TUGAS AKHIR ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS PENYEBAB CACAT PADA PRODUK BUKU DI PT. ADHITYA ANDREBINA AGUNG JAKARTA
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh : Nama NIM Program Studi
: Dedi Sasmita Amijaya : 4106110046 : Teknik Industri
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008
i
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Dedi Sasmita Amijaya
NIM
: 41606110046
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Menyatakan dengan ini sesungguhnya bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali pada bagian yang telah disebutkan sumbernya. Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Penulis, Jakarta 01 Mei 2008
( Dedi Sasmita Amijaya)
ii
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN Judul : ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS PENYEBAB CACAT PADA PRODUK BUKU DI PT. ADHITYA ANDREBINA AGUNG JAKARTA
Nama
: Dedi Sasmita Amijaya
NIM
: 41606110046
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Tugas ini telah diperiksa dan disetujui oleh :
Jakarta, Mei 2008 Dosen Pembimbing Tugas Akhir
( Ir. Muhammad Kholil, MT )
iii
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN Judul : ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS PENYEBAB CACAT PADA PRODUK BUKU DI PT. ADHITYA ANDREBINA AGUNG JAKARTA
Nama
: Dedi Sasmita Amijaya
NIM
: 41606110046
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Tugas ini telah diperiksa dan disahkan oleh :
Koordinator Tugas Akhir/ Ketua Program Jurusan
( Ir. Muhammad Kholil, MT )
iv
ABSTRAKSI
Dewasa ini industri percetakan dan desain grafis serta advertaising berkembang dengan sangat pesat, dari industri ini telah menyumbang sekitar 10% dari total pendapatan Negara, sungguh suatu industri yang menjanjikan, untuk itu suatu pabrik atau perusahaan penghasil produk harus tetap menjaga, mempertahankan, dan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan, agar produk tersebut dapat diterima oleh konsumen dan dapat bertahan dalam persaingan pasar. Untuk itulah perlu adanya suatu kegiatan pengendalian terhadap kualitas yang baik sehingga dapat dijadikan pedoman dan acuan bagi pelaksanaan proses produksi. Dalam membuat suatu produk, jalannya produksi yang dilakukan terdiri dari beberapa proses, jika produk yang diproduksi cukup rumit maka proses produksi yang adapun akan banyak. Untuk itu diperlukan proses pengendalian yang bisa mengendalikan semua proses produksi. Pelaksanaan pengendalian kualitas dengan menerapkan alat-alat pengendali yaitu control chart, diagram pareto, dan fishbone diagram, kegiatan pengendalian kualitas produk cetakan buku yaitu dengan mengumpulkan data jumlah produksi, jumlah cacat produksi dan jenisnya kemudian dicari cara pencegahannya dengan menggunakan diagram sebab-akibat. Pada peta kendali p cacat produk pada cetakan buku ada beberapa titik yang berada diluar batas kendali, sehingga perlu dilakukan perbaikan, berdasarkan pengamatan dan perhitungan dengan menerapkan alat-alat pengendali kualitas dapat diketahui penyebab cacat produk terbanyak pada cetakan buku dan factor-faktor penyebabnya adalah manusia dan mesin. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan membuat rencana penaggulangan dengan menggunakan metode 5 W + 1 H, yang terdiri dari : Faktor penyebab, alasan penyebab, dimana dan kapan kejadian, siapa pelakunya, dan bagaimana solusi penanggulangannya. Dengan adanya rencana penanggulangan tersebut, produksi dapat meningkat dan kondisi pada jumlah cacat yang ditemukan pada setiap harinya dapat berkurang, karena semakin sedikit cacat yang ditemukan, maka semakin sedikit pula kerugian yang ditimbulkan. Kata kunci : jumlah produksi, cacat produksi
v
ABSTRACT These days industry of printing office graphical and desain and also advertaising expand considerably is fast, than this industry have contributed about 10% from totalizeing the national income, really a[n industry making a promise, for that factory or company of product producer. have to remain to take care of, maintaining, and upgrading yielded product, the to the product acceptable by consumer and earn to ride out market emulation. To that's need of existence of activity and operation to good quality so that can be made by guidance and reference for production process execution. In making a product, the way production which] consist of some process, if product produced complicated enough hence the production process which is as for will many. for that needed by operation process which can control all production process. Execution of operation of quality by applying appliance of controller that is control chart, pareto diagram, and fishbone diagram, activity of operation of quality of product of printing, mould of book that is collectedly data sum up production, product defect and type is later then searched by the way of prevention by using cause-effect diagram. At control p of product defect at book printing there are some dot residing in beyond the bounds of conduct, so that require to be conducting by repair, pursuant to perception and calculation by applying the appliance controller tools can be knowable the most quality defect product at book printing and cause factor-factor is human being and machine. Action which can be conducting is blocked in prevention by using method 5 W + 1 H, consisted of : Cause factor, reason of cause, where and when occurence, whose is] perpetrator, and how solution of prevention. With existence plan the prevention, production can mount and condition of defect amount which found in each day can be decrease, because progressively a few/little found defect, hence progressively a few/little also the generated loss. Keyword : sum up production, defect product
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini sebagai syarat kelulusan dari Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana. Setelah melakukan penelitian dan telaah lebih dalam, maka penulis menentukan penyusunan Tugas Akhir ini dengan judul : ”ANALISA PENGENDALIAN KUALITAS PENYEBAB CACAT PADA PRODUK BUKU DI PT. ADHITYA ANDREBINA AGUNG JAKARTA”. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang teramat sangat atas bantuan, bimbingan, dan masukan, serta dorongan moril yang diberikan baik langsung maupan tidak langsung kepada : 1) Bapak Ir. Muhammad kholil, MT selaku dosen pembimbing sekaligus koordinator Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, serta semangat kepada penulis. 2) Segenap para dosen Teknik Industri, terima kasih atas ilmu dan pengetahuannya. 3) Keluargaku tercinta terutama untuk kedua orang tuaku serta adik-adikku yang telah memberikan dorongan semangat yang luar biasa kepada penulis.
vii
4) Teman-teman di PT. Adhitya Andrebina Agung yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk bantuannya selama penyusunan Tugas Akhir ini. 5) My wife candidate Lisza, you are my inspiration. Terima kasih atas segala yang telah engkau berikan kepadaku baik moril maupun materil. 6) Dan semua pihak yang tidak dapat satu persatu disebutkan namanya, yang telah membantu penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Sekali lagi tiada gading yang tak retak, tidak ada yang sempurna didunia ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Begitu pula dengan laporan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan-kekurangan didalam penulisan dan penyusunan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang tentunya membangun. Penulis berharap semoga tulisan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya dan dapat digunakan sebagai mana mestinya.
Jakarta, 01 Mei 2008
Penulis
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN..................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................
iv
ABSTRAKSI.............................................................................................
v
ABSTRACT ..............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR..............................................................................
vii
DAFTAR ISI.............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN...................................................................
1
1.1. Latar Belakang Masalah..................................................
1
1.2. Pokok Masalah ................................................................
3
1.3. Batasan Masalah .............................................................
3
1.4. Tujuan Penelitan..............................................................
3
1.5. Metodologi Penelitan ......................................................
4
1.6. Metode Pengumpulan Data .............................................
6
1.7. Sistematika Penulisan .....................................................
6
LANDASAN TEORI..............................................................
8
2.1
Pengertian Kualitas .........................................................
8
2.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas ...................
11
2.3
Pengertian Pengendalian Kualitas...................................
13
2.4
Maksud dan Tujuan Pengendalian Kualitas....................
13
2.5
Sejarah Perkembangan Kualitas......................................
18
2.6
Ruang Lingkup Pengendalian Kualitas...........................
21
2.7
Pengendalian Kualitas dalam Organisasi Perusahaan.....
22
2.8
Alat dan Teknik Pengendalian Kualitas..........................
23
ix
BAB III
BAB IV
2.8.1
Pareto Chart.........................................................
24
2.8.2
Diagram Sebab-Akibat........................................
27
2.8.3
Peta kendali/Kontrol ...........................................
31
METODOLOGI PENELITIAN ..........................................
41
3.1
Metologi Penelitian .........................................................
41
3.2
Kerangka Pemecahan Masalah .......................................
41
3.2.1
Penelitian Pendahuluan .......................................
41
3.2.2
Perumusan Masalah Pengukuran ........................
42
3.2.3
Studi Literatur Dan Pemahaman Konsep............
42
3.2.4
Penggunaan Alat-alat Pengukur Pengendalian Kualitas Yang Dipakai ......................................................
42
3.2.5
Pengumpulan Data ..............................................
43
3.2.6
Analisis................................................................
43
3.2.7
Kesimpulan dan Saran.........................................
43
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ..............
45
4.1
Gambaran Umum Perusahaan.........................................
45
4.1.1
Divisi Kerja .........................................................
45
4.1.2
Tenaga Kerja .......................................................
46
4.1.3
Kebijakan Perusahaan .........................................
46
4.1.4
Proses Produksi ...................................................
47
4.1.5
Karakteristik Cacat..............................................
48
Pengolahan Data .............................................................
49
4.2
4.2.1
BAB V
Jumlah Produksi Buku ODB Edisi Maret, April, Mei 2008.....................................................................
49
4.2.2
Peta Kendali p .....................................................
51
4.2.3
Diagram Pareto....................................................
59
ANALISA PEMECAHAN MASALAH ...............................
60
5.1
60
Analisis Gambaran Umum Perusahaan...........................
x
5.2
5.3
Analisis Peta Pendali p Pada Produk Buku ODB ...........
60
5.2.1 Hasil Perhitungan Peta Kendali p .......................
60
5.2.2
Analisa Terhadap Batas kendali..........................
61
5.2.2.1 Titik Diluar Batas Kendali ....................
62
5.2.2.2 Kelompok Dengan Bentuk Khusus.......
62
Analisis Diagram Sebab-Akibat Terhadap Peta Kendali p .........................................................................................
63
5.3.1
Jenis Kecacatan Printing .....................................
64
5.3.2
Jenis Kecacatan Lipat..........................................
70
5.3.3
Jenis Kecacatan Jahit...........................................
75
5.3.1
Jenis Kecacatan Potong.......................................
80
5.4
Analisis Diagran Pareto Pada produk Buku ODB ..........
85
5.5
Analisis Diagram Sebab-Akibat Terhadap Diagram Pareto .........................................................................................
86
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
91
6.1
Kesimpulan .....................................................................
91
6.1
Saran................................................................................
92
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
94
BAB VI
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh Tabel Check Sheet.......................................................
26
Tabel 4.1 Data Produksi Buku ODB Edisi Maret, April, Mei 2008 ........
50
Tabel 4.2 Data Proporsi cacat Produk buku ODB ...................................
52
Tabel 4.3 Data Proporsi cacat Produk buku ODB (Revisi) .....................
56
Tabel 4.2 Data Proporsi cacat Produk buku ODB ...................................
52
Tabel 5.1 Rencana Penanggulangan Cacat Printing.................................
69
Tabel 5.2 Rencana Penanggulangan Cacat Lipat .....................................
74
Tabel 5.3 Rencana Penanggulangan Cacat Jahit......................................
79
Tabel 5.4 Rencana Penanggulangan Cacat Potong ..................................
84
Tabel 5.5 Jumlah Data Produk Cacat Buku ODB....................................
85
Tabel 5.6 Rencana Penanggulangan Ketepatan Warna Tidak Sesuai......
90
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Metodologi Penelitian..........................................................
5
Gambar 2.1 Contoh Diagram pareto........................................................
27
Gambar 2.2 Contoh Diagram Sebab-Akibat............................................
30
Gambar 2.3 Grafik Bentuk Deret ............................................................
37
Gambar 2.4 Grafik Bentuk Trend............................................................
38
Gambar 2.5 Grafik Bentuk Periode City .................................................
38
Gambar 2.6 Grafik Bentuk Hugging Of The Control Line .....................
39
Gambar 2.2 Grafik Bentuk Pelompatan ..................................................
40
Gambar 3.1 Diagram Alur Pemecahan Masalah .....................................
44
Gambar 4.1 Grafik Bagan Kendali p Produk Buku ODB .......................
54
Gambar 4.2 Grafik Bagan Kendali p Produk Buku ODB (Revisi) .........
58
Gambar 4.3 Diagram Pareto Produk Buku ODB ....................................
59
Gambar 5.1 p-Chart Barang Cacat Produk Buku ODB...........................
61
Gambar 5.2 Cacat Printing Pada Buku ODB ..........................................
64
Gambar 5.3 Diagram Sebab-Akibat Penyebab Cacat Printing................
65
Gambar 5.4 Cacat Lipat Pada Produk Buku ODB ..................................
70
Gambar 5.5 Diagram Sebab-Akibat Penyebab Cacat Lipat ....................
71
Gambar 5.6 Cacat Jahit Pada Buku ODB................................................
75
Gambar 5.7 Diagram Sebab-Akibat Penyebab Cacat Jahit .....................
