna jalan merah penanda zona selamat sekolah. Dengan frekuensi padat ketika jalan akan mengakibatkan rawan kecelakaan.
commit to user Gambar 4.8 prasarana ZOSS yang kurang memadai 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Gambaran Program Kota Layak Anak Kota Layak Anak adalah kota yang menjamin setiap anak untuk memperoleh semua haknya selayaknya warga sebuah kota. Baik hak kesehatan, pendidikan, mendapatkan perlindungan dan berpendapat tanpa ada diskriminasi. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kota Surakarta (Bapermas P3KB) Drs Widhi Srihanto MM mengutarakan, pengembangan Kota Layak Anak membutuhkan jangka waktu yang lama.Kota Surakarta telah mentargetkan menjadi kota yang benar-benar layak bagi anak pada tahun 2016. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah kota setempat telah menetapkan kebijakan Kecamatan Ramah Anak, yang kemudian diturunkan menjadi Kelurahan/Desa Ramah Anak dan bermuara pada Keluarga Ramah Anak. Dalam mengembangkan kebijakan Kelurahan Ramah Anak, Kota Surakarta menerapkan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Adanya Komitmen dari Camat, Lurah dalam Pengembangan Kecamatan, Kelurahan Layak Anak 2. Sosialisasi Pengembangan Kota Layak anak ke Kecamatan dan Kelurahan 3. Pelatihan pendekatan partisipatif (penunjukan fasilitator Kecamatan, Kelurahan serta pembentukan Panitia) 4. Musyawarah Masyarakat (untuk menentukan permasalahan, potensi, kebutuhan, pemecahan masalah, Penanggungjawab pelaksana program dan waktu pelaksanaan) 5. Pendataan. Dalam hal ini Pemerintah Kota Surakarta bekerja sama dengan pihak Perguruan Tinggi setempat, yaitu Universitas Sebelas Maret. 6. Menyusun program kerja Tim PKLA tingkat Kota dengan Kecamatan dan kelurahan 7. Pencerahan/penyuluhan program oleh Tim PKLA tingkat Kota (Pelaksanaan Program kegiatan PKLA di Kelurahan) 8. Monitoring, evaluasi dan pelaporan Program-program pengembangan KLA di Kota Surakarta dibagi menjadi 4 bidang besar, yaitu: kesehatan, pendidikan, perlindungan, dan partisipasi anak; dengan ukuran keberhasilan/indikator yang meliputi: kesehatan, pendidikan, sosial, hak sipil dan partisipasi, perlindungan hukum, perlindungan ketenagakerjaan, dan infrastruktur. Khususnya di bidang pendidikan, pemerintah kota Surakarta melakukan berbagai upaya untuk mendukung gerakan wajib belajar, pendidikan anak usia dini dan sekolah ramah anak. Kunjungan stakeholder (Bapermas, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, juga commit todiuser LSM) dilakukan ke Sekolah TK Marsudirini Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Pasar Kliwon untuk melihat pengembangan sekolah yang ramah anak. Dalam pertemuan 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dilakukan dengan Kepala Sekolah, diperoleh informasi bahwa sekolah ramah anak di TK Marsudirini diawali dari anak-anak sendiri, orang tua, dan juga guru. Dalam hal ini orang tua harus bekerja sama dengan guru, antara lain dengan diterapkan surat menyurat antar guru dan orang tua. Rasa aman pada anak diciptakan antara lain dengan penyambutan guru-guru di depan sekolah ketika anak-anak tiba. Manajemen sekolah juga menerapkan peraturan tanpa kekerasan bagi para guru dan diterapkannya sanksi bagi yang melanggar.
Gambar 4.9 Aktivitas Anak Ketika di Sekolah
F. Data Persepsi Murid dan Guru pada Fasilitas Pendidikan Kecamtan Pasar Kliwon Persepsi murid dan guru mengenai efektivitas fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon merupakan aktivitas yang integrated, maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspekaspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut (Walgito, 2000:54). Berdasarkan atas hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu dengan individu yang lain tidak sama. Berikut ini data dan hasil kuesioner persepsi guru dan murid pada variabel yang telah ditentukan.
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.11 Data Total Skor Hasil Kuesioner TK/PAUD, SD, SMP dan SMA Total Skor Variabel
Spasial Perkembangan Anak Sekolah Ramah Anak Kelengkapan
TK/PAUD SD SMP SMA Ortu Guru Murid Guru Murid Guru Murid Guru murid (7) (27) (27) (21) (15) (7) (6) (14) 194 92 380 364 272 159 92 55 502 1030 511 333 164 1807 2015 1367 1125 487 453 114 51 194 192 167 119 48 48
Sumber : Hasil Kuesioner
Tabel diatas merupakan rekapitulasi dari keseluruhan skor responden berdasarkan kuesioner TK/PAUD sampai SMA. Angka dalam kurung menunjukkan jumlah responden orang tua murid TK/PAUD, murid SD sampai SMA dan guru TK/PAUD sampai SMA. Kolom pada tabel dengan warna abu-abu menandakan bahwa variabel tersebut tidak digunakan pada salah satu jenis kuesioner. Data skor tersebut diolah menjadi prosentase kesesuaian dengan jawaban efektivitas. Pada bagian analisis skor tersebut akan dijumlah pada setiap jenis kuesioner lalu dirata-rata dengan dibagi oleh jumlah responden pada jenis kuesioner yang sama. Prosentase dalam tabel berikut ini menggambarkan secara umum mengenai setiap variabel dan sub-variabel yang sudah ditentukan pada setiap jenjang fasilitas pendidikan yaitu TK/PAUD, SD, SMP, dan SMA.
commit to user
79
Tabel 4.12 Data Persepsi TK/PAUD, SD, SMP, dan SMA mengenai Spasial Sub-variabel
Jenjang Pendidikan TK/PAUD
Jangkauan
Aksesibilitas
SD
SMP
SMA
47% responden merasa dekat
49% responden merasa dekat
24% responden merasa dekat
42% responden merasa dekat
dengan jarak jangkauan <500m,
dengan jarak jangkauan <500m,
dengan jarak jangkauan
dengan jarak jangkauan
44% responden cukup dekat
44% responden cukup dekat
<500m, 64% responden cukup
<500m, 40% responden
dengan jarak jangkauan 500m-
dengan jarak jangkauan 500m-
dekat dengan jarak jangkauan
cukup dekat dengan jarak
1km, 8% responden jauh dengan
1km, 8% responden jauh dengan
500m-1km, 12% responden
jangkauan 500m-1km, 18%
jarak jangkauan >1km .
jarak jangkauan >1km .
jauh dengan jarak jangkauan
responden jauh dengan jarak
>1km .
jangkauan >1km .
63% responden merasa
58% responden merasa
56% responden merasa
59% responden merasa
aksesibilitas sudah baik dengan
aksesibilitas sudah baik dengan
aksesibilitas sudah baik dengan
aksesibilitas sudah baik
waktu tempuh kurang dari 15
waktu tempuh kurang dari 15
waktu tempuh kurang dari 15
dengan waktu tempuh kurang
menit dengan berjalan kaki,
menit dengan berjalan kaki,
menit dengan berjalan kaki,
dari 15 menit dengan berjalan
tanpa hambatan menuju sekolah.
tanpa hambatan menuju sekolah.
tanpa hambatan menuju
kaki, tanpa hambatan menuju
31% responden merasa cukup
37% responden merasa cukup
sekolah. 27% responden
sekolah. 14% responden
baik aksesibilitas dengan waktu
baik aksesibilitas dengan waktu
merasa cukup baik aksesibilitas merasa cukup baik
tempuh 15-30 menit dengan
tempuh 15-30 menit dengan
dengan waktu tempuh 15-30
aksesibilitas dengan waktu
kendaraan maupun bis/angkutan, kendaraan maupun bis/angkutan,
menit dengan kendaraan
tempuh 15-30 menit dengan
sedikit hambatan menuju
maupun bis/angkutan, sedikit
kendaraan maupun
sedikit hambatan menuju
80
sekolah, 7% responden merasa
sekolah, 5% responden merasa
hambatan menuju sekolah,
bis/angkutan, sedikit
kurang baik aksesibilitas dengan
kurang baik aksesibilitas dengan
17% responden merasa kurang
hambatan menuju sekolah,
waktu lebih dari 30 menit
waktu lebih dari 30 menit
baik aksesibilitas dengan
27% responden merasa
dengan kendaraan maupun
dengan kendaraan maupun
waktu lebih dari 30 menit
kurang baik aksesibilitas
bis/angkutan, hambatan menuju
bis/angkutan, hambatan menuju
dengan kendaraan maupun
dengan waktu lebih dari 30
sekolah
sekolah
bis/angkutan, hambatan
menit dengan kendaraan
menuju sekolah
maupun bis/angkutan, hambatan menuju sekolah
Sumber: Hasil Kuesioner
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sub-variabel perkembangan anak setiap jenjang pendidikan karena itu hasil kuesioner persepsi secara satu persatu melalui tabel berikut. Tabel 4.13 Data Persepsi TK/PAUD mengenai perkembangan anak Sub-variabel
Hasil
Belajar melibatkan diri dengan orang
84% responden menjawab bahwa anak usia TK
lain dan keluarga
cukup belajar melibatkan diri sedangkan 16% responden kurang belajar.
