TUGAS AKHIR Analisa Biaya Pengadaan Produk Bushing D-65 di PT. Komatsu Undercarriage Indonesia Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Disusun Oleh : Nama NIM Program Studi
: Riki Ajis : 41605110079 : Teknik Industri
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2009
LEMBAR PENGESAHAN
Analisa Biaya Pengadaan Produk Bushing D-65 di PT. Komatsu Undercarriage Indonesia
Disusun Oleh : Nama NIM Program Studi
: Riki Ajis : 41605110079 : Teknik Industri
Pembimbing,
[
Ir. Indra Almahdy M.Sc.
]
Mengetahui, Koordinator Tugas Akhir/Ketua Program Studi
[Ir. Muhammad Kholil MT]
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama
: Riki Ajis
N.I.M
: 41605110079
Jurusan
: Teknik Industri
Fakultas
: Teknologi Industri
Judul Skripsi
: Analisa Biaya pengadaan Produk Bushing D65 di PT. Komatsu Undercarriage Indonesia
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini adalah hasil karya saya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertip di Universitas Mercubuana. Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan, Penulis,
Riki Ajis
iii
ABSTRAK
Faktor biaya adalah bagian penting dari proses produksi. Setiap tahun harga material terus meningkat tetapi tidak diimbangi dengan naiknya harga penjualan dari produsen ke konsumen secara seimbang, untuk tetap mendapatkan keuntungan produsen berusaha untuk melakukan penghematan diberbagai bidang termasuk didalamnya penghematan secara internal. Salah satu cara untuk melakukan penghematan internal adalah pada proses pengadaan (procurement) di dibagian produksi. Pada proses penelitian ini biaya pada proses pengadaan dapat ditekan dengan cara menganalisa proses pengadaan tersebut sehingga komponenkomponen biaya yang ada didalamnya dapat ditekan, serta diperlukannya data pembanding yang bisa mengarahkah kepada proses dengan biaya termurah yang diperkuat dengan teori-teori yang ada. Proses pengadaan yang dipilih disini adalah: a. proses Inhouse b. proses Inhouse dan supplier c. proses direct order. Dengan mengunakan metoda waterfall maka proses perhitungan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : a. mengidentifikasi dan menganalisa kebutuhan pengadaan b. mendiskribsikan masalah c. mencari alternatif proses d. mengumpulkan data dilapangan e. menganalisa data f. menarik kesimpulan. Data-data yang didapatkan dilapangan diolah dengan menggunakan teoriteori yang ada sehingga didapatkan suatu perhitungan secara kwantitatif. Hasil dari perhitungan tersebut dianalisa sehingga didapatkan suatu keputusan proses pengadaan yang termurah serta faktor-faktor analisa lainnya yang mempengaruhi. Terakhir adalah menarik kesimpulan dan saran pada proses perhitungan pengadaan diatas. Kata kunci : Pengadaan
iv
ABSTRACT Cost is the most important factor in the production activity. In every year the material cost rises significantly but no increase in the sales side. To keep the profit from the company activities the manufacturer tried to perform cost reduction in all level activities in the company including in the internal activities. One of the internal factor is the procurement in the prodution line. In this thesis the procurements cost can be reduced by analizing the procurement process and the whole components in the procurement itself. In the analizing the procurement process the comparisons are needed to ensure that lower cost will be achived with the theory based. The procurement methods are : a. inhouse process b. inhouse and supplier c. direct order. Steps of the calculation process are : a. identification b. describing the problems c. finding another alternative d. Gathering the data e. analizing f. conclusion All of the data will be analized with all of related theory and formulas and to get the quantitative data. The lowest cost in the process will become the result of the calculations an also the another factors impacting the procurement process. The conclusions for the all procurement process will be the last step for all of the process. Key word : Procurement
v
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penelitian ini merupakan salah satu syarat kelulusan dalam memenuhi kurikulum untuk program S1 pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercuabuana.. Kajian mengenai proses pengadaan (procurement) pada karya tulis ini mencakup mengenai cara pengambilan keputusan yang didasarkan pada biaya yang dikeluarkan untuk proses pengadaan serta komponen-komponen yang ada didalamnya dilengkapi dengan analisa biaya yang ada yang bisa menjadi acuan untuk manajemen perusahaan yang merupakan pihak yang menjadi pengambil keputusan akhir pada kegiatan perusahaan.
Ucapan terimakasih kami kepada : 1. Pihak Manajemen PT. Komatsu Undercarriage Indonesia 2. Bapak, Ir. Indra Almahdy M.Sc, sebagai pada pembimbing tugas akhir ini 3. Bapak, Ir. Muhammad Kholil MT, sebagai ketua Program Studi Teknik Industri 4. Bapak/ ibu dosen pengajar di Program Studi Teknik Industri
Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis sudah berusaha semaksimal mungkin agar dapat dimengerti dengan mudah oleh pembaca. penulis mohon
vi
maaf apabila terdapat kesalahan baik isi maupun dalam hal penulisan. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah berperan baik secara langsung maupun tidak langsung di dalam penyelesaian karya tulis ini. Apabila pembaca mempunyai saran dan kritik yang bersifat membangun, maka penulis akan terima dengan senang hati. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Jakarta, Januari 2009
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman ii
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 LATAR BELAKANG
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
3
1.3 BATASAN MASALAH
4
1.4 TUJUAN PENELITIAN
4
1.5 METODA PENELITIAN
5
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
5
BAB II LANDASAN TEORI
7
2.1 BOM (Bill of Material)
7
2.1.1 Produk Import
7
2.1.2 Material Import
7
2.1.2 Produk Inhouse
7
2.2 UNDERCARRIAGE PARTS
8
2.2.1 Undercarriage
8
2.2.2 Track Shoe Assembly
8
2.2.3 Track Link Assembly
9
2.2.4 Bushing
9
2.3 MESIN PRODUKSI
9
2.3.1 Mesin Band Saw
9
viii
2.3.2 Mesin IQT (Induction Quenching Tempering)
10
2.3.3 Mesin Bubut (Lathe Machine)
10
2.3.4 Mesin Heattreatment
10
2.3.5 Mesin Gerinda (Grinding Machine)
11
2.4 BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA PRODUK IMPORT
11
2.4.1 Full Costing
11
2.4.2 Biaya Depresiasi Mesin
12
2.4.3 Biaya Operator
13
2.4.4 Biaya Energi Listrik
13
2.4.5 Biaya CIF
15
2.4.6 Pajak Import
16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
18
3.1 MENGIDENTIFIKASI DAN MENGANALISA KEBUTUHAN
18
PENGADAAN 3.2 MENDESKRIBSIKAN MASALAH
21
3.3 MENCARI ALTENATIF
21
3.4 MENGUMPULKAN DATA DILAPANGAN
21
3.5 MENGANALISA DATA
22
3.6 MENARIK KESIMPULAN
23
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
24
4.1 BOM (BILL OF MATERIAL) TRACK LINK ASSEMBLY
24
4.2 BIAYA PENGADAAN BUSHING INHOUSE
25
4.2.1 Bill Of Material
25
4.2.2 Urutan proses
26
4.2.3 Kapasitas Mesin dan Biaya Depresiasi
27
4.2.4 Biaya Raw Material
28
4.2.4.1 Penghitungan Kebutuhan material
28
4.2.4.2 Biaya Import
30
4.2.4.2 Total Biaya Import
32
ix
4.2.5 Biaya Operator
32
4.2.6 Biaya Listrik
34
4.2.4 Total Biaya
35
4.3 BIAYA PENGADAAN INHOUSE DAN SUPPLIER
36
4.3.1 Bill of Material
34
4.3.2 Urutan Proses
37
4.3.3 Kapasitas Produksi dan Biaya Depresiasi
38
4.3.4 Biaya Raw Material
39
4.3.5 Biaya Operator
40
4.3.6 Biaya Listrik
41
4.3.7 Biaya Machining di Supplier
43
4.3.8 Total Biaya
43
4.4 BIAYA PENGADAAN BUSHING DENGAN PROSES DIRECT ORDER 4.4.1 CIF (Cost Insurance Freight)
43 43
4.4.2 Pajak Import
44
4.4.3 Total Biaya
45
BAB V ANALISA
46
5.1 ANALISA BIAYA PENGADAAN
46
5.1.1 Analisa Biaya Pengadaan Dengan Proses Inhouse
47
5.1.2 Analisa Biaya Pengadaan Dengan Proses Inhouse dan Supplier 5.1.3 Analisa Biaya pengadaan dengan Proses Direct Order