76
Gambar 5.8 Cacat Potong Pada Buku ODB ............................................
80
Gambar 5.9 Diagram Sebab-Akibat Penyebab Cacat Potong .................
81
Gambar 6.1 Diagram Sebab-Akibab Penyebab Ketepatan Warna Tidak Sesuai ..................................................................................................
xiii
61
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Memasuki milenium ke-3 diperkirakan kompetisi di berbagai bidang akan semakin sengit, baik dalam skala domestik, rejional, maupun global. Jarak antar negara dan batas negarapun semakin kabur dan tidak diperhitungkan bagi kepentingan bisnis. Peningkatan daya saing dan profitmaximization akan menjadi dasar hukum pergerakan barang dan jasa. Oleh karena itu, semakin banyak perusahaan yang telah mengubah strateginya dari perusahaan yang berusaha menguasai pasar domestik ke perusahaan yang berusaha menemukan kombinasi optimal dari sumber daya local dan luar negeri untuk dapat bersaing baik dipasar domestik maupun pasar luar negeri. Dalam kondisi yang seperti inilah, hanya produk dan jasa yang berkualitas yang akan memenangkan persaingan dan mempertahankan posisi pasar, keberadaan produk dan jasa lokal tidak akan luput dari tuntutan persaingan, disamping juga mempunyai peluang untuk berkembang menjadi produk global dan membanjiri pasar lokal negara lain, sejauh persyaratan yang dituntut oleh perusahaan terpenuhi. Di era globalisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam persaingan pasar harus memberikan perhatian penuh akan kualitas produknya. Perhatian ini akan memberikan dampak positif kepada pelaku bisnis yang berupa : dampak
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
1
BAB I PENDAHULUAN
terhadap biaya produksi dan dampak terhadap pendapatan, untuk menjaga konsistensi mutu produk dan jasa yang dihasilkan agar sesuai dengan tuntutan kebutuhan perusahaan, perlu dilakukan pengendalian kualitas atas aktivitas proses yang dijalani. Dari pengendalian kualitas yang berdasarkan inspeksi dengan penerimaan produk yang memenuhi syarat dan penolakan yang tidak memenuhi syarat sehingga banyak bahan, tenaga, biaya dan waktu yang terbuang percuma, muncul pemikiran untuk menciptakan system yang dapat mencegah timbulnya masalah mengenai mutu agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang lagi. Perkembangan dunia usaha dewasa ini dan masa yang akan datang diwarnai dengan berbagai pergeseran dari ekonomi produksi ke ekonomi pasar. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat produktivitas perusahaan dan seberapa rendah tingkat harga produk maupun jasa, namun lebih pada kualitas produk dan jasa itu sendiri, kenyamanan, kemudahan, serta ketepatan dan kecepatan waktu dalam pencapaiannya. Agar menghasilkan produk yang baik dari segi mutu, maka PT. Adhitya Andrebina Agung harus menerapkan pengendalian kualitas terpadu agar dapat menghasilkan produk yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Intinya yang menjadi permasalahan adalah banyaknya produk cacat yang dihasilkan dalam proses produksi. Melihat produkproduk cacat tersebut maka perusahaan melaksanakan pengendalian kualitas produk yang diharapkan mampu memperkecil jumlah produk cacat yang terjadi sehingga mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu perusahaan.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
2
BAB I PENDAHULUAN
1.2. Pokok Masalah Untuk menghadapi perkembangan industri yang lebih cepat pada saat ini PT. Adhitya Andrebina Agung harus siap melaksanakan berbagai upaya untuk melakukan perbaikan produk yang lebih baik. Salah satu yang menjadi permasalahan yaitu mengenai peningkatan perbaikan mutu. Oleh karena itu, diperlukan teknik pengendalian mutu produk yang berguna bagi perusahaan.
1.3. Batasan Masalah Penyusunan laporan Tugas Akhir diperlukan bahan penelitian dan penulisan yang difokuskan pada faktor-faktor penyebab cacat suatu produk dan cara penanggulangannya dengan menggunakan tujuh alat pengendali mutu yaitu : lembar periksa, diagram pareto, diagram sebab akibat, histogram, diagram tebar, peta kendali, dan stratifikasi. Namun dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis hanya memfokuskan pada diagram pareto, peta kendali, dan diagram sebab akibat saja. Sedangkan unit yang menjadi obyek pengamatan dan penelitian adalah di PT. Adhitya Andrebina Agung Jakarta.
1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dari Tugas Akhir ini adalah : ¾ Mengidentifikasi dan menganalisa produk yang cacat atau tidak memenuhi standar yang didapat dengan menggunakan metode pengendalian kualitas.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
3
BAB I PENDAHULUAN
¾ Mengidentifikasi dan menganalisa factor-faktor apa saja yang menyebabkan cacat produk. ¾ Memberikan usulan mengenai pencegahan dan perbaikan system agar dapat meningkatkan produktivitas dan meminimalisasi kecacatan produksi.
1.5. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian dan analisa melalui beberapa tahap yaitu : a) Meninjau langsung kekawasan perusahaan industri dengan mengamati, mengukur kegiatan karyawan perusahaan, khususnya karyawan bagian produksi. b) Wawancara langsung dengan pimpinan manajemen perusahaan serta karyawan yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang diambil. c) Data yang diperoleh diambil secara bertahap sesuai dengan kebutuhan permasalahan dalam pembahasan ini. d) Studi kepustakaan dengan mempelajari referensi-referensi buku yang berhubungan dengan pokok masalah. Dalam kaitan ini metodologi penelitian yang dirumuskan cenderung mengarah kepada kerangka penulis dalam memecahkan permasalahan penelitian ini. Adapun langkah-langkah metodologi penelitian adalah sebagai gambar berikut dibawah ini :
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
4
BAB I PENDAHULUAN
Mulai
Identifikasi masalah
Tujuan Penelitian
Studi Pendahuluan
Studi lapangan
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa Pemecahan Masalah
Kesimpulan dan Saran
Selesai Gambar 1.1. metodologi penelitian
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
5
BAB I PENDAHULUAN
1.6. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dengan metode-metode seperti dibawah ini : a) Dengan mencari dokumen-dokumen perusahaan. b) Apabila data yang diberikan kurang jelas, dapat meminta penjelasan kepada pembimbing lapangan. c) Dengan mencari data yang bersifat teori kemudian membandingkannya dengan yang ada di lapangan.
1.7. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini di susun berdasarkan suatu sistematika penulisan yang secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang penulisan Tugas Akhir, perumusan masalah, tujuan dari dilaksanakanya penelitian, pembatasan masalah, asumsi yang digunakan, dan sistematika penulisan laporan Tugas Akhir. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas mengenai dasar-dasar teori yang dijadikan pedoman penyusunan laporan Tugas Akhir, sesuai dengan bidang kajian yang diambil oleh penulis dalam penelitian dan penyusunan Tugas Akhir.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
6
BAB I PENDAHULUAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang langkah-langkah dan metode yang digunakan untuk menganalisa topik bahasan. Pada bagian ini juga menjelaskan rancangan penelitian yang akan digunakan dalam pengambilan dan pengolahan data. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi tentang data-data yang akan digunakan untuk menganalisa persoalan yang ada dan data lain yang berkaitan dengan permasalahan tersebut untuk dapat digunakan dalam perhitungan dan pengolahan sehingga dapat dianalisa hasil perhitungannya. BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Pada bab ini dilakukan penganalisaan data-data yang telah diperoleh dan dibuat langkah-langkah penyelesainya. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah diperoleh pada bab sebelumnya disertai dengan saran-saran yang diusulkan penulis.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
7
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kualitas Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat di segala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi dunia. Ada tiga ciri gambaran perubahan yang banyak didengungkan untuk menghadapi lingkungan tersebut, yaitu kesementaraan, keaneragaman, dan kebaruan. Kesementaraan antara lain ditunjukkan dengan semakin pendeknya umur suatu produk yang bukan disebabkan tidak berfungsinya produk tersebut secara teknis tetapi karena sudah ketinggalan jaman dengan adanya perkembangan teknologi, perubahan selera konsumen dan perubahan corak persaingan. Keaneragaman terlihat dengan semakin banyaknya jenis produk yang beredar di pasar yang tidak terbatas pada consumer`s goods tetapi juga pada jenis teknologi yang ditawarkan. Selain itu, produsen maupun pelanggan secara umum, sering dihadapkan pada hal-hal baru yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya, teknologi baru, ilmu pengetahuan baru, produk dan jasa baru, gaya hidup baru, harapan-harapan baru, dan sebagainya. Untuk menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang dihasilkan dan sesuai dengan kebutuhan pasar, perlu dilakukan pengendalian kualitas (quality control) atas aktivitas proses yang dijalani. Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
8
BAB II LANDASAN TEORI
sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian kualitas menurut beberapa ahli antara lain : J.M Juran (1962) ”kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”. Crosby (1979) ”kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability, dan cost effectiveness”. W. Edward Deming (1982) “kualitas harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan di masa mendatang”. V. Feigenbaun (1991) ”kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, dalam mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan”. Scherkenbach (1991) ”kualitas ditentukan oleh pelanggan, pelanggan menginginkan produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan harapannya pada suatu tingkat harga tertentu yang menunjukan nilai produk tersebut”. Elliot (1993) ”kualitas adalah ssesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat, atau dikatakan sesuai dengan tujuan”. Goetch dan Davis (1995) ”kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan”. Standar Nasional indonesia (SNI 10-8402-1991) dan ISO 8402 : “kualitas adalah keseluruhan ciri dan karakteristik produk atau jasa yang kemampuannya dapat memuaskan kebutuhan, baik yang dinyatakan secara tegas
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
9
BAB II LANDASAN TEORI
maupan tersamar”. Istilah kebutuhan diartikan spesifikasi yang tercantum dalam kontrak maupun kriteria-kriteria yang harus didefinisikan terlebih dahulu. Pada dasarnya ada delapan dimensi kualitas untuk menganalisa karakteristik mutu produk, yaitu sebagai berikut : 1. Performa (performace) Yaitu kesesuaian produk dengan fungsi utama produk sendiri atau karakteristik operasi dari suatu produk. 2. Future (feutures) Yaitu ciri khas produk yang membedakan dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap dan mampu menimbulkan kesan yang baik bagi pelanggan. 3. Keandalan (reliability) yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk karena keandalan atau karena kemungkinan rusaknya rendah. 4. Konfirmitas (conformace) Yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau ukuran tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang ditetapkan. 5. Daya tahan (durability) Yaitu tingkat keawetan produk atau lama umur produk. 6. Kemampuan pelayanan (service ability) Yaitu kemudahan produk itu bila diperbaiki atau kemudahan memperoleh komponen produk tersebut.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
10
BAB II LANDASAN TEORI
7. Estetika (esthetics) Yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut. 8. Persepsi (perception) Yaitu fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri.
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas Kualitas merupakan pemuasan suatu barang yang dipengaruhi oleh faktor yang akan menentukan bahwa suatu barang dapat memenuhi tujuannya. Faktorfaktor itu antara lain : a) Fungsi suatu barang Suatu barang yang dihasilkan hendnaknya memperhatikan fungsi untuk apa barang itu digunakan atau dimaksudkan, sehingga barang yang dihasilkan harus dapat benar-benar memenuhi fungsi tersebut. Oleh karena pemenuhan fungsi tersebut mempengaruhi kepuasan para konsumen, sedangkan tingkat kepuasan tertinggi tidak selamanya dapat dipenuhi atau dicapai, maka tingkat suatu mutu atau kualitas barang tergantung pada tingkat pemenuhan fungsi kepuasan penggunaan barang yang dapat dicapai. Mutu atau kualitas yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dibutuhkan, tercermin pada spesifikasi barang tersebut seperti kecepatan, tahan lamanya, kegunaannya, berat, bunyi, mudah atau tidaknya perawatan dan kepercayaan.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
11
BAB II LANDASAN TEORI
b) Wujud luar Salah satu faktor yang penting dan sering dipergunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya. Untuk menentukan mutu atau kualitas barang tersebut adalah dengan melihat wujud luar barang tersebut. Kadang-kadang walaupun barang yang dihasilkan secara secara teknis atau mekanis telah maju, tetapi bila wujud luarnya kuno atau kurang menarik, maka hal ini dapat menyebabkan barang tersebut tidak disenangi oleh konsumen atau pembeli karena dianggap mutu atau kualitasnya tisak memenuhi persyaratan. Wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga dari warna, susunan seperti kemasanya atau pembungkusnya. c) Biaya barang tersebut Umumnya biaya dan harga suatu barang akan dapat menentukan kualitas suatu barang. Hal ini terlihat dari barang-barang yang mempunyai biaya atau harga yang mahal, dapat menunjukkan bahwa kualitas barang tersebut relatif lebih baik. Demikian sebaliknya, bahwa barang yang mempunyai biaya atau harga yang murah menunjukkan bahwa kualitas barang tersebut relatif lebih rendah. Ini terjadi karena biasanya untuk mendapatkan kualitas yang baik dibutuhkan biaya yang lebih mahal. Mengenai biaya barang ini perlu kiranya disadari bahwa tidak selamanya biaya suatu barang dapat menentukan mutu barang tersebut, karena biaya yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya. Sehingga sering terjadi adanya inefisiensi. Jadi tidak selalu biaya / harga dari suatu
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
12
BAB II LANDASAN TEORI
barang lebih tinggi dari pada nilai barang itu sendiri, tetapi kadang-kadang terjadi bahwa biaya / harga dari suatu barang lebih tinggi daripada nilai yang sebenarnya, karena adanya inefisiensi dalam menghasilkan barang tersebut dan tingginya keuntungan yang diambil terhadap barang itu.