Belajar mengatur gerak-gerik tubuh
45% responden menjawab sudah baik dalam mengatur gerak-gerik tubuh, sedangkan 55% cukup baik dalam mengatur gerak-geriknya.
Konsep sederhana tentang realitas sosial
16% responden menjawab sudah paham, 73%
dan fisik
cukup
paham
dan
11%
kurang
paham
mengenai konsep sederhana tentang realitas.
Konsep benar-salah landasan nurani
8% responden menjawab sudah paham, 80% cukup paham dan 8% kurang paham mengenai konsep benar-salah landasan nurani.
Belajar mengenal perbedaaan jenis
100% responden sudah memahami perbedaan
kelamin
jenis kelamin.
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.14 Data Persepsi SD mengenai perkembangan anak Sub-variabel
Hasil
Belajar kecakapan fisik yang diperlukan
39% responden mengarah pada perkembangan
untuk permainan anak-anak
yang baik pada tahap ini terlihat dari mengikuti permainan yang melatih kecakapan fisik sedangkan 61% responden mengarah pada cukup baik dalam tahap perkembangan ini.
Membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organism yang tumbuh
56% responden mengarah pada perkembangan
yang commit to baik user pada tahap ini terlihat dari respon dan sikap menghormati dan menghargai 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id sedangkan 41% responden cukup baik.
Belajar bergaul dengan teman sebaya
27% responden terlihat berkembang baik dalam tahap ini dari pergaulan dengan teman sebaya 57% cukup baik dan 16% kurang. 41% responden mengarah pada perkembangan yang baik dalam keterampilan membaca, menulis dan berhitung sedangkan sisanya
Memperlajari ketrampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
sebesar 59% responden cukup menguasai ketrampilan tersebut.
Belajar memainkan peran pria dan
Secara keseluruhan dari responden memahami
wanita yang sesuai
peranan pria dan wanita yang sesuai.
Mengembangkan konsep yang
85% responden mengarah pada perkembangan
diperlukan sehari-hari
yang baik dalam menerapkan konsep yang mereka pahami di kehidupan sehari-hari sedangkan 15% cukup baik dalam tahap ini.
Mengembangkan nurani, moralitas dan
31% baik 59% cukup 9% kurang
suatu skala nilai
Kesadaran menaati peraturan, kemampuan dalam memutuskan pilihan
Kemandirian pribadi
44 % responden berkembang dengan baik terlihat dari tanggung jawab pada diri sendiri sedangkan 56% responden masih dalam cukup baik dalam tahap ini.
Membentuk sikap terhadap kelompok
47%
dan lembaga sosial
perkembangan
responden baik
mengarahkan
pada
sedangkan
51%
berkembang dengan cukup dan 2% responden berkembang kurang. Hal tersebut ditinjau dari bekerja
dalam
kelompok
dan
keaktifan
organisasi. commit to user Sumber: Hasil Kuesioner
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.15 Data Persepsi SMP mengenai perkembangan anak Sub-variabel
Hasil
Peningkatan kemampuan analisis,
37% responden mengarah pada perkembangan
fungsi intelektual, kapabilitas memoti
yang baik, sedangkan 54%
dalam bahasa dan perkembangan
berkembang dengan cukup baik dan
konseptual
responden kurang berkembang dengan baik.
responden 10%
Hal tersebut ditinjau dari kemampuan berpikir, tingkat kemampuan dalam berbahasa dan reaksi dalam menghadapi masalah
Proses belajar perilaku dengan orang
23% responden mengarah pada perkembangan
lain atau sosialisasi berlangsung lewar
yang baik, sedangkan 64% berkembang cukup,
peniruan orang lain
dan 13% responden perkembangannya kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari peniruan perilaku,
perilaku
yang
mencontoh
seseorang,dan mulai tertarik lawan jenis
Perubahan jasmani serta pencarian jati
32% responden mengarah pada perkembangan
diri
yang baik, sedangkan 65% responden cukup berkembang,dan
3%
responden
kurang
berkembang. Hal tersebut dapat ditinjau dari pemahaman masa puber, dan pencarian jati diri. Sumber: Hasil Kuesioner
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.16 Data Persepsi SMA mengenai perkembangan anak Sub-variabel Kematangan nilai moral dan agama
Hasil 46% responden mengarah pada perkembangan yang baik, dan 54% responden perkembangannya cukup baik terlihat dari perilaku, dan ketaatan dalam beribadah.
Kematangan hubungan teman sebaya
29% responden mengarah pada perkembangan yang
serta kematangan dalam
baik dan 71% cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat
perananannya pria/wanita
dari toleransi sesame dan menjaga etika bergaul
Kematangan pertumbuhan jasmani
Responden yang memiliki kesadaran tinggi dan
yang sehat
cukup dalam kematangan pertumbuhan jasmani sama besarnya yaitu 50%.
Kematangan dalam pilihan karir
Responden yang memiliki kesadaran tinggi dan cukup dalam kematangan memilih karir sama besarnya yaitu
50%. Hal tersebut terlihat dari
pengembangan potensi dan cita-cita.
Kematangan mandiri secara
31%
responden
emosional, sosial, ekonomi dan
perkembangan
intelektual
perkembangan
pada yang
cukup
tahap
ini
memiliki
baik,
57%
responden
baik
sedangkan
11%
perkembangan masih kurang. Hal tersebut dilihat dari mengontrol emosi dan beradaptasi
Sumber: Hasil Kuesioner
Variabel sekolah ramah anak ditujukan untuk murid dan guru dari jenjang SD, SMP, dan SMA, sedangkan untuk TK/PAUD hanya ditujukan pada guru karena pemahaman guru lebih menguasai daripada ditujukan orang tua murid.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.17 Data Persepsi TK/PAUD mengenai Sekolah Ramah Anak Sub-Variabel
Hasil
Pengembangan moral dan nilai agama Bermain sambil belajar dan belajar melalui bermain Pembelajaran berorientasi pada tumbuh kembang anak Learning by doing
Secara keseluruhan responden sudah menerapkan pengembangan moral dan nilai Secara keseluruhan responden sudah bermain sambil belajar dan belajar melalui bermain 96 % responden sudah menerapkan pembelajaran berorientasi pada tumbuh kembang anak dan 14% kurang menerapkannya 96 % responden sudah menerapkan learning by doing dan 14% kurang menerapkannya Secara keseluruhan responden sudah menerapkan learning by stimulating Secara keseluruhan responden sudah menerapkan learning by modelling Secara keseluruhan responden sudah menerapkan pembelajaran kecakapan hidup Secara keseluruhan responden sudah menerapkan pembelajaran bermakna
Learning by stimulating Learning by modelling Pembelajaran kecakapan hidup Pembelajaran bermakna Sumber: Hasil Kuesioner
commit to user
86
Tabel 4.18 Data Persepsi SD,SMP, dan SMA mengenai Sekolah Ramah Anak Sub-variabel
Jenjang SD
SMP
SMA
Pemahaman Sekolah
72% responden memahami sekolah
28% responden paham tentang sekolah
46% responden paham tentang
Ramah Anak
ramah anak sedangkan 28%
ramah anak sedangkan 72% responden
sekolah ramah anak, 46% responden
responden cukup paham.
cukup paham.
cukup paham sedangkan 8% responden kurang paham.
Metode pembelajaran
Pengelolaan kelas
Ketrampilan bertanya
21% responden menggunakan
26% responden menggunakan metode
27% responden menggunakan
metode pembelajaran sekolah ramah
pembelajaran sekolah ramah anak, 66%
metode pembelajaran sekolah ramah
anak, 57% responden menggunakan
responden menggunakan beberapa
anak, 56% responden menggunakan
beberapa metode tersebut sedangkan
metode tersebut sedangkan 8%
beberapa metode tersebut sedangkan
22% responden menggunakan
responden menggunakan sebagian kecil 18% responden menggunakan
sebagian kecil dari metode tersebut.
dari metode tersebut.
sebagian kecil dari metode tersebut.
84% responden menggelola kelas
83% responden menggelola kelas
90% responden menggelola kelas
dengan indikator sekolah ramah
dengan indikator sekolah ramah anak,
dengan indikator sekolah ramah
anak, 16% responden mengelola
17% responden mengelola kelas dengan
anak, 10% responden mengelola
kelas dengan beberapa indikator
beberapa indikator belum diterapkan
kelas dengan beberapa indikator
belum diterapkan sepenuhnya.
sepenuhnya.
belum diterapkan sepenuhnya.