48 49
5.2 ANALISA WAKTU PENGADAAN
50
5.3 ANALISA INVENTORY
52
5.3.1 Analisa Inventory Dengan Proses Inhouse
52
5.3.2 Analisa Inventory Dengan Proses Inhouse dan Supplier
53
5.3.3 Anlisa Inventory Dengan proses Direct Order
53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
54
6.1 KESIMPULAN
54
6.2 SARAN
55
x
DAFTAR PUSTAKA
56
LAMPIRAN
57
xi
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1
Bill of Material untuk produk TLA. 78
23
Tabel 4.2
Bill of material produk Bushing InHouse
24
Table. 4.3
Kapasitas mesin produksi untuk produk Bushing
26
Tabel 4.4
Depresiasi untuk setiap mesin produksi
27
Tabel 4.5
Biaya depresiasi untuk mesin produksi
28
Tabel 4.6
Biaya Import Material Bushing
30
Tabel 4.7
Total Harga material Bushing InHouse
31
Tabel 4.8
Jumlah operator mesin untuk produksi InHouse
32
Tabel 4.9
Jumlah gaji operator mesin untuk produk InHouse
32
Tabel 4.10
Kebutuhan listrik untuk mesin InHouse
33
Tabel 4.11
Total biaya untuk produksi Bushing InHouse
34
Tabel 4.12
Bill of material untuk produksi InHouse and support dari supplier Kapasitas mesin Inhouse
34
Biaya Depresiasi mesin InHouse untuk proses Inhouse dan Supplier support Depresiasi Mesin Inhouse untuk untuk proses Inhouse dan Supplier support. Kebutuhan operator mesin Inhouse untuk proses Inhouse dan Supplier support. Jumlah gaji operator mesin Inhouse untuk proses Inhouse dan Supplier support. Kebutuhan listrik untuk mesin Inhouse untuk proses Inhouse dan Supplier support. Total biaya Bushing Inhouse untuk proses Inhouse dan Supplier support Biaya Import material Bushing untuk direct purchase ke Jepang Total biaya untuk Bushing dengan proses direct order ke Jepang Perbandingan biaya pengadaan
36
Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 5.1
xii
36
37 37 38 39 40 40 42 47
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Undercarriage parts
8
Gambar 2.2
Track Shoe Assembly
8
Gambar 2.3
Track Link Assembly
9
Gambar 2.4
Produk Bushing
9
Gambar 3.1
Alur perhitungan produk Bushing
21
Gambar 4.1
Diagram alir proses Bushing Inhouse
25
Gambar 4.2
Estimasi potongan Bar Material Bushing
29
Gambar 4.3
35
Gambar 5.1
Diagram alir proses Bushing InHouse dengan support dari Supplier Diagram komparasi biaya setiap proses pengadaan
Gambar 5.2
Diagram komparasi stuktur biaya pengadaan InHouse
44
Gambar 5.3
45
Gambar 5.4
Diagram komponen biaya pengadaan InHouse dan Supplier Diagram komponen biaya pengadaan Direct Order
Gambar 5.5
Lead Time Produk Bushing
47
xiii
43
46
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PT. Komatsu Undercarriage Indonesia (KUI) adalah salah satu anak perusahaan Komatsu Limited yang beralamat di kawasan JABEKA Cikarang. Berdiri pada Bulan Desember 2004 dan mempunyai sekitar 400-an orang karyawan. Produk utama yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah komponenkomponen Undercarriage untuk alat berat Bull Dozer dan Excavator. Salah satu dari produk tersebut adalah Track Link Assembly (TLA) yang merupakan komponen rakitan untuk roda dari alat berat. Selama ini produk Track Link Assembly (TLA) di produksi di Jepang sehingga harga produksinya menjadi mahal karena harga material di Jepang sendiri sangat mahal. Oleh karena itu pihak manajemen perusahaan mempunyai keinginan supaya Track Link Assembly (TLA) dapat di produksi menggunakan fasilitas dari pabrik sendiri dengan harapan bisa menekan biaya produksi. Salah satu produk Track Link Assembly (TLA) tersebut adalah Track Link Assembly (TLA) D-65 yang merupakan komponen assembly untuk Bull dozer D-65. Salah satu cara untuk menghemat biaya produksi tersebut adalah dengan memproduksi beberapa komponen assembly dari Track Link Assembly (TLA) D-
1
2 BAB I PENDAHULUAN
65 dengan menggunakan fasilitas pabrik yang ada atau biasa disebut dengan istilah InHouse production. Dari sekian banyak komponen-komponen Track Link Assembly (TLA) D-65 dipilih satu produk yang sangat memungkinkan untuk diproduksi dengan menggunakan mesin produksi sendiri yaitu produk Bushing karena kebutuhan produk Bushing sangat tinggi, dengan menekan biaya pada proses pengadaan diharapkan akan menurunkan biaya produksi Track Link Assembly (TLA) D-65 secara keseluruhan. Untuk memastikannya apakah produk Bushing Inhouse bisa menguntungkan bagi perusahaan atau tidak maka diperlukan suatu studi yang dan analisa yang mendalam sehingga didapatkan suatu keputusan akhir apakah produk Bushing tersebut bisa mengurangi biaya produksi sesuai dengan harapan atau tidak. Selama ini produk Bushing sendiri untuk pengadaannya selalu di Supply dari KLC (Komatsu Logistik Center) yang ada di Jepang yang dianggap mempunyai harga yang tinggi dan membutuhkan lead time yang lama sampai produk tersebut bisa di pakai untuk proses perakitan di PT. KUI. Dalam Tugas Akhir ini penulis akan mencoba mencari dan menganalisa beberapa alternatif proses pengadaan dengan mencari proses yang mempunyai biaya yang paling murah dalam pengadaan produk Bushing tersebut. Setelah mempelajari proses pembuatan dari produk Bushing maka penulis memutuskan untuk membandingkan proses pengadaan dengan memilih alternatif sebagai berikut :
3 BAB I PENDAHULUAN
a.
Memproduksi Bushing dengan mengunakan mesin-mesin produksi sendiri (Inhouse Production).
b.
Memproduksi Bushing dengan mengunakan mesin-mesin produksi sendiri dan support dari Supplier untuk beberapa proses permesinan yang dianggap mudah untuk dikerjakan.
c.
Atau dengan cara
lama yaitu tetap membeli produk Bushing itu
langsung dari Jepang.
1.2 RUMUSAN MASALAH Mahalnya harga produk jadi Bushing yang di import dari Jepang membuat biaya produksi terus membengkak sehingga diputuskan bahwa produk Bushing harus diproduksi dengan menggunakan mesin sendiri. Akan tetapi untuk merealisasikan keputusan tersebut perlu diadakan suatu penelitian yang jelas sehingga diperoleh suatu keputusan yang terbaik dalam pengadaan produk Bushing. Dengan memproduksi produk sendiri maka dibutuhkan suatu perhitungan biaya-biaya pokok produksi yang jelas dengan teori-teori yang ada, biaya pokok tersebut antara lain adalah : a. Biaya Material b. Biaya Depresiasi Mesin c. Biaya Operator d. Biaya Energi
4 BAB I PENDAHULUAN
Diharapkan dengan penelitian tersebut dapat memberikan solusi proses pengadaan yang lebih murah sehingga dapat mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. 1.3 BATASAN MASALAH a. Proses penghitungan biaya hanya dilakukan pada produk Bushing untuk ke tiga pilihan pengadaan yang telah disebutkan diatas. b. Penghitungan biaya berdasarkan metoda full costing. c. Penghitungan biaya depresiasi adalah dengan menggunakan metoda Declining Balance Method dengan asumsi lamanya depresiasi mesin adalah 5 tahun umur mesin jatuh pada ahun ke-3. d. Penghitungan biaya produksi menggunakan data yang ada di Akunting, PPIC, Produksi dan Engineering di PT. KUI. e. Data dari supplier adalah data berupa Quotation (Penawaran harga dari supplier). f. Besarnya biaya Fix Overhead pabrik telah ditentukan yaitu sebesar 20 %
1.4 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian
adalah membandingkan beberapa proses
pengadaan yang dipilih kemudian dari proses pengadaan tersebut dipilih proses pengadaan yang mempunyai biaya yang paling murah dengan teori-teori yang ada.
5 BAB I PENDAHULUAN
1.5 METODA PENELITIAN Data untuk tugas akhir ini didapatkan melalui : a. Studi Pustaka dengan menggunakan berbagai referensi dari buku-buku yang bisa memperkuat teori-teori yang ada. b. Studi Lapangan yang didapatkan di PT. Komatsu Undercarriage Indonesia (KUI). c. Dengan cara melakukan wawancara langsung dengan karyawan yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan produksi di PT. Komatsu Undercarriage Indonesia (KUI). d. Dengan data berupa Quotation dari supplier.