2.3. Pengertian pengendalian kualitas Yang dimaksud dengan pengendalian kualitas adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijakan dalam hal mutu atau kualitas (standar) dapat tercermin dalam hasil akhir. Dengan kata lain pengendalian kualitas merupakan usaha untuk mempertahankan kualitas barang yang dihasilkan, agar sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan. Dalam pengendalian kualitas ini, semua prestasi barang dicek menurut standar dan penyimpangan-penyimpangan dari standar dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-penemuan dalam hal ini dipergunakan sebagai umpan balik (feed back) untuk para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan terbarukan untuk produksi pada masa-masa yang akan datang.
2.4. Maksud dan tujuan pengendalian kualitas Seperti yang telah diketahui, bahwa maksud dari pengendalian kualitas adalah agar spesifikasi produk yang telah ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk atau hasil akhir. Sebelum kita menelaah lebih dalam tentang tujuan pengendalian mutu, ada baiknya kita mengetahui mengapa mutu sangat penting bagi suatu organisasi atau perusahaan.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
13
BAB II LANDASAN TEORI
Istilah mutu atau kualitas sangat penting bagi organisasi atau perusahaan, karena : 8 Reputasi Perusahaan Perusahaan atau organisasi yang telah menghasilkan suatu produk atau jasa yang bermutu atau berkualitas akan mendapat predikat sebagai organisasi yang yang mengutamakan mutu. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi tersebut dikenal oleh masyarakat luas dan mendapatkan nilai ”lebih” itulah maka perusahaan atau organisasi tersebut dipercaya masyarakat. 8 Penurunan Biaya Dalam paradigma lama, untuk menghasilkan produk yang bermutu selalu membawa dampak pada peningkatan biaya. Suatu produk yang bermutu selalu identik dengan harga mahal. Hal ini jelas terjadi karena penghasil produk atau jasa tersebut masih menganut paradigma lama, dan membuat produk atau jasa dengan tidak melihat kebutuhan konsumen. Produk yang dihasilkan tersebut dibuat sesuai dengan kemampuan perusahaan, sehingga standar mutu yang digunakan juga hanya ditetapkan oleh pihak perusahaan. Kondisi demikian membuat produk dan jasa yang dihasilkan tidak akan laku terjual karena konsumen tidak menginginkannya. Sementara paradigma baru mengatakan bahwa untuk menghasilkan produk atau jasa yang bermutu, perusahaan atau organisasi tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi. Hal ini disebabkan perusahaan atau organisasi tersebut berorientasi pada customer satisfiction, yaitu dengan mendasarkan
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
14
BAB II LANDASAN TEORI
jenis, tipe, waktu, dan jumlah produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan harapan customer. Dengan demikian tidak ada lagi pemborosan yang terjadi yang harus dibayar mahal oleh perusahaan atau organisasi tersebut. Sehingga pendapat bahwa ”quality has no cost” dapat dicapai dengan tidak menghasilkan produk atau jasa yang tidak dibutuhkan customer. 8 Peningkatan Pangsa Pasar Pangsa pasar meningkat bila minimasi biaya tercapai, sehingga harga dapat ditekan walau mutu atau kualitas tetap menjadi yang utama. Hal-hal inilah yang mendorong konsumen untuk membeli lagi produk atau jasa tersebut sehingga pangsa pasar meningkat. 8 Pertanggungjawaban Produk Dengan semakin meningkatnya mutu produk atau jasa yang dihasilkan, maka orientasi suatu perusahaan akan tampak semakin bertanggung jawab terhadap desain, proses, dan pendistribusian produk tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Selain itu, pihak perusahaan atau organisasi tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang begitu besar hanya untuk memberikan jaminan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan tersebut. 8 Dampak Internasional Bila kita mampu menawarkan produk atau jasa yang bermutu, maka selain dikenal dipasar lokal, produk atau jasa yang kita tawarkan juga akan dikenal dan diterima dipasar internasional. Hal ini akan menimbulkan
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
15
BAB II LANDASAN TEORI
kesan yang baik terhadap perusahaan atau organisasi yang menghasilkan produk atau jasa yang bermutu tersebut. 8 Penampilan Produk atau Jasa Mutu akan membuat produk atau jasa dikenal, dan hal ini akan membuat perusahaan atau organisasi yang menghasilkan produk atau jasa juga dikenal dan dipercaya masyarakat luas. Dengan demikian tingkat kepercayaan pelanggan dan masyarakat umumnya akan bertambah dan secara otomatis perusahan tersebut akan lebih dihargai. Hal ini akan menimbulkan fanatisme tertentu dari para konsumen terhadap produk apaun yang ditawarkan oleh perusahaan atau organisasi tersebut. 8 Mutu yang dirasakan Persaingan sekarang ini bukan lagi masalah harga melainkan mutu atau kualitas produk. Hal inilah yang mendorong konsumen untuk mau membeli produk atau barang dengan harga tinggi namun bermutu tinggi pula. Tetapi mutu mempunyai banyak dimensi yang bersifat subyektif, sebagai produsen kita dituntut untuk mampu memenuhi kebutuhan dan harapan mereka. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan mutu bukan hanya mutu produk itu sendiri, melainkan mutu secara menyeluruh (total Quality). Total Quality merupakan suatu pendekatan untuk melaksanakan bisnis yang berusaha memaksimumkan persaingan organisasi melalui perbaikan secara menyeluruh dalam mutu produk, pelayanan, orang, proses, dan lingkungan. Pendekatan tersebut mempunyai karakteristik sebagai berikut :
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
16
BAB II LANDASAN TEORI
∼ Berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal ∼ Tujuan utamanya adalah mutu atau kualitas ∼ Menggunakan pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah ∼ Komitmen terhadap mutu dalam jangka panjang ∼ Mengadakan kerja tim ∼ Mengadakan perbaikan proses secara terus-menerus dan berkesinambungan ∼ Adanya kebebasan dalam mengadakan pengendalian ∼ Adanya keseragaman dan kesamaan tujuan ∼ Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan maupun seluruh personil organisasi Walau segala proses produksi direncanakan dan dilaksanakan dengan baik, mungkin saja karena satu dan lain hal mengakibatkan kualitas dari hasil akhir tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Untuk melihat atau mengetahui apakah kualitas barang yang sudah dibuat sesuai dengan standar atau tidak, maupun untuk mengurangi kerugian karena kerusakan-kerusakan maka perlu dilakukan pengendalian mutu atau kualitas. Dengan pengendalian kualitas diharapkan persentase kerusakan atau cacat produksi akan lebih rendah atau memenuhi standar perusahaan. Adapun tujuan dari pengendalian kualitas yang dilakukan perusahaan antara lain adalah :
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
17
BAB II LANDASAN TEORI
1. Agar barang yang hasil produksi dapat mencapai standar mutu atau kualitas yang telah ditetapkan. 2. Untuk mengetahui apakah semua kegiatan dalam proses produksi berjalan dengan rencana dan program kerja yang telah diterapkan sebelumnya. 3. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan menggunakan mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin. 4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin. 5. Untuk mengetahui segala kelemahan dan latar belakang kegagalan yang terjadi, sehingga dapat diketahui cara penganggulangan serta mencegah kesalahan agar tidak terulang lagi.
2.5. Sejarah perkembangan kualitas Kualitas atau mutu telah dikenal sejak empat ribu tahun yang lalu, ketika bangsa mesir kuno mengukur dimensi batu-batu yang digunakan untuk membangun piramid. Pada jaman modern sekarang ini fungsi kualitas atau mutu berkembang melalui beberapa tahap yaitu : a. inspeksi (Inspection) Konsep mutu modern dimulai pada tahun 1920-an. Kelompok mutu yang utama adalah bagian inspeksi. Selama produksi, para inspektor mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi. Bagian inspeksi tidak independen, biasanya mereka melapor ke pabrik. Hal ini menyebabkan perbedaan kepentingan. Seandainya inspeksi menolak hasil satu alur
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
18
BAB II LANDASAN TEORI
produksi yang tidak sesuai maka bagian pabrik berusaha meloloskannya tanpa memperdulikan mutu. Pada masa ini ada beberapa orang ahli di bidang statistik yang antara lain Water A. Seawhart (1924) yang menemukan konsep statistik untuk pengendalian variabel-variabel produk, seperti panjang, lebar, tinggi, dan sebagainya. Sedangkan H.F Dodge dan H.G Romig (akhir 1920) merupakan pelopor dalam pengambilan sampel untuk menguji penerimaan produk (acceptance sampling). b. Pengendalian mutu (Quality Control) Pada tahun 1940-an, kelompok inspeksi berkembang menjadi pengendalian mtu. Adanya perang dunia II mengharuskan produk militer yang bebas cacat. Mutu produk menjadi salah satu faktor menentukan kemenangan dalam peperangan. Hal ini harus diantisipasi melalui pengendalian yang dilakukan selama proses produksi. Tanggung jawab mutu dialihkan ke bagian quality control yang independen. Bagian ini memiliki otonomi penuh dan terpisah dari pabrik. Para pemeriksa mutu dibekali dengan perangkat statistika seperti diagram kendali dan penarikan sample. Pada tahap ini dikenal seorang tokoh yaitu Feigenbaum (1983) yang merupakan pelopor Total Quality Control (1960). Sedang pada tahun 1970 feigenbaum memperkenalkan konsep Total Quality control Organizationwide. Namun pada tahun 1983 feigenbaum mengenalkan konsep Total Quality system.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
19
BAB II LANDASAN TEORI
c. Pemastian mutu (Quality Assurance) Rekomendasi yang dihasilkan dari teknik-teknik statistic sering kali tidak dapat dilayani oleh stuktur pengambilan keputusan yang ada. Pengendalian mutu (quality control) berkembang menjadi pemastian mutu (quality assurance). Bagian pemastian mutu di fokuskan untuk memastikan proses dan mutu produk melalui pelaksanaan audit operasi, pelatihan, analisis kinerja teknis, dan petunjuk operasi untuk meningkatkan mutu. Pemastian mutu bekerja sama dengan bagian lain yang bertanggung jawab penuh terhadap mutu kinerja masing-masing bagian. d. Manajemen mutu (Quality Management) Pemastian mutu bekerja berdasarkan status quo, sehingga upaya yang dilakukan hanyalah memastikan pelaksanaan pengendalian mutu, tetapi sangat sedikit pengaruh untuk meningkatkannya. Karena itu untuk mengantisipasi persaingan,aspek mutu selalu di evaluasi dan direncanakan perbaikannya melalui penerapan fungsi-fungsi manajemen mutu. e. Manajemen mutu terpadu ( Total Quality Management) Dalam perkembangan manajemen mutu, ternyata bukan hanya fungsi produksi yang mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap mutu. Dalam hal ini tanggung jawab terhadap mutu tidak cukup hanya dibebankan kepada suatu bagian tertentu, tetapi sudah menjadi tanggung jawab seluruh individu di perusahaan. Pola inilah yang disebut Total Quality Management.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
20
BAB II LANDASAN TEORI
2.6. Ruang lingkup pengendalian kualitas Kegiatan pengendalian mutu sangat luas, karena semua pengaruh terhadap mutu harus dimasukkan dan diperhatikan. Secara garis besar pengendalian mutu dapat dibedakan atau dikelompokkan ke dalam dua tingkatan, yaitu pengendalian selama pengolahan (proses) dan pengendalian dari hasil yang telah diselesaikan. a) Pengawasan selama pengolahan (proses) Banyak cara mengenai pengendalian kualitas yang berkenaan dengan proses yang teratur. Contoh atau sample dari hasil diambil pada jarak waktu yang sama dan dilanjutkan dengan pengecekan statistik untuk melihat apakah proses dimulai dengan baik atau tidak. Apabila mulainya salah, maka keterangan kesalahan ini dapat diteruskan kepada pelaksana semula untuk penyesuaian kembali. Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses haruslah berurutan dan teratur. Pengendalian yang dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses mungkin tidak ada artinya bila tidak diikuti dengan pengendalian pada bagian lain, pengendalian terhadap proses ini termasuk pengendalian atas bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses. b) Pengendalian atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengendalian kualitas dalam tingkattingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak atau kurang baik ataupun tercampur dengan hasil yang baik. Untuk menjaga agar barang-barang hasil yang cukup baik atau yang paling sedikit rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen,
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
21
BAB II LANDASAN TEORI
maka diperlukan adanya pengendalian atas barang hasil akhir atau produk selesai.