95% responden mengembangkan
92% responden mengembangkan
95% responden mengembangkan
ketrampilan bertanya sedangkan 5%
ketrampilan bertanya sedangkan 8%
ketrampilan bertanya sedangkan 5%
responden masih cukup.
responden masih cukup
responden masih cukup. 87
Pelayanan Individual
73% responden memperhatikan
71% responden memperhatikan
78% responden memperhatikan
kewajiban individu yang harus
kewajiban individu yang harus
kewajiban individu yang harus
dilaksanakan
dilaksanakan
dilaksanakan
27% responden kurang
29% responden kurang memperhatikan
22% responden kurang
memperhatikan kewajiban individu.
kewajiban individu.
memperhatikan kewajiban individu.
Sumber belajar dan
83% responden mengarah pada
72% responden mengarah pada
74% responden mengarah pada
alat bantu
kesadaran tinggi untuk mencari
kesadaran tinggi untuk mencari sumber
kesadaran tinggi untuk mencari
pembelajaran
sumber belajar dan menggunakan
belajar dan menggunakan alat bantu
sumber belajar dan menggunakan
alat bantu pembelajaran sedangkan
pembelajaran sedangkan 28%
alat bantu pembelajaran sedangkan
17% responden mengarah pada
responden mengarah pada kesadaran
26% responden mengarah pada
kesadaran yang cukup dalam hal
yang cukup dalam hal tersebut.
kesadaran yang cukup dalam hal
tersebut.
tersebut.
Umpan balik dan
79% responden rutin melakukan
87% responden rutin melakukan umpan
68% responden rutin melakukan
evaluasi
umpan balik dan evaluasi, sedangkan
balik dan evaluasi, sedangkan 23%
umpan balik dan evaluasi, sedangkan
21% responden jarang melakukan
responden jarang melakukan hal
32% responden jarang melakukan
hal tersebut.
tersebut.
hal tersebut.
Komunikasi dan
82% responden menerapkan
77% responden menerapkan
88% responden menerapkan
interaksi
komunikasi dan interaksi yang baik
komunikasi dan interaksi yang baik
komunikasi dan interaksi yang baik
antar guru maupun murid sedangkan
antar guru maupun murid sedangkan
antar guru maupun murid sedangkan
18% responden cukup baik dalam
23% responden cukup baik dalam
12% responden cukup baik dalam
penerapan tersebut.
penerapan tersebut.
penerapan tersebut. 88
Keterlibatan murid
Refleksi
Hasil karya murid
Hasil belajar
81% responden aktif terlibat
75% responden aktif terlibat
80% responden aktif terlibat
pembelajaran dikelas sedangkan 19% pembelajaran dikelas sedangkan 25%
pembelajaran dikelas sedangkan 20%
responden masih pasif .
responden masih pasif .
responden masih pasif .
90% responden melakukan refleksi
90% responden melakukan refleksi
Seluruh responden mengarah bahwa
pembelajaran yang rutin , sedangkan
pembelajaran yang rutin , sedangkan
sudah melakukan refleksi
10% responden jarang melakukan
10% responden jarang melakukan hal
pembelajaran yang rutin.
hal tersebut.
tersebut.
72% responden rutin menghasilkan
59% responden rutin menghasilkan dan
35% responden rutin menghasilkan
dan memajang hasil karya sedangkan
memajang hasil karya sedangkan 41%
dan memajang hasil karya sedangkan
28% responden jarang menghasilkan
responden jarang menghasilkan dan
65% responden jarang menghasilkan
dan memajang hasil karya.
memajang hasil karya.
dan memajang hasil karya.
77% responden mencapai hasil KKM 56% responden mencapai hasil KKM
57% responden mencapai hasil KKM
yang baik dan mendapat kemajuan
yang baik dan mendapat kemajuan
yang baik dan mendapat kemajuan
dalam hasil belajarnya, 20%
dalam hasil belajarnya, 37% responden
dalam hasil belajarnya, 33%
responden mencapai hasil KKM
mencapai hasil KKM cukup baik dan
responden mencapai hasil KKM
cukup baik dan mendapat cukup
mendapat cukup kemajuan dalam
cukup baik dan mendapat cukup
kemajuan dalam belajarnya, dan
belajarnya, dan
kemajuan dalam belajarnya, dan
3% responden mencapai hasil KKM
7% responden mencapai hasil KKM
10% responden mencapai hasil KKM
yang stabil dan tidak ada kemajuan.
yang stabil dan tidak ada kemajuan.
yang stabil dan tidak ada kemajuan.
Sumber: Hasil Kuesioner
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.19 Data Persepsi TK/PAUD Mengenai Kelengkapan Sekolah SUB-VARIABEL Lingkungan yang kondusif
Peralatan edukatif
Hasil 50% responden menjawab lingkungannya sudah kondusif sedangkan 50% cukup kondusif. 90% responden menjawab peralatan edukatif sudah tersedia baik di TK/PAUD sedangkan 10% peralatan edukatif cukup tersedia.
Sumber: Hasil Kuesioner
Tabel 4.20 Data Persepsi TK/PAUD Mengenai Kelengkapan Sekolah Sub-variabel
Jenjang SD
SMP
SMA
Kelengkapan yang
48% responden sudah
65% responden sudah
54% responden
mendukung belajar-
tersedia dengan baik,
tersedia dengan baik,
sudah tersedia
mengajar
42% responden cukup
35% responden cukup
dengan baik, 46%
tersedia, 10% kurang
tersedia mengenai
responden cukup
tersedia mengenai
kelengkapan sekolah.
tersedia, mengenai
kelengkapan sekolah
kelengkapan sekolah.
Sumber: Hasil Kuesioner
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Spasial Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Konsep Pelayanan Analisis ini terkait tingkat pelayanan berdasarkan konsep pelayanan dalam hal spasial atau keruangan di wilayah kajian penelitian. Berikut ini adalah pembahasan secara terperinci. 1. Analisis Kondisi Fisik Fasilitas Pendidikan Analisis ini memperhitungkan tingkat pelayanan sebuah fasilitas berdasarkan kondisi fisik fasilitas tersebut. Asumsi yang digunakan adalah sebuah fasilitas yang memiliki kondisi fisik yang buruk akan menimbulkan keengganan masyarakat untuk mempergunakan fasilitas tersebut dan pada akhirnya akan membuat tingkat pelayanan menjadi rendah. Berikut ini hasil perhitungan prosentase ruang kelas menurut kondisi fisik. Tabel 5.1 Prosentase Ruang Kelas Menurut Kondisi Fisik di Kecamatan Pasar Kliwon Jenjang SD
SMP
SMA
Kondisi Ruang Kelas
Jumlah
Prosentase (%)
Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik Rusak Ringan Rusak Berat Baik Rusak Ringan Rusak Berat
260 70 39 128 5 2 39 0 0
70.46% 18.97% 10.57% 94.81% 3.70% 1.48% 100% 0% 0%
Sumber : analisis penulis
Berdasarkan tabel di atas bahwa dilihat dari kondisi ruang kelas yang sudah baik 100% pada jenjang SMA, dan 94,81% pada jenjang SMP. Kondisi fisik yang perlu diperhatikan pada jenjang SD karena masih terdapat kondisi rusak ringan sebesar 18,97% dan rusak berat sebesar 10,57% sedangkan prosentase commit to user kondisi baik mencapai 70,46%. Secara keseluruhan dari SD sampai SMA 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prosentase ruang kelas menurut kondisi yang tergolong baik mencapai angka 83%, sedangkan yang tergolong rusak ringan sebesar 11% dan sisanya sebesar 6% tergolong rusak berat. Berikut ini ditampilkan prosentase dalam bentuk diagram.
100%
SMA
Baik 95%
SMP
1% 4%
70%
SD
0%
20%
19%
40%
60%
80%
Rusak Ringan Rusak Berat
11%
100%
Gambar 5.1 Diagram prosentase ruang kelas menurut kondisi pada setiap jenjang
6% 11% Baik Rusak Ringan Rusak Berat 83%
Gambar 5.2 Diagram prosentase ruang kelas menurut kondisi secara keseluruhan
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Analisis Ketersediaan Jumlah Fasilitas Pendidikan Dasar penyediaan fasilitas pendidikan adalah untuk melayani setiap unit administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang formal (Kelurahan, Kecamatan). Pada penelitian ini penyediaan faslitas pendidikan untuk melayani unit administrasi Kecamatan Pasar Kliwon. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam analisis ini hanya mencakup mengenai jumlah ketersedian
fasilitas
di
wilayah
Kecamatan
Pasar
Kliwon.