1.6 SISTEMATIKA PENELITIAN Sistematika penyajian yang diarahkan pada karya tulis ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian metodologi penelitian dan dilengkapi dengan sistematika penyajian.
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menyajikan berbagai teori-teori yang digunakan untuk menghitung biaya-biaya dalam pengadaan produk Bushing.
6 BAB I PENDAHULUAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan cara pengambilan data dan pengolahan data dengan analisis-analisis yang ada sehingga didapatkan suatu kesimpulan.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi data yang didapatkan di PT. Komatsu Undercarriage Indonesia (KUI) serta pegolahannya sesuai dengan teori yang ada.
BAB V ANALISIS DATA Bab ini membahas pengambilan keputusan tentang proses pengadaan yang dipilih dengan menganalisa data-data yang ada.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran hasil dari seluruh proses analisa penghitungan biaya produksi produk Bushing.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 BOM (Bill of Material) BOM (Bill Of Material) adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan, dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat suatu produk. Bill Of Material tidak hanya menspesifikasikan produksi, tapi juga berguna untuk pembebanan biaya, dan dapat dipakai sebagai daftar bahan yang harus dikeluarkan untuk karyawan produksi atau perakitan.
2.1.1
Produk Impor (Overseas Finish Goods) Produk Import adalah produk yang di import dari luar indonesia seperti Jepang, Thailand, China, dll.
2.1.2
Material Impor (Overseas Material) Material Import adalah material yang di import dari luar indonesia yang nantinya akan dipakai di pabrik sebagai bahan baku untuk produksi.
2.1.3
Produk InHouse (Inhouse Product) Produk yang di produksi dengan menggunakan mesinmesin di pabrik di PT. KUI.
7
8 BAB II LANDASAN TEORI
2.2 UNDERCARRIAGE PARTS 2.2.1
Undercarriage Secara umum pengertian dari Undercarriage adalah bagian yang digunakan untuk menggerakan kendaraan kendaraaan yang berupa roda tapi bisa juga berupa pengapung yang digunakan di air atau salju. Komponen ini biasanya dilengkapi oleh Shock Absorber yang berfungsi untuk mengurangi getaran atau goncangan.
Di lingkungan alat berat (Heavy Equipment) Undercarriage adalah komponen roda dari alat berat itu sendiri.
Gambar 2.1 Undercarriage parts
2.2.2
Track shoe assembly Track
Shoe
Assembly
adalah
undercarriage
yang
jumlahnya hanya satu unit. Untuk 1 alat berat selalu menggunakan 2 Track Shoe Assembly.
9 BAB II LANDASAN TEORI
Gambar 2.2 Track shoe assembly
2.2.3
Track Link Assembly Track Link Assembly adalah Track Shoe Assembly yang tidak menggunakan shoe.
Gambar 2.3 Track link assembly
2.2.4
Bushing Bushing berfungsi sebagai penghubung antar Link dimana juga berfungsi untuk landasan dari rantai yang akan terhubung dengan Spocket sebagai pengerak Track Shoe Assembly.
Gambar 2.4 Produk Bushing
10 BAB II LANDASAN TEORI
2.3 MESIN PRODUKSI 2.3.1
Mesin Band Saw Mesin Band Saw adalah sejenis mesin yang dipakai untuk memotong baja yang berbentuk Bar material dengan diameter dan panjang tertentu dalam hal ini digunakan untuk memotong material Bushing.
2.3.2
Mesin IQT (Induction Quenching Tempering Machine) Mesin IQT adalah mesin pemanas yang menggunakan proses induksi listrik sebagai penghasil panas. Mesin ini menggunakan control otomatis pada saat proses. Bushing yang mempunyai material dengan kekerasan tertentu akan menjadi lebih keras setelah melalui proses pada mesin ini sehingga Bushing mempunyai ketahanan dari gesek dan abrasi lebih tinggi.
2.3.3
Mesin Bubut (Lathe Machine) Mesin ini digunakan untuk membentuk logam dengan penampang bulat. Digunakan untuk memproses diameter dalam atau diameter.
2.3.4
Mesin Heattreatment (Normalizing Machine) Mesin
Heattreatment
merupakan
mesin
pemanas
menggunakan induksi listrik akan tertapi hanya memiliki
11 BAB II LANDASAN TEORI
kemampuan panas yang rendah ± 800°C. Fungsi dari mesin ini untuk menghilangkan Stress yang terjadi pada logam baja setelah melalui proses IQT.
2.3.5
Mesin Gerinda (Grinding Machine) Mesin ini digunakan untuk proses memperhalus permukaan logam baja dalam hal ini adalah Bushing dengan kepresisian yang tinggi.
2.4 BIAYA PRODUKSI DAN BIAYA PRODUK IMPORT 2.4.1
Full Costing Menurut Mulyadi (1993, 18) dalam bukunya Akuntansi Biaya memberikan definisi full costing sebagai berikut Full Costing merupakan metode penentuanharga pokok produksi yang memperhitungkan senua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja variable overhead dan fix overhead. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harga pokok produksi menurut metoda full costing terdiri dari unsur produksi sebagai berikut. Biaya bahan baku
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Variable Overhead
xxx
12 BAB II LANDASAN TEORI
2.4.2
Fix Overhead
xxx
Harga Pokok Produksi
xxx
+
Depresiasi Mesin Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2003, 207-208) dalam bukunya Pengantar teknik dan Manajemen industri depresiasi atau biasa disebut dengan penyusutan bisa dinyatakan sebagai berkurangnya nilai dari suatu asset, seperti mesin, peralatan produksi, bangunan pabrik dan lain-lain dengan bertambahnya unsur dari pemakaian asset tersebut Diantara berbagai jenis penyusutan maka metoda yang dipilih pada penelitian ini adalah metoda penyusutan keseimbangan menurun Declining Balance Depreciation Method. Metoda Declining Balance Depreciation Method akan menghasilkan biaya depresiasi pada tahun-tahun awal dan selanjutnya menurun cepat pada tahun berikutnya. Besarnya penyusutan dapat dihitung berdasarkan prosentase tertentu/tetap terhadap nilai buku dari asset pada tahun sebelum depresiasi tersebut dikehendaki. Formulasi perhitungan biaya depresiasi tahunan dalam hal ini dapat dinyatakan seperti berikut :
ADn = (%R (BVn-1)...............................................(2.1) Dimana :
13 BAB II LANDASAN TEORI
%R = persentase penyusutan yang dikehendaki pertahun BVn-1 = Nilai buku pada tahun ke n-1 (n=1,2,...............N) 2.4.3
Biaya Operator Biaya operator adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengupah operator dalam satu bulan masa kerja normal. Besarnya operator tergantung pada perjanjian antara perusahaan dengan operator itu sendiri yang dilindungi oleh undang-undang ketenaga kerjaan. Struktur biaya operator di PT. KUI antara lain adalah : a. Basic salary (Gaji pokok) b. Tunjangan makan c. Tunjangan Transportasi
2.4.4
Biaya Energi Listrik Biaya energi listrik adalah salah satu komponen penting dalam perhitungan biaya produksi. listrik yang dipakai disini adalah listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Besarnya biaya yang dikenakan tergantung pada banyaknya Kwh yang dipakai dan besarnya Daya (VA) yang dipakai oleh PT. KUI. Beberapa istilah yang dapat diperhatikan dalam perhitungan energi listrik antara lain : a. Biaya beban
14 BAB II LANDASAN TEORI
Adalah
biaya
yang
besarnya
tetap
dihitung
berdasarkan Daya (VA) yang digunakan. Biaya Beban = Daya (VA) / 1000 x Tarif /KVA.....................................................................(2.2)
b. Biaya pemakaian Adalah biaya pemakaian energi yang diukur berdasarkan KWh.
Biaya Pemakaian = KWh x Tarif/KWh................(2.3)
c. Pajak Penerangan Jalan Adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah(Pemda) berdasarkan peraturan darah (Perda). Besarnya ditentukan oleh Perda. Biaya ini akan disetorkan ke Kas Pemda dan masuk menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Perhitungannya adalah seagai berikut :
Pajak Penerangan Jalan = 3% x Jumlah biaya beban + Biaya pemakaian...............................................(2.4)
15 BAB II LANDASAN TEORI
d. Biaya Materai Biaya ini kenakan untuk pembayaran Materai sebagai bukti bahwa pemayaran tersebut mempunyai kekuatan hukum. Besarannya tergantung pada besarnya tagihan : -
Rp 3.000,00 untuk tagihan Rp 250.000,00 s/d 1.000.000,00.