2.7. Pengendalian kualitas dalam organisasi perusahaan Pengendalian kualitas merupakan salah satu fungsi yang terpenting dari suatu perusahaan. Oleh karena itu umumnya setiap perusahaan pabrik mempunyai fungsi pengendalian kualitas. Biasanya kegiatan pengendalian kualitas disuatu perusahaan pabrik dilakukan oleh bagian pengendalian kualitas atau mutu. Akan tetapi didalam suatu perusahaan bagian pengendalian kualitas tidaklah selalu ada, tergantung pada besar kecilnya suatu perusahaan dan jenis produksinya dari perusahaan tersebut. Apabila bagian pengendalian kualitas tidak ada, maka fungsi pengendalian dilakukan oleh pimpinan produksi atau suatu bagian yang ada, yang ditunjuk untuk melaksanakan pengendalian kualitas disamping tugas atau fungsi utamanya. Jika bagian pengendalian kualitas terdapat dalam suatu perusahaan pabrik, maka bagian ini merupakan pejabat staf yang membantu pimpinan produksi dengan memberikan informasi dan saran-saran atau usul-usul yang dapat digunakan oleh pimpinan produksi untuk mengambil keputusan dalam kegiatan produksi. Setiap orang atau bagian yang berhubungan dengan kegiatan produksi mempunyai tanggung jawab langsung atas pelaksanaan pekerjaan dan sesuainya barang hasil akhir dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Oleh karena tugastugas dan bidang-bidang kegiatan begitu beraneka ragam yang berhubungan dengan mutu, maka perlu adanya koordinasi. Kegiatan pengoordinasian yang
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
22
BAB II LANDASAN TEORI
dibutuhkan dalam pengendalian mutu sangat sulit karena menyangkut kegiatan dari berbagai bagian atau bidang, maka tanggung jawab atas pengendalian kualitas ini berada pada kepala bagian produksi atau manajer produksi. Tugas dari pengendalian mutu secara terperinci adalah menyelenggarakan atau melihat kegiatan hasil yang dikerjakan serta mengumpulkan dan menyalurkan kembali keterangan-keterangan yang dikumpulkan selama pekerjaan itu sesudah dianalisis. Tugas-tugas ini meliputi : a. Pengawasan atas penerimaan dari bahan-bahan yang masuk. b. Pengawasan atas kegiatan di bermacam-macam tingkat proses dan diantara tingkat-tingkat proses jika perlu. c. Pengawasan terakhir atas barang-barang hasil akhir sebelum dikirim kepada pelanggan. d. Tes-tes dari para pemakai. e. Penyelidikan atas sebab-sebab kesalahan yang timbul selama pembuatan.
2.8. Alat dan teknik pengendalian kualitas Dalam memecahkan masalah terutama disuatu perusahaan, yang biasanya masalah tersebut tidaklah sederhana, kita tidak bisa melakukan dengan spontan atau tanpa langkah-langkah yang jelas dan tersetruktur. Sebab jika terjadi masalah dalam mengambil langkah-langkah akan muncul masalah yang lebih luas lagi. Maka dari itu, perlu disusun suatu langkah-langkah pemecahan masalah yang jelas dan sistematis.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
23
BAB II LANDASAN TEORI
Keandalan lain kemudian muncul adalah tentang alat bantu yang dapat dipergunakan secara tepat untuk menganalisa masalah dengan sebaik-baiknya. Ada sejumlah alat dasar yang dipergunakan untuk analisa dan diagnosis. Inilah yang dikenal dengan 7 pengendalian kualitas (7 QC Tools) yaitu : 1. Stratifikasi 2. Diagram pareto 3. Fishbone diagram 4. Histrogram 5. Grafik dan Bagan kendali 6. Lembar periksa 7. Diagram tebar Pada bab ini hanya akan dibahas mengenai Diagram pareto, Fishbone diagram, serta Grafik dan Bagan kendali.
2.8.1. Pareto Chart atau Diagram Pareto Diagram Pareto diperkenalkan oleh seorang ahli yaitu Alfredo Pareto (1848-1923). Diagram Pareto ini merupakan suatu gambar yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan rangking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang paling penting untuk segera diselesaikan (rangking tertinggi) sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan (rangking terendah). Diagram pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang mempengaruhi usaha
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
24
BAB II LANDASAN TEORI
perbaikan kualitas dan memberikan petunjuk dalam mengalokasi sumber daya terbatas untuk menyelesaikan masalah (Mitra,1993). Pada dasarnya Pareto Chart dapat digunakan sebagai alat interpretasi untuk (Garperz, 1998) : a. Menentukan frekuensi relatif dan urutan masalah-masalah atau penyebab dari masalah yang ada. b. Memfokuskan perhatian pada hal-hal yang kritis dan penting melalui pembuatan ranking terhadap masalah atau penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang segnifikan. Penggunaan Pareto Chart biasanya dikombinasikan dengan penggunaan Lembar periksa atau Check Sheet. Karena itu, sebelum membangun atau membuat diagram Pareto perlu diketahui terlebih dahulu penggunaan Lembar periksa. Langkah-langkah penyusunan Diagram Pareto adalah sebagai berikut : 1. Menentukan masalah apa yang akan diteliti, mengidentifikasi kategori atau penyebab dari masalah yang akan dibandingkan. Setelah itu, merencanakan dan melaksanakan data. 2. Membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakanformulir pengumpulan data atau lembar periksa. 3. Membuat daftar masalah secara berturut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai terendah serta hitung frekuensi komulatif. 4. Menggambar dua buah garis vertikal dan sebuah garis horisontal. 5. Membuat grafik/histogram pada diagram pareto.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
25
BAB II LANDASAN TEORI
6. Gambar kurva komulatif serta cantumkan nilai-nilai komulatif (total komulatif atau persen komulatif) disebelah kanan atas dari interval setiap item masalah. 7. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama dari masalah yang sedang terjadi. Untuk mengetahui akar penyebab utama dari suatu masalah, kita dapat menggunakan diagram sebab akibat atau bertanya mengapa berapa kali.
Tabel 2.1. Contoh Diagram Pareto : Data pada Check Sheet dibuat Stratifikasi : No.
Jenis cacat
Jumlah
%
% komulatif
1
Roda
95
60
60
2
Sockbreker
40
25
85
3
Rantai
25
15
100
Jumlah
160
100
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
26
BAB II LANDASAN TEORI
160
100%
85% 95
60% 40 25 0
1
2
3
Jenis cacat : 1. Roda 2. Sockbreker 3. Rantai Gambar 2.1.Diagram Pareto
2.8.2. Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram) Diagram sebab-akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab-akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Diagram tersebut memang digunakan untuk mengetahui akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dari akibat tersebut kemudian dicari beberapa kemungkinan penyebabnya. Penyebab masalah ini pun dapat berasal dari berbagai sumber utama, misanya metoda kerja, bahan, pengukuran, karyawan, lingkungan, dan seterusnya. Selanjutnya, dari sumber-sumber utama tersebut diturunkan menjadi beberapa sumber yang lebih kecil dan mendetail, misalnya dari metoda kerja
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
27
BAB II LANDASAN TEORI
dapat diturunkan menjadi pelatihan, pengetahuan, kemampuan, karakteristik fisik, dan sebagainya. Untuk mencari berbagai penyebab tersebut dapat digunakan teknik braistorming dari seluruh personil yang terlibat dalam proses yang sedang dianalisis. Diagram sebab-akibat mirip seperti tulang ikan, sehingga sering disebut dengan diagram tulang ikan (fishbone diagram). Manfaat diagram sebab-akibat antara lain : a. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan dapat mengurangi biaya. b. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidaksesuaian produk atau jasa dan keluhan pelanggan. c. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang direncanakan. d. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan. Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab-akibat : 1. Gambarlah sebuah garis horisontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak didepannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan dalam kotak.
Akibat
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
28
BAB II LANDASAN TEORI
2. Tulis penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metoda) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungan kotak tersebut dengan garis panah yang miring kearah garis panah utama. Terkadang mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama.
Mesin
Manusia
Metoda
Mesin
Metoda
3. Tuliskan penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
29
BAB II LANDASAN TEORI
Mesin
Manusia
Metoda
Mesin
Metoda
Gambar 2.2. Diagram sebab-akibat Beberapa pokok yang perlu diingat adalah sebagai berikut : a) Perlu adanya partisipasi dari semua anggota gugus, dan semua anggota harus benar-benar ikut terlibat didalam menganalisa penyebabnya. b) Harus diperoleh sejumlah ide (penyebab). c) Harus didorong untuk melakukan acara secara bebas. d) Tidak diperkenankan untuk mengkritik. e) Penyebab tersebut harus terkumpul terlebih dahulu sebelum seseorang mengambil tindakan pemecahan. Seringkali semua informasi ide ditulis pada sebuah papan tulis yang besar dan disajikan untuk dipertimbangkan dalam waktu seminggu guna memberikan kesempatan kepada mereka untuk menambah beberapa penyebab yang mungkin masih ada pada diagram tersebut seperti yang terlintas dalam pemikiran mereka. f) Para anggota diminta untuk memberikan tanda atau memilih penyebab yang mereka rasakan paling penting.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
30
BAB II LANDASAN TEORI
2.8.3. Peta kendali / kontrol Peta kendali adalah perangkat untuk memonitor proses sehingga variasi proses dapat dikendalikan secara statistik. Variasi dalam proses produksi tidak mungkin dihindari karena variasi dari beberapa faktor yang terlibat dalam proses produksi, seperti : ¾ Peralatan atau mesin yang digunakan ¾ Penyiapan (set-up) mesin kurang tepat ¾ Kelelahan operator ¾ Kualitas material bervariasi Bentuk peta kendali ada bermacam-macam, sesuai dengan macam bentuknya. Ada beberapa data didasarkan pada pengukuran seperti pengukuran unit komponen (dalam mm), atau hasil dari sebuah proses kimia(dalam gr), ini dikenal dengan ”nilai indiskrit” atau ”data kontinyu”. Data yang lain didasarkan pada perhitungan, seperti jumlah cacat atau jumlah produk yang rusak. Hal ini dikenal sebagai nilai ”diskrit” atau ”data yang hilang”. Manfaat peta kendali :
Menstabilkan proses produksi
Memprediksi perilaku proses
Melakukan penyesuaian atau perbaikan proses
Perencanaan produksi
Alat preventif pengendalian kualitas
Suatu peta kendali terdiri dari : 8 Garis pusat (center line/CL)
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
31
BAB II LANDASAN TEORI
8 Batas atas (upper control limit/UCL) 8 Batas bawah (lower control limit/LCL) 1. Peta kendali mutu proses statistik data variabel Yang dimaksud dengan data variabel adalah data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standar yang telah ditetapkan. Pengukuran ini meliputi pengukuran panjang, diameter, ketebalan, lebar, dan sebagainya. Peta kendali mutu proses statistik data variabel meliputi : ¾ Peta pengendali rata-rata (mean chart atau X-chart) yang digunakan untuk mengetahui penyimpangan pengukuran rata-rata panjang, lebar, tinggi, berat, diameter, dan sebagainya. ¾ Peta pengendali range (R-chart) dan peta pengendalian standar deviasi (SD-chart) yaitu peta pengendali untuk mengetahui tingkat keakurasian pemprosesan. R-chart lebih mudah diterapkan daripada SD-chart, tetapi SD-chart lebih tepat. ¾ Peta pengendali individu (individual control chart) yaitu peta pengendali yang digunakan apabila perusahaan hanya memproduksi satu unit dalam setiap harinya. ¾ Peta pengendali regresi / kencenderungan (trend chart) yaitu pengendali untuk perusahaan yang mempunyai data yang bentuknya merupakan suatu kecenderungan naik atau turun.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
32
BAB II LANDASAN TEORI
2. Peta kendali mutu proses statistik data atribut Yang dimaksud dengan data atribut yaitu data mengenai ketepatan pengukuran produk yang masih berada dalam proses dengan standart yang telah ditetapkan. Pengukuran ini meliputi pengukuran cacat atau tidak, nyala atau tidak, dan sebagainya. Pada peta kendali ini, apabila data pengukuran yang dihasilkan ada diluar batas kendali, yaitu yang ada diluar batas atas (UCL) maka proses produksi tersebut berada di luar batas pengendalian (out of cotrol) yang berarti proses tersebut mengalami kerusakan. Sedangkan data pengukuran yang ada di batas bawah (LCL) justru produk yang baik, karena jumlah atau proporsi produk cacatnya kecil. Peta pengendali mutu proses data atribut meliputi : o p-chart atau np-chart, yaitu peta pengendali proses untuk mengetahui proporsi produk cacat dalam suatu sample. Untuk peta p jumlah sampel yang diperiksa tidak sama, sedangkan np-chart hanya digunakan untuk banyaknya sample yang sama untuk setiap observasi. o c-chart atau u-chart, yaitu peta pengendali proses untuk mengetahui banyaknya cacat dalam satu unit produk. C-chart hanya digunakan untuk banyaknya sample yang sama untuk setiap kali observasi, sedangkan Uchart digunakan untuk banyaknya sample sama maupun bervariasi untuk setiap kali observasi.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
33
BAB II LANDASAN TEORI
Langkah-langkah pembuatan peta kendali P : 1. Kumpulkan data, ambil sebanyak mungkin data yang menggambarkan jumlah sample yang diambil dalam inspeksi (n) dan jumlah produk yang cacat dalam setiap sampel (x). 2. Bagilah data kedalam subgrup. Biasanya data diurutkan berdasarkan tanggal / lot. Ukuran subgrup (n) harus lebih dari 50 dan diambil nilai ratarata cacat untuk setiap grup harus berkisar antara 3 sampai 4. 3. Hitung bagian cacat untuk setiap subgrup dan masukkan kedalam lembaran data. Kemudian hitung proporsi cacat dalam setiap sampel (p) dengan menggunakan rumus berikut :
p =
Jumlah Cacat X = Jumlah Sample Pasa Inpeksi n
4. Apabila jumlah sample bervariasi, maka kita dapat memakai rumus untuk mencari center line :
a. Peta Pengendali harian :
g
CLp = p =
∑x ∑n i =1
=
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
Jumlah cacat total Jumlah sampel total
34
BAB II LANDASAN TEORI
b. Peta Pengendali rata-rata : g
CLp = p =
∑x ∑n i =1
=
Jumlah Sampel total Jumlah observasi
5. Hitung batas kendali (untuk tingkat kepercayaan 99% )
a. Peta Pengendalian harian / individu :
UCL = p + 3
LCL = p - 3
p( 1 − p ) n
p( 1 − p ) n
b. Peta Pengendali rata-rata :
UCL = p + 3
LCL = p - 3
p( 1 − p ) n
p( 1 − p ) n
6. Gambar peta kendali p dengan memakai data perhitungan diatas
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
35
BAB II LANDASAN TEORI
3. Keadaan tidak terkendali pada peta kendali p Proses yang tidak terkendali ditunjukkan oleh titik yang keluar dari batas kontrol. Secara terperinci tidak tidak terkendali yang terlihat pada peta pengawas p adalah apabila terjadi kondisi sebagai berikut : 1. beberapa titik keluar dari batas kontrol (termasuk titik yang tepat pada garis batas kontrol) untuk proses yang sudah baik (terkendali selama periode yang panjang) proses tidak terkendali apabila :
dari 35 titik berurutan terdapat lebih dari satu titik diluar batas kontrol.