Untuk
membandingkan antara jumlah eksisting ketersedian fasilitas pendidikan berupa sekolah TK/PAUD, SD, SMP, dan SMA dengan jumlah berdasarkan SNI. Perhitungan yang digunakan : fasilitas yang dibutuhkan =
jumlah penduduk di suatu wilayah jumlah
penduduk
menurut
standar
minimal
Membandingkan antara hasil perhitungan SNI dengan jumlah eksisting fasilitas pendidikan yang berada di Kecamatan Pasar Kliwon dan juga mengitung dalam benuk presentase pencapaian jumlah fasilitas di tingkat tiap kelurahan maupun secara rata-rata di tingkat kecamatan sehingga tahu secara detail jumlah yang belum tercapai. Ketersedian ini berpengaruh pada seberapa banyaknya penduduk yang harus dilayani pada suatu wilayah sehingga untuk menentukan jumlah ketersedian yang seharusnya ada berdasarkan perbandingan jumlah penduduk dengan standar yang sudah ditetapkan. Prosentase pencapaian ketersedian fasilitas pendidikan dengan cara berikut.
Prosentase capaian = jumlah fasilitas eksisting
x 100%
hasil hitungan SNI
commit to user
93
Tabel 5.2 Perbandingan Eksisting dan SNI Fasilitas Pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon
Kelurahan Joyosuran Semanggi Pasar Kliwon Baluwarti Gajahan Kauman Kampung Baru Kedung Lumbu Sangkrah Total
Jumlah TK/PAUD (1250 jiwa) SD (1500 jiwa) SMP(6000 jiwa) SMA (6000 jiwa) Penduduk Eksisting SNI Presentase Eksisting SNI Presentase Eksisting SNI Presentase Eksisting SNI Presentase 11509 4 9 43.4% 7 7 97.3% 0 2 0.0% 1 2 52.1% 33496 18 27 67.2% 19 21 90.8% 1 6 17.9% 0 6 0.0% 7192 4 6 69.5% 2 4 44.5% 1 1 83.4% 0 1 0.0% 7056 5 6 88.6% 6 4 136.1% 2 1 170.1% 1 1 85.0% 5243 4 4 95.4% 2 3 61.0% 1 1 114.4% 0 1 0.0% 3485 1 3 35.9% 3 2 137.7% 1 1 172.2% 0 1 0.0% 3695 2 3 67.7% 5 2 216.5% 5 1 811.9% 2 1 324.8% 4819 1 4 25.9% 4 3 132.8% 2 1 249.0% 1 1 124.5% 11549 5 9 54.1% 6 7 83.1% 0 2 0.0% 0 2 0.0% 88044 44 70 62.5% 54 55 98.1% 13 15 88.6% 5 15 34.1%
sumber: analisis penulis
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prosentase capaian tiap jenjang fasilitas pendidikan SMA
34.1%
SMP
65.9% 88.6%
SD
Sudah Tercapai
98.1%
TK
62.5%
0.0%
Belum Tercapai
11.4% 1.9% 37.5%
50.0%
100.0%
150.0%
Gambar 5.3 prosentase capaian tiap jenjang fasilitas pendidikan Berdasarkan perbandingan tersebut dapat dilihat secara keseluruhan fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon bahwa untuk jenjang TK/PAUD hanya 62% terpenuhi berdasarkan SNI, SD sudah hampir terpenuhi berdasarkan SNI dengan 98% untuk SMP sudah terpenuhi sebesar 86% dari SNI sedangkan untuk SMA sudah terpenuhi sebesar 33%. Kelurahan yang sudah terpenuhi atau hampir sesuai SNI di jenjang TK/PAUD adalah Baluwarti (88.6%) dan Gajahan (95.4%), sedangkan di jenjang SD ada 5 dari 7 kelurahan yang terpenuhi. Di jenjang SMP sudah hampir sesuai secara total namun persebaran di kelurahannya kurang seimbang. Sedangkan, dilihat secara keseluruhan fasilitas pendidikan mencapai 71% dan yang belum tercapai sebesar 29%
Prosentase capaian seluruh fasilitas pendidikan Belum Tercapai 29%
Sudah Tercapai 71%
commit to user Gambar 5.4 perbandingan eksisiting dan SNI fasilitas pendidikan 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Analisis Jangkauan Pelayanan Fasilitas Pendidikan Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Berikut ini jumlah fasilitas eksisting dan standar jangkauan layanan tiap fasilitas. Tabel 5.3 Jangkauan Pelayanan Fasilitas Pendidikan Jenjang TK/PAUD SD SMP
Jumlah
SMA
Jangkauan pelayanan 44 54 13
500 m 1000 m 2500 m
5
5000 m
Sumber : SNI 03-1733-2004
Dari tabel tersebut akan di overlay pada peta berikut ini. Berdasarkan dari peta jangkauan tersebut terlihat jangkauan yang terlihat dari peta. Jangkauan layanan fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon sudah dapat melayani kebutuhan untuk kecamatan sendiri bahkan cakupan melebihi wilayah kecamatan secara administratif. Berdasarkan hasil survey kuesioner ditemukan beberapa responden menempuh jarak lebih dari 1 km yaitu 2 dari 14 responden di TK/PAUD yang jarak tempuh lebih dari 1 km, namun responden tersebut masih dalam cakupan wilayah Kecamatan Pasar Kliwon tapi masih dalam lingkup layanan lokal mereka menggunakan kendaraan pribadi misalnya motor. Pada responden SD terdapat 5 dari 56 responden yang jarak tempuhnya lebih dari 1 km dan di luar wilayah administrasi Kecamatan Pasar Kliwon yaitu Kecamtan Jebres dan Kadipiro. Responden SMP terdapat 2 murid dan 2 guru dari total 36 responden yang berasal dari wilayah Palur, Kadipiro, Jebres dan Serengan. Responden SMA terdapat 3 murid dan 2 guru dari total 13 responden yang berasal dari wilayah Serengan dan Grogol.
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7%
5% jarak jauh di luar wilayah jarak jauh di dalam wilayah jarak dekat di wilayah
88%
Gambar 5.5 Prosentase responden dalam jarak tempuh Makin banyak jumlah penduduk atau kepadatan penduduk makin tinggi maka akan makin dibutuhkan sarana prasarana pendukung. Demikian juga halnya dengan sarana prasarana pendidikan. Berdasarkan acuan ini fasilitas pendidikan diutamakan pada daerah yang belum terlayani dan dengan jumlah penduduk usia sekolah yang cukup tinggi. Dengan terlayaninya penduduk akan fasilitas pendidikan maka akan dapat mencapai salah satu tujuan pendidikan yaitu pemerataan. Jangkauan atau radius sekolah yang harus ditempuh oleh penduduk menuju lokasi sekolah secara nasional jarak capai yang diperhitungkan ialah jarak perjalanan kaki dalam keadaan normal. Untuk sekolah lanjutan jarak 5 km yaitu 1 jam jalan kaki ( Indrafachrudi, dkk (1989: 142). Terkait dengan pelayanan dalam kota, Weber Walter Christaller (1933) dan August Lösch (1936), secara terpisah mengembangkan teori tempat pusat (central place theory). Konsep utama dalam teori ini adalah apa yang dinamakan dengan the range of good dan the threshold value (UN, 1979 : 53). Range of good service merupakan jarak yang ditempuh para konsumen menuju suatu tempat untuk mendapatkan pelayanan, adapun threshold value atau threshold population merupakan jumlah penduduk minimal yang dibutuhkan suatu unit pelayanan sebelum dapat beroperasi secara menguntungkan (Daldjoeni,1992:104).
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Teori Tempat Pusat jangkauan pelayanan fasilitas pendidikan baik jenjang TK/PAUD, SD, SMP dan SMA di Kecamatan Pasar Kliwon sudah menjangkau wilayah di kecamatan setempat bahkan sampai di luar area kecamatan. Dari data kuesioner diolah didapatkan bahwa 88 % responden menempuh jarak 500 m sampai 1 km menuju fasilitas pendidikan dalam wilayah Kecamtan Pasar Kliwon. Selain itu, terdapat 5% responden menempuh jarak lebih jauh namun masih dalam lingkup wilayah Kecamatan Pasar Kliwon dan 7% menempuh jarak lebih dari 1 km karena berada di luar administrasi. Dari prosentase tersebut 88% sudah terlayani dengan baik karena prosentase ini terdiri mayoritas dari jenjang TK/PAUD dan SD yang melayani lingkup lokal sedangkan untuk SMP dan SMA terdapat beberapa responden yang cukup jauh dalam jarak tempuhnya yang mencapai 7% dan 5%
4. Analisis Aksesibilitas Fasilitas Pendidikan Aksesibilitas menjadi hal yang penting untuk menjadi pertimbangan karena berkaitan dengan pelayanan serta kemudahan akses transportasi untuk mengunjungi suatu lokasi. Salah satu faktor yang menentukan suatu lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas atau tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya (Tarigan, 2006:78).