-
Rp
6.000,00
Untuk
tagihan
Diatas
Rp
1.000.000,00.
2.4.5
Biaya CIF (Cost Insurance and Freight) Biaya CIF (Cost Insurance and Freight) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengimpor barang dari luar negeri. CIF sendiri terdiri dari : a. Cost (FOB), adalah harga barang sampai pada kapal pengangkut atau biasa disebut Free On Board. b. Insurance, adalah asuransi yang dibayarkan untuk menjamin bahwa apabila sesuatu terjadi pada barang yang diimpor maka akan diganti oleh perushaan asuransi yang ditunjuk. c. Freight, adalah biaya angkut dari pelabuhan supplier sampai dengan pelabuhan pengimpor.
16 BAB II LANDASAN TEORI
2.4.6
Pajak Impor Pajak import adalah pajak yang dikenakan untuk barangbarang yang diimport dari luar negeri dan mempunyai formula sebagai berikut :
PPn Import + PPh Pasal 22…………………………….(2.5)
a. PPn Import Formulasi untuk menghitung PPn Import adalah sebagai berikut :
PPn Import = 10% x (CIF+Import Duty)………………(2.6)
b. PPhPasal 22 Formulasi untuk menghitung PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut :
PPh Pasal 22 = 7,5% x (CIF + Import Duty)………(2.7)
c. Improt Duty atau biasa disebut sebagai Bea Masuk. Formulasi untuk menghitung Import Duty adalah sebagai berikut :
17 BAB II LANDASAN TEORI
Import Duty = Tariff x CIF …………………..(2.8)
d. Tariff Tariff adalah persentase biaya yang dikeluarkan menurut jenis barang dikenakan pajak, besarnya tariff dapat dilihat pada Harmonize System Code yang dikeluarkan oleh Dirjen Bea dan Cukai.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang dimaksud disini adalah teknis pelaksanaan penelitian di PT. Komatsu Undercarriage Indonesia (KUI). Metode penelitian ini amat perlu di rumuskan dengan jelas, mengingat bahwa suatu penelitian tanpa menempuh cara atau prosedur yang tepat dan benar maka hasilnya tidak akan akurat seperti apa yang diharapkan. Pada bab ini akan dipaparkan langkah-langkah yang digunakan untuk membahas permasalahan yang diambil dalam penelitian. Pada bagian ini juga akan dijelaskan metoda yang akan digunakan untuk penghitungan biaya pada masing-masing proses penyediaan produk Bushing. Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah maka digunakan suatu metode yaitu metode waterfall. Langkah yang dilakukan dimulai dengan mengamati dan mengidentifikasi
permasalahan
yang
ada,
menganalisa
permasalahan,
mendiskribsikan permasalahan tersebut, mendesain kemungkinan alternatif yang memungkinkan, mengumpulkan data dilapangan, menganalisa data yang ada dan menarik kesimpulan.
3.1 MENGIDENTIFIKASI
DAN
MENGANALISA
KEBUTUHAN
PENGADAAN Tahapan identifikasi dan analisa dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dari perusahaan terhadap penyediaan produk Bushing. Hal ini perlu dilakukan 18
19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
agar setiap proses yang akan dilakukan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan perusahaan. Kegiatan yang dilakukan pada tahapan identifikasi dan analisa antara lain adalah : a. Melakukan review terhadap proses yang ada b. Melakukan studi literatur / studi pustaka untuk lebih menguasai dan memahami dasar-dasar teori dan konsep yang mendukung penelitian c. Melakukan observasi terhadap permasalahan yang ada pada objek penelitian dan dilanjutkan dengan proses identifikasi.
Observasi dilakukan dengan beberpa langkah antara lain : -
Melakukan pengamatan dan analisa kondisi dari objek penelitian, terutama proses-proses yang berhubungan dengan desain produk, Bill of material (BOM) yang ada di sistem, proses produksi, alur produksi dan kapasitas mesin produksi hingga jam kerja dilini produksi.
-
Melakukan wawancara pada beberapa staff di beberapa Divisi
diantaranya
Divisi
Produksi,
Engineering,
Purchasing, PPIC, dan bagian Akunting. Skenario yang dilakukan saat wawancara adalah sebagai berikut : o Menentukan orang-orang yang akan dijadikan sebagai sumber informasi
20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
o Membuat jadwal dan agenda dari orang-orang yang disebutkan diatas. o Menyiapkan pertanyaan yang bersifat strategis ataupun teknis untuk mengetahui permasalahan. o Melakukan wawancara dan mencatat hasil yang didapatkan.
Data-data tersebut antara lain : a. Data dari bagian Accounting berupa •
Data Belanja mesin dan pembukuan
•
Data Depresiasi mesin
b. Data dari bagian Engineering berupa •
Data design produk
•
Drawing dan proses produksi
•
Data energi yang dibutuhkan mesin
c. Data dari bagian PPC berupa •
Data kapasitas mesin
•
Data jam kerja mesin
•
Bill of Material
d. Data dari bagian Produksi berupa •
Data operator
•
Data Jam kerja
•
Detail cara kerja mesin
21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
e. Data dari bagian Purchasing •
Data belanja material
•
Data Quotation dari supplier
•
Data data prosedur impor dan lainya
f. Data dari bagian HRD berupa •
Data Upah tenaga kerja
3.2 MENDESKRIBSIKAN MASALAH Setelah melakukan wawancara maka langkah selanjutnya adalah mengambarkan proses yang ada secara detail kemudian melakukan proses sortir untuk proses benar-benar dibutuhkan sehingga didapatkan suatu kesimpulan dari permasalahan yang sebenarnya.
3.3 MENCARI ALTERNATIF Dengan masalah-masalah yang ada kemudian dicoba beberapa alternatif yang bisa dikembangkan untuk penyediaan produk Bushing. Dengan berpatokan pada data yang didapatkan dari hasil wawancara. Memilih beberapa alternatif yang paling memungkinkan.
3.4 MENGUMPULKAN DATA DILAPANGAN Setelah mendapatkan alternatif-alternatif yang ada langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data. Data yang dibutuhkan disini adalah data yang lebih detail yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang ada di beberapa bagian di Divisi yang telah disebutkan diatas.
22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Kemudian melakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mendesain proses pada masing-masing alternatif yang dipilih. b. Mendesain Bill of Material (BOM) untuk proses yang dipilih c. Melakukan penghitungan biaya untuk masing-masing proses dengan data yang ada.
3.5 MENGANALISA DATA Setelah mendapatkan hasil perhitungan untuk semua proses penyediaan yang ada maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data yang didapatkan dengan memandingkan dari segi biaya yang dibutuhkan sehingga didapatkan suatu hasil akhir yang berupa keputusan proses penyediaan yang memilik biaya terendah.
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Material Cost
Man Power Cost
Inhouse Procurement
Variabel Overhead
Energi
Depreciation
Fix Overhead
Material Cost
Man Power Cost
Inhouse Procurement
Variabel Overhead
Energi
Cost Analisys and Decision Depreciation Fix Overhead Supplier Charge
CIF
Direct Order to Japan Tax (ppn)
Gambar 3.1. Alur penghitungan biaya produk Bushing.
3.6 MENARIK KESIMPULAN Menarik kesimpulan dari proses diatas dengan menekankan kelebihan dan kelemahan dari penelitian yang dilakukan dan dibagian terakhir adalah melakukan penulisan penelitian.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 BOM (BILL OF MATERIAL) TRACK LINK ASSEMBLY Bill of material diambil dari drawing TLA.78 yang merupakan drawing yang menggambarkan BOM secara keseluruhan dimana TLA.78 part number 14X-32-00213 adalah Main BOM-nya dan diposisikan pada level 0 sedangkan part-part lainnya adalah Child yang diposisikan pada level 1 seperti pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Bill of Material untuk produk TLA. 78 No
Level
Part Number
Describtion
1
0
14X-32-00213
TLA Oil. 78
2
1
14X-32-13120
Link (LH)
76 Pcs
3
1
14X-32-13130
Link (RH)
76 Pcs
4
1
14X-32-12150
Pin
78 Pcs
5
1
14X-32-13140
Bushing
78 Pcs
6
1
14X-32-13320
Link Master (LH Pin)
2 Pcs
7
1
14X-32-13330
Link Master (LH Bushing)
2 Pcs
8
1
14X-32-13420
Link Master (RH Pin)
2 Pcs
9
1
14X-32-13430
Link Master (RH Bushing)
2 Pcs
10
1
14X-32-11350
Bolt Master
8 Pcs
11
1
14X-32-12200
Seal Assy
156 Pcs
12
1
144-32-21191
Spacer
156 Pcs
24
Q’ty
Unit 1 Pcs
25
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
13
1
07059-11830
Plug (L)
78 Pcs
14
1
07059-20721
Plus (s)
78 Pcs
15
1
X3203-09380
Oil Rored EP-A90
3.52 Ltr
16
1
191455010
Paint (Natural Yellow)
3.24 Kg
17
1
18293003
Thinner
18
1
9ST00001
Master Link Cover D-65
19
1
9WI00001
Wire Dia. 3,2 mm
2.6 Ltr 2 Pcs 0.74 Kg
Dari Bill of Material (BOM) bisa dilihat bahwa produk Bushing berada pada level 1.