Dari 100 titik berurutan terdapat lebih dari dua titik diluar batas kendali.
2. titik-titik mengelompok menunjukkan bentuk-bentuk khusus, meskipun dalam batas kontrol. Inti keadaan tidak terkendali pada kasus ini dapat berbentuk : a. Bentuk deret Bila beberapa titik pada beberapa kontrol selalu berada diatas atau dibawah garis tengah secara berurutan. Kejadiannya mungkin dapat berbentuk : 1) terdapat 7 titik secara berurutan selalu jatuh pada daerah diatas atau dibawah garis tengah peta pengawas. 2) Dalam 11 titik terdapat paling sedikit 10 titik yang secara berurutan selalu jatuh pada daerah di atas atau dibawah garis tengah pada peta pengawas.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
36
BAB II LANDASAN TEORI
3) Dalam 14 titik paling sedikit terdapat 12 titk yang secara berurutan selalu jatuh pada daerah diatas atau dibawah garis tengah pada peta pengawas. 4) Dalam 17 titk terdapat paling sedikit 14 titik yang secara berurutan selalu jatuh pada daerah diatas dan dibawah garis tengah pada peta pengawas. 5) Dalam 20 titik terdapat paling sedikit 16 titik yang secara berurutan selalu jatuh pada daerah pada daerah diatas dan dibawah garis tengah pada peta pengawas.
UCL
CL
LCL
Gambar 2.3. Grafik bentuk deret
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
37
BAB II LANDASAN TEORI
b. Bentuk Kecendrungan (trend) Apabila dari sekumpulan titik terdapat paling sedikit 17 titik secara kontinyu jatuh membentuk kecenderungan keatas atau kebawah.
UCL
CL
LCL
Gambar 2.4. Grafik bentuk trend
c Bentuk pengulangan (periode city) Dari sekumpulan titik terdapat beberapa titik menunjukkan pola perubahan atau pergeseran nilai yang hampir sama dalam selang waktu yang sama.
UCL
CL
LCL
Gambar 2.5. Grafik bentuk periode city
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
38
BAB II LANDASAN TEORI
d. Terdapat dalam garis kontrol (hugging of control the control lines) Keadaan titik terkendali bentuk ini terjadi apabila beberapa buah titik pada peta pengawas cenderung selalu jatuh dekat garis tengah atau garis batas pengawas atas dan bawah. Selain itu juga, keadaan tidak terkendali terjadi apabila 2 dari 3 titik atau 4 dari 10 titik terletak pada daerah 1/3 peta pengawas.
UCL
CL
LCL
Gambar 2.6. Grafik bentuk hugging of the control line
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
39
BAB II LANDASAN TEORI
e. Bentuk pelompatan Keadaan tidak terkendali bentuk pelompatan terjadi apabila beberapa buah titik yang jatuh sebelumnya dekat garis pengawas tertentu dan secara tiba-tiba bergeser dekat batas pengawas lainnya.
UCL
CL
LCL
Gambar 2.7. Grafik bentuk pelompatan
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
40
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi penelitian Dalam menyelesaikan suatu masalah atau kasus yang ada agar didalam pengumpulan dan pengolahan data serta analisa pembahasan dapat terarah dan sistematis. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah dalam pemecahan masalah.
3.2. Kerangka Pemecahan Masalah Pada bagian ini akan diuraikan mengenai langkah-langkah pemecahan masalah, yang berisi urutan langkah kegiatan penelitian dari mulai perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penyelesaianya. Kerangka pemecahan masalah haruslah merupakan satu kesatuan yang utuh menuju pada satu tujuan tunggal. Yaitu memberikan jawaban atas perumusan masalah yang dikemukakan. Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk skema (gambar 3.1) dengan uraian sebagai berikut : 3.2.1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan ini merupakan suatu bagian untuk mengenal dan memahami kondisi perusahaan terutama pada bagian yang sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam laporan tugas akhir ini, yaitu mengenai pencapaian kualitas produk yang telah dicanangkan oleh perusahaan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi perusahaan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut agar dapat meningkatkan
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
41
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
hasil produksi sehingga diharapkan dapat memenuhi target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 3.2.2. Perumusan masalah pengukuran Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meminimalkan cacat yang terjadi pada produk, maka dirumuskan masalah dan ruang lingkup pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian. Ini dilakukan agar masalah memungkinkan untuk diteliti dan diselesaikan karena telah mnemiliki tujuan dan arah yang jelas. Pada perumusan ini juga diperhitungkan ketersediaan data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data yang diperlukan didapatkan dari perusahaan itu sendiri khususnya dari bagian produksi. 3.2.3. Studi literature dan pemahaman konsep pengendalian kualitas Pemahaman tentang konsep pengendalian kualitas dan model pengukurannya diperoleh dari studi literatur sebagai tambahan informasi yang berhubungan dengan masalah yang akan dianalisa. Lalu kemudian menentukan salah satu dari model pengukuran yang dianggap paling tepat dan sesuai dengan model tersebut harus setaraf dengan data yang diperoleh. 3.2.4. Penggunaan alat-alat pengukur pengendalian kualitas yang dipakai Pemilihan alat-alat pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini mewakili alat-alat yang umumnya diterima sebagai alat mutu total dasar. Yang terdiri dari : ¾ Bagan pareto ¾ Diagram tulang ikan ¾ Peta kendali
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
42
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Masing-masing dari alat ini ada yang berbentuk bagan untuk koreksi dan menampilkan jenis-jenis data khusus. Melalui pengumpulan dan fasilitas penyajian data, sehingga dapat menjadi informasi yang bermanfaat. Yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, menelusuri pekerjaan yang sedang dilakukan, bahkan meramal kinerja dan masalah masa depan. 3.2.5. Pengumpulan data Perhitungan dengan alat pengendali kualitas akan dilakukan pada masa waktu satu bulan yang terhitung pada tahun 2008, sehingga dapat dilihat faktorfaktor yang menyebabkan kecacatan pada cetakan buku. Adapun data yang diambil terdiri dari : 1) Jumlah produksi 2) Jumlah cacat yang terjadi 3.2.6. Analisis Setelah melakukan pengolahan data, selanjutnya adalah dilakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh. Hasil analisis diharapkan dijadikan sebagai dasar untuk menetapkan langkah atau solusi yang terbaik dalam merencanakan dan meminimalkan faktor cacat pada produk (cetakan buku) yang akan datang. 3.2.7. kesimpulan dan saran Setelah mendapatkan suatu analisis data dari penelitian ini, maka dapat diperoleh kesimpulan dari perhitungan yang dilakukan, kemudian dapat disarankan kepada perusahaan untuk dilakukan perubahan.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
43
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian Pendahuluan
Studi literature alat-alat pengendalian kualitas
Perumusan masalah
Pemahaman konsep
Penggunaan alat-alat statistik
Pengumpulan data
Perhitungan dengan alat pengendalian kualitas : peta kendali, diagram pareto, diagram tulang ikan
Analisa perhitungan pengendalian kualitas
Kesimpulan & Saran
Gambar 3.1. Diagram alur pemecahan masalah
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
44
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Pada bab ini berisi tentang gambaran umum perusahaan, serta data-data yang akan digunakan untuk menganalisa penyebab cacat pada produk buku dan data lain yang berkaitan dengan permasalahan penyebab cacat untuk dapat digunakan dalam perhitungan selanjutnya.
4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. Adhitya Andrebina Agung adalah perusahaan yang bergerak dibidang offset printing dan graphic design. PT. Adhitya Andrebina Agung didirikan pada tahun 1989. hingga sampai saat ini PT. Adhitya Andrebina Agung telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan besar maupun kecil diantaranya Tempo group, Merck, Dexa Medica, Kalbe Farma, Sanofi Aventis, Interbat, Tabloid Reformata, Majalah Kita, dan buku dari RBC (Radio Bible Class) serta masih banyak lagi yang tentu tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 4.1.1. Divisi Kerja Di PT. Adhitya Andrebina Agung Jakarta terdapat 3 divisi utama yang terdiri dari : • Divisi Marketing • Divisi Produksi • Divisi Finishing
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
45
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
masing- masing divisi dikepalai oleh satu orang manajer yang bertanggung jawab langsung kepada owner. 4.1.2. Tenaga Kerja Karyawan yang bekerja di PT. Adhitya Andrebina Agung dibagi menjadi 2 yaitu karyawan tetap dan tidak tetap atau tenaga borongan, dimana karyawan tetap berjumlah 68 orang dan tenaga borongan berjumlah 20 orang. Dengan rincian sebagai berikut : • Divisi Marketing jumlah karyawan 15 orang • Divisi Produksi jumlah karyawan 25 orang • Divisi Finishing jumlah karyawan 28 orang + 20 tenaga borongan 4.1.3. Kebijakan Perusahaan Kebijakan yang diterapkan di PT. Adhitya Andrebina Agung berupa : 1. Tunjangan Kelahiran/Kematian 2. Cuti tahunan 3. Biaya pengobatan 4. Bonus tahunan 5. Bonus karyawan berprestasi 6. Pesangon tergantung lama masa kerja
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
46
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1.4. Proses Produksi Alur proses produksi percetakan secara umum di PT. Adhitya Andrebina Agung adalah sebagai berikut :
SALES
PREPRESS
PLATE MAKING
PRINTING
FINISHING
Dari customer yang memberi order cetak kepada sales selanjutnya dibuatkan desainnya oleh bagian prepress setelah customer menyetujui desain yang dibuat oleh bagian prepress, langkah berikutnya adalah membuat proof print dan film, dari film inilah baru dibuatkan plate cetak pada bagian plate making. Plate cetak yang sudah jadi selanjutnya dibawa kebagian printing untuk naik cetak sesuai dengan jumlah order yang dipesan.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
47
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Sebelum naik cetak terlebih dahulu membuat cetak coba untuk melihat kedekatan hasil printing dengan contohan proof dari bagian prepress tadi, bila customer sudah menyetujui hasil cetakan tersebut, maka proses printing dapat dilanjutkan. Selama proses pencetakan berlangsung harus ada kertas sisa atau oplaag kurang lebih 5% untuk menjaga bila ada kekurangan cetak karena kesalahan-kesalahan pada saat proses produksi. Bagian akhir adalah finishing, disini buku disisip dimana cover dan halaman dijadikan satu selanjutnya dijahit dan dipotong, buku yang telah jadi dilakukan penyortiran dan pengepakan yang selanjutnya siap untuk dikirim. 4.1.5. Karakteristik Cacat PT. Adhitya Andrebina Agung mendefinisikan cacat pada hasil produksi cetakan buku adalah sebagai berikut : ¾ Cacat Printing Yaitu keadaan dimana hasil warna yang dibuat tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya, cetakan terdapat bercak-bercak, setelan plat yang bergeser sehingga hasil cetakan berbayang. ¾ Cacat Lipat Yaitu saat melipat cover maupun isian halaman terjadi dobel atau bisa juga lipatan yang tidak presisi sesuai ukuran yang ditetapkan serta terjadi robek.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
48
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
¾ Cacat Jahit Proses perekatan buku ada 2 yaitu dijahit dan dibending/lem karena buku ini menggunakan kawat jahit, cacat yang paling sering terjadi adalah hasil jahitan cuma 1 yang seharusnya 2 yang merupakan standart buku. ¾ Cacat Potong Merupakan keadaan dimana dalam pemotongan buku yang menggunakan mesin potong tiga sisi terjadi kemiringan sehingga sisi dari buku tidak presisi serta ada bagian halaman yang tidak ikut terpotong.