commit to user
102
Tabel 5.4 Analisis Efektivitas Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Konsep Pelayanan di Spasial NO 1
Hasil Temuan Secara umum, fasilitas pendidikan yang berada di Kecamatan Pasar Kliwon dalam kondisi baik dari jenjang TK/PAUD hingga SMA. Faktor tingkat fasilitas pendidikan yang dimiliki oleh kebutuhan pemerintah maupun swasta dengan jumlah fasilitas jumlah keseluruhan 123 buah diantaranya pendidikan anak usia dini yang tersebar 1 buah di setiap kelurahan, taman kanak-kanak sebanyak 44 buah, sekolah dasar sebanyak 54 buah, sekolah menengah pertama berjumlah 13 buah serta 5 buah sekolah menengah atas
Analisis Kondisi fisik dari fasilitas pendidikan yang terdapat di Kecamatan Pasar Kliwon sudah dapat digunakan dan berfungsi bagi anak untuk melakukan aktivitas pendidikan di sekolah. dilihat secara keseluruhan fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon bahwa untuk jenjang TK hanya 62% terpenuhi berdasarkan SNI, SD sudah hampir terpenuhi berdasarkan SNI dengan 98% untuk SMP sudah terpenuhi sebesar 86% dari SNI sedangkan untuk SMA sudah terpenuhi sebesar 33%. Kelurahan yang sudah terpenuhi atau hampir sesuai SNI di jenjang TK adalah Baluwarti (88.6%) dan Gajahan (95.4%), sedangkan di jenjang SD ada 5 dari 7 kelurahan yang terpenuhi. Di jenjang SMP sudah hampir sesuai secara total namun persebaran di kelurahannya kurang seimbang. Di jenjang SMA masih jauh dari jumlah SNI yang tertera.
3
Faktor jangkauan pelayanan
Karena jumlah yang sudah sekian banyak dengan berbagai cara dengan ditampilkan jangkauan setiap sekolah sehingga muncullah peta tersebut
4
Faktor kemudahan
Hambatan yang terjadi menuju fasilitas pendidikaan biasanya jalan 1 arah dan
Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Berdasarkan dari data bahwa jangkauan pelayanan di Kecamatan Pasar Kliwon melayani hingga ke luar area secara administratif. Aksesibilitas fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon termasuk aksesibilitas cukup tinggi, dilihat
2
Indikator Faktor kondisi fisik fasilitas
Efektivitas Sudah cukup efektif secara keruangan dilihat dari berbagai aspek yang ditinjau. Hal tersebut karena terlihat dari kurang maksimalnya dalam faktor pelayanan yang baik.
103
pelayanan (aksesibilitas) Moda transportasi
Kondisi prasarana jalan
Keamanan dan
jalan berlubang Moda transportasi umum melewati daerah fasilitas pendidikan di tingkat Moda transportasi yang ada di Kecamatan Pasar Kliwon meliputi kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Kendaraan pribadi meliputi sepeda motor dan mobil, sedangkan kendaraan umum meliputi mini bus, angkutan kecil, dan taksi. Kemudahan pengguna dalam mengakses fasilitas pendidikan berdasarkan kuesioner, responden menggunakan kendaraan pribadi berupa motor atau mobil untuk menuju fasilitas pendidikan sebesar 55,20% sedangkan yang menggunakan bis hanya 9,60% lainnya lebih memilih berjalan kaki dengan prosentase sebesar 35,20%. Berdasarkan data da n survey, Jalan Kolektor di Kecamatan Pasar Kliwon dalam kondisi baik namun ada terdapat jalan kolektor yang mengarah pada perbatasan dalam kondisi cukup baik Sedangkan Jalan lingkungan di Kecamatan Pasar Kliwon menuju fasilitas pendidikan yang beberapa jalan rusak secara umum sudah baik Faktor ini terkait dengan keberadaan
dari jenis hambatan yang ada beresiko kecil menimbulkan tersendat waktu pengguna menuju fasilitas tersebut, moda transportasi umum dilewati fasilitas, kondisi jalan yang baik sehingga menjadikan ini mudah diakses, kenyamaan dan keamanan terdapat Zoss. Namun, Zoss pada fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon hanya tanda petunjuk dan zebra cross, seharusnya Zoss diterapkan dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan oleh dishub.
104
kenyamanan
program Zoss di sekolah. Di Pasar Kliwon sendiri penerapan baru sekedar tanda penunjuk dan zebra cross. Zona selamat sekolah yang berada di Kecamatan Pasar Kliwon belom tersedia selayaknya hanya berupa rambu peringatan tanpa ada warna jalan merah penanda zona selamat sekolah. Dengan frekuensi padat ketika jalan akan mengakibatkan rawan kecelakaan.
sumber: analisis penulis
105
B. Analisis Berdasarkan Indikator Kota Layak Anak Bidang Pendidikan Tabel 5.5 Analisis Efektivitas Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Indikator Kota Layak Anak Bidang Pendidikan Tingkat Pendidikan
TK/PAUD
Indikator
Hasil Temuan
Analisis
Efektivitas
Terdapat 20% jumlah anak usia 4-6 tahun mengikuti TK dan 50% jumlah anak usia 46 tahun yang belum terlayani pada program PAUD jalur formal mengikuti program PAUD jalur non formal. Terdapat 50% guru PAUD telah mengikuti pelatihan bidang PAUD
Masih terdapat anak usia 46 yang mengikuti pendidikan TK maupun PAUD dengan angka sebesar 3627 dari 6324 maka terdapat 57% yang bersekolah. Guru PAUD di Kecamatan Pasar Kliwon sudah mengikuti pelatihan 45%
Anak yang mengikuti program TK/PAUD sudah lebih banyak daripada usia dibawahnya karena usia ini biasanya memang baru diterapkan untuk pendidikan
Efektif
Terdapat 95% anak dalam Anak yang bersekolah SD kelompok usia 7-12 tahun sebesar 10873 dari 11953 bersekolah di SD/MI. maka terdapat 91% yang bersekolah di SD
SD
Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1% dari jumlah siswa yang bersekolah.
Angka anak yang keluar dari sekolah tanpa keterangan sebesar 45%. Angka ini masih terbilang tinggi. Walaupun APS tidak melebihi 1% dari persen yang bersekolah.
Kesiapan dalam mengajar sangat dibutuhkan agar apa yang disampaikan bermanfaat bagi perkembangan seusianya Angka anak yang sudah bersekolah cukup mewakili bahwa anak usia sudah sadar pendidikan wajib belajar, namun masih terdapat 9% anak yang belum bersekolah. Walaupun 45% APS tidak melebihi 1% dari angka bersekolah yaitu 64%. Angka APS tergolong masih tinggi karena 45% dari 65% terdapat anak yang mengalami putus sekolah
Cukup efektif
106
Terdapat 95% dari lulusan SD/MI melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs).
Angka melanjutkan sebesar 63%. Ini berarti tidak mencapai 95%.
Terdapat 90% anak dalam Anak yang bersekolah kelompok usia 13 - 15 tahun SMP sebesar 4380 dari bersekolah di SMP/MTs. 5815 maka terdapat 75% yang bersekolah di SMP
SMP
Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1% dari jumlah siswa yang bersekolah.
Angka anak yang keluar dari sekolah tanpa keterangan sebesar 29%. Angka ini masih terbilang tinggi. Walaupun APS tidak melebihi 1% dari persen yang bersekolah.
Terdapat 70% dari lulusan
Angka meanjutkan sekolah
atau tidak melanjutkan sekolah. Ini berarti ada sekitar 20% yang mampu menyelesaikan sekolah Angka tergolong tersebut masih rendah bahwa hanya 63% anak yang melanjutkanSD menuju jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan, sisanya 37% tidak melanjutkan. Dengan angka seperti itu cukup banyak anak yang mendapat pendidikan di jenajang SMP. Namun, masih terdapat anak yang belum bersekolah sebesar 25%. Walaupun 29% APS tidak melebihi 1% dari angka bersekolah yaitu 62%. Angka APS tergolong masih tinggi karena 29% dari 65% terdapat anak yang mengalami putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah. Ini berarti ada sekitar 33% yang mampu menyelesaikan sekolah Angka tergolong bahwa
Cukup efektif
107
SMP/MTs melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Terdapat 60% anak dalam kelompok usia 16 -18 tahun bersekolah di SMA/MA dan SMK.
SMA
Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebihi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah.