4.2 BIAYA PENGADAAN BUSHING INHOUSE 4.2.1 Bill of Material
Tabel 4.2 Bill of material produk Bushing InHouse No
Level
Part Number
Keterangan
1
2
14X-32-12140 RAW
Raw Material Bushing
2
2
14X-32-12140 SAW
Bushing proses Band Saw
3
2
14X-32-12140 LNC
Bushing proses Machining
4
2
14X-32-12140 IQT
Bushing proses IQT
5
2
14X-32-12140 HT
Bushing proses Normalizing
6
2
14X-32-12140 GRD
Bushing proses Grinding
26
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.2.2 Urutan Proses
Raw Material Bushing (Steel Tube Dia. 75mm)
Cutting Band Saw Machine
Machining LNC Lathe Machine
IQT IQT Machine Nerturen
Normalizing Heattreatment Machine
Grinding Centerless Machine
Gambar 4.1 Diagram alir proses Bushing Inhouse
27
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.2.3 Kapasitas Mesin dan Biaya Depresisasi
Table. 4.3 Kapasitas mesin produksi untuk produk Bushing
No
Nama Mesin
Shift I Jml. Kap. Mesin Mesin
Shift II Kap. Jml. Mesin Mesin
Shift III Kap. Jml. Mesin Mesin
Total Output Mesin Per Hari
1
Band Saw
760
1
-
-
-
-
760
2
LNC
95
4
95
4
-
-
760
3
IQT
760
1
-
-
-
-
760
4
Normalizing
380
2
380
2
380
2
760
5
Grinding 1
760
1
-
-
-
-
760
6
Grinding 2
-
-
760
1
-
-
760
7
Grinding 3
-
-
-
-
760
1
760
Remark
Runing 3 Shift 1st Process 2nd Process 3rd Process
27
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Dengan menggunakan Depresiasi Declining Balance Method maka didapatkan perhitungan seperti dibawah ini :
Tabel 4.4 Depresiasi untuk setiap mesin produksi
Tahun ke
Mesin Cutting Nilai Nilai Buku Akhir Deprs. tahun
0
Mesin LNC
Mesin IQT
Mesin Normalizing
Mesin Grinding
Nilai
Nilai Buku
Nilai
Nilai Buku
Nilai
Nilai Buku
Nilai
Nilai Buku
Deprs.
Akhir tahun
Deprs.
Akhir tahun
Deprs.
Akhir tahun
Deprs.
Akhir tahun
14,200.00
558,203.75
1,238,024.16
1,810,427.91
3,048,452.06
1
3,550.00
10,650.00
139,550.94
418,652.81
309,506.04
928,518.12
452,606.98
1,357,820.93
762,113.02
2,286,339.05
2
2,662.50
7,987.50
104,663.20
313,989.61
232,129.53
696,388.59
339,455.23
1,018,365.70
571,584.76
1,714,754.28
3
1,996.88
5,990.63
78,497.40
254,591.42
763,774.27
428,688.57
1,286,065.71
4
1,497.66
4,492.97
58,873.05
176,619.16
130,572.86
391,718.58
190,943.57
572,830.71
321,516.43
964,549.28
5
942.97
3,550.00
37,068.22
139,550.94
82,212.54
309,506.04
120,223.73
452,606.98
202,436.27
762,113.02
235,492.21
174,097.15
522,291.44
Keterangan : a. Salvage Value (S) adalah 25% dari harga mesin pada tahun ke-0. b. Besarnya Depresiasi adalah 25% setiap tahun. c. Umur mesin jatuh pada tahun ke-3 dari 5 tahun perhitungan depresiasi Dengan mengunakan data pada perhitungan diatas maka didapatkan biaya depresiasi untuk produk Bushing adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Biaya depresiasi untuk mesin produksi Jumlah
Kode
Harga
Lama
Depresiasi
Produk Yg
Mesin
Proses
Mesin ($)
Depresiasi (thn)
Tahun Ke3($)
Dihasilkan/Thn (Pcs)
Biaya/Pcs Karena Depresiasi ($)
Nama Mesin Cutting Machine LNC Machine IQT Machine Normalizing Machine Grinding Machine
1
SAW
14,200.00
5
1,996.88
200,640
0.01
4
LNC
558,203.75
5
78,497.40
200,640
0.39
1
IQT
1,238,024.16
5
174,097.15
200,640
0.87
2
HT
1,810,427.91
5
254,591.42
200,640
1.27
1
GRD
3,048,452.06
5
428,688.57
200,640
2.14
Biaya karena Depresiasi Mesin/pcs
4.67
4.2.4 Biaya Raw Material 4.2.4.1
Penghitungan Kebutuhan Material Bahan Baku dari produk ini adalah bar steel pipe dengan spesifikasi sebagai berikut: Panjang steel pipe
= 6500 mm
29
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Outer diamater
= 75 mm
Inner diamater
= 42 mm
Material
= TSS50C (JIS Standard)
Supplier
= KLC Jepang
Untuk membuat 1 pcs Bushing maka akan dibutuhkan steel pipe dengan spesifikasi sbb:
Panjang Potong
= 164.9 mm
Cutting Space
= 3 mm
6500 mm
3 mm
3 mm
Gambar 4.2. Estimasi potongan bar material Bushing
Maka didapatkan dalam satu bar steel pipe akan didapatkan Bushing dengan perhitungan sebagai berikut :
( A − 3) (6500 − 6) = = 38.67 Pcs = 38Pcs ( B + 3) (164.9 + 3)
30
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
A = Panjang bar material (mm) B = Panjang potong (mm) C = Panjang potong sisi (mm) Dari perhitungan di atas maka didapatkan untuk satu unit TLA akan dibutuhkan bar steel pipe sebagai berikut :
78 pcs X = = 2.05 bar Y 38 pcs / bar
X = Jumlah Bushing Per Unit TLA Y = Jumlah Pcs/ bar
4.2.4.2
Biaya Import Biaya FOB untuk 1 Bar material =
176 USD 38 Pcs
= 4.63 USD CIF = Cost (FOB) + Insurance + Freight
Tabel 4.6 Biaya Import Material Bushing Jenis Biaya Cost (FOB) Insurance (2 % x FOB) Freight (3% x FOB) Total
Biaya 4.63 0.09 0.14 4.86
Nilai USD USD USD USD
31
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
PPn Import
= 10% x (CIF + Import Duty) = 10 % [CIF + (Tariff x CIF)]
Dengan biaya tariff atau bea masuk sebesar 5 % sesuai dengan HSC (Harmonized System Code) yang dikeluarkan oleh Dirjen Bea dan Cukai maka perhitungan untuk PPn Import menjadi :
PPn Import
= 10% x [4.86 USD + (5% x 4.86 USD)]
= 10% x 5.10 USD = 0.51 USD
Dengan Biaya Tariff yang sama maka perhitungan untuk PPh Pasal 22 adalah sebagai berikut :
PPh Pasal 22
= 7,5 % x (CIF + Import Duty) = 7,5% x [CIF + (Tariff x CIF)] = 7,5% x [USD 4.86 +(5% x 4.86 USD )] = 7,5% x 5.1 USD = 0.38 USD
Sehingga didapatkan besarnya pajak utuk 1 pcs produk Bushing adalah :
32
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
PPn Import + PPh Pasal 22
= 0.51 USD + 0.38 USD = 0.89 USD
4.2.4.3
Total Biaya Import Proses pengiriman mengunakan transportasi laut (Sea Frieght) sehingga didapatkan perhitungan berikut :
Tabel 4.7 Total Harga material Bushing InHouse Keterangan Harga Bar Material Harga (FOB)/ Pcs Harga CIF/ Pcs Pajak Import Total Biaya/ Pcs
Harga 176 4.63 4.86 0.89 5.75
Unit USD USD USD USD USD
4.2.5 Biaya Operator Dari bagian produksi didapatkan kebutuhan operator seperti data berikut:
Tabel 4.8 Jumlah operator mesin untuk produksi InHouse No 1
Nama Mesin Band Saw
2
LNC
3
IQT
Shift Shift I Shift II Shift III Shift I Shift II Shift III Shift I
Magang 1 -
Kontrak 1
-
1
-
Leader
Total/Shift
Total/Day
-
-
2 -
2
2 2
2 2
-
4 4
8
1
-
1
3
5
-
-
Permanen
33
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5
Normalizing
6
Grinding
Shift II Shift III Shift I Shift II Shift III Shift I Shift II Shift III
Total
1
1
-
-
2
1
-
-
1 1
3
-
1
1 1
2 2
6
1
1
-
-
6
10
6
1
1 1
-
1 -
2 24
Dari data diatas di dapatkan biaya operator perbulan sebagai berikut: Tabel 4.9 Jumlah gaji operator mesin untuk produk InHouse Tunjangan Jumlah Pekerja
Posisi
Golongan
Magang
7
Kontrak
10
Permanen
6
1A , B, C 1D, E, F Dan 2A, B 2C, D, E, F
Leader
1
111A
Total
24
Gaji
Makan
Transportasi
Total
760,000.00
110,000.00
250,000.00
7,840,000.00
820,000.00
110,000.00
350,000.00
12,800,000.00
1,080,000.00
121,000.00
350,000.00
9,306,000.00
1,300,000.00
121,000.00
450,000.00
1,871,000.00 31,817,000.00
Sehingga dari data diatas didapatkan bahwa upah untuk pengerjaan 1 pcs Bushing adalah sebagai berikut :
Produk yang dihasilkan per bulan
= 22 hari x 760 Pcs = 16.720 Pcs
Dengan Kurs 1 USD adalah IDR 10.000,00 maka didapatkan upah tenaga kerja 3.181,7 USD/bulan.