4.2. Pengolahan Data 4.2.1. Jumlah produksi buku ODB edisi Maret, April,Mei 2008 Data yang diperoleh untuk dianalisa adalah jumlah produksi buku ODB (Our Daily Bread) edisi Maret, April, Mei 2008 berjumlah 348000 buku dengan target produksi rata-rata perhari 12000. Data tersebut diambil melalui pengamatan secara langsung saat proses produksi buku sampai tahap penyortiran di PT. Adhitya Adrebina Agung, tanggal pengamatan dimulai dari tanggal 22 Januari sampai dengan tanggal 19 Februari 2008. Hasil pengamatan jenis dan jumlah cacat produk buku ODB (Our Daily Bread) edisi Maret, April, Mei 2008 dapat dilihat pada tabel berikut :
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
49
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.1 Data Produksi Buku ODB Edisi Maret, April, Mei 2008
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Tanggal Pengamatan
Jumlah Produksi
Jumlah Cacat
22 Januari 2008 23 Januari 2008 24 Januari 2008 25 Januari 2008 26 Januari 2008 27 Januari 2008 28 Januari 2008 29 Januari 2008 30 Januari 2008 31 Januari 2008 01 Februari 2008 02 Februari 2008 03 Februari 2008 04 Februari 2008 05 Februari 2008 06 Februari 2008 07 Februari 2008 08 Februari 2008 09 Februari 2008 10 Februari 2008 11 Februari 2008 12 Februari 2008 13 Februari 2008 14 Februari 2008 15 Februari 2008 16 Februari 2008 17 Februari 2008 18 Februari 2008 19 Februari 2008 ∑
12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 348000
57 62 49 61 58 112 54 57 44 46 45 59 56 43 71 96 50 54 58 67 100 59 50 49 56 50 52 53 53 1721
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
Jumlah dan Jenis cacat Printing Lipat Jahit Potong 25 15 5 12 20 20 14 8 18 15 8 8 30 10 16 5 25 12 6 15 50 30 15 17 20 18 6 10 15 15 15 12 10 23 6 5 23 12 6 5 15 10 8 12 20 14 15 10 20 14 10 12 10 12 14 7 30 16 15 10 55 15 16 10 15 10 15 10 18 12 16 8 30 10 10 8 30 12 10 15 48 24 11 17 25 12 8 14 20 8 8 14 15 10 12 12 20 10 12 14 15 16 9 10 12 16 16 8 15 17 12 9 16 18 10 9 665 426 324 306
50
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.2.2. Peta kendali p Peta kendali p dibuat berdasarkan data-data yang terdapat pada tabel jumlah cacat dan jumlah produksi. Pengolahan data yang dilakukan pada peta kendali p yakni dengan menggunakan batas kontrol 3 sigma yang dipakai sebagai batas pengawasan perhitungan data kecacatan produk buku. Rumus peta kendali p adalah sebagai berikut : g
∑x ∑n i =1
CLp = p =
UCL = p + 3
LCL = p - 3
pr =
x n
p( 1 − p ) n
p( 1 − p ) n
Keterangan : p = Garis tengah x = Jumlah produk cacat n = Jumlah produksi pr = Proporsi produk cacat
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
51
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan dibagian penyortiran dan pengepakan selanjutnya disusun kedalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Data Proporsi Cacat Produk Buku ODB No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. ∑
Jumlah Produksi 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 348000
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
Jumlah Cacat 57 62 49 61 58 112 54 57 44 46 45 59 56 43 71 96 50 54 58 67 100 59 50 49 56 50 52 53 53 1721
Proporsi Cacat 0.00475 0.005167 0.004083 0.005083 0.004833 0.009333 0.0045 0.00475 0.003667 0.003833 0.00375 0.004917 0.004667 0.003583 0.005917 0.0080 0.004167 0.0045 0.004833 0.005583 0.008333 0.004917 0.004167 0.004083 0.004667 0.004167 0.004333 0.004417 0.004417
52
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Selanjutnya dari tabel diatas dilakukan perhitungan untuk mengetahui apakah proses produksi buku sudah terkendali atau tidak untuk itu terlebih dahulu dihitung batas atas dan batas bawah serta harga rata-rata dengan menggunakan peta kendali p (p-chart).
p =
=
Jumlah Cacat X = Jumlah Produksi n
1721 348000
= 0.0049
p( 1 − p ) n
UCL = p + 3
= 0.0049 + 3
0.0049( 1 − 0.0049) 12000
= 0.0068
LCL = p - 3
p( 1 − p ) n
= 0.0049 - 3
0.0049( 1 − 0.0049) 12000
= 0.00030
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
53
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dari perhitungan data diatas selanjutnya diplot kedalam bagan kendali p yang dapat dilihat dibawah ini :
Gambar 4.2 Grafik Bagan kendali p Produk Buku ODB
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
54
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dari peta kendali P diatas dapat diketahui bahwa proses produksi buku dinyatakan dalam keadaan tidak terkendali, hal ini dikarenakan terdapat 3 titik yang melewati batas kendali atas, dengan adanya titik yang keluar dari batas kendali. Hal ini menunjukkan adanya penyebab khusus variasi, titik-titik yang keluar adalah no.6, no.16, dan no.21. ketidakstabilan ini adalah karena pada tanggal tersebut terjadi keabnormalan proses, disebabkan sering adanya permasalahan pada mesin. Keabnormalan ini terjadi karena tidak adanya nariative maintenance dan pengawasan, sehingga mesin pada tangggal tersebut diatas mengalami masalah kerusakan. Faktor-faktor penyebab ini akan dibahas lebih lanjut pada halaman berikutnya untuk mengetahui kapabilitas proses, untuk itu proses yang ada saat ini harus distabilkan terlebih dahulu dengan cara mengeliminasi atau menghilangkan titik-titik yang ada di luar batas control. Dibawah ini tercantum peta kendali P yang telah direvisi dan lengkap dengan perhitungan batas kelas atas dan batas kelas bawah (UCL/LCL).
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
55
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.3 Data Proporsi Cacat Produk Buku ODB (Revisi) No. 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 22 23 24 25 26 27 28 29 ∑
Jumlah produksi 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 312000
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
Jumlah Cacat 57 62 49 61 58 54 57 44 46 45 59 56 43 71 50 54 58 67 59 50 49 56 50 52 53 53 1413
Proporsi Cacat 0.00475 0.0052 0.0041 0.0051 0.0048 0.0045 0.00475 0.0037 0.0038 0.00375 0.0049 0.0047 0.0036 0.0059 0.0042 0.0045 0.0048 0.0056 0.0049 0.0042 0.0041 0.0047 0.0042 0.0043 0.0044 0.0044
56
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
P =
=
Jumlah Cacat X = Jumlah Produksi n
1413 312000
= 0.0045
p( 1 − p ) n
UCL = p + 3
= 0.0045 + 3
0.0045( 1 − 0.0045) 12000
= 0.0063
LCL = p - 3
p( 1 − p ) n
= 0.0045 - 3
0.0045( 1 − 0.0045) 12000
= 0.0027
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
57
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Gambar 4.3 Grafik Bagan kendali p Produk Buku ODB (Revisi)
Dari perhitungan ulang peta kendali p diatas didapat batas kendali atas sebesar 0.0063 dan batas kendali bawah sebesar 0.0027 setelah data yang keluar dari batas kendali statistikal (out of control) dibuang, maka terlihat bahwa semua data telah berada dalam batas kendali statistikal (in control). Data yang telah berada dalam batas kendali statistikal ini menunjukkan bahwa proses produksi buku ODB edisi Maret, April, Mei 2008 berada dalam kondisi stabil.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
58
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.2.3. Diagram Pareto Diagram Pareto digunakan untuk mengidentifikasi tipe produk yang tidak sesuai (cacat). Untuk mempermudah pada item mana jumlah cacat yang lebih sering muncul. Untuk lebih jelasnya ditunjukan pada tabel berikut : Tabel 4.4 Data Komulatif Produk Buku ODB Jenis No. cacat 1 Printing 2 Potong 3 Jahit 4 Lipat Jumlah
Jumlah Cacat 665 426 324 306 1721
Cacat Komulatif 665 1091 1415 1721
Presentase Cacat 38.64% 24.75% 18.83% 17.78% 100%
Persentase Komulatif 38.64% 63.39% 82.22% 100%
Gambar 4.4 Diagram Pareto Produk Buku ODB
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
59
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
5.1. Analisis Gambaran Umum Perusahaan Penelitian untuk menyusun tugas akhir ini mengambil tempat di PT. Adhitya Andrebina Agung Jakarta, yaitu perusahaan yang bergerak dibidang offset printing dan graphic design, karena pada umumnya perusahaan percetakan dalam memproduksi suatu cetakan hampir sama baik dalam jalur produksi dan finishing maka hasil dan kualitas cetakan sangat tergantung dari baik buruknya kondisi mesin dan faktor pengalaman pekerjanya.
5.2. Analisis Peta Kendali p Pada Produk Buku ODB Dari hasil pengolahan data yang terdapat pada bab IV terlihat bahwa peta kendali p untuk produksi buku ODB (Our Daily Bread) edisi Maret, April, Mei 2008 dari bulan Januari sampai Februari 2008 berada dalam kondisi yang tidak terkendali. Ini terlihat dari adanya data pengamatan yang berada diluar batas kendali terutama batas kendali atas (UCL). 5.2.1. Hasil perhitungan peta kendali p adalah : o Batas Kendali Atas (UCL)
= 0.0030
o Batas Kendali Bawah (LCL) = 0.0068 o Center Line / p
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
= 0.0049
60
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
5.2.2. Analisa terhadap batas kendali Setelah data dari hasil pengolahan melewati proses validasi maka selanjutnya dilakukan analisa dari peta kendali yang telah didapat dan tergambar dalam peta pengendali p.
Gambar 5.1 p-Chart Barang Cacat Produk Buku ODB
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
61
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
5.2.2.1. Titik diluar batas kendali adalah pada pengamatan ke 6, 16 dan 21 •
Pada data ke 6 dengan jenis cacat : printing 50, lipat 30, jahit 15, dan potong 17.
•
Pada data ke 16 dengan jenis cacat : printing 55, lipat 15, jahit 16, dan potong 10.
•
Pada data ke 21 dengan jenis cacat : printing 48, lipat 24, jahit 11, dan potong 17.
5.2.2.2. Kelompok dengan bentuk khusus
Bentuk deret Tidak terdapat 7 titik secara berurutan selalu jatuh pada daerah diatas atau dibawah garis tengah peta pengawas.
Bentuk kecenderungan (trend) Dari sekumpulan titik tidak terdapat paling sedikit 17 titik secara kontinyu jatuh membentuk kecenderungan keatas atau kebawah.
Bentuk pengulangan (periode city) Dari sekumpulan titik tidak terdapat beberapa titik yang menunjukkan pola perubahan atau pergeseran nilai yang hampir sama dalam selang waktu yang sama.
Terdapat dalam garis kontrol (hugging of the control line) Terjadi beberapa buah titik pada peta pengawas ini yang selalu jatuh dekat garis tengah atau garis batas pengawas atas dan bawah.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
62
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Bentuk pelompatan Tidak terjadi beberapa buah titik yang jatuh sebelumnya dekat garis pengawas tertentu dan secara tiba-tiba bergeser dekat batas pengawas lainnya.