Terdapat 25% dari lulusan SMA/MA melanjutkan perguruan tinggi yang terakreditasi.
ke jenjang yang lebih tinggi banyak anak yang 101,20. Sudah memenuhi melanjutkan SD menuju lebih dari 70%. jenjang yang lebih tinggi. Nilai tersebut berarti anak dari luar kecamatan Pasar Kliwon melanjutkan di sekolah yang berada di Kecamatan Pasar kliwon Angka yang bersekolah Angka SMA memang lebih SMA sebesar 1368 dari kecil dari angka anak usia 6046 maka terdapat 23% SD atau SMP ini karena yang bersekolah SMA. secara kependudukan usia SMA di Pasar Kliwon yang kecil Angka anak yang keluar Angka APS tergolong masih dari sekolah tanpa tinggi karena 17% dari 23% keterangan sebesar 17%. terdapat anak yang Angka ini masih terbilang mengalami putus sekolah tinggi. Walaupun APS atau tidak melanjutkan tidak melebihi 1% dari sekolah. Ini berarti ada persen yang bersekolah. sekitar 6% yang mampu menyelesaikan sekolah Angka melanjutkan sekolah Angka tergolong tersebut ke jenjang yang 18%. bahwa sedikit anak yang Angka tersebut belum melanjutkan SMA menuju memenuhi dari 25%. jenjang yang lebih tinggi.
Kurang Efektif
sumber: analisis penulis
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Analisis Persepsi dengan Pembobotan Kelas Kategori setiap kelas efektivitas berdasarkan variabel yang telah dipilih sehingga dirangkum menjadi seperti dibawah ini: 1. Sangat Efektif : pelayanan sarana pendidikan melayani kebutuhan seluruh penduduk Kecamatan Pasar Kliwon dengat sangat baik, aksesibilitas tinggi, kelengkapan fasilitas berdasarkan tingkat pelayanan menurut fungsi wilayah, sudah di atas standar persyaratan sarana pendidikan, kondisi sarana yang baik dan terawat serta sesuai dengan arahan kebijakan. 2. Efektif : terdapat pelayanan sarana pendidikan sudah dapat melayani kebutuhan seluruh penduduk Kecamatan Pasar Kliwon, mudah terjangkau dari pemukiman ke pelayanan sarana pendidikan (1km), kelengkapan fasilitas berdasarkan tingkat pelayanan menurut fungsi wilayah, sudah berdasarkan standar persyaratan sarana pendidikan, kondisi sarana yang baik dan terawat dan dukungan dari arahan kebijakan 3. Cukup efektif: terdapat pelayanan sarana dan dapat melayani kebutuhan penduduk pada wilayah Kecamatan Pasar Kliwon,kelengkapan fasilitas sudah cukup mewakili kebutuhan sarana pendidikan spesifik, jarak jangkauan yang relatih mudah didatangi dengan kendaraan umum, kondisi yang sarana yang cukup dan mendapat dukungan dari arahan kebijakan 4. Kurang efektif: terdapat pelayanan sarana pendidikan yang kurang sesuai dengan tingkat pelayanan yang dibutuhkan, kondisi sarana kurang terawat, kelengkapan fasilitas pelayanan pendidikan masih kurang memenuhi stadar kebutuhan suatu wilayah, jangkauan terhadap pelayanan pendidikan spesifik berjarak sampai 1 km dengan akses transportasi sulit ditemui dan adanya arahan kebijakan yang mendukung tetapi implementasi kurang tepat sasaran. 5. Tidak efektif: terdapat pelayanan sarana pendidikan yang belum sesuai dengan tingkat pelayanan yang dibutuhkan, kondisi sarana tidak terawat, kelengkapan fasilitas pelayanan pendidikan masih belum memenuhi stadar kebutuhan suatu wilayah, jangkauan terhadap pelayanan pendidikan spesifik berjarak lebih dari 1 km dan dibatasi dengan adanya jalur tranpotasi dengan intensitas tinggi dan commit to user tidak sesuai dengan arahan kebijakan. 109
Tabel 5.6 Persepsi Orang Tua Murid dan Guru di Tingkat TK/PAUD
Variabel Spasial Perkembangan Anak Sekolah Ramah Anak Kelengkapan Jumlah Rata-rata Kategori Efektivitas (murid) Sangat Efektif : 22 – 24 Efektif : 19 – 21 Cukup Efektif : 16 – 18 Kurang Efektif : 13 – 15 Tidak Efektif : 10 – 12
Orang tua murid TK/PAUD nilai x Bobot nilai % bobot 22% 45% 33%
194 502 114
42.68 225.9 37.95 306.53 21.89
16.9% 43.6%
Bobot 12%
Guru TK/PAUD nilai x nilai bobot 92
%
11.04
8.8%
69% 164 113.16 29.9% 19% 51 9.69 90.4% Jumlah 133.89 Rata-Rata 19.13 Kategori Efektivitas (guru) Sangat Efektif : 19 – 21 Efektif : 16 – 18 Cukup Efektif : 13 – 15 Kurang Efektif : 10 – 12 Tidak Efektif : 7 – 9
67.4% 15.4% 91.5%
sumber: analisis penulis
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil kuesioner antara persepsi orang tua murid dengan guru di tingkat pendidikan TK/PAUD sudah tergolong pada kategori sangat efektif. Dilihat dalam aspek spasial memiliki bobot 22% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi orang tua murid TK/PAUD mencapai 16,9% dan aspek spasial pada guru dengan bobot 12% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi guru TK/PAUD mencapai 8,8%. Aspek spasial pada fasilitas TK/PAUD berdasarkan hasil kuesioner dari segi jangkauan pelayanan responden berada di lingkungan yang tidak jauh dengan keberadaan fasilitas ini karena mayoritas responden hanya berjalan kaki dan membutuhkan waktu tempuh hanya sekitar kurang dari 15 menit dari tempat tinggal. Aksesibilitas menuju fasilitas TK/PAUD sudah baik karena responden tidak merasa ada hambatan ketika mereka menuju fasilitas ini. Dilihat dari aspek perkembangan anak yang memiliki bobot 45% sedangkan hasil kecenderungan persepsi dari orang tua murid sebesar 43,6%. Perkembangan anak yang terjadi ketika anak usia TK/PAUD tergolong sudah baik berdasarkan capaian tersebut. Hasil responden menyimpulkan orang tua murid TK/PAUD merasa anaknya sudah berkembang dengan sewajarnya. Dilihat dari aspek sekolah ramah anak dari sisi guru TK/PAUD memiliki bobot 69% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi guru sebesar 67,4%. Penerapan metode sekolah ramah anak tingkat TK/PAUD di Kecamatan Pasar Kliwon hampir berhasil dilaksanakan oleh para guru. Ada 1,6% beberapa metode yang masih sulit diterapkan karena metode ini masih dalam tahap sosialisasi. Dilihat dari aspek kelengkapan sekolah dengan bobot dari sisi orang tua murid sebesar 33% sedangkan hasil kecenderungan persepsi sebesar 29,9% dan aspek kelengkapan dari sisi guru sebesar 19% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi mencapai 15,4%. Kelengkapan dalam anak untuk belajar di TK/PAUD sudah secara optimal disediakan agar dapat menunjang perkembangan anak.
commit to user
111
Tabel 5.7 Persepsi Murid dan Guru di Tingkat SD
Variabel Spasial Perkembangan Anak Sekolah Ramah Anak Kelengkapan Jumlah Rata-rata Kategori Efektivitas (murid) Sangat Efektif : 48 – 53 Efektif : 42 – 47 Cukup Efektif : 36 – 41 Kurang Efektif : 30 – 35 Tidak Efektif : 24 – 29
Bobot 10% 20% 55% 15%
Murid SD nilai x nilai bobot 380 1030 1807 194
38 206 993.85 29.1 1266.95 46.92
% 7.8% 17.7% 47.8% 12.0% 85.3%
Bobot 12%
Guru SD nilai x nilai bobot 364
%
43.68
9.0%
69% 2051 1415.19 19% 192 36.48 Jumlah 1495.35 Rata-rata 55.38 Kategori Efektivitas (guru) Sangat Efektif : 56 – 62 Efektif : 49 – 55 Cukup Efektif : 42 – 48 Kurang Efektif : 35 – 41 Tidak Efektif : 28 – 34
60.6% 15.0% 84.6%
sumber: analisis penulis
112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil kuesioner antara persepsi murid dengan guru di tingkat pendidikan SD sudah tergolong pada kategori efektif. Dilihat dalam aspek spasial memiliki bobot 10% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi murid SD mencapai 7,8% dan aspek spasial pada guru dengan bobot 12% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi guru SD mencapai 9%. Aspek spasial pada fasilitas SD berdasarkan hasil kuesioner dari segi jangkauan pelayanan responden berada di lingkungan yang tidak jauh dengan keberadaan fasilitas ini karena mayoritas responden hanya berjalan kaki dan membutuhkan waktu tempuh hanya sekitar kurang dari 15 menit dari tempat tinggal. Aksesibilitas menuju fasilitas SD sudah baik karena responden tidak merasa ada hambatan ketika mereka menuju fasilitas ini. Dililihat dari aspek perkembangan anak yang memiliki bobot 20% sedangkan hasil kecenderungan persepsi dari murid sebesar 17,7% bahwa perkembangan anak pada usia SD sudah baik. Beberapa aspek memang sewajarnya dicapai oleh seorang berkembang sesuai usia. Dilihat dari aspek sekolah ramah anak dari sisi murid memiliki bobot 55% sedangkan hasil di lapangan sebesar 47,8% dan dari sisi guru SD memiliki bobot 69% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi guru sebesar 60,6%. Penerapan metode sekolah ramah anak tingkat SD di Kecamatan Pasar Kliwon hampir berhasil dilaksanakan oleh para guru. Sebesar 8,4% yang berarti beberapa metode yang belum diterapkan. Dilihat dari aspek kelengkapan sekolah dengan bobot dari sisi murid sebesar 15% sedangkan hasil kecenderungan persepsi sebesar 12% dan aspek kelengkapan dari sisi guru sebesar 19% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi mencapai 15%. Kelengkapan dalam anak untuk belajar sudah secara cukup disediakan agar dapat menunjang kebutuhan anak.