34
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
didapatkan biaya untuk pengerjaan 1 Pcs produk Bushing
adalah
0.2 USD/ Pcs.
4.2.6 Biaya Listrik
Tabel 4.10 Kebutuhan listrik untuk mesin InHouse Kap. Listrik Kwat/Hr
Bandsaw
Shift 1 T Q'ty (Jam) Mach.
Kap. Total
Running Hour Shift II t Q'ty (Jam) Mach.
8
6
1
-
LNC
22
6
4
6
IQT
120
5
1
Normalizing
80
7
Grinding
12
6
Shift III t Q'ty (Jam) Mach. -
-
-
48
4
-
-
1,056
5
1
-
-
1,200
2
7
2
7
2
3,360
1
6
1
6
1
216
Total
5,880
Listrik yang digunakan oleh PT. KUI adalah listik golongan B-3 dengan daya 279 KVA. Faktor Meter Kwh
= 100
Tarif /Kwh
= Rp 262.64
Biaya Beban
=
279.000 VA x Rp 16.500 / KVA 1000
= Rp 4.603.500,00 Biaya Pemakaian KWH = 5.880 Kwh x 100 x Rp 262.64 /Kwh = Rp 151.432.320,00 Jumlah biaya beban
= Rp 4.603.500,00 + Rp 151.432.320,00
35
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
= Rp 156.035.820,00 Pajak Penerangan Jalan = 3% x Rp 156.035.820,00 = RP 4.681.074,00 Total pembayaran
= Rp 160.716.894,00
Dengan 1 USD = Rp 10.000,00 maka didapatkan tarif listrik ntuk satu bulan adalah USD 16.716,90 sehingga didapatkan tarif listrik untuk 1 pcs produk Bushing adalah = USD 16.16,9 / 16.720 Pcs = USD 0.99/ Pcs .
4.2.7 Total Biaya Dengan estimasi hari kerja 22 hari dan setiap hari mesin produksi menghasilkan produk sebanyak 760 psc maka dapat di hitung biaya produksi untuk 1 Pcs produk Bushing sebagai berikut :
Tabel 4.11 Total biaya untuk produksi Bushing InHouse Keterangan Biaya material Biaya depresisasi Biaya tenaga kerja Biaya energi listrik Fix Overhead (20%) Biaya produksi Bushing
Biaya /pcs 5.75 4.67 0.20 0.90 2.30 13.82
Unit USD USD USD USD USD USD
36
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.3 BIAYA PENGADAAN BUSHING INHOUSE DAN SUPPLIER 4.3.1 Bill of Material Tabel. 4.12 Bill of material untuk produksi InHouse and support dari supplier No
Level
Part Number
Describtion
1
2
14X-32-13150 RAW
Raw Material Pin
2
2
14X-32-13150 MTG
Pin proses machining MTG
6
2
14X-32-13150 IQT
Pin proses IQT
7
2
14X-32-13150 HT
Pin proses Normalizing
8
2
14X-32-13150 GRD
Pin proses Grinding
37
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.3.2 Urutan proses
Raw Material Bushing (Steel Tube Dia. 75mm)
MTG Machining
IQT IQT Machine Nerturen
Normalizing Heattreatment Machine
Grinding Centerless Machine
Gambar 4.3 Diagram alir proses Bushing InHouse dengan support dari Supplier
38
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.3.3 Kapasitas Mesin dan Biaya Depresiasi
Tabel 4.13 Kapasitas mesin Inhouse Shift I Kap. Jml. Mesin Mesin
Nama Mesin
No
Shift II Kap. Jml. Mesin Mesin
1
IQT
760
1
-
2
Normalizing
380
2
380
3
Grinding 1
760
1
4
Grinding 2
-
5
Grinding 3
-
Dengan
-
Shift III Kap. Jml. Mesin Mesin
Total Output Mesin Per Hari
Remark
-
-
760
2
380
2
760
Runing 3 Shift
-
-
-
-
760
1st Process
-
760
1
-
-
760
2nd Process
-
-
-
760
1
760
3rd Process
menggunakan
Depresisi
Declining
Method
maka
didapatkan perhitungan seperti dibawah ini :
Tabel 4.14 Biaya Depresiasi mesin InHouse untuk proses Inhouse dan Supplier support. Tahun ke
Mesin IQT Nilai Nilai Buku Deprs.
0
Akhir tahun
Mesin Normalizing Nilai Nilai Buku Deprs.
1,238,024.16
Akhir tahun
Mesin Grinding Nilai Nilai Buku Deprs.
1,810,427.91
Akhir tahun 3,048,452.06
1
309,506.04
928,518.12
452,606.98
1,357,820.93
762,113.02
2,286,339.05
2
232,129.53
696,388.59
339,455.23
1,018,365.70
571,584.76
1,714,754.28
3
174,097.15
254,591.42
763,774.27
428,688.57
4
130,572.86
391,718.58
190,943.57
572,830.71
321,516.43
964,549.28
5
82,212.54
309,506.04
120,223.73
452,606.98
202,436.27
762,113.02
522,291.44
1,286,065.71
39
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Keterangan : d. Salvage Value (S) adalah 25% dari harga mesin pada tahun ke-0. e. Besarnya Depresiasi adalah 25% setiap tahun. f. Umur mesin jatuh pada tahun ke-3 dari 5 tahun perhitungan depresiasi
Dengan
mengunakan
data
pada
perhitungan
diatas
maka
didapatkan biaya depresiasi untuk produk Bushing adalah sebagai berikut :
Tabel 4.15 Depresiasi Mesin Inhouse untuk untuk proses Inhouse dan Supplier support. Nama Mesin IQT Machine Normalizing Machine Grinding Machine
Jumlah
Kode
Harga
Depresiasi Tahun Ke 3($)
Produk Yg
Cost/Pcs
Mesin ($)
Lama Depresiasi (thn)
Mesin
Proses
Dihasilkan/Thn
($)
1
IQT
1,238,024.16
5
174,097.15
200,640
0.87
2
HT
1,238,024.16
5
254,591.42
200,640
1.27
1
GRD
2,476,048.31
5
428,688.57
200,640
2.14
Total Biaya karena Depresiasi Mesin/Pcs
4.27
4.3.4 Biaya Raw Material Perhitungan biaya untuk metoda penyediaan ini sama dengan proses penyediaan untuk produk Inhouse dengan harga penyediaan material untuk 1 Pcs material Bushing adalah sebesar 5.75 USD
40
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.3.5 Biaya Operator Biaya operator menjadi berkurang karena proses sebagian proses machining dilakukan di PT. MTG menurut perhitungan sebagai berikut :
Tabel. 4.16 Kebutuhan operator mesin Inhouse untuk proses Inhouse dan Supplier support.