5.3. Analisis Diagram Sebab-Akibat terhadap Peta kendali p Diagram sebab-akibat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisa suatu proses atau situasi serta menemukan penyebab suatu persoalan atau masalah yang terjadi. Tujuan dari diagram sebab-akibat ini adalah untuk mendapatkan hasil, dalam hal ini menghilangkan data yang keluar dari batas kendali yang telah ditetapkan. Diagram sebab-akibat menunjukkan pada kita beberapa penyebab data tidak terkendali dan dapat mengarahkan kita dalam mengambil tindakan perbaikan dengan secepatnya. Diharapkan dengan adanya solusi tindakan penanggulangan tersebut, produksi dapat meningkat dan kondisi pada cacat yang ditemukan pada setiap harinya dapat berkurang, yang berarti proses produksi berada dalam batas kendali yang telah ditetapkan. Berdasarkan nilai terjadinya beberapa data keluar dari batas kendali dipengaruhi oleh faktor manusia, mesin, lingkungan dan metode. Dengan melakukan wawancara diketahui bahwa faktor yang dominan dalam keadaan ini pada proses produksi buku berasal dari mesin.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
63
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
5.3.1. Jenis kecacatan printing Yaitu keadaan dimana hasil warna yang dibuat tidak sesuai dengan proof print yang telah ditetapkan sebelumnya, cetakan terdapat bercakbercak, dan terkadang setelan plat yang bergeser sehingga hasil cetakan berbayang.
Warna terlalu terang
Bercak hitam
Gambar 5.2 Cacat Printing Pada Buku ODB
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
64
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Untuk jenis kecacatan printing pada produk buku ODB edisi Maret, April, Mei 2008 dapat digambarkan dengan diagram sebab-akibat sebagai berikut :
Mesin
Manusia Kurang Teliti
Pengaturan Alat tinta
Tanggung jawab
Psikis Kelelahan
Perawatan
Skill Pelatihan
Cacat Printing
Pemilihan bahan tinta
Material
Gambar 5.3 Diagram Sebab-Akibat Penyebab Cacat Printing
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
65
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Dari diagram sebab-akibat diatas dapat dijelaskan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi timbulnya data yang keluar dari batas kendali yang mempengaruhi timbulnya cacat printing pada produk buku disebabkan karena faktor langsung dan tidak langsung yaitu : I. Faktor langsung terdiri dari : ¾ Faktor Mesin
Kurangnya perawatan terhadap mesin yang menyebabkan kinerja mesin tidak optimal.
Dalam kecepatan tertentu sering setingan atau pengatur silinder plate berubah posisi dengan sendirinya sehingga hasil cetakan banyak mengalami kegagalan.
Setingan warna yang berubah dikarenakan alat tinta sudah tidak berfungsi maksimal.
¾ Faktor Manusia
Kurang telitinya operator mesin dalam menyeting silinder plate sehingga hasil cetakan banyak yang mengalami cacat produksi.
Operator kurang paham dalam mengatur warna tinta sehingga warna yang dihasilkan tidak sesuai dengan contoh.
Kelelahan pekerja menyebabkan kurangnya kinerja selama proses produksi berlangsung.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
66
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Kurangnya pengalaman atau skill dalam menjalankan mesin.
¾ Faktor Material
Pemilihan tinta yang kurang berkualitas atau biasa disebut dengan tinta kelas dua.
II. Faktor tidak langsung terdiri dari : ¾ Faktor Metode Kerja
Kurangnya komunikasi antara operator dengan asistennya sehingga dapat menyebabkan hasil cetakan kurang maksimal.
Disiplin yang kurang terhadap tata cara kerja dibagian produksi sehingga hasil yang dicapai kurang memuaskan.
Standar operasi kerja yang sering diabaikan yang dapat menyebabkan produktifitas menurun.
¾ Faktor Lingkungan
Sirkulasi udara yang kurang baik sehingga ruangan menjadi panas yang menyebabkan pekerja cepat merasa lelah.
Debu bubuk pengering cetakan / powder yang dapat mengganggu pernafasan pekerja.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
67
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Dari faktor-faktor yang telah diuraikan diatas, baik dari faktor langsung yang berhubungan secara langsung terhadap terjadinya cacat printing dan faktor tidak langsung dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor utama penyebab cacat produksi buku ODB adalah karena faktor kelalaian mesin dan pekerja. Dimana sebagian penyebab kecacatan lebih dikarenakan oleh mesin. Tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan faktor penyebab utama dari permasalahan yang terjadi terhadap cacat printing adalah dengan penanggulangan menggunakan metode 5 W + 1 H, yang terdiri dari Faktor penyebab, alasan penyebab, dimana dan kapan kejadianya, siapa pelakunya, dan bagaimana solusi penanggulangannya.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
68
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Tabel 5.1 Rencana Penanggulangan Cacat Printing What
Why
Where
When
Who
How
Terjadi
1. Karena
Pada
Diketahui
Operator
kecacatan
pekerja
mesin
pada proses
mesin cetak karyawan
printing
kurang teliti cetak
pencetakan
beserta
khususnya
dimana
dalam
tidak sesuai
asistennya
bagian
hasil warna
melakukan
standar,
dan juga
produksi
yang dibuat
penyetingan
segara
yang
yang
tidak sesuai
mesin
diseting
berkaitan
berkaitan
dengan
2. Karena
kembali
langsung
dengan
proof print
alat tinta
dengan
mesin cetak
yang telah
pada mesin
bagian
yaitu
ditetapkan
tidak
prepress
operator
1. Training
sebelumnya, berfungsi
dan
cetakan
asistenya
dengan baik
terdapat
2. Untuk
bercak-
mesin
bercak, dan
dilakukan
terkadang
perawatan
setelan plat
berkala
yang
serta
bergeser
perbaikan
sehingga
3. Manager
hasil
produksi
cetakan
harus
berbayang
tanggap dan sigap
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
69
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
5.3.2. Jenis kecacatan lipat Yaitu saat melipat cover buku maupun isian halaman terjadi dobel atau bisa juga lipatan yang tidak presisi sesuai ukuran yang ditetapkan serta terjadi robek.
Lipatan halaman tidak presisi
Gambar 5.4 Cacat Lipat Pada Buku ODB
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
70
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Untuk jenis kecacatan lipat pada produk buku ODB edisi Maret, April, Mei 2008 dapat digambarkan dengan diagram sebab-akibat sebagai berikut :
Manusia Kurang Teliti Tanggung jawab
Psikis
Kelelahan Sirkulasi udara
Cacat Lipat Perawatan Setingan sensor lipat
Mesin
Gambar 5.5 Diagram Sebab-Akibat Penyebab Cacat Lipat
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
71
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Dari diagram sebab-akibat diatas dapat dijelaskan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi timbulnya data yang keluar dari batas kendali yang mempengaruhi timbulnya cacat lipat pada produk buku disebabkan karena faktor langsung dan tidak langsung yaitu : I. Faktor langsung terdiri dari : ¾ Faktor Mesin
Kurangnya perawatan terhadap mesin lipat yang menyebabkan kinerja mesin lipat tidak maksimal.
Sensor kertas yang dapat berubah dengan sendirinya saat proses produksi berlangsung.
¾ Faktor Manusia
Emosi pekerja yang kadang tidak stabil yang menyebabkan kinerja kurang maksimal selama proses produksi.
Kelelahan yang terjadi selama bekerja yang mengakibatkan konsentrasi pekerja tidak maksimal.
II. Faktor tidak langsung terdiri dari : ¾ Faktor Metode Kerja
Kurang paham mengenai standar operasi kerja sehingga mengakibatkan kurang maksimalnya hasil yang dicapai selama proses berlangsung.
Pengarahan yang dilakukan oleh operator jarang dilakukan sehingga produksi kutang baik.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
72
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
¾ Faktor Lingkungan
Kurangnya sirkulasi udara sehingga menyebabkan para pekerja cepat merasa lelah.
Kebisingan dari mesin yang dapat mengganggu konsentrasi pekerja.
Dari faktor-faktor yang telah diuraikan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor utama penyebab cacat produksi buku adalah karena faktor kelalaian mesin dan pekerja. Tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan faktor penyebab utama dari permasalahan yang terjadi adalah dengan penanggulangan menggunakan metode 5 W + 1 H, yang terdiri dari Faktor penyebab, alasan penyebab, dimana dan kapan kejadianya, siapa pelakunya, dan bagaimana solusi penanggulangannya.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
73
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Tabel 5.2 Rencana Penanggulangan Cacat Lipat What
Why
Where
When
Who
How
Terjadi
1. Kondisi
Pada mesin
Pada saat
Operator
kecacatan
mesin yang
lipat
proses
mesin lipat mesin
lipat
sudah tua
pelipatan
dan
dilakukan
dimana saat
sehingga
tidak sesuai
asistennya
perawatan
melipat
sering
standar,
yang rutin
cover buku
bermasalah
segera
secara
maupun
2. Pekerja
dilakukan
berkala dan
isian
yang lalai
seting ulang
perbaikan
halaman
karena
dengan
terjadi
kebisingan
segera
dobel atau
dan
menyeluruh
bisa juga
kelelahan
2. Pekerja
1. Untuk
lipatan
diberi
yang tidak
penutup
presisi
kuping
sesuai
serta
ukuran
sirkulasi
yang
udara
ditetapkan
dibenahi
serta terjadi robek
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
74
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
5.3.3. jenis kecacatan jahit Proses perekatan buku ada 2 yaitu dijahit dan dibending/lem karena buku ini menggunakan kawat jahit, cacat yang paling sering terjadi adalah hasil jahitan cuma 1 yang seharusnya 2 yang merupakan standart buku ODB.
Tidak terjahit
Gambar 5.6 Cacat Jahit Pada Buku ODB
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
75
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Untuk jenis kecacatan jahit pada produk buku ODB edisi Maret, April, Mei 2008 dapat digambarkan dengan diagram sebab-akibat sebagai berikut :
Manusia Kurang Teliti Psikis
Tanggung jawab
Kelelahan
Skill Pelatihan
Cacat Jahit Perawatan Pengaturan Alat jahit kawat
Mesin
Gambar 5.7 Diagram Sebab-Akibat Penyebab Cacat Jahit
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
76
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Dari diagram sebab-akibat diatas dapat dijelaskan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi timbulnya data yang keluar dari batas kendali yang mempengaruhi timbulnya cacat jahit pada produk buku disebabkan karena faktor langsung dan tidak langsung yaitu : I. Faktor langsung terdiri dari : ¾ Faktor Mesin
Kurangnya perawatan terhadap mesin yang menyebabkan kinerja mesin tidak maksimal.
Alat penarik kawat jahit tidak berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan cacat produksi.
¾ Faktor Manusia
Kurang telitinya operator dalam memasang kawat jahit yang menyebabkan buku tidak terjahit dengan baik.
Terlalu terburu-buru saat proses menjahit sehingga banyak buku yang hanya terjahit satu dan kurang rapi.
Kurangnya penguasaan pada bagian mesin yang mengakibatkan tidak maksimalnya jahitan dengan indikasi banyaknya cacat yang terjadi.
II. Faktor tidak langsung terdiri dari : ¾ Faktor Metode Kerja
Kurang disiplinya pekerja terhadap tata cara kerja yang telah diterapkan sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
77
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Minimnya pengetahuan mengenai standar operasi kerja sehingga menyebabkan kurang maksimalnya hasil yang dicapai selama proses berlangsung.
¾ Faktor Lingkungan
Sirkulasi udara yang tidak optimal yang menyebabkan suhu dalam ruangan meningkat.
Dari faktor-faktor yang telah diuraikan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor utama penyebab cacat produksi buku adalah karena faktor kelalaian mesin dan pekerja. Tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan faktor penyebab utama dari permasalahan yang terjadi adalah dengan penanggulangan menggunakan metode 5 W + 1 H, yang terdiri dari Faktor penyebab, alasan penyebab, dimana dan kapan kejadianya, siapa pelakunya, dan bagaimana solusi penanggulangannya.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
78
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Tabel 5.3 Rencana Penanggulangan Cacat Jahit What
Why
Where
When
Who
How
Terjadi
Karena
Pada
Pada saat
Operator
1.Untuk
kecacatan
mesin jahit
mesin
proses
mesin
mesin
kawat jahit
tidak
jahit
penjahitan
jahit
dilakukan
dikarenakan
bekerja
kawat
berlangsung
penyetingan
buku ini
dengan
tidak
ulang serta
menggunakan baik
maksimal
perawatan
kawat jahit,
dimana
agar segera
berkala dan
cacat yang
kawat jahit
diseting
perbaikan
paling sering
tidak
kembali
jika terjadi
terjadi adalah
menstaples
kerusakan
hasil jahitan
dengan
2. Untuk
cuma 1 yang
maksimal
tempat kerja
seharusnya 2
pembenahan
yang
sirkulasi
merupakan
udara
standart buku
3. Training
ODB
operator mesin jahit karena kenyataan dilapangan jenis kecacatan jahit lebih sering disebabkan oleh human error
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
79
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
5.3.4. Jenis kecacatan potong Merupakan keadaan dimana dalam pemotongan buku yang menggunakan mesin potong tiga sisi terjadi kemiringan sehingga sisi dari buku tidak presisi serta ada bagian halaman yang tidak ikut terpotong.