commit to user
113
Tabel 5.8 Persepsi Murid dan Guru di Tingkat SMP Variabel Spasial Perkembangan Anak Sekolah Ramah Anak Kelengkapan Jumlah Rata-rata Kategori Efektivitas (murid) Sangat Efektif : 47 – 52 Efektif : 41 – 46 Cukup Efektif : 35 – 40 Kurang Efektif : 29 – 34 Tidak Efektif : 23 – 28
bobot 10% 20% 55% 15%
Murid SMP nilai x nilai bobot 272 27.2 511 102.2 1367 751.85 167 25.05 906.3 43.16
% 7.2% 17.4% 46.5% 13.3% 84.3%
bobot 12%
Guru SMP nilai x nilai bobot 159 19.08
69% 1125 776.25 19% 119 22.61 Jumlah 817.94 Rata-rata 54.53 Kategori Efektivitas (guru) Sangat Efektif : 56 – 62 Efektif : 49 – 55 Cukup Efektif : 42 – 48 Kurang Efektif : 35 – 41 Tidak Efektif : 28 – 34
% 7.1% 60.9% 16.7% 84.7%
sumber: analisis penulis
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil kuesioner antara persepsi murid dengan guru di tingkat pendidikan SMP sudah tergolong pada kategori efektif. Dilihat dalam aspek spasial memiliki bobot 10% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi murid SMP mencapai 7,2% dan aspek spasial pada guru dengan bobot 12% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi guru SMP mencapai 7,1%. Aspek spasial pada fasilitas SMP berdasarkan hasil kuesioner dari segi jangkauan pelayanan responden berada di lingkungan yang cukup dekat dengan keberadaan fasilitas ini karena mayoritas responden hanya naik bis dan membutuhkan waktu tempuh hanya sekitar kurang dari 15-30 menit dari tempat tinggal. Aksesibilitas menuju fasilitas SMP sudah baik karena responden tidak merasa ada hambatan ketika mereka menuju fasilitas ini. Dililihat dari aspek perkembangan anak yang memiliki bobot 20% sedangkan hasil kecenderungan persepsi dari murid sebesar 17,4% bahwa perkembangan anak pada usia SMP sudah baik. Beberapa aspek memang sewajarnya dicapai oleh seorang berkembang sesuai usia. Dilihat dari aspek sekolah ramah anak dari sisi murid memiliki bobot 55% sedangkan hasil di lapangan sebesar 46,5% dan dari sisi guru SMP memiliki bobot 69% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi guru sebesar 60,9%. Penerapan metode sekolah ramah anak tingkat SMP di Kecamatan Pasar Kliwon hampir berhasil dilaksanakan oleh para guru. Sebesar 8,1% yang berarti beberapa metode yang belum diterapkan. Dilihat dari aspek kelengkapan sekolah dengan bobot dari sisi murid sebesar 15% sedangkan hasil kecenderungan persepsi sebesar 13,3% dan aspek kelengkapan dari sisi guru sebesar 19% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi mencapai 16,7%. Kelengkapan dalam anak untuk belajar di SMP sudah secara optimal disediakan agar dapat menunjang perkembangan anak.
commit to user
115
Tabel 5.9 Persepsi Murid dan Guru di Tingkat SMA
Variabel Spasial Perkembangan Anak Sekolah Ramah Anak Kelengkapan Jumlah Rata-rata Kategori Efektivitas (murid) Sangat Efektif : 49 – 54 Efektif : 43 – 48 Cukup Efektif : 37 – 42 Kurang Efektif : 31 – 36 Tidak Efektif : 25 – 30
bobot 10% 20% 55% 15%
Murid SMA nilai x nilai bobot 92 336 487 48
9.2 67.2 267.85 7.2 350.85 50.12
% 7.3% 16.8% 49.7% 11.4% 85.3%
bobot 12%
Guru SMA nilai x nilai bobot 55
%
6.60
6.1%
69% 453 312.57 19% 48 9.12 Jumlah 328.29 Rata-rata 54.72 Kategori Efektivitas (guru) Sangat Efektif : 56 – 62 Efektif : 49 – 55 Cukup Efektif : 42 – 48 Kurang Efektif : 35 – 41 Tidak Efektif : 28 – 34
61.3% 16.9% 84.3%
sumber: analisis penulis
116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan hasil kuesioner antara persepsi murid dengan guru di tingkat pendidikan SMA sudah tergolong pada kategori efektif. Dilihat dalam aspek spasial memiliki bobot 10% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi murid SMA mencapai 7,3% dan aspek spasial pada guru dengan bobot 12% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi guru SMA mencapai 6,1%. Aspek spasial pada fasilitas SMA berdasarkan hasil kuesioner dari segi jangkauan pelayanan responden berada di lingkungan yang cukup dekat dengan keberadaan fasilitas ini karena mayoritas responden hanya naik bis atau kendaraan berupa sepeda/motor dan membutuhkan waktu tempuh hanya sekitar kurang dari 15-30 menit dari tempat tinggal. Aksesibilitas menuju fasilitas SMA sudah baik karena responden tidak merasa ada hambatan ketika mereka menuju fasilitas ini. Namun ada lokasi yang tidak terdapat rute angkutan umum sehingga sedikit menyulitkan. Dililihat dari aspek perkembangan anak yang memiliki bobot 20% sedangkan hasil kecenderungan persepsi dari murid sebesar 16,7% bahwa perkembangan anak pada usia SMA cukup baik. Beberapa aspek memang sewajarnya dicapai oleh seorang berkembang sesuai usia. Dilihat dari aspek sekolah ramah anak dari sisi murid memiliki bobot 55% sedangkan hasil di lapangan sebesar 49,7% dan dari sisi guru SMA memiliki bobot 69% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi guru sebesar 61,3%. Dilihat dari aspek kelengkapan sekolah dengan bobot dari sisi murid sebesar 15% sedangkan hasil kecenderungan persepsi sebesar 11,4% dan aspek kelengkapan dari sisi guru sebesar 19% sedangkan hasil dari kecenderungan persepsi mencapai 16,9%. Ini berarti kelangkapan sekolah cukup disediakan agar dapat menunjang perkembangan anak.
commit to user
117
Dari tabel diatas dapat dirangkum dalam bentuk tabel dibawah. Analisis Efektivitas Fasilitas Pendidikan Berdasarkan Persepsi Murid dan Guru Tabel 5.10 Analisis Efektivitas Fasilitas Pendidikan dari Persepsi Murid dan Guru Tingkat Indikator Pendidikan TK/PAUD Spasial
Perkembangan anak Sekolah ramah anak Kelengkapan SD
Spasial
Perkembangan
Hasil Temuan Murid/Orang tua murid Murid merasa mampu menjangkau sekolah dari rumah karena terletak dekat permukiman memakan waktu dibawah 15 menit hanya berjalan kaki dengan hambatan yang hampir tidak ada.