No
3
5
6
Nama Mesin
IQT
Normalizing
Grinding
Shift Shift I Shift II Shift III Shift I Shift II Shift III Shift I Shift II Shift III
Total
Magang
Kontrak
Permanen
Leader
Total/Shift
1
1
-
1
3
1
1
-
-
2
-
-
-
-
-
1
-
-
-
1
-
1
-
-
1
-
1
-
-
-
1
-
2
1
1
1 5
1
1 6
2
-
1
2
Total/Day
5
3
6
2 14
Tabel 4.17 Jumlah gaji operator mesin Inhouse untuk proses Inhouse dan Supplier support. Posisi
Jumlah Pekerja
Golongan
Magang
5
Kontrak
6
Permanen
2
1A , B, C 1D, E, F Dan 2A, B 2C, D, E, F
Leader
1
111A
Total
14
Gaji
Makan
Tunjangan Transportasi
Total
760,000.00
110,000.00
250,000.00
5,600,000.00
820,000.00
110,000.00
350,000.00
7,680,000.00
1,080,000.00
121,000.00
350,000.00
3,102,000.00
1,300,000.00
121,000.00
450,000.00
1,871,000.00 18,253,000.00
41
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Sehingga dari data diatas didapatkan bahwa upah untuk pengerjaan 1 pcs Bushing adalah sebagai berikut :
Produk yang dihasilkan per bulan = 22 hari x 760 Pcs = 16.720 Pcs Dengan Kurs 1 USD adalah IDR 10.000,00 maka didapatkan upah tenaga kerja = 1.825,3 USD/bulan
Sehingga biaya untuk pengerjaan 1 Pcs produk Bushing adalah = 0.11 USD/ Pcs
4.3.6 Biaya Listrik Tabel 4.18 Kebutuhan listrik untuk mesin Inhouse untuk proses Inhouse dan Supplier support. Proses
Kap. Listrik Kwat/Hr
Shift 1 Q'ty t (Jam) Mach.
Running Hour Shift II t Q'ty (Jam) Mach.
120
5
1
5
1
Normalizing
80
7
2
7
2
Grinding
12
6
1
6
1
IQT
Shift III t Q'ty (Jam) Mach. -
Kap. Total (Kwh)
-
1.200
7
2
3.360
6
1
216
Total
4.776
42
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Listrik yang digunakan oleh PT. KUI adalah listik golongan B3 dengan daya 279 KVA. Faktor Meter Kwh
= 100
Tarif /Kwh
= Rp 262.64
Biaya Beban
=
279.000 VA x Rp 16.500 / KVA 1000
= Rp 4.603.500,00
Biaya Pemakaian KWH =
4776 Kwh x 100 x Rp 262.64
/Kwh = Rp 125.436.864,00 Jumlah biaya beban
=
Rp
4.603.500,00
+
Rp
125.436.864,00 = Rp130.040.364,00 Pajak Penerangan Jalan
= 3% x Rp 130.040.364,00 = Rp 3.901.210,00
Total pembayaran
= Rp 133.941.574,00
Dengan 1 USD = Rp 10.000,00 maka didapatkan tarif listrik ntuk satu bulan adalah USD 13.394,2
Sehingga didapatkan tarif listrik untuk 1 pcs produk bushing dalah = USD 13.394,2 / 16.720 Pcs = USD 0.80/ Pcs.
43
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.3.7 Biaya Machining di Supplier Berdasarkan Quotation dari supplier didapatkan harga proses machining untuk 1 Pcs produk Bsuhing adalah Rp 28.000,00 atau sama dengan 2.8 USD
4.3.8 Total Biaya
Tabel 4.20 Total biaya Bushing Inhouse untuk proses Inhouse dan Supplier support. Keterangan
Biaya /pcs
Biaya material Biaya depresisasi Biaya tenaga kerja Biaya energi listrik Machining di Supplier Fix Overhead (20%) Total Biaya Produksi
Unit 5.75 4.27 0.11 0.8 2.8 2.75 16.48
USD USD USD USD USD USD USD
4.4 BIAYA PENGADAAN BUSHING DENGAN PROSES DIRECT ORDER 4.4.1 CIF (Cost Insurance Freight) Dari bagian Purchasing PT. KUI didapatkan data untuk CIF sebagai berikut :
CIF = Cost (FOB) + Insurance + Freight
44
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.21 Biaya Import material Bushing untuk direct purchase ke Jepang. Jenis Biaya Cost (FOB) Insurance (2 % x FOB) Freight (3% x FOB) Total
Biaya 14,10 0,16 0,24 14,50
Nilai USD USD USD USD
4.4.2 Pajak Import PPn Import = 10% x (CIF + Import Duty) PPn Import = 10 % [CIF + (Tariff x CIF)]
Dengan biaya tariff atau bea masuk sebesar 5 % sesuai dengan HSC (Harmonized System Code) yang dikeluarkan oleh Dirjen Bea dan Cukai maka perhitungan untuk PPn Import menjadi :
PPn Import
= 10% x [USD 8,50 + (5% x USD 8.50)] = 10% x USD 8.92 =USD 0,89
PPh Pasal 22
= 7,5 % x (CIF + Import Duty) = 7,5% x [CIF + (Tariff x CIF)] = 7,5% x [USD 8,50 +(5% x USD 8,50)] = 7,5% x USD 8,92 = USD 0.67
45
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Sehingga didapatkan besarnya pajak utuk 1 pcs produk Bushing adalah :
PPn Import + PPh Pasal 22
= USD 0.89 + USD 0.67 = USD 1.56
4.4.3 Total Biaya Dari data diatas didapatkan total biaya import untuk produks Bushing adalah sebagai berikut:
Tabel 4.22 Total biaya untuk Bushing dengan proses direct order ke Jepang Jenis Biaya CIF Pajak Import Total
Biaya 14,59 1.56 16,15
Nilai USD USD USD
BAB V ANALISA DATA 5.1 ANALISA BIAYA PENGADAAN Dengan membandingkan total harga yang didapatkan dari perhitungan pada bab sebelumnya maka dapat disajikan data seperti dibawah : Cost Comparison
18.00
0.89
16.00
1.56
14.00 0.89
4.86
12.00 4.86 Pajak Import
10.00 2.75 ($)
CIF Machining In Supplier
8.00
-
Overhead
14.59 2.30
2.80
Energi Tenaga Kerja
6.00
Depresiasi Mesin
0.90 0.20
0.80 0.11
4.00
4.67
4.27
2.00
-
Inhouse(USD)
Inhouse+Supplier (USD)
Direct Order (USD)
Gambar 5.1 Diagram komparasi biaya setiap proses pengadaan
46
47
BAB V ANALISA DATA
Tabel 5.1 Perbandingan Biaya Pengadaan Jenis Biaya Depresiasi Mesin Tenaga Kerja Energi Overhead Machining In Supplier CIF Pajak Import Total
Inhouse(USD) 4.67 0.20 0.90 2.30 4.86 0.89 13.82
Inhouse+Supplier (USD) 4.27 0.11 0.80 2.80 2.75 4.86 0.89 16.48
Direct Order (USD) 14.59 1.56 16.15
Dari diagram diatas didapatkan bahwa harga proses pengadaan Inhouse lebih kecil dari biaya proses pengadaan Inhouse dan Supplier sebesar $ 2.66 (19%) atau dengan proses pengadaan direct order sebesar $ 2.33 (17%).
5.1.1 Analisa biaya pengandaan dengan proses InHouse Harga untuk produk InHouse tetap lebih kompetitif dibandingkan dengan harga lainnya pada proses InHouse + Supplier terlihat bahwa dengan memproses machining di Supplier ternyata tidak memberikan solusi yang maksimal sebaliknya hanya menambah total biaya produksi dan Overhead sedangkan usaha untuk mengurangi biaya tenaga kerja, depresiasi mesin dan biaya energi tidak tercapai karena pengaruhnya sangat kecil. Pada Pengadaan dengan proses Inhouse
biaya CIF dan biaya
depresiasi mesin menjadi faktor yang paling besar yaitu 35% dan 34%.