Tidak terpotong
Gambar 5.8 Cacat Potong Pada Buku ODB
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
80
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Untuk jenis kecacatan potong pada produk buku ODB edisi Maret, April, Mei 2008 dapat digambarkan dengan diagram sebab-akibat sebagai berikut :
Manusia Kurang Teliti Psikis
Tanggung jawab
Konsentrasi
Skill Training
Cacat Potong Sudah tua Kondisi mesin
Perawatan
Setingan pisau presisi
Mesin
Gambar 5.9 Diagram Sebab-Akibat Penyebab Cacat Potong
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
81
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Dari diagram sebab-akibat diatas dapat dijelaskan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi timbulnya data yang keluar dari batas kendali yang mempengaruhi timbulnya cacat potong pada produk buku disebabkan karena faktor langsung dan tidak langsung yaitu : I. Faktor langsung terdiri dari : ¾ Faktor Mesin
Minimnya perawatan terhadap mesin yang menyebabkan kinerja mesin tidak maksimal.
Pisau pemotong sudah tidak tajam, sehingga hasil akhirnya tidak sesuai dengan yang sudah ditetapkan.
Setingan posisi pisau yang berubah saat proses pemotongan berlangsung sehingga banyak buku yang terpotong tidak presisi di ketiga sisinya.
¾ Faktor Manusia
Ketidaktelitian pekerja pada pengaturan posisi pisau sehingga hasil akhir tidak sesuai.
Kurangnya penguasaan mengenai mesin potong yang mengakibatkan tidak maksimalnya hasil akhir produk buku dengan indikasi banyaknya cacat yang terjadi.
II. Faktor tidak langsung terdiri dari : ¾ Faktor Metode Kerja
Pengarahan yang dilakuakan oleh operator jarang dilakukan sehingga hasil produksi kurang baik.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
82
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Kurangnya kedisiplinan terhadap tata cara kerja di bagian produksi sehingga hasilnya kurang memuaskan.
¾ Faktor Lingkungan
Kebisingan dari mesin yang dapat menggganggu konsentrasi pekerja.
Sirkulasi udara yang kurang baik yang menyebabkan para pekerja kepanasan.
Dari faktor-faktor yang telah diuraikan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor utama penyebab cacat produksi buku adalah karena faktor kelalaian mesin dan pekerja. Tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan faktor penyebab utama dari permasalahan yang terjadi adalah dengan penanggulangan menggunakan metode 5 W + 1 H, yang terdiri dari Faktor penyebab, alasan penyebab, dimana dan kapan kejadianya, siapa pelakunya, dan bagaimana solusi penanggulangannya.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
83
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Tabel 5.4 Rencana Penanggulangan Cacat Potong What
Why
Where
When
Who
How
Terjadi
1. Karena
Pada
Pada saat
Operator
1.Untuk
kecacatan
pisau
mesin
proses
mesin
mesin
pisau potong
pemotong
potong 3
pemotongan potong
dilakukan
dimana
sudah tidak
sisi
tidak sesuai
beserta
penggantian
dalam
tajam
standar,
asistennya
pisau dan
pemotongan
2. Karena
segera
penyetingan
buku yang
penyetingan
dibenahi
ulang pada
menggunakan pisau yang
dan seting
mesin, dan
mesin potong
tidak presisi
kembali
juga
tiga sisi
3. Kurang
perawatan
terjadi
ketelitian
berkala
kemiringan
dari
secara rutin
sehingga sisi
Operator
dikarenakan
dari buku
mesin
kondisi
tidak presisi
potong
mesin sudah
serta ada
uzur
bagian
2. Sebelum
halaman yang
proses
tidak ikut
pemotongan
terpotong
buku ODB agar dilakukan pengecekan lebih ketat lagi
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
84
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
5.4. Analisis Diagram Pareto Pada Produk Buku ODB Pada pengolahan data, dapat diketahui bahwa jumlah dan jenis cacat pada produk buku ODB yang sering terjadi pada saat pengamatan adalah sebagai berikut : 8 Ketepatan printing yang mengalami kecacatan sebanyak 665 buku dengan persentase cacat sebesar 38.64%. 8 Ketepatan potong yang mengalami kecacatan sebanyak 426 buku dengan persentase cacat sebesar 24.75%. 8 Ketepatan jahit yang mengalami kecacatan sebanyak 324 buku dengan persentase cacat sebesar 18.83%. 8 Ketepatan lipat yang mengalami kecacatan sebanyak 306 buku dengan persentase cacat sebesar 17.78%. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan jenis cacat pada produk buku ODB dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.5 Jumlah Data Produk Cacat Buku ODB Jenis No. cacat 1 Printing 2 Potong 3 Jahit 4 Lipat Jumlah
Jumlah Cacat 665 426 324 306 1721
Cacat Komulatif 665 1091 1415 1721
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
Presentase Cacat 38.64% 24.75% 18.83% 17.78% 100%
Persentase Komulatif 38.64% 63.39% 82.22% 100%
85
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
5.5. Analisis Diagram Sebab- akibat Terhadap Diagram Pareto Diagram sebab-akibat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisa suatu proses atau situasi guna menemukan penyebab suatu persoalan atau masalah yang terjadi. Tujuan dari diagram sebab-akibat ini adalah untuk mendapatkan hasil, dalam hal ini mengurangi jumlah cacat yang ada, diagram sebab-akibat menunjukkan pada kita beberapa penyebab kecacatan produk dan dapat mengarahkan kita dalam mengambil tindakan perbaikan dengan secepatnya. Diharapkan dengan adanya tindakan perbaikan secepatnya , produktivitas dapat meningkat dan kondisi pada jumlah cacat yang ditemukan pada setiap harinya dapat berkurang. Karena semakin sedikit kecacatan yang terjadi, maka semakin sedikit pula kerugian yang ditimbulkan karena kecacatan tersebut. Dari data pada diagram pareto dapat disimpulkan bahwa penyebab cacat yang paling dominan adalah faktor printing dimana jenis cacat printing yang paling sering ditemukan yaitu berupa ketepatan warna yang tidak sesuai dengan contohan atau proof print yang telah di setujui oleh customer.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
86
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Untuk lebih jelasnya ketepatan warna yang tidak sesuai tersebut dapat digambarkan dengan diagram sebab-akibat sebagai berikut :
Mesin Pengaturan Alat tinta
Manusia Kurang Teliti Tanggung jawab
Psikis Kelelahan
Perawatan
Skill Pelatihan
Ketepatan Warna Tidak Sesuai
Pemilihan bahan tinta
Material
Gambar 6.1 Diagram Sebab-Akibat Penyebab Ketepatan Warna Tidak Sesuai
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
87
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Dari diagram sebab-akibat diatas dapat dijelaskan mengenai faktor-faktor penyebab ketepatan warna yang tidak sesuai yang terdiri dari faktor langsung dan tidak langsung sebagai berikut: o Faktor langsung adalah : •
Dari diagram sebab-akibat yang telah digambarkan, pengaruh dari faktor manusia menunjukkan kondisi tubuh yang terjadi karena aspek kelelahan yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Mengakibatkan kurang telitinya pekerja terhadap pekerjaannya sehingga tanggung jawab atas proses produksi yang sedang berlangsung menjadi berkurang.
•
Faktor mesin merupakan faktor dominan dalam kecacatan pada proses produksi buku, dikarenakan pengaturan setingan warna yang terkadang berubah dengan sendirinya saat proses pencetakan berlangsung serta silinder plate yang berubah yang mengakibatkan ketepatan warna tidak sesuai.
•
Tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan penyebab utama masalah Aspek material atau bahan baku yang dibutuhkan pada proses printing yang mengakibatkan ketepatan warna tidak sesuai yang lebih dikarenakan pemilihan bahan tinta. Kualitas tinta sangat berpengaruh terhadap hasil dari cetakan.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
88
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
o Faktor tidak langsung adalah : •
Aspek terhadap lingkungan kerja yang terjadi dari akibat sirkulasi udara diruang kerja, khususnya dibagian produksi tidak tersistem dengan baik sehingga temperatur menjadi meningkat yang dapat berpengaruh menurunnya produktivitas kerja.
Tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan penyebab utama masalah yang terjadi adalah dengan rencana penanggulangan dengan menggunakan metode 5 W + 1 H, yang terdiri dari faktor penyebab, alasan penyebab, dimana dan kapan terjadinya, siapa pelakunya, dan bagaimana solusinya penanggulangannya. Diharapkan dengan adanya solusi rencana penanggulangan tersebut, produksi dapat meningkat dan kondisi pada jumlah cacat yang ditemukan pada setiap harinya dapat berkurang.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
89
BAB IV ANALISA PEMECAHAN MASALAH
Tabel 5.6 Rencana Penanggulangan Ketepatan Warna Tidak Sesuai What
Why
Where
When
Who
How
Ketepatan
Kondisi
Pada mesin
Pada saat
Operator
1. Training
warna yang
mesin cetak
cetak
proses
mesin
karyawan
tidak sesuai
yang
pencetakan
cetak
khususnya
dimana
bermasalah
berlangsung
beserta
bagian
hasil
yaitu sensor
tidak sesuai
asistennya
produksi
cetakan
alat tinta
standart,
yang
cover buku
tidak
segera
berkaitan
ODB tidak
berfungsi
dilakukan
dengan
sesuai
maksimal
penyetingan
mesin cetak
dengan
serta
ulang
yaitu
proof print
setingan
operator
yang telah
silinder
dan
ditetapkan
plate yang
asistenya
sebelumnya berubah
2. Untuk mesin dilakukan perawatan berkala serta perbaikan 3. Proses pengecekan diperketat lagi
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
90
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisa pengendalian kualitas terhadap produk buku dengan menggunakan alat-alat pengendalian kualitas di PT. Adhitya Andrebina Agung Jakarta dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Proses produksi buku ODB (Our Daily Bread) edisi Maret, April, Mei 2008 di PT. Adhitya Andrebina Agung selama periode Januari sampai dengan Februari 2008 tidak terkendali. Hal ini diketahui dengan mengimplementasikan proses produksi kedalam peta kendali p. 2) Penyebab-penyebab terjadinya cacat pada produk buku ODB (Our Daily Bread) edisi Maret, April, Mei 2008 selama periode Januari s/d februari 2008 adalah cacat printing, cacat lipat, cacat jahit dan cacat potong. Adapun faktor penyebab yang mengakibatkan terjadinya cacat adalah dikarenakan oleh kelalaian mesin dan pekerja. 3) Dari hasil perhitungan diagram pareto diketahui jenis cacat pada produk buku yang sering terjadi adalah pada bagian printing dengan jumlah cacat 665 buku, dengan presentase cacat sebesar 38.64%. Dimana kecacatan yang terbesar adalah ketepatan warna yang tidak sesuai dengan proof print yang telah ditetapkan.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
91
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4) Tindakan yang dilakukan berdasarkan penyebab utama masalah yang terjadi adalah dengan penyetingan ulang mesin dan mengecek serta memperbaiki kerusakan yang ada.
6.2. Saran Dengan melihat kondisi yang ada sekarang, serta faktor-faktor yang berpengaruh pada proses produksi, maka penulis mencoba untuk mengajukan beberapa saran untuk perusahaan yang sekiranya bermanfaat, yaitu : 1) Untuk mengurangi cacat yang diakibatkan faktor kelelahan pekerja, maka hendaknya perlu dilakukan rotasi atau perputaran kerja yang baik. Dan juga dari segi lingkungan perlu dilakukan perbaikan seperti pada sistem sirkulasi udara disetiap ruangan sehingga tercipta kenyamanan bagi para pekerja. 2) Perlu dilakukan perawatan atau maintenance terhadap mesin-mesin produksi secara berkala agar mesin dapat berproduksi maksimal sesuai target yang telah ditetapkan. 3) Ada baiknya perusahaan memberikan penghargaan kepada karyawan yang mempunyai loyalitas terhadap perusahaan, agar dapat mendorong yang lainya untuk melakukan hal yang serupa. 4) Menanamkan pentingnya mutu atau kualitas dalam berbagai aspek bagi kelangsungan hidup perusahaan kepada para karyawan. Ini penting karena akan berimbas langsung kepada karyawan itu sendiri dan tentunya perusahaan.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
92
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
5) Agar dalam penelitian selanjutnya dianalisis faktor-faktor penyebab cacat yang dapat dibuktikan secara statistik. Diharapkan dengan adanya tindakan penanggulangan tersebut produktivitas dapat meningkat dan kondisi pada jumlah cacat yang ditemukan pada setiap harinya dapat berkurang.
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
93
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
8 Ariani, Dorothea Wahyu. 2003. Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Kuantitatif dalam Manajemen Kualitatif), Yogyakarta 8 Ariani, Dorothea Wahyu. 1999. Manajemen Kualitas. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta 8 Gaspersz, Vincent. 2001. Metode Analisis Peningkatan Kualitas. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama 8 Gyna, Frank M. 2001. Quality Planning and Analysis, New York : Mc Graw-Hill 8 Feigenbaum, Ahmad V. 1992. Kendali Mutu Terpadu. Yogyakarta : Liberty 8 Gasperz, V. 1997. Total Quality Management. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
DEDI SASMITA AMIJAYA/41606110046
94