Guru Guru merasa cukup mampu menjangkau sekolah dari rumah karena terletak dekat permukiman hanya memakan waktu lebih dari 30 menit dengan memakai kendaraan pribadi ataupun transportasi umum dengan hambatan jalan yang satu arah, dan transportasi umum yang jarang melewati langsung TK/PAUD karena letaknya masuk kedalam permukiman. Perkembangan anak pada usia TK/PAUD di Kecamatan Pasar Kliwon secara umum sudah memenuhi tugas perkembangan anak seusianya. TK/PAUD sudah berusaha menerapkan program sekolah ramah anak agar anak dapat perkembangan dengan baik dan mendapatkan bekal di kehidupan sehari-hari Sudah memenuhi kebutuhan anak untuk Sudah memenuhi kebutuhan anak untuk bermain dan belajar bermain dan belajar Murid merasa mampu menjangkau sekolah Guru merasa cukup mampu menjangkau dari rumah karena terletak dekat permukiman sekolah dari rumah karena terletak dekat memakan waktu dibawah 15 menit hanya permukiman hanya memakan waktu 15 – berjalan kaki dengan hambatan yang hampir 30 menit dengan memakai kendaraan tidak ada. pribadi dengan hambatan jalan yang satu arah Perkembangan anak pada usia SD di Kecamatan Pasar Kliwon secara umum sudah
Efektivitas Sangat efektif
Efektif
118
anak Sekolah ramah anak Kelengkapan SMP
Spasial
Perkembangan anak Sekolah ramah anak Kelengkapan SMA
Spasial
Perkembangan
memenuhi tugas perkembangan anak seusianya. Hanya beberapa anak yang merasa sedikit berkembangnya terlambat Pemahaman dan penerapan sekolah ramah Pemahaman dan penerapan sekolah anak cukup baik ramah anak cukup baik Sudah cukup memenuhi kebutuhan anak untuk Sudah cukup memenuhi kebutuhan anak bermain dan belajar untuk bermain dan belajar Murid merasa mampu menjangkau sekolah Guru merasa mampu menjangkau dari rumah karena terletak dekat permukiman sekolah dari rumah karena terletak dekat memakan waktu dibawah 15-30 menit hanya permukiman hanya memakan waktu berjalan kaki, atau menggunakan transportasi lebih dari 30 menit dengan memakai umum dan kendaraan pribadi dengan hambatan kendaraan pribadi dengan hambatan yang hampir jalan satu arah. jalan yang satu arah, dan jarak antara tempat tinggal ke sekolah cukup jauh sehingga cukup memakan waktu perjalanan. Perkembangan anak pada usia SMP di Kecamatan Pasar Kliwon secara umum sudah memenuhi tugas perkembangan anak seusianya. Pemahaman dan penerapan yang masih belum Pemahaman dan penerapan yang masih sepenuhnya diterapkan belum sepenuhnya diterapkan Sudah cukup memenuhi kebutuhan anak Sudah cukup memenuhi kebutuhan anak untuk bermain dan belajar untuk bermain dan belajar Murid merasa mampu menjangkau sekolah Guru merasa cukup mampu menjangkau dari rumah karena terletak dekat permukiman sekolah dari rumah karena terletak dekat memakan waktu dibawah 15-30 menit bahkan permukiman hanya memakan waktu lebih dari 30 menit dengan berjalan kaki, atau lebih dari 30 menit dengan memakai menggunakan transportasi umum dan kendaraan pribadi dengan hambatan kendaraan pribadi dengan hambatan yang jalan jalan yang satu dan jarak antara tempat satu arah. tinggal ke sekolah cukup jauh sehingga cukup memakan waktu perjalanan. arah Perkembangan anak pada usia SMA di Kecamatan Pasar Kliwon secara umum
Efektif
Sangat efektif pada murid dan efektif pada guru
119
anak Sekolah ramah anak Kelengkapan
berdasarkan kuesioner anak hanya menjawab setengah yang memenuhi tugas perkembangan anak seusianya. Pemahaman dan penerapan sekolah ramah Pemahaman dan penerapan sekolah anak cukup baik ramah anak cukup baik Sudah cukup memenuhi kebutuhan anak untuk Sudah cukup memenuhi kebutuhan anak bermain dan belajar untuk bermain dan belajar
sumber: analisis penulis
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berrdasarkan pembahasan dan beberapa uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut : 1. Dari hasil analisis pada variabel spasial secara garis besar cukup efektif melayani fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon bahwa dari faktor kondisi fisik fasilitas sudah dapat digunakan dan berfungsi bagi anak untuk melakukan aktivitas pendidikan di sekolah dengan prosentase 83% dalam kondisi baik, 11% dalam kondisi rusak ringan, dan 6% dalam kondisi rusak berat. Faktor tingkat kebutuhan jumlah fasilitas dilihat secara keseluruhan fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon bahwa untuk jenjang TK/PAUD hanya 62% terpenuhi berdasarkan SNI, SD sudah hampir terpenuhi berdasarkan SNI dengan 98% untuk SMP sudah terpenuhi sebesar 86% dari SNI sedangkan untuk SMA sudah terpenuhi sebesar 33%. Faktor jangkauan pelayanan sudah baik karena jangkauan pelayanan di Kecamatan Pasar Kliwon melayani hingga ke luar area secara administratif. Sedangkan faktor aksesibilitas fasilitas pendidikan di Kecamtan Pasar Kliwon termasuk termasuk aksesibilitas menengah, dilihat dari jenis hambatan yang ada beresiko kecil menimbulkan tersendat waktu pengguna menuju fasilitas tersebut, moda transportasi umum dilewati fasilitas, kondisi jalan yang baik sehingga menjadikan ini mudah diakses, kenyamaan dan keamanan terdapat Zoss. 2. Berdasarkan tinjauan dari indikator kota layak anak di bidang pendidikan bahwa fasilitas pendidikan di Kecamatan Pasar Kliwon pada jenjang TK/PAUD tergolong efektif, pada jenjang SD dan SMA tergolong cukup efektif, sedangkan pada jenjang SMA disimpulkan kurang efektif. 3. Berdasarkan analisis efektivitas fasilitas pendidikan dari persepsi murid dan guru disimpulkan bahwa pada jenjang a) TK/PAUD : Secara keseluruhan fasilitas TK/PAUD di Kecamatan Pasar commit oleh to user Kliwon sangat efektif didukung spasial yang mudah dijangkau dan 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki hambatan yang hampir tidak ada, perkembangan anak yang baik sesuai tugas perkembangan seusianya, program sekolah ramah anak yang diterapkan dengan baik dan kelengkapan sekolah yang memadai. b) SD : Secara umum fasilitas pendidikan SD di Kecamatan Pasar Kliwon efektif. Hal tersebut berdasarkan penilaian spasial yang mudah dijangkau dan memiliki hambatan yang hampir tidak ada namun untuk guru cukup mampu menjangkau karena jarak tempata tnggal dengan sekolah memakan waktu 15-30 menit. Perkembangan anak pada usia SD di Kecamatan Pasar Kliwon secara umum sudah memenuhi tugas perkembangan anak seusianya. Hanya beberapa anak yang merasa sedikit berkembangnya terlambat. Sekolah ramah anak yang diterapkan cukup baik dan kelengkapan sekolah yang cukup memenuhi bermain dan belajar anak. c) SMP : Secara umum fasilitas pendidikan SMP di Kecamatan Pasar Kliwon efektif. Hal tersebut berdasarkan penilaian spasial yang cukup dijangkau oleh murid dan guru karena jarak tempata tnggal dengan sekolah memakan waktu 15-30 menit dan memiliki hambatan hambatan yang jalan satu arah. Perkembangan anak pada usia SMP di Kecamatan Pasar Kliwon secara umum sudah memenuhi tugas perkembangan anak seusianya. Sekolah ramah anak masih belum sepenuhnya diterapkan dan kelengkapan sekolah yang cukup memenuhi bermain dan belajar. d) SMA : Secara umum fasilitas pendidikan SMA di Kecamatan Pasar Kliwon efektif menurut guru sedangkan menurut murid tergolong sangat efektif. Hal tersebut berdasarkan penilaian spasial yang cukup dijangkau oleh murid dan guru karena jarak tempata tnggal dengan sekolah memakan waktu 15-30 menit dan memiliki hambatan hambatan yang jalan satu arah. Perkembangan anak pada usia SMA di Kecamatan Pasar Kliwon secara umum berdasarkan kuesioner anak hanya menjawab setengah yang memenuhi tugas perkembangan anak seusianya. Penerapan sekolah ramah anak sudah cukup baikdan kelengkapan sekolah yang cukup memenuhi bermain dan belajar. commit to user
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, maka rekomendasi yang dapat diajukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Dari keseluruhan hasil analisis untuk pemenuhan kebutuhan fasiltas pendidikan SD, SMP dan SMA masih cukup efektif. Perlu peningkatkan kualitas fasilitas pendidikan demi mewujudkan Kota Layak Anak. 2. Perlu penerapan Sekolah Ramah Anak dan fasilitas pendidikan yang nyaman serta aman dengan menerapkan Zoss yang komprehensif sebagai langkah menuju Kota Layak Anak. 3. Indikator Kota Layak Anak perlu dikaji lebih detail pada aspek kualitas pendidikan karena indikator secara kuantitatif yang baru muncul. Hal tersebut kurang mewakili efektivitas berjalannya program Kota Layak Anak bidang pendidikan. Penulis juga memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah penelitian dapat meninjau aspek lain dari 7 aspek penting dalam Kota Layak Anak selain pendidikan. Demi terwujudnya Kota Layak Anak, khususnya Kota Surakarta dapat mengkaji penelitian mengenai evaluasi Program Kota Layak Anak di Surakarta yang sudah berjalan selama lebih dari 5 tahun yaitu dari tahun 2006 sampai 2011.
commit to user
123