48
BAB V ANALISA DATA
Inhouse Cost in %
Pajak Import 6% Depresiasi Mesin 34%
Depresiasi Mesin Tenaga Kerja Energi
CIF 35%
Overhead Tenaga Kerja 1%
Machining In Overhead Supplier 17% 0%
Machining In Supplier CIF Pajak Import
Energi 7%
Gambar 5.2 Diagram komparasi stuktur biaya pengadaan InHouse
5.1.2 Analisa biaya pengadaan dengan proses InHouse dan Supplier
Inhouse + Supplier In Percentage (%)
Pajak Import 5%
Depresiasi Mesin 26% Depresiasi Mesin
CIF 29%
Tenaga Kerja Tenaga Kerja 1% Energi 5%
Machining In Supplier 17%
Overhead 17%
Energi Overhead Machining In Supplier CIF Pajak Import
Gambar 5.3 Diagram komponen biaya pengadaan InHouse dan Supplier
49
BAB V ANALISA DATA
Pada proses pengadaan proses Inhouse dan supplier support tetap harga CIF dan harga depresiasi menjadi harga yang paling besar masing-masing 29% dan 26% sedangkan harga machining dari supplier berdasakan quotation memberikan pengaruh yang signifikan sebasar 17% diluar dari perkiraan sebelumnya.
5.1.3 Analisa biaya pengadaan dengan proses Direct Order Biaya CIF pada proses ini menjadi faktor terbesar yaitu 90% dimana pada proses pengadaan ini tidak ada proses produksi lanjutan karena produk yang diimport adalah produk jadi langsung pakai ke proses selanjutnya yaitu proses assembly.
Direct Order In Percentage (%)
Pajak Import 10%
CIF Pajak Import
CIF 90%
Gambar 5.4 Diagram komponen biaya pengadaan Direct Order.
50
BAB V ANALISA DATA
5.2 ANALISA WAKTU PROSES PENGADAAN Faktor biaya tidak selalu menjadi pertimbangan terakhir untuk menentukan pemilihan proses pengadaan ada beberapa faktor lain yang bisa menjadi pertimbangan salah satunya adalah waktu. Waktu atau lead time dari tempat memproduksi produk sampai ke tempat dimana produk tersebut digunakan juga sangat menentukan karena penundaan proses perakitan akan mengakibatkan pembengkakan biaya produksi yang diakibatkan oleh keterlabatan. Perusahaan yang mempunyai kecepatan produksi (turn over) yang tinggi akan membutuhkan ketersediaan material yang lancar dalam hal ini kedekatan antara sumber penghasil produk dengan tempat
perakitan akan
menjadi hal yang sangat diinginkan. Proses order yang panjang akan mengkibatkan kemungkinan untuk delay delivery menjadi tinggi dan memaksa perusahaan untuk menaikan stock penyimpanan (inventory), hal ini juga akan meningkatkan biaya inventory juga menjadi naik. Dalam kasus ini bisa digambarkan bagaimana proses pengadaan dijalankan untuk ke tiga proses spengadaan dan berapa lama lead time dari pengadaan tersebut sehingga produk tersebut siap digunakan pada proses perakitan.
51
BAB V ANALISA DATA
Gambar 5.5 Lead time produk Bushing
52
BAB V ANALISA DATA
Dari data diatas bisa dilihat bahwa setiap proses memiliki lead time yang cukup tinggi untuk memproduksi produk Bushing (> 3 bulan) hingga produk tersebut bisa dipakai oleh bagian perakitan. Mulai dari proses MRP (Material Requirement Planning) dan PO (Purchasing Order) yang dilakukan setiap akhir bulan dan proses produksi di supplier, proses pengiriman, proses raw material untuk finish goods di prabrik hingga prases perakitan. Akan memakan waktu yang berbeda-beda tergantung dari proses masing-masing.
5.3 ANALISA INVENTORY 5.3.1 Analisa Inventory dengan proses InHouse Proses penyimpanan sebelum produk digunakan terjadi pada raw material yang diterima dari overseas supplier yang berupa bar material. Penyimpanan rata-rata untuk 1 bulan kerja tergantung kebutuhan produksi Penyimpanan juga terjadi setelah produk Bushing menjadi finish goods untuk persiapan ke proses perakitan. Pada bagian ini maksimum 2 mingggu kerja dan tergantung dari schedule produksi di bagian perakitan.
53
BAB V ANALISA DATA
5.3.2 Analisa Inventory dengan proses InHouse dan supplier. Sedikit lebih rumit pada proses ini karena proses penyimpanan akan menjadi lebih banyak karena melibatkan supplier sehingga proses kontrol yang detail sangat dibutuhkan. Raw material yang datang dari overseas supplier akan langsung dikirim ke machining supplier, di machining supplier material akan di simpan dengan estimasi untuk 1 bulan kerja. Raw material di proses machining kemudian disimpan sebelum dikirim ke pabrik PT. KUI untuk di proses selanjutnya. Di PT. KUI proses dilanjutkan hingga produk tersebut menjadi finish goods, terakhir produk di simpan untuk proses perakitan. Tiga kali proses penyimpanan terjadi pada proses pengadaan ini salah satunya ada di machining supplier. Biaya penyimpanan hampir sama dengan proses Inhouse karena salah proses penyimpanan ditanggung oleh supplier.
5.3.3 Analisa Inventory dengan proses direct order Produk yang di import pada proses pengadaan ini adalah produk jadi yang siap dipakai di bagian perakitan. Proses peyimpanan hanya terjadi setelah produk tersebut diterima dari overses supplier sehingga biaya peyimpanan yang dibutuhkan menjadi rendah.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan 1. Metoda pengadaan dengan proses Inhouse menjadi pilihan pengadaan yang paling murah dengan total biaya pokok produksi sebesar 13.82 USD dibandingkan dengan biaya pengadaan dengan proses Inhouse dan supplier sebesar 16.48 USD (19%) dan lebih murah dibandingkan biaya pengadaan untuk proses direct order dengan biaya sebesar 16.15 USD (17%) sehingga proses pengadaan dengan proses Inhouse adalah proses pengadaan yang paling murah dibandingkan dengan proses pengadaan dengan metoda lain. 2. Mengunakan supplier untuk proses machining tidak memecahkan masalah. Biaya yang dikeluarkan dengan menggunakan mesin Inhouse lebih murah dibandingkan Quotation yang didapatkan dari Supplier karena biaya depresiasi mesin, biaya operator dan biaya energi listrik tidak berpengaruhnya terlalu besar terhadap total biaya untuk proses yang menggunakan fasilitas inhouse. 3. Untuk menghidari biaya tidak langsung pada proses pengadaan dengan metoda direct order bisa dijadikan alternatif sebagai back up untuk proses pengadaan.
54
55 BAB VI KESIMPULAN
4. lead time pada proses pengadaan dengan proses inhouse dan supplier lebih lama dengan waktu estimasi 17 minggu tidak efektif karena adanya proses machining di Supplier selama 2 minggu.
6.2 Saran 1. Dalam penghitungan biaya pada proses pengadaan produk Bushing ini bisa banyak faktor yang bisa mempengaruhi tetapi tidak disebutkan pada perhitungan pada penelitian ini. Dengan menjabarkan lebih detail biayabiaya tersebut kemungkinan bisa didapatkan proses-proses yang bisa mengurangi total biaya (cost reduction) pengadaan diatas sehingga kelebihan dari proses pengadaan diatas bisa lebih dimunculkan untuk memperkuat kesimpulan 2. Proses pengadaan yang rumit sebaiknya dihindari karena akan menimbulkan masalah lain seperti naiknya biaya penyimpanan, proses control yang ketat, masalah komunikasi, naiknya biaya-biaya tak langsung dan lain-lain. 3. Dengan menggunakan double source pada pengadaan akan menjamin kelancaran produksi apabila salah satu proses mengalami masalah delivery.
DAFTAR PUSTAKA
Dervitsiosis, Kortas. Operation Management. New york : John Wiley & Sons Gideon Halevi 2006, Industrial Competitiveness : Cost Reduction, Tel Aviv, Israel Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta Institute Of Management and Administrasion (IOMA) 2nd Edition. 2006, Cost Reduction and Control Best Practice. New Jersey : John Wiley & Sons Junaidy Slamet Setiawan, Kajian terhadap beberapa metode penyusutan dan pengaruhnya terhadap perhitungan beban pokok penjualan, Jakarta : Universitas kristen Petra. McGraw Hill, Finacial Accounting and Its Environtment, South Western Sritomo Wignjosoebroto, Pengantar Teknik & Manajemen Industri, Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh November, Edisi Pertama. Teuku M. Marhaban. Maret 2008, “Pajak Pertambahan Nilai atau Value Added Tax ( VAT )”Buletin Pajak, hal 2-3. Turner, Wayne C. Introduction to Industrial and System Engineering. Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall, Inc
56